BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perilaku Konsumen
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Kotler dan Keller, 2008:166). Definisi perilaku konsumen (Customer Behavior) adalah sebagai dinamika interaksi antara pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek-aspek kehidupan (J.Paul Peter Jerry C Olson, 2013:06). Menurut Engel et al dalam Sopiah dan Sangadji (2013:7), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam pemerolehan, pengonsumsian, dan penghabisan produk atau jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut. Menurut Griffin dalam Sopiah dan Sangadji (2013:8), perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologi yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau kegiatan mengevaluasi. 8 Berdasarkan beberapa pengertian diatas mengenai perilaku konsumen maka dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan kegiatan dinamika interaksi antara pengaruh dan kesadaran perilaku serta proses psikologi yang mendorong pada tindakan penghabisan produk atau jasa tertentu untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka termasuk proses yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut. 2. Konsumen Dalam Pasal 1 angka 2 UUPK pengertian konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Perancis berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang berkembang mengartikan konsumen sebagai ”the person who obtains goods or services for personal or family purposes”. Dari definisi diatas terkandung dua unsur, yaitu (1) konsumen hanya orang dan (2) barang atau jasa yang digunakan untuk keperluan pribadi atau keluarganya (Sidharta, 2006:3). Menurut Sri Handayani (2012: 2) konsumen (sebagai alih bahasa dari consumen), secara harfiah berarti" seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa''; atau ''seseorang atau sesuatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu'' juga ''sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediakan atau sejumlah barang", ada pula yang 9 memberikan arti lain yaitu konsumen adalah ''setiap orang yang menggunakan barang atau jasa dalam berbagai perundang-undangan negara”. Sejalan dengan Sri Handayani, Az. Nasution (dalam Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2009: 25) juga menjelaskan beberapa batasan tentang konsumen, yakni: a. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu; b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial); c. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapat dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial). Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maupun untuk berbagai kepentingan. 3. Perilaku Konsumsi Saat Ramadhan Konsumsi bisa terjadi di mana saja, tidak memandang area perkotaan ataupun pedesaan. Letak perbedaannya lebih pada perputaran dan pola pikir manusia untuk mengonsumsi dalam bentuk simbol sesuai dengan sistem pengetahuannya masing-masing. Kondisi ini terkait dengan prinsip hidup dari 10 masing-masing orang memandang kepentingan melalui status sosial ekonomi yang berujung pada pancapaian identitas. Kondisi ini dibentuk dalam sistem yang kadang tidak disadari oleh masyrakat karena pengaruh promosi, citra, dan imajinasi melalui gambar, tanda, maupun simulasi (Arif Hidayat:2016). Pada saat puasa, makan dan minum hanya dilakukan pada malam hari dengan kegiatan fisik yang tetap rutin dilakukan di siang hari. Selama puasa terjadi perubahan frekuensi makan, asupan zat gizi, serta perubahan metabolik dan fisiologik, seperti yang telah dilaporkan oleh beberapa peneliti di berbagai negara (Soetrisno et al 2000). Dalam tulisan yang ditulis oleh Indrianty Sudirman dalam Koran Bisnis Sulawesi (2012) Ia menyatakan bahwa walaupun konsumsi untuk makan disiang hari terkurangi, namun terkompensasi pada hidangan berbuka puasa yang istimewa yang jauh melebihi hari lainya. Berbagai penelitian menunjukan bahwa penjualan makanan terbesar dalam satu tahun justru saat Ramadhan. Masyarakat modern—dengan keberlimpahruahan—menyambut waktu makan setelah terbenam matahari dengan makan besar. Hal ini dapat dilihat di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, juga Purwokerto yang sore hari di bulan puasa akan banyak ditemukan aneka makanan dan minuman yang tidak bisa ditemukan di hari-hari biasa. Budaya konsumsi di bulan Ramadan terbentuk oleh seperangkat mitos dan ketakutan mengenai kesehatan karena harus menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenam matahari (Arif Hidayat:2012) 11 4. Preferensi Konsumen Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Preferensi adalah hak untuk didahulukan dan diutamakan dari pada yang lain, pilihan yang lebih diprioritas, kecenderungan dan kesukaan dalam memilih sesuatu. Preferensi konsumen dapat didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk barang atau jasa yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai produk yang ada (Philip Kotler, 2011:86). Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk atau jasa. Dapat disimpulkan bahwa preferensi adalah kecenderungan seseorang dalam memilih suatu produk yang didasarkan atas keinginan, kepentingan, dan seleranya. Seorang konsumen diharapkan mampu membedakan setiap produk yang akan dihadapinya, serta membuat daftar preferensinya atas seluruh produk tersebut. Preferensi konsumen bersifat subyektif, dimana preferensi antara konsumen satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Ketidaksamaan ini disebabkan oleh perbedaan kepentingan dikarenakan banyak faktor. Philip Kotler (2009: 229) juga memaparkan dalam bukunya mengenai tahapan-tahapan dalam preferensi konsumen sebagai berikut: a. Kesadaran (Awareness) Tahap ini adalah tahap dimana konsumen menyadari adanya suatu produk baik itu berupa barang atau jasa. 12 b. Pengetahuan (Knowledge) Di dalam tahap ini konsumen sudah mengenal produk dan mengerti tentang produk yang berupa barang atau jasa tersebut. c. Menyukai (Liking) Tahap ini adalah tahap dimana konsumen mulai lebih memilih produk tersebut yang berupa barang atau jasa yang ditawarkan. d. Memilih (Preference) Tahap ini adalah tahap dimana konsumen mulai lebih memilih produk tersebut dibandingkan produk-produk lainnya. e. Keinginan untuk Membeli (Conviction or Intention to Buy) Tahap ini konsumen mempunyai keinginan dan memutuskan untuk membeli produk. f. Membeli (Purchase) Pada tahap ini adalah tahap dimana konsumen dapat dikatakan sebagai konsumen yang loyal terhadap sebuah produk, sehingga konsumen tersebut tidak ragu lagi untuk membeli produk tersebut tanda adanya pertimbangan yang banyak. Menurut Nicholson (2009: 60), hubungan preferensi diasumsikan memiliki tiga sifat dasar, tiga sifat dasar tersebut adalah: a. Kelengkapan (completeness) Kelengkapan (completeness) mengandung pengertian jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi 13 b. Transivitas (transivity) Transitivitas (transitivity) yaitu jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, dan lebih menyukai B daripada C, maka orang tersebut harus lebih menyukai A daripada C. Dengan demikian, seseorang tidak bisa mengartikulasikan preferensi yang saling bertentangan. c. Kontinuitas (continuity) Kontinuitas (continuity) yaitu, jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B ini berarti segala kondisi dibawah pilihan A tersebut disukai daripada kondisi dibawah pilihan B. Preferensi konsumen adalah suatu cara praktis untuk menggambarkan bagaimana orang lebih suka terhadap barang lebih dari yang lain (Pindyc dan Rubenfield, 2003:64). Menurut Bilson Simamora (2004:87) preferensi ini dapat terbentuk melalui pola pikir konsumen yang didasarkan oleh beberpa alasan, antara lain: a. Pengalaman yang diperoleh sebelumnya, maksudnya konsumen merasakan kepuasan dalam membeli produk itu dan merasakan kococokan dalam mengkonsumsi produk yang dibelinya maka konsumen akan terus menerus memakai atau menggunakan produk merek itu, sehingga konsumen mengambil kepustusan membeli. b. Kepercayaan turun temurun yang terjadi oleh karena kebiasaan keluarga menggunakan suatu produk sejak lama. Maksudnya konsumen tersebut setia terhadap produk yang selalu dipakainya karena merasakan manfaat dalam 14 pemakaian barang tersebut sehingga konsumen mendapat kepuasan dan pemanfaatan akan produk yang dibeli, dari alasan itulah terbentuk preferensi konsumen dalam membeli suatu produk. Menurut Danang Sunyoto (2003:87), ada beberapa langkah yang harus dilalui sampai konsumen membentuk preferensi, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pertama, diasumsikan bahwa konsumen melihat produk sebagai sekumpulan atribut. Konsumen yang berbeda memiliki persepsi yang berbeda tentang atribut apa yang relevan. b. Kedua, tingkat kepentingan atribut berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan