Bab Iii Biografi Teuku Umar
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB III BIOGRAFI TEUKU UMAR A. Kelahiran dan Masa Muda Teuku Umar Teuku Umar Johan Pahlawan lahir pada tahun 1854 M di Meulaboh, tepatnya di Gampong Masjid, sekarang Gampong Belakang, Kecamatan Johan Pahlawan. Ia dilahirkan dari seorang ayah yang bernama Teuku Tjut Mahmud dan ibu Tjut Mohani di mana pasangan ini dikarunia empat anak yaitu Teuku Musa, Tjut Intan, Teuku Umar dan Teuku Mansur.75 Teuku Umar seorang Aceh dan memiliki silsilah dengan Teuku Laksamana Muda Nanta, seorang Laksamana Aceh yang ditugaskan oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1635 M sebagai Panglima Angkatan Perang Aceh di Andalas Barat dan sekaligus ditunjuk menjadi Gubernur Militer Aceh di Tanah Minang.76 Ayahnya, Teuku Achmad Mahmud, adalah seorang uleebalang (kepala daerah). Sementara ibundanya berasal dari lingkungan istana kerajaan di Meulaboh. Dalam buku Ensiklopedi Pahlawan Nasional yang disusun Julinar Said dan kawan-kawan (1995) disebutkan, dari garis ayahnya, Teuku Umar berdarah Minangkabau.77 Antara keluarga Teuku Umar dengan tanah rencong memang terikat terjalin kedekatan sejak dulu. Umar keturunan Datuk Makhudum Sati orang kepercayaan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M), yang diberi wewenang untuk memimpin wilayah Pariaman di Sumatera Barat sebagai bagian dari Kesultanan Aceh kala itu.78 Pada Tahun 1800 M, anak keturunan Teuku Laksamana Muda Nanta mendapatkan tekanan dari kaum ulama di tanah Andalas sehingga menyebabkan 75Ria Listina, Biografi Pahlawan Kusuma Bangsa, ( Jakarta: PT. Sarana Bangun Pustaka, 2010), hlm.22 76Ibid, hlm. 24 77Ragil Suwarna Pragolapati, Cut Nya Dien, Volume 1, 1982, hlm. 14 78Ibid, hlm. 21 40 mereka kembali ke Aceh lewat jalur laut sebelah barat dan kemudian mereka mendarat di Meulaboh di mana salah satu pemimpin rombongan tersebut bernama Machdum Sakti Yang Bergelar Teuku Nanta Teulenbeh yang kemudian diangkat oleh Sultan Aceh sebagai penjaga Taman Sultan di Kutaraja.79 Teuku Umar yang membangkitkan semangat perlawanan terhadap Belanda. Tercatat ialah yang melakukan kampanye perang melawan Belanda di wilayah barat dari Meulaboh sampai dengan Uleelheu sampai Pidie, bahkan ia menekan para uleebalang untuk ikut perang melawan Belanda. Pada tahun 1896 M, ia juga mengajak seluruh orang Aceh melawan Belanda secara massal. Bahkan beliau juga yang terus mendorong Sultan, Panglima Polem serta Teungku Di Tiro untuk melakukan perlawanan dengan memberikan uang sabil ke Keumala, tempat sultan mengendalikan perang. B. Menikah Teuku Umar menikah pada saat berumur 20 tahun dengan seorang wanita yang bernama Nyak Sofiah. Nyak sofiah merupakan anak dari Uleebalang Glumpah. Selanjutnya ia juga pernah menikah dengan Nyak Malighai. Nyak Malighai merupakan putri dari panglima Sagi. Sejak pernikahan keduanya tersebut, ia memiliki gelar Teuku. Terakhir ia menikah dengan seorang janda yang bernama Cut Nyak Dien, yang merupakan putri dari paman Teuku Umar. Mereka menikah pada tahun 1880. Suami pertama dari Cut Nyak Dien adalah Teuku Ibrahim Lamnga, tetapi suami dari Cut Nyak Dien sudah meninggal pada tahun 1878 M.80 Pernikahan Teuku Umar dengan Cut Nyak Dhien disambut dengan gembira dan dirayakan dengan upacara yang cukup meriah. Kabar ini pun didengar oleh pemerintah Belanda di Kotaraja, Banda Aceh. Mereka menyadari bahwa pernikahan itu sama halnya dengan penggabungan dua kekuatan besar yang berpotensi membahayakan.81 79Ibid, hlm. 23 80Ibid, hlm 24 81Ibid, hlm. 38 41 Dari beberapa kali pernikahannya Teuku Umar mempunyai anak. Pernikahan dengan Cut Nyak Sofiah tidak dikaruniai anak, kemudian pernikahan dengan Nyak Malighai dikaruniani lima anak yaitu Teuku Sapeh, Teuku Raja Sulaiman, Cut Mariyam, Cut Sjak, dan Cut Teungoh. Kemudian pernikahannya dengan Cut Nyak Dien dikaruniai satu anak yaitu Cut Gambang.82 Sejak 1873 M, saat Perang Aceh mulai berkobar, Teuku Umar turut mengangkat senjata untuk mengusir kaum penjajah dari Serambi Mekkah. Kala itu, usianya baru 19 tahun. Keberanian dan ketangkasannya membuat pamor Umar muda melejit. Bahkan, pada umur sebelia itu, ia sudah dipercaya menjadi kepala kampung atau keuchik gampong. C. Gugurnya Teuku Umar Pada tanggal 10 Pebruari 1899 M, di Keudee Lhok Bubon, Teuku Umar bersama pasukannya mengatur rencana penyerangan terhadap Belanda yang berada di Tangsi Meulaboh. Mendengar rencana ini, Jendral Van Heutzs memerintahkan Letnan Ver Brugh untuk memimpin pasukannya berpatroli ke arah Barat dengan menyusuri pantai serta melakukan penjagaan di Suak Ujong Kalak, 2 kilometer dari kota Meulaboh.83 Teuku Umar seakan‐akan tahu bahwa ia akan menemui akhir ajalnya. Saat berjalan dari Lho‟ Bubon, ia berkata kepada Teungku Kali Nya Ali, “Besok kita akan minum kopi di Keude Meulaboh atau saya akan mati di Perang Suci”.84 Teuku Umar bergerak menyusuri pantai bersama pasukannya dari Lhok Bubon menuju Meulaboh pada malam hari tanggal 11 Pebruari 1899 M. Sebelum melanjutkan perjalanannya untuk melakukan penyerangan ke Tangsi Meulaboh, pasukan Belanda yang telah lebih dahulu bersiaga di seberang Suak Ujong Kalak melepaskan tembakan. 82 Fariza Calista,Profil Lengkap Teuku Umar Pahlawan Nasional,http://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-teuku-umar-pahlawan- nasional-indonesia-dari-aceh/,di posting hari senin, 16 juli 2018, pukul 09.00 WIB 83Ibid, hlm. 13 84Ibid, hlm. 14 42 Pasukan Teuku Umar terkepung. Peluru Belanda bersarang di dada kirinya dan usus besar. Teuku Umar terlihat memegang dadanya yang berlumuran darah. Seketika tembak-menembak terhenti, suasana menjadi hening dan masing-masing pasukan mengundurkan diri tanpa melepaskan tembakan. Jenazah Teuku Umar dibawa lari oleh pengikut-pengikut setianya ke Pucok Luung pedalaman Suak Raya, dan melalui Reudeup dibawa lagi ke Pasi Meungat Tanjong Meulaboh untuk dikebumikan di dekat makam ibunya. Enam bulan kemudian, karena khawatir diketahui pihak Belanda maka masyarakat membongkar pusara Teuku Umar untuk kemudian dikebumikan di Gunong Meulintang (Cot Manyang) Mugo. Setelah 8 bulan, jenazah Teuku Umar dipindahkan ke Gunong Glee Rayeuk Tameeh di Mugo Kecamatan Kaway, 42 kilometer dari kota Meulaboh.85 Perjuangannya dilanjut oleh Cut Nyak Dhien, yang bermarkas di bagian utara Meulaboh tepat di daerah Krueng Manggi seputaran Krueng Meureubo. Pada tahun 1905 M, dalam keadaaan sakit sakitan dan kondisi mata tidak dapat melihat, Cut Nyak Dhien diserahkan kepada Letnan van Vuuren dan diasingkan ke Sumedang dan meninggal pada tahun 1908.86 Kuburan Teuku Johan Pahlawan mantan Panglima Perang Besar Gubernemen Hindia Belanda baru diketahui langsung oleh orang Belanda pada tanggal 1 November 1917 atau 18 tahun setelah ia mangkat. Seorang pegawai purbakala Belanda J.J.De Vink melihat kuburan Teuku Umar setelah mendapat izin Teuku Chik Ali Akbar (Uleebalang Kaway XVI) dan Teuku Panyang, Uleebalang Meugo, dengan syarat kuburan tersebut tidak diganggu lagi.87 D. Sifat Keteladanan Teuku Umar Sebagai seorang pahlawan, Teuku Umar memiliki nilai dan sifat yang dapat kita teladani yaitu : 85Ibid, hlm. 14 86Ibid, hlm. 14 87 Acehtrend, Sifat Kepemimpinan Teuku Umar,http://www.acehtrend.com/2016/02/07/14-sifat-kepemimpinan-teuku-umar/. Diposting tanggal 15 juni 2018, pukul 09.00 43 1. Disiplin Sebagai seorang pimpinan militer setingkat Panglima Besar, Amirul Bahar dan Panglima Perang Aceh, Teuku Umar harus bersikap disiplin terutama dalam membangun jiwa patriot kepada seluruh pengikutnya dan masyarakat pada umumnya. Ia dikenal sebagai seorang panglima perang yang paling kuat dalam menanamkan kedisiplinan kepada tentaranya.88 2. Seorang Motivator Teuku Umarlah yang memberikan motivasi kepada seluruh masyarakat di Pantai Barat Aceh dan Aceh pada umumnya untuk melakukan perlawanan kepada Belanda. Ialah yang menggembleng pasukan dari mulai Meulaboh sampai Ke Ulee Lheu, Kuta Raja sampai ke Pidie. Ketika ia membutuhkan mata‐mata untuk meninjau perjalanannya, mata‐mata itu bahkan bersedia menyerahkan hidupnya tanpa berpikir panjang saat Teuku Umar berkata, “Pergilah. Matamu adalah mataku, telingamu adalah telingaku”.89 3. Dermawan Teuku Umar juga seorang sangat dermawan terutama untuk kepentingan perang baik yang ia lakukan sendiri maupun memberikan sokongan dana berupa uang sabil kepada Sultan, Teungku Cik Ditiro dan Panglima Polem untuk membiayai pasukan melawan Belanda. 4. Sangat Memperhatikan Bawahan Teuku Umar juga seorang yang sangat memperhatikan para pengikutnya baik kesejahteraan mereka maupun membangun rasa percaya diri untuk duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa lain. 5. Organisator yang Handal Teuku Umar adalah seorang organisator yang handal, hal ini ia buktikan dengan membagi pengikutnya dalam 17 panglima daerah 88Ibid. 89Ibid. 44 dengan satu komando penuh. Bahkan ia juga membentuk satu batalion dengan 250 anggota tentara yang berseragam militer penuh dengan kepangkatan resmi dan tinggal di barak layaknya sebuah organisasi ketentaraan.90 6. Suka Belajar dan Sangat Sopan Teuku Umar adalah seorang sangat terpelajar dan mau terus belajar, hal ini diakui oleh Paul Van Teer dalam bukunya Perang Aceh yang mengatakan Teuku Umar punya hobbi membaca koran-koran Belanda dan Inggris untuk menambah pengetahuannya tentang dunia internasional dan perpolitikan Belanda dalam menjajah Aceh. 7. Sangat Menghargai Kaum Ulama Hal ini dibuktikan dengan fatwa ulama terkenal yaitu Teungku Tjiek Kuta Karang yang menyatakankan bahwa perjuangan Teuku Umar harus didukung dan juga sangat mendengar nasehat dari seorang ulama yang bernama Teungku Husin Di Tanoh Abee agar Teuku Umar segera kembali mendukung perjuangan rakyat Aceh. Ia memperoleh dukungan dari kaum ulama dengan memberikan