Identifikasi Sektor Potensial Penggerak Kegiatan Ekonomi Kecamatan Kurang Berkembang Di Kab

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Identifikasi Sektor Potensial Penggerak Kegiatan Ekonomi Kecamatan Kurang Berkembang Di Kab MIMBAR, Vol. XXIV, No. 1 (Januari - Juni 2008): 59-67 Identifikasi Sektor Potensial Penggerak Kegiatan Ekonomi Kecamatan Kurang Berkembang di Kab. Tangerang ASEP HARIYANTO 1 , DADAN MUKHSIN 2 1,2 Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Planologi Unisba, Jl. Tamansari No.1 Bandung. Email: 1 [email protected], 2 [email protected] Abstract The success of regional development depend on some factors, especially economic activity. This study tries to illustrate potential economic factors to develop household economy over several sub-districts of Tangerang, particularly in less developed area. Several approach were carried out, i.e. economic, social, and physical, by employing some analysis methods such as Location Quotient, Shift Share, and SWOT Analysis. This study has found promising sectors to be developed in less economy capability subdistricts of Tangerang. Those sectors are food crop, fishery, farming, natural-based tourism, pilgrimage, small and medium scale industries. Kata kunci: potential sectors, economic catalyst, less developed. I. PENDAHULUAN kembangan dan kesiapannya mengelola pemerintahannya sendiri dengan meng- Sejalan dengan proses desentralisasi optimalkan seluruh potensi sumber daya yang pembangunan yang di dalamnya terkandung ada, baik sumber daya alam, manusia, dana tujuan dari pelaksanaan otonomi daerah, maupun teknologi. Pergeseran nilai ini maka kemampuan daerah (khususnya menyebabkan perubahan manajemen dari Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten) pola sentralistik menjadi desentralistik yang dalam melaksanakan pembangunan dengan menitikberatkan pemberdayaan daerah, pendekatan strategi perlu terus ditingkatkan, sehingga orientasi pembangunan mengalami dengan perencanaan dan pelaksanaan perubahan dari pola sektoral menjadi pola pembangunan yang lebih terarah dan opti- kewilayahan. mal. Hal tersebut dimaksudkan agar Kabupaten Tangerang dalam beberapa pembangunan dapat dilaksanakan secara tahun terakhir ini telah mengalami efisien dan efektif, baik yang berkenaan perkembangan yang luar biasa. Hal ini dengan pemanfaatan sumberdaya, maupun disebabkan karena letak geografis Kabupaten sumber dana, serta dalam rangka meng- Tangerang cukup strategis, kerena berdekatan integrasikan kegiatan dan berbagai aktivitas dengan DKI Jakarta. Keadaan ini memungkin- pembangunan antar lokasi dan antar sektor. kan untuk menerima imbas perkembangan DKI Dengan adanya perubahan paradigma Jakarta. Namun, dalam proses penjalarannya, tersebut membawa konsekuensi logis bagi tidak semua wilayah atau kecamatan di pemerintah dan masyarakat Kabupaten Kabupaten Tangerang menerima imbasan dan Tangerang yang menginginkan per- perkembangan tersebut, akan tetapi hanya 59 ASEP HARIYANTO. dkk. Identifikasi Sektor Potensial Pengerak Kegiatan Ekonomi ... terjadi di beberapa daerah yang mempunyai kendala pengembangannya yang dihadapi potensi dan akses yang tinggi terhadap DKI sehingga dapat dijadikan masukan untuk Jakarta dan daerah lainnya, khususnya daerah- pengembangan lebih lanjut yang pada akhirnya daerah yang dilewati jalur jalan regional. diharapkan dapat meningkatkan per- Untuk mencapai perkembangan yang kembangan wilayah secara keseluruhan. merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Berdasarkan penjelasan di atas, maka Tangerang perlu dilakukan penelitian ada beberapa permasalahan yang akan mengenai sektor-sektor potensial diangkat dalam penelitian ini yaitu: (1) Sektor- pembangunan di setiap daerah, khususnya sektor potensial apa saja yang mampu menjadi pada daerah-daerah yang masih rendah penggerak kegiatan ekonomi di kecamatan perkembangannya (kurang berkembang), yang kurang berkembang (Cisoka, Kronjo, yaitu daerah yang basis ekonominya Kresek, dan Jambe) Kabupaten Tangerang?; didominasi oleh kegiatan pertanian. (2) Sejauhmana sektor-sektor potensial Pembangunan daerah tersebut perlu terus tersebut dapat dikembangkan, sehingga ditingkatkan untuk mengimbangi per- mampu menjadi penggerak ekonomi di kembangan yang terjadi di daerah yang kecamatan yang kurang berkembang tersebut? pesat pertumbuhannya. Peningkatan tersebut Adapun manfaat tulisan ini di antaranya dilakukan di samping dengan cara adalah: (1) Sebagai masukan bagi Pemerintah mengupayakan keselarasan laju per- Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan dan tumbuhan antardaerah, juga dengan pengembangan sektor-sektor potensial yang memberikan perhatian khusus kepada menjadi penggerak kegiatan ekonomi pada daerah yang relatif masih tertinggal, daerah masa yang akan datang berkaitan dengan terpencil, daerah perbatasan, dan juga upaya peningkatan pendapatan daerah; (2) daerah minus dan padat penduduk. Pengembangan potensi (iklim usaha) yang Didasari oleh kondisi bahwa kondusif yang mendorong pelaku usaha lebih perkembangan perekonomian suatu wilayah berperan aktif; (3) Penelitian ini akan menjadi tidak terlepas dari unsur penunjang aktivitas sarana bagi masyarakat untuk memberikan perekonomian seperti barang, modal, pasar, masukan mengenai sektor-sektor potensial dan lain-lain. Sudah selayaknya kalau yang ada diwilayahnya yang dapat Pemerintah Kabupaten Tangerang berusaha dikembangkan; (4) Sebagai bahan masukan meningkatkan dan memberikan perhatian bagi para pelaku investasi (swasta dan yang lebih kepada daerah-daerah yang masyarakat) yang bergerak di bidang ekonomi kurang berkembang tersebut, sehingga di Kabupaten Tangerang; (5) Merangsang dan secara bertahap dapat meningkatkan membangkitkan motivasi kepada masyarakat perkembangan daerah tersebut yang pada di Kecamatan Cisoka, Kronjo, Kresek, dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan Jambe untuk lebih meningkatkan produktivitas daerah. Apalagi kegiatan potensial yang ada dari kegiatan ekonomi potensial yang ada di di daerah biasanya terbukti mampu bertahan wilayahnya. terhadap krisis ekonomi yang melanda Bangsa Indonesia akhir-akhir ini. A. Penjelasan Umum Berkaitan dengan hal tersebut, maka Tujuan pembangunan adalah untuk saat ini penulis ingin mencoba mengidentifikasi meningkatkan taraf hidup masyarakat kegiatan potensial yang menjadi penggerak menuju masyarakat adil dan makmur, kegiatan ekonomi di kecamatan yang kurang sehingga dapat dirasakan dan dinikmati oleh berkembang. Identifikasi Sektor Potensial ini seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya bertujuan untuk memberikan masukan kepada dinikmati oleh segolongan masyarakat yang Pemerintah Kabupaten Tangerang dan pihak- dapat disentuh oleh hasil-hasil pihak terkait mengenai sektor-sektor potensial pembangunan. yang menjadi penggerak kegiatan ekonomi dan Pembangunan harus dinikmati oleh 60 MIMBAR, Vol. XXIV, No. 1 (Januari - Juni 2008): 59-67 seluruh lapisan masyarakat dimanapun disebabkan pula oleh tidak terdapatnya mereka berada di seluruh wilayah Negara kemampuan wilayah tersebut untuk tumbuh Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian adil dan berkembang dengan kekuatan sendiri. dan makmur sebenarnya relatif, sehingga Dorongan pertumbuhan di wilayah yang sukar diberi batas kuantitatif. Namun, jelas kurang berkembang diperoleh dari pusat- bahwa yang dikehendaki masyarakat Indo- pusat pertumbuhan. nesia adalah pertumbuhan ekonomi yang Suatu wilayah yang kurang terus meningkat dan hasil pertumbuhan berkembang umumnya belum memobilisasi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan sumber daya alam, sumber daya manusia, masyarakat dan bukan hanya segolongan dan kelembagaannya yang sebenarnya kecil masyarakat saja. Mereka yang belum merupakan potensi bagi perkembangan tersentuh dan menikmati hasil-hasil wilayah (Stohr, 1981: 43). Pemanfaatan pembangunan tersebut yaitu masyarakat teknologi belum terlaksana sepenuhnya di “terbelakang”. wilayah tersebut. Mengalirnya potensi Pada dasarnya, setiap daerah/wilayah sumber daya alam dari wilayah tersebut ke mempunyai potensi penunjang kehidupan wilayah maju juga menjadi penyebab kurang yang berbeda antara satu dengan yang berkembangnya wilayah tersebut. lainnya. Perbedaan ini tercermin dari Perekonomian suatu wilayah yang perbedaan fungsi dan tingkat perkembangan- kurang berkembang dicirikan oleh dominasi nya. Besar kecilnya tingkat perkembangan sektor pertanian. Sektor pertanian ini suatu daerah sangat tergantung pada faktor- mempunyai tingkat produktivitas dan laju faktor perkembangan, yang meliputi aspek pertumbuhan yang rendah. Kurang fisik, demografi dan sosial-budaya, ekonomi, berkembangnya suatu wilayah juga dan kelembagaan. disebabkan terdapatnya budidaya pertanian Secara geografis, perkembangan yang masih bersifat tradisional/sangat wilayah pasti tidak seimbang, letak sumber sederhana dan subsistem serta terdapatnya daya alam dan sumber daya manusia kelebihan tenaga kerja yang tidak dapat tersebar tidak merata. Potensi dan nilai lokasi diserap oleh sektor lain. dari masing-masing wilayah juga berbeda- Kurang berkembangnya suatu wilayah beda (Hirchman, 1970: 25). Pada beberapa juga disebabkan adanya kemiskinan tempat terdapat titik-titik pertumbuhan struktural yang disebabkan oleh interaksi (Growth Point) yang merupakan kekuatan antara wilayah tersebut dengan wilayah besar untuk mendorong pemusatan maju. Kinerja suatu wilayah yang kurang pertumbuhan ekonomi. berkembang berlawanan dengan kinerja Adanya keuntungan eksternal di titik- wilayah maju yang memiliki kekuatan titik pertumbuhan menyebabkan semakin dinamis dari dalam yang mendorong untuk besarnya pemusatan pertumbuhan ekonomi selalu memproduksi dan sebagai tersebut. Pada perkembangan selanjutnya, konsekuensinya juga mendorong wilayah yang mempunyai titik pertumbuhan produktivitas wilayah yang lebih tinggi dapat menjadi wilayah maju yang akan terus dibandingkan dengan wilayah yang kurang
Recommended publications
  • Lampiran Peraturan Bupati Tangerang Nomor 18 Tahun
    LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN ANGGARAN 2016. Alokasi Berdasarkan Formula Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG Pagu Dana Desa No. Kecamatan Nama Desa Alokasi Dasar Rasio Jumlah Rasio Jumlah Indeks Rasio Indeks Jumlah Luas Rasio Luas Total Bobot Alokasi Formula per-Desa Jumlah Bobot Penduduk Penduduk Bobot Bobot Kesulitan Kesulitan Bobot Penduduk Wilayah Wilayah Penduduk Miskin Miskin Geografis Geografis (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) = (7) + (10) + (13) + (16) (18) (19)= (4) + (18) 1 BALARAJA CANGKUDU 565.640.000 18682 0,00732413 0,00183103 657 0,00385507 0,00134927 4,30 0,00476973 0,00047697 21,99 0,00264667 0,00079400 0,00445128 131.813.002 697.453.001 CANGKUDU 2 BALARAJA TALAGASARI 565.640.000 12624 0,00494914 0,00123728 148 0,00086842 0,00030395 2,19 0,00243029 0,00024303 19,80 0,00238297 0,00071489 0,00249915 74.005.786 639.645.785 TALAGASARI 3 BALARAJA TOBAT 565.640.000 16864 0,00661140 0,00165285 686 0,00402523 0,00140883 5,67 0,00629150 0,00062915 31,66 0,00381078 0,00114323 0,00483406 143.148.127 708.788.126 TOBAT 4 BALARAJA SENTUL 565.640.000 11814 0,00463158 0,00115790 110 0,00064545 0,00022591 3,73 0,00414512 0,00041451 25,74 0,00309768 0,00092930 0,00272762 80.771.227 646.411.226 SENTUL 5 BALARAJA GEMBONG 565.640.000 9087 0,00356249 0,00089062 1093 0,00641338 0,00224468 4,93 0,00547383 0,00054738 20,94 0,00252022 0,00075607 0,00443875
    [Show full text]
  • Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun
    LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG , Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 78 ayat (4) huruf c mengamanatkan penyusunan atau penyesuaian Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; b. bahwa rencana tata ruang Kabupaten Tangerang sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang tidak sesuai lagi dengan perkembangan sosial, ekonomi, politik, lingkungan regional , dan global, sehingga berdampak pada penurunan kualitas ruang di Kabupaten Tangerang; c. bahwa penataan ruang dilakukan sesuai kaidah - kaidah perencanaan yang mencakup azas keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian, keberlanjutan, serta keterkaitan antarwilayah; d. bahwa ... -2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang–Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); 3. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok–Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 5.
    [Show full text]
  • Bab 3 Rencana Pembangunan Wilayah Di Kabupaten
    Laporan Akhir 3 - 1 BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH DI KABUPATEN TANGERANG 3.1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Sesuai RKPD visi Kabupaten Tangerang adalah ”Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan”, yang dimaksud dengan : 1. Masyarakat kabupaten Tangerang; adalah kelompok orang dengan segala aspek kehidupannya, yang meliputi sikap perilaku dan pola pikir dalam sosial budaya, agama, politik, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan teknologi yang memanfaatkan sumbar daya alam dan sumber daya buatan yang ada di Kabupaten Tangerang; 2. Beriman; adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta hidup rukun antar umat manusia.Terpenuhinya kebutuhan manusia dari segi meteri memerlukan penyeimbang dari sisi rohani, sehingga terjamin keseimbangan mental dan spiritual; 3. Maju; berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup yang lebih baik, proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan fungsi, peran dan kedudukan masing-masing anggota masyarakat; 4. Mandiri; berarti mampu mengatasi permasalahan dan hidup bertanggung jawab dengan tidak ada ketergantungan pada pihak lain Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Tangerang Laporan Akhir 3 - 2 atau dikendalikan oleh pihak lain. Visi kemandirian adalah tetap berada koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945; 5. Berorientasi Industri; berarti perilaku yang mengarah pada pertimbangan ekonomis dengan memperhitungkan tenaga, waktu, biaya, dan sumber daya teknologi yang terus berkembang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi beriorentasi pasar; 6. Berwawasan Lingkungan; berarti orientasi pembangunan mempertimbang-kan kondisi lingkungan yang harus dipatuhi oleh setiap pelaku pembangunan karena pembangunan berwawasan lingkungan akan memberi manfaat bagi kelangsungan hidup dan pembangunan.
    [Show full text]
  • H. Winarso Access to Main Roads Or Low Cost Land? Residential Land Developers Behaviour in Indonesia
    H. Winarso Access to main roads or low cost land? Residential land developers behaviour in Indonesia In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, On the roadThe social impact of new roads in Southeast Asia 158 (2002), no: 4, Leiden, 653-676 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/04/2021 02:29:57AM via free access HARYO WINARSO Access to main roads or low cost land? Residential land developers' behaviour in Indonesia The rapid growth of the urban population in the Third World has obvious implications not only for the provision of basic infrastructure but also for land development. It has been reported that in 1990, around 42 per cent of the Third World's total urban population was living in informal settlements, many of them located on urban fringes (World Resource Institute, quoted by Browder, Bohland, and Scarpaci 1995). But many urban residents also live in settlements on urban fringes created by land developers. This is particularly visible in cities of countries that have enjoyed massive economie growth, such as Bangkok (Foo 1992a, 1992b; Dowall 1991). In Jabotabek,1 the private sector has urbanized 16,600 hectares of rural land far away from the built-up area of Jakarta, selling around 25,000 hous- ing units annually. This was achieved by private developers in the Jabotabek area, an emerging mega-urban region in Indonesia, between the 1970s and the 1990s (Winarso 1999; Winarso and Kombaitan 1995). In the Jabotabek area, land developments, particularly those for residential use, have pen- etrated far into rural areas, creating urban sprawl (Henderson, Kuncoro, and Nasution 1996; Firman and Dharmapatni 1994; Firman 1994; Noe 1991; Winarso and Kombaitan 1995).
    [Show full text]
  • Indonesia's ISIKHNAS in Animal Disease Reporting System
    Intregrated real-time animal health and production information system Directorate General` of Livestock and Animal Health Services Ministry of Agriculture Reporting Conventional reporting Report via ISIKHNAS Animal Health - MoA Animal Health - MoA Provincial Services District Provincial Services ISIKHNAS Services District Services Officer/ Officer/ Farmer Farmer Principle • Realtime • Capturing atomic data • Integrated • Reporting every event of disease • Notification to everyone who needs it Australia Indonesia Partnership for Emerging Infectious Diseases (AIPEID) Bilateral Cooperation between Indonesian Ministry of Agriculture and the Australian Government Department of Agriculture Objective: sustainable strengthening of Indonesia’s Veterinary Services Implementation: 2011-2015, End in June 2018 All maintenance cost is Now provided by Government Transfer knowledge for maintenance is on going until end of 2018 Data managed by iSIKHNAS Registered ISIKHNAS Users (Januari 2018): 2.781.557 - Farmers 2.770.872 - Officers 10.685 34 Provinces >94 % District District Reports through ISIKHNAS Officer registered in ISIKHNAS per Province Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Dki Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Di Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku
    [Show full text]
  • Perda No 20 2006 Tentang Pembentukan Kecamatan
    LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 20 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUKAMULYA, KELAPA DUA, SINDANG JAYA, SEPATAN TIMUR, SOLEAR, GUNUNG KALER DAN MEKAR BARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan memperhatikan perkembangan jumlah penduduk, luas wilayah dan semakin meningkatnya beban tugas serta valume kerja dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Kecamatan Balaraja, Curug, Cisoka, Pasar Kemis, Sepatan, Kresek, Kronjo, Rajeg, Legok, Jayanti, dan Pagedangan, dipandang perlu dimekarkan dengan membentuk Kecamatan Sukamulya, Kelapa Dua, Sindang Jaya, Sepatan Timur, Solear, Gunung Kaler dan Mekar Baru; b. bahwa pembentukan Kecamatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat mendorong peningkatan pelayanan dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta kemajuan dalam memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang ada di wilayahnya guna mendukung penyelenggaraan otonomi daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Kecamatan Sukamulya, Kelapa Dua, Sindang Jaya, Sepatan Timur, Solear, Gunung Kaler dan Mekar Baru. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010); 2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pedoman Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
    [Show full text]
  • Statistik Kependudukan Kab Tang 2020.Pdf
    DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN TANGERANG @disdukcapil_kab_tangerang tangerangkab.go.id/disdukcapil Disdukcapil Kabupaten Tangerang KATA PENGANTAR Statistik Kependudukan Kabupaten Tangerang Tahun 2020 merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tangerang yang diterbitkan setiap tahun. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 7 huruf g “Pemerintah Kabupaten / Kota berkewajiban dan bertanggungjawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan yang dilakukan oleh Bupati/Walikota dengan kewenangan meliputi pengelolaan dan penyajian data kependudukan berskala Kabupaten/Kota”. Diharapkan dengan adanya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) diharapkan pula akan menjadi sumber informasi utama tentang kependudukan di Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Tangerang khususnya. Data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan hasil pengolahan database (SIAK) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tangerang Tahun 2020. Untuk itu dengan memanfaatkan database kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tangerang, maka disusunlah Statistik Kependudukan Kabupaten Tangerang Tahun 2020. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan serta partisipasi dalam penyusunan Statistik Kependudukan Kabupaten Tangerang 2020. Untuk perbaikan publikasi ini, tanggapan
    [Show full text]
  • Bupati Tangerang Provinsi Banten
    BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 30 TAHUN 2019 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PADA DINAS DAN BADAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Dan Badan Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang telah diatur dalam Peraturan Bupati Peraturan Bupati Nomor 115 Tahun 2016 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 115 Tahun 2016 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Dan Badan Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang; b. bahwa dengan tetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah, maka peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu diganti untuk disesuaikan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan untuk melaksanakan Surat Gubernur Banten Nomor 069/486-Org/2018 tanggal 29 Januari 2018 perihal Rekomendasi Pembentukan UPTD di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Pada Dinas Dan Badan Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 2.Undang-Undang… -2- 2.
    [Show full text]
  • Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 T
    LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG , Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 78 ayat (4) huruf c mengamanatkan penyusunan atau penyesuaian Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; b. bahwa rencana tata ruang Kabupaten Tangerang sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang tidak sesuai lagi dengan perkembangan sosial, ekonomi, politik, lingkungan regional , dan global, sehingga berdampak pada penurunan kualitas ruang di Kabupaten Tangerang; c. bahwa penataan ruang dilakukan sesuai kaidah - kaidah perencanaan yang mencakup azas keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian, keberlanjutan, serta keterkaitan antarwilayah; d. bahwa ... -2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang–Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); 3. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok–Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 5.
    [Show full text]
  • Bab 2 Karakteristik Perumahan Dan Permukimandi Kabupaten Tangerang
    Laporan Akhir 2 - 1 BAB 2 KARAKTERISTIK PERUMAHAN DAN PERMUKIMANDI KABUPATEN TANGERANG 2.1 ADMINISTRASI Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Banten terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106o20’-106o43’ Bujur Timur dan 6o20’-6o20’ lintang selatan dengan luas wilayah 959,61 km2 atau 12,62 % dari seluruh luas wilayah propinsi Banten dengan batas-batas wilayah: Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta,Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-8% menurun ke Utara.Ketinggian wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut.Daerah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan. Secara administratif pada tahun 2009 Kabupaten Tangerang memiliki 29 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 274 wilayah Desa dan Kelurahan. Rencana Program Investasi Jangka Menengah(RPIJM) Kabupaten Tangerang Laporan Akhir 2 - 2 Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Tangerang Rencana Program Investasi Jangka Menengah(RPIJM) Kabupaten Tangerang Laporan Akhir 2 - 3 2.2 SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN Tahun 2010 Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang mencapai 2.838.621 jiwa terdiri dari 1.454.914 jiwa laki-laki dan 1.383.707 jiwa perempuan, dilihat dari. Jumlah penduduk tersebut mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2009.Berdasarkan distribusinya perkecamatan, terlihat bahwa kecamatan Cikupa dan Pasar Kemis menjadi kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, hal ini sepadan dengan perkembangan perekonomian yang cukup signifikan di kedua wilayah kecamatan ini.
    [Show full text]
  • Deconcentration of Small-Scale Industry in Greater Jakarta Metropolitan
    Proceedings JABODETABEK 2013 RESILIENT MEGACITIES: IDEA, REALITY, AND MOVEMENT IPB INTERNATIONAL CONVENTION CENTER Bogor, 8 - 9 October 2013 Cataloging in Publication Data © Bogor Agricultural University (IPB) Center for Regional System Analysis, Planning and Development (Crestpent) Cataloging in Publication Data Proceeding of Jabodetabek Study Forum, Crestpent IPB/ ErnanRustiadi, Tommy Firman, Ruchyat D. Djakapermana, Christophe Girot, Hadi S. Arifin, R. B. Singh, Shin Muramatsu, Setia Hadi, Alinda F. Zain (Eds.) ISBN : 978-602-72009-0-6 First Publish 2014 Copyeditor : Galuh S. Indraprahasta Candraningratri E. Widodo Rezky Khrismansyah Cindy Aliffia F. S. Putri Cantika Layouter : Muhammad Nurdin Cover Designer : Januar Sena Published by: Crespent Press@2014, member of IKAPI P4W/Crestpent IPB, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor 16144 Phone/Fax: +62 (0)251 8359072 Email: [email protected] All rights reserved. iv Preface The 4th Jabodetabek (Greater Jakarta) Forum Seminar with the theme “Resilient Megacity: Idea, Reality and Movement” was held in Bogor, Indonesia, during 8-9 October 2013. This event was attended by Indonesian as well as foreign participants, particularly from RIHN network and ETH Zurich-NUS colleagues. The plenary lectures were very insightful and delivered by distinguished keynote speakers, which include the Deputy Minister from the Ministry of Public Works, Deputy Minister from the Coordinating Ministry of Economic Affairs, and Dean of Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. The government spectrum has broaden our understanding about the policy challenges that we are facing today. The academic explanation, on the other side, has opened up another perspective of viewing those challenges. The parallel session was attended by 33 participants and was productive in term of sharing knowledge and experiences.
    [Show full text]
  • Bab 4 Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Tangerang
    Laporan Akhir 4 - 1 BAB 4 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH KABUPATEN TANGERANG 4.1. RUMUSAN MASALAH PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Berdasarkan hasil kajian di Bab 2 maka rumusan masalah perumahan dan permukiman serta bidang keciptakaryaan dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Rumusan Masalah Perumahan Dan Permukiman Serta Bidang Keciptakaryaan BIDANG MASALAH BESARAN RENCANA KECIPTAKARYAAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH Perumahan Berkembangnya 407 Lokasi 13.950 KK - permukiman kumuh, (Kumuh), 5.283 KK terutama di wilayah dibantaran sungai. utara. Penyangga DKI Jakarta - Kepadatan (Migrasi Penduduk) penduduk diarahkan padat pada lokasi- lokasi perkotaan (Kelapa Dua, Cisauk, Cikupa, Pasar Kemis, Curug) wilayah utara dan barat diarahkan untuk kepadatan rendah. Kecenderungan 801,56 Ha, 8.906 unit Wilyah berbatasan pengembangan dengan Kota perumahan baru di Tangerang Selatan, wilayah tengah dan Tangerang dan DKI selatan. Jakarta diarahkan untuk Perumahan Perkotaan. Rencana Program Investasi Jangka Menengah(RPIJM) Kabupaten Tangerang Laporan Akhir 4 - 2 BIDANG MASALAH BESARAN RENCANA KECIPTAKARYAAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH Berkembangnya kluster- - kluster kecil perumahan yang cendrung memberikan beban tinggi terhadap ketersediaan prasarana jalan, drainase, limbah, air bersih dan persampahan. Rencana - Direncanakan Pengembangan areal pengembangan reklamasi di wilayah pulau-pulau reklamsi utara untuk untuk permukiman Permukiman. yang didukung oleh sarana dan prasarana Tidak berkembangnya - - Kasiba/Lisiba Maja – Solear. Jaringan Beberapa lokasi di - Pengembangan Transportasi wilayah utara belum jaringan jalan baru memiliki aksesibilitas antar desa desa dan yang baik. kota kecamatan. Peninkatan dan perbikan jalan dan jembatan. Beberapa lokasi masih - Peninkatan dan ditemui buruknya perbikan jalan dan jaringan jalan baik jembatan. dalam lokasi permukiman maupun antara pusat-pusat pertumbuhan. Rencana Jaringan Toll - Direncanakan yang belum terealisasi.
    [Show full text]