Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Analisis Tingkat Kepuasan Penumpang Terhadap Fasilitas Wifi di Bandara Soekarno Hatta Analysis of Passenger Satisfaction Towards Wifi Facility at Soekarno Hatta Airport Harry Yanto L.B Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Udara e-mail : [email protected] INFO ARTIKEL ABSTRACT / ABSTRAK Histori Artikel : In accordance to Aviation Law Number 1 of 2009, airport facilities Diterima : 24 Januari 2012 are provided to give proper airport services in terms of security, comfort, Disetujui : 28 Februari 2012 and regularity. Since airport facilities are strongly relevant in determining excellent services in flight performance, airport Keywords: administrators have currently provided free wifi connection for wifi, services, passenger passangers in the airports to make them comfortable. It is done so under the fact that internet has been a necessary need to find the updated information and technology Kata kunci: wifi, pelayanan, penumpang Berdasarkan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Fasilitas bandar udara merupakan sarana yang memberikan pelayanan jasa kebandarudaraan yang menyediakan fasilitas yang memadai (aman, nyaman dan lancar/teratur). Karena fasilitas bandar udara merupakan unsur yang sangat terkait dalam menentukan pelayanan jasa yang prima dalam penyelenggaraan penerbangan maka fasilitas dibandara saat ini telah didukung fasilitas WIFI/internet gratis yang disediakan oleh pihak pengelola bandara untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang yang ada dibandara.. Karena akses internet menjadi suatu kebutuhan bagi orang dalam mengetahui perkembangan teknologi dan informasi yang semakin canggih. 153 Jurnal Penelitian Perhubungan Udara Vol.38 No.2 Juni 2012 PENDAHULUAN Untuk pelayanan Wifi di bandara International Soekarno Hatta terdapat Latar Belakang diterminal 2F. Tetapi kendalanya, Berdasarkan Undang- Undang untuk lokasi akses internet juga Nomor 1 Tahun 2009 tentang tertentu sehingga kemudahan untuk Penerbangan, bandara adalah kawasan mengakses internet sulit didapatkan di daratan dan/atau perairan dengan bagi penumpang apabila. sedang batas-batas tertentu yang digunakan beristirahat, menunggu sebagai tempat pesawat udara teman/keluarga atau pada saat mandarat dan lepas landas, naik turun menunggu penerbangan. Dengan penumpang, bongkar muat barang dan berbagai permasalahan/kendala yang tempat perpindahan intra dan ditemukan, maka perlu dilakukan antarmoda transportasi, yang analisis kepuasan penumpang terhadap dilengkapi dengan fasilitas layanan fasilitas Wifi/ internet gratis keselamatan dan keamanan yang ada di bandara. Karena fasilitas penerbangan serta fasilitas pokok dan bandar udara merupakan unsur yang fasilitas penunjang lainnya. Fasilitas sangat terkait dalam menentukan bandar udara merupakan sarana yang pelayanan jasa yang prima dalam memberikan pelayanan jasa penyelenggaraan penerbangan. kebandarudaraan yang menyediakan fasilitas yang memadai (aman, nyaman Rumusan Masalah dan lancar/teratur). Hal tersebut diatur Apakah layanan fasilitas dalam Undang- Undang Nomor 1 Wifi/internet yang ada di bandara Tahun 2009 tentang penerbangan pada dapat memberikan kepuasan bagi pasal 219. penumpang yang berada di bandara? Akses internet menjadi suatu kebutuhan bagi orang dalam Tujuan Dan Kegunaan Penelitian mengetahui perkembangan teknologi Penelitian ini dilakukan dengan dan informasi yang semakin canggih. tujuan yaitu mengkaji mengenai Terkait dengan itu maka fasilitas tingkat kepuasan dan kepentingan dibandara saat ini telah didukung penumpang terhadap penggunaan fasilitas WIFI/internet yang disediakan layanan Wifi/internet yang disediakan oleh pihak pengelola bandara untuk di bandara. memberikan kenyamanan bagi penumpang yang ada dibandara. Ruang Lingkup Seperti dibandara International Changi Untuk penelitian ini ruang lingkup Singapura memberikan kemudahan penelitian yang dicakup yaitu: bagi penumpang untuk mengakses a. Inventarisasi peraturan internet, kapanpun dan dimanapun perundangan yang berkaitan dengan penelitian; bagi para penumpang yang berada di bandara. b. Inventarisasi kondisi pelayanan Wifi di bandar udara; Jurnal Penelitian Perhubungan Udara Vol.38 No.2 Juni 2012 154 c. Inventarisasi perkembangan nasional yang menggambarkan fasilitas teknologi internet di interpendensi, interelasi, dan bandar udara; sinergi antar- unsur yang d. Identifikasi tingkat kepuasan meliputi sumber daya alam, pelayanan Wifi bagi penumpang di sumber daya manusia, geografis, bandar udara; potensi ekonomi, dan pertahanan e. Menganalisis dan mengevaluasi keamanan dalam rangka pelayanan Wifi di bandar udara mencapai tujuan nasional. meliputi jangkauan Wifi, keamanan b. Pasal 219, 1 menyatakan: data, kemudahan koneksi, akses (1) Setiap badan usaha bandar data, kenyamanan fasilitas . udara atau unit penyelenggara bandar udara BAHAN DAN METODE wajib menyediakan fasilitas bandar udara yang Dasar Hukum memenuhi persyaratan Layanan Wifi/ internet di bandara keselamatan dan keamanan merupakan suatu pelayanan yang penerbangan, serta disediakan oleh pihak pengelola pelayanan jasa bandar udara bandara dalam memberikan sesuai dengan standar kenyamanan bagi penumpang. Dasar pelayanan yang ditetapkan. hukum pelayanan di bandara mengacu (2) Setiap fasilitas bandar udara kepada peraturan yang telah sebagaimana dimaksud pada ditetapkan melalui Peraturan ayat (1) diberi sertifikat Pemerintah, Keputusan Menteri kelaikan oleh Menteri. Perhubungan dan Keputusan (3) Untuk mempertahankan Direktorat Jenderal Perhubungan kesiapan fasilitas bandar Udara yang dapat diuraikan sebagai udara, badan usaha bandar berikut: udara, atau unit 1. Undang- undang Nomor 1 tahun penyelenggara bandar udara 2009 wajib melakukan perawatan 1 a. Pasal 192, menyatakan Tatanan dalam jangka waktu tertentu Kebandarudaraan Nasional dengan cara pengecekan, tes, diwujudkan dalam rangka verifikasi, dan/atau kalibrasi. penyelenggaraan bandar udara c. Pasal 232, 1menyatakan yang andal, terpadu, efisien, serta Kegiatan pengusahaan bandar mempunyai daya saing global udara terdiri atas: pelayanan untuk menunjang pembangunan jasa kebandarudaraan dan nasional dan daerah yang pelayanan jasa terkait bandar berwawasan nusantara. Selain udara. itu, Tatanan Kebandarudaraan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Nasional sebagaimana dimaksud Tahun 2001, 2menyatakan tentang pada ayat (1) merupakan sistem Kebandarudaraan pada Bab VI perencanaan kebandarudaraan 155 Jurnal Penelitian Perhubungan Udara Vol.38 No.2 Juni 2012 tentang kegiatan penunjang bandar g, saat ini sedang dalam penyusunan, udara diuraikan di pasal 27 (2b) spesifikasi terbaru tersebut bahwa pelayanan jasa yang menawarkan banyak peningkatan menunjang secara langsung atau mulai dari luas cakupan yang lebih tidak langsung kegiatan bandar jauh hingga kecepatan transfernya6. udara. Awalnya Wi-Fi ditujukan untuk 3. Keputusan Menteri Perhubungan penggunaan perangkat nirkabel dan Nomor 44 tahun 2002, 3menyatakan Jaringan Area Lokal (LAN), namun saat tentang Tatanan Kebandarudaraan ini lebih banyak digunakan untuk Nasional. Pada pasal 10 ayat 2 mengakses internet. Hal ini diuraikan bahwa bandar umum memungkinan seseorang dengan merupakan bandar udara yang komputer dengan kartu nirkabel digunakan untuk melayani (wireless card) atau personal digital kepentingan umum dan pada pasal assistant (PDA) untuk terhubung 16 ayat 12 diuraikan bahwa bandar dengan internet dengan menggunakan udara berwawasan lingkungan. titik akses (atau dikenal dengan 4. Keputusan Direktur Jenderal hotspot) terdekat. Perhubungan Udara Nomor : SKEP/347/XII/1999, 5menyatakan 1. Spesifikasi Wi-Fi tentang Standard Rancang Bangun Wi-Fi 6dirancang berdasarkan dan / atau Rekayasa Fasilitas dan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang ini Peralatan Bandar Udara ; ada empat variasi dari 802.11, yaitu: 802.11a 802.11b 802.11g 802.11n. untuk 4 5. SKEP Nomor 138/VI/ 1999, spesifikasi Wifi dilihat pada tabel 1. menyatakan tentang petunjuk pelaksanaan usaha kegiatan Tabel 1. Spesifikasi Wi-Fi penunjang bandar udara. Bab IV Frekuensi Cocok Spesifikasi Kecepatan Band Dengan pasal 5 menguraikan tentang kewajiban yang harus dipenuhi bagi 802.11b 11 Mb/s ~2.4 GHz B pelaksanaan usaha kegiatan 802.11a 54 Mb/s ~2.4 GHz A penunjang bandar udara. 802.11g 54 Mb/s ~2.4 GHz b, g BAHAN DAN METODE 802.11n 100 Mb/s ~5 GHz b, g, n Sumber : http://www/lmukomputer.com Landasan Teori Wi-Fi merupakan kependekan dari Di banyak bagian dunia, frekuensi Wireless Fidelity, yang memiliki yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna pengertian yaitu sekumpulan standar tidak diperlukan untuk mendapatkan yang digunakan untuk Jaringan Lokal ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Nirkabel (Wireless Local Area Networks - Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a WLAN) yang didasari pada spesifikasi menggunakan frekuensi yang lebih IEEE 802.11. Standar terbaru dari tinggi dan oleh sebab itu daya spesifikasi 802.11a atau b, seperti 802.16 Jurnal Penelitian Perhubungan Udara Vol.38 No.2 Juni 2012 156 jangkaunya lebih sempit, lainnya sama perangkat WLAN yang digunakan di 6. frekuensi 2,4 GHz atau yang lazim Versi Wi-Fi yang paling luas dalam disebut frekuensi ISM (Industrial, pasaran AS sekarang ini (berdasarkan Scientific dan Medical). Sedang untuk dalam IEEE 802.11b/g) beroperasi pada perangkat yang berstandar teknis 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz. 802.11a dan 802.16 diperuntukkan bagi Dengan begitu mengijinkan operasi perangkat WMAN atau juga disebut dalam 11 channel (masing-masing 5 Wi-Max, yang bekerja di sekitar pita MHz), berpusat di frekuensi berikut: frekuensi 5 GHz
Recommended publications
  • Analisa Harapan Dan Persepsi Penumpang Terhadap Kualitas Makanan Yang Disediakan Oleh Maskapai Penerbangan Domestik Di Indonesia
    ANALISA HARAPAN DAN PERSEPSI PENUMPANG TERHADAP KUALITAS MAKANAN YANG DISEDIAKAN OLEH MASKAPAI PENERBANGAN DOMESTIK DI INDONESIA Christine Tantrisna dan Kanya Prawitasari Alumnus Program Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya Abstrak: Penumpang pesawat terbang memiliki harapan tertentu terhadap maskapai penerbangan yang digunakan, salah satunya dari segi kualitas makanan yang disediakan selama penerbangan. Apa yang penumpang terima belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan. Penelitian ini mengukur perbedaan harapan dan persepsi penumpang terhadap kualitas makanan berdasarkan 7 variabel yaitu: warna, penampilan, bentuk, tekstur, aroma, tingkat kematangan, dan rasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada gap yang signifikan antara harapan dan persepsi. Kata kunci: harapan, persepsi, kualitas makanan, maskapai penerbangan domestik, indonesia. Abstract: Passengers have certain expectations about the airline they use; one of them is about food quality served during flight. What passengers get is not always suitable with what they expect. This research examines the difference between expectation and perception of food quality by seven variables, namely: color, performance, shape, texture, aroma, degree of doneness, and taste. The result shows that there is a significant gap between expectation and perception. Keywords: expectation, perception, food quality, domestic airlines, indonesia. Sebagai bisnis yang bergerak di sektor jasa atau bahwa kualitas makanan memegang peranan penting layanan, bisnis penerbangan menyediakan beberapa dalam mempengaruhi mereka dalam memilih fasilitas bagi para penumpang dimana salah satunya maskapai penerbangan. Ditambah lagi, 39% respon- adalah fasilitas pemberian makanan dan minuman den mengatakan bahwa mereka mengharapkan saat penerbangan atau yang biasa disebut inflight kualitas makanan yang lebih baik ketika kompetisi catering. Layanan inflight catering telah dimulai mulai muncul di rute tertentu.
    [Show full text]
  • Foreign ICAO 3LD Additions, Deletions, and Modifications (Excluding U.S.)
    U.S. DEPARTMENT OF TRANSPORTATION N JO 7340.470 NOTICE FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION Air Traffic Organization Policy Effective Date: July 11, 2018 Cancellation Date: July 11, 2019 SUBJ: Foreign ICAO 3LD Additions, Deletions, and Modifications (excluding U.S.) 1. Purpose of This Notice. This notice modifies FAA Order JO 7340.2, Contractions, Chapter 3, Sections 1, 2, and 3, !CAO Aircraft Company Three-Letter Identifier and/or Telephony Designator. This notice reflects recent changes initiated by countries other than the United States (U.S.) including new ICAO three letter designators (3LDs), deletions ofdefunct ICAO 3LDs, and modifications to ICAO 3LDs, associated telephonies, and companies/agencies. This Notice supplements FAA Order JO 7340.2 until the additions and modifications are incorporated into the Order. This Notice does not replace or substitute for GENOTs issued by the Federal Aviation Administration (FAA) Air Traffic Organization (ATO) for ICAO 3LDs assigned and authorized for U.S. aircraft operators. 2. Audience. This notice applies to the following Air Traffic Organization (ATO) service units: Air Traffic Services, and System Operations Services; ATO Safety and Technical Training; and all associated air traffic control facilities. This notice is informational in nature and does not require documentation as supplemental training in FAA Form 3120-1, Training and Proficiency Record. 3. Where Can I Find This Notice? This notice is available on the MyFAA employee website at https://employees.faa.gov/tools_resources/orders_ notices/ and on the air traffic publications website at http://www.faa.gov/air_traffic/publications/. 4. Source Document. The source document for the ICAO 3LD additions and modifications contained in this notice is ICAO Document 8585, Designatorsfor Aircraft Operating Agencies, Aeronautical Authorities, and Services.
    [Show full text]
  • Vol-5, Issue 2
    International Journal of Management Sciences and Business Research, Feb-2016 ISSN (2226-8235) Vol-5, Issue 2 Analysis on the Factors Causing Airlines Bankruptcy: Cases in Indonesia Author’s Details: (1)Suharto Abdul Majid-Faculty of Economic and Business, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia (2) Sucherly - Faculty of Economic and Business, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia (3) Umi Kaltum- Faculty of Economic and Business, Padjadjaran University, Bandung, Indonesia Abstract the high growth of national aviation services after the aviation deregulation in 2000 has given a positive impact on the increase of national economic activities, especially in tour and trade. In the same time, however, it negatively impacts the aviation business itself, making many airline companies stop their operation and then go to bankruptcy. The aim of this research is to analyze the factors causing bankruptcy to some national airline companies in Indonesia after the aviation deregulation in the periods of 2001-2010 and 2011-2015. It is an exploratory research with a qualitative descriptive approach emphasizing on evaluating the factors causing bankruptcy to a number of domestic airlines in Indonesia. The method of data collection is an interview with the format of focus group discussion (FGD), while the data analysis uses factor analysis method. The results of this research show that there are two main factors that cause bankruptcy to a number of domestic airlines in Indonesia. They are both internal and external factors of the companies. Key words: Airline companies bankruptcy, internal factors, and external factors. INTRODUCTION Since the implementation of the national aviation deregulation policy in 2000, the growth of aviation business in Indonesia increases rapidly.
    [Show full text]
  • Operation Management Is a Functional Field of Business with Clear Line Management Responsibilities
    7 CHAPTER II LITERATURE REVIEW 2.1 Operations Management Operations Management is defined as the design, operation, and improvement of the systems that create and deliver the firm’s primary products and services. Like marketing and finance, operation management is a functional field of business with clear line management responsibilities. This point is important because operations management is frequently confused with operation research and management science and industrial engineering (Chase, 2001, pp.6-7). Operations management decisions at the strategic level impact the company’s long-range effectiveness in terms of how it can address its customer’s needs. Thus, for the firm to succeed, these decisions must be in alignment with the corporate strategy. Decisions made at the strategic level become the fixed conditions or operating constrains under which the term must operate in both the intermediate and short term. At the next level in the decision-making process, tactical planning primarily addresses how to efficiently schedule material and labor within the constraints of previously made strategic decisions. Issues on which Operation Management concentrates on this level include: How many workers do we need? When do we need them? Should we work overtime or put on a second shift? When should we have material delivered? Should we have a finished goods inventory? These tactical 8 decisions, in turn, become the operating constraints under which operational planning and control decisions are made (Chase, 2001, p8). 2.2 Achieving Competitive Advantage through Operations Competitive advantage implies the creation of a system that has a unique advantage over its competitors. The idea is to create customer value in an efficient and sustainable way.
    [Show full text]
  • Change 3, FAA Order 7340.2A Contractions
    U.S. DEPARTMENT OF TRANSPORTATION CHANGE FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION 7340.2A CHG 3 SUBJ: CONTRACTIONS 1. PURPOSE. This change transmits revised pages to Order JO 7340.2A, Contractions. 2. DISTRIBUTION. This change is distributed to select offices in Washington and regional headquarters, the William J. Hughes Technical Center, and the Mike Monroney Aeronautical Center; to all air traffic field offices and field facilities; to all airway facilities field offices; to all international aviation field offices, airport district offices, and flight standards district offices; and to the interested aviation public. 3. EFFECTIVE DATE. July 29, 2010. 4. EXPLANATION OF CHANGES. Changes, additions, and modifications (CAM) are listed in the CAM section of this change. Changes within sections are indicated by a vertical bar. 5. DISPOSITION OF TRANSMITTAL. Retain this transmittal until superseded by a new basic order. 6. PAGE CONTROL CHART. See the page control chart attachment. Y[fa\.Uj-Koef p^/2, Nancy B. Kalinowski Vice President, System Operations Services Air Traffic Organization Date: k/^///V/<+///0 Distribution: ZAT-734, ZAT-464 Initiated by: AJR-0 Vice President, System Operations Services 7/29/10 JO 7340.2A CHG 3 PAGE CONTROL CHART REMOVE PAGES DATED INSERT PAGES DATED CAM−1−1 through CAM−1−2 . 4/8/10 CAM−1−1 through CAM−1−2 . 7/29/10 1−1−1 . 8/27/09 1−1−1 . 7/29/10 2−1−23 through 2−1−27 . 4/8/10 2−1−23 through 2−1−27 . 7/29/10 2−2−28 . 4/8/10 2−2−28 . 4/8/10 2−2−23 .
    [Show full text]
  • Model Antrian Untuk Kapasitas Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar
    MODEL ANTRIAN UNTUK KAPASITAS BANDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN MAKASSAR Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Matematika Jurusan Matematika pada Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Oleh EMMY SAINAH SUHARTINI SM 60600112068 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2017 MOTTO Hidup terus berjalan entah sesuai harapan kita atau tidak. Dan yang terpenting adalah kita harus selalu siap. Apapun itu Selalu ada jalan keluar dari setiap masalah. Selama kita berjuang dengan penuh keyakinan, kesabaran dan keikhlasan. PERSEMBAHAN Kupersembahkan Tugas Akhir ini untuk kedua orang tuaku tercinta, atas Do’a, nasehat, motivasi, kasih sayang yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, kalianlah yang menjadi motivasi terbesarku dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Yang tak henti- hentinya selalu berdo’a untuk kesuksesanku. Kepada seluruh keluarga, sahabat-sahabat yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Almamater kebanggaanku terkhusus Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dialah sebab dari segala sebab, awal yang tak pernah berakhir dan arah dari segala tujuan, yang meniupkan ruh ilahiyanya kedalam lempung jasad manusia, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Model Antrian untuk Kapasitas Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar”. Shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabiullah Muhammad SAW sebagai suri tauladan dan rahmatan lilalamin. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Matematika (S.Mat) pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Untuk itu, penulis menyusun skripsi ini dengan mengerahkan semua ilmu yang telah diperoleh selama proses perkuliahan.
    [Show full text]
  • Western-Built Jet and Turboprop Airliners
    WORLD AIRLINER CENSUS Data compiled from Flightglobal ACAS database flightglobal.com/acas EXPLANATORY NOTES The data in this census covers all commercial jet- and requirements, put into storage, and so on, and when airliners that have been temporarily removed from an turboprop-powered transport aircraft in service or on flying hours for three consecutive months are reported airline’s fleet and returned to the state may not be firm order with the world’s airlines, excluding aircraft as zero. shown as being with the airline for which they operate. that carry fewer than 14 passengers, or the equivalent The exception is where the aircraft is undergoing Russian aircraft tend to spend a long time parked in cargo. maintenance, where it will remain classified as active. before being permanently retired – much longer than The tables are in two sections, both of which have Aircraft awaiting a conversion will be shown as parked. equivalent Western aircraft – so it can be difficult to been compiled by Flightglobal ACAS research officer The region is dictated by operator base and does not establish the exact status of the “available fleet” John Wilding using Flightglobal’s ACAS database. necessarily indicate the area of operation. Options and (parked aircraft that could be returned to operation). Section one records the fleets of the Western-built letters of intent (where a firm contract has not been For more information on airliner types see our two- airliners, and the second section records the fleets of signed) are not included. Orders by, and aircraft with, part World Airliners Directory (Flight International, 27 Russian/CIS-built types.
    [Show full text]
  • Cb(1)752/10-11(01)
    第 1 頁,共 2 頁 Home About Law and Regulation Enforcement Advocacy International CB(1Publications)752/10-11(0Merger1) Cont LANGUAGE OPTIONS PRICE FIXING ON FUEL SURCHARGE BY INDONESIAN AVIATION COMPANIES The Commission for the Supervision of Business Supervision POPULAR PO concluded its examination and issued a Decision on the violation CATEGORIES of article 5 and 21 of the competition law, the Law n.5/1999. The ADecade of violation engaged in the price fixing on fuel surcharge by thirteen Competition Po Article aviation (airline) companies, namely PT Garuda Indonesia; PT Sriwijaya Air; PT Merpati Nusantara Airlines; PT Mandala Airlines; Audience with Events Sulawesi PT Riau Airlines; PT Travel Express Aviation Services; PT Lion Headline Mentari Airlines; PT Wing Abadi Airlines; PT Metro Batavia; PT Merger and Ac Kartika Airlines; PT Linus Airways; PT Trigana Air Service; and PT News Indonesia AirAsia. Price Fixing Aviation Comp Press Release Finding on the price fixing Guarding KPPU ARCHIVES There were written agreement on the determination of fuel surcharge price on 4 May 2006 signed by the Chairperson of The Case of Al Indonesia Aviation Company Association (INACA), their Secretary December 2010 General, and nine aviation companies (PT Mandala Airlines, PT November 2010 Merpati Nusantara Airlines, PT Dirgantara Air Service, PT FEATURED V Sriwijaya Air, PT Pelita Air Service, PT Lion Mentari Air, PT Batavia October 2010 Air, PT Indonesia Air Transport, and PT Garuda Indonesia). The August 2010 agreement agreed upon the implementation of fuel surcharge from 10 May 2006 with certain amount (IDR 20,000/passenger) July 2010 and impose by all flight schedule.
    [Show full text]
  • EU) No 659/2013 of 10 July 2013 Amending Regulation (EC
    L 190/54 EN Official Journal of the European Union 11.7.2013 COMMISSION IMPLEMENTING REGULATION (EU) No 659/2013 of 10 July 2013 amending Regulation (EC) No 474/2006 establishing the Community list of air carriers which are subject to an operating ban within the Community (Text with EEA relevance) THE EUROPEAN COMMISSION, the framework of Regulation (EC) No 2111/2005 and its implementing Regulation (EC) No 473/2006, with competent authorities and air carriers of the states of Having regard to the Treaty on the Functioning of the European Curaçao & St Maarten, Republic of Guinea, India, Iran, Union, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Mozambique and Nepal. The Air Safety Committee also received updates from the Having regard to Regulation (EC) No 2111/2005 of the Commission about technical consultations with the European Parliament and the Council of 14 December 2005 Russian Federation and concerning monitoring of on the establishment of a Community list of air carriers subject Bolivia, Tajikistan and Turkmenistan. to an operating ban within the Community and on informing air passengers of the identity of the operating carrier, and repealing Article 9 of Directive 2004/36/CE ( 1 ), and in particular (6) The Air Safety Committee has heard presentations by Article 4 thereof ( 2), EASA about the results of the analysis of audit reports carried out by the International Civil Aviation Organi­ sation ('ICAO') in the framework of ICAO’s Universal Whereas: Safety Oversight Audit Programme ('USOAP'). Member States were invited to prioritize ramp inspections on (1) Commission Regulation (EC) No 474/2006 of 22 March air carriers licensed by states in respect of which 2006 ( 3 ) established the Community list of air carriers Significant Safety Concerns ('SSC') have been identified which are subject to an operating ban within the by ICAO or in respect of which EASA concluded that Union referred to in Chapter II of Regulation (EC) No there are significant deficiencies in the safety oversight 2111/2005.
    [Show full text]
  • Membangun Loyalitas Pelanggan —Citilink“ Garuda: Tinjauan Manajemen Hubungan Pelanggan
    Terakreditasi DirMen Dikti S. 1o. 56/D,.TI/.ep/2005 0emEangun Loyalitas 3elanggan —CitilinN“ Garuda: Tinjauan 0anajemen HuEungan 3elanggan 3rima 0ulyasari Agustini ABSTRACT Building a loyal customer community is the aim of transportation Eusiness. CitilinN as one of national flag carrier manages its customer relation Ey maintaining communication among customer, corporate, and worNforce. 8sing communication management approach to Euild a close connection among its customers, CitilinN focused on 4 aspects: maNes regular repeat purchase, purchases across products and service lines, refers others, and demonstrates immunity to the pull of competition. A system of customer satisfaction fulfillment needs to Ee estaElished to ensure customer loyalty. .ata Nunci: manaMemen huEungan pelanggan, loyalitas pelanggan, Masa penerEangan 1. /atar BelaNang 0enMadi pemain di industri ini semakin mudah, dimana pemerintah menetapNan Eahwa perusahaan ,ndustri transportasi di ,ndonesia mulai masNapai penerEangan bisa diEuka , minimal menggeliat kemEali setelah dihantam Eadai krisis memiliki dua pesawat, Eaik milik sendiri maupun di tahun1998. .risis ekonomi EerkepanMangan, leasing. 3ada tahun 2003 saMa, terdapat 31 menghempaskan industri ini, dengan kenaikan perusahaan penerEangan yang melayani Eiaya opersaional moda, Eaik darat, laut, maupun penumpang pesawat di seluruh Indonesia. udara. .risis ini begitu terasa pada industri Selain itu, pada tahun 2001, pemerintah penerEangan. Tingginya Eiaya opersioanal dan menetapNan tarif Eatas atas untuN masNapai avtur yang merupakan Eahan EaNar pesawat, telah penerEangan. Dampak dari keEiMakan ini adalah, memaNsa Eeberapa perusahaan penerbangan terMadinya saling Eanting harga antarmaskapai gulung tiNar. penerEangan. 3ara peEisnis ini EerlomEa 1amun, dengan adanya NebiMaNan Earu menurunkan harga tiNet yang serendah-rendahnya, pemerintah mengenai open sNy policy, telah walaupun margin Necil, namun perusahaan memEuat industri penerEangan kemEali ramai.
    [Show full text]
  • Putusan Sebagai Berikut
    P U T U S A N Perkara Nomor: 25/KPPU-I/2009 Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia (selanjutnya disebut “Komisi”) yang memeriksa dugaan pelanggaran Pasal 5 dan Pasal 21 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut “UU No. 5 Tahun 1999”) berkaitan dengan Penetapan Harga Fuel Surcharge Dalam Industri Jasa Penerbangan Domestik yang dilakukan oleh: (1) Terlapor I, PT Garuda Indonesia (Persero), berkedudukan di Gedung Manajemen Garuda Indonesia Lantai 3 Area Perkantoran Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng 19120, Indonesia;----------------------------------------------------- (2) Terlapor II, PT Sriwijaya Air, berkedudukan di Jalan Pangeran Jayakarta Nomor 68 Blok C 15-16, Jakarta Pusat 10730, Indonesia;----------------------------- (3) Terlapor III, PT Merpati Nusantara Airlines (Persero), berkedudukan di Gedung Merpati, Jalan Angkasa Blok B.15, Kavling 2-3, Jakarta Pusat 10720, Indonesia;------------------------------------------------------------------------------------- (4) Terlapor IV, PT Mandala Airlines, berkedudukan di Jalan Tomang Raya Kavling 33-37, Jakarta Barat 11440, Indonesia;----------------------------------------- (5) Terlapor V, PT Riau Airlines, berkedudukan di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 438 Pekanbaru, Riau 28125, Indonesia; ------------------------------------------------- (6) Terlapor VI, PT Travel Express Aviation Services, berkedudukan di Boutique Office Park, Benyamin Suaeb Blok A11/12, Kemayoran, Jakarta Pusat 10630, Indonesia;-------------------------------------------------------------------------------------
    [Show full text]
  • Vital Tourism Statistics and Information on 17 Asian Countries
    2010/2011 Vital tourism statistics PRODUCED BY and information on 17 Asian countries ATG1011 p01 cover V5.indd 1 12/1/10 5:37:50 PM 2 ASIAN TOURISM GUIDE 2010/2011 CONTENTS Forewords 4, 6 Bhutan 8 Brunei 9 Cambodia 12 China 14 Hong Kong 17 India 19 Indonesia 21 Laos 24 Macau 26 Malaysia 28 Maldives 31 Myanmar 33 Philippines 35 Singapore 37 Sri Lanka 39 Thailand 41 Vietnam 45 ATG1011 p02 Contents.indd 2 12/1/10 5:42:58 PM Raffles Hotel Le Royal, Phnom Penh, Cambodia Fairmont Peace Hotel, Shanghai Swissôtel Merchant Court, Singapore Swissôtel Nankai, Osaka Raffles Beijing Hotel Fairmont Yangcheng Lake, Kunshan, China A distinctive collection of extraordinary places and experiences Fairmont, Raffles and Swissôtel have combined to provide the world’s finest accommodations for discerning travellers—giving your customers easier access to more destinations. Fairmont Hotels & Resorts offers warm service from colleagues trained to anticipate the needs of discerning guests; each location delivers an authentic experience of place that is a unique and luxurious expression of its locale. Raffles Hotels & Resorts is distinguished by luxury, elegance and residential charm; each property is a landmark in its respective city, positioned at the top of its local market and rated among the very best in the world. Swissôtel Hotels & Resorts features deluxe hotels and resorts that are ideal for today’s discerning business and leisure travelers; combining the renowned Swiss touch with a contemporary design, each Swissôtel offers personalized service with charm
    [Show full text]