Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016 37

Ruminta Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat

Analysis of decreasing production of paddy due to climate change in Bandung district West

Diterima : 15 Februari 2016/Disetujui : 1 Maret 2016 / Dipublikasikan : Maret 2016 ©Department of Crop Science, Padjadjaran University

Abstract. Climate change has a significant impact Sari. Perubahan iklim mempunyai pengaruh on paddy cultivation, because paddy cultivation signifikan pada budidaya tanaman padi, karena has a heavy reliance on climate elements, budidaya tanaman padi mempunyai ketergan- especially rainfall and temperature. Associated tungan yang kuat terhadap unsur iklim terutama with it has been studied the impact of climate curah hujan dan temperatur. Terkait dengan hal change on the decreating production of paddy in itu telah dilakukan kajian dampak perubahan the area of Bandung District, West Java. The iklim terhadap penurunan produksi tanaman research object was to determine the impacts of padi di wilayah kabupaten Bandung Jawa Barat. climate change on the decreating production of Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak paddy and identify adaptation efforts should be perubahan unsur iklim (curah hujan dan done by farmers. The results of study showed that temperature) terhadap produksi tanaman padi the impact of climate change in Bandung Diatrict dan mengidentifikasi usaha adaptasi yang harus has been felt by farmers that’s indicated by the dilakukan oleh para petani. Hasil penelitian shift of the growing season and harvest time, a menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim di decrease in planting and harvested area, changes wilayah kabupaten Bandung sudah dirasakan oleh in productivity and production of paddy in the petani yang diindikasikan oleh bergesernya rainfed and semi-irrigated lands. There are some musim tanam dan waktu panen, penurunan luas sub-districts that experienced a hazard on decrease tanam dan panen, perubahan produktivitas dan in the production of paddy are the Cicalengka, produksi padi di lahan sawah tadah hujan dan Pangalengan, Ciwidey, Solokanjeruk, and Ciparay. lahan sawah ½ irigasi. Ada beberapa kecamatan The regions experienced a vulnerability to climate yang mengalami bahaya (hazard) penurunan change are Pasirjambu, Cimaung, Pangalengan, produksi tanaman padi adalah kecamatan Kertasari, and Pacet Sub-Districts (very high level Cicalengka, Pangalengan, Ciwidey, Solokanjeruk, of vulnerability). There are region that are at risk dan Ciparay. Wilayah mengalami kerentanan of decrease in the production of paddy are (vulnerability) akibat perubahan iklim adalah Pasirjambu, Cimaung, and Ciparay Sub-Districts. kecamatan Pasirjambu, Cimaung, Pangalengan, There are several strategic adaptation efforts to Kertasari, dan Pacet (tingkat kerentanan sangat deal with the risk of a decline in production of tinggi). Wilayah yang mempunyai risiko penurun- paddy due to climate change are the use of high- an produksi tanaman padi adalah kecamatan yielding paddy varieties that’s resistant to Pasirjambu, Cimaung, dan Ciparay. Ada beberapa drought/floods and early harvested; improving usaha adaptasi strategis untuk menghadapi risiko techniques and intensification of paddy cultivation penurunan produksi tanaman padi akibat peru- for example PTT, SRI, and the Legowo System; bahan iklim adalah penggunaan varitas padi and optimalization the utilization of idle land and unggul yang tahan kekeringan/ banjir serta create new wetland. berumur genjah; meningkatkan teknik dan intensifikasi budidaya tanaman padi misalnya Keywords : Paddy ∙ Climate change ∙ Strategic PTT, SRI, dan sistem Legowo; dan optimalisasi adaptation pemanfaatan lahan tidur dan pembukaan lahan sawah baru. Dikomunikasikan oleh Tati Nurmala Kata kunci : Padi ∙ Perubahan iklim ∙ Adaptasi Ruminta strategis Departemen Budidaya Pertanian Universitas Padjadjaran Korespondensi: [email protected]

Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat 38 Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016

______Berdasarkan pada fakta tersebut, para ahli Pendahuluan iklim berpendapat bahwa variasi iklim yang tidak beraturan itu sangat berkaitan dengan kejadian Perubahan iklim mengancam sistem produksi iklim ekstrim yakni ENSO (El Nino Southern tanaman dan oleh karena itu juga mengancam Oscillation). Misalnya, Boer dan Meinke (2002) mata pencaharian dan ketahanan pangan untuk mengemukakan bahwa di daerah monsoon seperti miliaran orang yang bergantung pada pertanian. Jawa, Timur dan Sumatera bagian Bukti menunjukkan bahwa populasi penduduk Selatan, bahwa pada musim-musim tertentu yang terpinggirkan akan menderita luar biasa Osilasi Selatan berpengaruh kuat terhadap faktor- akibat dampak perubahan iklim dibandingkan faktor iklim seperti hujan, perubahan penutupan dengan populasi kaya, seperti negara-negara awan yang mempengaruhi radiasi, suhu, industri (IPCC 2007). Tidak hanya negara- penguapan dan kelembaban udara yang semua- negara relatif miskin akan mengalami dampak nya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. lebih parah, tetapi juga mereka yang sering Kejadian iklim ekstrim seperti El Nino dan La kekurangan sumber daya untuk menyiapkan Nina di Indonesia berpengaruh terhadap perkem- dan mengatasi risiko perubahan lingkungan. bangan produksi tanaman pangan. Kuatnya Pertanian adalah sektor yang paling rentan pengaruh ENSO itu dapat dibuktikan dengan terhadap perubahan iklim karena ketergan- melihat kejadian kemarau panjang dan kekeringan tungan tinggi pada iklim dan cuaca dan juga di berbagai wilayah di Indonesia yang bertepatan karena orang yang terlibat di sektor pertanian dengan kejadian El Nino (Yasin et al., 2002). cenderung lebih miskin dibandingkan dengan Hubungan antara fenomena El Nino rekan-rekan mereka di kota. dengan produksi tiga tanaman pangan utama di Pengaruh perubahan iklim khususnya Indonesia ditunjukkan pada Gambar 1. terhadap sektor pertanian di Indonesia sudah Fenomena El Nino pada kurun waktu 20 tahun terasa dan menjadi kenyataan. Perubahan ini terakhir terjadi pada tahun 1994, 1997, 2001, diindikasikan antara lain oleh adanya bencana 2003, 2004, dan 2006. Pada tahun El Nino banjir, kekeringan (musim kemarau yang tersebut berdampak kuat terhadap produktivitas panjang) dan bergesernya musim hujan. Dalam dan produksi tanaman padi dan jagung di beberapa tahun terakhir ini pergeseran musim Indonesia. Gambar 1 terlihat dengan jelas hujan menyebabkan bergesernya musim tanam bahwa produktivitas dan produksi tanaman dan panen komoditi pangan (padi, palawija dan padi dan jagung mengalami penurunan yang sayuran). Sedangkan banjir dan kekeringan sangat signifikan. menyebabkan gagal tanam, gagal panen, dan bahkan menyebabkan puso. Di Indonesia, perubahan pola hujan mungkin adalah ancaman terbesar, karena begitu banyak petani mengandalkan langsung pada hujan untuk kegiatan pertanian dan mata pencahariannya, setiap perubahan curah hujan menyebabkan resiko besar. Pertanian tadah hujan sangat rentan terhadap perubahan iklim, jika praktek bertani tetap tidak berubah. Suhu yang lebih tinggi akan menantang sistem pertanian. Tanaman sangat sensitif terhadap suhu tinggi selama tahap kritis seperti berbunga dan perkembangan benih. Seringkali dikombinasikan dengan kekeringan, suhu tinggi dapat menyebabkan bencana untuk lahan pertanian. Perubahan suhu dan kelembaban udara juga dapat memicu perkembangan dan ledakan hama dan penyakit tanaman. Banjir dan kekeringan juga mempengaruhi produksi perta- nian. Banjir dan kekeringan yang berkepanjangan Gambar 0. Luas panen dan produksi tanaman akibat dari pengelolaan air yang tidak baik dan pangan utama (Padi dan Jagung) di Indonesia kapasitas yang rendah mengakibatkan penurunan (1993-2009) (Garis kuning menunjukkan tahun kejadian El Nino) (Ruminta dan Handoko. 2012a). produksi yang signifikan.

Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016 39

Tingkat dimana peristiwa perubahan iklim daerah tertentu akan terjadi genangan air. mempengaruhi sistem pertanian tergantung Topografi kabupaten Bandung adalah datar, pada berbagai faktor, antara lain jenis tanaman berombak, sampai berbukit, lahan sawah yang diusahakan, skala operasi, orientasi sebagian besar terletak pada dataran medium pertanian terhadap tujuan komersial atau dengan ketinggian 500 – 750 m dpl, seperti subsistensi, kualitas basis sumber daya alam, tersebar di kecamatan Paseh, Cikancung, dan variabel manusia atau manajer pertanian Cicalengka, Rancaekek, Majalaya, Solokan Jeruk, (misalnya pendidikan, usia, toleransi resiko dll). Ciparay, Baleendah, , Banjaran, Adanya keragaman pola iklim, sistem pertanian, Pameungpeuk, Katapang, Soreang, Margaasih, kondisi sosial, ekonomi, politik dan lingkungan Margahayu, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang. maka bahaya, kerentanan, dan risiko perubahan Sumber air yang utama di kabupaten Bandung iklim akan berbeda dari satu tempat ke tempat adalah berupa sungai, mata air, danau, embung lainnya, hal ini tentu menjadi tantangan untuk dan bendungan (dam). Wilayah kabupaten mengkaji bahaya, kerentanan, dan risiko di Bandung beriklim tropis dan basah. Sepanjang suatu wilayah termasuk kabupaten Bandung. tahun kabupaten ini hanya dipengaruhi oleh Perlu dilakukan identifikasi terhadap bidang dua musim, yakni musim hujan dan musim pertanian, sistem produksi, dan populasi yang kemarau. Suhu udaranya bervariasi antara 24,7 paling bahaya, rentan, dan berisiko terhadap sampai 32,9 oC dengan tingkat kelembaban perubahan iklim. Kajian tersebut pada tingkat udara berkisar antara 82 sampai 88 %. Musim lokal lebih difokuskan pada upaya mengaman- hujan antara bulan Oktober sampai bulan April. kan tujuan pembangunan lokal melalui kajian Variasi curah hujan berkisar antara 2.100 mm bahaya, kerentanan, dan risiko perubahan iklim sampai 3.264 mm. Biasanya bulan Desember dalam upaya mendukung peningkatan keta- merupakan bulan dengan curah hujan paling hanan pangan. Perlu dilakukan kajian keren- tinggi. Musim kemarau biasanya antara bulan tanan secara lokal seperti di kabupaten Bandung Juni sampai bulan September. Tipe iklim di untuk melihat tingkat bahaya, kerentanan, dan wilayah kabupaten Bandung adalah D2, C2, dan risiko untuk menentukan kebijakan dan strategi B1 dengan 6-8 bulan basah dan 1-3 bulan kering adaptasi berdasarkan kebutuhan dan kondisi per tahun (Oldeman, 1975). daerah tersebut. Tujuan penelitian adalah Berdasarkan tataguna lahan di kabupaten mengkaji bahaya, kerentanan, risiko, dan Bandung, luas lahan untuk kegiatan pertanian adaptasi perubahan iklim pada sektor pertanian tanaman pangan meliputi 54.261,67 ha atau di kabupaten Bandung. Tujuan lainnya adalah 24.38 % dari luas total wilayah kabupaten membentuk basis pengetahuan tentang dampak Bandung. Lahan pertanian tersebut terdiri dari perubahan iklim dan membangun kapasitas lahan basah (sawah) seluas 37.033,59 ha dan adaptif dan ketahanan jangka panjang di lahan kering (ladang) seluas 12.577,74 ha. Tipe kabupaten Bandung terhadap variabilitas dan lahan sawah di kabupaten Bandung terdiri dari perubahan iklim. Kajian ini juga menawarkan sawah irigasi teknis, sawah irigasi non teknis, pilihan adaptasi strategis untuk mengatasi dan sawah tidak berpengairan. Namun demi- ancaman perubahan iklim pada sistem pertanian kian, sawah irigasi non teknis merupakan tipe tanaman padi. Hasil analisis diharapkan akan lahan sawah yang paling dominan diusahan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam oleh petani di kabupaten Bandung. Produk- penyusunan pedoman untuk melakukan tivitas lahan sawah tadah hujan di kabupaten adaptasi secara lokal. Bandung berkorelasi dengan pola curah hujan Kabupaten Bandung terletak di sebelah karena sumber airnya bergantung sepenuhnya Selatan garis khatulistiwa pada 107o22’ Bujur pada air hujan. Rata-rata curah hujan tahunan Timur sampai 108 o50’ Bujur Timur dan antara bervariasi menurut musim dan wilayah. Sekitar 6o41’ Lintang Selatan dan 7o19’ Lintang Selatan. 80% curah hujan tahunan terjadi antara bulan kabupaten Bandung meliputi areal seluas September dan Februari. Periode April - 1.665,83 km2 (166.583 Ha) atau 4,7% dari luas Agustus benar-benar kering dan menghasilkan Jawa Barat (37.173,97 km2). kabupaten Bandung kurang dari 10% curah hujan tahunan (Abawi et dialiri oleh beberapa sungai. Sungai yang al., 2002). terbesar adalah Sungai Citarum. Keberadaan Implikasi dari awal musim hujan dan sungai ini menguntungkan untuk sektor musim kemarau di kabupaten Bandung sangat pertanian, industri, dan bahan baku air, namun menentukan saat memulai musim tanam dan bila curah hujan cukup tinggi dari daerah- musim panen. Lahan irigasi dan tadah hujan di

Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat 40 Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016

Tabel 1. Alternatif Pola Tanam Tahunan di Kabupaten Bandung.

Pola Tanam di Kabupaten Bandung Jenis Lahan 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 Irigasi Teknis Padi Irigasi Non Teknis Padi Palawija Padi Tadah Hujan Padi Palawija Bera Palawija kabupaten Bandung ada dua musim tanam hektar. Pada tahun 2008, kabupaten Bandung dalam setahun, yakni (1) Musim Tanam I mempunyai luas panen 718.797 ha dengan disebut Musim Hujan (MH) dari bulan Sep- produksi 2.971.286 ton. Rata-rata produksi padi tember sampai dengan Februari, pada musim ini sawah sawah adalah 6,24 ton per hektar, pada umumnya petani menanam padi; (2) sementara padi ladang hanya mencapai 3,25 ton Musim Tanam II disebut Musim Kering 1 (MK) per hektar pada tahun 2009 (BPS kabupaten dari bulan April sampai dengan Agustus, pada Bandung, 2013). musim ini umumnya petani menanam padi pada daerah yang sawahnya beririgasi teknis ______dan palawija pada daerah yang non irigasi. Bahan dan Metode Secara rinci pola tanam di kabupaten Bandung dapat dituangkan dalam Tabel 1. Data yang digunakan dalam analisis ini meru- Padi di sawah irigasi non teknis dapat pakan data skunder yang diperoleh dari BMKG, ditanam dua kali dalam setahun, sedangkan padi LAPAN, BPS, dan Dinas Pertanian Kabupaten di sawah tadah hujan hanya dapat ditanam dalam Bandung dari tahun 1993 hingga 2013 Data satu kali dalam setahun. Padi pada lahan tadah tersebut adalah data curah hujan dan suhu udara, hujan seluas 7.016,75 ha, dapat dikembangkan pola tanam, sumber daya air (irigasi), tata guna menjadi sawah irigasi dengan dukungan kegiatan lahan pertanian, ketinggian tempat, dan data sosial rehabilitasi sarana irigasi/drainase, tata air mikro, ekonomi. Data lainnya adalah produksi dan pengembangan alsintan (traktor tangan dan produktivitas tanaman padi, gagal tanam, gagal pompa air), penggunaan benih unggul (varietas panen, banjir, kekeringan, ledakan hama penyakit genjah), pemupukan, penyuluhan dan pendam- tanaman, konversi lahan sawah, dan luas lahan pingan (Pemerintah kabupaten Bandung, 2010). sawah yang rentan terhadap ancaman bahaya Pola tanam yang berkembang di masyarakat tani perubahan iklim. kabupaten Bandung saat ini mengacu pada pola Penelitian ini menggunakan metode des- tanam yang berlaku secara nasional dengan pola kriptif eksplanatif. Analisis dan interpretasi data mengikuti sebaran curah hujan. Sebagian besar penelitian menggunakan GIS dan Surfer 8.0. wilayah lahan sawah irigasi telah dilakukan Kajian potensi bahaya, kerentanan, risiko, dan pertanaman dengan indeks pertanaman (IP) 200, adaptasi perubahan iklim pada sektor pertanian yaitu di awal musim hujan satu kali (Januari – di kabupaten Bandung merupakan penelitian April) dan akhir musim hujan satu kali (Mei – skala meso (Meso Level Study). Kajian difokuskan Agustus). Sistem pertanaman dilakukan secara pada analisis dampak perubahan iklim dan serentak, baik saat tanam maupun panen. Hal ini variabilitas iklim seperti temperatur dan pola dilakukan agar memudahkan dalam pengaturan perubahan curah hujan bulanan, serta pening- tata air, pendampingan oleh petugas lapangan dan katan frekuensi dan intensitas kejadian ekstrim memudahkan dalam mengendalikan hama- (extreme event) seperti Nina dan El Nino. Ada penyakit yang mungkin timbul. Pada bulan tiga aspek dampak dari perubahan iklim yang September, dilakukan penanaman palawija dianalisis, yaitu analisis kejadian bahaya (seperti jagung) dan setelah itu diberakan untuk (hazard), kerentanan (vulnerability) dan tingkat persiapan penanaman padi selanjutnya. risiko (risk). Kerentanan adalah tingkat kemam- Di kabupaten Bandung, padi ditanam pada puan suatu individu atau kelompok masyarakat, lahan basah dan ladang. Lahan basah meliputi komunitas dalam mengantisipasi, menanggu- padi sawah tadah hujan dan padi sawah irigasi. langi, mempertahankan kelangsungan hidup Hampir seluruh kecamatan di kabupaten dan menyelamatkan diri dari dampak yang Bandung memproduksi padi sawah maupun ditimbulkan oleh bahaya secara alamiah. ladang. Kecamatan Ciparay menjadi produsen Kerentanan tersebut selalu berubah seiring terbesar padi dengan luas panen seluas 5.757 dengan perubahan kondisi sosial ekonomi dan

Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016 41

kondisi lingkungan hidup di sekitarnya. Alur Stimuli klimatis tersebut akan berdampak kajian bahaya, kerentanan, risiko, dan adaptasi terhadap proses fisiologis tanaman pangan yang perubahan iklim pada sektor pertanian di pada akhirnya berdampak pula terhadap kabupaten Bandung disajikan pada Gambar 2. produksi tanaman pangan baik langsung Menilai dan menganalisis dampak peru- maupun tidak langsung (Gambar 3). bahan iklim pada sektor pertanian sangat Analisis Kerentanan. Kerentanan peru- didukung oleh hasil kajian lain yaitu (1) kajian bahan iklim pada sektor pertanian dapat dikaji tentang perubahan iklim itu sendiri dan (2) dari tiga komponen kerentanan yaitu eksposur kajian tata air (water balance) sebagai dampak (E), sensitivitas (S), dan kapasitas adaptasi (AC). perubahan iklim. Besarnya kerentanan perubahan iklim di kabupaten Bandung sangat tergantung pada besarnya bobot dari ketiga komponen tersebut. Tingkat kerentanan (V) berbanding lurus dengan eksposur dan sensitivitas serta terbalik dengan kapasitas adaptasi, yang dapat dinyatakan dalam bentuk formulasi berikut ini (Ruminta dan Handoko, 2012a). (E × S)  V AC (1) V = Kerentanan E = Eksposur, S = Sensitivitas, Gambar 2. Diagram Alir Framework Kajian AC = Kapasitas Adaptasi Bahaya (Hazard), Kerentanan (Vulnerability), Risiko (Risk), dan Adaptasi (Adaptation) Besarnya bobot eksposur, sensitivitas, dan Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian (Ruminta kapasitas adaptasi perubahan iklim di kabupaten dan Handoko, 2012a). Bandung dapat dikaji dari setiap indikator- indikatornya. Indikator eksposur (E) adalah komponen sektor pertanian yang terkena dampak perubahan iklim seperti luas lahan dan jumlah petani. Indikator sensitivitas (S) menggambarkan respon sektor pertanian terhadap perubahan iklim tersebut seperti luas lahan non irigasi, ketinggian tempat, dan pendapatan petani. Sementara itu indikator kapasitas adaptasi (AC) menggam- barkan kemampuan sektor pertanian untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, seperti ketersediaan infrastruktur jaringan irigasi, tingkat pendidikan petani, dan akses petani terhadap modal. Gambar 3. Diagram alir analisis stimuli klimatis Analisis Risiko. Risiko perubahan iklim dan potensi hazard perubahan iklim pada sektor pertanian (Ruminta dan Handoko, 2012b). adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat perubahan iklim pada suatu wilayah Kajian bahaya, kerentanan, risiko dan dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa adaptasi perubahan iklim pada sistem pertanian kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya padi sawah menggunakan asumsi bahwa telah rasa aman, pengungsian, kerusakan, atau kehi- dan terus sedang terjadi perubahan iklim di langan harta dan gangguan kegiatan masya- wilayah kabupaten Bandung yang merupakan rakat. Pada sektor pertanian konsep risiko dapat pemicu (stimuli) kejadian bencana (hazard). diartikan sebagai suatu kemungkinan yang Analisis Bahaya. Analisis bahaya di dapat menyebabkan kerugian yang diwakili kabupaten Bandung menggunakan indikator oleh penurunan produksi tanaman pangan adalah yaitu: (1) Peningkatan suhu udara rata- sebagai bahaya (hazard). Selanjutnya, bahaya rata; (2) Perubahan pola hujan, baik curah hujan penurunan produksi ini dapat mengakibatkan maupun periode kejadiannya; dan (3) Kejadian secara langsung maupun tidak langsung cuaca ekstrim berupa El-Nino dan La-Nina terhadap penurunan kesejahteraan petani serta

Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat 42 Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016

penurunan pasokan pangan yang merupakan dihitung sebagai berikut. Perhitungan penurunan bagian dari ketahanan pangan di kabupaten produksi padi sawah tadah hujan seperti pada Bandung. Diagram alur kajian risiko perubahan padi sawah irigasi, kecuali luas panen dipengaruhi iklim pada sektor perantian disajikan pada oleh curah hujan dan tidak ada pengaruh irigasi. Gambar 2. Perhitungan resiko (risk) dari peru- Hasil analisis bahaya penurunan produksi bahan iklim di kabupaten Bandung dihitung tanaman pangan utama yaitu padi di kabupaten menggunakan persamaan sebagai berikut Bandung ditunjukkan pada Gambar 4. (Ruminta dan Handoko, 2012b):

R  H . V (2)

R = Risk (Risiko), H = Hazard (Bahaya) yang dihitung pada penurunan produksi pertanian , V = Vulnerability (Kerentanan) yang dihitung pada persamaan 1.

Formulasi Adaptasi. Adaptasi merupakan tindakan nyata penyesuaian sistem lingkungan fisik dan sosial dengan beberapa prinsip pendekatan untuk menghadapi kemungkinan Gambar 4. Peta Spasial Bahaya Penurunan timbulnya dampak negatif dari perubahan Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten iklim. Perubahan iklim yang diindikasikan Bandung pada tahun 2030. antara lain oleh pergeseran musim tanam dan musim panen padi harus diantisipasi untuk Potensi bahaya penurunan produksi padi meminimalkan dampak berupa bahaya (hazard) sawah di wilayah kabupaten Bandung rara-rata dan risiko yang merugikan bagi daerah-daerah sebesar 6706 ton pada tahun 2030. Pada proyeksi yang rentan. Upaya-upaya adaptasi dilakukan skenario penurunan produksi, sebagian besar untuk mempersiapkan dan mengantisipasi wilayah kabupaten Bandung mempunyai potensi dampak yang mungkin terjadi. Upaya adaptasi bahaya penurunan produksi padi sawah tingkat berbagai dampak perubahan iklim memerlukan sangat rendah sampai sangat tinggi. Beberapa strategi yang berbeda, seperti adaptasi terhadap kecamatan dengan bahaya penurunan produksi bencana kekeringan, pergeseran musim hujan, tingkat sangat rendah adalah Ciwidey, Rancabali, perubahan frekuensi dan kuantitas curah hujan Pangalengan, Kertasari, Ibun, Paseh, Cikancung, serta kejadian ekstrim lainnya. Nagreg, Majalaya, Arjasari, Margaasih, Marga- hayu, Dayeuhkolot, Cileunyi, Cilengkrang, dan ______Cimenyan. Kecamatan dengan bahaya penurunan Hasil dan Pembahasan produksi tingkat rendah adalah Pacet, Cicalengka, Baleendah, Banjaran, Cangkuang, Pameungpeuk, Bahaya Penurunan Produksi Padi Sawah. Potensi Katapang, Soreang, dan Bojongsoang. Bahaya bahaya penurunan produksi tanaman diperoleh penurunan produksi tingkat sedang dapat terjadi dari kajian empirik dengan asumsi bahwa di kecamatan Pasirjambu, Cimaung, dan - penurunan produksi tanaman pangan mempunyai waringin. Bahaya penurunan produksi tingkat hubungan yang kuat dengan perubahan suhu tinggi dan sangat tinggi dapat terjadi di udara dan curah hujan. Dampak perubahan iklim Rancaekek, Solokanjeruk, dan Ciparay. terhadap produksi padi dari sawah beririgasi Bahaya (hazard) tersebut benar-benar terjadi disebabkan oleh kenaikan suhu dan curah hujan maka akan muncul risiko (risks) berupa penu- dihitung berdasarkan penurunan hasil dan luas runan pasokan bahan makanan padi yang akan panen setelah terjadi perubahan iklim. Luas panen mengancam terganggunya ketahanan pangan dihitung dari luas lahan sawah irigasi yang dan neraca pangan, sehingga kabupaten dipengaruhi suhu yang menyebabkan pening- Bandung tidak dapat berkontribusi terhadap katan kebutuhan air tanaman dan tidak penyediaan stok beras nasional. Berdasarkan dipengaruhi oleh curah hujan secara langsung. prediksi ini, untuk menekan bahaya penurunan Penurunan produksi padi sawah irigasi akibat produksi tanaman pangan utama di kabupaten peningkatan suhu dan perubahan curah hujan Bandung pada daerah-daerah yang rentan

Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016 43

terhadap perubahan iklim maka perlu dilakukan Risiko Penurunan Produksi Padi Sawah. antisipasi melalui pelaksanaan strategi adaptasi Hasil analisis risiko menggambarkan bahwa dengan penuh perhitungan dan pertimbangan berdasarkan faktor-faktor tersebut secara spasial agar tidak terjadi mal adaptation. menunjukkan tingkat bahaya dan kerentanan Potensi Kerentanan pada Sektor Pertani- yang berbeda antar kecamatan di wilayah an. Kajian kerentanan (V) perubahan iklim pada kabupaten Bandung. Hal ini dapat difahami sektor pertanian di kabupaten Bandung adalah karena risiko merupakan perkalian antara gabungan dari tiga komponen kerentanan yaitu kerentanan (vulnerability) dan bahaya (hazard). eksposur (E), sensitivitas (S), dan kapasitas Hasil analisis risiko penurunan produksi adaptif (AC). Kerentanan merupakan rasio tanaman pangan utama yaitu padi di kabupaten antara eksposur dikalikan sensitivitas terhadap Bandung pada tahun 2030 dapat diperoleh dari kapasitas adaptif. Hasil analisis kerentanan hasil skenario yang ditunjukkan pada Gambar 6. dapat ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 6. Peta Spasial Risiko Penurunan Gambar 5. Peta spasial indeks kerentanan (V) Produksi Tanaman Padi Sawah di Kabupaten perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Bandung pada Tahun 2030. Kabupaten Bandung Hasil analisis kerentanan seperti pada Berdasarkan hasil analisis proyeksi risiko Gambar 6 menunjukkan bahwa tingkat keren- penurunan produksi tanaman padi di Kabu- tanan perubahan iklim pada sektor pertanian di paten Bandung pada tahun 2030 dapat kabupaten Bandung didominasi oleh tingkat disimpulkan bahwa: kerentanan tinggi seperti di kecamatan Rancabali, 1) Ada tiga kecamatan yang mempunyai risiko Ibun, Paseh, Cikancung, Cicalengka, Nagreg, penurunan produksi padi sawah yaitu Keca- Rancaekek, Ciparay, Arjasari, Kutawaringin, matan Pasirjambu, Cimaung, dan Ciparay. Cileunyi, Cilengkrang, dan Cimenyan. Tingkat 2) Ada lima kecamatan di kabupaten Bandung kerentanan sangat tinggi terdapat di Pasirjambu, yang mempunyai risiko penurunan produksi Cimaung, Pangalengan, Kertasari, dan Pacet. padi ladang yaitu kecamatan Ciwidey, Sementara itu, kecamatan Margahayu dan Pasirjambu, Cimaung, Pacet, dan Arjasari. Dayeuhkolot mempunyai tingkat kerentanan Hasil analisis menunjukkan bahwa Keca- sangat rendah. Kecamatan Margaasih mempunyai matan Pasirjambu, Cimaung, dan Ciwidey tingkat kerentanan rendah. Tingkat kerentanan mempunyai risiko penurunan produksi tana- sedang terdapat di kecamatan Ciwidey, Majalaya, man padi yang cukup serius pada tahun 2030. Solokanjeruk, Baleendah, Banjaran, Cangkuang, Di ketiga kecamatan tersebut perlu upaya Pameungpeuk, Katapang, Soreang, dan Bojong- adaptasi strategis terhadap perubahan iklim soang. Kecamatan yang mempunyai tingkat agar tingkat produksi tanaman tersebut dapat kerentanan yang sangat tinggi karena di kedua dipertahankan paling tidak seperti pada kondisi wilayah tersebut mempunyai tingkat eksposur sekarang. Adanya potensi penurunan produksi dan sensitivitas sangat tinggi sementara itu tingkat tanaman padi di wilayah tersebut akan akan kapasitas adaptifnya sangat rendah. Perlu upaya- mengganggu pasokan dan capaian swasembada upaya adaptasi strategis agar kerentanan tersebut pangan di wilayah kabupaten Bandung. tidak mengganggu produksi pertanian dan Strategi Adaptasi Terhadap Penurunan ketersediaan pangan serta swasembada pangan di Produksi Padi Sawah. Hasil analisis risiko wilayah kabupaten Bandung. penurunan produksi tanaman Padi akibat

Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat 44 Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016

perubahan iklim menunjukkan bahwa terdapat produksi disebabkan oleh tiga alternatif bahaya, empat kecamatan yang berisiko tinggi dan yakni bahaya peningkatan suhu udara, curah sangat tinggi yaitu kecamatan Pasirjambu, hujan yang sangat kurang pada masa tanam, Cimaung, dan Ciparay untuk tanaman padi atau curah hujan yang sangat besar disertai sawah; dan kecamatan Ciwidey, Pasirjambu, banjir pada masa tanam dapat menyebabkan Cimaung, Pacet, dan Arjasari untuk tanaman berkurangnya produksi pertanian. Alternatif padi ladang. Wilayah-wilayah tersebut umum- strategi adaptasi untuk daerah yang memiliki nya didominasi oleh lahan tadah hujan dan risiko penurunan luas lahan tanaman pangan lahan kering dan juga mengalami peningkatan utama. Strategi adaptasi ini merupakan integrasi suhu udara dan penurunan curah hujan. Di sisi dari seluruh strategi adaptasi terhadap risiko lain wilayah tersebut tidak mempunyai jaringan penurunan produktivitas tanaman, luas panen, irigasi yang memadai sehingga potensi dan luas lahan disajikam pada Tabel 2. kekeringan sangat tinggi sehingga produksi tanaman mengalami penurunan. ______Kesimpulan dan Saran Tabel 2. Ringkasan strategi adaptasi terhadap dampak perubahan iklim pada lahan sawah di Berdasarkan hasil analisis bahaya, keren- Kabupaten Bandung. tanan, dan risiko perubahan iklim pada sektor Bahaya Risiko pertanian di kabupaten Bandung maka dapat Penurunan Keren- Penurunan dikemukakan kesimpulan berikut ini. Produksi tanan Produksi Strategi Adaptasi a. Dampak perubahan iklim di kabupaten Padi (V) Padi Bandung sudah dirasakan oleh masyarakat (H) (R) 1. Penggunaan varitas yang diindikasikan oleh bergesernya musim padi unggul (produksi tanam dan panen, luas panen. luas lahan, tinggi dan tahan penurunan produktivitas, dan produksi kekeringan/ banjir) tanaman padi di beberapa lahan sawah bermutu yang berumur genjah. tadah hujan dan lahan sawah ½ irigasi. 2. Meningkatkan teknik b. Hasil analisis bahaya (hazard) perubahan budidaya pertanian iklim pada sistem pertanian tanaman padi misalnya melalui menunjukkan daerah-daerah yang bahaya pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dan terhadap penurunan produksi tanaman padi intensifikasi budidaya adalah kecamatan Cicalengka, Pangalengan, misalnya SRI dan Ciwidey, Solokanjeruk, dan Ciparay. sistem Legowo c. Hasil analisis kerentanan (vulnerability) Berbahaya Rentan Berisiko 3. Pengembangan usahatani sistem terhadap perubahan iklim di kabupaten bedeng untuk tujuan Bandung maka daerah-daerah yang sangat konservasi tanah dan rentan adalah kecamatan Pasirjambu, air di lahan tadah Cimaung, Pangalengan, Kertasari, dan Pacet hujan. 4. Optimalisasi (tingkat kerentanan sangat tinggi). pemanfaatan lahan d. Wilayah-wilayah yang mempunyai risiko tadah hujan dengan penurunan produksi tanaman padi adalah pompanisasi air irigasi kecamatan Pasirjambu, Cimaung, dan Cipa- dan penghijauan. 5. Optimalisasi ray (padi sawah); dan kecamatan Ciwidey, pemanfaatan lahan Pasirjambu, Cimaung, Pacet, dan Arjasari tidur dan pembukaan (padi ladang). lahan baru e. Ada beberapa pilihan adaptasi strategis untuk menghadapi risiko penurunan Wilayah-wilayah yang berisiko tinggi dari produksi tanaman padi akibat perubahan penurunan produksi disebabkan oleh bahaya iklim agar tidak terjadi mal-adaptasi. (hazard) yang tinggi akibat adanya peningkatan suhu udara dan penurunan curah hujan dan Adapun rekomendasi agar penurunan faktor-faktor kerentanan yang tinggi terhadap produksi tanaman padi akibat perubahan iklim perubahan iklim dimana tingkat eksposur dan dapat dikurangi ada beberapa pilihan adaptasi sensitivitas yang tinggi sedangkan tingkat strategis yaitu : kapasitas adaptifnya rendah. Risiko penurunan

Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016 45

a. Penggunaan varitas padi unggul (produksi Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. 2008. tinggi dan tahan kekeringan/ banjir) Laporan Tahunan 2007. bermutu yang berumur genjah. Dinas Pertanian Kabupaten Bandung. 2009. b. Meningkatkan teknik budidaya pertanian Laporan Tahunan 2008. Pemerintah misalnya melalui pengelolaan tanaman Kabupaten Bandung. terpadu (PTT) dan intensifikasi budidaya IPCC, 2007. Climate Change 2007-Impacts, Adaptation misalnya SRI dan sistem Legowo and Vulnerability. Contribution of Working c. Pengembangan usahatani sistem bedeng Group II to the Fourth Assessment Report of the untuk tujuan konservasi tanah dan air di IPCC. Cambridge University Press. New York. lahan tadah hujan. Martyn. D. 1992. Climate of the world. d. Optimalisasi pemanfaatan lahan tadah hujan Development in Atmospheric Science. dengan pompanisasi air irigasi dan Elsevier Amsterdam London, N.Y. 435p. penghijauan. Oldeman, L.R. 1975. An Agroclimatic Maf of Java. e. Optimalisasi pemanfaatan lahan tidur dan CRIA (LP3). Bogor. pembukaan lahan baru Ruminta dan Handoko. 2012a. Kajian Risiko dan Adaptasi Perubahan Iklim Pada Sektor ______Peranian di Sumatera Selatan. Laporan Daftar Pustaka Penelitian. KLH Jakarta. Ruminta dan Handoko. 2012b. Kajian Risiko dan Abawi, Y. I Yasin, S. Dutta, T. Harris, M. Ma’shum, Adaptasi Perubahan Iklim Pada Sektor D. McClymont, I. Amien dan R. Sayuti. 2002. Peranian di Raya. Laporan Capturing the benefit of seasonal climate Penelitian. KLH Jakarta. forecast in agricultural management: Yasin, I., M. Ma’shum, Y. Abawi, dan L. Hadia- Subproject 2- Water and Crop Management wati. 2002. Penggunaan Flowcast untuk inIndonesia. Final Report to ACIAR. QCCA- Menentukan Awal Musim Hujan dan DNRM. Toowoomba Australia. Menyusun Strategi Tanam di Lahan Sawah Boer, R and Meinke, H. 2002. Plant Growth and the Tadah Hujan di Pulau Lombok. Pros. Seminar SOI, in Will It Rain? The effect of the Nasional Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Southern Oscillatioon and El Nino in Penerapan Teknologi Tepat Guna. BPTP NTB. Indonesia. Department of Primary Industries Yasin, I., M. Ma'shum, Y. Abawi, and Lia Hadia- Queensland, Brisbane Australia. waty. 2002. Flowcast Use To Determine Early BPS. 2009. Kabupaten Bandung Dalam Angka Summer Rain and Develop Strategy of Land Tahun 2009. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rice Cultivation in Rainwater in Lombok Bandung Island. Nat. Sem. Proc. "Farmer Income Im- BPS. 2013. Kabupaten Bandung Dalam Angka provement Through Agricultural Resources Tahun 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Utilization and Application of Appropriate Bandung. Technology" on 20-21 Nov. 2002. BPTP NTB

Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat