p-ISSN: 1411-8912 e-ISSN: 2714-6251 http://journals.ums.ac.id/index.php/sinektika

PEMODERNAN ATAP RUMAH TRADISIONAL JAWA SEBAGAI UPAYA

PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL

Andi Prasetiyo Wibowo ABSTRAK Departemen Arsitektur, Pelestarian kearifan lokal di bidang arsitektur diharapkan mampu memberi Fakultas Teknik, kontribusi dalam menjaga keberlangsungan keberagaman budaya . Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Rumah sebagai produk warisan arsitektur tradisional mempunyai banyak [email protected] tantangan untuk mengikuti perkembangan zaman. Sebagai bagian dari bangunan rumah, atap mengambil peran yang sangat signifikan dalam menentukan langgam atau gaya bangunan. Kita dapat mengetahui asal/lokasi rumah tradisional di dari bentuk atapnya. Bahkan di beberapa budaya di Indonesia, bentuk atap rumah bahkan mempunyai peran untuk menunjukkan status/tingkatan sosial penghuninya. Proses adaptasi dan modifikasi bentuk rumah tradisional diharapkan mampu menjaga kelestarian kearifan lokal. Salah satu studi kasus yang akan dipaparkan pada makalah ini yaitu rumah tinggal di perumahan Hyarta Residence, Yogyakarta. Metode penelitian yang dilakukan yaitu pendekatan analisis kualitatif dengan melakukan studi observasi lapangan dan studi literatur. Penelitian akan difokuskan pada bagian atap dengan aspek yang diteliti terdiri dari bentuk, fungsi dan material yang digunakan. Data-data hasil pengamatan dan kajian literatur kemudian diolah dan dibuat analisis deskriptif berupa penjelasan mengenai bentuk atap, fungsi dan bahan struktur rangka penutup atap dalam rangka menjaga kelestarian kearifan lokal. Dari hasil kajian yang dilakukan, diketahui bahwa upaya pelestarian kearifan lokal, khususnya bentuk atap rumah tradisional jawa, bisa dilakukan dengan penggunaan material bahan pengganti yang lebih modern selama tidak mengubah bentuk dan fungsi komponen bangunan.

KATA KUNCI: atap, rumah tradisional jawa, baja ringan, kearifan lokal

PENDAHULUAN menjawab permasalahan-permasalahan yang sering kita hadapi sampai saat ini. Sebagai contoh, Kearifan lokal, dalam hal ini di bidang arsitektur, bagaimana konsep struktur yang berasal dari kearifan mempunyai peran yang sangat penting dalam lokal mampu membuat bangunan bertahan dan mendukung keberlanjutan kelestarian budaya sedikit mengalami kerusakan ketika terjadi gempa nusantara (Soedigdo, Harysakti, & Usop, 2014). Kajian (Triyadi & Harapan, 2008). Tidak hanya terbatas pada ilmiah mengenai rumah tradisional seperti yang telah bangunan rumah, penerapan konsep kearifan lokal dilakukan oleh Hidayat (2018) pada Rumah Ulu Ogan pada bangunan-bangunan publik seperti bangunan di Sumatera Selatan perlu dilakukan lebih banyak lagi pemerintah, bank, hotel (Rahmansah & Rauf, 2014; dalam upaya mengidentifikasi dan menjaga produk Saladin, Budi Purnomo, & Tundono, 2018), dan lain warisan arsitektur tradisional. Proses menjaga sebagainya diharapkan mampu memberi dukungan lokalitas tersebut dapat dilakukan dengan terhadap pelestarian budaya lokal yang nantinya juga mempertahankan konsep struktur rumah tradisional berdampak pada pembentukan wajah/ciri wilayah ketika merancang dan merencanakan hunian sebagai setempat. Proses renovasi, revitalisasi, ataupun tempat tinggal (Wilhelmus Dominikus Kapilawi & konservasi bangunan dapat dijadikan alternatif dalam Murti Nugroho, 2015). Selain konsep struktur, elemen- mempertahankan kearifan lokal (Messakh, 2014). elemen arsitektural dan ragam hias ornamen dari Rumah sebagai objek arsitektural mempunyai sebuah rumah tinggal juga dapat dijadikan sarana identitas yang dapat diketahui dari tampilannya. dalam proses tersebut (Widianingtias, Pramudito, & Arsitek mempunyai tugas yang tidak mudah dalam Cahyandari, 2020). Rumah tradisional, sebagai bagian membuat perencanaan atap yang nantinya berfungsi dari kekayaan budaya nusantara, melalui beberapa tidak hanya sebagai pelindung namun juga harus studi yang telah dilakukan, ternyata juga mampu mempertimbangkan estetika yang dapat mendukung

SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 18 No. 2, Juli 2021 | 141

Pemodernan Atap Rumah Tradisional Jawa Sebagai Upaya Pelestarian Kearifan Lokal

tampilan bangunan secara keseluruhan. Permasalahan komponen utama yaitu rangka atap dan bahan yang ingin diselesaikan pada penelitian ini yaitu masih penutupnya. Bahan rangka atap dapat terbuat dari kurangnya referensi mengenai aplikasi bentuk atap berbagai macam salah satunya yaitu rangka atap baja bersudut curam. Saat ini adaptasi bentuk atap canai dingin (cold-formed steel) atau yang sering tradisional jawa banyak yang hanya menerapkan disebut atap baja ringan. Oktarina dan Darmawan bentuk atap pelana dan limasan dengan sudut (2015) dalam kajiannya memperlihatkan bahwa kemiringan maksimal 45 derajat dalam pembangunan penggunaan rangka baja ringan sebagai rangka atap rumah. Dari literatur yang ada, diketahui ternyata mempunyai kelebihan dibanding dengan kayu. Hal masih banyak jenis bentuk atap lain dalam budaya tersebut didukung oleh pendapat Surandono (2014) jawa, khususnya yang bersudut curam. Aplikasi bentuk yang menyatakan bahwa pemasangan rangka atap atap dengan sudut curam dapat memberikan kesan menggunakan baja ringan terbukti jauh lebih cepat estetis dan secara filosofis menunjukkan dibanding dengaan rangka dari kayu. Sedangkan derajat/status penghuninya (Mahdi, 2017). Makin bahan penutup atap sendiri terdiri dari berbagi macam terbatasnya sumber daya alam berupa kayu sebagai jenis bahan mulai dari yang alami seperti ijuk dan bahan baku utama struktur atap perlu dipikirkan rumbia, sampai dengan bahan hasil olahan seperti penggantinya agar keberlanjutan dan genting dari bahan kayu (sirap), tanah liat, keberlangsungan pelestraian bentuk-bentuk atap logam/metal, maupun beton. Pemilihan bahan tradisional jawa ini bisa dipertahankan. Perlu diteliti penutup atap juga mempertimbangkan banyak faktor dan didokumentasikan perihal bentuk struktur atap seperti: bobot, harga, dan pengaruhnya pada tampilan yang menggunakan bahan/material selain kayu, bangunan (Mojo, 2019). karena perbedaan bahan/material akan berdampak Penggunaan bahan/material rangka atap dan pada sistem penyusunan struktur atap. Penggunaan bahan penutup atap dari kayu, bambu (Maurina & material modern sebagai upaya pelestarian nilai-nilai Sukangto, 2015) dan genting tanah liat telah lama budaya dan kearifan lokal juga memunculkan diterapkan pada bangunan. Namun, kesulitan permasalahan, apakah hasil dari modifikasi ini bisa mendapat material bahan bangunan konvensional dipertanggungjawabkan dengan mengacu dan seperti kayu, bambu dan juga pertimbangan masalah membandingkan pada teori arsitektur tradisonal dan perawatannya, kemudian menjadi penyebab kriteria-kriteria modern. Perlu diteliti juga apakah atap banyaknya masyarakat yang kemudian mengganti pada hunian di Hyarta Residence ini sudah cukup layak bahan-bahan tersebut dengan material yang lebih untuk memenuhi kriteria bentuk atap tradisional modern dan cenderung mudah dalam hal sehingga bisa dianggap sudah mengadopsi bentuk perawatannya (Wibowo, 2020). Seiring perkembangan atap tradisional jawa dalam upaya untuk melestarikan teknologi bahan, material rangka dan penutup atap kearifan lokal. kini kian beragam jumlahnya. Desainnya juga Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu dan mengalami perkembangan sehingga banyak menggambarkan teknik dalam aplikasi struktur atap diaplikasikan pada rumah dengan desain modern- curam yang menggunakan material modern sebagai tropis. pengganti material konvensioanl seperti kayu dan genting tanah liat. Hasil penelitian ini diharapkan bisa METODE PENELITIAN dijadikan acuan untuk pembangunan sejenis di masa mendatang, dan juga dapat digunakan sebagai Metode penelitian ini dilakukan melalui pendekatan referensi mengenai penerapan material modern pada analisis kualitatif dengan melakukan studi observasi struktur atap bangunan. lapangan dan studi literatur. Sumber data didapat dari pengamatan di lapangan berupa dokumentasi dan TINJAUAN PUSTAKA gambar kerja yang kemudian dilengkapi dengan hasil kajian dan makalah dari beberapa sumber yang Atap merupakan bagian dari bangunan yang berfungsi relevan mengenai konstruksi atap. untuk melindungi rumah dari pengaruh cuaca. Ibarat Penelitian akan difokuskan pada bagian atap tubuh manusia, atap merupakan topi yang melindungi dengan aspek yang diteliti terdiri dari bentuk, fungsi bagian kepala kita. Di daerah tropis, panas dari dan material yang digunakan dengan matahari, hujan dan angin akan menjadi hal yang perlu membandingkannya dengan referensi/literatur diantisipasi agar tidak merusak bangunan (Dardiri, mengenai asitekur tradisional dan modern. Data-data 2012). Untuk membuat rasa aman dan nyaman tersebut kemudian diolah dan dibuat analisis penghuninya, maka proses konstruksi atap dan deskriptif berupa penjelasan mengenai penentuan pemilihan bahan yang awet dan mampu bertahan dari apakah bentuk atap rumah yang ada di Hyarta pengaruh cuaca tersebut tentunya akan jadi Residence ini bisa cukup dikategorikan sebagai bentuk pertimbangan yang utama. Atap terdiri dari dua upaya mempertahankan kearifan lokal, khususnya

142 | SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 18 No. 2, Juli 2021

Andi Prasetiyo Wibowo

dalam mempertahankan bentuk atap rumah Fungsi tradisional. Sebagai tambahan, akan disajikan pula Sebagai bagian dari bangunan rumah, atap mengambil mengenai bentuk atap, struktur rangka dan bahan peran/fungsi yang sangat signifikan dalam penutup atap, serta hal-hal penting apa saja yang menentukan langgam atau gaya bangunan. Sebagai harus diperhatikan dalam proses pemasangan atap contoh, kita dapat mengetahui asal/lokasi rumah bersudut curam, sebagai acuan untuk pekerjaan tradisional di Indonesia dari bentuk atapnya. Bahkan di sejenis di masa mendatang. beberapa budaya di Indonesia, bentuk atap rumah bahkan mempunyai peran untuk menunjukkan PEMBAHASAN status/tingkatan sosial penghuninya, seperti halnya yang terjadi pada budaya masyarakat di pulau Jawa, Pada bagian ini akan dibagi menjadi tiga sub khususnya Jawa bagian tengah (Mahdi, 2017). pembahasan untuk mendalami proses penelaahan Demikian juga yang ditemui pada masyarakat Sunda di mengenai konstruksi atap di rumah Hyarta residence mana konnstruksi atap juga mencakup lambang dan ini dalam upaya untuk mengidentifikasi proses memiliki makna filosofis (Nuryanto, 2021). akulturasi dan adaptasi bentuk atap tradisional. Tiga Berdasarkan tipe rumah dan penggolongannya sub-bagian itu terdiri dari aspek bentuk, fungsi, dan pada budaya jawa (Mahdi, 2017), bentuk atap yang material- struktur atap. diterapkan di perumahan Hyarta Residence Yogyakarta mengadopsi bentuk atap limasan lawakan, Bentuk yang menyimbolkan strata/kelompok masyarakat Bentuk atap rumah di Hyarta Residence terdiri dari dua yang berada pada tingkatan antara rakyat biasa dan bagian yang memiliki 2 sudut kemiringan yang bangsawan. berbeda (Wisnu Prabowo Jati, 2013). Jika ditelaah dan dilakukan bedah bentukan massa (Hermawan & Prihatmaji, 2019), maka akan diketahui bahwa proses untuk menjadikan bentuk atap yang sekarang diterapkan di lapangan merupakan penggabungan dari 2 bentuk massa atap limasan yang mempunyai perbedaan sudut kemiringan atap. Limasan sendiri merupakan bentuk atap yang banyak diterapkan pada rumah di pulau Jawa.

Gambar 1. Pengembangan Atap Limasan (sumber: Hermawan & Prihatmaji, 2019)

Gambar 4. Tipe rumah pada budaya jawa (sumber: Mahdi, 2017)

Hyarta Residence, sebagai salah satu perumahan di Yogyakarta, sepertinya ingin menempatkan diri sebagai kawasan hunian untuk masyarakat yang Gambar 2. Tampak depan bangunan memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas. (sumber: Wisnu Prabowo Jati, 2013) Berdasarkan situs-situs jual beli properti online seperti rumah.com, olx.co.id, rumah.trovit.co.id, 99.co, rumahdijual.com, diketahui bahwa harga rumah di perumahan Hyarta Residence berasa di kisaran harga 2,5 – 10 miliar rupiah. Sebuah angka yang cukup fantastis untuk harga sebuah rumah tinggal. Dengan adanya informasi ini bisa diambil kesimpulan bahwa Gambar 3. Bentuk atap rumah di Hyarta Residence pemilik/penghuni yang berada pada perumahan ini (sumber: Wisnu Prabowo Jati, 2013) bukan berasal dari golongan masyarakat berpenghasilan rendah.

SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 18 No. 2, Juli 2021 | 143

Pemodernan Atap Rumah Tradisional Jawa Sebagai Upaya Pelestarian Kearifan Lokal

Pemilihan bentuk atap limasan ini secara teknis Penggunaan rangka baja ringan sangat juga mampu memberikan fungsi perlindungan memungkinkan untuk diterapkan pada berbagai maksimal pada bangunan karena mampu menaungi macam bentuk atap, walau hanya sebatas tampilan secara merata di semua sisi bangunan (Sudarmadji, luarnya saja. Rangkaian dan susunan dari konstruksi 2014). Kemiringan atap curam seperti yang diterapkan atapnya tentu saja akan berbeda dari bahan pada perumahan di Hyarta Residence ini punya konvensional seperti kayu, namun secara tampilan keuntungan dalam mengalirkan air hujan. Sudut atap rangka atap dari baja ringan mampu menghadirkan miring juga mempunyai keuntungan lain dalam hal bentukan akhir yang tidak berbeda dari rangka atap mereduksi tingkat kebisingan akibat hujan (I. Qiram; G. konvensional. Bagi masyarakat yang ingin memiliki Rubiono, 2016). Namun atap miring mempunyai tampilan atap yang mengadopsi visualisasi atap tantangan dalam hal pemasangan bahan penutup bangunan tradisional namun menggunakan bahan atapnya, di mana atap bersudut curam akan baku material yang modern, rangka atap baja ringan berpotensi membuat bahan penutup atap (genting) dapat djadikan pilihan. akan mudah melorot/jatuh. Sudut curam juga akan mempengaruhi ketinggian atap itu sendiri, dimana hal tersebut berbanding lurus dan berpengaruh terhadap beban angin, sehingga akan menambah beban atap selain bobot dari rangka atap dan bahan penutup atap itu sendiri.

Gambar 7. Transisi sudut curam ke sudut landai (sumber: Wisnu Prabowo Jati, 2013) Kemiringan atap yang curam sebenarnya memiliki resiko yang lebih kecil untuk terjadinya efek tampias tersebut. Namun, mengingat sudut curam Gambar 5. Pengaruh ketinggian atap terhadap atap tentu juga akan mempunyai tahanan terhadap tahanan/beban angin angin yang semakin besar. Untuk mengantisipasi terbawanya air hujan oleh angin maka perlu Material-Struktur Atap memastikan dengan pemasangan lapisan pelindung di Rangka atap harus kokoh dan kuat, menyesuaikan bawah penutup atap. Lapisan bawah atap ini dengan bobot bahan penutup atap yang akan diharapkan juga mampu mereduksi panas yang digunakan. Rangka atap dari cold-formed steel (baja diterima atap agar tidak langsung masuk ke area dalam ringan) terdiri dari komponen-komponen bahan rumah. Lapisan bawah atap yang digunakan pada penyusun rangka yang cenderung akan seragam dan proyek ini menggunakan bahan seng BJLS roll dengan mempunyai kualitas yang sama karena diproduksi ketebalan 0.2mm. Proses pemasangan lapisan seng ini secara fabrikasi. Baja ringan juga mempunyai dimulai pada area-area bentang lebar terlebih dahulu, keunggulan di mana penggunaan perhitungan- untuk memastikan tidak banyak sambungan antar perhitungan teknis dilakukan mulai dari perencanaan lembaran, yang mana hal tersebut sangat riskan untuk sampai dengan pelaksanaannya, sehingga dengan terjadinya lepasnya ikatan antar sambungan lapisan adanya keunggulan tersebut diharapkan kualitas dan berpotensi menyebabkan kebocoran atap. pekerjaannya dapat dipertanggungjawabkan Bahan penutup atap secara garis besar ada 2 (Nugroho, 2014). jenis yaitu berbentuk lembaran dan kepingan (tile). Terdapat perbedaan mendasar antara tipe lembaran dan kepingan, di mana pada penutup atap bentuk tile wajib disediakan pegangan atau takikan yang dikenal dengan istilah reng. Pada makalah ini bahan penutup atap yang akan dibahas merupakan bahan penutup tipe tile yang terbuat dari beton. Pemilihan penggunaan rangka atap baja ringan dan penutup atap genting beton diyakini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik (Priyanto & Dwiyanto, 2013).

Gambar 6. Pemasangan rangka atap (sumber: Wisnu Prabowo Jati, 2013)

144 | SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 18 No. 2, Juli 2021

Andi Prasetiyo Wibowo

Perbandingan dengan konstruksi atap rumah tradisional dan rumah di Hyarta Residence tercantum pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Perbandingan rumah hyarta residence dengan rumah tradisonal jawa pada umumnya Aspek Rumah Rumah Hyarta Gambar 8. Lapisan seng pada atap tradisional Jawa Residence (sumber: Wisnu Prabowo Jati, 2013) Bentuk atap Limasan. Limasan 1 sudut (modifikasi), 2 Profil genting beton ada dua macam yaitu: datar kemiringan sudut (flat) dan bergelombang. Sampai dengan dibuatnya kemiringan makalah ini belum ditemukan hasil penelitian yang Material Kayu, bambu Cold formed menjelaskan kelebihan dan kekurangan di antara dua Rangka atap steel (baja profil ini. Namun dari segi keamanan dan ikatan, ringan) genting profil datar diyakini mampu memberikan daya Jarak antar 3m (dengan kayu) 1,2m-1,4m ikatan lebih baik karena memiliki dua lubang kuda-kuda (baja ringan) paku/sekrup (Yogyakarta, 2017). Material Genting tanah liat Genting beton penutup atap Pelapis Tidak ada Ada (seng Bawah atap BJLS) Sumber: Hasil Analisis Penulis, 2020

Hasil dari proses penelusuaran dan kajian yang telah dilakukan, secara singkat dapat diilihat pada tabel sebagai berikut:

Gambar 9. Pemasangan genting Tabel 2. Analisis Bentuk, Fungsi, Material-Struktur (sumber: Yogyakarta, 2017) Aspek yang Data Analisis

diteliti Tahapan pemasangan genting dilakukan dengan mempertimbangkan faktor kemudahan pemasangan Bentuk atap Limasan Bentuk atap sesuai dan dilakukan secara bertahap dalam pembagian (modifikasi), 2 dengan bentuk atap sudut kemiringan tradisionaal jenis areanya, seperti saat pemasangan seng BJLS. Limasan Lawakan Pemasangan keping genting diawali dari posisi yang paling ringan (aman) yaitu bagian bawah atap, dengan Fungsi Atap difungsikan Secara fungsi makna sebagai pelingkup atap limasan arah pemasangan dari kanan menuju kiri (gambar 9). dan pelindung lawakan diitujukan Proses pemasangan genting beton ini cukup berbeda bangunan. bagi masyarakat dengan pemasangan genting pada umumnya. Hal ini dengan strata sosial dikarenakan posisi kemiringan atap yang cukup curam, menengah ke atas, mencapai 60o. Perlu adanya perlakuan khusus dalam sudah terpenuhi. prosesnya, yaitu genting yang dipasang tidak sekedar Material- strukur rangka perbedaan jenis digantung pada reng namun diberi pengikat berupa struktur atap: cold formed material tidak sekrup yang terhubung pada reng. steel, berdampak bahan penutup signifikan atap: genting beton

Pelestarian kearifan lokal di bidang arsitektur diharapkan mampu memberi kontribusi dalam menjaga budaya nusantara. Dalam proses tersebut kita harus berhati-hati agar tidak mengurangi atau menghilangkan makna yang terkandung di dalam Gambar 10. Penggunaan sekrup sebagai pengikat genting kearifan lokal. Seperti yang dicontohkan pada pembahasan di atas mengenai dasar pemilihan bentuk

SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 18 No. 2, Juli 2021 | 145

Pemodernan Atap Rumah Tradisional Jawa Sebagai Upaya Pelestarian Kearifan Lokal

atap limasan. Jenis atap dapat dijadikan sebagai tentu berdampak pada teknik pengerjaan yang penanda/memberi identitas strata/tingkatan sosial berbeda dengan bangunan tradisonal pada umumnya. penghuninya. Untuk mengikuti bentuk atap tradisional yang terkadang cukup rumit, penggunaan rangka baja KESIMPULAN ringan (cold-formed steel) dapat dijadikan alternatif pengganti bahan/material konvensional seperti kayu Dari hasil kajian yang telah dilakukan diketahui bahwa dan bambu. upaya pelestarian kearifan lokal, khususnya bentuk Pemasangan genting pada atap bersudut curam atap rumah tradisional jawa, bisa dilakukan dengan memerlukan perlakuan khusus dalam pengerjaannya. penggunaan material bahan pengganti yang lebih Ikatan genting dengan rangka harus dipastikan cukup modern selama tidak mengubah bentuk dan fungsi kokoh untuk mengantisipasi genting melorot. Selain komponen bangunan (baik fungsi secara struktur faktor bobot, harga dan kemudahan pengadaannya, maupun makna). pemilihan genting yang mempunyai spesifikasi khusus Bentuk atap pada bangunan rumah di Hyarta untuk atap sudut curam dapat dijadikan Residence mengadopsi bentuk limasan lawakan. pertimbangan. Pekerja perlu diberi pengaman Berdasarkan literatur yang ada, bentuk atap tambahan saat proses pemasangan genting untuk tradisional jenis ini diterapkan pada bangunan- memastikan tidak mudah tergelincir. bangunan untuk kelompok masyarakat biasa namun memiliki kedudukan setara bangsawan. DAFTAR PUSTAKA Adapun hasil kajian dari aspek fungsi, diketahui jika Atap di Hyarta Residence masih tidak mengalami Dardiri, A. (2012). Analisis Pola, Jenis, dan Penyebab berubah, yaitu masih berfungsi sebagai bagian Kerusakan Bangunan Gedung Sekolah Dasar. pelingkup/kepala bangunan yang melindungi rumah Jurnal Teknologi Dan Kejuruan, 35(1), 71–80. dari panas, hujan, dan angin. Sedangkan secara fungsi Hermawan, B., & Prihatmaji, Y. P. (2019). makna, juga masih memenuhi karena kawasan Perkembangan Bentukan Atap Rumah perumahan Hrayta Residence ini banyak dihuni oleh Tradisional Jawa. In Prosiding Seminar Nasional masyarakat dalam kelas ekonomi menengah ke atas. Desain dan Arsitektur (SENADA) (Vol. 2). Penggunaan material baru/modern menimbulkan Hidayat, H. (2018). Arsitektur Rumah Ulu Ogan. konsekuensi teknik pemasangan yang berbeda dengan NALARs Jurnal Arsitektur, 17(2), 129–134. material konvensional seperti kayu. Salah satu yang https://doi.org/10.24853/nalars.17.2.129-134 paling terlihat yaitu adanya perbedaan jenis kuda- I. Qiram; G. Rubiono. (2016). Pengaruh sudut kuda yang menjadi struktur penopang utama kemiringan atap seng dan plastik gelombang konstruksi atap. Demikian pula pemilihan bahan terhadap tingkat kebisingan akibat air hujan. penutup atap berupa genting beton yang merupakan Dinamika Teknik Mesin, 6(2), 99–107. jenis genting baru yang berbeda dari bahan penutup Mahdi, W. (2017). Mengenal Bentuk atap rumah atap rumah tradisional pada umumnya yang berupa - Jawa. Retrieved February 1, 2019, genting dari tanah liat. Namun perbedaan jenis from material ini tidak terlalu siginifikan berdampak pada http://www.hdesignideas.com/2017/03/menge bentukan dan makna atap sebagai bagian dari nal-bentuk-atap-rumah-joglo-rumah.html identitas rumah yang mengadopsi bentuk arsitektur Maurina, A., & Sukangto, S. (2015). Pemanfaatan tradisional jawa. Bambu Sebagai Material Penutup Atap Pada Berdasarkan penelusuran di lapangan, diketahui Arsitektur Tradisional Dan Kontemporer Di bahwa proses aplikasi bentuk atap bersudut curam Indonesia. Seminar Nasional Jelajah Arsitektur cukup memiliki banyak resiko dan membutuhkan Tradisional 2015, 320–331. Retrieved from perhatian khusus dalam proses pelaksanaannya. Hal www.imagebali.net ini pula yang memungkinkan minimnya jumlah rumah Messakh, J. (2014). Konservasi Arsitektur Indies Pada tinggal yang mengadopsi bentuk atap bersudut curam Rumah Abu Di Kampung Kapitan 7 Ulu sebagai upaya pelestarian bentuk atap tradisional Palembang. E-Journal Graduate Unpar, 1(2), 22– jawa dalam upaya menjaga kearifan lokal. 38. Mojo, M. (2019). Panduan Memasang Atap Rumah. SARAN Retrieved May 19, 2019, from https://www.academia.edu/11656934/Panduan Atap, sebagai bagian dari bangunan yang paling _Memasang_Atap_Rumah?auto=download mudah terlihat, menjadi ciri khas/identitas dari suatu Nugroho, F. (2014). Baja Ringan Sebagai Salah Satu daerah tertentu. Bentuk atap hasil modifikasi dan Alternatif Pengganti Kayu Pada Struktur Rangka perbedaan penggunaan material bahan bangunan Kuda-Kuda Ditinjau Dari Segi Konstruksi. Jurnal

146 | SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 18 No. 2, Juli 2021

Andi Prasetiyo Wibowo

Momentum, 16(2), 108–118. Ringan. Jurnal Tapak, 3(2), 91–95. Nuryanto. (2021). Fungsi , Bentuk , Dan Makna Atap Triyadi, S., & Harapan, D. A. (2008). Kearifan Lokal Imah Panggung Sunda. Jurnal Arsitektur ZONASI, Rumah Vernakular Di Jawa Barat Bagian Selatan 4(1), 92–104. Dalam Merespon Gempa. In Jurnal Sains dan Oktarina, D. Darmawan, A. (2015). Analisa Teknologi EMAS (Vol. 18). Perbandingan Rangka Atap Baja Ringan Dan Wibowo, A. P. (2020). Changes in the Use of Building Rangka Atap Kayu Dari Segi Analisis Struktur Dan Materials in Traditional Houses in Indonesia. In Anggaran Biaya. Jurnal Konstruksia, 7(1), 27–36. M. R. M. Awang, Mokhtar; M Fared (Ed.), ICACE Priyanto, E., & Dwiyanto, A. (2013). Profil Penutup 2019. Lecture Notes in Civil Engineering (Vol. 59, Atap Genteng Beton Dalam Effesiensi Konsumsi pp. 71–78). https://doi.org/10.1007/978-981-15- Energi Listrik Pada Skala Rumah Tinggal. MODUL, 1193-6_8 13(1), 23–34. Widianingtias, M., Pramudito, S., & Cahyandari, G. O. Rahmansah, & Rauf, B. (2014). Arsitektur Tradisional I. (2020). Identification of architectural elements Bugis Makassar (Survei pada Atap Bangunan of in Yogyakarta. Kantor di Kota Makassar). Forum Bangunan, ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, 5(1), 33–46. 12(2), 56–63. https://doi.org/10.30822/arteks.v5i1.85 Saladin, A., Budi Purnomo, A., & Tundono, S. (2018). Wilhelmus Dominikus Kapilawi, Y., & Murti Nugroho, Implementasi Kearifan Lokal Pada Atap A. (2015). Lokalitas Struktur Konstruksi Rumah Bangunan Komersial Hotel Di Kota Cirebon. Tradisional Sabu Di Kampung Adat Namata, NTT. Prosiding Seminar Nasional Pakar, 179–184. In Jurnal RUAS (Vol. 13). Soedigdo, D., Harysakti, A., & Usop, T. B. (2014). Wisnu Prabowo Jati, F. (2013). Kombinasi Struktur Elemen-Elemen Pendorong Kearifan Lokal pada Rangka Baja Ringan Dan Kayu Pada Pekerjaan Arsitek Nusantara. Jurnal Perspektif Arsitektur, Atap Di “Hyarta Residence” Yogyakarta. Laporan 9(1), 37–47. Kerja Praktik, UAJY, Yogyakarta. Sudarmadji. (2014). Analisa Sisi Positif Dan Negatif Yogyakarta, K. (2017). Susunan Cara Pasang Genteng Pemilihan Bentuk Atap Berpenutup Genteng Beton Flat Batu Mutiara Agar Tidak Bocor. Untuk Rumah Tinggal. PILAR Jurnal Teknik Sipil, Retrieved May 19, 2019, from 10(1), 45–54. https://www.youtube.com/watch?v=g88CMtqs Surandono, A. (2014). Perencanaan Rangka Atap Baja ArQ

SINEKTIKA Jurnal Arsitektur, Vol. 18 No. 2, Juli 2021 | 147