Ragam Seni Hias Majapahit: Penciri Hasil Budaya Majapahit1

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Ragam Seni Hias Majapahit: Penciri Hasil Budaya Majapahit1 Ragam Seni Hias Majapahit: Penciri Hasil Budaya Majapahit1 Oleh: Rochtri Agung Bawono dan Zuraidah2 I Pendahuluan Majapahit merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah berkembang di Nusantara bahkan memiliki luasan pengaruh yang terbesar di Asia Tenggara. Diperkirakan pusat Kerajaan Majapahit terletak di Trowulan Kabupaten Mojokerto berdasarkan catatan perjalanan Raja Hayam Wuruk yang tertuang dalam Kitab Negarakrtagama karangan Mpu Prapanca (Sidomulyo, 2007:37). Bahkan Henry Maclaine Pont melakukan pengamatan langsung terhadap tinggalan purbakala dan menetap di Trowulan antara tahun 1921-1924 untuk merekonstruksi istana Majapahit. Trowulan sebagai pusat kerajaan juga diindikasikan adanya temuan batas kota berupa yoni nagaraja dengan hiasan raya yaitu yoni Klinterejo, yoni Lebak Jabung, yoni Japanan Sedah dan Badas-Tugu yang kemungkinan yoninya sekarang tersimpan di Museum Nasional Jakarta (Rangkuti, 2012:10-20; Noerwidi, 2012:189). Demikian juga Tim Penelitian Arkeologi Terpadu Indonesia (PATI) 2008 yang merupakan penelitian gabungan 4 universitas yaitu UI, UGM, Unud, dan Unhas juga memiliki kesepakatan bahwa Situs Kedaton dan Sentonorejo di Trowulan sebagai Uttama Mandala dari Istana Majapahit (Tim PATI, 2011:220). Keberadaan Trowulan sebagai istana dapat ditelusuri berdasarkan sebaran tinggalan purbakala yang terdapat di lokasi tersebut antara lain Candi Brahu, Candi Gentong, Candi Wringin Lawang, Candi Bajangratu, Candi Minak Jinggo, Candi Kedaton, Candi Nglinguk, Candi Tikus, dan struktur bangunan lainnya serta temuan lepas lainnya antara lain gerabah, keramik, terakota, arca, prasasti, yoni, senjata logam, perhiasan perungu-perak-emas, peralatan logam dan nisan. Kekayaan hasil budaya Majapahit bukan hanya ditemukan di Situs Trowulan tetapi juga tersebar hampir merata di wilayah Jawa Timur antara lain Candi Simping (Sumberjati), Candi Rimbi, Candi Penataran, Candi Jawi, Candi Sawentar, Candi Pari, Candi Bangkal, Candi Surawana, Candi Jabung, Candi Sumberawan, Candi Sukuh, Candi Cetho, dan Kompleks percandian Gunung Penanggungan. Banyaknya tinggalan yang berasal dari berbagai periode baik sebelum Kerajaan Majapahit ataupun sesudahnya seharusnya mudah dikenali dengan penciri (tanda) yang khas. Apa sajakah penciri hasil budaya Kerajaan Majapahit yang mudah dikenali oleh masyarakat jika menemukan tinggalan tersebut? Uraian di bawah ini menjelaskan tentang cara mudah mengidentifikasi hasil budaya yang berasal dari Periode Kerajaan Majapahit. II Penciri Khusus Hasil Budaya Majapahit Berkembangnya sebuah peradaban akan didukung juga oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budayanya. Setiap periode akan memunculkan gaya atau langgam seni yang berbeda-beda sehingga menjadi penciri masing-masing kerajaan atau zamannya. Seni hias yang 1 Disampaikan dalam Seminar Nasional Seri Bahasa, Sastra, dan Budaya pada tanggal Senin, 29 Februari 2016 di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. 2 Staff Pengajar di Prodi Arkeologi Fak. Sastra dan Budaya Univ. Udayana. merupakan bagian dari langgam seni juga dapat ditelusuri sebagai pembeda dalam setiap periodenya. Berikut tiga penciri utama ragam seni hias yang berkembang pada Masa Kerajaan Majapahit sebagai pembeda dengan ragam hias periode sebelum dan sesudahnya. Surya Majapahit Surya Majapahit merupakan simbol kebesaran Majapahit yang digambarkan garis-garis dengan bentuk susunan tumpal sehingga membentuk seolah seperti matahari dengan pancaran sinar di sekelilingnya. Hiasan surya Majapahit ini ditemukan dengan berbagai variasi. Salah satu koleksi Pusat Informasi Majapahit (PIM) di Trowulan yaitu balok batu dengan hiasan surya Majapahit dengan lingkaran sempurna, delapan pancaran sudut sinar, serta bagian tengahnya terdapat gambaran sembilan dewa penguasa arah mata angin. Bentuk lain surya Majapahit juga ditemukan pada langit-langit ruangan suci di Candi Angka Tahun-Kompleks Candi Panataran, Candi Bangkal, dan Sawentar. Bentuk surya Majapahit dengan lingkaran sempurna ditemukan juga pada kemuncak Candi Rekonstruksi Kompleks Candi Panataran dengan sembilan sudut sinar yang tersamarkan dalam pahatan bidang tumpal. Surya Majapahit ini juga digambarkan dalam bentuk pancaran sinar pada stella di belakang arca yang disebut sebagai prabha, sehingga bentuknya tidak dibuat bulat melingkar tetapi mengikuti sekeliling dan tingginya arca. Prabha dipahatkan juga sebagai hiasan relief pada dinding candi yang mengikuti gambaran tokoh atau dewa, sehingga dapat disejajarkan dengan pemahatan prabha pada arca. Penggambaran arca tokoh, raja atau dewa yang berasal dari periode Majapahit juga dicirikan oleh hiasan mahkotanya yang biasanya berbentuk kerucut (kiritamakuta), tetapi pada bagian bawahnya terdapat pancaran surya terutama bagian depannya, sehingga melengkapi hiasan surya pada pemahatan arcanya. Lapik arca yang terdapat di Kompleks Candi Panataran sebagian besar bermotif tengkorak, tetapi yang menarik yaitu bagian atas tengkorak tersebut jika diperhatikan secara seksama juga merupakan bentuk pancaran sinar atau surya yang merupakan ciri seni hias Majapahit, contohnya empat arca dwarapala di Candi Induk Panataran. Surya Majapahit juga terdapat pada nisan Islam di Trowulan sebagai bukti bahwa surya Majapahit dianggap sebagai simbol kerajaan atau bagian dari keluarga bangsawan Majapahit, bahkan nisan-nisan Islam yang muncul sesudah periode Majapahit juga masih dijumpai hiasan pancaran sinar (surya) sebagai bagian dari keturunan langsung bangsawan Kerajaan Majapahit, misalnya beberapa nisan pada makam kompleks Sunan Bonang. Bunga Teratai Bunga teratai sudah sering digunakan sebagai seni hias bangunan atau arca sebelum Majapahit bahkan sejak Kerajaan Mataram Kuno pun sudah menggunakannya misalnya motif purnakalasa yang terdapat pada Candi Prambanan. Penggunaan bunga teratai juga sebagai lapik arca tanpa membedakan latar belakang agama baik Hindu maupun Budha, penggambarannya sebagian besar dengan lapik padma ganda. Khusus untuk hiasan bunga teratai ternyata mendapat tempat yang khusus dalam seni hias kerajinan, arca maupun bangunan suci Masa Majapahit bahkan hiasan teratai sebagai pembentuk karakter kesenian Majapahit didukung pula oleh catatan musafir Cina bernama Ma Huan yang mengunjungi Majapahit pada akhir pemerintahan Hayam Wuruk yang menyebutkan bahwa bunga penting yang terdapat di Kota Majapahit yaitu teratai (Munandar, 2008:9). Hampir setiap hasil budaya periode Majapahit akan bersentuhan dengan bunga teratai baik yang digambarkan sempurna, sebagian ataupun stilir. Demikian juga penggambaran bunga teratai yang dimaksud di sini dapat dalam bentuk bunganya maupun daun teratainya. Terdapat tiga jenis teratai yang sering dipahatkan pada tinggalan purbakala yaitu teratai putih (Nymphaea lotos) atau kumuda, teratai biru (Nymphaea stellata) atau utpala, dan teratai merah (Nelumbius speciosum) atau padma (Van der Hoop, 1949:258). Pada bangunan suci atau candi terdapat hiasan dengan nama hias padma atau roset yang berupa jajaran genjang. Hiasan padma bahkan juga diletakkan pada beberapa bagian tubuh sebagai pendukung asesoris atau hias pakaian arca. Hiasan ini bahkan masih sering dijumpai pada zaman sesudahnya terutama di Bali. Bunga teratai yang keluar dari jambangan juga dipahatkan pada kanan kiri arca periode Majapahit, atau teratai yang langsung dari bonggol atau air sebagai kelanjutan dari periode Singasari. Hiasan teratai juga dipahatkan pada gerabah dan terakota baik bunga maupun daunnya dengan berbagai jenis bentuk yang beragam. Terdapat juga hias gelombang daun teratai yang distilir menjadi hias awan maupun kekarangan (Bawono dan Zuraidah, 2014:55-60). Meander Pita Majapahit Hiasan meander Majapahit kemungkinan sangat dipengaruhi oleh hiasan patra mesir yang sangat pesat berkembang di Cina sebagai hiasan pinggiran bidang dengan bentuk geometris yang tegas. Hiasan meander Majapahit diambil dari ide lengkung atau gelombang daun teratai. Hiasan meander pita Majapahit yang tertua ditemukan pada Candi Jawi sebagai pedharman Raja Kertanegara yang kemungkinan dibangun sekitar 1304 M pada masa Kertarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya). Hiasan meander ini banyak dipahatkan pada arsitektur bangunan candi (juga miniatur candi) periode Majapahit terutama sebagai pelipit atas (hiasan awan) dengan berbagai macam tipe. Hiasan meander ini juga dipahatkan pada bentuk daun sempurna seperti yang terdapat pada koleksi PIM dari Candi Minakjinggo. Yoni dan umpak yang terdapat hiasan yang raya juga dipahatkan hias meander pita Majapahit ini antara lain yoni sebagai empat patok luar kota Majapahit dan umpak yang terdapat di Kompleks Candi Penataran. Arca-arca dari periode Majapahit terdapat hiasan meander pita Majapahit juga terutama pada bagian lipatan kain di pinggang dengan bentuk yang khas, tetapi sebagian juga terdapat pita yang menjuntai atau bergelombang dengan bentuk yang semakin ke ujung semakin mengecil. Satu-satunya hiasan meander sebagai pengganti bentuk rambut terdapat pada arca dwarapala di Balai Agung Kompleks Candi Panataran. Hiasan meander pita Majapahit juga dipahatkan pada relief-relief baik sebagai bidang atas atau pembatas antarruang dalam satu panil relief khususnya hasil bangunan periode Majapahit. Hiasan meander juga terdapat pada nisan Islam di Troloyo yang dipahatkan pada bagian pinggir mengikuti bentuk bidang (Bawono dan Zuraidah, 2015:69- 70). Selain yang disebutkan di atas, masih banyak hiasan pita Majapahit yang dipahatkan atau digambarkan pada temuan-temuan lepas baik pada fragmen bangunan, terakota, maupun benda logam yang merupakan hasil budaya periode Majapahit.
Recommended publications
  • Challenges in Conserving Bahal Temples of Sri-Wijaya Kingdom, In
    International Journal of Engineering and Advanced Technology (IJEAT) ISSN: 2249 – 8958, Volume-9, Issue-1, October 2019 Challenges in Conserving Bahal Temples of Sriwijaya Kingdom, in North Sumatra Ari Siswanto, Farida, Ardiansyah, Kristantina Indriastuti Although it has been restored, not all of the temples re- Abstract: The archaeological sites of the Sriwijaya temple in turned to a complete building form because when temples Sumatra is an important part of a long histories of Indonesian were found many were in a state of severe damage. civilization.This article examines the conservation of the Bahal The three brick temple complexes have been enjoyed by temples as cultural heritage buildings that still maintains the authenticity of the form as a sacred building and can be used as a tourists who visit and even tourists can reach the room in the tourism object. The temples are made of bricks which are very body of the temple. The condition of brick temples that are vulnerable to the weather, open environment and visitors so that open in nature raises a number of problems including bricks they can be a threat to the architecture and structure of the tem- becoming worn out quickly, damaged and overgrown with ples. Intervention is still possible if it is related to the structure mold (A. Siswanto, Farida, Ardiansyah, 2017; Mulyati, and material conditions of the temples which have been alarming 2012). The construction of the temple's head or roof appears and predicted to cause damage and durability of the temple. This study used a case study method covering Bahal I, II and III tem- to have cracked the structure because the brick structure ples, all of which are located in North Padang Lawas Regency, does not function as a supporting structure as much as pos- North Sumatra Province through observation, measurement, sible.
    [Show full text]
  • Pemanfaatan Situs Candi Jabung Sebagai Objek Wisata Sejarah Di Kabupaten Probolinggo Tahun 1982-2014
    Chairunnisa et al., Pemanfaatan Situs Candi Jabung Sebagai ..... 1 PEMANFAATAN SITUS CANDI JABUNG SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 1982-2014 Marfiana Chairunnisa, Sutjitro, Sumarno Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: [email protected] ABSTRAK Penemuan situs-situs candi menjadikan bangsa Indonesia kaya akan sektor wisata budaya sejarah. Wisata sejarah tak hanya sekadar pelesir dan melancong untuk kesenangan ke tempat-tempat bersejarah, tetapi juga belajar sejarah itu sendiri. Wisata sejarah kaya akan nilai-nilai budaya, edukatif, inspiratif, instruktif dan rekreatif, sehingga apabila berwisata ke tempat-tempat bersejarah akan banyak manfaat yang dapat diambil di dalamnya. Daya tarik situs candi Jabung sebagai objek wisata sejarah terletak pada latar belakang historis dari candi itu sendiri, ditunjang arsitektur dan ragam hias indah, serta komponen-komonen wisata di dalamnya. Candi Jabung dibawah pengelolaan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Mojokerto Jawa Timur. Daya tarik yang dimiliki candi Jabung cukup besar, maka akan sangat berguna apabila dapat dikelola seoptimal mungkin, karena pembangunan dalam bidang pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun bagi dunia pendidikannya. Kata kunci: Pemanfaatan, Candi Jabung, Objek Wisata Sejarah. ABSTRACT The discovery of the temple sites make nation Indonesia is rich in historical cultural tourism sector. Historical tourism is not just simply pelesir and travelling for pleasure to places of historic, but also learn the history of it's own. Historical tourism values rich cultural, educative, instructive, inspiring and rekreatif, so when visiting historic places will be the many benefits that can be taken on board.
    [Show full text]
  • Community Empowerment Through Research, Innovation and Open Access
    COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH RESEARCH, INNOVATION AND OPEN ACCESS PROCEEDINGS OF THE 3RD INTERNATIONAL CONFERENCE ON HUMANITIES AND SOCIAL SCIENCES (ICHSS 2020), MALANG, INDONESIA, 28 OCTOBER 2020 Community Empowerment through Research, Innovation and Open Access Edited by Joko Sayono & Ahmad Taufiq Universitas Negeri Malang, Indonesia Luechai Sringernyuang Mahidol University, Thailand Muhamad Alif Haji Sismat Universiti Islam Sultan Sharif Ali, Brunei Darussalam Zawawi Isma’il Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia Francis M. Navarro Ateneo De Manila University, Philippines Agus Purnomo & Idris Universitas Negeri Malang, Indonesia CRC Press/Balkema is an imprint of the Taylor & Francis Group, an informa business © 2021 selection and editorial matter, the Editors; individual chapters, the contributors Typeset by MPS Limited, Chennai, India The Open Access version of this book, available at www.taylorfrancis.com, has been made available under a Creative Commons Attribution-Non Commercial-No Derivatives 4.0 license. Although all care is taken to ensure integrity and the quality of this publication and the information herein, no responsibility is assumed by the publishers nor the author for any damage to the property or persons as a result of operation or use of this publication and/or the information contained herein. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data A catalog record has been requested for this book Published by: CRC Press/Balkema Schipholweg 107C, 2316 XC Leiden, The Netherlands e-mail: [email protected] www.routledge.com – www.taylorandfrancis.com ISBN: 978-1-032-03819-3 (Hbk) ISBN: 978-1-032-03820-9 (Pbk) ISBN: 978-1-003-18920-6 (eBook) DOI: 10.1201/9781003189206 Community Empowerment through Research, Innovation and Open Access – Sayono et al (Eds) © 2021 Copyright the Editor(s), ISBN 978-1-032-03819-3 Table of contents Preface ix Acknowledgement xi Scientific committee xiii Organizing committee xv Empowering translation students through the use of digital technologies 1 M.A.H.
    [Show full text]
  • Watsan Who Is Doing What Where W a T E R C O V E R a G E Klaten District, Central Java Province
    WATSAN WHO IS DOING WHAT WHERE W A T E R C O V E R A G E KLATEN DISTRICT, CENTRAL JAVA PROVINCE 110°30'0"E 110°36'0"E 110°42'0"E Selo Cepogo Ngemplak Boyolali Colomadu Teras Banyudono Musuk Mojosongo Kartasura Sawit B o y o ll a ll ii Kemalang Malangan Tegalmulyo Pucang Miliran Mundu Sudimoro Tulung Sidoharjo Wunut Daleman Tlogowatu Kemiri Gatak S S " Sidomulyo Tegalgondo " 0 0 ' Sorogaten Sidowayah ' 6 Wadung 6 3 PMI, Cokro 3 ° Gedongjetis Janti Getas ° 7 IFRC Tulung Bono Beji Bolali 7 Balerante Sidorejo Dalangan Sedayu Majegan Kebonharjo Segaran Pomah Kiringan Wangen Kranggan Kayumas Kepanjen Sukorejo Tangkil Polanharjo Keprabon Ponggok Delanggu Duwet Polan Mendak Gatak Teloyo Jeblog Sekaran Socokangsi Karanglo Boto Wonosari PMI, Bumiharjo Temuireng Pandanan Bandungan Krajan Puluhan IFRC Jimus Turus Krecek Tlobong Bentangan Pandeyan Sabrang Panggang Glagah Pondok Lumbung Kerep Gempol Jatinom Nganjat Sribit Karang Kingkang Dompol Jatinom Kauman Soropaten Gledeg Borongan Bonyokan Ngabeyan Mrisen Bulan Karanganom Pundungan Ngemplak Tibayan Cawan Ngaran Delanggu Ngreden Gedaren Jurangjero Banaran Jelobo Kendalsari Bengking Padas Kapungan Butuhan Karangan Brangkal Bowan Bawukan Karangnongko Jambeyan Gunting Talun Beteng Glagah Wangi Jetis Logede Jiwan Jemawan Karanganom Juwiring Randulanang Jungkare Kunden Cangkringan Kemalang CWS, Beku Juwiring Carikan NCA Kadirejo Trasan Jaten Taji Gemampir Kahuman Manjungan Ngemplak Keputran Mranggen Kwarasan Seneng Tarubasan Kuncen Dukuh Bulurejo Tanjung CWS, Pepe Troso Blanceran Kepurun BlimNbCinAg
    [Show full text]
  • Available Online at Jurnal Matheducation N
    120 Available online at https://jurnal.pascaumnaw.ac.id/index.php/JMN Jurnal MathEducation Nusantara Vol. 2 (2), 2019, 120-126 Ekspolarasi Etnomatematika Pada Bagunan Candi Portibi Nursahadah Program Studi Pendidikan Matematika, Pascasarjana Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Jln. Garu II No.93, Medan, Sumatera Utara, 20147, Indonesia Email : [email protected]. Telp: +6281260496462 Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil eksplorasi etnomatematika masyarakat Portibi dengan jenis penelitian eksplorasi serta pendekatan etnografi. Data penelitian diperoleh dari studi kepustakaan, pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Informan terdiri dari 5 orang tokoh masyarakat yang berada disekitar wilayah Portibi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya konsep matematika pada masyarakat Portibi. Konsep-konsep matematika tersebut dapat kita lihat pada bangunan candiyang menggunakan konsep bangun datar dan geometri. Terbukti adanya konsep- konsep matematika yang terkandung dalam bangunan Candi Portibi yang terdiri dari Candi Bahal I, BahaII dan Bahal III, semuanya mengunakan konsep matematika bangun datar dan geometri. Hasil penelitian ini bisa dijadikan alternatif pembelajaran matematika di luar kelas, dengan mengenalkankonsep-konsep matematika yang terdapat dalam kehidupan masyarakatterutama dalam bentuk bangunan seperti Candi , dan dapat dijadikan sebagai rujukan penyusuna soal pemecahan masalah matematika kontekstual. Kata Kunci : Etnomatematika, budaya, Candi Portibi Etnomatematics Expansionation of the Portibi Temple Building Abstract This article aims to describe the results of the ethnographic exploration of the Portibi community with the types of exploration research and ethnographic approaches. The research data was obtained from library studies, observations, interviews, and documentation. The informants consisted of 5 community leaders who were around the Portibi area. The results of this study indicate the existence of mathematical concepts in the Portibi community.
    [Show full text]
  • Bab 3 Kepurbakalaan Padang Lawas: Tinjauan Gaya Seni Bangun, Seni Arca Dan Latar Keaagamaan
    BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan sudah dipugar, yaitu Biaro Si Pamutung, Biaro Bahal 1, Biaro Bahal 2, dan Biaro Bahal 3. Sedangkan rekonstruksi bentuk dilakukan terhadap unsur-unsur bangunan biaro-biaro di Padang Lawas yang sudah tidak berada dalam konteksnya lagi, atau masih insitu dan berada dengan konteksnya tetapi dalam keadaan fragmentaris. Rekonstruksi tersebut dilakukan berdasarkan tulisan dan foto (gambar) para peneliti yang sudah melakukan penelitian di situs tersebut pada masa lalu. Tinjauan terhadap gaya seni arca dilakukan terhadap arca-arca logam untuk mengetahui bagaimana gaya seni arca tinggalan di Padang Lawas, apakah mempunyai kesamaan dengan gaya seni arca dari tempat lain baik di Indonesia maupun luar Indonesia. Gaya seni arca juga dapat memberikan gambaran periodisasinya secara relatif. Adapun periodisasi situs secara mutlak didapatkan berdasarkan temuan prasasti-prasasti yang menuliskan pertanggalan. Prasasti- prasasti yang ditemukan di Padang Lawas sebagian besar berisi tentang mantra- mantra dalam melakukan suatu upacara keagamaan, oleh karena itu latar keagamaan situs dapat diketahui berdasarkan isi prasasti. Di samping itu latar keagamaan diketahui juga dengan melalui studi ikonografi terhadap arca dan relief. 3.1 Gaya Seni Bangun (Arsitektur) Menurut Walter Grophius arsitektur adalah suatu ilmu bangunan yang juga mencakup masalah-masalah yang berhubungan dengan biologi, sosial, teknik, dan artistik, oleh karena itu arsitektur dapat didefinisikan sebagai: (1) Seni ilmu bangunan, termasuk perencanaan, perancangan, konstruksi dan penyelesaian ornament; (2) Sifat, karakter atau gaya bangunan; (3) Kegiatan atau proses membangun bangunan; (4) Bangunan-bangunan; (5) Sekelompok bangunan Universitas Indonesia 114 Kepurbakalaan Padang..., Sukawati Susetyo, FIB UI, 2010.
    [Show full text]
  • Laporan Hasil Penelitian
    Laporan Hasil Penelitian “Ngapain ke Candi?” Penggunaan Peninggalan-peninggalan Purbakala di Jawa Timur Oleh Christopher Mark Campbell Universitas Muhammadiyah Malang kerjasama dengan Australian Consortium for In-country Indonesian Studies 2002 “Apakah di desa atau di dalam hutan, di tempat yang rendah atau di atas bukit, di mana pun Para Suci berdiam, maka tempat itu sungguh menyenangkan.” - Dharmapada Arahanta Vagga (Arahat) 9 “Selain Allah tidak ada Tuhan, selain aku tidak ada Kamu.” – Pak Makutarama Abstraksi “Apakah di desa atau di dalam hutan, di tempat yang rendah atau di atas bukit, dimana pun Para Suci berdiam, maka tempat itu sungguh menyenangkan.” – Dharmapada Arahanta Vagga 9 “Selain Allah tidak ada Tuhan, selain aku tidak ada Kamu.” – Pak Makutarama “Trowulan…adalah tempat terjadinya kerajaan Jawa yang paling kuat, Majapahit. Didirikan pada akhir abad ke-13, patihnya tang terkenal, Gajah Mada, menuntut kekuasan raja atas daerah yang lebih besar daripada Indonesia modern. Demikian dia sebetulnya ialah pemimpin pertama yang menentukan konsep Indonesia yang bersatu dengan identitas Indonesia.” – John Miksic Pendahuluan Latar Belakang Dari bangunan-bangunan zaman purba di Jatim, yang kini masih tertinggal, hanya yang terbuat dari batu dan bata. Bangunan ini semua memiliki hubungan erat dengan keagamaan. Sebagai pusat bagi tiga kerajaan agung pada masa dahulu (Kediri, Singosari dan Majapahit) Jawa Timur sangat kaya dengan peninggalan purbakala. Walaupun dalam mulut rakyat bangunan-bangunan tersebut biasanya disebut candi, ada berbagai macam candi yang memiliki wujud dan fungsi tersendiri: • Candi adalah bangunan tempat menyimpan abu jenazah seorang raja dan orang- orang terkemuka dan memuliakan rohnya yang telah bersatu dengan Dewata penitisnya. Selain itu candi juga merupakan tempat penghormatan dan pemujaan Dewata atau para arwah nenek moyang.
    [Show full text]
  • Land Relations Between Access, Exclusion and Resistance in Jambi Province, Indonesia
    A post-frontier in transformation: land relations between access, exclusion and resistance in Jambi province, Indonesia Dissertation zur Erlangung des mathematisch-naturwissenschaftlichen Doktorgrades "Doctor rerum naturalium" der Georg-August-Universität Göttingen im Promotionsprogramm Geowissenschaften/Geographie der Georg-August University School of Science (GAUSS) vorgelegt von Dipl. Geogr. Barbara Beckert aus Erlangen Göttingen 2016 Betreuungsausschuss Prof. Dr. Christoph Dittrich Abteilung Humangeographie, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Prof. Dr. Heiko Faust Abteilung Humangeographie, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Mitglieder der Prüfungskommission Referent: Prof. Dr. Christoph Dittrich Abteilung Humangeographie, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Korreferent: Prof. Dr. Heiko Faust Abteilung Humangeographie, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Weitere Mitglieder der Prüfungskommission Prof. Dr. Lasafam Iturrizaga, Abteilung Physische Geographie, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Jun.-Prof. Dr. Dirk Felzmann, Arbeitsbereich Geographie und ihre Didaktik, Geographisches Institut, Fakultät für Geowissenschaften und Geographie, Georg-August-Universität Göttingen Dr. Lukas
    [Show full text]
  • Indonesia 12
    ©Lonely Planet Publications Pty Ltd Indonesia Sumatra Kalimantan p509 p606 Sulawesi Maluku p659 p420 Papua p464 Java p58 Nusa Tenggara p320 Bali p212 David Eimer, Paul Harding, Ashley Harrell, Trent Holden, Mark Johanson, MaSovaida Morgan, Jenny Walker, Ray Bartlett, Loren Bell, Jade Bremner, Stuart Butler, Sofia Levin, Virginia Maxwell PLAN YOUR TRIP ON THE ROAD Welcome to Indonesia . 6 JAVA . 58 Malang . 184 Indonesia Map . 8 Jakarta . 62 Around Malang . 189 Purwodadi . 190 Indonesia’s Top 20 . 10 Thousand Islands . 85 West Java . 86 Gunung Arjuna-Lalijiwo Need to Know . 20 Reserve . 190 Banten . 86 Gunung Penanggungan . 191 First Time Indonesia . 22 Merak . 88 Batu . 191 What’s New . 24 Carita . 88 South-Coast Beaches . 192 Labuan . 89 If You Like . 25 Blitar . 193 Ujung Kulon Month by Month . 27 National Park . 89 Panataran . 193 Pacitan . 194 Itineraries . 30 Bogor . 91 Around Bogor . 95 Watu Karang . 195 Outdoor Adventures . 36 Cimaja . 96 Probolinggo . 195 Travel with Children . 52 Cibodas . 97 Gunung Bromo & Bromo-Tengger-Semeru Regions at a Glance . 55 Gede Pangrango National Park . 197 National Park . 97 Bondowoso . 201 Cianjur . 98 Ijen Plateau . 201 Bandung . 99 VANY BRANDS/SHUTTERSTOCK © BRANDS/SHUTTERSTOCK VANY Kalibaru . 204 North of Bandung . 105 Jember . 205 Ciwidey & Around . 105 Meru Betiri Bandung to National Park . 205 Pangandaran . 107 Alas Purwo Pangandaran . 108 National Park . 206 Around Pangandaran . 113 Banyuwangi . 209 Central Java . 115 Baluran National Park . 210 Wonosobo . 117 Dieng Plateau . 118 BALI . 212 Borobudur . 120 BARONG DANCE (P275), Kuta & Southwest BALI Yogyakarta . 124 Beaches . 222 South Coast . 142 Kuta & Legian . 222 Kaliurang & Kaliadem . 144 Seminyak .
    [Show full text]
  • ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme
    ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 2 ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 3 Annual Report Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 31 March 2017 2 ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 3 Contents 06 Abbreviations 07 Output summary 13 1. Introduction 15 2. Programme Objectives 17 3. Institutional setting 19 4. Overview January – December 2016 33 5. Other Relevant Activities 35 6. Challenges and lessons learned 37 Annex 4 ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 5 4 ANNUAL REPORT Indonesia Domestic Biogas Programme January – December 2016 5 Abbreviations ASS After Sales Service (resulting in partner inspection reports) BAPPEDA Regional Planning Bureau BIRU Biogas Rumah (domestic biogas) BSM Bank Syariah Mandiri BSNI National Standardization Agency of Indonesia CLP Climate Leadership Programme CPO Construction Partner Organization DAK Specific Allocation Fun (Dana Alokasi Khusus) DGNREEC Directorate General of New Renewable Energy and Electricity Conservation DOE Designated Operational Entity ENDEV Energising Development EUR Euro FACET Finance for Access to Clean Energy Technologies in South and Southeast Asia GIZ Gesselschaft für Internazionale Zusammenarbeit (Agency for International Cooperation) Hivos Humanistic Institute for Cooperation with Developing Countries IDBP Indonesia Domestic Biogas Programme INSTIPER Institut Pertanian Instiper (Agricultural Institute) Kiva U.S.-based
    [Show full text]
  • Architectural Composition in Java from the Eighth to Fourteenth Centuries
    ARCHITECTURAL COMPOSITION IN JAVA FROM THE EIGHTH TO FOURTEENTH CENTURIES JACQUES DUMARC::AY ECOLE FRAN<;AISE D'EXTREME ORIENT PARIS translated by MICHAEL SMITHIES cjo UN-ESCAP The definitions of architecture are legion, and are often Of all the constraints which the construction of a build­ verbalized by art connoisseurs. One of the baldest, by the clas­ ing is subject to, the most obvious its financing, though it is sical theorist Blondel, is "Architecture is the art of building well." possible that sometimes the faithful compensated for a lack of Nearer to our times, Le Corbusier stated "Architecture is an means. This was the case, for example, with the Buddhists in intelligent, judicious and magnificent play of volumes beneath central java at the beginning of the 9th century, at the time of light." But above all, as the late Leroi-Gourhan, an anthropolo­ the maximum extension of the Buddhist Sailendra. Politics gist, noted, "Architecture is the putting in order of the universe played a role by imposing corvees, avoiding an impossible from a particular viewpoint"; in other words, it is a· way of financial burden. So the vast undertakings beginning around expressing our desires. 835 and finishing about 860 presupposed considerable human The remains of Javanese architecture from the 8th to the resources, and most probably could not have been finished 14th centuries are essentially of religious origin, either Buddhist without innumerable corvees. This must have been a means of or Hindu. Because of this, a study of architectural compostion reasserting Hindu Sanjaya influence, imposing the renewal of of this period takes on a limited aspect which can certainly not Hinduism on the Buddhist milieu and blocking the expansion be used to cover all the buildings which have disappeared.
    [Show full text]
  • Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Situsarkeologi Candi Sumberawan Di Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas
    PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SITUSARKEOLOGI CANDI SUMBERAWAN DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SKRIPSI Oleh: AHMAD FIESTALOUZI MUSTAFID H. NIM. 12640031 JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM 1 2 MALANG 2019 PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SITUS ARKEOLOGI CANDI SUMBERAWAN DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SKRIPSI Diajukan kepada: Fakultas Sains danTeknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Oleh: AHMAD FIESTALOUZI MUSTAFID H. NIM.12640031 JURUSAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2019 3 HALAMAN PERSETUJUAN PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SITUS ARKEOLOGI CANDI SUMBERAWAN DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SKRIPSI Oleh: Ahmad Fiestalouzi Mustafid H. NIM.12640031 Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diuji: Tanggal :18 Juni 2019 Pembimbing I, Pembimbing II, Drs.Abdul Basid, M.Si Ahmad Abtokhi, M.Pd NIP. 19650504 199003 1 003 NIP. 197610032003121004 Mengetahui, Ketua Jurusan Fisika Drs.Abdul Basid, M.Si NIP. 19650504 199003 1 003 4 HALAMAN PENGESAHAN PENDUGAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN SITUS ARKEOLOGI CANDI SUMBERAWAN DI KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SKRIPSI Oleh: Ahmad Fiestalouzi Mustafid H NIM.12640031 Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si) Tanggal:18 Juni 2019 Rusli, M.Si Penguji Utama : NIP. 19880715 201802 0 1145 Farid Samsu Hananto, M.T Ketua Penguji : NIP. 19740513 200312 1 001 Drs, Abdul Basid, M.Si Sekretaris Penguji : NIP. 19811119 200801 2 009 Ahmad Abtokhi, M.Pd Anggota Penguji : NIP.
    [Show full text]