Lllll Lll T Illillt Ilt I Lilr Il

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Lllll Lll T Illillt Ilt I Lilr Il Voll. No.1 September lllltillillt iltIlilr elllll 112087 353010 il Sala h seorangVetera'n.Pe aanyang pernah ikut bertempurmelawan pJ il"tahun 1945-1949sehingga Kesatu Diunduhdari : blog-wandi.blogspot.com/2010/08/veteran-yang-terlupakan.html ;r VITERAN D,IFTA.RIs i@ffird*;**;aai#eta il#rffi@ds F Penerbit Salam Redaksi DE,WAN PIMPINAN PUSAT LVRI Akhirnya Majalah Merah Putih yang telah dinanti- DPP I-\'RI GedungVeteran RI "Graha PurnaYudha" nanti para Veteran sampai ke tangan pemb^c .M^jaLah Jl. JenderalSudirman Kar,'. 50 ini selainmenjelaskan keadaan dan kegi^tanp^r^Veteran Jakarta12930 Telp.(021) 5254105, 5252449, 255367 44 dan organisasinya, yaitu Legiun Veteran Republik Fax.(021) 52541.37 I n do nes ia, juga m enyampaikan pikitan d an harapzn p Ma Pembina/Penasehat Veteran terhadap m s^ depan bangsadan negatanya. RaisAbin - Kerua Umum DPP LVRI Tulisan tentang seiarah perjuangan kemerdekaan - Gatot Suwardi Wakil I{etua Umum I DPP akan selalu mewarnai isi majalahini, karena bangsa yang LVRI HBL. Mantiri - \X/akilKetua Umum II DPP tidak mengenal seianhnya akan runtuh. Liputan tentang LVRI daerahdan kegiatln p^r^ Veteranny^ aka;rrmengungkap SoekotjoTiokroatmodjo - Wakil Ketua Umum III DPP LVRI kehidup afi para Veteran dan kegi^t^nny^. Semoga majalah ini dapat memenuhi harapan para PemimpinUmum / PenanggungJawab \Wahyono S.K - SekretarisJenderal DPP Pembaca. LVRI Redaksi Dewan Redaksi Zunal Abidin Banru Hardjijo Daftar Isi Nono Sukarno F.X. Soejitno Salam Redaksi Sumartono Dwi Fungsi di Mata RaisAbin Ismu Edi Ismakun O.H. Wello 10 Agustus Hari Veteran Nasional Ninik Sri Saparunah SejarahPerjuangan : Alwin Nurdin a. Rengasdengklok 1945 Pemimpin Redaksi b. Keabsahan Proklamasi 17-08-1945 10 H.A. Aziz. M c. Bojongkokosan1945 15 Redaksi Pelaksana d. Serangan Umum Solo 1949 20 Dasman Djamaluddin, SH, M.Hum Men j adikan Pancasil a Keny ztaan 23 Tata Usaha Veteran Dalam Gambar 29 Johanis Papalangi MUKERNAS LVRI 2O1O 33 Sekretaris Redaksi Diskusi Panel201,0: Jatu Rahmawari, S.Sos BerakhirnyaRIS Kembali ke NKRI 37 Dicetak oleh ( IT. JEKAMAS,JAKARTA SaytdimanSuryohadiprojo ) SidangUmum VECONAC 2010 44 Obrolan ESB @,konomi,Sosiak, Budaya) 48 SampulDepan : Laporan Daerah: Ketua Umum DPP LVRI Letjen TNI (Purn) Rais a. Aceh 50 Abin b. Ciamis 52 Jilu" Menuju Puncak 55 Monumen "Radio Rimba Surat Telegram Markas Besar TNI Raya" Takengon-Aceb 57 Tengab Gugur Bunga 58 VolL No.1September2010 J VETESAN DWI FUNGSI DI I\,IATARAISABIN OLEH RAIS ABIN ebagarVeteran Pejuang Kemer- dekaan tidak pernah terpikir oleh s^y^ bahwa Dwi Fungsi merupakan hasil pemikiran Jenderal Abdul Haris Nasution. Be\alannya perjuangan kemerdekaan merupakan usaha integratif f terpadu, y^ng meskipun kadang-kadang terlihat disorganiryd , ternyata membawa hasil nyata' Inilah Iatar belakang Dwi Fungsi. Ini fuga tedihat ketika sejumlah perwira Pembela Tanah Air (PETA) bersama RaisAbin p^r^ pemuda (Chairul Saleh dan kawan- sehinggaposisi beliau masih tetap menggalang kawan) membawa Soekarno dan Hatta ke pemikiran-pemikiran. Rengasdengklokunruk segeramengumumkan Perkembang n politik Indonesia berkaitan kemerdekaanIndone sia. dengan kepemimpinan Soekarno sudah Baik sewakrubertugas sebagaipenyelundup merupakanpengetahuan umum. Haris Nasution alat perang di tahun 1,946-1,948dan kait^nny^ tidak pernah merupakan saing n y^ng berarti bekerja sama dengan Pemerintah Daerah b^g Soekarno dan malahan dijadikan alat bagian Timur/S elatan, s^y^ se-Sumatera menghadapi pertumbuhan partai-p artai y^ng mengutamakan saling mengamankan posisi potensial dapat membah ayakanp o sisinya. (Kepala Daerah) ^g^t kedua pihak p^ra partner Ini tambah kelihatan setelah terbunuhnya terganggu dalam melaksanakan tetap tanpa tokoh-tokoh utama Angkatan Dant oleh masing-masing. fungsinya Partu Komunis Indonesia (PKI) dalam m^na Semangat murni kemerdekaan merupakan kesempatan terbuka bagl Nasution untuk mengaburkan ^p^ perekat dan seolah yang berprak^rs^. Keraguan menantang Soekarno disebut Dwi Fungsi. merupakan ke keliruan fatnJ beliau. Soeharto Jenderd T.B.Simatupangmemang salahsatu berhasil memanfaatkan ^p^ y^ng diwarisinya pemikir TNI, tetapi dengan segala respectagak menyangkut Dwi Fungsi sebagai refleksi dari sulit menyebut Jenderal Abdul Haris Nasution kekurangan dinamika institusi Eksekutif/ sebagaiJenderal Lapangan, kiranya lebih tepat Irgislatif pasca Gestapu dan penyelesaaan dikategorikan sebagai penulis dasar-dasar konfrontasidengan Malaysia. genlya. Dwi Fungsi lahir dari sejarah perjuangan Dengan pengangkatan ala adhoediwaktu itu bangsa yang menganggap keterpaduan sebagai beliau dipercayakan membawahi para penvira syar^t mudak. Bahwa akhirnya bedanjut, tidak pejuang lzpangan seperti Hidayat, Gatot terlepas dan " expediencl"-nya di m^t^ pimpinan Subroto, Sarbini, Kawila rangdan Zulkifl i Lubis, nasional dewasaitu. 4 VolL No.1 September2010 j vnru,nnn TANGGAL10 AGUSTUS 1949 HARI \TETERANNASIONAL Tanggal 10 Agustus 1,949 merupakan harr dimulai. Pukul 16.00 selesai. Pukul 24.00 semua y^ng sangat penting dalam sejarah perjuangan pertempuran sudah harus berhenti, tidak ada kemerdekaan bangsa Indonesia karena had itu lag1 genkan militer ^gar bisa memenuhi instruksi adalah hart disepakatinya persetuiuan gencatan Panglima Tertinggi." senjata ^nt^ra Pemerintah Republik Indonesia Cztatan y^ng diterbitkan Kerukunan Eks dengan Pemerintah Kenjaan Belanda y^ng Anggota Detasemen II, Brigade 17 melukiskan, berlaku mulai tanggal hari itu pukul 24.00. Namun "Puncak serangan terjadi tanggal 10 Agustus demikian pertempuran TNI melawan tentaira dengan ikut sertanya Pasukan TNI Brigade V Kera;jaanBelanda belum berakhir di hari itu, karena dipimpin langsung oleh Letnan Kolonel Slamet SeranganOemoem merebut kembali kota Solo yang Rijadi. Pasukan dari luar kota ini segera terjun ke sudah dimulai sejak tanggal 7 Agustus 1949 di pertempuran, menyerbu markas pasukan Belanda. bawah pimpinan Letkol Slamet Riiadi masih terus Sejak p^gr sampai tengah malam mereka bahu- berlanjut menggusur tentar^ Kenjaan Belanda membahu dengan p^ra TP, menghajar semua keluar Solo. Pertempuran sengit terus berkobar pertahanan pasukan B elanda." dari pagi sampai tengah malam tanggal 10 Agustus Lebih lanjut disebutk an, "P ertempuran berhenti 1,949.Pukul 24.00 baru semua pihak y^ng tedibat tepat pukul 24.00 tengah malam karena sejak saat menghentikan pertempuran. itu secara resmi sudah mulai bedaku kesepakatan Dari buku biografi Letkol Slamet Rijadi y^ng gencatan senjata. Dalam keheningan malam, ditulis oleh Julius Pour (2008) ^nt^r^ lain dapat nkyat segeraberbondong-bondong keluar rumah, dikutip tentang peristiwa besar itu sebagai berikut menyaksikan bendera Merah Putih dikibarkan di (halaman1,7 2, 178, 1,79): segalasudut kampung dan tiang-tiang listrik. L^W- lagu perjuangan secara spontan dinyanyikan oleh Dalam suasanalapangan masih panasdan setiap pata pejuang yang merasa puas karena mereka hari pertempuran belum juga berhenti, mendadak sudah ikut menyumbangkan darma baktinya kepada pada tznggal 3 Agustus 1949 Panglima Besar Tanah Ajr." Letnan Jenderal Soedirman mengirim sebuah radiogram. "Berdasar persetuiuan Pemerintah Gencatan senjata antata TNI dengan tentarz Republik dan Pemerintah Kerzjaan Belanda, maka Kenjaan Belanda telah mengakhiri perjuangan Presiden/Panglima Te4inggr memerintahkan panjang menegakkan dan menjaga kemerdekaan gencatan senjata akan berlaku diJawa sejak tanggal bangsa Indonesia, sehingga berdiri Negara 11 Agustus, sedangkan di Sumatera mulai tanggzl Kesatuan Republik Indonesia dengan kokohnya. 15 Agustu s 7949" . Han bersejarah tanggal 10 Agustus 1949 itu Tetapi, ndiogtam Panglima Besar yang secara kemudian ditetapkan oleh Pemerintah sebagar Han tersirat memastikan mengenai jadwal gencatan Veteran Nasional. senjataoleh SlametRiiadi dinilai sebagai"keharusan Pada Peringatan Han Veteran Nasional tahun untuk berpacu denganwakru". Pukul 10.00 tanggil, 1965, Presiden Soekarno berpesan: "Tangal 8 Agustus 1,949dia mengeluarkan Perintah Siasat 10 Agustus adalah hai peingatanmil, Hari Wteran No 012/Co.PPS/49. "segera laksanakanafscheids Nasional. Memang Veteranadalah milik Nasional. Satu aanual(setangan perpisahan) ke Kota Solo secara gelar aglng -yang dianugerahkanoleb m@at kepadana besar-besltan." sebagaipenghargaan atas pejuangan dan pengorbananmu Perintah Slamet Riiadi menetapkan, "Pukul di masaReaolusi PlrysikJ'. 05.00 tanggal 10 Agustus seluruh pasukan sudah harus betada di dalam kota. Pukul 06.00 serangan Catatan Redaksi VolL No. 1 September 2010 ;l vurnn*ttl PERI STIWA RENGASDENGKLOK SEBAGAI JIWA DAI\ SEIVIANGAT TNI OLEH \TAHYONO S.K etiap kali akan menyak^nHffiL Proklamasi Kemerdekaan 1,7 Agustus 1945, selalu terlintas dalam rng t^n kita foto peristiwa bersejarah pengib^r^n Sang Merah Putih di halaman depan rumah ialan PegangsaanTimur 56 setelah Bung Karno di dampingi Bung Hatta membac akan teks Proklamasi. Sang Merah Putih ditarik naik oleh dua anak muda, seorang prajurit Tentan PETA dan seorang pemuda bercelana pendek, disaksikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta serta sejumlah hadirin laki-laki dan perempuan. Foto itu men ggambarkan pers atrr^n Kerjasama y^ng er^t antara pemuda dan tentara melahirkan NKRI seluruh unsur kekuatan bangsa Indonesia untuk berkibarnya SangMerah Putih. y^ng bermarkas di Menteng 31, untuk mengajak Tentan dan pemuda harus selalu bersatu, lapzrtbersama malam hartnya.Cudanco (komandan karena memisahkan pemuda dan tentara akan kompi) Lattef Hendraningrat menunjuk Sodanco melemahkan bangsa dan neg ra. Hadtrnya tentara ftomandan peleton) Singgih untuk menerima dan pemuda dalam up^carz pengibaran SangMerah ajakanp^r^
Recommended publications
  • Bab Iv Motif Hias Kerajinan Perak Kotogadang
    Kerajinan Perak Kotogadang Sebagai Bagian dari Destinasi Wisata di Sumatera Barat Oleh M. Nasrul Kamal i ii Kerajinan Perak Kotogadang Sebagai Bagian dari Destinasi Wisata di Sumatera Barat Dr. M. Nasrul Kamal, M. Sn. 2018 iii Undang-Undang Republik Indonesia No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72 Ketentuan Pidana Saksi Pelanggaran 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu Ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara palng singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) 2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamer- kan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). iv Kamal, M. Nasrul Kerajinan Perak Kotogadang sebagai Destinasi Wisata SB Penerbitan dan Percetakan. CV Berkah Prima Alamat: Jalan Datuk Perpatih Nan Sabatang, 287, Air Mati, Solok Email: [email protected]; [email protected] Editor, Nasbahry C., & Rahadian Z. Penerbit CV.Berkah Prima, Padang, 2018 1 (satu) jilid; total halaman 217 + xxiv ISBN: 978-602-5994-06-7 1. Kerajinan 2. Perak 3. Kotogadang, Pariwisata 1. Judul Kerajinan Perak Kotogadang Sebagai Bagian dari Destinasi Wisata di Sumatera Barat Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun.
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • Adam Malik (Deppen) in MEMORIAM: ADAM MALIK A917-1984)
    144 Adam Malik (Deppen) IN MEMORIAM: ADAM MALIK a917-1984) Ruth T. McVey The great survivor is dead. Though Adam Malik was by no means the only politician to hold high office under both Guided Democracy and the New Order, he was by far the most distinguished and successful. Others were political hacks with no true political coloring, or representatives of specialized con­ stituencies not involved directly in the conflict between Sukarno and the army; but Malik had been a central figure in the formulation of Guided Democracy and a close counsellor of Sukarno. Moreover, having chosen against that leader in the crisis following the coup of October 1965, he was not thereby completely discredited in the eyes of his former colleagues. For many of his old leftist associates he remained a patron: a leader who would still receive and could occasionally aid them, who could still speak their language, if only in private, and who still—in spite of his evident wealth, Western admirers, and service to a counter-revolutionary regime—seemed to embody what remained of the Generation of ’45, the fading memories of a radical and optimistic youth. To survive so successfully, a man must either be most simple and consistent, or quite the opposite. No one could accuse Adam Malik of transparency, yet there was a consistency about the image he cultivated. From early youth he appeared as a radical nationalist, a man of the left; and however unsympathetic the regime to that viewpoint he never allowed the pursuit of ambition completely to cloud that picture.
    [Show full text]
  • Napak Tilas Jejak Proklamasi: Kemayoran Hingga Rengasdengklok
    Napak Tilas Jejak Proklamasi: Kemayoran hingga Rengasdengklok https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190816095936-20-421842/napak-tilas-jejak- proklamasi-kemayoran-hingga-rengasdengklok CNN Indonesia | Sabtu, 17/08/2019 10:36 WIB Sukarno saat berpidato di hadapan sekitar 200.000 orang di Makassar menuntut kemerdekaan Indonesia dari Belanda. (AFP PHOTO) Jakarta, CNN Indonesia -- Proklamasi kemerdekaan RI yang dibacakan pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB tak dilaksanakan begitu saja. Banyak hal yang terjadi sebelum barisan kalimat proklamasi RI dibacakan Sukarno di teras rumahnya tersebut, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang area Monumen Proklamasi), Jakarta Pusat. Bermula dari kegelisahan tokoh pemuda setelah mengetahui Jepang telah kalah dalam Perang Dunia II, mereka mendesak Sukarno dan tokoh nasional lain yang tengah menyusun rencana kemerdekaan untuk menyegerakan proklamasi. Para darah muda yang tak ingin proklamasi Indonesia sebagai 'hadiah' dari Jepang itu pun mengasingkan Sukarno dan Muhammad Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, agar berubah pikiran untuk mau menyegerakan proklamasi. Peristiwa membawa Sukarno-Hatta keluar Jakarta itu kemudian dikenal dalam sejarah sebagai 'Penculikan ke Rengasdengklok. Akhirnya, sampai juga pada masa yang bersejarah saat perumusan naskah proklamasi dan pembacaannya di Jakarta Pusat. Namun, apakah Anda tahu sejumlah tempat yang menjadi saksi bisu perjuangan proklamasi kemerdekaan RI secara de facto itu bukan sebagai hadiah dari Jepang. Berikut CNNIndonesia.com rangkumkan untuk Anda, meskipun beberapa tempat sudah tak sesuai dengan kondisinya pada 1945 silam. 1. Bandara Kemayoran Chairul Saleh dkk menunggu di Kebun Pisang dekat Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat. Mereka menunggu untuk menemui langsung Sukarno-Hatta yang baru tiba dari Saigon, Vietnam setelah bertemu Jenderal Jepang Hisaichi Terauchi, 14 Juli 1945 petang.
    [Show full text]
  • General Nasution Brig.Jen Sarwo Edhie Let.Gen Kemal Idris Gen
    30 General Nasution Brig.Jen Sarwo Edhie Let.Gen Kemal Idris Gen Simatupang Lt Gen Mokoginta Brig Jen Sukendro Let.Gen Mokoginta Ruslan Abdulgani Mhd Roem Hairi Hadi, Laksamana Poegoeh, Agus Sudono Harry Tjan Hardi SH Letjen Djatikusumo Maj.Gen Sutjipto KH Musto'in Ramly Maj Gen Muskita Maj Gen Alamsyah Let Gen Sarbini TD Hafas Sajuti Melik Haji Princen Hugeng Imam Santoso Hairi Hadi, Laksamana Poegoeh Subchan Liem Bian Kie Suripto Mhd Roem Maj.Gen Wijono Yassien Ron Hatley 30 General Nasution (24-7-73) Nasution (N) first suggested a return to the 1945 constitution in 1955 during the Pemilu. When Subandrio went to China in 1965, Nasution suggested that if China really wanted to help Indonesia, she should cut off supplies to Hongkong. According to Nasution, BK was serious about Maphilindo but Aidit convinced him that he was a world leader, not just a regional leader. In 1960 BK became head of Peperti which made him very influential in the AD with authority over the regional commanders. In 1962 N was replaced by Yani. According to the original concept, N would become Menteri Hankam/Panglima ABRI. However Omar Dhani wrote a letter to BK (probably proposed by Subandrio or BK himself). Sukarno (chief of police) supported Omar Dhani secara besar). Only Martadinata defended to original plan while Yani was 'plin-plan'. Meanwhile Nasution had proposed Gatot Subroto as the new Kasad but BK rejected this because he felt that he could not menguasai Gatot. Nas then proposed the two Let.Gens. - Djatikusuma and Hidayat but they were rejected by BK.
    [Show full text]
  • Daftar Nama Pahlawan Nasional Republik Indonesia
    DAFTAR NAMA PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Asal Daerah / NO Nama SK Presiden Daerah Ket Pengusul Abdul Muis 218 Tahun 1959 1. Sumatera Barat 1883 – 1959 30 – 8 – 1959 Ki Hadjar Dewantoro 305 Tahun 1959 2. D.I. Yogyakarta 1889 – 1959 28 – 11 – 1959 Surjopranoto 310 Tahun 1959 3. D.I. Yogyakarta 1871 – 1959 30 – 11 – 1959 Mohammad Hoesni Thamrin 175 Tahun 1960 4. DKI Jakarta 1894 – 1941 28 – 7 – 1960 K.H. Samanhudi 590 Tahun 1961 5. Jawa Tengah 1878 – 1956 9 – 11 – 1961 H.O.S. Tjokroaminoto 590 Tahun 1961 6. Jawa Timur 1883 – 1934 9 – 11 – 1961 Setyabudi 590 Tahun 1961 7. Jawa Timur 1897 – 1950 9 – 11 – 1961 Si Singamangaradja XII 590 Tahun 1961 8. Sumatera Utara 1849 – 1907 9 – 11 – 1961 Dr.G.S.S.J.Ratulangi 590 Tahun 1961 9. Sulawesi Utara 1890 – 1949 9 – 11 – 1961 Dr. Sutomo 657 Tahun 1961 10. Jawa Timur 1888 – 1938 27 – 12 – 1961 K.H. Ahmad Dahlan 657 Tahun 1961 11. D.I. Yogyakarta 1868 – 1934 27 – 12 – 1961 K.H. Agus Salim 657 Tahun 1961 12. Sumatera Barat 1884 – 1954 27 – 12 – 1961 Jenderal Gatot Subroto 222 Tahun 1962 13. Jawa Tengah 1907 – 1962 18 – 6 1962 Sukardjo Wirjopranoto 342 Tahun 1962 14. Jawa Tengah 11903 – 1962 29 – 10 – 1962 Dr. Ferdinand Lumban Tobing 361 Tahun 1962 15. Sumatera Utara 1899 – 1962 17 – 11 – 1962 K.H. Zainul Arifin 35 Tahun 1963 16. Sumatera Utara 1909 – 1963 4 – 3 – 1963 Tan Malaka 53 Tahun 1963 17. Sumatera Utara 1884-1949 28 – 3 – 1963 MGR A.Sugiopranoto, S.J.
    [Show full text]
  • H. De Graaf the Indonesian Declaration of Independence
    H. de Graaf The Indonesian declaration of independence. 17th August 1945 In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 115 (1959), no: 4, Leiden, 305-327 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/27/2021 02:22:40AM via free access THE INDONESIAN DECLARATION OF INDEPENDENCE. 17th OF AUGUST 1945 1 lthough the proclamation of Indonesian Independence is a fact which is still fresh in many a mind, the particulars reporteAd about it are neither numerous nor absolutely certain. On the contrary, legend has already penetrated into the history of this event, a fact to which the retired vice-president of the Republic of Indonesia drew the attention only the other day; he even warned against this legend coming into existence. Therefore it seems to me that it would be a good thing, f or Indonesia as well as f or the rest of the world, to try and draw away the curtain of myth and come as near to the truth as possible. In doing this we can now make use of richer source material than was the case some years ago. For this purpose we may refer to the list of sources at the end of this paper. In one of the writings composed af ter Japan's surrender by Japanese officers for the use of the Allied authorities, in order to inform them on the management of the Netherlands Indies by the Japanese, it is openly declared that it was never the deliberate intention of Japan to grant independence to the Indonesians.
    [Show full text]
  • Report Security Council
    REPORT OF THE SECURITY COUNCIL 16 June 1976 -15 June 1977 GENERAL ASSEMBLY OFFICIAL RECORDS: THIRTY-SECOND SESSION SUPPLEMENT No. 2 (A/32/2) UNITED NATIONS - REPORT OF THE SECURITY COUNCIL 16 June 1976 -15 June 1977 GENERAL ASSEMBLY OFFICIAL RECORDS: THIRTY-SECOND SESSION SUPPLEMENT No. 2 (A/32i2) UNITED NATIONS New York, 1977 .----------- ............_..,,__...........iiiiii:""""=~_"""" -=~=>=== NOTE Symbols of United Nations documents are composed of capital letters com­ bined with figures. Mention of such a symbol indicates a reference to a United Nations document. Documents of the Security Council (symbol SI . .. ) are normally published in quarterly Supplements of the Official Records of the Security Council. The date of the document indicates the supplement in which it appears or in which infor­ mation about it is given. The resolutions of the Security Council, numbered in accordance with a system adopted in 1964, are published in yearly volumes of Resolutions and Decisions of the Security Council. The new system, which has been applied retro­ actively to resolutions adopted before 1 January 1965, became fully operative on that date. [Original: Chinese/English/French/Russian/Spanish] [29 November 1977] CONTENTS Page INTRODUCTION ..................................................... 1 Part I Questions considered by tbe Security Council under its responsibility for the maintenance of international peace and security Chapter 1. QUESTIONS CONCERNING THE MIDDLE EAST ••••••••••.•••••••••••••• 2 A. The situation in the Middle East .. .. ... .. 2 B. The question of the exercise by the Palestinian people of its inalienable rights , " , , .. 7 C. The situation in the occupied Arab territories 8 2. QUESTIONS RELATING TO SOUTHERN AFRICA. •. •• •••• .• .• .• ••• . •• • ••• 10 A. Situation in South Africa: killings and violence by the apartheid regime in South Africa in Soweto and other areas , .
    [Show full text]
  • Indo 15 0 1107128614 109
    Top to bottom: Harian Rakjat, April 24, 1965. Madjalah Angkatan Bersen- dj ata, I, No. 7 (May 1965), back cover. Harian Rakjat, April 19, 1965. SUKARNO: RADICAL OR CONSERVATIVE? INDONESIAN POLITICS 1964-5 Peter Christian Hauswedell The passing of the Orde Lama in Indonesia and the death of Presi­ dent Sukarno seem too recent, and political emotions are still too high to arrive at a definitive characterization of the nature of the political system and its leader. The apparent contradictions between the ideological dynamism and the social conservatism1 of Guided Democ­ racy, the lack of conclusive evidence about Sukarno’s final political intentions, and the chaotic, even apocalyptic period before the sudden demise of the system a ll contribute to the d iffic u lt y of c la s s ific a ­ tion. Finally, the dramatic events around the October 1, 1965 coup attempt have distracted our attention unduly. In Indonesia itself, the political atmosphere does not yet allow an objective assessment of the period. Since nearly all members of the present elite were in one way or another deeply involved in the events of that time, there are few publications about the period, and they have been rather polemical and unsystematic.2 Any study which contributes to our knowledge of Sukarno and Indo­ nesian p o lit ic s before the coup is therefore more than welcome, and John D. Legge’s recent political biography of the former President3 is the first ambitious attempt to portray this certainly complex, and often contradictory political leader.1* Although solid in factual 1.
    [Show full text]
  • Peacekeeping Operations and Other Missions - UNEF II
    UN Secretariat Item Scan - Barcode - Record Title Page 31 Date 14/06/2006 Time 9:23:23 AM S-0899-0003-12-00001 Expanded Number S-0899-0003-12-00001 Title items-in-Middle East - peacekeeping operations and other missions - UNEF II Date Created 21/01/1976 Record Type Archival Item Container s-0899-0003: Peacekeeping - Middle East 1945-1981 Print Name of Person Submit Image Signature of Person Submit ITED NATIONS Distr. GENERAL S/REEA38 (1978) COUNCIL W^W 23 October 1978 RESOLUTION ^38 (1978) Adopted by the Security Council, at its 2091st meeting on -23 October 1976 The Security Council, Recalling its resolutions 338 (1973), 3^0 (1973), 3^1 (1973), 3^6 (1971*), 362 (197^), 368 (1975), 371 (1975), 378 (1975), 396 (1976) and Ul6 (1977), Having considered the report of the Secretary-General on the United Nations Ernergency Force (S/12897), Recalling the Secretary-General's view that the situation in the Middle East as a vhole continues to be unstable and potentially dangerous and is likely to remain so unless and until a comprehensive settlement covering all aspects of the Middle East problem can be reached, and his hope that urgent efforts will be pursued by all concerned to tackle the problem in all its aspects, with a view both to maintaining quiet in the region and to arriving at a just and durable peace settlement, as called for by the Security Council in its resolution 338 (1973), 1. Decides to renew the mandate of the United Nations Emergency Force for a period of nine months, that is, until 2U July 1979', 2.
    [Show full text]
  • The Contribution of Two Yohanas Oemar Signs in Contingen Garuda Viii in the Middle East 1978-1979
    THE CONTRIBUTION OF TWO YOHANAS OEMAR SIGNS IN CONTINGEN GARUDA VIII IN THE MIDDLE EAST 1978-1979 Fitri Elna, Drs. Ridwan Melay, M.Hum, Bunari, S.Pd., M.Si, Email: [email protected], [email protected], [email protected] Phone Number: 082384664451 History Education Program Department of Social Sciences Education Faculty of Teacher Training and Education Riau University Abstract: Yohanas Oemar is a Struggling Learner in Developing Education. In order to fulfill his desire to deepen his knowledge, he willingly tried to persevere and to get what he wanted, as long as the status of students at the University of Riau, he also active in various Campus Organizations, as a student at the Faculty of University of Riau he followed the entrance to the University Student Regiment Riau and became a Member of the Student Regiment. From Member of Student Regiment he got the Opportunity to join Candidate School in Bandung Pangalengan, Yohanas Oemar Graduated School of Candidate with the rank of Second Sergeant, He also get the Opportunity to Contribute to Middle East Peace Sinai joined in Garuda Indonesia Ind Bat Force under UN auspices . And He is in Nobat As Veteran of Peace. This study aims to find out the biography of Yohanas Oemar, Sgt Sergeant's Contribution Two Garuda VIII Contingent as UN Peacekeepers in the Middle East, knowing the end of Yohanas Oemar's Struggle. The method used is the Method of History, namely by using Interview Techniques, Techniques Library Studies, and Documentation. The result of this research is that Yohanas Oemar was born in Strait of Panjang Meranti on 07 Mai 1956 and died on June 25, 2017 is buried in Kahluma Dharma Pahlawan Pekanbaru.
    [Show full text]
  • Kisah Tiga Jenderal Dalam Pusaran Peristiwa 11-Maret
    KISAH TIGA JENDERAL DALAM PUSARAN PERISTIWA 11‐MARET‐1966 Bagian (1) “Kenapa menghadap Soeharto lebih dulu dan bukan Soekarno ? “Saya pertama‐tama adalah seorang anggota TNI. Karena Men Pangad gugur, maka yang menjabat sebagai perwira paling senior tentu adalah Panglima Kostrad. Saya ikut standard operation procedure itu”, demikian alasan Jenderal M. Jusuf. Tapi terlepas dari itu, Jusuf memang dikenal sebagai seorang dengan ‘intuisi’ tajam. 2014 Dan tentunya, juga punya kemampuan yang tajam dalam analisa June dan pembacaan situasi, dan karenanya memiliki kemampuan 21 melakukan antisipasi yang akurat, sebagaimana yang telah dibuktikannya dalam berbagai pengalamannya. Kali ini, kembali ia Saturday, bertindak akurat”. saved: Last TIGA JENDERAL yang berperan dalam pusaran peristiwa lahirnya Surat Perintah 11 Maret Kb) 1966 –Super Semar– muncul dalam proses perubahan kekuasaan dari latar belakang situasi (89 yang khas dan dengan cara yang khas pula. Melalui celah peluang yang juga khas, dalam suatu wilayah yang abu‐abu. Mereka berasal dari latar belakang berbeda, jalan pikiran dan 1966.docx ‐ karakter yang berbeda pula. Jenderal yang pertama adalah Mayor Jenderal Basuki Rachmat, dari Divisi Brawijaya Jawa Timur dan menjadi panglimanya saat itu. Berikutnya, yang kedua, Maret ‐ 11 Brigadir Jenderal Muhammad Jusuf, dari Divisi Hasanuddin Sulawesi Selatan dan pernah menjadi Panglima Kodam daerah kelahirannya itu sebelum menjabat sebagai menteri Peristiwa Perindustrian Ringan. Terakhir, yang ketiga, Brigadir Jenderal Amirmahmud, kelahiran Jawa Barat dan ketika itu menjadi Panglima Kodam Jaya. Pusaran Mereka semua mempunyai posisi khusus, terkait dengan Soekarno, dan kerapkali Dalam digolongkan sebagai de beste zonen van Soekarno, karena kedekatan mereka dengan tokoh puncak kekuasaan itu. Dan adalah karena kedekatan itu, tak terlalu sulit bagi mereka untuk Jenderal bisa bertemu Soekarno di Istana Bogor pada tanggal 11 Maret 1966.
    [Show full text]