Laporan Akhir Penelitian Dosen Pemula

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Laporan Akhir Penelitian Dosen Pemula LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA ANALISIS KRITERIA DAN INDIKATOR PENILAIAN SMART CITY DI KOTA TANGERANG SELATAN, PROVINSI BANTEN (SUATU ANALISIS MELALUI SMART ECONOMY) Tahun ke – 1 dari rencana 1 tahun Iman Lubis, S.E., M.S.M. 0425098602 (Ketua) Mohamad Safii, S.Ikom., M.M. 0408107904 (Anggota) Ahmad Yani Nasution, Lc.,M.Sy 0422118502 (Anggota) Dibiayai Oleh: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor : 111/A5/SPKP/LPPM/UNPAM/III/2018 UNIVERSITAS PAMULANG TANGERANG SELATAN SEPTEMBER, 2018 i ii RINGKASAN Penelitian ini menjelaskan indikator smart economy di kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada walikota Tangerang Selatan seberapa kompetitif kotanya. Metode yang digunakan adalah fishbone. Tambahan, karena menggunakan penelitian kualitatif, selama periode penelitian akan ada kemungkinan pengembangan masalah dalam menganalisa. Data berasal dari teori, publikasi BPS kota Tangerang Selatan, Dinas Komunikasi dan Informatika, Dinas UMKM dan Koperasi, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Badan Pendapatan Daerah, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan, dan Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah. Indikator untuk smart economy adalah inovasi, kewirausahaan, merek dagang, produktivitas, ketetapan internasional, dan tenaga kerja yang fleksibel. Hasil dari penelitian ini adalah smart economy menjelaskan bahwa di kota Tangerang Selatan memiliki inovasi yang rendah, kewirausahaan yang tinggi, produktivitas yang sedang, fleksibilitas pekerja yang rendah, produk local yang dikenalkan ke luar negeri dan menjadi favourite adalah krupuk jengkol, merek dagan belum memiliki pasar yang luas, dan terdapat beberapa perusahaan yang menerbitkan saham. Di kota Tangerang Selatan, produktivitas (Dinas Tenaga Kerja) dan Ketetapan Internasional (Dinas Pariwisata) tidak dimasukkan di dalam smart economy, tetapi dinas tenaga kerja adalah smart social, dan dinas pariwisata adalah smart brand. Kata Kunci : Smart Economy, Fishbone, Inovasi, Kewirausahaan, Ketetapan Internasional, Fleksibilitas Pekerja, Produktivitas. iii PRAKATA Penelitian ini tidak bisa dimulai tanpa kehadiran Pak Irwansyah dan Pak Suworo. Oleh sebab itu, rasa terima kasih kami sampaikan kepada mereka. Kedua, ucapan terima kasih kepada Ketua LPPM dan Dekan Fakultas Ekonomi yaitu Pak Ali Maddinsyah dan Pak Dr. Ir. Boedi Hasmanto, M.S karena tanpa izin mereka dan dukungan mereka penelitian ini tidak diakui oleh Kemenristekdikti. Ketiga, penulis juga berterimakasih kepada teman- teman seperjuangan Pak Syamruddin, Pak Nefo Indra, dan Pak Ahmad Nazir yang menyediakan waku mereka untuk menyelesaikan beberapa permasalahan pada penelitian kami. Keempat, penulis sangat berterimakasih kepada bu Dian Anggraini S.T., M.Si sebagai Kepala Pengembangan Sumber Daya Manusia TIK dan Kerjasama Smart City dan staf-stafnya seperti Pak Hasikin dan Pak Heri Darmawan dari Dinas Kominfo karena mereka telah memberikan master plan smart city kota Tangerang Selatan dan tidak merasa beban untuk menjawab setiap pertanyaan kami. Kelima, penulis berterimkasih kepada Kepala departemen Ekonomi dan mbak Hijri karena mereka telah mengundang kami dalam rapat inflasi daerah sebelum ramadhan. Keenam, Rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada Pak Artiyugo dari Dinas Koperasi dan UMKM karena beliau menjawab semua pertanyaan tentang wirausaha mikro, kecil, dan menengah, juga kepada staf Disperindag, staf BPKAD, Pak Sriyono dan Pak Bachtiar STP, M.Si dan staf BAPENDA lainnya, Bu Ria kepala perencanaan Dinas Ketapang. iv DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN i RINGKASAN ii PRAKATA iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vii BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 17 BAB 4 METODE PENELITIAN 19 BAB 5 HASIL YANG DICAPAI 22 BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 52 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 53 DAFTAR PUSTAKA 56 LAMPIRAN 57 v DAFTAR TABEL Tabel 1 Peranan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha (persen), 2010-2014 2 Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi 22 Tabel 3 PDRB Berdasarkan Pengeluaran Kota Tangerang Selatan 22 Tabel 4 Jumlah Populasi Kota Tangerang Selatan 23 Tabel 5 Pembangunan Ekonomi di Kota Tangerang Selatan 24 Tabel 6 Indeks Pembangunan Manusia Kota dan Kabupaten di Kota Tangerang Selatan Banten 25 Tabel 7 Pelayanan TIK Kondisi Sekarang dan Sektor 25 Tabel 8 Persentase dari Anggota Rumah Tangga di atas Lima Tahun Berdasarkan Karakter dan Penggunaan TIK Tiga Bulan Terakhir 2017 26 Tabel 9 Tingkat Pekerja di Knowledge Intensive Sectors 28 Tabel 10 Jumlah UMKM 2017 28 Tabel 11 Jumlah UMKM 2015 29 Tabel 12 Perubahan Jumlah Kewirausahaan 29 Tabel 13 Data Industri Kecil Menengah per Kecamatan 30 Tabel 14 Data Industri Kecil Menengah per Jenis 30 Tabel 15 PDRB per Pekerja 29 Tabel 16 Proporsi Pegawai Lepas 31 Tabel 17 Indikator Pekerja Kota Tangerang Selatan 32 Tabel 18 Perusahaan yang Menerbitkan Saham di Kota Tangerang Selatan 33 Tabel 19 Kendala dan Non-Kendala Smart Economy 34 Tabel 20 Inisiasi Smart Economy berdasarkan OPD 34 Tabel 21 BPHTB Sudah Online 37 Tabel 22 E-Formulir Pajak (E-SPPT) 37 Tabel 23 NON-BPHTB Sudah Dibayar Online 38 vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Kontribusi PDRB Menurut Sektor Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan 1 Gambar 2 Struktur PDRB Kota Tangerang Selatan, 2013 3 Gambar 3 Ishikawa Diagram – 6 Komponen pembentuk Smart City 4 Gambar 4 Kerangka Konseptual 16 vii DAFTAR LAMPIRAN Format Wawancara Smart Economy di KOMINFO TANGSEL 59 FORM WAWANCARA UMKM DI KOTA TANGSEL 60 Format Pedoman Wawancara Smart Economy di Kota Tangsel Kabag Perekonomian 61 PERTANYAAN KE DINAS-DINAS 62 RAPAT TPID TRIWULAN I TAHUN 2018 72 Lampiran File Submitted to ICE-BEES UNNES 2018 75 Lampiran Email Sybmitted JIAP BRAWIJAYA 78 viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara yang pada awalnya sukses dalam pertanian, Indonesia telah bergerak menjadi Negara Industri Maju Baru sebagaimana platform yang telah diletakkan. Kemajuan Industri Indonesia di satu sisi masih bertumpu pada basis Pertanian atau Agroindustri terutama industri perkebunan sawit, kakao, karet dan hasil laut, tetapi pengembangan pengolahan lebih lanjut dilakukan diluar negeri sehingga nilai tambah ekonomi komoditi dinikmati oleh Negara yang memiliki teknologi pengolahan lebih maju dan manajemen usaha yang efisien yang sebagian besar bergerak di industri hilir dan pemasaran produk akhir. Untuk menilai dan menganalisis perekonomian dibutuhkan data statistik. Data ini berfungsi untuk alat pengambilan keputusan. Perekonomian terbagi atas 3 sektor yaitu sektor premier, sekunder, dan tersier. Upaya – upaya pembangunan di kota Tangsel bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Diperlukan perencanaan yang matang agar pembangunan dapat dioptimalkan secara optimal dan disesuaikan dengan visi dan misi kota Tangsel. Untuk menghitung indikator perekonomian daerah yang digunakan adalah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Kelompok lapangan usaha primer terdiri atas 1) lapangan usaha Pertanian, 2) Kehutanan dan Perikanan, 3) Pertambangan dan Penggalian. Kelompok lapangan usaha sekunder terdiri atas a) lapangan usaha Industri Pengolahan; b) Pengadaan Listrik, dan Gas; c) Pengadaan Air; d) Konstruksi. Kemudian kelompok lapangan usaha tersier terdiri atas a) lapangan usaha Perdagangan Besar dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; b) Transportasi dan Pergudangan; c) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; d) Informasi dan Komunikasi; e) Jasa Keuangan; f) Real Estat; g) Jasa Perusahaan; h) Administrasi Pemerintahan, i) Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; j) Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Jasa Lainnya. Gambar 1 Kontribusi PDRB Menurut Sektor Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan (persen), 2014 1 Perekonomian di kota Tangsel berdasarkan Gambar 1 73,07% adalah tersier, 26,62% adalah sekunder, dan 0,32 % adalah premier. Tabel 1 Peranan PDRB Kota Tangerang Selatan Menurut Lapangan Usaha (persen), 2010-2014 Business Field 2010 2011 2012 2013* 2014** (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Agriculture, Forestry and Fisheries 0,34 0,33 0,30 0,29 0,32 B Mining and Excavation 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 C Processing Industry 13,04 12,62 11,84 11,62 11,45 D Procurement of Electricity and Gas 0,10 0,10 0,11 0,12 0,12 E Water Supply, Waste Management, 0,06 0,05 0,05 0,05 0,04 Waste and Recycling F Construction 12,28 12,54 13,55 14,39 15,01 G Wholesalers and Retails; Car and 17,64 18,40 18,63 17,95 17,56 Motorcycle Repair Shop H Transportation and Warehouse 2,52 2,62 2,70 2,91 3,07 I Providing Accomodation and Eating 3,09 3,08 3,14 3,32 3,36 and Drinking J Information and Communication 12,33 12,55 11,94 10,91 10,86 K Financial Service and Insurance 1,21 1,20 1,22 1,22 1,21 L Real Estate 17,04 16,52 16,46 16,65 16,21 M,N Company Services, Government 3,01 3,03 3,12 3,28 3,42 Administration, Defence and 2 Warranties O Social Compulsory 1,12 1,20 1,21 1,20 1,25 P Educational Services 8,11 7,90 8,19 8,73 8,96 Q Health Services and Social Activities 4,96 4,73 4,58 4,35 4,05 R,S,T,U Other Service 3,14 3,12 2,95 3,12 3,14 Gross Domestic Product 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Gambar 2 Struktur PDRB Kota Tangerang Selatan, 2013 Struktur perekonomian kota Tangsel didominasi oleh pedagang besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor sekitar 17,56% dengan nilai nominal 8,977 triliyun rupiah. Kategori penyumbang kedua adalah real estate sebesar 16,21% atau senilai 8,302 triliun rupiah. Kategori penyumbang ketiga adalah konstruksi sebesar 15,02 % atau sebesar 7,690 triliyun rupiah. Permasalahan yang akan dihadapi oleh pemukiman perkotaan (urban living) adalah peningkatan populasi wilayah perkotaan ( United Nation, 2011). Sudah pasti wilayah perkotaan akan banyak mengalami masalah dari sisi tanah, ekonomi, pemukiman, sampah, budaya, administrasi pemerintahan, pengangguran, kualitas hidup, 3 kemacetan, persaingan yang semakin keras. Oleh sebab itu ide smart city ini sangat baik untuk menyelesaikan permasalahan perkotaan (urban). Komponen pembentuk terwujudnya Smart City adalah 1) Smart Governance, 2) Smart environment, 3) Smart Living, 4) Smart Mobility, 5) Smart Economy, dan 6) Smart People.
Recommended publications
  • Studi Identifikasi Kearifan Lokal Dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Di Eks Karesidenan Pekalongan
    PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH SEKRETARIAT BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jl. Imam Bonjol No. 1 F Telp. 024 – 3519904 (Hunting), Fax 024 – 3519186 Kode Pos 50141 email : [email protected] Semarang STUDI IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI EKS KARESIDENAN PEKALONGAN LAPORAN AKHIR TAHUN 2014 Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunung api, tsunami, dan anomali cuaca masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya. Wilayah eks karesidenan Pekalongan yang terdiri dari Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten batang, Kabupaten Pemalang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes merupakan wilayah di Jawa Tengah yang mengalami beragam bencana. Mengingat wilayah tersebut terdiri dari Gunung,pegunungan perbukitan dan pesisir. Pegunungan atau lereng Gunung Slamet yaitu di wilayah Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal dan Brebes, pesisir yaitu diwilayah Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, sebagian pemalang, brebes dan Kota Tegal. Berdasarkan kondisi topografi dapat dilihat jenis bencana yang mungkin terjadi di wilayah tersebut yaitu longsor dan angin puting di wilayah pegunungan dan perbukitan, Ancaman Gunung Berapi Slamet,dan wilayah pesisir bencana yang dominan terjadi adalah banjir dan rob Berbagai cara yang dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya untuk menghadapi bencana melalui berbagai kegiatan agar selamat dan dapat memenuhi kebutuhan di masa depan dalam berbagai unsur kehidupan.
    [Show full text]
  • PANJANG LUAS DAS Q HILIR KEMIRINGAN KM KM2 M3/Dt
    DAFTAR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) PER WILAYAH SUNGAI (WS) DI JAWA TENGAH SESUAI PERATURAN PRESIDEN RI NO 12 TAHUN 2012 TTG PENETAPAN WILAYAH SUNGAI DATA-DATA SUNGAI PANJANG LUAS DAS Q HILIR KEMIRINGAN NO WILAYAH SUNGAI / DAS KAB/KOTA PENGELOLA KM KM2 M3/dt (i) HILIR I. WS CIMANUK CISANGGARUNG BBWS CIMANUK CISANGGARUNG 1 DAS. Cisanggarung Kab. Brebes 103,6 834,8 712 0,0012 2 DAS. Tanjung Kab. Brebes 3 DAS. Kabuyutan Kab. Brebes 51,53 208,74 503 0,0014 4 DAS. Babakan Kab. Brebes 52 100,78 505 0,0008 5 5 DAS. Kluwut Kab. Brebes 27 91,1 384 0,0008 II. WS PEMALI COMAL DINAS PSDA PROVINSI JATENG 1 DAS. Pakijangan Kab. Tegal 20 56,24 373 0,0007 2 DAS. Pemali Kab. Tegal & Kab. Brebes 125,5 1276,4 784 0,0005 3 DAS. Gangsa Kab. Tegal & Kab. Brebes 30 93,62 364 0,0009 4 DAS. Wadas Kab. Tegal & Kab. Brebes 25 63,5 350 0,0010 5 DAS. Gunglama Kab. Tegal & Kab. Brebes 6 DAS. Gung Kab. Tegal & Kota Tegal 54 155,52 514 0,0065 7 DAS. Poh Kab. Tegal 22 33,98 328 0,0020 8 DAS. Cacaban Kab. Tegal 43 33,92 459 0,0009 9 DAS. Conang Kab. Tegal 14 36,3 262 0,0007 10 DAS. Jimat Kab. Tegal 14,5 30,2 267 0,0021 11 DAS. Brungut Kab. Tegal 17 32,6 289 0,0015 12 DAS. Rambut Kab. Tegal & Kab. Pemalang 57 167,42 528 0,0021 13 DAS. Medono Kab. Pemalang & Kab. Pekalongan 16 41,56 280 0,0010 14 DAS.
    [Show full text]
  • 14 E) Production Scale It Is Estimated That on Average in Java the Level Of
    Africa/Indonesia Region Research Report e) Production scale It is estimated that on average in Java the level of ownership of backyard poultry is around 50 birds, ranging from several birds to several hundred birds. However, most farmers may rear less than 50 birds (expert opinion). f) Health management Some farmers, who keep about 50 birds, apply New Castle Disease (ND) vaccination. Contrary HPAI vaccination usually requires the government intervention and program (e.g. AI vaccination is free in sector 4 farms). The problem for AI vaccination in village/native (so called kampong chicken) chickens is reaching a sufficient coverage. The current level of coverage is estimated to be about 50% without the booster application. However, during the last two years, less kampong chickens were vaccinated against AI due to limited stocks of the vaccine. AI vaccination is still controversial in terms of effectiveness and the probability of introducing new strains of zoonotic importance. ILRI base line surveys at the District level in Java have shown that some farmers might reject the AI vaccination due to side effects (see also risk factor chapter, vaccination). Moreover, some farmers even trade chickens in an outbreak area (ILRI 2008). These farmers do not see the economic value of the vaccination, as they are used to selling their chickens immediately when any clinical symptoms are observed to avoid further losses. Table 7. Backyard poultry‐keepers (Anonymous 2007a‐d) (Reports from Livestock Services West Java, Central Java, Yogyakarta Special Territory,
    [Show full text]
  • UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta TENCI
    TENCI Oleh: Aulia Haq Giranti 1211377011 TUGAS AKHIR PROGRAM S-1 SENI TARI JURUSAN TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA GENAP 2015/2016 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta TENCI Oleh: AULIA HAQ GIRANTI 1211377011 Tugas Akhir Ini Diajukan Kepada Dewan Penguji Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengakhiri Jenjang Studi Sarjana S-1 Dalam Bidang Tari Genap 2015/2016 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta Tugas Akhir ini telah diterima dan disetujui Dewan Penguji Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Yogyakarta, Juli 2016 Dr. Hendro Martono, M.Sn. Ketua / Anggota Dra. Erlina Pantja S., M.Hum. Pembimbing I / Anggota Ni Kadek Rai Dewi Astini, M.Sn. Pembimbing II / Anggota Prof. Dr. I Wayan Dana S.S.T., M.Hum. Penguji Ahli / Anggota Mengetahui Dekan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Prof. Dr. Yudiaryan, M.A NIP. 19560630 198703 2 001 iii UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Yogyakarta, Juli 2016 Yang Menyatakan, Aulia Haq Giranti iv UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penata dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul “Tenci” dapat diselesaikan pada waktunya sesuai dengan harapan. Secara khusus penyelesaian tulisan ini bertujuan untuk lulus dan memperoleh gelar sarjana pada Program Studi S-1 Seni Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
    [Show full text]
  • Compro 020221-Print
    COMPANY PROFILE Spinning Weaving Garment Masker PT. Industri Sandang Nusantara (Persero) Didirikan pada tahun 1961 oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sandang di Indonesia. PT. Industri Sandang Nusantara (Persero) merupakan pabrik pemintalan benang dan pertenunan nasional yang memproduksi berbagai produk benang, kain greige, kapas kecantikan, garment, dan textile trading. PT. Industri Sandang Nusantara (Persero) memiliki kantor pusat dan tujuh Unit Produksi yang terbesar di seluruh wilayah nusantara. Unit produksi tersebut antara lain : Patal Banjaran-Bandung, Patal Cilacap-Cilacap, Pabriteks Tegal-Tegal, Patal Secang-Magelang, Patal Lawang-Magelang, Patal Lawang-Malang, Patal Grati-Pasuruan dan Makateks-Makasar. Spinning Weaving Garment Masker Lokasi Perusahaan Patal Banjaran Jl. Raya Banjaran KM 15, Bojongmangu, Pameumpeuk, Bandung - Jawa Barat Pabriteks Tegal Jl. Pala Raya No. 1 Tegal - Jawa tengah Patal Secang Jl. Raya Secang - Magelang Kotak Pos No.2, Magelang – Jawa Tengah Patal Cilacap PT Industri Sandang Nusantara Jl. Kyai Kendil Wesi No.1, Cilacap - Jawa Tengah Kantor Pusat : Jl. Wolter Monginsidi Nomor 88-K RT.001 RW. 004 Kel. Petogokan Kebayoran Baru - Patal Grati Jakarta Selatan Jl. Pala Raya Grati kM 14, Pasuruan, Jawa Timur Patun Makateks Jl. Daeng Tata Raya, Makasar Sulawesi Selatan Patal Lawang Jl. Indrokilo No.1, Lawang, Malang - Jawa Timur Layanan dan Produk Benang Spun PT Industri Sandang Nusantara merupakan perintis industri pemintalan di Indonesia dan siap mengantarkan produk dan layanan dengan kualitas terbaik di benang spun. Layanan dan Produk Garment PT ISN mulai mendirikan fasilitas garment di tahun 2015 dengan produk - produk berupa pakaian seragam, wearpack, outwear, underwear, baju batik dan lain sebainya Kain Kasa, Kapas kesehatan Textile Trading Unit adalah unit usaha di bidang Trading bahan baku sampai poduk garmen mencakup batik tulis, batik printing, pakaian sipil.
    [Show full text]
  • Turnitin Originality Report
    7/19/2021 Turnitin Turnitin Originality Report Processed on: 2021年07月19日 3:59 PM WIB Similarity by Source ID: 1621517051 Similarity Index Internet Sources: N/A Word Count: 3611 Publications: 7% Submitted: 1 7% Student Papers: N/A Coastal Community Development and Fisheries Resource Management Project (Co-Fish Project) in Tegal of 1998-2005 and Its Impacts 2% match (publications) on Fishing Communities By Mujiburrahman, Yety Rochwulaningsih, Endang Susilowati Singgih Tri Sulistiyono, Mahendra Pudji Utama. "Coastal Environmental Change and the Salt Farmer Marginalization in Kusamba, Bali", E3S Web of Conferences, 2020 1% match (publications) Endang Susilowati. "The influence of waters environment on the existence of Martapura port in Banjarmasin, South Kalimantan", E3S Web of Conferences, 2020 1% match (publications) Titi Darmi, Ledyawati, Novliza Eka Patrisia, Iqbal Miftakhul Mujtahid. "Coastal Area Management Strategy Through Strengthening Community Capacity in Sumber Jaya Kampung Melayu District Bengkulu City", E3S Web of Conferences, 2020 1% match (publications) Yety Rochwulaningsih, Singgih Tri Sulistiyono, Mahendra Pudji Utama, Noor Naelil Masruroh et al. "Traditional knowledge system in palung salt-making in Bali Island", Journal of Ethnic Foods, 2019 1% match (publications) H Pertiwi, K Swastika, Sumarjono, M Na’im, A R Pratama. "Megalithic culture at the Suco Lor site Bondowoso", IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 2021 < 1% match (publications) Dikdik Mohamad Sodik. "IUU Fishing and Indonesia's Legal Framework for Vessel Registration and Fishing Vessel Licensing", Ocean Development & International Law, 2009 < 1% match (publications) Sunoko, Rahmadi, and Hsiang-Wen Huang. "Indonesia tuna fisheries development and future strategy", Marine Policy, 2013. < 1% match (publications) Dewi Santy Paulla, Kurniawati Wakhidah.
    [Show full text]
  • Conurbations in Java, Indonesia
    Wita Simatupang, Conurbations in Java, 44 th ISOCARP Congress 2008 Conurbations in Java, Indonesia Sprawl as the predominant form of urbanization in Indonesia is an obvious fact yet statistically hidden. In order to better understand urbanization in Indonesia, it is important for me to briefly describe the legal basis for administrative-spatial configuration of urban areas in Indonesia, which hitherto influences our statistic calculation, and later on our planning and budgeting system. The first level of local government in Indonesia is (i) Propinsi local government, which is headed by Gubernur ; while the second level of local government comprised of 2(two) different types: (ii) Kota local government, which is headed by WaliKota ; and (iii) Kabupaten local government, which is headed by Bupati . Therefore, urban area is further administratively differentiated into: 1. An autonomous area called Kota (which literally means City); which is governed by Kota local government 2. A partial area of Kabupaten with urban characteristics; which is governed by Kabupaten local government or management body established by and responsible to Kabupaten local government 3. A partial area of two or more directly bordering areas with urban characteristics; which is managed together by related local governments in terms of spatial planning and provision of certain public services (Law 32/2004 on Local Government, chapter 10, Article 199 on Urban Area ) Our law of spatial planning differentiates urban area to rural area based on its activity and function . Urban area is then defined as an area whose main activity is not agriculture; with function as urban settlement and act as centre and distribution point for governmental, social, and economic services (Law No.26/2007 on Spatial Planning, chapter 1, Article 1 on General Terminology ).
    [Show full text]
  • Asia-Pacific Technology Transfer Through Foreign Direct Investment
    Strengthening innovation-driven inclusive and sustainable development Asia-Pacific Tech Monitor Vol. 33 No. 2 Apr - Jun 2016 Technology transfer through foreign direct investment Policy approaches in the Asia-Pacific region Plus • Technology News and Events • Tech Ventures & Opportunities • Business Coach The Asian and Pacific Centre for Transfer of Technology (APCTT), a subsidiary body of ESCAP, was established on 16 July 1977 with the objectives to: assist the members and associate members of ESCAP through strengthening their capabilities to develop and manage national innovation systems; develop, transfer, adapt and apply technology; improve the terms of transfer of technology; and identify and promote the development and transfer of technologies relevant to the region. The Centre will achieve the above objectives by undertaking such functions as: n Research and analysis of trends, conditions and opportunities; n Advisory services; n Dissemination of information and good practices; n Networking and partnership with international organizations and key stakeholders; and n Training of national personnel, particularly national scientists and policy analysts. The shaded areas of the map indicate ESCAP members and associate members Editorial Advisory Board Dr. Wang Yan, Deputy Director-General, China Science of University Corporate Relations, University of Tokyo, and Technology Exchange Center (CSTEC), Beijing, Japan P.R. China Dr. Jeong Hyop Lee, Research Fellow, Science and Dr. Günter Clar, Director, Regional Strategies & Technology Policy Institute (STEPI), Seoul, Republic Innovation, Steinbeis-Europa-Zentrum, Stuttgart, of Korea Germany Prof. Rajah Rasiah, Chair of Regulatory Studies, Faculty Prof. Sushil, Department of Management Studies, of Economics and Administration, University of Malaya, Indian Institute of Technology Delhi, New Delhi, Kuala Lumpur, Malaysia India Prof.
    [Show full text]
  • Perbandingan Leksikon Bahasa Jawa Dialek Yogyakarta Dan Bahasa Jawa Dialek Tegal
    PERBANDINGAN LEKSIKON BAHASA JAWA DIALEK YOGYAKARTA DAN BAHASA JAWA DIALEK TEGAL SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra oleh Nama : Arief Setiyawan NIM : 2111412061 Program Studi : Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019 i ii iii iv MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO 1. Hidup itu bagaimana cara kita menikmatinya. 2. Berjalan tak seperti rencana adalah jalan yang sudah biasa. Dan jalan satu- satunya, jalani sebaik kau bisa. (FSTVLST) PERSEMBAHAN 1. Bapak, Ibu, dan Kakak saya, yang telah memberikan dukungan berupa moril maupun materi serta doa tiada henti untuk kesuksesan saya. 2. Almamater yang saya banggakan. v PRAKATA Puji syukur kepada Allah SWT., atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya mengucapkan terima kasih kepada Septina Sulistyaningrum, S.Pd., M.Pd. yang selalu sabar dan ikhlas membimbing penelitian ini dari awal sampai selesai. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberi izin kepada peneliti untuk menulis dan menyelesaikan skripsi ini, 2. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini, 3. Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini, 4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan perkuliahan dan pelajaran yang tiada nilai harganya, jasa kalian akan selalu terpatri di hati, 5. Bapak dan Ibu, yang telah mendidik dan mengasuh saya dari kecil hingga sekarang ini, 6. Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu.
    [Show full text]
  • Studi Laju Perubahan Lahan Pertanian Menjadi Daerah Pembangunan Perumahan Di Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan
    STUDI LAJU PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN MENJADI DAERAH PEMBANGUNAN PERUMAHAN DI KECAMATAN PONDOK AREN KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) DISUSUN OLEH: SYIFA NURMA HANDAYANI NIM 1113015000081 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 LEⅣlBAR PENGESAHAN DOSEN PEⅣ IBIⅣIBING STUDI LAJU PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN ⅣIENJADI DAERAH PEⅣIBANGUNAN PERUⅣ IAHAN DI KECAMATAN PONDOK AREN KOTA TANGERANG SELATAN S KRIPSI Dicalukan kepada Fakultas IImu Tarbiya1l dan Keguruan unttlk卜 /1clllc11し11li syarat― syarat lllclllpcrOlch gclal Sarj ana Per-rdidikan (S. Pd) Oleh: Svifa Nurma Handavani NIⅣl:1113015000081 Dibawah bilnbingan Dosen Pcmbilnbing Sk●psi I Dosen Pen-ibirnbing Skripsi II 倒 Andri Noor Ardiansyah. M.Si Anissa Windartitt MoSc NIP。 198403122015031002 NIP。 198208022011012005 JURUSAN PENDIDIKAN ILⅣ IU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTASILⅣ IU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAⅣ I NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 . / LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi ini berjudul "Studi Laju Perubahan Lahan Pertanian Menjadi Daerah Pembangunan Perumahan Di Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan". Disusun oleh Syifa Nurma Handayani NIM: 1113015000081,Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
    [Show full text]
  • Semarang, 13 Mei 2008 Kerjasama: Universitas Semarang – Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum
    ISBN 979–978–3948–65–2 Semarang, 13 Mei 2008 Kerjasama: Universitas Semarang – Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Penerbit: Semarang University Press 2008 ISBN 979–978–3948–65–2 KAJIAN TARIF KERETA API KALIGUNG JURUSAN TEGAL – SEMARANG BERDASARKAN BOK DAN BIAYA KETERLAMBATAN Agus Muldiyanto, S.T., M.T., 1 Abstrak Dua faktor utama yang mempengaruhi minat seseorang menggunakan moda kereta api yaitu lebih hemat biaya dan waktu. Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik penumpang maupun barang secara masal, hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang, mempunyai faktor keamanan yang tinggi, dan tingkat pencemaran yang rendah serta lebih efisien dibanding dengan moda transportasi jalan untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalulintasnya seperti angkutan perkotaan. Tarif KA.Kaligung untuk ekonomi sebesar Rp16.000 dan bisnis sebesar Rp25.000, dan rangkaiannya terdiri dari 4 gerbong dengan kapasitas 256 penumpang, dengan okupansi sebesa 63,27% yang berarti kereta tidak merugi jika karcis tempat duduk dengan jumlah 162 buah dapat terjual habis melalui loket penjualan yang sah. Dengan tarif tersebut diatas, untuk sekali jalan kelas ekonomi dengan biaya operasional sebesar Rp2.619.791,39 akan mengalami keuntungan sebesar Rp1.476.208,61, tetapi akan berkurang keuntungannya apabila mengalami keter- lambatan permenitnya sebesar Rp17.465,25 dan BEP (break event point) terjadi apabila keterlambatan mencapai sebesar 84,53 menit, dan selebihnya akan mengalami kerugian. Kata kunci: hemat biaya dan waktu, okupansi, BEP 1. Latar Belakang Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tingginya tingkat urbanisasi, bertambahnya jumlah kendaraan, sistem angkutan yang tidak efisien, terbatasnya sumber daya untuk jalan raya serta belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu lintas yang ada, inilah yang menjadi penyebab permasalahan transportasi di kota-kota besar sekarang ini.
    [Show full text]
  • Rural-Urban Linkages: Indonesia Case Study
    WORKING PAPER SERIES Document Nº 126 Working Group: Development with Territorial Cohesion Rural-Urban Linkages: Indonesia Case Study Wahyu Mulyana October, 2014 This document is a product of a Rimisp initiative funded by The Ford Foundation. We authorize the non-for-profit partial or full reproduction and dissemination of this document, subject to the source being properly acknowledged. Citation: Mulyana W., 2014. Rural-Urban Linkages: Indonesia Case Study. Working Paper Series Nº 126. Working Group: Development with Territorial Cohesion. Territorial Cohesion for Development Program. Rimisp, Santiago, Chile. Author: Wahyu Mulyana, Urban and Regional Development Institute (URDI), Jakarta, Indonesia. Rimisp in Latin America (www.rimisp.org) Chile: Huelén 10, Piso 6, Providencia, Santiago, Región Metropolitana | Tel. +(56-2)2 236 45 57 / Fax +(56-2) 2236 45 58 Ecuador: Av. Shyris N32-218 y Av. Eloy Alfaro, Edificio Parque Central, Oficina 610, Quito | Tel.+(593 2) 3823916 / 3823882 México: Yosemite 13 Colonia Nápoles Delegación Benito Juárez, México, Distrito Federal | Tel/Fax +(52) 55 5096 6592 INDEX I. DEFINITIONS ........................................................................................................ 4 II. DEMOGRAPHY ................................................................................................... 11 III. FOOD SYSTEMS ................................................................................................. 17 IV. LABOR MARKETS ..............................................................................................
    [Show full text]