Mempertahankan Tradisi: Studi Budaya Di Kampung Kauman Menara Kudus Maintaining Tradition: a Cultural Study of Kudus Kauman Village
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Mempertahankan Tradisi…(Moh. Rosyid) 297 MEMPERTAHANKAN TRADISI: STUDI BUDAYA DI KAMPUNG KAUMAN MENARA KUDUS MAINTAINING TRADITION: A CULTURAL STUDY OF KUDUS KAUMAN VILLAGE Moh Rosyid Institut Agama Islam Negeri Kudus email: [email protected] Naskah Diterima:21 Maret 2019 Naskah Direvisi:18 Juni 2019 Naskah Disetujui: 28 Juni 2019 DOI: 10.30959/patanjala.v11i2.516 Abstrak Artikel ini memotret tradisi di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang dikenal sebagai Kampung Kauman Menara yang terdiri hanya 3 RT dan 1 RW. Data penduduk Desember 2017 ada 413 jiwa, 127 KK. Data riset ini diperoleh dengan wawancara dan observasi, dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Tradisi khas dilestarikan berupa khoul (perayaan hari wafat) Sunan Kudus tiap 10 Asyura oleh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) dan warga Kauman dan temu rutin berkala antarwarga. Tata letak kampung padat hunian dan penduduk, bangunan rumah rata-rata ditembok tinggi. Kampung ini tidak dijamah bangunan kolonial Belanda sehingga masuk kategori kampung kuno Islam dengan kekhasan adanya Masjid al-Aqsha Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus. Warganya memiliki kegiatan rutin dalam forum temu warga dalam ikatan kebersamaan berdasarkan usia dan jenis kegiatan yang menu acaranya islami. Warga mempertahankan pantangan terkait penghormatan pada Sunan Kudus. Kata kunci: Kauman, desa, tradisi islami. Abstract This article portrays Kauman Village of Kudus. The village is the smallest in Kudus city consisting of three RT (neighborhood units) and one RW (community units). The population is 413 people and 127 families. This paper is based on interviews and observations and applying qualitative approach. The special tradition is preserved in the form of khoul (commemoration of Sunan Kudus) every Muharram 10th (Ashura) by the Masjid Menara and Makam Sunan Kudus Foundation (YM3SK) and residents of Kauman. The layout of village dwelling is dense and the average house building is high walled. This village was not touched by Dutch colonial architectures so that it was categorized as a traditional Islamic village with the uniqueness of the Al-Aqsa Mosque, the Kudus Tower and the Sunan Kudus Tomb. Its people have regular activities such as community meeting based on age and various types of Islamic events. Its residents still maintain taboos regarding Sunan Kudus. Keywords: Kauman, village, islamic traditions. A. PENDAHULUAN terletak di sebelah selatan lereng Gunung Kabupaten Kudus Jawa Tengah Muria. Sebelah barat berbatasan dengan memiliki wilayah terkecil se-Jateng yakni Kabupaten Jepara, sebelah selatan dengan 42.516 ha terdiri 9 kecamatan, 132 Kabupaten Demak dan Kabupaten desa/kelurahan dan jumlah penduduk tahun Grobogan, sebelah timur dengan 2017 ada 747.488 jiwa. Kabupaten ini Kabupaten Pati. 298 Patanjala Vol. 11 No. 2 Juni 2019: 297 - 312 Kota Kudus dikenal dengan ragam situs Patiayam di Geneng Slumprit dan julukan, antara lain kota budaya, kota wali, Geneng Nangka Desa Terban, Kecamatan kota santri, kota industri, kota kretek, Jekulo. Situs makhluk purba itu ditemukan hingga ada tari dengan nama tari kretek. tahun 2005-2009 berupa gading gajah Julukan tersebut menyimpan ragam budaya (stegodon), harimau (felidae), kijang dan terlestarikan hingga kini meliputi 11 (cerdidae), buaya (crocodilidae) dan unsur kebudayaan terdiri (1) tradisi lisan temuan tahun 2012 berupa kepala banteng terdiri sejarah lisan, pantun, dan cerita (bovidae) dan kerbau (bos babalus). rakyat. Sejarah lisan seperti seni kentrung Hingga kini masih ditemukan benda golek, barongan. (2) Manuskrip seperti serupa. Era Islam yakni peninggalan buku/kitab kuno peninggalan Mbah Gapura Masjid Wali Desa Loram, Gapura Rogomoyo yang diduga memuat tata cara Gerbang Tajuk Menara Kudus di kawasan membuat rumah pencu/rumah joglo Masjid al-Aqsha Kudus, Gapura Masjid Kudus. Rogomoyo juga meninggalkan Wali al-Makmur di Desa Jepang. karya berupa Pendopo Kabupaten Kudus Peninggalan era kolonial Belanda berupa dan rumah kuno dengan model khas di Kawedanan Cendono di Desa Bae Dukuh Prokowinong, Desa Kaliwungu, dibangun tahun 1820 era bupati perdana, Kudus. Selain kitab kuno Rogomoyo Omah Mode di Jln A.Yani No.38 dibangun tersebut, ada pula benda purbakala yang tahun 1836, Pendopo Kabupaten Kudus disimpan di situs Patiayam di Desa Terban, dibangun tahun 1819, Kawedanan Kecamatan Jekulo. (3) adat istiadat, Tenggeles di Desa Jekulo, dan Pabrik Gula seperti upacara Bulusan di Desa Hadipolo, Rendeng berdiri 1840. Semua itu telah kirab penganten di Desa Loram Kulon. direvitalisasi Pemda Kudus (Nugroho, upacara Gantingi di Pabrik Gula Rendeng. 2013). Ada pula kawasan Kauman Menara (4) Ritus seperti upacara Buka Luwur Kudus adanya Menara Masjid al-Aqsha Makam Sunan Kudus, perkawinan warga sebagai cagar budaya. Situs tersebut di Samin dan ritual kepercayaan Samin dan antaranya ada yang melahirkan tradisi khas warga penghayat. (5) pengetahuan Kudus sehingga perlu dilestarikan, seperti tradisional meliputi busana tradisional khoul (perayaan wafatnya tokoh) penganten khas Kudus, kuliner tradisional sebagaimana yang dikaji dalam artikel ini. khas Kudus seperti lentog, sate kerbau, dan Tradisi tersebut mampu merekatkan lain-lain. (6) Teknologi tradisional seperti interaksi antarwarga Kudus. arsitektur tradisional Kudus seperti rumah Mempertahankan tradisi pencu peninggalan Rogomoyo di penghormatan leluhur merupakan fitrah Prokowinong Desa Kaliwungu. Ada juga manusia, dalam konteks artikel ini, rumah joglo pencu di beberapa desa di memotret pelestarian tradisi khas warga Kudus. (7) Kesenian seperti wayang klitik Kauman Menara Kudus. Dipilihnya lokus khas Kudus. (8) Bahasa seperti bahasa ini berpijak dari anggapan sebagian publik kudusan dengan ciri Nhas aNhiran ”nem‘ di Kudus yang memahaminya berdasarkan yang mengganti aNhiran ”mu‘ dalam denah tata ruang perkampungan di kepemilikan. (9) Permainan rakyat, seperti Kauman Menara Kudus yang padat, sempit enggrang, petak umpet. (10) Olah raga jalannya, dan rumah lazim ditembok tradisional, seperti gobrak sodor, kelereng. tinggi sebagai pembatas dengan rumah (11) Cagar budaya berupa 459 masjid, 27 tetangga. Seolah wilayah tersebut tertutup gereja, dan puluhan bangunan kuno dan jarang berinteraksi dengan sekitar. (Dinbudpar Kudus, 2018). Pokok bahasan yang ingin dikemukakan Nugroho (2013) memilah benda dalam riset ini adalah untuk menunjukkan cagar budaya (BCB) di Kudus dari aspek tradisi yang dipertahankan oleh warga waktu terdiri era prasejarah, era Islam, dan Kampung Kauman Menara Kudus. era kolonial. Pada era prasejarah berupa Mempertahankan Tradisi…(Moh. Rosyid) 299 B. METODE PENELITIAN (putri Sunan Ampel dengan Nyi Ageng Sebagai penelitian sejarah, riset ini Manila). Sunan Ngudung keturunan Arab, bertujuan merekonstruksi masa lalu. pernah menjadi Senopati Kerajaan Demak, Pertama, heuristik yakni tahapan menggali Imam Masjid Agung Demak, pernah data sejarah. Kedua, kritik sebagai upaya ditugaskan menyerbu Majapahit era mendapat keaslian sumber. Ketiga, pemerintahan Girindra Wardana interpretasi adalah penafsiran penulis (Brawijaya VI). terhadap fakta sejarah yang terkumpul Silsilah Sunan Ngudung yakni Nabi dalam tahapan heuristik. Keempat, SAW, Ali bin Abi Tholib, Husein bin Ali, penulisan sejarah melalui proses seleksi, Zainal Abidin, Maulana Jumadal Kubro, imajinasi, dan kronologi (Kuntowijoyo, Zaini al-Khusaini, Zaini al-Kubro, Zainul 2008: 4). Strategi menggali sumber sejarah Alim, Ibrahim as-Samarkandi, Usman menurut Wasino menelusuri bibliografi, Haji/Sunan Ngudung, Sunan Kudus sumber sejarah primer dan sekunder, (Sunyoto, 2016: 326). Pada saat memimpin laporan umum (dibaca oleh pembaca rombongan jamaah haji dari Kerajaan dalam jumlah lebih banyak dibanding Demak, Sunan Kudus mendapat gelar laporan konfidensial), berita surat kabar, Amirul Haj. Kabarnya, ia mendapat hadiah kuesioner tertulis, dokumen pemerintah dari Gubernur di Makkah karena jasanya (UU atau peraturan), sumber lisan, sumber memberi solusi atas wabah penyakit. lain (artefak dan sumber audiovisual) Tetapi, Sunan Kudus menolak dan (Wasino, 2007: 9). Langkah yang meminta sebuah batu (prasasti) kemudian dipaparkan Wasino tersebut, dalam naskah dipasang saat pendirian Masjid Menara ini, penulis menggunakan sumber sejarah Kudus di sebuah daerah yang kini disebut primer berupa wawancara dengan warga Kota Kudus (Abdullah, 2015: 97). Kauman Menara Kudus yang berperan Tatkala Sunan Kudus berhaji sebagai panitia khoul Sunan Kudus dan singgah di Baitul Maqdis (al-Quds) observasi. Penulis tidak memanfaatkan mendalami Islam sepulangnya ke Kudus kuesioner tertulis dan dokumen pemerintah membawa batu prasasti berbahasa Arab (UU atau peraturan). tertanggal 956 H (1549 M) terpasang di Kaidah penulisan sejarah Mihrab Masjid Menara Kudus hingga kini. mempertimbangkan regularitas dan Versi cerita rakyat, ketika Sunan Kudus konsistensi, kesamaan karakteristik berada di Baitul Maqdis, terjadi wabah tertentu, memahami pembabakan waktu penyakit mematikan (pagebluk) yang sejarah, dan menafsirkan, mengerti, dan diberantasnya. Oleh Amir Palestina (guru memahami peristiwa sejarah Sunan Kudus) memberi wewenang sebagai (Kuntowijoyo, 2001: 11). Sejarawan hadiah menempati daerah di Palestina setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan (tercatat dalam prasasti) yang dipindahkan dalam menulis sejarah yakni pengawal ke Jawa (Zamhuri, dkk. 2012: 40). Prasasti warisan budaya dan penutur kisah tersebut tertulis dalam bahasa Arab yang (Gottschalk, 1975: 69). Artikel ini bagian diindonesiaNan menMadi —pemEaruan dari upaya