Analisis Penurunan Produksi Tanaman Padi Akibat Perubahan Iklim Di Kabupaten Bandung Jawa Barat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016 37 Ruminta Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat Analysis of decreasing production of paddy due to climate change in Bandung district West Java Diterima : 15 Februari 2016/Disetujui : 1 Maret 2016 / Dipublikasikan : Maret 2016 ©Department of Crop Science, Padjadjaran University Abstract. Climate change has a significant impact Sari. Perubahan iklim mempunyai pengaruh on paddy cultivation, because paddy cultivation signifikan pada budidaya tanaman padi, karena has a heavy reliance on climate elements, budidaya tanaman padi mempunyai ketergan- especially rainfall and temperature. Associated tungan yang kuat terhadap unsur iklim terutama with it has been studied the impact of climate curah hujan dan temperatur. Terkait dengan hal change on the decreating production of paddy in itu telah dilakukan kajian dampak perubahan the area of Bandung District, West Java. The iklim terhadap penurunan produksi tanaman research object was to determine the impacts of padi di wilayah kabupaten Bandung Jawa Barat. climate change on the decreating production of Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak paddy and identify adaptation efforts should be perubahan unsur iklim (curah hujan dan done by farmers. The results of study showed that temperature) terhadap produksi tanaman padi the impact of climate change in Bandung Diatrict dan mengidentifikasi usaha adaptasi yang harus has been felt by farmers that’s indicated by the dilakukan oleh para petani. Hasil penelitian shift of the growing season and harvest time, a menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim di decrease in planting and harvested area, changes wilayah kabupaten Bandung sudah dirasakan oleh in productivity and production of paddy in the petani yang diindikasikan oleh bergesernya rainfed and semi-irrigated lands. There are some musim tanam dan waktu panen, penurunan luas sub-districts that experienced a hazard on decrease tanam dan panen, perubahan produktivitas dan in the production of paddy are the Cicalengka, produksi padi di lahan sawah tadah hujan dan Pangalengan, Ciwidey, Solokanjeruk, and Ciparay. lahan sawah ½ irigasi. Ada beberapa kecamatan The regions experienced a vulnerability to climate yang mengalami bahaya (hazard) penurunan change are Pasirjambu, Cimaung, Pangalengan, produksi tanaman padi adalah kecamatan Kertasari, and Pacet Sub-Districts (very high level Cicalengka, Pangalengan, Ciwidey, Solokanjeruk, of vulnerability). There are region that are at risk dan Ciparay. Wilayah mengalami kerentanan of decrease in the production of paddy are (vulnerability) akibat perubahan iklim adalah Pasirjambu, Cimaung, and Ciparay Sub-Districts. kecamatan Pasirjambu, Cimaung, Pangalengan, There are several strategic adaptation efforts to Kertasari, dan Pacet (tingkat kerentanan sangat deal with the risk of a decline in production of tinggi). Wilayah yang mempunyai risiko penurun- paddy due to climate change are the use of high- an produksi tanaman padi adalah kecamatan yielding paddy varieties that’s resistant to Pasirjambu, Cimaung, dan Ciparay. Ada beberapa drought/floods and early harvested; improving usaha adaptasi strategis untuk menghadapi risiko techniques and intensification of paddy cultivation penurunan produksi tanaman padi akibat peru- for example PTT, SRI, and the Legowo System; bahan iklim adalah penggunaan varitas padi and optimalization the utilization of idle land and unggul yang tahan kekeringan/ banjir serta create new wetland. berumur genjah; meningkatkan teknik dan intensifikasi budidaya tanaman padi misalnya Keywords : Paddy ∙ Climate change ∙ Strategic PTT, SRI, dan sistem Legowo; dan optimalisasi adaptation pemanfaatan lahan tidur dan pembukaan lahan sawah baru. Dikomunikasikan oleh Tati Nurmala Kata kunci : Padi ∙ Perubahan iklim ∙ Adaptasi Ruminta strategis Departemen Budidaya Pertanian Universitas Padjadjaran Korespondensi: [email protected] Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat 38 Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016 ___________________________________________ Berdasarkan pada fakta tersebut, para ahli Pendahuluan iklim berpendapat bahwa variasi iklim yang tidak beraturan itu sangat berkaitan dengan kejadian Perubahan iklim mengancam sistem produksi iklim ekstrim yakni ENSO (El Nino Southern tanaman dan oleh karena itu juga mengancam Oscillation). Misalnya, Boer dan Meinke (2002) mata pencaharian dan ketahanan pangan untuk mengemukakan bahwa di daerah monsoon seperti miliaran orang yang bergantung pada pertanian. Jawa, Indonesia Timur dan Sumatera bagian Bukti menunjukkan bahwa populasi penduduk Selatan, bahwa pada musim-musim tertentu yang terpinggirkan akan menderita luar biasa Osilasi Selatan berpengaruh kuat terhadap faktor- akibat dampak perubahan iklim dibandingkan faktor iklim seperti hujan, perubahan penutupan dengan populasi kaya, seperti negara-negara awan yang mempengaruhi radiasi, suhu, industri (IPCC 2007). Tidak hanya negara- penguapan dan kelembaban udara yang semua- negara relatif miskin akan mengalami dampak nya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. lebih parah, tetapi juga mereka yang sering Kejadian iklim ekstrim seperti El Nino dan La kekurangan sumber daya untuk menyiapkan Nina di Indonesia berpengaruh terhadap perkem- dan mengatasi risiko perubahan lingkungan. bangan produksi tanaman pangan. Kuatnya Pertanian adalah sektor yang paling rentan pengaruh ENSO itu dapat dibuktikan dengan terhadap perubahan iklim karena ketergan- melihat kejadian kemarau panjang dan kekeringan tungan tinggi pada iklim dan cuaca dan juga di berbagai wilayah di Indonesia yang bertepatan karena orang yang terlibat di sektor pertanian dengan kejadian El Nino (Yasin et al., 2002). cenderung lebih miskin dibandingkan dengan Hubungan antara fenomena El Nino rekan-rekan mereka di kota. dengan produksi tiga tanaman pangan utama di Pengaruh perubahan iklim khususnya Indonesia ditunjukkan pada Gambar 1. terhadap sektor pertanian di Indonesia sudah Fenomena El Nino pada kurun waktu 20 tahun terasa dan menjadi kenyataan. Perubahan ini terakhir terjadi pada tahun 1994, 1997, 2001, diindikasikan antara lain oleh adanya bencana 2003, 2004, dan 2006. Pada tahun El Nino banjir, kekeringan (musim kemarau yang tersebut berdampak kuat terhadap produktivitas panjang) dan bergesernya musim hujan. Dalam dan produksi tanaman padi dan jagung di beberapa tahun terakhir ini pergeseran musim Indonesia. Gambar 1 terlihat dengan jelas hujan menyebabkan bergesernya musim tanam bahwa produktivitas dan produksi tanaman dan panen komoditi pangan (padi, palawija dan padi dan jagung mengalami penurunan yang sayuran). Sedangkan banjir dan kekeringan sangat signifikan. menyebabkan gagal tanam, gagal panen, dan bahkan menyebabkan puso. Di Indonesia, perubahan pola hujan mungkin adalah ancaman terbesar, karena begitu banyak petani mengandalkan langsung pada hujan untuk kegiatan pertanian dan mata pencahariannya, setiap perubahan curah hujan menyebabkan resiko besar. Pertanian tadah hujan sangat rentan terhadap perubahan iklim, jika praktek bertani tetap tidak berubah. Suhu yang lebih tinggi akan menantang sistem pertanian. Tanaman sangat sensitif terhadap suhu tinggi selama tahap kritis seperti berbunga dan perkembangan benih. Seringkali dikombinasikan dengan kekeringan, suhu tinggi dapat menyebabkan bencana untuk lahan pertanian. Perubahan suhu dan kelembaban udara juga dapat memicu perkembangan dan ledakan hama dan penyakit tanaman. Banjir dan kekeringan juga mempengaruhi produksi perta- nian. Banjir dan kekeringan yang berkepanjangan Gambar 0. Luas panen dan produksi tanaman akibat dari pengelolaan air yang tidak baik dan pangan utama (Padi dan Jagung) di Indonesia kapasitas yang rendah mengakibatkan penurunan (1993-2009) (Garis kuning menunjukkan tahun kejadian El Nino) (Ruminta dan Handoko. 2012a). produksi yang signifikan. Ruminta: Analisis penurunan produksi tanaman padi akibat perubahan iklim di Kabupaten Bandung Jawa Barat Jurnal Kultivasi Vol. 15(1) Maret 2016 39 Tingkat dimana peristiwa perubahan iklim daerah tertentu akan terjadi genangan air. mempengaruhi sistem pertanian tergantung Topografi kabupaten Bandung adalah datar, pada berbagai faktor, antara lain jenis tanaman berombak, sampai berbukit, lahan sawah yang diusahakan, skala operasi, orientasi sebagian besar terletak pada dataran medium pertanian terhadap tujuan komersial atau dengan ketinggian 500 – 750 m dpl, seperti subsistensi, kualitas basis sumber daya alam, tersebar di kecamatan Paseh, Cikancung, dan variabel manusia atau manajer pertanian Cicalengka, Rancaekek, Majalaya, Solokan Jeruk, (misalnya pendidikan, usia, toleransi resiko dll). Ciparay, Baleendah, Cangkuang, Banjaran, Adanya keragaman pola iklim, sistem pertanian, Pameungpeuk, Katapang, Soreang, Margaasih, kondisi sosial, ekonomi, politik dan lingkungan Margahayu, Dayeuhkolot, dan Bojongsoang. maka bahaya, kerentanan, dan risiko perubahan Sumber air yang utama di kabupaten Bandung iklim akan berbeda dari satu tempat ke tempat adalah berupa sungai, mata air, danau, embung lainnya, hal ini tentu menjadi tantangan untuk dan bendungan (dam). Wilayah kabupaten mengkaji bahaya, kerentanan, dan risiko di Bandung beriklim tropis dan basah. Sepanjang suatu wilayah termasuk kabupaten Bandung. tahun kabupaten ini hanya dipengaruhi oleh Perlu dilakukan identifikasi terhadap bidang dua musim, yakni musim hujan dan musim pertanian, sistem produksi, dan populasi yang kemarau. Suhu udaranya bervariasi antara