Pemikiran Pendidikan Islam Kh. Abdurrahman Wahid Dan Implikasinya Bagi Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Vol. 1, No. 2, Juli – Desember 2017 https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/edureligia PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KH. ABDURRAHMAN WAHID DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA Moch. Tohet Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nurul Jadid, Indonesia Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Diterima Juni 2017 Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan Disetujui Juli 2017 martabat manusia yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan Dipublikasikan Oktober selalu berkembang dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman. 2017 Untuk itu, mau tak mau pendidikan harus didesain mengikuti irama perubahan tersebut. Apabila pendidikan tidak didesain mengikuti irama perubahan, maka pendidikan akan ketinggalan laju Keywords: perkembangan zaman itu sendiri. Pendidikan Islam dalam pandangan KH. Abdurrahman Wahid haruslah menjadi pangkalan untuk merebut Abdurrahman Wahid; kembali wilayah-wilayah yang kini sudah mulai lepas. Ia menjadi Pendidikan Islam;Keislaman tumpuan langkah strategis untuk membalik arus yang menggedor pintu pertahanan umat Islam. Sesuatu yang cukup vital adalah membuat sebuah kerangka pemahaman, khususnya dalam pendidikan Islam sehingga mampu menjadi inspirasi dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang sifatnya universal. Pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran Islam pun menjadi pemahaman yang utuh dan komprehensif © 2017 Fakultas Tarbiyah IAI Nurul Jadid Alamat Korespondensi: ISSN 2549-4821 Gedung E Lantai 1 Fakultas Agama Islam E-ISSN 2579-5694 PO. Box 1 Paiton Probolinggo, 67291 E-mail: [email protected] 175 Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017 PENDAHULUAN tumbuh dan berkembang bersama alam lingkungannya. Tetapi sebagai khalifah Allah, Seiring dengan zaman yang sudah maka manusia mempunyai tugas untuk modern ini, pendidikan masih dianggap memadukan pertumbuhan dan sebagai kunci pembuka dalam komunitas perkembangannya bersama dengan alam. sosial untuk mengimbangi laju Sebagai khalifah Allah, maka manusia bertugas berkembangnya ilmu dan teknologi. dan diberi kuasa oleh Allah untuk Persepsi masyarakat ini kiranya telah mengembangkan diri dalam dan bersama mampu memobilisasi kaum cerdik lingkungannya, memelihara dan mengarahkan cendikia untuk selalu merespon secara pada kehidupannya yang Islami.4 stimulan terhadap perkembangan dan sistem pendidikan berikut unsur-unsur Untuk mendesain pendidikan Islam yang ideal terkait yang berpotensi positif bagi tentunya diperlukan kajian-kajian yang intensif keberhasilan pendidikan.1 Hal ini dan mendalam baik melalui studi historis disadari karena, pendidikan merupakan maupun penelitian-penelitian. Dari kajian perkara penting dalam membangun historis kita akan mendapatkan banyak percikan sebuah negeri. Sebagaimana yang pemikiran-pemikiran tokoh, baik mereka yang diungkapkan oleh Sayyid Ahmad Khan, mengatasnamakan diri sebagai praktisi bahwa kemajuan suatu bangsa tergantung pendidikan, ataupun secara implisit mereka pada pendidikannya.2 memiliki kapasitas yang tidak kalah mumpuni dengan para tokoh pendidikan tersebut. Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat KH. Abdurrahaman Wahid atau lebih akrab manusia yang berlangsung sepanjang dikenal dengan sebutan Gus Dur, adalah salah hayat. Pendidikan selalu berkembang dan satu tokoh nasional yang mempunyai selalu dihadapkan pada perubahan konstribusi yang sangat besar untuk zaman. Untuk itu, mau tak mau meningkatkan harkat manusia, khususnya bagi pendidikan harus didesain mengikuti bangsa Indonesia melalui perjuangan irama perubahan tersebut. Apabila demokrasi, partisipasi politik maupun dalam pendidikan tidak didesain mengikuti bidang pendidikan, secara khusus pendidikan irama perubahan, maka pendidikan akan Islam. ketinggalan laju perkembangan zaman itu Yang menarik dari KH. Abdurrahman Wahid sendiri. sehingga diangkat dalam sebuah penelitian Dalam pandangan filsafat Islam, setingkat tesis ini adalah, karena pada diri KH. sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an, Abdurrahman Wahid melekat berbagai predikat, bahwa pada hakikatnya manusia adalah yakni kiai, politisi, intlektual, pendidik, khalifah Allah di alam semesta ini.3 budayawan, mantan pimpinan organisiasi massa Dalam statusnya sebagai khalifah ini, terbesar di Indonesia, mantan tokoh pergerakan, berarti manusia hidup di alam mendapat dan mantan presiden RI. Ini tentu cukup kuasa dari Allah untuk mewakili dan menyulitkan bagi mereka yang ingin mendalami sekaligus sebagai pelaksana dari peran pemikiran dan gagasannya. dan fungsi Allah di alam. Di antara peran Kesulitan untuk menempatkan KH. dan fungsi utamanya adalah sebagai Abdurrahman Wahid sebagai tokoh modernis “rabb al-alam”, yaitu mendidik dalam arti Islam, karena terkadang ia banyak melakukan mengarahkan pertumbuhan dan hal-hal yang berada di luar koridor logika yang perkembangan alam (termasuk manusia rasional. Sebagai seorang ilmuwan yang banyak sebagai bagian dari alam). Ini adalah memahami pemikiran modern dari Barat yang salah satu tugas manusia sebagai khalifah, sekuler dan liberal, ternyata ia juga begitu taat yang harus diemban dengan penuh kepada pendapat dan nasihat para kiai senior ketaatan dan penuh tanggung jawab. atau kiai sepuh, menziarahi tempat-tempat dan Dengan demikian, manusia sebagai orang-orang yang dianggapnya dapat bagian dari alam, memiliki potensi untuk memberikan dukungan spiritual dan lain sebagainya. Namun demikian, dalam waktu 1 A. Malik Fadjar, Holistika yang bersamaan ia juga tidak dapat dikatakan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo tradisionalis konservatif, karena terkadang ia Persada, 2005), v. melontarkan gagasan dan pemikiran yang 2 Hanun Asrohah, Sejarah selamanya tidak selalu sejalan dengan pendapat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 136. 3 Lihat surat Al-Baqarah (2): 30 4 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, dan Al-An’am (6): 165 (Jakarta: Bumi Aksara, cet. IV, 2008), 121-122 177 Moch. Tohet / edureligia Vol. 1, No. 2, 2017 kebanyakan dari kalangan ulama membuka kran kesederajatan warga secara tradisionalis yang berpegang teguh manusiawi, dengan menempatkan sosok kepada kitab-kitab rujukan dari imam manusia dalam hal ini adalah warga negara mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, Indonesia sejajar di hadapan hukum dan negara. Syafi’i, dan Hambali). Barangkali Eksesnya adalah masuknya nilai-nilai tepatnya ia dikatakan sebagai tokoh Islam pendidikan Islam secara deras dalam konstitusi yang modernis dan liberalis yang unik. negara. Indikasinya adalah, lahirnya Undang- Keunikannya itu terletak pada sikapnya undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem yang terkadang begitu kuat berpegang Pendidikan Nasional, melalui proses pada fatwa ulama sepuh dan hal-hal lain penyadaran secara struktural pada saat Gus Dur yang berada di luar koridor dan menjabat sebagai presiden, dan baru paradigma sikap-sikap sebagai seorang diundangkan pada tahun 2003, pada saat yang modern. Lebih tepatnya lagi, ia Megawati Soekarno Putri menjabat sebagai pantas dikatakan sebagai tokoh Islam presiden. Di dalamnya, mulai disebutkan yang unik dan kontroversial.5 dengan tegas urgensitas pendidikan agama, dengan menampilkan sosok idealitas dalam Kesulitan untuk memahami KH. sebuah pola pembentukan kepribadian dalam Abdurrahman Wahid secara utuh juga proses pendidikan, yaitu pasal 3 UU Republik diakui oleh Greg Barton.6 Kesulitan atau Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem lebih tepatnya kebingungan itu berasal Pendidikan Nasional.8 dari fakta bahwa pada satu sisi KH. Abdurrahman Wahid dipandang dan dikenal banyak orang sebagai figur BIOGRAFI KH. ABDURRAHMAN WAHID religius, dan pada sisi yang lain ditafsirkan oleh banyak orang, khususnya Riwayat Hidup di pusat-pusat metropolitan dan antara Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil kelas menengah terdidik Indonesia Gus9 Dur, dengan nama lengkap Abdurrahman sebagai politisi yang sekuler atau sebagai al-Dakhil,10 lahir pada tanggal 4 Agustus 1940, intelektual yang liberal. Dengan alasan di Denanyar, Jombang, Jawa Timur, di rumah kedua ini, kesalahpahaman tentang KH. pesantren milik kakek dari pihak ibunya, Kiai Abdurrahman Wahid berjalan seiring dengan kesalahpahaman tentang Barat pada umumnya, yaitu bagaimana seseorang yang merupakan intelektual liberal juga dapat dianggap sebagai figur religius dan bahkan pemimpin karismatik 8 Lihat UU RI nomor 20 tahun 2003 setingkat wali.7 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Di antara implikasi pemikirannya adalah Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan perjuangannya yang tiada henti terhadap Islam Departemen Agama RI, 2007), 8. pendidikan Islam, melalui upaya 9 Gus adalah kependekan dari Bagus, sebuah sebutan yang biasa digunakan untuk anak 5 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh seorang kiai di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Nama Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, tersebut mengandung harapan agar anaknya menjadi (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), 344- orang yang baik. Panggilan ini biasanya digunakan 345. untuk anak sebelum kelak dewasa menjadi seorang 6 Greg Barton adalah pengajar kiai. mata kuliah Religious and Asian Studies di 10 Abdurrahman al-Dakhil dalam bahasa Deakin University. Disertasinya diraih pada Indonesia berarti “hamba Allah (Penyayang), Sang tahun 1995 mengenai pemikiran neo- Penakluk.” Penamaan Abdurrahman al-Dakhil modernisme empat cendikiawan muslim dinisbahkan kepada seseorang yang pernah Indonesia, yaitu Djohan Efendi, Ahmad memegang kekuasaan selama 32 tahun, dari tahun Wahib, Nurcholish Madjid dan Abdurrahman 756-788 H. di Spanyol. Abdurrahman