AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

STRATEGI POLITIK ARYA WIRARAJA DALAM PEMERINTAHAN KERAJAAN LAMAJANG TIGANG JURU TAHUN 1295 – 1316 MASEHI

Wulan Agustri Ayu Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum Universitas Negeri Email : [email protected]

Sumarno Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum Universitas Negeri Surabaya

Abstrak Historiografi kerajaan Lamajang Tigang Juru utamanya pada masa pemerintahan Arya Wiraraja yang sangat terbatas. Padahal sosok tokoh Arya Wiraraja sangatlah penting dalam berbagai kejadian besar yang terjadi diakhir abad ke-12 Masehi. Kerajaan Lamajang Tigang Juru sendiri menjadi bahan kajian yang sangat menarik karena kerajaan ini merupakan kerajaan dengan tipikal ibukota yang mirip dengan ibukota kerajaan . Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. Arya Wiraraja mendapatkan tanah yang dijanjikan di kawasan Lamajang Tigang Juru sebagai hasil dari membantu dalam meruntuhkan kekuasaan Raja Jayakatwang dengan memanfaatkan kedatangan Pasukan Tar Tar. Pergolakan politik yang terjadi dalam waktu yang berdekatan memicu ketidakstabilan hubungan antarkerajaan. Berdasarkan pengetahuannya tentang situasi politik pada waktu itu, Arya Wiraraja mengembangkan pembangunan di wilayah Kerajaan Lamajang Tigang Juru dengan mengutamakan pertahanan militer di kawasan ibukota kerajaan. Selain pertahanan militer, Arya Wiraraja juga sudah mengembangkan desa – desa tepian sungai yang dapat langsung terhubung dengan pelabuhan – pelabuhan yang termasuk dalam kawasan Lamajang Tigang Juru. Kemudahan akses ini menjadikan Kerajaan Lamajang Tigang Juru semakin banyak dikunjungi, utamanya dengan keberadaan Gunung Semeru sebagai tujuan ziarah. Kata Kunci : Lamajang Tigang Juru, Majapahit, Arya Wiraraja, Raden Wijaya

Abstract The historiography of the Lamajang Tigang Juru kingdom, especially during the limited reign of Arya Wiraraja. Whereas the figure of Arya Wiraraja was very important in various major events that occurred at the end of the 12th century AD. Lamajang Tigang Juru Kingdom itself becomes a very interesting study material because this kingdom is a kingdom with a typical capital that is similar to the capital of the Majapahit kingdom. The research method used in this study is the historical research method. Arya Wiraraja obtained the promised land in the Lamajang Tigang Juru area as a result of assisting Raden Wijaya in undermining the power of Raja Jayakatwang by utilizing the arrival of the Tar Tar Troops. Political upheaval that occurred in the adjacent time triggered instability of relations between kingdoms. Based on his knowledge of the political situation at that time, Arya Wiraraja developed development in the area of the Lamajang Tigang Juru Kingdom by prioritizing military defense in the royal capital region. In addition to military defense, Arya Wiraraja has also developed river bank villages that can be directly connected to ports which are included in the Lamajang Tigang Juru area. This ease of access makes the Kingdom of Lamajang Tigang Juru more and more visited, mainly by the presence of Mount Semeru as a pilgrimage destination. Keywords : Lamajang Tigang Juru, Majapahit, Arya Wiraraja, Raden Wijaya

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

PENDAHULUAN pertimbangan bahwa hingga sekarang belum ada penelitian mendalam yang mengulas tentang strategi A. Latar Belakang politik Arya Wiraraja sebagai seorang penguasa Tidak banyak ditemui catatan tertulis kerajaan Lamajang Tigang Juru. Hal ini melatar mengenai Kerajaan Lamajang Tigang Juru dan masa belakangi penulis untuk mengangkat judul penelitian pemerintahan Arya Wiraraja. Sebagian besar catatan Strategi Politik Arya Wiraraja Dalam Pemerintahan yang bisa dipelajari berada dalam bentuk serat, kidung Kerajaan Lamajang Tigang Juru Tahun 1295 – 1311 dan kakawin. Padahal sosok tokoh Arya Wiraraja Masehi. sangatlah penting dalam berbagai kejadian besar yang Rumusan Masalah terjadi diakhir abad ke-12 Masehi. Kerajaan Lamajang Tigang Juru sendiri menjadi bahan kajian yang sangat Berdasarkan latar belakang diatas, maka menarik karena kerajaan ini merupakan kerajaan rumusan masalah yang dapat diambil adalah (1) dengan tipikal ibukota yang mirip dengan ibukota Bagaimanakah kondisi politik akhir Kerajaan kerajaan Majapahit. Singhāsari dan awal Kerajaan Majapahit ? (2) Kajian mengenai latar belakang pemikiran Bagaimanakah Arya Wiraraja mendapatkan kekuasaan Arya Wiraraja dalam mengelola pemerintahan di wilayah Kerajaan Lamajang Tigang Juru? Kerajaan Lamajang Tigang Juru menjadi bahan kajian (3)Bagaimanakah kebijakan dan strategi politik yang di yang bagus untuk dicermati. Sebagai seorang jalankan Arya Wiraraja dalam pemerintahan Kerajaan penasehat politik dan aktor intelektual dibalik peristiwa Lamajang Tigang Juru? besar di akhir abad 12 M, sangat perlu untuk diketahui bagaimana seorang Arya Wiraraja mengelola sebuah B. Manfaat Penelitian wilayah kekuasaannya sendiri pasca mengalami Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk konflik yang cukup panjang. menambah wawasan tentang kesejarahan Kerajaan Arya Wiraraja pertama kali disebutkan Lamajang Tigang Juru beserta konflik – konflik politik sebagai seorang Babatangan kerajaan Singhasāri yang yang terjadi pada akhir abad ke-12 Masehi. Penelitian kemudian dijauhkan dari ibukota kerajaan pada masa ini dapat melatih keahlian penulis dalam hal penelitian pemerintahan raja Kěrtanāgara menjadi seorang adipati sejarah, sebagai bekal ke jenjang pendidikan di Songenep. Tokoh ini juga dituliskan sebagai dalang berikutnya. Bagi lembaga akademik, penelitian ini dibalik pemberontakan raja Jayakatwang, penguasa dapat dimanfaatkan sebagai referensi tentang sejarah Glang – Glang, yang berhasil meruntuhkan kerajaan politik pada masa akhir Kerajaan Singhāsari – awal Singhasāri. 1 Kerajaan Majapahit bagi mahasiswa yang Disisi lain, Arya Wiraraja adalah seseorang berkepentingan. Selain itu, penelitian ini juga dapat yang pada akhirnya menjadi tempat berlindung Raden dimanfaatkan sebagai referensi dalam penulisan Wijaya setelah mengalami kekalahan dengan pasukan sejarah Kerajaan Lamajang Tigang Juru yang masih Glang – Glang dan seseorang yang juga mengatur sangat terbatas. jalannya Raden Wijaya untuk mendapatkan kembali kesempatan membangun kekuatan pasca keruntuhan C. Metode Penelitian kerajaan Singhasāri. Metode penelitian yang digunakan dalam Sebagai tokoh dibalik layar yang penelitian ini adalah metode penelitian sejarah. merencanakan kerja sama sekaligus pengusiran tentara Penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu: (1) Tar – Tar, kecerdasan Arya Wiraraja dalam mengolah pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) strategi patut untuk dijadikan contoh bagi generasi verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) masa sekarang. Dengan kekuasaannya sebagai Adipati interpretasi (analisis dan sintesis), dan (5) penulisan.2 Songenep, Arya Wiraraja sudah memiliki kekuatan Berdasarkan tahap - tahap metode penelitian untuk mengendalikan hubungan antar kerajaan dari sejarah, langkah yang ditempuh penulis adalah sebagai balik layar. Akan tetapi penulisan tentang Arya berikut : Wiraraja pasca menjabat sebagai penguasa yang 1. Pemilihan Topik merdeka atas wilayah Lamajang Tigang Juru sangat Topik ini dipilih karena ketertarikan penulis sedikit diulas. terhadap tokoh Arya Wiraraja yang merupakan seorang Paparan data dan problematika di atas ahli strategi politik terhebat di jamannya. Bukan hanya menumbuhkan keinginan penulis untuk meneliti berhasil menghasut raja Jayakatwang untuk melakukan sejarah pemerintahan Arya Wiraraja dari kerajaan pemberontakan terhadap raja Kěrtanāgara, Arya Lamajang Tigang Juru, termasuk di dalamnya Wiraraja juga berhasil menaikkan Raden Wijaya hubungan dan kedudukan politis Arya Wiraraja menjadi seorang raja setelah melakukan kerja sama sebagai raja dan strategi politik yang mendasari dengan Pasukan Tar – Tar. Dengan kecerdasan kebijakan – kebijakan Arya Wiraraja sebagai penguasa politiknya, adalah hal yang sangat menarik untuk kerajaan. Fokus penelitian ini didasari oleh melihat pemikiran – pemikiran yang digunakan oleh

1 Hal ini dituliskan dalam Serat Pararaton bahwa Arya 2 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, 2005, hlm. 90 Wiraraja adalah tokoh yang bertukar informasi dengan raja Jayakatwang tentang kondisi militer kerajaan Singhasāri AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

Arya Wiraraja untuk membangun sebuah wilayah yang menunjukkan bahwa di lokasi situs tersebut dulu berada dibawah kekuasaan penuhnya. adalah sebuah bangunan dan bukan makam. 2. Pengumpulan Sumber (Heuristik) Penulis akan melakukan kritik internal terhadap Heuristik adalah pengumpulan sumber – sumber semua sumber yang akan digunakan sebagai referensi sejarah.3 Sumber sejarah yang ditemukan kemudian dalam karya tulis ini. Kritik internal dilakukan dengan diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sumber utama menguji kredibilitas isi sumber yang ada baik sumber (primer) dan sumber kedua (sekunder). Sumber primer tertulis, ekofaktual maupun sumber artefaktual. dalam penulisan sejarah adalah prasasti, yang menjadi Contoh dalam interpretasi tahun bertahtanya Arya sumber informasi utama terkait dengan tokoh Arya Wiraraja di Kerajaan Lamajang Tigang Juru. Sejauh ini Wiraraja antara lain, Prasasti Mula-Malurung (1177 angka tahun pembagian wilayah Majapahit dimana Çaka), Prasasti Kudadu (1216 Çaka), dan Prasasti Arya Wiraraja mendapatkan bagian di wilayah Sukamerta (1218 Çaka). Lamajang dan Tigang Juru hanya berdasarkan pada Selain itu penulis juga menggunakan sumber serat, babad, kidung. Serat Pararaton menyebutkan manuskrip selain sumber prasasti. Sumber manuskrip angka tahun 1295 Masehi pasca pemberontakan yang dijadikan sumber informasi selain prasasti seperti Ranggalawe. Hal ini kemudian didukung oleh Kidung Kakawin Negarakrtagama. Harsawijaya, Kidung Panjiwijayakrama, dan Kidung Penulis tidak hanya mengumpulkan data – data Ranggalawe. Maka memanglah tahun 1295 Masehi tekstual saja, tetapi juga mengumpulkan sumber data menjadi tahun pertama Arya Wiraraja menjadi artefaktual dan situs – situs arkeologis seperti Situs penguasa di Kerajaan Lamajang Tigang Juru. Biting, Situs Candi Agung, Situs Boreng dan situs – 4. Interpretasi (Menganalisis Fakta) situs lain yang berkenaan dengan masalah yang dikaji, Interpretasi adalah melakukan analisis terhadap khususnya lingkungan alam di lokasi sekitar situs fakta yang diperoleh dari sumber – sumber sejarah dan untuk mengetahui pertimbangan – pertimbangan apa bersama – sama dengan teori – teori disusunlah fakta saja yang diambil oleh Arya Wiraraja dalam tersebut ke dalam interpretasi yang menyeluruh.4 menjalankan roda pemerintahan Kerajaan Lamajang Analisis dilakukan dengan menguraikan fakta – fakta Tigang Juru. yang telah didapat dari sumber – sumber yang telah Sumber sekunder yang digunakan dalam terkumpul. Fakta yang berupa data yang telah teruji penelitian ini adalah Serat Pararaton, Babad Manik tersebut kemudian disintesiskan atau disatukan.5 Angkeran, Babad Songenep, Kidung Harsawijaya, Dengan dihubungkannya antar fakta tersebut akan Kidung Ronggolawe, Kidung Panjiwijayakrama, dan terbentuk rangkaian fakta yang akan menjadi sebuah Naskah Pujangga Manik yang berisi informasi tentang peristiwa yang nantinya akan digunakan dalam tokoh Arya Wiraraja dan Kerajaan Lamajang Tigang penulisan karya tulis ini. Juru. 5. Historiografi 3. Verifikasi (Kritik Sumber) Historiografi adalah kegiatan intelektual yang Tahap lanjutan dari heuristik adalah verifikasi dilakukan oleh sejarahwan untuk mengerahkan segala atau kritik sejarah atau keabsahan sumber. Dalam kemampuan intelektualnya dalam membuat deskripsi metode sejarah, verifikasi dikenal dengan dua cara, narasi, analisis kritis, serta sintetis dari fakta – fakta, yaitu kritik internal dan eksteral. Penulis mengkritisi konsep – konsep, generalisasi, teori, hipotesis, terhadap kondisi ekstern dari sumber yang ada, sehingga menghasilkan suatu bentuk penulisan sejarah sehingga bisa mendeteksi adanya kekeliruan atau yang utuh.6 Penulisan sejarah yang utuh harus sesuai kesalahan. Hal ini akan menghasilkan penulisan karya dengan aspek kronologis. Sehingga penulis akan ilmiah yang otentik dan kuat dalam pengujian nilai berusaha memaparkan fakta dan data yang ada secara kesejarahannya. Contoh kritik ekstern terhadap kronologis. tinggalan arkeologis di Situs Biting. Pada bagian makam di dalam wilayah Situs Biting, terdapat D. Pembahasan kumpulan makam yang dipercaya penduduk sekitar 1. Genealogis Arya Wiraraja sebagai makam Arya Wiraraja dan para senopati Penjelasan mengenai tokoh Arya Wiraraja tidak kerajaan Lamajang Tigang Juru. Penulis telah banyak diketahui. Demikian pula dengan susunan melakukan kunjungan secara pribadi untuk mengetahui genealogisnya. Satu – satunya sumber tertulis kondisi lapangan. Hasilnya adalah bagian yang mengenai genealogis tokoh Arya Wiraraja adalah dipercaya oleh penduduk sekitar sebagai makam sebuah babad dari Bali yang berjudul Babad Manik ternyata hanyalah sebuah makam semu. Batu nisan Angkeran. Sebagai satu – satunya karya yang bisa yang ditutupi oleh kain putih sebagian besar adalah dijadikan sumber sejarah genealogis Arya Wiraraja, umpak batu dan beberapa diantaranya adalah nisan penulis menekankan pada kritik intern. Naskah Babad baru. Dengan keberadaan struktur bata yang masih Manik Angkeran sendiri telah didigitalisasi dan bisa utuh dan keberadaan umpak batu di sekitar situs diakses secara terbuka di laman resmi babadbali.com dalam bahasa . Dalam menggunakan Babad

3 Sjamsudin, Metodologi Sejarah, 1996, hlm. 66 5 Kuntowijoyo, op.cit, hlm. 103 4 Abdurrahman, Penelitian Sejarah, 1999, hlm. 64 6 Sjamsudin , op.cit, hlm. 177 AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

Manik Angkeran, penulis memfokuskan pada Majapahit ini juga merupakan nama yang digunakan pemaparan silsilah keluarga dan melakukan kritik kembali. Sehingga penyebutan nama Mpu Tantular intern dengan membandingkan nama – nama tokoh untuk kisaran abad ke-10 Masehi ini masih bisa yang dituliskan dengan sumber lain yang sejaman. dijelaskan. Penulisan Babad Manik Angkeran diawali dengan Berputra 4 orang, salah satu putra Mpu Tantular penyebutan tokoh yang bernama Danghyang yang menjadi garis keturunan Banyak Wide adalah Bajrasatwa. Berputra Danghyang Tanuhun atau Mpu Mpu Bekung atau Danghyang Siddhimantra. Mpu Lampita. Berputra lima dengan sebutan Panca Tirtha, Bekung berputra Ida Bang Manik Angkeran. Mpu Gnijaya, Mpu Semeru, Mpu Ghana, Mpu Diceritakan bahwa Mpu Bekung memperoleh putra Kuturan, dan Mpu Bharadah. dengan melaksanakan upacara homa dan mendapat Penulis memfokuskan pembahasan pada silsilah Mpu anugerah putera dari Sanghyang Brahmakunda Wijaya. Kuturan atau Mpu Rajaketha dan Mpu Bharadah atau Mendapatkan anugerah putera dari para dewa Mpu Pradah. Kedua resi ini merupakan resi yang adalah cerita yang umum dijumpai dalam sangat populer di era kerajaan Kadiri pada sekitar abad kesusasteraan di era klasik Hindu – Buddha. Sebuah ke-10 Masehi. Nama Mpu Kuturan sendiri sangat epos klasik yang sangat terkenal menceritakan kisah populer dan disebutkan sebanyak 3 kali, 2 tokoh Mpu seorang raja yang memperoleh keturunan juga dengan Kuturan berasal dari jaman Raja Udayana, Bali dan 1 melakukan upacara kepada dewa. Dalam sebuah karya tokoh Mpu Kuturan disebutkan dari era kerajaan sastra yang diberi nama Katutura nira Ken Angrok atau Majapahit. Dua tokoh yang berasal dari jaman Raja yang lebih dikenal dengan Serat Pararaton, juga Udayana adalah “Senapati Kuturan” yang merupakan menceritakan tentang kelahiran seorang calon raja seorang tokoh pejabat pemerintahan yang juga ahli besar, Ken Angrok, yang berasal dari persetubuhan kemasyarakatan dan “Mpu Kuturan” sendiri yang antara ibunya, Ken Endog, dengan Dewa Brahma. dikenal sebagai saudara kandung Mpu Bharadah. Boechari dalam makalahnya yang berjudul : Sedangkan Mpu Kuturan yang berasal dari jaman The Bastrad Son of Tunggul Ametung7 dan Ken Majapahit adalah seorang tokoh yang ahli dalam Angrok: Anak Tunggul Ametung8 berpendapat bahwa pembangunan tempat – tempat suci. Dewa Brahma yang disebutkan dalam Serat Pararaton Senapati Kuturan disebutkan dalam sebuah menunjukkan ayahanda Ken Angrok bukanlah orang prasasti yang bernama Prasasti Serai yang berangka biasa, melainkan seorang penguasa. tahun 888 Şaka atau 966 Masehi. Penulis memiliki pemikiran yang sama dengan Sedangkan tokoh Mpu Kuturan yang dikenal Boechari, bahwa penggunaan dewa – dewi sebagai sebagai saudara kandung dari Mpu Bharadah berasal bagian dari latar belakang kelahiran seorang tokoh dari masa Raja Udayana di Bali dan memiliki seorang menunjukkan bahwa tokoh tersebut masih memiliki putri yang bernama Ratna Mangali dan kelak akan hubungan dengan keluarga penguasa setempat. dinikahkan dengan Mpu Bahula, putra dari Mpu Utamanya dengan berkembangnya kultus dewaraja di Bharadah. Peristiwa ini menunjukkan hubungan Jawa era klasik Hindu Buddha, dimana raja atau penguasa – Bali secara historis dan kelak akan menjadi salah satu daerah setempat seringkali digambarkan sebagai data pendukung kuatnya posisi Banyak Wide di perwujudan dewa – dewi di dunia, kemungkinan kerajaan dan Majapahit. bahwa Ida Bang Manik Angkeran merupakan salah Mpu Bahula dan Ratna Mangali berputra Mpu seorang keturunan dari penguasa di waktu itu cukup Tantular. Secara usia, Mpu Tantular ini seharusnya bisa dipertanggungjawabkan. Mengingat dalam Babad berada di jaman yang sama dengan Raja Anak Wungsu Manik Angkeran tidak disebutkan rincian tahun, di Bali, yaitu sekitar tahun 1049 Masehi. Hal ini penulis tidak memfokuskan untuk meneliti dikarenakan Mpu Baradhah sebagai ayah dari Mpu kemungkinan latar belakang dari Ida Bang Manik Bahula berada di masa yang sama dengan Raja Angkeran, hanya berpendapat bahwa Ida Bang Manik Udayana dan kemungkinan sudah memiliki seorang Angkeran adalah keturunan dari seorang penguasa putra ketika disebut sebagai tokoh yang membelah daerah. wilayah kekuasaan Airlangga, sehingga sangat Kemungkinan latar belakang ini menjadi hal yang dimungkinkan jika Mpu Tantular ini sejaman dengan penting untuk analisis berikutnya karena dari Ida Bang masa kekuasaan Raja Anak Wungsu. Manik Angkeran inilah muncul tokoh Ida Wang Bang Penyebutan nama Mpu Tantular ini justru Banyak Wide, hasil pernikahannya dengan putri Ki ditemukan berasal dari beberapa abad setelahnya, yaitu Dukuh Belatung yang bernama Ni Luh Warsiki. abad ke-14 Masehi, di era pemerintahan Rajasanegara, Mengingat Ki Dukuh Belatung yang merupakan dan dikenal sebagai seorang penggubah sastra yang seorang penatua di Desa Bukcabe dan latar belakang berhasil menggubah sebuah kakawin berjudul ayahnya, Ida Bang Manik Angkeran,yang merupakan Kakawin Sutasoma. Sebagaimana halnya dengan putra anugerah dewata, menjadikan Ida Bang Banyak penggunaan kembali nama Mpu Kuturan di masa Wide secara otomatis menjadi seseorang yang Majapahit, agaknya nama Mpu Tantular di masa memiliki kedudukan tinggi secara sosial.

7 Boechari. 2012. Melacak Sejarah Indonesia Kuno Melalui 8 Ibid. Hlm. 261 – 272. Prasasti. hlm. 249 – 260. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

Kemudian karena kakeknya Begawan dicopot jabatannya, dijauhkan, dijadikan adhipati di Siddhimantra atau Mpu Bekung masih tinggal di negeri Sumenep. Meskipun Serat Pararaton dengan jelas Daha, Jawa, Banyak Wide menempuh perjalanan menyebutkan bahwa Wiraraja tidak disukai oleh raja menuju Jawa untuk menemukan kakeknya selepas Ida dan itulah sebabnya ia dijauhkan ke Sumenep, agaknya Bang Manik Angkeran meninggal dunia. Ditengah kita tidak bisa serta merta memahami hal tersebut perjalanan, Banyak Wide bertemu dengan saudara dengan apa adanya. Kŗtanegara dikenal sebagai raja kakeknya, Mpu Sedah dan diminta menetap untuk yang memiliki pandangan luas, dan beberapa jalan menjadi ahli warisnya. Dari sinilah karir seorang pikirannya sangat sulit untuk dipahami. Disatu sisi, ada Banyak Wide dimulai. kemungkinan bahwa dijauhkannya Arya Wiraraja dari 2. Kedudukan Politis Arya Wiraraja ibu kota Singhāsari dimaksudkan untuk memutus Sejauh ini, tidak banyak ahli yang menuliskan rantai kekuatan wangsa Rajasa. Tetapi di sisi lain, mengenai Arya Wiraraja sebelum menjadi Adhipati dijauhkannya Arya Wiraraja ini seolah memang Sumenep. Dua sejarahwan, yaitu M.M Sukarto K. direncanakan sebagai sebuah rencana cadangan untuk Atmodjo dan Mansyur Hidayat menyepakati bahwa menyelamatkan tahta dan menyerahkannya kepada sebelum menduduki jabatan di kerajaan dan diberi garis keturunan yang berhak, dengan mengorbankan nama penobatan Arya Wiraraja, Bañak Wide berposisi Raja Jayakatwang – yang disisi lain sebenarnya sebagai buyut di Nangka. Dalam Kamus Jawa Kuna – menyelamatkan garis keturunan Rajasa dan Sinelir -- . Indonesia karya P.J. Zoetmulder, kata “buyut” Dalam Kidung Harsa Wijaya dapat diketahui diartikan sebagai moyang; cicit; yang tertua; tua – tua. bahwa Arya Wiraraja—demang Wiraraja- yang telah Berdasarkan terjemahan ini, kemungkinan besar saat menjabat sejak masa pemerintahan Raja itu Bañak Wide menjadi seseorang yang dituakan atau Wisnuwardhana merupakan seorang pengikut Batara tetua di Desa Nangka. Narasinga, bersama dengan Patih Raganata, Menjadi seseorang yang dituakan, kemungkinan Tumenggung Wirakreti dan Pujangga Santasmerti. ini juga didukung dengan posisi yang disebutkan di Pada masa awal pemerintahan Raja Kertanegara awal kata buyut, yaitu binatang yang menurut M.M mereka semuanya diturunkan kedudukannya. Patih Sukarto K. Atmodjo berasal dari kata batang, yang Raganata dijadikan adhyaksa di Tumapel, tumenggung berarti terka, tebak, perkiraan. Kata batang menjadi Wirakreti dijadikan mantri angabaya, demang Wiraraja babatangan (binatang) yang berarti orang yang pandai dipindahkan ke Sumenep menjadi bupati, pujangga menebak, mampu memberi nasehat dan menyelesaikan Santasmerti mengundurkan diri menjadi pendeta di permasalahan.9 Hal ini dapat diketahui dari Arya asrama11. Wiraraja yang memberikan nasehat kepada Karena hal inilah diduga kuat ada upaya Jayakatwang dan Raden Wijaya setelah Singhāsari penyingkiran atau pemutusan rantai kekuasaan diruntuhkan. Dengan demikian, kuat dugaan bahwa terhadap Wangsa Rajasa mengingat para pendukung sebelum dijauhkan ke Sumenep, Arya Wiraraja atau pentingnya dicopoti jabatannya. Dari Kidung Harsa Bañak Wide adalah seseorang yang dituakan dari Desa Wijaya pupuh II dapat diketahui bahwa akibat dari Nangka yang memiliki kemampuan untuk menebak, perubahan jabatan ini adalah Arya Wiraraja memupuk mengkira – kira sehingga mampu memberi nasehat, dendam terhadap Raja Kertanegara. arahan, dan menyelesaikan masalah. Akan tetapi, penulis memiliki beberapa pandangan Kedudukan penting Arya Wiraraja juga dapat yang berbeda. Ada sebuah hal yang menarik untuk dianalisis dari nama aslinya yaitu Bañak Wide. Bañak diulas mengenai lokasi pembuangan – jika Arya berarti angsa, dan Wide berkaitan dengan wida, widya, Wiraraja memang dibuang / dijauhkan dari ibu kota— yang berarti ilmu pengetahuan. Sehingga Bañak Wide yang dipilih oleh Raja Kertanegara. Mengapa Arya bisa diterjemahkan secara harfiah sebagai angsa yang Wiraraja harus dijauhkan di Sumenep? Jika memang berilmu atau angsa yang pandai 10. Dalam filsafat tujuan awalnya adalah benar – benar untuk memutus agama Hindu, hanya seorang brahmana atau pendeta rantai kekuasaan Wangsa Rajasa, bukankah dengan yang telah berhasil semedinya dan mencapai menyingkirkan Arya Wiraraja ke Sumenep sama pemahaman terhadap kehidupan yang berhak untuk dengan memberikan Wangsa Rajasa kesempatan untuk mendapat gelar ‘parama hamsa’ atau angsa yang mengumpulkan kekuatan diluar pengawasan raja? utama. Di Bali sendiri, angsa dikaitkan dengan kasta Terlebih dengan posisi Sumenep yang memudahkan brahmana, dimana hanya para brahmana lah yang Arya Wiraraja untuk mengumpulkan informasi dari diperbolehkan untuk memelihara angsa. Artinya posisi dunia internasional pada waktu itu, mengingat Arya Wiraraja sebagai babatangan dan buyut juga Sumenep telah memiliki pelabuhan yang menjadi salah didukung dengan pencapaiannya dalam ilmu satu jalur pelayaran di era klasik. pengetahuan. Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, Dengan posisinya yang sedemikian penting, tidak kedudukan Arya Wiraraja di Sumenep memberikan lantas membuatnya aman memangku jabatan. Pada banyak keleluasaan bagi Arya Wiraraja sendiri untuk masa Raja Kŗtanegara naik tahta, Arya Wiraraja mengumpulkan, maupun bertukar informasi. Sebuah

9 M.M. Sukarto K. Atmodjo dalam makalahnya tahun 1990 10 Ibid tentang Menelusuri Hari Jadi Lumajang Berdasarkan Data Prasasti 11 Slamet Mulyono,2011, Menuju Puncak Kemegahan, Hal. Dan Naskah Kuno. 173 – 176. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

cuplikan yang tertulis dalam Serat Pararaton jika Mahisa Rangkah juga merupakan rakyat Singasari. menunjukkan bahwa Arya Wiraraja melakukan kontak Jadi, pemberontakan dilakukan dari orang dalam dengan Raja Jayakatong yang berujung pada Kerajaan Singasari sendiri14. Kesempatan ini juga yang pertempuran antara Kadiri dan Singhasari. mendorong Arya Wiraraja untuk membujuk Raja Dari kutipan Serat Pararaton tersebut jelas bahwa Jayakatwang untuk memulai dengan serangannya Arya Wiraraja lah tokoh dibalik penyerangan melawan Singasari.15 mendadak Raja Jayakatwang terhadap Raja Berita mengenai penyerangan Raja Jayakatwang Kertanegara. Bahwa Arya Wiraraja adalah tokoh yang terhadap Raja Kertanegara diberitakan dalam Kidung membocorkan informasi mengenai kekuatan kerajaan Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakram, Arya Singhasari pada waktu itu. Sebagaimana yang telah Wiraraja berkirim surat pada tahun 1292 Masehi. Surat dijelaskan dalam Kidung Harsa Wijaya , Arya Wiraraja dikirimkan oleh putra Arya Wiraraja yang bernama sebagai pendukung Wangsa Rajasa telah memendam Wirondaya. Setelah surat diterima, mengertilah Raja sakit hati kepada Raja Kertanegara sehingga Jayakatwang bahwa ia telah diberikan isyarat oleh pembocoran informasi ini dilakukan sekaligus guna Arya Wiraraja. Bertanya Raja Jayakatwang kepada memantik dendam lama antara keturunan Kadiri Wirondaya mengenai kedaaan Kerajaan Singasari. dengan keturunan Singhasari. Dijawab oleh Wirondaya bahwa semenjak tampuk Agaknya informasi yang diberikan oleh Arya pemerintahan dipegang oleh Raja Kertanegara, segala Wiraraja ini berkaitan dengan ekspedisi pamalayu yang nasehat yang diberikan oleh Patih Raganata diabaikan. terjadi pada 1275 Masehi. Dalam Kidung Mereka diberhentikan dari jabatannya, dan Raja Panjiwijayakrama, berita tentang Pamalayu dituliskan Kertanegara lebih mendengarkan nasehat dari patihnya dengan cukup panjang meski tanpa disertai tahun yang baru. Dari sinilah Raja Jayakatwang mulai kejadian. Berita yang dituliskan dalam Kidung memikirkan untuk membalaskan dendam Raja Panjiwijayakrama adalah sebagai berikut: Kertajaya yang pernah dikalahkan oleh Raja Rajasa, “ Banyak orang Tumapel yang turut berangkat ke yang merupakan leluhur Raja Kertanegara. tanah Melayu. Hanya sedikit saja yang tinggal. Kebo Setelah Raja Jayakatwang membaca nasehat Arya Anengah dan Panji Angragani turut mengantarkan Wiraraja, ia memerintahkan untuk menyerang sampai Tuban, lalu kembali. Setelah sampai di Singasari dari dua arah, utara dan selatan, dibawah kerajaan, mereka memberi laporan kepada baginda. kepemimpinan Jaran Gunyang dan Kebo Mundarang.16 Beberapa hari kemudian, sang prabu mengadakan Dalam penyerangan inilah kerajaan Singasari menemui pesta kesukaan untuk memuaskan hati. Beliau lupa keruntuhannya. Raja Kertanegara terbunuh, Ardharaja akan tingkah laku bala tentara Kediri dan tingkah raja memilih untuk memihak Raja Jayakatwang, dan Raden Jayakatwang.” Wijaya melarikan diri ke Songenep. Dalam pelarian Berdasarkan penyesuaian dari 4 sumber, yaitu ini, Raden Wijaya ditemani oleh para pengawalnya Negarakrtagama, Serat Pararaton, Kidung Panji yang setia, yaitu Lembu Sores, Gadjah Pagon, Medang Wijayakrama, dan Kidung Harsa Wijaya, dapat Dangdi, Malusa Wagal, Nambi, Banyak Kapuk, Kebo diketahui tentang kepastian peristiwa pengiriman Kapetengan, Wirota Wiragati, dan Pamandana. Mereka tentara dari Singasari ke Melayu pada tahun 1275 berjalan ke arah utara menuju Madura, bermaksud Masehi. Karena keberangkatan inilah, terjadi apa yang untuk meminta bantuan Arya Wiraraja yang berada di disebut dengan menipisnya kekuatan12. Dengan hal ini, Songenep.17 gejolak – gejolak yang dulu sudah berhasil diredam Setibanya di Songenep, rombongan Raden Wijaya pasca perombakan birokrasi kembali muncul. disambut baik oleh Arya Wiraraja. Kidung Panji Pada sekitar tahun 1270- an, sudah terjadi Wijayakrama dan Serat Pararaton memberitakan hal pemberontakan Kelana Bhaya atau Cayaraja sebagai ini. Tercatat dalam Kidung Panji Wijayakrama: akibat dari ketidakpuasan terhadap keputusan Raja “Sesampainya di Madura, Pangeran Wijaya dan kawan Kertanegara yang menghabisi kekuatan Wangsa – kawan langsung menuju Sumenep mencari Arya Rajasa, yang salah satunya adalah peniadaan jabatan Wiraraja yang sedang rapat di aulanya. Begitu mereka Ratu Angabhaya. Pemberontakan kembali terjadi 10 tiba, Wiraraja menghentikan pertemuan, keluar dan tahun setelah pemberontakan Kelana Bhaya, atau 5 menghilang, yang membuat mereka bingung. Tapi tak tahun setelah ekspedisi Pamalayu. Pada tahun 1280 lama berselang, ia kembali dengan membawa seekor Masehi, pemberontakan kembali bergolak, dipimpin kuda, menyambut mereka dengan keramahan yang luar oleh Mahisa Rangkah.13 biasa seraya meminta Pangeran Wijaya agar naik ke Dalam Negarakrtagama pupuh 42/1 diceritakan punggung kuda tersebut. Arya Wiraraja mengantar bahwa pemberontakan Mahisa Rangkah ini terjadi para tamu ke rumahnya, tempat mereka disambut setelah keberangkatan tentara Singasari ke Melayu. dengan pakaian baru, makanan, dan minuman yang Dalam sumber yang sama juga dijelaskan bahwa telah disiapkan oleh istri Arya Wiraraja. Pangeran Mahisa Rangkah ini adalah pemberontak yang dibenci Wijaya terkejut akan keramahan Arya Wiraraja sontak oleh segenap rakyat Singasari, sehingga bisa dianggap

12 Slamet Muljana. Op.cit., Hal. 175 15 Ibid. Loc cit. 13 Negarakrtagama. 42/1 16 Ibid. Hal.178 14 Ibid. Op cit. Hal. 166 17 Ibid. Hal. 180 AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

menyatakan bahwa seandainnya ia berhasil menguasai Serat Pararaton saja serta disebutkan sekilas dalam Jawa, ia akan membagi rata daerah kekuasaannya.” beberapa kidung seperti Kidung Harsawijaya dan Raden Wijaya merasa berhutang budi kepada Arya Kidung Panji Wijayakrama tetapi banyak ahli sejarah Wiraraja dan menjanjikan untuk berbagi kekuasaan yang meyakini tentang peranan Arya Wiraraja sebagai apabila kelak ia menjadi raja. Janji untuk membagi konseptor atau orang yang mengkonsep berdirinya kekuasaan ini diperkuat oleh Serat Pararaton sebagai Kerajaan Majapahit. berikut: Pasca dibuang ke Songenep, Arya Wiraraja “Andikanira Raden: “Bapa Wiraraja, tan sipi gunge kemudian memberikan bocoran kekuatan Kerajaan hutangisun ing sira, munkaten sadhyanisun, isun Singhasari kepada Raja Jayakatwang hingga berakhir parone tembe Bhumi Jawa, sira amuktia sapalih, isun dengan kehancuran Kerajaan Singhasari lalu sapalih”. Aturira Wiraraja: “Sawadinipun, pukulun mengulurkan bantuan kepada Raden Wijaya yang lamun pakanira jumenenga ratu.” waktu itu adalah buronan Raja Jayakatwang. Dan pihak Artinya: yang mengarahkan supaya Raden Wijaya “Berkata Raden Wijaya: “Bapak Wiraraja, tidak sedikit menyerahkan diri dan berpura – pura mengabdi kepada besar hutang saya kepadamu, kalau tercapai maksud Raja Jayakatwang dengan tujuan dapat membuka Desa saya, saya pao besook Pulau Jawa, engkau akan Majapahit pun adalah Arya Wiraraja sendiri. menikmati yang separo dan saya yang separo”, Dari sini dapat diketahui bahwa Arya menjawab Wiraraja: “terserah Tuanku, apabila Tuanku Wiraraja adalah aktor intelektual yang berdiri diatas hendak menduduki tahta.” dua perahu dengan tujuan yang masih belum dapat Pasca menerima dan memberikan perlindungan diketahui. Apakah itu untuk ambisi mendapatkan tahta kepada Raden Wijaya beserta pasukan yang tersisa, untuk kerajaannya sendiri, ataukah itu sebagai bentuk Arya Wiraraja kemudian menyusun rencana untuk kesetiaan terhadap Wangsa Rajasa, atau mungkin membantu Raden Wijaya menduduki tahta yang saat sebuah rencana yang disusun bersama dengan Raja itu sedang berada dalam genggaman Raja Kertanegara untuk menghadapi serbuan Tentara Tar – Jayakatwang. Hal ini diberitakan dalam Serat Tar. Pararaton bahwa Arya Wiraraja memberikan saran Dengan tujuan akhir apapun itu, Arya Wiraraja supaya Raden Wijaya berpura – pura menyerah kepada tetaplah menjadi seorang tokoh penting dalam Raja Jayakatwang dengan dirinya sebagai penjamin. berjalannya sejarah kerajaan Singhasari – Kadiri – Di Daha, Raden Wijaya diminta untuk mengusahakan Majapahit. Sebagai seorang tokoh dengan latar ijin pembukaan alas Trik yang akan digunakan sebagai belakang genealogis dari seorang brahmana terkemuka tempat menghimpun kekuasaan dan mengumpulkan yang secara otomatis meletakkan Arya Wiraraja dalam orang – orang yang yang masih setia kepada Wangsa kedudukan tinggi di kerajaan, agaknya menjadikan Rajasa. tokoh – tokoh yang lain menaruh sikap hormat Arya Wiraraja berada dalam posisi sebagai terhadap karakter Arya Wiraraja. Hal ini terlihat ketika pemantik api. Di satu sisi Arya Wiraraja terlihat Arya Wiraraja menjadi tokoh yang nasehatnya sangat menggunakan orang lain (raja Jayakatwang) sebagai diperhatikan oleh Raja Jayakatwang dan Raden pion untuk membalaskan sakit hatinya. Di sisi lain Wijaya. Bahkan dalam pelarian seorang Raden Wijaya Arya Wiraraja seolah menjadi pahlawan besar dalam yang merupakan seorang cucu Ratu Anghabaya peristiwa ini. Slamet Mulyana dalam bukunya Kerajaan Singhasari, Narasinghamurti, ia mencari “Menuju Puncak Kemegahan : Sejarah Kerajaan bantuan dari seorang Arya Wiraraja yang lokasinya Majapahit” juga menegaskan mengenai posisi Arya berada jauh di Songenep. Wiraraja dalam pemberontakan Jayakatwang terhadap 3. Strategi Politik Arya Wiraraja Dalam Singasari, yaitu sebagai aktor intelektual Pemerintahan Kerajaan Lamajang Tigang Juru pemberontakan itu sendiri. Lamajang merupakan sebutan terdahulu untuk Berdasarkan paparan data di atas, posisi Arya Kerajaan Lamajang Tigang Juru sebelum Wiraraja sebagai seorang aktor intelektual dapat dianugerahkan kepada Arya Wiraraja. Catatan tertua dijelaskan. Aktor intelektual disini dapat dijelaskan yang menyebutkan nama Lamajang berasal dari masa sebagai seorang tokoh yang memiliki pemikiran – pemerintahan Nararya Smining Rat atau pemikiran dasar atau pokok dari suatu peristiwa. Tokoh Wisnuwardhana dalam Prasasti Mula Manurung. inilah yang memikirkan dan mengatur jalannya suatu “Sira Nararya Kirana saksat atmaja nira Nararya peristiwa sesuai agar sesuai dengan kehendaknya Smining Rat, pinratista Juru Lamajang, pinasangaken sendiri. Arya Wiraraja, berdasarkan Serat Pararaton jagad palaka, ngka neng negara Lamajang” merupakan aktor intelektual yang melatarbelakangi Terjemahan dalam Bahasa Indonesia : bukan hanya runtuhnya Kerajaan Singhasari dan “Nararya Kirana, anak Nararya Smining Rat, yang Kerajaan Kadiri, tetapi juga menjadi aktor intelektual ditetapkan sebagai juru Lamajang, menguasasi wilayah berdirinya sebuah kerajaan baru dengan raja yang juga Lamajang” baru, yaitu Kerajaan Majapahit. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum kedatangan Meskipun hal – hal mengenai peranan Arya Arya Wiraraja untuk mengelola wilayah Lamajang, di Wiraraja tidak pernah disebutkan dalam prasasti wilayah Lamajang sendiri sudah terdapat manapun dan hanya disebutkan secara ekplisit dalam pemerintahan. Kata Juru dapat diartikan sebagai AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

seorang petugas atau pemimpin yang dipasrahi untuk Hal ini dituliskan dalam Kidung Ranggalawe nyanyian menjaga wilayah kecil dari suatu kerajaan. Artinya kata XIV : juru ini jika dikaitkan dengan sebuah sistem Ri uwus mangkana, gumanti rahadyan kalih, ana ketatanegaraan diterjemahkan sebagai wilayah muwah kang ghosana, siraryyadhikara nuli, mendek i bawahan atau negara bagian.18 jeng sri aji, sang siddha wekas ing prabhu, sri Kedudukan wilayah Lamajang sebelum narendreng Wilwa-Tikta, minta marwana nagari, kedatangan Arya Wiraraja memang tidak dapat Tigang Juru, pun samayeng krteng kuna. dipisahkan dengan lokasinya sendiri yang berada di Terjemahan dalam Bahasa Indonesia : lereng gunung Semeru. Menurut cerita mitologi yang Setelah demikian (penobatan raja), menggantikan terdapat dalam Kitab Tantu Pagelaran, Gunung raden keduanya (Cakradhara Bhreng Daha dan Bhreng Semeru merupakan bagian dari puncak Gunung Kahuripan), terdengar lagi berita, beliau Aryya Mahameru di India yang telah dipotong dan dibawa ke Adhikara, jongkok bersembah di hadapan kaki Sri Pulau Jawa yang sebelumnya selalu berguncang.19 Raja, yang telah berhasil sebagai raja, ratu agung Lamajang dengan keberadaan Gunung Semeru sebagai negara Wilwa-Tikta, memohon membagi dua negara, sebuah gunung suci, menjadikan wilayah Lamajang Tigang Juru, karena demikianlah janji baik waktu sebagai wilayah tujuan ziarah yang kemudian dahulu. mengembangkan wilayah Lamajang sebagai sebuah Lamajang Tigang Juru sebagaimana yang wilayah hunian. Hal ini bertahan sejak era kerajaan tercantum dalam dalam Kakawin Nagarakrtagama Kadiri, Singhasari dan terus bertahan hingga sekarang. merupakan suatu ucapan untuk nama daerah Lumajang Wilayah Lamajang terus berkembang dengan yang meliputi wilayah Besuki. Dalam pemerintahan posisinya sebagai sebuah wilayah yang harus dilewati kerajaan Majapahit, Lumajang merupakan suatu untuk melaksanakan ritual suci di Gunung Semeru. Hal daerah yang penting termasuk dalam jenjang urutan ini ditunjang dengan tingkat kesuburan tanah di ketiga. Lamajang yang tinggi dan sungai – sungai yang Wilayah Lamajang sebagaimana yang telah mengalir tidak pernah kering. Dengan demikian, maka dijelaskan sebelumnya merupakan wilayah yang sudah perkembangan kota di wilayah Lamajang mulai ada struktur pemerintahan sebelumnya didasarkan berkembang kepada aliran sungai yang mengarah pada pada Prasasti Mula Manurung. Tetapi dalam sebuah dataran yang lebih rendah.20 kronik lokal Serat Raja Blambangan memberitakan Waktu pasti kedatangan Arya Wiraraja ke bahwa wilayah Lamajang dan Tigang Juru yang Lamajang Tigang Juru tidak dapat diketahui. Brandes diberikan kepada Arya Wiraraja masih berupa hutan dalam artikelnya yang berjudul “Pararaton” belantara atau ‘alas gung liwang-liwung” yang menyatakan bahwa berdasarkan piagam Kudadu, Arya wilayahnya termasuk Gunung Brahma23 hingga tepi Wiraraja mendapatkan bagian sebelah timur dengan timur Jawi Wetan.24 Apabila berita dalam kronik lokal Lumajang sebagai ibukotanya. Sejak bulan ini disinkronkan dengan berita yang termuat dalam Bhadrapada tahun Saka 1216, Arya Wiraraja tidak lagi Serat Pararaton tentang tiga negeri yang bersikap tinggal di Majapahit, tetapi di Lumajang.21 ekstrim terhadap Majapahit, maka dapat disimpulkan Hal ini diperkuat dengan pemberitaan yang bahwa pada masa kedatangan Arya Wiraraja ini didapatkan dari Kidung Harsa Wijaya. Berita dilakukan pergeseran pusat kota Lamajang dari bagian mengenai Arya Wiraraja mendapatkan pembagian selatan ke bagian utara. wilayah kerajaan dituliskan dalam Kidung Harsa Nagara Lamajang dimasa kepemimpinan Wijaya (Nyanyian VI 115 b) sebagai berikut :22 Nararya Kirana diduga berpusat di wilayah selatan. Hal 115b. Ndan sira adhipating Madhura wus sinung ini didukung dengan bukti – bukti peninggalan linggih pinalih punang Yawadwipa denira Sri arkeologis di wilayah Lumajang bagian selatan berupa Narendra wus pinrenah wonten ing Lamajang... artefak – artefak pra-Majapahit dan struktur yang Terjemahan dalam Bahasa Indonesia : diduga berasal dari masa Singhasari. Beberapa jejak 115b. Maka beliau adipati Maddhura telah mendapat yang dapat dilihat hingga sekarang adalah keberadaan kedudukan, dibagi-dualah pulau Jawa oleh Sri reruntuhan candi dan pecahan yoni di desa Sumberjo, Narendra, dan (Wiraraja) telah ditetapkan di Candipuro. Candi ini diduga berasal dari masa kerajaan Lamajang.... Singhasari dan hancur akibat lahar dingin Gunung Berita yang agak berbeda didapatkan dalam Semeru. Selain itu, jejak kebudayaan yang berasal dari Kidung Ranggalawe. Dalam Kidung Ranggalawe, jaman perunggu – besi juga dapat dilihat dari temuan Arya Wiraraja tidak digambarkan sedang menagih janji artefak – artefak yang ditemukan yang sekarang kepada Raden Wijaya. Hanya berjongkok dan Raden disimpan di The Metropolitan of Arts Museum, New Wijaya memenuhi janjinya untuk membagi kekuasaan. York. Hal ini menunjukkan bahwa sejak peradaban di

18 Mansur Hidayat, op.cit.,hal.91 21 Slamet Muljana. 1979. Negarakrtagama Dan Tafsirnya. 19 Mansur Hidayat, op.cit., hal.3 - 4 Hal. 114 – 120. 20 Gunadi Nitihaminoto. 1990. “Pertumbuhan dan 22 Sukarto.K.Admojo. op.cit., hal 62 – 63. Perkembangan Kota – Kota di Lamajang : Tinjauan Arkeologis dan 23 Penyebutan untuk Gunung Bromo dimasa lalu Geografis” dalam “Seminar Hari Jadi Lamajang”. Hal. 28 24 Zainollah Ahmad. 2015. Menelusuri Jejak Sejarah Jember. Hal. 95 - 96 AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

sisi selatan Lumajang telah berkembang pesat sejak Empat sungai yang berada di sekitar kawasan masa – masa pra – klasik Hindu Buddha. perbentengan empat sungai yang saling terhubung, Alasan penggeseran ibukota dari selatan ke yaitu Sungai Bondoyudo di sisi utara, Sungai Winong utara ini agaknya selain didasarkan pada analisa di sisi timur, Sungai Cangkring di sisi selatan, dan georafis, juga didasarkan pada analisa pertahanan. Sungai Ploso di sisi barat. Keenam pengungakan yang Wilayah selatan Lumajang merupakan wilayah yang ada di dalam kawasan perbentengan, masing – masing subur dan dialiri oleh banyak sungai besar serta tidak berada di kelokan sungai. Sungai Cangkring yang pernah kekurangan air sepanjang tahun sehingga cocok berada di sebelah selatan merupakan sungai buatan.28 untuk pertanian dan bermukim. Akses yang pendek Situs Biting mampu mencerminkan pemikiran menuju ke kota lain juga dapat dilalui dengan tentang strategi pertahanan di masa lalu yang sudah menggunakan jalan lama menuju daerah yang sangat maju serta kemampuan pembangunan sekarang melalui Alas Burno. Selain itu, wilayah masyarakat di era – era terdahulu. Dengan selatan juga dekat dengan Mandala Kadewaguruan25 memanfaatkan bentang alam di sekitarnya, yang terletak di Ampel Gading, wilayah Malang perbentengan Situs Biting menjadi sebuah selatan. perbentengan tangguh yang selain dilindungi oleh Kemudahan akses ini tampaknya dipandang tembok bata, juga dilindungi oleh parit alam, yaitu sebagai pisau bermata dua bagi Arya Wiraraja sungai – sungai yang mengelilinginya. utamanya mengingat kondisi politik awal Majapahit Selain itu, pemilihan Biting sebagai pusat ibu yang belum stabil. Selain itu, kawasan Lumajang kota juga tampaknya dipengaruhi oleh lokasi Biting itu selatan juga sangat rawan bencana lahar dingin sendiri. Terlepas dari lokasinya yang di kelilingi oleh 3 mengingat posisinya yang tepat berada di lereng sungai alami dan 1 sungai buatan, Biting secara Gunung Semeru. Dengan alasan inilah kemudian Arya geografis berada di titik tengah dari pegunungan yang Wiraraja memindahkan ibukota Kerajaan Lamajang melingkar, yaitu pegunungan Bromo – Tengger – Tigang Juru ke wilayah Dusun Biting, Desa Semeru, dan pegunungan Hyang sedangkan di bagian Kutorenon, Kecamatan Sukodono, Lumajang yang selatan langsung berhadapan dengan Laut Selatan atau sekarang. Samudera Hindia. Dengan demikian, daerah ini Ibu kota sebagai kota tempat kedudukan mendapatkan keamanan ganda dengan berada di lokasi pusat pemerintahan suatu negara harus memenuhi yang sulit dijangkau baik karena keberadaan syarat – syarat supaya dapat diidentifikasikan sebagai pegunungan di sekitarnya yang dapat dikategorikan sebuah ibu kota. Boechari menjelaskan bahwa untuk sebagai benteng alam. melihat sebuah ibukota kerajaan dimasa kuna harus Dalam teori geopolitik dijelaskan bahwa melihat berdasarkan latar belakang kosmologis dari power suatu negara ditentukan oleh kemampuan kerajaan – kerajaan kuna di Indonesia. Konsep tentang membangun persatuan dan kesatuan nasional, Mandala sebagai sebuah pranata politik masa kuna pembinaan, dan pelaksanaan politik luar negeri dan yang digunakan oleh kerajaan – kerajaan di Asia pertahanan nasional yang disusun berdasarkan local Tenggara masa kuna ditentukan oleh pusat atau inti genius masyarakat setempat. Kaitannya dengan kekuasaan tanpa integrasi administratif lebih lanjut. pembangunan Kerajaan Lamajang Tigang Juru adalah Selain itu, sebuah negara atau kerajaan harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai bentang alam di pusat keagamaan atau candi yang menjadi simbol dari kawasan Lamajang dan Tigang Juru mendasari Gunung Meru yang berada di India.26 Biting sebagai terbentuknya pola – pola pemukiman dan pusat kekuasaan berarti harus dikelilingi oleh kota – pembangunan – pembangunan nadhitira pradesa kota lain disekitarnya. maupun fasilitas masyarakat lainnya seperti Kata Biting yang sekarang tersemat sebagai penambangan maupun pelabuhan di wilayah nama sebuah dusun di Desa Kutorenon berasal dari Lamajang Tigang Juru. Pembangunan yang dilakukan kata beteng yang berarti benteng. Sesuai dengan pada masa pemerintahan Arya Wiraraja ini namanya, di Dusun Biting ini memang terdapat menekankan pada aspek pertahanan tetapi tidak kompleks perbentengan dari batu bata. Reruntuhan menutup jalur akses untuk berhubungan dengan perbentengan ini pertama kali disebut dalam sebuah kerajaan – kerajaan yang lain. Arya Wiraraja memilih laporan pada zaman Belanda yaitu peninjauan yang lokasi ibu kota yang berada di pedalaman guna dilakukan oleh J. Hageman pada tahun 1861 dan memperkuat keamanan keluarga kerajaan tetapi juga dilanjutkan oleh Muhlenfeld pada tahun 1923. mengembangkan wilayah – wilayah tepi sungai serta Penelitian kemudian dilanjutkan oleh Balai Arkeologi beberapa pelabuhan guna menunjang berkembangnya Yogyakarta dari tahun 1980 – 1990. Hasilnya diketahui kerajaan Lamajang Tigang Juru. bahwa sisa – sisa kompleks perbentengan ini berada di Pemilihan Biting sebagai lokasi ibu kota aera seluas 135 ha. 27 dihubungkan dengan keberadaan Sungai Bondoyudo di Perbentengan di kawasan Situs Biting sebelah utara perbentengan yang terhubung dengan dibangun dengan mengikuti pola sungai disekitarnya. pelabuhan Sadeng di pantai Selatan. Konsep ini sama

25 Mandala kadewaguruan ini berkaitan dengan keberadaan 27 Novida Abbas.2012. Benteng Biting. dalam buku Candi Jawar di wilayah Ampel Gading. Majapahit : Batas Kota dan Jejak - Jejaknya hal. 164 26 Boechari. Op.cit., hal. 178 - 181 28 Ibid. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

seperti pemilihan ibu kota kerajaan Majapahit yang kekuasaan jenis ini. Dalam situasi politik yang tidak pertama di era Raden Wijaya yang berada di Terik, stabil dimasa akhir Singhasari akibat dari perubahan tepian sungai Brantas yang menghubungkan langsung alur politik Raja Kertanegara, sikap yang dikeluarkan dengan pelabuhan Hujung Galuh. Pola yang sama juga Arya Wiraraja terbukti sangat berpengaruh. dapat ditemui dari berita Cina yang menyebutkan Kekuatan keahlian dimiliki oleh Arya Wiraraja bahwa jarak dari ibu kota kerajaan ke laut di Timur secara utuh. Bukan hanya pengetahuan saja, tetapi juga adalah 1 bulan, ke barat 45 hari. Ke utara, jarak ke laut sarana untuk mendapatkan informasi, keahlian teknis adalah 5 hari dan ke selatan adalah 3 hari.29 Meskipun dan intelegensi. Arya Wiraraja membuktikan kekuatan berita cina ini tidak merujuk pada salah satu kerajaan keahliannya semenjak menjadi Adipati di Songenep. secara spesifik, tapi secara umum hal ini menunjukkan Kemampuan Arya Wiraraja untuk mendapatkan bahwa pola pemilihan ibu kota kerajaan memang informasi tidak dapat diremehkan. Meskipun menjorok agak jauh dari laut dengan alasan keamanan. kedudukannya di Songenep, Arya Wiraraja bisa Biting sangat mendukung untuk hal ini karena mendapatkan informasi mengenai situasi di Singhasari lokasinya yang aman tetapi disatu sisi juga dapat dan memanfaatkannya untuk memperkeruh situasi ditempuh dari pelabuhan dengan menggunakan jalur antara Raja Kertanegara dan Raja Jayakatwang. Arya air. Wiraraja juga berhasil mendapatkan informasi tentang Seorang pemimpin wilayah harus menyusun kedatangan tentara Mongol dan memanfaatkannya sebuah strategi politik untuk menjalankan untuk menjalin kerja sama dengan Raden Wijaya. pemerintahannnya. Strategi politik adalah sebuah Pembangunan Situs Biting sebagai sebuah benteng rencana yang akan digunakan untuk merencanakan pertahanan atau pusat kemiliteran dapat dipahami pembangunan sebuah negara berdasarkan pemahaman sebagai sebuah bentuk respon Arya Wiraraja terhadap terhadap negara tersebut. Jadi konsep pembangunan kondisi politik internasional pada waktu itu. kerajaan yang dibahas disini adalah bagaimana Arya Hancurnya Kerajaan Singhasari, runtuhnya Kerajaan Wiraraja membuat sebuah rencana pembangunan Daha, mundurnya pasukan Mongol, berdirinya wilayah Kerajaan Lamajang Tigang Juru berdasarkan Kerajaan Majapahit yang terjadi secara berurutan pemahamannya terhadap wilayah tersebut. dalam waktu yang tidak lama menjadi sebuah indikator Dalam menjalankan sebuah strategi politik sangat yang jelas bahwa politik antarkerajaan di Pulau Jawa penting untuk memiliki sumber daya politik. Ada masih perlu distabilkan. terdapat lima tipe sumber daya politik, yaitu sumber Dengan menunggu kondisi politik stabil, maka daya fisik, ekonomi, normatif, personal, dan keahlian. sangat diperlukan sebuah sistem pertahanan sebagai Arya Wiraraja adalah seorang tokoh yang memiliki bentuk kewaspadaan terhadap kerajaan lain karena kelima sumber daya politik tersebut. posisi sebagai kawan atau lawan masih belum dapat Sebagai seorang penguasa baru di wilayah dilihat jelas. Keruntuhan 2 kerajaan besar di Pulau Lamajang Tigang Juru, Arya Wiraraja mengutamakan Jawa ini menandai runtuhnya 2 dinasti yang telah ada kepada pembangunan kekuatan yang mendukung selama puluhan tahun. Munculnya raja – raja baru sumber daya fisik. Pembangunan desa – desa di tepian masih membutuhkan banyak upaya legitimasi. sungai yang langsung terhubung dengan pelabuhan Apa yang dilakukan oleh Arya Wiraraja ketika memungkinkan sebuah wilayah untuk maju secara membangun benteng di Situs Biting, agaknya banyak perekonomian. dipengaruhi oleh peristiwa pemberontakan Kekuasaan normatif didapatkan oleh Arya Ranggalawe. Sebagai salah seorang dari 12 Wiraraja dengan memanfaatkan posisi Lamajang dharmaputra, Ranggalawe yang juga putra dari Arya Tigang Juru sebagai sebuah wilayah yang memiliki Wiraraja sendiri, dieksekusi oleh Raden Wijaya karena kedudukan tinggi secara spiritual. Lamajang Tigang memberontak kepada raja. Juru dikembangkan sebagai sebuah kerajaan yang Pemberontakan Ranggalawe ini juga menekankan arti penting Gunung Semeru sebagai kemungkinan merupakan bagian dari rencana Arya tujuan ziarah, sehingga ia mendapatkan sebuah Wiraraja untuk melakukan tes kondisi terhadap masa legitimasi sebagai sebuah pemimpin wilayah suci. awal Kerajaan Majapahit. Arya Wiraraja menyadari Ditambahkan dengan latar belakangnya sebagai bahwa kondisi politik dalam kerajaan masih belum seorang babatangan kerajaan Singhasari, Arya stabil. Runtuhnya kerajaan Singhasari, intrik yang Wiraraja dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai dilakukan Raden Wijaya untuk bisa mendirikan seorang yang harus memiliki pemahaman spiritual Kerajaan Majapahit, tampaknya membuat Raden untuk menjadi penguasa sebuah wilayah yang Wijaya tidak mampu menaruh kepercayaan terhadap dianggap suci. siapapun termasuk kedua belas pengawal setianya. Kekuasaan personal adalah kekuasaan yang Sebagai salah satu pihak yang turut berperan serta dimiliki oleh setiap individu. Dalam sebuah kondisi dalam intrik Raden Wijaya, Arya Wiraraja menyadari yang tidak stabil, sikap yang diambil oleh seorang bahwa kemungkinan Raden Wijaya tidak dengan kekuasaan personal akan mempengaruhi situasi mempercayainya juga cukup besar. Oleh karena itu, dan kondisi yang ada. Arya Wiraraja juga memiliki pasca pemberian wilayah Lamajang Tigang Juru,

29 Groeneveld. op.cit., hal. 13 AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

perhatian pertama Arya Wiraraja adalah pertahanan. mengutamakan pertahanan militer di kawasan ibukota Pertahanan dibangun utamanya untuk menumbuhkan kerajaan. Pembangunan Situs Biting adalah bukti kepercayaan terhadap masyarakat dunia internasional bahwa Arya Wiraraja menginginkan sebuah ibukota yang juga pasti terpengaruh pasca terjadinya perang yang terlindungi. besar antara tentara Mongol – pasukan Jayakatwang – Selain pertahanan militer, Arya Wiraraja juga pasukan Raden Wijaya. sudah mengembangkan desa – desa tepian sungai yang Pada akhirnya, apa yang menjadi titik perhatian dapat langsung terhubung dengan pelabuhan – Arya Wiraraja benar – benar terbukti. Kerajaan pelabuhan yang termasuk dalam kawasan Lamajang Majapahit masih memegang curiga terhadap wilayah Tigang Juru, yaitu pelabuhan Sadeng dan pelabuhan Kerajaan Lamajang Tigang Juru. Serat Pararaton Patukangan. Kemudahan akses ini menjadikan memberitakan bahwa pada tahun 1316 Masehi, ketika Kerajaan Lamajang Tigang Juru semakin banyak Arya Wiraraja jatuh sakit dan Mahapatih Nambi dikunjungi, utamanya dengan keberadaan Gunung mengajukan ijin untuk menjenguk ke Lamajang Tigang Semeru sebagai tujuan ziarah. Juru, terjadi upaya untuk meruntuhkan kepercayaan Arya Wiraraja sudah dapat memperkirakan bahwa yang tersisa antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan raja kerajaan Majapahit masih menaruh rasa tidak Lamajang Tigang Juru. Setelah Arya Wiraraja percaya terhadap dirinya sebagai akibat dari dikabarkan meninggal dunia, Lamajang Tigang Juru pergolakan politik besar – besaran yang terjadi dalam dihancurkan oleh pasukan Kerajaan Majapahit dengan waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, Arya dipimpin langsung oleh Raja Jayanegara. Mahapatih Wiraraja menjadikan kawasan di sekitar Situs Biting Nambi dan keluarganya dikabarkan gugur. yang sekarang sebagai pusat kerajaan karena keamanan Meskipun Serat Pararaton mengatakan bahwa kawasan yang dapat menjamin atau setidaknya peristiwa tersebut adalah akibat dari fitnah yang memberikan waktu kepada penguasan Kerajaan dilakukan oleh seorang tokoh yang bernama Mahapatih Lamajang Tigang Juru untuk dapat melarikan diri. Halayuda, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa Rencana dan pandangan Arya Wiraraja ini terbukti hal ini sudah direncanakan sejak lama. Utamanya dengan runtuhnya Kerajaan Lamajang Tigang Juru ketika Serat Pararaton menuliskan tentang kecurigaan pada tahun 1316 Masehi, pasca meninggalnya Arya terhadap pembangunan benteng dan pelatihan prajurit Wiraraja, yang diakibatkan oleh serangan pasukan di Lamajang Tigang Juru yang menunjukkan bahwa Kerajaan Majapahit yang dipimpin langsung oleh Raja Kerajaan Majapahit telah memata – matai kekuatan Jayanegara. militer Kerajaan Lamajang Tigang Juru sejak lama. 2. Saran E. Penutup Kajian mengenai Kerajaan Lamajang Tigang Juru 1. Kesimpulan dengan menggunakan ilmu – ilmu lainnya sangat Keputusan Raja Kertanegara untuk merombak diperlukan. Utamanya untuk mengupas tentang sistem pemerintahannya dengan menghilangkan perbentengan, perkembangan kota, perkembangan jabatan Ratu Anghabaya dan merubah susunan dalam desa tepian sungai, dan perkembangan pelabuhan di kabinet pemerintahan memicu terjadinya pergolakan wilayah Tapal Kuda. politik besar – besaran. Banyaknya kekecewaan Kurangnya prasasti yang dapat digunakan sebagai disertai dengan kurang fokusnya Raja Kertanegara sumber penulisan sejarah Kerajaan Lamajang Tigang terhadap raja – raja bawahan karena sedang terfokus Juru membuat kajian arkeologis sangat diperlukan. pada pergerakan pasukan Mongol di kawasan Asia Utamanya untuk menentukan perkiraan masa dari Tenggara, membuat peluang terjadinya pemberontakan sebaran tinggalan arkeologis di wilayah Lumajang. semakin besar. Hal ini berakibat fatal hingga kerajaan Kajian mengenai strategi politik yang digunakan Singhasari berhasil diruntuhkan oleh Raja oleh Arya Wiraraja ini hendaknya dapat dijadikan Jayakatwang dari Daha. Kejadian ini kemudian sebagai bahan pembelajaran tentang salah satu masa menjadikan Raden Wijaya sebagai seorang pelarian. terpenting dalam sejarah Bangsa Indonesia. Hal ini Kedatangan pasukan Mongol yang sudah untuk menunjukkan bahwa dalam salah satu bagian diantisipasi oleh Arya Wiraraja dan Raden Wijaya dari sebuah kerajaan besar di wilayah Indonesia yang dijadikan sebagai peluang terbesar untuk meruntuhkan sekarang, pernah terjadi intrik politik yang sedemikian Daha. Dan dengan beberapa trik pula, pasukan Mongol rupa hingga kemudian menjadi latar belakang lahirnya dapat diusir kembali sehingga tahta jatuh ke tangan sebuah konsep perbentengan yang sangat luar biasa. Raden Wijaya. Wiraraja mendapatkan bagian yang Konsep pemikiran yang dijadikan sebagai latar dijanjikan oleh Raden Wijaya sebagai imbalan atas belakang pengambilan keputusan Arya Wiraraja dalam bantuannya yang mampu mendudukan Raden Wijaya membangun perbentengan Situs Biting hendaknya di atas tahta. dijadikan salah satu materi dalam sejarah lokal Dengan kondisi tersebut, Arya Wiraraja Kabupaten Lumajang. Hal ini dapat diajarkan kepada mendapatkan tanah yang dijanjikan di kawasan anak – anak guna menunjukkan kecerdasan para Lamajang Tigang Juru. Berdasarkan pengetahuannya pendahulunya dalam membuat suatu konsep tentang situasi politik antarkerajaan yang masih belum pembangunan kerajaan. stabil, Arya Wiraraja mengembangkan pembangunan DAFTAR PUSTAKA di wilayah Kerajaan Lamajang Tigang Juru dengan A. Prasasti AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 9, No. 1 Tahun 2020

a. Prasasti Mula-Malurung Kaspar, Johann. 2000. The Theory of The State. b. Prasasti Kudadu Botoche : Kitchener, Ont. c. Prasasti Sukamerta Ketut, I Riana. 2009. Kakawin Negarakrtagama. B. Naskah Teks Jakarta : Kompas. a. Kakawin Negarakrtagama Kuntowijoyo. 2006. Pengantar Ilmu b. Serat Pararaton Sejarah.Yogyakarta : Yayasan Bentang c. Kidung Harsawijaya Budaya. d. Kidung Ranggalawe Muhlenfeld, A. 1925. Verslag vam der heer A. e. Kidung Panjiwijayakrama Muhlenfeld over de werkzaamheden te f. Babad Manik Angkeran Koetorenon gedurende het derde en vierde g. Babad Songenep kwartaal 1923. OV 1924, eerste en tweede C. Buku kwartaal. s’Hage; Martinus Mijhoff & Co. Abbas, Novida. 2012. “Benteng Biting” , Majapahit: Muljana, Slamet. 2011. Menuju Puncak Kemegahan Batas Kota dan (Sejarah Kerajaan Majapahit). Yogyakarta : Jejak – Jejaknya. Jakarta : Direktorat Sejarah. LkiS. Abdurrahman, Dudung. 1999. Penelitian Sejarah. Nitihaminoto, Gunadi. 1990. Pertumbuhan dan Jakarta: Logos Perkembangan Kota – Kota di Lumajang: Wacana Ilmu. Tinjauan Arekologis dan Geografis. Dinas Alfandi. 2002. Reformasi Indonesia : Bahasan Dari Kebudayaan Kabupaten Lumajang. Sudut Pandang Nawawi, Abdul Choliq. 1990. Keadaan Lingkungan Geopolitik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Arkeologis di Kabupaten Lumajang Seputar Press. Masa Kerajaan Majapahit. Dinas Kebudayaan Ahmad, Zainollah. 2015. Menelusuri Jejak Sejarah Kabupaten Lumajang. Jember. Santoso, Agus. 1993. Pengantar Geografi Politik. Yogyakarta : Araska. Surabaya : Unesa University Press. Andrain, Charles.F. 1992. Kehidupan Politik dan Schrieke, B. 1959. Indonesian Sociological Studies, Perubahan Sosial. Ruler And Realm In Early . Bandung : W. Yogyakarta : P.T. Tiara Wacana. van Hove Ltd - The Hague. Anoraga, Panji. 2004. Manajemen Bisnis. Jakarta : Schoder, Peter. 2010. Strategi Politik. Jakarta : Rineka Cipta. Friedich-Naumann-Stiftung fuer die Freiheit. Atmojo, M.M. Sukarto K. 1990. Menelusuri Hari Jadi Sevillia. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Lumajang UI Press. Berdasarkan Data Prasasti Dan Naskah Kuno. Dinas Sjamsudin. 1996. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Kebudayaan Kabupaten Lumajang. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik. Berg, C.C. 1930. Ranggalawe, Middlejavaanche Soejono, R.P. 1984. Jaman Prasejarah di Indonesia. Historische Roman. Jakarta : Balai Pustaka. Bibliotica Javanica. Sukmono, R.H. 2002. Menapak Jejak Arkeologi Bintarto. 1977. Pengantar Geografi Kota. Yogyakarta Indonesia. Jakarta : Mandar Utama Tiga Books : Spring. Division. Boechari. 2012. Epigrafi dan Sejarah Indonesia. Surti, Titi Nastiti. 2011. Strategi Perang Raja Jawa Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Abad ke- 8 – ke 15 Masehi. Jakarta : Prasasti, kumpulan tulisan Boechari. Jakarta : Puslitarkenas. Kepustakaan Populer Gramedia. Surti, Titi Nastiti dkk. 1995. Laporan Survey di Coedes, G. 1968. The Indianized States of South East Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur Asia. Honolulu : East West Centre Press. No.44. Jakarta : Pusat Penelitian Arkeologi East, W.Gordon.1956. An Historical Of Geography of Nasional. Europe. London : Methuen & Co. Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2010. Finot, L. 1903. “Notes d’Epighrapie V”, BEFEO III. Sejarah Indonesia Zaman Kuno. Jakarta : Balai Groeneveld, W.P. 1960. Historical Notes on Indonesia Pustaka. and Malaya Compiled From Chinese Sources. Wirjosuparto. 1968. Kakawin Bharata Yudha. Jakarta : Jakarta : CV. Bhatara. Bharata. Hayati, Sri dan Ahmad Yani. 2011. Geografi Politik. Bandung : Refika Aditama. Hidayat, Mansur. 2013. Arya Wiraraja dan Kerajaan Lamajang Tigang Juru.Bali : Pustaka Larasan. Kasdi, Aminuddin. 2015. Serat Pararaton atawa Katuturanira Ken Arok : Kajian Historis Sebagai Sastra Sejarah. Surabaya : Unesa University Press.