1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Merupakan Suatu
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara merupakan suatu wilayah yang dihuni oleh sekelompok manusia dan diakui oleh negara lain serta ditopang oleh sistem yang ada. Berdiri tegaknya suatu negara sangat dipengaruhi oleh kekuatan militer dan kekuatan sipil. Karena selain dibutuhkan ketahanan negara, sistem pemerintahan pun sangat dibutuhkan untuk mempertahankan sistem yang ada di dalamnya sehingga negara itu menjadi negara yang berdaulat. Kepala negara merupakan simbol negara, selain itu perdana menteri merupakan kepala pemerintahan di dalam negara itu sendiri. Pada masa Orde Baru, pemerintahan dipimpin oleh Soeharto. Soeharto pada masa kepimpinanannya memberlakukan asas tunggal yaitu hanya ideologi pancasila yang boleh berkembang sedangkan ideologi lain tidak boleh berkembang karena di khawatirkan menganggu stabilitas Negara seperti pada pemerintahan sebelumnya. Pada masa pemerintahannya, Soeharto membuat 3 kekuatan yaitu ABRI, Birokrasi dan Golkar (Rahmah, 2016, hlm. 1). Selain itu, kursi-kursi pemerintahan diisi oleh orang-orang terdekat serta merupakan kepercayaan Soeharto, salah satunya adalah Sudharmono. Sudharmono merupakan seorang kepercayaan Soeharto, sehingga Sudharmono dapat mengetahui pikiran Soeharto. Kedekatan ini dibuktikan dengan pekerjaan-pekerjaan serta jabatan yang diperoleh oleh Sudharmono. Sudharmono dipercaya oleh Soeharto untuk mengisi jabatan tinggi dalam pemerintahan, salah satunya adalah menjabat sebagai Ketua Umum Golongan Karya masa periode 1983-1988. Sudharmono lebih dikenal dengan sebutan Pak Dhar. Sudharmono lahir tanggal 12 Maret 1927 di Desa Cerme Kecamatan Carme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Sudharmono merupakan seorang warga negara teladan dan merupakan panutan karena dikenal sebagai pribadi yang taat kepada agama, mengamalkan ajaran-ajaran agama, sederhana dalam penampilan, mempunyai komitmen tinggi pada keluarga, ramah tamah dan suka menolong sesama, tidak suka hura-hura. Tidak hanya memiliki pribadi yang baik, dalam hal pekerjaan pun Sudharmono dapat dikatakan loyal karena sebagai pejabat, Sudharmono seorang yang loyal terhadap Adisthy Regina, 2019 KIPRAH SUDHARMONO DALAM DUNIA PERPOLITIKAN GOLONGAN KARYA (1983-1988) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1 2 pemerintah, selain itu dalam menjabat, Sudharmono memiliki sifat jujur, disiplin, tekun bekerja keras, correct dalam melayani masyarakat dan tidak suka kepada penyelewengan, pelanggaran dan penyalahgunaan wewenang, pokoknya sesuatu yang melanggar hukum (Kusumaatmadja, 1997, hlm. 22-23). Sudharmono merupakan pensiunan Letnan Jenderal dan bergelar sarjana hukum. Dari tahun 1978 sampai 1988, ia menjabat Menteri Sekretaris Negara dan menjadi koordinator yayasan-yayasan yang didirikan Presiden Soeharto. Ia berperan penting dalam memimpin Golkar karena Golkar menjadi pemenang absolut dalam pemilu tahun 1987. Dengan postur tubuh yang tinggi, ramping dan penuh semangat tetapi pendiam, ia sering disebut-sebut sebagai seorang penyendiri oleh media asing yang merasa bahwa Sudharmono selalu mengambil sikap menjaga jarak. Sudharmono sangat dekat dengan Soeharto, hal ini dibuktikan pada saat ia diangkat sebagai Wakil Presiden. Kedekatan ini pun terasa pada saat wafatnya Sudharmono pada tanggal 25 Januari 2006, yang meninggalkan rasa kehilangan yang dalam pada Soeharto (Abdulgani, 2007, hlm. 184). Sebelum menjadi Ketua Umum Golkar, Sudharmono menjadi tokoh utama dalam kelompok Menteri Sekretariatan Negara (Setneg) pada tahun 1966, yaitu menjadi Sekretaris Presidium Kabinet. Kelompok ini dibentuk oleh Soeharto untuk mengimbangi Moerdani yang pada saat itu menjadi Pangab dan Pangkopkamtib. Kelompok Setneg ini merupakan kelompok yang unggul dalam bidang administrasi dan hukum, dan tumbuh menjadi sebuah klik politik yang sangat kuat. Pada saat dikeluarkannya sebuah Keppres yang menjadi No. 10/1980 yang menetapkan bahwa semua pengeluaran pemerintah yang nilainya di atas Rp. 500 juta harus melalui seleksi Tim Keppres 10 yang berpusat di Setneg. Maka dari itu, terjadi ekspansi peran Tim Keppres 10 ini yang kemudian dikeluarkan Keppres N0. 14 A yang memberikan kesempatan Setneg untuk menjalankan pembangunan ekonomi yaitu ekonomi domestik (pribumi). Maka pada tahun 1983, kelompok ini kembali memperkuat posisinya dengan duduknya beberapa anggota dalam kabinet Soeharto yang baru (Yulianto, 2003, hlm. 252). Sebelum diangkatnya Sudharmono menjadi ketua Golkar, Presiden Seoharto menerima 43 orang dari 45 anggota Golkar masa bakti 1983-1988 yang terbentuk sebagai hasil musyawarah nasional. Presiden Soeharto memberikan pengarahan kepada pengurus baru antara lain Adisthy Regina, 2019 KIPRAH SUDHARMONO DALAM DUNIA PERPOLITIKAN GOLONGAN KARYA (1983-1988) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 menghendaki agar dalam usahanya mengadakan konsolidasi, Golkar mengerahkan pendukung dan rakyat yang percaya kepadanya untuk memecahkan persoalan dananya mandiri. Dalam hubungan ini Golkar harus mampu menunjukkan kepada kedua partai politik bahwa Golkar mampu mandiri (Sjamsuddin, 2003, hlm. 76). Golkar sendiri merupakan organisasi yang tumbuh tepatnya pada tanggal 20 Oktober 1964. Selain itu, Sekber Golkar tumbuh dengan tujuan untuk mengimbangi kekuatan politik komunis yang saat itu sedang berkembang di dalam sistem pemerintahan Indonesia yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). Tumbuhnya Golkar dimulai dengan penugasan anggota ABRI, khususnya Angkatan Darat. Pembentukan Sekber Golkar ini diawali oleh usaha ABRI dalam mempengaruhi berbagai organisasi untuk mengimbangi ofensif PKI. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Noer dkk. (1996, hlm. 65) bahwa ABRI membangun dan menggerakkan keseimbangan. Yakni keseimbangan terhadap poros kekuatan Nasakom. Sekber Golkar yang kemudian menjadi Golkar. Itulah latar belakang sejarah yang setiap kali diangkat, bahwa Golkar dipersiapkan, dilahirkan, dan dibina oleh ABRI. Dalam Orde Baru, tujuannya mengimbangi gerakan Komunis Indonesia. Namun pada masa Orde Baru Golkar bukan merupakan sebuah partai politik melainkan golkar merupakan sekber. Terbentuknya Sekber (Sekretariat Bersama) diawali dengan dibentuknya Serikat Organisasi Karyawan Sosial Indonesia (SOKSI) yang meliputi 25 organisasi buruh dan karyawan perusahaan-perusahaan negara. Pada bulan Oktober 1964 SOKSI bersama berbagai organisasi fungsional membentuk Sekretariat Bersama di bawah pimpinan Angkatan Darat. Tahun berikutnya beberapa organisasi seperti Koperasi Serba Guna Gotong Royong (KUSGORO), Musyawarah Keluarga Gotong Royong (MKGR) dan beberapa organisasi pemuda dan wanita bergabung ke dalam Sekretariat Bersama tersebut yang kemudian dikenal dengan Sekber Golkar (Sanit, 2011, hlm. 67). Selain itu, Golkar pun merupakan suatu infrastruktur politik bagi ABRI dalam melaksanakan Dwifungsinya dalam bidang politik dan dalam pengembangan Orde Baru (Noer dkk, 1996, hlm. 77). Pada awalnya, Golkar merupakan sebuah koalisi yang terdiri dari para professional yang lebih memfokuskan diri pada kepentingan bersama dan kerukunan nasional daripada kepentingan kekuasaan atau ideologi sehingga Golkar tidak dibentuk sebagai partai politik melainkan federasi dari 97 organisasi fungsional dan perhimpunan-perhimpunan non-politik yang jumlahnya terus meningkat. Selain itu, Golkar pun memperjuangkan Adisthy Regina, 2019 KIPRAH SUDHARMONO DALAM DUNIA PERPOLITIKAN GOLONGAN KARYA (1983-1988) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4 pengertian bersama dan memfokuskan diri untuk kepentingan pemerintah dan negara yang seyogjanya berada di atas kepentingan suku, sosial, agama dan ideologi. Dalam berdirinya Golkar, tidak lepas dari pengawasan dan kendali Soeharto dikarenakan pada saat ia mengambil alih kepresidenan, banyak lowongan pekerjaan yang disediakan dan diadakan berdasarkan suku dan kedaerahan bagi para pemilih yang dukungan politiknya sangat dibutuhkan oleh partai Golkar (Abdulgani, 2007, hlm. 100). Maka dari itu, Golkar sengaja didirikan oleh pemerintah Orde Baru sebagai alat untuk untuk mengatur negara. Semua pemimpin Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan Golkar. Keluarga besar Golongan Karya sebagai jaringan konstituen, dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu pengaturan informal, yaitu jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G untuk lingkungan sipil di luar birokrasi. Pemuka ketiga jalur tersebut melakukan fungsi pengendalian terhadap Golkar lewat Dewan Pembina yang mempunyai peran strategis (Sudjito, 2013, hlm. 218). Jika pada pemerintahannya Soeharto berhasil memperkenalkan RUU yang berhubungan dengan pancasila setelah pemilu 1982, ia juga berhasil mereorganisasikan Golkar dan mentransformasikannya menjadi “partai kader”. Ini dimaksudkan untuk membuat organisasi itu sebagai gerakan politik yang lebih efektif di bawah kendali Soeharto pribadi. Dalam usahanya, Sekber Golkar pada masa Orde Baru banyak merancang perencanaan pembangunan di Indonesia terutama dalam bidang sosial- ekonomi. Hal ini tentu saja menjadi suatu kabar yang baik untuk masyarakat mengingat bahwa sampai akhir dasawarsa 1960-an, pembangunan tersebut tidak berjalan dengan baik. Sehingga Sekber Golkar pun pada akhirnya mendapat dukungan penuh dari masyarakat itu sendiri. Dalam usahanya untuk menjadi organisasi utama dalam pemerintahan, Sekber Golkar mengikuti pemilihan umum pada tahun 1971. Pemilu ini diikuti oleh 9 partai dan sekber Golkar. Dalam pemilu tersebut, kemenangan diraih oleh Sekber Golkar karena dalam pemilihan umum Juli 1971, Golkar