Semarang, 13 Mei 2008 Kerjasama: Universitas Semarang – Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ISBN 979–978–3948–65–2 Semarang, 13 Mei 2008 Kerjasama: Universitas Semarang – Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Penerbit: Semarang University Press 2008 ISBN 979–978–3948–65–2 KAJIAN TARIF KERETA API KALIGUNG JURUSAN TEGAL – SEMARANG BERDASARKAN BOK DAN BIAYA KETERLAMBATAN Agus Muldiyanto, S.T., M.T., 1 Abstrak Dua faktor utama yang mempengaruhi minat seseorang menggunakan moda kereta api yaitu lebih hemat biaya dan waktu. Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik penumpang maupun barang secara masal, hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang, mempunyai faktor keamanan yang tinggi, dan tingkat pencemaran yang rendah serta lebih efisien dibanding dengan moda transportasi jalan untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalulintasnya seperti angkutan perkotaan. Tarif KA.Kaligung untuk ekonomi sebesar Rp16.000 dan bisnis sebesar Rp25.000, dan rangkaiannya terdiri dari 4 gerbong dengan kapasitas 256 penumpang, dengan okupansi sebesa 63,27% yang berarti kereta tidak merugi jika karcis tempat duduk dengan jumlah 162 buah dapat terjual habis melalui loket penjualan yang sah. Dengan tarif tersebut diatas, untuk sekali jalan kelas ekonomi dengan biaya operasional sebesar Rp2.619.791,39 akan mengalami keuntungan sebesar Rp1.476.208,61, tetapi akan berkurang keuntungannya apabila mengalami keter- lambatan permenitnya sebesar Rp17.465,25 dan BEP (break event point) terjadi apabila keterlambatan mencapai sebesar 84,53 menit, dan selebihnya akan mengalami kerugian. Kata kunci: hemat biaya dan waktu, okupansi, BEP 1. Latar Belakang Meningkatnya kemacetan pada jalan perkotaan maupun jalan luar kota disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya tingginya tingkat urbanisasi, bertambahnya jumlah kendaraan, sistem angkutan yang tidak efisien, terbatasnya sumber daya untuk jalan raya serta belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu lintas yang ada, inilah yang menjadi penyebab permasalahan transportasi di kota-kota besar sekarang ini. Hal tersebut merupakan peluang besar yang dapat dimanfaatkan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk meningkatkan daya angkut kereta api. Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi darat memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik penumpang maupun barang secara masal, hemat energi, hemat dalam penggunaan ruang, mempunyai faktor keamanan yang tinggi, dan tingkat pencemaran yang rendah serta lebih efisien dibanding dengan moda transportasi jalan untuk angkutan jarak jauh dan untuk daerah yang padat lalulintasnya seperti angkutan perkotaan. Minat masyarakat untuk menggunakan angkutan itu cukup tinggi dimana hampir semua tempat duduk selalu terjual, sehingga untuk mengurangi jumlah gerbong yang semula lima sampai enam gerbong menjadi empat gerbong, maka PT KAI mulai mengoperasikan KA Kaligung Bisnis pada tanggal 24 Desember 2004 dan memberlakukan KA Kaligung ekonomi dan bisnis dioperasikan sehari 2 kali (PT KAI-Persero,2004). Di samping itu dengan meningkatnya kebutuhan angkutan penumpang maupun barang dengan kereta api maka tarif menjadi perhatian agar dapat terjangkau oleh masyarakat, selain itu perlu diimbangi dengan peningkatan pelayanan kepada pengguna 1 Staf Pengajar Jurusan Sipil Universitas Semarang, [email protected] Prosiding Seminar Nasional Sistem Transportasi Indonesia | B-4-1 jasa tersebut baik pelayanan sebelum keberangkatan, dalam perjalanan maupun setelah turun dari kereta api. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan studi ini adalah antara lain : menghitung besarnya komponen biaya operasi kereta api Kaligung, menghitung pertambahan biaya operasi yang dapat mengurangi profit perusahaan dan menghitung besarnya tingkat okupansi standar untuk kereta api serta mengkaji tarif tiket berdasarkan BOK dan pertambahan biaya operasi yang ideal dan dapat dijangkau masyarakat. 2. Kajian Pustaka Komponen Biaya Operasi Kereta Api Komponen biaya operasi kereta api menurut (PT. KAI,2004) antara lain : a) Biaya Awak Kereta Api Biaya awak kereta api terdiri dari gaji tetap dan premi, awak kereta api yang meliputi: Masinis, Asisten Masinis, Kondektur, Asisten Kondektur, PLKA (Pembantu Layanan Kereta Api) dan Polsuska (Polisi Khusus Kereta Api) b) Premi Awak Pemberian premi awak memperhitungkan klasifikasi kereta dioperasikan dan jumlah jam dinas awak kereta api. besarnya nilai premi (P) awak kereta api ditentukan berdasarkan jumlah dari premi dasar, premi tambahan dan premi kilometer yang nilainya telah ditetapkan . c) Biaya Potongan Untuk KA yang mengalami keterlambatan akibat kelalaian awak dalam menjalankan tugasnya. Potongan = JT x PA …………………………………………………( II.1 ) JO Keterangan : JT = Jam terlambat ; PA = Pendapatan Awak ; JO = Jam operasi d) Biaya bahan bakar Biaya bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi bahan bakar minyak dan pelumas pada suatu rangkaian kereta api. 1) Bahan Bakar Minyak Berdasarkan data dari Dipo Induk Poncol, diperoleh konsumsi bahan bakar minyak untuk Kereta Rel Diesel (KRD) adalah jenis HSD (High Speed Diesel) dengan pemakaian rata- rata 0,7 liter per km dan kecepatan rata –rata 55,5 km/jam, sehingga dapat diasumsikan perubahan kecepatan 1 km/menit2 menyebabkan perubahan konsumsi HSD sebesar (0,7/55,5) = 0,0126 liter/km. Y = 1,0026 e 0,0161 x ……………………………………(II.2 ) Keterangan : Y = Konsumsi HSD (liter/km) ; e = Epsilon ; x = Kecepatan rata-rata 2) Bahan Bakar Pelumas Tabel 1. Pemakaian minyak pelumas kereta api No Jenis Minyak Pelumas Pemakaian 10.000 Km (liter) Harga per liter 1. Mesin Diesel Meditran S.40 43 Rp.10.065,00 2. Kompresor Meditran S.40 2,5 Rp.10.065,00 3. Gardan Gresse 3 3 Rp.23.276,00 4. Gear Box Rored EP. 90 22 Rp.10.945,00 Sumber: PT KAI (Persero) (2004) B-4-2 | Kajian Tarif KA KAligung Berdasarkan BOK Akibat Keterlambatan (A. Muldiyanto) e) Biaya Tahunan Sarana Di dalam perhitungan biaya tahunan sarana ini diperhitungkan oleh faktor penyusutan sarana dan faktor bunga modal. 1) Biaya Penyusutan Sarana Adapun rumus biaya penyusutan menurut Kuiper (1971) yang dikutip Robert J Kodoite (1995) adalah sebagai berikut: A = Fi / (1 + i)n – 1 …………………………..( II.3) Dimana : A = Penyusutan sarana ; F = Faktor nilai sarana ; i = Tingkat bunga ; n = Umur rencana 2) Biaya Bunga modal Biaya bunga modal menyebabkan terjadinya perubahan pada biaya modal karena adanya perubahan tingkat suku bunga selama pemakaian sarana. Dirumuskan sebagai berikut : I = F x i ………………………………………………………….( II.4 ) Dimana : I = Nilai bunga modal ; F = Faktor nilai sarana ; i = Faktor tingkat bunga (%) f) Biaya Pemeliharaan Sarana Biaya pemeliharaan sarana selalu dialokasikan, agar sarana kereta api dalam keadaan siap operasi. Jenis biaya pemeliharaan sarana dibedakan menjadi dua golongan, yaitu biaya tenaga kerja yang langsung menangani pemeliharaan serta biaya suku cadang yang dibutuhkan selama pemeliharaan. 1) Biaya penggantian suku cadang, terdiri dari Blok rem, Filter Lo By Pass LF 670, Folter CAT LF 77 dan Filter Bh BK LF 105D. 2) Biaya tenaga kerja yang menangani, meliputi kegiatan cuci, perawatan mesin perawatan kereta. g) Biaya lain-lain Meliputi asuransi seluruh awak kereta api diikutkan dalam asuransi dan semua sarana yang ada di PT.KAI diasuransikan dengan ketentuan sebagai berikut: Awak kereta : 2 % dari pendapatan awak per tahun dan Sarana : 1 % dari harga sarana pertahun. Biaya kantor dialokasikan sebesar Rp.1.000.000 perbulan untuk listrik dan Rp 500.000 untuk tak terduga seperti sumbangan dan lain-lain. Biaya pemasaran dan pengembangan dialokasikan sebesar 6 % Biaya penggunaan sarana Besarnya biaya penggunaan prasarana kereta api menurut Lembaga Penelitian ITB (1999) dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya penggunaan prasarana jalan rel No Prasarana Biaya Satuan 1. Pemeliharaan Prasarana a. Jalan Rel Rp. 584,06 Rp/ Km b. Jembatan Rp. 137,88 Rp/ Km c. Sintelis Rp. 559,37 Rp/ Km d. Wesel Rp. 58,11 Rp/ Km 2. Pegawai a. Pegawai operasional Rp. 994,31 Rp/ Km b. Pegawai pemeliharaan Rp. 951,40 Rp/ Km 3. Rail Renewal Rp. 10,82 Rp/ GT Km 4. Stasiun Rp. 977,31 Rp/ Km 5. Kantor Pusat Rp. 492,84 Rp/ Km 6. Biaya umum Rp.2.251,25 Rp/ Km Sumber: Lembaga Penelitian ITB tahun 1999 dalam Yuni (2000) Prosiding Seminar Nasional Sistem Transportasi Indonesia | B-4-3 dari pada akhirnya biaya operasi ini sangat mempengaruhi pada besarnya tarif angkutan. Adapun rumus tarif menurut Kuiper,1971 adalah : Tarif = Biaya operasi …………………………………………..( II.8 ) Muatan Komponen Biaya Operasi Kereta Api atas Waktu Keterlambatan Komponen biaya operasi kereta api yang dipengaruhi oleh kualitas perjalanan dengan atau tanpa keterlambatan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : 1) Biaya operasi yang tidak dipengaruhi waktu keterlambatan atau biaya operasi tetap (fixed cost) 2) Biaya operasi yang dipengaruhi oleh waktu keterlambatan atau biaya operasi variabel (variable cost) Faktor Penyebab Keterlambatan Perjalanan Kereta Api Keterlambatan perjalanan kereta api dapat disebabkan oleh berbagai hal, yang dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori seperti: 1) Dinas Operasi (Code,100), meliputi :Bersilang; Bersilang dan tahan sinyal; Disusul KA lain; Tunggu KA di depannya masuk; Tunggu KA masuk dan tahan sinyal 2) Dinas Jalan, Jembatan, dan Bangunan (JJB)(Code,200), meliputi : Gangguan Rel, (meliputi : Putus Rel; Coal atau cacat, tunggu las; Goncangan bantalan/taspot); Gangguan lain (meliputi : PJL tidur, terlambat tutup pintu, dan lain-lain; JPJ belum masuk, tunggu aman; Terganggu mesin perbaikan rel (MTT), dan lain-lain)