Kerajinan Perak Kotogadang Sebagai Bagian dari Destinasi Wisata di Sumatera Barat

Oleh

M. Nasrul Kamal

i ii Kerajinan Perak Kotogadang Sebagai Bagian dari Destinasi Wisata di Sumatera Barat

Dr. M. Nasrul Kamal, M. Sn. 2018

iii Undang-Undang Republik No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Pasal 72 Ketentuan Pidana Saksi Pelanggaran

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu Ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara palng singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamer- kan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

iv Kamal, M. Nasrul Kerajinan Perak Kotogadang sebagai Destinasi Wisata SB Penerbitan dan Percetakan. CV Berkah Prima Alamat: Jalan Datuk Perpatih Nan Sabatang, 287, Air Mati, Solok Email: [email protected]; [email protected]

Editor, Nasbahry C., & Rahadian Z. Penerbit CV.Berkah Prima, Padang, 2018 1 (satu) jilid; total halaman 217 + xxiv

ISBN: 978-602-5994-06-7

1. Kerajinan 2. Perak 3. Kotogadang, Pariwisata 1. Judul

Kerajinan Perak Kotogadang Sebagai Bagian dari Destinasi Wisata di Sumatera Barat

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun. Secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit

Penyusun Dr. M. Nasrul Kamal, M. Sn. Editor Nasbahry, Couto, M.Sn. Dr. Rahadian Zainul, S.Pd. M.Si Layout & Kover Tim Layout Palatino Linotype 10,5 pt

v KATA PENGANTAR

umatera Barat adalah salah satu daerah yang memi- liki sumber daya industri kreatif yang besar. SMisalnya kerajinan yang merupakan salah satu sub sektor industri kreatif banyak terdapat di daerah Sumatera Barat dan khususnya kerajinan perak. Dan berbagai jenis kerajinan dan khususnya yang diproduksi di Koto Gadang, adalah salah satu yang menjadi objek atau destinasi wisata.[1] Oleh arena itu buku ini di beri judul “ Kerajinan Perak Koto Gadang Sebagai Bagian dari Destinasi Wisata di Sumatera Barat”

Seperti yang kita ketahui, lambannya usaha kecil dan menengah, karena belum bersinerginya antara pemerintah, akademisi dan pebisnis. Permasalahan yang terlihat adalah belum adanya kemampuan bersama di dalam menjalankan program untuk meningkatkan usaha kecil ini.

Tugas dan peran dari masing-masing aktor masih rancu dan bahkan terjadi tumpang tindih di dalam melakukan program, sehingga menghambat dalam mencapai tujuan. Siapa yang akan memulai untuk dapat berupaya agar semua aktor bersinergi merupakan pekerjaan rumah yang masih diminta untuk dilakukan. Pertanyaannya siapa yang akan berinisiatif di dalam merangkul semua aktor agar dapat duduk bersama dan

1 Dalam Kkamus Bahasa Indonesia lengkap, destinasi diartikan sebagai "tempat tujuan atau daerah tujuan wisata". Hadinoto (1996:15) destinasi wisata merupakan suatu kawasan spesifik yang dipilih oleh seseorang pengunjung,ia dapat tinggal dalam waktu tertentu. vi merencanakan kegiatan bersama baik untuk jangka pendek, jangka panjang atau pun jangka menengah. Salah satu strategi yang dipakai agar terdapat stabilitas, maka kerajinan Perak Kotogadang harus mempertahankan kondisi yang ada sekarang. Jangan sampai kondisi yang telah ada ini bertambah buruk keadaannya karena kelalaian semua pihak. Sebaiknya, keadaan yang dicapai tersebut ditingkatkan atau diperbaiki lagi untuk masa yang akan datang dengan me lakukan pembenahan pada semua bidang yang diperlukan dan vital, seperti pembenahan dari tenaga kerja dan juga harus di lakukan pengoptimalkan segala sumber daya manusia yang dimiliki dan mengefektifkan serta mengefisienkan faktor-faktor internal agar terjadinya kondisi stabil bagi industri kerajinan perak Kotogadang.

Buku ini terdiri dari enam bab sebagai berikut ini: Bab I. Nagari Kotogadang; Bab II. Kotogadang Sebagai Daerah Pengrajin dan Wisata; Bab III, Proses Pengembangan; Bab IV. Motif Hias Kerajinan Perak Kotogadang; Bab V. Perkembangan Desain Kerajinan Perak Kotogadang, Bab VI. Pemasaran Produk Kerajinan Kotogadang.

M.Nasrul Kamal pengarang buku ini, adalah staf pengajar bidang studi, Desain Komunikasi Visual, jurusan Seni Rupa FBS UNP Padang. Beliau hendak menawarkan paradigma baru yang lahir dari realitas budaya industri rumah tangga yang hidup di Koto Gadang, sebagai bagian dari industri parawisata, khususnya lagi produk kerajinan sebagai cendramata yang dapat diperoleh di kawasan ini. Di sinilah, letak arti penting diterbitkannya buku kerajinan perak Kotogadang sebagai

vii bagian dari industri rumah tangga dan juga sebagai bagian dari industri parawisata dimana kota sebagai pusatnya.

Buku ini juga ditujukan kepada pembaca umumnya seperti mahasiswa dan para pendidik yang terlibat langsung di di bidang ini dan juga praktisi di bidang kerajinan maupun bidang parawisata. Diharapkan buku ini juga dapat dipakai masyarakat umumnya, dan khususnya bagi mereka yang ingin mengetahui masalah nagari koto gadang sebagai bagian dari kota wisata Bukittinggi.

Atas kehadiran buku ini buku ini penulis mengucapkan terimakasih kepada civitas academica, yang telah berpartisipasi dalam kajian buku ini di Jurusan Seni Rupa UNP Padang, dan juga pada jajaran pimpinan Fakultas dan Universitas Negeri Padang yang telah memberikan sokongan terhadap hadirnya buku ini. Tidak lupa ucapan terima kasih ini kami ucapkan kepada pihak penerbitan yang telah berusaha menjadikan buku ini mudah di baca.

Penulis menyadari bahwa buku ini memiliki keterbatasan juga, karena itu kritik dan saran untuk menyempunakan buku ini yang sangat penulis harapkan dari pembaca.

Padang, November 2018

Penulis

viii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... VI DAFTAR ISI...... IX DAFTAR GAMBAR...... XII DAFTAR TABEL ...... XV

BAB. I NAGARI KOTOGADANG...... 1 A. LETAK GEOGRAFIS DAERAH KOTOGADANG, KABUPATEN AGAM...... 1 B. ASAL USUL PENDUDUK MENURUT TAMBO DAN BEBERAPA PENULIS ...... 3 1. Tambo Minangkabau ...... 3 2. Kotogadang Menurut Salah Satu Tambo...... 5 3. Perkembangan Nagari Kotogadang di Zaman Kolonial...... 9 4. Nagari IV Koto dan Sejarahnya...... 10 5. Kependudukan dan Mata Pencaharian ...... 15 6. Migrasi Penduduk Kotogadang ...... 18

BAB II KOTOGADANG SEBAGAI DAERAH PENGRAJIN DAN WISATA...... 23 A. SULAMAN KOTOGADANG ...... 24 B. MUNCULNYA KERAJINAN PERAK ...... 26 C. SEJARAH USAHA KERAJINAN AMAI SETIA ...... 33 1. Dukungan Organisasi...... 43 2. Dukungan Keluarga...... 47 3. Dukungan Masyarakat ...... 47 D. KOTO GADANG SEBAGAI DESTINASI WISATA...... 49 1. Wisata Ke Nagari Koto Gadang ...... 49 ix 2. Objek Wisata “Great Wall” Kotogadang...... 52 3. Koto Gadang Sumatera Barat, Surga Belanja Istri Pejabat ...... 54 4. Sekilas Perak dari Koto Gadang Sofenir Kerajinan yang Terus di Buru Wisatawan ...... 57 E. TEMPAT WISATA LAIN SEKITAR BUKITTINGGI ...... 60

BAB III PROSES PENGEMBANGAN KERAJINAN PERAK ...... 65 A. PENGEMBANGAN BAHAN ...... 65 B. PENGEMBANGAN ALAT...... 68

BAB IV MOTIF HIAS KERAJINAN PERAK KOTOGADANG ...... 79 A. MOTIF HIAS...... 89 B. RAGAM MOTIF HIAS ...... 92 1. Motif Realis ...... 93 2. Motif Geometris ...... 93 3. Motif Dekoratif...... 94 4. Motif Abstrak...... 94 C. KAJIAN ASAL BENTUK MOTIF ...... 112 1. Sumber Ide ...... 112

BAB V PERKEMBANGAN DESAIN KERAJINAN PERAK KOTOGADANG ...... 117 A. DESAIN...... 117 1. Proses Pengembangan...... 135 2. Proses pembuatan perhiasan kalung ...... 135 3. Proses Pembuatan Perhiasan Cincin ...... 154 4. Proses Pembuatan Perhiasan Gelang...... 170 B. ELEMEN-ELEMEN ESTETIS KERAJINAN PERAK PADA SENTRA AMAI SETIA KOTOGADANG...... 187 1. Elemen Estetika...... 187 2. Elemen Ergonomis ...... 188

x BAB VI PEMASARAN PRODUK KERAJINAN KOTOGADANG...... 191

DAFTAR PUSTAKA...... 195 GLOSARI SINGKAT ...... 208 LAMPIRAN...... 216 BIODATA SINGKAT...... 213

xi Daftar Gambar

Gambar 1.1 Peta Kecamatan IV Koto, A. Nagari Kotogadang, B.Nagari Koto Tuo, C. Guguak Sarojo, D.Nagari Koto Panjang. sumber: Nasbahry (2003)...... 2 Gambar 1.2 Rumah adat Raja Mengkudu di Kotogadang (sekitar tahun 1870)...... 8 Gambar 1.3 Jembatan Kotogadang sekarang sumber...... 15 Gambar 1.4 Nagari Kotogadang terbelah oleh ngarai, sehingga ada jorong yang terisolir, yaitu jorong Subarang Tigo Jorong. Sumber Google map (2018) ...... 17 Gambar 1.5. Suasana Jorong Subarang, tigo Jorong, Nagari Kotogadang yang terisolir, Sumber Nasbahry, 2003 ...... 17 Gambar 1.6 Migrasi penduduk menurut Tambo, dimana penduduk bukit Kapanehan (kotogadang ) mencari tanah baru ke Koto Tuo, ke Guguak dan ke Koto Panjang. Daerah-daerah ini juga sebagai penghasil kerajinan emas dan perak. Terutama nagari guguak Sarojo, terkenal sebagai tempat penghasil pengrajin emas. Umumnya tukang dan toko emas berasal dari sini. Sumber Nasbahry (2003)...... 21 Gambar 2.1 Sulaman suji Cair Kotogadang, Sumber Penulis... 24 Gambar 2.2 Sulaman Kapalo Samek Kotogadang, sumber penulis...... 25 Gambar 2.3 Tempat-tempat perajin dan penjualan kerajinan Perak masa sekarang, sumber Google map (2018), modifikasi oleh penulis ...... 25 Gambar 2.4 Toko Emas Usman Manan, di Jalan Minangkabau Bukittinggi. Umumnya berasal dari dari nagari Guguak...... 32

xii Gambar 2.5 Foto Rohana Kudus. Sumber: Foto Repro Kamal Maret 2015...... 33 Gambar 2.6 Foto Gedung Usaha Amai Setia. Sumber: Foto Kamal Maret 2015 ...... 34 Gambar 2.7 Baju Kurung Modern Koto Gadang, sumber. Cha- cha Sulaman Kotogadang...... 38 Gambar 2.8. Hubungan kekerabatan dalam model manajemen kekeluargaan, hubungan langsung dan tidak langsung, serta garis komando...... 44 Gambar 2.9 Ngarai sianok, Sumber. Penulis ...... 62 Gambar 3.1 Butir Perak Murni dibungkus sumber: Silver Work RulFoto Kamal Maret 2015 ...... 66 Gambar 3.2. Butir Perak Murni diwadah sumber: Silver Work Rul Foto Kamal Maret 2015 ...... 67 Gambar 3.3 Kawat Kasar sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015...... 67 Gambar 4.1 Pola Isian Foto Kamal Maret 2015 ...... 83 Gambar 4.2 Spiral Perak/ Bataro, Foto Kamal Maret 2015...... 83 Gambar 4.3 Bentuk Gelang dan Bros, Foto Kamal Maret 2015.84 Gambar 4.4 Bentuk Kalung Kreasi, Foto Kamal Maret 2015.....85 Gambar 4.5 Bentuk Gelang dan Kalung Foto Kamal Maret 2015 ...... 86 Gambar 4.6 Foto Kamal Maret 2015...... 87 Gambar 4.7 Foto Kamal Maret 2015...... 87 Gambar 4.8 (1-5) Bunga Teratai, Gambar 6-10 Bunga Lilin Sumber: Silver Work Amai Setia, Gambar 13. Foto Repro Kamal Maret 2015...... 90 Gambar 5.1 Struktur Pola Hias Gelang dan Pola Hias Subang Sumber Silver Work Rul. Gambar 13.Foto Kamal Maret 2015...... 126 Gambar 5.2. Relung dan Geometris, Foto Repro Kamal Maret 2015 ...... 133 Gambar 5.3. Relung dan Kaluak Paku Foto Repro Kamal Maret 2015 ...... 134

xiii Gambar 5.4 Geometri, Relung, dan Kaluak Paku yang terdapat pada Desain Cincin,Foto Repro Kamal Maret 2015 ...... 134

xiv Daftar Tabel

Tabel 1.1 Nagari dan Jorong di Kecamatan IV Koto ...... 14 Tabel 3.1 Alat yang Digunakan Pengrajin Perak Kotogadang, Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal 2015 ...... 69 Tabel 4.1 Motif hias ...... 81 Tabel 4.2 Bentuk dan Elemen-elemen estetis...... 96 Tabel 5.1 Stilisasi Kedesain. Sumber: Silver Work Kotogadang, Foto Kamal 2015...... 127 Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang ...141 Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 ...... 159 Tabel 5.4 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang Sumber Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015.174

xv

BAB I NAGARI KOTOGADANG

A. Letak Geografis Daerah Kotogadang, Kabupaten Agam

agari (negeri) Kotogadang merupakan salah satu Nagari yang terletak di Kecamatan IV Koto, Kabu- Npaten Agam. Daerah inilah yang kemudian lebih dikenal dengan nama nagari Kotogadang sebagai salah satu dari 11 Nagari yang terletak di Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam Sumatera Barat. [2]

Letak geografis Kotogadang berada di bawah kaki gunung Singgalang (sebelah Barat), sedangkan sebelah Timurnya diba- tasi oleh Ngarai (jurang) yang dalam dan tajam. Nagari Koto- gadang sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Koto Panjang, sebelah Timur berbatasan dengan Nagari Guguak Tabek Sarojo, sebelah Utara berbatasan dengan Nagari Sianok, sebelah Sela- tan berbatasan dengan Nagari Koto Tuo [3]

2] Djaja, Tamar, 1980. Roehana Khudus, Srikandi Mr, . Penerbit Mutiara. 3] Sumber: Profil Nagari Koto Gadang tahun 2016.

Kerajinan Perak Koto Gadang 1 Gambar 1.1 Peta Kecamatan IV Koto, A. Nagari Kotogadang, B.Nagari Koto Tuo, C. Guguak Sarojo, D.Nagari Koto Panjang. sumber: Nasbahry (2003) Kalau dengan kendaraan dari Bukittinggi bisa lewat Nga- rai Sianok terus ke Sianok dan kalau lewat Padangluar juga bi- sa, belok kekanan arah ke Matur, di Guguak belok lagi ke ka- nan. Di tepi sawah yang luas itulah berbanjar kampung- kampung yang teratur letaknya. Di balik kampung yang ramai ada pula hutan belukarnya yang penuh dengan tumbuh- tumbuhan yang menyejukkan. Jauh di balik belukar terentang Ngarai yang menjadi batas dengan kampung sekeliling.

Kotogadang ( Bhs. Ind. Koto Besar), negeri tempat kelahi- ran “the grand old man” Haji Agus Salim, yang indah dengan alam pemandangan sawah yang bertingkat-tingkat. Kotoga- dang di sebelah barat Benteng Fort de Kock, Bukittinggi, hanya 20 menit jalan kaki turun naik jalan kecil lewat Ngarai Sianok. 2 M. Nasrul Kamal Alam dan hawa daerah kotogadang memang baik bagi kesehatan tubuh, maka akan segar bugarlah kembali kalau da- pat beristirahat barang seketika disana.“ Demikianlah rayuan anak negeri menghimbau agar anak kemenakan pulanglah ke- kampung dalam masa liburan sekolah.

B. Asal-usul Penduduk Menurut Tambo dan beberapa Penulis

1. Tambo Minangkabau Tambo Minangkabau adalah karya sastra sejarah yang me- rekam kisah-kisah legenda-legenda yang berkaitan dengan asal usul suku bangsa, negeri dan tradisi dan alam Minangkabau. Tambo Minangkabau ditulis dalam bahasa Melayu yang ber- bentuk prosa [4].

Tambo berasal dari bahasa Sanskerta, tambay yang artinya bermula. Dalam tradisi masyarakat Minangkabau, tambo meru- pakan suatu warisan turun-temurun yang disampaikan secara lisan [5]. Kata tambo atau tarambo dapat juga bermaksud seja- rah, hikayat atau riwayat. Maknanya sama dengan kata babad dalam bahasa Jawa atau bahasa Sunda.

Penulisan tambo Minangkabau, pertama kali dijumpai da- lam bentuk aksara Arab dan berbahasa Melayu. Sedangkan pe- nulisan dalam bentuk latin baru dikenal pada awal abad ke-20, yang isinya sudah membandingkan dengan beberapa bukti se-

4 Sebagaimana kita ketahui, kebudayaan Minangkabau pertama dimunculkan oleh pengaruh kebudayaan India, dan khususnya pada zaman Hindu (Nasbahry, 1999). Salah satu buktinya adalah tentang Tambo. Dan tambo sendiri adalah bahasa Sanskerta. 5 Sangguno Diradjo, Dt. (1954), Tambo Alam Minangkabau, Balai Pustaka. Kerajinan Perak Koto Gadang 3 jarah yang berkaitan [6]. Naskah tambo Minangkabau sebagian besar ditulis dengan huruf Arab-Melayu (huruf Jawi), dan se- bagian kecil ditulis dengan huruf Latin. Jumlah naskah yang sudah ditemukan adalah 83 naskah. Judulnya bervariasi, antara lain Undang-Undang Minangkabau, Tambo Adat, Adat Istiadat Minangkabau, Kitab Kesimpanan Adat dan Undang-Undang, Undang-Undang Luhak Tiga Laras, dan Undang-Undang Adat.

Tambo di Minangkabau secara garis besar dibagi dua bagian utama: [7] 1. Tambo alam, yang mengisahkan asal usul nenek moyang serta tentang kerajaan Minangkabau. 2. Tambo adat, yang mengisahkan adat, sistem pemerinta- han, dan undang-undang tentang pemerintahan Minang- kabau pada masa lalu. Penyampaian kisah pada tambo umumnya tidak tersiste- matis, sementara kisahnya kadang kala disesuaikan dengan keperluan dan keadaan, sehingga isinya dapat berubah-ubah menurut kesenangan pendengarnya [8]. Namun demikian pada umumnya Tambo Minangkabau adalah karangan saduran, oleh sipenyadur tidak menyebutkan sumbernya sehingga seolah- olah merupakan hasil karyanya. Ada 47 buah tambo asli Mi- nangkabau yang tersimpan di berbagai perpustakaan di luar negeri, 10 di antaranya ada di Perpustakaan Negara Jakarta, satu sama lainnya merupakan karya saduran tanpa di ketahui nama asli pengarangnya.

6] Batuah A. Dt., Madjoindo A, Dt., (1957), Tambo Minangkabau, Jakarta: Balai Pustaka. 7 ] A.A. Navis, (1984), Alam Terkembang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau, Jakarta: PT. Grafiti Pers 8] Ibid. A.A. Navis, 1984 4 M. Nasrul Kamal 2. Kotogadang Menurut Salah Satu Tambo Asal usul Nagari Kotogadang menurut salah satu versi tambo dimulai pada akhir abad ke 17 ketika sekelompok ma- syarakat kaum yang berasal dari Pariangan Padangpanjang di bawah Pasukuan Niniak Datuak Katumanggungan dan Niniak Datuk Perpatih Nan Sabatang yang memerintahkan untuk mendirikan nagari-nagari baru di seluruh alam Minangkabau. (Tamar Djaja, 1980: 2).

Maka bersebarlah penduduk Nagari Pariangan mencari tempat mendaki, menuruni bukit dan lembah, menyebarangi anak sungai, untuk mencari tanah yang elok yang akan dijadi- kan sawah serta untuk tempat pemukiman [9]

Setelah lama berjalan, sampailah di sebuah bukit yang bernama Bukit Kepanasan, di Bukit Kepanasan tersebut tempat bermufakat akan membuat “teratak, menaruko sawah”, dan berladang yang kemudian berkembang menjadi dusun (Rusdi Chaprian (2013).

Idrus Hakimi (1999: 210) juga menjelaskan bahwa di Bukit Kepanasan ini : “penghulu yang terbanyak tinggal di koto terse- but, maka tempat itu dinamakan ”. Itulah sebabnya juga bukit kapanasan adalah nagari (Desa) awal yang membentuk daerah IV Koto.

9] Ibid. Tamar Djaya Kerajinan Perak Koto Gadang 5 Istilah Koto dan Nagari

Masyarakat etnik Minangkabau dikenal dengan sistem ke- turunan yang diperhitungkan menurut garis keibuan atau ma- trilinial. Dalam kekerabatan seseorang termasuk keluarga ibunya dan bukan keluarga ayahnya,. Seorang ayah berada di- luar keluarga anak dan istrinya. Sesuai dengan sistem matrili- neal yang dianut, orang-orang yang seibu disebut samandeh (seibu). Kelompok samandeh tersebut asalnya dari satu nenek yang disebut saparuik(satu perut). [10]

Beberapa keturunan saparuikitu bergabung dalam satu Suku dan beberapa Suku bermukim dalam satu tempat yang disebut Koto, dan beberapa buah Koto membentuk sebuah Nagari. [11] Kembali ke sejarah penduduk kotogadang, oleh karena anak kemenakan bertambah banyak di kawasan tersebut, tanah untuk bersawah dan berladang tidak lagi mencukupi untuk dikerjakan maka dibuatlah empat buah koto.

10] Dalam satu Nagari, minimal ada 4 Suku, kalau tidak maka tidak bisa diadakan Nagari, Suku asal dalam budaya Minangkabau adalah “Koto” dan “Bodi Caniago” yang nantinya memiliki pecahan-pecahan tersendiri. 11] Kedua pihak atau salah satu pihak yang menikah itu tidak lebur kedalam kaum kerabat pasangannya. Oleh karena itu menurut struktur masyarakat mereka, setiap orang adalah warga dan suku mereka masing-masing yang tidak dapat dialihkan. Jadi setiap orang tetap menjadi warga kaumnya masing-masing, meskipun telah diikat perkawinan dan telah beranak. Anak yang lahir dari pasangan tersebut menjadi anggota kaum sang istri, sehingga ayah tidak perlu bertanggungjawab terhadap kehidupan anak-anaknya, bahkan terhadap rumah tangganya. Lih.AA.Navis.1984, Alam terkembang jadi guru, hal.193-228

6 M. Nasrul Kamal Bercerailah kaum-kaum yang ada di bukit kepanasan ter- sebut. Dimana dua penghulu pergi ke Sianok, dua belas peng- hulu dan empat orang tua pergi ke Guguk, enam penghulu pergi ke Tabek(kolam) Sarojo, dan dua puluh empat penghulu menetap di Bukit Kepanasan.

Karena penghulu yang terbanyak tinggal di Bukit Kepanasan maka tempat itu dinamakan Kotogadang. Itulah nagari–nagari awal yang membentuk daerah yang disebut nagari IV Koto. [12]

Tetapi penulis lain seperti Etek Azizah menjelaskan bahwa nama Kotogadang itu dikarenakan pendatang yang menemui sebuah daerah yang elok, tanahnya datar dan luas sebagai berikut ini.

Disebabkan kegirangan hati atas penemuan Kotogadang pemimpin dari kaum yang mula mendarat di daerah yang baru itu bersorak kepada temannya yang menyusul di belakang "Koto tanah nan Gadang" sehingga daerah Koto tanah nan Gadang sampai sekarang disebut dengan Kotogadang (Etek Azizah, 2007: 4).13] Kaum-kaum yang datang bersama ini kemudian mem- bangun pemukiman dan bernagari dengan tidak melepaskan adat kebiasaan mereka. Dengan bergotong royong mereka membangun rumah-rumah gadang, sehingga sebelum tahun 1879 banyaklah rumah gadang yang bagus berikut dengan lumbungnya. Pada tahun 1879 dan 1880 terjadilah kebakaran besar sehingga memusnahkan perumahan-perumahan tersebut.

12 Ibid, Tamar Jaya 13 Lihat juga https://www.republika.co.id/berita//no-channel/09/01/18/26716- sebelum-disebut-koto-gadang

Kerajinan Perak Koto Gadang 7 Penghidupan orang Kotogadang sebelum Alam Minang- kabau berada dibawah pemerintah Hindia Belanda ialah ber- sawah, berladang, berternak, bertukang kayu, dan bertukang emas.

Gambar 1.2 Rumah adat Raja Mengkudu di Kotogadang (sekitar tahun 1870)14 Pekerjaan bertukang emas anak negeri sangat terkenal di seluruh Minangkabau. Karena berkembangnya penduduk, ha- sil yang diperoleh dari persawahan tidaklah mencukupi lagi. Mulailah orang Kotogadang pergi merantau ke negeri lain se- perti Bengkulu, Medan, Jakarta, dan lain-lain.

14https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Minangka bau- huis_van_Radja_Mengkoeloe_te_Kotagedang_nabij_Fort_de_Kock_Su matra._TMnr_60003328.jpg 8 M. Nasrul Kamal 3. Perkembangan Nagari Kotogadang di Zaman Kolonial Seperti yang diketahui Untuk pertama kalinya Kapal- kapal Belanda singgah di Sumatera Barat terjadi di pelabuhan Tiku pada awal dasawarsa pertama abad ke 17, namun baru tahun 1905 seluruh penjuru Ranah Minang berhasil mereka ku- asai melalui perjanjian yang disebut Plakat Panjang. [15]

Kolonial Belanda baru pada pertengahan abad ke 17 ber- hasil masuk ke daerah pesisir Sumatera Barat. Walaupun ka- wasan tersebut bagian dari Kerajaan Minangkabau, namun pa- da masa itu kerajaan tersebut hanya tinggal merupakan nos- talgia dalam angan-angan orang Minang saja.

Walau Rajo Tigo Selo (Raja Alam, Raja Adat dan Raja Iba- dat) masih bertakhta di Pagarruyung dan sangat dihormati oleh seluruh orang Minang, namun angkatan bersenjata atau keku- asaan mereka tidak memilikinya. Berbeda dengan Kerajaan Aceh yang mempunyai armada niaga dan angkatan laut yang sangat kuat. Dalam keadaan dan situasi tersebut Aceh berhasil menguasai daerah pesisir Sumatera Barat terutama dalam bi- dang perdagangan dengan menempatkan wakil-wakilnya yang disebut “Panglima”, di kawasan tersebut, tanpa bertindak se- bagai penguasa kawasan tersebut.

Dengan situasi yang demikian kolonial Belanda mulai me- nancapkan kukunya si Sumatera Barat, namun untuk berda- gang di kawasan tersebut pihak Belanda harus terlebih dulu mendapat izin dari Sultan Aceh. Akan tetapi lisensi dari Sultan Aceh saja tidak cukup, sebagaimana pedagang Eropa lainnya,

15] Lihat buku Rusli Amran, 1985, Sumatera Barat dan Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan Kerajinan Perak Koto Gadang 9 pihak Belanda/VOC harus mengadakan perjanjian dengan para pemimpin/penghulu dan raja-raja kecil setempat. [16]

Setelah pemerintah Hindia Belanda memerintah Alam Mi- nangkabau, Kotogadang dijadikan ibu nagari dari Kelarasan IV Koto. Dibuatlah susunan pemerintahan yang baru dengan Tua- nku Lareh sebagai pemimpin yang memerintah di kelarasan IV Koto dan Penghulu Kepala sebagai pemimpin pemerintahan nagari. 4. Nagari IV Koto dan Sejarahnya IV Koto yang sekarang merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah Kabupaten Agam, di Propinsi Sumatera Barat, yang berbatasan langsung dengan Kotamadya Bukittinggi. Ja- rak tempuh dari Ibu Kota Kecamatan IV Koto ke Bukittinggi mencapai 12 km. Sedangkan ke Kota Lubuk Basung sebagai Ibu Kota Kabupaten Agam berjarak 54 km melalui jalan propinsi yang kondisinya cukup baik. Luas wilayah Kecamatan IV Ko- to + 70,00 km2 dengan kondisi wilayah bergunung, berbukit- bukit, dataran dan berlembah. Kemiringan lahan di wilayah Kecamatan IV Koto berkisar antara 00 - 45o dengan ketinggian 450-1200 m dpl. [17]

Kecamatan IV Koto memiliki 7 (tujuh) nagari yaitu Koto Tuo, Balingka, Sungai Landia, Koto Panjang, Sianok VI Suku, Koto Gadang dan Guguak Tabek Sarojo yang terdiri dari 24 jorong dengan jumlah penduduk mencapai 24.826 Jiwa yang terdiri dari 12.193 Jiwa laki-laki dan 12.633 Jiwa Perempuan

16] Ibid, Rusli Amran, 17 ] Lihat. http://msatuankumachudum.blogspot.com/2016/04/takana-jo- kampuang-halaman.html 10 M. Nasrul Kamal dengan 5.641 KK, dengan batas batas Kecamatan sebagai beri- kut :18

Sebelah Utara berbatas dengan : Kota Bukittinggi Sebelah Selatan berbatas dengan : Kecamatan Malalak Sebelah Timur berbatas dengan : Kecamatan Banuhampu Sebelah Barat berbatas dengan : Kecamatan Matur

Dialiri oleh beberapa sungai yaitu Sungai Batang Sianok, Batang Landia dan anak-anak sungai lainnya. Sungai tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar aliran sungai untuk mendukung usaha pertanian dan keperluan sehari-hari. Mata Pencaharian dominan penduduk di Kecamatan IV Koto adalah sebagai Petani, Pedagang, Perajin Perak dan Mas serta Penjahit.

Sejarah Ringkas Kecamatan IV Koto

Perkembangan penduduk IV Koto dimulai sejak dari rom- bongan Niniak Datuak Tumangguang Putiah berangkat dari VI Koto, Ladang Laweh, Pandai Sikek sampai “mamancang la- tiah” di Koto Gadang. Nagari-nagari yang mula-mula menjadi basis IV Koto sesuai dengan rute perjalanan yang ditempuh rombongan Datuak Tumangguang Putiah adalah Guguak Ta- bek Sarojo, Koto Gadang dan Sianok.

Tahap pertama ini diikuti oleh tahap kedua hingga menja- di nagari-nagari yang disebut “Mimba Nan Salapan” yaitu Gu- guak Tabek Sarojo, Koto Gadang, Sianok, Cupak (Pakan Si- nayan), Sungai Tanang, Cingkariang dan Sungai Landai (Sun- gai Buluah).

18 Ibid, Makhudum (2016) Kerajinan Perak Koto Gadang 11 Kemudian perjalanan itu dilanjutkan dengan tahap ketiga dan pada tahap ini nagari-nagari itu disebut “Anak Mimba Nan Anam” yaitu Koto Tuo, Koto Hilalang, Pahambatan, Sungai Landia, Koto Panjang dan Malalak.

Yang menjadi Ibu Negeri IV Koto adalah Koto Gadang yang dinamakan dalam Negeri itu “Penghulu Nan Duo Puluah Ampek”. Empat diantaranya dinamakan IV Suku dan yang menjadi jenjang oleh Penghulu Nan Duo Puluh adalah Dt. Ma- chudum Sati, Dt. Maharajo dan Dt. Malakewi. Sedangkan Penghulu Nan Duo Puluah Ampek di Koto Gadang ialah 7 di Koto, 8 di Sikumbang, 3 di Piliang, 3 di Guci dan 3 di Caniago. Sedangkan Guguak, Tabek Sarojo dan Sianok dinamakan “Nan Tigo Jurai” yaitu 12 penghulu di Guguak, 6 di Tabek Saro- jo dan 6 di Sianok. [19]

Selanjutnya Niniak Tumangguang Putiah beserta rombon- gannya sampai ke Batang Ampalu yaitu di Bukik Kapanehan dan disana dilaksanakan bercocok tanam. Inilah yang dinama- kan Pantang di Ampalu atau disebut juga perjalanan Niniak Tumangguang Putiah dari darat menuju rantau. Daerah ini di- namakan “pintu” IV Koto dan Malalak disebut “janjang” atau tangga IV Koto. Adapun yang menjadi “serambi” IV Koto ada- lah Mudiak Padang.

Daerah IV Koto ini dulunya lebih luas dari daerah Keca- matan IV Koto sekarang. Kira-kira dari Padang Luar sampai ke Ampalu. Dengan tidak disebutnya beberapa nagari dalam rute yang dilalui oleh Niniak Tumangguang Putiah sejak dari Sun- gai Tanang sampai ke Ampalu dalam Mimba Nan Salapan

19 ] Ibid, Makhudum (2016)

12 M. Nasrul Kamal maupun Anak Mimba Nan Anam maka negeri itu mungkin berkembang langsung dari basis IV Koto (Guguak, Tabek Saro- jo, Koto Gadang, Sianok) atau daerah negeri-negeri sebelah ti- mur lainnya yang telah ada suku-suku di satu negeri. Adapun negeri-negeri yang ada di IV Koto tidak seluruh penduduknya berkembang atau berasal dari Niniak Tumangguang Putiah sebab ada negeri-negeri yang didapati oleh Niniak Tumang- guang Putiah dalam perjalanannya turun ke VII Koto, meski- pun negeri itu belum bernama dan belum beberapa orang pen- duduknya. Sebelum keluarnya UU. No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang diberlakukan di Sumatera Barat mulai tanggal 1 Agustus 1983, Kecamatan IV Koto terdiri dari delapan nagari yaitu Balingka, Guguak Tabek Sarojo, Koto Tuo, Koto Gadang, Sianok VI Suku, Sungai Landia, Koto Panjang dan Ma- lalak.

Setelah diberlakukannya UU. No. 5 tahun 1979, maka jo- rong-jorong yang ada dalam nagari di Sumatera Barat berubah menjadi Desa (Pemerintahan Desa). Di Kecamatan IV Koto jum- lah jorong pada waktu itu yang beralih menjadi desa sebanyak 33 jorong.

Dalam perjalanan pelaksanaan UU. No. 5 tahun 1979, di- laksanakan pula beberapa kali penataan desa bagi desa-desa yang tidak mencapai ketentuan persyaratan jumlah penduduk dan luas sebuah desa. Terakhir dari hasil Penataan Desa tahap IV, jumlah desa di Kecamatan IV Koto sebanyak 20 desa den- gan jumlah dusun (wilayah pemerintahan dibawah desa) seba- nyak 74 dusun.

Pada saat dilaksanakan UU. No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maka sesuai maksud UU. No. 22 tahun

Kerajinan Perak Koto Gadang 13 1999 tersebut dimungkinkannya Desa kembali ke sebutannya masing-masing berdasarkan asal-usul, yang di Sumatera Barat disebut Nagari. Setelah ditindak lanjuti dengan Perda Propinsi Sumatera Barat No. 9 tahun 2000 dan di Kabupaten Agam di- tindak lanjuti pula dengan Perda Kabupaten Agam No. 31 ta- hun 2001, maka pada tanggal 10 Nopember 2001 secara resmi kembali ke Pemerintahan Nagari. Ditandai dengan dikukuh- kannya Pj. Wali Nagari se Kabupaten Agam sebanyak 73 naga- ri. Berdasarkan peraturan Bupati Agam No. 3 tahun 2005 ten- tang Pemekaran Nagari Malalak menjadi empat nagari yaitu Nagari Malalak Utara, Malalak Selatan, Malalak Timur dan Ma- lalak Barat. Dengan peraturan Bupati Agam tersebut jumlah nagari di Kecamatan IV Koto bertambah dari 8 nagari menjadi 11 nagari.

Menindak lanjuti aspirasi masyarakat Malalak dan dalam rangka pendekatan pelayanan kepada masyarakat Malalak, da- ri bulan September 2006 sampai bulan Desember 2006 telah di- lalui beberapa tahap pemekaran kecamatan IV Koto. Terhitung tanggal 20 Desember 2006 DPRD Kabupaten Agam telah men- syahkan Ranperda pemekaran Kecamatan IV Koto dengan Ke- camatan Malalak dan telah dilaksanakan peresmian Kecamatan Malalak pada tanggal 24 Mei 2007. Dengan telah resminya pe- mekaran Kecamatan Malalak, maka di Kecamatan IV Koto dengan Ibu Kecamatan Balingka, terdapat 7 Nagari dan 24 Jo- rong, yaitu berikut ini.

Tabel 1.1 Nagari dan Jorong di Kecamatan IV Koto

No Nagari Jorong 1 Balingka 1. Pahambatan 2. Subarang 3. Koto Hilalang 2 Guguak Tabek Sarojo 4. Guguak Tinggi

14 M. Nasrul Kamal 5. Guguak Randah 3 Koto Tuo 6. Galudua 7. Lurah 8. Caruak 9. Kapalo Koto 10. Koto Tinggi 11. Pakan Usang 12. Koto Baru 4 Koto Panjang 13. Kampuang Pisang 14. Pahambek 15. Sungai Jariang 5 Sianok Vi Suku 16. Sianok 17. Lambah 18. Jambak 6 Sungai Landia 19. Kampuang Baruah 20. Kampuang Ateh 21. Ranah 7 Koto Gadang 22. Koto Gadang 23. Gantiang 24. Sutijo

Sumber: Ibid, Makhudum (2016)

5. Kependudukan Dan Mata Pencaharian Nagari Koto Gadang a. Geografis

Gambar 1.3 Jembatan Kotogadang sekarang sumber.20 Seperti yang kita ketahui nagari Kotogadang terletak di dataran di antara Gunung Singgalang dan Ngarai Sianok den-

20] http://baralekdi.blogspot.com/2014/12/janjang-koto-gadang-atau-janjang- seribu.html Kerajinan Perak Koto Gadang 15 gan ketinggian 920 – 950 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 27 o C dan pada malam hari mencapai 16 oC.

Nagari Kotogadang memiliki luas wilayah 640 Ha dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara dengan Nagari Sianok VI Suku 2. Sebelah Selatan dengan Nagari Koto Tuo 3. Sebelah Timur dengan Guguak Tabek Sarojo 4. Sebelah Barat dengan Nagari Koto Panjang b. Pembagian Nagari

jorongyg ada d kotogadangKotogadangadalah berikut ini. 1. Jorong Kotogadang 2. Jorong Ganting 3. Jorong Subarang Tigo Jorong, yang terdiri dari a. Kampung Pondok b. Kampung Taruko c. Kampung Baru

Sebenarnya jorong subarang ini terletak di sebelah barat jorong kotogadang, yang dibatasi oleh lembah yang dalam sehingga daerah ini boleh dikatakan terisolir, dan hanya bisa diakses melalui Nagari Koto Panjang, Lihat peta 1.4.

16 M. Nasrul Kamal Gambar 1.4 Nagari Kotogadang terbelah oleh ngarai, sehingga ada jorong yang terisolir, yaitu jorong Subarang Tigo Jorong. Sumber Google map (2018)

Gambar 1.5. Suasana Jorong Subarang, tigo Jorong, Nagari Kotogadang yang terisolir, Sumber Nasbahry, 2003

Kerajinan Perak Koto Gadang 17 6. Migrasi Penduduk Kotogadang Seorang peneliti Universitas Indonesia, yang bernama Abdul Karib (tanpa tahun). [21] Meneliti migrasi penduduk Nagari Kotogadang, menyatakan bahwa jumlah penduduk asli di nagari Kotogadang lebih sedikit daripada jumlah penduduk pendatang. Dalam penelitiannya itu dia menghitung penduduk asli hanya 538 orang. Sedangkan jumlah penduduk pendatang sebanyak 749 orang. Bukti bahwa penduduk nagari Kotogadang itu mengadakan migrasi adalah berdasarkan kenyataan bahwa ada 161 buah rumah tidak dihuni lagi oleh pemiliknya. Dengan kata lain anggota keluarga dari rumah- rumah yang kosong tersebut telah bermigrasi seluruhnya. Den- gan banyaknya penduduk Kotogadang yang bermigrasi ke luar tersebut, merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan penelitiannya, misalnya.

1. Apakah yang menjadi penyebab penduduk bermigrasi dari Kato Gadang ? 2. Apakah lahan pertanian sebagai penyebab penduduk ber- migrasi 3. Apakah umur seseorang menentukan keputusannya untuk bermigrasi ? 4. Apakah tingkat pendidikan mempengarulii jumlah migrasi ? 5. Apakah sempitnya lapangan pekerjaan penyebab bermi- grasinya penduduk ?. Penelitian ini diawali dengan membahas penggunaan ta- nah di daerah terpencil yang berdasarkan teori dari Von Thu-

21] Abdul Karib, (tanpa Tahun), Migrasi Penduduk Koto Gadang, (tesis) http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-81829.pdf

18 M. Nasrul Kamal nen (dalam Sandy, 1989: 61). Von Thunen mengatakan bahwa di daerah terpencil pola penggunaan tanah berbentuk sebuah lingkaran konsentrik. Di mana intensitas penggunaan tanah yang paling tinggi terdapat di sekitar pemukiman atau kam- pung. Makin menjauh dari tempat pemukiman itu, intensitas penggunaan tanah secara bertahap berkurang.

Menurut Abdul Karib gambaran penggunaan tanah Von Thunen itu tidak memperlihatkan dinamika atau perkemban- gan yang terjadi sesuai dengan waktu dan pertambahan pen- duduk. Untuk melihat dinamika penggunaan tanah di suatu lokasi terutama tanah di desa Kotogadang, maka dipakai teori tahapan-tahapan penggunaan tanah konsepsi wilayah tanah usaha yang dikemukakan oleh Sandy (dalam Sajogyo, 1980: 161).

Berdasarkan teori tahapan-tahapan penggunaan tanah konsepsi wilayah tanah usaha, maka penggunaan tanah di Ko- togadang baru pada tahap tertentu. Tahap penggunaan tanah tersebut dimulai dari tanah masih berupa hutan lebat dan be- lum ada manusia di situ. Kemudian tanah tersebut digunakan manusia untuk berbagai keperluannya. Akhirnya penggunaan tanah itu mencapai dapat tingkat penggunaan yang merusak lingkungan. Menurut Abdul Karib, apabila perjalanan penggu- naan tanah di Kotogadang terus berlanjut, maka kerusakan lingkungan akan terjadi sebagai akibat dari kurangnya tanah usaha bagi petani yang hidup di desa Kotogadang ini. Untuk menghindarkan kerusakan lingkungan, penduduk Kotogadang dihadapkan kepada dua pilihan yaitu: (1) pindah profesi selain petani atau (2) pindah tempat dengan kata lain bermigrasi.

Kerajinan Perak Koto Gadang 19 Penduduk Kotogadang telah melaksanakan kedua hal ter- sebut. Dalam pindah profesi penduduk ada sebagai pengrajin, pedagang, tukang atau buruh dan pegawai. Akan tetapi pen- duduk yang telah berubah profesi tersebut tidak dapat menja- min suatu kehidupan yang layak.Penduduk yang bermigrasi telah diteliti dengan agak rinci. Akhirnya penelitian Abdul Karib, itu menuniukkan bahwa berikut ini. [22]

1. Penduduk yang bermigrasi yang paling banyak berasal dari anggota keluarga yang memiliki lahan sempit (di ba- wah 0,5 ha). 2. Penduduk yang berpendidikan lebih tinggi lebih banyak bermigrasi darinada penduduk yang berpendidikan ren- dah. Penduduk Kotogadang yang bermigrasi yang terba- nyak berpendidikan SLTA ke atas. 3. Penduduk Kotogadang yang bermigrasi kebanyakan me- reka belum bekerja atau menganggur. 4. Penduduk yang bermigrasi umumnya yang berusia pro- duktif (15 sampai 39 tahun). Makna migrasi di sini berbeda dengan transmigrasi. Pen- duduk yang bermigrasi tidak dibantu oleh pemerintah. Tidak pula migrasi 'bedol deso' dan tidak ada pula pindah satu ke- luarga sekaligus. Melainkan bentuk migrasi penduduk Kotoga- dang ini adalah migrasi swakarsa. Sebagai akibat penduduk Kotogadang bermigrasi, tidak kurang dari 161 buah rumah ti- dak lagi dihuni oleh pemiliknya. Karena penduduk yang tua- tua mungkin sudah meninggal. Sedangkan penduduk yang berumur relatif muda terpaut dengan usahanya di tempat baru.

Akan menjadi penelitian yang baik bagaimana kelanjutan dari kehidupan warga desa Kotogadang di kemudian hari.

22 Ibid. Abdul Karib, (tanpa Tahun), 20 M. Nasrul Kamal Apakah desa itu akan kosong ataukah masih tetap dihuni oleh banyak penduduk asli? Menurut Abdul Karib, kasus Kotoga- dang mungkin tidak akan merupakan satu-satunya kasus un- tuk desa-desa yang terpencil di Indonesia. Tidak mustahil ka- sus seperti di Kotogadang ini akan terdapat pula pada desa- desa lain, apabila industrialisasi di Indonesia telah mencapai taraf perkembangan yang tinggi.

Gambar 1.6 Migrasi penduduk menurut Tambo, dimana penduduk bukit Kapanehan (kotogadang ) mencari tanah baru ke Koto Tuo, ke Guguak dan ke Koto Panjang. Daerah-daerah ini juga sebagai penghasil kerajinan emas dan perak. Terutama nagari guguak Sarojo, terkenal sebagai tempat penghasil pengrajin emas. Umumnya tukang dan toko emas berasal dari sini. Sumber Nasbahry (2003)

Kerajinan Perak Koto Gadang 21 22 M. Nasrul Kamal BAB II KOTOGADANG SEBAGAI DAERAH PENGRAJIN DAN WISATA

eperti yang diuraikan di atas, maka salah satu pili- han profesi penduduk Kotogadang, adalah beralih Sdari pertanian kepada profesi pegawai dan juga pengrajin. Dan itu dilakukan sejak zaman kolonial Belanda.

Dan dalam hal ini juga terdapat pilihan, dimana kaum laki-laki memilih kerajinan emas dan perak dan kaum perempuan memilih profesi sebagai penenun dan juga penyulam dan merenda.

Menurut Safitri Ahmad (2014) [23]

Setiap wanita di Bukittinggi, di Kabupaten Agam khususnya, selalu ingin memiliki selendang Kotogadang, minimal satu. Wanita yang baru saja menikah, akan memamerkan selendang dipadu dengan songket, ke keluarga mempelai pria saat diundang makan. Bagi ibu-ibu yang sudah mapan, tidak cukup satu, mereka akan membeli selendang dengan bermacam warna, dan memakai saat pesta adat, atau pesta pernikahan adat Minang.

23 Safitri Ahmad, (2014), Pengrajin Koto Gadang, sulaman Kapalo Samek dan Suji Cair, dari http://jamgadang04.com/pengrajin-koto-gadang-sulaman- kapalo-samek-dan-suji-cair/.html Kerajinan Perak Koto Gadang 23 Selendang lebar ini disampirkan di pundak, sehingga, bunga sulaman yang indah itu terlihat oleh semua orang. Sulaman versi kotogadang itu, sekarang tidak lagi hanya dibuat di Kotogadang, tetapi juga di kawasan lain di sekitar kota Bukittinggi.

A. Sulaman Kotogadang

Sulaman selendang Kotogadang ada dua :

1. Sulaman suji cair. Pembuatan sulaman suji cair membu- tuhkan ketelitian dan kemampuan komposisi warna yang tepat, sehingga beberapa warna benang yang saling me- numpuk menyatu menghasilkan sulaman motif bunga yang hidup. Komposisi gradasi warna dari muda ke warna gelap serta perpaduan antar warna benang, dan warna se- lendang, akan menghasilkan kualitas selendang yang be- nar-benar indah. 2. Sulaman kapalo samek, dibuat dengan mengaitkan benang pada ujung jarum, ketika dijahit akan terdapat bulatan ke- cil pada kain. Biasasanya, bagian pinggir bunga dijahitkan benang emas, agar bentuk bunganya lebih nyata.

Gambar 2.1 Sulaman suji Cair Kotogadang, Sumber Penulis

24 M. Nasrul Kamal Beberapa tahun terakhir, sulaman suji cair juga disulam pada kain songket, dan sulaman ini lazim diperdagangkan di Pasar Atas, Bukittinggi dengan harga jutaan.

Gambar 2.2 Sulaman Kapalo Samek Kotogadang, sumber penulis

Gambar 2.3 Tempat-tempat perajin dan penjualan kerajinan Perak masa sekarang, sumber Google map (2018), modifikasi oleh penulis Semenjak abad 19 penduduk Nagari Kotogadang baik pria maupun wanita mulai bangkit menjadi pengrajin yang

Kerajinan Perak Koto Gadang 25 memiliki kemampuan yang tinggi. Sejak masa itu banyak orang yang menginginkan hasil kerajinan kotogadang, yang digunakan untuk pakaian adat lengkap dengan perhiasan dan perlengkapannya, terutama pakaian penganten wanita atau pria dan penghulu.

B. Munculnya Kerajinan Perak

Pengrajin perak Kotogadang menurut informan Silver Work Rul 19 April 2015, bahwa pengrajin yang pertama bernama: Datuak Mangkudun, Angku Di, Angku Yus Ledong, Tesbar, Muktar, dan Andin kesemuanya sudah meninggal. Dari lima pengrajin tersebut di atas berkembang menjadi 21 pengrajin dan yang aktif sekarang hanya13 pengrajin, 4 pengrajin alih propesi, 4 pengrajin dari Guguak kalau ada order, mereka siap untuk mengerjakannya.

Penduduk Kotogadang umumnya memiliki keahlian pen- grajin kerajinan perak tradisional yang dikerjakan dengan tan- gan dan sangat unik dan menarik, yang dipelajari secara turun- temurun di antaranya sulaman, menenun kain songket, me- renda dan kerajinan perak. Hal ini tampak pada bentuk disain yang diterapkan pada setiap benda yang dihasilkan. Selain itu seni kerajinan tidak dinilai dari seninya saja tetapi lebih luas dapat mengetahui sejauh mana kemajuan sebuah bangsa.

Perak Kotogadang, adalah usaha turun-temurun dimana semua masyarakat di sana memiliki keterampilan sebagai pen- grajin perak, dan satu nagari Kotogadang ini menjadikan per- hiasan perak sebagai budaya sosial dalam adat bermasyarakat. Budaya masyarakat disana masih memakai adat istiadat yang kental, termasuk dalam hal berpakaian, jika mereka keturunan

26 M. Nasrul Kamal datuk mereka wajiblah memakai perhiasan yang banyak dan baju yang hiasannya juga mahal, bahkan ada yang berhias de- ngan perak.

Disamping kerajinan perak, daerah Kotogadang juga menghasilkan industri kerajinan khas lainnya, yaitu selendang, yang dikenal dengan selendang Kotogadang. Industri kerajinan ini sudah ada semenjak zaman dahulu yang sifatnya turun- temurun. Kotogadang juga identik dengan perkampungan pe- rak, dimana setiap rumah mempunyai fasilitas untuk membuat kerajinan perak.

Kerajinan perak Kotogadang adalah kerajinan tradisional suatu proses pembuatan barang dengan mempergunakan ta- ngan dan alat sederhana yang ada di lingkungan rumahtangga serta dipelajari secara turun-temurun dengan bahan baku yang tersedia di sekitar daerah tempat tinggal (Bais, 1992:2). Pada awalnya kerajinan perak Kotogadang dipergunakan untuk ke- butuhan adat istiadat serta sebagai pelengkap dari pakaian adat Kotogadang.

Kerajinan perak Kotogadang ini merupakan produk dari kerajinan usaha rumah tangga yang paling diandalkan untuk ekspor ke luar negeri. Kebanyakan kerajinan perak ini dipenga- ruhi oleh herritage yang merupakan warisan budaya dari suatu masyarakat setempat. Sebagai contoh misalnya kerajinan perak yang mempunyai corak sendiri-sendiri tergantung dari mana asal dan budaya yang mempengaruhi.

Pekerjaan ini mereka lakukan sekedar untuk melanjutkan warisan leluhur yang kemudian diwariskan dari kakek kepada anak dari anak turun kecucu mereka. Beberapa peneliti seni

Kerajinan Perak Koto Gadang 27 dan budaya memberikan pandangan bahwa seni kerajinan ti- dak diciptakan semata-mata untuk barang perdagangan pari- wisata saja. Karya-karya seni yang dihasilkan pada dasamya ada hubungan dengan jalinan kehidupan kultur, politik, dan keagamaan yang menjiwai masyarakat setempat (Leumiek, 1998:12). Oleh karena itu, untuk melestarikannya membutuhkan kerja ekstra keras bagi pemerintah maupun pe- laku usaha kerajinan ini untuk memperkenalkan produk ini ketengah masyarakat.

Mengingat kondisi resesi global yang tentunya mempen- garuhi permintaan barang sekunder seperti produk kerajinan perak ini. Yang bisa dilakukan Pemda setempat yaitu lebih ba- nyak mengadakan event pameran produk andalan seperti yang telah dilakukan di tempat lain untuk mendongkrak permintaan domestik. Kerjasama pemerintah dengan para pengrajin mutlak diperlukan untuk menyelamatkan potensi kerajinan perak yang ada di daerah ini.

Keterampilan yang umumnya ditekuni kaum wanita ter- dapat juga jenis kerajinan yang dikerjakan oleh kaum laki-laki yaitu kerajinan loyang, perak, tembaga dan pandai emas. Hasil kerajinan ini di antaranya berupa gelang, kalung, cincin, ant- ing, yang kemudian mereka bawa ke kota Padang untuk dijual kepada para pedagang yang datang.

Para pedagang Cina membeli hasil kerajinan ini dengan cara menukarkannya dengan bahan baku perak. Peristiwa ini terjadi diperkirakan tahun 1800 (Wawancara Yasrin, 27 Januari 2015).

28 M. Nasrul Kamal Pada tahun 1918 masyarakat Kotogadang sudah dikenal sebagai pengrajin perak dan emas oleh bangsa Belanda. Maka dipercayalah seorang pengrajin perak Kotogadang yang berge- lar Datuak Mangkudun untuk mengikuti pameran ke negeri Belanda pada tahun 1920 (Zulhelman, 1999:14).

Modal yang sedikit dan sulitnya mendapatkan bahan baku membuat para pengrajin perak ini bergabung dengan Usaha Amai Setia. Usaha Amai Setia yang merupakan sejenis koperasi masyarakat dan mampu mengatasi permasalahan pengrajin tersebut. Bergabungnya para pengrajin perak Kotogadang dengan Usaha Amai Setia sangat berpengaruh terhadap hasil produk kerajinan perak yang mereka hasilkan. Dengan adanya usaha ini memberikan motivasi bagi para pengrajin sehingga kerajinan perak tumbuh maju dan berkembang serta membantu perekonomian pengrajin itu sendiri.

Bentuk yang unik, menarik dan proses pengerjaan yang cukup halus serta bermutu tinggi membuat para wisatawan datang kedaerah Kotogadang untuk membeli kerajinan perak. Mengikuti pameran merupakan salah satu usaha yang dilaku- kan Usaha Amai Setia untuk memasarkan produknya. Selain itu kerajinan perak yang ada di Kotogadang merupakan satu- satunya kerajinan perak yang ada di Sumatera Barat. Hasil ke- rajinan Masyarakat Kotogadang kini bisa dilihat dan ditemui pada Sentra Amai Setia.

Tahun 1918 masyarakat Kotogadang sudah dikenal seba- gai pengrajin perak dan emas oleh bangsa Belanda. Maka di- percayalah seorang pengrajin perak Kotogadang yang bergelar Datuak Mangkudun untuk mengikuti pameran ke negeri Be- landa pada tahun 1920 (Zulhelman, 1999:14).

Kerajinan Perak Koto Gadang 29 Menurut salah seorang infornan dengan Leo Minggu 6 April 2014 di Kotogadang mengatakan bahwa kerajinan perak Kotogadang telah didapat secara “turun-temurun dari nenek moyang mereka”, tidak ada pernyataan secara tertulis menge- nai kapan mulainya semenjak penjajahan Belanda dan siapa pengrajin pertama diantara Datuak Mangkudun, Angku di, Angku Yus Ledong, Tesbar, muktar, Am, dan Andin.

Yang jelas diketahui bahwa pada pengrajin-pengrajin di Kotogadang dikenal sebagai pengrajin emas dan perak, ini ter- jadi pada zaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1918.

Hasil-hasil kerajinan perak dari kenagarian Kotogadang dinilai sangat potensial dan berkualitas oleh pemerintah Belan- da, maka dipercayakan salah seorang dari pengrajin perak Ko- togadang yang bergelar Datuk Mangkudun untuk mengatakan pameran ke negeri Belanda pada tahun 1920-an. Sejak kemba- linya Dt. Mangkudun dari negeri Belanda pengrajin-pengrajin di Kotogadang seakan-akan mendapat motivasi untuk lebih menekuni serta mengembangkan kerajinan perak dan emas di Kotogadang.

Sekitar tahun 1950-an kerajinan emas diambil alih oleh pengrajin-pengrajin yang ada di kenagarian Guguak (Tabek Sarojo). Maka ada dua kenagarian di Ampek Koto yang hidup sebagai pengrajin yaitu: (1) Kenagarian Guguak menekuni se- bagai pengrajin emas, dan (2) Kenagarian Kotogadang mene- kuni sebagai pengrajin perak.

Awalnya pengrajin-pengrajin perak di Kotogadang tidak ada pemikiran bahwa hasil produknya untuk diperjual belikan sebagai aset bisnis, melainkan hanya untuk pekerjaan sambilan

30 M. Nasrul Kamal sekedar melanjutkan warisan leluhur terdahulu dan setiap hasil kerajinannya biasanya dipergunakan sebagai sarana pendu- kung adat diberikan kepada anak cucu sebagai perlengkapan perhiasan pakaian adat Kotogadang.

Belanja Emas di Bukittinggi...... Jam Gadan) 04.com (14-11-2014)

Pemilik toko emas di Bukittinggi umumnya berasal dari desa guguak ran- dah dan guguak tinggi. Guguak randah dan guguak tinggi, dua desa yang saling berdekatan. Desa ini terkenal dengan pengrajin dan penjual emas. Mereka pandai membuat emas menjadi perhiasan : cincin, gelang, kalung. Emas yang digunakan untuk perhiasan, emas dengan kadar 22 karat, emas campuran. Jika emas 24 karat, tidak dapat diolah/tidak cukup baik, diolah menjadi perhiasan. Di Bukittinggi, nilai emas dihitung per-2.5 gram. Jika bertanya harga emas, “Bara sa ameh?” artinya berapa harga 1 emas (sama dengan 2.5 gram emas), untuk semua kadar emas : 24 karat, 20 karat dan 18 karat. Penjual emas (sebagian besar berjualan di pasar atas : Sejarah Pasar Atas (Pasa Ateh) merekrut pegawai dari keluarga : keluarga dekat atau saudara sekampung. Salah seorang pegawai emas, mengatakan pada saya bahwa gaji harian tidak besar, tetapi pada saat bulan puasa, semua aset toko dihi- tung, diperoleh keuntungan, dikeluarkan zakat 2.5 persen, lalu, sebagian keuntungan, dibagi kepada pegawai berupa emas (tergantung berapa banyak keuntungan yang diperoleh selama 1 tahun). Konsep ini sama dengan restoran Padang. yang membagi keuntungan untuk pegawai se- hingga, pegawai menjadi bagian dari kepemilikan usaha tersebut.

Sumber: http://jamgadang04.com/pengrajin-emas-dari-guguak-randah- dan-guguak-tinggi/.html

Kerajinan Perak Koto Gadang 31 Gambar 2.4 Toko Emas Usman Manan, di Jalan Minangkabau Bukittinggi. Umumnya berasal dari dari nagari Guguak Kemerdekan tanah air Indonesia setelah penjajahan Jepang mulai satu persatu melakukan transaksi jual beli hasil kerajinan perak ke manca negara. Tahun 1950-an banyak pemesan basil kerajinan perak Kotogadang dari Amerika, Belgia, dan Inggris dalam jumlah besar dengan tujuan untuk dipasarkan dinega- ranya masing-rnasing. Namun ada beberapa kendala yang di- badapi oleh para pengrajin, seperti; tidak sanggup mengerjakan pesanan dengan jumlah yang banyak dalam waktu yang diten- tukan.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh pengrajin-pengrajin seperti di atas, maka sampai sekarang pameran-pameran dalam jumlah besar terhenti, tetapi banyak turis-turis manca negara datang berkunjung ke Kotogadang secara individu membeli hasil kerajinan perak sebagai oleh-oleh atau sovenir saja dan belajar membuat kerajinan perak Kotogadang (wawancara dengan Leo Minggu 6 April 2014 di Kotogadang ).

32 M. Nasrul Kamal C. Sejarah Usaha Kerajinan Amai Setia

Kerajinan Amai Setia didirikan pada tanggal 11 Februari 1911. Lahirnya nama ini berawal dari bersatunya para Ibu-ibu Kotogadang dalam satu wadah perkumpulan Amai-Amai yangberarti amak-amak atau ibu-ibu untuk membuat suatu bentuk kegiatan kerajinan Minangkabau yang beranggotakan para ibu.

Gambar 2.5 Foto Rohana Kudus. Sumber: Foto Repro Kamal Maret 2015

Awalnya Usaha Amai Setia ini dipimpin oleh Rakena Puti, selanjutnya diteruskan oleh Rohana Kudus. Dengan berdirinya organisasi Amai Setia ini sebagai cikal bakal yang menandai mulainya kaum wanita Kotogadang menempuh pendidikan modern .

Sejak tahun 1911 kerajinan perak dan songket Kotogadang telah memiliki “brand image” yang dikenal di dunia, dan sela- lu menjadi incaran wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kota ini.

Kerajinan Perak Koto Gadang 33 Tujuan berdirinya Usaha Amai Setia ini adalah untuk me- ningkatkan derajat wanita di Kotogadang dan Minangkabau pada umumnya. Tahun 1915 Kerajinan Amai Setia mendapat pengakuan dari Rechtsprsoon (Badan Hukum) dengan Surat Putusan No.31 Tanggal 16 Januari tahun 1915 yang beranggo- takan seluruh wanita Kotogadang (Effendi, 1982:1).

Usaha Amai Setia ini merupakan sejenis badan usaha yang anggotanya hampir seluruh masyarakat pengrajin di Kotoga- dang, sedangkan bentuk kepengurusannya dipimpin oleh satu orang dan Usaha Amai Setia ini memiliki karyawan tetap yang sehari-hari ada di tempat.

Gambar 2.6 Foto Gedung Usaha Amai Setia. Sumber: Foto Kamal Maret 2015

Kegiatan Usaha Amai Setia pada mulanya hanya berupa pemberian pelajaran keterampilan menjahit, membordir, me- nyulam, menenun, merenda.

34 M. Nasrul Kamal Tahun demi tahun usaha ini mengalami peningkatan se- hingga banyak hasil-hasil kerajinan tangan yang mampu mere- ka ciptakan sendiri seperti: memperbaharui seni menenun, te- rutama untuk kebutuhan sehari-hari, menciptakan jenis renda baru yang sekarang dikenal dengan Renda Bangku Kotogadang

Usaha Amai Setia juga membandingkan Kota Gede di Yo- gyakarta sama-sama pengrajin perak dengan Kota Gadang. Ko- togadang merupakan sebuah desa yang terletak beberapa ki- lometer dari kota Bukittinggi. Desa ini cukup maju, bahkan be- gitu majunya hingga tidak ada lagi warganya yang bekerja se- bagai petani kecuali beberapa orang saja. Hal ini ditopang oleh industri rumah tangga yakni: kerajinan emas, kerajinan perak dan sulaman yang juga dimiliki masyarakat Kotogadang. [24]

Munculnya industri kerajinan sulaman dan perak di Koto- gadang juga dimulai dari banyaknya para peziarah. Tidak jauh dari Kotogadang terdapat makam Tuanku Malim Kaji di se- buah bukit yang bernama Guguak Bulek. Makam tersebut dike- ramatkan oleh masyarakat Luhak nan Tigo. Keutamaan pen- grajin dua daerah ini bukan terletak pada makam keramat atau kerajinan emas dan perak yang dimilikinya tetapi semata oleh kontribusi intelektual para perajin. [25]

Kota Gede sebagai desa pelajar dan kota pen- didikan banyak melahirkan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang terkenal dengan ide pembaharuannya yang mereka kenal san- gat anti feudal, meskipun begitu mereka mampu memperta- hankan posisi sebagai desa pendidikan.

24 ] Ibid. Effendi, 1982 25] https://harmanza.wordpress.com/2010/09/22/antara-kota-gede-dan-koto- gadang/ Kerajinan Perak Koto Gadang 35 Sementara masyarakat Kotogadang dikenal sangat pandai memanfaatkan peluang. Ketika Belanda membuka sekolah ne- geri, beramai-ramailah masyarakat Kotogadang menyekolah- kan anaknya di sana. Sehingga banyak anak-anak Kotogadang yang direkrut menjadi pegawai pemerintah.

Karena pendidikan pula banyak tokoh nasional yang ber- darah Minang berasal dari sini. Haji Agus Salim dan Muham- mad Hatta merupakan segelintir contoh orang Kotogadang yang memberikan peran bagi Republik ini.

Sumatera Barat, tepatnya daerah Minangkabau telah melahirkan pemikir-pemikir yang memiliki jiwa-jiwa be- sar dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia dan me- miliki peranan penting di bidang pendidikan seperti Haji Agus Salim, Dahlan Djambek, Dr. Mohammad Hatta, Rah- ma El Yunusiah, Rohana Kudus, Mohammad Sjafei, dan banyak lagi tokoh pemikir nasional yang ahli di bidang lainnya yang dapat dilihat sesuai zamannya.

Kerajinan Amai Setia (KAS) adalah organisasi perempuan pertama di Minangkabau. Organisasi ini dikenal sampai jauh ke luar kampung, tersebar ke berbagai penjuru dunia. Keraji- nan Amai Setia dilahirkan di dalam satu rapat di kampung Bu- kit Kotogadang, dengan pengurus Rohana Kudus sebagai pre- siden dan Hadisah sebagai komisaris. Dengan berdirinya orga- nisasi ini, perempuan Kotogadang jiwanya mulai tersadar un- tuk bekerja bagi kemajuan. Sebelumnya, sesuai tradisi, perem- puan Kotogadang belum boleh bersekolah. Kerajinan Amai Se- tia merupakan “kembaran dari StudiefondsKotogadang ”, sama- sama mengambil bagian dalam evolusi kemajuan (Etek, 2007:33)

36 M. Nasrul Kamal Suatu bangsa akan maju bila hanya laki-lakinya yang ma- ju, sedangkan perempuannya tidak berkembang dengan orga- nisasi itu mendapat subsidi dari pemerintah dan izin menga- dakan lotere untuk membangun gedung sekolah, yang selesai dibangun pada tahun 1919.

Periode kedua tahun 1916 organisasi ini dipimpin oleh Hadisah. Tahun 1922 sewaktu Gubernur Jenderal Hindia Be- landa Fox datang ke Sumatera Barat, ia tidak lupa mengunjungi Kerajinan Amai Setia. Pada setiap pasar keramaian, mereka mengeluarkan hasil karyanya, yaitu kerajinan tangan buatan perempuan Kotogadang, seperti kain suji terawang. Hasil karya ini mendapat penghargaan tinggi bukan saja di dalam “nagari, melainkan sampai jauh keberbagai penjuru dunia”, seperti Amsterdam, Paris, dan New York. [26]

Kemajuan kaum perempuan memang adalah jasa Rohana Khudus paling menonjol. Sejak Rohana Khudus menggerakkan pendidikan mulailah kaum wanita bebas bersekolah dan ber- kembang biak keahlian jahit menjahit, terawang dan renda. Sampai sekarang ada beberapa hal spesifik Kotogadang yang terkenal ke mana-mana.

Pakaian perempuan Minang lainnya memang baju kurung juga, tapi potongannya berbeda. Perempuan Kotogadang me- makai baju kurung yang longgar, bertangan lebar. Sampai se- karang masih tetap perempuan Kotogadang mempertahankan- nya, walaupun mode pakaian di lain-lain kampung sudah ba- nyak perubahan.

26 ] Ibd. (Etek, 2007:34) Kerajinan Perak Koto Gadang 37 Gambar 2.7 Baju Kurung Modern Koto Gadang, sumber. Cha-cha Sulaman Kotogadang Perempuan Kotogadang tidak begitu tertarik dengan baju kebaya, apakah baju kebaya pendek atau baju kebaya dalam, mengikuti model aliran zaman. Sekurang-kurangnya pakaian ini dipertahankan untuk “baralek” (kondangan), dan inilah yang dianggap pakaian resmi. Kalau gadis-gadis Minang sudah menikah/kawin, pakaiannya harus seperti demikian, tidak bo- leh lagi memakai rok seperti banyak dilihat di kampung- kampung atau di kota-kota.

Masyarakat Kotogadang pada tahun 1918, sudah dikenal sebagai pengrajin perak dan emas oleh bangsa Belanda. Seo- rang pengrajin perak Kotogadang yang bergelar Datuak Mang- kudu dipercayai untuk mengikuti pameran ke negeri Belanda pada tahun 1920 (Zulhelman, 1999:14). Setiap rumah mendiri- kan industri rumah tangga dan industri tersebut diberikan na-

38 M. Nasrul Kamal ma silver work, dan tidak lupa dengan hasil sulamannya. Pen- grajin perak Kotogadang berjumlah 20 pengrajin yakni:

Silver Work Amai Setia,Silver Work Leo, Silver Work Rul, Handy Craft Lili Indah Budi, Sulaman Silver Work Cici, Silver Work Syafa, Silver Work Denny & Dessy, Silver Work Welisyar (Makwan), Silver Work Asri, Silver Work Zulkhaidir, Silver Work Iskandar,Silver Work Man, Silver Work Habibi,Silver Work Dah- liar, Silver Work Rahmat, Silver Work Anci, Silver Work Angku In, Silver Work Quin, Silver Work Mandan Silver Work Yus Yen.

Pengrajin perak Kotogadang mempunyai silver Work sen- diri dirumahnya atau bengkel yang menghasilkan bermacam- macam asesoris, seperti, gelang, kalung, cincin, giwang, an- timg-anting, bros, miniatur, hiasan dinding dan kreasi-kreasi pesanan konsumen yang dibuat hingga sekarang.Hasil keraji- nan Kotogadang terbuat dari perak murni dan tidak bercampur dengan bahan lain. Pengrajin Kotogadang terkenal penjahit, merenda yang halus dan terkenal kemancanegara dan luar ne- geri.

Keistimewaannya sebagai pengrajin dan juga dengan ku- linernya yang khas ialah dengan gulai itik (bebek), hanya orang Kotogadang lah yang ahli memasak bebek dan dianggap ciri khas orang Kotogadang. Kalau keluarga Kotogadang tidak bisa memasak gulai itik (bebek), kalau merantau agaknya wanita bukan asli Kotogadang tidak bisa memasaknya. Kampung lain tidak bisa memasak itik (bebek) seperti yang dilakukan wanita Kotogadang. Walaupun wanita bukan asli Kotogadang mela- kukannya, tidak seenak dan asing rasanya.

Kerajinan Perak Koto Gadang 39 Kepandaian jahit menjahit, terutama menjahit terawang. Sampai sekarang kepandaian jahit terawang belum teratasi oleh kampung lain. Memang telah banyak kampung-kampung lain, seperti Ampek Angkek juga mengadakan industri rumah tang- ga menjahit terawang, belum bisa menandingi Kotogadang. Pakaian kaum wanitanya, walaupun mereka merupakan kaum intelek (terpelajar), tetapi pakaiannya tetap asli Kotogadang. Katakan asli Kotogadang karena berbeda dengan pakaian wa- nita Minang lainnya. Wanita Kotogadang memakai baju ku- rung lengannya lebar, dan tengkuluk (selendang) di bawahnya memakai kain batik.

Eksistensi pemimpin Kerajinan Amai Setia (KAS) dalam suatu organisasi terbentuk oleh dua hal, yaitu (1) kepribadian yang didukung oleh persepsi, kemampuan, kemauan yang ada sebagai faktor internal, dan (2) faktor sosial yang mendorong pemimpin menjadi tokoh. Untuk mengoptimalkan kerja yang demikian maka diperlukan seorang pemimpin yang dapatmen- jalankan organisasi secara maksimal. Menurut Dayati (1998:8- 10) ciri kepemimpinan banyak tergantung pada kebudayaan suatu masyarakat dan pada periode waktu tertentu.

Era globalisasi dengan persaingan yang sudah semakin- kompleks seperti sekarang ini, pemimpin diharapkan dapat berperan sebagai pemrakasa. Pemimpin diharapkan bersama- sama seluruh anggotanya merencanakan dan mengambil kepu- tusan mengenai rencana yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada, serta berbagai kemuda- han yang diperoleh dari sistem pendukungnya. Di samping itu pemimpin harus mampu menerjemahkan ide-ide yang datang dari luar untuk disesuaikan dengan tujuan, minat, kebutuhan,

40 M. Nasrul Kamal dan kemampuan organisasi. Ide yang berasal dari luar tersebut mungkin dirasa asing oleh anggotanya, maka pemimpin harus mampu menerjemahkan ide tersebut menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan oleh organisasinya. Dalam sebuah organisasi, kegiatan membangun adalah perubahan yang direncanakan. Dengan kata lain, membangun adalah suatu usaha manusia untuk memperbaiki kehidupannya. Oleh kerja membangun dipengaruhi oleh manusia (termasuk di dalamnya nilai, tradisi, kebiasaan, tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi) sertaling- kungan sosial dan alam. Membangun dapat ditafsiran sebagai- usaha suatu organisasi memperbaiki kondisi yang ”kurang manusiawi”menjadi kondisi yang ”lebih manusiawi”, yaitu kondisi yang mendukung eksistensi kehidupan manusia seu- tuhnya.

Janssen (dalam Dayati 1998:16) menyatakan bahwa strate- gi membangun melalui 3 M yaitu melihat, menimbang- nimbang, dan melaksanakan. Artinya, untuk belajar mengenali nilai, citra diri, citraorang lain dan berbagai aspek lain dapat dilakukan melalui mengalami dan melaksanakan sendiri (learn- ing by doing). Terdapat dua pendekatan yang dapat diakukan, yaitu (1) pendekatan mentalistik dan(2) pendekatan pengondi- sian (conditioning). Pendekatan mentalistik adalah usaha mem- pengaruhi dan mengubah seseorang secara langsung pada mental seseorang. Pendekatan ini terfokus pada pimpinan ter- hadap wawasan, pengetahuan, dan keterampilan anak buah secara langsung sehingga dapat mempengaruhi kemampuan dan motivasi seseorang. Diharapkan pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku anak buah. Pendekatan mentalistik ditempuh melalui berbagai cara misalnya diskusi,peragaan/ demonstrasi, teguran, keteladanan. Melalui cara-cara tersebut Kerajinan Perak Koto Gadang 41 dimasukkan pikiran, ide, gagasan, dan cara keterampilan baru dengan harapan akan berpengaruh pada wawasan, pengeta- huan, keterampilan, dan secara tidak langsung akan terjadi pe- rubahan sikap pada kelompok bersangkutan. Pendekatan pen- gondisian adalah suatu usaha mempengaruhi dan mengubah perilaku melalui mengubah kondisi dan situasi yang mempu- nyai pengaruh langsung terhadap perilaku kelompoknya. Pen- dekatan ini menekankan bahwa perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara faktor individu dan lingkungan. Apabila kondisi lingkungan diubah, maka perubahan itu akan mem- pengaruhi perubahan persepsi, kognisi, dan penghayatan indi- vidu. Perubahan-perubahanitu pada gilirannya akan mengu- bah keyakinan jiwa seseorang. Selanjutnya perubahan keyaki- nan akan menimbulkan perubahan perilaku. Jadi, untuk me- nimbulkan perubahan perilaku seseorang dapat diupayakan melalui perubahan kondisi lingkungan yang mempunyai pen- garuh langsung kepada kelompoknya.

Kalau pendekatan mentalistik mempengaruhi faktor inter- nal, pendekatan pengondisian mempengaruhi faktor-faktor eksternal individu, seperti memberi peluang dan kebebasan berinisiatif, berkarya, dan berkreasi untuk mengaktualisasikan diri. Asumsinya, membangun sebagai suatu proses pembentu- kan dan perubahan perilaku manusia dipengaruhi oleh dua determinan, yaitu determinan kultulral dan fungsional. Deter- minan kultural bersifat obyektif dan berasal dari lingkungan, determinan fungsional bersifat subyektif dan berasal dari diri seseorang seperti emosi, keinginan, kebutuhan atau tuntu- tan.Pandangan tersebut di atas seorang pemimpin diharapkan- senantiasa (1) bersikap terbuka dan sensitif, (2) suka mengkaji- berbagai masalah bidang kehidupan dalam segala kompleksi- 42 M. Nasrul Kamal tasnya,(3) memupuk sikap ”ingin tahu” (curiositu), dan (4) ti- dak hanya mampu. Agar dapat melakukan hal tersebut dengan baik, minimal mereka harus memiliki lima hal, yakni (1) ke- mampuan yang tinggi, (2) kreativitas yang tinggi, (3) kepe- mimpinan dan kerjasama tim yang baik, (4) empati yang tinggi, dan (5) penampilan yang menarik, khususnya penampilan psi- kologis. Seperti telah diuraikan di depan, dukungan sistem so- sial yang diberikan kepada pimpinan suatu perusahaan / orga- nisasi dalam menjalankan usaha / organisasinya dibagi menjadi 3 kelompok yaitu (1) organisasi, (2) keluarga, (3) masyarakat. Sesuai dengan teori kepemimpinan, peran pemilik merupakan pimpinan yang menentukan roda perusahaan.

Firth (dalam Kaplan dan Manners, 1999:144) menjelaskan bahwa (1) putusan individual secara sadar atau tidak, memun- culkan modifikasi perilaku peran yang kemudian menghasil- kan perubahan struktural, (2) bila sarana, watak, atau unsur- unsur budaya muncul dalam suatu struktur sosial atau mem- pengaruhi dari ”luar”maka alternatif-alternatif tertentu yang semula tidak ada, lalu menjadi ada. Demikian juga dukungan yang diperoleh pimpinan usaha kerajinan perak Amai Setia da- pat dijelaskan sebagai berikut ini.

1. Dukungan Organisasi Usaha kerajinan perak Amai Setia Kotogadang berorienta- si pada bisniskerajinan sehingga semua unsur yang bekerja pa- da usaha kerajinandisebut ”pengrajin”. Pada kegiatan bisnis ini, terjadi hubungan kekeluargaan di mana fungsi satu unsur den- gan unsur lain tidak mengikat dengan ketat, tetapi dikelola se- cara kekeluargaan. Unsur-unsur yang dimaksud adalah (1) pe-

Kerajinan Perak Koto Gadang 43 milik, (2) staf, (3) perancang, (4)pengrajin. Organisasi usaha ke- rajinan perak Amai Setia Kotogadang ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.8. Hubungan kekerabatan dalam model manajemen kekeluargaan, hubungan langsung dan tidak langsung, serta garis komando

Hubungan langsung Garis komando sebagai sebuah usaha keluarga, struktur organisasi perusahaan tidak tersusun den- gan ketat. Pemilik berfungsi sebagai manager, yang seringkali juga merangkap sebagai desainer dan yang melakukan pema- saran.

Upaya untuk meningkatkan nilai kerajinan perak terus di- lakukan oleh para pengrajin di Kotogadang. Salah satunya ada- lah dengan terus meperbarui desain produk dan memperluas jaringan promosi dan pemasaran. Product upgrading ini misal- nya dilakukan dengan mengkombinasikan antara perak dengan media lain seperti batu permata. Para pengrajin juga secara ru- tin mengikuti pameran yang diselenggarakan baik oleh peme- rintah maupun mitra swasta yang diharapkan dapat lebih memperkenalkan produk mereka.

Hubungan pemilik dengan pengrajin adalah hubungan hi- rarkhi di mana pengrajin mengerjakan order garapan yang di- peroleh dari pemilik. Pemilik berhak memilih pengrajin sesuai dengan desain yang akan dikerjakan, serta pemilik juga berhak 44 M. Nasrul Kamal untuk mengembalikan hasil pekerjaan apabila tidak sesuai dengan harapannya.

Kondisi ini terjadi karena desain diciptakan dan ataudise- leksi oleh pemilik sendiri. Pemilik juga berperan sebagai quali- tycontrol dari setiap hasil pekerjaan pengrajin yang akan dipa- sarkan. Perancang akan membuat desain sesuai dengan pesa- nan dari pemilik atau menciptakan model-model atas prakarsa sendiri. Pada awalnya perancang sulit menentukan desain yang memenuhi prinsip3F (form, follow, function), karena perancang tidak menguasai teknik penggarapan perhiasan logam. Banyak desain yang sudah diciptakan tetapi tidak dapat dikerjakan.

Seleksi desain dilakukan oleh pemilik yang sudah memili- ki pengalaman lebih dari 20 tahun pada bidang perhiasan dari perak dan emas. Seringkali pengrajin juga dapat mengoreksi desain,yang secara teknis tidak dapat dikerjakan yang dipero- leh dari perancang. Staf terdiri dari seorang yang membawahi pengrajin untuk masalah keuangan dan oder kerja. Selain itu ia juga menyelesaikan pembukuan usaha. Seorang membantu pemasaran dan kegiatan-kegiatan yang berurusan dengan luar, misalnya mengirim barang, pendaftaran, membayar pajak, dan lainnya.

Seorang ahli membantu operasional di dalam ruang pa- mer, seperti bertanggung jawab terhadap penataan ruang dan etalase, penjualan di tempat, kebersihan, dan lainnya. Sebagai- mana diutarakan di depan, usaha ini dikelola dengan cara ke- keluargaan, sehingga peran setiap unsur tetap dalam pola ker- jasama. Demikian eratnya kerjasama ini sehingga roda usahaa- kan terganggu apabila salah satu unsur tidak berfungsi atau kurang maksimum dalam tugasnya. Pemilik (pemimpin) tidak

Kerajinan Perak Koto Gadang 45 dapat memasarkan produk kerajinan apabila pengrajin tidak menghasilkan produk-produknya.

Pemilik tidak dapat membuat transaksi dengan pihak luar apabila staf, perancang, dan pengrajin tidak memberikandu- kungan maksimal. Pimpinan percaya, bahwa usaha ini tidak dapat berjalan kalau tidak ada pengrajin, maka harus dicipta- kan satu bentuk hubungan kekeluargaan yang harmonis fung- sional.Usaha ini memiliki tempat usaha yang terdiri dari ruang kerja pengrajin, ruang pamer, dan ruang tamu. Semua unsur bekerja ditempat kerja mulai pukul 08.00 sampai pukul 17.00, hari Minggu libur.Untuk perancang dan pengrajin prestasi ker- ja sesuai dengan tingkat kesulitan produk, dan masa kerja. Pa- da pengrajin perak Kotogadang yang telah bekerja lebih dari bertahun-tahun dengan harapan agar ia betah bekerja pada usaha sendiri.

Proposisi George Homan (dalam Ritzer 1992:93-94) me- nyatakan makin tinggi ganjaran (reward) yang diperoleh atau yang akan diperoleh makin besar kemungkinan sesuatu ting- kah laku akan diulang. Proses ini akan memberikan keuntun- gan pada kedua belah pihak, dan keuntungan itu mengandung unsur psikologis. Jumlah pengrajin yang bekerja pada lokasi usaha Amai Setia Kotogadang 12 orang sedangkan yang berada di luar lokasi usaha berjumlah 6 pengrajin. Pengrajin dapat memperoleh hasil produknya tergantung konsumen datang dan jumlah pemesan. Sementara untuk perancang dan pengra- jin tergantung pada ide tiap silver work masing-masing. Perbe- daan ini dapat dipahami oleh semua pihak sehingga tidak ter- jadi kecemburuan sosial dalam organisasi.

46 M. Nasrul Kamal 2. Dukungan Keluarga Keluarga mempunyai andil yang cukup besar di dalam- mendukung kemajuan usaha rumah tangga yang dikelola oleh seorangpemimpin (kepala keluarga). Sebagai sebuah usaha swasta yang menerapkan manajemen kekeluargaan, jam kerja dari pimpinan tidak pasti. Dalam24 jam per hari transaksi da- pat dilakukan meskipun di luar lokasi usaha. Artinya, pimpi- nan dapat melakukan transaksi di luar jam kerjayang disepaka- ti bersama. Misalnya pada hari Minggu terdapat pelanggan yang datang dari luar kota, pimpinan dapat melakukan tran- saksi dengan membuka ruang pamer atas permintaan pelang- gan. Kondisi yang demikian menuntut dukungan keluarga (is- teri dan anak) untuk memberikan kesempatan kepada pimpi- nan (kepala keluarga) dalam menjalankan usahanya.

Demikian juga angota keluarga pengrajin, staf, dan peran- cang menjadi syarat mutlak terpenuhinya target usaha dan se- cara tidak langsung memberi dukungan pada peran dan fung- sipemilik/ pimpinan. Dalam sosiologi modern, pranata sosial cenderung dipandang sebagai hubungan norma-norma dan nilai-nilai yang mengitari aktivitas manusia. Pranata sosial yang dimaksudkan adalah keluarga dimana semua fungsi dan kedudukan anggota mempunyai fungsi yang saling berhubun- gan dan terikat satu dengan yang lainnya (Ritzer 1992:23).

3. Dukungan Masyarakat Usaha kerajinan perak Amai Setia Kotogadang pada awal berdirinya tahun 1911, masyarakat masih belum memberikan- dukungan. Pengrajin merasa sangat kesulitan dalan memasar- kan produknya. Ada empat faktor penyebab sulitnya pemasa-

Kerajinan Perak Koto Gadang 47 ran, yakni (1)Kerajinan perak Kotogadang belum dikenal oleh masyarakat, (2) kurangnya promosi,(3) interaksi pengrajin dan pemakai belum terjalin, (4) pengrajin belum dapat”membaca” desain yang diminati oleh masyarakat.

Dalam perjalanan perusahaan, langkah awal dilakukan melalui promosi di dalam kota Bukittinggi dengan mengada- kan pameran. Pameran dilaksanakan pada acara-acara yang diadakan oleh kelompok pengrajin yang dianggap memiliki prospek positif dalam usaha bidang kerajinan, misalnya bazaar pembangunan daerah, bazaar di sebuah Bank, dan acara pame- ran di hotel berbintang.

Pemilihan tempat promosi disesuaikan dengan sasaran yang dipandang meminati kerajinan perak Kotogadang. Mela- lui promosi yang dilakukan secara tradisional maupun melalui pameran, kerajinan perak Amai setia Kotogadang saat ini su- dah dapat diterima oleh masyarakat pemakai dari berbagai ko- ta di Indonesia dan bahkan luarnegeri.

Oleh sebab itu ketergantungan antara masyarakat dengan pengrajinperak Kotogadang dan sebaliknya, merupakan kunci sukses sebuah usaha pengrajin perak. Artinya, dukungan ma- syarakat terhadap produk pengrajin perak Kotogadang menjadi syarat mutlak untuk kelancaran sebuah kelompok usaha. Seca- ra tidak langsung, peran dan fungsi pemimpin juga sangatdi- bantu oleh dukungan masyarakat baik pembeli maupun pema- kai.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan masyarakat meliputi (1) dukungan organisasi, (2) dukungan keluarga, dan (3) dukungan masyarakat konsumen

48 M. Nasrul Kamal amat menentukan peran pimpinan dalam membawa usaha ke- rajinan perak Amai setia Kotogadang kepada suatu kemajuan industri perak khususnya di kota Bukittinggi dan di Indonesia pada umumnya. Sebagai sebuah usaha yang bergerak di bidang kerajinan, usaha ini seharusnya mendapat dukungan dari pe- merintah dalam kemudahan-kemudahan mendapatkan bahan baku, memasarkan produk, dan mengeksport ke luar negeri dalam rangka melestarikan hasil budaya Indonesia yang memi- liki ciri khas masyarakat Indonesia.

D. Koto Gadang Sebagai Destinasi Wisata

(Kutipan-kutipan tentang Wisata ke Koto Gadang dari berbagai sumber) 1. Wisata Ke Nagari Koto Gadang Oleh: safitri Ahmad [27]

Salah satu nagari yang cukup dikenal karena kaum cerdik pan- dainya, nagari Koto Gadang. Nagari Koto Gadang terletak di Kabu- paten Agam, kira-kira 30 menit dari Bukittinggi dengan mengguna- kan kendaraan. Walau wisatawan selalu memilih Bukittinggi menja- di tujuan wisata, tapi Koto Gadang mempunyai daya tarik tersendiri, terutama bagi wisatawan yang menyukai arsitektur dan suasana pedesaan. Dari Bukittinggi menuju Koto Gadang dapat dilalui dengan berjalan kaki atau dengan kendaraan. Jalur Great Wall (jalur dari Panorama- Koto Gadang), dapat dilalui dengan berjalan kaki dengan peman- dangan ngarai sianok. Waktu tempuh berjalan kaki melalui jalur ini kira-kira 1 jam.

27] http://jamgadang04.com/wisata-ke-nagari-koto-gadang/.html Kerajinan Perak Koto Gadang 49 Jalur Great Wall, sumber penulis

Waktu tempuh dari Bukittinggi-Koto Gadang dengan kendaraan kira-kira 30 menit. Jalur perjalanan dapat melalui Ngarai Sianok atau melalui parabek-Koto Tuo.

Dua jalur jalan menuju Kotogadang (sumber penulis)

Nagari Koto Gadang mempunyai topografi yang datar, sehingga dapat dikelilingi dengan bersepeda atau jalan kaki. Selain menikmati

50 M. Nasrul Kamal beragam bentuk arsitektur rumah, wisatawan dapat menikmati keindahan pemandangan alam desa, Gunung Merapi dan hamparan sawah, dan kerajinan sulam dan perak. Bagi yang suka kerajinan perak dan sulaman, terdapat pusat keraji- nan Amai Setia di pinggir jalan dari Bukittinggi ke Koto Gadang, lewat ngarai sianok. Pusat kerajinan ini buka pukul 10:00 WIB. Pusat kerajinan ini merupakan pusat pendidikan bagi kaum wanita pada masa dulu. Tiap hari Selasa dan Jumat ada pasar mingguan. Tidak besar. Setiap nagari mempunyai hari Pasar masing-masing, seperti Bukittinggi yang mempunyai hari pasar, Rabu dan Sabtu. Arsitektur rumah terdiri dari berbagai tipe, ada arsitektur rumah gadang, rumah kayu, dan rumah batu. Arsitektur rumah di domina- si rumah kayu, sedangkan rumah gadang dan rumah batu tidak ter- lalu banyak. Pola pemukiman rumah membentuk cluster, dalam satu area terdapat 8-10 rumah dan ruang bersama di bagian depan- nya. Masjid utama di Koto Gadang terletak di bagian depan, di jalan utama dan di depan sawah. Di belakang mesjid terhampar sawah, tidak ada lagi pemukiman penduduk. Wisata ke Nagari Koto Gadang masih dilakukan oleh individu atau kelompok kecil. Belum ada program wisata khusus yang dilakukan di nagari ini.

Kerajinan Perak Koto Gadang 51 2. Objek Wisata “Great Wall” Kotogadang Oleh: Rusdi Chaprian / Pelangi Holiday [28]

“Great Wall” Koto Gadang, sumber penulis Great Wall Koto Gadang adalah sebuah jenjang untuk pejalan kaki yang menghubungkan Ngarai Sianok dengan koto Gadang. Arsi- tektur bangunannya mengadopsi tembok raksasa China. Bukittinggi memang tidak ada matinya sebagai kota yang memiliki banyak objek wisata. Tempat wisata yang baru-baru ini diresmikan adalah Great Wall Koto Gadang. Dengan mengadopsi salah satu tujuh keajaiban dunia yaitu tembok raksasa China, Great Wall Koto Gadang menjadi sebuah bangunan yang berdiri kokoh sebagai jan- jang atau jenjang yang membentang dari Ngarai Sianok hingga ke Nagari Koto Gadang.

Pembangunan Great Wall Koto Gadang Objek wisata Great Wall Koto Gadang dibangun sebagai perbaikan untuk Janjang Koto Gadang dengan menambahkan sentuhan seni arsitektur yang mengadopsi bangunan tembok raksasa China. Jan- jang atau tangga ini digunakan untuk pejalan kaki di sekitar kawa- san Ngarai Sianok sampai ke Koto Gadang. Namun, karena pe-

28]https://www.pelangiholiday.com/2013/08/objek-wisata-great-wall-koto- gadang.html 52 M. Nasrul Kamal mandangan alam yang indah dan arsitektur yang menarik, jenjang ini menjadi objek wisata baru di Kota Bukittinggi. Latar belakang pembangunan objek wisata Great Wall Koto Ga- dang didasari dari sulitnya akses jalan dari Koto Gadang ke Ngarai Sianok. Akibatnya, masyarakat Nagari Koto Gadang maupun pen- gunjung harus jakan memutar, padahal jaraknya cukup dekat. Wisatawan enggan untuk mampir. Selain itu, pembangunannya juga akan menunjang perekonomian penduduk sekitar yang berma- ta pencaharian sebagai pengrajin. Dengan adanya Great Wall Koto Gadang ini, maka para wisatawan yang datang akan lebih banyak dan kerajinan yang dibuat penduduk sekitar akan laku terjual. Selain itu, pembangunan Great Wall Koto Gadang juga bertujuan untuk mengenang seorang pahlawan Sumatera Barat yang bernama H. Agus Salim. Monumen pahlawan H. Agus Salim dibangun di bagian ujung jalan. Dengan adanya monumen tersebut, maka se- makin lengkaplah objek wisata yang satu ini.

Target Pencapaian Great Wall Koto Gadang Target pencapaian pendirian objek wisata Great Wall Koto Ga- dang adalah untuk membentuk trail pejalan kali yang akan diguna- kan sebagai akses perjalanan dari Ngarai Sianok menuju Koto Ga- dang. Perbaikan akses dari objek wisata andalan Bukittinggi ke sen- tra kerajinan penduduk diharapkan akan dapat menopang kehidu- pan perekonom ian masyarakat di Nagari Koto Gadang. Sepanjang trail juga dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas seperti mushola untuk beribadah, tempat istirahat dan toko oleh- oleh. Hal inilah yang nantinya dapat menarik minat wisatawan lebih banyak lagi.

Kerajinan Perak Koto Gadang 53 3. Koto Gadang Sumatera Barat, Surga Belanja Istri Pejabat Laporan Wartawan Sriwijaya Post/Theresia Juita Tribunnews.Com, 29] Rabu, 3 Juni 2015

Belum sempurna rasanya jika jalan-jalan ke Provinsi Sumatera Barat namun tak berkunjung ke Koto Gadang. Nagari yang terletak di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, ini selain terkenal sebagai nagari (setingkat desa) yang banyak memiliki tokoh-tokoh nasional Indonesia, juga terkenal sebagai penghasil kerajinan perak, sulam, dan renda bangku. Adapun beberapa tokoh penting asal Koto Gadang adalah Soetan Sjahrir (Perdana Menteri Pertama Indonesia), Haji Agus Salim, Jendral Rais Abin, Rohana Kudus, dan banyak lagi. Untuk mencapai Koto Gadang kita cukup menempuh perjalanam sekitar 1,5 jam dari Payakumbuh. Nagari ini terletak di antara Gunung Singgalang dan Ngarai Sianok. Sriwijaya Post (Tribun Network) yang berkesempatan melawat ke Ranah Minang, dari jalan Kelok 9 Payakumbuh langsung menuju Koto Gadanguntuk melihat kota yang terkenal dengan kerajinan tangannya. Utamanya adalah kerajinan perak Koto Gadang yang sudah diken- al sejak zaman Belanda. Kearifan lokal Koto Gadang yang dilestarikan hingga kini adalah, sejak kecil anak bujang setempat sudah dilatih membuat kerajinan perak. Sementara, anak gadis pandai menyulam dan membuat renda bangku.

29] http://www.tribunnews.com/travel/2015/06/03/koto-gadang-sumatera- barat-surga-belanja-istri-pejabat?page=all 54 M. Nasrul Kamal Ratna, sedang menyulam selendang di Yayasan Amai Setia, Koto Gadang, Sumatera Barat. (Sriwijaya Post/Theresia Juita)

Memasuki desa ini, kita akan menemukan banyak toko yang menjual kerajinan perak. Hampir semua penduduk di sini piawai mengerjakan kerajinan perak. Dan mereka menitipkan ke toko atau yayasan yang menjual kerajinan perak dan kain sulam. Layani Pesanan dari Luar Negeri Kerajinan perak Koto Gadang mempunyai ciri khas halus dengan warna kesusuan dan tidak terlalu berkilau. Ini pula yang membuat perak Koto Gadang tampil lebih elegan dan anggun.

Miniatur rumah gadang dari bahan perak(Sriwijaya Post/Theresia Juita)

Kerajinan perak Koto Gadang tidak hanya dibuat untuk gelang, cincin, dan kalung saja, tetapi juga banyak dipesan untuk replika rumah adat dan tempat bersejarah.

Kerajinan Perak Koto Gadang 55 Pemesannya dari dalam dan luar negeri. Dari beberapa toko yang disinggahi, Sripo memasuki Yayasan Kerajinan Amai Setia Koto Gadang, yayasan yang didirikan oleh Rohana Kudus (1884-1972). Rohana adalah kakak perempuan Soetan Sjahrir, seorang jurnalis perempuan pertama di Sumatera Barat yang juga pendiri Surat Kabar Soenting Melajoe. Di yayasan ini, selain menjual kerajinan perak karya masyarakat setempat, dijual juga pelbagai macam selendang, kain, jilbab hingga pakaian adat khas masyarakat Koto Gadang. Susi Munardi dan Ratna Gustini bersama Sekretaris Yayasan Amei Setia, Irawati menjelaskan, beberapa ciri khas sulam Koto gadang. Antara lain, sulam suji cair, sulam kapak peniti, tarawang papan, tarawang fillet, tarawang kumbang, sulam kalengkang yang banyak dipakai untuk mempercantik selendang, baju kurung, gamis dan jilbab. Untuk selembar selendang yang dikerjakan dengan sulam tangan selama tiga sampai enam bulan, akan dipercantik lagi dengan renda bangku. Langganan Ibu-ibu Pejabat Harga satu lembar selendang bisa mencapai harga Rp 3 juta rupiah karena tingkat kesulitan dalam mengerjakannya.

Susi, dari Yayasan Amai Setia sedang mengerjakan renda bangku khas Koto Gadang, Sumatera Barat. (Sriwijaya Post/Theresia Juita)

Untuk membuat sulaman dibutuhkan sebuah meja panjang yang terbuat dari kayu untuk membentangkan kain di atasnya.

56 M. Nasrul Kamal Sementara untuk membuat renda bangku yang berasal dari Belgia, membutuhkan sebuah meja bundar yang terletak di atas bangku. Renda bangku menggunakan benang dari emas, perak, dan benang bahan sutera. Renda dijalin dengan menggunakan klos. Masing-masing renda harus dijalin dengan menggunakan klos berkelipatan genap, minimal menggunakan delapan klos. Selendang-selendang ini kini tidak hanya dipakai oleh bundo kanduang orang Minang, tetapi banyak juga dipesan ibu-ibu pejabat dan public figur untk dikenakan di acara resmi maupun pesta. Tidak ada ketentuan warna, namun Ratna menjelaskan yang paling diminati adalah warna merah. Editor: Mohamad Yoenus

4. Sekilas Perak dari Koto Gadang Sofenir Kerajinan yang Terus di Buru Wisatawan Oleh: Rusdi Chaprian / Pelangi Holiday [30]

Kerajinan perak dari Koto Gadang Agam Sumatera Barat memili- ki keindahan dan kehalusan yang tak kalah dari kerajinan perak kota lain di Indonesia. Kerajinan Perak dari Koto Gadang Agam Sumatera Barat Jika membayangkan kota yang terkenal dengan kerajinan perak- nya, Anda mungkin membayangkan Kotagede di Yogyakarta. Akan tetapi, kerajinan perak dari Koto Gadang Agam tak kalah indah dan terkenalnya dibandingkan dengan kerajinan perak Kotagede. Koto Gadang merupakan pusat seni yang terkenal te- rutama seni kain songket dan tentu saja perak, sehingga namanya pun menjulang sebagai sentra seni kerajinan perak di Sumatra Barat. Walaupun ada istilah ‘koto,’ sebenarnya Koto Gadang adalah sebuah kenagarian setingkat desa yang memang berada di Kabu- paten Agam. Kenagarian ini memang terkenal sebagai tempat

30 ] https://www.pelangiholiday.com/2013/12/sekilas-perak-dari-koto-gadang- sumatera.html

Kerajinan Perak Koto Gadang 57 asal para tokoh seni dan sastra salah satunya Agus Salim, sehing- ga tak heran jika kenagarian ini menjadi pusat seni dan kerajinan. Awal Kerajinan Perak Koto Gadang Kerajinan perak dari Koto Gadang Agam sudah terkenal sejak jaman Belanda, dimana hasilnya diminati tidak hanya oleh kaum lokal namun juga pendatang dan bahkan oleh orang Belanda. Kerajinan perak seperti patung dan replika sering dipesan untuk hiasan rumah, sedangkan yang berupa perhiasan sering dipesan oleh wanita Belanda dan di era 90an hingga sekarang mulai di lirik pelancongan dari . Karena sering dipesan oleh orang Belanda baik untuk dipakai sendiri maupun dijadikan hadiah, lama-kelamaan reputasi kerajinan perak dari Koto Gadang Agam meningkat sehingga dikenal di luar negeri bahkan sampai ke Eropa. Sejak tahun 1911, kerajinan perak di Koto Gadang Agam mulai mendapat nama di luar negeri. Ciri Khas Kerajinan Perak Koto Gadang Kerajinan perak dari Koto Gadang Agam memiliki ciri khas tersendiri dari segi tampilannya. Jika dilihat dari dekat, penampilannya tak begitu berkilau namun memiliki kesan yang sangat halus, dengan warna mirip susu. Kesan keseluruhannya menjadi elegan, anggun namun tak menyolok mata. Karena kehalusan pembuatannya, kerajinan perak ini cocok jika dipadukan dengan songket pandai sikek yang juga terkenal akan kehalusan bahan dan desainnya. Sifat halus dan anggun kerajinan perak ini termasuk yang memikat pembeli dari Eropa, terutama Eropa Barat yang memang menggemari kerajinan dengan desain anggun dan halus yang juga nampak dalam seni kerajinan mereka. Kini, kerajinan perak dari Koto Gadang Agam juga masihterus diburu oleh wisatawan dan kolektor. by Rusdi Chaprian

58 M. Nasrul Kamal 5. Perhiasan Kalung Koto Gadang Oleh: Safitri Ahmad, (29-09-2017), 31

Saat berkunjung ke rumah teman kakak di Nagari Koto Gadang, saya menemukan kalender dengan foto-foto perhiasan lama khas Koto Gadang. Ada satu dua kalung yang sama dengan perhiasan mama. Saya yakin perhiasan yang difoto untuk dijadikan kalend- er itu, merupakan koleksi yang masih disimpan oleh sebagian keluarga secara turun temurun, karena sulit menemukan perhia- san dengan rancangan seperti itu, termasuk di toko emas di Bu- kittnggi. Kalender itu diprakasai oleh Ibu-ibu Koto Gadang.

Ada 6-8 macam kalung yang terdapat di dalam kalender itu, se- tiap foto terdapat nama kaluang dan fungsinya. Kaluang mansora dan ampiang, berupa rangkaian kalung yang terdiri dari satu atau dua lapis kalung, dengan motif ornamen yang sama. Kalung ini tidak panjang, kira-kira 5-8 cm di bawah leher. Kaluang gadang, kalung ini panjang sampai di bawah da- da, dengan beberapa buah ornamen besar. Maniak baranggo dan merjan. Merjan merupakan batu berwarna merah yang dibentuk menjadi perhiasan, sedangkan maniak baranggo merupakan mainan kaluang yang dibentuk seperti bola, di dalamnya kosong (baranggo). Collier, kalung dengan rancangan yang lebih ringan,

31 ] http://jamgadang04.com/perhiasan-kalung-koto-gadang/.html Kerajinan Perak Koto Gadang 59 ditambah dengan mata berlian atau intan. Liontin, kalung dengan mata berlian atau intan. Daraham dan kaluang ketek. Daraham seperti koin emas yang disusun menjadi kalung, orang minang menyebut rupiah ameh (koin emas). Sedangkan kaluang ketek, hiasan kaluang yang kecil, tidak menonjol. Kalung yang digunakan untuk baju kurung; kaluang gadang, maniak baranggo dan merjan, kaluang mansora, kaluang am- piang, liontin, daraham, dan kaluang ketek. Semua kalung terbuat dari emas. Walau koto gadang terkenal dengan kerajinan perak, tapi tidak ada perhiasan perak yang di- gunakan dalam acara-acara adat. Kaluang gadang yang asli terbuat dari emas. Akan tetapi, kaluang gadang yang digunakan untuk pengantin saat ini, terbuat dari kuningan. Kaluang maniak baranggo, merjan, ampiang, dan kaluang man- sora merupakan kalung yang biasa digunakan oleh wanita untuk menghadiri acara-acara resmi (pernikahan atau acara adat). Se- dangkan kalung yang dipakai sehari-hari kalung collier atau ka- luang ketek.

E. Tempat Wisata Lain Sekitar Bukittinggi

Kota Bukittinggi dikenal sebagai kota wisata, pusat kota berada dipuncak bukit dengan sendirinya dapat melihat dan menikmati pemandangan alam yang indah dan mengagumkan. Dikota ini banyak pula terdapat peninggalan sejarah dan bu- daya antara lain. 1. Tempat Wisata lama a. Museum Kebudayaan

Museum yang dibangun tahun 1935, terletak dalam komp- lek kebun binatang “Taman Putri Bungsu” di dalamnya terda- pat berbagai karya seni budaya peninggalan sejarah lainnya dari nenek moyang kita.

60 M. Nasrul Kamal b. Jam Gadang

Jam yang menjadi lambang Kota Bukittinggi ini dibangun tahun 1827 oleh Contraleur Rookmaker. Dari puncak menara da- pat menikmati pemandangan alam seperti; Gunung Merapi, Singgalang dan Ngarai Sianok serta jam digunakan penuntun bagi masyarakat untuk mengetahui waktu. c. Gedung Triarga (dekat jam gadang)

Gedung bersejarah dalam perjuangan kemerdekaan RI. Mantan Wakil Presiden Mhd. Hatta bersama beberapa Mentri Negara mengatur pemerintahan di Pulau Sumatera, yang di- koordinir dalam Ko-Misariat Negara untuk Sumatera. d. Benteng For de Cock

Benteng yang dibangun dipuncak bukit oleh Kapten Bauer tahun 1825 untuk mengetahui perlawanan rakyat Minangkabau di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol dan Harimau Nan Sambilan. Parit-parit pertahanan dan meriam-meriam kuno masih dapat dilihat di benteng tersebut. Dari benteng ini dihu- bungkan oleh “ Jembatan Limpapeh” dengan kebun binatang di kota bukittinggi yang selalu ramai setiap hari minggu dan hari libur lainnya. a. Lobang Jepang Lobang Jepang ini berupa terowongan yang panjangnya 1.400 m, berliku-liku berada di bawah kota Bukittinggi, diping- gir Ngarai Sianok. Dibangun pada tahun 1927 oleh penjajah Jepang dengan maksud sebagai kubu pertahanan dalam me- nengah dari serangan musuh sebagai kubu pada perang dunia ke II. Dipintu dengan relief yang menggambarkan penyiksaan

Kerajinan Perak Koto Gadang 61 penjajah Jepang terhadap rakyat yang menggali lobang terse- but. Di dalamya terdapat ruangan-ruangan besar sebagai tem- pat penyimpanan senjata dan perbekalan perang. b. Ngarai Sianok Ngarai Sianok merupakan suatu lembah yang subur dan hijau di dasar ngarai mengalir sungai yang berliku menyusuri celah-celah tebing Gunung Merapi dan Gunung Singgalang dengan panorama alam yang mempesonakan. Berlokasi di- pinggir/lereng Kota Bukittinggi.

Lebih lanjut Abna Hidayat dalam tulisanya pad koran Ha- luan Mingu 11 Mei 2008, Menjelaskan bahwa kota Bukittinggi hingga kini tetap menjadi ikon daerah wisata unggulan di su- matera barat. Keberadaan kota bukittinggi semakin jelas den- gan komitmen Pemda setempat untuk menggiatakan semua potensi jiwa meningkatkan jumlah kunjungan para turis mau- pun wisatawan domestik dan mancanegara.

Gambar 2.9 Ngarai sianok, Sumber. Penulis Sejak dicanangkannya Visit Indonesia Year Tahun 2008 se- cara kasat mata terlihat jumlah wisatawan mancanegara ke

62 M. Nasrul Kamal kota Bukittinggi terlihat semakin meningkat, hal ini dijelaskan oleh Nasrul M. Putra, SH, bahwa peningkatan sebanyak 26.000. Periode 2007 tercatat 266.814 yang terdiri dari wisata- wan mancanegara 30. 428 dan domestik 236.386. sedangkan tahun 2006 berjumlah 240.738 terdiri dari mancanegara 15.523 dan domestik 225.215 terjadinya peningkatan tersebut tidak terlepas dari berbagai upaya yang diprogramkan Pemko Bukit- tinggi antara lain dengan menyelenggarakan “Ivent” dan Atraksi Wisata di Bukittinggi. 2. Taruko Tujuan Wisata Baru di Bukittinggi Oleh: Safitri Ahmad (14-11-2014) [32]

Saya sudah lama mendengar kata Taruko.. Keponakan sering menyebut kata itu, dan mengatakan bahwa lokasi di Taruko sangat bagus, terletak di ngarai, dan ada restoran. Bulan September 2015, saya berkesempatan mendatangi Taruko bersama teman SMA. Lokasi Taruko dari Jam Gadang kira-kira 15 menit dengan kendaraan. Dari panorama belok ke kiri, melewati pintu gerbang Great Wall, terus menyeberangi sungai, terdapat papan petunjuk jalan arah ke Taruko. Taruko merupakan tempat untuk menikmati keindahan ngarai (salah satu area dari ngarai), terdapat restoran yang menyajikan makanan ringan, misalnya pancake dan berbagai minuman. Ada gardu pandang dan beberapa rumah yang terbuat dari kayu dengan rancangan terinspirasi dari arsitektur Minang, Rumah Gadang. Area itu dirancang alami, menggunakan material kayu dan batu alam. Suasana ngarai yang indah, tenang (jauh dari rumah penduduk dan keramaian), serta fasilitas (gardu pandang, restoran, tempat salat, parkir, toilet) menjadi daya tarik Taruko. Jika beruntung, sekali-kali pengunjung bisa melihat kerbau yang memakan rumput di seberang sungai. Saya sempat memotret angsa yang bermain bebas di lingkungan Taruko. Suasana alami yang di-

32]http://jamgadang04.com/taruko-tujuan-wisata-baru-di-bukittinggi/.html Kerajinan Perak Koto Gadang 63 bangun menyatu dengan pemandangan ngarai. Ini menyebab- kan saudara sepupu saya yang mengelola hotel di Bukittinggi selalu mengajak tamunya ke Taruko. Mereka bisa mengha- biskan waktu 1-3 jam di lokasi tersebut. Lokasi ini cukup aman bagi anak-anak, mereka bisa bermain air di sungai yang mengalir di bagian belakang, tentu saja jika air sungai dalam keadaan surut.

Bermain dan menghabiskan waktu di Taruko tidak dipunggut biaya. Siapa saja bisa datang dan menikmati keindahan ngarai di lokasi ini. Mereka dapat makan dan minum di restoran yang ada, atau membawa makanan dari luar lokasi. Kami membeli makanan dari luar dan menikmatinya bersama-sama di Taruko. Daging cincang dan bebek cabe hijau yang dibeli di rumah ma- kan bebek cabe hijau yang terkenal di daerah itu. Tanpa terasa kami menghabiskan waktu 3 jam di sana, bermain air, becanda, dan makan bersama. Selain dari panorama, wisatawan yang datang ke Bukittinggi dapat menikmati ngarai di Taruko. Suasana yang dibangun di Taruko lebih alami, tenang, dan tidak dipungut bayaran.

64 M. Nasrul Kamal BAB III PROSES PENGEMBANGAN KERAJINAN PERAK

erajinan perak Kotogadang merupakan warisan Kleluhur budaya secara turun-temurun. Pada awal- nya kerajinan Kotogadang berupa kerajinan sula- man, kerajinan emas, kerajinan perak dan kerajinan tembaga. Namun seiring waktu, kerajinan peraklah yang paling diminati. Sehingga para pengrajin lebih banyak memilih untuk mengolah bahan perak hingga sekarang.

Paparan proses pengembangan model kerajinan perak Kotogadang ditinjau dari segi bahan, alat, motif, desain dan teknik sebagai berikut

A. Pengembangan Bahan

Bahan baku perak merupakan salah satu yang terpenting dalam pengembangan kerajinan perak Kotogadang. Selain pe- rak pengrajin perak Kotogadang juga menggunakan bahanku- ningan, tembaga dan berbeda dengan logam emas dan batu mulia, jika dilihat dari penggunaannya, perak memiliki kegu- naan yang luas. Bahan yang dipakai dalam produk kerajinan perak Kotogadang tersebut dapat digolongkan pada logam fer- ro dan logam non ferro, dengan beragam keperluam sehari-

Kerajinan Perak Koto Gadang 65 hari, sehubungan dengan hal tersebut, pengelompokan logam secara teknik umum dibagi menjadi dua golongan utama yaitu logam ferro dan non ferro. Menurut Arifin (1976:9) logam ferro bahan dasarnya “terbuat dari baja dan non ferro disebut logam murni, logam murni tidak mengandung besi (Fe) dan Carbon (C). Sedang logam ferro disebut besi karbon karena unsur da- sarnya terdiri dari unsur besi/baja (Fe) dan carbon (C)”.

Perak murni disebut juga logam non ferro yang memiliki warna putih yang terang. Unsur perak ini sedikit lebih keras dibanding emas, sangat lunak dan mudah dibentuk. Perak murni memiliki konduktivitas kalor dan listrik yang sangat tinggi diantara semua logam dan memiliki resistansi kontak yang sangat kecil. Elemen ini sangat stabil di udara murni dan air, tetapi langsung ternoda ketika diekspos pada ozon, hidro- gen sulfida atau udara yang mengandung belerang. Perak lo- gam berwarna putih (dalam keadaan murni) yang lunak dan mudah ditempa; argentum seperti terlihat gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Butir Perak Murni dibungkus sumber: Silver Work RulFoto Kamal Maret 2015

66 M. Nasrul Kamal Gambar 3.2. Butir Perak Murni diwadah sumber: Silver Work Rul Foto Kamal Maret 2015

Gambar 3.3 Kawat Kasar sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015

Bahan baku kerajinan perak Kotogadang para pengrajin mendapatkannya dari luar daerah Sumatera Barat, namun ba- han baku perak dapat dibeli di kota Bukittinggi. Bahan baku perak didatangkan dari pulau Jawa, Bali dan Kalimantan. Se- bab, Kotogadang sendiri tidak punya pertambanganperak. Ba- han baku perak ini ada yang berbentuk batangan, dan ada juga yang berbentuk bola-bola sangat kecil seperti kristal. Bahan ba- ku perak kemudian dicampur dengan Pija supaya perak men-

Kerajinan Perak Koto Gadang 67 jadi cepat bersih. Hal ini dilakukan agar perak kelihatan putih seperti kapas.

B. Pengembangan Alat

Alat yang di gunakan pengrajin perak Kotogadang, masih menggunakan alat tradisional. Fungsi alat atau perkakas untuk mempermudah pekerjaan. Karena hanya manusia yang mem- punyai akal dan pikiran sehingga mempunyai kemampuan un- tuk menghasilkan suatu karya ciptaan pengrajin. Kemampuan manusia membuat alat bantu semakin berkembang seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi. Bahan yang dapat di gunakan sebagai alat juga beragam. Sejak zaman prasejarah, ketika manusia baru mengenal kayu dan batu, mereka telah berpikir untuk memanfaatkan benda-benda tersebut untuk me- ringankan pekerjaanya. Ketika logam di temukan, alat-alat di buat dari logam. Jenis alat yang di gunakan pengrajin perak Kotogadang disesuaikan juga dengan kebutuhannya.

Peralatan yang dipergunakan pengrajin perak Kotogadang sangat sederhana, seperti layaknya home industri (industri ru- mah tangga) atau kerajinan rakyat, dan dengan basil peman- tauan di lapangan pengrajin kerajinan perak Kotogadang cara pengerjaannya dikerjakan pada sesudut ruangan minimalis. Peralatan yang digunakan pengrajin perak Kotogadang, alat yang dipakai dalam pembuatan benda asesoris dan benda per- hiasan beserta gambarnya sebagai berkut ini.

68 M. Nasrul Kamal Tabel 3.1 Alat yang Digunakan Pengrajin Perak Kotogadang, Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal 2015

No. Gambar Alat Fungsi 1. Wadah pelebur perak dinamakan Tomika/tembikar tahan api.

2. Bentuk alat, gunting, tank, jangka, dengan bermacam ukuran. Gunting fungsinya untuk memotong,Tank untuk penyepit dan jangko/jangka untuk mengukur besar benda yang akan dibuat.

3. Landasan dari kayu dan besi. Landasan terbuat dari besi baja untuk memukul perak batangan menjdi pipih, bebentuk lempengan

Kerajinan Perak Koto Gadang 69 No. Gambar Alat Fungsi 4. Pompa (kapuih) untuk manjalangkan ( pelebur perak), kapala api/solder dengan cara menekan kapuihnya dengan kaki. Alat tradisional ini yang digunakan untuk pekerjaan pengrajin perak Kotogadang .

5. Alat penggling perak Perak yang sudah dicetak berbentuk batangan, sebelum digiling ditokok (dipukul) menjdi lempengan baru digiling. Giliangan ini ada dua gunanya untuk membuat benang kawat perak dan memudahkan pembuatan cincin.

6. Sapik binguang (tank) gunanya untuk mairik/menarek benang perak. Benang untuk membuat perhiasan.

7. Besi pairik/tarekan ini mempunyai ukuran lobang yang berbeda mulai o,5 mm- 3mm disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan.

70 M. Nasrul Kamal No. Gambar Alat Fungsi 8. Bermacam bentuk kikia/Kikir ada bentuk segi tiga, segi empat, lengkung, bulat dan empat persegi panjang semua kikir itu disesuaikan kegunaannya.

9. Landasan kayu dan besi bulek (bula) gunanya untuk menstel pembuatan motif fan memasang permata cincin. Basi (besi) bulek (bulat) untuk menstel bulat cincin.

10. Kayu landasan pilin (relung) kawat perak digulung dengan potongan bambu.Alat ini digunakan juga membuat relung benang perak supaya rapi.

11. Bermacam bentuk sanam (pinset) ini dengan bentuk yang berbeda, sangat membantuk pengrajin membuat benda asesoris yang kecil. Dan sanam/pinset ini menjepit benda kecil untuk memudahkan mengangkat dan mengambilnya.

Kerajinan Perak Koto Gadang 71 No. Gambar Alat Fungsi 12. Berbagai jenis wadah kecil (plastik, kaca, kaleng), lampu dinding ketek (kecil) dan bermacam kotak kecil, gulungan kawat perak, batu tahan sebagai landasan kerja.

13. Alat taro/diantara ini membentuk isian motif dan bentuk pola bunga.

14. Tangkai gergaji ameh (emas), gergaji ini digunakan untuk membuat motif yang berlobang atau tembus.

16. Bentuk cetakan yang terbuat dari batu bata yang dilobang empat persegi pajang guna perak yang dijalangkan (melebur) dituangkan kedalam.

17. Bentuk cetakan perak terbuat dari basi (besi) yang dibentuk empat persegi panjang guna perak yang dicairkan/melebur dituangkan kedalam cetakan.

72 M. Nasrul Kamal No. Gambar Alat Fungsi 18. Timbangan alat untuk mengukur berat perak yang digunakan atau diperlukapembuatan perhiasan perak Kotogadang .

19. Lesung penunbukbuak Buah Kundi yang terlihat pada gambar dan lesung penumbuk buah kundi, buah kundi berwarna merah dan kegunaannya untuk pencampuran alat patri

Gambar di atas menjelaskan bahwa tungkahan (landasan), berupa sebatang kayu yang di atasnya tertancap besi yang ber- fungsi untuk menempa perak dengan menggunakan palu, se- bagai alat pemukul atau penempa perak.Tarikan, alat ini ber- bentuk persegi panjang yang terdiri dari lobang-lobang yang mempunyai diameter mulai dari yang terkecil sampai diameter yang terbesar. Membuat barang-barang asesoris menggunakan sanam (pinset), berupa alat yang mempunyai ujung runcing dan terbuat dari besi stenlis (besi tahan karatan) alat ini mempunyai

Kerajinan Perak Koto Gadang 73 fungsi untuk menjepit benda-benda yang akan dipatri dan benda-benda yang berukuran kecil.

Sanam (pinset) terdiri dari beberapa macam di antaranya : Sanam pencokol, sanam jaho, sanam pengisi, sanam pamacik (pe- megang). Sanam ini mempunyai bentuk ujung yang runcing dan masing-masing sanam mempunyai fungsi yang berbeda. Kikir kegunaan alat ini berfungsi untuk membersihkan dan se- bagai alat penghalus bahan patri, ukuran kikir ini sangat bera- neka ragam mulai dari yang besar sampai kepada ukuran yang terkecil serta mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda.

Tang berfungsi untuk penyepit yang terdiri dari berma- cam jenis dan ukuran di antaranya ada tang yang berujung bulat digunakan untuk pembentukan yang bulat, Tang yang berbentuk biasa digunakan untuk menarik dan menjepit kawat- kawat perak, Tang yang berbentuk runcing (kepala buaya) ber- fungsi untuk menjepit bagian-bagian yang terkecil.

Lampu Minyak, lampu ini dihidupkan secara terus mene- rus yang gunanya untuk pengambilan api, bila api yang ada pada kepala pompa padam maka api selanjutnya diambil pada lampu minyak. Ragum berfungsi sebagai penyepit, alat ini di- gunakan untuk untuk menjepit motif perak yang kescil agar mempermudah dalam proses penarikan kawat perak. Ragum juga digunakan sebagai alat penjepit dalam proses pengikiran bahan patri. Alat ini digunakan agar proses pengikiran berjalan dengan baik dan menghasilkan kikiran yang merata. Gunting, terdiri dari bermacam ukuran dan mempunyai fungsi sesuai dengan ukurannya, gunting yang berukuran besar digunakan untuk memotong batangan perak.Gunting kecil biasanya digu- nakan untuk memotong kawat-kawat yang berukuran halus.

74 M. Nasrul Kamal Untuk memotong plat perak digunakan gunting yang beruku- ran menengah. Gilingan perak, alat ini berupa alat manual yang digunakan untuk menggiling perak. Alat gilingan perak ini ju- ga mempunyai fungsi yang bermacam mulai dari pembuatan perak yang berbentuk plat sampai plat yang berbentuk kawat.

Proses pembuatan kerajinan perak Kotogadang dapat menghasilkan berbagai jenis barang-barang kerajinan dan agar proses pembuatan bentuk perak yang diinginkan lebih cepat maka digunakan gilingan perak. Timbangan, timbangan digu- nakan untuk mengukur perbandingan antara perak dan tem- baga yang nantinya digunakan sebagai bahan patri.Selain itu beratnya perak juga dapat menentukan harga penjualan hasil produk kerajinan perak nantinya nantinya pada pembeli. Sapik binguang, adalah sejenis tang namun benda ini mempunyai ukuran yang lebih besar dan jepitannya digunakan pada bagian tengah benda tersebut. Alat sapik binguang (tang besar) ini digu- nakan dalam proses pembuatan kawat-kawat perak. Alat Para- teh ini terbuat dari besi runcing namun pada bagian kepala yang runcing tersebut mempunyai lobang dengan berbagai ukuran.

Alat ini biasa digunakan sebagai alat untuk membentuk motif bulat. Pairik bungkuak (tarikan bengkok) alat ini diguna- kan dalam proses pembuatan kawat perak. Sebagai penahan kawat perak yang diinjak oleh kedua kaki, alat ini dalam proses kerjanya, menggunakan sapik binguang sebagai penarik kawat perak. Basi/besi tuangan (besi cetakan) alat ini digunakan seba- gai tempat (penuangan perak yang sudah dilebur).Dalam pem- buatan kerajinan perak, semua perak terlebih dahulu dibentuk

Kerajinan Perak Koto Gadang 75 menggunakan alat ini. Perak yang dihasilkan setelah penuan- gan nantinya akan berbentuk seperti balok.

Gergaji skrol, gergaji digunakan sebagai alat pemotong, karena hasil pemotongannya lebih halus dan rapi serta mampu memotong bagian yang tidak bisa dipotong oleh alat lain. Mi- nyak Pelumas, atau minyak sejenisnya yang digunakan pada lobang goresan untuk mempermudah dalam proses penarikan kawat perak pada lobang.

Selain peralatan yang tersebut di atas menurut Rul yang juga seorang pengrajin perak mengatakan bahwa tidak tertutup kemungkinan ada peralatan-peralatan lain yang dipakai oleh pengrajin perak. Peralatan-peralatan kerajinan perak Kotoga- dang ini pada masa dahulunya merupakan ciptaan dari mas- ing-masing pengrajin. Namun pada saat sekarang ini banyak peralatan-peralatan lain terdapat dipasar yang bisa untuk di- pergunakan sebagai alat untuk kerajinan perak walaupun pera- latan tersebut diciptakan bukan untuk kerajinan perak

Masyarakat Kotogadang umumnya dan pengrajin perak khususnya masih mempegunakan peralatan-peralatan tradi- sional dan manual dalam proses pembuatan kerajinan perak, peralatan-peralatan ini merupakan peralatan yang dipakai oleh pengrajin sebelum mereka, Dengan peralatan yang masih di- warisi oleh pendahulu mereka. Dalam proses pengrajin perak untuk menciptakan motif dan peralatan sendiri yang disesui- kan dengan kebutuhan desain. Dalam pembuatan produk kera- jinan perak Kotogadang memerlukan alat yang di gunakan dari nenek moyang untuk mengerjakan sesuatu benda sesuai dengan fungsinya dan supaya untuk mempermudah pekerjaan.

76 M. Nasrul Kamal pikiran sehingga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan suatu karya ciptaan.

Setiap alat digunakan untuk pekerjaan dan kegiatan ter- tentu pada pengrajin perak Kotogadang. Hal ini menyebabkan jenis alat menjadi sangat beragam yang digunakan oleh pengra- jin perak di Kotogadang .

Kerajinan Perak Koto Gadang 77 78 M. Nasrul Kamal BAB IV MOTIF HIAS KERAJINAN PERAK KOTOGADANG

otif hias kerajinan perak Kotogadang dirancang dalamberbagai bentuk seperti perhiasan, aneka Mmacam aksesori pakaian, aneka pajangan hingga miniatur rumah adat tradisional Minang. Perak Kotogadang memiliki motif yang halus, warnanya tidak meng- kilat, dengan kesan seperti doff dalam nuansa putih susu yang elegan. Ringan dan elok, bila dipadukan dengan songket Ko- togadang yang indah dan halus, dan cocok untuk menghadiri acara-acara resmi dan pesta.

Motif biasanya yang digunakan untuk memperindah atau untuk menunjukkan ciri khas dari suatu daerah Kotogadang atau tradisi. Secara umum motif sama artinya dengan kata mo- tive, dorongan, dan Driving Force, motif adalah daya pendorong atau tenaga, daya pendorong atau tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak. Menurut Toekiyo (1980:3) bahwa motif hias meliputi “segala bentuk ciptaan Tu- han (binatang, tumbuh-tunbuhan, manusia, gunung, air, awan, batu-batuan) demikian pula daya kreasi atau kayal manusia dapat menghasilkan suatu bentuk motif hias ”. Hoop, (1949:1745) mengelompokkan motif hias seni hias Indonesia dalam beberapa jenis yaitu “1) Bentuk Geometris; 2) Bentuk Flora; 3) Motif Fauna; 4) Pola Hias Binatang”.

Kerajinan Perak Koto Gadang 79 Hasil produksi berupa ornamen maupun hiasan, baru di- mulai sekitar akhir tahun 70 an oleh seorang pengrajin perak Angku In dari Kotogadang tersebut. Dengan semakin majunya usaha kerajinan perak Kotogadang dan semakin berkembang- nya keinginan konsumen bertambahnya tahun, maka para pengrajin kerajinan perak mulai mengadakan inovasi baru un- tuk mengkombinasikan perak dengan emas lain seperti suaso dalam membuat produknya. Bahkan pengrajin mulai menga- dakan uji coba baru dengan logam kuningan untuk dikombina- sikan dengan batu akik atas kreatifitas pengrajin.

Kotogadang merupakan pusat budayawan dan sastrawan. Tokoh Pers Roehana Koeddoes, politikus dan tokoh pergerakan Haji Agus Salim, ahli ekonomi dan mantan Menteri Lingkun- gan Hidup Emil Salim dan seniman lukis Oesman Effendi. Tak heran jika kerajinan peraknya pun memiliki brand image yang mendunia sejak 1911. Perhiasan, aksesori pakaian, pajangan hingga miniatur rumah Minang yang terbuat dari perak, terse- dia di sini dengan bahan yang lebih halus dari buatan Jawa.

Keunikan lainnya, Perak Koto Gudang warnanya tidak mengkilat dalam nuansa putih susu yang elegan. Sangat sesuai jika diseragamkan pakaian songket untuk acara resmi terutama pernikahan.

Selain kerajinan perak, songket dan sulaman merupakan karya seni lain yang berasal dari Kotogadang dan merupakan songket tenunan tangan terhalus di dunia. Motif hias songket dan sulaman yang berasal dari Kotogadang memang terlihat lebih indah dan cerdas.

80 M. Nasrul Kamal Karya pengrajin perak Kotogadang telah menimbang atu- ran-aturan dalam terciptanya produk tersebut, di antaranya adalah komposisi untuk mendapatkan hasil yang baik tentu komposisi suatu karya tidak boleh hilang, nampak pada tabel 3 nama motif hias yang dipergunakanpengrajin perak Kotoga- dang dibawah ini:

Tabel 4.1 Motif hias

No. Nama Motif hias 1. Bataro 2. Bataro Dan Kaluak Paku 3. Benda 4. Binatang (Cicak, Kupu-Kupu, Ikan, Kalajengking) 5. Daun Cubadak Dan Motif H 6. Daun Mentimun DanDaun Cubadak 7. Daun Mentimun Dan Motif H 8. Daun Mentimun, Dan Garis Lengkung 9. Daun Mentimun, Motif H Dan Lombok 10. Daun Padek Dan Mentimun 11. Garis Lengkung 12. Garis Zizak 13. Jalinan Jambu Dan Garis Lurus 14. Kaluak Paku 15. Rombok Dan Daun Mentimun 16 Relung 17. Setangkai Daun 18. Sisik Ikan Dan Garis Sejajar 19. Rombok, Daun Mentimun Dan Daun Padek

Kerajinan Perak Koto Gadang 81 Motif hias dirancang untuk menghiasi permukaan benda kerajinan supaya benda tersebut kelihatan lebih indah dan sekaligus meningkatkan mutu dari produk. Motif hias pada produk kerajinan perak dengan teknik bakarang.

Adapun motif hias yang ada pada kerajinan perak Ko- togadang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan benda seperti; daun mentimun, daun padek, motif hias H, motif hias H ba- tangkai (bertangkai), daun cubadak (nangka), bataro, motif hias lombok (cabe) dan kaluak paku. Motif hias daun men- tinmun, daun padek, daun cubadak (nangka), motif hias lombok (cabe) dan kaluak paku merupakan stilir dari de- daunan dan tumbuh-tumbuhan.

Motif hias yang diterapkan dengan teknik pahat adalah motif hias garis lurus, zik-zak, garis sejajar, jalinan bambu, sisik ikan dan umumnya diterapkan motif hias geometris.

Kerajinan perak Kotogadang ini menampilkan keterampi- lan seni relief kaligrafi dan gambar dengan berbagai motif hias dan tema yang pada umumnya hampir memiliki kesamaan dengan motif hias -motif hias relief lain terutama motif hias pada seni relief ukir.

Fungsi dan kegunaan pada dasarnya adalah hasil keraji- nan tangan di gunakan sebagai ornamen untuk menghiasi sua- tu tempat atau memperindah suatu ruangan dengan tampilan warna kuning keemasan berkesan mewah.

Produk hasil kerajinan handycraft khususnya ornamen in- terior dibeli oleh hotel untuk mempercantik interior mereka, adapula yang dibeli oleh perorangan dan diekspor ke luar ne- geri. Harga hasil kerajinan handycraft ini relatif murah dan ter-

82 M. Nasrul Kamal jangkau oleh masyarakat menengah keatas tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitan dalam pembuatannya.

Gambar 4.1 Pola Isian Foto Kamal Maret 2015

Gambar tersebut di atasuntuk isian pola desain subang, seperti motif hias daun H, motif hias daun Asan dan daun jangtung atau bentuk bataro,bataro bentuk gulungan kawat perak seperti spiral yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.2. Spiral Perak/ Bataro, Foto Kamal Maret 2015

Bentuk motif hias pada teknik arik/terawang (gergaji) pa- ra pengrajin lebih banyak berpedoman pada motif hias uki- ran, hal ini disebabkan latar belakang motif hias dilobangi dan penggergajiannya hampir sama dengan teknik ukir kayu. Selanjutnya teknik batapung tidak ada bentuk motif

Kerajinan Perak Koto Gadang 83 hias khususnya, menggunakan motif hias pada permukaan benda dengan teknik bakarang atau pahat. Pada teknik suntik (isi), teknik jalin dan teknik kikir dalam pembuatan motif hias sangat terbatas sehingga sulit dilakukan inovasi/perubahan dan pengembangan. Sebagai tambahan pada setiap produk ditem- patkan beberapa buah motif hias, supaya motif hias pada ben- da lebih bervariasi seperti terlihat pada berikuti ini:

Keterangan Gambar: a 1. Gelang Papan 2. Subang (anting) Melati 3. Gelang Ampiang 4. Bros Kupu-kupu Basuntik (pres) 5. Bros Kupu-kupu Bakarang (pola) 6. Bros Sakura 7. Bros Kebaya Pahat 8. Bros Rumah Gadang 9. Bros Teratai Pahat

Keterangan Gambar: b 1. Bros Teratai 2. Bros Kepala Kerbau 3. Anting-anting 4. Bros Kalajengking 5. Tempat Perhiasan

Keterangan Gambar: c dan d 1. Bros Daun Bakarang 2. Bros Bunga Dahlia Bakarang 3. Gelang Motif Bunga Melati

Gambar 4.3 Bentuk Gelang dan Bros, Foto Kamal Maret 2015

84 M. Nasrul Kamal Keterangan Gambar: a. Kalung Kreasi dengan motif garis lengkung b. Kalung Kreasi pesanan konsumen motif garis zigzag dan garis lurus c. Kaluang Kreasi dengan motif bunga melati garis zigzag dan garis lurus d. Kalung Kreasi pesanan konsumen dengan motif garis lengkung

Gambar 4.4. Bentuk Kalung Kreasi, Foto Kamal Maret 2015

Penggambaran motif hias tumbuh-tumbuhan dalam segi ornamen dilakukan dengan berbagai cara baik natural maupun stilirisasi sesuai dengan keinginan pengrajin perak, demikian juga dengan jenis tumbuhan yang menjadi objek/inspirasi juga berbeda tergantung dari lingkungan (alam, sosial dan keper- cayaan pada waktu tertentu) tempat motif hias tersebut dicip- takan. Motif hias tumbuhan yang merupakan hasil gubahan sedemikian rupa jarang dikenali dari jenis dan bentuk tumbu- han apa sebenarnya yang digubah atau distilirisasi, karena te- lah diubah jauh dari bentuk aslinya.

Hoeve (1983:745) menyebutkan bahwa kerajinan tangan adalah “jenis kesenian yang menghasilkan atau memproduksi berbagai jenis barang hiasan yang terbuat dari kayu, rotan, tu- lang, gading, porselin, perak dan sebagainya”.

Lodra (1992:180) teori ini menerangkan bahwa “proses penciptaannya, pengrajin harus terlebih dahulu mempertim- bangkan aspek kegunaan dalam rancangan disain, sebab nilai kepraktisan yang menjadi tujuan utama seni terapan”.

Kerajinan Perak Koto Gadang 85 Bastomi (2003: 84) mengungkapkan bahwa antar seni kera- jinan/kerajinan seni tangan dengan industri mesin. Seni keraji- nan seni/karya seni”. Jadi yang dimaksud dengankerajinan da- lam hal ini, adalah aktivitas yang dilakukan seseorang, dikerja- kan dengan keutamaan pada keterampilan menggunakan tan- gan, dalam menciptakan berbagai produk kerajinan dengan memanfaatkan material tertentu.

Selanjutnya Bastomi (2003:85) secara tradisional ada dua bentuk budaya yang menghasilkan kerajinan “(1) budaya agra- ris/petani, (2) budaya feodalistik atau budaya tinggi”. Motif hias yang inovatif memiliki dasar kreatif dalam mencermati gejala sosial, budaya, ekonomi dari masyarakat, sehingga me- miliki karakteristik atau identitas budaya. Pengrajin perak Ko- togadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam terus melaku- kan berbagai upaya dalam mengembangkan motif hias -motif hias baru yang kreatif dan inovatif. Keunikan lainnya, perak Kotogadang warna peraknya tidak mengkilat dalam nuansa putih susu yang elegan. Sangat sesuai jika diseragamkan pa- kaian songket untuk acara resmi terutama pernikahan.

Keterangan Gambar a, b dan c 1. Gelang Ula Permata 2. Gelang Maniak Rambai 3. Gelang Maniak Batapak 4. Gelang Maniak Bagando 5. Gelang Maniak Gadang b. Kaluang Dengan Motif Bunga Melati c. Kaluang Dengan Motif Bunga Cengkeh

Gambar 4.5 Bentuk Gelang dan Kalung Foto Kamal Maret 2015

86 M. Nasrul Kamal Gambar 4.6 Foto Kamal Maret 2015

Gambar 4.7 Foto Kamal Maret 2015 Pengaplikasikan bentuk motif hias tersebut dengan tek- nik yang sama seperti daun cubadak (nangka) diaplikasikan dengan daun mentimun. Dapat pula diaplikasikan motif hias berlainan teknik, seperti motif hias daun cubadak (nangka) dikombinasikan dengan motif hias garis. Mengaplikasian mo- tif hias yang digunakan harus cocok dan dapat menunjang

Kerajinan Perak Koto Gadang 87 keindahan bentuk. Selanjutnya motif hias dapat dilihat dis- esuaikan dengan teknik merupakan dasar pengrajin dari teknik seperti: pahat, suntik dan arik (gergaji). Motif hias dengan teknik hob, arah kerjanyahampir sama dengan tek- nik batapuang (pres) yaitu proses mencetak lembaran perak pada cetakan. Rosa (1997:115) motif hias adalah “corak atau pola yang terdapat pada bidang kain yang telah diberi gam- bar”. Pada motif hias terdiri dari dua corak (1) Motif hias yang diciptakan oleh “masyarakat etnik tradisional”, yang lebih me- nitikberatkan motif hias nya memiliki fungsi praktis magis. (2) Motif hias yang mempunyai “praktis-entis, pengertian esteti- ka” secara umum bisa dikatakan sesuatu yang berhubungan dengan nilai keindahan”.

Gustami (1980:16) motif hias adalah “suatu pola, kemu- dian setelah motif hias itu mengalami proses penyusutan dan ditebarkan secara berulang-ulang akan memperoleh suatu pola, kemudian pola tersebut diterapkan pada benda lain maka ter- jadilah sebuah ornament”. Motif hias meliputi segala bentuk alam ciptaan Tuhan (binatang, tumbuh-tumbuhan, manusia, gunung, air, awan, batu-batuan).

Motif hias merupakan bagian yang penting dalam meng- hasilkan suatu karya atau produk. Bisa gambar atau motif hias yang diberikan pada produk yang dibuat tidak menarik maka dapat menimbulkan suatu kesan ketidak menarikan produk yang dibuat tersebut secara keseluruhan. Motif hias membuat sebuah produk jadi menarik bagi pemesan, sehingga menim- bulkan rasa peminat untuk membeli dan memilikinya. Keterta- rikan pembeli atau konsumen tidak hanya karena bentuknya tapi juga bisa dari motif hias nya yang dapat menimbulkan

88 M. Nasrul Kamal daya tarik yang lebih pada produk yang dibuat. Suhersono (2005:11) motif hias adalah “desain yang dibuat dari bagian- bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen, yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri”.

Setiap motif hias dibuat dengan berbagai bentuk dasar atau berbagai macam garis, misalnya garis berbagai segi (segi- tiga, segiempat), garis ikal atau garis spiral, melingkar, berke- lok-kelok, horizontal, vertical, garis yang berpilin-pilin dan sal- ing jalin menjalin. Purwadarminta (1996: 666) motif hias adalah ”suatu pola, corak dan salah satu dari beberapa gagasan yang dapat berupa peran, citra yang berulang”. Berdasarkan penger- tian motif hias di atas dapat disimpulkan bahwa motif hias adalah suatu pola corak pada bagian bentuk suatu benda yang sudah mengalami perubahan sehinga lebih indah, menarik dan memiliki ciri tersendiri.

Kotogadang selain kerajinan perak, songket dan sulaman merupakan karya seni lain yang berasal dari Kotogadang dan merupakan songket tenunan tangan terhalus di dunia. Motif hias songket dan sulaman yang berasal dari Kotogadang me- mang terlihat lebih indah dan menarik.

A. Motif Hias

Motif hiasdalam bentuk bunga dan daun pada kerajinan perak Kotogadang yakni;

1. Beberapa motif hias bunga peony (merak), teratai, dan anggur.

Kerajinan Perak Koto Gadang 89 2. Motif hias bunga ini sangat banyak diterapkan untuk pe- rangkat adat seperti tenun, sulaman dan busana penganten wanita.

3. Motif hias ini tergolong motif hias yang rumit, oleh karena itu hanya digunakan untuk sulaman peniti.

Tidak ada ukuran yang standard untuk setiap bunga, se- muanya disesuaikan dengan besarnya bidang yang akan dis- ulam masa dulu seperti gambar dibawah ini:

Gambar 4.8 (1-5) Bunga Teratai, Gambar 6-10 Bunga Lilin Sumber: Silver Work Amai Setia, Gambar 13. Foto Repro Kamal Maret 2015

Keterangan Gambar Motif hias ini paling banyak muncul disetiap perangkat pelaminan dan busana penganten. Motif hias ini biasa diapli- kasikan semua teknik tangan dan mesin. Motif hias ini tidak mempunyai ukuran standar semua tergantung pada kreasi di- mana motif hias diletakan atau dipakai pada motif hias induk atau motif hias tambahan.

90 M. Nasrul Kamal Gambar di atas dapat terlihat bermacam bunga diambil sebagaimotif hias pada perhiasan perak terdiri dari motif hias flora dalam wujud bunga dan fauna dalam wujud binatang sementara motif hias pinggirnya terdiri dari motif hias geo- metris dan flora dalam wujud sulur-suluran. Motif hias pada perhiasan perak, motif hias hiasnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Motif hias tengah lazimnya diisi dengan motif hias flora dalam bentuk bunga dan fauna.

2. Motif hias terdiri dari motif hias flora dalam wujud sulur- suluran" fauna dalam wujud unggas, dan motif hias alam benda dalam wujud gunungan dan api untuk motif hias sulaman.

3. Motif hias tabur terdiri dari fauna dalam wujud pedati, motif hias fauna dalam wujud setangkai bunga dan motif hias alam benda dalam wujud matahari.

Masa kekinian terlihat lebih sederhana dalam mewujud- kan motifnya, dengan kata lain motif-motif yang tergolong rumit cenderung dipakai supaya motif hias tengah diisi den- gan motif hias flora dalam wujud bunga, motif hias pinggir diisi dengan motif hias flora dalam wujud pamapah lua/luar dan dalam/garis pinggir dalam dan lua, geometris dalam wujud saik ajik, dan motif hias alam benda dalam wujud bunga dan alam benda dalam wujud benda perhiasan.

Kerajinan perak yang dikerjakan dengan tangan yang per- lu dilestarikan dimasyarakat Kotogadang, selain perak dan su- laman menambah kebutuhan sehari-hari, sulaman juga ada di Kotogadang dapat digunakan untuk pendukung kecantikan

Kerajinan Perak Koto Gadang 91 berpakaian. Disamping itu perhiasan perak dan sulaman juga dapat digunakan untuk kebutuhan rumah bagi masyarakat Ko- togadang dan sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa bentuk motif hias ada- lah penampilan dari fungsi-fungsi yang dikerjakan atau yang dimiliki oleh benda yang diciptakan. Bentuk motif hias memi- liki unsur-unsur yang tergabung dalam satu kesatuan organisa- si. Unsur-unsur tersebut adalah warna, titik, garis, tekstur dan sebagainya. Wujud model pengembangan kerajinan perak pada sentra Amai Setia Kotogadang dengan terstruktur, terencana mewujudkan benda-benda kerajinan yang dibuat oleh pengra- jin perakKotogadang sebenarnya merupakan refleksi, tingkat kemajuan dan kemakmuran masyarakat Kotogadang. Masya- rakat yang mapan dan surplus mempunyai kesempatan banyak untuk menciptakan benda-benda kerajinan keperluan hidup- nya sehari-hari, baik dari segi material, fungsi, teknik, estetis dan keberagamannya. Oleh karena itu dari benda-benda keraji- nan rumah tangga yang diciptakan pengrajin perak bisa men- gukur tingkat kecerdasan dan kemakmuran suatu masyarakat pemiliknva.

B. Ragam Motif Hias

Produk kerajinan dari bahan perak di Indonesia sangat kaya dengan keragaman produk kerajinan dengan berbagai macam ragam hias yang tersebar diseluruh tanah air. Ragam hias Nusantara pada umumnya memiliki muatan nilai tradisi dengan kekhasan dan keragamannya masing-masing. Perbe- daan- perbedaan tersebut terdapat pula persamaan- persa- maannya, misalnya jenis, bentuk, motif hias, pola susu-

92 M. Nasrul Kamal nan,pewarnaan, bahkan nilai simbolisnya.Berbagai motif ragam hias yang dapat digunakan untuk menghiaskarya kerajinan antara lain seperti berikut. 1. Motif Realis Motif realis ialah motif yang dibuat berdasarkan bentuk- bentuknyata yang ada di alam sekitar seperti bentuk tumbuh- tumbuhan,bentuk hewan atau binatang, bentuk batu- batuan,bentuk awan, matahari, bintang, bentuk pemandangan alam. Dalam tradisi Minangkabau ABS-SBK tidak terdapat gaya motif realis hal ini dipengaruhi kebudayaan islam yang melarang penggambaran mahluk hidup. Dalam segala produk motif hias di Minangkabau termasuk kerajinan perak juga me- miliki prinsip yang sama. Kecendrungan motif lebih menonjol- kan bentuk geometris atau stilisasi dari flora seperti bunga, su- lur-sulur.

Berbeda dengan fakta yang ditemukan sekarang, masya- rakat Minangkabau sudah lebih dinamis dan permisif. Alasan praktis perkembangan zaman memunculkan motif realis. Ter- dapat kerajinan perak berupa kerbau dengan pedati, bangunan khas di daerah setempat (miniatur), serangga, ikan, kuda dan sebagainya.

2. Motif Geometris Motif geometris ialah motif yang mempunyai bentuk tera- turdan dapat diukur menggunakan alat ukur. Contoh: bentuk segiempat, segitiga, lingkaran, kerucut, dan silinder.Motif geo- metris merupakan motif tertua dalam ragam hiaskarena sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Motif geometris berkembang dari bentuk titik, garis, atau bidang yang berulang dari yang Kerajinan Perak Koto Gadang 93 sederhana sampai dengan pola yang rumit. Hampir di seluruh wilayah Nusantara ditemukan motif ini. Motif hiasgeometris dalam kerajinan perak merupakan aplikasi dari nilai tradisi, filosofi, kebudayaan tradisi Minangkabau. Motif geometris se- lain dikerajinan perak Kotogadang, juga dapat ditemukan pada kain songket, ukiran rumah Gadang, anyaman. 3. Motif Dekoratif Pengertian dekoratif adalah menggambar dengan tujuan- mengolah suatu permukaan benda menjadi lebih in- dah.Gambar dekoratif berupa gambar hiasan yang perwuju- dannya tampak rata, kesan ruang jarak jauh dekat atau gelap terangtidak terlalu ditonjolkan.Untuk memperoleh objek gam- bar dekoratif, perlu dilakukan deformasi atau penstiliran alami. Bentuk-bentuk objek di alam disederhanakan dan digayakan tanpa meninggalkan bentuk aslinya. Misalnya, bunga, hewan, tumbuhan yang digayakan.Kesan tentang bunga, hewan, tum- buhan harus masih adapada motif itu.

Motif dekoratif pada kerajinan perak Kotogadang meru- pakan bentuk yang popular ditengah masyarakat. Terdapat simbol tradisi yang juga terdapat pada motif ukiran, motif stilir seperti itiak pulang patan, bungo tanjuang, teratai, bungo cangkeh, kaluang rago, ula parmato dan sebagainya. 4. Motif Abstrak Motif abstrak merupakan motif yang tidak dikenali objek asalnya, yang digambarkan atau memang benar-benar abstrak karena tidak menggambarkan objek-objek yang terdapat di alam maupun objek khayalan gubahan objek alam serta tidak menggunakan unsur tulisan yang terbaca. Motif abstrak di sini

94 M. Nasrul Kamal menggunakan bentuk yang lebih bebas, Berikut ini contoh mo- tif abstrak seperti motif gelang maniak batapak, gelang maniak rambai, gelang induak, gelang Bangkok. Motif abstrak ini di- namai berdasarkan kedekatan bentuk-bentuk yang ada di alam.

Bentuk dan jenis-jenis kerajinan perak yang dihasilkan oleh pengrajin Kotogadang dewasa ini sangat beragam antara lain: anting-anting, liontin, bross, subang, gelang, kalung, ikat pinggang, hiasan, miniatur, dan berbagai bentuk cendramata (souvenir) untuk memenuhi kebutuhan pariwisata, baik domis- tik maupun asing. Produk kerajinan perak tersebut di disain dengan memadukan unsur-unsur motif tradisional Minangka- bau yang sudah ada sebelumnya, dengan menyerap unsur- unsur disain modern, sehingga menghasilkan berbagai produk yang kreatif dan inovatif, yang memiliki kekhasan tersendiri, sehingga bisa bersaing di pasaran, baik lokal, nasional, maupun global.

Kemampuan dalam mengorganisasikan elemen-elemen seni rupa seperti garis, bidang, warna, tektur, ruang, dan prin- sip-prinsip penyusunan seperti: komposisi, proporsi, kesatuan, kontras, irama, dan keseimbangan, sangat dibutuhkan dalam membuat rancangan disain (Fadjar Sidik, 1981:25). Disain yang inovatif memiliki dasar kreatif dalam mencermati gejala sosial, budaya, ekonomi dari masyarakat, sehingga memiliki karakte- ristik atau identitas budaya. Pengrajin perak Amai Setia, Keca- matan IV Koto, Kabupaten Agam terus melakukan berbagai upaya dalam mengembangkan disain-disain baru yang kreatif dan inovatif, dalam memenuhi kebutuhan pasar pariwisata yang sangat kompetitif. Produk kerajinan perak Kotogadang yang diproduksi seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Kerajinan Perak Koto Gadang 95 Tabel 4.2 Bentuk dan Elemen-elemen estetis

No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 1. Cincin Cincin bunga melati sebagai asesoris Sumber: Silver WorkYus Yen/ Yetti Isda Foto Kamal 2015

2. Cincin Cincin motif relung, daun H sebagai asesoris Sumber: Silver Work Amai Setia Foto Kamal 2015

3. Cincin Cincin motif permata, sebagai asesoris Sumber: Silver Work Asri Foto Kamal 2015

4. Cincin Cincin motif relung terawang, daun H sebagai asesoris Sumber: Silver Work Amai Setia Foto Kamal 2015

96 M. Nasrul Kamal No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 5. Bros Bros motif tampuak mangis sebagai asesoris Sumber: Silver Work Cici. Foto Kamal 2015 6. Bros Bros motif rombok bunga dahlia sebagai asesoris Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

7. Bros Bros motif bunga dahlia sebagai asesoris Sumber: Silver Work Amai Setia Foto Kamal 2015

8. Bros Bros capung sebagai asesoris Kreasi bataro, dan daun H Sumber: Silver Work Zulkhaidir Foto Kamal 2015

Kerajinan Perak Koto Gadang 97 No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 9. Bros Bros motif kupu- kupu sebagai asesoris Kreasi Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

10. Bros Bros motif kaligrafi sebagai asesoris Kreasi Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

11. Bros Bros sebagai asesoris Kreasi bataro, daun H Sumber: Silver Work leo 12. Bros Bros gaya kupu-kupu sebagai asesoris kreasi bataro, daun H dan garuntai Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

98 M. Nasrul Kamal No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 13. Bros Bros sebagai asesoris kreasi bataro, daun H dan garuntai Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

14. Bros Bros sebagai asesoris kreasi motif kalajengking Sumber: Silver Work Iskandar Foto Kamal 2015

15. Bros Bros sebagai asesoris kreasi motif burung Sumber: Silver Work Welizar (Mak Wan) Foto Kamal 2015

16. Bros Bros sebagai asesoris motif kreasi daun nangka Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

Kerajinan Perak Koto Gadang 99 No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 17. Bros Bros sebagai asesoris motif kapal motif H Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

18. Bros Bros sebagai asesoris motif udang dan kumbang jati Sumber: Silver WorkWelisyar (Makwan) Foto Kamal 2015 19. Hiasan Hiasan dinding Kaligrafi bermotif kaligrafi Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

20. Leontin Leontin mainan kalung motif tanduk kerbau sebagai asesoris Sumber: Silver Work Amai Setia Foto Kamal 2015

100 M. Nasrul Kamal No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 21. Leontin Leontin mainan kalung motif tanduk kerbau mangis sebagai asesoris Sumber: Silver Work Iskandar Foto Kamal 2015

22. Leontin Leontin mainan kalung motif rangkiang sebagai asesoris Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

23. Leontin Leontin mainan kalung motif tampuak mangis sebagai asesoris Sumber: Silver Work Lili Indah/Budi Foto Kamal 2015

Kerajinan Perak Koto Gadang 101 No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 24. Leontin Leontin mainan kalung motif kaligrafi sebagai asesoris Sumber: Silver Work Iskandar Foto Kamal 2015

25. Galang Gelang Induak Gadang/besar Minang Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

26. Galang Gelang Ketek/kecil Ketek Minang Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

27. Galang Gelang Maniak Batapak Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015 28. Galang Gelang Maniak Rambai Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

102 M. Nasrul Kamal No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 29. Galang Gelang Ula (Ular) Permata Asesoris Anak Daro Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015 30. Galang Gelang Ula (Ular) Permata Asesoris Anak Daro Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

31. Galang Gelang Ula (Ular) Permata Asesoris Anak Daro Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

32. Gelang Gelang Rago/Bola Asesoris Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

33. Galang Gelang asesoris Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

Kerajinan Perak Koto Gadang 103 No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 34. Galang Gelang Bangkok sebagaiasesoris Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

35. Kalung Kalung BangkokBarantai sebagaiasesoris Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015 36. Galang Gelang Rambai Batapak Kelengkapan Adat Sumber: Silver Work Rul. Foto Kamal 2015 37. Tusuk Konde Tusuk konde menahan sangul tidak jatuh kelengkapan asesoris. Sumber: Silver Work Amai Setia Foto Kamal 2015 38. Miniatur Miniatur Surau/Musala sebagai hiasan pajangan Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

104 M. Nasrul Kamal No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 39. Miniatur Miniatur Kapal Layar sebagai hiasan pajangan Sumber: Silver Work Habibi Foto Kamal 2015

40. Miniatur Miniatur Balai Adat sebagai hiasan pajangan Sumber: Silver Work Habibi Foto Kamal 2015

41. Miniatur Miniatur rangkiang/lumbuang sebagai hiasan pajang Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

Kerajinan Perak Koto Gadang 105 No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 42. Miniatur Miniatur Pohon sebagai hiasan pajangan Sumber: Silver Work Amai Setia Foto Kamal 2015

43. Miniatur Miniatur Pedati sebagai hiasan pajangan Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

44. Miniatur Miniatur Ikan sebagai hiasan pajangan Sumber: Silver Work Leo Foto Kamal 2015

106 M. Nasrul Kamal No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 45. Miniatur Miniatur kuda sebagai hiasan pajangan Sumber: Silver Work Leo Foto Kamal 2015

46. Miniatur Miniatur rangkiang/lumbuang sebagai hiasan pajangan Sumber: Silver Work Zulkaidir Foto Kamal 2015

47. Miniatur Miniatur Balai Adat sebagai hiasan pajangan Sumber: Silver Work Cici Foto Kamal 2015

Kerajinan Perak Koto Gadang 107 No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 48. Miniatur Keranjang perak tempat buah-buahan hiasan Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

49. Dukuah/ Kalung Rago asesoris kalung kelengkapan Adat Sumber: Silver Work Lili/Budi Foto Kamal 2015

50. Dukuah/ Kalung asesoris kalung Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

108 M. Nasrul Kamal No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 51. Dukuah/ Kalung asesoris kalung Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

52. Dukuah/ Kalung asesoris kalung Sumber: Silver Work Amai Setia. Foto Kamal 2015 53. Dukuah/ Kalung cakiak motif kalung bunga cengkeh sebagai asesoris pas leher Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

54. Dukuah/ Kalung rombok kalung bentuk pinyaram sebagai asesoris Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

55. Galang Gelang asesoris motif kreasi. Sumber: Silver Safa/Budi Foto Kamal 2015

Kerajinan Perak Koto Gadang 109 No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 56. Dukuah/ Gelang asesoris kalung motif kreasi Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

57. Dukuah/ Gelang asesoris kalung motif kreasi Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

58. Subang Subang asesoris motif kreasi Sumber: Silver Work Denny & Dessy Foto Kamal 2015

110 M. Nasrul Kamal No. Nama Visualisasi Keterangan Produk 59. Subang Subang asesoris motif daun asam kreasi Sumber: Silver Work Rul Foto Kamal 2015

60. Subang Subang asesoris motif daun nangka kreasi Sumber: Silver Work Yus Yen/Yeti Isda Foto Kamal 2015

Tabel gambar tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa elemen-elemen estetis seperti garis: lurus, zigzag, lurus lengkung, gelombang dan oval. Dalam menciptakan desain perhiasan perak Kotogadang dapat diilhami dari berbagai sumber, mulai dari sejarah, tumbuh-tumbuhan dan masyara- kat, alam sekitarnya, maupun peristiwa penting.

Kerajinan Perak Koto Gadang 111 C. Kajian Asal Bentuk Motif

Dalam menciptakan desain ini sumber ide dengan teori pengembangan sumber ide menurut Kartika (2004:28) dapat dibagi menjadi 4, berikut ini. 1. Sumber Ide a. Stilisasi

Merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengancara menggunakan obyek atau benda yang digambar, yaitu dengan caramenggayakan disetiap kontur pa- da obyek atau benda tersebut. Contoh:pengambilan ornamen motif ukiran tumbuhan. Proses stilisasi ini dapat dilakukan dengan menambahkan detail, pada setiap perubahan sehingga semakin lama detailnya semakin rumit. b. Distorsi Adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaiankarakter, dengan cara menyamarkan wujud-wujud tertentu pada benda atau obyek yang digambar. Contoh : ge- lang ula parmato menyamarkan bentuk ular dalam bentuk ge- lang yang melingkar seperti lilitan dan menambahkan motif- motif dekoratif. c. Transformasi

Adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter dengan memindahkan (trans) wujud atau figur dari obyek lain keobyek yang digambarkan. Contoh: ge- lang rambai. Membuat gelang seperti untain manik yang me- rupakan perumpamaan dari untaian buah rambai atau Baccau-

112 M. Nasrul Kamal rea motleyana (sejenis buah hutan mirip duku memiliki rasa asam) d. Deformasi

Merupakan penggambaran untuk yang menekankan pada interpretasi karakter, dengan cara mengubah bentuk obyek dengan cara menggambarkan sebagian saja yang lebih diang- gap mewakili. Proses deformasi dapat dilakukan dengan cara mengurangi bagian-bagian dari detail obyek sehingga mengha- silkan desain yang semakin sederhana. Contoh; bentuk motif daun nangka, motif daun asam, dan berbagai bentuk serangga lainya.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pengambilan sumber ide hendaknya tidak di- tampilkan atau diaplikasikan pada keseluruhan perhiasan pe- rak tetapi hanya dibagian tertentu saja terutama yang akan di- jadikan pusat perhatian dari kerajinan perak Kotogadang terse- but. Dalam pengambilan sumber ide apabila dilakukan peru- bahan atau pengembangan harus diperhatikan pengembangan sumber ide yang diterapkan sehingga tidak menghilangkan ciri khas masyarakat itu sendiri. Ide kerajinan perak Kotogadang mengalami perubahan secara transformasi, yaitu terjadi peru- bahan bentukyang berbeda dengan aslinya,tetapi tidak menghi- langkan ciri ragam hias dari sumber ide sebenarnya

Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya akan menjadi pola yang diulang-ulang dalam suatu karya kera- jinan atau seni. Karya ini berupa perhiasan perak, tulisan pada kain (misalnya batik), songket, ukiran, atau pahatan pada

Kerajinan Perak Koto Gadang 113 kayu/batu. Awalnya ragam hias dapat distilasi (stilir) sehingga bentuknya bervariasi.

Karya seni kerajinan terapan mengutamakan kegunaan dan keindahan (estetis) yang bisa menarik konsumen. Seni ke- rajinan (handy Craff) ini biasanya untuk hiasan dan cendera- mata. Karya kerajinan perak Kotogadang yang diperjualbelikan dan berguna kelangsungan kehidupan pengrajin untuk sehari- hari baik sebagai benda pajang maupun untuk perhiasan. Bah- kan satu desain kerajinan ini bisa diproduksi dalam jumlah ba- nyak oleh industri dan dipasarkan sebagai produk unggulan.

Pendapat yang lain, terkait dengan pengolahan obyek atau bentukhiasan disampaikan oleh Sipahelut (1986:--), bahwa pen- golahan hiasan atau bentuk dapat dilakukan dengan stilasi. Sti- lasi merupakan teknik penggayaan atau pengolahan bentuk dari yang sederhana kebentuk atau obyek-obyek yang lebih rumit tetapi tidak meninggalkan bentuk awalnya.

Berbagai teknik pengolahan bentuk atau obyek seperti yang telah diungkapkan di atas dapat ditarik pemahaman bahwa dalam penciptaan desain dapat menggunakan berbagai macam pilihan jenis pengolahan bentuk dan perwujudan. Ke- beradaan dari teknik pengolahan gambar desain initentu sangat membantu pada proses pembuatan bentuk desain. Para pen- grajin perak Kotogadang dalam penciptaan desain dapat lebih fokus dalam mengembangkan ide gagasannya. Teknik stilisasi secara sederhana dapat dimaknai sebagai pengolahan bentuk yang digayakan sehingga lebih rumit dari bentuk obyek sebe- lum digayakan.

114 M. Nasrul Kamal Teknik distorsi banyak dilakukan untuk pencapaian sumber ide bentuk karakter yang sangat kuat. Proses penyama- ran penyederhanaan bentuk, namun tetap memiliki karakter dari bentuk sebelumnya.

Teknik transformasi lebih berkecenderungan untuk me- mindahkan bentuk satu kebentuk lainnya sehingga terjadi sua- tu perubahan atau pergeseran bentuk,dan teknik disformasi merupakan teknik penyederhanaan bentuk obyek sumber ide yang lebih menitik beratkan pada nilai kesederhanaan bentuk. Pengertian yang lebih luas, bahwa ornamentasi memiliki fungsi sebagai motivasi dasar berkarya dan juga mempunyai kelebi- han sebagai lintasan ideologi dan bersikap (trans-ideologi).

Perkembangan selanjutnya, penciptaan karya seni orna- men tidak hanya dimaksudkan untuk mendukung keindahan suatu benda, tetapi dengan semangat kreativitas pengrajin pe- rak mulai membuat karya ornamen sebagai karya seni yang berdiri sendiri, tanpa harus menumpang atau mengabdi pada kepentingan lain. Karya semacam ini dikenal dengan seni de- koratif, yang mengandalkan hiasan sebagai unsur utama.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ornamen merupakan salah satu karya seni dekoratif yang umumnya dimanfaatkan untuk menambah keindahan suatu benda atau produk, atau merupakan suatu karya seni dekoratif (seni murni atau ekspresi) yang berdiri sendiri, tanpa terkait dengan benda atau produk fungsional. Dari sesuatu yang tidak jelas dan kurang menarik, lalu diberi ornamen untuk lebih memperjelas bentuk secara keseluruhan dan lebih menarik ser- ta indah penampilannya.

Kerajinan Perak Koto Gadang 115 116 M. Nasrul Kamal BAB V PERKEMBANGAN DESAIN KERAJINAN PERAK KOTOGADANG

A. Desain

wal berdirinya, kerajinan perak Kotogadang belum memiliki karakter khusus tentang desain. Bentuk- Abentuk alam seperti daun, bunga menjadi motif da- lam desainnya. Desain ini berbeda dengan desain perak dari Bali maupun Kota Gede yang selama ini sudah di- kenal masyarakat luas. Pada setiap desain terdapat memakai perak murni tidak dicampur. Produk yang dibuat terdiri atas cincin, gelang, kalung, dan giwang. Produk cincin dengan per- mata seperti pirus, blue sapphire, black onix, kecubung, banyak diminati perempuan dan laki-laki.

Desain yang dibuat memiliki karakter khas namun tanpa adasentuhan tradisional. Ternyata desain minimalis tidak sepe- nuhnyaditerima masyarakat luas karena itu perlu ada sentu- han-sentuhan yanglain.

Kondisi demikian sesuai dengan pandangan Marx menge- nai“fetisisme komoditi” yang mengemukakan bahwa produk materi yangdihasilkan oleh kegiatan kreatif manusia menjadi benda-benda yangkelihatannya mengikuti hukum pasar yang bersifat impersonal, yangjelas-jelas terlepas secara mutlak dari

Kerajinan Perak Koto Gadang 117 kemauan, maksud ataukebutuhan manusia yang menciptakan- nya (Johnson 1986:287).

Pemahaman terhadap gaya hidup, selera, sifat dan minat- masyarakat kelas ini dipelajari sedikit demi sedikit sehingga- perkembangan kerajinan perak Kotogadang menambah karak- ter desain semula menjadi desain eksklusif, produk dibuat tan- gan (handmade) dengan sentuhan etnik.

Desain yang dibuat jumlahnya terbatas, artinya untuksatu desain tidak diproduksi secar besar-besaran, melainkan satude- sain hanya diproduksi dalam jumlah kecil bahkan untuk de- sain“super eksklusif” hanya diproduksi satu kali. Buatan tan- gan dimaksudkan agar seluruh pengerjaan dari produk keraji- nan perak Kotogadang dikerjakan dengan tangan dan tidak ada satu bagian pun yangmenggunakan mesin. Jadi desain produk yang dibuat dengan teknik handmade tidak dapat diproduksi dengan alat mesin. Untukpeningkatan mutu karya aksesori pe- rak dan dukungan kalangan elitatau masyarakat papan atas, berkembang keterampilan yang tinggidan karya kerajinan yang memiliki nilai estetis yang unggul. Dengandasar itu maka di- tuntut juga peningkatan kreativitas atas karyakerajinan yang mereka butuhkan. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Simmel (dalam Johnson 1986:284) bahwa ”tragedi”kebudayaan sebagai hubungan timbal balik yang berbentuk dialektis antara proses kehidupan subyektif dan bentuk-bentuk budaya obyek- tif menghasilkan ide kreatif.

Jenis produk kerajinan perak Kotogadang bertambah dengan benda-benda souvenir seperti gelang miniatur, hiasan dinding dan lainnya atas permintaan pasar. Untuk aksesori di- tambah dengan bros, hiasan sepeda motor, pedati dan hiasan

118 M. Nasrul Kamal kaligrafi. Desain Eropa dan Indian, Bali danmodern dengan sentuhan etnik menjadi bagian dari perkembangan desain kera- jinan perak Kotogadang. Bentuk tumbuh-tumbuhan yang mu- la-mula menjadi andalan berkembang pula dengan bentuk bi- natang seperti kupu-kupu,capung dengan ragam hias meander geometris dan non geometris,dengan lengkung yang dina- mis.Perkembangan desain produk kerajinan perak Kotogadang merupakan perwujudan konkret dari selera masyarakat.

Hal itu tampak dalam perilaku wargamasyarakat, cara- cara mereka berinteraksi atau berkomunikasi, pemilihan de- sain, dan dalam artefak-artefak yang dibutuhkan. Dalam hal ini kesenian baik dalam bentuk ekspresi perilaku maupun artifak- seringkali dipandang sebagai salah satu ciri kuat dari identitas kebudayaan. Artinya, dalam karya seni terefleksikan sistem nilai,tradisi, sumber daya lingkungan, kebutuhan hidup dan perilaku atau pola perilaku manusia, di mana kesenian itu hi- dup.Lebih jauh lagi Rohidi (200:196) menyatakan bahwa di da- lam pewujudan kesenian tampak dengan nyata keberagaman yang mencerminkan ciri-ciri yang khas setiap daerah tempat masyarakat pendukung kebudayaan tertentu menjalani kehi- dupan sehari-harinya.Inilah yang dipandang menjadi kekayaan budaya, sekaligus juga jatidiri bangsa Indonesia dengan ke- kayaan dan keanekaragaman ekspresi tentang keindahan yang sering diungkapkan dalam kalimat metaforik ”untaian jamrud khatulistiwa nusantara”.

Di lingkungan tertentu diselenggarakan berbagai usaha- peningkatan mutu karya-karya kerajinan, dan di bawah perlin- dungan dan dukungan masyarakat papan atas itulah berkem- bang secara lebih khusus keterampilan yang tinggi dan karya

Kerajinan Perak Koto Gadang 119 kerajinan yang memiliki nilaiestetis yang unggul. Di sini tam- pak bahwa keahlian membuat karya kerajinan mulai diperlu- kan seiring dengan perkembangan orientasiyang semakin be- ragam pula jenisnya. Setiap perkembangan dalam masyarakat senantiasa juga disertai dengan perkembangan yangberbeda dalam memanfaatkan atau menghasilkan karya kesenian dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Sedikit demi sedikit perlahan tetapi pasti, produk produk kerajinan perak Kotogadang mulai dikenal oleh masyarakat dan dimina- ti. Bahkan dari penjelasan pengrajin diketahui bahwa terjadi persaingan antar pemakai. Persaingan yang dimaksud ialah pemilihan desain yang khas, unik, tidak digandakan,dan tidak dimiliki oleh pemakai lain, serta perfect. Kondisi ini”dimanfaatkan” oleh produsen untuk lebih meningkatkan pemasarannya.

Sebagaimana yang dikatakan para antropolog dalam pre- misnya,bahwa kebutuhan-kebutuhan kolektif manusia relatif tak terbatas dalamkaitannya dengan sarana pemuasnya. Se- buah premis lain menyatakan bahwa pertimbangan etis, magis, atau religius tidak akan masuk dalam perhitungan ekonomis seseorang (Kaplan dan Manners, 1999).

Perkembangan berikutnya, kebutuhan untuk mengguna- kan karyadesain produk kerajinan perak Kotogadang yang ek- slusif atau unggul juga dikenal pada kalangan masyarakat yang lebih umum. Perluasan penyebaran atau pemilikan karya kera- jinan yang bermutu ke wilayah masyarakat dan budaya yan- glebih umum menuntut pengrajin perak Kotogadang untuk meningkatkan kreativitas optimal serta harus selalu mencipta- kan desain yang baru.

120 M. Nasrul Kamal Desain kerajinan perak Kotogadang, Sachari (2005:83) se- cara garis besar pengertian desain dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan konteksnya. Desain dapat juga diartikan sebagai suatu kreasi pengrajin perak Kotogadang untuk meme- nuhi kebutuhan tertentu dan cara tertentu pula. Desain juga dapat merupakan pemecahan masalah dengan suatu target yang jelas (Archer, 1965). Sedangkan menurut Alexander (1963) desain merupakan temuan unsur fisik yang paling objektif. Atau desain merupakan tindakan dan inisiatif untuk merubah karya manusia (Jones, 1970) dan desain tersebut dipengaruhi model transformasi budaya.

Model kajian transformasi budaya “pengamatan peruba- han dan pergeseran fenomena desain dalam satu rentang wak- tu tertentu”. Dalam rentang waktu tersebut dicatat dan diamati faktor-faktor desain yang menjadi ciri utama perubahan, serta proses akulturasi dan inkulturasi yang terjadi. Menurut Baker, (1984:52) bahwa, proses akulturasi mempunyai hubungan tim- bal balik, dan ini dapat merupakan penghalang atau pendorong satu sama lain, dan mengalami akselerasi atau pembekuan.

Proses inkulturasi menurut Soedarso, Sp. (2006:74) men- gungkapkan bahwa sebagaian besar perbedaan adalah “dua unsur kebudayaan yang bertemu, betapapun kuat percampu- ran itu tetapi masing-masing unsur budaya tersebut tidak akan lenyap sejauh kelompok pemiliknya masih ada”. Secara umum, transformasi budaya diawali oleh adanya unsur keterbukaan, baik yang dipaksakan maupun yang dikarenakan oleh karakter khas kebudayaan tertentu yang mudah menerima kehadiran kebudayaan asing. Pergeseran-pergeseran yang terjadi antara setiap sub budaya kerap berjalan tidak sejalan, ada yang secara

Kerajinan Perak Koto Gadang 121 rupa sangat cepat, namun secara teknologi agak tertinggal, ada pula yang secara keseluruhan fisik telah bergeser jauh ke de- pan, tetapi secara mentalitas masih terbelakang.

Mengamati fenomena desain, proses transformasi juga da- pat diamati pada pergeseran nilai estetik. Pergeseran nilai este- tik memiliki ketertautan dan keterkaitan secara langsung den- gan proses transformasi budaya sebuah bangsa yang dipicu oleh adanya keterbukaan budaya. Hal itu telah dibuktikan me- lalui perjalanan historis teraga di Indonesia, sejak masa praseja- rah, Hindu-Budha, Islam, masa Kolonial hingga masa Orde Ba- ru. Hal yang sama juga terjadi pada proses transformasi bangsa Eropa yang dimulai sejak masa Yunani, dan kemudian diikuti oleh masa kegelapan, masa pencerahan, masa Revolusi Indusri hingga mereka menjadi bangsa modern siperti sekarang. Arti- fak penting sebagai penanda utama yang dihasilkan sebagai puncak-puncak proses transformasi tersebut terwujud dalam berbagai karya besar, di antaranya adalah penemuan mesin uap, penemuan listrik, penemuan pesawat terbang, hingga pembangunan pesawat yang mampu mendaratkan manusia di bulan.

Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitek- tur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan, baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, "desain" memiliki arti "proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru". Sebagai kata benda, "desain" digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata.

122 M. Nasrul Kamal Proses desain pada umumnya dapat memperhitungkan dari aspek fungsi, estetika, dan berbagai macam aspek lainnya dengan sumber data yang didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelum- nya. Akhir-akhir ini, proses (secara umum) juga dianggap se- bagai produk dari desain, sehingga muncul istilah "perancan- gan proses". Salah satu contoh dari perancangan proses adalah perancangan proses dalam industri kimia.

Desain merupakan suatu proses yang dapat dikatakan te- lah seumur dengan keberadaan manusia di bumi. Hal ini sering tidak kita sadari. Akibatnya, sebagian dari kita berpendapat seolah-olah desain baru dikenal sejak jaman modern dan me- rupakan bagian dari kehidupan modern. Dalam bahasa sehari- hari kata desain sering di artikan sebagai sebuah perancangan, rencana atau gagasan. Pengertian seperti ini tidak sepenuhnya salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa desain sepadan dengan ka- ta perancangan.

Namun demikian, kata merancang/rancang aau rancang bangun yang sering disepadankan dengan kata desain ini nam- paknya belum dapat mengartikan desain secara lebih luas. Kata “Desain” yang sebenarnya merupakan kata baru yang merupa- kan peng-Indonesia-an dari kata design(bahasa Inggris) tetap dipertahankan. Kata desain ini menggeser kata rancang bangun karena kata tersebut tidak dapat mewadahi kegiatan, keilmuan, keluasan dan pamor profesi atau kompetensi,(Sachari, 2000).

Perkembangan selanjutnya pengertian desain amat berva- riatif karena tumbuhnya profesi ini diberbagai Negara. Salah satu tokoh yan mengevaluasi pengertian desain adalah Bruce

Kerajinan Perak Koto Gadang 123 Archer, menurutnya desain adalah salah satu bentuk kebutu- han badani dan rohani manusia yang dijabarkan melalui ber- bagai bidang pengalaman, keahlian dan pengetahuan yang mencerminkan perhatian pada apresiasi dan adaptasi terhadap sekelilingnya, terutama yang berhubungan dengan bentuk, komposisi, arti, nilai dan berbagai tujuan benda buatan manu- sia.

Jika istilah ‘desain’ maknanya adalah ‘rencana’, maka ‘ren- cana’ adalah bendanya (benda yang dihasilkan dalam proses perencanaan). Kegiatannya disebut’ merencana’ atau ‘menca- nanakan’. Pelaksananya disebut ‘perencana’, sedangkan segala sesuatu yang berkaitan erat dengan proses pelaksanaan pem- buatan suatu rencana, disebut ‘perencanaan’.

Jadi kata ‘mendisain’ mempunyai pengertian yang secara umum setara dengan ‘merencana, merancang, rancang bangun, atau merekayasa, yang artinya setara dengan istilah ‘to design’ atau ‘designing’ (Bahasa Inggris). Istilah mendesain mempunyai makna: ‘melakukan kegiatan, aktivitas dan proses untuk menghasilkan suatu desain (Palgunadi, 2007).

Demikian juga pengertian desain selalu mengalami peru- bahan sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Hal ini membuktikan bahwa desain sebenarnya mempunyai arti yang penting dalam kebudayaan manusia secara keseluhan, baik ditinjau dari usaha memecahkan masalah fisik dan rohani manusia, maupun sebagai bagian kebudayaan yang memberi nilai-nilai tertentu sepanjang perjalanan sejarah umat manusia.

Definisi tersebut jelas bahwa desain tidak semata-mata rancangan di atas kertas, tetapi juga proses secara keseluruhan

124 M. Nasrul Kamal sampai karya tersebut terwujud dan memilki nilai. Desain me- mang tidak berhenti diatas ketas, tetapi merupakan aktivita- spraktis yang meliputi juga unsur-unsur ekonomi, social, tek- nologi dan budaya dalam berbagai dinamikanya. Desain yang baik tidak hanya berhenti diatas ketas, tetapi erupakan aktivita- spraktis yang meliputi juga unsur-unsur ekonomi, social, tek- nologi dan budaya dalam berbagai dinamikanya. Desain yang baik hanya diatas kertas saja hanya akan terjerumus semata- mata sebagai kebudayaan konsep belaka, karena betapapun juga desain yang baik adalah desain yang memenuhi kebutu- han masyarakat. Disamping itu penerimaan masyarakat terse- but kepada suatu desain haruslah kritis karena tanpa unsur- unsur tersebut tidak akan terjadi pertumbuhan desain yang sehat.

Pengertian itu memberikan gambaran bahwa desain bu- kan semata-mata milik salah satu disiplin ilmu, namun milik semua disiplin ilmu, karena pada dasarnya desain merupakan bidang lintas antara seni, sains dan teknologi.

a. Struktur Desain Desain produk kerajinan mengandung upaya mencari struktur dan material yang tepat. Desain juga merupakan suatu proses, yaitu proses berfikir yang sistematis untuk mencapai mutu hasil yang optimal. Dengan demikian hakekatnya, desain adalah mencari mutu yang lebih baik, mutu material, teknis dan performansi, bentuk baik secara perbagian maupun secara keseluruhan.

Unggulan yang baik pada desain sangat tergantung pada sasaran dan filosofi mendesain pada umumnya, bahwa sasaran desain itu berbeda-beda menurut kebutuhan dan kepentingan. Kerajinan Perak Koto Gadang 125 Setiap upaya desain harus berorientasi pada mencapai hasil yang seoptimal mungkin dengan biaya yang serendah- rendahnya, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini;

Gambar 5.1 Struktur Pola Hias Gelang dan Pola Hias Subang Sumber Silver Work Rul. Gambar 13.Foto Kamal Maret 2015

Demikian, dapat dikataka bahwa desain struktur lebih baik dari desain yang tidak berpola, apabila desain strukturtersebut mempermudah pekerjaan pengrajin dalam memenuhi sasaran kebutuhan yang paling optimal.

Selain menentukan sasaran selanjutnya dalam proses desain harus menentukan pengembangan desain produk (product development). Dalam pengembangan desain produk ini, tergantung pada masalah yang telah dirumuskan.

Produk kerajinan perak Kotogadang motif-motif yang tergolong rumit cenderung dipakai supaya motif hias tengah diisi dengan motif flora dalam wujud bunga, motif hias diisi dengan daun H, daun asam (jeruk) dan daun jantung dalam wujud bentuk geometris dalam wujud saik ajik (wajik), dan motif hias alam benda dalam wujud garis, dan motif bunga terdiri dari fauna dalan wujud bunga dahlia, matahari, teratai,

126 M. Nasrul Kamal melati dan alam benda dalam wujud matahari.Dari uraian tersebut maka jelas bagi seseorang membuat desain harus merumuskan sasaran setepat-tepatnya: apa, mengapa, siapa, bagaimana, dimana, dan kapan.

Hal ini dalam ilmu desain dikenal dengan tahapan identifikasi permasalahan merupakan kunci yang menentukan proses desain yang akan dikembangkan dari nama benda atau nama tumbuh-tumbuhan dilanjutkan stilisasi kedesain menjadi benda dan teknik apa yang digunakan oleh pengrajin perak Kotogadang seperti terlihat pada tabel 4 dibawah ini:

Tabel 5.1 Stilisasi Kedesain. Sumber: Silver Work Kotogadang, Foto Kamal 2015

Nama Gubahan (Desain) Karya Perak

Bros Motif Bunga Dahlia dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 20 gram Sumber Siver Work Rul

Kerajinan Perak Koto Gadang 127 Nama Gubahan (Desain) Karya Perak

Bros Motif Bunga Teratai dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 2,5 gram. Sumber Siver Work Yus Y

Cincin Motif Bunga Teratai dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 2,5 gram Sumber Siver Work Safa

Bros Motif Daun Mentimun dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 2,5 gram Sumber Siver Work Amai Setia

Bros Motif Bunga Teratai dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 2,5 gram Sumber Siver Work Amai Setia

128 M. Nasrul Kamal Nama Gubahan (Desain) Karya Perak

Kaluang Gadang /Besar Motif Geometris, Bunga Murbay dan Daun H. Teknik Bajalin dan Bakarang Berat 90 gram Sumber Siver Work Yus Y

Kaluang Cakiak Motif Bunga Cengkeh, Kaluak Paku, dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 15,5 gram Sumber Siver Work Amai Setia

Kaluang Ampiang Motif Bunga Melati, Kaluak Paku, Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 90 gram Sumber Siver Work Amai Setia

Kerajinan Perak Koto Gadang 129 Nama Gubahan (Desain) Karya Perak

Bros Motif Bunga Dahlia dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 2,5 gram Sumber Siver Work Amai Setia

Kaluang Rombok/ PinyaramMotif Kaluak Paku, Bunga Matahari dan Daun HTeknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 90 gram. Sumber Siver Work Amai Setia

Cincin Motif Bunga Teratai dan Daun H Teknin Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 2,5 gram Sumber Siver Work Amai Setia

130 M. Nasrul Kamal Nama Gubahan (Desain) Karya Perak

Bros Motif Kaluak Paku dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 2,5 gram Sumber Siver Work Amai Setia

Miniatur Balai Motif Kaluak Paku dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 45 gram Sumber Siver Work Amai Setia

Miniatur Mesjid Motif Kaluak Paku dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 145 gram Sumber Siver Work Amai Setia

Kerajinan Perak Koto Gadang 131 Nama Gubahan (Desain) Karya Perak

Miniatur Pedati Motif Kaluak Paku dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 145 gram Sumber Siver Work Amai Setia

Miniatur Pohon Kelapa Motif Kaluak Paku dan Daun H Teknik Bajalin dan Teknik Bakarang Berat 20 gram Sumber Siver Work Amai Setia b. Desain Hias Desain hias motif adalah suatu rancangan gambar yang nantinya akan diwujudkan dengan tujuan untuk memperindah suatu penampilan benda kerajinan perak. Desain merupakan desain terpakai berbagai benda kerajinan terutama pada keraji- nan perak Kotogadang .

Desain hias merupakan susunan unsur garis atau bentuk motif yang menyempurnakan rencana kerja “seni” dengan memberi penekanan khusus pada aspek proporsi, struktur, ge- rak, dan keindahan secara terpadu; identik dengan pengertian komposisi yang berlaku pada berbagai cabang seni, meskipun 132 M. Nasrul Kamal secara khusus kerap dikaji sebagai “seni terapan”. Manfaat pola hiasan pada bidang atau pada sebuah media tertentu menjadi daya tarik yang dapat memikat konsumen, penikmat, penggu- na yang melihatnya, sehingga sangat penting memperhatikan dan memikirkan sebuah pola yang tepat pada sebuah media yang dipilih.

Selain itu pola hiasan yang tepat dapat mengingatkan pengguna atau pemakainya akan kegunaan suatu bidang. Mi- salnya perhiasan cincin dengan pola hiasan yang memilih motif relung atau kaluak paku sebagai pola pinggiran akan membe- rikan kesan, bahwa perhiasan cincin tersebut berfungsi sebagai cincin hiasan.

Gambar 5.2. Relung dan Geometris, Foto Repro Kamal Maret 2015

Kerajinan Perak Koto Gadang 133 Gambar 5.3. Relung dan Kaluak Paku Foto Repro Kamal Maret 2015

Gambar 5.4 Geometri, Relung, dan Kaluak Paku yang terdapat pada Desain Cincin,Foto Repro Kamal Maret 2015

Pola hiasan dapat berupa benda-benda, tumbuhan dan geometris yang terlihat gambar di atas merupakan pola hias suatu benda dan disesuaikan dengan kebutuhan, contohnya pola hiasan untuk cincin perak untuk anak berbeda dengan po- la hiasan cincin untukorang dewasa berbeda dalam segi pe- nempatan, misalnya pola hiasan.

Ragam hias geometris adalah ragam hias yang mengguna- kan beraneka ragam unsur-unsur garis, seperti garis lurus, lengkung, zigzag, spiral, dan berbagai bidang seperti segi em- pat, empat persegi panjang, lingkaran, dan bentuk lainnya se- bagai motif bentuk dasarnya. Pola hias geometris merupakan motif tertua dalam ornamen karena sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Motif geometris berkembang dari bentuk titik, garis, atau bidang yang berulang dari yang sederhana sampai dengan pola yang rumit.

134 M. Nasrul Kamal Desain merupakan salah satu bentuk kebutuhan badani dan rohani manusia yang dijabarkan melalui berbagai penga- laman, keahlian, dan pengetahuannya yang mencerminkan perhatian pada apresiasi dan adaptasi terhadap sekelilingnya, terutama yang berhubungan dengan bentuk, komposisi, arti, nilai, dan berbagai tututan benda buatan manusia. 1. Proses Pengembangan Proses pembuatan perhiasan kalung, cincin, dan gelang itu sendiri melalui tahapan-tahapan antara lain: "perencanaan", yakni menentukan bentuk apa yang akan dibuat. Lalu "persia- pan", berupa penyediaan bahan baku dan peralatan kerja. Di- lanjutkan dengan perak murni dilebur ini disebut dengan proses "peleburan". Ketika perak mencair dilanjutkan dengan proses "pengecoran", yaitu memasukan cairan perak pada ceta- kan yang ada. Pada saat perak sudah mengeras, dilanjutkan dengan tahap pembentukan. Tahap yang paling akhir adalah proses penyelesaian atau disebut "finishing".

Proses pembuatan perhiasan kalung, cincin dan gelang dengan menggunakan bahan perak juga perencanaan yang akan dikerjakan pengrajin perak Kotogadang, dapat diuraikan sebagai berikut: 2. Proses pembuatan perhiasan kalung Proses pembuatan perhiasan kalung dengan mengguna- kan bahan perak juga perencanaan yang akan dikerjakan. De- sain yang dibuat memiliki karakter khas pengrajin perak Koto- gadang dengan sentuhan tradisional. Ternyata desain minima- lis tidak sepenuhnya diterima masyarakat luas karena itu perlu ada sentuhan-sentuhan yang lain. Kondisi demikian sesuai

Kerajinan Perak Koto Gadang 135 dengan pandangan Marx mengenai “fetisisme komoditi” yang mengemukakan bahwa produk materi yang dihasilkan oleh kegiatan kreatif manusia menjadi benda-benda yang kelihatan- nya mengikuti hukum pasar yang bersifat impersonal, yang jelas-jelas terlepas secara mutlak dari kemauan, maksud atau kebutuhan manusia yang menciptakannya (Johnson 1986:287).

Sebenarnya pembuatan perhiasan tidak boleh di lakukan secara sembarangan, di karenakan perhiasan adalah logam mu- lia jika melakukan pembuatan perhiasan secara sembarangan maka akan merubah kadar dari perhiasan tersebut. Harus di lakukan oleh tenaga ahli yang di sebut pengrajin perhiasan pe- rak Kotogadang dengan urutan kerja yakni; mendesain, bahan dan alat, peleburan, pembentukan, mengolah, merancang, pembentuk benang perak, merangkai, mempatri, dan finishing.

Mendesain atau merancang kalung tidak hanya sekedar menggambar atau menuangkan ide-ide, lebih dari itu meran- cang harus memperhitungkan kenyamanan, kemudahan dalam pemakaian, berat, keawetan bahan, ketajaman lekukan, dan dapat membuat pemakai lebih percaya diri. Dunia desain ada- lah dunia yang dinamis, semua terus berkembang dan unik pa- da zamannya. Untuk membuat seni karya seni fungsional me- mang dituntut tepat guna, selain itu memberi rasa aman, nya- man serta kepuasan. (Prabowo, 2002: 3). Tahap awal pembua- tan desain karya kalung adalah dengan mendeformasi bunga teratai sebagai sumber ide penciptaan. Penulis mendeformasi bunga teratai yang bersinar cerah dengan motif geometris. Mo- tif geometris berkembang dari titik, garis, atau bidang yang be- rulang dari yang sederhana sampai yang rumit, Sunaryo, 2009:19).

136 M. Nasrul Kamal Bahan dan alat untuk membuat perhiasan adalah cara mencampur bahan dengan bahan campuran. Dengan hitungan yang yang pas akan mendapat kadar yang tepat untuk perhia- san. Jangan sepelekan dalam mencampur perhiasan, dikarena- kan akan fatal jika anda mencampur secara asal-asalan.

Proses peleburan bahan logam mulia perak menggunakan tempat yang yang aman/steril, yang di maksud steril adalah jika pengrajin membuat perhiasan dengan bahan perak harus di meja yang hanya untuk membuat perak. Jika pengrajin mem- buat perhiasan dengan bahan emas pengrajin harus menggu- nakan meja yang hanya khusus membuat emas. Akan fatal ja- dinya jika pengrajin membuat perhiasan perak menggunakan meja perhiasan tidak khusus, karena akan merubah kadar dari perhiasan tersebut, dan begitu juga sebaliknya. Tomika/Kowi yang di gunakan juga harus baru atau bersih setiap kali mem- buat perhiasan. Tomika/Kowi adalah wadah yang terbuat dari tanah liat yang di gunakan untuk melebur bahan pembuatan perhiasan.

Pembentukan perak menggunakan landasan terbuat dari besi baja untuk mengepengkan perak batangan menjdi pipih atau bebentuk lempengan. Perak yang sudah dicetak berbentuk batangan, sebelum digiling ditokok atau dipukul menjdi lem- pengan baru digiling. Gilingan perak ini ada dua gunanya un- tuk membuat benang kawat perak dan memudahkan pembua- tan kalung.

Mengolah benang perak tadi dipotong lebih kurang 5 cm 2 buah, kemudian dibentuk lingkaran yang berjarakan antara satu sama lain adalah 1 cm. Benang perak ditarik/pairik benang perak dengan sapik binggung (tank). Benang perak yang dibuat

Kerajinan Perak Koto Gadang 137 sesuai dengan kebutuhan yang akan dibuat, seperti mimiatur, gelang cincin dan kalung. Benang kawat digulung seperti terli- hat pada tabel tersebut dan sudah siap untuk dikerjakan.

Merancang atau memikirkan desain kalung yang akan di- buat menurut urutan kerja. Pengrajin membuat komponen per- tama yang dikerja adalah membuat pola luar. Dilanjutkan ke- rangka bagian luar kalung, 1/8 kelopak bunga yang dibuat ba- gian luar dan diberi isian dengan garis lengkung, 1/8 kelopak bunga yang dibuat untuk anak bunga dan diberi isian dengan garis lengkung seperti sisik ikan. Semua kelopak selesai lau pengabungan 1/8 kelopak menjadi satu bagian bawah, dan pengabungan 1/8 kelopak menjadi satu bagian atas. Pengga- bungan bunga utuh besar didempetkan dengan bunga utuh bagian atas menjadi satu.

Pembentuk benang perak, proses pembentuk benang pe- rak dengan alat taro hasilnya terlihat pada tabel gambar. Alat taro membuat semacam garis lengkung tegak atau bentuk spir- al, dan dilanjutkan memotong 6 lengkung untuk membuat pola bunga yang akan direnacakan dengan memakai alat pulpen, Pembentukan pola bunga dengan alat sanam/pinset seperti ter- lihat digambar.

Mempatri, pola bunga yang sudah selesai selanjutnya di- patri ujung pola tersebut atau maadu pusek artinya untuk me- nyatukan sudut pola bunga supaya kuat. Ujung benang perak itu nantinya bertemu sama satu titik, berarti seperti mulut dan bisa juga menggunakan patri perak berbentuk serbuk kikiran.

138 M. Nasrul Kamal Isian dalam kelopak bunga dinamakan dengan daun H, daun asam dan daun jantung terlihat pada gambar. Bunga ka- lung jadi utuh seperti terlihat pada tabel gambar.

Rantai, benang perak yang digulung dengan anak pelpen seperti spiral lalu dipotong benang perak dengan gunting kecil dan nantinya dirangkai dengan manual, merangkai potongan gulungan perak satu persatu.

Merangkai atau menyambung rantai dengan bunga seperti yang terlihat pada tabel gambar dibawah ini, dan selanjutnya pedempetan bunga bawah dan bunga atas seperti yang terlihat pada tabel gambar dibawah ini. Kemudian menyatukan semua rangkaian dipanaskan guna menghilangkan kotoran, dicuci dengan asam jao dan buah lerak.

Finishing gunanya membersihkan perhiasan kalung den- gan asam jao ditambah buah dikia supaya hasil perhiasan ber- sih dan mengkilap. Kemudian dicuci dengan air bersih, terus sikat dengan buah lerak dan asam sampai bersih. Pekerjaan di- lakukan berulang kali hingga kalung, cincin, dan gelang men- jadi putih kapas, dan kemudian dijemur sampai kering. Lang- kah selanjutnya pengerjaan pengilapkan (ditaring) dengan baja yang telah digosok halus dengan batu asah sampai mengilap. Hasilnya antara yang digosok berwarna putih mengkilap dan yang tidak digosok berwarna putih kapas, maka warnanya berbeda (kontras). Barang kerajinan perhiasan kalung siap di- pakai dan dapat dipasarkan.

Terkhusus pada perhiasan perak Kotogadang merupakan kerajinan tangan, pada kenyataannya produk kerajinan tangan perak Kotogadang, banyak digemari karena selain memiliki

Kerajinan Perak Koto Gadang 139 ciri khas tersendiri juga menggunakan pengerjaan tangan un- tuk sepenuh prosesnya. Hal ini menjadi pembeda dengan bua- tan dari negara lain yang menjadi saingan seperti, Jepang, Viet- nam, Malaysia dan Australia. Hal ini juga menandakan ting- ginya tingkat keahlian dan ketelitian para pengrajin perak Ko- togadang. Dengan demikian, penentuan harga kerajian perak yang dihasilkan tidak hanya berdasarkan bobot dan ukuran- nya, tetapi juga dari nilai seni dan tingkat kerumitan pekerjaan.

Upaya untuk meningkatkan nilai kerajinan perak terus di- lakukan oleh para pengrajin di Kotogadang. Salah satunya ada- lah dengan terus meperbarui desain produk dan memperluas jaringan promosi dan pemasaran. Product upgrading ini misal- nya dilakukan dengan mengkombinasikan antara perak dengan media lain seperti batu permata. Para pengrajin juga secara ru- tin mengikuti pameran yang diselenggarakan baik oleh peme- rintah maupun mitra swasta yang diharapkan dapat lebih memperkenalkan produk mereka.

Proses pembuatan perhiasan berbentuk kalung terlihat pada gambar dibawah ini, dan dalam proses pembuatan per- hiasan kalung akan terlihat urutan kerjanya mulai dari biji pe- rak sampai dengan hasilnya. Kemudian keterangan proses pembuatan perhiasan perak berikut ini.

140 M. Nasrul Kamal Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang

No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 1. Desain Kalung Minang

Kalung Minang dengan motif bunga teratai dengan teknik bajalin dan bakarang

Peleburan Pompa Untuk Pembakar; Kapuih (Pompa), Tabung Minyak, Solder.

Pompa (kapuih) untuk manjalangkan/ pelebur perak, kapalo api/solder dengan cara menekan kapuihnya dengan kaki. Alat tradisional ini yang digunakan untuk pekerjaan pengrajin perak Kotogadang .

Kerajinan Perak Koto Gadang 141 No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 2. Mancairkan perak menjadi jalang ditomika

Peleburan Perak Ditomika Dituangkan Kedalam Cetakan Batu Bata 3 Perak batangan

Batangan perak siap diproses digepengan Pembentukan

4. Landasan tokok, - kayu landasan, - basi landasan.

Landasan terbuat dari besi baja untuk mengepengkan perak batangan menjdi pipih atau bebentuk lempengan

142 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 5, Alat pengiliang(pre s) perak

Perak yang sudah dicetak berbentuk batangan, sebelum digiling ditokok atau dipukul menjdi lempengan baru digiling. Gilingan ini ada dua gunanya untuk membuat benang kawat perak dan memudahkan pembuatan cincin.

Mengolah

6. Mairik benang perak dengan alat pairik

Kerajinan Perak Koto Gadang 143 No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 Pairik benang perak dengan sapik binggung. Benang perak yang dibuat sesuai dengan kebutuhan yang akan dibuat, seperti mimiatur, gelang cincin dan kalung.

7. Banang Kawek Perak/Benang Kawat perak

Benang kawai digulung seperti terlihat pada table tersebut dan sudah siap untuk dikerjakan.

Merancang

6. Memperhatika n desain

144 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 Memikirkan desain kalung yang akan dibuat menurut urutan kerja. Pengrajin komponen pertama yang dikerja adaah membuat pola.

7. Pola awal bagian luar

Kerangka bagian luar kalung 8. Kelopak bubga yang besar

1/8 kelopak bunga yang dibuat bagian luar dan diberi isian dengan garis lengkung

Kerajinan Perak Koto Gadang 145 No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 9. Kelopak bubga yang kecil

1/8 kelopak bunga yang dibuat untuk anak bunga dan diberi isian dengan garis lengkung seperti sisik ikan 10. Magabuang 1

Pengabungan1/8 kelopak menjadi satu bagian bawah 11. Magabuang 2

Pengabungan1/8 kelopak menjadi satu bagian atas

146 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 12. Magabuang 3

Pengabungan bunga utuh besar didempet dengan bunga utuh bagian atas menjadi satu Pembentuk benang perak 13 Membetuk dengan taro

Proses pembentuk benang perak dengan alat taro hasilnya terlihat pada gambar beriktnya 14. Alat taro

Kerajinan Perak Koto Gadang 147 No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 Alat taro membuat semacam garis garis lengkung tegak atau bentuk spiral 15. Memotong benang perak

Memotong 6 lengkung untuk membuat pola bunga yang akan direnacakan dengan pulpen 16. Guna Sanam/piset

Pembentukan pola Bungan dengan sanam/pinset seperti terlihat digambar.

148 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 17 Hasil pola bunga

Pola bunga yang sudah selesai selanjutnya dipatri Mempatri 18. Maadu pusek

Maadu pusek artinya untuk mentyatukan sudut pola bunga supaya kuat

Kerajinan Perak Koto Gadang 149 No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 19 Maisi pola

Isian dalam kelopak bunga dinamakan dengan daun H, daun asam. Dan daun Jantung terlihat pada gambar. 20. Gabungan motif

Bunga kalung jadi utuh seperti terlihat pada gambar

Merancang Rantai

150 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 21. Beneng dibuat bentuk per

Benang perak digulung dengan anak pelpen seperti spiral 22. Pemotong Benang perak

Pemotongan benang perak dan nantinya dirangkai dengan manual

Kerajinan Perak Koto Gadang 151 No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 23. Merangkai

Merangkai potongan gulungan perak satu persatu 24, Hasil rantai

Hasil rantai yang dibuat untuk kebutuhaan kalaung Merangkai 25 Menyabuang rantai dengan bunga

152 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 Menyambung rantai dengan bunga seperti yang terlihat pada gambar 26 Mengabuang- kan bunga bawah dan bungo ateh

Pedempetan bunga bawah dan bunga atas seperti yang terlihat digambar 27 Menyatukan Dan memanaskan

Menyatukan semua rangkaian dipanaskan guna menghilangkan kotoran dan nanti disecuci dengan asam jao Finishing

Kerajinan Perak Koto Gadang 153 No Tabel 5.2 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang/Kalung.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015 28 Membersih- kan

Membersihkan dengan asam jao ditambah buah dikia supaya hasil perhiasan bersih dan mengkilap 29 Hasil Kalung

Kalung siap dipakai dan dijual

3. Proses Pembuatan Perhiasan Cincin Proses pembuatan perhiasan cincin dengan menggunakan bahan perak juga desain yang akan dikerjakan. Desain yang dibuat memiliki karakter khas pengrajin perak Kotogadang 154 M. Nasrul Kamal dengan sentuhan tradisional. Ternyata desain minimalis tidak sepenuhnya diterima masyarakat luas karena itu perlu ada sen- tuhan-sentuhan yang lain. Pengembangan desain harus memi- liki keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Teram- pil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat dan benar.

Zahri (1991:2) mengatakan bahwa seseorang “mendesain yang dapat melakukan dengan terampil, cepat dan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen”. Demikian pula apabila desiner dapat melakukan sesuatu dengan benar tetapi lambat tergantung keterampilannya disesuaikan dengan karakter desainer. Sebenarnya pembuatan perhiasan tidak boleh di lakukan secara sembarangan, di karenakan perhiasan adalah logam mulia jika melakukan pembuatan perhiasan secara sembarangan maka akan merubah kadar dari perhiasan tersebut. Harus di lakukan oleh tenaga ahli yang di sebut pengrajin perhiasan perak Kotogadang dengan urutan kerja yakni; mendesain, bahan dan alat, peleburan, pembentukan, mengolah, merancang, pembentuk benang perak, merangkai, mempatri, dan finishing. Mendesain atau merancang cincin tidak hanya sekedar menggambar atau menuangkan ide-ide, lebih dari itu meran- cang harus memperhitungkan kenyamanan, kemudahan dalam pemakaian, berat, keawetan bahan, ketajaman lekukan, dan dapat membuat pemakai lebih percaya diri. Dunia desain ada- lah dunia yang dinamis, semua terus berkembang dan unik pa- da zamannya. Untuk membuat seni karya seni fungsional me- mang dituntut tepat guna, selain itu memberi rasa aman, nya- man serta kepuasan. (Prabowo, 2002: 3). Tahap awal pembua- tan desain karya kalung adalah dengan mendeformasi re- lung/kaluak paku sebagai sumber ide penciptaan. Peneliti

Kerajinan Perak Koto Gadang 155 mendeformasi relung/kaluak dengan motif geometris. Motif geometris berkembang dari titik, garis, atau bidang yang beru- lang dari yang sederhana sampai yang rumit, Sunaryo, 2009:19).

Bahan dan alat untuk membuat perhiasan adalah cara mencampur bahan dengan bahan campuran. Dengan hitungan yang yang pas akan mendapat kadar yang tepat untuk perhia- san. Jangan sepelekan dalam mencampur perhiasan, dikarena- kan akan fatal jika anda mencampur secara asal-asalan.

Proses peleburan bahan logam mulia perak menggunakan tempat yang yang aman/steril, yang di maksud steril adalah jika pengrajin membuat perhiasan dengan bahan perak harus di meja yang hanya untuk membuat perak. Jika pengrajin mem- buat perhiasan dengan bahan emas pengrajin harus menggu- nakan meja yang hanya khusus membuat emas. Akan fatal ja- dinya jika pengrajin membuat perhiasan perak menggunakan meja perhiasan tidak khusus, karena akan merubah kadar dari perhiasan tersebut, dan begitu juga sebaliknya. Tomika/Kowi yang di gunakan juga harus baru atau bersih setiap kali mem- buat perhiasan. Tomika/Kowi adalah wadah yang terbuat dari tanah liat yang di gunakan untuk melebur bahan pembuatan perhiasan.

Pembentukan perak menggunakan landasan terbuat dari besi baja untuk mengepengkan perak batangan menjdi pipih atau bebentuk lempengan. Perak yang sudah dicetak berbentuk batangan, sebelum digiling ditokok atau dipukul menjdi lem- pengan baru digiling. Gilingan perak ini ada dua gunanya un- tuk membuat benang kawat perak dan memudahkan pembua- tan kalung.

156 M. Nasrul Kamal Membentuk lempengan perak, batangan perak digepeng- kan/dipipihkan berbentuk pesawat atau dipukul/dipipihkan supaya mudah dibentuk. Dan batangan perak digepengkan bentuk pesawat atau bentuk perahu ditengah pipih dan kiri kanan tebal dipukul dipipihkan supaya mudah dibentuk.

Memanaskan batang perak yang sudah dibentuk seperti pesawat dan bentuk perahu guna memudahkan membentuk cincin yang akan dibuat.

Memperhatikan desain cincin yang akan dikerjakan dan langkah apa yang didahulukandibuat. Pola desain cincin samp- ing kiri dan kanan yang akan dibentuk dengan mengergaji dan dilanjutkan pola cincin tengah yang akan dibentuk dengan menggergaji. Menyatukan pola desain cincin samping kiri, ka- nan dan atas yang sudah digergaji. Alat memotong dengan gergaji emas pola-pola yang dibutuhkan dan dilanjutkan mera- pikan piggir pola tengah dengan kikir.

Menyambung atau mematri lingkaran cincin dan bagian belakang cincin dijepit dengan sanam (pinset) perak.Sebelum disambung dengan patri terlebih dahulu ujung cincin bagian bawah tersebut distel dengan besi kusus supaya lingkaran cin- cin bagus.

Menyambung/patri ujung cincin bagian bawah supaya lingkaran cincin menyatu, dan dilanjutkan merapikan sisa-sisa patri dengan mengunakan kikir maupun dilanjutkan pemasan- gan batu akik. Mencocokan penempatan batu akiak/permata pada gagang/cangkang cincin.

Kerajinan Perak Koto Gadang 157 Finishing 1, sudah selesai dipatri ujung cincin bagian ba- wah dan atas selanjut pengikiran kesemua bidang cincin su- paya konsumen nyaman memakainya

Manariang atau mengorek bagian yang kotor pada permu- kaan cincin yang tidak bisa digosok dengan kain supaya Nam- pak bersih.

Finishing 2, setelah dikikir dan ditariang dilanjutkan den- gan membersihkan memakai larutan buah dikia dan sama jawo lalu disikat berulang kali sampai putih.

Dicuci dengan air bersih, terus sikat dengan buah lerak dan asam sampai bersih. Pekerjaan dilakukan berulang kali hingga kalung, cincin, dan gelang menjadi putih kapas, lalu dijemur sampai kering. Langkah selanjutnya pengerjaan pengi- lapkan (ditaring) dengan baja yang telah digosok halus dengan batu asah sampai mengilap. Hasilnya antara yang digosok brewarna putih mengkilap dan yang tidak digosok berwarna putih kapas, maka warnanya berbeda (kontras). Barang keraji- nan perhiasan kalung siap dipakai dan dapat dipasarkan.

Keterangan tersebut di atas dan berikut ini proses pembu- atan perhiasan berbentuk cincin terlihat pada gambar dibawah ini.

158 M. Nasrul Kamal Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin.Sumber: Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015

No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin 1. Desain Cincin.Gagang Cincin batu akiak

Desain cincin gaya klasik Peleburan 4. Pompa Untuk Pembakar; - Kapuih (Pompa), - Tabung Minyak, - Solder.

. Pompa (kapuih) untuk manjalangkan/ pelebur perak, kapalo api/solder dengan cara menekan kapuihnya dengan kaki. Alat tradisional ini yang digunakan untuk pekerjaan pengrajin perak Kotogadang

Kerajinan Perak Koto Gadang 159 No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin 5. Mancaian perak menjadi jalang

Peleburan Perak Ditomika Dituangkan Kedalam Cetakan Batu Bata 6. Perak batangan

Batangan perak siap diproses digepengan

7. Landasan tokok (memukul), - kayu landasan, - basi landasan.

Landasan terbuat dari besi baja untuk mengepengkan perak batangan menjdi pipih atau bebentuk lempengan dan dilanjutkan pengilingan

160 M. Nasrul Kamal No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin 8. Alat pengiliang (mempres) perak

Perak yang sudah dicetak berbentuk batangan, sebelum digiling ditokok atau dipukul menjdi lempengan baru digiling. Gilingan ini ada dua gunanya untuk membuat benang kawat perak dan memudahkan pembuatan cincin.

9. Mangepeng- kan(dipipihkan) batang perak 1

Batangan perak digepengkan bentuk pesawat atau dipukul dipipihkan supaya mudah dibentuk

Kerajinan Perak Koto Gadang 161 No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin 10. Mangepeng- kan(dipipihkan) batang perak 2

Batangan perak digepengkan bentuk pesawat atau bentuk perahu ditengah dan kiri kanan tebal dipukul dipipihkan supaya mudah dibentuk

Maanggekan (dipanaskan) perak

Memanaskan batang perak yang sudah dibentuk seperti pesawat guna memudahkan bentuk cincin yang akan dibuat terlihat pada gambar.

162 M. Nasrul Kamal No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin Maancang-ancang( berfikir dari mana dimulai) desain

Memperhatikan desain cincin yang akan dikerjakan dan langkah apa yang dibuat dahuluan.

Desain 1

Pola desain cincin sampan kiri dan kanan yang akan dibentuk dengan mengergaji

Kerajinan Perak Koto Gadang 163 No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin Desain 2

Pola desain cincin tengah yang akan dibentuk dengan mengergaji

4. Desain 3

Menyatukan Pola desain cincin samping kiri, kanan dan atas yang sudah digergaji

5. Mengergaji

164 M. Nasrul Kamal No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin Memotong dengan gergaji emas pola-pola yang dibutuhkan terlihat pada gambar

6. Menjepit dengan sanam (pinset) gelang cincin

Merapikan piggir pola tengah dengan sanam (pinset) terlihat pada gambar

7. Mamatikan(penyamb un-gan) dari depan

Menyambung atau mematri lingkaran cincin dan dijepit dengan sanam (pinset) perak terlihat pada gambar

Kerajinan Perak Koto Gadang 165 No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin 8. Mamatikan(pe- nyambungan) dari belakang

Menyambung/patri bagian belakang cincin dan dijepit dengan sanam (pinset) perak terlihat pada gambar 9. Menstel 1

Sebelum disambung dangan patri ujung cincin bagian bawah tersebut terlebih dahulu distel dengan besi kusus supaya lingkaran cincin bagus terlihat pada gambar 10. Mamatian(penyambu ngan)

Menyambung/patri ujung cincin bagian bawah supaya lingkaran cincin menyatu terlihat pada gambar

166 M. Nasrul Kamal No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin 11. Mangikia 1 (mengikir)

Merapikan sisa-sisa patri dengan mengunakan kikir 12. Mamasang batu akiak(permata cincin)

Mencocokan penempatan batu akiak/permata pada gagang/cangkang cincin 13. Mangikia 2 (mengikir)

Pengikiran kesemua bidang cincin supaya konsumen nyaman memakainya

Kerajinan Perak Koto Gadang 167 No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin 14. Menstel 2 (mengikir)

Sudah selesai dipatri ujung cincin bagian bawah selanjut distel dengan besi kusus supaya lingkaran cincin bagus terlihat pada gambar Finishing 1 15. Mangikia 3 (mengikir)

Sudah selesai dipatri ujung cincin bagian bawah dan atas selanjut distel semua bentuk cincin supaya bagus terlihat pada gambar 16. Manariang (mengikis)

Manariang atau mengorek bagian yang kotor pada permukaan cincin terlihat pada gambar Finishing 2

168 M. Nasrul Kamal No. Tabel 5.3 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Cincin 17. Mencuci

Setelah dikikir dilanjutkan dengan membersihkan memakai larutan buah dikia dan sama jawo lalu disikat berulang kali samapi putih, terlihat pada gambar 18. Mencuci

Setelah dikikir dilanjutkan dengan membersihkan memakai larutan buah dikia dan sama jawo lalu disikat berulang kali samapi putih, terlihat pada gambar 19. Hasil

Hasil cincin siap dipakai

Kerajinan Perak Koto Gadang 169 4. Proses Pembuatan Perhiasan Gelang Proses pembuatan perhiasan gelang dengan menggunakan bahan perak juga desain yang akan dikerjakan dengan teknik bajalin dan bakarang. Desain yang dibuat memiliki karakter khas pengrajin perak Kotogadang dengan sentuhan tradisional. Ternyata desain minimalis tidak sepenuhnya diterima masya- rakat luas karena itu perlu ada sentuhan-sentuhan yang lain. Kondisi demikian sesuai dengan pandangan Marx mengenai “fetisisme komoditi” yang mengemukakan bahwa produk ma- teri yang dihasilkan oleh kegiatan kreatif manusia menjadi benda-benda yang kelihatannya mengikuti hukum pasar yang bersifat impersonal, yang jelas-jelas terlepas secara mutlak dari kemauan, maksud atau kebutuhan manusia yang mencipta- kannya (Johnson 1986:287).

Sebenarnya pembuatan perhiasan tidak boleh di lakukan secara sembarangan, di karenakan perhiasan adalah logam mu- lia jika melakukan pembuatan perhiasan secara sembarangan maka akan merubah kadar dari perhiasan tersebut. Harus di lakukan oleh tenaga ahli yang di sebut pengrajin perhiasan pe- rak Kotogadang dengan urutan kerja yakni; mendesain, bahan dan alat, peleburan, pembentukan, mengolah, merancang, pembentuk benang perak, merangkai, mempatri, dan finishing.

Mendesain atau merancang gelang tidak hanya sekedar menggambar atau menuangkan ide-ide, lebih dari itu meran- cang harus memperhitungkan kenyamanan, kemudahan dalam pemakaian, berat, keawetan bahan, ketajaman lekukan, dan dapat membuat pemakai lebih percaya diri. Dunia desain ada- lah dunia yang dinamis, semua terus berkembang dan unik pa-

170 M. Nasrul Kamal da zamannya. Untuk membuat seni karya seni fungsional me- mang dituntut tepat guna, selain itu memberi rasa aman, nya- man serta kepuasan. (Prabowo, 2002: 3). Tahap awal pembua- tan desain karya gelang adalah dengan mendeformasi motif bunga teratai sebagai sumber ide penciptaan. Peneliti mende- formasi motif bunga teratai dengan motif geometris. Motif geometris berkembang dari titik, garis, atau bidang yang beru- lang dari yang sederhana sampai yang rumit, Sunaryo, 2009:19).

Proses peleburan bahan perak menggunakan tempat yang aman/steril, yang di maksud steril adalah jika pengrajin mem- buat perhiasan dengan bahan perak harus di meja yang hanya untuk membuat perak. Jika pengrajin membuat perhiasan den- gan bahan emas pengrajin harus menggunakan meja yang hanya khusus membuat emas. Akan fatal jadinya jika pengrajin membuat perhiasan perak menggunakan meja perhiasan tidak khusus, karena akan merubah kadar dari perhiasan tersebut, dan begitu juga sebaliknya. Tomika/Kowi yang di gunakan juga harus baru atau bersih setiap kali melebur perak. Tomika/Kowi adalah wadah yang terbuat dari tanah liat yang di gunakan un- tuk melebur bahan pembuatan perhiasan.

Pembentukan perak menggunakan landasan terbuat dari besi baja untuk mengepengkan perak batangan menjdi pipih atau bebentuk lempengan. Perak yang sudah dicetak berbentuk batangan, sebelum digiling ditokok atau dipukul menjdi lem- pengan baru digiling. Gilingan perak ini ada dua gunanya un- tuk membuat benang kawat perak dan memudahkan pembua- tan gelang.

Kerajinan Perak Koto Gadang 171 Pembentukan perak menggunakan landasan terbuat dari besi baja untuk mengepengkan perak batangan menjdi pipih atau bebentuk lempengan. Perak yang sudah dicetak berbentuk batangan, sebelum digiling ditokok atau dipukul menjdi lem- pengan baru digiling. Gilingan perak ini ada dua gunanya un- tuk membuat benang kawat perak dan memudahkan pembua- tan gelang.

Mengolah benang perak tadi dipotong lebih kurang 5 cm 2 buah, kemudian dibentuk lingkaran yang berjarakan antara satu sama lain adalah 1 cm. Benang perak ditarik/pairik benang perak dengan sapik binggung (tank). Benang perak yang dibuat sesuai dengan kebutuhan yang akan dibuat, seperti mimiatur, gelang cincin dan gelang. Benang kawat digulung seperti terli- hat pada tabel tersebut dan sudah siap untuk dikerjakan.

Merancang atau memikirkan desain gelang yang akan di- buat menurut urutan kerja. Pengrajin membuat komponen per- tama yang dikerja adalah membuat pola luar. Dilanjutkan ke- rangka bagian luar gelang, 1/10 kelopak bunga yang dibuat ba- gian luar dan diberi isian dengan garis lengkung, dan 1/10 ke- lopak bunga yang dibuat untuk anak bunga dan diberi isian dengan garis lengkung seperti sisik ikan. Semua kelopak selesai lalu pengabungan 1/10 kelopak menjadi satu. Pengabungan bunga teratai utuh besar dan disamping kiri dan kanan adalah daun H menjadi satu dan 1/4 kelopak bunga yang dibuat utuh bentuk bunga dan diberi isian dengan garis lengkung seperti sisik ikan.

Pola kelopak tengah gelang diberi isian seperti garis leng- kung dan pengabungan bunga utuh besar dijejer dengan bunga utuh bagian kiri dan kanan menjadi satu.

172 M. Nasrul Kamal Pembentuk benang perak, proses pembentuk benang pe- rak dengan alat taro hasilnya terlihat pada tabel gambar. Alat taro membuat semacam garis lengkung tegak atau bentuk spir- al, dan dilanjutkan memotong 6 lengkung untuk membuat pola bunga yang akan direnacakan dengan memakai alat pulpen, Pembentukan pola bunga dengan alat sanam/pinset seperti ter- lihat digambar.

Mempatri, pola bunga yang sudah selesai selanjutnya di- patri ujung pola tersebut atau maadu pusek artinya untuk me- nyatukan sudut pola bunga supaya kuat. Ujung benang perak itu nantinya bertemu sama satu titik, berarti seperti mulut dan bisa juga menggunakan patri perak berbentuk serbuk kikiran.

Isian dalam kelopak bunga dinamakan dengan daun H, daun asam dan daun jantung terlihat pada gambar. Bunga ge- lang jadi utuh seperti terlihat pada tabel gambar. Kemudian menyatukan semua rangkaian dipanaskan guna menghilang- kan kotoran dan nanti dicuci dengan asam jao.

Finishing gunanya membersihkan perhiasan gelang den- gan asam jao ditambah buah dikia supaya hasil perhiasan ber- sih dan mengkilap. Dicuci dengan air bersih, terus sikat dengan buah lerak dan asam sampai bersih. Pekerjaan dilakukan beru- lang kali hingga gelang, cincin, dan gelang menjadi putih ka- pas, lalu dijemur sampai kering. Langkah selanjutnya penger- jaan pengilapkan (ditaring) dengan baja yang telah digosok ha- lus dengan batu asah sampai mengilap. Hasilnya antara yang digosok brewarna putih mengkilap dan yang tidak digosok berwarna putih kapas, maka warnanya berbeda (kontras). Ba- rang kerajinan perhiasan gelang siap dipakai dan dapat dipa- sarkan.

Kerajinan Perak Koto Gadang 173 Keterangan tersebut di atas dan berikut ini proses pembu- atan perhiasan berbentuk gelang terlihat pada gambar diba- wah ini:

Tabel 5.4 Proses Pembuatan Perhiasan Berbentuk Gelang Sumber Silver Work Rul, Foto Kamal Maret 2015

No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul No. Desain Gelang 1.

Keterangan Gelang Minang dengan motif bunga teratai dengan teknik bajalin dan bakarang Peleburan 2. Pompa Untuk Pembakar; - Kapuih (Pompa), - Tabung Minyak, - Solder.

Pompa (kapuih) untuk manjalangkan/ pelebur perak, kapalo api/solder dengan cara menekan kapuihnya dengan kaki. Alat tradisional ini yang digunakan untuk pekerjaan pengrajin perak Kotogadang .

174 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 2. Mancaian perak menjadi jalang ditomika

Peleburan Perak Ditomika Dituangkan Kedalam Cetakan Batu Bata 3 Perak batangan

Batangan perak siap diproses digepengan

Pebentukan 4. Landasan tokok, - kayu landasan, - basi landasan.

Landasan terbuat dari besi baja untuk mengepengkan perak batangan menjdi pipih atau bebentuk lempengan

Kerajinan Perak Koto Gadang 175 No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 5, Alat pengiliang perak

Perak yang sudah dicetak berbentuk batangan, sebelum digiling ditokok atau dipukul menjdi lempengan baru digiling. Giliangan ini ada dua gunanya untuk membuat benang kawat perak dan memudahkan pembuatan cincin.

Megolah

176 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 6. Mairik benang perak dengan alat pairik

Pairik benang perak dengan sapik binggung. Benang perak yang dibuat sesuai dengan kebutuhan yang akan dibuat, seperti mimiatur, gelang cincin dan gelang.

7. Banang Kawek Perak/Benang Kawat perak

Benang kawai digulung seperti terlihat pada table tersebut dan sudah siap untuk dikerjakan.

Merancang

Kerajinan Perak Koto Gadang 177 No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 6. Memperhatikan desain

Memikirkan desain gelang yang akan dibuat menurut urutan kerja. Pengrajin komponen pertama yang dikerja adaah membuat pola.

7. Pola awal bagian luar

Kerangka bagian luar gelang

178 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 8. Kelopak bunga yang Kelopak besar

Sari 1/10 kelopak bunga yang dibuat bgian luar dan diberi isian dengan garis lengkung Lengkung seperti daun asam/jeruk 9. Kelopak bubga yang kecil

1/10 kelopak bunga yang dibuat utuh bentuk bunga dan diberi isian dengan garis lengkung seperti sisik ikan 10. Pola kelopak daun bunga teratai

Pola kelopak daun bunga teratai

Kerajinan Perak Koto Gadang 179 No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 11. Pola kelopak daun bunga teratai diberi mataro/isian

kelopak daun bunga teratai yang dibuat untuk samping bunga dan diberi isian dengan garis lengkung seperti sisik ikan 12. Magabuang 1/ mengabungkan dua garis lengkung.

Pola kelopak tengah gelang 13. Magabuang 2 / mengabungkan

Pola kelopak tengah gelang diberi isian seperti garis lengkung 14. Magabuang 3/ mengabungkan

180 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul Pengabungan bunga utuh besar dijejer dengan bunga utuh bagian kiri dan kanan menjadi satu Pembentuk benang perak 15 Membetuk dengan taro/diantara

Proses pembentuk benang perak dengan alat taro hasilnya terlihat pada gambar beriktnya 16. Alat taro/diantara

Alat taro membuat semacam garis garis lengkung tegak atau bentuk spiral

Kerajinan Perak Koto Gadang 181 No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 17. Memotong benang perak

Memotong 6 lengkung untuk membuat pola bunga yang akan direnacakan dengan pulpen 18. Guna Sanam/pinset

Pembentukan pola Bungan dengan sanam/pinset seperti terlihat digambar. 19. Memanaskan kawat perak

Memanaskan kawat perak supaya enak dibentuk

182 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 20. Hasil pola bunga

Pola bunga yang sudah selesai selanjutnya dipatri Mempatri 21. Maadu pusek/satu susdut

Maadu pusek artinya untuk menyatukan sudut pola bunga supaya kuat

Kerajinan Perak Koto Gadang 183 No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 22. Gabungan motif

Bunga gelang jadi utuh seperti terlihat pada gambar Merancang Rantai

24. Benang dibuat bentuk per/relung

Benang perak digulung dengan anak pulpen seperti spiral 25. Pemotong Benang perak

Pemotongan benang perak dan nantinya dirangkai dengan manual

184 M. Nasrul Kamal No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 26. Merangkai

Merangkai potongan gulungan perak satu persatu 27, Hasil rantai

Hasil rantai yang dibuat untuk kebutuhan gelang 28. Menyambuang/ menyambung rantai dengan bunga

Menyambung rantai dengan bunga seperti yang terlihat pada gambar Finishing

Kerajinan Perak Koto Gadang 185 No Tabel 5.4. Proses Pembuatan Perak Berbentuk Gelang, sumber Silver Work Rul 29. Membersihkan

Membersihkan dengan asam jao ditambah buah dikikia supaya hasil perhiasan bersih dan mengkilap 30. Membentuk

Membentuk lengkung gelang dengan kayu seperti tongkat 31. Hasil Gelang

Gelang siap dipakai dan dijual

186 M. Nasrul Kamal B. Elemen-elemen estetis kerajinan perak pada Sentra Amai Setia Kotogadang

Elemen estetika pada produk kerajinan dari bahan perak tidak terlepas dari nilai fungsi. Sesuai dengan pembahasan teori sebelumnya, kerajinan perak kotogadang dikategorikan sebagai seni terapan. Pembahasan peneliti berikut ini memaparkan bahwa elemen-elemen estetis kerajinan perak kotogadang san- gat berkaitan dengan faktor ergonomis produk terse- but.Temuan lebih lanjut tentang produk kerajinan ini yang ber- kaitan denganelemen estetika dan ergonomis.

1. Elemen Estetika Elemen estetika sering dikenal dengan istilah keindahan. Keindahan adalah nilai-nilai estetis yang menyertai sebuah karya seni. Keindahan juga diartikan sebagai pengalaman este- tis yang diperoleh ketika seseorang mencerap objek seni atau dapat pula dipahami sebagai sebuah objek yang memiliki un- sur keindahan. Nilai-nilai keindahan (estetik) atau keunikan karya seni memiliki prinsip: kesatuan (unity), keselarasan (harmony), keseimbangan (balance), dan kontras (contrast) se- hingga menimbulkan perasaan haru, nyaman, nikmat, bahagia, agung, ataupun rasa senang.

Kajian estetika berdasarkan data kerajinan perak yang ada di Kotogadang bentuk (form) kerajinan perak disusun dengan teknik wire (tali aia), tatah/tempa, ukir dll. teknik ini yang men- jadi pembentuk karya perak kotogadang dan memberikan ke- san estetis yang halus, ringan. Ekplorasi desain akan terbatas karena pengrajin perak Kotogadang telah menguasai teknik-

Kerajinan Perak Koto Gadang 187 teknik tersebut secara turun-temurun. Kesan lain yang ditim- bulkan terkesan kuno karena keselarasan dari desain ini dinilai kurang cocok dengan kebutuhan fashion masa kini.

Elemen kontras dalam desain tradisi memberikan kesan yang monoton, karena disusun dengan perak murni. Pengrajin sangat menjaga kualitas merak untuk membuat kerajinan den- gan teknik tali aia, artinya teknik ini membutuhkan perak yang berkualitas untuk membuat kawat yang sangat halus tersebut. Kontras karya perak jadi kurang menonjol karena tidak dikom- binasikan dengan elemen estetis yang lain seperti batu permata, scornia, atau gemstone lainya.

Estetika dalam seni terapan kerajinan perak bisa dikem- bangkan dengan proses penerapan modul pengembangan kera- jinan perak Kotogadang ini dan memberikan pengetahuan yang sistematis sehingga para pengrajin memiliki motivasi dan pemahaman tentang penting seni dalam mengekplorasi desain- desain baru. Modul pembelajaran kerajinan perak Kotogadang dapat menjadi acuan untuk pembelajaran nonformal dalam memajukan industri kerajinan perak Kotogadang . 2. Elemen Ergonomis Elemen ergonomis karya kerajinan selalu dikaitkan den- gan aspek fungsi atau kegunaan. Adapun unsur ergonomis karya kerajinan adalah seperti berikut ini.

Keamanan (security) yaitu: jaminan tentang keamanano- rang menggunakan produk kerajinan tersebut.Perhiasan yang terbuat dengan teknik tradisi memiliki bentuk yang komplek sehingga susah dalam melakukan perawatan. Lekuk-lekuk dan tekstur permukaan perhiasan dapat menimbulkan timbunan

188 M. Nasrul Kamal kerak, kotoran, debu, bahkan sisa makanan seperti pada cincin dengan teknik tali aia. Hubungan faktor security tentu dinilai penting karena desain tersebut akan menjadi alasan untuk tumbuhnya bakteri, jamur, dan bisa menimbulkan luka untuk sebagian desain yang tajam atau runcing.

Faktor lain dari aspek keamanan adalah jumlah perak murni yang digunakan tentu berdampak pada harga dari per- hiasan tersebut. Sebagian konsumen atau pengguna perhiasan sekarang merasa kurang aman untuk menggunakan perhiasan yang berharga mahal, selain berkesan mencolok, biaya tempa yang tinggi, tentu juga menjadi pertimbangan untuk jaminan keamanan pemakai untuk berada di tempat umum.

Kenyamanan (comfortable), yaitu kenyamanan apabila- produk kerajinan tersebut digunakan. Kenyamanan memang sangat dipengaruhi oleh desain yang dibuat. Bentuk motif de- sain yang runcing dan tajam, banyak lekukan, terawang pada sebagain desain tradisi menimbulkan permasalahan. Pada de- sain bros, kalung sering dijumpai serat kain yang menyakut, terkadang rambut pemakai perhiasan tersebut ikut tersangkut. Fakta ini merupakan penjelasan bahwa sebagaian desain yang kurang ergonomis mengganggu kenyamanan pemakai perhia- san tersebut.

Praktis, yaitu produk kerajinan terapanadalah produk ke- rajinan yang memiliki nilai praktis yangtinggi. Dalam masa ki- ni, masyarakat tidak mau terlibat dengan hal yang rumit. Sega- la sesuatu dalam kemajuan teknologi selalu menyederhanakan kerumitan dalam kehidupan. Contoh; dahulu orang membu- tuhkan computer desktop untuk internet dan juga membutuh- kan telpon untuk berkomunikasi keduanya merupakan perala-

Kerajinan Perak Koto Gadang 189 tan yang terpisah. Sekarang para pelaku desain teknologi me- nyederhanakan dengan membuat smartphone yang mencakup semuanya.

Dalam lingkup desain yang praktis, hal ini juga mempen- garuhi keinginan konsumen dalam menggunakan perhiasan. Gaya desain yang minimalis mendapat tempat yang lebih men- guntungkan, selain pengerjaan yang lebih mudah juga ber- dampak kepada harga yang murah. Bentuk desain yang mini- malis juga sangat praktis untuk diproduksi masal (mass pro- duk) daripada desain yang dibuat dengan teknik tradisional (handmade).

Keluwesan (flexibility), yaitu keluwesan penggu- naan.Produk kerajinan adalah produk terap/pakai, yaitu pro- dukkerajinan yang wujudnya sesuai dengan kegunaan ataute- rapannya. Produk terap/pakai dipersyaratkan memberi fleksibi- litas penerapan. Desain tradisi dengan teknik yang telah ada memiliki nilai fleksibilitas dan telah diterapkan pengrajin di Kotogadang. Contoh; teknik yang dulu untuk perhiasan telah diterapkan untuk membuat benda pajang, souvenir, dan cen- dramata wisata.

Pengembangan yang dilakukan dalam produkini akan memperluas nilai fleksibilitas dalam kerajinan perak, sehingga para pengrajin makin bisa untuk berkreasi dan mengekplorasi desain baru yang sesuai dengan permintaan zaman.

190 M. Nasrul Kamal BAB VI PEMASARAN PRODUK KERAJINAN KOTOGADANG

emasaran kerajinan perak Kotogadang telah luas Psampai ke manca negara, negara-negara Eropa, Amerika, Malaysia dan Singapura, dan lain-lain. Namun pemasaran yang demikian luas tersebut tidak melalui pesanan dengan jumlah besar, tapi dalam jumlah kecil saja, se- bab dalam jumlah besar pengrajin tidak mampu memenuhinya, karena tenaga kerja (pengrajin) tidak banyak jumlahnya dan bekerja secara home industri.

Organisasi yang bernama Usaha Amai Setia Kotogadang memperlancar aktivitas pengrajin perak serta mampu mengata- si hambatan-hambatan dan rintangan yang dihadapi pengrajin. Secara garis besar Usaha Amai Setia Kotogadang mempenga- ruhi aktivitas pengrajin yang ada diskeliling khususnya dibi- dang pembuatan kerajinan, pemasaran. Produk kerajinan perak dalam bidang pembuatan, aktivitas pengrajin dipengaruhi oleh usaha pada Sentra Amai Setia Kotogadang sebab permintaan produk dari pembeli ke usaha pada Sentra Amai Setia dikerja- kan oleh pengrajin. Hal tersebut Karl Polanyi (2003:261) seha- rusnya menghilangkan kecurigaan yang kadang muncul mela- lui istilah “manusia” dan “alam” pada mereka yang berfikiran rumit orang-orang cendrung menolak bermacam pembicaraan

Kerajinan Perak Koto Gadang 191 apa pun. Jadi aktivitas pengrajin tergantung dari banyak atau sedikatnya pesanan.

Segi pemasaran, produk yang dihasilkan oleh pengrajin kini telah mampu memasarkan sendiri dirumah-rumah, sebab usaha pada Sentra Amai Setia Kotogadang telah memberikan pelatihan-pelatihan terhadap sipengrajin. Pelatihan-pelatihan yang diberikan usaha pada Sentra Amai Setia Kotogadang ini sangat berperan dalam beraktivitas pengrajin. Sistem pemasa- ran untuk kerajinan perak Kotogadang ada beberapa cara anta- ra lain:

1. Dijual sendiri di rumah pengrajin dalam sebuah etalase, pengunjung yang datang membeli langsung, membeli se- kadar oleh-oleh. Pembeli tersebut ada yang datang dari manca negara ada juga yang dalam negeri.

2. Pemasaran melalui kerajinan usaha pada Sentra Amai Setia di Kotogadang, sebagai pusat pengumpul dan penjual kera- jinan perak ataupun kerajinan lainnya dari kaum wanita. Karena kerajinan usaha pada Sentra Amai Setia sudah cu- kup terkenal dari dulu sampai sekarang, lagi pula calon pembeli dapat memilih kerajinan yang diinginkan, karena sudah merupakan kumpulan dan berbagai pengrajin.

3. Melalui pedagang-pedagang sovenir yang datang menjem- put ke pengrajin dan diedarkan di toko-toko sovenir mere- ka di Bukittinggi dan kota-kota lainnya di Sumatera Barat, Sumatera, Jakarta, dan Manca negara seperti Malaysia dan Singapura.

192 M. Nasrul Kamal 4. Melalui pesanan langsung dari konsumen baik dari dalam negeri atau dari manca negara, tapi tidak dalam jumlah be- sar, atau hanya untuk dipakai sendiri oleh pemesan.

Salah satu strategi yang dipakai pemasaran adalah per- tumbuhan stabilitas, yaitu kerajinan perak Kotogadang harus mempertahankan kondisi yang ada sekarang. Jangan sampai kondisi yang telah dicapai bisa bertambah buruk keadaannya karena kelalaian semua pihak. Akan tetapi lebih baik lagi kea- daan yang dicapai tersebut ditingkatkan atau diperbaiki lagi untuk masa yang akan datang dengan melakukan pembenahan pada semua bidang yang sangat fatal, seperti pembenahan dari tenaga kerja, manajemen dan juga harus dilakukan pengopti- malan segala sumberdaya yang dimiliki dan mengefektifkan serta mengefisienkan factor-faktor internal agar terjadinya kon- disi stabil bagi Industri kerajinan perak Kotogadang .

Membutuhkan kerja ekstra keras bagi pemerintah maupun pelaku usaha kerajinan perak Kotogadang ini untuk memper- kenalkan produk ini ketengah masyarakat. Mengingat kondisi resesi global yang tentunya akan mempengaruhi permintaan barang sekunder seperti produk kerajinan perak ini. Yang bisa dilakukan Pemda setempat yaitu lebih banyak mengadakan event pameran produk andalan seperti yang telah dilakukan di tempat lain untuk mendongkrak permintaan domestik. Kerja- sama pemerintah dengan para pengrajin perak mutlak diperlu- kan untuk menyelamatkan potensi kerajinan perak Kotogadang yang ada di daerah ini.

Kerajinan Perak Koto Gadang 193 194 M. Nasrul Kamal Daftar Pustaka

Abin Syamsudin Makmum, 2005. Psikologi Pendidikan. : PT. Remaja Rosda Karya. Adi Purwo, Suprayitno. 2012. Pengertian Ukiran. http://pengertianukiran.blogspot.com/. Di akses 9 Oktober 2013. Adi, Nugraha. 2089. Membaca Kepribadian Orang-orang Cina. Jogjakarta: Garasi Ahimsa-Putra, S.H. 2001. Strukturalisme Levi Strauss: Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Galang Press. Ahmadi. Abu. H & Uhbiyati, Nur, 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Akker, J. Van den. 1999. Principles and Method of Development Research. London. Dlm. van den Akker, J., Branch, R.M., Gustafson, K., Nieveen, N., & Alfin, Toiler. 1981. The Future Shok “Third Wave”. New York : Bantam Book. Amran, Rusli, 1985, Sumatera Barat hingga Plakat Panjang, Jakarta:Pen.Sinar Harapan Ananingsih. (2006). Pengembangan Modul Pembelajaran Mata Diklat Menggambar Busana Di SMK 2 Godean. Skripsi. FT UNY. Andi, Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Diva Press, Jogjakarta, 2010. Anitra Nettleton 2010.Life in a Zulu Village: Craft and the Art of Modernity in South AfricaThe Journal of Modern CraftVolume 3—Issue 1 March 2010 pp. 55–78

Kerajinan Perak Koto Gadang 195 Ansyar, Mohd. 2000. Dasar-dasar Penyebaran Kurikulum. Jakarta, Depdikbud, Dirjen. PT. P2LPTK Arifin, Syamsul, (1976). Ilmu logam, Jilid I, Jakarta. Ghalia Indonesia. Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan : Aplikasi dan penerapannya. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rajawali Press. Awangku Hassanal Bahar Bin Pengiran Bagul, Pariwisata, Kenyamanan dan Perubahan Global, Volume 1 (2014), p.TOC-10. Azhar, Arsyad. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Azizah Etek. 2007. Kotogadang Masa Kolonial. EDISI, cet.1. Penerbitan, Yogyakarat : LKIS, Burden, P. R. & Byrd, D. M. 1999. Methods for Effective Teaching. (2nd ed.) Boston, MA: Allyn & Bacon. Bakker.Anton .1984. Kosmologi Ekologi Filsafat Tentang Kosmos Sebagai Rumah Tangga Manusia.Yogyakarta. Kanisius. Bandi .2009. Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Bastomi, Suwaji.2003. Apresiasi Kesenian Tradisional, IKIP Semarang Press. Borradori, G., 1994. The American Philosopher. Chicago and London: The University of Chicago Press. Bram Palgunadi .2007.Disain Produk 1: Disain, Disainer, Dan Proyek Disain. Penerbit: ITB. Year. Bandung Burden, P. R. & Byrd, D. M. .1999. Methods for Effective Teaching. (2nd ed.) Boston, MA: Allyn & Bacon.

196 M. Nasrul Kamal Burke, Peter .2000. Sejarah dan Teori Sosial. Bandung: Remaja Rosda Karya Offset. Chaprian, Rusdi.2003. Direktur, admin web dan pendiri Pelangi Holiday Travel Services, Bukittinggi. Coombs, p, .1985. World Education Crisis. New York. Oxford University press. Creswell, John W. .2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches Second Edition.London: Sage Publication. Damsar .2010. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Dayati, U. 1998. Kontribusi Faktor-faktor Kepemimpinan Wanita dengan Keberhasilan Program pada Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang Dipimpinya. Laporan Penelitian, Jakarta DP3M. Denzin, N., & Lincoln, Y. (Eds.). 2005. Handbook of Qualitative Research (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage. Departemen Perdagangan RI. 2008. “Rantai Nilai Generik Industri Kreatif: Pemgembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025”. Diretorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Diretorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2008. Panduan Penulisan Butir Soal, Departemen Pendidikan Nasional. Djaja, Tamar, 1980. Roehana Khudus, Srikandi Mr, Jakarta. Penerbit Mutiara. Djelantik, A.A.M, 1999, Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: MSPI. Djoharnurani, Sri. 2002. Bahan Kuliah Sumber Penciptaan. Program ISI Yogyakarta. Domer, P. (1997). The Culture of Craft. Manchester University Press.

Kerajinan Perak Koto Gadang 197 Effendy. Onong Uchjana. 1992. Hubungan Masyarakat. Bandung. Remaja Rcsdakarya. Ernst Cassirer. 1987. Manusia dan Kebudayaan Sebuah Essai Tentang Manusia. Jakarta. PT. Gramedia. Fatimah Siregar. 2012. Bentuk Penempatan dan Makna Motif Ukiran yang ada di bagas Godang Desa Gadang Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara. Skripsi Jurusan Senirupa FBS UNP Padang Febrianti. Haluan, Rabu, 23 May 2012. Halaman 4 Frondizi, Risieri. 1963. Pengantar Filsafat Nilai ,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Johnson, D.P. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Terjemahan Robert M.Z. Lawang. Jakarta: PT Gramedia. Gay, L. R. 1987. Education research, Competencies for analysis and application. Third edition. Columbus: Merrill Publishing Company. George Ritzer Douglas J. Goodman .2004. (Sociological Theory) Teori Sosiologi dari Reori Sosiologi Klasik Samapai Perkembangan Mutakir Tori Sosial Posmodern . Terj. Nurhadi, Yogyakarta. Penerbit Kreasi Wacana. Gie, The Liang. 1996. Filsafat seni sebuahpengantar. Yogyakarta: PUBIB Greenhalgh, P. (1997). The History of Craft. Manchester University Press. Gunter, A. L., et al. 1990. Instruction a Model Approach. London: Allyn and Bacon. Gustami, SP., 1990. “Konsep-konsep Produk Kriya Tadisional Indonesia, Analisis, Desain Melalui Pendekatan Sosial Budaya”, Makalah Seminar Kriya ISI Yogyakarta ______. 1980. Motif dan Ragam Hias, Jakarta.

198 M. Nasrul Kamal ______,1991. “Seni Kriya Indonesia Dilema Pembinaan dan Pengembangan", dalam SENI: Jurnal Pengetahuan dan Pencitaan Seni. 1/03 - Oktober 1991, Yogyakarta. BP ISI. ______. 1992. "Filosofi Seni Kriya Tradisional Indonesia", dalam SENI: Jurnal Pengetahuan dan Pencitaan Seni. II/O 1 - Januari 1992, B.P ISI Yogyakarta Hadi, Sutrisno. 1980. Metologi Reserch, Yogyakarta. Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Hakimi.Idrus Datuk Rajo Pemghulu. 1999. Buku Pengang untuk Penghulu di Minangkabau. Padang L.K.A.A.M. Sumbar Hasbullah. 2012. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hayatunnufus. 1993. Dasar-Dasar Desain Busana. Padang. FPTK1K1P. Hendayat Sutopo, Westy Soemanto, 1993. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara. Herawati, Tuty., 2013. Pengantar MICE. PNJ Press. Hery, Suhersono. 2005. Desain Bordir Motif Flora. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hoop, A.D.J. Th. A. Van Der. 1949. Ragam-Ragam Perhiasan Indonesia, Terj. K. Siagian, Batavia: Konninklijk Bataviaasch Genoot Schap Van Kunsten En Wotenshappen. Ibenzani Usman. 1985. Seni Ukir Tradisional Pada Rumah Adat Minangkabau: Teknik Pola dan Fungsinya.Bandung : ITB Imran, Manam, 1989. Antropologi Pendidikan. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudyaan. Insannul Kamil, Indria Hapsari. 2007. Pengembangan Model Industri Kelautan Berbasis Klaster Di Kota Padang. Jumal: Optimasi Sistem Industri, Vol. 6 No. 2 Mei 2007 Jurusan

Kerajinan Perak Koto Gadang 199 Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas Padang Joyce, B. & Weil, M. 1992. Models of Teaching, New Yersey: Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs. Kaelan. 2000. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta. Penerbit Paradigma. Karl Polanyi, 2003. Transformasi Besar Asal-usul Politikdan Ekonomi Zaman Sekarang Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Kayam Umar. 1981. Seni Tradisional Masyarakat, Jakarta: Sinar Harapan. Kayam Umar. 1989. Seni Tradisional Masyarakat, Jakarta: Sinar Harapan. Kemp, J. E. 1977. Instructional Design: a Plan for Unit and Course Development. California: Fearon Pitman Publisher. Kemp, J. E. 1977. Instructional Design: a Plan for Unit and Course Development. California: Fearon Pitman Publisher. Keraf A, S. 1987. Pragmatisme Menurut William james. Yogyakarta: Kanisius. Koentjaraningrat. 1996. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (cetakan kesembilan belas). Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama. ______. 1965. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. ______. 1989. Seni Tradisional Masyarakat, Jakarta: Sinar Harapan. Kuklick, B. 1976. “Pragmatism”. Dictionary of American History. Vol. V, Rev. Ed. New York: Charles Scribner’s Sons.

200 M. Nasrul Kamal Lewis, D. G. 1968. Experimental design in education. London: University of London Press Ltd. Lewis, D. G. 1968. Experimental design in education. London: University of London Press Ltd. Lincoln & Guba, E. 1985. Evaluation: The Procces Of Stimidating, Aiding, and Abetting Inssightful Action.Colorado: Phi Delta Kappa. Lodra, I Nyoman. 2002. “Kerajinan Perak Suarti Sebagai Karya Tandingan Di Pasar Global”. Tesis Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya Universitas Udayana Denpasar. Manners, A. dan Kapan, D. 1999. Teori Budaya. Terjemahan Landung Simatupang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mangkeso, La. 1995. Pengrajin Tradisional di Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara. Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Daerah Sulawesi Tenggara. Kendari. Mansour Fakih, 2012. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta. Pustaka Peiajar. Maran, Rafael Raga. 2000. Manusia dan Kebudayaan Dalam Perspekif Ilmu Budaya Dasar.Jakarta. Rineka Cipta. Marina Mustafa, 2011. Potensi Mempertahankan Kerajinan sebagai Produk Pariwisata di Yordania, International Journal of Business dan Ilmu Sosial Vol. 2 No 2; Februari 2011 Miles, Mathew B. & Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Tjejep Rohendi Rohidi.Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy, J, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarva

Kerajinan Perak Koto Gadang 201 Nana, 2008.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nirant Satsang, 2014,Pengaruh Regional Promosi Intelektual dan Industri Kreativitas Promosi tentang Baan-Cao-Jom Jewelry Design Sri-Satchanalai Kabupaten di Provinsi Sukhothai, International Journal of Humaniora dan Ilmu Sosial Vol. 4, No. 6 (1); April 2014 Oesman, O. dan Alfian (Ed). 1990. Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara. Jakarta: Penerbit BP 7 Pusat. Palgunadi, 2007. Diseminasi NSPM, Majalah Teknik Jalan dan Transportasi, No.107, Tahun XXV, hal. 50-52, Jakarta. Paursen, Van. C.A. 1976.Strategi Kebudayaan.T erj. DickHartoko. Yogyakarta: Kanisius. Piliang Yasraf Amir. 1999. Hiper-Realitas Kebudayaan. Yogyakarta. LKIS. Plomp, T. (pnyt.)”. Design approaches and tools in educational and training .Dordrecht: Kluwer Academic Publisher. Poerwadarminta, WJS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN. Balai Pustaka. Power. 1982. Consequences of Prgamatism (Essays: 1972-1980). Minneapolis:University of Minnesota Press. Prendergast, M. 2002. Action research: The improvement of student and teacherlearning. http://educ.queensu.ca/ar/reports/MP2002.htm Price. 1965. Educational Theory and Its Foundations Disciplines. London,Boston, Melbourne and Henley: Rutledge & Kegal Paul.

202 M. Nasrul Kamal Pringgotligdo Mr. A.G. (1975).”Perak” Ensiklopedia Indonesia Umum, Yayasan Kanisius, Yogyakarta Raharjo, Timbul. 2011. Seni Kriya & Kerajinan. Program Pascasarjana ISI Yogyakarta Read, Herbert. 1974. The Meaning of Art, Bugay, Sffolki Pelican Books. Risatti, H. (2007). A Theory of Craft. Chapel Hill. Ritzer, G. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Terjemahan Alimandan. Jakarta: CV Rajawali. Rohana, Nurul. 2009.William James; Tokoh Filsafat Abad Modern Pragmatisme dan Psikologi Agama. Pacitan: STKIP PGRI Press. Rohidi, T.R.. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan, Bandung: Penerbit STSI. Rohidi, Tjetjep Rohendi, 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Bandung Press. Rosa, Ady. 1997. Rosma dan Nukilan Bordir Sumatera Barat. Padang Citra Budaya Indonesia. Rostow, W.W. 1961. The Stages of Economic Grouth; A Non- Communist Manifesto, Cambridge; Cambridge University Press. Rudi Susilana. Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajaran (Hakikat Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: Kurkulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI. ______.2008. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Sachari, Agus 1986. Paradigma Desain Indonesia, Jakarta. Rajawali. ______. 2002. Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Desain, Arsitektur, Seni Rupa dan Kriya.Jakarta. Penerbit Erlangga.

Kerajinan Perak Koto Gadang 203 ______2002. Perubahan Sosial, Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia,Yogyakarta. Tiara Wacana. Sanyoto. Abdi Sadjiman. 2005. Dasar-Dasar Tata Rupa & Desain. Yogyakarta. DKV 1ST Shah, A.B. Diterjemahkan oleh Hasan Basri. 1986. Metodologi Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sinikka Pöllänen. 2011, Beyond Craft And Art: A Pedagogical Model For Craft As Self-Expression, article in international journal of education through art, uly 2011. Slamet, Suyanto. 2004. Dasar-dasarprndidikan anak usia dini. Yogyakarta: Hikayat Soedarso Sp. 1990. "Pendidikan Seni Kriya" dalam seminar Kriya 1990, oleh Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 28-29 Mei 1990 di Hotel Ambarukmo Yogyakarta. ______. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, dan Kegunaan Seni. Yogyakarta. BP 1ST Soedarsono, R.M. 1999, Metode Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Bandung. MSPI. ______. 2002, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globanisasi, University Press., Yogyakarta Gadjah Mada Soedjito S. 1986. Transformasi Sosial menuju masyarakt Industri. Yogyakarta. PT .Tiara wacana. Soekanto, Soerjono. (2006), Sosiologi Suatu Perubahan: Sebuah Pengantar, Jakarta. PT Grafindo Persada. Spradley, James. P. 1997. Metodologi Etnografi; penerjemah, Misbah Zulfa Elizabeth; penyunting, Amirudin. Yogyakarta. Tiara Wacana. Spradley. 2001. Qualitative Research. United State of America: Cambridge.

204 M. Nasrul Kamal Sugiyono, 2013. Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed Method. Bandung: CV. ALFABETA ______. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. ALFABETA ______. 2012. Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D.Bandung: CV. ALFABETA Sedyawati, Edy, 2002.Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage), Seminar Diselenggarakan bersama oleh: Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO, dan Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Lembaga Penelitian U.I. Gedung Kautaman,Jakarta, 15-16 Oktober 2002. Sukiman. 2012. Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan Madani. Sungkono. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta. Suparlan, Suhartono. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar- Ruzz Media. Supriyanto 2006.PendidikanDalamKeluarga, dari Jumal visiptk. Pnf. Wol.l No.3 Depdiknas. Surajiyo, 2007. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Suryadi. Padang Ekspres, Minggu, 01 Februari 2009, Halaman 8 Suseno, F.M. 1987. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius. Syamsudin dan Damaianti, Vismaia S. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung:Remaja Rosdakarya. Tabrani, Primadi. 1999. Belajar dari Sejarah. Bandung. Pemerbit ITB. Tilaar HAR. 2004. Pendidikan,Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Kerajinan Perak Koto Gadang 205 Tim Penyusun, 2007. Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Titus, H. et.al. Dialihbahasakan oleh H.M. Rasjidi. 1984. Persoalan-persoalan Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang. Toekiyo, Soegeng, 2003. Mengenal Ragam Hias Indonesia, Bandung. Angkasa. Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori dan Praktek.Jakarta Prestasi Pustaka Van Der Hoop, 1949. Ragam-Ragam Perhiasan Indonesia, Konninklijk Bataviaach Genootschap Van Kunsten En Wotenshappen. Wadiyo. tt. Seni sebagai Sarana Interaksi Sosial. Draf artikel, belum diterbitkan.

Sumber Internet

Abdul Karib, (tanpa Tahun), Migrasi Penduduk Koto Gadang, (tesis) http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-81829.pdf Ahmad, Safitri, 2015, Perhiasan Kalung Koto Gadang, sumber: http://jamgadang04.com/perhiasan-kalung-koto- gadang/.html, diakses Juli 2018 Ahmad, Safitri, 2016, Taruko Tujuan Wisata Baru di Bukittinggi, Sumber: Jamgadang04, http://jamgadang04.com/taruko-tujuan-wisata-baru-di- bukittinggi/.html, diakses Juli 2018 Ahmad, Safitri, Maret, 2018, Wisata ke nagari Koto Gadang, sumber: http://jamgadang04.com/wisata-ke-nagari- koto-gadang/.html, diakses Juli 2018 Pelangi Holiday, 2013, Objek Wisata Great Wall Koto Gadang, sumber: https://www.pelangiholiday.com/2013/08/objek-wisata- great-wall-koto-gadang.html, diakses Juli 2018

206 M. Nasrul Kamal Pelangi Holiday, 2013, Sekilas Perak Dari Kotogadang Sumatera, Sumber: https://www.pelangiholiday.com/2013/12/sekilas-perak- dari-koto-gadang-sumatera.html, diakses Juli 2018 Republika, 2018, “sebelum disebut Koto Gadanbg”, sumber: https://www.republika.co.id/berita//no- channel/09/01/18/26716-sebelum-disebut-koto-gadang Tribunescom, 2015, Kotogadang Sumatera Barat Surga Belanja Istri Pejabat? Sumber: http://www.tribunnews.com/travel/2015/06/03/koto- gadang-sumatera-barat-surga-belanja-istri- pejabat?page=all, diakses September 2018 Tropen Museum, https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:COLLECTIE_TRO PENMUSEUM_Minangkabau- huis_van_Radja_Mengkoeloe_te_Kotagedang_nabij_For t_de_Kock_Sumatra._TMnr_60003328.jpg, diakses September 2018

Kerajinan Perak Koto Gadang 207 Glosari Singkat

Andasan/tungkahan Landasan

Pairik Untuk menarek benang perak

Panyapik Seperti tanggam/ragum

Guntiang Gunting

Sanam Pinset

Sanam pamacik Pemegang

Buah kundi Untuk lem

Taweh Tawas untuk alat penyepuh

Pandikia Buah Lerak

Teknik bakarang Teknik merangkai kawat-kawat halus yang disebut piligran/ teknik penarik kawat halus

Teknik batapuang Proses mencetak lembaran perak pada cetakan.

Teknik suntik Mentotol permukaan benda dengan jarum yang terbuat dari baja.

Termos Sebuah bingkai yang terbuat dari kayu atau logam yang dipakai untuk menahan pasir yang digunakan untuk membuat cetakan.

208 M. Nasrul Kamal Alat Parateh Alat tersebut terbuat dari besi berbentuk s/runcing namun pada bagian kepala yang runcing tersebut mempunyai lobang dengan berbagai ukuran.

Pairik bungkuak Alat (tarikan bengkok 1, 2, dan 3) alat inidigunakan dalam proses pembuatan kawat perak.

Trowel Sendok, alat untuk merapikan dan mengangkat pasir yang berlebih.

Bellows (alat penghembus) Alat penghembus ini memberikan tiupan udara yang dibutuhkan untuk meniup pasir yang tercecer dan mengotori permukaan cetakan.

Penyeka, Alat berbentuk kuas ini terbuat dari helaian rambut unta atau serat linen yang digunakan untuk melembabkan permukaan pasir di sekitar pola.

Batang corong Alat corong ini berbentuk tipis, berbentuk jarum logam yang kaku yang digunakan untuk melobangi lubang corong udara masuk dari pasir ke inti cetakan.

Paku pengunci Alat seperti paku pengunci merupakan baja logam berbentuk runcing yang digunakan untuk merapatkan dan menarik pola dari pasir.

Lempeng pemotong Alat lempeng logam terdiri dari lempeng logam berukuran pendek yang kemudian dibengkokkan atau dilipat menjadi bentuk setengah

Kerajinan Perak Koto Gadang 209 lingaran.

Corong pengecoran Alat corong udara adalah bagian logam berbentuk silider lancip yang digunakan untuk lobang pada bagian termos supaya cairan logam dapat masuk ke cetakan coran logam

Corong pengunci Alat corong pengunci merupakan sebuah lempeng logam berbentuk silinder padabagian termos yang terbuka.

Cleaning fluxes, drossing fluxes, Tungku-tungku peleburan yang refining biasa digunakan dalam industri fluxes, dan wall cleaning fluxes pengecoran logam adalah tungku busur listrik, tungku induksi, tungku krusibel, dan tungku kupola.

Lost-Wax Casting Salah satu metode proses pengecoran untuk menghasilkan produk dengan tingkat ketelitian dan ketepatan yangtinggi, permukaan yang sangat mulus (smooth) dan bentuk-bentuk yang rumit.

Cavity (rongga cetakan) Merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan kedalam cetakan. Pengecoran Adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.

Core (inti) Fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan

210 M. Nasrul Kamal digunakan.

Gating sistem (sistem saluran Merupakan saluran masuk masuk) kerongga cetakan dari saluran turun.

Sprue (Saluran turun) Merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal.

Raiser (penambah) Merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.

Green sand mold (cetakan pasir Kata “basah” dalam cetakan pasir basah). basah berati pasir cetak itu masih cukup mengandung air atau lembab ketika logam cair dituangkan ke cetakan.

Motif kaluak paku Motif berbentuk relung pakis

Motif rago Motif berbentuk bola

Motif mantimun Motif mentimun

Motif rombok Motif berbentuk bunga kembang

Motif ula Motif berbentuk ular

Motif amping Motif berbentuk pipih, beras yang ditumbuk dinamakan emping

Motif rumbai Motif berbentuk buah murbay warnanyamerah yang tumbuh dipinggir perkebunan, buahnya enak dimakan.

Motif maniak batapak Motif kalung pada ujung berbentuk tapak

Motif maniak baganto Motif berbentuk bulat seperti mainan yang terdapat pada Kerajinan Perak Koto Gadang 211 kelengkapan adat

Motif daun padek Motif daun padu

Motif jalinan jambu Motif berbentuk simpul

Motif bataro Motif berbentuk pecahan motif bakarang

Motif H Motif berbentuk huruf ha

Motif daun cubadak Motif dari daun nangka

Galang ula permata Gelang berbentuk ular memakai permata

Galang maniak rumbai Gelang Motif berbentuk buah murbay warnanya merah yang tumbuh dipinggir perkebunan, buahnya enak dimakan.

Galang maniak batapak Gelang Motif berbentuk buah murbay warnanya merah yang tumbuh dipinggir perkebunan, buahnya enak dimakan.

Galang maniak bagando Gelang berbentuk bulat seperti mainan yang terdapat pada kelengkapan adat

Galang gadang Gelang besar

Kaluang mansura Kaluang berbentuk pecahan motif bakarang

Kaluang maniak Kaluang berbentuk mainan manikmanik seperti bola digunakan sebagai asesoris

Kaluang batapak Kaluang berbentuk mainan yang terdapat pada kerbau penadi tetapi

212 M. Nasrul Kamal ada kakinya

Kaluang maniak rantai Kaluang berbentuk mainan manik- baranggo batu manikseperti bola pakai permata akiak

Kalaung padang Kaluang ini digunakan untuk acaraperkawinan

Kaluang motif rombok Kaluang berbentuk motif besar- besar(kesuburan)

Gergaji skrol Adalah gergaji tangan digunakan untuk sebagai alat pemotong kapuih-kapuaih (blower tradisi)/ Adalah alat yang digunakan Kapuah (Pompa injakan) dalamproses pembakaran bahan baku perakdan sebagai alat dalam proses patri

Pencegahan korosi pada besi Tarring, permukaan baja dilapisidengan gas batu bara (coaltar) diproses dengan temperatur panas dengan bantuan sikat, gas batu bara.

Introduction Prinsip teknik pengendalian thermalsolidification pada hpdc dantermal-mekanis dalam sistem die casting

Raw material Susunan paduan dan struktur

Material komposit Material komposit adalah materialyang terbuat dari dua bahan atau lebih yang tetap terpisah dan berbeda dalam level makroskopik

Casting defect Reject casting ada beberapa jenis yaitu: flow line, flow mark, misrun

Kerajinan Perak Koto Gadang 213 (bergaris) bercak hitam kulit jeruk over heat blister bumps (bisul)

Pengertian pengecoran Pengecoran adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk model yang diinginkan.

Design Rancangan yang akan dibuat sesuai (Desain/sketsa/thumbnali) yang direncanakan

Modeling Wax (Master dari Membuat model Mok up Lilin) (membuat prototife dari lilin)

Modeling (Membuat cetakan) Membuat cetakan dari silikon

Mixing (Peleburan logam dan Peleburan logam dengan menuang) menggunkanakowi/coil tahan panas dan tingku lebur klin

Finishing Memfinishing dengan menggunakanpolisher, kikir/pile dan amplas

Tomika Wadah pelebur perak dinamakanTomika/tembikar tahan api.

Kapuih (Pompa Kamasan) Pompa Angin Injak untuk manjalangkan /mencairkan atau pelebur perak.

Sapik binguang (tank besar) gunanya untuk mairik/menarek benang perak. Benang perak untuk membuat perhiasan.

Alat taro Alat taro/diantara ini membentuk

214 M. Nasrul Kamal isian motif dan bentuk pola bunga.

Alat Parateh Alat Parateh ini terbuat dari besi runcing namun pada bagian kepala yang runcing tersebut mempunyai lobang dengan berbagai ukuran. Alat ini biasa digunakan sebagai alat untuk membentuk motif bulat.

Lasuang Lesung penumbuk buah kundi, buah kundi berwarna merah dan kegunaannya untuk pencampuran alat patri Lesung penumbuk buah kundi, buah kundi berwarna merah dan kegunaannya untuk pencampuran alat patri.

Alat renng cincin Alat reng cincin ini, berfungsi untukmengukur besar/kecil ukuran jari. Alat ini untuk memudahkan pengrajin bekrja

Kerajinan Perak Koto Gadang 215 Lampiran

Lampiran 1. Daftar Pengrajin yang pernah ada di Koto Gadang

1. Silver Work Amai Setia, 2. Silver Work Leo, 3. Silver Work Rul, 4. Handy Craft Lili Indah Budi, 5. Sulaman Silver Work Cici, 6. Silver Work Syafa, 7. Silver Work Denny & Dessy, 8. Silver Work Welisyar (Makwan), 9. Silver Work Asri, 10. Silver Work Zulkhaidir, 11. Silver Work Iskandar, 12. Silver Work Man, 13. Silver Work Habibi, 14. Silver Work Dahliar, 15. Silver Work Rahmat, 16. Silver Work Anci, 17. Silver Work Angku In, 18. Silver Work Quin, 19. Silver Work Mandan 20. Silver Work Yus Yen.

216 M. Nasrul Kamal Biodata Singkat

Dr. M. Nasrul Kamal, M. Sn. Adalah kela- hiran di desa Kepala Beringin, Ampat Angkat Candung Kab. Agam. Sumatera Barat (Februari 1963). Beliau adalah puta dari Djamaan ST. Tumanggung pengajar guru agama parabek koto gadang dan ibu Zawadjir yang berputra empat anak: Has- nimar, Nartias, M.Nasrul Kamal dan Fau- ziar, yang semuanya berprofesi mengajar. Nasrul Kamal, lulu- san SD XII Kampung IV Angkat Candung (1976) SMP Sim- pang Candung (1980); SMSR Padang (1984); S1, FSRD ISI Yo- gyakarta (1990) dan (S2) Penciptaan Seni Fotografi ISI Yogya- karta (2006) serta (S3) Ilmu Pendidikan IPS UNP Padang (2017). Beliau ini sekarang adalah Dosen Prodi Desain Komuni- kasi Visual Jurusan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Padang sejak 1993. Beristri Yensharti, S.Sn, M.Sn Staf pengajar Sendra- tasik FBS UNP Padang. Dan berputra (1) Ammalia Azzahra Kamal; (2) Sabhina Dellenisa Kamal; (3) Haikal Sthalizt Kamal. Beliau banyak melakukan penelitian diantaranya adalah ten- tang: Pengembangan Modul Pembelajaran Kerajinan Perak Pa- da Sentra Amai Setia Koto Gadang.

Kerajinan Perak Koto Gadang 217