Napak Tilasdang Hyang Niratha Di Pulau Bali
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
NAPAK TILASDANG HYANG NIRATHA DI PULAU BALI Oleh I Nyoman Suka Ardiyasa Dosen STAH N Mpu Kuturan Singaraja email : [email protected] Abstract The presence of temples in Bali cannot be separated by some central figures who inspired the temple. One of the great figures who contributed to discovering the Pura Kahyangan Jagat in Bali is Dang Hyang Niratha. Dang Hyang Nirarta has build a lot temple in his travels on the Island of the Gods. Some temples are similar to Rambut Siwa Temple, Uluwatu Temple, Ponjok Batu Temple, Sakenan Temple and other temples which are now Pura Dang Kahyangan and Sad Kahyangan. The temple as a place of worship for Hindus, is also not uncommon to get visits of local and international tourists. The attraction was due to the sacredness and beauty of the location that was established by Dang Hyang Nirartha. This is of course a tourist destination that offers spiritual attractions. Keywords: Dang Hyang Nirartha, Spiritual Tourism. I.Pendahuluan Boddha (Siwa-Sogata). Dengan demikian kedatangan Dang Hyang Dwijendra Kedatangan Dang Hyang Nirartake memperkokoh sistem teologi Hindu Siwa- Pulau Bali merupakan salah bentuk Boddha (Siwa-Buddha) dengan melakukan konsolidasi internal dengan mengatasi asimilasi konsep teologi Tri-Murti kelemahan tataran sistem sosial, sistem (Brahma, Wisnu, Siwa) kedalam konsep religi dan politik keagamaan dan ancaman teologi Tri Purusa (Siwa, Sada Siwa dan ekternal yaitu Islamisasi dari Jawa. Ia juga Maheswara); memperkenalkan bangunan melihat peluang untuk memperkuat sendi- tempat pemujaan disebut Padmasana untuk sendi keagamaan di Bali, karena sebelum ia memuja kebesaran Sanghyang Tri-Purusa. melakukan perjalanan dharmayatra ke Bali, Bali sudah pernah didatangi oleh Maha Resi Bangunan (pelinggih) untuk Markandeya (756 Masehi) dan para Mpu pemujaan Tri Murti telah diperkenalkan seperti Mpu Semeru (999 Masehi),Mpu konsep Bangunan Meru oleh Mpu Ghana (1000 Masehi), Mpu Kuturan (1001 Kuturan, konsep Desa Pakaraman, Masehi), Mpu Gnijaya (1049). Kedatangan Kahyangan Tiga (Desa, Puseh, Dalem), mereka ke Bali membawa serta sekta serta konsep merajan (sanggah) sebagai (sampradaya) atau aliran yang dibawa bangunan untukpemujaan leluhur.Untuk yang telah dipersatukan oleh Mpu Kuturan melindungi Pulau Bali dari ancaman dengan konsepsi teologi ajaran Siwa- masuknya pengaruh agama Islam, maka Jurnal Sanjiwani, Volume 9, No 2, Tahun 2018 61 ia atas persetujuan Raja Gelgel menyusun 1498 Masehi, saat Bali diperintah oleh strategi untuk membentengi pantai-pantai dinasti Kresna Kapakisan di bawah raja yang mengitari Bali denganmembangun Sri Aji Dalem Waturenggong Kresna dan merenovasi pura-pura yang sudah Kapakisan(1460-1550) yang berstana di ada. Selain dengan bangunan Meru kraton Swecchalinggarsapura atau Gelgel sebagai konsep bangunan pelinggih yang (Babad Brahmanawangsa Tattwa 14b, diperkenalkan oleh Mpu Kuturan, ia Babad Dalem 27b). juga memperkenalkan kosepsi bangunan Dang Hyang Nirartha adalah leluhur Padmasana sebagai tempat pemujaan Brahmana di Bali (Berg, 1974:47) kebesaran Tuhan dengan mengasimilasi Pratisentana atau darah keturunan beliau konsep Tri Murti menjadiTri Purusa amat memuliakan dengan sebutan Bhatara yang menganggungkan kekuasaan Tuhan Parama Nirartha, yang diyakini telah dalam wujud tiga manifestasi yaitu Siwa, mengalami parama moksa di Pura Luhur Sada Siwa dan Maheswara. Konsep yang Uluwatu menyatu dengan Hyang Parama dipakai untuk melindungi Bali adalah Siwa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan konsepsi Dewata Nawasangadengan segala Yang Maha Esa. Beliau adalah pengemban kekuasaan, kekuatan Tuhan yang mendiami tradisi Weda yang baik. Buah pikirannya sembilan penjuru mata angin dengan bukan saja dipedomani kaum Brahmana mendirikan pura-pura sad kahyangan dan saja tetapi juga menjadi warisan budaya dang kahyangan di ke sembilan penjuru bangsa yang tersebar dan dipedomani tersebut. oleh masyarakat luas. Kaum Brahmana 2.1 Pembahasan sebagai pewaris purusa tradisi Weda yang telah dibumikan oleh Dang Hyang 2.1.1 Perjalanan Dang Hyang Nirartha Nirartha, wajib terpanggil untuk maju ke di Bali depan mengamalkan dan mengajarkan petunjuk Weda itu kepada masyarakat luas. Dang Hyang Nirartha yang lebih Sebagai siwan jagat kaum brahmana wajib dikenal oleh masyarakat Bali dengan ikut mapahayujagat dan mengentaskan julukan Pedanda Sakti Wau Rawuh adalah masyarakat luas menuju kesejahteraan tokoh utama babad-babad brahmana. lahir dan batin. Tokoh legendaris dan orang suci ini adalah nabi agama Hindu di Nusantara. Dang Hyang Nirartha adalah Beliau yang punya julukan Bhagawan keturunan pendeta-pendeta besar di pulau Arthati dan Mpu Kupa ini adaian pendeta Jawa. Pendeta-pendeta yang menjadi kerajaan Majapahit akhir. Beliau yang guru negara (basmangkura, basmangkara, juga punya julukan Tuan Semeru dan padiksyan, bhagawanta, purohita) Pangeran Sangupati ini melakukan parama mempunyai kedudukan dan pengaruh dharma dharmayatra ke Bali mengajarkan yang kuat di dalam kerajaan. Dang Hyang Weda untuk kesejahteraan lahir dan batin Mpu Pradah dan Dang Hyang Mpu Bahula masyarakat dan kerajaan. Dang Hyang Candra adalah guru negara di Daha dan Dwijendra datang ke Bali pada tahun Kediri, Mpu Tantular (Dang Hyang Angsoka 62 Jurnal Sanjiwani, Volume 9, No 2, Tahun 2018 Natha) dan Dang Hyang Asmaranatha jasa kera tersebut, beliau berjanji dengan adalah guru negara di kerajaan Wilwatikta, seketurunannya tidak akan menyakiti yaitu Majapahit. Demikian juga Dang kera walaupun berdalih untuk memelihara Hyang Nirartha sendiri adalah guru negara sebagai binatang kesayangan di kerajaan Majapahit yang agung dan Bali Kemudian memasuki mulut seekor Rajya (Babad Brahmanawangsa Tattwa naga dan memetik bunga teratai 3 warna 12a-b). (hitam, merah, dan putih; yang putih beliau Dang Hyang Nirartha ketika pegang, yang merah disumpangkan di meninggalkan Daha (Majapahit) menuju telinga kanan dan yang hitam di telinga Pasuruhan dan dari Pasuruhan menuju kiri). Setelah keluar dari mulut naga Blambangan tidak diikuti istri. Sedangkan wama tubuh beliau berubah-ubah, hitam, kedatangan Dang Hyang Nirartha di merah, dan putih kekuning-kuningan yang Bali disertai oleh istri yang berasal dari membuat istri dan putra-putri beliau lari Blambangan, yakni Patni Kaniten dan tunggang langgang karena ketakutan. Lama seluruh putra-putrinya berjumlah 9 orang. Dang Hyang Nirartha mengumpulkan Keberangkatan Dang Hyang Nirartha putra-putrinya. Akhirnya beliau berhasil ke Bali penuh ditandai oleh peristiwa- kembali mengumpulkannya semua, kecuali peristiwa menarik dan simbolik yang LilaSwabhawa, Putri Daha. menyatakan ketinggian ilmu kerohanian Dang Hyang Nirartha memanggil- yang dimiliki oleh beliau. manggil putrinya, yang akhirnya ditemui Katakan saja, ketika beliau dalam keadaan lesu pucat pasi, lda mengarungi Segara Rupek (Selat Bali) Swabhawa mohon kepada Dang Hyang memakai perahu dari sebuah buah waluhpait Nirartha untuk diajarkan ilmu gaib, maka (labu pahit) bekas kepunyaan orang Mejaya. lenyaplah lda Swabhawa berbadankan Kaki tangannya dipergunakan sebagai niskala (alam lain yang tidak kelihatan) dayung dan kemudi. Berkat ketinggian batin dan disebut Bhatari Melanting, yang tidak beliau dan kemurahan Tuhan beliau sampai dikenai oleh umur tua dan kematian atau dengan selamat di Pantai Kapurancak, pada kekal abadi, tan keneng tuhapati. Saking eka tunggal catur bumi, yaitu Saka 1411 sidi mandinya (tuah mukzijat) anugerah atau 1489 Masehi (Babad Dalem, 27b). itu, ketika didengai oleh tembwati kalung Sejak dari dalam lautan beliau berjanji (cacing tanah), maka cacing itu berubah akan tidak mengganggu hidupnya pohon menjelma menjadi seorang wanita, yang labu pahit sampai dengan pratisentananya. diberi nama Ni Brit. Demikian juga Istri Sedangkan istri beserta 9 orang putra Patni Keniten, karena merasa kepayahan beliau menaiki sebuah perahu bocor, ingin pula dianugrahi ilmu gaib. Dang akan tetapi tidak tenggelam. Rombongan Hyang Nirartha mengabulkannya, dan keluarga Dang Hyang Nirartha pun sampai beliau pun disebut lda Dalem Ketut yang di tepi pantai Purancak dengan selamat. disungsung oleh penduduk desa Pohlaki, Saat beliau kebingungan arah, seekor kera yang, sekarang dikenal dengan nama memberi petunjuk ke arah Timur. Berkat Pulaki. Penduduk desa setempat yang Jurnal Sanjiwani, Volume 9, No 2, Tahun 2018 63 berjumlah kurang lebih 8000 orang dengan atau Pura Griya Kawitan Resi (Babad rasa bhakti dan tulus diubah statusnya Darmayatra Dang Hyang Nirartha, 7b). menjadi makhluk yang, tidak dilihat Dari desa Mundeh Dang Hyang Nirartha orang untuk menjaga istri dan putranya melanjutkan perjalanan menuju arah timur (Babad Darmayatra Dang Hyang Nirartha Pada sebuah tempat yang indah ditingkah 6a). Dalam perjalanannya di desa Gading gemericik air dan bunga-bungaan, Dang Wani Dang Hyang Nirartha sanggup Hyang Nirartha melakukan yoga semadhi melenyapkan wabah penyakit yang dan puja mantra utama. menimpa desa Gading Wani. Masih banyak Setelah itu masyarakat membangun lagi hagiografi (sakti dan kemuzijatan Dang tempat suci untuk memuliakan beliau, Hyang Nirartha). Sedangkan anugerah yaitu Pura Taman Sari (Pura Ulakan). ajaran kerohanian Dang Hyang Nirartha Daerah sekeliling itu disebut Manghapuri kepada Bendesa Gading Wani dihimpun atau Mengwi. (Babad Darmayatra Dang dalam karangan sastra yang bernama Hyang Nirartha, 8a). Dang Hyang Nirartha Sebwi Bangkung. Bendesa Gading Wani dalam perjalanan ke desa Mas, sempat pun diangkat menjadi murid Dang Hyang singgah di Tuban (Badung). Dari Tubanlah Nirartha (Babad Darmayatra Dang Hyang Bendesa Mas mendak (menjemput)