Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Garut Halaman 9-23 P-ISSN: 2461-0836; E-ISSN: 2580-538X

SARANA KOMUNIKASI POLITIK UMAT KRISTIANI DI INDONESIA: STUDI PERAN PARTAI DAMAI SEJAHTERA (PDS) PERIODE 2004-2009

Yandi Hermawandi Universitas Garut, Fakultas Ilmu Komunikasi email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan partai-partai politik umat kristiani yang berfungsi sebagai sarana komunikasi politik umat krisitiani di Indonesia. Partai politik berbasis keagamaan kristen ini muncul sejak Pemilu pertama di Indonesia pada 1955 hingga pada masa reformasi pada pemilu 2004. Tujuan penelitian ini adalah menemukan peran Partai Damai Sejahtera sebagai sarana komunikasi politik umat kristiani pada masa reformasi periode 2004-2009. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan studi kepustakaan (library research). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aspirasi yang diperjuangkan oleh Partai Damai Sejahtera pada masa reformasi tidak berbeda dengan aspirasi yang diperjuangkan oleh partai-partai politik umat kristiani pada masa Orde Lama maupun Orde Baru, yaitu: Pertama, menjaga hak-hak minoritas. Kedua, menjaga pluralisme. Ketiga, menolak ide negara Islam dan syariat Islam.

Kata Kunci: Partai Politik Umat Kristiani, Komunikasi Politik, Partai Damai Sejahtera.

Abstract

This reserach examines the existance of Christians political parties as they are used as tools of political communication to Christians in Indonesia. Religion (Christian) based political party existed in Indonesia since 1955 election until the first Reformasi direct election in 2004. This research aims to find the answer how did the Partai Damai Sejahtera act as tool of Christians political communication in the reform era 2004-2009. The results show that christians voices which are struggled by PDS in the era of Reformasi are the same with the voices in the Old and New Order era. The voices are: first, defending the rights of minority groups in Indonesia. Second, defending pluralism. Third, rejecting the idea of establishing Islamic state and enforcing Islamic law in Indonesia.

Keywords: Christians Political Party, Political Communication, Prosperous and Peace Party.

Pendahuluan penjajah. Termasuk juga umat Kristiani Sejarah perjalanan bangsa Indonesia tak (Protestan ataupun Katolik) memiliki andil lepas dari peran agama yang mampu dalam sejarah perjuangan bangsa. memberikan spirit perlawanan terhadap (Mengenai sejarah hubungan Gereja/ umat Kristiani dengan negara bisa di lihat dalam www.journal.uniga.ac.id 9

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23 studi McDonald, 1968: 219-266). Bersama panggung politik formal. Sepanjang 1999- kelompok mayoritas (Islam), umat 2009 lahir belasan partai politik umat Kristiani bahu-membahu turut berjuang Kristiani. melawan penjajah Belanda dan Jepang Namun, dari sekian banyak partai (Aritonang, 2007) Di awal-awal politik Kristiani tersebut, mungkin hanya kemerdekaan, representasi umat Kristiani Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB), juga mendapat peran dalam pemerintah Partai Kristen Nasional Indonesia (Krisna) -Hatta. Hubungan antar agama dan Partai Damai Sejahtera (PDS) yang (terutama Islam-Kristen) sangat harmonis. mendapatkan suara cukup signifikan. Bahkan, sikap toleransi umat Islam pada Terlebih dari sekian banyak itu yang awal-awal kemerdekaan ditunjukkan berhasil memperoleh kursi di parlemen dengan keikhlasan membuang tujuh kata hanyalah PDS. Banyaknya umat Kristiani dalam Piagam yang akhirnya yang berminat membentuk partai politik disepakati sebagai dasar negara (Maarif, aliran ini dinilai cukup fenomenal. Sebab, 2006: 110) Lalu disepakatilah Pancasila pada masa Orde Baru kecenderungan ini dan UUD 1945 sebagai dasar negara sangat jarang terlihat, jika tidak dikatakan Indonesia. tidak terlihat sama sekali. Umat Kristiani juga bergiat di Kiprah umat Kristiani di panggung dalam partai-partai politik berbasis agama. politik nasional menarik untuk dikaji. Pada masa setelah kemerdekaan, mereka Minat umat Kristiani untuk membentuk pernah mengenal Partai Kristen Indonesia partai politik tentu memiliki alasan-alasan (Parkindo) dan Partai Katolik (Parkat). tertentu pada setiap fase perubahan sosial Kedua partai ini berdiri semenjak politik nasional. Agenda-agenda politik Maklumat Wakil Presiden Hatta pada dan program pun dijalankan sesuai dengan bulan November 1945 (awal visi yang telah ditetapkan oleh partai kemerdekaan). Partai-partai berbasis politik tersebut. Bagi umat Kristiani, agama Kristen ini berhasil keberadaan partai politik berbasis agama memproyeksikan tokoh-tokoh seperti Dr. ini bisa menjadi sarana dan kendaraan J. Leimena, Melanchton Siregar, dr. untuk menyalurkan aspirasi yang terkait Tambunan, Sabam Sirait, dan lain-lain ke kehidupan mereka di Indonesia. pentas politik nasional. Sesuai dengan fungsinya, partai (www.leimena.org) politik tentu saja didirikan berdasarkan Pada fase-fase perubahan sosial beberapa hal penting bagi para pendiri politik di Indonesia, baik masa Orde maupun konstituennya. Kehadiran partai Lama, Orde Baru, hingga masa reformasi politik merupakan organisasi politik yang 1998, peran umat Kristiani di pentas menjadi barometer demokrasi. Demokratis politik nasional tidak bisa dianggap atau tidaknya sebuah sistem politik sangat remeh. Perubahan sosial politik pada 21 bergantung pada kehadiran partai politik, Mei 1998, gerakan reformasi membawa terlepas dari berfungsi atau tidaknya partai angin segar bagi kelompok politik politik tersebut. Jumlah partai politik sektarian (berbasis agama). Umat Kristiani banyak pun belum tentu menjamin pun tak ketinggalan turut mendirikan terpeliharanya institusi dan nilai-nilai partai politik untuk berjuang dalam demokrasi. Meskipun jika jumlah partai www.journal.uniga.ac.id 10

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23 politik hanya satu (partai tunggal seperti di kursi di DPR RI sebagaimana pada pemilu negara-negara komunis) tidak dapat pula 2004. Tulisan ini akan menjawab disebut sebagai suatu sistem yang pertanyaan penelitian berikut ini: demokratis. Bagaimana peran Partai Damai Sejahtera Demikian pula ketika fase sebagai sebuah sarana komunikasi politik perubahan sosial politik pada masa umat Kristiani di parlemen politik reformasi 1998. Masa reformasi dianggap nasional Indonesia Periode 2004-2009? sebuah fase dimana proses demokratisasi kembali dimulai di Indonesia. Kajian Pustaka dan Kerangka Teori Membludaknya jumlah partai, termasuk Beberapa buku yang dijadikan partai umat Kristiani, merupakan salah rujukan dalam penelitian ini dapat satu pertanda proses demokratisasi itu membantu dalam penulisan (penelitian) berjalan. Dalam kaitan dengan proses ini. Buku tersebut adalah sebagai berikut: demokratisasi itulah, penting kiranya 1. Mianto Nugroho Agung dan Jeffrie menganalisis kiprah partai politik umat AA. Lempas (Ed.), Yesus dan Kristiani di Indonesia. Politik, Sebuah Bunga Rampai, PDS merupakan satu-satunya Komunitas Nisita, Jakarta, 2004; partai politik umat Kristiani yang berhasil dan membentuk satu fraksi dengan 13 kursi di 2. Pdt. Dr. Jan S. Aritonang, Sejarah parlemen (DPR RI) sejak masa reformasi Perjumpaan Kristen dan Islam di 1998. Partai politik yang dibentuk pada 28 Indonesia, BPK Gunung Mulia, Oktober 2001 ini memperoleh 2.424.319 Jakarta, 2004. suara (2,14%) pada pemilu 2004. Buku Yesus dan Politik, Sebuah Sedangkan kursi yang diperoleh di Bunga Rampai yang ditulis oleh para parlemen sebanyak 13 kursi (2,36%). pakar dari beragam latar belakang Dengan demikian, PDS tak bisa lolos pendidikan ini sebenarnya sedikit Electoral Threshold (ET) yang ditetapkan menyinggung keberadaan PDS. sebesar 3%. Disebutkan dalam tulisan itu bahwa Oleh karena itu, untuk ikut Pemilu kehadiran PDS menimbulkan pro dan 2009 PDS harus berganti nama atau kontra di kalangan Kristen. (Sinar bergabung dengan partai politik lain. Harapan, 29 Mei 2004) Konsekuensi dari Beruntung, dalam Undang-Undang no. perbedaan sikap tersebut, suara politik 10/2008 tentang Pemilihan Umum ada umat Kristen tidak utuh ke PDS. Alhasil, aturan peralihan bahwa semua partai PDS tak berhasil dalam percaturan politik. peserta Pemilu 2004 berhak maju dalam Buku tersebut hanya mengulas mengenai Pemilu 2009. Pada Pemilu 2009, PDS tak sisi yang berbeda antara agama dan mampu melampaui ketentuan realitas masyarakat (politik). Karena parliamentary threshold (PT) 2,5%. itulah, keterlibatan kalangan Gereja dalam Sayangnnya, PDS yang memasang target politik praktis sangat disesalkan. 5%, hanya berhasil memperoleh 1.541.592 Seakan ingin menegaskan suara (1,48 %) (www.kpu.go.id). Ini keberadaan PDS di panggung politik berarti PDS tidak lolos PT. Dengan nasional, Eka Darmaputera menilai bahwa demikian, PDS tak berhak mendapatkan tidak ada teologi yang apolitis. Ia menilai www.journal.uniga.ac.id 11

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23 bahwa sebuah teologi yang tidak Sedangkan buku kedua berjudul menyerukan perubahan, secara tidak Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di langsung dan mungkin tidak bermaksud Indonesia, merupakan buku sejarah yang begitu, berarti ingin melegitimasikan dan banyak memberikan perspektif partai- ingin melestarikan status quo. Berteologi partai politik umat Kristiani di Indonesia. secara apolitis berarti berteologi dan Sayangnya buku ini sama sekali tidak berpolitik secara salah dan bodoh. Dengan menyinggung PDS. Namun, paling tidak, demikian, bisa dikatakan, kehadiran PDS buku ini adalah buku yang bisa sesungguhnya merupakan kendaraan atau memberikan benang merah penting sarana bagi umat Kristiani untuk menjadi keberadaan dan peran partai-partai politik umat yang berteologi secara baik, yaitu umat Kristiani di Indonesia. yang berteologi secara politis. Secara umum, buku ini Teori ini dipertegas oleh P.D. memberikan pembahasan historis yang Latuihamallo bahwa membangun, komprehensif dan mendalam tentang memelihara, dan mengembangkan ”perjumpaan” (encounter) di antara kedua masyarakat, bahkan ikut menjaga agama Ibrahim (Abrahamic religions) di perdamaian dunia, tidak mungkin terjadi Indonesia yang jauh dari tempat kelahiran tanpa politik. pada perspektif itulah mereka pertama di kawasan yang kini pentingnya umat Kristiani untuk bersikap dikenal sebagai Timur Tengah. Menurut lebih politis. Namun, ia menegaskan rektor Universitas Islam Negeri Syarif bahwa sikap politis bukan hanya Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra, ditunjukkan dengan hanya sikap politik perjumpaan yang terlukis dalam buku ini elitis berebut kekuasaan melalui partai yang sering menampilkan ”pergumulan” politik. Akan tetapi harus ditunjukkan (struggle) memang lebih banyak terkait secara konkret dalam menjawab dengan politik dan kekuasaan. Karena persoalan-persoalan masyarakat seperti model penulisan sejarah dalam buku ini perdamaian di Poso, Ambon, Papua dan memakai model penulisan ”sejarah bahkan Aceh. konvensional” berdasarkan ilmu sejarah, Disimpulkan oleh Andreas A. Azra menilai bahwa potret dan citra yang Yewangoe, teori-teori yang ada dalam muncul tentang hubungan Kristen dan buku ini hanya menekankan pemisahan Islam di Indonesia sejak masa awal antara agama dengan negara. Menurutnya, kedatangan keduanya sampai masa-masa kemungkinan besar munculnya isu ini terakhir ini penuh dengan pergumulan, karena ada wacana yang cukup kuat di persaingan, konflik, dan bahkan kekerasan Indonesia untuk menerapkan syariat komunal (Aritonang: 2004) Islam, sebagaimana dijanjikan oleh Teori penting yang diungkapkan beberapa partai politik dalam transaksi dalam buku ini adalah ditemukannya awal menjelang pemilu calon presiden 2004. keterlibatan kalangan gereja dengan jalur Menurut Yewangoe, buku ini seharusnya politik formal (partai politik) di Indonesia. terus terang berbicara soal ini, agar Teori ini mengungkapkan bahwa pembaca yang mayoritas umat Kristiani keterlibatan kalangan gereja dimulai lebih jelas memiliki argumen tertentu ketika Dewan Gereja Indonesia (DGI) tentang syariat Islam ini. mendukung Partai Kristen Indonesia www.journal.uniga.ac.id 12

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23

(Parkindo) pada pemilu 1955. Secara jelas agar bisa dijadikan sebuah teori ini mengungkapkan bahwa agenda kebijakan publik (public policy). penting DGI mendukung Parkindo adalah b. sebagai sarana untuk pertama, mempertanyakan dan sikap memperbincangkan dan keberatan DGI atas keberadaan menyebarluaskan rencana dan Kementerian Agama dan pengadaannya kebijakan pemerintah (political oleh pemerintah Indonesia. DGI khawatir socialization). bahwa pengadaan Kementerian Agama c. sebagai penghubung dan akan menggiring Republik Indonesia ke penerjemah antara pemerintah dan arah negara Islam; dan kedua, isu negara warga negara. Kebijakan negara Islam yang berkaitan dengan masalah yang biasanya rumit dengan dasar negara. Dalam isu kedua ini, DGI istilah-istilah teknis politik akan meminta Parkindo untuk senantiasa diterjemahkan ke dalam bahasa menjaga kehidupan kemajemukan yang dapat dimengerti oleh (pluralisme) dan menghindari dasar negara masyarakat luas. agama tertentu (terutama Islam). Partai politik umat Kristiani adalah Dalam sistem politik yang partai politik yang berbasis pada demokratis, partai politik (parpol) keagamaan (dalam hal ini agama Kristen) berfungsi sebagai sarana komunikasi dan memperjuangkan aspirasi umat politik. Parpol dianggap sebagai nyawa Kristiani dan. Di Indonesia dan beberapa dari sistem demokrasi. Sistem politik yang negara lain, penyebutan kata ”Kristen” sehat membutuhkan komunikasi yang baik selalu diasosiasikan dengan Protestanisme. yang dilakukan oleh parpol-parpolnya. Untuk memudahkan penyebutan dan Secara sederhana, komunikasi politik menghindari kerancuan, dalam penelitian adalah proses penyampaian pesan atau ini penyebutan ”Kristen” berarti merujuk informasi mengenai politik dari pada agama Kristen (baik Protestanisme pemerintah kepada masyarakat, dan dari maupun Katolik). masyarakat kepada pemerintah. (Pye, Demikian pula dengan penyebutan 1963) umat Kristiani. Istilah ”umat Kristiani” Fungsi partai politik sebagai sarana dalam penelitian ini berarti merujuk pada komunikasi politik yaitu: umat Protestan maupun umat Katolik. a. sebagai proses interest aggregation Jadi, partai politik umat Kristiani adalah atau penggabungan kepentingan; partai politik yang memperjuangkan penyalur aneka pendapat dan aspirasi umat Kristiani (baik umat aspirasi masyarakat yang beragam Protestan ataupun umat Katolik) dan kemudian mengaturnya berbasiskan pada agama Kristen (baik sedemikian rupa serta menampung berbasiskan Protestanisme atau Katolik dan menggabungkan pendapat dan atau juga kedua-duanya). aspirasi tersebut. Tuntutan dan Teori yang P.D. Latuihamallo aspirasi kepentingan masyarakat mengenai pentingnya umat berpolitik nantinya disampaikan kepada dalam rangka menjaga perdamaian akan pemerintah melalui partai politik penulis gunakan untuk menganalisa kemunculan dan perjuangan yang www.journal.uniga.ac.id 13

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23 dijalankan PDS. Adanya konflik komunal atau studi kepustakaan dengan data-data bernuansa etnik dan agama tertentu di lainnya yang berasal dari buku-buku, Ambon dan Poso menjadi menjadi media massa dan dokumen lain yang perhatian dan menarik untuk dikaji, sejauh berhubungan dengan masalah tesebut. mana konflik tersebut memberikan pengaruh dan desakan kepada umat Hasil Penelitian dan Pembahasan Kristiani untuk mendirikan partai politik umat Kristiani. Partai-Partai Politik Umat Kristiani Untuk mendapatkan analisa yang dari Orde Lama ke Orde Baru utuh mengenai agenda yang diusung oleh Pemilu pertama Indonesia PDS, penulis akan menggunakan pula diselenggarakan pada tahun 1955, saat teori yang dikembangkan oleh Jan S. Republik Indonesia masih berusia 10 Aritonang tentang aspirasi kalangan tahun. RI sejak diproklamirkan 17 Gereja di politik formal Indonesia, Agustus 1945, telah memilih menjadi terutama aspirasi kepada Partai Kristen sebuah negara hukum yang menganut Indonesia (Parkindo) terhadap hal-hal demokrasi. Sebenarnya, sekitar tiga bulan yang berbau negara Islam dan syariat setelah kemerdekaan diproklamasikan Islam. Meskipun penelitian yang oleh Soekarno dan Hatta, pemerintah dilakukan Aritonang ini merujuk pada Indonesia sudah menyatakan partai politik umat Kristiani Parkindo, keinginannya untuk bisa penulis menilai masih ada relevansi teori menyelenggarakan pemilu pada awal ini jika digunakan untuk menganalisa 1946. Keinginan itu termuat dalam PDS. Maklumat X, atau Maklumat Wakil Selain teori yang dikembangkan Presiden Mohammad Hatta tanggal 3 oleh Aritonang, penulispun akan mencoba November 1945, yang berisi anjuran menganalisa fakta-fakta lainnya yang tentang pembentukan partai-partai politik. berhubungan dengan wacana penerapan Maklumat tersebut menyebutkan, pemilu syariat Islam di Indonesia. Sebagaimana untuk memilih anggota DPR dan MPR kritik Andreas A. Yewangoe terhadap akan diselenggarakan bulan Januari 1946. buku Yesus dan Politik, Sebuah Bunga Namun, keinginan itu tidak dapat terwujud Rampai yang kurang mengelaborasi karena kendala yang bersumber dari argumen atau sikap PDS dan umat dalam negeri dan luar negeri. Kristiani terhadap wacana syariat Islam (www.beritaindonesia.co.id) tersebut, maka penelitian ini akan Sejak adanya Maklumat itu, diarahkan untuk menganalisa dan mengisi perjuangan umat Kristiani di pentas politik kekosongan teori tersebut. Indonesia dimulai. ketika Belanda menyerahkan kedaulatannya kepada Metode Penelitian pemerintah RI pada 27 Desember 1949, Metode Penelitian yang digunakan Indonesia masih berbentuk negara serikat adalah penelitian kualitatif. sedangkan, (RIS). Pada masa peralihan yang singkat metode pengumpulan data dalam dari RIS kembali ke NKRI itu, yaitu penelitian ini akan menggunakan hingga 17 Agustus 1950, pemerintah RIS penelitian kepustakaan (research library) dipimpin oleh Hatta yang dikenal sebagai www.journal.uniga.ac.id 14

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23 tokoh nasionalis dan tidak mewakili partai yaitu FS Harjadi (Partai Katolik) dan politik. Kabinet tersebut terdiri dari dua (Parkindo). Komposisi kelompok, Republik (11 orang) dan kabinet seperti itu, yang di dalamnya Federal (5 orang). Kelompok Republik terdapat juga beberapa orang yang tidak diwakili oleh 4 orang dari Masyumi mewakili partai, membuat pengamat (Sjafrudin Prawiranegara, Abu Hanifah, tertentu menilainya sebagai zaken kabinet, Wahid Hasjim, dan Mohammad Roem), 3 kabinet yang terutama didasarkan pada orang dari Partai Nasionalis Indonesia kecakapan dan ketokohan anggotanya, (Wilopo, Herling Laoh, dan Arnold bukan pada afiliasi partainya ataupun Mononutu, dua yang terakhir beragama agamanya. Kristen), 1 orang dari Parkindo (Johannes Tradisi partai umat Kristiani Leimena), dan 1 orang dari Partai berada dalam kabinet pun berlanjut pada Indonesia Raya (Supomo); sisanya tidak kabinet Sukiman (26 April 1951-23 mewakili partai politik. (Aritonang, 2004) Februari 1952). Kabinet ini terutama Setelah UUD RIS digantikan oleh merupakan koalisi antara Masyumi dan UUD 1950, perjuangan partai politik umat PNI. Perdana Menteri masih tetap dari Kristiani selalu mendapatkan tempat di masyumi, tetapi bukan lagi Natsir, kabinet demokrasi liberal Indonesia. Pada melainkan Sukiman Wirjosandjojo. Kedua masa ini terjadi banyak sekali pergantian partai itu masing-masing memperoleh kabinet dan Perdana Menteri. Namun lima kursi, lalu diberikan beberapa kursi demikian, Parkindo dan Partai Katolik kepada partai-partai lain (termasuk hampir selalu mendapatkan tempat di Parkindo dan Partai Katolik masing- setiap pergantian kabinet. Menurut Alfian, masing satu). Demikian pula halnya dalam UUD 1950 yang mencerminkan Kabinet Wilopo (1 April 1952-3 Juni demokrasi liberal seperti yang terdapat di 1953). Wilopo adalah wakil dari PNI beberapa negara Barat memberikan dipercaya menjadi Perdana Menteri peranan yang sangat penting kepada setelah Prawoto Mangkusasmito Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (Masyumi) dan Siddik Djojosukanto (PNI) (Parlemen) karena ia menentukan nasib gagal membentuk kabinet. Di dalam Pemerintah atau Eksekutif yang berkuasa, kabinet ini PNI dan Masyumi masing- yang menentukan hidup matinya kabinet. masing memperoleh empat kursi. (Alfian, 1992:31) Sedangkan, Parkindo dan Partai Katolik, Menurut (Aritonang, 2004), seperti pada dua kabinet sebelumnya, tetap setelah berada di kabinet Hatta, Parkindo mendapat masing-masing satu kursi. dan Partai Katolik juga mendapatkan Namun keadaan di atas berbeda tempat di kabinet Perdana Menteri ketika kabinet dipimpin oleh Kabinet Ali Mohammad Natsir (6 September 1950-21 Sastroamidjojo I (30 Juli 1953-23 Juli Maret 1951). Kabinet ini terdiri dari 18 1955). Di dalam kabinet ini tidak terdapat orang. Duduk empat perwakilan dari wakil dari Parkindo maupun Partai Masyumi (termasuk Natsir) dan dua wakil Katolik. Walaupun demikian, duduk PSII, di samping beberapa wakil dari seorang Kristiani, yaitu Dr. Ferdinand L. partai lain. Di dalamnya juga terdapat Tobing mewakili Serikat Kerakyatan wakil dari partai-partai umat Kristiani, Indonesia (SKI). Deliar Noer mencatat www.journal.uniga.ac.id 15

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23 bahwa Ferdinand Tobing adalah seorang khawatir bahwa pengadaan Kementerian penganut protestan yang taat, walaupun ia Agama akan menggiring RI ke arah juga menilai bahwa SKI adalah “partai negara Islam. Kedua, isu negara Islam gurem yang tidak berarti buat yang berkaitan dengan masalah dasar masyarakat”. Absennya kehadiran partai negara. Isu ini dibicarakan pada sidang umat Kristiani di kabinet juga berlanjut Lengkap II DGI (20-30 Juni 1953) dan ketika kabinet berganti di bawah pimpinan sidang Lengkap III (8-17 Juli 1956), yang Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 pada intinya mereka mengkhawatirkan Maret 1956). kabinet yang berumur akan bangkitnya kembali gerakan Islam pendek ini diberi mandat untuk yang menginginkan pendirian negara menyelenggarakan pemilu pertama pada Islam. 1955. Barulah pada kabinet hasil pemilu Setelah DGI secara formal 1955 di bawah pimpinan Ali mendukung Parkindo pada pemilu 1955, Sastroamidjojo II (20 Maret 1956-14 maka beberapa agenda kalangan Gereja Maret 1957), Parkindo dan Partai Katolik menjadi aspirasi utama dan menjadi mendapatkan kursi kembali walaupun agenda utama pula Parkindo. Khusus masing-masing hanya mendapatkan 1 berhubungan dengan aspirasi adanya kursi.1 kekhawatiran dari kalangan Gereja Masa pemilu 1955 adalah terhadap kemungkinan berdirinya negara momentum kalangan Gereja untuk Islam dan syariat Islam, Parkindo menjalin hubungan dengan politik formal membawanya hingga sidang Dewan Indonesia. Pada masa ini kalangan Gereja Konstituante. Bersama PNI, PKI, Murba, sangat dekat khususnya dengan Parkindo. dan Partai Katolik, Parkindo Kalangan Gereja yang diwakili oleh memperjuangkan dasar negara Pancasila Dewan Gereja-gereja Indonesia (DGI) dan menolak dengan tegas gagasan dasar secara terbuka mendukung Parkindo pada negara Islam dari pihak Masyumi dan kampanye pemilu 1955. Hubungan ini NU.(www.majalah.tempointeraktif.com) makin tampak ketika DGI dan Parkindo Masa pasca Orde Lama adalah berhadapan dengan sejumlah peristiwa masa-masa sulit bagi partai umat Kristiani. politik, yang sedikit banyak berkait juga Dalam perjalanannya berarti Parkindo dan dengan hubungan antara Kristen dan Islam Partai Katolik hanya ikut 2 kali pemilu di negeri ini. yaitu pada 1955 dan 1971. Pada pemilu Ada beberapa masalah krusial 1971 (di masa Orde Baru), suara Parkindo yang menjadi aspirasi DGI kepada masih berada pada urutan keenam, Parkindo, yakni: pertama, pengadaan atau sedangkan Partai Katolik berada di urutan keberadaan Kementrian Agama. Sejak ketujuh dari semua suara sah. pembentukkan DGI, masalah ini selalu (www.thejakartapost.com)2 Karena ada dibicarakan. Sebagian anggota DGI kebijakan fusi partai dari pemerintah

1 Parkindo mendapatkan 1.003.326 suara atau 2,66% dari jumlah suara sah, dan menempatkan 8 2 Parkindo mendapatkan 733.359 suara atau 1,34% wakil di parlemen. Sedangkan Partai Katolik dari jumlah suara sah, dan menempatkan 7 wakil di mendapatkan 770.740 suara atau 2,04% dari parlemen. Sedangkan Partai Katolik mendapatkan jumlah suara sah, dan menempatkan 6 wakil di 603.740 suara atau 1,10% dari jumlah suara sah, parlemen. dan menempatkan 3 wakil di parlemen. www.journal.uniga.ac.id 16

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23

Suharto, Parkindo dan Partai Katolik membandingkan dengan partai politik berfusi bersama partai-partai lainnya umat Kristiani besar yang pernah ada menjadi Partai Demokrasi Indonesia seperti Parkindo yang hanya menyatakan (PDI). (Suara Pembaruan, 30 Maret diri sebagai partai umat Protestan dan 2010)3 Praktis sebagian suara partai umat Partai Katolik sebagai partai umat Katolik, Kristiani berpindah ke PDI dan sebagian jelas PDS merupakan fenomena baru lain berpindah ke Golkar atas tekanan- dalam khazanah politik umat Kristiani. tekanan dari Orde Baru. Dalam Akte Pendirian yang dibuat Barulah ketika Orde Baru berakhir dihadapan Notaris Elisa Asmawel, SH pada 1998, partai umat Kristiani dengan Nomor 1, tanggal 1 Oktober 2001, bermunculan kembali. Menjelang pemilu PDS didirikan oleh 50 orang lebih. PDS kedua pada masa reformasi yakni pemilu kemudian dideklarasikan dihadapan 2004, muncul PDS sebagai partai umat publik di Jakarta pada hari Minggu Kristiani yang siap berkompetisi dengan tanggal 28 Oktober 2001 dan di hadapan partai-partai politik lainnya. berbagai media. Hari Minggu 28 Oktober 2001 tercatat dalam sejarah bangsa Sejarah Kemunculan Partai Damai Indonesia yaitu berdirinya sebuah partai Sejahtera baru di dalam dinamika umat Kristiani Partai Damai Sejahtera (PDS) serta konstelasi politik bangsa Indonesia. adalah partai politik umat Kristiani yang Partai ini dibentuk untuk berjuang menjadi unik. Partai ini unik karena partai ini satu- Organisasi Peserta Pemilu, dan perjuangan satunya partai yang menyatakan diri berikutnya menghantar kadernya untuk sebagai representasi partai politik umat dicalonkan sebagai Presiden, Wakil Kristiani (dalam artian Protestanisme dan Presiden, dan calon-calon legislatif. Katolik). (The Jakarta Post, 26 Januari (www.partaidamaisejahtera.com) 2004) PDS lahir sebagai Partai umat Bukan hanya itu, bahkan partai ini Kristiani berwawasan Nasional yang menyatakan keterbukaannya kepada berazaskan Pancasila & UUD 1945 dalam pemilih Muslim dan non-Kristiani untuk bingkai Negara Kesatuan Republik menjadikan partai ini pilihannya. Jika Indonesia (NKRI) dengan semangat Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi 3 tanggal 9 Maret tahun 1970, lima parpol yakni tetap satu). PDS tampil di pemilu 2004 Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai bersama partai politik umat Kristiani Katolik, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan lainnya yakni Partai Damai kasih Bangsa Partai Murba membentuk kelompok demokrasi (PDKB), Partai Demokrasi Kasih Bangsa Indonesia. Setelah beberapa kali pertemuan kelompok itu menamakan partai barunya Indonesia (PDKBI), Partai Katolik menawarkan tiga nama yakni “Partai Demokrasi Demokrasi Indonesia (PKDI), Partai Pancasila”, “Partai Demokrasi Pembangunan” dan katolik (Parkat) versi baru, Partai Kristen kemudian baru menetapkan nama yang sah “Partai Demokrasi Indonesia”. Partai baru itu Nasional Demokrasi (PKND), dan Partai dideklarasikan tanggal 10 Januari 1973 oleh tokoh- Kristen Indonesia (Parkindo) versi baru. tokoh nasional antara lain Moh Isnaeni dan Abdul Majid (PNI), Ben Mang Reng Say dan FX PDS dipimpin oleh dr. Ruyandi Sumarsono (Partai Katolik), Sabam Sirait dan A Hutasoit, anak seorang pimpinan Parkindo Wenas (Parkindo), A Sukarmadidjaja (IPKI), S pada masa Orde Lama. Hutasoit sendiri Murbantoko dari Murba. www.journal.uniga.ac.id 17

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23 adalah presiden yayasan Doulus, sebuah yakni banyaknya pelanggaran HAM yang yayasan sosial terkemuka di kalangan terjadi pada umat Kristiani. umat Kristiani. Selain itu, Hidayat menilai bahwa Partai Damai Sejahtera didirikan kemunculan partai-partai umat Kristiani di setelah melalui serangkaian perenungan awal reformasi sebagai bukti adanya dan penelaahan atas berbagai peristiwa ketidakpercayaan dan kecurigaan umat dan tragedi yang mengancam eksistensi Kristiani terhadap umat Muslim. Perasaan manusia seperti peristiwa kerusuhan, saling curiga antara umat Kristiani dan pengrusakan, pembakaran gedung dan Muslim ini disebabkan oleh pemerintah tempat ibadah, serta berbagai pelanggaran Orde Baru yang melarang adanya diskusi HAM, dimana umat Kristiani menjadi dan wacana publik mengenai perbedaan- sasaran orang yang tidak perbedaan, termasuk masalah keagamaan. bertanggungjawab dan tidak bermoral. Kecurigaan umat Kristiani memuncak Kejadian ini menimbulkan keprihatinan pada pertengahan 1990-an, ketika presiden dari siapapun. Keprihatinan inilah yang mencari dukungan politik dengan mengawali kegalauan sekaligus mulai mengakomodasi aspirasi-aspirasi kepedulian oleh sekelompok anak muda kelompok Islam. Dari situlah kemudian yang tergabung dalam JALA (Jaringan berkembang kecurigaan umat Kristiani Pelayanan) Alumni Universitas Sam kepada umat Muslim karena khawatir Ratulangi di Jakarta dan JYF (Jakarta akan adanya penegakan syariat Islam di Youth Fellowship) juga di Jakarta yang Indonesia. Kekhawatiran itu bertambah biasa mengadakan persekutuan dan ketika pada tahun-tahun terakhir Suharto memiliki jadwal doa dan puasa setiap hari menjabat presiden, terjadi pembakaran Rabu dan kemudian didukung oleh gereja-gereja di berbagai tempat. beberapa Wartawan Tabloid Jemaat serangkaian kejadian inilah yang Indonesia. menjadikan umat Kristiani tidak percaya Saat berbuka puasa mereka lagi pada partai-partai yang ada (PDI dan mendiskusikan berbagai hal tentang Golkar) dan mendirikan partai umat kondisi bangsa ini, mulai dari ekonomi, Kristiani di awal reformasi. hukum, politik, agama, dan berbagai aspek kehidupan lainnya. Mereka mendapati Komunikasi Politik PDS di Parlemen realita bahwa wakil-wakil rakyat di badan Nasional (DPR-RI) legislatif bukan hanya tidak mampu Sebagaimana Parkindo yang mengekspresikan aspirasi rakyat yang memperjuangkan aspirasi kehawatiran diwakilinya, tetapi justru larut dalam kalangan Gereja terhadap isu-isu berbau konfigurasi politik yang terkesan tidak negara Islam dan syariat Islam, maka apa membela kepentingan-kepentingan yang diperjuangkan oleh PDS pun tidak kelompok yang lemah dan tertindas. jauh berbeda dengan yang ditunjukkan Berangkat dari keprihatinan di atas, PDS oleh Parkindo. Hal ini sesuai dengan teori akhirnya didirikan. Secara sederhana, bisa yang dikembangkan Aritonang yang dipahami bahwa pendirian PDS menjelaskan betapa Parkindo dijadikan merupakan solusi yang dari masalah yang sarana politik yang penting bagi kalangan dihadapi umat Kristiani pada saat itu, Gereja (DGI). (Aritonang, 2004:289-290) www.journal.uniga.ac.id 18

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23

Begitu pula yang terjadi dengan bertentangan dengan Pancasila dan UUD PDS. Dalam menjalankan perannya di 45 dan mengancam NKRI. Bahkan, dalam politik formal Indonesia anggota Komisi XI dari Fraksi PDS Retna (parlemen), PDS adalah partai politik Rosmanita Situmorang mengatakan umat Kristiani yang sangat didukung oleh fraksinya menolak seluruh draf daftar kekuatan kalangan Gereja seperti inventaris masalah (DIM) kedua RUU Persatuan Gereja Indonesia (PGI), tersebut. Penolakan dilakukan setelah Konferensi Wali Indonesia (KWI), selain fraksinya melakukan serangkaian dialog kalangan aktivis Kristen dari elemen dan pembahasan dengan berbagai mahasiswa dan akademisi. (The Jakarta stakeholder seluruh Indonesia dan Post, 26 Januari 2004) Sejalan dengan beberapa inti RUU tersebut yang tidak agenda Parkindo pada masa Orde Lama, sesuai konsep NKRI yang berdasarkan agenda PDS yang utama adalah terdiri dari Pancasila. tiga hal: pertama, menjaga hak-hak Selain itu, Fraksi PDS menolak minoritas; kedua, menjaga pluralisme; dan pengesahan RUU Pornografi. Bagi PDS, ketiga, menolak ide negara Islam dan isi RUU anti pornografi dinilai sangat syariat Islam. (Lihat Gambar 1) diskriminatif dan tidak menghormati Peran PDS di parlemen (2004- pluralisme bangsa. (The Jakarta Post, 25 2009) memang cukup besar. Namun Maret 2009) Penolakan RUU anti perannya yang paling menonjol adalah pornografi inipun didukung oleh Persatuan ketika PDS menolak berbagai isu penting Gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi di senayan yang dinilai diskriminatif, Wali Indonesia (KWI). Menurut PGI, merugikan kalangan minoritas, tidak RUU anti pornografi ini tidak menghormati adanya pluralitas menghormati ekspresi budaya bangsa (kebhinnekaan), dan kebangsaan. Di yang beragam. Sejalan dengan itu, KWI antaranya adalah penolakan PDS terhadap menilai bahwa kontroversi RUU ini Rancangan Undang-Undang (RUU) mengarah pada perbedaan ideologi dan tentang Perbankan Syariah, RUU Surat politik yang tajam, dan dikhawatirkan Berharga Syariah Negara (SBSN), RUU akan memicu terjadinya konflik komunal. Pornografi, RUU Pengelolaan Zakat, dan (the Jakarta Post, 4 November 2008) RUU jaminan produk halal. Tak hanya itu, Fraksi PDS juga Fraksi PDS DPR RI menyatakan menolak RUU Pengelolaan Zakat dan penolakannya terhadap RUU tentang RUU jaminan Produk Halal. Alasannya, Perbankan Syariah dan RUU Surat dua RUU Syariah tersebut dinilai Berharga Syariah Negara (SBSN). Surat berpotensi memicu polemik. (Seputar penolakan bernomor A.749/F.PDS/ DPR- Indonesia, 20 Februari 2009) Bahkan, RI/II/ 2008 ditujukan untuk Ketua DPR RI Fraksi PDS menegaskan, jika pemerintah Agung Laksono. Surat penolakan tetap memaksakan syariah maka Indonesia ditandatangani Ketua Fraksi PDS Pastor berada dalam keadaan terancam. RUU Saut M Hasibuan dan Sekretaris Carol Pengelolaan Zakat dan RUU Jaminan Daniel Kadang (www.kompas.com). Produk Halal juga merupakan suatu Sejumlah alasan dikemukakan dibalik bentuk RUU diksriminatif sama halnya penolakan itu di antaranya RUU tersebut dengan UU Pornografi. Apa yang www.journal.uniga.ac.id 19

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23 dianggap haram oleh sebagian orang untuk membantu mengawasi penerapan belum tentu haram bagi sebagian orang undang-undang ini di lapangan. Pasal lainnya. inilah salah satu yang menjadi keberatan Permasalah yang muncul dengan PDS, karena dinilai akan memicu adanya RUU Pengelolaan Zakat tersebut tindakan-tindakan kekerasan kepada para adalah bahwa zakat memiliki dasar hukum penjual makanan yang tidak berdasarkan Alquran yang merupakan mencantumkan label halal. RUU ini aturan agama Islam, hal ini bertentangan dinilai akan memberikan implikasi negatif dengan sifat UU yang mana setiap UU di lapangan, karena realita di masyarakat yang ditetapkan di negara Indonesia harus dan kultur tertentu makanan yang haram berlaku untuk setiap orang dan mengikat bagi Muslim seperti daging babi dan seluruh warga negara Indonesia. Jika suatu anjing dijual bebas. (The Jakarta Post, 17 aturan agama tertentu menjadi acuan bagi Februari 2009). suatu UU maka dikemudian hari bukan tidak mungkin ada agama atau kelompok lain yang mengajukan UU yang berdasarkan keyakinan mereka, yang mana ini justru akan menunjukkan ketidakpastian hukum di negara Indonesia kelak. Permasalahan lainnya adalah bahwa zakat menjadi bagian dalam penanggulangan kemiskinan namun hanya untuk kelompok agama tertentu yang meyakini agama tersebut. Jika RUU Pengelolaan Zakat ini disahkan maka akan ada pembedaan dalam masyarakat karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk yang terdiri dari berbagai agama. Bagi umat Muslim ketika mereka membayar zakat maka akan mengurangi pajak penghasilan yang haus dibayarkan, sedangkan bagi yang tidak membayar pajak maka besarnya pajak penghasilan tetap dan tidak ada pengurangan, hal ini akan memicu kecemburuan dalam masyarakat. (www.Christianpost.co.id) Berkaitan dengan RUU jaminan produk halal, PDS berkeberatan karena isi RUU ini akan menyulitkan dan bisa menimbulkan kekerasan di masyarakat. Dalam pasal 31 RUU tersebut disebutkan bahwa masyarakat diberikan keleluasaan www.journal.uniga.ac.id 20

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23

Gambar 1 Komunikasi Politik Umat Kristiani di Parlemen Indonesia

Sarana Komunikasi Politik Umat Kristiani pada Masa Orde Lama dan Orde Baru (Parkindo, Partai Katolik, PDIP, dan Golkar) Peran/Agenda 1. Menjaga hak-hak minoritas 2. Menjaga pluralisme 3. Menolak ide Negara Islam dan Syariat Islam

Parpol umat Kristiani Periode 2004-2009

(Partai Damai Sejahtera)

www.journal.uniga.ac.id 21

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23

Kesimpulan Kristen (protestan) di Indonesia Gerakan partai-partai politik umat dalamKonteks Pluralitas Kristiani di Indonesia memang Masyarakat Indonesia, tantangan memberikan warna tersendiri. Dalam dan peluang ditinjau dari sejarah bangsa Indonesia, kalangan umat perspektif historis”, makalah Kristiani dan khususnya partai politik dalam acara diskusi Studi Agama- umat Kristiani telah memberikan agama –Belajar Bersama kontribusi berharga bagi kemerdekaan Kelompok Antar-Iman, di Manado. maupun masa setelah kemerdekaan. Maarif, Ahmad Syafii. (2006). Islam dan Agenda-agenda partai politik umat Pancasila Sebagai Dasar Negara; Kristiani yang pernah tercatat dalam Studi tentang Perdebatan dalam sejarah bangsa Indonesia seperti Parkindo Konstituante”, Jakarta: LP3ES. dan PDS terlihat sangat khas karena McDonald, Lee Cameron, Western. berusaha menjadi watchdog bagi kaum (1968). Political Theory, Part 2, mayoritas bahwa NKRI dan pluralisme New York: Harcourt Jovanovich. bangsa adalah harga mahal yang harus Pye, Lucyan W. (1963). Communication dipertahankan. and Poltical Development, Dalam konteks demokrasi, peran Princenton NJ: Princenton PDS bisa jadi merupakan checks and University Press. balances atas agenda-agenda politik kelompok mayoritas. Dengan Internet keberadaannya, bangsa Indonesia akan Alaman, Ansel, ”Kongres III PDIP, senantiasa terjaga dari penyalahgunaan Regenerasi yang Mandek”, Harian kekuasaan yang biasa disebut sebagai Suara Pembaruan, 30 Maret 2010 “kedikatoran mayoritas dan tirani Hidayat, Rais, “Christian Party Offer minoritas”. Hope to Minority Voters”, The Jakarta Post, 26 Januari 2004 Daftar Pustaka “Christian PDS Party Fights to strengthen Buku country’s pluralism”, the Jakarta Agung, Mianto Nugroho dan Jeffrie AA. Post, 25 Maret 2009 Lempas (Ed.). (2004) Yesus dan “Commentary: anti-pornography bill Politik, Sebuah Bunga Rampai, could deepen religious devide”, the Komunitas Nisita, Jakarta:. Jakarta Post, 4 November 2008 Alfian. (1992). Pemikiran dan perubahan “Halal product bill harmful to people, says Politik Indonesia. Jakarta: PDS lawmakers”, the Jakarta Post, Gramedia. 17 Februari 2009 Aritonang, Pdt & Jan S. (2004). Sejarah “Keterlibatan Umat Pada Persoalan Perjumpaan Kristen dan Islam di Sosial”, Harian Umum Sinar Indonesia, BPK. Jakarta: Gunung Harapan, Sabtu, 29 Mei 2004 Mulia. “Panas di Sidang Akrab di Luar”, diakses ______, (2007). darihttp://majalah.tempointeraktif. “Dinamika Perkembangan com/id/cetak/2007/08/13/ LU/mbm.20070813.LU124715.id. www.journal.uniga.ac.id 22

Jurnal Komunikasi Hasil Pemikiran dan Penelitian Vol. 4; No. 1; Tahun 2018 Halaman 9-23

html, pada 17 November 2009 “Pemilu 2009 yang Memerdekakan” diakses dari Sumber: www.beritaindonesia.co.id/ beritautama/pemilu2009yangmeme rdekakan/page4/+hasil+parkindo+ pemilu+1955&cd=4&hl= id&ct=clnk&gl=id,, pada 5 April 2010, pkl. 20.30 Wib. “Peran Serta Umat Kristen Dalam Membangun Indonesia Baru,” Sumber:http://www.leimena.org/ jt20030913.html ”Umat”, Kompas.com 14/3/2008, diakses pada 5 April 2010, pkl. 14:10 WIB www.christianpost.co.id/dbase.ph ... |22&page=1www.kpu.go.idwww. partaidamaisejahtera.com, Harian Seputar Indonesia 20 Februari 2009.

www.journal.uniga.ac.id 23