PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PEMIKIRAN GUS DUR TENTANG NASIONALISME DAN

MULTIKULTURALISME (1963 - 2001)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Ana Riwayati Dewi NIM: 131314055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PEMIKIRAN GUS DUR TENTANG NASIONALISME DAN

MULTIKULTURALISME (1963 - 2001)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : Ana Riwayati Dewi NIM: 131314055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya, Ayahanda Yonathan Suyoto dan Ibunda Suwarti.

2. Kedua saudara saya, Arief Ika Setiawan dan Hastanti Dwi Lestari.

3. Sahabat-sahabat saya.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Yakinlah kau bisa dan kau sudah separuh jalan menuju ke sana

(Theodore Roosevelt)

Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang

(William J. Siegel)

Usaha dan keyakinan tidak akan mengkhianati hasil

(Ana Riwayati Dewi)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Juli 2017

Penulis

Ana Riwayati Dewi

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Ana Riwayati Dewi

Nomor Mahasiswa : 131314055

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PEMIKIRAN GUS DUR TENTANG

NASIONALISME DAN MULTIKULTURALISME (1963-2001)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada), dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpannya, mengalihkannya dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 21 Juli 2017 Yang menyatakan

Ana Riwayati Dewi

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK PEMIKIRAN GUS DUR TENTANG NASIONALISME DAN MULTIKULTURALISME (1963-2001) Oleh: Ana Riwayati Dewi Universitas Sanata Dharma 2017 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga permasalahan pokok yaitu (1) Latar belakang sosial intelektual Gus Dur; (2) Pemikiran Gus Dur sebagai tokoh politik Indonesia tentang nasionalisme dan multikulturalisme di Indonesia; (3) Pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur terhadap kehidupan sosial-politik di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan yaitu historis faktual dengan tahapan: pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi dan historiografi (penulisan sejarah). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi dan pendekatan politik dengan model penulisan yang bersifat deskriptif analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) latar belakang sosial intelektual Gus Dur dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya yang berasal dari pesantren dan lingkungan akademiknya ketika belajar di Kairo, Baghdad, dan Eropa, (2) Pemikiran Gus Dur sebagai tokoh politik di Indonesia yaitu ketika ia dapat merubah tatanan kehidupan sosial dan berbagai kritiknya terhadap pemerintah, (3) Pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur terhadap kehidupan sosial-politik di Indonesia yaitu adanya toleransi yang nyata di antara masyarakat terutama bagi kalangan minoritas.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT GUS DUR THOUGHT ABOUT NATIONALISM AND MULTICULTURALISM (1963-2001) By: Ana Riwayati Dewi Sanata Dharma University 2017

The objective of this research was describing and analyzing three main problems, namely (1) Gus Dur’s social intellectual background; (2) Gus Dur’s thoughts as a political figure about nasionalism and multiculturalism in Indonesia; (3) The impact of Gus Dur’s thoughts on socio-political life in Indonesia. The research method used is historical factual with stages: topic selection, heuristic (source collection), verification (source critic), interpretation and historiography (writing history). The approach is sociology and political approach by analytic descriptive writing model. The result of this study showed that (1) Gus Dur’s social and intellectual background was influenced by his family environment which come from pesantren and academic environment when he studied in Kairo, Baghdad, and Europe, (2) Gus Dur’s thoughts as politician in Indonesia could change a social order thought his critics for Indonesian government, (3) The impact of Gus Dur’s thoughts on socio-political life in Indonesia is the exsistence of real tolerance in society, especially for minorities.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pemikiran Gus Dur Tentang Nasionalisme dan Multikulturalisme (1963-2001)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana

Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan peran serta pihak-pihak yang telah memberi bantuan langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Anton Haryono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah sabar membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran, serta masukan selama penyusunan skripsi. 4. Drs. A.K. Wiharyanto, M.M. selaku dosen pembimbing II yang telah sabar mendampingi, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran, serta masukan selama penyusunan skripsi. 5. Drs. S. Adisusilo J.R., M.Pd. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan kepada penulis selama proses studi. 6. Seluruh dosen dan sekretariat program studi pendidikan sejarah yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Yonathan Suyoto dan Ibunda Suwarti yang telah memberikan dorongan spiritual dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. 8. Kedua kakak penulis Arief Ika Setiawan dan Hastanti Dwi Lestari yang telah memberikan dukungan selama menyelesaikan skripsi. 9. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Sejarah angkatan 2013 yang telah memberi dukungan, bantuan, serta inspirasi dalam menyelesaikan skripsi. 10. Kak Reni Triasari yang telah banyak membantu selama penyusunan skripsi ini. 11. Teman-teman “family” Paskalis Tribowo, Hilaria Ade Sinta, Antonius Hariyanto, Arung Samudra yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang turut membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi. Penulis menyadari bahwa dalam hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Yogyakarta, 21 Juli 2017

Penulis

Ana Riwayati Dewi

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv HALAMAN MOTTO ...... v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... vii ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 5 C. Tujuan Penulisan ...... 5 D. Manfaat Penulisan ...... 6 E. Tinjauan Pustaka ...... 6 F. Landasan Teori ...... 8 G. Metodologi Penelitian dan Pendekatan ...... 12 H. Sistematika Penulisan ...... 15 BAB II LATAR BELAKANG SOSIAL INTELEKTUAL GUS DUR ...... 17 A. Latar Belakang Keluarga Gus Dur ...... 17 B. Latar Belakang Akademik ...... 21 C. Gus Dur Sebagai Intelektual Muda ...... 26 BAB III PEMIKIRAN GUS DUR SEBAGAI TOKOH POLITIK TENTANGNASIONALISME DAN MULTIKULTURALISME DI INDONESIA ...... 30

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Latar Belakang Pemikiran Politik Gus Dur ...... 30 B. Pemikiran Gus Dur Tentang Nasionalisme ...... 32 C. Pemikiran Gus Dur Tentang Multikulturalisme ...... 38 BAB IV PENGARUH ATAU DAMPAK PEMIKIRAN GUSDUR TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-POLITIK INDONESIA ...... 44 A. Bidang Sosial ...... 44 B. Bidang Politik ...... 48 BAB V KESIMPULAN ...... 58 DAFTAR PUSTAKA ...... 61 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...... 67

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

KH. (Gus Dur)1 dikenal sebagai presiden yang pluralis dalam menjaga keutuhan NKRI. Kondisi transisi demokrasi Indonesia pada saat kepemimpinannya tengah berada dalam berbagai krisis dan isu primordialisme yang mencuat, menjadikan Gus Dur sebagai sosok pemimpin yang dibutuhkan ditengah rakyat Indonesia yang multikultur. Gus Dur adalah simbol toleransi, ia merupakan sosok pembela kelompok minoritas, seperti etnis

Tionghoa dan kelompok-kelompok lain yang tidak diuntungkan pada masa pemerintahan Orde Baru. Gus Dur adalah salah satu tokoh sentral Indonesia yang memperjuangkan bahwa Indonesia adalah negara multikultural. Gus Dur dikenal sebagai seorang pemuka Islam yang memiliki pemikiran liberal, serta perjuangannya agar pluralisme sosial budaya dapat diterima oleh masyarakat

Indonesia.2 Gus Dur mempraktekkan pemikirannya tentang nasionalisme dan mengaplikasikannya berdasarkan hukum Islam yang ia peroleh dari dunia

Pesantren.

Gus Dur memulai karir politiknya dalam kepengurusan NU (Nahdhatul

Ulama). Pada tahun 1979, ia bergabung dengan Syuriah Nasional NU atas permintaan kakeknya KH. Hasyim Asy’ari. Syuriah merupakan dewan penasihat

1 Abdurrahman Wahid, lalu lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. “Gus” adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak Kiai yang berarti “abang” atau “mas”. 2Greg Barton, Memahami Abdurrahman Wahid, dalam pengantar Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta: LKiS, 2000, hlm xxii.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

agama organisasi NU. Gus Dur menjadi ketua umum PBNU selama tiga periode kepemimpinan yaitu pada tahun 1984 hingga tahun 1999. Selama menjabat sebagai ketua PBNU, Gus Dur pernah melakukan beberapa kebijakan yang menunjukkan secara kuat pemikiran dan rasa nasionalismenya yaitu melakukan kritik terhadap pemerintah tentang Pancasila sebagai asas tunggal yang diusung Presiden Soeharto dan ditujukan bagi semua kelompok masyarakat termasuk organisasi keagamaan. Gus Dur memandang sebagai ancaman terhadap status Islam sebagai agama dan memprotesnya dengan keras.

Gus Dur juga sering mengkritik secara terbuka terhadap kebijakan rezim

Orde Baru.3 Misalnya, Gus Dur pernah bersuara lantang dalam kritiknya terhadap pemerintah daerah atas kasus pembangunan proyek waduk Kedung Ombo pada tahun 1985 di Jawa Tengah. Sikap Gus Dur sangat jelas sebagaimana yang ia tunjukkan untuk membela kaum lemah dan memperjuangkan hak-hak warga yang digusur demi kepentingan para penguasa. Permasalahan dari kasus ini adalah lahan yang akan digunakan untuk membangun waduk telah dihuni sekitar 5000 lebih kepala keluarga, namun pemerintah tidak memberikan ganti rugi yang sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya dan merugikan warga sekitar. Masalah

Proyek pembangunan waduk Kedung Ombo banyak menuai kritik, beberapa alasannya karena proyek ini tidak bagus bagi lingkungan, serta penyitaan tanah petani dinilai tidak adil.4

Pada tahun 1991, Gus Dur membentuk Fordem (Forum Demokrasi) untuk membela pluralisme dan demokrasi di Indonesia. Forum demokrasi merupakan

3 Greg Barton, Biografi Gus Dur, Yogyakarta: LKiS, 2011, hlm 183. 4 M.Hamid, Gus Gerr: Bapak Pluralisme dan Guru Bangsa, Yogyakarta: Pustaka Utama, hlm 46.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

sebuah wadah bagi masyarakat Indonesia untuk menyalurkan aspirasinya. Gus

Dur menjadi ketua dan juru bicara forum demokrasi ini, ketenaran dan pengaruh

Gus Dur membuat organisasi ini mendapatkan kepercayaan publik. Forum demokrasi ini didirikan untuk memberikan kekuatan penyeimbang dan menghambat laju isu sektarianisme atau politik aliran di Indonesia. Gus Dur menginginkan demokrasi berjalan sesuai dengan Undang-Undang Dasar yang berlaku.5

Pada saat menjabat sebagai presiden, Gus Dur melakukan tindakan dan kebijakan yaitu agar TAP MPRS No. XXV yang berisi larangan ajaran komunisme, marxisme, dan leninisme di Indonesia dicabut. Alasannya karena bertentangan dengan HAM di Indonesia dan tidak sesuai dengan pengamalan

UUD 1945. Walaupun usulan dicabutnya TAP MPRS tidak berhasil, tetapi upaya tersebut mampu membuka pemikiran masyarakat untuk menegakkan demokrasi seutuhnya tanpa diskriminasi.6 Selain itu, dalam upaya mengatasi masalah disintegrasi seperti gerakan separatis di Papua (Organisasi Papua Merdeka), dan di Aceh (Gerakan Aceh Merdeka), Gus Dur memilih menyelesaikannya melalui jalan dialog, dan menolak kebijakan militerisme. Jalan dialog dipilih Gus Dur untuk mencegah terjadinya kekerasan yang terjadi pada rezim sebelumnya.7

5 Ibid., hlm 224. 6 Kamaruddin Hasan, Propaganda Politik di Indonesia Era Abdurrahman Wahid, 2010, Jurnal. 7 I Gede Wahyu Wicaksana, I Basis Susilo, Isu Separatisme Dalam Politik Luar Negeri Indonesia: Kasus Aceh Dan Papua Di Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid, diakses dari http://i-g-w- fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-70009-Umum- Isu%20Separatisme%20Dalam%20Politik%20Luar%20Negeri%20Indonesia:%20Kasus%20Aceh %20Dan%20Papua%20Di%20Masa%20Pemerintahan%20Abdurrahman%20Wahid.html, 12 Maret 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Pada tahun 2001 Gus Dur melakukan kebijakan yaitu menjadikan Imlek sebagai hari libur Nasional, sebagaimana hari raya lain di Indonesia. Ia juga menetapkan Konghucu sebagai agama resmi ke-6 di Indonesia. Gus

Dur mencabut Inpres Nomor 14 Tahun 1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat China, dan menggantinya dengan Keputusan Presiden Nomor 6

Tahun 2000 pada 17 Januari 2000. Kebijakan yang dilakukan Gus Dur terbukti mampu menyelamatkan masyarakat Tionghoa dari diskriminasi yang terjadi di era

Orde Baru. Selama masa pemerintahan Soeharto masyarakat Tionghoa tidak mendapatkan haknya seperti merayakan Imlek secara terbuka.8 Tindakan yang dilakukan Gus Dur terhadap rakyat Tionghoa merupakan sikap inklusif Gus Dur yang mampu menghargai berbagai perbedaan di Indonesia, salah satunya perbedaan akan kepercayaan yang dianut masyarakat Indonesia yang berbeda- beda. Karena pemikiran dan tindakan Gus Dur membela masyarakat Tionghoa, ia diberi gelar sebagai Bapak Tionghoa Indonesia.9

Selain dikenal pluralis, Gus Dur juga merupakan tokoh penting yang terus berusaha memperkokoh nasionalisme Indonesia, seperti tampak dalam tindakan- tindakannya terhadap bangsa Indonesia. Pemikiran dan tindakannya menjadi teladan bagi generasi muda dan sangat cocok untuk diajarkan dalam pembelajaran sejarah. Sikap nasionalis serta kegigihan Gus Dur dalam menjaga keseimbangan negara dan bangsa patut untuk diteladani. Gus Dur merangkul semua nilai-nilai

8 Bayu Galih, Peran Gus Dur Dibalik Kemeriahan Imlek, diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2017/01/30/06060031/peran.gus.dur.di.balik.kemeriahan.imlek. 12 Maret 2017. 9 Leo Suryadinata, Kebijakan Negara Indonesia terhadap Etnik Tionghoa, Jurnal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

universal, yang dibencinya hanya kepicikan. Ia seorang Muslim yang hatinya penuh rasa kemanusiaan dan ia adalah seorang nasionalis Indonesia tulen.10

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang sosial intelektual Gus Dur

2. Bagaimana pemikiran Gus Dur sebagai tokoh politik Indonesia tentang

nasionalisme dan multikulturalisme di Indonesia

3. Bagaimana pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur terhadap kehidupan

sosial-politik di Indonesia

C. Tujuan Penulisan

Tulisan ini secara umum diarahkan pada upaya menjawab berbagai masalah yang berkaitan dengan pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme di Indonesia. Secara lebih rinci tulisan ini bertujuan:

1. Menjelaskan latar belakang sosial intelektual Gus Dur.

2. Menjelaskan pemikiran Gus Dur sebagai tokoh politik tentang nasionalisme

dan multikulturalisme di Indonesia.

3. Menjelaskan pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur terhadap kehidupan

sosial-politik di Indonesia.

10 Romo Franz Magnis Suseno, Gus Dur dan Semangat Kebangsaan, diakses dari http://www.gusdurian.net/id/article/opini/Gus-Dur-Semangat-Kebangsaan/ 15 Maret 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini sebagai berikut :

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penulisan ini diharapkan mampu menambah bahan bacaan tentang

pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme yang

berguna bagi para pembaca di lingkungan Universitas Sanata Dharma.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan dalam menulis karya

ilmiah khususnya mengenai pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan

multikulturalisme.

3. Bagi Pembaca

Skripsi ini diharapkan mampu menarik minat pembaca untuk mempelajari

tentang sejarah Indonesia, khususnya mengenai pemikiran Gus Dur tentang

nasionalisme dan multikulturalisme.

E. Tinjauan Pustaka

Kajian tentang pemikiran Gus Dur sudah banyak dilakukan oleh para peneliti, salah satunya adalah skripsi yang disusun oleh M. Bahrul Ulum dengan judul Konsep Pluralisme Abdurrahman Wahid (Dalam Perspektif Pendidikan

Islam). Skripsi tersebut membahas mengenai pemikiran Gus Dur tentang pluralisme dalam perspektif Islam yang mempunyai andil besar dalam perkembangan masyarakat Indonesia yang multikultural. Menurut Gus Dur pendidikan Islam mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

perkembangan peserta didik yang dilihat dari berbagai aspek. Hal ini tentu saja merupakan hal yang positif untuk perkembangan Indonesia di masa yang akan datang.11

Skripsi lainnya adalah terbitan Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo

Semarang tahun 2013, yang disusun oleh Umi Fatimatur Rohmah dengan judul

Konsep Toleransi Beragama Dalam Pandangan KH Abdurrahman Wahid. Skripsi ini memaparkan bahwa pemikiran Gus Dur mengenai toleransi beragama adalah bentuk realisasi dari agama Islam yang membawa rahmat bagi alam semesta.

Toleransi yang ditekankannya adalah toleransi bertindak dan berfikir dalam perspektif Islam. Praktik toleransi tidak tergantung pada tingkat pendidikan formal ataupun kepintaran pemikiran secara alamiah, tetapi merupakan persoalan hati dan perilaku yang didasari dari hukum Islam.12

Selain skripsi, terdapat disertasi antara lain karya Munawar Ahmad dengan judul Kajian Kritis Pemikiran Politik KH. Abdurrahman Wahid (1970-2005).

Disertasi ini menguraikan pemikiran dan aktivitas politik Gus Dur. Dijelaskan secara mendalam pengalaman politik Gus Dur yang ia dapatkan saat terjun dalam dunia politik. Pemikiran politik Gus Dur selalu menimbulkan wacana-wacana baru dalam perpolitikan Indonesia.13

Sementara itu, Greg Barton dalam bukunya “Gagasan Islam Liberal di

Indonesia: Pemikiran Neo-Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effendi,

11 M. Bahrul Ulum, Skripsi: Konsep Pluralisme Abdurrahman Wahid (Dalam Perspektif Pendidikan Islam), : UIN Syarif Hidayatullah, 2013. 12 Umi Fatimatur Rohmah, Skripsi: Konsep Toleransi Beragama Dalam Pandangan KH Abdurrahman Wahid, Semarang: IAIN Walisongo, 2013. 13 Munawar Ahmad, Disertasi: Kajian Kritis Pemikiran Politik KH. Abdurahman Wahid (1970- 2005), Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2007.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Ahmad Wahid dan Abdurrahman Wahid”, memaparkan bagaimana perkembangan pesantren dari yang tradisional hingga modern serta bagaimana sikap Gus Dur sebagai Kiai yang mempunyai pemikiran liberal. Ia digambarkan sebagai seorang muslim yang secara konsisten membela minoritas serta penyeru toleransi di Indonesia. Buku ini juga menjelaskan mengenai moderninasi dan globalisasi yang terjadi di Indonesia sesuai dengan perkembangan jaman yang semakin maju.14

Dr. Munawar Ahmad dalam bukunya “Ijtihad Politik Gus Dur” (2010) berusaha menganalisis pemikiran politik Gus Dur. Buku ini membahas pola pemikiran Gus Dur dan latar belakang terbentuknya pemikiran Gus Dur, serta menjelaskan silsilah keluarga Gus Dur yang menjadi latar belakang terbentuknya pemikiran Gus Dur. Buku ini juga membahas mengenai tulisan-tulisan Gus Dur untuk dapat lebih melihat bagaimana pemikirannya sebagai seorang liberalis dan pluralis. Gus Dur dalam pemikirannya mengupayakan penerapan Syariah Islam yang humanis dan universal dengan menawarkan alternatif pemikiran bagi penyelesaian persoalan bangsa dan negara tanpa mengorbankan pihak manapun.15

F. Landasan Teori

Skripsi ini berjudul Pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme. Untuk menjelaskan permasalahan dan ruang lingkup skripsi dibutuhkan beberapa teori konsep sebagai berikut :

14 Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1999. 15 Munawar Ahmad, Ijtihad Politik Gus Dur, Yogyakarta: LKiS, 2010.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

Pemikiran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pemikiran adalah proses, cara, perbuatan memikir: problem yang memerlukan pemikiran dan pemecahan.16

Pemikiran merupakan proses, cara serta perbuatan memikir yang dilakukan oleh manusia. Pemikiran yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah proses, cara berfikir dari Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme di Indonesia.17

Nasionalisme

Nasionalisme diartikan sebagai wujud rasa cinta terhadap bangsa dan negara. Nasionalisme pada hakikatnya merupakan suatu ideologi negara modern.

Mulyana (dalam Martaniah, 1990) mendefinisikan nasionalisme sebagai kesadaran bernegara atau semangat nasional. Nasionalisme atau paham kebangsaan bukan sekedar instrumen yang berfungsi sebagai perekat kemajemukan secara eksternal, namun juga merupakan wadah yang menegaskan identitas Indonesia yang bersifat plural dalam berbagai dimensi kulturalnya.

Nasionalisme menuntut adanya perwujudan nilai-nilai dasar yang berorientasi kepada kepentingan bersama dan menghindarkan segala legalisasi kepentingan pribadi yang merusak tatanan kehidupan bersama.

Nasionalisme merupakan kesadaran dan kebanggaan bernegara yang ditunjukkan dengan sikap dan perasaan yang lebih mementingkan kehidupan nasional di atas kepentingan pribadi, golongan, daerah ataupun partai yang diwakili. Nasionalisme juga dapat dipandang sebagai usaha nation building yang

16Diakses dari http://kbbi.kata.web.id/pemikiran/ 27 Maret 2017. 17Jamaluddin, Berfikir Apa dan Bagaimana, Surabaya Indah, 1989.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

berarti mengubah loyalitas masyarakat dari loyalitas yang sempit, yaitu loyalitas terhadap suku, agama, ras dan sebagainya.18 Rasa nasionalisme menciptakan masyarakat yang solid, damai, yang bersatu satu sama lain, dan berjuang bersama.

Tanpa rasa nasionalisme, Indonesia belum tentu merdeka, karena kemerdekaan itu bisa diraih karena usaha bersama-sama dengan satu tujuan yang sama yaitu dengan adanya sikap nasionalis.

Nasionalisme pada intinya mengarah pada sebuah konsep mengenai jati diri kebangsaan yang berfungsi dalam penetapan identitas di antara masyarakat dunia.

Konsep nasionalisme juga sering dikaitkan dengan kegiatan politik karena berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dan negara. Pada dasarnya nasionalisme muncul untuk menjamin kemauan dan kekuatan mempertahankan masyarakat nasional melawan musuh dari luar sehingga melahirkan rasa semangat rela berkorban yang datang dari dalam diri manusia, serta menghilangkan ekstremisme (tuntutan berlebihan) dari warga negara (individu dan kelompok).

Nasionalisme pada mulanya berkaitan dengan rasa cinta sekelompok orang pada bangsa, bahasa, dan daerah asal-usul semula. Rasa cinta seperti itu dewasa ini disebut semangat patriotisme.19

Multikulturalisme

Ketika berbicara mengenai multikulturalisme, kita berbicara tentang aspek keanekaragaman budaya dan bagaimana fakta keanekaragaman itu ditanggapi dan

18Anggraeni Kusumawardani, Faturochman, Nasionalisme, hlm 61, Jurnal. 19 Sutarjo Adisusilo, J.R., Nasionalisme – Demokrasi – Civil Society. diakses dari https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol23no2oktober2009/NA SIONALISME%20sutarjo%20adisusilo.pdf 12 April 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

disikapi secara normatif. Dengan kata lain, multikulturalisme berbicara tentang aspek deskriptif keanekaragaman (multikultural) yang disikapi secara normatif

(multikulturalisme).20

Multikulturalisme adalah upaya untuk menata masyarakat yang plural

(majemuk) menjadi masyarakat multikulturalistik yang harmonis sekaligus dinamis karena adanya keinginan dan harapan terhadap kebebasan dan kesetaraan manusia. Indonesia merupakan negara yang multikultur, sehingga multikulturalisme muncul sebagai upaya untuk membangun masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya agar bisa hidup bersama secara damai dan harmonis. Dalam masyarakat beraneka ragam budaya, sering timbul konflik- konflik destruktif yang justru merusak tatanan kehidupan bersama. Kebersamaan itu tentu saja tidak dimaksudkan untuk merusak dan untuk menambah masalah, melainkan membuat hidup bersama menjadi nyaman dan harmonis.

Multikulturalisme mempunyai dua aspek yaitu keanekaragaman dan kesamaan. Yang menjadi tujuan dalam masyarakat multikulturalisme adalah menciptakan kehidupan bersama yang harmonis dan dinamis dalam keberagaman.

Jadi aspek keanekaragaman dan kesamaan sangat penting dalam membangun masyarakat multikultural. Multikulturalisme di satu pihak merupakan suatu paham dan di lain pihak merupakan suatu pendekatan, yang menawarkan paradigma kebudayaan untuk mengerti perbedaan-perbedaan yang selama ini ada di tengah-tengah masyarakat Indonesia. 21

20 Benyamin Molan, Multikulturalisme: Cerdas Membangun Hidup Bersama Yang Stabil dan Dinamis, Jakarta: PT Indeks, 2015, hlm 29. 21 Andre Ata Ujan Ph.D dkk, Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan, Jakarta: PT Indeks, 2011, hlm 14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

G. Metodologi Penelitian dan Pendekatan

1. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik berarti mengumpulkan atau menemukan sumber. Menulis sejarah tidak mungkin dapat dilakukan tanpa tersedianya sumber sejarah. Sumber sejarah adalah bahan penulisan sejarah yang mengandung bukti lisan maupun tertulis.

Pengumpulan sumber dilakukan dengan studi pustaka.22

Dalam penelitian ini yang penulis lakukan pertama adalah mengumpulkan sumber dalam bentuk buku yang didapat dari perpustakaan Sanata Dharma dan juga buku dalam format e-book, sumber yang lainnya berupa jurnal, artikel, dan literatur yang berhubungan dengan masalah yang penulis bahas. Penelitian kepustakaan ini digunakan untuk mendapatkan data dan sumber yang relevan dengan tema penelitian. b. Kritik sumber (Verifikasi)

Kritik sumber adalah upaya untuk memeriksa otentisitas dan kredibilitas sumber. Dalam mencari kebenaran, penulis diharapkan mampu membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar, apa yang mungkin dan apa yang meragukan.

Supaya memperoleh sumber yang benar, seorang penulis sejarah harus menggabungkan antara pengetahuan, sikap ragu (skeptik), tidak percaya begitu saja, menggunakan akal sehat, dan melakukan tebakan inteligen. Jadi, fungsi dari

22 Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm 29.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

kritik sumber adalah supaya karya sejarah merupakan produk dari suatu proses ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan hasil dari suatu fantasi, manipulasi atau fabrikasi. Dalam metode sejarah ada dua jenis kritik sumber, yaitu kritik eksternal (otentitas dan integritas) dan kritik internal.23

Dalam penelitian ini yang penulis lakukan adalah mencari kebenaran dari berbagai sumber yang penulis temukan. Setelah materi selesai penulis baca dan analisis kemudian membandingkannya dengan sumber lain, apakah sumber tersebut asli atau hasil dari manipulasi buku. Selanjutnya, setelah materi yang dibandingkan dirasa benar kemudian peneliti mulai menulis. c. Interpretasi

Fakta yang sudah dikumpulkan harus diinterpretasikan untuk menghasilkan cerita sejarah. Interpretasi atau tafsir sebenarnya sangat individual, artinya siapa saja dapat menafsirkan. Meski datanya sama tetapi interpretasinya dapat berbeda, perbedaan itu terjadi karena perbedaan latar belakang, pengaruh, motivasi, pola pikir. Jadi interpretasi sangat sujektif tergantung siapa yang melakukannya, tergantung pribadinya masing-masing.

Interpretasi ada diantara verifikasi dan eksposisi. Dalam melakukan interpretasi penulis ada dibawah bimbingan metodologi sejarah sehingga subjektivitas dapat dieliminasi. Metodologi mengharuskan penulis untuk mencantumkan sumber datanya. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat mengkroscek kebenaran data dan konsisten dengan interpretasinya.

23 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2012, hlm 103.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Interpretasi sangat esensial dan krusial di dalam metodologi sejarah.

Interpretasi dapat dilakukan dengan analisis dan sintesis. Dari data yang bervariasi data dianalisis setelah ditarik secara induktif sehingga dapat dikumpulkan.

Sedangkan sintesis berlawanan dengan apa yang dilakukan oleh analisis. Sintesis sama dengan penyatuan. Data-data yang dikelompokkan menjadi satu kemudian disimpulkan.24

Langkah selanjutnya setelah kritik sumber yang penulis lakukan adalah merangkai kalimat yang didapat dari berbagai sumber dengan menggunakan pola pikir penulis sendiri sehingga menjadi penulisan sejarah berbeda dari yang lain.

Penulis memilih sumber yang relevan dengan topik yang ada untuk mendukung kebenaran sejarah. d. Penulisan (Historiografi)

Dalam penulisan sejarah, aspek kronologi sangat penting. Tahap penulisan mencakup interpretasi sejarah, eksplanasi sejarah, sampai presentasi atau pemaparan sejarah sebenarnya. Ketika penulis memasuki tahap ini, ia harus menggunakan pikiran-pikiran kritis dan menganalisisnya karena penulis harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi (penulisan sejarah).25

Tahap terakhir dari penelitian ini adalah penulisan atau historiografi, dimana penulis mulai menulis kisah sejarah sesuai dengan tema penelitian. Dalam penulisan ini penulis mencoba menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian.

24 Suhartono W. Pranoto, op.cit., hlm 55. 25 Helius Sjamsuddin, op.cit., hlm 103-104.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

2. Pendekatan Penelitian

Sejarah sebagai ilmu sosial tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan ilmu sosial yang lain. Maka dari itu sejarah meminjam ilmu sosial yang lain agar penelitian sejarah menjadi lebih jelas. Pendekatan menjadi sangat penting, karena dari pendekatan yang mengambil sudut pandang tertentu akan menghasilkan kejadian tertentu. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan sosial dan pendekatan politik. a. Pendekatan sosial

Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang berorientasi pada peristiwa sosial dengan segala implikasinya. Pendekatan sosial ini digunakan untuk melihat teori-teori sosial yang sesuai dengan konsep pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme. Pendekatan sosial ini juga digunakan untuk melihat masalah-masalah sosial yang melatarbelakangi Pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme. b. Pendekatan politik

Dalam pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme, pendekatan politik di sini artinya suatu pendekatan yang muncul berupa pemikiran-pemikiran Gus Dur mengenai politik di Indonesia.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi yang berjudul “Pemikiran Gus Dur Tentang Nasionalisme dan

Multikulturalisme”, mempunyai sistematika penulisan sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Bab I.

Berupa pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan

Bab II.

Menyajikan uraian tentang latar belakang sosial intelektual Gus Dur

Bab III.

Menyajikan uraian pemikiran Gus Dur sebagai tokoh politik Indonesia tentang nasionalisme dan multikulturalisme di Indonesia.

Bab IV.

Menyajikan uraian tentang pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur terhadap kehidupan sosial-politik di Indonesia.

Bab V.

Menyajikan kesimpulan yang berisi tentang jawaban-jawaban permasalahan yang ada dalam bab II, III, dan IV.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

BAB II

LATAR BELAKANG SOSIAL INTELEKTUAL GUS DUR

A. Latar Belakang Keluarga Gus Dur

Gus Dur lahir pada 14 Agustus 1940 di Denanyar, Jombang, Jawa Timur, putra pertama dari enam bersaudara.26 Secara genetik Gus Dur merupakan keturunan darah biru dan menempati strata sosial tertinggi dalam masyarakat

Indonesia. Ia lahir dari seorang tokoh besar bernama KH. putra pendiri (NU), Hasyim Asy’ari. Ibunya, Hj. Sholehah adalah anak dari KH. Bisri Syansuri yang juga merupakan tokoh besar NU. Ayah Gus

Dur menjadi menteri Agama yang pertama di Indonesia.27 Kakek Gus Dur dari pihak ayah, Kiai Hasyim Asy’ari, lahir di Jombang pada bulan Februari 1871. Ia adalah seorang tokoh pendiri NU pada tahun 1926. Kiai Hasyim Asy’ari selain dikenal sebagai ulama, juga merupakan seorang guru yang banyak memberi inspirasi bagi masyarakat. Ia merupakan seorang nasionalis yang ikut dalam memperjuangkan Indonesia melawan penjajah. Teman-teman seperjuangannya banyak yang merupakan tokoh terkemuka gerakan nasionalis pada masa kolonial.28

Kiai Hasyim Asy’ari tidak hanya mengurus dunia pesantren yang didirikannya, tetapi juga berperan dalam membela negara melawan penjajah.

26 Greg Barton, Biografi Gus Dur, Yogyakarta: LKiS, 2011, hlm 25. 27 Al-Zastrouw Ng, Gus Dur Siapa Sih Sampeyan?, Jakarta: Erlangga, 1999, hlm 13. 28 Greg Barton, op. cit., hlm 26-27.

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Semangat kepahlawanannya sangat tinggi.29 Ia dididik dan dibimbing mendalami pengetahuan Islam oleh ayahnya sendiri,30 sedemikian rupa sehingga menjadi tokoh Islam yang dikenal pintar dan berwawasan luas terhadap ilmu agama

(Islam). KH. Hasyim Asy’ari berkelana ke berbagai pesantren terkenal di Jawa saat itu serta banyak menghabiskan waktunya untuk mempelajari Islam di

Makkah dan Madinah. Setelah kembali dari Makkah dan Madinah, ia kemudian mendirikan Pesantren Tebuireng di Jombang pada tanggal 3 Agustus 1899 M.31

Dari kakeknya inilah, Gus Dur mewarisi nilai-nilai perjuangan, pengabdian, dan kepahlawanan. Pertama, perjuangan untuk mendapatkan ilmu dan wawasan yang kelak bisa bermanfaat untuk masyarakat luas. Kedua, pengabdian sebagai seorang guru dan ulama yang mampu menginspirasi dan menelurkan pemikiran- pemikiran Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Gus Dur banyak mendapatkan pengalaman hidup dari sikap dan tindakan yang ditunjukkan oleh kakeknya untuk bangsa. Ketiga, semangat kepahlawanan KH. Hasyim Asy’ari dan teman-teman seperjuangannya melawan penjajah sangat membekas dan menggugah jiwa

Nasionalisme Gus Dur untuk bangkit. Tidak mengherankan jika Gus Dur menjadi seorang nasionalis seperti sekarang ini.

Setelah NU berdiri tahun 1926 Kiai Hasyim diangkat menjadi pemimpin agung dan mendapatkan posisi sebagai kepala Dewan Penasihat Agama. Ia juga diberi gelar kehormatan yaitu Guru Agung atau Hadhratussyaikh dalam bahasa

Arab. Namun diluar kalangan pesantren, Kiai Hasyim lebih dikenal sebagai

29 Chairul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama, Surabaya: PT Duta Aksara Mulia, 2010, hlm 58. 30 Badiatul Rozikin, 1010 Jejak Tokoh Islam Indonesia , Yogyakarta: e-Nusantara, 2009, hlm 246. 31 Salahuddin Wahid, Transformasi Presantren Tebuireng: Menjaga Tradisi di Tengah Tantangan, Malang: UIN-Maliki Press, 2011, hlm 14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

nasionalis yang sering mengkritik pemerintah kolonial Belanda pada saat itu.

Pemikiran kritis Kiai Wahid Hasyim ini ternyata diwarisi oleh Gus Dur. Hal ini bisa dilihat dari kritik agama, sosial, politik, dan kemanusiaan yang kerap dilontarkan Gus Dur melalui tulisan-tulisannya dikemudian hari.

Kakek Gus Dur dari pihak ibu adalah Kiai Bisri Syansuri, yang juga dikenal aktif dalam pergerakan Nasional. Kiai Bisri Syansuri yang lahir pada September

1886 di Pati Jawa Tengah, merupakan salah seorang tokoh kunci lahirnya NU.

Pada tahun 1917, ia mendirikan pesanten di desa Denanyar yang terletak di

Jombang. Seiring berjalannya waktu pesantren Denanyar menjadi terkenal seperti pesantren Tambakberas dan pesantren Tebuireng.32 Pesantren Kiai Bisri Syansuri di Denanyar menerapkan sistem yang sama seperti pesantren Kiai Hasyim Asy’ari yaitu dengan mengembangkan pertanian, kerohanian dan terkenal dengan pendekatannya yang teratur / disiplin terhadap bidang keilmuan dan kehidupan bermasyarakat.

Sebagaimana diketahui di atas, kedua kakek Gus Dur merupakan ulama besar yang dihormati di kalangan NU, termasuk ayahnya, Kiai Wahid Hasyim.

Ayah Gus Dur bergabung dengan Nahdlatul Ulama (NU), yang merupakan sebuah organisasi sosial keagamaan. Setelah hampir dua tahun ia dipromosikan menjadi pengurus besar NU.33 Di lembaga inilah Wahid Hasyim mengembangkan ide-ide yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum pesantren serta mereorganisasi madrasah-madrasah NU.

32Greg Barton, op. cit., hlm 28-29 33Abubakar Aceh, Sedjarah Hidup K.H.A. Wahid Hasjim dan Karangan Tersiar, 2008, Jakarta: Panitia Buku Peringatan Alm. K.H.A. Wahid Hasjim, 1957, hlm 161.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Selain mengurus pesantren, Wahid Hasyim juga peduli terhadap perpolitikan di Indonesia pada masa penjajahan. Ia terlibat dalam pergerakan menentang penjajah. Pada tahun 1940, Wahid Hasyim menjadi ketua Majelis al-Islam al-A’la

Indonesia (MIAI) sebuah federasi organisasi-organisasi Islam yang berdiri tahun

1937. Bersama dengan Gabungan Politik Indonesia (GAPI), federasi partai-partai politik yang didirikan oleh kalangan sekuler nasionalis pada tahun 1939, NU membentuk kongres Rakyat Indonesia yang menuntut Indonesia berparlemen.34

Selain itu, Wahid Hasyim juga menjadi Menteri Agama selama tiga kali pergantian kabinet di pemerintahan (Hatta, Natsir, dan Sukiman): tahun 1948 -

1952. Beberapa sumbangsih selama ia menjabat sebagai Menteri Agama yaitu merubah sistem departemen dari yang bersifat kolonial menjadi keindonesiaan, serta menjaga kerukunan antar pemeluk agama di Indonesia.35 Sosok pembaharu dan pembawa kedamaian pada diri Wahid Hasyim pun menurun pada Gus Dur.

Tumbuhnya karakter dan jiwa kepemimpinan dalam diri Gus Dur sangat dipengaruhi dari sikap dan tindakan yang dilakukan ayahnya, Wahid Hasyim.

Sikap cinta tanah air dan demi memajukan bangsa secara langsung ia dapatkan dari ayahnya. Selain itu Gus Dur juga mendapatkan pengalaman dalam dunia perpolitikan dan pemerintahan.

KH. Wahid Hasyim meninggal pada tahun 1953. Istrinya (Sholehah) mendorong anak-anaknya untuk hidup mandiri dan membiasakan perdebatan bebas dan seru mengenai masalah-masalah yang dibicarakan oleh mendiang

34 Zaini, K.H Abdul Wahid Hasyim Pembaru Pendidikan Islam, hlm 17. Jurnal 35 Endang Sifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, Jakarta: CV. Rajawali, 1981, hlm 30.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

suaminya. Sholehah juga melatih anak-anaknya untuk membaca surat kabar serta buku-buku agar memiliki pengetahuan yang luas.

Bagi Sholehah, Wahid Hasyim merupakan orang yang sempurna.

Kematiannya menjadikan Sholehah melimpahkan semua ambisi dan aspirasinya kepada Gus Dur. Hal itu wajar karena Gus Dur adalah anak tertua, yang harus meneruskan kerja yang telah dibangun oleh sang ayah. Bagi Gus Dur, Wahid

Hasyim merupakan seorang teladan dalam hidupnya.36

B. Latar Belakang Akademik

Setelah ayah Gus Dur dilantik sebagai Menteri Agama, Gus Dur belajar di

Jakarta dan bersekolah di SD Matraman Perwari. Setamat Sekolah Dasar, ia melanjutkan ke SMEP Gowongan, sambil sekolah di pesantren Krapyak

Yogyakarta. Karena merasa jenuh sekolah di pesantren, akhirnya Gus Dur minta pindah ke kota.37 Ketika menjadi siswa sekolah menengah pertama, Gus Dur sudah sangat hobi membaca dan giat belajar bahasa Inggris. Banyak buku dibacanya, sehingga Gus Dur sangat mahir dalam menguasai bahasa Inggris.

Selain belajar bahasa Inggris, ia juga aktif mendengarkan radio Voice of America dan BBC London. Dengan giat membaca berbagai buku, pengetahuan, wawasan, dan cakrawala pemikiran Gus Dur semakin luas.

Sejak kecil Gus Dur sudah bersentuhan dengan buku-buku besar karya sarjana orientalis Barat. Diantara buku yang dibacanya adalah novel-novel karya

Ernest Hemingway, John Steinbach, dan William Faulkner. Mereka adalah

36 Greg Barton, op.cit., hlm 48. 37 Al-Zastrouw, op cit., hlm 14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

penulis dengan latar belakang sastra yang kuat. Karya mereka menarik untuk dibaca karena keeksotikan Amerika yang dipaparkan di dalamnya. Selain itu, Gus

Dur juga membaca beberapa karya Johan Huizinga, Andre Malraux, dan Ortega

Y. Gasset. Karya Huizinga berbicara tentang teori kebudayaan modern. Dalam karya-karya Huizinga, sejarah tidak sekedar rentetan peristiwa yang diuraikan secara kronologis. Dia mengulas sejarah dengan menguraikan elemen-elemen kebudayaan dan proses perkembangannya sesuai dengan garis sejarah. Karya

Andre Malraux berbicara tentang pemberontakan Komunis di Shanghai dan pembantaian oleh Chiang Kai-shek bersama pasukan nasionalisnya. Andre

Malraux juga dikenal sebagai seorang novelis, ahli sejarah seni, dan negarawan yang selalu bermain birokrasi.38 Selanjutnya Ortega Y. Gasset merupakan seorang filsuf dan ahli humaniora Spanyol, pemikiran-pemikirannya secara besar berpengaruh terhadap pencerahan budaya dan sastra abad 20 Spanyol.

Dari karya-karya para penulis Barat, Gus Dur mempelajari berbagai sejarah, budaya, dan sastra dari negara lain. Bukan hanya dari segi penulisannya, tetapi

Gus Dur mempelajari pemikiran-pemikiran yang dituliskan dalam buku-buku tersebut. Hal ini memperkaya wawasan dan pemahaman Gus Dur akan nasionalisme dan multikulturalisme yang ada di dunia.

Pada tahun 1957 setelah menyelesaikan sekolah dari SMEP, Gus Dur melanjutkan pendidikannya di Pesantren Tegalrejo Magelang Jawa Tengah. Di pesantren ini Gus Dur diajar oleh Kiai Chudhori yang merupakan sosok Kiai

38Aulia A. Muhammad, Bayang baur sejarah: sketsa hidup penulis-penulis besar dunia, Solo: Tiga Serangkai, 2003, hlm 20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

humanis dan menjadi panutannya.39 Di pesantren inilah Gus Dur mulai menunjukkan kemampuannya berbicara di depan khalayak umum. Setelah dua tahun belajar di pesantren Tegalrejo, ia kemudian pindah ke Jombang dan tinggal di Pesantren Tambak Beras. Saat usianya menginjak 20 tahun, Gus Dur sudah menjadi seorang ustadz di pesantren milik pamannya yaitu K.H. Abdul Fatah.

Pembentukan karakter dan pribadi Gus Dur terus berkembang ketika menempuh pendidikan akademisnya di pesantren. Selain mendapatkan ilmu, Gus

Dur juga mendapatkan pelajaran berharga berupa keteladanan dan pengalaman hidup dari para Kiai yang menjadi panutannya. Beberapa Kiai inilah yang mendidik dan membimbing Gus Dur sejak remaja hingga dewasa. Yang pertama, ia meneladani sifat Kiai Fatah dari Tambak Beras, seorang yang mempunyai kepribadian kuat dan memiliki sikap teguh dalam memegang prinsip, disiplin, dan humanis (suka menolong sesama tidak membeda-bedakan). Ia juga merupakan seorang nasionalis, hal tersebut terlihat dari perjuangannya dalam membebaskan

NU dari intervensi penjajah Jepang yang sebelumnya tercoreng akibat propaganda kaum penjajah.40 Kedua, Gus Dur meneladani KH. Ali Ma’sum dari Krapyak, seorang Kiai yang melakukan pembaharuan di bidang metode pengajaran dan kurikulum pesantren. Selain itu, ia memiliki peranan besar di berbagai sektor, yaitu sebagai pengasuh pondok pesantren, ulama intelek, ilmuwan, tokoh organisasi Islam, dan modernis NU.41 Ketiga, Gus Dur meneladani Kiai Chudhori

39 Imron Nawawi, Tertawa Ala GUS DUR; Humor Sang Kyai: The Humor Code, Jakarta: Banana Books, 2015, hlm 20. 40Mengenal Lebih Dekat Kyai Fattah, diakses dari http://iaibafa.ac.id/mengenal-lebih-dekat-kyai- fattah/ 1 Juli 2017. 41KH. Ali Maksum, diakses dari http://krapyak.org/2010/12/25/ali-maksum-sang-pendiri/ 1 Juli 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

dari Tegalrejo, seorang Kiai yang demokratis dan konsisten memperjuangkan aspirasi warga Nahdliyyin sejak Pemilu 1997. Ia juga termasuk salah satu Kiai yang tergabung dalam Forum Langitan, suatu kelompok ulama NU yang muncul menjelang peristiwa reformasi 1998.42

Keteladanan para Kiai yang membimbing Gus Dur, membentuk karakternya yang berkepribadian kuat, teguh dalam memegang prinsip, disiplin, dan mempunyai jiwa humanis terhadap sesama. Gus Dur belajar banyak selama di pesantren untuk menjadi orang yang cinta terhadap tanah airnya, menghargai segala bentuk perbedaan, dan demokratis dalam memimpin. Keteladanan seperti inilah yang kemudian secara tidak langsung membentuk karakter dan pribadi Gus

Dur dimasa yang akan datang.

Di usia 22 tahun, Gus Dur menunaikan ibadah haji dan setelah itu melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar, Mesir. Setibanya di Mesir, Gus

Dur kecewa karena tidak dapat langsung masuk Universitas, tetapi ia lebih dulu harus masuk Aliyah (sekolah persiapan). Ia merasa bosan karena harus mengulang pelajaran yang telah ditempuhnya di Indonesia, dan untuk menghilangkan kebosanannya, Gus Dur sering membaca buku tentang kemanusiaan di perpustakaan besar Kairo.43

Ketika Gus Dur sedang studi di Mesir, Mesir dipimpin oleh Presiden Gamal

Abdul Naser, seorang nasionalis yang dinamis, dan Kairo sedang berada dalam masa keemasan kaum intelektual. Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat

42Chudlori, Santri Kelana Pendiri API Tegalrejo, diakses dari http://www.nu.or.id/post/read/71337/kh-chudlori-santri-kelana-pendiri-api-tegalrejo- 2 Juli 2017. 43Ma’mun Murod al-Brebesy, Menyingkap Pemikiran Politik Gus Dur Dan Amien Rais Tentang Negara, Jakarta: Raja Grafindo, 1999, hlm 99.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

mendapat perlindungan dari pemerintah. Kondisi Mesir yang seperti itu sangat menguntungkan bagi Gus Dur karena ia sedang berada di sebuah negara yang sedang giat membangun kesetaraan hak atau demokrasi. Ia juga mendapatkan suasana baru di sebuah negara yang nasionalisme dan demokrasinya sedang tumbuh. Hal itu merupakan satu kondisi yang memungkinkan Gus Dur banyak belajar tentang nasionalisme dan multikulturalisme.

Tahun 1966 Gus Dur pindah ke Irak, sebuah negara yang maju dalam peradaban Islam, dan masuk di Universitas Baghdad. Di luar dunia akademik, Gus

Dur memperdalam ilmu agama dengan mengikuti ajaran Imam Junaid al-

Baghdadi, seorang pendiri aliran tasawuf yang diikuti oleh jamaah NU. Di Irak ia sangat kagum terhadap kekuatan nasionalisme Arab dan tokohnya yaitu Saddam

Husain.44 Karena itu merupakan salah satu inspirasi sebagai seorang nasionalis di

Indonesia.

Setelah Gus Dur menyelesaikan studinya di Baghdad, ia bermaksud melanjutkan studinya ke Eropa, namun karena ketatnya persyaratan yang harus dipenuhi, Gus Dur mengurungkan niatnya. Meskipun urung melanjutkan studi,

Gus Dur banyak melakukan kunjungan dari satu universitas ke universitas lain untuk menambah pengetahuannya. Gus Dur juga berkesempatan untuk melakukan percakapan dan diskusi mengenai masyarakat dan pemikiran Barat selama ia berada di Eropa. Saat berada di Belanda selama beberapa bulan, Gus Dur bersama teman-temannya pada tahun 1970 mendirikan sebuah Perkumpulan Pelajar bagi

44Maswan, Aida Farichatul Laila, Gus Dur Manusia Dimensional, Yogyakarta: Deepublish, 2015, hlm 65.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Muslim yang tinggal di Eropa, yang beranggotakan orang-orang Indonesia dan

Malaysia.45

Gus Dur juga sempat pergi ke Kanada, ke McGill University, untuk mempelajari kajian Islam secara lebih dalam. Tetapi akhirnya ia kembali ke tanah air setelah tertarik tentang dunia pesantren di Indonesia. Pada tahun 1971 berakhirlah perjalanan akademik Gus Dur, ia kembali ke Jawa dan memulai kehidupan barunya. Semangat dan tekad Gus Dur tak pernah padam, tepatnya pada tahun 1979 ia ditawari belajar di untuk mendapatkan gelar Doktor.

Namun hal tersebut urung terjadi karena pihak promotor merasa tidak sanggup serta menganggap Gus Dur tidak terlalu membutuhkan gelar tersebut. Beberapa disertasi calon doktor dari Australia, malah dikirim kepada Gus Dur untuk dikoreksi serta dibimbing dan kemudian dipertahankan hingga sidang akademik.46

C. Gus Dur sebagai Intelektual Muda

Pengalaman pendidikan membuat Gus Dur menjadi seorang intelektual.

Gus Dur mendapat banyak pengalaman ketika berada di Kairo, Baghdad, dan

Eropa. Ketika kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo perhatian Gus Dur tercurah sepenuhnya pada perkembangan yang terjadi di Indonesia menyusul “kudeta’ 30

September 1965. Selama dua setengah tahun berada di Timur Tengah, Gus Dur merasa prihatin dengan apa yang tengah terjadi di Indonesia. Keterlibatan NU dan

Ansor membuatnya sedih dan sangat terganggu. Ia merasa kecewa bahwa masyarakat Indonesia tidak cukup dewasa untuk meninggalkan primordialisme

45Biografi Gus Dur, diakses dari http://www.gusdur.net/id/biografi 12 Maret 2017. 46 Ibid., http://www.gusdur.net/id/biografi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

dan merasa benar sendiri.47 Walaupun sedang mengenyam pendidikan di luar negeri, tetapi Gus Dur masih memikirkan keadaan yang terjadi di Indonesia. Hal itu merupakan salah satu sikap kebangsaannya sebagai seorang yang cinta akan bangsanya.

Di Mesir, Gus Dur bekerja di Kedutaan Besar Indonesia. Pada saat ia bekerja, peristiwa Gerakan 30 September terjadi. Mayor Jendral Soeharto menangani situasi di Jakarta dan upaya pemberantasan Komunis dilakukan.

Sebagai bagian dari upaya tersebut, Kedutaan Besar Indonesia di Mesir diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Perintah ini diberikan pada Gus

Dur, yang ditugaskan menulis laporan. Gus Dur merasa tertekan oleh pekerjaannya tersebut. Ia merasa sangat khawatir karena laporan-laporan itu mungkin saja digunakan untuk melakukan penganiayaan dan penindasan.48

Walaupun Gus Dur tidak belajar di Universitas-universitas Eropa, selama berada di Kairo ia berkenalan dengan pemikiran Eropa dan ia mampu bertukar pikiran dalam lingkup yang tidak dapat dilakukannya di Indonesia.49

Seperti ayahnya dahulu, Gus Dur juga menghabiskan waktunya selama beberapa tahun sebagai mahasiswa di Timur Tengah dengan keraguan terhadap

NU. Walaupun ia sangat mencintai dunia pesantren, banyak aspek dalam masyarakat Islam tradisional Indonesia yang sangat mengganggu pikirannya.

Diantaranya mengenai kekhawatirannya terhadap pemikiran sempit para ulama

47 Ibid. 48Biografi Gus Dur, diakses dari https://irvanogie.files.wordpress.com/2009/12/biografi-gus- dur.pdf 19 April 2017. 49Siwi P. Rahayu, Abdurrahman Wahid, diakses dari https://profil.merdeka.com/indonesia/a/abdurrahman-wahid/ 18 April 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

yang semakin kuat di Kairo dan terhadap masyarakat Indonesia yang semakin lama terpecah belah.

Gus Dur merasa kecewa karena gagal menyelesaikan studi formalnya di

Kairo, namun ia mendapatkan banyak manfaat dari lingkungan sosial dan intelektual disana. Universitas Baghdad membuat Gus Dur menjadi seorang cendekiawan. Di tempatnya yang baru Gus Dur mendapat rangsangan intelektual yang tidak pernah dia dapatkan di Mesir. Di Baghdad Gus Dur mulai berpikir secara sistematis.50 Setelah menyelesaikan studi empat tahunnya di Universitas

Baghdad, Gus Dur kemudian pindah ke Eropa. Meski tidak memperoleh gelar akademik dari studinya di Eropa, tetapi ia mendapatkan banyak pengalaman mengenai pemikiran Barat. Perjalanan Gus Dur ke Eropa melengkapi pengalamannya dan memperkaya pemikirannya. Karena ia secara langsung belajar mengenai pemikiran yang ada di Barat sebagai interpretasi dari semua buku yang ia baca.

Dari latar belakang keluarga serta pengalaman pendidikan di luar negeri,

Gus Dur melintasi tiga model lapisan budaya. Pertama, kultur dunia pesantren yang sangat hirarkis, penuh dengan etika serba formal, dan menghargai tradisi budaya lokal. Kedua, budaya Timur Tengah yang terbuka dan keras, serta ketiga, lapisan budaya Barat yang liberal, rasional dan sekuler. Semua lapisan kultural itu terinternalisasi dalam pribadi Gus Dur membentuk sinergi.

50 Al-Zastrouw, op.cit., hlm 25.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Hampir tidak ada yang secara dominan berpengaruh membentuk pribadi Gus Dur.

Ia selalu berdialog dengan semua watak budaya tersebut.51

Pengalaman akademik di luar negeri menghadirkan realitas sosial yang memberi kontribusi pada pemikiran dan tindakan Gus Dur terkait nasionalisme dan multikulturalisme. Dunia pesantren turut mempengaruhi pemikiran serta tindakannya yang kelak berguna bagi masyarakat luas. Semua yang dilakukan

Gus Dur lebih mengedepankan inklusifitas, karena selama di dalam pesantren diajarkan bagaimana menjaga keberagaman yang ada di Indonesia.

51Tim INCReS, Beyond The Symbols, Jejak Antropologis Pemikiran Dan Gerakan Gus Dur , Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000, hlm 39.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

BAB III

PEMIKIRAN GUS DUR SEBAGAI TOKOH POLITIK TENTANG

NASIONALISME DAN MULTIKULTURALISME

DI INDONESIA

A. Latar Belakang Pemikiran Politik Gus Dur

Pada awal tahun 1980-an, Gus Dur terjun menjadi pengurus Nahdlatul

Ulama (NU) sebagai Dewan Syuriah (Dewan Penasihat). Awalnya ia menolak untuk menjadi pengurus NU, akan tetapi berkat bujukan sang kakek akhirnya ia mau bergabung dengan kepengurusan NU. Dalam beberapa tahun masa jabatannya, Gus Dur berhasil mereformasi tubuh NU sehingga membuat namanya semakin dikenal di kalangan NU. Pada tahun 1984 ketika Musyawarah Nasional, ia ditunjuk sebagai Ketua Umum PBNU. Pada masa jabatan pertamanya, Gus Dur berhasil mereformasi sistem pendidikan pesantren serta mampu meningkatkan kualitas pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular.52

Filsafat politik yang mendasari pemikiran Gus Dur adalah bagaimana cara mengkombinasikan ajaran Islam dengan apa yang disebutnya sebagai komitmen kemanusiaan. Menurut Gus Dur sebuah nilai bisa digunakan sebagai dasar bagi penyelesaian tuntas persoalan utama kiprah politik seseorang, yakni posisi komunitas Islam pada sebuah masyarakat modern dan pluralistik Indonesia.

Humanitarianisme Islam pada intinya adalah menghargai sikap toleran dan

52 M. Hamid, Gus Gerr: Bapak Pluralisme dan Guru Bangsa, Yogyakarta:Pustaka Marwa, 2010, hlm 45.

30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

memiliki kepedulian yang kuat terhadap kerukunan sosial. Dari kedua elemen asasi inilah sebuah keberadaan politik komunitas Islam negeri ini harus diupayakan.53

Pengalaman politik Gus Dur terbentuk saat ia menjadi ketua umum dewan penasihat PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Gus Dur ingin memberikan kontribusi yang serius pada perpolitikan Indonesia yang ia salurkan melalui satu partai yang berbasis keanggotaan NU yang luas.54 Selama berada dalam PKB ia banyak mendapatkan pengalaman politik. Dengan adanya PKB, NU sebagai kekuatan kultural dilengkapi dengan PKB sebagai kekuatan politik, yang merupakan suatu kesatuan yang harus diperhitungkan oleh lawan politiknya.

Gus Dur menulis artikel yang dimuat di koran Kompas tahun 1998 yang berjudul “Masa Depan Demokrasi di Indonesia”. Dalam tulisan tersebut ia memaparkan pemikirannya setelah tumbangnya Orde Baru. Ia berpendapat bahwa konstelasi politik yang ada pada masa itu belum memungkinkan tumbuhnya demokrasi di masyarakat Indonesia yang sebenarnya, sebab masih banyak rekayasa dan intrik yang berlaku.55 Selain itu, masih banyak lembaga-lembaga pemerintahan yang mempertahankan status-quo. Undang-undang pemilu dan sistem politik yang ada masih memungkinkan terjadinya hal itu. Selain itu tradisi bangsa Indonesia belum melahirkan budaya politik yang sehat. Banyak yang belum sadar akan demokrasi yang sebenarnya.

53 Marzuki Wahid, Inspirasi dari Pemikiran Gus Dur, diakses dari http://www.gusdur.net/id/mengagas-gus-dur/inspirasi-dari-pemikiran-gus-dur, 12 Mei 2017. 54 Greg Barton, Biografi Gus Dur, Yogyakarta:LKiS, 2011, hlm 328. 55 Kompas, 1998, hlm 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Gus Dur mengatakan, Indonesia harus bersedia melakukan perubahan dan pembenahan yang serius serta efektif terhadap suatu tatanan demokrasi.

Perubahan mendasar yang dimaksud adalah pola hubungan antara pusat dan daerah yang harus berimbang. Menurutnya hal ini penting dilakukan jika

Indonesia ingin tetap menjadi satu negara yang utuh (negara kesatuan) yang adil.56

Dalam tulisannya tersebut, Gus Dur membandingkan pelaksanaan demokrasi antara masa Orde Baru dan Reformasi. Ia mengatakan bahwa demokrasi di

Indonesia belum berjalan dengan baik walaupun rezim Orde Baru sudah tumbang.

Demokratisasi belum terjadi karena perpindahan titik berat dari kerja institusi- institusi belum berjalan dengan baik, serta tatanan perpolitikan di Indonesia masih jauh dari kemajuan yang diharapkan.

B. Pemikiran Gus Dur tentang Nasionalisme

Gus Dur lahir dari kalangan keluarga Pesantren. Pemikiran Gus Dur tentang

Nasionalisme dipengaruhi oleh lingkungan pesantren yang telah membesarkannya yaitu NU (Nahdlatul Ulama). Dalam Pemikiran NU, khususnya pemikiran para ulamanya di seluruh Nusantara sejak tahun 1926 sudah mempunyai komitmen tinggi terhadap keutuhan bangsanya. Menurut ulama NU, nasionalisme sudah lahir sejak negara Indonesia hidup dalam penjajahan Kolonial Belanda yang

56Ibid., hlm 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

begitu panjang dan melelahkan serta mengakibatkan penderitaan rakyat

Indonesia.57

Dalam lingkungan NU ada jargon yang berbunyi Hubbul Wathan Minal

Iman yang berarti cinta tanah air sebagian dari iman. Jargon ini merupakan fondasi kokoh keislaman dan keindonesiaan. Jargon tersebut dicetuskan oleh

Pendiri NU yaitu KH Hasyim Asy’ari.58 Dengan adanya jargon Hubbul Wathan

Minal Iman diharapkan masyarakat Indonesia memiliki kecintaan terhadap agama dan juga tanah airnya. Jargon tersebut dirasa sangat tepat untuk membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia agar tetap bangga dan cinta terhadap tanah air.

Pengalaman yang diperoleh dari dunia pesantren khususnya NU membentuk pemikiran-pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme. Dalam pandangan Islam, nasionalisme berkaitan dengan masalah sosial. Salah satu pemikirannya adalah pentingnya Pribumisasi Islam. Sebagaimana yang dimuat di dalam bukunya yang berjudul: Islamku, Islam anda, Islam kita, ia mengatakan pribumisasi Islam perlu dilakukan sebagai upaya melakukan rekonsiliasi antara Islam dan budaya

Indonesia, agar budaya lokal tidak hilang. Gus Dur juga mengemukakan kritik terhadap gejala yang ia sebut sebagai Arabisasi di Indonesia.59

57 A Shiddiq Sugiarto, Mukafi Niam, Hubbul Wathon Minal Iman, Jargon Pertahankan NKRI, diakses dari http://www.nu.or.id/post/read/76064/hubbul-wathon-minal-iman-jargon-pertahankan- nkri 12 Mei 2017. 58 Muchlishon Rochmat, Mahbib, Hubbul Wathan Minal Iman, Fondasi Kokoh Keislaman dan Keindonesiaan, diakses dari http://www.nu.or.id/post/read/77717/hubbul-wathan-minal-iman- fondasi-kokoh-keislaman-dan-keindonesiaan 12 Mei 2017. 59Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, Islam Kita, Jakarta: , 2006, hlm xxx.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Pribumisasi dimaksudkan sebagai upaya agar masyarakat Indonesia tidak kearab-araban dan tetap menjadi Indonesia tulen dengan adat istiadatnya. Gagasan pribumisasi sebenarnya sudah diungkapkan Gus Dur sejak tahun 1980-an.60 Gus

Dur berpendapat bahwa Pribumisasi bukan bermaksud untuk menghilangkan tata ajaran agama yang sudah ada, tetapi untuk merubah pandangan masyarakat bahwa

Islamisasi itu bukan Arabisasi. Gagasannya tentang Pribumisasi merupakan salah satu contoh bahwa Gus Dur menyadari pentingnya keindonesiaan.

Pemikiran Gus Dur lainnya dapat ditemukan dalam tulisannya di koran

Tempo tahun 1978 yang berjudul “Moralitas: Keutuhan dan Keterlibatan”.61

Dalam tulisan itu dikatakan pentingnya moralitas dalam suatu tatanan bangsa.

Masyarakat Indonesia diharapkan bisa memahami arti moralitas terhadap sesamanya, agar diantara masyarakat tercipta kerukunan, saling peduli dan tidak terpecah belah satu sama lain. Menurutnya yang dibutuhkan Indonesia adalah persatuan tanpa memandang dari segi manapun.

Dalam pemikirannya tersebut, Gus Dur mengatakan agama Islam belum menampakkan diri sebagai pendorong pembangunan negara, sebab menurutnya kaum muslimin belum mampu dan berani mengadakan koreksi atas moralitas yang mereka pahami selama ini.62 Sebagai rasa cinta terhadap negara, menurutnya masyarakat masih membiarkan terjadinya korupsi yang semakin merajalela dengan memikirkan diri sendiri dan acuh terhadap sekitar. Dengan sikap yang seperti itu berarti masyarakat membiarkan berlangsungnya proses kemiskinan bangsa yang semakin melaju. Sikap pura-pura tidak tahu menahu tentang upaya

60Ibid., hlm xxix. 61Tempo, 1978, hlm 3. 62Ibid., hlm 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

menegakkan hak-hak asasi manusia, serta bersantai-santai dengan manifestasi keagamaan yang bersifat lahiriyah belaka, hanya akan memperburuk keadaan serta menjauhkan Indonesia dari kesejahteraan dan kemakmuran.

Dengan demikian, moralitas yang ditumbuhkan harus menjadi prioritas utama yang berupa keterlibatan dalam memperjuangankan rakyat yang lemah untuk memperoleh kehidupan yang layak dan memberikan penghargaan yang layak atas hak-hak asasi mereka.

Menurut Gus Dur, jika masyarakat mampu menumbuhkan integritas sikap dan perbuatan yang didukung oleh keutuhan moralitas agama maka Indonesia akan menjadi negara yang hebat. Gus Dur berharap semua komponen masyarakat berusaha terlibat dengan segala upaya membela rakyat miskin dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia, sehingga agama Islam akan menjadi relevan dengan pembangunan bangsa.63 Pemikiran Gus Dur tersebut merupakan salah satu pemikiran nasionalisme dalam menciptakan keadilan bagi rakyat miskin di Indonesia.

Selanjutnya Gus Dur menulis buku yang berjudul Gus Dur: Menjawab

Kegelisahan Rakyat, buku tersebut memaparkan perubahan sosial yang ikut mempengaruhi sistem politik Indonesia, baik perubahan orientasi dari organisasi pemerintahan maupun kegiatan yang menunjukkan terjadinya perubahan- perubahan sosial masyarakat. Gus Dur mengatakan adanya perubahan yang terjadi antara para pemimpin dahulu dan sekarang, salah satunya dari sudut orientasi.64 Ia mengatakan orientasi pemimpin saat ini justru yang terlihat adalah orientasi

63Ibid., hlm 3. 64Abdurrahman Wahid, Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat, Jakarta: Buku Kompas, 2007, hlm 91.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

kekuasaan. Jika dahulu para penguasa memimpin dengan memadukan antara aspirasi pribadi dan kepentingan umum, sekarang para pemimpin politik seolah tak malu untuk melakukan berbagai cara agar memperoleh kemenangan, seperti manipulasi dan melakukan intrik-intrik kecurangan.

Perubahan nilai-nilai harus dilakukan seteliti mungkin agar perubahan sosial dapat terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pemerintah serta para pemimpin yang ada di dalamnya diharapkan mampu menjaga dan bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa Indonesia. Gus Dur berharap, para pemimpin bangsa dapat mengontrol ambisi politik pribadi maupun golongan untuk mencapai kemenangan politik agar tercipta kejujuran dan transparansi.

Dalam aspek pemikiran nasionalisme Gus Dur dari perspektifnya sebagai seorang muslim, yang paling penting adalah bagaimana cara memperjuangkan nilai-nilai Islam. Menurut Gus Dur, Islam bukan hanya sebagai sumber sosial dan politik belaka, tetapi sebagai sumber inspirasi dan motivasi. Bagi Gus Dur Islam dalam pandangannya yang legal formal tidak dapat dijadikan sebagai ideologi alternatif negara Indonesia. Ia berpendapat bahwa Islam merupakan faktor pelengkap di antara spektrum yang lebih luas dari faktor-faktor lain dalam kehidupan bangsa dan negara.65

Visi dan impian Gus Dur tentang masa depan Indonesia adalah rakyat

Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang demokratis dan toleran terhadap sesamanya, serta menjadi negara yang menjamin warganya dari berbagai latar belakang yang berbeda. Seluruh warga negara mempunyai hak dan kewajiban

65Salamah Eka Susanti, Integrasi Islam dan Negara dalam Pemikiran Politik Gus Dur, Jurnal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

yang sama, tidak ada diskriminasi dalam kehidupan mereka.66 Sebagai seorang muslim, Gus Dur menentang anggapan bahwa negara Islam menjadi simbolik di

Indonesia. Pancasila merupakan sebuah ideologi yang menjadi landasan semua lapisan masyarakat untuk dapat hidup secara berdampingan dalam negara

Indonesia. Tanpa Pancasila, Indonesia akan berhenti menjadi sebuah negara.

Pandangan Gus Dur tersebut merupakan tafsirannya sebagai seorang ulama pesantren, yang mempunyai komitmen terhadap pluralisme serta nilai-nilai demokrasi di Indonesia.

Gus Dur juga berpendapat, umat Islam harus berpegang teguh pada

Pancasila. Ia memahami Pancasila merupakan syarat bagi demokratisasi serta perkembangan Islam dalam konteks nasional. Ia juga mengatakan bahwa pemerintahan yang berideologi Pancasila harus dijaga dan dipertahankan, karena hal ini adalah cara tepat secara politik jika dilihat dari keragaman yang ada di

Indonesia.67

Pemikiran-pemikiran Gus Dur yang telah ia tulis merupakan wujud rasa nasionalismenya terhadap bangsa dan negara Indonesia. Gus Dur memberikan kritik dan juga gagasan yang merupakan salah satu upaya untuk menjadikan

Indonesia negara yang maju, berakhlak, dan damai. Pemikiran Gus Dur bisa diangkat sebagai solusi bagi permasalahan bangsa Indonesia yang terjadi saat ini, karena jarang sekali ditemui pemikiran-pemikiran yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Selain itu, Gus Dur mengedepankan pentingnya kesejahteraan dan keberpihakan kepada yang lemah.

66Marzuki Wahid, op,cit., http://www.gusdur.net/id/mengagas-gus-dur/inspirasi-dari-pemikiran- gus-dur. 67 Ibid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Sosok Gus Dur bukan hanya dipandang sebagai politikus tetapi juga sebagai negarawan yang selalu memikirkan bangsa. Komitmen terhadap kebangsaan dan tindakannya diwujudkan dalam pemikiran yang nasionalistik. Meskipun ia pernah mendirikan partai politik dan menjadi Presiden namun ia tetap mengedepankan kepentingan rakyat daripada politiknya. Gus Dur merupakan seorang yang rela melakukan apa saja agar bangsanya tidak tertinggal dan bisa menjadi bangsa yang bermartabat. Bentuk nasionalisme yang dilakukan oleh Gus Dur sudah dibuktikannya jauh sebelum ia menjadi presiden. Pada saat menjadi Presiden, ia semakin menunjukkan sikap cinta tanah air sebagaimana dilihat dari kebijakan- kebijakan yang diterapkan. Pemikiran dan tindakannya selalu berjalan beriringan dengan kenyataannya. Gus Dur layak mendapat predikat sebagai Bapak Bangsa karena pemikiran serta sumbangsihnya terhadap bangsa Indonesia.

C. Pemikiran Gus Dur Tentang Multikulturalisme

Pemikiran Gus Dur tentang multikuturalisme merupakan pandangannya terhadap keberagaman di Indonesia, yang dilandasi oleh perspektif Islam, karena ia adalah seorang ulama NU. Gus Dur merupakan tokoh pejuang demokrasi dan humanitarianisme universal, walaupun pada kenyataannya ia tidak pernah menempuh pendidikan di universitas Barat.68 Ia adalah seorang santri yang selalu bergelut dengan budaya Islam lokal tradisional. Berbagai gagasan yang Gus Dur kemukakan bersumber dari nilai-nilai keislaman yang diperoleh dari wacana Islam klasik.

68 Faisal Ismail, Dilema NU di Tengah Badai Pragmatisme Politik, Mitra Cendikia, Jakarta : 2004, hlm 152.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Gus Dur mengemukakan gagasan mengenai multikulturalisme yang ia tulis di koran Kedaulatan Rakyat tahun 1987 berjudul: Islam: Idiologis Ataukah

Kultural.69 Gus Dur dalam tulisannya tersebut memaparkan jika ia menolak negara Islam di Indonesia, karena bangsa Indonesia beraneka ragam, yang artinya negara tidak hanya akan melayani masyarakat yang beragama Islam saja, namun melayani semua elemen masyarakat.

Dijelaskan dalam tulisan tersebut bahwa setiap individu harus bisa menerima segala bentuk perbedaan pendapat serta kebebasan berbicara, karena pada dasarnya Indonesia adalah negara yang demokratis. Dari sinilah pemikiran

Gus Dur terbentuk, sehingga melatarbelakangi gagasannya tentang pencabutan

TAP MPRS No. 25 tahun 1966. TAP MPRS tersebut berisi tentang larangan penyebaran paham Komunisme, dan menjadi landasan perlakuan diskriminasi terhadap bekas para aktivis yang dituduhkan terlibat sebagai anggota Partai

Komunis Indonesia (PKI).70

Pada masa Orde Baru, mereka yang berkaitan dengan partai Komunis

(langsung atau pun tidak langsung), mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari pemerintah. Sebagai warga negara Indonesia, mereka tidak mendapatkan hak-hak yang semestinya mereka dapatkan.71 Pemerintahan Orde Baru dibawah pimpinan

Soeharto melarang mereka untuk menjadi pegawai negeri sipil. Mereka juga tidak mempunyai hak pilih dalam demokrasi. Terlebih, status di KTP pun ditulis sebagai tahanan politik. Hal ini berarti mereka berstatus wajib lapor ke aparat

69 Kedaulatan Rakyat, 1987, hlm 5. 70Panji Masyarakat No. 01 Tahun IV, 26 April 2000, hlm 53. 71 Sudirman Teba, Islam Pasca Orde Baru, Cet I, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001, hlm 8.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

keamanan. Selain itu mereka juga mendapatkan sanksi sosial, yaitu dijauhi oleh masyarakat karena dianggap berbahaya.

Gus Dur mengatakan bahwa Marxisme-Leninisme atau Komunisme hanya dapat dimengerti oleh pendidikan, bukan ketetapan MPR yang berlaku ataupun hukum lainnya. Hal yang dapat diterima ketika yang dilarang adalah lembaganya seperti Partai Komunis Indonesia (PKI) dan lembaga yang bernama free mason

(lembaga yang bebas tanpa agama).72 Pemikiran paham ini harus dipikirkan sangat matang dan teliti agar persatuan bangsa Indonesia tetap terjaga dan tidak merugikan diri sendiri.

Gagasan lainnya yang dikemukakan Gus Dur yang menunjukkan sikap keberagamannya terhadap bangsa Indonesia adalah pembelaannya terhadap etnis

Tionghoa. Gus Dur melalui tulisannya yang dimuat di majalah editor tahun 1990 dengan judul “Beri Jalan Orang China”, mengatakan bahwa tidak seharusnya orang China di Indonesia dibedakan dengan orang pribumi. Ia memaparkan bahwa sebagai bangsa yang multikultur, bangsa Indonesia seharusnya bisa menjaga karakteristik etnis yang berbeda agar tidak mengganggu keserasian hidup sebuah bangsa serta tidak melanggar hak asasi manusia.73 Karena Gus Dur adalah orang yang sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia di Indonesia.

Gus Dur menjadikan Imlek sebagai hari libur bagi rakyat Tionghoa yang merayakannya. Sebelumnya di Indonesia agama yang diakui hanya lima, namun semenjak era kepemimpinan Gus Dur, agama di Indonesia bertambah menjadi enam yaitu agama Khonghucu, yang sebelumnya tidak diakui di Indonesia.

72 Abdurrahman Wahid, op, cit., hlm 3. 73Abdurrahman Wahid, Beri Jalan Orang China, Majalah Editor, 1990.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Sebagaimana perayaan Imlek, diskriminasi terhadap agama Khonghucu juga diawali di masa Orde Baru dengan terbitnya Instruksi Presiden No. 14 Tahun

1967. Hal ini merupakan representasi dari sikap Gus Dur yang tidak setuju atas diskriminasi yang dilakukan terhadap rakyat Tionghoa di Indonesia.74

Bangsa Indonesia pada dasarnya sudah sangat heterogen, jadi masyarakat harus dapat melihat karakteristik khusus orang China, seperti halnya melihat

'keanehan' suku-suku bangsa kita yang ada di Indonesia. Gus Dur menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus mengubah cara pandang mereka terhadap orang

China, yang berarti mereka harus memandang orang China sebagai unit etnis bukan unit rasial.75 Ia berpendapat bahwa dengan memperlakukan orang China dengan perlakuan wajar, jujur, dan fair sebagai bangsa Indonesia akan mendorong timbulnya persatuan dan kesatuan dari dalam masing-masing individu.

Dari pemikiran dan gagasannya tentang multikulturalisme di Indonesia, Gus

Dur saat menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan

Presiden No 6 tahun 2000 yang mencabut Instruksi Presiden No 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan adat istiadat China. Dengan adanya Keputusan

Presiden No 6 tahun 2000 itu, warga keturunan Tionghoa diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan keagamaan serta melaksanakan adat istiadat Tionghoa tanpa harus meminta izin. Seperti kita ketahui selama pemerintahan Orde Baru, warga keturunan Tionghoa dilarang mengekspresikan berbagai bentuk kepercayaan dan adat istiadat mereka, seperti merayakan hari raya China.

74Lima Jejak Perjuangan Gus Dur Untuk Indonesia, diakses dari http://www.rappler.com/indonesia/105046-perjuangan-gus-dur-abdurrahman-wahid 27 Mei 2017. 75Abdurrahman Wahid, op.cit., hlm 5.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Usulan pencabutan TAP MPRS No. 25 tahun 1966 ditolak oleh parlemen dan Gus Dur manuai protes karena dianggap bersimpati dengan komunisme.

Rekonsiliasi nasional yang diusulkannya mendapat kecaman dari berbagai pihak.

Demikian juga pencabutan Inpres No. 14, bukan berarti diskriminasi terhadap warga keturunan Tionghoa berakhir. Masih banyak kasus serta perlakuan diskriminatif seperti ketika rakyat Tionghoa mengurus surat-surat akte kelahiran, akte perkawinan, paspor, dan lain-lain.76

Dengan dua kebijakan yang menunjukkan keberagaman terhadap Indonesia, tampak sekali bagaimana antara gagasan pemikiran dan tindakan di dalam diri

Gus Dur yang selalu konsisten membela rakyat lemah. Tak ada pemisahan antara kata aku berpikir dan aku bertindak.

Menurut Gus Dur yang penting adalah bagaimana komitmennya dalam membela kalangan minoritas di Indonesia. Ia juga mengajarkan pentingnya menjunjung Hak Asasi Manusia. Di sinilah arti penting dari pemikiran Gus Dur, terobosan dan usulan mencabut dua ketentuan di atas kelak akan mendorong anak bangsa untuk merenungkan kembali hakikat sebagai masyarakat bangsa, tanpa melakukan diskriminasi satu sama lain. Permasalahan di atas diharapkan mampu menjadi pembelajaran serta pengalaman bagi generasi muda Indonesia, agar di masa yang akan datang Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi.

Gus Dur bisa dikatakan sebagai Bapak Toleransi yang terkemuka di

Indonesia. Ia merupakan seorang yang sangat konsisten, karena pemikiran- pemikirannya sejalan dengan tindakannya. Gus Dur merupakan seorang tokoh

76 Bayu Galih, Peran Gus Dur dibalik kemeriahan Imlek, diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2017/01/30/06060031/peran.gus.dur.di.balik.kemeriahan.imlek. 13 Mei 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

yang sangat mementingkan bangsanya, ini dapat dilihat dari beberapa tindakannya dalam memperjuangkan hak minoritas yang sangat relevan dengan kondisi di

Indonesia yang masyarakatnya beragam. Gus Dur merupakan teladan bangsa, sebagai seorang muslim ia tidak memandang perbedaan agama untuk selalu membela minoritas baik di dalam maupun di luar negeri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

BAB IV

PENGARUH ATAU DAMPAK PEMIKIRAN GUS DUR TERHADAP

KEHIDUPAN SOSIAL-POLITIK DI INDONESIA

A. Bidang Sosial

Pemikiran Gus Dur sebagai tokoh bangsa memiliki dampak bagi masyarakat

Indonesia. Salah satu dampak dari pemikiran Gus Dur di bidang sosial adalah ia mampu menciptakan kerukunan antar umat beragama dan antar suku di Indonesia.

Gus Dur ikut andil dalam menciptakan masyarakat yang toleran serta mampu membuat pembaharuan dari pemikiran-pemikirannya. Rakyat hidup dengan sikap toleransi di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang multi etnis.

Gus Dur merupakan pelopor berdirinya dialog antar umat beragama di

Indonesia maupun di dunia Internasional. Dialog antar umat beragama yang digerakkan oleh Gus Dur masih berkembang hingga sekarang dan menjadi panutan bagi banyak orang / kalangan. Tokoh-tokoh lintas agama sampai sekarang masih giat melaksanakan pertemuan-pertemuan diskusi terbuka antar pemeluk agama agar tercipta kerukunan antar sesama. Gus Dur mengatakan bahwa melalui dialog antar agama, orang akan dapat saling mengenal satu sama lain, baik ajarannya ataupun pandangannya terhadap agama lain. Dikemukakan pula, perbedaan keyakinan, tidak menjadi pembatas kerjasama antara Islam dan agama-agama lain, terutama dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan umat manusia. Perbedaan keyakinan tidak perlu diperdebatkan karena setiap agama

44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

memiliki kepercayaan yang dianggap benar.77 Gus Dur menggagas dialog antar umat beragama tidak hanya dari perspektif komunikasi simbolik tetapi juga dari prinsip kebenaran yang diserukan oleh semua agama di dunia dan semua umat manusia lintas budaya.78

Karena dinilai berjasa dalam mengembangkan dialog antar umat beragama, pada tahun 2003 Gus Dur menerima penghargaan Global Tolerance Award dari

PBB. Di tengah isu terorisme, ekstrimisme, dan fanatisme yang mendominasi pemberitaan media massa Internasional, Gus Dur sering mempromosikan pentingnya modernisasi dalam kehidupan masyarakat dunia. Selain berhasil mempelopori dialog antar umat beragama, ia juga berhasil menggagas dialog antara Islam dan Yahudi yang dinilai sangat luar biasa dalam kancah

Internasional.79 Dari tindakan yang dilakukan oleh Gus Dur, dialog antar umat beragama semakin berkembang, yang tidak hanya dirasakan oleh masyarakat

Indonesia tetapi juga dunia Internasional.

Aktualisasi dari pemikiran-pemikiran Gus Dur berdampak pada terciptanya kerukunan masyarakat dan hadirnya toleransi. Pemikiran-pemikiran itu menginspirasi masyarakat untuk melaksanakannya, berkontribusi pada semakin menipisnya atau mengendurnya diskriminasi di Indonesia. Kesamaan hak warga negara semakin teraktualisasi dengan dilindunginya minoritas. Gus Dur antara

77 Surya Adi Sahfutra, Gagasan Pluralisme Agama Gus Dur Untuk Kesetaraan Dan Kerukunan, Jurnal, hlm 108. 78Dialog Lintas Agama Merindukan Gus Dur, diakses melalui http://www.nu.or.id/post/read/69708/dialog-lintas-agama-merindukan-gus-dur 5 Juni 2017. 79Memukau, Pidato Gus Dur di PBB, diakses melalui http://www.nu.or.id/post/read/990/memukau-pidato-gus-dur-di-pbb 8 Juni 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

lain berperan dalam penghapusan berbagai diskriminasi yang dialami oleh etnis

Tionghoa.80 Pada masa Orde Baru etnis Tionghoa terdiskriminasi oleh rezim

Soeharto, hak-hak mereka sebagai warga negara Indonesia direduksi. Mereka mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari pemerintah.

Ketika menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia Gus Dur memberikan keleluasaan terhadap etnis Tionghoa untuk mengekspresikan kehidupan sosial- budayanya. Selain itu, Gus Dur mengumumkan Konghucu sebagai agama resmi ke enam, karena sebelumnya di Indonesia hanya ada lima agama yang diakui.

Melalui PP No 6 tahun 2000, Gus Dur juga memberlakukan tahun baru Imlek sebagai hari libur Nasional sebagaimana hari raya umat lain di Indonesia.81

Sebagai intelektual Muslim Gus Dur menjadi panutan bagi bangsa

Indonesia. Pemikiran-pemikirannya menjadi inspirasi banyak orang baik di kalangan NU maupun non NU, muslim ataupun non-muslim. Banyak tokoh NU secara cepat meneladani dan mempraktikkan prinsip-prinsip hidup Gus Dur yang inklusif. Keteladanan Gus Dur menjadi nyata bagi Nahdliyyin82 ataupun non

Nahdliyyin. Sikap inklusif makin berkembang di kalangan kaum muda NU maupun non NU hingga sekarang. Sebelumnya Gus Dur senantiasa menumbuhkan tradisi Intelektual baru dikalangan para santri NU. Ia mengajarkan generasi muda NU untuk menelaah berbagai gagasan atau pendapat dari luar NU

80MN. Ibad dan Akhmad Fikri Af, Bapak Tionghoa Indonesia, Yogyakarta: LKiS, 2012, hlm 130. 81Ibid., hlm 132. 82Nahdliyin adalah sebutan bagi warga Nahdlatul Ulama atau para Jam’iyah (jama’ah, pengikut) Nahdlatul Ulama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

dan dunia Islam, serta mendorong mereka untuk meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi Barat.83

Gus Dur benar-benar menjadi sumber inspirasi bagi kalangan intelektual muda NU dan menjadi penggerak pembaharuan di kalangan kaum Nahdliyyin yang selama ini terkenal kaku dan kolot terhadap dunia luar. Gus Dur berhasil mengajarkan para santri NU untuk mengadopsi gagasan baru, sehingga mereka dapat menerima berbagai ilmu yang berasal dari luar. Selanjutnya pembaharuan yang dibawa Gus Dur di kalangan santri NU ini membawa pergerakan dan dakwah Islam di Indonesia yang semakin toleran terhadap kelompok lain, moderat, serta lebih inklusif. Para intelektual muda NU dengan pemikiran yang moderat dan terbuka, lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.

Selain di bidang dakwah, mereka juga berani menyampaikan gagasan untuk kemajuan negara. Terbaru, melalui Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)84 nya, para pemuda NU berkomitmen untuk ikut terlibat aktif dalam melawan radikalisme dan mengawal eksistensi NKRI.85

Pemikiran, tindakan, serta kebijakan yang dilakukan oleh Gus Dur selama ini menunjukkan bahwa ia pantas menyandang gelar Guru Bangsa. Gus Dur memiliki andil besar dalam membangun masyarakat yang lebih toleran. Semua pemikiran dan tindakan Gus Dur sangat strategis bagi terciptanya kohesivitas sosial masyarakat Indonesia. Ia merupakan salah seorang tokoh sentral dalam

83A Marzuq, Jejak-jejak Gus Dur di NU, diakses dari http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/03/100324_nugusdur.shtml 7 Juni 2017. 84Gerakan Pemuda Ansor adalah sebuah organisasi kemasyaratan pemuda di Indonesia, yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama. Organisasi ini didirikan pada tanggal 24 April 1934. 85Teguh Firmansyah,GP Ansor Tegaskan Lawan Radikalisme dan Anti-Pancasila, diakses dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/17/04/27/op2e22377-gp-ansor-kritik-ketum- pp-pemuda-muhammadiyah-soal-kelompok-antipancasila 11 Juni 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

menciptakan kerukunan antar umat beragama dan antar suku, ras, dan golongan baik di dalam negeri maupun dunia Internasional.

B. Bidang Politik

Pemikiran dan tindakan Gus Dur tidak hanya berdampak pada bidang sosial, tetapi juga pada bidang politik. Dampak pemikiran Gus Dur dalam bidang politik terlihat antara lain pada tertanganinya isu separatisme di Papua dan Aceh saat ia menjadi Presiden. Gejolak separatisme di Papua dan Aceh Merdeka menjadi menyusut. Gus Dur mengubah penyelesaian masalah Papua dan Aceh dari cara militer menjadi jalan perundingan atau secara dialog.

Strategi dialog dapat dilihat dari diijinkannya bendera Bintang Kejora berkibar di Papua. Gus Dur menganggap bahwa bendera OPM (Organisasi Papua

Merdeka) adalah bendera kultural warga Papua, yang tidak membahayakan bagi

NKRI. Dalam strategi dialog pula, Gus Dur menyetujui permintaan masyarakat

Irian Jaya untuk mengganti nama menjadi Papua.86

Latar belakang terjadinya gerakan separatisme di Papua karena rakyat Papua merasa tertindas, sehingga mereka kemudian menuntut kemerdekaan untuk menentukan nasibnya sendiri. Gerakan separatis OPM muncul bukan hanya karena tidak meratanya pembangunan dan operasi militer negara yang tak kunjung berhenti, tetapi negara dianggap menghegemoni Papua dalam berbagai aspek

86Hery H Winarno, Cerita Gus Dur Persilahkan Bendera OPM Berkibar di Papua, diakses dari https://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-gus-dur-persilakan-bendera-opm-berkibar-di- papua.html 27 Mei 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

kehidupan.87 Adanya khasus OPM, pemerintah Indonesia dinilai gagal dalam mengindonesiakan Papua. Sebagai negara sudah semestinya Indonesia melindungi segenap bangsa yang ada dalam wadah NKRI.

Dilihat dari aspek politik, pada tahun 1977 negara menjadikan Papua sebagai tujuan transmigrasi. Para transmigran banyak menduduki daerah strategis sehingga membuat rakyat Papua terpinggirkan. Sementara itu, dari aspek pendidikan, negara dinilai meminggirkan identitas Papua. Hal ini bisa dilihat dari porsi bahasan tentang nasionalisme Papua yang lebih sedikit di dalam pelajaran sejarah. Persoalan terakhir adalah hegemoni negara dalam aspek budaya yang terlihat dari sikap negara terhadap rakyat Papua yang sewenang-wenang.

Pemerintah melarang rakyat Papua menggunakan koteka karena dianggap primitif. Pemerintah juga mengubah nama Papua menjadi Irian Jaya, walau akhirnya pada masa pemerintahan Gus Dur nama Irian Jaya diubah lagi menjadi

Papua.88

Pemberian izin pengibaran bendera Bintang Kejora serta penggantian nama

Irian Jaya menjadi Papua bukan merupakan tanda bahwa Gus Dur meremehkan

Indonesia. Hal tersebut merupakan upaya Gus Dur untuk mengenalkan masyarakat Papua untuk bisa menghayati rasa keindonesiaan dari dalam. Hal itu juga merupakan upaya untuk mendapatkan hati masyarakat Papua yang bertahun-

87Duma Socratez Sofyan Yoman, Otonomi, Pemekaran dan Merdeka (OPM), Jayapura: Cendrawasih Press, 2010, hlm 7. 88 Badrul arifin, Papua dalam Cengkeraman Militer, diakses dari http://www.gusdurian.net/id/article/opini/Papua-dalam-Cengkeraman-Militer/ 27 Mei 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

tahun merasa terasingkan dari Indonesia.89 Tindakan-tindakan tersebut merupakan upaya Gus Dur untuk mendamaikan konflik yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Gus Dur merupakan seorang yang anti kekerasan, mengutamakan dialog, dan sangat menjunjung tinggi perdamaian.

Begitupun dengan isu separatisme yang terjadi di Aceh, Gus Dur turut andil dalam penyelesaian konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Saat menjadi

Presiden, Gus Dur begitu gigih mengupayakan perdamaian di Aceh. Hal pertama yang ia lakukan adalah mempertemukan Hasan Tiro (deklarator GAM) dengan pemimpin besar MILF (Mindanao Islamic Liberation Front) yang merupakan sebuah gerakan separatis di Filipina Selatan.90

Seperti terhadap Papua, Gus Dur menekankan agar penyelesaian konflik

GAM tidak dilakukan secara militer. Penyelesaian konflik yang dilakukan sebelumnya yaitu dengan mengirim tentara (dengan kekerasan senjata) menurutnya merupakan cara lama yang melanggar HAM. Langkah yang dilakukan Gus Dur yaitu mengirim utusan untuk bertemu dengan pimpinan

GAM saat itu, Abdullah Syafi’i untuk membicarakan kemungkinan perundingan.91 Ia mengatakan agar konflik tersebut diselesaikan melalui perundingan dan dialog dengan pendekatan humanis. Dengan terbukanya pintu

89Muhammad A.S. Hikam, Gus Dur Ku, Gus Dur Anda, dan Gus Dur Kita, Jakarta: Yrama

Widya, 2013, hlm 59.

90Yenny Wahid: Gus Dur Atasi Konflik lewat Komunikasi dan Kemanusiaan, diakses dari http://www.gusdur.net/id/berita/yenny-wahid-gus-dur-atasi-konflik-lewat-komunikasi-dan- kemanusiaan 28 Mei 2017. 91Bob Sugeng Hadiwinata Dkk, Transformasi Gerakan Aceh Merdeka: dari kotak peluru ke kotak suara, Jakarta: Friederich Ebert Stiftung, 2010, hlm 79.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

dialog antara pemerintah dan pimpinan GAM, diharapkan konflik bisa diatasi dengan terbuka dan lebih manusiawi.

Selain itu, Aceh juga diberikan kewenangan untuk menerapkan Syariat

Islam dengan dikeluarkannya UU No. 44 Tahun 1999. UU ini bukan secara khusus berisi tentang syariat Islam, tetapi adanya pengakuan dari pemerintah secara legal keistimewaan Aceh dalam agama Islam, sehingga Aceh dapat menerapkan Islam sebagai undang-undang kehidupan sosial mereka. Dinamika yang dilakukan Gus Dur dan Aceh merupakan sebuah dialektika demokrasi yang timbul karena kecerdasan Gus Dur dalam berpolitik serta keinginannya dalam menjamin kehidupan yang aman dan damai di Indonesia.

Ketika menjadi Presiden, Gus Dur banyak melakukan kunjungan ke luar negeri. Tujuannya agar integritas wilayah Indonesia tetap terpelihara sebagai

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Politik luar negeri Indonesia bebas aktif yang diwujudkan Gus Dur dalam bentuk kunjungan ke luar negeri, dianggap sebuah pemborosan oleh beberapa kalangan. Gus Dur menjawab tudingan tersebut dengan mengatakan bahwa eksistensi Indonesia sebagai negara harganya jauh lebih tinggi dibandingkan biaya kunjungan. Sebab pada masa Orde Baru, citra

Indonesia dikenal sebagai negara totaliter serta memiliki tingkat demokratisasi yang rendah.92 Untuk memperbaiki citra Indonesia di mata dunia, Gus Dur melakukan kunjungan ke berbagai belahan dunia. Kunjungan ke luar negeri ini mendapatkan respon positif dari para pemimpin dunia, bahkan hal ini membuka peluang kerjasama antar negara.

92Kick Andy, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), 2008, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=zcKyAaiU0Gg, 12 Mei 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Selain itu yang berhubungan dari dampak pemikiran politiknya yang semakin nyata yaitu adanya hubungan baik yang terjadi antara negara Indonesia dengan negara lain. Sebagai contohnya pada dunia Internasional, pada tahun 2000

Gus Dur melakukan perjalanan ke Timor Timur dalam rangka kunjungan pertama kali pasca Timor Timur memilih untuk merdeka. Kunjungan Gus Dur merupakan rasa simpatinya terhadap semua kesengsaraan yang telah dialami rakyat Timor

Timur serta keinginannya untuk menjalin hubungan persahabatan antara kedua negara. Selain itu Gus Dur juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa Timor

Timur untuk belajar di Indonesia serta menghendaki adanya hubungan bilateral antara Indonesia dan Timor Timur.93 Ia menyampaikan bahwa hubungan

Indonesia dan Timor Timur sudah seperti saudara, sehingga sudah semestinya kedua negara saling membantu. Hal tersebut merupakan langkah Gus Dur untuk merekatkan hubungan antar negara, yang merupakan cita-citanya untuk selalu menjalin hubungan baik dengan semua negara.

Hal lain yang merupakan bukti dari pemikiran politik Gus Dur ketika menjadi Presiden Republik Indonesia, berdampak pada terjalinnya hubungan luar negeri yang lebih intensif terhadap negara lain. Contoh nyatanya yaitu seringnya melakukan perjalanan ke luar negeri dengan tujuan menjalin kerjasama dengan negara lain serta menarik investasi.94 Kunjungan Gus Dur ke berbagai negara telah membawa manfaat seperti pemulihan ekonomi dan menstimulus aliran investasi di Indonesia.

93Gus Dur Kunjungi Timor Timur, Tais Timor, 13 Maret 2000, hlm 1 dan 2. 94Kumpulan Tulisan Kompas, Perjalanan Politik Gus Dur, Jakarta: Kompas, 2010, hlm 100.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Sebagai seorang Presiden Gus Dur mempunyai hak prerogatif. Salah satunya adalah dalam hal penetapan kabinet kerja. Gus Dur menghapus eksistensi

Departemen Sosial (Depsos) dan Departemen Penerangan (Deppen). Dalam penjelasan yang diberikan secara terbuka pada sidang paripurna DPR tahun 1999,

Gus Dur menegaskan bahwa penghapusan itu dilakukan semata-mata untuk efisiensi dan perampingan kabinet pemerintahan serta implementasi UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah (Otoda).95 Pembubaran Departemen Sosial dipertanyakan oleh beberapa kalangan, karena dinilai di Indonesia masih banyak orang-orang terlantar yang harus diayomi. Gus Dur pun membenarkan bahwa pembubaran Departemen Sosial karena adanya penyalahgunaan wewenang.

Keberadaan Departemen Sosial yang semestinya mengayomi rakyat malah justru dijadikan ladang korupsi.

Pembubaran Departemen Penerangan pada saat itu didasari oleh kebebasan pers Indonesia yang sangat tidak terkontrol bahkan pornografi merajalela. Gus

Dur mengatakan bahwa dengan pembubaran Departemen Penerangan, ia telah bekerja menurut ketentuan Undang-undang Dasar yang menjamin kebebasan berpikir. Gus Dur berpendapat bahwa masyarakat mempunyai peranan penting dalam mengontrol kebebasan pers dan pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap masyarakat. Setelah Gus Dur melikuidasi Departemen Penerangan, media massa lebih leluasa melakukan aktivitasnya karena pada masa Orde Baru

95 , Gus Dur Yang Saya Kenal; Sebuah Catatan Transisi Demokrasi Kita, Yogyakarta: LKis Yogyakarta, 2004, hlm 13.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Departemen Penerangan merupakan senjata utama rezim Soeharto dalam menguasai media.96

Ketika Gus Dur menjabat sebagai Presiden, ia pernah melontarkan sebuah wacana kontroversial yaitu ingin membuka hubungan dagang dengan Israel. Hal itu membuat banyak kalangan protes, terutama dari kalangan Islam. Alasan Gus

Dur karena Israel sampai saat ini masih melakukan penjajahan terhadap Palestina serta mengacu pada UUD 1945 yang berbunyi penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Membuka hubungan diplomatik dengan Israel bukan berarti mendukung penjajahan Israel atas Palestina, seperti yang sudah banyak dituduhkan selama ini, namun justru ikut menjaga ketertiban dunia sebagaimana diamanatkan Konstitusi.97 Namun penolakan muncul dari berbagai kalangan, baik dari dalam parlemen (yang saat itu sedang kuat-kuatnya) ataupun yang berasal dari luar parlemen. Karena banyak penolakan dari berbagai pihak, pembukaan hubungan dagang batal dilakukan oleh kedua negara.

Selain itu pengaruh atau dampak dalam bidang lain yaitu terciptanya kehidupan politik yang lebih demokratis di Indonesia dibanding dengan masa

Orde Baru. Komitmen Gus Dur sangat kuat dalam membangun tatanan politik nasional, di mana semua warga negara Indonesia mendapat derajat yang sama tanpa memandang ras, agama, dan asal-usul. Contohnya penghapusan peraturan yang merugikan kaum minoritas. Pada era kepemimpinan Gus Dur kelompok minoritas Tionghoa mendapatkan pengakuan dari negara, seperti dalam

96 Kick Andy, op,cit., https://www.youtube.com/watch?v=zcKyAaiU0Gg 97Ahmad Rizky Mardhatillah Umar, Gus Dur, Erdogan, dan Israel, diakses dari http://www.gusdurian.net/id/article/kajian/Gus-Dur-Erdogan-dan-Israel/ 29 Mei 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

pengurusan dokumen kependudukan serta penetapan hari raya Imlek sebagai hari libur nasional.

Asas kesetaraan (egaliterianisme) merupakan asas yang diusung oleh Gus

Dur, yang merupakan bentuk penolakannya terhadap ide pembentukan masyarakat dan Negara Islam di Indonesia. Menurutnya, ide tersebut pada dasarnya mempunyai persamaan dengan tujuan formalitas ajaran Islam dalam masyarakat melalui perangkat hukum.98 Gus Dur mengatakan bahwa negara Islam tidak perlu ada di Indonesia. Hal yang perlu diperjuangkan dalam politik adalah masyarakat

Indonesia yang mayoritasnya beragama Islam dapat menjadi warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan yang lain.

Pengaruh pemikiran Gus Dur menjadikan perpolitikan di Indonesia semakin berwarna dengan beberapa kebijakannya yang kontroversial. Selama menjabat sebagai Presien Republik Indonesia ia sering terlibat konflik dengan politisi DPR, yang ditandai dengan kekecewaan berbagai kalangan sebagai pengusung naiknya

Gus Dur sebagai Presiden, hal tersebut terjadi ketika Gus Dur membiarkan Menko

Kesra dan Taskin, Hamzah Haz yang menjadi ketua umum Partai Persatuan

Pembangunan (PPP) mengundurkan diri dari kabinet yang hanya sebulan setelah dibentuk. Padahal sebelumnya atau setelah pembentukan kabinet, Gus Dur berjanji tidak akan ada reshuffle kabinet lagi.99 Pengunduran diri yang dilakukan

Hamzah Haz merupakan awal melemahnya dukungan DPR terhadap Gus Dur,

98 Muhammad A.S. Hikam, Islam, Demokratisasi, Dan Pemberdayaan Civil Society, Cet. I, Jakarta : Erlangga, 2000, hlm 164-165. 99 MD, Maruto dan WMK, Anwari, Reformasi Politik Dan Kekuatan Masyarakat; Kendala Dan Peluang Menuju Demokrasi, Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 2002, hlm 14.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

apalagi pengganti Hamzah Haz tidak diambil dari Partai Persatuan Pembangunan

(PPP).

Gejala konflik antara Gus Dur dan poros tengah semakin memanas pada awal tahun 2000, semenjak pernyataan Gus Dur yang menyebutkan PDI

Perjuangan dan PKB adalah dua partai besar di masa depan. Akibat dari pernyataan tersebut membuat partai-partai yang tergabung dalam poros tengah

(PPP, PAN, PBB, dan PK) menggelar acara Aksi Sejuta Ummat yang menyerukan penghapusan partai-partai Islam ke dalam satu partai besar.100

Berdasarkan data-data di atas terlihat bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh Gus Dur, menunjukkan bahwa ia merupakan sosok yang fenomenal dalam realitas sosial politik masyarakat Indonesia. Kehadirannya di kancah dunia perpolitikan Indonesia telah membawa suasana yang cukup dinamis dan segar.

Tidak mengherankan jika ia menjadi buruan para wartawan untuk diminta pendapat dan komentarnya serta sering diundang sebagai pembicara di berbagai acara.101 Gagasan serta pikiran-pikirannya yang terlalu maju terkadang membuat masyarakat sulit mengikuti dan memahaminya. Sudah menjadi kesepakatan umum bahwa Gus Dur merupakan seorang yang kontroversial dan nyeleneh. Di samping itu banyak juga yang menentangnya karena beberapa kalangan belum siap menerima pemikiran-pemikiran Gus Dur yang maju, sehingga menimbulkan kontroversi. Apa yang dilakukan dan dipikirkan Gus Dur menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Berbagai komentar muncul atas pikiran dan

100 Ibid., hlm 14. 101Al-Zatrouw Ng, Gus Dur Siapa Sih Sampeyan?, Jakarta:Erlangga, 1999, hlm 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

tindakannya, ada yang menentang dan ada juga yang mendukung atas apa yang dipikirkan dan dilakukan Gus Dur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari bab II sampai bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, terdapat beberapa hal yang membentuk intelektualitas Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme yaitu: Yang pertama, dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya yang berasal dari keluarga pesantren sehingga membentuk pemikiran Gus Dur yang inklusif dilihat dari perspektif agama (di dalam keluarganya diajarkan bagaimana seharusnya Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam). Yang kedua, dipengaruhi oleh lingkungan akademiknya. Gus Dur melewati banyak pengalaman ketika belajar di Pesantren, Mesir, hingga melalang buana ke Eropa sehingga pemikirannya dipengaruhi oleh pemikiran Barat.

Pengalaman tersebut membentuk pemikiran Gus Dur sebagai Intelektual muda yang pemikirannya jauh melampaui pemikiran orang lain.

Kedua, pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme di

Indonesia banyak merubah tatanan sosial di Indonesia. Pemikiran Gus Dur di bidang nasionalisme yaitu ia mengatakan pribumisasi Islam perlu dilakukan sebagai upaya rekonsiliasi antara Islam dan budaya Indonesia, agar budaya lokal tidak hilang. Pribumisasi dimaksudkan sebagai upaya agar masyarakat Indonesia tidak kearab-araban dan tetap menjadi Indonesia tulen dengan adat istiadatnya.

58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Pemikiran Gus Dur tentang multikulturalisme tergambar melalui pandangannya terhadap keberagaman di Indonesia. Gus Dur menunjukkan sikap keberagamannya melalui penetapan beberapa kebijakan terhadap hak-hak etnis

Tionghoa seperti mengeluarkan Keputusan Presiden No 6 tahun 2000 dan mencabut Instruksi Presiden No 14 tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan adat istiadat China. Dengan adanya Keputusan Presiden No 6 tahun 2000, warga keturunan Tionghoa diberikan kebebasan untuk melakukan kegiatan keagamaan serta melaksanakan adat istiadat Tionghoa tanpa harus meminta izin. Ia juga mencabut TAP MPRS No. 25 tahun 1966 yang berisi tentang larangan penyebaran paham Komunisme. TAP MPRS tersebut menjadi landasan perlakuan diskriminasi terhadap bekas para aktivis yang dituduh terlibat sebagai anggota

PKI. Dengan dua kebijakan yang dilakukan menunjukkan bahwa Gus Dur selalu konsisten membela kaum minoritas.

Ketiga, dampak yang terasa bagi bangsa Indonesia atas pemikiran Gus Dur yaitu adanya toleransi yang nyata di antara masyarakat. Keinginan Gus Dur sangat sederhana yaitu untuk menciptakan perdamaian antar sesama manusia.

Berbagai kebijakan Gus Dur sebelum menjadi presiden maupun pada saat menjadi presiden banyak dirasakan oleh masyarakat luas terutama kalangan minoritas di

Indonesia. Dalam segala tindakan yang dilakukannya Gus Dur selalu menggunakan pemikiran keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan. Gus Dur merupakan Presiden yang berjuang memperjuangkan Pluralisme dan Demokrasi di Indonesia. Segala bentuk diskriminasi diperjuangkan Gus Dur tanpa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

memandang agama agar semua masyarakat mendapat keadilan sebagaimana yang tercantum di dalam UUD 1945.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Barton, Greg. 2000. Memahami Abdurrahman Wahid, dalam pengantar Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gus Dur. Yogyakarta: LKiS.

------1999. Gagasan Islam Liberal di Indonesia. Jakarta: Paramadina. Munawar Ahmad. 2010. Ijtihad Politik Gus Dur. Yogyakarta: LKiS.

Jamaluddin. 1989. Berfikir Apa dan Bagaimana. Surabaya Indah.

Benyamin Molan. 2015. Multikulturalisme: Cerdas Membangun Hidup Bersama Yang Stabil dan Dinamis. Jakarta: PT Indeks.

Andre Ata Ujan Ph.D, dkk. 2011. Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan. Jakarta: PT Indeks.

Suhartono W. Pranoto. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Helius Sjamsuddin. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Al-Zastrouw Ng. 1999. Gus Dur Siapa Sih Sampeyan?. Jakarta: Erlangga.

ChairulAnam. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama. Surabaya: PT Duta Aksara Mulia.

Badiatul Rozikin. 2009. 1010 Jejak Tokoh Islam Indonesia. Yogyakarta: e- Nusantara.

Salahuddin Wahid. 2011. Transformasi Presantren Tebuireng: Menjaga Tradisi di Tengah Tantangan. Malang: UIN-Maliki Press.

Endang Sifuddin Anshari. 1981. Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Jakarta: CV. Rajawali.

Aulia A Muhammad. 2003. Bayang baur sejarah: sketsa hidup penulis-penulis besar duni. Solo: Tiga Serangkai.

Imron Nawawi. 2015. Tertawa Ala GUS DUR; Humor Sang Kyai: The Humor Code. Jakarta: Banana Books.

Ma’mum Murod al-Brebesy. 1999. Menyingkap Pemikiran Politik Gus Dur Dan Amien Rais Tentang Negara. Jakarta: Raja Grafindo.

61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Maswan, dan Aida Farichatul Laila. 2015. Gus Dur Manusia Dimensional. Yogyakarta: Deepublish.

Tim INCReS, Beyond The Symbols. 2000. Jejak Antropologis Pemikiran Dan Gerakan Gus Dur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

M. Hamid. 2010. Gus Gerr: Bapak Pluralisme dan Guru Bangsa. Yogyakarta: Pustaka Marwa.

Abdurrahman Wahid. 2006. Islamku, Islam Anda, Islam Kita. Jakarta: The Wahid Institute.

------2007. Gus Dur Menjawab Kegelisahan Rakyat. Jakarta: Buku Kompas.

Faisal Ismail. 2004. Dilema NU di Tengah Badai Pragmatisme Politik. Jakarta: Mitra Cendikia.

Sudirman Teba. 2001. Islam Pasca Orde Baru. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

MN. Ibad dan Akhmad Fikri Af. 2012. Bapak Tionghoa Indonesia. Yogyakarta: LKiS.

Duma Socratez Sofyan Yoman. 2010. Otonomi, Pemekaran dan Merdeka (OPM).Jayapura: Cendrawasih Press.

Muhammad A.S Hikam. 2013. Gus Dur Ku, Gus Dur Anda dan Gus Dur Kita. Jakarta: Yrama Widya.

------2000. Islam, Demokratisasi, Dan Pemberdayaan Civil Society, Cet. I. Jakarta : Erlangga

Bob Sugeng Hadiwinata dkk. 2010. Transformasi Gerakan Aceh Merdeka: dari kotak peluru ke kotak suara.Jakarta: Friederich Ebert Stiftung.

Kumpulan Tulisan Kompas. 2010. Perjalanan Politik Gus Dur. Jakarta: Kompas.

Muhaimin Iskandar. 2004. Gus Dur Yang Saya Kenal; Sebuah Catatan Transisi Demokrasi Kita. Yogyakarta: LKis Yogyakarta.

Maruto MD dan Anwari WMK. 2002. Reformasi Politik Dan Kekuatan Masyarakat; Kendala Dan Peluang Menuju Demokrasi. Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Abubakar Aceh. 2008. Sedjarah Hidup K.H.A. Wahid Hasjim dan Karangan Tersiar. Jakarta: Panitia Buku Peringatan Alm. K.H.A. Wahid Hasjim, 1957.

Sumber Jurnal, Majalah dan Koran:

Kamaruddin Hasan, Propaganda Politik di Indonesia Era Abdurrahman Wahid, 2010, Jurnal.

Leo Suryadinata, Kebijakan Negara Indonesia terhadap Etnik Tionghoa, Jurnal.

Anggraeni Kusumawardani, Faturochman, Nasionalisme, Jurnal.

Zaini, K.H Abdul Wahid Hasyim Pembaru Pendidikan Islam, Jurnal.

Tempo, Moralitas: Keutuhan dan Keterlibatan, 1978.

Salamah Eka Susanti, Integrasi Islam dan Negara dalam Pemikiran Politik Gus Dur, Jurnal.

Kedaulatan Rakyat, Islam: Idiologis Ataukah Kultural, 1987.

Panji Masyarakat No. 01 Tahun IV, 26 April 2000.

Abdurrahman Wahid, Beri Jalan Orang China, Majalah Editor, 1990.

Surya Adi Sahfutra, Gagasan Pluralisme Agama Gus Dur Untuk Kesetaraan Dan Kerukunan, Jurnal.

Gus Dur Kunjungi Timor Timur, Tais Timor, 13 Maret 2000, hlm 1 dan 2.

Munawar Ahmad, Disertasi: Kajian Kritis Pemikiran Politik KH. Abdurahman Wahid (1970-2005), Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2007.

Sumber internet :

I Gede Wahyu Wicaksana, I Basis Susilo, Isu Separatisme Dalam Politik Luar Negeri Indonesia: Kasus Aceh Dan Papua Di Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid, diakses dari http://i-g-w- fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-70009-Umum- Isu%20Separatisme%20Dalam%20Politik%20Luar%20Negeri%20Indon esia:%20Kasus%20Aceh%20Dan%20Papua%20Di%20Masa%20Pemeri ntahan%20Abdurrahman%20Wahid.html, 12 Maret 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Bayu Galih, Peran Gus Dur Dibalik Kemeriahan Imlek, diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2017/01/30/06060031/peran.gus.dur.di.b alik.kemeriahan.imlek. 12 Maret 2017.

Romo Franz Magnis Suseno, Gus Dur dan Semangat Kebangsaan, diakses dari http://www.gusdurian.net/id/article/opini/Gus-Dur-Semangat-Kebangsaan/ 15 Maret 2017.

KBBI, diakses dari http://kbbi.kata.web.id/pemikiran/ 27 Maret 2017.

Sutarjo Adisusilo, J.R., Nasionalisme – Demokrasi – Civil Society. diakses dari https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol 23no2oktober2009/NASIONALISME%20sutarjo%20adisusilo.pdf 12 April 2017.

Mengenal Lebih Dekat Kyai Fattah, diakses dari http://iaibafa.ac.id/mengenal- lebih-dekat-kyai-fattah/ 1 Juli 2017.

KH. Ali Maksum, diakses dari http://krapyak.org/2010/12/25/ali-maksum-sang- pendiri/ 1 Juli 2017.

Chudlori, Santri Kelana Pendiri API Tegalrejo, diakses dari http://www.nu.or.id/post/read/71337/kh-chudlori-santri-kelana-pendiri- api-tegalrejo- 2 Juli 2017.

Biografi Gus Dur, diakses dari http://www.gusdur.net/id/biografi 12 Maret 2017. Marzuki Wahid, Inspirasi dari Pemikiran Gus Dur, diakses dari http://www.gusdur.net/id/mengagas-gus-dur/inspirasi-dari-pemikiran-gus- dur, 12 Mei 2017.

A Shiddiq Sugiarto, Mukafi Niam, Hubbul Wathon Minal Iman, Jargon Pertahankan NKRI, diakses dari http://www.nu.or.id/post/read/76064/hubbul-wathon-minal-iman-jargon- pertahankan-nkri 12 Mei 2017.

Siwi P. Rahayu, Abdurrahman Wahid, diakses dari https://profil.merdeka.com/indonesia/a/abdurrahman-wahid/ 18 April 2017.

Muchlishon Rochmat, Mahbib, Hubbul Wathan Minal Iman, Fondasi Kokoh Keislaman dan Keindonesiaan, diakses dari http://www.nu.or.id/post/read/77717/hubbul-wathan-minal-iman-fondasi- kokoh-keislaman-dan-keindonesiaan 12 Mei 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Lima Jejak Perjuangan Gus Dur Untuk Indonesia, diakses dari http://www.rappler.com/indonesia/105046-perjuangan-gus-dur- abdurrahman-wahid 27Mei 2017.

Bayu Galih, Peran Gus Dur dibalik kemeriahan Imlek, diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2017/01/30/06060031/peran.gus.dur.di.b alik.kemeriahan.imlek. 13 Mei 2017.

Dialog Lintas Agama Merindukan Gus Dur, Diakses melalui http://www.nu.or.id/post/read/69708/dialog-lintas-agama-merindukan-gus- dur 5 Juni 2017.

Memukau, Pidato Gus Dur di PBB, Diakses melalui http://www.nu.or.id/post/read/990/memukau-pidato-gus-dur-di-pbb 8 Juni 2017.

A Marzuq, Jejak-jejak Gus Dur di NU, Diakses dari http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2010/03/100324_nugusdu r.shtml 7 Juni 2017.

Teguh Firmansyah, GP Ansor Tegaskan Lawan Radikalisme dan Anti-Pancasila, Diakses dari http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/17/04/27/op2e22377- gp-ansor-kritik-ketum-pp-pemuda-muhammadiyah-soal-kelompok- antipancasila 11 Juni 2017.

Hery H Winarno, Cerita Gus Dur Persilahkan Bendera OPM Berkibar di Papua, diakses dari https://www.merdeka.com/peristiwa/cerita-gus-dur- persilakan-bendera-opm-berkibar-di-papua.html 27 Mei 2017.

Badrul arifin, Papua dalam Cengkeraman Militer, diakses dari http://www.gusdurian.net/id/article/opini/Papua-dalam-Cengkeraman- Militer/ 27 Mei 2017

Yenny Wahid: Gus Dur Atasi Konflik lewat Komunikasi dan Kemanusiaan, diakses dari http://www.gusdur.net/id/berita/yenny-wahid-gus-dur-atasi- konflik-lewat-komunikasi-dan-kemanusiaan 28 Mei 2017.

Kick Andy, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), 2008, diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=zcKyAaiU0Gg 12 Mei 2017.

Ahmad Rizky Mardhatillah Umar, Gus Dur, Erdogan, dan Israel, diakses dari http://www.gusdurian.net/id/article/kajian/Gus-Dur-Erdogan-dan-Israel/ 29 Mei 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Sumber Skripsi :

M. Bahrul Ulum, Skripsi: Konsep Pluralisme Abdurrahman Wahid (Dalam Perspektif Pendidikan Islam), Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2013.

Umi Fatimatur Rohmah, Skripsi: Konsep Toleransi Beragama Dalam Pandangan KH Abdurrahman Wahid, Semarang: IAIN Walisongo, 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

SILABUS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib)

Kelas : XII

Kompetensi Inti :

3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Kompetensi Materi Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Dasar Pokok Waktu Belajar

3.7 Mengevaluasi Peran pelajar, Mengamati: Observasi: 2 X 45  Kementrian peran pelajar, mahasiswa, dan  Membaca buku mengamati menit pendidikan mahasiswa dan tokoh teks, browsing kegiatan dan tokoh masyarakat internet dan peserta didik kebudayaan. masyarakat dalam berdiskusi dengan dalam proses 2015. Sejarah dalam perubahan teman di samping mengumpulkan Indonesia perubahan politik dan tentang pemikiran data, analisis untuk politik dan ketatanegaraan Gus Dur tentang data dan SMA/MA ketatanegaraan Indonesia. nasionalisme dan pembuatan kelas XII. Indonesia.  Latar belakang multikulturalisme. laporan tentang Jakarta: intelektual Menanya: pemikiran Gus Kementrian 4.7 Menulis sosial Gus  Tanya jawab, Dur tentang pendidikan sejarah tentang Dur berdiskusi, dan nasionalisme dan peran pelajar,  Pemikiran Gus memberi komentar dan kebudayaan. mahasiswa dan Dur sebagai tentang pemikiran multikulturalis  Barton, Greg. tokoh tokoh politik Gus Dur tentang me. 2002. Biografi masyarakat tentang nasionalisme dan Portofolio: Gus Dur: The dalam nasionalisme multikulturalisme. menilai Authorized perubahan dan Mengeksplorasikan: laporan Biographi of politik dan multikulturali  Di dalam makalah Abdurrahman ketatanegaraan sme kelompok, siswa peserta didik Wahid. Indonesia.  Pengaruh atau mengumpulkan tentang Yogyakarta: dampak data lanjutan terkait pemikiran Lkis pemikiran dengan latar Gus Dur  Hamid, M. Gus Dur belakang, tentang 2010. Gus terhadap pemikiran, dan nasionalisme Ger: Bapak kehidupan pengaruh atau dan Pluralisme & sosisl-politik dampak pemikiran multikulturali Guru Bangsa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Kompetensi Materi Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Dasar Pokok Waktu Belajar

di Indonesia Gus Dur tentang sme. Yogyakarta: nasionalisme dan Tes tertulis: Pustaka multikulturalisme. menilai Marwa. Mengasosiasi: kemampuan  Menganalisis hasil peserta didik informasi yang dalam didapat dari penguasaan berbagai sumber materi tentang mengenai pemikiran Gus keterkaitan untuk Dur tentang mendapatkan nasionalisme kesimpulan tentang dan latar belakang, multikulturalis pemikiran, dan me. pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA N 1 Yogyakarta Kelas/Semester : XII/2 Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Materi Pokok : Peran pelajar, mahasiswa, dan tokoh masyarakat dalam perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia. Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit

A. KOMPETENSI INTI 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR No. Kompetensi Dasar Indikator 3.7 Mengevaluasi peran 3.7.1 Mendeskripsikan latar pelajar, mahasiswa, belakang sosial intelektual dan tokoh masyarakat Gus Dur dalam perubahan 3.7.2 Mendeskripsikan pemikiran politik dan Gus Dur sebagai tokoh ketatanegaraan politik tentang nasionalisme Indonesia. dan multikulturalisme 3.7.3 Mendeskripsikan pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur terhadap kehidupan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

sosial-politik di Indonesia 4.7 Menulis sejarah 4.7.1 Menulis biografi mengenai tentang peran pelajar, pemikiran Gus Dur tentang mahasiswa, dan tokoh nasionalisme dan masyarakat dalam multikulturalisme. perubahan politik dan ketatanegaraan Indonesia.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu: 1. Mendeskripsikan latar belakang sosial intelektual Gus Dur 2. Mendeskripsikan pemikiran Gus Dur sebagai tokoh politik tentang nasionalisme dan multikulturalisme 3. Mendeskripsikan pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur terhadap kehidupan sosial-politik di Indonesia

D. MATERI AJAR 1. Latar belakang sosial intelektual Gus Dur. 2. Pemikiran Gus Dur sebagai tokoh politik tentang nasionalisme dan multikulturalisme di Indonesia. 3. Pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur terhadap kehidupan sosial-politik di Indonesia.

E. MODEL PEMBELAJARAN 1. Metode Pembelajaran : Diskusi, presentasi, tanya Jawab, dan tugas. 2. Pendekatan pembelajaran : Saintifik 3. Model Pembelajaran : Cooperative Learning

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

F. SUMBER BELAJAR Sumber buku  Kementrian pendidikan dan kebudayaan. 2015. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA kelas XII. Jakarta: Kementrian pendidikan dan kebudayaan.  Barton, Greg. 2002. Biografi Gus Dur: The Authorized Biographi of Abdurrahman Wahid. Yogyakarta: Lkis  Hamid, M. 2010. Gus Ger: Bapak Pluralisme & Guru Bangsa. Yogyakarta: Pustaka Marwa.

G. MEDIA PEMBELAJARAN Alat : LCD, Laptop/Notebook, Speaker. Bahan : Power point pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN Alokasi Kegiatan Deskripsi waktu Pendahuluan  Guru mengucapkan salam. 10’Menit  Menanyakan kehadiran siswa.  Mengadakan tanya jawab mengenai materi-materi sebelumnya.  Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power point. Kegiatan Mengamati 70’Menit inti  Siswa membaca teks atau referensi yang disediakan oleh guru tentang nasionalisme dan multikulturalisme menurut pandangan Gus Dur.  Guru menampilkan power point yang ditayangkan mengenai pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme.  Siswa mengamati power point yang ditayangkan guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Menanya  Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya terkait pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme.  Siswa bertanya mengenai pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme. Mengumpulkan Informasi  Guru membagi siswa ke dalam 3 kelompok, masing-masing kelompok membahas tentang : a. Menjelaskan latar belakang sosial intelektual Gus Dur. b. Menjelaskan pemikiran Gus Dur sebagai tokoh politik tentang nasionalisme dan multikulturalisme di Indonesia. c. Menjelaskan pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur terhadap kehidupan sosial-politik di Indonesia.  Siswa mendiskusikan materi yang diberikan guru. Mengasosiasi  Peserta didik dalam kelompoknya mengasosiasikan materi yang diberikan guru. Mengkomunikasikan  Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok.  Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.  Guru meminta peserta didik untuk menanggapi hasil presentasi kelompok.  Siswa memberikan tanggapan terhadap diskusi kelompok. Penutup  Guru dan peserta didik melakukan 10’Menit refleksi pembelajaran secara bersama.  Guru memberikan penguatan terhadap pencapaian kompetensi peserta didik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

 Guru bersama peserta didik menyimpulkan pembelajaran tentang materi yang telah diberikan.

I. PENILAIAN, PEMBELAJARAN REMIDIAL, DAN PENGAYAAN 1. Teknik Penilaian a. Penilaian sikap 1) Observasi b. Penilaian Pengetahuan 1) Tes 2) Tanya Jawab 3) Observasi terhadap kegiatan diskusi

2. Instrumen Penilaian a. Penilaian sikap diskusi dan presentasi kelompok No Nama Mengkomu- Mendengar Berargu- Berkon- Jumlah nikasikan -kan mentasi tribusi 1 2 3 dst. Keterangan Penilaian: Masing-masing kolom diisi dengan kriteria; Baik Sekali : 4 Baik : 3 Cukup : 2 Kurang : 1

Nilai = 100 b. Instrumen Penilaian Pengetahuan  Setiap soal memiliki bobot yang sama = 20  Skor Maksimal = 60

Nilai = 100

Soal Tes Uji Kompetensi

1. Apa latar belakang sosial intelektual Gus Dur?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

2. Bagaimana pemikiran Gus Dur sebagai tokoh politik tentang nasionalisme dan

multikulturalisme di Indonesia?

3. Apa saja pengaruh atau dampak pemikiran Gus Dur terhadap kehidupan

sosial-politik di Indonesia?

 Kunci Jawaban

1. Latar belakang sosial intelektual Gus Dur dipengaruhi oleh keluarga yang

berasal dari pesantren serta pengalaman pendidikannya di luar negeri. Gus

Dur melintasi tiga model lapisan budaya. Pertama, kultur dunia pesantren

yang sangat hirarkis, penuh dengan etika serba formal, dan menghargai tradisi

budaya lokal. Kedua, budaya Timur Tengah yang terbuka dan keras,

serta ketiga, lapisan budaya Barat yang liberal, rasional, dan sekuler. Semua

lapisan kultural itu terinternalisasi dalam pribadi Gus Dur membentuk sinergi.

Hampir tidak ada yang secara dominan berpengaruh membentuk pribadi Gus

Dur. Ia selalu berdialog dengan semua watak budaya tersebut. Pengalaman

akademik di luar negeri menghadirkan realitas sosial yang memberi kontribusi

pada pemikiran dan tindakan Gus Dur terkait nasionalisme dan

multikulturalisme. Dunia pesantren turut mempengaruhi pemikiran serta

tindakannya yang kelak berguna bagi masyarakat luas. Semua yang dilakukan

Gus Dur lebih mengedepankan inklusifitas, karena selama di dalam pesantren

diajarkan bagaimana menjaga keberagaman yang ada di Indonesia.

2. Pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme di Indonesia yaitu ia mengatakan

bahwa pentingnya pribumisasi Islam di Indonesia. Ia berpendapat pribumisasi

Islam perlu dilakukan sebagai upaya melakukan rekonsiliasi antara Islam dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

budaya Indonesia, agar budaya lokal tidak hilang. Gus Dur juga

mengemukakan kritik terhadap gejala yang ia sebut sebagai Arabisasi di

Indonesia, sebagai tokoh politik ia banyak melakukan kritik sosial.

Selanjutnya pemikiran Gus Dur tentang multikulturalisme di Indonesia yaitu

pembelaannya terhadap minoritas seperti Etnis Tionghoa. Gus Dur selalu

konsisten membela rakyat lemah.

3. Dampak yang terasa bagi bangsa Indonesia atas pemikiran Gus Dur yaitu

adanya toleransi yang nyata di antara masyarakat. Keinginan Gus Dur sangat

sederhana yaitu untuk menciptakan perdamaian antar sesama manusia.

Berbagai kebijakan Gus Dur sebelum menjadi presiden maupun pada saat

menjadi presiden banyak dirasakan oleh masyarakat luas terutama kalangan

minoritas di Indonesia. Dalam segala tindakan yang dilakukannya Gus Dur

selalu menggunakan pemikiran keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan.

c. Psikomotorik

1) Teknik Penilaian : Penugasan

2) Bentuk Instrumen : Lembar Tugas

3) Instrumen :

Soal : Buatlah artikel ilmiah tentang pemikiran Gus Dur tentang

nasionalisme dan multikulturalisme dalam bentuk narasi !

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Indikator

Rele- Kelengkap- Pembahas- Ketepat- No Peserta vansi an an an Jumlah didik (1-4) (1-4) (1-4) waktu Skor (1-4)

1. 2. 3. dst.

Petunjuk penyekoran:

Peserta didik memperoleh nilai : Baik Sekali : apabila memperoleh skor 13-16 Baik : apabila memperoleh skor 9-12 Cukup : apabila memperoleh skor 5-8 Kurang : apabila memperoleh skor 1-4

d. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan

 Pembelajaran remidial dilaksanakan segera setelah diadakan penilai bagi peserta didik yang mendapat nilai di bawah 75 dengan mengerjakan kembali soal uji kompetensi.  Pengayaan dilaksanakan peserta didik yang mendapatkan nilai di atas 75 dengan memberikan tugas membuat analisis mengenai pemikiran Gus Dur tentang nasionalisme dan multikulturalisme.

Yogyakarta, 4 Juli 2017 Peneliti,

Ana Riwayati Dewi