Identifikasi Sektor Potensial Penggerak Kegiatan Ekonomi Kecamatan Kurang Berkembang Di Kab

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Identifikasi Sektor Potensial Penggerak Kegiatan Ekonomi Kecamatan Kurang Berkembang Di Kab 0,0BAR, 9ol. XX,9, 1o. 1 (-anuari - -uni 2008): 59-67 ,dentifiNasi SeNtor 3otensial 3enggeraN .egiatan ENonomi .ecamatan .urang BerNemEang di .aE. Tangerang ASE3 HAR,YA1T2 1 , DADA1 08.HS,1 2 1,2 FaNultas TeNniN, 3rogram Studi TeNniN 3lanologi 8nisEa, Jl. Tamansari 1o.1 Bandung. Email: 1 asep_har#yahoo.co.id, 2 dadan#unisEa.ac.id AEstract The success of regional development depend on some factors, especially economic activity. This study tries to illustrate potential economic factors to develop household economy over several suE-districts of Tangerang, particularly in less developed area. Several approach were carried out, i.e. economic, social, and physical, Ey employing some analysis methods such as /ocation 4uotient, Shift Share, and S:2T Analysis. This study has found promising sectors to Ee developed in less economy capaEility suEdistricts of Tangerang. Those sectors are food crop, fishery, farming, natural-Eased tourism, pilgrimage, small and medium scale industries. .ata Nunci: potential sectors, economic catalyst, less developed. ,. 3E1DAH8/8A1 NemEangan dan Nesiapannya mengelola pemerintahannya sendiri dengan meng- SeMalan dengan proses desentralisasi optimalNan seluruh potensi sumEer daya yang pemEangunan yang di dalamnya terNandung ada, EaiN sumEer daya alam, manusia, dana tuMuan dari pelaNsanaan otonomi daerah, maupun teNnologi. 3ergeseran nilai ini maNa Nemampuan daerah (Nhususnya menyeEaENan peruEahan manaMemen dari 3emerintah Daerah .ota dan .aEupaten) pola sentralistiN menMadi desentralistiN yang dalam melaNsanaNan pemEangunan dengan menitiNEeratNan pemEerdayaan daerah, pendeNatan strategi perlu terus ditingNatNan, sehingga orientasi pemEangunan mengalami dengan perencanaan dan pelaNsanaan peruEahan dari pola seNtoral menMadi pola pemEangunan yang leEih terarah dan opti- Newilayahan. mal. Hal terseEut dimaNsudNan agar .aEupaten Tangerang dalam EeEerapa pemEangunan dapat dilaNsanaNan secara tahun teraNhir ini telah mengalami efisien dan efeNtif, EaiN yang EerNenaan perNemEangan yang luar Eiasa. Hal ini dengan pemanfaatan sumEerdaya, maupun diseEaENan Narena letaN geografis .aEupaten sumEer dana, serta dalam rangNa meng- Tangerang cuNup strategis, Nerena EerdeNatan integrasiNan Negiatan dan EerEagai aNtivitas dengan D., -aNarta. .eadaan ini memungNin- pemEangunan antar loNasi dan antar seNtor. Nan untuN menerima imEas perNemEangan D., Dengan adanya peruEahan paradigma -aNarta. 1amun, dalam proses penMalarannya, terseEut memEawa NonseNuensi logis Eagi tidaN semua wilayah atau Necamatan di pemerintah dan masyaraNat .aEupaten .aEupaten Tangerang menerima imEasan dan Tangerang yang menginginNan per- perNemEangan terseEut, aNan tetapi hanya 59 ASE3 HAR,YA1T2. dNN. ,dentifiNasi SeNtor 3otensial 3engeraN .egiatan ENonomi ... terMadi di EeEerapa daerah yang mempunyai Nendala pengemEangannya yang dihadapi potensi dan aNses yang tinggi terhadap D., sehingga dapat diMadiNan masuNan untuN -aNarta dan daerah lainnya, Nhususnya daerah- pengemEangan leEih lanMut yang pada aNhirnya daerah yang dilewati Malur Malan regional. diharapNan dapat meningNatNan per- 8ntuN mencapai perNemEangan yang NemEangan wilayah secara Neseluruhan. merata di seluruh Necamatan di .aEupaten BerdasarNan penMelasan di atas, maNa Tangerang perlu dilaNuNan penelitian ada EeEerapa permasalahan yang aNan mengenai seNtor-seNtor potensial diangNat dalam penelitian ini yaitu: (1) SeNtor- pemEangunan di setiap daerah, Nhususnya seNtor potensial apa saMa yang mampu menMadi pada daerah-daerah yang masih rendah penggeraN Negiatan eNonomi di Necamatan perNemEangannya (Nurang EerNemEang), yang Nurang EerNemEang (CisoNa, .ronMo, yaitu daerah yang Easis eNonominya .reseN, dan -amEe) .aEupaten Tangerang"; didominasi oleh Negiatan pertanian. (2) SeMauhmana seNtor-seNtor potensial 3emEangunan daerah terseEut perlu terus terseEut dapat diNemEangNan, sehingga ditingNatNan untuN mengimEangi per- mampu menMadi penggeraN eNonomi di NemEangan yang terMadi di daerah yang Necamatan yang Nurang EerNemEang terseEut" pesat pertumEuhannya. 3eningNatan terseEut Adapun manfaat tulisan ini di antaranya dilaNuNan di samping dengan cara adalah: (1) SeEagai masuNan Eagi 3emerintah mengupayaNan Neselarasan laMu per- .aEupaten Tangerang dalam pengelolaan dan tumEuhan antardaerah, Muga dengan pengemEangan seNtor-seNtor potensial yang memEeriNan perhatian Nhusus Nepada menMadi penggeraN Negiatan eNonomi pada daerah yang relatif masih tertinggal, daerah masa yang aNan datang EerNaitan dengan terpencil, daerah perEatasan, dan Muga upaya peningNatan pendapatan daerah; (2) daerah minus dan padat penduduN. 3engemEangan potensi (iNlim usaha) yang Didasari oleh Nondisi Eahwa Nondusif yang mendorong pelaNu usaha leEih perNemEangan pereNonomian suatu wilayah Eerperan aNtif; (3) 3enelitian ini aNan menMadi tidaN terlepas dari unsur penunMang aNtivitas sarana Eagi masyaraNat untuN memEeriNan pereNonomian seperti Earang, modal, pasar, masuNan mengenai seNtor-seNtor potensial dan lain-lain. Sudah selayaNnya Nalau yang ada diwilayahnya yang dapat 3emerintah .aEupaten Tangerang Eerusaha diNemEangNan; (4) SeEagai Eahan masuNan meningNatNan dan memEeriNan perhatian Eagi para pelaNu investasi (swasta dan yang leEih Nepada daerah-daerah yang masyaraNat) yang EergeraN di Eidang eNonomi Nurang EerNemEang terseEut, sehingga di .aEupaten Tangerang; (5) 0erangsang dan secara Eertahap dapat meningNatNan memEangNitNan motivasi Nepada masyaraNat perNemEangan daerah terseEut yang pada di .ecamatan CisoNa, .ronMo, .reseN, dan aNhirnya dapat meningNatNan pendapatan -amEe untuN leEih meningNatNan produNtivitas daerah. Apalagi Negiatan potensial yang ada dari Negiatan eNonomi potensial yang ada di di daerah Eiasanya terEuNti mampu Eertahan wilayahnya. terhadap Nrisis eNonomi yang melanda Bangsa ,ndonesia aNhir-aNhir ini. A. 3enMelasan 8mum BerNaitan dengan hal terseEut, maNa TuMuan pemEangunan adalah untuN saat ini penulis ingin mencoEa mengidentifiNasi meningNatNan taraf hidup masyaraNat Negiatan potensial yang menMadi penggeraN menuMu masyaraNat adil dan maNmur, Negiatan eNonomi di Necamatan yang Nurang sehingga dapat dirasaNan dan diniNmati oleh EerNemEang. ,dentifiNasi SeNtor 3otensial ini seluruh lapisan masyaraNat, EuNan hanya EertuMuan untuN memEeriNan masuNan Nepada diniNmati oleh segolongan masyaraNat yang 3emerintah .aEupaten Tangerang dan pihaN- dapat disentuh oleh hasil-hasil pihaN terNait mengenai seNtor-seNtor potensial pemEangunan. yang menMadi penggeraN Negiatan eNonomi dan 3emEangunan harus diniNmati oleh 60 0,0BAR, 9ol. XX,9, 1o. 1 (-anuari - -uni 2008): 59-67 seluruh lapisan masyaraNat dimanapun diseEaENan pula oleh tidaN terdapatnya mereNa Eerada di seluruh wilayah 1egara Nemampuan wilayah terseEut untuN tumEuh .esatuan RepuEliN ,ndonesia. 3engertian adil dan EerNemEang dengan NeNuatan sendiri. dan maNmur seEenarnya relatif, sehingga Dorongan pertumEuhan di wilayah yang suNar diEeri Eatas Nuantitatif. 1amun, Melas Nurang EerNemEang diperoleh dari pusat- Eahwa yang diNehendaNi masyaraNat ,ndo- pusat pertumEuhan. nesia adalah pertumEuhan eNonomi yang Suatu wilayah yang Nurang terus meningNat dan hasil pertumEuhan EerNemEang umumnya Eelum memoEilisasi dapat dirasaNan oleh seluruh lapisan sumEer daya alam, sumEer daya manusia, masyaraNat dan EuNan hanya segolongan dan NelemEagaannya yang seEenarnya Necil masyaraNat saMa. 0ereNa yang Eelum merupaNan potensi Eagi perNemEangan tersentuh dan meniNmati hasil-hasil wilayah (Stohr, 1981: 43). 3emanfaatan pemEangunan terseEut yaitu masyaraNat teNnologi Eelum terlaNsana sepenuhnya di —terEelaNang“. wilayah terseEut. 0engalirnya potensi 3ada dasarnya, setiap daerah/wilayah sumEer daya alam dari wilayah terseEut Ne mempunyai potensi penunMang Nehidupan wilayah maMu Muga menMadi penyeEaE Nurang yang EerEeda antara satu dengan yang EerNemEangnya wilayah terseEut. lainnya. 3erEedaan ini tercermin dari 3ereNonomian suatu wilayah yang perEedaan fungsi dan tingNat perNemEangan- Nurang EerNemEang diciriNan oleh dominasi nya. Besar Necilnya tingNat perNemEangan seNtor pertanian. SeNtor pertanian ini suatu daerah sangat tergantung pada faNtor- mempunyai tingNat produNtivitas dan laMu faNtor perNemEangan, yang meliputi aspeN pertumEuhan yang rendah. .urang fisiN, demografi dan sosial-Eudaya, eNonomi, EerNemEangnya suatu wilayah Muga dan NelemEagaan. diseEaENan terdapatnya Eudidaya pertanian Secara geografis, perNemEangan yang masih Eersifat tradisional/sangat wilayah pasti tidaN seimEang, letaN sumEer sederhana dan suEsistem serta terdapatnya daya alam dan sumEer daya manusia NeleEihan tenaga NerMa yang tidaN dapat terseEar tidaN merata. 3otensi dan nilai loNasi diserap oleh seNtor lain. dari masing-masing wilayah Muga EerEeda- .urang EerNemEangnya suatu wilayah Eeda (Hirchman, 1970: 25). 3ada EeEerapa Muga diseEaENan adanya NemisNinan tempat terdapat titiN-titiN pertumEuhan struNtural yang diseEaENan oleh interaNsi (Growth 3oint) yang merupaNan NeNuatan antara wilayah terseEut dengan wilayah Eesar untuN mendorong pemusatan maMu. .inerMa suatu wilayah yang Nurang pertumEuhan eNonomi. EerNemEang Eerlawanan dengan NinerMa Adanya Neuntungan eNsternal di titiN- wilayah maMu yang memiliNi NeNuatan titiN pertumEuhan menyeEaENan semaNin dinamis dari dalam yang mendorong untuN Eesarnya pemusatan pertumEuhan eNonomi selalu memproduNsi dan seEagai terseEut. 3ada perNemEangan selanMutnya, NonseNuensinya Muga mendorong wilayah yang mempunyai titiN pertumEuhan produNtivitas wilayah yang leEih tinggi dapat menMadi wilayah maMu yang aNan terus diEandingNan dengan wilayah yang Nurang
Recommended publications
  • Lampiran Peraturan Bupati Tangerang Nomor 18 Tahun
    LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA DI KABUPATEN TANGERANG TAHUN ANGGARAN 2016. Alokasi Berdasarkan Formula Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG Pagu Dana Desa No. Kecamatan Nama Desa Alokasi Dasar Rasio Jumlah Rasio Jumlah Indeks Rasio Indeks Jumlah Luas Rasio Luas Total Bobot Alokasi Formula per-Desa Jumlah Bobot Penduduk Penduduk Bobot Bobot Kesulitan Kesulitan Bobot Penduduk Wilayah Wilayah Penduduk Miskin Miskin Geografis Geografis (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) = (7) + (10) + (13) + (16) (18) (19)= (4) + (18) 1 BALARAJA CANGKUDU 565.640.000 18682 0,00732413 0,00183103 657 0,00385507 0,00134927 4,30 0,00476973 0,00047697 21,99 0,00264667 0,00079400 0,00445128 131.813.002 697.453.001 CANGKUDU 2 BALARAJA TALAGASARI 565.640.000 12624 0,00494914 0,00123728 148 0,00086842 0,00030395 2,19 0,00243029 0,00024303 19,80 0,00238297 0,00071489 0,00249915 74.005.786 639.645.785 TALAGASARI 3 BALARAJA TOBAT 565.640.000 16864 0,00661140 0,00165285 686 0,00402523 0,00140883 5,67 0,00629150 0,00062915 31,66 0,00381078 0,00114323 0,00483406 143.148.127 708.788.126 TOBAT 4 BALARAJA SENTUL 565.640.000 11814 0,00463158 0,00115790 110 0,00064545 0,00022591 3,73 0,00414512 0,00041451 25,74 0,00309768 0,00092930 0,00272762 80.771.227 646.411.226 SENTUL 5 BALARAJA GEMBONG 565.640.000 9087 0,00356249 0,00089062 1093 0,00641338 0,00224468 4,93 0,00547383 0,00054738 20,94 0,00252022 0,00075607 0,00443875
    [Show full text]
  • Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun
    LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG , Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 78 ayat (4) huruf c mengamanatkan penyusunan atau penyesuaian Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; b. bahwa rencana tata ruang Kabupaten Tangerang sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang tidak sesuai lagi dengan perkembangan sosial, ekonomi, politik, lingkungan regional , dan global, sehingga berdampak pada penurunan kualitas ruang di Kabupaten Tangerang; c. bahwa penataan ruang dilakukan sesuai kaidah - kaidah perencanaan yang mencakup azas keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian, keberlanjutan, serta keterkaitan antarwilayah; d. bahwa ... -2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang–Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); 3. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok–Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 5.
    [Show full text]
  • Bab 3 Rencana Pembangunan Wilayah Di Kabupaten
    Laporan Akhir 3 - 1 BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH DI KABUPATEN TANGERANG 3.1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Sesuai RKPD visi Kabupaten Tangerang adalah ”Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi Industri dan Berwawasan Lingkungan”, yang dimaksud dengan : 1. Masyarakat kabupaten Tangerang; adalah kelompok orang dengan segala aspek kehidupannya, yang meliputi sikap perilaku dan pola pikir dalam sosial budaya, agama, politik, ekonomi, hukum, ilmu pengetahuan teknologi yang memanfaatkan sumbar daya alam dan sumber daya buatan yang ada di Kabupaten Tangerang; 2. Beriman; adalah percaya, yakin dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta hidup rukun antar umat manusia.Terpenuhinya kebutuhan manusia dari segi meteri memerlukan penyeimbang dari sisi rohani, sehingga terjamin keseimbangan mental dan spiritual; 3. Maju; berarti cerdas, sehat dan dinamis menuju taraf hidup yang lebih baik, proaktif, kreatif, dan disiplin sesuai dengan fungsi, peran dan kedudukan masing-masing anggota masyarakat; 4. Mandiri; berarti mampu mengatasi permasalahan dan hidup bertanggung jawab dengan tidak ada ketergantungan pada pihak lain Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Tangerang Laporan Akhir 3 - 2 atau dikendalikan oleh pihak lain. Visi kemandirian adalah tetap berada koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945; 5. Berorientasi Industri; berarti perilaku yang mengarah pada pertimbangan ekonomis dengan memperhitungkan tenaga, waktu, biaya, dan sumber daya teknologi yang terus berkembang dan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi beriorentasi pasar; 6. Berwawasan Lingkungan; berarti orientasi pembangunan mempertimbang-kan kondisi lingkungan yang harus dipatuhi oleh setiap pelaku pembangunan karena pembangunan berwawasan lingkungan akan memberi manfaat bagi kelangsungan hidup dan pembangunan.
    [Show full text]
  • H. Winarso Access to Main Roads Or Low Cost Land? Residential Land Developers Behaviour in Indonesia
    H. Winarso Access to main roads or low cost land? Residential land developers behaviour in Indonesia In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, On the roadThe social impact of new roads in Southeast Asia 158 (2002), no: 4, Leiden, 653-676 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/04/2021 02:29:57AM via free access HARYO WINARSO Access to main roads or low cost land? Residential land developers' behaviour in Indonesia The rapid growth of the urban population in the Third World has obvious implications not only for the provision of basic infrastructure but also for land development. It has been reported that in 1990, around 42 per cent of the Third World's total urban population was living in informal settlements, many of them located on urban fringes (World Resource Institute, quoted by Browder, Bohland, and Scarpaci 1995). But many urban residents also live in settlements on urban fringes created by land developers. This is particularly visible in cities of countries that have enjoyed massive economie growth, such as Bangkok (Foo 1992a, 1992b; Dowall 1991). In Jabotabek,1 the private sector has urbanized 16,600 hectares of rural land far away from the built-up area of Jakarta, selling around 25,000 hous- ing units annually. This was achieved by private developers in the Jabotabek area, an emerging mega-urban region in Indonesia, between the 1970s and the 1990s (Winarso 1999; Winarso and Kombaitan 1995). In the Jabotabek area, land developments, particularly those for residential use, have pen- etrated far into rural areas, creating urban sprawl (Henderson, Kuncoro, and Nasution 1996; Firman and Dharmapatni 1994; Firman 1994; Noe 1991; Winarso and Kombaitan 1995).
    [Show full text]
  • Indonesia's ISIKHNAS in Animal Disease Reporting System
    Intregrated real-time animal health and production information system Directorate General` of Livestock and Animal Health Services Ministry of Agriculture Reporting Conventional reporting Report via ISIKHNAS Animal Health - MoA Animal Health - MoA Provincial Services District Provincial Services ISIKHNAS Services District Services Officer/ Officer/ Farmer Farmer Principle • Realtime • Capturing atomic data • Integrated • Reporting every event of disease • Notification to everyone who needs it Australia Indonesia Partnership for Emerging Infectious Diseases (AIPEID) Bilateral Cooperation between Indonesian Ministry of Agriculture and the Australian Government Department of Agriculture Objective: sustainable strengthening of Indonesia’s Veterinary Services Implementation: 2011-2015, End in June 2018 All maintenance cost is Now provided by Government Transfer knowledge for maintenance is on going until end of 2018 Data managed by iSIKHNAS Registered ISIKHNAS Users (Januari 2018): 2.781.557 - Farmers 2.770.872 - Officers 10.685 34 Provinces >94 % District District Reports through ISIKHNAS Officer registered in ISIKHNAS per Province Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Dki Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Di Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku
    [Show full text]
  • Perda No 20 2006 Tentang Pembentukan Kecamatan
    LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 20 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUKAMULYA, KELAPA DUA, SINDANG JAYA, SEPATAN TIMUR, SOLEAR, GUNUNG KALER DAN MEKAR BARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan memperhatikan perkembangan jumlah penduduk, luas wilayah dan semakin meningkatnya beban tugas serta valume kerja dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Kecamatan Balaraja, Curug, Cisoka, Pasar Kemis, Sepatan, Kresek, Kronjo, Rajeg, Legok, Jayanti, dan Pagedangan, dipandang perlu dimekarkan dengan membentuk Kecamatan Sukamulya, Kelapa Dua, Sindang Jaya, Sepatan Timur, Solear, Gunung Kaler dan Mekar Baru; b. bahwa pembentukan Kecamatan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dapat mendorong peningkatan pelayanan dibidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta kemajuan dalam memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang ada di wilayahnya guna mendukung penyelenggaraan otonomi daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Kecamatan Sukamulya, Kelapa Dua, Sindang Jaya, Sepatan Timur, Solear, Gunung Kaler dan Mekar Baru. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010); 2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pedoman Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
    [Show full text]
  • Statistik Kependudukan Kab Tang 2020.Pdf
    DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN TANGERANG @disdukcapil_kab_tangerang tangerangkab.go.id/disdukcapil Disdukcapil Kabupaten Tangerang KATA PENGANTAR Statistik Kependudukan Kabupaten Tangerang Tahun 2020 merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tangerang yang diterbitkan setiap tahun. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 7 huruf g “Pemerintah Kabupaten / Kota berkewajiban dan bertanggungjawab menyelenggarakan urusan Administrasi Kependudukan yang dilakukan oleh Bupati/Walikota dengan kewenangan meliputi pengelolaan dan penyajian data kependudukan berskala Kabupaten/Kota”. Diharapkan dengan adanya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) diharapkan pula akan menjadi sumber informasi utama tentang kependudukan di Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Tangerang khususnya. Data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan hasil pengolahan database (SIAK) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tangerang Tahun 2020. Untuk itu dengan memanfaatkan database kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tangerang, maka disusunlah Statistik Kependudukan Kabupaten Tangerang Tahun 2020. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan serta partisipasi dalam penyusunan Statistik Kependudukan Kabupaten Tangerang 2020. Untuk perbaikan publikasi ini, tanggapan
    [Show full text]
  • Bupati Tangerang Provinsi Banten
    BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 30 TAHUN 2019 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH PADA DINAS DAN BADAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Dan Badan Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang telah diatur dalam Peraturan Bupati Peraturan Bupati Nomor 115 Tahun 2016 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas dan Badan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 115 Tahun 2016 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Dan Badan Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang; b. bahwa dengan tetapkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah, maka peraturan Bupati sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu diganti untuk disesuaikan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan untuk melaksanakan Surat Gubernur Banten Nomor 069/486-Org/2018 tanggal 29 Januari 2018 perihal Rekomendasi Pembentukan UPTD di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Pada Dinas Dan Badan Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tangerang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 2.Undang-Undang… -2- 2.
    [Show full text]
  • Identifikasi Sektor Potensial Penggerak Kegiatan Ekonomi Kecamatan Kurang Berkembang Di Kab
    MIMBAR, Vol. XXIV, No. 1 (Januari - Juni 2008): 59-67 Identifikasi Sektor Potensial Penggerak Kegiatan Ekonomi Kecamatan Kurang Berkembang di Kab. Tangerang ASEP HARIYANTO 1 , DADAN MUKHSIN 2 1,2 Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Planologi Unisba, Jl. Tamansari No.1 Bandung. Email: 1 [email protected], 2 [email protected] Abstract The success of regional development depend on some factors, especially economic activity. This study tries to illustrate potential economic factors to develop household economy over several sub-districts of Tangerang, particularly in less developed area. Several approach were carried out, i.e. economic, social, and physical, by employing some analysis methods such as Location Quotient, Shift Share, and SWOT Analysis. This study has found promising sectors to be developed in less economy capability subdistricts of Tangerang. Those sectors are food crop, fishery, farming, natural-based tourism, pilgrimage, small and medium scale industries. Kata kunci: potential sectors, economic catalyst, less developed. I. PENDAHULUAN kembangan dan kesiapannya mengelola pemerintahannya sendiri dengan meng- Sejalan dengan proses desentralisasi optimalkan seluruh potensi sumber daya yang pembangunan yang di dalamnya terkandung ada, baik sumber daya alam, manusia, dana tujuan dari pelaksanaan otonomi daerah, maupun teknologi. Pergeseran nilai ini maka kemampuan daerah (khususnya menyebabkan perubahan manajemen dari Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten) pola sentralistik menjadi desentralistik yang dalam melaksanakan pembangunan dengan menitikberatkan pemberdayaan daerah, pendekatan strategi perlu terus ditingkatkan, sehingga orientasi pembangunan mengalami dengan perencanaan dan pelaksanaan perubahan dari pola sektoral menjadi pola pembangunan yang lebih terarah dan opti- kewilayahan. mal. Hal tersebut dimaksudkan agar Kabupaten Tangerang dalam beberapa pembangunan dapat dilaksanakan secara tahun terakhir ini telah mengalami efisien dan efektif, baik yang berkenaan perkembangan yang luar biasa.
    [Show full text]
  • Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 Tahun 2011 T
    LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG , Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 78 ayat (4) huruf c mengamanatkan penyusunan atau penyesuaian Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; b. bahwa rencana tata ruang Kabupaten Tangerang sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang tidak sesuai lagi dengan perkembangan sosial, ekonomi, politik, lingkungan regional , dan global, sehingga berdampak pada penurunan kualitas ruang di Kabupaten Tangerang; c. bahwa penataan ruang dilakukan sesuai kaidah - kaidah perencanaan yang mencakup azas keselarasan, keserasian, keterpaduan, kelestarian, keberlanjutan, serta keterkaitan antarwilayah; d. bahwa ... -2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang–Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); 3. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok–Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); 5.
    [Show full text]
  • Bab 2 Karakteristik Perumahan Dan Permukimandi Kabupaten Tangerang
    Laporan Akhir 2 - 1 BAB 2 KARAKTERISTIK PERUMAHAN DAN PERMUKIMANDI KABUPATEN TANGERANG 2.1 ADMINISTRASI Kabupaten Tangerang merupakan salah satu wilayah di Propinsi Banten terletak di bagian Timur Propinsi Banten pada koordinat 106o20’-106o43’ Bujur Timur dan 6o20’-6o20’ lintang selatan dengan luas wilayah 959,61 km2 atau 12,62 % dari seluruh luas wilayah propinsi Banten dengan batas-batas wilayah: Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Timur berbatasan dengan DKI Jakarta,Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak Sebelah Barat dengan Kabupaten Serang Kabupaten Tangerang secara geografis memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-8% menurun ke Utara.Ketinggian wilayah berkisar antara 0-50 m di atas permukaan laut.Daerah Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai dan sebagian besar daerah urban, daerah timur adalah daerah rural dan pemukiman sedangkan daerah barat merupakan daerah industri dan pengembangan perkotaan. Secara administratif pada tahun 2009 Kabupaten Tangerang memiliki 29 wilayah Kecamatan yang terdiri dari 274 wilayah Desa dan Kelurahan. Rencana Program Investasi Jangka Menengah(RPIJM) Kabupaten Tangerang Laporan Akhir 2 - 2 Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Tangerang Rencana Program Investasi Jangka Menengah(RPIJM) Kabupaten Tangerang Laporan Akhir 2 - 3 2.2 SOSIAL DAN KEPENDUDUKAN Tahun 2010 Jumlah penduduk Kabupaten Tangerang mencapai 2.838.621 jiwa terdiri dari 1.454.914 jiwa laki-laki dan 1.383.707 jiwa perempuan, dilihat dari. Jumlah penduduk tersebut mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2009.Berdasarkan distribusinya perkecamatan, terlihat bahwa kecamatan Cikupa dan Pasar Kemis menjadi kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, hal ini sepadan dengan perkembangan perekonomian yang cukup signifikan di kedua wilayah kecamatan ini.
    [Show full text]
  • Deconcentration of Small-Scale Industry in Greater Jakarta Metropolitan
    Proceedings JABODETABEK 2013 RESILIENT MEGACITIES: IDEA, REALITY, AND MOVEMENT IPB INTERNATIONAL CONVENTION CENTER Bogor, 8 - 9 October 2013 Cataloging in Publication Data © Bogor Agricultural University (IPB) Center for Regional System Analysis, Planning and Development (Crestpent) Cataloging in Publication Data Proceeding of Jabodetabek Study Forum, Crestpent IPB/ ErnanRustiadi, Tommy Firman, Ruchyat D. Djakapermana, Christophe Girot, Hadi S. Arifin, R. B. Singh, Shin Muramatsu, Setia Hadi, Alinda F. Zain (Eds.) ISBN : 978-602-72009-0-6 First Publish 2014 Copyeditor : Galuh S. Indraprahasta Candraningratri E. Widodo Rezky Khrismansyah Cindy Aliffia F. S. Putri Cantika Layouter : Muhammad Nurdin Cover Designer : Januar Sena Published by: Crespent Press@2014, member of IKAPI P4W/Crestpent IPB, Kampus IPB Baranangsiang, Bogor 16144 Phone/Fax: +62 (0)251 8359072 Email: [email protected] All rights reserved. iv Preface The 4th Jabodetabek (Greater Jakarta) Forum Seminar with the theme “Resilient Megacity: Idea, Reality and Movement” was held in Bogor, Indonesia, during 8-9 October 2013. This event was attended by Indonesian as well as foreign participants, particularly from RIHN network and ETH Zurich-NUS colleagues. The plenary lectures were very insightful and delivered by distinguished keynote speakers, which include the Deputy Minister from the Ministry of Public Works, Deputy Minister from the Coordinating Ministry of Economic Affairs, and Dean of Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. The government spectrum has broaden our understanding about the policy challenges that we are facing today. The academic explanation, on the other side, has opened up another perspective of viewing those challenges. The parallel session was attended by 33 participants and was productive in term of sharing knowledge and experiences.
    [Show full text]