Berita Biologi, Volume 6, Nomor 3, Desember 2002

PERSEBARAN GEOGRAFIJENIS-JENIS () DI MALESIA [Geographical Distribution of Pimelodendron spp. (Euphorbiaceae) in Malesia]

Tutie Djarwaningsih Puslit Biologi - LIPI Jl. IT. H. JuandaNo. 18 Bogor 16122

ABSTRACT The analysis of geographical distribution of Pimelodendron in Malesia based especially on data from the revision study of Pimelodendron (Euphorbiaceae) in Malesia. An analysis of distribution indicated that the highest number of species can be recognized, i.e. in Sumatera four species P. griffithianum, P. macrocarpum. P. zoanthogyne, and P. yatesianum; Peninsular Malaysia and have three species P. griffithianum, P. macrocarpum, and P. zoanthogyne; while Celebes, Moluccas, Lesser Sunda Islands, , Solomon Islands and tropical Australia have one species (P. amboinicum). The geographical distribution indicated that the Malesian region can be considered as the centre of distribution of Pimelodendron.

Kata kunci/ Key words: Pimelodendron, P. amboinicum, P. griffithianum, P. macrocarpum, P. zoanthogyne, P. yatesianum, persebaran geografi/ geographial distribution, aspek ekologi/ ecological aspects, Malesia.

PENDAHULUAN sendiri dan kemampuan dari masing-masing jenis Fitogeografi atau geografi tumbuhan merupa- dalam berkompetisi. Dengan demikian informasi ini kan suatu bidang ilmu yang mencakup persebaran sangat penting dan diperlu-kan oleh lembaga-lembaga geografi, habitat, sejarah serta faktor-faktor biologi yang berkaitan dengan program penghijauan. Selain yang terlibat dalam kehidupan tumbuhan tersebut. itu, bagi para ahli botani hasil analisis suatu koleksi Untuk mempelajarinya diperlukan pengetahuan tumbuhan dapat digunakan untuk menentukan tentang tumbuhan yang bersangkutan baik yang ada batasan suatu kawasan. Misalnya kesulitan dalam seka-rang maupun yang telah punah, keadaan fisik memberikan suatu perkiraan yang akurat mengenai dan geografi, morfologi tumbuhan itu sendiri yang keanekaragaman jenis di suatu kawasan menunjukkan dihubungkan dengan daerah persebarannya, dan bahwa pengetahuan tentang tumbuhan di kawasan mengkorelasikannya dengan evolusi persebarannya tersebut masih dangkal. berdasarkan sejarah waktu geologinya. Adapun Di bidang taksonomi sendiri, informasi geografi tujuannya adalah untuk mencari kerabat liar dari ini sangat diperlukan karena terjadinya proses tumbuhan yang telah dikembangkan secara komersial penjenisan adalah karena adanya isolasi geografis. yang diperlukan olehpara pemulia tanaman budidaya Isolasi geografis berkaitan erat dengan faktor luar yang untuk memperoleh bibit-bibit unggul. Salah satu berperan sebagai katalisator timbulnya barier yang informasi geografi yang sangat diperlukan adalah dapat menimbulkan terja-dinya percabangan garis informasi persebaran jenis, apakah tersebar secara evolusi yang diikuti oleh isolasi reproduksi yang merata, berkelompok atau-pun merupakan jenis merupakan faktor-dalam yang berperan sangat penting endemik di suatu kawasan atau pulau tertentu. Good dalam mencegah terjadinya pertukaran gen antar (1952) menyatakan bahwa persebaran tumbuhan populasi dalam proses penjenisan tersebut. dipengaruhi tidak hanya oleh faktor-faktor alami Kawasan Malesia merupakan salah satu pusat (fisik, biologi) tetapijuga faktor-faktor buatankarena keanekaragaman tumbuhan tropik yang terbesar. aktifitas manusia baik yang disengaja maupun yang Diperkirakan keanekaragaman tumbuhan berpem- tidak disengaja. Faktor-faktor fisik antara lain iklim, buluh di Malesia menunjukkan sedikitnya ada habitat dan ketinggian tempat; sedangkan faktor- 45.000 jenis; suku-suku tumbuhan berpembuluh faktor biologi antara lain morfologi tumbuhan itu yang termasuk besar jumlah jenisnya di kawasan

509 Djarwaningsih - Persebaran Pimelodendron (Euphorbiaceae) di Malesia

tersebut menurut Whitmore (1997) berturut-turut dikeluarkan dari marga ini dan selanjutnya adalah Orchidaceae (6500 jenis), Rubiaceae (2000 teridentifikasi sebagai excelsa var. jenis), Myrtaceae (1600jenis), Euphorbiaceae (1354 javanica. jenis) dan Melastomataceae (1000 jenis). Di kawasan ini ada 2 pusat utama keanekaragaman BAHAN DAN CARA KERJA tumbuhan yaitu New Guinea (termasuk Irian Jaya Data hasil kajian taksonomi marga dan Papua New Guinea) serta Borneo (termasuk Pimelodendron di Malesia (Djarwaningsih, 2001) Brunei Darussalam, , Sabah dan dicatat. Aspek yang dicatat adalah tentang persebaran, ). New Guinea yang merupakan kepulauan ekologi, tempat tumbuh, nama daerah dan tropik terbesar paling sedikit mempunyai 20.000 kegunaannya. Data tersebut kemudian dikaji dengan jenis dan Borneo 25.000 jenis serta kemungkinan membandingkannya dengan publikasi lain, juga mempunyai keanekaragaman jenis yang sama penelaahan material herbarium yang ada di Herbarium (Johns, 1995). Bogoriense-LIPI, NHN-Leiden, CANB-Australia dan Euphorbiaceae merupakan suku terbesar ke Sarawak-Kuching yang berjumlah 810 lembar, dan 4 dari 5 suku terbesar tumbuhan berpembuluh di selanjutnya dianalisis. Malesia, yang mempunyai 91 marga dengan kurang lebih 1354 jenis. Penelitian geografi tumbuhan HASIL anggota suku Euphorbicaeae di Malesia telah dirintis oleh Whitmore pada marga Macaranga di Jenis-jenis berpotensi Kepulauan Solomon, Semenanjung Malaya, Beberapa jenis Pimelodendron ada yang , Kalimantan dan Papua New Guinea sejak mempunyai potensi sebagai penyedap makanan tahun 1962 sampai 1972. Dari penelitian tersebut maupun obat-obatan. Di Sumatera, sebagianpenduduk ternyata dapat diketahui kelimpahan jenis-jenis memanfaatkanbuah.P griffithianum sebagai penyedap Macaranga di suatu habitat dan kawasan tertentu makanan dan dimakan sebagai makanan kecil; di lain di Malesia (Whitmore, 1997). Pimelodendron pihak, sebagian penduduk di Semenanjung Malaya merupakan marga yang tergolong dalam suku bagian timur mengkonsumsi biji P. amboinicum Euphorbiaceae, anak suku , puak (mamina, pokopokor) sebagai makanan ringan (Heyne, Stomatocalyceae, anak puak Stomatocalycinae. 1927; Burkill, 1935). KzyuP. macrocarpum (dangku) Marga ini pertama kali dipertelakan oleh Hasskarl dapat digunakan untuk bahan pembuatan papan pada tahun 1855 dengan .P amboinicum Hassk. dari (Heyne, 1927). Air perasan pepagan P. griffithianum Maluku terpilih sebagai tipenya. Anggota- (perah ikan, ara bukit) dan P. amboinicum digunakan anggotanya diperkirakan berjum-lah 7-10 jenis sebagai obat pencahar khusus orang dewasa (Burkill, yang tersebar dari Semenanjung Malaya sampai New 1935). Sedangkan biji/! griffithianum dilaporkan oleh Guinea, Kepulauan Solomon dan Australia tropik sebagian penduduk Kalimantan Timur sebagai biji yang (Webster, 1994). enak dimakan (Bodegom et al, 1999). Daun muda P. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai amboinicum dapat dimakan oleh orang-orang dewasa persebaran jenis-jenis terutama berdasarkan hasil tanpa menimbulkan efek sebagai pencahar, tetapi air penelitian Djarwaningsih (2001) tentang perasan daun-daun yang disangrai lebih dulu kemudian Pimelodendron di Malesia. Di kawasan ini terdapat diteteskan pada mulut bayi yang baru lahir dapat untuk 5 jenis Pimelodendron yaitu P. amboinicum, P. member-sihkan mekonium, kotoran pada lidah, organ- griffithianum, P. macrocarpum, P. zoanthogyne dan organ perut, sebagai obat penenang dan memperlancar P. yatesianum. Sedangkan status P. acuminatum penderita kesulitan buang air besar. Di kepulauan adalah sebagai sinonim dari P. griffithianum dan Solomon sebagian penduduk memanfaatkan air P. naumannianum bersinonim dengan P. rendaman pepagan sebagai obat penurun demam (Perry amboinicum. Menurut Shaw (1975) P. dispersum and Judith, 1980).

510 Berita Biologi, Volume 6, Nomor 3, Desember 2002

Morfologi anggota-anggota suku Euphorbiaceae terjadi secara Anggota marga Pimelodendron pada umum- mekanik ataupun mungkin dengan perantaraan nya berupa pohon berukuran besar atau menengah manusia dan hewan. Setelah buah menjadi kering dengan tinggi 10 - 35 m dan garis tengah 18 - 60 cm dan mengalami gesekan baik secara sengaja atupun ataupun dapat berupa perdu, gundul. Daun ber-seling, tidak sengaja, biji dapat terlontar sejauh 3,5 m atau membundar telur sungsang atau menjorong, tepi agak bahkan lebih. beringgit, menjangat; saraf menyirip; tangkai daun Ditinjau dari persebaran jenisnya per pulau di ukurannya bervariasi dari 1-13 cm. Berumah dua. kawasan Malesia, ternyata setiap pulau mempunyai Perbungaan jantan berupa tandan pendek, di ketiak variasi jumlah jenis yang berbeda-beda. Sumatera ranting, menggerombol. Bunga jantan bertangkai merupakan pulau yang mempunyai jumlah jenis sangat pendek, di ketiak daun gagang yang kecil; tertinggi (4 jenis) yaitu P. griffithianum, P. kelopak berkatup 2, berbentuk seperti mangkuk; macrocarpum, P. zoanthogyne dan P. yatesianum; benangsari 7 - 29, terdiri dari 2 atau 3 baris, kepala sedangkanBorneo dan Semenanjung Malaya mempu- sari hampir duduk. Perbungaan betina berupa tandan nyai 3 jenis yaitu P. griffithianum, P. macrocarpum pendek dan renggang, di ketiak ranting, soliter. Bunga dan P. zoanthogyne. Di , Maluku, Kepulauan betina bertangkai pendek, di ketiak daun gagang yang Sunda Kecil dan New Guinea tercatat hanya 1 jenis kecil; kelopak seperti mangkuk, pendek, berkatup 2; yaitu/! amboinicum (Gambar 1). ovarium berbentuk silinder - lonjong, pendek; kepala putik mendatar - melengkung, bebas - menyatu. Buah Bila dikaitkan dengan pembagian daerah di batu, membulat, melonceng atau mengavokad. Biji kawasan Malesia, ternyata menunjukkan bahwa di soliter - banyak, bentuk membulat, membulat telur kawasan Malesia bagian barat (Semenanjung Malaya, atau seperti ginjal (Djarwaningsih, 2001). Sumatra, Borneo danPalawan) memiliki jumlah jenis lebih besar yaitu P. griffithianum, P. macrocarpum, Persebaran P. zoanthogyne dan P. yatesianum. Di Malesia bagian Berdasarkan penelusuran pustaka khususnya tengah (Filipina kecuali Palawan, Sulawesi dan dari penelitian tentang Pimelodendron di Malesia Kepulauan Maluku) dan timur (New Guinea) serta (Djarwaningsih, 2001), di kawasan ini terdapat 5 Kepulauan Solomon hanya ditemukan 1 jenis yaitu jenis Pimelodendron. Pada umumnya persebaran P. amboinicum.

* : P. amboinicum 0 : P. griffithianum & : P. macrocarpum * : P. zoanthogyne * : P. yatesianum

y»*-^ Gambar 1. Persebaran Pimelodendron spp. di Malesia

511 Djarwaningsih - Persebaran Pimelodendron (Euphorbiaceae) di Malesia

Dari hasil pengamatan tersebut, terlihatbahwa ditemukan di hutan primer, hutan dataran rendah jenis-jenis Pimelodendron memang sesuai dengan , hutan payau yang terganggu, pada pembagian kawasan Malesia yang sebelum abad es tanah liat, tanah liat berpasir dan berbatu-batu pada mencair, ketiga kawasan tersebut bersatu yang ketinggian 30 - 200 m. Jenis ini umumnya merupakan daratan Sunda. mempunyai toleransi tinggi terhadap naungan sehingga pemencarannya tidak begitu jauh;

1000 sedangkan Pimelodendron sp. nov. (yatesianum) a diduga endemik karena hanya ditemukan di daerah 900 b pantai Sumatra. (Gambar 2). 800 _ 700 PEMBAHASAN ° 600 E Terjadinya variasi jumlah jenis yang berbeda- c beda dari setiap pulau di kawasan Malesia mungkin sp 400 disebabkan karena hanya jenis-jenis tersebut yang 2 300 mempunyai kemampuan untuk ber-kembang di pulau- pulau tersebut. Untuk pulau-pulau yang masing- 200 d masing mempunyai jumlah jenis tertinggi (Sumatrea: 100 4 jenis) serta 3 jenis untuk Borneo dan Semenanjung 0 e Malaya, menunjukkan bahwa jenis-jenis di pulau Jenis tersebut telah terkoleksi dengan baik atau memang Gambar 2. Persebaran Pimelodendron menurut ke- j enis-j enis itulah yang mempunyai kemampuan untuk tinggian tempat: berkembang dengan baik. Diduga pulau-pulau a. P. amboinicum; b. P. griffithianum; c. P. macrocarpum; d. P. zoanthogyne; e. P. yatesianum tersebut merupakan pusat asal keanekaragaman jenis- jenis Pimelodendron di Malesia bila dilihat dari tingginya jumlah jenis-jenis liar yang ditemukan. Ekologi Kenyataan ini sesuai dengan pendapat Johns (1995) Data ekologi menunjukkan bahwa P. yang menyatakan bahwa di kawasan Malesia ada dua amboinicum ditemukan lebih umum dan tersebar pusat utama keaneka-ragaman tumbuhan yaitu New secara luas di hutan hujan baik di hutan primer Guinea dan Borneo. maupun sekunder. Hidup pada tanah liat, tanah Jenis-jenis yang ditemukan di kawasan berpasir atau tanah berbaru, di sepanjang aliran Malesia bagian barat (P. griffithianum, P. sungai, juga di hutan-hutan payau atau tepi mangrove; macrocarpum, P. zoanthogyne dan P. yatesianum) kadang-kadang ditemukan pada karang batu kapur ternyata tidak ditemukan di Malesia bagian tengah atau dalam kantung-kantung hutan di savana tepi maupun timur; hal ini mungkin karena agen pantai, dari ketinggian 0 - 1000 m. Menurut Smith pemencarnya berupa jenis-jenis burung yang (1924) P. papuanum sinonim dengan P. amboinicum. mempunyai karakter paruh yang sangat spesifik dan P. griffithianum ditemukan di hutan primer yang sudah berbeda bila dibandingkan dengan jenis-jenis burung terganggu, hutan sekunder, hutan basah dan di kawasan Malesia bagian tengah maupun timur, didapatkan hidup pada tanah-tanah liat, tanah berpasir dimana ke dua kawasan barat dan tengah dan timur agak payau, sepanjang aliran air, lereng-lereng bukit, dipisahkan oleh adanya garis Wallace. pada ketinggian 0 - 900 m. Menurut Shaw (1975), P Jenis-jenis yang terdapat di kawasan Malesia borneense, P. acuminatum dan P. papaveroides ber- bagian tengah (Filipina kecuali Palawan, Sulawesi dan sinonim dengan P. griffithianum. P. macrocarpum Kepulauan Maluku) dan timur (New Guinea) adalah ditemukan di hutan pada daerah perbukitan rendah P. amboinicum; hal ini diduga berkaitan dengan pada ketinggian 5 - 550 m. Sedangkan/! zoanthogyne sejarah geologinya, dimana Sulawesi merupakan

512 Berita Biologi, Volume 6, Nomor 3, Desember 2002

patahan daratan Gondwana bagian barat pada oleh manusia karena ukuran buahnya yang sangat besar pertengahan Miosen. Patahan ini yang semula sehingga menarik perhatian burung-burung tersebut. menggabungkan Australia, New Guinea dan Untuk jenis yang diduga endemik ini (P. Sulawesi, sehingga di pulau-pulau tersebut ditemukan yatesianum), maka perlu adanya usaha konservasi jenis yang sama. yang lebih serius untuk melestarikannya. Persebaran jenis-jenis Pimelodendron diduga Adapun dengan tidak diketemukannya jenis- melalui perantara atau agen penyebar baik hewan jenis Pimelodendron di Jawa yang menurut van maupun manusia bila ditinjau dari morfologi buahnya Steenis dimasukkan dalam kawasan Malesia bagian yang mempunyai warna menarik sebagai pemikat selatan, hal ini dapat dij elaskan bahwa pada umumnya hewan dan jenis-jenis yang sudah lama dimanfaatkan jenis-jenis Pimelodendron ini mempunyai habitat asli oleh manusia sebagai penyedap makanan dan obat- di hutan primer dan sekunder sedangkan di Jawa obatan sehingga diduga manusia merupakan agen kondisi hutan yang seperti itu sudah tidak ditemukan penyebarnya yang menyebabkan sampai sekarang lagi ataupun tidak terkoleksinya dengan baik pada telah tersebar luas di daerah tropik sampai di Australia masa Backer menyusun Flora of Java (1963), dimana tropik (Queensland). pada masa itu keadaan hutan masih berkondisi sangat P. amboinicum ditemukan melimpah di Papua baik. Ataupun dapat dij elaskan berdasarkan sejarah New Guinea dan tidak ditemukan di Malesia bagian paleo-geologi yang diarahkan pada kedalaman laut barat. Hal ini mungkin disebabkan karena jenis ini pada periode Plestosen, ternyata dari analisis flora di diduga arah persebarannya lebih ke arah timur Jawa berbeda dengan Sumatera dan Borneo tetapi dimulai dari Maluku yang merupakan tempat asalnya, lebih mendekati dengan flora Burma, Thailand dan atau mungkin juga karena hutan-hutan di kawasan Indo China. Malesia bagian timur ini memang cocok untuk pertumbuhannya. Mungkin juga karena warna KESIMPULAN buahnya yang merah menarik bila sudah masak Persebaran geografis jenis-jenis marga ini di sehingga menarik burung berparuh bengkok yang Malesia meliputi Semenanjung Malaya, Sumatera, hanya ditemukan di sebelah timur garis Wallace Borneo, Sulawesi, Maluku, Kepulauan Sunda Kecil, sebagai agenpemencar utamanya. Dapat juga dilihat New Guinea, Kepulauan Solomon dan Australia dari pemanfaatannya secara tradisional tropik. Dari analisis persebaran jenis-jenis tersebut, yang cukup luas sehingga manusia secara langsung menunjukkan bahwa jumlah jenis tertinggi adalah di atau tidak langsung ikut menyebarkan dan Sumatera (4 jenis: P. griffithianum, P. macrocarpum, membudidayakannya. P. zoanthogyne dan P. yatesianum); Semenanjung Persebaran P. griffithianum cukup luas, mulai Malaya dan Borneo mempunyai 3 jenis (P. dari Semenanjung Malaya, Sumatera dan Borneo. Hal griffihianum, P. macrocarpum dan P. zoanthogyne); ini mungkin karena sebab yang sama seperti di atas, sementara Sulawesi, Maluku, Kepulauan Sunda Kecil, yaitu karena warna buahnya yang berwarna laming New Guinea, Kepulauan Solomon dan Australia menarik bila sudah masak sehingga menarik burung tropik hanya diwakili 1 jenis (P. amboinicum). Data sebagai agen pemencar utamanya, ataupun cara persebaran geografis tersebut menunjukkan bahwa manusia yang memanfaatkannya sebagai obat Malesia diduga sebagai pusat persebaran jenis-jenis tradisional dan yang mengkonsumsi buahnya sebagai Pimelodendron, karena tingginya jumlah jenis-jenis penyedap makanan dan makanan ringan, sehingga liar yang ditemukan di kawasan ini terutama di ikut menyebarkan dan membudidayakannya. Sumatera, Semenanjung Malaya dan Borneo. Walaupun jenis P. macrocarpum ini telah dimanfaatkan kayunya, akan tetapi persebarannya DAFTARPUSTAKA diduga lebih cenderung kepada adanya burung Airy Shaw HK. 1975. The Euphorbiaceae of Borneo. Kew pemencar yang ada di Malesia bagian barat daripada Bulletin Additional Series IV, 186 -187. Royal Botanic

513 Djarwaningsih - Persebaran Pimelodendron (Euphorbiaceae) di Malesia

Gardens, Kew, London: Her Majesty's Stationery Amsterdam. Verslagen en Mededeelingen Koninklijke Office. Akademie van Wetenschappen, Amsterdam 4, 140. Backer CA and Bakhuizen van den Brink Jr. 1963. Heyne K. 1927. De Nuttige Planten van Indonesie 1,960. Flora of Java I, II and III. Noordhoff, Groningen. N.V. Uitgeverijw van Hoeve-'s-Gravenhage/ BodegomS, PelserPBand KesIerPJA. 1999. Seedlings Bandung. of Secondary Forest Species of East Kalimantan, Johns RJ. 1995. Malesia-An Introduction. Curtis's Indonesia. MOFEC-Tropenbos-Kalimantan Project. Botanical Magazine 12(2), 52-62. Burkill IH. 1935. A Dictionary of the Economic Products Perry LM and Judith M. 1980. Medicinal of East of the Malay Peninsula!, 1727. Goverments of the and . Attributed Properties and Uses. Straits Settlements and Federated Malay States. The MIT Press. London, England, p 151. Crown Agents for the Colonies Millbank. London. Smith JJ. 1924. Bulletin du Jardin Botanique Serie 3,100 Djarwaningsih T. 2001. Revision of Pimelodendron -107. Archipel Drukkerij - Buitenzorg. Hassk. (Euphorbiaceae) in Malesia. MSi Thesis. Webster GL. 1994. Systematics of the Euphorbiaceae. Annals Bogor Agricultural University. Bogor. of the Missouri BotanicalGarden 81 (1), 1-144. Good R. 1952. The Geography of the Flowering . Whitmore TC.1997. The Phytogeography of Malesian Longmans, Green and Co. London, New York, Euphorbiaceae. Plant Diversity in Malesia III. Toronto. Proceedings of the Third International Flora Hasskarl JK. 1855. Brief van den Heer Hasskarl aan den MalesianaSymposium,London 1995. JDransfield, Secretaris der Natuurkundige Afdeeling van de MJE Coode and DA Simpson (Editors). Royal Koninklijke Akademie van Wetenschappen te Botanic Gardens, Kew. pp 389 - 404.

514