ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN DALAM FUNGSI PENDIDIKAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh CITRA GIA NOURIFIANA NIM. 072692

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2011

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Citra Gia Nourifiana

NIM : 072692

Tempat, Tanggal Lahir : Banyumas, 11 Mei 1989

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten

Tangerang Dalam Fungsi Pendidikan adalah hasil karya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, Juni 2011

Materai Rp. 6.000

Citra Gia Nourifiana

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : CITRA GIA NOURIFIANA

NIM : 072692

Judul skripsi : ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN

TANGERANG DALAM FUNGSI PENDIDIKAN

Serang, 06 Juni 2011 Skripsi ini Telah Disetujui untuk Diujikan

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Agus Ajafari., M.Si Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si

Mengetahui Dekan FISIP UNTIRTA

Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si

PROGRAM ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : CITRA GIA NOURIFIANA NIM : 072692 Judul skripsi : ANALISIS FUNGSI WILAYAH KABUPATEN TANGERANG DALAM FUNGSI PENDIDIKAN

Telah dipertahankan dalam ujian Sidang dan Komprehensif pada Program Stusi Ilmu Administasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tanggal 6, bulan Juni Tahun 2011, dan dinyatakan LULUS. Serang, Juni 2011 Ketua Penguji Rina Yulianti, S.IP, M.Si NIP: 197407052006042011 (…………………)

Anggota Arenawati S.Sos, M.Si NIP: 197004102006042001 (…………..…..…)

Anggota Ipah Ema Jumiati, M.Si NIP: 197501312005012004 (………………….)

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Dr. H. Ahmad Sihabudin, M.Si NIP:196507042005011002

ABSTRAK

Citra Gia Nourifiana. NIM.072692. SKRIPSI. Penelitian ini disusun atas terjadinya diskriminisi penerimaan siswa baru di Kabupaten Tangerang dengan adanya pengkuotaan. Pendidikan adalah hak bagi seluruh warga nagara khususnya penduduk usia sekolah untuk mendapatkannya dengan akses yang mudah dan bermutu baik. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini hanya kepada daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih bermutu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan dan untuk menganalisis kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan untuk mendukung terpenuhinya daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang atas fasilitas pendidikan di Kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik settlement function analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Tangerang belum mampu menyediakan daya tampung sekolah yang cukup memadai dan menunjukkan bahwa daya dukung Kabupaten Tangerang dalam menyediakan wilayah untuk pelayanan umum berupa fungsi pendidikan masih kurang. Oleh karena itu, pembangunan gedung sekolah baru ataupun penambahan ruang kelas sangat dibutuhkan di setiap Kecamatan yang ada di kabupaten Tangerang. Penambahan dana harus mendukung karena pendidikan bersifat darurat dan merupakan hak dasar warga negara Kabupaten Tangerang.

ABSTRACT

Citra Gia Nourifiana. NIM.072692.SKRIPSI. This research was based on the discrimination in the admission of new student in by limiting the number of new students entering at the beginning of the new school year (quota). Education is a right for every Indonesian citizen, especially school-age citizens to have good quality education without obstacles. The problem statement of this research was How Tangerang Regency Function Analysis in the Role of Education is. The purpose of this study was to analyze how significant the Tangerang Regency function analysis in the role of education is and to analyze the policies that could be carried out for the fulfilment of the Tangerang Regency carrying capacity of educational facilities. The method used in this research was qualitative method. The data collection technique utilized in this research was the study of documentation and the data was analyzed using settlement function analysis technique. The results showed that Tangerang Regency had not been able to provide adequate school capacity and it indicated that Tangerang Regency still lacks in providing territory for public services in the form of educational units. Consequently, the construction of new school buildings or additional classrooms is needed in every district in Tangerang Regency. The injection of additional fund for education is essential because education is crucial for everybody and it is one of the basic rights to all citizens of Indonesia, which also includes the people of Tangerang Regency.

Motto dan Persembahan

Our greatest glory is not in never falling but in rising everytime we fall (buku 5cm) because The man with the greatest soul will always face the greatest war with the low minded person (orang yang berjiwa besar akan selalu menghadapi perang besar dengan orang yang berpikiran rendah dan pendek)

karya tulis ini ku persembahkan untuk mama dan ayahku tercinta serta adikku tanpa mereka tak mungkin saya menjadi pribadi seperti ini tak mungkin seberuntung ini dan tak mungkin terberkati dengan begitu banyak kasih sayang Ya ALLAH terima kasih atas rahmatMU ini

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Kegiatan Strategis Pemerintah dengan Masyarakat...... 21

TABEL 2 Jenis-Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kegiatan Strategis...... 21

TABEL 3 Instrumen Penelitian...... 38

TABEL 4 Jadwal Pelaksanaan Penelitian...... 45

TABEL 5 Matriks Jarak Antara Kabupaten Tangerang dengan Kota/Kabupaten

Lainnya...... 73

TABEL 6 Perhitungan settlement function analysis jenjang TK dan RA...... 74

TABEL 7 Perhitungan settlement function analysis jenjang SD dan MI...... 77

TABEL 8 Perhitungan settlement function analysis jenjang SMP dan MTS.. 80

TABEL 9 Perhitungan settlement function analysis jenjang SMA.MA,SMK.. 82

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Siklus Skematik dari Kebijakan Publik...... 22

Gambar 2 Tugas-Tugas Organisasi dalam Masyarakat...... 25

Gambar 3 Kerangka Berpikir...... 35

Gambar 4 Peta Kabupaten Tangerang...... 58

DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajara 2009-2010

2. Dokumen Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009, Badan Pusat

Statistik Kabupaten Tangerang

3. Pedoman Wawancara

4. Dokumen Foto

5. Panduan Bimbingan Skripsi

6. Surat Ijin Penelitian Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Hasil penelitian ini diajukan untuk memenuhi salah satu syrat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara dengan judul “Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan”. Maka dengan ketulusan hati peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1. Orangtua tercinta yang memeberi dukungan baik materil ataupun imateril. 2. Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc sevagai Rektor Untirta 3. Prof. Dr. Ahamad Sihabudin, M.Si sebagai Dekan FISIP Untirta 4. Dr. Agus Sjafari., M.Si sebagai Pembantu Dekan I dan sebagai Pembimbing pertama 5. Rahmi Winangsih., M.Si sebagai Pembantu Dekan II 6. Idi dimiati, M.Si sebagai Pembantu Dekan III 7. Kadung Sapto Nugroho M.Si ketua Prodi FISIP Untirta. 8. Rina Yulianti M.Si sebagai Sekretaris Prodi FISIP Untirta 9. Ibu Ipah Ema Jumiati M.Si sebagai dosen pembimbing kedua 10. Teman-teman tercinta

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, kritik dan saran diharapkan oleh penulis untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Tangerang, Juni 2011

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PERSETUJUAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

KATA PENGANTAR ...... i

DAFTAR ISI….…………………………………………………...... ……….. iii

BAB I PENDAHULUAN………………………….....………………………. 1

1.1. Latar Belakang Masalah.………………...... …………………….. 1

1.2. Identifikasi Masalah ...... …………...…...... 8

1.3. Perumusan Masalah.………………...... …...... ………………….. 9

1.4. Tujuan Penelitian...... …………...…...... 9 1.5. Kegunaan Penelitian…...... ………...…...... 9

1.5.1. Kegunaan teoritis.………………...... ………………….. 9

1.5.2. Kegunaan Praktis...... …………...... 10

1.6. Sistematika Penulisan...... ….…...…...... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....….………………...…………………...….. 12

2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah...... ………..………...... 12

2.2. Analisis Fungsi Wilayah...... ….....………...... 15

2.2.1. Profil Wilayah...... ………..………….…...... 17

2.2.2. Analisis Jarak...... ………..... 19

2.2.3. Teori Sektor...... ………..…..…...... 19

2.3. Kebijakan Publik...... …..... 20

2.3.1. Pengertian Kebijakan Publik...... ……..... 20

2.3.2. Kebijakan Publik Paling Dasar...... …...... 24

2.4. Konsep Pendidikan...... …...... 27

2.4.1 Konsep Manajemen Pendidikan...... …...... 28

2.5. Kerangka Berpikir...... …...... 29

BAB III METODE PENELITIAN...... ….……………....……………...….. 32 3.1. Metode Penelitian...... …...... 32

3.2. Instrumen Penelitian...... …...... 32

3.2.1 Jenis dan Sumber Data...... …...... 33

3.3. Informan Penelitian...... …...... 36

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data...... …...... 37

3.4.1. Teknik Pengolahan Data...... …...... 37

3.4.2. Analisis Data...... …...... 38

3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ...... …...... 41

3.6. Lokasi dan Jadwal Penelitian...... …...... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN...... ….……………....……………...….. 45

4.1. Deskripsi Objek Penelitian...... …...... 45

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang...... …...... 45

4.1.1.1 Visi Kabupaten Tangerang...... …...... 47

4.1.1.2 Misi Kabupaten Tangerang...... …......

48

4.1.1.3 Sejarah Kabupaten Tangerang......

52 4.1.1.4 Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Tangerang......

56

4.1.2 Dinas Pendidikan ...... 58

4.1.2.1 Visi Dinas Pendidikan...... 58

4.1.2.2 Misi Dinas Pendidikan...... …......

59

4.1.2.3 Dasar Hukum ...... …......

60

4.1.2.4 Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kabupaten

Tangerang......

61

4.1.2.5 Ruang Lingkup Dinas Pendidikan...... …......

62

4.1.2.5.1 Jalur Horizontal...... …......

62

4.1.2.5.2 Jalur Vertikal...... …......

63

4.1.2.6 Sistem Pendidikan Nasional...... …......

64

4.1.2.7 Jalur Pendidikan...... …......

64 4.1.2.7.1 Pendidikan Dasar......

65

4.1.2.7.2 Pendidikan Menengah......

65

4.1.2.7.3 Pendidikan Tinggi......

66

4.1.2.7.4 Pendidikan Nonformal......

66

4.1.2.7.5 Pendidikan Informal......

67

4.1.2.7.6 Pendidikan Anak Usia Dini......

67

4.1.2.7.7 Pendidikan Kedinasan......

68

4.1.2.7.8 Pendidikan Keagamaan......

68

4.1.2.7.9 Pendidikan Jarak Jauh......

68

4.1.2.7.10 Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan

Khusus......

69 4.2. Informan Penelitian...... 70

4.3. Deskripsi dan Analisis Data ...... …...... 71

4.3.1. Deskripsi Data ...... …......

71

4.3.2. Analisis Data ...... …......

71

4.4. Interpretasi Hasil Penelitian ...... …......

89

4.4.1. Masalah Pemerataan Pendidikan...... …......

90

4.4.2.Pemecahan Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi

Pendidikan...... …......

96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...... ………....……………...….. 101

DAFTAR PUSTAKA...... 106

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 1,

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 ). Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 ayat 2,

Undang-undang nomor 20 tahun 2003).

Tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan undang-undang dasar 1945 adalah mencakup empat hal, yaitu :

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia.

2. Memajukan kesejahteraan umum dan

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa serta

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Berdasarakan keempat poin di atas maka dapat kita simpulkan bahwa negara Indonesia melindungi negara tanah air dan seluruh warga negara indonesia baik yang berada di dalam maupun di luar negeri. Selain itu negara kita menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil, sentosa, dan mencerdaskan kehidupan bangsa salah satunya adalah dengan pendidikan. Selain itu negara Indonesia turut berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia untuk kepentingan bersama serta tunduk pada perserikatan bangsa-bangsa.

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Bagian Kedua Fungsi dan Tujuan Pasal 3

Perda No. 11 Tahun 2007).

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan tidak boleh ada yang terbatasi dalam akses untuk mendapatkan pendidikan tersebut tapi pada kenyataannya, dengan adanya otonomi daerah yang memisahkan satu daerah menjadi dua daerah yaitu Kabupaten dan Kota (Contoh Kota Tangerang dan

Kabupaten Tangerang) menjadi penghalang bagi warga negara terutama siswa untuk mengakses pendidikan yang lebih bermutu seperti tertera pada Bab III

Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4 ayat 1 yang berbunyi Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Kota biasanya selalu menjadi pusat berbagai kegiatan bahkan semua kegiatan termasuk pendidikan yang lebih bermutu begitu juga Kota Tangerang dimana kota ini menjadi sasaran para siswa yang berasal dari Kabupaten Tangerang karena selain pusat segala kegiatan, pendidikan yang ada di Kota

Tangerang memang sudah terbukti kualitasnya dari mulai gedung sekolah, guru sampai kepada alumninya sedangkan Kabupaten Tangerang sendiri belum bisa lebih bermutu dalam segi pendidikan, fasilitas yang ada pada sekolah belum bisa sebagus dan bermutu seperti di Kota Tangerang sehingga menyebabkan siswa yang ada di Kabupaten Tangerang ingin bersekolah di sekolah yang berkualitas.

Keinginan ini berbenturan dengan peraturan daerah dimana para orangtua yang ingin anaknya bersekolah di tempat yang lebih bermutu di batasi dengan

(kuota) sebanyak 5 % bagi siswa yang berasal dari Kabupaten Tangerang (luar

Kota, baik daerah Kabupaten atau daerah lainnya) sehingga menimbulkan ketidakadilan terhadap para siswa yang ingin mendapatkan fasilitas pendidikan yang lebih bermutu. Kuota ini diberlakukan dengan alasan ingin memberikan hak kepada warga Kota Tangerang secara penuh untuk menikmati APBD yang berasal dari berbagai pajak dan pungutan dari masyarakat Kota Tangerang tersebut.

Kuota sebasar 5 % ini seperti yang tertera pada Perda Kota Tangerang no.

11 Tahun 2007 Bagian Keenam, Penerimaan Peserta Didik Baru Pasal 18 ayat 4 “

Bila sekolah tidak mungkin menerima seluruh calon peserta didik pendaftar karena terbatasnya daya tampung, maka dilaksanakan seleksi”. Ayat 7, “Biaya pendaftaran penerimaan peserta didik baru tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK

Negeri yang sekolahnya berasal dari Kota dibebankan pada APBD”. Ayat 8

“Calon peserta didik yang berasal dari luar Kota pendaftarannya langsung ke sekolah yang dituju dengan jumlah kuota untuk siswa yang diterima dari luar Kota ditetapkan dalam jumlah tertentu dari daya tampung sekolah yang telah ditetapkan” dan ayat 10 Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (9), diatur lebih lanjut oleh Dinas.

Peneliti tertarik pada permasalahan perbedaan hak yang terjadi pada siswa yang tinggal di Kabupaten Tangerang dengan siswa yang tinggal di Kota

Tangerang. Perbedaan ini sangat menyalahi aturan Undang-Undang pendidikan karena setiap siswa berhak memilih dimana ia bersekolah demi mendapatkan haknya untuk mengenyam pendidikan yang terbaik untuk hidupnya dan hak itu dilindungi negara. Perbedaan hak atas penerimaan siswa baru terhadap fasilitas pendidikan yang terjadi di daerah satu dengan daerah yang lain sangat tidak pantas dalam dunia pendidikan karena pendidikan adalah hak setiap warga negara selain itu siswa yang ada di Kabupaten Tangerang belum tentu tidak berprestasi dibandingkan dengan siswa Kota Tangerang sehingga pemberian kuota ini bisa membatasi kreatifitas dan hak para siswa.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa gedung sekolah yang ada di Kabupaten Tangerang memang belum memenuhi standar bahkan banyak yang rusak atau dalam masih direnovasi, tidak seperti yang ada di daerah Kota Tangerang. Jumlah peserta dan jumlah siswa yang lulus yang ada di Kabupaten Tangerang juga terdapat selisih yang banyak, pada tahun 2009 di jenjang SD/MTS terdapat 49401 peserta ujian dan siswa yang lulus sebanyak 45218 dan yang tidak lulus sebanyak 4189 siswa, di tingkat SMP/MTS sebanyak 22057 peserta ujian dan yang lulus sebanyak 20819 siswa dan yang tidak lulus sebanyak 1238 siswa. Pada jenjang SMS/MTS/SMK diketahui jumlah peserta ujian sebanyak 20742 siswa dan yang lulus sebanyak 14949 siswa sedangkan yang tidak lulus sebanyak 5793 siswa (sumber data:

Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010). Data ini menunujukkan bahwa memang mutu pendidikan di Kabupaten Tangerang masih kurang karena masih banyak ribuan siswa yang tidak lulus pada setiap jenjang. Selain kualitas yang kurang dan fasilitas yang belum memenuhi syarat, pada jenjang SD dan RA tidak terdapat fasilitas seperti perpustakaan, sedangkan pada jenjang SMP dan MTS terdapat 421 sekolah hanya terdapat 171 jumlah laboratorium, pada jenjang SMA,SMK dan MA terdapat 233 sekolah dan hanya memiliki 153 laboratorium (Sumber Data : Dokumen Data Pendidikan Kabupaten

Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010). Jumlah perguruan tinggi yang ada di

Tangerang berjumlah 48 perguruan tinggi, perguruan tinggi yang berada

Kabupaten Tangerang hanya berjumlah sepuluh (sumber: http://bantenprov.go.id/get_page.php?link=dtl&id=3140)

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu

(Persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok usia sekolah). Misalnya, APK SD sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7 sampai 12 tahun. Makin tinggi APK berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah disuatu daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilainya APK bisa lebih besar dari 100% karena adanya sisiwa di luar usia sekolah, daerah kota, atau daerah perbatasan. Pada tahun 2008 APK di Kabupaten tangerang rata-rata telah mencapai 96,18% (sumber: http://www.scribd.com/doc/7174670/APM-SD).

Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan indikator yang berguna untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu untuk bersekolah di jenjang pendidikan yang sesuai dengan batasan usianya

(Persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok usia sekolah). Apabila dibandingkan dengan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia tertentu dijenjang pendidikan yang sesuai. Makin tinggi

APM berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilainya APK bisa lebih besar dari 100% karena adanya sisiwa di luar usia sekolah, daerah kota, atau daerah perbatasan. Kegunaan

APM adalah untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah disuatu jenjang pendidikan. Angka Partisipasi Murni SD/MI yang ada di

Kabupaten Tangerang diketahui sebesar 95,27 %. Angka melek huruf yang ada di

Kabupaten Tangerang pada tahun 2002 diketahui sebesar 93.7% , tahun 2003 sebesar 93.7%, tahun 2004 sebesar 94.0% , tahun 2005 sebesar 94.7% , tahun

2006 sebesar 94.7% , tahun 2007 sebesar 95.3% dan pada tahun 2008 95.3%

(sumber : http://www.scribd.com/doc/7174670/APM-SD) .

Jumlah TK/RA pada tahun 2009 di Kabupaten Tangerang diketahui sebanyak 556 bangunan, memiliki kelas sebanyak 20 dan ruang kelas sebanyak

1512. Jumlah anak baru yang mendaftar pada TK/RA ini diketahui sebanyak 22.627 siswa dan yang menjadi anak baru sebanyak 23.945. Jumlah rencana penerimaan atas siswa SD di Kabupaten Tangerang sebanyak 26.086 siswa, sedangkan siswa yang mendaftar baik perempuan dan laki-laki yang mendaftar sebanyak 70.623 dan yang tercatat menjadi siswa SD di Kabupaten Tangerang sebanyak 67.133. Jumlah SMP yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat pada tahun 2009 sebanyak 411 SMP baik negeri maupun swasta, sedangkan rencana penerimaan siswa pada tahun 2009 sebanyak 53833 siswa, dan yang mendaftar adalah sebanyak 56317 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama di SMP yang ada di Kabupaten Tangerang sebanyak 47846 siswa. Jumlah

SMA/MA yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat pada tahun 2009 sebanyak 158 sekolah baik negeri maupun swasta, sedangkan rencana penerimaan siswa pada tahun 2009 sebanyak 17392 siswa, dan yang mendaftar adalah sebanyak 17550 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama di SMA yang ada di Kabupaten Tangerang sebanyak 14483 siswa yang diterima pada tahun pertama. Jumlah SMK yang ada di Kabupaten Tangerang yang tercatat pada tahun 2009 sebanyak 46 sekolah baik negeri maupun swasta, sedangkan rencana penerimaan siswa pada tahun 2009 sebanyak 10095 siswa, dan yang mendaftar adalah sebanyak 10614 dan yang menjadi siswa pada tingkat pertama di SMK yang ada di Kabupaten Tangerang sebanyak 7929 siswa yang masuk pada tahun pertama (Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009, Badan Pusat Statistik

Kabupaten Tangerang). Berdasarkan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti masalah yang ada di Kabupaten Tangerang secara khusus dan di

Indonesia secara umum serta mengapa hal ini bisa terjadi dilihat dari sudut fungsi wilayah atas fungsi pendidikan karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, indentifikasi masalah penelitian dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Implementasi otonomi daerah atas dana APBD yang berasal dari rakyat

berupa pajak dan lain-lain menyebabkan pengkuotaan terhadap PSB

(Penerimaan Siswa Baru).

2. Kuota 5 % atas penerimaan siswa baru dari daerah Kabupaten Tangerang

ke daerah Kota Tangerang menimbulkan ketidakadilan.

3. Daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang dalam menyediakan gedung

sekolah dan fasilitasnya yang lebih bermutu untuk masyarakat daerahnya

masih kurang.

Pembatasan masalah dalam penelitian Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten

Tangerang dalam Fungsi Pendidikan ini hanya kepada daya dukung wilayah

Kabupaten Tangerang dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih

bermutu.

1.3 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Analisis Fungsi

Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis bagaimana Analisis Fungsi

Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada pengambil kebijakan mengenai analisis fungsi wilayah dan seberapa besar daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang terhadap fungsi pendidikan sehingga dapat meningkatkan pembangunan daerah Kabupaten Tangerang.

1.5.1. Kegunaan teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan yang ada, khususnya bidang perencanaan pembangunan dan kebijakan publik.

1.5.2. Kegunaan praktis

Kegunaan praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk pengambilan keputusan oleh para pengambil keputusan di Kabupaten Tangerang, dengan penelitian ini para pengambil keputusan bisa mencarikan jalan keluar atas kuota dan juga meningkatkan mutu pendidikan di daerah Kabupaten Tangerang. 1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab merupakan bagian-bagian

yang berkesinambungan secara sistematis. Sistematika ini disusun untuk

memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan, sistematika

penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisikan keterangan umum latar belakang masalah yang

menjadi dasar penelitian, kemudian identifikasi masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun

manfaat secara praktis, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan mengenai deskripsi teori, kerangka berpikir, dan

hipotesis penelitian. Dalam deskripsi teori akan dijelaskan tentang

beberapa pendapat ahli mengenai teori yang berkaitan dengan analisis

fungsi wilayah, kebijakan publik dan analisis kebijakan publik.

Selanjutnya dalam kerangka berpikir digambarkan alur pemikiran

penulisan dalam penelitian ini. Kemudian dalam hipotesis penelitian,

disajikan jawaban sementara dari masalah yang akan diuji melalui

penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, instrumen penelitian,

populasi dan sampel penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data,

dan tempat dan waktu penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang deskripsi data hasil penelitian, pengujian

hipotesis serta analisis data yang terdiri dari deskripsi objek penelitian,

deskripsi data, pengujian hipotesis, interpretasi hasil penelitian dan

pembahasan atas penelitian yang dilakukan.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Pembangunan Wilayah Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan

(Riyadi dan Supriyadi, 2005:4).

Menurut Siagian (Riyadi dan Supriyadi, 2005:4), pembangunan diartikan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Ginanjar

Kartasasmita (Riyadi dan Supriyadi, 2005:4) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Sebagaimana dikemukakan para ahli, pembangunan adalah suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya- upaya secara sadar dan terencana.

Wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya bergantung secara internal. Wilayah tersebut dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu wilayah homogen,wilayah nodal, wilayah perencanaan dan wilayah administrasi (Budiharsono, 2005:18-19)

Perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah (termasuk perencanaan penggerakan di dalam ruang wilayah) dan perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam bentuk perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur dalam perencanaan pembangunan wilayah. (Tarigan, 2005: 32-33)

Tujuan dari perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien, nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan, baik oleh pihak pemerintah ataupun oleh pihak swasta. Lokasi yang dipilih memberikan efisiensi dan keserasian lingkungan yang paling maksimal, setelah memperhatikan benturan kepentingan dari berbagai pihak (Tarigan, 2005:10). Menurut Blair dalam menganalisis wilayah secara umum dikenal tiga tipe (Tarigan, 2005:10).

Pertama, wilayah fungsional. Wilayah tipe ini dicirikan oleh adanya derajat integrasi antara komponen-komponen di dalamnya yang berinteraksi ke dalam wilayah alih-alih berinteraksi ke wilayah luar.

Terbentuknya wilayah fungsional ini akan tampak dalam keadaan pelaku – pelaku ekonomi lokal saling berinteraksi di antara mereka sendiri pada derajat atau tingkatan (kualitas dan kuantitas) lebih dari interaksi pelaku ekonomi lokal dengan pelaku dari luar wilayah. Salah satu wujud wilayah fungsional yang paling umum adalah wilayah nodal. Wilayah nodal (wilayah pendukung) didasarkan pada susunan (sistem) yang berhierarki dari suatu hubungan di antara simpul – simpul perdagangan. Suatu pusat atau simpul perdagangan kecil diikat

(tergantung) oleh pusat perdagangan yang lebih besar dan keduanya diikat lagi oleh pusat perdagangan yang lebih besar. Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya Konsep wilayah nodal berimplikasi bahwa ada wilayah di dalam wilayah yang lebih besar atau kota – kota menengah memiliki kota – kota kecil sebagai wilayah pinggiran dari suatu kota besar sebagai inti (core). Dengan demikian, wilayah nodal lebih dibatasi dari aspek kekuatan interaksi dan hubungan ekonomi, bukan dari aspek wilayah dalam arti fisik geografis. Campbell dan Fainstain dalam Tarigan (2005) menyatakan bahwa dalam pembangunan Kota atau daerah dipengaruhi sistem ekonomi kapitalis atau demokratis. Dalam konteks tersebut maka pada prakteknya perencanaan tidak dapat dipisahkan dengan suasana politik kota atau daerah sebab keputusan-keputusan publik mempengaruhi kepentingankepentingan lokal. Hal ini menjadi relevan apabila kekuasaan mempengaruhi perencanaan.

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber- sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial

(Tarigan, 2006:77). Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut.

2.2 Analisis Fungsi Wilayah Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan

Rochmin Dahuri, 2004). Perencanaan pembangunan jangka pendek maupun jangka panjang harusnya berbasis data agar tidak salah sasaran. Salah satu teknik yang dipakai dalam perencanaan pembangunan adalah analisis fungsi wilayah.

Menurut Budiharsono (2005) wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya bergantung secara internal. Analisis fungsi wilayah sendiri merupakan analisis terhadap fungsi- fungsi pelayanan yang tersebar di wilayah perencanaan dalam kaitannya dengan berbagai aktivitas masyarakat untuk dapat memanfaatkan fasilitas-fasilitas pelayanan tersebut (Riyadi dan Supriyadi, 2005 :110)

Analisis fungsi wilayah merupakan alat yang efektif melihat berbagai macam kegiatan ekonomi masyarakat yang dikonsentrasikan dalam suatu area tertentu (aglomeration) pada lingkungan wilayah perencanaan sehingga mempermudah para perencana untuk menentukan prioritas yang mendorong masyarakat untuk fasilitas pelayanan secara mudah.( Riyadi dan Supriyadi, 2005

:111).

Tujuan dari analisis fungsi wilayah adalah :

(1) Mengetahui pengelompokkan wilayah menurut fungsinya, seperti : pusat kota,

pusat perekonomian, pusat pendidikan,dll

(2) Mengetahui ketersediaan fungsi – fungsi pelayanan pada wilayah perencanaan (3) Mengetahui nilai strategis suatu wilayah terhadap perkembangan daerah

(4) Memetakan potensi wilayah yang dapat dikembangkan secara ekonomis di

masa depan

(5) Memetakan kawasan hinterland yaitu kawasan yang berada di bawah standar

tingkat pelayanan sehingga harus dirancang sebagai pusat-pusat terpencil

(hinterland).

(6) Mengetahui wilayah yang mempunyai nilai batas yang dibutuhkan untuk

mendukung pelayanan dan fasilitas sekarang atau masa yang akan datang

(Riyadi dan Supriyadi, 2005 :111)

Adapun teknik – teknik dalam analisis fungsi wilayah adalah settlement function analysis, centrality index analysis, dan scalogram. settlement function analysis merupakan alat yang digunakan untuk melakukan analisis mengenai struktur/hirarki fungsi – fungsi pelayanan yang ada dalam suatu wilayah (Riyadi dan Supriyadi, 2005 :116).

Settlement function analysis merupakan suatu alat yang digunakan untuk melakukan analisis mengenai struktur / hirarki dan fungsi – fungsi pelayanan yang ada dalam suatu wilayah. Melalui analisis ini diharapkan akan diketahui hal – hal mengenai tata jenjang dan distribusi pusat – pusat pelayanan dalam suatu wilayah dengan instrument ini tingkat-tingkat pelayanan sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya dapat dilihat, sampai sejauh mana mampu memberikan fungsi pelayanan, terutama dalam daya jangkau pelayanannya.

2.2.1 Profil Wilayah Profil wilayah merupakan gambaran umum suatu wilayah dengan menggambarkan keadaan lam, sosial, ekonomi, budaya politik, kelembagaan dan sebagainya yang pada umumnya dituangkan dalam bentuk data-data baik bersifat kualitatif ataupun kuantitaif (angka-angka). Dalam perumusan perencanaan pembangunan daerah dan anaisis fungsi wilayah, profil wilayah merupakan salah satu bahan yang sangat penting karena dari profil wilayah akan mendapatkan informasi-informasi awal yang relatif lengkap tentang gambaran umum suatu wilayah perencanaan. Profil wilayah juga merupakan salah satu data sekunder bagi setiap perencana pembangunan daerah, karena dalam proses perencanaan pembangunan daerah profil wilayah merupakan data yang cukup penting, setap perencana pembangunan daerah harus menelaan profil wilayah tersebut secara intensif. Analisis profil wilayah itu merupakan suatu proses yang sistematis guna mengetahui ciri-ciri dan kondisi obyektif suatu wilayah yang diperlukan dalam rangka mempersiapkan proses perencanaan daerah (Riyadi dan Supriyadi,

2005:84)

Data-data yang pada umumnya diperlukan dalam rangka menyusun profil wilayah, antara lain dapat dilihat dalam tabel berikut:

DATA MANFAAT SUMBER

Data Kependudukan: Untuk mengetahui potensi * Biro Pusat Statistik

*Jumlah penduduk dan tenaga kerja dan fasilitas * Departemen Pendidikan perkembangannya pelayanan yang perlu yang menernitkan Statistik

*Penyebaran penduduk disediakan untuk Sekolah

masyarakat * Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan

* Susunan Umur Untuk mengetahui apakah

* Pendidikan fasilitas pendidikan yang

* Angkatan Kerja ada sudah cukup atau

* Mata Pencaharian belum dengan

(analisis kependudukan) membandingkan data

dengan gedung/ruangan

sekolah

Data Fasilitas Pendidikan: Apakah prasarana yang * Biro Pusat Statistik

*Jumlah Sekolah (SD, SMP, tersedia sudah mencukupi * Departemen Pendidikan

SMU, Kejuruan) serta bagaimana yang menerbitkan Statistik

*Jumlah Murid pemanfaatannya. Sekolah

*Jumlah Gedung dan * Dinas Pendidikan dan

Ruangan Kebudayaan

* Jumlah Tenaga Guru

(analisis Fungsi)

Sumber: Modul Diklat PRDP 1999, setelah diolah kembali (Riyadi dan Supriyadi,

2005: 87).

2.2.2 Analisis Jarak

Analisis jarak merupakan salah satu teknik dalam perencanaan embangunan wilayah yang cukup penting. Analisis jarak yang dituangkan dalam bentuk matriks jarak diperlukan untuk mengukur jarak dari wilayah-wilayah pemukiman lainnya yang memungkinkan bagi terlaksananya proses interaksi dari anggota masyarakat, dalam proses perencanaan pembangunan daerah dititikberatkan di daerah Kabupaten/Kota dengan sasa desentralisasi (otonomi daerah) yang ditetapkan di Indonesia (Riyadi dan Supriyadi, 2005: 124).

2.2.3 Teori Sektor

Teori sektor (Sector Theory) menurut Humer Hoyt yang mengatakan bahwa kota tersusun sebagai berikut: (Jayadinata, 1999:130)

(1) Pada lingkaran pusat terdapat pusat kota;

(2) Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan kawasan

perdagangan;

(3) Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut di atas, pada bagian sebelah

menyebelahnya, terdapat sektor murbawisma, yaitu kawasan tempat tinggal

kaum murba atau kaum buruh;

(4) Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak

sektor madyawisma;

(5) Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, kawasan tempat tinggal golongan

atas.

2.3 Kebijakan Publik

2.3.1 Pengertian Kebijakan Publik Menurut Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda. Harold Laswell mendefinisikannya sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan- tujuan tertentu nilai-nilai tertentu, dan praktek-praktek tertentu. Carl I. Friedrick mendefinisikannya sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seorang, kelompok atau pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada, dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu (dalam Riant Nugroho, 2003:4).

Definisi sederhana dari kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. Pembagian pertama dari kebijakan publik adalah dari makna dari kebijakan publik, bahwa kebijakan publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang diputuskn pemerintah untuk tidak dikerjakan- atau dibiarkan. Kebijakan publik ”memilih dan tidak memilih” dapat dipahami dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1

Kegiatan Strategis Pemerintah dengan Masyarakat

Kegiatan Kegiatan Tidak/

Strategis Kurang Strategis Masyarakat mampu I II melaksanakan Pemerintah Masyarakat

(dengan masyarakat)

Masyarakat tidak mampu III IV untuk melaksanakan Pemerintah Pemerintah (dibiarkan)

Sumber: Riant Nugroho (2003:56)

Disini tampak bahwa pemerintah hanya mengerjakan seluruh pekerjaan pada Kuadran III dan sebagian pada Kuadran I. Secara detail jenis-jenis pekerjaan pada masing-masing kuadran dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2

Jenis-Jenis Pekerjaan Berdasarkan Kegiatan Strategis

Kuadran I Kuadran II Kuadran III Kuadran IV

Pendidikan Perdagangan Persenjataan Perintisan

Transportasi Produksi Mie Bendungan Catatan Sipil

instan

Sumber: Riant Nugroho (2003:56)

Pembagian jenis kebijakan publik yang kedua adalah bentuknya.

Kebijakan publik dalam arti luas dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kebijakan dalam bentuk peraturan-peraturan pemerintah yang tertulis dalam bentuk peraturan perundangan, dan peraturan-peratura yang tidak tertulis namus disepakati yang disebut sebagai konvensi-konvensi.

Perumusan Kebijakan Publik

Isu/Masalah Implementasi Publik Kebijakan Publik

outcome Evaluasi Kebijakan Publik

output

Gambar 1

Siklus Skematik dari Kebijakan Publik

Sumber: Riant Nugroho (2003:73)

Dari gambar diatas tersebut dapat dijelaskan dalam sekuensi sebagai berikut:

1. Terdapat isu atau masalah publik. Disebut isu apabila masalahnya bersifat

strategis yakni bersifat mendasar, menyangkut banyak orang atau bahkan

keselamatan bersama, (biasanya) berjangka panjang, tidak bisa

diselesaikan oleh orang-seorang dan memang harus diselesaikan. Isu ini

diangkat sebagai agenda politik untuk diselesaikan.

2. Isu ini kemudian menggerakkan pemerintah untuk merumuskan kebijakan

publik dalam rangka menyelesaikan masalah tersebut. Rumusan kebijakan ini akan menjadi hukum bagi seluruh negara dan warganya-termasuk

pimpinan negara.

3. Setelah dirumuskan kemudian kebijakan publik ini dilaksanakan baik oleh

pemerintah, masyarakat atau pemerintah bersama-sama dengan

masyarakat.

4. Namun di dalam proses perumusan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan,

diperlukan tindakan evaluasi sebagai sebuah siklus baru sebagai penilaian

apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan dengan baik dan benar dan

diimplementasikan dengan baik dan benar pula.

5. Implementasi kebijakan bermuara kepada output yang dapat berupa

kebijakan itu sendiri maupun manfaat langsung yang dapat dirasakan olen

pemanfaat.

6. Di dalam jangka panjang kebijakan tersebut menghasilkan outcome dalam

bentuk impak kebijakan yang diharapkan semakin meningkatkan tujuan

yang hendak dicapai dengan kebijakn tersebut.

Dengan melihat skema diatas kita melihat bahwa terdapat tiga kegiatan pokok yang berkenaan dengan kebijakan publik, yaitu:

1. Perumusan Kebijakan

2. Implementasi Kebijakan

3. Evaluasi Kebijakan

2.3.2 Kebijakan Publik Paling Dasar

Seperti diketahui dalam masyarakat, terdapat tiga jenis tugas pokok

(bahkan bisa disebut ”misi”) yang diperlukan agar masyarakat hidup, tumbuh, dan berkembang, yaitu tugas pelayanan, tugas pembangunan, tugas pemberdayaan.

Ketiga tugas ini dilaksanakan oleh organisasi-organisasi yang memang dilahirkan untuk tugas-tugas tersebut. Setiap organisasi mengemban satu tugas dan kemudian menjadi misi atau rasion d’etre atau ”alasan keberadaan”. Pembagiannya sebagai berikut:

1. Tugas pelayanan publik adalah tugas memberikan pelayanan kepada

umum tanpa membeda-bedakan dan diberikan secara cuma-cuma atau

dengan sedemikian rupa sehingga kelompok paling tidak mampu pun bisa

menjangkaunya. Tugas ini diemban oleh negara yang dilaksanakan

melalui salah satu lengannya, yaitu lengan eksekutif (pelaksana

pemerintah).

2. Tugas pembangunan adalah tugas untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi dan masyarakat. Tugas ini fokus kepada upaya pembangunan

produktivitas dari masyarakat dan mengkreasikan nilai ekonomi atas

produktivitas ekonomi tersebut. Tugas pembangunan menjadi misi dari

organisasi ekonomi atau lembaga bisnis.

3. Tugas pemberdayaan adalah peran untuk membuat setiap warga

masyarakat mampu meningkatkan kualitas kemanusiaan dan

kemasyarakatan. Tugas ini adalah tugas yang non-profiy. Organisas- organisasi nirlaba adalah organisasi yang memiliki kompetensi pokok

(core competence) di bidang pemberdayaan.

Pelayanan (publik) Adminstrasi Publik

Pembangunan (ekonomi) Dunia Usaha

Pemberdayaan (masyarakat) Nirlaba

Gambar 2

Tugas-Tugas Organisasi dalam Masyarakat

Sumber: Riant Nugroho (2003:76)

Dengan melihat pemilahan ini, kita melihat bahwa tugas pokok dari pemerintah adalah memberikan pelayanan, di dalam arti pelayana umum atau pelayanan publik. Di sini menjadi relevan untuk menilai seberapa jauh pemerintah sudah melakukan pelayanan sebagaimana misi yang diembannya. Hal ini berkenaan dengan masalah akuntabilitas dari pelaksanaan misi dari pemerintah, dimana akuntabilitas adalah salah satu inti yang paling inti dari prinsip good governance.

Penilaian akan sejauh mana pemerintah telah menyelenggarakan pelayanannya hanya bisa dilakukan jika terdapat alat ukur yang sesuai dengan tugas yang diberikan atau misi yang diemban. Alat ukur ini diantarany diberi

”label” standar pelayanan minimum.

Pada prinsipnya, terdapat banyak jenis pelayanan yang diberikan oleh pemerintah, khususnya yang diletakkan dalam konteks kebijakan publik yang dapat berbentuk distributif, redistributif, dan regulatif. Namun, secara generik, pelayanan yang diberikan kepada pemerintah dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Pelayanan primer, yaitu pelayanan yang paling mendasar.

2. Pelayanan sekunder, yaitu pelayanan pendukung namun bersifat kelompok

spesifik.

3. Pelayanan tersier, yaitu pelayanan yang berhubungan secara tidak

langsung kepada publik.

Disini kita melihat bahwa pelayanan primer atau pelayanan paling mendasar pada hakikatnya adalah pelayanan minimum. Secara sederhana, terdapat tiga jenis pelayanan minimum yang dilakukan oleh pemerintah, yaitu:

1. Pelayanan kewargaan

2. Pelayanan kesehatan

3. Pelayanan pendidikan

4. Pelayanan ekonomi

Pada keempat jenis pelayanan minimum inilah kita dapat meletakkan standar-standar pokok yang menjadi standar acuan pelaksanaan dan standar pokok audit implementasi kebijakan pelayanan minimum. Standarisasi sendiri dapat dikelompokkan menjadi tiga isu, yaitu kebijakan yang terbagi kedalam dua hal, yaitu: 1. Kebijakan dari pelayanan minimum, yaitu kebijakan yang sudah ada dan

kebijakan yang akan dibuat.

2. Implementasi pelayanan minimu, yang terdiri dari manusia (SDM),

organisasi, infrastruktur, mekanisme dan pembiayaan.

3. Nilai pelayanan minimum, yang terdiri dari indikator akubtabilitas,

transparansi, keadilan, dan responsivitas.

2.4. Konsep Pendidikan

Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyahardjo,

2002:3). Menurut Hamalik (2008:75), pendidikan merupakan suatu dimensi pembangunan. Proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan di bidang ekonomi yang saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional.

Proses pendidikan berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan mutu sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang bermutu itu pada hakikatnya telah dijabarkan dan dirumuskan secara jelas dalam rumusan tujuan pemdidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri searah dengan tujuan pembangunan secara keseluruhan.

2.4.1 Konsep Manajemen Pendidikan

Menurut Hamalik (2008:76), pengertian manajemen pendidikan itu sendiri adalah sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan pendidikan. Kegiatan- kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang baik, yang mencakup:

1. Program kurikulum yang meliputi administrasi kurikulum, metode

penyampaian, sistem evaluasi dan sistem bimbingan.

2. Program ketenagaan pendidikan.

3. Program pengadaan dan pemeliharaan fasilitas dan alat-alat pendidikan

4. Program pembiayaan.

5. Program hubungan dengan masyarakat.

2.5 Kerangka Berpikir

Pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara Indonesia yang tercantum dalam tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan undang- undang dasar 1945 adalah mencakup tiga hal, yaitu :

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. 2. Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Ikut melaksanakan ketertiban

Sejalan dengan pembukaan undang-undang dasar 1945, undang-undang

No.20 tahun 2003 pasal 4 juga menyebutkan bahwa Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, tetapi di beberapa Kota/Kabuapten di Indonesia terjadi di Indonesia, salah satunya di Kabupaten Tangerang yang terkena dampak kuota tersebut. Kuota yang diterapkan sebesar 5% yang tercantum pada Perda Kota Tangerang No.11 tahun

2007 pasal 18 ayat 4 pada daerah luar kota Tangerang (termasuk Kabupaten

Tangerang) menunjukkan bahwa Kota Tangerang dapat memberikan pelayanan dasar (pelayanan primer) terhadap masyarakat dalam hal pendidikan dengan baik, sebaliknya Kabupaten belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat yang dasar tersebut yaitu berupa pendidikan sehingga keluarnya peraturan daerah tentang kuota penerimaan siswa baru atas daerah di luar kota Tangerang.

Analisi jarak dengan menggunakan matriks jarak digunakan sebagai data untuk melihat seberapa dekat Kabupaten Tangerang dengan Kota Tangerang ataupun Kota/Kabupaten lainnya sedangkan Teknik settlement function analysis ini digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan yang dapat diberikan sekaligus memetakan daya jangkau fungsi pelayanan pendidikan, yang menggunakan data yang berasal dari profil wilayah dimana nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.

Hasil dari penghitungan settlement function analysisi dan analisis kebijakan diharapkan dapat memecahkan masalah ini dan menghasilkan kebijakan-kebijakan sebagai berikut:

1. Peningkatan kesejahteraan guru.

2. Penggunaan APBD secara maksimal untuk bidang pendidikan

3. Peningkatan mutu sekolah dengan pemberian fasilitas yang lengkap

4. Pemerataan pendidikan

Tujuan nasional Indonesia yang ada pada pembukaan UU No. 20 tahun 2003 undang-undang dasar 1945 Pasal 4 ayat 1

Kuota 5% atas PSB kepada

Kabupaten Tangerang berdasarkan Perda Kota Tangerang no.11 tahun 2007 pasal 18 ayat 4 .

Analisis Fungsi Wilayah

Settlement Function Analysis

Jumlah Subfungsi : Jumlah Fungsi X 100% 1. Analisis Jarak * matriks jarak Jumlah Total Fungsi

2. Profil Wilayah * Jumlah sekolah berdasarkan Jumlah Indeks Fungsi : Jumlah Total Subfungsi Kecamatan Jumlah Total Jenis fungsi * Jumlah sekolah berdasarkan jenjang SD sampai SMA dimana nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya

Kebijakan-kebijakn alternatif • Peningkatan kesejahteraan guru • Penggunaan APBD secara maksimal untuk bidang pendidikan • Peningkatan mutu sekolah dengan pemberian fasilitas yang lengkap • Pemerataan pendidikan

Gambar 3

Kerangka Berpikir

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Analisis

Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan bidang penyelidikan yang berdiri sendiri. Penelitian ini menyinggung aneka disiplin ilmu, bidang, dan tema. Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur (jika memang diukur) dari sisi kuantitas, jumlah intensitas atau frekuensinya. Menurut Denzin, para peneliti kualitatif menekankan sikap realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk penyelidikan. Peneliti mencari jawaban atas pertanyaan yang menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya (Denzin dan

Lincoln, 2009:1)

3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian tentang Analisis Fungsi Wilayah

Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan adalah peneliti sendiri. Menurut

Maleong, pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Adapun alat-alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari; panduan wawancara, buku catatan, dan handphone untuk memotret.

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dibutuhkan untuk penelitian ini berupa: 1. Jenis Data a. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini merupakan data utama yang digunakan untuk penghitungan dalam teknik settlement function analysis. Data sekunder ini berupa data dari Dinas yang dibutuhkan (data dari Pemerintah

Kabupaten Tangerang berupa data dari BPS Tahun 2009 dan data dari

Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang ) serta dari website yang menyediakan data yang diperlukan. Data sekunder yang diperlukan yaitu berupa jumlah sekolah berdasarkan Kecamatan. Data lainnya berupa ketersediaan fungsi pelayanan yaitu berupa jumlah sekolah dari jenjang

TK/RA(Taman Kanak-kanak/Radhatul Athfal), SD/MI (Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah), SMP/MTS (Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah), dan SMA/MA/SMK (Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan).

b. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini menjadi data pendukung dalam

membantu hasil dari data sekunder. Data primer berupa:

1. Wawancara dengan informan yang memiliki peran dalam

bidang pendidikan.

2. Observasi terhadap keadaan beberapa keadaan sekolah baik

prasarana maupun sarana.

2. Sumber Data a. Informan, yaitu masyarakat yang memiliki peran dalam bidang

pendidikan yaitu Kepala Dinas Pendidikan, Anggota DPRD, Tokoh

masyarakat dan masyarakat sendiri. b. Literatur, yaitu data kepustakaan yang memiliki hubungan dengan

penelitian.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Secara teknis dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa:

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah serangkaian pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap subyek atau obyek penelitian dengan melihat fakta-fakta fisik dari obyek yang diteliti. Fakta-fakta dan informasi yang diperoleh secara langsung di lapangan, kemudian dicatat dan dirangkum untuk dijadikan data sekunder dan data primer .

2. Metode Wawancara

Menurut Denzin, wawancara adalah pertukaran percakapan dengan tatap muka dimana seseorang memperoleh informasi dari yang lain. Melalui wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (indepth interview) karena peneliti dapat menjelaskan pertanyaan yang tidak dimengerti responden, peneliti dapat mengajukan pertanyaan, informan cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan, dan informan dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa mendatang

(Alwasilah, 2006:154). Adapun wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak berstruktur. Dalam wawancara tidak

berstruktur, pertanyaan-pertanyaan tidak diatur dalam suatu urutan atau

aturan yang khusus. Apa yang ditanyakan dalam wawancara mungkin

dimulai dari tengah atau dari bagian akhir. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan wawancara secara langsung dengan pihak-pihak terkait yang

memiliki kaitan dengan bidang pendidikan dan pengambil kebijakan

dalam hal pendidikan di Kabupaten Tangerang sebagai bahan yang

mendukung data utama.

3. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan digunakan dalam penelitian ini, gunanya adalah

untuk mendapatkan uraian yang benar dari buku-buku, literatur serta karya

ilmiah yang pernah dibuat dan dipublikasikan sebagai bahan referensi

yang ada hubungan dengan penulisan penelitian ini

Dari ketiga metode diatas, metode kepustakaan sebagai metode primer, sedangkan metode pengumpulan data lainnya tetap relevan untuk mendapatkan data sekunder yang dibutuhkan dalam kerangka penulisan skripsi ini, agar hasil penelitian dapat mewujudkan adanya konsep penelitian faktual dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya.

3.3. Informan Penelitian

Setelah mempelajari tentang Analisis Fungsi Wilayah dalam Fungsi

Pendidikan, peneliti akan mampu menentukan informan yang cocok untuk penelitiannya. Menurut Morse, seorang informan yang baik adalah seorang yang mampu menangkap, memahami, dan memenuhi permintaan peneliti, memiliki kemampuan reflektif, bersifat artikulatif, meluangkan waktu untuk wawancara, dan bersemangat untuk berperan serta dalam penelitian. Penentuan informan dalam penelitian mengenai Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten Tangerang dalam

Fungsi Pendidikan menggunakan teknik Purposive Sampling (sampel bertujuan). Purposif atau purposeful sering juga diistilahkan dengan interactional, theoretical, atau emergent yakni bukan representative sampling (Alwasih,

2006:155). Menurut Patton, alasan logis di balik teknik sampel bertujuan dalam penelitian kualitatif merupakan prasyarat bahwa sampel yang dipilih sebaiknya memiliki informasi yang kaya (rich information) (Bungin, 2007:53). Prosedur penentuan informan yang terpenting dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian (Bungin, 2007:53).

Tabel 3

Informan Penelitian

No Informan Keterangan 1. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Key Informan Tangerang 2. Ketua DPRD Kabupaten Tangerang Key Informan Komisi II Bidang Kesejahteraan Rakyat 3. Masyarakat di Kabupaten Tangerang di Key Informan Kecamatan 4. Masyarakat di Kabupaten Tangerang di Key Informan Kecamatan Kosambi

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.4.1. Teknik Pengolahan Data

Irawan Soehartono (1998) memberikan pengertian metode yang berbeda dengan teknik. Metode diartikan sebagai ”cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan sedangkan teknik pengumpulan data merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data”.

Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan daerah/wilayah, pengertian mengenai metode pengumpulan data sebagai strategi yang digunakan oleh perencana pembangunan wilayah untuk memperoleh data-data dan informasi yang diperlukan dalam rangka penyusunan perencanaan pembangunan wilayah/daerah sedangkan teknik pengumpulan data diartikan sebagai cara operasional yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi (Riyadi dan Supriyadi, 2005 :

235). Pengolahan data merupakan awal dari proses analisis data, proses pengolahan data merupakan data tahapan, dimana data dipersiapkan, diklasifikasikan, dan diformat menurut aturan tertentu untuk keperluan proses berikutnya yaitu analisis data. Data yang dikumpul diolah menjadi beberapa proses:

a. coding, yaitu tahap mengklasifikasikan data berdasarkan kategori tertentu.

b. Editing, yaitu tahap mengkoreksi kesalahan yang ada pada data yang harus

dilakukan dengan cermat. c. Tabulating, yaitu penyusunan data berdasarkan jenis data, serta

perhitungan kualitas dan frekuensi data serta fungsi data.

3.4.2 Analisis Data

Analisis data merupakan dalam penelitian yang dilakukan untuk menguji data yang bersifat kuantitatif. Maka analisis data yang dilakukan dalam penelitian disesuaikan dengan objek penelitian. Teknik yang digunakan untuk menganalisis daya dukung Kabupaten yang dipakai adalah Teknik Settlement Function

Analysis. Teknik atau metode ini merupakan alat yang digunakan untuk melakukan analisis mengenai struktur/hirarki fungsi-fungsi pelayanan yang ada dalam suatu wilayah (Riyadi dan Supriyadi, 2005:116), dengan analisis ini dapat diketahui tingkat pelayanan yang dapat diberikan sekaligus memetakan daya jangkau fungsi-fungsi pelayanan tersebut. Dimana nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.

Settlement Function Analysis

Jumlah Subfungsi : Jumlah Fungsi X 100%

Jumlah Total Fungsi

Jumlah Indeks Fungsi : Jumlah Total Subfungsi Jumlah Total Jenis fungsi

Nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.

Teknik analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis data (data analysis) terdiri dari tiga sub proses yang saling terkait yaitu reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan atau verifikasi. Proses ini dilakukan sebelum tahap pengumpulan data, persisnya pada saat menentukan rancangan dan perencanaan penelitian, sewaktu proses pengumpulan data, sementara dan analisis awal, serta setelah tahap pengumpulan data (Denzin dan Lincoln, 2009:592).

Gambar Analisis Data Menurut Miles dan Huberman Sumber: Denzin, 2009

Kegiatan analisis data di atas dapat diuraikan sebagai berikut: a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data (data reduction), berarti bahwa kesemestaan potensi yang dimiliki oleh data disederhanakan dalam sebuah mekanisme antisipatoris. Hal ini dilakukan ketika peneliti menemukan kerangka kerja konseptual (conceptual framework), pertanyaan penelitian, kasus, dan instrument penelitian yang digunakan. Jika hasil catatan lapangan, wawancara, rekaman, dan data lain telah tersedia, tahap seleksi data berikutnya perangkuman data (data summary), pengodean (coding), merumuskan tema-tema, pengelompokan (clustering), dan penyajian cerita secara tertulis (Denzin dan Lincoln, 2009:593). b. Penyajian Data (Data Display)

Denzin dan Lincoln mendefinisikan penyajian data (data display) sebagai konstruk informasi padat terstruktur yang memungkinkan pengambilan kesimpulan dan penerapan aksi. Penyajian data merupakan bagian kedua dari tahap analisis. Seorang peneliti perlu mengkaji proses reduksi data sebagai dasar pemaknaan. Penyajian data yang lebih terfokus meliputi ringkasan terstruktur dan sinopsis, deskripsi singkat, diagram-diagram, matrik dengan teks daripada angka dalam set (Denzin dan Lincoln, 2009:593).

c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)

Langkah ketiga dalam tahapan analisis interkatif menurut Miles

&Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Tahap pengambilan kesimpulan dan verifikasi ini melibatkan peneliti dalam proses interpretasi penetapan makna dari data yang tersaji. Cara yang digunakan akan semakin banyak; metode konspirasi, merumuskan pola dan tema, pengelompokan

(clustering), dan penggunaan metafora tentang metode konfirmasi seperti triangulasi, mencari kasus-kasus negatif, menindaklanjuti temuan-temuan, dan cek silang hasilnya dengan responden. Menurut Gherardi dan Turner, ketika data informasi telah dirangkum, dikelompokan, diseleksi, dan saling dihubungkan, kita bisa melakukan proses transformasi data (Denzin dan Lincoln, 2009:594).

3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

Pada umumnya dikenal dua macam standar validitas, yaitu validitas internal dan eksternal. Validitas internal dalam penelitian kualitatif disebut kredibilitas, yaitu hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta di lapangan. Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif disebut transferabilitas. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas temtang konteks dan fokus penelitian. Sedangkan reliabilitas menunjuk pada keterandalan alat ukur atau instrument penelitian (Bungin, 2007:59). Menurut

Selltiz, keterandalan dari suatu alat pengukuran didefinisikan sebagai kemampuan alat untuk mengukur gejala secara konsisten yang dirancang untuk mengukur

(Denzin dan Lincoln, 2009:204). Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, penelitian ini menggunakan dua cara yaitu sebagai berikut: a. Triangulasi (Triangulation)

Menurut Campbel dan Fiske istilah yang sering digunakan untuk mengaitkan proses analisis dengan proses konfirmasi adalah triangulasi. Istilah yang memiliki beragam makna, istilah asalnya adalah multi-operasionalime.

Istilah triangulasi juga bisa berarti konvergensi antar peneliti (penentuan catatan lapangan satu peneliti dengan hasil observasi peneliti lain) sekaligus konvergensi antara berbagai teori yang digunakan (Denzin dan Lincoln, 2009:605).. Teknik triangulasi biasanya merujuk pada suatu proses pemanfaatan persepsi yang beragam untuk mengklarifikasi makna, memverifikasi kemungkinan pengulangan dari suatu observasi maupun interpretasi. Namun harus dengan prinsip bahwa tidak ada observasi atau interpretasi yang 100% dapat diulang. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan interpretasi, Denzin menggunakan prosedur- prosedur yang beragam termasuk pengumpulan data hingga mencapai titik jenuh

(redundancy of data gathering). Triangulasi dimaksudkan lebih sebagai perangkat pembantu bagi seorang peneliti. Denzin merangkum lima tipe dasar dari teknik triangulasi, yaitu sebagai berikut: a. Triangulasi data (Data triangulation), yaitu menggunakan sejumlah sumber data dalam penelitian. b. Triangulasi peneliti (Investigator triangulation), yaitu menggunakan sejumlah peneliti atau evaluator. c. Triangulasi teori (Theory triangulation), yaitu menggunakan beragam perspektif untuk menginterpretasikan sekelompok data tunggal. d. Triangulasi metodologis (Methodological triangulation), yaitu menggunakan beragam metode untuk mengkaji problem tunggal. e. Triangulasi interdisipliner (Interdisciplinary triangulation), yaitu dengan memanfaatkan lintas disiplin keilmuan.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi.

Pertama, teknik triangulasi data. Proses triangulasi dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan (Bungin, 2007:204). Kedua, teknik triangulasi teori. Proses triangulasi menggunakan konsep analisis fungsi wilayah untuk menghitung ketersediaan pelayanan sehingga bisa dijadikan acuan untuk mengambil kebijakan oleh para stakeholders.

Uji keabsahan melalui triangulasi dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat- alat uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak diuji berdasarkan kebenaran alat sehingga substansi kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif. Oleh karena itu, sesuatu yang dianggap benar apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak atau kebenaran stakeholder (Bungin, 2007:205).

Format Matriks Fungsi Wilayah Dengan Analisis Pola Pemukiman Kabupaten / Kota ”X”, Provinsi ”Y” Tahun ”Z”

NO KECAMATAN N FUNGSI PENDIDIKAN Indeks TK SD SMP SMA PT Fungsi ( y) [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL 10 TOTAL %

Sumber : Manfred Poppe dalam Perencanaan Sebagai Suatu Dialog, setelah dimodifikasi 2002 (dalam Riyadi dan Supriyadi, 2005 : 117) Keterangan Tabel 5 : X : Jumlah Fungsi; Jumlah Total Fungsi; Y1: Total % (100 %) Y : Presentase fungsi (dari total fungsi) Rumus : y = x x 100 % X1 Cara pengisian matriks fungsi dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Kolom (1) diisi dengan nomor urut untuk wilayah (kecamatan). 2) Kolom (2) diisi dengan nama – nama kecamatan yang di daerah Kabupaten / Kota terkait. Upayakan urutannya didasarkan pada jumlah populasi, dimana yang terbesar diurutan pertama, dan seterusnya (hal ini bukan merupakan keharusan) 3) Pada kolom (3), tulislah jumlah populasi untuk setiap kecamatan. 4) Pada kolom jenis fungsi, pengisian dilakukan dengan memberikan angka sesuai dengan jumlah fungsi yang ada di daerah tersebut. Dalam kolom ini, pengisian dilakukan dengan dua bagian; pertama, di sudut kiri atas diisi dengan jumlah fungsi (tanda X); kedua, pada sudut kanan bawah diisi dengan angka persentase (tanda Y) yang dihitung berdasarkan rumus di atas. 5) Selanjutnya kolom indeks fungsi diisi dengan jumlah persentase dari masing – masing baris seluruh fungsi yang ada. Skor tertinggi menunjukkan frekuensi kegiatan suatu fungsi pelayanan yang tinggi, dan sebaliknya. Nilai rata – rata dari penjumlahan persentase dari masing – masing baris dapatlah dilakukan dengan membagi hasil penjumlahan tersebut dengan jumlah kolom terkait (terisi) dalam baris tersebut. Hasilnya dapat juga menjadi indeks fungsi dalam bentuk persentase rata – rata. 6) Pada garis terakhir (total persentase) dapat diisi dengan menjumlahkan seluruh persentase yang diperoleh dari setiap kolom.

3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tangerang sebagai salah satu

kabupaten di indonesia yang berada dalam masa pembangunan. Penelitian ini

dilaksanakan mulai bulan Oktober 2010 sampai dengan Juli 2011 sebagaimana

digambarkan dalam tabel 3.1 berikut:

Tahun 2010- 2011 Kegiatan

Oktober Nopember Desember Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli 2010 2010 2010 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011

Observasi Awal Pengumpulan Data awal Pengajuan Judul Proposal

Penyusunan Proposal Bimbingan Proposal Pengujian Proposal

Revisi Proposal Penelitian Lapangan Bimbingan dan Revisi Skripsi Ujian Skripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Tangerang

Pemerintahan adalah suatu sistem yang mengatur segala kegiatan masyarakat dalam suatu daerah/wilayah/negara yang meliputi segala aspek kehidupan berdasarkan norma-norma tertentu. Kabupaten Tangerang sebagai salah satu kabupaten di Propinsi mempunyai pemerintahan yang sama dengan kabupaten lainnya. Kabupaten Tangerang termasuk salah satu daerah tingkat dua yang menjadi bagian dari wilayah Propinsi Banten. Terletak pada posisi geografis cukup strategis. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan dan Kota Tangerang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Bogor. Sedangkan di bagian barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang. Jarak antara Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta, sekitar 30 km, yang bisa ditempuh dengan waktu setengah jam. Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera. Dari 200 Juta lebih penduduk Indonesia, mayoritas terkonsentrasi di kedua pulau tersebut (Pulau Jawa

120 juta jiwa dan Sumatera 40 juta jiwa).

Pertumbuhan penduduk daerah ini cukup pesat. Total penduduk 2.959.600 jiwa, rata-rata pertumbuhan 4,32% per tahun yang didominasi oleh kelompok umur berusia muda. Kelompok umur 0-14 tahun berjumlah 1.195.589 jiwa atau sebesar 40%. Kelompok umur 15-64 tahun sebesar 1.709.158 jiwa atau 57,6%.

Sedangkan pada kelompok umur 65 tahun ke atas sebanyak 65.853 jiwa atau

2,2%.Luas wilayah Kabupaten Tangerang 111.038 ha. Dibagi ke dalam 29 kecamatan dan 316 desa dan kelurahan. Keseluruhan kondisi wilayah memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3% menurun.

Ketinggian wilayah sekitar antara 0-85 m di atas permukaan laut. Curah hujan setahun rata-rata 1.475 mm dan temperatur udara berkisar antara 23 °C - 33 °C.

Iklim ini dipengaruhi oleh wilayah di bagian utara yang merupakan daerah pesisir pantai sepanjang kurang lebih 50 km.

Wilayah Tangerang juga dibagi ke dalam tiga wilayah pusat pertumbuhan, yaitu Serpong (sekarang menjadi Kota Tangerang Selatan), dan

Tigaraksa serta Teluknaga. Pusat Pertumbuhan Serpong meliputi enam kecamatan, yaitu Serpong, Ciputat, Pondok Aren, dan Curug yang menjadi pusat pertumbuhan pemukiman (menjadi daerah Kota Tangerang Selatan estela pemkeran). Pusat Pertumbuhan Balaraja dan berupa kawasan industri, pemukiman dan pusat pemerintahan. Meliputi delapan kecamatan, yaitu Balaraja,

Rajeg, Pasar Kemis, Tigaraksa, , Cisaka, , , Jayanti, Jambe dan . Pusat Pertumbuhan Teluknaga meliputi lima kecamatan, yaitu

Teluknaga, Kosambi, , Mauk, , Kemiri dan . Diarahkan untuk pengembangan sektor pariwisata bahari dan alam, industri maritim, pelabuhan laut, perikanan dan pertambakan. 4.1.1.1 Visi Kabupaten Tangerang

Visi Kabupaten Tangerang, berdasarkan pertimbangan kondisi obyektif seluruh sumber daya dan komitmen untuk meraih masa depan yang lebih baik maka ditetapkan visi sebagai berikut :

”Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman, Sejahtera,

Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan”

Yang dimaksud dengan :

Masyarakat kabupaten Tangerang; adalah kelompok orang dengan segala aspek kehidupannya, yang meliputi sikap perilaku dan pola pikir dalam sosial budaya, agama, politik, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan teknologi yang memanfaatkan sumbar daya alam dan sumber daya buatan yang ada di Kabupaten Tangerang;

Beriman; adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala -Nya serta hidup rukun antar umat manusia.Terpenuhinya kebutuhan manusia dari segi meteri memerlukan penyeimbang dari sisi rohani, sehingga terjamin keseimbangan mental dan spiritual;

Maju; berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup yang lebih baik, proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan fungsi, peran dan kedudukan masing- masing anggota masyarakat; Mandiri; berarti mampu mengatasi permasalahan dan hidup bertanggung jawab dengan tidak ada ketergantungan pada pihak lain atau dikendalikan oleh pihak lain. Visi kemandirian adalah tetap berada koridor Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945;

Berorientasi Industri; berarti perilaku yang mengarah pada pertimbangan ekonomis dengan memperhitungkan tenaga, waktu, biaya, dan sumber daya teknologi yang terus berkembang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi beriorentasi pasar;

Berwawasan Lingkungan; berarti orientasi pembangunan mempertimbangkan kondisi lingkungan yang harus dipatuhi oleh setiap pelaku pembangunan karena pembangunan berwawasan lingkungan akan memberi manfaat bagi kelangsungan hidup dan pembangunan.

4.1.1.2 Misi Kabupaten Tangerang

Misi Kabupaten Tangerang, untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka ditetapkan misi Pemerintah Kabupaten Tangerang sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan pengamalannya dalam

kehidupan bermasyarakat.

2. Membangun sumberdaya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan

diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan derajat kesehatan yang

menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta peningkatan kesejehteraan

sosial. 3. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi melalui fasilitasi

pengembangan usaha di bidang industri, agribisnis, agro industri, dan

jasa, serta memberikan akses lebih besar pengembangan koperasi, usaha

kecil dan menengah, dan sektor informal.

4. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang

berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata

ruang yang terstruktur.

5. Menciptakan tata kepemerintahan yang bersih, transparan, dan

bertanggung jawab (good governance).

6. Meningkatkan pembangunan infra struktur bagi percepatan aspek-aspek

pembangunan.

7. Memenuhi hak-hak politik dan sosial warga untuk melakukan partisipasi

kritis dalam proses pembangunan.

8. Memberdayakan perempuan dan kesetaraan gender dalam pembangunan.

Nilai-nilai yang tekandung dalam visi misi dapat diidentifikasi sebagai berikut :

Ketakwaan, masyarakat kabupaten Tangerang yang bertakwa merupakan komponen yang sangat penting untuk mewujudkan suatu perubahan yang hakiki dalam mencapai visi misi yang telah ditetapkan; Partisipatif, rasa tanggungjawab dari semua komponen pemerintahan yang terdiri eksekutif, legislatif dan masyarakat serta swasta berperan serta mengambil bagian mulai dari tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam rangka mempercepat tajuan dan sasaran pembangunan yang efisien dan efektif;

Transparansi, merupakan salah satu unsur dari good government yang harus ditingkatkan agar dapat mendorong partisipasi masyarakat dan swasta untuk mencapai suatu kemajuan seperti yang tercantum dalam sasaran dan tujuan pembangunan.

Berkelanjutan, prinsip berkelanjutan dalam aspek lingkungan mengandung makna bahwa pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan dampak negatif terhadap lingkungan sehingga pembangunan yang akan dipacu tidak hanya untuk kepentingan sesaat.

Guna mencapai keberhasilan pembangunan sebagimana yang diharapkan dalam

Visi dan Misi kepala daerah, maka rumusan Strategi yang akan dilakukan oleh pemerintah kabupaten Tangerang dalam kurun waktu 2008-2013 adalah:

"Menuju Masyarakat Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi

Industri, dan Berwawasan Lingkungan"

Arah dari strategi pembangunan ini adalah pertumbuhan ekonomi yang berbasiskan ekonomi lokal khususnya sektor industri, perdagangan dan jasa serta mampu mendukung terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat. Dengan pertumbuhan ekonomi berbasis ekonomi lokal ini diharapkan dapat hak-hak dasar masyarakat terutama di prioritaskan terhadap upaya peningkatan daya beli masyarakat, akses kesehatan, akses pendidikan, akses pekerjaan dan berusaha.

Dalam menjalankan strategi pembangunan Kabupaten Tangerang diperlukan dukungan birokrasi dalam peningkaan pelayanan publik melalui upaya penataan struktur organisasi agar yang efisien dan efektif, serta pembenahan kebijakan publik dan regulasi agar tercipta iklim kondusif yang dapat peningkatan kinerja investasi dan ekonomi.

Dari rumusan strategi tersebut sedikitnya terdapat tiga strategi pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di masa datang, yakni

1. Strategi mendorong pertumbuhan/kinerja ekonomi berbasis ekonomi lokal

untuk peningkatan daya beli masyarakat.

2. Strategi peningkatan kualitas Hidup masyarakat dengan pemenuhan hak

dasar masyarakat.

3. Strategi Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah, yang meliputi :

a. Kapasitas Sistem,

b. Kapasitas Kelembagaan, dan

c. Kapasitas Sumber Daya Manusia Aparatur.

4.1.1.3 Sejarah Kabupaten Tangerang Kabupaten Tangerang sejak ratusan tahun lalu sudah menjadi daerah perlintasan perniagaan, perhubungan sosial dan interaksi antardaerah lain. Hal ini, disebabkan letak daerah ini yang berada di dua poros pusat perniagaan Jakarta –

Banten. Berdasarkan catatan sejarah, daerah ini sarat dengan konflik kepentingan perniagaan dan kekuasaan wilayah antara Kesultanan Banten dengan Penjajah

Belanda.Secara tutur-tinular, masa pemerintahan pertama secara sistematis yang bisa diungkapkan di daerah dataran ini, adalah saat Kesultanan Banten yang terus terdesak agresi penjajah Belanda lalu mengutus tiga maulananya yang berpangkat aria untuk membuat perkampungan pertahanan di Tangerang.

Ketiga maulana itu adalah Maulana Yudanegara, Wangsakerta dan

SAntika. Konon, basis pertahanan merka berada di garis pertahanan ideal yang kini disebut kawasan Tigaraksa dan membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, di legenda rakyat cikal-bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksasa [sebutan

Tigaraksasa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga pimpinan = tiangtiga = Tigaraksa]. Pemerintahan ketiga maulana ini, pada akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh wilayah pemerintahannya dikuasai

Belanda, berdasar catatan sejarah terjadi tahun 1684. Berdasar catatan pada masa ini pun, lahir sebutan kota Tangerang. Sebutan Tangerang lahir ketika Pangeran

Soegri, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian barat Sungai Cisadane [diyakini di kampung

Gerendeng, kini]. Tugu itu disebut masyarakat waktu itu dengan Tangerang

[bahasa Sunda=tanda] memuat prasasti dalam bahasa Arab Gundul Jawa Kuno,

“Bismillah peget Ingkang Gusti/Diningsun juput parenah kala Sabtu/Ping Gangsal Sapar Tahun Wau/ Rengsenaperang netek Nangeran/Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang”

Arti tulisan prasasti itu adalah: “Dengan nama Allah tetap Yang Maha

Kuasa/Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu/Tanggal 5 Sapar Tahun

Wau/Sesudah perang kita memancangkan tugu/Untuk mempertahankan batas timur Cipamugas [Cisadae] dan barat Cidurian/ Semua menjaga tanah kaum

Parahyang”. Diperkirakan sebutan Tangeran, lalu lama-kelamaan berubah sebutan menjadi Tangerang. Desakan pasukan Belanda semakin menjadi-jadi di Banten sehingga memaksa dibuatnya perjanjian antar kedua belah pihak pada 17 April

1684 yang menjadikan daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Penjajah

Belanda. Sebagai wujud kekuasaannya, Belanda pun membentuk pemerintahan kabupaten yang lepas dari Banten dengan dibawah pimpinan seorang bupati.

Para bupati yang sempat memimpin Kabupaten Tangerang periode tahun

1682–1809 adalah Kyai Aria Soetadilaga I-VII. Setelah keturunan Aria

Soetadilaga dinilai tak mampu lagi memerintah kabupaten Tangerang dengan baik, akhirnya penjajah Belanda menghapus pemerintahan di daerah ini dan memindahkan pusat pemerintahan ke Jakarta. Lalu, dibuat kebijakan sebagian tanah di daerah itu dijual kepada orang-orang kaya di Jakarta, sebagian besarnya adalah orang-orang Cina kaya sehingga lahir masa tuan tanah di Tangerang.

Pada 8 Maret 1942, Pemerintahan Penjajah Belanda berakhir di gantikan

Pemerintahan Penjajah Jepang. Namun terjadi serangan sekutu yang mendesak

Jepang di berbagai tempat, sebab itu Pemerintahan Militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-pemuda Indonesia guna membantu usaha pertahanan mereka sejak kekalahan armadanya di dekat Mid-way dan Kepulauan

Solomon. Kemudian pada tanggal 29 April 1943 dibentuklah beberapa organisasi militer, diantaranya yang terpenting ialah Keibodan [barisan bantu polisi] dan

Seinendan [barisan pemuda]. Disusul pemindahan kedudukan Pemerintahan

Jakarta Ken ke Tangerang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat

Tihoo Nito Gyoosieken atas perintah Gubernur Djawa Madoera. Adapun

Tangerang pada waktu itu masih berstatus Gun atau kewedanan berstatus ken

(kabupaten).

Berdasar Kan Po No. 34/2604 yang menyangkut pemindahan Jakarta Ken

Yaskusyo ke Tangerang, maka Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang menetapkan terbentuknya pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Sebab itu , kelahiran pemerintahan daerah ini adalah pada tanggal 27 Desember 1943.

Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II

Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984. Dalam masa-masa proklamasi, telah terjadi beberpa peristiwa besar yang melibatkan tentara dan rakyat Kabupaten Tangerang dengan pasukan Jepang dan Belanda, yaitu Pertempuran Lengkong dan Pertempuran Serpong. Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan dan berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah diterbitkannya

Inpres No.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek, di mana kabupaten

Tangerang menjadi daerah penyanggah DKI Jakarta. Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang

Pembentukan Kota Tangerang. Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif

Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari

Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah No. 14

Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari

Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa. Akhirnya, pada awal tahun 2000, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang pun di pindahkan

Bupati H. Agus Djunara ke Ibukota Tigaraksa. Pemindahan ini dinilai strategis dalam upaya memajukan daerah karena bertepatan dengan penerapan otonomi daerah, diberlakukannya perimbangan keuangan pusat dan daerah, adanya revisi pajak dan retribusi daerah, serta terbentuknya Propinsi Banten.

Keadaan kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Tangerang sampai dengan tahun 2002, dari 651.254 KK yang ada di Kabupaten Tangerang, mereka yang dikategorikan sebagai penduduk pra sejahtera sebanyak 105.245 KK, sejahtera I sebanyak 156.953 KK, sejahtera II sebanyak 206.040 KK, sejahtera III sebanyak 130.356 KK dan sejahtera III Plus sebanyak 52.660 KK. Pada tahun

2008 jumlah penduduk Kabupaten Tangerang mengalami peningkatan dimana pada tahun 2007 jumlah penduduk sebesar 3.502.226 jiwa menjadi 3.585.269 jiwa. Angka kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, kepadatan penduduk Kabupaten Tangerang sebesar 3.229 orang per Km² dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 3.154 orang per

Km². Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur yang terbesar terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun yaitu sebesar 409.310 jiwa. 4.1.1.4 Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Tangerang

Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106°20'-106°43' Bujur Timur dan 6°00'-6°20' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Tangerang 1.110,38 Km2 atau 12,62 % dari seluruh luas wilayah Propinsi Banten dengan Batas wilayah, dari sebelah Utara wilayah ini berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi DKI

Jakarta dan Kota Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak.

Secara Topografi, Kabupaten Tangerang berada pada wilayah dataran yang terdiri dari wilayah dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah sebagian besar berada di wilayah Utara yaitu Kecamatan Teluknaga, Mauk,

Kemiri, Sukadiri, Kresek, Kronjo, Pakuhaji, dan Sepatan. Dataran tinggi berada di wilayah Bagian Tengah ke arah Selatan.

Gambar 4

Peta Kabupaten Tangerang

Sumber: http://www.google.co.id/imglanding?imgurl

Secara administratif, Kabupaten Tangerang terdiri dari 29 Kecamatan.

Kecamatan tersebut terdiri dari Kecamatan Tigaraksa dengan luas wilayah 48,74

Km², Kecamatan dengan luas wilayah 55,99 Km², Kecamatan merupakan pemekaran dari Kecamatan Cisoka, Kecamatan Jambe dengan luas wilayah 26,02 Km², Kecamatan Cikupa dengan luas wilayah 42,68 Km²,

Kecamatan Panongan dengan luas wilayah 34,93 Km², Kecamatan Curug dengan luas wilayah 40,97 Km², Kecamatan merupakan pemekaran dari

Kecamatan Curug, Kecamatan Legok dengan luas wilayah 41,06 Km², Kecamatan

Pagedangan dengan luas wilayah 50,57 Km², Kecamatan dengan luas wilayah 43,38 Km², Kecamatan Pasar Kemis dengan luas wilayah 60,53 Km²,

Kecamatan merupakan pemekaran dari Kecamatan Pasar Kemis,

Kecamatan , Kecamatan merupakan pemekaran dari Kecamatan

Kronjo, Kecamatan Balaraja dengan luas wilayah 57,48 Km², Kecamatan

Sukamulya merupakan pemekaran dari Kecamatan Balaraja, Kecamatan Jayanti dengan luas wilayah 26,91 Km², Kecamatan Kresek dengan luas wilayah 55,60

Km², Kecamatan Gunungkaler merupakan pemekaran dari Kecamatan Kresek,

Kecamatan Kronjo dengan luas wilayah 68,05 Km², Kecamatan Mauk dengan luas wilayah 51,42 Km², Kecamatan Kemiri dengan luas wilayah 32,70 Km²,

Kecamatan Sukadiri dengan luas wilayah 24,14 Km², Kecamatan Sepatan dengan luas wilayah 56,24 Km², Kecamatan dengan luas wilayah 35,59

Km² pemekaran dari Kecamatan Sepatan , Kecamatan Pakuhaji dengan luas wilayah 51,87 Km², Kecamatan Teluknaga dengan luas wilayah 40,58 Km²,

Kecamatan Kosambi dengan luas wilayah 29,76 Km² .

4.1.2 Dinas Pendidikan

4.1.2.1 Visi Dinas Pendidikan

Berdasarkan Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang yaitu menuju masyarakat yang beriman, sejahtera, berorientasi industri, dan berwawasan lingkungan dan dengan mempertimbangkan kondisi obyektif seluruh sumber daya serta komitmen untuk meraih masa depan yang lebih baik, visi Dinas Pendidikan

Kabupaten Tangerang yaitu terunggul dalam mutu lulusan dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia kabupaten tangerang yang cerdas, terampil, dan berdaya saing.

4.1.2.2 Misi Dinas Pendidikan

Untuk mewujudkan visi tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang menetapkan misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kompetensi kinerja tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan, tenaga struktural dan lainnya; 2. Meningkatkan pengembangan kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD), Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan

Nonformal dan Informal;

3. Meningkatkan standar sarana dan prasarana pendidikan yang mendukung

proses pembelajaran;

4. Meningkatkan peran serta masayarakat, dunia industri jasa dalam bidang

pendidikan;

5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen pendidikan.

4.1.2.3 Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi

Banten

2. (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4048);

3. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan

Lembaran Negara No. 4048);

4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 115, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4425);

5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Tahun 2004 No. 104,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 No. 125, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4437);

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Tahun 2004 No. 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar

(Lembaran Negara Tahun 1990 No. 72, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3848) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 55 Tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 No. 90, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3763);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan

Menengah (Lembaran Negara Tahun 1990 No. 37, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3413), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 56 tahun 1998 (Lembaran Negara Tahun 1998 No. 91,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3764);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1992 tentang Peran Serta

Masyarakat dalam Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1992

No. 16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2876);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran

10. Negara Tahun 2000 No. 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3952); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor : 17 Tahun 2004 tentang

Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah

Tahun 2004, Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1704);

13. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor : 02 Tahun 2008 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah

Kabupaten Tangerang Tahun 2008, Nomor 0802);

14. Peraturan Bupati Tangerang Nomor : 14 Tahun 2008 tentang Rincian

Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang

(Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008, Nomor 14).

4.1.2.4 Sejarah Singkat Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang

Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang secara resmi berdiri sesuai surat keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tangerang Nomor : 11 Tahun 2000 tanggal 29 November 2000. Sebelum Otonomi Daerah digulirkan, Dinas

Pendidikan Kabupaten Tangerang adalah bagian dari beberapa keputusan yang telah dilebur menjadi satu Dinas di bawah naungan Pemerintah Daerah, antara lain; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan, dan sebagian kecil Departemen lainnya yang tergabung dalam satu

Kedinasan ( Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang ).

Sesuai Tugas Pokok dan Fungsi, serta Struktur Organisasi dan Tata

Kerjanya , Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang terbagi menjadi 7 ( Tujuh )

Sub Dinas dan Bagian Umum, dengan garapan program yang berbeda, namun dalam satu kesatuan Program Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang sebagaimana tertera dalam lampiran Struktur Organisasi dan Tata Kerjanya. Sub

Dinas tersebut adalah; Sub Dinas Pendidikan Dasar, Sub Dinas Pendidikan

Menengah Umum, Sub Dinas Pendidikan Menengah Kejuruan, Sub Dinas

Pendidikan Luar Sekolah, Sub Dinas Ketenagaan, Sub Dinas SIS GEMOR, Sub

Dinas Sarana dan Prasarana, Bagian Umum ( Ketatausahaan / TU ).

4.1.2.5 Ruang Lingkup Dinas Pendidikan

Setelah Otonomi Daerah digulirkan, Dinas Pendidikan Kabupaten

Tangerang memiliki ruang lingkup sebagai berikut :

4.1.2.5.1 Jalur Horizontal

1. Kinerja Dinas Pendidikan melalui jalur horizontal bertanggungjawab

sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah (PEMDA) Kabupaten

Tangerang (Bupati), sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah).

2. Mekanisme kegiatannya diselenggarakan melalui pelimpahan

wewenang kepada Kantor Cabang Dinas (KCD) di tingkat Kecamatan

dan Persekolahan (Sekolah-sekolah) TK, SD, SMP, SMA dan SMK,

serta Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB),

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan Kursus-kursus di

lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, serta peran serta

masyarakat peduli pendidikan.

4.1.2.5.2 Jalur Vertikal 1. Kebijakan Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan

Nasional, bersifat Koordinatif dan Stimulatif, artinya peran pusat

dalam menyelenggarakan program pendidikan sepenuhnya diserahkan

kepada daerah.

2. Program yang langsung ditangani Pemerintah pusat melalui

Departemen Pendidikan Nasional antara lain dalam bentuk kabijakan

Perundang-undangan, pembiayaan, pembinaan, pengawasan,

monitoring dan evaluasi.

Secara teknis dan kewenangan ruang lingkup ini mungkin berbeda, namun subtansi dan esensi programnya sama, bahkan satu sama lain sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan. Artinya bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab

Pemerintah Pusat maupun Daerah serta masyarakat dan Dunia Usaha dan Industri.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

4.1.2.6 Sistem Pendidikan Nasional

Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

4.1.2.7 Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Jalur Pendidikan Formal Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi (pendidikan tinggi yang mencakup program diploma 1 sampai diploma empat), keagamaan, dan khusus.

4.1.2.7.1 Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pemerintah dan Pemerintah

Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pendidikan dasar berbentuk:

1. Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang

sederajat; serta 2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs),

atau bentuk lain yang sederajat.

4.1.2.7.2 Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum, dan pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah

Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah

Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

4.1.2.7.3 Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi

4.1.2.7.4 Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau

Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

4.1.2.7.5 Pendidikan Informal Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

4.1.2.7.6 Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal

(RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan

Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

4.1.2.7.7 Pendidikan Kedinasan

Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.

Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

4.1.2.7.8 Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

4.1.2.7.9 Pendidikan Jarak Jauh

Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.

4.1.2.7.10 Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

**Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4.2 Informan Penelitian

Pada bab sebelumnya mengenai metode penelitan, peneliti telah menjelaskan dalam pemilihan informan penelitiannya, peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Adapun informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karene informan-informan tersebut dalam kesehariannya berurusan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan beberapa informan untuk penelitian ini, adapun nama-nama informan tersebut adalah:

a. Bapak Sapri S.Sos, Anggota DPRD Komisi II bidang

Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Tangerang dan sebagai tokoh

masyarakat.

b. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang.

c. Ibu Titin dan Ibu Siti Julaeha, masyarakat di kabupaten Tangerang.

4.3 Deskripsi dan Analisis Data

4.3.1 Deskripsi Data Dalam penelitian mengenai Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten

Tangerang dalam Fungsi Pendidikan, data utama yang peneliti butuhkan yaitu data pendidikan berupa jumlah sekolah, jumlah siswa dan seluruh gambaran pendidikan di Kabupaten Tangerang mulai dari jenjang TK/RA (Taman Kanak- kanak/Radhatul Athfal), SD/MI (Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah), SMP/MTS

(Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah), dan SMA/MA/SMK

(Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan).

Sumber data ini didapat dari Dinas terkait yaitu Dinas Pendidikan, BPS dan Dinas lainnya. Selain data tersebut, dalam penelitian ini juga menggunakan wawancara dengan beberapa informan yang memiliki hubungan dengan bidang pendidikan.

4.3.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan melihat matriks jarak antara Kabupaten

Tangerang dengan Kota/Kabupaten sekitarnya, matriks ini dibuat untuk mengetahui Kota/Kabupaten terdekat yang menjadi daerah sasaran dalam ketersediaan fungsi pelayanan pendidikan dan juga data pendidikan yang dihitung dengan menggunakan Teknik settlemen function analysis. Teknik ini menjelaskan tentang keadaan sekolah mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak sampai jenjang

Sekolah Menengah Atas dan sederajat. Teknik settlemen function analysis memberikan gambaran tentang daya dukung wilayah Kabupaten Tangerang dalam menyediakan fungsi pelayanan pendidikan. Di bawah ini tabel matriks untuk mengetahui jarak antara Kabupaten Tangerang dengan Kota/Kabupaten lainnya.

Tabel 5

Matriks Jarak Antara Kabupaten Tangerang

dengan Kota/Kabupaten di sekitarnya

Kota/Kabupaten Tigaraksa Tangerang Jakarta Serang Pandeglang Rangkasbitung

Tigaraksa 0 32 57 33 54 74 51

Tangerang 32 0 25 65 86 106 83

Jakarta 57 25 0 90 111 131 108

Serang 33 65 90 0 21 41 18

Pandeglang 54 86 111 21 0 20 39

Rangkasbitung 74 106 131 41 20 0 59

Cilegon 51 83 108 18 39 59 0

Keterangan Tabel dari perhitungan Settlement Function Analysis pada

jenjang TK dan RA dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Tabel di isi oleh data dari Dokumen Data Pendidikan Tahun Ajaran 2009-

2010. 2. Kolom jumlah daya tampung di dapat dari kolom jumlah total kelas dikali

kolom kapasitas kursi.

3. Kolom selisih didapat dari kolom jumlah penduduk dikurangi kolom daya

tampung.

4. Kolom subfungsi didapat dari kolom jumlah total sekolah per satu tabel

dibagi dengan jumlah total secara keseluruhan dikali 100.

5. Kolom indeks fungsi didapat dari jumlah total subfungsi dibagi dengan

jumlah jenis fungsi (TK dan RA).

Taman Kanak-kanak dibagi dua bagian A untuk anak umur 4 tahun dan B untuk anak 5 tahun, dan merupakan kelas-kelas persiapan bagi Sekolah Dasar.

Dilihat dari tabel, dapat diuraikan bahwa dalam jenjang ini, semua sekolah

TK/RA di Kabupaten Tangerang belum memiliki daya tampung yang cukup

(bahkan sangat kurang) dibanding jumlah penduduk usia sekolah TK/RA.

Ketidakmampuan sekolah dalam menyediakan daya tampung yang cukup dihitung dari jumlah selisih penduduk usia TK/RA dengan jumlah daya tampung sekolah.

Tetapi jika dilihat dari jumlah seluruh siswa TK/RA yang bersekolah, jumlahnya sangat jauh dibandingkan daya tampung yang ada. Hal ini juga berarti partisapasi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya pada jenjang ini masih kurang karena masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa pendidikan pada jenjang ini belum terlalu penting.

Kecamatan yang sangat kurang dalam menyediakan daya tampung siswa pada jenjang ini berada di Kecamatan Teluknaga karena, sebanyak 7044 penduduk tidak bisa terlayani. Kecamatan Gunung Kaler menjadi Kecamatan yang tidak memiliki daya tampung sama sekali karena tidak memiliki sekolah TK maupun RA. Kecamatan Sepatan Timur memiliki jumlah penduduk sebanyak

4893 jiwa memiliki satu sekolah TK dan hanya memiliki 13 siswa dari daya tampung sebanyak 50 kursi dan memiliki selisih sebanyak 4843 penduduk usia

TK/RA yang tidak bersekolah di jenjang ini. Hal ini juga terjadi di Kecamatan

Pakuhaji yang memiliki sekolah TK sebanyak satu sekolah dan murid sebanyak

26 siswa dan sebanyak 6770 jiwa tidak terlayani. Berdasarkan jumlah seluruh siswa dibandingkan dengan jumlah penduduk maka dapat diketahui bahwa partisipasi masyarakat untuk bersekolah di jenjang ini masih kurang.

Keterangan Tabel dari perhitungan Settlement Function Analysis pada jenjang SD dan MI dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Tabel di isi oleh data dari Dokumen Data Pendidikan Tahun Ajaran 2009-

2010.

2. Kolom jumlah daya tampung di dapat dari kolom jumlah total rencana

penerimaan dikali 6 (jumlah tingkat SD). 3. Kolom selisih didapat dari kolom jumlah penduduk dikurangi kolom daya

tampung.

4. Kolom subfungsi didapat dari kolom jumlah total sekolah per satu tabel

dibagi dengan jumlah total secara keseluruhan dikali 100.

5. Kolom indeks fungsi didapat dari jumlah total subfungsi dibagi dengan

jumlah jenis fungsi (SD dan MI).

Hasil analisis yang didapat dari penghitungan dengan menggunakan

Teknik Settlement Function Analysis diatas yaitu diketahui bahwa semua SD/MI di Kabupaten Tangerang belum memiliki daya tampung yang memenuhi dibanding jumlah penduduk usia sekolah SD/MI. Ketidakmampuan sekolah dalam menyediakan kursi dihitung dari jumlah selisih penduduk usia SD/MI dengan jumlah daya tampung sekolah. Kecamatan yang sangat kurang dalam menyediakan daya tampung siswa pada jenjang ini berada di Kecamatan Cikupa karena memiliki jumlah penduduk usia SD/MI (usia 7-12 tahun) paling banyak yaitu sebesar 24250 jiwa dibanding dengan Kecamatan yang lain, disusul dengan

Kecamatan Pakuhaji, Rajeg dan Pasar Kemis. Terdapat beberapa Kecamatan yang mempunyai daya tampung yang lebih dibanding jumlah penduduk yaitu

Kecamatan Cisauk memiliki 834 kursi lebih, kemudian Kecamatan Jambe memiliki daya tampung siswa lebih sebanyak 1430 kursi. Hal ini terjadi karena

Kecamatan ini termasuk Kecamatan yang masih memiliki keterbatasan akses seperti jalan dan keadaan geografis. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sapri,

Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tangerang. “.....memang ada beberapa Kecamatan yang belum maju dibandingin yang lain, seperti Kecamatan Kresek, Jambe, Panongan, Gunung Kaler, Solear...jadi memang tingkat akses kayak jalan yang belum baik, kondisinya memang jalannya rusak, buat ketempat pelayanan seperti sekolah dari daerah pemukiman jauh dan hampir tidak angkutan umum, transportasinya ya berjalan kaki”

Keterangan Tabel dari perhitungan Settlement Function Analysis pada jenjang SMP dan MTS dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Tabel di isi oleh data dari Dokumen Data Pendidikan Tahun Ajaran 2009-

2010.

2. Kolom jumlah daya tampung di dapat dari kolom jumlah total rencana

penerimaan dikali 3 (jumlah tingkat SMP dan MTS). 3. Kolom selisih didapat dari kolom jumlah penduduk dikurangi kolom daya

tampung.

4. Kolom subfungsi didapat dari kolom jumlah total sekolah per satu tabel

dibagi dengan jumlah total secara keseluruhan dikali 100.

5. Kolom indeks fungsi didapat dari jumlah total subfungsi dibagi dengan

jumlah jenis fungsi (SMP dan MTS).

Pada jenjang ini, semua SMP/MTS di Kabupaten Tangerang memiliki masalah yang sama seperti pada jenjang TK dan jenjang SD yaitu belum memiliki daya tampung yang memenuhi dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah

SMP/MTS. Ketidakmampuan sekolah dalam menyediakan kursi dihitung dari jumlah selisih penduduk usia SD/MI dengan jumlah daya tampung sekolah.

Kecamatan yang paling banyak memiliki selisih antara jumlah penduduk dengan daya tampung adalah Kecamatan Mauk dengan junlah selisih 18509 jiwa yang tidak bisa terlayani dalam jenjang SMP/MTS. Kecamatan Cikupa menempati tempat kedua yaitu Kecamatan yang tidak bisa melayani penduduk usia

SMP/MTS yaitu sebanyak 6649 jiwa tidak bisa terlayani, terdapat beberapa

Kecamatan yang memiliki daya tampung yang lebih yaitu Kecamatan Cisoka,

Kecamatan Panongan, Kecamatan Legok, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan

Kosambi, Kecamatan Cisauk, Kecamatan Kemeri, Kecamatan Jambe, Kecamatan

Tigaraksa dan Kecamatan Solear. Beberapa dari Kecamatan ini merupakan

Kecamatan yang kurang maju karena fasilitas pelayanan seperti jalan kurang memadai seperti yang diungkapakan oleh Bapak Sapri S.Sos sebagai pejabat di

Kabupaten Tangerang, Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Panongan, Jambe, Solear, Cisauk, Kemeri dan Kecamatan yang lainnya berbatsa sangat dekat dengan Kota Tangerang seperti Kecamatan Legok, Kecamatan Kosambi dan

Kecamatan Tigaraksa.

Keterangan Tabel dari perhitungan Settlement Function Analysis pada jenjang SMA, MA dan SMK dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Tabel di isi oleh data dari Dokumen Data Pendidikan Tahun Ajaran 2009-

2010.

2. Kolom jumlah daya tampung di dapat dari kolom jumlah total rencana

penerimaan dikali 3 (jumlah tingkat SMA, MA dan SMK). 3. Kolom selisih didapat dari kolom jumlah penduduk dikurangi kolom daya

tampung.

4. Kolom subfungsi didapat dari kolom jumlah total sekolah per satu tabel

dibagi dengan jumlah total secara keseluruhan dikali 100.

5. Kolom indeks fungsi didapat dari jumlah total subfungsi dibagi dengan

jumlah jenis fungsi (SMA, MA dan SMK).

Hasil analisis yang didapat dari penghitungan dengan menggunakan

Teknik Settlement Function Analysis dapat disimpulkan bahwa di jenjang ini, semua SMA/MA/SMK di Kabupaten Tangerang belum memiliki daya tampung yang memenuhi dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah

SMA/MA/SMK. Ketidakmampuan sekolah dalam menyediakan kursi dihitung dari jumlah selisih penduduk usia SD/MI dengan jumlah daya tampung sekolah.

Dilihat dari jumlah selisih daya tampung dengan jumlah penduduk usia

SMA/MA/SMK maka dapat dilihat bahwa Kecamatan Pasar Kemis dan

Kecamatan Cikupa merupakan Kecamatan yang memiliki selisih yang paling besar yaitu sebesar 8225 dan 5960, artinya Kecamatan Cikupa memiliki daya tampung yang sangat kurang dalam jenjang sekolah ini dibanding dengan

Kecamatan lain. Kecamatan Teluknaga juga memiliki penduduk yang melebihi kapasitas daya tampung, sebesar 4800 penduduk tidak bisa terlayani dalam fasilitas pendidikannya karena daya tampung yang kurang, Kecamatan Pakuhaji juga mengalami hal yang sama pada jenjang ini yaitu sebanyak 5027 penduduk belum bisa terlayani. Terdapat empat Kecamatan yang memiliki daya tampung yang lebih yaitu Kecamatan Sepatan, Kecamatan Jayanti dan Kecamatan Balaraja.

Berdasarkan Uji statistik Settlement Function Analysis dapat dibuat tabel frekuensi yang menunjukkan nilai fungsi dan frekuensi pelayanannya dimana nilai bobot menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi keberadaan suatu fungsi, maka semakin kecil pula frekuensi pelayanannya (utilitas). Juga berlaku sebaliknya dimana semakin rendah suatu fungsi maka semakin tinggi pula frekuensi pelayanannya.

Tabel 10 Tabel Frekuensi Settlement Function Analysis Pada Jenjang TK,RA dan Jenjang SD,MI Jenjang TK,RA Jenjang SD,MI INDEKS SUB INDEKS NO KECAMATAN SUBFUNGSI FUNGSI NO KECAMATAN FUNGSI FUNGSI 1 Cisoka 2,7210884 1,360544 1 Cisoka 3,3539 1,676964 2 Cikupa 7,8231293 3,911565 2 Cikupa 5,1192 2,559576 3 Panongan 4,2517007 2,12585 3 Panongan 3,3539 1,676964 4 Legok 4,0816327 2,040816 4 Legok 3,3539 1,676964 5 3,0612245 1,530612 5 Pagedangan 4,5896 2,294793 6 Pasar Kemis 15,136054 7,568027 6 Pasar Kemis 5,2074 2,603707 7 Kresek 2,2108844 1,105442 7 Kresek 3,9718 1,985878 8 Kronjo 1,1904762 0,595238 8 Kronjo 2,9126 1,456311 9 Mauk 5,1020408 2,55102 9 Mauk 3,6187 1,809356 10 Rajeg 4,4217687 2,210884 10 Rajeg 5,4722 2,736099 11 Sepatan 1,8707483 0,935374 11 Sepatan 2,3831 1,191527 12 Pakuhaji 0,170068 0,085034 12 Pakuhaji 4,06 2,030009 13 Teluk Naga 2,0408163 1,020408 13 Teluk Naga 4,8544 2,427184 14 Kosambi 4,2517007 2,12585 14 Kosambi 4,2365 2,11827 15 Jayanti 2,0408163 1,020408 15 Jayanti 2,3831 1,191527 16 Cisauk 2,5510204 1,27551 16 Cisauk 2,1183 1,059135 17 Kemeri 0,3401361 0,170068 17 Kemeri 1,8535 0,926743 18 Sukadiri 0,5102041 0,255102 18 Sukadiri 2,2948 1,147396 19 Jambe 0,8503401 0,42517 19 Jambe 1,9417 0,970874 20 Balaraja 4,9319728 2,465986 20 Balaraja 3,2657 1,632833 21 Tigaraksa 5,7823129 2,891156 21 Tigaraksa 4,5896 2,294793 22 Curug 7,1428571 3,571429 22 Curug 4,7661 2,383054 23 0,8503401 0,42517 23 Sukamulya 2,03 1,015004 24 Kelapa Dua 9,6938776 4,846939 24 Kelapa Dua 4,6778 2,338923 25 Sindang Jaya 2,3809524 1,190476 25 Sindang Jaya 2,5596 1,279788 26 Sepatan Timur 0,170068 0,085034 26 Sepatan Timur 2,5596 1,279788 27 Solear 4,0816327 2,040816 27 Solear 2,9126 1,456311 28 Gunung Kaler 0 0 28 Gunung Kaler 2,7361 1,368049 29 Mekar Baru 0,3401361 0,170068 29 Mekar Baru 2,8244 1,41218 Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai bobot menunjukkan suatu fungsi, maka dari tabel tersebut secara umum dapat dilihat bahwa fungsi pelayanan TK dan RA dan SD/MI di semua kecamatan memiliki fungsi rendah yang berarti semakin tinggi frekuensi pelayanannya. Hanya satu kecamatan pada jenjang TK/RA yang tidak memiliki fungsi sehingga tidak memiliki fungsi pelayanan yaitu Kecamatan Gunung Kaler. Kecamatan Kelapa Dua pada jenjang TK/RA menjadi kecamatan yang memiliki fungsi paling tinggi dibanding

Kecamatan lainnya, sehingga frekuensinya pelayanannya kecil.

Nilai frekuensi yang tinggi juga menunjukkan bahwa suatu fungsi yaitu jumlah sekolah sangat tinggi tingkat pelayanannya dimana masyarakat bisa menjangkau dan menggunakannya, nilai yang tinggi ini dikarenakan memang banyaknya penduduk usia sekolah pada tingkat TK/RA dan SD/MI di Kabupaten

Tangerang, dilihat dari perhitungan Settlement Function Analysis juga menunjukkan bahwa terdapat selisih yang besar antara jumlah pelayanan yang tersedia yaitu daya tampung dibanding dengan jumlah penduduk yang harus dilayani.

Tabel 11

Tabel Frekuensi Settlement Function Analysis Pada Jenjang SMP,MTS dan

SMA,MA,SMK

Jenjang SMP,MTS Jenjang SMA,MA,SMK SUB INDEKS SUB INDEKS NO KECAMATAN FUNGSI FUNGSI NO KECAMATAN FUNGSI FUNGSI 1 Cisoka 4,038 2,019 1 Cisoka 4,292 1,431 2 Cikupa 4,988 2,4941 2 Cikupa 5,579 1,86 3 Panongan 3,563 1,7815 3 Panongan 3,004 1,001 4 Legok 3,088 1,5439 4 Legok 3,004 1,001 5 Pagedangan 3,325 1,6627 5 Pagedangan 2,575 0,858 6 Pasar Kemis 6,888 3,4442 6 Pasar Kemis 6,867 2,289 7 Kresek 5,463 2,7316 7 Kresek 5,15 1,717 8 Kronjo 2,85 1,4252 8 Kronjo 1,288 0,429 9 Mauk 2,138 1,0689 9 Mauk 1,717 0,572 10 Rajeg 5,463 2,7316 10 Rajeg 3,004 1,001 11 Sepatan 3,325 1,6627 11 Sepatan 6,009 2,003 12 Pakuhaji 2,613 1,3064 12 Pakuhaji 2,146 0,715 13 Teluk Naga 4,751 2,3753 13 Teluk Naga 4,292 1,431 14 Kosambi 3,563 1,7815 14 Kosambi 2,146 0,715 15 Jayanti 3,325 1,6627 15 Jayanti 6,438 2,146 16 Cisauk 1,9 0,9501 16 Cisauk 1,717 0,572 17 Kemeri 2,375 1,1876 17 Kemeri 2,146 0,715 18 Sukadiri 3,088 1,5439 18 Sukadiri 3,433 1,144 19 Jambe 2,375 1,1876 19 Jambe 1,288 0,429 20 Balaraja 3,088 1,5439 20 Balaraja 6,009 2,003 21 Tigaraksa 4,988 2,4941 21 Tigaraksa 6,867 2,289 22 Curug 5,226 2,6128 22 Curug 4,721 1,574 23 Sukamulya 2,138 1,0689 23 Sukamulya 1,288 0,429 24 Kelapa Dua 4,276 2,1378 24 Kelapa Dua 5,15 1,717 25 Sindang Jaya 1,425 0,7126 25 Sindang Jaya 1,288 0,429 26 Sepatan Timur 1,9 0,9501 26 Sepatan Timur 1,288 0,429 27 Solear 3,088 1,5439 27 Solear 2,146 0,715 28 Gunung Kaler 2,613 1,3064 28 Gunung Kaler 2,575 0,858 29 Mekar Baru 2,138 1,0689 29 Mekar Baru 2,575 0,858

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa nilai bobot menunjukkan suatu fungsi, maka dari tabel tersebut secara umum dapat dilihat bahwa fungsi pelayanan SMP,MI dan SMA,MA,SK di semua kecamatan memiliki fungsi rendah yang berarti semakin tinggi frekuensi pelayanannya. Dimana semua sekolah dapat dijangkau dengan baik oleh masyarakat sehingga nilai frekuensi pelayananya tinggi. Nilai frekuensi menunjukkan frekuensi yang tinggi karena memang banyaknya penduduk usia sekolah yang menggunakan fungsi pelayanan pendidikan ini.

4.4 Analisis Fungís Wilayah Kabupaten Tangerang dalam Fungsi Pendidikan

Berdasarkan analisis data dengan melihat matriks jarak antara Kabupaten

Tangerang dengan Kota/Kabupaten disekitarnya, diketahui bahwa jarak

Kabupaten Tangerang paling berdekatan dengan Kota Tangerang sehingga Kota

Tangerang menjadi daerah yang dituju masyarakat Kabupaten Tangerang dalam fungsi pelayanan pendidikan, seperti yang dijelaskan dalam teori lokasi yaitu ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77). Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat tersebut. Dengan semakin bertambahnya penduduk setiap tahunnya maka kebutuhan akan pendidikan baik dari segi daya tampung sekolah, gedung sekolah baru maupun mutu sekolah yang baik semakin meningkat pula. Tidak tersedianya daya tampung yang tidak cukup ini menyebabkan banyaknya kuota yang ditetapkan di Kota/Kabupaten di Indonesia atas siswa baru yang ingin mendaftar di Kota/Kabupaten lain, dalam penelitian ini kuota diberlakukan kepada siswa yang ingin mendaftar di Kota Tangerang yang berasal dari luar Kota Tangerang termasuk Kabupaten Tangerang yang memiliki jarak terdekat dengan Kota Tangerang. Kota Tangerang

Pengkuotaan ini sangat menyalahi kebebasan hak masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang seluas-luasnya sebagai wujud demokrasi. Hal ini dikarenakan kurangnya daya tampung Kabupaten Tangerang secara umum dalam setiap jenjang pendidikan. Kurangnya daya tampung sekolah di setiap jenjang pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan pemerintah. Pemerataan di bidang pendidikan harus ditangani secara serius dan berkesinambungan karena pendidikan adalah salah satu faktor penggerak pembangunan.

4.4.1 Masalah Pemerataan Pendidikan

Kurangnya daya tampung siswa merupakan masalah pemerataan pendidikan di Kabupaten Tangerang. Hal ini disebabkan bertambahnya penduduk di Indonesia. Sistem Pendidikan belum dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan. Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar merupakan jenjang penting bagi warga negara yaitu sebagai bekal dasar kemampuan membaca, menulis, dan berhitung agar dapat mengikuti perkembangan kemajuan sehingga tidak terbelakang dan menjadi penghambat kemajuan. Oleh karena itu jenjang ini sangat vital dan harus didapat oleh warga negara sebagai sumber daya untuk pembangunan

Hal ini juga dikemukakan oleh informan penelitian Bapak Sapri S.sos

Anggota DPRD Komisi II. Berikut kutipan wawancara dengan Bapak Sapri pada tanggal 1 Mei 2011 dengan kisi-kisi wawancara berupa kebijakan yang diambil pemerintah mengenai masalah kurangnya daya tampung di bidang pendidikan dan

Kebijakan pemerintah tentang jenjang TK/RA. Kutipan wawancara dengan Bapak Sapri, anggota DPRD Kabupaten

Tangerang Komisi II.

“Daya tampung sekolah yang kurang kan memang akibat semakin bertambahnya penduduk, pemerintah sendiri sudah mengeluarkan dana sebesar 42 miliar untuk pendidikan, dana tersebut asalnya dari DAK (Dana Alokasi Khusus), APBD dan dana pusat, dana itu bisa untuk pembangunan fisik, yaitu membangun gedung sekolah baru, atau menambah gedung yang sudah ada, bisa perbaikan ruang kelas dan perlengkapannya. Perluasan lahan untuk membangun pendidikan juga harus dikaji. Untuk membangun gedung sekolah baru juga kan harus dilihat tempatnya, tidak bisa semua kecamatan dibangun gedung baru tapi harus dilihat juga infrastrukturnya, tidak semua kecamatan jalannyas udah bagus, ada juga yang aksesnya masih sulit. Sekarang ini juga di Kabupaten Tangerang pembangunan fisik dan mutu pendidikan sudah dibedakan, jadi dinas pendidikan sudah tidak lagi mengurusi pembangunan fisik, semua pembangunan fisik di Kabupaten sekarang dipegang oleh PT Cipta Karya, dinas pendidikan hanya mengurusi masalah mutu saja. Kalau jenjang TK itu lebih ke partisipasi masyarakatnya, swadaya masyarakat, kalau pemerintah sendiri jarang mendapat laporan masalah TK karena mereka kan kebanyakan swasta ya itu tadi lebih ke swadaya masyarakatnya, ada gedung, ada guru, ada murid nah baru pemerintah bisa membantu kalau ada laporannya. Jadi kalau TK lebih ke partispasi masyarakatnya, kan juga pemerintah sendiri lebih fokus kepada wajib belajar sembilan tahun dari SD sampai SMA. (wawancara dilakukan pada tanggal 1 Mei 2011 pukul 10.00 WIB di kediaman Bapak Sapri, Pangkalan Kecamatan Teluknaga)

Partisipasi masyarakat dalam jenjang TK, peneliti simpulkan melalui wawancara dengan masyarakat Kabupaten Tangerang yaitu dua orang ibu yang tinggal di Kecamatan Kosambi yaitu Ibu Titin dan Ibu Siti Julaeha. Wawancara dengan Ibu Titin dengan kisi-kisi alasan mengapa tidak menyekolahkannya anaknya di jenjang TK/RA dan Ibu Siti Julaeha yang memilih menyekolahkan anaknya di TK.

Kutipan wawancara dengan Ibu Titin :

“Yah gimana, TK kan mahal, beli seragamnya aja ada banyak, belum lagi suka jalan-jalan, ditambah lagi saya kan jualan, ga ada yang anterin, abang-abangnya juga bayaran sekolahnya kan banyak” . (wawancara dilakukan pada tanggal 2 Mei 2011 pukul 09.00 WIB di kediaman Ibu Titin, Benda Baru Kecamatan Kosambi).

Kutipan wawancara dengan Ibu Siti Julaeha:

“Biar pinter kak, kan sekarang mesya (anak pertamanya) udah punya adik jadinya saya ga bisa ngajarin ataupin nemenin dia belajar, kan kalau disekolah di TK ada temennya, bisa main sambil belajar jadinya nanti di SD udah lancar baca, nulis, hitung-hitungan” . (wawancara dilakukan pada tanggal 2 Mei 2011 pukul 09.00 WIB di kediaman Ibu Titin, Benda Baru Kecamatan Kosambi)

Kesimpulan dari kutipan wawancara khusus dalam jenjang TK/RA, kekurangan daya tampung bukan satu-satunya masalah dalam jenjang ini karena dalam jenjang TK/RA, sebagian masyarakat memang kurang berpartisipasi dengan berbagai alasan salah satunya yaitu alasan ekonomi, waktu dan di beberapa Kecamatan tertentu masyarakatnya tidak berpartisipasi untuk mengadakan ataupun membangun sekolah TK/RA sedangkan pemerintah sendiri lebih fokus kepada wajib belajar sembilan tahun yaitu dari jenjang SD sampai

SMA.

Kebijakan yang diambil oleh Dinas Pendidikan mengenai masalah daya tampung sekolah di Kabupaten Tangerang bisa diketahui melalui kutipan wawancara dengan Sekretaris Dinas Pendidikan Bapak Ajat Sudrajat MM.

Berikut ini kutipan wawancara dengan Bapak Ajat Sekretaris Dinas Pendidikan

Kabupaten Tangerang mengenai masalah daya tampung sekolah di Kabupaten

Tangerang.

“Kalau di dinas pendidikan sendiri, ngambil kebijakannya ya biasanya penambahan ruang kelas, terus bisa juga membangun USB (unit sekolah baru), ya bisa di Kecamatan mana saja asalkan ada yang melapor jadi dari dinas ada kordinasi dengan Kecamatan dan Kelurahan setempat, dimana lokasi yang strategis untuk menambah USB sehingga antara sekolah yang baru dengan sekolah yang lain tidah terlalu lebar perbedaannya dari segi jarak maupun pelajaran yang diberikan, bisa juga dengan menanmbah jam sekolah, jadi satu sekolah ada sekolah pagi dan sekolah siang, hal ini bisa dikoordinir sama UPT-UPT di Kecamatan. Selain itu di sektor non formal dinas pendidikan juga menyelenggarakan pendidikan Kesetaraan, ada Paket A untuk SD, Paket B untuk SMP dan Paket C untuk SMA. Pendidikan Kesetaraan diadakan karena ternyata banyak masyarakat yang tidak bisa mengikuti jalur formal dengan alasan ekonomi, geografis dan alasan yang lain. (wawancara dilakukan pada tanggal 4 Mei 2011 pukul 13.30 WIB di Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan Cikokol).

Selain kutipan wawancara dengan Bapak Sekretaris Dinas Pendidikan dan

Bapak Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, dibawah ini terdapat kutipan artikel mengenai masalah daya tampung sekolah di Kabupaten Tangerang.

Sumber kutipan artikel dari Tempo Interaktif http://www.tempointeraktif.com/hg/layanan_publik/2010/06/29/brk,20100629- 259397,id.html. Diakses tanggal 11 Juni 2011 pukul 10.30 WIB Kabupaten Tangerang Tambah Daya Tampung Siswa SMP Dan SMA Selasa, 29 Juni 2010 | 12:22 WIB

TEMPO/Aditya Herlambang Putra

TEMPO Interaktif, Tangerang-Pemerintah Kabupaten Tangerang menambah daya tampung kursi tempat duduk di sekolah negeri pada tingkat SMP dan SMA pada penerimaan siswa baru tahun ini. Penambahan ini dilakukan sehubungan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai 10 persen pada tahun ini. Tahun lalu jumlah daya tampung siswa SMP sebanyak 15.744 siswa yang terbagi dalam 59 SMP negeri, siswa SMA sebanyak 6.825 orang yang terbagi di 28 SMA Negeri dan sebanyak 2.087 siswa SMK yang akan dibagi dalam 8 SMK negeri. Peningkatan daya tampung tersebut, akan dilakukan dengan cara penambahan ruang kelas baru, pembukaan unit sekolah baru. Selain itu, Kabupaten Tangerang juga melakukan penambahan program keahlian di sekolah menengah kejuruan yang membutuhkan banyak kursi baru dan ruang belajar baru. Secara umum peningkatan terjadi pada SMP 10 persen, SMK 15 persen dan SMA 5 persen. Menurut Undang, ada dua permasalahan mendasar yang terjadi di Kabupaten Tangerang pada proses penerimaan siswa baru yaitu animo yang besar pada anak yang melanjutkan sekolah sementara kapasitasnya terbatas dan ini cenderung terjadi diwilayah perkotaan seperti Kelapa Dua, Sepatan, Curug, Cikupa dan Balaraja. Di sini kapasitas kursi sangat terbatas. Disisi lain, diwilayah pedesaan animo masyarakat untuk melanjutkan sekolah sangat kurang sehingga kapasitas tempat duduk yang disediakan selalu berlebih, bahkan tidak terisi. Ini terjadi di SMA Mekar Baru, dua tahun dibuka siswanya tidak ada, sehingga tahun ini tidak membuka pendaftaran. Biasanya wilayah yang sepi peminat, wilayah yang jauh dari perkotaan seperti Kresek, Kronjo, Kemiri, Mekar Baru dan Gunung Kaler.”

Definisi sederhana dari kebijakan publik adalah segala sesuatu yang dikerjakan dan yang tidak dikerjakan oleh pemerintah. Pembagian pertama dari kebijakan publik adalah dari makna dari kebijakan publik, bahwa kebijakan publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan.

Berdasarkan kutipan wawancara dan artikel maka hal yang harus tindakan yang diambil pemerintah yaitu yang disebut kebijakan adalah mengenai masalah daya tampung adalah dengan cara mempersiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan dan secara konvensional Pemerintah

Kabupaten Tangerang dapat membangun gedung sekolah di Kecamatan yang jumlah sekolahnya memiliki daya yang sangat kurang seperti Kecamatan Pasar

Kemis, Cikupa dan Kecamatan lainnya ataupun Kecamatan yang menerima siswa yang melebihi daya tampung dengan persyaratan dan kajian serta kordinasi dari pemerintah yang terkait baik dari DPRD, Dinas Pendidikan, Kecamatan,

Kelurahan dan Unit Pelaksana teknis (UPT) setempat. Selain membangun gedung sekolah Pemerintah juga menetapkan kebijakan untuk menambah waktu penyelenggaraan pendidikan yaitu pagi dan sore dan yang paling penting adalah membangkitkan kemauan belajar masyarakat atau keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.

Pada jenjang TK/RA, pemerintah tidak memfokuskan karena jenjang

TK/RA lebih dominan oleh partisipasi masyrakat atau swadaya masyrakat itu sendiri dalam hal mengadakan penyelenggaraan pendidikan jenjeng TK.

Pemerintah hanya membantu jika masyarakat dalam hal ini disebut (swasta) sudah menjalankan operasionalnya sehingga pihak pemerintah hanya membantu dalam hal pendanaan. Pemerintah juga menyediakan Paket Kesetaraan untuk memberikan fasilitas bagi masyarakat yang mengalami kesulitan baik dalam hal ekonomi ataupun geografis.

Cara inovatif juga dapat digunakan antara lain dengan Sistem Pamong yaitu pendidikan oleh masyarakat, orangtua dan guru. Semua kebijakan yang yang sudah diambil ataupun akan diambul oleh pembuat kepeutusan dilaksanakan dengan berkesinambungan dalam arti pendanaan untuk membangun sekolah ataupen memperbaikinya harus ditingkatkan secara seimbang karena pendidikan adalah pelayanan publik yang paling mendasar dimana tugas pelayanan publik ini harus diberikan lepada publik tanpa membeda-bedakan sehingga publik yaitu masyarakat bisa merasakan pelayanan ini di setiap lapisan masyarakat.

4.4.2 Pemecahan Masalah Mutu, efisiensi dan relevansi pendidikan

Pemecahan masalah mutu pendidikan bersasaran pada perbaikan kualitas komponen pendidikan serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan dapat meningkatkan hasil atau output pendidikan. Peningkatan mutu yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Tangerang dapat dilihat dari hasil wawancara oleh

Ketua Komisi II Anggota DPRD Kabupaten Tangerang dan Sekretaris Dinas

Pendidikan serta Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Kabupaten

Tangerang.

Kutipan wawancara dengan Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Tangerang mengenai masalah mutu pendidikan.

”Kalau masalah mutu pendidikan, pemerintah sudah menyediakan 42 miliar tersebut, dana tersebut untuk pengadaan buku, penambahan lab, untuk membeli alat peraga, dengan menambahnya alat-alat fisik ini diharapkan bisa menambah mutu pendidikan. Selain hal tersebut pemerintah sendiri khususnya DPRD mengambil kebijakan supaya Dinas Pendidikan tidak lagi mengurusi pembangunan fisik seperti sekolah jadi sebatas mengurusi mutu pendidikan, selain itu tahun ini Pemerintah juga sudah menggodok Perda tentang Penyelenggaraan pendidikan dan tinggal tunggu pengesahannya saja. Di dalam Perda ini akan dimuat semua tentang penyelenggaraan pendidikan.” (wawancara dilakukan pada tanggal 4 Mei 2011 pukul 13.30 WIB di Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan Cikokol).

Kutipan wawancara dengan Sekretaris Dinas Pendidikan mengenai mutu pendidikan:

”Masalah mutu pendidikan bisa dimulai dari kajian bahan ajar yang sesuia kurikulum dan kurikulum harus mengikuti zaman yang lebih penting ya dari tenaga pendidik yaitu guru. Guru harus sejahtera agar bisa berkonsentrasi mengajar, guru juga harus dibekali ilmu, bisa dengan Diklat, Seminar, Simposium, untuk memacu agar guru juga lebih berprestasi bisa, ada lomba guru berprestasi dari tingkat kecamatan, kemudian tingkat kabupaten sampai tingkat nasional. Kemudian ada sertifikasi guru, agar guru-guru mengalami peningktan kesejahteraan, ada tunjangan profesi.....terus dari segi sarana dan prasarana, kita menambah jumlah perpustakaan yang disesuaikan kebutuhan sekolah masing-masing, penambahan laboratorium, lab-lab seperti lab bahasa, terus alat-alat olahraga, ada juga penambahan bahan pelajaran, seperti pengadaan buku dan lain-lain. Semuanya dilakukan bertahap karena berkaitan dengan dana. Selain itu juga peningkatan dari segi tenaga kependidikan....seperti pengawas sekolah, staf, tata usaha sampai penjaga sekolah karena tenaga kependidikan ini juga sangat penting, kalau ga ada mereka sekolah pasti ga berjalan dengan baik kan,yang terakhir ya dana, dananya harus jelas untuk apa saja penggunaannya biar tepat sasaran, biar bisa mendanai untuk meningkatkan mutu pendidikan” (wawancara dilakukan pada tanggal 4 Mei 2011 pukul 13.30 WIB di Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan Cikokol).

Kesimpulan dari kutipan wawancara mengenai masalah mutu pendidikan dapat disimpulkan bahwa peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan pengembangan kurikulum berkelanjutan di semua jenjang dan jenis pendidikan yang meliputi pengembangan kurikulum pendidikan dasar yang dapat memberikan kemampuan dasar secara merata disertai dengan penguatan lokal, mengembangkan keteladanan dalam pendidikan. Peningkatan dalam kesejahteraan guru bisa dilakukan dengan pembinaan prrofesionalisme melalui berbagai pelatihan dan studi lanjut selain itu juga menata sistem jenjang karier guru dan tenaga kependidikan lainnya. Selain kurikulum dan mutu guru pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana sangat penting seperti menjamin tersedianya buku pelajaran, melengkapi kebutuhan ruang dan peralatan laboratorium, alat peraga, bengkel kerja serta perpustakaan dan lain-lain, menyediakan dana untuk pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah.

Selain mutu pendidikan efisiensi pendidikan juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan yaitu bagaimana sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mancapai tujuan pendidikan. Jika penggunannya hemat dan tepat sasaran maka efisiensi tinggi jika tidak tepat sasaran maka sebaliknya. Beberapa masalah efisiensi pendidikan berkaitan dengan bagaimana tenaga kependidikan difungsikan, bagaimana prasarana dan sarana difungsikan dan bagaimana pendidikan diselenggarakan. Tenaga kependidikan harus dengan tepat pengangkatan, penempatan dan pengembangan tenaganya, setiap guru bidang studi harus sesuai dengan bidangnya, akan lebih baik jika guru bidang studi tidak mengajar studi yang bukan keahliannya.

Prasarana dan sarana di setiap sekolah harus sesuai standar dan difungsikan dengan optimal oleh pihak sekolah dengan baik sehingga menunjang ilmu siswa agar bisa menjadi output (luaran) yang siap pakai. Pergantian kurikulum harus diimbangi dengan persiapan prasarana dan sarana dari pihak sekolah baik guru dan semua sarana penunjang pembelajaran seperti buku-buku yang sesuai kurikulum harus sudah dipersiapkan serta memberikan pembelajaran yang dapat dipahami oleh setiap siswa.

Relevansi pendidikan juga harus diperhatikan yaitu mencakup sejauh mana sistem pendidikan menghasilkan output (luaran) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Output pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan baik dari sektor produksi, sektor jasa dan sektor lainnya.

Sistem pendidikan hampir tidak bisa menghasilkan output yang siap pakai melainkan lebih banyak yang siap kembang. Jika sistem pendidikan manghasilkan output yang dapat mengisi semua sektor pembangunan baik yang aktual maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria oleh lapangan kerja, maka relevansi sangat penting perannya untuk membangun warga negara menjadi output yang siap pakai dalam siap berperan dalam pembangunan. Pendidikan adalah segala situasi yang mempengaruhi pertumbuhan individu (Mudyahardjo, 2002:3).

Menurut Hamalik (2008:75), pendidikan merupakan suatu dimensi pembangunan.

Proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan di bidang ekonomi yang saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional.

Relevansi pendidikan karena dipengaruhi oleh perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan seni yang semakin berkembang, oleh karena itu pendidikan harus bisa menjawab tantangan dalam mencetak output yang berkualitas dan siap pakai untuk kemajuan pembangunan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian mengenai Analisis Fungsi Wilayah Kabupaten

Tangerang dalam Fungsi Pendidikan yaitu menunjukkan bahwa memang

Kabupaten Tangerang mengalami masalah pendidikan berupa kurangnya daya tampung terhadap jumlah penduduk usia sekolah. Hal ini terjadi karena memang semakin bertambahnya penduduk tiap tahunnya, hal ini menyebabkan terjadinya pengkuotaan di Kota Tangerang terhadap Kabupaten Tangerang karena Kota

Tangerang memiliki jarak terdekat, pengkuotaan menyebabkan terbatasnya akses yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam menggunakan fungsi pelayanan pendidikan.

Daya tampung yang kurang di setiap jenjang pendidikan terjadi di

Kabupaten Tangerang dapat diatasi dengan penambahan ruang kelas yang ada di setiap jenjang pendidikan yang ada ataupun membangun Unit Sekolah Baru

(USB) di setiap daerang secara berkesinambungan, karena memang setiap jenjang pendidikan sangat memerlukan penambahan ruang kelas yang layak serta sarana dan prasarana yang lengkap untuk meningkatkan mutu pendidikan. Mutu pendidikan sendiri ditingkatkan melalui peningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga pendidik baik dari segi profesionalisme maupun dari segi ekonomi agar setiap guru dan tenaga pendidik dapat fokus untuk memberikan yang terbaik bagi anak didik agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dalam meningkatkan pembangunan.

Kebijakan yang dapat diambil oleh Pemerintah mengenai masalah daya tampung adalah dengan cara mempersiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan dan secara konvensional Pemerintah Kabupaten Tangerang dapat membangun gedung sekolah di Kecamatan yang jumlah sekolahnya memiliki daya yang sangat kurang seperti Kecamatan Pasar

Kemis, Cikupa dan Kecamatan lainnya ataupun Kecamatan yang menerima siswa yang melebihi daya tampung dengan persyaratan dan kajian serta kordinasi dari pemerintah yang terkait baik dari DPRD, Dinas Pendidikan, Kecamatan,

Kelurahan dan Unit Pelaksana teknis (UPT) setempat. Selain membangun gedung sekolah Pemerintah juga menetapkan kebijakan untuk menambah waktu penyelenggaraan pendidikan yaitu pagi dan sore dan yang paling penting adalah membangkitkan kemauan belajar masyarakat atau keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.

Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan pengembangan kurikulum berkelanjutan di semua jenjang dan jenis pendidikan yang meliputi pengembangan kurikulum pendidikan dasar yang dapat memberikan kemampuan dasar secara merata disertai dengan penguatan lokal, mengembangkan keteladanan dalam pendidikan. Peningkatan dalam kesejahteraan guru bisa dilakukan dengan pembinaan prrofesionalisme melalui berbagai pelatihan dan studi lanjut selain itu juga menata sistem jenjang karier guru dan tenaga kependidikan lainnya. Selain kurikulum dan mutu guru pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana sangat penting seperti menjamin tersedianya buku pelajaran, melengkapi kebutuhan ruang dan peralatan laboratorium, alat peraga, bengkel kerja serta perpustakaan dan lain-lain, menyediakan dana untuk pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah. Selain mutu pendidikan efisiensi pendidikan juga menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan yaitu bagaimana sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mancapai tujuan pendidikan. Jika penggunannya hemat dan tepat sasaran maka efisiensi tinggi jika tidak tepat sasaran maka sebaliknya. Beberapa masalah efisiensi pendidikan berkaitan dengan bagaimana tenaga kependidikan difungsikan, bagaimana prasarana dan sarana difungsikan dan bagaimana pendidikan diselenggarakan. Tenaga kependidikan harus dengan tepat pengangkatan, penempatan dan pengembangan tenaganya, setiap guru bidang studi harus sesuai dengan bidangnya, akan lebih baik jika guru bidang studi tidak mengajar studi yang bukan keahliannya.

Prasarana dan sarana di setiap sekolah harus sesuai standar dan difungsikan dengan optimal oleh pihak sekolah dengan baik sehingga menunjang ilmu siswa agar bisa menjadi output (luaran) yang siap pakai. Pergantian kurikulum harus diimbangi dengan persiapan prasarana dan sarana dari pihak sekolah baik guru dan semua sarana penunjang pembelajaran seperti buku-buku yang sesuai kurikulum harus sudah dipersiapkan serta memberikan pembelajaran yang dapat dipahami oleh setiap siswa.

Relevansi pendidikan juga harus diperhatikan yaitu mencakup sejauh mana sistem pendidikan menghasilkan output (luaran) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Output pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan baik dari sektor produksi, sektor jasa dan sektor lainnya.

Sistem pendidikan hampir tidak bisa menghasilkan output yang siap pakai melainkan lebih banyak yang siap kembang. Jika sistem pendidikan manghasilkan output yang dapat mengisi semua sektor pembangunan baik yang aktual maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria oleh lapangan kerja, maka relevansi sangat penting perannya untuk membangun warga negara menjadi output yang siap pakai dalam siap berperan dalam pembangunan. Relevansi pendidikan karena dipengaruhi oleh perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan seni yang semakin berkembang, oleh karena itu pendidikan harus bisa menjawab tantangan dalam mencetak output yang berkualitas dan siap pakai untuk kemajuan pembangunan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang bisa diberikan adalah tidak hanya dengan membangun gedung sekolah ataupun menambah ruang kelas secara bertahap akan tetapi dana yang disediakan harus bisa menghasilkan mutu pendidikan dan keluaran (sumber daya manusia) yang bermutu dan siap dalam pembangunan dan kemajuan jaman. Pendidikan tidak hanya tanggung jawab pemerintah akan tetapi tanggung jawab masyarakat pula yang harus ikut terlibat untuk meningkatkan pendidikan agar siap terlibat dalam pembangunan dan memajukan Kabupaten Tangerang secara khusus dan Indonesia secara umum.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan. Jakarta: Graha Ilmu.

Budiharsono, Sugeng. 2007. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Jakarta: PT Pradnyaparamita. Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Chaedar, Alwasilalah. 2002. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Data Pendidikan Tahun 2009, Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang.

Denzin, Norman dan Yvonno Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Faisal, Sanapiah. 2003. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kuanti Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: DIA FISIP UI

Jayadinata, T. Yohara. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB.

Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2009, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang.

Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta : Penerbit Manajemen PPM.

Moleong, Lexy. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Posdakarya.

Mudyahardjo, Redja. 2002. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Nagi, Hessel. 2003. Evaluasi Kebijakan Publik Penjelasan, Analisis dan Transformasi. Yogyakarta: Baliarun & Co.

Nawawi, H.Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nugroho, Iwan dan Rokhmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah (Perspektif ekonomi, sosial dan Lingkungan ). Jakarta : Penerbit Pustaka LP3ES.

Nugroho, Riant D. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Robinson, Tarigan. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara.

Riyadi, Supriady 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan, Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Lainnya http://disdik-tangerangkab.org:8080/sma.statistik.html?id=1.Diunduh pada tanggal 30 juni 2010, pada pukul 15.00 WIB. http://www.scribd.com/doc/7174670/APM-SD. Diunduh pada tanggal 30 juni 2010, pada pukul 15.00 WIB. http://dispendiktangerang.wordpress.com/2009/05/25/bos-dan-sekolah- gratis/. Diunduh pada tanggal 30 juni 2010, pada pukul 15.00 WIB. http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/1917402-tujuan-nasional- indonesia/. Diunduh pada tanggal 29 juni 2010, pada pukul 17.00 WIB http://tangerangkab.dapodik.org/rekap.php?ref=siswa&data=&tipe=5. diunduh pada 10 Maret 2010 http://nisn.jardiknas.org. Diunduh pada 29 juni 2010, pukul 17.00 WIB. http://www.inherent dikti.net/files/sisdiknas.pdf. Diuduh pada tanggal 7 Januari 2011, pada pukul 08.00 WIB. http://blog.unila.ac.id/young/metode-penelitian-kuantitatif. Diunduh pada 7 januari 2011, pukul 08.00 WIB. http://dony.blog.uns.ac.id/2010/06/29/konsep-wilayah/. Diunduh pada 7 Januari 2001, pukul 08.00 WIB.

Tabel 6 Penghitungan Settlement Function Analysis pada Jenjang TK dan RA

JUMLAH SELURUH SISWA JUMLAH KELAS JUMLAH SEKOLAH PENDUDUK TK & RA TK & RA KAPASITAS DAYA SELISIH TK & RA INDEKS NO KECAMATAN USIA 4-6 JUMLAH JUMLAH KURSI TAMPUNG JUMLAH SUBFUNGSI FUNGSI TK RA TOTAL TK RA TOTAL TK RA TOTAL 1 Cisoka 4703 249 206 455 19 15 34 50 1700 3003 10 6 16 2.72108844 1.360544 2 Cikupa 12807 961 1146 2107 59 66 125 50 6250 6557 19 27 46 7.82312925 3.911565 3 Panongan 4584 730 466 1196 42 26 68 50 3400 1184 16 9 25 4.25170068 2.12585 4 Legok 5620 628 214 842 41 14 55 50 2750 2870 19 5 24 4.08163265 2.040816 5 Pagedangan 5384 525 362 887 31 18 49 50 2450 2934 10 8 18 3.06122449 1.530612 6 Pasar Kemis 12760 2817 962 3779 163 58 221 50 11050 1710 63 26 89 15.1360544 7.568027 7 Kresek 4211 148 153 301 10 17 27 50 1350 2861 5 8 13 2.21088435 1.105442 8 Kronjo 3814 149 76 225 8 4 12 50 600 3214 5 2 7 1.19047619 0.595238 9 Mauk 5279 137 741 878 9 54 63 50 3150 2129 4 26 30 5.10204082 2.55102 10 Rajeg 7393 360 523 883 24 30 54 50 2700 4693 14 12 26 4.42176871 2.210884 11 Sepatan 5095 371 104 475 25 6 31 50 1550 3545 9 2 11 1.8707483 0.935374 12 Pakuhaji 6870 26 0 26 2 0 2 50 100 6770 1 0 1 0.17006803 0.085034 13 Teluk Naga 8544 358 177 535 18 12 30 50 1500 7044 7 5 12 2.04081633 1.020408 14 Kosambi 7261 824 293 1117 45 17 62 50 3100 4161 17 8 25 4.25170068 2.12585 15 Jayanti 3888 253 158 411 11 13 24 50 1200 2688 5 7 12 2.04081633 1.020408 16 Cisauk 3020 565 0 565 36 0 36 50 1800 1220 15 0 15 2.55102041 1.27551 17 Kemeri 2861 50 0 50 3 0 3 50 150 2711 2 0 2 0.34013605 0.170068 18 Sukadiri 3677 50 0 50 4 0 4 50 200 3477 3 0 3 0.51020408 0.255102 19 Jambe 2616 82 77 159 5 5 10 50 500 2116 3 2 5 0.85034014 0.42517 20 Balaraja 6843 608 654 1262 33 44 77 50 3850 2993 12 17 29 4.93197279 2.465986 21 Tigaraksa 6607 565 467 1032 46 32 78 50 3900 2707 19 15 34 5.78231293 2.891156 22 Curug 9350 1131 616 1747 70 37 107 50 5350 4000 26 16 42 7.14285714 3.571429 23 Sukamulya 4035 111 53 164 5 3 8 50 400 3635 4 1 5 0.85034014 0.42517 24 Kelapa Dua 9114 2947 428 3375 146 26 172 50 8600 514 48 9 57 9.69387755 4.846939 25 Sindang Jaya 4678 394 113 507 25 10 35 50 1750 2928 8 6 14 2.38095238 1.190476 26 Sepatan Timur 4893 13 0 13 1 0 1 50 50 4843 1 0 1 0.17006803 0.085034 27 Solear 4491 540 187 727 38 11 49 50 2450 2041 18 6 24 4.08163265 2.040816 28 Gunung Kaler 3554 0 0 0 0 0 0 50 0 3554 0 0 0 0 0 29 Mekar Baru 2537 82 0 82 4 0 4 50 200 2337 2 0 2 0.34013605 0.170068

JUMLAH 166489 15674 8176 23850 923 518 1441 72050 365 223 588

Sumber Data: Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010 Tabel 7 Penghitungan Settlement Function Analysis pada jenjang SD dan MI

PEN JUMLAH SELURUH SISWA JUMLAH SEKOLAH DA RENCANA RENCANA JUMLAH DUDUK SD/MI TTL YA SE SUB INDEKS PENE PENE RENCANA SISWA SISWA JUMLAH SE NO KECAMATAN USIA JUMLAH SD MI SE TAM LISIH FUNG FUNGSI RIMAAN RIMAAN PENERI BARU BARU TOTAL LISIH sekolah SD MI TOTAL KOLAH PUNG SI SD MI MAAN SD MI SISWA 1 Cisoka 8905 9492 1388 10880 30 8 38 4992 3913 3.3539 1.676964 669 163 832 1598 297 1895 3097 2 Cikupa 24250 21760 1043 22803 53 5 58 10806 13444 5.1192 2.559576 1761 40 1801 4051 194 4245 6561 3 Panongan 8680 11518 744 12262 32 6 38 480 8200 3.3539 1.676964 0 80 80 2197 157 2354 -1874 4 Legok 10638 10021 1951 11972 28 10 38 7230 3408 3.3539 1.676964 1005 200 1205 1851 399 2250 4980 5 Pagedangan 10194 7420 4024 11444 31 21 52 3558 6636 4.5896 2.294793 440 153 593 1493 879 2372 1186 6 Pasar Kemis 24161 24407 3215 27622 47 12 59 13362 10799 5.2074 2.603707 2167 60 2227 4405 586 4991 8371 7 Kresek 7972 7294 2024 9318 31 14 45 4062 3910 3.9718 1.985878 522 155 677 1338 390 1728 2334 8 Kronjo 7223 6772 509 7281 30 3 33 4692 2531 2.9126 1.456311 782 0 782 1154 158 1312 3380 9 Mauk 9996 8848 1431 10279 29 12 41 2454 7542 3.6187 1.809356 299 110 409 1575 276 1851 603 10 Rajeg 13999 15909 2241 18150 48 14 62 2562 11437 5.4722 2.736099 380 47 427 2857 467 3324 -762 11 Sepatan 9688 9416 1888 11304 20 7 27 9510 178 2.3831 1.191527 1205 380 1585 1772 317 2089 7421 12 Pakuhaji 13006 12946 1296 14242 35 11 46 540 12466 4.06 2.030009 0 90 90 2178 291 2469 -1929 13 Teluk Naga 16176 15686 2653 18339 41 14 55 8040 8136 4.8544 2.427184 939 401 1340 2558 608 3166 4874 14 Kosambi 13747 14834 1450 16284 38 10 48 9990 3757 4.2365 2.11827 1417 248 1665 2783 288 3071 6919 15 Jayanti 7360 6418 897 7315 20 7 27 3144 4216 2.3831 1.191527 424 100 524 1098 194 1292 1852 16 Cisauk 5718 6537 1648 8185 16 8 24 6552 -834 2.1183 1.059135 703 389 1092 1379 368 1747 4805 17 Kemeri 5416 5814 576 6390 16 5 21 1200 4216 1.8535 0.926743 60 140 200 910 177 1087 113 18 Sukadiri 6962 6151 901 7052 18 8 26 1572 5390 2.2948 1.147396 175 87 262 1016 229 1245 327 19 Jambe 4954 4901 698 5599 16 6 22 6384 -1430 1.9417 0.970874 915 149 1064 894 188 1082 5302 20 Balaraja 12959 13109 1453 14562 31 6 37 5778 7181 3.2657 1.632833 923 40 963 2387 273 2660 3118 21 Tigaraksa 12508 14040 1785 15825 43 9 52 4860 7648 4.5896 2.294793 535 275 810 2428 329 2757 2103 22 Curug 17701 13623 3266 16889 42 12 54 11646 6055 4.7661 2.383054 1323 618 1941 2704 636 3340 8306 23 Sukamulya 7641 6758 377 7135 20 3 23 4470 3171 2.03 1.015004 725 20 745 1232 78 1310 3160 24 Kelapa Dua 17164 18654 228 18882 51 2 53 4536 12628 4.6778 2.338923 716 40 756 3330 51 3381 1155 25 Sindang Jaya 8858 9518 440 9958 26 3 29 5748 3110 2.5596 1.279788 938 20 958 1825 96 1921 3827 26 Sepatan Timur 9265 8979 1473 10452 19 10 29 4302 4963 2.5596 1.279788 687 30 717 1671 359 2030 2272 27 Solear 8503 10471 432 10903 28 5 33 1212 7291 2.9126 1.456311 202 0 202 1921 102 2023 -811 28 Gunung Kaler 6730 5958 1337 7295 23 8 31 4188 2542 2.7361 1.368049 615 83 698 985 261 1246 2942 29 Mekar Baru 4805 5288 1601 6889 22 10 32 3090 1715 2.8244 1.41218 255 260 515 753 258 1011 2079

JUMLAH 315179 312542 42969 355511 884 249 1133 150960 20782 4378 56343 8906 65249

Sumber Data: Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010 Tabel 8 Penghitungan Settlement Function Analysis pada Jenjang SMP dan MTS

JML JUMLAH SELURUH IN SISWA SISWA SISWA SISWA JUM REN REN JUM PEN TO SISWA SMP/MTS JUMLAH SEKOLAH SUB DEKS DA USIA USIA USIA USIA LAH CANA CANA LAH NO KECAMATAN DUDUK TAL JUM JUM FUNG FUNG YA SELI <13 <13 >15 >15 TO PENE PENE TO USIA PEN LAH SMP MTS LAH SI SI TAM SIH SMP MTS SMP MTS TAL RIMAAN RIMAAN TAL 13-15 DUDUK SMP MTS TOTAL TOTAL PUNG SMP MTS 1 Cisoka 4270 5470 3578 1043 4621 12 5 17 4.038 2.019 6156 -686 867 279 49 5 1200 1672 320 2052 2 Cikupa 11690 14113 5755 2053 7808 13 8 21 4.9881 2.4941 7464 6649 1821 422 104 76 2423 2212 380 2488 3 Panongan 4171 5225 3380 767 4147 11 4 15 3.5629 1.7815 5409 -184 796 74 145 39 1054 1311 276 1803 4 Legok 5109 6270 3446 1325 4771 8 5 13 3.0879 1.5439 6816 -546 665 197 192 107 1161 1372 492 2272 5 Pagedangan 4904 6003 2026 2407 4433 7 7 14 3.3254 1.6627 5709 294 407 488 74 130 1099 1161 900 1903 6 Pasar Kemis 11657 14399 6939 2263 9202 20 9 29 6.8884 3.4442 12882 1517 2151 365 117 109 2742 3214 742 4294 7 Kresek 3835 5057 1867 2923 4790 7 16 23 5.4632 2.7316 4176 881 398 570 98 156 1222 783 1080 1392 8 Kronjo 3481 4362 1442 1649 3091 5 7 12 2.8504 1.4252 1206 3156 263 278 276 64 881 221 609 402 9 Mauk 25811 26750 2939 778 3717 5 4 9 2.1378 1.0689 8241 18509 452 147 274 66 939 1356 181 2747 10 Rajeg 6736 8559 3496 3532 7028 7 16 23 5.4632 2.7316 7368 1191 864 783 112 64 1823 1550 1391 2456 11 Sepatan 4631 6786 4964 2485 7449 8 6 14 3.3254 1.6627 6303 483 1206 639 256 54 2155 1761 906 2101 12 Pakuhaji 6248 7266 3914 822 4736 7 4 11 2.6128 1.3064 8085 -819 467 164 299 88 1018 1689 340 2695 13 Teluk Naga 7777 9698 4715 2572 7287 12 8 20 4.7506 2.3753 6633 3065 1092 399 241 189 1921 2091 1006 2211 14 Kosambi 6614 7903 4702 270 4972 13 2 15 3.5629 1.7815 7959 -56 1066 27 181 15 1289 2076 120 2653 15 Jayanti 3540 4365 2448 1453 3901 7 7 14 3.3254 1.6627 4350 15 443 239 61 82 825 1110 577 1450 16 Cisauk 2745 3291 1813 782 2595 5 3 8 1.9002 0.9501 4758 -1467 209 148 163 26 546 1368 340 1586 17 Kemeri 2604 3274 2373 586 2959 7 3 10 2.3753 1.1876 4809 -1535 270 65 266 69 670 1063 218 1603 18 Sukadiri 3373 4257 1946 1223 3169 8 5 13 3.0879 1.5439 3363 894 438 285 103 58 884 770 540 1121 19 Jambe 2380 2867 1632 954 2586 5 5 10 2.3753 1.1876 3741 -874 231 150 75 31 487 720 351 1247 20 Balaraja 6233 8195 4446 1601 6047 9 4 13 3.0879 1.5439 6357 1838 293 263 1256 150 1962 1466 527 2119 21 Tigaraksa 6011 7798 5456 1254 6710 15 6 21 4.9881 2.4941 9882 -2084 1428 227 100 32 1787 2230 653 3294 22 Curug 8510 9999 3872 2967 6839 12 10 22 5.2257 2.6128 7032 2967 749 531 142 67 1489 1770 1064 2344 23 Sukamulya 3679 4230 942 1751 2693 4 5 9 2.1378 1.0689 2019 2211 219 253 46 33 551 508 574 673 24 Kelapa Dua 8334 9527 5062 407 5469 16 2 18 4.2755 2.1378 6969 2558 915 70 188 20 1193 2163 165 2323 25 Sindang Jaya 4260 4752 1587 423 2010 5 1 6 1.4252 0.7126 2463 2289 362 58 46 26 492 621 160 821 26 Sepatan Timur 4457 5096 2333 331 2664 5 3 8 1.9002 0.9501 3663 1433 437 46 109 47 639 971 200 1221 27 Solear 4087 5140 2740 647 3387 9 4 13 3.0879 1.5439 5850 -710 945 58 50 0 1053 1550 250 1950 28 Gunung Kaler 3238 3879 1652 776 2428 7 4 11 2.6128 1.3064 3621 258 278 224 109 30 641 752 400 1207 29 Mekar Baru 2311 2837 1209 1034 2243 3 6 9 2.1378 1.0689 2298 539 168 304 34 20 526 766 455 766

JUMLAH 172696 92674 41078 133752 252 169 421 100 50 165582 41786 19900 7753 5166 1853 40297 15217

Sumber Data: Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010 Tabel 9 Penghitungan Settlement Function Analysis pada Jenjang SMA, MA dan SMK

JUMLAH SELURUH SISWA JUMLAH SEKOLAH JUM JUM DA REN REN REN JUM KECA PEN SMA/MA/MK SMA/MA/MK JUM JUM JUM JUM LAH LAH YA SE SUB IN CANA CANA CANA LAH NO MATAN DUDUK JML JUM JUM LAH LAH LAH LAH TOTAL TOTAL TAM LI FUNG DEKS PENE PENE PENE TO USIA TTL LAH LAH KE TO KE TO SEKO KE PUNG SIH SI FUNG RIMAAN RIMAAN RIMAAN TAL 16-18 SMA MA SMK SMA KLS TTL MA LAS TAL SMK LAS TAL LAH LAS SI SMA MA SMK 1 Cisoka 4328 947 455 1199 2601 3 2 6 5 2 10 2 2 4 10 20 4017 311 4.292 1.4306152 394 295 650 1339 2 Cikupa 11786 1418 0 3414 4832 6 2 12 0 2 0 7 1 7 13 19 5826 5960 5.579 1.8597997 840 0 1102 1942 3 Panongan 4218 402 0 2497 2899 4 2 8 0 2 0 3 3 9 7 17 3630 588 3.004 1.0014306 210 0 1000 1210 4 Legok 5171 1275 16 2605 3896 3 2 6 1 2 2 3 1 3 7 11 4275 896 3.004 1.0014306 477 16 932 1425 5 Pagedangan 4954 375 406 237 1018 2 2 4 3 2 6 1 2 2 6 12 1707 3247 2.575 0.8583691 220 149 200 569 6 Pasar Kemis 11744 1357 368 1072 2797 7 2 14 3 2 6 6 1 6 16 26 3519 8225 6.867 2.2889843 518 163 492 1173 7 Kresek 3875 1384 955 386 2725 3 2 6 7 2 14 2 1 2 12 22 3567 308 5.15 1.7167382 520 479 190 1189 8 Kronjo 3511 684 393 0 1077 1 2 2 2 2 4 0 0 0 3 6 1203 2308 1.288 0.4291845 241 160 0 401 9 Mauk 4859 1526 0 472 1998 3 2 6 0 2 0 1 2 2 4 8 1188 3671 1.717 0.5722461 396 0 0 396 10 Rajeg 6804 978 9 461 1448 5 2 10 1 2 2 1 1 1 7 13 2265 4539 3.004 1.0014306 515 0 240 755 11 Sepatan 4690 2304 1592 3426 7322 5 2 10 5 2 10 4 3 12 14 32 9843 -5153 6.009 2.0028612 918 633 1730 3281 12 Pakuhaji 6320 912 184 0 1096 3 2 6 2 2 4 0 0 0 5 10 1293 5027 2.146 0.7153076 361 70 0 431 13 Teluk Naga 7863 1184 532 1087 2803 3 2 6 2 2 4 5 1 5 10 15 3063 4800 4.292 1.4306152 500 222 299 1021 14 Kosambi 6682 1070 59 640 1769 2 2 4 1 2 2 2 1 2 5 8 2784 3898 2.146 0.7153076 490 40 398 928 15 Jayanti 3578 2524 1039 680 4243 6 2 12 7 2 14 2 1 2 15 28 5898 -2320 6.438 2.1459227 1170 486 310 1966 16 Cisauk 2779 717 0 190 907 3 2 6 0 2 0 1 1 1 4 7 1197 1582 1.717 0.5722461 319 0 80 399 17 Kemeri 2633 875 142 115 1132 3 2 6 1 2 2 1 1 1 5 9 1251 1382 2.146 0.7153076 327 90 0 417 18 Sukadiri 3410 980 554 360 1894 5 2 10 2 2 4 1 3 3 8 17 3081 329 3.433 1.1444921 467 200 360 1027 19 Jambe 2407 260 0 640 900 1 2 2 0 2 0 2 3 6 3 8 1410 997 1.288 0.4291845 120 0 350 470 20 Balaraja 6299 3395 496 4883 8774 7 2 14 1 2 2 6 1 6 14 22 9594 -3295 6.009 2.0028612 1578 200 1420 3198 21 Tigaraksa 6079 1710 605 2516 4831 5 2 10 3 2 6 8 3 24 16 40 6474 -395 6.867 2.2889843 807 335 1016 2158 22 Curug 8604 1821 94 1976 3891 6 2 12 1 2 2 4 1 4 11 18 4398 4206 4.721 1.5736767 622 40 804 1466 23 Sukamulya 3713 0 91 329 420 0 2 0 1 2 2 2 1 2 3 4 819 2894 1.288 0.4291845 0 40 233 273 24 Kelapa Dua 8117 1241 41 1321 2603 5 2 10 1 2 2 6 3 18 12 30 4182 3935 5.15 1.7167382 540 15 839 1394 25 Sindang Jaya 4306 1116 0 0 1116 3 2 6 0 2 0 0 0 0 3 6 1335 2971 1.288 0.4291845 445 0 0 445 26 Sepatan Timur 4504 210 62 0 272 1 2 2 2 2 4 0 0 0 3 6 570 3934 1.288 0.4291845 100 90 0 190 27 Solear 4133 253 87 164 504 2 2 4 2 2 4 1 2 2 5 10 1557 2576 2.146 0.7153076 299 100 120 519 28 Gunung Kaler 3270 449 0 509 958 3 2 6 0 2 0 3 2 6 6 12 1425 1845 2.575 0.8583691 175 0 300 475 29 Mekar Baru 2335 98 164 458 720 1 2 2 1 2 2 4 1 4 6 8 915 1420 2.575 0.8583691 0 80 225 305

JUMLAH 152972 31465 8344 31637 71446 101 54 78 233 13569 3903 13290

Sumber Data: Dokumen Data Pendidikan Kabupaten Tangerang Tahun Ajaran 2009-2010