Kajian Estetika Yang Beda Relief Candi Jawa Timur R

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kajian Estetika Yang Beda Relief Candi Jawa Timur R View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by JA! UBL KAJIAN ESTETIKA YANG BEDA RELIEF CANDI JAWA TIMUR R.Bambang Gatot Soebroto ABSTRAK Penelitian ini disusun untuk mendalami bidang estetika Arsitektur pada relief candi. Untuk mengkaji dan menguji estetika relief candi dipakai teori Komposisi Polykleitos dan Prasejarah (Dick Hartoko). Diambil sepuluh sampel dari masing-masing daerah (Jawa Tengah-Jawa Timur), lalu dibuatkan matrik, untuk mudah pembacaan. Menjelaskan kedua kasus dipakai metode kritik Deskriptif dari Wayne Attoe. Hasil penelitian menunjukkan, relief candi Jawa Tengah masuk kategori indah menurut teori barat Polykleitos, tidak indah menurut teori Prasejarah - Dick Hartoko dan sebaliknya. Kata kunci : Kajian, Estetika, Relief, Polykleitos, Prasejarah ABSTRACT The research was designed to explore the field of aesthetic architecture in temple reliefs. To examine and test the theory of aesthetic composition of the reliefs used Polykleitos and Prehistory (Dick Hartoko). Ten samples taken from each region (Central Java, East Java), then made ?the matrix, for easy reading. Explain both cases the methods used descriptive criticism of Wayne Attoe. The results showed that the relief of the temple in Central Java is categorized according to the theory of western Polykleitos beautiful, not beautiful according to the theory of Prehistory - Dick Hartoko and vice versa. Key words: Assessment, Aesthetics, Relief, Polykleitos, Prehistoric 1. PENDAHULUAN atau arsitektur) membutuhkan kepekaan dan 1.1 Latar Belakang pengetahuan tersendiri yang mendasarinya, berakibat belum banyak orang yang ingin Kajian karya tulis ini adalah belajar mempelajarinya. Oleh sebab itu tulisan ini untuk mengenai ilmu estetika, khususnya pada bidang mempelajari hingga memahami agar dapat Arsitektur. Estetika mengandung ilmu filsafat, dipakai penelitian selanjutnya, dengan bahasan keterampilan seni menggambar bentuk (rupa objek kasus yang berbeda. atau bangunan), menyangkut ungkapan perasaan, Objek kasus judul karya tulis ini adalah kerja maksimal pancaindra dalam berkarya relief percandian. Wilayahnya berbeda provinsi, maupun sebagai penikmat, ditambah kemampuan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ciri relief menyajikannya sebagai karya tulis kritik (seni percandian Jawa Tengah rata-rata berukuran * R.Bambang Gatot Soebroto adalah Dosen Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. JA! No.2 Vol.2 Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, juni 2012 14 besar, bentuknya natural, proporsi seperti Singasari dan Jago) mulai ditinggalkan, mengikuti suatu patokan tertentu, tiga dimensi, kemudian menggali kekayaan kepribadian sedangkan Jawa Timur hampir kebalikannya. budaya sendiri. Ukurannya mengecil tidak menutup Bagaimanakah menentukan estetika kemungkinan karena percandiannya tidak keindahan relief candi Jawa Tengah dan Jawa tambun (kecil, langsing) sebagaimana percandian Timur, mengingat latar belakangnya berbeda? Jawa Tengah, lebih datar, sebagian besar pipih Harus ada cara atau upaya supaya hasilnya bisa mengingatkan bentuk ”wayang kulit” (Tjahjono, diterima secara ilmiah. 2002; Miksic, 2002; Munandar, 1993) tidak Relief candi Jawa Tengah terpengaruh natural, proporsinya tidak lazim seperti ”gambar langgam seni Gupta-Gandhara India yang anak kecil” (Hartoko, 1984). berlatar belakang langgam Helenik Yunani” Pentingnya kajian estetika memakai objek (Munandar, 2009), oleh sebab itu langkahnya kasus relief candi, selain untuk memperdalam mencari teori barat yang sekaitannya. Teori ilmu estetika, konsepnya berdasar latar belakang tersebut kelak menjadi bahan pengujian relief yang memengaruhinya. Dipilih objek kasus candi. Agar tidak terlampau banyak relief yang relief percandian Jawa Tengah sebagai awal diuji, perlu pengambilan sampel (10 sampel) dari bahasan, untuk memperlihatkan estetika masing-masing daerah. Sampel yang dipilih keindahan umumnya (proporsi, skala, tiga adalah relief yang berujud orang, posisi berdiri dimensi dan lain-lain). Estetika relief tersebut dan duduk (untuk pengujian proporsi, skala), satu menjadi kontras bila disejajarkan dengan relief panil berisi banyak orang (untuk menguji irama, percandian Jawa Timur. Sedangkan relief candi kesatuan, keseimbangan, dan pola), satu bagian Jawa Timur sebagai judul karena; pilihan seniman memakai motif hiasan candi (untuk menguji Jawa Timur kembali menekuni seni Prasejarah irama dan pola). Sebagai perimbangan juga dicari adalah sikap yang menarik perhatian. Hasil teori prasejarah, untuk cara pengujian yang sama, artefak-artefak yang ditemukan; seperti bentuk selanjutnya dilakukan pengujian silang agar percandian berundak-undak dilereng gunung didapat kepastian estetika langgam yang masuk Penanggungan (Mahameru baru). (Munandar, kategori estetika ke indahan dan yang ke tidak 1993), 'bentuk candi kecil langsing' (Prijotomo, indahan. Sebuah karya kritik arsitektur 2008) yang mengingatkan batu tegak (menhir) diperlukan teknik cara penulisan kritik deskriptif zaman prasejarah, gaya penggambaran, dari Wayne Attoe karena relatif mudah dicerna pembuatan relief berkisah, memperlihatkan dan urut, tanpa mengurangi sisi keilmiahan orientasi ke depan atau kepada sesuatu yang ingin sebuah penelitian. dilakukannya. tidak terlalu berbeda seperti perilaku kesenian orang-orang gua zaman 1.2 Rumusan Masalah prasejarah (Hartoko, 1984). Selain itu juga orang-orang Jawa Timur mengurangi pengaruh Sebagaimana telah ditetapkan wilayah luar; langgam seni Gupta-India (masih tersisa kajian adalah provinsi Jawa Tengah dan Jawa satu dua relief langgam Jawa Tengah di candi Timur, terdapat artefak arsitektur percandian Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, juni 2012 15 yang berbeda, demikian juga hiasan reliefnya. Timur ? Mengingat keinginan mendalami bidang estetika Arsitektur diperlukan suatu kajian memakai 1.3 Tujuan objek kasus relief candi. Maka diperlukan penyandingan agar terlihat jelas dimana - Mempelajari estetika Arsitektur dengan perbedaan dan kesamaannya. Daya tarik dari memakai studi kasus relief percandian di masing-masing relief tersebut sebagai awal Jawa Tengah dan Jawa Timur. pertanyaan untuk mencari jawaban. Contoh; - Menguji masing-masing relief candi Jawa yang satu berwujud natural, proporsional, seperti Tengah dan Jawa Timur memakai latar orang pada umumnya dan yang lain tidak. belakang yang mempengaruhinya. Penyandingan menghasilkan keinginan - Mendapatkan hasil dari kajian estetika yang melakukan perbandingan. Secara fisik akan beda relief candi Jawa Timur; beberapa terlihat jelas, agar objektif dan ilmiah perlu temuan, yang membuat nilai lebih dari pada diambil teori yang berhubungan masing-masing relief candi Jawa Tengah. relief dengan latar belakangnya. Dengan demikian masalah yang ada 1.4 Manfaat Teoritis adalah; - Mencari dan memahami estetika dua - Didapat estetika yang beda antara Jawa Tengah kelompok candi (Jawa Tengah dan Jawa dan Jawa Timur. Timur). - Menambah wawasan teoritis dibidang - Bagaimana menentukan estetika relief candi estetika. Jawa Tengah dan Jawa Timur sama-sama masuk kategori estetika keindahan, 1.5 Manfaat Praktik mengingat latar belakangnya berbeda. Harus ada cara atau upaya agar hasilnya bisa - Dapat digunakan sebagai acuan dalam menilai diterima secara ilmiah. atau membuat estetika arsitektur. - Sesuai dengan judul penelitian kajian estetika yang beda untuk memperlihatkan 2. KAJIAN TEORI perbedaan tampilan karya relief yang memenuhi estetika keindahan, maka perlu Pada Kajian teori tersusun dalam beberapa mendalaminya untuk mendapatkan temuan sub bab berisikan alinea rangkaian ulasan yang nilai-nilai khas yang merupakan menjadi pokok pikiran karya tulis ilmiah. keunggulannya. Maka, pertanyaan penelitian Sehingga memudahkan orang untuk membaca yang harus dijawab adalah : dan menemukan pokoknya. Dimulai; Estetika - Apa dan bagaimana estetika dua kelompok dan Pengertiannya, Estetika Barat, Yunani dan candi (Jawa Tengah dan Jawa Timur) ? Asal seni Gupta pada Seni Pahat, Estetika - Bagaimana posisi atau kategori estetika langgam seni Prasejarah, Kajian Estetika Yang keindahan candi Jawa Tengah dan Jawa Beda Relief Candi Jawa Timur. Mempelajari Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, juni 2012 16 ilmu estetika adalah sebagai berikut; estetika ( indah ). Relief adalah hasil visualisasi manusia, 2.1 Estetika dan Pengertiannya apabila seseorang mengamati sebuah karya, orang tersebut mengalami atau 'menangkap' Estetika adalah suatu cabang ilmu filsafat sesuatu (indranya ber-kontak) kepada sebuah yang berhubungan dengan karya. Sebuah karya karya estetik, selain itu juga merupakan karya mendapat nilai “betul”(nilai estetik) bila estetika artefak hasil buatan, peninggalan memenuhi kaidah secara intelektua1 seperti m a n u s i a , o b y e k h a s i l k e t e r a m p i l a n , karya-karya tugas Nirmana atau Estetika Rupa pembelajaran, pengetahuan, ungkapan perasaan pada perkuliahan awal mahasiswa baru jurusan diri manusia, karena tidak semua orang mampu Seni Rupa atau Arsitektur. Nilai “baik” memiliki membuatnya. Sekalipun demikian untuk nilai estetika (bermakna, ada kontak rasa-jiwa) di “menangkap” sesuatu dari sebuah karya perlu katakan indah. Sebagaimana ungkapan Soetrisno nilai-nilai yang telah di miliki dari pendidikan (1993) ”estetik belum tentu indah, sesuatu yang tertentu, latihan “melihat” (Ching, 2002), indah pasti estetik” pembiasaan mengapresiasikan sebuah karya Seperti juga di katakan Sudjojono (2001) estetika. seorang pelukis modern dan kritikus seni Kemampuan demikian menempatkan Indonesia; ''lukisan itu jiwa
Recommended publications
  • Challenges in Conserving Bahal Temples of Sri-Wijaya Kingdom, In
    International Journal of Engineering and Advanced Technology (IJEAT) ISSN: 2249 – 8958, Volume-9, Issue-1, October 2019 Challenges in Conserving Bahal Temples of Sriwijaya Kingdom, in North Sumatra Ari Siswanto, Farida, Ardiansyah, Kristantina Indriastuti Although it has been restored, not all of the temples re- Abstract: The archaeological sites of the Sriwijaya temple in turned to a complete building form because when temples Sumatra is an important part of a long histories of Indonesian were found many were in a state of severe damage. civilization.This article examines the conservation of the Bahal The three brick temple complexes have been enjoyed by temples as cultural heritage buildings that still maintains the authenticity of the form as a sacred building and can be used as a tourists who visit and even tourists can reach the room in the tourism object. The temples are made of bricks which are very body of the temple. The condition of brick temples that are vulnerable to the weather, open environment and visitors so that open in nature raises a number of problems including bricks they can be a threat to the architecture and structure of the tem- becoming worn out quickly, damaged and overgrown with ples. Intervention is still possible if it is related to the structure mold (A. Siswanto, Farida, Ardiansyah, 2017; Mulyati, and material conditions of the temples which have been alarming 2012). The construction of the temple's head or roof appears and predicted to cause damage and durability of the temple. This study used a case study method covering Bahal I, II and III tem- to have cracked the structure because the brick structure ples, all of which are located in North Padang Lawas Regency, does not function as a supporting structure as much as pos- North Sumatra Province through observation, measurement, sible.
    [Show full text]
  • Pemanfaatan Situs Candi Jabung Sebagai Objek Wisata Sejarah Di Kabupaten Probolinggo Tahun 1982-2014
    Chairunnisa et al., Pemanfaatan Situs Candi Jabung Sebagai ..... 1 PEMANFAATAN SITUS CANDI JABUNG SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 1982-2014 Marfiana Chairunnisa, Sutjitro, Sumarno Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: [email protected] ABSTRAK Penemuan situs-situs candi menjadikan bangsa Indonesia kaya akan sektor wisata budaya sejarah. Wisata sejarah tak hanya sekadar pelesir dan melancong untuk kesenangan ke tempat-tempat bersejarah, tetapi juga belajar sejarah itu sendiri. Wisata sejarah kaya akan nilai-nilai budaya, edukatif, inspiratif, instruktif dan rekreatif, sehingga apabila berwisata ke tempat-tempat bersejarah akan banyak manfaat yang dapat diambil di dalamnya. Daya tarik situs candi Jabung sebagai objek wisata sejarah terletak pada latar belakang historis dari candi itu sendiri, ditunjang arsitektur dan ragam hias indah, serta komponen-komonen wisata di dalamnya. Candi Jabung dibawah pengelolaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Mojokerto Jawa Timur. Daya tarik yang dimiliki candi Jabung cukup besar, maka akan sangat berguna apabila dapat dikelola seoptimal mungkin, karena pembangunan dalam bidang pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun bagi dunia pendidikannya. Kata kunci: Pemanfaatan, Candi Jabung, Objek Wisata Sejarah. ABSTRACT The discovery of the temple sites make nation Indonesia is rich in historical cultural tourism sector. Historical tourism is not just simply pelesir and travelling for pleasure to places of historic, but also learn the history of it's own. Historical tourism values rich cultural, educative, instructive, inspiring and rekreatif, so when visiting historic places will be the many benefits that can be taken on board.
    [Show full text]
  • Community Empowerment Through Research, Innovation and Open Access
    COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH RESEARCH, INNOVATION AND OPEN ACCESS PROCEEDINGS OF THE 3RD INTERNATIONAL CONFERENCE ON HUMANITIES AND SOCIAL SCIENCES (ICHSS 2020), MALANG, INDONESIA, 28 OCTOBER 2020 Community Empowerment through Research, Innovation and Open Access Edited by Joko Sayono & Ahmad Taufiq Universitas Negeri Malang, Indonesia Luechai Sringernyuang Mahidol University, Thailand Muhamad Alif Haji Sismat Universiti Islam Sultan Sharif Ali, Brunei Darussalam Zawawi Isma’il Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia Francis M. Navarro Ateneo De Manila University, Philippines Agus Purnomo & Idris Universitas Negeri Malang, Indonesia CRC Press/Balkema is an imprint of the Taylor & Francis Group, an informa business © 2021 selection and editorial matter, the Editors; individual chapters, the contributors Typeset by MPS Limited, Chennai, India The Open Access version of this book, available at www.taylorfrancis.com, has been made available under a Creative Commons Attribution-Non Commercial-No Derivatives 4.0 license. Although all care is taken to ensure integrity and the quality of this publication and the information herein, no responsibility is assumed by the publishers nor the author for any damage to the property or persons as a result of operation or use of this publication and/or the information contained herein. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data A catalog record has been requested for this book Published by: CRC Press/Balkema Schipholweg 107C, 2316 XC Leiden, The Netherlands e-mail: [email protected] www.routledge.com – www.taylorandfrancis.com ISBN: 978-1-032-03819-3 (Hbk) ISBN: 978-1-032-03820-9 (Pbk) ISBN: 978-1-003-18920-6 (eBook) DOI: 10.1201/9781003189206 Community Empowerment through Research, Innovation and Open Access – Sayono et al (Eds) © 2021 Copyright the Editor(s), ISBN 978-1-032-03819-3 Table of contents Preface ix Acknowledgement xi Scientific committee xiii Organizing committee xv Empowering translation students through the use of digital technologies 1 M.A.H.
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 552 Proceedings of the 4th International Conference on Arts and Arts Education (ICAAE 2020) Life Values in Gapura Bajangratu Katrin Nur Nafi’ah Ismoyo1,* Hadjar Pamadhi 2 1 Graduate School of Arts Education, Yogyakarta State University, Yogyakarta 55281, Indonesia 2 Faculty of Languages and Arts, Yogyakarta State University, Yogyakarta 55281, Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT This study employed the qualitative research method with Hans-George Gadamer’s semiotic approach and analysis based on Jean Baudrillard’s hyperreality. According to Gadamer, truth can be obtained not through methods, but dialectics, where more questions may be proposed, which is referred to as practical philosophy. Meanwhile, Jean Baudrillard argues that “We live in a world where there is more and more information, and less and less meaning …”. This paper discusses the life values of Gapura Bajang Ratu in its essence, as well as life values in the age of hyperreality. Keywords: Gapura Bajangratu, life values, hyperreality, semiotics 1. INTRODUCTION death of Bhre Wengker (end 7th century). There is another opinion regarding the history of the Bajangratu Gapura Bajangratu (Bajangratu Temple) is a Gate which believe it to be one of the gates of the heritage site of the Majapahit Kingdom which is located Majapahit Palace, due to the location of the gate which in Dukuh Kraton, Temon Village, Trowulan District, is not far from the center of the Majapahit Kingdom. Mojokerto Regency, East Java. Gapura Bajangratu or This notion provides historical information that the the Bajangratu Gate is estimated to have been built in Gapura gate is an important entrance to a respectable the 13-14th century.
    [Show full text]
  • Watsan Who Is Doing What Where W a T E R C O V E R a G E Klaten District, Central Java Province
    WATSAN WHO IS DOING WHAT WHERE W A T E R C O V E R A G E KLATEN DISTRICT, CENTRAL JAVA PROVINCE 110°30'0"E 110°36'0"E 110°42'0"E Selo Cepogo Ngemplak Boyolali Colomadu Teras Banyudono Musuk Mojosongo Kartasura Sawit B o y o ll a ll ii Kemalang Malangan Tegalmulyo Pucang Miliran Mundu Sudimoro Tulung Sidoharjo Wunut Daleman Tlogowatu Kemiri Gatak S S " Sidomulyo Tegalgondo " 0 0 ' Sorogaten Sidowayah ' 6 Wadung 6 3 PMI, Cokro 3 ° Gedongjetis Janti Getas ° 7 IFRC Tulung Bono Beji Bolali 7 Balerante Sidorejo Dalangan Sedayu Majegan Kebonharjo Segaran Pomah Kiringan Wangen Kranggan Kayumas Kepanjen Sukorejo Tangkil Polanharjo Keprabon Ponggok Delanggu Duwet Polan Mendak Gatak Teloyo Jeblog Sekaran Socokangsi Karanglo Boto Wonosari PMI, Bumiharjo Temuireng Pandanan Bandungan Krajan Puluhan IFRC Jimus Turus Krecek Tlobong Bentangan Pandeyan Sabrang Panggang Glagah Pondok Lumbung Kerep Gempol Jatinom Nganjat Sribit Karang Kingkang Dompol Jatinom Kauman Soropaten Gledeg Borongan Bonyokan Ngabeyan Mrisen Bulan Karanganom Pundungan Ngemplak Tibayan Cawan Ngaran Delanggu Ngreden Gedaren Jurangjero Banaran Jelobo Kendalsari Bengking Padas Kapungan Butuhan Karangan Brangkal Bowan Bawukan Karangnongko Jambeyan Gunting Talun Beteng Glagah Wangi Jetis Logede Jiwan Jemawan Karanganom Juwiring Randulanang Jungkare Kunden Cangkringan Kemalang CWS, Beku Juwiring Carikan NCA Kadirejo Trasan Jaten Taji Gemampir Kahuman Manjungan Ngemplak Keputran Mranggen Kwarasan Seneng Tarubasan Kuncen Dukuh Bulurejo Tanjung CWS, Pepe Troso Blanceran Kepurun BlimNbCinAg
    [Show full text]
  • Available Online at Jurnal Matheducation N
    120 Available online at https://jurnal.pascaumnaw.ac.id/index.php/JMN Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2 (2), 2019, 120-126 Ekspolarasi Etnomatematika Pada Bagunan Candi Portibi Nursahadah Program Studi Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Jln. Garu II No.93, Medan, Sumatera Utara, 20147, Indonesia Email : [email protected]. Telp: +6281260496462 Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil eksplorasi etnomatematika masyarakat Portibi dengan jenis penelitian eksplorasi serta pendekatan etnografi. Data penelitian diperoleh dari studi kepustakaan, pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Informan terdiri dari 5 orang tokoh masyarakat yang berada disekitar wilayah Portibi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya konsep matematika pada masyarakat Portibi. Konsep-konsep matematika tersebut dapat kita lihat pada bangunan candiyang menggunakan konsep bangun datar dan geometri. Terbukti adanya konsep- konsep matematika yang terkandung dalam bangunan Candi Portibi yang terdiri dari Candi Bahal I, BahaII dan Bahal III, semuanya mengunakan konsep matematika bangun datar dan geometri. Hasil penelitian ini bisa dijadikan alternatif pembelajaran matematika di luar kelas, dengan mengenalkankonsep-konsep matematika yang terdapat dalam kehidupan masyarakatterutama dalam bentuk bangunan seperti Candi , dan dapat dijadikan sebagai rujukan penyusuna soal pemecahan masalah matematika kontekstual. Kata Kunci : Etnomatematika, budaya, Candi Portibi Etnomatematics Expansionation of the Portibi Temple Building Abstract This article aims to describe the results of the ethnographic exploration of the Portibi community with the types of exploration research and ethnographic approaches. The research data was obtained from library studies, observations, interviews, and documentation. The informants consisted of 5 community leaders who were around the Portibi area. The results of this study indicate the existence of mathematical concepts in the Portibi community.
    [Show full text]
  • Bab 3 Kepurbakalaan Padang Lawas: Tinjauan Gaya Seni Bangun, Seni Arca Dan Latar Keaagamaan
    BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan sudah dipugar, yaitu Biaro Si Pamutung, Biaro Bahal 1, Biaro Bahal 2, dan Biaro Bahal 3. Sedangkan rekonstruksi bentuk dilakukan terhadap unsur-unsur bangunan biaro-biaro di Padang Lawas yang sudah tidak berada dalam konteksnya lagi, atau masih insitu dan berada dengan konteksnya tetapi dalam keadaan fragmentaris. Rekonstruksi tersebut dilakukan berdasarkan tulisan dan foto (gambar) para peneliti yang sudah melakukan penelitian di situs tersebut pada masa lalu. Tinjauan terhadap gaya seni arca dilakukan terhadap arca-arca logam untuk mengetahui bagaimana gaya seni arca tinggalan di Padang Lawas, apakah mempunyai kesamaan dengan gaya seni arca dari tempat lain baik di Indonesia maupun luar Indonesia. Gaya seni arca juga dapat memberikan gambaran periodisasinya secara relatif. Adapun periodisasi situs secara mutlak didapatkan berdasarkan temuan prasasti-prasasti yang menuliskan pertanggalan. Prasasti- prasasti yang ditemukan di Padang Lawas sebagian besar berisi tentang mantra- mantra dalam melakukan suatu upacara keagamaan, oleh karena itu latar keagamaan situs dapat diketahui berdasarkan isi prasasti. Di samping itu latar keagamaan diketahui juga dengan melalui studi ikonografi terhadap arca dan relief. 3.1 Gaya Seni Bangun (Arsitektur) Menurut Walter Grophius arsitektur adalah suatu ilmu bangunan yang juga mencakup masalah-masalah yang berhubungan dengan biologi, sosial, teknik, dan artistik, oleh karena itu arsitektur dapat didefinisikan sebagai: (1) Seni ilmu bangunan, termasuk perencanaan, perancangan, konstruksi dan penyelesaian ornament; (2) Sifat, karakter atau gaya bangunan; (3) Kegiatan atau proses membangun bangunan; (4) Bangunan-bangunan; (5) Sekelompok bangunan Universitas Indonesia 114 Kepurbakalaan Padang..., Sukawati Susetyo, FIB UI, 2010.
    [Show full text]
  • UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 12
    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya, Seni, Kesenian, dan Pusat Kesenian (Tinjauan Obyek Perancangan) 2.1.1 Budaya 1. Definisi Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal- hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia (www.wikipedia.org). Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 12 budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari (http://indobudaya.blogspot.com/2007). Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. (www.wikipedia.org) Pengertian Budaya secara etimologi dan fonetis fungsional adalah: . Secara etimologis: Budaya buddhayah, budhi (Sans.) = akal budi / pikiran Budaya budi (akal/pikiran) & daya (tenaga, kemampuan) . Secara fonetis fungsional: Budaya badaya bada’a, yabda’u al-Mubdi’u : yang Mengawali, Menjadikan segala sesuatu dari tiada Kemampuan berakal-budi dengan nilai luhur berketuhanan, untuk mengawali hidup dengan proses yang baik (adil, harmoni, selaras dalam kedamaian tenteraman, dengan bukti satu selarasnya jalinan kehidupan antar makhluk (Gautama, 2009).
    [Show full text]
  • Laporan Hasil Penelitian
    Laporan Hasil Penelitian “Ngapain ke Candi?” Penggunaan Peninggalan-peninggalan Purbakala di Jawa Timur Oleh Christopher Mark Campbell Universitas Muhammadiyah Malang kerjasama dengan Australian Consortium for In-country Indonesian Studies 2002 “Apakah di desa atau di dalam hutan, di tempat yang rendah atau di atas bukit, di mana pun Para Suci berdiam, maka tempat itu sungguh menyenangkan.” - Dharmapada Arahanta Vagga (Arahat) 9 “Selain Allah tidak ada Tuhan, selain aku tidak ada Kamu.” – Pak Makutarama Abstraksi “Apakah di desa atau di dalam hutan, di tempat yang rendah atau di atas bukit, dimana pun Para Suci berdiam, maka tempat itu sungguh menyenangkan.” – Dharmapada Arahanta Vagga 9 “Selain Allah tidak ada Tuhan, selain aku tidak ada Kamu.” – Pak Makutarama “Trowulan…adalah tempat terjadinya kerajaan Jawa yang paling kuat, Majapahit. Didirikan pada akhir abad ke-13, patihnya tang terkenal, Gajah Mada, menuntut kekuasan raja atas daerah yang lebih besar daripada Indonesia modern. Demikian dia sebetulnya ialah pemimpin pertama yang menentukan konsep Indonesia yang bersatu dengan identitas Indonesia.” – John Miksic Pendahuluan Latar Belakang Dari bangunan-bangunan zaman purba di Jatim, yang kini masih tertinggal, hanya yang terbuat dari batu dan bata. Bangunan ini semua memiliki hubungan erat dengan keagamaan. Sebagai pusat bagi tiga kerajaan agung pada masa dahulu (Kediri, Singosari dan Majapahit) Jawa Timur sangat kaya dengan peninggalan purbakala. Walaupun dalam mulut rakyat bangunan-bangunan tersebut biasanya disebut candi, ada berbagai macam candi yang memiliki wujud dan fungsi tersendiri: • Candi adalah bangunan tempat menyimpan abu jenazah seorang raja dan orang- orang terkemuka dan memuliakan rohnya yang telah bersatu dengan Dewata penitisnya. Selain itu candi juga merupakan tempat penghormatan dan pemujaan Dewata atau para arwah nenek moyang.
    [Show full text]
  • Land Relations Between Access, Exclusion and Resistance in Jambi Province, Indonesia
    A post-frontier in transformation: land relations between access, exclusion and resistance in Jambi province, Indonesia Dissertation zur Erlangung des mathematisch-naturwissenschaftlichen Doktorgrades "Doctor rerum naturalium" der Georg-August-Universität Göttingen im Promotionsprogramm Geowissenschaften/Geographie der Georg-August University School of Science (GAUSS) vorgelegt von Dipl. Geogr. Barbara Beckert aus Erlangen Göttingen 2016 Betreuungsausschuss Prof. Dr. Christoph Dittrich Abteilung Humangeographie, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Prof. Dr. Heiko Faust Abteilung Humangeographie, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Mitglieder der Prüfungskommission Referent: Prof. Dr. Christoph Dittrich Abteilung Humangeographie, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Korreferent: Prof. Dr. Heiko Faust Abteilung Humangeographie, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Weitere Mitglieder der Prüfungskommission Prof. Dr. Lasafam Iturrizaga, Abteilung Physische Geographie, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Jun.-Prof. Dr. Dirk Felzmann, Arbeitsbereich Geographie und ihre Didaktik, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Dr. Lukas
    [Show full text]
  • Indonesia 12
    ©Lonely Planet Publications Pty Ltd Indonesia Sumatra Kalimantan p509 p606 Sulawesi Maluku p659 p420 Papua p464 Java p58 Nusa Tenggara p320 Bali p212 David Eimer, Paul Harding, Ashley Harrell, Trent Holden, Mark Johanson, MaSovaida Morgan, Jenny Walker, Ray Bartlett, Loren Bell, Jade Bremner, Stuart Butler, Sofia Levin, Virginia Maxwell PLAN YOUR TRIP ON THE ROAD Welcome to Indonesia . 6 JAVA . 58 Malang . 184 Indonesia Map . 8 Jakarta . 62 Around Malang . 189 Purwodadi . 190 Indonesia’s Top 20 . 10 Thousand Islands . 85 West Java . 86 Gunung Arjuna-Lalijiwo Need to Know . 20 Reserve . 190 Banten . 86 Gunung Penanggungan . 191 First Time Indonesia . 22 Merak . 88 Batu . 191 What’s New . 24 Carita . 88 South-Coast Beaches . 192 Labuan . 89 If You Like . 25 Blitar . 193 Ujung Kulon Month by Month . 27 National Park . 89 Panataran . 193 Pacitan . 194 Itineraries . 30 Bogor . 91 Around Bogor . 95 Watu Karang . 195 Outdoor Adventures . 36 Cimaja . 96 Probolinggo . 195 Travel with Children . 52 Cibodas . 97 Gunung Bromo & Bromo-Tengger-Semeru Regions at a Glance . 55 Gede Pangrango National Park . 197 National Park . 97 Bondowoso . 201 Cianjur . 98 Ijen Plateau . 201 Bandung . 99 VANY BRANDS/SHUTTERSTOCK © BRANDS/SHUTTERSTOCK VANY Kalibaru . 204 North of Bandung . 105 Jember . 205 Ciwidey & Around . 105 Meru Betiri Bandung to National Park . 205 Pangandaran . 107 Alas Purwo Pangandaran . 108 National Park . 206 Around Pangandaran . 113 Banyuwangi . 209 Central Java . 115 Baluran National Park . 210 Wonosobo . 117 Dieng Plateau . 118 BALI . 212 Borobudur . 120 BARONG DANCE (P275), Kuta & Southwest BALI Yogyakarta . 124 Beaches . 222 South Coast . 142 Kuta & Legian . 222 Kaliurang & Kaliadem . 144 Seminyak .
    [Show full text]
  • ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme
    ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 2 ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 3 Annual Report Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 31 March 2017 2 ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 3 Contents 06 Abbreviations 07 Output summary 13 1. Introduction 15 2. Programme Objectives 17 3. Institutional setting 19 4. Overview January – December 2016 33 5. Other Relevant Activities 35 6. Challenges and lessons learned 37 Annex 4 ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 5 4 ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 5 Abbreviations ASS After Sales Service (resulting in partner inspection reports) BAPPEDA Regional Planning Bureau BIRU Biogas Rumah (domestic biogas) BSM Bank Syariah Mandiri BSNI National Standardization Agency of Indonesia CLP Climate Leadership Programme CPO Construction Partner Organization DAK Specific Allocation Fun (Dana Alokasi Khusus) DGNREEC Directorate General of New Renewable Energy and Electricity Conservation DOE Designated Operational Entity ENDEV Energising Development EUR Euro FACET Finance for Access to Clean Energy Technologies in South and Southeast Asia GIZ Gesselschaft für Internazionale Zusammenarbeit (Agency for International Cooperation) Hivos Humanistic Institute for Cooperation with Developing Countries IDBP Indonesia Domestic Biogas Programme INSTIPER Institut Pertanian Instiper (Agricultural Institute) Kiva U.S.-based
    [Show full text]