PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA DI TORAJA, SULAWESI SELATAN DAN PENGGUNAAN KONTEKS RUMAH ADAT TONGKONAN UNTUK MEMBELAJARKAN MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : Erra EL-Taro NIM :171414085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA RUMAH ADAT TONGKONAN DI TORAJA, SULAWESI SELATAN DAN PENGGUNAAN KONTEKS RUMAH ADAT TONGKONAN UNTUK MEMBELAJARKAN MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh : Erra EL-Taro NIM :171414085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2021

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Awali dengan berdoa, jalani dengan usaha, akhiri dengan bersyukur”

“Pekerjaan-pekerjaan kecil yang selesai dilakukan lebih baik daripada rencana-rencana besar yang hanya didiskusikan” -Peter Marshall

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan, karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

yang selalu memberkati dan menyertai hidupku,

Kedua orang tuaku, saudaraku dan nenekku

yang selalu mendoakan, mendukungku dan menyayangiku tak terhingga,

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Maret 2021 Penulis,

Erra EL-Taro

iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Erra EL-Taro Nomor Induk Mahasiswa 171414085 Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : KAJIAN ETNOMATEMATIKA PADA RUMAH ADAT TONGKONAN DI TORAJA, SULAWESI SELATAN DAN PENGGUNAAN KONTEKS RUMAH ADAT TONGKONAN UNTUK MEMBELAJARKAN MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 26 Maret 2021 Yang menyatakan,

Erra EL-Taro

v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Erra EL - Taro. 171414085. 2021. Kajian Etnomatematika pada Rumah Adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan dan Penggunaan Konteks Rumah Adat Tongkonan untuk Membelajarkan Materi Perbandingan di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) proses pembangunan Tongkonan (2) Rambu Solo sebagai salah satu upacara adat yang dilakukan di Tongkonan (3) fungsi Tongkonan (4) aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam proses pembangunan Tongkonan (5) aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam fungsi Tongkonan (6) aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam Rambu Solo (7) membuat konteks matematika dengan menggunakan proses pembangunan, fungsi dan upacara adat di Tongkonan untuk membelajarkan matematika (8) langkah-langkah merencanakan proses pembelajaran dengan model problem based learning untuk materi perbandingan bagi siswa kelas VII dengan menggunakan konteks yang terkait dengan Tongkonan. Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan penelitian desain. Objek dalam penelitian ini adalah proses pembangunan dan fungsi Tongkonan, serta Rambu Solo sebagai salah satu upacara adat yang dilakukan di Tongkonan. Subjek dalam penelitian ini adalah tomanarang (pembuat Tongkonan), tuan rumah serta budayawan. Instrumen primer dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Instrumen sekunder dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara. Hasil penelitian ini adalah (1) proses pembangunan Tongkonan: mangrimpung, mengumpulkan bahan, mendirikan rumah, memasang atap, dan mendirikan tiang A’riri Posi (2) Rambu Solo berlangsung selama 3 hari (3) fungsi Tongkonan: sebagai simbol strata sosial bagi semua rumpun keluarga Tongkonan itu, pemersatu seluruh rumpun keluarga dari Tongkonan itu, pusat pelaksanaan upacara dan tempat musyawarah (4) aktivitas fundamental matematis dalam proses pembangunan Tongkonan: counting, locating, measuring, designing, explaining (5) aktivitas fundamental matematis dalam fungsi Tongkonan: counting, locating, measuring, designing (6) aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam Rambu Solo: locating, measuring, designing (7) membuat konteks matematika dengan menggunakan proses pembangunan, fungsi dan upacara adat di Tongkonan untuk membelajarkan matematika: mengklasifikasikan data dalam tiga bagian (proses pembuatan, fungsi dan upacara adat), menganalisis aktivitas matematis yang terdapat dalam setiap bagian, menganalisis konsep yang terdapat pada setiap aktivitas matematis yang ditemukan sebelumnya, konsep yang banyak ditemukan/dominan akan dipilih untuk menentukan topik yang akan digunakan (8) langkah-langkah merencanakan proses pembelajaran dengan model problem based learning untuk materi Perbandingan bagi siswa kelas VII, menggunakan konteks yang terkait dengan Tongkonan: Pertemuan 1 adalah perbandingan dan perbandingan senilai; Pertemuan 2 adalah perbandingan berbalik nilai; Pertemuan 3 adalah ulangan harian.

Kata kunci : tongkonan, etnomatematika, problem based learning, perbandingan.

vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Erra El - Taro. 171414085. 2021. Ethnomatematic Study of Tongkonan Traditional House in Toraja, South Sulawesi and Use of the Context of Tongkonan Traditional House to Learn Comparison Material in Class VII Junior High School. Sanata Dharma University. This study aims to determine (1) the Tongkonan development process (2) Rambu Solo as one of the traditional ceremonies carried out in Tongkonan (3) the function of Tongkonan (4) the mathematical fundamental activities contained in the Tongkonan development process (5) the mathematical fundamental activities contained in the Tongkonan function (6) the fundamental mathematical activities contained in Rambu Solo (7) build a mathematical context using the development process, traditional functions and ceremonies in Tongkonan to teach mathematics (8) steps to plan the learning process with the problem based learning model for comparison material for Grade VII students using a context related to Tongkonan. The type of research in this research is qualitative research and design research. The object of this research is the development process and function of Tongkonan, as well as Rambu Solo as one of the traditional ceremonies performed in Tongkonan. The subjects in this study were tomanarang (Tongkonan maker), hosts and cultural expert. The primary instrument in this study is the researcher himself. The secondary instrument in this study was an interview guide. The results of this study are (1) the Tongkonan construction process: mangrimpung, collecting materials, building a house, installing a roof, and erecting the pole A'riri Posi (2) Rambu Solo lasts for 3 days (3) Tongkonan function: as a symbol of social strata for all the Tongkonan family clump, the unifier of the entire Tongkonan family, the center for the implementation of the ceremony and the place for deliberation (4) the fundamental mathematical activities involved in the Tongkonan construction process: counting, locating, measuring, designing, explaining (5) fundamental mathematical activities contained in Tongkonan functions: counting, locating, measuring, designing (6) fundamental mathematical activities contained in Rambu Solo: locating, measuring, designing (7) building a mathematical context using the development process, functions and traditional ceremonies in Tongkonan to teach mathematics: classifying data in three parts (making process, function and traditional ceremony), analyzing mathematical aspects contained in each section, analyze the concepts contained in each previously found mathematical activity, the most common / dominant concepts will be selected to determine the topic to be used (8) steps to plan the learning process with the problem based learning model for Comparison material for students class VII using a context related to Tongkonan: Meeting 1 is comparison and comparison of worth; Meeting 2 is the comparison of turning values; Meeting 3, is daily tests.

Keywords : tongkonan, ethnomatematics, problem based learning, comparison.

vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan berkat- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul: “Kajian Etnomatematika pada Rumah Adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan dan Penggunaan Konteks Rumah Adat Tongkonan untuk Membelajarkan Materi Perbandingan Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama” dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini banyak pihak yang terlibat dalam memberikan bantuan, dukungan dan doa, serta motivasi kepada penulis. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1) Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2) Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 3) Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika. 4) Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 5) Bapak Drs. Sugiarto Pudjohartono, M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis selama menjalani dinamika di bangku perkuliahan. 6) Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis sebagai bekal di masa depan. 7) Para narasumber yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 8) Orang tua, saudara, dsn nenekmyang selalu mendoakan, mendukung dan menyayangi saya tak terhingga.

viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9) Christina Elvaretta Diva Priscilla, Andreas Ragil Dana Wahyudi, rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika yang telah berjuang bersama-sama untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma. 10) Vegas Comel yang telah mendukung dan menyemangati saya. 11) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut membantu dan memberikan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun agar dapat bermanfaat bagi pihak lainnya.

Yogyakarta, 26 Maret 2021

Penulis

ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... i HALAMAN PENGESAHAN ...... ii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS ...... v ABSTRAK ...... vi ABSTRACT ...... vii KATA PENGANTAR ...... viii DAFTAR ISI ...... x DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR GAMBAR ...... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...... xvi BAB I : PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 7 C. Tujuan Penelitian ...... 8 D. Pembatasan Masalah ...... 9 E. Penjelasan Istilah ...... 9 F. Manfaat Penelitian ...... 10 BAB II : KAJIAN PUSTAKA ...... 12 A. Suku Toraja di Sulawesi Selatan ...... 12 B. Rumah Adat Tongkonan ...... 30 C. Etnomatematika ...... 46 D. Pembelajaran Berbasis Masalah ...... 51 E. Hasil Penelitian Relevan ...... 54 F. Kerangka Berpikir ...... 57 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ...... 60 A. Jenis Penelitian...... 60 B. Waktu dan Tempat Penelitian ...... 61

x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Subjek dan Objek Penelitian ...... 61 D. Sumber dan Bentuk Data ...... 62 E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ...... 62 F. Validasi Data dan Instrumen Pengumpulan Data ...... 70 G. Teknik Analisis Data ...... 71 H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan ...... 74 BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 76 A. Tahap Pembangunan Tongkonan ...... 76 B. Analisis Aktivitas Bishop dalam Tahap Pembangunan Tongkonan ...... 103 C. Fungsi Tongkonan ...... 108 D. Analisis Aktivitas Bishop dalam Fungsi Tongkonan ...... 115 E. Upacara Rambu Solo di Tongkonan ...... 115 F. Analisis Aktivitas Bishop dalam Upacara Rambu Solo di Tongkonan ...... 125 BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN...... 128 A. Deskripsi Rencana Pembelajaran Pertemuan 1 untuk Materi Perbandingan untuk Siswa Kelas VII ...... 128 B. Deskripsi Rencana Pembelajaran Pertemuan 2 untuk Materi Perbandingan untuk Siswa Kelas VII ...... 150 C. Deskripsi Rencana Pembelajaran Pertemuan 3 untuk Materi Perbandingan untuk Siswa Kelas VII ...... 166 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ...... 173 A. Kesimpulan ...... 173 B. Saran ...... 180 DAFTAR PUSTAKA ...... 182 LAMPIRAN ...... 185

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara untuk Narasumber 1 (Tomanarang) ...... 65 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara untuk Narasumber 2 (Pemilik Rumah) ...... 67 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara untuk Narasumber 3 (Budayawan) ...... 69 Tabel 4.1 Analisa Aktivitas Bishop dalam Tahap Pembangunan Tongkonan ...... 103 Tabel 4.2 Analisa Aktivitas Bishop dalam Fungsi Tongkonan ...... 115 Tabel 4.3 Analisa Aktivitas Bishop dalam Upacara Adat Rambu Solo di Tongkonan ...... 125 Tabel 5.1 Perhitungan Jumlah Warisan Melda ...... 149 Tabel 5.2 Pengelompokkan Ukuran Rumah Adat Tongkonan Pak Yosep dan Pak Angel ...... 149 Tabel 5.3 Pengelompokkan Jumlah Masyarakat dan Waktu yang Dibutuhkan untuk Mangrampun Kayu...... 165 Tabel 5.4 Pengelompokkan Banyak Tamu dan Banyak Beras...... 168 Tabel 5.5 Pengelompokkan Jumlah Warisan Babi dan Waktu Persediaan Makanan ...... 169 Tabel 5.6 Pengelompokkan Banyak Anak dan Banyak Warisan...... 170 Tabel 5.7 Pengelompokkan Banyak Anak dan Banyak Warisan yang Diperoleh Setiap Anak ...... 171

xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patane ...... 15 Gambar 2.2 Kuburan dalam Goa ...... 16 Gambar 2.3 Kuburan Liang Batu ...... 17 Gambar 2.4 Kuburan di Sisi Tebing ...... 17 Gambar 2.5 Passiliran ...... 18 Gambar 2.6 Ma’tudan Mebalun ...... 27 Gambar 2.7 Ma’roto ...... 28 Gambar 2.8 Ma’popengkalo Alang ...... 28 Gambar 2.9 Ma’pasonglo ...... 29 Gambar 2.10 Banua Pandoko Dena' ...... 31 Gambar 2.11 Banua Lentong A’pa’ ...... 31 Gambar 2.12 Banua Tamben ...... 32 Gambar 2.13 Banua Tolo’ ...... 33 Gambar 2.14 Sallu Banua ...... 34 Gambar 2.15 Kale Banua ...... 35 Gambar 2.16 Ukiran Pa’Tedong ...... 35 Gambar 2.17 Ukiran Pa’Manuk Londong ...... 36 Gambar 2.18 Ukiran Pa’Barre Allo ...... 37 Gambar 2.19 Ukiran Pa’kapu Baka ...... 37 Gambar 2.20 Ukiran Pa’Sussu’ ...... 38 Gambar 2.21 Rattiang banua ...... 38 Gambar 2.22 Tongkonan Layuk ...... 39 Gambar 2.23 Tongkonan Pekamberan ...... 40 Gambar 2.24 Tongkonan Batu A’riri ...... 41 Gambar 2.25 Kemungkinan Relasi Konteks Budaya dengan Topik Matematika ...... 59 Gambar 3.1 Kegiatan Penelitian ...... 61 Gambar 4.1 Detail Tiang Kolong Tongkonan ...... 90 Gambar 4.2 Detail Tiang Kolong Tongkonan...... 90 Gambar 4.3 Detail Lantai Tongkonan...... 91 Gambar 4.4 Detail Dinding Tongkonan ...... 92

xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 4.5 Detail Dinding Tongkonan ...... 92 Gambar 4.6 Posisi Tiang Berjumlah 25 Tampak Atas ...... 94 Gambar 4.7 Posisi Tiang Berjumlah 23 Tampak Atas ...... 95 Gambar 4.8 Rumah Tongkonan Tampak Depan ...... 96 Gambar 4.9 Irisan Memanjang Tongkonan ...... 96 Gambar 4.10 Irisan Melintang Tongkonan ...... 97 Gambar 4.11 Kabongo’...... 112 Gambar 4.12 Ukiran Ayam Jantan Putih ...... 113 Gambar 4.13 Ukiran Pa’erong ...... 113 Gambar 4.14 Posisi Tiang Berjumlah 27 Tampak Atas ...... 113 Gambar 4.15 Posisi Tiang Berjumlah 32 Tampak Atas ...... 114 Gambar 4.16 Lantang ...... 123 Gambar 4.17 Kandaure ...... 123 Gambar 4.18 Gong ...... 124 Gambar 4.19 Kaseda ...... 124 Gambar 5.1 Slide Contoh Penerapan Perbandingan dalam Kehidupan Sehari-Hari ...... 132 Gambar 5.2 Slide Pengelompokkan Bahan Alam ...... 134 Gambar 5.3 Slide Pengelompokkan Hewan Kurban ...... 130 Gambar 5.4 Slide Pengelompokkan Ukuran Rumah Tongkonan Pak Paulus dan Pak Rego ...... 140 Gambar 5.5 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa ...... 141 Gambar 5.6 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa ...... 142 Gambar 5.7 Slide Perhitungan Ukuran Panjang Tongkonan Pak Rego ...... 142 Gambar 5.8 Slide Pengelompokkan Jumlah Anak dan Warisan ...... 144 Gambar 5.9 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa ...... 144 Gambar 5.10 Slide Pertanyaan Refleksi ...... 148 Gambar 5.11 Slide Contoh Penerapan Perbandingan Berbalik Nilai ...... 151 Gambar 5.12 Slide Pengelompokkan Jumlah Anak dan Warisan ...... 154 Gambar 5.13 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa ...... 156 Gambar 5.14 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa ...... 157 Gambar 5.15 Slide Perhitungan Jumlah Warisan Keluarga Kedua ...... 158

xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 5.16 Slide Pengelompokkan Jumlah Tukang dan Waktu Penyelesaiaan Rumah Adat Tongkonan ...... 159 Gambar 5.17 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa ...... 160 Gambar 5.18 Slide Pertanyaan Refleksi ...... 164

xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP Pertemuan 1, 2, dan 3 ...... 185 Lampiran 2 Powerpoint Pertemuan 1 dan 2 ...... 228 Lampiran 3 Soal Ulangan Harian ...... 236

xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu “mathematike” berarti mempelajari. Kata “mathematike” berasal dari kata “mathema” yang berarti pengetahuan atau ilmu. “Mathematike” juga berkaitan dengan kata “mathein” atau “mathenein” yang memiliki arti belajar (berpikir). Dalam Kamus Besar Bahasa matematika diartikan sebagai “ilmu tentang bilangan- bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Perkembangan matematika berlangsung secara dinamis seiring dengan perubahan zaman yang semakin maju. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempelajari dan menggunakan matematika dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Carl Friedrich Gauss, seorang matematikawan yang berasal dari Jerman mengatakan bahwa “Mathematics is the queen of the sciences”. Makna dari pendapat ini adalah matematika sebagai dasar atau landasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan lain, seperti psikologi, biologi, fisika, kimia, ekonomi, dan sebagainya. Pendapat mengenai peran matematika juga dikemukakan oleh Fathani (2009) yang mengatakan bahwa matematika itu penting sebagai alat bantu, sebagai ilmu (bagi ilmuwan), sebagai pembentuk sikap maupun sebagai pembimbing pola pikir. Dengan demikian, besarnya peran matematika di berbagai bidang dalam perkembangan hidup manusia secara tidak langsung menuntut adanya pemahaman atau pembelajaran terhadap matematika. Hal ini didukung dengan pendapat Cornelius (1982:38) yang mengatakan bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika, yakni (1) matematika sebagai sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) matematika sebagai sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) matematika sebagai sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) matematika sebagai sarana untuk mengembangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

kreativitas, dan (5) matematika sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Budaya adalah suatu kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat serta kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian dari masyarakat (Hawkins, 2012). Pembelajaran matematika merupakan suatu hal yang tidak lepas dari pengaruh budaya manusia. Pinxten (1994) menyatakan bahwa pada hakikatnya matematika merupakan teknologi simbolis yang tumbuh pada keterampilan atau aktivitas lingkungan yang bersifat budaya. Sejalan dengan pandangan tersebut, Bishop (1994) juga menyatakan bahwa matematika merupakan suatu bentuk budaya. Berdasarkan pendapat para ahli ini, maka terlihat bahwa konteks budaya memiliki hubungan atau kaitan dengan matematika, misalnya saja dalam aktivitas berhitung dengan menyebutkan suatu bilangan, aktivitas mengukur (panjang, lebar, luas, volume dan berat), aktivitas kesenian, aktivitas permainan, aktivitas perdagangan atau jual beli (menghitung uang kembalian, laba atau rugi, persediaan barang dan lain-lain), serta arsitektur dari suatu bangunan. Goldberg (2000) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, dan belajar melalui budaya. Pendapat ini secara tidak langsung bermakna bahwa budaya dapat dijadikan sebagai konteks realistik dalam suatu pembelajaran. Menurut Torres-Velasquez dan Lobo (2004) perspektif ini merupakan komponen penting dari pendidikan budaya yang relevan karena mengusulkan bahwa guru perlu mengaktualisasikan pembelajaran matematika dengan budaya dan kehidupan nyata siswa. Kegiatan pembelajaran matematika yang dikaitkan dengan konteks budaya lokal memberikan muatan atau menjembatani antara matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya dengan matematika di sekolah. Sebuah studi yang dilakukan menunjukkan bagaimana berhitung bilangan dapat dilakukan secara berbeda-beda dengan menggunakan jemari tangan (Zaslavksy, 1991). Sepuluh orang anak diminta untuk berhitung sampai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

delapan dengan jari tangan mereka secara diam-diam. Kemudian, secara sekaligus mereka diminta untuk merepresentasikan bilangan delapan. Anak- anak itu ternyata memiliki cara yang berbeda-beda dalam merepresentasikan bilangan delapan dengan jari tangan mereka. Dari studi yang dilakukan ini, terlihat bahwa peneliti atau guru membelajarkan matematika terkait konsep nilai dari suatu bilangan dimulai dari konteks yang dekat dengan siswa, yaitu kebiasaan menghitung menggunakan jemari tangan. Dengan adanya perbedaan representasi bilangan delapan yang ditampilkan ini, maka anak- anak semakin paham mengenai nilai dari bilangan delapan itu sendiri. Setelah itu, barulah anak-anak dituntun menuju ke matematika yang lebih formal. Selain aktivitas berhitung dengan jari tangan, ada beberapa konteks budaya lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika, di antara kreativitas seni yang terdapat dalam motif batik dapat digunakan untuk membelajarkan materi matematika yang berhubungan dengan geometri dua dimensi; ukiran dan bentuk arsitektur pada rumah adat dapat digunakan untuk membelajarkan materi geometri dua dimensi dan tiga dimensi; konsep hitung matematika dalam aktivitas ekonomis dapat digunakan untuk membelajarkan materi program linear seperti menentukan solusi kebutuhan atau barang yang harus dipenuhi dengan pertimbangan dana yang terbatas; budaya mengantri yang mana urutan antri mempengaruhi proses dari pelayanan, dapat digunakan dalam membelajarkan materi permutasi; dan permainan tradisional anak-anak dapat digunakan sebagai media untuk membelajarkan materi berhitung termasuk aktivitas menjumlahkan dan mengurangkan bilangan juga bisa dipelajari melalui permainan tradisional ini (Herutomo, Rezky Agung, 2015) Faktor budaya yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah rumah adat suku Toraja yang berada di Sulawesi Selatan, yaitu Tongkonan. Hal ini dilatarbelakangi oleh keinginan penulis sebagai salah satu anggota masyarakat suku Toraja yang memiliki keinginan untuk melestarikan budaya suku Toraja. Selain itu, pemilihan budaya Tongkonan ini juga didasarkan pada hasil wawancara mengenai pengalaman guru yang mengajar matematika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

di Toraja. Selama melaksanakan pembelajaran, Pak Sepri pernah menggunakan budaya untuk membelajarkan suatu topik dalam mata pelajaran matematika, seperti pembagian warisan berupa kerbau untuk menjelaskan materi pecahan. Guru mengatakan bahwa siswa di kelas mengalami kesulitan dalam memahami bilangan khususnya pecahan apabila langsung disajikan dalam bentuk simbol. Sehingga, guru akan menyebut bilangan dengan menggunakan bahasa Toraja, misalnya setengah (sangsese), seperempat (sangtepo), satu setengah (satu sangsese), kemudian melanjutkan dengan pemberian latihan soal tentang pembagian warisan berupa kerbau yang perhitungan atau penyelesaiannya menggunakan konsep pecahan.

Sebuah pesta kematian dengan pembagian kerbau ke beberapa kampung, yaitu: 1 - Kampung A mendapat 2 (dua sangtepo) 4 1 - Kampung B mendapat 1 (satu sangsese) 2 1 - Kampung C mendapat 3 (tallu sangtepo) 4 Berapakah jumlah kerbau yang dipotong pada pesta kematian tersebut?

Selain itu, saat mengajar materi trigonometri pada segitiga siku-siku di kelas X semester 2, beliau menggunakan bentuk longa Tongkonan (bagian depan atap) sebagai contoh kontekstualnya. Beliau menunjukkan gambar longa Tongkonan (atap bagian depan) kepada siswa, kemudian memberitahukan bahwa pada longa terdapat bentuk segitiga siku-siku dan kemiringan sudut, sehingga dapat dikaitkan Teorema Pythagoras dan bisa diterapkan perbandingan trigonometri. Penggunaan konteks budaya dalam pembelajaran matematika ini ternyata sangat membantu siswa lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran, karena konteks yang digunakan oleh guru adalah konteks budaya yang dekat dengan siswa, sehingga dapat membantu siswa membayangkan konsep yang dimaksud dalam suatu materi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa guru mata pelajaran telah menggunakan konteks budaya dalam membelajarkan suatu topik matematika. Penggunaan konteks ini biasanya dilakukan untuk memberikan contoh kontekstual dari suatu topik atau biasanya untuk membantu siswa membayangkan konsep matematika yang dimaksud dalam suatu topik pembelajaran matematika. Tetapi dari wawancara dengan guru, peneliti dapat mengetahui bahwa guru belum menggunakan konteks budaya tersebut untuk mengkonstruksi pemahaman atau pengetahuan siswa dalam membelajarkan suatu topik matematika. Konteks budaya baru dipergunakan guru untuk membantu siswa memahami konteks soal, belum sampai pada tahap konstruksi konsep. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan suatu penelitian yang mengkaji aspek matematis dari salah satu faktor budaya di Toraja, yaitu Tongkonan dan merancang pembelajaran yang dapat mengkronstruk pengetahuan siswa terkait suatu topik dalam pembelajaran matematika. Tongkonan merupakan salah satu budaya yang dikenal sebagai rumah adat suku Toraja, Sulawesi Selatan. Rumah adat ini memiliki beberapa keunikan diantaranya adalah bentuk atap Tongkonan menyerupai bentuk perahu, pada tiang utama bagian depan Tongkonan terdapat rangkaian tanduk kerbau, di bagian depan Tongkonan terdapat patung kepala kerbau (kabongo), Tongkonan memiliki pasangan yaitu Alang (Lumbung), Tongkonan selalu menghadap ke Utara, dan dinding Tongkonan memiliki banyak ukiran. Tongkonan dibangun dengan melalui beberapa tahap, yang mana setiap tahapan akan diiringi dengan ritual atau ritus. Ritus ini diadakan oleh Tominaa dan dihadiri oleh sejumlah rumpun keluarga dari Tongkonan yang akan dibangun. Tominaa adalah sebutan untuk tokoh adat masyarakat Toraja (biksu atau pendeta Aluk Todolo) yang dalam kepercayaan leluhur berfungsi sebagai pendoa dan pemimpin pemberian sesajen. Aluk Todolo adalah agama leluhur nenek moyang atau kepercayaan asli suku Toraja yang hingga saat ini masih dianut oleh sejumlah masyarakat Toraja. Di sisi lain, masyarakat suku Toraja menyakini bahwa Tongkonan memiliki empat fungsi, yaitu (1) Tongkonan sebagai lambang, dan tempat sumber kekuasaan adat, (2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Tongkonan sebagai lambang dan tempat pembinaan kesatuan dan kekeluargaan yang erat dari seluruh keluarga yang berketurunan dari Tongkonan masing-masing, (3) Tongkonan sebagai tempat bermusyawarah atau balai pertemuan keluarga dan masyarakat yang lahir dan berketurunan dari Tongkonan, serta (4) Tongkonan sebagai tempat menyelesaikan dan mengadakan setiap kegiatan adat untuk semua keluarga yang berketurunan dari Tongkonan dengan tidak memilih besar kecilnya kegiatan atau masalah tersebut. Tongkonan dalam keberadaannya memiliki peran sebagai perlambangan kehidupan turun-temurun dari suatu marga, serta mempunyai pasangan atau pengawal ibarat manusia yang memiliki teman hidup, yaitu alang (Lumbung). Berdasarkan hasil eksplorasi terhadap Tongkonan, diperoleh bahwa ukiran dan arsitektur Tongkonan memiliki pola-pola yang dapat dikaji dari segi geometri. Selain itu, tanpa disadari dalam tahapan atau proses pembangunan Tongkonan telah terjadi aktivitas matematis yang dapat dikaitkan dalam pembelajaran matematika. Beberapa peneliti pernah melakukan kajian etnomatematika dalam pembelajaran matematika. Theresia Laurens (2016) menemukan adanya konsep pecahan, nilai tempat, dan geometri di kebudayaan masyarakat Maluku. Selanjutnya, hasil kajian ini digunakan untuk menyusun bahan ajar yang digunakan dalam mengajarkan konsep pecahan di kelas 4 SD Negeri Teladan Ambo dan diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan dalam pemahaman konsep peserta didik setelah dilaksanakan pembelajaran berbasis budaya lokal. Sida Maya Rosita (2019) melakukan kajian pada bagian rumah adat Osing Banyuwangi yang mengandung aspek-aspek matematis, seperti bangun datar dan kekongruenan. Selanjutnya, hasil kajian tersebut digunakan untuk membuat bahan ajar berupa lembar kerja siswa (LKS) yang berisikan ringkasan materi dengan beberapa indikator, yaitu mengidentifikasi benda terkait dengan bangun datar yang menggunakan etnomatematika pada rumah adat Osing, menentukan luas dan keliling benda nyata menggunakan etnomatematika rumah adat Osing dan menyelesaikan masalah tentang bangun datar yang berkaitan dengan etnomatematika pada rumah adat Osing. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

LKS yang disusun ini belum diujicobakan ke dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, sehingga Sida menyarankan bahwa untuk penelitian terkait lainnya dapat mengujicobakan LKS terkait dengan etnomatematika rumah adat Osing ini pada kegiatan pembelajaran matematika di sekolah. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengkaji aspek-aspek matematis apa saja yang terdapat pada tahap- tahap dalam proses pembangunan Tongkonan, fungsi rumah adat Tongkonan dan salah satu upacara adat yang dilakukan di Tongkonan Toraja, Sulawesi Selatan. Selanjutnya, hasil kajian budaya rumah adat Tongkonan ini akan digunakan sebagai konteks realistik dalam penyusunan rancangan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, sehingga diharapkan dapat mengkonstruksi konsep siswa dalam memahami suatu topik matematika di SMP. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pembelajaran matematika, khususnya di tingkat SMP. Selain itu, peneliti juga berharap bahwa hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan penelitian lainnya dibidang etnomatematika.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses pembangunan Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan? 2. Apa fungsi dari rumah adat Tongkonan bagi masyarakat suku Toraja? 3. Bagaimana proses adat yang dilakukan di rumah Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan? 4. Apa saja aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam proses pembangunan rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan? 5. Apa saja aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam fungsi rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan? 6. Apa saja aktivitas fundamental matematis yang dalam proses adat yang dilakukan di rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

7. Bagaimana membuat konteks matematika dengan menggunakan proses pembangunan, fungsi, dan proses adat rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan untuk membelajarkan matematika? 8. Bagaimana langkah-langkah mendesain proses pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk materi Perbandingan bagi siswa kelas VII dengan menggunakan konteks yang terkait dengan proses pembangunan, fungsi, dan proses adat di Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian etnomatematika ini sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan proses pembangunan Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. 2. Mendeskripsikan fungsi dari rumah adat Tongkonan bagi masyarakat suku Toraja. 3. Mendeskripsikan proses adat yang dilakukan di rumah Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. 4. Mendeskripsikan aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam proses pembangunan rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. 5. Mendeskripsikan aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam fungsi rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. 6. Mendeskripsikan aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam proses adat yang dilakukan di rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. 7. Mendeskripsikan bagaimana membuat konteks matematika dengan menggunakan proses pembangunan, fungsi, dan proses adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan untuk membelajarkan matematika. 8. Mendeskripsikan bagaimana langkah-langkah mendesain proses pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk materi Perbandingan bagi siswa kelas VII dengan menggunakan konteks PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

yang terkait dengan proses pembangunan, fungsi, dan proses adat di Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan?

D. Pembatasan Masalah Agar tidak menyimpang dari permasalahan dan terlalu luasnya pembahasan serta mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Kajian dalam penelitian ini dibatasi pada tiga hal, yaitu proses pembangunan yang mencakup proses adat selama Tongkonan dibangun, fungsi dari Tongkonan, dan proses adat (Rambu Solo) yang dilakukan pada Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan.

E. Penjelasan Istilah 1. Etnomatematika Etnomatematika adalah penerapan matematika oleh kelompok budaya, seperti masyarakat perkotaan dan pedesaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu, masyarakat adat dan lainnya, yang berhubungan dengan perhitungan, pengelompokkan, pengurutan, penyimpulan dan pemodelan. 2. Aktivitas Fundamental Matematis Aktivitas fundamental matematis merupakan kegiatan keseharian manusia yang dikaitkan dengan enam aspek, yaitu menghitung (counting), menempatkan (locating), mengukur (measuring), mendesain (designing), bermain (playing), dan menjelaskan (explaining). 3. Proses Pembangunan Tongkonan Proses pembangunan Tongkonan yang dimaksud adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam membangun Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. 4. Fungsi Tongkonan Fungsi yang dimaksud adalah kegunaan Tongkonan bagi masyarakat adat di Toraja, Sulawesi Selatan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

5. Proses Adat di Rumah Tongkonan Proses adat di rumah Tongkonan yang dimaksud adalah upacara adat masyarakat Toraja yang pelaksanaannya dilakukan di Tongkonan, yaitu upacara adat Rambu Solo. 6. Pembelajaran Berbasis Masalah Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang memiliki langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (1) mengorientasikan siswa pada masalah; (2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membantu penyelidikan mandiri dan/atau kelompok; (4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja individu dan/atau kelompok; dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Penelitian bagi Guru Matematika Dapat menambah wawasan terkait kajian etnomatematika terhadap budaya Tongkonan dan selanjutnya dapat digunakan dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan konteks budaya Tongkonan di Sulawesi Selatan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. 2. Manfaat Penelitian bagi Siswa. Dapat membantu siswa untuk memahami materi matematika yang diajarkan dan dapat memberikan pengetahuan mengenai keterkaitan budaya Tongkonan yang ada di Toraja dengan matematika di kelas. 3. Manfaat Penelitian bagi Masyarakat Adat Dapat memberikan informasi tentang proses pembangunan yang mencakup proses adat selama Tongkonan dibangun, fungsi dari Tongkonan dan upacara adat (Rambu Solo) yang dilakukan di Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan, serta memberikan informasi bahwa ilmu matematika sudah melekat dalam budaya masyarakat, khususnya Tongkonan di Toraja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

4. Manfaat Penelitian bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam memahami proses adat dan etnomatematika yang terdapat dalam budaya suku Toraja. Selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam melaksanakan penelitian lainnya yang berkaitan dengan etnomatematika. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Suku Toraja di Sulawesi Selatan 1. Geografi dan Demografi Toraja Secara administratif, Tana Toraja atau “Tator” merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang beribukota di Makale. Sebelum pemekaran, Toraja memiliki luas ± 3.205,77 km2 dan terletak antara 2o dan 3o LS, serta 119o dan 120o BT. Toraja berbatasan dengan empat wilayah, yaitu (1) di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat dan Toraja Utara; (2) di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu; (3) di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Enrekang dan Pinrang; (4) di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Polmas. Kondisi topografi kabupaten Tana Toraja merupakan dataran rendah, sungai, pegunungan dan dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 300 – 2.889 meter di atas permukaan laut. Bagian terendah berada di Kecamatan Bonggakaradeng, sedangkan bagian tertinggi berada di Kecamatan Bittuang. Pada dasarnya, Toraja termasuk daerah yang beriklim tropis basah dengan temperatur suhu rata-rata berkisar antara 15oC – 28oC dan kelembaban rata-rata 1.500 mm/tahun sampai lebih dari 3.500 mm/tahun. Pada tahun 2008 daerah ini mengalami pemekaran wilayah, yaitu Kabupaten Toraja Utara menurut Undang – Undang Nomor 28 tahun 2008 dengan ibukotanya adalah Rantepao. Kabupaten Toraja Utara terletak di sebelah utara Kabupaten Tana Toraja dan berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu (1) di sebelah utara berbatasan dengan Sulawesi Barat dan Kabupaten Luwu; (2) di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Luwu; (3) di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja; (4) di sebelah barat berbatasan dengan Sulawesi Barat. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Toraja adalah petani, sementara lainnya bergerak di berbagai sektor, seperti pemerintah, hotel dan restoran, perdagangan, industri kerajinan dan pengolahan, bangunan, bank PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

dan lembaga keuangan, serta angkutan dan komunikasi. Adapun agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Toraja adalah Kristen Protestan, tetapi ada juga masyarakat Toraja yang menganut agama Katolik, Islam, dan sebagian kecil masih menganut kepercayaan leluhur Aluk Todolo. 2. Asal Usul Nama Toraja Sebelum kata Toraja digunakan untuk Tana Toraja, sebenarnya dahulu ada sebuah negeri yang berdiri sendiri dengan nama Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo. Tondok, artinya negeri; Lepongan, artinya kebulatan, kesatuan; bulan, artinya bulan; matarik, artinya bentuk; Allo, artinya matahari, maka Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo berarti negeri yang bentuk pemerintahan dan masyarakatnya merupakan satu kesatuan yang bundar/bulat bagaikan bentuk bulan dan matahari. Hal ini diungkapkan oleh Sandrapura (1996:12 dalam Abdul Azis Said, 2004:9) seperti berikut ini: “In former times, Toraja land was called tondok lepongan bulan tana matarik allo which means a country of one form of administration, religion, and vulture as around as the sun and the moon.”

Kata Toraja mulai terdengar luas pada awal permulaan abad ke-17 pada waktu Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo sudah mengadakan hubungan dengan kerajaan-kerajaan di sekitarnya, antara lain Kerajaan Bugis Sindereng, Bone, dan Luwu. Istilah yang diberikan oleh masyarakat adat Bugis Sindereng (Kerajaan Sindereng) saat itu adalah Toriaja. To artinya orang, riaja artinya sebelah atas atau bagian utara. Hal ini disebabkan karena negeri Tondok Lepongan Bulan Matarik Allo berada di sebelah utara Kerajaan Sindereng. Oleh karena itu, masyarakat adat yang berasal dari daerah itu disebut Toriaja yang artinya orang yang berasal dari ketinggian sebelah utara. Selain nama Toriaja, ada beberapa budayawan Toraja yang mengatakan bahwa Toraja berasal dari kata To Rajang, yaitu istilah masyarakat adat Bugis Luwu. To artinya orang dan Rajang artinya di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

sebelah barat Kerajaan Luwu. Jadi, To Rajang maksudnya adalah orang yang berasal dari sebelah barat (Izarwisma, 1986:77). Hal ini dijelaskan oleh Kis-Jovak sebagai berikut (1988:13 dalam Abdul Azis Said, 2004:9): “Toraja may originally have been a name given to these groups by Buginese people and means ‘those who live upstream’, or people who living in the mountains”.

Selain sumber di atas, ada juga yang berpendapat bahwa Toraja berasal dari nama seorang raja Tondok Lepongan Bulan Tana Matarik Allo bernama Puang Lakipadada yang datang ke Gowa pada akhir abad ke-13. Masyarakat adat Gowa mengatakan bahwa Puang Lakipadada merupakan keturunan raja yang datang dari sebelah timur. Sehingga masyarakat setempat di Gowa menyebutnya Tau Raya (dalam bahasa Makassar Tau, artinya orang dan Raya, artinya Timur) dan menamakan pula tempat asalnya sebagai Tana Tau Raya, yang kemudian menjadi Tana Toraja seperti yang dikenal hingga saat ini. 3. Budaya Toraja Menurut Koentjaraningrat (2004 dalam buku Psikologi Lintas Budaya, 2013:48) kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan manusia dengan proses belajar. Selanjutnya, Edward B. Taylor (2012 dalam buku Psikologi Lintas Budaya, 2013:195) berpendapat bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Ralph Linton (1945 dalam buku Psikologi Lintas Budaya, 2013:48) juga berpendapat bahwa budaya adalah keseluruhan bagian dari sikap, perilaku, dan kebiasaan secara turun-temurun. Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka dapat dirumuskan pengertian budaya secara umum adalah hasil proses dan penciptaan melalui akal budi manusia yang berbentuk kepercayaan, kesenian, permainan, maupun artefak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Toraja merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terkenal akan kebudayaannya. Budaya yang terdapat di Toraja, Sulawesi Selatan diantaranya sebagai berikut: a. Ritual Pemakaman Rambu Solo Rambu Solo adalah pesta kedukaan, upacara pemakaman atau kematian. Pesta atau ritual ini dilaksanakan di sebelah barat Tongkonan dengan mempersembahkan babi dan kerbau bagi arwah leluhur atau orang yang meninggal. b. Upacara Adat dalam Rambu Tuka Rambu Tuka adalah pesta adat pengucapan syukur, keselamatan, kegembiraan, kesukaan, dan kebahagiaan. Pesta atau ritual ini dilaksanakan di sebelah timur Tongkonan ketika matahari menanjak. c. Berbagai Macam Kuburan 1) Patane Patane adalah bangunan yang memiliki ruang untuk menyimpan beberapa jenazah yang masih terikat hubungan keluarga.

Gambar 2.1 Patane. Sumber: indonesiaraya.com

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

2) Kuburan dalam Goa Kuburan dalam goa biasanya berada di sisi tebing dan di dalamnya terdapat ratusan peti mati dan berbagai jasad yang dibalut kain. Selain itu, di dalam goa juga terdapat ratusan tengkorak dan tulang-belulang manusia yang berserakan,hal ini menandakan bahwa kuburan goa telah lama digunakan dan sebagian besar jasad yang dikuburkan di tempat ini sudah berusia ratusan tahun.

Gambar 2.2 Kuburan dalam Goa. Sumber: backpackerjakarta.com 3) Kuburan Liang Batu Kuburan liang batu adalah tempat pemakaman yang digunakan oleh orang Toraja, yaitu batu-batu berukuran besar dilubangi sedemikian rupa hingga membentuk sebuah ruangan. Ruangan dalam batu inilah yang digunakan untuk meletakkan peti- peti dari satu rumpun keluarga. Biasanya, lubang liang ini diberi pintu dan kunci. Namun ada juga yang tidak ditutupi sehingga peti, tengkorak bahkan tulang-belulang dapat terlihat jelas apabila liang batu ini berada di sisi jalan. Pada pintu bagian luar biasanya juga dipasangi foto, sesajen, karangan bunga, hingga barang kepunyaan jasad yang dikuburkan di dalamnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Gambar 2.3 Kuburan Liang Batu. Sumber: albertobroneo.wordpress.com 4) Kuburan di Sisi Tebing Kuburan yang terletak di sisi tebing ini, terdiri dari dua macam cara pemakaman yang sedikit berbeda. Cara pemakaman yang pertama adalah membuat lubang pada tebing seperti kuburan liang batu dengan ukurannya lebih panjang dan dalam. Pada bagian depan lubang akan ditempatkan jejeran tau-tau (patung yang merupakan replikasi dari jasad yang dimakamkan dalam tempat itu). Cara pemakaman yang kedua adalah menggantungkan peti mati di sisi tebing dengan ditopang oleh kayu di kedua pinggiran peti. Kuburan yang kedua ini juga dikenal dengan sebutan kuburan gantung.

Gambar 2.4 Kuburan di Sisi Tebing. Sumber: travel.tribunnews.com

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

5) Passiliran Passiliran merupakan sebutan untuk kuburan bayi dalam pohon. Pemakaman ini diperuntukkan bagi jasad bayi berusia kurang dari enam bulan, belum tumbuh gigi dan masih menyusui. Pohon yang digunakan sebagai tempat pemakaman adalah pohon tarra, karena pohon ini memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu (ASI). Awalnya, pohon dilubangi menurut ukuran bayi, lalu jasadnya dimasukkan dalam keadaan tidak terbungkus. Kemudian, lubang tersebut kemudian ditutup menggunakan ijuk pohon enau. Menurut kepercayaan Aluk Todolo yang melakukan praktek ini, menguburkan bayi ke dalam pohon bermakna mengembalikan bayi ke rahim ibunya.

Gambar 2.5 Passiliran. Sumber: idntimes.com d. Rumah Adat Tongkonan dan Alang (Lumbung) Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja, Sulawesi Selatan. Ibarat manusia, Tongkonan memiliki pasangan yaitu, Alang (lumbung). Fungsi lumbung adalah tempat menyimpan padi atau tempat menerima tamu. Karena Tongkonan dan Alang (lumbung) merupakan satu kesatuan, maka dimana ada Tongkonan pasti ada Alang (lumbung). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

e. Upacara Penggantian Baju Jenazah (Ma’Nene) Ma’Nene merupakan salah satu ritual tradisional dalam upacara adat Rambu Solo (kematian) di Tana Toraja. Dalam upacara ini, jenazah leluhur keluarga Toraja yang telah berusia puluhan bahkan ratusan tahun dikeluarkan dari liang kuburan untuk dibersihkan, digantikan baju dan kainnya. f. Tradisi Adu Kaki (Sisemba) Tradisi ini merupakan bagian dari rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang diberikan dan diyakini bahwa tradisi ini harus dilakukan agar hasil panen berikutnya meningkat. Jika tradisi ini tidak dilaksanakan maka gagal panen menjadi resiko yang wajib dihadapi oleh masyarakat adat Toraja. Dalam Sisemba ditampilkan aksi saling tendang (adu kaki) oleh para pria. g. Tradisi Adu Kerbau (Ma’Pasilaga Tedong) Mapasilaga tedong rutin dilaksanakan sebelum upacara adat Rambu Solo dilakukan dengan maksud menghibur keluarga yang sedang berduka. Masyarakat adat Tana Toraja meyakini, kerbau tidak hanya sebagai lambang kesejahteraan, tetapi juga dimaknai sebagai lambang kekuatan untuk tunggangan arwah menuju nirwana. h. Kerajinan (Ukiran Kayu dan Kain Tenun) Kerajinan ini terdiri dari berbagai macam motif. Biasanya motif-motif ini terdapat di ukiran kayu dan kain tenun. Setiap motif atau corak yang terdapat dalam kerajinan memiliki maknanya masing-masing. i. Kesenian ( Tarian, Musik Tradisional, dan Alat Musik) Musik yang berasal dari alat musik biasanya digunakan untuk mengiringi tarian toraja dalam suatu upacara adat masyarakat suku Toraja. Kesenian ini biasanya dibedakan berdasarkan upacara adat yang dilakukan, yaitu kesenian untuk Rambu Tuka dan Rambu Solo. j. Bahasa Toraja Bahasa Toraja merupakan sarana komunikasi yang biasanya digunakan oleh masyarakat adat suku Toraja, Sulawesi Selatan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

4. Kepercayaan dan Upacara Adat di Toraja Kepercayaan merupakan suatu anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Menurut Koentjaraningrat (1983:148) kepercayaan erat hubungannya dengan upacara-upacara religious dan menentukan tata ukur daripada unsur-unsur acara serta rangkaian alat-alat yang dipakai dalam upacara itu. Kepercayaan dapat dikatakan sebagai pandangan hidup masyarakat, yaitu konsepsi yang dinyatakan tetapi implikasi tentang mereka di tengah-tengah alam dan tentang seluk beluk dunia mereka (Haviland terjemah Soekadijo, 1985:229). Oleh sebab itu, kepercayaan tidak hanya berhubungan dengan Tuhan tetapi juga bisa berhubungan dengan animisme dan dinamisme; taoisme yang menitikberatkan pada aspek hidup spiritual; atau confusianisme yang menitik beratkan pada aspek duniawi. Kepercayaan berasal dari sekelompok orang atau leluhur yang dipelihara dan disampaikan turun-temurun dan masyarakat menghayati itu sebagai sebuah budaya. Kepercayaan disampaikan melalui bahasa dan mengandung pesan-pesan yang dapat diketahui lewat proses penceritaannya (Susrama, 2011:8). Kepercayaan ini diyakini dan disucikan oleh masyarakat adat sebagai pedoman hidup atau hukum tak tertulis yang mengatur perilaku masyarakat adat. Pada awalnya, masyarakat adat suku toraja memeluk kepercayaan leluhur yang dinamakan Aluk Todolo. Aluk dapat diartikan sebagai aturan atau upacara dan todolo artinya leluhur atau nenek moyang. Jadi, Aluk Todolo dapat diartikan sebagai kepercayaan leluhur atau agama purba. Dikatakan sebagai Aluk Todolo karena setiap upacara pemujaan atau suatu kegiatan, terlebih dahulu diadakan upacara persembahan berupa sajian ‘kurban’ kepada para leluhur, yang dikatakan Ma’ Todolo atau Ma’ Pakande To Matua (todolo) Aluk todolo adalah kepercayaan yang berkembang dari sukaran aluk (ajaran agama) dan diturunkan bersama Pong Mula Tau (manusia pertama) ke bumi oleh Puang Matua (Sang Pencipta) untuk memuja dan memuliakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Puang Matua. Ajaran Aluk todolo mempercayai tiga unsur kekuatan atau oknum yang wajib dipercayai akan kebenaran, kebesaran dan kekuasaanya di luar diri manusia yang dilakukan dengan cara menyembah dan menyembelih hewan kurban sebagai sesajen. Adapun ketiga oknum atau unsur kekuatan tersebut sebagai berikut. a. Puang Matua Puang Matua merupakan unsur kekuatan yang paling tinggi sebagai sang pencipta segala isi di bumi. Menurut mitosnya ajaran Aluk Todolo dibawa oleh Datu La Ukku’ (salah satu dari 8 macam nenek makhluk yang diciptakan oleh Puang Matua) merupakan suatu aturan yang harus dijalankan dengan mengadakan persembahan dan pemujaan kepada Puang Matua. b. Deata – deata Deata - deata merupakan sang pemelihara dan penguasa seluruh ciptaan Puang Matua. Dalam kepercayaan ini meyakini bahwa sejumlah besar Deata selalu hadir beroperasi di alam raya ini, baik di langit dan cakrawala, di permukaan bumi, serta di tanah, sungai laut dan seluruh isi bumi. c. Tomembali Puang/Todolo Tomembali Puang adalah sang pengawas dan pemberi berkah kepada manusia dan keturunannya. Tomembali Puang merupakan penjelmaan arwah para leluhur yang kemudian menjadi dewa. Bagi masyarakat adat Toraja, arah mata angin dianggap sebagai sesuatu yang sakral, karena hal ini berkaitan dengan kepercayaan yang dianut. Arah mata angin mempengaruhi masyarakat Toraja dalam memutuskan suatu hal, misalnya Tongkonan harus dibangun menghadap ke utara dan bagian belakangnya menghadap ke selatan, karena bagian utara (ulunna langi’) merupakan kepala langit yang dipercaya sebagai tempat bersemayam Sang Pencipta (Puang Matua) dan bagian selatan (pollo’na langi’) merupakan lawan dari tempat Sang Pencipta berdiam yang dipercaya sebagai sumber hal-hal yang tidak baik; pelaksanaan upacara adat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

(kesukaan) Rambu Tuka dilakukan di sebelah timur Tongkonan, karena bagian timur (mata allo) merupakan titik energi asal munculnya matahari yang dipercaya sebagai sumber kebahagiaan dan kehidupan; serta pelaksanaan upacara adat (kematian) Rambu Solo dilakukan di sebelah barat Tongkonan, karena bagian barat (matampu) merupakan tempat matahari terbenam yang dipercaya sebagai lawan dari kehidupan dan merupakan titik kematian atau kesusahan. Suatu kepercayaan diwujudkan atau dilakukan dengan melibatkan upacara adat, yang erat kaitannya dengan ritual-ritual atau ritus. Secara etimologi upacara adat terdiri dari dua kata, yaitu upacara dan adat. Upacara adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sekelompok orang yang memiliki aturan tertentu sesuai dengan tujuan. Sedangkan yang dimaksud dengan adat adalah wujud ideal kebudayaan yang berfungsi sebagai pengaturan tingkah laku (Koentjaraningrat, 2010). Oleh karena itu, upacara adat dapat diartikan sebagai tradisi masyarakat adat berupa serangkaian kegiatan yang dilakukan aturan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Menurut masyarakat adat, pusat penyelenggaraan acara-acara ritual di Toraja adalah Tongkonan. Tongkonan menjadi pusat lintang timur - barat dan bujur utara - selatan. Secara garis besar, upacara atau proses adat di Tana Toraja Sulawesi Selatan dapat dibagi menjadi dua bagian. Kegiatan utama kedua upacara adat atau inti dari kedua upacara adat tersebut dilakukan di Tongkonan. Selain itu, kedua upacara atau proses adat juga mempunyai cirinya masing-masing. a. Rambu Tuka Rambu Tuka atau Aluk Rampe Matallo (Aluk artinya agama, aturan; Rampe artinya sebelah, Matallo artinya timur, matahari terbit; Rambu artinya asap-sinar; Tuka artinya naik) sehingga, secara harfiah Rambu Tuka artinya asap persembahan naik ke atas langit atau Aluk Rampe Matallo artinya ritus-ritus di sebelah timur. Rambu Tuka merupakan pesta adat pengucapan syukur, keselamatan, kegembiraan, kesukaan, dan kebahagiaan. Biasanya upacara ini diadakan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

menjadi bagian dari rangkain acara-acara seperti pernikahan, syukur atas hasil panen, atau peresmian rumah tongkonan. Di acara ini semua rumpun keluarga akan berkumpul dan sekaligus menjadi ajang mempererat hubungan antara keluarga. Untuk pelaksanaanya dilakukan di pagi hari pada saat matahari menanjak hingga sebelum siang tiba, yaitu maksimal pada pukul 12. Pelaksanaanya dilakukan di sebelah timur Tongkonan. Dalam setiap acara syukuran ini, akan dilengkapi dengan tari-tarian khas Tana Toraja seperti tari Pa’gellu, Dao Bulan, Ma’dandan dan masih banyak lagi. Selain itu, ditampilkan juga musik-musik adat seperti Pa’pompang, Pa’barrung, dan Pa’pelle. Jenis tarian dan musik yang ditampilkan di acara ini adalah khusus untuk proses atau acara adat Rambu Tuka dan tidak akan ditampilkan pada acara adat Rambu Solo. Berikut beberapa contoh upacara Rambu Tuka yang masih dilakukan hingga saat ini. Kapuran Pangngan Suatu cara dengan hanya menyajikan sirih pinang sementara menghajatkan sesuatu yang kelak akan dilaksanakan dengan kurban- kurban persembahan. Piong Sanglampa’ Suatu cara dengan menyajikan satu batang lemang dalam bambu dan disajikan di suatu tempat atau padang/pematang atau persimpangan jalan yang maksudnya sebagai tanda bahwa dalam waktu yang dekat manusia akan mengadakan kurban persembahan. Mangrara’ banua (Pentahbisan Tongkonan) Upacara pentahbisan Tongkonan dilakukan tergantung pada level atau tingkatan dan peranan Tongkonan dalam masyarakat. Untuk Tongkonan biasa, yaitu Tongkonan Batu A’riri hanya berlangsung selama satu hari, sedangkan untuk Tongkonan Layuk (tingkat satu) dan Tongkonan Pekamberan atau Pekaindoran (tingkat dua) berlangsung selama kurang lebih tiga hari dengan mengorbankan tiga jenis hewan yang disebut ditallu rarai yang artinya disucikan dengan tiga macam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

darah hewan, yaitu darah kerbau, babi dan ayam. Satu hari sebelum diadakan upacara Mangrara Banua (upacara pentahbisan), akan diadakan dulu Ma’rapu di pagi harinya. Dalam proses adat Ma’rapu ini, seluruh rumpun keluarga dari Tongkonan berkumpul untuk saling meminta maaf apabila selama pembangunan Tongkonan terdapat kesalahpahaman atau ada hal yang membuat terjadinya pertengkaran atau perselisihan. Oleh karena itu, setiap rumpun saling meminta maaf dan berdamai karena masyarakat adat percaya bahwa Allah tidak menyukai apabila ada yang saling saling bercerita buruk atau saling menjelekkan satu sama lain. Selain itu Allah tidak menerima persembahan warga Tongkonan apabila belum berdamai satu dengan lainnya. Satu ekor babi dikurban dan dipotong di depan Tongkonan di pagi hari. Proses adat kedua yang dilakukan adalah Ma’pakande Tomatua artinya memberi sesajen kepada leluhur sebagai tanda penghormatan kepada leluhur dari Tongkonan atas jasanya mendirikan rumah adat atau Tongkonan tersebut. Proses adat Ma’pakande Tomatua diadakan di belakang rumah pada sore hari dengan mengorbankan satu ekor babi. Sesudah kedua proses adat di atas dilakukan, maka pada hari berikutnya akan dimulai dengan Ma’tarampak. Ma’tarampak dilakukan selama hari pertama upacara penahbisan Tongkonan yang dihadiri oleh rumpun keluarga dari Tongkonan dengan mengorbankan sebanyak dua ekor babi. Selanjutnya, diadakan Ma’papa pada hari kedua dengan mengorbankan satu ekor kerbau dan babi sebanyak mungkin tergantung banyaknya warga keluarga Tongkonan dan kemampuan ekonomi dari masing-masing keluarga Tongkonan tersebut. Kerbau yang dikurbankan biasanya ditanggung oleh semua keluarga (patungan), namun tidak menutup kemungkinan jika ada salah satu keluarga atau anggota keluarga yang bersedia menanggung biaya dari kerbau itu sendiri (mungkin karena kemampuan ekonominya bisa dibilang sudah sangat baik). Di sisi lain, babi yang dikurbankan berasal dari keluarga Tongkonan yang sama, di mana setiap keluarga membawa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

minimal seekor babi dan tidak ada jumlah maksimalnya (boleh lebih dari satu ekor). Selanjutnya, daging babi yang sudah dipotong pada hari itu, dibagikan kepada seluruh masyarakat yang tinggal di kampung itu. Pada hari kedua ini, seluruh rumpun keluarga Tongkonan dimanapun mereka berada dan seluruh masyarakat di kampung tersebut ikut hadir dalam proses adat ini. Ma’bubung adalah proses adat yang terakhir dilakukan dalam upacara adat Marara banua (pentahbisan Tongkonan). Proses ini dilakukan dengan mengorbankan satu ekor babi. Tahapan pelaksanaan pentahbisan Tongkonan ini diambil dari tahapan pemasangan atap rumah yaitu ma’tarampak pada pemasangan anak atap, ma’papa pemasangan atap utama dan ma’bubung adalah pemasangan penutup atap. b. Rambu Solo Rambu solo atau Aluk Rampe Matampu (Aluk artinya agama, aturan; Rampe artinya sebelah; Matampu artinya Barat, matahari terbenam; Rambu artinya asap-sinar; Solo artinya bawah) adalah pesta kedukaan, upacara pemakaman atau kematian. Secara harfiah, kata Rambu Solo dalam bahasa Toraja berarti asap yang arahnya ke bawah. Asap yang arahnya ke bawah ini memiliki makna bahwa ritus-ritus persembahan (asap) untuk orang mati yang dilaksanakan sesudah pukul 12 ketika matahari mulai bergerak menurun (Theodorus, 2008: 49-52). Hal ini dikarenakan setelah pukul 12, matahari akan bergerak turun menuju ke arah barat dan sesuai dengan kepercayaan masyarakat adat suku Toraja tentang arah mata angin, yaitu arah barat diperuntukan bagi suatu hal yang berkaitan dengan kematian dan dipercaya sebagai waktu untuk para arwah. Oleh karena itu, proses adat Rambu Solo diadakan di sebelah barat Tongkonan dengan mempersembahkan kurban bagi arwah leluhur atau orang yang baru meninggal. Menurut keyakinan Aluk Todolo, seseorang yang baru saja meninggal belum dianggap ‘mati betul’ tetapi dianggap sebagai ‘orang sakit’ dan dinamakan To Macula (To artinya orang; Macula artinya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

sakit), sehingga orang mati itu masih tetap disajikan makanan dan minuman dengan menggunakan nampan dan cangkir sama seperti sewaktu masih hidup. Selain itu, masyarakat adat juga percaya bahwa orang setelah kematian masih ada sebuah ‘dunia’ yang menjadi tempat keabadian dimana arwah para leluhur berkumpul serta merupakan tempat peristirahatan. Dunia ini disedut Puya, yang berada di sebelah Selatan Tana Toraja. Di Puya inilah arwah yang meninggal akan bertransformasi menjadi arwah gentayangan (Bombo), arwah setingkat dewa (To Membali Puang), atau arwah pelindung (Deata). Wujud transformasinya itu tergantung dari kesempurnaan prosesi upacara adat Rambu Solo. Oleh karena itu, Rambu Solo juga merupakan upacara penyempurnaan kematian. Selain itu, menurut keyakinan masyarakat adat bahwa Rambu Solo merupakan kewajiban bagi keluarga yang ditinggalkan. Karena hanya dengan melaksanakan Rambu Solo, arwah orang meninggal bisa mencapai kesempurnaan di Puya. Maka dari itu keluarga yang ditinggalkan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelenggarakan Rambu Solo. Namun karena biaya yang digunakan untuk melaksanakan upacara adat ini tidaklah sedikit, seringkali upacara ini dilaksanakan beberapa bulan bahkan sampai bertahun – tahun setelah meninggalnya seseorang. Biaya yang disiapkan dalam upacara adat ini digunakan untuk mempersiapkan hidangan bagi para tamu yang datang dan peti serta perlengkapan upacara lainnya. Selain itu, biaya yang tinggi ini juga bergantung pada banyaknya kerbau dan babi yang dikurbankan, serta lamanya upacara dilaksanakan. Harga dari kerbau dan babi itu sendiri bervariasi tergantung jenis dan ukurannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota keluarga yang pernah melakukan upacara adat ini, diperoleh informasi bahwa keluarga tersebut pernah melakukan upacara Rambu Solo selama tiga hari. Adapun jumlah kerbau dalam upacara adat ini, yaitu sebanyak sepuluh ekor dengan kisaran harga per satu ekornya berada di antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Rp16.000.000,00 – Rp32.000.000,00 dan jumlah babi kira-kira sebanyak dua puluhan dengan kisaran harga per satu ekornya berada di antara Rp2.000.000,00 – Rp10.000.000,00. Dalam upacara adat ini, tidak semua hewan-hewan yang dibeli atau dibawakan oleh keluarga dipotong pada saat itu juga, melainkan akan disumbangkan untuk gereja dan pembangunan jalan. Secara garis besar upacara pemakaman terbagi kedalam dua proses, yaitu prosesi pemakaman (rante) dan pertunjukkan kesenian. Proses tersebut tidak dilangsungkan secara terpisah namun saling melengkapi dalam keseluruhan upacara pemakaman. Proses pemakaman 1) Ma’tudan mebalun, yaitu proses membungkus jenazah. Pada proses ini, jenazah dibaringkan dan dibungkus dengan beberapa lapisan yang terdiri dari pakaian, sarung, selimut, dan kain lainnya milik Gambar 2.6 Ma’tudan Mebalun jenazah. Jenazah biasanya Sumber: youtube.com diletakkan di atas bahan empuk, misalnya kasur, selimut tebal atau karpet berbentuk segi empat. Setelah meletakkan pakaian, sarung, selimut, dan kain milik jenazah, selanjutnya sisi kiri dan kanan tempat jenazah dibaringkan dijahit dengan rapat membentuk seperti tabung. Adapun ukuran dari bungkusan jenazah ini disesuaikan dengan ukuran peti. 2) Ma’roto, yaitu proses menghias peti jenazah. Peti jenazah biasanya dihias dengan kain adat, juga tali dan pernak-pernik dari emas dan perak. Kain adat ini biasanya memiliki corak berbentuk seperti segi tiga, segi empat, dan lingkaran yang ditransformasikan sehingga membentuk beberapa corak serupa di kain tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Gambar 2.7 Ma’roto. Sumber: gocelebes.com 3) Ma’popengkalo alang, yaitu proses perarakan jenazah yang telah dibungkus ke sebuah lumbung untuk disemayamkan. Jenazah ini disemayamkan selama satu malam di lumbung. Peti jenazah biasanya diangkat secara gotong royong oleh keluarga dan masyarakat sekitar. Keesokan harinya jenazah akan diarak menuju ke lakkian.

Gambar 2.8 Ma’popengkalo Alang. Sumber: picuki.com 4) Ma’palao atau ma’pasonglo, yaitu proses perarakan jenazah dari area rumah tongkonan ke kompleks pemakaman yang disebut lakkian (lumbung yang dibuat lebih tinggi dari pondok biasa untuk meletakkan jenazah sebelum dibawa ke peristirahatan terakhir). Perarakan dilakukan oleh keluarga dan masyarakat sekitar dengan bergotong royong menaikkan jenazah ke lakkian. Bagi keluarga bangsawan, proses ini dilaksanaka dengan perarakan keliling PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

kampung menuju ke lakkian. Dilansir dari sebuah penelitian oleh Manurung, Rotua Tresna Nurhayati (2009) bahwa urutan dalam pengarakan berturut-turut, yaitu (1) orang yang membawa gong besar; (2) rombongan pembawa tombi saratu atau umbul-umbul; (3) barisan kerbau atau tedong; (4) rombongan wanita dari keluarga duka yang berbaris sambil memegang lamba-lamba (kain merah berbentuk segi empat yang panjang; (5) duba-duba (keranda khas Toraja) yang bisanya diangkat oleh beberapa laki-laki. Setelah tiba di tujuan, jenazah diletakka di lakkian.

Gambar 2.9 Ma’pasonglo. Sumber: mirror.co.uk Pertunjukkan Kesenian Proses ini bukan hanya hiburan semata, tetapi menjadi bagian dalam prosesi menghormati leluhur dan orang yang dimakamkan. Pertunjukan kesenian ini, meliputi (1) perarakan kerbau yang akan dijadikan kurban. Harga kerbau berbeda-beda tergantung jumlah dan jenisnya. Menurut Indratono, Imam, dkk, (2015) terdapat sebuah fenomena dimana harga kerbau belang atau tedong bonga di Sillanan mencapai Rp500.000.000. Selanjutnya, menurut Pasulu, Helma Yances, dkk (2019) harga kerbau yang digunakan dalam pesta Rambu Solo berkisar Rp30.000.000 sampai dengan harga mencapai ratusan juta rupiah (jenis kerbau saleko PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

atau lotong boko'); (2) pertunjukkan musik daerah, contohnya pertunjukan Pa’pompang: alat musik bambu yang dipotong dengan ukuran kecil dan besar kemudian dilubangi dan dirangkai. Perbedaan diameter bambu akan menghasilkan bunyi nada yang berbeda ketika ditiup. Diameter bambu yang besar menghasilkan nada rendah, sedangkan yang kecil untuk nada tinggi; (3) pertunjukan tarian adat, contohnya Ma’badong: sebuah tarian dan nyanyian kedukaan berisi syair dukacita yang diadakan di upacara (pesta) kematian di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Pertunjukan Ma’Badong ini dilakukan secara berkelompok oleh pria dan wanita setengah baya atau tua, para penari (Pa’Badong) membentuk lingkaran besar dan bergerak serempak, seperti menggerakkan kepala ke depan dan ke belakang, tangan saling bergandengan lalu saling mengaitkan jari-jari kelingking. Lingkaran besar diciptakan pada saat Ma’Badong dalam beberapa saat kemudian dipersempit dengan cara para Pa’Badong maju, lalu mundur kembali dan memperluas lingkaran dan berputar terhadap pusat.

B. Rumah Adat Tongkonan 1. Pengertian dan Perkembangan Tongkonan Tongkonan berasal dari kata ‘Tongkon’ artinya duduk, lalu mendapat akhiran ‘an’ maka menjadi Tongkonan yang artinya “tempat duduk’. Maksudnya disini adalah duduk bermusyawarah, mendengarkan perintah, atau duduk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat adat. Bentuk rumah tradisional Tongkonan telah mengalami tahap perkembangan sampai pada jenis Tongkonan dengan ciri khas atau bentuknya yang dikenal saat ini. a. Tahap Pertama: Banua Pandoko Dena’ Banua Pandoko Dena (banua artinya rumah; pandoko artinya bentuk; dena’ artinya burung pipit) adalah rumah pertama yang dikenal masyarakat adat Toraja. Bentuknya agak membundar dengan dinding PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

dan atapnya terbuat dari daun-daun dan rumput-rumputan mirip bentuk sarang burung pipit.

Gambar 2.10 Banua Pandoko Dena’ Sumber: Tangdilintin, L.T. Tongkonan (Rumah adat Toraja) dengan Arsitektur dan Ragam hias Toraja. Yayasan Lepongan Bulan (YALBU). 1983. Ujung Pandang b. Tahap kedua: Banua Lentong A’pa’ Banua Lentong A’pa’ (banua artinya rumah; lentong artinya tiang; a’pa’ artinya empat) adalah rumah kedua masyarakat adat yang sudah mempunyai empat tiang di keempat sudutnya. Bangunan ini mempunyai dinding dan atap yang terbuat dari daun-daunan dan rumput-rumputan, sama seperti pada banua pandoko dena’.

Gambar 2.11 Banua Lentong A’pa’ Sumber: Tangdilintin, L.T. Tongkonan (Rumah adat Toraja) dengan Arsitektur dan Ragam hias Toraja. Yayasan Lepongan Bulan (YALBU). 1983. Ujung Pandang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

c. Tahap ketiga: Banua Tamben Banua Tamben (banua artinya rumah; tamben artinya berselang-seling) adalah bangunan yang dibentuk dengan menyusun kayu-kayu secara berselang-seling pada setiap sisinya; kiri, kanan, depan, belakang, dalam bentuk persegi empat panjang, yang menjadi konstruksi dasar sekaligus sebagai dinding bangunan rumah.

Gambar 2.12 Banua Tamben Sumber: Tangdilintin, L.T. Tongkonan (Rumah adat Toraja) dengan Arsitektur dan Ragam hias Toraja. Yayasan Lepongan Bulan (YALBU). 1983. Ujung Pandang d. Tahap keempat: Banua Tolo’ atau Sanda A’riri Banua Tolo’ atau Sanda A’riri (banua artinya rumah; tolo’ artinya ditusuk teratur dengan alat yang besar; di-sanda’ artinya dilengkapkan; a’riri artinya tiang) adalah perubahan dari banua tamben diakibatkan oleh adanya hubungan yang dijalin oleh masyarakat adat dengan daerah di luar Toraja, sehingga menyebabkan adanya perubahan pada alat-alat pertukangan yang digunakan. Dengan meningkatnya penggunaan alat- alat pertukangan maka bentuk dan ukuran banua tamben mulai berubah menjadi lebih besar dan relatif panjang. Bangunan yang sudah mengalami perubahan ini dinamakan Banua di Sanda A’riri. Bagian depan dan belakang bangunan menjulang ke atas dan dinamakan sebagai longa’, yang saat ini menjadi salah satu ciri khas rumah adat Toraja. (Tandilintin, 1981:10-16). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Gambar 2.13 Banua Tolo’ Sumber: Tangdilintin, L.T. Tongkonan (Rumah adat Toraja) dengan Arsitektur dan Ragam hias Toraja. Yayasan Lepongan Bulan (YALBU). 1983. Ujung Pandang

Tongkonan di Toraja selalu menghadap ke utara, ke arah kepala dunia ulunna lino. Hal ini merupakan ungkapan simbolik penghormatan dan pemuliaan kepada Sang Pencipta (Puang Matua). Bagian-bagian utama dalam Tongkonan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu bagian kaki, bagian badan, dan bagian atap. a. Bagian Kaki (Sallu Banua) Bagian kaki Tongkonan terbentuk dari hubungan antara tiang- tiang dengan sulur. Dahulu kolong ini berfungsi sebagai tempat mengurung binatang pada malam hari. Tiang-tiang tongkonan terbuat dari kayu biasa berbentuk empat persegi panjang. Menurut Suwaondo (1982:77) penggunaan pondasi batu alam menunjukkan bahwa mereka berusaha melindungi tiang-tiang kayu dari air tanah dan mencegah turunnya bangunan karena lunaknya tanah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Gambar 2.14 Sallu Banua. Sumber: tindaktandukarsitek.com b. Bagian Badan (Kale Banua) Bagian badan Tongkonan terdiri atas ruang-ruang berjejer dari Utara ke Selatan. Ruang depan (Utara) disebut tangdo’ berfungsi sebagai ruang istirahat dan tempat tidur bagi tamu keluarga, sedangkan untuk fungsi religiusnya sebagai tempat untuk melaksanakan upacara pengucapan syukur. Ruang tengah disebut Sali yang lebih rendah dari ruangan lainnya, berfungsi sebagai dapur, tempat makan dan musyawarah keluarga. Bila ada orang meninggal yang sedang dalam proses pelaksanaan upacara pemakamannya biasanya ditempatkan di ruangan ini. Ruang belakang (Selatan) disebut sumbung digunakan untuk tidur oleh anggota keluarga. Selanjutnya, sehubung dengan kepercayaan Aluk Todolo, bila ada ritual yang dilaksanakan di Tongkonan, maka harus mengikuti arah Timur-Barat. Pada upacara Rambu Tuka’, sajiannya dihidangkan di bagian Timur, sedangkan pada upacara Rambu Solo’ dihidangkan di sebelah barat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Gambar 2.15 Kale Banua. Sumber: torajasatu.com Motif ukiran sebagian besar berada di dinding Tongkonan (kale banua). Namun ada juga yang mengukit di bagian lain seperti di tiang penyangga atap (tulak somba). Motif ukiran ini beraneka ragam, seperti hewan, tumbuhan, bentuk geometri, benda langit dan lain-lain. Beberapa ukiran yang terdapat pada Tongkonan sebagai berikut. 1) Pa’Tedong Pa’Tedong berasal dari kata tedong yang berarti kerbau. Bentuknya seperti bagian muka seekor kerbau. Ukiran ini bersifat umum sehingga dapat dipasang oleh siapapun. Ukiran Pa’Tedong melambangkan kesejahteraan bagi masyarakat Toraja. Pada ukiran ini terdapat beberapa bentuk geometri, seperti lingkaran, segiempat dan segitiga, garis lengkung, garis lurus, garis sejajar. Selain itu, terdapat konsep transformasi, seperti refleksi, translasi dan rotasi.

Gambar 2.16 Ukiran Pa’Tedong. Sumber: dimensiindonesia.com PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

2) Pa’Manuk Londong Pa’Manuk Londong berasal dari kata manuk yang berarti ayam dan londong yang berarti jantan. Ukiran ini berbentuk ayam jantan (ayam sella’ mabusa baba’na dan ayam koro-koro langi’) yang melambangkan kepemimpinan yang arif dan bijaksana, dapat dipercaya, pemahaman dan intuisinya tepat dan selalu berkata benar. Dalam ukiran ini terdapat beberapa bentuk geometri, seperti lingkaran, segitiga, garis lengkung, garis lurus; Selain itu, terdapat konsep transformasi, seperti refleksi, translasi dan dilatasi.

Gambar 2.17 Ukiran Pa’Manuk Londong. Sumber: dimensiindonesia.com 3) Pa’Barre Allo Pa’Barre Allo berasal dari kata barre yang berarti terbit/bulat dan allo yang berarti matahari. Bentuknya seperti bulatan matahari melambangkan kepercayaan bahwa sumber kehidupan dan segala sesuatu di dunia berasal dari Sang Pencipta, serta pemilik Tongkonan selalu bersinar dan bercahaya dan cahaya tersebut jangan pernah lekang oleh waktu (abadi). Pada ukiran, terdapat beberapa bentuk lingkaran, segitiga, segiempat, garis lurus dan lengkung; Selain itu, terdapat konsep refleksi dan dilatasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Gambar 2.18 Ukiran Pa’Barre Allo. Sumber: dimensiindonesia.com 4) Pa’kapu Baka Pa’Manuk Londong berasal dari kata dikapu’ yang berarti diisi sampai penuh dan baka yang berarti keranjang belakang. Ukiran ini berbentuk simpulan-simpulan penutup bakul yang sering digunakan oleh masyarakat adat untuk menyimpan harta benda. Ukiran ini melambangkan kekayaan dan kebangsawanan, serta pemilik rumah mempunyai kepemimpinan yang sulit ditiru orang lain dan pandai menjaga rahasia keluarga; suatu nasihat bijak leluhur masyarakat adat untuk senantiasa memegang rahasia seseorang dan menyimpannya dengan baik. Dalam ukiran ini terdapat beberapa bentuk geometri, seperti lingkaran, oval, segitiga, segiempat, garis lengkung, garis lurus; Selain itu, terdapat konsep transformasi, seperti refleksi, rotasi, dan translasi.

Gambar 2.19 Ukiran Pa’kapu baka. Sumber: dimensiindonesia.com PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

5) Pa’Sussu’ Pa’Sussu’ (garis/goresan) adalah ukiran yang berbentuk garis vertikal atau horizontal sejajar tanpa variasi dan tidak diberi warna. Ukiran ini memiliki makna bahwa Tongkonan memiliki peran dalam wilayah adat. Garis tanpa warna ini melambangkan kesatuan masyarakat. Dalam ukiran ini terdapat segiempat, garis lurus, kesejajaran dan konsep refleksi serta translasi.

Gambar 2.20 Ukiran Pa’Sussu’. Sumber: atemalem.com c. Bagian Atas (Rattiang Banua) Atap bangunan yang paling tua terbuat dari bambu yang dipilah menjadi dua sama besar dan disusun saling tumpang tindih. Sebagian masyarakat Toraja menganggap bentuk atap atap Tongkonan adalah abstraksi dari bentuk perahu. Hal ini berdasarkan pada dugaan adanya ikatan budaya ‘perahu’ yang dibawa oleh leluhur masyarakat adat. Masyarakat ada ingin mempertahankan dan menghormati warisan budaya nenek moyangnya.

Gambar 2.21 Rattiang banua. Sumber: wikipedia.org PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Ada tiga jenis Tongkonan yang dikenal oleh masyarakat adat Toraja, yaitu Tongkonan Layuk, Tongkonan Pekamberan atau Pekaindoran, dan Tongkonan Batu A’riri. Bentuk dari ketiga rumah adat atau Tongkonan ini serupa, hanya saja terdapat perbedaan pada tiangnya. Tongkonan Layuk memiliki tiang tengah yang disebut sebagai A’riri Posi (tiang utama). Selain itu, penggunaan ornamen atau hiasan berbentuk kepala kerbau (kabongo) dan kepala ayam (katik) hanya digunakan untuk Tongkonan Layuk dan Tongkonan Pekamberan atau Pekaindoran. Sedangkan untuk Tongkonan Batu A'riri tidak diperbolehkan untuk menggunakan ketiga ornamen tersebut. 1) Tongkonan Layuk (Maha Tinggi/Agung) Tongkonan Layuk merupakan Tongkonan yang pertama kali menjadi pusat pemerintahan dan kekuasaan dengan peraturan adat Toraja zaman dahulu. Di tempat inilah aturan-aturan sosial dan keagamaan masyarakat disusun. Ketua adat atau kepala desa menempati Tongkonan ini untuk menjalani hidup sehari-hari. Selain itu, tongkonan Layuk digunakan untuk melakukan musyawarah adat/rapat penting para pemuka adat. Secara fisik, Tongkonan Layuk dapat dikenali dari adanya pemakaian ornamen dan jenis ukirannya. Tongkonan ini biasanya menggunakan A’riri posi (ting pusat), ornamen kepala kerbau (kabongo) dan simbol kepala ayam (katik).

Gambar 2.22 Tongkonan Layuk. Sumber: indonesiaterpercaya.net PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

2) Tongkonan Pekamberan atau Pekaindoran Tongkonan Pekamberan atau Pekaindoran didirikan oleh penguasa masing-masing daerah untuk mengatur pemerintahan adat berdasarkan Tongkonan Layuk. Tongkonan ini berperan sebagai manajer pemerintahan adat dan biasanya dihuni oleh para bangsawan dan keluarga terpandang. Selain untuk hidup sehari-hari Tongkonan ini juga digunakan untuk rapat keluarga ketika akan mengadakan acara/upacara adat. Ornamen yang biasanya diperbolehkan untuk Tongkonan Pekamberan yaitu kerbau (kabango) dan simbol kepala ayam (katik).

Gambar 2.23 Tongkonan Pekamberan. Sumber: indonesiaterpercaya.net 3) Tongkonan Batu A’riri Tongkonan Batu A’riri tidak mempunya peran kekuasaan dalam adat melainkan tongkonan ini berperan sebagai tali ikatan dalam membina persatuan dan warisan keluarga. Pada Tongkonan ini tidak diperbolehkan menggunakan tiga ornamen yang digunakan pada dua ornamen sebelumnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Gambar 2.24 Tongkonan Batu A’riri. Sumber: indonesiaterpercaya.net 2. Proses Pembangunan Tongkonan Pembangunan Tongkonan dilakukan dengan beberapa tahap, yang mana dalam setiap tahapan ini selalu ada ritus. Ritus ini diadakan oleh Tominaa (biksu atau pendeta Aluk Todolo) dan dihadiri oleh sejumlah rumpun keluarga dari tongkonan yang dibangun. Berikut adalah tahapan dalam proses pembangunan Tongkonan. a) Mangrimpung Tahap pertama ini diadakan ketika keluarga merencanakan untuk membangun atau memperbaharui rumah Tongkonan. Dalam tahapan ini, satu ekor babi dikurbankan untuk memperingati leluhur pendiri tongkonan tersebut. b) Massu'duk Pada tahap ini satu atau dua atap tongkonan dijatuhkan. Hal ini menandakan bahwa Tongkonan tua tersebut akan digantikan. Dalam tahap ini satu ekor babi dikurbankan. c) Manglelleng kayu Manglelleng kayu diawali dengan menebang tiga batang pohon, yang mana sebelum menebang pohon, ritual permohonan diadakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Dalam ritual ini seekor ayam dikurbankan. Hal ini dimaksudkan untuk meminta ijin leluhur dari pohon yang akan ditebang. d) Mangrampun kayu Mangrampun kayu yaitu mengumpulkan kayu ramuan untuk secara gotong royong oleh rumpun keluarga Tongkonan. Pada tahapan ini seekor babi dikurbankan. e) Manglo'po' Manglo’po merupakan tahap melubangi kayu ramuan untuk rumah Tongkonan dengan menggunakan pahat. Dalam tahap ini seekor babi dikurbankan. f) Ma'pabendan Ma’pabendan merupakan tahapan mendirikan tiang-tiang rumah dengan mengikuti aturan sesuai dengan aturan Aluk Todolo. Dalam tahapan ini seekor babi dikurbankan. g) Ma'palumbang pata' Ma'palumbang pata' merupakan tahapan memasang pasak diatas tiang-tiang tengah. Dalam tahapan ini seekor babi dikurbankan. h) Ma'kemun rinding Ma’kemun rinding merupakan tahapan memasang tiang-tiang untuk rangka atap. Pada tahapan ini seekor babi atau ayam dikurbankan. Proses kurban ini juga menandakan bahwa ramuan kayu yang berdiri di atas badan rumah telah disucikan. i) Ma'baba leko' Ma’baba leko’ adalah tahap membuat pintu kecil di sebelah timur Tongkonan apabila Tongkonan sebelumnya telah disucikan dengan tiga jenis hewan (kerbau, babi dan ayam). Pintu ini digunakan untuk menempatkan sesajen ketika upacara syukuran rumah diadakan. Pada tahapan ini seekor babi dikurb ankan. j) Ma'luntean Ma’luntean merupakan tahap memasang tiang dalam rumah yang menjadi tempat Tominaa berpegang ketika sedang membaca doa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

dalam acara adat penyucian Tongkonan diadakan. Dalam tahap ini seekor babi dikorbankan. k) Mangono' Mangono merupakan tahap mengumpulkan potongan bambu atap Tongkonan. Pada tahapan ini seekor babi dikurbankan. Proses kurban ini juga menandakan bahwa bambu-bambu atap itu telah disucikan. l) Ma'ariri posi Ma'ariri posi merupakan tahapan memasang a'riri posi (tiang tengah) yang hanya berlaku untuk Tongkonan Layuk (Tongkonan tingkat atas) dan Tongkonan Pekaindoran/Pekamberan (Tongkonan kelas dua). Dalam tahapan ini seekor babi dikurbankan. Seiring berjalannya waktu, masyarakat adat Toraja sudah mulai memeluk kepercayaan resmi di Indonesia, sehingga ritual, kurban dan ibadah pada proses adat dari pembangunan Tongkonan disesuaikan dari rumpun keluarga Tongkonan yang akan dibangun. Selain itu, pengaruh kontak budaya dengan teknologi baru mengakibatkan, adanya pergantian material dalam rumah Tongkonan, misalnya dulu Tongkonan dibuat tanpa menggunakan paku sama sekali dan atapnya terbuat dari bahan alam yaitu bambu dan rotan, selain itu cat yang digunakan juga terbuat dari ramuan – ramuan di sekitar Tongkonan. Namun, agak berbeda dengan Tongkonan versi sekarang yang mana atapnya sudah terbuat dari seng dan menggunakan paku untuk memasang atap seng. Selain itu, tiang penyangga bagian bawah Tongkonan yang sekarang sudah menggunakan semen agar Tongkonan yang akan dibangun tidak roboh. Berikut adalah tahapan pembangunan Tongkonan yang sekarang. a) Musyawarah Sebelum membangun atau memperbaharui Tongkonan, maka semua rumpun keluarga berkumpul untuk melakukan musyawarah unruk membicarakan rencana pembangunan Tongkonan. Salah satu hal yang dibicarakan dalam musyawarah ini adalah terkait anggaran dana yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

akan digunakan. Karena sudah ada perkiraan anggaran dana pembangunan, maka dilakukan pembagian untuk masing-masing keluarga. Pembagian anggaran ini tidak dipukul rata untuk setiap keluarga, melainkan tergantung dari kemampuan masing-masing keluarga. b) Mengumpulkan bahan atau ramuan Setelah rencana pembangunan sudah matang dimusyawarahkan, maka keluarga pun akan mengumpulkan bahan untuk membuat Tongkonan. Namun sebelum itu, semua rumpun keluarga berkumpul di tempat yang akan dibangun Tongkonan untuk berdoa bersama agar pembangunan Tongkonan dapat berjalan dengan lancar hingga selesai. Bahan utama yang digunakan untuk membuat Tongkonan adalah kayu. Jenis kayu yang digunakan untuk membuat Tongkonan biasanya kayu Uru atau kayu cempaka. Selain kayu bahan lain yang digunakan untuk membuat Tongkonan adalah bambu, kayu, kayu nangka, cat berwana merah, kuning, hitam dan putih, semen dan pasir, seng, serta paku (untuk memasang atap). Sedangkan alat yang digunakan untuk membuat rumah adat Tongkonan, diantaranya gergaji, meter dan pensil (sebagai alat ukur), sensor, pahat dan pisau (untuk membuat ukiran). c) Mendirikan rumah Dalam proses mendirikan rumah, yang pertama dikerjakan oleh tomanarang (pembuat Tongkonan) yaitu bagian bawah rumah. Awalnya, akan dibuat pondasi untuk menahan rumah nantinya. Pondasi dibuat dengan menggunakan bahan semen. Selanjutnya, setiap tiang akan dipahat dan akan dibuat lobang. Kemudian, tiang- tiang dirangkai dengan memasukan kayu lain ke dalam lobang tiang yang sudah dilobangi sebelumnya agar tiang satu dengan tiang lainnya tidak saling terpisah-pisah. Selanjutnya, tomanarang (pembuat Tongkonan) dan masyarakat sekitar secara bersama-sama mendirikan bagian tiang yang sudah dirangkai tadi, dengan urutan mendirikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

tiangnya yaitu bagian barat, kemudian timur, lalu di bagian selatan, dan menutup di bagian utara. Akhirnya, semua bagian tiang kolong rumah sudah berdiri. Proses berikutnya, yaitu bagian badan rumah. Setelah tiang sudah berdiri, dirangkai dan sudah kokoh, maka dilanjutkan pada tahap membuat lantai rumah. Lantai Tongkonan terbuat dari lembaran papan yang terletak bebas di atas balok-balok lantai tanpa diikat paku. Hubungan antara beban lantai tersebut tidak dibuat alur dan lidah. Balok-balok lantai dipasang membujur dan melintang tanpa dilengkapi alat penyambung jarak antar balok disesuaikan dengan jarak antar tiang. Diantara kedua deretan balok akan dipasang lagi balok. Selanjutnya konstruksi dinding. Awalnya, akan dibuat kerangka dinding dengan ukuran tertentu yang berfungsi sebagai rangka penerus dari tiang yang memikul bebas atap. Sebagai dinding pengisi, akan dipasang lembaran papan yang tebal. Pemasangan papan rangka dan papan pengisi ini dilakukan dengan cara memasang berderet menggunakan sistem alur lidah. d) Memasang atap Pada tahap ini, terlebih dahulu akan dirangkai kerangka atap dengan menggunakan kaso dan reng dengan bentuk rangkaiannya menyerupai perahu. Reng menjadi tumpuan langsung penutup atap seng untuk dipaku. e) Memasang A'riri Posi A’riri posi adalah tiang yang berbeda dengan tiang lainnya dan memiliki makna khusus, yaitu sebagai simbol pemikiran yang bersih dan pangkat dari sebuah Tongkonan, maka terlebih dahulu akan dilakukan ibadah. Ibadah yang dilakukan sebelum memasang A’riri posi boleh ibadah singkat atau lengkap, disesuaikan dengan kepercayaan keluarga Tongkonan dan ibadah ini dihadiri oleh rumpun dari keluarga Tongkonan yang akan dibangun. Adapun bahan yang digunakan sebagai A’riri posi adalah kayu dari pohon nangka. Biasanya berukuran sekitar 22 × 22 푐푚 dan di bagian atas sedikit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

mengecil berukuran sekitar 20 × 20 푐푚. Pemasangan ini dilakukan oleh tomanarang dan dibantu oleh beberapa orang. 3. Fungsi Tongkonan Tongkonan adalah rumah adat masyarakat Toraja yang tidak bisa dimiliki perorangan melainkan dimiliki secara kelompok (marga) dan turun temurun ke anggota rumpun keluarga generasi berikutnya. Bagi masyarakat adat, Tongkonan dibagi menjadi tiga bagian yaitu ruang depan, ruang tengah dan ruang belakang, yang mana masing-masing digunakan untuk keperluan atau aktivitas tertentu, seperti memasak dan makan di ruang tengah, serta meletakkan jenazah sementara diupacarakan, kemudian ruang belakang digunakan untuk tidur keluarga dan menyimpan benda pusaka yang dimiliki secara turun temurun/harta keluarga yang mendiami Tongkonan. Tongkonan sebagai tepat tinggal masyarakat adat Toraja sekaligus sebagai tempat menjalankan kepercayaan Aluk Todolo memiliki beberapa fungsi sebagai berikut. a. Tongkonan sebagai lambang, dan tempat sumber kekuasaan adat b. Tongkonan sebagai lambang dan tempat pembinaan kesatuan dan kekeluargaan yang erat dari seluruh keluarga yang berketurunan dari Tongkonan masing-masing. c. Tongkonan sebagai tempat bermusyawarah atau balai pertemuan keluarga dan masyarakat yang lahir dan berketurunan dari Tongkonan. d. Tongkonan sebagai tempat menyelesaikan dan mengadakan setiap kegiatan adat untuk semua keluarga yang berketurunan dari Tongkonan dengan tidak memilih besar kecilnya kegiatan atau masalah tersebut.

C. Etnomatematika 1. Pengertian Etnomatematika Matematika dan budaya saling berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Putra, dkk (2018:13) yang mengatakan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

matematika digunakan sebagai suatu alat dalam memecahkan permasalahan kehidupan atau dalam mengembangkan disiplin ilmu lain. Selanjutnya, pembelajaran matematika dengan etnomatematika pertama kali digagas oleh D’Ambrosio pada tahun 1985 dan Nunes pada tahun 1992. Berikut beberapa pengertian etnomatematika menurut para ahli. a. Menurut Wahyuni (2013:2) etnomatematika adalah bentuk matematika yang dipengaruhi atau didasarkan budaya b. Menurut Shirley (dalam Marsigit, 2016:2) sekarang ini bidang etnomatematika yaitu matematika yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, dapat digunakan sebagai pusat proses pembelajaran dan metode pengajaran, walaupun masih relatif baru dalam dunia pendidikan. c. Menurut Euis (2018:114) etnomatematika mencakup ide-ide matematika, pemikiran dan praktik yang dikembangkan oleh berbagai kelompok budaya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diperoleh bahwa etnomatematika merupakan penerapan matematika oleh kelompok budaya, seperti masyarakat perkotaan dan pedesaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu, masyarakat adat dan lainnya, yang berhubungan dengan perhitungan, pengelompokkan, pengurutan, penyimpulan dan pemodelan. 2. Teori Aktivitas Fundamental Matematika Menurut Prabaningrum (2019) kaitan antara matematika dan budaya seringkali tidak didasari oleh masyarakat penggunanya, hal ini dikarenakan penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari yang terlihat lebih sederhana jika dibandingkan dengan matematika yang dipelajari di sekolah. Bishop (1988 dalam buku Filsafat Pendidikan Matematika Abad Ke-21) mengidentifikasi ada enam aktivitas fundamental matematis yang bisa ditemukan pada setiap kelompok budaya, yaitu counting (membilang), locating (menentukan lokasi), measuring (mengukur), designing (merancang), playing (bermain), dan explaining (menjelaskan). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

i. Counting (Menghitung) Pada awalnya aktivitas counting dalam masyarakat muncul karena kebutuhan masyarakat dalam membuat catatan berdasarkan kepemilikan mereka seperti perhitungan untuk menghitung jumlah hewan ternak yang dimiliki. Salah satu contoh aktivitas counting pada budaya Toraja adalah budaya pemotongan hewan kurban kerbau dalam sebuah upacara adat. Adapun aktivitas counting ini meliputi quantifiers: each, some, many, none (kuantifikasi); adjectival number names (nama-nama bilangan); finger and body counting (perhitungan menggunakan jari dan badan); tallying numbers (bilangan dengan sistem turus), place value (nilai tempat), zero (nol), base 10 (basis 10), operations on numbers (operasi bilangan), combinatorics (kombinatorik), accuracy (keakuratan), approximation (penaksiran), errors (galat), fractions (pecahan), decimals (desimal), positives and negatives (positif dan negatif), infinitely large and infinitely small (tak hingga besar dan tak hingga kecil), limit (limit), number patterns (pola- pola bilangan), powers (pangkat), number relationships (relasi-relasi bilangan), arrow diagrams (diagram panah), algebraic representation (representasi aljabar), events probabilities (peluang kejadian), dan frequency representations (representasi frekuensi). ii. Locating (Menentukan Lokasi) Pada awalnya aktivitas locating (menentukan lokasi) digunakan dalam menentukan lokasi yang cocok untuk berburu. Salah satu contoh aktivitas locating pada budaya Toraja adalah budaya menentukan lokasi pelaksanaan Rambu Tuka yaitu di sebelah Timur. Adapun aktivitas locating ini meliputi prepositions (pengaturan tempat); route descriptions (deskripsi rute); environmental locations (lokasi-lokasi lingkungan); N.S.E.W. compass bearings (navigasi kompas: utara, selatan, timur, barat); up/down (naik atau turun); left/right (kiri atau kanan); forwards/backwards (depan atau belakang); journeys (perjalanan): distance (perjalanan: jarak); straight and curved lines PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

(garis lurus dan garis lengkung); angle as turning rotations (sudut sebagai penentu rotasi); systems of location: polar coordinates (sistem penempatan: koordinat polar); 2D/3D coordinates (koordinat 2 dimensi atau 3 dimensi); mapping (pemetaan); latitude/longitude (garis lintang atau garis bujur); loci (kurva atau gambar lain yang dibentuk oleh semua titik yang memenuhi persamaan tertentu dari hubungan antara koordinat, atau dengan titik, garis, atau permukaan yang bergerak sesuai dengan kondisi yang ditentukan secara matematis); linkages (pertalian, sambungan, hubungan); circle (lingkaran); ellipse (elips); vector (vektor); dan spiral (spiral). iii. Measuring (Mengukur) Aktivitas measuring pada awalnya dalam membandingkan suatu objek dengan objek lainnya yang dilakukan oleh masyarakat untuk menentukan suatu berat, volume, kecepatan, waktu, serta hal-hal lainnya. Salah satu contoh aktivitas measuring pada budaya Toraja adalah alat musik Pa’pompang (alat musik yang terbuat dari bambu dan dipotong dengan ukuran kecil dan besar kemudian dilubangi dan dirangkai). Adapun aktivitas measuring ini meliputi comparative quantifiers: faster, thinner (pembandingan kuantifikasi: lebih cepat, lebih tipis); ordering (mengurutkan, menyusun); qualities (kualitas); development of units: heavy-heaviest-weight (pengembangan satuan- satuan: berat-terberat-bobot); accuracy of units (keakuratan satuan); estimation (estimasi); length (panjang); area (luas); volume (volume); time (waktu); temperature (temperatur); weight (bobot); conventional units (satuan konvensional); standard units (satuan standar); system of units: metric (sistem satuan: metrik); money (uang), dan compound units (satuan gabungan) iv. Designing (Mendesain) Aktivitas designing (mendesain) dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada bentuk atap yang beraneka ragam, bentuk rumah yang luas atau minimalis, dan sebagainya. Salah satu contoh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

aktivitas designing terdapat pada budaya motif Pa’barre Allo pada kain sarita Toraja. Adapun aktivitas designing ini meliputi design (desain); abstraction (abstraksi), shape (bentuk); form (bentuk); aesthetics (estetika); objects compared by properties of form (objek-objek yang dibandingkan oleh sifat-sifat); large, small (besar, kecil); similarity (kesebangunan); congruence (kekongruenan); properties of shapes (sifat-sifat bentuk); common geometric shapes, figures and solids (bentuk-bentuk, ilmu ukur, dan solid geometri); nets (jaring-jaring); surfaces (permukaan); tesselations (hal-hal yang berkaitan dengan mosaik); symmetry (kesimetrian); proportion (proporsi); ratio (rasio); scale-model (skala-model); enlargements (pembesaran); dan rigidity of shapes (kekakuan bentuk). v. Playing (Bermain) Playing berkaitan dengan berbagai permainan tradisional yang dimiliki oleh masing-masing budaya. Banyak permainan dan tarian yang menggunakan aspek-aspek matematis. Setiap permainan memiliki strategi kemenangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Salah satu contoh aktivitas playing terdapat dalam budaya sisemba. Aktivitas playing meliputi games (permainan); fun (kesenangan); puzzles (teka-teki); paradoxes (paradoks); modelling (pemodelan); imagined reality (realita yang terbayangkan); rule-bound activity (aktivitas dengan aturan tertentu); hypothetical reasoning (penalaran hipotesis); procedures (prosedur); plans (rencana-rencana); strategies (strategi-strategi); cooperative games (permainan kooperatif); competitive games (permainan kompetitif); solitaire games (permainan kartu); dan chance, prediction (kesempatan, prediksi). vi. Explaining (Menjelaskan) Aktivitas explaining merujuk pada penjelasan yang lebih kompleks berkaitan dengan kegiatan mengonseptualisasikan lingkungan. Salah satu contoh aktivitas explaining adalah pada budaya mabutungan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

(melihat harga) hewan di pasar untuk mematok harga tanah. Aktivitas explaining ini meliputi similarities (kesamaan); classifications (klasifikasi); conventions (konvensi); hierarchical classifying of objects (pengklasifikasian objek secara hierarkis); story explanations (penjelasan cerita); logical connectives (kata hubung yang berkaitan dengan logika); linguistic explanations: logical arguments, proofs (penjelasan linguistik: argument-argumen logika, pembuktian); symbolic explanations: equation, inequality, algorithm, function (penjelasan simbolik: persamaan, pertidaksamaan, algoritma, fungsi); figural explanations: graphs diagrams charts matrices (penjelasan bentuk: grafik, diagram, bagan, matriks); mathematical modelling (pemodelan matematika); dan criteria: internal validity, external generalisability (kriteria: validasi internal, kemampuan penggeneralisasian eksternal).

D. Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Moffit (2002 dalam Rusman 2011:241) model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Selanjutnya, menurut Tan (2000 dalam Rusman 2011:232) pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Arends (2013:100) berpendapat bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model dengan inti pembelajarannya yaitu menyajikan situasi permasalahan yang bermakna kepada siswa yang dapat menjadi landasan penyelidikan dan inkuiri. Jadi, dari pendapat ketiga ahli PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

sebelumnya maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang dimulai dengan penyajian masalah dunia nyata kepada siswa sebagai landasan penyelidikan untuk memperoleh pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dari permasalahan tersebut. 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran PBL a. Langkah-langkah Model Pembelajaran PBL (Arends, 2013), yaitu: 1) Mengarahkan Siswa kepada masalah Pada permulaan pelajaran PBL, guru harus mengkomunikasikan secara jelas, tujuan pembelajaran, membentuk sikap positif terhadap pelajaran dan menjabarkan apa yang diharapkan dilakukan siswa. 2) Mengatur Siswa untuk Belajar Pembelajaran berbasis masalah menuntut guru mengembangkan keterampilan kolaborasi antara siswa dan membantu mereka menyelidiki masalah bersama-sama. Oleh karena itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok- kelompok siswa. 3) Membantu penyelidikan mandiri dan/atau kelompok Investigasi, baik yang diselesaikan secara mandiri, berkelompok, atau dalam tim kecil, merupakan inti PBL Meskipun setiap situasi masalah membutuhkan teknik investigasi yang berbeda, kebanyakan melibatkan proses dari pengumpulan data dan eksperimen, hipotesis dan penjelasan, dan menyediakan solusi. 4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja individu dan/atau kelompok Hasil kerja yang menunjukkan situasi permasalahan dan solusi yang ditawarkan siswa, dipresentasikan di depan siswa lainnya. Guru juga membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil kerja yang akan dipresentasikan dalam suatu bentuk, misalnya artefak (rekaman video, program computer dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

presentasi multimedia), benda pajang (pameran, situs online, buletin). 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Tahap akhir dari pembelajaran PBL melibatkan kegiatan yang bertujuan membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses-proses pemikiran mereka dan juga keterampilan siswa merekonstruksi pemikiran dan kegiatan mereka selama berbagai tahap pelajaran itu berlangsung. b. Langkah-langkah Model Pembelajaran PBL menurut Ibrahim dan Nur (2000) dan Ismail (2002) dalam Rusman (2011:243), yaitu: 1) Orientasi siswa pada masalah Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. 2) Mengorganisasi siswa untuk belajar Pada tahap ini, guru membantu mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3) Membimbing pengalaman individu/kelompok Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Pada tahap ini, guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Pada tahap ini, guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Langkah – langkah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yang digunakan dalam penyusunan RPP adalah langkah-langkah menurut Arends (2013), yaitu (1) mengorientasikan siswa pada masalah, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membantu penyelidikan mandiri dan/atau kelompok, (4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja individu dan/atau kelompok, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Penyusunan RPP akan menggunakan kelima langkah model pembelajaran berbasis masalah ini, karena model ini melibatkan siswa dalam penyelidikan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun/mengkonstruksi pemahamannya tentang fenomena tersebut.

E. Hasil Penelitian Relevan. Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini terkait dengan pengkajian aktivitas fundamental matematika telah banyak dilakukan diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Theresia Laurens di Ambon (2016). Penelitian ini subjeknya adalah siswa sekolah dasar dan tiga anggota masyarakat lokal yang melaksanakan aktivitas pasar dan membuat kerajinan tradisional. Dalam penelitian ini, Theresia menunjukkan beberapa konsep matematika yang dapat diajarkan melalui budaya menjual, yaitu (1) tumpukan buah langsat dan gandaria yang dibuat menunjukkan adanya penerapan dari konsep himpunan; dan (2) pembandingan terhadap buah dalam menentukan kuantitas dan harga jual menunjukkan adanya penerapan konsep perbandingan; aktivitas pembelian buah yang dijual/disajikan menjadi beberapa bagian berbentuk tumpukan buah dapat dikaitkan dengan konsep pecahan, misalkan dengan mengambil dua tumpukan langsat dari keseluruhan lima tumpukan menunjukkan konsep pecahan yang dimaksud adalah dua bagian dari lima bagian. Selain pecahan, Theresia juga menunjukkan adanya konsep PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

geometri pada kerajinan tradisional (anyaman dan tenunan). Setelah melakukan eksplorasi, Theresia menyusun bahan ajar untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh pembelajaran matematika berbasis etnomatematika terhadap hasil belajar siswa. Penerapan bahan ajar ini mengangkat topik pecahan, Dalam penelitian ini, hasil yang diperoleh yaitu terdapat beberapa konsep yang dapat diajarkan melalui budaya Maluku dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dan terbukti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah dilaksanakan pembelajaran berbasis etnomatematika di kelas. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Sida Maya Rosita di Banyuwangi (2019). Subjek dalam penelitian ini adalah budayawan Osing Banyuwangi yang mengerti terhadap sejarah rumah adat Osing dan mengerti terhadap aturan- aturan dalam membuat bangunan pada rumah adat Osing, tukang bangunan yang membuat bangunan, dan pemilik rumah adat Osing. Dalam penelitian ini, Sida mengeksplorasi rumah adat Osing dan menemukan beberapa etnomatematika yang terdapat di beberapa komponen rumah, yaitu (1) konsep matematika bangun datar terdapat pada bagian atap yang terdiri dari persegi panjang, rangkaian lambang dan pelari membentuk persegi panjang, dinding rumah yang terdiri dari persegi panjang dan trapesium, ampik-ampik berbentuk segitiga; (2) konsep matematika bangun ruang terdapat di atap utama yang jika dilihat dalam dimensi tiga berbentuk menyerupai prisma segitiga; (3) konsep kekongruenan ditemukan pada dua buah segitiga ampik-ampik rumah adat Osing, dua persegi panjang pada gedek gede dan dua atau empat traesium pada bagian penangkar; (4) konsep matematika tentang transformasi geometri terdapat pada ukiran yang terletak pada ornamen rumah adat Osing, antara lain refleksi terhadap sumbu vertikal dan translasi terhadap sumbu horizontal. Setelah melakukan eksplorasi terhadap rumah adat Osing, Sida mulai menyusun bahan pembelajaran matematika berupa LKS yang berisi ringkasan materi pada pokok bahasan luas dan keliling bangun datar berbasis etnomatematika untuk kelas VII yang disesuaikan dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

kurikulum 2013 revisi tahun 2016. Adapun indikator yang digunakan, yaitu mengidentifikasi benda terkait dengan bangun datar yang menggunakan etnomatematika pada rumah adat Osing, menentukan luas dan keliling pada benda nyata yang berkaitan dengan bagun datar dikaitkan dengan etnomatematika pada rumah adat Osing. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Novanolo Christovori Zebua di (2020). Penelitian ini melibatkan tukang, pemilik rumah, dan budayawan setempat. Dalam penelitian ini, Novanolo mengkaji aktivitas fundamental matematis yang diusulkan oleh Bishop terhadap proses pembangunan rumah adat Nias atau biasa disebut sebagai Omo Sebua dan diperoleh bahwa pada proses pembuatan Omo Sebua ini terdapat banyak unsur matematisnya jika dikaitkan dengan aktivitas fundamental matematis, antara lain (1) menghitung: perhitungan waktu dan hari; (2) menempatkan: menempatkan rumah dalam setiap kampung, menempatkan tiang Ehomo dan Silalo Yawa, menempatkan tiang Fanusu, Siloto dan Laliowo , serta menempatkan tiang Sanari, Alisi dan Famaoo; (3) mengukur: mengukur luas lahan, mengukur panjang dan posisi tiang Ehomo, mengukur masing- masing kayu yang dibutuhkan; (4) merancang: merancang dan membentuk papan lantai dan dinding, memahat tiang Whomo dan Silalo Yowa, memahat tiang Ni’o Lasara pada Tuwu Gahe, memahat Tarali, memahat tiang Gasoo, membentuk tiang Famaoo, Nue, Henedeo, dan membentuk tiang lainnya; (5) bermain: gerakan tari pada tarian Folaya Famadogo Omo; (6) menjelaskan: kemampuan Tuka dan Ere, memilih dan membentuk pohon, pemilihan motif Tarunake dan Ni’o pembagian tiga bagian rumah. Selain itu, Novanolo menemukan objek pembelajaran matematika yang dianalisis berdasarkan teori Gagne, diantaranya (1) terdapat satu fakta matematis, yaitu satuan ukuran panjang; (2) terdapat beberapa konsep matematis, yaitu satuan ukuran panjang, himpunan bilangan, bangun ruang, transformasi bangun datar, dan kongruensi dan kesebangunan bangun datar; (3) terdapat beberapa keterampilan matematis, yaitu melakukan keterampilan pembagian, perkalian dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

pecahan melalui proses pemasangan tiang-tiang pada Aro Bato tanpa menggunakan langkah-langkah operasi seperti orang umum lainnya. Melihat banyaknya unsur matematis dalam proses pembangunan Omo Sebua, maka Novanolo membuat sebuah Lembar Kerja Peserta Didik yang dapat membantu peserta didik pada proses pembelajaran matematika di kelas.

F. Kerangka Berpikir Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah bahwa penelitian ini berangkat dari penelusuran tentang sejauh mana penggunaan konteks budaya lokal dalam pembelajaran matematika di kelas dan diperoleh bahwa penggunaan konteks ini biasanya hanya digunakan saat memberikan contoh kontekstual dari suatu topik atau digunakan saat siswa kesulitan membayangkan membayangkan konsep matematika yang dimaksud dalam suatu topik pembelajaran matematika. Sehingga, terlihat bahwa penggunaan konteks budaya Toraja ini belum digunakan untuk mengkonstruksi pemahaman atau pengetahuan siswa dalam membelajarkan suatu topik matematika. Disisi lain, ada berbagai faktor budaya yang berpotensi untuk digunakan dalam pembelajaran matematika. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa penelitian yang mengangkat topik tentang kajian-kajian terhadap berbagai faktor budaya dan implementasinya dalam pembelajaran matematika, diantaranya (1) pada tahun 2016, Theresia Laurens meneliti kebudayaan masyarakat Maluku dan ditemukan konsep pecahan, nilai tempat, dan geometri di dalam budaya tersebut. Selanjutnya, hasil kajian ini digunakan dalam proses pembelajaran dan diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan dalam pemahaman konsep peserta didik setelah dilaksanakan pembelajaran berbasis budaya lokal; (2) pada tahun 2019, Sida Maya Rosita melakukan kajian pada bagian rumah adat Osing Banyuwangi yang mengandung aspek-aspek matematis, seperti bangun datar dan kekongruenan. Selanjutnya, hasil kajian tersebut digunakan untuk membuat bahan ajar berupa lembar kerja siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

(LKS); (3) pada tahun 2020, Novanolo Christovori Zebua mengkaji aktivitas fundamental matematis yang diusulkan oleh Bishop terhadap proses pembangunan rumah adat Nias atau biasa disebut sebagai Omo Sebua dan diperoleh bahwa pada proses pembuatan Omo Sebua ini terdapat banyak unsur matematisnya. Selanjutnya, Novanolo membuat sebuah Lembar Kerja Peserta Didik yang diharapkan dapat membantu peserta didik pada proses pembelajaran matematika di kelas. Tana Toraja merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang mempunyai berbagai macam budaya. Budaya masyarakat daerah ini memiliki potensi untuk diangkat menjadi konteks di dalam pembelajaran matematika, misalnya (1) perbandingan panjang dan lebar Tongkonan, perbandingan jumlah tiang (ariri) yang digunakan pada bagian depan dan samping Tongkonan dapat digunakan untuk membelajarkan topik perbandingan; (2) ukiran – ukiran yang terdapat pada Tongkonan, misalnya ukiran Pa’ Sirrin Menono dan Pa’Bua Tikko dapat digunakan untuk membelajarkan topik garis dan sudut. Selain itu ukiran yang ada di Tongkonan juga dapat digunakan untuk membelajarkan topik segi empat dan segitiga; (3) data jumlah banyaknya jumlah dan jenis kayu yang digunakan untuk membangun sebuah Tongkonan dapat digunakan untuk membelajarkan topik penyajian data; (4) susunan tiang yang bergantung pada ukuran Tongkonan dapat digunakan untuk membelajarkam topik koordinat kartesius. (5) ukiran Pa’Barre’ Allo dapat digunakan untuk membelajarkan topik lingkaran; (6) bagian depan atap dan tiang Tongkonan dapat digunakan untuk membelajarkan topik bangun ruang sisi datar; (7) ukiran-ukiran pada dinding Tongkonan dan pemasangan tiang, lantai, dinding dapat digunakan untuk membelajarkan topik transformasi. (8) ukiran di bagian longa Tongkonan dapat digunakan untuk membelajarkan topik kekongruenan dan kesebangunan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian untuk mengkaji budaya masyarakat adat Toraja, khususnya budaya Tongkonan. Hasil kajian terhadap budaya Tongkonan ini digunakan penulis dalam merancang rencana pembelajaran yang bertujuan untuk mengkostruksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

pemahaman siswa, agar pembelajaran yang terjadi menjadi lebih bermakna bagi siswa.

Gambar 2.25 Kemungkinan Relasi Konteks Budaya dengan Topik Matematika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan penelitian desain. Menurut Strauss dan Corbin (2007:1 dalam Farida Nugrahani, 2014:4) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk memahami kondisi suatu konteks dengan mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi dalam suatu konteks yang alami (natural setting), tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studi (Farida Nugrahani, 2014:4). Hal ini sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu, peneliti ingin menggali dan mendapatkan informasi secara mendalam terkait Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. Informasi tersebut akan dianalisis kemudian dideskripsikan, sehingga menghasilkan data deskriptif yang berkaitan dengan objek penelitian. Plomp (2007:13) mendefinisikan penelitian desain sebagai suatu kajian sistematis tentang merancang, mengembangkan dan mengevaluasi intervensi pendidikan (seperti program, strategi dan bahan pembelajaran, produk dan sistem) sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam praktik pendidikan yang bertujuan untuk memajukan pengetahuan kita tentang karakteristik dari intervensi-intervensi tersebut serta proses perancangan dan pengembangannya. Dalam penelitian ini, setelah peneliti memperoleh informasi secara mendalam terkait Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan, peneliti akan membuat desain proses pembelajaran berdasarkan konteks tersebut untuk membelajarkan materi perbandingan di kelas VII. Adapun alur penelitian desain yang dalam penelitian ini dimulai dari menemukan potensi dan masalah, mengumpulkan data, mendesain produk yaitu RPP, validasi desain RPP menggunakan validasi ahli oleh dosen pembimbing, setelah itu peneliti melakukan revisi desain RPP. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan September 2020 hingga bulan Maret 2021 sampai kebutuhan penelitian terpenuhi serta disesuaikan dengan waktu yang dimiliki peneliti dan subjek. Berikut rincian kegiatan yang dilakukan.

Gambar 3.1 Kegiatan Penelitian 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Toraja, Sulawesi Selatan, tetapi karena kondisi saat ini yang tidak memungkinkan peneliti langsung mendatangi lokasi, maka peneliti menggunakan media telepon seluler dan whatsapp untuk menggali informasi dari para narasumber.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu (1) tomanarang (pembuat Tongkonan) untuk menggali informasi tentang proses pembangunan Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan; (2) pemilik Tongkonan untuk menggali informasi mengenai proses pembangunan tongkonan Tongkonan miliknya, proses adat yang dilakukan selama pembangunan Tongkonan miliknya, fungsi Tongkonan dan upacara adat yang sudah pernah dilakukan di Tongkonan tersebut; (3) Budayawan Toraja untuk menggali informasi mengenai fungsi Tongkonan, proses adat saat pembangunan Tongkonan dan upacara adat yang dilakukan di Tongkonan. 2. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan diteliti adalah proses pembangunan Tongkonan, fungsi dari Tongkonan, dan proses atau upacara adat yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

dilakukan di Tongkonan. Proses adat yang akan digali dalam penelitian ini adalah Rambu solo atau Aluk Rampe Matampu yaitu pesta kedukaan, upacara pemakaman atau kematian oleh masyarakat adat di Toraja Sulawesi Selatan.

D. Sumber dan Bentuk Data Bogdan dan Taylor (1975:5 dalam Farida Nugrahani, 2014:8) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati. Sehingga, bentuk data dalam penelitian ini berupa data deskriptif kualitatif yang berisi tentang proses pembangunan Tongkonan, fungsi dari Tongkonan, dan proses adat yang dilakukan di Tongkonan. Setelah dideskripsikan, data penelitian akan dianalisis untuk menjawab rumusan masalah yang berkaitan dengan aktivitas fundamental matematis yang terdapat pada budaya tersebut, bagaimana membangun konteks matematika dengan menggunakan proses pembangunan, fungsi, dan proses adat yang dilakukan di rumah adat Tongkonan, Sulawesi Selatan untuk membelajarkan matematika, serta bagaimana rancangan proses pembelajaran yang memanfaatkan aktivitas fundamental matematis pada budaya Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. Sehingga, setelah memperoleh data-data tersebut peneliti akan membuat rancangan pembelajaran matematika untuk materi perbandingan dengan menggunakan konteks-konteks tersebut.

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara Menurut Sandu Siyoto dan Ali Sodik (2015:80) wawancara atau interviu merupakan suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari responden. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi telepon dan whatsapp. Hal ini dikarenakan jarak antara pewawancara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

dan narasumber yang cukup jauh dan situasi pandemi saat ini yang menyebabkan peneliti dan narasumber sulit untuk melakukan wawancara dengan bertemu fisik secara langsung. Subjek yang akan diwawancarai di dalam penelitian ini untuk menggali proses pembangunan tongkonan, fungsi tongkonan, dan adat yang diselenggarakan di sebuah tongkonan yaitu tomanarang (pembuat Tongkonan), budayawan Toraja dan pemilik Tongkonan. Wawancara dilakukan kepada ketiga subjek bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan, diantaranya (1) peneliti melakukan wawancara dengan tomanarang (pembuat Tongkonan) untuk mengumpulkan informasi mendalam tentang proses pembangunan rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan; (2) peneliti melakukan wawancara dengan pemilik Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan dengan tujuan untuk mengetahui proses adat selama pembangunan, fungsi Tongkonan dan proses adat yang pernah dilakukan di Tongkonan; dan (3) peneliti melakukan wawancara dengan seorang budayawan Toraja untuk memperoleh informasi mengenai fungsi Tongkonan, proses adat saat pembangunan Tongkonan dan upacara adat yang dilakukan di Tongkonan. b. Dokumentasi Menurut Sandu Siyoto dan Ali Sodik (2015:77) dokumentasi merupakan pencarian data yang berkaitan dengan hal-hal atau variabel, berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger (pertunjukan), agenda, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dengan metode dokumentasi berupa transkrip rekaman hasil wawancara dengan narasumber dan gambar yang berkaitan dengan Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. Hal dilakukan untuk mendukung data hasil wawancara dan studi pustaka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

c. Studi Pustaka Menurut Zed (2003:3 dalam Supriadi, 2016:85) studi pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Studi pustaka dilakukan dengan menelaah dan/atau mengeksplorasi beberapa jurnal, buku, dan dokumen-dokumen (baik yang berbentuk cetak maupun elektronik), serta sumber-sumber data atau informasi lainnya yang dianggap relevan dengan penelitian ini. Studi pustaka dilakukan untuk mengumpulkan dan melengkapi data-data yang dibutuhkan. Awalnya penulis mencoba mengumpulkan dan mempelajari data mengenai enam aktivitas fundamental bishop, etnomatematika dalam pembelajaran matematika, dan budaya Toraja melalui kajian pustaka. Setelah itu, peneliti mengumpulkan dan mempelajari data mengenai proses pembangunan, fungsi dan proses adat di rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu: a. Instrumen primer Menurut Nasution (1988 dalam Sugiyono 2013:223) dalam penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen penelitian yang utama. Hal ini dikarenakan segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya, sehingga segala sesuatunya masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Oleh karena itu, untuk menghadapi kondisi yang seperti ini, maka peneliti sendiri akan berperan sebagai instrumen primer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

b. Instrumen sekunder Selain melibatkan instrumen primer, peneliti juga menggunakan instrumen sekunder (bantu) untuk mendukung data yang diperoleh dengan melibatkan instrumen primer. Instrumen pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini, yaitu pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisikan pertanyaan-pertanyaan yang menjadi acuan bagi peneliti untuk menggali keseluruhan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan aktivitas atau proses pembangun Tongkonan, fungsi dan proses adat (Rambu Solo) pada Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara untuk Narasumber 1 (Tomanarang) No Butir Pertanyaan Indikator 1. Dimana letak Tongkonan dibangun? Mengetahui lokasi 2. Apa yang menjadi pertimbangan pembangunan pemilihan lokasi pembangunan Tongkonan Tongkonan? 3. Bagaimana cara menentukan lokasi Tongkonan yang akan dibangun? 4. Kapan Tongkonan mulai dibangun? Mengetahui 5. Bagaimana cara menentukan lama bagaimana proses pembangunan suatu perhitungan hari Tongkonan? dalam menentukan lama pembangunan Tongkonan 6. Berapa ukuran Tongkonan yang Mengetahui ukuran pernah bapak bangun? Tongkonan yang dibangun 7. Apakah di dalam membuat suatu Mengetahui proses, Tongkonan (kolong rumah, badan secara umum, rumah, dan atap rumah) diperlukan pembangunan suatu pembuatan desain terlebih dahulu? Tongkonan. Jika ya, bagaimana prosesnya dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk membuat suatu Tongkonan? 8. Bagaimana tahapan dalam membuat suatu Tongkonan? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

9. Bagaimana proses pembuatan suatu Tongkonan? 10. Apa saja alat dan bahan yang Mengetahui apa saja digunakan dalam proses alat dan bahan yang pembangunan Tongkonan tersebut? digunakan dalam 11. Bagaimana cara memperoleh bahan proses pembangunan untuk membangun suatu Tongkonan Tongkonan? Apakah bahan-bahan yang harus disediakan dalam pembuatan suatu Tongkonan harus diambil dari lingkungan sekitarnya, atau bisa didatangkan dari luar lingkungan tempat Tongkonan tersebut dibangun? 12. Salah satu bahan utama untuk Mengetahui membuat Tongkonan adalah kayu. bagaimana cara Apa saja jenis kayu yang biasa mengukur dan alat apa bapak gunakan saat membangun yang digunakan untuk Tongkonan? mengukur dalam 13. Bagaimana bapak menentukan proses pembangunan. banyaknya jumlah kayu yang dibutuhkan untuk membuat satu Tongkonan? 14. Bagaimana cara bapak mengukur ukuran kayu (panjang, lebar, tinggi) atau bahan lain yang digunakan saat membangun Tongkonan? Dan alat apa yang bapak gunakan pada saat mengukur? 15. Siapa saja yang terlibat dalam Mengetahui siapa saja proses pembangunan Tongkonan yang terlibat dalam dan bagaimana pembagian tugasnya pembangunan masing-masing? Tongkonan 16. Bagaimana cara bapak menentukan banyak tukang yang terlibat di dalam prose pembangunan suatu Tongkonan? 17. Bagaimana cara bapak mencari dan menentukan tukang yang membantu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

bapak di dalam membangun suatu Tongkonan? 18. Bagaimana proses yang bapak Mengetahui lakukan ketika membangun bagaimana peran Tongkonan mulai dari awal, ketika tukang dalam proses bapak dipanggil oleh tuan rumah pembangunan hingga selesai membangun? Tongkonan dari awal hingga akhir 19. Bagaimana sistem pembayaran atas Mengetahui pekerjaan pembangunan Tongkonan bagaimana sistem yang dilakukan oleh bapak? upah atau pembayaran yang berlaku atas Tongkonan yang dibangun.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara untuk Narasumber 2 (Pemilik Rumah) No Butir Pertanyaan Indikator 1. Ada berapa kira-kira jumlah rumpun Mengetahui jumlah keluarga dari Tongkonan tersebut? keluarga Tongkonan 2. Dimana tepatnya letak Tongkonan dibangun? Apa yang menjadi Mengetahui lokasi pertimbangan pemilihan lokasi pembangunan pembangunan Tongkonan? Tongkonan Bagaimana proses menentukan lokasi pembangunan suatu Tongkonan? 3. Apa yang dipersiapkan keluarga dan Mengetahui peran bagaimana proses persiapan yang keluarga dalam dilakukan oleh keluarga Tongkonan proses pembangunan saat akan membangun Tongkonan? Tongkonan 4. Apakah ada proses adat yang Mengetahui proses dilakukan sebelum, selama dan adat yang dilakukan sesudah pembangunan? Jika ada, selama apakah bisa dijelaskan proses yang pembangunan dilakukan, waktu pelaksanaan, bahan Tongkonan dan alat apa saja yang harus disiapkan, berlangsung. siapa saja yang terlibat dalam proses adat tersebut? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

5. Bagaimana cara keluarga menentukan Mengetahui orang yang berperan sebagai bagaimana cara penanggung jawab untuk menentukan seorang mengumpulkan dan mengelola dana penanggung jawab pembangunan suatu Tongkonan? dari sekian banyak anggota keluarga Tongkonan. 6. Bagaimana awalnya keluarga Mengetahui memperkirakan nominal yang bagaimana cara diperlukan dalam membangun keluarga Tongkonan ini? menentukan 7. Berapa jumlah dana yang digunakan perkiraan dana yang pada saat itu dan diperuntukan untuk diperlukan dan apa saja dana tersebut dalam proses peruntukan dananya pembangunan Tongkonan? dalam proses pembangunan Tongkonan. 8. Bagaimana pembagian dana yang Mengetahui dikumpulkan untuk masing-masing bagaimana keluarga keluarga Tongkonan yang akan membagi dan dibangun? mengumpulkan dana yang diperlukan untuk membangun Tongkonan. 9. Proses atau upacara adat apa saja yang Mengetahui proses sudah pernah dilakukan di Tongkonan adat yang pernah ini? Apakah bisa dijelaskan proses dilakukan di setiap adat tersebut? Tongkonan tersebut

10. Apakah upacara adat Rambu Tuka Mengetahui waktu sudah pernah dilaksanakan? Jika ya, pelaksanaan upacara apakah bisa dijelaskan proses yang Rambu Tuka’ dilakukan, waktu pelaksanaan, bahan dan alat apa saja yang harus disiapkan, siapa saja yang terlibat dalam proses adat tersebut? 11. Kapan kira-kira waktu pelaksanaan- nya dan mengapa memilih waktu tersebut? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

12. Siapa yang menjadi panitia dalam Mengetahui siapa pelaksanaan upacara Rambu Tuka ini saja yang terlibat dan bagaimana pembagian tugasnya? menjadi panitia atau petugas dan perannya dalam pelaksanaan upacara Rambu Tuka’. 13. Apa saja yang dipersiapkan keluarga Mengetahui saat melaksanakan upacara tersebut? persiapan yang dilakukan dalam pelaksanaan upacara Rambu Tuka. 14. Bagaimana proses upacara kematian Mengetahui proses yang dilaksanakan saat itu? Jelaskan pelaksanaan upacara dari hari pertama hingga akhir Rambu Tuka. pelaksanaan. 15. Berapa kira-kira dana yang Mengetahui besar dikeluarkan dalam upacara tersebut, dana yang terutama kisaran dana untuk kurban diperlukan dalam kerbau dan babi? pelaksanaan upacara Rambu Tuka.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara untuk Narasumber 3 (Budayawan) No Butir Pertanyaan Indikator 1. Bagaimana proses pembangunan Mengetahui proses Tongkonan zaman dahulu? pembangunan Tongkonan zaman dahulu. 2. Bagaimana menentukan letak Mengetahui pembangunan Tongkonan zaman bagaimana dulu? Apakah ada penentuan hari menentukan letak baik untuk membangun sebuah dan waktu untuk Tongkonan? Jika ada seperti apa membangun proses yang dilakukan? Tongkonan 3. Bagaimana orang Toraja dulu Mengetahui menghitung sesuatu? Apakah ada bagaimana sebutan toraja berkaitan dengan perhitungan yang perhitungan? Misalnya, untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

sejumlah tertentu kerbau atau babi dilakukan oleh apakah ada sebutannya? masyarakat adat. 4. Bagaimana sistem pembayaran Mengetahui masyarakat toraja dulu sebelum bagaimana mengenal uang? Misalnya dulu pembayaran yang sebelum mengenal uang, bagaimana dilakukan oleh tuan rumah memberikan upah kepada masyarakat adat tukang yang membangun sebelum mengenal Tongkonannya? uang sebagai alat pembayaran. 5. Upacara adat apa saja yang biasa dilakukan di suatu Tongkonan? Mengetahui ada apa Apakah bisa diceritakan tentang saja yang biasa proses yang dilakukan, waktu dilakukan di suatu pelaksanaan, bahan dan alat apa saja Tongkonan. yang harus disiapkan, siapa saja yang terlibat dalam proses adat tersebut? 6. Apa fungsi Tongkonan? Bagaimana penjelasannya? Mengetahui fungsi 7. Jika salah satu fungsi tidak berjalan, Tongkonan di apakah bangunan tersebut tidak bisa Toraja, Sulawesi dikatakan sebagai Tongkonan? Selatan. Jelaskan!

F. Validasi Data dan Instrumen Pengumpulan Data Menurut Sugiyono (2013:2) valid menunjukkan pada derajat ketepatan antara data sesungguhnya yang terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Kemudian, dalam KBBI validasi merupakan pengesahan atau pengujian kebenaran atas sesuatu. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji kebenaran data adalah metode triangulasi. Susan Stainback (1988 dalam Sugiyono 2013:241) menyatakan bahwa tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang fenomena semata, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap data yang telah ditemukan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode triangulasi untuk menguji kredibilitas data dengan dua cara, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber data. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

(2013:241) bahwa triangulasi dapat menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber. a. Triangulasi teknik Dalam melaksanakan triangulasi teknik, peneliti akan menggali data yang sejenis dengan teknik atau metode yang berbeda yaitu data proses pembangunan Tongkonan, fungsi Tongkonan, dan upacara adat di Tongkonan, Toraja melalui teknik wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. b. Triangulasi sumber Dalam melaksanakan triangulasi sumber, peneliti akan mengumpulkan data dari berbagai sumber yang tersedia, yaitu data proses pembangunan Tongkonan, fungsi Tongkonan, dan upacara adat di Tongkonan, Toraja yang diperoleh melalui: (1) teknik wawancara yang ditujukan kepada narasumber yang berbeda-beda, yaitu tomanarang (pembuat Tongkonan), tuan rumah dan budayawan; (2) teknik dokumentasi yang akan diambil dari berbagai sumber; dan (3) teknik studi pustaka yang bersumber dari beberapa buku dan jurnal yang berkaitan. Selain melakukan validasi data, peneliti juga melakukan validasi instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini. Untuk validasi instrumen pengumpulan data, peneliti menggunakan validasi ahli. Validasi ahli dilakukan dengan meminta validator, yaitu dosen pembimbing skripsi untuk memeriksa kelayakan dan kevalidan instrumen. Setelah instrumen divalidasi oleh ahli, selanjutnya peneliti akan menggunakan instrumen tersebut untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

G. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan sebagai suatu usaha untuk menyederhanakan data yang kompleks, banyak, dan variatif, menjadi sejumlah data dalam format yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Menurut Farida Nugrahani, 2014:170) analisis data kualitatif merupakan sebuah proses yang terdiri atas langkah-langkah berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

(1) Mencatat peristiwa yang ada di lapangan dalam bentuk catatan lapangan, kemudian diberi kode sehingga sumber data dapat ditelusuri. (2) Mengumpulkan, memilah-milah, melakukan klasifikasi, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan memberi indeks. (3) Berpikir untuk memperjelas kategori data sehingga data yang ada bermakna dengan mencari dan menemukan pola serta hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data model interaktif yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (1984:23). Dalam model analisis interaktif ini, analisis data dimulai dengan proses pengumpulan data yang dilakukan secara terus-menerus hingga peneliti dapat menarik kesimpulan akhir. Setiap kesimpulan yang ditarik dalam proses analisis data selalu dimantapkan dengan pengumpulan data yang berkelanjutan, sampai pada tahap akhir penelitian atau verifikasi. Jika data yang diperoleh dirasa kurang mantap sebagai dasar penarikan simpulan, maka peneliti diperbolehkan untuk melakukan pencarian kembali data baru atau menelusuri kembali semua bukti penelitian yang tersimpan. Oleh karena itu, selama analisis data dilakukan dalam proses siklus, maka secara tidak langsung peneliti telah melakukan triangulasi data untuk kepentingan penarikan kesimpulan akhir penelitian. Dalam Farida Nugrahani (2014:173), analisis data model interaktif ini memiliki tiga komponen sebagai berikut. a. Reduksi Data Pada dasarnya proses reduksi data merupakan tahap awal yang bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, memperjelas, dan membuat fokus suatu informasi dengan membuang hal- hal yang kurang penting, serta mengorganisasikan dan mengatur data sedemikian rupa agar narasi sajian data dapat dipahami dengan baik, dan mengarah pada kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pelaksanaan tahap reduksi ini dimulai sejak peneliti memilih kasus yang akan dikaji. Tahap ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

masih berlangsung. Informasi yang diperoleh selalu dicatat selama proses penggalian data dilakukan. Dalam tahap ini, peneliti akan mereduksi data dengan mengklasifikasi data deskripsi yang diperoleh menjadi tiga kelompok, yaitu (1) proses pembangunan rumah adat Tongkonan, (2) fungsi rumah adat Tongkonan, dan (3) upacara adat yang dilakukan di dalam rumah adat Tongkonan. b. Sajian Data Sajian data merupakan tahap analisis data yang memberi kemungkinan kepada peneliti untuk menarik simpulan dan tindakan lanjut. Sajian data berupa sekumpulan informasi yang disusun dengan sistematis dan sesuai tema-tema inti agar lebih mudah dipahami interaksi anatar bagiannya dalam konteks yang utuh, bukan terlepas antara satu dan lainnya. Secara umum, data dalam penelitian kualitatif disajikan dalam bentuk narasi, yang dilengkapi matriks, gambar, grafik, jaringan, bagan, tabel, skema, ilustrasi, dan sebagainya, agar data yang disajikan untuk persiapan analisis tampak lebih jelas, rinci, dan mantap, dan mudah dipahami. Dalam tahap ini, peneliti akan menyajikan data dengan mengklasifikasi data deskripsi yang diperoleh menjadi tiga kelompok, yaitu proses pembangunan rumah adat Tongkonan, fungsi rumah adat Tongkonan, dan upacara adat yang dilakukan di dalam rumah adat Tongkonan. c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Penarikan simpulan bertujuan untuk memperoleh tafsiran terhadap hasil analisis dan interpretasi data. Kesimpulan yang ditarik perlu diverifikasi selama penelitian berlangsung agar dapat dipertanggungjawabkan. Proses verifikasi terhadap simpulan sementara dapat dilakukan dengan mengulangi langkah penelitian, yaitu melalui penelusuran kembali semua langkah penelitian yang telah dilakukan (memeriksa data yang terkumpul, reduksi yang dibuat berdasarkan catatan, dan kesimpulan sementara yang telah dirumuskan). Penarikan kesimpulan akhir sebaiknya dibuat secara singkat, jelas dan lugas agar mudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

dipahami. Simpulan dari penelitian harus sesuai (1) tema atau topik dan judul penelitian; (2) tujuan penelitian; (3) pemecahan permasalahan; (4) data-data dalam penelitian; (5) temuan-temuan dari hasil analisis data dalam penelitian; dan (6) teori atau ilmu yang relevan.

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Secara Keseluruhan 1. Eksplorasi Budaya Lokal Pada tahap ini peneliti memilih budaya yang akan dieksplor untuk digunakan sebagai konteks pembelajaran. Kemudian, peneliti memilih Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan sebagai konteks budaya yang akan dikaji, karena Tongkonan merupakan salah satu budaya yang sangat mudah ditemukan di Toraja, Sulawesi Selatan dan pada budaya Tongkonan ini terdapat aktivitas matematis yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika di kelas. 2. Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan ini dilakukan dengan mewawancarai salah satu guru mata pelajaran di Toraja, terkait dengan pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas menggunakan konteks budaya lokal. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan masalah yang akan diteliti dan mengetahui sejauh mana hasil penelitian relevan lainnya telah dilakukan serta permasalahan apa yang belum terpecahkan. 3. Tahap Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber, yaitu (1) peneliti melakukan wawancara terhadap tiga subjek penelitian tomanarang (pembuat Tongkonan) yang pernah membangun Tongkonan, pemilik Tongkonan, dan budayawan Toraja di Sulawesi Selatan); (2) dokumentasi yang diperoleh dari berbagai sumber; dan (3) peneliti melakukan studi pustaka untuk mempelajari dokumen yang relevan dengan penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

4. Tahap analisis data Selanjutnya, data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis dengan melalui tiga tahapan, yaitu tahap reduksi data, sajian data dan menarik kesimpulan. Data penelitian akan dianalisis dengan cara memetakan aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam proses pembangunan Tongkonan, fungsi Tongkonan dan proses adat Tongkonan dengan topik yang bersesuaian pada materi pembelajaran matematika di tingkat SMP. Jika saat menganalisis data, peneliti menemukan data yang dirasa kurang lengkap, maka peneliti akan melakukan penelitian kembali dengan maksud melengkapi bagian yang kurang tersebut. Hal ini bertujuan agar penulis semakin kuat keyakinannya akan data penelitian yang dimiliki dalam penelitian ini. 5. Tahap penarikan kesimpulan Setelah tahap analisis selesai dilakukan, peneliti akan melakukan penarikan kesimpulan untuk menunjukkan jawaban dari rumusan masalah yang telah disusun dalam penelitian ini. 6. Tahap pengembangan desain pembelajaran matematika. Pada tahap ini, peneliti akan menggunakan data yang telah diolah dan kesimpulannya untuk mengembangkan desain rancangan pembelajaran matematika pada perbandingan dengan menggunakan konteks rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. 7. Tahap pembuatan laporan Penulisan laporan dimulai dengan membuat proposal penelitian yang terdiri dari Bab I, Bab II, dan Bab III. Tahap pembuatan laporan selanjutnya, yaitu menuliskan hasil analisis, deskripsi rancangan pembelajaran hingga kesimpulan dan lampiran berdasarkan format penelitian yang disajikan dalam Bab IV, V dan VI. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti membahas beberapa subtopik yang meliputi tahap pembangunan Tongkonan, analisis aktivitas Bishop dalam tahap pembangunan Tongkonan, fungsi Tongkonan bagi masyarakat suku Toraja, analisis aktivitas Bishop dalam fungsi Tongkonan bagi masyarakat suku Toraja, upacara Rambu Solo sebagai salah satu upacara adat yang dilakukan di Tongkonan dan analisis aktivitas Bishop dalam upacara Rambu Solo sebagai salah satu upacara adat yang dilakukan di Tongkonan. A. Tahap Pembangunan Tongkonan Pada bagian ini, peneliti akan menyajikan hasil wawancara dengan budayawan, tuan rumah dan tomanarang (pembuat Tongkonan) yang berkaitan dengan tahap pembangunan Tongkonan. Selanjutnya, peneliti akan mendeskripsikan hasil wawancara dengan ketiga subjek penelitian tersebut dan menuliskan kesimpulan untuk setiap tahap pembangunan Tongkonan. 1. Mangrimpung (Menghimpun Kerabat dan Keluarga untuk Melakukan Musyawarah Sebelum Membangun Tongkonan) a. Berikut hasil wawancara dengan budayawan terkait tahap musyawarah. P Kemudian, untuk yang Mangrimpung ini, Pak. Mangrimpung itu kan seperti merencanakan dan kalau tidak salah sekalian memperingati leluhur begitu ya, Pak? N Itu masing-masing daerah namanya juga bisa beda. Kalau di tempat saya namanya Mangrimpung, kalau di daerah lain biasa disebut Ma’rapu. P Iya, itu bagaimana ya Pak? N Mangrimpung diadakan ketika keluarga merencanakan membangun atau memperbaharui rumah Tongkonan. Jadi, setiap tahap itu dihadiri oleh rumpun keluarga yang ada di kampung di mana Tongkonan akan dibangun namun tidak semua. Artinya ini bukan sebuah kewajiban, tetapi yang mungkin ya hadir. Dalam tahap ini, rumpun keluarga melakukan musyawarah untuk membahas rencana pembangunan Tongkonan. P Oh iya, pas jamannya bapak dulu transaksi pakai uang? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

N Iya kalau sudah ada uang ya pakai uang. P Kalau belum orang Toraja biasa pakai apa, Pak? N Jadi begini, kalau dulu babi dibeli dengan kerbau misalnya, satu ekor babi dibeli dengan sangtepo (seperempat) kerbau, atau sangsese (seperdua) kerbau. P Barter ya, Pak? N Iya bukan juga barter tapi, em begini jadi waktu itu sudah ada uang. Mereka bilang begini harga babinya sangtepo tedong sapala’ (seperempat harga kerbau yang ukuran tanduknya sampai di telapak kita). Pada saat membayar, mereka ke pasar untuk melihat harga tedong sapala’. Karena mereka ingin membayar seekor babi maka seperempat dari harga tedong sapala’ jadi begitu. Jadi patokannya di harga kerbau. Mereka masuk di pasar mabutungan (melihat harga) bukan juga bayarnya pakai kerbau. Demikian pun kalau ada orang jual tanahnya, itu harganya dipatok dengan kerbau. P Kalau misalnya tukang itu dibayarnya gimana, Pak? N Yang saya sudah dapat, sudah ada dua cara yaitu cara itu dan uang tunai. Artinya, langsung nominal uangnya, kalau masa saya masih menaksir dengan harga kerbau. Contohnya gini. Misal tukang akan dibayar dengan harga kerbau salengo. Jadi misalkan nanti mereka rumah sudah selesai mereka ke pasar untuk melihat harga kerbau salengo. Kalau misalnya sepuluh juta maka tukang itu dibayar sepuluh juta. Ini boleh dibayar di tengah proses pembangunan. Harga kerbau naik turun tidak dipasalkan, jadi misalkan pas mau dibayar harga kerbau naik berarti keuntungan bagi si tukang. Karena sudah sistemnya begitu. P Setahu bapak paling kecil dan paling mahal biaya tukang bangun Tongkonan dulu berapa, Pak? N Biasanya sekitar satu kerbau yang panjangnya salengo (ukuran tanduknya dari jari dilipat itu sampai pergelangan itu), kalau paling mahal sekitar 20 juta itu kerbau alla’tari (kerbau yang ukuran tanduknya antara siku sampai bahu). Berdasarkan hasil wawancara dengan budayawan diperoleh informasi bahwa tahapan Mangrimpung (menghimpun kerabat dan keluarga) diadakan ketika suatu rumpun keluarga bermusyawarah untuk merencanakan pembangunan rumah adat Tongkonan. Pada tahap ini, tidak semua anggota rumpun keluarga wajib hadir. Pertemuan ini hanya wajib dihadiri oleh anggota rumpun keluarga yang tinggal di kampung tempat Tongkonan baru akan dibangun. Dalam tahap ini, rumpun keluarga memusyawarahkan rencana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

pembangunan Tongkonan tersebut, termasuk biaya yang digunakan. Dalam menentukan biaya atau harga suatu barang/jasa, ada dua sistem yang pernah digunakan, yaitu menyebutkan langsung nominalnya atau menaksir biaya dengan menggunakan harga hewan kerbau. Misalnya, seseorang akan menjual babinya seharga sangtepo tedong sapala’ (seperempat harga kerbau yang ukuran tanduknya sampai ditelapak kita). Ketika ada seseorang lain yang ingin membeli babi tersebut, maka pembeli harus pergi ke pasar untuk melihat harga tedong sapala’ dan membayar seperempat dari harga tedong sapala’. Jadi patokannya adalah di harga kerbau, bukan membayar dengan hewan kerbau. Demikian pun jika terdapat seseorang yang akan menjual tanah. Harga tanah tersebut dapat dipatok dengan harga hewan kerbau. Sistem seperti ini bisa dilakukan saat tawar menawar harga pengerjaaan rumah Tongkonan dengan tomanarang (pembuat Tongkonan), misalnya tomanarang (pembuat Tongkonan) akan dibayar dengan harga kerbau salengo. Sehingga, jika saat tomanarang (pembuat Tongkonan) telah menyelesaikan pembangunan rumah Tongkonannya, maka tuan rumah dan tomanarang (pembuat Tongkonan) akan pergi ke pasar untuk melihat harga kerbau salengo dan membayar sejumlah itu. b. Berikut hasil wawancara dengan Tuan rumah terkait tahap musyawarah. P Bagaimana proses pembangunan Tongkonan? N Artinya, semua rumpun keluarga berkumpul, dimusyawarah toh, dimufakat. Nah setelah itu baru membicarakan soal biaya. Setelah soal biaya itu, kan ada juga salah satu yang diperkirakan untuk mengkoordinir itu. Nah setelah itu baru ya misalnya berapa orang dari rumpun keluarga itu toh, setelah itu karena sudah ada anggaran yang ditentukan baru dibagi-bagilah. Dan itu pembagiannya tidak sama semua, tergantung dari kemampuan dari keluarga itu (tidak dibagi rata). Nah setelah sepakat itu soal pembagian ongkosnya itu. Baru dipanggil mi tukang. Baru nanti musyawarah lagi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

P Itu musyawarah kedua membahas apa, Nek? N Itu musyawarah kedua artinya bicara soal yang mau dibangun karena kayu sudah siap, maka dibicarakan lagi karena kepala tukang itu sudah ada datang lalu ditanya mi berapa ongkosnya (dari pembuatan rumah tongkonan) setelah tukang tahu, maka baku tawar disitu. Misalnya mau sepakat deal, maka ditentukan mi kapan mulai bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan tuan rumah terkait tahap musyawarah diperoleh informasi bahwa musyawarah dilakukan dua kali. Musyawarah itu artinya semua keluarga berkumpul dan bermufakat. Dalam musyawarah ini, keluarga membahas terkait biaya apa saja yang harus disiapkan dan juga menunjuk seorang anggota rumpun keluarga sebagai koordinator yang tugasnya mengatur masalah biaya tersebut. Pembagian biaya akan dilakukan setelah total biaya keseluruhan sudah diketahui (termasuk biaya tomanarang). Pembagian ini tidak sama untuk semua keluarga, tergantung dari kemampuan keluarga tersebut (tidak dibagi sama rata). Setelah sepakat dengan pembagian biaya pembangunan Tongkonan, maka langkah selanjutnya adalah rumpun keluarga akan memanggil tomanarang (pembuat Tongkonan) atau kepala tomanarang (pembuat Tongkonan) yang akan membangun Tongkonan tersebut. Setelah itu, musyawarah kedua dari rumpun keluarga akan diselenggarakan. Musyawarah kedua ini dihadiri oleh kepala tomanarang (pembuat Tongkonan). Dalam musyawarah kedua ada dua agenda yaitu proses tawar menawar biaya pembangunan Tongkonan dan menentukan waktu dimulainya proses pembangunan Tongkonan. Tawar menawar dilakukan oleh perwakilan rumpun keluarga yang hadir dalam musyawarah tersebut dengan kepala tomanarang (pembuat Tongkonan). Setelah biaya pembangunan Tongkonan disepakati kedua belah pihak, maka langkah selanjutnya adalah membahas waktu untuk tomanarang (pembuat Tongkonan) memulai pekerjaannya membangun rumah adat Tongkonan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

c. Berikut hasil wawancara dengan Tomanarang (pembuat Tongkonan) terkait tahap musyawarah P Bagaimana untuk proses pembuatannya dari awal dipanggil tukang rumah hingga tongkonan jadi? N Biasanya tuan rumah itu dia liat kerjaan saya toh, terus dia bilang ada lagi rumah di sana mau dikerja berapa kita minta, terus kita tawar menawar, tawar harga baru kita kerjakan. P Itu, bagaimana menentukan tempatnya pak? N Orang yang beli itu yang menentukan tempatnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan tomanarang (pembuat Tongkonan), awalnya tuan rumah akan mengamati pekerjaan tomanarang (pembuat Tongkonan). Kemudian mereka akan berdiskusi terkait biaya pengerjaannya. Setelah sepakat barulah kemudian akan dikerjakan. Kesimpulan: Sebelum membangun atau memperbaharui Tongkonan, maka semua rumpun keluarga berkumpul untuk bermusyawarah dan membicarakan rencana pembangunan Tongkonan. Salah satu hal yang dibicarakan dalam musyawarah ini adalah terkait anggaran dana yang akan digunakan. Pembagian biaya akan dilakukan setelah biaya total (termasuk biaya pengerjaan tomanarang) sudah diketahui. Dalam pembagian biaya ini, setiap rumpun keluarga bisa mendapat tanggungan yang berbeda-beda (tidak dibagi sama rata). Hal ini tergantung dari kemampuan dan kesanggupan dari masing-masing rumpun keluarga. Adapun kegiatan menghimpun keluarga untuk melakukan musyawarah (Mangrimpung) dilakukan dua kali. Musyawarah pertama dilakukan untuk membahas biaya apa saja yang harus disiapkan dan juga menunjuk seorang anggota keluarga sebagai koordinator yang bertanggung jawab mengenai biaya Tongkonan. Musyawarah kedua dilakukan dengan menghadirkan perwakilan atau kepala tomanarang (pembuat Tongkonan) untuk membahas mengenai biaya pengerjaan dan melakukan tawar menawar. Tawar menawar dapat dilakukan dengan dua sistem, pertama dengan menyebutkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

nominalnya langsung, misalnya Rp10.000.000,00. Kedua, dengan menggunakan harga kerbau untuk menaksir biaya pengerjaan, misalnya tomanarang (pembuat Tongkonan) akan dibayar dengan harga kerbau Salengo. Ketika akan membayar, maka tuan rumah bersama tomanarang (pembuat Tongkonan) akan pergi ke pasar untuk melihat harga kerbau Salengo dan membayar sejumlah harga kerbau Salengo saat itu. Untuk sistem kedua, kemungkinan biaya pengerjaan akan berubah sesuai harga kerbau di pasar, namun hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh kedua pihak karena sistemnya sudah demikian adanya. Setelah sepakat tentang harga, keluarga lalu mulai memusyawarahkan waktu untuk para tomanarang (pembuat Tongkonan) memulai pekerjaannya membangun rumah adat Tongkonan. 2. Mengumpulkan Bahan Atau Ramuan a. Berikut hasil wawancara dengan budayawan terkait tahap mengumpulkan bahan atau ramuan. P Kalau mangleleng itu kan menebang kayu itu bagaimana ya Pak? Apakah jaraknya harus di sekitar Tongkonan atau bagaimana? N Tergantung di mana ramuan itu diambil, jenis kayunya apa. Jadi, biasanya itu kalau di sini menggunakan kayu Uru, jadi di mana ramuan itu berada maka disitu, tetapi jika tidak ada Uru maka mereka gunakan alternatif lain. P Berarti tempat mengambil ramuannya tidak harus di sekitar Tongkonan, di luar kampung juga tidak apa-apa? N Oh ya tidak harus, tergantung di mana ramuan itu berada. Dan ketika pohon itu ditebang, jatuhnya itu harus ke timur atau utara. Jadi, untuk merebahkannya harus ke Utara atau Timur, tidak boleh ke selatan dan barat. Jadi ketika merebahkannya itu, mereka sangat hati-hati menggunakan tali lalu ditarik. Ini kan pohon yang pertama ini kan penentu, maka pohon ini pokoknya harus rebah ke utara atau timur. Tapi kalau pohon selanjutnya, karena tidak ada orang yang selalu bisa membendung pohon ke utara atau timur maka pohon pertamanyalah sebagai penentu. Sehingga mereka juga memilih mana pohon yang memungkinkan rebahnya ke timur atau utara. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

P Seandainya pohon pertama tidak jatuh ke utara atau timur bagaimana ya Pak? Pohonnya tidak digunakan atau bagaimana? N Oh iya, tidak digunakan, tapi mereka itu berupaya dengan sekeras-keras mungkin bagaimana sehingga pohonnya jatuh ke Utara atau Timur. P Itu tukang yang kerjakan pak? N Iya tukang tukang. P Pas menebang itu ada ritual tidak Pak? Maksudnya proses adat agak pohonnya bisa jatuh ke Timur atau Utara? N Ya. Ada. Jadi sebelum pohon ditebang ada ritus dulu. Itu Tominaa yang tau itu, kita tidak tau, tapi Tominaa itu yang melaksanakan dan ada semacam pertanyaan yang biasanya diutarakan oleh Tominaa terhadap kayu “kayu kayu apa kamu pohon apa namanya?” Lalu orang itu jawab sendiri misalnya Uru kan “pohon uru” Nah itu dipararelkan dengan apa itu uru? Nah siurrus kan siurruan itu ibarat babi bagaimana babi kalau bunyi itu nah artinya seperti suara babi banyak mengaung (kalau babi bunyikan). Karena itu dianggap oleh orang Toraja pembawa berkat. P Berarti ritus untuk menebang ini Tominaa yang berbicara dengan kayunya itu baru si tukang yang akan menebang? N Ya betul. P Kalau tebang kayu berapa hari ya, Pak? N ee.. Satu hari saja untuk kalau misalnya pertama satu hari saja dan itu tidak mesti langsung diproses saat itu yang penting direbahkan dulu, untuk dipotong, diproses, dikeluarkan tangkainya bisa di hari berikutnya. Yang penting hari itu khusus untuk menjatuhkan pohon yang pertama. P Berarti pohon kedua ketiga dan seterusnya dilakukan di hari berikutnya ga papa, pak? N Iya ga papa. Tergantung kemampuan tukang. Intinya kalau mangleleng kayu itu pohon pertama aja. Selebihnya itu terserah tukang, tergantung kemampuannya P Iya pak. Kemudian mangrampun kayu itu mengumpulkan ramuan. Nah mangrampun kayu ini ada ritualnya dulu ga pak sebelum kita angkat-angkat? N Emm ada. Itu Tominaa yang melakukan jadi mereka semacam meminta izin kepada dewa bahwa ramuan kayu akan diangkut hari ini. Nah seperti itu saja dan mereka membuat sesajian begitu (mengorbankan hewan). Yang mengangkut masyarakat bersama.kalau dulu degan tenaga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

manusia saja. Kalau sekarang ya tenaga manusia dan angkutan/mobil. p Terus kalau ngangkutnya itu bebas ga ya pak? Misalnya akar, pangkal gitu pak? N Oh bebas kalau mengangkut. Kecuali kalau dipasang harus memperhatikan itu jadi setiap kayu diberi kode itu mana yang akar dari bawah mana atasnya. Karena kalau terbalik itu bahaya.makanya tukang/orang yang sensor itu selalu memberi kode oh ini yang dari bawah (pangkal). Biasa dikode dengan sensor disilang begitu di bawahnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan budayawan, tahap mengumpulkan bahan atau ramuan dimulai dengan menebang kayu. Sebelum menebang kayu, biasanya diadakan doa atau ritual oleh Tominaa (tokoh adat masyarakat Toraja seperti biksu atau pendeta Aluk Todolo) agar kayu dapat jatuh ke arah yang seharusnya. Dalam ritual ini terdapat sebutan siurruan bai tora, yang artinya semoga babimu yang bertaring panjang itu bertambah banyak berlipat ganda. Karena hewan babi dianggap pembawa berkat oleh masyarakat Toraja. Setelah ritual selesai, tomanarang (pembuat Tongkonan) lalu menebang kayu dan berusaha semaksimal mungkin agar kayu pertama jatuh ke arah Utara atau Timur dengan cara mengikat batang kayu saat ditebang, dan menariknya perlahan ke arah yang diinginkan. Setelah kayu pertama berhasil dijatuhkan, selanjutnya adalah penebangan kayu lainnya yang dapat dilakukan di hari yang sama atau berbeda. Setelah semua kayu ditebang, doa kembali dilakukan agar proses pengumpulan bahan atau ramuan ke Tongkonan berada dapat berjalan dengan dengan baik. b. Berikut hasil wawancara dengan tuan rumah terkait tahap mengumpulkan bahan atau ramuan. P Kalau mengumpulkan bahan itu ada ritualnya ke hutan begitu kah Nek? N Oh begini itu kan kepercayaan nenek-nenek dulu. Karena sekarang orang sudah beragama jadi kalau misalnya rumpun keluarga itu sudah sepakat, berarti mau dimulai dari tadi itu sebenarnya rumpun keluarga berkumpul untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

membicarakan rencana pembangunan rumah Tongkonan. Setelah rencana itu matang baru dikumpulkan mi kayunya. Nah itukan sebelum mengumpulkan kayu ada disertai dengan doa dulu artinya berkumpul di tempat yang akan dibangun itu Tongkonan itu, lalu berdoa, setelah itu dimulai mi mengambil kayu dan mengumpul kayu. P Lalu apa saja alat yang digunakan? N Yang menyiapkan alat yang dipakai kerja itu adalah tukang Alatnya itu ee gergaji, meter, pensil, kalau sekarang itu sensor, pahat jarang sekali pakai paku di rumah tongkonan tapi yang dipakai itu adalah rotan, diikat. Kalau rumah tongkonan tidak pakai paku, yang menyiapkan rotan itu yang punya rumah juga, berarti yang punya rumah menyiapkan bahan kayu alat ikat dan biaya. Nah yang disiapkan oleh tukang itu adalah alat. Dan alat yang dipakai untuk mengukir dan disiapkan adalah tukang ukir adalah pisau dan kalau yang disiapkan tuan rumah adalah pewarna atau cat (merah, kuning, hitam, putih). Berdasarkan hasil wawancara dengan tuan rumah, sebelum mengumpulkan bahan keluarga akan berkumpul untuk melakukan doa. Setelah berdoa, pengumpulan bahan kayu pun mulai dikerjakan. Adapun alat dan bahan yang disiapkan diantaranya gergaji, meter, pensil, sensor, seng, paku untuk atap, pewarna atau cat (merah, kuning, hitam, putih), pisau, dan sebagainya. c. Berikut hasil wawancara dengan tuan rumah terkait tahap mengumpulkan bahan atau ramuan. P Untuk alat dan bahan untuk membangun tongkonan? N Yang dipakai kerja semua itu ketam, gergaji, pahat, palu, selang, tunjangan air, sensor, bor listrik, paku, baut. Bahan: kayu, pasir, kerikil, semen (pondasi saja) untuk taruh tiang. Ada juga sekarang tiang sekarang pakai semen. P Salah satu bahan utama yang paling banyak dipakai adalah kayu? Kemudian jenis kayu yang biasa dipakai apa sih pak? N Ya ya. Kayu buangin, sama kayu uru itu biasanya kalau rumah Tongkonan. Kalau tiang rumah itu kan pakai kayu keras, biasanya kayu kumiah. P Berarti kayu yang biasa di pakai dalam tongkonan itu kayu buangin (cemara), huru (uru) dan kumia/kumea ya pak? N Ya ya ya. P Bahan yang dicari itu bebas tidak pak? Maksud saya ada aturan misalkan bahan harus berada di lingkungan sekitar tongkonan? Atau diambil dari hutan begitu pak? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

N Oh enda ji. Biasanya itu dicari, kalau saya biasa dari teman di kantor bilang ada kayu di sini, saya ke sana lalu ambil begitu. P Oh berarti nda ada aturannya ya pak? Berarti mengambil dari kampung lain nda papa ya pak? N Oh nda papa. Karena kan disesuaikan juga dengan ukuran. Kalau didapat ukuran yang dimau di kampung itu ya dibeli disitu. P Apakah mungkin misalnya untuk mengangkat-angkat mengumpulkan bahan itu dibantu oleh warga sekitar tongkonan dibangun? N Iya. Biasanya waktu dikumpul itu kayu, orang tempat rumah ada tongkonan itu yang kumpul dulu, baru kami datang kerja disitu. Berdasarkan hasil wawancara dengan tomanarang (pembuat Tongkonan), alat dan bahan yang digunakan diantaranya ketam, gergaji, pahat, palu, selang, tunjangan air, sensor, bor listrik, paku, baut, kayu (buangin/cemara, huru/uru, kumia/kumea), pasir, kerikil, dan semen untuk pembuatan pondasi. Untuk mengumpulkan bahan, biasanya akan dibantu oleh masyarakat yang berada di kampung tempat Tongkonan akan dibangun. Selain itu, tidak ada aturan khusus mengenai tempat pengambilan bahan, artinya bahwa bahan yang digunakan untuk membangun rumah Tongkonan dapat diambil di kampung yang berbeda dengan tempat Tongkonan akan dibangun. Kesimpulan: Sebelum mengumpulkan bahan atau ramuan, akan dilakukan doa agar pengumpulan bahan dapat berlangsung dengan lancar. Jika bahan yang diambil dari hutan, maka untuk kayu pertama yang ditebang harus jatuh mengarah ke utara atau timur. Sedangkan untuk bahan yang tidak diambil sendiri di hutan tidak memiliki aturan khusus mengenai jaraknya dari Tongkonan, namun tetap disesuaikan dengan ukuran yang diperlukan. Pengumpulan bahan dilakukan secara gotong royong oleh tomanarang (pembuat Tongkonan) bersama dengan seluruh warga yang berada di kampung tempat Tongkonan akan dibangun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

3. Mendirikan Rumah a. Berikut hasil wawancara dengan budayawan terkait tahap mendirikan rumah. P Letak pembangunan Tongkonan baru itu ada aturannya ga pak? Untuk menentukan lokasinya? N Kalau di halaman yang sama bisa tidak persis dimana Tongkonan itu berada, tapi bergesernya tidak boleh ke barat mesti ke timur. Jaraknya nya bebas yang penting jangan ke Barat. Patokannya Tongkonan yang lama. Kalau misalnya mau dipindah lokasikan boleh, tapi bawa tanah dari situ ke halaman Tongkonan yang baru, sedikit saja sebagai simbol, dengan syarat persetujuan dari tau Tongkonan (semua warga Tongkonan). Ini mungkin pindah karena daerahnya rawan longsor atau terlalu kecil atau tidak strategi. P Kemudian, maglopo itu memahat. N Ya artinya membuat lubang yang akan untuk pasangan pasak nanti atau sulur. P Itu satu hari atau berhari-hari pak? N Berhari-hari tetapi untuk memulai itu harus ada ritualnya. Itu Tominaa juga, namun bisa jadi jika Tominaanya tidak hadir bisa dilakukan oleh Toparange, karena kan juga itu Toparange adalah pemangku adat atau penguasa adat dan bisa menjalankan ritual tetapi ritual yang tidak terlalu rumit sesajiannya. Tetapi misalnya ada doa khusus atau apa itu memang Tominaa, tetapi jika tidak ada itu bisa Toparange. P Kemudian mapabendan itu mendirikan tiang rumah dengan memperhatikan pangkal ujung. Kemudian juga disebutkan mengenai hari baik. Sebenarnya hari baik apa? Sebenarnya di Toraja itu ada perhitungan khusus untuk penentuan hari baik itu, jika ada prosesnya itu bagaimana ya pak? N Misalnya dalam satu hari itu e misalnya hari senin itu mereka bagi misalnya dari jam enam itu ini dari jam sembilan sampai enam ini, jadi mereka melihat waktu yang baik. Jadi dalam satu hari itu tidak secara penuh bagus tidak secara penuh tidak bagus. Jadi ada bagusnya ada tidak. Maka rentang waktu itu biasa dua jam tiga jam. Nah itu mereka (orang orang tertentu yang bisa melihat perjalanan bulan, bintang) tau itu mereka tau. Saya sendiri nda tau itu. Jadi kalau misalkan kita akan mendirikan rumah, kita ke orang yang tau itu lalu mereka yang beritahu kita bahwa hari itu jam segitu selain itu tidak boleh, nah itu macam-macam. Itu juga misalnya kita mau mendirikan usaha itu hari ini jam begini. Kalau rumah hari ini jam begini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

P Berarti dianggap satu hari itu ada yang baik dan buruknya makanya diminta tolong orang yang tau itu untuk diberitahukan jamnya ya pak? N Iya dia beritahu kita. Sampai sekarang itu masih berlaku. Misalnya pemasangan atap. Rumahnya sudah jadi tapi masih nunggu 2 bulan, misalnya untuk memasang atap karena melihat tanggal ini bulan ini jam ini. Nah untuk melindungi rumahnya itu biasa ditutupi dengan terpal. Pokoknya setiap tahapan dalam membangun Tongkonan itu harus melihat hari yang baik. P Apakah sekarang tahapan-tahapan ini semua masih dilakukan dengan memperhatikan hari baik itu atau hanya beberapa? N Tergantung. Kalau rumah itu dibangun dengan mengikuti tahapan Aluk Todolo maka semua itu tahapannya itu harus diikuti semua seperti tahapan-tahapan itu. Tetapi kalau tidak, macam sekarang kan mereka nda ikuti semu itu. Seperti yang saya perhatikan mereka hanya mulai menebang kayu, mendirikan, memasang atap itu saja. Masuduk, malopo tidak terlalu diperhatikan Aluk Todolonya. P Kalau masalah hari baik itu, ada gak pak hari atau bulan yang dominan atau sering dibangun Tongkonan? N Ya ada. Yang paling sering saya lihat hari Sabtu. Itu paling sering karena itu kan mereka lihat sebagai hari bagus, maka hampir semua kegiatan Rambu Tuka diadakan pada hari Sabtu, seperti pernikahan, pendirian rumah, pentahbisan rumah. Ada juga hari lain, tapi yang dominan saya lihat adalah hari Sabtu. P Untuk tahapan-tahapan ini juga kebanyakan hari Sabtu? N Oh tidak tidak. Mereka lihat hari dan jam begitu, kecuali proses yang utama itu, menebang, mendirikan, memasang atap nah itu mereka betul-betul lihat hari yang dominan bagus. P Kalau untuk yang tau hari baik itu ga banyak? N Ada kemungkinan satu dusun itu gak ada. Jadi misalnya dusun saya, itu gak ada maka ke dusun tetangga. P Oohh semisal belum dapat hari baik, berarti pembangunannya tidak bisa dilanjutkan? N Iya harus menunggu hari yang bagus. P Berarti ini juga dirundingkan pas musyawarah di awal ya pak? Mengenai tukang, orang yang menentukan hari baik dan sebagainya? N Kalau tukang itu biasa yang cari tuan rumah, namun kalau tahapan tahapan itu memang harus dirundingkan dan selalu ditanya kepada orang yang pintar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Berdasarkan hasil wawancara dengan budayawan letak pembangunan Tongkonan biasanya masih di lahan yang sama dengan Tongkonan sebelumnya. Kalaupun ingin menggeser posisinya, dapat digeser dengan jarak yang bebas namun harus bergeser ke Timur dari Tongkonan yang lama. Di sisi lain, jika keluarga sepakat untuk membangun Tongkonan di lahan yang berbeda (pindah lokasi), maka perlu persetujuan dari tau Tongkonan (semua warga Tongkonan) dan membawa sedikit tanah dari daerah Tongkonan lama ke daerah Tongkonan baru akan dibangun (sebagai simbol). Selanjutnya, dalam proses mendirikan rumah perlu melihat hari baik. Setelah semua bahan siap dan kayu telah dilubangi, maka tiang akan didirikan sesuai dengan hari baik yang waktunya ditentukan oleh para tetua (ahli). Sehingga proses pengerjaan tomanarang (pembuat Tongkonan) juga bergantung pada hari baik. Penentuan hari baik dalam proses pembangunan hanya dapat dilakukan oleh beberapa orang yang ahli dan dianggap memiliki karunia dari yang Maha Kuasa. Dahulu, semua tahap pembangunan dilakukan dengan melihat hari baik. Namun sekarang hanya beberapa kegiatan saja yang dilakukan dengan melihat hari baik, seperti menebang kayu, mendirikan rumah, dan memasang atap. b. Berikut hasil wawancara dengan tuan rumah terkait tahap mendirikan rumah. P Nah kan kayu sudah siap, apa mi yang pertama dikerjakan oleh tukang itu? N Pertama dikerja itu adalah tiang. Jadi tiang itu dikerja dengan rangkaian-rangkaiannya jadi kalau sudah dirakit – rakit dikerja, nah dikasih berdiri mi. p Itu dirakit bagaimana? N Oh itu kan dipahat itu bikin lobang, kemudian dirangkai artinya kan ada tuh tiang tiang besar itu artinya kan disatukan dengan tiang-tiang lain dengan menggunakan kayu yang khusus, yang habis dipahat dikasih masuk ke dalam toh supaya tidak terpisah – pisah maksudnya. Nah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

setelah semua itu dipahat, nah dirangkai dengan kayu yang khusus tadi itu nah dikasih berdiri mi. Nah kalau sudah berdiri itu tiang, nah baru dikasih masuk mi satu persatu. Itu tiang dikasih berdiri di atas batu. Sekarang itu pada umumnya tongkonan dibuatkan pondasi seperti rumah biasa. Kayunya sudah dirangkai lalu dikasih berdiri di atas pondasi. Dirangkai pertama sebelah barat, timur, selatan, utara. Itu dirangkai khusus, sebelah barat dirangkai satu bagian, satu bagian dirangkai khusus, nah kalau dikasih berdiri itu, yang pertama dikasih berdiri adalah bagian barat, memang banyak orang yang kasih berdiri bisa satu kampung, gotong royong. Sekitar ratusan orang. Tukangnya paling banyak biasa sepuluh orang. Nah kalau mau mi dikasih berdiri itu rumah nah itu digotong royong satu kampung. Setelah barat, kemudian timur, kemudian selatan, nah menutup bagian utara. Nah tiang sudah berdiri. Setelah tiang sudah berdiri, sudah dirangkai dan sudah kokoh, tiang itu hanya sampai di lantai. Nanti yang naik adalah dinding. Dinding itu kan yang mengikat dinding satu sama lain ada yang namanya manangga. Nah itulah yang mengikat dinding supaya tidak lepas. Supaya dinding tidak berhamburan. Ada di lubang kemudian dimasukkan pinggir dinding, pinggir kiri kanan. Biasa dikilang, tidak ada yang dibikin luar tidak ada yang dibikin dalam artinya sama sama lah. Memang susah untuk di indonesiakan itu, itu dinding dari papan. Dikasih berdiri. Kan ada ukuran ukuran tertentu. Lebar per lembar papan biasa minimal 40 cm. atau ada yang 60 cm. panjangnya itu sekitar 1,5 meter. Itu dinding lembaran papan. Nah itu juga yang tempat masukan dinding terbuat dari lembaran papan namun lebih tebal. Kalau dinding itu tebalnya 1,5 cm tetapi kalau tempatnya mengikat dinding sekitar 2 cm. ini ukuran rumah yang dibicarakan rumah tongkonan 5 meter. Kemudian panjangnya sekitar 9 m. itu artinya berkisar 4,5 x 9 atau 5 x 9 kan sama dengan ukuran rumah biasa. Tetapi kalau rumah tongkonan lebarnya tidak terlalu lebar. Biasa panjang 2 x lebar. Misalnya, panjangnya 4 meter (minimal) lebarnya 8 meter. 4 x 8 meter. Artinya lebar sekali kalau 6 meter, dari kisaran 4 m, 4,5 m dan 5 m. Dinding di pasang vertikal dengan menggunakan papan yang lebih tebal untuk dimasukan agar dinding tidak berhambur. Itu dinding biasa juga dipasang horizontal. Yang pada umumnya dipasang vertikal ada dinding lumbung. Kalau dinding rumah Tongkonan biasa dipasang horizon. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Kemudian, tempat untuk memasang atau memasukkan dinding dipasang vertikal (mananga) itu yang agak tebal. Nah, kalau diujung tiang itu masih ada kayu khusus untuk tempat berdiri yang namanya mananga. Untuk kasih berdiri mananga berupa balok berukuran sepanjang rumah atau lebar rumah, mengelilingi tongkonan jadi empat potong itu balok khusus. Kemudian ada lagi balok di atasnya. Itu tempat mananga, dimasukan mananga di bagian atas dan bawah mananga, sehingga dia yang mengikat dinding. Kalau di dalam rumah tembok biasanya itu namanya ring balok. Yang dibawah namanya slop. Kemudian yang di atas yang mengikat batu bata kuat namanya ring balok. Jadi ring balok dan slop itu pasangan. Satu di atas dan satu di bawah. Begitu juga dengan rumah tongkonan. Berdasarkan hasil wawancara dengan tuan rumah mendirikan rumah dimulai dari tiang bawah rumah, yang mana kayu yang telah dilubangi kemudian dirakit dan bersama-sama ditegakkan mulai dari Barat, Timur, Selatan, dan Utara. Tiang didirikan di atas pondasi.

Gambar 4.1 Detail Tiang Kolong Tongkonan. Sumber: Buku Arsitektur Tradisional Toraja

Gambar 4.2 Detail Tiang Kolong Tongkonan. Sumber: tindaktandukarsitek.com PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Setelah bagian tiang bawah selesai, selanjutnya adalah bagian badan rumah, yaitu lantai dan dinding. Lantai Tongkonan terbuat dari lembaran papan yang terletak bebas di atas balok-balok lantai tanpa diikat atau dipaku. Hubungan antara beban lantai tersebut tidak dibuat alur dan lidah, artinya hanya diletakkan bebas sejajar hingga lantainya penuh. Balok-balok lantai yang dipasang membujur dan melintang tanpa dilengkapi alat penyambung. Balok-balok lantai dipasang membujur dan melintang tanpa dilengkapi alat penyambung. Jarak antar balok disesuaikan dengan jarak antar tiang. Diantara kedua deretan balok akan dipasang lagi balok.

Gambar 4.3 Detail Lantai Tongkonan. Sumber: Buku Arsitektur Tradisional Toraja

Selanjutnya konstruksi dinding. Lebar per lembar papan biasa minimal 40 cm atau ada yang 60 cm. Panjangnya itu sekitar 1,5 meter. Kemudian, tempat masukan dinding terbuat dari lembaran papan juga namun lebih tebal, misalnya ukuran setebal 1,5 cm, maka tempat untuk mengikat dinding berukuran sekitar 2 cm. Ini untuk ukuran rumah Tongkonan 5 m x 9 m atau berkisar 4,5 m x 9 m. Biasanya ukuran panjang Tongkonan itu sama dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

2 x lebarnya, misalnya, panjang Tongkonannya 4 meter (minimal), maka lebarnya sekitar 8 meter atau ukurannya 4m x 8 m. Bagian dinding dimulai dengan membuat kerangka dinding dengan ukuran tertentu yang berfungsi sebagai rangka penerus dari tiang yang memikul bebas atap. Sebagai dinding pengisi, akan dipasang lembaran papan yang tebal. Pemasangan papan rangka dan papan pengisi ini dilakukan dengan cara memasang berderet menggunakan sistem alur lidah.

Sistem alur lidah

Gambar 4.4 Detail Dinding Tongkonan. Sumber: Buku Arsitektur Tradisional Toraja

Gambar 4.5 Detail Dinding Tongkonan. Sumber: phinemo.com PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

c. Berikut hasil wawancara dengan tomanarang (pembuat Tongkonan) terkait tahap mendirikan rumah. P Tahap tahap membangun Tongkonan itu bagaimana ya Pak? N Pokoknya pertama itu kan biasa tiang dulu yang dibikin toh. Biasa juga orang itu kan kalau pertama itu lihat hari bagus untuk pahat tiang atau ketam tiang. Biasa juga kalau pasang atap lihat hari bagus, sama juga anak atap ke atas itu lihat hari bagus. P Berarti semua kayu sudah dipahat baru dirakit? N Iya iya pokoknya kayunya sudah dipahat semua baru di diketam semua, baru dirakit, baru diukir. Tapi biasa juga dipasang dulu baru diukir di atas. P Nah kan kalau bangun Tongkonan buat bagian kolong dulu. N Pokoknya buat pondasi dulu. Tergantung dari orangnya dia bilang ukurannya berapa, baru kita buat. Tempat tiang di bawah itu harus dipondasi dulu, supaya jangan turun karena berat itu rumah. P Untuk jumlah tiang di bawah itu berapa pak? N Oh kalau tiang itu 23 semuanya ya biasanya itu. Kalau dulu 25 kalau sekarang 23 karena sudah dikurangi di mukanya, jadi cuman 3 di muka. P Biasa dilihat dari lebarnya di depannya itu berapa tiang pak. N Di depannya itu biasa 3, lalu terus kedua masuknya itu 5, lalu yang dibelakang 5. Nah kan ada yang tengahnya, kalau dilihat dari samping itu 9. Kan ada yang kosong di dalam biasa ditempati orang kerbau. Sisanya disamping atau dipinggir. P Untuk jarak antar tiang ada ga sih pak? N Ada-ada pokoknya panjang rumah itu dibagi banyak tiang. P Tahapan kayu yang dipasang itu apa aja ya pak? N Eee yang pertama tiang, kedua namanya pangosokan. Pertama itu dulu tiang, baru pangosokan, sesudah pangosokan itu Tampang anging, sesudah itu dinding sama sangkinan pendek mau mi dikasih naik itu. Dikasih masuk dulu sulu tangki balla, terus busu busu, busu busu tangki balla, selesai itu dinding lagi sama tangkinan dikasih masuk lagi, di atas lagi tiasa manglebu. Terus e sambo topong dulu baru sambu rinding e sudah itu kasih masuk jok para, baru tedang sama sodo itu bersamaan itu, karena kayak segitiga kan itu toh. Setelah itu kadang para, terus petuo (masih bagian badan) sama kaso kalena yang panjang itu, sesudah itu kadang pamiring, baru pamiring te’de’, terus kasih masuk busu busu baru rampangan longa sesudah itu rampangan sapi, lalu panampun di atas, panampun longa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

sama kaso longa yang tempat ikat bambu-bambu yang kecil. Ee sudah itu kanopi yang dipasang itu yang bambu itu. Berdasarkan hasil wawancara dengan tomanarang (pembuat Tongkonan), tahap yang dilakukan saat mendirikan tongkonan adalah membuat pondasi yang ukurannya disesuaikan dengan permintaan tuan rumah. Selanjutnya, membuat bagian tiang yaitu mengetam, merakit dan mengukir tiang. Untuk melakukan kegiatan ini biasanya tuan rumah dan t tomanarang (pembuat Tongkonan) akan melihat hari bagus. Jumlah tiang penyangga badan rumah yang awalnya 25 sekarang biasanya sebanyak 23. Posisi tiang berjumlah 25 dan 23 hampir sama, hanya tiang bagian depan rumah yang awalnya berjumlah 5 lalu dikurangi 2 tiang, sehingga jumlah seluruhnya menjadi 23 tiang.

Gambar 4.6 Posisi Tiang Berjumlah 25 Tampak Atas. Sumber: Pribadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Gambar 4.7 Posisi Tiang Berjumlah 23 Tampak Atas. Sumber: Pribadi Setelah bagian tiang selesai, dilanjutkan ke bagian badan dan atap. Untuk urutan kayu yang dipasang yaitu: tiang, pangosokan, tampang anging, dinding, sullu tangki balla, busu busu tangki balla, dinding dan tangkinan. Setelah itu, tiasa manglebu, sambo topong, sambu rinding, jok para, tedang dan sodo (bersamaan). Selanjutnya, kadang para, terus petuo (masih bagian badan), kaso kalena, kadang pamiring, pamiring te’de’, busu busu, rampangan longa, rampangan sapi, panampun longa, kaso longa, kanopi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Gambar 4.8 Rumah Tongkonan Tampak Depan. Sumber: seminar.iplbi.or.id

Gambar 4.9 Irisan Memanjang Rumah Tongkonan. Sumber: seminar.iplbi.or.id

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Gambar 4.10 Irisan Melintang Rumah Tongkonan. Sumber: seminar.iplbi.or.id Kesimpulan: Berdasarkan hasil wawancara dengan budayawan letak pembangunan Tongkonan biasanya masih di lahan yang sama dengan Tongkonan sebelumnya. Jika ingin menggeser posisinya, maka harus bergeser ke Timur dari Tongkonan yang lama. Kemudian, jika keluarga sepakat untuk membangun Tongkonan di lahan yang berbeda (pindah lokasi), maka perlu persetujuan dari tau Tongkonan (semua warga Tongkonan) dan membawa sedikit tanah dari daerah Tongkonan lama ke daerah Tongkonan baru akan dibangun (sebagai simbol). Adapun pendirian tiang Tongkonan dilakukan dengan melihat hari baik. Pertama, membuat pondasi terlebih dahulu. Selanjutnya, mengerjakan bagian tiangnya, yaitu mengetam, memahat, melubangi dan merakit tiangnya. Untuk proses mengukir tiang dapat dilakukan saat itu juga atau saat rumah sudah jadi. Setelah tiang siap, maka selanjutnya adalah mendirikan tiangnya. Pendirian tiang dimulai dari bagian Barat, Timur, Selatan, dan menutup di bagian Utara. Setelah semua bagian tiang kolong rumah sudah berdiri, selanjutnya membuat badan rumah dan yang terakhir adalah bagian atap rumah. Urutan pemasangan kayu dalam rumah adat Tongkonan, yaitu tiang, pangosokan, tampang anging, dinding, sullu tangki balla, busu busu tangki balla, dinding dan tangkinan. Setelah itu, tiasa manglebu, sambo topong, sambu rinding, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

jok para, tedang dan sodo (bersamaan). Selanjutnya, kadang para, terus petuo (masih bagian badan), kaso kalena, kadang pamiring, pamiring te’de’, busu busu, rampangan longa, rampangan sapi, panampun longa, kaso longa, kanopi. 4. Memasang Atap a. Berikut hasil wawancara dengan budayawan terkait tahap memasang atap. P Adakah alasan mengapa atap Tongkonan dibangun berbentuk seperti perahu? N Menurut ahli antropologi, nenek moyang orang toraja berasal dari Indocina daerah Yunan meninggalkan negeri mereka dengan berlayar melalui kepulauan Filipina terus ke Sulawesi dan terus menuruh pantai ke Selatan sampai di pantai muara sungai Sa’dan dan terus menyusuri sungai Sa’dan akhirnya tiba di Enrekang dan tidak dapat lagi meneruskan perjalanannya karena arus sungai yang terlalu kuat akhirnya menambat perahu mereka di pinggir sungai dan menjadikan perahu tersebut sebagai tempat tinggal selama sekian waktu. Ketika mereka membuat rumah atau mereka meniru bentuk perahu. P Terakhir mangono itu mengatur dan merampungkan atap kecil (tarampak) dan merampungkan atap besar dan sisanya dipasang pada waktunya dengan kurban seekor babi tanda bahwa semua yang dipasang dalam Tongkonan telah diselamati. Ini ritusnya masih sama atau beda? N Iya masih sama, sebelum memulai ada ritus mangono lalu dikerjakan oleh tukang dan seperti yang saya bilang tadi jadi pada saat pemasangan ini harus dilihatkan hari yang bagus karena masuk dalam salah satu tahapan yang penting. P Atap dulu ya pak baru A’riri posi? N Ya jadi semua sudah terpasang A’riri posi. Kan begini A’riri posi kan semua tidak punya hanya rumah yang sudah diperoki yang mungkin memiliki A’riri posi. Nah untuk rumah yang punya A’riri posi ini yang terakhir. Tapi kalau tidak punya A’riri posi tahap terakhirnya ya pasang atap. Berdasarkan hasil wawancara dengan budayawan, atap Tongkonan berbentuk perahu. Menurut ahli, nenek moyang orang Toraja meninggalkan negeri mereka dengan berlayar hingga akhirnya tiba di Enrekang dan tidak dapat lagi meneruskan perjalanannya karena arus sungai yang terlalu kuat akhirnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

mereka menambat perahunya di pinggir sungai dan menjadikan perahu tersebut sebagai tempat tinggal selama sekian waktu. Akhirnya. Ketika mereka membuat rumah mereka meniru bentuk perahu. Adapun pemasangan atap perlu melihat hari baik. Dalam tahap ini seekor babi dikurbankan sebagai tanda bahwa bahan yang digunakan untuk membuat rumah Tongkonan, termasuk atapnya telah diselamati. b. Berikut hasil wawancara dengan tuan rumah terkait tahap memasang atap. P Bagaimana dengan atapnya? N Sebelum pasang atap kan ada itu yang namanya pasang kasau. Jadi rangka atapnya itu ada kasau, ada reng itukan dirangkai itu. Jadi kalau pasang kasau di atasnya pakai reng, nah reng inilah tempat memasang seng untuk dipaku. Itu cara pasang atap dengan rumah biasa sama saja. Cuman bentuknya itu berbeda. Tapi cara pasangnya sama: pasang kasau, pasang reng, lalu pasang atap baru dipaku. Kalau selesai pasang seng, lalu ditutup dengan bubungan untuk menutup diatasnya agar air tidak masuk ke dalam rumah. Berdasarkan hasil wawancara dengan tuan rumah, pada tahap ini terlebih dahulu akan dirangkai rangka atap dengan menggunakan kasau dan reng dengan bentuk rangkaiannya menyerupai perahu. Pertama, dimulai dengan pemasangan kasau, lalu reng yang menjadi tumpuan langsung penutup atap seng untuk dipaku. Selanjutnya bagian atap akan ditutup dengan bubungan atap. c. Berikut hasil wawancara dengan tomanarang (pembuat Tongkonan) terkait tahap memasang atap. P Setelah itu bagaimana Pak? N Baru mi dipasang rangka atapnya itu. Biasa juga kalau rumah adat Toraja biasa kalau sudah pasang panopi, pasang anak atap dulu baru pasang balok balok sama reng, baru pasang atapnya. Kalau eran (tangga) dipasang kalau sudah pasang lantai. Biasanya itu kalau sudah pasang atap, baru pasang eran (tangga). Biasa terakhir itu dipasang, kan dipasang itu lantai baru ditaruh di atas lantai itu erannya kan. Kalau sudah pasang atap baru pasang Tulak somba, baru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

kalau sudah semua itu sudah diukir baru dipasang kabongo. Biasa kalau mau syukuran juga baru dipasang kabongo nya. Ada juga yang bersamaan dengan A’riri posi. Ada juga yang dipasang kabongo dulu baru A’riri posi. Tergantung dari tuan rumah itu. Berdasarkan hasil wawancara dengan tomanarang (pembuat Tongkonan), pada tahap memasang atap, awalnya dipasang dahulu rangka atap yang terdiri dari balok dan reng. Umumnya, rumah adat Toraja akan dipasangi, kanopi, anak atap, kemudian balok dan reng. Adapun pemasangan kabongo (hiasan berbentu kepala kerbau dengan memakai tanduk asli) dan tiang A’riri posi dipasang sesuai dengan arahan dari tuan rumah. Kesimpulan: Memasang atap dilakukan dengan melihat hari baik. Pemasangan atap dimulai dari membuat rangka atap setelah kanopi terpasang, selanjutnya anak atap, kemudian kaso atau bisa balok dan reng. Setelah reng terpasang, selanjutnya adalah memaku seng sebagai penutup bagian atap. Adapun bentuk atap rumah Tongkonan menyerupai perahu. Menurut ahli, nenek moyang orang Toraja meninggalkan negeri mereka dengan berlayar hingga akhirnya tiba di Enrekang dan tidak dapat lagi meneruskan perjalanannya karena arus sungai yang terlalu kuat akhirnya mereka menambat perahunya di pinggir sungai dan menjadikan perahu tersebut sebagai tempat tinggal selama sekian waktu. Akhirnya. Ketika mereka membuat rumah mereka meniru bentuk perahu. 5. Memasang Tiang A’riri posi. a. Berikut hasil wawancara dengan budayawan terkait tahap memasang tiang A’riri posi P Ma’ariri posi mendirikan tiang tengah. A’riri posi itu dipasang kapan, Pak? N Dia yang paling terakhir ketika rumah sudah benar-benar selesai itu juga dirayakan bukan lagi besar besaran tetapi khusus dan pada saat itu harus ada babi dipotong. Yang pasang tukang. Tetapi sebelum dipasang a’riri posi digotong PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

keliling rumah tiga kali. Yang pasti di mulai kalau nda Utara, Timur. Saat berkeliling orang berteriak “bai pua, bai pua, bai pua”. Secara logika berlawan arah jarum jam (dugaan). Tapi saya kira karena ini menyangkut kehidupan maka Timur atau Utara dan berlawanan arah jarum jam. Yang angkat siapa saja yang hadir. Itu pohonnya diangkut sesuai dengan pada saat pohon itu tumbuh. Orang di depan memegang bagian pangkal. Karena kalau misalnya menyangkut kehidupan harus begitu. P Berarti setelah diputar, dimasukan ke tengah dibongkar? N Tidak dibongkar, sudah ada tempatnya. Lewat kolong itu bukan di atas. Jadi pas ditengah, kan Tongkonan itu kan terdiri dari tiga ruangan. Kalau kamar sebelah Utara itu paluang, tengah itu Sali, Selatan itu sumbung. Nah pas di bagian tengah itu dipasang dari bawah tapi hanya di kolong nda muncul di kamar, tapi dia juga tidak menyentuh lantai, karena kan ada kayu membentang dari Timur ke Barat nah dilekatkan ke situ. Jadi misalnya tinggi kolong rumah 2 meter atau dua setengah meter maka sepanjang itu lah. Karena itu apa? Karena itu kan predikat sebuah rumah, jadi kalau orang liat itu di putar keliling maka orang tau oh ini bukan Tongkonan biasa ini Tongkonan besar. Karena pemasangan tiang itu hanya bisa dipasang jika rumah itu sudah pernah diperokki kalau belum, belum bisa dipasang. Berdasarkan hasil wawancara dengan budayawan, sebelum tiang A’riri posi dipasang, tiang ini akan digotong keliling rumah tiga kali dimulai dari Utara atau Timur dan berlawanan arah jarum jam. Saat berkeliling orang-orang yang menggotong tiang tersebut berteriak “bai pua, bai pua, bai pua”, artinya “babi besar, babi besar, babi besar”. Pohon yang diangkut sesuai dengan pada saat pohon itu tumbuh karena hal ini menyangkut kehidupan manusia, artinya orang yang menggotong paling di depan akan memegang bagian pangkal. b. Berikut hasil wawancara dengan tuan rumah terkait tahap memasang tiang A’riri posi P Apa itu tiang A’riri posi? N Oh itu tiang tengah. Jadi rumah yang menggunakan a’riri posi itu tidak semua pakai arir’ri posi karena itu Tongkonan besar itu yang biasanya pakai. Biasa Layuk yang pakai. Sama dengan yang di Mampa itu ada A’riri posinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

P Kalau menggunaan A’riri posi, bagaimana mendirikannya? N Sama dikasih berdiri kaya tiang. Hanya paling akhir itu jika rumah sudah selesai. Berdasarkan hasil wawancara dengan Tuan rumah, tiang A’riri posi tidak terdapat di setiap rumah Tongkonan, hanya Tongkonan besar atau tingkat atas yang memiliki tiang ini, seperti Tongkonan Layuk (Tongkonan tingkat atas atau kelas satu: Tongkonan yang pertama kali menjadi pusat pemerintahan dan kekuasaan dengan peraturan adat Toraja zaman dahulu). Pemasangan tiang A’riri posi seperti tiang lainnya, yaitu di berdirikan. Namun, tiang ini dipasang terakhir saat rumah sudah selesai dibangun. c. Berikut hasil wawancara dengan tomanarang (pembuat Tongkonan) terkait tahap memasang tiang A’riri posi P Kalau yang a’riri posi itu pak? N Biasanya itu, kalau dikasih berdiri itu kalau rumah sudah mau syukuran baru dikasih masuk itu. Dikasih masuk dari bawah kolong. Biasanya itu orang mabugi. P Nanti itu tukang dipanggil lagi ya pak? N Iya nanti kan kalau orang mangrara itu kan biasa tukang ada itu tukang yang pertama dikasih daging gitu. Kalau mangrara itu kan pertama itu ada bagiannya tukang itu toh, jadi harus datang orangnya Berdasarkan hasil wawancara dengan tomanarang (pembuat Tongkonan), diperoleh informasi bahwa tiang A’riri posi dipasang saat rumah sudah selesai dan akan diadakan syukuran. Para tomanarang (pembuat Tongkonan) tetap ikut berpartisipasi dalam pemasangan tiang A’riri posi ini. Pemasangan dilakukan melalui kolong bawah dan sebelum dipasang, biasanya masyarakat akan mabugi terlebih dahulu. Mabugi adalah upacara adat yang terdiri dari prosesi tarian/nyanyian yang dilaksanakan dalam upacara syukur. Kesimpulan: Memasang tiang A’riri posi dilakukan saat rumah telah selesai dan akan diadakan syukuran. Keluarga dan tomanarang (pembuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Tongkonan) akan diundang dalam acara tersebut. Dalam acara tersebut masyarakat biasanya mabugi. Adapun sebelum memasang tiang A’riri posi, biasanya tiang akan digotong mengelilingi rumah sebanyak 3 kali berlawanan arah jarum jam dan dimulai dari Utara atau Timur. Setelah itu, tiang tersebut dipasang melalui kolong rumah, tepat ditengah rumah. Tiang A’riri posi tidak dapat dipasang di sembarang Tongkonan, artinya hanya Tongkonan tertentu yang memiliki A’riri posi, seperti Tongkonan Layuk. Tongkonan layuk adalah Tongkonan tingkat atas yang pertama kali memiliki peran sebagai pusat pemerintahan dan kekuasaan dengan peraturan adat Toraja zaman dahulu.

B. Analisis Aktivitas Bishop dalam Tahap Pembangunan Tongkonan Bishop (1988:99) mengidentifikasi ada enam aktivitas fundamental matematis yang bisa ditemukan pada setiap kelompok budaya, yaitu counting (menghitung/membilang), locating (menentukan lokasi), measuring (mengukur), designing (mendesain), playing (bermain), dan explaining (menjelaskan). Berikut adalah tabel analisis aktivitas Bishop dalam tahap pembangunan Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. Tabel 4.1 Analisis Aktivitas Bishop dalam Tahap Pembangunan Tongkonan Aktivitas Tahap Penjelasan Menghitung / Mangrimpung 1. Proses tawar menawar Membilang (Menghimpun biaya pengerjaan tukang - Kuantifikasi Kerabat dan yang membangun rumah (seekor kerbau, Keluarga Untuk Tongkonan dengan dua seekor babi) Melakukan cara, yaitu langsung - Nama-nama Musyawarah menyebutkan nominalnya, bilangan (satu, Sebelum seperti Rp10.000.0000,00 tiga, lima, dua Membangun atau menaksir dengan puluh tiga, dua Tongkonan) harga kerbau di pasar, puluh lima, seperti biaya pengerjaan sepuluh juta) rumah Tongkonan seharga kerbau Saleko maka saat akan dibayar, tukang dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

- Operasi bilangan tuan rumah pergi ke pasar (pembagian) untuk mengecek harga - Penaksiran kerbau Saleko saat itu, dan (menaksir biaya selanjutnya tukang akan tukang untuk dibayar seharga kerbau pembuatan Saleko saat itu juga. Tongkonan 2. Jumlah tiang bawah dengan harga Tongkonan awalnya 25 kerbau) menjadi 23 tiang, di mana - Pecahan ada 3 tiang yang terlihat (seperdua, dari depan rumah. seperempat) 3. Saat membeli babi mungkin untuk keperluan dikurbankan dapat juga menggunakan sistem ini, yaitu satu ekor babi dibeli dengan sangtepo (seperempat) kerbau, atau sangsese (seperdua) kerbau. Misalnya, seekor babi dijual seharga sangtepo tedong sapala’ (seperempat harga kerbau yang ukuran tanduknya sampai di telapak kita). Pada saat seseorang ingin membeli babi tersebut, mereka akan pergi ke pasar untuk melihat harga tedong sapala’ dan membayar kepada si penjual babi seharga seperempat dari harga satu tedong sapala’. Mendirikan Rumah 1. Jarak antar tiang bawah yaitu panjang rumah Tongkonan dibagi jumlah tiang. Menentukan Lokasi Mengumpulkan 1. Ramuan Atau bahan kayu - Navigasi kompas bahan atau ramuan yang diambil dari hutan, (Utara, Timur, ketika ditebang pohonnya Selatan, Barat) harus jatuh ke Timur atau Utara dan tidak boleh ke Selatan dan Barat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

- Jarak (jarak antar Mendirikan rumah 1. Saat mendirikan rumah tiang). Tongkonan di halaman yang sama, posisi Tongkonan baru tidak harus di tempat yang sama persis dengan Tongkonan yang sebelumnya. Artinya, bagian depan Tongkonan yang baru tetap menghadap ke arah Utara namun posisi/letak Tongkonan yang baru tersebut boleh berubah atau bergeser, tetapi bergesernya tidak boleh ke arah Barat melainkan harus ke arah Timur. 2. Tiang bawah rumah Tongkonan dirangkai dan diberdirikan dari bagian sebelah barat, timur, selatan, utara. 3. Jarak antar tiang bawah yaitu panjang rumah Tongkonan dibagi jumlah tiang. Memasang Tiang 1. Sebelum memasang tiang A’riri posi A’riri posi, biasanya tiang akan digotong mengelilingi rumah sebanyak 3 kali berlawanan arah jarum jam dan dimulai dari Utara atau Timur. Mengukur Mendirikan Rumah 1. Dinding berupa lembaran - Panjang papan yang lebarnya (mengukur berukuran minimal 40 cm panjang tanduk atau 60 cm dengan panjang kerbau, ukuran sekitar 1,5 meter. Misalkan papan, tiang dinding pengisi memiliki A’riri posi, tebal sekitar 1,5 cm, maka ukuran rumah tempat memasukkan Tongkonan) dinding yang juga berupa papan (tempat mengikat dinding) akan lebih tebal, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

- Tipis, tebal yaitu sekitar 2 cm. Ukuran (dinding pengisi ini biasanya untuk ukuran lebih tipis dari rumah Tongkonan 5 meter tempat papan) dan panjang sekitar 9 meter atau ukurannya berkisar 4,5 m x 9 m atau 5 m x 9 m. Adapun ukuran panjang rumah Tongkonan biasanya 2 x lebarnya, misalnya sebuah rumah Tongkonan memiliki panjang 4 meter (minimal), maka lebarnya sekitar 8 meter atau 4 x 8 meter. Memasang Tiang 1. Misalnya tinggi kolong A’riri posi rumah 2 meter atau dua setengah meter maka kira- kira sepanjang itu lah tiang A’riri posi yang akan dipasang. Mendesain Mendirikan rumah 1. Ukuran lebar rumah - Bentuk (atap Tongkonan biasanya 2 x seperti perahu, panjangnya. Hingga bentuk badan rumah badannya adalah balok. seperti balok, 2. Memahat kayu untuk bagian longa membuat lobang, agar seperti segitiga, tiang tiang besar dapat ukirannya ada dipasak / disatukan dengan yang berbentuk tiang-tiang lain dengan lingkaran) menggunakan kayu khusus - Objek yang lainnya (dikasih masuk ke dibandingkan dalam lubang) agar oleh sifat: besar tiangnya tidak saling (tiang dan atap) terpisah. Kesebangunan Memasang Atap 1. Menurut ahli antropologi, dan nenek moyang orang kekongruenan Toraja berasal dari (segitiga di Indocina daerah Yunan. bagian longa Mereka meninggalkan Tongkonan) negeri asalnya dengan berlayar melalui kepulauan Filipina menuju ke Sulawesi dan terus menyusuri pantai ke PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Selatan sampai di pantai muara sungai Sa’dan. Kemudian, mereka terus menyusuri sungai Sa’dan akhirnya tiba di Enrekang. Namun, mereka tidak dapat lagi meneruskan perjalanannya karena arus sungai yang terlalu kuat akhirnya menambat perahu mereka di pinggir sungai dan menjadikan perahu tersebut sebagai tempat tinggal selama sekian waktu. Ketika mereka membuat rumah, mereka meniru bentuk perahu. Hingga saat ini atap Tongkonan masih berbentuk perahu. 2. Bagian atap Tongkonan ada yang berbentuk dua segitiga siku-siku yang sama besar. 3. Mangono adalah mengatur dan merampungkan atap kecil (tarampak) dan merampungkan atap besar serta sisanya dipasang pada waktunya. Menjelaskan Mangrimpung 1. Biaya seekor kerbau sama - (penjelasan (Menghimpun dengan seperempat harga simbolik: Kerabat dan kerbau sangpala’ dapat persamaan, Keluarga Untuk menjelaskan simbol pertidaksamaan, Melakukan persamaan, fungsi satu fungsi); Musyawarah variabel, grafik fungsi satu - figural Sebelum variabel) explanations: Membangun graphs diagrams Tongkonan) charts matrices Memasang atap 2. Bentuk atap rumah (penjelasan Tongkonan dapat bentuk: grafik) menjelaskan fungsi kuadrat dan grafik fungsi kuadrat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

C. Fungsi Tongkonan Pada bagian ini, peneliti akan menyajikan hasil wawancara dengan budayawan, tuan rumah dan tomanarang (pembuat Tongkonan) yang berkaitan dengan fungsi Tongkonan bagi masyarakat suku Toraja. Selanjutnya, peneliti akan mendeskripsikan hasil wawancara dengan ketiga subjek penelitian tersebut dan menuliskan kesimpulan untuk setiap fungsi Tongkonan bagi masyarakat suku Toraja. a. Berikut hasil wawancara dengan budayawan terkait fungsi Tongkonan. P Apa fungsi rumah Tongkonan bagi orang Toraja? N Fungsi tongkonan bagi orang Toraja. 1. Sebagai simbol strata sosial bagi semua rumpun keluarga Tongkonan itu. 2. Sebagai pemersatu seluruh rumpun keluarga dari Tongkonan itu. 3. Sebagai pusat pelaksanaan upacara dan tempat musyawarah. P Bagaimana penjelasan strata sosial yang ada di Toraja? N Strata sosial di Toraja sangat membatasi beberapa hal yaitu mana yang bisa dilakukan atau mana yang tidak bisa dilakukan. P Oh begitu pak. Lalu berkaitan dengan strata sosial, apakah penjelasannya sebagai berikut? Atau bapak memiliki penjelasan yang berbeda.

N Ya cocok. P Apa yang menjadikan Tongkonan itu bisa menunjukkan status sosial seseorang? Mungkin ukirannya atau bagian apa dari Tongkonan? Mohon penjelasan dan contohnya. N Faktor yang menentukan status sosial pada Tongkonan adalah ukiran dan aksesorisnya seperti kabongo’, A’riri posi’ dan jumlah tiangnya. P Bisa diberikan contoh ukiran apa yang dapat menunjukkan status Tongkonan? dan jumlah tiang maksudnya bagaimana ya Pak? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

N Ada dua yang paling inti yaitu ayam jantan berwarna putih yang terdapat di dinding Tongkonan dan Pa’erongí. Mudah-mudahan saya bisa dapat foto itu Pa’erong lalu saya kirim. Jumlah tiang paling kurang 27 dan bisa juga 32. P Untuk yang ayam jantan itu apakah ukirannya seperti ini, Pak?

Lalu apakah benar ini yang Pa’erong?

N Ya betul. P Jenis kedua ukiran di Tongkonan tersebut (ayam jantan dan Pa’erong) menunjukkan status sosial apa, Pak? N Kelas atas yang disebut Tana’bulaan. P Lalu yang jumlah tiang 27 dan 32 itu untuk status yang mana, Pak? N Keduanya milik bangsawan. P Oh berarti kalau tambah tiang A’riri posinya jadi 28 dan 33 ya, Pak? N Ya. Tapi A’riri posi tidak diinklusifkan dalam hitungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan budayawan mengenai fungsi Tongkonan diperoleh informasi bahwa fungsi Tongkonan, yaitu sebagai simbol strata sosial bagi semua rumpun keluarga Tongkonan itu, sebagai pemersatu seluruh rumpun keluarga dari Tongkonan itu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

sebagai pusat pelaksanaan upacara dan sebagai tempat musyawarah. Berkaitan dengan strata sosial ada empat pembagian strata sosial di Toraja, yaitu: (1) Tana’ bulaan, yaitu lapisan bangsawan tinggi sebagai pewaris yang dapat menerima sukaran aluk, yakni kepercayaan untuk dapat mengatur dan memimpin agama. (2) Tana’ bassi, yaitu lapisan bangsawan menengah sebagai pewaris yang dapat menerima kepercayaan untuk mengatur kepemimpinan. (3) Tana’ karurung, yaitu lapisan rakyat kebanyakan yang tidak pernah diperintah langsung, yang dapat menerima kepercayaan sebagai tomanarang (pembuat Tongkonan) atau orang-orang terampil. (4) Tana’ kua-kua lapisan hamba sahaya sebagai pewaris yang harus menerima tanggung jawab sebagai pengabdi kepada kaum bangsawan. Selanjutnya, bagian dari Tongkonan yang dapat menunjukaan strata sosial seseorang dapat dilihat dari ukiran pada Tongkonan, ada tidaknya tiang A’riri Posi dan jumlah tiang. Salah satu contohnya, untuk kaum Tana’ bulaan biasanya memiliki ukiran ayam jantan putih dan Pa’erong di Tongkonan miliknya, memiliki ornamen kabongo’ dan jumlah tiangnya sekitar 27 atau 32 (belum termasuk tiang A’riri posi). b. Berikut hasil wawancara dengan Tuan rumah terkait fungsi Tongkonan. P Apa fungsi Tongkonan? N Sebagai tempat musyawarah: musyawarah kalau Tongkonan baru, musyawarah kalau ada upacara Rambu Tuka dan Rambu Solo. P Berarti sebagai tempat musyawarah dan tempat melaksanakan upacara adat entah itu Rambu Tuka atau Rambu Solo itu kan? N Iya. P Selain itu? N Itu aja. p Kalau dengar dari nenek perempuan bisa juga tempat menyelesaikan masalah? N Iya itu kan musyawarah. Musyawarah kalau ada masalah.. .. ee masalah warisan juga. P Berarti intinya musyawarah ya. Tempat musyawarah tentang pembangunan Tongkonan baru, musyawarah untuk menyelesaikan masalah atau pembagian warisan, atau musyawarah mau mengadakan upacara adat? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

N Iya iya. P Salah satu fungsinya adalah pembagian warisan? Bagaimana pembagian warisannya itu? N Biasanya berdasarkan silsilah. Misalkan bapak saya menikah 5 kali, maka warisannya akan dibagi 5 sama rata. Tetapi juga dilihat lagi situasinya, misalnya dari 5 istri itu mana yang punya anak lebih banyak, maka biasanya mendapat lebih banyak. Nah itu dimusyawarahkan. Tapi ada juga yang memiliki aturan yang berbeda, misalkan di kampung Mamak di Mampa, berdasarkan siapa yang paling banyak menyumbang kurban saat upacara kematian. Nanti yang paling banyak menyumbang akan mendapat warisan lebih banyak. P Berarti aturannya bisa beda-beda ya Pak? N Iya. Berdasarkan hasil wawancara dengan tuan rumah diperoleh informasi bahwa Tongkonan berfungsi sebagai tempat musyawarah tentang pembangunan Tongkonan baru, sebagai tempat musyawarah jika ingin menyelesaikan suatu masalah, sebagai tempat musyawarah tentang pembagian warisan, dan sebagai tempat musyawarah dan pusat pelaksanaan upacara adat Rambu Tuka dan Rambu Solo. Pembagian warisan yang dimusyawarahkan di dalam Tongkonan dilakukan dengan cara yang berbeda sesuai dengan hasil musyawarah dan aturan kampung, misalnya seseorang memiliki 5 istri maka warisannya dibagi 5 sama rata, bisa juga pembagiannya menjadi tidak sama rata dengan melihat banyak anak yang dilahirkan oleh setiap istri, yang mana istri dengan anak lebih banyak akan mendapat warisan yang lebih banyak pula. Aturan lain yang pernah berlaku adalah dengan melihat anggota keluarga mana yang menyumbangkan kurban paling banyak saat upacara kematian dilaksanakan, maka dia yang akan mendapat warisan lebih banyak dibandingkan anggota keluarga yang lain. Kesimpulan: Fungsi rumah adat Tongkonan bagi orang Toraja, yaitu; (1) Sebagai simbol strata sosial bagi semua rumpun keluarga Tongkonan. Ada empat pembagian strata sosial di Toraja, yaitu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

a. Tana’ bulaan: lapisan bangsawan tinggi sebagai pewaris yang dapat menerima sukaran aluk, yakni kepercayaan untuk dapat mengatur dan memimpin agama. b. Tana’ bassi: lapisan bangsawan menengah sebagai pewaris yang dapat menerima kepercayaan untuk mengatur kepemimpinan. c. Tana’ karurung: lapisan rakyat kebanyakan yang tidak pernah diperintah langsung, yang dapat menerima kepercayaan sebagai tukang atau orang-orang terampil. d. Tana’ kua-kua: lapisan hamba sahaya sebagai pewaris yang harus menerima tanggung jawab sebagai pengabdi kepada kaum bangsawan. Adapun bagian dari Tongkonan yang dapat menunjukkaan strata sosial seseorang dapat dilihat dari ukiran dan aksesoris pada Tongkonan, ada tidaknya tiang A’riri Posi dan jumlah tiang. Salah satu contohnya, untuk kaum Tana’ bulaan biasanya memiliki ornamen kabongo’, ukiran ayam jantan putih dan Pa’erong di Tongkonan miliknya dan jumlah tiangnya sekitar 27 atau 32 (belum termasuk tiang A’riri posi).

Gambar 4.11 Kabongo’. Sumber: pinterest.com

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

Gambar 4.12 Ukiran Ayam Jantan Putih. Sumber: Buku Bisikan Suci Passura’ Toraya.

Gambar 4.13 Ukiran Pa’erong. Sumber: Indonesiaterpercaya.net

Gambar 4.14 Posisi Tiang Berjumlah 27 Tampak Atas. Sumber: Pribadi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Gambar 4.15 Posisi Tiang Berjumlah 32 Tampak Atas. Sumber: Pribadi

(2) Sebagai pemersatu seluruh rumpun keluarga dari Tongkonan (3) Sebagai pusat pelaksanaan upacara adat Rambu Tuka dan Rambu Solo. (4) Sebagai tempat melakukan musyawarah. Musyawarah yang biasanya dilakukan di Tongkonan diantaranya musyawarah tentang pembangunan Tongkonan yang baru, pembagian warisan, penyelesaian masalah, dan musyawarah tentang persiapan pelaksanaan upacara adat Rambu Tuka dan Rambu Solo. Berkaitan dengan pembagian warisan yang dimusyawarahkan di dalam Tongkonan dapat dilakukan dengan cara yang berbeda sesuai dengan hasil musyawarah dan aturan kampung, misalnya seseorang memiliki 5 istri maka warisannya dibagi 5 sama rata, atau bisa juga pembagiannya menjadi tidak sama rata dengan melihat banyak anak yang dilahirkan oleh setiap istri, yang mana istri dengan anak lebih banyak akan mendapat warisan yang lebih banyak pula. Aturan lain yang pernah berlaku adalah dengan melihat anggota keluarga mana yang menyumbangkan kurban paling banyak saat upacara kematian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

dilaksanakan, maka dia yang akan mendapat warisan lebih banyak dibandingkan anggota keluarga yang lain.

D. Analisis Aktivitas Bishop dalam Fungsi Tongkonan Bishop (1988:99) mengidentifikasi ada enam aktivitas fundamental matematis yang bisa ditemukan pada setiap kelompok budaya, yaitu counting (menghitung/membilang), locating (menentukan lokasi), measuring (mengukur), designing (mendesain), playing (bermain), dan explaining (menjelaskan). Berikut adalah tabel analisis aktivitas Bishop dalam fungsi Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. Tabel 4.2 Analisis Aktivitas Bishop dalam Fungsi Tongkonan Aktivitas Fungsi Penjelasan Menghitung / Sebagai simbol strata 1. Kaum Tana’ bulaan Membilang sosial bagi semua memiliki jumlah tiang - Nama-nama rumpun keluarga Tongkonan sekitar 27 atau bilangan (27, 32) Tongkonan 32 (belum termasuk tiang - Operasi bilangan A’riri posi). (pembagian) Sebagai tempat 1. Salah satu aturan melakukan pembagian warisan, musyawarah: misalnya seseorang pembagian warisan memiliki 5 istri maka warisannya akan dibagi 5 sama rata. 2. Aturan lain terkait dengan pembagian warisan yang pernah berlaku, misalnya seorang anak memiliki 5 istri dengan kondisi masing-masing istri memiliki jumlah anak yang berbeda-beda. Pembagian warisan akan dimulai dengan mengurutkan istri yang memiliki anak terbanyak, lalu yang istri dengan anak terbanyak akan mendapat warisan lebih banyak dibandingkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

istri lainnya. Begitu juga sebaliknya. Menentukan Lokasi Sebagai simbol strata 1. Kabongo adalah salah satu - Navigasi kompas sosial bagi semua ornamen berbentuk kepala (Utara) rumpun keluarga kerbau yang biasanya - Depan Tongkonan berada di depan rumah Tongkonan bangsawan (Utara). Mendesain Sebagai simbol strata 1. Ukiran Pa’erong sebagai - Shape sosial bagi semua salah satu ukiran inti yang (segiempat, rumpun keluarga menunjukkan bahwa segitiga, oval, Tongkonan Tongkonan tersebut milik kesimetrian) bangsawan.

E. Upacara Rambu Solo di Tongkonan Pada bagian ini, peneliti akan menyajikan hasil wawancara dengan budayawan, tuan rumah dan tomanarang (pembuat Tongkonan) yang berkaitan dengan upacara adat Rambu Solo. Selanjutnya, peneliti akan mendeskripsikan hasil wawancara dengan ketiga subjek penelitian tersebut dan menuliskan kesimpulan tentang upacara adat Rambu Solo. a. Berikut hasil wawancara dengan budayawan terkait upacara adat Rambu Solo di Tongkonan P Kalau di Tongkonan kan upacara adatnya banyak ya, Pak? Termasuk Rambu Solo. Kalau Rambu Solo itu persiapannya bagaimana pak? N Persiapannya paling utama itu tempat dan atribut yang dibutuhkan. Untuk waktunya tidak ditanyakan ke orang pandai karena itu kan kematian, jadi bisa dilaksanakan sembarang hari, itu dapat pun hari bagus boleh, yang penting tidak boleh dikuburkan di hari yang sama ketika dia meninggal, karena itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

hari mulainya, untuk alasannya mengapa saya kurang tau juga alasan pastinya. P Kalau pas Rambu Solo pasti ada panitia yang menyambut tamu, konsumsi dan lain lain, itu dari keluarga kan pak? Itu penentuannya bebas? N Itu bebas, bebas. Biasanya yang menyambut tamu itu keluarga dari orang meninggal (keluarga-cucu, bisa cucu saudara) kalau keluarga inti itu mereka berada di suatu masing-masing tempat, karena setiap kali ada orang datang mereka harus bertemu dengan orang yang akan mereka tuju (anaknya atau cucunya) dan tempat itu juga ada nomornya begitu (1 2 3). Misal “kamu datang untuk siapa” terus dijawab “Marten”. Nah nanti dikasih tau, “itu di nomor 5”, maka mereka langsung menuju ke tempat Marten nomor 5 begitu. P Terus kalau Rambu Solo atributnya apa aja, pak? N Ada atribut yang sama dengan orang nikah. Misalnya kandaure, gendang. Yang sangat tidak boleh di upacara Rambu Tuka adalah gong, kaseda, karena ini untuk di upacara Rambu Solo. Kalau yang ada di Rambu Tuka ga boleh. Kaseda itu warnaya merah atau hitam, itu yang dibentangkan. Kalau di Rambu Tuka itu kuning ga boleh di Rambu Solo. Jadi ada atribut yang dua duanya boleh dipakai, ada juga yang hanya salah satu. P Mengenai kain tadi, itu kain apa sih pak? Melambangkan apa? N Kaseda itu dipasang bilamana jumlah kerbaunya minimal (kaseda yang tidak boleh diukir/polos) 3 atau 5, kalau merah sudah diukir itu minimal 7. Panjangnya tidak mempengaruhi. Hitam dan merah sama saja, kebanyakan condong ke merah karena lebih semarak. Kalau kaseda ini di pasang di depan pondok P Kalau kaseda yang dipakai keliling saat bawa mayat itu beda lagi? Kalau tidak salah itu perempuan semua yang bawa keliling? N Iya itu kaseda saat upacara kematian ya? Kalau yang itu yang bawa memang perempuan semua dan harus keluarga, kenapa perempuan? Ya karena yang menggunakan pelindung untuk jalan hanya perempuan. Ini ukirannya ga ada, polos. Kalau ini 16 kerbau ke atas baru boleh orang mati itu diarak. Ada juga yang minimal 24 tergantung masing-masing kampung. Lebih dari 24 ada yang ratusan. P Rambu Solo ini untuk siapa saja ya pak? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

N Rambu Solo terbuka untuk siapa saja, karena sesungguhnya upacara itu memberi makan untuk orang kecil. Berdasarkan hasil wawancara dengan budayawan mengenai upacara adat Rambu Solo diperoleh informasi bahwa persiapan yang paling utama sebelum melaksanakan upacara adat ini adalah tempat dan artribut yang akan digunakan. Berkaitan dengan waktu pelaksanaan tidak harus ditanyakan ke orang pandai, karena ini adalah upacara kematian maka bisa dilaksanakan pada sembarang hari. Pada upacara ini biasa terdapat panitia-panitia kecil yang berasal dari keluarga. Panitia ini terdiri dari banyak petugas, ada yang berperan sebagai penyambut tamu, bagian konsumsi, penjaga tenda, dan sebaginya. Pemilihan petugas ini pun bebas. Biasanya yang berperan sebagai penyambut tamu adalah cucu dari keluarga yang meninggal atau bisa saudara cucu dari keluarga yang meninggal). Sedangkan keluarga inti, misalnya anak dari orang yang meninggal, suami/istri akan berada di tenda yang dinamai dengan nomor-nomor yang dimulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya. Di sisi lain, terdapat atribut yang digunakan pada acara Rambu Solo dan juga digunakan di acara Rambu Tuka, misalnya acara nikahan, diantaranya kandaure dan gendang. Adapun atribut yang ada di upacara Rambu Solo namun tidak boleh digunakan di upacara Rambu Tuka, misalnya gong dan kaseda (kain berwarna merah atau hitam). Kaseda yang tidak diukir atau polus boleh dipasang jika keluarga mengurbankan kerbau minimal 3 atau 5 ekor. Sedangkan Kaseda yang diukir boleh dipasang jika keluarga mengurbankan kerbau minimal 7 ekor. Kaseda ini dipasang di bagian depan pondok. Selain itu, ada juga kaseda yang digunakan untuk melakukan perarakan keliling kampung. Kaseda ini digotong oleh kaum perempuan dari keluarga yang meninggal. Hal ini karena, masyarakat percaya bahwa sejak dulu yang menggunakan pelindung untuk jalan hanyalah perempuan, maka yang membawa kaseda ini hanyalah kaum perempuan dari keluarga yang meninggal. Kaseda ini polos dan tidak memiliki ukiran. Keluarga yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

boleh melakukan perarakan sambil membawa kaseda ini adalah keluarga yang mengorbankan minimal 16 kerbau. Di sisi lain, ada juga kampung yang memasang aturan untuk keluarga yang ingin melakukan perarakan bagi anggota keluarganya yang meninggal, minimal harus mengorbankan 24 ekor kerbau, sehingga jumlah minimal kerbau yang harus dikorbankan agar keluarga boleh melakukan perarakan keliling bagi anggota keluarganya yang meninggal akan tergantung dari masing-masing aturan kampung. Pada saat pelaksanaan upacara adat Rambu Solo dilakukan, semua warga kampung boleh ikut serta didalamnya, karena upacara ini terbuka bagi siapa saja yang ingin bergabung. b. Berikut hasil wawancara dengan Tuan rumah terkait upacara adat Rambu Solo di Tongkonan P Di Tongkonan itu upacara adat apa saja yang sudah pernah diadakan? N Ohh banyak sekali. Ada cara Rambu Solo dan acara Rambu Tuka. P Apakah waktu itu ada dibuat tenda-tenda dan nomor-nomor untuk tamu yang datang? N Iya. Semua itu antara lumbung dan rumah itu dibuat lantang. Ada sekitar berapa ya, sedangkan kelompok dikampung ini ada 30, em mungkin sekitar 40an mungkin nomornya. P Bagaimana cara penomoran lantang? Ada aturannya? N Biasanya dimulai dari lumbung. Kan ada lantang ada lumbung, nah lumbung duluan dinomori, kemudian kalau ada lantang baru dilanjutkan dengan lantang. P Urutan nomori lumbungnya bagaimana? N Biasanya itu lumbung yang paling strategis, artinya bahwa disitu dia terlihat, dia bisa melihat semua, dan paling dekat dengan orang yang meninggal. P Untuk persiapannya sendiri itu konsumsi, lantang, atributnya, dan dana. Itu untuk tiga hari ya? N Iyaa P Adakah di Rambu Solo namanya panitia begitu? Itu menentukannya bagaimana? N Iya panitia kecil itu. Ada yang bagian catat keluarga-keluarga yang bawa babi, ada yang bagian protokol, konsumsi, ada yang sambut tamu. Nentuinnya ditunjuk saja biasa dalam keluarga. P Mengapa utangnya perlu dicatat? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

N Karena itu adalah utang. Jadi siapa saja yang membawa sumbangan itu dianggap utang dan harus dikembalikan. P Itu ngembaliinnya kapan? Pas upacaranya sama atau beda? N Nah, itu juga aturannya beda-beda. Kalau di tempat saya sesuai acaranya. Misalnya dia membawa saat Rambu Solo, maka dibayar waktu dia mengadakan Rambu Solo juga. Tapia da kampung yang boleh tidak sesuai, misal dibawa waktu Rambu Solo boleh dikembalikan saat ada upacara Rambu Tuka. Jadi, dianggap sama-sama utang begitu. P Acaranya Rambu Solonya kemarin tiga hari ya, Nek? Itu ngapain aja? Hari pertamanya itu kerbau-kerbau dikumpul namanya N matammuan tedong tetapi sederhana saja. Sudah kasih tammuan tedong kita pulang makan baru itu orang mati diangkat dilumbung, sore itu dipotong kerbau satu dan kerbau satu lalu dimasak, lalu ibadah, lalu makan bersama. Hari kedua menerima tamu, lalu potong babi dan kerbau lalu dimakan sampai jam 1 mungkin, tapi kalau selesainya mungkin sampai jam 3. Hari ketiga, esoknya ada kerbau di potong, doa makan toh, lalu makan, lalu dibawa mayat ke gereja lalu dikuburkan dipatane (ada lima) P Kalau tedongnya tuh berapa banyak nek? Sama babinya juga? Terus kisaran harganya berapa? N Kalau kerbau itu kira-kira sepuluh ekor, harga per ekornya Rp16.000.000,00 – Rp32.000.000,00. Kalau babi kira-kira dua puluhan kah dengan, harga per satu ekor Rp2.000.000,00 - Rp10.000.000,00. P Nentuin harga kerbau dan babinya itu bagaimana? Pakai anggota tubuh atau bagaimana? N Biasa itu kalau kerbau pertama yang dilihat bulunya, kalau warna abu-abu itu lebih murah, yang paling mahal itu kerbau bulu putih hitam, yang bonga belang itu. Habis itu liat tanduk, itukan ukuran tanduk. P Berarti masih pakai ukuran tanduk itu juga? N Eem… P Kalau babi? N Kalau babi itu melihat besarnya saja. Sama bisanya jenis kelamin? P Jenis kelamin? N Iya biasa setelah lihat besarnya, dilihat jantan atau betina. Kalau jantan lebih mahal biasa. P Itu semua dipotong? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

N Kemarin itu tidak semua hewan yang dibeli atau dibawakan orang dipotong, eee tapi ada yang disumbangkan ke gereja untuk pembangunan jalan. P Disumbangkannya gimana? Sudah dipotong atau masih utuh? N Kemarin itu, masih bulat-bulat di kasih ke pengantar gerejanya. Nanti mereka yang mengurus itu bagaimana-bagaimananya. Tapi ada juga kalau misalnya kerbaunya hanya sedikit, nah itu dipotong lalu dagingnya di kasih ke gereja begitu. Ada juga yang memberikan bulat-bulat utuh. Berdasarkan hasil wawancara dengan tuan rumah diperoleh informasi bahwa pada Tongkonan miliknya sudah pernah dilakukan upacara adat Rambu Tuka dan Rambu Solo. Salah satu atribut yang disiapkan dalam upacara adat Rambu Solo adalah lantang atau tenda untuk para tamu. Lantang ini diberikan nomor dan didirikan di halaman Tongkonan, misalnya di antara lumbung dan rumah. Jumlah nomor yang digunakan pada lantang kira kira dari nomor 1 sampai 40. Penomoran ini dimulai dengan menomori lumbung yang paling strategis artinya, dari lumbung tersebut bisa terlihat semua orang, bisa dilihat semua orang dan paling dekat dengan orang yang meninggal. Misalkan halamannya luas dan terdapat lantang maka penomoran dilanjutkan ke lantang secara berurutan. Secara umum, yang dipersiapkan dalam upacara adat Rambu Solo adalah konsumsi, atribut dan dana. Dalam upacara ini terdapat panitia kecil yang terdiri dari beberapa anggota keluarga yang berperan sebagai protokol, pencatat keluarga-keluarga yang membawa babi, pengurus bagian konsumsi, penyambut tamu, dan sebagainya. Pencatatan keluarga-keluarga yang membawa babi, kerbau dan barang lainnya perlu dilakukan karena semua bawaan tersebut dianggap sebagai utang yang harus dikembalikan saat si pembawa mengadakan suatu upacara. Proses pengembalian utang ini juga bergantung dengan aturan kampungnya, apakah disesuaikan dengan jenis upacara adatnya atau tidak. Adapun cara menentukan panitia ini adalah bebas, tetapi biasanya akan ditunjuk orang-orang yang sudah biasa melakukan tugas tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Salah satu upacara adat Rambu Solo yang pernah dilakukan di Tongkonan ini berlangsung sekitar 3 hari dengan jumlah kerbau yang digunakan yaitu sepuluh ekor kerbau dan sekitar dua puluhan ekor babi. Adapun kisaran harga per ekor kerbau yaitu diantara Rp16.000.000,00 sampai Rp32.000.000,00. Perkiraan harga ini ditentukan dengan melihat warna bulu dan ukuran tanduk kerbau. Sedangkan kisaran harga per ekor babi yaitu diantara Rp2.000.000,00 sampai Rp10.000.000,00. Perkiraan harga babi ini ditentukan dengan melihat besar babi, kemudian melihat jenis kelamin babi tersebut, yang mana harga babi jantan akan lebih mahal daripada babi betina. Jika hewan yang dikurbankan cukup banyak, maka biasanya akan diberikan utuh ke pengantar/perwakilan gereja. Namun, jika kerbau yang dikurbankan tidak banyak, maka kerbau akan dipotong dan dagingnya akan dibagikan ke pengantar/perwakilan gereja. Adapun pelaksanaan Rambu Solo pada hari pertama, yaitu keluarga mengumpulkan kerbau-kerbau atau disebut dengan matammuan tedong. Acara ini berlangsung sederhana. Setelah matammuan tedong, keluarga pulang untuk makan bersama. Kemudian, orang yang sudah meninggal diangkat ke lumbung. Sore harinya, seekor kerbau dipotong dan dimasak. Setelah itu, akan diadakan ibadah dan makan malam bersama. Pada hari kedua, dimulai dengan acara menerima tamu. Kemudian, pemotongan babi dan kerbau, yang akan dimasak lalu disantap bersama. Acara ini berlangsung sampai sekitar pukul 13.00. Namun, ternyata benar-benar selesai sekitar pukul 15.00. Pada hari ketiga, kegiatan yang dilakukan adalah pemotongan kerbau, kemudian dilanjutkan dengan doa makan dan makan bersama. Setelah itu, orang yang meninggal dibawa ke gereja untuk didoakan. Kemudian, orang meninggal tersebut diantar dan dikuburkan di kuburan patane yang saat itu berisi empat mayat anggota keluarga lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

Kesimpulan: Secara umum, hal yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan upacara adat Rambu Solo di Tongkonan adalah perihal dana, tempat, konsumsi, dan atribut yang akan digunakan. Lantang merupakan salah satu atribut yang digunakan di upacara Rambu Solo. Lantang yang didirikan biasanya diberi nomor yang dimulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya hingga lantang terakhir. Atribut lain yang juga digunakan dalam upacara adat ini diantaranya, kandaure, gong, gendang, kaseda dan sebagainya. Di sisi lain, demi kelancaran acara biasanya terdapat sebuah panitia yang ditunjuk dari beberapa anggota keluarga. Anggota dalam panitia ini memiliki peran atau tugas sebagai protokol, pencatat keluarga yang membawa kerbau, babi, atau barang lainnya, konsumsi, penyambut tamu, penjaga lantang, dan sebagainya.

Gambar 4.16 Lantang. Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=un0z5nYm9iY

Gambar 4.17 Kandaure. Sumber: kahananingbudaya.blogspot.com PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Gambar 4.18 Gong. Sumber: patahtumbuh.com

Gambar 4.19 Kaseda. Sumber: foto.tempo.co

Penunjukkan panitia kecil ini dilakukan secara bebas, namun biasanya akan ditunjuk adalah mereka yang sudah sering berperan atau bertugas dalam upacara-upacara sebelumnya. Salah satu upacara Rambu Solo pernah dilaksanakan dalam kurun waktu 3 hari dengan jumlah kerbau yang digunakan yaitu sepuluh ekor kerbau dan sekitar dua puluhan ekor babi. Adapun kisaran harga per ekor kerbau yaitu diantara Rp16.000.000,00 sampai Rp32.000.000,00. Perkiraan harga ini ditentukan dengan melihat warna bulu dan ukuran tanduk kerbau. Sedangkan kisaran harga per ekor babi yaitu diantara Rp2.000.000,00 sampai Rp10.000.000,00. Perkiraan harga babi ini ditentukan dengan melihat besar babi, kemudian melihat jenis kelamin babi tersebut. Pada hari pertama, keluarga mengumpulkan kerbau-kerbau atau disebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

dengan matammuan tedong. Setelah matammuan tedong, keluarga kembali ke tempat pelaksaan upacara untuk makan bersama. Kemudian, orang yang sudah meninggal diangkat ke lumbung. Sore harinya, seekor kerbau dipotong dan dimasak. Setelah itu, akan diadakan ibadah dan makan malam bersama. Pada hari kedua, kegiatan dimulai dengan acara penerimaan tamu. Kemudian, akan dilakukan pemotongan babi dan kerbau untuk dimasak lalu disantap bersama. Acara ini berlangsung sampai sekitar pukul 15.00. Pada hari ketiga, kegiatan yang dilakukan adalah pemotongan kerbau, kemudian dilanjutkan dengan doa makan dan makan bersama. Setelah itu, orang yang meninggal dibawa ke gereja untuk didoakan. Kemudian, orang meninggal tersebut diantar dan dikuburkan di kuburan patane yang saat itu berisi empat mayat anggota keluarga lainnya. Saat pelaksanaan tidak semua hewan tersebut dipotong, namun ada juga hewan yang disumbangkan ke gereja untuk pembangunan jalan. Jika hewan yang dikurbankan cukup banyak, maka biasanya akan diberikan utuh ke pengantar/perwakilan gereja. Namun, jika kerbau yang dikurbankan tidak banyak, maka kerbau akan dipotong dan dagingnya akan dibagikan ke pengantar/perwakilan gereja.

F. Analisis Aktivitas Bishop dalam Upacara Rambu Solo di Tongkonan Bishop (1988:99) mengidentifikasi ada enam aktivitas fundamental matematis yang bisa ditemukan pada setiap kelompok budaya, yaitu counting (menghitung/membilang), locating (menentukan lokasi), measuring (mengukur), designing (mendesain), playing (bermain), dan explaining (menjelaskan). Berikut adalah tabel analisis aktivitas Bishop dalam upacara adat Rambu Solo di Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. Tabel 4.3 Analisis Aktivitas Bishop dalam Upacara Adat Rambu Solo di Tongkonan Aktivitas Penjelasan Menghitung / 1. Pada hari pertama setelah orang yang meninggal di Membilang angkat ke lumbung, seekor kerbau dipotong dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

- Kuantifikasi dimasak untuk dimakan bersama setelah ibadah (seekor kerbau, malam. tiga ekor kerbau, 2. Salah satu upacara Rambu Solo pernah dilakukan lima ekor kerbau, dalam kurun waktu 3 hari mengorbankan kerbau tujuh ekor sekitar sepuluh ekor kerbau dan babi sekitar dua kerbau, sepuluh puluhan ekor. ekor kerbau, dua 3. Kaseda yang tidak diukir atau polos boleh dipasang puluhan ekor jika keluarga mengurbankan kerbau minimal 3 atau babi) 5 ekor. Sedangkan Kaseda yang diukir boleh - Nama-nama dipasang jika keluarga mengurbankan kerbau bilangan (1, 2, 3, minimal 7 ekor. 4, …, 39, 40) 4. Lantang merupakan salah satu atribut yang - Operasi bilangan digunakan di upacara Rambu Solo. Agar tamu (penjumlahan) undangan dapat menemukan orang yang mereka tuju dan agar acara lebih mudah diatur, maka lantang ini biasanya diberikan nomor yang dimulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya hingga lantang terakhir, yaitu kira kira 40. Penomoran ini disesuaikan dengan banyaknya lumbung dan lantang yang digunakan. 5. Jika, tuan rumah ingin menentukan jumlah keseluruhan kerbau dan babi yang digunakan dalam suatu acara Rambu Solo, maka dijumlahkan seluruh kerbau dan seluruh babi yang ada, lalu dituliskan dalam suatu buku/catatan secara lengkap agar bisa dibayar kembali nantinya ke keluarga yang membawakan. Menentukan Lokasi 1. Penomoran lumbung dimulai dengan menomori - Jarak (lumbung lumbung yang paling strategis artinya, dari lumbung dengan tempat tersebut bisa terlihat semua orang, bisa dilihat semua orang meninggal orang dan paling dekat dengan orang yang diletakkan). meninggal. Mengukur 1. Adapun kisaran harga kerbau berada diantara - Panjang Rp16.000.000,00 sampai Rp32.000.000,00. Kisaran (mengukur harga ini ditentukan dengan melihat warna bulu dan panjang tanduk ukuran tanduk kerbau. Biasanya kerbau yang kerbau dan besar memiliki bulu belang (putih-hitam) akan memiliki badan babi) harga yang cukup mahal dibandingkan kerbau - Membandingkan lainnya. Kemudian, kisaran harga babi berada (lebih diantara Rp2.000.000,00 sampai Rp10.000.000,00. mahal/lebih besar Perkiraan harga babi ini ditentukan dengan melihat nominalnya) besar babi, kemudian melihat jenis kelamin babi Money (uang) tersebut. Biasanya, harga babi jantan akan lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

mahal dibandingkan dengan harga babi betina yang memiliki ukuran sama.

Mendesain 1. Alat musik gong. - Form (gong berbentuk tabung) - Shape (kaseda berbentuk persegi panjang)

2. Kaseda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Rencana Pembelajaran Pertemuan 1 untuk Materi Perbandingan untuk Siswa Kelas VII. Berikut ini merupakan deskripsi rencana pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan pertama berdasarkan langkah-langkah pembelajaran problem based learning. 1. Menyampaikan tujuan dan motivasi pembelajaran Pada tahap ini, guru akan menggunakan media pembelajaran Microsoft Power Point untuk menampilkan tujuan dan motivasi pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan pertama terkait materi perbandingan dan perbandingan senilai. Tujuan pembelajaran yang akan disampaikan adalah (1) Siswa dapat menjelaskan pengertian perbandingan dengan tepat setelah menyelesaikan beberapa masalah. (2) Siswa dapat menjelaskan pengertian perbandingan senilai dengan tepat setelah menyelesaikan beberapa masalah. (3) Siswa dapat memberikan contoh masalah tentang perbandingan senilai dengan tepat setelah berdiskusi. (4) Siswa dapat menyelesaikan masalah perbandingan senilai dengan menggunakan tabel secara tepat setelah berdiskusi. (5) Siswa dapat menyelesaikan masalah yang melibatkan perbandingan senilai di kehidupan sehari-hari dengan tepat setelah berdiskusi. Pemberian motivasi akan diawali dengan menampilkan pertanyaan terkait pentingnya mempelajari perbandingan. Setelah mendapat berbagai jawaban yang beragam dari siswa, selanjutnya guru akan menampilkan salah satu contoh perbandingan senilai di kehidupan sehari-hari, yaitu pada pembuatan rumah adat Tongkonan terdapat penggunaan konsep perbandingan senilai. Tukang dapat menentukan ukuran panjang dari sebuah rumah adat Tongkonan, jika pemilik atau tuan rumah menentukan lebar rumah adat Tongkonan yang ingin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

dibuat. Contoh penerapan ini disampaikan dengan media pembelajaran Microsoft Power Point kemudian dijelaskan kepada siswa.

Gambar 5.1 Slide Contoh Penerapan Perbandingan dalam Kehidupan Sehari-Hari. 2. Deskripsi Kegiatan Dengan Langkah Pembelajaran PBL Fase 1 a. Orientasi Terhadap Masalah Pada langkah ini, guru menyajikan 2 masalah yang berkaitan dengan materi perbandingan. Berikut 2 masalah yang diberikan kepada siswa. Masalah 1 tentang perbandingan Salah satu tahapan pembangunan rumah adat Tongkonan adalah mangrampun kayu (mengumpulkan bahan dari alam) ke lokasi rumah adat Tongkonan akan dibangun. Jika pada hari pertama, masyarakat berhasil mengumpulkan 80 buah balok dan 8 lembar papan, lalu pada hari kedua sebanyak 60 buah balok dan 6 lembar papan, buatlah perbandingan bahan dari alam yang dikumpulkan masyarakat dari cerita di atas. Masalah 2 tentang perbandingan Sebuah upacara adat Rambu Solo dilaksanakan pada sebuah rumah adat Tongkonan yang terletak di Mampa. Dalam acara tersebut, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

beberapa tamu undangan membawakan hewan kurban berupa babi dan kerbau, beberapa diantaranya: - Pak Enjel membawakan 3 ekor babi. - Pak Massora membawakan 1 ekor kerbau dan 1 ekor babi. - Bu Eris membawakan 2 ekor babi. - Bu Marissa membawakan 1 ekor kerbau. Buatlah minimal 1 soal perbandingan dari cerita di atas! Pada masalah pertama guru memberikan salah satu tahap pembangunan Tongkonan, yaitu mangrampun kayu (mengumpulkan bahan dari alam) yang terdiri dari sejumlah balok dan lembaran papan, yang dilakukan selama dua hari. Selanjutnya, siswa diminta untuk membuat perbandingan yang sesuai dari informasi yang terdapat di masalah pertama. Tujuan dari pemberian masalah ini yaitu siswa mampu membuat perbandingan antara banyak balok yang dikumpulkan di hari pertama dan kedua, serta membuat perbandingan antara banyak lembaran papan yang dikumpulkan di hari pertama dan kedua. Selanjutnya, masalah kedua masih berhubungan dengan perbandingan. Pada masalah kedua ini, guru memberikan list beberapa tamu yang membawakan hewan kurban pada sebuah upacara adat Rambu Solo yang diadakan di sebuah Tongkonan. Siswa diminta untuk membuat perbandingan yang sesuai dengan informasi yang diketahui. Tujuan pemberian masalah ini yaitu siswa dapat membuat perbandingan antara hewan ternak berupa babi dan kerbau yang dibawa oleh beberapa tamu. Setelah menyajikan kedua masalah tersebut guru meminta siswa untuk menjelaskan dua masalah tersebut dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Pemilihan siswa yang akan menjelaskan ini dilakukan secara acak. Jika ada siswa yang menjelaskan kurang lengkap, maka guru dapat menawarkan atau menunjuk siswa lainnya untuk membantu melengkapi penjelasan temannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

b. Organisasi Belajar Pada langkah ini, guru memberitahukan siswa bahwa masalah pertama dan kedua akan diselesaikan secara individu. c. Penyelidikan Individu dan Kelompok Pada langkah ini, guru dapat meminta siswa untuk memberikan pendapat mereka mengenai langkah selanjutnya pada masalah 1, “Setelah kalian memahami masalah 1, maka langkah selanjutnya seperti apa?” Setelah mengajukan pertanyaan tersebut, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa langkah selanjutnya adalah membuat perbandingannya. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan untuk masalah 1, maka guru dapat menanyakan informasi apa yang diperoleh di masalah 1? Kemudian, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa di hari pertama ada 80 buah balok dan 8 lembar papan, serta di hari kedua ada 60 buah balok dan 6 lembar papan. Jika siswa masih kesulitan untuk sampai pada ide pengelompokkan bahan alam sejenis, maka guru dapat menanyakan berapa jenis bahan yang dikumpulkan dari alam dalam dua hari dan berapa jumlahnya masing-masing di hari pertama dan kedua? Maka, kemungkinan siswa akan menjawab, “Ada dua bahan yaitu balok dan papan. 80 buah balok dan 8 lembar papan di hari pertama, serta 60 buah balok dan 6 lembar papan di hari kedua.” Setelah itu, untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya apakah informasi yang ditemukan dapat dinyatakan dalam bentuk tabel? Jika menurut siswa bisa, maka coba nyatakanlah ke dalam bentuk tabel berikut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Gambar 5.2 Slide Pengelompokkan Bahan Alam. Tabel di atas terdiri dari 3 kolom dan 3 baris. Kolom pertama berisi hari keberapa, kolom kedua berisi banyak balok (buah) dan kolom ketiga berisi banyak papan (lembar). Baris pertama berisi penamaan, baris kedua berisi banyak balok dan papan yang dikumpulkan pada hari pertama, baris ketiga berisi banyak balok dan papan yang dikumpulkan pada hari kedua. Setelah itu, guru dapat bertanya pendapat siswa mengenai perbandingan yang mungkin dibuat oleh siswa berdasarkan tabel yang telah dibuat. Siswa akan membuat perbandingan dengan kemungkinan jawabannya, yaitu (1) membandingkan banyak balok dan papan di hari pertama dan di hari kedua, yaitu 80 : 8 = 10 : 1 dan 60 : 6 = 10 : 1 (2) membandingkan banyak balok di hari pertama dan kedua, serta membandingkan banyak papan di hari pertama dan kedua, yaitu 80 : 60 = 4 : 3 dan 8 : 6 = 4 : 3. Jika siswa menjawab kemungkinan pertama, maka guru dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan tutunan yang dapat membantu siswa menyadari kesalahannya dan memperbaikinya secara mandiri. Guru dapat bertanya kepada siswa apakah bisa membandingkan berat 2 kg apel dengan usia 10 tahun. Jika siswa menjawab bisa dan menuliskan bentuk perbandingannya 2 : 10, maka guru dapat bertanya kembali bagaimana bentuk paling sederhananya? Jika siswa menjawab 1 : 5, maka guru dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

bertanya, keduanya dibagi dengan 2 apa, apakah 2 kg atau 2 tahun? Kemudian, siswa akan menyadari ketidaktepatan dari perbandingan yang dibuatnya berdasarkan konteks yang diberikan. Selanjutnya, guru dapat bertanya sekali lagi untuk menyakinkan siswa apakah bisa membandingkan 2 kg apel dengan usia 10 tahun? Maka, siswa akan menjawab, “tidak”. Kemudian, guru dapat mengajak siswa untuk mencermati kembali yang mereka buat sebelumnya, yaitu membandingkan 80 buah kayu dengan 8 lembar papan. Apakah perbandingan tersebut sudah tepat? Siswa akan mengaitkan pemahamannya yang diperoleh saat mencoba membandingkan berat dengan umur, dan menyadari ketidaktepatan yang dilakukannya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki ketidaktepatannya: membandingkan banyak balok dihari pertama dengan kedua, dan banyak papan di hari pertama dengan kedua, yaitu 80 : 60 = 4 : 3 dan 8 : 6 = 4 : 3. Apabila perbandingan yang dibuat sudah tepat, maka guru dapat mengatakan bahwa sudah benar. Setelah menuntun siswa menyelesaikan masalah 1, selanjutnya guru meminta siswa untuk memperhatikan masalah 2, “Setelah kalian memahami masalah 2, maka langkah selanjutnya seperti apa?” Setelah mengajukan pertanyaan tersebut, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa langkah selanjutnya adalah membuat perbandingannya. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan untuk masalah 2, maka guru dapat menanyakan informasi apa yang diperoleh di masalah 2? Kemudian, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa Pak Enjel membawakan 3 ekor babi, Pak Massora membawakan 1 ekor kerbau dan 1 ekor babi, Bu Eris membawakan 2 ekor babi, dan Bu Marissa membawakan 1 ekor kerbau. Jika siswa masih kesulitan untuk sampai pada ide pengelompokkan hewan kurban yang dibawakan tamu, maka guru dapat bertanya berapa jenis hewan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

kurban yang dibawakan tamu dan bagaimana rincian jumlahnya? Kemungkinan siswa akan menjawab, “Ada dua jenis hewan kurban, yaitu babi dan kerbau. Rinciannya adalah Pak Enjel membawakan 3 ekor babi, Pak Massora membawakan 1 ekor kerbau dan 1 ekor babi, Bu Eris membawakan 2 ekor babi, dan Bu Marissa membawakan 1 ekor kerbau.” Selanjutnya, untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui mereka dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya apakah informasi yang ditemukan dapat dinyatakan dalam bentuk tabel? Jika menurut siswa bisa, maka coba nyatakanlah ke dalam bentuk tabel.

Gambar 5.3 Slide Pengelompokkan Hewan Kurban. Tabel di atas terdiri dari 3 kolom dan 5 baris. Kolom pertama berisi nama tamu, kolom kedua berisi banyak hewan kurban babi (ekor) dan kolom ketiga berisi banyak hewan kurban kerbau (ekor). Baris pertama berisi penamaan, baris kedua berisi banyak babi dan kerbau yang dibawakan oleh Pak Enjel, baris kedua berisi banyak babi dan kerbau yang dibawakan oleh Pak Massora, baris ketiga berisi banyak babi dan kerbau yang dibawakan oleh Bu Eris dan baris keempat berisi banyak babi dan kerbau yang dibawakan oleh Bu Marissa. Setelah itu, guru dapat bertanya pendapat siswa mengenai langkah selanjutnya seperti apa? Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa langkah selanjutnya adalah membuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

perbandingan antara hewan kurban. Untuk menguji pemahaman siswa mengenai perbandingan, guru dapat bertanya apakah bisa membandingkan kerbau dan babi? Kemungkinan siswa akan menjawab ada 2, yaitu (1) iya (2) Tidak bisa dibandingkan, karena kerbau dan babi berbeda. Jika siswa menjawab sesuai kemungkinan 1, maka guru dapat bertanya alasan mengapa kerbau dan babi bisa dibandingkan. Namun, jika siswa menjawab sesuai kemungkinan 2, maka guru dapat meminta siswa untuk membandingkan 2 ekor kerbau dan 2 ekor babi. Maka, kemungkinan siswa akan menuliskan 2 : 2. Guru dapat meminta siswa untuk menyederhanakan bentuk perbandingan tersebut dengan membagi keduanya menggunakan suatu bilangan berapa? Kemungkinan siswa akan menjawab yaitu 2. Guru melanjutkan bertanya, “dibagi dengan 2 apa?”, maka kemungkinan siswa akan menjawab bahwa dibagi dengan 2 ekor. Selanjutnya, guru dapat meminta siswa untuk menuliskan hasilnya, dan kemungkinan siswa akan menuliskan 1 : 1. Setelah itu, guru bertanya apakah bisa membandingkan kerbau dengan babi? Siswa akan menyadari ketidaktepatannya dan menjawab bahwa bisa membandingkan babi dan kerbau. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menuliskan minimal 1 perbandingan yang dapat dibuat dari masalah 2. Kemungkinan siswa akan menjawab, “Perbandingan kerbau yang dibawa Pak Massora dan Bu Marissa adalah 1 : 1” d. Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil Pada langkah ini guru memilih dua siswa untuk menjelaskan jawaban mereka terkait masalah kedua. Siswa yang dipilih adalah siswa yang memiliki jawaban benar dan kurang tepat. Namun, jika semua siswa bisa menjawab masalah kedua dengan benar, maka pemilihan 2 siswa ini dilakukan secara acak, yaitu 1 perempuan dan 1 laki-laki. Adapun siswa lainnya yang tidak dipilih, mendengarkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

dan memberikan pendapat/tanggapan kepada siswa yang berperan sebagai presenter. e. Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah Pada langkah ini, guru memberikan umpan balik positif kepada siswa yang telah menyampaikan pendapat, tanggapan atau saran untuk siswa yang berperan sebagai presenter. Guru juga mengapresiasi siswa yang sudah bersedia menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya. Setelah itu, guru dapat bertanya mengenai kesimpulan yang diperoleh dari kedua masalah yang telah dibahas. Jika siswa menjawab bahwa masalah pertama membandingkan bahan dari alam yang sejenis yaitu balok dengan balok dan papan dengan papan, guru dapat menegaskan kembali dengan bertanya apakah boleh kita membandingkan antara balok dan papan? Mengapa demikian? Selanjutnya, masalah kedua yaitu membandingkan hewan yang sama yaitu kerbau dengan kerbau dan babi dengan babi. Untuk menegaskan kembali, guru bisa bertanya kepada siswa apakah boleh kita membandingkan antara kerbau dan babi? Mengapa demikian? Jika siswa telah menjawab dengan benar, maka guru dapat bertanya mengenai apa yang dimaksud dengan perbandingan. Apabila jawaban siswa tidak seperti yang diharapkan, maka guru berusaha memberikan pertanyaan yang menuntun siswa untuk bisa menjawab seperti yang diharapkan. Guru meminta siswa untuk memperhatikan masalah 1 sebelumnya dan bertanya jika kita ingin membandingkan banyak balok, maka membandingkannya dengan apa? Mengapa? Selanjutnya, guru dapat bertanya hal yang sama untuk papan. Lalu, guru memberikan penegasan bahwa fenomena yang ada di masalah pertama adalah fenomena perbandingan. Kemudian, guru kembali bertanya pendapat siswa mengenai apa itu perbandingan. Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

perbandingan adalah membandingkan dua atau lebih besaran yang sejenis.

Fase 2 a. Orientasi Terhadap Masalah Pada langkah ini, guru menyajikan 2 masalah yang berkaitan dengan materi perbandingan senilai. Berikut 2 masalah yang diberikan kepada siswa. Masalah 3 tentang perbandingan senilai Rumah adat Tongkonan milik Pak Paulus memiliki panjang 6 meter dan lebar 3 meter. Pak Rego akan membangun rumah Tongkonan dengan perbandingan yang sama dengan rumah Tongkonan milik Pak Paulus, tetapi Pak Rego ingin membangun rumah Tongkonan dengan lebarnya 4 m. Berapakah panjang rumah Tongkonan milik Pak Rego? Masalah 4 tentang perbandingan senilai Sebuah keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mengkendek. Warisan tersebut akan dibagikan kepada Fitri dan Fatin. Fitri memiliki 3 anak, sedangkan Fatin memiliki 2 anak, sehingga perbandingan warisan yang diperoleh Fitri dan Fatin adalah 3 : 2. Warisan yang diperoleh Fitri adalah Rp 45.000.000. Berapakah warisan yang diterima oleh Fatin? Pada masalah 3, guru memberikan data bahwa sebuah keluarga Toraja, yaitu keluarga Pak Paulus memiliki Tongkonan dengan ukuran panjang 6 meter dan lebar 3 meter. Kemudian, sebuah keluarga Toraja lainnya, yaitu Pak Rego ingin membangun sebuah Tongkonan dengan perbandingan yang sama dan lebarnya 4 meter. Selanjutnya, siswa diminta untuk menentukan panjang rumah Tongkonan milik Pak Rego. Tujuan dari pemberian masalah ini yaitu siswa mampu menentukan panjang rumah milik keluarga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Pak Rego dengan mempertimbangkan perbandingan ukuran rumah Tongkonan milik keluarga satunya, yaitu keluarga Pak Rego. Selanjutnya, masalah 4 masih berhubungan dengan perbandingan senilai. Pada masalah 5 ini, guru memberikan data mengenai sebuah keluarga yang akan membagikan warisan berupa uang kepada dua anggota kalurganya, dimana masing-masing anggota memiliki anak sebanyak 3 orang dan 2 orang. Pembagian warisan ini berkaitan dengan banyaknya anak yang dimiliki oleh dua anggota keluarga tersebut, dimana semakin banyak jumlah anak maka bagian warisan yang diperoleh juga semakin banyak. Pada soal diketahui perbandingan warisan yang diterima oleh keduanya, yaitu 3 : 2 dan banyak warisan yang diperoleh oleh salah satu anggota keluarganya, yaitu Rp45.000.000. Selanjutnya, siswa diminta untuk menentukan jumlah warisan yang diterima oleh anggota keluarga satunya. Tujuan pemberian masalah ini yaitu siswa dapat menentukan banyaknya warisan yang diterima oleh anggota keluarga satunya dengan mempertimbangkan perbandingan warisan yang telah diketahui di soal. Setelah menyajikan kedua masalah tersebut guru meminta siswa untuk menjelaskan dua masalah tersebut dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Pemilihan siswa yang akan menjelaskan ini dilakukan secara acak. Jika ada siswa yang menjelaskan kurang lengkap, maka guru dapat menawarkan atau menunjuk siswa lainnya untuk membantu melengkapi penjelasan temannya. b. Organisasi Belajar Pada langkah ini, guru memberitahukan siswa bahwa masalah 3 dan 4 secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa/kelompoknya. Pembagian kelompok dilakukan dengan cara berhitung dari 1 sampai 4. Siswa dengan nomor yang sama akan tergabung dalam satu kelompok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

c. Penyelidikan Individu dan Kelompok Pada langkah ini, guru dapat meminta siswa untuk memberikan pendapat mereka mengenai langkah selanjutnya pada masalah 3, “Setelah kalian memahami masalah 3, maka langkah selanjutnya seperti apa?” Setelah mengajukan pertanyaan tersebut, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa langkah selanjutnya adalah membuat perbandingannya. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan untuk masalah 3, maka guru dapat menanyakan informasi apa yang diperoleh di masalah 3? Kemudian, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa Tongkonan milik Pak Paulus memiliki panjang 6 meter, lebar 3 meter dan Tongkonan milik Pak Rego memiliki lebar 4 meter. Jika siswa masih kesulitan untuk sampai pada ide pengelompokkan, maka guru dapat menanyakan ada berapa jenis ukuran yang terdapat dalam sebuah rumah Tongkonan dan bagaimana ukuran masing- masing rumah Tongkonan di masalah 4? Maka, kemungkinan siswa akan menjawab, “Ada dua ukuran yang diketahui, yaitu panjang dan lebar rumah adat Tongkonan. Tongkonan Pak Paulus memiliki panjang 6 meter, lebar 3 meter dan Tongkonan Pak Rego memiliki lebar 4 meter.” Setelah itu, untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya apakah informasi yang ditemukan dapat dinyatakan dalam bentuk tabel? Jika menurut siswa bisa, maka coba nyatakanlah ke dalam bentuk tabel berikut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Gambar 5.4 Slide Pengelompokkan Ukuran Rumah Adat Tongkonan Pak Paulus dan Pak Rego. Sumber: Pribadi Tabel di atas terdiri dari 3 kolom dan 3 baris. Kolom pertama berisi ukuran yang diketahui yaitu panjang dan lebar, kolom kedua berisi ukuran rumah adat Tongkonan Pak Paulus dan kolom ketiga berisi ukuran rumah adat Tongkonan Pak Rego. Baris pertama berisi penamaan, baris kedua berisi ukuran lebar rumah adat Tongkonan milik Pak Paulus dan Pak Rego, baris ketiga ukuran panjang rumah adat Tongkonan milik Pak Paulus dan Pak Rego. Setelah itu, guru dapat bertanya pendapat siswa mengenai perbandingan yang mungkin dibuat oleh siswa berdasarkan tabel di atas. Siswa akan membuat perbandingan dengan kemungkinan jawabannya membandingkan ukuran lebar dan panjang rumah adat Tongkonan milik Pak Paulus, yaitu 3 : 6 = 1 : 2. Setelah siswa menjawab, guru dapat bertanya kepada siswa bagaimana langkah selanjutnya? Apabila siswa mengalami kesulitan, maka guru dapat memberikan ilustrasi berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

Gambar 5.5 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa. Setelah menampilkan ilustrasi di atas, guru meminta siswa untuk memperhatikan ilustrasi bagian rumah adat Tongkonan Pak Paulus mengenai ukuran panjang dan lebarnya, dari tanda panah yang dibuat, apakah ukuran panjangnya lebih besar dari lebar atau ukuran panjangnya lebih kecil dari lebarnya? Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa ukuran panjangnya lebih besar dari lebarnya. Selanjutnya, guru dapat bertanya, “panjang rumah Tongkonan Pak Paulus akan sama dengan berapa kali lebar rumahnya?” Jika siswa kesulitan membuat perhitungan yang benar, maka guru dapat berkata, “Panjang rumah adat Pak Paulus yaitu 6 itu sama dengan 3 (lebar) dikali bilangan berapa? Selanjutnya guru mempersilahkan siswa untuk mencoba membuat perhitungannya. Kemudian, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa 6 = 3 × x 6 = x 3 2 = x Artinya, panjang rumah Tongkonan Pak Paulus adalah 2 kali lebarnya. Setelah siswa menemukan jawaban yang sesuai. Selanjutnya guru menampilkan ilustrasi berikut dan bertanya kepada siswa mengenai bagaimana langkah selanjutnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Gambar 5.6 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa. Jika siswa kesulitan dengan langkah selanjutnya, maka guru dapat bertanya, “Apakah syarat rumah adat Tongkonan yang akan dibangun oleh Pak Rego?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa Pak Rego akan membangun rumah Tongkonan dengan perbandingan yang sama dengan rumah Tongkonan milik Pak Paulus dan lebar Tongkonannya adalah 4 meter. Selanjutnya, guru dapat menanggapi bahwa benar perbandingan rumah Tongkonan Pak Rego harus sama dengan perbandingan rumah Tongkonan Pak Paulus. Kemudian, guru dapat melanjutkannya dengan bertanya, “menurut kalian agar perbandingan rumah Tongkonannya sama, apa yang harus dilakukan?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa agar perbandingannya sama, maka lebarnya juga bisa dikali 2 meter, sehingga akan didapat panjang rumah Tongkonan Pak Rego adalah 8 meter.

Gambar 5.7 Slide Perhitungan Ukuran Panjang Rumah Adat Tongkonan Pak Rego. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

Setelah siswa menjawab, guru dapat merespon dengan bertanya apakah perbandingan lebar dan panjang kedua rumah Tongkonan sama? Jika sama, maka berapa bentuk perbandingan paling sederhananya? Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa perbandingan rumah adat Pak Paulus adalah lebar : panjang = 3 : 6 = 1 : 2 dan perbandingan rumah adat Pak Rego adalah lebar : panjang = 4 : 8 = 1 : 2 , sehingga keduanya sama dan bentuk perbandingan paling sederhananya adalah 1 : 2. Guru dapat memberikan respon bahwa jawaban siswa sudah tepat. Setelah menuntun siswa menyelesaikan masalah 3, selanjutnya guru meminta siswa untuk memperhatikan masalah 4, “Setelah kalian memahami masalah 4, maka langkah selanjutnya seperti apa?” Setelah mengajukan pertanyaan tersebut, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa langkah selanjutnya adalah membuat perbandingannya. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan untuk masalah 4, maka guru dapat menanyakan informasi apa yang diperoleh di masalah 4? Kemudian, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa jumlah anak Fitri adalah 3 orang, jumlah anak Fatin adalah 2 orang dan warisan yang diperoleh Fitri adalah Rp45.000.000,00. Jika siswa masih kesulitan untuk sampai pada ide pengelompokkan, maka guru dapat bertanya ada berapa jumlah anak dari setiap anggota keluarga yang akan dibagikan warisan dan berapa jumlah warisan yang diperoleh Fitri? Kemungkinan siswa akan menjawab, “Jumlah anak Fitri adalah 3 orang, jumlah anak Fatin adalah 2 orang dan warisan yang diperoleh Fitri adalah Rp45.000.000,00.” Selanjutnya, untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui mereka dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya apakah informasi yang ditemukan dapat dinyatakan dalam bentuk tabel? Jika menurut siswa bisa, maka coba nyatakanlah ke dalam bentuk tabel. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

Gambar 5.8 Slide Pengelompokkan Jumlah Anak dan Warisan. Tabel di atas terdiri dari 3 kolom dan 3 baris. Kolom pertama berisi nama anggota keluarga yang akan mendapatkan warisan, kolom kedua berisi banyak anak Fitri dan Fatin, serta kolom ketiga berisi banyak warisan yang akan diperoleh Fitri dan Fatin. Baris pertama berisi penamaan, baris kedua berisi jumlah anak dan jumlah warisan milik Fitri, baris ketiga berisi jumlah anak dan jumlah warisan milik Fatin. Setelah itu, guru dapat bertanya pendapat siswa mengenai langkah selanjutnya seperti apa? Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa langkah selanjutnya adalah membuat perbandingan jumlah anak Fitri dan Fatin yaitu 3 : 2. Kemudian, guru bertanya mengenai langkah selanjutnya. Apabila siswa mengalami kesulitan menentukan langkah selanjutnya, maka guru dapat memberikan ilustrasi berikut.

Gambar 5.9 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

Selanjutnya, guru meminta siswa untuk memperhatikan ilustrasi yang diberikan dan bertanya bagaimana langkah selanjutnya? Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa langkah selanjutnya adalah menentukan bilangan pengalinya, seperti masalah 3 sebelumnya. Kemudian, guru meminta siswa untuk mencari bilangan pengalinya. Jika siswa mengalami kesulitan menghitung, guru dapat memberi petunjuk bahwa 2 itu sama dengan 3 dikali bilangan berapa? Setelah itu siswa dipersilakan untuk mencoba menghitung. Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa 2 = 3 × x 2 = x 3 2 Artinya, jumlah anak Fatin adalah kali jumlah anak Fitri. 3 Setelah itu, guru dapat meminta siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menentukan jumlah warisan yang akan didapatkan oleh Fatin. Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa 2 Jumlah warisan Fatin = 45.000.000× =30.000.000. Apabila siswa 3 belum bisa menentukan jumlah besar warisan yang didapat Fatin, maka guru dapat meminta siswa untuk mencermati kembali masalah 3 yang telah dikerjakan sebelumnya. d. Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil Pada langkah ini guru memilih dua kelompok untuk menjelaskan jawaban mereka terkait masalah 4. Siswa yang dipilih adalah siswa yang memiliki jawaban tepat dan kurang tepat. Namun, jika semua siswa bisa menjawab masalah 4 dengan benar, maka pemilihan 2 kelompok presenter akan dilakukan secara acak. Adapun kelompok lainnya yang tidak dipilih, diminta untuk mendengarkan dan memberikan pendapat/tanggapan kepada kelompok yang berperan sebagai presenter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

e. Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah Pada langkah ini, guru memberikan umpan balik positif kepada siswa yang telah menyampaikan pendapat, tanggapan atau saran untuk siswa yang berperan sebagai presenter. Guru juga mengapresiasi kelompok yang sudah bersedia menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya. Setelah itu, guru dapat bertanya mengenai kesimpulan yang diperoleh dari kedua masalah yang telah dibahas. Kemungkinan siswa menjawab bahwa masalah 3 lebar dan panjang sebuah rumah Tongkonan untuk menentukan panjang rumah Tongkonan lainnya yang memiliki perbandingan ukuran rumah yang sama. Selanjutnya, untuk menegaskan kembali guru dapat bertanya apakah boleh membandingkan lebar dengan panjang? Mengapa demikian? Lalu, bagaimana menentukan panjang rumah Tongkonan lainnya yang memiliki perbandingan ukuran rumah yang sama? Selanjutnya, masalah 4 yaitu membandingkan jumlah anak untuk menentukan jumlah warisan yang diperoleh setiap anggota keluarga. Untuk menegaskan kembali, guru bisa bertanya kepada siswa apakah boleh kita membandingkan jumlah anak Fitri dan jumlah warisan Fitri? Mengapa demikian? Lalu, bagaimana menentukan jumlah warisan milik Fatin? Setelah itu, guru meminta siswa untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan senilai. Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa perbandingan senilai membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding lurus. Artinya nilai dari besaran yang dibandingkan akan sama-sama membesar atau sama sama mengecil. Apabila jawaban siswa tidak seperti yang diharapkan, maka guru berusaha memberikan pertanyaan yang menuntun siswa untuk bisa menjawab seperti yang diharapkan, “Perhatikan masalah 3 sebelumya. Jika kita buat lebar rumah Tongkonannya semakin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

membesar, apa yang terjadi dengan panjangnya?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa panjangnya akan membesar juga. Kemudian, guru bertanya lagi, “Jika kita buat lebar rumah Tongkonannya semakin mengecil, apa yang terjadi dengan panjang rumah Tongkonan?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa penjangnya akan semakin mengecil juga. Guru melanjutkan, “Jadi, bagaimana hubungan antara panjang dan lebar rumah Tongkonan?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa saat lebar rumah Tongkonan membesar maka panjangnya juga membesar. Sebaliknya, saat lebar rumah Tongkonan mengecil, maka lebarnya juga mengecil. Setelah mendengar jawaban siswa, guru dapat memberikan penegasan bahwa fenomena yang ada di masalah 3 adalah fenomena perbandingan yang senilai. Lalu, guru kembali bertanya, “jadi menurut kalian, apa itu perbandingan senilai?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa Perbandingan senilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding lurus. Artinya nilai dari besaran yang dibandingkan akan sama- sama membesar atau sama sama mengecil. 3. Deskripsi bagian penutup Pada bagian penutup, guru meminta siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menjawab beberapa pertanyaan, diantaranya (1) Bagaimana pembelajaran hari ini? (2) Apa kesulitan yang kalian hadapi dalam pembelajaran hari ini? (3) Bagaimana suka duka belajar pada hari ini? Refleksi akan disampaikan dengan menggunakan media powerpoint dan siswa mengerjakan pada selembar kertas, kemudian mengumpulkan hasilnya kepada guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

Gambar 5.10 Slide Pertanyaan Refleksi. Setelah melakukan refleksi, siswa diminta untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari pada hari ini dan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya di rumah, yaitu perbandingan berbalik nilai. Untuk memperdalam pemahaman siswa, guru meminta siswa untuk mengerjakan 2 soal sebagai latihan di rumah, yaitu 1. Sebuah keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan dari anggota keluarga yang telah meninggal di suatu Tongkonan yang terletak di suatu kampung. Warisan tersebut akan dibagikan kepada Marissa dan Melda. Saat upacara kematian anggota keluarga yang meninggal tersebut, Marissa mengorbankan hewan kurban 2 kali lebih banyak dari hewan kurban milik Melda, sehingga perbandingannya menjadi 2 : 1. Jika warisan yang diperoleh Marissa adalah Rp 40.000.000. Berapakah warisan yang diterima oleh Melda? 2. Rumah adat Tongkonan milik Pak Yosep memiliki panjang 8 meter dan lebar 4 meter. Pak Angel akan membangun rumah Tongkonan dengan perbandingan yang sama dengan rumah Tongkonan milik Pak Yosep, tetapi Pak Angel ingin membangun rumah Tongkonan dengan panjangnya 6 m. Berapakah lebar rumah Tongkonan milik Pak Angel?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

Pembahasan: 1. Perbandingan hewan yang dikurbankan Marissa dan Melda adalah 2 : 1 Tabel 5.1 Perhitungan Jumlah Warisan Melda Hewan kurban Jumlah warisan

(ekor) (rupiah) Marissa 2 40.000.000 : 2 x = 40.000.000 : 2 Melda 1 x = 20.000.000,00 Perbandingan warisan yang didapat Marissa dan Melda adalah 40.000.000 : 2 = 20.000.000. Jadi, warisan yang akan diperoleh Melda adalah Rp20.000.000,00. 2. Rumah adat Tongkonan milik Pak Yosep memiliki panjang 8 meter dan lebar 4 meter. Rumah adat Tongkonan milik Pak Angel memiliki panjang 6 meter dan perbandingan ukuran rumah adat yang sama dengan milik Pak Yosep. Tabel 5.2 Pengelompokkan Ukuran Rumah Adat Tongkonan Pak Yosep dan Pak Angel Rumah adat Rumah adat Tongkonan Pak Tongkonan Pak Yosep Angel Lebar (m) 4 ? Panjang (m) 8 × 2 6 Karena perbandingan Tongkonan Pak Yosep dan Pak Angel sama, maka dapat ditulis Panjang = 2 x lebar Lebar = panjang : 2 Lebar = 6 : 2 Lebar = 3 Jadi, lebar rumah Pak Angel adalah 3 m. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

Setelah memberikan 2 soal sebagai latihan di rumah, selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan salam penutup dan memotivasi siswa untuk tetap semangat.

B. Deskripsi Rencana Pembelajaran Pertemuan 2 untuk Materi Perbandingan untuk Siswa Kelas VII. 1. Menyampaikan tujuan dan motivasi pembelajaran Pada tahap ini, guru akan menggunakan media pembelajaran Microsoft Power Point untuk menampilkan tujuan dan motivasi pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan pertama terkait materi perbandingan berbalik nilai. Tujuan pembelajaran yang akan disampaikan adalah (1) Siswa dapat menjelaskan pengertian perbandingan berbalik nilai dengan tepat setelah menyelesaikan beberapa masalah. (2) Siswa dapat memberikan contoh masalah tentang perbandingan berbalik nilai dengan tepat setelah berdiskusi. (3) Siswa dapat menyelesaikan masalah perbandingan berbalik nilai dengan menggunakan tabel secara tepat setelah berdiskusi. (4) Siswa dapat menyelesaikan masalah yang melibatkan perbandingan berbalik nilai di kehidupan sehari-hari dengan tepat setelah berdiskusi. Pemberian motivasi akan diawali dengan menampilkan pertanyaan terkait pentingnya mempelajari perbandingan berbalik nilai. Setelah mendapat berbagai jawaban yang beragam dari siswa, selanjutnya guru akan menampilkan salah satu contoh perbandingan berbalik nilai di kehidupan sehari-hari, yaitu pada salah satu tahap pembuatan rumah adat Tongkonan, yaitu mengumpulkan bahan dari alam. Semakin banyak jumlah masyarakat kampung yang membantu mengumpulkan, maka semakin sedikit pula hari yang diperlukan untuk menyelesaikan pengumpulan bahan dari alam tersebut. Contoh penerapan ini disampaikan dengan media pembelajaran Microsoft Power Point kemudian dijelaskan kepada siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

Gambar 5.11 Slide Contoh Penerapan Perbandingan Berbalik Nilai dalam Kehidupan Sehari-hari. Setelah menyampaikan tujuan dan motivasi, guru meminta siswa untuk mengingat kembali materi pertemuan sebelumnya dengan mengajukan 2 pertanyaan, yaitu (1) apa itu perbandingan? (2) apa itu perbandingan senilai. Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa (1) perbandingan adalah membandingkan dua atau lebih besaran yang sejenis (2) perbandingan senilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding lurus. Artinya nilai dari besaran yang dibandingkan akan sama-sama membesar atau sama sama mengecil. 2. Deskripsi Kegiatan Dengan Langkah Pembelajaran PBL a. Orientasi Terhadap Masalah Pada langkah ini, guru menyajikan 2 masalah yang berkaitan dengan materi perbandingan berbalik nilai. Berikut 2 masalah yang diberikan kepada siswa. Masalah 5 tentang perbandingan berbalik nilai Dua keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mampa. Keluarga pertama, warisan dibagikan kepada 2 orang anak, dan setiap anak mendapat Rp 8.000.000,00. Keluarga kedua akan membagi warisan dengan nilai yang sama dengan yang dibagikan keluarga pertama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

kepada 4 anak. Berapa nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga kedua? Masalah 6 tentang perbandingan berbalik nilai Untuk membangun sebuah rumah adat Tongkonan seorang pemborong membutuhkan 12 tukang selama 90 hari. Jika tukang yang datang hanya 8, maka berapa lama mereka akan menyelesaikan rumah adat Tongkonan tersebut? Pada masalah 5, guru memberikan data bahwa dua keluarga sedang melakukan pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mampa. Masing-masing keluarga memiliki jumlah anak yang berbeda dengan total warisan yang dibagikan memiliki besar yang sama. Selanjutnya, siswa diminta untuk warisan yang diterima oleh setiap anak di keluarga kedua. Tujuan dari pemberian masalah ini yaitu siswa mampu menentukan total warisan keluarga pertama yang sama dengan total warisan keluarga kedua, membuat perbandingan anak di dua keluarga untuk menentukan jumlah warisan yang diperoleh setiap anak di keluarga kedua. Selanjutnya, masalah 6 masih berhubungan dengan perbandingan berbalik nilai. Pada masalah 6 ini, guru memberikan informasi bahwa diperlukan waktu selama 90 hari untuk membangun sebuah Tongkonan dengan ukuran tertentu dan jumlah pekerja 12 orang. Jika, yang datang bekerja hanya 8 orang makan siswa diminta untuk menentukan lama waktu untuk menyelesaikan rumah adat Tongkonan tersebut. Tujuan pemberian masalah ini yaitu siswa dapat menentukan berapa lama rumah Tongkonan akan selesai dibangun jika jumlah pekerja lebih kecil dari perkiraan sebelumnya. Setelah menyajikan kedua masalah tersebut guru meminta siswa untuk menjelaskan dua masalah tersebut dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Pemilihan siswa yang akan menjelaskan ini dilakukan secara acak. Jika ada siswa yang menjelaskan kurang lengkap, maka guru dapat menawarkan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

menunjuk siswa lainnya untuk membantu melengkapi penjelasan temannya. b. Organisasi Belajar Pada langkah ini, guru memberitahukan siswa bahwa masalah 5 akan diselesaikan secara individu dan masalah 6 akan diselesaikan secara berkelompok. Kelompok diskusi pada pertemuan ini masih sama seperti pertemuan sebelumnya. c. Penyelidikan Individu dan Kelompok Pada langkah ini, guru dapat meminta siswa untuk memberikan pendapat mereka mengenai langkah selanjutnya pada masalah 5, “Setelah kalian memahami masalah 5, maka langkah selanjutnya seperti apa?” Setelah mengajukan pertanyaan tersebut, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa langkah selanjutnya adalah membuat perbandingannya. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan untuk masalah 5, maka guru dapat menanyakan informasi apa yang diperoleh di masalah 5? Kemudian, kemungkinan siswa akan menjawab, “Dua keluarga sedang bermusyawarah tentang pembagian warisan. Keluarga ke-1: Warisan dibagikan kepada 2 anak, dan setiap anak mendapat Rp 8.000.000,00. Keluarga ke-2: Warisan dengan total sama dengan milik keluarga ke-1 akan dibagikan kepada 4 anak. Kemudian, ditanyakan berapa nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga ke-2? Jika siswa masih kesulitan untuk sampai pada ide pengelompokkan, maka guru dapat menanyakan ada hal apa saja yang diketahui di masalah 5, berapa total warisan, jumlah anak dan jumlah warisan yang didapat masing masing di keluarga pertama? Berapa total warisan, banyak anak dan warisan yang didapat masing masing di keluarga ke-2? Maka, kemungkinan siswa akan menjawab, bahwa Keluarga ke-1 memiliki total warisan sebanyak Rp16.000.000,00, jumlah anak sebanyak 2 orang dan bagian warisan per anaknya adalah Rp8.000.000,00. Sedangkan keluarga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

ke-2 memiliki total warisan sebanyak Rp16.000.000,00, jumlah anak sebanyak 4 orang, dan bagian warisan per anak adalah yang ditanyakan. Setelah itu, untuk memunculkan ide merepresentasikan hal- hal yang diketahui dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya apakah informasi yang ditemukan dapat dinyatakan dalam bentuk tabel? Jika menurut siswa bisa, maka coba nyatakanlah ke dalam bentuk tabel berikut

Gambar 5.12 Slide Pengelompokkan Jumlah Anak dan Warisan. Tabel di atas terdiri dari 3 kolom dan 3 baris. Kolom pertama berisi keluarga ke berapa, kolom kedua berisi jumlah anak dalam setiap keluarga dan kolom ketiga berisi jumlah warisan yang akan diperoleh setiap anak dalam keluarga. Baris pertama berisi penamaan, baris kedua berisi jumlah anak dan jumlah warisan setiap anak di keluarga pertama, jumlah anak dan jumlah warisan setiap anak di keluarga kedua. Setelah itu, guru dapat bertanya pendapat siswa, “Jika nilai warisan yang dibagi kedua keluarga sama, tetapi banyak anak keluarga kedua lebih banyak daripada keluarga pertama, nilai warisan yang diperoleh setiap anak dalam keluarga kedua lebih banyak atau lebih sedikit? Jelaskan alasan kalian! Coba lanjutkan!” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa nilai warisan yang diperoleh setiap anak di keluarga kedua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

lebih sedikit, karena jumlah anak yang akan dibagikan jumlahnya lebih banyak dari keluarga pertama. Selanjutnya, guru bertanya lagi mengenai perbandingan yang dapat dibuat berdasarkan tabel di atas. Siswa akan membuat perbandingan dengan kemungkinan jawabannya (1) membandingkan banyak anak di dua keluarga, yaitu 2 : 4 = 1 : 2. Setelah siswa menjawab, guru dapat bertanya alasannya. Kemungkinan siswa akan menjawab, “karena besaran keduanya sama atau satuannya sama. (2) membandingkan jumlah anak dengan warisan yang didapat setiap anak. Jika siswa menjawab kemungkinan 2, maka guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan untuk membuat siswa menyadari ketidaktepatannya. “Apakah bisa jika kita membandingkan jumlah anak dengan jumlah warisan?” Jika kemungkinan siswa akan menjawab iya, maka guru dapat bertanya, “Sekarang, coba pikirkan lagi di pertemuan sebelumnya kita sempat membahas masalah perbandingan berat 2 kg apel dengan usia 10 tahun? Nah, mengingat contoh masalah tersebut, apakah anak dan warisan adalah kedua hal yang bisa dibandingkan?” Kemungkinan siswa akan menjawab tidak. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mencermati kembali perbandingan yang dibuatnya yaitu membandingkan 2 anak dengan Rp16.000.000,00 dan bertanya apakah perbandingan tersebut sudah tepat? Kemungkinan siswa akan mengaitkan pemahamannya yang diperoleh saat mencoba membandingkan berat dengan umur, dan menyadari ketidaktepatan yang dilakukannya. Selanjutnya siswa diminta untuk memperbaiki perbandingan yang dibuatnya. Kemungkinan siswa akan menulis membandingkan jumlah anak di keluarga pertama dengan jumlah anak di keluarga kedua, yaitu 2 : 4 = 1 : 2. Setelah itu, guru dapat merespon bahwa jawaban siswa sudah tepat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

Setelah itu, guru kembali bertanya kepada siswa bagaimana langkah selanjutnya? Apabila siswa mengalami kesulitan, maka guru dapat memberikan ilustrasi berikut.

Gambar 5.13 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa. Setelah menampilkan ilustrasi di atas, guru meminta siswa untuk memperhatikan tabel di atas dan bertanya bagaimana jumlah anak di keluarga 1 dan 2? Dari tanda panah yang dibuat, apakah jumlah anak di keluarga 1 lebih besar dari jumlah anak di keluarga 2 atau sebaliknya? Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa jumlah anak di keluarga 1 lebih kecil dibandingkan jumlah anak di keluarga 2. Selanjutnya, guru dapat bertanya, “jumlah anak di keluarga 2 akan sama dengan berapa kali jumlah anak di keluarga 1?” Jika siswa kesulitan membuat perhitungan yang benar, maka guru dapat berkata, “ 4 itu sama dengan 2 dikali bilangan berapa? Nah coba kalian buat perhitungannya.” Kemudian, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa 4 = 2 × x 4/2 = x 2 = x Artinya, jumlah anak di keluarga 2 adalah 2 kali jumlah anak di keluarga 1. Setelah siswa menemukan jawaban yang sesuai. Selanjutnya guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

menampilkan ilustrasi berikut dan bertanya kepada siswa mengenai bagaimana langkah selanjutnya.

Gambar 5.14 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa. Jika siswa kesulitan dengan langkah selanjutnya, maka guru dapat bertanya, “Apakah syarat warisan yang akan dibagikan ke 4 anak?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa total warisan yang dibagikan ke 2 anak harus sama totalnya dengan warisan yang akan dibagikan ke 4 anak. Selanjutnya, guru bertanya berapa total warisan yang dibagikan ke 2 anak? Mengapa demikian? Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa total warisan yang dibagikan di keluarga 1 adalah Rp16.000.000 yang diperoleh dari Rp8.000.000,00 (bagian setiap anak) × 2 (jumlah anak). Guru dapat melanjutkannya dengan bertanya, “menurut kalian jika Rp16.000.000,00 itu akan dibagikan ke 4 anak, apakah masing- masing anak akan tetap Rp8.000.000,00 atau lebih dari Rp8.000.000,00 atau justru kurang dari Rp8.000.000,00? Mengapa demikian?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa bagian masing-masing anak adalah kurang dari Rp8.000.000,00 karena anak yang akan dibagikan semakin banyak. Setelah siswa menjawab, guru dapat merespon dengan berkata, “ Nah coba kalian perhatikan ilustrasi sebelumnya, kolom kiri, jumlah anak di keluarga 1 dikali 2 untuk mendapat hasil jumlah anak di keluarga 2, bagaimana dengan kolom kanannya? Mengapa demikian?” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa jumlah warisan di keluarga 1 juga dikali 2 untuk mendapat jumlah warisan yang di dapat setiap anak di keluarga 2. Guru dapat menanyakan hasil perhitungannya dan kemungkinan siswa akan menjawab Rp16.000.000,00. Kemudian guru bertanya apakah benar demikian? Padahal total warisanya hanya Rp16.000.000? Siswa akan menyadari kesalahannya, dan mulai memikirkan alternatif jawaban lainnya. Siswa akan menjawab, “jumlah warisan setiap anak di keluarga 1 di bagi 2 untuk mendapat jumlah warisan setiap anak di keluarga 2.”

Gambar 5.15 Slide Perhitungan Jumlah Warisan Keluarga Kedua. Setelah siswa menemukan jawabannya, maka guru dapat merespon, “Nah, apakah keseluruhan warisan yang didapat oleh 4 anak sudah sama dengan keseluruhan warisan yang didapat oleh 2 anak? Jika iya, bagaimana dengan perbandingannya? Kemungkinan siswa akan mejawab bahwa keseluruhan warisan yang didapat oleh 4 anak adalah 4 × 4.000.000,00 = 16.000.000,00 dan keseluruhan warisan yang didapat oleh 2 anak adalah 2 × 8.000.000,00 = 16.000.000,00 adapun perbandingan jumlah anak yaitu 2 : 4 = 1 : 2, sedangkan perbandingan jumlah warisan setiap anak kedua keluarga adalah 8.000.000 : 4.000.000 = 2 : 1. Selanjutnya, guru dapat merespon bahwa jawaban siswa sudah tepat. Setelah menuntun siswa menyelesaikan masalah 5, selanjutnya guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

meminta siswa untuk memperhatikan masalah 6, “Setelah kalian memahami masalah 6, maka langkah selanjutnya seperti apa?” Setelah mengajukan pertanyaan tersebut, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa langkah selanjutnya adalah membuat perbandingannya. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan untuk masalah 6, maka guru dapat menanyakan informasi apa yang diperoleh di masalah 6? Kemudian, kemungkinan siswa akan menjawab bahwa jumlah tukang yang dibutuhkan adalah 12 orang untuk menyelesaikan pembangunan Tongkonan selama 90 hari. Tetapi, yang datang hanya 8 orang, maka yang ditanyakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan Tongkonan tersebut? Jika siswa masih kesulitan untuk sampai pada ide pengelompokkan, maka guru dapat bertanya ada berapa jumlah tukang yang dibutuhkan dan tukang yang datang, berapa lama waktu yang diketahui untuk menyelesaikan Tongkonan? Kemungkinan siswa akan menjawab, “jumlah tukang yang dibutuhkan 12 orang, namun jumlah tukang yang datang 8 orang. Waktu untuk menyelesaikan pembangunan jika tukang yang bekerja 12 orang adalah 90 hari” Selanjutnya, untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui mereka dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya apakah informasi yang ditemukan dapat dinyatakan dalam bentuk tabel? Jika menurut siswa bisa, maka coba nyatakanlah ke dalam bentuk tabel.

Gambar 5.16 Slide Pengelompokkan Jumlah Tukang dan Waktu Penyelesaian Rumah Adat Tongkonan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

Tabel di atas terdiri dari 3 kolom dan 3 baris. Kolom pertama berisi nomor, kolom kedua berisi jumlah tukang yang dibutuhkan dan yang datang, serta kolom ketiga berisi waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah Tongkonan. Baris pertama berisi penamaan, baris kedua berisi jumlah tukang yang dibutuhkan dan estimasi waktu pengerjaannya, baris ketiga berisi jumlah tukang yang datang dan estimasi waktu pengerjaan Tongkonan. Setelah itu, guru dapat bertanya, “lama waktu yang diperlukan dengan 8 tukang lebih lama atau lebih cepat jika dibandingkan dengan 12 tukang? Jelaskan alasan kalian. Coba lanjutkan!” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa lama waktu yang diperlukan 8 tukang lebih lama dibandingkan 12 tukang, karena jumlah tukang yang berkeja lebih sedikit sehingga memerlukan waktu yang lebih banyak/lama. Guru kemudian dapat bertanya apakah bisa jumlah tukang yang berada sel 1 dibandingkan dengan jumlah tukang di sel 2? Jika bisa maka buatlah perbandingannya. Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa misalkan a adalah jumlah tukang di sel 1 dan b adalah jumlah tukang di sel 2, maka a : b = 12 : 8 = 3 : 2. Kemudian, guru bertanya mengenai langkah selanjutnya. Apabila siswa mengalami kesulitan menentukan langkah selnjutnya, maka guru dapat memberikan ilustrasi berikut.

Gambar 5.17 Slide Ilustrasi Petunjuk untuk Siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Selanjutnya, guru meminta siswa untuk memperhatikan ilustrasi yang diberikan dan bertanya bagaimana langkah selanjutnya? Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa langkah selanjutnya adalah menentukan bilangan pengalinya, seperti masalah 5 sebelumnya. Kemudian, guru meminta siswa untuk mencari bilangan pengalinya. Jika siswa mengalami kesulitan menghitung, guru dapat memberi petunjuk bahwa 8 itu sama dengan 12 dikali bilangan berapa? Setelah itu siswa dipersilakan untuk mencoba menghitung. Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa 8 = 12 × x 8/12 = x 2/3 = x 2 Artinya, jumlah tukang di sel 2 sama dengan kali jumlah tukang 3 di sel 1. Setelah itu, guru dapat meminta siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menentukan jumlah hari yang terdapat di sel 2. Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa Jumlah hari di sel 2 = 2 3 90 : = 90 × = 135, sehingga, jumlah hari yang dibutuhkan untuk 3 2 menyelesaikan rumah Tongkonan jika tukang yang datang 8 orang adalah 135 hari. Apabila siswa belum bisa menentukan jumlah hari di sel 2 (jumlah hari untuk menyelesaikan Tongkonan jika tukang yang datang sebanyak 8 orang), maka guru dapat meminta siswa untuk mencermati kembali masalah 5 yang telah dikerjakan sebelumnya. d. Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil Pada langkah ini guru memilih dua kelompok untuk menjelaskan jawaban mereka terkait masalah 6. Siswa yang dipilih adalah siswa yang memiliki jawaban tepat dan kurang tepat. Namun, jika semua siswa bisa menjawab masalah 6 dengan benar, maka pemilihan 2 kelompok presenter akan dilakukan secara acak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

Adapun kelompok lainnya yang tidak dipilih, diminta untuk mendengarkan dan memberikan pendapat/tanggapan kepada kelompok yang berperan sebagai presenter. e. Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah Pada langkah ini, guru memberikan umpan balik positif kepada siswa yang telah menyampaikan pendapat, tanggapan atau saran untuk siswa yang berperan sebagai presenter. Guru juga mengapresiasi kelompok yang sudah bersedia menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya. Setelah itu, guru dapat bertanya mengenai kesimpulan yang diperoleh dari kedua masalah yang telah dibahas. Kemungkinan siswa menjawab bahwa masalah 5 membandingkan jumlah 2 anak dan 4 anak untuk menentukan banyak warisan yang didapat oleh masing-masing anak. Selanjutnya, untuk menegaskan kembali guru dapat bertanya apakah boleh membandingkan jumlah anak dengan jumlah warisan? Mengapa demikian? Lalu, bagaimana menentukan bagian warisan yang diperoleh masing- masing anak, jika warisan tersebut dibagikan ke 4 anak? Selanjutnya, Masalah 6 membandingkan jumlah tukang untuk menentukan jumlah hari yang dibutuhkan untuk membangun sebuah Tongkonan. Untuk menegaskan kembali, guru bisa bertanya kepada siswa apakah boleh membandingkan jumlah tukang dengan jumlah hari yang dibutuhkan? Mengapa demikian? Lalu, bagaimana menentukan jumlah hari yang dibutuhkan untuk membangun sebuah Tongkonan, jika tukang yang datang hanya 8 orang? Setelah itu, guru meminta siswa untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan berbalik nilai. Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa perbandingan Perbandingan berbalik nilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding terbalik. Artinya saat nilai suatu besaran semakin besar, maka nilai besaran lainnya akan mengecil, begitu juga sebaliknya. Apabila PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

jawaban siswa tidak seperti yang diharapkan, maka guru berusaha memberikan pertanyaan yang menuntun siswa untuk bisa menjawab seperti yang diharapkan, “Perhatikan masalah 6. Jika kita buat jumlah tukang yang bekerja semakin sedikit, apa yang terjadi dengan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan sebuah Tongkonan?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa waktu yang dibutuhkan semakin banyak atau lama. Kemudian, guru bertanya lagi, “Jika kita buat jumlah tukang yang bekerja semakin banyak, apa yang terjadi dengan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan sebuah Tongkonan” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa waktu yang dibutuhkan semakin sedikit atau berkurang. Guru melanjutkan, “Jadi, bagaimana hubungan antara jumlah tukang dan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan sebuah rumah adat Tongkonan?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa saat jumlah tukang yang bekerja bertambah, maka jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan akan berkurang atau semakin sedikit. Sebaliknya, saat jumlah tukang yang bekerja berkurang, maka jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan akan bertambah atau semakin banyak. Setelah mendengar jawaban siswa, guru dapat memberikan penegasan bahwa fenomena yang ada di masalah 6 adalah fenomena perbandingan yang berbalik nilai. Lalu, guru kembali bertanya, “Jadi menurut kalian, apa itu perbandingan berbalik nilai?” Kemungkinan siswa akan menjawab bahwa berbalik nilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding terbalik. Artinya saat nilai suatu besaran semakin besar, maka nilai besaran lainnya akan mengecil, begitu juga sebaliknya. 4. Deskripsi bagian penutup Pada bagian penutup, guru meminta siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menjawab beberapa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

pertanyaan, diantaranya (1) Bagaimana pembelajaran hari ini? (2) Apa kesulitan yang kalian hadapi dalam pembelajaran hari ini? (3) Bagaimana suka duka belajar pada hari ini? Refleksi akan disampaikan dengan menggunakan media powerpoint dan siswa mengerjakan pada selembar kertas, kemudian mengumpulkan hasilnya kepada guru.

Gambar 5.18 Slide Pertanyaan Refleksi. Setelah melakukan refleksi, siswa diminta untuk mempelajari kembali materi yang telah dipelajari di pertemuan sebelumnya dan hari ini di rumah sebagai persiapan untuk menghadapi ulangan harian pada pertemuan berikutnya. Untuk memperdalam pemahaman siswa, guru meminta siswa untuk mengerjakan 2 soal sebagai latihan di rumah, yaitu 1. Dua keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mampa. Keluarga pertama, warisan dibagikan kepada 3 orang anak sama besar. Keluarga kedua membagi warisan kepada 2 anak, dan setiap anak mendapat warisan sebesar Rp 15.000.000. Jika total warisan yang akan dibagikan di keluarga pertama sama dengan total warisan yang dibagikan di keluarga kedua, maka berapa nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga pertama? 2. Sebuah Tongkonan dengan lebar 3 m akan dibangun di suatu kampung. Menurut kepala tukang, tahap mangrampun kayu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

(mengumpulkan bahan dari alam) dapat diselesaikan dalam waktu 3 hari dengan bantuan 160 orang. Jika yang bisa membantu ternyata hanya 120 orang, maka berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tahap mangrampun kayu (mengumpulkan bahan dari alam) tersebut? Pembahasan: 1. Keluarga ke-2: Jumlah anak adalah 2 orang Bagian per anak adalah Rp15.000.000,00 Total warisan adalah Rp15.000.000,00 x 2 = Rp30.000.000,00 Keluarga ke-1: Total warisan adalah Rp30.000.000,00 Jumlah anak adalah 3 orang Bagian per anak adalah Rp30.000.000 : 3 = Rp10.000.000,00. Jadi nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga pertama adalah Rp10.000.000,00 2. Dalam 3 hari memerlukan 160 orang Jumlah masyarakat yang bisa membantu 120 orang, maka tahap mangrampun kayu (mengumpulkan bahan dari alam) akan selesai dalam ... hari Tabel 5.3 Pengelompokan Jumlah Masyarakat dan Waktu Yang Dibutuhkan untuk Mangrampun Kayu Jumlah masyarakat (orang) Waktu (hari) 160 3 3 × 120 4 ? Jumlah hari jika ada 120 masyarakat adalah 3 4 = 3∶ = 3 × = 4 ℎ푎푟푖 4 3 Jadi, jumlah hari yang dibutuhkan untuk mangrampun kayu (mengumpulkan bahan dari alam) jika masyarakat yang membantu ada 120 orang yaitu 4 hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

Setelah memberikan 2 soal sebagai latihan di rumah, selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan salam penutup dan memotivasi siswa untuk tetap semangat.

C. Deskripsi Rencana Pembelajaran Pertemuan 3 untuk Materi Perbandingan untuk Siswa Kelas VII Pada pertemuan ini akan diadakan ulangan harian tentang perbandingan untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung. Soal ulangan harian terdiri dari 8 soal uraian yang mana masing-masing soal memiliki indikator yang dapat mengukur pemahaman siswa akan topik perbandingan ini. Berikut adalah deskripsi mengenai masalah yang akan diberikan pada saat ulangan harian beserta dengan indikatornya. 1. Masalah yang ditampilkan pada soal nomor 1, yaitu “Jelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan?” Melalui permasalahan yang diberikan pada soal nomor 1 ini, siswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian perbandingan setelah mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama. Adapun pembahasan dari masalah di soal nomor 1, yaitu “perbandingan adalah membandingkan dua atau lebih besaran yang sejenis.” Jika jawaban yang dituliskan tepat, maka siswa akan mendapat skor maksimal 10. 2. Masalah yang ditampilkan pada soal nomor 2, yaitu “Buatlah masing- masing satu contoh yang merupakan perbandingan dan bukan perbandingan!” Melalui permasalahan yang diberikan pada soal nomor 2 ini, siswa diharapkan dapat memberikan contoh perbandingan setelah mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama. Adapun pembahasan dari masalah di soal nomor 2, yaitu “Contoh perbandingan: Membandingkan banyak kayu yang dikumpulkan pada saat mangrampun kayu di hari pertama dan kedua. Contoh bukan perbandingan: Banyak kayu yang dikumpulkan pada saat mangrampun kayu dengan jumlah hewan yang dikurbankan pada saat mangrampun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

kayu.” Jika jawaban yang dituliskan tepat, maka siswa akan mendapat skor maksimal 10. 3. Masalah yang ditampilkan pada soal nomor 3, yaitu “Jelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan senilai dan berbalik nilai?” Melalui permasalahan yang diberikan pada soal nomor 3 ini, siswa diharapkan dapat menjelaskan pengertian perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai setelah mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua. Adapun pembahasan dari masalah di soal nomor 3, yaitu “Perbandingan senilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding lurus, artinya nilai dari besaran yang dibandingkan akan sama-sama membesar atau sama sama mengecil. Sedangkan Perbandingan berbalik nilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding terbalik, artinya saat nilai suatu besaran semakin besar, maka nilai besaran lainnya akan mengecil, begitu juga sebaliknya” Jika jawaban yang dituliskan tepat, maka siswa akan mendapat skor maksimal 10. 4. Masalah yang ditampilkan pada soal nomor 4, yaitu “Buatlah masing- masing satu contoh perbandingan senilai dan berbalik nilai yang dapat kalian temukan di kehidupan sehari-hari!” Melalui permasalahan yang diberikan pada soal nomor 4 ini, siswa diharapkan dapat memberikan contoh masalah yang terkait dengan perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai setelah mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua. Adapun pembahasan dari masalah di soal nomor 4, yaitu “Contoh perbandingan senilai: Keluarga Pak Andre memiliki Tongkonan dengan ukuran 3 m x 6 meter. Keluarga Pak Adri ingin membangun Tongkonan dengan perbandingan yang sama dan lebarnya 5 meter. Maka, panjang Tongkonan Pak Adri adalah 10 meter. Sedangkan contoh perbandingan berbalik nilai: Keluarga Pak Andre akan membangun sebuah Tongkonan. Rencananya, tukang yang akan membangun rumahnya sebanyak 12 orang selama 90 hari. Jika jumlah tukang yang datang hanya 8, maka Tongkonan keluarga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

pak Andre akan selesai dalam waktu 4 bulan 135 hari.” Jika jawaban yang dituliskan tepat, maka siswa akan mendapat skor maksimal 10 5. Masalah yang ditampilkan pada soal nomor 5, yaitu “Dalam sebuah upacara adat Rambu Solo, untuk memberi makan 14 orang tamu diperlukan 2 kg beras. Satu jam kemudian datang tamu sebanyak 35 orang tamu, maka berapa kg beras yang dibutuhkan untuk menjamu ketiga puluh lima tamu tersebut?” Melalui permasalahan yang diberikan pada soal nomor 5 ini, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah perbandingan senilai dengan menggunakan tabel setelah mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama. Adapun pembahasan dari masalah di soal nomor 4 sebagai berikut. Diketahui: Dalam sebuah upacara adat Rambu Solo 14 orang tamu memerlukan 2 kg beras 1 jam kemudian terdapat 35 orang tamu. Ditanya: 35 orang tamu memerlukan … kg beras. Jawab: Tabel 5.4 Pengelompokkan Banyak Tamu dan Banyak Beras Banyak Tamu (Orang) Banyak Beras (Kg) 14 × 푝 2 × 푝 35 ? 14 × 푝 = 35 35 5 푝 = = 14 2 Sehingga, banyak beras yang diperlukan untuk diberikan kepada 35 5 orang tamu adalah 2 × = 5 푘𝑔 2 Jadi, banyak beras yang dibutuhkan untuk memberi makan 35 orang tamu dalam upacara adat Rambu Solo tersebut adalah 5 kg Jika jawaban yang dituliskan tepat, maka siswa akan mendapat skor maksimal 10. 6. Masalah yang ditampilkan pada soal nomor 6, yaitu “Pak Marissa adalah salah satu masyarakat adat Toraja. Beliau memiliki sejumlah warisan, salah satunya berbentuk hewan ternak babi. Pak Marissa mempunyai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

persediaan makanan untuk 40 ekor babi selama 15 hari. Jika Pak Marissa membeli 10 ekor babi lagi, maka persediaan makanan tersebut cukup untuk berapa hari?” Melalui permasalahan yang diberikan pada soal nomor 6 ini, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah perbandingan berbalik nilai dengan menggunakan tabel setelah mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua. Adapun pembahasan dari masalah di soal nomor 6 sebagai berikut. Diketahui: Salah satu bentuk warisan Pak Marissa adalah babi, Persedian makanan 40 ekor babi adalah selama 15 hari Pak Marissa lalu membeli 10 ekor babi lagi. Ditanya: Persediaan makanan 50 ekor babi adalah selama … hari Jawab: Tabel 5.5 Pengelompokkan Jumlah Warisan Babi dan Waktu Persediaan Makanan Jumlah warisan babi Waktu persediaan (hari) (ekor) 40 15 50 ? 40 × 푝 = 50 50 푝 = 40 5 푝 = 4 Karena jumlah babi bertambah 10 ekor, maka lama waktu persediaan 5 4 makanan akan habis adalah 15 ∶ = 15 × = 12 ℎ푎푟푖 4 5 Jadi, persediaan makanan akan habis dalam waktu 12 hari Jika jawaban yang dituliskan tepat, maka siswa akan mendapat skor maksimal 10. 7. Masalah yang ditampilkan pada soal nomor 7, yaitu “Sebuah keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mengkendek. Warisan tersebut akan dibagikan kepada Melda dan Agata. Melda memiliki 2 anak, sedangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

Agata memiliki 4 anak, sehingga perbandingan warisan yang diperoleh Melda dan Agata adalah 2 : 4. Jika warisan yang diperoleh Agata adalah Rp 52.000.000. Berapakah warisan yang diterima oleh Melda?” Melalui permasalahan yang diberikan pada soal nomor 7 ini, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang melibatkan perbandingan senilai di kehidupan sehari-hari setelah mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama. Adapun pembahasan dari masalah di soal nomor 7 sebagai berikut. Diketahui: Dalam sebuah musyawarah pembagian warisan, Melda memiliki 2 orang anak Agata memiliki 4 orang anak Perbandingan warisan Melda dan Agata adalah 2 : 4 Jumlah warisan yang diperoleh Agata adalah 52.000.000,00 Ditanya: Jumlah warisan yang diperoleh Melda adalah… Jawab: Tabel 5.6 Pengelompokkan Banyak Anak dan Banyak Warisan Nama anggota Banyak anak Banyak warisan keluarga (orang) (rupiah) 2 ? Melda × 푝 × 푝 Agata 4 52.000.000 2 × 푝 = 4 4 푝 = 2 푝 = 2 Sehingga, banyak warisan yang diperoleh Melda 푗푢푚푙푎ℎ 푤푎푟푖푠푎푛 푀푒푙푑푎 × 2 = 52.000.000 푗푢푚푙푎ℎ 푤푎푟푖푠푎푛 푀푒푙푑푎 = 52.000.000 ∶ 2 푗푢푚푙푎ℎ 푤푎푟푖푠푎푛 푀푒푙푑푎 = 26.000.000 Jadi, jumlah warisan yang akan diperoleh Melda adalah Rp26.000.000,00. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

Jika jawaban yang dituliskan tepat, maka siswa akan mendapat skor maksimal 20. 8. Masalah yang ditampilkan pada soal nomor 8, yaitu “Dua keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mampa. Keluarga pertama, warisan dibagikan kepada 3 orang anak, dan setiap anak mendapat Rp 8.000.000,00. Keluarga kedua akan membagi warisan dengan nilai yang sama dengan yang dibagikan keluarga pertama kepada 6 anak. Berapa nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga kedua??” Melalui permasalahan yang diberikan pada soal nomor 8 ini, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang melibatkan perbandingan berbalik nilai di kehidupan sehari-hari setelah mengikuti berbagai kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua. Adapun pembahasan dari masalah di soal nomor 8 sebagai berikut. Diketahui: Dalam sebuah musyawarah pembagian warisan, Keluarga pertama membagikan warisan kepada 3 anak, masing-masing mendapat Rp8.000.000,00 Keluarga kedua membagikan warisan kepada 6 anak dengan total warisannya sama dengan total warisan keluarga pertama. Ditanya: Jumlah warisan yang diperoleh setiap anak di keluarga kedua adalah… Jawab: Tabel 5.7 Pengelompokkan Banyak Anak dan Banyak Warisan yang diperoleh Setiap Anak Banyak anak Banyak warisan yang Keluarga (orang) diperoleh setiap anak (rupiah) 3 8.000.000 Pertama × 푝 : 푝

Kedua 6 ? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

2 × 푝 = 4 4 푝 = 2 푝 = 2 Banyak warisan yang diperoleh setiap anak di keluarga kedua adalah 8.000.000 ∶ 2 = 4.000.000 Jadi, jumlah warisan yang akan diperoleh setiap anak di keluarga kedua adalah Rp4.000.000. Jika jawaban yang dituliskan tepat, maka siswa akan mendapat skor maksimal 20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti memaparkan kesimpulan dan saran terkait penelitian yang telah dilaksanakan dan disesuaikan dengan hasil penelitian. A. Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan berdasarkan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui (1) proses pembanguan rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan (2) fungsi dari rumah adat Tongkonan bagi masyarakat suku Toraja (3) upacara Rambu Solo sebagai salah satu proses adat yang dilakukan di rumah Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan (4) aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam proses pembangunan rumah adat Tongkonan di Toraja Sulawesi Selatan (5) aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam fungsi rumah adat Tongkonan di Toraja Sulawesi Selatan (6) aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam Rambu Solo’ sebagai salah satu proses adat yang dilakukan di Tongkonan di Toraja Sulawesi Selatan (7) membangun konteks matematika dengan menggunakan proses pembangunan, fungsi dan proses adat tumah adat di Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan untuk membelajarkan matematika (8) langkah-langkah merencanakan proses pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk materi Perbandingan bagi siswa kelas VII dengan menggunakan konteks yang terkait dengan proses pembangunan, fungsi dan proses adat di Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan. 1. Proses Pembanguan Rumah Adat Tongkonan Di Toraja, Sulawesi Selatan a. Mangrimpung (Menghimpun Kerabat dan Keluarga Untuk Melakukan Musyawarah Sebelum Membangun Tongkonan) b. Mengumpulkan Bahan Atau Ramuan c. Mendirikan Rumah d. Memasang Atap e. Memasang Tiang A’riri posi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

2. Proses upacara Rambu Solo sebagai salah satu proses adat yang dilakukan di Rumah Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut: a. Hari pertama: Kerbau-kerbau dikumpul (matammuan tedong). Kemudian, orang yang meninggal diangkat dilumbung. Sore hari, satu kerbau dipotong dan dimasak. Kemudian, dilanjutkan dengan ibadah dan makan bersama. b. Hari kedua: Penerimaan tamu dari keluarga dan kerabat. Kemudian, pemotongan hewan babi dan kerbau untuk dimakan bersama. c. Hari ketiga: Pemotongan kerbau untuk dimakan bersama. Kemudian, orang yang meninggal dibawa ke gereja untuk didoakan dan dikuburkan di dalam patane. 3. Fungsi dari rumah adat tongkonan bagi masyarakat suku toraja adalah sebagai berikut: a. Sebagai simbol strata sosial bagi semua rumpun keluarga Tongkonan itu. b. Sebagai pemersatu seluruh rumpun keluarga dari Tongkonan itu. c. Sebagai pusat pelaksanaan upacara dan tempat musyawarah. 4. Aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam proses pembangunan Rumah Adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut: a. Aktivitas menghitung/membilang (kuantifikasi, nama-nama bilangan, operasi bilangan, penaksiran, pecahan) terdapat dalam tahap Mangrimpung (menghimpun kerabat dan keluarga untuk melakukan musyawarah sebelum membangun Tongkonan) dan mendirikan rumah. b. Aktivitas menentukan lokasi (navigasi kompas: utara, timur, selatan, barat; jarak) terdapat dalam tahap mengumpulkan bahan atau ramuan, mendirikan rumah, dan memasang tiang A’riri posi. c. Aktivitas mengukur (panjang, tipis dan tebal) terdapat dalam tahap mendirikan rumah dan memasang tiang A’riri posi. d. Aktivitas mendesain (bentuk, kesebangunan dan kekongruenan) terdapat dalam tahap mendirikan rumah dan memasang atap. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

e. Aktivitas menjelaskan (penjelasan simbolik, bentuk dan diagram) terdapat dalam tahap Mangrimpung (menghimpun kerabat dan keluarga untuk melakukan musyawarah sebelum membangun tongkonan) dan memasang atap. 5. Aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam fungsi Rumah Adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut: a. Aktivitas menghitung/membilang (nama-nama bilangan dan operasi bilangan) terdapat dalam fungsi sebagai simbol strata sosial bagi semua rumpun keluarga Tongkonan dan sebagai tempat melakukan musyawarah pembagian warisan. b. Aktivitas menentukan lokasi (navigasi kompas : utara; dan depan) terdapat dalam fungsi sebgai simbol strata sosial bagi semua rumpun keluarga Tonkonan. c. Aktivitas mendesain (shape) terdapat dalam fungsi sebagai simbol strata sosial bagi semua rumpun keluarga Tongkonan. 6. Aktivitas fundamental matematis yang terdapat dalam rambu solo’ sebagai salah satu proses adat yang dilakukan di Tongkonan, Toraja, Sulawesi Selatan a. Aktivitas menghitung/membilang (kuantifikasi, nama-nama bilangan dan operasi bilangan) terdapat dalam proses adat dihari pertama, pemotongan kerbau selama 3 hari, perlengkapan (kaseda dan lantang), dan pencatatan buku yang berisi nama tamu dan hewan kurban yang dibawakan. b. Aktivitas menentukan lokasi (jarak) terdapat dalam penomoran lumbung. c. Aktivitas mengukur (panjang, membandingkan) terdapat dalam kisaran harga hewan kurban kerbau dan babi yang terdapat dalam upacara adat. d. Aktivitas mendesain (form dan shape) terdapat dalam perlengkapan (alat musik gong dan kaseda). 7. Langkah-langkah membangun konteks matematika dengan menggunakan proses pembangunan, fungsi dan proses adat Rumah Adat Tongkonan di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

Toraja, Sulawesi Selatan untuk membelajarkan matematika adalah sebagai berikut: a. Mengklasifikasikan data dalam tiga bagian: proses pembuatan, fungsi dan upacara adat. b. Menganalisis aktivitas matematis yang terdapat dalam setiap bagian. c. Menganalisis konsep yang terdapat pada setiap aktivitas matematis yang ditemukan sebelumnya. d. Konsep yang banyak ditemukan/dominan akan dipilih untuk menentukan topik yang akan digunakan. 8. Langkah-Langkah merencanakan proses pembelajaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk materi perbandingan bagi siswa kelas VII dengan menggunakan konteks yang terkait dengan Rumah Adat Tongkonan dan fungsi Rumah Adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan adalah sebagai berikut a. Pertemuan 1 : Perbandingan dan perbandingan senilai 1. Menyampaikan tujuan dan motivasi pembelajaran Motivasi pembelajaran berupa contoh aplikasi perbandingan senilai dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembuatan rumah adat Tongkonan terdapat penggunaan konsep perbandingan senilai. Tukang dapat menentukan ukuran panjang dari sebuah rumah adat Tongkonan, jika pemilik atau tuan rumah menentukan lebar rumah adat Tongkonan yang ingin dibuat Fase 1 : Perbandingan 2. Langkah pembelajaran dengan model PBL: 1) Orientasi Terhadap Masalah: siswa akan diberikan 2 masalah yang berkaitan dengan perbandingan. Konteks yang dipergunakan dalam masalah 1 adalah tahap mangrampun kayu dan dalam masalah 2 adalah hewan kurban yang dibawakan oleh para tamu saat upacara adat Rambu Solo diadakan. 2) Organisasi Belajar: siswa akan menyelesaikan kedua masalah tersebut secara individu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

3) Penyelidikan Individu dan Kelompok: peneliti mengidentifikasi kesulitan yang akan dialami siswa dalam tahap ini adalah mengelompokkan bahan alam yang terdapat di masalah 1, menuliskan informasi yang ada di masalah ke dalam bentuk tabel, mengelompokkan hewan kurban yang terdapat di masalah 2, dan menuliskan informasi yang ada di masalah ke dalam bentuk tabel. 4) Mengembangkan dan Merepresentaskan Hasil: dua siswa dipilih untuk menjelaskan jawaban mereka terkait masalah 1 dan 2. Siswa yang dipilih adalah siswa dengan jawaban benar dan kurang tepat. Namun, jika semua siswa dapat menjawab masalah 1 dan 2 dengan benar, maka pemilihan dilakukan secara acak, yaitu 1 laki-laki dan 1 perempuan. 5) Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah: guru memberikan umpan balik positif kepada siswa yang telah aktif dalam pembelajaran, guru bertanya kepada siswa mengenai kesimpulan dari 2 masalah yang telah dibahas pada pertemuan 1, guru bertanya pengertian dari perbandingan berdasarkan kesimpulan yang didapat dari 2 masalah tadi, dan guru menegaskan bahwa masalah 1 dan 2 merupakan fenomena perbandingan. Fase 2 : Perbandingan Senilai 3. Langkah pembelajaran dengan model PBL: 1) Orientasi Terhadap Masalah: siswa akan diberikan 2 masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai. Konteks yang dipergunakan dalam masalah 3 adalah ukuran (panjang dan lebar) rumah Tongkonan dua keluarga dan dalam masalah 4 adalah pembagian warisan sebuah keluarga berdasarkan jumlah anak. 2) Organisasi Belajar: siswa akan menyelesaikan masalah 3 dan 4 secara berkelompok yang terdiri dari 3-4 siswa. Pembagian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

kelompok dilakukan dengan cara berhitung dari 1 sampai 4. 3) Penyelidikan Individu dan Kelompok: peneliti mengidentifikasi kesulitan yang akan dialami siswa dalam tahap ini adalah mengelompokkan ukuran rumah yang terdapat di masalah 3, mengolah informasi yang didapat ke dalam bentuk tabel, mengelompokkan jumlah anak dan warisan yang terdapat di masalah 4, dan mengolah informasi yang didapat ke dalam bentuk tabel. 4) Mengembangkan dan Merepresentaskan Hasil: dua kelompok dipilih untuk menjelaskan jawaban mereka terkait masalah 3 dan 4. Kelompok yang dipilih adalah siswa dengan jawaban benar dan kurang tepat. Namun, jika semua kelompok dapat menjawab masalah 3 dan 4 dengan benar, maka pemilihan dilakukan secara acak. 5) Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah: guru memberikan umpan balik positif kepada kelompok dan siswa yang telah aktif dalam pembelajaran, guru bertanya kepada siswa mengenai kesimpulan dari masalah 3 dan 4, guru bertanya pengertian dari perbandingan senilai berdasarkan kesimpulan yang didapat dari masalah 3 dan 4 tadi, dan guru menegaskan bahwa masalah 3 dan 4 merupakan fenomena perbandingan senilai. 4. Penutup: guru meminta siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menjawab 3 pertanyaan. Setelah itu, guru memberikan 2 soal sebagai latihan di rumah. b. Pertemuan 2 : Perbandingan berbalik nilai 1. Menyampaikan tujuan dan motivasi pembelajaran Motivasi pembelajaran berupa contoh aplikasi perbandingan senilai dalam kehidupan sehari-hari. Pada salah satu tahap pembuatan rumah adat Tongkonan, yaitu mengumpulkan bahan dari alam. Semakin banyak jumlah masyarakat kampung PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

yang membantu mengumpulkan, maka semakin sedikit pula hari yang diperlukan untuk menyelesaikan pengumpulan bahan dari alam tersebut.Fase 1 : Perbandingan 2. Langkah pembelajaran dengan model PBL: 1) Orientasi Terhadap Masalah: siswa akan diberikan 2 masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai. Konteks yang digunakan pada masalah 5 adalah musyawarah pembagian warisan kepada dua keluarga dan pada masalah 6 adalah waktu penyelesaian proses pembangunan Tongkonan dengan sejumlah tukang. 2) Organisasi Belajar: siswa akan menyelesaikan masalah 5 secara individu dan masalah 6 secara berkelompok. Kelompok diskusi pada pertemuan ini masih sama seperti pertemuan sebelumnya. 3) Penyelidikan Individu dan Kelompok: peneliti mengidentifikasi kesulitan yang akan dialami siswa dalam tahap ini adalah mengelompokkan jumlah anggota keluarga dan warisan di masalah 5, menuliskan informasi yang ada di masalah ke dalam bentuk tabel, mengelompokkan jumlah tukang dan lama penyelesaian proses pembangunan Tongkonan di masalah 6, dan menuliskan informasi yang ada di masalah ke dalam bentuk tabel. 4) Mengembangkan dan Merepresentaskan Hasil: dua kelompok dipilih untuk menjelaskan jawaban mereka terkait masalah 6. Kelompok yang dipilih adalah kelompok dengan jawaban benar dan kurang tepat. Namun, jika semua kelompok dapat menjawab masalah 6 dengan benar, maka pemilihan dilakukan secara acak. 5) Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah: guru memberikan umpan balik positif kepada kelompok dan siswa yang telah aktif dalam pembelajaran, guru bertanya kepada siswa mengenai kesimpulan dari 2 masalah yang telah dibahas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

180

pada pertemuan 2, guru bertanya pengertian dari perbandingan berbalik nilai berdasarkan kesimpulan yang didapat dari 2 masalah tadi dan guru menegaskan bahwa masalah 5 dan 6 merupakan fenomena perbandingan berbalik nilai. 3. Penutup: guru meminta siswa untuk merefleksikan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menjawab 3 pertanyaan. Setelah itu, guru memberikan 2 soal sebagai latihan di rumah. c. Pertemuan 3 : Ulangan Harian Pada pertemuan ini guru akan memberikan 8 soal yang akan diharapkan mampu mengukur kemampuan siswa dalam materi perbandingan, perbandingan senilai, dan perbandingan berbalik nilai.

B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, peneliti memberikan saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi pembaca yaitu sebagai berikut : 1. Bagi Pembaca Peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca, terutama bagi pendidik bahwa budaya rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan dapat dijadikan sebagai konteks untuk merancang suatu rencana pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning yang dapat mengkonstruk pemahaman siswa tentang topik perbandingan. Penulis berharap untuk rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas dan konteks pembelajaran yang disajikan ke siswa dapat berkaitan dengan masalah kontekstual dan budaya sekitar siswa agar pembelajaran tersebut dapat mengkonstruk pemahaman siswa dengan baik. 2. Bagi Peneliti Lebih Lanjut Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode observasi lapangan dan narasumber yang lebih banyak pada saat proses pengambilan data, sehingga data yang didapatkan lebih bervariasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

181

Menarik untuk diteliti apakah rencana pembelajaran yang telah disusun menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan menggunakan konteks budaya rumah adat Tongkonan di Toraja, Sulawesi Selatan dapat meningkatkan pemahaman siswa? Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian terkait berikutnya. Selain itu, peneliti juga berharap bahwa peneliti berikutnya dapat mengembangkan penelitian ini menjadi lebih baik lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

182

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (2013). Belajar Untuk Mengajar (Learning to Teach) Edisi 9 Buku 2. Jakarta Selatan: Salemba Humanika. Fajriyah, Euis. (2018). Peran Etnomatematika Terkait Konsep Matematika Dalam Mendukung Literasi. PRISMA: Prosiding Seminar Nasional Matematika, 114. Firmansyah, Agam Tresna. 2018. “Analisis Kepercayaan Tokoh Pada Novel Tambora Karya Agus Sumbogo Tinjauan Teori Antropologi Sastra”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur. Helma. (2014). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Kelas I Melalui Media Kartu Bilangan di Sekolah Dasar Negeri 58 Payakumbuh Daya Bangun Kota Payakumbuh. Pedagogi: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 14(2), 88. Laurens, Theresia. (2016). Analisis Etnomatematika Dan Penerapannya Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Lemma, 3(1). Mashuri. (2010). Perwujudan Konsep dan Nilai-nilai Kosmologi Pada Bangunan Rumah Tradisional Toraja. Ruang, 2(1), 3. Mukhlis, Akhmas & Sadid Al Muqim (Ed.). (2013). Psikologi Lintas Budaya. Malang: UIN-MALIKI Press. Nugrahani. Farida. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. [e-book]. Retrieved from https: //fdokumen.com Panganna’, Yans Sulo. (2018). Bisikan Suci Passura’ Toraya. Klaten, Jawa Tengah: Nugra Media. Plomp, Tjeerd & Nienke Nieveen (Ed.). (2010). An Introductional to Educational Design Research. [e-book]. Retrieved from https: //slo.nl Putra, Dwi Sucipto Mandala, dkk. (2018). Pengaruh Model Accelerated Learning Cycle terhadap Kemampuan Pemevahan Masalah Matematika Materi Bilangan Bulat. JMSE OPEN ACCES: Journal of Mathematics Science and Education, 1(1), 13. doi:https://doi.org/10/31154/jmse.v1i1.136. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

183

Rahayu, Weni. (2017). Tongkonan Mahakarya Arsitektur Tradisional Suku Toraja. Jakarta Timur: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Daksinapati Barat IV. Rosita, Sida Maya. 2019. “Etnomatematika Pada Rumah Adat Osing Banyuwangi Sebagai Bahan Pembelajaran Matematika”. Skripsi. Pendidikan Matematika, Pendidikan MIPA, FKIP, Universitas Jember, Jawa Timur. Rudhito, Andy. (2020). Filsafat Pendidikan Matematika Abad Ke-21. [Available from Sanata Dharma University to enrolled students.] Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionaliskme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Said, Abdul Azis. (2004). Simbolisme Unsur Visual Rumah Tradisional. Yogyakarta: Ombak. Setiana, Dafid Slamet & Annis Deshinta Ayuningtyas. (2018). Pengembangan Lembar Kegiatan Siawa (LKS) Matematika Berbasis Etnomatematika Yogyakarta. Jurnal Science Tech, 4(2), 69.Siyoto, Sandu & Ali Sodik. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing. Siagian, Muhammad Daut. (2016). Kemampuan Koneksi Matematika Dalam Pembelajaran Matematika. MES (Journal of Mathematics Education and Science), 2(1), 59. Siagian, Muhammad Daut. (2017). Pembelajaran Matematika Dalam Perspektif Konstruktivisme. MES: Journal of Mathematics Education and Science, 7(2), 62. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV. Supriyadi. (2016). Community of Practitioners: Solusi Alternatif Berbagi Pengetahuan Antar Pustakawan. Lentera Pustaka, 2(2), 85. Syafwandi. (2009). Arsitektur Tradisional Tana Toraja. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Penelitian, Pengkajian dan Pembinaan Nilai- Nilai Budaya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

Wahyudin. (2018). Etnomatematika Dan Pendidikan Matematika Multikultural. Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia. ISBN: 978-602-628-07-6. Wahyuni, Astri, dkk. (2013). Peran Etnomatematika Dalam Membangun Karakter Bangsa. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY: Prosiding, 114. ISBN: 978-979-16353-9-4. Wijanarko & Rinaldy Yumadhika. (2018). Identifikasi Aspek Fungsional Kolong pada Arsitektur Bangunan Tradisional Tongkonan, Toraja, Indonesia. Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPBLI) 2. ISBN: 978-602-51605-1-6. Wiradimadja, Agung. (2018). Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Naga Sebagai Konservasi Alam Dalam Menjaga Budaya Sunda. JSPH: Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis, 3(1), 3. Zebua, Novanolo Christovori. 2020. “Investigasi Etnomatematika Terhadap Budaya Dan Arsitektur Omo Sebua Nias Utara Dan Penerapannya Dalam Penyusunan LKPD Untuk Pembelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Pertama”. Tesis. Magister Pendidikan Matematika, Pendidikan MIPA, FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

185

Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMP ... Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VII/2 (Dua) Alokasi waktu : 7 x 40 menit (7 JP 3 Pertemuan) Tahun Pelajaran : 2020/2021

A. KOMPETENSI INTI 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. 3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mencoba, mengolah, menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan apa yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

186

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.8 Menganalisis 3.8.1 Menjelaskan pengertian perbandingan. perbandingan senilai 3.8.2 Menjelaskan pengertian perbandingan dan berbalik nilai senilai dan pengertian berbalik nilai. dengan menggunakan 3.8.3 Memberikan contoh masalah yang tabel data, grafik, dan terkait dengan perbandingan senilai dan persamaan. perbandingan berbalik nilai. 3.8.4 Menyelesaikan masalah perbandingan senilai dengan menggunakan tabel. 3.8.5 Menyelesaikan masalah perbandingan berbalik nilai dengan menggunakan tabel. 4.8 Menyelesaikan masalah 4.8.1 Menyelesaikan masalah yang melibatkan yang berkaitan dengan perbandingan senilai di kehidupan perbandingan senilai dan sehari-hari. berbalik nilai. 4.8.2 Menyelesaikan masalah yang melibatkan perbandingan berbalik nilai di kehidupan sehari-hari.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN Pertemuan ke-1 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian perbandingan dengan tepat setelah menyelesaikan beberapa masalah. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian perbandingan senilai dengan tepat setelah menyelesaikan beberapa masalah. 3. Siswa dapat memberikan contoh masalah tentang perbandingan senilai dengan tepat setelah berdiskusi. 4. Siswa dapat menyelesaikan masalah perbandingan senilai dengan menggunakan tabel secara tepat setelah berdiskusi. 5. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang melibatkan perbandingan senilai di kehidupan sehari-hari dengan tepat setelah berdiskusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

187

Pertemuan ke-2 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian perbandingan berbalik nilai dengan tepat setelah menyelesaikan beberapa masalah. 2. Siswa dapat memberikan contoh masalah tentang perbandingan berbalik nilai dengan tepat setelah berdiskusi. 3. Siswa dapat menyelesaikan masalah perbandingan berbalik nilai dengan menggunakan tabel secara tepat setelah berdiskusi. 4. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang melibatkan perbandingan berbalik nilai di kehidupan sehari-hari dengan tepat setelah berdiskusi.

D. MATERI PEMBELAJARAN 1. Fakta Perbandingan dinotasikan dengan titik dua (:). 2. Konsep a. Perbandingan adalah membandingkan dua atau lebih besaran yang sejenis. b. Perbandingan senilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding lurus. Artinya nilai dari besaran yang dibandingkan akan sama-sama membesar atau sama sama mengecil. c. Perbandingan berbalik nilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding terbalik. Artinya saat nilai suatu besaran semakin besar, maka nilai besaran lainnya akan mengecil, begitu juga sebaliknya. 3. Prinsip 풂 풄 a. Untuk perbandingan senilai, berlaku = bila dan hanya bila 풂풅 = 풃 풅 풃풄 . 풂 풅 b. Untuk perbandingan berbalik nilai, berlaku = bila dan hanya bila 풃 풄 풂풄 = 풃풅 . 4. Prosedur Langkah untuk mencari perbandingan senilai: hitung suatu nilai yang dicari dengan menggunakan sifat jika perbandingan a : b senilai dengan c : d maka 풂 풄 berlaku = . 풃 풅 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

188

Langkah mencari perbandingan berbalik nilai: hitung suatu nilai yang dicari dengan menggunakan sufat jika perbandingan a : b berbalik nilai dengan c : 풂 풅 d maka berlaku = . 풃 풄

E. METODE PEMBELAJARAN 1. Pendekatan : Saintifik/ilmiah 2. Model : Problem Based Learning 3. Metode : Diskusi dan tanya jawab

F. MEDIA, ALAT, DAN SUMBER BELAJAR 1. Media dan alat : papan tulis, spidol, LKS 2. Sumber belajar : a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Guru Matematika Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. b. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Buku Siswa Matematika Kelas VII. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN Pertemuan ke-1

Alokasi Kegiatan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Waktu

Pendahuluan 1. Guru membuka pembelajaran dengan memberikan salam 10 menit pembuka. “Selamat pagi, anak-anak semua.” 2. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa. “Bagimana kabarnya hari ini? Semoga semua dalam keadaan sehat ya. Apakah ada siswa yang belum atau tidak hadir?” 3. Guru memberitahukan materi pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan ini. “Pada pertemuan hari ini kita akan mempelajari tentang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

189

perbandingan senilai.” 4. Guru memberikan gambaran tentang contoh pemanfataan perbandingan senilai dalam kehidupan sehari-hari. “Topik perbandingan senilai ini dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari kita, misalnya pada pembuatan rumah adat Tongkonan. Tukang dapat menentukan ukuran panjang dari sebuah rumah adat Tongkonan, jika pemilik atau tuan rumah menentukan lebar rumah adat Tongkonan yang ingin dibuat.” 5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang akan berlangsung. “Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran hari ini, yaitu: a. Siswa dapat menjelaskan pengertian perbandingan. b. Siswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan senilai. c. Siswa dapat memberikan contoh masalah tentang perbandingan senilai. d. Siswa dapat menyelesaikan masalah perbandingan senilai dengan menggunakan tabel. e. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang melibatkan perbandingan senilai di kehidupan sehari-hari.” Inti Fase 1 100 menit Orientasi Terhadap Masalah 1. Guru menyediakan 2 masalah yang berkaitan dengan perbandingan. 2. Siswa diminta untuk membaca masalah 1 dan 2. “Anak-anak silakan baca 2 masalah berikut. Masalah 1 tentang perbandingan Salah satu tahapan pembangunan rumah adat Tongkonan adalah mangrampun kayu (mengumpulkan bahan dari alam) ke lokasi rumah adat Tongkonan akan dibangun. Jika pada hari pertama, masyarakat berhasil mengumpulkan 80 buah balok dan 8 lembar papan, lalu pada hari kedua sebanyak 60 buah balok dan 6 lembar PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

190

papan, buatlah perbandingan bahan dari alam yang dikumpulkan masyarakat dari cerita di atas. Masalah 2 tentang perbandingan Sebuah upacara adat Rambu Solo dilaksanakan pada sebuah rumah adat Tongkonan yang terletak di Mampa. Dalam acara tersebut, beberapa tamu undangan membawakan hewan kurban berupa babi dan kerbau, beberapa diantaranya: - Pak Enjel membawakan 3 ekor babi. - Pak Massora membawakan 1 ekor kerbau dan 1 ekor babi. - Bu Eris membawakan 2 ekor babi. - Bu Marissa membawakan 1 ekor kerbau. Buatlah minimal 1 soal perbandingan dari cerita di atas!” 3. Guru bertanya kepada siswa, “Apakah kalian dapat menjelaskan kedua masalah di atas dengan bahasa kalian sendiri?” 4. Guru meminta perwakilan dua siswa untuk menjelaskan masalah 1 dan 2 dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri.

Organisasi Belajar 5. Siswa akan menyelesaikan masalah 1 dan 2 secara individu.

Penyelidikan Individu Dan Kelompok 6. Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat untuk langkah selanjutnya. “Setelah kalian memahami masalah 1 maka langkah selanjutnya seperti apa?” Kemungkinan jawaban siswa: Membuat perbandingannya. 7. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan masalah 1, maka guru dapat mengajukan pertanyaan, “Coba kalian cermati kembali masalah 1, informasi apa yang telah kalian dapatkan?” PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

191

Kemungkinan jawaban siswa: Di hari pertama, 80 buah balok dan 8 lembar papan. Di hari kedua, 60 buah balok dan 6 lembar papan. Jika siswa masih kesulitan untuk sampai ke ide pengelompokkan bahan alam sejenis, maka guru bisa bertanya kepada siswa, ada berapa jenis bahan yang dikumpulkan dari alam dalam dua hari dan berapakah jumlahnya masing-masing di hari pertama dan kedua? Kemungkinan jawaban siswa: Ada dua bahan yaitu balok dan papan. 80 buah balok dan 8 lembar papan,, di hari pertama. 60 buah balok dan 6 lembar papan, di hari kedua. 8. Untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya kepada siswa, apakah informasi-informasi tersebut dapat kalian nyatakan dalam tabel? Jika menurut kalian bisa, maka coba kalian nyatakan dalam bentuk tabel. Kemungkinan jawaban siswa: Balok (buah) Papan (lembar) Hari 1 80 8 Hari 2 60 6 Guru kemudian bertanya, “Dari tabel di atas, perbandingan apa saja yang dapat kalian buat?” Kemungkinan jawaban siswa: Membandingkan banyak balok dan papan di hari pertama dan di hari kedua, yaitu 80 : 8 = 10 : 1 60 : 6 = 10 : 1 Respon guru: - Guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk membuat siswa menyadari ketidaktepatannya. “Apakah bisa jika kita membandingkan balok dengan papan?” - Jika Siswa menjawab, “iya”, maka guru bertanya lagi, “Sekarang, coba pikirkan apakah kalian bisa membuat perbandingan antara berat 2 kg apel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

192

dengan usia 10 tahun?” - Jika siswa menjawab, “bisa, perbandingannya adalah 2 : 10”, maka guru bertanya lagi, “Coba sederhanakan perbandingan tersebut, bisa tidak ya kira-kira?” - Jika siswa menjawab, “2 dan 10 dibagi 2”, maka guru bertanya lagi, “kira kira dibagi dengan 2 apa? 2 kg atau 2 tahun?” - Siswa akan menyadari ketidaktepatannya dari konteks ini. - Selanjutnya, guru lalu bertanya kembali, “Jadi, menurut kalian apakah bisa membandingkan 2 kg apel dengan usia 10 tahun?” - Siswa akan menjawab tidak. - Selanjutnya, guru bertanya, “Nah, coba kalian cermati kembali perbandingan yang telah kalian buat, yaitu membandingkan 80 buah kayu dengan 8 lembar papan. Apakah perbandingan tersebut sudah tepat?” - Siswa akan mengaitkan pemahamannya yang diperoleh saat mencoba membandingkan berat dengan umur, dan menyadari ketidaktepatan yang dilakukannya. - Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki ketidaktepatannya: membandingkan banyak balok dihari pertama dengan kedua, dan banyak papan di hari pertama dengan kedua, yaitu 80 : 60 = 4 : 3 8 : 6 = 4 : 3 - Respon guru: Baik sudah tepat. 9. Selanjutnya, siswa diminta untuk memperhatikan masalah 2. “Baik, sebelumnya teman kalian sudah menjelaskan mengenai masalah 2, setelah memahami masalah tersebut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

193

bagaimana langkah selanjutnya?” 10. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan masalah 2, maka guru dapat mengajukan pertanyaan, “Coba kalian cermati kembali masalah 2, informasi apa yang telah kalian dapatkan?” Kemungkinan jawaban siswa: - Pak Enjel membawakan 3 ekor babi. - Pak Massora membawakan 1 ekor kerbau dan 1 ekor babi. - Bu Eris membawakan 2 ekor babi. - Bu Marissa membawakan 1 ekor kerbau. Jika siswa masih kesulitan untuk sampai ke ide pengelompokkan hewan kurban yang dibawakan tamu, maka guru bisa bertanya kepada siswa, ada berapa jenis hewan kurban yang dibawakan tamu dalam acara adat tersebut, bagaimana rinciannya?” Kemungkinan jawaban siswa: Ada dua jenis hewan kurban, yaitu babi dan kerbau. Rinciannya sebagai berikut. - Pak Enjel membawakan 3 ekor babi. - Pak Massora membawakan 1 ekor kerbau dan 1 ekor babi. - Bu Eris membawakan 2 ekor babi. - Bu Marissa membawakan 1 ekor kerbau. 11. Untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya kepada siswa, apakah informasi-informasi tersebut dapat kalian nyatakan dalam tabel? Jika menurut kalian bisa, maka coba kalian nyatakan dalam bentuk tabel. Kemungkinan jawaban siswa: Nama Tamu Babi Kerbau (ekor) (ekor) Pak Enjel 3 Pak Massora 1 1 Bu Eris 2 Bu Marissa 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

194

Guru meminta siswa memberikan pendapat untuk langkah selanjutnya, “setelah mengelompokkannya, langkah selanjutnya seperti apa?” Kemungkinan jawaban siswa: Membuat perbandingan antara hewan kurban. Respon guru: - Guru betanya, “Apakah bisa membandingkan kerbau dan babi?” - Jika siswa menjawab, “Iya”, maka guru bertanya alasannya. - Jika siswa akan menjawab, “karena sama-sama hewan dan besaran/satuannya ekor. Jadi bisa dibandingkan”, maka guru menjawab, “iya benar sekali.” - Jika siswa menjawab, “Tidak bisa dibandingkan, karena kerbau dan babi berbeda.”. Maka, selanjutnya guru meminta siswa untuk membandingkan kerbau 2 ekor dan babi 2 ekor. - Siswa akan menuliskan, “2 : 2”. - Kemudian guru meminta siswa untuk menyederhanakannya dengan membagi keduanya mengguakan suatu bilangan berapa? Siswa akan menjawab, “keduanya dibagi dengan 2. - Guru melanjutkan, “dibagi dengan 2 apa?” - Siswa akan menjawab, “2 ekor” - Selanjutnya guru bertanya, “hasilnya berapa?”. Siswa menjawab, “1 : 1” - Kemudian guru bertanya, “ Jadi bisa atau tidak ya membandingkan kerbau dengan babi?” - Siswa akan menyadari ketidaktepatannya dan menjawab bahwa bisa membandingkan babi dan kerbau. 12. Guru meminta siswa untuk menuliskan minimal 1 perbandingan yang dapat dibuat dari masalah 2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

195

Kemungkinan jawaban siswa: Perbandingan kerbau yang dibawa Pak Massora dan Bu Marissa adalah 1 : 1.

Mengembangkan dan Mempresetasikan Hasil 13. Guru memilih dua siswa untuk membahas soal nomor 2. Siswa yang dipilih adalah siswa yang memiliki jawaban benar dan kurang tepat. Namun, jika semua siswa bisa menjawab masalah 2 dengan benar, maka pemilihan 2 siswa ini dilakukan secara acak, yaitu 1 perempuan dan 1 laki-laki. “Coba jelaskan ide kalian dalam menyelesaikan masalah 2.” 14. Siswa lain mendengarkan dan memberikan pendapat/tanggapan. “Apakah ada yang ingin bertanya atau memberikan tanggapan?”

Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah 15. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan kepada siswa yang telah menyampaikan pendapat maupun tanggapannya. 16. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang telah menyampaikan hasil pekerjaannya. 17. Guru bertanya kepada siswa, “Apa kesimpulan yang diperoleh dari 2 masalah tersebut?” Kemungkinan jawaban siswa: Masalah 1 membandingkan bahan dari alam yang sejenis yaitu balok dengan balok dan papan dengan papan. - Untuk menegaskan kembali, guru bisa bertanya kepada siswa, “apakah boleh kita membandingkan antara balok dan papan? Mengapa demikian” Masalah 2 membandingkan hewan yang sama yaitu kerbau dengan kerbau dan babi dengan babi. - Untuk menegaskan kembali, guru bisa bertanya kepada siswa, “apakah boleh kita membandingkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

196

antara kerbau dan babi? Mengapa demikian?” 18. Guru meminta siswa menjelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan. “Setelah menyelesaikan 2 masalah tadi, menurut kamu apa itu perbandingan?” Kemungkinan jawaban siswa: Perbandingan adalah membandingkan dua atau lebih besaran yang sejenis. Apabila jawaban siswa tidak seperti yang diharapkan, maka guru berusaha memberikan pertanyaan yang menuntun siswa untuk bisa menjawab seperti yang diharapkan. “Perhatikan masalah 1 sebelumnya. Jika kita ingin membandingkan banyak balok, maka membandingkannya dengan apa? Mengapa?” Kemungkinan jawaban siswa: Membandingkan balok dengan balok, karena besarannya sama, yaitu buah. Guru bertanya lagi, “Jika kita ingin membandingkan banyak papan, maka membandingkannya dengan apa? Mengapa?” Kemungkinan jawaban siswa: Membandingkan papan dengan papan, karena besarannya sama, yaitu lembar. Kemudian guru memberikan penegasan bahwa fenomena yang ada di masalah 1 adalah fenomena perbandingan. Lalu, guru kembali bertanya, “jadi menurut kalian, apa itu perbandingan?” Kemungkinan jawaban siswa: Perbandingan adalah membandingkan dua atau lebih besaran yang sejenis.

Fase 2 Orientasi Terhadap Masalah 19. Guru menyediakan 2 masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

197

20. Siswa diminta untuk membaca masalah 3 dan 4. “Anak-anak silakan baca 2 masalah berikut. Masalah 3 tentang perbandingan senilai Rumah adat Tongkonan milik Pak Paulus memiliki panjang 6 meter dan lebar 3 meter. Pak Rego akan membangun rumah Tongkonan dengan perbandingan yang sama dengan rumah Tongkonan milik Pak Paulus, tetapi Pak Rego ingin membangun rumah Tongkonan dengan lebarnya 4 m. Berapakah panjang rumah Tongkonan milik Pak Rego? Masalah 4 tentang perbandingan senilai Sebuah keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mengkendek. Warisan tersebut akan dibagikan kepada Fitri dan Fatin. Fitri memiliki 3 anak, sedangkan Fatin memiliki 2 anak, sehingga perbandingan warisan yang diperoleh Fitri dan Fatin adalah 3 : 2. Warisan yang diperoleh Fitri adalah Rp 45.000.000. Berapakah warisan yang diterima oleh Fatin? 21. Guru bertanya kepada siswa apakah siswa mampu memahami 2 masalah di atas? Kemudian, meminta perwakilan siswa untuk menjelaskan masalah 3 dan 4 dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri.

Organisasi Belajar 22. Siswa akan menyelesaikan masalah 3 dan 4 secara berkelompok. 23. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa/kelompoknya. Pembagian kelompok dilakukan dengan cara berhitung dari 1 sampai 4. Siswa dengan nomor yang sama akan tergabung dalam satu kelompok.

Penyelidikan Individu Dan Kelompok 24. Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

198

langkah selanjutnya. “Setelah kalian memahami masalah 3 maka langkah selanjutnya seperti apa?” Kemungkinan jawaban siswa: Membuat perbandingannya. 25. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan masalah 3, maka guru dapat mengajukan pertanyaan, “Coba kalian cermati kembali masalah 3, informasi apa yang telah kalian dapatkan? Kemungkinan jawaban siswa: Tongkonan Pak Paulus: panjang 6 m, lebar 3 m Tongkonan Pak Rego: lebar 4 m Jika siswa masih kesulitan untuk sampai ke ide pengelompokkan, maka guru bisa bertanya kepada siswa, ada berapa jenis ukuran yang terdapat dalam sebuah rumah Tongkonan dan bagaimana ukuran masing-masing rumah Tongkonan di soal?” Kemungkinan jawaban siswa: Ada dua ukuran yang diketahui yaitu panjang dan lebar rumah adat Tongkonan. Tongkonan Pak Paulus: panjang 6 m, lebar 3 m Tongkonan Pak Rego: lebar 4 m 26. Untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya kepada siswa, apakah informasi-informasi tersebut dapat kalian nyatakan dalam tabel? Jika menurut kalian bisa, maka coba kalian nyatakan dalam bentuk tabel. Kemungkinan jawaban siswa: Rumah adat Rumah adat Tongkonan Tongkonan Pak Paulus Pak Rego

Lebar 3 4

Panjang 6 ?

Guru kemudian bertanya, “Dari tabel di atas, apakah bisa lebar dan panjang rumah Tongkonan Pak Paulus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

199

dibandingkan? Jika bisa maka buatlah perbandingannya.” Kemungkinan jawaban siswa: misalkan l adalah lebar dan p adalah panjangnya, maka l : p = 3 : 6 = 1 : 2 27. Kemudian, guru bertanya, “Setelah itu, langkah berikutnya seperti apa?” Apabila ada siswa yang mengalami kesulitan, maka guru dapat memberikan ilustrasi berikut. Rumah adat Rumah adat Tongkonan Pak Tongkonan Paulus Pak Rego 3 4 Lebar

Panjang 6 ?

Guru bertanya, “Coba perhatikan ilustrasi di atas bagian rumah adat Tongkonan Pak Paulus. Bagaimana ukuran lebar dan panjangnya? Dari tanda panah yang dibuat, apakah ukuran panjangnya lebih besar dari lebar atau ukuran panjangnya lebih kecil dari lebarnya?” - Kemungkinan siswa akan menjawab, “Ukuran panjangnya lebih besar dari lebar.” - Guru melanjutkan, “Menurut kalian, panjang rumah Tongkonan Pak Paulus tersebut akan sama dengan berapa kali lebarnya rumahnya?” - Jika siswa kesulitan menghitung, guru dapat berkata, “ 6 itu sama dengan 3 dikali bilangan berapa? Nah coba kalian buat perhitungannya.” Kemungkinan jawaban siswa: 6 = 3 × x 6 = x 3 2 = x Artinya, panjang rumah Tongkonan Pak Paulus adalah 2 kali lebarnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

200

28. Selanjutnya guru menyajikan ilustrasi berikut. Rumah adat Rumah adat Tongkonan Pak Tongkonan Paulus Pak Rego 3 4 Lebar × 2

Panjang 6 ?

Guru bertanya kepada siswa kira-kira bagaimana langkah selanjutnya. - Jika siswa kesulitan dengan langkah selanjutnya, maka guru dapat bertanya, “Apakah syarat rumah adat Tongkonan yang akan dibangun oleh Pak Rego?” - Kemungkinan siswa akan menjawab, “Pak Rego akan membangun rumah Tongkonan dengan perbandingan yang sama dengan rumah Tongkonan milik Pak Paulus, tetapi Pak Rego ingin membangun rumah Tongkonan dengan lebarnya 4 m.” - Selanjutnya, guru berkata, “Iya, perbandingan rumah Tongkonan Pak Rego harus sama dengan perbandingan rumah Tongkonan Pak Paulus. Menurut kalian agar perbandingan rumah Tongkonannya sama apa yang harus dilakukan?” Kemungkinan jawaban siswa: “Dikali 2 juga, sehingga, didapat panjang rumah adat Tongkonan Pak Rego adalah 8 m” Rumah adat Rumah adat

Tongkonan Pak Tongkonan

Paulus Pak Rego Lebar 3 4 × 2 =4 x 2 × 2 Panjang 6 = 8 Respon guru, “Nah, apakah perbandingan lebar dan panjang kedua rumah sama? Jika sama, berapa bentuk perbandingan paling sederhananya? Kemungkinan jawaban siswa: Perbandingan rumah adat Pak Paulus adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

201

3 : 6 = 1 : 2 Perbandingan rumah adat Pak Rego adalah 4 : 8 = 1 : 2 Bentuk paling sederhananya adalah 1:2. Respon guru: baik sudah tepat. 29. Selanjutnya, siswa diminta untuk memperhatikan masalah 4. Lalu, Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat untuk langkah selanjutnya. “Setelah kalian memahami masalah 4 maka langkah selanjutnya seperti apa?” 30. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan masalah 4, maka guru dapat mengajukan pertanyaan, “Coba kalian cermati kembali masalah 4, informasi apa yang telah kalian dapatkan?” Kemungkinan jawaban siswa: Jumlah anak Fitri 3 orang Jumlah anak Fatin 2 orang Warisan Fitri adalah Rp45.000.000,00 Jika siswa masih kesulitan untuk sampai ke ide pengelompokkan, maka guru bisa bertanya kepada siswa, ada berapa jumlah anak dari anggota keluarga yang akan dibagikan warisan dan berapa jumlah warisan yang diperoleh Fitri?” Kemungkinan jawaban siswa: Jumlah anak Fitri 3 orang Jumlah anak Fatin 2 orang Warisan Fitri adalah Rp45.000.000,00 31. Untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya kepada siswa, apakah informasi-informasi tersebut dapat kalian nyatakan dalam tabel? Jika menurut kalian bisa, maka coba kalian nyatakan dalam bentuk tabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

202

Kemungkinan jawaban siswa: Jumlah anak Jumlah warisan (orang) (rupiah) Fitri 3 45.000.000 Fatin 2 ? Guru kemudian bertanya, “Dari tabel di atas, apakah bisa jumlah anak Fitri dan Fatin dibandingkan? Jika bisa maka buatlah perbandingannya.” Kemungkinan jawaban siswa: misalkan a adalah jumlah anak Fitri dan b adalah jumlah anak fatin, maka a : b = 3 : 2 32. Kemudian, guru bertanya, “Setelah itu, langkah berikutnya seperti apa?” Apabila ada siswa yang mengalami kesulitan, maka guru dapat memberikan ilustrasi berikut. Jumlah anak Jumlah warisan Fitri 3 45.000.000 Fatin 2 ? Guru bertanya, “Coba perhatikan ilustrasi di atas. Bagaimana langkah selanjutnya? - Kemungkinan siswa akan menjawab, “menentukan bilangan pengalinya, seperti masalah 3” - Lalu guru dapat berkata, “Jika bisa maka cari bilangan pengalinya.” - Jika siswa kesulitan menghitung, guru dapat berkata, “2 itu sama dengan 3 dikali bilangan berapa? Nah coba kalian buat perhitungannya.” Kemungkinan jawaban siswa: 2 = 3 × x 2 = x 3 2 Artinya, jumlah anak Fatin adalah kali jumlah anak 3 Fitri. - Kemudian, guru bertanya lagi “selanjutnya apakah bisa menentukan jumlah warisan yang akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

203

didapatkan oleh Fatin? Jika bisa, maka berapa jumlah warisan yang didapat Fatin? Silakan berdiskusi dalam kelompok.” Kemungkinan jawaban siswa: 2 Jumlah warisan Fatin = 45.000.000× = 30.000.000 3 - Apabila siswa belum bisa menentukan jumlah besar warisan yang didapat Fatin, maka guru dapat meminta siswa untuk mencermati kembali masalah 3 yang telah dibahas sebelumnya.

Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil 33. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya tentang materi perbandingan senilai. Kelompok yang dipilih sebagai presenter adalah kelompok yang memiliki jawaban tepat dan kurang tepat. Apabila semua kelompok menjawab dengan benar, maka guru memilih 2 kelompok presenter secara acak. “Coba jelaskan ide kalian dalam menyelesaikan masalah 4” 34. Kelompok lain mendengarkan dan memberikan pendapat/tanggapan. “Apakah ada yang ingin bertanya atau memberikan tanggapan?”

Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah 35. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan kepada siswa yang telah menyampaikan pendapat maupun tanggapannya. 36. Guru memberikan apresiasi kepada kelompok yang telah menyampaikan hasil pekerjaannya. 37. Guru bertanya kepada siswa, “Apa kesimpulan yang diperoleh dari 2 masalah tersebut?” Kemungkinan jawaban siswa: Masalah 3 membandingkan lebar dan panjang sebuah rumah Tongkonan untuk menentukan panjang rumah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

204

Tongkonan lainnya yang memiliki perbandingan ukuran rumah yang sama. - Untuk menegaskan kembali, guru bisa bertanya kepada siswa, “apakah boleh membandingkan lebar dengan panjang? Mengapa demikian? Lalu, bagaimana menentukan panjang rumah Tongkonan lainnya yang memiliki perbandingan ukuran rumah yang sama?” Masalah 4 membandingkan jumlah anak untuk menentukan jumlah warisan yang diperoleh setiap anggota keluarga. - Untuk menegaskan kembali, guru bisa bertanya kepada siswa, “apakah boleh membandingkan jumlah anak Fitri dengan jumlah warisan Fitri? Mengapa demikian? Lalu, bagaimana menetukan jumlah warisan milik Fatin?” 38. Guru meminta siswa menjelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan senilai. “Setelah menyelesaikan 2 masalah tadi, menurut kamu apa itu perbandingan senilai?” Kemungkinan jawaban siswa: Perbandingan senilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding lurus. Artinya nilai dari besaran yang dibandingkan akan sama-sama membesar atau sama sama mengecil. Apabila jawaban siswa tidak seperti yang diharapkan, maka guru berusaha memberikan pertanyaan yang menuntun siswa untuk bisa menjawab seperti yang diharapkan. “Perhatikan masalah 3 sebelumya. Jika kita buat lebar rumah Tongkonannya semakin membesar, apa yang terjadi dengan panjangnya? Kemungkinan jawaban siswa: Panjangnya akan semakin membesar juga. Guru bertanya lagi, “Jika kita buat lebar rumah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

205

Tongkonannya semakin mengecil, apa yang terjadi dengan panjang rumah Tongkonan?” Kemungkinan jawaban siswa: Panjangnya akan semakin mengecil juga. Guru melanjutkan, “Jadi, bagaimana hubungan antara panjang dan lebar rumah Tongkonan?” Kemungkinan jawaban siswa: Saat lebar rumah Tongkonan membesar maka panjangnya juga membesar. Sebaliknya, saat lebar rumah Tongkonan mengecil, maka lebarnya juga mengecil.” Kemudian guru memberikan penegasan bahwa fenomena yang ada di masalah 3 adalah fenomena perbandingan yang senilai. Lalu, guru kembali bertanya, “jadi menurut kalian, apa itu perbandingan senilai?” Kemungkinan jawaban siswa: Perbandingan senilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding lurus. Artinya nilai dari besaran yang dibandingkan akan sama-sama membesar atau sama sama mengecil. Penutup 1. Siswa diminta merefleksikan pembelajaran hari ini 10 menit dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut : a. Bagaimana pembelajaran hari ini? b. Apa kesulitan yang kalian hadapi dalam pembelajaran hari ini? c. Bagaimana suka duka belajar pada hari ini? 2. Siswa diminta mempelajari kembali materi yang baru saja dipelajari dan materi pada pertemuan berikutnya di rumah, yaitu perbandingan berbalik nilai. 3. Guru memberikan 2 soal tugas, sebagai sarana untuk melatih apa yang diperoleh siswa dari pertemuan hari ini. a. Sebuah keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan dari anggota keluarga yang telah meninggal di suatu Tongkonan yang terletak di suatu kampung. Warisan tersebut akan dibagikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

206

kepada Marissa dan Melda. Saat upacara kematian anggota kelurga yang meninggal tersebut, Marissa mengurbankan hewan kurban 2 kali lebih banyak dari hewan kurban milik Melda, sehingga perbandingannya menjadi 2 : 1. Jika warisan yang diperoleh Marissa adalah Rp 40.000.000. Berapakah warisan yang diterima oleh Melda? Jawab: Perbandingan hewan yang dikurbankan Marissa dan Melda adalah 2 : 1 Perbandingan warisan yang didapat Marissa dan Melda adalah 40.000.000 : x

Hewan kurban warisan Marissa 2 40.000.000 : 2 x = 40.000.000 : 2 Melda 1 x = 20.000.000,00 Jadi, warisan yang akan diperoleh Melda adalah Rp20.000.000,00. b. Rumah adat Tongkonan milik Pak Yosep memiliki panjang 8 meter dan lebar 4 meter. Pak Angel akan membangun rumah Tongkonan dengan perbandingan yang sama dengan rumah Tongkonan milik Pak Yosep, tetapi Pak Angel ingin membangun rumah Tongkonan dengan panjangnya 6 m. Berapakah lebar rumah Tongkonan milik Pak Angel? Jawab: Rumah adat Tongkonan milik Pak Yosep memiliki panjang 8 meter dan lebar 4 meter. Rumah adat Tongkonan milik Pak Angel memiliki panjang 6 meter dan perbandingan ukuran rumah adat yang sama dengan milik Pak Yosep.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

207

Rumah adat Rumah adat Tongkonan Pak Tongkonan Yosep Pak Angel 4 ? Lebar (m) × 2

Panjang (m) 8 6

Karena perbandingan Tongkonan Pak Yosep dan Pak Angel sama, maka dapat ditulis Panjang = 2 x lebar Lebar = panjang : 2 Lebar = 6 : 2 Lebar = 3 Jadi, lebar rumah Pak Angel adalah 3 m. 4. Guru menutup pembelajaran dengan salam penutup dan memotivasi siswa untuk tetap semangat.

Pertemuan ke-2

Alokasi Kegiatan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Waktu

Pendahuluan 1. Guru membuka pembelajaran dengan memberikan salam 10 menit pembuka. “Selamat pagi, anak-anak semua.” 2. Guru menanyakan kabar dan mengecek kehadiran siswa. “Bagimana kabarnya hari ini? Semoga semua dalam keadaan sehat ya. Apakah ada siswa yang belum atau tidak hadir?” 3. Guru memberitahukan materi pembelajaran yang akan dibahas pada pertemuan ini. “Pada pertemuan hari ini kita akan mempelajari tentang perbandingan berbalik nilai.” 4. Guru memberikan gambaran tentang contoh pemanfataan perbandingan berbalik nilai dalam kehidupan sehari-hari. “Topik perbandingan berbalik nilai ini dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari kita, misalnya pada salah satu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

208

tahap pembuatan rumah adat Tongkonan, yaitu mengumpulkan bahan dari alam. Semakin banyak jumlah masyarakat kampung yang membantu mengumpulkan, maka semakin sedikit pula hari yang diperlukan untuk menyelesaikan pengumpulan bahan dari alam tersebut.” 5. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang akan berlangsung. “Tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran hari ini, yaitu: a. Siswa dapat menjelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan berbalik nilai. b. Siswa dapat memberikan contoh masalah tentang perbandingan berbalik nilai. c. Siswa dapat menyelesaikan masalah perbandingan berbalik nilai dengan menggunakan tabel. d. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang melibatkan perbandingan berbalik nilai di kehidupan sehari- hari.” 6. Guru mengingatkan siswa materi pertemuan sebelumnya dengan bertanya mengenai perbandingan dan perbandingan senilai - Apa itu perbandingan? - Apa itu perbandingan senilai? Kemungkinan jawaban siswa: - Perbandingan adalah membandingkan dua atau lebih besaran yang sejenis. - Perbandingan senilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding lurus. Artinya nilai dari besaran yang dibandingkan akan sama- sama membesar atau sama sama mengecil. Inti Orientasi Terhadap Masalah 60 menit 1. Guru menyediakan 2 masalah yang berkaitan dengan perbandingan berbalik nilai . 2. Siswa diminta untuk membaca masalah 5 dan 6. “Anak-anak silakan baca 2 masalah berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

209

Masalah 5 tentang perbandingan berbalik nilai Dua keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mampa. Keluarga pertama, warisan dibagikan kepada 2 orang anak, dan setiap anak mendapat Rp 8.000.000,00. Keluarga kedua akan membagi warisan dengan nilai yang sama dengan yang dibagikan keluarga pertama kepada 4 anak. Berapa nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga kedua? Masalah 6 tentang perbandingan berbalik nilai Untuk membangun sebuah rumah adat Tongkonan seorang pemborong membutuhkan 12 tukang selama 90 hari. Jika tukang yang datang hanya 8, maka berapa lama mereka akan menyelesaikan rumah adat Tongkonan tersebut? 3. Guru bertanya kepada siswa, “Apakah kalian dapat menjelaskan kedua masalah di atas dengan bahasa kalian sendiri?” 4. Guru meminta perwakilan dua siswa untuk menjelaskan masalah 5 dan 6 dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri.

Organisasi Belajar 5. Siswa akan menyelesaikan masalah 5 secara individu dan 6 secara berkelompok. 6. Kelompok diskusi pertemuan ini masih sama seperti pertemuan sebelumnya.

Penyelidikan Individu Dan Kelompok 7. Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat untuk langkah selanjutnya. “Setelah kalian memahami masalah 5 maka langkah selanjutnya seperti apa?” Kemungkinan jawaban siswa: Membuat perbandingannya. 8. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

210

perbandingan masalah 5, maka guru dapat mengajukan pertanyaan, “Coba kalian cermati kembali masalah 5, informasi apa yang telah kalian dapatkan?” Kemungkinan jawaban siswa: Dua keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan. Keluarga ke-1: Warisan dibagikan kepada 2 anak, dan setiap anak mendapat Rp 8.000.000,00. Keluarga ke-2: Warisan dengan total sama dengan milik keluarga ke-1 akan dibagikan kepada 4 anak. Berapa nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga ke-2? Jika siswa masih kesulitan untuk sampai ke ide pengelompokkannya, maka guru bisa bertanya kepada siswa, ada hal apa saja yang diketahui di masalah 5, berapa total warisan, jumlah anak dan jumlah warisan yang didapat masing masing di keluarg pertama? Berapa total warisan, banyak anak dan warisan yang didapat masing masing di keluarga ke-2? Kemungkinan jawaban siswa: Keluarga ke-1: Total warisan adalah Rp16.000.000,00 Jumlah anak adalah 2 orang Bagian per anak adalah Rp8.000.000,00 Keluarga ke-2: Total warisan adalah Rp16.000.000,00 Jumlah anak adalah 4 orang Bagian per anak adalah …. 9. Untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya kepada siswa, apakah informasi-informasi tersebut dapat kalian nyatakan dalam tabel? Jika menurut kalian bisa, maka coba kalian nyatakan dalam bentuk tabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

211

Kemungkinan jawaban siswa: Keluarga Jumlah anak Jumlah warisan (orang) (rupiah) 1 2 8.000.000 2 4 ? - Guru bisa membantu siswa, misalnya dengan pertanyaan, “jika nilai warisan yang dibagi kedua keluarga sama, tetapi banyak anak keluarga kedua lebih banyak daripada keluarga pertama, nilai warisan yang diperoleh setiap anak dalam keluarga kedua lebih banyak atau lebih sedikit? Jelaskan alasan kalian! Coba lanjutkan.” Kemungkinan jawaban siswa: Kemungkinan nilai warisan yang diperoleh setiap anak di kelaurga kedua lebih sedikit, karena jumlah anak yang akan dibagikan jumlahnya lebih banyak dari keluarga pertama. - Guru kemudian bertanya, “Dari tabel di atas, perbandingan apa saja yang dapat kalian buat?” Kemungkinan jawaban siswa: - Membandingkan banyak anak di dua keluarga, yaitu 2 : 4 = 1 : 2 Respon guru: Mengapa demikian? Siswa akan menjawab karena besaran atau satuannya sama. - Membandingkan jumlah anak dengan warisan 2 : 16.000.000 = 1 : 8.000.000,00 Respon guru: - Guru mengajukan beberapa pertanyaan untuk membuat siswa menyadari ketidaktepatannya. “Apakah bisa jika kita membandingkan jumlah anak dengan jumlah warisan?” - Jika Siswa menjawab, “iya”, maka guru bertanya lagi, “Sekarang, coba pikirkan lagi di pertemuan sebelumya kita sempat membahas masalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

212

perbandingan berat 2 kg apel dengan usia 10 tahun? Nah, mengingat contoh masalah tersebut, apakah anak dan warisan adalah kedua hal yang bisa dibandingkan?” - Siswa akan menjawab tidak. - Selanjutnya, guru bertanya, “Nah, coba kalian cermati kembali perbandingan yang telah kalian buat, yaitu membandingkan 2 anak dengan Rp16.000.000,00 Apakah perbandingan tersebut sudah tepat?” - Siswa akan mengaitkan pemahamannya yang diperoleh saat mencoba membandingkan berat dengan umur, dan menyadari ketidaktepatan yang dilakukannya. - Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki ketidaktepatannya. - Siswa akan memperbaiki jawabannya yaitu membandingkan jumlah anak di keluarga pertama dengan jumlah anak di keluarga kedua, yaitu 2: 4 = 1 : 2 - Respon guru: Baik sudah tepat. 10. Kemudian, guru bertanya, “Setelah itu, langkah berikutnya seperti apa?” Apabila ada siswa yang mengalami kesulitan, maka guru dapat memberikan ilustrasi berikut. Keluarga Jumlah anak Jumlah warisan (orang) (rupiah) 1 2 8.000.000,00

2 4 ? Guru bertanya, “Coba perhatikan ilustrasi di atas bagian jumlah anak. Bagaimana jumlah anak di keluarga 1 dan 2? Dari tanda panah yang dibuat, apakah jumlah anak di sel 1 lebih besar dari jumlah anak di sel 2 atau sebaliknya?” - Kemungkinan siswa akan menjawab, “jumlah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

213

anak di keluarga 1 lebih kecil dibandingkan jumlah anak di keluarga 2.” - Guru melanjutkan, “Menurut kalian, jumlah anak di keluarga 2 akan sama dengan berapa kali jumlah anak di keluarga 1?” - Jika siswa kesulitan menghitung, guru dapat berkata, “ 4 itu sama dengan 2 dikali bilangan berapa? Nah coba kalian buat perhitungannya.” Kemungkinan jawaban siswa: 4 = 2 × x 4 = x 2 2 = x Artinya, jumlah anak di keluarga 2 adalah 2 kali jumlah anak di keluarga 1. 11. Selanjutnya guru menyajikan ilustrasi berikut. Keluarga Jumlah anak Jumlah warisan (orang) (rupiah) 1 2 × 2 8.000.000,00 2 ? 4

Guru bertanya kepada siswa kira-kira bagaimana langkah selanjutnya. - Jika siswa kesulitan dengan langkah selanjutnya, maka guru dapat bertanya, “Apakah syarat warisan yang akan dibagikan ke 4 anak?” - Kemungkinan siswa akan menjawab, “total warisan yang dibagikan ke 2 anak harus sama totalnya dengan warisan yang akan dibagikan ke 4 anak.” - Selanjutnya, guru berkata, “Iya, berapa jumlah keseluruhan warisan yang diperoleh oleh 2 anak? Mengapa demikian?” - Siswa akan menjawab, “Rp16.000.000,00 karena masing-masing anak mendapat Rp8.000.000,00 dan karena ada 2 anak, maka 2 x Rp8.000.000,00 = Rp16.000.000,00. - Selanjutnya, guru kembali bertanya, “Menurut kalian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

214

jika Rp16.000.000,00 itu akan dibagikan ke 4 anak, apakah masing-masing anak akan tetap Rp8.000.000,00 atau lebih dari Rp8.000.000,00 atau justru kurang dari Rp8.000.000,00? Mengapa demikian?” - Kemungkinan jawaban siswa, “bagian masing- masing anak adalah kurang dari Rp8.000.000,00 karena anak yang akan dibagikan semakin banyak.” - Kemudian guru dapat merespon, “ Nah coba kalian perhatikan ilustrasi sebelumnya, kolom kiri, jumlah anak di keluarga 1 dikali 2 untuk mendapat hasil jumlah anak di keluarga 2, bagaimana dengan kolom kanannya? Mengapa demikian?” - Kemungkinan jawaban siswa adalah “jumlah warisan di keluarga 1 dikali 2 untuk mendapat jumlah warisan yang akan didapat setiap anak di keluarga 2” - Kemudian, guru bertanya, “hasilnya berapa?” - Siswa akan menjwab, “Rp.16.000.000” - Guru bertanya lagi, “Apa makna dari jumlah warisan Rp16.000.000,00 di sel tersebut?” - Siswa akan menjawab, “masing-masing anak di keluarga 2 akan mendapat warisan sebesar Rp16.000.000,00” - Guru bertannya, “Apakah benar? Padaha total warisan seluruhnya yang akan dibagikan ke 4 anak adalah Rp16.000.000,00 saja.” - Siswa akan menyadari kesalahannya, dan mulai memikirkan alternatif jawaban lainnya. Siswa akan menjawab, “jumlah warisan setiap anak di keluarga 1 di bagi 2 untuk mendapat jumlah warisan setiap anak di keluarga 2.” Keluarga Jumlah anak Jumlah warisan (orang) (rupiah) 1 2 8.000.000 2 × 2 8.000.000 : 2 : 2 4 4.000.000 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

215

Respon guru, “Nah, apakah keseluruhan warisan yang didapat oleh 4 anak sudah sama dengan keseluruhan warisan yang didapat oleh 2 anak? Jika iya, bagaimana dengan perbandingannya? Kemungkinan jawaban siswa: Keseluruhan warisan yang didapat oleh 4 anak adalah 4 x 4.000.000,00 = 16.000.000 Keseluruhan warisan yang didapat oleh 2 anak adalah 2 x 8.000.000,00 = 16.000.000 Perbandingan jumlah anak adalah 2 : 4.= 1 : 2 Perbandingan jumlah warisan adalah 8.000.000: 4.000.000 = 2 : 1 Respon guru: baik sudah tepat. 12. Selanjutnya, siswa diminta untuk memperhatikan masalah 6. Lalu, Guru meminta siswa untuk memberikan pendapat untuk langkah selanjutnya. “Setelah kalian memahami masalah 6 maka langkah selanjutnya seperti apa?” 13. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam membuat perbandingan masalah 6, maka guru dapat mengajukan pertanyaan, “Coba kalian cermati kembali masalah 6 informasi apa yang telah kalian dapatkan?” Kemungkinan jawaban siswa: Jumlah tukang yang dibutuhkan adalah 12 orang, untuk menyelesaikan Tongkonan selama 90 hari. Jumlah tukang yang datang adalah 8 orang. Jika siswa masih kesulitan untuk sampai ke ide pengelompokkan, maka guru bisa bertanya kepada siswa, ada berapa jumlah tukang yang dibutuhkan dan tukang yang datang, berapa lama waktu yang diketahui untuk menyelesaikan Tongkonan?” Kemungkinan jawaban siswa: Jumlah tukang yang dibutuhkan 12 orang Jumlah tukang yang datang 8 orang Waktu untuk menyelesaikan pembangunan jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

216

tukang yang bekerja 12 orang adalah 90 hari. 14. Untuk memunculkan ide merepresentasikan hal-hal yang diketahui dalam bentuk tabel, guru dapat bertanya kepada siswa, apakah informasi-informasi tersebut dapat kalian nyatakan dalam tabel? Jika menurut kalian bisa, maka coba kalian nyatakan dalam bentuk tabel. Kemungkinan jawaban siswa: No Jumlah tukang Waktu (orang) (hari) 1 12 90 2 8 ? - Guru bisa membantu siswa, misalnya dengan pertanyaan, “lama waktu yang diperlukan dengan 8 tukang lebih lama atau lebih cepat jika dibandingkan dengan 12 tukang? Jelaskan alasan kalian. Coba lanjutkan!” Kemungkinan jawaban siswa: Kemungkinan lama waktu yang diperlukan 8 tukang lebih lama dibandingkan 12 tukang, karena jumlah tukang yang bekerja lebih sedikit sehingga membutuhkan waktu lebih banyak/lama. - Guru kemudian bertanya, “Dari tabel di atas, apakah bisa jumlah tukang yang di sel 1 dan 2 dibandingkan? Jika bisa maka buatlah perbandingannya.” Kemungkinan jawaban siswa: misalkan a adalah jumlah tukang di sel 1 dan b adalah jumlah tukang di sel 2, maka a : b = 12 : 8 = 3 : 2 15. Kemudian, guru bertanya, “Setelah itu, langkah berikutnya seperti apa?” Apabila ada siswa yang mengalami kesulitan, maka guru dapat memberikan ilustrasi berikut. No Jumlah tukang Waktu (orang) (hari) 1 12 90 2 8 ? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

217

Guru bertanya, “Coba perhatikan ilustrasi di atas. Bagaimana langkah selanjutnya? - Kemungkinan siswa akan menjawab, “menentukan bilangan pengalinya, seperti masalah 5” - Lalu guru dapat berkata, “Jika bisa maka cari bilangan pengalinya.” - Jika siswa kesulitan menghitung, guru dapat berkata, “8 itu sama dengan 12 dikali bilangan berapa? Nah coba kalian buat perhitungannya.” Kemungkinan jawaban siswa: 8 = 12 × x 8 = x 12 2 = x 3 2 Artinya, jumlah tukang di sel 2 sama dengan kali 3 jumlah tukang di sel 1. - Kemudian, guru bertanya lagi “selanjutnya apakah bisa menentukan jumlah hari yang terdapat di sel 2? Jika bisa, maka berapa jumlah harinya? Silakan berdiskusi dalam kelompok.” Kemungkinan jawaban siswa: 2 3 Jumlah hari di sel 2 = 90: = 90 × = 135 3 2 Jadi, jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan rumah Tongkonan jika tukang yang datang 8 orang adalah 135 hari. - Apabila siswa belum bisa menentukan jumlah hari yang ada di sel 2, maka guru dapat meminta siswa untuk mencermati kembali masalah 5 yang telah dibahas sebelumnya.

Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil 16. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya tentang materi perbandingan berbalik nilai. Kelompok yang dipilih sebagai presenter adalah kelompok yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

218

memiliki jawaban tepat dan kurang tepat. Apabila semua kelompok menjawab dengan benar, maka guru memilih 2 kelompok presenter secara acak. “Coba jelaskan ide kalian menyelesaikan masalah 6” 17. Kelompok lain mendengarkan dan memberikan pendapat/tanggapan. “Apakah ada yang ingin bertanya atau memberikan tanggapan?”

Analisis dan Evaluasi Proses Penyelesaian Masalah 18. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan kepada siswa yang telah menyampaikan pendapat maupun tanggapannya. 19. Guru memberikan apresiasi kepada kelompok yang telah menyampaikan hasil pekerjaannya. 20. Guru bertanya kepada siswa, “Apa kesimpulan yang diperoleh dari 2 masalah tersebut?” Kemungkinan jawaban siswa: Masalah 5 membandingkan jumlah 2 anak dan 4 anak untuk menentukan banyak warisan yang didapat oleh masing-masing anak. - Untuk menegaskan kembali, guru bisa bertanya kepada siswa, “apakah boleh membandingkan jumlah anak dengan jumlah warisan? Mengapa demikian? Lalu, bagaimana menentukan bagian warisan yang diperoleh masing- masing anak, jika warisan tersebut dibagikan ke 4 anak?” Masalah 6 membandingkan jumlah tukang untuk menentukan jumlah hari yang dibutuhkan untuk membangun sebuah Tongkonan. - Untuk menegaskan kembali, guru bisa bertanya kepada siswa, “apakah boleh membandingkan jumlah tukang dengan jumlah hari yang dibutuhkan? Mengapa demikian? Lalu, bagaimana menetukan jumlah hari yang dibutuhkan untuk membangun sebuah Tongkonan, jika tukang yang datang hanya 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

219

orang?” 21. Guru meminta siswa menjelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan berbalik nilai “Setelah menyelesaikan 2 masalah tadi, menurut kamu apa itu perbandingan berbalik nilai?” Kemungkinan jawaban siswa: Perbandingan berbalik nilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding terbalik. Artinya saat nilai suatu besaran semakin besar, maka nilai besaran lainnya akan mengecil, begitu juga sebaliknya. Apabila jawaban siswa tidak seperti yang diharapkan, maka guru berusaha memberikan pertanyaan yang menuntun siswa untuk bisa menjawab seperti yang diharapkan. “Perhatikan masalah 6. Jika kita buat jumlah tukang yang bekerja semakin sedikit, apa yang terjadi dengan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan sebuah Tongkonan?” Kemungkinan jawaban siswa: Waktu yang dibutuhkan semakin banyak atau bertambah. Guru bertanya lagi, “Jika kita buat jumlah tukang yang bekerja semakin banyak, apa yang terjadi dengan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan sebuah Tongkonan?” Kemungkinan jawaban siswa: Waktu yang dibutuhkan semakin sedikit atau berkurang. Guru melanjutkan, “Jadi, bagaimana hubungan antara jumlah tukang dan jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan sebuah rumah adat Tongkonan?” Kemungkinan jawaban siswa: Saat jumlah tukang yang bekerja bertambah, maka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

220

jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan akan berkurang atau semakin sedikit. Sebaliknya, saat jumlah tukang yang bekerja berkurang, maka jumlah hari yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan akan bertambah atau semakin banyak. Kemudian guru memberikan penegasan bahwa fenomena yang ada di masalah 6 adalah fenomena perbandingan berbalik nilai. Lalu, guru kembali bertanya, “Jadi menurut kalian, apa itu perbandingan berbalik nilai?” Kemungkinan jawaban siswa: Perbandingan berbalik nilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding terbalik. Artinya saat nilai suatu besaran semakin besar, maka nilai besaran lainnya akan mengecil, begitu juga sebaliknya. Penutup 1. Siswa diminta merefleksikan pembelajaran hari ini 10 menit dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut : a. Bagaimana pembelajaran hari ini? b. Apa kesulitan yang kalian hadapi dalam pembelajaran hari ini? c. Bagaimana suka duka belajar pada hari ini? 2. Siswa diminta mempelajari kembali materi pertemuan kemarin dan pertemuan hari ini di rumah sebagai persiapan untuk menghadapi ulangan harian pada pertemuan berikutnnya. 3. Guru memberikan 2 soal tugas, sebagai sarana untuk melatih apa yang diperoleh siswa dari pertemuan hari ini. a. Dua keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mampa. Keluarga pertama, warisan dibagikan kepada 3 orang anak sama besar. Keluarga kedua membagi warisan kepada 2 anak, dan setiap anak mendapat warisan sebesar Rp 15.000.000. Jika total warisan yang akan dibagikan di keluarga pertama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

221

sama dengan total warisan yang dibagikan di keluarga kedua, maka berapa nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga pertama? Jawab: Keluarga ke-2: Jumlah anak adalah 2 orang Bagian per anak adalah Rp15.000.000,00 Total warisan adalah Rp15.000.000,00 x 2 = Rp30.000.000,00 Keluarga ke-1: Total warisan adalah Rp30.000.000,00 Jumlah anak adalah 3 orang Bagian per anak adalah Rp30.000.000 : 3 = Rp10.000.000,00. Jadi nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga pertama adalah Rp10.000.000,00 b. Sebuah Tongkonan dengan lebar 3 m akan dibangun di suatu kampung. Menurut kepala tukang, tahap mangrampun kayu (mengumpulkan bahan dari alam) dapat diselesaikan dalam waktu 3 hari dengan bantuan 160 orang. Jika yang bisa membantu ternyata hanya 120 orang, maka berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tahap mangrampun kayu (mengumpulkan bahan dari alam) tersebut? Jawab: Dalam 3 hari memerlukan 160 orang Jumlah masyarakat yang bisa membantu 120 orang, maka tahap mangrampun kayu (mengumpulkan bahan dari alam) akan selesai dalam ... hari Jumlah masyarakat Waktu (orang) (hari) 160 3 3 × 120 4 ? Jumlah hari jika ada 120 masyarakat adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

222

3 4 = 3: = 3 × = 4 ℎ푎푟푖 4 3 Jadi, jumlah hari yang dibutuhkan untuk mangrampun kayu (mengumpulkan bahan dari alam) jika masyarakat yang membantu ada 120 orang yaitu 4 hari. 4. Guru menutup pembelajaran dengan salam penutup dan memotivasi siswa untuk tetap semangat.

Pertemuan ke-3: Ulangan Harian Kisi-kisi soal ulangan Indikator Pencapaian Soal Kompetensi

Menjelaskan pengertian 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan. perbandingan?

Memberikan contoh 2. Buatlah masing-masing satu contoh yang perbandingan. merupakan perbanding dan bukan perbandingan!

Menjelaskan pengertian 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan senilai dan perbandingan senilai dan berbalik nilai? perbandingan berbalik nilai.

Memberikan contoh 4. Buatlah masing-masing satu contoh masalah yang terkait perbandingan senilai dan berbalik nilai yang dengan perbandingan dapat kalian temukan di kehidupan sehari- senilai dan perbandingan hari! berbalik nilai.

Menyelesaikan masalah 5. Dalam sebuah upacara adat Rambu Solo’, perbandingan senilai untuk memberi makan 14 orang tamu dengan menggunakan diperlukan 2 kg beras. Satu jam kemudian tabel. datang tamu sebanyak 35 orang tamu, maka berapa kg beras yang dibutuhkan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

223

menjamu ketiga puluh lima tamu tersebut?

Menyelesaikan masalah 6. Pak Marissa adalah salah satu masyarakat adat perbandingan berbalik Toraja. Beliau memiliki sejumlah warisan, nilai dengan salah satunnya berbentuk hewan ternak babi. menggunakan tabel. Pak Marissa mempunyai persediaan makanan untuk 40 ekor babi selama 15 hari. Jika Pak Marissa membeli 10 ekor babi lagi, maka persediaan makanan tersebut cukup untuk berapa hari?

Menyelesaikan masalah 7. Sebuah keluarga sedang melakukan yang melibatkan musyawarah terkait pembagian warisan di perbandingan senilai di suatu Tongkonan yang terletak di kehidupan sehari-hari. Mengkendek. Warisan tersebut akan dibagikan kepada Melda dan Agata. Melda memiliki 2 anak, sedangkan Agata memiliki 4 anak, sehingga perbandingan warisan yang diperoleh Melda dan Agata adalah 2 : 4. Jika warisan yang diperoleh Agata adalah Rp 52.000.000. Berapakah warisan yang diterima oleh Melda? Menyelesaikan masalah 8. Dua keluarga sedang melakukan musyawarah yang melibatkan terkait pembagian warisan di suatu perbandingan berbalik Tongkonan yang terletak di Mampa. Keluarga nilai di kehidupan sehari- pertama, warisan dibagikan kepada 3 orang hari. anak, dan setiap anak mendapat Rp 8.000.000,00. Keluarga kedua akan membagi warisan dengan nilai yang sama dengan yang dibagikan keluarga pertama kepada 6 anak. Berapa nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga kedua?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

224

Rubrik Soal Ulangan Pembahasan Skor 1. Perbandingan adalah membandingkan dua atau lebih besaran 10 yang sejenis. 2. Contoh perbandingan: Membandingkan banyak kayu yang 10 dikumpulkan pada saat mangrampun kayu di hari pertama dan kedua. Contoh bukan perbandingan: Banyak kayu yang dikumpulkan pada saat mangrampun kayu dengan jumlah hewan yang dikurbankan pada saat mangrampun kayu. 3. Perbandingan senilai adalah membandingkan dua besaran atau 10 lebih yang berbanding lurus. Artinya nilai dari besaran yang dibandingkan akan sama-sama membesar atau sama sama mengecil. Perbandingan berbalik nilai adalah membandingkan dua besaran atau lebih yang berbanding terbalik. Artinya saat nilai suatu besaran semakin besar, maka nilai besaran lainnya akan mengecil, begitu juga sebaliknya 4. Contoh perbandingan senilai: Keluarga Pak Andre memiliki 10 Tongkonan dengan ukuran 3 m x 6 meter. Keluarga Pak Adri ingin membangun Tongkonan dengan perbandingan yang sama dan lebarnya 5 meter. Maka, panjang Tongkonan Pak Adri adalah 10 meter. Contoh perbandingan berbalik nilai: Keluarga Pak Andre akan membangun sebuah Tongkonan. Rencananya, tukang yang akan membangun rumahnya sebanyak 12 orang selama 90 hari. Jika jumlah tukang yang datang hanya 8, maka Tongkonan keluarga pak Andre akan selesai dalam waktu 4 bulan 135 hari. 5. Diketahui: Dalam sebuah upacara adat Rambu Solo 10 14 orang tamu memerlukan 2 kg beras 1 jam kemudian terdapat 35 orang tamu. Ditanya: 35 orang tamu memerlukan … kg beras. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

225

Jawab: Banyak Tamu (Orang) Banyak Beras (Kg) 14 2 × 푝 35 × 푝 ? 14 × 푝 = 35 35 5 푝 = = 14 2 Sehingga, banyak beras yang diperlukan untuk diberikan kepada 5 35 orang tamu adalah 2 × = 5 푘𝑔 2 Jadi, banyak beras yang dibutuhkan untuk memberi makan 35 orang tamu dalam upacara adar Rambu Solo tersebut adalah 5 kg 6. Diketahui: Salah satu bentuk warisan Pak Marissa adalah babi, 10 Persedian makanan 40 ekor babi adalah selama 15 hari Pak Marissa lalu membeli 10 ekor babi lagi. Ditanya:Persediaan makanan 50 ekor babi adalah selama … hari Jawab:

Jumlah warisan Waktu babi (ekor) persediaan (hari) 40 15

× 푝 : 푝

50 ?

40 × 푝 = 50 50 푝 = 40 5 푝 = 4 Karena jumlah babi bertambah 10 ekor, maka lama waktu persediaan makanan akan habis adalah 5 4 15 ∶ = 15 × = 12 ℎ푎푟푖 4 5 Jadi, persediaan makanan akan habis dalam waktu 12 hari 7. Diketahui: Dalam sebuah musyawarah pembagian warisan, 20 Melda memiliki 2 orang anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

226

Agata memiliki 4 orang anak Perbandingan warisan Melda dan Agata adalah 2 : 4 Jumlah warisan yang diperoleh Agata adalah 52.000.000,00 Ditanya: Jumlah warisan yang diperoleh Melda adalah… Jawab:

Nama anggota Banyak anak Banyak warisan keluarga (orang) (rupiah) 2 ? Melda × 푝 × 푝

Agata 4 52.000.000

2 × 푝 = 4 4 푝 = 2 푝 = 2 Sehingga, banyak warisan yang diperoleh Melda 푗푢푚푙푎ℎ 푤푎푟푖푠푎푛 푀푒푙푑푎 × 2 = 52.000.000 푗푢푚푙푎ℎ 푤푎푟푖푠푎푛 푀푒푙푑푎 = 52.000.000 ∶ 2 푗푢푚푙푎ℎ 푤푎푟푖푠푎푛 푀푒푙푑푎 = 26.000.000 Jadi, jumlah warisan yang akan diperoleh Melda adalah Rp26.000.000,00. 8. Diketahui: Dalam sebuah musyawarah pembagian warisan, 20 Keluarga pertama membagikan warisan kepada 3 anak, masing-masing mendapat Rp8.000.000,00 Keluarga kedua membagikan warisan kepada 6 anak dengan total warisannya sama dengan total warisan keluarga pertama. Ditanya: Jumlah warisan yang diperoleh setiap anak di keluarga kedua adalah…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

227

Jawab:

Banyak anak Banyak warisan (orang) yang diperoleh Keluarga setiap anak (rupiah) 3 8.000.000 Pertama × 푝 : 푝

Kedua 6 ?

2 × 푝 = 4 4 푝 = 2 푝 = 2

Banyak warisan yang diperoleh setiap anak di keluarga kedua adalah 8.000.000 ∶ 2 = 4.000.000 Jadi, jumlah warisan yang akan diperoleh setiap anak di keluarga kedua adalah Rp4.000.000. Total skor 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

228

Lampiran 2 POWER POINT Pertemuan 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

229

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

230

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

231

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

232

Pertemuan 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

233

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

234

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

235

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

236

Lampiran 3 ULANGAN HARIAN MATEMATIKA Materi : Perbandingan Nama : Kelas / Semester : VII/2 (Dua) Alokasi waktu : 2 x 40 menit

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan? 2. Buatlah masing-masing satu contoh yang merupakan perbandingan dan bukan perbandingan! 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perbandingan senilai dan berbalik nilai? 4. Buatlah masing-masing satu contoh perbandingan senilai dan berbalik nilai yang dapat kalian temukan di kehidupan sehari-hari! 5. Dalam sebuah upacara adat Rambu Solo, untuk memberi makan 14 orang tamu diperlukan 2 kg beras. Satu jam kemudian datang tamu sebanyak 35 orang tamu, maka berapa kg beras yang dibutuhkan untuk menjamu ketiga puluh lima tamu tersebut? 6. Pak Marissa adalah salah satu masyarakat adat Toraja. Beliau memiliki sejumlah warisan, salah satunnya berbentuk hewan ternak babi. Pak Marissa mempunyai persediaan makanan untuk 40 ekor babi selama 15 hari. Jika Pak Marissa membeli 10 ekor babi lagi, maka persediaan makanan tersebut cukup untuk berapa hari? 7. Sebuah keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mengkendek. Warisan tersebut akan dibagikan kepada Melda dan Agata. Melda memiliki 2 anak, sedangkan Agata memiliki 4 anak, sehingga perbandingan warisan yang diperoleh Melda dan Agata adalah 2 : 4. Jika warisan yang diperoleh Agata adalah Rp 52.000.000. Berapakah warisan yang diterima oleh Melda? 8. Dua keluarga sedang melakukan musyawarah terkait pembagian warisan di suatu Tongkonan yang terletak di Mampa. Keluarga pertama, warisan dibagikan kepada 3 orang anak, dan setiap anak mendapat Rp 8.000.000,00. Keluarga kedua akan membagi warisan dengan nilai yang sama dengan yang dibagikan keluarga pertama kepada 6 anak. Berapa nilai warisan yang diterima setiap anak di keluarga kedua?