Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2017

https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia

PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KH. DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Moch. Tohet  Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nurul Jadid, Indonesia

Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Diterima Juni 2017 Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan Disetujui Juli 2017 martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan Dipublikasikan Oktober selalu berkembang dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. 2017 Untuk itu, mau tak mau pendidikan harus didesain mengikuti irama perubahan tersebut. Apabila pendidikan tidak didesain mengikuti irama perubahan, maka pendidikan akan ketinggalan laju Keywords: perkembangan zaman itu sendiri. Pendidikan Islam dalam pandangan KH. Abdurrahman Wahid haruslah menjadi pangkalan untuk merebut Abdurrahman Wahid; kembali wilayah-wilayah yang kini sudah mulai lepas. Ia menjadi Pendidikan Islam;Keislaman tumpuan langkah strategis untuk membalik arus yang menggedor pintu

pertahanan umat Islam. Sesuatu yang cukup vital adalah membuat

sebuah kerangka pemahaman, khususnya dalam pendidikan Islam sehingga mampu menjadi inspirasi dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sifatnya universal. Pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran Islam pun menjadi pemahaman yang utuh dan komprehensif

© 2017 Fakultas Tarbiyah IAI Nurul Jadid  Alamat Korespondensi: ISSN 2549-4821 Gedung E Lantai 1 Fakultas Agama Islam E-ISSN 2579-5694 PO. Box 1 Paiton Probolinggo, 67291 E-mail: [email protected]

175

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

PENDAHULUAN tumbuh dan berkembang bersama alam lingkungannya. Tetapi sebagai khalifah Allah, Seiring dengan zaman yang sudah maka manusia mempunyai tugas untuk modern ini, pendidikan masih dianggap memadukan pertumbuhan dan sebagai kunci pembuka dalam komunitas perkembangannya bersama dengan alam. sosial untuk mengimbangi laju Sebagai khalifah Allah, maka manusia bertugas berkembangnya ilmu dan teknologi. dan diberi kuasa oleh Allah untuk Persepsi masyarakat ini kiranya telah mengembangkan diri dalam dan bersama mampu memobilisasi kaum cerdik lingkungannya, memelihara dan mengarahkan cendikia untuk selalu merespon secara pada kehidupannya yang Islami.4 stimulan terhadap perkembangan dan sistem pendidikan berikut unsur-unsur Untuk mendesain pendidikan Islam yang ideal terkait yang berpotensi positif bagi tentunya diperlukan kajian-kajian yang intensif keberhasilan pendidikan.1 Hal ini dan mendalam baik melalui studi historis disadari karena, pendidikan merupakan maupun penelitian-penelitian. Dari kajian perkara penting dalam membangun historis kita akan mendapatkan banyak percikan sebuah negeri. Sebagaimana yang pemikiran-pemikiran tokoh, baik mereka yang diungkapkan oleh Sayyid Ahmad Khan, mengatasnamakan diri sebagai praktisi bahwa kemajuan suatu bangsa tergantung pendidikan, ataupun secara implisit mereka pada pendidikannya.2 memiliki kapasitas yang tidak kalah mumpuni dengan para tokoh pendidikan tersebut. Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat KH. Abdurrahaman Wahid atau lebih akrab manusia yang berlangsung sepanjang dikenal dengan sebutan Gus Dur, adalah salah hayat. Pendidikan selalu berkembang dan satu tokoh nasional yang mempunyai selalu dihadapkan pada perubahan konstribusi yang sangat besar untuk zaman. Untuk itu, mau tak mau meningkatkan harkat manusia, khususnya bagi pendidikan harus didesain mengikuti bangsa Indonesia melalui perjuangan irama perubahan tersebut. Apabila demokrasi, partisipasi politik maupun dalam pendidikan tidak didesain mengikuti bidang pendidikan, secara khusus pendidikan irama perubahan, maka pendidikan akan Islam. ketinggalan laju perkembangan zaman itu Yang menarik dari KH. Abdurrahman Wahid sendiri. sehingga diangkat dalam sebuah penelitian Dalam pandangan filsafat Islam, setingkat tesis ini adalah, karena pada diri KH. sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an, Abdurrahman Wahid melekat berbagai predikat, bahwa pada hakikatnya manusia adalah yakni kiai, politisi, intlektual, pendidik, khalifah Allah di alam semesta ini.3 budayawan, mantan pimpinan organisiasi massa Dalam statusnya sebagai khalifah ini, terbesar di Indonesia, mantan tokoh pergerakan, berarti manusia hidup di alam mendapat dan mantan presiden RI. Ini tentu cukup kuasa dari Allah untuk mewakili dan menyulitkan bagi mereka yang ingin mendalami sekaligus sebagai pelaksana dari peran pemikiran dan gagasannya. dan fungsi Allah di alam. Di antara peran Kesulitan untuk menempatkan KH. dan fungsi utamanya adalah sebagai Abdurrahman Wahid sebagai tokoh modernis “rabb al-alam”, yaitu mendidik dalam arti Islam, karena terkadang ia banyak melakukan mengarahkan pertumbuhan dan hal-hal yang berada di luar koridor logika yang perkembangan alam (termasuk manusia rasional. Sebagai seorang ilmuwan yang banyak sebagai bagian dari alam). Ini adalah memahami pemikiran modern dari Barat yang salah satu tugas manusia sebagai khalifah, sekuler dan liberal, ternyata ia juga begitu taat yang harus diemban dengan penuh kepada pendapat dan nasihat para kiai senior ketaatan dan penuh tanggung jawab. atau kiai sepuh, menziarahi tempat-tempat dan Dengan demikian, manusia sebagai orang-orang yang dianggapnya dapat bagian dari alam, memiliki potensi untuk memberikan dukungan spiritual dan lain sebagainya. Namun demikian, dalam waktu 1 A. Malik Fadjar, Holistika yang bersamaan ia juga tidak dapat dikatakan Pemikiran Pendidikan, (: RajaGrafindo tradisionalis konservatif, karena terkadang ia Persada, 2005), v. melontarkan gagasan dan pemikiran yang 2 Hanun Asrohah, Sejarah selamanya tidak selalu sejalan dengan pendapat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 136. 3 Lihat surat Al-Baqarah (2): 30 4 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, dan Al-An’am (6): 165 (Jakarta: Bumi Aksara, cet. IV, 2008), 121-122

177

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017 kebanyakan dari kalangan ulama membuka kran kesederajatan warga secara tradisionalis yang berpegang teguh manusiawi, dengan menempatkan sosok kepada kitab-kitab rujukan dari imam manusia dalam hal ini adalah warga negara mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, Indonesia sejajar di hadapan hukum dan negara. Syafi’i, dan Hambali). Barangkali Eksesnya adalah masuknya nilai-nilai tepatnya ia dikatakan sebagai tokoh Islam pendidikan Islam secara deras dalam konstitusi yang modernis dan liberalis yang unik. negara. Indikasinya adalah, lahirnya Undang- Keunikannya itu terletak pada sikapnya undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem yang terkadang begitu kuat berpegang Pendidikan Nasional, melalui proses pada fatwa ulama sepuh dan hal-hal lain penyadaran secara struktural pada saat Gus Dur yang berada di luar koridor dan menjabat sebagai presiden, dan baru paradigma sikap-sikap sebagai seorang diundangkan pada tahun 2003, pada saat yang modern. Lebih tepatnya lagi, ia Megawati Soekarno Putri menjabat sebagai pantas dikatakan sebagai tokoh Islam presiden. Di dalamnya, mulai disebutkan yang unik dan kontroversial.5 dengan tegas urgensitas pendidikan agama, dengan menampilkan sosok idealitas dalam Kesulitan untuk memahami KH. sebuah pola pembentukan kepribadian dalam Abdurrahman Wahid secara utuh juga proses pendidikan, yaitu pasal 3 UU Republik diakui oleh Greg Barton.6 Kesulitan atau Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem lebih tepatnya kebingungan itu berasal Pendidikan Nasional.8 dari fakta bahwa pada satu sisi KH. Abdurrahman Wahid dipandang dan dikenal banyak orang sebagai figur BIOGRAFI KH. ABDURRAHMAN WAHID religius, dan pada sisi yang lain ditafsirkan oleh banyak orang, khususnya Riwayat Hidup di pusat-pusat metropolitan dan antara Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil kelas menengah terdidik Indonesia Gus9 Dur, dengan nama lengkap Abdurrahman sebagai politisi yang sekuler atau sebagai al-Dakhil,10 lahir pada tanggal 4 Agustus 1940, intelektual yang liberal. Dengan alasan di Denanyar, Jombang, Jawa Timur, di rumah kedua ini, kesalahpahaman tentang KH. pesantren milik kakek dari pihak ibunya, Kiai Abdurrahman Wahid berjalan seiring dengan kesalahpahaman tentang Barat pada umumnya, yaitu bagaimana seseorang yang merupakan intelektual liberal juga dapat dianggap sebagai figur religius dan bahkan pemimpin karismatik 8 Lihat UU RI nomor 20 tahun 2003 setingkat wali.7 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Di antara implikasi pemikirannya adalah Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan perjuangannya yang tiada henti terhadap Islam Departemen Agama RI, 2007), 8. pendidikan Islam, melalui upaya 9 Gus adalah kependekan dari Bagus, sebuah sebutan yang biasa digunakan untuk anak 5 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh seorang kiai di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Nama Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, tersebut mengandung harapan agar anaknya menjadi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), 344- orang yang baik. Panggilan ini biasanya digunakan 345. untuk anak sebelum kelak dewasa menjadi seorang 6 Greg Barton adalah pengajar kiai. mata kuliah Religious and Asian Studies di 10 Abdurrahman al-Dakhil dalam bahasa Deakin University. Disertasinya diraih pada Indonesia berarti “hamba Allah (Penyayang), Sang tahun 1995 mengenai pemikiran neo- Penakluk.” Penamaan Abdurrahman al-Dakhil modernisme empat cendikiawan muslim dinisbahkan kepada seseorang yang pernah Indonesia, yaitu Djohan Efendi, Ahmad memegang kekuasaan selama 32 tahun, dari tahun Wahib, Nurcholish Madjid dan Abdurrahman 756-788 H. di Spanyol. Abdurrahman al-Dakhil Wahid. Bersama Greg Fealy ia menyunting dalam sejarah Spanyol adalah seorang pelarian yang buku Tradisionalisme Radikal: Persinggungan menyeberangi dataran tandus dan bukit batu Nahdatul Ulama-Negara (edisi Indonesia), yang memasuki negeri sebagai orang asing yang tersisih. diterbitkan oleh LKiS, Yogyakarta, 1997, yang Namun, ia kemudian berhasil membangun berisi tulisan tujuh pengamat asing mengenai kekuasaan, kemakmuran negeri, menyusun tentara NU dan pesantren. dan mengatur pemerintahan.. Lihat Tim INCRes, 7 Pengantar Greg Barton dalam Beyond the Symbol: Jejak Antropologis Pemikiran dan KH. Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gerakan Gus Dur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2010), xxii. 2000), 26

178

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

Bisri Syansuri.11 Ia adalah putra pertama Faktor geneologis ini ternyata sangat dari enam bersaudara. Ayahnya bernama memengaruhi sikap dan karakter Gus Dur. , adalah putra KH. Keberanian dan prinsip dalam memperjuangkan Hasyim Asy’ari, pendiri pondok demokrasi, hak asasi manusia (HAM) dan pesantren Tebuireng dan pendiri pluralisme, ini diakui oleh banyak kalangan. Nahdatul Ulama (NU)12, organisasi Sekalipun banyak kalangan yang berbicara massa terbesar di Indonesia. Ibunya tentang hal yang serupa, tetapi, menurut bernama Hj. Solichah, juga putri tokoh Muslim Abdurrahman Gus Dur lah yang besar Nahdatul Ulama (NU), KH. Bisri menjadi pionirnya.15 Syansuri, pendiri pondok pesantren Gus Dur menikah dengan Nuriyah, putri H. Denanyar Jombang dan Ro’is Am Abdullah Syukur, pedagang terkenal dari Syuriah Pengurus Besar Nahdatul Ulama Jombang, pada tanggal 11 September 1971, dan (PBNU) setelah KH. Abdul Wahab dikaruniai empat orang putri, Allisa Qarunnada Chasbullah.13 Munawwaroh, Zannuba Arifah Chafsoh, Anita Baik dari keturunan ayah maupun Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. ibunya, Abdurrahman Wahid adalah Gus Dur meninggal pada tanggal 30 Desember sosok yang menempati strata sosial 2009, di rumah sakit Cipto Mangunkusumo tertinggi dalam masyarakat Indonesia. Ia (RSCM) Jakarta, dalam usia 69 tahun, dan adalah cucu dari dua ulama terkemuka dimakamkan di komplek pemakaman keluarga Nahdatul Ulama (NU) dan tokoh terbesar pondok pesantren Tebuireng Jombang, Jawa bangsa Indonesia. Kakeknya, KH. Bisri Timur.16 Syansuri dan KH. Hasyim Asy’ari sangat dihormati di kalangan NU, baik karena Pendidikan perannya sebagai pendiri Nahdatul Pendidikan di dalam negeri Ulama (NU), maupun karena kedudukannya sebagai ulama Sekalipun secara geneologis menempati strata kharismatik.14 sosial yang tinggi, tetapi sejarah kehidupan Gus Dur tidak mencerminkan kehidupan yang ningrat. Dia berproses dan hidup sebagaimana 11 Greg Barton, Biografi Gus Dur, layaknya masyarakat kebanyakan di mana dia The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, belajar di pesantren. (Yogyakarta: LKiS, cet IX, 2010), 25-26 12 Organisasi massa Islam terbesar Mula-mula ia belajar mengaji dan membaca al- di Indonesia ini didirikan pada tanggal 31 Qur’an dari kekeknya, KH. Hasyim Asy’ari, di Januari 1926 di Surabaya. Dan sebagai pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Ia inspiratornya adalah KH. Hasyim Asy’ari, mendapat pendidikan sekolah dari ayahnya, yang kemudian menjadi ro’is akbar, yang tetapi sebagaimana pelajar madrasah lainnya, ia artinya pemimpin agung. Beliau juga bergelar pertama-tama belajar membaca dan menulis hadratus syeikh, yang artinya guru agung, dalam tulisan Arab. KH. Wahid Hasyim lantas sebuah gelar kehormatan yang jarang mengajarinya membaca huruf latin serta bahasa diberikan kepada orang lain. Organisasi ini yang merupakan alat percakapan orang Belanda lahir sebagai reaksi atas berkuasanya dan orang Indonesia, yaitu bahasa Melayu pemimpin Wahabi di Makkah yang dipelopori lokal. oleh Ibnu Sa’ud, yang khawatir kalau-kalau Ibnu Sa’ud yang reformis itu akan membatasi Pendidikan formalnya dimulai dari Sekolah pengamalan keagamaan kaum Islam Dasar KRIS di Jakarta Pusat, tetapi setelah tradisionalis, khususnya di Indonesia, yang memasuki kelas empat, ia pindah sekolah yang mayoritas pemeluknya menganut Islam Ahlus berada di dekat rumah tinggalnya. Kedua Sunnah Wal Jama’ah, penganut mazhab sekolah ini adalah sekolah biasa untuk ukuran Syafi’i, yang antara lain membiarkan terjadinya seorang putera menteri. pencemaran di makam-makam orang suci, yang dianggap sakral oleh orang Islam 15 Irwan Suhanda (editor), Gus Dur Santri penganut mazhad Syafi’i. Lihat Greg Fearly, Par Excellence Teladan Sang Guru Bangsa, (Jakarta: PT Ijtihad Politik Ulama, Sejarah NU 1952-1967, Kompas Media Nusantara, 2010), 22 (Yogyakarta: LKiS, 1998), 32 16 Ia meninggal karena komplikasi 13 Abuddin Nata (editor), Tokoh- berbagai penyakit yang dideritanya, dan bukan karena tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, adanya percobaan pembunuhan, sebagaimana isu (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), 338- yang beredar waktu itu. Hal ini disampaikan oleh juru 339 bicara pihak keluarga, dr. Umar Wahid, yang juga 14 Abuddin Nata (editor), Tokoh- adik kandungnya, yang disiarkan oleh berbagai media tokoh Pembaruan…………, 339 massa sesaat setelah wafatnya.

179

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

Setelah lulus dari sekolah dasar, ia tradisional. Pertunjukan wayang kulit ini sering melanjutkan pendidikannya ke Sekolah diadakan di sekitar Yogyakarta, tetapi jarang Menengah Ekonomi Pertama (SMEP). dipentaskan di ibu kota. Ketika berdiam di Namun karena masih dihinggapi Yogyakarta dan Magelang, ia selalu mencari- perasaan sedih karena ditinggal ayahnya, cari pertunjukan wayang kulit dan umumnya ia dia sempat mengulang pada saat kelas bisa menonton pertunjukan ini setiap dua satu, walaupun sebenarnya ia pandai, minggu atau tiga minggu sekali, walaupun tetapi pada saat yang sama ia cenderung untuk itu ia harus menempuh jarak yang cukup malas. Waktunya dihabiskan untuk jauh. membaca buku dan menonton sepak Sebagaimana juga remaja lainnya, ia juga bola, karena dirasa pelajaran di sekolah menyukai sastra picisan. Baginya bacaan ini kurang menantang. sering mengandung unsur penting dalam Setelah tamat SMEP, pada tahun 1957 hidupnya. Di kota ini juga, dia juga banyak Gus Dur mengikuti pelajaran penuh di menghabiskan waktunya untuk membaca karya pesantren Tegalrejo, Magelang yang sastra, termasuk cerita-cerita silat yang terletak di sebelah utara kota Yogyakarta menceritakan pendekar-pendekar Cina yang yang diasuh oleh kiai Khudori. Pada saat kaya akan falsafah itu. yang bersamaan, ia juga belajar paro Bagian ini penting untuk disampaikan, karena waktu di pesantren Denanyar Jombang kelak turut mewarnai satu dari beberapa bagian yang diasuh oleh kakeknya sendiri, KH. dalam diri Gus Dur, sebagai seorang Bisri Syansuri. Gus Dur hanya butuh budayawan yang kaya akan filosofi hidup dan waktu dua tahun untuk menyelesaikan joke-joke segar, yang diiringi keberanian sikap19 pelajarannya, atau dua tahun lebih cepat untuk mewujudkan filosofi tersebut dalam dari waktu normal, bahkan sebagian besar kehidupan nyata. waktunya dihabiskan di luar kelas untuk membaca buku-buku Barat. Pada tahun 1959, Gus Dur pindah ke Jombang untuk belajar secara penuh di pesantren Tambak Bahkan, sejak duduk di bangku SMEP Beras di bawah asuhan KH. Wahab Chasbullah. inilah minat baca terutama buku-buku Di sana ia belajar sampai tahun 1963. dan majalah-majalah yang seharusnya menjadi konsumsi orang-orang yang Pendidikan di luar negeri usianya beberapa tahun di atasnya telah dibaca.17 Ketika tinggal di Yogyakarta, ia mulai menyukai film secara serius. Hampir 19 Telah dibuktikan melalui perannya sebagian besar waktunya selama tinggal dengan mendirikan LSM yang bergerak dalam bidang di kota ini dihabiskan untuk menonton demokrasi, yaitu FORDEM (Forum Demokrasi) film. Hal ini tentu bukan perilaku yang yang didirikan pada bulam Maret 1991, yang telah diharapkan dari seseorang yang akan banyak membentuk kaum minoritas dan mereka mengikuti jejak sejumlah pemimpin yang termarginalkan. Ini dibuktikan dengan upayanya agama yang paling dihormati di untuk memperjuangkan komunitas Tionghoa, untuk Indonesia. Walaupun kemudian Gus Dur memperoleh haknya, hingga pembelaannya terhadap Inul Daratista yang dianggap mencederai nilai seni mengembangkan apresiasi yang serius yang sesungguhnya, serta Ulil Absar Abdallah yang mengenai film, pada tahap ini ia dituding telah melenceng dan sesat. Dalam karir menonton saja apa yang dapat ditonton di politiknya, keberanian itu ditujukkannya ketika dia Yogyakarta. Meskipun demikian, sebagai menjadi presiden, dengan mengganti Wiranto sebagai seorang remaja yang sangat panglima ABRI, yang mempunyai massa pendukung menggandrungi film, apresiasi Gus Dur di kalangan militer, termasuk waktu itu fraksi terhadap film jauh lebih serius daripada TNI/POLRI yang ada di DPR, yang pada akhirnya yang ditunjukkan oleh kebanyakan menjadi penentu kejatuhannya dari kursi presiden. teman-teman sebayanya.18 Baca Mahfud MD, Setahun Bersama Gus Dur Di Yogyakarta juga Gus Dur pertama- …………,, terutama halaman 94 tentang tama mulai tertarik pada wayang kulit, pemberhentian Wiranto. Di samping itu, prestasi yang merupakan pertunjukan wayang lainnya adalah menerbitkan Keppres no. 6 tahun 2000 tentang pencabutan Instruksi Presiden nomor 14 tahun 1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat 17 Salahuddin Wahid, “Gus Dur istiadat Cina, yang berakibat terhadap pengakuan ………………, 34. Konghuchu sebagai agama yang boleh diajarkan di 18 Greg Barton, Biografi Indonesia, serta pengakuan akan hak dan martabat …………….., 54 kaum etnis Tionghoa.

180

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

Pada tahun yang sama, 1963, ia jiwanya. Di universitas inilah ia mengenal melanjutkan studinya ke Universitas al- karya-karya tokoh terkemuka seperti Emil Azhar Kairo, Mesir, tepatnya di Durkheim. Bahkan selama di perpustakaan Department of Higher Islamic and Arabic Universitas Baghdad inilah, ia menemukan Studies, karena mendapatkan beasiswa informasi sejarah yang lengkap tentang dari Departemen Agama. Namun pada Indonesia. Selain itu, ia juga berkesempatan akhirnya ia tidak tamat.20 Ia kecewa membaca karya-karya sastra dan budaya Arab karena perlakuan kampus yang serta filsafat dan pikiran sosial Eropa.23 memasukannya di kelas pemula, bersama Di Baghdad ini pula, dia mulai rajin kuliah dan para calon mahasiswa yang belum mulai mempelajari pelajaran Arab klasik dengan mempunyai pengetahuan tentang bahasa cara pandang yang lebih sistematis. Ia juga Arab, bahkan ada yang sama sekali tidak melakukan perjalanan spiritual dengan tahu abjad Arab, apalagi menziarahi makam-makam suci. Ia juga menggunakannya dalam percakapan. mendalami ajaran Imam Junaid al-Baghdadi, Karena rasa kecewa atas perlakuan ini, terutama mengenai meditasi sufinya. Di sinilah hampir sepanjang tahun 1964 ia tidak ia menemukan pencerahan dan merasakan masuk kelas, ujung-ujungnya gagal naik berbagai sentuhan mistik yang kuat.24 Bahkan kelas karena waktunya banyak dihabiskan dalam memahami dan menganalisis persoalan untuk nonton bioskop, sepak bola dan dan berbagai tindakan yang dilakukan oleh Gus mengunjungi perpustakaan -terutama Dur, cenderung nyeleneh dan menggemaskan, perpustakaan American University mirip kisah para sufi, yang cenderung saleh dan Library- serta waktunya habis di kedai- lucu.25 Ini membuktikan, betapa kuat pengaruh kedai kopi untuk diskusi. Keberadaannya sifat sufistik dalam dirinya, sebagaimana proses di universitas al-Azhar merupakan suatu pendidikan yang diperoleh dari pesantren kekecewaan baginya, namun sebaliknya Tegalrejo yang diasuh oleh kiai Khudori,26 kota Kairo baginya sangat memesona dan hingga riyadlah-riyadlah27 yang dilakukannya menyenangkan. Kota Kairo banyak sewaktu di Baghdad. memberikan kebebasan berpikir dan dari al-Azharlah Muhammad Abduh, seorang Kebiasaan berziarah dan mengunjungi makam perintis gerakan modernisme Islam yang para kiai besar dan para wali dilanjutkannya progresif berasal.21 ketika pulang ke Indonesia. Seperti ketika terpilih menjadi Presiden Gus Dur langsung Selama di Kairo, karakter berziarah ke makam kiai Mutamakkin di Pati, intelektualitasnya terbangun secara juga ketika hendak pergi ke , dia liberal. Ini disebabkan menu yang berziarah ke makam Sunan Ngundung di menjadi konsumsi bacaannya adalah Trowulan, Mojokerto. Ini dilakukannya dalam buku-buku yang menggemparkan saat itu, upaya untuk menghormati perjuangan mereka. seperti al-Islam wa Ushul al-Hukm Telepas apakah ada isyarat gaib atau tidak, yang karangan Syekh Ali Abdurrazeq, yang jelas ia meyakini akan adanya hal yang gaib.28 dianggap membawa paham sekuler karena membenarkan pemisahan agama dan negara, dan buku Aqidah wa Syari’ah 23 tulisan Dr. Abdul Halim Nggar, serta Abuddin Nata (editor), Tokoh-tokoh Pembaruan……………………., 343 buku Wilayat al-Faqih karangan Imam 24 Khumaini. Sehingga tidak jarang ide- Damien Dematra, Sejuta Hati Untuk Gus Dur Sebuah Novel dan Memorial, (Jakarta: Gramedia idenya muncul secara kontroversial.22 Pustaka Utama, 2010), 217 Dari Kairo, ia pindah ke Baghdad, Irak 25 Mahfud MD, Setahun Bersama Gus Dur pada tahun 1970 dengan mengambil ……………………., 183 jurusan sastra di Universitas Baghdad. 26 Kiai Khudori adalah sosok kiai yang Selama belajar di Baghdad inilah, Gus humanis, saleh dan dicintai. Kiai Khudori inilah yang Dur merasa puas dan telah menemukan memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi, apa yang sesuai dengan panggilan dan menanamkan praktik-praktik ritual mistik. Di bawah bimbingan kiai ini pula, Gus Dur sering mengadakan ziarah ke kuburan-kuburan keramat 20 Irwan Suhanda (editor), Gus Dur para wali di Jawa. Santri Par Excellence………….., xv 27 Ritual-ritual tertentu dengan membaca 21 Greg Barton, Biografi……….…, bacaan-bacaan tertentu, atau dengan cara puasa 84 dengan jumlah hari tertentu, untuk mendekatkan diri 22 Musthafa Abd. Rahman, “Gus kepada Allah, melalui ijazah (wasilah) sang guru Dur Agama dan Negara”, dalam Gus Dur 28 Hal ini diakui oleh Mahfud MD. Santri Par Excellence, ……….., 121-122 Misalnya pasa suatu acara sarapan pagi bersama, Gus

181

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

Dari Baghdad, Gus Dur meneruskan tulisannya, yang murni terkodifikasi dalam pengembaraan akademisnya ke sejumlah bentuk buku hanya beberapa buah saja. Hal ini negara Eropa, dari satu universitas ke terjadi karena minimnya waktu untuk universitas lainnya, di antaranya Jerman konsentrasi menjadikan tulisannya dalam dan Prancis. Dan terakhir ia tinggal di bentuk buku, mengingat mobilitas yang tinggi Belanda selama sekitar enam bulan, dan dalam kegiatannya. sempat mendirikan Perkumpulan Pelajar Hanya saja, karena buku-buku yang diterbitkan Muslim Indonesia dan Malaysia. itu dalam bentuk bunga rampai31, tanpa ada Gus Dur cukup menyadari akan rekonstruksi dari Gus Dur sendiri, maka kesan kekecewaan diri atas kegagalan ketidakutuhan bangunan pemikirannya menjadi memperoleh ijazah, sekaligus ilmu yang tidak bisa dihindari. Tetapi itulah barangkali harus dilalui dengan perjuangan yang luar cerminan dari latar intelektual Gus Dur, yang biasa berat, dengan risiko menerima bukan dari tradisi akademik sekolah modern, di segala profesi, mulai dari tukang gergaji mana setiap tulisan mesti terikat dengan suatu kayu hingga tukang petik anggur. Itu metodologi referensi formal.32 semua dilakukannya demi menuntaskan Berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai belajarnya.29 Tetapi pada akhirnya tetap sumber buku, seperti Jombang Kairo Jombang saja ijazah sebagai tanda bukti telah lulus Chicago Sintesis Pemikiran Gus Dur dan Cak tidak didapatkannya. Sekalipun Nur dalam Pembaruan Islam di Indonesia serta demikian, pengembaraan intelektualnya data lain termasuk penelusuran pada kolektor tidak bisa dikatakan gagal, sebab buku penggemar Gus Dur dan pencarian sekalipun ia lebih banyak belajar di luar memalui media internet, didapatkan di antara bangku kuliah, namun ia pandai buku tulisannya adalah: menyerap apa yang ada di dalam buku yang dibacanya kemudian merangkainya 1. Kontroversi Pemikiran Islam di Indonesia dengan berbagai hal yang didapatkannya 2. Hukum Islam di Indonesia: Pemikiran dan dari luar.30 Praktik Karya Ilmiah 3. Bungan Rampai Pesantren Dari studi biblografis yang dilakukan, 4. Kiai Nyentrik Membela Pemerintah ternyata ditemukan ada 493 buah tulisan Gus Dur sejak awal 1970-an hingga tahun 5. Tabayun Gus Dur, Pribumisasi Islam, Hak 2000-an. Hingga akhir hayatnya tahun Minoritas, Reformasi Kultur 2009, karena produktifitas tulisannya, bisa jadi telah lebih dari 600 tulisan. 6. Agama dan Kekerasan: Dari Anarkisme Karya ilmiah yang telah ditulis selama Politik ke Teologi Kekerasan lebih dari dua dasawarsa itu 7. Gus Dur menjawab Perubahan Zaman diklasifikasikan ke dalam delapan bentuk tulisan, yakni tulisan dalam bentuk buku, 8. Membangun Demokrasi terjemahan, kata pengantar buku, epilog 9. Tuhan Tidak Perlu Dibela buku, analogi buku, artikel, kolom, makalah, dan sebagainya. 10. Prisma Pemikiran Gus Dur Gus Dur telah dikenal ide dan 11. Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren gagasannya, di samping sikap 12. Abdurrahaman Wahid Selama Lengser: nyelenehnya. Tetapi lebih dari itu, Kumpulan Kolom dan Artikel sebenarnya dia adalah seorang penulis yang produktif. Tetapi dari sekian banyak 13. Islamku, Islam Anda, Islam Kita 14. Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat

Dur banyak bercerita tentang masalah- 15. Islam Kosmopolitan: Nilai-nilai Indonesia masalah gaib. Satu diantaranya adalah dan Transformasi Kebudayaan pertemuannya dengan Mbah Hasyim dan Sunan Kalijaga yang katanya telah mengabarkan tentang akan terjadinya 31 Dalam hal ini, ada kesamaan dengan beberapa hal di Indonesia. Lihat Mahfud MD, KH. A. Wahid Hasyim, karena hingga wafatnya, Setahun Bersama Gus Dur ……………….., 185 beliau tidak mempunyai tulisan dalam bentuk buku, 29 Damien Dematra, Sejuta Hati tetapi berupa tulisan yang tersebar dalam berbagai Untuk Gus Dur……………., 218 media. Lihat Abu Bakar, Sejarah Hidup…….. 30 Salahuddin Wahid, “Gus 32 Irwan Suhanda (editor), Gus Dur Dur…………………, 34 Santri……, xv-xvi

182

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

16. Membaca Sejarah Nusantara: 25 11. Doctor Honoris Causa dari Asian Institute Kolom Sejarah Gus Dur of Theology, Tailand, tahun 2000 17. Muslim Di Tengah Pergumulan 12. Ambassador for Peace, salah satu badan PBB, tahun 2001 18. Mengurai Hubungan Agama dan Negara 13. Doctor Honoris Causa dari Universitas Sokka, Jepang, tahun 2002 Sedangkan buku yang isinya menulis tentang Gus Dur, yang ditulis oleh selain 14. Doctor Honoris Causa bidang hukum dari Gus Dur tidak kalah banyak jumlahnya. Konkuk University, Seoul, Korea Selatan, Terlebih setelah dia wafat hampir setiap tahun 2003 bulan terbit buku tentang Gus Dur. Tetapi 15. Medals for Valor, sebuah penghargaan bagi secara umum, buku-buku tersebut dapat personal yang gigih memperjuangkan dikelompokkan ke dalam beberapa pluralisme dan multikulturalisme, diberikan kategori: sosial kemanusiaan, politik, oleh Simon Wieshenthal Center (yayasan hukum, agama, pendidikan dan yang bergerak di bidang penegakan HAM pengajaran, biografi serta humoritasnya. dan toleransi antarumat beragama) Yew Penghargaan dan Karir York, tahun 2009 Berikut adalah penghargaan yang 16. Pengahargaan nama KH. Abdurrahman diperoleh oleh Gus Dur: Wahid sebagai salah satu jurusan studi Agama di Temple University, Philadelphi, 1. Tokoh tahun 1990, majalah Editor, tahun 2009.33 tahun 1990 Sementara, perjalanan karirnya adalah sebagai 2. Ramon Magsaysay Award for berikut: Community Leadhership, Ramon Magsaysay Award Foundation, 1. Guru madrasah Mu’allimat, Jombang Philipina, tahun 1991 (1959-1963) 3. Islamic Missionary Award from the 2. Dosen Universitas Hasyim Asy’ari, Government of Egypt, tahun 1991 Jombang, (1972-1974) 4. Penghargaan Bina Ekatama, tahun 3. Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas 1994 Hasyim Asy’ari, Jobang (1972-1974) 5. Man of The Year 1998, majalah 4. Sekteratis Pesantren Tebuireng, Jombang berita Independent, tahun 1998 (1974-1979) 6. Honorary Degree in Public 5. Pengasuh Pondok Pesantren Ciganjur, Administration and Policy Issues Jakarta (1976-2009) from the University of Twente, tahun 6. Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar 2000 Nadhatul Ulama (1984-1989, 1989-1994, 7. Gelar Doktor Kehormatan dari 1994-1999, dan 2000-2005) Universitas Jawaharlal Nehru, tahun 7. MPR dari utusan golongan (1987-1992, 2000 1999-2004) 8. Doctor Honoris Causa dalam bidang 8. Presiden RI (20 Oktober 1999-23 Juli 2001) Philosophy in Law dari Universitas Thammasat Thaprachan Bangkok, 9. Ketua Umum Dewan Syuro PKB (2000- Tailand 2005) 9. Doctor Honoris Causa dari 10. Ketua Umum Dewan Syuro PKB hasil Universitas Paris I (Pantheon Muktamar II, Semarang (2005-2010) 34 Sorbonne) pada bidang ilmu hukum Corak Pemikiran dan politik, ilmu ekonomi dan manajemen, dan ilmu humaniora, Setelah Gus Dur mempelajari Islam radikal, tahun 2000 kemudian ia merasa tertarik untuk bergabung 10. Penghargaan Kepemimpinan Global (The Global Leadership Award) dari 33 “Biografi Abdurrahman Wahid”, dalam Columbia University, tahun 2000 http://www.andiestuff.com/biografi-abdurrahman- wahid-gusdur/ diakses tanggal 13 Mei 2012 34 Irwan Suhanda (editor), Gus Dur Santri……, xv-xvi

183

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017 bahkan sempat aktif menjadi anggota agama al-kutub al-fikihiyyah kuno, yaitu (1) kelompok Islam garis keras, Ikhwanul jaminan dasar atas keselamatan fisik warga Muslimin. Dengan bergabung ke dalam masyarakat dari tindakan badani di luar kelompok ini, jelas sangat memengaruhi ketentuan hukum (hifdzu an-nafs), keselamatan pola berpikirnya yang cenderung keyakinan agama masing-masing tanpa ada mengarah pada pola berpikir liberal.35 paksaan untuk pindah agama (hifdzu ad-din), Pengaruh-pengaruh liberalismenya yang keselamatan keluarga dan keturunan (hufdzu terbentuk tidaklah sukar untuk an-nasl), keselamatan harta benda dan milik diidentifikasi. Pertama, faktor keluarga. pribadi dari gangguan atau penggusuran di luar Di dalam keluarga dia dididik untuk prosedur hukum (hifdzu al-mal), dan bersikap terbuka dan mempertanyakan keselamatan hak milik dan profesi (hifdzu al- sesuatu secara intelektual. Kedua, ia aql).38 dibesarkan di dunia sufistik Islam Ke semua konsep pendidikan Gus Dur ini, tradisional Indonesia.36 Dan ketiga, ia sebenarnya sangat dipengaruhi oleh keyakinan dipengaruhi oleh orientasi budaya dan paradigmanya, yakni demokrasi, masyarakat Indonesia modern yang inklusifisme agama, dan pembelaannya mengarah pada pluralisme dan terhadap kaum lemah. Keyakinan-keyakinan ini egalitarianisme. Akhirnya, ia sangat terlihat jelas dari belantara pemikirannya yang dipengaruhi oleh apa yang dibaca dan terkodifikasi dalam karya-karyanya, semisal dipelajarinya karena keduanya buku Tuhan Tak Perlu Dibela, Islamku, Islam memberikan kesempatan kepada dirinya Anda, Islam Kita, Islam Kosmopolitan, untuk mencoba menyintesiskan Mengurai Hubungan Agama dan Negara, pemikiran Barat modern dengan Islam.37 Tabayun Gus Dur dan beberapa buku, artikel, Ketika berada di Yogyakarta, ia sangat atau karya-karyanya yang lain. berterima kasih pada guru bahasa Inggrisnya yaitu ibu Rupiah yang melihat potensi membaca Gus Dur yang sangat KONSEP PENDIDIKAN ISLAM KH. tinggi untuk kemudian diberikan bacaan ABDURRAHMAN WAHID yang berhaluan kekiri-kirian, diantaranya Hakikat Pendidikan Islam adalah buku Das Kapital tulisan Karl Max dan beberapa buku penting lainnya. Secara ekspisit tidak pernah ditemukan konsepsi Kekayaan akan wawasan pengetahuan pendidikan Islam dalam satu rumusan istilah. tersebut ternyata membukakan cakrawala Menurut Gus Dur, yang paling penting adalah berpikirnya, yang mendukung sikapnya bagaimana umat itu berlaku dan bersikap secara yang cenderung bersifat liberal. Islami. Tulisan tentang tarbiyah oleh Gus Dur tidak lebih sebagai reaksi dari munculnya Akan tetapi Gus Dur meyakini akan penggunaaan istilah-istilah pada lembaga- kesempurnaan ajaran Islam, yang lembaga pendidikan Islam dan idiom-idiom ditampilkan melalui sebuah ajaran Islami lainnya. universalisme Islam. Yaitu, lima buah jaminan dasar yang diberikan agama Istilah tarbiyah yang berasal dari bahasa Arab samawi terakhir ini kepada warga tersebut menurut Gus Dur banyak digunakan masyarakat, baik sebagai perorangan sebagai istilah pendidikan. Di negara asalnya, maupun sebagai kelompok. Kelima dasar kata tarbiyah mempunyai arti umum. Jika ingin tersebut tersebar dalam literartur hukum menunjuk pada makna pendidikan secara khusus, maka akan ditambahkan kata lain, seperti al-tarbiyah al-siyasiyah, al-tarbiyah al- 35 Sebagai sebuah contoh, misalnya diniyah, dan lain sebagainya. keberadaanya sebagai ketua Dewan Kesenian Namun kata tarbiyah itu di negara Indonesia Jakarta (DKJ), hingga upayanya mengganti mengalami penyempitan makna, sekalipun tetap assalamu’alaikum dengan selamat pagi. bermakna pendidikan, tetapi dikhususkan untuk 36 Berbeda dengan adik-adiknya pendidikan agama Islam. Ini terbukti dari yang lain, kecuali Hasyim Wahid (Gus Iim), pemakaian istilah Fakultas Tarbiyah di Insitut Gus Dur lebih mendalami ajaran sufi, sehingga ketika masih berada di pesantren Tegalrejo Magelang, dia sering mengunjungi makam para wali di waktu tengah malam dan membaca bacaan-bacaan tertentu. 38 Agus Maftuh Abegebreil dan Ahmad 37 Greg Barton, Biografi Gus Dur, Suaedy (ed), Islam Kosmopolitan Nilai-nilai Insonesia & The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, Tranformasi Kebudayaan, (Jakarta: , (Yogyakarta: LKiS, cet IX, 2010), 135. 2007), xxvii

184

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

Agama Islam Negeri (IAIN).39 Bahkan, Jangkauannya pun sudah tidak lagi hanya pada tarbiyah yang sudah menjadi istilah wilayah pemahaman akan Islam, tetapi terapan tersendiri tersebut, mengandung makna akan nilai-nilai Islam itu berdasar pada dan pengertian yang berbeda secara kesadaran yang tulus, tanpa ada keterpaksaan filosofis dengan kata sepadannya, yaitu dan tekanan. ta’dib, ta’lim, dan tadris. Mengingat pendidikan adalah salah satu hak Akan tetapi menurut Gus Dur, kata dasar yang dimiliki oleh setiap warga untuk tarbiyah yang telah dipersempit mengembangkan potensi fitrah kemanusiaannya maknanya itu mencerminkan juga proses yang ada pada dirinya, maka pendidikan wajib kompensatoris tersebut. Umat Islam mendapatkan porsi yang sama untuk merasakan, proses modernisasi dikembangkan, sejajar dengan potensi dan fitrah pendidikan telah membawa ancaman yang lain. bagi mereka, antara lain: revitalisasi nilai, Konsep pendidikan yang ingin dikembangkan memudarnya keyakinan, lunturnya oleh Gus Dur ialah religious multiculturalism keluhuran budi dan susila, dan based education, yaitu konsep pendidikan yang seterusnya. Padahal nilai, keyakinan, didasarkan pada keyakinan keagamaan dan susila, budi pekerti, dan nilai-nilai bertujuan untuk membimbing atau spiritualitas lainnya adalah penopang menghantarkan peserta didik menjadi manusia berlangsungnya ketaatan pada hukum yang utuh, mandiri dan bebas dari belenggu agama, ketundukan pada kebenaran penindasan. Dalam konsep ini, dia tampaknya akidah dan kesediaan memelihara akhlak tidak menolak akan potensi keberbedaan untuk mulia.40 selanjutnya ditindaklanjuti dalam sebuah konsep Simbolisasi kata pendidikan agama yang jelas dengan meletakkan heterogenitas dengan istilah tarbiyah adalah merupakan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan bagian dari langkah strategis yang diambil dalam pendidikan itu sendiri. untuk menentukan strategi konsentrasi Dari konsep tersebut, tersirat dengan jelas daya dan kemampuan untuk membenahi bahwa dia sebenarnya adalah peletak dasar wilayah yang cakupannya begitu luas konsep pendidikan multikultural.41 Pendidikan medannya. multikultural tersebut telah menjadi kebutuhan Agama menurut Gus Dur adalah sistem yang mendesak tidak saja bagi bangsa Indonesia keyakinan yang menyediakan konsep yang memiliki khazanah pluralitas yang tinggi, tentang hakikat dan makna hidup, tetapi tetapi juga masyarakat dunia yang mempunyai hal itu tidak terdapat pada segi-segi potensi dan karakter keberbedaan yang besar.42 formalitas atau bentuk lahiriyah Di Indonesia misalnya, kesenjangan ekonomi, keagamaan. Ia berada di baliknya. Oleh pemanfaatan sumber daya negeri yang tidak karena itu, formalitas atau bentuk merata, tingkat pengangguran yang tinggi, lahiriyah harus ditembus dan diseberangi. Kemampuan melampaui segi-segi itu 41 niscaya akan berdampak pada Multikulturalisme secara etimologis tumbuhnya sikap-sikap religius individu marak digunakan pada tahun 1950-an di Kanada. atau pun masyarakat. Sehingga, Menurut Longer Oxford Dictionary istilah “multiculturalism” merupakan deviasi dari kata pendidikan Islam sebagai perangkat luar “multicultural”. Kamus ini menyitir kalimat dari surat harus mampu menyediakan perangkat kabar Kanada, Montreal Times yang menggambarkan berikut kerangkanya untuk membidani masyarakat Montreal sebagai masyarakat lahir dan tumbuhnya sikap-sikap religius “multicultural dan multi-lingual”. Lihat Choirul Mahfud, tersebut. Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Untuk melengkapi dirinya, pendidikan cet. I, 2006), 75. Multikulturalisme adalah sebuah Islam membutuhkan alat bantu ilmu-ilmu filosofi-terkadang ditafsirkan sebagai ideologi yang lain, sesuai dengan perkembangan jenis menghendaki adanya persatuan dari berbagai keilmuan yang lahir sebagai buah dari kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial perkembangan filsafat ilmu. Sehingga politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah pendidikan Islam terintegrasi dalam multicultural juga sering digunakan untuk aneka macam keilmuan secara holistik. menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam suatu negara. Lihat Babun Suharto, Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan 39 Abdurrahman Wahid, Tuhan Islam Integrasi Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan, Tidak Perlu Dibela, (Yogyakarta, LKiS, cet. V, (Yogyakarta: Absolute Media, cet. I, 2010), 15 2010), 61 42 Abdurrahman Wahid, Tuhan 40 Ibid, 62 ………………., 63

185

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017 konflik antar etnis, tawuran antar pelajar, Tujuan Pendidikan Islam pertikaian antar pendukung dalam Sementara, tujuan pendidikan Islam menurut pemilu, baik daerah maupun pusat, Gus Dur, diantaranya dapat dipotret dari penistaan dan penodaan simbol-simbol didirikannya The Wahid Institute, yaitu agama dan kepercayaan, hingga membangun pemikiran Islam moderat, yang penentuan awal Ramadhan dan awal mendorong terciptanya demokrasi, pluralisme Syawal, termasuk penentuan arah kiblat, agama-agama, multikulturalisme dan toleransi serta beberapa fatwa Majlis Ulama di kalangan kaum muslim Indonesia. Hal ini Indonesia (MUI) yang seringkali disampaikan oleh Yeny Wahid dalam acara berimplikasi pada masyarakat Indonesia peresmian The Wahid Institute.46 yang plural, semuanya memiliki potensi keberbedaan dan potensi konflik jika Menurut Yenny Wahid, salah satu program The tidak diiringi dengan sebuah pemahaman Wahid Institute adalah mengampanyekan akan keberadaan perbedaan tersebut.43 pemikiran Islam yang menghargai pluralitas dan Sehingga menghadirkan pendidikan yang demokrasi. Tujuan itu diaplikasikan melalui berbasis multikultur adalah sebuah program pendidikan, dengan mendidik kiai-kiai keniscayaan, bahkan sebuah kebutuhan muda yang ada di desa.47 mutlak. Sebagai salah satu bukti adalah sebagaimana Dalam konsepsi Gus Dur, pendidikan, yang diungkapkan oleh Arifin Junaidi,48 sekitar dalam hal ini pendidikan Islam harus awal tahun 1990-an hampir tiap hari Gus Dur berbasis pada penghargaan dan menelpon kiai yang ada di daerah, baik untuk penghormatan terhadap perbedaan hanya sekedar menyapa atau berdiskusi akan masyarakat. Segala bentuk pendidikan suatu masalah.49 Ini menandakan tidak hanya dan kemampuan atas perjuangan upaya kedekatan secara emosional, tetapi lebih masyarakat harus dihargai bersama, menunjukkan pada perhatian Gus Dur akan bahkan perlu untuk dikembangkan, pentingnya peran kiai yang ada di desa-desa. terlebih di Indonesia yang memiliki Dan untuk memelihara kontinuitas tali estafet tingkat pluralitas tinggi. peranan tokoh dan kiai tersebut, tentu pendidikan adalah sarana yang efektif. Konsepsi Gus Dur tersebut seperti yang diungkapkan oleh Mohammad Bakir, Gus Dur sadar akan nilai pluralitas yang ada di adalah ketika Gus Dur mencoba Indonesia, sehingga potensi tersebut dicoba membuka wacana keberbedaan dalam untuk disinergikan dalam realitas kehidupan pola bermazhab kepada para kiai, yang dengan bersendikan nilai-nilai Islam, melalui semula “Syafi’iyan” murni dan tidak pembentukan dan penciptaan tokoh-tokoh yang boleh tercampur oleh pendapat selain mampu membumikan idealitas tersebut, mazhab Syafi’i, pelan-pelan mulai khususnya para tokoh muda yang ada di desa. bergeser pola pikirnya untuk mengkaji Para tokoh muda yang ada di desa ini adalah kitab di luar mazhab Syafi’i.44 potensi yang juga memiliki kompetensi untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi Selain itu, upaya Gus Dur untuk pembangunan bangsa. mengenalkan masalah aktual dengan cara pandang agama kepada para kiai Di samping itu, para tokoh muda tersebut telah merupakan bentuk riil dari usahanya memiliki bekal yang memadai berupa untuk memadukan religiusitas agamawan pengetahuan agama dan pelatihan pembentukan dengan persoalan kebangsaan.

Diantaranya adalah dinamika 46 Peresmian The Wahid Instutute multikultural pluralitas bangsa Indonesia, diselenggarakan di Ballroom Hotel Four Seasons untuk dicarikan jawabannya melalui Jakarta, pada hari Selasa, 7 September 2004. Lihat pendidikan Islam.45 http://polhukam.kompasiana.com./2009/12/31/bi ografi-gus-dur-dan-keluarga/ diakses tanggal 30 Mei 2012 43 Lebih jelas lihat Malik Fadjar, 47 “Biografi Gus Dur dan Keluarga”, Holistika Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: http:// polhukam.kompasiana.com. PT. Raja Grafindo Persada, 2005) /2009/12/31/biografi-gus-dur-dan-keluarga/ 44 Mohammad Bakir, “Gus Dur diakses tanggal 30 Mei 2012 dan Inklusivisme NU”, dalam Gus Dur Santri 48 Mantan orang dekat Gus Dur yang Par Excellence, Teladan Sang Guru Bangsa, Irwan sempat menjabat sekteraris Dewan Syura Partai Suhanda (ed), (Jakarta: PT. Kompas Media Kebangkitan Bangsa (PKB) Nusantara, 2010), 48 49 Mohammad Bakir, “Gus Dur dan 45 Ibid, 49 Inklusivisme NU”, dalam Gus Dur Santri………, 49

186

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017 akhlak di pesantren. Nilai moral inilah, kemanusiaan, kejujuran, keadilan, merupakan nilai lebih yang penting untuk kesederhanaan serta demokrasi.53 menjadi perhatian. Menurut Gus Dur, pendidikan etika dan moral Ketika ditanya wartawan di Malaysia saat ini seakan diabaikan. Sehingga banyak pada awal Nopember 1999 tentang sarjana dengan berbagai gelar tapi tidak hubungan agama dan negara, Gus Dur memiliki etika dan moral.54 manyatakan bahwa agama adalah sebagai Pentingnya akhlak ini sebenarnya terkait erat “akhlak” atau “etika”, bukan ideologi dengan misi yang diemban oleh nabi yang digunakan untuk mengislamkan Muhammad SAW, yaitu untuk negara. Oleh karena itu, akhlak dan etika menyempurnakan akhlak. menjadi prioritas penting dalam kacamata Gus Dur untuk membentuk masyarakat Gus Dur berpendapat, penyempurnaan itu madani yang tenteram, damai, dalam berjalan karena akhlak mulia yang sudah dirintis sebuah tata nilai yang dihormati bersama. dan dijaga oleh para ulama ini akan mengalami Dan jika ditarik dalam domain proses klasifikasi, bukan dalam bentuk lahirnya, pendidikan, pendidikan Islam dalam hal akan tetapi kualitasnya, karena akhlak itu ini, perspektif Gus Dur tentang etika dan sendiri akan dituntut semakin melebar moral yang menjadi tujuan akhirnya.50 wawasannya, semakin luas jangkauannya.55 Bagi Gus Dur, seperti dikemukakan oleh Ada empat sistem yang bisa menegakkan Ali Masykur Musa,51 sebuah masyarakat Indonesia di masa depan. Keempat sistem Islam tidak perlu ada dalam sebuah tersebut, menurut Gus Dur, pertama, adalah negeri, termasuk Indonesia. Tetapi yang sistem politik, kedua, sistem ekonomi, ketiga, lebih penting adalah bagaimana nilai-nilai sistem pendidikan, dan keempat, adalah sistem keislaman itu dapat diabsordir dalam etika/moral atau akhlak. konteks realitas kehidupan nyata. Tentu Keempat sistem tersebut memiliki peranan dan pendidikan Islam termasuk di cakupan masing-masing. Yang perlu ditegaskan dalamnya.52 adalah bahwa di antara masing-masing sistem Urgensi pendidikan Islam terletak pada tersebut tidak dapat berjalan dengan sendirinya. aplikasinya dalam tatanan kehidupan Sistem politik yang kuat, membutuhkan nyata, sehingga ruh pendidikan itu bangunan yang di atasnya tertata ekonomi yang menjadi lebih penting daripada formalitas kokoh yang ditegakkan atas semangat moral dan fisik yang nampak di luar. Menjadikan etika yang luhur melalui pendidikan.56 agama sebagai sumber inspirasi orang Etika atau akhlak yang kita pahami selama ini beragama dan bernegara adalah lebih harus dikembangkan sayapnya, dari yang hanya penting sifatnya. berbicara muru’ah saja yaitu sebagai tata karma, Hal tersebut senada dengan apa yang sebagai aturan main dan kesopanan, dilebarkan disampaikan oleh Ahmad Fachruddin, sayapnya dalam wajah yang lain, juga dalam isi bahwa pemikiran Gus Dur termasuk yang lain, yakni menyangkut wawasan. pendidikan Islam bertujuan untuk Wawasan akhlakul karimah yang tidak hanya merealisasikan nilai-nilai moral, dipahami telah berbuat sopan apabila telah menjaga kesusilaan, sementara masalah

53 Ahmad Fachruddin, Gus Dur dari Pesantren ke Istana Negara, (Jakarta: Yayasan Gerakan 50 Ayu Sutarto, Indonesia di Mata Amaliah Siswa, 1999), 118 Seorang Kiai NU Kesaksian Politik KH. Abdul 54 Abdurrahman Wahid, “Pendidikan Muchit Muzadi, (Jember: Jember University Berbasis Masyarakat Harus Dihargai”, dalam Press, 2010), 90 http://www.gusdur.net/Berita/Detail/?id=91/hl=id 51 Ali Masykur Musa adalah /Pendidikan_Berbasis_Masyarakat_Harus_Dihargai, mantan anggota Fraksi Partai Kebangkitan diakses tanggal 05 Juni 2012 Bangsa (PKB) DPR RI dua periode (1999- 55 Abdurrahman Wahid, “Tugas Ulama 2004 dan (2004-2009), pernah menjadi ketua Memperluas Wawasan AKhlak”, dalam majalah umum DPP PKB versi Gus Dur, sehingga dia Nahdatul Ulama, AULA, nomor 01/tahun diasumsikan salah satu orang dekat Gus Dur. XIII/Januari 1991/Jumadil Akhirah-Rajab 1411, 20- Sekarang menjadi anggota BPK pusat untuk 21 masa tugas 2009-2014 56 Abdurrahman Wahid, “Empat Sistem 52 Ali Masykur Musa, Pemikiran yang Bisa Tegakkan Masa Depan RI”, dalam …………….., 88 gusdur.net., diakses tanggal 05 Juni 2012

187

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017 masyarakat seperti kampung kumuh, Thailand. Namun disayangkan, sangat sedikit orang miskin yang tidak dapat memenuhi orang yang mengetahui pembacaan Gus Dur kebutuhan pokok hidupnya, masih terhadap tradisi pesantren. Tampaknya, terdapat di tengah-tengah masyarakat.57 hitungan jari sudah cukup Sehingga akhlak yang substansinya mengklasifikasikannya, tertama tentang adalah nilai luhur tersebut menurut pandangan-pandangannya tentang pesantren. pandangan Gus Dur sifatnya dinamis. Kita mungkin sudah tahu betul bahwa Gus Dur Dinamisasi konsep akhlak itu secara merupakan tonggak utama (pengurip-urip; otomatis memengaruhi tujuan pendidikan Jawa) pesantren di negeri ini. Dengan jasa-jasa Islam itu sendiri, yakni etika atau akhlak Gus Dur, pesantren menjadi lembaga yang dikembangkan dalam pola wawasan pendidikan yang memiliki potensi plus.59 yang terintegrasi secara holistik dalam Pemikirannya yang pluralis, kontroversial, dan pendidikan itu sendiri. mempunyai pandangan yang jauh ke depan Menurut Gus Dur, agama tidak hanya tidak bisa dielakkan mempunyai andil yang dijadikan tempat untuk mencari besar dalam pembangunan masyarakat di kenikmatan spiritual saja, akan tetapi Indonesia, lebih-lebih pada sebuah institutsi agama harus dijadikan sebagai basis pendidikan Islam yang memiliki akar sejarah pergerakan dalam memperjuangkan yang berbeda-beda. kaum lemah. Oleh karena itu, pendidikan Gus Dur dalam salah satu ceramahnya di Islam harus mampu menangkap pesan Yayasan Wakaf Paramadina menawarkan ide moral agama tersebut, untuk kemudian universalisme dan kosmopotalisme peradaban mensinergikannya dengan tujuan Islam. Universalisme Islam ditunjukkan dalam pendidikan Islam itu sendiri. ajaran kepedulian kepada unsur-unsur utama Hal yang paling penting untuk dilakukan kemanusiaan yang diimbangi oleh kearifan yang adalah dengan membuat kerangka muncul dari keterbukaan peradaban Islam. pemahaman terhadap segala aspek Menurutnya, salah satu yang dengan sempurna kehidupan masyarakat, termasuk di menampilkan universalisme Islam adalah lima dalamnya pendidikan berdasarkan buah jaminan dasar yang diberikan Islam, baik pandangan agama. Yang lebih kepada perorangan maupun kelompok. Kelima dibutuhkan adalah kerangka yang mampu jaminan dasar tersebut ialah (1) keselamatan menumbuhkan sikap jiwanya.58 Sebab fisik warga masyarakat dari tindakan badani di dengan penciptaan pemahaman tersebut, luar ketentuan hukum; (2) keselamatan maka agama akan menjadi sumber keyakinan agama masing-masing tanpa ada inspirasi begi kesadaran untuk paksaan untuk berpindah agama; (3) mengaplikasikan nilai-nilai agama yang keselamatan keluarga dan keturunan; (4) sifatnya universal tersebut. keselamatan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur hukum; dan (5) keselamatan Maka akan menjadi sebuah keniscayaan profesi. untuk berandai-andai sekiranya hal itu bisa terwujud, kejayaan Islam termasuk Kelima unsur hak asasi manusia itu, menurut pendidikan Islam masa lalu akan Abdurrahman Wahid, tidak otomatis menjamin membumi di masa sekarang dan akan keselamatan umat manusia kalau tidak datang. didukung kosmopolitanisme peradaban umat Islam. Kosmopolitanisme peradaban Islam itu Kurikulum Pendidikan Islam muncul dalam sejumlah unsur dominan, Gus Dur sangat getol dalam membuka misalnya hilangnya batasan etnis, kuatnya cakrawala pesantren. Sudah wajar jika pluralitas budaya, dan heterogenitas politik, pada 15 Desember tahun 2000 lalu, bahkan kosmopolitanisme Islam menampakkan karena jasa-jasanya dalam diri dalam watak yang menakjubkan, yaitu mengembangkan demokrasi dan sistem kehidupan beragama yang eklektis berabad- pendidikan di Indonesia, terutama di abad. Hal ini antara lain tercermin dalam pesantren, ia mendapatkan anugerah perdebatan-perdebatan sengit selama empat doktor kehormatan di bidang teknologi abad pertama sejarah Islam di bidang teologi dan komunikasi oleh Akademika Institut dan hukum agama yang di dalamnya perbedaan Teknologi Asia (AIT), Bangkok,

57 Ibid 59 http://infodiknas.com/paradigma- 58 Abdurrahman Wahid, Prisma baru-pendidikan-islam-sebuah-upaya menuju Pemikiran Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 1999), pendidikan yang memberdayakan -2/, diakses pada 117 tanggal 16 Maret 2013

188

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017 pendapat tetap memperoleh tempat yang dengan gagasannya yang cukup gemilang, yakni semestinya.60 proyeksi “modernisasi pesantren”. Dalam artian, pesantren bukan lembaga pendidikan Gus Dur mengatakan bahwa yang ketinggalan zaman. Bahkan, kini sudah kosmopolitanisme peradaban Islam menjadi ikon pendidikan yang kreatif, mandiri, mencapai titik optimalnya jika tercapai dan profesional. Hal ini dapat ditunjukkan keseimbangan antara kecenderungan dengan pendidikan karakter di pesantren, normatif kaum muslimin dan kebebasan berupa akhlak, perilaku, norma, dan sopan berpikir semua warga masyarakat, santun.61 termasuk mereka yang non-muslim. Gus Dur menyebut sesuatu seperti itu sebagai Oleh sebab itu, kurikulum pendidikan Islam kosmopolitanisme yang kreatif, yang perspektif Gus Dur, haruslah sesuai dengan memungkinkan pencarian sisi-sisi paling kondisi zaman, bahwa pendekatan yang harus tidak masuk akal dari kebenaran yang dilakukan bersifat demokratis dan dialogis ingin dicari dan ditemukan. antara murid dan guru. Maka, tidak bisa dipungkiri pembelajaran aktif, kreatif, dan Apabila ditinjau ulang dari pemikiran obyektif akan mengarahkan peserta didik Gus Dur yang plural, tentu saja tidak mampu berpikir kritis dan selalu bertanya lepas dari situasi dan kondisi yang sepanjang hayat sehingga kurikulum tersebut berkembang di negeri ini. Ketika melihat mampu diharmonisasikan sesuai dengan realitas sosial yang majemuk, dituntut konteks zaman yang ada di sekitarnya.62 sebuah pemikiran yang beragam pula, apalagi aspek pemikiran Gus Dur dalam Watak kosmopolitanisme dan universalisme hal pendidikan lebih banyak tercurah yang tercermin dalam kenyataan tersebut pada pondok pesantren sebagai salah satu digunakan Gus Dur untuk melakukan institusi tua yang berkembang pertama pengembangan terhadap teologi ahl al sunnah kali di bangsa ini, yang tentu saja wa al-jamaah (Aswaja) dalam menghadapi membutuhkan pemikiran yang cukup berbagai perubahan dan tantangan masyarakat. beragam. Jika selama ini paham Aswaja, terutama di lingkungan NU hanya terkait dengan masalah Luar biasanya, dari semua itu pesantren teologi, fikih, dan tasawuf, bagi Gus Dur, mampu mendongkrak keilmuan umum. pengenalan Aswaja harus diperluas cakupannya, Nah, inilah yang ditekankan oleh Gus yaitu meliputi dasar-dasar umum kehidupan Dur dengan proses membumikan tradisi bermasyarakat. Tanpa melakukan pesantren. Buku Menggerakkan Tradisi pengembangan ke arah itu, Aswaja sekedar mengawali perjuangan Gus Dur dalam menjadi muatan doktrin yang tidak mempunyai memopulerkan pesantren sebagai relevansi sosial. Dasar-dasar umum kehidupan lembaga pendidikan yang multi-potensi, bermasyarakat yang dimaksud Gus Dur adalah yakni keagamaan dan umum. Berkat (1) pandangan manusia dan posisinya dalam tulisan-tulisannya tentang pesantren, di kehidupan; (2) pandangan tentang ilmu masa ia menjabat sebagai Presiden RI ke- pengetahuan dan teknologi; (3) pandangan 4, pesantren menemukan kehidupan serta ekonomis tentang pengaturan kehidupan semangat baru dalam pemberdayaan bermasyarakat; (4) pandangan hubungan masyarakat. Selain itu, kumpulan- individu dan masyarakat; (5) pandangan tentang kumpulan esai Gus Dur tentang tradisi dan dinamisasinya melalui pranata pesantren mengajak kita pada perenungan hukum, pendidikan, politik, dan budaya; (6) dalam mengukur signifikansi dan pandangan tentang cara-cara pengembangan menempatkan gagasan-gagasan di masyarakat; dan (7) pandangan tentang asas- dalamnya sebagai suatu bagian dari asas internalisasi dan sosialisasi yang dapat pergumulan sejarah pemikiran dikembangkan dalam konteks doktrin formal pendidikan, terutama pesantren. yang dapat diterima saat ini.63 Sebagaimana sudah galib diketahui oleh banyak orang, Orde Baru yang tampil Dengan demikian, bahwasannya pemikiran pada tahun 1960-an bersama tentang kurikulum pendidikan Islam sebagai pembangunannya melahirkan konflik. Pesantren yang konvensional di masa itu 61 KH. Abdurrahman Wahid, beranggapan tidak dapat mengalami Menggerakkan Tradisi; Esay-esay Pesantren, (Yogyakarta: perubahan. Namun, itu hanya sejarah LKiS, 2010), 51-53 yang dapat ditampik oleh Gus Dur 62 Faisol, Gus Dur………….., 111 63 KH. Abdurrahman Wahid, Islam 60 Faisol, Gus Dur………….., 106- Kosmopolitan; Nilai-nilai Indonesia dan Transformasi 107 Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute, 2007), 9

189

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017 proses pengembangan keilmuan dan tuntutan zaman. Pesantren harus terlibat secara teknologi, serta keterampilan itu, tidak aktif dalam memberdayakan masyarakat dan hanya dalam cakupan yang kecil, tetapi tampil sebagai agen perubahan sosial. Seiring lebih jauh lagi terhadap proses dengan itu, kurikulum pesantren seharusnya perkembangan dan perubahan dalam tidak hanya berisi mata pelajaran agama saja, rangka kepentingan-kepentingan melainkan juga memuat mata pelajaran umum, masyarakat di tengah lajunya moderniasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta dan globalisasi. keterampilan yang dibutuhkan oleh lapangan kerja.66 Bentuk dan Sistem Pendidikan Islam Meski demikian, menurut Gus Dur pesantren Konsep dan gagasan Gus Dur tentang harus mempertahankan identitas dirinya sebagai sistem pendidikan secara jelas terlihat penjaga tradisi keilmuan klasik, dalam arti tidak pada gagasannya tentang pembaharuan harus sepenuhnya larut dalam modernisasi, pesantren. Sebagaimana dituturkan oleh tetapi mengambil sesuatu yang dipandang Muslim Abdurrahman, bahwa Gus Dur bermanfaat dan positif untuk perkembangan. tiap kali bertemu dengan para intelektual Dalam hal modernisasi ini ia berlandaskan pada pada disiplin ilmu apapun selalu mencoba maqalah sebagaimana berikut: untuk menyisipkan pesantren sebagai المحافظة على القديم الصالح وألخذ بالجديد األصلح ,sebuah tawaran, baik secara keilmuan peran dan fungsinya, maupun coraknya yang memiliki keunikan tersendiri.64 Artinya: “Memelihara dan melestarikan nilai- nilai lama yang masih relevan dan mengambil Mengenai pesantren, Gus Dur mencoba nilai-nilai baru yang lebih relevan.67 memotret model pendidikan pada masa awal, yaitu pesantren. Di mana pesantren Selain itu, dalam melakukan modernisasi mampu menjadi wadah dan menampung tersebut pesantren juga harus mampu melihat para siswa dari semua kalangan, baik dari gejala sosial yang tumbuh di masyarakat, kalangan keraton, maupun dari kelompok sehingga keberadaan pesantren dapat berperan rakyat biasa. Dalam saat di mana semua sebagai pusat pengembangan masyarakat. mereka yang memiliki darah biru Dalam pengembangan dan modernisasi kebangsawanan dan mereka yang karena pesantren, Gus Dur menangkap adanya hubungannya dengan keraton dididik beberapa strategi yang dilakukan oleh beberapa dalam lembaga pendidikan kekeratonan, pergerakan Islam; pertama, strategi sosial pesantren menampung semua lapisan politik, kedua, strategi kebudayaan, dan ketiga, masyarakat yang tidak ditampung dalam strategi sosial budaya. lembaga pendidikan keraton.65 Dalam strategi politik, ia menganggap perlu dan Ini juga yang memberikan inspirasi untuk pentingnya menjelaskan butir-butir formalisasi mewujudkan sebuah pendidikan yang pendidikan Islam ke dalam lembaga negara berwatak akomodatif yang menampung melalui usaha legal-formal yang terus menerus siapa saja, karena pendidikan adalah dilakukan. Lebih disukai dilakukan secara menjadi hak setiap orang. Sehingga ekspisit melalui partai politik Islam. Untuk pesantren yang berkembang dewasa ini mengantisispasi perkembangan ini, masyarakat dengan segala kekurangan dan muslim harus mendidik dirinya dengan moral kelebihannya perlu untuk mendapatkan Islam yang benar dan menjadikan negara perhatian hingga menjadi sebuah lembaga sebagai way of life bagi dirinya dan masyarakat yang ideal. sekitarnya.68 Dan pesantren menjadi bagian Menurutnya, semua aspek pendidikan pesantren mulai visi, misi, tujuan, 66 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan kurikulum, manajeman dan Pendidikan Isalm di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo kepemimpinannya harus diperbaiki dan Persada, 2005 ), 360 sisesuaikan dengan perkembangan zaman 67 Ahkamul Fuqoha Solusi Problematika era globalisasi. Pesantren harus Aktual Hukum Islam Keputusan Muktamar, Munar, membantu lulusannya agar dapat Kombes Nahdhatul Ulama (1926-1999), (Surabaya: LTN menjalani kehidupan sesuai dengan NU Jatim dan Diantama Lembaga Studi dan Pengambangan Pesantren, 2005), 1 64 Muslim Abdurrahman, “Dia 68 Abdurrahman Wahid, “Pondok Adalah Jendela Kepada Dunia”, dalam Gus Peantren Masa Depan”, dalam Said Aqil Siradj et. al., Dur Santri……., 22 Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan 65 Abdurrahman Wahid, Transformasi Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, Prisma…………, 111-112 1999), 22

190

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017 yang urgen di dalamnya, untuk dengan cara mengarahkan semua perubahan memberikan kontribusi terhadap yang dilakukan pada tujuan mengintegrasikan pembentukan watak dan karakter Islam pesantren sebagai sistem pendidikan ke dalam yang menjadi sikap hidup dan perilaku pola umum pendidikan nasional yang dalam tatanan kehidupan. membangun manusia yang kreatif. Kedua, dengan cara melakukan fungsi kemasyarakatan Sedangkan strategi kebudayaan, dalam kerangka menumbuhkan Lembaga dimodifikasi melalui pengembangan Governmental Organization (LGO) menjadi cakrawala pandang, mempertebal ruang Lembaga Non-Govermental Organization lingkup komitmen, dan memperdalam (NGO) yang kuat dan matang di pedesaan, kesadaran atau kompleksitas lingkungan sehingga mampu menjadi rekan yang manusia dan kekuatan solidaritasnya sesungguhnya bagi pemerintah dalam upaya dengan menghayati proses kejadian melakukan pembangunan sosial.71 manusia tanpa memperhatikan ideologi, etnis, budaya, dan kepercayaan agama. Melihat gagasan dan pemikirannya yang Strategi ini menekankan dialog terbuka demikian itu, tampak bahwa Gus Dur dengan semua ideologi dan pikiran menginginkan agar pesantren tidak hanya filsafat dengan tujuan untuk berperan sebagai lembaga pendidikan mempertajam seluruh bentuk keagamaan dalam arti yang selama ini berjalan, pengetahuan dan informasi semaksimal melainkan juga sebagai lembaga yang mampu mungkin. Sikap ini, selain praksis, memberikan sumbangan yang berarti serta menghindarkan seluruh pendidikan Islam membangun sistem nilai dan kerangka moral dan usaha-usaha formalisasi, pada individu dan masyarakat. Dengan cara mempersempit mereka dengan sikap demikian, pesantren dapat menjadi lembaga ekslusif dan langkah-langkahnya, dan yang mendidik manusia untuk bisa menjalani menghambat kebebasan untuk kehidupan dalam arti yang sesungguhnya. Gus mengeluarkan pendapat dan pemikiran Dur demikian yakin, bahwa pesantren memiliki liberal yang diukur dengan strategi ini. potensi yang cukup kuat untuk mewujudkan Yang demikian ini adalah ide-ide sekuler, masyarakat madani.72 hanya bentuk pemerintahan yang cukup Sebenarnya Gus Dur hendak mengatakan, obyektif sajalah yang bisa menjamin bahwa peran pesantren tidak hanya sebagai kebebasannya.69 lembaga pendidikan keagamaan, namun juga Adapun strategi sosial kebudayaan, mampu memberikan sumbangsih yang berarti melihat kebutuhan sosial untuk serta membangun sistem nilai dan kerangka mengembakan framework moral pada individu dan masyarakat. Dengan kemasyarakatan dengan menggunakan cara demikian, pesantren dapat menjadi prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam. lembaga pendidikan yang mendidik manusia Lembaga-lembaga yang dilahirkan dari untuk bisa menjalani kehidupan dalam arti yang strategi ini tidak menjadi institusi yang sesungguhnya.73 Bahkan, lebih jauh pesantren ekslusif, tetapi berupa institusi umum dapat juga memelopori perubahan sosial dengan yang diterima oleh masyarakat. caranya sendiri. Ia tidak hanya sekedar Memformalkan pendidikan Islam bukan menjaring informasi, tetapi juga harus mampu merupakan proses transformasi, menawarkan agenda perubahan yang melainkan hanya membentuk suatu dianggapnya sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat di mana kaum muslim harus masyarakat yang dipimpinnya.74 mengimplementasikan keyakinan, baik sebagai etika individu maupun etika sosial.70 71 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2001), Selanjutnya Gus Dur berpendapat, bahwa 132 dalam melakukan modernisasi tersebut, 72 Martin Van Bruinesen, “Konjungtur pesantren harus mampu melihat gejala Sosial Politik di Jagat NU Pasca Khittah 26 sosial yang tumbuh di masyarakat, Pergulatan NU Dekade 1990-an, dalam Ellyasa KH. sehingga keberadaan pesantren tersebut Darwis (ed), Gus Dur NU dan Masyarakat Sipil, dapat berperan sebagai pusat (Yogyakarta: LKiS, 1994), 77-78 pengembangan masyarakat. Upaya ke 73 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh arah ini, menurut Gus Dur dapat Pembaharuan…………., 351-352 dilakukan dengan dua cara. Pertama, 74 Abdurrahman Wahid, “Benarkah Kiai Membawa Perubahan Sosial” Sebuah Pengantar, 69 Ibid dalam Hiroko Horikhosi, A Traditional Leader in a 70 Ibid, 22-23 Time of Change: The Jijaji and Ulama in West Java, terj.

191

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

Berdasarkan pada gagasannya, Gus Dur pesantren yang merupakan akses positif dari menginginkan agar peserta didik yang pemahaman dan penghayatan pemikiran yang belajar di pesantren adalah peserta didik serba normatif yang bersumber dari orientasi yang memiliki ilmu agama yang kuat dan fikih.77 sekaligus juga memiliki ilmu umum yang Gus Dur juga menekankan pentingnya kuat secara seimbang. Gus Dur menghilangkan dikotomi antara ilmu agama menginginkan, agar di samping mencetak dan ilmu umum, dengan catatan penguasaan ahli ilmu agama Islam, pesantren juga ilmu agama harus diberi porsi yang cukup besar mampu mencetak orang yang memiliki dalam kurikulum pesantren tersebut. Porsi keahlian dalam ilmu pengetahuan dan tersebut dapat diberikan dalam ukuran besar teknologi, seperti ilmu komputer, fisika, secara kualitatif dan bukan dari segi kuantitif. pertanian, perkebunan, dan sebagainya.75 Dengan kata lain, modernisasi kurikulum Menurut Gus Dur, kurikulum sebagian pesantren harus tetap berada pada jati dirinya, pesantren beberapa tahun yang lalu karena dengan cara demikian itulah, dunia cenderung menunjukkan pola yang pesantren tidak akan kehilangan jati dirinya. stagnan. Setidaknya, stagnasi kurikulum Namun demikian, semua itu pada akhirnya pesantren dapat disimpulkan sebagai kembali kepada kemauan pengelolanya.78 berikut: (a) tujuan kurikulum pesantren adalah untuk mencetak ulama atau ahli agama semata; (b) struktur dasar KESIMPULAN kurikulum pesantren adalah pengajaran Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh pengetahuan agama dalam segenap Gus Dur ialah religious multiculturalism based tingkatannya dan pemberian pendidikan education, yaitu konsep pendidikan yang dalam bentuk bimbingan kepada santri; didasarkan pada keyakinan keagamaan dan dan (c) secara keseluruhan kurikulum bertujuan untuk membimbing atau yang ada berwatak lentur, yaitu setiap menghantarkan peserta didik menjadi manusia santri berkesempatan menyusun yang utuh, mandiri dan bebas dari belenggu kurikulumnya sendiri.76 penindasan. Dalam konsep ini, dia tampaknya Padahal, tidak semua santri yang belajar tidak menolak akan potensi keberbedaan untuk di pesantren dapat dicetak menjadi ahli selanjutnya ditindaklanjuti dalam sebuah konsep agama atau ulama. Oleh karena itu, yang jelas dengan meletakkan heterogenitas pesantren harus mulai mengadopsi tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan kurikulum baru dari luar, yaitu kurikulum dalam pendidikan itu sendiri. pengetahuan umum yang bertujuan untuk Implikasi konsep pendidikan Gus Dur terhadap mencetak profesional yang religious. pengembangan pendidikan Islam di Indonesia Atas dasar di atas, Gus Dur adalah upaya untuk melihat realitas menginginkan adanya perubahan pada keberagamaan yang dimiliki oleh tiap bangsa kurikulum pesantren. Menurutnya, Indonesia, dengan memberikan ruang bagi kurikulum pesantren selain harus berkembangnya wawasan pluralisme dan kontekstual dengan kebutuhan zaman multikulturalisme, terutama dalam proses juga harus mampu merangsang daya pendidikan, sehingga pendidikan multikultural intelektual-kritis anak didik. Terkait yang yang berbasis pada religiusitas (religious terakhir ini, antara lain dengan multiculturalism based education) yang melebarkan pembahasan fikih antar mencermintan watak Islam yang utuh sebagai mazhab. Begitu juga konsepsi tentang agama yang rahmatan li al-alamin, yang tasawuf penting untuk dirumuskan menjujung tinggi profesionalisme harus kembali, yang tidak harus berarti seorang mensinergikan unsur-unsur modernisasi dengan mutashowwif selalu memiliki keterikatan nilai-nilai Islam dalam pendekatan moral dan keterlibatan dengan gerakan multidisipliner guna menuju pendidikan yang tarekat, tetapi penerapan akhlak tasawuf integratif, bahkan terintegrasi secara holistik yang menjadi prioritas, serta dalam kurikulum nasional. pengembangan watak kemandirian

Umar Basalim dan Andi Muarly, Kiai dan Perubahan Sosial, (Jakarta: P#M, 1987), xvii 75 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh 77 Abdurrahman Wahid, Tuhan Tidak Pembaharuan…………., 353 Perlu………….., 57 76 Abdurrahman Wahid, 78 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Menggerakkan Tradisi………….., 145 Pembaharuan…………., 355

192

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

Suharto, Babun, Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Islam Integrasi Konsep dan Aplikasi DAFTAR BACAAN dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Absolute Fadjar, A. Malik, Holistika Pemikiran Media, cet. I, 2010) Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Fadjar, A. Malik, Holistika Pemikiran Pendidikan Persada, 2005) Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Asrohah, Hanun, Sejarah Pendidikan 2005)Lihat Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, http://polhukam.kompasiana.com./2009/1 2001) 2/31/biografi-gus-dur-dan-keluarga “Biografi Gus Dur dan Keluarga”, http:// Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, polhukam.kompasiana.com. (Jakarta: Bumi Aksara, cet. IV, 2008) /2009/12/31/biografi-gus-dur-dan-keluarga Nata, Abuddin, Tokoh-tokoh Pembaruan Sutarto, Ayu, Indonesia di Mata Seorang Kiai NU Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kesaksian Politik KH. Abdul Muchit Muzadi, RajaGrafindo Persada, 2005) (Jember: Jember University Press, 2010) Wahid, Abdurrahman, Prisma Pemikiran Fachruddin, Ahmad, Gus Dur dari Pesantren ke Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2010) Istana Negara, (Jakarta: Yayasan Gerakan UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Amaliah Siswa, 1999) Sistem Pendidikan Nasional, dalam Wahid, Abdurrahman, “Pendidikan Berbasis Kumpulan Undang-Undang dan Masyarakat Harus Dihargai”, dalam Peraturan Pemerintah RI Tentang http://www.gusdur.net/Berita/Detail/?id=9 Pendidikan, (Jakarta: Direktorat 1/hl=id/Pendidikan_Berbasis_Masyarakat_ Jenderal Pendidikan Islam Harus_Dihargai Departemen Agama RI, 2007) Wahid, Abdurrahman, “Tugas Ulama Barton, Greg, Biografi Gus Dur, The Memperluas Wawasan AKhlak”, dalam Authorized Biography of Abdurrahman majalah Nahdatul Ulama, AULA, nomor Wahid, (Yogyakarta: LKiS, cet IX, 01/tahun XIII/Januari 1991/Jumadil 2010) Akhirah-Rajab 1411 Fearly, Greg, Ijtihad Politik Ulama, Sejarah Wahid, Abdurrahman, “Empat Sistem yang Bisa NU 1952-1967, (Yogyakarta: LKiS, Tegakkan Masa Depan RI”, dalam gusdur.net. 1998) Wahid, Abdurrahman, Prisma Pemikiran Gus Suhanda, Irwan (editor), Gus Dur Santri Dur, (Yogyakarta: LKiS, 1999) Par Excellence Teladan Sang Guru Bangsa, (Jakarta: PT Kompas Media http://infodiknas.com/paradigma-baru- Nusantara, 2010) pendidikan-islam-sebuah-upaya menuju pendidikan yang memberdayakan -2/ Dematra, Damien, Sejuta Hati Untuk Gus Dur Sebuah Novel dan Memorial, Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam Upaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Mengembalikan Esensi Pendidikan di Era Global, 2010) (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) Mahfud MD., Setahun Bersama Gus Dur, Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi; Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit, Esay-esay Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, (Jakarta: Murai Kencana, 2010) 2010) “Biografi Abdurrahman Wahid”, dalam Wahid, Abdurrahman, Islam Kosmopolitan; Nilai- http://www.andiestuff.com/biografi- nilai Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, abdurrahman-wahid-gusdur (Jakarta: The Wahid Institute, 2007) Abegebreil, Agus Maftuh dan Ahmad Ahkamul Fuqoha Solusi Problematika Aktual Suaedy (ed), Islam Kosmopolitan Nilai- Hukum Islam Keputusan Muktamar, Munar, nilai Insonesia & Tranformasi Kombes Nahdhatul Ulama (1926-1999), Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid (Surabaya: LTN NU Jatim dan Diantama Institute, 2007) Lembaga Studi dan Pengambangan Pesantren, 2005) Wahid, Abdurrahman, Tuhan Tidak Perlu Dibela, (Yogyakarta, LKiS, cet. V, Siradj, Said Aqil et. al., Pesantren Masa Depan 2010) Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999)

193

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

Darwis, Ellyasa KH. (ed), Gus Dur NU http://www.andiestuff.com/biografi- dan Masyarakat Sipil, (Yogyakarta: abdurrahman-wahid-gusdur LKiS, 1994) http:// polhukam.kompasiana.com. Horikhosi Hiroko, A Traditional Leader in /2009/12/31/biografi-gus-dur-dan-keluarga a Time of Change: The Jijaji and Ulama http://infodiknas.com/paradigma-baru- in West Java, terj. Umar Basalim dan pendidikan-islam-sebuah-upaya menuju Andi Muarly, Kiai dan Perubahan pendidikan yang memberdayakan -2/ Sosial, (Jakarta: P3M, 1987) http://polhukam.kompasiana.com./2009/12/3 1/biografi-gus-dur-dan-keluarga DAFTAR PUSTAKA Mahfud MD., Setahun Bersama Gus Dur, Abegebreil, Agus Maftuh dan Ahmad Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit, Suaedy (ed), Islam Kosmopolitan (Jakarta: Murai Kencana, 2010) Nilai-nilai Insonesia & Tranformasi Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Nata, Abuddin, Tokoh-tokoh Pembaruan Institute, 2007) Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005) Asrohah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Siradj, Said Aqil et. al., Pesantren Masa Depan 2001) Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, Barton, Greg, Biografi Gus Dur, The 1999) Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, (Yogyakarta: Suhanda, Irwan (editor), Gus Dur Santri Par LKiS, cet IX, 2010) Excellence Teladan Sang Guru Bangsa, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, Darwis, Ellyasa KH. (ed), Gus Dur NU 2010) dan Masyarakat Sipil, (Yogyakarta: LKiS, 1994) Suharto, Babun, Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Islam Integrasi Konsep Dematra, Damien, Sejuta Hati Untuk dan Aplikasi dalam Pendidikan, Gus Dur Sebuah Novel dan (Yogyakarta: Absolute Media, cet. I, 2010) Memorial, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010) Sutarto, Ayu, Indonesia di Mata Seorang Kiai NU Kesaksian Politik KH. Abdul Muchit Fachruddin, Ahmad, Gus Dur dari Muzadi, (Jember: Jember University Press, Pesantren ke Istana Negara, (Jakarta: 2010) Yayasan Gerakan Amaliah Siswa, 1999) UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Kumpulan Fadjar, A. Malik, Holistika Pemikiran Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Grafindo Persada, 2005) Jenderal Pendidikan Islam Departemen Fadjar, A. Malik, Holistika Pemikiran Agama RI, 2007) Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Wahid, Abdurrahman, “Empat Sistem yang Persada, 2005) Bisa Tegakkan Masa Depan RI”, dalam Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam gusdur.net. Upaya Mengembalikan Esensi ------, “Pendidikan Berbasis Masyarakat Pendidikan di Era Global, Harus Dihargai”, dalam (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) http://www.gusdur.net/Berita/Detail/?id=9 Fearly, Greg, Ijtihad Politik Ulama, 1/hl=id/Pendidikan_Berbasis_Masyarakat_ Sejarah NU 1952-1967, (Yogyakarta: Harus_Dihargai LKiS, 1998) ------, “Tugas Ulama Memperluas Horikhosi Hiroko, A Traditional Leader Wawasan AKhlak”, dalam majalah in a Time of Change: The Jijaji and Nahdatul Ulama, AULA, nomor 01/tahun Ulama in West Java, terj. Umar XIII/ Januari 1991/Jumadil Akhirah-Rajab Basalim dan Andi Muarly, Kiai dan 1411 Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, ------, Islam Kosmopolitan; Nilai-nilai 1987) Indonesia dan Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: The Wahid Institute, 2007)

194

Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017

------, Menggerakkan Tradisi; Esay- esay Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2010) ------, Prisma Pemikiran Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 1999) ------, Prisma Pemikiran Gus Dur, (Yogyakarta: LKiS, 2010) ------, Tuhan Tidak Perlu Dibela, (Yogyakarta, LKiS, cet. V, 2010) Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, cet. IV, 2008)

195