ANGKA KECACINGAN PADA SISWA KELAS 3-5 SDN MULTATULI RANGKASBITUNG, KABUPATEN LEBAK BANTEN Sumiati Bedah1, Catu Umirestu Nurdiani2, Maktumatul Maulidah3
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016 ANGKA KECACINGAN PADA SISWA KELAS 3-5 SDN MULTATULI RANGKASBITUNG, KABUPATEN LEBAK BANTEN Sumiati Bedah1, Catu Umirestu Nurdiani2, Maktumatul Maulidah3 1,2,3Prodi D III Analis Kesehatan Universitas MH Thamrin Alamat Korespondensi Prodi D III Analis Kesehatan Universitas MH Thamrin Jl.Raya Pondok Gede No.23-25 Kramat Jati, Jakarta Timur ABSTRAK Soil Transmitted Helminth (STH) adalah nematoda usus yang di dalam penularannya atau siklus hidupnya melalui tanah, diantaranya Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale/Necator americanus dan Trichuris trichiura. Kejadian penyakit kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminth di Indonesia masih cukup tinggi. Kondisi lingkungan, prilaku, usia, serta tingkat pendidikan penderita merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian infeksi kecacingan. Untuk mengetahui angka infeksi kecacingan pada siswa kelas 3-5 SDN Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Banten dengan dilakukan pengambilan sampel tinja dan diperiksa secara mikroskopis dengan bantuan lugol. Dan diteliti juga Personal Hygiene siswa dan fasilitas sanitasi sekolah. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa angka infeksi nematoda usus sebesar 64,44% dengan intensitas infeksi ringan. Jenis telur nematoda usus yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Ascaris lumbricoides 33,33%, Ancylostoma duodenale/Necator americanus 11,11%, dan Trichuris trichiura 15,56%, dan terdapat infeksi campuran yang ditularkan oleh Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura sebesar 4,44%. Siswa perempuan lebih banyak mengalami infeksi kecacingan dibandingkan dengan siswa laki-laki yaitu sebesar 35,56%. Sedangkan berdasarkan usia, anak usia 7-8 tahun lebih banyak mengalami infeksi kecacingan dibandingkan anak usia 9-10 tahun yaitu sebesar 35,56%. Pada personal hygiene siswa seperti kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan memotong kuku, kebiasaan memakai alas kaki, dan kebiasaan makan sembarangan masih kurang baik. Untuk fasilitas sanitasi di sekolah ini sudah memadai. Kata Kunci : kecacingan siswa SD PENDAHULUAN Di Indonesia masih banyak penyakit yang penyakit cacingan. Spesies cacingan STH antara lain merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya Ascaris lumbricoides (Cacing Gelang), Ancylostoma adalah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. duodenale/Necator americanus (Cacing Tambang), dan Kecacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya Trichuris trichiura (Cacing Cambuk) (Margono dkk, kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas 1998 : 8). penderitanya sehingga secara ekonomi banyak Penyakit cacingan tersebar luas, baik di pedesaan menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan maupun di perkotaan. Angka infeksi tinggi, tetapi karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga intensitas infeksi (jumlah cacing dalam perut) berbeda. menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi Hasil survei kecacingan di Indonesia sekitar 60%, cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat kelompok umur terbanyak adalah pada usian 5-14 tahun. tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang Angka prevalensi 60% itu, 21% diantaranya menyerang mampu mempunyai resiko tinggi terjangkit penyakit ini. anak usia SD. Data tersebut diperoleh melalui survei dan Dalam rangka menuju Indonesia Sehat, pembangunan penelitian yang dilakukan dibeberapa provinsi pada kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tahun 2006 (http://rsud.purbalinggakab. go.id/). pembangunan nasional, pembangunan tersebut Hasil peninjauan ke lokasi di Rangkasbitung, mempunyai tujuan untuk mewujudkan manusia yang Kabupaten Lebak Banten terdapat beberapa Sekolah sehat, produktif dan mempunyai daya saing yang tinggi. Dasar (SD) dengan keadaan hygiene siswanya belum Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang begitu baik. Saat anak-anak pulang dari sekolah sering mempunyai derajat kesehatan yang tinggi dengan mutu bermain di tanah tanpa menggunakan alas kaki dengan kehidupan yang berkualitas (http://depkes.go.id/). kondisi tanah atau lingkungan yang kurang baik, selain Kebiasaan hidup kurang higienis menyebabkan itu sanitasi sebagian penduduk belum baik karena masih angka terjadinya infeksi kecacingan masih cukup tinggi. ada rumah yang belum dilengkapi dengan fasilitas MCK Infeksi parasit terutama parasit cacing merupakan (Mandi, Cuci, Kakus), sehingga masih ada penduduk masalah kesehatan masyarakat. Salah satunya banyak yang buang air besar di kebun atau sawah. Kondisi terjadi pada anak sekolah yang berpengaruh negatif demikian berakibat pada kurangnya perilaku sehat di terhadap pertumbuhan dan perkembangan mereka. masyarakat sehingga kemungkinan penularan penyakit Infeksi cacingan yang sering adalah “Soil Transmitted seperti infeksi cacing usus cukup tinggi. Berdasarkan Helminths” (STH) yang merupakan infeksi cacing usus data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak pada tahun yang ditularkan melalui tanah atau dikenal sebagai 2012, jumlah penderita kecacingan di SD 56 Artikel Ilmu Kesehatan, 8(1); Januari 2016 Warunggunung Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Rangkasbitung, Kabupaten Lebak untuk Banten ini mencapai 80% disebabkan oleh cacing perut. memberikan penjelasan mengenai maksud dan Berdasarkan hasil pengamatan pada anak-anak, tujuan pengamatan serta cara pengambilan tinja. fasilitas sanitasi sekolah dan pedagang di SDN Multatuli g) Menetapkan responden dengan 43 sampel. Peneliti Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Banten yaitu anak- mengambil 55 sampel yang dibagi 3 kelas, anak ketika sekolah selalu memakai alas kaki, jajan di sehingga didapatkan hasil 18 orang perkelas luar sekolah, dan tidak mencuci tangan terlebih dahulu dengan cara pengocokan nama. ketika makan makanan yang mereka beli di kantin h) Setelah specimen didapat, kemudian dibawa ke sekolah atau di luar sekolah. Hal ini memungkinkan Laboratorium Kesehatan Daerah, Rangkasbitung, anak-anak hidup kurang bersih dan teratur, sehingga untuk dibuat preparat dan diperiksa. memudahkan mereka terkena infeksi cacing. Dengan i) Data diolah secara deskriptif dalam bentuk adanya fasilitas sanitasi di sekolah yang cukup baik persentase. seperti kamar mandi, kakus, wastafel, tempat sampah, j) Pengumpulan data menggunakan check list dan dll, tidak memungkinkan anak hidup bersih sehingga kuesioner. bebas dari penularan infeksi kecacingan. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan Instrumen Penelitian masalah kesehatan, salah satu diantaranya adalah Instrumen penelitian adalah alat yang akan penyakit kecacingan yang ditularkan melalui tanah dan digunakan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen penyakit ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi dalam penelitian ini yaitu peralatan yang digunakan kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktivitas, terutama dalam pemeriksaan tinja di laboratorium. pada anak-anak. Serta tingginya angka kecacingan di 1. Alat : Indonesia pada anak-anak usia 5-14 tahun. a) Obyek dan cover glass Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik b) Sarung tangan ingin melakukan penelitian dengan judul Angka c) Pot tinja Kecacingan pada Siswa Kelas 3-5 Sekolah Dasar Negri d) Sendok Es Krim Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Banten. e) Lidi atau tusuk gigi f) Mikroskop METODE 2. Bahan : Tempat Penelitian a) Tinja Tempat penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negri b) Lugol Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Banten. 3. Cara Kerja Sedangkan identifikasi sampel dilakukan di a. Pengambilan Sampel Laboratorium Kesehatan Daerah, Rangkasbitung, Alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan Kabupaten Lebak Banten. pengambilan sampel tinja pada anak-anak Sekolah Dasar Populasi dan Sampel Negri Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak 1. Populasi Banten yaitu : pot tinja bertutup yang telah diberi label Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah dan sendok es krim. siswa kelas 3-5 SDN Multatuli Rangkasbitung, Pot tinja yang telah diberi label diberikan kepada Kabupaten Lebak. anak-anak Sekolah Dasar. Pengambilan sampel dibantu 2. Sampel oleh orang tua siswa ketika berada di rumah. Banyaknya Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 3 sampel yang harus diambil yaitu sebanyak 5-10 gram sampai kelas 5 SDN Multatuli Rangkasbitung, (kira-kira sebesar jempol orang dewasa) atau Kabupaten Lebak Banten yang diambil secara acak secukupnya. Setelah itu pot yang telah berisi tinja anak- sebanyak 43 siswa (Notoatmodjo, 1991:120). anak SD tersebut ditutup sampai rapat. Teknik Pengumpulan Data b. Pemeriksaan Kecacingan Teknik pengumpulan data pada penelitian ini Pemeriksaan tinja untuk mendapat informasi yang adalah : lebih akurat mengenai infeksi cacing perut. Dalam a) Melakukan observasi ke SDN Multatuli penelitian ini pemeriksaan laboratorium yang digunakan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. dalam penelitian ini adalah menggunakan metode b) Meminta surat permohonan izin dari Sekolah langsung: Tinggi Ilmu Kesehatan MH. Thamrin. Cara kerja pemeriksaan tinja dengan metode c) Meminta permohonan izin kepada pihak Sekolah langsung. Dasar setempat untuk melakukan penelitian. 1) Ditulis kaca obyek dengan spidol sesuai dengan d) Setelah izin diperoleh, penelitian segera dilakukan yang tertulis di pot tinja . dengan memberikan informasi dan penyuluhan 2) Diteteskan 1-2 tetes lugol diatas kaca obyek tentang infeksi kecacingan. Diambil tinja dengan lidi sebesar kacang hijau e) Melakukan pendataan anak-anak Sekolah Dasar diatas larutan tersebut, kemudian ditutup dengan Negri Multatuli Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. kaca penutup. f) Bersosialisasi dengan pihak sekolah dan anak- 3) Diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran