INTONASI DAN RITME DALAM PIDATO PELANTIKAN PRESIDEN JOKO

WIDODO PERIODE II 2019 - 2024

KAJIAN FONOLOGI

OLEH :

DAVID ANDREAS P. L

NIM: 160701010

PROGRAM STUDI SASTRA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

Universitas Sumatera Utara

A

Universitas Sumatera Utara

B

Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : David Andreas Panahan Laut

NIM : 160701010

Jurusan : Sastra Indonesia

Fakultas : Ilmu Budaya USU

Judul : “Intonasi Dan Ritme Dalam Pidato Pelantikan Presiden Periode

II 2019 – 2024 Kajian Fonologi”

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 19 Oktober 2020

Penulis,

David Andreas P. L

i

Universitas Sumatera Utara

INTONASI DAN RITME DALAM PIDATO PELANTIKAN PRESIDEN JOKO WIDODO

PERIODE II 2019 – 2024

KAJIAN FONOLOGI

SKRIPSI

OLEH

DAVID ANDREAS PANAHAN LAUT

NIM 160701010

ABSTRAK

Skripsi ini mendeskripsikan : Intonasi dan ritme dalam pidato pelantikan presiden Joko Widodo Periode ke-2 tahun 2019 – 2024. Masalah yang diteliti adalah bagaimana intonasi yang terdapat dalam video pidato dengan menentukan pola variasi nada dalam intonasi kalimat dilambangkan dengan angka arab (1,2,3) atau garis dan bagaimana ritme yang terdapat dalam pidato pelantikan presiden Joko Widodo berdasarkan setiap struktur kalimat dasar. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode simak. Teknik yang digunakan adalah teknik dasar sadap dengan teknik lanjutan yaitu teknik simak libat bebas cakap (SLBC). Metode penelitian data menggunakan metodologi penelitian kualitatif yang dilanjutkan dengan teknik dasar pilah unsur tertentu (PUP). Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan teori Fonologi, Intonasi, dan Ritme. Selanjutnya, hasil penelitian ini pada intonasi dan ritme yang terjadi dalam video pidato pelantikan presiden Joko Widodo periode ke-2 ditentukan jenis-jenis kalimatnya seperti kalimat deklaratif (berita), kalimat interogatif (tanya), dan kalimat imperatif (perintah).

Kata Kunci : Pidato, Presiden, Intonasi, Ritme, dan Jenis Kalimat.

ii

Universitas Sumatera Utara

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Intonasi Dan Ritme Dalam Pidato Pelantikan Presiden Joko Widodo Periode II

2019-2024 ( Kajian Fonologi ). Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memeroleh gelar Sarjana Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan, bimbingan, pengarahan, saran-saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Dr. Budi Agustono, M.S, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, dan juga Wakil

Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil Dekan III.

2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP, sebagai Ketua Program Studi Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum, sebagai Sekretaris Program Studi Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, juga sebagai dosen pembimbing

yang telah memberikan banyak bimbingan, dukungan, dan waktu untuk mengoreksi

serta memberi jalan keluar atas setiap permasalahan yang penulis hadapi demi

kesempurnaan skripsi ini.

4. Dra. Salliyanti, M.Hum, sebagai dosen penguji yang telah memberikan arahan,

masukan, dan kritik yang sangat berguna bagi penulis.

5. Dr. Dwi Widayati, M.Hum, sebagai dosen penguji yang telah memberikan arahan,

masukan, dan kritik yang sangat berguna bagi penulis.

6. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengetahuan, baik dalam bidang

iii

Universitas Sumatera Utara

linguistik, sastra, serta bidang yang lain. Tidak lupa pula saya mengucapkan terima

kasih kepada Bapak Slamet dan Bapak Djoko yang telah membantu penulis dalam hal

administrasi di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara.

7. Kedua orangtua saya, Ayahanda Pinonda Siagian dan Ibunda Asnah Magdauli

Hutapea, yang sudah mendukung saya dalam perkuliahan ini dan selalu mendoakan

saya sampai saya bisa menyelesaikan skripsi ini, terima kasih selalu sabar dan

memberi kasih sayang yang penuh.

8. Kakak-kakak saya Nova Fransiska Siagian, Cipta Dwi Damai Artha Siagian,

Anggraeni Oktavia Siagian, dan Yolanda Soraya Siagian yang sudah mendukung dan

mendoakan saya sampai skripsi selesai.

9. Kedua paman dan bibi saya, Juanda Hutapea dan Sondang Romauli Tobing, yang

sudah menyediakan tempat tinggal bagi saya selama saya kuliah merantau ke kota

Medan.

10. Buat teman baik saya Rahmat Pirmanto Saruksuk dan Julwan Syahrizal atas

dukungan dan dorongan serta motivasi yang telah diberikan pada saya, terima kasih.

11. Buat teman spesial saya Jessica Josephine Hutagalung atas dukungan, dorongan, serta

motivasi dan doa yang telah diberikan pada saya, terima kasih.

12. Seluruh angkatan 2016 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera

Utara yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih karena selalu

memberi dukungan, dorongan, motivasi, dan pengetahuan dalam proses pembuatan

skripsi saya.

iv

Universitas Sumatera Utara

Penulis menyadari penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran membangun untuk menyempurnakan hasil penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, 19 Oktober 2020

Penulis,

David Andreas P. L

v

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

PERNYATAAN...... i

ABSTRAK ...... ii

PRAKATA ...... iii

DAFTAR ISI...... vi

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang ...... 1

1.2 Batasan Masalah ...... 4

1.3 Rumusan Masalah ...... 4

1.4 Tujuan Penelitian ...... 5

1.5 Manfaat Penelitian ...... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA ...... 6

2.1 Konsep ...... 6

2.1.1 Intonasi ...... 6

2.1.2 Ritme ...... 8

2.1.3 Jenis Kalimat ...... 8

2.1.4 Pidato...... 9

2.1.5 Fonologi ...... 9

2.2 Landasan Teori...... 9

2.3 Tinjauan Pustaka ...... 10

BAB III METODE PENELITIAN ...... 16

vi

Universitas Sumatera Utara

3.1 Data dan Sumber Data ...... 16

3.2 Metode Penelitian ...... 16

3.3 Metode Pengumpulan Data ...... 17

3.4 Analisis Data ...... 18

BAB IV PEMBAHASAN ...... 21

4.1 Latar Belakang Singkat Joko Widodo ...... 21

4.2 Intonasi Kalimat Dilihat dari Bentuk Sintaksis ...... 22

4.2.1 Kalimat Deklaratif ...... 22

4.2.2 Kalimat Imperatif ...... 39

4.2.3 Kalimat Interogatif ...... 50

4.3 Ritme Kalimat Dilihat dari Struktur Kalimat Dasar ...... 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...... 55

5.1 Simpulan ...... 55

5.2 Saran ...... 55

DAFTAR PUSTAKA ...... 57

LAMPIRAN...... 59

Teks Pidato Pelantikan Presiden Joko Widodo Periode II 2019-2024 ...... 59

Latar Belakang Joko Widodo...... 67

vii

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi dua bidang yaitu : bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu sendiri.

Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi terhadap hal yang kita dengar.

Bahasa Indonesia dalam konteks sosial adalah kedudukan bahasa Indonesia sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi (Suwito, 1985 : 19 dalam Ritonga P – dkk, 2018 : 6).

Penggunaan bahasa dalam komunikasi, hendaknya dapat memenuhi syarat-syarat komunikasi sehingga kemungkinan adanya salah paham dapat ditekan sekecil-kecilnya. Hal ini berarti bahwa materi bunyi harus dapat ditata sesuai dengan kaidah bahasa yang bersangkutan, diucapkan dengan jelas dan ketepatan yang wajar dengan intonasi yang berlaku dalam bahasa itu, serta menggunakan kalimat yang tidak berbelit-belit sehingga komunikasi dapat terlaksana dengan baik.

Terkait dengan bunyi bahasa yang merupakan intonasi dalam berbahasa yang berlaku, penulis terdorong untuk meneliti tentang intonasi dan ritme yang terjadi pada percakapan satu arah melalui pidato yang disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam pelantikan presiden periode II 2019 – 2024, dengan kajian Fonologi.

Pidato merupakan wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Pidato umumnya ditujukan kepada orang atau sekumpulan orang untuk menyatakan selamat,

1

Universitas Sumatera Utara

menyambut kedatangan tamu, memeringati hari-hari besar tertentu dan lain sebagainya

(Karomani, 2011: 12).

Pada pidato yang disampaikan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam pelantikan presiden periode II 2019 – 2024, penulis ingin meneliti dan mendengarkan tentang bagaimana sang presiden berbicara mengeluarkan intonasi berbahasa terkait dengan kalimat- kalimat yang diujarkan sesuai dengan jenis-jenis kalimat yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).

Berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, jenis kalimat lazim dibagi atas (1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) kalimat imperatif atau kalimat perintah, (3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan (4) kalimat eksklamatif atau kalimat seru (Alwi, H.

Dardjowidjojo, S. Lapowila, H. & Moeliono Anton, M. 2010 : 344).

Berbeda dengan nada, intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam pembedaan maksud kalimat. Bahkan, dengan dasar kajian pola-pola intonasi ini, kalimat bahasa

Indonesia dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Pola variasi nada dalam intonasi kalimat bisa dilambangkan dengan angka arab (1,2,3) atau garis (Muslich M, 2009 : 115). Variasi-variasi nada pun bisa dipakai untuk menyatakan perbedaan makna pada tataran kata dan perbedaan maksud pada tataran kalimat. Pada tataran kata, variasi-variasi pembeda makna disebut tona, yang ditandai dengan angka arab [1] untuk nada rendah setingkat nada do, [2] untuk nada biasa setingkat nada re, [3] untuk nada tinggi setingkat nada mi, dan [4] untuk nada paling tinggi setingkat nada fa.

Contoh :

- Kalimat berita (deklaratif) ditandai dengan pola intonasi datar-turun.

“Inovasi adalah budaya.”

2

Universitas Sumatera Utara

(Pola variasi nada dalam intonasi kalimat dengan lambang garis)

“Inovasi adalah budaya.”

2 33 / 2 33 / 2 31t# (Pola variasi nada dalam intonasi kalimat dengan angka arab)

- Kalimat tanya (interogatif) ditandai dengan pola intonasi datar-naik.

“Eselon satu, eselon dua, eselon tiga, eselon empat, apa enggak kebanyakan?”

(Pola variasi nada dalam intonasi kalimat dengan lambang garis)

“Eselon satu, eselon dua, eselon tiga, eselon empat, apa enggak kebanyakan?"

3 31 / 3 31 / 3 31 / 3 31 / 3 31 / 3 31 / 2 31 / 2 31 / 1 32 / 2 33 n#

(Pola variasi nada dalam intonasi kalimat dengan angka arab)

- Kalimat perintah (imperatif) ditandai dengan pola intonasi datar-tinggi.

“Puluhan Undang-Undang yang menghambat pengembangan UMKM juga akan langsung direvisi sekaligus.”

(Pola variasi nada dalam intonasi kalimat dengan lambang garis)

“Puluhan Undang-Undang yang menghambat pengembangan UMKM

3 33 / 2 21 / 2 21 / juga akan langsung direvisi sekaligus.”

2 21 / 2 31g#

(Pola variasi nada dalam intonasi kalimat dengan angka arab)

3

Universitas Sumatera Utara

Intonasi dalam berbahasa sering muncul dalam situasi percakapan sehari-hari yang dalam bentuk lisan baik secara bertatap muka, maupun percakapan satu arah. Baik secara langsung maupun melalui media online.

Pengertian ritme, kita berbicara tentang ritme jika kita membahas pola pemberian aksen pada kata dalam untaian tuturan (kalimat). Bahasa Indonesia mengikuti ritme yang berdasarkan jumlah suku kata: makin banyak suku kata, makin lama pula waktu untuk pelafalannya. (Kudadiri, A. 2016 : 53).

Contoh ritme adalah sebagai berikut :

Inovasi /adalah /budaya.

Yang utama itu /adalah /hasilnya.

Kedua kalimat pada contoh di atas merupakan kalimat yang memilki struktur sama yaitu subjek, predikat, dan objek. Kalimat 2 pada contoh di atas dilafalkan dengan waktu yang lebih lama daripada kalimat 1 karena jumlah suku kata yang ada pada kalimat kedua itu lebih banyak daripada jumlah suku yang ada pada kalimat pertama.

Situasi percakapan satu arah yang menghasilkan intonasi dan ritme salah satunya adalah dengan berpidato.

1.2 Batasan Masalah

Pada kesempatan ini penelitian dibatasi hanya pada intonasi jenis kalimat berita

(deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif) serta ritme dalam setiap struktur kalimat dasar berbahasa Indonesia dalam pidato pelantikan presiden Joko

Widodo Periode II, tahun 2019-2024. Kajian fonologi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, pokok permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

4

Universitas Sumatera Utara

1. Bagaimanakah intonasi berbahasa yang diucapkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikan presiden periode II, tahun 2019-2024 dalam setiap jenis kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif) ?

2. Bagaimanakah ritme berbahasa yang diucapkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikan presiden periode II, tahun 2019-2024 ?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan tentang intonasi berbahasa yang diucapkan oleh Bapak Presiden Joko

Widodo dalam pidato pelantikan presiden periode II, tahun 2019-2024 dalam setiap jenis kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).

2. Mendeskripsikan ritme berbahasa yang diucapkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikan presiden periode II, tahun 2019-2024.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat Teoretis

Hasil pembahasan ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan mengenai teori tentang intonasi dan ritme berbahasa Indonesia oleh Bapak Presiden Joko

Widodo.

Manfaat Praktis

1. Mendalami bagaimana cara orang nomor 1 di Indonesia dalam berbahasa Indonesia terkait intonasi dan ritme berbahasa melalui pidato yang disampaikan pada pelantikan presiden periode II, tahun 2019-2024.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti, yang ingin meneliti pada bidang-bidang lain baik itu semantik, morfologi, analisis wacana, dll

5

Universitas Sumatera Utara

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Rumusan konsep harus mengacu kepada pendapat ahli atau kamus, kecuali istilah atau konsep yang sudah umum (Tantawi I, 2014 : 56).

Penelitian intonasi dan ritme dalam pidato pelantikan presiden Joko Widodo periode II ini memiliki beberapa konsep, yaitu :

2.1.1 Intonasi

Berbeda dengan nada, intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam pembedaan maksud kalimat. Bahkan, dengan dasar kajian pola-pola intonasi ini, kalimat bahasa

Indonesia dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Pola variasi nada dalam intonasi kalimat bisa dilambangkan dengan angka (1,2,3) atau garis (Muslich M, 2009 : 115).

Gejala intonasi, atau gejala prosodi, mempunyai hubungan yang erat dengan struktur kalimat dan dengan interelasi kalimat dalam sebuah wacana. Dengan kata lain, intonasi dan hubungannya dengan kalimat harus diteliti sekiranya kita bermaksud menjelaskan struktur kalimat sampai sejauh kemampuan penutur-pendengar (Halim A, 1984 : 77).

Interpretasi fonologis terhadap keluaran komponen sintaksis tata bahasa dapat dianggap memiliki dua tipe gambaran — gambaran segmental dan gambaran nonsegmental (atau prosodi). Yang pertama dimanifestasikan oleh bunyi ujaran dalam tingkat penampilan (yaitu ujaran sebenarnya) dan dikelola dengan subkomponen fonologis - segmental dari komponen fonologis tata bahasa. Gambaran fonologis total sebuah kalimat tanpa gambaran

6

Universitas Sumatera Utara

segmentalnya adalah gambaran nonsegmental (satu prosodi)nya. Inilah yang dinamakan intonasi (Halim A, 1984 : 78).

Menurut Amran Halim (1984 : 14), penjelasan Notasional adalah sebagai berikut :

/ Jeda nonfinal (atau, percobaan), menandai akhir sebuah kelompok jeda nonfinal.

# Jeda final, menandai akhir sebuah kelompok jeda final kalimat atau akhir sebuah

kelompok jeda medial wacana.

1 Tinggi nada tingkat 1 (satu), atau 'rendah'.

2 Tinggi nada tingkat 2 (dua), atau 'sedang', atau 'netral'.

3 Tinggi nada tingkat 3 (tiga), atau 'tinggi'.

Intonasi adalah lagu kalimat. Kalimat diucapkan dengan lagu/perhentian yang berbeda, dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda koma. (Tantawi, I. 2014 : 9)

Contoh : 1a) Dalam dunia yang penuh risiko, yang sangat dinamis, dan yang kompetitif, kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru.

1b) Dalam dunia, yang penuh risiko yang sangat dinamis, dan yang kompetitif, kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru.

Kalimat 1a) dan 1b) hanya dibedakan oleh letak tanda koma dan menimbulkan makna yang berbeda. Kalimat 1a) menjelaskan bahwa di dalam dunia ini banyak resiko serta dunia ini adalah dunia yang sangat dinamis dan yang kompetitif, masyarakat harus mengembangkan cara-cara baru dan nilai-nilai baru; sedangkan pada kalimat 1b) menjelaskan bahwa di dalam dunia ini banyak resiko yang sangat dinamis juga dunia yang kompetitif dimana masyarakat perlu mengembangkan cara-cara baru dan nilai-nilai baru.

Intonasi dalam berbahasa sering muncul dalam situasi percakapan sehari-hari yang dalam bentuk lisan baik secara bertatap muka, maupun percakapan satu arah. Baik secara langsung maupun melalui media online.

7

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan intonasi yang tidak sesuai dapat menciptakan kalimat taksa (ambigu).

Kalimat taksa adalah kalimat yang bermakna lebih dari satu. (Tantawi, I. 2014 : 18)

Perhatikan contoh berikut :

1a) Membangun SDM yang terampil, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

1b) Membangun SDM, yang terampil yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kalimat 1a) dan 1b) benar. Namun, kedua kalimat tersebut mengandung arti yang berbeda.

Kalimat 1a) mengandung arti membangun SDM yang terampil untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; sedangkan kalimat 1b) mengandung arti membangun SDM yang hanya terampil dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.1.2 Ritme

Pengertian ritme, kita berbicara tentang ritme jika kita membahas pola pemberian aksen pada kata dalam untaian tuturan (kalimat). Bahasa Indonesia mengikuti ritme yang berdasarkan jumlah suku kata: makin banyak suku kata, makin lama pula waktu untuk pelafalannya. (Kudadiri, A. 2016 : 53).

Contoh ritme adalah sebagai berikut :

Inovasi /adalah /budaya.

Yang utama itu /adalah /hasilnya.

Kedua kalimat pada contoh di atas merupakan kalimat yang memilki struktur sama yaitu subjek, predikat, dan objek. Kalimat 2 pada contoh di atas dilafalkan dengan waktu yang lebih lama daripada kalimat 1 karena jumlah suku kata yang ada pada kalimat kedua itu lebih banyak daripada jumlah suku yang ada pada kalimat pertama.

2.1.3 Jenis Kalimat

Berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, jenis kalimat lazim dibagi atas (1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) kalimat imperatif atau kalimat perintah, (3) kalimat

8

Universitas Sumatera Utara

interogatif atau kalimat tanya, dan (4) kalimat eksklamatif atau kalimat seru (Alwi, H.

Dardjowidjojo, S. Lapowila, H. & Moeliono Anton, M, 2010 : 344).

2.1.4 Pidato

Pidato atau istilah bahasa Inggris disebut public speaking, pada hakikatnya adalah berbicara di muka umum, baik langsung maupun tidak. Langsung dalam artian si pembicara langsung berkomunikasi secara berhadapan muka (face to face) dengan hadirinnya. Namun pidato pun bisa dilakukan secara tidak langsung, yaitu berbicara melalui media massa untuk konsumsi umum. Dalam hal ini pesan komunikasi atau materi pembicaraan disalurkan dari si pembicara melalui media massa kepada khalayak (Suhandang, K. 2009 : 207).

Pidato merupakan wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Pidato umumnya ditujukan kepada orang atau sekumpulan orang untuk menyatakan selamat, menyambut kedatangan tamu, memeringati hari-hari besar tertentu dan lain sebagainya

(Karomani, 2011: 12).

2.1.5 Fonologi

Menurut Chomsky dan Halle (dalam Kudadiri, A. 2016 : 3) Fonologi adalah “piranti penafsir’ yang menjembatani struktur luar (surface structure) dengan bentuk fonetisnya.

Fonologi hanyalah satu sistem dari keseluruhan sistem bahasa manusia. Oleh karena itu, sistem bunyi yang fonologis itu memperoleh masukan (input) dari sistem bahasa lainnya, yaitu sintaksis, semantik, dan pragmatik. (Kudadiri, A. 2016 : 5).

2.2 Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam mengkaji Intonasi berbahasa Indonesia dalam bahasa pidato presiden yaitu teori Masnur Muslich yang mengatakan bahwa berbeda dengan nada, intonasi dalam bahasa Indonesia sangat berperan dalam pembedaan maksud kalimat. Bahkan, dengan dasar kajian pola-pola intonasi ini, kalimat bahasa Indonesia dibedakan menjadi kalimat

9

Universitas Sumatera Utara

berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif). Pola variasi nada dalam intonasi kalimat bisa dilambangkan dengan angka (1,2,3) atau garis (Muslich M,

2009 : 115).

Teori yang digunakan dalam mengkaji intonasi dan ritme berbahasa Indonesia dalam bahasa pidato presiden yaitu teori Masnur Muslich yang mengatakan bahwa bidang sintaksis, yang konsentrasi analisisnya pada tataran kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat seru/perintah yang ketiganya mempunyai makna yang berbeda, dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis fonologi, yaitu tentang intonasi. Begitu juga, persoalan jeda dan tekanan pada kalimat, yang ternyata bisa membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia (Muslich M, 2009 : 3).

Intonasi mengacu ke naik turunnya nada dalam pelafalan kalimat, sedangkan ritme mengacu ke pola pemberian tekanan pada kata dan kalimat (Kudadiri, A. 2016 : 51).

Teori yang digunakan dalam mengkaji Intonasi berbahasa Indonesia dalam bahasa pidato presiden yaitu teori Amhar Kudadiri yang mengatakan bahasa Indonesia mengikuti ritme yang berdasarkan jumlah suku kata: makin banyak suku kata, makin lama pula waktu untuk pelafalannya. (Kudadiri, A. 2016 : 53).

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berkaitan tentang Intonasi dan Ritme Berbahasa Indonesia pernah diteliti sebelumnya oleh :

1. Susi Herti Afriani, Program Studi Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan

Humaniora, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Indonesia dalam

skripsi berjudul “ANALISIS UJI PERSEPSI: Intonasi Kalimat Perintah Bahasa

Indonesia oleh Penutur Bahasa Jepang” 2015.

10

Universitas Sumatera Utara

Menurut Afriani, salah satu faktor yang membuat pendengar memahami sebuah ujaran, baik itu kalimat tanya atau perintah, adalah intonasi dari penutur atau pembicara. Intonasi itu sendiri merupakan gejala prosodi, hubungannya erat dengan struktur kalimat dan interelasi kalimat dalam sebuah wacana.

Penelitan Afriani ini berfokus pada pendapat Halim yang mengungkapkan bahwa untuk memahami intonasi seorang penutur, diperlukan pengenalan karakterisasi intonasi bahasa

Indonesia, seperti (i) pola intonasi (total); (ii) kelompok jeda; (iii) kontur, baik prakontur maupun kontur pokok atau kontur primer dan (iv) fonem intonasi yang meliputi tingkat tinggi nada (TT), tekanan, dan jeda. Akan tetapi, penelitian ini hanya menjelaskan masalah intonasi kalimat perintah bahasa Indonesia oleh penutur bahasa Jepang, dengan analisis karakterisasi intonasi bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Halim (1984: 80), dibatasi pada pembuktian hipotesis bahwa penutur asli bahasa Jepang yang berbahasa Indonesia mempunyai pola intonasi yang berbeda dengan karakterisasi intonasi bahasa Indonesia.

2. Luthfi Yuhesdi, dkk , Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah,

Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, Padang dalam Jurnal berjudul “Rethorika

Khatib Dalam Penyampaian Khutbah Jum’at” 2019.

Menurut Luthfi Yuhesdi dkk, kiranya seorang khatib jum’at dalam menyampaikan pesan dakwahnya harus bisa menggunakan retorika yang baik sehingga isi pesan yang disampaikan dapat diterima dan dimengerti oleh mad’unya, dari kacamata ilmu, retorika itu seni kemahiran berbicara. (T.A. Lathief Rousydiy : 2005) Seorang khatib adalah orang yang mahir, ahli berbicara (Zulhasan Latif : 2011) atau berpidato dihadapan umum. Kemahiran dan keahliannya seorang khatib dalam menyampaikan khotbah harus didukung oleh tata bahasa

11

Universitas Sumatera Utara

yang baik, lancar, dan benar sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perasaan jamaah

(Yusuf Zainal Abidin : 2013) yang mendengar khotbah.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab seorang khatib harus mempunyai kemampuan dan pengalaman yang luas serta teruji, agar tugas yang dilaksanakannya bisa berjalan dengan baik dan lancar, sehingga masyarakatnya merasa puas. (Tohir M Natsir :

1999). Hal ini tentu menghendaki bahwa setiap khatib harus memiliki beberapa kemampuan yaitu, (i) Kemampuan berkomunikasi, (ii) Kemampuan penguasaan diri, (iii) Kemampuan pengetahuan psikologis, (iv) Kemampuan pengetahuan kependidikan, dan (v) Kemampuan pengetahuan di bidang pengetahuan umum.

3. Nafisatul Maulidah, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas

Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dalam

skripsi berjudul “Intonasi Ceramah KH Achmad Choirul Muchlis” 2016.

Menurut Maulidah, intonasi adalah lagu kalimat. Di dalam intonasi tercakup nada, tempo cepat lambatnya pembacaan, tekanan (pada bagian yang dianggap penting), jeda (penghentian sesaat), dan volume (keras tidaknya ucapan). Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa intonasi suara berkontribusi sebesar 37% dari pesan yang ingin kita sampaikan, sedangkan isi pesan tersebut hanyalah 7% (sisanya sebesar 56% adalah bahasa tubuh). jika ada ketidak sinkronan dari intonasi suara dan isi perkataaan anda, maka yang dipercaya oleh si penerima pesan adalah komponen yang persentasenya lebih besar (dalam hal ini intonasi).

Intonasi merupakan faktor penting dalam menyampaikan materi dakwah bagi seorang da’i. Jika ada ketidak sinkronan dari intonasi suara dan isi ceramah para da’i, maka yang dipercaya oleh si penerima pesan adalah komponen yang persentasenya lebih besar (dalam hal ini intonasi). Jadi sangatlah penting untuk menyelaraskan intonasi suara dengan pesan

12

Universitas Sumatera Utara

yang hendak kita sampaikan supaya audiens juga tidak sampai mensalahartikan pesan yang hendak kita sampaikan. Apabila di dalam penyampaian dakwah, seorang da’i tidak memberikan warna dan penyajian, maka isi pidato yang disampaikan akan menjadi kurang menarik dan bahkan tidak menarik sama sekali. Oleh karena memberikan warna penekanan di setiap kalimat-kalimat yang penting sesuai dengan apa yang akan disampaikan dan efek yang diharapkan, dijiwai dengan kehidupan, dan kualitas pribadi seorang da’i yang bisa memberikan daya tarik bagi audiens.

4. Adhika Irlang , Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

Universitas Indonesia dalam skripsi berjudul “Tuturan Bermakna Perintah

Berdasarkan Intonasi Imperatif, Deklaratif, dan Interogatif dalam Komedi Situasi

Office Boy” 2008.

Menurut Suwiryo kalimat adalah satuan bahasa yang relatif berdiri sendiri, mempunyai ciri utama berupa intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Ada berbagai jenis kalimat, salah satunya adalah jenis kalimat menurut amanat wacana

(Kridalaksana, 1999:192). Atas dasar amanat wacana, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, dan kalimat perintah. Kalimat perintah sendiri terbagi ke dalam lima jenis, yaitu perintah biasa, larangan, ajakan, peringatan, dan penyilaan

(Kridalaksana, 1999: 193).

Dasar kategori kalimat lain yang diungkapkan oleh Kridalaksana (1999) adalah intonasi.

Berdasarkan intonasi, kalimat dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi lima macam. Kelima macam kalimat tersebut adalah deklaratif, interogatif, imperatif, aditif, reponsif, dan ekslamatif.

13

Universitas Sumatera Utara

5. Maziatur Ridho, Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Surabaya dalam jurnal berjudul “Intonasi Agitatif dalam Pidato

Soekarno.” 2017.

Menurut Ridho, intonasi dalam kajian bahasa berperan penting dalam komunikasi lisan, khususnya pidato. Hal tersebut dikarenakan dalam sebuah pidato biasanya tersirat suatu maksud dan tujuan tertentu yang ingin disampaikan oleh penuturnya, seperti tujuan mempengaruhi, mengajak, atau menggerakkan. Melalui penggunaan intonasi yang tepat, tujuan atau maksud yang ingin disampaikan oleh penuturnya akan lebih jelas dan mudah tersampaikan. Selain itu, sikap atau emosi penutur ketika mengujarkan kata atau kalimat yang menyiratkan maksud tersebut juga lebih tampak secara jelas. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Pane (Halim, 1984:28 dalam Ridho, M. 2017 : 2), yang menyatakan bahwa intonasi memiliki fungsi emosional, yaitu menyampaikan arti emosional dari penutur.

Selain dari segi bahasa berupa kata atau kalimat yang digunakan dalam pidato Soekarno, penggunaan intonasi yang menunjukkan suatu sikap atau emosi Soekarno pada saat mengujarkan kata atau kalimat yang sifatnya agitatif tersebut juga menjadi ciri khas dalam pidato Soekarno. Sikap atau emosi Soekarno tersebut dapat ditunjukkan dari penggunaan intonasinya di setiap akhir tuturan yang dapat berupa alir nada naik dan alir nada turun.

Intonasi merupakan bagian dari fonetik suprasegmental yang mengkaji tentang frekuensi fundamental dari gelombang bunyi yang dihasilkan oleh getaran pita suara. Intonasi juga dapat dikatakan sebagai lagu kalimat atau rima kalimat. Penjelasan tersebut sejalan dengan pemikiran Pane (Halim, 1984:28 dalam Ridho, M. 2017 : 2) yang menjelaskan bahwa intonasi merupakan lagu kalimat atau rima kalimat yang keduanya merupakan ekspresi tekanan kalimat. Lagu kalimat dalam hal ini menyampaikan arti emosional, sedangkan rima kalimat mengandung arti gramatikal. Menurut Keraf (1991 dalam Ridho, M. 2017 : 2)

14

Universitas Sumatera Utara

intonasi merupakan kerja sama antara nada, tekanan, durasi, dan perhentian-perhentian yang menyertai suatu tutur, dari awal hingga perhentian yang terakhir.

6. Sri Sumiati, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dalam skripsi

berjudul “Nilai Religiusitas Pada Dua Puisi Karya Abdul Hadi W.M. (Puisi Tuhan

Kita Begitu Dekat dan Puisi Meditasi)” 2011.

Menurut Sumiati, irama pada umumnya sering disamakan dengan istilah ritme. Padahal irama sebetulnya ada dua macam, yaitu ritme dan metrum. Akan tetapi, karena metrum hanya ada dalam teori Barat yang sulit diaplikasikan pada puisi Indonesia, maka istilah irama dan ritme sering digunakan secara bergantian. Pengertian irama selalu memiliki ciri-ciri : (1) pengulangan bunyi, (2) pengertian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek, dan (3) memiliki keteraturan. Ketiga ciri tersebut pada akhirnya membentuk suatu alunan merdu, indah, dan enak didengar.

Ritme ialah pengulangan bunyi abik pada suku kata, kata, frase, maupun kalimat yang teratur, terus menerus, tidak terputus – putus, bagaikan air yang mengalir, sedangkan metrum ialah irama yang tetap. Artinya, pergantiannya sudah tetap dan mengikuti pola tertentu.

15

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Data dan Sumber Data

Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode simak. Metode penyediaan data melalui cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa disebut metode simak. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis

(Mahsun, 2017 : 91). Data sekunder dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka. Studi pustaka adalah penelitian yang menggunakan buku sebagai objek penelitian

(Tantawi I, 2014 : 61).

Data sekunder berupa tulisan pidato yang berisi informasi pengetahuan mengenai intonasi dan ritme berbahasa dalam fonologi dan sintaksis yang didapat dari sumber studi pustaka.

Objek yang dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah pada pidato yang disampaikan secara lisan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikan presiden periode II, tahun 2019-2024 yang tepat disampaikan seusai pelantikan presiden Joko Widodo periode II pada hari Minggu (20/10/2019).

3.2 Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini dipilih berdasarkan kesesuaian terhadap objek dan tujuan penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua bagian, yaitu pendekatan secara teoretis dan pendekatan secara metodologis. Pendekatan secara teoretis dalam penelitian ini adalah fonologi. Pendekatan fonologi mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan bunyi bahasa dan bentuk fonetisnya, sebagai “piranti penafsir” yang menjembatani struktur luar (surface structure) dengan bentuk fonetisnya (Duran, 1990 dalam

Kudadiri, A. 2016 : 3).

16

Universitas Sumatera Utara

Pendekatan metodologis yang digunakan adalah metodologi penelitian kualitatif.

Pendekatan kualitatif ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya

(Nasution S, 1996 : 5). Namun pada kesempatan ini, penulis hanya berusaha memahami bahasa melalui penelitian terhadap media video. Pada pendekatan ini, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati dan perilaku yang diamati.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini mencakup dua macam data, yaitu data primer berupa data lisan dari video dan teks pidato menggunakan metode simak (pengamatan/observasi). Metode

Simak memiliki teknik dasar yang disebut teknik sadap.

Berdasarkan jenis datanya, maka teknik dasar yang dipakai dalam pengumpulan data adalah teknik sadap, yang bertujuan untuk mendapatkan data dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang, peneliti juga menggunakan teknik lanjutan yang pertama yaitu teknik simak libat bebas cakap (SLBC), contohnya peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informannya. Tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan bahasanya yang sedang diteliti (Mahsun, 2017 : 92). Dalam teknik simak dilakukan penyimakan terhadap pidato yang disampaikan secara lisan oleh Bapak Presiden Joko

Widodo dalam pidato pelantikan presiden periode II, tahun 2019-2024.

Penulis akan melaksanakan pengumpulan data selama dua minggu untuk mempersiapkan alat-alat penelitian seperti laptop, headset, dan internet untuk mengunduh video pidato pelantikan bapak Presiden Joko Widodo periode ke-2.

17

Universitas Sumatera Utara

3.4 Analisis Data

Analisis data yang dilakukan oleh penulis ialah menggunakan metode padan dengan menggunakan teknik dasar yaitu teknik pilah unsur tertentu (PUP) yang bertujuan dengan daya pilah sebagai pembeda reaksi dan kadar keterdengaran.

Adapun dalam kaitannya dengan mitra wicara dapat dibedakan pula adanya reaksi yang bermacam-macam dari padanya di samping kadar keterdengaran olehnya. Dalam hal reaksi ialah empat hal berikut.

(i) Bertindak menuruti atau menentang apa yang diucapkan oleh si pembicara atau si penutur.

(ii) Berkata dengan isi yang informatif.

(iii) Tergerak emosinya.

(iv) Diam tetapi menyimak dan berusaha mengerti bahkan memahami apa yang diucapkan oleh si pembicara atau penutur; dan reaksi yang lain-lain lagi.

Dalam hal kadar keterdengaran ialah tiga hal berikut.

(v) Terdengar keras bertekanan atau biasa.

(vi) Terdengar melengking tinggi atau biasa.

(vii) Terdengar cepat atau biasa.

Kesemuanya itu dapat diketahui juga berkat daya pilah yang digunakan oleh si peneliti.

Berdasarkan hal yang disebutkan pada (i) sampai dengan (vii) itu maka satuan lingual lalu dapat dibedakan misalnya menjadi (i) sampai dengan (vii) berikut:

(i) kalimat perintah;

(ii) kalimat tanya;

(iii) kalimat afekti;

(iv) kalimat berita;

18

Universitas Sumatera Utara

(v) topik;

(vi) kalimat seru;

(vii) segmen kalimat atau gatra; dan yang lain.

Dalam hal ini, yang bertanda (i) berhubungan dengan aktivitas yang bertanda (i); yang bertanda (ii) berhubungan dengan aktivitas yang bertanda (ii); demikian seterusnya.

(Sudaryanto, 2015 : 30).

Contoh Intonasi :

1. Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua undang-undang besar.

2. Dalam dunia yang penuh risiko, yang sangat dinamis, yang sangat kompetitif, kita

harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru.

3. Yang kedua, UU Pemberdayaan UMKM.

4. Masing-masing UU tersebut akan menjadi omnibus law, yaitu satu UU yang sekaligus

merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU.

1. Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua undang-undang besar.

Reaksi (i)

Kadar Keterdengaran (v)

Satuan Lingual (iv)

2. Dalam dunia yang penuh risiko, yang sangat dinamis, yang sangat kompetitif, kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru.

Reaksi : (i)

Kadar keterdengaran : (vi)

Satuan Lingual : (i)

19

Universitas Sumatera Utara

3. Yang kedua, UU Pemberdayaan UMKM.

Reaksi : (ii)

Kadar keterdengaran : (vi)

Satuan Lingual : (iv)

4. Masing-masing UU tersebut akan menjadi omnibus law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU.

Reaksi : (ii)

Kadar Keterdengaran : (vi)

Satuan Lingual : (iv)

Contoh ritme :

Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua undang-undang besar.

Pe-me-rin-tah a-kan meng-a-jak d-p-r un-tuk me-ner-bit-kan du-a un-dang un-dang be-sar.

Pada kalimat di atas memiliki 26 jumlah suku kata.

Penulis akan melaksanakan penganalisisan data selama tiga minggu untuk menyimak dan menganalisis video pidato pelantikan bapak Presiden Joko Widodo periode ke-2 guna memeroleh data deskriptif berupa intonasi, pola, dan penjelasan dari kumpulan intonasi tersebut dan ritme-ritme serta penjelasan dari pidato tersebut berdasarkan jenis kalimat yang sudah ditetapkan yaitu kalimat berita, kalimat interogatif, dan kalimat imperatif.

20

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

4.1 Latar Belakang Joko Widodo

Ir. H. Joko Widodo atau Jokowi (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961; umur 59 tahun) adalah Presiden ke-7 Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Terpilih dalam Pemilu Presiden 2014, Jokowi menjadi Presiden Indonesia pertama sepanjang sejarah yang bukan berasal dari latar belakang elite politik atau militer Indonesia. Ia terpilih bersama

Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dan kembali terpilih bersama Wakil Presiden Ma'ruf

Amin dalam Pemilu Presiden 2019. Jokowi pernah menjabat Gubernur DKI sejak 15

Oktober 2012 hingga 16 Oktober 2014 didampingi sebagai wakil gubernur. Sebelumnya, ia adalah Wali Kota Surakarta (Solo), sejak 28 Juli 2005 hingga 1

Oktober 2012 didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil wali kota. Dua tahun menjalani periode keduanya menjadi Wali Kota Solo, Jokowi ditunjuk oleh partainya, Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDI-P), untuk bertarung dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Joko Widodo berasal dari keluarga sederhana, bahkan rumahnya pernah digusur sebanyak tiga kali ketika dia masih kecil, tetapi ia mampu menyelesaikan pendidikannya di Fakultas

Kehutanan Universitas Gajah Mada. Setelah lulus, dia menekuni profesinya sebagai pengusaha mebel. Karier politiknya dimulai dengan menjadi Wali Kota Surakarta pada tahun

2005. Namanya mulai dikenal setelah dianggap berhasil mengubah wajah Kota Surakarta menjadi kota pariwisata, kota budaya, dan kota batik. Pada tanggal 20 September 2012,

Jokowi berhasil memenangi Pilkada Jakarta 2012. Kemenangannya dianggap mencerminkan

21

Universitas Sumatera Utara

dukungan populer untuk seorang pemimpin yang "muda" dan "bersih", meskipun umurnya sudah lebih dari lima puluh tahun.

Semenjak terpilih sebagai gubernur, popularitasnya terus melambung dan menjadi sorotan media. Akibatnya, muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden untuk pemilihan umum presiden Indonesia 2014. Ditambah lagi, hasil survei menunjukkan, nama Jokowi terus unggul. Pada awalnya, Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri menyatakan bahwa ia tidak akan mengumumkan calon presiden dari PDI Perjuangan sampai setelah pemilihan umum legislatif 9 April 2014. Namun, pada tanggal 14 Maret 2014, Jokowi menerima mandat dari Megawati untuk maju sebagai calon presiden, tiga minggu sebelum pemilihan umum legislatif dan dua hari sebelum kampanye.

4.2 Intonasi Kalimat Dilihat dari Bentuk Sintaksis

4.2.1 Kalimat Deklaratif

Kalimat deklaratif, yang juga dikenal dengan nama kalimat berita dalam buku-buku tata bahasa Indonesia, secara formal, jika dibandingkan dengan ketiga jenis kalimat yang lainnya, tidak bermarkah khusus. Dalam pemakaian bahasa bentuk kalimat deklaratif umumnya digunakan oleh pembicara/penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya.

Dengan demikian, kalimat berita dapat berupa bentuk apa saja, asalkan isinya merupakan pemberitaan. Dalam bentuk tulisannya, kalimat berita dengan tanda titik. Dalam bentuk lisan, suara berakhir dengan nada turun (Alwi. H ; dkk, 2010 : 360).

Kalimat berita (deklaratif) ditandai dengan pola intonasi datar-turun.

Kalimat-kalimat deklaratif yang terdapat pada pidato pelantikan presiden Joko Widodo periode II 2019 – 2024 adalah sebagai berikut :

22

Universitas Sumatera Utara

1. Itulah target kita.

1 2 2/ 22 1t#

-Terdapat empat tona biasa dan dua tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

2. Itulah target kita bersama.

2 33 /2 33/ 2 3 1t#

-Terdapat lima tona tinggi, tiga tona biasa, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi, beberapa tona biasa (2)

atau nada re, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

3. Kita sudah hitung-hitung, kita sudah kalkulasi.

1 2 2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 2 21t#

-Terdapat delapan tona biasa dan empat tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

4. Target tersebut sangat masuk akal dan sangat memungkinkan untuk kita capai.

2 2 1 / 1 2 2 / 2 21/2 21/1 2 2 / 1 2 1t#

-Terdapat sebelas tona biasa dan tujuh tona rendah.

24

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

5. Namun, semua itu tidak datang otomatis.

2 31/ 2 3 3 / 1 22/ 1 2 2/ 2 21t#

-Terdapat delapan tona biasa, empat tona rendah, dan tiga tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona rendah (1)

atau nada do, dan sedikit tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

6. Tidak datang dengan mudah.

2 3 3 / 2 2 1t#

-Terdapat dua tona biasa, tiga tona tinggi, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

7. Inovasi adalah budaya.

2 33 / 2 33 / 2 31t#

-Terdapat lima tona tinggi, tiga tona biasa, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi, beberapa tona biasa (2)

atau nada re, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

25

Universitas Sumatera Utara

8. Ini cerita sedikit.

1 2 2 / 2 21t#

-Terdapat empat tona biasa dan dua tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

9. Lima tahun yang lalu, tahun pertama saya di istana, saya mengundang pejabat dan

1 2 2 / 2 2 1/ 1 2 2 / 2 2 1/ 1 22/1 2 2 / 1 22/1 22/

masyarakat untuk halal-bihalal.

1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat dua puluh tona biasa dan sepuluh tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

10. Protokol meminta saya untuk berdiri di titik itu, saya ikut.

2 33 / 2 3 3 / 2 2 1 / 1 2 1/ 1 2 1t#

-Terdapat enam tona biasa, lima tona rendah, dan empat tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona rendah (1)

atau nada do, dan sedikit tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

26

Universitas Sumatera Utara

11. Tahun pertama, saya ikut.

2 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat lima tona biasa dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

12. Tahun kedua, ada halal-bihalal lagi.

3 3 2 / 2 2 1t#

-Terdapat tiga tona biasa, dua tona tinggi, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

13. Protokol meminta saya berdiri di titik yang sama, di titik itu lagi.

3 3 3 / 2 3 3 / 1 22 / 2 2 2 /2 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat sebelas tona biasa, lima tona tinggi, dan dua tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

14. Kalau kita tidak pindah, ini akan menjadi kebiasaan, di titik itu lagi.

2 2 2 / 2 2 1 / 2 2 1 / 2 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat dua belas tona nada biasa dan tiga tona rendah.

27

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

15. Dan itu akan dianggap sebagai aturan.

3 3 3 / 3 3 2 / 2 2 1t#

-Terdapat tona lima tona tinggi, tiga tona biasa, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi, beberapa tona biasa (2)

atau nada re, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

16. Dan kalau diteruskan bahkan nantinya akan dijadikan seperti undang-undang.”

2 3 3 / 3 3 2 /2 21/ 2 2 1/ 1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat sepuluh tona biasa, empat tona rendah, dan empat tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan beberapa tona rendah

(1) atau nada do dan tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

17. Duduknya apa, berdirinya di situ terus.

3 3 2 / 3 3 3 / 3 32/2 21t#

-Terdapat tujuh tona tinggi, empat tona biasa, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi, beberapa tona biasa (2)

atau nada re, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

28

Universitas Sumatera Utara

18. Ini yang namanya monoton dan rutinitas.

122/1 2 2/ 1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat delapan tona biasa dan empat tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

19. Sekali lagi, mendobrak rutinitas adalah satu hal dan meningkatkan produktivitas

3 3 2 / 2 2 1 / 2 2 1 / 1 21/ 2 3 3 / 3 2 2 /

adalah hal lain yang menjadi prioritas kita.

1 2 2/2 3 3 /1 22/1 2 2 /1 2 2/2 21t#

-Terdapat dua puluh tona biasa, sembilan tona rendah, dan tujuh tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada mi, beberapa tona rendah (1)

atau nada do, dan sedikit tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

20. Sering kali birokrasi melaporkan bahwa program sudah dijalankan, anggaran telah

1 2 2 / 1 2 2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 2 2 1 / 3 3

di belanjakan, dan laporan akuntabilitas telah selesai.

2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 3 3 2 / 2 2 1t#

-Terdapat delapan belas tona nada biasa, delapan tona rendah, dan empat tona tinggi.

29

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona rendah (1)

atau nada do, dan sedikit tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

21. Kalau ditanya, jawabnya “Programnya sudah terlaksana, Pak.”.

1 2 2 / 1 2 2 / 2 2 2 / 2 2 2 / 1 2 1t#

-Terdapat sebelas tona nada biasa dan empat tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

22. Tetapi, setelah dicek di lapangan, setelah saya tanya ke rakyat, ternyata masyarakat

2 2 1 / 1 2 2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 2 3 3 / 3 3 2 / 1 2 2 / 2 2 2 /

belum menerima manfaat.

2 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat dua puluh tona biasa, enam tona rendah, dan empat tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona nada

rendah (1) atau nada do, dan sedikit tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

23. Ternyata rakyat belum merasakan hasilnya.

2 3 3 / 2 3 3 / 3 2 2t#

-Terdapat lima tona tinggi dan empat tona biasa.

30

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi dan sedikit tona biasa (2)

atau nada re.

-Tidak ada tona rendah (1) atau nada do dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

24. Sekali lagi, yang utama itu bukan prosesnya.

3 3 2 / 3 2 2 / 2 3 2t#

-Terdapat lima tona biasa dan empat tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona tinggi (3)

atau nada mi.

-Tidak ada tona rendah (1) atau nada do dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

25. Yang utama itu adalah hasilnya.

2 3 3 / 3 3 2 / 1 2 1t#

-Terdapat empat tona tinggi, tiga tona biasa, dan dua tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi, beberapa tona biasa (2)

atau nada re, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

26. Dan cara mengeceknya itu mudah.

1 2 2 / 2 2 1 / 2 2 1t#

-Terdapat enam tona biasa dan tiga tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

31

Universitas Sumatera Utara

27. Lihat saja ketika kita mengirim pesan melalui SMS atau WA.

1 2 1 / 2 2 1 / 1 2 1/ 1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat delapan tona biasa dan tujuh tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

28. Di situ ada sent, artinya telah terkirim.

1 2 2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 1 2 1t#

-Terdapat tujuh tona biasa dan lima tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

29. Ada delivered, artinya telah diterima.

121/ 1 2 1 / 1 2 2/ 2 2 1t#

-Terdapat enam tona biasa dan enam tona rendah.

-Intonasi yang terdengar jumlah tona biasa (2) atau nada re dan tona rendah (1) atau

nada do adalah sama.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

30. Potensi kita untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan

2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 1 2 2 /

32

Universitas Sumatera Utara

menengah sangat besar.

2 2 1 / 2 2 1t#

-Terdapat enam belas tona biasa dan lima tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

31. Saat ini, kita sedang berada di puncak bonus demografi, dimana penduduk usia

2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 / 2 2 1 / 2 2 1 / 2

produktif jauh lebih tinggi dibandingkan usia tidak produktif.

2 1 / 2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat dua puluh dua tona nada biasa dan lima tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

32. Ini adalah tantangan besar dan sekaligus juga sebuah kesempatan besar.

2 2 2 / 2 2 1 / 1 2 1 / 1 2 1 / 2 2 1t#

-Terdapat sembilan tona biasa dan enam tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

33

Universitas Sumatera Utara

33. Ini menjadi masalah besar jika kita tidak mampu menyediakan lapangan kerja.

3 3 2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat sebelas tona biasa, lima tona rendah, dan dua tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona rendah (1)

atau nada do, dan sedikit tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

34. Tapi akan menjadi kesempatan besar, peluang besar, jika kita mampu membangun

3 3 2 / 3 3 2 / 3 3 2 / 1 2 2 / 2 2 1 /

SDM yang unggul.

2 2 1t#

-Terdapat sembilan tona biasa, enam tona tinggi, dan tiga tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

35. Dan dengan didukung oleh ekosistem politik yang kondusif dan didukung oleh

121/1 2 2 / 1 2 2 / 2 21 / 1 2 2 / 1 2 2 /

ekosistem ekonomi yang kondusif.

1 2 2 / 1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat tujuh belas tona biasa dan sembilan tona rendah.

34

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

36. Yang pertama adalah pembangunan SDM.

1 2 2 / 1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat enam tona biasa dan tiga tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

37. Membangun SDM yang pekerja keras, yang dinamis.

2 2 1 / 2 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat tujuh tona biasa dan dua tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

38. Membangun SDM yang terampil, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

2 2 2 / 2 2 1 / 2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat tiga belas tona biasa dan dua tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

35

Universitas Sumatera Utara

39. Itu pun, tidak bisa diraih dengan cara-cara lama.

1 2 1 / 1 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat delapan tona biasa dan empat tona rendah

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

40. Kita perlu endowment fund yang besar untuk manajemen SDM kita.

3 3 2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 1 2 1/ 2 2 1t#

-Terdapat delapan tona biasa, lima tona rendah, dan dua tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona rendah (1)

atau nada do, dan sedikit tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

41. Kerja sama dengan industri juga penting dioptimalkan.

1 2 2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat delapan tona biasa dan empat tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

42. Dan juga penggunaan teknologi yang mempermudah jangkauan ke seluruh

1 2 1 / 1 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 / 1 2 1 /

36

Universitas Sumatera Utara

pelosok negeri.

2 2 1t#

-Terdapat sebelas tona biasa dan tujuh tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

43. Infrastruktur yang menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi,

2 2 2 / 2 3 3 / 3 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 /

yang mempermudah akses ke kawasan wisata, yang mendongkrak lapangan kerja

2 3 3 / 3 2 2 / 2 2 1 / 2 3 3 / 3 2 2 / 2

baru, yang mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat.

2 1 / 2 2 1 / 2 2 1 / 1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat dua puluh sembilan tona biasa, sembilan tona tinggi, dan tujuh tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

44. Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua undang-undang besar.

2 2 2 / 1 2 2 / 1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat sembilan tona biasa dan tiga tona rendah.

37

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

45. Yang pertama, UU Cipta Lapangan Kerja.

1 2 1 / 1 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat lima tona biasa dan empat tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

46. Yang kedua, UU Pemberdayaan UMKM.

2 3 3 / 3 2 2 / 2 2 1t#

-Terdapat lima tona biasa, tiga tona tinggi, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

47. Masing-masing UU tersebut akan menjadi omnibus law, yaitu satu UU

1 2 2 / 2 2 1 / 1 2 1 / 2 2 1 / 1 21 / 1 2 2 /

yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU.

2 3 3 / 3 3 2 / 2 2 1 / 2 2 1t#

-Terdapat enam belas tona biasa, sepuluh tona rendah, dan empat tona tinggi.

38

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona rendah (1)

atau nada do, dan sedikit tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

48. Puluhan UU yang menghambat penciptaan lapangan kerja langsung

2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 / 2 3 2 /

direvisi sekaligus.

3 2 2t#

-Terdapat lima belas tona biasa, dua tona tinggi, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

49. Pada akhirnya, yang kelima adalah transformasi ekonomi.

2 2 2 / 2 2 1 / 1 2 1 / 2 2 1t#

-Terdapat delapan tona biasa dan empat tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

4.2.2 Kalimat Imperatif

Menurut Hasan Alwi ; dkk (2010 : 361) Perintah atau suruhan dan permintaan jika ditinjau dari isinya, dapat diperinci menjadi enam golongan:

1. Perintah atau suruhan biasa jika pembicara menyuruh lawan bicaranya berbuat sesuatu;

39

Universitas Sumatera Utara

2. Perintah halus jika pembicara tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi menyuruh mencoba atau mempersilakan lawan berbicara sudi berbuat sesuatu;

3. Permohonan jika pembicara, demi kepentingannya, minta lawan bicara berbuat sesuatu;

4. Ajakan dan harapan jika pembicara mengajak atau berharap lawan bicara berbuat sesuatu;

5. Larangan atau perintah negatif, jika pembicara menyuruh agar jangan dilakukan sesuatu; dan

6. Pembiaran jika pembicara minta agar jangan dilarang.

Kalimat imperatif memiliki ciri formal seperti berikut.

1. Intonasi yang ditandai nada rendah di akhir tuturan,

2. Pemakaian partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan, permohonan, dan larangan.

3. Susunan inversi sehingga urutannya menjadi tidak selalu terungkap predikat-subjek jika diperlukan, dan

4. Pelaku tindakan tidak selalu terungkap.

Kalimat perintah (imperatif) ditandai dengan pola intonasi datar-tinggi.

Kalimat-kalimat imperatif yang terdapat pada pidato pelantikan presiden Joko Widodo periode II 2019 – 2024 adalah sebagai berikut :

1. Kita harus menuju ke sana.

222/2 22 / 2 2 1g#

40

Universitas Sumatera Utara

-Terdapat delapan tona biasa dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

2. Harus disertai kerja keras dan kita harus kerja cepat.

2 2 2 / 2 2 1 / 121/2 2 2 / 3 3 2g#

-Terdapat sepuluh tona biasa, tiga tona rendah, dan dua tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona rendah (1)

atau nada do, dan sedikit tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

3. Harus disertai kerja-kerja bangsa kita yang produktif.

3 3 3 / 2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1g#

-Terdapat delapan tona biasa, tiga tona tinggi, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

4. Dalam dunia yang penuh risiko, yang sangat dinamis, yang sangat kompetitif,

1 2 2 / 2 2 3 / 2 3 3 / 2 2 1 / 2 3 3 / 2 2 1 /

kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru.

2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 / 2 2 1g#

-Terdapat dua puluh tona biasa, lima tona rendah, dan lima tona tinggi.

41

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan tona rendah (1) atau

nada do serta tona tinggi (3) atau nada mi yang jumlahnya sama.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

5. Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas yang monoton.

1 2 1 / 2 2 1 / 2 3 3 / 3 3 2g#

-Terdapat lima tona biasa, empat tona tinggi, dan tiga tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

6. Harusnya, inovasi bukan hanya pengetahuan.

2 3 3 / 3 3 2 / 2 2 1g#

-Terdapat empat tona tinggi, empat tona biasa, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar jumlah tona tinggi (3) atau nada mi dan tona biasa (2) atau

nada re sama serta sedikit jumlah tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

7. Langsung saya bisik-bisik, saya bilang ke Mensesneg, “Pak, ayo kita pindah lokasi.

1 2 1 / 2 2 1 / 1 2 2 / 2 2 1 / 1 21 / 2 2 2 / 2 2 1g#

-Terdapat tiga belas tona biasa dan delapan tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

42

Universitas Sumatera Utara

8. Jangan lagi kerja kita berorientasi pada proses, tapi harus berorientasi pada hasil,

2 3 3 / 3 2 2 / 2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 /

hasil yang nyata.

2 2 2g#

-Terdapat tujuh belas tona biasa, tiga tona tinggi, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

9. Saya sering mengingatkan kepada para menteri, tugas kita bukan hanya membuat

2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 / 3 3 3 / 3 3 2 / 2 2 2 /

dan melaksanakan kebijakan, tetapi tugas kita adalah membuat

2 2 2 / 2 2 1 / 2 21/ 2 2 1 / 2 2 3 /

masyarakat menikmati pelayanan, menikmati pembangunan.

2 2 1 / 2 2 2 / 2 2 1 / 3 2 2g#

-Terdapat tiga puluh lima tona biasa, tujuh tona tinggi, dan enam tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

43

Universitas Sumatera Utara

10. Tugas kita itu menjamin delivered, bukan hanya menjamin sent.

3 3 3 / 3 2 2 / 2 2 2 / 3 2 2 / 2 2 1 / 121g#

-Terdapat sepuluh tona biasa, lima tona tinggi, dan tiga tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

11. Dan saya tidak mau birokrasi pekerjaannya hanya sending-sending saja.

2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 / 2 2 2 / 2 21 / 2 2 2 / 2 2 1g#

-Terdapat delapan belas tona biasa dan tiga tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

12. Saya minta dan akan saya paksa bahwa tugas birokrasi adalah making delivered.

3 3 3 / 232/ 2 3 3 / 2 3 3 / 3 3 2 / 2 2 2 / 2 2 2g#

-Terdapat sebelas tona biasa dan sepuluh tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona tinggi (3)

atau nada mi.

-Tidak ada tona rendah (1) atau nada do dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

13. Tugas birokrasi kita itu menjamin agar manfaat program itu dirasakan

3 3 3 / 2 2 3 / 3 3 2 / 2 2 2 / 2 2 1 /

44

Universitas Sumatera Utara

oleh masyarakat.

2 2 1g#

-Terdapat sepuluh tona biasa, enam tona tinggi, dan dua tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

14. Pembangunan SDM akan menjadi prioritas utama kita.

3 3 2 / 2 2 2 / 2 2 1g#

-Terdapat enam tona biasa, dua tona tinggi, dan satu tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona tinggi (3)

atau nada mi, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

15. Mengundang talenta-talenta global untuk bekerja sama dengan kita.

2 2 2 / 2 2 1 / 1 2 2 / 2 2 1g#

-Terdapat sembilan tona biasa dan tiga tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

16. Cara-cara baru harus dikembangkan.

3 3 2 / 2 2 2g#

-Terdapat empat tona biasa dan dua tona tinggi.

45

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona tinggi (3)

atau nada mi.

-Tidak ada tona rendah (1) atau nada do dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

17. Yang kedua, pembangunan infrastruktur akan kita lanjutkan.

3 3 2 / 3 3 3 / 3 3 2g#

-Terdapat tujuh tona tinggi dan dua tona biasa.

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi dan sedikit tona biasa (2)

atau nada re.

-Tidak ada tona rendah (1) atau nada do dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

18. Yang ketiga, segala bentuk kendala regulasi harus kita sederhanakan,

3 3 2 / 3 3 2 / 2 2 2 / 2 2 2 /

harus kita potong, harus kita pangkas.

2 3 3 / 2 2 2g#

-Terdapat dua belas tona biasa dan enam tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona tinggi (3)

atau nada mi.

-Tidak ada tona rendah (1) atau nada do dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

19. Puluhan Undang-Undang yang menghambat pengembangan UMKM

3 3 3 / 2 2 1 / 2 2 1 /

46

Universitas Sumatera Utara

juga akan langsung direvisi sekaligus.

2 2 1 / 2 3 1g#

-Terdapat tujuh tona biasa, empat tona tinggi, dan empat tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan jumlah tona tinggi (3)

atau nada mi dan tona rendah (1) atau nada do sama.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

20. Yang keempat, penyederhanaan birokrasi harus terus kita lakukan besar-besaran.

2 2 1 / 1 2 2 / 2 2 1 / 3 2 2 / 2 2 2g#

-Terdapat sebelas tona biasa, tiga tona rendah, dan satu tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re, beberapa tona rendah (1)

atau nada do, dan sedikit tona tinggi (3) atau nada mi.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

21. Investasi untuk penciptaan lapangan kerja harus diprioritaskan.

3 3 3 / 3 3 3 / 3 3 2g#

-Terdapat delapan tona tinggi dan satu tona biasa.

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi dan sedikit tona biasa (2)

atau nada re.

-Tidak ada tona rendah (1) atau nada do dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

22. Prosedur yang panjang harus dipotong.

2 2 2 / 2 3 3 / 2 2 2g#

-Terdapat tujuh tona biasa dan dua tona tinggi.

47

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona tinggi (3)

atau nada mi.

-Tidak ada tona rendah (1) atau nada do dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

23. Birokrasi yang panjang harus kita pangkas.

2 2 2 / 2 3 3 / 2 2 2g#

-Terdapat tujuh tona biasa dan dua tona tinggi.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona tinggi (3)

atau nada mi.

-Tidak ada tona rendah (1) atau nada do dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

24. Eselonisasi harus disederhanakan.

3 3 2 / 2 3 3g#

-Terdapat empat tona tinggi dan dua tona biasa.

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi dan sedikit tona biasa (2)

atau nada re.

-Tidak ada tona rendah (1) atau nada do dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

25. Saya akan minta untuk disederhanakan menjadi 2 level saja, diganti dengan jabatan

221 /2 3 3 / 2 3 3 / 2 3 3 / 3 3 3 / 3 3 3 /

fungsional yang menghargai keahlian, yang menghargai kompetensi.

3 3 3 / 3 3 2 / 2 3 3 / 3 3 2g#

-Terdapat dua puluh satu tona nada tinggi, delapan tona biasa, dan satu tona rendah.

48

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi, beberapa tona biasa (2)

atau nada re, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

26. Saya juga minta kepada para menteri, para pejabat, para birokrat, agar serius

2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 /

menjamin tercapainya tujuan program pembangunan.

2 2 1 / 2 2 2 / 2 2 1g#

-Terdapat dua puluh satu tona biasa dan tiga tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

27. Bagi yang tidak serius, saya tidak akan memberi ampun.

2 2 2 / 2 2 1 / 121 / 2 2 2 / 2 2 1g#

-Terdapat sebelas tona biasa dan empat tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

28. Saya pastikan, sekali lagi saya pastikan, pasti akan saya copot.

3 3 3 / 3 3 2 / 3 3 3 / 232 / 2 2 1g#

-Terdapat sembilan tona tinggi, lima tona biasa, dan satu tona rendah.

49

Universitas Sumatera Utara

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi, beberapa tona biasa (2)

atau nada re, dan sedikit tona rendah (1) atau nada do.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

29. Kita harus bertransformasi dari ketergantungan pada sumber daya alam

2 2 2 / 1 2 2 / 2 2 2 / 2 2 1 /

menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah

2 2 2 / 2 2 1 / 2 2 1 / 2 2 1 / 2 2 2 /

tinggi bagi kemakmuran bangsa, demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

1 22 / 2 21/ 1 2 2 / 2 2 1 / 2 2 2 / 2 1 1 / 1 2 1g#

-Terdapat tiga puluh lima tona biasa dan tiga belas tona rendah.

-Intonasi yang terdengar banyak tona biasa (2) atau nada re dan sedikit tona rendah

(1) atau nada do.

-Tidak ada tona tinggi (3) atau nada mi dan tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

4.2.3 Kalimat Interogatif

Kalimat interogatif, yang juga dikenal dengan nama kalimat tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, mengapa, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel – kah sebagai penegas. Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda tanya (?) pada bahasa tulis dan pada bahasa lisan dengan suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun. Bentuk kalimat interogatif biasanya digunakan untuk meminta

(1) jawaban “ya” atau “tidak”, atau (2) informasi mengenai sesuatu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca. Ada empat cara untuk membentuk kalimat interogatif dari kalimat

50

Universitas Sumatera Utara

deklaratif: (1) dengan menambah partikel penanya apa, yang harus dibedakan dan kata tanya apa, (2) dengan membalikkan susunan kata, (3) dengan menggunakan kata bukan(kah) atau tidak(kah), dan (4) dengan mengubah intonasi menjadi naik (Alwi. H ; dkk, 2010 : 366).

Kalimat tanya (interogatif) ditandai dengan pola intonasi datar-naik.

Kalimat interogatif yang terdapat pada pidato pelantikan presiden Joko Widodo periode II

2019 – 2024 adalah sebagai berikut :

1. Eselon satu, eselon dua, eselon tiga, eselon empat, apa enggak kebanyakan?

3 31/ 3 31/ 3 31/ 3 31/ 3 31/ 3 31/ 2 31/ 2 3 1/ 1 3 2 / 2 3 3n#

-Terdapat tujuh belas tona tinggi, sembilan tona rendah, dan empat tona biasa.

-Intonasi yang terdengar banyak tona tinggi (3) atau nada mi, beberapa tona rendah

(1) atau nada do, dan sedikit tona biasa (2) atau nada re.

-Tidak ada tona sangat tinggi (4) atau nada fa.

4.3 Ritme Kalimat Dilihat dari Struktur Kalimat Dasar.

Pengertian ritme, kita berbicara tentang ritme jika kita membahas pola pemberian aksen pada kata dalam untaian tuturan (kalimat). Bahasa Indonesia mengikuti ritme yang berdasarkan jumlah suku kata: makin banyak suku kata, makin lama pula waktu untuk pelafalannya. (Kudadiri, A. 2016 : 53).

Yang dimaksud dengan kalimat dasar adalah kalimat yang (i) terdiri atas satu klausa, (ii) unsur-unsurnya lengkap, (iii) susunan unsur-unsurnya menurut urutan yang paling umum, dan (iv) tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dengan kata lain, kalimat dasar di sini identik dengan kalimat tunggal deklaratif afirmatif yang urutan unsur-unsurnya paling lazim. (Alwi, H. Dardjowidjojo, S. Lapowila, H. & Moeliono Anton, M. 2010 : 326)

51

Universitas Sumatera Utara

Kalimat berstruktur Kalimat Dasar yang terdapat pada pidato pelantikan presiden Joko

Widodo periode II 2019 – 2024 adalah sebagai berikut :

1. Itulah target kita.

2. Inovasi adalah budaya.

3. Itulah target kita bersama.

4. Kita harus menuju ke sana.

5. Prosedur yang panjang harus dipotong.

6. Yang utama itu adalah hasilnya.

7. Eselonisasi harus disederhanakan.

8. Yang pertama adalah pembangunan SDM.

9. Yang kelima adalah transformasi ekonomi.

10. Investasi untuk penciptaan lapangan kerja harus diprioritaskan.

11. Kita perlu endowment fund yang besar untuk manajemen SDM kita.

12. Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua undang-undang besar.

13. Puluhan UU yang menghambat penciptaan lapangan kerja langsung direvisi sekaligus.

14. Potensi kita untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah sangat besar.

15. Puluhan UU yang menghambat pengembangan UMKM juga akan langsung direvisi

sekaligus.

16. Tugas birokrasi kita itu menjamin agar manfaat program itu dirasakan oleh masyarakat.

Pada keenam belas kalimat di atas, kalimat yang paling singkat dilafalkan adalah kalimat pertama dan kalimat yang paling lama dilafalkan adalah kalimat keenam belas. Penentuan singkat lama nya suatu lafal kalimat ditentukan berdasarkan jumlah suku kata.

Pada kalimat pertama memiliki 7 jumlah suku kata.

1. I-tu-lah tar-get ki-ta.

Pada kalimat kedua memiliki 10 jumlah suku kata.

52

Universitas Sumatera Utara

2. I-no-va-si a-da-lah bu-da-ya.

Pada kalimat ketiga memiliki 10 jumlah suku kata.

3. I-tu-lah tar-get ki-ta ber-sa-ma.

Pada kalimat keempat memiliki 10 jumlah suku kata.

4. Ki-ta ha-rus me-nu-ju ke sa-na.

Pada kalimat kelima memiliki 11 jumlah suku kata.

5. Pro-se-dur yang pan-jang ha-rus di-po-tong.

Pada kalimat keenam memiliki 12 jumlah suku kata.

6. Yang u-ta-ma i-tu a-da-lah ha-sil-nya.

Pada kalimat ketujuh memiliki 14 jumlah suku kata

7. E-se-lo-ni-sa-si ha-rus di-se-der-ha-na-kan.

Pada kalimat kedelapan memiliki 14 jumlah suku kata

8. Yang per-ta-ma a-da-lah pem-bang-un-an s-d-m.

Pada kalimat kesembilan memiliki 15 jumlah suku kata

9. Yang ke-li-ma a-da-lah trans-for-ma-si e-ko-no-mi.

Pada kalimat kesepuluh memiliki 22 jumlah suku kata

10. In-ves-ta-si un-tuk pen-cip-ta-an la-pang-an ker-ja ha-rus di-pri-ori-tas-kan.

Pada kalimat kesebelas memiliki 23 jumlah suku kata

11. Ki-ta per-lu en-dow-ment fu-nd yang be-sar un-tuk ma-na-je-men s-d-m ki-ta.

Pada kalimat kedua belas memiliki 26 jumlah suku kata

12. Pe-me-rin-tah a-kan meng-a-jak d-p-r un-tuk me-ner-bit-kan du-a un-dang un-dang be- sar.

Pada kalimat ketiga belas memiliki 28 jumlah suku kata

13. Pu-lu-han u-u yang meng-ham-bat pen-cip-ta-an la-pang-an ker-ja lang-sung di-re-vi-si se-ka-li-gus.

53

Universitas Sumatera Utara

Pada kalimat keempat belas memiliki 30 jumlah suku kata

14. Po-ten-si ki-ta un-tuk ke-lu-ar da-ri je-ba-kan ne-ga-ra ber-peng-ha-si-lan me-neng-ah sang-at be-sar.

Pada kalimat kelima belas memiliki 31 jumlah suku kata

15. Pu-lu-han u-u yang meng-ham-bat peng-em-bang-an u-m-k-m ju-ga a-kan lang-sung di- re-vi-si se-ka-li-gus.

Pada kalimat keenam belas memiliki 32 jumlah suku kata

16. Tu-gas bi-ro-kra-si ki-ta i-tu men-ja-min a-gar man-fa-at pro-gram i-tu di-ra-sa-kan o- leh ma-sya-ra-kat.

54

Universitas Sumatera Utara

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Intonasi yang terdapat dalam pidatonya, Jokowi banyak menggunakan nada tegas dan lembut yang telah menjadi ciri khas beliau sebagai pemimpin negara sama seperti periode sebelumnya dimana ia juga menjabat sebagai pemimpin negara berpasangan dengan bapak

Yusuf Kalla. Penyampaian bapak Joko Widodo yang tenang menunjukan gaya kepemimpinannya yang stabil dan jelas demi mencapai target – target pemerintahan setiap tahun ia menjabat. Pada setiap kalimat – kalimat yang ia sampaikan hanya sedikit mengandung janji – janji dan lebih menekankan kepada ajakan bersama masyarakat dan para pejabat – pejabat tinggi negara untuk mencapai target – target jelas.

Sama sekali tidak terdapat tona sangat tinggi (4) atau nada fa dan hampir semua kalimat mengandung tona biasa (2) atau nada re pada pidato Joko Widodo. Hal tersebut menjadi hal yang lumrah karena pada dasarnya gaya berbicara bapak Joko Widodo yang tenang, membuat pembawaannya dalam berpidato juga tenang tetapi juga tegas.

2. Ritme pada pidato pelantikan presiden Joko Widodo periode II 2019-2024 hanya sedikit terdapat struktur kalimat dasar dan lebih banyak kalimat-kalimat yang mengandung struktur kalimat yang memiliki lebih dari satu klausa seperti terdapatnya induk kalimat dan anak kalimat, kalimat minor dan kalimat mayor, dsb.

5.2 Saran

1. Pidato politik memiliki kajian yang luas yang menyangkut berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Penelitian ini lebih menekankan kepada pengetahuan mengenai

55

Universitas Sumatera Utara

intonasi dan ritme sehingga baik untuk dijadikan sebagai salah satu referensi penelitian dengan kajian lainnya seperti analisis wacana, semantik, morfologi, dan khususnya pada kajian fonologi untuk memahami motif di balik penyampaiannya.

2. Salah satu kelemahan dari penelitian ini yang ke depannya dapat menjadi fokus pertimbangan untuk penelitian berikutnya adalah objek penelitian berupa teks pidato yang menyangkut aspek kehidupan bernegara yang sangat luas, dan tidak bisa hanya dipandang dari satu aspek saja menjadikan penelitian ini mempunyai beragam macam asumsi makna di balik berbagai istilah yang bersifat interpretatif.

56

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Afriani, S, H. 2017. ANALISIS UJI PERSEPSI: Intonasi Kalimat Perintah Bahasa

Indonesia oleh Penutur Bahasa Jepang. (Jurnal) Vol.15 No.01. Tamaddun.

Alwi, H, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi III cetakan ke-8. Balai

Pustaka. Jakarta.

Halim, A. 1984. Intonasi Dalam Hubungannya Dengan Sintaksis Bahasa Indonesia.

Djambatan. Jakarta

Karomani. 2011. Keterampilan Berbicara. Matabaca. Ciputat Tangerang Selatan.

https://www.silabus.web.id/pidato/ . (online) diakses 27 November 2019.

Kudadiri, A. 2016. Fonologi Bahasa Indonesia I. Diktat. Medan.

Lapoliwa, H. 1988. Pengantar Fonologi I : Fonetik. Cetakan ke-1. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Mahsun. 2017. Metode Penelitian Bahasa “Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya”.

Edisi I Cetakan ke-9. Rajawali Pers. Depok.

Maulidah, N. 2016. Intonasi Ceramah KH Achmad Choirul Muchlis. (Skripsi). Surabaya.

Muslich, M. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia “Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi

Bahasa Indonesia”. Edisi I cetakan ke-2. Bumi Aksara. Jakarta.

Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik – Kualitatif. Tarsito. Bandung.

Ridho, M. 2017. Intonasi Agitatif dalam Pidato Soekarno. (Jurnal). Vol.01 No.01. 0 - 216.

Ritonga, P. 2018. Bahasa Indonesia Praktis. Bartong Jaya. Medan.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana

Kebudayaan Secara Linguistis. Cetakan ke-1. Sanata Dharma University Press.

Yogyakarta.

Suhandang, K. 2009. Retorika : Strategi, Teknik dan Taktik Berpidato. Cetakan ke-1.

57

Universitas Sumatera Utara

Nuansa. Bandung.

Sumiati, S. 2011. Nilai Religiusitas Pada Dua Puisi Karya Abdul Hadi W.M. (Puisi Tuhan

Kita Begitu Dekat dan Puisi Meditasi). (Skripsi). Jakarta.

Suwiryo, A. I. 2008. Tuturan Bermakna Perintah Berdasarkan Intonasi Imperatif, Deklaratif,

dan Interogatif dalam Komedi Situasi Office Boy. (Skripsi). Depok.

Tantawi, I. 2014. Bahasa Indonesia Akademik. Ciptapustaka Media. Bandung.

Wikipedia. 2020. Joko Widodo. https://id.wikipedia.org/wiki/Joko_Widodo# . (online)

diakses 21 September 2020

Yuhesdi, L, dkk. 2019. Rethorika Khatib Dalam Penyampaian Khutbah Jumat. (Jurnal).

Vol.02 No.02. Al-Hikmah.

58

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

~

PIDATO PRESIDEN RI

PADA SIDANG PARIPURNA MPR RI

DALAM RANGKA

PELANTIKAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TERPILIH

PERIODE 2019-2024

Jakarta, 20 Oktober 2019

Bismillahirrahmanirrahim...

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Om Swastyastu, Namo Buddhaya,

Salam Kebajikan.

Yang saya hormati para Pimpinan dan seluruh anggota MPR RI;

Yang saya hormati Bapak Prof Dr KH Ma’ruf Amin, Wakil Presiden Republik Indonesia;

Yang saya hormati Ibu Hj Megawati Soekarnoputeri, Presiden ke-5 Republik Indonesia;

Yang saya hormati Bapak Prof Dr Soesilo Bambang Yudhoyono, Presiden ke-6 Republik

Indonesia;

Yang saya hormati Bapak Hamzah Haz, Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia;

Yang saya hormati Bapak Prof Dr Boediono, Wakil Presiden ke-11 Republik Indonesia;

59

Universitas Sumatera Utara

Yang saya hormati Bapak Muhammad Jusuf Kalla, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik

Indonesia;

Yang mulia yang saya hormati kepala negara dan pemerintahan serta utusan khusus dari negara-negara sahabat;

Yang saya hormati para pimpinan lembaga-lembaga tinggi negara;

Dan tentu saja, sahabat baik saya, Bapak Prabowo Subianto dan Bapak Sandiaga Uno, para tamu yang saya hormati;

Bapak, Ibu, Saudara-Saudara sebangsa dan se-Tanah Air,

Mimpi kita, cita-cita kita, di tahun 2045, pada satu abad Indonesia merdeka, mestinya Insya

Allah Indonesia telah keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah, Indonesia telah menjadi negara maju dengan pendapatan menurut hitung-hitungan Rp 320 juta per kapita per tahun atau Rp 27 juta per kapita per bulan.

Itulah target kita. Itulah target kita bersama.

Mimpi kita di tahun 2045, Produk Domestik Bruto Indonesia mencapai 7 triliun dollar AS dan Indonesia sudah masuk 5 besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen.

Kita harus menuju ke sana.

Kita sudah hitung-hitung, kita sudah kalkulasi. Target tersebut sangat masuk akal dan sangat memungkinkan untuk kita capai.

60

Universitas Sumatera Utara

Namun, semua itu tidak datang otomatis. Tidak datang dengan mudah. Harus disertai kerja keras dan kita harus kerja cepat. Harus disertai kerja-kerja bangsa kita yang produktif.

Dalam dunia yang penuh risiko, yang sangat dinamis, yang sangat kompetitif, kita harus terus mengembangkan cara-cara baru, nilai-nilai baru. Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas yang monoton.

Harusnya, inovasi bukan hanya pengetahuan. Inovasi adalah budaya.

Ini cerita sedikit. Lima tahun yang lalu, tahun pertama saya di istana, saya mengundang pejabat dan masyarakat untuk halal-bihalal. Protokol meminta saya untuk berdiri di titik itu, saya ikut. Tahun pertama, saya ikut.

Tahun kedua, ada halal-bihalal lagi. Protokol meminta saya berdiri di titik yang sama, di titik itu lagi.

Langsung saya bisik-bisik, saya bilang ke Mensesneg, “Pak, ayo kita pindah lokasi. Kalau kita tidak pindah, ini akan menjadi kebiasaan, di titik itu lagi. Dan itu akan dianggap sebagai aturan. Dan kalau diteruskan bahkan nantinya akan dijadikan seperti undang-undang.”

Duduknya apa, berdirinya di situ terus. Ini yang namanya monoton dan rutinitas.

Sekali lagi, mendobrak rutinitas adalah satu hal dan meningkatkan produktivitas adalah hal lain yang menjadi prioritas kita. Jangan lagi kerja kita berorientasi pada proses, tapi harus berorientasi pada hasil, hasil yang nyata.

61

Universitas Sumatera Utara

Saya sering mengingatkan kepada para menteri, tugas kita bukan hanya membuat dan melaksanakan kebijakan, tetapi tugas kita adalah membuat masyarakat menikmati pelayanan, menikmati pembangunan.

Sering kali birokrasi melaporkan bahwa program sudah dijalankan, anggaran telah dibelanjakan, dan laporan akuntabilitas telah selesai.

Kalau ditanya, jawabnya “Programnya sudah terlaksana, Pak.” Tetapi, setelah dicek di lapangan, setelah saya tanya ke rakyat, ternyata masyarakat belum menerima manfaat.

Ternyata rakyat belum merasakan hasilnya.

Sekali lagi, yang utama itu bukan prosesnya. Yang utama itu adalah hasilnya.

Dan cara mengeceknya itu mudah. Lihat saja ketika kita mengirim pesan melalui SMS atau

WA. Di situ ada sent, artinya telah terkirim. Ada delivered, artinya telah diterima. Tugas kita itu menjamin delivered, bukan hanya menjamin sent.

Dan saya tidak mau birokrasi pekerjaannya hanya sending-sending saja. Saya minta dan akan saya paksa bahwa tugas birokrasi adalah making delivered. Tugas birokrasi kita itu menjamin agar manfaat program itu dirasakan oleh masyarakat.

~

Para hadirin dan seluruh rakyat Indonesia yang saya banggakan,

62

Universitas Sumatera Utara

Potensi kita untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah sangat besar. Saat ini, kita sedang berada di puncak bonus demografi, di mana penduduk usia produktif jauh lebih tinggi dibandingkan usia tidak produktif.

Ini adalah tantangan besar dan sekaligus juga sebuah kesempatan besar. Ini menjadi masalah besar jika kita tidak mampu menyediakan lapangan kerja.

Tapi akan menjadi kesempatan besar, peluang besar, jika kita mampu membangun SDM yang unggul. Dan dengan didukung oleh ekosistem politik yang kondusif dan didukung oleh ekosistem ekonomi yang kondusif.

Oleh karena itu, lima tahun ke depan yang ingin kita kerjakan:

Yang pertama adalah pembangunan SDM. Pembangunan SDM akan menjadi prioritas utama kita.

Membangun SDM yang pekerja keras, yang dinamis. Membangun SDM yang terampil, yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengundang talenta-talenta global untuk bekerja sama dengan kita.

Itu pun, tidak bisa diraih dengan cara-cara lama. Cara-cara baru harus dikembangkan. Kita perlu endowment fund yang besar untuk manajemen SDM kita.

Kerja sama dengan industri juga penting dioptimalkan. Dan juga penggunaan teknologi yang mempermudah jangkauan ke seluruh pelosok negeri.

63

Universitas Sumatera Utara

Yang kedua, pembangunan infrastruktur akan kita lanjutkan.

Infrastruktur yang menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi, yang mempermudah akses ke kawasan wisata, yang mendongkrak lapangan kerja baru, yang mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat.

Yang ketiga, segala bentuk kendala regulasi harus kita sederhanakan, harus kita potong, harus kita pangkas.

Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua undang-undang besar. Yang pertama, UU Cipta Lapangan Kerja. Yang kedua, UU Pemberdayaan UMKM.

Masing-masing UU tersebut akan menjadi omnibus law, yaitu satu UU yang sekaligus merevisi beberapa UU, bahkan puluhan UU.

Puluhan UU yang menghambat penciptaan lapangan kerja langsung direvisi sekaligus.

Puluhan UU yang menghambat pengembangan UMKM juga akan langsung direvisi sekaligus.

Yang keempat, penyederhanaan birokrasi harus terus kita lakukan besar-besaran.

Investasi untuk penciptaan lapangan kerja harus diprioritaskan. Prosedur yang panjang harus dipotong.

64

Universitas Sumatera Utara

Birokrasi yang panjang harus kita pangkas. Eselonisasi harus disederhanakan. Eselon I, eselon II, eselon III, eselon IV, apa enggak kebanyakan?

Saya akan minta untuk disederhanakan menjadi 2 level saja, diganti dengan jabatan fungsional yang menghargai keahlian, yang menghargai kompetensi.

Saya juga minta kepada para menteri, para pejabat, para birokrat, agar serius menjamin tercapainya tujuan program pembangunan.

Bagi yang tidak serius, saya tidak akan memberi ampun. Saya pastikan, sekali lagi saya pastikan, pasti akan saya copot.

Pada akhirnya, yang kelima adalah transformasi ekonomi.

Kita harus bertransformasi dari ketergantungan pada sumber daya alam menjadi daya saing manufaktur dan jasa modern yang mempunyai nilai tambah tinggi bagi kemakmuran bangsa, demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

~

Para hadirin dan seluruh rakyat Indonesia yang saya muliakan,

Pada kesempatan yang bersejarah ini, perkenankan saya atas nama pribadi, atas nama

Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, dan atas nama seluruh rakyat Indonesia, menyampaikan

65

Universitas Sumatera Utara

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Drs Muhammad Jusuf Kalla yang telah bahu-membahu menjalankan pemerintahan selama 5 tahun terakhir.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada seluruh lembaga-lembaga negara, kepada jajaran aparat pemerintah, TNI dan Polri, serta seluruh komponen bangsa yang turut mengawal pemerintahan selama 5 tahun ini, sehingga dapat berjalan dengan baik.

Mengakhiri pidato ini, saya mengajak bapak, ibu, saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah

Air untuk bersama-sama berkomitmen:

Pura babbara’ sompekku…

Pura tangkisi’ golikku…

Layarku sudah terkembang…

Kemudiku sudah terpasang…

Kita bersama, menuju Indonesia maju!!!

Terima kasih,

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Semoga Tuhan Memberkati,

Om Shanti Shanti Shanti Om,

Namo Buddhaya,

Salam kebajikan.

~

66

Universitas Sumatera Utara

LATAR BELAKANG JOKO WIDODO

Masa Kecil dan Keluarga

Joko Widodo lahir dari pasangan Widjiatno Notomihardjo dan Sudjiatmi. Ia merupakan anak sulung dan putra satu-satunya dari empat bersaudara. Ia memiliki tiga orang adik perempuan bernama Iit Sriyantini, Ida Yati, dan Titik Relawati. Ia sebenarnya memiliki seorang adik laki-laki bernama Joko Lukito, tetapi meninggal saat persalinan. Sebelum berganti nama, Joko Widodo memiliki nama kecil Mulyono. Ayahnya berasal dari

Karanganyar, sementara kakek dan neneknya berasal dari sebuah desa di Boyolali.

Pendidikannya diawali dengan masuk SD Negeri 112 Tirtoyoso yang dikenal sebagai sekolah untuk kalangan menengah ke bawah.

Dengan kesulitan hidup yang dialami, ia terpaksa berdagang, mengojek payung, dan jadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan sehari-hari. Saat anak- anak lain ke sekolah dengan sepeda, ia memilih untuk tetap berjalan kaki. Mewarisi keahlian bertukang kayu dari ayahnya, ia mulai bekerja sebagai penggergaji di umur 12 tahun. Jokowi kecil telah mengalami penggusuran rumah sebanyak tiga kali. Penggusuran yang dialaminya sebanyak tiga kali pada masa kecil mempengaruhi cara berpikirnya dan kepemimpinannya kelak setelah menjadi Wali Kota Surakarta saat harus menertibkan permukiman warga.

Setelah lulus SD, ia kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Surakarta. Ketika ia lulus SMP, ia sempat ingin masuk ke SMA Negeri 1 Surakarta, namun gagal sehingga pada akhirnya ia masuk ke SMA Negeri 6 Surakarta.

Jokowi menikah dengan Iriana di Solo, tanggal 24 Desember 1986, dan memiliki 3 orang anak, yaitu Gibran Rakabuming Raka (1988), Kahiyang Ayu (1991), dan Kaesang Pangarep

(1995).

67

Universitas Sumatera Utara

Masa Kuliah dan Berwirausaha

Dengan kemampuan akademis yang dimiliki, ia diterima di Jurusan Kehutanan, Fakultas

Kehutanan Universitas Gajah Mada. Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk belajar struktur kayu, pemanfaatan, dan teknologinya. Ia berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan judul skripsi "Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya

Surakarta". Selain kuliah, ia juga tercatat aktif sebagai anggota Mapala Silvagama.

Setelah lulus pada 1985, ia bekerja di BUMN PT Kertas Kraft Aceh, dan ditempatkan di area Hutan Pinus Merkusii di Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Namun ia merasa tidak betah dan pulang menyusul istrinya yang sedang hamil tujuh bulan. Ia bertekad berbisnis di bidang kayu dan bekerja di usaha milik pamannya, Miyono, di bawah bendera CV Roda Jati.

Pada tahun 1988, ia memberanikan diri membuka usaha sendiri dengan nama CV Rakabu, yang diambil dari nama anak pertamanya. Usahanya sempat berjaya dan juga naik turun karena tertipu pesanan yang akhirnya tidak dibayar. Namun pada tahun 1990 ia bangkit kembali dengan pinjaman modal Rp30 juta dari Ibunya.

Usaha ini membawanya bertemu Micl Romaknan, yang akhirnya memberinya panggilan yang populer hingga kini, "Jokowi". Dengan kejujuran dan kerja kerasnya, ia mendapat kepercayaan dan bisa berkeliling Eropa yang membuka matanya. Pengaturan kota yang baik di Eropa menjadi inspirasinya untuk diterapkan di Solo dan menginspirasinya untuk memasuki dunia politik. Ia ingin menerapkan kepemimpinan manusiawi dan mewujudkan kota yang bersahabat untuk penghuninya yaitu daerah Surakarta.

68

Universitas Sumatera Utara

Kiprah Politik

Wali Kota Surakarta

Pada pilkada kota Solo pada tahun 2005, Jokowi diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan (PDI-P) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk maju sebagai calon wali kota Surakarta. Ia berhasil memenangkan pemilihan tersebut dengan persentase suara sebesar

36,62%. Setelah terpilih, dengan berbagai pengalaman pada masa muda, ia mengembangkan

Solo yang sebelumnya buruk penataannya dan menghadapi berbagai penolakan masyarakat untuk ditertibkan. Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian di universitas dalam dan luar negeri. Salah satunya adalah kemampuan komunikasi politik Jokowi yang berbeda dengan kebanyakan gaya komunikasi politik pemimpin lain pada masa itu, yang menjadi kajian riset mahasiswa pascasarjana Universitas Indonesia.

Di bawah kepemimpinannya, bus Batik Solo Trans diperkenalkan, berbagai kawasan seperti Jalan Slamet Riyadi dan Ngarsopuro diremajakan, dan Solo menjadi tuan rumah berbagai acara internasional. Selain itu, Jokowi juga dikenal akan pendekatannya dalam merelokasi pedagang kaki lima yang "memanusiakan manusia". Berkat pencapaiannya ini, pada tahun 2010, ia terpilih lagi sebagai Wali Kota Surakarta dengan suara melebihi 90%.

Kemudian, pada tahun 2012, ia dicalonkan oleh PDI-P sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta

Pilkada 2012

Jokowi diminta secara pribadi oleh Jusuf Kalla untuk mencalonkan diri sebagai Gubernur

DKI Jakarta pada Pilgub DKI tahun 2012. Karena merupakan kader PDI Perjuangan, maka

Jusuf Kalla meminta dukungan dari Megawati Soekarnoputri, yang awalnya terlihat masih ragu. Sementara itu, Prabowo Subianto dari Partai Gerindra juga melobi PDI Perjuangan agar

69

Universitas Sumatera Utara

bersedia mendukung Jokowi sebagai calon gubernur karena membutuhkan 9 kursi lagi untuk bisa mengajukan calon gubernur. Sebagai wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu menjadi anggota DPR dicalonkan mendampingi Jokowi. Pasangan ini awalnya tidak diunggulkan. Hal ini terlihat dari klaim calon pertama yang diperkuat oleh Lingkaran Survei

Indonesia bahwa pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli akan memenangkan pilkada dalam 1 putaran. Namun hasil pilgub putaran pertama dari KPU memperlihatkan Jokowi memimpin dengan 42,6% suara, sementara Fauzi Bowo di posisi kedua dengan 34,05% suara.

Pasangan ini berbalik diunggulkan memenangi pemilukada DKI 2012 karena kedekatan

Jokowi dengan Hidayat Nur Wahid saat pilkada Wali Kota Solo 2010 serta pendukung Faisal

Basri dan Alex Noerdin dari hasil survei cenderung beralih kepadanya. Namun keadaan berbalik setelah partai-partai pendukung calon lainnya di putaran pertama malah menyatakan dukungan kepada Fauzi Bowo. Jokowi akhirnya mendapat dukungan dari tokoh-tokoh penting seperti Misbakhun dari PKS, Jusuf Kalla dari Partai , Indra J Piliang dari

Partai Golkar, serta Romo Heri yang merupakan adik ipar Fauzi Bowo.

Pertarungan politik juga merambah ke media sosial dengan peluncuran Jasmev, pembentukan media center, serta pemanfaatan media baru seperti Youtube. Putaran kedua juga diwarnai tudingan kampanye hitam yang antara lain berkisar dalam isu SARA, isu kebakaran yang disengaja, korupsi, dan politik transaksional. Pada 29 September 2012,

KPUD DKI Jakarta menetapkan pasangan Jokowi - Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI yang baru untuk masa bakti 2012–2017 menggantikan Fauzi Bowo - Prijanto.

Kebijakan

Kebijakan Joko Widodo selama menjabat Gubernur DKI Jakarta banyak yang bersifat populis, seperti Kampung Deret, Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar. Namun

70

Universitas Sumatera Utara

beberapa juga mendatangkan keberatan masyarakat, seperti dalam perbaikan saluran air, peremajaan bus kecil, dan sterilisasi jalur busway.

Di awal menjabat, ia mendahulukan program bantuan sosial melalui Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar, dan setelah mendapat kendali atas APBD, menjalankan pembenahan saluran air di DKI Jakarta melalui program JEDI. Beberapa program transportasi warisan pemerintahan sebelumnya seperti 6 Ruas Tol dan Monorel terhambat.

Sebaliknya, ia berkonsentrasi kepada transportasi massal MRT Jakarta, penambahan armada

Transjakarta, dan peremajaan bus kecil. Ia juga mengupayakan pengambilalihan pengelolaan

Sumber Daya Air melalui akuisisi Aetra dan Palyja.

Ia berperan dalam mengurangi diskriminasi dan nepotisme dalam jenjang karier Pegawai

Negeri Sipil di DKI Jakarta melalui penerapan lelang jabatan. Sebagai salah satu dampaknya adalah terpilihnya pejabat dari kalangan minoritas yang mendapat penolakan masyarakat.

Misalnya dalam kasus Lurah Susan. Jokowi menyatakan dukungan bagi Lurah Susan.

Pada masa pemerintahannya pula, DKI Jakarta mengadakan beberapa event kreatif seperti

Jakarta Night Festival, Pesta rakyat, dan Festival Keraton Sedunia. Ia juga memperbaiki kebersihan lingkungan di Jakarta, antara lain dengan melarang atraksi Topeng Monyet.

Kepresidenan

Pilpres 2014

Setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, popularitas Jokowi melejit berkat rekam jejaknya yang baik dan pendekatannya yang membumi dan pragmatis, seperti yang ditunjukkan melalui program "blusukan" untuk memeriksa keadaan di lapangan secara langsung. Akibatnya, Jokowi merajai survei-survei calon presiden dan menyingkirkan kandidat lainnya, sehingga muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden. Selama

71

Universitas Sumatera Utara

berbulan-bulan wacana tersebut menjadi tidak pasti karena pencalonan Jokowi di PDI-P harus disetujui oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, dan ia menegaskan baru akan menentukan calon setelah pemilihan umum legislatif pada bulan April. Namun, pada tanggal 14 Maret 2014, Megawati akhirnya menulis langsung surat mandat kepada Jokowi untuk menjadi calon presiden, dan Jokowi mengumumkan bahwa ia bersedia dan siap melaksanakan mandat tersebut untuk maju sebagai calon presiden Republik Indonesia dalam pemilihan umum presiden Indonesia 2014. Selepas pengumuman ini, IHSG dan rupiah naik nilainya, yang dikaitkan dengan sentimen positif investor terhadap berita tersebut.

Pada tanggal 19 Mei 2014, Jokowi mengumumkan bahwa Jusuf Kalla akan menjadi calon wakil presidennya. Pencalonan tersebut didukung oleh koalisi Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan, Partai NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Hanura. Pada hari yang sama, Jokowi dan Jusuf Kalla secara resmi mendaftar di Komisi Pemilihan Umum.

Setelah mendengar hasil hitung cepat dari berbagai lembaga survei, Jokowi menyatakan kemenangan pada 9 Juli. Namun, lawannya, Prabowo Subianto juga menyatakan kemenangan, membingungkan warga Indonesia. Pada 22 Juli, beberapa jam sebelum pengumuman hasil pilpres, Prabowo mengundurkan diri dari pilpres. KPU pun mengumumkan kemenangan Jokowi berjam-jam kemudian. KPU menyatakan Jokowi menang dengan 53,15% suara (70.997.859 pemilih), sementara Prabowo mendapatkan

46,85% (62.576.444 suara), meskipun kubu Prabowo membantah total ini.

Setelah kemenangannya, Jokowi menyatakan bahwa, tumbuh di bawah rezim Orde Baru yang otoriter dan korup, ia tidak pernah menyangka seseorang dengan latar belakang kelas bawah bisa menjadi presiden. The New York Times melaporkan dia mengatakan "sekarang, ini sangat mirip dengan Amerika, ya? Ada impian Amerika, dan di sini kita memiliki impian

Indonesia". Jokowi adalah presiden Indonesia pertama yang tidak berasal dari militer atau

72

Universitas Sumatera Utara

elite politik, dan menurut komentator politik Salim Said, rakyat memandang Jokowi sebagai

"seseorang yang merupakan tetangga kita, yang memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan mencalonkan diri sebagai presiden".

Kebijakan

Jokowi memulai masa kepresidenannya dengan meluncurkan Kartu Indonesia Sehat,

Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera. Upaya ini oleh partai oposisi dianggap untuk meredam sementara kenaikan harga BBM. Jokowi dikritik karena meluncurkan program yang tidak memiliki payung hukum dan melanggar tertib anggaran, namun hal ini dibantah oleh Jusuf Kalla, dengan argumen bahwa program kartu tersebut sebenarnya kelanjutan dari program yang sudah ada sehingga anggarannya pun mengikuti program tersebut.

Mulai tanggal 8 November, ia mengikuti beberapa konferensi tingkat tinggi, seperti

APEC, Asian Summit, dan G20. Jokowi menuai kontroversi setelah presentasinya di depan pengusaha di APEC. Sebagian mencerca presentasi ini sebagai upaya menjual negara kepada kepentingan asing, sementara di lain pihak pidatonya dipuji karena dianggap tepat pada sasaran, dibanding presiden negara lain yang hanya memberi ceramah yang mengambang.

Dari APEC, Jokowi berhasil membawa komitmen investasi senilai Rp300 Triliun.

Sekembalinya dari luar negeri, ia menunjuk Faisal Basri sebagai ketua Tim

Pemberantasan Mafia Migas, melantik Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI

Jakarta, dan mengumumkan kenaikan BBM dari Rp6.500 menjadi Rp8500. Kebijakan ini sempat diikuti demonstrasi di berbagai daerah di Indonesia. Jokowi ingin mengalihkan dana subsidi tersebut untuk pembangunan infrastruktur dan kesehatan. Di bidang kelautan, Jokowi menginstruksikan perlakuan keras terhadap pencuri ikan ilegal. Selain meminta diadakannya razia, ia juga berharap kapal pelanggar aturan ditenggelamkan. Di bidang pertanian, Jokowi

73

Universitas Sumatera Utara

membagikan 1099 unit traktor tangan di Subang dengan harapan menggenjot produksi petani.

Ia juga mendorong terjadinya reformasi agraria dengan mendorong petani mendapat sertifikat sehingga dapat menggarap tanah dengan status legal. Ia juga mendorong hak penguasaan adat dan pengolahan hutan untuk kepentingan rakyat dengan konsep perhutanan sosial.

Jokowi mendapat sambutan hangat dan pujian ketika menyampaikan pidato di hadapan peserta peringatan ke 60 tahun Konferensi Asia Afrika pada 22 April 2015. Jokowi menyampaikan perlunya mereformasi PBB dan badan internasional lainnya. Ia dipandang berani mengkritik lembaga prestisius dunia seperti PBB, Dana Moneter Internasional, dan

Bank Dunia. Jokowi pun menuai kritik dari peneliti Amerika Serikat karena ia dipandang tidak konsisten dalam mengajak investor asing untuk masuk ke Indonesia.

Di bidang infrastruktur, Jokowi telah memulai banyak proyek pembangunan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam sektor ini, di antaranya adalah Jalan Tol Trans–

Sumatra, Tol Solo–Kertosono, pelabuhan Makassar, meresmikan operasional terminal Teluk

Lamong sebagai bagian dari Greater Surabaya Metropolitan Port, dan lain sebagainya.

Pada masanya, tercatat telah terjadi swasembada beras, jagung, bawang merah, dan cabai, dengan membandingkan angka produksi yang lebih besar dari kebutuhan. Namun masih ditandai dengan beberapa kali impor untuk alasan memenuhi cadangan dan kepentingan kebutuhan beras dan jagung khusus yang tidak bisa disediakan petani. Indonesia.

Di depan Joko Widodo dalam pembukaan forum kerja sama ekonomi negara-negara Asia–

Pasifik (APEC) di Da Nang, Vietnam, Donald Trump secara khusus memuji Indonesia sebagai contoh negara yang berhasil mengangkat diri dari keterpurukan melalui institusi domestik dan demokratis.

74

Universitas Sumatera Utara

Kebijakan di Papua

Jokowi memberikan perhatian khusus bagi Papua. Terlihat dari frekuensi kunjungan yang terhitung sangat sering dibanding presiden sebelumnya, dan banyaknya pembangunan infrastruktur di Papua. Di antaranya adalah pembangunan pasar tradisional dan jalan lintas

Papua. Banyak bandara perintis dibangun atau dibenahi sehingga terlihat lebih baik dan kapasitasnya lebih besar. Ia juga menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun

2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua

Barat pada 11 Desember 2017.

Pada kunjungannya ke Papua bulan Mei 2015, Jokowi membebaskan 5 tahanan politik

OPM dan membebaskan wartawan asing untuk melakukan peliputan di Papua seperti halnya daerah lain di Indonesia. Jokowi beralasan bahwa Indonesia sudah harus berpikir positif dan saling percaya. Kebijakan Jokowi ini menuai pro dan kontra, terutama di kalangan DPR RI yang menyatakan bahwa kebijakan tersebut dapat membuat isu Papua dipolitisir ke dunia luar, karena masalah Papua yang sangat sensitif.

Pilpres 2019

Pada 2018, Jokowi mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri dalam pemilihan umum presiden 2019. Wakil presiden Jusuf Kalla dianggap tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan lagi karena batasan masa jabatan yang ditentukan untuk jabatan presiden dan wakil presiden. (Jusuf Kalla telah menjalani masa jabatan lima tahun sebagai wakil presiden pada masa kepresidenan (SBY) dari 2004 hingga 2009.)

Spekulasi mengenai siapa yang akan dipilih Jokowi sebagai calon wakil presidennya terfokus pada beberapa kandidat termasuk Mahfud MD, seorang mantan menteri pertahanan dan hakim agung Mahkamah Konstitusi.

75

Universitas Sumatera Utara

Pada 9 Agustus 2018, secara mengejutkan, Jokowi mengumumkan bahwa Ma'ruf Amin akan menjadi pasangannya. Mahfud telah dilaporkan sedang mempersiapkan diri untuk menjadi calon wakil presiden, namun, setelah dorongan oleh beberapa partai dari koalisi pemerintah Jokowi dan tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh, Ma'ruf dipilih sebagai gantinya. Jokowi memilih Ma'ruf karena pengalamannya yang luas dalam urusan pemerintahan dan agama.

Pada Januari 2019, diberitakan bahwa Jokowi sedang mempertimbangkan pembebasan

Abu Bakar Ba'asyir karena usia tua dan kesehatan yang menurun. Langkah ini dipandang kontroversial sebagai bagian dari semakin banyaknya tindakan yang diambil oleh Jokowi untuk menenangkan hati orang Muslim konservatif menjelang pemilihan. Rencana itu dibatalkan pada tanggal 23 Januari, karena Ba'asyir menolak untuk berjanji setia pada ideologi negara Pancasila yang merupakan salah satu syarat pembebasannya. Jokowi telah menolak untuk memberikan pandangan pada penahanan sekitar 1.000.000 Muslim Uighur oleh pemerintah Tiongkok di kamp-kamp pendidikan ulang di provinsi Xinjiang dengan menyatakan "Saya tidak tahu tentang Xinjiang" dan tidak memberikan komentar.

Setelah empat tahun menjabat, tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi tetap tinggi, berkisar antara 60–70%. Hasil hitung cepat menunjukkan bahwa Jokowi diperkirakan memenangkan pilpres dengan suara 54 persen. Akan tetapi, Prabowo mengklaim bahwa perhitungan oleh tim kampanyenya sendiri menunjukkan bahwa dia meraih suara 62 persen.

Agama

Jokowi memeluk agama Islam dan bercerita bahwa ia pertama kali naik haji pada tahun

2003, dan sesudahnya umrah minimal empat kali. Namun, menjelang pemilihan umum presiden 2014, muncul berbagai tudingan yang mempertanyakan keislaman Jokowi, sehingga pada tanggal 24 Mei 2014 Jokowi menyatakan bahwa ia adalah bagian dari "Islam yang

76

Universitas Sumatera Utara

rahmatan lil alamin, Islam yang hidup berketurunan dan berkarya di negara RI yang memegang teguh UUD 45." Ia juga menyatakan bahwa ia bukan bagian dari kelompok Islam yang "sesuka hatinya mengafirkan saudaranya sendiri", "menindas agama lain", "arogan dan menghunus pedang di tangan dan di mulut", "suka menjejerkan fustun-fustunnya", "menutupi perampokan hartanya, menutupi pedang berlumuran darah dengan gamis dan serban", atau

"membawa ayat-ayat Tuhan untuk menipu rakyat".

Ideologi

Sebagai Presiden Indonesia terpilih, Jokowi menegaskan sikap politiknya untuk memimpin Indonesia dengan kekayaan manusia, budaya, dan pluralitasnya supaya tidak kehilangan arah dalam mengejawantahkan isi UUD 1945 dan makna Pancasila. Sikap ini menurutnya juga dipandang perlu diimplementasikan oleh setiap pemimpin pada semua level pemerintahan baik kota hingga skala nasional. Jokowi memilih memaknai lewat ajaran trisakti Bung Karno yakni berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian nasional di bidang kebudayaan.

"Saya sebagai seorang Presiden juga harus punya ideologi jelas, apa itu? Berdaulat, berdikari dan berkepribadian. Ideologi kita sama, Pancasila, tetapi cara penerapannya berbeda. Ada yang lewat gerakan perubahan restorasi Indonesia, ada yang lewat cara cara lain. Seorang pemimpin baik di kota, kabupaten, gubernur provinsi, tingkat nasional, memimpin itu harus punya ideologi. Harus ada ideologinya. Tanpa itu kita tak punya arah."

77

Universitas Sumatera Utara