PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERAN BAMBANG SUGENG DALAM PERANG KEMERDEKAAN DI TAHUN 1945-1949

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh : GUSTAM DUGA PRASETYA NIM: 101314029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, makalah tugas akhir ini saya persembahkan kepada:

1. Bapak dan Alm. Ibu, terima kasih atas semua kasih sayang, dukungan,

motivasi serta doa-doanya yang senantiasa selalu dipanjatkan demi

keberhasilan dan kesuksesanku (tanpa mereka saya bukan apa-apa).

2. Kakakku yang senantiasa memberikan motivasi dan membantu dengan doa

hingga terselesainya makalah ini.

3. Keluarga besar yang selalu memotivasi untuk tetap semangat dan tersenyum

dalam menyelesaikan makalah ini.

Gustam Duga Prasetya

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, maka Anda

harus bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan”

(Thomas Jefferson)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

PERAN BAMBANG SUGENG DALAM PERANG KEMERDEKAAN DI YOGYAKARTA TAHUN 1945-1949

Oleh: Gustam Duga Prasetya Universitas Sanata Dharma 2017

Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis: (1) peran Bambang Sugeng sebelum perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945, (2) bentuk perjuangan Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta, dan (3) akhir perjuangan Bambang Sugeng sesudah perang kemerdekaan di Yogyakarta. Penulisan makalah menggunakan metode sejarah dengan langkah heuristik, verifikasi, interpretasi, historiografi, dengan pendekatan politik, dan model penulisan deskriptif analitis. Hasil penulisan menunjukkan bahwa: (1) peran Bambang Sugeng sebelum perang kemerdekaan adalah sebagai orang yang mengibarkan bendera Merah Putih di saat detik-detik Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 di alun-alun Temanggung, (2) bentuk perjuangan Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan adalah sebagai Kolonel Komando pertempuran dalam merebut kembali ibu kota Yogyakarta, (3) Akhir perjuangan Bambang Sugeng sesudah perang kemerdekaan yaitu pada bulan Juni 1950 diangkat menjadi Panglima Divisi I/TT V Jawa Timur, memprakarsai pencatatan setiap prajurit TNI atau Nomor Registrasi Pusat (NRP), menyatukan kembali para perwira TNI Angkatan Darat melalui Piagam Djogja 1955, menjadi Duta Besar di Vatikan, Jepang, dan Brasil.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

ROLE IN THE WAR OF INDEPENDENCE BAMBANG SUGENG IN YOGYAKARTA YEAR 1945-1949

Oleh: Gustam Duga Prasetya Universitas Sanata Dharma 2017

This paper aims to determine: (1) the role of Bambang Sugeng before the war of independence in Yogyakarta in 1945, (2) forms of struggle Bambang Sugeng had in the war of independence in Yogyakarta, and (3) the end of the struggle of Bambang Sugeng after the war of independence in Yogyakarta. This paper uses historical method with heuristic steps that include verification, interpretation, historiography, socio-cultural approach, and the model of descriptive writing. The results of the paper show that: (1) the role Bambang Sugeng before the war of independence occured in the time of the event of the River Progo known as the flag raising; and during the Proclamation dated August 17, 1945 in the central square of Waterford, (2) forms of struggle Bambang Sugeng had in the war of independence was the captivity on the capital of Yogyakarta, (3) The end of the struggle of Bambang Sugeng after the war of independence was his appointment in June 1950 as Division Commander I / TT V ; initiating the recording of any soldiers or Registration Number Center (NRP); and becoming the Indonesian ambassador at the Vatican, , and Brazil.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv MOTTO ...... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...... vii

ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xi DAFTAR LAMPIRAN ...... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 4 C. Tujuan Penulisan Makalah ...... 5 D. Manfaat Penulisan Makalah ...... 5

BAB II. PERAN BAMBANG SUGENG SEBELUM PERANG KEMERDEKAAN DI YOGYAKARTA TAHUN 1945 ...... 6

A. Profil Bambang Sugeng ...... 6 B. Peran Bambang Sugeng Sebelum Perang Kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945 ...... 7

BAB III. BENTUK PERJUANGAN BAMBANG SUGENG DALAM PERANG KEMERDEKAAN DI YOGYAKARTA ...... 9 A. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 ...... 9 B. Jalannya Serangan Umum 1 Maret 1949 ...... 20 C. Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949 ...... 21 D. Pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949 ...... 23

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Arti Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap Kota Yogyakarta...... 26 F. Pengaruh terhadap Pemerintahan Republik Indonesia ...... 26 G. Serangan Besar-Besaran Tentara Nasional Republik Indonesia Terhadap Belanda ...... 28 H. Konsep Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 ...... 30 I. Peran Kolonel Bambang Sugeng Pada Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 ...... 33

BAB IV. AKHIR PERJUANGAN BAMBANG SUGENG SESUDAH PERANG KEMERDEKAAN DI YOGYAKARTA ...... 40

A. Setelah Terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949 ...... 40 B. Perjuangan Bambang Sugeng di Daerah Temanggung ...... 42 C. Karier Militer Bambang Sugeng Setelah Akhir Kemerdekaan ...... 45

BAB V. KESIMPULAN ...... 49 DAFTAR PUSTAKA ...... 51 LAMPIRAN ...... 53

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Sejarah ...... 53 Lampiran 2. RPP Sejarah ...... 66

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia begitu panjang dan penuh liku,

serta memerlukan perjuangan keras untuk menjadi sebuah negara dan menjadi

bagian dari kehidupan dunia. Kemerdekaan menjadi harapan serta impian

seluruh masyarakat Indonesia. Dengan kemerdekaan diharapkan kehidupan

dari segenap elemen bangsa dapat lebih sejahtera dan terbebas dari belenggu

penjajahan. Setelah sekian lama berjuang dengan mempertaruhkan jiwa raga

pada akhirnya terjadilah sebuah peristiwa yang menjadi tonggak lahirnya

negara Indonesia yang ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Ir.

Soekarno sebagai bentuk puncak perjuangan seluruh bangsa Indonesia dalam

merebut kemerdekaan. Banyak sudah yang telah dikorbankan demi meraih

kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Banyak sekali peristiwa yang dialami

oleh bangsa Indonesia. Salah satunya adalah peristiwa Serangan Umum 1

Maret 1949.

Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan salah satu bukti

perjuangan rakyat Indonesia guna memperoleh kemerdekaan dengan

membuktikan kepada dunia luar bahwa Indonesia masih memiliki kekuatan

dalam memperjuangkan kemerdekaan meskipun para tokoh pemimpin

perjuangan telah ditangkap oleh Belanda. Salah satu penjajah Indonesia yaitu

kolonial Belanda yang telah menindas dan menguasai Indonesia dengan tanpa

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

berperikemanusiaan. Salah satu tokoh yang ikut berperan dalam kemerdekaan

Indonesia adalah Bambang Sugeng.

Bambang Sugeng adalah panglima komandan pertempuran Kepala Staf

Divisi III/GM III daerah Yogyakarta. Bambang Sugeng adalah salah satu nama

pahlawan yang terlupakan oleh bangsa ini. Peran Bambang Sugeng amatlah

penting. Bagaimana tidak serangan umum yang dilakukan selama kurang lebih

enam jam itu ada kaitannya dengan instruksi rahasia yang dikeluarkan oleh

Kolonel Bambang Sugeng sebagai Panglima Komando Divisi III Jawa Tengah

kepada Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Wehrkreise III/Brigade X yang

meliputi daerah Yogyakarta. Kolonel Bambang Sugeng menginstruksikan

kepada Letnan Kolonel Soeharto agar mengadakan serangan secara besar-

besaran terhadap Ibukota Republik Indonesia Yogyakarta antara tanggal 25

Februari dan 1 Maret 19491.

Meskipun peran Kolonel Bambang Sugeng tidak terlepas dari

keterlibatan Letnan Kolonel Soeharto, namun tetap peran Kolonel Bambang

Sugeng sebagai panglima Divisi III/Gubernur Militer III Jawa Tengah dan

Yogyakarta tidaklah bisa dikatakan kecil. Peran Panglima Bambang Sugeng

dimulai sejak Agresi Militer Belanda Pertama yakni pada tanggal 21 Juli 1947,

pada saat itu Kolonel Bambang Sugeng telah diangkat menjadi kepala staf

Divisi II/Sunan Gunung Jati, Cirebon. Perjalanan reorganisasi divisi di pulau

Jawa yang berjumlah 10 divisi dikurangi menjadi 7 divisi, dalam rangkaian

1 Julius Pour, Sepanjang Hayat Bersama Rakyat 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX, : Kompas, 2012, hlm 91.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

reorganisasi tersebut Kolonel Bambang Sugeng di promosikan sebagai Kepala

Staf Divisi II/Sunan Gunung Jati, Cirebon.

Di Jawa Tengah gerakan militer Belanda dilancarkan secara serentak

menggunakan divisi B, menggunakan 2 brigade yaitu brigade T dan W. Pada

saat itu Kepala Staf Divisi II Sunan Gunung Jati Kolonel Bambang Sugeng

sudah menduga-duga dan memperkirakan bahwa cepat atau lambat

juga pasti akan di duduki oleh Belanda2. Namun sebelum Belanda menduduki

daerah Purwokerto, Kolonel Bambang Sugeng telah terlebih dahulu

memindahkan markas beliau ke daerah Banjarnegara, dari kota Banjarnegara

inilah perlawanan terhadap Belanda dilancarkan.

Pada saat Agresi Militer Belanda I ini, Tentara Nasional Indonesia (TNI),

ini berhasil menemukan jati dirinya. Menghadapi intensitas perlawanan TNI,

Belanda terpojok dan memaksa mereka kembali kemeja perundingan. Peran

Bambang Sugeng kembali dibutuhkan pada saat persetujuan Renville. Pada

saat itu penetapan pasukan masing-masing pihak antara Republik Indonesia

dan Belanda. Pada waktu itu peran Kolonel Bambang Sugeng sangat penting

karena beliau mendapat kepercayaan untuk memimpin delegasi militer

Indonesia di Banyumas. Pada saat Agresi Militer Belanda II, yang pada saat itu

Belanda memfokuskan serangannya ke Jawa Tengah, khususnya Ibukota

Republik Indonesia Yogyakarta, dengan tujuan menghancurkan pusat kekuatan

TNI dan menawan pimpinan Pemerintah Republik Indonesia.

2 Edi Hartoto, Panglima Bambang Sugeng Panglima Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949 Dan Seorang Diplomat, Jakarta: Kompas, 2012, hlm. 38.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Usaha Kolonel Bambang Sugeng pada saat Agresi Militer Belanda II

ialah menentukan jadwal latihan bersama pasukannya dalam upaya

mempertahankan kemerdekaan Indonesia, namun sangat disayangkan jadwal

latihan pada tanggal 19 Desember 1948 dijadikan sebagai hari penyerangan

Agresi Belanda II berkat kelicikan mata-mata dari pihak Belanda. Usaha

Kolonel Bambang Sugeng selaku Panglima Divisi III Jawa Tengah,

bertanggung jawab terhadap daerah Yogyakarta. Dalam menyikapi propaganda

Belanda tersebut, tugas Bambang Sugeng selaku Panglima Divisi III Jawa

Tengah, Barat dan Yogyakarta inilah yang tidak pernah dapat dilupakan baik

bagi nusa dan bangsa. Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik

melakukan suatu penulisan makalah dengan judul “Peran Bambang Sugeng

dalam Perang Kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945-1949”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran Bambang Sugeng sebelum perang kemerdekaan di

Yogyakarta tahun 1945?

2. Bagaimana bentuk perjuangan Bambang Sugeng dalam perang

kemerdekaan di Yogyakarta?

3. Bagaimana akhir perjuangan Bambang Sugeng sesudah perang

kemerdekaan di Yogyakarta?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

C. Tujuan Penulisan Makalah

Dari rumusan di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah

ini adalah sebagai berikut untuk mengetahui:

1. Peran Bambang Sugeng sebelum perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun

1945.

2. Bentuk perjuangan Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di

Yogyakarta.

3. Akhir perjuangan Bambang Sugeng sesudah perang kemerdekaan di

Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan Makalah

1. Sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan dan wawasan

tentang tokoh kemerdekaan Indonesia.

2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat luas, berupa

informasi secara teoretik dan historis tentang perjuangan tokoh

kemerdekaan bangsa Indonesia yaitu Bambang Sugeng dalam

memperjuangkan kemerdekaan nusa dan bangsa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PERAN BAMBANG SUGENG SEBELUM PERANG KEMERDEKAAN DI YOGYAKARTA TAHUN 1945

A. Profil Bambang Sugeng

Bambang Sugeng lahir di Tegalrejo, , Jawa Tengah pada tanggal

31 Oktober 1913 merupakan putra sulung dari 6 bersaudara. Ayahnya bernama

Slamet dan ibunya bernama Zahro. Beliau menempuh pendidikan HIS di

Tegalrejo, kemudian melanjutkan ke MULO di Purwokerto dan menyelesaikan

pendidikan AMS bagian A di Yogyakarta. Karena cita-citanya menjadi ahli

hukum, Bambang sempat melanjutkan pendidikannya ke RHS di Jakarta tetapi

tidak selesai karena sekolahnya ditutup oleh Jepang yang mulai berkuasa di

Indonesia3.

Pada tahun 1936, Bambang menikah dengan Sukemi yang berasal

dari Temanggung dan dikaruniai 3 orang anak (1 putri dan 2 putra).

Pernikahannya dengan Sukemi tidak bertahan lama, karena sakit paru-paru,

istrinya meninggal dunia pada tahun 1946. Bambang kemudian menikah lagi

dengan Istiyah yang berasal dari Banjarnegara dan dikaruniai 2 orang putri.

Sebelum memulai karier militernya, Bambang sempat bekerja sebagai pegawai

negeri pada pemerintah Kabupaten Temanggung sebagai juru tulis.

Beliau adalah mantan Angkatan Darat. Meskipun beliau lahir di Magelang,

beliau menemukan titik balik kehidupannya saat beliau merintis karier militer di

3Anonim, “Serangan Oemoem Satu Maret”, Dalam http://wwwsejarah- agustinus.blogspot.com/2013/10/29/12:05WIB/serangan-oemoem- 1-maret-1949.html. Diunduh pada hari Senin, tanggal 28 September 2015, pukul 20.00 WIB.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

Temanggung, Jawa Tengah. Namanya mencuat ke permukaan saat berhasil

melucuti 533 tentara Jepang yang dipimpin Mayor Migaki Simatoyo.

B. Peran Bambang Sugeng Sebelum Perang Kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945

Mayjen Bambang Sugeng lahir di Tegal Rejo Magelang tanggal 31 Oktober

1913, wafat pada tanggal 22 Juni 1977 di Jakarta, dan di makamkan di

Temanggung dengan menyandang gelar Mayjen Purnawirawan TNI Angkatan

Darat. Adapun karier kemiliteran beliau di mulai saat menjadi Tentara Pembela

Tanah Air (PETA) pada tahun 1942, lalu begabung dengan Daidang II yang

bermarkas di Magelang.

Peran Bambang Sugeng Sebelum Perang Kemerdekaan di Yogyakarta

Tahun 1945 salah satunya adalah pada saat terjadinya peristiwa kali Progo. Kali

Progo sebuah sungai yang bermata air di Jumprit Kecamatan Ngadirejo

Kabupaten Temanggung Jawa Tengah Indonesia, termasuk sungai yang tidak

biasa di pulau Jawa, karena diantara beberapa sungai mengalir ke laut Jawa,

sedangkan Kali Progo mengalir ke Samudera Indonesia, sepanjang 200 Km

menyusuri wilayah Kabupaten Temanggung, Magelang, Sleman, Kulon Progo

dan Bantul hingga akhirnya bermuara di Samudera Indonesia4.

Setiap hari lokasi pembantaian tersebut selalu dijaga oleh KNIL dari

kesatuan V Brigade (Vossen Brigade - Anjing NICA), menurut kesaksian Moh.

Sholeh tahanan yang selamat dari pembantaian tersebut, pada tahun 1945 jumlah

4 Bekti Prijono, Kesaksian Progo Kisah Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950, Temanggung: Dinas Kebudayaan dan pariwisata, 2013, hlm. 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

korban mencapai ribuan, karena ia sendiri menandatangani pengakuan di IVG

pada urutan 1.390, dan setelah itupun KNIL masih melakukan penangkapan-

penangkapan lagi. Gedung IVG merupakan markas Brigade Anjing Merah yang

keganasannya dikenal luar biasa, sebagian sumber mengatakan gedung ini juga

digunakan sebagai markas Brigade Gajah Putih dan Brigade Anjing Hitam.

Komandan IVG adalah Lettu Van Der Zee yang dalam operasinya dibantu oleh

Go Ing Liem, tokoh ini yang sering memberi informasi dan menunjukkan siapa-

siapa saja pejuang atau warga biasa yang harus ditangkap.

Adapun tentang pahlawan Mayjen TNI Bambang Sugeng, beliau bersama

bapak Sumono seorang TNI juga adalah orang yang mengibarkan bendera Merah

Putih di saat detik detik Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 di alun alun

Temanggung, yang saat ini merupakan pusat pemerintahan wilayah

Temanggung5.

5Anonim, “Mengenang Tragedi Kali Progo dan Bambang Sugeng”, Dalam http://aergot.wordpress.com/2013/10/29/02:14WIB/mengenang tragedi Kali Progo. Diunduh pada hari Senin, tanggal 28 September 2015, pukul 20.00 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

BENTUK PERJUANGAN BAMBANG SUGENG DALAM PERANG KEMERDEKAAN DI YOGYAKARTA

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, banyak sudah yang telah

dikorbankan demi meraih kemerdekaan Indonesia hingga saat ini. Pada tahun

1945 Bambang Sugeng pulang ke Temanggung, dan membentuk Badan

Keamanan Rakyat (BKR), setelah itu berpindah pindah tempat ke Wonosobo,

Purwokerto dan berbagai daerah lain7. Serangkaian peristiwa yang muncul pada

era revolusi fisik dari tahun 1945-1949, jelas memaksa rakyat Indonesia berjuang

mempertahankan kemerdekaan dengan perang menggunakan senjata. Tidak ada

pilihan terbaik pada saat itu selain berperang membantu para pejuang

kemerdekaan dengan menggunakan senjata, tetesan darah dan air mata yang

menetes seakan jadi penghias pada masa itu. Setelah era revolusi fisik berakhir

bangsa Indonesia kembali berjuang dengan perjuangan melalui diplomasi yang

tiada henti-hentinya. Serangkaian peristiwa pada saat itu amatlah banyak dan

menarik untuk diingat dan diperbincangkan, namun bagi peneliti sangat tertarik

sekali pada satu peristiwa, yakni Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.

A. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan Umum 1 Maret 1949 ialah serangan yang dilaksanakan pada

tanggal 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta secara besar-besaran yang

direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi

7Anonim, “Mengenang Tragedi Kali Progo dan Bambang Sugeng”, Dalam http://aergot.wordpress.com/2013/10/29/02:14WIB/mengenang tragedi Kali Progo. Diunduh pada hari Senin, tanggal 28 September 2015, pukul 20.00 WIB. 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

III/GM III dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah

sipil setempat berdasarkan instruksi dari Kolonel Besar Bambang Sugeng,

untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI masih ada dan

cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia

dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB

dengan maksud utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta

membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia

(TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Soeharto

pada waktu itu sebagai komandan Brigade X turut serta sebagai pelaksana

lapangan di wilayah Yogyakarta. Kurang lebih satu bulan sesudah Agresi

Militer Belanda II yang dilancarkan pada bulan Desember 1948, TNI mulai

menyusun strategi guna melakukan pukulan balik terhadap tentara Belanda

yang dimulai dengan memutuskan telepon, merusak jalan kereta api,

menyerang konvoi Belanda, serta tindakan sabotase lainnya8.

Belanda terpaksa memperbanyak pos-pos di sepanjang jalan-jalan besar

yang menghubungkan kota-kota yang telah diduduki. Hal ini berarti kekuatan

pasukan Belanda tersebar pada pos-pos kecil di seluruh daerah Republik yang

merupakan medan gerilya. Dalam keadaaan pasukan Belanda yang sudah

terpencar-pencar, mulailah TNI melakukan serangan terhadap Belanda. Sekitar

awal Februari 1948 di perbatasan Jawa Timur, Letkol. dr. Wiliater Hutagalung-

yang sejak September 1948 diangkat menjadi Perwira Teritorial dan ditugaskan

8Anonim. “Serangan Oemoem Satu Maret”. Dalam http://wwwsejarah- agustinus.blogspot.com/2015/10/29/12:05WIB/serangan-oemoem- 1-maret-1949.html. Diunduh pada hari Senin, tanggal 8 Oktober 2015, pukul 20.00 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

untuk membentuk jaringan pesiapan gerilya di wilayah Divisi II dan III- bertemu dengan Jenderal guna melaporkan mengenai resolusi Dewan

Keamanan PBB dan penolakan Belanda terhadap resolusi tersebut dan melancarkan propaganda yang menyatakan bahwa Republik Indonesia sudah tak ada lagi. Melalui Radio Rimba Raya, Jenderal Sudirman juga telah mendengar berita tersebut. Jenderal Sudirman menginstruksikan untuk memikirkan langkah-langkah yang harus diambil guna mengcounter propaganda Belanda.

Hutagalung yang membentuk jaringan di wilayah Divisi II dan III, dapat selalu berhubungan dengan Jenderal Sudirman, dan menjadi penghubung antara Jenderal Sudirman dengan Kolonel Divisi II, Kolonel Gatot Subroto dan

Kolonel Divisi III, Kol. Bambang Sugeng. Selain itu, sebagai dokter spesialis paru, setiap ada kesempatan, ia juga ikut merawat Jenderal Sudirman yang saat itu menderita penyakit paru-paru. Setelah turun gunung, pada bulan September dan Oktober 1949, Hutagalung dan keluarga tinggal di Paviliun rumah Jenderal

Sudirman di Jl. Widoro No. 10, Yogyakarta.

Pemikiran yang dikembangkan oleh Hutagalung adalah, perlu meyakinkan dunia internasional terutama Amerika Serikat dan Inggris, bahwa

Negara Republik Indonesia masih kuat, ada pemerintahan (Pemerintah Darurat

Republik Indonesia (PDRI)), ada organisasi TNI dan ada tentaranya. Dalam membuktikan hal ini, maka untuk menembus isolasi, harus diadakan serangan spektakuler, yang tak bisa disembunyikan oleh Belanda, dan harus diketahui oleh UNCI (United Nations Commission for Indonesia) dan wartawan-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

wartawan asing untuk disebarluaskan ke seluruh dunia. Untuk menyampaikan

kepada UNCI dan para wartawan asing bahwa Negara Republik Indonesia

masih ada, diperlukan pemuda-pemuda berseragam Tentara Nasional

Indonesia, yang bisa berbahasa Inggris, Belanda atau Perancis. Jenderal

Sudirman menyetujui gagasan tersebut dan menginstruksikan Hutagalung agar

mengkoordinasikan pelaksanaan gagasan tersebut dengan Kolonel Divisi II dan

III.

Letkol. Dr. Hutagalung masih tinggal beberapa hari guna membantu

merawat Jenderal Sudirman, sebelum kembali ke markasnya di Gunung

Sumbing. Sesuai tugas yang diberikan oleh Jenderal Sudirman, dalam rapat

Pimpinan Tertinggi Militer dan Sipil di wilayah Gubernur Militer III,

yangdilaksanakan pada tanggal 18 Februari 1949 di markas yangterletak di

lereng Gunung Sumbing. Selain Gubernur Militer/ Kolonel Divisi III Kol.

Bambang Sugeng, dan Letkol Wiliater Hutagalung, juga hadir Komandan

Letkol. Sarbini Martodiharjo, dan pucuk pimpinan pemerintahan sipil, yaitu

Gubernur Sipil, Mr. K. R. M. T. Wongsonegoro, Residen Banyumas R.

Budiono, Residen Kedu Salamun, Bupati Banjarnegara R. A. Sumitro

Kolopaking dan Bupati Sangidi. Letkol Wiliater Hutagalung yang pada waktu

itu juga sebagai penasihat Gubernur Militer III menyampaikan gagasan yang

telah disetujui oleh Jenderal Sudirman, dan kemudian dibahas bersama-sama

yaitu9:

9 Idem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

1. Serangan dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Divisi III, yang

melibatkan Wehrkreise I, II dan III,

2. Mengerahkan seluruh potensi militer dan sipil di bawah Gubernur Militer

III,

3. Mengadakan serangan spektakuler terhadap satu kota besar di wilayah

Divisi III,

4. Harus berkoordinasi dengan Divisi II agar memperoleh efek lebih besar,

5. Serangan tersebut harus diketahui dunia internasional, untuk itu perlu

mendapat dukungan dari: Wakil Kepala Staf Angkatan Perang guna

koordinasi dengan pemancar radio yang dimiliki oleh AURI dan

Koordinator Pemerintah Pusat, Unit PEPOLIT (Pendidikan Politik Tentara)

Kementerian Pertahanan.

Tujuan utama dari ini rencana ialah bagaimana menunjukkan eksistensi

TNI dan dengan demikian juga menunjukkan eksistensi Republik Indonesia

kepada dunia internasional. Untuk menunjukkan eksistensi TNI, maka anggota

UNCI, wartawan-wartawan asing serta para pengamat militer harus melihat

perwira-perwira yang berseragam TNI. Setelah dilakukan pembahasan yang

mendalam, grand design yang diajukan oleh Hutagalung disetujui, dan khusus

mengenai “serangan spektakuler” terhadap satu kota besar, Kolonel Bambang

Sugeng bersikukuh, bahwa yang harus diserang secara spektakuler ialah

Yogyakarta. Tiga alasan penting yang dikemukakan Bambang Sugeng untuk

memilih Yogyakarta sebagai sasaran utama adalah10:

10 Idem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

1. Yogyakarta ialah Ibukota RI, sehingga bila dapat direbut walau hanya untuk

beberapa jam, akan berpengaruh besar terhadap perjuangan Indonesia

melawan Belanda.

2. Keberadaan banyak wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta, serta

masih adanya anggota delegasi UNCI (KTN) serta pengamat militer dari

PBB.

3. Langsung di bawah wilayah Divisi III/GM III sehingga tak perlu

persetujuan Panglima/GM lain dan semua pasukan memahami dan

menguasai situasi/daerah operasi.

Selain itu sejak dikeluarkan Perintah Siasat tertanggal 1 Januari 1949 dari

Kolonel Divisi III/Gubernur Militer III, untuk selalu mengadakan serangan terhadap tentara Belanda, telah dilancarkan beberapa serangan umum di wilayah Divisi III/GM III. Seluruh Divisi III dapat dikatakan telah terlatih dalam menyerang pertahanan tentara Belanda. Selain itu, sejak dimulainya perang gerilya, pimpinan pemerintah sipil dari mulai Gubernur

Wongsonegoro sebagai Gubernur Jawa Tengah serta para Residen dan Bupati, selalu diikutsertakan dalam rapat dan pengambilan keputusan yang penting dan kerjasama selama ini sangat baik. Oleh karena itu, dapat dipastikan dukungan terutama untuk logistik dari seluruh rakyat.

Selanjutnya dibahas, pihak-pihak mana serta siapa saja yang perlu dilibatkan. Untuk skenario seperti disebut di atas, akan dicari beberapa pemuda berbadan tinggi dan tegap, yang lancar berbahasa Belanda, Inggris atau Prancis dan akan dilengkapi dengan seragam perwira TNI dari mulai sepatu sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

topi. Mereka sudah harus siap di dalam kota, dan pada waktu penyerangan telah dimulai, mereka harus masuk ke Hotel Merdeka guna menunjukkan diri kepada anggota-anggota UNCI serta wartawan-wartawan asing yang berada di hotel tersebut. Kolonel Wiyono, Pejabat Kepala Bagian PEPOLIT Kementerian

Pertahanan yang juga berada di Gunung Sumbing akan ditugaskan mencari pemuda-pemuda yang sesuai dengan kriteria yangtelah ditentukan, terutama yang fasih berbahasa Belanda dan Inggris.

Hal penting yang kedua adalah, dunia internasional harus mengetahui adanya serangan Tentara Nasional Indonesia terhadap tentara Belanda, terutama terhadap Yogyakarta, Ibukota Republik. Dalam menyebarluaskan berita ini ke dunia internasional mendapat bantuan oleh Kol. T. B. Simatupang yangbermarkas di Pedukuhan Banaran, desa Banjarsari, untuk menghubungi pemancar radio Angkatan Udara RI (AURI) di Playen, dekat Wonosari, agar sesudah serangan dilancarkan berita mengenai penyerangan besar-besaran oleh

TNI atas Yogyakarta segera disiarkan.

Dalam kapasitasnya sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Perang, TB

Simatupang lebih kompeten menyampaikan hal ini kepada pihak AURI daripada perwira Angkatan Darat. Diperkirakan apabila Belanda melihat bahwa Yogyakarta diserang secara besar-besaran, dipastikan mereka akan mendatangkan bantuan dari kota-kota lain di Jawa Tengah, dimana terdapat pasukan Belanda yang kuat seperti Magelang, Semarang dan Solo. Jarak tempuh Magelang-Yogyakarta hanya sekitar 3-4 jam saja; Solo-Yogyakarta, sekitar 4-5 jam, dan Semarang-Yogyakarta, sekitar 6-7 jam. Magelang dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Semarang (bagian Barat) berada di wilayah kewenangan Divisi III GM III, namun Solo, di bawah wewenang Divisi II/GM II Kolonel Gatot Subroto. Oleh karena itu, serangan di wilayah Divisi II dan III harus dikoordinasikan dengan baik sehingga dapat dilakukan operasi militer bersama dalam kurun waktu yang ditentukan, sehingga bantuan Belanda dari Solo dapat dihambat, atau paling tak dapat diperlambat.

Pimpinan pemerintahan sipil, Gubernur Wongsonegoro sebagai Gubernur

Jawa Tengah, Residen Budiono, Residen Salamun, Bupati Sangidi dan Bupati

Sumitro Kolopaking ditugaskan untuk mengkoordinasi persiapan dan pasokan perbekalan di wilayah masing-masing. Pada waktu bergerilya, para pejuang sering harus selalu pindah tempat, sehingga sangat tergantung dari bantuan rakyat dalam penyediaan perbekalan. Selama perang gerilya, bahkan Camat,

Lurah serta Kepala Desa sangat berperan dalam menyiapkan dan memasok perbekalan (makanan dan minuman) bagi para gerilyawan. Ini semua telah diatur dan ditetapkan oleh pemerintah militer setempat. Untuk pertolongan dan perawatan medis, diserahkan kepada PMI. Peran PMI sendiri juga telah dipersiapkan sejak menyusun konsep Perintah Siasat Jenderal Sudirman.

Dalam konsep Pertahanan Rakyat Total-sebagai pelengkap Perintah Siasat No.

1 yang dikeluarkan oleh Staf Operatif (Stop) tanggal 3 Juni 1948, butir 8 menyebutkan: Kesehatan terutama tergantung kepada Kesehatan Rakyat dan

Palang Merah Indonesia karena itu evakuasi para dokter dan rumah obat mesti menjadi perhatian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Sutarjo Kartohadikusumo, Ketua DPA merupakan Ketua PMI (Palang

Merah Indonesia), mengatur pengiriman obat-obatan bagi gerilyawan di front.

Beberapa dokter dan staf PMI kemudian banyak yang ditangkap oleh Belanda dan ada juga yang mati tertembak sewaktu bertugas. Setelah rapat selesai,

Slamet Riyadi sebagai Komandan Wehrkreise II dan para pejabat sipil pulang ke tempat masing-masing guna mempersiapkan segala sesuatu, sesuai dengan tugas masing-masing. Kurir segera dikirim untuk menyampaikan keputusan rapat di Gunung Sumbing pada 18 Februari 1949 kepada Jenderal Sudirman dan Komandan Divisi II/Gubernur Militer II Kolonel Gatot Subroto.

Sebagaimana telah digariskan dalam pedoman pengiriman berita dan pemberian perintah, perintah yang sangat penting dan rahasia, harus disampaikan langsung oleh atasan kepada komandan pasukan yang bersangkutan. Oleh karena itu, rencana penyerangan atas Yogyakarta yang ada di wilayah Wehrkreise I di bawah pimpinan Letkol. , akan disampaikan langsung oleh Kolonel Divisi III Kolonel Bambang Sugeng. Kurir segera dikirim kepada Komandan Wehrkreise III/Brigade 10, Letkol. Suharto, untuk memberitahu kedatangan Komandan Divisi III serta mempersiapkan pertemuan. Diputuskan untuk segera berangkat sore itu juga guna menyampaikan grand design kepada pihak-pihak yang terkait. Ikut dalam rombongan Kolonel Divisi selain Letkol. dr. Hutagalung, antara lain juga dr.

Kusen (dokter pribadi Bambang Sugeng), Bambang Surono (adik Bambang

Sugeng), seorang mantri kesehatan, seorang sopir dari dr. Kusen, Letnan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Amron Tanjung (ajudan Letkol Hutagalung) dan beberapa anggota staf

Gubernur Militer (GM) serta pengawal.

Pertama-tama rombongan singgah di tempat Kol. Wiyono dari PEPOLIT, yang bermarkas tak jauh dari markas Bambang Sugeng, dan memberikan tugas untuk mencari pemuda berbadan tinggi dan tegap serta fasih berbahasa

Belanda, Inggris atau Prancis yang akan diberi pakaian perwira TNI.

Menjelang sore hari, Bambang Sugeng beserta rombongan tiba di Pedukuhan

Banaran mengunjungi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang Kol. Simatupang.

Selain anggota rombongan Bambang Sugeng, dalam pertemuan tersebut hadir juga Mr. M. Ali Budiarjo, yang kemudian menjadi ipar Simatupang.

Simatupang pada saat itu dimohonkan untuk mengkoordinasi pemberitaan ke luar negeri melaui pemancar radio AURI di Playen dan di Wiladek, yang ditangani oleh Koordinator Pemerintah Pusat. Setelah Simatupang menyetujui rencana grand design tersebut, Bambang Sugeng segera mengeluarkan instruksi rahasia yang ditujukan kepada Komandan Wehrkreise I Kolonel

Bachrun, yangakan disampaikan sendiri oleh Kol. Sarbini.

Brigade IX di bawah komando Letkol Achmad Yani, diperintahkan melakukan penghadangan terhadap bantuan Belanda dari Magelang ke

Yogyakarta. Tanggal 19 Februari 1949. Bambang Sugeng dan rombongan meneruskan perjalanan, yang selalu dilakukan pada malam hari dan beristirahat pada siang hari, untuk menghindari patroli Belanda. Penunjuk jalan juga selalu berganti di setiap desa. Dari Banaran rombongan menuju wilayah Wehrkreise

III melalui pegunungan Menoreh untuk menyampaikan perintah kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Komandan Wehrkreis III Letkol. Suharto. Bambang Sugeng beserta rombongan mampir di Pengasih, tempat kediaman mertua Bambang Sugeng dan masih sempat berenang di telaga yang ada di dekat Pengasih (Keterangan dari Bambang Purnomo, adik kandung almarhum Bambang Sugeng, yang tinggal di Temanggung).

Pertemuan dengan Letkol. Suharto berlangsung di Brosot, dekat Wates.

Semula pertemuan akan dilakukan di dalam satu gedung sekolah, namun karena kuatir telah dibocorkan, maka pertemuan dilakukan di dalam sebuah gubug di tengah sawah. Hadir dalam pertemuan tersebut lima orang, yaitu Kol.

Bambang Sugeng, Perwira Teritorial Letkol. Dr. Wiliater Hutagalung beserta ajudan Letnan Amron Tanjung, Komandan Wehrkreise III/ Brigade X Letkol.

Suharto beserta ajudan. Kepada Suharto diberikan perintah untuk mengadakan penyerangan antara tanggal 25 Februari dan 1 Maret 1949. Kepastian tanggal baru dapat ditentukan kemudian, sesudah koordinasi serta kesiapan semua pihak terkait, antara lain dengan Kol. Wiyono dari Pepolit Kementerian

Pertahanan. Setelah semua persiapan matang, baru kemudian diputuskan

(keputusan diambil tanggal 24 atau 25 Februari), bahwa serangan tersebut akan dilancarkan tanggal 1 Maret 1949, pukul 06.00 pagi. Instruksi segera diteruskan ke semua pihak yang terkait. Puncak serangan dilakukan dengan serangan umum terhadap kota Yogyakarta (ibu kota negara) pada tanggal 1

Maret 1949, di bawah pimpinan Letnan Kolonel Suharto, Komandan Brigade

10 daerah Wehrkreise III, sesudah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari

Sri Sultan IX, Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

B. Jalannya Serangan Umum 1 Maret 1949

Tanggal 1 Maret 1949, pagi hari, serangan secara besar-besaran yang

serentak dilakukan di seluruh wilayah Divisi III/GM III dimulai, dengan fokus

serangan ialah Ibukota Republik, Yogyakarta, serta pasukan Brigade X yang

diperkuat dengan satu Batalyon dari Brigade IX, sedangkan serangan terhadap

pertahanan Belanda di Magelang dan penghadangan di jalur Magelang

Yogyakarta (Magelta) di sekitar Yogyakarta, terutama Magelang, sesuai

Instruksi Rahasia yang dikeluarkan oleh Kolonel Divisi III/GM III Kolonel

Bambang Sugeng kepada Komandan Wehrkreis I, Letkol Bahrun dan

Komandan Wehrkreis II Letkol Sarbini. Pada saat yang bersamaan, serangan

juga dilakukan di wilayah Divisi II/GM II, dengan fokus penyerangan ialah

kota Solo, guna mengikat tentara Belanda dalam pertempuran agar tak dapat

mengirimkan bantuan ke Yogyakarta.

Pos komando ditempatkan di desa Muto. Pada malam hari menjelang

serangan umum itu, pasukan telah merayap mendekati kota dan dalam jumlah

kecil mulai disusupkan ke dalam kota. Pagi hari sekitar pukul 06. 00, sewaktu

sirene dibunyikan serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota. Dalam

penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat

sampai ke batas Malioboro. Sektor Timur dipimpin Ventje Sumual, sektor

selatan dan timur dipimpim Mayor Sardjono, sektor utara oleh Mayor Kusno.

Sedangkan untuk sektor kota sendiri ditunjuk Letnan dan

Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, sebagaimana yang telah ditentukan

semula, seluruh pasukan TNI mundur.

Serangan terhadap kota Solo yang juga dilakukan secara besar-besaran,

dapat menahan Belanda di Solo sehingga tak dapat mengirim bantuan dari Solo

ke Yogyakarta, yang sedang diserang secara besar-besaran Yogyakarta yang

dilakukan oleh Brigade IX, hanya dapat memperlambat gerak pasukan bantuan

Belanda dari Magelang ke Yogyakarta. Tentara Belanda dari Magelang dapat

menerobos hadangan gerilyawan Republik, dan sampai di Yogyakarta sekitar

pukul 11.00.

C. Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949

Tujuan dari Serangan Umum 1 Maret 1949 yaitu11:

1. Kedalam: untuk mendukung perjuangan yang dilaksanakan secara

diplomasi, meninggikan semangat rakyat serta TNI yang sedang bergerilya

melawan pasukan Belanda, serta secara tidak langsung telah mempengaruhi

sikap para pemimpin negara federal bentukan Belanda yang tergabung

dalam Bijeenkomst Federal Voor Overleg (BFO).

2. Keluar: untuk menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa TNI

mempunyai kekuatan yang tadinya defensif mulai beralih ke ofensif, dan

mematahkan moral pasukan Belanda.

Dengan tujuan inilah yang menjadikan latar belakang terjadinya

Serangan Umum 1 Maret 1949. Merupakan salah satu serangan yang cukup

monumental, berdampak politis dan militer yang sangat besar baik ke dalam

11 Idem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

maupun ke luar negeri sekaligus dapat membantu perwakilan kita di PBB.

Selama enam jam Yogyakarta dikuasai TNI, dan hal itu membuktikan kepada

dunia luar bahwa TNI masih mempunyai kemampuan untuk bertempur dan

sekaligus membantah gembar-gembor Belanda bahwa TNI sudah hancur dan

riwayat RI sudah berakhir. Dalam Serangan Umum yang dilakukan TNI

bersama rakyat mempunyai sasaran yaitu12:

1. Sasaran Politik

Bertujuan memberikan dukungan moril kepada perwakilan Indonesia

di PBB yang dipimpin oleh L.N. Palar yang sedang mempersiapkan

perdebatan mengenai masalah kemerdekaan Indonesia dalam menghadapi

Belanda yang telah dengan sombongnya melancarkan kampanye tentang

operasi miiliternya. Dan merupakan saat yang tepat untuk membongkar

kesombongan dan kebohongan Belanda. TNI bersama rakyat Indonesia akan

terus berjuang dengan gigih dalam mengusir penjajah dari wilayah

Indonesia.

2. Sasaran Psikologis

Bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap tentara

kebanggannya dan membuktikan kepada rakyat bahwa TNI benar-benar

setia pada tugasnya berjuang menghalau musuh, supaya menjadi inspirasi

bagi para pejuang yang berada di wilayah tanah air yang berkiblat

proklamasi 17 agustus 1945.

12 Idem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

3. Sasaran Militer

Bertujuan untuk menunjukkan kepada Belanda bahwa TNI masih

merupakan prajurit yang tertib, terkoordinasi, dan berdisiplin tinggi. TNI

tidak hancur apalagi kacau balau seperti yang mereka katakan, dan

membuktikan pasukan Belanda hanya beerhasil menduduki sebagian kota

tertentu di suatu wilayah, yang dihubungkan oleh garis penghubung yang

dijaga ketat. Diluar itu pasukan Belanda tidak mempunyai pengaruh dan

sebaliknya kekuatan TNI yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat

Yogyakarta dan seluruh wilayah Yogyakarta. Dengan adanya sasaran

penyerangan yang dilakukan oleh TNI berserta rakyat membuat pihak

Belanda harus menarik mundur pasukannya dari wilayah Yogyakarta dan

juga menyerahkan kembali kedaulatan RI ke tangan masyarakat Indonesia,

supaya kota Yogyakarta berfungsi kembali sebagai Ibu Kota Republik

Indonesia.

D. Pelaksanaan Serangan 1 Maret 1949

Serangan umum 1 Maret dilancarkan oleh pasukan RI untuk merebut

kembali Yogyakarta yang dikuasai oleh Belanda sejak agresi militer kedua.

Diadakan perundingan-perundingan antara anggota keluarga bangsawan dan

anak seorang petani, keduanya bersatu dalam kecintaan terhadap kemerdekaan.

Beberapa waktu sebelum serangan dilancarkan, diadakan perundingan dan

koordinasi antara Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang pada waktu itu

berpangkat Kolonel dalam TNI dengan Letnan Kolonel Soeharto sebagai

komandan Brigade 10, telah di ambil suatu keputusan yang berani untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

mengadakan serangan umum terhadap Yogyakarta menduduki kota sekalipun hanya untuk beberapa jam. Tujuannya adalah menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki perlawanan yang lebih.

Koordinasi itu penting untuk menyusun strategi serangan umum 1 Maret

1949. Selain itu beberapa kesatuan diperintahkan untuk menyusup ke dalam kota Yogyakarta, diantaranya adalah kesatuan khusus dibawah pimpinan

Kapten Widodo. Beliau bertugas untuk memutuskan hubungan antara pos-pos penjagaan Belanda di dalam kota, antara lain dengan memasang ranjau darat.

Untuk menguji kemampuan dan ketahanan pertahanan desa itu sejak beberapa waktu Sri Sultan merencanakan sebuah latihan “serbuan Belanda ke

Yogyakarta” yang di mulai pada subuh pada tanggal 19 Desember 1948. Oleh sebab itu kehirukpikukan letusan bom, granat, mitraliur dan senapan pada pagi itu tidak jadi menakutkan, malah membanggakan hati rakyat, karena menganggap tentara sudah memiliki kesediaan mesiu yang cukup banyak sehingga untuk latihan saja sudah dapat menghamburkan begitu banyak mesiu.

Serangan Umum 1 Maret 1949 telah di persiapkan dengan teliti.

Sebelumnya telah di selundupkan prajurit-prajurit ke dalam kota. Satu batalion di tugaskan menduduki lapangan terbang Adisuciptoe, sedangkan kesatuan kesatuan lainnya menyerang kota dari empat jurusan dan di pasang ranjau- ranjau untuk mencegah ataupun menghambat kedatangan pasukan

Belanda. Yang dijadikan sebagai tanda mulainya serangan adalah bunyi sirine pukul 06.00 yang biasanya dibunyikan di kota Yogyakarta waktu itu. Pada tanggal 1 Maret 1949, tepat pada pukul 06.00 pagi ketika sirine meraung raung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

menandakan berakhirnya jam malam, pasukan gerilya memasuki kota. Pasukan

Belanda tidak menyangka akan ada serangan, sehingga dalam waktu yang relatif singkat pasukan TNI berhasil memukul mundur semua posisi pasukan

Belanda dan memaksa mereka bertahan dalam markasnya di dalam kota

Yogyakarta. Kolonel Soeharto berada dalam pasukan yang akan memberikan pukulan, dengan senapan Owen yang berat di tangannya. Prajurit-prajurit menggunakan daun kelapa muda yang di gantung di bahu sebagai tanda pengenal. Serangan itu berjalan lancar. Pusat kota dapat di duduki, pabrik amunisi “Waatson”, berhasil di rebut dengan lima ton amunisi dan senjata senjata ringan. Satu tank kecil jatuh ke tangan gerilya. Semua mereka yang melakukan penyerbuan ingin menaiki tank tersebut, tapi sayang tidak seorang pun dapat mengemudikannya. Setelah puas bergurau dan tertawa, akhirnya tank tersebut di bakar.

Pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama enam jam, sesuai dengan rencana semula sekitar pukul 12.00. TNI mulai mundur keluar kota sebelum pasukan bantuan Belanda tiba. Berita Serangan Umum ini disiarkan keluar melalui pemancar radio di daerah Gunung Kidul yang dapat ditangkap RRI di Sumatera, selanjutnya dari Sumatera berita itu disiarkan ke

Yangoon dan India. Keesokan harinya peristiwa itu juga dilaporkan oleh R.

Sumardi ke PDRI di Buktitinggi melalui radiogram dan juga disampaikan pula kepada Maramis (Diplomat RI di New Delhi, India) dan L.N. Palar (Diplomat

RI di New York, Amerika Serikat).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

E. Arti Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap Kota Yogyakarta

Perkembangan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta membawa

berkah bagi masyarakat Yogyakarta karena kota Yogyakarta dapat berfungsi

kembali sebagai Ibukota Republik Indonesia dan berhasil mengusir atau

memukul mundur Pasukan Belanda dari wilayah Yogyakarta, sehingga

membawa dampak bagi perekonomian negara RI dimana perekonomian bisa

kembali berfungsi sedia kala secara bertahap. Selain itu politik Indonesia

mendapat dukungan dari luar negeri. Pasukan Belanda ditarik mundur dari

Yogyakarta, sehingga wilayah Yogyakarta kembali aman dari pasukan

Belanda, dari ketiga sasaran diatas perlu diketahui bahwa TNI masih ada dan

juga berkat TNI Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa kembali berfungsi,

serta menunjukkan kepada Belanda bahwa Indonesia masih ada kekuatan untuk

melawan segala bentuk penjajahan di Indonesia.

F. Pengaruh terhadap Pemerintahan Republik Indonesia

Pengaruh serangan umum 1 maret 1949 diantaranya adalah13:

1. Terhadap Rakyat (Sosial-Ekonomi)

Akibat dari Serangan Umum, kepercayaan akan kemampuan dan

kekuatan TNI menjadi lebih besar, tidak hanya bagi pendudukan kota

Yogyakarta, tapi sampai daerah pendudukan Belanda, khususnya di Jakarta.

Hal ini dapat diukur dengan bertambah tingginya nilai uang RI (ORI)

terhadap nilai uang Belanda. Dengan kepercayaan akan kemampuan dan

semangat juang TNI yang lebih nyata dan berarti diperlihatkan rakyat adalah

13 Idem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

kesediaan mereka menerima pasukan TNI yang akan melakukan Serangan

Umum 1 Maret 1949 pada malam menjelang serangan dimulai. Mereka

menerima dan memberikan makanan dan minuman semampu mereka.

Keikhlasan ini mereka untuk menyumbangkan apa saja yang mungkin

mereka sumbangkan untuk perjuangan sangat mendukung perjuangan

selanjutnya setelah Serangan Umum 1 Maret sampai pada penarikan Tentara

Belanda dari kota Yogyakarta.

Presiden Soekarno menilai hasil Serangan Umum 1 Maret 1949

sebagai berikut: Pada mulanya revolusi kami berjalan sangat menyedihkan,

meskipun dengan jeritan diplomatik bahwa mereka (Belanda) yang telah

memperkosa piagam PBB, Belanda berbuat seperti orang tuli. Mereka

menduduki kota demi kota, keadaan kami sangat menyedihkan. Nampaknya

seakan-akan Republik telah dihancurkan. Sampai tanggal 1 Maret 1949

pasukan gerilya merebut kota Yogyakarta, dan menduduki selama enam

jam. Akan tetapi yang beberapa jam itu pun cukup lama untuk membuktikan

kepada dunia, bahwa tentara Republik merupakan kekuatan vital yang

pentang menyerah. Dengan begitu kehidupan ekonomi dan sosial rakyat

kembali seperti biasa, dan keadaan kota Yogyakarta kembali aman tanpa

harus melawan pasukan Belanda. Sehingga fungsi kota Yogyakarta sebagai

ibukota RI kembali normal.

2. Terhadap Militer

Pada Serangan Umum 1 Maret 1949 memiliki arti khusus bagi TNI,

baik bidang organisasi, moril, semangat, dan kepercayaan diri untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

meneruskan pertempuran dan perjuangan. Sehingga organisasi Wehrkreise,

subwehrkreise, sektor dan pemerintahan militer, mulai dari STC, KDM,

KODM mulai disempurnakan. Kemudian TNI berkembang dan menjadi

kesatuan yang disegani oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

3. Terhadap Pemerintahan

Pemerintahan RI kembali pulih seperti sedia kala dan sudah mulai

mengatur kehidupan social-ekonomi masyarakat Yogyakarta serta mengatur

situasi politik pemerintah, sehingga kehidupan masyarakat kembali normal

dan keamanan mulai ditingkatkan demi kesejahteraan dan keamanan

masyarakat Yogyakarta.

G. Serangan Besar-Besaran Tentara Nasional Republik Indonesia Terhadap Belanda

Mr. Alexander Andries Maramis, yang berkedudukan di New Delhi

menggambarkan betapa gembiranya mereka mendengar siaran radio yang

ditangkap dari Burma, mengenai serangan besar-besaran Tentara Nasional

Republik Indonesia terhadap Belanda. Berita tersebut menjadi Headlines di

berbagai media cetak yang terbit di India. Hal ini diungkapkan oleh Mr.

Maramis kepada dr. W. Hutagalung, ketika bertemu di tahun 50-an di Pulo

Mas, Jakarta. Serangan Umum 1 Maret mampu menguatkan posisi tawar dari

Republik Indonesia, mempermalukan Belanda yang telah mengklaim bahwa RI

sudah lemah. Tak lama sesudah Serangan Umum 1 Maret terjadi Serangan

Umum yang menjadi salah satu keberhasilan pejuang RI yang

paling gemilang karena membuktikan kepada Belanda, bahwa gerilya bukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

saja mampu melakukan penyergapan atau sabotase, tetapi juga mampu

melakukan serangan secara frontal ke tengah kota Solo yang dipertahankan

dengan pasukan kavelerie, persenjataan berat-artileri, pasukan infantri dan

komando yang tangguh. Serangan umum Solo inilah yang menyegel nasib

Hindia Belanda untuk selamanya.

Dari pihak Belanda, tercatat 6 orang tewas, dan diantaranya ialah 3 orang

anggota polisi; selain itu 14 orang mendapat luka-luka. Segera sesudah

pasukan Belanda melumpuhkan serangan terebut, keadaan di dalam kota

menjadi tenteram kembali. Kesibukan lalu-lintas dan pasar kembali seperti

biasa, malam harinya dan hari-hari berikutnya keadaan tetap tenteram. Pada

hari Selasa siang pukul 12. 00 Jenderal Meier (Komandan teritorial merangkap

komandan pasukan di Jawa Tengah), Dr. Angent (Teritoriaal Bestuurs-

Adviseur), Kolonel van Langen (komandan pasukan di Yogyakarta) dan

Residen Stock (Bestuurs-Adviseur untuk Yogyakarta) telah mengunjungi

kraton guna membicarakan keadaan dengan Sri Sultan. Dalam serangan

terhadap Yogyakarta, pihak Indonesia mencatat korban sebagai berikut: 300

prajurit tewas, 53 anggota polisi tewas, rakyat yang tewas tak dapat dihitung

dengan pasti. Menurut majalah Belanda De Wappen Broeder terbitan Maret

1949, korban di pihak Belanda selama bulan Maret 1949 tercatat 200 orang

tewas dan luka-luka14.

14 Idem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

H. Konsep Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949

Peristiwa Serangan umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang

dilakukan untuk merebut kembali Ibukota Yogyakarta yang pada saat itu telah

dikuasai dan diduduki oleh Belanda, serangan umum merupakan bukti

eksistensi. Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang masih ada dan sekuat

tenaga membela Republik Indonesia dan membuktikan pada dunia

internasional bahwa Republik Indonesia belum lah dikuasai sepenuhnya. Dr.

Anhar Gonggong mengungkapkan dalam buku “Kolonel Bambang Sugeng

Kolonel Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949 Dan

Seorang Diplomat” yang berbunyi “Berdasarkan data itu, katanya, SO 1

Maret 1949 bukanlah serangan yang berdiri sendiri tapi bagian dari

serangkaian serangan yang dilakukan 25 Februari sampai 1 Maret 1949. “SO

dianggap hebat karena sebagai bukti eksistensi TNI yang sekaligus merupakan

eksistensi RI”15.

Dalam hal ini Kapten AURI Budiardjo dalam buku yang berjudul

“Kontroversi Serangan Umum 1 Maret 1949” menuturkan bahwa16:

Peristiwa Serangan Umum Satu Maret sangat penting sebagai usaha membuktikan bahwa Yogya sebagai Ibu kota perjuangan RI belum sepenuhnya jatuh ke tangan Belanda. Dengan peralatan radio PC2 kita yang sangat sederhana menjalin jaringan dengan stasiun-stasiun radio sejenis di Sumatra Utara, maka kita dapat merelay berita Serangan Umum itu melalui Birma dan India, sampai ke perwakilan kita di siding Dewan Keamanan PBB. Sehari menjelang 1 Maret, dalam perjalanan ke Jawa Timur Kol. Simatupang singgah di Playen (lokasi pemancar radio) membawa berita tentang Serangan Umum Satu Maret yang akan dilaksanakan esok hari-nya.“Sayamenerima teks dan briefing

15 Edi Hartoto, Panglima Bambang Sugeng Panglima Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949 Dan Seorang Diplomat, Jakarta: Kompas, 2012, hal. 194. 16 Idem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

secukupnya…dengan diwanti-wanti untuk menyiapkan besok malamnya, setelah terjadi SO 1 Maret yang akan dilancarkan pada waktu subuh tanggal 1 Maret 1949. Tulisan Pak Simatupang tersusun jelas, dalam bahasa Inggris yang bagus dan rapi.

Beliau juga menambahkan bahwa: “Sayang sekali saya tidak berani

menyimpan teks itu, setelah disiarkan Alm. Soedjatmoko pada waktu itu

salah satu wakil RI di Dewan Keamanan pernah cerita, betapa ia segera

mengadakan konferensi pers setelah menerima berita tentang SO 1

Maret”17.

Berdasarkan beberapa keterangan di atas maka, dapat ditegaskan

bahwa Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, merupakan serangan frontal

tidak hanya dari Angkatan Darat (AD), tapi juga dari Angkatan Udara

Republik Indonesia (AURI). Dari penuturan Boediardjo, dapat diketahui bahwa

Letkol Soeharto bukanlah perwira berpangkat tertinggi yang mengetahui

rencana. Serangan Umum (SO) I Maret. Di atas Soeharto, terdapat perwira-

perwira lain yang mengetahui rencana tersebut. Berbicara mengenai Peristiwa

Serangan Umum 1 Maret 1949, tidak terlepas dari peran Kolonel Bambang

Sugeng yang namanya dilupakan oleh Bangsa Indonesia, peran serta usaha

Kolonel Bambang Sugeng yang telah dikebiri pada era sejarah Soeharto.

Menanggapi tentang Peran Kolonel Bambang Sugeng dalam

Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 ini, Kolonel T.B Simatupang

berpendapat bahwa18:

17 Tim Lembaga Analisis Informasi, Kontroversi Serangan Umum 1 Maret 1949, Media Pressindo: Yogyakarta, 2000, hlm. 86. 18 T.B Simatupang, Laporan Dari Banaran, Jakarta: Sinar Harapan, 1960, hlm. 60.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Soegeng adalah orang yang emosional dan bagi dia tidaklah memuaskan apabila Yogyakarta nanti dikembalikan begitu saja kepada kita. Idenya ialah: Yogyakarta harus direbut dengan senjata. Paling sedikit ia ingin bahwa Yogyakarta kita serang secara besar- besaran…Dengan Kol. Soegeng masih saya bicarakan beberapa kekuatan yang dapat dikumpulkannya untuk serangan itu, bagaimana rencananya dan seterusnya.

Menurut pendapat Afred Suci dalam bukunya yang berjudul 151

Konspirasi Dunia Paling gila dan mencengangkan19:

Versi Orde Baru mengatakan bahwa Letkol Soeharto memberi perintah kepada Kolonel T.B. Simatupang, seorang Wakil kepala Staf Angkatan erang untuk menyusun rilis berita berbahasa Inggris dan menyiarkannya melalui jaringan milik Angkatan Udara RI mengenai eksistensi (keberadaan) RI. Banyak sejarawan meragukan dan para petinggi militer merasa aneh dengan penulisan sejarah seperti ini. Bagaimana mungkin seorang bawahan yang hanya mengepalai Brigade Yogyakarta bisa memberi perintah kepada perwira yang memiliki 1 melati lebih banyak di pundaknya dan merupakan wakil pimpinan angkatan perang seluruh tentara RI? Itu menyalahi rantai komando yang sangat dipatuhi oleh setiap prajurit perwira militer. Adanya Perintah Siasat No. 4/S/Cop. I, tanggal 1 Januari 1949, Instruksi Rahasia tanggal 18 Februari 1949 dari Panglima/GM III Kolonel Bambang Sugeng, merupakan bukti tak terbantahkan bahwa bukan Letkol Soeharto yang menggagas serangan. Bukan dia pula perwira dengan pangkat tertinggi yang mengetahui rencana serangan itu. Sebab, kedua dokumen dari Kol. Bambang Sugeng merupakan fakta bahwa perencanaan Serangan Umum berasal dari atasan Letkol Soeharto. Kedua dokumen penting itu merupakan instruksi dari Panglima/GM III kepada ketika komandan Brigade, termasuk Brigade III pimpinan Letkol Soeharto.

Dari beberapa kutipan diatas dapat dimbil kesimpulan bahwa

Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949, sesungguhnya adalah

pelaksanaan instruksi rahasia Kolonel Bambang Sugeng kepada Komandan

Brigade 10 Letkol Soeharto agar melakukan serangan besar-besaran terhadap

19 Afred Suci, 151 Konspirasi Dunia Paling Gila Dan Mencengankan. Jakarta: Wahyu Media, 2012, hlm. 105.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Ibukota Yogyakarta antara tanggal 25 Februari sampai dengan 1 Maret 1949

untuk membuktikan kepada Dunia Internasional Bahwa Republik

Indonesia Masih ada.

I. Peran Kolonel Bambang Sugeng Pada Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan umum 1 Maret 1949 dalam upaya merebut Ibukota

Yogyakarta kembali semua dikendalikan atas inisiatif Kolonel komandan

pertempuran Kepala Staf Divisi III/GM III Kolonel Bambang sugeng

sebagai bukti kepada dunia Internasional bahwa Tentara Nasional

Indonesia (TNI) masih menunjukkan eksistensinya serta Republik Indonesia

belumlah dihancurkan sepenuhnya. Salah satu usaha Kolonel Bambang

Sugeng dalam serangan umum adalah, secara terus-menerus mengobarkan

aktivitas gerilya terhadap para pejuang yang dipimpinnya20.

Peran Kolonel Bambang Sugeng dimulai sejak Agresi Militer

Belanda Pertama yakni pada tanggal 21 Juli 1947, pada saat itu Kolonel

Bambang Sugeng telah diangkat menjadi kepala staf Divisi II/Sunan

Gunung Jati, Cirebon. Perjalanan reorganisasi divisi di pulau jawa yang

berjumlah 10 divisi dikurangi menjadi 7 divisi, dalam rangkaian reorganisasi

tersebut Kolonel Bambang Sugeng di promosikan sebagai Kepala Staf Divisi

II/Sunan Gunung Jati, Cirebon. Di Jawa Tengah gerakan militer Belanda

dilancarkan secara serentak menggunakan divisi B, menggunakan 2 brigade

20 Tim Lembaga Analisis Informasi, Kontroversi Serangan Umum 1 Maret 1949. Media Pressindo: Yogyakarta, 2000, hlm. 58.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

yaitu brigade T dan W. Pada saat itu Kepala Staf Divisi II Sunan Gunung Jati

Kolonel Bambang Sugeng sudah menduga-duga dan memperkirakan bahwa

cepat atau lambat Purwokerto juga pasti akan di duduki oleh Belanda21.

Namun sebelum Belanda menduduki daerah Purwokerto, Kolonel

Bambang Sugeng telah terlebih dahulu memindahkan Purwokerto sebagai

markas beliau ke daerah Banjarnegara. Dari kota Banjarnegara inilah

perlawanan terhadap Belanda dilancarkan. Peran Kolonel Bambang Sugeng

dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia ini terdapat dalam

buku karangan Edi Hartoto yang berjudul, Kolonel Bambang Sugeng

Kolonel Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949

Dan Seorang Diplomat, beliau mengungkapkan bahwa22:

Secara berangsur telah datang di Banjarnegara Staf Resimen 16 dengan pimpinan Letnan Kolonel Moh. Bachroen, serta Staf Divisi II Sunan Gunung Jati dengan Kolonel nya Kolonel Gatot Subroto dan Kepala Staf Kolonel Bambang Sugeng yang kemudian secara langsung memimpin pertahanan melawan Belanda di Banjarnegara dan Wonosobo. Pertahanan Divisi II Sunan Gunung Jati terutama di pusatkan di sekitar Cilacap, Purwokerto, Purbalingga, Brebes, dan Tegal yang disusun menjadi beberapa sektor.

Pada saat Agresi Militer Belanda I ini, Tentara Nasional Indonesia (TNI),

ini berhasil menemukan jati dirinya. Menghadapi intensitas perlawanan TNI,

Belanda terpojok dan memaksa mereka kembali kemeja perundingan. Peran

Bambang Sugeng kembali di butuhkan pada saat persetujuan Renville dimana

pada saat itu penetapan pasukan masing-masing pihak (Republik Indonesia

dan Belanda). Secara serentak tinggal tetap (Stand Post) di sepanjang daerah-

21 Julius Pour, Sepanjang Hayat Bersama Rakyat 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX, Jakarta: Kompas, 2012, hlm 38-40. 22 Idem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

daerah antara garis status quo. Pada saat itu dibentuk daerah yang akan

dikosongkan oleh tentara (Militerized Zone), sesuai garis status quo yang

disepakati. Pada waktu itu peran Kolonel Bambang Sugeng sangat penting

karena beliau mendapat kepercayaan untuk memimpin delegasi militer

Indonesia di Front Banyumas-Kedu.

Perundingan dengan Belanda tersebut dilangsungkan di Kemit. Hal ini

disebabkan karena serangan militer Belanda waktu itu tertahan di daerah

tersebut23.

Delegasi militer yang di pimpin oleh Kepala Staf Divisi II Sunan Gunung Jati Kolonel Bambang Sugeng tersebut terdiri dari tujuh anggota yaitu Letnan Kolonel Kun Kamdani, Mayor Rakhmat, Mayor Panuju, Kapten Subiyandino, Kapten Surono (mantan menko polkam dan ketua dewan harian angkatan 45), Letnan Kusman, dan Letnan Suyoto.

Pada saat Agresi Militer Belanda II, yang pada saat itu Belanda

memfokuskan serangannya ke Jawa Tengah Khusus nya Ibukota Republik

Indonesia Yogyakarta, dengan tujuan menghancurkan pusat kekuatan TNI

dan menawan pimpinan Pemerintah Republik Indonesia. Sesuai dengan

rencana sebelumnya yang tertuang dalam Perintah Siasat Nomor 1 Tahun

1948, dengan mengikutsertakan seluruh rakyat dengan aktif serta

mengerahkan semua tenaga dan harta kekayaan rakyat. Pada saat

bersamaan pula strategi pertahanan yang semula bersistem linier dirubah

menjadi sistem pertahanan wehrkreise yang telah dilengkapi dengan taktik

perang gerilya. Usaha Kolonel Bambang Sugeng pada saat Agresi Militer

23 Idem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Belanda II ialah menentukan jadwal latihan bersama pasukannya dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, namun sangat disayangkan jadwal latihan pada tanggal 19 Desember 1948 dijadikan sebagai hari penyerangan Agresi Belanda II berkat kelicikan mata-mata dari pihak Belanda.

Jenderal Soedirman membentuk daerah-daerah Wehrkreise sebagai salah satu bentuk pertahanan bangsa Indonesia mengghadapi Agresi Militer Belanda

II. Pada kesempatan ini Bambang Sugeng sebagai Kolonel Komando pertempuran dalam merebut kembali ibu kota Yogyakarta ditunjuk secara langsung oleh Jenderal Soedirman membawahi daerah-daerah Wehrkreise dan langsung menjadi tanggung jawab Kolonel Bambang Sugeng. Daerah-daerah

Wehrkreise tersebut meliputi :

1. Wehrkreise I di bawah pimpinan Letnan Kolonel Moch. Bachroen

mengendalikan daerah-daerah Banyumas, Pekalongan dan Wonosobo

dengan Pos Komando (Posko) di Desa Makam (sebelah utara

Purbolinggo), terdiri dari empat Sub Wehrkreise (SWKS) dan I Korp

Armada.

2. Wehrkreise II di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sarbini, meliputi

daerah Kedu (minus Wonosobo) ditambah Kabupaten Kendal (mulai dari

Semarang) dengan posko di Bruno (sebelah utara Purworejo), terdiri dari

tujuh SWKS.

3. Wehrkreise III di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto (mantan

presiden RI), meliputi daerah Yogyakarta, terdiri dari 6 SWKS.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Dari sini jelas terlihat daerah Wehrkreise-wehrkreise itulah serangan

melawan pihak Belanda dilancarkan oleh Divisi III secara teratur di bawah

Komando Gubernur Militer III/Kolonel Divisi III Kolonel Bambang

Sugeng. Setelah berhasil menduduki Ibukota Yogyakarta Belanda dengan

sombongnya berkampanye yang ditujukan kepada dunia Internasional bahwa

Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah dihancurkan dan Pemerintahan

Republik Indonesia sudah tiada lagi.

Menyikapi propaganda Belanda tersebut, tugas Bambang Sugeng

selaku Kolonel Divisi III Jawa Tengah, Barat dan Yogyakarta inilah yang tidak

pernah dapat di lupakan baik bagi nusa dan bangsa. Serangan itu ada

kaitannya dengan instruksi rahasia Kolonel , Kolonel

Komando Divisi III Jawa Tengah, kepada Letnan Kolonel Soeharto,

Komandan Wehrkreise III/Brigade X yang meliputi daerah Yogyakarta, agar

“mengadakan gerakan serangan besar-besaran terhadap Ibu Kota (RI di

Yogyakarta yang di duduki pasukan Belanda)” antara 25 Februari dan 1

Maret 194924.

Dalam peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 peran Bambang Sugeng

sangat signifikan. Setidaknya ada Intruksi rahasia tertanggal 18 Februari1949

ke komandan Wehrkreise II Letkol M. Bachroen dan komandan III Letkol

Soeharto. Instruksi itu merupakan kelanjutan dari perintah siasat nomor

4/S/Cop I. tertanggal 1 Januari 1949 yang dikeluarkan oleh Kolonel Divisi

24 Julius Pour, Sepanjang Hayat Bersama Rakyat 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX, Jakarta: Kompas, 2012, hlm 91.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

III/GM III Jawa Tengah Kolonel Bambang Sugeng melawan secara serentak pada Belanda sehebat-hebatnya yang dapat menarik perhatian dunia luar dan membuktikan bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI), masih ada dan menunjukkan eksistensinya.

Pada Agresi militer Belanda I, Kolonel Bambang Sugeng dipercaya sebagai Staf Divisi II Sunan Gunung Jati (Cirebon) mendampingi Kolonel

Gatot Subroto sebagai Kolonel Divisi II Sunan Gunung Jati. Alasan dan pertimbangan keamanan menyebabkan pos komando Divisi II Sunan

Gunung Jati di Cirebon di pindahkan ke Purwokerto kemudian ke

Banjarnegara. Menjelang Agresi Militer Belanda II, Kolonel Gatot Subroto di mutasi menjadi Kolonel Divisi II di solo dengan pos komando di

Gunung Lawu. Tidak berselang lama, Kolonel Bambang Sugeng kembali di promosikan menjadi Kolonel Divisi III Jawa Tengah, Barat dan Yogyakarta dengan pos komando di Magelang serta pos gerilya di Gunung Sumbing yakni perbatasan Wonosobo, Magelang, Jawa Tengah. Tugas Kolonel Bambang

Sugeng inilah yang tidak dapat dilupakan baik bagi Nusa dan Bangsa.

Peran Kolonel Bambang sugeng dalam Peristiwa Serangan Umum 1

Maret 1949, amatlah penting.

Kolonel Bambang Sugeng adalah orang pertama yang menggagaskan perlawanan terhadap propaganda Belanda, melalui aksi Serangan Umum berulang kali selama hampir enam bulan, sejak Januari sampai Juni 1949. Aksi militer yang dituangkan Kolonel Bambang Sugeng melalui perintah khusus, yakni perintah siasat dan Intruksi rahasia. Serangan Umum 1 Maret 1949

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

pimpinan Letkol Soeharto, sesungguhnya pelaksanaan Intruksi rahasia

Kolonel Divisi III Kolonel Bambang Sugeng kepada Brigade 10 Letkol

Soeharto agar melakukan serangan besar-besaran terhadap Ibukota Yogyakarta antara tanggal 25 Februari sampai dengan 1 Maret 1949.

Selaku Kolonel Komando Divisi III Jawa Tengah dan Yogyakarta

Kolonel Bambang Sugeng mempunyai pertimbangan sendiri saat mengeluarkan perintah itu, yakni untuk mematahkan propaganda Belanda bahwa TNI sudah hancur dan Republik Indonesia sudah tidak ada lagi.

Serangan umum 1 Maret 1949 ternyata mampu mempengaruhi jalannya Dewan

Keamanan PBB di Lake Succes, Amerika Serikat dan berdampak positif bagi eksitensi Republik Indonesia melalui Perintah Siasat dan Intruksi

Rahasia. Berkat peran dalam kontribusi ide Kolonel Bambang Sugeng inilah yang membuat Yogyakarta kembali ketangan bangsa Indonesia.

Dari peran serta sumbangannya dalam penggagas pertama perlawanan propaganda terhadap Belanda melalui perintah siasat yang dituangkan dalam Intruksi Rahasia inilah sosok Kolonel Bambang Sugeng tampil kedepan sebagai tokoh pahlawan pemimpin yang patriotisme dan nasionalisme yang berkat jasa dan kerja keras beliaulah yang membuat

Ibukota Yogyakarta kembali ketangan Bangsa Indonesia dan sebagai bukti kepada dunia Internasional bahwa Republik Indonesia masih ada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV AKHIR PERJUANGAN BAMBANG SUGENG SESUDAH PERANG KEMERDEKAAN DI YOGYAKARTA

A. Setelah Terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949

Setelah peristiwa Serangan Umum 1 Maret berakhir maka dari pihak

Belanda, tercatat 6 orang tewas, dan di antaranya adalah 3 orang anggota polisi, selain itu 14 orang mendapat luka-luka. Segera setelah pasukan Belanda melumpuhkan serangan terebut, keadaan di dalam kota menjadi tenteram kembali.

Kesibukan lalu-lintas dan pasar kembali seperti biasa, malam harinya dan hari- hari berikutnya keadaan tetap tenteram. Pada hari Selasa siang pukul 12.00

Jenderal Meier (Komandan teritorial merangkap komandan pasukan di Jawa

Tengah), Dr. Angent (Teritoriaal Bestuurs-Adviseur), Kolonel van Langen

(komandan pasukan di Yogya) dan Residen Stock (Bestuurs-Adviseur untuk

Yogya) telah mengunjungi kraton guna membicarakan keadaan dengan Sri Sultan.

Dalam serangan terhadap Yogya, pihak Indonesia mencatat korban sebagai berikut: 300 prajurit tewas, 53 anggota polisi tewas, rakyat yang tewas tidak dapat dihitung dengan pasti. Menurut majalah Belanda De Wappen Broeder terbitan

Maret 1949, korban di pihak Belanda selama bulan Maret 1949 tercatat 200 orang tewas dan luka-luka. Kemudian perkembangan yang terjadi setelah peristiwa

Serangan Umum 1 Maret 1949 ini berakhir maka Mr. Alexander Andries

Maramis, yang berkedudukan di New Delhi menggambarkan betapa gembiranya mereka mendengar siaran radio yang ditangkap dari Burma, mengenai serangan besaa- besaran Tentara Nasional Indonesia terhadap Belanda Berita tersebut

40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

menjadi Headlines di berbagai media cetak yang terbit di India. Hal ini diungkapkan oleh Mr. Maramis kepada dr. W. Hutagalung, ketika bertemu di tahun 50-an Serangan Umum 1 Maret mampu menguatkan posisi tawar dari

Republik Indonesia, mempermalukan Belanda yang telah mengklaim bahwa RI sudah lemah. Tak lama setelah Serangan Umum 1 Maret terjadi Serangan Umum

Surakarta yang menjadi salah satu keberhasilan pejuang RI yang paling gemilang karena membuktikan kepada Belanda, bahwa gerilya bukan saja mampu melakukan penyergapan atau sabotase, tetapi juga mampu melakukan serangan secara frontal ke tengah kota Solo yang dipertahankan dengan pasukan Kavelerie, persenjataan berat-artileri, pasukan infantri dan komando yang tangguh. Serangan umum Solo inilah yang menyegel nasib Hindia Belanda untuk selamanya.

Pada masa perang kemerdekaan, hampir di setiap daerah ada markas gerilya.

Markas gerilya biasanya didirikan di tempat yang terlindung, jauh dari keramaian, dan sulit dicari dan didatangi musuh. Agar musuh dari daerah lain tidak mudah menjangkau markas, jalan-jalan utama dipasang rintangan, jembatan dirusak, dan diberi rintangan. Di tempat-tempat seperti itu biasanya menjadi arena kontak senjata antara gerilyawan dengan musuh, dan menimbulkan banyak korban luka maupun meninggal, baik di pihak gerilya atau musuh. Sesudah kemerdekaan dan pemerintahan mulai tertata, di tempat-tempat terjadinya kontak senjata dan juga tempat gugurnya pahlawan kemerdekaan didirikan tugu-tugu atau monumen perjuangan sejarah sebagai peringatan dan penghormatan kepada para pejuang tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

B. Perjuangan Bambang Sugeng di Daerah Temanggung

Pejuang yang mengadakan perlawanan di daerah Temanggung adalah

Mayor Jenderal TNI Bambang Sugeng, yang hidup pada tahun 1913 – 1977.

Semasa hidupnya beliau berpesan tidak mau dimakamkan di taman makam pahlawan, tetapi minta dimakamkan di tepi sungai Progo dekat jembatan, berdekatan dengan makam para pejuang lainnya yang gugur di jembatan dan tempat-tempat sekitarnya ketika perang dahulu. Karenanya selain makam para pejuang, di tempat ini juga ada Tugu Kali Progo. Selain itu juga didirikan monumen di Gumuk Godheg tidak jauh dari terminal Temanggung. Di kompleks monumen itu juga terdapat batu prasasti yang dibuat oleh Jepang. Di batu prasasti itu tertulis “Seloeroeh Doenia Sekeloearga”, yang maksudnya adalah bahwa manusia di seluruh dunia ini sesungguhnya masih bersaudara.

Sebelumnya ada tiga tempat yang menjadi alternatif dibangunnya monumen

Bambang Sugeng yaitu di komplek Sendang Pikatan, atau Pemandian Pikatan, sekitar kawedanan lama, dan Gumuk Godheg. Pemilihan Gumuk Godheg karena tempat itu luas, tinggi, dan strategis terletak di tepi jalan besar yang mudah dikunjungi sehingga dapat menjadi salah satu “Tujuan Wisata Sejarah”.

Kisah kepahlawanan Mayor Jenderal TNI Bambang Sugeng berawal dari saat beliau masuk sebagai tentara PETA (Pembela Tanah Air) di Batalyon II yang bermarkas di Magelang. Lalu pindah markas di Gombong, tetapi pada tahun 1945

Bambang Sugeng kembali lagi ke Temanggung. Di Temanggung beliau membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) wilayah Temanggung dan

Wonosobo. BKR berkembang pesat lalu diganti namanya menjadi Tentara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Keamanan Rakyat (TKR). TKR lalu dibagi dalam empat wilayah kerja yaitu

Batalyon Temanggung, Batalyon Tarakan, Batalyon Tanjungsari, dan Batalyon

Wonosobo. Bambang Sugeng yang pada waktu itu berpangkat Letnan Kolonel menjadi komandan resimen.

Jepang pada waktu itu selain menyusun kekuatan pasukan juga membangun logistik di Temanggung untuk persediaan pasukannya yang melawan Sekutu dan pejuang Indonesia. Namun demikian TKR yang dipimpin Bambang Sugeng lebih menguasai medan sehingga bisa mengetahui kekuatan pasukan Jepang. Bambang

Sugeng bercita-cita melucuti pasukan Jepang yang berada di Temanggung dan

Wonosobo. Cita-cita itu akhirnya terlaksana, tentara Jepang dengan mudah dikalahkan dan dilucuti senjatanya, lalu ditawan di beberapa kamp.

Peristiwa ini menjadi catatan sejarah yang sangat bagus, karena Bambang

Sugeng memperlakukan para tawanan Jepang dengan sangat baik, penuh rasa kemanusiaan, sesuai dengan “Konvensi Jeveve” bahwa mengenai perlakuan terhadap tawanan perang. Para tawanan yang ditempatkan di tiga tempat itu diperlakukan dengan baik, bersahabat, diberi kebebasan di lingkungan kamp.

Apalagi sikap Bambang Sugeng yang penuh persaudaraan, dan jauh dari sikap permusuhan, tidak ada tawanan yang diperlakukan kasar apalagi disiksa atau dilukai. Karenanya para tawanan bahkan menjadi terharu oleh sikap Bambang

Sugeng yang penuh perlindungan itu, dan merasa tidak menjadi tawanan.

Setelah mereka dibebaskan lalu timbul dalam hati mereka untuk membuat suatu peringatan berupa prasasti batu besar bertuliskan “Seloeroeh Doenia

Sekeloearga”. Tindakan yang dilakukan oleh Bambang Sugeng itu sesuai dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Konvensi Jeveve mengenai perlakuan terhadap tawanan perang. Jadi walaupun terhadap musuh namun kalau sudah menjadi tawanan tidak boleh diperlakukan semena-mena, atau disakiti. Karena orang yang sudah menjadi tawanan itu sudah tidak berdaya, dan yang jelas sudah mengakui kekalahannya, sehingga tidak boleh dilukai atau disakiti. Prasasti itu ditempatkan di kompleks halaman Monumen

Bambang Sugeng. Prasasti itu berangka tahun Saka 1877 dan selain tulisan yang tadi juga ada tulisan-tulisan aksara kanji berbahasa Jepang.

Selain ada tawanan Jepang juga ada tawanan Belanda. Para wanita Belanda dan anak-anak Belanda yang dulu menjadi tawanan Jepang lalu diambil alih oleh pasukan Bambang Sugeng. Mereka juga diperlakukan dengan baik seperti apa yang dilakukan Bambang Sugeng terhadap tawanan Jepang. Untuk selanjutnya para tawanan Belanda itu diserahkan kepada Sekutu. Semua itu karena kebesaran jiwa dan sifat kepahlawanan beliau yang sangat terpuji. Untuk menghargai dan mengenang serta sebagai ungkapan terimakasih atas perlakuan yang baik

Bambang Sugeng kepada keluarga mereka maka para keluarga Jepang sampai saat ini sering mengadakan ziarah ke makam Bambang Sugeng dan Monumen

Bambang Sugeng di Gumuk Godheg.

Mereka mengungkapkan rasa syukur karena keluarga mereka yang ditawan

Bambang Sugeng bisa kembali ke negaranya dengan selamat dan tidak kurang suatu apa. Para keluarga itu biasanya membuat suatu rombongan atau kelompok.

Ada kelompok Kyozawa Group, yaitu anak cucu dan kerabat Letnan Toichiro

Kyozawa yang masa dulu ditawan di Temanggung. Mereka berziarah karena merasa berhutang budi kepada Bambang Sugeng karena merasa sudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

diselamatkan dan dapat kembali ke negaranya. Kelompok lain adalah Irezae

Group, Tosyo Okihara Group dan lain-lain. Kelompok-kelompok tadi setelah ziarah biasanya lalu berbaur dengan masyarakat sekitar bahkan oleh masyarakat mereka disuguhi kesenian dan tari-tarian tradisional seperti Reyog, Kuntulan,

Jaran Kepang Lengger dan sebagainya. Oleh karena itu, lalu tampak keakraban antara para bekas tawanan dan keluarganya dengan masyarakat Temanggung. Hal ini lalu sesuai dengan ungkapan yang tertulis pada batu prasasti, “Seloeroeh

Doenia Sekeloearga.”

C. Karier Militer Bambang Sugeng Setelah Akhir Kemerdekaan

Mayor Jenderal TNI Anumerta Bambang Sugeng (lahir di Tegalrejo, Magelang, 31 Oktober 1913 sampai meninggal di Jakarta, 22

Juni 1977 pada umur 63 tahun) adalah seorang tokoh militer Indonesia dan pernah menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-3 yang menjabat dari tanggal 22

Desember 1952 hingga 8 Mei 195524. Selain berkarier di dunia militer, Bambang juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Vatikan, Jepang, dan Brasil. Bambang meninggal dunia pada usia 63 tahun dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal Anumerta dan dimakamkan di tanah kelahirannya

Tegalrejo, Magelang. Mulai tanggal 1 November 1997, pemerintah Indonesia menaikkan pengkatnya menjadi Letnan Jenderal (Kehormatan)25.

24 Anonim, Jenderal Mayor Bambang Sugeng, Kiprahnya sebagai Prajurit dan Diplomat, KASAD ke-3, Bandung: Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat, 2006, Hal. 45. 25Anonim. “Sejarah Kodam Barwijaya V”. Dalam http://wwwsejarah- kodambrawijayaV/2015/10/29/12:05WIB/ Diunduh pada hari Minggu, tanggal 15 November 2015, pukul 20.00 WIB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Bambang lahir di Magelang, Jawa Tengah merupakan putra sulung dari 6 bersaudara. Ayahnya bernama Slamet dan ibunya bernama Zahro. Ia menempuh pendidikan HIS di Tegalrejo, kemudian melanjutkan ke MULO diPurwokerto dan menyelesaikan pendidikan AMS bagian A di Yogyakarta. Karena cita-citanya menjadi ahli hukum, Bambang sempat melanjutkan pendidikannya ke RHS di Jakarta tetapi tidak selesai karena sekolahnya ditutup oleh Jepang yang mulai berkuasa di Indonesia.

Pada tahun 1936, Bambang menikah dengan Sukemi yang berasal dari Temanggung dan dikaruniai 3 orang anak (1 putri dan 2 putra).

Pernikahannya dengan Sukemi tidak bertahan lama, karena sakit paru-paru, istrinya meninggal dunia pada tahun 1946. Bambang kemudian menikah lagi dengan Istiyah yang berasal dari Banjarnegara dan dikaruniai 2 orang putri.

Sebelum memulai karier militernya, Bambang sempat bekerja sebagai pegawai negeri pada pemerintah Kabupaten Temanggungsebagai juru tulis26.

Karier militer Bambang dimulai pada tahun 1943 saat ia mengikut pendidikan perwira PETA Gyugun Renseitai di Bogor. Setelah lulus ia menjadi Cudanco (komandan kompi) dan ditempatkan di Magelang. Pada tahun 1944 Bambang sudah menjadi Daidanco (komandan peleton) di Gombong.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Bambang diangkat menjadi Komandan Resiman TKR di Wonosobo dengan pangkat Letnan Kolonel.

Setelah proses Reorganisasi dan Rasionalisasi (ReRa) TNI pada tahun 1948, ia

26 Keputusan Presiden Nomor 117/M Tahun 1955 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

diangkat menjadi Komandan Divisi III yang meliputi

Banyumas, Pekalongan, Kedu dan Yogyakarta.

Bambang Sugeng pernah memimpin pasukan TKR pada saat Agresi Militer

I (1947) dan Agresi Militer II (1948). Selain itu ia juga termasuk perwira yang terlibat dalam perencanaan Serangan Umum 1 Maret 1949. Sebagai penguasa teritorial, Bambang mengendalikan jalannya pertempuran di wilayah Divisi III

Jawa Tengah dan Yogyakarta pada masa 1948-1949. Dari tangan pria kelahiran

Magelang itu muncul Perintah Siasat dan Intruksi Rahasia untuk melakukan perang propaganda terhadap Belanda. Dengan posisinya yang senior kemudian

Pemerintah menunjuknya untuk menjadi wakil Panglima Besar Sudirman atau

Wakil 1 Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) mulai 21 September 1944 hingga 27 Desember 1949. Pada bulan Juni 1950 Bambang diangkat menjadi

Panglima Divisi I/TT V Jawa Timur27.

Sosoknya yang bisa diterima semua pihak yang menjadikanya satu-satunya alternatif bagi Presiden Soekarno saat mengangkatnya sebagai KASAD setelah mencopot AH Nasution yang dianggap mendalangi Peristiwa 17 Oktober.

Bambang menggunakan pendekatan unik khas Indonesia yaitu musyawarah untuk menyatukan para perwira TNI yang terbelah akibat Peristiwa 17 Oktober dan menghasilkan Piagam Djogja 1955. Piagam yang meredam friksi di dalam militer membuat Soekarno yang pada akhirnya mengangkat kembali AH Nasution menjadi KASAD. Bambang juga yang memprakarsai pencatatan setiap prajurit

27 Keputusan Presiden Nomor 385/M Tahun 1956 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

TNI atau Nomor Registrasi Pusat NRP yang kemudian ditiru pada pencatatan organisasi sipil atau Nomor Induk Pegawai NIP28.

Setelah berhasil menyatukan kembali para perwira TNI Angkatan

Darat melalui Piagam Djogja 1955, Bambang mengundurkan diri sebagai

KASAD pada tanggal 8 Mei 195529. Setelah berhenti dalam dinas militer,

Bambang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Duta besar Indonesia untuk

Vatikan yang dijabat dari tanggal 1 Agustus 1956 hingga Januari 1960. Kemudian pada tanggal 19 Januari 1960 hingga tahun 1964 ia menjadi Duta

Besar Indonesia untuk Jepang. Pada tahun 1964 hingga 4 November 1966 menjadi

Duta Besar di Brasil30.

28 Keputusan Presiden Nomor 12/M Tahun 1960 29 Idem 30 Idem PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran Bambang Sugeng sebelum perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun

1945 salah satunya adalah pada saat terjadinya peristiwa kali Progo. Selain itu,

Mayjen TNI Bambang Sugeng, beliau bersama bapak Sumono seorang TNI

juga adalah orang yang mengibarkan bendera Merah Putih di saat detik detik

Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 di alun alun Temanggung, dengan

menyandang gelar Mayjen Purnawirawan TNI Angkatan Darat Adapun karier

kemiliteran beliau di mulai saat beliau menjadi Tentara Pembela Tanah Air

(PETA) pada tahun 1942, lalu begabung dengan Daidang II yang bermarkas di

Magelang. Pada tahun 1945 beliau pulang ke Temanggung, dan membentuk

Badan Keamanan Rakyat (BKR), setelah itu berpindah pindah tempat ke

Wonosobo, Purwokerto dan berbagai daerah lain.

2. Bentuk perjuangan Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di

Yogyakarta adalah sebagai Kolonel Komando pertempuran dalam merebut

kembali ibu kota Yogyakarta yang ditunjuk secara langsung oleh Jenderal

Soedirman membawahi daerah-daerah Wehrkreise dan langsung menjadi

tanggung jawab Kolonel Bambang Sugeng. Adapun daerah-daerah tersebut

meliputi:

a. Wehrkreise I di bawah pimpinan Letnan Kolonel Moch. Bachroen

mengendalikan daerah-daerah Banyumas, Pekalongan dan Wonosobo

49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

dengan Pos Komando (Posko) di Desa Makam (sebelah utara

Purbolinggo), terdiri dari empat Sub Wehrkreise (SWKS) dan I Korp

Armada.

b. Wehrkreise II di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sarbini, meliputi

daerah Kedu (minus Wonosobo) ditambah Kabupaten Kendal (mulai dari

Semarang) dengan posko di Bruno (sebelah utara Purworejo), terdiri dari

tujuh SWKS.

c. Wehrkreise III di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto (mantan

presiden RI), meliputi daerah Yogyakarta, terdiri dari 6 SWKS.

3. Akhir perjuangan Bambang Sugeng sesudah perang kemerdekaan yaitu pada

bulan Juni 1950 diangkat menjadi Panglima Divisi I/TT V Jawa Timur,

memprakarsai pencatatan setiap prajurit TNI atau Nomor Registrasi Pusat

(NRP), menyatukan kembali para perwira TNI Angkatan Darat melalui Piagam

Djogja 1955, menjadi Duta Besar Indonesia di Vatikan, Jepang, dan Brasil.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Afred Suci. 2012. 151 Konspirasi Dunia Paling Gila Dan Mencengankan. Jakarta: Wahyu Media.

Bekti Prijono. 2013. Kesaksian Progo Kisah Perjuangan Rakyat Temanggung 1945-1950. Temanggung: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Edi Hartoto. 2012. Panglima Bambang Sugeng Panglima Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949 Dan Seorang Diplomat. Jakarta: Kompas.

Julius Pour. 2012. Sepanjang Hayat Bersama Rakyat 100 Tahun Sultan Hamengku Buwono IX. Jakarta: Kompas.

Simatupang, T.B. 1960. Laporan Dari Banaran. Jakarta: Sinar Harapan.

Tim Lembaga Analisis Informasi. 2000. Kontroversi Serangan Umum 1 Maret 1949. Media Pressindo: Yogyakarta.

Sumber Internet:

Anonim. “Serangan Oemoem Satu Maret”. Dalam http://wwwsejarah- agustinus.blogspot.com/2013/10/29/12:05WIB/serangan-oemoem- 1- maret-1949.html. Diunduh pada hari Senin, tanggal 28 September 2015, pukul 20.00 WIB.

______. “Jejak Sunyi Seorang Panglima”. Dalam http://aergot.wordpress.com/2013/10/29/02:14WIB/jejak-sunyi-seorang- panglima. Diunduh pada hari Senin, tanggal 28 September 2015, pukul 20.00 WIB.

______. “Mengenang Tragedi Kali Progo dan Bambang Sugeng”. Dalam http://aergot.wordpress.com/2013/10/29/02:14WIB/mengenang tragedi kali progo. Diunduh pada hari Senin, tanggal 28 September 2015, pukul 20.00 WIB.

______. “Sejarah Kodam Brawijaya V”. Dalam http://wwwsejarah- kodambrawijayaV/2015/10/29/12:05WIB/ Diunduh pada hari Minggu, tanggal 15 November 2015, pukul 20.00 WIB.

51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

______. 2006. Jenderal Mayor Bambang Sugeng, Kiprahnya sebagai Prajurit dan Diplomat, KASAD ke-3. Bandung: Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat.

Keputusan Presiden Nomor 117/M Tahun 1955

Keputusan Presiden Nomor 385/M Tahun 1956

Keputusan Presiden Nomor 12/M Tahun 1960

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SILABUS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib) Kelas : XI Kompetensi Inti :

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

53

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Alokasi Sumber Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Kompetensi Dasar Waktu Belajar 1.1 Menghayati nilai- nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap bangsa dan negara Indonesia.

2.1 Mengembangkan nilai dan perilaku mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah.

2.2 Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

mewujudkan cita- cita mendirikan negara dan bangsa Indonesia dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.3 Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk meraih kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.4 Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

2.5 Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah

3.1 Menganalisis Perkembangan Mengamati: Observasi: 10 mg x 2 jp  Buku Paket perubahan, dan Kolonialisme dan  membaca buku teks mengamati Sejarah keberlanjutan dalam Imperialisme tentang pertumbuhan kegiatan peserta Indonesia peristiwa sejarah Barat dan perkembangan didik dalam proses kelas Xi. pada masa  Perubahan, dan kolonialisme dan mengumpulkan  Buku-buku penjajahan asing keberlanjutan imperialisme Barat dan data, analisis data, lainnya hingga proklamasi dalam peristiwa strategi perlawanan dan pembuatan  Internet ( jika kemerdekaan sejarah pada bangsa Indonesia laporan. tersedia) Indonesia. masa penjajahan terhadap penjajahan  Gambar asing hingga bangsa Barat di Portofolio: aktifitas 3.2 Menganalisis proses proklamasi Indonesia sebelum dan menilai laporan imperialisme masuk dan kemerdekaan sesudah abad ke-20. peserta didik dan perkembangan Indonesia tentang kolonialisme penjajahan bangsa  Proses masuk Menanya: pertumbuhan dan Barat di Barat ( Portugis, dan  berdiskusi untuk perkembangan Indonesia. Belanda dan Inggris perkembangan mendapatkan klarifikasi kolonialisme dan  Gambar- ) di Indonesia. penjajahan tentang pertumbuhan dan imperialisme Barat gambar Bangsa Barat di perkembangan dan strategi bentuk 3.3 Menganalisis Indonesia kolonialisme dan perlawanan bangsa perlawanan strategi perlawanan  Strategi imperialisme Barat dan Indonesia terhadap bangsa bangsa Indonesia perlawanan strategi perlawanan penjajahan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa Indonesia bangsa Indonesia Barat di Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

bangsa Barat di terhadap terhadap penjajahan sebelum dan terhadap Indonesia sebelum penjajahan bangsa Barat di sesudah abad ke- penjajahan dan sesudah abad Bangsa Barat di Indonesia sebelum dan 20. bangsa Barat.. ke-20. Indonesia sesudah abad ke-20.  Peta lokasi sebelum dan Tes tertulis: perlawanan 4.1 Mengolah informasi sesudah abad ke- Mengeksplorasikan: menilai bangsa tentang peristiwa 20.  mengumpulkaninformasi kemampuan Indonesia sejarah pada masa terkait peserta didik terhadap penjajahan Bangsa dengan pertanyaan dalam bangsa Barat. Barat berdasarkan mengenai pertumbuhan menganalisis konsep perubahan dan perkembangan tentang dan keberlanjutan, kolonialisme dan pertumbuhan dan dan menyajikannya imperialisme Barat dan perkembangan dalam bentuk cerita strategi perlawanan kolonialisme dan sejarah. bangsa Indonesia imperialisme Barat terhadap penjajahan dan strategi 4.2 Mengolah informasi bangsa Barat di perlawanan bangsa tentang proses Indonesia sebelum dan Indonesia terhadap masuk dan sesudah abad ke-20, penjajahan bangsa perkembangan melalui bacaan, internet Barat di Indonesia penjajahan Bangsa dan sumber-sumber lain. sebelum dan Barat di Indonesia sesudah abad ke- dan menyajikannya Mengasosiasi: 20 dalam bentuk cerita  menganalisis informasi sejarah. yang didapat dari sumber tertulis dan atau 4.3 Mengolah informasi internet serta sumber tentang strategi lainya untuk perlawanan bangsa mendapatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Indonesia terhadap kesimpulan tentang penjajahan Bangsa pertumbuhan dan Barat di Indonesia perkembangan sebelum dan kolonialisme dan sesudah abad ke-20 imperialisme Barat dan dan menyajikannya strategi perlawanan dalam bentuk cerita bangsa Indonesia sejarah. terhadap penjajahan bangsa Barat di Indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20.

Mengkomunikasikan:  hasil analisis yang telah dilakukan selanjutnya dibuat laporan dalam bentuk tulisan tentang pertumbuhan dan perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat dan strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa Barat di Indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

3.4 Menganalisis Pergerakan Mengamati: Observasi 10 mg x 2 jp  Buku Paket persamaan dan Nasional  membaca buku teks :mengamati Sejarah perbedaan Indonesia tentang strategi kegiatan peserta Indonesia pendekatan dan  Strategi pergerakan, tokoh-tokoh didik dalam proses kelas XI. strategi pergerakan pergerakan pergerakan nasional dan mengumpulkan  Buku-buku nasional di nasional di dampak penjajahan Barat data, analisis data lainya Indonesia pada masa Indonesia dalam kehidupan bangsa dan pembuatan  Internet ( jika awal kebangkitan pada.masa awal Indonesia masa kini. laporan. tersedia) nasional, Sumpah kebangkitan  Gambar Pemuda dan nasional, Menanya: Portofolio:menilai aktifitas sesudahnya sampai Sumpah  berdiskusi untuk laporan peserta pergerakan dengan Proklamasi Pemuda, dan mendapatkan klarifikasi didik tentang nasional Kemerdekaan. sesudahnya tentang strategi strategi Indonesia sampai dengan pergerakan, tokoh-tokoh pergerakan,  Gambar – 3.5 Menganalisis peran Proklamasi pergerakan nasional dan tokoh-tokoh gambar tokoh tokoh-tokoh Kemerdekaan. dampak penjajahan Barat pergerakan pergerakan Nasional dan Daerah  Tokoh-Tokoh dalam kehidupan bangsa nasional dan nasional dalam perjuangan Nasional dan Indonesia masa kini. dampak penjajahan Indonesia menegakkan negara Daerah dalam Barat dalam Republik Indonesia. Perjuangan Mengeksplorasikan: kehidupan bangsa Menegakkan  mengumpulkaninformasi Indonesia masa 3.6 Menganalisis Negara terkait kini. dampak politik, Republik dengan strategi budaya, sosial- Indonesia pergerakan, tokoh-tokoh Tes tertulis: ekonomi dan  Dampak politik, pergerakan nasional dan menilai pendidikan pada budaya, sosial- dampak penjajahan kemampuan masa penjajahan ekonomi dan Barat dalam kehidupan peserta didik Barat dalam pendidikan pada bangsa Indonesia masa dalam kehidupan bangsa masa penjajahan kini melalui bacaan, menganalisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Indonesia masa kini. Barat dalam internet dan sumber- tentang strategi kehidupan sumber lainnya. pergerakan, 4.4 Mengolah informasi bangsa tokoh-tokoh tentang persamaan Indonesia masa Mengasosiasi: pergerakan dan perbedaan kini  menganalisis informasi nasional dan pendekatan dan dan data-data yang dampak penjajahan strategi pergerakan didapat baik dari bacaan Barat dalam nasional di maupun dari sumber- kehidupan bangsa Indonesia pada masa sumber terkait untuk Indonesia masa awal kebangkitan mendapatkan kini. nasional, pada masa kesimpulan tentang Sumpah Pemuda, strategi pergerakan, masa sesudahnya tokoh-tokoh pergerakan sampai dengan nasional dan dampak Proklamasi penjajahan Barat dalam Kemerdekaan dan kehidupan bangsa menyajikannya Indonesia masa kini. dalam bentuk cerita sejarah. Mengkomunikasikan  hasil analisis dan 4.5 Menulis sejarah evaluasi selanjutnya tentang satu tokoh dilaporkan dalam bentuk nasional dan tokoh tulisan yang terkait dari daerahnya yang dengan strategi berjuang melawan pergerakan, tokoh-tokoh penjajahan kolonial pergerakan nasional dan Barat dampak penjajahan Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia masa kini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

4.6 Menalar dampak politik, budaya, sosial-ekonomi dan pendidikan pada masa penjajahan Barat dalam kehidupan bangsa Indonesia masa kini dan menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.

3.7 Menganalisis Proklamasi Mengamati: Observasi : 6 mg x 2 jp  Buku Paket peristiwa proklamasi Kemerdekaan  membaca buku teks dan mengamati Sejarah kemerdekaan dan Indonesia melihat gambar-gambar kegiatan peserta Indonesia maknanya bagi  Peristiwa tentang peristiwa didik dalam proses kelas XI. kehidupan sosial, proklamasi proklamasi mengumpulkan  Buku-buku budaya, ekonomi, kemerdekaan kemerdekaan, data, analisis data lainya. politik, dan  Pembentukan pembentukan dan pembuatan  Internet ( jika pendidikan bangsa pemerintahan pemerintahan dan tokoh- laporan. tersedia ) Indonesia. pertama tokoh proklamator  Sumber lain Republik Indonesia. Portofolio: yang tersedia 3.8 Menganalisis Indonesia menilai laporan  Gambar- peristiwa  Tokoh Menanya: peserta didik gambar pembentukan proklamator  berdiskusi untuk tentang proklamasi peristiwa pemerintahan Indonesia mendapatkan klarifikasi kemerdekaan, sekitar pertama Republik tentang peristiwa pembentukan proklamasi Indonesia dan proklamasi pemerintahan kemerdekaan maknanya bagi kemerdekaan, pertama Republik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

kehidupan pembentukan Indonesia, serta dan kebangsaan pemerintahan dan tokoh- peran tokoh pembentukan Indonesia masa kini. tokoh proklamator proklamator dalam pemerintahan Indonesia. proklamasi. pertama RI 3.9 Menganalisis peran  Gambar- Bung Karno dan Mengeksplorasikan: Tes gambar tokoh- Bung Hatta sebagai  mengumpulkaninformasi tertulis:menilai tokoh yang proklamator serta terkait kemampuan berperanan tokoh-tokoh peristiwa proklamasi peserta didik penting dalam proklamasi lainnya. kemerdekaan, dalam proklamasi pembentukan mengevaluasi kemerdekaan 4.7 Menalar peristiwa pemerintahan dan proklamasi RI proklamasi tokoh-tokoh kemerdekaan, kemerdekaan dan proklamator Indonesia pembentukan maknanya bagi melalui bacaan dan atau pemerintahan kehidupan sosial, internet, serta sumber- pertama Republik budaya, ekonomi, sumber lainnya. Indonesia, serta politik, dan peran tokoh pendidikan bangsa Mengasosiasi: proklamator dalam Indonesia dan  menganalisis informasi proklamasi. menyajikannya dan data-data yang dalam bentuk cerita didapat dari bacaan sejarah. maupun dari sumber- sumber terkait untuk 4.8 Menalar peristiwa mendapatkan pembentukan kesimpulan tentang pemerintahan peristiwa proklamasi pertama Republik kemerdekaan, Indonesia dan pembentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

maknanya bagi pemerintahan dan kehidupan tokoh-tokoh kebangsaan proklamator Indonesia Indonesia masa kini melalui bacaan, internet, dan menyajikannya serta sumber-sumber dalam bentuk cerita lainnya. sejarah. Mengkomunikasikan: 4.9 Menulis sejarah  hasil analisis kemudian tentang perjuangan dilaporkan dalam bentuk Bung Karno dan tulisan yang berisikan Bung Hatta tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan, pembentukan pemerintahan pertama, tokoh-tokoh proklamator Indonesia.

3.10 Menganalisis Perjuangan Mengamati: Observasi : 6 mg x 3 jp  Buku Paket perubahan dan Mempertahankan  membaca buku teks dan mengamati Sejarah perkembangan Kemerdekaan melihat gambar-gambar kegiatan peserta Indonesia politik masa awal dari Ancaman tentang ancaman didik dalam proses kelas XI. kemerdekaan Sekutu dan terhadap kemerdekaan mengumpulkan  Buku-buku Belanda Indonesia dari pihak data, analisis data lainya. 3.11 Menganalisis  Perubahan dan Sekutu dan Belanda. dan pembuatan  Internet ( jika perjuangan bangsa perkembangan laporan tentang tersedia ) Indonesia dalam politik masa ancaman terhadap  Sumber lain upaya awal kemerdekaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

mempertahankan kemerdekaan Menanya: Indonesia dari yang tersedia kemerdekaan dari  Perjuangan  berdiskusi untuk pihak Sekutu dan ancaman Sekutu bangsa Indonesia mendapatkan klarifikasi Belanda. dan Belanda. dalam upaya tentang peristiwa mempertahankan ancaman terhadap Portofolio:menilai 4.10 Menalar perubahan kemerdekaan kemerdekaan Indonesia laporan peserta dan perkembangan dari ancaman dari pihak Sekutu dan didik tentang politik masa awal Sekutu, dan Belanda. ancaman terhadap proklamasi dan Belanda kemerdekaan menyajikanya Mengeksplorasikan: Indonesia dari dalam bentuk cerita  mengumpulkan pihak Sekutu dan sejarah. informasi terkait dengan Belanda. ancaman terhadap 4.11 Mengolah kemerdekaan Indonesia Tes informasi tentang dari pihak Sekutu dan Tertulis:menilai perjuangan bangsa Belanda. kemampuan Indonesia dalam Mengasosiasikan: peserta didik upaya  menganalisis informasi dalam mempertahankan dan data-data yang mengevaluasi kemerdekaan dari didapat dari bacaan peristiwa ancaman ancaman Sekutu, maupun dari sumber- terhadap Belanda dan sumber terkait untuk kemerdekaan menyajikanya mendapatkan Indonesia dari dalam bentuk cerita kesimpulan tentang pihak Sekutu dan sejarah. peristiwa ancaman Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia dari pihak Sekutu dan Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Mengkomunikasikan:  hasil analisis kemudian dilaporkan dalam bentuk tulisan yang berisi tentang peristiwa ancaman terhadap kemerdekaan Indonesia dari pihak Sekutu dan Belanda

Yogyakarta, Januari 2018 Mengetahui, Kepala Sekolah Guru Sejarah

______

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMA N 1 DEPOK Kelas/Semester : XI/1 Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib) Materi Pokok : Perang Kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945-1949 Pertemuan : 1 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti KI 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. KI 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunkan metode sesuai kaidah keilmuwan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian No Kompetensi Dasar Indikator Pencapian Kompetensi 1 3.11 Menganalisis perjuangan 3.11.1. Mendeskripsikan perang bangsa Indonesia dalam Kemerdekaan di Yogyakarta upaya mempertahankan kemerdekaan dari Tahun 1945-1949. ancaman Sekutu dan 3.11.2. Mendeskripsikan peran Belanda. Bambang Sugeng sebelum Kemerdekaan di Yogyakarta

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

tahun 1945. 3.11.3. Mendeskripsikan bentuk perjuangan Bambang Sugeng dalam perang Kemerdekaan di Yogyakarta. 2 4.11.Mengolah informasi 4.11.1. Melaporkan hasil tulisan tentang perjuangan mengenai perang Kemerdekaan di bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan Yogyakarta Tahun 1945-1949. kemerdekaan dari ancaman Sekutu, Belanda dan menyajikanya dalam bentuk cerita sejarah

C. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik dapat: 1. Mendeskripsikan perang Kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945-1949. 2. Mendeskripsikan peran Bambang Sugeng sebelum Kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945. 3. Mendeskripsikan bentuk perjuangan Bambang Sugeng dalam perang Kemerdekaan di Yogyakarta. 4. Melaporkan hasil tulisan mengenai perang Kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945-1949.

D. Materi Pembelajaran 1. Perang kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945-1949 2. Tokoh-tokoh yang bergerak dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945-1949 khususnya Bambang Sugeng.

E. Pendekatan / Model / Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Scientific 2. Model : Student Teams-Achievment Division

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

3. Metode : Diskusi, tanya jawab, dan ceramah F. Media / Alat 1. Alat  Komputer / Laptop  LCD / Proyektor

2. Bahan  Powerpoint materi pembelajaran KD 3.11 dan KD 4.11

G. Sumber Belajar 1. Buku Edi Hartono. 2012. Panglima Bambang Sugeng Panglima Komando Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja Kembali 1949 Dan Seorang Diplomat. Jakarta: Kompas. 2. Internet Anonim. “Serangan Oemom Satu Maret”. Dalam http://www.sejarah- agustinus.blogspot.com/2013/10/29/12:05WIB/serangan-oemoem-1-maret- 1949.html. Diunduh pada hari Senin, tanggal 28 September 2015, pukul 20.00 WIB

H. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Alokasi No. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Waktu 1. Kegiatan Pembuka 10’ a. Guru membuka pelajaran dengan memberikan salam, memimpin doa, menanyakan kabar siswa, dan presensi. b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. c. Guru menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran yang akan digunakan yaitu Student Team Achievement Division.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

2.. Kegiatan Inti 25’ Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dengan berdasarkan timgkat kemampuan siswa. a. Mengamati 1) Guru menjalaskan powerpoint mengenai Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945. 2) Membaca buku peran Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945. b. Menanya 1) Berdiskusi untuk mendapatkan klarifikasi tentang tokoh-tokoh yang bergerak dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945-1949. 2) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, memberi komentar dan berinteraksi tentang materi peran Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945. c. Mencoba/mengumpulkan data atau informasi Peserta didik di dalam kelompok mengumpulkan informasi terkait dengan peran Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945. d. Mengasosiasi/menalar Peserta didik menganalisis informasi dan data-data yang di dapat baik dari bacaan maupun dari sumber-sumber terkait untuk mendapatkan kesimpulan tentang peran Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945. e. Mengkomunikasikan Hasil analisis dan evaluasi selanjutnya dilaporkan dalam bentuk tulisan (makalah) yang terkait dengan peran Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945, dan dipresentasikan secara berkelompok di depan kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

3.. Kegiatan penutup 10’ a. Guru bersama-sama dengan siswa menyimpulkan materi yang dipelajari. b. Guru mengajak siswa menyampaikan nilai-nilai yang diperoleh. c. Guru memberikan pertanyaan/kuis individu kepada peserta didik sebagai evaluasi d. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. e. Guru mengingatkan siswa untuk tetap belajar dan tidak segan bertanya jika ada hal yang belum dimengerti. f. Guru mengucapkan salam kepada siswa.

I. Penilaian Hasil Belajar 1. Teknik Penilaian: a. Penilaian kognitif : tes tertulis (essay). b. Penilaian keterampilan : laporan diskusi 2. Instrumen Penilaian a. Penilaian kognitif : soal tertulis b. Penilaian keterampilan : rubik laporan diskusi

Yogyakarta, 18 Desember 2017

Mengetahui, Kepala SMA N 1 DEPOK Guru Mata Pelajaran

( ) Gustam Duga Prasetya NIP. NIM. 101314029

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Lampiran 1 Penilaian Kognitif

Tes tertulis 1. Bagaimana peran Bambang Sugeng sebelum perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945? 2. Bagaimana bentuk perjuangan Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta? 3. Bagaimana akhir perjuangan Bambang Sugeng sesudah perang kemerdekaan di Yogyakarta?

Kunci Jawaban 1. Peran Bambang Sugeng sebelum perang kemerdekaanm di Yogyakarta tahun 1945 salah satunya adalah pada saat terjadinya peristiwa kali progo. Selain itu, Mayjen TNI Bambang Sugeng, beliau bersama bapak Sumono seorang TNI juga adalah orang yang mengibarkan bendera Merah Putih di saat detik detik Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 di alun alun Temanggung, dengan menyandang gelar Mayjen Purnawirawan TNI Angkatan Darat adapun karir kemiliteran beliau di mulai saay beliau menjhadi Tenatara Pembela Tanah Air (PETA) pada tahun 1942, lalu bergabung dengan Daidang II yang bermarkas di Magelang. Pada tahun 1945 beliau pulanmg ke Temanggung, dan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), setelah itu berpindah pindah tempat ke Wonosobo, Purwokerto dan berbagai daerah lain. 2. Bentuk perjuangan Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta adalah membentuk daerah Wehkreise-wehrkreise dengan tujuan melancarkan serangan melawan pihak Belanda dalam merebut Ibu Kota Yogyakarta. 3. Akhir perjuangan Bambang Sugeng sesudah perang kemerdekaan di Yogyakarta yaitu pada bulan Juni 1950 Bambang diangkat menjadi Panglima Divisi I/TT V Jawa Timur. Bambang Sugeng juga memperkrasai pencatatan setiap prajurit TNI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

atau Nomor Registrasi Pusat NRP yang kemudian ditiru pada pencattan organisasi sipil atau Nomor Induk Pegawai NIP. Bambang Sugeng ditunjuk oleh Presiden untuk Vatikan yang dijabat dari tanggal 1 Agustus 1956 hingga Januari 1960. Kemudian pada tanggal 19 Januari 1960 hingga 1964 ia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Jepang. Pada tahun 1964 hingga 4 November 1966 menajdi Duta Besar di Brasil.

Penskoran Jawaban dan Pengolahan Nilai 1. Nilai 4 : Jika sesuai kunci jawaban dan ada pengembangan jawaban. 2. Nilai 3 : Jika jawaban sesuai kunci jawaban. 3. Nilai 2 : Jika jawaban kurang sesuai dengan kunci jawaban. 4. Nilai 1 : Jika jawaban tidak sesuai dengan kunci jawaban.

Cara Penskoran Nilai IPK No. Soal Skor Penilaian I Nilai 1 1 4 2 2 3 Nilai perolehan KD pengetahuan = 3 3 3 rerata dari nilai IPK 4 4 4 (14/16)*100=87,5 Jumlah 14

Keterangan: 1) Siswa yang memperoleh nilai < 75 dinyatakan tidak tuntas dan mengikuti remedy. 2) Siswa yang memperoleh nilai > 75 dinyatakan tuntas dan mengikuti pengayaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Lampiran 2 Penelian Ketereampilan

Soal Penilaian Keterampilan 1. Siswa membuat laporan diskusi tentang perang kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945 – 1949, kemudian siswa mempresentasikan hasil penulisan diskusi dan kelompok lain memberikan pertanyaan atau tanggapan hasil dari presentasi.

Instrumen Penilaian Keterampilan Kategori IPK 1 2 3 4 Mengevaluasi Terdapat > 2 Terdapat > 2 Terdapat 2 Ada 1 makalah kesalahan kesalahan dari kesalahan dari kesalahan tentang perang dari kriteria kriteria berikut kriteria berikut untuk aspek kemerdekaan berikut tepat tepat dalam tepat dalam berikut tepat di Yogyakarta dalam menjelaskan menjelaskan dalam Tahun 1945 - menjabarkan tentang perang tentang perang menjelaskan 1949 sebagai perang kemerdekaan kemerdekaan tentang perang bahan diskusi kemerdekaan di Yogyakarta di Yogyakarta kemerdekaan di Tahun 1945 – Tahun 1945 – di Yogyakarta Yogyakarta 1949 dan 1949 dan Tahun 1945 – Tahun 1945 menyajikannya menyajikannya 1949 dan – 1949 dan dalam bentuk dalam bentuk menyajikannya tepat dalam narasi. narasi. dalam bentuk menjelaskan narasi. tentang perang kemerdekaan di Yogyakarta Tahun 1945 – 1949.

Keterangan: 1) Skor 4, 3, 2, 1 sesuai kategori yang ditentukan (lihat pada instrument penilaian). 2) Nilai ditentukan dari rata-rata setiap komponen penilaian. 3) Catatan perbaikan diisi dengan komponen yang kurang pada setiap tugas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Lampiran 3 Materi Pembelajaran

1. Peran Bambang Sugeng sebelum perang kemerdekaan di Yogyakarta tahun 1945

salah satunya adalah pada saat terjadinya peristiwa kali Progo. Selain itu, Mayjen

TNI Bambang Sugeng, beliau bersama bapak Sumono seorang TNI juga adalah

orang yang mengibarkan bendera Merah Putih di saat detik detik Proklamasi

tanggal 17 Agustus 1945 di alun alun Temanggung, dengan menyandang gelar

Mayjen Purnawirawan TNI Angkatan Darat Adapun karier kemiliteran beliau di

mulai saat beliau menjadi Tentara Pembela Tanah Air (PETA) pada tahun 1942,

lalu begabung dengan Daidang II yang bermarkas di Magelang. Pada tahun 1945

beliau pulang ke Temanggung, dan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR),

setelah itu berpindah pindah tempat ke Wonosobo, Purwokerto dan berbagai

daerah lain.

2. Bentuk perjuangan Bambang Sugeng dalam perang kemerdekaan di Yogyakarta

adalah sebagai Kolonel Komando pertempuran dalam merebut kembali ibu kota

Yogyakarta yang ditunjuk secara langsung oleh Jenderal Soedirman membawahi

daerah-daerah Wehrkreise dan langsung menjadi tanggung jawab Kolonel

Bambang Sugeng. Adapun daerah-daerah tersebut meliputi:

a. Wehrkreise I di bawah pimpinan Letnan Kolonel Moch. Bachroen

mengendalikan daerah-daerah Banyumas, Pekalongan dan Wonosobo dengan

Pos Komando (Posko) di Desa Makam (sebelah utara Purbolinggo), terdiri

dari empat Sub Wehrkreise (SWKS) dan I Korp Armada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

b. Wehrkreise II di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sarbini, meliputi daerah

Kedu (minus Wonosobo) ditambah Kabupaten Kendal (mulai dari Semarang)

dengan posko di Bruno (sebelah utara Purworejo), terdiri dari tujuh SWKS.

c. Wehrkreise III di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto (mantan

presiden RI), meliputi daerah Yogyakarta, terdiri dari 6 SWKS.

Dari sini jelas terlihat daerah Wehrkreise-wehrkreise itulah serangan melawan

pihak Belanda dilancarkan oleh Divisi III secara teratur di bawah Komando

Gubernur Militer III/Kolonel Divisi III Kolonel Bambang Sugeng. Setelah

berhasil menduduki Ibukota Yogyakarta Belanda dengan sombongnya

berkampanye yang ditujukan kepada dunia Internasional bahwa Tentara Nasional

Indonesia (TNI) telah dihancurkan dan Pemerintahan Republik Indonesia sudah

tiada lagi.

3. Akhir perjuangan Bambang Sugeng sesudah perang kemerdekaan di Yogyakarta

yaitu pada bulan Juni 1950 Bambang diangkat menjadi panglima Devisi I/TT V

Jawa Timur. Selain itu, Presiden Soekarno mengangkat sebagai KASAD setelah

mencopot AH. Nasution yang dianggap mendalangi Peristiwa 17 Oktober.

Bambang menggunakan pendekatan unik khas Indonesia yaitu musyawarah untuk

menyatukan para perwira TNI yang terbelah akibat Peristiwa 17 Oktober dan

menghasilkan piagam Djogja 1955. Bambang Sugeng juga memprakarsai

pencatatan setiap prajurit TNI atau Nomor Registrasi Pusat NRP yang kemduian

ditiru pada pencatatan organisasi sipil atau Nomor Induk Pegawai NIP. Setelah

berhasil menyatukan kembali prajurit TNIAngkatan Darat melalui Piagam Djogja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

1955, Bambang Sugeng mengundurkan diri sebagai KASAD pada tanggal 8 Mei

1955. Setalah berhenti dalam dinas militer, Bambang Sugeng ditunjuk oleh

Presiden Soekarno menjadi Duta besar Indonesia untuk Vatikan, Jepang, dan

Brasil.