MIMBAR, Vol. XXIV, No. 1 (Januari - Juni 2008): 59-67

Identifikasi Sektor Potensial Penggerak Kegiatan Ekonomi Kecamatan Kurang Berkembang di Kab. Tangerang

ASEP HARIYANTO 1 , DADAN MUKHSIN 2

1,2 Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Planologi Unisba, Jl. Tamansari No.1 Bandung. Email: 1 [email protected], 2 [email protected]

Abstract

The success of regional development depend on some factors, especially economic activity. This study tries to illustrate potential economic factors to develop household economy over several sub-districts of Tangerang, particularly in less developed area. Several approach were carried out, i.e. economic, social, and physical, by employing some analysis methods such as Location Quotient, Shift Share, and SWOT Analysis. This study has found promising sectors to be developed in less economy capability subdistricts of Tangerang. Those sectors are food crop, fishery, farming, natural-based tourism, pilgrimage, small and medium scale industries.

Kata kunci: potential sectors, economic catalyst, less developed.

I. PENDAHULUAN kembangan dan kesiapannya mengelola pemerintahannya sendiri dengan meng- Sejalan dengan proses desentralisasi optimalkan seluruh potensi sumber daya yang pembangunan yang di dalamnya terkandung ada, baik sumber daya alam, manusia, dana tujuan dari pelaksanaan otonomi daerah, maupun teknologi. Pergeseran nilai ini maka kemampuan daerah (khususnya menyebabkan perubahan manajemen dari Pemerintah Daerah Kota dan Kabupaten) pola sentralistik menjadi desentralistik yang dalam melaksanakan pembangunan dengan menitikberatkan pemberdayaan daerah, pendekatan strategi perlu terus ditingkatkan, sehingga orientasi pembangunan mengalami dengan perencanaan dan pelaksanaan perubahan dari pola sektoral menjadi pola pembangunan yang lebih terarah dan opti- kewilayahan. mal. Hal tersebut dimaksudkan agar Kabupaten Tangerang dalam beberapa pembangunan dapat dilaksanakan secara tahun terakhir ini telah mengalami efisien dan efektif, baik yang berkenaan perkembangan yang luar biasa. Hal ini dengan pemanfaatan sumberdaya, maupun disebabkan karena letak geografis Kabupaten sumber dana, serta dalam rangka meng- Tangerang cukup strategis, kerena berdekatan integrasikan kegiatan dan berbagai aktivitas dengan DKI Jakarta. Keadaan ini memungkin- pembangunan antar lokasi dan antar sektor. kan untuk menerima imbas perkembangan DKI Dengan adanya perubahan paradigma Jakarta. Namun, dalam proses penjalarannya, tersebut membawa konsekuensi logis bagi tidak semua wilayah atau kecamatan di pemerintah dan masyarakat Kabupaten Kabupaten Tangerang menerima imbasan dan Tangerang yang menginginkan per- perkembangan tersebut, akan tetapi hanya

59 ASEP HARIYANTO. dkk. Identifikasi Sektor Potensial Pengerak Kegiatan Ekonomi ... terjadi di beberapa daerah yang mempunyai kendala pengembangannya yang dihadapi potensi dan akses yang tinggi terhadap DKI sehingga dapat dijadikan masukan untuk Jakarta dan daerah lainnya, khususnya daerah- pengembangan lebih lanjut yang pada akhirnya daerah yang dilewati jalur jalan regional. diharapkan dapat meningkatkan per- Untuk mencapai perkembangan yang kembangan wilayah secara keseluruhan. merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Berdasarkan penjelasan di atas, maka Tangerang perlu dilakukan penelitian ada beberapa permasalahan yang akan mengenai sektor-sektor potensial diangkat dalam penelitian ini yaitu: (1) Sektor- pembangunan di setiap daerah, khususnya sektor potensial apa saja yang mampu menjadi pada daerah-daerah yang masih rendah penggerak kegiatan ekonomi di kecamatan perkembangannya (kurang berkembang), yang kurang berkembang (Cisoka, , yaitu daerah yang basis ekonominya , dan Jambe) Kabupaten Tangerang?; didominasi oleh kegiatan pertanian. (2) Sejauhmana sektor-sektor potensial Pembangunan daerah tersebut perlu terus tersebut dapat dikembangkan, sehingga ditingkatkan untuk mengimbangi per- mampu menjadi penggerak ekonomi di kembangan yang terjadi di daerah yang kecamatan yang kurang berkembang tersebut? pesat pertumbuhannya. Peningkatan tersebut Adapun manfaat tulisan ini di antaranya dilakukan di samping dengan cara adalah: (1) Sebagai masukan bagi Pemerintah mengupayakan keselarasan laju per- Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan dan tumbuhan antardaerah, juga dengan pengembangan sektor-sektor potensial yang memberikan perhatian khusus kepada menjadi penggerak kegiatan ekonomi pada daerah yang relatif masih tertinggal, daerah masa yang akan datang berkaitan dengan terpencil, daerah perbatasan, dan juga upaya peningkatan pendapatan daerah; (2) daerah minus dan padat penduduk. Pengembangan potensi (iklim usaha) yang Didasari oleh kondisi bahwa kondusif yang mendorong pelaku usaha lebih perkembangan perekonomian suatu wilayah berperan aktif; (3) Penelitian ini akan menjadi tidak terlepas dari unsur penunjang aktivitas sarana bagi masyarakat untuk memberikan perekonomian seperti barang, modal, pasar, masukan mengenai sektor-sektor potensial dan lain-lain. Sudah selayaknya kalau yang ada diwilayahnya yang dapat Pemerintah Kabupaten Tangerang berusaha dikembangkan; (4) Sebagai bahan masukan meningkatkan dan memberikan perhatian bagi para pelaku investasi (swasta dan yang lebih kepada daerah-daerah yang masyarakat) yang bergerak di bidang ekonomi kurang berkembang tersebut, sehingga di Kabupaten Tangerang; (5) Merangsang dan secara bertahap dapat meningkatkan membangkitkan motivasi kepada masyarakat perkembangan daerah tersebut yang pada di Kecamatan Cisoka, Kronjo, Kresek, dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan Jambe untuk lebih meningkatkan produktivitas daerah. Apalagi kegiatan potensial yang ada dari kegiatan ekonomi potensial yang ada di di daerah biasanya terbukti mampu bertahan wilayahnya. terhadap krisis ekonomi yang melanda Bangsa Indonesia akhir-akhir ini. A. Penjelasan Umum Berkaitan dengan hal tersebut, maka Tujuan pembangunan adalah untuk saat ini penulis ingin mencoba mengidentifikasi meningkatkan taraf hidup masyarakat kegiatan potensial yang menjadi penggerak menuju masyarakat adil dan makmur, kegiatan ekonomi di kecamatan yang kurang sehingga dapat dirasakan dan dinikmati oleh berkembang. Identifikasi Sektor Potensial ini seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya bertujuan untuk memberikan masukan kepada dinikmati oleh segolongan masyarakat yang Pemerintah Kabupaten Tangerang dan pihak- dapat disentuh oleh hasil-hasil pihak terkait mengenai sektor-sektor potensial pembangunan. yang menjadi penggerak kegiatan ekonomi dan Pembangunan harus dinikmati oleh

60 MIMBAR, Vol. XXIV, No. 1 (Januari - Juni 2008): 59-67 seluruh lapisan masyarakat dimanapun disebabkan pula oleh tidak terdapatnya mereka berada di seluruh wilayah Negara kemampuan wilayah tersebut untuk tumbuh Kesatuan Republik Indonesia. Pengertian adil dan berkembang dengan kekuatan sendiri. dan makmur sebenarnya relatif, sehingga Dorongan pertumbuhan di wilayah yang sukar diberi batas kuantitatif. Namun, jelas kurang berkembang diperoleh dari pusat- bahwa yang dikehendaki masyarakat Indo- pusat pertumbuhan. nesia adalah pertumbuhan ekonomi yang Suatu wilayah yang kurang terus meningkat dan hasil pertumbuhan berkembang umumnya belum memobilisasi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan sumber daya alam, sumber daya manusia, masyarakat dan bukan hanya segolongan dan kelembagaannya yang sebenarnya kecil masyarakat saja. Mereka yang belum merupakan potensi bagi perkembangan tersentuh dan menikmati hasil-hasil wilayah (Stohr, 1981: 43). Pemanfaatan pembangunan tersebut yaitu masyarakat teknologi belum terlaksana sepenuhnya di —terbelakang“. wilayah tersebut. Mengalirnya potensi Pada dasarnya, setiap daerah/wilayah sumber daya alam dari wilayah tersebut ke mempunyai potensi penunjang kehidupan wilayah maju juga menjadi penyebab kurang yang berbeda antara satu dengan yang berkembangnya wilayah tersebut. lainnya. Perbedaan ini tercermin dari Perekonomian suatu wilayah yang perbedaan fungsi dan tingkat perkembangan- kurang berkembang dicirikan oleh dominasi nya. Besar kecilnya tingkat perkembangan sektor pertanian. Sektor pertanian ini suatu daerah sangat tergantung pada faktor- mempunyai tingkat produktivitas dan laju faktor perkembangan, yang meliputi aspek pertumbuhan yang rendah. Kurang fisik, demografi dan sosial-budaya, ekonomi, berkembangnya suatu wilayah juga dan kelembagaan. disebabkan terdapatnya budidaya pertanian Secara geografis, perkembangan yang masih bersifat tradisional/sangat wilayah pasti tidak seimbang, letak sumber sederhana dan subsistem serta terdapatnya daya alam dan sumber daya manusia kelebihan tenaga kerja yang tidak dapat tersebar tidak merata. Potensi dan nilai lokasi diserap oleh sektor lain. dari masing-masing wilayah juga berbeda- Kurang berkembangnya suatu wilayah beda (Hirchman, 1970: 25). Pada beberapa juga disebabkan adanya kemiskinan tempat terdapat titik-titik pertumbuhan struktural yang disebabkan oleh interaksi (Growth Point) yang merupakan kekuatan antara wilayah tersebut dengan wilayah besar untuk mendorong pemusatan maju. Kinerja suatu wilayah yang kurang pertumbuhan ekonomi. berkembang berlawanan dengan kinerja Adanya keuntungan eksternal di titik- wilayah maju yang memiliki kekuatan titik pertumbuhan menyebabkan semakin dinamis dari dalam yang mendorong untuk besarnya pemusatan pertumbuhan ekonomi selalu memproduksi dan sebagai tersebut. Pada perkembangan selanjutnya, konsekuensinya juga mendorong wilayah yang mempunyai titik pertumbuhan produktivitas wilayah yang lebih tinggi dapat menjadi wilayah maju yang akan terus dibandingkan dengan wilayah yang kurang semakin berkembang. Sementara, wilayah berkembang (Bendavid-Val, 1983: 17). diluar titik-titik pertumbuhan terserap sumber Kemiskinan struktural muncul sebagai dayanya oleh wilayah maju. Seiring dengan masalah sosio-ekonomi yang paling sulit penanaman modal yang tidak berimbang diubah secara baik karena melibatkan suatu serta perbedaan sumber daya manusia cara kehidupan yang berdimensi ruang. menyebabkan wilayah diluar titik-titik Masalah ini menjadi lebih kompleks bilamana pertumbuhan tersebut menjadi kurang kemiskinan tersebut disebabkan terdapatnya berkembang. dominasi kelompok tertentu terhadap Kurang berkembangnya suatu wilayah kelompok minoritas. Terdapatnya kompleksi-

61 ASEP HARIYANTO. dkk. Identifikasi Sektor Potensial Pengerak Kegiatan Ekonomi ... tas masalah di wilayah yang kurang dan —Periphery Inward“ berkembang tersebut tidak berarti bahwa wilayah tersebut tidak dapat dikembangkan, Konsep ini merupakan konsep meskipun cara yang tepat untuk mengatasinya pengembangan wilayah yang kurang tidak dapat dengan mudah dirumuskan. berkembang yang didasarkan pada Tidak terintegrasinya perkembangan paradigma pembangunan dari bawah. di wilayah maju dengan di wilayah yang Pertama kali konsep pembangunan Bottom- kurang maju juga dapat menjadi penyebab Up dan Periphery Inward ini dikemukan oleh kurang berkembangnya suatu wilayah. Stohr (1981). Konsep ini didasarkan pada Perkembangan di wilayah maju tidak dapat pendapat bahwa pembangunan harus merangsang komersialisasi kegiatan didasarkan pada mobilisasi maksimum dari diwilayah kurang maju. Struktur pasar serta sumber daya alam, manusia dan institusional penyebaran sarana dan prasarana yang masing-masing wilayah, dengan tujuan terjadi antara wilayah maju dan wilayah utama memenuhi kebutuhan dasar penduduk yang kurang maju menjadikan masyarakat diwilayah tersebut. Konsep ini langsung di wilayah tersebut tidak dapat memasarkan berorientasi kepada masalah kemiskinan dan surplus produksinya, sulitnya untuk keterbelakangan di suatu wilayah. mendapatkan input-input produksi, Tujuan dasar dalam konsep memodernisasi pola pertanian, menye- pembangunan Bottom-Up dan Periphery In- suaikan produksinya terhadap kebutuhan ward adalah pembangunan menyeluruh dari konsumen (pasar) dan mendapatkan sumber daya manusia dan alam di suatu pelayanan yang dibutuhkan untuk daerah. Tujuan awal konsep ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dipedesaan. memenuhi pemerataan kebutuhan dasar seluruh lapisan masyarakat, dan kemudian B. Konsep Downward Transitional Area untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan lainnya. Pada umumnya, pelayanan terhadap Strategi pengembangan wilayah pemenuhan kebutuhan dasar diatur secara terbelakang, menurut teori ini, ditempuh teritorial dan dimanifestasikan pada melalui 2 (dua) pendekatan, yaitu kelompok-kelompok masyarakat yang pendekatan terhadap wilayah eksternal (core berskala kecil pada komunitas lokal atau re- region), dan pendekatan terhadap wilayah gional (Bendavid-Val, 1983: 23). internal (downward transitional area). Sasaran yang ingin dicapai melalui Pendekatan terhadap wilayah eksternal konsep pembangunan Bottom-Up dan Periph- dapat disimpulkan sebagai berikut: ery Inward adalah peningkatan efisiensi (1) Menentukan fungsi, pengaruh, atau seluruh faktor produksi di daerah-daerah tingkat kepentingan kedua daerah (in- yang kurang berkembang secara terintegrasi. te rnal dan ekste rna l) untuk Intergrasi sumber daya yang dimiliki daerah menentukan program dan kegiatan- dan struktur sosial yang terdapat di dalamnya nya; harus menjadi dasar momen pembangunan (2) Mendorong pengembalian arus modal yang dicetuskan dari daerah itu sendiri. dari wilayah eksternal ke wilayah in- Wilayah-wilayah yang dikembangkan dengan ternal; pendekatan ini diarahkan untuk tidak terlalu (3) Memerbesar kapasitas daya serap berkaitan sehingga diharapkan dapat wilayah eksternal; berkembang berdasarkan kekuatan sendiri (4) Membangun permukiman perdesaan (self sufficiency). dalam skala besar dengan cara Konsep pengembangan wilayah memerluas kegiatan pengolahan yang kurang berkembang, melalui konsep sumber daya pertanian. pembangunan Bottom-Up dan Periphery In- C. Konsep Pembangunan —Bottom-Up“ ward mencakup beberapa komponen

62 MIMBAR, Vol. XXIV, No. 1 (Januari - Juni 2008): 59-67 penting, seperti yang dikemukakan oleh Stohr bagian wilayah; (1981: 21), yaitu: (10) Peningkatan transportasi dan fasilitas (1) Penyediaan kesempatan yang luas untuk komunikasi desa-desa dan desa- menggunakan lahan dan sumber- kampung; sumber daya alam yang tersedia di (11)Peningkatan struktur sosial dan wilayah tersebut, karena hal tersebut kesadaran bersama penting dalam merupakan faktor-faktor produksi kunci strategi pembangunan Bottom Up dan di wilayah terbelakang; Periphery-Inward. Hal ini hanya dapat (2) Pembentukan atau perbaikan struktur dicapai melalui inisiatif internal dan pengambilan keputusan terhadap harus mencakup seluruh lapisan sosial pengelolaan sumber daya manusia dan di daerah yang kurang berkembang. sumber daya alam dengan peng- Dukungan dari luar seperti LSM, organisasian berdasarkan perwilayah- organisasi keagamaan dan organisasi an; intelektual dapat memudahkan (3) Memberikan peningkatan —self peningkatan ini. determiation“ kepada daerah yang kurang berkembang dalam penggunaan D. Konsep Integrasi Spatial lembaga yang sudah ada untuk mensejajarkan kedudukannya dalam Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pembuatan keputusan dari semua upaya untuk mengembangkan wilayah yang tingkat pemerintahan; kurang berkembang di negara-negara (4) Memilih teknologi yang cocok untuk sedang berkembang ialah dengan memacu daerah tersebut dengan orientasi untuk perkembangan sektor pertanian yang meminimalkan pemborosan sumber- diintergrasikan dengan sektor industri sumber terbatas dan memaksimalkan pendukungnya di wilayah yang sudah maju. pemanfaatan sumber-sumber daya Lebih jauh, seluruh sistem ekonomi yang berlebih; diintegrasikan melalui struktur pasar yang (5) Memprioritaskan proyek-proyek yang saling bergantungan dengan penyebaran menyediakan pemenuhan kebutuhan prasarana dan pelayanan untuk dasar masyarakat dengan mem- membangkitkan akumulasi tabungan dan pergunakan sumber daya secara investasi (Bendavid-Val, 1983:31). maksimum serta menggunakan struktur Dengan perhatian utama pada sektor sosial baik formal maupun informal yang pertanian, maka pendekatan ini menjelaskan sudah ada; bahwa untuk mengembangkan wilayah perlu (6) Memperkenalkan kebijaksanaan harga ada suatu transformasi pola pertanian sub nasional yang berkaitan dengan sistem menjadi pertanian komersial. komoditas pertanian yang diperdagang- Peningkatan produktivitas sektor pertanian di kan dan produk-produk lainnya yang wilayah yang kurang berkembang harus khas daerah yang kurang berkembang; diikuti pengembangan sektor industri di (7) Penggunaan sumber daya eksternal bila perkotaan, sehingga kelebihan tenaga kerja sumber daya internal tidak mencukupi; di sektor pertanian dapat tertampung. (8) Peningkatan aktivitas produktif yang Untuk mendukung perkembangan melebihi permintaan wilayah haruslah pertanian, sehingga nilai komersial produk ditujukan kepada peningkatan tingkat pertanian meningkat, maka permukiman- kehidupan masyarakat di daerah yang permukiman harus membentuk suatu sistem kurang berkembang; yang terintegrasi, sehingga pelayanan sarana (9) Menstrukturkan kembali sistem kota dan dan prasarana dapat berlokasi secara efisien sistem transportasi untuk meningkatkan dan penduduk pedesaan mempunyai akses aksesibilitas penduduk terhadap semua yang baik terhadap sarana tersebut.

63 ASEP HARIYANTO. dkk. Identifikasi Sektor Potensial Pengerak Kegiatan Ekonomi ...

Syarat dicapainya integrasi peng- perkembangan wilayah studi sektor embangan perkotaan dan pedesaan ini peternakan, ini sangat menunjang adalah transformasi dari struktur tata ruang, terhadap perkembangan wilayah. Hal itu organisasi, pola tata laku, kelembagaan disebabkan karena terjadi hubungan sosial ekonomi dan budaya yang ada pada timbal balik antara sektor peternakan negara berkembang. Transformasi ini akan dengan sektor lainnya. Berdasarkan hal dicapai melalui: tersebut, maka perlu adanya upaya (1) Perluasan jaringan organisasi dan pendukung terhadap perkembangan informasi agar tercapai identitas yang peternakan ini, antara lain dengan sama dari seluruh komunitas; disediakannya sarana pengolahan bahan (2) Integrasi komunitas subsistem kepada makanan untuk ternak. sistem ekonomi nasional, komersialisasi (3) Sektor perikanan cukup berkembang di pertanian dan perluasan penyebaran kecamatan ini, dikarenakan secara fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan geografis bagian utara kecamatan pedesaan. merupakan wilayah pantai. Kegiatan sektor perikanan ini di samping telah II. PEMBAHASAN mampu memenuhi kebutuhan bagi warga masyarakat, juga mampu Metode analisis yang digunakan memasok bagi masyarakat yang berada dalam penelitian ini adalah metode analisis di luar kecamatan ini, terutama kualitatif dan metode analisis kuantitatif. kecamatan-kecamatan lain yang tidak Metode analisis kualitatif memaparkan memiliki potensi perikanan. semua data dan informasi sekunder yang Pengembangan sektor perikanan ini berkaitan dengan objek-objek penelitian terdiri dari 2 (dua) yaitu: perikanan secara deskriptif, sedangkan metode analisis budidaya dan perikanan tangkap. kuantitatif memaparkan seluruh data dan Perikanan budidaya di Kecamatan informasi olahan taksiran yang berhubungan Kronjo, terutama dilakukan di bagian dengan objek-objek penelitian secara utara sepanjang garis pantai yang matematik-statistik. Untuk mengetahui membujur dari Desa Ilir sektor-sektor potensial pada masing-masing sampai ke Desa Jenggot dan wilayah wilayah digunakan metode LQ (Location Quo- pesisir Kecamatan Kresek yang memiliki tient), shift-share, dan analisis swot. Dari potensi luas lahan dan sumber daya air, metode tersebut akan terlihat sektor-sektor yang sebagian merupakan lahan untuk potensial dan wilayah-wilayah yang potensial budidaya pertambakan, disamping itu sebagai berikut: juga terdapat pemanfaatan areal rawa- rawa dan hutan mangrove yang telah A. Kecamatan Kronjo dikonversikan menjadi lahan Berdasarkan hasil analisis, dapat pertambakan. diketahui bahwa di Kecamatan Kronjo (4) Sektor Industri Kecil dan Kerajinan, terdapat beberapa sektor potensial yang terutama yang mengolah hasil laut menjadi penggerak ekonomi masyarakat. menjadi makanan seperti industri Adapun sektor-sektor tersebut adalah kerupuk, ikan asin, dan lain-lain. sebagai berikut: (5) Sektor Pariwisata, meliputi: Wisata Alam (1) Sektor pertanian, meliputi tanaman (wisata pantai Pulau Cangkir dan wisata padi sawah, ketela pohon dan jenis hutan /mangrove) dan Wisata Ziarah kacang-kacangan. (Makam Pangeran Sebrang Lor atau (2) Sektor peternakan, meliputi: kambing, Pangeran Penjaga Laut di Pulau Cangkir domba, itik, ayam ras petelur, dan ayam Kecamatan Kronjo). buras. Jika dihubungkan dengan

64 MIMBAR, Vol. XXIV, No. 1 (Januari - Juni 2008): 59-67

B. Kecamatan Kresek diketahui bahwa di Kecamatan Jambe terdapat beberapa sektor potensial yang Berdasarkan hasil analisis dapat menjadi penggerak ekonomi masyarakat. diketahui bahwa di Kecamatan Kresek Adapun sektor-sektor tersebut adalah terdapat beberapa sektor potensial yang sebagai berikut: menjadi penggerak ekonomi masyarakat. (1) Sektor peternakan, meliputi: sapi, Adapun sektor-sektor tersebut adalah kerbau, kambing, domba, ayam rasa sebagai berikut: pedaging, dan ayam buras. (1) Sektor pertanian, meliputi: tanaman (2) Sektor Industri Kecil dan Kerajinan padi sawah, palawija dan jenis kacang- terutama industri anyaman bambu, kacangan. industri kompor, dan industri hio. (2) Sektor peternakan, meliputi: ternak kambing, domba, itik, ayam ras petelur Sesuai dengan tujuan tulisan untuk dan ayam buras. mengidentifikasi sektor potensial yang (3) Sektor Industri Kecil dan Kerajinan, menjadi penggerak kegiatan ekonomi, maka terutama yang mengolah limbah industri pada bagian ini akan diuraikan berdasarkan besar untuk dijadikan produk-produk sekor: pakaian seperti seperti kaos kaki, san- 1. Pertanian dal, baju kaos, tas, dan topi. Berdasarkan hasil analisis, ternyata C. Kecamatan Cisoka sebagian besar wilayah studi sesuai untuk Berdasarkan hasil analisis dapat pengembangan pertanian tanaman lahan diketahui bahwa di Kecamatan Cisoka basah dan lahan kering. Adapun untuk terdapat beberapa sektor potensial yang menentukan jenis tanaman yang sesuai untuk menjadi penggerak ekonomi masyarakat. dibudidayakan perlu dilakukan studi lanjutan. Adapun sektor-sektor tersebut adalah Berdasarkan hasil analisis LQ, shift-share dan sebagai berikut: swot kecamatan yang memiliki potensi (1) Sektor pertanian, meliputi: tanaman pertanian khususnya padi sawah dan padi sawah, palawija dan jenis kacang- palawija (ketela dan kacang-kacangan), kacangan. yaitu: Kecamatan Kronjo dan Kresek. (2) Sektor peternakan, meliputi: ayam ras 2. Peternakan petelur, ayam ras pedaging dan itik. (3) Sektor Industri Kecil dan Kerajinan Pengembangan kegiatan peternakan terutama yang mengolah limbah industri diarahkan sesuai dengan potensi yang dimiliki besar menjadi bahan kerajinan seperti oleh masing-masing kecamatan. Peng- kaos kaki, sepatu, sandal, pakaian, dan embangan lebih ditekankan kepada upaya lain-lain. peningkatan sarana dan prasarana (4) Sektor Pariwisata, berupa Wisata Ziarah pendukung serta sistem pengelolaan. yang terdapat di Desa berupa 3. Perikanan makam keramat dengan keadaan alam yang masih asri dan kamunitas kera Pengembangan kegiatan perikanan (monyet) yang relatif banyak disekitar diarahkan sesuai dengan potensi yang dimiliki objek wisata ini. Objek Wisata ini banyak terutama di Kecamatan Kronjo. Pengembang- dikunjungi oleh wisatawan, terutama an lebih ditekankan kepada upaya penataan mereka yang ingin berziarah atau dan perbaikan perkampungan nelayan serta sekedar melihat-lihat kera yang banyak sarana dan prasarana pendukung kegiatan berkeliaran di kawasan ini. perikanan. D. Kecamatan Jambe 4. Pariwisata Berdasarkan hasil analisis dapat Pengembangan pariwisata di wilayah

65 ASEP HARIYANTO. dkk. Identifikasi Sektor Potensial Pengerak Kegiatan Ekonomi ... studi diarahakan pada wisata alam dan ziarah kemampuan analisis dan penerapan Pulau Cangkir di Kecamatan Kronjo. Selain dilapangan. Sumber daya alam berupa sektor itu, juga diarahkan pada wisata ziarah pertanian, pariwisata perlu ditelaah lebih makam kramat di Desa Solear Kecamatan lanjut, terutama menyangkut kemampuan dan Cisoka. Potensi dasar yang dimiliki Pulau kesesuaiannya bagi berbagai pengembangan Cangkir adalah pemandangan laut yang yang memungkinkan, hal ini diperlukan karena cukup menarik dan adanya makam Raja beberapa tindakan bagi pengembangan Sebrang Lor. Sedangkan potensi dasar yang membutuhkan sumber daya alam, dan harus dimiliki Desa Solear adalah adanya makam diketahui pula kapasitas dan kesesuaiannya kramat dan komunitas monyet yang cukup untuk pengembangan. banyak dan dapat berinteraksi dengan Sumber daya manusia juga perlu manusia. Pengembangan obyek-obyek wisata ditelaah lebih lanjut terutama kondisi sosial- ini harus didukung dengan peningkatan ekonomi masyarakat setempat serta kesiapan sarana dan prasarana terutama jaringan masyarakat dalam mengantisipasi peng- jalan. embangan wilayah, khususnya menyangkut kemampuan dan ketrampilan masyarakat. 5. Industri Kecil dan Kerajinan Faktor lain sebagai strategi bagi pengembangan sektor-sektor potensial Pengembangan industri di wilayah sebagai pendukung upaya peningkatan PAD studi diarahkan pada kegiatan industri kecil. Kabupaten Tangerang yang perlu Pengembangan kegiatan ini diarahkan pada diperhatikan adalah faktor pemerintah, semua kecamatan yaitu Cisoka, Jambe, masyarakat, dan swasta. Pemerintah perlu Kronjo, dan Kresek. Industri yang melakukan tindakan-tindakan yang dikembangkan di kecamatan-kecamatan mendukung, misalnya dengan membuat tersebut adalah industri pembuatan genting kebijaksanaan dan menciptakan kondisi yang dan batu bata, industri pengolahan limbah dapat menggali potensi setempat dan industri besar (Cisoka); industri hio, industri memberi pendanaan yang diperlukan. anyaman, industri pembuatan kompor Adapun dukungan dari masyarakat (Jambe); industri pengolahan hasil pertanian, sangat diperlukan, terutama dalam hal-hal industri kaos kaki, industri tas, industri kaos, yang menyangkut kepentingan masyarakat industri sepatu, dll (Kresek). Sedangkan itu sendiri, misalnya peningkatan partisipasi untuk Kecamatan Kronjo lebih diprioritaskan aktif masyarakat dalam berbagai untuk kegiatan industri yang mengolah hasil pembangunan dan penyebaran informasi laut. Kegiatan industri tersebut saat ini sudah yang berguna bagi pengembangan itu terkonsentrasi di desa-desa tertentu, sendiri. Secara kualitatif potensi investasi sehingga untuk pengembangannya tetap swasta sangat besar, serta proses pelibatan dipertahankan di desa-desa tersebut. swasta dalam pengembangan sektor III. PENUTUP potensial akan selalu menunggu kepastian pasar dan hukum pemerintah. Maka pada Jika dilihat dari potensi yang ada, saatnya tinggal menggerakkan investasi sebetulnya masih banyak potensi dan peluang swasta kepada yang diperlukan dalam yang dapat digali dan dipacu peningkatan pengembangan sektor-sektor potensial penerimaannya. Hal ini dapat terwujud apabila tersebut. dilakukan verifikasi pendataan lapangan secara lebih akurat, dilakukannya penelitian-penelitian Daftar Pustaka yang lebih rinci, disertai dengan peningkatan mutu sumber daya manusia khususnya di Bendavid-Val, A., (1983). Regional and Local bidang manajerial, akuntansi, kedisiplinan, dan Economics Analysis for Pratitioners. kemampuan lainnya yang berkaitan dengan New York, Preager.

66 MIMBAR, Vol. XXIV, No. 1 (Januari - Juni 2008): 59-67

Hirchman, A. O., (1970). Stra tegi ward Development Paradigm‘, dalam Pembangunan Ekonomi. Terjemahan. Walter B. Stohr, Development from Paul Sihotang. PT. Dian Rakyat, Jakarta. Above or Below?: The Dialectics of Re- Stohr, W. B, (1981). Development from Be- gional Planning in Developing Countries, low: The Bottom-Up and Periphery-In- John Wiley and Sons, USA.

67 ASEP HARIYANTO. dkk. Identifikasi Sektor Potensial Pengerak Kegiatan Ekonomi ...

68