<<

B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 3, Nomor 1 Januari 2002 Halaman: 207-212

Savana Taman Nasional Baluran

Baluran Nasional Park Savanna

M. YUSUF SABARNO Balai Taman Nasional Baluran, Jawa Timur

Diterima: 20 Pebruari 2001. Disetujui: 23 Juni 2001

ABSTRACT

One of the biodiversity richness in is ecosystem of Baluran National Park savanna. This type of savanna is similar to African savanna that is included in tropical savanna. There are two types of savanna, namely flat and undulating savanna. The savanna ecosystem that covers about 40% of the total area of Baluran National Park has important role on supporting herbivore animals such as wild cattle (Bos javanicus), deer (Cervus timorensis) and wild buffalo (Bubalus bubalis). The variety of grasses and other vegetation provide food for those animals, therefore, the reduction of the reduction of quality and quantity of the savanna would reduce in the population of the herbivores. The savanna in the Baluran National Park is about 10.000 ha, however, due to invasion of Acacia nilotica has resulted in the reduction of the savanna reaching about 50%. Moreover, illegal grassing inside the Park has brought negative impact to the quality of the area and the wild fauna. Overgrazing may influence on the reduction of the population of wild fauna. Pressure to the savanna has a great impact on the balance and preservation of whole ecosystem in Baluran. Efforts have been made in order to restore the Baluran ecosystem such as preventing the expansion of A. nilotica as well as preventing illegal grazing. The Baluran National Park is still looking for the most effective and efficient way of preserving savanna ecosystem in Baluran. © 2001 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

Keywords: Baluran National Park, savanna, Acacia nilotica.

PENDAHULUAN 1996), kawasan savana pada umumnya kurang terancam oleh eksploitasi ekonomi Kekayaan dan keanekaragaman hayati dibandingkan hutan hujan, meskipun demikian Indonesia sangat melimpah, sehingga tidak savana kadang-kadang mendapat tekanan mengherankan apabila negeri ini disebut berupa penggembalaan ternak dan sebagai negara dengan kekayaan penggunaan pertanian lainnya. biodiversitas terbesar di dunia, setelah Brasil. Savana Baluran sebagai salah satu ciri Salah satunya adalah ekosistem savana di khas dan identitas TN Baluran mempunyai arti Taman Nasional (TN) Baluran. Keadaan iklim sangat penting yang apabila kelestariannya dan geografi tempat ini mendukung terganggu akan berpengaruh terhadap terbentuknya savana yang dapat dikatakan ekosistem-ekosistem lainnya. Oleh karena itu sebagai replika dari savana-savana di Afrika. setiap tekanan atau gangguan terhadap Savana merupakan padang rumput dan kelestarian ekosistem ini harus ditangani semak yang terpencar di antara rerumputan, secara sungguh-sungguh. Salah satu serta merupakan daerah peralihan antara gangguan yang cukup mengkhawatirkan dan hutan dan padang rumput. Di beberapa merupakan ancaman terbesar bagi kelestarian daerah yang tidak begitu kering, savana ekosistem ini adalah semakin luasnya invasi mungkin terjadi karena keadaan tanah dan Acacia nilotica, yang semula didatangkan dari atau kebakaran yang berulang. Menurut Afrika sebagai tumbuhan penyekat kebakaran. Mackinnon (1991, dalam Gunaryadi dkk., Kecepatan tumbuh dan penyebaran tanaman 208 BIODIVERSITAS Vol. 3, No. 1, Januari 2002, hal. 207-212 eksotik ini telah mengakibatkan penurunan berbatu-batu dan lereng gunung yang tinggi kualitas dan kuantitas savana Baluran, serta dan curam, sampai tanah aluvial yang dalam merubah pola perilaku satwa liar herbivora di dataran rendah. Tanah dasar laut terbatas yang salah satu komponen habitatnya adalah di dataran pasir sepanjang hutan mangrove. padang rumput atau savana. Rumput sebagai Tanah hitam meliputi kira-kira setengah luas sumber pakan utama satwa tersebut tergeser dataran rendah, ditumbuhi rumput savana. keberadaannya oleh A. nilotica, sehingga Tanah ini membentuk daerah subur, kaya satwa mencari alternatif pakan lain, salah mineral tetapi miskin bahan organik, dengan satunya daun dan biji A. nilotica. Akan tetapi kondisi fisik yang kurang baik dan porous. sebagai sumber pakan utama, rumput tetap Savana merupakan ekosistem yang kurang tidak tergantikan. stabil, keseimbangannya tergantung iklim, api, Selain invasi A. nilotica, hal lain yang penggunaan oleh margasatwa dan lain-lain. merupakan tantangan pelestarian savana TN Untuk melestarikan ekosistem savana Baluran adalah tingginya intensitas diperlukan kegiatan manipulatif seperti penggembalaan liar di kawasan taman pembakaran terkendali, pengaturan populasi nasional. Walaupun hal ini telah berlangsung satwa, penebangan vegetasi dan lain-lain. lama, akan tetapi dampak dari kegiatan ini Pada proses pembakaran, api sering banyak mempengaruhi ekosistem savana. membinasakan tumbuhan berkayu, tumbuhan Berbagai upaya telah dilakukan dalam dikotil dan palma lain, tanpa menimbulkan pemberantasan A. nilotica dan mencegah kerusakan berarti pada rimpang rerumputan di penggembalaan liar di dalam kawasan, tetapi bawah tanah. Hal ini berbeda dengan kondisi hingga saat ini belum berhasil optimal. hutan hujan pada umumnya yang Keterlibatan pihak-pihak lain yang mempunyai menghendaki sesedikit mungkin campur perhatian besar terhadap permasalahan tangan manusia untuk menjaga klimaks lingkungan dan keanekaragaman hayati, ekologi dan memungkinkan berlangsungnya sangat diperlukan untuk merumuskan upaya regenerasi. yang tepat dan efektif dalam penyelesaian Topografi TN Baluran dapat dibagi dalam masalah tersebut. Kelestarian suatu ekosistem kategori: datar dengan ketinggian 0-124 m dpl, tergantung kepada pengelolanya, karena bergelombang dengan ketinggian 125-900 m keberadaan manusia tidak dapat dipisahkan dpl, dan terjal pada ketinggian lebih dari 900 m dari sistem alam, dimana manusia diberi dpl. Pada garis pantai di Mesigit, Balanan dan kemampuan mengelola alam ini. Begitu juga Montor terdapat hamparan batu karang yang dengan pengelolaan TN Baluran, kebijakan terjal. Adapun ekosistem savana TN Baluran pihak pengelola akan mempengaruhi sendiri, secara topografi dibedakan menjadi ekosistem alami di kawasan ini. savana datar (flat savanna) dengan tanah TN Baluran terletak di Kecamatan endapan (aluvial) dan savana datar sampai Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa bergelombang (undulating savanna) dengan Timur. Secara geografis terletak antara 7o45’- tanah berwarna hitam dan berbatu (Wind dan 7o15’ LS, serta antara 114o18’-114o27’ BT, Amir, 1977). Sebelum invasi A. nilotica luas sebelah timur laut Pulau Jawa. Sebelah utara savana datar kira-kira 1.500-2.000 ha di berbatasan dengan Selat Madura, sebelah bagian tenggara, yaitu savana Bekol, Semiang barat berbatasan dengan Sungai Bajulmati, dan sekitarnya. Di bagian lain, savana datar sebelah timur berbatasan dengan Selat sampai bergelombang mencakup daerah dan sebelah barat laut berbatasan dengan seluas kira-kira 8000 ha, yaitu; savana Sungai Klokoran. Kawasan konservasi sumber Balanan, Kramat, Talpat, Labuhan Merak, Air daya alam tersebut pada mulanya dikenal Tawar, Karangtekok dan sekitarnya. sebagai suaka margasatwa, kemudian Pada umumnya savana mengalami masa ditetapkan secara definitif sebagai taman kekeringan lebih panjang dari pada hutan. nasional berdasarkan Keputusan Menteri Savana Baluran mempunyai jenis tanah Kehutanan No: 096/Kpts-II/1984 tanggal 12 aluvial yang kadar liatnya tinggi, sifat fisik Mei 1984. tanah sangat porous, tidak mampu Secara geologi TN Baluran memiliki dua menyimpan air, mempunyai kembang susut jenis tanah, yaitu tanah pegunungan dan tinggi dan merekah pada musim kemarau. tanah dasar laut. Tanah pengunungan terdiri Tanah ini memiliki kandungan mineral tinggi dari tanah vulkanik dengan kondisi tanah tetapi miskin bahan organik. SABARNO – Savana Taman Nasional Baluran 209

Salah satu adaptasi khas vegetasi savana PERMASALAHAN DAN UPAYA adalah banyaknya pohon dan semak berduri. PEMECAHANNYA Hal ini diasumsikan untuk mengurangi eksploitasi dari herbivora. Savana di Kegiatan pelestarian TN Baluran meliputi Indonesia, termasuk yang terdapat di TN upaya mempertahankan keanekaragaman Baluran, sama tipenya dengan savana di hayati baik flora, fauna maupun ekosistemnya. Afrika, yaitu tipe savana tropika yang produksi Salah satu kegiatan prioritas adalah menjaga hijauannya melimpah di musim penghujan dan kelestarian ekosistem savana. Savana di TN berkurang pada musim kemarau. Baluran pada awalnya termasuk padang Berdasarkan interpretasi hasil foto udara, rumput alami, yang diduga merupakan klimaks savana di TN Baluran pada mulanya memiliki karena api. Api sebagai salah satu faktor luas yang sempit dan terpisah-pisah. penting yang berpengaruh terhadap kuantitas Kebakaran hutan menyebabkan luas areal dan kualitas padang rumput, mempunyai savana terus bertambah. Salah satu upaya peranan yang menguntungkan dan merugikan. untuk membatasi bertambah luasnya savana Kebakaran memungkinkan rumput-rumput akibat kebakaran dilakukan dengan pakan satwa lebih tersebar dan lebih produktif. mengintroduksi tanaman A. nilotica, yang Api juga mengontrol biji-biji tumbuhan berkayu dapat dijadikan sekat bakar. Akan tetapi, yaitu dengan memusnahkan dan menghambat introduksi tanaman eksotik ini menimbulkan pertumbuhannya, sehingga vegetasi rumput masalah baru dalam pengelolaan TN Baluran bebas dari pengaruh naungan dan persaingan (Gunaryadi, 1996) dengan vegetasi lain. Jenis-jenis vegetasi yang dapat dijumpai di Kebakaran di kawasan TN Baluran dapat savana Baluran dan melimpah di beberapa terjadi secara alami atau disengaja. lokasi antara lain: lamuran putih (Dichantium Kebakaran yang disengaja dilakukan oleh caricosum) melimpah di savana Bekol, Kramat, masyarakat dengan berbagai tujuan, antara Labuhan Merak dan Gentong/ Karangtekok; lain untuk membuka ladang, menggiring Eulalia amaura dan Bothriocloa modesta ternak, mengalihkan perhatian petugas dan melimpah di savana Semiang. Alang-alang lain-lain. Selama kurun waktu Mei 1999 hingga (Imperata cylindrica) melimpah di savana September 2000, kebakaran di Savana Dadap, sedangkan Bothriochloa modesta dan Baluran meliputi areal seluas sekitar 659 ha. luluwan (Setaria palmifolia) melimpah di savana Hal ini berlangsung selama dua periode Paleran. Selain jenis rumput dan herba, di musim kemarau (bulan-bulan kering), yaitu savana datar dijumpai pula tumbuhan bulan Mei-September 1999 dan bulan Mei- berhabitus pohon antara lain pilang (Acacia September 2000 (Tabel 1.). leucophloea), kesambi (Schleichera oleosa), Kebakaran tersebut sebagian besar terjadi bidara (Ziziphus rotundifolia) dan A. nilotica. di kawasan Savana Baluran bagian utara dan Savana bergelombang didominasi oleh merupakan kebakaran yang disengaja. Hal ini rumput lamuran putih (Dichantium caricosum), dimungkinkan karena banyak aktivitas gajah-gajahan (Schlerachne punctata) atau masyarakat di daerah Labuhan Merak yang padi-padian (Sorgum nitidus). Habitus rumput mencari hasil hutan, dan para penggembala di savana bergelombang cenderung lebih ternak yang masuk ke dalam kawasan. tinggi dibandingkan rumput di savana datar. Mereka banyak melakukan kegiatan yang Sedangkan jenis fauna yang memanfaatkan mengunakan api (memasak, merokok dan savana sebagai salah satu habitatnya yaitu lain-lain) sehingga secara langsung atau tidak (Bos javanicus), rusa (Cervus langsung menimbulkan kebakaran, khususnya timorensis), kerbau liar (Bubalus bubalis), di musim kemarau. kijang (Muntiacus muntjak), ajak (Cuon Kualitas suatu padang rumput dapat alpinus), merak (Pavo muticus), dan beberapa diketahui dari beberapa parameter, antara lain jenis burung lain. Padang penggembalaan produktivitas dan daya dukung padang rumput mempunyai peranan penting bagi kelestarian tersebut. Pengamatan di lapangan satwa banteng, karena berfungsi sebagai menunjukkan produktivitas dan daya dukung sumber pakan, tempat makan, tempat istirahat padang rumput di TN Baluran terhadap di bawah pohon (shelter) sambil melakukan kebutuhan pakan satwa menurun. Menurut kegiatan ruminansia, serta sebagai tempat Alikodra (1979), produktivitas suatu kawasan perkawinan dan membesarkan anak. merupakan modal yang secara ekonomis 210 BIODIVERSITAS Vol. 3, No. 1, Januari 2002, hal. 207-212

Tabel 1. Laporan kejadian kebakaran daerah Savana di TN. Baluran.

No Waktu Lokasi Luas (Ha) 1. Mei 1999 Labuhan Merak 110 Lempuyang 60 2. Juni 1999 Labuhan Merak 173 3. Juli 1999 Pondok Jaran 36,5 4. Agustus 1999 Labuhan Merak 17 5. Mei 2000 Demang-Lempuyang 2 Cungking, Jeding, Secang, Duluk-Labuhan Merak 78 6. Juni 2000 Batu Numpuk-Pondok Jaran 10 Lempuyang-Balanan 1,5 7. Juli 2000 Gembilina-Pondok Jaran 8 Alas , Curah Widuri-Labuah Merak 21 Lemah Abang, Watu Numpuk-Pondok Jaran 31 8. Agustus 2000 Kandang Laju, Alas Malang, Cungking, Gentong-Labuah Merak 81 Watu Numpuk, Lemah Abang-Pondok Jaran 27 Balanan 1 9. September 2000 Plalangan-Perengan 2 JUMLAH 659 Sumber: Anonim (1999-2000). menguntungkan untuk mengembangkan hanya mampu mendukung kurang lebih 114 populasi suatu satwa sampai pada tingkat ekor rusa dewasa. Sehingga padang tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi penggembalaan Bekol sudah tidak kualitas produktivitas padang rumput yaitu mendukung kehidupan satwa secara optimal, suksesi, persaingan, jenis rumput, pengaruh mengingat dalam sensus ditemukan kurang musim dan overgrazing. Sedangkan daya lebih 192 ekor rusa di dalamnya. Studi kasus dukung yang optimal menunjukkan suatu di atas menunjukkan bahwa savana di TN keseimbangan antara produksi rumput pada Baluran tidak lagi optimum dalam mendukung periode tertentu dengan jumlah satwa yang kehidupan satwa liar yang ada, sehingga merumput. Oleh karena itu suatu kawasan kelestariannya semakin terancam dan mempunyai daya dukung rendah apabila dimungkinkan populasinya semakin menurun. jumlah satwa yang merumput lebih tinggi dari Pepohonan yang tumbuh di savana pada nilai daya dukung optimal. dicirikan oleh pohon-pohon berkayu yang Pengamatan Utomo (1997) di padang tahan api. Jika intensitas kebakaraan tinggi, rumput Bekol seluas 75 ha dengan membuat maka akhir dari vegetasi klimaks karena api petak-petak contoh 1m x 1m, sejumlah 10 adalah padang rumput. Sebaliknya, apabila buah secara acak, dengan selang kebakaran jarang terjadi, maka jenis vegetasi pemotongan 40 hari, serta dengan perlakuan pioner, termasuk A. nilotica akan dominan. Hal pemagaran dan tanpa pemagaran, diperoleh ini terjadi di sebagian besar savana datar bahwa produktivitas padang rumput tersebut seperti Bekol, Kramat dan sekitarnya, dimana sebesar 13.700 gr/ha/hari. Daya dukung invasi A. nilotica menguasai daerah tersebut padang rumput dapat ditentukan dari selisih akibat kecilnya kontrol api. Selama periode rata-rata plot yang dipagar dan yang tidak Mei 1999 hingga September 2000, tidak dipagar, yaitu 33,2 gr/m2 atau 8,9 kg/ha/hari. dijumpai kebakaran di savana-savana tersebut Hal ini didasarkan asumsi bahwa hijauan yang merupakan lokasi awal penanaman A. segar yang dikonsumsi satwa setiap hari nilotica sebagai tanaman sekat bakar. adalah 8,9 kg/ha. Menurut Syarif (1974, dalam Invasi tanaman eksotik, A. nilotica, terhadap Riyawati, 1999) kebutuhan rusa per hari savana di TN Baluran mengakibatkan penurunan adalah 10% berat tubuh, yaitu rata-rata 5,5 luas savana, sehingga mengakibatkan perubahan kg/hari/ekor, maka savana Bekol seluas 75 ha komposisi, struktur dan produktivitas SABARNO – Savana Taman Nasional Baluran 211

Tabel 2. Kegiatan pemberantasan A. nilotica di TN. Baluran.

No Periode Metode Keterangan 1 1985 kimiawi Skala penelitian Puslitbang 2 1996 kimiawi Percobaan PT. Mitra Buana Mukti 3 1989-1991 mekanis Pencabutan dan penebangan 4 1991-1993 mekanis Pencabutan dengan katrol 5 1993-1999 mekanis Pembongkaran dgn buldoser dan pencabutan seedling 6 2000 mekanis Penebangan dan pembakaran tonggak Sumber: Anonim (1999). rumput pakan satwa, serta penurunan daya yang lama sehingga tidak efisien. Sedangkan dukung savana terhadap penyediaan pakan dengan cara pembongkaran dengan buldoser, bagi satwa. Hal ini berpengaruh terhadap dianggap cukup efektif, akan tetapi dampak dinamika populasi dan pola perilaku satwa pembalakan/lahan bekas pembongkaran yang hidupnya membutuhkan savana, tonggak berpengaruh terhadap perubahan khususnya banteng dan rusa. Pertumbuhan A. struktur tanah. Kegiatan yang dilakukan saat nilotica, yang cepat disebabkan sifat biologi ini yaitu penebangan dan pembakaran tanaman tersebut yang tahan api dan tonggak, diikuti dengan pencabutan seedling. kekeringan, serta cepatnya penyebaran biji. Di Kegiatan ini membutuhkan tenaga kerja yang TN Baluran, dalam 100 gram kotoran kerbau banyak, kontinuitas dan pengawasan yang liar dijumpai 45 + 26 biji A. nilotica, pada cermat. banteng terdapat 62 + 42 biji dan pada rusa Pemberantasan A. nilotica pada saat ini terdapat 11 + 9 biji. Hal ini menunjukkan baru dapat dilaksanakan dengan kecepatan tingginya tingkat penyebaran biji A. nilotica rata-rata pembongkaran seluas 62,3 ha per oleh satwa mamalia. Selain itu, penyebaran tahun. Sehingga perkiraan waktu yang biji dapat pula melalui injakan kaki satwa diperlukan untuk membersihkan seluruh terhadap biji-biji yang jatuh. savana dari invasi tanaman eksotik ini adalah Upaya penanggulangan invasi A.nilotica 73 tahun, dengan asumsi areal yang telah banyak dilakukan, baik dengan cara dibersihkan tidak terinvasi kembali oleh A. mekanis maupun kimia. Pertimbangan yang nilotica (Anonim, 1999). diambil dalam pemberantasan A. nilotica, Permasalahan lain yang mengancam selain aspek ekologi juga aspek ekonomi, kelestarian savana TN Baluran adalah karena kegiatan yang dilakukan di suatu meningkatnya intensitas penggembalaan liar kawasan pelestarian (taman nasional) oleh masyarakat sekitar kawasan. Kegiatan ini berbeda dengan kegiatan lain di luar. banyak ditemukan terutama di kawasan taman Menurut hasil evaluasi, kegiatan nasional bagian utara. Penggembalaan ini pemberantasan A. nilotica yang pernah telah dilakukan masyarakat secara turun dilakukan secara kimiawi kurang efektif dan temurun dan dari waktu ke waktu jumlah efisien. Metode ini membutuhkan biaya yang ternak yang digembalakan semakin banyak. besar dalam pengadaan bahan kimia dan Menurut Nugroho et.al. (1991, dalam Hafis, tidak signifikan dengan luas areal serta 1992), setiap hari ditemukan + 1600 ekor sapi kerapatan tegakan yang harus dimusnahkan dan + 400 ekor domba/kambing digembalakan (Anonim,1999). secara liar di kawasan Baluran bagian utara. Pemberantasan secara mekanis dengan Padahal daya dukung savana diduga di bawah penebangan/pemotongan belum berhasil jumlah ternak yang digembalakan, sehingga optimal. Bahkan memicu pertumbuhan biji-biji terjadi overgrazing area yang keras dan yang dorman dan regenerasi vegetatif dari mengancam kelestarian ekosistem savana tonggak yang tertinggal (trubusan), dimana tersebut. satu tonggak dapat tumbuh 5-6 batang/cabang Menurut Alikodra (1980) dan Anonim baru (Anonim, 1999). Begitu juga dengan cara (1986, dalam Hafis, 1992) pengaruh negatif pengkatrolan, karena membutuhkan waktu meningkatnya penggembalaan liar di TN 212 BIODIVERSITAS Vol. 3, No. 1, Januari 2002, hal. 207-212

Baluran antara lain berupa: persaingan dengan serius, akan mengubah Savana mendapatkan rumput antara satwa liar Baluran menjadi padang penggembalaan herbivora dengan ternak, tanah menjadi padat ternak domestik. Salah satu akibatnya satwa akibat injakan kaki ternak, kemungkinan liar akan terusir, karena persaingan dengan penularan penyakit terhadap satwa liar serta ternak dan aktivitas manusia/penggembala merubah komposisi rumput di areal yang masuk ke dalam kawasan. Menurut penggembalaan menjadi vegetasi yang tidak penelitian Wind dan Amir (1977), pada tahun disukai oleh ternak maupun satwa liar 1977 penyebaran satwa banteng masih sehingga ternak akan mencari pakan di meliputi kawasan Baluran bagian utara, akan tempat lain dan berakibat meluasnya areal tetapi dari hasil sensus mamalia besar pada penggembalaan. tahun 2000, tidak ditemukan lagi kelompok Banyak usaha yang telah dilakukan dalam satwa banteng di daerah tersebut, karena mencegah masuknya penggembalaan liar di adanya penggembalaan liar yang intensif. kawasan, yaitu dengan penyuluhan, Permasalahan-permasalahan di atas perlu pemberian bibit rumput pakan ternak untuk segera ditangani dan menjadi perhatian dibudidayakan dan lain-lain, tetapi hasilnya segenap pihak secara serius. Apabila tidak signifikan. Walaupun dampak diabaikan maka sangat dimungkinkan dalam penggembalaan liar tidak begitu nyata, akan waktu yang relatif singkat Savana Baluran tetapi lambat laun kondisi kawasan yang akan tinggal cerita. seharusnya dijaga kelestarian dan keasliannya akan mengalami perubahan fungsi dan ekosistem. DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1979. Dasar-dasar Pembinaan PENUTUP Margasatwa. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Anonim. 1999. Rencana Kegiatan Pemusnahan Acacia Savana Baluran merupakan bentuk nilotica tahun 2000/2001 di Kawasan Taman ekosistem yang khas, meliputi hampir 40 % Nasional Baluran Banyuwangi. Banyuwangi: TN wilayah TN Baluran. Kawasan ini merupakan Baluran. pusat kehidupan berbagai jenis satwa liar, Anonim. 1999-2000. Laporan Bulanan Kebakaran Hutan khususnya mamalia besar yang dilindungi di TN Baluran. Banyuwangi: TN Baluran. serta mempunyai panorama alam yang sangat Utomo, B. 1997. Studi Produktivitas Savana Bekol unik dan indah, sehingga merupakan aset Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Skripsi. ekoturisme dan sangat penting bagi kegiatan Jakarta: FMIPA UI. penelitian dan pendidikan. Gunaryadi, D. 1996. Pengamatan Populasi Cervus Kawasan Savana Baluran sebagian besar timorensis di Savana Bekol Taman Nasional telah terinvasi oleh A. nilotica, sehingga perlu Baluran Jawa Timur. Disertasi.Yogyakarta: Fakultas perhatian khusus agar dapat dikembalikan Pasca Sarjana UGM menjadi ekosistem savana seperti aslinya. Hafis, J. 1992. Telaah Beberapa Faktor Penyebab Oleh karena itu upaya pemberantasan A. Penggembalaan Liar di Taman Nasional Baluran nilotica harus dilakukan terus-menerus dengan Utara Jawa Timur. Tesis. Yogyakarta: Fakultas percepatan lebih tinggi dari sebelumnya. Pasca Sarjana UGM. Kegiatan ini meliputi penebangan pohon A. Riyawati. 1999. Studi Jenis Pakan Rumput Rusa Timor nilotica, yang diikuti pencabutan/pembersihan (Cervus timorensis) di Savana Bekol Balai Taman seedling tanaman di lokasi bekas penebangan Nasional Baluran Banyuwangi Jawa Timur. Skripsi. secara kontinyu, untuk menyakinkan bahwa Malang: Institut Pertanian Malang. tanaman tersebut tidak tumbuh lagi. Apabila Wind, J. and H. Amir. 1977. Proposed Baluran National kegiatan tersebut tidak dilaksanakan, Park Management Plan 1978/1979 – 1982/1983. kelestarian ekosistem savana akan sulit Prepared for the Directorat of Nature Conservation, dipertahankan. Directorat General of Forestry, Republic of Indonesia. Penggembalaan liar yang tidak terkendali Nature Conservation and Wildlife Management juga berdampak pada kelestarian savana Project of the Food and Agriculture Organisation of Baluran. Apabila tidak segera ditangani the United Nations.