KONSEP KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI YANG TERCERMIN PADA ARSITEKTUR BANGUNAN Concept of Power, Leadership, and Organisation as Reflected in Architecture

Sutrisno Murtiyoso Lembaga Sejarah Arsitektur Jln. Karangarum 8, Bandung 40162 E-mail: [email protected]

Abstract

ifferences of social status and hierarchy in human, as the most complex creature, is reflected Din its members appearances. In built-environment scene, architecture is the reflection of their selves. Appearances send images by way of symbol systems adhered to, aside from following architectural norms that support it. Architectural norms consist of first, placement of buildings on certain points of prominence, then the composition of building or parts of it, following certain setting or manner. Then comes the building’s or site’s orientation according to tradition or system of belief. Lastly is the shape of building used, some shapes are restricted to certain members of the group only. This paper limited its scope to Indonesia only, as the region is well defined, and its social and cultural patterns are relatively similar. but more importantly, they experienced the same histori- cal progress. Timetable is based on development of political and state manifestation. The earliest level was the beginning of agricultural societies, namely the village (wanua) level and region (watek), then stepped up to mandala which based on trade, all the way to kingdom (negara) with a more complex society. Entering modern era, represented by Dutch colonial government under a General Governor, followed by, in the mid 20th century, as republic which power is in the hand of the people represented by the People’s Representative Council and run by a president. Apparently the idea of power relies on the symbol system which reflected power through images moulded by the society’s historical development. Architecture supports by manifestation of opu- lence, a magnitude of size and appearance of grandeur. Keywords: power, architecture, Indonesia, development

Abstrak

erbedaan martabat dan jenjang kemasyarakatan pada manusia sebagai mahluk sosial yang Ppaling kompleks dicerminkan oleh tampilan anggota jenjang masing-masing. Dalam tataran ruangan binaan, maka arsitektur menjadi perwujudan cermin diri itu. Penampilan ini memberikan gambaran melalui sistem perlambangan yang berlaku, selain juga mematuhi tatanan arsitektur pendukungnya. Tatanan arsitektur itu meliputi penempatan bangunan pada titik-titik tertentu yang memberikan penonjolan, kemudian susunan bangunan atau bagian-bagiannya yang mengikuti aturan atau ke- biasaan tertentu. Selain itu ada arah hadapan bangunan tunduk kepada tradisi atau kepercayaan, dan terakhir adalah bangun atau sosok bangunan yang digunakan, biasanya hanya boleh atau bisa digunakan oleh golongan tersebut. Tulisan ini dibatasi pada wilayah Indonesia saja, karena batasan geografisnya jelas, pola kema- syarakatan dan kebudayaannya nisbah sama, serta lebih dari itu, mengalami perkembangan seja- rah yang serupa. Tatamasa dibedakan berdasarkan perkembangan wujud politik dan kenegaraan.

KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU — 51 PROSIDING Seminar Nasional Arkeologi 2018: 51 – 64

Paras paling awal adalah masyarakat petani awal, yaitu paras desa (wanua) dan watek (kawasan), ketika lebih berkembang menjadi mandala yang berlandaskan perniagaan, serta kemudian men- jadi negara dengan raja yang lebih rumit lagi tatanannya. Kurun modern diwakili dengan negara jajahan dibawah seorang Gubernur Jenderal, kemudian pertengahan abad ke-20 lahir sebagai Republik ketika kekuasaan ada di tangan rakyat dan dijalankan oleh DPR/MPR serta Presiden. Nyata bahwa gambaran kekuasaan memang pada sistem perlambangan yang mampu mencermink- an kekuasaan melalui citra yang telah dikenal melalui perjalanan sejarah masyarakatnya. Arsitektur mendukung melalui pewujudan kemegahan, ukuran yang besar dan tampilan keagungan. Kata kunci: kekuasaan, arsitektur, Indonesia, perkembangan

PENDAHULUAN atau mengikatkan diri pada seperangkat keadaan dan nilai. … the princely court … combine[s] two distinct functions … the Dalam suatu kelompok masyarakat household of terjadi saling komunikasi antar anggotanya the extended royal family, secara terus menerus, dan justru karena and the central organ of the entire state komunikasi inilah mereka terjalin menjadi administration, the govern- satu masyarakat. Komunikasi ini terjadi dalam ment. berbagai paras (level), bukan hanya bahasa lisan dan tulisan, justru yang paling kuat adalah Norbert Elias penggunaan lambang-lambang bukan bahasa. dalam The Court Society (1983: 1) Bahasa bentuk dan ruangan, yaitu arsitektur, merupakan sarana komunikasi yang paling ila kita berdiri di alun-alun Kasepuhan mudah dimengerti, bahkan oleh kelompok- BCirebon, misalnya, atau di depan Gedung kelompok masyarakat selain pembangun atau Sate, segera kita akan merasa dan menyadari pembinanya. bahwa bangunan atau wujud arsitektur Tulisan ini ingin melacak dan di hadapan kita itu jauh berbeda dengan memaparkan beberapa konsep dasar akan bangunan atau gedung biasa, apalagi dengan wujud arsitektur di Indonesia yang merupakan rumah kebanyakan dari kita. Wujud arsitektur cerminan kekuasaan, kepemimpinan dan itu dibangun, diadakan, untuk sesuatu yang organisasi. Perhatian akan dipusatkan pada berbeda daripada sekedar tempat kediaman, konsep kekuasaan, karena kepemimpinan tetapi justru lebih untuk menampilkan dan organisasi biasanya sudah tercakup ‘sesuatu’ yang melampaui kehidupan sehari- dalam konsep kekuasaan manusiawi. Batasan hari. berikutnya berdasarkan konsep geopolitik, Ada beberapa unsur yang segera tampak yaitu Indonesia. Pencerminan pada kelompok berbeda, antara lain ukuran, perletakan, masyarakat lain bisa berbeda sama sekali, oleh arahan dan bangun bentuknya. Bangunan- karena itu tidak dibahas disini. bangunan itu lebih resmi, lebih tertata dan lebih sempurna, serta terutama berusaha PEMBAHASAN ‘mengecilkan’ keberadaan kita. Ada kekuatan yang mengatasi kita sebagai perorangan. Pengertian Dasar Hanya kita, manusia yang bisa merasakan semua itu, karena wujud arsitektur adalah Sebelum lebih lanjut, perlu kita tengok hasil kebudayaan, dan hanya manusia yang lebih dahulu beberapa pengertian dasar yang mempunyai, membina dan terdampak oleh digunakan dalam tulisan ini. Bagian pertama kebudayaan. Pada gilirannya kebudayaan akan sedikit dibahas mengenai konsep-konsep adalah hasil aspirasi dan kegiatan sekelompok yang menjadi judul tulisan ini, sedangkan masyarakat, sekelompok manusia yang terikat berikutnya adalah paparan mengenai

52 — KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU Konsep Kekuasaan, Kepemimpinan, dan Organisasi ... | Sutrisno Murtiyoso pengertian arsitektur yang akan digunakan tertentu yang mengampunya, seringkali dalam pembahasan. bahkan hanya diteruskan melalui keturunan. Mengenai kekuasaan, sudah banyak sekali Inilah perbedaan mendasar dibandingkan dibahas oleh para pakar, terutama para sarjana dengan konsep kekuasaan Barat (Eropa) yang sosiologi, sejak Max Weber sampai Francis terbuka dan bisa diampu oleh siapa saja yang Fukuyama. Konsep kekuasaan di Jawa juga siap atau mampu. dibahas oleh Soemarsaid Moertono (1968), Organisasi dalam susunan ini sekedar Ben Anderson (1972) dan Koentjaraningrat sarana. Di Indonesia dengan latar budaya (1980). Untuk kebutuhan dalam tulisan ini, pertanian, penjenjangan kemasyarakatan konsep kekuasaan diambil pengertian dasar biasanya lebih rumit, sedangkan masyarakat saja, untuk itu digunakan pengertian umum Eropa yang berlandaskan farming, seperti dipaparkan di Wikipedia. seringkali lebih egaliter dan penjenjangan Wikipedia menyebutkan bahwa kemasyarakatannya lebih sederhana. kekuasaan adalah daya tak kasat mata yang dapat memaksa orang atau kelompok untuk Dalam tulisan ini, arsitektur diartikan melakukan yang diinginkan oleh seseorang sebagai ruangan terbina dan maujud bagi atau suatu lembaga. Memang menurut kegiatan dan aspirasi manusia. Dengan Anderson ada perbedaan antara konsep Barat sendirinya arsitektur tidak selalu berupa dan Indonesia (Jawa), kekuasaan itu maujud bangunan atau gedung, suatu penataan (concrete) pada pribadi orang tertentu namun ruang terbuka juga bisa disebut wujud disanggah oleh Koentjaraningrat, yang arsitektur. Seumumnya wujud arsitektur menyatakan bahwa pada dasarnya bagi orang terdiri atas sosok dan tampilan. Sosok adalah Jawa, kekuasaan juga mujarad (abstract). bentukan atau binaan ruang yang ditata Perbedaan hanyalah pada sumber dan cara untuk menampung dan menunjang kegiatan mendapatkannya. Namun tulisan ini tidak manusia, sedangkan tampilan berupa wujud akan mengarah kesana, cukuplah apabila kita akhir yang berusaha mengkomunikasikan memahami prinsip dasarnya. gagasan dan apresiasi pemilik, pengguna atau pembangunnya. Demikian juga dengan kedua konsep berikutnya, kita hanya memerlukan Arsitektur dibentuk oleh tiga kekuatan pengertian dasar sebagai landasan untuk besar, yaitu kekuatan alam, kekuatan pembahasan. Adalah cerminannya yang nanti kemasyarakatan dan kekuatan kebudayaan. akan menjadi pumpunan kita. Oleh karena Kekuatan alam adalah segala sesuatu yang ada itu, kembali kita berpaling kepada Wikipedia. dan sudah ada dalam alam semesta. Manusia Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang tidak bisa mengubah segala kekuatan itu, atau sekelompok orang untuk mempengaruhi dan mengarahkan para pengikutnya untuk yang bisa diperbuatnya hanyalah menghindar menuju atau mencapai tujuan. Sedangkan atau menyesuaikan diri. Dalam upaya inilah Organisasi dimaknai sebagai jejaring kegiatan lahir arsitektur. Untuk bertahan hidup, hal yang tersusun atas banyak manusia sebagai terpenting adalah ketersediaan air bersih dan alat untuk mencapai tujuan serta terhubung ke sumber bahan makanan. Revolusi pertanianlah dunia luar. yang membuat manusia hidup bermukim dan Kekuasaan dipandang sebagai sesuatu melahirkan arsitektur yang permanen. Sesudah yang adikodrati oleh orang Indonesia (Jawa) itu, iklim dan keletakan merupakan faktor dan karena itu ada di tangan pemimpin yang yang amat kuat berpengaruh pada wujud akhir terpisah, bahkan tersembunyi dari khalayak. arsitektur. Bersama-sama dengan kekuatan Kepemimpinan tidak pernah ada pada orang lainnya, terciptalah bentuk-bentuk dasar yang kebanyakan, hanya orang-orang dari golongan berbeda-beda di muka bumi.

KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU — 53 PROSIDING Seminar Nasional Arkeologi 2018: 51 – 64

Kekuatan kemasyarakatan terjadi karena beberapa hal yang kodrati, antara lain bahwa manusia adalah mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri, selalu ada di tengah sesamanya, karena justru seseorang hanya bermakna dan dimaknai oleh yang lain. Kehidupan bermasyarakat menuntut adanya penjenjangan sosial, dimulai dari yang kodrati, yaitu jenis kelamin, berkembang menjadi lebih luas, tua-muda, pemimpin-khalayak, berada- sederhana dan seterusnya. Semua hubungan ini mewujud dan tercermin dalam arsitektur berikut segala pembatasan, larangan, anjuran, sistem nilai dan moral. Kebudayaan merupakan temuan dan (2) Susunan, penyusunan unsur-unsur binaan manusia, kebudayaan terwujud bangunan, menata unsur-unsur bangunan sebagai akibat dorongan manusiawi untuk (kompleks bangunan) mengikuti kaidah berkomunkasi dengan sesamanya. Dorongan atau cara tertentu. Biasanya penyusunan ini sangat kuat dan pada manusia berkembang digabungkan dengan ukuran, ada unsur sangat jauh. Komunikasi membutuhkan yang diperbesar, ada yang diperkecil. lambang atau simbol untuk menandai benda Juga bisa dibuat pembatasan-pembatasan, atau hal yang tak ada disitu atau bahkan sehingga jelas batas antara luar dan dalam, mujarad (abstrak). Walaupun seumumnya untuk umum dan bukan untuk umum, dan kebudayaan selalu bersifat khas (specific), sebagainya. namun ada sedikit simbol yang diterima semesta (universal) seperti senyuman, mengangkat ibujari tangan kanan, bentukan geometri dasar (segitiga, kerucut, bola, misalnya). Kekuasaan tak kasat mata, oleh karena itu perlu ditampilkan dengan pembubuhan lambang tertentu. Hanya saja karena sistem perlambangan bisa berbeda-beda, meskipun dalam wilayah Indonesia, maka perlu digunakan tatanan yang lain, yang bisa berlaku dan diterima di mana saja. ♦♦ Tatanan Arsitektur (1) Penempatan, sesuatu yang istimewa atau melebihi yang biasa akan lebih tampak bila penempatannya istimewa atau menonjol. Penonjolan ini bisa (3) Arahan, bangunan diarahkan atau memanfaatkan rupabumi yang sudah ada, dihadapkan kepada suatu arah yang tetapi juga di antara prasarana umum yang istimewa atau pumpunan. Pumpunan ini sudah maupun akan dibuat, misalnya bisa berupa unsur alami seperti gunung, sistem jalan. bukit, danau, atau pada batang sungai,

54 — KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU Konsep Kekuasaan, Kepemimpinan, dan Organisasi ... | Sutrisno Murtiyoso

arah hulu dan hilir. Sering digunakan Masyarakat sebagai suatu sistem yang juga adalah arah mata angin. Matahari terbuka selalu dinamik, berubah, berevolusi adalah unsur alam yang sangat mewisesa, terus menerus. Suatu masyarakat berhubungan maka lintasan perjalanan matahari sangat dengan masyarakat yang lain dan saling mengesankan manusia, timur adalah awal bertukar gagasan dan pranata. Keadaan dan barat adalah akhir perjalanan. sekarang merupakan hasil perkembangan yang sinambung sejak puluhan atau bahkan ratusan tahun yang lalu. Dalam waktu itu sikap dan nilai dalam masyarakat itupun turut berubah dan berkembang. Demikian juga pemahaman dan perwujudan kuasa dalam masyarakat itu selalu mengikuti dinamikanya. Untuk memudahkan tinjauan kita, maka perlu disusun suatu pembabakan, sebab tanpa penentuan semacam ini, perubahan sulit dikenali, apalagi di masa-masa lampau ketika perubahan terjadi dengan perlahan dalam jangka waktu yang panjang. Pada masa yang baru saja lampau, perubahan bisa terjadi dengan cepat dan mendadak, malalui revolusi misalnya, sehingga lebih mudah dikenali batas-batasnya. (4) Bangun. Jika lambang dibubuhkan atau Suatu masyarakat juga biasanya diam disematkan pada bangunan, maka bangun di satu kawasan tertentu selama masa adalah prawujud dari bangunan. Meskipun perkembangannya, sehingga interaksi awal ada beberapa perbedaan, tetapi unsur- di antaranya ikut membentuk sikap dan unsur yang tertentu dapat dikenali, yaitu nilai kemasyarakatan yang dijadikan dasar ukuran (besar), kekokohan, penggunaan perkembangannya. Jika tatamasa lebih mudah bahan, ketinggian yang menjulang dan ditentukan, dari awal sampai masa kini, sebagainya. maka kawasan membutuhkan lebih banyak pertimbangan. Namun seperti penentuan kurun yang mengambil batas akhir masa kini, maka batasan kawasan juga ditentukan pada batasan yang sekarang ada, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Sayang tulisan ini tidak memungkinkan untuk menelaah masalah ini dengan lebih rinci. Ditambah lagi dengan tersedianya bahan-bahan, terutama di masa lalu yang tidak atau belum merata tersedia. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi pembuka jalan bagi kajian yang lebih rinci dan mendalam atas tajuk yang diberikan di atas oleh para pakar yang lebih mampu. Masa paling awal diambil sejak dikenalnya budidaya padi. Alasan terutama

KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU — 55 PROSIDING Seminar Nasional Arkeologi 2018: 51 – 64 adalah bahwa hanya sejak pertanian padi, maka Mereka semua disatukan oleh hubungan manusia ‘terpaksa’ menetap dan berdiam di keturunan, yaitu dari leluhur yang sama. satu kawasan, tidak lagi mengembara. Dengan Oleh karena itu upacara ‘keagamaan’ yang bermukim, terbentuklah masyarakat dengan terpenting adalah persembahan kurban kepada jumlah lebih banyak dan lahirlah pelapisan leluhur, yang terpusat pada watu kulumpang sosial yang lebih jelas. Kuasa menjadi lebih atau batu lesung atau watu teas atau batu pusat. berbentuk (resmi) dibandingkan dengan masa Pusat ini bisa juga berupa batu dan pohon, mengembara dan bercocoktanam sederhana. yang dianggap sebagai sarana leluhur turun Sesudah itu barulah tatanan politik semakin dari langit, misalnya batu pannurungang dan berjenjang dan meliputi wilayah lebih luas. pohon saukang di Gantarang Keke di Sulawesi Herman Kulke membedakan Selatan. Tempat inilah yang dianggap suci dan perkembangan pembentukan negara (state hanya bisa dicapai para tua-tua desa. Orang formation) menjadi tiga tahap yang saling biasa tidak dapat mendekat ke titik pusat ini. bersambung. Tahap pertama adalah kesukuan Ambarita adalah sebuah huta, satuan (chiefdom), sesudah itu kerajaan awal dan pemukiman terkecil orang Toba, kerajaan imperial. Namun karena tulisan ini yang penduduknya berasal dari satu leluhur tidak sekedar mengenai negara dan kota, maka pendirinya. Beberapa huta menjadi horja pemaparan kekuasaan diperluas ke paras dan bagian dari satuan bius, lembaga otonom yang lebih mula, juga yang lebih belakangan, terbesar. Setiap persoalan yang bersifat sampai hari ini. keluarga batih menjadi urusan huta dan berada di bawah kontrol huta. Di tengah-tengah huta yang biasanya hanya berisi sampai belasan ♦♦ Paras 1: Wanua rumah, terdapat sebuah pekarangan yang Sampai abad ke-6 budidaya padi diperkeras dan terbuka. Di sini tempat orang- sawah di Pulau Jawa sudah berkembang orang tua (tunggane huta) bersidang, duduk di dan membentuk masyarakat desa, yaitu beberapa kursi batu yang mengelilingi sebuah permukiman sekelompok masyarakat di dekat meja batu. sawah mereka. Di Jawa dahulu, pemukiman ini disebut wanua, yang menurut Jan Wisseman Christie berupa ‘unit ekonomi dan politis terkecil’. Dalam suatu wanua, kekuasaan ada di tangan sekelompok orang terkemuka atau sesepuh - rama- atau sebagai kelompok, karaman yang memimpin dan mengawasi kelompok thani (petani biasa) atau anak wanua (anggota desa), dan raray (anggota muda atau bawahan).

Gambar 1: Meja leluhur di Ambarita, Sumatera Utara (Sumber: hpgrumpe.de Tahun: tak diketahui) Kampung Bena di Bajawa, Flores terdiri atas 45 yang menampung 9 suku pendiri kampung tersebut. Di bagian tengah, di lapangan terbuka kisanatha atau kisaloka, terdapat beberapa ngadhu dan bagha sebagai perlambangan lelaki dan Bagan 1: Masyarakat desa (wanua) perempuan. Di kisaloka inilah semua upacara

56 — KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU Gambar 1: Meja leluhur di Ambarita, Sumatera Utara (Sumber: hpgrumpe.de Tahun: tak diketahui)

Konsep Kekuasaan, Kepemimpinan, dan Organisasi ... | Sutrisno Murtiyoso Kampung Bena di Bajawa, Flores terdiri atas 45 rumah adat yang menampung 9 suku pendiri kampung tersebut. Dibersama bagian (kemasyarakatan) tengah, di lapa ngansampai terbuka sekarang kisanatha Ageung, atau di kisaloka teras tertinggi, kampung dan di terdapat beberapa ngadhu dandijalankan. bagha sebagai Di tepi perlambangan pelataran ini, lelaki di depan dan perempuan. depannya Di terdapat kisaloka lapangan terbuka (yang sao bena (rumah adat suku Bena) terdapat sekarang diisi mesjid). Di Bumi Ageung inilah inilah semua upacara bersama (kemasyarakatan) sampai sekarang dijalankan. Di tepi pelataran sekelompok batu tegak (menhir) dan meja batu tersimpan segala pusaka dan tidak boleh ini, di depan sao bena (rumah(dolmen) adat suku yang Bena) disebut terdapat wake watu sekelompok lewa yang batu dimasukitegak (menhir) sembarang dan orang. Kekuasaan yang pada jaman dahulu menjadi tempat berkumpul diturunkan dari leluhur tersimpan abadi dalam meja batu (dolmen) yang disebut wake watu lewa yang pada jaman dahulu menjadi tempat para pemuka kampung/desa untuk membahas bangunan ini. berkumpul para pemuka kampung/masalah desa dan untuk urusan membahas desa. masalah dan urusan desa18.

Gambar 2: Meja leluhur di Bena, Flores (Sumber: U-Report Tahun-) Paras 2: Watek

Beberapa desa ini di Jawa, setidaknya sejak abad ke-8 tumbuh satuan kemasyarakatan yang lebih luas, yaitu watek yang meliputi beberapa wanua dan dikepalai oleh seorang raka atau ratu19. Seorang raka berhak untuk menarik pajak dari penduduk serta memiliki kekuatan militer untuk mekasakan kehendak atau mempertahankan diri terhadap watek lain20. Di Sumatera Utara baru sekitar abad ke-13 terbentuk lembaga bius yang serupa dengan watek di Jawa. Bius menyatukan satuan di bawahnya, horja dan huta,Bagan keku 2: asaanWatek ada dengan di tangan penguasa kepala marga, yang Gambar 2: Meja leluhurberhak di Bena,membagi-bagi Flores (Sumber: lahan persawahan untuk warganya21. U-Report Tahun-) ♦♦ Paras 2: Watek Beberapa desa ini di Jawa, setidaknya sejak abad ke-8 tumbuh satuan kemasyarakatan yang lebih luas, yaitu watek yang meliputi beberapa wanua dan dikepalai oleh seorang raka atau ratu. Seorang raka berhak untuk menarik pajak dari penduduk serta memiliki kekuatan militer untuk mekasakan kehendak atau mempertahankan diri terhadap watek lain. Di Sumatera Utara baru sekitar abad ke- BaganGambar 2: Watek3: denganKampung penguasa Naga, Jawa Barat 13 terbentuk lembaga bius yang serupa dengan (Sumber: SutrisnoGambar Murtiyoso, 3: Kampung 2008) Naga, Jawa Barat watek di Jawa. Bius menyatukan satuan di (Sumber: Sutrisno Murtiyoso Tahun2008) Masyarakat terdiri atas wado, bawahnya, horja dan huta, kekuasaan ada di marga sebagai satuan terbesar masyarakat, tangan kepala marga, yang berhak membagi- membawahi keluarga luas dan keluarga bagi lahan persawahan untukPenduduk warganya. Kampung Naga (antara Garut dan Tasikmalaya) percaya bahwa leluhur mereka adalah Singaparana, keturunan terakhirbatih. kerajaan Kekuasaan Galunggung ada didi sekitartangan abad salah ke-15 seorang dan ke-16 22. Penduduk Kampung Naga (antara Garut dari kaum si’ulu, keturunan langsung dalam Namun tata letak kampung ini dapat dianggap mewakili permukiman yang merupakan dan Tasikmalaya) percaya bahwa leluhur genealogi, disebut balö si’ulu atau salawa. mereka adalah perkembanganSingaparana, wanua keturunan atau desa. BangunanRumah terpentingpemimpin, adalah Bumiomo Ageung,sebua ,di terasrumah tertinggi terakhir kerajaan Galunggungkampung dan di di sekitardepannya abad terdapat terbesar, lapangan terletakterbuka (diyang tengah sekarang kampung, diisi mesjid). di depan Di Bumi ke-15 dan ke-16. NamunAgeung tatainilah letak tersimpan kampung segala pusakatanah dan tidaklapang, bol ehdi dimasuki lahan yangsembarang ditinggikan. orang23. Kekuasaan Di ini dapat dianggapyang mewakili diturunkan permukimandari leluhur tersimpan depannya abadi dalam adalah bangunan teras ini. benda-benda megalitik, yang merupakan perkembangan wanua atau Masyarakat Nias terdiri atasosali wado, tempat, marga semua sebagai upacara satuan danterbesar perayaan masyarakat, desa. Bangunan terpenting adalah Bumi membawahi keluarga luas dan keluargadilakukan. batih24. Kekuasaan ada di tangan salah seorang dari

KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU — 57 PROSIDING Seminar Nasional Arkeologi 2018: 51 – 64

Di dunia Melayu, mandala (disebut ‘negeri’) meliputi seluruh kawasan yang telah di’bersih’kan. Struktur utama adalah kota parit dan istana (keraton) dan wilayah di sekelilingnya, samaryada yang bermakna ‘batas daerah kekuasaanku’.

Gambar 4: Rumah kepala suku di Bawömataluo, Nias. (Sumber: visitniasisland.com, 2016) ♦♦ Paras 3: Mandala Berbagai watek kemudian diatasi oleh seorang cakravartin (penguasa dunia) bergelar raja, bahkan maharaja, dan kekuasaannya diakui oleh “raja-raja” Gambar 5: Keraton Kuto Besak, Palembang di sekelilingnya; seringkali bahkan saling (Sumber: Wahyu Hidayat, 2009) tumpang tindih. Wujud dari suatu mandala, atau ‘lingkaran raja-raja’ (circle of kings) Keraton Kuto Besak baru didirikan tahun berupa kekuasaan politik yang tidak stabil 1780, tetapi mengikuti bentuk tiga keraton serta batas geografisnya kabur, pusat yang Kesultanan Palembang sebelumnya, yaitu kecil selalu mengawasi sekelilingnya demi Keraton Kuto Gawang, Keraton Beringin kesentosaannya. Dalam mandala ini seorang Janggut dan Keraton Tengkuruk. Keraton ini raja, yang dianggap memiliki mandat suci terletak 80 meter di tepi utara Sungai Musi dan kekuasaan ‘semesta’ (universal authority) dan dikelilingi anak-anak sungainya, Sungai mengangkat dirinya sebagai penguasa atas Sekanak di sisi barat, Sungai Tengkuruk di raja-raja bawahan di sekelilingnya. didi timur dan Sungai Kapuran di sisi utaranya. Luas keraton ini 250 meter menghadap sisi Sungai Musi dan 180 meter ke dalam, dikeliingi dinding tinggi antara 6,5 meter sampai 9 meter dan tebal 2 sampai 3 meter. Keraton ini memperlihatkan susunan yang memisahkan dengan tegas antara dalam (keraton) dan luar, mencerminkan perbedaan jarak antara raja dan rakyatnya. Raja atau sultan memegang kekuasaan ‘mutlak’ atas mandalanya, yaitu kota Palembang dan sekitarnya, terutama kawasan hulu dan hilir Sungai Musi sampai Bangka dan Belitung, walaupun batas-batas yang pasti tidak ada pada masanya.

♦♦ Paras 4: Kerajaan Sejak pertengahan abad ke-17, di Pulau Bagan 3: Mandala dengan istananya Jawa tumbuh kerajaan yang lebih mantap.

58 — KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU Konsep Kekuasaan, Kepemimpinan, dan Organisasi ... | Sutrisno Murtiyoso

Para penguasanya, raja atau sulten, masih tercermin dari namanya, Hamengkubuwana berdasarkan keturunan para pendirinya, yang (mengku/meemiliki dan mengendalikan memangku ‘kuasa suci’, yaitu sebagai wakil semesta alam). Di tengah-tengahnya adalah Tuhan di muka bumi dan penguasa agama [hal. kedudukan raja, Bangsal Prabasuyasa atau 51]. Tetapi struktur organisasi dan batas-batas Prabayasa, gambaran dari istana kahyangan negara (kerajaan) sudah lebih jelas. Demikian Junggring Salaka, di puncak Gunung juga dengan kekuasaan raja atas tanah dan Mahameru. rakyatnya tetap tak terbatas, raja (sultan) dapat melakukan apa saja yang dikehendakinya tanpa ada penghalangnya. Bahkan bahasa yang digunakan juga berbeda dengan bahasa khalayak (vernacular), khusus untuk kalangan keraton (krama inggil).

Gambar 6: Alun-alun dan Keraton Yogyakarta Hadiningrat. (Sumber: AdobeStock, 2018) Dari pusat ini, mengikuti poros utara- selatan, terdapat lapisan-lapisan benua, yang diwujudkan oleh bangunan dan samudera, digambarkan oleh pelataran. Mulai dari pusat ke arah utara dan selatan berturut- turut adalah Bangsal Srimanganti, Bangsal Kamandhungan, Gerbang Brajanala, Sitihinggil dan paling luar, Alun-alun. Semua ini terlindung di balik baluwarti, dinding tembok tinggi dan tebal yang melambangkan cakrawala, barisan pegunungan tinggi terakhir. Di sisi luarnya adalah samudera tak bertepi Bagan 4: Keraton cakravartin, penguasa dunia yang diwakili oleh jagang (parit pertahanan). Simetri antara utara dan selatan, diperkuat Wilayah kerajaan dibagi menjadi dengan adanya rangkaian bangsal sisi selatan beberapa tingkatan, mulai dari pusat, yaitu sampai alun-alun selatan, walau jarang keraton dan kota raja (kuthagara), wilayah digunakan. Keraton ini diapit oleh dua sungai, sekeliling yang digunakan sebagai tanah Sungai Gajahwong dan Sungai Winanga, di lungguh (nagarigung), wilayah pedalaman seberang pemukiman bangsa asing, yaitu di luar (mancanegara), dan pesisir utara dunia luar. Pulau Jawa (pasisiran). Pembagian ini memperlihatkan pengaruh keraton terhadap ♦♦ Paras 5: Jajahan wilayah tersebut. Dua yang pertama ada di Pemerintah Jajahan Hindia Belanda bawah administrasi keraton sedangkan dua adalah kelanjutan dari bangkrutnya VOC yang terakhir diserahkan kepada bupati yang (Vereenigde Oost-Indie Compagnie) yang mewakili raja di wilayahnya. dinyatakan bangkrut pada tahun 1799 dan Keraton adalah perwujudan poros dunia seluruh asetnya dialihkan ke pemerintah (axis mundi), kediaman penguasa dunia seperti Republik Bataaf (pada saat itu). Sesudah 1806

KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU — 59 PROSIDING Seminar Nasional Arkeologi 2018: 51 – 64 menjadi Kerajaan Belanda dengan sisipan pemerintahan Inggeris (1811-1816). Pada dasarnya pemerintah jajahan bercita- cita untuk melanjutkan jiwa dan semangat liberalisme yang sedang marak di Eropa, diterapkan di tanah jajahan. Namun ternyata tidak mewujud karena pemerintah jajahan tetap menggunakan aparatur tradisional dalam birokrasi pemerintah agar tujuan memperoleh keuntungan eksploitasi sebesar-besarnya tercapai. Gambar 7: Kediaman Gubernur Jenderal Negara Jajahan sekarang Gedung A.A. Maramis milik Kementerian Keuangan (Sumber: liputan6.com, 2017)

Walaupun menganut liberalisme, tetapi dalam prakteknya tidaklah demikian; pemerintahan dibedakan menjadi dua, yaitu Europeesche bestuur (pemerintahan warga Eropa) dan Inlandsch bestuur (pemerintahan bumiputera). Jadi kebijakan liberal hanya berlaku bagi warga Eropa sedangkan warga sisanya dibedakan demi keberhasilan eksploitasi ekonomi. Cerminan arsitektur kekuasaan mengikuti langgam Eropa, berupa bangunan besar dan masif untuk menampung kegiatan birokrasi pemerintahan dalam satu gedung. Di depan gedung ini ada lapangan terbuka (park atau plein) untuk kegiatan resmi (parade) dan sosialisasi khalayak yang termasuk golongan Bagan 5: Penguasa negara jajahan (kolonial) Eropa saja. Kekuasaan tertinggi ada pada mahkota Gedung Kementerian Keuangan ini Belanda dan dilaksanakan oleh Gubernur dibangun sejak tahun 1809 oleh Gubernur Jenderal yang diangkat dan berkedudukan di Jenderal H. W. Daendels dan diselesaikan Batavia (Jakarta). Gubernur Jenderal adalah pada tahun 1828 semasa Komisari Jenderal L. ketua dari Raad van Nederlansch-Indie (Dewan Du Bus de Ghisignies dan dimaksudkan untuk Hindia Belanda) yang anggota-anggotanya digunakan sebagai kediaman sekaligus kantor diangkat dan diberhentikan oleh raja Belanda. Gubernur Jenderal. Gedung ini mengikuti Berbagai kebijakan pemerintahan dituangkan langgam Empire Stijl yang diperkenalkan dalam Staatsblad van Nederlandsch-Indie oleh Kaisar Napoleon I untuk memamerkan (Lembaran Negara Hindia Belanda). kejayaan dan kemegahannya. Kekuasaan pada prinsipnya selalu Di depan gedung ini terdapat lapangan berlandaskan pada Lembaran Negara ini, terbuka yang sekarang dinamai Lapangan tidak lagi pada perorangan. Demikian juga Banteng, dahulu dinamai Waterlooplein untuk batas-batas wilayahnya terpetakan, sehingga mengenang pertempuran di Waterloo, dan walaupun selama abad ke-19 selalu bertambah, oleh khalayak disebut Lapangan . Di tetapi selalu cukup jelas. abad ke-19 tempat ini menjadi pusat kegiatan

60 — KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU Konsep Kekuasaan, Kepemimpinan, dan Organisasi ... | Sutrisno Murtiyoso masyarakat Eropa untuk bersosialisasi, tampil Segala warga negara bersamaan berjalan-jalan menunggang kuda atau kereta kedudukannya dalam hukum dan pada sore hari. Kegiatan ini berbeda sekali pemerintahan, tidak lagi ada perbedaan kelas dengan alun-alun yang termasuk dalam warga negara seperti pada masa penjajahan. lingkungan keraton dan tidak boleh dikunjungi orang biasa.

♦♦ Paras 6: Republik Sejak proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat penuh dengan wilayah bekas Hindia Belanda yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, atau tepatnya 6° LU (Lintang Utara) – 11° LS Gambar 8: Monumen Nasional dan Istana (Lintang Selatan) dan 95° BT (Bujur Timur) – Presiden Republik Indonesia. (Sumber: detik.com 141° BT (Bujur Timur). Tahun 2019)

Kompleks Istana Presiden terletak di sebelah utara tanah lapang raksasa Medan Merdeka, di sisi selatan, menghadap ke Medan Merdeka adalah Istana Merdeka yang luasnya 2400 meter persegi. Istana ini adalah kediaman resmi Presiden dan tempat menerima tamu kehormatan di Ruang Kredensial dan Ruang Resepsi, dua ruangan terbesar di gedung ini. Bangunan ini selesai dibangun pada tahun 1879 dan mengikuti langgam neo-klasik yang nampak jelas di tampak depannya, teras yang ditopang oleh enam tiang mengikuti ordo Dorik di puncak tangga selebar 21 meter dengan 16 anak tangga. Menghadap ke utara, ke Jalan ir. H. Juanda adalah Istana Negara, dalam satu kompleks dengan Istana Merdeka yang luasnya 6,8 hektar. Istana Negara digunakan untuk upacara-upacara dan tempat menginap Bagan 6: Presiden dan DPR/MPR tamu agung. Gedung ini lebih tua dari Istana Merdeka karena dibangun tahun 1796, jadi Kedaulatan ini berada di tangan langgamnya lebih ke Empire Stijl. Kompleks rakyat, melalui perwakilan di Majelis Istana Presiden ini tidak bisa dilepaskan Permusyawaratan Rakyat. Majelis inilah satu- dari tanah lapang Medan Merdeka sebagai satunya lembaga yang memiliki wewenang perwujudan kekuasaan dalam arsitektur. untuk mengubah dan menetapkan undang- Luas Medan Merdeka 75 hektar, undang. Untuk melaksanakan kebijakan menjadikannya salah satu tanah lapang pemerintahan, maka Majelis menyerahkan terbesar di dunia. Tanah lapang ini disilang mandat kepada Presiden yang dipilih melalui oleh jalan besar yang membaginya menjadi Pemilihan Umum lima tahun sekali. empat taman, Taman Silang Monas Utara,

KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU — 61 PROSIDING Seminar Nasional Arkeologi 2018: 51 – 64

Barat, Selatan dan Timur. Di tengahnya adalah lagi dengan latar, arah perkembangan serta kawasan Ruang Agung dengan Monumen dinamika di dalamnya (internal dynamics) Nasional di pusatnya. yang mau tidak mau berbeda juga. Akibatnya Monumen Nasional dibangun untuk makna dan nilai yang ingin diungkapkan mengenang perjuangan rakyat Indonesia melalui arsitektur juga berubah, ditambah untuk mencapai kemerdekaan. Monumen ini lagi, seiring berkembangnya pengetahuan mengambil bentuk asal lingga dan yoni, yang serta teknologi, kemungkinan-kemungkinan telah dikenal sejak dahulu oleh orang Indonesia. baru akan terbuka. Cawan sebagai yoni tingginya 17 meter dan di Sewaktu makalah ini ditulis, Pemerintah dalamnya terdapat Museum Sejarah Nasional, Republik Indonesia sudah mengumumkan sedangkan lingga menjulang sampai ketinggian rencana pemindahan ibu kota ke Kalimantan 115 meter dan berakhir di pelataran puncak Timur, meninggalkan Jakarta yang telah berukuran 11x11 meter yang digunakan juga terlalu padat dan berisik. Perpindahan ini akan sebagai anjungan pemandangan. Di pusat menjadi contoh yang sangat menarik bagi kita, pelataran ini masih ada Api Kemerdekaan karena perancangannya dilakukan melalui setinggi 14 meter yang terbuat dari perunggu suatu sayembara, bukan oleh satu pihak, dilapis emas seberat 50 kg. biasanya pengguna. Pemilihan rancangan yang akan dibangun juga dilakukan oleh SIMPULAN sekelompok ahli yang diangkat khusus untuk itu, jadi hasil akhir diharapkan akan sebenar- Arsitektur sebagai wujud akhir selalu benar dan seluas-luas menampilkan citra berusaha menampilkan makna-makna Republik Indonesia untuk pertama kalinya. yang ingin disampaikan oleh pemilik atau pendirinya. Dalam kaitan dengan (Footnotes) kekuasaan, arsitektur selalu diupayakan 1. Kekuasaan (power) ada dalam lingkup untuk menonjolkannya melalui pembentukan kemasyarakatan yang diperoleh melalui gambaran megah, besar, agung. Megah pengendalian atassumber-daya yang ada di dalam masyarakat tersebut. Weber dalam diartikan sebagai nilai yang melebihi tampilan Wirtschaft und Gesellschaft (1922) sehari-hari atau masyarakat biasa, baik dalam 2. Fukuyama sebenarnya lebih membahas harga, mutu, bahan, penyelesaian atau apapun. political power dalam The Origins of Political Besar adalah masalah ukuran dan bandingan Order (2011) (scale dan proportion), jika orang biasa 3. https://en.wikipedia.org/wiki/Power_ membina ruangan hanya untuk kebutuhan (social_and_political) diunduh pada tanggal 10/11/2018 langsung, maka ini jauh lebih besar dari 4. Anderson (1972) hal 4-8 kegunaan nyatanya. Agung mengangkat sosok 5. Koentjaraningrat (1980) hal. 133-135 diri sendiri menjadi berkesan lebih tinggi dari 6. https://en.wikipedia.org/wiki/Leadership harkat manusia kebanyakan. diunduh pada tanggal 10/11/2018 7. https://en.wikipedia.org/wiki/Organization Di sisi lain, makna selalu tergantung diunduh pada tanggal 10/11/2018 kepada nilai dan norma yang terikat kepada 8. Koentjaraningrat (1980) hal. 135 ruang, waktu dan latar, sehingga tidak ada 9. Fukuyama (2011), hal. 22 perwujudan yang bisa berlaku untuk segala 10. Koentjaraningrat (1980) waktu atau di semua tempat. Setiap kelompok 11. Kulke (1991) hal. 4 manusia (masyarakat dengan kebudayaannya) 12. Christie (1995) 13. Christie (1989) hal. 4 selalu mengandung perbedaan, karena masing- 14. Christie (1989) hal 8 masing berbeda di dalam kesinambungan 15. [Wayne Bougas hal. 93] (continuum) ruang dan waktu. Tidak ada 16. Situmorang (2009) hal. 172 benda atau perwujudan yang menempati 17. Situmorang (2009) hal. 170 tempat dan waktu yang bersamaan. Ditambah 18. Bambang Susetyarto (2013)

62 — KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU Konsep Kekuasaan, Kepemimpinan, dan Organisasi ... | Sutrisno Murtiyoso

19. Christie hal 10] 30. nn. (2012) Forts in Indonesia, hal. 65 20. [W.C. hal. 11]. 31. Moertono (2018) hal. 23 21. Situmorang (2009) hal. 37 32. Moedjanto (1987) hal. 112 22. Adry Padma (2001) hal. 6 33. Behrend (1989) hal. 173-187 23. Adry Padma (2001) hal. 9 34. Suhartono (2012) hal. 153 24. Viaro (2006) hal. 9 35. Suhartono (2012) hal. 156 25. Viaro (2006) hal. 11 36. Lohanda (2012) hal. 47 26. Viaro (2006) hal. 75 37. Heuken (2007) 27. Wolters (1982) hal. 16 38. Heuken (2007) hal. 237-240 28. Wolters (1982) hal. 17 39. http://www.dpr.go.id/jdih/uu1945 diunduh 29. Perret (1999) hal. 13 tanggal 12/11/2018

DAFTAR PUSTAKA nn. (2012). Forts in Indonesia, Ministry of Education and Culture, Jakarta. Adry Padma dkk. (2001). Kampung Naga Permukiman Warisan Karuhun, Foris, Bandung. Anderson, Benedict O’ Gorman (1972) The Idea of Power in Javanese Culture, dalam C. Holt, B. R. O’G Anderson dan J. Siegel (penyunting) Culture and Politics in Indonesia. Cornell University Press Bambang Susetyarto, Martinus.(2013). Arsitektur Vernakular Keberlanjutan Budaya di Kampung Bena Flores, Padepokan Seni Djayabinangun, Sukoharjo. Behrend, Timothy ' and Cosmos in Traditional Java' dalam Archipel 37 1989 hal. 173-187 Bougas, Wayne A. (1998). Bantayan: An Early Makassarese Kingdom, 1200-1600 A.D dalam Archipel 55-1998 hal.83-123. Christie, Jan Wisseman.(1989). “Raja dan Rama: Negara Klasik di Jawa Masa Awal”, dalam Lorraine Gesick (ed). Pusat, Simbol dan Hirarki Kekuasaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Christie, J. Wisseman.(1995). State Formation in Early Maritime Southeast Asia; A Consideration of the Theories and the Data, dalam Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 151. (1995). no: 2, Leiden, 235-288 Fukuyama, Francis. (2011), The Origins of Political Order. Farrar, Straus and Giroux, New York Heuken, Adolf.(2007). Historical Sites of Jakarta Seventh Edition, Cipta Loka Caraka, Jakarta. Koentjaraningrat.(1980). Javanese Terms for God and Supernatural Beings and the Idea of Power, dalam R. Schefold, J.W. Schoorl dan J. Tennekes (penyunting) Man, Meaning and History, Essays in honour of H. G. Schulte Nordholt. Martinus Nijhoff. Kulke, Hermann. (1991). Epigraphical References to the “City” and the “State” in Early Indonesia, dalam Indonesia 52 - 1991. hal. 3-22 Lohanda, Mona 'Sistem Pemerintahan Hindia Belanda' dalam Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (editor). Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 5, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta 2012 hal 43-61 Moedjanto, G. (1987). Konsep Kekuasaan Jawa. Kanisius, Yogyakarta. hal. 112 Moertono, Soemarsaid Negara dan Kekuasaan di Jawa Abad XVI-XIX, KPG, Jakarta, 2018 Munoz, Paul Michel. (2016). Early Kingdoms, Indonesian Archipelago & the Malay Peninsula. Editions Didier Millet, Singapura. Nolan, Patrick; Lenski, Gerhard. (2004), Human Societies, An Introduction to Macrosociology, Ninth Edition. Paradigm Publisher, Boulder, CO. Perret, Daniel. 'Konsep "negeri" dalam sumber Melayu lama berunsur sejarah dan hukum' dalam Wan Hashim Wan Teh, dan Daniel Perret, Di Sekitar Konsep Negeri, Kuala Lumpur, 1999

KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU — 63 PROSIDING Seminar Nasional Arkeologi 2018: 51 – 64

Situmorang, Sitor. (2009). Toba Na Sae. Sejarah Lembaga Politik Abad XVIII-XX, Komunitas Bambu, Jakarta. Suhartono 'Dampak Politik Hindia Belanda (1800-1830)' dalam Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (editor) Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid 4, Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta 2012 hal 153-171 Viaro, Alain M. dan Ziegler, Arlette. (2006). Traditional Architecture of Nias Island, Yayasan Pusaka Nias, . Wolters, O. W. (1982). History, Culture, and Region in Southeast Asian Perspectives, ISEAS, Singapura. hh HASIL DISKUSI

1. Ruly Siswanto (MGMP DKI Jakarta) Pertanyaan: - Apakah Bundaran HI sebagai pusat kekuasaan di Jakarta yang sekarang? yang suka dipakai untuk berdemonstrasi? Jawaban: - Yang menjadi poros kekuasaan adalah senayan dan yang menjadi inti adalah Monas, bukan HI. Bahwa yang dipakai adalah HI adalah masalah kepraktisan saja, karena perlintasan lalu lintas. Kekuasaan negara datang dari gedung MPR/DPR itu iya, seakan-akan kekuasaan rakyat itu datang dari situ. 2. Siti Nursiyah (MGMP Lampung) Pertanyaan: a. Pertanyaan anak tentang bangunan candi Hindu dan Buddha di Prambanan dan Borobudur apakah ada kaitannya dengan kepemimpinan dan kekuasaan pada masa itu? b. Bagaimana dengan kaitannya dengan bentuk candinya? Hindu meninggi, Buddha melebar. Mengapa? Jawaban: a. Candi-candi adalah perwujudan kekuasaan, bisa merupakan hegemoni kerajaan. Kekuasaan itu diperlihatkan melalui banyak hal, Pasa zaman Borobudur terlihat adanya hegemoni keagamaaan, Jadi candi itu juga perwujudan kuasa b. Karena candi Buddha adalah perluasan stupa, ketika dikembangkan ditempatkan kemudian ditiru sehingga bentuknya melebar seperti stupa itu. Borobudur hanya ada di Jawa dengan ladasan segi empat pradaksina stupanya dan ada lapisan-lapisannya itu ditempat aslinya, India tidak pernah disebutkan seperti itu, jadi berbeda kita mempunyai gaya arsitektur sendiri. Candi hindu meninggi karena menggambarkan kediaman dewa-dewanya yang di langit, Candi Sewu tidak ada padanannya di India. Apakah orang-orang India malah yang meniru kita? karena kita kadang melihatnya dari satu arah saja. Angkor wat dibangun oleh orang Jawa setelah mendirikan candi sewu, Jayawarman II pernah di Jawa dia membawa tukang-tukang. Jadi kita harus menguatkan bahwa kita bukan bangsa tukang, tetapi malah memberi contoh kepada bangsa-bangsa lain.

64 — KEKUASAAN, KEPEMIMPINAN, DAN ORGANISASI MASYARAKAT MASA LAMPAU