The View of Hasyim Asy'ari Descent to Nahdlatul
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
THE VIEW OF HASYIM ASY’ARI DESCENT TO NAHDLATUL ULAMA’S ROLE DYNAMICS IN INDONESIAN'S SOCIAL AND POLITICAL DOMAIN Muhammad Shidqi/070810086 Program Studi S1 Ilmu Politik, Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga ABSTRACT The study is entitled "The View of Hasyim Asy’ari descent to NU’s Role Dynamics in Indonesian's Social and Political Domain". The background of this study is Nahdlatul Ulama as the biggest Islamic organization has role paradigm shift in development of Indonesian politics. The different views from each descendants of Hasyim has influence the dynamics the development of Nahdlatul Ulama. This study has the following objectives. First, to know the Bani Hasyim's descendants view of the Nahdlatul Ulama in the past. Second, to know Bani Hasyim's view about Nahdlatul Ulama after the reform. The method used in this thesis is a qualitative research method and the method of discourse is collecting data made through interviews with descendants of Bani Hasyim. Through the Habermas's critical theory as the main theory with the two theories supporting that is the Sunni political theory and the theory of the relation between Islam and the state, can be known the Bani Hasyim’s wiew about the dynamics of role in NU at the past and after the reform. The conclusion of this study as follows. First, in view of Hasyim’s descent, NU is the right organization at the past and should be maintained. Second, when entering an era of reform Hasyim descendants have a different view when NU entered the domain of politics. There are three different views: first, the view that political figures should break away from the NU when he joined politics. Second, NU's political must go through a certain party, in this case the PKB. And third, the political figures allowed involved in politics at any political partai to did not have to release the NU's "clothes", but did not use the name of organization but rather on behalf personally. Keyword : Nahdlatul Ulama, Role, Bani Hasyim, Indonesian Politics PANDANGAN KETURUNAN HASYIM ASY’ARI TERHADAP DINAMIKA PERAN NU DALAM RANAH SOSIAL POLITIK INDONESIA Muhammad Shidqi/070810086 Program Studi S1 Ilmu Politik, Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Pandangan Keturunan Hasyim Asy’ari terhadap Dinamika Peran Nahdlatul Ulama di Ranah Sosial dan Politik Indonesia”. Latar belakang penelitian ini adalah Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam terbesar dalam perkembanganya mengalami pergeseran paradigma peran di kancah politik Indonesia. Adanya perbedaan pandangan dari masing-masing keturunan Hasyim Asy’ari mempengaruhi dinamika perkembangan Nahdlatul Ulama. Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. Pertama, mengetahui pandangan keturunan Bani Hasyim terhadap Nahdlatul Ulama di masa lalu. Kedua, mengetahui pandangan Bani Hasyim terhadap Nahdlatul Ulama setelah orde reformasi. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode penelitian kualitatif dan metode diskursus yaitu pencarian data dilakukan melalui wawancara terhadap keturunan Bani Hasyim. Melalui teori kritis Habermas sebagai teori utama dengan dua teori pendukung yaitu teori politik Sunni dan teori relasi antara Islam dan Negara, dapat diketahui pandangan Bani Hasyim terhadap dinamika peran Nahdlatul Ulama di masa lalu dan setelah orde reformasi. Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut. Pertama, NU masa lalu dalam pandangan keturunan Hasyim Asy’ari merupakan organisasi yang tepat dan harus dipertahankan. Kedua, ketika memasuki era reformasi keturunan Hasyim Asy’ari mempunyai pandangan yang berbeda ketika NU memasuki ranah politik. Terdapat tiga pandangan yang berbeda yaitu pertama, pandangan bahwa tokoh politik NU harus melepaskan diri dari NU ketika dia ikut politik. Kedua, politik NU harus melalui partai tertentu, dalam hal ini PKB. Dan ketiga, tokoh politik NU boleh berpolitik di partai politik manapun dengan tidak harus melepaskan “baju” NU, namun tidak memakai nama organisasi melainkan atas nama pribadi. Keyword : Nahdlatul Ulama, Peran, Bani Hasyim, Politik Indonesia PROLOG Pergeseran paradigma beberapa organisasi politik Islam juga mempengaruhi dimensi politik Indonesia sebagai negara dengan penganut Muslim terbesar di Indonesia. Salah satu organisasi Islam di Indonesia adalah Nadhatul Ulama yang merupakan organisasi Islam penganut paham Ahlussunah wal Jama'ah. Ahlussunah wal Jama'ah adalah sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis). Nahdlatul Ulama berdiri diawali adanya sikap keprihatinan elit Islam di Jawa Timur terhadap keterbelakangan yang dialami bangsa Indonesia baik secara mental maupun akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi. Di bidang politik NU memunculkan tokoh- tokoh muda yang berpikiran modern. Kyai Wahid Hasyim yang menjadi tokoh elit Nahdlatul Ulama pertama yang menjadi bagian dari pemerintah Indonesia. Beberapa tokoh yang mengikuti jejak Hasyim Asy’ari seperti Kyai Wahid Hasyim, Kyai Masykur, Zainul Arifin, Idham Chalid dan Saifuddin Zuhri. Pada masa pasca proklamasi andil Kyai Wahab sangat menonjol. Pada awal kemerdekaan Kyai Wahab bersama kaum pergerakan lainnya seperti Ki Hajar Dewantoro, Dr. Douwes Dekker dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat duduk dalam Dewam Pertimbangan Agung. Nahdlatul Ulama sebagai sebuah organisasi massa Islam terbesar di Indonesia memiliki bobot politik yang tinggi dan sangat diperhitungkan. Apabila tiba musim Pemilu, juga Pilkada, organisasi yang didirikan pada 31 Januari 1926 ini selalu digadang-gadang sebagai kendaraan kampanye atau ditempatkan sebagai sarana pemenangan politik pragmatis. Bahkan tidak jarang kader-kader NU ikut terjun langsung bersaing di pentas politik. Peranan Gus Dur juga sangat besar dan tidak perlu di pertanyakan lagi. Selain itu, masih ada beberapa keturunan Bani Hasyim yang mempengaruhi perkembangan dinamika peran Nahdlatul Ulama sendiri dalam ranah sosial dan politik. Politik praktis telah membuat Nahdlatul Ulama jatuh bangun sedemikian rupa, meski begitu Nahdlatul Ulama menegaskan adalah Nahdlatul Ulama tetap steril dari kepentingan politik di dalam tubuhnya. Namun jika ada elit yang mengikuti politik praktis, maka itu adalah hak pribadi mereka. Dalam perkembanganya, Nahdlatul Ulama juga tak pernah lepas dari tangan peranan Kyai Hasyim Asy’ari dan keturunannya. Keturunan Kyai Hasyim Asy’ari memegang kunci jatuh bangunnya Nahdlatul Ulama pada masanya. Studi respon pemikiran generasi NU terhadap dinamika pergeseran paradigma Nahdlatul Ulama sendiri menjadi fokus pendekatan utama penelitian ini karena menjadi salah satu permasalahan yang dapat dilihat dari pemikiran politik Islam modern. Selain itu dinamika peran Nahdlatul Ulama dalam sejarah politik Indonesia memunculkan sisi menarik karena dipengaruhi oleh keterlibatan Bani Hasyim Asyari sebagai pendiri Nahdlatul Ulama. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan metode diskursus yaitu pencarian data dilakukan melalui wawancara terhadap keturunan Bani Hasyim. Melalui teori kritis Habermas, teori politik Sunni dan teori relasi antara Islam dan negara dapat diketahui pandangan Bani Hasyim terhadap dinamika peran Nahdlatul Ulama di msa lalu dan setelah orde reformasi. PEMBAHASAN Pandangan Bani Hasyim Terhadap Perkembangan Nahdlatul Ulama di Masa Lalu Perkembangan Nahdlatul Ulama sejak berdirinya sebagai organisasi kemasyarakatan dan keagamaan pada awalnya berubah menjadi organisasi politik yang menjadi bagian dari pemerintah Indonesia dengan beberapa tokohnya masuk dalam struktur di pemerintah dan pemerintahan. Nahdlatul Ulama menganggap bahwa dengan masuknya tokoh Nahdlatul Ulama dalam tubuh pemerintah, maka ideologi Islam dengan paham Ahlussunnah wal Jamaah khususnya, dapat berkembang di negara ini. Keterlibatan dan peran keturunan Bani Hasyim dalam sejarah perkembangan Nahdlatul Ulama di dunia sosial dan politik Indonesia membuat penulis menjadikan pandangan Bani Hasyim sebagai tolak ukur pergeseran dan perkembangan peran Nahdlatul Ulama yang dimulai dari awal berdirinya Nahdlatul Ulama. Beberapa keturunan Bani Hasyim yang saat ini terlibat dalam dunia sosial dan politik antara lain KH Solahudin Wahid yang merupakan mantan calon wakil presiden dari Partai Kebangkitan Bangsa. Solahudin Wahid merupakan adik dari KH Abdurahman Wahid dan keturunan generasi ketiga dari KH Hasyim Asyari. Keturunan Bani Hasyim yang terlibat dalam politik aktif yang kedua yakni Yenny Wahid yang merupakan generasi keempat KH Hasyim Asyari dan merupakan putri kedua dari mantan presiden KH Abdurahman Wahid. Yenny Wahid saat ini menjabat sebagai ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa Indonesia Baru. Selain Yenny Wahid, keturunan Bani Hasyim Asyari yang terlibat dalam dunia sosial dan politik adalah Muhaimin Iskandar. Muhaimin Iskandar merupakan keponakan dari KH Abdurahman Wahid sebagai generasi ketiga dari KH Hasyim Asyari. Menurut Informan yang bernama Muhaimin Iskandar, Nahdlatul Ulama sebagai organisasi Islam pada awal berdirinya adalah benteng kaum Sunni di Indonesia. Tujuan dibentuknya Nahdlatul Ulama di Indonesia saat itu merupakan strategi kaum Sunni di Indonesia untuk menghalau paham Wahabi yang sedang berkembang di Arab Saudi dan mengancam eksistensi Sunni di dunia. Muhaimin juga menjelaskan bahwa Wahabi akan mengancam untuk memberangus tradisi tadisi lokal yang dianggap bid’ah. Menurut Muhaimin, momen didirikannya Nahdlatul Ulama di Indonesia merupakan tempat yang tepat dan waktu yang