ANALISA HARAPAN DAN PERSEPSI PENUMPANG TERHADAP KUALITAS MAKANAN YANG DISEDIAKAN OLEH MASKAPAI PENERBANGAN DOMESTIK DI

Christine Tantrisna dan Kanya Prawitasari Alumnus Program Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya

Abstrak: Penumpang pesawat terbang memiliki harapan tertentu terhadap maskapai penerbangan yang digunakan, salah satunya dari segi kualitas makanan yang disediakan selama penerbangan. Apa yang penumpang terima belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan. Penelitian ini mengukur perbedaan harapan dan persepsi penumpang terhadap kualitas makanan berdasarkan 7 variabel yaitu: warna, penampilan, bentuk, tekstur, aroma, tingkat kematangan, dan rasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada gap yang signifikan antara harapan dan persepsi.

Kata kunci: harapan, persepsi, kualitas makanan, maskapai penerbangan domestik, indonesia.

Abstract: Passengers have certain expectations about the they use; one of them is about food quality served during flight. What passengers get is not always suitable with what they expect. This research examines the difference between expectation and perception of food quality by seven variables, namely: color, performance, shape, texture, aroma, degree of doneness, and taste. The result shows that there is a significant gap between expectation and perception.

Keywords: expectation, perception, food quality, domestic , indonesia.

Sebagai bisnis yang bergerak di sektor jasa atau bahwa kualitas makanan memegang peranan penting layanan, bisnis penerbangan menyediakan beberapa dalam mempengaruhi mereka dalam memilih fasilitas bagi para penumpang dimana salah satunya maskapai penerbangan. Ditambah lagi, 39% respon- adalah fasilitas pemberian makanan dan minuman den mengatakan bahwa mereka mengharapkan saat penerbangan atau yang biasa disebut inflight kualitas makanan yang lebih baik ketika kompetisi catering. Layanan inflight catering telah dimulai mulai muncul di rute tertentu. sejak pesawat penumpang komersil pertama kali Di Indonesia, dalam lima tahun terakhir ini beroperasi. Di seluruh dunia, diperkirakan pen- banyak bermunculan pendatang baru di industri dapatan total bisnis inflight catering per tahunnya penerbangan. Munculnya maskapai-maskapai pener- mencapai US$ 15 milyar, dengan 600 dapur pesawat bangan baru ini didorong oleh deregulasi pemerintah yang melayani lebih dari 1 juta penumpang setiap yang mempermudah pintu perijinan untuk harinya (King, 2001). mendirikan maskapai penerbangan baru pada tahun Di negara-negara seperti Inggris, Amerika 1999 (Jawa Pos, 30 Maret 2004). Data dari Depar- Serikat, dan Jepang, maskapai penerbangan di sana temen Perhubungan menunjukkan bahwa sampai sangat memperhatikan masalah inflight catering ini, dengan bulan Mei 2005 terdapat 37 ijin maskapai dimana maskapai penerbangan di negara-negara penerbangan baru yang telah dikeluarkan dimana 24 tersebut merekrut seorang chef profesional untuk maskapai penerbangan di antaranya sudah beroperasi menghidangkan makanan bagi para penumpangnya (Jawa Pos, 23 Mei 2005). (Jones, 2005). Hal tersebut dilakukan karena pihak Semakin banyaknya maskapai penerbangan maskapai penerbangan percaya bahwa peran chef yang muncul berdampak pada persaingan antar sangat penting dalam mempengaruhi kualitas pemain yang semakin ketat. Lebih lanjut, persaingan makanan dan minuman yang disajikan kepada bisnis yang semakin ketat juga dipicu oleh faktor penumpang, dimana kualitas makanan dan minuman eksternal lain seperti harga BBM yang semakin diyakini merupakan salah satu faktor yang mem- tinggi, yang secara langsung berdampak pada kualitas pengaruhi konsumen dalam memilih suatu maskapai kinerja dari maskapai penerbangan, termasuk kinerja penerbangan tertentu. Sebagai contoh, dalam dalam menyajikan makanan dan minuman selama penelitian yang dilakukan Tabacchi dan Marshall penerbangan. Contohnya: akibat perang harga, (1998) pada penumpang pesawat terbang di Amerika, banyak maskapai penerbangan yang mengurangi terungkap hasil bahwa 30% responden menilai penyediaan konsumsi untuk penumpang. Bila dahulu

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT 36 Tantrisna, Analisa Harapan dan Persepsi Penumpang Terhadap Kualitas Makanan 37 untuk rute jarak jauh, minimal untuk 2 jam (Han dan Leong, 1996). Adapun definisi harapan penerbangan perusahaan menyediakan makanan menurut Hill (1992, p. 45) adalah, “apa yang berat, seperti nasi dan lauk pauk. Namun saat ini konsumen pikirkan harus disediakan oleh penyedia makanan berat tersebut diganti dengan heavy snack jasa. Harapan bukan merupakan prediksi dari apa seperti roti dan pelengkapnya misalnya selai atau yang akan disediakan oleh penyedia jasa”. mentega. Terlebih dengan harga bahan bakar avtur Menurut Horovitz (2000, p. 8), harapan konsu- yang semakin mahal, heavy snack saat ini banyak men dapat terbentuk oleh empat faktor, antara lain: yang diganti dengan light snack (misalnya wafer dan biskuit), bahkan ada maskapai penerbangan yang hanya memberikan air mineral dalam kemasan saja (Jawa Pos, 2 Agustus 2005). Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Catherine dari Unity Tour and Travel (personal interview, 1 September 2005), diketahui bahwa maskapai penerbangan yang masih menyediakan makanan bagi penumpang sampai saat ini antara lain Airways,

Mandala Airlines, , , , Sumber: Horovitz, 2000 , Merpati Nusantara Airlines, , , Nusantara Airlines, dan Kartika Gambar 1. Faktor –Faktor Pembentuk Harapan Airlines. Penyediaan makanan dan minuman yang 1. Kebutuhan berubah di atas dapat mempengaruhi konsumen Setiap konsumen yang memiliki kebutuhan selalu khususnya sehubungan dengan seberapa besar berharap agar kebutuhannya dapat dipenuhi oleh mereka mengharapkan dan menilai atau memper- produsen sebagai penyedia barang dan jasa. Oleh sepsikan kualitas makanan dan minuman yang akan karena itu produsen harus mengetahui kebutuhan diterima selama penerbangan. Harapan merupakan konsumen dengan memberikan pelayanan yang apa yang konsumen pikirkan harus disediakan oleh terbaik sehingga harapannya dapat tercapai. penyedia jasa, sedangkan persepsi adalah pandangan 2. Media massa atau penilaian konsumen terhadap pelayanan yang Media adalah sarana promosi yang digunakan telah diterima oleh konsumen dari penyedia jasa maskapai penerbangan untuk bersaing menarik (Hill, 1992, pp. 44-45). Besarnya harapan dan perhatian konsumen dengan memberikan janji- persepsi konsumen akan mencerminkan kepuasan janji pada konsumen. Janji-janji tersebut akan mereka terhadap jasa yang diberikan. Apabila menimbulkan harapan pada konsumen. harapan konsumen melebihi persepsi, maka konsu- 3. Pengalaman masa lalu men akan merasa tidak puas dengan jasa yang Jika seorang konsumen pernah menikmati diberikan. Begitu juga sebaliknya, apabila persepsi layanan yang memuaskan di suatu tempat, maka konsumen melebihi harapan, maka konsumen akan bila lain kali menggunakan layanan yang sama merasa puas dengan jasa yang diberikan. lagi maka konsumen akan mengharapkan Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di pelayanan yang sama seperti yang pernah dialami. atas, masalah yang ingin diteliti oleh penulis adalah 4. Mulut ke mulut (word of mouth) bagaimana harapan dam persepsi konsumen terhadap Bila seorang konsumen yang tidak puas pada kualitas makanan snack yang disajikan dalam pener- pelayanan yang diberikan, konsumen akan bangan. Selain itu, penulis juga ingin menyelidiki menceritakan pengalaman buruknya pada teman apakah terdapat gap antara harapan dan persepsi atau relasinya sehingga teman atau relasi dari konsumen terhadap kualitas makanan snack yang konsumen itu tidak akan berharap banyak dari disajikan dalam penerbangan. pelayanan yang disajikan atau dengan kata lain tidak akan mencoba menggunakan pelayanan TEORI PENUNJANG tersebut nantinya. Sebaliknya, bila konsumen sudah merasa puas akan pelayanan yang diberi- Harapan kan, maka mereka akan menceritakan penga- Harapan akan timbul saat konsumen memerlu- lamannya tersebut kepada teman atau relasinya kan suatu barang atau jasa. Di saat konsumen belum sehingga teman atau relasi ini akan menggunakan memerlukan barang atau jasa, maka konsumen tidak pelayanan tersebut dan berharap mendapat akan mengharapkan sesuatu dari barang atau jasa pengalaman yang menyenangkan juga.

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT 38 JURNAL MANAJEMEN PERHOTELAN, VOL. 2, NO. 1, MARET 2006: 36-46

Persepsi faktor penentu konsumen dalam memilih yakni kebersihan. Bila dekorasi restoran terlihat kotor Persepsi adalah pandangan terhadap pelayanan dan tidak terawat, maka konsumen mempunyai yang telah diterima oleh konsumen. Sangat anggapan bahwa dapur dan restoran tersebut tidak memungkinkan bahwa persepsi konsumen tentang pelayanan menjadi berbeda dari kenyataannya karena sehat. konsumen tidak mengetahui semua fakta yang ada 3. Image yang terbentuk atau telah salah dalam menginterpretasikan fakta Image yang dimaksud disini adalah image tersebut. Persepsi dari suatu pelayanan sangat konsumen terhadap perusahaan atau produk. dipengaruhi oleh proses dalam memberikan pela- Lebih lanjut menurut Kotler, Bowen & Makens yanan dan juga hasil dari memberikan pelayanan (1999, p. 263), ketika terjadi persaingan antara 2 (Hill, 1992, p. 44). Sama halnya dengan Kotler & merek produk yang sama, konsumen bisa melihat Armstrong (2004, p. 193) yang menyatakan bahwa perbedaan melalui image dari perusahaan atau persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang merek itu sendiri. Oleh karena itu perusahaan dapat memilih, mengatur dan mengartikan informasi harus mampu menciptakan image yang akan menjadi suatu gambar yang sangat berarti di dunia. membedakannya dari pesaing. Menciptakan Sedangkan menurut Horovitz (2000, p. 4), image yang kuat dan berbeda memerlukan persepsi adalah anggapan yang muncul setelah kreativitas dan kerja keras. Image yang sudah melakukan pengamatan di lingkungan sekitar atau tercipta harus didukung oleh segala sesuatu yang melihat situasi yang terjadi untuk mendapatkan dilakukan dan dikatakan oleh perusahaan. informasi tentang sesuatu. Persepsi masing-masing individu terhadap satu situasi yang sama bisa Harapan dan persepsi pada akhirnya akan berbeda-beda. Hal itu disebabkan karena setiap orang menentukan tingkat kepuasan konsumen terhadap menerima, mengorganisasi, dan menerjemahkan suatu pelayanan. Gambar 3 menjelaskan proses informasi dengan caranya masing-masing (Kotler, terjadinya tingkat kepuasan konsumen. Bowen & Makens, 1999, p. 196). Menurut Horovitz (2000, pp. 3-7), persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni:

Sumber: Horovitz, 2000, p. 4 Gambar 2. Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi Sumber: Lovelock, Patterson dan Walker, 2001, p. 92 1. Faktor Psikologis Gambar 3. Proses Terjadinya Tingkat Kepuasan Faktor psikologis akan membuat perubahan Konsumen Berdasarkan Harapan dan dalam persepsi konsumen. Perubahan yang Persepsi dimaksudkan termasuk memori, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang dianggap konsumen Setelah menikmati pelayanan yang diberikan, penting dan berguna. konsumen akan membandingkan antara harapan dan 2. Faktor Fisik persepsi mereka tentang pelayanan tersebut. Ada Faktor ini akan mengubah persepsi konsumen beberapa kemungkinan yang dapat terjadi: melalui apa yang konsumen lihat dan rasakan. 1. Jika persepsi (perception) lebih kecil daripada Faktor fisik dapat memperkuat atau malah meng- harapan (expectation), (P

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT Tantrisna, Analisa Harapan dan Persepsi Penumpang Terhadap Kualitas Makanan 39

2. Jika persepsi (perception) sama dengan harapan contoh penting yang akan mempengaruhi penam- (expectation), (P=E), konsumen akan memberi- pilan makanan baik atau tidak untuk dinikmati. kan suatu anggapan yang netral, sesuai dengan 3. Porsi pelayanan yang telah diterimanya tersebut. Hal ini Dalam setiap penyajian makanan, sudah ditentu- akan membuat konsumen cukup puas dengan kan porsi standarnya atau yang bisa disebut pelayanan tersebut. standard portion size. Standard portion size 3. Jika persepsi (perception) lebih besar daripada didefinisikan sebagai kuantitas item yang harus harapan (expectation), (P>E), konsumen akan disajikan setiap kali item tersebut dipesan. memberikan suatu anggapan positif terhadap Manajemen dianjurkan untuk membuat standard pelayanan yang telah diterimanya tersebut. Hal ini portion size secara jelas, misalnya berapa gram akan membuat konsumen merasa sangat puas daging yang harus disajikan atau berapa potong dengan pelayanan tersebut. sosis yang harus ada dalam satu porsi. 4. Bentuk Kualitas Makanan Bentuk makanan memainkan peranan penting dalam daya tarik mata. Bentuk makanan yang West, Wood, dan Harger (1965, p. 54) menyata- menarik bisa diperoleh lewat cara pemotongan kan bahwa standar kualitas makanan, meskipun sulit bahan makanan yang bervariasi, misalnya wortel untuk didefinisikan dan tidak dapat diukur secara yang dipotong dengan bentuk dice digabung mekanik, masih dapat dievaluasi lewat nilai nutrisi- dengan selada yang dipotong dengan bentuk nya, tingkat bahan yang digunakan, rasa, dan chiffonade. penampilan dari produk. Meskipun begitu, ada per- 5. Temperatur bedaan pendapat mengenai pengaplikasian kriteria- Konsumen menyukai variasi temperatur yang kriteria tersebut pada setiap maksanan. Beberapa didapatkan dari makanan satu dengan lainnya. faktor yang mempengaruhi pendapat masing-masing Misalnya menyantap sorbet di tengah-tengah orang tentang kriteria-kriteria tersebut antara lain: acara makan karena rasa jeruk yang terdapat di usia, latar belakang budaya dan sosial ekonomi, sorbet tersebut memberikan rasa segar pada lidah pengalaman masa lalu yang berkaitan dengan yang telah merasakan berbagai makanan. makanan, pendidikan dan pengetahuan ilmiah serta Temperatur juga bisa mempengaruhi rasa. Rasa emosi. Secara garis besar, faktor-faktor yang manis dari suatu makanan akan lebih terasa saat mempengaruhi kualitas suatu makanan menurut makanan masih hangat, sementara rasa asin dari West, Wood, & Harger (1965, pp. 42-43) serta sup akan kurang terasa pada saat sup masih panas. Gaman & Sherrington (1996, p. 132) adalah: 6. Tekstur 1. Warna Ada banyak tekstur dari makanan, antara lain Warna dari bahan-bahan makanan harus dikom- halus atau tidak, keras atau lembut, cair atau binasi sedemikian rupa supaya tidak terlihat pucat padat, kering atau lembab, empuk atau tidak. atau warnanya tidak serasi. Dalam memasak Tingkat tipis dan halus serta bentuk makanan sayuran, untuk mempertahankan warna sayuran dapat dirasakan lewat tekanan dan gerakan dari supaya tetap terlihat segar, sayuran setelah direbus reseptor di mulut. Reseptor-reseptor ini akan harus direndam dalam air es atau air dingin. memberi tanda apabila seseorang tidak suka Kombinasi warna sangat membantu dalam makanan yang kenyal, berlendir, atau keras. menambah selera makan konsumen. Contoh 7. Aroma dalam penyajian steak untuk memvariasikan Adalah reaksi dari makanan yang akan mem- warna diberi wortel, sayuran hijau (misalnya pengaruhi konsumen, dimana sebelum konsumen brokoli) dan kentang. menikmati makanan, konsumen dapat mencium 2. Penampilan makanan tersebut. Sebagai contoh, saat makan Ungkapan ‘looks good enough to eat’ bukanlah malam di restoran Indian dengan membeli ikan suatu ungkapan yang berlebihan. Makanan harus dan kentang lalu memasaknya, hasilnya akan baik dilihat saat berada di piring, dimana hal berbeda karena masing-masing memiliki aroma tersebut adalah satu faktor terpenting dari semua khusus yang berbeda. Beberapa tempat usaha perusahaan catering yang serius memperhatikan penjual makanan yang mengerti hal ini, berusaha hal ini. Perusahaan catering menghabiskan banyak mengatur sirkulasi udara yang keluar harus dekat waktu dan tenaga untuk memastikan bahwa dengan jalanan sehingga dapat menarik konsumen produk yang dijual terlihat baik. Kesegaran, untuk datang berkunjung ke tempatnya, seperti kebersihan dari makanan yang disajikan adalah toko roti, donat, dan lain-lain.

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT 40 JURNAL MANAJEMEN PERHOTELAN, VOL. 2, NO. 1, MARET 2006: 36-46

8. Tingkat kematangan METODOLOGI PENELITIAN Tingkat kematangan makanan akan mempe- ngaruhi tekstur makanan. Misalnya wortel yang Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel direbus cukup lama akan menjadi lebih lunak Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini daripada wortel yang direbus lebih cepat. Untuk adalah penelitian konklusif deskriptif. Populasi makanan tertentu seperti steak, setiap orang penelitian ini adalah seluruh penumpang baik laki- memiliki selera sendiri-sendiri tentang tingkat laki atau perempuan, berusia 18 tahun ke atas, yang kematangan steak. pernah menggunakan jasa maskapai penerbangan 9. Rasa domestik antara lain: 1) Garuda Indonesia Airlines; 2) Titik perasa dari lidah adalah kemampuan untuk Mandala Airlines: 3) Adam Air: 4) Sriwijaya Air; 5) mendeteksi empat dasar rasa, manis, asam, asin Star Air; 6) Batavia Air; 7) Merpati Nusantara dan pahit. Dalam makanan tertentu empat rasa ini Airlines; 8) Wings Air; 9) Lion Air; dan 10) digabungkan sehingga menjadi satu rasa yang Nusantara Airlines; 11) Pelita Air; dan 12) Kartika unik dan menarik untuk dinikmati, seperti gurami Airlines. Batas jangka waktu saat penumpang naik asam manis dan kambing saus mint. Hal tersebut pesawat terakhir paling lambat bulan Januari 2005. sangat relevan dan diperbolehkan, akan tetapi Metode pengambilan sampel adalah purposive untuk hidangan penutup syarat mutlaknya sampling karena dalam mengambil sample, penulis menggunakan pertimbangan tertentu, yaitu responden makanan itu harus manis. haruslah penumpang penerbangan domestik yang

memperoleh makanan selama penerbangan. Jumlah Kerangka Pemikiran sampel ditetapkan sebanyak 90 orang.

Jenis dan Sumber Data Data primer dalam penelitian ini berupa tang- gapan penumpang terhadap kualitas makanan snack yang telah diterima selama perjalanan. Data primer diperoleh melalui survei dengan bantuan kuisioner sebagai instrumen survei. Adapun kuisioner dibagi menjadi 3 bagian, bagian pertama mengenai profil responden, bagian kedua screening mengenai maska- pai yang digunakan, tujuan dan lama penerbangan serta jenis makanan yang diterima penumpang selama penerbangan, dan bagian ketiga mengenai harapan dan persepsi penumpang terhadap kualitas snack yang disediakan maskapai selama pener- bangan. Penyebaran kuisioner dilakukan pada tanggal 14-19 November 2005 Sedangkan data sekunder berupa teori penunjang yang diperoleh dari buku, jurnal, surat kabar serta wawancara dengan pihak biro perjalanan yang menunjang terbentuknya latar belakang masalah.

Definisi Operasional Variabel 1. Harapan merupakan apa yang penumpang ingin Gambar 4. Kerangka Pemikiran peroleh selama dalam penerbangan, dalam hal ini harapan akan kualitas makanan snack. 2. Persepsi merupakan anggapan penumpang ter- Hipotesa hadap makanan snack yang telah diterima selama 1. Diduga ada gap antara harapan dan persepsi perjalanan. konsumen terhadap kualitas makanan snack yang Harapan dan persepsi responden terhadap kualitas disajikan dalam penerbangan. makanan snack diukur menggunakan skala five- 2. Diduga harapan konsumen terhadap kualitas point Likert Scale dimana (1) sangat tidak setuju; makanan snack yang disajikan dalam pener- (2) tidak setuju; (3) netral; (4) setuju; dan (5) bangan melebihi persepsi. sangat setuju.

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT Tantrisna, Analisa Harapan dan Persepsi Penumpang Terhadap Kualitas Makanan 41

3. Kualitas makanan snack besar daripada persepsi melalui perbandingan Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi antara t hitung dan t tabel. kualitas makanan snack antara lain: 1) Warna makanan yang disajikan ANALISA DAN PEMBAHASAN Indikator empirik: kulit luar berwarna kuning kecoklatan (khusus roti, kue). Analisa Deskriptif Responden 2) Penampilan Dari 90 responden, 54% merupakan responden Indikator empirik: menarik untuk dilihat wanita (49 orang) dan 46% laki-laki (41 orang). 3) Bentuk Berdasarkan kelompok usia, sebagian besar respon- Indikator empirik: bentuk snack masih utuh den (62%) merupakan kelompok usia 18-30 tahun (tidak mengalami kerusakan) yaitu sebesar 56 orang. Sedangkan untuk pekerjaan, 4) Tekstur sebanyak 42 responden adalah mahasiswa/ pelajar, Indikator empirik: yang diikuti kemudian oleh responden yang bekerja • Tekstur roti atau kue lembut sebagai pegawai swasta dan wiraswasta sebanyak 38 • Kekenyalan (khusus roti) orang. Selanjutnya bila melihat tujuan melakukan 5) Aroma perjalanan udara, sebagian besar responden pergi Indikator empirik: dalam rangka berlibur yaitu sebanyak 54 orang. • Menggugah selera makan Tabel 1 menunjukkan maskapai penerbangan • Masih segar (tidak berbau tajam) domestik yang digunakan oleh responden, dimana 6) Tingkat kematangan dapat dilihat Lion Air merupakan maskapai pener- Indikator empirik: bangan yang paling sering digunakan responden. • Bagian dalam matang (khusus untuk roti dan kue) Tabel 1. Maskapai Penerbangan Domestik yang • Tidak bantat atau tidak keras Dipergunakan Responden 7) Rasa Indikator empirik: Maskapai Penerbangan Frekuensi • Sesuai atau pas (tidak terlalu asin atau Adam Air 1 manis) Batavia Air 12 • Tidak masam atau tidak kecut (sudah Garuda Indonesia Airways 16 kadaluarsa) Kartika Airlines 1 Lion Air 30 Teknik Analisa Data Mandala Airlines 9 Merpati Nusantara Airlines 9 1. Analisis Deskriptif Dalam penelitian ini statistik deskriptif yang Nusantara Airlines 1 digunakan adalah: Pelita Air 1 a. Distribusi frekuensi (fi) Sriwijaya Air 5 b. Mean (X) Star Air 4 Mean dalam penelitian ini akan mengukur Wings Air 1 harapan dan persepsi. Total 90 Dilakukannya analisis ini untuk memenuhi Sumber: Data kuisioner, diolah tujuan penelitian, yaitu: • Mengetahui harapan konsumen terhadap Lebih jauh, tabel 2 menggambarkan rute pener- kualitas makanan yang disajikan dalam bangan yang ditempuh oleh responden, dimana penerbangan. diperoleh hasil prosentase terbesar adalah responden • Mengetahui persepsi konsumen terhadap dengan rute penerbangan Surabaya– sebanyak kualitas makanan yang disajikan dalam 40 orang. Hal ini dikarenakan rute Surabaya–Jakarta penerbangan setelah konsumen menikmati adalah rute yang sangat padat dan disediakan lebih layanan. dari 3 kali penerbangan setiap harinya oleh semua 2. Analisa Perbedaan pihak maskapai penerbangan di atas. Untuk analisa perbedaan, teknik statistik yang Sedangkan tabel 3 menunjukkan lama pener- digunakan adalah uji beda t -- paired sampled t bangan yang ditempuh oleh responden, dimana test. Uji ini digunakan untuk menguji dua terungkap bahwa hampir semua responden (87 hipotesa. Pertama, menguji apakah gap antara orang) menempuh penerbangan rute pendek dengan mean harapan dan persepsi signifikan atau tidak. durasi waktu penerbangan kurang dari 1 jam dan Kedua, menguji apakah ada perbedaan antara antara 1-2 jam. harapan dan persepsi serta bahwa harapan lebih

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT 42 JURNAL MANAJEMEN PERHOTELAN, VOL. 2, NO. 1, MARET 2006: 36-46

Tabel 2. Rute Penerbangan Responden Ditinjau dari segi kualitas warna kulit roti (snack), prosentase harapan terbesar 56% responden Rute Frekuensi menjawab setuju dan 27% menjawab sangat setuju, Bima-Surabaya 2 yang artinya responden menganggap setuju bahwa Denpasar-Surabaya 7 warna kulit mempengaruhi kualitas snack. Lain Jakarta-Balikpapan 1 halnya dari sisi persepsi, prosentase responden Jakarta-Surabaya 6 terbesar menjawab setuju sebesar 61% dan sangat Kendari-Surabaya 1 setuju sebesar 8%, tetapi ada 31% menjawab netral. Kupang-Surabaya 5 Dapat disimpulkan lebih dari separuh responden Manado-Surabaya 1 merasa bahwa kualitas warna kulit luar roti (snack) Surabaya-Bandung 2 yang mereka terima sudah sesuai dengan harapan Surabaya-Balikpapan 1 mereka, akan tetapi bagi 31% responden yang Surabaya-Denpasar 11 menjawab netral merasa bahwa kualitas warna kulit Surabaya-Jakarta 40 luar roti (snack) masih perlu diperhatikan lagi oleh Surabaya-Kupang 1 pihak maskapai. Surabaya-Makasar 3 Surabaya-Palangkaraya 1 Tabel 5. Harapan dan Persepsi Responden Ter- hadap Penampilan Snack Surabaya-Pontianak 5 Harapan Persepsi Surabaya-Waingapu 2 Variabel Indikator Skala Penilaian n% n % Sumbawa-Surabaya 1 Menarik untuk Sangat tidak setuju 0 0 0 0 Total 90 dilihat Tidak setuju 0 0 11 12 Penam- Sumber: Data kuisioner, diolah Netral 14 16 31 34 pilan Setuju 43 48 40 44 Sangat setuju 33 37 8 9 Tabel 3. Lama Penerbangan yang Ditempuh Res- Total 90 100 90 100 ponden Sumber: Data kuisioner, diolah Lama Penerbangan Frekuensi Presentase <1 jam 40 44,4 Dari sisi harapan terhadap penampilan snack, 1-2 jam 47 52,2 dapat dilihat prosentase terbesar responden menjawab 2-3 jam 2 2,2 sebesar 48% menjawab setuju dan sebesar 37% >3 jam 1 1,1 menjawab sangat setuju, yang artinya responden Total 90 100,0 setuju penampilan mempengaruhi kualitas snack. Di sisi sebaliknya yakni persepsi, prosentase terbesar Sumber: Data kuisioner, diolah responden menjawab setuju sebesar 44% dan sangat setuju sebesar 9%, tetapi ada 34% menjawab netral Analisa Harapan dan Persepsi Penumpang dan 12% menjawab tidak setuju. Terhadap Kualitas Makanan Snack Dapat disimpulkan, sebagian responden merasa Variabel-variabel yang diteliti adalah (1) warna; bahwa penampilan snack yang mereka terima sudah (2) penampilan; (3) bentuk; (4) tekstur; (5) aroma; (6) sesuai dengan harapan mereka., akan tetapi bagi 34% tingkat kematangan; dan (7) rasa. Selanjutnya hasil responden yang menjawab netral merasa bahwa harapan dan persepsi penumpang terhadap kualitas kualitas penampilan snack masih perlu diperhatikan snack akan dianalisa dan dibahas untuk masing- lagi oleh pihak maskapai terlebih lagi terdapat sekitar masing variabel. 12% responden yang merasa bahwa yang diterima belum sesuai dengan harapan mereka. Tabel 4. Harapan dan Persepsi Responden Ter- hadap Warna Snack Tabel 6. Harapan dan Persepsi Responden Ter- hadap Bentuk Snack Harapan Persepsi Variabel Indikator Skala Penilaian Harapan Persepsi n% n % Variabel Indikator Skala Penilaian Kulit luar Sangat tidak setuju 0 0 0 0 n% n% berwarna Bentuk snack Sangat tidak setuju 0 0 0 0 kuning Tidak setuju 0 0 0 0 masih utuh kecoklatan utuh (tidak Tidak setuju 0 0 1 1 Warna mengalami (khusus roti) Netral 16 18 28 31 Bentuk kerusakan) Netral 9 10 28 31 Setuju 50 56 55 61 Setuju 49 54 45 50 Sangat setuju 24 27 7 8 Sangat setuju 32 36 16 18 Total 90 100 90 100 Total 90 100 90 100 Sumber: Data kuisioner, diolah Sumber: Data kuisioner, diolah

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT Tantrisna, Analisa Harapan dan Persepsi Penumpang Terhadap Kualitas Makanan 43

Tabel 6 menunjukkan bahwa prosentase terbesar setuju kekenyalan roti mempengaruhi kualitas snack. yang diperoleh dari sisi harapan terhadap bentuk Beda halnya dengan persepsi, sebesar 36% menjawab snack responden menjawab setuju sebesar 54% dan setuju dan 2% menjawab sangat setuju, tetapi ada 36% menjawab sangat setuju yang artinya responden 47% menjawab netral dan 14% menjawab tidak setuju bentuk mempengaruhi kualitas snack. Dari sisi setuju. persepsi, prosentase terbesar responden menjawab Dapat disimpulkan kurang dari separuh respon- setuju sebesar 50% dan sangat setuju sebesar 18%, den merasa bahwa kekenyalan roti yang mereka tetapi ada 31% menjawab netral dan 1% menjawab terima sudah sesuai dengan harapan mereka, akan tidak setuju. tetapi bagi 47% responden yang menjawab netral Dapat disimpulkan, sebagian responden merasa merasa bahwa kualitas kekenyalan roti masih perlu bahwa bentuk snack yang mereka terima sudah diperhatikan lagi oleh pihak maskapai dan 14% sesuai dengan harapan mereka, akan tetapi bagi 31% responden merasa yang diterima belum sesuai dengan responden yang menjawab netral merasa bahwa harapan. kualitas bentuk snack masih perlu diperhatikan lagi Tabel 8. Harapan dan Persepsi Responden Ter- oleh pihak maskapai dan satu orang responden hadap Aroma Snack merasa yang diterima belum sesuai dengan harapan. Harapan Persepsi Variabel Indikator Skala Penilaian n% n% Tabel 7. Harapan dan Persepsi Responden Ter- Masih segar (tidak Sangat tidak 0000 hadap Tekstur Snack berbau tajam) setuju Tidak setuju 2 2 2 2 Harapan Persepsi Variabel Indikator Skala Penilaian Netral 10 11 27 30 n% n% Setuju 43 48 52 58 Tekstur roti atau Sangat tidak setuju 0 0 0 0 Sangat setuju 35 39 9 10 kue lembut Total 90 100 90 100 Aroma Tidak setuju 2 2 8 9 Menggugah selera Sangat tidak 0000 Netral 15 17 36 40 makan setuju Setuju 47 52 38 42 Tidak setuju 0 0 5 6 Sangat setuju 26 29 8 9 Netral 9 10 45 50 Total 90 100 90 100 Setuju 48 53 38 42 Tekstur Kekenyalan 001 1 Sangat setuju 33 37 2 2 (khusus roti) Sangat tidak setuju Total 90 100 90 100 Tidak setuju 3 3 13 14 Sumber: Data kuisioner, diolah Netral 23 26 42 47

Setuju 52 58 32 36 Sangat setuju 12 13 2 2 Untuk aspek kesegaran snack, hampir separuh Total 90 100 90 100 responden menyatakan harapan mereka dengan Sumber: Data kuisioner, diolah menjawab setuju sebesar 48% dan 39% menjawab sangat setuju yang artinya responden setuju aroma Berdasarkan tekstur roti, harapan separuh yang masih segar mempengaruhi kualitas snack. Dipandang dari persepsi, prosentase terbesar respon- responden menjawab setuju sebesar 52% dan 29% den menjawab setuju sebesar 58% dan sangat setuju menjawab sangat setuju yang artinya responden sebesar 10%, tetapi ada 30% menjawab netral dan menganggap setuju bahwa tekstur roti atau kue 2% menjawab tidak setuju. lembut mempengaruhi kualitas snack. Berbeda Dapat disimpulkan, sebagian responden merasa dengan persepsi, prosentase terbesar responden bahwa kesegaran snack yang mereka terima sudah menjawab setuju sebesar 42% dan sangat setuju sesuai dengan harapan mereka, akan tetapi bagi 30% sebesar 9%, tetapi ada 40% menjawab netral dan 9% responden yang menjawab netral merasa bahwa menjawab tidak setuju. kualitas kesegaran snack masih perlu diperhatikan Dapat disimpulkan, sebagian responden merasa lagi oleh pihak maskapai, ditambah dengan adanya bahwa tekstur roti yang mereka terima sudah sesuai dua orang responden yang merasa bahwa yang dengan harapan mereka, akan tetapi bagi 40% diterima belum sesuai dengan harapan. responden yang menjawab netral merasa bahwa Kemudian, jawaban responden terhadap aroma kualitas tekstur roti atau kue lembut masih perlu snack yang menggugah selera makan, harapan diperhatikan lagi oleh pihak maskapai dan 9% separuh responden menjawab setuju sebesar 53% dan responden merasa yang diterima belum sesuai dengan 37% menjawab sangat setuju yang artinya responden harapan. setuju aroma snack yang menggugah selera makan Selanjutnya, dari 90 responden yang menerima mempengaruhi kualitas snack. Sedangkan untuk snack, harapan separuh lebih responden terhadap persepsi, 42% menjawab setuju dan 2 % menjawab kekenyalan roti menjawab setuju sebesar 58% dan sangat setuju, tetapi ada 50% menjawab netral dan 13% menjawab sangat setuju yang artinya responden 6% menjawab tidak setuju.

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT 44 JURNAL MANAJEMEN PERHOTELAN, VOL. 2, NO. 1, MARET 2006: 36-46

Dapat disimpulkan, kurang dari sebagian respon- Dapat disimpulkan, sebagian responden merasa den merasa bahwa aroma snack yang menggugah bahwa kematangan roti yang tidak bantat yang selera makan yang mereka terima sudah sesuai mereka terima sudah sesuai dengan harapan mereka, dengan harapan mereka, akan tetapi bagi 50% akan tetapi bagi 37% responden yang menjawab responden yang menjawab netral merasa bahwa netral merasa bahwa kualitas kematangan roti yang kualitas aroma snack yaang menggugah selera makan tidak bantat masih perlu diperhatikan lagi oleh pihak masih perlu diperhatikan lagi oleh pihak maskapai maskapai dan 6% responden merasa yang diterima dan dua orang responden merasa yang diterima belum sesuai dengan harapan. belum sesuai dengan harapan. Tabel 10. Harapan dan Persepsi Responden Ter- Tabel 9. Harapan dan Persepsi Responden Ter- hadap Rasa Snack hadap Tingkat Kematangan Snack Harapan Persepsi Variabel Indikator Skala Penilaian Harapan Persepsi n% n % Variabel Indikator Skala Penilaian n% n % Sesuai atau pas Sangat tidak setuju 0 0 0 0 Bagian dalam Sangat tidak setuju 0 0 0 0 (terlalu asin atau matang manis) Tidak setuju 3 3 8 9 (khusus untuk Tidak setuju 2 2 0 0 Netral 13 14 38 42 roti dan kue) Setuju 44 49 40 44 Netral 12 13 29 32 Sangat setuju 30 33 4 4 Total 90 100 90 100 Setuju 38 42 48 53 Rasa Sangat setuju 38 42 13 14 Tidak masam Sangat tidak setuju 0 0 0 0 Total 90 100 90 100 atau kecut (sudah Tingkat Tidak bantat Sangat tidak setuju 0 0 0 0 kadaluarsa) Tidak setuju 0 0 2 2 kematangan atau keras Netral 4 4 16 18 Tidak setuju 0 0 5 6 Setuju 44 49 47 52 Netral 13 14 33 37 Sangat setuju 42 47 25 28 Setuju 42 47 48 53 Total 90 100 90 100 Sangat setuju 35 39 4 4 Sumber: Data kuisioner, diolah Total 90 100 90 100 Sumber: Data kuisioner, diolah Dalam hal kesesuaian rasa snack, harapan hampir separuh responden menjawab setuju sebesar Tabel 9 menunjukkan bahwa dari pengumpulan 49% dan 33% menjawab sangat setuju yang artinya data 90 responden yang menerima snack menjawab responden setuju kesesuaian rasa mempengaruhi mengenai kematangan bagian dalam roti, prosentase kualitas snack. Hasil persepsi responden, prosentase terbesar responden menjawab setuju dan sangat terbesar responden menjawab setuju sebesar 44% dan setuju sama-sama sebesar 42% yang artinya 4% menjawab sangat setuju, akan tetapi ada 42% responden setuju bahwa kematangan bagian dalam yang menjawab netral dan 9% menjawab tidak roti mempengaruhi kualitas snack. Dan sudut setuju. pandang persepsi menjawab setuju dengan prosentase Dapat disimpulkan, sebagian responden merasa terbesar yakni 53% dan 14% menjawab sangat setuju, bahwa kesesuaian rasa snack yang mereka terima tetapi ada 32% menjawab netral. sudah sesuai dengan harapan mereka, akan tetapi bagi Dapat disimpulkan sebagian responden merasa 42% responden yang menjawab netral merasa bahwa bahwa kematangan bagian dalam roti yang mereka kualitas kesesuaian rasa snack masih perlu terima sudah sesuai dengan harapan mereka, akan diperhatikan lagi oleh pihak maskapai dan 4% tetapi bagi 32% responden yang menjawab netral responden merasa yang diterima belum sesuai dengan merasa bahwa kualitas kematangan bagian dalam roti harapan. masih perlu diperhatikan lagi oleh pihak maskapai. Untuk pertanyaan terakhir tentang ketidak- Selanjutnya, untuk hasil penilaian responden masaman rasa, prosentase responden terbesar ter- mengenai kematangan roti yang tidak bantat, harapan hadap harapan menjawab setuju sebesar 49% dan hampir sebagian responden menjawab setuju sebesar 47% menjawab sangat setuju yang artinya responden 47% dan 39% menjawab sangat setuju yang artinya setuju ketidakmasaman rasa mempengaruhi kualitas responden setuju kematangan roti yang tidak bantat snack. Di pihak lain yakni persepsi, prosentase mempengaruhi kualitas snack. Terhadap persepsi, responden terbesar menjawab setuju sebesar 52% dan presentase terbesar responden menjawab setuju 28% menjawab sangat setuju, akan tetapi ada 18% menjawab netral dan 2% menjawab tidak setuju. sebesar 53% dan 4% menjawab sangat setuju, tetapi Dapat disimpulkan, sebagian responden merasa ada 37% menjawab netral dan 6% menjawab tidak bahwa ketidakmasaman rasa snack yang mereka setuju . terima sudah sesuai dengan harapan mereka, akan

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT Tantrisna, Analisa Harapan dan Persepsi Penumpang Terhadap Kualitas Makanan 45 tetapi bagi 18% responden yang menjawab netral pang, dimana perbandingan dilakukan pada kelom- merasa bahwa kualitas ketidakmasaman rasa snack pok sample yang sama. Nilai mean per variabel masih perlu diperhatikan lagi oleh pihak maskapai diinput ke dalam SPSS software baik untuk harapan dan dua orang responden merasa yang diterima terhadap snack, persepsi terhadap snack, harapan belum sesuai dengan harapan. terhadap makanan berat, dan persepsi terhadap makanan berat. Dari data tersebut lalu dilakukan Analisa Gap Antara Harapan dan Persepsi pembandingan mean. Terhadap Kualitas Makanan Snack Tabel 12. Mean dan Standar Deviasi Kualitas Snack Untuk menganalisa gap antara harapan dan per- Std. sepsi dibutuhkan mean dari masing-masing variabel. Pair Mean N Nilai gap diperoleh dengan cara mengurangi mean Deviation dari persepsi dengan mean dari harapan. Harapan snack 4,1791 11 0,15534 Persepsi snack 3,6282 11 0,24103 Tabel 11. Gap Antara Mean Harapan dan Persepsi Sumber: Data kuisioner, diolah Penumpang Terhadap Kualitas Snack Mean Gap Variabel Indikator Mean harapan snack dibandingkan dengan mean P E (P-E) persepsi snack. Dari tabel 12 terlihat bahwa secara Kulit luar berwarna kuning Warna kecoklatan (khusus roti) 3,77 4,09 -0,32 keseluruhan persepsi penumpang belum dapat Penampilan Menarik untuk dilihat 3,50 4,21 -0,71 memenuhi harapan penumpang akan kualitas snack. Bentuk snack masih utuh (tidak Hal ini terlihat dari rata-rata mean harapan Bentuk mengalami kerusakan) 3,84 4,26 -0,42 Tekstur roti atau kue lembut 3,51 4,08 -0,57 penumpang terhadap kualitas snack sebesar 4,1791 Tekstur Kekenyalan (khusus roti) 3,23 3,81 -0,58 dengan standar deviasi 0,15534, sedangkan mean dari Masih segar (tidak berbau tajam) 3,76 4,23 -0,47 Aroma persepsi penumpang terhadap kualitas snack adalah Menggugah selera makan 3,41 4,27 -0,86 Bagian dalam matang (khusus 3,6282 dengan standar deviasi 0,24103. Tingkat untuk roti dan kue) 3,82 4,24 -0,42 kematangan Tidak bantat atau keras 3,70 4,24 -0,54 Sesuai atau pas (tidak terlalu asin Tabel 13. Uji Beda t untuk Kualitas Snack atau manis) 3,50 4,12 -0,62 Rasa Paired Differences Tidak masam atau kecut (sudah Pair Mean Std. t Sig. (2- kadaluarsa) 3,80 4,42 -0,62 Deviation tailed) Sumber: Data kuisioner, diolah Mean harapan snack- 0,55091 0,16837 10,852 0,000 mean persepsi snack Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa semua gap Sumber: Data kuisioner, diolah bernilai negatif. Hal itu berarti bahwa nilai persepsi lebih kecil daripada harapan. Gap paling kecil terletak Dari tabel 13 diketahui bahwa selisih mean pada variabel warna snack yaitu kulit luar berwarna antara harapan dan persepsi adalah 0,55091 dengan kuning kecoklatan (khusus roti) sebesar -0,32. Gap standar deviasi 0,16837. Hasil penghitungan t statistik paling besar terletak pada variabel aroma snack yaitu menghasilkan nilai sebesar 10,852 dan signifikansi menggugah selera makan sebesar -0,86. Menurut sebesar 0,000. Dengan hasil signifikansi sebesar Lovelock, Patterson, dan Walker (2001, p. 92), jika 0,000 (< 0,01) bisa disimpulkan bahwa perbedaan persepsi lebih kecil daripada harapan (P

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT 46 JURNAL MANAJEMEN PERHOTELAN, VOL. 2, NO. 1, MARET 2006: 36-46

Hi: µ1>µ2 (artinya harapan lebih besar dari dimana maskapai dapat menyusun menu yang persepsi) membedakan penumpangnya misalnya berdasar- kan waktu makanan disajikan. Penyajian makanan Untuk menguji hipotesa pertama dilakukan bisa dibedakan menjadi 3 menurut waktunya pengujian 2 arah. Dalam pengujian 2 arah, nilai t yakni, makan pagi (sarapan), siang dan malam. yang dipergunakan adalah t α/2. Diperoleh nilai t hitung sebesar 10,852. Dengan menggunakan DAFTAR PUSTAKA α=0,025 (α/2), df=10, diperoleh nilai t tabel sebesar 2,228. Syarat Ho ditolak adalah jika [t hitung]>t tabel. Catherine. (2005, September 1). Personal interview. Dari data di atas diperoleh 10,852>2,228 maka kesimpulannya adalah Ho ditolak dan Hi diterima Gaman, P. M., & Sherrington, K. B. (1996). The science of food. (4th ed.). Oxford: Butterworth- yang artinya dugaan bahwa ada gap antara harapan Heinemann. dan persepsi penumpang terhadap kualitas snack diterima. Han, F., & Leong, D. (1996). Productivity and serice Selanjutnya, untuk menguji hipotesa kedua di- quality. : Simon & Schuster (Asia) lakukan pengujian 1 arah. Dalam pengujian 1 arah, Pte Ltd. nilai t yang dipergunakan adalah t α. Diperoleh nilai t Hill, A.V. (1992). Field service management. Illinois: hitung sebesar 10,852. Dengan menggunakan Richard D. Irwin, Inc. α=0,05, df=10, diperoleh nilai t tabel sebesar 1,812. Syarat Ho ditolak adalah jika t hitung>t tabel. Dari Horovitz, J. (2000). Seven secrets of service strategy. data di atas diperoleh 10,852>1,812 maka kesim- Great Britain: Prentice Hall. pulannya adalah Ho ditolak dan Hi diterima yang Jawa Pos. (30 Maret 2004), Tarif penerbangan artinya dugaan bahwa harapan konsumen terhadap diserahkan pasar. kualitas snack yang disajikan dalam penerbangan melebihi persepsi diterima. Jawa Pos. (23 Mei 2005), Maskapai tinggalkan stra- tegi tarif murah.

KESIMPULAN DAN SARAN Jawa Pos. (2 Agustus 2005), Omzet katering mas- kapai anjlok. Kesimpulan Jones, P. (2005) The role of the chef in flight catering. 1. Secara keseluruhan untuk snack, harapan lebih Journal of Tourism and Hospitality Research, besar daripada persepsi. Hal ini ditunjukkan oleh 53, pp. 1-2. nilai mean harapan adalah 4,1791 dan mean King, T. (2001). Inflight catering. Journal of Tourism persepsi adalah 3,6282. Artinya, responden belum and Hospitality Research, 32, pp. 181-184. merasa puas akan kualitas snack yang diterimanya selama penerbangan dan tidak sesuai dengan Kotler, P., & Armstrong, J. (2004). Principles of th harapan responden. marketing. (10 ed). New Jersey: Prentice 2. Perbedaan mean antara harapan dan persepsi Hall. adalah signifikan dilihat dari nilai signifikansi Kotler, P., Bowen, J., & Makens, J. (1999). Mar- pada uji t yaitu 0,000 (<0,01), sehingga hal ini keting for hospitality and tourism (2nd ed.). harus menjadi perhatian bagi pihak maskapai. New Jersey: Prentice Hall. 3. Dari hasil perhitungan gap yang diperoleh, terungkap hasil bahwa aspek aroma dan penam- Lovelock, C., Patterson, P., & Walker, R. (2001). Services marketing : An Asia-Pacific perspec- pilan snack memiliki gap terbesar yaitu untuk nd aroma sebesar -0,86 dan untuk penampilan snack tive (2 ed). Sdyney: Pearson Education. sebesar -0,71. Sugiyono. (2004). Metode penelitian administrasi. (11th ed.). Bandung: Alfabeth. Saran Tabacchi, M., & Marshall, R. (1988). Consumer per- 1. Sebaiknya maskapai memperhatikan penampilan ception. Journal of Cornell Hotel and Restau- dan aroma snack yang disajikan dalam pener- rant Adminsitration Quarterly, 4, pp. 20-22. bangan. West, B.B., Wood, L., & Harger, V.F. (1965). Food 2. Untuk lebih mendekatkan diri dan memanjakan th penumpangnya, pihak maskapai harus memper- service in institutions. (4 ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc. lakukan penumpangnya secara lebih personal,

Jurusan Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=HOT