Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017

Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan dan Johor Abad XVI – XVII Johan Wahyudi1

Abstract Nusantara is the land with various old tales. There is remaining some historical facts that is still urgent to discuss. One of past theme that is interesting is the relation of kingdoms and lands. Aceh Darussalam is one of the greatest kingdom in Sumatra and the strait of Malaka. Their existence had regarded as the guard, but for the other groups see it as threat. In some cases, that outlook can be changing, depending on the regional political context. The Kingdom of Johor becomes a one of political entity that is actively associated with Aceh. They need a strong colleague, in order to continue their development into estabilished kingdom. Their dark past, that is the fall of Malaka because Portuguese attack in 1511, is used for building a billateral cooperation with Aceh. Instead, the two kingdoms involved family relations. As we khow, marriage is the one of ancient diplomatic model in Middle Ages. During the wheel of time, the diplomatic boundery between Aceh and Johor is not always on the line. At the one day, Johor had known that Aceh had another goal behind his intentions. Aceh had planned that Johor is part of Aceh’s subordinate area. Therefore, Johor had decided Portuguese as his friend. This decision contraries to the vision of Aceh. Aceh had thougt that Portuguese is his rival. Aceh had showed his anger with several attacks to Johor. This Paper will explain the model of ancient diplomacies, in case of the relation of Aceh and Johor. Some kind of that such as the diplomacy in politic and intellectual sphere. Keywords: dynamic, diplomacy, marriage, personality and intellectuality

Abstrak Nusantara merupakan ranah yang kaya akan kisah masa lalu. Di dalamnya terendap beragam peristiwa yang masih aktual dibicarakan. Satu tema yang menarik adalah mengenai hubungan kenegerian antarkerajaan. Aceh Darussalam merupakan salah satu kerajaan besar di Sumatera dan perairan Malaka. Keberadaannya dianggap pengayom, namun bagi kelompok lain, ia diangap sebagai ancaman. Pada titik tertentu, pandangan ini bisa saja berubah-ubah, tergantung pada kondisi politik regional. Kesultanan Johor menjadi salah satu kesultanan yang aktif berhubungan dengan Aceh Darussalam. Johor membutuhkan rekanan yang tangguh, agar bisa terus berkembang menjadi kerajaan yang mapan. Masa lalu yang kelam, yakni dikuasainya Malaka oleh Portugis pada 1511, membulatkan tekad Johor untuk beriringan dengan Aceh dalam kerjasama bilateral. Malah, kedua kerajaan terikat oleh hubungan kekerabatan. Hal ini karena beberapa pangeran dan putri Johor menikah dengan pangeran dan putri dari Aceh. Seperti diketahui, pernikahan merupakan bentuk diplomasi kuno di Abad Pertengahan. Dalam perjalanannya, diplomasi yang dijalin Aceh dan Johor tidaklah berjalan mulus. Pada satu keadaan, Johor menyadari bahwa Aceh mempunyai motif lain, yakni ingin menjadikan Johor bagian dari daerah pengaruhnya. Oleh sebab itu, Johor memutuskan menjalin hubungan dengan Portugis, agar bisa lepas dari bayang-bayang Aceh. Aceh yang memang menjadikan Portugis sebagai rivalnya, marah dengan kebijakan Johor. Sejak itu di beberapa fase hubungan Aceh dan Johor terlibat peperangan. Tulisan ini akan mengangkat model dua diplomasi kuno seperti yang tersaji dalam kasus kerajaan Aceh dan Johor. Beberapa yang bisa disebutkan adalah diplomasi politik dan intelektual.

Kata kunci: dinamika, diplomasi, pernikahan, ketokohan dan intelektual

1Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

37 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII

Kemunculan Portugis di panggung politik Asia Tenggara didorong oleh keinginan memperoleh komoditas A. Pendahuluan utama di jajaran pulau Timur. Portugis Komunikasi antara dua atau lebih entitas merupakan bangsa yang menganggap politik termasuk dalam kajian hubungan penting arti pelayaran. Lisabon, ibukota internasional. Meskipun begitu Portugis, merupakan pusat pasar Eropa tema-tema mengenainya dapat pula yang menghidupi ekonomi kerajaan. ditemukan dalam peristiwa-peristiwa Pangeran Henry Sang Navigator, masa lalu. Studi diplomasi menjadi salah satu petinggi Kerajaan Portugis, salah satu alat untuk membedah aneka berkeinginan bahwa kelak Portugis ragam fenomena-fenomena mengenai mempunyai armada dagang yang bagaimana hubungan antara kerajaan, tangguh dan mampu berlayar ke dunia negeri maupun benua itu terjadi. Timur untuk mendapatkan barang- barang eksotik dari Timur. Langgam dari diplomasi kuno mempunyai bentuk yang bermacam- Pada tahun-tahun awal abad 15, macam. Modelnya bisa saja umum, Pangeran Henry membangun akademi namun di beberapa objek lain bersifat kelautan yang menjadi motor studi- khas. Hal ini dikarenakan belum adanya studi kelautan, nautika dan perkapalan. aturan baku perihal penyelenggaraan Di sekolah ini, para calon angkatan hubungan diplomatik yang lebih laut dibekali pengetahuan mengenai administratif, terstruktur dan disepakati bagaimana berlayar dengan baik, berikut semua negara seperti sekarang ini. apa yang dilakukan jika menghadapi Indikator dari terhubungnya komunikasi masalah-masalah di lautan. Menjadi dua raja atau kepala daerah adalah sejauh pembahasan yang juga dipaparkan, mana manfaat yang bisa dirasakan oleh mengenai model kapal yang diyakini kedua belah pihak. mampu berlayar dengan cepat. Beberapa waktu kemudian kapal-kapal itu berhasil Aceh Darussalam dan Johor merupakan diciptakan dan mulai mengadakan dua kerajaan yang juga melakukan serangkaian percobaan-percobaan relasi diplomatik. Periode krusial pelayaran hingga muncul keyakinan, dari hubungan mereka terjadi pada armada Portugis akan mampu meluncur abad XVI dan XVII. Pada rentang ke dunia Timur (Hendrik Willem van waktu itu, terdapat beberapa peristiwa Loon: 1922, 218 – 219; Abdul Aziz yang mewarnai relasi keduanya. Dari bin Zakaria: 1953, 13 dan 17). Masa berbagai bentuk model diplomasi di mana Portugis menjelajah dunia di yang berlangsung saat itu, penulis luar Eropa adalah pintu gerbang sejarah tertarik untuk mengungkap dua model Eropa memasuki Abad Ekspansi (David diplomasi, yakni diplomasi politik dan Birmingham: 2003, 25). diplomasi intelektual. Dunia Timur menjanjikan keunikan B. Pembahasan tersendiri. Dalam pandangan bangsa Eropa, Dunia Timur adalah tempat 1. Jatuhnya Malaka harta-harta alam yang terbesar. Di

38 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017

sana banyak tumbuhan serta kekayaan mereka untuk sampai ke dunia Timur. bernilai tinggi. Menjadi cita-cita Untuk menyehatkan persaingan, tersendiri di benak kerajaan-kerajaan keduanya menerima saran Paus Eropa untuk bisa sampai ke pulau- Alexander VI dan menyelenggarakan pulau di Timur. Dari belahan timur, para perjanjian Tordesillas (7 Juni 1494). pedagang Arab, Persia India membawa Perjanjian ini menegaskan bahwa sudah cangkeh dari Timor, kapur barus dari ada bagian dari tanah dan laut dunia Borneo, emas dan perak dari Luzon, ini untuk dua bangsa itu. belahan Barat barang-barang antik (porselin) dari Cina bebas dilayari dan Spanyol, dan belahan serta getah, parfum dan rempah-rempah Timur untuk Portugis (Thomas Duve: ke pasar-pasar Eropa. Beberapa pasar 2013, 1). Eropa yang dimaksud adalah Venezia, Sementara Spanyol mengarahkan Genoa dan Catalonia (Manuel de Faria kemudi kapal-kapalnya ke Barat Eropa, Y Souza: 1887, 19). Portugis menyasar ke rute pelayaran Fernand Braudel bertanya dengan menuju India. Portugis melewati sinis, bagaimana bisa peran pasar beberapa pelabuhan di Afrika, hingga dikesampingkan dalam hasrat manusia? sampai ke Tanjung Harapan Baik (The Pasar adalah pusat permintaan Cape of The Good Hope). Dari situ, seklaigus pemenuhan kebutuhan hidup. mereka mengarahkan lagi layarnya Pasar Eropa di abad 15, menjanjikan hingga sampai ke beberapa bandar kebebasan, keterbukaan akses untuk dagang utama Asia. Salah satu pelabuhan menghirup udara segar ke tempat- utama Persia, Ormuz (Hormuz), berhasil tempat yang amat jauh dari jangkauan mereka kuasai pada 1507 (Svat Soucek: mata. Merupakan kesulitan tersendiri 2008, 30). Wilayah baru itu tidak serta dalam memetakan sejarah linear merta membuat mereka puas. Mereka pasar. Pasar mencakup tradisi besar melanjutkan pelayaran dagangm yang yang berlangsung di masa lalu, masa kemudian berubah mengusung semangat berikutnya bahkan sampai hari ini, masa kapitulasi itu, ke Anak Benua India. ultra-modern. Tempat ini menjadi lokasi Di India, tepatnya pada 1510, Portugis di mana banyak orang berkumpul, sempat mengalami perlawanan sengit dan pembicaraan yang berlangsung di dari penguasa Islam India. Perang yang dalamnya tidak melulu soal ekonomi, berlarut-larut, sampai-sampai membawa tapi juga pemenuhan kebutuhan pribadi Portugis pada bayangan malapetaka di luar lingkup ekonomi (Fernand kekalahan. Mereka mulai menjajaki Braudel: 1982, 26). kerjasama dengan penguasa lokal yang Di belahan Semenanjung Iberia lainnya, beragama HIndu untuk membantu niat terdapat kerajaan yang juga berkeinginan mereka. Dengan bantuan ini, perlahan, membangun tradisi kemaritimannya. Ia Portugis berhasil menyudutkan pasukan adalah Spanyol. Mereka merasa mampu Muslim hingga akhirnya Portugis untuk membangun armada dagang yang mendapat kemenangannya. Goa, juga tangguh. Spanyol dan Portugis bandar dagang ramai di Anak benua terlibat dalam kompetisi perdagangan India akhirnya berbendera Portugal. yang mengerucut pada kesamaan visi Penaklukkan atas Goa dipimpin oleh

39 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII

Alfonso d’ Albuquerque (Philip D. toko, rumah-rumah hancur diterjang Curtin: 139; J. S. Jayne: 1910, 81-85). bola besi panas Portugis. Dengan terburu-buru, pasukan Malaka bersiap Pendudukan Goa membuat Portugis mendekati bibir pantai, membentuk semakin percaya diri meluaskan barisan pertahanan sembari melakukan pengaruhnya ke Timur. Alfonso perlawanan balik. d’Albuquerque mendengar dari seorang pedagang Portugis bahwa Malaka Begitu pasukan Portugis sampai adalah bandar dagang ramai. Sang di pantai, mereka segera disambut pedagang ini juga menceritakan bahwa oleh amukan marah pasukan lawan. dirinya diberikan cendera mata indah Pertempuran terjadi dengan sengitnya. dari Raja Malaka (Armando Coertesao: Tamu tidak diundang yang memang 2005, 268 – 275). Setelah mendengar berencana menguasai kota pelabuhan keterangan itu, Alfonso pun tergerak itu, tidak lagi membuang waktu. Mereka untuk menyiapkan pelayaran selanjutnya melancarkan serangan terorganisir untuk menguasai Malaka. hingga membuat lawannya kesulitan mengembangkan pertahanan. Oleh K. N. Chauduri melukiskan masa sebab serangan ini adalah mendadak, di mana Portugis giat melebarkan maka amat sempit waktu yang dimiliki sayapnya di dunia belahan timur sebagai Malaka untuk mencoba langkah- “Tahun Aktivitas Heroik.” Di masa ini, langkah lain mengamankan kotanya. Para raja Asia gigih mempertahakan Armada perang Portugis terlihat lebih wilayah-wilayah pantainya atas serbuan siap mengalirkan strategi dan formasi armada Portugis. Pertahanan mereka untuk menguasai tempat-tempat yang akhirnya mampu diterobos lawannya. dianggap vital. Tidak berselang lama, Tentunya tidak semua wilayah pesisir pelabuhan yang termashur di mata dunia didatangi Portugis. Hanya pesisir yang itu sudah berada dalam genggaman menyandang pangkat sebagai emporium orang Peranggi (sebutan naskah Melayu saja yang dikuasainya. Beberapa untuk Portugis). emporium yang belakangan direbut Portugis seperti pelabuhan Afrika Timur, Sultan Malaka saat itu, Mahmudsyah, Malabar, Konkan, Teluk Persia dan berhasil melarikan diri dari prahara terakhir selat Malaka (K.N. Chauduri: Portugis di kotanya. Ia dan keluarganya 1989, 66). keluar Malaka menggunakan perahu kecil, menuju Pulau Bintang. Tidak Setelah persiapan rampung, armada lama di situ, ia berpindah ke beberapa Portugis pimpinan Alfonso d’ tempat hingga sampai ke Kampar. Di Albuquerqe bertolak menuju Malaka. sana, kedudukannya masihlah diakui Begitu sampai, kapal-kapal Portugis sebagai Sultan Malaka yang sah. segera membuat formasi serangan. Penduduk Kampar bahkan menyatakan Beberapa waktu kemudian, meriam- kesetiaannya untuk membela sang meriam Portugis pun memuntahkan raja tanpa mahkota itu. Suatu ketika, tembakan yang langsung diarahkan ke Mahmudsyah merenung, ia tidak pasar-pasar Malaka. Hantaman bertubi- bisa menjalani hidup seperti ini terus. tubi membuat penduduk dan pedagang Ia berketetapan untuk membangun di sana lari menyelamatkan diri. Toko-

40 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017

kerajaan lagi, menyelamatkan marwah kabar bahwa Portugis sedang mengarah raja-raja Malaka. ke kerajaan barunya. Pertempuran pun tidak terelakkan, namun kali ini kedua Setelah berpamitan dengan warga pasukan bisa dikatakan imbang. Sejak Kampar, rombongan Mahmudsyah itu, Johor menjadi duri dalam daging berangkat ke Pahang. Sultan Pahang bagi upaya Portugis menanamkan masih berkerabat dengan Mahmudsyah. pengaruhnya di semenanjung Melayu. Setelah beberapa waktu di Pahang, Pertikaian dengan Portugis sempat Mahmudsyah memutuskan menuju mengalami masa surut pada 1536. pinggir sungai Johor. Di sana ia Kala itu pasukan Portugis di bawah mendirikan kesultanan Johor. Pemilihan pimpinan Dom Estavao da Gama lokasi di pinggir sungai menunjukan datang dan memaksa Johor berdamai kerajaan ini akan mengandalkan dengan Portugis. Muzaffar Syah, kakak pemasukan pendapatan melalui jalur Alaudiin, tidak segera memutuskan. Ia perniagaan dan pelayaran. Lokasi meminta diri pergi ke Perak dan Pahang, sungai Johor sendiri langsung berhulu mengajak kedua penguasanya untuk di selat Malaka, sehingga harapannya bersama berdamai dengan Portugis demi para pedagang dari wilayah Nusantara kelangsungan kerajaan. Ketiga kerajaan maupun mancanegara dapat bertransaksi Melayu itu pun setuju menetapkan ke kerajaan baru itu (Hamka: 1961, 140 perdamaian bersyarat dengan Portugis – 143). (D.G.E. Hall: 1988, 309-310). Literatur lain mengatakan bahwa Terbit semangat baru di hati para pejabat Portugis, yang sejak awal tahu bahwa Johor. Kendati kerajaan mereka baru beberapa keluarga istana Malaka lahir, mereka merasa sebagai kerajaan melarikan diri, tidak melewatkannya. yang sudah lama berdaulat. Hal ini Pada 1526, sepasukan Portugis datang tidak bisa dilepaskan dari status mereka ke pulau Bintang, karena disinyalir pulau sebagai keluarga kerajaan Malaka atau ini pernah disinggahi keluarga Malaka. orang-orang yang memegang peranan Merasa tidak mendapatkan orang-orang ke kerajaan baru ini, beberapa adalah buruannya, pulau ini pun dihancurkan mereka yang pernah bertugas di istana dan menyerahkannya kepada Raja Malaka. Amat wajar jika di benak Lingga. Mahmudsyah yang ternyata mereka bertekad membangkitkan sudah beberapa waktu sebelumya kembali kewibawaan leluhur mereka, meninggalkan pulau Bintang, melarikan para raja Malaka, untuk kembali dihargai diri ke Kampar. Di sini ia mempunyai dan dihormati oleh negeri-negeri jiran. keinginan untuk membangun pusat kekuasaan di Johor. Setelah persiapan 2. Persinggungan Aceh, Johor dan usai rombongannya berangkat ke Johor. Portugis Sayang sekali, di tengah perjalanan Menginjak medio awal abad 16, Aceh Mahmudsyah mangkat pada 1528. sudah menjadi salah satu kekuatan Alauddin, anak Mahmudsyah, didapuk besar di Sumatera. Kerajaan ini besar menjadi pelanjut cita-cita ayahnya. karena berhasil memadukan perluasan Setelah membangun beberapa instalasi pengaruh dan perdagangan barang- umum penting di Johor, ia menerima barang ekspor, seperti lada. Masa

41 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII

tatkala Portugis berhasil menduduki Johor memandang Aru adalah masih Malaka, hampir bersamaan dengan kerabatnya, serangan atasnya, berarti pengangkatan Sultan baru di tubuh serangan atas dirinya pula. Bantuan ini Aceh Darussalam, yakni Sultan Ali membuat pasukan Aceh tertahan dan Mughayyat Syah (memerintah 1511 – mengundurkan diri. Ini merupakan awal 1530). Tanpa membuang waktu, sang pertemuan Aceh dan Johor. (Amirul Sultan menjadikan perebutan Malaka Hadi: 2010, 7). dari tangan Portugis sebagai salah satu Pada tahun 1547, ketika Aceh diperintah kebijakan internasional terpenting oleh Sultan Alaiddin Riayat Syah al- (Amirul Hadi: 2010, 37-39). Denys Qahhar (memerintah 1537 – 1568), Lombard menyebutnya sebagai raja timbul hasrat Aceh untuk mengakhiri Aceh yang sebenar-benarnya (Denys kuasa Portugis di Malaka. Setelah Lombard: 1986, 49). pasukan siaga, diberangkatkanlah Di pihak lain, Portugis tidak hanya mereka langsung ke jantung pertahanan berdiam menunggu datangnya kapal Portugis di benteng Malaka. Pasukan dagang. Mereka aktif membangun lawan yang sudah mengetahui, sudah komunikasi dengan kerajaan-kerajaan siap menyongsong serangan Aceh. Melayu lainnya untuk memperkuat Perang pun pecah dengan sengitnya. reputasi di hadapan para penguasa Pasukan Aceh menggempur dan Melayu. Tercatat beberapa kerajaan mendorong mundur lawannya. Pada menjadi sekutu Potugis, di antaranya edisi kali ini, pasukan Aceh segera adalah Daya, Pedir dan Pasai mengambil alih keadaan. Pasukan lawan (Mohammad Said: 1981, 165 – 168). dibuat bertahan di dalam bentengnya, Terjadi kerjasama yang menguntungkan bahkan sempat muncul kabar bahwa di antara mereka, baik di bidang politik Portugis tidak lagi ingin melanjutkan maupun ekonomi. Para raja Melayu pertempuran. Mengetahui musuhnya agaknya sudah menyadari bahwa Aceh terdesak, pasukan Aceh pun memasang berencana menjadi yang terdepan barikade pengepungan untuk semakin di kalangan penguasa Sumatera dan menyudutkan lawannya. Saat itu begitu dunia Melayu. Oleh sebab itu, mereka sulit bagi Portugis, hingga bayang- menjalin aliansi dengan kekuatan lain bayang kekalahan sudah amat dekat di yang dianggap sepadan dengan Aceh. depan mata. Aru menjadi salah satu kesultanan Tanpa diketahui Aceh, dari tempat yang lain yang berhubungan baik dengan luput dari pengawasan, datang bantuan Portugis. Mengetahui hal ini, ketika logistik ke dalam benteng Portugis. pada 1539, sepasukan Aceh dikirimkan Bantuan itu diberikan oleh Johor, untuk memberi pelajaran kepada Raja Perak dan Pahang. Setelah pasukan Aru agar menjauhi orang Eropa itu. Portugis mendapat asupan makanan Sesampainya di sana, segera terjadi dan senjata yang cukup, mereka pun pertempuran. Pihak Aru sama sekali bersiap kembali menyongsong lawan tidak menginginkan kedatangan Aceh di di depan pintu benteng. Dari arah laut, negerinya. Beberapa waktu kemudian, kapal-kapal kerajaan Melayu menerjang datang bala bantuan dari Johor. dan menyerang armada Aceh. Aceh

42 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017

yang sama sekali tidak menghitung positif mengenai kelangsungan adanya bantuan ini dibuat kewalahan. hubungannya dengan Johor, karena Di daratan pasukan Portugis melakukan sebelumnya Johor membantu Portugis, serangan balik. Konsentrasi terpecah, menjadi murka. Portugis melampiaskan garis komando yang semula lancar kemarahannya ini dengan menyerang dialirkan menjadi terputus, karena Johor pada 1576 – 1578 (Amirul terbagi dalam dua fron. Perang edisi Hadi: 2010, 52). Dalam konteks ini, kali ini dimenangkan oleh Portugis pernikahan antara putra dan putri dua dan sekutunya. Aceh berhasil dipukul kerajaan, adalah sarana mempererat mundur kembali ke ujung Sumatera kekerabatan dan relasi diplomatik. (Amirul Hadi: 2010, 42). Tatkala Sultan Pada tanggal 20 Januari 1568, Aceh memimpin (memerintah 1607 – 1636), kembali memberangkatkan pasukannya ia segera mempersiapkan diri untuk menyerang Portugis di Malaka. Kali ini, melaksanakan cita-cita pendahulunya, pasukan Aceh diperkuat dengan bala merebut Malaka. Kali ini, Aceh jauh bantuan dari Turki. Pasukan Aceh kembali lebih kuat, karena bukan hanya ditunjang bisa menekan Portugis, sampai mereka oleh persenjataan dan seni berperang harus bertahan di dalam bentengnya. yang modern di zamannya, namun juga Meskipun demikian, Penyerbuan ini dipimpin oleh raja yang berapi-api dan masih belum menemukan hasil yang memiliki visi yang besar, yakni ingin diharapkan (Amirul Hadi: 2010, 43). menciptakan persatuan seluruh Sumatera Telah dua episode ditampilkan, Aceh dan dunia Melayu atau Pan-Melayu (Pan mengalami kesulitan untuk menerobos Malaynism) (Teuku Iskandar: 2007, 17- benteng Portugis di Malaka. Hal ini 18). Langkahnya ini tentu saja akan dikarenakan benteng Portugis dibangun mendapat batu sandungan jika Malaka dengan bahan material yang kokoh dan tidak segera direbut. selalu dijaga ketat dengan pasukan, Sultan Iskandar Muda merupakan sosok juga letaknya strategis yakni di satu sisi raja yang visioner. Ia percaya bahwa berbatasan langsung dengan laut, dan besarnya suatu kerajaan amat ditentukan sisi satunya langsung berbatasan dengan sejauh dan sedalam mana pengaruhnya muara sungai (Armando Coertesao: atas negeri-negeri lain. Untuk itu, 2005, 280-281; Sartono Kartodirdjo, ed: pekerjaan rumah pertama yang ia 1977, 60). benahi adalah memugar armada perang Pada tahun 1574, kerajaan Aceh dan Aceh yang cakap dan kuat untuk segera Johor melangsungkan suatu pertemuan. diandalkan menapaki negeri-negeri lain Keduanya sepakat untuk berbaikan dan dan segera menancapkan panji Aceh bekerjasama mengalahkan Portugis. Darussalam di dalamnya. Angkatan momen rekonsiliasi ini diperteguh perang Iskandar Muda terdiri dari dengan pernikahan Putri Sultan Husain angkatan laut, angkatan darat, kavaleri, Ali Riayat Syah (1568 – 1575), Raja pasukan gajah dan grup meriam. Aceh kala itu, dengan Pangeran Johor. Berbeda dengan pendahulunya yang Mengetahui hal itu, Portugis yang langsung menyerang ke Malaka, sebelumnya mempunyai pandangan Iskandar Muda mencanangkan

43 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII

penertiban terlebih dahulu kepada di Samalanga. Hadirnya dua orang negeri-negeri Melayu yang dianggap ini ikut mempengaruhi kebijakan berkawan dengan Portugis. Berbekal kesultanan Aceh setelahnya, khususya bala pasukan yan kuat, ia menyambangi mengenai bagaimana seharusnya Aceh dan memberi perhitungan kepada memperlakukan negeri-negeri Melayu mereka yang menolak untuk diajak (M. Zainuddin: 1957, 29; M. Dien berdamai dan bersama melawan Madjid: 2011, 3). Portugis. Nuruddin ar-Raniri dalam Dalam Bustanussalatin di jelaskan Bustanussalatin menyebut beberapa di bahwa Sultan Iskandar Muda amat antara negeri Melayu yang ditaklukkan menyayangi Putri Pahang. Untuk seperti Deli, Johor, Bintan, Pahang, mengobati hatinya yang kerap rndu Kedah, Nias dan bahkan Iskandar Muda dengan kampung halamannya di Johor, sempat mengadakan percobaan serangan Iskandar Muda membangun suatu ke Malaka (Nuruddin ar-Raniri: Tanpa komplek taman yang ditengahnya Tahun, 15). terdapat bangunan bernama gunongan. Pada 1613, Bukit Seluyut, ibukota Johor, Bentuk bangunan ini berupa bangunan merasakan bagaimana menderitanya seperti gunung yang di dalamnya diserang Aceh. Tanpa berbilang terdapat tangga-tangga. Di tengah taman waktu lama, pasukan Aceh segera mengalir sungai yang menambah teduh melumpuhkan pusat-pusat kerajaan. dan semarak suasana taman (Hasjmi: Tidak hanya itu, para keluarga kerajaan 1983, 166). sebagian ada yang diamankan. Mereka Setelah Johor diampuni dan penguasa yang berhasil ditangkap adalah Sultan barunya berjanji untuk sejalan dengan Alaiddin Riayatsyah III, Raja Johor kebijakan Aceh terkait posisi Portugis, saat itu, adik Sultan Raja Abdullah keadaan Johor belum juga membaik. (Raja Seberang), Putri Kamaliah (Putri Portugis melancaran infiltrasinya dengan Pahang), Tun Sri Lanang mendorong putra Sultan Johor untuk (Tun Muhammad) dan Raja Siak yang merebut tahta Pahang. Sebelumnya, kebetulah sedang bertamu ke Johor. Peter Williamson Floris, seorang Mereka ditangkap beserta pejabat Belanda, mengabarkan bahwa pada kerajaan dan sebagian rakyat Johor. 1912, penguasa Johor membakar daerah Semuanya dinaikkan ke kapal dan pinggiran Pahang termasuk Campong dilayarkan ke Aceh (Leonard Y. Andaya: Sina (Kampung Cina?). Pembakaran ini 1971, 28 - 29 dan 56) menyebabkan kerugian yang besar bagi Di istana, Sultan Iskandar Muda Pahang. Diketahui bahwa hubungan memperlakukan para tawanan antara Johor dan Pahang sedang dalam Johor dengan baik. bahkan, mereka keadaan kurang harmonis. ditempatkan di lokasi yang biasanya Hubungan yang kembali terjalin antara digunakan untuk menjamu tamu Johor dan Portugis membuat Sultan kerajaan. Beberapa waktu kemudian, Iskandar Muda murka. Hal ini kemudian Sultan Iskandar Muda mengambil mendorong dirinya memerintahkan Putri Pahang sebagai istri, dan Tun Sri diadakannya serangan langsung ke Lanang ia jadikan uleebalang pertama Batu Sawar pada September 1615 dan

44 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017

dilanjutkan dengan serangan ke Pahang kerajaan memiliki alasan yang kuat pada 1617. Saat itu yang bertahta di untuk melandasi kebijakan yang Pahang adalah kemenakan Sultan diambil. Dalam konteks independensi Johor masa itu, Sultan Mammat Syah. suatu negeri, tentu saja hal ini adalah Serangan ini lagi-lagi membuat posisi kenisacayaan, mengingat masing- Johor jauh dari keadaan aman untuk masing pemerintahan mempunyai visi mengembangkan aspek-aspek strategis dan cara pandang yang berbeda dalam kerajaannya. Mereka masih percaya mengemudikan biduk besar negerinya. bahwa dirinya bisa melepaskan diri dari pengaruh Aceh, meskipun beberapa Hampir setiap persentuhan yang tokoh penting istana Johor seperti melibatkan hubungan dua kerajaan Putri Pahang dan Tun Sri Lanang telah dalam sistem pemerintahan masa berada di pihak Aceh (R.O. Windstedt: kerajaan adalah bentuk diplomasi. 1932, 38). Sayangnya, percobaan itu Harold Nicholson mengingatkan bahwa tidak lantas membuahkan hasil yang di samping diplomasi heroisme, militer memuaskan. dan perdagangan, ada banyak lagi Carl A. Trochi menyebutkan bahwa model diplomasi yang ditemukan pada di masa awal, tidak seperti negeri masa lalu. Hubungan dua kerajaan Melayu lainnya, Johor adalah kerajaan diliputi oleh perbedaan imaji dan yang sepi. Populasi manusia di sana alasan, hidup di antara romantika dan juga tidak banyak. Hal ini dkarenakan kebijaksanaan, di antara militer dan selama beberapa kesempatan, negeri perniagaan, juga pada anggapan umum ini mendapat serangan dari Aceh dan dan standarisasi nilai-nilai moral. Di Portugis, sebagaimana yang disebutkan setiap dua kecenderungan itu, tersimpan di atas. Wajar jika orang-orang belum gagasan dan realitas. Tidak setiap upaya menghitung ibukota Johor sebagai lokasi diplomatik membutuhkan gerakan - yang aman untuk didiami atau tempat model diplomasi dengan penundukkan yang cocok untuk mengembangkan atau penanaman pengaruh berdasar usaha. Masa-masa darurat yang pada paradigma penguasa dan yang kerap dialami Johor ikut membuat dikuasai – namun juga membutuhkan negeri ini sulit mencari penghidupan. model ketenangan (Harold Nicholson: Di pedalaman, hanya gambir yang 1942, 55). Model ketenangan yang menjadi komoditas yang bernilai tinggi. dimaksud antara lain adalah upaya- Hubungan perniagaan dengan pulau- upaya yang sifatnya khusus, seperti pulau sekitar juga dilakukan, seperti pernikahan, transmisi ilmu pengetahuan, dengan Singapura (Carl A. Trochi: 2007, inspirasi dari tokoh negeri lain dan lain 14 dan 19). sebagainya. 3. Model Diplomasi Aceh dan Johor Menarik untuk ditelisik bagaimana model diplomasi yang dilakukan antara Seperti sudah disampaikan sebelumnya, Aceh dan Johor. Ditinjau secara akar relasi diplomatik Aceh dan Johor etimologi, diplomasi merupakan istilah diwarnai oleh keadaan yang fluktuatif. yang lekat dengan dunia negara-bangsa Yang menjadi penyebabnya, adalah di masa modern. Istilah ini dimunculkan kehadiran Portugis di Malaka. Kedua kembali bersandar pada alasan bahwa

45 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII

sejak masa lalu sebetulnya sudah dengan angka tahun itu, Zainuddin ada sistem, mekanisme atau metode menyampaikan bahwa terbukanya diplomasi yang sifatnya endemik, yang kran diplomasi Aceh-Johor terjadi saat tidak selalu sama bentuknya. Dalam Aceh diperintah oleh Sultan Salahuddin kasus Aceh dan Johor, setidaknya (1530-1537). Suatu hari, seorang pelaut didapat dua model, yakni diplomasi bernama Laksamana Nadin datang ke politik dan diplomasi intelektual. istana Aceh. ia mengaku berasal dari Ujung Tanah (Johor). Kedatangannya Pernikahan merupakan alat pemersatu membawa pesan dari Raja Ali, putra dua keluarga kerajaan sejak masa yang dari Sultan Mahmudsyah, Raja terakhir lama. Kesempatan ini termasuk dalam Malaka yang juga Raja pertama Johor, model diplomasi politik. Samuel A. untuk meminta bantuan Aceh sekaligus Meir menyebutkan bahwa sejak akhir meminang putri Aceh menjadi istri Raja Zaman Perunggu, tepatnya di masa Ali. Sultan Mamudsyah sendiri kabarnya Timur Dekat Kuno (Ancient Near East), belum lama berpulang saat ia melarikan kedudukan wanita dianggap penting diri ke Kampar. Permintaan Laksamana dalam sistem kerajaan. Fungsi wanita di Nadin diterima, namun untuk masalah situ dianggap hal yang sakral, utamanya pinangan, Sang Laksamana baru bisa berhubungan dengan hukum waris meluluskannya asalkan menyerahkan dan suksesi kerajaan. Kebutuhan akan mahar nikah berupa ranubkong perempuan dalam mengisi satu pos di haba. Laksamana Ujung Tanah itu dalam pemerintahan telah menjadi suatu akan menyampaikan pesan itu pada karakteristik historis dari pergumulan junjungannya kelak jia ia pulang. politik dan budaya manusia (Samuel A. Meir: 2002, 162). Beberapa waktu kemudian, datang iring-iringan besar dari Ujung Tanah Melalui pernikahan, pembicaran kedua mengiringi seorang pangeran yang kerajaan akan harapannya lancar mengenakan busana pengantin. terselenggara. Hal yang terpenting Rombongan ini datang untuk meminang adalah biasnya batas antara kerajaan putri Aceh. Setelah syarat mahar nikah kecil dan kerajaan besar, melebur diserahkan, pesta pernikahan pun ke dalam suasana serba hangat khas segera diadakan dengan meriah. Selama keluarga besar. Secara teoritis, keadaan beberapa waktu, rombongan ini tinggal ini bisa dimanfaatkan oleh kerajaan di Aceh. Laksamana Nadin menjadi juru kecil guna mendapat bantuan strategis bicara Ujung Tanah untuk menjajaki serta perlindungan dari kekuatan musuh kerjasama dengan perangkat istana yang lebih besar. Bagi kerajaan besar, Aceh. Ujung Tanah sepakat, bersama pernikahan menjadi cara terhalus, klaim Aceh, mereka akan memerangi Portugis. kuasa atau pengaruh atas suatu kerajaan. Setelah rangkaian upacara dan prosesi Pernikahan adalah jalan bijaksana untuk pernikahan usai, pihak Ujung Tanah pun menggantikan peperangan dalam upaya pamit pulang. Selepas itu, mereka sudah penguasaan suatu kerajaan. menjadi sekutu Aceh. Terhitung sejak tahun 1574, hubungan Raja Ali sendiri tatkala sudah kembali antara Aceh dan Johor sepakat untuk ke Ujung Tanah, ditabalkan menjadi dijalin (Amirul Hadi: 2010, 52). Berbeda

46 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017

Sultan Johor kedua, bergelar Sultan Johor tidak tinggal diam dan menjadikan Alaiddin Riayatsyah II. Suatu ketika, Portugis sebagai rekanan yang sepadan ia dan istrinya, putri dari Aceh, pergi untuk mengimbangi pengaruh Aceh. ke suatu pulau dekat Ujung Tanah. Dilihat dalam perspektif kebijakan Sebagai bentuk kekeluargaan, dari luar negeri Johor, ini adalah cara yang istana Aceh diutus sepasukan Aceh di dianggap efektif agar Aceh tidak bebas bawah pimpinan Panglima Bukit yang merasuki kepentingan istana Johor. berasal dari negeri Lingga Gayo (Aceh Namun, dalam sudut pandang Aceh, ini Tengah), untuk mengawal perjalanan tentu saja adalah bentuk penghianatan pasangan kerajaan itu. Pulau yang dituju terhadap kesepakatan untuk bersama kemudian ditetapkan sebagai hunian mengusir Portugis. baru bagi rakyat Johor. Setelah dibangun Pernikahan sebagai startegi mendekatkan sebuah kota di dalamnya, pulau itu kepentingan dua kekuatan politik, tidak diberi nama pulau Lingga. Nama ini saja ditemukan dalam dunia Melayu. diambil dari negeri asal Panglima Bukit Dalam beberapa kasus negeri-negeri di Lingga yang terletak di dataran tinggi di belahan dunia lainnya, pernikahan Gayo (Zainuddin: 1961, 396 – 397). juga dijadikan alat pemersatu atau Sejatinya, pernikahan putra-putri dua penghubung terhadap dua kepentingan kerajaan merupakan representasi dari politik luar atau dalam negeri yang kesamaan posisi dua kerajaan. Dua semula berbeda. Kontantinus (312- kerajaan yang berbesanan adalah 337), Kaisar Romawi yang pertama dua kerajaan independen yang ingin menggunakan Kristen sebagai agama membina suatu hubungan lebih lanjut yang memersatukan wilayah-wilayah dan sama-sama mengharapkan hasil Romawi yang terancam disintegrasi, yang baik dari hal tersebut. Motif itu menggunakan pernikahan sebagai salah direpresentasikan pada kedua mempelai satu cara memantapkan hubungannya yang saling mengasihi, di mana dengan sekutunya. seyogyanya pasangan yang memadu Konstantinus tidak lagi menimbang, kasih, akan bersedia berkorban untuk apakah pasangan untuk keluarganya kebahagiaan satu dengan lainnya. Hal adalah mereka yang berasal dari yang sama diharapkan oleh kedua golongan bangsawan atau petani kerajaan asal mereka. Pernikahan sekalipun. Licinius, seorang petani menjadi puncak gunung es dari yang menapaki kepangkatan militer mengakarnya suatu kesepakatan politik, hingga sampai ke jenjang yang tinggi ekonomi dan budaya. dan memiliki pengikut yang banyak, Namun, yang terjadi pada kasus Aceh dan menjadi salah satu sekutu raja Romawi Johor, mempunyai motif yang berlainan. ini. Di masa Konstantinus, Licinius Aceh menjadikan ini sebagai wahana adalah penguasa wilayah tengah memasukkan Johor sebagai wilayah kerajaan yang terbentang dari sebelah sahabat Aceh, dan Johor menangkap timur provinsi Pannonia hingga sebelah sinyal ini sebagai indikasi akan adanya barat Laut Hitam. Oleh para pengikutnya infiltrasi lebih mendalam dalam urusan Licinius digelari sebagai imperator yang rumah tangga istana. Menaggapi hal ini, bermakna penguasa.

47 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII

Konstaninus sudah menimbang, dengan lawan yang berat bagi Aceh (Zainuddin: ketersediaan pasukannya, ia tidak 1957, 129; Mohammad Said: 1981, mungkin menang melawan Licinius. 274). Di sisi lain, Romawi juga memiliki Putri Pahang juga ikut terlibat dalam kompetitor lain yakni Maximinus Daia, penyususan ratifikasi undang-undang seorang mantan petani juga mempunyai (qanun) kerajaan Aceh Darussalam. banyak pengikut. Setelah memikirkan Pocut Haslinda dalam bukunya, masak-masak, Konstantinus mendekati Perempuan Bercahaya dalam Lintasan Licinius guna menawarkan suatu Sejarah Aceh, menyebutkan bahwa jalinan perdamaian. Licinius setuju. Putri Pahang juga menyarankan kepada Sebagai pengikat hubungan mereka, sultan Aceh untuk membentuk semacam Konstantinus menikahkan Licinius Dewan Perwakilan Rakyat yang dengan saudari tirinya, Konstantia. dinamakan Balai Majelis Mahkamah Antara Licinius dan Konstantia terpaut Rakyat. Komponen ini merupakan umur yang cukup jauh. Licinius berusia kelengkapan sari satuan paket undang- enam puluh tahun dan Konstantia undang Aceh yang bernama Hadih Maja berumur delapan belas tahun (Susan (Pocut Haslinda: 2011, 149-152). Wise Bauer: 2016, 4). Pernikahan seperti ini terjadi akibat dikedepankannya Selanjutnya, model diplomasi lain yang alasan politik, ketimbang didasari oleh dikenal dalam historisitas hubungan cinta kedua pasangan itu. Aceh dan Johor pada abad ke 17, adalah diplomasi intelektual. Sejak Paska serangan atas Bukit Seluyut abad 16, Aceh sudah di kenal sebagai pada 1613, Sultan Iskandar Muda pusat pendidikan dan keilmuan di Asia terpikat oleh Putri Pahang. Ia pun Tenggara. Di samping itu, di Aceh sudah menjadikan Putri Pahang sebagai istri. terdapat badan-badan penerjemahan Keberadaan putri Pahang, rupanya yang menterjemahkan kitab-kitab tidak hanya sebagai penghias kamar berbahasa Arab ke bahasa Melayu, kerajaan. Dalam beberapa kesempatan, namun dengan tetap menggunakan ia turut membantu pemerintahan Aceh aksara Arab (Engku Ibrahim Ismail: Darussalam. Ia kerap memberikan 1992, 2). Tidak menutup kemungkinan nasehat kepada suaminya. Berkat jika kitab-kitab ini sampai ke negeri- permintaan Putri Pahang-lah, Sultan negeri Melayu, seperti Johor. Alaiddin Riayatsyah III, Raja Johor yang ditangkap, terbebas dari hukuman Dalam bidang kepengarangan Melayu, mati. Dalam suatu cerita dikisahkan kitab Taj al-Salatin dikenal sebagai Putri Pahang pernah memberi saran rujukan raja-raja Melayu, termasuk kepada Iskandar Muda apabila melewati Aceh, dalam memerintah kerajaannya. Asahan, hendaknya kapal-kapal Aceh Penulis kitab ini bernama Bukhari al- menembakkan meriam sebagai tanda Jauhari. Sejumlah sarjana berbeda permisi. Hal ini dilakukan agar Asahan pandangan tentang laqab (sematan atau tidak salah paham dan menyerang Aceh. julukan) al-Jauhari itu. Saleh Partaonan Saat itu, Asahan dikenal sebagai negeri Daulay mengutip dari Teuku Iskandar yang mempunyai angkatan perang kuat, meyakini bahwa al-Jauhari merujuk sehingga bisa saja wilayah ini menjadi pada Johor. R. O. Windstedt dan Liaw

48 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017

Yock Fang justru mempercayai bahwa Muhammad nama-nya, Tun penulis Taj al-Salatin berasal dari Seri Lanang timang-timang- Persia (R. O. Winstedt: 1991, 95 – 97; nya, Paduka Raja gelaran- Liaw Yock Fang: 1993, 70). Jika pada nya, Bendahara, anak orang penelitian lanjutan ditemukan kebenaran kaya Paduka Raja, chuchu Bendahara Seri Maharaja, bahwa penulis Taj al-Salatin adalah dari chichit Bendahara Seri Johor, maka Aceh mengunduh informasi Narawangsa, piut Bendahara penting dari kerajaan Johor di bidang Seri Maharaja, anak Seri ilmu pengetahuan kepemerintahan. Nara Diraja Tun Ali, anak baginda Mani Purindam, Kedatangan Tun Sri Lanang ke Aceh kaddasa Allahu sirrahum, Darussalam ikut mewarnai geliat Melayu bangsa-nya, dari intelektual Aceh. Ia adalah sosok bukit Si-guntang Mahamiru, negarawan juga ilmuwan. Tun Sri [Malakat negeri-nya Batu Lanang merupakan penulis kitab Sawar daru ‘s-sallama] …” Sulalatussalatin. Kitab ini berisi sejarah negeri-negeri Melayu mulai dari masa Kehadiran Tun Sri Lanang di Samalanga, Iskandar Zulkarnain sampai ke masa tidak dikenang sebagai seorang kedatangan Faranggi (Portugis) ke tawanan, melainkan karena dedikasinya Malaka. Bahkan, dengan tegas Nuruddin membangun kampung itu. Sebelum ia ar-Raniri mengutip kitab Sulalatussalatin diangkat menjadi uleebalang pertama karangan Tun Muhammad (Tun Sri di Samalanga, namanya sudah akrab di Lanang) ketika menyisipkan bahasan telinga penduduk Samalanga sebagai sejarah Melayu di Bustanussalatin-nya guru masyarakat. Ia mengajarkan (Nuruddin ar-Raniri: Tanpa Tahun, 1). masyarakat setempat pengetahuan dasar Hal ini menunjukkan bahwa sudah ada ilmu agama dan bahasa Arab. Di waktu semacam notasi di bidang karya tulis yang lain, ia juga memperkenalkan dan sekaligus membuktikan bahwa di teknik bercocok tanam dan memperbaiki masa itu sudah ada transmisi informasi perahu-perahu yang rusak. Berkat ilmu pengetahuan. Besar kemungkinan keilmuan serta keterampilannya Nuruddin telah terlebih dahulu inilah, nama Tun Sri Lanang harum di membaca Sulalatussalatin sebelum ia kalangan penduduk Samalanga. Ia tidak menulis tentang bab sejarah Melayu di menggunakan pendekatan layaknya Bustaussalatin. seorang bangsawan menghampiri rakyatnya. Ia mengenakan pakaian R. J. Wilkinson mengutip suatu informasi seperti penduduk kebanyakan sehingga dari R. O. Windstedt tentang genealogi terasa tidak ada sekat antara dirinya dan “ dan Tomenggongs” tentang orang di sekitarnya (M. Dien Madjid: asal-usul Tun Sri Lanang sebagai berikut 2011, 3). (R. J. Wilkinson: 1933, 148): Tun Sri Lanang agaknya berhasil “… But Tun Sri Lanang meyakinkan Sultan Iskandar Muda, summarizes his ancestry in bahwa kehadiran pendatang sepertinya, words on which the light apalagi dari kerajaan yang sempat of scholarship has only dianggap sebagai musuh Aceh, tidaklah recently been thrown: Tun hanya menjadi beban kerajaan Aceh.

49 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII

Tun Sri Lanang tidak lagi melihat cincin itu. di mana ia hidup. Dari sumber lisan Tun Sri Lanang berkesempatan pula yang didapat M. Dien Madjid dari mencoba sayembara itu. Belum jelas Pocut Haslinda, Tun Sri Lanang sudah bagaimana jalan ceritanya seorang menganggap Samalanga sebagai nelayan diperkenankan mengikuti tempatnya berkarya. Meskipun di Aceh sayembara yang biasanya hanya ia sempat mengalami periode yang diperuntukkan bagi ruling class dalam sulit untuk tokoh sekelas pejabat tinggi alam kerajaan seperti itu. Namun, di istana lainnya yang terpaksa tinggal di sinilah letak keunikan cerIta rakyat. kerajaan yang menangkapnya, tidak Sesekali ada twist yang yang tidak lantas membuat dirinya mengurung diri terduga sebelumnya. Setelah mencoba dan abai terhadap masalah sosial yang di cincin itu, rupanya ukurannya cocok hadapi masyarakat sekitarnya. dengan jari Tun Sri Lanang. Akhirnya Dalam suatu cerita lokal, dikisahkan ditetapkanlah Tun Sri Lanang sebagai bahwa Tun Sri Lanang sempat terlibat penguasa Samalanga bergelar uleebalang kompetisi dengan para tokoh masyarakat Samalanga (M. Dien Madjid: 2011, 6). Samalanga terkait kedudukan Nama Nuruddin ar-Raniri dalam konteks uleebalang Samalanga. Suatu ketika, sejarah sastra Indonesia, sepertinya Sultan Iskandar Muda sedang mencari lebih populer dibanding Tun Sri Lanang. pemimpin yang cakap untuk Samalanga, Padahal di negara-negara jiran seperti kelak yang menduduki jabatan itu akan Malaysia dan Singapura, nama Tun digelari uleebalang pertama Samalanga. Sri Lanang begitu dikenal. Ini yang Raja Aceh itu mengadakan sayembara, menjadi suatu keunikan, tokoh ini lahir, barang siapa yang jari tangannya cocok besar dan berkiprah di Johor, namun mengenakan salah satu cincin yang sempat membaktikan diri, bahkan wafat dimilikinya, maka ia berhak menjadi dan dimakamkan di Aceh, tepatnya di penguasa Samalanga. Samalanga. Beberapa waktu sebelum Mendengar kabar tersebut, terdapat penulis mengunjungi makamnya tahun dua belas orang tokoh masyarakat asal 2011, makam Tun Sri Lanang sempat Samalanga yang tergerak untuk mencoba terbengkalai, dan penduduk sekitar tidak sayembara Sultan Aceh. Mereka pun begitu mengenal sosok dan kebesaran merencanakan keberangkatannya ke Tun Sri Lanang. Ini menjadi hal yang ibukota Aceh. Putri Pahang yang sudah aneh, namun nyata adanya. lama mengetahui saudaranya hidup Beberapa waktu sebelum tahun 2011, di Samalanga meminta pada Tun Sri makam Tun Sri Lanang di Kutablang, Lanang untuk menyertai kedua belas Samalanga sempat berada dalam pembesar Samalanga itu sebagai kondisi yang mengenaskan. Kondisi nelayan yang mengantarkan mereka. tidak terawat dan abainya perhatian Sesampainya di istana Aceh, kedua terhadap situs ini, menyebabkan belas tokoh Samalanga segera mencoba semakin langkanya informasi mengenai cincin Sultan Iskandar Muda, namun keberadaannya. Berkat perhatian tidak ada satupun dari mereka yang beberapa ahli warisnya, seperti Pocut ukuran jarinya cocok dengan lubang Haslinda Azwar, makam ini dipugar

50 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017

dan sejarah mengenai Tun Sri Lanang Aceh maupun Johor merupakan kerajaan ditulis dan diperkenalkan. Seminar yang mempunyai historisitas panjang yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam berdiplomasi. Pada dasarnya, Bireun bekerjasama dengan ahli waris hubungan kedua kerajaan dilandasi oleh Tun Sri Lanang pada Desember tahun kebutuhan saling mengambil manfaat. 2011 memugar kembali kesejarahan Tun Bagi Aceh, bekerjasama dengan Johor Sri Lanang dalam dinamika penulisan adalah satu langkah dari banyak upaya sejarah Aceh. menghimpun kekuatan dunia Melayu untuk bersama mengusir Portugis. Bagi Wacana Tun Sri Lanang memang Johor, bersahabat dengan Aceh adalah meruapakan satu serakan dari banyak lagi usaha untuk memperoleh perlindungan kepingan tema sejarah Aceh yang masih dan keamanan selain membawa belum dikenal. Tahun 2011 menjadi manfaat-manfaat lain seperti di bidang tonggak penting bagi riwayat Tun Sri perdagangan, kebudayaan dan keilmuan. Lanang, yang melalui seminar dan penulisan buku mengenainya, semakin Meskipun demikian, Johor melihat, dikenal oleh masyarakat luas. Tokoh terdapat potensi lain yang ada dalam semacam Tun Sri Lanang seharusnya niat diplomasi Aceh. Seiring dengan lebih banyak ditelisik keberadaannya pergantian kekuasaan ke tangan raja lebih lanjut, mengingat kedudukannya yang memiliki visi perluasan pengaruh di istana Johor adalah sebagai salah satu atas dunia Melayu, Johor menilai Aceh penasehat sultan. Kini, Tun Sri Lanang sedang menjajaki kesempatan turut adalah juga milik bangsa Indonesia dan campur dalam kebijakan-kebijakan kaum intelektual serta sejarawan negeri Johor. Oleh sebab itu, secara sepihak, ini juga mempunyai kewajiban untuk Johor membangun hubungan baik mengurai sosok dan dedikasinya secara dengan Portugis, agar dirinya tetap lebih mendalam. memperoleh perlindungan, ketika saat- saat genting akibat hubungan dengan Dua jenis model diplomasi ini, mungkin Aceh muncul. Langkah itu, dinilai Aceh saja bersifat umum, namun bisa pula sebagai suatu bentuk penghianatan bersifat khusus. Pernikahan dan dan Johor layak dihukum berat, seperti transmisi intelektual, merupakan dua serangan atas Bukit Seluyut, ibukota peristiwa yang umum terjadi dalam mereka. sejarah. Walaupun begitu, peristiwa yang mengitarinya atau yang memantiknya Terdapat benang merah yang mengaitkan terjadi, bisa saja berbeda. Dalam kedua kerajaan, yakni sama-sama ingin kasus diplomasi Aceh dan Johor, yang mengamankan kepentingan mereka. menjadi pembedanya tentu saja adalah Keduanya tidak bisa dipersalahkan, kehadiran Portugis yang menyumbang mengingat secara teoritis, kebijakan dampak besar bagi perubahan pola- tertinggi suatu pemerintahan diputuskan pola hubungan antarkerajaan yang secara internal, tanpa melibatkan pihak sifatnya tradisional, atau bentuk-bentuk dari luar istana. komunikasi yang sebelumnya lumrah ditemui, menjadi berubah. Daftar Pustaka Kesimpulan

51 Johan Wahyudi Model Diplomasi Kuno di Nusantara: Kasus Kesultanan Aceh dan Johor Abad XVI – XVII

Andaya, Leonard Y. “The Kingdom Fang, Liaw Yock. Sejarah Kesusasteraan of Johor, 1641-1728: A Study Melayu Klasik 2, Jakarta: Air of Economic and Political Langga, 1993. Developments in The Straits Hadi, Amirul. Aceh; Sejarah, Budaya of ”, Tesis, Cornell dan Tradisi, Jakarta: Yayasan University, 1971. Obor Indonesia, 2010. Ar-Raniri, Nuruddin. Bustanussalatin Hall, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara, bait 12 dan 13, Perpustakaan Terj. I. P. Soewarsha, Jakarta: Nasional Republik Indonesia Usaha Nasional, 1988. dengan nomor panggil ML 422. Hamka. Sejarah Umat Islam, jilid 4. Azwar, Pocut Haslinda Syarhrul. Bukittinggi: N.V. Nusantara, Perempuan Bercahaya dalam 1961. Lintasan Sejarah Aceh, Jakarta: Hasjmy, A. Kebudayaan Aceh dalam Yayasan Tun Sri Lanang, 2011. Sejarah, Jakarta: Penerbit Bauer, Susan Wise. Sejarah Dunia Abad Beuna, 1983. Pertengahan, Terj. Aloysius Iskandar, Teuku. “Aceh ad a Muslim- Prasetya A. Jakarta: Elexmedia Malay Cultural Centre (14th Komputindo, 2016. – 19 th Century”, makalah Braudel, Fernand. Civilization and dipresentasikan pada First Capitalization 15 – 18th: Volume International Conference Aceh III, The Wheel of Commerce, and Indian Ocean Studies, pada Tran. Sian Reynolds, London: 24 – 27 Februari 2007 di Banda William Collin Sons & Co Ltd, Aceh. 1982. Ismail, Engku Ibrahim. Syekh Daud Al Birmingham, David. A Concise History Fatani Satu Analisis Peranan of Portugal, Cambridge: dan Sumbangannya Terhadap Cambridge University Press, Khazanah Islam di Nusantara, 2003. Kuala Lumpur: Universiti Chauduri, K. N. Trade and Civilization in Kebangsaan Malaysia, 1992. The Indian Ocean, Cambridge: Jayne, J.S. Vasco Da Gama and His Cambridge University Press, Successors, London: Methuen 1989. & Co. Ltd, 1910. Cohen, Raymond dkk. Amarna Kartodirdjo, Sartono, ed. Masyarakat Diplomacy, Maryland: John Kuno dan Kelompok Sosial, Hopkins University Press, Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 2002. Artikel Samuel A. Meir, 1977. “Marriage and Diplomacy”. Lombard, Denys. Kerajaan Aceh; Cortesao, Armando. The Suma Oriental Jaman Sultan Iskandar Muda of Tome Pires, Vol. II, New (1607-1636), Terj.Winarsih Delhi: Asian Educational Arifin. Jakarta: Balai Pustaka, Services, 2005. 1986. Curtin, Philip D. Cross-Cultural Trade Madjid, M. Dien. “Tun Sri Lanang in World History, Cambridge dalam Lintasan Sejarah UK: Cambridge University dan Hubungannya dengan Press, 1998. Perkembangan Islam di Aceh”,

52 Buletin Al-Turas Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXIII No.1, Januari 2017

makalah disampaikan dalam Wilkinson, R. J. “The Sri Lanang “Seminar Ketokohan Tun Sri Pedigree” dalam Journal of The Lanang” di Bireuen, Aceh pada Malayan Branch of The Royal 28 Desember 2011. Asiatic Society, Vol. XI, No. 2, Nicholson, Harold. Diplomacy, London: Desember 1933. Oxford University Press, 1942. Zainuddin, H.M. Singa Atjeh. Medan: Said, Mohammad. Aceh Sepanjang Pustaka Iskandar Muda, 1957. Abad Jilid 1, Medan: P.T. ______. Tarich Atjeh dan Percetakan dan Penerbitan Nusantara, jilid 1, Medan: Waspada Medan, 1981. Pustaka Iskandar Muda, 1961. Soucke, Svat, “The Portuguese and Zakaria, Abdul Aziz bin. Sejarah The Turks in Persian Gulf” Kenaikan dan Kejatohan dalam Dejaniah Couto and Kekuasaan Portugis di Melaka, Rui Manuel Loureiro, ed. London: Macmillan & Co, Revisiting Hormuz; Portuguese 1953. Interactions in the Persian Gulf Region in the Early Modern Online Period, Germany: Calouste Gulbenkian Foundation, 2008. Entri “Treaty of Tordesillas” dalam Souza, Manuel de Faria Y. “Portuguese Max Planck Encyclopedia of Public History of Malacca”, dalam International Law, diunduh dari http:// Journal Straits Branch Of The opil.ouplaw.com. Pada pukul 14.22 Royal Asiatic Society, No. 17, WIB, Senin 5 Desember 2016. 1887. Trochi, Carl A. Prince of Pirates; The Tomenggongs and the Developments of Johor and 1764 – 1885, Singapore: NUS Press, 2007. Van Loon, Hendrik Willem. The History of Mankind, USA: Boni & Liveraight Inc., 1922. ______. A History of Malay Classical Literature, Petaling Jaya: Eagle Trading Sdn. Bhd, 1991. Winstedt, Richard. “The Early Rulers of Perak Pahang and Acheh” dalam Journal of The Malayan Branch of The Royal Asiatic Society, Vol. X, No. 1, Januari 1932. ______. Malaya and Its History, Great Britain: The Anchor Press, 1933.

53