Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 283 - 297

Dampak Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Iklim Investasi Bidang Usaha Perkebunan di Provinsi

Hasnati, Yalid*, Rezmia Febrina Fakultas Hukum Lancang Kuning Jalan Yos Sudarso Km 8, Rumbai, Kota ,

Abstrak Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan dampak kebijakan RTRW terhadap iklim investasi bidang usaha perkebunan di Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum sosiologis dengan pendekatan empiris. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan bahwa fenomena fundamental yang mempengaruhi iklim investasi di Provinsi Riau. Belum selesainya RTRW berdampak besar terhadap investasi karena setiap investasi membutuhkan lahan/lahan. Sampai saat ini, Perda RTRW Provinsi Riau belum terbentuk, karena masih ada status resolusi masalah hutan di Kementerian Kehutanan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 2001 sudah memulai melakukan revisi terhadap Perda Nomor 10 Tahun 1994 tersebut. Tetapi, sampai dilakukannya penelitian ini Perda RTRW Provinsi Riau belum ditetapkan, karena memang masih ada penyelesaian masalah status kawasan hutan di Kementerian Kehutanan. Tentunya, Pemerintah Daerah Provinsi Riau termasuk daerah kabupaten/kota di Riau tidak berani mengambil risiko hukum menerbitkan izin baru untuk investasi perkebunan. Upaya yang dilakukan di tengah ketidakpastian kebijakan RTRW terhadap investasi bidang usaha perkebunan di Provinsi Riau dapat dikatakan hanya menunggu pengesahan Perda RTRW Provinsi Riau. ______Kata Kunci: RTRW, Investasi, Perkebunan

Abstract The purpose of this study is to explain the impact of RTRW policy on investment climate in the field of plantation business in Riau Province. This research uses sociological law research method with empirical approach. The result of this research can be explained that fundamental phenomenon influencing investment climate in Riau Province. The unfinished RTRW has a major impact on investment because every investment requires land. Until now, Riau Province RTRW regulation has not been established yet, because there is still the status of forest problem resolution in the Ministry of Forestry. This research concludes that the Government of Riau Province in 2001 has started to revise the Regulation No. 10 of 1994. However, until this research, Riau Province RTRW regulation has not been established yet, because there is still a solution to the status of forest area in the Ministry of Forestry. Of course, the Riau Provincial Government, including the districts / municipalities in Riau, dare not take legal risks issuing new licenses for plantation investment. Efforts made in the middle of the policy discretion RTRW investment in the field of plantation business in Riau Province can be said just waiting for ratification of RTRW Perda Riau Province. ______Keywords: RTRW, Investment, Plantation

* Penulis Korespondensi E-mail: [email protected]

283 Dampak Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Iklim .....(Hasnati, Yalid, Rezmia Febrina)

Pendahuluan pengetahuan dan sumber daya manusia,3 Kewajiban negara dalam mendorong memperluas lapangan kerja, mengembangkan optimalisasi kegiatan investasi merupakan industri substitusi impor untuk menghemat konsekuensi logis dari negara Indonesia yang devisa, mendorong ekspor non migas untuk bercorak negara hukum kesejahteraan. Negara menghasilkan devisa, alih teknologi, hukum kesejahteraan pada dasarnya lazim membangun prasarana, dan mengembangkan disebut dengan negara hukum materil atau daerah tertinggal.4 Oleh karena itu, banyak negara kesejahteraan (welfare state) negara tidak terkecuali Indonesia menjadikan merupakan negara dengan seperangkat kegiatan investasi sebagai bagian dari pemerintahannya tidak saja bertanggung jawab penyelenggaraan perekonomian nasionalnya. terhadap pemeliharaan ketertiban dan Untuk mengundang minat investor ketentraman rakyatnya, tetapi juga bertanggung berinvestasi, bukanlah hal yang mudah. Perlu jawab terhadap kesejahteraan ekonomi dilakukan upaya serius, sistematik, terintegrasi rakyatnya.1 dan konsisten untuk menanamkan kepercayaan Indonesia sampai saat ini menempatkan pada investor agar berinvestasi di wilayah host investasi sebagai sumber pembiayaan country. Harus diingat bahwa pertimbangan pembangunan dan mendorong pertumbuhan investor sebelum menanamkan modal selalu ekonomi yang tidak mampu dikelola negara dilandasi motivasi ekonomi untuk menghasilkan karena alasan keterbasan, seperti tidak keuntungan dari modal dan seluruh sumber mempunyai dana, sumber daya manusia, daya yang dipergunakannya. Oleh karena itu, teknologi dan lain sebagainya. investor selalu melakukan kajian awal Menurut Mahmul Siregar “dari pada (feasibility study) terhadap aspek ekonomi, berutang maka peran investasi sebagai politik dan aspek hukum sebelum mengambil alternatif terbaik sumber pembiayaan keputusan untuk berinvestasi. Terkait hal ini, pembangunan. Selain itu, investasi sebagai alat setidak-tidaknya calon investor akan mem- untuk mengintegrasikan ekonomi suatu negara pertimbangkan aspek economic opportunity, ke dalam ekonomi global”.2 Investasi dapat political stability dan legal certainty.5 Ketiga menghasilkan multiplayer effect terhadap aspek inilah yang menjadi syarat mutlak pada pembangunan ekonomi nasional, karena host country agar menarik bagi calon investor. kegiatan investasi tidak saja mentransfer modal Pertimbangan utama suatu negara dan barang, tetapi juga mentransfer ilmu mengoptimalkan peran investasi baik dalam

1Duhita Driyah Suprapti, Politik Hukum Investasi di Era Otonomi Daerah, Jurnal Pandecta, Volume 4 , Nomor 2, Tahun 2010, hlm. 7. 2Dellisa A. Ridgway dan Mariya A. Thalib, Globalization and Development : Free Trade, Foreign Aid, Investment and The Rule of Law, California Western International Law Journal, Volume 33, Spring 2003, hlm. 335. 3Hans-Rimbert Hemmer, et.all., Negara Berkembang dalam Proses Globalisasi Untung atau Buntung? (Jakarta: Konrad Adenauer Stifftung, 2002), hlm. 11. 4Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 19. 5Pancras J. Nagy dalam Mahmul Siregar, Kepastian Hukum dalam Transaksi Bisnis Internasional dan Implikasinya Terhadap Kegiatan Investasi di Indonesia, (: Program Studi Ilmu Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2010), hlm. 2.

284 Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 283 - 297 negeri maupun asing adalah untuk merubah Terkait masalah kepastian hukum Mc. potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil Cawley juga menggambarkan kepastian hukum dalam rangka meningkatkan pertumbuhan investasi di Indonesia. Dalam tulisannya ia ekonomi (economic growth). Cukup banyak mengemukakan “tiap regulasi, sepertinya analisis dan publikasi tentang kondisi iklim menimbulkan regulasi uraian yang lain, investasi di Indonesia yang khawatir tentang sehingga pada akhirnya para pejabat rendah di kondusifitas berinvestasi di Indonesia. Djisman kantor-kantor daerah dan pelabuhan merasa S. Simanjuntak, menyoroti gangguan bebas bahkan harus menetapkan hal yang keamanan, amuk penjarahan, ketidakpastian samar-samar dengan mengeluarkan hukum, korupsi dan perselisihan perburuhan regulasinya sendiri. Situasi yang biasanya tidak telah memudarkan daya tarik Indonesia ketika memuaskan ini seringkali dicampuri dengan di negara lain muncul lokasi cerah untuk tendensi pejabat senior untuk menerobos berinvestasi.6 semua pita merah dan kelambatan dengan Todung Mulya Lubis mengemukakan memberikan pembebasan dari peraturan atau selain kurang memadainya infrastruktur dengan membuat keputusan umum sebagai investasi maka hambatan utama berupa undang-undang “yang dikehendaki”. Ketika ini kepastian hukum. Menurutnya pengadilan di terjadi, seringkali tidak jelas apakah mereka Indonesia khususnya Pengadilan Negeri dan mengungkapkan pernyataan mereka sendiri Pengadilan Tinggi sering dengan sengaja atau atau benar-benar menerapkan peraturan tidak mengabaikan isi perjanjian yang berlaku pemerintah”.8 di antara pihak terkait, termasuk dalam Pemerintah Indonesia memahami sejumlah transaksi sudah dilaksanakan. Sikap kelemahan dari iklim investasi tersebut dan telah lembaga peradilan yang kurang menghargai melakukan upaya-upaya ke arah perbaikan. keabsahan kontrak kerja sama itu, memberi Upaya yang cukup fundamental, yakni dengan sinyal negatif atas komitmen Indonesia dalam mengeluarkan Undang-Undang Nomor 25 melaksanakan reformasi hukum dan Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, penegakan keadilan. Sejumlah kasus, termasuk menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun Manulife, Prudential, PT Danareksa Jakarta, PT 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Tripolyta, dan Asia Pulp & Paper serta anak Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang perusahaannya di Indonesia menggambarkan Penanaman Modal Dalam Negeri karena ketidakpedulian lembaga pengadilan terhadap dipandang tidak sesuai kebutuhan percepatan legitimasi transaksi komersial yang dibuat perkembangan perekonomian dan pem- berdasar perjanjian internasional. Kondisi ini bangunan hukum nasional khususnya di bidang menimbulkan dampak besar terhadap tingkat penanaman modal. Pasal 3 Undang-Undang risiko Indonesia di pasar modal internasional Nomor 25 Tahun 2007 mencantumkan asas dan atas arus modal langsung.7 kepastian hukum pada urutan pertama dari 10

6Djisman S. Simanjuntak, Ekonomi Pasar Sosial Terbuka Indonesia : Landasan Stabilitas dalam Ekonomi Global yang Berubah Dramatik, Makalah dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni dan Fakultas Ekonomi Unpar, Bandung, 2004, hlm. 2. 7Todung Mulya Lubis dalam dalam Mahmul Siregar, Kepastian Hukum…Loc.Cit. 8Mc. Cawley dalam Mahmul Siregar, Kepastian Hukum…Op.Cit., hlm. 3.

285 Dampak Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Iklim .....(Hasnati, Yalid, Rezmia Febrina) asas penyelenggaraan penanaman modal di rakyat di daerah melalui kebijakan-kebijakan Indonesia. yang mendukung kegiatan investasi. Hadirnya Undang-Undang Nomor 25 Dalam skala daerah, seperti Provinsi Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Riau layak menjadi fokus kajian penelitian, merupakan langkah maju dan signifikan dari karena daerah ini dipandang luar biasa dalam aspek hukum untuk menarik minat investor. memantapkan iklim investasi, bahkan Riau Meskipun demikian kehadiran Undang-Undang pada tahun Februari 2012 yang lalu menerima Nomor 25 Tahun 2007 tersebut tidak serta penghargaan Regional Champions dari Badan menjadikan seluruh permasalahan hukum Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). bidang penanaman modal di Indonesia menjadi Penghargaan tersebut diberikan karena terselesaikan. Kegiatan penanaman modal Provinsi Riau dinilai dan termasuk salah satu bersifat kompleks, karena tidak hanya terkait provinsi paling siap untuk investasi. Dari 33 satu undang-undang saja. Hukum penanaman provinsi, BKPM memilih 7 provinsi yang modal tidak hanya terkait dengan Undang- dianggap paling siap untuk investasi, selain Undang Nomor 25 Tahun 2007 dan peraturan Riau, ada Sumsel, Jawa Barat, Jawa Timur, pelaksananya, tetapi akan terkait dengan bidang Kalimantan Timur, NTB dan Papua. hukum lain, seperti hukum perpajakan, hukum Provinsi Riau dianggap paling siap ketenagakerjaan, hukum pertanahan, hukum menerima investasi, mengingat potensi yang tata ruang wilayah, hukum perdagangan dan luar biasa di daerah ini, selain urusan birokrasi bidang hukum lain terkait transaksi bisnis baik terkait investasi yang tidak lagi rumit juga berdimensi nasional maupun internasional. industri hulu sudah luar biasa. Hanya saja Kepastian hukum dalam penanaman tinggal bagaimana mengembangkan industri modal harus meliputi seluruh substansi hukum hilirnya, sehingga bisa memberikan value yang terkoneksi dengan penanaman modal added.9 termasuk struktur dan kultur hukumnya. Dengan Kesiapan Riau dalam investasi tidak demikian, kepastian hukum tidak saja meliputi hanya cukup mengandalkan potensi yang luar kepastian substansi hukum, tetapi juga biasa dan birokrasi yang tidak lagi rumit saja, penerapannya dalam struktur hukum, seperti tetapi dari segi hukum investasi tidak ada yang putusan badan peradilan dan kultur bermasalah dari aspek sinkronisasi atau dimasyarakatnya. harmonisasinya yang berdampak pada Untuk menciptakan substansi hukum ketidakpastian hukum. Fenomena mendasar yang berkaitan dengan penanaman modal yang berpengaruh terhadap kepastian hukum dalam skala daerah, seperti peraturan daerah investasi di Provinsi Riau karena belum (perda) diharapkan sinkron dan harmonis selesainya rencana tata ruang wilayah dengan hukum nasional. Selain itu, hukum (RTRW). Belum selesainya RTRW tersebut investasi skala daerah seharusnya diarahkan besar sekali pengaruhnya, karena hampir untuk mengkondisikan perbaikan ekonomi semua bidang usaha akan terkena imbasnya.

9nilai tambah kepada ekonomi masyarakat, (http://www.pekanbaruexpress.com/metropolis/81-provinsi/ 1010-gubri-terima-qregional-championsq-dari-bkpm, terakhir kali diakses 11 September 2016.

286 Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 283 - 297

Tidak dapat dipungkiri setiap investasi Bakul Bengkalis. Semuanya batal, padahal membutuh lahan/tanah untuk kegiatan kalau dihitung jumlahnya mencapai puluhan usahanya. Apalagi investasi perkebunan di Riau triliun.10 dalam penyusunan tata ruang kerap tumpang Sebagaimana telah disingggung kegiatan tindih dengan penguasaan lahan yang dikelola penanaman modal bersifat sangat kompleks, masyarakat dan perusahaan. Hal ini karena akan terkait dengan bidang hukum lain berpengaruh terhadap lambatnya proses seperti perpajakan, ketenagakerjaan, per- mengurus izin dan pengukuran ulang lahan tanahan, tata ruang wilayah, perdagangan, dan perusahaan dengan sendiri mengakibatkan hukum transaksi bisnis baik berdimensi pelambatan pengembangan sektor per- nasional maupun internasional. Bila diteliti kebunan. secara keseluruhan tentu terlalu luas. Meskipun Penyelesaian RTRW juga dapat kompleks, Penulis perlu memetakan secara menyelesaikan konflik lahan yang kerap terjadi bertahap untuk melakukan inventarisasi dan antara perusahaan dengan masyarakat analisis peraturan dalam bidang investasi di setempat di Riau. Tidak hanya untuk sektor Provinsi Riau yang hasilnya diharapkan dapat perkebunan, penyelesaian RTRW juga diyakini menjelaskan konsistensinya. Sejalan dengan dapat mempercepat pengembangan maksud tersebut dalam penelitian ini penulis infrastruktur di Riau. Selama ini, pembangunan fokus meneliti tentang dampak kebijakan Provinsi Riau terkesan stagnan, karena RTRW terhadap iklim investasi bidang usaha kekhawatiran pemangku kepentingan perkebunan di Provinsi Riau”. melanggar tata ruang. Penelitian tentang dampak kebijakan Hamsani Rahman selaku Kepala Bidang tersebut belum pernah disentuh sebelumnya Fasilitasi dan Kerjasama pada Badan oleh penulis lain. Beberapa terdahulu Koordinasi Penanaman Modal dan Promosi diantaranya Annisha meneliti tentang dampak Daerah (BKPMPD) Provinsi Riau menge- kebijakan pelayanan perizinan terpadu dan mukakan banyak perusahaan dari berbagai penanaman modal terhadap daya tarik investasi negara membatalkan investasinya di Riau. asing di Provinsi Riau tahun 2013-2016.11 Eko Kepastian hukum harus dibayar mahal dengan N Setiawan dkk, meneliti tentang konflik tata hilangnya investasi yang jumlahnya puluhan ruang kehutanan dengan tata ruang wilayah triliun. Menurut Hamsani, kejadian terbaru (studi kasus penggunaan kawasan hutan tidak batalnya investasi perusahaan KAO asal jepang prosedural untuk perkebunan sawit Provinsi yang akan menanamkan modalnya di Dumai. Kalimantan Tengah).12 Sudirman dkk, meneliti Selain itu, ada juga perusahaan maritim Korea tentang mekanisme penyusunan kebijakan yang berencana membangun investasi di Buruk daerah di bidang kehutanan proses, imple-

10http://riausky.com/news/detail/6706/gara-gara-rtrw,-perusahan-jepang-dan-korea-tak-jadi-berinvestasi- di-riau.html, terakhir kali diakses 11 September 2016. 11Annisha meneliti tentang, Dampak Kebijakan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Terhadap Daya Tarik Investasi Asing di Provinsi Riau Tahun 2013-2016, Jurnal JOM FISIP, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2017, hlm. 1 12Eko N Setiawan dkk, Konflik Tata Ruang Kehutanan Dengan Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus Penggunaan Kawasan Hutan Tidak Prosedural Untuk Perkebunan Sawit Provinsi Kalimantan Tengah), Jurnal Bhumi, Volume 3, Nomor 1, Mei 2017, hlm. 51.

287 Dampak Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Iklim .....(Hasnati, Yalid, Rezmia Febrina) mentasi dan dampak desentralisasi pada sektor dijadikan pengembangan ilmu pengetahuan kehutanan di Tanjung Jabung Barat, Jambi.13 khususnya hukum bisnis yang akan ber- Handoyo meneliti tentang resolusi konflik di manfaat bagi masyarakat, dunia usaha, dan/ Taman Nasional Tesso Nilo Riau, Indonesia: atau industri. tinjauan relasi pemangku kepentingan (conflicts resolution in Tesso Nilo National Park Riau, Metode Penelitian Indonesia: (study of stakeholder relation- 1. Jenis penelitian ships).14 Irsyadi Siradjuddin meneliti tentang Jenis penelitian ini adalah penelitian dampak perkebunan kelapa sawit terhadap hukum sosiologis, pendekatannya empiris perekonomian wilayah di Kabupaten Rokan dengan cara menelaah perumusan masalah Hulu.15 yang hendak diteliti sekaligus menjelaskan dan Bila ditelaah penelitian terdahulu tersebut menganalisis dampak kebijakan RTRW jelas tidak ada kaitannya dengan dampak terhadap iklim investasi bidang usaha kebijakan RTRW terhadap iklim investasi perkebunan di Provinsi Riau. bidang usaha perkebunan di Provinsi Riau. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan sesuatu 2. Lokasi penelitian yang baru atau berbeda dengan penelitian Penelitian ini dikaitkan dengan kepastian terdahulu (novelty). Dengan demikian, investasi bidang usaha perkebunan di Provinsi penelitian ini penting dilaksanakan karena akan Riau. Penentuan lokasi ini terkait fenomena memberikan konstribusi yang berarti bagi ilmu mendasar yang mempengaruhi kepastian pengetahuan. Adapun permasalahan yang hukum investasi di Provinsi Riau, yaitu belum dibahas dalam penelitian ini, yaitu Pertama, selesainya RTRW. Pengaruh belum selesai- bagaimana dampak kebijakan RTRW di Riau nya RTRW berimbas terhadap investasi. terhadap iklim investasi bidang usaha Karena investasi jelas membutuh lahan/tanah, perkebunan? Kedua, bagaimana upaya yang misalnya investasi perkebunan di Riau. dilakukan di tengah ketidakpastian kebijakan Penyusunan tata ruang perkebunan kerap RTRW terhadap investasi bidang usaha tumpang tindih dengan penguasaan lahan yang perkebunan di Provinsi Riau? Hasil yang dikelola masyarakat dan perusahaan. Hal ini diharapkan dari penelitian ini, yaitu menjelaskan berpengaruh terhadap lambatnya proses dampak kebijakan RTRW terhadap iklim mengurus izin dan pengukuran ulang lahan investasi bidang usaha perkebunan di Provinsi perusahaan mengakibatkan pelambatan Riau. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat pengembangan sektor perkebunan.

13Sudirman dkk, Mekanisme Penyusunan Kebijakan Daerah di Bidang Kehutanan Proses, Implementasi Dan Dampak Desentralisasi Pada Sektor Kehutanan di Tanjung Jabung Barat, Jambi, (Bogor: Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Otonomi Daerah (PSHK-ODA) bekerjasama dengan Center for International Forestry Research (CIFOR), 2005), hlm. 51. 14Handoyo, Resolusi Konflik di Taman Nasional Tesso Nilo Riau, Indonesia: Tinjauan Relasi Pemangku Kepentingan (Conflicts Resolution in Tesso Nilo National Park Riau, Indonesia: Study of Stakeholder Relationships), Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, Volume 12, Nomor 2, Agustus 2015, hlm. 89. 15Irsyadi Siradjuddin, Dampak Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu, Jurnal Agroteknologi, Volume 5, Nomor 2, Februari 2015, hlm. 7.

288 Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 283 - 297

3. Populasi dan sampel 4. Analisis data a. Populasi Data atau informasi yang diperoleh Populasi yang terkait dengan penelitian melalui teknik wawancara dikumpulkan dan ini adalah Kepala Dinas Perkebunan disajikan dalam bentuk uraian kalimat Provinsi Riau, dan Kepala Badan (deskriptif), kemudian dianalisis secara Penanaman Modal dan Promosi kualitatif, menghubungkannya dengan peraturan Daerah Provinsi Riau, Ketua perundang-undangan, konsep, teori, Himpunan Tani dan Nelayan Provinsi pandangan para ahli serta data lainnya yang Riau dan satu orang pelaku usaha relevan disajikan secara deskritif. Dari perkebunan di Provinsi Riau. pembahasan tersebut penulis menarik b. Sampel kesimpulan dengan “metode induktif”, yakni Jumlah dari populasi di atas tidak mengambil kesimpulan dari pernyataan yang banyak masing-masing hanya bersifat khusus untuk ditarik kesimpulan secara berjumlah 1 (satu) orang maka secara umum. sensus seluruhnya ditetapkan menjadi sampel. Pembahasan Dampak Kebijakan RTRW di Riau Terhadap 4. Sumber data Iklim Investasi Bidang Usaha Perkebunan a. Data primer Investasi saat ini merupakan peran yang Merupakan data yang diperoleh dan strategis untuk mendukung pembangunan dikumpulkan secara langsung dari yang tidak mampu dilaksanakan dan dikelola sampel yang diteliti. Data tersebut oleh negara karena keterbatasan dana. digolongkan ke dalam data primer. Langkah serius mendorong masuknya b. Data sekunder investasi telah dilakukan oleh pemerintah Data sekunder, yaitu data yang dengan mengun-dangkan Undang-Undang diperoleh melalui kepustakaan yang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman bersifat mendukung data primer. Modal. Khusus daerah Provinsi Riau pada tahun 5. Teknik pengumpulan data 2015 realisasi investasi telah memberikan a. Wawancara konstribusi cukup besar dan menempatkan Wawancara dilakukan secara Riau pada peringkat 10 berdasarkan laporan terstruktur, yaitu proses tanya jawab kegiatan penanaman modal secara nasional antara penulis dengan sampel dengan jumlah Rp 18.110.42 milyar. Pada tahun mengikuti daftar pertanyaan yang telah 2016 khusus untuk triwulan III realisasi investasi dipersiapkan. Wawancara ini ditujukan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)/ terhadap seluruh sampel. Penanaman Modal Asing (PMA) sejumlah Rp b. Kajian kepustakaan 5,70 triliun, terdiri dari realisasi investasi PMDN Metode pengumpulan data ini dilakukan sebesar Rp 1,88 triliun dan realisasi PMA melalui peran aktif penulis untuk sebesar US$ 282,75 juta atau setara dengan membaca literatur-literatur kepusta- Rp 3,82 triliun, menempati peringkat 9 kaan yang memiliki korelasi dengan (sembilan) nasional untuk PMDN dan peringkat permasalahan yang diteliti. 10 (sepuluh) nasional untuk PMA.

289 Dampak Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Iklim .....(Hasnati, Yalid, Rezmia Febrina)

Kemudian capaian realisasi investasi crude palm oil (CPO), industri minyak kasar dari Provinsi Riau PMDN/PMA dari Januari sampai nabati (PKS), industri kertas (pulp & papers), dengan September tahun 2016 sebesar Rp tanaman pangan dan perkebunan, real estate/ 16,16 triliun, terdiri dari realisasi PMDN sebesar property dan perhotelan. Sementara Rp 5,92 triliun dan realisasi PMA US$ 745,15 berdasarkan lokasi kabupaten/kota kontributor juta atau senilai Rp 10,24 triliun. Pencapaian utama dalam realisasi investasi sebagai berikut. realisasi investasi PMA/PMDN ini telah Kota Dumai sebesar Rp 2,63 triliun, Kabupaten melampaui target yang ditetapkan Rencana Siak sebesar Rp 1,07 triliun, Kabupaten Pembangunan Jang Menengah Daerah Pelalawan sebesar Rp 907 milyar, diikuti Kota (RPJMD) Provinsi Riau sebesar Rp 12,7 triliun Pekanbaru dengan realisasi sebesar Rp 388 dan telah mencapai 88% dari target yang milyar dan Kabupaten Indragiri Hulu sebesar Rp ditetapkan BKPM di Provinsi Riau sebesar Rp 377 milyar. 18,5 triliun. Adapun realisasi dalam 2 (dua) tahun Dari triwulan III tahun 2016 bidang usaha terakhir PMDN dan PMA menurut sektor di kontributor realisasi investasi PMDN/PMA Provinsi Riau dari tahun 2014-2015 dapat dilihat masih didominasi oleh industri pengolahan pada tabel berikut:

Realisasi Dalam 2 (Dua) Tahun Terakhir PMDN dan PMA Menurut Sektor di Provinsi Riau Dari Tahun 2014-2015

Tahun 2014 Tahun 2015 Sektor PMDN PMA PMDN PMA (Milyar Rp) (Milyar Rp) (Milyar Rp) (Milyar Rp) Tanaman Pangan - - - - Perkebunan 1.217.82 121.62 566.45 35.18 Peternakan - - - 0.008 Perikanan - - - - Kehutanan - - - - Pertambangan - 4.77 5.30 2.15 Industri Makanan 652.08 479.79 1.484.64 152.13 Industri Konveksi - - - - Industri Kayu - 1.42 - - Industri Kertas 2.344,77 492.06 480.69 159.35 Industri Farmasi - - - - Industri Kimia 777.59 222.85 1.966.64 213.32 Industri Mineral Logam - - 305.44 - Indusrti Logam Dasar 38.70 - 3.03 0.84 Industri Barang Logam 23.59 - 0.002 - Industri Lainnya 7.95 4.99 5.06 0.001 Listrik, Air dan Gas 2.537.05 0.46 662.43 16.51 Bangunan/Konstruksi - 19.14 264.84 0.18 Perdagangan - 2.60 114.50 1.94 Hotel dan Restoran 105.79 4.46 361.23 0.04 Pengangkutan - - 1.015.00 66.07 Perumahan Kawasan - - 2.341.24 5.67 Industri Perkantoran - - - - Jasa Lainnya 2.21 15.42 366.54 -

290 Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 283 - 297

Dari realisasi dalam 2 (dua) tahun terakhir Rp 35.18 milyar (PMA). Dari realisasi tersebut PMDN dan PMA menurut sektor di Provinsi Riau telah memberikan konstribusi yang signifikan bagi dari tahun 2014-2015 bidang perkebunan pendapatan Provinsi Riau berdasarkan harga investasinya di Riau cukup besar pada tahun berlaku pada tahun 2012 sampai dengan 2015 2015 mencapai Rp 566.45 milyar (PMDN) dan dalam hitungan (jutaan rupiah) sebagai berikut.

Pendapatan Provinsi Riau Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun 2012 Sampai dengan 2015 Sektor Perkebunan

2012 2013 2014 2015 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

65.407.440.90 70.664.664.20 82.437.187.00 85.992.769.40

Memperhatikan data di atas maka jelaslah 1. Peraturan Kepala Badan Koordinasi sektor usaha perkebunan menjadi salah satu Penanaman Modal (PERKA BKPM) yang dapat memberikan kontribusi bagi Nomor 14 Tahun 2015 tentang pendapatan dan masih terbuka peluang untuk Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip lebih ditingkatkan. Berkaitan sektor usaha Penanaman Modal. perkebunan merupakan salah investasi yang 2. Peraturan Kepala Badan Koordinasi memberikan prospek bagi pendapatan maka Penanaman Modal (PERKA BKPM) mesti didukung dengan dasar hukum yang Nomor 15 Tahun 2015 tentang mendukung perizinan, memberikan kepastian Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan hukum dan tidak tumpang tindih. Nonperizinan Penanaman Modal. Dasar hukum yang melandasi 3. Peraturan Kepala Badan Koordinasi penanaman modal secara umum, yaitu Penanaman Modal (PERKA BKPM) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penanaman Modal. Undang-undang ini tidak Pedoman dan Tata Cara Pelayanan secara khusus dikaitkan dengan bidang usaha Fasilitas Penanaman Modal. tertentu. Dasar hukum investasi bidang usaha 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi perkebunan dapat dikategorikan peraturan yang Penanaman Modal (PERKA BKPM) dibuat oleh Badan Koordinasi Penanaman Nomor 17 Tahun 2015 tentang Modal (BKPM) terkait dengan aspek perizinan, Pedoman dan Tata Cara Pengendalian fasilitas, dan pengendalian investasi. Kemudian Pelaksanaan Penanaman Modal. dasar hukum yang terkait langsung dengan bidang usaha perkebunan itu sendiri. Dasar hukum yang terkait langsung Adapun dasar hukum Badan Koordinasi dengan bidang usaha perkebunan sebagai Penanaman Modal (BKPM) terkait dengan berikut. aspek perizinan, fasilitas, dan pengendalian 1. Undang Undang Nomor 39 Tahun 2014 investasi sebagai berikut. tentang Perkebunan.

291 Dampak Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Iklim .....(Hasnati, Yalid, Rezmia Febrina)

2. Peraturan Menteri Pertanian Republik Sebagaimana telah disinggung pada Indonesia Nomor 98/PERMENTAN/ pendahuluan, yaitu fenomena mendasar yang OT.140.9/2013 tentang Pedoman mempengaruhi iklim investasi di Provinsi Riau Perizinan Usaha Perkebunan. karena belum selesainya RTRW. Pengaruh Dasar hukum yang terkait langsung belum selesainya RTRW berimbas terhadap dengan bidang usaha perkebunan itu sendiri investasi. Karena investasi jelas membutuh sampai dengan dilaksanakannya penelitian ini lahan/tanah, misalnya investasi perkebunan di tidak ada ditindaklanjuti Pemerintah Provinsi Riau. Penyusunan tata ruang perkebunan kerap Riau dengan membuat peraturan daerah tumpang tindih dengan penguasaan lahan yang (Perda) yang secara khusus melandasi dikelola masyarakat dan perusahaan. Hal ini investasi bidang usaha perkebunan. berpengaruh terhadap lambatnya proses Hasil penelitian Yalid dkk pernah mengurus izin dan pengukuran ulang lahan menyimpulkan bahwa pengaturan investasi perusahaan mengakibatkan pelambatan pada Pemerintah Daerah Provinsi Riau, sejak pengembangan sektor perkebunan. diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 Ketidakjelasan RTRW tersebut dapat Tahun 2007 tentang Penanaman Modal setelah dikatakan sebagai penyebab mendasar ditelusuri sampai dilaksanakannya penelitian ketidakpastian hukum bagi investasi di Riau tidak ada satu perda pun yang dibuat oleh termasuk bidang usaha perkebunan. Sebab Pemerintah Daerah Provinsi Riau yang investasi perkebunan harus menggunakan mengejawantahkan substansi undang-undang ruang atau lahan. Pendapat ini dibenarkan oleh tersebut.16 Sampai saat penelitian tersebut BKPMPD Provinsi Riau dalam wawacara dilakukan Pemerintah Daerah Provinsi Riau penulis dengan Kepala BKPMPD Provinsi Riau hanya membuat kebijakan dalam bentuk Surat yang didisposisikan kepada Kepala Sub Bidang Keputusan Gubernur yang sifatnya adalah untuk (Kasubbid) Evaluasi Pendataan dan mendorong upaya terciptanya iklim investasi, Penanaman Modal pada BKPMPD Provinsi dan memberikan pelayanan terhadap calon Riau.17 Hal yang sama juga dikatakan Ketua investor. Seperti Surat Keputusan Gubernur Himpunan Tani dan Nelayan Indonesia (HTNI) Riau No. 364/IV/2012 tentang Pembentukan Tim Provinsi Riau.18 Koordinasi Pemantapan Iklim Investasi Provinsi Dalam wawancara penulis terhadap Riau dan Surat Keputusan Gubernur Riau Dinas Perkebunan Provinsi Riau menyebutkan Nomor 365/IV/2012 tentang Pembentukan Tim tidak ada kendala yang dihadapi oleh investor Pelayanan Calon Investor dalam Rangka dalam berinvestasi bidang usaha perkebunan Pelaksanaan Investasi di Provinsi Riau Tahun di Provinsi Riau. Tetapi, dalam menjawab 2012. pertanyaan penulis berikutnya dengan

16Yalid dkk, Harmonisasi Hukum Investasi Nasional dengan Pengaturan Investasi di Daerah Provinsi Riau, Laporan Hasil Penelitian, 2013, hlm. 24. 17Wawancara dengan Fitriani Yulistira, S.E., M.M. selaku Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Evaluasi Pendataan dan Penanaman Modal pada BKPMPD Provinsi Riau pada tanggal 4 Januari 2017. 18Wawancara dengan Ir. Syarifuddin Adek selaku ketua Himpunan Tani dan Nelayan Indonesia Provinsi Riau pada tanggal 20 Januari 2017.

292 Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 283 - 297

pertanyaan apakah ada kendala yang dihadapi dalam penyusunan penataan ruang. Oleh oleh Pemerintah Provinsi Riau dalam karena itu, suatu ketaatan terhadap asas maka meningkatkan investasi di bidang Perkebunan Pemerintah Provinsi Riau secara paralel juga di Provinsi Riau? Selanjutnya, dijawab dengan melakukan penyesuaian sesuai dengan mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Riau substansi terhadap Undang-Undang Nomor 26 mengalami keterbatasan dana untuk memberi- Tahun 2007 tersebut. kan bantuan dana kepada masyarakat untuk Tetapi, sampai dilakukannya penelitian ini menunjang hasil produksi kebun rakyat.19 Dari Perda RTRW Provinsi Riau belum ditetapkan, wawancara ini menunjukkan lawan bicara tidak karena memang masih ada penyelesaian menguasai materi dan tidak memahami arah masalah status kawasan hutan di Kementerian pertanyaan yang penulis ajukan. Kehutanan. Sesuai dinamika penggunaan Ketidakjelasan RTRW tersebut setidak- ruang Surat Keputusan (SK) Nomor 173 Tahun nya menimbulkan pertanyaan, ada apa dengan 1986 tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan persoalan RTRW Provinsi Riau itu? Bila (TGHK) tersebut tidak lagi sesuai dengan ditelusuri Provinsi Riau pertama kali menyusun dinamika pengunaan ruang. Wilayah seluruh RTRW pada Tahun 1991 dan disahkan menjadi Riau merupakan kawasan hutan apabila Perda Provinsi Riau pada tahun 1994 melalui merujuk pada SK Kementerian Kehutanan Perda Nomor 10 Tahun 1994 berlaku sampai tersebut, bahkan kantor Gubernur Riau masuk dengan tahun 2009. Dalam Perda ini, kawasan hutan. Selain itu, seluruh kab/kota di dialokasikan kebutuhan ruangnya seluas Provinsi Riau masa berlaku Perda RTRW-nya 4.341.501 Hektar (Ha). habis masa berlakunya. Keadaaan ini membuat Pemerintah Provinsi Riau pada tahun kekosongan hukum, dalam artian legal formal 2001 sudah memulai melakukan revisi terhadap aturan yang mengatur mulai dari perencanaan, Perda Nomor 10 Tahun 1994 tersebut. Selama pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan proses revisi ini berjalan, terjadi berbagai ruang tidak ada. perubahan dinamika kewilayahan, seperti Tentunya, Pemerintah Daerah Provinsi pembentukan Provinsi Kepulauan Riau dan Riau termasuk daerah kabupaten/kota di Riau pemekaran kabupaten/kota serta berbagai tidak berani mengambil risiko hukum aturan yang terkait perencanaan pembangunan menerbitkan izin baru untuk investasi dan pemanfaatan ruang sehingga baru selesai perkebunan. Adapun risikonya pidana dan denda pada tahun 2007. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Draft revisi Perda RTRW tersebut telah Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang diajukan ke DPRD Provinsi Riau untuk proses Pasal 69 Ayat (1), dengan ketentuan bahwa pembahasan menjadi Perda. DPRD setiap orang yang tidak menaati rencana tata membentuk Pansus dan mulai melakukan ruang yang telah ditetapkan yang mengakibat- pembahasan. Namun, pada tahun yang kan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan bersamaan juga terbit Undang-Undang Nomor pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima pengganti Undang-Undang Nomor 42 Tahun ratus juta rupiah). Oleh karena itu, perizinan 1992. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 investasi bidang usaha perkebunan menjadi Tahun 2007 terjadi perubahan yang mendasar terhenti.

293 Dampak Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Iklim .....(Hasnati, Yalid, Rezmia Febrina)

Tidak adanya izin baru untuk investasi karena terkait dengan bidang-bidang hukum lain bidang perkebunan dikemudian hari tentu dapat sebagaimana telah disinggung baik berdimensi menimbul persoalan. Hal ini karena membuka nasional maupun internasional. Untuk dan menggarap tanah untuk usaha perkebunan memastikan kepastian hukum kegiatan di Riau tetap saja berjalan, meskipun tidak diberi penanaman modal bersifat sangat kompleks izin. Keadaan ini dikatakan seorang pelaku tersebut tidak bisa dijawab dengan analisis ini usaha perkebunan yang menjadi sampel dalam melainkan memerlukan penelitian lanjutan. penelitian ini.20 Maridup mengatakan “jika dikemudian hari RTRW Provinsi Riau berhasil Upaya yang Dilakukan di tengah Ketidak- diselesaikan, ternyata tidak sesuai dengan pastian Kebijakan RTRW Terhadap penggunaan lahan perkebunan yang sudah Investasi Bidang Usaha Perkebunan di terlanjur dikelola sebelumnya, justru Provinsi Riau menimbulkan penolakan”.21 Selain itu, lahan Sebagaimana telah dibahas bahwa yang telah dikelola sebelumnya tidak bisa realisasi investasi di Provinsi Riau dalam 2 memberikan konstribusi pendapatan (dua) tahun terakhir PMDN dan PMA menurut khususnya bagi Pemerintah, karena tidak ada sektor di Provinsi Riau dari tahun 2014-2015 dasar hukum mengutip pajak dari usaha bidang perkebunan investasinya di Riau cukup perkebunan tersebut, inilah dampak dari besar pada tahun 2015 mencapai Rp 566.45 kekosongan kebijakan RTRW tersebut. milyar (PMDN) dan Rp 35.18 milyar (PMA). Dari Keadaan inilah yang mempengaruhi iklim realisasi tersebut telah memberikan konstribusi investasi di Provinsi Riau sejalan dengan yang signifikan bagi pendapatan Provinsi Riau. pendapat yang menyatakan stabilitas dan Jumlah tersebut masih dapat meningkat lagi prediktibilitas kebijakan merupakan komponen sepanjang tidak ada kendala bagi masuknya yang mempengaruhi investasi menurut investor. Tetapi, telah diketahui bahwa Mahmul Siregar,22 kepastian hukum berusaha hambatan investasi bidang usaha perkebunan menurut Sugeng Praptono memberikan di Provinsi Riau justru sangat mendasar, yaitu kepastian ke depan yang jelas (predictability23 adanya ketidakjelasan RTRW. dan menurut Leonard J. Theberde.24 Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dengan demikian, dapat dikatakan belum termasuk daerah kabupaten/kota di Riau jelas selesainya RTRW berpengaruh terhadap iklim tidak berani mengambil risiko hukum investasi yang sangat mendasar dalam menerbitkan izin baru untuk investasi investasi di Riau. Meskipun kegiatan perkebunan sebagaimana dibatasi dengan penanaman modal bersifat sangat kompleks, ketentuan Undang-Undang Nomor 26 Tahun

19Wawancara dengan Enni Edina, SP selaku Kepala Seksi (Kasi) Pembinaan Perkebunan Besar pada Dinas Perkebunan Provinsi Riau pada tanggal 22 Desember 2016. 20Wawancara dengan Maridup Siahaan pelaku usaha perkebunan jeruk nipis yang membuka usaha di Provinsi Riau pada tanggal 21 Januari 2017. 21Ibid. 22Mahmul Siregar, Kepastian Hukum…Op.Cit., hlm. 6. 23Sugeng Praptono, Beberapa Problematika Investasi di Era Otonomi Daerah, Jurnal Yustisia, Nomor 71, Mei-Agustus 2007, hlm. 85. 24Leonard J. Theberde dalam Sugeng Praptono, Beberapa Problematika...Op.Cit., hlm. 86.

294 Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 283 - 297

2007 tentang Penataan Ruang. Meskipun melalui proses panjang dan sangat menguras demikian, Pemerintah Daerah Provinsi Riau energi. Berdasarkan dokumen ekspose RTRW harus melakukan upaya, katakanlah upaya di Provinsi Riau Desember 2015 menunjukkan tengah ketidakkepastian kebijakan RTRW proses yang telah dilakukan Pemerintah yang melandasi investasi bidang usaha Daerah Provinsi Riau dalam rangka percepatan perkebunan. penyelesaian RTRW Provinsi Riau: Menurut Kepala BKPMPD Provinsi Riau 1. Setelah 5 Desember 2012, Pemerintah dalam wawancara dengan penulis yang secara Provinsi Riau telah menyampaikan teknis jawabannya didisposisikan kepada permintaan percepatan perubahan Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Evaluasi kawasan hutan Riau (tertulis dan Pendataan dan Penanaman Modal pada secara lisan disampaikan dalam forum BKPMPD Provinsi Riau, mengemukakan resmi) ke Presiden, Dewan Perwakilan bahwa “upaya yang dilakukan dengan selalu Rakyat (DPR), Badan Koordinasi berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat agar Penataan Ruang Nasional (BKPRN), masalah RTRW tersebut dapat terselesaikan Kemendagri, Menko Perekonomian, dengan secepatnya”.25 Dari jawaban tersebut, Unit Kerja Presiden Bidang memberikan keterangan bahwa investasi Pengawasan dan Pengendalian bidang usaha perkebunan tetap berpegang Pembangunan (UKP4) dan instansi dengan RTRW. Artinya, sepanjang tidak ada pusat terkait lainnya, secara tertulis kepastian RTRW Pemerintah Provinsi Riau sebanyak 8 kali. tidak berani memberikan izin bagi investor 2. Melakukan konfirmasi ke Kementerian bidang usaha perkebunan untuk menggunakan Lingkungan Hidup dan Kehutanan lahan. terkait tindak lanjut permasalahan Investasi bidang usaha perkebunan yang Kawasan Hutan di Riau, dan sudah berjalan sampai saat ini hanyalah Kementerian Lingkungan Hidup dan investasi berdasarkan ketentuan RTRW yang Kehutanan menjanjikan akan adanya lama. Tetapi, tidak akan diberikan izin bagi pertemuan antara Kementerian, investor baru untuk mendapatkan lahan yang Kejagung, Komisi Pemberantasan baru pula. Meskipun menjanjikan konstribusi Korupsi (KPK) dan Pemerintah yang signifikan bagi pendapatan Provinsi Provinsi Riau. Riau. 3. Permohonan penyelesaian kawasan Dari wacana terakhir persoalan RTRW hutan ke Ombudsman. Provinsi Riau akan segera selesai. Menurut 4. Fasilitasi percepatan penyelesaian Gubernur Riau investasi Riau pada 2017 tidak RTRW Provinsi Riau oleh Kementerian lagi dihambat oleh kawasan hutan karena draf Koordinator Bidang Perekonomian RTRW akan disahkan oleh Kementerian sebanyak 4 kali. Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Perjuangan 5. Rapat/pertemuan dengan Kementerian mendapatkan kepastian RTRW tersebut telah Lingkungan Hidup dan Kehutanan

25Wawancara dengan selaku Fitriani Yulistira, S.E., M.M Kepala Sub Bidang (Kasubbid) Evaluasi Pendataan dan Penanaman Modal pada BKPMPD Provinsi Riau pada tanggal 4 Januari 2017.

295 Dampak Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Terhadap Iklim .....(Hasnati, Yalid, Rezmia Febrina)

secara intens sejak 2012, terakhir pada 2. Upaya yang dilakukan di tengah tanggal 19 Agustus 2015. ketidakkepastian kebijakan RTRW Upaya-upaya tersebut sampai saat ini terhadap investasi bidang usaha memang belum membuahkan hasil. Hasilnya perkebunan di Provinsi Riau dapat masih berupa wacana, yaitu diperkirakan dikatakan hanya menunggu pengesahan bulan Februari 2017 RTRW Riau akan segera Perda RTRW Provinsi Riau. Meskipun disahkan. Gubernur Riau itu, menyebutkan bidang usaha perkebunan memberikan masalah RTRW ini sangat berdampak kepada konstribusi yang signifikan bagi pendapatan realisasi investasi. Sejumlah investor asing Provinsi Riau. Upaya yang dilakukan adalah dan dalam negeri menunda investasi senilai dengan selalu berkoordinasi dengan Rp 22 triliun, karena dibatasi kawasan hutan. Pemerintah Pusat agar masalah RTRW Meski investasi terhambat, Gubernur Riau tersebut dapat terselesaikan dengan mengatakan pembangunan infrastruktur secepatnya, diperkirakan bulan Februari nasional, seperti pembangunan jalan tol Trans- 2017 RTRW Riau akan segera disahkan. Sumatera dan jalur kereta api sudah bisa dilanjutkan. Selama ini, pemerintah beserta Saran DPRD setempat tidak bisa mengeluarkan 1. Sementara menunggu pengesahan Perda regulasi karena masih berada di kawasan RTRW Provinsi Riau maka untuk meningkat hutan. tetap meningkatkan investasi sebaiknya Pemerintah Provinsi Riau membenahi Kesimpulan faktor-faktor lain untuk meningkatkan 1. Dampak kebijakan RTRW di Riau terhadap pendapatan dari bidang usaha perkebunan iklim investasi bidang usaha perkebunan 2. Apabila pengesahan RTRW Provinsi telah saat ini sangat berpengaruh terhadap terwujud maka sebaiknya Pemerintah masuknya investor baru disebabkan belum Provinsi Riau segera melakukan publikasi selesainya RTRW yang melandasi dan memberikan pemahaman kepada pengunaan ruang/lahan. Dapat dikatakan semua pihak yang terkait dan belum selesainya RTRW mempengaruhi berkepentingan sehingga akan memaksi- iklim investasi di Riau. Pemerintah Provinsi malkan pelaksanaannya ke depan. Riau pada tahun 2001 sudah memulai melakukan revisi terhadap Perda Nomor 10 Referensi Tahun 1994 tersebut. Tetapi, sampai Annisha. Dampak Kebijakan Pelayanan dilakukannya penelitian ini Perda RTRW Perizinan Terpadu dan Penanaman Provinsi Riau belum ditetapkan, karena Modal Terhadap Daya Tarik Investasi memang masih ada penyelesaian masalah Asing di Provinsi Riau Tahun 2013-2016. status kawasan hutan di Kementerian Jurnal JOM FISIP. Volume 4. Nomor 2. Kehutanan. Tentunya, Pemerintah Daerah Oktober 2017. Provinsi Riau termasuk daerah kabupaten/ Dellisa A. Ridgway dan Mariya A. Thalib, kota di Riau tidak berani mengambil risiko Globalization and Development : Free hukum menerbitkan izin baru untuk Trade, Foreign Aid, Investment and The investasi perkebunan. Rule of Law, California Western

296 Jurnal Hukum Respublica, Vol. 16, No. 2 Tahun 2017 : 283 - 297

International Law Journal, Volume 33, Analisis Kebijakan Kehutanan. Volume Spring 2003. 12. Nomor 2. Agustus 2015. Duhita Driyah Suprapti. Politik Hukum Investasi Irsyadi Siradjuddin. Dampak Perkebunan di Era Otonomi Daerah. Jurnal Kelapa Sawit Terhadap Perekonomian Pandecta. Volume 4. Nomor 2. Tahun Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu. 2010. Jurnal Agroteknologi. Volume 5. Nomor Eko N Setiawan dkk. Konflik Tata Ruang 2. Februari 2015. Kehutanan Dengan Tata Ruang Wilayah Mahmul Siregar. 2010. Kepastian Hukum dalam (Studi Kasus Penggunaan Kawasan Transaksi Bisnis Internasional dan Hutan Tidak Prosedural Untuk Implikasinya Terhadap Kegiatan Perkebunan Sawit Provinsi Kalimantan Investasi di Indonesia. Program Studi Tengah). Jurnal Bhumi. Volume 3. Ilmu Sekolah Pascasarjana Universitas Nomor 1. Mei 2017. Sumatera Utara. Erman Rajagukguk. 2005. Hukum Investasi di Sudirman dkk. 2005. Mekanisme Penyusunan Indonesia.Jakarta: Fakultas Hukum Kebijakan Daerah di Bidang Kehutanan Universitas Indonesia. Proses, Implementasi dan Dampak Hans-Rimbert Hemmer, et.all. 2002. Negara Desentralisasi Pada Sektor Kehutanan Berkembang dalam Proses Globalisasi di Tanjung Jabung Barat, Jambi. Bogor: Untung atau Buntung? Jakarta: Konrad Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Adenauer Stifftung. Otonomi Daerah (PSHK-ODA) bekerja- Handoyo. Resolusi Konflik di Taman Nasional sama dengan Center for International Tesso Nilo Riau, Indonesia: Tinjauan Forestry Research (CIFOR). Relasi Pemangku Kepentingan Sugeng Praptono. Beberapa Problematika (Conflicts Resolution in Tesso Nilo Investasi di Era Otonomi Daerah, National Park Riau, Indonesia: Study of Jurnal Yustisia. Nomor 71. Mei-Agustus Stakeholder Relationships. Jurnal 2007.

297