188 Radicalisation and Dialogue in Papua INDONESIAN
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
RADIKALISASI DAN DIALOG DI PAPUA Asia Report N°188 – 11 Maret 2010 DAFTAR ISI RINGKASAN IKHTISAR ....................................................................................................... i I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 II. RADIKALISASI GERAKAN MAHASISWA PAPUA ................................................. 2 A. PERKEMBANGAN SETELAH JATUHNYA SOEHARTO ....................................................................... 2 B. FOKUS PADA FREEPORT ............................................................................................................... 4 C. PEMBENTUKAN KNPB ................................................................................................................. 5 III. AKSI KNPB ....................................................................................................................... 9 A. AKSI DI NABIRE ........................................................................................................................... 9 B. SERANGAN 9 APRIL TERHADAP POLSEK ABEPURA .................................................................... 10 C. PEMBAKARAN KANTOR REKTOR UNIVERSITAS CENDERAWASIH ............................................... 11 D. PENGGEREBEKAN RUMAH VICTOR YEIMO ................................................................................. 12 E. MEMUTUS HUBUNGAN DENGAN MASA LALU ............................................................................ 12 IV. PUNCAK JAYA .............................................................................................................. 14 A. TABUNI, ENEMBE DAN PASUKAN KEAMANAN ........................................................................... 14 B. KEKERASAN ............................................................................................................................... 15 V. PENDUDUKAN LAPANGAN UDARA KAPESO ...................................................... 18 VI. TIMIKA DAN PENEMBAKAN DI FREEPORT ........................................................ 21 A. PENEMBAKAN DI SEPANJANG JALAN FREEPORT ......................................................................... 21 B. SIAPA YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS PENEMBAKAN-PENEMBAKAN? .................................. 23 1. Pasukan Kelly Kwalik ................................................................................................................ 23 2. Kelompok OPM yang lain ......................................................................................................... 25 3. Persekongkolan proteksi TNI..................................................................................................... 25 C. PENEMBAKAN KELLY KWALIK .................................................................................................. 27 VII. PROSPEK DIALOG ................................................................................................. 28 A. INISIATIF LIPI-TEBAY ............................................................................................................. 28 B. TANGGAPAN PEMERINTAH DAN KEMUNGKINAN GANGGUAN .................................................... 29 C. PERLUNYA DUKUNGAN TINGKAT TINGGI .................................................................................. 29 D. KNPB DI MASA DEPAN ............................................................................................................. 30 VIII. KESIMPULAN .......................................................................................................... 31 LAMPIRAN A. PETA INDONESIA .............................................................................................................................. 32 B. PETA PROPINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT ...................................................................................... 33 C. PETA LOKASI PENEMBAKAN DI SEPANJANG JALAN PENAMBANGAN FREEPORT ............................... 34 Asia Report N°188 11 Maret 2010 RADIKALISASI DAN DIALOG DI PAPUA RINGKASAN IKHTISAR Di Papua, propinsi paling timur di Indonesia, terjadi pembentukan sebuah kelompok kecil pada bulan Oktober peningkatan kekerasan politik pada 2009, yang berlanjut 2008 bernama International Parliamentarians for West hingga 2010. Salah satu penyebab adalah meningkatnya Papua (IPWP) – telah mendorong para aktivis militan kegiatan para aktivis militan dari pegunungan tengah, untuk meyakini bahwa dukungan yang lebih banyak dari yang mayoritas dari mereka adalah anggota Komite internasional akan dapat mengubah dinamika politik di Nasional Papua Barat (KNPB). Para aktivis ini memutuskan dalam negeri. Beberapa kejadian kekerasan pada bulan sudah tak ada lagi harapan untuk mewujudkan tujuan April di Abepura, daerah di pinggiran ibukota propinsi utama mereka, yaitu sebuah referendum kemerdekaan Jayapura dimana sebuah universitas berada, pada masa lewat cara-cara damai, sehingga mengakibatkan sebagian pemilu legislatif, bisa dihubungkan langsung dengan mereka mendukung aksi kekerasan serta dalam beberapa KNPB. Anggotanya juga mungkin telah membantu kasus para aktvisi ini terlibat tindak kekerasan. Taktik memicu kekerasan di wilayah dataran tinggi kabupaten mereka dikecam oleh banyak rakyat Papua, tetapi pesan Puncak Jaya, lewat komunikasi dan koordinasi dengan mereka menggema luas, dan frustrasi yang mereka komandan TPN/OPM setempat, Goliat Tabuni. ucapkan adalah nyata. Dialog antara para pemimpin Papua dan pejabat pemerintah pusat, apabila disiapkan Di daerah lain dimana terjadi kekerasan, KNPB suka juga dengan hati-hati, menawarkan kemungkinan untuk dapat mengklaim bertanggung jawab meskipun tidak ada peran menanggapi berbagai keluhan yang sudah lama dirasakan langsung, seperti pada kejadian pendudukan lapangan oleh rakyat setempat, tanpa mempertanyakan kedaulatan terbang desa Kapeso di Mamberamo Raya. Indonesia. Kekerasan paling dramatis di Papua dalam delapan bulan KNPB bermula dari berkembangnya aktivisme para belakangan ini adalah serangkaian penembakan di sepanjang mahasiswa pro-kemerdekaan Papua setelah jatuhnya jalan utama tambang Freeport yang menghubungkan kota Soeharto pada 1998. Sejalan dengan terbentuknya dan Timika dan Tembagapura, yang ditujukan pada kendaraan pecahnya berbagai koalisi, KNPB muncul sebagai sebuah Freeport maupun Brimob. Banyak orang yang berada di kelompok yang sebagian besar anggotanya adalah dalam dan di luar Papua percaya bahwa pasukan keamanan mahasiswa dan mantan mahasiswa yang mengadopsi yang bertanggung jawab sebagai cara untuk menambah ideologi kiri yang militan dan menganggap diri mereka jumlah pasukan mereka dan pada akhirnya meningkatkan sebagai revolusionaris, berperang melawan negara kesempatan mereka memburu rente di Timika. Namun Indonesia dan perusahaan tambang emas dan tembaga Crisis Group percaya bahwa kemungkinan besar ada raksasa Freeport dekat Timika. Ada dua konsekuensi keterlibatan satu atau lebih komandan TPN/OPM, karena utama dari bertambahnya militansi mereka. Pertama, adanya pernyataan-pernyataan bahwa mereka mengklaim mereka makin intens bekerjasama dengan para tanggungjawab atas beberapa serangan tapi tidak semuanya gerilyawan Tentara Pembebasan Nasional/Organisasi dan adanya berbagai testimoni dari beberapa saksi. Tetapi Papua Merdeka (TPN/OPM) di wilayah Pegunungan terbuka juga kemungkinan lain yaitu ada beberapa pihak Tengah. Kedua, mereka semakin melihat bahwa satu- yang terlibat, yang disebut oleh warga Papua sebagai satunya harapan untuk dapat mencapai cita-citanya yaitu “satu piring, dua sendok”. dengan memperlihatkan kepada dunia bahwa Papua sedang dalam situasi darurat – dan hal ini berarti lebih terlihatnya manifestasi konflik. Kekerasan melonjak tahun 2009 sebagian karena tahun itu merupakan tahun diselenggarakannya Pemilu , dan pemilu memberikan sebuah fokus bagi sebagian aktivis pro kemerdekaan untuk melakukan aksi-aksi politik. Pemicu lainnya yaitu kegiatan di luar negeri – terutama Radikalisasi dan Dialog di Papua Crisis Group Asia Report N°188, 11 Maret 2010 Page ii Kekerasan, bercampur dengan kegiatan-kegiatan KNPB, telah berhasil meningkatkan profil Papua baik di dalam maupun luar negeri, dan telah menambah minat terhadap kemungkinan dialog antara para pemimpin Papua dan Jakarta mengenai berbagai masalah, yang ditujukan untuk menyelesaikan konflik. Jalan menuju dialog penuh dengan perangkap, dan ada kemungkinan gangguan dan banyak rasa ketidakpercayaan di antara kedua belah pihak. Banyak di pemerintah pusat yang percaya bahwa pembahasan apapun mengenai masalah-masalah non-ekonomi seperti otonomi yang lebih besar atau keluhan yang berhubungan dengan sejarah Papua hanya akan semakin memicu keinginan untuk merdeka dan mengaburkan perubahan positif yang sedang berlangsung. Mereka berargumentasi bahwa, tidak saja telah dilakukan “Papuanisasi” terhadap pemerintahan lokal dan sudah ada komitmen untuk mempercepat pembangunan, tetapi polisi juga secara bertahap telah menggantikan militer sebagai garis depan respon terhadap kegiatan separatis. Sebagian aktivis Papua percaya bahwa dialog seharusnya hanya dilakukan dengan mediasi internasional serta pilihan politik yang dibiarkan terbuka, bukan dialog dengan pilihan politik menerima otonomi dan menutup pintu kemerdekaan. Bahkan mereka yang menerima kedaulatan Indonesia percaya bahwa Jakarta memiliki sejarah hanya memberikan janji-janji tapi tak bisa menepatinya, dan apabila Jakarta setuju untuk melakukan dialog, hal itu hanya menjadi sekedar upaya Public Relations tanpa ada maksud untuk