Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat Desa Paciran Kecamatan Paciran

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat Desa Paciran Kecamatan Paciran MAKNA TRADISI KUPATAN BAGI MASYARAKAT DESA PACIRAN KECAMATAN PACIRAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Rizky Subagia NIM: 1112032100053 PRODI STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 LEMBAR PERSETUJUAN MAKNA TRADISI KUPATAN BAGI MASYA RAKAT DESA PACIRAN KECAMATAN PACIRAN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh Rizky Subagia NIM : 1112032100053 Di bawah Bimbingan Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si NIP : 19651129 199403 1 002 JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2019 i LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rizky Subagia NIM : 1112032100053 Fakultas : Ushuluddin Jurusan/ Prodi : Studi Agama-Agama Telp/HP : 085730449167 Judul Skripsi : Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat Desa Paciran Kecamatan Paciran Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan Skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Jakarta, 26 Juli 2019 RIZKY SUBAGIA ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASYAH Skripsi ini berjudul MAKNA TRADISI KUPATAN BAGI MASYARAKAT DESA PACIRAN KECAMATAN PACIRAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Prodi Studi Agama-Agama. Ciputat, 31 Juli 2019 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Syaiful Azmi, MA Aktobi Gozali, MA. NIP: 19751019 200312 1 003 NIP: 19730520 200501 1 003 Anggota, Penguji I, Penguji II, Dra. Halimah SM, MA. Dra. Marjuqoh, MA. NIP: 19590413 199603 2 001 NIP: 19680901 199403 2 002 Pembimbing, Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si NIP : 19651129 199403 1 002 iii ABSTRAK “Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat Desa Paciran Kecamatan Paciran” Rizky Subagia Skripsi ini akan mendeskripsikan tentang makna tradisi kupatan bagi masyarakat Desa Paciran, Kecamatan Paciran. Kupatan adalah tradisi keagamaan yang berhubungan dengan tradisi Islam. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk warisan budaya leluhur yang sampai sekarang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Paciran Kabupaten Lamongan. Selain itu tradsi kupatan merupakan kegiatan sosial yang melibatkan seluruh masyarakat dalam usaha untuk memperoleh keselamatan dan ketentraman. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis ingin mengetahui bagaimana makna yang terkandung dalam tradisi kupatan desa paciran kabupaten lamongan?. Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis akan melakukan penelitian dengan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan historis, dengan menjelaskan sejarah, perkembangan dan eksistensi tradisi kupatan di Desa Paciran, Kabupaten Lamongan. Kemudian pendekatan fenomenologi, dengan cara mendeskripsikan fenomena-fenomena keagamaan serta realitas yang terjadi di masyarakat Desa Paciran. Untuk menperkuat penelitian penulis mendapatkan data dari hasil kepustakaan, serta melakukan wawancara terhadap tokoh Masyarakat, tokoh Agama dan pejabat pemerintahan desa. Selain itu penulis juga melakukan observasi langsung kelapangan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berdasarkan hasil analisis tentang makna yang terkandung dalam tradisi kupatan di Desa Paciran Kabupaten Lamongan ada beberapa aspek diantaranya adalah Aspek Spiritual, Aspek Sosial dan Aspek Ekonomi. Kata Kunci: Makna, Tradisi Kupatan, Desa Paciran. iv KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan iman, islam, dan ihsan, serta kesehatan yang tidak terhingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Makna Tradisi Kupatan Bagi Masyarakat Desa Paciran Kabupaten Lamongan” Shalawat serta salam tidak lupa dihaturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan sampai zaman terang benderang seperti ini, kelak semoga mendapatkan syafaat darinya. Penulis menyadari bahwa skripsi yang jauh dari kata sempurna ini tidak akan dapat selesai tanpa adanya dukungan dari banyak pihak baik seacara materil maupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang memberikan arahan, motivasi, serta bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dra. Marjuqoh, M.A selaku penasehat akademik yang memberikan arahan dan persetujuan dalam penulisan skripsi ini. 3. Zaenal Muttaqin, MA yang telah banyak memberikan masukan masukan sehingga sampai kepada judul yang ditetapkan dan diberlakukan. 4. Syaiful Azmi, M.A selaku Ketua Jurusan Studi Agama-agama dan Lisfa Sentosa Aisyah, S.Ag., M.A selaku Sektretaris Jurusan Studi Agama-agama v UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan pelayanan kepada mahasiswanya dengan baik. 5. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Hj. Amani Lubis, MA atas kesempatan belajar dan fasilitas yang diberikan pada Fakultas Ushuluddin. Tidak lupa kepada Dr. Yusuf Rahman, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin. 6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin, para staff Akademik Fakultas Ushuluddin khususnya Sahabat Jamil, serta para staff Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Ayahanda dan Ibunda tercinta Bapak Ali Usman dan Ibu Suhartining yang telah memberikan kesempatan berjuang hingga akhir masa studi dan tidak lupa kepada adik tercinta M. Wildan Firdaus yang memberikan dukungan sampai saat ini dan selamanya. 8. KH. Salim Azhar, serta masyarakat desa Paciran khususnya para informan yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini. 9. Adik sekaligus kekasih terbaik Ghania Ahsani Rahmadhani yang selalu ada dan mensupport hingga skripsi ini bisa terselesaikan. 10. Keluarga Besar Paramuda Travel terkhusus H. Abdullah Mas’ud, Hj Margaret Aliyatul Maimunah sebagai orang tua kedua selama di Jakarta yang selalu mensupport hingga skripsi ini bisa terselesaikan, tak lupa untuk Hazimatul layyinah, Whasfi Vella Sulfa. 11. Karyawan Paramuda dan Paramudaris, Yugotri Prasetyo, Erlangga, Oki Radita, Amelia Rossa, Zizi Mubaroq, M. Zaky Mubarok, Majius Sulthoni sebagai teman seperjuangan dalam meniti karir selama ini. vi 12. Senior serta Mbak terbaik Zaimah Imamatul Baroroh yang telah membimbing dan mensupport hingga bisa menyelesaikan skripsi ini. 13. Keluarga Besar NU Kota Tangsel bapak Himam Muzahir, bapak Suhud Isnadi, bapak Asmawi yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 14. Keluarga Besar Wasiat Jakarta sebagai tempat pijakan pertama ketika sampai di Jakarta. 15. Teman-teman seperjuangan Prodi Studi Agama-agama angkatan 2012, Khususnya Hidayatulloh, Ahmad Fauzi, Jarkasih, Elvita Fatchiyatus Sa’adah 16. Teman-teman KKN Galeri yang telah memberikan warna baru dalam kehidupan. Tiada kata yang dapat melukiskan rasa syukur dan terima kasih atas semua yang membantu kelancaran proses penulisan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan yang masih perlu disempurnakan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak, demi peningkatan dari skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua, terutama bagi penulis sendiri. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Jakarta, 26 Juli 2019 Penulis vii DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii ABSTRAK .................................................................................................................. iv KATA PENGANTAR ................................................................................................. v DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 7 D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 8 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 8 F. Kerangka Teori................................................................................................ 10
Recommended publications
  • Komunikasi Simbol : Peci Dan Pancasila
    KOMUNIKASI SIMBOL : PECI DAN PANCASILA Rama Kertamukti (Dosen Ilmu Komunikasi FISHUM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) ABSTRACT The use of peci in the activities of the community in Indonesia is an equivalent form of the symbol of amity and simple. Amity and the simplicity of it is visible in the form of a caps which usually contains only one element of black color and the shape of a tube-like caps follow the head of its users. The use of caps or songkok in Indonesia has been regarded as the culture (Pancasila). Caps in Indonesia became a symbol of resistance in a simplicity pattern to form a balance in society concerned with the material. Black in a psychology color have stimuli the nature of human emotion strong and have expertise are defined although official or formal. Symbol- ism key of mental life typical human and exceeding tiers animal of economics. Basic needs will symbolization clear in humans serves continuously and is a process of fundamental the human mind. As users and interpreter of symbol, human sometimes irrational to think of as if there natural of a connection between a symbol with what symbolized. : Peci, Pancasila, Symbol, Society A. Pendahuluan khas cara berpakaian sebagian umat muslim Sejarah adalah pondasi masa sekarang, di Indonesia. Sebagai Penutup kepala, Peci ada- ketika membaca buku sejarah Indonesia pada lah sunnah nabi dan mereka meyakini bahwa masa pergerakan melawan penjajahan menggunakan penutup kepala berarti mereka imperialisme, banyak terlihat para pejuang mencintai nabinya. Mereka berpendapat ke- bangsa semisal Soekarno, Sutan Sjahrir, Moh. biasaan menelanjangi kepala, tanpa peci atau Hatta selalu menggunakan peci hitam yang surban adalah kebiasaan orang di luar Islam.
    [Show full text]
  • Breakfast Healthy Salad
    MIE GORENG AKA FRIED NOODLES 76,543 BREAKFAST Chicken or vegetable fried noodle, poached egg, SALAD pickled vegetables and shrimp cracker POFFERTJES 67,890 CHICKPEAS SALAD 76,543 A dozen small pancakes, served with dusting sugar Enjoy onions, tomatoes and feta cheese combined BUBUR 56,789 with chickpeas and a light dressing NUTELLA PANCAKES (N) 76,543 Our Bubur is served with cakwe / youtiao - Youtiao, A stack of 4 pancakes with is a long goldenbrown deep-fried strip of dough CAESAR SALAD (N) 98,765 a sumptuous amount of Nutella commonly eaten in China and in other East and Baby romaine, parmigiana, sous vide egg, Southeast Asian cuisines. Conventionally, garlic bread, fried caper, parsley, crispy bacon, STUFFED PAPRIKA (V) 87,654 youtiao are lightly salted and grilled chicken and caesar dressing Filled paprika with steamed egg white, made so they can be torn lengthwise in two sautéed mushrooms and tomato. POMELO SALAD (V) 98,765 BANANA NUTELLA WRAP (N) 76,543 Pamelo with grilled chicken, coriander, ANANTARA EGG BENEDICT (P) 123,456 Chocolate-hazelnut spread covers a warm tortilla mint leaft, shallot and jim sauce 2 softly poached eggs, served on a layered rolled around a banana. Pan Fried to perfection sour dough toast with salad,Parma ham and For the sweet tooth amongst us served with a rich truffle hollandaise sauce HEALTHY to make the entire experience mesmerising ANANTARA BREAKFAST 123,456 2 eggs any kind ( Poached, sunny side up, scrambled) QUINOA AVOCADOSALMON 145,678 NASI BABI BALI (P) 67,890 2 slices of bacon, 2 grilled sausages, 2 hash brown, Quinoa, mixed with avocado, cherry tomato, basil Braised Pork Belly, Krupuk Bali, vegetables 2 pieces of sour bread, steak, grilled tomato, and grilled salmon flakes sautéed mushrooms, salad and baked beans EGG WHITE OMELETTE (V) 67,890 CHIRASHI 176,543 Egg white omelet, served with cherry tomatoes and MIE AYAM 67,890 Chirashi, also called chirashizushi (ちらし寿司) is one sautéed mushrooms - very low on cholesterol packed Mie ayam, mi ayam or bakmi ayam is a common of my favourite Japanese meals.
    [Show full text]
  • Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Abstract: This article examines the religious specificities of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of this process reside in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhoods’ followers and the popularity of esoteric practices. These specificities implicate that the Islamizing of the region was very progressive within period of time and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam took through history. The dominant media- centered perspective also eludes the fact that cohabitation between religion and ritual initiation still composes the authority structure. This article aims to contribute to the knowledge of this phenomenon. Keywords: Islam, Banten, sultanate, initiation, commerce, cosmopolitism, brotherhoods. 1 Banten is well-known by historians to have been, during the Dutch colonial period at the XIXth century, a region where the observance of religious duties, like charity (zakat) and the pilgrimage to Mecca (hajj), was stronger than elsewhere in Java1. In the Indonesian popular vision, it is also considered to have been a stronghold against the Dutch occupation, and the Bantenese have the reputation to be rougher than their neighbors, that is the Sundanese. This image is mainly linked to the extended practice of local martial arts (penca) and invulnerability (debus) which are widespread and still transmitted in a number of Islamic boarding schools (pesantren).
    [Show full text]
  • Western Java, Indonesia)
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Université de Provence, Marseille. Abstrak Artikel ini membahas kekhasan agama di Banten pada masa awal Islamisasi di wilayah tersebut. Karakteristik utama dari proses Islamisasi Banten terletak pada hubungan antara perdagangan dengan jaringan Muslim, kosmopolitanisme yang kuat, keragaman praktek keislaman, besarnya pengikut persaudaraan dan maraknya praktik esotoris. Kekhasan ini menunjukkan bahwa proses Islamisasi Banten sangat cepat dari sisi waktu dan perpindahan agama/konversi yang terjadi merupakan hasil dari proses saling mempengaruhi antara Islam, agama lokal, dan kosmologi. Akibatnya, muncul anggapan bahwa Banten merupakan benteng ortodoksi agama. Kesan yang muncul saat ini adalah bahwa Banten sebagai basis gerakan rigoris/radikal dipengaruhi oleh bentuk-bentuk keislaman yang tumbuh dalam sejarah. Dominasi pandangan media juga menampik kenyataan bahwa persandingan antara agama dan ritual masih membentuk struktur kekuasaan. Artikel ini bertujuan untuk berkontribusi dalam diskusi akademik terkait fenomena tersebut. Abstract The author examines the religious specifics of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of the process resided in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhood followers and the popularity of esoteric practices. These specificities indicated that the Islamizing of the region was very progressive within 16th century and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam 91 Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) took throughout history.
    [Show full text]
  • The Islamic Traditions of Cirebon
    the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims A. G. Muhaimin Department of Anthropology Division of Society and Environment Research School of Pacific and Asian Studies July 1995 Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] Web: http://epress.anu.edu.au National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Muhaimin, Abdul Ghoffir. The Islamic traditions of Cirebon : ibadat and adat among Javanese muslims. Bibliography. ISBN 1 920942 30 0 (pbk.) ISBN 1 920942 31 9 (online) 1. Islam - Indonesia - Cirebon - Rituals. 2. Muslims - Indonesia - Cirebon. 3. Rites and ceremonies - Indonesia - Cirebon. I. Title. 297.5095982 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design by Teresa Prowse Printed by University Printing Services, ANU This edition © 2006 ANU E Press the islamic traditions of cirebon Ibadat and adat among javanese muslims Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses. For this series, this final version of the thesis has been used as the basis for publication, taking into account other changes that the author may have decided to undertake. In some cases, a few minor editorial revisions have made to the work. The acknowledgements in each of these publications provide information on the supervisors of the thesis and those who contributed to its development.
    [Show full text]
  • The Elements of Culture Values on Malay Traditional Food Wrapping: Ketupat
    THE ELEMENTS OF CULTURE VALUES ON MALAY TRADITIONAL FOOD WRAPPING: KETUPAT MHD NOR OSMAN NIEOP!QFSBLVJUNFEVNZ DR. NORHASANDI MAT OPSIBT!QFSBLVJUNFEVNZ Dr. Mohd Khairul Azahari Abdul Rani NPIEL!QFSBLVJUNFEVNZ 6OJWFSTJUJ5FLOPMPHJ.BSB $BXBOHBO1FSBL ,BNQVT4FSJ*TLBOEBS ABSTRACT .PTUPGUIFUSBEJUJPOBMGPPEXSBQQJOHJTNBEFGSPNWBSJPVTOBUVSBMNBUFSJBMT,FUVQBU JTPOFPGUIFUSBEJUJPOBMGPPETJO.BMBZTJBBOEJOUIF.BMBZ"SDIJQFMBHP*UJTXSBQQFE DPDPOVUMFBWFTDBMMFEAKBOVS5IFPSJHJOPGUIF,FUVQBUPS,VQBUJTGSPN+BWB *OEPOFTJB 5IFNJHSBUJPOPGQFPQMFTJOUIF.BMBZ"SDIJQFMBHPIBTNBEFUIF,FUVQBUXJUINBOZ TJNJMBSJUJFT JO UFSNT PG JUT VTF 5IF USBEJUJPO PG NBLJOH UIF ,FUVQBU TUBSUFE B GFX HFOFSBUJPOT BHP BOE CFDBNF NBOEBUPSZ JO DFSUBJO DFSFNPOJFT BT B NBJO NFBM5IJT BDUJWJUZJTDPOTJEFSFEBTBDVMUVSFTJODFJUIBTCFFOQBTTFEEPXOUISPVHIHFOFSBUJPOT BOEIBTCFDPNFBTZNCPMUPJEFOUJGZUIFDPNNVOJUZ,FUVQBUSFRVJSFTUFDIOJDBMTLJMMT UPXFBWFJUTDPOUBJOFS CFTJEFTIBWFJUTQIZTJDBMBUUSBDUJWFDIBSBDUFSJTUJDTBOETJHOJöDBOU BFTUIFUJDWBMVFTJOTIBQFT MJOFT QBUUFSOTBOEDPMPST,FUVQBUBMTPIBTEJòFSFOUTZNCPMJD NFBOJOHTBOEIBTCFDPNFCFMJFGTJOEBJMZMJGF5IFFòFDUPGNPEFSOQBDLBHJOHIBTIJU UIFUSBEJUJPOBOEUISFBUFOTUIFBSUPGXFBWJOHUIF,FUVQBU5IFSFGPSF BMUIPVHIXFBSFJO UIFNBJOTUSFBNPGEFWFMPQNFOUCVUXFNVTUQSFTFSWFUIFFMFNFOUTPGDVMUVSFWBMVFTPO .BMBZUSBEJUJPOBMGPPEXSBQQJOH ,FUVQBU ,FZXPSET,FUVQBU "SUPG8SBQQJOH 4ZNCPMJD.FBOJOH "FTUIFUJDT )FSJUBHF *EFOUJUZBOE$VMUVSF7BMVF 118 | IDEALOGY 2 t+VSOBM4FOJ#VEBZB Introduction LOPXMFEHF BCPVU UIF BSU JUT TZNCPMJD NFBOJOH BOE WBMVFTDPOUBJOFECFIJOEUIJTQSBDUJDFBTBDVMUVSFUIBUIBT "SU BDUJWJUJFT BNPOH DPNNVOJUJFT JO UIF
    [Show full text]
  • Bab I Pendahuluan
    BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan kerangka berpikir. A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses perkembangan sistem pendidikan nasional. Pesantren sendiri memiliki karakteristik yang unik dan sedikit berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya, seperti pelajaran agama yang lebih banyak dan lebih ditekankan, disamping itu para siswa dan siswinya lebih dikenal dengan sebutan santri, para santri harus tinggal di lingkungan pesantren. (http://www.depag.go.id) Kini perkembangan pesantren dengan sistem pendidikannya mampu menyejajarkan diri dengan pendidikan pada umumnya. Bahkan di pesantren dibuka sekolah umum (selain madrasah) sebagaimana layaknya pendidikan umum lainnya. Kedua model pendidikan (sekolah dan madrasah) sama-sama berkembang di pesantren. Kenyataan ini menjadi aset yang luar biasa baik bagi perkembangan pendidikan pesantren maupun pendidikan nasional pada masa yang akan datang. Dari sana diharapkan tumbuh kaum intelektual yang berwawasan luas dengan landasan spiritual yang kuat. (http://www.depag.go.id) Sebagai sebuah lembaga pendidikan, pondok pesantren dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, baik secara intelektual maupun perilaku. Pola pendidikannya, yang mengharuskan para santrinya tinggal dalam asrama, selain bertujuan agar para santri lebih fokus dalam mempelajari ilmu-ilmu agama, juga bertujuan mengajarkan kemandirian. Namun pola kehidupan seperti ini memiliki pengaruh Jauh dari orang tua dan saudara-saudara kandung mengharuskan para santri siap menjalani kehidupan secara mandiri. Jika mereka mendapatkan masalah, mereka hanya memiliki ustadz atau pembantu kiai, serta teman-teman sebaya untuk meminta bantuan. Bahkan teman-teman sebaya inilah yang memiliki peranan lebih besar dalam kehidupan seorang santri. Ini dikarenakan interaksi mereka lebih banyak dilakukan dengan teman sebaya tersebut, sejak bangun tidur hingga tidur kembali.
    [Show full text]
  • S Hautuna TRADISI AMMONE PA'balle RAKI'
    TRADISI AMMONE PA’BALLE RAKI’-RAKI’ DI KELURAHAN TAMARUNANG KECAMATAN SOMBA OPU KABUPATEN GOWA (Analisis Perbandingan antara Hukum Islam dan Adat Istiadat) Nurul Wardah Ningshi NS Universitas Islam Negeri Alauddin [email protected] Zulhas’ari Mustafa, S.Ag., M.Ag Universitas Islam Negeri Alauddin [email protected] Abstrak Artikel ini bertujuan untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum menuju ke pernyataan yang bersifat khusus. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan berbagai pendekatan, yaitu pendekatan antropologis, pendekatan yuridis, pendekatan sosiologis dan pendekatan normatif syar’i. Adapun sumber data penelitian ini adalah Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan Masyarakat biasa. Selanjutnya metode pengumpulan data di lakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Tradisi ammone pa’balle raki’-raki’ di kel. Tamarunang, kec. Somba Opu kab. gowa merupakan bentuk rasa syukur kepada sang pencipta Allah SWT, ritual yang melambangkan simbol kelancaran yang di percaya agar acara pernikahan maupun khitanan yang akan di laksanakan berjalan dengan baik tanpa gangguan apapun. Tradisi ini di lakukan di sungai dengan menghanyutkan sesaji-sesaji, masyarakat percaya apabila tidak melakukan Tradisi Ammone Pa’balle Raki’-Raki’ akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan, seperti kesurupan atau dalam bahasa Makassar Napattauki dan akan di terserang penyakit pada dirinya. Pandangam Hukum Islam terhadap tradisi ini telah melenceng dari syariat islam karena orang yang melakukannya adalah musyrik. Tradisi ini merupakan Adat istiadat kerena merupakan termasuk budaya atau aturan-aturan yang berusaha di terapkan dalam lingkungan masyarakat, tetapi cara pelaksanaannya adalah bentuk kesalahan masyarakat yang tidak menyadari bahwa itu bertentangan dengan hukum Islam.
    [Show full text]
  • A Review of the Malaysia's Heritage Delicacy Alongside with The
    Ismail et al. Journal of Ethnic Foods (2021) 8:19 Journal of Ethnic Foods https://doi.org/10.1186/s42779-021-00095-3 REVIEW ARTICLE Open Access The Malay’s traditional sweet, dodol:a review of the Malaysia’s heritage delicacy alongside with the rendition of neighbouring countries Norsyahidah Ismail1, Muhammad Shahrim Ab. Karim1* , Farah Adibah Che Ishak1, Mohd Mursyid Arsyad2, Supatra Karnjamapratum3 and Jiraporn Sirison3 Abstract The Malaysia’s cultural heritage is authentic, unique and colourful with various local cuisines of different races and cultures. It is mainly originated from the Malay culture being the largest ethnic group in the country. The Malays themselves have contributed to many local cuisines ranging from appetiser, soup, main course and dessert. However, some Malay heritage foods have almost been forgotten and jeopardized in quality. This is especially happening to the Malay sweets or desserts which have gradually become less appealing to the younger generations. They are not even familiar with Malay foods, let alone consuming them. Among the popular Malay heritage foods in Malaysia are lemang, ketupat, rendang, wajik and dodol. Dodol specifically has been listed as one of the endangered heritage foods in Malaysia. Preserving the Malay cuisines is part of sustaining the Malay culture and this should begin with a great amount of knowledge and understanding about any elements within the culture itself. This article highlights a nostalgic and evergreen Malay’s traditional sweet, known by the locals as dodol by discussing its history, different types and names of dodol, as well as the recipes, preparation, cooking methods and packaging.
    [Show full text]
  • Lebaran Rituals and Consumption Pattern: A
    JOURNAL OF BUSINESS AND MANAGEMENT Vol. 3, No.7, 2014: 725-736 LEBARAN RITUALS AND CONSUMPTION PATTERN: A CASE STUDY IN SOUTH JAKARTA Najwa Assilmi and Ira Fachira School of Business and Management Institut Teknologi Bandung, Indonesia [email protected] Abstract- Purpose- Lebaran is a religious celebration for Muslims all around the world. Each year in Indonesia, which is the home of the biggest Muslims in the world, Lebaran has become a major phenomenon that is affecting the Indonesia’s retail and economic condition. The purpose of this research is to examine how Lebaran rituals affect consumers’ consumption as shown in feasting ritual as part of Lebaran. This exploratory study examines three different groups: people who are hosting the Lebaran feast, people who visit, and people who do both. Design/Methodology/Approach- A quantitative research was done with distributing questionnaire to a total of 120 samples of married South Jakarta female with children. A descriptive analysis was conducted to compare the different result of the three different groups. Findings- The majority of all three groups spent 25% more on Lebaran month rather than their regular month. The host & guest group seems to spent more spendings on main feast than those from the host only the guest only group. For main feast, most decision maker are done by the mother alone. Most respondents from all three group also choose to shop main feast at Supermarket rather than traditional market. The shopping information was get from their own peers rather than traditional media. The variance of product is the most important attributes to a store according to all three groups.
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 424 3rd International Conference on Language, Literature, Culture, and Education (ICOLLITE 2019) Knowledge Preservation of Various Types of Braid: Indigenous Knowledge of Minangkabau Riya Fatmawati, Habiburrahman Information, Library and Archival Study Program Universitas Negeri Padang Padang, Indonesia [email protected] Abstract—This paper aims to describe the various types of However, basically braiding seems easy to do, although in the braid in Padang Pariaman in terms of the artificial value and process of making this braid requires quite high skills, so not implicit knowledge contained in the braid. The objective to be everyone can do it. achieved in this paper is to increase community knowledge on the Braid is a work that is formed from the folds and types of braid in Padang Pariaman Regency and the values overlapping the material into one. According to Graha (2009) contained. The method used is ethnographic which results in the form of verbal descriptions from the informants who master and weaving is an activity of braiding material in the form of a understand something through the process of acculturation which ribbon so that it becomes a single unit and reinforces one is not just knowing but also living. Besides, they are still classified another. There are two basic techniques of weaving that are as involved in the activities being studied. Data collection suitable for the type of braid, namely tightly braid and tenuous techniques were carried out by observation, field notes, interviews braid techniques. In the technique of tightly braid there are and documentation.
    [Show full text]
  • A Case Study of Rural–Urban Affinity on Mudik Lebaran in Central Java1
    Journal of Indonesian Social Sciences and Humanities Vol. 4, 2011, pp. 49-66 URL: http://www.kitlv-journals.nl/index.php/jissh/index URN:NBN:NL:UI:10-1-101743 Copyright: content is licensed under a Creative Commons Attribution 3.0 License ISSN: 1979-8431 Is the Past Another Country? A Case Study of Rural–Urban Affinity on Mudik Lebaran in Central Java1 Vissia Ita Yulianto Department of Social and Cultural Anthropology University of Freiburg, Germany E-mail: [email protected] Abstract This study is to explore the relations between the urban and rural in terms of their social as well as cultural significance. Referring to the idea of David Lowenthal— (1985:39-52) who has pointed out that the connection between the past and present rests on the fact that the past has been the source of familiarity, guidance, identity, enrichment and escape—the central idea of the paper is to suggest that this notion of a ‘familiar past’ is a fundamental aspect of the culture of contemporary urbanised Central Javanese, who, during the Lebaran holiday, revisit their ancestral roots to retain a degree of autonomy against modernity or to return to their ‘disappearing past’ as ‘tourists’, so to speak. The cultural practice of mudik becomes the interaction zone (Leaf, 2008) that provides opportunities for city dwellers to keep ties with their village of origin. Finally, the paper suggests that the continuing intimate interplay between the village and town proves that neither past–present nor rural–urban dichotomies are in categorically opposed realms; metaphorically speaking, they are not in different countries.
    [Show full text]