SKRIPSI PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DALAM STABILISASI HARGA PANGAN (Studi Kasus: Harga Beras di Kabupaten Nias Tahun 2014)

Marlan Ifantri Lase 120906004

Dosen Pembimbing : Drs. Zakaria Taher, MSP

DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

MARLAN IFANTRI LASE (120906004)

PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN NIAS DALAM STABILISASI HARGA PANGAN (Studi Kasus: Harga Beras di Kabupaten Nias Tahun 2014) Rincian isi Skrispi, 70 halaman, 4 tabel, 6 Grafik, 8 buku, 1 jurnal, 4 Undang- undang, 4 dokumen, 10 situs internet, 4 wawancara

ABSTRAK

Kabupaten Nias setiap tahunnya mengalami peningkatan harga beras bahkan berada diatas rata-rata harga beras nasional. Tingginya harga beras sangat berdampak terhadap kondisi ekonomi masyarakat karena komoditi beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat Kabupaten Nias, sehingga dibutuhkan peran pemerintah Kabupaten Nias dalam stabilasasi harga. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang menjadi penyebab utama tingginya harga beras di Kabupaten Nias dan bagaimana peran pemerintah Kabupaten Nias pada tahun 2014 dalam stabilisasi harga beras. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan cara pandang induktif karena penelitian ini mengekspolarasi dan memahami makna tidak dimulai dari hipotesa melainkan dari data-data yang bersifat khusus, dengan teknik pengumpulan data wawancara langsung, observasi dan dokumentasi. Semua data yang telah terkumpul disatukan dan dianalisis menggunakan teori negara, teori formulasi kebijakan dan konsep kedaulatan pangan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat 4 faktor utama penyebab peningkatan harga beras di Kabupaten Nias , yaitu lemahnya produksi beras lokal, masuknya beras luar yang tidak terkontrol oleh pemerintah, jalur distirbusi beras yang panjang dan tingginya pola konsumsi terhadap beras. Keempat faktor tersebut merupakan permasalahan yang kompleks dan mendasar di Kabupaten Nias. Sedangkan upaya-upaya dari pemerintah Kabupaten Nias dalam stabilisasi harga pada tahun 2014 adalah melakukan pengawasan harga pasar melalui PIHPS, penyuluhan pertanian padi sawah, pembentukan kelompok lumbung pangan di setiap kelompok tani, dan melakukan operasi pasar dan penyaluran Raskin. Akan tetapi, peranan pemerintah tersebut hingga saat ini belum berhasil memberikan kestabilan harga beras di Kabupaten Nias.

Kata kunci : Harga Beras, Kabupaten Nias, Peran Pemerintah, Stabilitas Harga

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA FACULTY OF SOSIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

MARLAN IFANTRI LASE (120906004)

PERAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN NIAS DALAM STABILISASI HARGA PANGAN (Studi Kasus: Harga Beras di Kabupaten Nias Tahun 2014) Content 70 pages, 4 tables, 6 chart, 8 books, 1 journal, 4 constitution, 4 documents, 10 websites, 4 Interviews.

ABSTRACT

Nias Regency each year has increased the price of rice is even above the average national price of rice. The high price of rice is very economic conditions affect the commodity society because rice is a basic requirement of society, Nias Regency so that it takes the role of Government in the Nias Regency stabilasasi price. Therefore, this study aims to describe what the main causes of the high price of rice and Nias Regency in how the role of the Government of Nias Regency in 2014 in rice price stabilization. This study uses qualitative methods using inductive way of looking because this research mengekspolarasi and understand the meaning does not start from the hypothesis but rather than data that are special data collection techniques, with a live interview, observation and documentation. All the data that has been collected and analyzed using the theory of the unified State policy formulation and theory, the concept of food sovereignty. The results of this study found that there are four main factors cause an increase in the price of rice in the Nias district, namely weak local rice production, the influx of rice outside the uncontrolled by the Government, the line distirbusi rice a long and high consumption patterns against rice. All four of these factors is complex and fundamental problems in the Nias district. While the efforts of the Government of Nias Regency in the stabilization of prices in 2014 is controlling market prices through agricultural extension, PIHPS rice, the formation of the food granary in every farmer groups, and conduct market operations and delivery of rice for poor people (Raskin). However, the role of the Government up to now has not managed to provide price stability of rice in Nias.

Keywords: rice prices, Nias, the role of the Government, price stability

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : Marlan Ifantri Lase NIM : 120906004 Judul : Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Dalam Stabilisasi Harga Pangan (Studi Kasus: Harga Beras di Kabupaten Nias Tahun 2014)

Dilaksanakan pada:

Hari : …. Tanggal : …. Pukul : …. Tempat : ….

Majelis Penguji … sementara

Ketua

Nama ( ) NIP

Penguji Utama

Nama ( ) NIP

Penguji Tamu

Nama ( ) NIP

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Marlan Ifantri Lase NIM : 120906004 Judul : Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Dalam Stabilisasi Harga Pangan (Studi Kasus: Harga Beras di Kabupaten Nias Tahun 2014)

Menyetujui: Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

Dra. T. Irmayani, M.Si Drs. Zakaria Taher, MSP NIP. NIP. 196806301994032001 Nipsalah91988031001

Mengetahui, Dekan FISIP USU

Dr. Muryanto Amin, M.Si NIP. 197409302005011002

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kepada Allah SWT sang penguasa jagat raya, penguasa segala sebab akibat, pengatur arah mata angina, maha bijaksana dalam lautan keadilan dan kebenaran, karena memberikan rahmat sehingga semuanya dalam keadaan sehat wal affiat. Shalawat dan salam kita hanturkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW atas perjuangan yang ikhlas menyelematkan dunia dan manusia dari kebodohan.

Alhamdulillah, Allah telah memberikan kemudahan kepada saya untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah Kabupaten Nias

Dalam Stabilisasi Harga Pangan (Studi Kasus: Harga Beras di Kabupaten Nias

Tahun 2014)”. Skripsi ini menjelaskan apa saja yang menjadi penyebab peningkatan harga beras di Kabupaten Nias tahun 2014 dan bagaimana peran pemerintah Kabupaten Nias pada tahun 2014 dalam stabilisasinya.

Terkhusus kepada Ibu saya Nur Kia Zebua terimakasih atas kasih sayang dan doanya kepada ku terutama selama penyelesaian skripsi ini, dan untuk almarhum ayah saya Alm. Dahama Lase terimakasih telah menjadi inspirasi dan tauladan yang sangat hebat untukku dan semua saudara-saudaraku. Untuk kak

Lian, kak Marlin, bang Satria dan kak Endang terimakasih atas dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini, kehadiran dan pengorbanan kalian sangat penting.

Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

Universitas Sumatera Utara 1. Bapak Dr. Muriyanto Amin. S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP

USU.

3. Bapak Drs. Zakaria Taher, MSP selaku Pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, pemikiran, dan meluangkan waktunya selama

proses penulisan Skripsi.

4. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Departemen Ilmu Politik FISIP USU.

5. Kepada seluruh pegawai dan terutama narasumber dari pemerintah

Kabupaten Nias.

6. Keluarga Besar Departemen Ilmu Politik, terkhusus kawan-kawan

angkatan 2012.

7. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fisip USU,

terkhusus kepengurusan Periode 2014-2015 dan 2015-2016.

8. Keluarga besar Dewan Pengurus Wilayah Serikat Petani

Sumatera Utara dan Yayasan Sintesa, dalam hal ini kepada bang

Hendry, Mas Purwanto, bang Haris, Ibu Andah, bang Jean Ari, bang

Zulfie, bang Ijon, kak Dewi, bang Wawan Lentera dan bang Brem

9. Keluarga besar Sumatran Youth Food Movement (SYFM).

10. Kepada keluarga besar The Kawat teman-teman dekat saya Andri Aceh,

Ricki, Fadli, Haris, Yuda, Gema, Ardiya M, Randa Tanadi, Rakib, Andri

Universitas Sumatera Utara Mora, bang Afgan, bang Randa, bang Adit, bang Amri, bang Fahri, bang

Akbar, bang Mujahid, bang Sayid, Andry Maduk, Ridho, Jeje, dan Blek.

11. Kepada adik-adik saya Faiz, Alid, Alwi, Putra, Una, Aziz, Imam, Tole,

Akbar, Erik, Murni, Jiah, Duma, Midun, Satria, Azhar, Een, Ibay, Ejik,

Fikri, Fatma, Delila dan Agung Adhi.

12. Terakhir, kepada teman baik sekaligus sahabat seperjuangan saya Bella

Yolanda.

Penulis meminta maaf atas kekurangan yang tidak disengaja apa bila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun gagasan yang tidak bisa dimengerti. yang tidakPenulis juga memohon maaf apabila terdapat kekurangan baik secara penulisan maupun substansi dari skripsi ini. Demikian, semoga hasil Skripsi ini memberikan banyak manfaat dan menambah pengetahuan dari pembacanya.

Medan, 28 Februari 2017

(Marlan Ifantri Lase) 120906004

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI Abstrak ...... ii Abstract ...... iii Halaman Pengesahan ...... iv Halaman Persetujuan ...... v Kata Pengantar ...... vi Daftar Isi ...... i Daftar Tabel dan Grafik ...... ii BAB I. PENDAHULUAN ...... 1 1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Rumusan Masalah ...... 7 1.3. Tujuan Penelitian ...... 7 1.4. Manfaat Penelitian ...... 7 1.5. Kerangka Teori ...... 8 1.5.1. Teori Negara (pemerintah) ...... 8 1.5.2. Teori Kebijakan ...... 12 1.5.3. Konsep Kedaulatan Pangan...... 16 1.6. Metodologi Penelitian ...... 19 1.6.1. Jenis Penelitian ...... 19 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ...... 20 1.6.3. Teknik Analisa Data ...... 21 1.7. Sistematika Penelitian ...... 21 BAB II. GAMBARAN UMUM KABUPATEN NIAS ...... 22 2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Nias ...... 23 2.2. Letak Geografis ...... 24 2.3. Pemerintahan ...... 26 2.4. Demografi Penduduk ...... 29 2.4.1. Suku ...... 31 2.4.2. Agama ...... 31 2.4.3. Pendidikan ...... 31

Universitas Sumatera Utara 2.5. Kondisi Ekonomi ...... 32 2.5.1 Pertanian ...... 34 2.5.2 Kemiskinan ...... 37 BAB III. ANALISIS PERAN PEMERINTAH KABUPATEN NIAS DALAM STABILISASI HARGA BERAS TAHUN 2014 ...... 39 3.1. Kondisi Beras di Kabupaten Nias Tahun 2014 ...... 39 3.2. Penyebab Harga Beras Tidak Stabil ...... 45 3.2.1. Kekurangan Produksi Beras Lokal...... 46 3.2.2. Masuknya Beras Dari Luar ...... 49 3.2.3. Jalur Distribusi Beras ...... 50 3.2.4. Pola Konsumsi Masyarakat ...... 53 3.3. Peranan Pemerintah Kabupaten ...... 53 3.3.1. Mengawasi Harga Pasar Melalui PIHPS ...... 54 3.3.2. Penyuluhan Pertanian Padi Sawah ...... 56 3.3.3. Membentuk Kelompok Lumbung Pangan ...... 58 3.3.4. Melakukan Operasi Pasar dan Penyaluran Raskin Melalui Bulog ...... 60 BAB IV. PENUTUP ...... 63 4.1. Kesimpulan ...... 63 4.2. Saran ...... 69 DAFTAR PUSTAKA ...... 71 LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL, GRAFIK DAN BAGAN Tabel Tabel 1. Cadangan Beras Pemerintah Dari Tahun 2010 – 2015 ...... 3 Tabel 2. Daftar Kecamatan – Kecamatan di Kabupaten Nias ...... 27 Tabel 2.1 Komoditas Pertanian Unggulan Kabupaten Nias Tahun 2013-2014 ...... 35 Tabel 3. Jumlah Luas Panen dan Produksi Padi Sawah Kabupaten Nias Tahun 2014 ...... 39 Grafik Grafik 1. Perbandingan Harga Beras Nasional dan Kabupaten Nias ...... 5 Grafik 2. Grafik Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nias 2010-2015 .. 30 Grafik 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Nias 2011-2014 (%) ...... 33 Grafik 2.2. Jumlah Peran Pertanian di PDRB Kabupaten Nias dari Tahun 2011-2014 (%) ...... 34 Grafik 2.3. Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Nias Tahun 2010-2015 (000) (Jiwa) ...... 37 Grafik 3. Rata-Rata Harga Beras Ramos dan Beras Lokal Kabupaten Nias Tahun 2014 (Rp) ...... 42 Bagan Bagan 1. Jalur Distribusi Beras Lokal dan Beras Luar di Kabupaten Nias ...... 5

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia tidak bisa terlepas dari keberadaan pangan. Manusia dalam melanjutkan kehidupannya membutuhkan pangan sebagai sumber daya utama, tanpa pemenuhan kebutuhan pangan manusia tidak akan dapat beraktifitas, balita dan anak-anak kekurangan gizi, memicu konflik dalam masyarakat bahkan ia menjadi salah satu faktor utama kematian. Pada tahun 2005 menurut Direktur

Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa, James Morris di Jenewa lebih dari enam juta orang meninggal akibat kelaparan. Kekurangan gizi dan penyakit yang timbul karena itu, membunuh lebih banyak orang dari pada penyakit AIDS, malaria dan tuberkulose.1

Besarnya dampak keberadaan pangan terhadap kehidupan, dunia melalui

Organisasi Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 16 Oktober

1945 membentuk suatu lembaga yang khusus untuk menyelesaikan permasalahan pangan dunia yaitu Food and Agriculture Organization atau disingkat FAO dan bermarkas di Roma. Keberadaan 189 anggota FAO jelas sangat membantu permasalahan pangan di dunia terutama di negara-negara yang mengalami kelaparan. Namun, seiring perjalanan waktu permasalahan terhadap ketersediaan

1 Hendra Pasuhuk, 62 Juta Kasus Kematian Akibat Kelapran, dimuat di media online tanggal 15 September 2010, tersedia di http://www.dw.com/id/62jutakasuskematianakibatkelaparan/a2948083, diakses pada 19 Agustus 2016 pukul 11.05 Wib.

Universitas Sumatera Utara pangan tidak berujung selesai. Krisis pangan terus melanda negara-negara miskin diwilayah Afrika maupun Asia bahkan secara perlahan negara-negara maju mulai mengalami ancaman krisis pangan.

Menurut laporan Global Hunger Index tahun 2016 yang baru dirilis pada bulan Oktober, masih terdapat 795 juta orang (10,6 % dari jumlah penduduk bumi) yang tidur dalam keadaan lapar. Di sisi lain, WHO menyebutkan bahwa terdapat 1,6 miliar orang yang kelebihan berat badan serta 600 juta orang mengalami obesitas.2 Artinya, permasalahan krisis pangan didunia tidak terjadi karena kurangnya produksi pangan didunia melainkan adanya ketimpangan terhadap distribusi pangan dan ketidak mampuan masyarakat untuk membeli.

Pada tahun 2008 harga pangan dunia melonjak hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun 2000.

Pada tahun 2015 FAO memperkirakan ada sekitar 19,4 juta penduduk

Indonesia yang kelaparan setiap hari.3 Namun, beras sebagai makanan pangan yang paling pokok di Indonesia pada tahun 2010 memiliki cadangan sekitar

460.357 ton dan di tahun 2015 cadangannya mencapai 88.095 ton. Secara rinci cadangan beras pemerintah seperti terlihat pada table berikut.

2 Admin SPI, Hari Pangan Sedunia 2016 : Harga Pangan Melambung, Impor Pangan Meningkat dan Jumlah Petani Terus Menurun dimuat di media online tanggal 17 Oktober 2016, tersedia di https://www.spi.or.id/haripangansedunia2016hargapanganmelambungimporpanganmeningkatdanjumlahp etaniterusmenurun/,diakses pada 18 Oktober 2016 pukul 16.00 Wib. 3 Ahadian Utama, 19,4 Juta Penduduk Indonesia Masih Alami Kelaparan dimuat di media online tanggal 12 Juni 2015 tersedia di http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/06/19,4jutapendudukindonesiamasihalamikelaparan, diakses pada 18 Oktober 2016 pukul 16.30 Wib.

Universitas Sumatera Utara Tabel 1. Cadangan Beras Pemerintah Dari Tahun 2010 – 2015

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah (Ton) 460.357 378.449 431.276 368.974 313.926 88.095

Sumber : Laporan Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Tahun 2015

Berdasarkan data cadangan beras pemerintah hingga tahun 2015 kelaparan di Indonesia bukanlah di sebabkan oleh kurangnya ketersedian pangan. Pada tahun 2009- 2016 harga beras mengalami peningkatan 58,65% dari Rp. 6.737/Kg di tahun 2009 menjadi Rp. 10.687/Kg pada tahun 2016.4 Peningkatan harga yang sangat signifikan ini sangat berdampak terhadap ekonomi masyarakat karena ketidakstabilan harga bahan makanan dan makanan jadi merupakan penyebab utama terjadinya inflasi.

Salah satu wilayah yang mengalami permasalahan pangan adalah kabupaten Nias. Pada tahun 2007 Nias telah ditetap sebagai salah satu wilayah di

Sumatera Utara yang mengalami rawan pangan bersama Labuhan Batu, Dairi,

Medan, , Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal dan

Tapanuli Tengah serta Asahan.5 Penetapan ini menurut Kepala Badan Ketahanan

4 Admin SPI, Hari Pangan Sedunia 2016 : Harga Pangan Melambung, Impor Pangan Meningkat dan Jumlah Petani Terus Menurun, dimuat di media online tanggal 17 Oktober 2016, tersedia di https://www.spi.or.id/haripangansedunia2016hargapanganmelambungimporpanganmeningkatdanjumlahp etaniterusmenurun/, diakses pada 18 Oktober 2016 pukul 18.00 Wib. 5 Rawan Pangan Bukan Tidak Ada Beras, dimuat di media online tanggal 19 Juni 2007, tersedia di http://beritasore.com/2007/06/19/rawanpanganbukantidakadaberas/, diakses pada 19 Oktober 2016 pukul 11.48 Wib.

Universitas Sumatera Utara Pangan Sumut, Efendi Lubis bukan hanya karena tidak adanya pangan melainkan permasalahan lain salah satunya distribusi pangan yang tidak lancar. Lebih jelas pada Rapat Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias tanggal 23 September

2015, Drs. Sokhiatulo Laoli, MM selaku Bupati Nias sekaligus Ketua Dewan

Ketahanan Pangan Kabupaten Nias menjelaskan bahwa Kabupaten Nias sedang dihadapkan pada krisis pangan dan kenaikan harga pangan terutama beras.6

Naiknya harga beras di Kabupaten Nias dibuktikan dengan data Badan

Pusat Statistika Kabupaten Nias dan Sumatera Utara. Menurut data dari Badan

Pusat Statistika pada tahun 2010 harga beras di kabupaten Nias mencapai Rp

8.137/Kg dan 2013 Rp 11.200/Kg. Jika diperbandingkan dengan harga nasional jelas punya perbedaan besar. Berikut grafik perbandingan harga beras nasional dan kabupaten Nias dari 2010 – 2013:7

6 BKPPP Kabupaten Nias Gelar Rapat Dewan Ketahanan Pangan,dimuat di media online tanggal 28 September 2015, tersedia di http://indonias.com/index.php/peristiwa/1245bkpppkabupatenniasgelarrapatdewanketahananpangan, diakses pada 21 Oktober 2015 pukul 20.07 Wib. 7 Data dikumpulkan dari BPS dan Kementerian Pertanian tentang harga beras Nasional

Universitas Sumatera Utara

Grafik 1. Perbandingan Harga Beras Nasional dan Kabupaten Nias

Sumber : BPS dan Kementerian Pertanian

Grafik di atas menunjukkan harga beras di kabupaten Nias dari tahun ketahun selalu berada di atas harga nasional. Data SUSENAS dari tahun 2010-

2014 rata-rata konsumsi beras masyarakat Indonesia tercatat sebesar 87.40 kg/kapita/tahun8 dan sebagian besar dari 135.000 orang total penduduk kabupaten

Nias mengkonsumsi beras. Artinya, dapat dikatakan bahwa peningkatan harga beras di kabupaten Nias berpengaruh besar terhadap tingkat kemiskinan sehingga persoalan stabilasi harga beras menjadi persoalan politik.

Sebaliknya harga beras yang terlalu rendah akan berdampak pada kehidupan petani sebagai produsen dan motivasi para petani untuk menghasilkan beras menjadi rendah. Perlu ditekankan laju kenaikan harga kebutuhan hidup

8 https://aplikasi2.pertanian.go.id/konsumsi/tampil_susenas_kom2_th.php di akses pada 22 Oktober 2016 pukul 12.35 Wib

Universitas Sumatera Utara petani jauh lebih cepat dibanding laju kenaikan harga jual produk-produk pertanian yang dihasilkan petani.9

Jika kita melihat negara-negara maju, pemerintah menjadi aktor utama stabilisasi harga beras dengan menggunakan strategi proteksi ketat, memberikan subsidi besar kepada petaninya dan bahkan melakukan dumping harga di pasar

Internasional.10 Tingkat nasional, sejak tahun 1967 pemerintah Indonesia membentuk lembaga bernama Badan Urusan Logistik (BULOG) untuk mengatur permasalahan pangan, berdasarkan Keppres No. 39 tahun 1969 tanggal 21 Januari

1969 dengan tugas pokok melakukan stabilisasi harga beras dimana menetapkan dan mempertahankan harga minimum gabah per kg untuk petani dan mempertahankan harga maksimum yang layak bagi konsumen.11 Namun, pasca krisis ekonomi 1998 dan perjanjian dengan IMF Bulog kehilangan kekuatan monopoli dan mendapat fungsi baru yaitu mendistribusikan beras ke RT miskin.

Lebih jauh pada tahun 2005 intruksi presiden RI tentang kebijakan perbesaran telah dikeluarkan, kemudain mendapat revisi beberapa kali hingga keluarlah Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2012 dan Instruksi Presiden RI No.5

Tahun 2015 Tentang Kebijakan Perberasan untuk menekankan stabilasasi harga beras melalui kebijakan harga dasar dan harga maksimum, yang selanjutnya konsep harga dasar disesuaikan menjadi harga pembelian pemerintah (HPP).

9 Bustanul Arifin. 2007. Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian. (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hal. 260. 10 Bustanul Arifin. 2005. Ekonomi Kelembagaan Pangan (Jakarta: LP3ES Indonesia), hal. 3. 11 Tulus T. H. Tambunan. 2015. Jokowi& Kedaulatan Pangan. (Jakarta: Mitra Wacana Media), hal. 131.

Universitas Sumatera Utara Secara berkala pemerintah menaikkan HPP gabah-beras untuk mengimbangi kenaikan harga input dan inflasi.

Pada tingkat daerah, Kabupaten Nias dalam Rencana Pembangunan

Jangan Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2016 memasukkan kebijakan peningkatan ketahanan pangan dengan salah satu arah kebijakannya peningkatan sistem distribusi dan stabilasi harga pangan. Namun berdasarkan data yang telah disajikan di awal hingga tahun 2013 bahkan sampai sekarang harga beras di kabupaten Nias masih tinggi. Sehingga penelitian ini menarik untuk menganalisis bagaimana peran pemerintah kabupaten Nias terhadap stabilasasi harga pangan khususnya beras.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat terjadinya ketidakstabilan harga beras di Kabupaten Nias setiap tahun sebagaimana terpaparkan pada latar belakang, maka akan menimbulkan pertanyaan yang penting untuk dijawab pada penelitian ini, yaitu :

1. Apa yang menyebabkan terjadinya peningkatan harga beras setiap tahun di

Kabupaten Nias ?

2. Bagaimana peran pemerintah daerah menyelesaikan permasalahan harga

beras di Kabupaten Nias pada tahun 2014?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Universitas Sumatera Utara 1. Mengetahui penyebab utama peningkatan harga beras di Kabupaten Nias.

2. Untuk mengetahui, memahami dan mendalami bagaimana peran

pemerintah daerah kabupaten Nias mengatasi permasalahan stabilisasi

harga beras.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi pengembangan ilmu, menambah khasanah ilmu pengetahuan dan

menjadi sebuah kajian ilmiah di bidang ilmu politik khususnya tentang

peran pemerintah Kabupaten Nias dalam stabilasasi harga beras.

2. Bagi institusi, menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi semua

pihak yang terlibat khususnya bagi pemerintahan Kabupaten Nias dan

daerah lainnya dalam pembuatan kebijakan peningkatanan distribusi dan

stabilitas harga pangan.

3. Bagi masyarakat, menjadi jalan untuk tercapainya kesejahteraan bagi

seluruh masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Nias.

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Teori Negara (pemerintah)

Secara etimologis negara berasal dari kata state (Inggris), staat (German), etat (Prancis) atau statum (Latin) yang diartikan sebagai keadaan berdiri atau tegak dan tetap. Sedangkan menurut beberapa ahli seperti Kranenburg, ia

Universitas Sumatera Utara mengatakan bahwa negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu golongan atau bangsanya sendiri. Lalu menurut Roger F. Soltau, negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat. Pendapat lain juga diberikan oleh ahli kenegaraan kita yaitu Prof. Soenarko dimana menurutnya negara ialah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai suatu kedaulatan (sovereignty).12

Beberapa defenisi yang disampaikan oleh para ahli diatas selalu meletakkan kekuatan negara pada masyarakatnya. Hal ini tidak terlepas dari pandangan Jean-Jacquas Rousseau tentang proses lahirnya negara yaitu pada dasarnya negara tercipta atas persetujuan dari masyarakat. Mereka mengadakan suatu musyawarah untuk membentuk negara dan pemerintahan yang akan mengatur dan menjamin kepentingan individual mereka, sehingga kehidupan mereka secara individual dapat terjamin.13

Masyarakat mendirikan sebuah negara dan memberikannya kewenangan besar hanya untuk menjamin kepentingan mereka dapat terpenuhi melalui pemerintah. Masyarakat memiliki hak untuk meminta, mempertanyakan dan menuntut pemerintah jika kepentingan mereka tidak dipenuhi negara. Sebaliknya

Pemerintah dapat menolak pemintaan dari masyarakat jika permintaan tersebut bertentangan dengan kepengtingan publik. Lebih jauh, pemerintah memiliki

12 Miriam Budiardjo. 2001. Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hal. 54-55 13 Tonny P. Situmorang. 2004. Pandangan Rousseau Tentang Negara Sebagai Kehendak Umum. (USU digital library), hal. 2

Universitas Sumatera Utara kewenangan secara hukum untuk memaksakan masyarakat melaksanakan setiap keputusan yang telah di ambil.

1.5.1.1 Tujuan Negara

Tujuan merupakan titik terakhir yang ingin dan harus dicapai oleh setiap individu, masyarakat dan organisasi. Negara sebagai organisasi tertinggi dengan kekuasaan yang sangat besar harus memiliki tujuan jelas. karena tanpa tujuan negara akan kehilangan arah, terombang-ambing bahkan dapat digunakan sebagai alat untuk menindas masyarakat. Menurut Roger H. Soltau tujuan dari negara adalah “memungkinkan rakyatnya berkembangan serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin”. Sedangkan menurut Harold J. Laski, negara bertujuan “mencitpakan keadaan dimana rakyat dapat mencapai keinginan- keinginan mereka secara maksimal”.14

Dapat dikatakan negara pada dasarnya memiliki tujuan untuk menciptakan kebahagian masyarakat. Kebahagian masyarakat hanya bisa diperoleh ketika kebutuhan dan keinginan merekat terpenuhi, seperti masyarakat yang kelaparan mendapat makanan, pengangguran mendapat pekerjaan, yang sakit dapat berobat dengan murah, pelajar mendapat pendidikan yang baik dan lain sebagainya. Lebih jauh, negara bertujuan menyelesaikan seluruh persoalan di masyarakat dan masyarakat mendapat kesejahteraan dan kemakuran.

14 Miriam Budiarjo. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hal. 55

Universitas Sumatera Utara Tujuan sebuah negara terkadang tidak terlepas dari ideologi yang dianut oleh negara tersebut. Negara yang berideologi Marxisme-Leninisme misalnya, bertujuan membangun masyarakat komunis. Sedangkan, tujuan negara Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan sesuai dengan butir-butir pancasila, yaitu membentuk pemerintah yang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

1.5.1.2 Fungsi Negara

Secara umum setiap negara setidak-tidaknya memiliki fungsi mutlak yang harus dipenuhi, yaitu:15

1. Melaksanakan penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan

bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, negara

harus melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa negara

bertindak sebagai stabilisator.

2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

3. Pertahanan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan serangan

dari luar.

4. Menegakkan keadilan.

15 Ibid. hal. 55-56

Universitas Sumatera Utara Selain itu, Charles E. Merriam menyebutkan ada lima fungsi negara, yaitu:16

1. Keamanan ekstern

2. Ketertiban intern

3. Keadilan

4. Kesejahteraan umum; dan

5. Kebebasan

Beberapa fungsi dasar yang harus dijalankan oleh negara diatas, jelas tidak bertolak belakang dengan tujuan negara Indonesia. Pemenuhan beras sebagai kebutuhan dasar yang harus terpenuhi oleh setiap masyarakat Indonesia terkhusus masyarakat Kabupate Nias dengan harga terjangkau menjadi bagian penting dari tanggung jawab pemerintah. Sehingga teori negara yang cantum dalam proposal penelitian ini digunakan sebagai pisau analisis untuk melihat peran pemerintah kabupaten Nias dalam menyelesaikan persoalan peningkatan harga beras yang terjadi dimasyarakat.

1.5.2 Kebijakan Publik

Dalam negara demokrasi kebijakan merupakan alat utama mengukur peran dari negara terhadap rakyat. Sebuah kebijakan publik yang tepat akan menimbulkan apresiasi positif dari rakyat sebaliknya jika kebijakan tidak tepat atau tidak menjadi kebutuhan masyarakat akan menimbulkan respon negatif

16 Ibid. hal. 56

Universitas Sumatera Utara masyarakat terhadap negara. Dapat dikatakan proses penyelenggaran negara dapat dilihat dari perumusan hingga pelaksanaan kebijakan publik.

Pada dasarnya studi kebijakan publik berorientasi pada pemecahan masalah riil yang dihadapi di tengah masyarakat. Oleh karena itu kebijakan harus bermuatan solusi dan tidak menimbulkan masalah baru bagi masyarakat, sebab sejauh ini tidak sedikit kebijakan yang berbalik menjadi boomerang masyarakat banyak. Keberpihakan kebijakan harus diletakkan kepada masyarakat untuk menjamin keberadaan negara merupakan pelayan masyarakat.

Untuk mendekatkan sebuah kebijakan pada solusi atas permasalahan riil yang dihadapi masyarakat proses formulasi kebijakan sangat penting untuk dilihat. Pada tahap formulasi kebijakan akan menentukan berhasil atau tidakkah kebijakan tersebut. Menurut Fadillah Putra, sebuah formulasi kebijakan publik yang baik adalah formulasi kebijakan publik yang berorientasi pada implementasi.

Sebab, seringkali para pengambil kebijakan beranggapan bahwa formulasi kebijakan itu adalah uraian konseptual yang sarat dengan pesan-pesan ideal dan normative, namun tidak membumi.17

Ada empat pendekatan dalam formulasi kebijakan publik menurut Fadillah putra, yaitu:18

17 Fadillah Putra. 2003. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal. 50 18 Ibid. hal. 51-64

Universitas Sumatera Utara 1. Pendekatan Kekuasaan. Pendekatan ini melihat pengambilan keputusan

adalah sebuah proses yang sangat ditentukan oleh faktor kekuasaan.

Sumber kekuasaan itu lahir dari berbagai macam seperti kelas sosial,

birokrasi, pendidikan, profesionalisme, kekuatan modal dan sebagainya.

Formulasi kebijakan sesungguhanya adalah proses politik, proses tawar-

menawar politik dari mereka yang mampu mengakses proses pembuatan

kebijakan publik itu.

2. Pendekatan Rasionalitas. Pendekatan ini berfokus pada dua hal, yaitu

rasionalitas ekonomis dan rasionalitas birokratis. Pembuatan kebijakan

berdasarkan pertimbangan rasionalitas ekonomis harus didahului atas

perhitungan dampak ekonomis bila kebijakan publik itu diterapkan.

Sedangkan pertimbangan rasionalitas birokratis bertumpu pada efesiensi

dan efektifitas kinerja birokrasi, dimana proses pembuatan kebijakan

publik harus mengacu pada kaidah-kaidah tipe ideal birokrasi seperti

spesialisasi, hierarkhi, impersonal dan sebagainya.

3. Pendekatan Pilihan Publik. Pendekatan publik publik (public choice)

berangkat dari pandangan kekuasaan dalam birokrasi. Pendekatan ini

melihat adanya kecenderungan birokrasi menjadi pelayan bagi dirinya

sendiri, dan bukannya pelayan bagi masyarakat atau publik. Menurut

William Niskanen (1971) pasar memiliki kemampuan untuk menentukan

apakah sebuah institusi dalam masyarakat itu memuaskan publiknya atau

tidak dan pasar dapat secara langsung menghakimi intitusi yang tidak

Universitas Sumatera Utara memuaskan. Sebab dalam pandangan pendekatan ini semua produk

kebijakan publik dari lembaga negara harus presisi dengan kehendak

publik secara umum.

4. Pemrosesan Personalitas, Kognisi dan Informasi. Pada bagian ini

proses pembuatan kebijakan lebih banyak dilihat dari sudut pandang

psikologis dan ilmu informasi. Proses pembuatan kebijakan terfokus pada

sesuatu yang ada pada benak individu atau kelompok pembuatan kebijakan

publik itu. Formulasi kebijakan publik dalam pandangan ini terbagi

menjadi dua pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan pertama, memandang bahwa proses pembuatan kebijakan

publik adalah sebuah proses yang terfokus pada aspek emosi manusia,

personalitas, motivasi, perilaku kelompok dan hubungan interpersonal.

2. Pendekatan kedua, menganalisis kebijakan dari sudut pandang

bagaimana permbuat kebijakan sebagai personal merespon stimulasi

dari lingkungan. Lebih menekankan tentang bagaimana seorang

pembuat kebijakan mengenali masalah, menggunakan informasi yang

dimiliki, menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang ada,

mempersepsi realitas yang ditemui, bagaimana informasi diproses dan

informasi dikomunikasikan dalam organisasi.

Peran negara terhadap masyarakat hanya bisa diukur dengan kebijakan. untuk itu, teori kebijakan digunakan dalam penelitian ini untuk melihat secara mendalam peran negara terhadap permasalahan peningkatan harga beras di

Universitas Sumatera Utara kabupaten Nias. Teori kebijakan yang digunakan hanya fokus pada formulasi kebijakan publik karena penelitian hanya melihat sejauh mana peran negara kepada masyarakat bukan bagaimana impelementasi ataupun evaluasi kebijakan.

1.5.3 Konsep Kedaulatan Pangan

Konsep kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dengan memanfaatkan produksi lokal. Menurut undang- undang nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, kedaulatan pangan ialah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.19 Artinya, kedaulatan pangan lebih menuntun masyarakat untuk kembali menggunakan sistem pertanian lokal yang selama ini telah hilang karena ada pengaruh subordinasi kekuatan luar atau pasar internasional.

Kedaulautan pangan jelas sangat berbeda dengan konsep ketahanan pangan yang selama ini digunakan oleh pemerintah Indonesia. Jika ketahanan pangan lebih menenkankan pada aspek ketersediaan pangan nasional tercukupi tanpa memperhatikan bagaimana pangan tersebut di peroleh yang akhirnya bermuara pada impor. Sedangkan kedaulatan pangan menekankan ketersedian pangan bagi seluruh masyarakat tetapi harus memanfaatkan potensi sumber daya

19 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, pasal 1 ayat 2

Universitas Sumatera Utara lokal yang diproduksi menggunakan prinsip pertanian berkelanjutan, ramah lingkungan dan sesuai secara budaya.

Menurut Nur Saudah Al Arifa, dkk ada 5 pilar tercapainya kedaulatan pangan. Pertama, politik dan kebijakan pangan yang berpihak kepada pertanian lokal. Kedua, adanya optimalisasi sumber daya lahan dan air. Ketiga, kemandirian proses produksi dan infrastruktur pertanian. Keempat, adanya jaringan dan kelembagaan petani. Terakhir, membangun budaya konsumsi pangan lokal.20

Tetapi, pada penelitian ini kita akan menggunakan konsep kedaulatan pangan

Serikat Petani Indonesia yang berada dibawah naungan La Via Campesina

(organisasi perjuangan petani internasional) dan menjadi kelompok yang memperkenalkan konsep kedaulatan pangan kepada Indonesia dan dunia. Pada

Rome Declaration on World Food Security bulan November tahun 1996 di Roma,

Italia, oleh World Food Summit (WFS), La Via Campesina sebagai organisasi perjuangan petani internasional menjelaskan konsep kedaulatan pangan kepada

183 negara yang berhadir.

Serikat Petani Indonesia menegaskan terdapat tujuh prasyarat utama yang harus dipenuhi untuk menegakkan kedaulatan petani, yaitu:21

1. Pembaruan Agraria;

2. Adanya hak akses rakyat terhadap pangan;

20 Subejo, Nur Saudah Al Arifa, M. Hidayat. 2014. 5 Pilar Kedaulatan Pangan Nusantara. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press). 21 Admin SPI. Kedaulatan Pangan , dimuat di berita online, teresedia di https://www.spi.or.id/isu- utama/kedaulatan-pangan/, di akses pada 22 Oktober 2016 pukul 15.30 Wib

Universitas Sumatera Utara 3. Penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan;

4. Pangan untuk pangan dan tidak sekadar komoditas yang diperdagangkan;

5. Pembatasan penguasaan pangan oleh korporasi;

6. Melarang penggunaan pangan sebagai senjata;

7. Pemberian akses ke petani kecil untuk perumusan kebijakan pertanian.

Untuk menjamin ketujuh syarat-syarat tersebut berjalan, SPI bersama La

Via Campesina menetapkan kedaulatan pangan harus berdiri diatas beberapa prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

1. Alat produksi utama (tanah dan air) harus dikuasai dan dikelolah oleh

rakyat dan BUMN

2. Alat produksi benih menggunakan benih lokal atau bank benih lokal, bukan

benih hasil produksi perusahaan-perusahaan.

3. Model produksi menggunakan sistem agro ekologi.

4. Skala produksi pangan harus kecil, menengah dan tidak monokultur.

5. Target dari distribusi pangan adalah pasar lokal dan menengah.

6. Level transportasi pangan hanya untuk jarak dekat dan menengah.

7. Orientasi pasar adalah kebutuhan sendiri dan domestik.

8. Untuk Perdagangan internasional berdasar atas pertimbangan

Universitas Sumatera Utara 9. Energi- bahan bakar harus terkendali untuk BBM dengan terus menyiapkan

dan menggunakan alternative sumber energi dari tanaman non-pangan serta

meminimalisir emisi karbon/ polusi udara.

10. Pelaku/ subyek usaha adalah rakyat (koperasi, UKM dan industri kecil),

BUMN dan Swasta sebagai kekuatan pendukung.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu sebagai bentuk penelitian yang mengeksplorasi dan memahami makna dari masalah sosial atau kemanusiaan.22

Penelitian ini akan menggunakan cara pandang induktif karena penelitian ini untuk mengekspolarasi dan memahami makna tidak dimulai dari hipotesa melainkan dari data-data yang bersifat khusus.

Penelitian ini mencoba melihat kondisi ketersedian beras Kabupaten Nias.

Sesuai dengan data tentang selalu terjadi peningkatan harga beras setiap tahun di

Kabupaten Nias, peneliti akan mengungkapkan penyebab utama ketidakstabilan harga beras tersebut dan dampaknya terhadap perekonomian masyarakat.

Pemerintah merupakan penanggung jawab utama setiap permasalahan yang di hadapin masyarakat, terlebih ketika menyangkut kepentingan masyarakat banyak. Penelitian ini fokus untuk mengungkapkan, menganalisis secara objektif

22 John W. Creswell. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hal. 4.

Universitas Sumatera Utara dan kritis bagaimana peran pemerintah daerah Kabupaten Nias terhadap stabilisasi harga beras pada tahun 2014.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara

(interview), observasi (observation), dan dokumentasi (documentation). Data primer diperoleh melalaui cara melakukan wawancara langsung dengan informan kunci dan observasi kebeberapa pasar atau toko-toko tertentu untuk mendapatkan data tentang perkembangan harga beras secara langsung. Sedangkan untuk data sekunder didapatkan dari buku, artikel, dan dokumen-dokumen resmi.

Adapun yang menjadi informan kunci untuk di wawancarai dalam penelitian ini, antara lain :

1. Drs. Sokhiatulo Laoli, MM, selaku Bupati Kabupaten Nias dan Ketua

Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias.

2. Fonaso Laoli, A.MD, SE, selaku kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nias.

3. Ir. Yusuf Laoli, selaku kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan

Pertanian.

4. Drs. Ingati Hura, selaku kepala dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDA

Kabupaten Nias.

5. Kurnia Hasibuan, selaku kepala kantor Seksi Logistik Bulog

Gunungsitoli/se-kepulauan Nias.

Universitas Sumatera Utara 1.6.3 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Analisa data deskriptif diharapkan dapat mempermudah peneliti memahami dan menafsirkan data atau angka yang didapatkan pada saat penelitian. Data – data yang diperoleh seperti data undang-undang perberasan, perkembangan harga beras di kabupaten Nias, kebijakan – kebijakan pemerintah daerah tentang stabilisasi harga beras ataupun pelaksanaanya disatukan dan dianalisis menggunakan teori negara dan kebijakan. Hasil dari data yang telah di analisis selanjutnya akan ditarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan.

1.6.4 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan

BAB II : Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat profil kabupaten Nias.

Uraian yang dimaksud antara lain berupa sejarah singkat kabupaten tersebut, kondisi geografis, demografi penduduk, dan lain sebagainya.

BAB III : Pada bab ini data dan informasi tentang peran pemerintah dalam stabilasasi harga beras di Kabupaten Nias dikumpulkan dan di analisis dengan teori negara dan teori kebijakan.

BAB IV : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN NIAS

2.1 Sejarah Singkat Kabupaten Nias

Kabupaten Nias merupakan salah satu kabupetan yang ada di pulau Nias dan masuk kedalam wilayah kerja pemerintahan provinsi Sumatera Utara.

Menurut catatan sejarah Nias sejak tahun 1864 telah menjadi bagian dari wilayah

Residentil Tapanuli yang termasuk dalam lingkungan Government Sumatera

Wesiklet yang artinya Nias menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda.

Awalnya Nias menjadi bagian dari Residentil Tapanuli. Pada tahun 1919

Residentil Tapanuli terbagi menjadi 4 Afdeeling23 diantarnya Afdeeling ,

Afdeeling Padang Sidempuan, Afdeeling Batak Landen dan Afdeeling Nias.

Pembentukan Afdeeling Nias atas dasar beberapa pertimbangan Nias salah satunya pertimbangan antropologis dan Afdeeling ini mencakup pulau-pulau di sekitar pulau Nias (kecuali Pulau-Pulau Batu)24.

Tahun 1928 Afdeeling Nias terdiri dari 3 Onderafdeeling yaitu

Onderafdeeling Nias Selatan dengan ibu kota Teluk Dalam, Onderafdeeling Nias

Utara dengan ibu kota dan Onderafdeeling Nord Nias. Dibawah

Onderafdeeling terdapat 2 tingkat lagi yaitu tingkat Distrik dan Onderdistrik dan

23 Sebuah wilayah administratif masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda setingkat Kabupaten dan dipegang oleh seorang asisten residen. Suatu Afdeeling terdiri dari beberapa Onderafdeeling atau setingkat Kawedanan (wilayah administrasi dibawah Kabupaten dan diatas Kecamatan). 24 Namun Pulau-pulau Batu dimasukkan kewilayah Afdeeling Nias pada bulan Desember 1928 dan berstatus sebagai Onderafdeeling Nord Nias.

Universitas Sumatera Utara tingkat Kampung yang dipimpin oleh Salawa (Nias Utara) dan Si Ulu (di Nias

Selatan).

Pada zaman penjajahan Jepang, berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 tahun 1942 bentuk pemerintahan dan peraturan Nias masih menggunakan sistem pada zaman Hindia Belanda. Perbedaan hanya terletak pada nama saja seperti

Afdeeling berubah nama menjadi Gunsu Sibu dan dipimpin oleh seorang Setyotyo,

Onderdistrik berubah nama menjadi Fuku Gu dan dipimpin oleh seorang Fuku

Guntyo.

Pasca kemerdekaan Indonesia, tahun 1946 pemerintahan Nias berubah menjadi Kabupaten Nias yang dipimpin oleh seorang Bupati. Tahun 1953

Kabupaten Nias dibentuk menjadi 3 kecamatan yaitu kecamatan Gido, kecamatan

Gomo dan kecamatan Alasa. Berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 1956

Kabupaten Nias ditetapkan sebagai daerah otonom yang disebut Daerah Swatantra

Kabupaten Daerah Tingkat II Nias, yang langsung dipimpin oleh Bupati Kepala

Daerah. Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintah maka dibentuk Dewan

Pemerintahan Daerah yang dipilih dari anggota DPRD, walau ketua DPRD dari tahun 1961-1969 dirangkap langsung oleh Bupati Kepala Daerah.25

Selanjutnya tanggal 28 Juli tahun 2003 secara resmi Kabupaten Nias dimekarkan menjadi Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan. Pemekaran ini berdasarkan keputusan DPRD Kabupaten Nias Nomor: 02/KPTS/2000 Tentang

25 Admin, Sejarah Kabupaten Nias,dimuat di media online tanggal 27 Agustus 2012, tersedia di http://niaskab.go.id/sejarahkabupatennias/, di akses pada 20 Desember 2016 pukul 09.44 Wib.

Universitas Sumatera Utara Persetujuan Pemekaran Kabupaten Nias Menjadi Dua Kabupaten, Keputuasan

DPRD Provinsi Sumatera Utara Nomor: 19/K/2002 Tanggal 25 Agustus 2002,

UU Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2002 Tanggal 25 Februari 2003 Tentang

Pembentukan Kabupetan Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat dan Kabupaten

Humbang Hasundutan, dan Lembaran Negara RI Nomor 29 Tahun 2002 tanggal

28 Juli 2003. Pasca pemekaran wilayah Kabupaten Nias berkurang dari 22

Kecamatan menjadi 14 Kecamatan.

2.2 Letak Geografis

Kabupaten Nias adalah Kabupaten yang berada di kepulauan Nias atau berjarak ± 86 mil laut dari kota Sibolga. Secara geografis Kabupaten Nias terletak pada garis 0 12` - 1 32` Lintang Utara (LU) dan 97 – 98 Bujur Timur (BT) yang berarti ⁰ dekat dengan⁰ garis khatulistiwa. Berikut⁰ batas⁰ – batas wilayah kabupaten Nias:26

• Sebelah Utara : Kota Gunung Sitoli dan Kabupaten Nias Utara.

• Sebelah Selatan : Kabupaten Nias Selatan.

• Sebelah Timur : Kota Gunungsitoli dan Samudera Indonesia.

• Sebelah Barat : Kabupaten Nias Barat dan Kabupaten Nias Utara.

26 Dokumen RPJMD kabupaten Nias tahun 2011 – 2016.

Universitas Sumatera Utara Gambar 1 : Peta Wilayah Kabupaten Nias

Keterangan

• Warna Biru Kabupaten Nias Utara • Warna Hijau Tua Kota Gunungsitoli • Warna Ungu Kabupaten Nias Barat • Warna Pink Kabupaten Nias • Warna Hijau Muda Kabupaten Nias Selatan

Sumber : Badan Pusat Statistika Kabupaten Nias2014

Letak Kabupaten Nias jika dilihat dari peta diatas menjadi jalur lintas antar

Kabupaten di pulau Nias sehingga potensi pembangunan di bidang ekonomi sangat besar. Selain itu jalur transportasi juga sangat dekat, dimana setiap masyarakat diluar kepulauan Nias yang ingin datang ke kabupaten Nias dapat menggunakan dua akses transportasi.

Pertama, melalui akses udara dari bandara Udara Binaka Gunungsitoli –

Bandara Udara Kualanamu Medan dengan waktu tempuh sekitar 50 menit dan frekuensi penerbangan 5 – 6 kali perhari. Kedua, menggunakan jalur transportasi laut dari pelabuahan laut Gunungsitoli menuju pelabuhan Sibolga, Singkil,

Padang dan Tanjung Priuk dengan waktu tempuh minimal 7 jam dan frekuensi pelayaran setiap hari.

Universitas Sumatera Utara Menurut Badan Pusat Statistika pada tahun 2012 luas wilayah Kabupaten

Nias mencapai 1.004,06 km². Apabila dibandingkan dengan Kabupaten/ kota lainnya di kepulauan Nias, wilayah Kabupaten Nias berada diurutan dua setelah kabupaten Nias Selatan sebagai Kabupaten terluas. Wilayah Kabupaten Nias yang cukup luas tersebut berdasarkan hasil citra satelit Alos 23.606,11 Ha menjadi hutan, 18.613.87 Ha menjadi lahan pertania kering, 12.423,49 Ha menjadi kebun campuran, 10.336,55 Ha menjadi tanaman horticultural, 6.358,38 Ha menjadi sawah dan selebihnya berisi mangrove, gambut dan lainnya.

2.3 Pemerintahan

Sejak tahun 1946 Nias telah ditetapkan sebagai salah satu Kabupaten di

Indonesia dengan tiga kecamatan didalamnya antara lain kecamatan Gido, kecamatan Alasa dan kecamatan Gomo dan pada tahun 1956 Kabupaten Nias mengalami pemekaran menjadi empat kecamatan. Mempertimbangkan luasnya wilayah kerja pemerintah Kabupaten Nias dan jumlah penduduk yang setiap tahun bertambah sejak tahun 1992 Kabupaten Nias terus berkembang dalam beberapa kecamatan hingga pada tahun 2008 berdasarkan Peraturan Daerah kabupaten Nias

Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kecamatan Tugala Oyo dan

Kecamatan Gunungsitoli Barat di Kabupaten Nias mengalami pemekaran dengan keseluruhan 34 kecamatan.27

27 Admin. Sejarah Kabupaten Nias, dimuat di media online tanggal 27 Agustus 2012, tersedia di http://niaskab.go.id/sejarahkabupatennias/, di akses tanggal 11 26 2016 pukul 03. 20 wib.

Universitas Sumatera Utara Tahun 2009 kabupaten Nias mengalami pemekaran menjadi 4 wilayah

Kabupaten/Kota. Keputusan tersebut berdasarkan pasal 4 Undang – Undang

Republik Indonesia Nomor 45 tentang pembentukkan Kabupaten Nias Utara,

Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008 tentang pembentukkan Kabupaten Nias Barat, Undang – Undang Republik Indonesia

Nomor 47 Tahun 2008 tentang pembentukkan Kota Gunungsitoli 46. Peraturan tersebut semakin memperkecil ruang otoritas kabupaten Nias kedalam 10 kecamatan dengan 170 desa/ kelurahan, yaitu:

Tabel 2. Daftar Kecamatan – Kecamatan di Kabupaten Nias

Nama Luas Wilayah Banyak Desa/ No. Kecamatan Ibukota Kecamatan (km²) Kelurahan

1 Idanogawo Tetehosi 231,61 28

2 Bawolato Sisarahili Bawalato 189,75 25

3 Ulugawo Holi Tanoniko’o 98,31 14

4 Ma'u Lasara Siwalu Banua 69,85 11

5 Somolo - molo Somolo-molo 35,39 11

6 Hiliduho Hiliduho 68,4 16

7 Hili Serangkai Dahadano Batombowo 63,46 15

8 Gido Hiliweto 105,68 21

9 Botomuzei Hiliwaele I 52,06 18

10 Sogae’adu Tulumbaho. 89,55 11

Jumlah 1.004,06 km² 170

Sumber :Badan Penelitian Pengembangan Statistika kabupaten Nias Tahun 2015

Universitas Sumatera Utara Tabel diatas menjelaskan bahwa setelah kecamatan Gido mekar menjadi

Sogae’adu, kecamatan terluas wilayah administratif dimiliki kecamatan

Idanogawo. Jumlah 170 desa di kabupaten Nias dimulai sejak terjadi pemekaran dari 119 desa pada tahun 2011 menjadi 170 pada tahun 2012 hingga tahun 2014.

Berdasarkan ukuran kemajuan yang dicapai setiap desa/ kelurahan di bidang ekonomi, pendidikan, keamanan, kesehatan, sosial budaya, ketertiban dan kedaulatan politik masyarakat diantara 170 desa di kabupaten Nias dapat di kalisifikan kedalam 3 kategori, yaitu:28

• 75 desa Swadaya atau desa dengan tingkat kemajuan berdasarkan indikator

yang suda ditentukan dibawah tingkat kemajuan kota dan nasional.

• 90 desa Swakarya atau desa dengan tingkat kemajuan sama atau diatas

tingkat kemajuan kota tetapi lebih rendah dari nasional.

• 5 desa Swasembada desa dengan tingkat kemajuan diatas tingkat kemajuan

nasional.

Sejak terbentuk sebagai pemerintah Kabupaten pada tahun 1946, kabupaten Nias telah mengalami pergantian kepemimpinan (Bupati) sebanyak 18 kali. Tahun 1946 – 1947 bupati Kabupaten Nias bernama D.Z. Marunduri dan wakilnya bernaman Luhak, sedangkan bupati terakhir Kabupaten Nias dari periode 2011 – 2015 hingga periode 2016 – 2021 bernama Drs.Sokhiatulo laoli,

MM dan Aroshoki Waruwu, SH, MM sebagai Wakil Bupati. Untuk tingkat

28 Data BPPS . Nias Dalam Angka 2015. (Nias: BPPS Kabupaten Nias), hal. 21

Universitas Sumatera Utara legislative, anggota DPRD kabupaten Nias periode 2014 – 2019 berjumlah 25 orang dari 3 daerah pemilihan (dapem) dengan keseluruhannya laki-laki. Saat ini

DPRD kabupaten Nias dipimpin oleh Yaredi Laoli dan wakilnya Yulius Lase dan

Alfrin Zebua.

2.3.1 Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Nias Periode 2011 – 2016

Visi : “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Nias Yang Maju, Mandiri dan

Sejahtera”

Misi : - Membangun Infrastruktur dan Prasarana Fisik Wilayah Secara Merata

dan Berwawasan Lingkungan.

- Meningkatkan Kualitas Hidup dan Daya Saing Masyarakat.

- Membangun Perekonomian Daerah Yang Berbasis Pada Ekonomi

Kerakyatan Secara Merata dan Berkeadilan.

- Menyelenggarakan Tata Kelola Pemerintah Yang Baik Dengan Birokrasi

Yang Melayani Dan Profesional.

- Menata Kehidupan Sosial Kemasyarakatan Yang Berbudaya, Religius

Dan Taat Hukum.

2.4 Demografi Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Nias berdasarkan Badan Pusat Statistika

Kabupaten Nias sekitar 136.115 jiwa. Menurut Kecamatan jumlah penduduk

Kabupaten Nias terbanyak berada di kecamatan Idanogawo sedangkan terendah di

Universitas Sumatera Utara Kecamatan Ma’u. Tingkat pertumbuhan setiap tahunnya cukup tinggi hal ini terlihat dari jumlah penduduk tahun 2010 sekitar 131.377 jiwa dan pada tahun

2015 jumlah penduduk kabupaten Nias telah mencapai 136.115 jiwa. Berikut grafik pertumbuhan penduduk kabupaten Nias kurun waktu 2010 s.d. 2015:29

Grafik 2. Grafik Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Nias 2010 - 2015 137,000 136,115 136,000 135,000 135,319 134,000 133,388 133,000 132,605 132,860 132,000 131,377 131,000 130,000p 129,000 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Data BPS Kabupaten Nias dan BPS Sumut

Data pertumbuhan penduduk diatas menunjukkan setiap tahunnya lebih dari seribu jiwa penduduk Kabupaten Nias bertambah. Untuk pertumbuhan dari tahun 2011 ke tahun 2012 tidak mencapai angka seribu, namun pada tahun 2012 ke tahun tahun 2013 penambahan penduduk lebih dari dua ribu jiwa. Pertumbuhan penduduk tersebut banyak terjadi di pedesaan – pedesaan walaupun begitu kepadatan penduduk di kabupaten Nias termasuk jarang jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Sumatera Utara yaitu 135,8 jiwa/Km².

29 Didapatkan dari BPS Kabupaten Nias dan BPS Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 2.4.1 Suku

Selain itu, penduduk Kabupaten Nias terdiri dari beranekaragam jenis suku bangsa. Suku – suku penduduk di kabupaten Nias terdiri dari suku Nias, suku

Jawa, Batak, Melayu, Minang, Aceh dan lain-lain. Secara persentase suku Nias menjadi mayoritas dengan mencapai lebih dari 90% seluruh jumlah penduduk kabupaten Nias.

2.4.2 Agama

Masyarakat Kabupaten Nias terdiri dari bermacam – macam agama dan kepercayaan. Berdasarkan cerita masyarakat setempat agama Kristen menjadi aliran kepercayaan pertama yang berkembang di Nias dan kemudian disusul agama lainnya seperti katolik, islam dan lainnya.

Mayoritas masyarakat Kabupaten Nias memeluk agama Kristen Protestan dengan jumlah 119.183 Jiwa. Bangunan rumah ibadah pada tahun 2014 terdapat

747 unit dimana 10 unit masjid, 631 unit gereja protestan dan 116 unit gereja katolik yang tersebar di seluruh kecamatan.

2.4.3 Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan pilihan pekerjaan seseorang. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan bekerja di jabatan – jabatan pemerintahan atau menjadi manager di perusahaan sedangkan mereka yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah hanya pekerja

Universitas Sumatera Utara sebagai petani, buruh atau nelayan. Indikator pendidikan masyarakat dapat dilihat dari jumlah fasilitas pendidikan dan angka partisipasi pendidikan di daerah tersebut.

Letak geografis kepulauan Nias yang jauh dari pusat perkotaan, memiliki dampak buruk terhadap dunia pendidikan. Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pendidikan sangat rendah walaupun program pemerintah daerah Kabupaten Nias khusus pendidikan terus tingkatkan. Hasilnya pada tahun 2013 jumlah sekolah

Taman Kanak – kanak terdapat 11 unit, Sekolah Dasar terdapat 151 unit dengan kondisi bangunan yang rata-rata dibawah standard, SMP terdapat 47 unit dengan keselurahan murid 9.104 orang, guru 162 dan rasio perbandingan setiap 1 orang guru mendidik 56 orang murid.

Untuk tingkat SMA/SMK terdapat 20 unit dengan jumlah siswa 4283 dan jumlah guru 351. Sedangkan angka partisipasi pendidikan murni di Kabupaten

Nias untuk tingkat SD sebesar 88,87 persen, tingkat SMP 47,51 persen dan untuk tingkat SMA 42,84 persen,30 tingkat perguruan tinggi partisipasi masyarakat sangat rendah karena universitas atau perguruan tinggi lainnya belum hadir di kabupaten Nias.

2.5 Kondisi Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi di setiap daerah merupakan indikator untuk melihat pembangunan dibidang ekonomi. Laju perubahan ekonomi yang terjadi ke arah

30 Data BPPS . Nias Dalam Angka 2015. (Nias: BPPS Kabupaten Nias), hal 61.

Universitas Sumatera Utara lebih baik di berbagai sektor ekonomi menjadi bagian penting dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.31

Dilihat dari angka statistik pada tahun 2014 Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) atas dasar berlaku Kabupaten Nias sebesar Rp 2.420.850 juta atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu Rp 2.197.669 juta.

Peningkatan PDRB tersebut ditopang oleh tiga sektor utama produk domestik bruto Kabupaten Nias yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan.32 Namun, secara keseluruhan perekonomian Kabupaten Nias tahun 2014 mengalami

31 Dokumen resmi RPJMD Kabupaten Nias Tahun 2011-2016. Hal. 56 32 Data BPPS . Nias Dalam Angka 2015. (Nias: BPPS Kabupaten Nias), hal. 295

Universitas Sumatera Utara perlambatan dibanding tahun 2013, dimana PDRB pada tahun 2013 dari 6,35 persen menjadi 5,47 persen pada tahun 2014.

2.5.1 Pertanian

Kekuatan utama perekonomian masyarakat di Kabupaten Nias adalah hasil produksi di sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Nias setiap tahunnya menjadi penyumbang lebih dari 50 persen dari keseluruhan Pendapatan regional.

Pada tahun 2014 sektor pertanian menyumbang 57 persen PDRB Kabupaten Nias, kemudian disusul 20 persen di bidang jasa-jasa dan selebihnya didapatkan dari sektor-sektor perekonomian lainnya. Berikat data produk domestik regional bruto di sektor pertanian dari tahun 2011 – 2014.

Grafik 2.2. Jumlah Peran Pertanian di PDRB Kabupaten Nias dari Tahun 2011 - 2014 (%) 57.5

57 57 57

56.5

56 56

55.5 55.59

55

54.5 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Sumber : Data BPPS Kabupaten Nias Tahun 2015

Artinya setiap tahun kontribusi di sektor pertanian menjadi sumber pendapatan utama perekonomian Kabupaten Nias lebih dari 50 persen. Hasil

Universitas Sumatera Utara pertanian Kabupaten Nias terdiri dari tanaman pangan, tanaman hortikultura dan perkebunan. Berikut komoditas pertanian unggulan Kabupaten Nias dari tahun

2013-2015.

Tabel 2.1. Komoditas Pertanian Unggulan Kabupaten Nias Tahun 2013-2014

No. Hasil Pertanian Luas (Ha) Produksi (Ton)

2013 2014 2015 2013 2014 2015

1. Tanaman Pangan

• Padi Sawah 9.198 6.640 9.298 41.400 31.864 37.196

• Ketela Pohon 102 104 97 795 728 763,50 • Ketela Rambat 160 113 120 870 433 502,90 • Jagung

60 42 72 120 148 262

2. Hortikultural

• Kacang Panjang 150 39 39 375 123,9 123

• Terung 120 23 29 384 72 8,96 • Bayam 92 23 17 415 101 75,2 • Pisang

• Cabai 162 430 97 862 1.771 528

Universitas Sumatera Utara 58 69 36 157 524 147,50

3. Perkebunan

• Karet 4.944 8.713 8.807 3.815 5.495 5.478

• Kelapa 3.830 1.522 1.538 2.998 763 1.451 • Kakao 1.421 1.421 1.473 1.525 633,35 623

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias

Tabel diatas menunjukkan tanaman padi sawah menjadi komiditi utama tanaman pangan. Untuk hortikultural jenis tanaman pisang merupakan komiditi yang mengalami peningkatan hasil produksi setiap tahun. Sedangkan untuk perkebunan jenis tanaman karet memiliki hasil produksi paling besar dan setiap tahunnya luas lahannya bertambah, berbeda dengan tanaman kelapa dan kakao yang mengalami penyempitan lahan dan penurunan hasil produksi setiap tahun.

Apabila diperbandingkan ketiga jenis hasil pertanian diatas, perkebunan menjadi jenis tanaman yang mendominasi pertanian di kabupaten Nias khususnya tanaman karet. Luas lahan produksi tanaman perkebunan Kabupaten Nias pada tahun 2015 adalah 11.818 Ha Khusus untuk karet 8.807 Ha berdasarkan data dari badan statistika kabupaten Nias jumlah rumah tangga yang bekerja dibidang perkebunan khusus karet sebesar 12.103 rumah tangga. Sedangkan tanaman padi sawah pada tahun 2015 hanya bahkan sejak tahun 2013 mengalami pengurangan

Universitas Sumatera Utara luas lahan. Artinya, masyarakat Kabupaten Nias belum menempatkan tanaman padi sawah sebagai komoditi pertanian utama yang harus di produksi.

2.5.2 Kemiskinan

Sebuah pertumbuhan ekonomi yang buruk akan memperbesar angka kemiskinan. Kemiskinan merupakan dampak dari rendahnya pendapatan masyarakat dan hal tersebut tidak sebanding dengan angka pengeluaran masyarakat yang setiap bulannya tinggi. Kemiskinan penduduk sangat mempengaruhi perkembangan suatu daerah.

Kabupaten Nias merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera

Utara yang miliki angka kemiskinan tinggi. Pada tahun 2015 menurut data Badan

Pusat Statistika Provinsi Sumatera Utara jumlah angka kemiskinan di Kabupaten

Nias mencapai 24.530 jiwa. Jumlah tersebut lebih besar dari pada tahun 2014 yaitu 22.210 jiwa.33

33 Sumut.bps.go.id/frontend/linkTableDinamis/view/16JumlahPendudukKabupaten/Kota20102015, diakses pada 08 Januari 2017 pukul 11.51 WIB

Universitas Sumatera Utara

Grafik penduduk miskin kabupaten Nias di atas menunjukkan sejak tahun

2010 hingga tahun 2014 mengalami penurunan yang cukup signifkan setiap tahunnya. Tetapi, pada tahun 2015 jumlah penduduk miskin terjadi peningkatan yang tinggi dimana dari jumlah penduduk miskin tahun 2014 hanya 22.210 pada tahun 2015 telah menembus angka 24.530 ribu jiwa.

Universitas Sumatera Utara BAB III ANALISIS PERAN PEMERINTAH KABUPATEN NIAS DALAM STABILISASI HARGA BERAS TAHUN 2014

3.1 Kondisi Beras di Kabupaten Nias Tahun 2014

Beras merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi bagi 136.115 jiwa masyarakat Kabupaten Nias. Kebutuhan beras yang harus terpenuhi bagi masyarakat Kabupaten Nias sangat besar karena jumlah konsumsi yang sangat tinggi, bahkan bisa dikatakan diatas rata-rata jumlah konsumsi Nasional maupun

Provinsi Sumatera Utara.34 Perilaku konsumsi tersebut merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sangat sulit untuk di ubah.

Upaya pemenuhan kebutuhan beras tersebut diperoleh melalui penggunaan beras hasil pertanian lokal dan beras yang dibeli dari beberapa daerah diluar kepulauan Nias seperti dari Sibolga, Padang Sidempuan, Siantar maupun beras yang di perjual-belikan oleh pemerintah. Sejauh ini Kabupaten Nias mampu memproduksi beras lokal dalam jumlah yang besar karena memiliki lahan kering, lahan tidur dan lahan pertanian yang luas. Berdasarkan pengamatan dilapangan

Kecamatan Bawalato menjadi wilayah produksi padi terbesar di Kabupaten Nias, berikut data produktivitas padi sawah di Kabupaten Nias tahun 2014.35

34 Menurut Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Nias masyarakat Kabupaten Nias mengkonsumsi beras melebihi standard karena banyak masyarakat yang mengkonsumsi nasi 3-4 kali sehari. 35 Dinas pertanian Kabupaten Nias hanya memiliki data padi sawah bukan dalam bentuk beras.

Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Jumlah Luas Panen dan Produksi Padi Sawah Kabupaten

Nias Tahun 2014

Padi Sawah

No. Kecamatan Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton)

1. Idanogawo 1813 8.702

2. Bawalato 2050 9.840

3. Ulugawo 31 140

4. Gido 841 4.036

5. Sogaeadu 1805 8.664

6. Ma’u 9 43

7. Somolo-molo - -

8. Hiliduho 7 34

9. Hili Serangkai - -

10. Botomuzoi 84 403

Nias 6.640 31.864

Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias

Universitas Sumatera Utara Tabel diatas menunjukkan bahwa tanaman padi sawah di Kabupaten Nias mampu memproduksi padi dalam jumlah yang besar, walaupun luas lahan padi sawah mengalami penyempitan dibanding tahun 2013 yang mencapai 9.198 Ha.

Namun, produksi padi sawah sebagian besar hanya terdapat di tiga kecamatan saja yaitu kecamatan Bawalato, kecamatan Idanogawo dan kecamatan Sogaeadu, sedangkan di Kecamatan lain jumlah produksinya sangat rendah, bahkan

Kecamatan Ma’u dan Kecamatan Hiliserangkai pada tahun 2014 tidak memproduksi padi sawah sama sekali yang artinya Kecamatan tersebut tidak memiliki produksi beras.

Kondisi tersebut menunjukkan ada ketimpangan besar dalam produksi beras antar Kecamatan di Kabupaten Nias. Sebuah ketimpangan produksi beras yang terjadi akan berdampak pada harga beras di regional Kabupaten Nias terlebih jika jumlah produksi tidak mencukupi seluruh kebutuhan. Kondisi ini dipertegas oleh pernyataan dari kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM

Kabupaten Nias, Ingati Hura yaitu

“Produksi beras lokal Kabupaten Nias sampai saat ini belum merata sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Jadi kita harus mendatangkan beras dari luar daerah seperti Sibolga, Padang Sidempuan, Siantar karena kalau tidak pasti terjadi kelaparan dan ini yang membuat harga beras di Kabupaten Nias tinggi. Proses jual-beli kebutuhan di Kabupaten Nias tidak hanya beras ya, kita tetap masih mengandalkan pasar-pasar tradisional yang tersebar di seluruh Kabupaten”36

36 Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM Kabupaten Nias pada Jum’at 13 Januari 2017 Pukul 10.21 WIB

Universitas Sumatera Utara Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa 31.864 ton padi sawah yang di produksi petani lokal pada tahun 2014 masih belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi beras di Kabupaten Nias. Kekurangan tersebut membuka peluang besar masuknya beras dari daerah-daerah lain, baik melalui Bulog maupun pedagang- pedagang lokal. Jalur distribusi beras melalui pedagang-pedagang lokal cukup panjang dan tidak terkontrol sehingga berdampak pada harga beras di seluruh pasar dan toko yang ada di Kabupaten Nias.

Dilain pihak, menurut Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan yang diwakili oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Soarota

Zendrato, A.Md kondisi beras di Kabupaten Nias pada Tahun 2014 berbanding terbalik dari pernyataan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM Kabupaten

Nias, yaitu

“Sebenarnya produksi padi sawah kita mampu mencukupi kebutuhan beras Kabupaten Nias. Saat ini rata-rata produksi lahan sawah kita mencapai 47,7 kuintal/Ha. Tetapi, selain pola konsumsi beras yang tinggi permasalahan perilaku petani kita yang selalu menjual ke Kota Gunungsitoli hasil panen dan juga banyak tengkulak-tengkulak itu turun kelapangan membeli kepada petani”37 Secara tidak langsung pernyataan Soarota Zendrato membantah pernyataan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM Kabupaten Nias tentang kondisi beras yang di produksi petani lokal. Walaupun luas wilayah pertanian padi sawah setiap tahun berkurang namun produksi padi sawah mampu mencukupi kebutuhan beras karena hasilnya mencapai 47,7 kuintal/Ha atau lebih

37 Hasil wawancara langsung di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias pada Senin 16 Januari 2017 Pukul 13.25 WIB

Universitas Sumatera Utara besar dari pada tahun 2013. Lebih jauh, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan menitiberatkan permasalahan beras adalah pola konsumsi masyarakat dan terjadinya perdagangan beras di Kabupaten Nias yang tidak terkontrol pemerintah.

Masyarakat Kabupaten Nias lebih banyak menggunakan pasar tradisional untuk tempat transaksi jual-beli sehingga pembangunan pasar-pasar tradisional merupakan upaya untuk menjaga kestabilan distribus beras yang merata.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM Kabupaten Nias saat ini terdapat 25 pasar tradisional, 28 toko dan 3 pasar umum di seluruh

Kabupaten Nias. Berikut rata-rata harga beras ramos dan beras lokal sepanjang tahun 2014 di Kabupaten Nias:38

38 Data diperoleh dari BPPS Kabupaten Nias

Universitas Sumatera Utara

Data diatas menunjukkan sepanjang tahun 2014 harga beras terendah beras ramos dan beras lokal di Kabupaten Nias adalah Rp 10. 700 dan Rp 8.700 di bulan Januari sampai bulan februari. Sedangkan harga tertinggi pada bulan

November dan bulan Desember yaitu Rp 11.300 dan Rp 9.333. Harga tersebut jelas masih diatas rata-rata harga beras nasional pada tahun 2014 yaitu Rp 8.935.

Tingginya harga beras tersebut jelas berdampak besar terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. Terlebih berdasarkan pengamatan dilapangan pola konsumsi masyarakat Kabupaten Nias sangat tinggi karena mereka pada umumnya makan

3-4 kali sehari dengan porsi yang sangat banyak, sehingga apabila dihitung jumlah konsumsi jelas berada diatas rata-rata konsumsi pertahun Pemerintah Provinsi

Universitas Sumatera Utara Sumatera Utara pada tahun 2014 setiap orang yaitu 141,2 Kg.39 Artinya, setiap orang membutuhkan lebih dari Rp 1,5 juta pertahun hanya untuk biaya kebutuhan khusus beras.

3.2 Penyebab Harga Beras Tidak Stabil

Sepanjang tahun 2014 harga beras di Kabupaten Nias dikategorikan tinggi.

Kategorisasi tersebut dilihat dari harga beras setiap bulan di tahun 2014 berada di atas rata-rata harga nasional. Menggunakan hukum ekonomi sederhana peningkatan harga suatu barang terjadi apabila permintaan terhadap barang tersebut tinggi sedangkan barang yang tersedia dilapangan terbatas. Selain itu, kemungkinan lain peningkatan harga suatu barang terjadi bila ada proses monopoli yang dilakukan oleh seseorang terhadap barang tersebut. Monopoli merupakan adanya penguasaan barang oleh satu orang atau satu kelompok sehingga harga barang tersebut dipasaran dapat dikendalikan oleh satu orang atau satu kelompok tertentu.

Peningkatan harga beras dikabupaten Nias memiliki banyak faktor dan setiap tahunnya sama. Tahun 2014 faktor-faktor tersebut beberapa diantaranya tidak menjadi perhatian dari pemerintah Kabupaten Nias sehingga sampai sekarang merupakan persoalan yang belum bisa teratasi. Lebih mengejutkan adalah pejabat pemerintah Kabupaten Nias terkait, tidak memiliki pemahaman yang sama tentang titik permasalahan peningkatan harga beras seperti pejabat di

39 Jumlah tersebut didapatkan dari penjelasan staf kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Nias

Universitas Sumatera Utara Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM. Berikut faktor-faktor peningkatan harga beras di Kabupaten Nias beserta dampak yang ditimbulkan:40

3.2.1 Kekurangan Produksi Beras Lokal

Konsumsi beras masyarakat Kabupaten Nias utamanya memanfaatkan beras produksi petani lokal. Menurut pengamatan dilapangan beras produksi petani lokal banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang berdudukan didesa, akan tetapi produksi tersebut hanya bisa mencukupi kebutuhan beras beberapa minggu pasca panen karena sebagian besar hasil panen diperjual-belikan di daerah lain seperti kota Gunungsitoli.

Memenuhi kebutuhan yang kurang, beras dari daerah luar menjadi penyuplai utama dimasyarakat sekitar kota maupun masayrakat desa.

Berdasarkan dari pemaparan dari Drs. Ingati Hura selaku Kepala Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan SDM

“kita tidak bisa mengontrol harga beras di Kabupaten Nias karena dari dulu, tahun 2014 sampai sekarang produksi beras lokal kita masih kurang. Bagaimana kita mengontrol kalau produksi lokal kita kurang? Itu tidak mungkin. Sejauh ini banyak faktor yang mempengaruhi kelemahan produksi kita seperti masalah lahan yang tersedia sangat terbatas”.41

40 Data tersebut didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan pejabat pemerintah Kabupaten Nias di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM, Bidang Ketahanan Pangan, dan kantor Seksi Logistik Bulog Gunungsitoli/se-kepulauan Nias serta didukung oleh data-data statistik dari Badan Penelitian Pengembangan dan Statistik Kabupaten Nias 41 Wawancara langsung dengan kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM Drs. Ingati Hura di kantornya pada Jum’at 13 Januari 2017 pukul 10:21 Wib

Universitas Sumatera Utara Staf Kansilog Nias yaitu Dicky Nugraha memberikan pernyataan yang sama

“mengenai peningkatan harga di akibatkan oleh ketersedian beras lokal yang kurang atau belum mencukupi kebutuhan, fluktuasi harga beras maupun rantai distribusi pasar yang terlalu panjang sehingga harus disuplai dengan beras Raskin”.42 Kedua pernyataan diatas menjelaskan bahwa persediaan beras lokal kita belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Kekurangan tersebut tidak hanya terjadi pada tahun 2014 saja melainkan permasalahan setiap tahun yang belum diselesaikan. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM lebih jauh menekankan bahwa upaya penanganan stabilisasi harga beras sangat tergantung pada kekuatan produksi beras lokal. Artinya, walaupun potensi ekonomi di bidang pertanian sangat besar karena memiliki lahan luas namun masih banyak masalah yang begitu kompleks menghambat peningkatan produksi dan selama produksi beras tidak meningkat maka harga beras di Kabupaten Nias tidak akan bisa di kontrol pemerintah baik melalui dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM maupun melalui Bulog. Harga beras di Kabupaten Nias sangat tergantung pada produksi beras lokal.

Kedua pernyataan di atas sangat berbeda dengan penjelasan dari dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias yang diwakili oleh Soarota

Zendrato,

42 Wawancara langsung dengan staf kKansilog Nias Dicky Nugraha pada tanggal 18 Januari 2017 pukul ‏‎11:06 Wib.

Universitas Sumatera Utara “Produksi padi sawah kita mampu mencukupi kebutuhan beras Kabupaten Nias. Saat ini rata-rata produksi lahan sawah kita mencapai 47,7 kuintal/Ha. Masalahnya petani kita menjular beras ke luar Kabupaten Nias yaitu Gunungsitoli atau para tengkulak itu turun kelapangan untuk membeli beras ke petani”.43 Penjelasan dari dinas pertanian diatas menenkankan bahwa permasalahan tidak terletak pada kemampuan atau hasil dari produksi beras lokal melainkan pada sistem perdagangan beras lokal. Proses perdaganan beras lokal sangat tidak terkontrol pemerintah sehingga petani maupun pedagang tidak mendahulukan kebutuhan regional masyarakat Kabupaten Nias. Walaupun begitu Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan membenarkan bahwa terjadi permasalahan terhadap produksi padi sawah dan pemerintah tetap melakukan penyuluhan untuk meningkatkan jumlah produksi lokal

“pertanian padi sawah kita punya masalah yang kompleks. Setiap tahunnya lahan padi sawah menyempit karena beberapa faktor seperti terjadi alih fungsi lahan dari sawah menjadi lahan perkebunan, masalah pengairan, sistem pertanian yang masih tradisional”44 Artinya, faktor kekurangan produksi beras sebagai penyebab peningkatan harga beras menjadi hal yang menuai perbedaan pendapat. Namun, Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan mengakui bahwa terjadi penyempitan lahan padi sawah di Kabupaten Nias yang di sebabkan oleh banyak hal. Meningkatnya jumlah produksi beras lokal mampu menekan harga beras di Kabupaten Nias dan pemerintah tetap berperan menjaga perdagangan beras lokal mampu menghambat masuknya beras luar masuk ke Kabupaten Nias.

43 Hasil wawancara langsung di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias pada Senin 16 Januari 2017 Pukul 13.25 WIB

44 Ibid

Universitas Sumatera Utara 3.2.2 Masuknya Beras Dari Luar

Beras yang di konsumsi masyarakat Kabupaten Nias berasal dari dua sumber yaitu beras pertanian lokal dan beras dari luar daerah. Masuknya beras dari daerah lain merupakan akibat dari kurangnya stok beras yang tersedia di masyarakat. Beras-beras tersebut didapatkan dari beberapa Kabupaten di

Sumatera Utara seperti Padang Sidempuan, Siantar, Sibolga, Deli Serdang melalui pedagang-pedagang lokal.

Perdagangan beras dari luar tahun 2014 pada umumnya melalui 28 toko yang ada di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Nias. Jalur distribusi yang panjang, ongkos transportasi yang besar dan kualitas yang lebih baik membuat harga beras dari luar lebih tinggi dibanding beras lokal. Selisih harga kedua jenis beras tersebut mencapai Rp 2.000/kg sepanjang tahun 2014. Selisih harga yang cukup tinggi tersebut tetap harus ditebus oleh masyarakat sebab stok beras lokal yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan karena sebagian beras tersebut di perdagangkan petani keluar Kabupaten Nias. Berdasarkan informasi yang didapatkan bahwa beras dari luar setiap harinya masuk ke Pulau Nias dalam jumlah berton-ton melalui jalur transportasi laut di pelabuhan Gunungsitoli.

Beras dari luar daerah tersebut tidak mampu dikendalikan oleh pemerintah

Kabupaten Nias. Menurut Drs. Ingati Hura “Beras dari luar daerah yang masuk ke Kabupaten Nias setiap hari berjumlah besar. Dan kita tidak bisa menghambat atau mengendalikan karena beras itu masuk melalui pelabuhan Angin dan itu

Universitas Sumatera Utara masuk wilayah pemerintah Kota Gunungsitoli”45 Penjelasan tersebut menegaskan pemerintah Kabupaten Nias tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan beras-beras yang masuk kewilayahnya karena permasalahan jalur distribusi.

Pemahaman lain, beras-beras dari luar tersebut secara penuh di serahkan kedalam mekanisme pasar sehingga ketentuan harga beras tergantung pada harga-harga yang diberlakukan oleh pedagang lokal.

3.2.3 Jalur Distribusi Beras

Salah satu penyebab peningkatan harga beras di Kabupaten Nias adalah permasalahan jalur distribusi beras yang panjang. Jalur distribusi yang panjang tidak hanya memakan ongkos perjalanan yang mahal namun permasalahan utama adalah keterlibatan agen-agen atau tengkulak yang banyak. Keterlibatan mereka tidak hanya merugikan petani karena membeli beras dengan harga murah tetapi berdampak buruk bagi konsumen karena harga penjualan yang tinggi.

Permasalahan mengenai jalur distribusi tidak hanya terjadi pada beras dari luar tetapi juga beras yang berasal dari produksi petani lokal. Lebih parah adalah tengkulak-tengkulak beras lokal hanya sebagian kecil memperdagangkan beras tersebut di wilayah Kabupaten Nias, faktor harga jual yang lebih tinggi mendorong para tengkulak memilih menjual beras-beras itu di Kota Gunungsitoli

45 Wawancara langsung dengan kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM Drs. Ingati Hura di kantornya pada Jum’at 13 Januari 2017 pukul 10:21 Wib

Universitas Sumatera Utara sehingga mengakibatkan kekurangan ketersediaan beras di Kabupaten Nias.

Berikut bagan sederhan rantai distribusi beras di Kabupaten Nias46

Bagan 1. Jalur Distribusi Beras Lokal dan Beras Luar di Kabupaten Nias

Beras Lokal

Penggilingan Padi Penampung Beras Petani (Tengkulak I) (Tengkulak II)

Konsumen Pedagang Tradisional (Tengkulak III)

Beras Luar

Distributor dari Toko-Toko Besar Toko Sedang/Kecil di

Luar Daerah* di Gunungsitoli Kabupaten Nias

Konsumen

Sumber : Hasil observasi lapangan peneliti di beberapa pasar tradisional, penggilingan padi dan toko-toko di wilayah Kabupaten Nias

*Distributor dari luar masih memiliki rantai distribusi yang panjang untuk sampai langsung ke petani Bagan rantai distribusi diatas menjelaskan proses perdagangan beras di

Kabupaten Nias melibatkan banyak aktor. Menurut informasi dilapangan para agen atau tengkulak membeli beras pada tahun 2014 kepada petani dengan harga

Rp 7.500/kg -Rp 8.200/kg dan harga yang sampai ke konsumen adalah Rp

46Informasi sistem distribusi diatas berdasarkan hasil obrervasi lapangan langsung ke beberapa petani, penggilingan padi maupun toko-toko penjual beras di sekitaran Kabupaten Nias

Universitas Sumatera Utara 8.700/kg- Rp 9.333/kg. Rantai disribusi yang panjang menaikkan harga beras perkilo lebih dari seribu, selain itu rantai distiribusi yang panjang sangat bertentangan dengan konsep kedaulatan pangan. Keterlibatan mereka merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan sangat sulit untuk diputus tanpa peranan pemerintah.

Peranan pemerintah memutus rantai disribusi beras yang panjang telah diatur dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 Tentang

Perberasan, Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 Tentang

Perberasan. Menurut salah satu ketentuan Inpres Nomor 3 Tahun 2015 Tentang

Perberasan pemerintah harus melaksanakan kebijakan pembelian gabah/beras dalam negeri dengan harga pembelian pemerintah yaitu Rp. 4.200/ Rp. 6.600 melalui Bulog. Berdasarkan peraturan tersebut Kansilog Kepulauan Nias melalui stafnya menjelaskan

“Berdasarkan intruksi presiden kita memang menyerap gabah dan beras hasil produksi petani setempat tapi dengan ketentuan harga dan kualitas. Nah yang terjadi dilapangan kita sulit menyerap karena kalau kualitasnya cocok biasa berbenturan dengan harga. Harga beli kita memang tidak tinggi dan petani tidak mau menjual jika harga rendah”.47 Artinya, secara formal peraturan tersebut di jalankan oleh Kansilog kepulauan Nias. Akan tetapi, ketentuan harga rendah dan kualitas tinggi yang telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi penghalang proses pembelian di

47 Wawancara langsung dengan staf kantor Kansilog Nias Dicky Nugraha pada tanggal 18 Januari 2017 pukul ‏‎11:06 Wib.

Universitas Sumatera Utara lapangan. Selain memiliki kualitas beras yang rendah petani lebih memilih menjual beras nya kepada tengkulak karena harga lebih tinggi.

3.2.4 Pola Konsumsi Masyarakat

Pola konsumsi beras masyarakat merupakan faktor berikutnya yang sangat sulit untuk di atasi. Masyarakat Nias mengkonsumsi nasi/beras melebihi rata-rata konsumsi beras di Provinsi Sumatera Utara. Apabila menurut Badan Ketahanan

Pangan Provinsi Sumatera Utara setiap orang mengkonsumsi 141,2 Kg beras pertahun maka masyarakat Nias mampu mengkonsumsi dua kali dari jumlah itu.

Fakta dilapangan perilaku konsumsi ini adalah sebuah kebenaran, terlebih masyarakat Kabupaten Nias yang tidak bisa memanfaatkan komoditi pangan lain sebagai alternatif.

Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Nias melalui Yornimawati Ndraha menjelaskan faktor ini lahir dari pola perilaku atau karakter masyarakat sendiri

“tingginya harga beras karena konsumsi terhadap beras tinggi dan konsumsi non beras rendah. Sebagian besar masyarakat kita makan nasi sampai 3-4 kali sehari.

Cara konsumsi ini sulit dirubah karena sebuh kebiasan”.48 Perilaku konsumsi tinggi tersebut mengakibatkan daya beli masyarakat tinggi, dan jelas berdampak pada ketidakstabilan harga beras dipasaran.

3.3 Peranan Pemerintah Kabupaten

48 Wawancara langsung dengan kepala Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Nias pada tanggal 16 Januari 2017 pukul ‏‎15:06 Wib.

Universitas Sumatera Utara Tanggung jawab pemerintah sejatinya adalah menjawab permasalahan yang dihadapin masyarakat. Peranan pemerintah lebih dibutuhkan ketika permasalahan yang dihadapin masyarakat menyangkut hal paling penting seperti ketidakstabilan harga beras. Bentuk nyata peranan pemerintah dapat dilihat melalui kebijakan atau program-progaram yang dibuat oleh pemerintah

Kabupaten.

Permasalahan peningkatan harga beras di Kabupaten Nias sepanjang tahun

2014 mendorong pemerintah kabupaten melakukan banyak kebijakan atau program untuk dapat menstabilkan harga. Hasil penelitian lapangan melalui wawancara langsung dengan pejabat-pejabat SKPD di ruang lingkup Kabupaten

Nias terdapat 5 program sebagai upaya stabilisasi harga beras. Lima program tersebut tidak hanya dilakukan tahun 2014 tetapi sejak tahun 2011 hingga tahun

2016 sudah menjadi program penting Kabupaten Nias. Berikut 5 program- program tersebut:

3.3.1 Mengawasi Harga Pasar Melalui PIHPS

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) merupakan suatu sistem informasi harga pangan yang bertujuan untuk mendiseminasikan harga pangan strategis kepada masyarakat.49 Program PIHPS telah banyak digunakan oleh institusi-institusi pemerintah di seluruh Indonesia karena dampak positif yang dihasilkan program ini. Provinsi Sumatera Utara membuat program PIHPS secara

49 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-2012,dimuat di media online, tersedia di http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajianekonomiregional/, di akses pada 25 Januari 2017 pukul 14.09 Wib

Universitas Sumatera Utara online di website http://www.hargasumut.org/ untuk memantau semua harga pangan di seluruh Kabupaten/Kota Sumut.

Pemerintah Kabupaten Nias melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

SDM menggunakan PIHPS untuk mengawasi harga beras. Dinas Perindag melakukan input harga-harga pangan terutama beras dipasaran melalui petugas kecamatan dan dikirim ke pemprov Sumut untuk di masukkan ke PIHPS sebagai info pasar. Kepala Dinas Perindag menjelaskan

“Program PIHPS menjadi program andalan kita. Kita mendapatkan info harga beras di pasaran lalu melalui petugas dikecamatan dan mengirimkanya ke Provinsi. Provinsi menginformasikan harga beras seluruh kabupaten di Sumut melalui PIHPS. Semua masyarakat bisa melihat harga beras, petani juga bisa lihat, jadi para tengkulak itu tidak seenaknya mainkan harga beras”50. Program PIHPS dalam pandangan Dinas Perindag menjadi alternatif stabilisasi harga beras. Informasi harga diseluruh Provinsi Sumatera Utara bisa dilihat semua masyarakat Kabupaten Nias melalui online di website http://www.- hargasumut.org/. Lebih jauh, Ingati Hura menjelaskan “Pemerintah tidak bisa melakukan peran lebih jauh, kita hanya bisa memberikan informasi”.51

Fungsi program PIHPS hanya sebagai informasi harga pangan dipasaran menjadi andalan pemerintah Kabupaten Nias. Namun, jika program ini menjadi andalan pemerintah untuk menstabilkan harga beras akan melemahkan peran negara terhadap masyarakat. Pemerintah hanya bertugas sebagai informan dan

50 Wawancara langsung dengan kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM Drs. Ingati Hura di kantornya pada Jum’at 13 Januari 2017 pukul 10:21 Wib 51 Ibid

Universitas Sumatera Utara pengawas harga dipasaran, pemerintah tidak mampu memenuhi keinginan- keinginan masyarakat sebagai mana tujuan negara dalam teori menurut Harold J.

Laski, yaitu “mencitpakan keadaan dimana rakyat dapat mencapai keinginan- keinginan mereka secara maksimal”.52

Peranan pemerintah Kabupaten Nias sangat lemah jika hanya mengandalkan program PIHPS. Keinginan masyarakat tidak hanya sebatas mendapatkan informasi dan pengawasan harga beras dipasaran akan tetapi terjadinya stabilitas harga beras dan penekanan terhadap para tengkulak yang menjual beras petani lokal keluar Kabupaten Nias. Terlebih info pasar melalui

PIHPS dilapangan tidak semua dapat akses oleh masyarakat Kabupaten Nias bahkan mungkin saja tidak tahu. Faktor keterbatasan teknologi dan Sumber Daya

Manusia Kabupaten Nias dalam memanfaatkan internet menjadikan program

PIHPS ini tidak memiliki manfaat besar untuk mengontrol harga beras.

Pemerintah tidak sepenuhnya menjadi pelayana bagi publik atau masyarakat, ada kecenderungan pemerintah Kabupaten hanya sebagai pelayanan dari sistem birokrasi lebih tinggi.

3.3.2 Penyuluhan Pertanian Padi Sawah

Salah satu upaya menekan harga suatu barang adalah dengan meningkatkan ketersediaan barang tersebut atau barang yang tersedia melebihi permintaan pasar. Program penyuluhan pertanian padi sawah oleh Dinas Pertanian

52 Miriam Budiarjo. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hal. 55

Universitas Sumatera Utara dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias merupakan upaya peningkatan produksi beras lokal sehingga mampu menekan harga di pasaran. Terlebih kondisi pertanian padi sawah Kabupaten Nias setiap tahunnya mengalami penurunan, baik dari segi luas wilayah maupun hasil produksi.

Proses penyuluhan pertanian padi sawah telah menjadi fokus Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias sejak beberapa tahun terakhir.

Soarota Zendarato selaku kepala bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura menjelaskan bahwa

“Kita terus melakukan penyuluhan kepada petani-petani agar luas wilayah kita tidak berkurang kalau bisa bertambah, sistem pertanian kita lebih modern, petani mampu meningkatkan produksi beras agar persediaan banyak dan harga bisa rendah. Bentuk penyuluhannya bisa seperti pemberian benih padi, pupuk, pembuatan irigasi. Ini sudah menjadi program wajib kita setiap tahun walau hasilnya selalu dibawah ekspetasi karena petani tidak pernah mengikuti arahan kita”53 Penjelasan Soarota Zendarato diatas menegaskan penyuluhan pertanian di dorong melihat banyaknya alih fungsi lahan padi sawah, sistem pertanian yang masih tradisional dan lain sebagainya. Melihat data statistika pada tahun 2014 luas wilayah padi sawah sekitar 6.640 Ha meningkat pada tahun 2015 menjadi 9.298

Ha, tetapi produktivitas perhektar menurun dari 47,7 kuintal/Ha tahun 2014 menjadi 40 kuintal/Ha pada tahun 2015.54

Tantangan pemerintah Kabupaten mengenai perilaku petani dan penurunan tingkat produktivitas perhektar kemungkinan besar disebabkan oleh dua faktor.

53 Hasil wawancara langsung di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias pada Senin 16 Januari 2017 Pukul 13.25 WIB 54 Data diperoleh dari Badan Penelitian Pengembangan dan Statistika Kabupaten Nias

Universitas Sumatera Utara Pertama, ilmu-ilmu yang diberikan melalui penyuluhan tersebut tidak sesuai dengan tradisi masyarakat atau bertentangan dengan sistem pertanian lokal.

Program penyuluhan yang dilakukan pemerintah sangat tidak tepat jika bertentangan dengan sistem pertanian lokal, pemerintah seharunsya mempertahankan dan mengembangkan sistem pertanian tradional untuk mencapai kedaulatan pangan. Berdasarkan konsep kedaulatan pangan pemerintah harus menjaga agar benih yang digunakan adalah benih lokal atau bank benih lokal, bukan benih hasil produksi perusahaan-perusahaan serta tetap mempertahankan model produksi menggunakan sistem pertanian agro ekologi.

Kedua, rendahnya Sumber Daya Manusia yang dimiliki para petani. Faktor ini sangat menentukan semua hasil implementasi dari kebijakan atau program- program pemerintah. Petani-petani di Kabupaten Nias jelas masih memiliki SDM yang sangat rendah sehingga wajar saja program penyuluhan pertanian dari pemerintah sulit diterima. Kedua faktor tersebut jelas sangat tidak diperhitungkan oleh pemerintah Kabupaten Nias, pemerintah tidak menyelesaikan persoalan mendasar yang dihadapi masyarakat sehingga hasil yang didapatkan tidak maskimal.

3.3.3 Membentuk Kelompok Lumbung Pangan

Menghambat keberadaan para tengkulak yang merugikan petani dan konsumen tidak hanya dengan mengendalikan pasar tetapi juga harus menguatkan petani melalui kelompok kelompok tani kecil. Pada tahun 2014 Pemerintah

Universitas Sumatera Utara Kabupaten Nias memiliki satu rencana program untuk menguatkan petani adalah membentuk kelompok lumbung pangan disetiap kelompok tani.55 Kelompok lumbung pangan ini nantinya akan menampung semua beras hasil produksi anggota untuk dijual secara bertahap kepada anggota dan masyarakat sekitar.

Proses penjualan bertahap ini diharapkan mampu menghindari petani dari kekurangan beras setelah satu atau dua bulan pasca panen. Saat ini tidak sedikit petani mengalami kekurangan ketersediaan beras pasca panen akibat menjual seluruh hasil produksinya kepada tengkulak. Selain itu, hal positif yang bisa didapatkan dari kelompuk lumbung pangan adalah hasil yang didapatkan menjadi simpanan kelompok dan nantinya akan dibagika secara bersama, dapat dikatakan kelompok lumbung pangan adalah sebuah koperasi petani.

Rencana program pemerintah Kabupaten Nias membentuk kelompok tani dan kelompok lumbung pangan tersebut hingga saat ini belum terlaksana.

Menurut penjelasan Yornimawati Ndraha

“Tahun 2014 dulu pemerintah pernah punya rencana program membentuk kelompok lumbung pangan di setiap kelompok tani. Kelompok ini nantinya mengelola hasil padi sendiri. Tetapi, sampai sekarang kini belum jalan karena gak ada modal dan kalaupun ada modal para petani ini tidak menjalankannya. Tahun 2012 dulu pernah ada 3 kelompok tani yang didanai Pemprov saat itu sudah dibangun gudang, modal dikasih 20 juta tapi sampai sekarang bangunannya itu tidak pernah digunakan dan uangnya itu entah kemana”56

55 Rancangan program pembentukan kelompuk lumbung pangan dijelaskan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Nias 56 Wawancara langsung dengan kepala Bidang Ketahanan Pangan Kabupaten Nias pada tanggal 16 Januari 2017 pukul ‏‎15:06 Wib.

Universitas Sumatera Utara Keterangan Yornimati tersebut didapatkan dua faktor yang menjadi kendala yaitu tidak adanya modal awal dan Sumber Daya Manusia mengelola modal tersebut. Melihat kehidupan perekonomian petani, permasalahan modal memang tidak bisa dibebankan kepada mereka untuk menghadirkannya.

Pemerintas Kabupaten Nias seharusnya menjadi aktor yang paling bertanggung jawab dan berperan mengatasi hal tersebut, pemerintah tidak hanya sebagai penggas konsep atau pembuat rancangan program.

Negara bertangggung jawab merencanakan program, melaksanakan mengawasi dan evaluasi. Permasalahan menghadirkan modal adalah bagian dari perencanaan bahkan mendidik dan mempersiapkan SDM petani untuk bisa mengelola kelompok lumbung pangan tersebut bagian dari perencanaan pemerintah. Pemerintah harus terlibat aktif sejak dari perencanaan hingga pada pengawasan dan evaluasi kebijakan tersebut. Pemerintah bukanlah bagian terpisah dari masyarakat tetapi pemerintah dibentuk untuk mengatur dan menjamin kepentingan mereka, sehingga kehidupan mereka terjamin sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Jean-Jacquas Rousseau dalam proses lahirnya sebuah negara.

3.3.4 Melakukan Operasi Pasar dan Penyaluran Raskin Melalui Bulog

Operasi pasar dan penyaluran Beras Miskin (Raskin) adalah dua program pemerintah yang di berikan tanggung jawab pelaksanaanya kepada bulog. Operasi pasar merupakan kegiatan meredam terjadinya kenaikan harga suatu barang yang mempunyai nilai strategis seperti beras oleh pemerintah atau bekerjasama dengan

Universitas Sumatera Utara lembaga usaha lainnya. Upaya meredam tersebut dengan melakukan penjualan murah pada saat harga dipasaran naik dan pembeliaan disaat harga dipasaran menurun.

Kenaikan harga beras di Kabupaten Nias pada tahun 2014 yang telah berada diatas rata-rata harga nasional belum mendorong pemerintah atau bulog melakukan operasi pasar. Penjelasan dari kepala Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan SDM, Ingati Hura bahwa

“Operasi Pasar hanya dilakukan kalau harga beras sudah terlalu tinggi atau

mencapai harga Rp 15.000/kg dan itupun harus atas keputusan pimpinan

atas. Pada tahun 2014 kita hanya melakukan operasi pasar pada harga

minyak tanah, untuk beras belum pernah”.57

Melihat penjelasan Ingati Hura tersebut harga beras yang mencapai Rp

11.300/kg menurut pemerintah Kabupaten Nias masih belum tinggi dan layak untuk masyarakat. Sedangkan menurut Kansilog Kepulauan Nias operasi pasar dilakukan apabila harga sudah meningkat lebih dari 30%.

Pernyataan tersebut sangat mengejutkan jika disesuaikan dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Nias yang masih rendah.

Melihat data BPS pendapatan perbulan masyarakat Kabupaten Nias pada tahun

2014 hanya Rp 1.226.725 atau sangat jauh dibawah standard pendapatan. Program

57 Wawancara langsung dengan kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM Drs. Ingati Hura di kantornya pada Jum’at 13 Januari 2017 pukul 10:21 Wib

Universitas Sumatera Utara Beras Raskin merupakan program bantuan berupa penjualan beras dibawah harga pasar. Penerima bantuan raskin ditentukan oleh Pagu Raskin yang dikeluarkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI.

Berdasarkan surat Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI

No.B-189/MENKO/KESRA/XII/2013 Tentang Pagu Provinsi Tahun 2014 dan

Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 188.44/70/KPTS/2014 Tentang Pagu

Untuk Rumah Tangga Miskin Kabupaten/Kota se-Sumatera Utara Tahun 2014 untuk Kabupaten Nias 9.704 rumah tangga sasaran penerima manfaat yang berasal dari 170 desa, dimana setiap RTS-PM menerima 15 kg dengan harga Rp

1.300/kg.58

Menurut pernyataaan Staf Kansilog Kepulauan Nias jumlah penerima

Raskin di Kabupaten Nias semakin bertambah. “setiap tahun jumlah penerima raskin ditiap kabupaten itu meningkat. Tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi faktor utama dan faktor lain penduduk kita rela memakan raskin dari pada beras lain karena selisih harga, belum lagi yang salah sasaran”.59 Berdasarkan keterangan tersebut peningkatan jumlah penerima di picu oleh beberapa faktor seperti tingkat kesejahteraan masyarakat yang masih rendah dan kedua adalah harga para petani menjual beras yang dimiliknya karena harga tinggi dan lebih memilih membeli beras raskin karena harga sangat murah.

58 Data diperoleh dari dokumen resmi Kantor Seksi Logistik Gunungsitoli/se-kepuluan Nias 59 Wawancara langsung dengan staf kantor Kansilog Nias Dicky Nugraha pada tanggal 18 Januari 2017 pukul ‏‎11:06 Wib.

Universitas Sumatera Utara Program raskin memang sangat membantu tersedianya kebutuhan beras masyarakat. Akan tetapi, keterbatasan jumlah dan potensi kesalahan penentuan

RTS-PM raskin tidak mampu memberikan efek besar terhadap stabilitas harga beras di Kabupaten Nias. Selain itu, menciptakan ketergantungan terhadap raskin adalah hal yang sangat tidak tepat karena raskin hanya diperuntukkan bagi keluarga yang kurang sejahtera.

Universitas Sumatera Utara BAB IV PENUTUP

Kesimpulan

Harga beras di Kabupaten Nias setiap tahunnya mengalami peningkatan yang sangat besar. Pada tahun 2014 harga beras di Kabupaten Nias mencapai Rp

11.300/kg atau berada diatas rata-rata harga nasional Rp 8.935/kg. Tingginya harga beras di Kabupaten Nias jelas sangat berdampak pada kehidupan ekonomi masyarakat, terlebih daya konsumsi beras masyarakat Kabupaten Nias berada diatas daya konsumsi pertahun Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2014 yaitu

141,2 Kg/orang.

Peningkatan harga beras di Kabupaten Nias memerlukan peran pemerintah daerah untuk menstabilisasinya. Pemahaman ini berdasarkan teori Jean-Jacquas

Rousseau yaitu pada dasarnya negara tercipta atas persetujuan dari masyarakat.

Mereka mengadakan suatu musyawarah untuk membentuk negara dan pemerintahan yang akan mengatur dan menjamin kepentingan individual mereka, sehingga kehidupan mereka secara individual dapat terjamin. Artinya, negara hadir dibentuk atas dasar pemenuhan kepentingan masyarakat. Kehadiran negara dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat melalui kebijakan yang dilahirkan oleh pemerintah.

Proses mendekatkan kebijakan pada permasalahan riil yang dihadapi masyarakat formulasi kebijakan sangat penting untuk dilihat. Menurut Fadillah

Universitas Sumatera Utara Putra, sebuah formulasi kebijakan publik yang baik adalah formulasi kebijakan publik yang berorientasi pada implementasi. Untuk lebih detail permasalahan peran pemerintah dapat dianalisis menggunakan konsep kedaulatan pangan La Via

Campesina sebagai organisasi perjuangan petani internasional.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang berusaha mengeksplorasi dan memahami makna dari masalah sosial atau kemanusiaan. Mendapatkan hasil maksimal penelitian ini melakukan beberapa wawancara langsung kepada informan kunci sebagai data primer dan mengumpulkan data-data dari buku, dokumen resmi, artikel dan lainnya sebagai data pendukung atau sekunder. Data yang terkumpul akan dianalisis dengan cara deskriptif yaitu mengumpulkan semua data yang didapatkan dari wawancara, observasi lapangan dan dokumen- dokumen kemudian dianalisis menggunakan teori negara dan kebijakan dan terakhir hasil dari analisis tersebut akan ditarik kesimpulan.

Kabupaten Nias merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah strategis. Keuntungan secara geografis tersebut didukung oleh potensi ekonomi yang luar biasa besar di bidang pertanian seperti tanaman pangan dan perkebunan.

Sejak terbentuk sebagai pemerintah resmi tahun 1946 perkembangan di

Kabupaten Nias cukup besar baik dibidang politik, pemerintahan, pertumbuhan penduduk maupun di bidang ekonomi.

Dibalik perkembangan dan potensi ekonomu itu semua ternyata stabilisasi peningkatan harga beras oleh pemerintah belum juga maksimal. Pada umumnya peningkatan harga suatu barang terjadi apabila permintaan terhadap barang

Universitas Sumatera Utara tersebut tinggi sedangkan barang yang tersedia dilapangan terbatas dan terjadinya monopoli yang dilakukan oleh seseorang terhadap barang tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan peningkatan harga beras di Kabupaten Nias pada tahun

2014 pada umumnya disebabkan oleh banyak faktor. Pertama, lemahnya produksi pertanian padi sawah lokal. Lemahnya produksi beras lokal membuka kesempatan besar masuknya beras-beras luar daerah yang memiliki harga lebih tinggi.

Pemerintah Kabupaten Nias melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM menjelaskan bahwa upaya stabilisasi harga beras sangat tergantung pada kekuatan produksi beras lokal.

Kedua, Masuknya beras dari luar seperti Padang Sidempuan, Siantar dan

Sibolga. Beras dari luar sangat banyak beredar di pasar-pasar Kabupaten Nias karena kekurangan ketersediaan dan jalur distribusi yang sulit untuk dihambat.

Tingginya harga beras dari luar disebabkan oleh jalur distribusi yang panjang, ongkos transportasi yang besar dan kualitas yang lebih baik. Selisih harga beras luar dan beras lokal sepanjang tahun 2014 mencapai Rp 2.000/kg. Selisih harga yang cukup tinggi tersebut tetap harus ditebus oleh masyarakat Kabupaten Nias untuk memenuhi kebutuhan. Ketiga, jalur distribusi yang panjang akibat keterlibatan banyak agen. Keterlibatan para agen atau tengkulak dalam perdagangan beras di Kabupaten Nias sangat besar, keterlibatan mereka tidak hanya terjadi pada perdagangan beras dari luar tetapi juga di beras produksi lokal.

Sistem penjualan beras yang jalankan oleh para tengkulak tidak hanya merugikan petani tetapi juga merugikan petani.

Universitas Sumatera Utara Keempat, pola konsumsi beras masyarakat Kabupaten Nias yang sangat tinggi. Pola konsumsi yang tinggi berdasarkan penjelasan Bidang Ketahanan

Pangan Kabupaten Nias disebabkan oleh pola perilaku atau karakter masyarakat.

Kondisi tersebut mengakibatkan daya beli masyarakat tinggi, dan jelas berdampak pada ketidakstabilan harga beras dipasaran. Keempat faktor penyebab peningkatan harga beras pada tahun 2014, pemerintah Kabupaten Nias sebagai intitusi yang paling bertanggung jawab terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat membuat beberapa kebijakan atau program.

Sepanjang tahun 2014 berdasarkan penjelasan dari beberapa pejabat SKPD

Kabupaten Nias terdapat 4 program yang dibuat. Program pertama dari Dinas

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan SDM Kabupaten Nias yaitu mengawasi harga pasar melalui PIHPS. Program pengawasan harga beras melalui PIHPS merupakan suatu sistem informasi harga pangan yang bertujuan untuk mendiseminasikan harga pangan strategis kepada masyarakat melalui internet di website http://www.hargasumut.org/. Sistem kerja program PIHPS adalah Dinas

Perindag Kabupaten melakukan input harga-harga pangan terutama beras dipasaran melalui petugas kecamatan dan dikirim ke pemprov Sumut untuk di masukkan ke PIHPS sebagai info pasar.

Peranan pemerintah Kabupaten Nias sangat lemah jika hanya mengandalkan program PIHPS. Pemerintah Kabupaten Nias hanya berperan sebagai informan dan pengawas harga dipasaran, tetapi tidak tidak mampu memenuhi keinginan-keinginan masyarakat sebagai mana tujuan negara dalam

Universitas Sumatera Utara teori menurut Harold J. Laski, yaitu “mencitpakan keadaan dimana rakyat dapat mencapai keinginan-keinginan mereka secara maksimal”.60 Terlebih info pasar melalui PIHPS sulit diakses oleh masyarakat Nias karena keterbatasan teknologi dan tidak semua dapat akses oleh masyarakat Kabupaten Nias dan kelemahan

SDM serta penekanan terhadap para tengkulak yang menjual beras petani lokal keluar Kabupaten Nias tidak bisa dilakukan.

Program berikutnya dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Kabupaten Nias adalah melakukan penyuluhan pertanian padi sawah. Program ini ditujukan untuk peningkatan produksi beras lokal yang setiap tahunnya mengalami penurunan akibat alih fungsi lahan maupun sistem pertanian yang masih tradisional sehingga mampu menekan harga beras di pasaran. Akan tetapi, program penyuluhan pertanian pada sawah tersebut tidak berjalan maksimal karena tidak dijalankan oleh petani lokal dan SDM petani yang masih rendah.

Kedua permasalahan itu sejatinya akibat dari program pemerintah

Kabupaten Nias yang tidak mempertahankan dan mengembangkan sistem pertanian tradional untuk mencapai kedaulatan pangan dan pemerintah yang tidak memberikan pendidikan kepada petani. Dapat dikatakan pemerintah Kabupaten

Nias melalui program penyuluhan pertanian belum menyelesaikan persoalan mendasar yang dihadapi petani-petani lokal.

60 Lihat Miriam Budiarjo. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), hal. 55

Universitas Sumatera Utara Upaya pemerintah Kabupaten Nias dalam stabilisasi harga beras pada tahun 2014 berikutnya melalui program pembentukan kelompok lumbung pangan.

Kelompok lumbung pangan ditujukan untuk menguatkan kelompok-kelompok tani. Kelompok lumbung pangan berperan menampung beras hasil pertanian anggota untuk dijual secara bertahap kepada anggota dan masyarakat sekitar sehingga petani dapat terhindar dari kekurangan beras setelah satu atau dua bulan pasca panen. Tetapi, program rencana tersebut tidak terlaksana karena permasalahan modal dan kemampuan petani dalam mengelola usaha lumbung pangan tersebut.

Berdasarkan analisis permasalahan modal dan pendidikan untuk petani adalah bagian pemerintah. Perlu ditekankan pemerintah seharusnya berperan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga evaluasi. Negara bukanlah bagian terpisah dari masyarakat karena negara dibentuk untuk mengatur dan menjamin kepentingan masyarakat sehingga kehidupan mereka terjamin sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Jean-Jacquas Rousseau dalam proses lahirnya sebuah negara.

Program terakhir Kabupaten Nias tahun 2014 dalam stabilisasi harga beras adalah Melakukan Operasi Pasar dan Penyaluran Raskin Melalui Bulog. Tahun

2014 Kabupaten Nias belum pernah melakukan operas pasar untuk beras karena menurut Pemerintah Kabupaten peningkatan harga belum mencapai harga tertinggi. Pemerintah Kabupaten Nias hanya melakukan penyaluran beras miskin

Universitas Sumatera Utara (Raskin) kepada rumah tangga sasaran penerima manfaat berdasarkan ketetapan

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI.

Penyaluran beras raskin kepada rumah tangga sasaran penerima manfaat dilakukan setiap bulan selamat tahun 2014. Jumlah penerima raskin di Kabupaten

Nias pada tahun 2014 adalah 9.704 rumah tangga yang berasal dari 170 desa dan bertambah setiap tahunnya. Jumlah raskin yang diterima setiap keluarga adalah 15 kg/bulan. Walau sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan beras tetapi tidak mampu menstabilkan harga beras dipasaran dan lebih buruk adalah mampu menciptakan ketergantungan terhadap raskin.

Saran

Proses penelitian lapangan yang dilakukan oleh peneliti selama beberapa bulang terakhir, ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan secara bersama untuk membangun kesejahteraan masyarakat. Pertama, inti dari kehadiran sebuah negara adalah menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapin masyarakat.

Artinya, pejabat-pejabat pemerintah harus merencanakan dan melaksankan kebijakan atau program yang menjawab permasalahan fundament sehingga manfaat kehadiran negara bisa dirasakan masyarakat.

Kedua, pemerintah Kabupaten Nias harus menyadari bahwa persoalan peningkatan harga beras merupakan persoalan penting. Upaya stabilisasi harga beras di Kabupaten Nias sebaiknya menciptakan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, pemerintah bukanlah bagian terpisah dari

Universitas Sumatera Utara masyarakat. Ketiga, Kabupaten Nias yang memiliki potensi ekonomi dibidang pertanian terkhusus padi sawah lebih mengutamakan kemampuan produksi lokal untuk menjaga stabilitas harga. Lebih jauh, pemerintah harus menjamin kesejahteraan petani, saat ini kesejahteraan petani masih jauh dari perhatian pemerintah. bahkan dalam pembuatan kebijakan petani harus tetap dilibatkan karena petani menjadi aktor utama dalam produksi pangan.

Keempat, tanah dan air sebagai alat produksi utama harus tetap diberikan kepada petani. Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten harus menghindari terjadinya monopoli tanah dan air oleh satu orang atau satu kelompok, sebab hal itu menciptakan ketidakadilan kepada masyarakat.

Terakhir, penulis mengakui masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penelitian ini. Kekurangan dan kelemahan tersebut justru diharapkan dapat mendorong motivasi lain untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama tetapi dengan metode dan pendekatan yang berbeda.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Arifin, Bustanul. 2007. Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Arifin, Bustanul. 2005. Ekonomi Kelembagaan Pangan. Jakarta: LP3ES Indonesia

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Creswell, John. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Saudah, Nur, dkk. 2014. 5 Pilar Kedaulatan Pangan Nusantara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Suryana, Achmad. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan.Yogyakarta: BPFE

Tambunan, Tulus. 2015. Jokowi& Kedaulatan Pangan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Undang-Undang

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/ Beras Dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah

Instruksi Presiden RI No.5 Tahun 2015 Tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/ Beras Dan Penyaluran Beras Oleh Pemerintah

Universitas Sumatera Utara Perturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Nias Tahun 2011-2016

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

Jurnal

Situmorang, Tony. 2004. Pandangan Rousseau Tentang Negara Sebagai Kehendak Umum. (USU digital library)

Dokumen

Aliansi Petani Indonesia (API) kerjasama dengan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP). 2012. Laporan Hasil Survey Studi Alternatif Kelembagaan Pangan Beras Untuk Memperkuat Cadangan Beras Daerah Dan Pusat.

Badan Penelitian Pengembangan dan Statistika Kabupaten Nias. 2014. Nias Dalam Angka Tahun 2014

Badan Penelitian Pengembangan dan Statistika Kabupaten Nias. 2015. Nias Dalam Angka Tahun 2015

Badan Penelitian Pengembangan dan Statistika Kabupaten Nias. 2016. Nias Dalam Angka Tahun 2016

Situs internet

Bkppp Kabupaten Nias Gelar Rapat Dewan Ketahanan Pangan, dimuat di media online tanggal 28 September 2015, tersedia di http://indonias.com/- index.php/peristiwa/1245-bkppp-kabupatenniasgelarrapatdewanketahanan- pangan, di akses tanggal 21 Oktober 2015 pukul 20.07 Wib

Universitas Sumatera Utara Hari Pangan Sedunia 2016 : Harga Pangan Melambung, Impor Pangan Meningkat dan Jumlah Petani Terus Menurun, dimuat di media online tanggal 17 Oktober 2016, tersedia di https://www.spi.or.id/haripangansedunia2016hargapanganmelambungimpo rpanganmeningkatdanjumlahpetaniterusmenurun/, di akses tanggal 18 Oktober 2016 pukul 16.00 Wib

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-2012, dimuat di media online, tersedia di http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajianekonomiregional/, di akses pada 25 Januari 2017 pukul 14.09 Wib

Kedaulatan Pangan, tersedia di https://www.spi.or.id/isuutama/kedaulatan- pangan/, di akses tanggal 22 Oktober 2016 pukul 15.30 Wib

Rawan Pangan Bukan Tidak Ada Beras, dimuat di media online tanggal 19 Juni 2007, tersedia di http://beritasore.com/2007/06/19/rawanpanganbukantidak- adaberas/, di akses tanggal 19 Oktober 2016 pukul 11.48 Wib.

19,4 Juta Penduduk Indonesia Masih Alami Kelaparan, dimuat di media online tanggal 12 Juni 2015, tersedia di http://nationalgeographic.co.id/- berita/2015/06/194jutapendudukindonesiamasihalamikelaparan di akses tanggal 18 Oktober 2016 pukul 16.30 Wib.

6,2 juta Kasus Kematian Akibat Kelaparan, dimuat di media online tanggal 15 Oktober 2005, diakses dari http://www.dw.com/id/62jutakasuskematian- akibatkelaparan/a2948083, di akses pada 19 Agustus 2016 pukul 11.05 Wib. https://aplikasi2.pertanian.go.id/konsumsi/tampil_susenas_kom2_th.php, di akses pada 22 Oktober 2016 pukul 12.35 Wib.

Universitas Sumatera Utara Sejarah Kabupaten Nias, dimuat di media online tanggal 27 Agustus 2012, tersedia di http://niaskab.go.id/sejarahkabupatennias/, di akses pada 20 Desember 2016 pukul 09.44 Wib.

Sumut.bps.go.id/frontend/linkTableDinamis/view/16JumlahPendudukKabupaten/ Kota20102015, di akses pada 08 Januari 2017 pukul 11.51 Wib.

Universitas Sumatera Utara