Kajian Identifikasi Ruang Sakral Pada Kawasan Bersejarah. Studi Kasus Kawasan Menara Kudus, Jawa Tengah, Indonesia

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kajian Identifikasi Ruang Sakral Pada Kawasan Bersejarah. Studi Kasus Kawasan Menara Kudus, Jawa Tengah, Indonesia Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit E-ISSN: 2745-6080 Kajian Identifikasi Ruang Sakral pada Kawasan Bersejarah. Studi Kasus Kawasan Menara Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Anisa Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510 E-mail : [email protected] ABSTRAK Ruang sakral berkaitan erat dengan hal sakral yang diwadahi dalam ruang, dimana hal sakral tersebut tidak bisa serta merta diciptakan namun berkaitan dengan sesuatu yang pernah terjadi di lokasi tersebut. Penelitian ini mengkaji ruang sakral yang ada di kawasan Menara Kudus, sebuah kawasan yang erat kaitannya dengan salah satu walisongo yaitu Sunan Kudus. Kawasan Menara Kudus terletak di Kota Lama Kudus, yang di dalamnya terdapat Menara Kudus, Makam Sunan Kudus, dan Masjid. Ketiga hal tersebut menjadi satu kesatuan dan tujuan para peziarah ketika datang ke Kawasan Menara Kudus. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif interpretatif. Observasi lapangan dilakukan dengan cara, pertama, observasi subjek studi, yaitu dengan mengamati aktivitas yang dilakukan di Kawasan Menara Kudus yang meliputi aktivitas sakral dan profan. Kedua, mengamati ruang-ruang yang digunakan untuk aktivitas sakral dan profane dalam konteks kawasan. Hasil dari penelitian ini adalah ruang sakral tercipta pada area sekitar Masjid-Makam-Menara Kudus. Batas ruang sakral adalah gang yang ada di sisi kanan kiri kawasan ini. Semakin ke dalam arah masjid dan makam, kawasan semakin sakral. Semakin keluar dari kawasan yaitu arah jalan, semakin profan. Hal ini disimpulkan berdasarkan aktivitas yang dilakukan terutama oleh peziarah dan jamaah sholat pada Masjid Al Aqsha yang berada di samping Menara Kudus. Ada bagian dalam masjid yang tingkatannya sakral yaitu pada ruang dalam yang dibatasi dengan gapura kembar. Begitu juga pada makam, area sakral terletak pada makam bagian dalam yaitu posisi makam Sunan Kudus. Kata Kunci: Aktivitas sakral, Ruang sakral, Kawasan Menara Kudus ABSTRACT Sacred space is closely related to the sacred things that are contained in space, where these sacred things cannot be created automatically but are related to something that has happened in that location. This research examines the sacred space in the Menara Kudus area, an area that is closely related to one of the walisongo, namely Sunan Kudus. The Menara Kudus area is located in Kota Lama Kudus, which contains the Kudus Tower, the Tomb of Sunan Kudus, and the Mosque. These three things become one unity and goal of the pilgrims when they come to the Kudus Tower Area. This research uses interpretative qualitative descriptive method. Field observations are carried out by, first, observation of the subject of study, namely tracing the activities carried out in the Kudus Tower area which includes sacred and profane activities. Second, help the spaces used for sacred and profane activities in the regional context. The result of this research is that the sacred space is created in the area around the Masjid-Makam-Menara Kudus. The boundary of the sacred space is the alley on the right and left of this area. The deeper into the mosque and tomb, the more sacred the area. The more out of the area, namely the direction of the road, the more profane. This is based on the activities carried out mainly by pilgrims and worshipers praying at the Al Aqsa Mosque which is next to the Holy Tower. There is a part in the mosque which has a sacred level, namely in the inner room which is arranged with twin gates. Likewise in the tomb, the sacred area is located in the inner tomb in the position of the tomb of Sunan Kudus. Keywords: sacred activities, sacred space, Menara Kudus area, SEMINAR NASIONAL PENELITIAN 2020 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA, 7 OKTOBER 2020 84 – UMJ - ST Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit E-ISSN: 2745-6080 1. PENDAHULUAN yang dekat dengan Kelurahan Kauman. Kawasan Menara Kudus merupakan Kawasan ini menarik karena beberapa hal pusat Kota Lama Kudus yang terdapat di tersebut. Kawasan yang di dalamnya Jawa Tengah. Kawasan Menara Kudus ini terdapat bangunan bersejarah, biasanya menjadi salah satu tujuan ziarah bersama akan menjadi icon dari suatu daerah. dengan rangkaian ziarah wali songo Kenyataan ini dapat dilihat pada lainnya. Dalam kondisi normal sebelum kompleks Masjid-Makam-Menara Kudus terjadi Pandemi COVID-19 Jumlah yang menjadi sebuah pusat di Kawasan peziarah di hari ramai bisa mencapai 2000 Kota Lama Kudus karena tidak hanya per hari. Hal ini biasanya terjadi bernilai sejarah melainkan juga bernilai menjelang ramadhan, peziarah datang secara budaya dan arsitektural. (Anisa, berombongan menggunakan bis. Pada 2008). masa pandemic, pihak YM3SK yaitu Selain rumah kilungan, kawasan Yayasan yang mengelola Masjid, Makam Menara Kudus juga dikelilingi dengan dan Menara Kudus tidak menutup rumah tradisional Kudus yang penuh kawasan ini untuk para peziarah, namun dengan ukiran. Ada yang menyebut rumah memberlakukan protokol kesehatan. tradisional ini dengan rumah ukir. Ukiran Ada 3 tujuan ziarah yang menarik yang hampir memenuhi seluruh bagian untuk dikunjungi pada kawasan Menara rumah menjadi daya tarik sendiri. Rumah Kudus yaitu Masjid, Makam, dan Menara tradisional ini ada yang berada di dalam Kudus. Selain para peziarah yang kilungan namun ada juga yang berderet di bertujuan utama ke makam, banyak juga dekat makam Sunan Kudus. wisatawan yang mempunyai tujuan utama Keunikan rumah tradisional tersebut melihat Menara Kudus dan Masjid yang juga memperkuat keberadaan Kawasan secara arsitektural unik. Keunikan dari Menara Kudus sebagai tujuan wisata. Menara Kudus ini terlihat pada bentuknya Walaupun pengunjung untuk wisata pada yang mirip dengan candi, begitu juga rumah tradisional tidak sebanyak pagar keliling dari kawasan ini termasuk pengunjung atau peziarah pada Makam pagar ke arah makam. Ashadi Sunan Kudus. Masjid, Menara dan Makam mengungkapkan dalam penelitiannya tetap menjadi tempat utama yang dituju bahwa Bangunan Menara Kudus yang ketika orang datang ke kawasan ini. berada satu kompleks dengan Masjid dan Sumalyo (2006) mengungkapkan bahwa Makam Sunan Kudus telah menjadi saksi pada hakekatnya, masjid adalah tempat bisu tumbuh dan berkembangnya untuk melakukan segala aktivitas komunitas Kudus Kuno pada masa berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah sebelum kedatangan ja’far Shodiq (Sunan semata. Oleh karena itu, masjid dapat Kudus). Menara Kudus ini lebih mirip diartikan lebih jauh, bukan hanya sekedar sebagai sebuah tetenger yang dijadikan tempat bersujud, pensucian, tempat shalat sebagai pusat kawasan yang bernilai dan bertayamum, namun juga sebagai sakral. (Ashadi, 2007). tempat melaksanakan segala aktivitas Pada Kawasan Kota Lama Kudus, kaum muslim berkaitan dengan selain terdapat masjid-Menara-Makam, kepatuhan kepada Tuhan. juga terdapat permukiman dan rumah Aktivitas yang terjadi di Makam, tradisional yang khas dan berbeda dengan Masjid, dan Menara Kudus ini juga daerah lain. Rumah-rumah yang ada di memicu berkembang perekonomian di sekitar Menara Kudus berbentuk rumah sekitarnya. Dalam publikasi penelitian tradisional dalam kilungan sehingga berjudul The influence of historic sering disebut rumah Kilungan. Rumah buildings existence on economic kilungan ini membentuk lorong-lorong development and regional arrangement, sempit sebagai akibat dari tembok Anisa dan Lissimia (2020) menjelaskan kilungan yang tinggi. Kawasan yang bahwa keberadaan bangunan bersejarah di berbatasan langsung dengan Menara kawasan ini memicu kegiatan Kudus ada juga yang berupa rumah perekonomian dan pada akhirnya tradisional berderet, terutama pada bagian 2 Seminar Nasional Penelitian LPPM UMJ Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaslit E-ISSN: 2745-6080 berdampak pada penataan kawasan di Materi penelitian adalah ruang sekitarnya. sakral dalam skala meso, yaitu skala Penelitian pendahuluan berkaitan kawasan. Ruang sakral kawasan dapat dengan judul yang telah dipublikasikan ditelusuri pertama kali melalui antara lain Studi Awal Pola Ruang pengamatan untuk mengidentifikasi Kawasan Menara Kudus dipublikasikan aktivitas pengunjung, terutama para dalam NALARs 2008 (Anisa, 2008). The peziarah. Berdasar identifikasi tersebut Meaning of Sacred Space on the dideskripsikan ruang sakral kawasan, Architecture of the Historic Mosque pada serta elemen arsitektural yang membatasi jurnal Internasional IJBESR 2.2 ruang sakral tersebut. Lokasi penelitian Desember 2018, yang meneliti ruang ada di Kawasan Menara Kudus yaitu pusat sakral secara mikro pada masjid Jami’ Al kota Lama Kudus, Jawa Tengah. Daerah Mukarromah di Kampung Bandan, ini juga disebut dengan Kudus Kulon, dan Jakarta Utara, Indonesia (Ashadi dan menjadi tujuan ziarah wali songo. Anisa, 2018). Hasil penelitian berjudul Kaitan Antara Fungsi Ekonomi Dengan Bentuk Fisik Lingkungan Di Sekitar Kompleks Masjid, Makam Dan Menara Kudus disampaikan dalam seminar nasional Semnastek pada tahun 2018 (Anisa, 2018). 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deksirptif kualitatif interpretatif, dengan tujuan untuk mendapatkan identifikasi tentang ruang sakral dalam skala kawasan. Studi kasus yang diteliti adalah Kawasan Menara Kudus yang terletak di Kota Lama Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Dalam kawasan ini terdapat beberapa bangunan bersejarah yaitu Menara Kudus, Masjid Al Aqsha, Makam Sunan Kudus, dan Rumah tradisional Kudus. Bangunan yang masuk dalam lingkup penelitian ini adalah Menara-Masjid-Makam yang berada
Recommended publications
  • Kearifan Lokal Tahlilan-Yasinan Dalam Dua Perspektif Menurut Muhammadiyah
    KEARIFAN LOKAL TAHLILAN-YASINAN DALAM DUA PERSPEKTIF MENURUT MUHAMMADIYAH Khairani Faizah Jurusan Pekerjaan Sosial Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga Yogyakarta [email protected] Abstract. Tahlilan or selamatan have been rooted and become a custom in the Javanese society. Beginning of the selamatan or tahlilan is derived from the ceremony of ancestors worship of the Nusantara who are Hindus and Buddhists. Indeed tahlilan-yasinan is a form of local wisdom from the worship ceremony. The ceremony as a form of respect for people who have released a world that is set at a time like the name of tahlilan-yasinan. In the perspective of Muhammadiyah, the innocent tahlilan-yasinan with the premise that human beings have reached the points that will only get the reward for their own practice. In addition, Muhammadiyah people as well as many who do tahlilan-yasinan ritual are received tahlian-yasinan as a form of cultural expression. Therefore, this paper conveys how Muhammadiyah deal with it in two perspectives and this paper is using qualitative method. Both views are based on the interpretation of the journey of the human spirit. The human spirit, writing apart from the body, will return to God. Whether the soul can accept the submissions or not, the fact that know the provisions of a spirit other than Allah swt. All human charity can not save itself from the punishment of hell and can not put it into heaven other than by the grace of Allah swt. Keywords: Tahlilan, Bid’ah, Muhammadiyah Abstrak. Ritual tahlilan atau selamatan kematian ini sudah mengakar dan menjadi budaya pada masyarakat Jawa yang sangat berpegang teguh pada adat istiadatnya.
    [Show full text]
  • NEW INTERPRETATION on PROHIBITION to SLAUGHTER COW for KUDUS SOCIETY (Paul Ricoeur‟S Social Hermeneutic Perspective)
    1 NEW INTERPRETATION ON PROHIBITION TO SLAUGHTER COW FOR KUDUS SOCIETY (Paul Ricoeur‟s Social Hermeneutic Perspective) THESIS Submitted to Ushuluddin and Humanity Faculty in Partial Fulfilment of the Requirement for the Degree of S-1 on Theology and Philosophy Departement Written by: Yulinar Aini Rahmah NIM: 124111038 SPECIAL PROGRAM OF USHULUDDIN AND HUMANITY FACULTY STATE ISLAMIC UNIVERSITY (UIN) WALISONGO SEMARANG 2016 2 DECLARATION I declare that this thesis is definitely my own work. I am completely responsible for content of this thesis. Other writer‟s opinions or findings included in the thesis are quoted or cited in accordance with ethical standards. Semarang, May 18, 2016 The Writer, Yulinar Aini Rahmah NIM. 124111038 3 4 5 MOTTO O mankind! We created you from a single (pair) of a male and a female, and made you into nations and tribes, that you may know each other (not that you may despise (each other). Verily the most honoured of you in the sight of Allah is (he who is) the most righteous of you. And Allah has full knowledge and is well acquinted (with all things). -Al-Hujuraat 13- 6 DEDICATION This Thesis is dedicated to: My beloved Mom and Dad, My Brother and My Sister, My Teachers , And everyone who loves the wisdom 7 ACKNOWLEDGEMENTS . All praises and thanks are always delivered unto Allah for his mercy and blessing. Furthemore, may peace and respect are always given to Muhammad peace unto him who has taught wisdom for all mankind. By saying Alhamdulillah, the writer presents this thesis entittled: NEW INTERPRETATION ON PROHIBITION TO SLAUGHTER COW FOR KUDUS SOCIETY (Paul Ricoeur‟s Social Hermeneutic Perspective) to be submitted on Ushuluddin and Humanity Faculty in partial fulfilment of the requirement for the Degree of S-1 on Theology and Philosophy Departement.
    [Show full text]
  • Revitalizing the Sunan Kudus' Multiculturalism In
    REVITALIZING THE SUNAN KUDUS’ MULTICULTURALISM IN RESPONDING ISLAMIC RADICALISM IN INDONESIA Nur Said Head of Culture Study Center, STAIN Kudus e-mail: [email protected] ABSTRACT This article’s main focus is on exploring Sunan Kudus’ multiculturalism in Java with special focus on revitalizing them in responding Islamic radicalism in Indonesia. In this writing the authors use the semiotic and phenomenological approaches and supported by the oral history. Semiotics in this case can be a form of deconstruction of the understanding that was considered to be established. So it will be able to find the cultural capital with does not separate the spiritualism of Sunan Kudus. Some important conclusions are: First, the presence of Sunan Kudus in has brought the mission of Walisong to transmit a peaceful Islam in Java through a cultural approach, according to prominent local situation and conditions of each. Second, Sunan Kudus has built a successful political integration with the rights of democratic participation that considers tolerance and equality for citizens even though dealing with the different religious communities such as Hindu and Confucianism so that awakened a ‘social system’ with democratic civility, known as “Kudus Darussalam”. Third, the values and spirit of multiculturalism of Sunan Kudus are a cultural capital that will be the habitus of the community and strengthen democratic civility to the level of actions (behaviors), when reconstructed through a systematic educational values in responding the Islamic radicalism in the name of democracy. Keywords: Revitalizing, Sunan Kudus’ multiculturalism, Islamic radicalism Volume 1 | Number 1 | January-June 2013 37 A. Introduction Momentum of the reform movement in Indonesia since 1998 until now, a lot people has been expected the building of the new order of society more harmonious and tolerant in the Indonesia’s plural society.
    [Show full text]
  • Pengaruh Keberadaan Makam Syaikhona Kholil Terhadap Perilaku Keagamaan Masyarakat Martajasah Bangkalan
    PENGARUH KEBERADAAN MAKAM SYAIKHONA KHOLIL TERHADAP PERILAKU KEAGAMAAN MASYARAKAT MARTAJASAH BANGKALAN Skripsi: Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat dalam bidang Studi Agama-Agama Oleh: TAMBRIN NIM: E02211028 PRODI PERBANDINGAN AGAMA - JURUSAN STUDI-STUDI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2018 ABSTRAK Fenomena ziarah merupakan tradisi Islam Jawa, praktek ziarah ini sudah berkembang sedemikian rupa dan mengakar di jiwa masyar akat sejak dulu hingga sekarang. Mereka biasanya melakukan kegiatan ziarah pada waktu-waktu tertentu, di mana waktu tersebut dianggap memiliki makna yang sangat penting bagi kehidupan keagamaan mereka. Tradisi ziarah ke makam-makam para wali ini sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas bagi sebagian masyarakat islam Madura khususnya masyarakat Bangkalan desa Martajasa. Sebagaimana halnya yang dilakukan oleh para peziarah di makam syaikhona Kholil Bangkalan di Desa Martajasa Kab. Bangkalan. Kedatangan mereka dengan tujuan untuk menziarahi makam tersebut, sebab sebagai ummat yang beragama mengatakan atau mengirim doa terhadap orang yang sudah meninggal tidak ada larangannya, bahkan nabipun menganjurkannya dan sunnah hukumnya. Disisi lain dengan menziarahi makam tersebut dapat mengingat dan mengenang jasa-jasa yang telah dilakukan oleh beliau disaat meyebarkan agama Islam khususnya di pulau Madura Untuk memahami kegiatan ziarah sebagai suatau fenomena keagamaan, maka penulis berusaha mengungkap tentang praktek ziarah di makam Syaikhona kholil dengan cara merumuskan beberapa pertanyaan, yaitu (1) Pandangan Masyarakat Martajasah Terahadap Makam Syaikhona Kholil (2) Pengaruh keberadaan makam Syaikhona Kholil Bagi Masyarakat Desa Martajasah. Hasill dari penelitian ini mengungkapkan Keberadaan makam syaikhona kholil memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakatnya, khususnya di bidang sosial budaya.
    [Show full text]
  • Download (2MB)
    BAB I PENDAHULUAN POLITIK PERDA SYARIAT Dialektika Islam dan Pancasila di Indonesia Ma’mun Murod Al-Barbasy i POLITIK PERDA SYARIAT MA’MUN MUROD AL-BARBASY ii BAB I PENDAHULUAN POLITIK PERDA SYARIAT Dialektika Islam dan Pancasila di Indonesia Ma’mun Murod Al-Barbasy Kata Pengantar Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA. iii POLITIK PERDA SYARIAT MA’MUN MUROD AL-BARBASY POLITIK PERDA SYARIAT Dialektika Islam dan Pancasila di Indonesia Penulis : Ma’mun Murod Al-Barbasy Penyunting : Ahmad Mu'arif, S. Ag., MA. Pemeriksa aksara : Mumsika Desain sampul : Amin Mubarok Tataletak isi : Dwi Agus M Diterbitkan pertama kali oleh: Penerbit Suara Muhammadiyah Jl. KHA Dahlan No. 43, Yogyakarta 55122 Telp. : (0274) 376955, Fax. (0274) 411306 SMS/WA : 0812 1738 0308 Facebook : Penerbit Suara Muhammadiyah E-mail : [email protected] (Redaksi) [email protected] (Admin) Homepage : www.suaramuhammadiyah.id Cetakan I : Desember 2017 Hak cipta edisi bahasa Indonesia © Penherbit Suara Muhammadiyah, 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang ISBN: 000-000-0000-00-0 iv PENGANTAR PENULIS KATA PENGANTAR BUKU berjudul “Politik Perda Syariat: Dialektika Islam dan Pancasila di Indonesia” yang ada di tangan pembaca ini pada mu­ lanya merupakan karya Disertasi dengan judul: “Islam dan Negara: Studi Kasus Perumusan, Perdebatan, dan Kontroversi serta Peran Politik Muhammadiyah dan NU dalam Proses Pembuatan Perda 12 Tahun 2009 Kota Tasikmalaya.” Karena isinya dirasa penting untuk dipublikasikan, maka saya merasa perlu untuk menerbitkannya dalam bentuk buku, tentu setelah membuang beberapa isi Disertasi yang dirasa tidak perlu untuk terbitan sebuah buku. Buku ini mengangkat tema besar tentang Perda Syariat dan juga peran Muhammadiyah dan NU dalam proses pembuatan Perda Sya riat.
    [Show full text]
  • Genealogi Walisongo: Humanisasi Strategi Dakwah Sunan Kudus
    Genealogi Walisongo: Humanisasi Strategi Dakwah Sunan Kudus ADDIN, Vol. 8, No. 2, Agustus 2014 GENEALOGI WALISONGO: Humanisasi Strategi Dakwah Sunan Kudus Mas’udi STAIN Kudus, Jawa Tengah, Indonesia [email protected] Abstrak Sejarah panjang penyebaran Islam di tanah Jawa memiliki akar historis yang sampai detik ini belum tuntas untuk dimengerti otentisitas kemunculannya. Realitas ini bukanlah fakta tanpa alasan, namun minimnya catatan sejarah yang ada menjadikan semua fenomena kesejarahan yang telah berlangsung berabad-abad lamanya menjadi sedikit kabur untuk dipahami dan dimengerti embrio-embrio kesejarahannya. Hal ini pula yang tidak bisa diungkap secara orisinal pada realitas kesejarahan dari Dakwah Islamiyah Sunan Kudus di Kudus. Meskipun ditinjau secara arsitektural, data kesejarahan tentang Sunan Kudus dapat diobjektivikasikan, namun nilai-nilai dari muatan ajaran-ajarannya tidak bisa dimunculkan sebagai sebuah fakta original. Mengamati minimnya data kesejarahan yang bisa diobjektivikasikan dalam pengungkapan fakta-fakta sejarah di masa penyebaran Islam oleh Sunan Kudus, maka berbagai kritik terhadap data-data kesejarahan yang telah dikodifikasikan oleh para ahli mutlak diperlukan. Hal ini sejatinya ditujukan untuk memberikan perimbangan balancing yang cukup berarti demi menempatkan realitas sejarah yang ada terhindar dari spekulasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Berpijak kepada telusur data yang telah dilakukan, terungkap bahwa proses islamisasi yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat Kudus tidak bisa dilepaskan dari humanisasi sistem ibadah yang diimplementasikan oleh Sunan Kudus. Humanisasi sistem ibadah dijadikan strategi realistis Sunan Kudus ADDIN, Vol. 8, No. 2, Agustus 2014 223 Mas’udi demi menyebarkan ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan masyarakat Kudus. Alhasil, simpulan dari temuan ini dapat diungkap terciptanya humanisasi strategi ibadah yang dilakukan oleh Sunan Kudus dalam menciptakan kecenderungan keagamaan masyarakat terhadap ajaran Islam di Kudus.
    [Show full text]
  • Tourist Attraction Potential Around the Cemetery of Sunan Kudus Based on Social Media Analysis
    Published by : International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT) http://www.ijert.org ISSN: 2278-0181 Vol. 8 Issue 07, July-2019 Tourist Attraction Potential Around the Cemetery of Sunan Kudus based on Social Media Analysis Wahyu Septiana Eko Budi Santoso Department of Architecture Department of Urban and Regional Planning Institut Teknologi Sepuluh Nopember Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia Surabaya, Indonesia Haryo Sulistyarso Department of Urban and Regional Planning Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Indonesia Abstract— The Old Town of Kudus area has a main tourist Langgardalem Village. Geographically, this old city borders attraction, the Menara Minaret and al-Aqsa Mosques and the Sungai Gelis to the east, Jl. Kiai Haji Asnawi in the west, Jl. Sunan Kudus Tomb, which is one of the destinations of the JH Ahmad Dahlan in the north, Jl. Sunan Kudus in the south community pilgrimage. However, at this time only the Menara and in the central part of this area is divided by Jl. Menara. Minaret and al-Aqsa Mosques and Sunan Kudus Tombs that This Menara Minaret and al-Aqsa Mosques is the center of the have been developed to be the tourist attractions. To identify environment in the area of the Old Town. potential tourist attractions around this area, it can be done by This area of the Old Town of Kudus has a great potential looking at the traces of visitor activity seen from social media. for cultural tourism attraction to be developed because it has This social media use can reveal tourists' attitudes and interests interesting attractions. The Menara Kudus Mosque or Al-Aqsa in a tourist location.
    [Show full text]
  • Sikap, Akhlak, Budi Pekerti Masyarakat Di Sekitar Sunan Kudus
    SIKAP, AKHLAK, BUDI PEKERTI MASYARAKAT DI SEKITAR SUNAN KUDUS Disusun oleh : Drs. Edy Yusuf Nur SS, MM., M.Si. MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018 KATA PENGANTAR Assalamualaikum. Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Perilaku Masyarakat di Sekitar Makam Imogiri dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam Penelitian ini. Penulis juga menyadari bahwa Penelitian ini masih kurang dari kata sempurna Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan Penelitian ini. Penulis berharap Penelitian ini dapat memberi apresiasi kepada para pembaca dan utamanya kepada penulis sendiri. Selain itu semoga Penelitian ini dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak terkait yang ingin mengetahui lebih banyak sejarah Masjid Demak. Wassalamualaikum. Wr. Wb. Yogyakarta, 1 Juni 2018 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan BAB II PEMBAHASAN A. Walisongo dan Dakwah B. Sunan Kudus C. Biografi Sunan Kudus D. Cara Berdakwah yang Luwes E. Pendapat Masyarakat tentang Peninggalan Sunan Kudus F. Hasil Observasi dan Pembahasan G. Fakta Mengenai Sunan Kudus H. Karya Sunan Kudus BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam tersebar keseluruh penjuru dunia dengan cepat. Dalam waktu ± 23 tahun, islam sudah tersebar ke seluruh jazirah arabia berkat dakwah nabi Muhammad SAW. Cepatnya penyebaran islam itu tidak berarti bahwa dakwah yang dilakukkan nabi berjalan mulus begitu saja. Banyak halangan dan rintangan berat yang dihadapi beliau dari kaum kafir Quraisy.
    [Show full text]
  • R. Feener a Re-Examination of the Place of Al-Hallaj in the Development of Southeast Asian Islam
    R. Feener A re-examination of the place of al-Hallaj in the development of Southeast Asian Islam In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 154 (1998), no: 4, Leiden, 571-592 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/30/2021 12:59:33AM via free access R. MICHAEL FEENER A Re-Examination of the Place of al-Hallaj in the Development of Southeast Asian Islam For decades, the academic study of Islam in Southeast Asia has been domin- ated by a preoccupation with the role of mysticism in the region. From the earliest descriptions in Raffles' History of Java of 1817 to the anthropological writings of Clifford Geertz (Geertz I960, 1968), the mystical orientation of Southeast Asian Islam has been assumed a priori. Such an orientation has dominated the contents of several Leiden dissertations, and eventually led to Professor Johns' thesis concerning the role of Sufi turuq in the Islamization of the region.1 While there is no denying that some schools of Islamic mystic thought have been influential in the development of Islamic civilization in Southeast Asia, it seems inadvisable to continue taking the 'mystical' nature of Islam in the region as a given. Rather, we should refrain from letting the nebulous term 'Sufism' bias us in our investigations of the actual situation in both its historical and contemporary contexts. It was just such a predisposition to find the 'mystical' in Southeast Asian Islam that was evident in the Dutch publications cited by Massignon in his Passion.2 Going by indications in this handful of studies, Massignon came to imagine a much more prominent role of 'Sufism', and of Hallajian elements therein, than it may have actually played.
    [Show full text]
  • BAB IV PEMBAHASAN A. Profil Wilayah Penelitian Desa Kauman
    BAB IV PEMBAHASAN A. Profil Wilayah Penelitian Desa Kauman 1. Desa Kauman Desa Kauman berada diwilayah propinsi jawa tengah tepatnya di kota Kudus kecamatan Kota. Kauman berasal dari kata Pakauman yang berakar kata Kaum. Pakauman artinya tanah tempat tinggal para kaum. Nama pakauman itulah yang berkembang menjadi kauman. Sebutan kauman sesuai dengan pekerjaan penduduknya yang diberi jabatan dan tugas mengelola masjid. Dari uraian diatas masyarakat kauman adalah sekelompok masyarakat yang wilayahnya berada disekitar masjid dan mempunyai aturan-aturan yang menjadi kesepakatan bersama. Aturan tersebut bersumber dari ajaran Islam karena mayoritas masyarakat desa Kauman beragama Islam.1 Proses terbentuknya masyarakat kauman tidak bisa dipisahkan dari sejarah kerajaan Islam seperti: kerajaan mataram, surakarta hadiningrat, kerajaan demak, dll. Kauman menurut Sjafrie: bahwa kauman menjadi bagian integral dari kekuasaan tradisional jawa. Penguasa jawa yang menjadikan islam sebagai agama Negara membangun sebuah masjid disebelah barat alun-alun yang berada didepan keraton. Kemudian pola-pola tata ruang tersebut diadopsi oleh kabupaten- kabupaten yang ada di jawa dengan mendirikan masjid di sebelah barat alun-alun kota. Lokasi tempat tinggal dari masyarakat kauman adalah pakauman yang artinya tanah tempat tinggal para kaum yang kemudian lebih dikenal dengan nama sebuah kampung atau nama desa, jadi masyarakat Kauman terbentuk karena adanya 1 Mutmainnah, “Interaksi Sosial Masyarakat Desa Kauman Denga Masyarakat Pendatang Dalam Tradisi Ziarah Di Makam Sunan Kudus”, dalam Skripsi, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009. hlm. 20. 52 faktor keagamaan serta pertalian darah (adanya persamaan jabatan kepegawaian) seperti: abdi dalem, sehingga masyarakat kauman cenderung memiliki sifat yang tertutup. Setiap warganya menegakkan ikatan kebersamaan seperti dalam upacara keagamaan, perkawinan, dll.
    [Show full text]
  • Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 24%
    Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 24% Date: Rabu, Desember 30, 2019 Statistics: 25094 words Plagiarized / 6022 Total words Remarks: High Plagiarism Detected - Your Document needs Critical Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- i MANUNGGALING KAWULA GUSTI DALAM SERAT WEDATAMA (SEBUAH KAJIAN THEOLOGI) Oleh : Dr. Drs. Marsono, M.Pd.H ii MANUNGGALING KAWULA GUSTI DALAM SERAT WEDATAMA (SEBUAH KAJIAN THEOLOGI) Penulis: Dr. Drs. Marsono, M.Pd.H Editor : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H. PENERBIT : Jayapangus Press REDAKSI : Jl. Ratna No.51 Denpasar - BALI Telp. (0361) 226656 Fax. (0361) 226656 http://jayapanguspress.org Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN : 978-602-51483-1-6 iii KATA PENGANTAR Om Swastyastu Dengan rasa angayubagia kehadapan Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan rahmatNya, maka penyusunan buku yang berjudul “Manunggaling Kawula Gusti Dalam Serat Wedatama (Sebuah Kajian Theologi)” dapat terselesaikan dengan baik. Serat Wedatama mengandung nilai-nilai yang luhur sebagai tuntunan susila disamping sebagai tuntunan hidup, menjadikan karya sastra tersebut bertahan terus hingga saaat ini. Kehebatan bertahan sebuah karya sastra menunjukan hebatnya pengarang dibalik karya besar tersebut. Kajian theologi Serat Wedatama memberikan pemahaman dasar bahwa seorang manusia bisa memahami makna kehidupan ini, dan menjalani roda perputaran kehidupannya dengan penuh makna pula. Setiap detik yang berlalu dalam hidupnya, selalu bermakna, tidak ada kesia-siaan. Karena manusia dilahirkan kedunia ini, pasti dengan tujuan yang mulia pula, bukan sekedar iseng belaka. Kesadaran akan kelahiran berarti kesadaran akan tujuan hidup lahir kedunia. Tujuan hidup yang sesungguhnya akan dapat iv dicapai melalui implementasi nilai-nilai luhur. Nilai luhur itulah yang bias digunakan untuk menata kehidupan ini sehingga perubahan menuju penyeimbangan antara pemenuhan spiritual dan jasmani tercapai.
    [Show full text]
  • Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus Di Kabupaten Kudus
    UPACARA BUKA LUWUR MAKAM SUNAN KUDUS DI KABUPATEN KUDUS OLEH: AKHLISH FUADI NIM: A2A008005 Email: [email protected] INTISARI Di kalangan masyarakat Pulau Jawa terdapat banyak tradisi peninggalan Hindu-Budha yang sudah disisipi ajaran Islam, salah satunya adalah Upacara Buka Luwur Makam Sunan Kudus (BLMSK). BLMSK adalah ritual penggantian kain kelambu/kain mori (luwur) yang digunakan untuk membungkus nisan, cungkup, makam, serta bangunan di sekitar makam Sunan Kudus. Puncak upacara yang dilaksanakan setiap tahun tersebut adalah pemasangan luwur baru pada tanggal 10 Muharram. Kyai Sepuh terdahulu mengadakan Upacara BLMSK untuk menghormati jasa Sunan Kudus. Banyak masyarakat Kabupaten Kudus yang menanti upacara tersebut untuk mendapatkan berkah dari Sunan Kudus. Ada kepercayaan/mitos yang terdapat pada luwur bekas makam Sunan Kudus dan sego jangkrik. Penelitian ini bertujuan mengetahui teks lisan Upacara BLMSK, mendeskripsikan latar belakangnya, menjelaskan prosesinya, dan mengungkap tanggapan masyarakat Kabupaten Kudus terhadap Upacara BLMSK. Data dalam penelitian ini bersumber dari lisan, yaitu dari narasumber dan informan. Data dikumpulkan dengan beberapa langkah yaitu pengamatan langsung partisipasi, wawancara dan penyebaran kuesioner. Dari beberapa langkah tersebut, dihasilkan data berupa legenda Sunan Kudus, cerita Upacara BLMSK, dan tanggapan masyarakat terhadap Upacara BLMSK. Hasil penelitian menunjukan resepsi masyarakat Kabupaten Kudus menghargai dan antusias terhadap Upacara BLMSK. Selain lingkungan sosial, keberagaman resepsi masyarakat dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu: 1) usia; 2) latar belakang pendidikan; 3) agama. Kata kunci: Buka Luwur Makam Sunan Kudus, upacara BLMSK, sego jangkrik, dan resepsi sastra. A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak kebudayaan1. Kebudayaan di Indonesia tersebar dari Pulau Sumatra sampai Pulau Papua. Di Pulau Jawa terdapat kebudayaan yang khas dibandingkan kebudayaan dari pulau-pulau lain.
    [Show full text]