e-ISSN: 2549-5070 p-ISSN: 2549-8231

Journal of Medives Volume 2, No. 1, 2018, pp. 137-144 http://e-journal.ikip-veteran.ac.id/index.php/matematika/article/view/557

ETNOMATEMATIKA PADA KEBUDAYAAN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

Eka Fitri Puspa Sari1, Somakim2, Yusuf Hartono2 1Universitas PGRI Palembang, 2Universitas Sriwijaya [email protected]

Diterima: November 2017. Disetujui: Desember 2017. Dipublikasikan: Januari 2018

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian kajian pendidikan matematika yang berhubungan dengan etnomatematika pada rumah adat ogan Komering Ulu di Provinsi Sumatera Selatan. Seperti halnya dengan kota-kota besar di yang mempunyai budaya beragam, Ogan Komering Ulu mempunyai ragam kekayaan sejarah dan budaya yang sangat menakjubkan. Salah satu peninggalan tersebut adalah arsitektur tradisional rumah ogan komering ulu. Beberapa rumah tradisional tersebut telah berumur lebih dari 50 tahun serta menyimpan nilai sejarah, budaya dan arsitektur yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas. Rumah ogan komering ulu mempunyai bangunan tipe spesifik yaitu limas, kemudian ada beberapa motif hiasan rumah atau ukiran yang berbentuk geometri.

Kata kunci: etnomatematika, rumah adat, geometri.

ABSTRACT

This is a literature study of mathematics education related to ethnomatematics in traditional house of Komering Ulu in southern sumatera province. Like the other big cities in indonesia that have diverse culture, Ogan Komering Ulu also has an incredible variety of historical and cultural riches. One such relic is the traditional architecture of the house ogan komering ulu. Some of the traditional houses are over 50 years old and store historical, cultural and architectural values that have not been fully revealed. Rumah ogan komering ulu has a specific type of building that is pyramid, then there are some motifs of home decoration or engraving in the form of geometry.

Keywords: ethnomatematics, traditional houses, geometry.

How to Cite: Sari, E. F. P., Somakim, & Hartono, Y. (2018). Etnomatematika pada Kebudayaan Ruman Adat Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan. Journal of Medives, 2 (1), 137-144. 138 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 137-144

PENDAHULUAN Trends in International Mathema- budaya lokal yang dipresentasikan dalam tics and Sience Studi (TIMSS) merupa- soal matematika dalam format TIMSS kan studi internasional tentang (Susanti, 2013). Konteks rumah adat perkembangan matematika dan sains. adalah rumah adat yang ada di daerah Berdasarkan hasil TIMSS untuk sumatera selatan. matematika pada tahun 2015, lebih dari Sumatera Selatan merupakan 50% siswa Indonesia berada di level bagian dari wilayah budaya Batang Hari below low dan 30% siswa berada di level Sembilan. Disebut demikian, karena low (Kemdikbud, 2015). Rata-rata budaya yang ada di daerah ini disesuai- persentase yang paling rendah yang kan dengan sembilan aliran sungai besar dicapai oleh peserta didik Indonesia dan panjang yang terdapat di wilayah adalah pada domain kognitif pada level tersebut yaitu sungai Komering, penalaran (reasoning) yaitu 17%. Lematang, Musi, Ogan, dan Enim. Di Rendahnya kemampuan matematika dalam masyarakat Sumatra Selatan peserta didik pada domain penalaran terdiri atas beberapa suku dengan perlu mendapat perhatian (Rosnawati, budayanya masing-masing. Dilihat dari 2013). keragaman bahasa daerah yang ada, Salah satu penyebab rendahnya dapat dikatakan bahwa bahasa daerah di nilai siswa-siswi Indonesia terhadap Sumatra Selatan merupakan miniatur matematika adalah karena dalam proses dari keragaman bahasa daerah di pembelajaran matematika, guru umum- Indonesia. nya terlalu berkonsentrasi pada latihan Suku Komering, sebagai salah satu penyelesaian soal yang lebih bersifat suku yang ada di Sumatra Selatan prosedural. Berdasarkan dengan merupakan suatu wilayah budaya yang Undang-Undang Guru dan Dosen, salah berada di sepanjang aliran sungai satu kemampuan yang diharapkan dari Komering, bahkan penyebarannya guru matematika yaitu guru mampu sampai ke daerah . Suku mendesain sendiri materi dan soal-soal Komering terbagi lagi atas beberapa kontekstual yang dapat digunakan marga, di antaranya: marga Paku sebagai alat peningkatan kualitas proses Sengkunyit, marga Sosoh Buay Rayap, belajar mengajar. marga Buay Pemuka Peliyung, marga Beberapa konteks yang digunakan Buay Madang, dan marga Semendawai. pada soal TIMSS tidak begitu dikenal Wilayah budaya Komering merupakan siswa, hal ini membuat siswa sulit wilayah yang paling luas dibandingkan memahami soal karena konteks yang dengan wilayah budaya dari suku-suku digunakan tidak dekat dan dipahami oleh lainnya di Sumatra Selatan. siswa. Sehingga untuk mempermudah Seperti halnya dengan kota-kota di siswa memahami soal model TIMSS, Indonesia yang mempunyai khazanah perlu dikembangkan soal tipe TIMSS budaya beragam, Ogan Komering Ulu dengan menggunakan konteks rumah mempunyai beragam kekayaan sejarah adat, untuk mengeksploitasi kearifan budaya yang sangat menakjubkan. Salah Eka Fitri Puspa Sari, Somakim Somakim, Yusuf Hartono - Etnomatematika pada Kebudayaan Rumah Adat... | 139

satu peninggalan budaya dalam bidang yaitu: jenis rumah Ulu dan rumah arsitektur yaitu Rumah Ulu. Rumah Ulu Gudang (Suryanegara, 2005). Baik terlihat anggun dan gagah karena Rumah Gudang maupun Rumah Ulu bentuknya yang proporsional, dengan Komering kedua-duanya merupakan atap berbentuk pelana yang dominan. jenis rumah panggung karena setiap Rumah Ulu seperti bangunan-bangunan perkampungan selalu berada di tepi tua yang spesifik misalnya bangunan tipe sungai Komering yang sesekali waktu Limas, mengalami ancaman yang serius tanpa terduga airnya bisa meluap. dari kehancuran bahkan kepunahan. Bahan utama untuk pembuatan rumah Keadaan lingkungan akan mempenga- Gudang dan Rumah Ulu Komering ruhi bentuk rumah tempat tinggal. adalah menggunakan bahan kayu atau Begitupun bentuk rumah ulu, dibuat papan. Salah satu wilayah di Ogan diselaraskan dengan lingkungan dan Komering Ulu yang masih memiliki tujuannya. Ulu berasal dari kata “uluan” Rumah Ulu adalah Desa Mengulak sebagai lawan dari pemerintah Kecamatan Madang suku Satu. Secara pusat. Rumah Ulu pada umumnya dibuat geologi Desa Mengulak ini merupakan di atas tiang, yaitu sebagai pengaman desa yang berada di daerah pinggiran untuk menjamin keselamatan penghuni- sungai. nya agar tidak diganggu oleh binatang Berdasarkan struktur bangunan- buas dan banjir. nya, Rumah Ulu Komering terbagi atas tiga bagian, yaitu: rumah bagian depan HASIL DAN PEMBAHASAN (garang), rumah bagian tengah atau Masyarakat Komering khususnya utama (ambin, haluan, dan kakudan), di wilayah marga Semendawai memili- serta rumah bagian belakang (pawon). ki atau mengenal dua jenis rumah Bagi masyarakat Komering, rumah tempat tinggal yang bersifat tradisional, tengah atau utama bersifat sakral,

Gambar 1. Aneka Tampak Rumah Ulu (Suryanegara, 2005) 140 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 137-144

sedangkan garang atau pawon bersifat menjaga kesopanan dan rasa hormat profan sehingga pada pintu depan terhadap tamu-tamu tersebut. (rawang balak) dari garang ke haluan, dan juga pada pintu belakang (rawang Ruang Haluan pawon) dari kakudan ke pawon, Ruang yang terdapat di dalam konstruksi kusen pintunya dibuat tinggi Rumah Ulu setelah dari ruang garang atau ada langkahan (ngalangkah). yang dapat kita jumpai yakni ruang haluan yang terdapat di bagian tengah Ruang Garang bagian-bagian ruang di dalam Rumah Sebelum menuju garang, terdapat Ulu. Terdapat tingkatan yang sama tangga yang dimiliki oleh Rumah Ulu antara haluan dan kakudan namun ada pada bagian depan Rumah Ulu. Tangga pemisahnya yakni balok yang meman- tersebut memiliki filosofi bahwa banyak jang sebagai tanda pemisah antara ruang anak tangga tersebut harus ganjil. haluan dan kakudan. Berdasarkan hirar- Banyak anak tangga yang terdapat pada ki Rumah Ulu, haluan memiliki tingkat- Rumah Ulu adalah 7 buah yang an yang sama dengan kakudan, namun berukuran panjang 146 cm dan lebar 19 keduanya memiliki fungsi yang berbeda. cm. Setelah naik melalui tangga maka Haluan (perempuan) dan kakudan (laki- ruang pertama yang dijumpai adalah laki). Sebagai penanda bahwa adanya garang yakni ruangan terbuka yang perbedaan antara haluan dan kakudan, berukuran panjang 217 cm dan lebar 194 diantara lantai haluan dan kakudan cm. Garang diberi pagar setinggi 60 cm. diberi kayu balok panjang yang Dari garang untuk memasuki ruang posisinya melintang, dan di atasnya ada pemidangan depan melewati pintu sangai (tiang), sebagai perantara antara berukuran tinggi 142 cm dan lebar 70 haluan dengan kakudan. cm. Dari ruang pemidangan depan ke ruang pemidangan tengah melewati satu Ruang Kakudan pintu berukuran tinggi 112 cm dan lebar Ruang lainnya yakni ruang 80 cm. kakudan yang terdapat di dalam Rumah Pada bagian bawah pintu terdapat Ulu merupakan ruang yang dikhusus-kan langkahan dengan ukuran tinggi 40 cm bagi laki-laki yang datang berkunjung. dan lebar 23 cm. Fungsi ruang garang Walaupun tidak ada tingkatan antara yang dimaksud merupakan ruangan yang ruang haluan maupun kakudan namun dipergunakan oleh pemilik rumah terdapat pemisah untuk memisahkan kepada tamu-tamu yang bukan muhrim- ruangan ini satu sama lainnya. Ruang nya untuk dipersilahkan di ruangan ini, kakudan merupakan ruang yang dipergu- sebagai ungkapan rasa hormat kepada nakan sang pemilik rumah untuk tamu- tamu yang datang berkunjung sesuai tamu laki-laki yang datang ke rumah, hal julukan yang diberikan Masyarakat ini ditandai dengan kandang hewan yang Komering yang selalu mempersilahkan terletak tepat dibagian bawah ruangan semua tamu-tamu nya masuk walaupun kakudan. Ruang kakudan ini terletak tamu yang belum dikenal namun tetap dibagian tengah pada ruangan yanga ada Eka Fitri Puspa Sari, Somakim Somakim, Yusuf Hartono - Etnomatematika pada Kebudayaan Rumah Adat... | 141

di dalam rumah ini ruangan ini memiliki masyarakat Adat Komering bahwa makna bahwa yang bukan muhrimnya keluarga harus dijunjung tinggi kesucian memang lebih baik dipisahkan karena dan kehormatannya. untuk menjaga aturan-aturan yang memang seharusnya dilaksanakan oleh Ruang Pawon pemilik rumah berdasarkan ajaran Islam. Pawon merupakan dunia bawah yang terdapat pada Rumah Ulu yang Ruang Ambin terdiri dari ruang makan dan dapur. Berdasarkan struktur lantai dan Pawon berada pada posisi yang paling arti dari ruang tersebut yaitu Ambin rendah dan terletak di bagian belakang (kamar tidur). yang memiliki keduduk- Rumah Ulu. Sesuai dengan namanya, an tertinggi dari ruang-ruang lainnya ruang makan berfungsi sebagai tempat karena kesucian dan kehormatannya untuk makan bagi anggota keluarga. sebagai dunia atas pada masyarakat Dalam hal menggunakan ruang makan Adat Komering. Rumah tengah/utama juga memiliki aturan. Ruang belakang/ juga dibagi menjadi tiga ruang, yaitu: dapur (pawon) pada Rumah ulu Ambin dan pangking (kamar tidur), lantainya lebih rendah 2 anak tangga dari Haluan dan Kakudan. Berdasarkan ruang lainnya. Sederetan dengan ruang struktur lantai pada Rumah Ulu makan adalah dapur. Komering, dapat diketahui bahwa tiap- Dapur dipergunakan sebagai tiap ruang memiliki hierarki, yaitu tempat para ibu dan anak perempuan ditandai dengan meninggikan atau untuk memasak makanan. Oleh karena merendahkan lantai ruangannya. itu, berbagai macam peralatan masak Ambin memiliki kedudukan yang terdapat disana. Biasanya, anak perem- tertinggi (dunia atas) Ambin (kamar tidur puan yang mulai dewasa telah diajarkan sebagai privacy keluarga) memiliki untuk memasak. Kegiatan memasak kedudukan tertinggi dan suci (dunia didampingi oleh ibu. Oleh karena itu, atas), sejalan dengan pandangan dapur (pawon) berfungsi sebagai masyarakat Komering bahwa keluarga prasana dalam belajar mengajar dalam (pribadi) harus dijunjung tinggi kesucian hal memasak bagi anak perempuan dan kehormatannya, selanjutnya haluan masyarakat Komeing. Selain itu tempat dan kakudan (dunia tengah), serta untuk memasak biasanya terdiri dari garang dan pawon (dunia bawah) beberapa buah batu yang disebut (Suryanegara, 2005: 5). Dibandingkan “tungku”. Biasanya ini terdiri dari 5 dengan lantai ruang lainnya, ruang (lima) buah sehingga tungku untuk ambin dan pangking berukuran lebar 220 tempat memasak menjadi dua, sehingga cm dengan panjangnya 574 cm. Jarak dapat menanak nasi dan lauk pauk ketinggian antara lantai ruang tengah sekaligus.“tungku mak pornah padom” dengan lantai ambin dan pangking menandakan bahwa tungku tempat adalah 19 cm. Ruang ambin dan menanak nasi selalu mempunyai bara pangking memiliki kedudukan tertinggi api tidak pernah padam. Menandakan dan suci, sesuai dengan pandangan bahwa yang empunya rumah selalu 142 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 137-144

gesit dan siap sedia dalam menyuguh- kan sajian yang perlu untuk tamu. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibuat suatu soal matematika yang berdasarkan konteks rumah adat. Penggunaan konteks dalam pembelajar- an matematika menjadikan konsep- Gambar 2. Rumah Adat konsep abstrak dapat dipahami dengan (Widyawati & Putri, 2016) mudah berdasarkan situasi realistik tertentu yang sudah dikenal dengan baik Dari Gambar 2 dapat dibuat oleh siswa. Menurut Nelissen (dalam beberapa pertanyaan, yaitu: Anggo, 2011) konteks adalah situasi a. Berapa ukuran sudut kemiringan- yang menarik perhatian anak dan yang nya? mereka dapat kenali dengan baik. b. Sudut apakah yang terbentuk? Pemilihan konteks yang baik akan c. Berapa sudut pelurusnya? menyebabkan suatu proses berpikir aktif Dengan menggunakan masalah pada anak. kontekstual yang sangat dekat dengan Menurut Zulkardi (2006) soal kon- kehidupan siswa, membuat siswa lebih tekstual matematika adalah soal mate- familiar dengan masalah-masalah yang matika yang menggunakan berbagai diberikan. Selain itu, siswa lebih termoti- konteks sehingga menghadirkan situasi vasi dan tertarik untuk menyelesaikan yang pernah dialami secara real bagi permasalahan yang diberikan. Pengguna- anak. Konteks itu sendiri dapat diartikan an busur dalam melakukan pengukuran sebagai situasi atau fenomena/kejadian sudut-sudut yang ada pada bagian rumah alam yang terkait dengan konsep limas dapat membantu siswa dalam matematika yang sedang dipelajari. menyelesaikan permasalahan hubungan Menurut Wardhani & Rumiati (2011) antar sudut (Widyawati & Putri, 2016). berbagai budaya di Indonesia dan dunia Penelitian Haryanto, et al (2017) juga perlu dipelajari, dengan menyerta- menunjukkan bahwa pengetahuan kan konteks budaya ini, wawasan siswa matematika masyarakat arfak tidak akan menjadi makin luas, dan kosa kata mengenal operasi pengurangan. Jika yang dimiliki juga makin kaya, sehingga dikaitkan dengan matematika sekolah siswa akan mudah menyelesaikan berba- jenis operasi penguranagan menyerupai gai permasalahan yang dihadapi. Rumah cara kerja sempoa; Menurut Irawan, A., Adat dapat kita jadikan sebuah konteks & Kencanawaty (2017) bahwa karena Rumah Adat memberikan konsep pembelajaran matematika dengan ber- matematis di dalamnya yang dibangun basis etnomatematika dapat menumbuh- sesuai dengan kearifan lokal masing- kan karakter cinta pada kebudayaan masing daerah. Selain itu juga kita bisa local; D’Ambrosio (2016) bahwa Etno- mengeksploitasi kearifan budaya lokal mathematik bersifat dinamis, holistik, tersebut yang dipresentasikan dalam soal transdisipliner, dan transkultural; Owens matematika dalam format TIMSS. (2014) keanekaragaman latar belakang Eka Fitri Puspa Sari, Somakim Somakim, Yusuf Hartono - Etnomatematika pada Kebudayaan Rumah Adat... | 143

budaya siswa papua nugini dapat (jendela) yang polos sedikit hiasan memberikan tantangan untuk membenu adalah perempuan Komering yang mengenali matematika pada bentuk jujur, apa adanya, tidak pesolek, ruang dan geometri mengenai struktur terbuka, setia, dan patuh. bahasa, garis, titik, ukuran ruang dan interpretasinya. Struktur Ruang/Lantai Rumah Ulu a. Ambin (dunia atas) merupakan PENUTUP kamar tidur dimana lantainya Struktur Rumah Ulu merupakan lantai yang tertinggi dari a. Atap rumah Ulu (tanduk kerbau = struktur lantai di rumah Ulu paradox) adalah dunia atas yang (posisinya di sebelah Barat/arah menggambarkan bahwa masyarakat sholat = Laok = dunia atas), artinya Komering merupakan masyarakat keluarga memiliki makna yang yang religius dengan keyakinan atau sangat sakral, dan hubungan darah keimanan yang tinggi dan kuat. sangat dijunjung tinggi oleh b. Ambin, haluan, kakudan, garang, dan masyarakat Komering. pawon adalah dunia tengah tempat b. Haluan dan kakudan (dunia tengah) masyarakat Komering sangat memiliki lantai satu tingkat lebih menjunjung hubungan darah dan rendah dari lantai ambin. Lantai memiliki mentalitas kelompok haluan (perempuan) dan kakudan (keluarga). Bagi masyarakat (laki-laki) sama tinggi tanpa dinding Komering haluan bukanlah pusat (tidak boleh dipisahkan), di antara (center), tetapi haluan adalah tengah keduanya diberi penghubung yaitu (harmoni tunggal) atau perantara kayu perantara yang melintang garang dengan pawon dan perantara (perempuan) dan di atasnya berdiri ambin dengan kakudan. Haluan tiang atau sangai (laki-laki) bersifat perempuan dilambangkan bermakna “dua yang satu” dengan balai pari = kesuburan (paradoxal). (lumbung), dan kakudan bersifat laki- c. Garang dan pawon (dunia bawah), laki dilambangkan dengan kandang struktur lantainya merupakan yang ternak = jantan (tanduk pada tiang). terendah dibandingkan dengan lantai Haluan tidak dipisahkan dengan ambin, haluan, dan kakudan. kakudan karena perempuan dan laki- Dengan menggunakan masalah laki (dua yang satu = sangai berdiri kontekstual yang sangat dekat dengan diatas kayu melintang perantara kehidupan siswa, membuat siswa lebih haluan dengan kakudan) tidak boleh familiar dengan masalah-masalah yang dipisahkan satu sama lainnya. Karena diberikan. Selain itu, siswa lebih itu, keduanya harus diberi perantara termotivasi dan tertarik untuk menyele- yang menyatukan. Sangai atau tiang saikan permasalahan yang diberikan. yang bersifat lurus dan kaku adalah laki-laki Komering, sedangkan saisai (dinding), rawang (pintu), dan jandila 144 | Journal of Medives, Volume 2, No. 1, 2018, pp. 137-144

DAFTAR PUSTAKA Negeri Yogyakarta. Balitbang. (2015). Survei Internasional Siswanto, A. dkk. (1998). Analisis TIMSS. Diunduh dari http:// Aspek Arsitektur dan Konstruksi litbang.kemdikbud.go.id/index.php Bangunan Lamban Tuha Tipikal /survei-internasional-timss tanggal Rumah Ulu yang Tahan Gempa di 24 November 2017. Kabupaten Ogan Komering Ulu., Haryanto, H., Nuham, D., , T., hasil penelitian, tidak dipublikasi- kan. Subanji, S., & Rahardjo, S. (2017, July). Etnomatematika Arfak Suryanegara, E. (2005). Rumah Ulu (Papua Barat-Indonesia): Operasi Komering. http://majour. Bilangan pada Perniagaan maranatha.edu/index.php/ambianc Masyarakat Arfak Masa Lalu. In e/article/download/562/548. Prosiding SI MaNIs (Seminar Susanti, E. (2016). Pengembangan Soal Nasional Integrasi Matematika Matematika Tipe Timss dan Nilai-Nilai Islami) (Vol. 1, Menggunakan Konteks Rumah No. 1, pp. 288-292). Adat Untuk Siswa Sekolah Hayati, S. D. (2013). Mendikbud: Menengah Pertama. Jurnal Kurikulum Baru Mengacu Hasil Pendidikan Matematika, 10(2), PISA dan TIMSS. Tersedia pada 53-74. http://www.jurnas.com/news/83 Rizta, A., Zulkardi, Z., & Hartono, Y. 662. (2013). Pengembangan Soal D’Ambrosio, U. (2016). An overview of Penalaran Model TIMSS the history of Ethnomathematics. Matematika SMP. Jurnal In Current and Future Penelitian dan Evaluasi Perspectives of Ethnomathematics Pendidikan, 17(2), 230-240. as a Program (pp. 5-10). Springer Widyawati, W., & Putri, R. I. I. (2016). International Publishing. Desain Pembelajaran Sudut Irawan, A., & Kencanawaty, G. (2017). Menggunakan Konteks Rumah Implementasi Pembelajaran Limas di Kelas VII. JINoP (Jurnal Matematika Realistik Berbasis Inovasi Pembelajaran), 2(2), 437- Etnomatematika. Journal Of 448. Medives, 1(2), 74-81. Zulkardi, & Ilma, R. (2006). Mendesain Owens, K. (2014). Diversifying Our Sendiri Soal Kontekstual Perspectives on Mathematics Matematika. Prosiding about Space and Geometry: An Konferensi Nasional Matematika Ecocultural Approach. XIII, 2006. International Journal of Science & Mathematics Education, 12(4).

Rosnawati, R. (2013). Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Indonesia Pada TIMSS 2011. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Penerapan MIPA, Tanggal Mei 18, 2013. Universitas