KOMUNIKASI POLITIK PETAHANA (Studi Kampanye Pasangan dan

Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI 2017)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Hendriawan 1113112000059

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

PERiYYATAAI\I BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

KOMT'NIKASI POLITIK PETAHANA (StudiKampanyePasanganBasuki Tjahaja PurnamadanDjarot Saiful HidayatdalamPilkada DKI Jakarta 2017)

t. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salatr satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (LIIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (I-If$ Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (tlIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta 6Jlur,l,i2017 PERSETUJUAhI PEMBIMBING SI(RIPSI

Dengan ini, Penobimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Hendriarrm NIM : 1113112000059 Prograrn Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulism slcripsi denga judul:

KOMLINIKASI POLIIIK PETAII{NA: STIJDI KAMPA}.IYE PASA}.IGA}I BASUKI TJAII{IA PTJRNAMA DAN DJAROT SAIFTJL HIDAYAT DALAM PILKADA DKI JAKARTA 2OI7

Dan telah diuji pada tmggal 1l Juli 2017.

Jakfita, llJvli20l7

Mengetatrui, Menyetrrjui, Ketua Program Studi, Pembimbing,

Dr. tdins Ros),iditr- M.Si

NIP: 19701013 200501 1 003 PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI KOMUNIKAS I POLITIK PETAHANA (Studi Kampanye Pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017)

Oleh Hendriawan 1113112000059

Telah dipertahankan dalam sidang ujian slcripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Iknu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 1l Juli 2017. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi IImu politik.

Ketua, Sekretaris, Ah- \7k" Dr. Iding Rosyidin. M.Si '-ifr,Sun/ani.IU.Si NIP: 19701013 200501 I 003 NIP:197704242007 102 003

Penguji I, \7k- a Dr. Iding Rosyidin. M.Si NIP: 19701013 200501 I 003 aNIP: 19950805 200112 I 001 Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusa pada tanggal l l Juli 2017

Ketua Program Studi Itnu Politik, FISIP UIN Jakarta, - t J4" Dr. Iding Rosyidin. M.Si NIP: 19701013 200501 I 003

ABSTRAK Skripsi ini membahas mengenai Komunikasi Politik Petahana Studi Kampanye Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui analisis deskriptif. Selain itu teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, studi pustaka dan penelusuran dokumen. Penelitian ini menggunakan teori komunikasi politik melalui lima unsur komunikasi politik dan teori kampanye politik melalui model kampanye Ostergaard, dengan mengidentifikasi masalah yang ada, tahap pelaksanaan kampanye dan tahap penanggulangan kampanye. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas komunikasi politik petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat berpengaruh dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 yang berlangsung dua putaran, serta gaya dan pola kampanye yang dibangun selama masa kampanye oleh pasangan petahana. Komunikasi politik Ahok-Djarot yang dibangun saat masa kampanye berdasarkan lima unsur komunikasi politik, peneliti fokus terhadap debat kandidat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk diteliti sebagai media utama dalam menyampaikan pesan keberhasilannya selama menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur serta program kerja dan visi-misi yang ditujukan untuk para pemilih (voters) di DKI Jakarta. Selama masa kampanye banyak isu yang menyerang Ahok-Djarot. Akan tetapi, isu SARA terkait kasus penistaan atau penodaan agama yang terjadi pada Ahok menjadi isu yang paling perlu diidentifikasi selama masa kampanye. Ahok-Djarot menggunakan tagline “kerja” sebagai identitas untuk menarik para pemilih bahwa sebagai petahana Ahok-Djarot telah membuktikan kerjanya dan ketika terpilih kembali oleh masyarakat DKI Jakarta, Ahok-Djarot akan membuktikan kembali kerjanya.

Kata kunci : Komunikasi Politik, Kampanye, Ahok-Djarot, Pilkada DKI Jakarta 2017.

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu penulis ucapkan kepada Allah swt atas segala rakhmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi Muhammad saw.

Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis telah melibatkan beberapa pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Keluarga penulis, ayahanda Suherman dan ibunda Acih Sunarsih, kakak penulis Ferdiansyah, adik penulis Maha Dewi Azzahra yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan, cinta, nasehat kepada penulis, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. 2. Prof. Dr. Zulkifli, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Dzuriatun Thoyibah, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. Bakir Ihsan, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Keuangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Dr. Agus Nugraha, MA selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Dr. Iding Rosyidin Hasan selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

v

8. M. Afifuddin, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 9. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Jakarta, Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan kepada penulis serta dengan sabar telah mendidik dengan sangat baik. 10. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Jakarta Pak Basyir, Bu Mia, Bu Yeni, dll. Yang telah membantu penulis selama berada di UIN Jakarta dalam setiap kegiatan. 11. Untuk Reni Rentika Waty, wanita yang selalu memberikan dukungannya disaat penulis berada dititik jenuh, dengan senyum dan kata-kata penyemangatnya. 12. Kepada seluruh teman seangkatan, junior dan senior sahabat/i PMII Komfisip Villarian (Juple), Malik, M. Irzal, Karim, Ical Marbun, Annisa (Nje), Gilang, Rikal, Tami, Tika, Luthfan, Sarah Hajar, Andhika (Topan), Chusnul, Siska, Reza, Adnan, Edy, Nisaul, Sarah, Macho, Hanif, Ifaz, Okta, Reno, Nahdah, Robit, Yayas, Bang Iceng, Bang Ntis, Kak Bandi, Kak Rere, Kak Ganang, Kak Ara, Kak Anggita, Kak Iffa, Kak Ocha, Kak Chendy, Bang Tio, Bang Doddy, Bang Rafsan, Bang Gunawan, Bang Kadir, Bang Azmi, Bang Abun, Bang Rully, dan seluruh sahabat/I yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas pengalaman dan pembelajaran organisasi yang telah diberikan. 13. Kepada seluruh kawan – kawan DEMA FISIP 2016 Bang Shiddiq, Bang Eufrat, Zida, Wirda, Arlinda, Yugo, Andi, Oktanta, Shofi, Ihsan, Zul, Fadel, Amal, Gilang, Wiya serta seluruh anggota DEMA FISIP 2016 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala kinerja yang luar biasa selama ini, pembelajaran organisasi dan pengalaman yang berharga bisa bekerja bersama dengan tim sehebat kalian. 14. Untuk keluarga besarku di FISIP UIN Jakarta, Ilmu Politik B 2013 Gilang, Umam, Zul, Masayu, Eli, Kikoy, Dhany, kholid, Tiara Marisa, Dzikrina, Syifa, Tiara Manisha, Padlan, Sultan, Hisyam, Shidki, Irzal, Juple, Fikri, Famal, Badron, Aziz, Arif, Cinko, Pinkan, Firdha, Alfian, Yusrina,

vi

Mahatma, Randi, Erika, dan Irin. Terima kasih telah menjadi keluarga yang hangat selama empat tahun ini, serta memberikan keceriaan yang tidak terputus. 15. Kepada sahabat-sahabatku, Gema, Iwan, Devi, Gegeh, Zaky, Diyah, Mellisa, Euis, Febry, Annisa, Dimas, Dicky, Yuliaris, Alfia, Yoshua, April, Dwi, Arinta, Yeni, Vania, Lintang, Rahayu, Putri, Rizki, yang selalu memberikan keceriaan ketika penulis merasa lelah. Serta menjadi sumber penyemangat dan kebahagiaan bagi penulis dalam setiap proses pembuatan skripsi ini. 16. Kepada kawan-kawan KKN KACAMATA Ais, Rasid, Dimas, Firdha, Laras, Tika, Fadil, Idris, Tanjil, dan Zaky. Kalian telah memberikan warna dan pengalaman yang sangat berharga. 17. Terima kasih pula dari penulis kepada semua pihak yang telah banyak membantu hingga skripsi ini terselesaikan.

Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapatkan balasan dari Allah SWT. Terakhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi setiap pembacanya dan bagi perkembangan studi Ilmu Politik.

Jakarta, 6 Juni 2017

Hendriawan

vii

DAFTAR ISI ABSTRAK ...... iv KATA PENGANTAR ...... v DAFTAR ISI ...... viii DAFTAR GAMBAR ...... xi DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR SINGKATAN ...... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Pernyataan Masalah ...... 1 B. Pertanyaan Penelitian ...... 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 11 D. Tinjauan Pustaka ...... 12 E. Metode Penelitian...... 15 F. Sistematika Penulisan ...... 17

BAB II TEORI, DEFINISI, KONSEPTUALISASI KOMUNIKASI POLITIK DAN KAMPANYE POLITIK A. Konseptualisasi Komunikasi Politik ...... 19 1. Definisi Komunikasi Politik ...... 19 2. Unsur-Unsur Komunikasi Politik ...... 22 3. Fungsi Komunikasi Politik ...... 25 B. Konseptualisasi Kampanye Politik ...... 27 1. Definisi Kampanye Politik ...... 27 2. Model – Model Kampanye...... 31 3. Kampanye Permanen (Permanent Campaign)...... 39

viii

BAB III GAMBARAN UMUM BASUKI TJAHAJA PURNAMA DAN

DJAROT SAIFUL HIDAYAT DALAM PILKADA DKI JAKARTA

2017

A. Profil DKI Jakarta ...... 42 B. Dinamika Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 ...... 44 C. Profil Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat ...... 49 1. Profil Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ...... 49 2. Profil Djarot Saiful Hidayat ...... 53 D. Program Kerja, Visi dan Misi ...... 57 E. Profil Tim Pemenangan Pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat ...... 59 1. Koalisi Partai Pengusung dan Pendukung...... 59 2. Tim Pemenangan dan Relawan ...... 60

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Komunikasi Politik Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 ...... 65 1. Komunikator politik ...... 66 2. Pesan Politik ...... 70 3. Saluran atau Media Politik ...... 77 4. Sasaran atau Target Politik ...... 79 5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik ...... 81 B. Tahapan Gaya Dan Pola Strategi Kampanye Ahok-Djarot Sebagai Petahana Menurut Pandangan Model Kampanye Ostergaard ...... 83 1. Tahap Identifikasi Masalah ...... 83 2. Tahap Pengelolaan Kampanye ...... 89 a. Tahap Perancangan ...... 89

ix

b. Pelaksanaan Kampanye ...... 93 c. Evaluasi Kampanye ...... 100 3. Tahap Penanggulangan Masalah ...... 103 C. Analisis Komunikasi Politik Petahana Studi Kampanye Pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 ...... 110

BAB V PENUTUP Kesimpulan dan Saran...... 116

DAFTAR PUSTAKA ...... 122 Lampiran – Lampiran

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Tiga Pasang Calon Gubernur dan

Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017 ...... 48

Gambar III.2 Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot

Saiful Hidayat...... 59

Gambar IV.1 Debat Publik Putaran Pertama ...... 82

Gambar IV.2 Poster Ahok-Djarot ...... 95

xi

DAFTAR TABEL

Tabel III.C.1 Profil Basuki Tjahaja Purnama ...... 51

Tabel III.C.2 Profil Djarot Saiful Hidayat ...... 55

Tabel III.D.1 Program Kerja Ahok-Djarot dalam

Pilkada DKI Jakarta 2017 ...... 61

Tabel III.E.1 Partai Pengusung Koalisi Parlemen ...... 62

Tabel III.E.2 Susunan Struktur Tim Pemenangan

Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat .... 64

Tabel III.E.3 Pendiri Teman Ahok ...... 67

Tabel IV.A.1 Hasil Polling Litbang Kompas ...... 81

Tabel IV.A.2 Daftar Pemilih Tetap Pilkada DKI Jakarta 2017...... 85

Tabel IV.A.3 Hasil Perolehan Suara Putaran Pertama ...... 83

Tabel IV.A.4 Hasil Perolehan Suara Putaran kedua ...... 87

Tabel IV.B.1 Pencapaian Ahok-Djarot ...... 97

Tabel IV.B.2 Pelaksanaan kampanye...... 101

xii

DAFTAR SINGKATAN AJIB Antar Jemput Izin Motor BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPK Badan Pengawasan Keuangan BPKP Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BUMD Badan Usaha Milik Daerah CPNS Calon Pegawai Negeri Sipil DKI Daerah Khusu Ibukota DPR Dewan Perwakilan Rakyat DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPT Daftar Pemilih Tetap GERINDRA Gerakan Raya Golongan Karya HANURA Hati Nurani Rakyat ICW Indonesia Corruption Watch KB Keluarga Berencana KJL Kartu Jakarta Lansia KJP Kartu Jakarta Pintar KJS Kartu Jakarta Sehat KKN Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KPK Komisi Pemberantasan Korupsi KPLDH Ketuk Pintu Layani Dengan Hati KPU Komisi Pemilihan Umum KTP Kartu Tanda Pengenal LRT Light Rapid Transit LSI Lembaga Survey Indonesia LSM Lembaga Swadaya Masyarakat MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat MRT Mass Rapid Transit NASDEM Nasional Demokrat NU Nahdatul Ulama PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa PDIP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PEMDA Pemerintah Daerah PILKADA Pemilihan Kepala Daerah PKB Partai Kebangkitan Bangsa PKK Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PKL Pedagang Kaki Lima PKPU Peraturan Komisi Pemilihan Umum PLT Pelaksana Tugas POLRI Polisi Republik Indonesia PPATK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan PPP Partai Persatuan Pembangunan PPSU Penanganan Prasarana dan Sarana Umum PSI Partai Solidaritas Indonesia RI Republik Indonesia

xiii

RPTRA Ruang Publik Terbuka Ramah Anak RSUD Rumah Sakit Umum Daerah RSUK Rumah Sakit Umum Kecamatan RTB Ruang Terbuka Biru RTH Ruang Terbuka Hijau SARA Suku, Agama, Ras dan Antar golongan TNI Tentara Nasional Indonesia TPA Tempat Pembuangan Akhir UIN Universitas Islam Negeri UUD Undang-Undang Dasar

xiv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Dalam keseharian komunikasi merupakan hal yang tak terpisahkan dari aktivitas manusia. Komunikasi memiliki peran penting dalam hubungan antar manusia untuk mencapai suatu kesepemahaman antara satu dengan lainnya

(mutual understanding).1 Komunikasi adalah sebuah proses untuk menyampaikan pesan yang dilakukan untuk memberikan informasi agar dapat mengubah sikap, pendapat, pola pikir atau perilaku yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.2

Komunikasi memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka terbangunnya interaksi politik dalam masyarakat sebagai bagian dari komunikasi politik di dalam demokrasi. Komunikasi politik adalah keseluruhan keputusan kondisional mengenai tindakan atau aktivitas yang sedang dijalankan guna mencapai tujuan politik tertentu di masa depan.3

Komunikasi politik merupakan faktor penting dalam demokratisasi khususnya di Indonesia. Membicarakan komunikasi politik tidak semudah membicarakan gerakan politik. Kesulitan itu muncul karena ada dua konsep yang mengusung disiplin ilmu ini, yakni konsep “komunikasi” dan konsep “politik”.4

Suatu kajian yang dibangun oleh dua bidang ilmu sering kali menimbulkan

1 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra (Jakarta: Laswell Visitama, 2010), h. 3. 2 Onong Uchjana Effandy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remadja Rosda Karya, 1992), h. 5. 3 Ibid. 4 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 11.

2

masalah dalam mengintegrasikan kedua konsep itu. Kalau bukan disiplin ilmu komunikasi yang lebih dominan daripada disiplin ilmu politik, maka sebaliknya disiplin ilmu politik yang mendominasi studi ilmu komunikasi. Kedua disiplin ilmu yang berbeda ini perlu menjadi satu konsep yang sama yaitu komunikasi politik.

Dalam kehidupan kita sehari-hari istilah “politik” sudah tidak begitu asing di telinga masyarakat, karena dari setiap unsur kehidupan ini hampir tidak terlepas dari aspek politik mulai dari keluarga di rumah hingga kebijakan negara yang kita rasakan setiap harinya. Pentingnya komunikasi dalam politik tidak dapat kita pungkiri lagi tidak terlepas satu sama lain. Setiap komunikasi politik yang dilakukan selalu mencakup pesan politik, komunikator politik, media atau saluran politik, dan efek yang muncul di tengah khalayak akibat terjadinya proses komunikasi politik.

Komunikasi politik bukanlah sebuah proses yang sederhana, karena kerja sistem politik amat ditentukan oleh adanya suatu masukan (input) dari lingkungan dan setelah melalui proses tertentu membentuk sejumlah output. Selanjutnya output ini diberikan kembali kepada lingkungan, sebagai umpan balik.5 Dalam prosesnya terkadang pesan politik yang membentuk sejumlah output ini berbeda dari masukan (input), karena itu dalam penyampaian komunikasi politik yang benar harus memiliki strategi dan pemasaran yang tepat agar memiliki output yang diinginkan.

5 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, h. 13.

3

Dalam komunikasi politik memiliki tantangan yang semakin kompleks seiring dengan perubahan struktur sosial yang mendorong rasionalisasi, modernisasi dan globalisasi. Komunikasi politik modern menempatkan media massa sebagai pusat dari proses produksi dan pertukaran informasi politik sebagai materi untuk proses-proses dalam menjalankan sistem politik.6 Komunikasi politik lebih banyak dilakukan termediasi dengan melibatkan para konsultan, ahli komunikasi dan politik, dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama sebelum masa pemilu.7

Kebutuhan akan media massa sebagai alat perpanjangan tangan informasi politik bagi para elit bukan bukan hanya sekedar untuk menyampaikan informasi politik, akan tetapi terkait dengan pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap politik secara umum dan politisi secara khusus dalam konteks demokrasi di

Indonesia. Ketika pemilih semakin rasional maka kampanye tidak lagi cukup untuk membuat masyarakat percaya dengan kandidat pemilu dan partai politik tetapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang tepat.

Indonesia merupakan negara demokrasi, dan ketika berbicara tentang demokrasi di Indonesia, negara ini memiliki banyak pergolakan sejarah yang cukup panjang mengenai hal ini. Mulai dari sebelum merdeka, pasca- kemerdekaan, sampai pada saat ini demokrasi selalu menuai perdebatan. Sejak dibukanya keran demokrasi pasca orde baru pemilihan umum sebagai tolak ukur demokrasi memiliki sejarah yang panjang di Indonesia. Karena, pemilihan umum merupakan salah satu unsur penting dalam sistem demokrasi.

6 Salvatore Simarmata, Media dan Politik: Sikap Pers Terhadap Pemerintahan Koalisi di Indonesia (Jakarta: Yayasan Obor Pustaka Indonesia, 2014), h. 13. 7 Ibid., h. 14.

4

Pemilihan umum telah dilakukan berulang kali di Indonesia. Tetapi proses yang dilaluinya memiliki rentang waktu yang cukup panjang yaitu sejak orde lama, orde baru, hingga orde reformasi, yang tampak memperlihatkan kualitas komunikasi politik yang bervariasi.8 Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di

Indonesia merupakan amanah langsung dari gerakan reformasi tahun 1998.

Menimbang perlunya partisipasi yang kuat dari masyarakat untuk ikut terlibat langsung dalam pemilihan pemimpinnya, maka pemilihan kepala daerah menjadi momentum demokrasi yang paling penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.9

Dalam rangka untuk meminimalisir biaya penyelenggaraan pemilihan kepala daerah yang berlangsung berbeda-beda di setiap daerah dan memiliki anggaran yang berbeda-beda pula, maka pemerintah menetapkan penyelenggaraan pemilihan secara serentak. Dalam Pilkada serentak tersebut pemilihan

Gubernur/Wakil Gubernur dilaksanakan secara bersamaan dengan pemilihan

Walikota/Wakil Walikota dan Bupati/Wakil bupati. Pada prosesnya Pilkada serentak merupakan momentum bangkitnya demokrasi lokal di mana diseluruh daerah di Indonesia memiliki hak yang sama untuk memilih pemimpin di daerahnya.

Setiap pasangan calon kepala daerah mendapat kesempatan melaksanakan kampanye terbuka ataupun kampanye tertutup. Kuantitas pelaksanaan setiap pasangan calon kepala daerah biasanya sama, untuk melaksanakan kampanye

8 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 145. 9 Suyatno, “Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Tantangan Demokrasi Lokal di Indonesia.”, Jurnal Indonesian Political Science Review, (Juli 2016), h. 224. Diunduh melalui http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI. pada 18 Oktober 2016.

5

terbuka dan tertutup ini tentunya membutuhkan biaya yang lumayan besar.10

Memang, biaya tinggi dalam demokrasi tidak bisa diabaikan. Tetapi, biaya politik harus tepat pada sasaran, yaitu bukan hanya sekadar menghambur-hamburkan uang dalam pemilihan umum yang berlangsung dengan berbagai atribut kampanye yang menghabiskan banyak dana pengeluaran akan tetapi dengan pendekatan kemanusiaan yang berupaya menyentuh hati konstituen agar tertarik dan memilih.11 Pendekatan kemanusiaan tentunya belakangan ini sangat identik dan dipopulerkan oleh presiden Republik Indonesia (RI) yang biasa di kenal dengan sebutan “blusukan” dalam proses kampanye dan juga saat menjabat sebagai walikota di Solo ataupun Gubernur di Daerah Khusus Ibukota

(DKI) Jakarta sangatlah dilihat sebagai hal yang positif oleh masyarakat dan menjadi model kampanye politik yang disukai masyarakat.

Dari Pilkada tahun 2015 yang di selenggarakan di 269 daerah ternyata lebih banyak calon petahana yang memenangkan Pilkada daripada yang kalah, dengan perbandingan 57,9% dan 42,1%.12 Banyak faktor yang menyebabkan kemenangan petahana. Peneliti Lembaga Survey Indonesia (LSI), Ardian Sopa mengatakan, setidaknya ada lima faktor yang membuat calon petahana mampu memenangi Pilkada serentak. Pertama, karena masyarakat merasa puas atas kinerja kepemimpinannya selama menjabat; Kedua, pasangan petahana sudah dikenal oleh kalangan masyarakat dengan program yang dirasa masyarakat sangat

10 Rahmat Hollyson MZ dan Sri Sundari, Pilkada: Penuh Euforia, Miskin Makna (Jakarta: Bestari Buana Murni, 2015), h. 123. 11 Pramono Anung Wibowo, Mahalnya Demokrasi Memudarnya Ideologi: Potret Komunikasi Politik Legislator-Konstituen (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2013), h. 316. 12 Suyatno, “Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) dan Tantangan Demokrasi Lokal di Indonesia.”, Jurnal Indonesian Political Science Review, (Juli 2016), h. 235. Diunduh melalui http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI. pada 18 Oktober 2016.

6

memuaskan dan bisa menjadi faktor kemenangannya. Ketiga, pasangan petahana dianggap telah menguasai dan mampu menjangkau semua segmen pemilih karena mengetahui lebih dalam pola masyarakatnya. Keempat, sebagai pasangan petahana mampu menggerakan tokoh-tokoh informal maupun formal yang pernah berinteraksi dengan calon petahana ini. Kelima, pasangan petahana dianggap lebih siap secara finansial.13 Dari kelima faktor tersebut petahana memang diunggulkan dan membuat banyak pasangan petahana di Pilkada 2015 memenangkan pemilu.

Sebelumnya Ahok pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta pada periode 2012-2014. Pada 1 Juni 2014 Joko Widodo sebagai Gubernur DKI

Jakarta melakukan cuti panjang untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum presiden Indonesia tahun 2014. Setelah terpilih pada pemilu presiden, Joko

Widodo mengundurkan diri dari jabatan Gubernur DKI Jakarta dan secara otomatis Ahok melanjutkan jabatannya sebagai Pelaksana Tugas Gubernur DKI

Jakarta dan kemudian dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta 19 November 2014.

Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta didampingi oleh Djarot sebagai Wakil

Gubernur DKI Jakarta.

Pada masa pra-kampanye Pilkada DKI Jakarta, pasangan petahana Ahok-

Djarot dinilai menjadi pihak paling diuntungkan dibandingkan dengan pasangan lainnya yaitu dan

(AHY) – Sylviana Murni.14 Pemerintah dan partai politik sebenarnya diuntungkan

13 Dedy Priatmojo, ”Lima Faktor Calon Petahana Unggul di Pilkada Serentak.”, Artikel ini diakses melalui http://politiknews.viva.co.id/news/read/709835-lima-faktor-calon-petahana- unggul-di-Pilkada-serentak. Pada 19 oktober 2016. 14 M. Andika Putra, “Ahok-Djarot Paling Diuntungkan Selama Pra-Kampanye.”, Artikel ini diakses melalui http://www.cnnindonesia.com/politik/20161004153501-32-163249/ahok- djarot-paling-diuntungkan-selama-pra-kampanye/. Pada 18 Oktober 2016.

7

dengan posisinya sebagai petahana sebab dapat menjadikan program-program kerakyatannya sebagai bagian dari kampanye permanen.15 Tidak heran jika pemilih lebih terikat dengan ketokohan seseorang, kampanye permanen

(permanent campaign) adalah penggunaan jabatan oleh pejabat, lembaga pemerintah, politisi, dan partai politik guna membangun dan mempertahankan dukungan publik terhadap mereka. 16

Sebelum akhirnya Ahok diusung dan didukung oleh partai politik seperti partai Golkar (Golongan Karya), Nasdem (Nasional Demokrat), Hanura (Hati

Nurani Rakyat) dan PDI Perjuangan (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).

Teman Ahok sebagai relawan pendukung yang ingin mengusung Ahok sebagai

Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independent (perseorangan) mengadakan

Teman Ahok Fair sebagai marketing politik sebelum kampanye dimulai yang merupakan keuntungan bagi pasangan petahana karena bisa berkampanye lebih awal yang di dalamnya berisi bazar, pentas musik dan talkshow yang diadakan di

Hall B Gedung Sarinah Jakarta. Tujuan dari acara tersebut untuk penggalangan dana guna membiayai persyaratan administrasi yang diatur Komisi Pemilihan

Umum (KPU) untuk pencalonan Ahok-Djarot. Ini merupakan sebuah gaya baru dalam kampanye di Indonesia di mana pasangan calon tidak lagi mengeluarkan anggaran besar untuk membiayai keperluan kampanye, tetapi menggalang dana dari sukarelawan Teman Ahok untuk mendukung pencalonan Ahok-Djarot.

Setelah memasuki tahapan kampanye, metode yang hampir sama seperti

Teman Ahok Fair berubah nama dan metode menjadi “Kampanye Rakyat”,

15 Simarmata, Media dan Politik, h. 16. 16 Ibid., h. 15.

8

sebagai metode kampanye baru di Indonesia. Terkait dengan ini, Sekretaris Tim

Pemenangan Tubagus Ace Hasan Syadzily mengungkapkan:

“Kampanye selama ini sarat akan politik uang. Sedangkan kampanye rakyat membuka kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan sukarela. Melalui sistem penggalangan dana ini, kampanye Ahok-Djarot akan menjadi model pendanaan politik baru dan berbasis partisipasi masyarakat. Sumber pendanaan kampanye akan transparan. Pemimpin itu tidak boleh terikat oleh siapapun yang berkepentingan, harus terikat dengan rakyat, kampanye rakyat bisa dilakukan dengan tiga cara. Yakni melakukan donasi secara online/offline, menyosialisasikan penggalangan dana, dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan penggalangan dana.”17

Berbagai metode kampanye dilakukan oleh pasangan calon untuk memikat hati pemilih mulai dari turun langsung ke lapangan hingga menggunakan media elektronik dan internet sebagai metode kampanyenya. Pasangan petahana Ahok-

Djarot sebagai pihak yang diuntungkan tentunya telah mengetahui demografi DKI

Jakarta. Ahok-Djarot memiliki keunggulan dibandingkan dengan pasangan calon lainnya sebagai bahan marketing untuk mengkomunikasikan keberhasilan- keberhasilannya dalam memimpin DKI Jakarta seperti penanggulangan banjir di kali Sunter dan waduk Pluit serta keberhasilan lainnya di bidang ekonomi, kesehatan, pariwisata, sosial lingkungan hidup dan transportasi untuk menjadi bahan dalam debat kandidat, rapat umum serta penyampaian di media sosial oleh tim pemenangan maupun relawan Ahok-Djarot.

Media sosial saat ini menjadi sarana paling dilihat oleh publik yang membuat media sosial menjadi sasaran untuk menyampaikan pesan kampanye kepada masyarakat, Ahok-Djarot menggunakan media sosial untuk

17 Wanda Indana, “Ahok-Djarot Luncurkan Kampanye Rakyat.”, Artikel ini diakses melalui http://m.metrotvnews.com/Pilkada/news-Pilkada/aNrJ6wzN-ahok-djarot-luncurkan- kampanye-rakyat. Pada 18 Januari 2017.

9

menyampaikan visi-misi serta program kerja kedepan dan juga keberhasilannya selama menjabat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang membuat dirinya unggul saat berkampanye secara online karena menampilkan keberhasilan- keberhasilan yang pernah Ahok-Djarot buat seperti dalam bidang pendidikan dan kesehatan yaitu mengeluarkan kartu Jakarta pintar, murid mendapatkan dana

Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS), Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS), kesehatan, ambulance gratis dan dalam penataan kota

Ahok-Djarot menampilkan keberhasilannya menangani banjir dengan membuat sungai di Jakarta lebih bersih seperti sungai di ciliwung, kali sunter, waduk pluit dan sungai lainnya yang membuat banjir teratasi, lalu keberhasilannya dalam bidang transportasi yang menjadi problematika utama di DKI Jakarta karena kemacetan yang sering terjadi dan Ahok-Djarot menampilkan rancangan besarnya yaitu Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT) sebagai solusi kemacetan di DKI Jakarta.

Dalam bentuk kampanye interaktif para calon dapat bertemu langsung atau bertatap muka kepada masyarakat sehingga dapat menyampaikan visi dan misi secara langsung dengan cara berkomunikasi dihadapan para masyarakat. Pada masa kampanye yang berlangsung dari 26 Oktober 2016 sampai 11 Februari 2017

Ahok-Djarot berkampanye di tahun 2016 dengan berinteraktif langsung kepada masyarakat dirumah pemenangan yaitu rumah lembang menteng Jakarta pusat untuk menyampaikan visi-misi serta program kerjanya.

Pada kampanye yang berlangsung di tahun 2017 Ahok-Djarot lebih mengurangi kampanyenya di rumah lembang yang tadinya dari senin-jum’at

10

menjadi hari rabu saja di rumah lembang dan hari lainnya digunakan untuk menyapa masyarakat langsung di pemukiman. Proses kampanye yang dilakukan pasangan petahana tidak semua berjalan lancar, banyak penghadangan saat berkampanye langsung seperti yang dialami oleh Djarot Saiful Hidayat. Ketika berkampanye ia mengalami penghadangan di berbagai wilayah seperti di

Cipinang yang hampir terjadi perkelahian ketika Djarot ingin menemui masyarakat untuk berkampanye.18 Berbagai penghadangan bermula ketika dugaan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok sewaktu menjabat Gubernur

DKI Jakarta yang ingin meraih hati masyarakat pulau seribu. Dalam kampanye singkatnya itu komunikasi yang dilakukan oleh Ahok terdapat problematika yang membuat dirinya berada dipersidangan setiap hari selasa karena kasus penistaan agama yang tentunya mengurangi jadwal kampanye Ahok.

Pada dasarnya calon petahana membutuhkan sarana efektif untuk menyampaikan informasi terkait dengan kebijakan dan solusi, keberhasilan dan pencapaian yang diraih, yang nantinya akan membentuk sebuah model atau gaya kampanye yang menjadi ciri khas dari pasangan calon petahana Ahok-Djarot.

Dengan demikian pola komunikasi politik yang dibangun penting untuk diperhatikan. Tanpa komunikasi politik yang efektif, maka aktifitas politik akan kehilangan arah. Pasangan calon juga harus tahu sarana atau saluran informasi yang tepat sebagai media kampanye.

Dari studi kasus di atas maka penulis tertarik untuk mengamati

Komunikasi dan Kampanye Politik yang selanjutnya dituangkan dalam sebuah

18 Sarah Hanin, “Cerita Djarot Bertemu Penghadangnya Saat Berkampanye.” Artikel ini diakses melalui https://ahokdjarot.id/kampanye-rakyat/cerita-djarot-bertemu-penghadangnya-saat- berkampanye. Pada 18 Januari 2017.

11

skripsi berjudul: “Komunikasi Politik Petahana: Studi Kampanye Pasangan

Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI

Jakarta 2017”

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana komunikasi politik petahana pasangan Ahok-Djarot dalam

Pilkada DKI Jakarta 2017?

2. Seperti apa gaya dan pola kampanye yang dibangun oleh pasangan calon

Ahok-Djarot sebagai pasangan petahana?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulisan skripsi ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui komunikasi politik petahana pasangan Ahok-Djarot pada

kampanye pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Pilkada DKI Jakarta

2017.

2. Mengetahui gaya dan pola kampanye yang dibangun oleh pasangan

calon Ahok-Djarot selama Pilkada DKI Jakarta 2017.

Sebagaimana rumusan masalah di atas maka penulisan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Secara akademis, diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan

dan menjadi bahan referensi untuk keperluan studi lebih lanjut.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menambah pemahaman dalam

praktik-praktik yang berkaitan dengan komunikasi politik. Dan

12

memberikan gambaran mengenai kampanye yang bisa diterapkan secara

efektif khususnya bagi para pembaca.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, tulisan yang mengkaji mengenai komunikasi politik dan juga tentang salah satu tokoh petahana Basuki Tjahaja Purnama cukup banyak menarik kajian bagi para peneliti sehingga penting untuk menempatkan penelitian ini secara tepat, agar kemungkinan terjadinya pengulangan penelitian bisa dapat dihindari.

Pertama, penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Sosial dalam

Pemenangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama Pada Pilkada DKI Jakarta

2012 (Studi Terhadap Marketing Politik di Facebook dan Twitter)”, oleh Dewi

Pratiwi Putri Aji, mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini lebih berfokus pada pola kampanye media sosial di Facebook dan Twitter sebagai marketing politik Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama pada Pilkada DKI Jakarta

2012. Karena, media sosial yang sangat digandrungi banyak orang menjadi sarana marketing politik yang sangat kuat dalam menjual visi misi kandidat.

Kedua, penelitian yang berjudul “Analisis Gaya Kepemimpinan Basuki

Tjahaja Purnama dalam Menjalankan Reformasi Birokrasi Bidang Sumber Daya

Manusia di DKI Jakarta”, oleh Muhammad Hafidz Tamjidi, mahasiswa Ilmu

Politik Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dalam skripsi ini diperoleh penjelasan bagaimana gaya

13

kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama dalam memimpin DKI Jakarta. Ahok memiliki gaya kepemimpinan Transformasional dan Transaksional.

Ketiga, penelitian yang berjudul “Komunikasi Politik Pasangan Hj. Airin

Rachmi Diany dan Drs. H. Benyamin Davnie dalam Pilkada Tangsel Tahun

2011”, oleh Amalia, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Penulis menemukan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis buat, dalam skripsi ini meneliti tentang komunikasi politik, akan tetapi studi kasusnya berbeda dengan yang penulis buat yaitu Hj. Airin Rachmi Diany dan DRS. H. Benyamin Davnie yang berfokus pada marketing politik pada media lini bawah (below line media) dan media lini atas (above line media) sebagai pola kampanye yang diteliti dalam skripsi ini.

Keempat, Penelitian yang berjudul “Strategi Komunikasi Politik dalam

Pilkada (Studi Kasus Pemenangan Pasangan Kandidat Ratu Atut dan

Pada Pilkada Banten 2011)”, oleh Muhammad Rosit, mahasiswa Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Kekhususan Manajemen

Komunikasi Politik, Universitas Indonesia. Dalam tesis ini membahas mengenai strategi komunikasi politik Ratu Atut dan Rano Karno untuk memenangkan

Pilkada Banten dengan faktor ketokohan dan jaringan politik yang kuat dan kokoh.

Kelima, Penelitian yang berjudul “Komunikasi Politik Calon Petahana

(Studi Kasus Saiful Illah dalam Kemenangan Pilkada di Kabupaten Sidoarjo

2015)”, oleh Qurrotul Uyun, mahasiswa Filsafat dan Politik Islam Fakultas

14

Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel . Dalam skripsi ini diperoleh strategi komunikasi politik Saiful Illah sebagai petahana adalah seorang komunikator yang bisa membaur ke semua kalangan serta memiliki jalur Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Nahdatul Ulama (NU) sebagai strategi politiknya. Penulis menemukan perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti buat yaitu perbedaan studi kasus dan jalur strategi petahana yang berbeda dengan penelitian yang peneliti buat.

Dalam tinjauan penulis terhadap empat skripsi dan satu tesis di atas, memang ada kaitan erat dengan karya penulis sendiri, yakni tentang komunikasi politik petahana dalam Pilkada. Skripsi yang pertama menjelaskan peran media sosial Facebook dan Twitter Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama, sedangkan skripsi penulis sendiri kaitannya dengan komunikasi politik petahana yang membedakan dengan calon-calon lain dalam Pilkada. Skripsi kedua menjelaskan tentang gaya kepemimpinan Ahok selama memimpin DKI Jakarta, dari studi kasus yang penulis ambil tentang Ahok memang ada kaitannya untuk menjadi referensi penulis akan tetapi penelitian penulis lebih berfokus pada kampanye petahana di Pilkada 2017.

Skripsi ketiga dan tesis keempat meneliti tentang komunikasi politik Airin

Rachmi Diany dan Benyamin Davnie serta strategi komunikasi politik Ratu Atut dan Rano Karno, memang terdapat kesamaan pola penelitian akan tetapi objek yang diteliti berbeda. Lalu skripsi yang kelima menjelaskan tentang komunikasi calon petahana yang terdapat kesamaan dengan penulis yang meneliti tentang petahana. Namun, objek kajiannyalah yang membedakan. Dalam skripsi ini

15

memang penulis membahas tentang komunikasi politik petahana, tapi objek kajiannya adalah kampanye Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada 2017 sedangkan skripsi kelima membahas tentang studi kasus

Saiful Illah Dalam Kemenangan Pilkada di Kabupaten Sidoarjo 2015.

E. Metode Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan ini adalah dengan pendekatan kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif menghasilkan prosedur analisis dan tidak menggunakan data statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Secara prosedur penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati.19 Karena bersifat dekriptif, fokus penelitiannya dengan penjabaran teori mengenai Komunikasi Politik Petahana studi Kampanye

Pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI

Jakarta 2017.

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan mencakup studi pustaka dan wawancara atau interview. Dalam studi pustaka, pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data-data yang mendukung atau berkaitan dengan masalah yang diteliti serta data tersebut bersumber baik dari media cetak maupun elektronik, seperti jurnal, buku, artikel, skripsi, tesis, disertasi dan sumber-sumber media elektronik lainnya. Sedangkan dalam interview atau wawancara, dalam

19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2006), h. 4.

16

pengumpulan datanya dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pihak- pihak yang terlibat dalam menentukan proses pemenangan. Penulis akan mewancarai pihak dari Teman Ahok sebagai relawan Ahok-Djarot, Tim pemenangan Ahok-Djarot serta partai pendukung dan calon petahana itu sendiri yaitu Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat.

c. Sumber dan Jenis Data

Sumber data diperoleh dari dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan serta hasil dari observasi dan wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti.

Sebelum digunakan dalam proses analisis, data dikelompokkan terlebih dahulu sesuai dengan jenis dan karakteristik yang menyertainya. Berdasarkan sumber pengambilannya data dibedakan atas dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari sumber-sumber terkait, seperti ketua dan atau tim pemenangan

Ahok-Djarot, lalu relawan Ahok-Djarot serta partai pendukung dan calon petahana itu sendiri yaitu Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. 20

d. Analisis Data Penelitian

Analisis data penelitian untuk mengelola data yang sudah dikumpulkan, penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu

20 Pupuh Fathurahman, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 146.

17

penelitian yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu.21 Metode yang dilakukan berdasarkan teori yang penulis gunakan yaitu teori komunikasi politik dan teori kampanye berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan saat kampanye Pilkada DKI

Jakarta 2017.

F. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam menelaah skripsi ini. Maka penulis membagi skripsi ini kedalam beberapa bab berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini penulis berusaha menguraikan

permasalahan yang melatarbelakangi penulisan dengan

pembahasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika

penulisan serta tujuan terkait dalam penelitian mengenai

Komunikasi Politik Petahana: Studi Kampanye Pasangan Basuki

Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI

Jakarta 2017 dengan melalui pendekatan teori komunikasi politik

dan teori kampanye sebagai pendekatan yang menjelaskan pokok

permasalahan penelitian ini yang berdasarkan pada metode

penelitian kualitatif.

BAB II TEORI, DEFINI, KONSEPTUALISASI KOMUNIKASI

POLITIK DAN KAMPANYE POLITIK. dalam bab ini berisi

21 Ibid., h. 100.

18

tentang penjelasan teori yang digunakan untuk penelitian skripsi

penulis, yakni teori komunikasi politik dan teori kampanye.

Penelitian di Bab ini akan menjelaskan bagaimana teori yang

penulis gunakan dapat menjawab rumusan masalah yang tertulis di

dalam pendahuluan, dan relevansi dari teori ini apakah layak untuk

dijadikan acuan dalam penulisan penelitian ini.

BAB III GAMBARAN UMUM BASUKI TJAHAJA PURNAMA DAN

DJAROT SAIFUL HIDAYAT DALAM PILKADA DKI

JAKARTA 2017, Merupakan gambaran dari profil DKI Jakarta,

biografi Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, visi

dan misi, program kerja pasangan Ahok-Djarot, profil tim

pemenangan yang meliputi partai pendukung dan pengusung,

relawan serta dinamika Pilkada DKI Jakarta 2017.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA, Merupakan inti dari

penulisan penelitian skripsi ini. Dalam bab ini peneliti

menjabarkan secara garis besar hasil penelitian sekaligus

menganalisis data yang telah diperoleh untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian.

BAB V PENUTUP, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-

saran peneliti yang merupakan bab terakhir dari penelitian ini.

Kesimpulan dan saran ini diperoleh dari hasil-hasil temuan yang

didapat dalam penelitian ini.

19

BAB II

TEORI, DEFINISI, KONSEPTUALISASI

KOMUNIKASI POLITIK DAN KAMPANYE POLITIK

Dalam menjawab pertanyaan penelitian yang terdapat di Bab I sebelumnya, maka penulis mencoba menganalisa mengenai Komunikasi Politik

Petahana: Studi Kampanye Pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful

Hidayat Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan menggunakan teori komunikasi politik dan teori kampanye politik.

A. Konseptualisasi Komunikasi Politik

1. Definisi Komunikasi Politik

Komunikasi politik (political comumunication) ialah suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh dalam perilaku politik.1 Komunikasi politik merupakan sebuah disiplin ilmu yang menjadi perhatian masyarakat khususnya ilmuwan sosial seperti ilmuwan komunikasi, politik dan sosiologi.

Kedua kata yang berbeda yaitu komunikasi dan politik memang memiliki konsep tersendiri, meskipun secara sederhana definisi dari komunikasi politik merupakan gabungan dari dua konsep tersebut.

Hakekat komunikasi merupakan proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan dalam pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.2 Hubungan antar manusia dengan

1 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 29. 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 28.

20

manusia lain merupakan suatu interaksi sosial dan interaksi antara dua orang atau lebih merupakan pengertian umum dari komunikasi.

Harold D. Lasswel menerangkan definisi komunikasi yang lebih sempurna ialah dengan menanyakan “Siapa mengatakan apa, melalui apa, kepada siapa dan apa akibatnya.”3 Dalam model komunikasi Lasswel ini menekankan pada

Pembicara (Speaker), pesan (Message), sarana (Channel), penerima (Audience) dan pengaruh atau akibat (effect).

Sedangkan istilah ilmu politik merupakan ilmu yang mempelajari tentang politik atau politics atau kepolitikan. Politik adalah menggapai kehidupan yang baik.4 Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik tujuan itu hanya bisa dicapai dengan memiliki kekuasaan akan suatu wilayah maka banyak yang berpendapat bahwa ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari tentang kekuasaan walaupun pada dasarnya ilmu politik merupakan ilmu untuk mencapai tatanan kehidupan yang lebih baik.

Menurut Lucian Pye, antara komunikasi dan politik memiliki hubungan yang erat dan istimewa karena berada dalam kawasan (dominan) politik dengan menempatkan komunikasi pada posisi yang sangat fundamental. Tanpa adanya komunikasi, tidak akan ada usaha bersama dan dengan demikian tidak akan ada politik. Tanpa suatu jaringan (komunikasi) yang mampu memperbesar (enlarging) dan melipat gandakan (magnifying) ucapan-ucapan dan pilihan-pilihan individual, maka tidak akan ada yang namanya politik.”5 Karena, komunikasi dan politik

3 Cangara, Komunikasi Politik, h. 14. 4 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 13. 5 Cangara, Komunikasi Politik, h. 12.

21

adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, kedua disiplin ilmu ini memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. Pokok dasar tentang komunikasi politik adalah bahwa orang bertindak terhadap objek berdasarkan makna objek itu bagi dirinya. Akan tetapi, makna sebuah objek, demikian telah dikatakan, apakah objek itu manusia, tempat, peristiwa, gagasan, atau kata, tidak tetap dan tidak statis.6

Berbicara soal komunikasi yang digabungkan dengan kata politik tidak jarang diklaim sebagai studi tentang aspek-aspek politik, dan sering dikaitkan dengan unsur komunikasi di dalam sebuah kampanye pemilu (election campaign), karena mencakup masalah terhadap pemilih, debat antar kandidat dan penggunaan media massa sebagai alat kampanye. Dengan minim atau tidak adanya komunikasi, maka tidak akan tercipta usaha bersama dan secara otomatis juga tidak akan ada politik.

Menurut Michael Rush dan Phillip Althoff mendefinisikan komunikasi politik sebagai suatu proses di mana informasi politik yang relevan dan dapat diteruskan dari satu bagian sistem politik kepada bagian lainnya, dan diantara sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik.7 Komunikasi politik adalah suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik.8 Proses komunikasi politik terdiri dari pengirim, pesan dan penerima.

Kualitas dari komunikasi politik sebagian besar tergantung dari keterampilan si

6 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Khayak dan Efek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989), h. 3. 7 Michael Rush dan Phillip Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 1997), h. 24. 8 Cangara, Komunikasi Politik, h. 29.

22

pengirim untuk menyampaikan pesan kepada penerima pesan dan dengan sarana apa pesan itu disampaikan agar pesan yang disampaikan dapat diterima sesuai dengan apa yang dikirim. Selain itu, ia harus tau waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan itu kepada penerima kemudian tanggung jawab akhir dari pengirim pesan ialah mencari feedback atau umpan balik dan mengevaluasi secara hati-hati.9 Karena, apabila waktu yang tidak sesuai untuk menyampaikan pesan politik nantinya akan sangat berpengaruh dalam proses penyampaian pesan itu sendiri.

Dari beberapa pengertian tersebut, maka komunikasi politik dapat diartikan sebagai suatu proses komunikasi politik yang memiliki implikasi atau konsekuensi terhadap aktvitas politik.10 Faktor ini pula yang membedakan disiplin komunikasi politik dengan disiplin ilmu lainnya yang terkait dengan komunikasi seperti komunikasi Pendidikan, komunikasi bisnis, komunikasi antarbudaya dan lain semacamnya. Perbedaan komunikasi politik terletak pada isi pesan. Dengan kata lain komunikasi politik isinya bermuatan politik yang implikasi atau konsekuensinya terhadap aktivitas politik. Jadi untuk membedakan komunikasi politik dengan disiplin ilmu lainnya adalah sifat atau isi pesannya.

2. Unsur-Unsur Komunikasi Politik

Dalam prosesnya, komunikasi politik sama dengan disiplin komunikasi pada umumnya yaitu komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia, maka

9 Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 28. 10 Cangara, Komunikasi Politik, h. 30.

23

komunikasi politik sebagai body of knowledge juga terdiri atas berbagai unsur, yakni: 11

a. Komunikator Politik

Komunikasi politik tidak hanya terkait partai politik saja sebagai

komunikator, melainkan juga lembaga pemerintahanan legislatif dan

eksekutif. Dengan demikian, sumber atau komunikator politik dalam

setiap penyampaian pesan adalah mereka-mereka yang dapat

menyampaikan informasi terkait hal-hal yang mengandung makna politik,

seperti Presiden, Menteri, Anggota Dewan PerWakilan Rakyat (DPR),

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Komisi Pemilihan Umum

(KPU), Gubernur, Bupati/Walikota, Dewan PerWakilan Rakyat Daerah

(DPRD), Politisi, fungsionaris partai politik, fungsionaris Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), dan kelompok-kelompok penekan dalam

masyarakat yang bisa mempengaruhi jalannya pemerintahan. Dalam

konteks Pemilihan Umum: Tim pemenangan, relawan serta calon kandidat

itu sendiri.

b. Pesan Politik

Pesan Politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis

maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi

maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang

isinya mengandung bobot politik. Misalnya pidato politik, debat publik,

undang-undang kepartaian, undang-undang pemilu, pernyataan politik,

11 Ibid., h. 31-32.

24

artikel atau isi buku/brosur dan berita surat kabar, radio, televisi, media

sosial dan internet yang berisi ulasan politik dan pemerintahan, puisi

politik, spanduk atau baliho, iklan politik propaganda, perang urat saraf

(psywar), makna logo, warna baju atau bendera, bahasa badan (body

language) dan semacamnya. c. Saluran atau Media Politik

Saluran atau Media Politik merupakan alat atau sarana yang digunakan

oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya.

Terdapat empat media menyampaikan pesan politik. Pertama, Media

Cetak yaitu misalnya surat kabar, tabloid, majalah, buku. Kedua, Media

Elektronik misalnya film, radio, televisi, video, komputer, internet. Ketiga,

Media Format Kecil yaitu seperti leaflet, brosur, selebaran, stiker, bulletin.

Dan Keempat, Media Luar Ruang (outdoor media) seperti baliho,

spanduk, reklame, electronic board, bendera, pin, logo, pakaian, iklan

mobil, kalender, gantungan kunci dan segala sesuatu yang bisa digunakan

dalam membangun citra (image building). Kemudian ada tiga saluran

dalam penyampaian pesan politik. Pertama, Saluran Komunikasi

Kelompok seperti partai politik, organisasi profesi, ikatan alumni,

organisasi sosial keagamaan, karang taruna, kelompok pengajian,

kelompok tani dan nelayan, penghimpunan minat dan semacamnya.

Kedua, Saluran Komunikasi Publik misalnya melalui aula, balai desa,

pameran, alun-alun, panggung kesenian, pasar, sekolah, kampus. Dan

ketiga, Saluran Komunikasi Sosial misalnya pesta perkawinan, acara

25

sunatan, arisan, pertunjukan wayang, pesta rakyat, rumah ronda dan

semacamnya. d. Sasaran atau Target Politik

Sasaran atau Target Politik adalah anggota masyarakat yang diharapkan

dapat memberikan dukungan dalam bentuk pemberian hak suara (vote)

kepada partai atau kandidat tertentu dalam pemilihan umum. Mereka

adalah pengusaha, pegawai negeri sipil, buruh, pemuda, perempuan, ibu

rumah tangga, pensiunan, veteran, pedagang kaki lima, para tukang (kayu,

cukur, batu, becak, ojek), orang cacat, mahasiswa, sopir angkutan,

nelayan, petani serta siapapun yang berhak memilih maupun pelajar atau

siswa yang akan ikut serta dalam pemilih umum setelah memiliki usia

yang cukup. e. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapan adalah terciptanya pemahaman

terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, di mana nuansanya

akan bermuara pada pemberian hak suara (vote) dalam pemilihan umum.

Dalam pemberian suara ini sangat berpengaruh dalam menentukan terpilih

atau tidaknya kandidat atau partai tertentu dalam pemilihan umum,

kandidat meliputi untuk posisi Presiden dan Wakil Presiden, Anggota DPR

dan MPR, Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,

Walikota dan Wakil Walikota sampai pada tingkat DPRD.

3. Fungsi Komunikasi Politik

26

Fungsi dari komunikasi dalam hidup manusia dapat digunakan untuk memenuhi kehidupan antar satu manusia dengan manusia lainnya terlebih dalam konsep politik, komunikasi memiliki fungsi yang sangat penting dalam kehidupan berpolitik. Fungsi komunikasi politik menurut McNair yang dikombinasikan dengan fungsi komunikasi yang dibuat Goran Hedebro, maka komunikasi politik berfungsi untuk:12

a. Memberikan informasi kepada masyarakat terkait usaha-usaha yang

dilakukan lembaga politk dalam hubungannya dengan pemerintah dalam

bentuk kebijakan. Dalam proses pemilihan umum terlebih bagi petahana

memberikan informasi kepada masyarakat terhadap usaha-usaha yang

telah dilakukan kandidat selama menjabat dari lembaga politik dalam hal

ini partai politik ataupun tim pemenangan kepada masyarakat.

b. Melakukan sosialisasi tentang visi dan misi serta program kerja kandidat

selama pemilihan umum berlangsung kepada masyarakat agar

tersampaikan dengan baik apa yang akan dilakukan ketika terpilih dan

dapat diketahui masyarakat.

c. Memberikan motivasi kepada tim kampanye, relawan serta partai

mendukung agar dapat bekerja secara maksimal selama kampanye

berlangsung yang bertujuan untuk memenangkan kandidat.

d. Menjadi platform yang bisa menampung keluhan masyarakat terhadap

kondisi sosial yang terjadi agar menjadi bahan kampanye saat kampanye

dimulai.

12 Ibid., h. 33.

27

e. Mendidik masyarakat dengan memberikan informasi dalam bentuk

sosialisasi tentang tata acara pemilihan umum dan penggunaan hak suara

mereka saat pemilihan umum yang dijelaskan oleh komisi pemilihan

umum, partai politik, lembaga masyarakat serta kandidat.

f. Menjadi hiburan masyarakat sebagai “pesta demokrasi” dalam pemilihan

umum berlangsung dengan menampilkan juru kampanye, artis dan para

komentator atau pengamat politik.

g. Memupuk intergrasi dengan mempertinggi rasa kebangsaan guna

menghindari konflik dan ancaman berupa tindakan separatis yang

mengancam persatuan.

h. Menciptakan iklim perubahan dengan mengubah struktur kekuasaan dalam

pemilihan umum melalui informasi untuk mencari dukungan masyarakat

luas terhadap kandidat.

i. Meningkatkan aktivitas politik masyarakat melalui siaran berita, agenda

setting, maupun komentar-komentar politik yang berlangsung di media

elektronik maupun cetak serta media sosial.

j. Menjadi watchdog atau anjing-anjing penjaga selama masa kampanye

dalam membantu terciptanya good governance yang transparansi dan

akuntabilitas oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

B. Konseptualisasi Kampanye Politik

1. Definisi Kampanye Politik

Dalam proses pemilihan umum setiap kandidat memiliki masa kampanye sebagai cara untuk menuangkan ide dan gagasannya kepada masyarakat dalam

28

bentuk apapun mulai dari media massa dan media internet ataupun bertatap muka dengan masyarakat dalam hal ini terkait dengan para pemilih (voters).

Kampanye menurut Kotler dan Roberto dalam buku komunikasi politik yang dikutip oleh Hafied Changara,

“…Campaign is an organized effort conducted by one group (the change agent) which intend to persuade others (the target adopters), to accept, modify, or abandon certain ideas, attitudes, practices and behavior.”13 Kampanye politik juga merupakan sebuah pristiwa yang didramatisasi untuk mencapai tujuan tertentu yaitu mendapatkan simpati dan perhatian dari pemilih yang nantinya di tuangkan dalam bentuk pemberian hak suara (vote) dalam pemilihan umum.14 Kampanye politik tidak hanya dilakukan oleh kandidat saja tapi dalam hal ini partai politik, tim pemenangan, relawan hingga artis bisa ikut menjadi bagian dari kampanye itu sendiri. Terdapat beberapa jenis dan metode kampanye, sebagai berikut: 15

1. Product Oriented Campaign, Kampanye yang berorientasi pada produk,

umumnya terjadi di lingkungan bisnis, berorientasi komersial, seperti

peluncuran produk baru. Kampanye ini biasanya sekaligus bermuatan

kepentingan untuk membangun citra positif terhadap barang yang

diperkenalkan ke publik. Contoh: kampanye peluncuran mobil murah,

kampanye produk makanan seperti mie, kampanye elektronik seperti

penjualan handphone dll.

13 Ibid., h. 229. 14 Ibid., h. 229. 15 Denis Mc Quali, Teori Komunikasi Masa: Suatu Pengantar. Diterjemahkan Aminuddin Ram (Jakarta: Erlangga, 1983), h. 242.

29

2. Candidate Oriented Campaigns, kampanye ini berorientasi pada kandidat,

umumnya dimotivasi karena hasrat untuk kepentingan politik. Contoh:

kampanye pemilu dan kampanye yang bermuatan politik.

3. Ideologically or Cause Oriented Campaigns, jenis kampanye ini

berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali

berdimensi sosial atau Social Change Campaign, yakni kampanye yang

ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan

sikap dan perilaku public yang terkait. Contoh: kampanye Keluarga

Berencana (KB), Kampanye lingkungan hidup, kampanye kesehatan

seperti kampanye AIDS, dll.

Selain itu terdapat jenis kampanye yang sifatnya menyerang (attacking campaign):

1. Kampanye negatif, menyerang pihak lain melalui sejumlah data atau fakta

yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan.

2. Kampanye hitam (black campaign), kampanye yang berisi buruk atau

jahat dengan cara menjatuhkan lawan politik untuk mendapatkan

keuntungan.

Komunikasi politik yang baik dan terencana akan menentukan keberhasilan dalam kampanye agar dapat menyampaikan pesan-pesan yang dapat di terima oleh rakyat dan memberikan suara pada saat hari pemilihan umum berlangsung. Sementara menurut Rogers dan Storey dalam buku manajemen kampanye yang dikutip oleh Antar Venus,

“…Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang

30

dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yakni (1) tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) jumlah khalayak sasaran yang besar (3) biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan (4) melalui tindakan komunikasi yang terorganisasi.”16

Sementara menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) nomor 7 tahun 2015 pasal 1 tentang kampanye pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,

Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Walikota dan Wakil Walikota. Kampanye pemilihan, selanjutnya disebut kampanye adalah kegiatan menawarkan visi, misi dan program pasangan calon dan/atau informasi lainnya, yang bertujuan mengenalkan atau meyakinkan pemilih.17 Kampanye bisa dilakukan dalam bentuk pengumpulan massa, orasi politik, parade, mendatangi rumah-rumah, pemasangan atribut partai hingga iklan di media massa dan juga media elektronik. Karena itu kampanye sangat berpengaruh dalam proses pemilihan umum sehingga pesan- pesan kampanye yang disampaikan dapat diterima secara terbuka dan tidak melalui paksaan.

Kampanye dilaksanakan oleh KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Kabupaten/Kota dan pasangan calon dan/atau Tim Kampanye. Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a tentang PKPU, kampanye yang dilaksanakan oleh

16 Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), h. 7. 17 Komisi Pemilihan Umum, “Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2015.”, Diunduh melalui http://jdih.kpu.go.id/data/data_pkpu/PKPU%20Nomor%207%20Tahun%202015.pdf Pada 11 Juni 2017.

31

KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk memfasilitasi pasangan Calon dengan menggunakan metode sebagai berikut:18

a. Debat publik atau debat terbuka antar pasangan calon

b. Penyebaran bahan kampanye kepada umum

c. Pemasangan alat peraga kampanye

d. Iklan di media massa cetak dan/atau media massa elektronik

Sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf b tentang PKPU, kampanye yang dilaksanakan oleh pasangan palon dan/atau Tim Kampanye dengan menggunakan metode sebagai berikut:

a. Pertemuan terbatas

b. Pertemuan tatap muka dan dialog

c. Kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan ketentuan

peraturan perundang-undangan

Berbagai model kampanye dilakukan pasangan kandidat selama kegiatan kampanye yang dilandasi prinsip mengajak dan mendorong publik dalam hal ini masyarakat untuk ikut serta hadir dalam proses kampanye. Setiap pasang kandidat menyampaikan pesan serta gagasan untuk dapat menarik pemilih serta merubah pikiran masyarakat agar memilih pasangan kandidat tersebut.

2. Model-model Kampanye

Model-model kampanye yang dibahas dalam literature pada umumnya memusatkan perhatian pada penggambaran tahapan proses kegiatan kampanye.

Boleh dikatakan tidak ada model yang berupaya menggambarkan proses

18 Ibid.

32

kampanye berdasarkan unsur-unsurnya sebagaimana yang terjadi dalam menjelaskan proses komunikasi. Kegiatan kampanye pada intinya adalah kegiatan komunikasi. Kegiatan kampanye memang tidak terlepas dari kegiatan komunikasi politik. Karena itu menampilkan model kampanye dengan menggambarkan unsur- unsur yang terdapat didalamnya menjadi penting. Tujuannya adalah agar kita dapat memahami fenomena kampanye bukan hanya dari tahapan kegiatannya, akan tetapi juga dari interaksi antar komponen yang terdapat didalamnya.19 Dari berbagai model kampanye ini memiliki perbedaan satu sama lain antara penyampaian maupun sistem yang digunakan. Ada beberapa model-model yang akan penulis uraikan dibawah ini yaitu:

a. Model Komponensial Kampanye

Dalam model komponensial kampanye, model kampanye ini mengambil bagian utama atau pokok yang terdapat dalam suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan kampanye. Ada unsur-unsur yang terdapat dalam model kampanye ini tidak beda jauh dengan unsur komunikasi politik yaitu meliputi sumber kampanye, saluran, pesan, penerima kampanye, efek dan umpan balik.

Model tersebut digambarkan sebagai berikut:

Model Komponensial Kampanye 20

19 Antar Venus, Manajemen Kampanye, h. 12. 20 Ibid., h. 13.

33

Dalam model kampanye yang digambarkan diatas, dapat diketahui bahwa sumber kampanye memiliki peran yang dominan. Ia secara aktif mengkontruksikan pesan yang ditujukan kepada penerima untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak (campaign receivers). Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi seperti media massa, media tradisional atau saluran personal dan kelompok. Ketika pesan-pesan yang ditujukan kepada si penerima diharapkan muncul efek perubahan pada diri mereka. Terjadi atau tidaknya efek perubahan tersebut dapat diidentifikasi dari umpan balik yang diterima sumber.

b. Model Kampanye Ostergaard

Dari berbagai model kampanye yang ada, model kampanye Ostergaard dianggap yang paling pekat sentuhan ilmiahnya. Hal ini dapat dilihat dari kata- kata kunci yang digunakan di dalamnya seperti kuntifikasi, cause and effect analysis, data dan Theoretical evidence.

Model Kampanye Ostegaard21

21 Ibid., h. 15.

34

Menurut Ostegaard rancangan program kampanye haruslah didukung oleh temuan-temuan ilmiah didalamnya untuk menciptakan perubahan sosial karena program yang tidak didasari temuan ilmiah didalamnya tidak menimbulkan apapun dilingkungan sosial. Karenanya, sebuah program kampanye haruslah dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang ada dengan jernih. Langkah ini juga disebut tahap Prakampanye.22

Jadi, langkah yang harus dilakukan pertama kali adalah mengidentifikasi masalah faktual yang terjadi. Contoh permasalahnnya seperti banjir, macet, kurangnya ketenagakerjaan, tidak berjalannya birokrasi dengan baik dsb. Dari contoh-contoh tersebut dapat diidentifikasi masalah yang terjadi kemudian dicari sebab-akibatnya dengan fakta-fakta yang ada. Bila diyakini permasalahan- permasalahan tersebut dapat diatasi lewat pelaksanaan kampanye agar pesan solusi atas permasalahan itu dapat disampaikan maka perlu diadakannya kampanye agar dapat membuat program kampanye berdasarkan permasalahan yang terjadi.

Tahap kedua adalah pengelolaan kampanye yang dimulai dari perancangan, pelaksanaan hingga evaluasi. Dalam tahap ini seluruh isi program kampanye (campaign content) diarahkan untuk membekali dan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan khalayak sasaran. Dalam proses ini riset harus dilakukan agar dapar menentukan pesan, aktor kampanye, saluran hingga teknis pelaksanaan kampanye yang sesuai pada khalayak sasaran.

22 Ibid., h. 16.

35

Tahap yang terakhir dari model kampanye Ostegaard ini adalah tahap evaluasi tentang efektivitas program yang dilaksanakan apakah pesan kampanye yang disampaikan dapat sampai pada khalayak dan apakah mereka ingat dengan pesan-pesan tersebut. Dalam hal ini evaluasi diarahkan pada keefektifan kampanye dalam menghilangkan atau mengurangi masalah sebagaimana yang telah diidentifikasi pada tahap prakampanye.23

c. The Five Funcional Stages Development Model

Pada model kampanye ini dianggap yang paling popular dan banyak diterapkan di berbagai belahan dunia. Pada model ini digambarkan bagaimana tahapan kegiatan kampanye harus dilalui sebelum akhirnya kegiatan tersebut berhasil atau gagal mencapai tujuan. Tahapan dalam model kampanye ini meliputi: identifikasi, legitimasi, partisipasi, penetrasi, dan distribusi.

Model Perkembangan Lima Tahap Fungsional24

23 Ibid., h. 18 24 Ibid.

36

Tahap identifikasi merupakan tahap penciptaan identitas kampanye yang dengan mudah dapat dikenali oleh khalayak. Pada kampanye saat pemilu berlangsung misalnya kita melihat symbol-simbol seperti logo dan emblem yang digunakan oleh semua partai pemilu. demikian pula dengan slogan-slogan yang mengindikasikan platform partai atau pemakaian warna untuk uniform fungsionaris partai. Hal yang sama juga dapat kita lihat dalam kampanye berorientasi pada produk atau perubahan sosial. Tahap berikutnya adalah legitimasi, dalam tahap kampanye politik, legitimasi diperoleh ketika seseorang telah masuk dalam kandidat anggota legislative maupun eksekutif dengan mendapatkan dukungan yang kuat dalam polling yang dilakukan lembaga independent seperti lembaga survey.

Tahap ketiga adalah partisipasi, tahap ini bisa bersifat langsung dan tidak langsung. Partisipasi langsung ditunjukan oleh keterlibatan seseorang dalam menyebarkan pamphlet, brosur atau poster, sementara partisipasi simbolik bersifat tidak langsung, misalnya anda sekedar menggunakan kaos kampanye yang dibagikan secara gratis oleh kandidat atau partai tertentu.

Tahap keempat adalah tahap penetrasi. Pada tahap ini seorang kandidat telah hadir dan mendapat tempat dihati masyarakat. Tahap yang terakhir adalah tahap distribusi atau kita dapat menyebutnya sebagai tahap pembuktian. Pada tahap ini umumnya tujuan dari kampanye telah tercapai dan sebagai tahap pembuktian dari janji-janjinya selama masa kampanye.

d. The Communicative Functions Model

37

Pada model kampanye ini memusatkan analisisnya pada tahapan kegiatan kampanye. Langkah-langkahnya dimulai dari surfacing, primary, nomination, dan election. Kegiatan yang tercakup dalam tahap surfacing (pemunculan) lebih banyak berkaitan dengan membangun landasan tahap berikutnya seperti: memetakan daerah-daerah yang akan dijadikan tempat kampanye, membangun kontak dengan tokoh-tokoh setempat, mengorganisasikan dana dan sebagainya.

Tahap ini umumnya dilakukan begitu seseorang secara resmi mencalonkan diri untuk jabatan politik tertentu.

Tahap berikutnya dalam model kampanye ini adalah tahap primary. Pada tahap ini kita mulai memfokuskan perhatian khalayak untuk kandidat. Pada tahap ini kita mulai melibatkan khalayak untuk mendukung kegiatan kampanye kandidat. Begitu kandidat mendapat perhatian dan pengakuan dari masyarakat, memperoleh liputan media secara luas, atau gagasannya menjadi topik pembicaraan anggota masyarakat, maka tahap nomination dimulai.

Tahap terakhir adalah election (pemilihan). Pada tahap ini biasanya asa kampanye telah berakhir. Namun secara diam-diam atau terselubung seringkali para kandidat „membeli‟ ruang tertentu dari media massa agar kehadiran mereka tetap dirasakan.

Model Fungsi-fungsi Komunikatif.25

e. Model kampanye Nowark dan Warneryd

25 Ibid., h. 22.

38

Model Kampanye Nowark dan Warneryd merupakan salah satu contoh model tradisional kampanye. Pada model ini proses kampanye dimulai dari tujuan yang hendak dicapai dan dihargai dengan efek yang diinginkan. Model ini merupakan deskripsi dari berbagai macam proses kerja dalam kampanye. Di dalamnya juga terdapat sifat normative, yang menyarankan bagaimana bertindak secara sistematis dalam meningkatkan efektifitas kampanye. Yang perlu diperhatikan pada model Nowark dan Warneryd ini terdapat delapan elemen kampanye yang masing-masing elemennya saling berhubungan yakni: intended effect (efek yang diharapkan), competiting communication (persaingan komunikasi), communication object (objek komunikasi), target population & receiving group (populasi target dan kelompok penerima), the channel (saluran), the message (pesan), the communicator/sender (komunikator/pengirim pesan), the obtained effect (efek yang dicapai).

Perubahan yang terjadi pada satu elemen dengan elemen lainnya akan mengakibatkan perubahan pada elemen lainnya. Hal ini terutama terjadi bila berubah adalah efek atau tujuan yang dikehendaki. Tujuan dari kampanya model ini tidak bersifat tetap, tetapi dapat berubah, meskipun kampnye sedang berlangsung.

Model Kampanye Nowark dan Warneryd.26

26 Ibid., h. 22.

39

Dari berbagai macam model kampanye yang telah penulis paparkan diatas, model kampanye Ostergaard yang penulis anggap paling pekat sentuhan ilmiahnya. Kampanye yang baik tentu saja adalah kampanye yang paling berkonsep dan tepat pada target yang dibidik. Kampanye adalah momentum yang tepat untuk menunjukkan bahwa kandidat mengetahui betul berbagai persoalnya nyata, faktual, elementer dan membutuhkan penanganan dimasyarakat.27

Jadi, penulis memilih model kampanye Ostergaard untuk menganalisis hasil temuan data yang penulis dapatkan dilapangan. Karena menurut penulis, model kampanye Ostergaard merupakan model kampanye yang didasarkan temuan-temuan ilmiah yang ada dilapangan. Sang kandidat harus memahami masalah apa yang terjadi dan perlu dihadapi dengan solusi yang diberikan kepada masyarakat itu dalam bentuk kampanye.

3. Kampanye Permanen (Permanent Campaign)

Dalam pemilihan umum yang tengah berlangsung, banyak cara yang dilakukan bagi para calon untuk mendapatkan suara (vote). Setiap kandidat berasal dari latar belakang yang berbeda-beda seperti misalnya pemerintah dalam hal ini calon incumbent atau petahana yang merupakan seseorang yang sedang menjabat dan ingin kembali ikut dalam pemilihan umum. Petahana merupakan

Gubernur atau Wakil Gubernur, Bupati atau Wakil Bupati, dan Walikota atau

Wakil Walikota yang sedang menjabat menurut surat edaran peraturan KPU

(Komisi Pemilihan Umum) nomor 9 tahun 2015.28 Setiap kandidat berhak

27 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra (Jakarta: Laswell Visitama, 2010), h. 46. 28 Komisi Pemilihan Umum, “Surat Edaran Peraturan KPU.”, Diunduh melalui www.kpu.go.id/download. Pada 8 februari 2017.

40

memiliki kesempatan untuk melakukan proses kampanye secara terbuka maupun tertutup yang merupakan bagian dari pemilihan umum baik itu petahana ataupun bukan.

Kampanye politik memang harus dilakukan secara permanen karena politik tidak terbatas hanya saat pemilihan umum berlangsung saja tetapi sebelum pemilu juga sangat berperan penting dalam pembentukan image calon kandidat karena akan berpengaruh terhadap perilaku pemilih dalam melihat kualitas satu calon dengan calon lainnya.29 Pemerintah dalam hal ini petahana yang ingin mendapatkan kekuasaannya kembali tentunya dapat menggunakan kebijakannya untuk mengambil hati masyarakat dengan berbagai cara yaitu salah satunya dengan kampanye permanen.

Kampanye permanen (permanent campaign) adalah penggunaan jabatan oleh pejabat, lembaga pemerintah, politisi dan partai politik guna membangun dan mempertahankan dukungan publik terhadap mereka dalam bentuk kebijakan yang dibuat selama menjabat.30 Terlebih ketika ia dalam hal ini calon kandidat telah memenangkan pemilu penting baginya untuk menerapkan prinsip dan teknik marketing selama menjabat karena hal ini tentu penting baginya dan pemerintah untuk mendapat respon baik dan tetap berorientasi pada kepentingan rakyat.

Pada saat kampanye dimulai seorang petahana tentunya diuntungkan karena selama ia menjabat kebijakan yang buat dan mendapat respon baik dari masyarakat walaupun tetap kembali kepada masyarakat memandang apakah

29 Firmanzah, Marketing Politik “Antara Pemahaman dan Realitas” (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), h. 257. 30 Salvatore Simarmata, Media & Politik “Sikap Pers Terhadap Pemerintah Koalisi di Indonesia.”, h. 15.

41

berhasil ataupun gagal tentu secara sadar ataupun tidak itu adalah kampanye.

Inilah sisi keuntungan yang di dapat oleh petahana dibanding calon lainnya yang baru masuk dalam area pemilihan umum. Karena, bagi kandidat yang sedang menjabat dan mencalonkan kembali kebijakan selama menjabat adalah kampanye permanen.

Dari sisi kampanye politik ketika kandidat telah terpilih maka ia harus mempertahankan kerja bagus yang ia buat untuk mendapat kepercayaan dari masyarakat. Dalam proses memegang kekuasaan, teori kampanye permanen

(permanent campaign) ini berlangsung jika selama menjabat ia melakukan kesalahan ini tentunya menjadi sasaran serangan kampanye dari rival-rival politiknya. Sebaliknya jika selama menjabat kerjanya bagus maka akan mendapat apresiasi tersendiri dari masyarakat yang tentunya akan berpengaruh dalam pemilihan selanjutnya.

42

BAB III

GAMBARAN UMUM BASUKI TJAHAJA PURNAMA DAN DJAROT

SAIFUL HIDAYAT DALAM PILKADA DKI JAKARTA 2017

A. Profil DKI Jakarta

DKI Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia merupakan kota berpenduduk paling besar dan paling padat daripada kota-kota lainnya yang berada di Republik Indonesia dengan jumlah penduduk 9.988.495 Jiwa. Secara geografis DKI Jakarta terletak pada dataran rendah pantai utara bagian barat pulau jawa atau teluk Jakarta dengan 106 40” 35” Bujur Timur dan 06 10” 37” Lintang

Selatan yang memiliki luas wilayah 664,01 Km2 dengan Batas wilayah Provinsi

DKI Jakarta meliputi sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten/Kota Bekasi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tangerang dan Kota Depok, sebelah Barat berbatasan dengan Kota Tangerang dan sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.1

Ditinjau dari sejarah perkembangannya, Jakarta merupakan singkatan dari

Jayakarta, sebuah nama yang diberikan oleh Fatahillah atau Faletehan yang berarti, “kemenangan yang jaya atau sempurna”. Dahulu Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad setelahnya kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang banyak dikunjungi. Pengetahuan awal mengenai Jakarta terkumpul sedikit melalui berbagai prasasti yang ditemukan di kawasan bandar

1 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, “Letak Geografis DKI Jakarta.”, Diunduh melalui http://www.jakarta.go.id/v2/news/2008/01/Geografis-Jakarta#.VxEJW0x97IU. Pada 27 Februari 2017.

43

tersebut. Keterangan mengenai kota Jakarta sampai dengan awal kedatangan para penjelajah Eropa dapat dikatakan sangat sedikit.2

Nama Jayakarta kemudian diganti menjadi Batavia. Keadaan alam Batavia yang berawa-rawa mirip dengan negeri Belanda, tanah air mereka menjadi alasan diubahnya jayakarta menjadi batavia. Semangat nasionalisme Indonesia di canangkan oleh para mahasiswa di Batavia pada awal abad ke-20. Sebuah keputusan bersejarah yang dicetuskan pada tahun 1928 yaitu itu Sumpah Pemuda berisi tiga buah butir pernyataan, yaitu bertanah air satu, berbangsa satu, dan menjunjung bahasa persatuan: Indonesia. Selama masa pendudukan Jepang

(1942-1945), nama Batavia diubah lagi menjadi Jakarta.3

Pada 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno membacakan Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia di Jakarta dan Sang Saka Merah Putih untuk pertama kalinya dikibarkan. Kedaulatan Indonesia secara resmi diakui pada tahun 1949.

Pada saat itu juga Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada tahun 1966, Jakarta memperoleh nama resmi Ibukota Republik Indonesia.

Hal ini mendorong laju pembangunan gedung-gedung perkantoran pemerintah dan kedutaan negara sahabat.4

Kekayaan budaya serta pertumbuhannya yang dinamis merupakan sumbangan penting bagi Jakarta menjadi salah satu kota metropolitan terbesar pada abad ke-21. Sebagai kota yang telah melalui bermacam ragam sejarah ini kota Jakarta sekarang ini dikelola oleh pemerintah daerah khusus ibukota Jakarta

2 Eni Setiani, DKK. Ensiklopedia Jakarta, Profil Kota Jakarta, Jakarta Tempo Doeloe, Kini & Esok, (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2009), h. 4. 3 Ibid. 4 Ibid.

44

yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Pups tahun 1961. Maupun berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1961 mengenai “Pernyataan

Daerah Ibukota Jakarta Raya”, tetapi sebagai ibukota, Negara Republik

Indonesia.5

B. Dinamika Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017

Dalam dinamika Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia, DKI Jakarta sebagai ibukota negara Republik

Indonesia adalah salah satu kota yang ikut serta dalam Pilkada serentak 2017.

Provinsi yang memiliki berbagai macam suku, agama, adat, maupun latar belakang yang berbeda satu sama lain ini, bahkan penduduk kewarganegaraan asing juga tinggal dan menetap di DKI Jakarta. Dapat dikatakan DKI Jakarta menjadi kota yang kompleks dan heterogen. Sebagai kota metropolitan yang menjadi pusat bisnis di Indonesia, DKI Jakarta menjadi faktor penarik bagi penduduk dari luar DKI Jakarta untuk mengadu nasib. Akibatnya DKI Jakarta semakin padat akan penduduk.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta jumlah penduduk

DKI Jakarta tahun 2015 sebanyak 10.177.924 jiwa.6 Dengan tingginya jumlah penduduk tersebut serta arus urbanisasi yang terus meningkat setiap tahunnya menimbulkan banyak persoalan lain di DKI Jakarta seperti kemacetan, layanan infrastruktur dan fasilitas jalan yang terbatas tidak mampu lagi menampung pengguna jalan yang terus bertambah. Daya tampung wilayah kota juga menjadi

5 Ibid. 6 BPS DKI Jakarta, ”Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta 2015.”, Diakses melalui https://jakarta.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/91 pada 8 mei 2017.

45

permasalahan di DKI Jakarta, karena tidak mencukupinya lahan pemukiman membuat banyaknya pemukiman illegal, yang rawan akan banjir, kebakaraan serta kriminalitas di DKI Jakarta, untuk menyikapi permasalahan tersebut pemerintah provinsi DKI Jakarta menjadi faktor penting. Dengan adanya pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Indonesia yang merupakan amanah langsung dari gerakan reformasi tahun 1998 sebagai wujud implementasi demokrasi di Indonesia merupakan salah satu wadah untuk meningkatkan kualitas ide dan gagasan terkait permasalahan yang ada di DKI Jakarta.

DKI Jakarta sebagai salah satu provinsi yang menjadi peserta Pilkada serentak tahun 2017 merupakan provinsi yang paling banyak menarik perhatian seluruh rakyat Indonesia karena posisinya sebagai ibukota. Dalam prosesnya terdapat berbagai isu kampanye. Akan tetapi, isu kampanye yang bergulir cukup kencang dan menjadi sorotan seluruh rakyat Indonesia yaitu terkait isu SARA

(Suku, Agama, Ras dan Antar golongan) dalam hal ini kasus penistaan atau penodaan agama yang menjerat salah satu pasang calon yaitu calon petahana

Basuki Tjahaja Purnama yang dianggap sebagai penista agama.

Proses pendaftaran calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada Pilkada serentak DKI Jakarta terbilang cepat yaitu pada tanggal 21 september 2016 sampai 23 september 2016 dan ditetapkan pada 24 september 2016 yang menghasilkan 3 pasang calon. Kemudian melalui Surat Keputusan Komisi

Pemilihan Umum Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta nomor: 57/Kpts/KPU-

Prov-010/TAHUN2016 yang menetapkan 3 pasang calon. Tiga pasang calon ini

46

akan melalui masa kampanye yang berlangsung pada 28 Oktober 2016 sampai 11

Februari 2017.

Gambar III.1 Tiga Pasang Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017

Sumber: Ahokdjarot.id

Nomor urut 1 yaitu Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni kemudian disingkat AHY-Sylvi, nomor urut 2 yaitu Basuki Tjahaja Purnama dan

Djarot Saiful Hiayat kemudian disingkat Ahok-Djarot, dan nomor urut 3 Anis

Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno kemudian disingkat Anies-

Sandi.7 Ketiga pasang calon ini memang terdiri dari latar belakang yang berbeda mulai dari kalangan akademisi, militer hingga calon petahana.

Para bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur ini tentunya perlu memperhatikan karakteristik penduduk dan pemilih di DKI Jakarta untuk merancang strategi yang tepat untuk mendapatkan dukungan dalam hal suara

(vote) pada pemilihan umum 2017.

Setiap pemilih pada kelompok umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, status perkawinan, tingkat pendidikan dan asal daerah tertentu serta usia dan tingkat

7 Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Pengumuman dan penetapan pasangan calon kandidat putaran pertama.”, Diunduh melalui http://kpujakarta.go.id/file_data/PENGUMUMAN%20CALON.docx.pdf. Pada 20 Maret 2017.

47

Pendidikan memiliki perilaku serta kecenderungan memilih yang berbeda. setiap masing-masing kandidat perlu mempetakan karakteristik demografi pemilih tersebut untuk dapat meraih perolehan suara yang maksimal.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, jumlah terbesar penduduk DKI Jakarta berada pada kelompok umur 25 tahun sampai 34 tahun.8

Kelompok umur tersebut dikategorikan sebagai pemilih dewasa muda (young adult) dan menjadi salah satu faktor penentu kemenangan calon Gubernur dan

Wakil Gubernur DKI Jakarta.

DKI Jakarta saat ini sedang berada dalam periode bonus demografi.

Penduduk usia produktif mencapai lebih dari 71% dengan jumlah manula sekitar

4%, komposisi penduduk laki-laki dan perempuan relatif berimbang sebanyak

5.115.357 (laki-laki) dan 5.062.567 (perempuan), sekitar 70% calon pemilih berstatus sudah/pernah menikah.9 DKI Jakarta juga merupakan provinsi dengan tingkat Pendidikan penduduk terbaik di Indonesia. Banyaknya pendatang yang tidak lahir di Jakarta juga merupakan pengelompokan yang penting, sebanyak

44% penduduk DKI Jakarta ialah pendatang dan tidak lahir di DKI Jakarta. Akan tetapi, penduduk DKI Jakarta yang relatif terbuka dan telah terjadi pembauran budaya, asal daerah pemilih tidak menjadi faktor utama dalam pemilihan. Pemilih yang rasional dengan Pendidikan tinggi tetap mempertimbangkan kapasitas dari kepemimpinan serta gagasannya untuk DKI Jakarta.

8 BPS DKI Jakarta, ”Kependudukan.”, Diakses melalui https://jakarta.bps.go.id/Subjek/view/id/12#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 pada 8 mei 2017. 9 Ibid.

48

Sekitar 62% calon pemilih berstatus pekerja dan 38% lainnya tidak bekerja dalam hal ini ibu rumah tangga, pensiunan, mahasiswa/pelajar dan sebagainya.

Sekitar 13% masyarakat DKI Jakarta yang memilih di Pilkada 2017 adalah pemilih pemula yang memberikan hak suara (vote) untuk pertama kalinya.10 Lebih dari 90% pemilih pemula berstatus belom menikah dan masih tinggal Bersama orang tua. Walaupun tinggal Bersama orang tua belum tentu pilihan mereka sama dengan orang tua mereka. Terkadang bisa dari teman seumuran yang akan mempengaruhi keputusan para pemilih pemula, pemilih pemula disini diasumsikan lahir antara tahun 1996-2000. Dengan banyaknya akses media sosial para pemilih pemula cenderung paham dan mengikuti situasi politik yang berkembang sebagai salah satu pertimbangan dalam memiih.

Pada Pilkada DKI Jakarta 2017 ini terjadi dua putaran yang menghasilkan dua pasang calon untuk maju kembali diputaran kedua yaitu Ahok-Djarot dan

Anies-Sandi. Melalui masa kampanye yang ditetapkan oleh KPU pada 7 Maret

2017 sampai 15 April 2017 kemudian pemilihan umum putaran kedua berlangsung pada 19 April 2017.

10 Ibid.

49

C. Profil Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat.

1. Profil Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)

Tabel III.C.1 11 Profil Basuki Tjahaja Purnama Nama Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM Tempat/Tanggal Lahir Manggar, 29 Juni 1966 Pantai Mutiara Blok J No. 39, RT/RW. 006/016, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Alamat Utara Mati adalah keuntungan dan hidup untuk Moto Hidup mewujudkan keadilan sosial Riwayat SDN No. 03, Gantung, Belitung Timur 1971-1977 Pendidikan SMP Negeri 1, Gantung, Belitung Timur 1978-1981 SMA Swasta III PSKD, Jakarta 1981-1984 Universitas Trisakti, Teknik Geologi 1990 Sekolah Tinggi Prasetya Mulya, Magister manajemen, Jakarta 1994 Pengalaman Direktur Eksekutif Center for Democracy and Pekerjaan Transparency 2007-2009 Direktur PT. Nurindra Ekapersada 1992-2005 Staf Direksi bidang analisa biaya & keuangan PT. Simaxindo Primadaya 1994-1995 Anggota DPRD kab. Belitung Timur Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) 2004-2005 Bupati Kabupaten belitung timur 2005-2006 Anggota DPR RI Partai Golongan Karya 2009-2012 Wakil Gubernur Prov. DKI Jakarta 2012-19 november 2014 Gubernur Prov. DKI Jakarta 2014-2017 Pengalaman Sekretaris Jendral Partai Perhimpunan Indonesia Baru Organisasi 2007 Sumber: Arsip KPUD DKI Jakarta

11 Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Profil Cagub dan Cawagub.”, Diunduh melalui http://kpujakarta.go.id/file_data/PROFIL%20CAGUB.rar. Pada 15 Maret 2017.

50

Basuki Tjahaja Purnama merupakan Gubernur DKI Jakarta yang ke-17, menggantikan Joko Widodo yang naik menjadi presiden Republik Indonesia yang ke-7. Ahok telah menggeluti dunia politik selama 12 tahun. Baginya berpolitik adalah perlawanan terhadap status quo yang korup untuk mewujudkan keadilan sosial. Dengan berpegang teguh kepada Konstitusi dan bukan tunduk pada konstituen, Ahok membuktikan prinsip pemerintahan yang BTP (Bersih,

Transparan, dan Profesional) bisa diwujudkan di Indonesia.12

Ahok memilih masuk politik di tahun 2004. Ia maju menjadi calon legislatif tingkat kota di Belitung Timur meskipun ketika itu ditawari oleh satu partai besar untuk menjadi anggota DPR-RI. Ahok meyakini teori politik

Abraham Lincoln, Presiden ke 16 Amerika Serikat, “Kalau anda mau menguji karakter seseorang, berikan orang itu kekuasaan”. Panggung yang terbaik dan termurah untuk menguji karakter seseorang adalah dengan menjadi anggota

DPRD.13 Bermodalkan pendidikan politik selama menjadi anggota legislatif di

DPRD Belitung timur itu ahok mundur dari jabatannya dan mencalonkan diri menjadi bupati Belitung Timur di tahun 2005, setelah mengantongi suara 37,13% dan menjadi bupati Belitung Timur periode 2005-2010.14

Untuk menjadi anggota DPRD sebelum menjadi bupati, Ahok sejak awal memilih berkampanye dengan cara yang berbeda dari yang dilakukan caleg lainnya. Ahok menolak membagikan kaos dan uang, dan memilih membagikan kartu namanya kepada warga. Ahok percaya bahwa dirinya dalam berpolitik

12 Rahayu Ayuningtias, “Siapa Ahok”, Artikel ini diakses melalui https://ahokdjarot.id/profil/siapa-ahok Pada 19 Maret 2017. 13 Ibid. 14 A. Yogaswara, DKK. Jokowi-Ahok Pemimpin yang Biasa-Biasa Saja. (Yogyakarta: Medpress. 2012), h. 163.

51

adalah untuk menjadi pelayan rakyat, sehingga ia tidak mau memberikan uang ataupun kaos kepada masyarakat, Cara ini juga Ahok gunakan untuk menyaring pendukungnya yang benar-benar loyal dan memilihnya, bukan sekedar pekerja politik yang mencari uang.15

Karena kedekatannya, membuat masyarakat mendorong Ahok mendaftar sebagai Bupati Belitung Timur. Pada masa kampanye Ahok melakukan kampanye dengan cara yang tidak biasa, yaitu dengan mangajar dan melayani langsung rakyat dengan memberikan nomor ponsel pribadinya. Menjadi Bupati Belitung

Timur hanya 18 bulan, Ahok mampu melaksanakan pelayanan yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat, seperti kesehatan gratis, sekolah gratis, pengaspalan jalan sampai pelosok-pelosok daerah dan perbaikan pelayanan publik. Hal ini terjadi dikarenakan pengalamannya sebagai pengusaha dan juga anggota DPRD yang mengerti tentang birokrasi serta sistem tatanan keuangan.16

Selama 8 tahun sejak menjadi anggota DPRD Belitung Timur sampai menjadi anggota DPR-RI, Ahok konsisten menjalankan prinsip BTP. Rekam jejak

Ahok yang pernah menjadi pejabat publik, baik sebagai eksekutif maupun legislatif, menjadi bekal sangat berharga bagi Ahok untuk maju ke panggung yang lebih tinggi. Di tahun 2012, Joko Widodo meminang Ahok yang sebelumnya

Ahok sudah dipersiapkan oleh partai Gerindra yang didaulat sebagai sebagai calon

Wakil Gubernur DKI Jakarta mendampingi Joko Widodo yang diusung oleh PDI

Perjuangan. Berdasarkan hasil rekapitulasi sah KPU provinsi DKI Jakarta, pasangan Jokowi-Ahok berhasil meraup 2.472.130 (53,82%) suara mengungguli

15 Rahayu Ayuningtias, “Siapa Ahok”, Artikel ini diakses melalui https://ahokdjarot.id/profil/siapa-ahok Pada 19 Maret 2017. 16 A. Yogaswara, DKK. Jokowi-Ahok Pemimpin yang Biasa-Biasa Saja, h. 165.

52

pasangan dan Nachrowi Ramli yang mendapatkan 2.120.815

(46,16%) pada pilgub Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 putaran kedua.17

Ketika menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok memiliki pandangan pemimpin harus bebas dari korupsi dan berani membeberkan harta dan pajakanya, serta pemimpin harus siap membuka semua anggarannya untuk publik.

Menurutnya dari sisi birokrasi Jakarta lebih mudah karena walikota dipilih langsung oleh Gubernur sehingga bila ada birokrat yang tidak sesuai bisa langsung diatasi oleh Gubernur.18

Selama Menjabat sebagai orang nomor satu di Ibukota Republik Indonesia ini tidak membuat Ahok kehilangan karakternya yang dekat dan terbuka kepada masyarakat. Ahok menjadikan Balaikota DKI Jakarta yang dahulu terkesan tertutup dengan menerima masyarakat yang mau bertemu langsung dengannya setiap hari. Pengaduan masyarakat yang sejak menjadi Bupati Belitung Timur telah dilakukan juga terus dilanjutkan hingga hari ini, di mana pengaduan warga yang masuk mencapai ribuan per harinya. Ahok juga melanjutkan kebiasaannya menghadiri resepsi pernikahan warga di akhir pekan, yang sekaligus digunakan untuk blusukan dan melihat kondisi di lapangan. Dari hasil kerja kerasnya membuahkan hasil yang nyata dan sangat dirasakan dan diapresiasi warga DKI.

Tidaklah mengejutkan jika ia dengan mulus memperoleh satu juta dukungan warga DKI untuk maju melalui jalur independen. Dengan modal politik tersebut,

Ahok berhasil membuat partai-partai politik besar tuntuk mengusungnya.

17 Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Laporan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2012.”, Diunduh melalui https://kpujakarta.wordpress.com/data/ Pada 12 April 2016. 18 A. Yogaswara, DKK. Jokowi-Ahok Pemimpin yang Biasa-Biasa Saja, h. 179-180.

53

2. Profil Djarot Saiful Hidayat

Tabel III.C.2 19 Profil Djarot Saiful Hidayat Nama Drs. Djarot Saiful Hidayat, MS Tempat/Tanggal Lahir Magelang, 06 Juli 1962 Alamat Jl. Mega kuningan barat III / Blok E 35 No. 11. RT/RW. 004/005 kelurahan kuningan timur, kecamatan setia budi, Jakarta Selatan Moto Hidup Isi hidupmu dengan mengabdi kepada sesama, bangsa dan negara Riwayat Pendidikan SD Raden Saleh Surabaya 1968-1974 SMPN 4 Surabaya 1974-1977 SMA TNH-Mojokerto 1977-1981 Universitas Brawijaya 1986 Universitas Gajah Mada 1991 Pengalaman Pekerjaan Dosen Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 1986 Pembantu Dekan I Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 1989-1991 Dekan FIA Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 1991-1997 Pembantu Rektor I Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya 1997-1999 Ketua Komisi DPRD Prov. Jawa Timur 1999-2000 Wali Kota 2000-2010 Anggota DPR RI 1 oktober 2014 - 12 Desember 2014 Wakil Gubernur Prov. DKI Jakarta 17 Desember 2014 – 2017 Pengalaman Ketua DPC GMNI-Brawijaya 1981-1986 Organisasi ketua PA-GMNI Jawa Timur 2010-2015 Ketua Apeksi 2005-2010 Sumber: Arsip KPUD DKI Jakarta

Djarot Saiful Hidayat merupakan salah satu tokoh di Indonesia yang memiliki rekam jejak kebijakan yang konsisten berpihak kepada rakyat kecil.

Djarot mengedepankan komunikasi dan pendekatan turun langsung atau yang

19 Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Profil Cagub dan Cawagub.”, Diunduh melalui http://kpujakarta.go.id/file_data/PROFIL%20CAGUB.rar. Pada 16 Maret 2017.

54

biasa kita kenal dengan sebutan „blusukan‟ untuk menciptakan inovasi kebijakan bagi warga Jakarta. Pengalaman menjadi Wali Kota Blitar selama dua periode,

2000-2010 dengan keberhasilannya dalam menata Pedagang Kaki Lima (PKL) di

Kota Blitar, Jawa Timur, menjadi alasan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja

Purnama, atau yang akrab disapa Ahok, melirik Drs. Djarot Saiful Hidayat, MSi untuk dijadikan sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.20

Posisi Wakil Gubernur kosong setelah Ahok dilantik menjadi Gubernur

DKI Jakarta periode 2012-2017 menggantikan Joko Widodo yang terpilih menjadi

Presiden RI ke-7. Pada tanggal 17 Desember 2014, Djarot resmi dilantik menjadi

Wakil Gubernur DKI Jakarta hingga sekarang.21 Melihat sosok Djarot yang santun dalam bersikap, bertindak dan berbicara serta memiliki pendekatan dari hati ke hati terhadap pegawai negeri sipil termasuk masyarakat, membuat Ahok yakin Djarot mampu menjadi penyeimbangnya dalam menjalankan roda pemerintahan di Provinsi DKI Jakarta.

Perjalanan karir politik Djarot mengantarnya hingga menjadi Walikota

Blitar. Dalam pemilihan oleh DPRD Kota Blitar tahun 2000, Djarot terpilih menjadi Wali Kota Blitar ke-21 periode 2000-2005. Dalam Pilkada berikutnya,

Djarot dipercaya rakyat Blitar kembali menjabat Walikota untuk periode kedua

(2005 - 3 Agustus 2010). Dalam Pemilu 2014, Djarot terpilih menjadi Anggota

DPR RI Fraksi PDI Perjuangan (2014-2019). Namun pada Desember 2014, jabatan Anggota DPR RI tersebut dilepaskannya setelah Gubernur DKI Jakarta

Basuki Tjahaja Purnama yang baru saja dilantik menggantikan Presiden RI

20 Rahayu Ayuningtias, “Siapa Djarot”, Artikel ini diakses melalui https://ahokdjarot.id/profil/siapa-ahok Pada 19 Maret 2017. 21 Ibid.

55

Jokowi, memilih dan melantiknya menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, 17

Desember 2014 – 20 Oktober 2017, menggantikan posisi Ahok sendiri sebagai

Wakil Gubernur.22

Selama menjadi Wali Kota Blitar, Djarot berhasil menata 1000an pedagang kaki lima yang dulunya kumuh di kompleks alun-alun menjadi tertata rapi dengan konsep matang yang telah ia rencanakan. Tidak hanya itu, Djarot juga membatasi mall dan supermarket karena ia lebih suka pedagang kaki lima mendominasi perekonomian dikotanya.23 Dengan keberhasilannya tersebut, tak heran jika Djarot dijuluki sebagai pakar pasar tradisional. Kebijakannya tersebut berhasil mendongkrak perekonomian di Blitar.

Djarot berhasil mendapatkan berbagai macam penghargaan selama menjabat Wali Kota. Di antaranya, Penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan

Otonomi daerah pada tahun 2008, serta selama tiga tahun berturut-turut meraih

Piala Adipura dengan kategori Kota Terbersih. Kemudian ia juga mendapatkan

Penghargaan Upakarti (2007), Peringkat Pertama penerapan E-Government di

Jawa Timur (22 Maret 2010), dan Penghargaan atas terobosan inovasi daerah se-

Provinsi Jawa Timur (30 April 2008).24

Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta melantik Djarot

Saiful Hidayat menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta pada 17 Desember 2014 di

Gedung Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta. Tak lama setelah dilantik, sosok

Djarot yang sederhana tidak berubah sama sekali. Blusukan tetap menjadi bagian

22 Ibid. 23 Giri Lingga Herta Pratama, “Djarot Saiful Hidayat.” Diakses melalui https://profil.merdeka.com/indonesia/d/djarot-saiful-hidayat/ Pada 21 Maret 2017. 24 Ibid.

56

dari rutinitasnya sebagai Wakil Gubernur DKI. Dalam setiap kesempatannya blusukan ke pemukiman padat penduduk, Djarot tak segan-segan duduk bersama dengan warga. Ia akan makan bersama dengan makanan dan minuman yang sama dengan warga.

Pengalamannya menata pasar di Blitar ia bawa ke Jakarta untuk menata keberadaan minimarket yang telah menghimpit pedagang kelontong kecil dan pasar tradisional di Jakarta. Selang satu hari setelah dilantik, Djarot mengatakan keinginannya untuk mengevaluasi keberadaan minimarket di Ibu Kota. Setiap minimarket di kelurahan dan kecamatan harus dikontrol. Menurutnya, minimarket tidak bisa dibiarkan tumbuh berkembang pesat.25

Saat ini, Djarot kembali mendampingi Ahok maju sebagai Calon Wakil

Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada 2017. Karakter Djarot menjadikan pasangan ini saling melengkapi. Rekam jejak pasangan ini juga sudah teruji selama dua tahun dan terbukti mampu melakukan terobosan-terobosan yang dapat dirasakan masyarakat. Terobosan-terobosan yang bukan hanya mampu mengubah wajah

Jakarta, tetapi juga mengubah standar kepemimpinan di Indonesia.

Gambar III.2

Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat

25 Rahayu Ayuningtias, “Siapa Djarot”, Artikel ini diakses melalui https://ahokdjarot.id/profil/siapa-djarot. Pada 21 Maret 2017.

57

Sumber: Ahokdjarot.id

D. Program Kerja, Visi dan Misi

Lima tahun ke depan (2017-2022) Visi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat untuk DKI Jakarta adalah:26

“Jakarta sebagai etalase kota Indonesia yang modern, tertata rapi,

manusiawi dan fokus pada pembangunan manusia seutuhnya dengan

kepememimpinan yang bersih, transparan dan professional.”

Visi tersebut akan dilaksanakan dengan lima misi, yaitu:

1. Mewujudkan pemerintahan yang bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

(KKN), terbuka dan melayani warga.

2. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar warga, yaitu jaminan kesehatan,

jaminan pendidikan, hunian yang layak, bahan pangan yang terjangkau,

transportasi publik yang ekonomis dan lapangan pekerjaan serta usaha

agar seluruh warga berkesempatan memperoleh kehidupan yang lebih baik

sehingga indeks kebahagiaan kota Jakarta menjadi salah satu yang

tertinggi di antara kota-kota di dunia.

3. Menciptakan sumber daya manusia yang tangguh lahir dan batin,

kompeten, dan berdaya saing global dengan indeks pembangunan manusia

yang setara dengan kota-kota maju di dunia.

4. Menata kota sesuai perubahan zaman untuk mendukung kemajaun

ekonomi, keberlangsungan lingkungan dan kehidupan sosial budaya

warga.

26 Ahokdjarot.com, “Visi dan Misi Ahok-Djarot.”, Artikel ini diakses melalui https://ahokdjarot.id/visi-misi-ahok-djarot. Pada 9 Mei 2017.

58

5. Membangun kehidupan kota yang berbasis teknologi dan berinfrastruktur

kelas dunia dengan warga yang berketuhanan, berbudaya, bergotong

royong, berwawasan, toleran, partisipatif dan inovatif.

Tabel III.D.1 27 Program Kerja Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 Reformasi Menjadikan birokrasi Pemerintah Daerah (Pemda) Birokrasi jakarta sebagai institusi pelayan masyarakat yang semakin profesional dan dipercaya.

Pendidikan Menjamin akses pendidikan untuk seluruh warga dan meningkatkan kualitas pendidikan di jakarta agar setara dengan kota-kota maju di dunia. Kesehatan Menjamin akses kesehatan untuk seluruh warga dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Jakarta agar setara dengan kota-kota maju di dunia. Ekonomi Menjadikan Pemda sebagai salah satu aktor ekonomi utama untuk menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi. Penanggulangan Membebaskan Jakarta dari persoalan banjir menahun Banjir yang disebabkan oleh banjir kiriman, air pasang, dan distribusi aliran air hujan yang tidak merata. Penataan Kota Mewujudkan kota yang semakin nyaman bagi warga

Transportasi Membebaskan Jakarta dari kemacetan dengan mendorong perbaikan transportasi publik dan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Optimalisasi Memaksimalkan penggunaan teknologi untuk Teknologi meningkatkan kualitas pelayanan Pemda dan kenyamanan hidup warga. Pariwisata & Menjadikan Jakarta sebagai kota destinasi pariwisata Kebudayaan utama di indonesia dan Asia Tenggara, dan menjadikan pariwisata sebagai salah satu penggerak utama perekonomian Jakarta.

27 Ahokdjarot.id, “Jakarta Baru.”, Diakses melalui https://ahokdjarot.id/jakarta-baru Pada 21 Maret 2017.

59

Sosial Menjamin keberlangsungan hidup warga yang berkebutuhan khusus.

Lingkungan Hidup Mewujudkan kota yang berkesinambungan dan ramah lingkungan. Sumber: Ahokdjarot.id

E. Profil Tim Pemenangan Pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot

Saiful Hidayat

1. Koalisi Partai Pengusung dan Pendukung

Dalam proses pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur terdapat koalisi partai yang terdiri dari partai pengusung dan partai pendukung. Partai pengusung merupakan partai-partai yang memiliki perWakilan di parlemen, sementara partai pendukung atau yang diartikan juga sebagai partai yang tidak memiliki perWakilan dalam parlemen yaitu terdiri dari partai-partai kecil yang mendukung pasangan calon tersebut. Pada Pilkada DKI Jakarta 2017 pasangan Basuki Tjahaja

Purnama dan Djarot Saiful Hidayat diusung oleh partai-partai sebagai berikut:

Tabel III.E.1 28 Partai Pengusung Koalisi Parlemen Ketua Partai No Partai Kursi di Parlemen Provinsi PDI 1 Adi Wijaya 28 Perjuangan 2 Partai Hanura Mohamad Sangaji 10 Fayakhun 3 Partai Golkar 9 Andriadi Victor B. 4 Partai Nasdem 5 Laiskodat Sumber: Ahokdjarot.id

28 Ahokdjarot.id, “Partai Pendukung Ahok-Djarot.”, Diakses melalui https://ahokdjarot.id/partai-pendukung. Pada 21 Maret 2017.

60

Dari tabel di atas, terdapat 4 partai yang mendeklarasikan dirinya untuk mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat dalam putaran pertama Pilkada DKI Jakarta yang merupakan partai pengusung yang memiliki perwakilan dalam parlemen. Dalam partai-partai pengusung tersebut calon Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan calon yang tidak tergabung menjadi anggota partai manapun atau non-partai, meskipun sebelumnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pernah tergabung dalam partai politik yaitu partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), sementara Djarot

Saiful Hidayat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Semua partai pengusung baik itu kecil maupun besar baik yang memiliki kursi lebih banyak ataupun sedikit di parlemen, sepakat untuk bersatu memenangkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat.

Sementara itu pasangan Ahok-Djarot juga didukung oleh partai pendukung non- parlemen seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dipimpin Dzan Faridz serta

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dipimpin oleh Grace Natali sebagai partai baru yang berkomitmen mendukung pasangan Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI

Jakarta 2017.

2. Tim Pemenangan dan Relawan

a. Tim Pemenangan

Partai-partai pengusung dan pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) –

Djarot Saiful Hidayat ini membentuk „Tim Pemenangan‟ yang secara struktural menempatkan pimpinan-pimpinan partai wilayah DKI Jakarta untuk masuk

61

kedalam tim ini dan juga banyak profesi lainnya yang tergabung dalam tim pemenangan Ahok-Djarot ini. Adapun tim pemenangan ini terdiri sebagai berikut:

Tabel III.E.2 29 Susunan Struktur Tim Pemenangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat No Jabatan Nama Pekerjaan 1 Ahmad Basarah Anggota DPR RI 2 Eriko Sotarduga Anggota DPR RI 3 Jeffri Darmadi Karyawan Swasta Effendy Choirie (Gus 4 Dewan Pengarah Choy) Anggota DPR RI 5 Dadang Rusdiana Anggota DPR RI 6 Agun Gunanjar Sudarsa Anggota DPR RI 7 Fayakhun Andriadi Anggota DPR RI 8 Gatot Sudariyanto Wiraswasta

9 Ketua Prasetyo Edi Marsudi Ketua DPRD DKI Jakarta Anggota DPRD DKI 10 Mohammad Sangaji Jakarta 11 Basri Baco Wiraswasta Wakil Ketua 12 Wibi Andrino Pengacara Staf Kepala BNP2TKI 13 Yovita Octaviani (non PNS)

Wakil Sekjen DPP Partai 14 Sekretaris TB Ace Hasan Syadzily Golkar 15 Yuke Yurike Anggota DPRD Wakil ketua DPD Hanura 16 Wakil Sekretaris Abdul Canter DKI Jakarta 17 Virgie Baker Swasta 18 Andre J.O Sumual Wiraswasta

19 Bendahara Anggota DPR RI 20 Nadya Pratiwi Purba Swasta Wakil Bendahara 21 Baskara Sukarya Wiraswasta

29 Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Tim Pemenangan Ahok-Djarot.”, Diakses melalui http://kpujakarta.go.id/file_data/16112510134725112016%20tim%20kampanye%20ahok%20djar ot%20lengkap.pdf. Pada 25 Februari 2017.

62

Bendahara DPD Hanura 22 Anies Hasan DKI Jakarta 23 Joice Triatman Wiraswasta Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI 24 Manuhara Siahaan Jakarta

Bidang Sumber 25 Daya dan Kreatif Aria Bima Anggota DPR RI 26 Bidang Data dan Eva Sundari Anggota DPRD Prov. Informasi DKI Jakarta 27 Bidang Mahmudin Muslim Senior Peneliti Perlengkapan dan

Rumah Tangga 28 Bidang Merry Hotma Anggota DPRD Prov. Kampanye dan DKI Jakarta Sosialisasi 29 Bidang Arif Wibowo Anggota DPR RI Penggalangan Massa 30 Bidang Media Martin Manurung Wiraswasta 31 Bidang Saksi Faiz Dwi Hazrian Karyawan Swasta 32 Bidang Hukum Pantas Nainggolan, SH Pengacara dan Advokasi 33 Bidang Khusus Anggota DPR RI 34 Juru Bicara Ahmad Basarah Anggota DPR RI 35 Bidang Keamanan Audi Tambunan Swasta

36 Bidang Koorda Taufik Azhar Anggota DPRD Jakarta Timur 37 Bidang Koorda Farida Listuti Wakil Ketua DPD DKI Jakarta Pusat Jakarta Partai Hanura 38 Bidang Koorda Darmadi Durianto Anggota DPR RI Jakarta Barat 39 Bidang Koorda Jonny Simanjuntak Anggota DPRD prov.

63

Jakarta Utara dan DKI Jakarta Kep. Seribu

40 Bidang Koorda Gembong Warsono Anggota DPRD Prov. Dki Jakarta Selatan Jakarta Sumber: Arsip KPUD DKI Jakarta

b. Tim Relawan

Terdapat 95 relawan yang turut aktif dalam kampanye untuk mendukung

Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat.30 Dalam hal ini penulis fokus terhadap relawan Teman Ahok sebagai relawan yang setia mendukung Basuki

Tjahaja Purnama untuk menjadi Gubernur kembali. Teman Ahok adalah sebuah perkumpulan relawan yang didirikan sekelompok anak muda yang bertujuan untuk membantu dan “menemani” Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam mewujudkan Jakarta Baru yang lebih bersih, maju dan manusiawi. Pada awalnya, Teman Ahok berfokus untuk mengumpulkan Kartu Tanda Pengenal

(KTP) warga DKI Jakarta dalam rangka agar Ahok maju kembali menjadi

Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen atau perseorangan pada Pilkada

DKI Jakarta 2017.31

Gerakan Teman Ahok ini sudah mendapat Surat Keputusan (SK) oleh

Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), salah satu upaya untuk mendukung gerakan Teman Ahok, mereka membuat website temanahok.com.

Gerakan teman Ahok sendiri memang tidak terlepas pada gerakan media sosial

30 Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Relawan Ahok-Djarot.”, Diakses melalui http://kpujakarta.go.id/file_data/16112510123320161125%20relawan%20orang%20seorang%20a hok%20djarot%20lengkap.pdf. Pada 20 Maret 2017. 31 Temanahok.com, “Profil Teman Ahok.”, diakses melalui www.temanahok.com/#about. Pada 20 Maret 2017.

64

dan pengumpulan KTP saja tapi juga pada penyelenggaraan event yang bertujuan untuk mengumpulkan dana kampanye serta penjualan merchaindase Ahok. Teman

Ahok ini didirikan oleh beberapa pemuda, antara lain sebagai berikut:32

Tabel III.E.3 Pendiri Teman Ahok 33 Nama Pendidikan Karir Relawan Jakarta Baru 2012 Aditya Yugi Mahasiswa S1 Jurusan Informasi Karyawan PT. Pharos Prabowo Teknologi, STIMIKA Mandiri Indonesia Koordinator dan Founder Teman Ahok Relawan Jakarta Baru 2012 Amalia S1 Jurusan Ilmu Komunikasi, Kompas Gramedia Ayuningtiyas Universitas Indonesia Founder dan Relawan Teman Ahok Mahasiswa S1 Jurusan Teknologi Relawan Jakarta Baru 2012 Singgih Informasi, Universitas Pamulang Widiyastono Founder dan Relawan (UNPAM) Teman Ahok Relawan Jakarta Baru 2012 Mahasiswa S1 Jurusan Teknologi Muhammad Informasi, Bina Sarana Karyawan Michelin Fathony Informatika (BSI) Founder dan Relawan Teman Ahok Richard Mahasiswa S1 Jurusan Relawan Jakarta Baru 2012 Handris Pendidikan Ilmu Sosial, Purwasaputr Founder dan Relawan Universitas Negeri Jakarta a Teman Ahok Sumber: temanahok.com

32 Ibid. 33 Temanahok.com, “Profil Pendiri Teman Ahok.”, Artikel ini diakses melalui https://temanahok.com/profil-pendiri-teman-ahok. Pada 27 Maret 2017.

65

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Komunikasi Politik Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.

Hadirnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di tahun 2017 ini menjadi momentum berlangsungnya demokrasi di Indonesia. DKI Jakarta sebagai ibukota negara Republik Indonesia merupakan salah satu bagian dari berlangsungnya Pilkada ini.

Selama berjalannya Pilkada 2017 setiap pasangan calon memiliki komunikasi politik tersendiri dan memiliki ciri khas yang membedakan satu calon dengan calon lainnya untuk dapat menarik hati pemilih ibukota negara Republik

Indonesia ini. Pada Pilkada DKI Jakarta 2017 menghasilkan tiga pasang calon,

Ahok-Djarot sebagai salah satu calon yang merupakan petahana memang memiliki keunggulan dari pasangan calon lainnya. Karena, Cara berkomunikasi yang dilakukan Ahok-Djarot sudah melekat dikalangan masyarakat DKI Jakarta.

Basuki Tjahaja Purnama yang dikenal tegas dan galak terhadap apa yang menurutnya tidak benar menjadi keunggulan serta ciri khasnya yang selalu dilihat dan didengar masyarakat DKI Jakarta, sedangkan Djarot Saiful Hidayat bertolak belakang dengan Ahok dikenal sebagai pribadi yang sopan dan santun. Kedua ciri khas yang berbeda namun saling menutupi satusama lain ini dibandingkan dengan pasangan calon lainnya membuat Ahok-Djarot unggul terlebih karena Ahok-

Djarot sedang dan pernah menjabat selama Pilkada DKI Jakarta berlangsung.

Untuk lebih mudah mengetahui proses komunikasi politik Ahok-Djarot sebagai petahana berpengaruh selama kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017

66

peneliti menggunakan lima unsur komunikasi politik pada landasan teori di Bab

II. Unsur tersebut ialah Pertama, siapa komunikator politik yang dapat meyakinkan warga DKI Jakarta. Kedua, pesan politik apa yang akan disampaikan.

Ketiga, melalui media atau saluran apa dalam menyampaikan pesan tersebut.

Keempat, siapa sasaran atau target politik yang dituju oleh Ahok-Djarot pada

Pilkada DKI Jakarta dan Kelima, bagaimana pengaruh atau efek komunikasi tersebut dijelaskan melalui unsur-unsur komunikasi politik dibawah ini, sebagai berikut:

1. Komunikator Politik

Komunikasi politik (political comumunication) ialah suatu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai akibat politik, atau berpengaruh dalam perilaku politik. Maka komunikasi politik dapat diartikan sebagai suatu proses komunikasi politik yang memiliki implikasi atau konsekuensi terhadap aktvitas politik. Akan tetapi, komunikasi politik tidak hanya menyangkut perihal partai politik sebagai komunikator politik, melainkan juga lembaga pemerintahan legislatif dan eksekutif. Dengan demikian, sumber atau komunikator politik adalah mereka yang dapat memberikan informasi kepada khalayak tentang hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik tertentu.1 Dalam penelitian ini sumber atau komunikator politik adalah Tim Pemenangan Ahok-Djarot dan Relawan

TemanAhok serta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat.

Ahok-Djarot dan tim pemenangan menjadi komunikator politik utama yang

1 Hafied Cangara, Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 31.

67

dibantu oleh relawan dalam menyampaikan pesan terkait kampanye pada Pilkada

DKI Jakarta 2017 untuk dapat menjadikan Ahok-Djarot Gubernur dan Wakil

Gubernur DKI Jakarta 2017 – 2022.

a. Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat

Kedua tokoh yang berbeda karakter ini menjadi komunikator politik utama selama masa kampanye. Sosok Basuki Tjahaja Purnama yang tegas dan apa adanya serta sosok Djarot Saiful Hidayat yang santun menjadi kunci utama selama kampanye berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Imadya Staf

Basuki Tjahaja Purnama bahwa:

“Bapak itu ya apa adanya berkomunikasi ke masyarakat dalam menyampaikan kampanyenya dan tetap tegas, seperti misalnya saat kampanye ada yang kesulitan dalam hal ekonomi, bapak kasih kartu nama untuk ditindaklanjuti bukan hanya sekedar janji saat kampanye saja tetapi bukti sesuai tagline beliau yaitu „kerja‟ untuk rakyat dan selama kampanye didaerah pun bapak tidak mau bohongin rakyat kalau emang tidak bisa ya tidak bisa kalo bisa ya bisa itu apa adanya bapak”2

Dari pernyataan Imayda, menjelaskan bahwa Ahok sebagai komunikator utama memang memiliki ciri khas tersendiri sebagai orang yang apa adanya saat kampanye maupun tidak saat berkampanye, bukan seseorang yang dibuat-buat selama berkampanye dalam mendapatkan perhatian masyarakat.

b. Tim Pemenangan Ahok-Djarot

Dalam hal ini, Tim pemenangan yang dibentuk berdasarkan kesepakatan partai politik merupakan bagian penting dari komunikator politik selama masa kampanye. Tim pemenangan cenderung sebagai pihak yang memaparkan dan merumuskan apa yang akan disampaikan kepada masyarakat dan disesuaikan

2 Wawancara penulis dengan staf pribadi Basuki Tjahaja Purnama, Imadya Di balaikota Pemerintah provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 9 Mei 2017.

68

dengan apa yang ingin dilakukan oleh Ahok-Djarot ketika akan memimpin. Maka tim pemenangan sebagai komunikator politik yang terdiri dari kesepakatan partai politik serta sebagaian relawan menjadi faktor penting sebagai pemberi pesan atau komunikator politik saat kampanye berlangsung.

Merry Hotma menjelaskan terbentuknya tim pemenangan sebagai komunikator politik:

“Pertama adanya koalisi partai terlebih dahulu, koalisi partai ini untuk mendukung satu pasangan calon yang disepakati. Ada empat partai yang menyepakati membentuk koalisi ini yaitu Nasdem, Hanura, Golkar dan PDI Perjuangan. Kemudian sesuai peraturan KPUD bahwa setiap pasang calon ini harus membentuk tim pemenangan. Lalu kita membentuk tim sukses ini yang terdiri dari empat partai yang kemudian ditengah jalan PPP versinya Djan Faridz ini bergabung”3

Tim pemenangan ini sebagai komunikator politik memiliki peran penting dalam proses pengiriman pesan karena tim ini yang menentukan dan mendesign serta mendeskripsikan pemikiran serta tujuan dari Ahok-Djarot ini untuk dituangkan selama kampanye dalam berbagai bentuk pesan yang ditujukan untuk masyarakat DKI Jakarta.

c. Relawan

Terdapat 95 relawan yang turut aktif dalam kampanye untuk mendukung

Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat.4 Dalam hal ini tim relawan sebagai penyampai pesan menjadi pihak yang mengirim pesan secara sukarela perseorangan ataupun kelompok selama kampanye kepada masyarakat DKI

3 Wawancara penulis dengan Ketua Bidang Kampanye Ahok-Djarot, Merry Hotma Di Dewan PerWakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 5 Maret 2017. 4 Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Relawan Ahok-Djarot.”, Diakses melalui http://kpujakarta.go.id/file_data/16112510123320161125%20relawan%20orang%20seorang%20a hok%20djarot%20lengkap.pdf. Pada 20 maret 2017.

69

Jakarta. Dari 95 relawan yang terdaftar di KPU, penulis fokus terhadap relawan

Teman Ahok sebagai relawan yang setia mendukung Basuki Tjahaja Purnama untuk menjadi Gubernur kembali.

Singgih Widyastono mengatakan terbentuknya temanahok sebagai relawan dan perannya selama kampanye yaitu:

“Kita menetapkan di tanggal 16 juni 2015 itu kita bikin TemanAhok diresmikan dan berkekuatan hukum tetap ada akte dan segala macam SK (Surat Keputusan) kemenkumham sudah berkekuatan hukum tetap. Nah dari situ kita mulai mengumpulkan KTP untuk mendukung Bapak melalui jalur independent pada awalnya walaupun seiring berjalannya waktu banyak partai yang mendukung mulai dari Nasdem, Hanura, Golkar dan PDI Perjuangan.” 5

“Kita lebih banyak ngurusin darat ya, jadi darat itu mengurusi masyarakat langsung terlepas dari itu kita melakukan banyak hal seperti media sosial yang memang kita punya pengikut setia TemanAhok sendiri, lalu masyarakat yang tidak tau tentang program segala macam kita jelaskan. Jadi itu peran yang dilakukan TemanAhok sih.”6

sebagai komunikator politik dan pemberi pesan, TemanAhok memiliki peran tersendiri sebagai relawan secara perseorangan tidak sebagai tim pemenangan tetapi secara organisasi tergabung dalam tim pemenangan untuk memberi pesan dan penyampai pesan melalui berbagai media terlebih saat debat kampanye Pilkada DKI Jakarta putaran pertama dan kedua. Teman Ahok turut aktif dalam menyampaikan setiap pesan yang terdapat dalam debat publik untuk disampaikan dalam berbagai media maupun penyampaian langsung kemasyarakat.

2. Pesan Politik

5 Wawancara penulis dengan Pendiri Teman Ahok, Singgih Widiyastono Di Pejaten Barat Kantor Teman Ahok, Jakarta, 26 Mei 2017. 6 Ibid.

70

Pesan Politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun non-verbal. Tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot politik.7 Dalam penelitian ini, peneliti menemukan pesan politik yang disampaikan oleh Ahok-Djarot selama masa kampanye untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat DKI Jakarta selain visi-misi dan program kerja adalah pesan politik keberhasilannya selama menjabat menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur yang ditunjukan dalam berbagai saluran dan media politik saat debat publik yang diselenggarakan oleh KPUD DKI Jakarta.

Dalam debat publik yang diselenggarakan KPUD DKI Jakarta ini terdapat tiga kali debat pada putaran pertama dan satu kali debat pada putaran kedua.

Penulis kemudian menganalisisnya dengan berbagai petikan kalimat yang disampaikan dalam setiap debat publik pertama hingga debat publik putaran kedua yang diselenggarakan KPUD DKI Jakarta sebagai berikut:

 Debat publik pertama diputaran pertama yang dibawakan oleh moderator

Ira Koesno bertemakan “Pembangunan sosial ekonomi untuk Jakarta”8

- “Kami memiliki visi-misi program semua terukur dengan angka.

Sebetulnya bagi kami kami suka dengan debat seperti ini kami

mengharapkan adanya masukan-masukan yang baru yang baik untuk

kami memperbaiki jika kami diberi kepercayaan kembali.”

- “Tapi terus terang deh tadi saya mencatat beberapa hal banyak sekali

hal yang disampaikan itu bukanlah sesuatu hal yang baru misalkan tadi

7 Cangara, Komunikasi Politik, h. 31. 8 Debat Publik pertama Pilkada DKI Jakarta, Diunduh melalui https://www.youtube.com/watch?v=I-P6G9OAHVE&t=6238s. Pada 26 April 2017.

71

mengatakan mesti adanya pusat olahraga, pusat budaya, kami telah

menyelesaikan 188 lokasi ruang publik terpadu ramah anak lengkap

dengan pusat olahraganya. Ketika pak Anies mengatakan tidak berani

menutup alexis wah kami sudah menutup stadium dan miles. Begitu

ketemu narkoba kami tutup.”

- “Bagi kami perjuangan kami menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur

itu bukan hafalan dan juga retorika ini membutuhkan visi misi yang

terukur dan dikerjakan dan diimplementasikan. Karena itu perjuangan

kami ini belum selesai. Kami ikut ini untuk apa, untuk minta izin ke

warga dki supaya kami menyelesaikan perjuangan kami yang belum

selesai ini.”

 Debat publik kedua diputaran pertama yang dibawakan oleh dua

moderator yaitu Eko Prasodjo dan Tina Talisa bertemakan ”Reformasi

birokrasi, pelayanan publik dan penataan kawasan perkotaan”9

- “Kami ini bukan superman, kita ngurusin 72.000 pegawai bagaimana

mungkin sungai-sungai dijakarta orang begitu puas begitu bersih,

sampah begitu bersih, pelayanan terpadu satu pintu kami begitu baik

dan saya temukan banyak pns yang naik eselon dua begitu bersyukur

kepada kami. Dia katakan „saya tidak pernah begitu bangga menjadi

pns semenjak bapak menjadi Gubernurlah ada kebanggaan bagi kami,

kami bisa umrahkan keluarga, kami yang tidak berfikir kami yg jujur

ini bisa naik menjadi eselon dua dan kami bawa uang banyak sekali

9 Debat Publik kedua Pilkada DKI Jakarta, Diunduh melalui https://www.youtube.com/watch?v=3jNb-_XPt9Y&t=61s. Pada 27 April 2017.

72

sekarang dan ini halal.‟ Ini yang membuat kami begitu yakin yang

kami lakukan sesuai dengan Undang-Undang Dasar (UUD) aparatur

negara kami lakukan seleksi…”

- “Orang merasa saya itu orangnya main pukul tidak merangkul,

mungkin banyak orang ngga pernah tau hampir semua pernikahan

yang dilakukan oleh pegawai-pegawai rendah di DKI saya hadir semua

bahkan kami mengajak nonton Bersama. Bagaimana mungkin Jakarta

bisa bersih kalo pegawai-pegawainya tidak bekerja dengan hati. Bukan

karena takut tapi mereka merasa ini Jakarta kami Bersama.”

 Debat publik ketiga di putaran pertama yang dimoderatori oleh Alfito

Deannova bertemakan “Kependudukan dan peningkatan kualitas hidup

masyarakat Jakarta”10

- “Bicara tentang perempuan, anak, penyandang disabilitas dan

penanggulangan narkoba, kita bicara tentang keluarga, tentang

komunitas. Oleh karena itu, kami berhasil membangun 188 Ruang

Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) sampai tahun lalu.”

- “Untuk menangani narkoba ada 3 faktor utama yang kita perlu

perhatikan. Yang pertama adalah individunya, yang kedua

lingkungannya dan yang ketiga adalah kemudahan mendapatkan

narkoba. Oleh sebab itu, Strategi yang sudah kita laksanakan adalah

membangun komunitas warganya agar mereka bisa berinteraksi, salah

10 Debat Publik ketiga Pilkada DKI Jakarta, Diunduh melalui https://www.youtube.com/watch?v=9QGdWpvcuQI&t=3097s. Pada 27 April 2017.

73

satunya di RPTRA untuk memberikan penguatan bahwa untuk

melawan narkoba harus dimulai dari individu dan lingkungannya.”

- “Mohon maaf terkadang pasangan nomor urut satu dan dua ini suka

membangun opini yang menyesatkan ya, saya kasih liat ya

(menunjukan gambar) ini kami telah memasang contoh dari jepang,

kenapa butuh eskel supaya motor tidak bisa lewat kursi roda masih

lewat. Dan dewan transportasi dikami itu ada perWakilan penyandang

disabilitas duduk didalem. Makanya jangan heran kami sudah membeli

banyak bus yang sobrakernya bisa miring supaya apa supaya kursi

roda turunnyapun rata itu suspense ditambah 1milyar untuk

penyandang disabilitas lalu berbicara mengenai CCTV, kami ini sudah

mempunyai 5.047 CCTV yang terintegrasi didalam smartcity.”

- “Ini toilet ditaman kami semua (menunjukan gambar) semua syarat

ada penyandang disabilitas. Ini sangat jelas.”

- “Kita ini ada 1% Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) penyandang

disabilitas di DKI loh, mangkanya untuk undang-undang yang baru

kami akan tingkatkan 2%. Bahkan saya pernah belikan mesin kursi

roda kepada PNS yang bekerja. Dia bekerja di DPRD dulu lalu kami

pindahkan ke kominfo. Jadi saya bingung kalau dikatakan Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) dibatasi haduuh saya bilang justru

PKK ini lah yang menghasilkan 600rb data rumah tangga dan PKK

sekarang gunakan aplikasi. Jadi mohon maaf banyak data yg sesat.”

74

 Debat publik keempat diputaran kedua yang dibawakan kembali oleh Ira

Koesno bertemakan “Dari masyarakat untuk Jakarta”11

- “Perlu saya sampaikan kepada bapak daryono (perwakilan masyarakat

transportasi) dan teman-teman kami sebenernya sudah menggratiskan

sejak tahun yg lalu naik bus.”

- “Sekarang para marbot, yang tinggal dirumah susun, anak-anak semua

sudah gratis ini bagian dari kami menopang supaya biaya hidup

mereka transportnya murah. Hanya memang busnya yg perlu kami

tambah, rute sudah kami tambah 100 lebih rute yang langsung

ketujuan sampai kemana. Jadi sekarang lansia yang tidak mampu

sekarang bahkan kami jemput dengan Jakartacare, kami punya 25

unit.”

- “kami sudah kerusun jatinegara, memang ada beberapa fasilitas yg

komplit, sekarang begini mari kita bandingkan kondisi kampung pulo

dulu dan sekarang seperti apa, sudah indah.”

- “Mereka yg masuk rusun jatinegara mendapatkan banyak fasilitas

mulai KJP, KJS, permodalan, bus Transjakarta gratis ada

feederbusway jadi banyak sekali yg dimanfaatkan oleh sebab itu kami

mohon dengan sangat, tidak bisa memuaskan semua orang pasti ada

saja yang complain. Nah permohonan maaf kami kami akan berusaha

memperbaiki kalo ada yang bocor-bocor meskipun itu dulu yang

membangun adalah perupera, kami tanggung jawab.”

11 Debat Publik keempat diputaran kedua Pilkada DKI Jakarta, Diunduh melalui https://www.youtube.com/watch?v=DmMNPStSeNw. Pada 28 April 2017.

75

- “Kami kan petahana tentu kami kadang-kadang mengeluarkan apa

yang sudah kami kerjakan. Jadi seolah-olah menihilkan apa yang

disebutkan dari pasangan nomor satu dan tiga, Karena apa memang

apa yang kami bicarakan sudah kami kerjakan bukan akan kami

lakukan.”

Dari contoh petikan kalimat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa citra positif yang ditampilkan Ahok-Djarot selama debat publik putaran pertama dan kedua adalah Ahok-Djarot memiliki rekam jejak yang baik serta percaya diri yang tinggi sebagai petahana. Dibuktikan dengan berbagai petikan kalimat diatas dalam setiap segmen debat Ahok dan Djarot selalu membawa program kerja “yang sudah kami kerjakan bukan lagi yang akan kami kerjakan.”

Pesan non-verbal yang disampaikan oleh Ahok-Djarot saat debat publik juga dibuktikan dengan bukti fisik berupa gambar (terlampir) menjelaskan bukti yang sudah ia kerjakan dan dirasakan oleh masyarakat DKI Jakarta. Selain membawa program kerja yang sudah dikerjakan dan dirasakan oleh masyakarat

DKI Jakarta, Ahok memiliki citra positif lain dalam intonasi suara dan gerakan postur tubuh. Didebat publik tersebut Ahok terlihat sebagai pemimpin yang apa adanya serta lebih sopan dan santun dalam menyampaikan Visi-Misi dan program kerja. Sama halnya dengan intonasi suara yang digunakan Djarot terlihat pelan dalam penyampaiannya yang memang menjadi ciri khas Djarot.

Ahok yang dikenal sebagai pribadi yang tegas dan galak selama menjabat

Gubernur DKI Jakarta, didebat publik tersebut lebih lembut dalam penyampaiannya walaupun dalam beberapa segmen tetap tegas akan pernyataan

76

yang menurutnya tidak sesuai. Seperti yang dikatakan oleh Masinton Pasaribu sebagai tim pemenangan bahwa “Komunikasi yang dibangun yang akan oleh pasangan kami akan lebih soft, kalau nyalon kan harus begitu, kalo memerintah ya, eksekusi.”12

Dalam segmen terakhir di debat Pilkada putaran kedua Ahok mengatakan dalam sebuah kalimat “kami mohon maaf kepada warga DKI Jakarta semoga kita bisa melihat Jakarta yang baru.” Dalam permohonan maaf tersebut intonasi yang digunakan lebih rendah menandakan dirinya bersalah terhadap beberapa kasus yang ia hadapi ataupun pekerjaan selama menjabat yang menurut masyarakat DKI

Jakarta tidak sesuai. Serta postur tubuh yang tegap dan tinggi tersebut menunjang pesan verbal yang disampaikan dengan selalu tersenyum dibeberapa segmen debat.

Dalam penyampaian pesan bila pelaku kampanye juga menyajikan sebagian dari kelemahan posisinya atau sebagian kelebihan dari posisi pihak lain maka ia menggunakan pola pesan dua sisi (two sided message). Penggunaan argumentasi dua sisi dapat memperkuat kredibilitas pelaku.13 Dalam debat kandidat segmen terakhir tersebut Ahok-Djarot meminta maaf kepada pasangan nomor urut satu dan dua apabila selama debat terlalu membanggakan apa yang sudah dikerjakan dan menihilkan argumentasi program kerja kandidat lain yang sangat baik akan tetapi baru dalam tahap wacana dan belum tentu terealisasikan.

12 Inge Klara, “Percuma kalau komunikasi politik Ahok-Djarot Buruk.”, Artikel ini diakses melalui https://metro.tempo.co/read/news/2016/10/01/083808835/masinton-percuma- kalau-komunikasi-politik-ahok-djarot-buruk Pada 21 maret 2017. 13 Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), h. 75.

77

Karena, baginya kebetulan mereka petahana menonjolkan apa yang sudah di kerjakan bukan apa yang akan di kerjakan.

Dalam adu gagasan penyampaian pesan tersebut Litbang Kompas mengadakan polling terkait debat Pilkada putaran kedua sebagai berikut:

Tabel IV.A.1 Hasil Polling Litbang Kompas 14 Terkait Debat Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua

9 8,13 7,72 7,63 8 7,26 7,27 6,9 6,71 7 6,04 6 5 4 3 2 1 0 Penguasaan Cara Program Kerja Secara Umum Masalah Berkomunikasi Ahok-Djarot 7,72 6,04 7,63 8,13 Anies-Sandi 6,9 6,71 7,26 7,27

Sumber: megapolitan.kompas.com

3. Saluran atau Media Politik

Saluran atau Media Politik merupakan alat atau sarana yang digunakan

oleh komunikator politik dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya.15 Ahok-

Djarot serta tim pemenangan dan relawan menggunakan beberapa saluran dan

media dalam menyampaikan pesan politiknya.

Diantaranya media sosial: Facebook (AhokDjarot), Twitter (AhokDjarot),

Instagram (ahokdjarot) dan website (ahokdjarot.id). Media Format kecil: brosur,

14 Kurnia Sari Aziza, “Hasil Polling Litbang Kompas Terkait Debat Pilkada DKI Jakarta.”, Artikel ini diakses melalui http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/13/09290391/hasil.polling.litbang.kompas.terkait.de bat.Pilkada.dki.putaran.kedua. Pada 6 Mei 2017. 15 Cangara, Komunikasi Politik, h. 32.

78

selebaran, stiker (gambar terlampir). Media Cetak: buku (gambar terlampir) dan

berita disurat kabar. Media luar ruang: baliho, spanduk, pin, topi, kalender, baju

kemeja, dll (gambar terlampir). Namun fokus pada penelitian ini, peneliti

memfokuskan pada saluran komunikasi publik melalui media elektronik televisi

(TV) yaitu debat kandidat yang berlangsung selama empat kali sebagai saluran

atau media politik yang berpengaruh besar pada pandangan pemilih (voters)

terhadap kandidat.

Gambar IV.1

Debat Publik Putaran Pertama

Sumber: megapolitan.kompas.com

Debat publik resmi yang diadakan KPUD DKI Jakarta ini diselenggarakan sebanyak empat kali yaitu debat pertama pada 13 Januari 2017, debat kedua 27

Januari 2017, debat ketiga 10 Februari 2017 dan debat keempat diputaran kedua pada 12 Februari 2017. Dalam debat kandidat tersebut setiap pasang calon hanya diperbolehkan membawa 100 orang pendukung kedalam ruang debat.16

16 Kurnianto, “Ini Stasiun Televisi Yang Siarkan Debat Kandidat Pilkada DKI.”, Artikel ini diakses melalui www.netralnews.com/news/megapolitan/read/46990/ini.stasiun.televisi.yang.siarkan.debat.kandid at.Pilkada.dki. Pada 6 Mei 2017.

79

Sedangkan stasiun televisi yang akan menyiarkan secara langsung diatur secara bergiliran, yaitu:17

a. Debat 1 disiarkan di Jawa Pos TV, Net TV dan TV One.

b. Debat 2 disiarkan di Metro TV, MNC dan TVRI

c. Debat 3 disiarkan di Trans Group, SCTV, Kompas TV dan Jak TV.

d. Debat 4 diputaran kedua disiarkan di 14 stasiun TV, 4 stasiun TV diundi

untuk menyiarkan dengan adanya pembawa acara penyelenggara yaitu

CNN, SCTV, JakTV dan Kompas TV.

Debat publik yang diselenggarakan sebanyak empat kali itu menjadi saluran atau media politik utama sebagai sorotan publik melalui media elektronik televisi serta menjadi pembahasan diberbagai media sosial yang kemudian dalam setiap kata yang keluar dari pernyataan kandidat berpengaruh besar terhadap partisipasi dan perubahan khalayak dalam hal ini pemilih kepada para kandidat yang bermuaranya pada hari pemilihan berlangsung.

4. Sasaran atau Target Politik

Sasaran atau Target Politik adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam bentuk pemberian hak suara (vote) kepada partai atau kandidat tertentu dalam pemilihan umum.18 Pada kampanye Pilkada

2017 ini peneliti membagi menjadi dua bagian sasaran atau target politik Ahok-

Djarot dalam memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2017. Pertama, Target Politik

Khusus mereka adalah warga DKI Jakarta yang bukan berasal dari Polisi

Republik Indonesia (POLRI) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk

17 Ibid. 18 Cangara, Komunikasi Politik, h. 32.

80

memberikan hak suaranya kepada Ahok-Djarot; Kedua, Target politik umum.

Mereka adalah pendukung Ahok-Djarot yang bukan warga DKI Jakarta. Namun mereka mempunyai dukungan kepada Ahok-Djarot selama masa kampanye berlangsung untuk dapat mengajak sahabat dan keluarga yang terdaftar dalam

Daftar Pemilih Tetap (DPT) DKI Jakarta. Selain itu mereka juga bisa memberikan dukungan dengan cara menyumbang dana kampanye dan juga membeli merchandise Ahok-Djarot selama masa kampanye seperti baju kemeja, gantungan kunci, pin, buku dll.

Tabel IV.A.2 19 Daftar Pemilih Tetap Pilkada DKI Jakarta 2017 Putaran Pertama

Jumlah Jumlah Pemilih No. Kabupaten/kota TPS L P Total 1 Jakarta Barat 2.934 834.448 817.603 1.652.051 2 Jakarta Pusat 1.237 374.307 372.845 747.152 3 Jakarta Selatan 2.973 796.540 797.160 1.593.700 4 Jakarta Timur 3.690 999.941 1.006.456 2.006.397 5 Jakarta Utara 2.150 547.668 544.206 1.091.874 Kepulauan 6 Seribu 39 8.786 8.629 17.415 Total 13.023 7.108.589 Sumber: Arsip KPUD DKI Jakarta

Putaran Kedua

Jumlah Jumlah Pemilih No. Kabupaten/kota TPS L P Total 1 DKI Jakarta 13.034 3.610.079 3.608.201 7.218.280 Sumber: Arsip KPUD DKI Jakarta

19 Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Daftar Pemilih Tetap Pilkada DKI Jakarta 2017.”, diunduh melalui https://Pilkada2017.KPU.go.id/pemilih/dpt/dki%20JAKARTA. Pada 28 April 2017.

81

5. Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapan adalah terciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, di mana nuansanya akan bermuara pada pemberian hak suara (vote) dalam pemilihan umum.20 Efek dari komunikasi politik Ahok-Djarot selama masa kampanye dapat dilihat dari hasil perolehan suara (vote) di Pilkada DKI Jakarta 2017 yang resmi dihitung oleh

Komisi Pemilihan Umum (KPU) melalui rapat pleno yang ditetapkan pada sabtu,

4 maret 2017 dengan tertuangnya dalam surat keputusan KPU DKI Jakarta nomor

48/KPTS/KPU Prov 010/2017 tentang penetapan rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara dan hasil pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta

2017.21

KPUD DKI Jakarta memutuskan adanya putaran kedua karena tidak adanya pasangan calon yang meraih suara lebih dari 50%, dengan perolehan suara putaran pertama dan kedua sebagai berikut:

Tabel IV.A.322

Hasil Perolehan Suara Putaran Pertama

Rincian Perolehan Suara No. Kabupaten/Kota AHY-Sylvi Ahok-Djarot Anies-Sandi 1 Jakarta Pusat 101.744 244.727 222.814 2 Jakarta Utara 142.142 416.720 301.256 3 Kepulauan Seribu 3.891 5.532 4.851 4 Jakarta Timur 309.708 618.880 665.902

20 Cangara, Komunikasi Politik, h. 32. 21 Jabbar Ramdhani, “KPU Tetapkan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi Maju keputaran dua Pilkada DKI Jakarta.”,Artikel ini diakses melalui https://news.detik.com/berita/d-3438375/kpu- tetapkan-ahok-djarot-dan-anies-sandi-maju-putaran-dua-Pilkada. Pada 7 Mei 2017. 22 Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Hasil Perolehan Suara Putaran Pertama.”, diunduh melalui https://Pilkada2017.kpu.go.id/hasil/t1/dki_jakarta. Pada 8 Mei 2017.

82

5 Jakarta Selatan 177.363 465.524 557.767 6 Jakarta Barat 203.107 613.194 444.743 937.955 2.364.577 2.197.333 Total (17,7%) (42,99%) (39,95%) Sumber: Arsip KPUD DKI Jakarta

Hasil peroleh suara diatas mengharuskan untuk diadakannya putaran kedua Pilkada DKI Jakarta yang menghasilkan dua pasang calon yaitu Basuki

Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dengan total perolehan suara sebanyak

2.364.577 atau 42,99%. Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno dengan total perolehan suara 2.197.333 atau 39,95%. Kedua pasangan calon ini bertarung kembali pada putaran kedua yang kemudian menghasilkan perolehan suara sebagai berikut:

Tabel IV.A.423

Hasil Perolehan Suara Putaran Kedua

Rincian Perolehan Suara No. Kabupaten/Kota Ahok-Djarot Anies-Sandi 1 Jakarta Pusat 243.416 333.033 2 Jakarta Utara 418.068 466.340 3 Kepulauan Seribu 5.391 8.796 4 Jakarta Timur 612.093 993.173 5 Jakarta Selatan 459.639 754.665 6 Jakarta Barat 611.759 684.980 3.240.987 Total 2.350.566 (42,04%) (57,96%) Sumber: Arsip KPUD DKI Jakarta

23 Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta, “Hasil Perolehan Suara Putaran Kedua.”, diunduh melalui https://kpujakarta.go.id/file_data/BA%20Hasil%20Rekap%20Perolehan%20Suara%20Putaran%2 0Kedua%20ok.pdf. Pada 8 Mei 2017.

83

B. Tahapan Gaya dan Pola Strategi Kampanye Ahok-Djarot Sebagai

Petahana Menurut Pandangan Model Kampanye Ostergaard

Model ini dikembangkan oleh Leon Ostergaard seorang teoritisi dan praktisi kampanye kawakan dari Jerman. Dari berbagai model kampanye yang ada, model kampanye Ostergaard dianggap yang paling pekat sentuhan ilmiahnya.

Hal ini dapat dilihat dari kata-kata kunci yang digunakan di dalamnya seperti kuntifikasi, cause and effect analysis, data dan theoretical evidence.24

Menurut Ostegaard rancangan program kampanye haruslah didukung oleh temuan-temuan ilmiah didalamnya untuk menciptakan perubahan sosial karena program yang tidak didasari temuan ilmiah didalamnya tidak menimbulkan apapun dilingkungan sosial. Karenanya, sebuah program kampanye haruslah dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang ada dengan jernih. Langkah ini juga disebut tahap Prakampanye.25

Jadi, langkah-langkah yang digunakan oleh pasangan calon petahana

Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat pada saat kampanye Pilkada

DKI Jakarta 2017 adalah sebagai berikut:

1. Tahap Identifikasi Masalah

Dalam hal ini, pasangan Ahok-Djarot telah terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat DKI Jakarta serta permasalahan yang akan menjadi isu-isu kampanye yang sifatnya menyerang dalam bentuk kampanye negatif dan kampanye hitam yang digunakan kandidat lain terhadap pasangan Ahok-Djarot.

24 Antar Venus, Manajemen Kampanye, h. 14. 25 Ibid., h. 15.

84

Permasalahan yang dihadapi oleh masayarakat DKI Jakarta yang telah diidentifikasi oleh Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat yaitu:26

a. Layanan birokrasi yang masih belum maksimal dan sederhana untuk dapat

dirasakan masyarakat.

b. Pendidikan masyarakat pada umumnya belum optimal. Seperti program

KJP (Kartu Jakarta Pintar) yang masih belum tepat sasaran.

c. Belum terjaminnya akses kesehatan bagi sebagian kalangan masyarakat.

d. Pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya meningkat.

e. Masih belum terbebasnya Jakarta dari banjir tahunan dibeberapa wilayah.

f. Lingkungan perkotaan belum semua wilayah tertata dengan baik.

g. Pelayanan transportasi yang belum maksimal serta masih terjadinya macet

dibeberapa wilayah yang dirasakan masyarakat DKI Jakarta.

h. Belum optimalnya penggunaan teknologi di pelayanan dan area publik

i. Belum terjaminnya keberlangsungan hidup masyarakat yang berkebutuhan

khusus.

Dari berbagai macam permasalahan yang dihadapi kota DKI Jakarta di atas, terdapat sebab akibat (cause and effect relationship) dengan fakta-fakta yang ada. Berdasarkan fakta-fakta yang ada, permasalahan yang dihadapi oleh kota

DKI Jakarta seperti yang telah disebutkan diatas, disebabkan karena:

a. Masalah birokrasi yang dihadapi masyarakat DKI Jakarta menurut Ahok

sistemnya masih belum baik. Karena dalam manajemen, orang baik kalau

sistemnya tidak benar ada peluang untuk mencuri, maka mereka bisa

26 Ahokdjarot.id, “Permasalahan Ibu Kota.”, Artikel ini diakses melalui https://ahokdjarot.id/permasalahan-ibu-kota. Pada 10 Mei 2017.

85

mencuri. Tapi kalau orangnya jahat pun, kalau sistemnya baik mau

mencuri sulit.27

b. Dalam mengoptimalkan Pendidikan di DKI Jakarta program Program

Kartu Jakarta Pintar (KJP) merupakan program yang sangat dirasakan oleh

masyarakat DKI Jakarta. Tujuan utama diselenggarakannya program KJP

adalah untuk memastikan biaya personal sekolah tidak jadi penghambat

bagi anak. Tetapi dalam pelaksanaannya masih adanya penyalahgunaan

KJP yang belum tepat sasaran.28 Menurut riset ICW (Indonesia Corruption

Watch) Sebanyak 19,4% penerima KJP salah sasaran. Masih adanya orang

tua murid mengeluh pendataan KJP kurang akurat. Sebagian juga

mengeluhkan dana KJP sulit dicairkan dan masih ada yang mengalami

proses birokrasi yang berbelit-belit dalam mendapatkan KJP.29

c. Menurut Djarot BPJS dan KJS sudah tidak terlalu bermasalah, selain

masalah pemerataan. Pelayanan biaya kesehatan BPJS dan KJS pun tidak

menjadi masalah di Jakarta, yang harus diperhatikan adalah efesiensi dan

ketepatan saat pemeriksaan kesehatan langsung.30

d. Jakarta adalah kota jasa, hampir 60% pendapatan asli daerah bersumber

dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

27 Wawancara penulis dengan staf pribadi Basuki Tjahaja Purnama, Imadya Di balaikota Pemerintah provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 9 Mei 2017. 28 Ilham, “Kartu Jakarta Pintar Belum Tepat Sasaran.”, Artikel ini diakses melalui http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/15/05/16/nofzda-kartu-jakarta- pintar-belum-tepat-sasaran. Pada 7 Mei 2017. 29 Jimmy, “Penerima KJP Salah Sasaran.”, Artikel ini diakses melalui http://www.antikorupsi.org/en/content/sebanyak-194-penerima-kjp-salah-sasaran. Pada 7 Mei 2017. 30 Jamaluddin Jamal,”Inovasi Pengobatan Online Djarot.”, Artikel ini diakses melalui http://www.kompasiana.com/jamaluddinjamal/inovasi-pengobatan-online- djarot_589ac5b48d7e612905608fad. Pada 8 Mei 2017.

86

yang melibatkan pelaku usaha. Sebagai kota jasa, Jakarta dinilai

membutuhkan kebijakan yang pro bisnis dan pro dunia usaha yang

mendorong kreativitas para pelaku usaha untuk berkembang bukan ruang

geraknya dibatasi atau dihambat dalam proses perekonomian bagi

masyarakat DKI Jakarta.31

e. Masih adanya permasalahan banjir tahunan yang dikeluhkan warga karena

belum selesainya beberapa pembangunan waduk dibeberapa wilayah serta

masih adanya bangunan liar dibantaran sungai yang menurut Ahok

menjadi salah satu penyebab banjir tahunan.32

f. Belum tertatanya proses pembangunan dan lingkungan, seperti Ruang

Terbuka Hijau (RTH) serta rumah susun yang masih kurang dibebrapa

wilayah sebagai tempat untuk menampung warga yang terkena relokasi.33

g. Perlayanan transportasi yang belum maksimal dikarenakan masih

kurangnya rute dan jumlah armada bus trasnjakarta serta kemacetan yang

terjadi karena belum selesainya pembangunan MRT dan LRT.34

h. Masih kurangnya pengoptimalan teknologi untuk mempermudah

masyarakat. Terjadinya kriminalitas serta permasalahan dijakarta seperti

tawuran dll disebabkan karena kurangnya CCTV dititik-titik rawan.

31 Indira Reskisari, “Cagub Belum Sentuh Akar Perekonomian Jakarta.”, Artikel ini diakses melalui http://www.republika.co.id/berita/nasional/Pilkada/17/01/15/ojt25q328-cagub- belum-sentuh-akar-masalah-perekonomian-jakarta. Pada 8 Mei 2017. 32 Ahokdjarot.id, “Permasalahan Ibu Kota.”, Artikel ini diakses melalui https://ahokdjarot.id/permasalahan-ibu-kota. Pada 10 Mei 2017. 33 Ibid. 34 Ibid.

87

Kurangnya ketersediaan WiFi gratis di area publik. Belum maksimalnya

pelayanan publik berbasis teknologi.35

i. Masalah yang dihadapi penyandang disabilitas di DKI Jakarta adalah

kurangnya infrastruktur dan fasilitas public seperti halte, museum, toilet

umum dan trotoar.36

Permasalahan yang telah diidentifikasi terlebih dahulu oleh Basuki Tjahaja

Purnama dan Djarot Saiful Hidayat yang akan menjadi isu-isu kampanye yang dihadapi dan digunakan oleh kandidat lain adalah:

a. Isu SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan) dalam hal ini terkait

Kasus penistaan atau penodaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja

Purnama.

Dari permasalahan yang akan dihadapi oleh Ahok-Djarot selama masa kampanye diatas tentunya terdapat sebab-akibat (cause and effect relationship) dengan fakta-fakta yang ada. Berdasarkan fakta-fakta yang ada, permasalahan yang akan dihadapi tersebut disebabkan karena:

a. Kasus penistaan atau penodaan agama sebagai isu-isu kampanye

Masalah kasus penistaan atau penodaan agama disebabkan oleh sebuah potongan video pidato Ahok pada september tahun 2016 yang tersebar di dunia maya. Ahok berkunjung ke kepulauan seribu untuk mensosialisasikan program budi daya ikan kerapu. Namun dalam pidatonya yang menyinggung perihal surat

Al-Maidah ayat 51 mengakibatkan video yang berdurasi 40 menit ini mendapat

35 Ibid. 36 Ibid.

88

banyak perhatian masyarakat.37 Beginilah bunyi pidato Basuki Tjahaja Purnama yang menjadi perdebatan panjang dan menjadi permasalahan saat kampanye berlangsung:

“Jadi jangan percaya sama orang. Kan bisa saja dalam hati kecil bapak-ibu enggak bisa enggak bisa pilih saya, ya dibohongin pake surat Al-Maidah surat 51 macam-macam gitu, lho. Itu hak bapak-ibu. Ya. Jadi, kalo bapak ibu, perasaan enggak bisa pilih, nih. Karena takut masuk neraka, dibodohin gitu. Ya, engga apa-apa. Karena ini kan panggilan pribadi bapak-ibu. Program ini jalan saja. Ya jadi bapak ibu ngga usah merasa engga enak dalam nuraninya enggak bisa pilih Ahok. Engga suka sama Ahok. Tapi programnya, gue kalo terima, gue enggak enak dong ama dia. Gue utang budi, jangan. Kalua bapak-ibu punya perasaan engga enak, nanti mati pelan-pelan lho. Kena stroke.”38

Dari pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu ini tentunya akan menjadi kampanye negatif (negative campaign) yang digunakan oleh kandidat lain sebagai isu yang diangkat untuk menyerang Ahok diputaran pertama maupun putaran kedua. Seperti yang dikemukakan oleh Wibi Andrino:

“Hari ini masyarakat Jakarta cenderung tingkat kepuasan publiknya lebih dari 70% terhadap kinerja pak Ahok namun diluar faktor kepuasan publik tersebut ada isu-isu yang bergulir diluar isu kerjaan dan pembangunan yaitulah isu penistaan atau penodaan agama. Yang menarik adalah isu penodaan agama ini menjadikan sentiment untuk menolak suatu agama untuk menjadi pemimpin.” 39

Ahok dibalik kinerja dan kepuasan publik terhadap dirinya selama menjabat tentunya memiliki kekurangan ataupun kesalahan yang perlu diidentifikasi sebelum masa kampanye dimulai. Isu selain kinerja dan

37 Larissa Huda, “Kasus Penodaan Agama, Ahok divonis 2 tahun penjara.”, Artikel ini diakses melalui https://nasional.tempo.co/read/news/2017/05/09/063873597/kasus-penodaan- agama-ahok-divonis-2-tahun-penjara. Pada 26 Mei 2017. 38 Ibid. 39 Wawancara penulis dengan Wakil Ketua Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Wibi Andrino Di DPP Partai Nasdem, Jakarta, 27 Februari 2017.

89

pembangunan ini yaitu isu penistaan atau penodaan agama tentunya menjadi tolak ukur yang perlu ditindak lanjuti dalam proses kampanye.

2. Tahap Pengelolaan Kampanye

Pada tahap pengelolaan kampanye ini seluruh isi program kampanye

(campaign content) diarahkan untuk membekali dan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan khalayak sasaran. Ketiga aspek ini dalam literature ilmiah dipercaya menjadi persyaratan untuk terjadinya perubahan perilaku. Dengan kata lain, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan khalayak akan memberi pengaruh pada perubahan perilaku.40

Semua tahap perencanaan kampanye yang telah dibuat tentunya akan dipresentasikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Karena itu, semua harus dituangkan ke dalam format yang baik, agar pihak-pihak yang berkepentingan dengan kampanye dapat melihat dan memahami rencana kampanye dengan mudah sebelum disampaikan kemasyarakat.

a. Tahap Perancangan

Pada proses kampanye maka dibuatlah perancangan berupa sebuah tagline atau slogan oleh pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat untuk memimpin ibukota DKI Jakarta. Pada dasarnya bahwa tagline itu merupakan sebuah janji yang merepresentasikan pasangan Ahok-Djarot selama masa kampanye dengan merencanakan bagaimana kepemimpinan Ahok-Djarot untuk menjawab permasalahan yang ada di ibukota yang kemudian menghantarkan pada sebuah rumusan bahwa DKI Jakarta ini butuh pemimpin

40 Antar Venus, Manajemen Kampanye, h.16.

90

yang memberikan bukti bukan sebuah janji dengan tagline kampanye yang digunakan selama masa kampanye yaitu tagline „Kerja‟.

Gambar IV.2 Poster Ahok-Djarot

Sumber: ahokdjarot.id

Ahok-Djarot tampil dengan beragam tagline atau slogan selama masa kampanye seperti: Ini Baru Jakarta, Kampanye Rakyat, Gue2, Badja (Basuki dan

Djarot, Bangga Dua Jari) serta Bersih Transparan dan Profesional. Adapun penulis fokus pada perumusan tagline atau slogan „Kerja‟ pasangan Basuki

Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat sebagai tagline atau slogan utama selama masa kampanye. Adapun terbentuknya tagline „Kerja‟ menurut TB Ace

Hasan Syadzily sebagai sekretaris tim pemenangan Ahok-Djarot menjelaskan:

“Selama kampanye pak Ahok-Djarot kita menghindari untuk mengkampanyekan soal sara, kita selalu mengedepankan program kerja dan visi-misi yang dimiliki pak Ahok-Djarot selalu kita kedepankan dan sebagai petahana apa yang kita kedepankan adalah pasangan yang dinilai memiliki prestasi atas kinerjanya sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur dki Jakarta dan itu terbukti dari berbagai macam program yang dilaksanakan dengan baik misalnya kartu Jakarta sehat, pintar, program rptra dan program lainnya yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Maka itu dengan kita menggunakan tagline kerja selama kampanye

91

sebagai indikator bahwa pak Ahok-Djarot itu kerjanya baik dan terbukti bahwa kedepannya akan kerja dengan baik pula” 41

Dalam menggunakan tagline atau slogan „kerja‟ selama kampanye dapat memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa Ahok-Djarot memiliki kinerja yang terbukti selama menjabat. Kemudian akan dibuktikan kembali kerja yang terbukti itu ketika para pemilih memberikan hak suaranya kepada Ahok-Djarot.

Untuk menjelaskan prestasi apa yang sudah dikerjakan selama menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, selama masa kampanye Ahok-Djarot melalui berbagai media menyampaikan beberapa keberhasilannya sebagai berikut:

Tabel IV.B.1 42 Pencapaian Ahok-Djarot No. Pencapaian 1 Parkir Meter/Elektronik 2 Sterilisasi Monas (Monumen Nasional) 3 Relokasi Kampung Pulo Membuat RPTRA (Ruang Publik Terpadu 4 Ramah Anak), sudah diresmikan 182 RPTRA Membentuk pasukan oranye dibawah 5 Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Pembangunan Rusunawa, 11.642unit 6 rusunawa sudah dibangun. 7 Normalisasi Kali dan Sungai 8 Normalisasi Waduk 9 Umrohkan Marbot sebanyak 120 orang Membangun masjid dan mushola serta 10 memberikan bantuan kepada 125 mushola, masjid dan majelis ta'lim sebesar 15-75 juta

41 Wawancara penulis dengan Sekretaris Tim Pemenangan Ahok-Djarot, TB Ace Hasan Syadzily Di Dewan PerWakilan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta, 5 Mei 2017. 42 Ahokdjarot.id, “Milestones Ahok-Djarot Dalam Dua Tahun Terakhir.”, Artikel ini diakses melalui https://ahokdjarot.id/program/milestones-ahok-djarot-dalam-dua-tahun-terakhir. Pada 9 Mei 2017.

92

rupiah (SK Gub nomor 2589 tahun 2015) Membangun trotoar yang nyaman bagi 11 pejalan kaki dan kaum difabel. Penyaluran KJP mulai Tingkat SD sampai 12 mahasiswa Warga dapat melaporkan terkait pelayanan 13 melalui aplikasi "Qlue" 14 KJS diterima disemua rumah sakit Jakarta Warga rusunawa gratis naik bus 15 Dalam merealisasikan tagline atau slogan serta visi-misi, program kerja dan pencapaian yang sudah dicapai Ahok-Djarot maka perlu dibuatnya rencana strategis pemenangan selama masa kampanye. Dalam hal ini kalau kita menyebut mesin-mesin penggerak dari pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful

Hidayat ini adalah: Relawan yang terdiri dari 95 tim serta tim pemenangan koalisi partai yang terdiri dari 4 partai parlemen yang terdiri dari Nasdem, Hanura,

Golkar dan PDI Perjuangan. Kemudian, partai Non-parlemen PSI dan PPP pimpinan Dzan Faridz yang turut serta dalam perancangan strategi pemenangan.

Dari masing-masing partai pendukung mengaktifkan seluruh jaringan- jaringan dimasyarakat untuk melakukan kerja politik dalam hal ini kampanye disetiap daerah-daerah yang ada di DKI Jakarta secara tertutup maupun terbuka yang bertahap diagendakan tim pemenangan. Dalam penyusunan rencana strategis pemenangan yang perlu dilakukan menurut Merry Hotma ketua divisi bidang kampanye Ahok-Djarot yaitu:

“Yang pasti kita buat peta dulu, lalu peta itu kita design jadi kekuatan kita. Kita petakan pak Ahok sebagai Gubernur incumbent, trus kita petakan pak Djarot sebagai Wakil Gubernur incumbent kita petakan apa yang sudah ia kerjakan dan kita petakan juga warga suka atau tidak suka atas kinerja Ahok-Djarot ini trus berapa yang suka dan tidak suka pada kinerja pak ahok ini dan berapa yang suka dan tidak suka terhadap pak Ahok-Djarot ini trus kita petakan juga kekuatan dan kelemahan kita

93

dan kekuatan dan kelemahan lawan kita warga sendiri bagaimana tanggapan warga terhadap pasangan-pasangan lawan kita dan kelemahan mereka apa dan kekuatan mereka apa jadi berdasarkan peta, baru kita buat program kerja, program kerja itu kita buat berdasarkan suku ini secara politik ini kita mainkan suku, suku mayoritas dan kita juga mainkan dari segmen-segmen menengah keatas dan kebawah berdasarkan peta tadi. Lalu kita buat kampanye yang memang bernuansa religius trus kita buat juga kampanye yang bernuansa budaya.” 43

Tim pemenangan menjadi media untuk menuangkan gagasan-gagasan strategi pemenangan, sehingga apapun yang terkait dengan langkah-langkah pemenangan menjadi relevan bila menghubungkan tim pemenangan yang terdiri dari banyak partai ini seperti yang dijelaskan oleh Merry Hotma bahwa dalam mengkampanyekan Ahok-Djarot kita harus mempetakan terlebih dahulu mana yang suka dengan Ahok-Djarot dan mana yang tidak menjadi indikator untuk tim pemenangan bergerak dalam menuangkan program kerja yang sesuai dengan peta yang telah dirumuskan tersebut. Selain tim pemenangan yang bergerak menuangkan gagasan-gagasan Ahok-Djarot tersebut kemasyarakat, selama kampanye tim relawan juga melakukan kerja-kerja pemenangan secara intensif.

Dengan demikian, tim pemenangan dan relawan menjadi bagian dari rencana strategis pemenangan Ahok-Djarot untuk menjangkau semua kalangan masyarakat.

b. Pelaksanaan Kampanye

Pada tahapan pelaksanaan kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017, berlangsung pada 28 Oktober 2016 sampai 11 Februari 2017 diputaran pertama dan 7 Maret 2017 sampai 15 April 2017 diputaran kedua. Setiap pasangan calon

43 Wawancara penulis dengan Ketua Bidang Kampanye Ahok-Djarot, Merry Hotma Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 5 Maret 2017.

94

memiliki strategi tersendiri dalam berkampanye, salah satunya yang dilakukan oleh Ahok-Djarot selama masa kampanye dengan membuka kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan partisipasi secara terbuka dan transparan dalam penggalangan dana bernama „kampanye rakyat‟.

Kampanye rakyat bertujuan untuk menggalang partisipasi publik dalam bentuk penggalangan dana secara online melalui www.ahokdjarot.id serta secara offline melalui booth yang disediakan. Dari hasil penggalangan dana tersebut

Ahok-Djarot berhasil mengumpulkan Rp. 25 Miliar pada putaran pertama serta

Rp. 27.1 Miliar pada putaran kedua.44 Selain donasi, masyarakat juga dapat mensosialisasikan penggalangan dana dengan melakukan kampanye rakyat di lingkungannya. Kampanye rakyat ini bertujuan untuk mengedukasi warga DKI

Jakarta mengenai pengumpulan dana kampanye Ahok-Djarot yang bertanggung jawab, transparan dan partisipatif dari rakyat dan untuk rakyat.45

Kampanye rakyat yang diterapkan oleh Ahok-Djarot dan tim pemenangan sebagai metode kampanye merupakan kampanye yang diunggulkan oleh pasangan

Ahok-Djarot. Akan tetapi, TemanAhok sebagai relawan pemenangan juga memiliki strategi kampanye yang diunggulkan yaitu dengan strategi canvassing campaign.

Singgih Widiyastono selaku pendiri TemanAhok menjelaskan:

44 Kurnia Sari Aziza, “Patungan Kampanye Rakyat Ditutup Ahok-Djarot Kumpulkan Rp. 27.1 Milyar.”, Artikel ini diakses melalui http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/06/18322851/patungan.kampanye.rakyat.ditutup.aho k-djarot.kumpulkan.rp.27.1.miliar. Pada 9 Mei 2017. 45 Ahokdjarot.id, “Mengubah Paradigma Kampanye di Indonesia.”, Artikel ini diakses melalui https://ahokdjarot.id/kampanye-rakyat/mengubah-paradigma-kampanye-di-indonesia Pada 9 Mei 2017.

95

“Jadi putaran pertama dan kedua itu kita banyak mengandalkan canvassing ya. Canvassing itu adalah door to door ya masuk kerumah- rumah menjelaskan program, sebenernya survey sih tapi survey tersebut mengarahkan langsung buat orang milih seolah-olah mereka bapak tau ngga sih ada kjp, kjs. Busway tuh gratis buat penerima kjp dll kita coba membangun narasinya tuh supaya orang tuh ngerti dan mengarahkan itu yang paling kita andalkan. Itu kan yang tadi saya bilang ada 800rb rumah yang kita ketuk jadi itu andalan dari teman ahok sih program paling besar. Strategi paling besar lah seperti itu.” 46

Selain menggunakan strategi kampanye rakyat dan canvassing campaign sebagai strategi kampanye yang diunggulkan oleh Ahok-Djarot. Berikut ini adalah hard campaign yang merupakan rangkaian pelaksanaan kampanye pasangan

Ahok-Djarot pada aktivitas media, pertemuan kecil dan pertemuan besar.

Tabel IV.B.2 Pelaksanaan Kampanye

Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat

Kegiatan Pelaksanaan Atribut Pertemuan di Melakukan pertemuan massal Baju Kotak-Kotak, pin, Rumah Lembang terbuka di rumah lembang untuk topi, spanduk, (rumah pendukung Ahok-Djarot. penyebaran brosur dan pemenangan) buku Ahok-Djarot. Acaranya talkshow, testimoni pendukung, nonton bareng debat Ada stand penjualan kandidat, pemutaran film, foto merchandise dan terbuka dengan Ahok-Djarot dan penggalangan dana. penggalangan dana.

Pertemuan Kampanye akbar Ahok-Djarot Baju Kotak-Kotak, pin, Terbuka (Rapat ini menghadirkan sejumlah artis topi, dll. umum) dan musikus yang bertemakan

46 Wawancara penulis dengan Pendiri Teman Ahok, Singgih Widiyastono Di Pejaten Barat Kantor Teman Ahok, Jakarta, 26 Mei 2017.

96

Konser Gue 2 Ahok-Djarot. Ada jajanan rakyat gratis selama konser Gue 2 Acara ini tidak hanya kampanye Ahok-Djarot ini. tetapi sebagai hiburan masyarakat Kehadiran di TV Kehadiran Ahok-Djarot di acara- Baju kotak-kotak acara TV tertentu: Mata Najwa (Metro TV) Rosi (Kompas TV) Dangdut Academy (Indosiar) Ini Talkshow (Net TV) Jakarta Kece (Net TV) Pertemuan tatap Banyak penolakan yang terjadi Banyaknya atribut muka atau dialog saat pertemuan tatap muka atau spanduk kampanye yang dengan dialog dengan masyarakat bermuatan negatif masyarakat DKI beberapa tempat antara lain: campaign diberbagai Jakarta Jatipadang, Cilincing, Rawa wilayah. Belong, Ciracas, Pasar Minggu, Kembangan Utara, Karang Anyar dan Cipinang.

Ahok juga gencar bertatap muka dengan warga kepulauan seribu dimana tempat terjadinya kasus penistaan atau penodaan agama.

Selama pelaksanaan kampanye tidak semua pesan serta gagasan komunikasi politik yang dilakukan oleh Ahok-Djarot dapat dikatakan berhasil dan berjalan dengan baik. Isu SARA terkait kasus penistaan atau penodaan agama

97

yang menjerat Ahok saat berpidato dikepulauan seribu yang menyinggung surat

Al-Maidah Ayat 51 pada bulan September 2016 menjadi salah satu hambatan selama pelaksanaan kampanye. Ahok yang dianggap sebagai penista agama menjadi isu besar yang “memukul” pasangan Ahok-Djarot selama masa kampanye. Isu yang memojokan Ahok-Djarot tersebut digunakan oleh sebagian pihak untuk memprovokasi serta mengubah pandangan masyarakat agar tidak memilih penista agama.

Berbagai banyak penolakan kampanye yang terjadi saat Ahok dan Djarot berkampanye seperti di Jatipadang, Cilincing, Rawa Belong, Ciracas, Pasar

Minggu, Kembangan Utara, Karang Anyar dan Cipinang membuat program kerja serta visi-misi yang ingin disampaikan untuk wilayah tersebut tidak tersampaikan kepada masyarakat.47 Penolakan kampanye tersebut dikarenakan sebagian masyarakat menganggap Ahok sebagai penista agama.

Banyaknya atribut yang sifatnya kampanye negatif (negative campaign) untuk menyerang Ahok-Djarot selama masa kampanye, seperti spanduk yang berada di Masjid kawasan Setia Budi, Cakung, dan Kalibata bertuliskan; “Masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama” serta banyak lagi spanduk yang provokatif dengan tujuan menolak penista agama membuat masyarakat takut akan memilih Ahok-Djarot.48 Penggiringan opini dalam bentuk atribut tersebut sangat berpengaruh terhadap kekalahan Ahok-

47 Kurnia Sari Aziza, “Kampanye Ahok yang Bergejolak di Penghujung dan Awal Tahun.”, diakses melalui http://megapolitan.kompas.com/read/2017/01/03/09570671/kampanye.ahok.yang.bergejolak.di.pe nghujung.dan.awal.tahun. Pada 24 Mei 2017. 48 Lis Yuliawati, “Pilkada Putaraan Kedua, Spanduk Provokatif Dicopot.”, diakses melalui http://metro.news.viva.co.id/news/read/893181-pilkada-putaran-dua-ratusan-spanduk- provokatif-dicopot. Pada 24 Mei 2017.

98

Djarot di putaran kedua, terlebih adanya aksi yang dikenal dengan sebutan 212 yang berlangsung pada 21 Februari 2017 dengan pengerahan massa besar-besaran di beberapa wilayah DKI Jakarta seperti Monumen Nasional (Monas) dan Masjid

Istiqlal. Dalam aksi ini bertujuan untuk menegakan keadilan dengan memenjarakan penista agama yaitu Basuki Tjahaja Purnama.

Aksi 212 yang berjalan damai dan diikuti oleh beberapa ormas islam serta sebagian organisasi kemahasiswaan didalam dan luar daerah DKI Jakarta. Aksi besar-besaran ini menjadi sorotan publik diseluruh Indonesia melalui berbagai media cetak maupun elektronik, aksi 212 itu juga dilanjutkan dengan aksi 313 yang berlangsung pada 31 Maret 2017.49

Berbagai penolakan selama kampanye yang dilakukan Ahok-Djarot saat berkampanye, atribut kampanye spanduk-spanduk SARA di Masjid dan beberapa wilayah di DKI Jakarta serta aksi besar-besaran yang dilakukan oleh organisasi dan ormas islam didalam dan luar DKI Jakarta ini sangat memojokan Ahok-

Djarot. Awalnya semua ini bermuara pada anggapan Ahok sebagai penista agama.

Pidato Ahok saat melakukan kunjungan kerja di Pulau Pramuka,

Kepulauan Seribu ini membuat efek yang sangat berpengaruh pada Pilkada DKI

Jakarta. Pada saat itu Ahok datang untuk meninjau program pemberdayaan budi daya ikan kerapu. Menurutnya, program itu akan tetap dilanjutkan meski dia nanti tak terpilih lagi menjadi Gubernur di Pilkada 2017. Sehingga warga tak harus memilihnya hanya semata-mata hanya ingin program itu terus dilanjutkan.

49 BBC Indonesia, “Aksi 212: Rieziq Shihab Datang dan Menyeru penjarakan Ahok.”, diakses melalui http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39035135. Pada 19 Mei 2017.

99

Tidak terjadi masalah pada pidato tersebut, hingga Bun Yani mengunggah video rekaman pidato tersebut diakun Facebooknya. Status yang disertai video diFacebook Bun Yani tersebut bertuliskan “Penistaan Terhadap Agama? Bapak ibu (pemilih muslim)…dibohongi surat Al-Maidah 51”…(dan)”masuk neraka

(juga bapak ibu) dibodohi”.50 Dari status Bun Yani tersebut serta video yang ia sebarkan melalui facebooknya menjadi viral diseluruh Indonesia yang implikasinya pada pelaksanaan kampanye Ahok-Djarot serta hasil perolehan suara yang didapat Ahok-Djarot. Status dan video yang disebarkan Bun Yani melalui

Facebook tersebut menjadi pukulan besar untuk Ahok-Djarot selama masa kampanye.

Pada tahap pelaksanaan, selain terkait isu SARA dengan berbagai faktor yang banyak merugikan Ahok-Djarot selama kampanye putaran kedua tersebut, ada kesalahan besar yang dilakukan oleh tim pemenangan Ahok-Djarot pada masa tenang Pilkada yakni pada 16 April 2017 sampai 18 April 2017. Adanya bagi-bagi sembako yang terindikasi oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) DKI Jakarta dilakukan oleh tim pemenangan Ahok-Djarot menjadikan salah satu penyebab kekalahan diputaran kedua yakni di wilayah Tanah Abang, Ciracas, Duren Sawit,

Tanjung Priok dan Kebon Jeruk.51 Dugaan pembagian sembako tersebut menjadi salah satu penyebab kekalahan Ahok-Djarot pada putaran kedua selain terkait isu

SARA.

50 Abe Kainama, “Kronologi Kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) Yang dituduh Menistakan Agama.”, diakses melalui http://www.amsik.id/kronologi-kasus-basuki-tjahaja- purnama-ahok-yang-dituduh-menistakan-agama/. Pada 20 Mei 2017 51 Cici Marlina Rahayu, “Ini Lokasi Penemuan Sembako Hingga Sapi Diduga Politik Uang.”, diakses melalui https://news.detik.com/berita/3477951/ini-lokasi-penemuan-sembako- hingga-sapi-diduga-politik-uang. Pada 5 Juni 2017.

100

c. Evaluasi Kampanye

Evaluasi kampanye dari pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot

Saiful Hidayat dapat dikatakan sukses pada putaran pertama. Dikarenakan, pesan komunikasi politik keberhasilan dan prestasi yang telah dilakukan pasangan petahana selama menjabat serta program kerja dan visi-misi yang disampaikan melalui berbagai media saat berkampanye berhasil diingat oleh masyarakat DKI

Jakarta. Masyarakat dapat menerima pesan-pesan keberhasilan dan gagasan tersebut sesuai dengan strategi komunikasi politik yang diterapkan.

Dalam tahap evaluasi diputaran pertama, kampanye yang dilakukan Ahok-

Djarot dikatakan berhasil. Karena, pasangan Ahok-Djarot memenangkan Pilkada putaran pertama. Hal ini dibuktikan dari enam kabupaten/kota yang ada di DKI

Jakarta pasangan Ahok-Djarot berhasil memperoleh kemenangan di empat kabupaten/kota dengan total perolehan suara 42,99%. Sedangkan untuk pasangan

AHY-Sylvi 17,7% dan pasangan Anies-Sandi 39,95%. Hasil tersebut mengharuskan diadakannya putaran kedua Pilkada DKI Jakarta karena tidak adanya pasang calon yang melebihi 50% total perolehan suara dengan menghasilkan dua pasang calon yaitu Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful

Hidayat serta Anies Rasid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno.

Dari pesan komunikasi politik yang berisi program kerja, visi-misi dan keberhasilan serta prestasi yang diraih oleh Ahok-Djarot selama menjabat sebagai

Gubernur melalui berbagai media saat berkampanye, dapat dikatakan masyarakat menerima pesan gagasan dan keberhasilan tersebut. Akan tetapi, bagi sebagian

101

kalangan masyarakat kasus penodaan atau penistaan agama yang terjadi pada

Ahok menjadi tolak ukur tersendiri dalam proses pemberian hak suara (vote).

Evaluasi kampanye pada putaran kedua ini pasangan Basuki Tjahaja

Purnama dan Djarot Saiful Hidayat mengalami kekalahan. Banyaknya penolakan saat kampanye pertemuan tatap muka dengan masyarakat serta spanduk-spanduk provokatif yang bermuatan negative campaign seperti spanduk yang bertuliskan

“penolakan mensholatkan jenazah pendukung dan pembela penista agama“ dibeberapa masjid DKI Jakarta menjadi salah satu indikator kekalahan Ahok-

Djarot diputaran kedua, serta berbagai aksi yang terjadi selama masa kampanye seperti aksi 212 dan aksi 313 yang semua itu bermuara pada anggapan masyarakat bahwa Ahok menista Agama. Kasus tersebut merupakan faktor penting dari kekalahan Ahok-Djarot yang tidak bertambah signifikannya perolehan suara diputaran kedua ini.

Seperti yang diungkapkan oleh TB Ace Hasan Syadzily sekretaris tim pemenangan Ahok-Djarot sebagai berikut:

“Pada putaran kedua ini kita mengalami kekalahan karena apa karena memang pada prinsipnya selain dari 43% itu memang hampir semuanya adalah muslim yang tidak mau dipimpin oleh non-muslim disamping memang mereka melihat karakter pak Ahok yang lugas dll. jadi keyakinan saya orang yang tidak memilih pak Ahok adalah disebabkan faktor agama, faktor lain selain faktor agama memang ada tetapi tidak sebesar faktor agama. Kepuasan publik atas kinerja pak Ahok itu diatas 76% mereka puas terhadap kepemimpinan pak ahok tapi yang memilihnya hanya 43%.”52 Tingkat kepuasan publik yang berbeda dengan hasil perolehan suara yang diterima Ahok-Djarot menjadi sebuah pertanyaan besar ketika masyarakat

52 Wawancara penulis dengan Sekretaris Tim Pemenangan Ahok-Djarot, TB Ace Hasan Syadzily Di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Jakarta, 5 Mei 2017.

102

mengakui Ahok-Djarot bekerja dengan baik tetapi mereka tidak mau memilih.

Berarti ada yang disebutkan oleh Burhanudin Muhtadi sebagai splitvoters atau pemilih yang mengalami kebimbangan antara memilih berdasarkan rasionalitas dengan memilih berdasarkan keyakinan agama.53 Dalam tahap evaluasi ketidakberhasilan Ahok-Djarot diputaran kedua dibuktikan dari enam kabupaten/kota yang ada di DKI Jakarta pasangan Ahok-Djarot memperoleh kekalahan disemua wilayah dengan total perolehan suara 42,04%. Sedangkan untuk pasangan Anies-Sandi 57,96%. Tidak bertambahnya suara yang diraih oleh

Ahok-Djarot pada putaran kedua, menurut Merry Hotma ketua divisi bagian kampanye menjelaskan:

“Target kami itu sebenernya barat utara ya karena itu kantong nasionalis. Sejak dulu partai-partai nasionalis itu menang disitu, PDIP menang disitu itu moderat walaupun mereka muslim secara ekonomi menengah kebawah tapi dia moderat itu terbukti beberapa puluh tahun ini tapi ya kali ini kan kita digulung habis berhasil betul itu.”54 “Putaran pertama kami menang itu karena kantong muslim itu pecah dua antara satu dan tiga, lalu kantong muslim pecah tapi itu tidak semua muslim ya muslim yang menengah kebawah lah ya itu pecah sehingga kami bisa menang. Ketika kedua ini 90% kantong nomor 1 ketiga larinya ketiga karena agama. Sementara jumlah yang sangat berjarak itu karena satu lari ketiga.”55

Komunikasi politik selama masa kampanye yang dilakukan oleh Ahok-

Djarot memang berhasil pada putaran pertama dibuktikan dengan hasil perolehan suara yang memenangkan Ahok-Djarot di empat wilayah. Melalui berbagai pesan- pesan program kerja dan visi-misi yang ditawarkan serta keberhasilan yang telah dicapai oleh Ahok-Djarot selama menjabat dapat diterima oleh sebagian kalangan

53 Ibid. 54 Wawancara penulis dengan Ketua Bidang Kampanye Ahok-Djarot, Merry Hotma Di Dewan PerWakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 5 Maret 2017. 55 Ibid.

103

masyarakat DKI Jakarta. Kemudian keberhasilan itu membawa Ahok-Djarot keputaran kedua Pilkada DKI Jakarta.

Pada putaran kedua ini Ahok-Djarot mengalami kekalahan disemua wilayah, komunikasi politik selama masa kampanye yang dilakukan oleh Ahok-

Djarot dikatakan tidak berhasil. Pesan komunikasi politik yang ingin disampaikan oleh Ahok-Djarot untuk masyarakat dengan menyampaikan keberhasilan- keberhasilannya selama menjabat tertutup dengan isu SARA yang sangat kencang terjadi diputaran kedua terkait kasus penistaan atau penodaan agama yang menganggap Ahok sebagai penista agama. Dengan berbagai macam penolakan kampanye, spanduk provokatif, aksi yang begitu besar menuntut Ahok Dipenjara hingga isu pada masa tenang kampanye dengan adanya dugaan pembagian sembako oleh tim pemenangan Ahok-Djarot. Proses isu yang begitu kencang tersebut menyebabkan Ahok-Djarot kalah diputaran kedua, membuat perbedaan suara yang sangat jauh dengan tidak bertambahnya perolehan suara diputaran kedua walaupun diputaran pertama Ahok-Djarot unggul.

3. Tahap Penanggulangan Masalah (Reduced Problem)

Setelah mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat DKI

Jakarta, pada tahap penanggulangan masalah ini pasangan Ahok-Djarot mencoba memberikan solusi atau penanggulangan masalah (reduced problem) bagi masyarakat DKI Jakarta.

104

Adapun solusi yang ditawarkan oleh pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat adalah sebagai berikut:56

a. Masalah birokrasi, pasangan Ahok-Djarot ingin mereformasi birokrasi

Pemerintah Daerah (Pemda) Jakarta sebagai institusi pelayanan

masyarakat yang semakin profesional dan dipercaya dengan

menyederhanakan proses perizinan dan dokumen kependudukan melalui

cara jemput bola seperti izin keliling, Antar Jemput Izin Motor (AJIB) dan

izin online. Merotasi, mutasi dan demosi pegawai dilakukan dengan

transparan melalui lelang terbuka. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi

kinerja birokrasi dengan rasionalisasi jumlah pegawai melalui seleksi

penerimaan yang lebih ketat, objektif dan terbuka serta penegakan disiplin

yang terukur. Melanjutkan dan memperkuat kerja sama dengan KPK,

kepolisian, kejaksaan, PPATK, Badan Pengawasan Keuangan (BPK) dan

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka

memberantas KKN.

b. Masalah Pendidikan, program KJP merupakan salah satu program

unggulan yang sangat dirasakan oleh masyarakat. Tetapi, dalam

pelaksanaannya masih adanya penyalahgunaan KJP yang belum tepat

sasaran. Dalam melaksanakan amanat undang-undang dengan menjamin

pelayanan Pendidikan gratis selama 12 tahun bagis siswa-siswi tidak

mampu Ahok-Djarot akan melanjutkan program KJP sehingga seluruh

anak-anak dari keluarga tidak mampu dapat mengakses Pendidikan. Untuk

56 Ahokdjarot.id, “Program Kerja Ahok-Djarot untuk Masyarakat DKI Jakarta..”, Diakses melalui https://ahokdjarot.id/program-kerja-ahok-djarot-untuk-masyarakat-dki-jakarta. Pada 13 Mei 2017.

105

meminimalisir penggunaan KJP yang salah sasaran Ahok-Djarot

mewajibkan penggunaan Non-tunai agar bisa terkontrol dan mudah

dievaluasi secara berkala. Serta melanjutkan rehabilitasi bangunan

sekolah-sekolah milik pemda sebanyak 785 sekolah, sehingga 100%

sekolah negeri ditunjang fasilitas Pendidikan yang layak sesuai standar

nasional dan berbasis IT. c. Masalah kesehatan, untuk mengatasinya menurut Djarot Saiful Hidayat

pihaknya sudah punya program dan sudah berjalan yaitu dengan program

kerja “Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH)” yang menjamin

ketersediaan 1 dokter bagi setiap 5.000 warga dalam meningkatkan

kesehatan masyarakat. Selain itu Ahok-Djarot juga akan meningkatkan

kategori 44 puskesmas menjadi Rumah Sakit Umum Kecamatan (RSUK)

dan RSUK menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kelas C karena

menurut Djarot puskesmas menjadi garis terdepan dalam mengatasi

kesehatan di DKI Jakarta. d. Masalah perekonomian, menjadikan Pemda sebagai salah satu aktor

ekonomi utama untuk menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi. Ada

11 program kerja untuk meningkatkan perekonomian di Jakarta

diantaranya Ahok-Djarot berfokus pada ekonomi kelas menengah bawah

yang menjamin ketersediaan 9 bahan pokok di lokasi dan dengan harga

yang terjangkau bagi warga dengan mendorong peranan BUMD (Badan

Usaha Milik Daerah) memotong rantai distribusi yang panjang, salah

106

satunya melalui pelaksanaan operasi pasar oleh BUMD di lokasi padat

penduduk secara rutin. e. Masalah Banjir, Ahok-Djarot ingin membebaskan Jakarta dari banjir

tahunan yang disebabkan banjir kiriman, air pasang dan distribusi aliran

air yang tidak merata dengan mendorong percepatan penyediaan Ruang

Terbuka Biru (RTB) sebesar 5% dengan menyelesaikan pembangunan 17

waduk dan 9 embung untuk menambah tampungan air. Kemudian Ahok-

Djarot ingin melanjutkan program pengembalian fungsi sungai dan kali

yang sudah banyak ditempati hunian liar dan program relokasi warga

kerumah susun dengan mewajibkan lurah dan camat untuk memastikan

tidak ada bangunan liar di atas seluruh saluran air di Jakarta, serta

menyelesaikan normalisasi sungai. f. Masalah penataan kota dan lingkungan, Ahok-Djarot ingin mewujudkan

kota yang semakin nyaman bagi warga dan ramah lingkungan dengan

mengendalikan pembangunan kearah selatan sebagai daerah resapan dan

mendorong pembangunan kea rah timur dan barat, melaksanakan program

pembangunan rumah susun sebanyak 50.000 unit untuk menampung

warga yang terkena relokasi. Selain itu, membuat sistem pengelolaan

sampah yang menyeluruh dan terpadu dari pengangkutan sampah dirumah

warga hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) serta mengendalikan

pengambilan air tanah guna menahan laju penurunan muka tanah untuk

mewujudkan Jakarta kota yang berkesinambungan dan ramah lingkungan.

107

g. Masalah Transportasi, untuk mengatasinya pasangan Ahok-Djarot akan

menyelesaikan pembangunan MRT tahap 1 agar beroprasi ditahun 2019,

melalui kontruksi tahap 2 rute Bundaran HI – Ancol Timur sepanjang 13,5

KM ditahun 2019 dan kontruksi East – West tahap 1 rute ujung menteng –

Kembangan sepanjang 27 kilometer di tahun 2020. Selain itu Ahok-Djarot

ingin meningkatkan pelayanan bus dengan penambahan jumlah armada

sebanyak 3.000 bus, penambahan rute TransJakarta serta penetapan fleet

management berbasis IT untuk mencapai 1 juta penumpang/hari.

Merevitalisasi 1.413 halte bus untuk meningkatkan kenyamanan

masyarakat dengan penambahan fasilitas, ruang tunggu dan toilet. h. Masalah teknologi, mewujudkan Jakarta Smart City dengan

penyempurnaan pusat kendali Jakarta, penyediaan data berbasis teknologi

untuk pengambilan kebijakan dan pembuatan aplikasi-aplikasi untuk

pelayanan public dan kenyamanan masyarakat. Selain itu meningkatkan

keamanan dan ketertiban kota dengan pengawasan terpadu melalui

pemasangan 8.000 CCTV di titik yang rawan persoalan kota (kriminalitas,

kemacetan, banjir, tawuran, sampah, dll) serta menjamin ketersediaan

akses WiFi Gratis bagi warga di berbagai area publik. i. Masalah sosial, menjamin keberlangsungan hidup warga yang

berkebutuhan khusus dengan meningkatkan seluruh infrastruktur dan

fasilitas publik, seperti halte, museum, toilet umum, dan trotoar agar

ramah bagi penyandang disabilitas. Mengoprasikan layanan bus khusus

penyandang disabilitas, warga lanjut usia dan warga RPTRA tiap akhir

108

pekan. Ahok-Djarot juga membuat program Kartu Jakarta Lansia (KJL)

yang ditujukan bagi warga lanjut usia yang membutuhkan dan kurang

mampu.

Setelah mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat DKI

Jakarta dan kemudian memberikan solusi atau penanggulangan masalah (reduced problem) untuk masyarakat DKI Jakarta, Ahok-Djarot mengidentifikasi masalah yang akan dihadapinya selama masa kampanye terkait kasus penistaan atau penodaan agama yang dihadapi Basuki Tjahaja Purnama. Dengan mengidentifikasi masalah yang akan dihadapi selama masa kampanye tersebut

Ahok-Djarot dan tim pemenangan serta relawan mencoba untuk memberikan solusi atau penanggulangan masalah (reduced problem) selama masa kampanye itu dengan beberapa cara sebagai berikut:

Masalah isu SARA terkait kasus penistaan atau penodaan agama Basuki

Tjahaja Purnama, tim pemenangan serta relawan terus mengkampanyekan dalam setiap kegiatan seperti tablig akbar dan pengajian bahwa pasangan Ahok-Djarot ini merupakan calon keterwakilan agama dan menggambarkan pluralisme di DKI

Jakarta.57 Dalam setiap kegiatan kampanye untuk mengatasi masalah isu agama ini dimunculkan bahwa Ahok-Djarot pro-Islam seperti membuat tujuh program kerja yang berdampak langsung untuk umat islam yang disepakati bersama dengan PPP (Partai Persatuan Pembangunan) kubu kepemimpinannya H. Dzan

Faridz yaitu:58

57 Wawancara penulis dengan Ketua Bidang Kampanye Ahok-Djarot, Merry Hotma di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta, Jakarta, 5 Maret 2017. 58 Wawancara penulis dengan Wakil Ketua Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Wibi Andrino di DPP Partai Nasdem, Jakarta, 27 Februari 2017.

109

1. Menambah fungsi Islamic Centre yang terletak di Jakarta Utara untuk

menjadi pusat perpustakaan sejarah Islam Indonesia.

2. Membangun masjid raya di setiap wilayah kota di provinsi DKI

Jakarta seperti masjid raya di daan mogot, Jakarta Barat.

3. Memberikan anggaran rutin untuk perbaikan dan perawatan pada

setiap masjid dan musholla khususnya tempat wudhu dan toilet yang

dilengkapi dengan akses air bersih dan penerangan di wilayah DKI

Jakarta.

4. Meningkatkan anggaran untuk kesejahteraan imam, muadzin, ustadz

dan ustadzah serta marbot masjid dan musholla di wilayah DKI

Jakarta, antara lain dengan memberikan tunjangan bulanan.

5. Memberikan bantuan untuk perbaikan gedung dan biaya operasional

untuk pondok pesantren yang berada di wilayah DKI Jakarta.

6. Memberikan kesempatan kepada pondok pesantren swasta untuk

melakukan kerjasama pengelolaan dengan pemerintah provinsi DKI

Jakarta.

7. Menghormati, mengizinkan dan mendukung penuh kegiatan-kegiatan

perayaan hari besar umat islam, termasuk merayakan malam takbiran

dan menutup seluruh tempat hiburan malam sepanjang bulan suci

Ramadhan di wilayah DKI Jakarta.

Dalam nota kesepakatan yang dibuat oleh PPP dan Ahok-Djarot pada 17 oktober 2016 tentang program kerja yang berdampak langsung untuk umat Islam ini sebagai bentuk penanggulangan masalah ((reduced problem) terhadap isu

110

kasus penistaan atau penodaan agama yang terjadi pada Basuki Tjahaja purnama.

Program kerja tersebut disampaikan melalui media format kecil seperti pamflet atau brosur dan spanduk atau banner. Saat kampanye putaran pertama spanduk atau banner yang bertuliskan program kerja tersebut disebarkan pada beberapa wilayah dan pamflet atau brosur disebarkan pada saat para pendukung Ahok-

Djarot datang ke rumah lembang (rumah pemenangan). Pada saat kampanye putaran kedua pamflet atau brosur disebarkan kerumah-rumah di seluruh wilayah

DKI Jakarta sebagai bentuk kampanye penanggulangan masalah (reduced problem) terhadap isu kasus penistaan atau penodaan agama Basuki Tjahaja

Purnama.

C. Analisis Komunikasi Politik Petahana Studi Kampanye Pasangan Basuki

Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dalam Pilkada DKI Jakarta

2017

Pilkada DKI Jakarta 2017 telah usai. Terdapat tiga pasangan kandidat

Gubernur dan Wakil Gubernur yang maju pada putaran pertama yaitu Agus

Harimurti Yudhoyono – Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful

Hidayat dan Anies Rasid Baswedan – Sandiaga Salahudin Uno. Kemudian, menghasilkan dua pasang calon untuk maju kembali diputaran kedua dikarenakan pada putaran pertama tidak ada pasangan calon yang melebihi 50% suara yang masuk, pasangan calon itu adalah Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful

Hidayat dan Anies Rasid Baswedan – Sandiaga Salahudin Uno.

Dalam proses Pemilihan kepala daerah DKI Jakarta yang dilaksanakan pada 15 Februari 2017 diputaran pertama dan 19 April 2017 diputaran kedua,

111

tentunya komunikasi politik memiliki fungsi yang sangat penting dalam menentukan demokratisasi dan terdapat pertarungan kepentingan untuk mempengaruhi, merebut, mempertahankan dan memperluas kekuasaan yang dilakukan oleh para komunikator politik yaitu pihak elit (penguasa) maupun publik (yang dikuasai).59 Berbagai strategi kampanye dilakukan oleh pasangan kandidat untuk dapat menarik perhatian masyarakat dengan memperoleh dukungan dari mereka. Begitupun yang dilakukan oleh pasangan Basuki Tjahaja

Purnama dan Djarot Saiful Hidayat memiliki strategi komunikasi politik selama masa kampanye untuk dapat memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2017.

Komunikasi politik yang dilakukan oleh Ahok-Djarot selama masa kampanye, penulis fokus terhadap debat kandidat yang dilaksanakan sebanyak tiga kali oleh KPU diputaran pertama dan satu kali diputaran kedua melalui media elektronik TV. Sebagai komunikator politik utama Ahok-Djarot dalam setiap segmen debat kandidat pesan komunikasi politik yang ingin disampaikan kepada para pemilih dalam hal ini masyarakat DKI Jakarta yang terdapat di DPT adalah keberhasilannya selama menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI

Jakarta dengan mengatakan „kami sudah‟ bukan lagi „kami akan‟ yang membuat mereka dapat meyakinkan masyarakat DKI Jakarta bahwa visi-misi dan program kerja yang telah mereka lakukan bukanlah sebuah janji tapi bukti. Dalam debat kandidat yang berlangsung tiga kali selama putaran pertama itu, komunikasi politik yang dibangun oleh Ahok-Djarot dikatakan berhasil dengan membawa

59 Muhtadi, A.S, Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca-Orde Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 72-74.

112

pesan keberhasilannya selama menjabat membuatnya unggul diputaran pertama dan berhak maju diputaran kedua.

Selama kampanye Ahok-Djarot mengunggulkan kampanye rakyat sebagai strategi utamanya dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung pasangan Ahok-Djarot melalui sumbangan dana untuk kampanye sebagai penerapan slogan Bersih, Transparan dan Professional. Selama kampanye relawan Teman Ahok juga menerapkan strategi canvassing untuk memenangkan

Ahok-Djarot.

Slogan atau tagline yang digunakan Ahok-Djarot juga merupakan faktor penting selama kampanye. Tagline „kerja‟ yang digunakan Ahok-Djarot menggambarkan bahwa Ahok-Djarot selama menjabat telah melakukan kerja yang dirasakan oleh masyarakat dan akan melakukan kerja yang baik juga ketika terpilih kembali. Melalui strategi tersebut serta pengelolaan pembuatan program kerja dan visi-misi yang berdasarkan kebutuhan masyarakat DKI Jakarta membuat

Ahok-Djarot bisa memenangkan putaran pertama dan berhak maju keputaran kedua.

Diantara banyak faktor yang mendukung kemenangan diputaran pertama, terdapat salah satu faktor penting saat masa kampanye yang membuat Ahok-

Djarot kalah diputaran kedua. Hal tersebut adalah isu SARA terkait kasus penistaan atau penodaan agama yang menganggap Basuki Tjahaja Purnama sebagai penista agama.

Isu SARA terkait kasus penistaan atau penodaan agama yang muncul saat masa kampanye berawal dari pidato kunjungan kerja yang dilakukan oleh Ahok

113

saat menjadi Gubernur di kepulauan seribu bulan September 2016 yang videonya disebarkan oleh Bun Yani melalui status Facebooknya. Dari kasus tersebut selama masa kampanye Ahok harus menghadiri persidangan setiap hari selasa dan menghadapi serangan yang sangat kencang khususnya diputaran kedua selama masa kampanye seperti penolakan kampanye, atribut spanduk provokatif dimasjid-masjid serta aksi 212 dan 313 yang menuntut Ahok dipenjara.

Dalam menyikapi hal tersebut pasangan Ahok-Djarot beserta tim sukses dan relawan mencoba mengatasi isu kasus penistaan atau penodaan agama dengan melakukan pengalihan isu kampanye yang menunjukan Ahok pro-Islam melalui berbagai media sosial serta media format kecil seperti brosur dan selebaran yang menjelaskan Ahok-Djarot selama menjabat banyak membangun masjid, menggusur tempat prostitusi, meningkatkan anggaran untuk kesejahteraan imam, muadzin, dan ustadz, memberikan bantuan untuk perbaikan gedung pesantren dll.

Walaupun memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa Ahok pro-

Islam tentunya menurut penulis isu SARA terkait kasus penistaan atau penodaan agama ini terlalu kencang bergulir. Faktor lain selama masa kampanye menurut penulis Ahok-Djarot tidak mempunyai program kerja unggulan yang terlihat menonjol dibandingkan pasangan lain. Komunikasi politik yang dibangun oleh

Ahok-Djarot dalam hal penyampaian program kerja, tidak ada yang mengejutkan untuk membuat masyarakat tertarik dengan program kerja tersebut. Berbeda dengan pasangan lain seperti AHY-Sylvi yang mengunggulkan program Rp. 1M untuk satu RW serta program kerja OKOCE Anies-Sandi. Dengan kata lain, komunikasi politik terkait pesan program kerja Ahok-Djarot selama masa

114

kampanye terlihat tidak kreatif walaupun banyak program kerja yang dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat DKI Jakarta.

Ahok-Djarot kalah pada putaran kedua dilihat dari sisi komunikasi politik dikarenakan pesan yang disampaikan oleh Ahok-Djarot harusnya menawarkan program kerja yang memprioritaskan masyarakat kalangan bawah. Komunikasi politik tersebut didukung dengan kebijakan yang tidak menekan kalangan bawah seperti reklamasi dan penggusuran. Dengan melalui saluran dan media yang tepat untuk dapat menyentuh masyarakat kalangan bawah, tentunya efek dari kebijakan tersebut akan mengurangi opini masyarakat terkait kasus penistaan agama.

Lalu pesan komunikasi politik yang menunjukan Ahok pro-Islam dengan membuat tujuh program kerja yang berdampak langsung untuk umat Islam bekerjasama dengan PPP kubu Djan Faridz seharusnya dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat untuk meredam Isu SARA yang bergulir. Untuk menyampaikan pesan tersebut komunikator politik dalam hal ini tim pemenangan serta relawan melakukannya secara tertutup dengan menyebarkan brosur yang disebar kerumah-rumah masyarakat DKI Jakarta, seharusnya program kerja tersebut lebih diutamakan dalam penyampaiannya diberbagai saluran dan media seperti rapat umum dan debat kandidat yang dilihat oleh banyak masyarakat.

Sasaran atau target pesan tersebut tentunya masyarakat DKI Jakarta yang beragama Islam dengan efek yang diharapkan dapat mengubah opini masyarakat bahwa Ahok sebagai penista agama. Akan tetapi, komunikasi politik tersebut tidak berjalan dengan baik yang membuat Ahok-Djarot kalah pada putaran kedua dengan berbagai Isu SARA yang sangat kencang bergulir menganggap Ahok

115

sebagai penista agama. Semestinya sebagai pasangan kandidat yang didukung oleh empat partai yang ada diparlemen serta dua partai non-parlemen, 95 relawan dan dimeriahkan oleh sejumlah artis selama masa kampanye Ahok-Djarot bisa memenangkan Pilkada putaran kedua dengan menggunakan komunikasi politik selama masa kampanye yang tepat.

116

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pilkada DKI Jakarta menjadi Pilkada yang paling disorot oleh masyarakat

Indonesia yang diikuti oleh tiga pasang calon yaitu Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, serta

Anies Rasid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno. Tiga pasang calon ini bertarung pada putaran pertama yang berlangsung pada 15 Februari 2017 dan menghasilkan dua pasang calon untuk bertarung kembali diputaran kedua yaitu

Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat serta Anies Rasid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno. Diputaran kedua ini pasangan Ahok-Djarot kalah dengan perolehan 42,04% dan Anies-Sandi 57,96%.

Dalam proses Pilkada DKI Jakarta ini komunikasi politik memiliki fungsi yang sangat penting dalam menentukan demokratisasi dan terdapat pertarungan kepentingan untuk mempengaruhi, merebut, mempertahankan dan memperluas kekuasaan yang dilakukan oleh para komunikator politik yaitu pihak elit

(penguasa) maupun publik (yang dikuasai). Komunikasi politik yang dilakukan selama kampanye oleh tim pemenangan pasangan Ahok-Djarot pada Pilkada DKI

Jakarta 2017 terbilang cukup efektif dalam mendulang suara pemilih masyarakat

DKI Jakarta pada putaran pertama walaupun pada putaran kedua terjadi kekalahan. Ada beberapa tahap yang telah dilakukan untuk memenangkan Ahok-

Djarot diPilkada DKI Jakarta 2017 ini meliputi pembentukan tim pemenangan serta mengaktifkan relawan untuk memenangkan Ahok-Djarot.

117

Untuk lebih mudah mengetahui proses komunikasi politik Ahok-Djarot selama kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 peneliti menggunakan lima unsur- unsur komunikasi politik. Unsur-unsur tersebut ialah Pertama, siapa komunikator politik yang dapat meyakinkan warga DKI Jakarta dalam hal ini adalah Ahok-

Djarot, tim pemenangan dan relawan sebagai komunikator. Kedua, pesan politik apa yang akan disampaikan adalah visi-misi, program kerja serta keberhasilannya selama menjabat sebagai pesan kampanye yang ingin disampaikan kemasyarakat

DKI Jakarta bahwa Ahok-Djarot bukan lagi mengatakan ‘kami akan’ tapi ‘kami sudah’ selama masa kampanye yang terus Ahok-Djarot unggulkan pada masa kampanye.

Ketiga, melalui media atau saluran apa dalam menyampaikan pesan tersebut. Banyak media dan saluran yang digunakan oleh Ahok-Djarot untuk menyampaikan pesannya selama kampanye tetapi peneliti fokus terhadap media elektronik yaitu televisi dalam acara debat publik resmi KPU yang disiarkan oleh beberapa stasiun TV sebagai salah satu media penyampai pesan yang paling dilihat oleh masyarakat DKI Jakarta. Keempat, siapa sasaran atau target politik yang dituju oleh Ahok-Djarot pada Pilkada DKI Jakarta adalah masyarakat DKI

Jakarta yang terdaftar dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan Kelima, bagaimana pengaruh atau efek komunikasi politik tersebut yang bermuaranya pada pemberian hak suara (vote) dalam pemilihan umum DKI Jakarta.

Komunikasi politik selama kampanye yang dilakukan pasangan Ahok-

Djarot dapat diikatakan berhasil pada putaran pertama. Karena, telah mengungguli pasangan lain dan berhasil maju kembali pada putaran kedua. Pada putaran kedua

118

dapat dikatakan komunikasi politik selama kampanye yang dilakukan Ahok-

Djarot tidak berhasil. Karena, Ahok-Djarot kalah dengan pasangan Anies-Sandi.

Dalam proses kampanye yang dilakukan oleh pasangan Ahok-Djarot menurut model kampanye ostergaard diawali dengan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat DKI Jakarta dan permasalahan isu yang akan dihadapi oleh Ahok-Djarot selama masa kampanye yaitu isu SARA terkait kasus penistaan atau penodaan agama yang menganggap Ahok sebagai penista agama. Kemudian, tahap pengelolaan kampanye dimulai dari perancangan dengan merumuskan tagline atau slogan yang akan digunakan berdasarkan karakteristik yang menggambarkan kedua pasang calon. Sebagai calon petahana,

Ahok-Djarot menggunakan Tagline atau slogan ‘Kerja’ serta merumuskan keberhasilan pasangan Ahok-Djarot selama menjabat untuk dijadikan bahan kampanye.

Pada tahap pelaksanaan kampanye pasangan Ahok-Djarot memiliki strategi kampanye yang diunggulkan yaitu kampanye rakyat serta relawan Teman

Ahok memiliki strategi canvassing sebagai pendekatan kemasyarakat. Selama masa pelaksanaan kampanye Ahok-Djarot melakukan pertemuan terbuka kepada masyarakat melalui rapat umum serta pertemuan dengan pendukung dirumah pemenangan. Pasangan Ahok-Djarot juga banyak tampil di TV diberbagai program sebagai salah satu media berkampanye.

Pada tahap pelaksanaan ini, ada tiga faktor yang menyebabkan kekalahan

Ahok-Djarot diputaran kedua terkait isu SARA yang menganggap Ahok sebagai penista agama, antara lain:

119

1. Banyaknya penolakan kampanye tatap muka yang dilakukan Ahok-

Djarot dibeberapa wilayah.

2. Adanya atribut berupa sepanduk provokatif dimasjid dan beberapa

wilayah yang menyatakan menolak pendukung dan pembela penista

agama.

3. Adanya sejumlah aksi pengerahan massa seperti 212 dan 313 untuk

menuntut Ahok sebagai penista agama dipenjara.

Selain dikarenakan tiga faktor isu SARA tersebut, pada masa tenang pilkada DKI Jakarta tim pemenangan Ahok-Djarot terindikasi oleh Bawaslu membagikan sembako kebeberapa wilayah sebelum hari pencoblosan yang membuat opini publik kepada Ahok-Djarot semakin buruk. Setelah melalui tahap perancangan dan pelaksanaan, kemudian tahap evaluasi hasil kampanye Ahok-

Djarot yang dapat dikatakan berhasil pada putaran pertama karena telah menggungguli pasangan lain dan berhak maju keputaran kedua. Faktor keberhasilan Ahok-Djarot pada putaran pertama disebabkan karena pesan komunikasi politik yang sangat mengunggulkan keberhasilannya selama menjabat untuk mengalihkan isu agama pada putaran pertama tersebut dibuktikan dengan kalimat-kalimatnya saat debat kandidat berlangsung.

Pada putaran kedua komunikasi politik selama kampanye yang dilakukan oleh Ahok-Djarot dapat dikatakan tidak berhasil. Dikarenakan, mengalami kekalahan dengan perolehan suara 42,04% untuk Ahok-Djarot dan 57,96% untuk pasangan Anies-Sandi. Tidak bertambahnya secara signifikan suara yang didapat oleh Ahok-Djarot disebabkan oleh isu SARA terkait kasus penistaan atau

120

penodaan agama yang menimpa Ahok begitu kencang pada putaran kedua dibuktikan oleh faktor-faktor pada tahap pelaksanaan diatas yang menggiring opini masyarakat untuk tidak memilih penista agama. Dan tahap terakhir menurut model kampanye ostergaard adalah tahap penanggulangan masalah untuk DKI

Jakarta serta penaggulangan masalah yang dihadapi oleh Ahok-Djarot selama masa kampanye.

B. Saran

Komunikasi politik merupakan bagian penting dalam proses kampanye.

Dari pengamatan-pengamatan yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian mengenai komunikasi politik petahana studi terhadap kampanye Basuki Tjahaja

Purnama dan Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI Jakarta 2017 ini, maka ada beberapa saran yang akan penulis berikan khususnya kepada tim pemenangan, relawan dan pasangan kandidat yang akan berkontestasi pada pemilihan umum lainnya serta para peneliti yang tertarik untuk mengangkat pembahasan terkait komunikasi politik terhadap kampanye di pemilihan umum mendatang.

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan diatas, penulis memberikan saran- saran sebagai berikut:

Pertama, dengan banyaknya calon petahana yang maju kembali pada

Pilkada 2017, Ahok-Djarot menjadi salah satu pasangan kandidat petahana tersebut. Debat publik merupakan bagian penting dalam komunikasi politik selama kampanye. Selama debat publik Ahok-Djarot selalu memunculkan keberhasilannya selama menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur, memang itu menjadi kelebihan petahana. Akan tetapi, menurut penulis harus adanya program

121

kerja unggulan untuk masyarakat yang dimunculkan menjadi pesan utama selain pesan keberhasilannya sebagai petahana selama kampanye khususnya dalam debat kandidat untuk meningkatkan tingkat elektabilitas pasangan kandidat dalam hal ini penelitian mengenai pasangan kandidat Ahok-Djarot.

Kedua, tim pemenangan dan relawan Ahok-Djarot harusnya menggunakan pendekatan-pendekatan komunikasi politik yang efektif dan variatif selama masa kampanye kemasyarakat terkait isu yang dominan menyerang pasangan Ahok-

Djarot selama masa kampanye. Melalui berbagai media dan saluran kampanye yang tepat mengubah opini pemilih di DKI Jakarta untuk mendapatkan pengaruh atau efek komunikasi politik dengan terciptanya pemahaman Ahok pro-islam dan tidak menista agama yang kemudian nuansanya akan bermuara kepada hasil pemilihan umum.

Ketiga, penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya terkait dengan komunikasi politik. Penulis melihat bahwa diperlukannya penelitian yang lebih mendalam terkait komunikasi politik selama kampanye untuk mendapatkan pengetahuan seputar komunikasi politik yang lebih baik lagi.

122

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2008.

Cangara, Hafied. Komunikasi Politik: Konsep, Teori dan Strategi. Jakarta:

Rajawali Pers, 2014.

David, Fred R. Manajemen Strategis: Konsep-Konsep. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2004.

Effendy, Onong Uchjana. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remadja Rosda

Karya, 1992.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 2003.

Fathurahman, Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia,

2011.

Firmanzah. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2007.

Heryanto, Gun Gun. 2010. Komunikasi Politik di Era Industri Citra. Jakarta:

Laswell Visitama.

Hollyson, Rahmat MZ. dan Sri Sundari. Pilkada: Penuh Euforia, Miskin Makna.

Jakarta: Bestari Buana Murni, 2015.

123

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya, 2006.

Muhtadi, A.S. Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca-Orde

Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.

Muhtadi, Asep Saeful. Komunikasi Politik Indonesia. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2008.

Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1989.

Nursal, Adman. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Quali, Denis MC. Diterjemahkan oleh Aminuddin Ram. Teori Komunikasi

Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga, 1983.

Rush, Michael dan Phillip Althoff. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1997.

Schroder, Peter. Strategi Politik. Jakarta: Friedrich Noumann Stiftung, 2004.

Setiani, Eni DKK. Ensiklopedia Jakarta, Profil Kota Jakarta, Jakarta Tempo

Doeloe, Kini & Esok. Jakarta: PT. Lentera Abadi, 2009.

Simarmata, Salvatore. Media dan Politik: Sikap Pers Terhadap Pemerintahan

Koalisi di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Pustaka Indonesia, 2014.

Tim Peneliti Fisip UMM. Perilaku Partai Politik. : UPT Penerbitan

UMM, 2006.

124

Venus, Antar. Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam

Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama

Media, 2009.

Wheelen, Thomas L. dan J. David Hunger. Concept in Strategic Manajemen and

Business Policy. United State of America: Pearson education, 2006.

Wibowo, Pramono Anung. Mahalnya Demokrasi Memudarnya Ideologi: Potret

Komunikasi Politik Legislator-Konstituen. Jakarta: PT. Kompas Media

Nusantara, 2013.

Yogaswara, A. DKK. Jokowi-Ahok Pemimpin yang Biasa-Biasa Saja.

Yogyakarta: Medpress, 2012.

Skripsi, Tesis, atau Makalah

Amalia. “Komunikasi Politik Pasangan Hj. Airin Rachmi Diany dan DRS. H.

Benyamin Davnie dalam Pilkada Tangsel Tahun 2011.” Skripsi S1

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Pratiwi, Dewi. PJ. “Penggunaan Media Sosial Dalam Pemenangan Joko Widodo

– Basuki Tjahaja Purnama pada Pilkada DKI Jakarta 2012 (Studi

Terhadap Marketing Politik di Facebook dan Twitter).” Skripsi S1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2014.

Rosit, Muhammad. “Strategi Komunikasi Politik dalam Pilkada (Studi Kasus

Pemenangan Pasangan Kandidat Ratu Atut dan Rano Karno pada Pilkada

125

Banten 2011).” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi Kekhususan Manajemen Komunikasi

Politik, Universitas Indonesia, 2012.

Tamjidi, Muhammad Hafidz. “Analisis Gaya Kepemimpinan Basuki Tjahaja

Purnama dalam Menjalankan Reformasi Birokrasi Bidang Sumber Daya

Manusia Di DKI Jakarta.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016.

Uyun, Qurrotul. “Komunikasi Politik Calon Petahana (Studi Kasus Saiful Illah

dalam Kemenangan Pilkada di Kabupaten Sidoarjo 2015)” Skripsi S1

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya, 2016.

Internet

Ayuningtyas, Rahayu. “Siapa Ahok.” Diakses 19 Maret 2017

(https://ahokdjarot.id/profil/siapa-ahok).

Aziza, Kurnia Sari. “Hasil Polling Litbang Kompas Terkait Debat Pilkada DKI

Jakarta.” Diakses 6 Mei 2017

(http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/13/09290391/hasil.polling.l

itbang.kompas.terkait.debat.Pilkada.dki.putaran.kedua).

Aziza, Kurnia Sari. “Patungan Kampanye Rakyat Ditutup Ahok-Djarot

Kumpulkan Rp. 27.1 Milyar.” Diakses 9 Mei 2017

(http://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/06/18322851/patungan.kam

panye.rakyat.ditutup.ahok-djarot.kumpulkan.rp.27.1.miliar).

126

Hanin, Sarah. “Cerita Djarot Bertemu Penghadangnya Saat Berkampanye.”

Diakses 18 Januari 2017 (https://ahokdjarot.id/kampanye-rakyat/cerita-

djarot-bertemu-penghadangnya-saat-berkampanye).

Huda, Larissa. “Kasus Penodaan Agama, Ahok divonis 2 tahun penjara.” Diakses

26 Mei 2017

(https://nasional.tempo.co/read/news/2017/05/09/063873597/kasus-

penodaan-agama-ahok-divonis-2-tahun-penjara).

Ilham. “Kartu Jakarta Pintar Belum Tepat Sasaran.” Diakses 7 Mei 2017

(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-

nasional/15/05/16/nofzda-kartu-jakarta-pintar-belum-tepat-sasaran).

Indana, Wanda. “Ahok-Djarot Luncurkan Kampanye Rakyat.” Diakses 18 Januari

2017 (http://m.metrotvnews.com/Pilkada/news-Pilkada/aNrJ6wzN-ahok-

djarot-luncurkan-kampanye-rakyat).

Jamal, Jamaluddin. ”Inovasi Pengobatan Online Djarot.” Diakses 8 Mei 2017

(http://www.kompasiana.com/jamaluddinjamal/inovasi-pengobatan-

online-djarot_589ac5b48d7e612905608fad).

Klara, Inge. “Percuma kalau komunikasi politik Ahok-Djarot Buruk.” Diakses 21

Maret 2017

(https://metro.tempo.co/read/news/2016/10/01/083808835/masinton-

percuma-kalau-komunikasi-politik-ahok-djarot-buruk).

Kurnianto. “Ini Stasiun Televisi Yang Siarkan Debat Kandidat Pilkada DKI.”

Diakses 6 Mei 2017

127

(www.netralnews.com/news/megapolitan/read/46990/ini.stasiun.televisi.y

ang.siarkan.debat.kandidat.Pilkada.dki).

Pratama, Giri Lingga Herta. “Djarot Saiful Hidayat.” Diakses 21 maret 2017

(https://profil.merdeka.com/indonesia/d/djarot-saiful-hidayat/).

Priatmojo, Dedy. “Lima Faktor Calon Petahana Unggul di Pilkada Serentak.”

Diakses 19 Oktober 2016 (http://politiknews.viva.co.id/news/read/709835-

lima-faktor-calon-petahana-unggul-di-Pilkada-serentak.).

Putra, M. Andika. “Ahok-Djarot Paling diuntungkan selama pra-Kampanye.”

Diakses 18 Oktober 2017

(http://www.cnnindonesia.com/politik/20161004153501-32-163249/ahok-

djarot-paling-diuntungkan-selama-pra-kampanye/).

Ramdhani, Jabbar. “KPU Tetapkan Ahok-Djarot dan Anies-Sandi Maju keputaran

dua Pilkada DKI Jakarta.” Diakses 7 Mei 2017

(https://news.detik.com/berita/d-3438375/kpu-tetapkan-ahok-djarot-dan-

anies-sandi-maju-putaran-dua-Pilkada).

Suyatno. “Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dan Tantangan Demokrasi Lokal

di Indonesia.” Jurnal Indonesian Political Science Review, Juli 2016.

Diunduh 18 Oktober 2016 (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI).

Informasi yang di-posting di web page

“Daftar Pemilih Tetap Pilkada DKI Jakarta 2017.” Komisi Pemilihan Umum

Provinsi DKI Jakarta. Diunduh 28 April 2017.

(https://Pilkada2017.KPU.go.id/pemilih/dpt/dki%20JAKARTA).

128

“Demografi DKI Jakarta.” Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Diunduh 19 Maret

2017 (http://www.jakarta.go.id/v2/news/2008/01/Demografi-

Jakarta#.WNN4q_l97IU).

“Hasil Perolehan Suara Putaran Kedua.” Komisi Pemilihan Umum Provinsi

DKI Jakarta. Diunduh 8 Mei 2017

(https://kpujakarta.go.id/file_data/BA%20Hasil%20Rekap%20Perolehan%

20Suara%20Putaran%20Kedua%20ok.pdf).

“Hasil Perolehan Suara Putaran Pertama.” Komisi Pemilihan Umum Provinsi

DKI Jakarta. Diunduh 8 Mei 2017

(https://Pilkada2017.kpu.go.id/hasil/t1/dki_jakarta).

“Laporan Penyelenggaraan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil Gubernur

Provinsi DKI Jakarta 2012.” Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI

Jakarta. Diunduh 12 April 2016 (https://kpujakarta.wordpress.com/data/).

“Letak Geografis DKI Jakarta.” Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Diunduh 27

Februari 2017 (http://www.jakarta.go.id/v2/news/2008/01/Geografis-

Jakarta#.VxEJW0x97IU).

“Mengubah Paradigma Kampanye di Indonesia.” Ahokdjarot.id. Diakses 9 Mei

2017 (https://ahokdjarot.id/kampanye-rakyat/mengubah-paradigma-

kampanye-di-indonesia).

“Milestones Ahok-Djarot Dalam Dua Tahun Terakhir.” Ahokdjarot.id. Diakses 9

Mei 2017 (https://ahokdjarot.id/program/milestones-ahok-djarot-dalam-

dua-tahun-terakhir).

129

“Partai Pendukung Ahok-Djarot.” Ahokdjarot.id. Diakses 21 Maret 2017

(https://ahokdjarot.id/partai-pendukung).

“Pengumuman dan penetapan pasangan calon kandidat putaran pertama.”

Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta. Diunduh 20 maret 2013

(http://kpujakarta.go.id/file_data/PENGUMUMAN%20CALON.docx.pdf.

).

“Profil Cagub dan Cawagub.” Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta.

Diunduh 15 maret 2017

(http://kpujakarta.go.id/file_data/PROFIL%20CAGUB.rar).

“Profil Cagub dan Cawagub.” Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta.

Diunduh 16 Maret 2017

(http://kpujakarta.go.id/file_data/PROFIL%20CAGUB.rar).

“Profil Pendiri Teman Ahok.” Teman Ahok. Diakses 27 Maret 2017

(https://temanahok.com/profil-pendiri-teman-ahok).

“Program Kerja Ahok-Djarot untuk Masyarakat DKI Jakarta.” Ahokdjarot.id.

Diakses 13 Mei 2017 (https://ahokdjarot.id/program-kerja-ahok-djarot-

untuk-masyarakat-dki-jakarta).

“Relawan Ahok-Djarot.” Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta.

Diunduh 20 Maret 2017

(http://kpujakarta.go.id/file_data/16112510123320161125%20relawan%2

0orang%20seorang%20ahok%20djarot%20lengkap.pdf).

130

“Relawan Ahok-Djarot.” Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI Jakarta. Diakses

6 April 2017 (http://kpujakarta.go.id/img/poster-tahapan-NEW.png).

“Surat Edaran Peraturan KPU.” Komisi Pemilihan Umum (KPU). Diunduh 8

Februari 2017 (www.kpu.go.id/download).

“Tim Pemenangan Ahok-Djarot.” Komisi Pemilihan Umum Provinsi DKI

Jakarta. Diunduh 25 Februari 2017

(http://kpujakarta.go.id/file_data/16112510134725112016%20tim%20kam

panye%20ahok%20djarot%20lengkap.pdf).

“Visi dan Misi Ahok-Djarot.” Ahokdjarot.id. Diakses 9 mei 2017

(https://ahokdjarot.id/visi-misi-ahok-djarot).

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Foto Bersama Bapak Wibi Andrino, SH

Lampiran 1: Wawancara Dengan Wibi Andrino, SH Selaku Wakil Ketua Tim Pemenangan Ahok-Djarot

1. Bagaimana awal terbentuknya tim pemenangan ini? Nasdem adalah satu-satunya partai yang berdiri bersama pak Ahok sejak saat sebelum Pilkada belum dimulai bahkan saat Ahok berseteru dengan DPRD terkait hak angket. Teman Ahok mendukung untuk mendapatkan satujuta ktp. Satu-satunya partai yang mendukung calon independent saat itu yaitu nasdem. Gerakan pertama yang mendukung Ahok adalah nasdem dan temanAhok. Pertama nasdem kedua golkar ketiga hanura dan terakhir itu pdip. Dia sudah membuat sesuatu yang berbeda di Jakarta, yaitu pertama yang paling sederhana adalah sampah dijakarta, wajah Jakarta dulu dan sekarang banyaknya petugas2 yang mendedikasikan dirinya bergabung menjadi ppsu itu sangat amat signifikan merubah wajah Jakarta yang tadinya kotor cenderung menjadi bersih. Lalu yang kedua tentang relokasi, relokasi itu banyak sekali yang menentang, dari berbagai sejarah yang ada dijakarta baru Ahoklah yang berani melakukan relokasi. 2. Apa saja langkah-langkah strategis yang digunakan tim pemenangan selama masa kampanye? Pertama kalau kita melihat langkah-langkah apa yang harus kita lakukan untuk menarik hati pemilih. Kita harus melihat karakteristik pemilih, nah pemilih- pemilih ini kan ada beberapa katergori mulai dari pemilih pemula, pemilih perempuan, ada juga pemilih moderat, pemilih kultural, berbasiskan suku dan agama, Jakarta ini kan multietnis ya. Nah campaignnya ini ya harus sesuatu yang berbeda nah yang membedakan pak Ahok dengan yang lain ya dirinya sendiri bukan daripada kemasan yang diciptakan untuk pak Ahok. Seorang basuki tjahaja purnama ya begitu orangnya sejak dia di bangka Belitung hingga saat ini. Orangnya ceplas-ceplos dan terbuka. 3. Bagaimana gaya dan pola kampanye yang dibangun tim pemenangan? Kita melihat karakter yang kuat dari Basuki Tjahaja Purnama sebagai salah satu sosok yang berpengaruh di dki Jakarta sebagai bahan campaign, dengan

slogan bersih, transparan dan professional memudahkan kita untuk mengkampanyekan pak Ahok karena kita tidak perlu membohongi diri kita sendiri dalam mengkampanyekan beliau karena dengan slogan itu sudah merepresentasikan diri beliau yang apa adanya karena timsespun merasa menyatu dengan pak Ahok yang apa adanya. Lalu pola-pola penyampaian kinerja dll itu menjadi terdepan dalam kampanye kita, apa saja yang sudah dilakukan selama pak Ahok dan apa saja yang belum dan mau dilakukan. Kenapa kita juga mengkampanyekan apa yang belum selesai karena tentunya proses pembangunan yang belum selesai ini harus diteruskan untuk dituntaskan seperti pengendalian kemacetan dengan transportasi masal. 4. Pesan apa yang disampaikan selama masa kampanye, khususnya kampanye udara? Dalam kampanye melalui udara atau media ini kita mengedepankan etika- etika jurnalistik yaitu cek dan recek, konfirmasi, kalau kata nusron itu tabayun. Sehingga apa yang kita sampaikan kepublik tidak hanya asumsi. Dan kita mengedepankan adalah program karena Jakarta ini membutuhkan orang kerja bukan orang yang pandai beretorika. Bagi tim media lawan dari program yang kita kampanyekan adalah yaa isu-isu hoax yang berkembang dimasyarat. Hari ini masyarakat Jakarta cenderung tingkat kepuasan publiknya lebih dari 70% terhadap kinerja namun kenapa bisa terjadi putaran kedua tentunya karena faktor diluar kepuasan publik tapi merupaka isu-isu yang lain diluar dari isu kerjaan dan pembangunan yaitulah isu penistaan atau penodaan agama. 5. Pesan apa yang disampaikan selama masa kampanye, khususnya kampanye darat? Kampanye darat memang banyak penolakan tapi berdasarkan pemantauan dimana kita turun kebawah kebanyakan penolakan itu dimobilisasi seperti kita datang ke rw 1 yang menolak rw 2. Seakan yang menolak pak Ahok ini seperti dikasih pekerjaan. Kampanye face to face yang dilakukan ke berbagai titik-titik yang belum dibenahi ataupun yang dibenahi itu pak Ahok turun langsung tentang program kerja dan visimisi agar tersampaikan dengan baik. Inilah yang bisa dilakukan timses dimana Kita harus menjelaskan segala bentuk program dan

pemikiran2 pak Ahok secara detail karena jika timses tidak memahami substansi ini cemderung bisa pedang bermata dua karena isu-isu ini sangat luar biasa sekali seperti relokasi dan reklamasi mengenai bagaimana membangun Jakarta ini tidak macet lalu bagaimana maslah dinas tata air agar kenpaa tidak banjir ini harus jelas tersampaikan ini menjadi tantangan bagi timses. Kita harus bisa melebih intelektualnya kepala suku dinas misalnya kenapa banjir dan bagaimana solusinya itu timses harus bisa karena pak Ahok adalah orang kerja bukan orang retorika.

Foto Bersama Bapak Tubagus Ace Hasan Syadzily, M.Si

Lampiran 2: Wawancara Dengan Tubagus Ace Hasan Syadzily, M.Si Selaku Sekretaris Tim Pemenangan Ahok-Djarot

1. Bagaimana awal terbentuknya tim pemenangan Ahok-Djarot ini? Tim pemenangan Ahok-Djarot ini terbentuk dari kesepakatan partai politik yang dari sejak awal sudah menyepakati ini semua, jadi nama2 yang tercantum ditim pemenangan ini berasal dari partai-partai politik pendukung dan dari beberapa relawan yang selama ini mendukung Ahok-Djarot yang kemudian sepakat untuk membentuk tim ini 2. Kenapa partai golkar menyatakan dukungan untuk mendukung pak AhokDjarot? Karena dari sejak awal sudah menunjukan kinerjanya yg baik sebagai gubernur dan wakil gubernur ditunjukan dari tingkat kepuasan dari berbagai lembaga survey dan partai golkar melihat pasangan pak Ahok-djaro merupakan pasangan gubernur yang memang dinilai memilki prestasi atas kinerjanya sebagai gubernur dan wakil gubernur dki Jakarta dan itu terbukti dari berbagai macam program yang dilaksanakan dengan baik misalnya kartu Jakarta sehat, pintar, program rptra dan program lainnya yang dirasakan langsung oleh masyarakat dan dki Jakarta membutuhkan karakter pemimpin yang seperti pak Ahok yang bersifat tegas dan menyelesaikan berbagai masalah yang ada dijakarta 3. Bagaimana strategi terkait kampanye yang dilakukan tim? Kita memliki kajian terkait dengan strategi pemenangan, kajian itu terutama pemetaan SWATnya dilakukan melalui survey, kami memang tidak secara khusus menjadikan konsultan sebagai memberikan arahan strategi untuk kita tapi dari beberapa konsultan politik yang sering berinteraksi dengan kita, kita ramu kita rumuskan kita arahkan memang strategi apa yang paling tepat untuk memenangkan pak Ahok-Djarot ini. Jadi atas dasar itulah yang telah dilakukan oleh berbagai lembaga konsultan yang kredibel. 4. Bagaimana pemetaan khalayak pemilih yang dilakukan tim? Itu dilakukan melalui lembaga survey, yang diingat pada saat itu belum ada kejadian almaidah ayat 51 karena kejadian almaidah 51 bulan oktober muncul

kepermukaan, kita sendiri itu secara tim sudah terbentuk sekitar bulan September pertengahan. Jadi pembentukan tim sebelum kasus itu. Jadi memang masalah serius yang selalu diangkat oleh lawan politik itu ialaah isu agama apalagi mereka menemukan momentumnya ketika kasus almaidah itu. Jadi memang harus diakui kasus almaidah ini sangat berpengaruh bagi referensi warga dki Jakarta dalam memilih pak Ahok-Djarot. Memang terjadi anomaly yang luar biasa masyarakat dki Jakarta hampir 76% bahkan pada awalnya 73% menurut smrc, chartapolitica, indikator dll, secara tegas menyatakan puas sekali dengan kepemimpinan Ahok- Djarot, namun ada dari sebagian besar masyarakat Jakarta yang bermayoritas muslim menilai pak Ahok menista al-quran yang kemudian persepsi itulah terbangun yang membuat mereka tidak mau memilih pak Ahok. 5. Pendekatan seperti apa yang dilakukan tim kepada pemilih? Kita berupaya untuk meyakinkan masyarakat bahwa memilih pemimpin dki Jakarta itu bukan memilih pemimpin agama tetapi kita memilih pelayan masyarakat, kita memilih administrasi publik, kita memilih orang yang mau melakukan kerja untuk kepentingan rakyat Jakarta oleh karena itu dinegara RI yang bukan negara islam atau bukan agama tertentu jelas bahwa ssetiap orang mempunyai hak dicalonkan dan mencalonkan diri tanpa melihat suku agama dan rasnya. Cara-cara seperti ini tentunya kita membuat tim khusus terutama untuk melakukan penggalangan dan meyakinakan masyarakat muslim Jakarta untuk meyakinkan mereka bahwa Pilkada tidak ada kaitannya dengan agama. Tim khusus dilakukan untuk melakukan penggalangan ke pemilih muslim. 6. Saluran komunikasi politik apa yang digunakan oleh tim? Macem-macem ada yang dalam bentuk pengajian ada yang dalam bentuk pentas musik ada dalam bentuk banyak sekali seperti sosial media. 7. Pesan apa yang disampaikan selama masa kampanye kepada pemilih? Selama pak Ahok-Djarot kita menghindari untuk mengkampanyekan soal sara kita selalu mengedepankan program-program kerja, visi-misi yang dimiliki pak Ahok-Djarot yang kita kedepankan dan sebagai petahana apa yang kita kedepankan adalah apa yang sudah dilakukan AhokDjarot seperti kjp, kjs dll dan masyarakat dki mengakui itu cuman kendalanya satu aja karena dia non-muslim.

8. Wilayah target utama apa yang menjadi prioritas tim pemenangan selama masa kampanye? Semuanya wilayah menjadi target kami, Cuma memang kita pada putaran yang pertama kalah di dua wilayah pertama dijakarta selatan dan kedua dijakarta timur. Nah pada putaran yang kedua kita menggarap secara khusus pemilih muslim dijakarta selatan dan timur. 9. Apa faktor kemenangan diputaran pertama dan kekalahan diputaran kedua? Pada putaran pertama karakter dari pemilih pak AhokDjarot itu adalah karakter pemilih yang rasional, mereka tidak mempersoalkan latarbelakang agama, mereka tidak mempersoalnya atarbelakang etnis, mereka melihat bahwa pak Ahok Djarot adalah figure kepala daerah yang memang bisa membuat Jakarta ini menjadi lebih baik. Pada putaran kedua ini kita mengalami kekalahan karena apa karena memang pada prinsipnya selain dari 43% itu memang hamper semuanya adalah muslim yang tidak mau dipimpin oleh non-muslim disamping memang mereka melihat karakter pak Ahok yang lugas dll jadi keyakinan saya orang yang tidak memilih pak Ahok adalah disebabkan faktor agama, faktor lain selain faktor agama memang ada tetapi tidak sebesar faktor agama. Kepuasan publik atas kinerja pak Ahok itu diatas 76% mereka puas terhadap kepemimpinan pak Ahok tapi yang memilihnya hanya 43%. Jadi artinya adanya pertanyaan disitu mereka mengakui pak AhokDjarot hebat tetapi mereka tidak mau memilih. Berarti kan ada yang disebutkan oleh burhanudin muhtadi sebagai splitvoters pemilih yang mengalami kebimbangan antara memilih berdasarkan rasionalitas ddengan memilih berdasarkan keyakinan agama. 10. Apa perbedaan yang terjadi antara putaran pertama dan kedua? Tentu saja ada putaran kedua lebih kencang lagi mengenai isu agamanya, kita secara tim ya merasa bahwa ini sangat tidak fair, apalagi orang mencampurbaurkan proses hukum dengan proses politik, kami berkeyakinan ditim bahwa kasus penodaan agama ini kasus politik. Seandainya itu tidak terjadi pada saat Pilkada mungkin kasus ini tidak akan pernah muncul.

Foto Bersama Ibu Merry Hotma, SH

Lampiran 3: Wawancara Dengan Merry Hotma, SH Selaku Ketua Bidang Kampanye Ahok-Djarot

1. Bagaimana awal terbentuknya tim pemenangan Ahok-Djarot ini? Awalnya pertama adanya koalisi partai dahulu, koalisi partai untuk mendukung satu calon yang sama. Ada 4 partai pdip, golkar nasdem hanura. Lalu sesuai peraturan kpud bahwa setiap calon ini harus membentuk tim pemenangan. Lalu kita membentuk tim sukses yang terdiri dari 4 partai ini lalu ditengah jalan ppp versinya djan faridz ini bergabung. 2. Apa yang membuat PDI Perjuangan menyatakan dukungan untuk mendukung pak AhokDjarot? Kalau pak Djarot kan pdiperjuangan jadi ya ada alasan kami mengusungnya. Kalau pk Ahok ini kami pertama memang kami melihat kinerja dia selama 3 tahun menjadi gubernur ada banyak hal yang kerjaan dia tuh kongkrit nyata dan apa yang dia kerjakan berguna untuk warga, apa yang tidak bisa dilakukan oleh gubernur2 yang lalu seperti penyelesaian persoalan kali jodo itukan tampilan ibukota negara, seyogyanya ya jangan adalagi lah yang tampak seperti itu tapi ya hanya baru pak Ahok yang bisa merubah itu ya menjadi sara umum dari kawasan hitam di dki Jakarta baru pak Ahok yang bisa menyelesaikan itu. Lalu yang kedua itu kami juga melihat pak Ahok ini berani melakukan sesuatu yang berguna untuk orang banyak dan dia bukan vigur yang mencari aman bukan vigur yang mencari kepentingan pribadi tapi dia vigur orang ketika itu memang untuk khalayak yang ramai hak untuk warga dan ketika itu dianggap perlu untuk ibukota negara maka dia lakukan itu tanpa dia hitung resiko untuk diri dia sendiri. Karena dia tionghoa dia Kristen pak Djarot jawa dan muslim, pasangan yang sangat melambangkan pluralism, inilah yang membuat kami pdiperjuangan ibu megawati komit untuk mendukung ini. 3. Bagaimana strategi terkait kampanye yang dilakukan tim? Yang pasti kita buat peta dulu, lalu peta itu kita design jadi kekuatan kita. Kita petakan pak Ahok sebagai vigor gubernur incumbent, trus kita petakan pak Djarot sebagai wakil gubernur incumbent kita petakan apa yang sudah ia kerjakan

dan kita petakan juga warga suka atau tidak suka atas kinerja Ahok-Djarot ini trus berapa yang suka dan tidak suka pada kinerja pak Ahok ini dan berpa yang suka dan tidak suka terhadap vigurnya pak Ahok-Djarot ini trus kita petakan juga kekuatan dan kelemahan kita dan kekuatan dan kelemahan lawan kita warga sendiri bagaimana tanggapan warga terhadap pasangan2 lawan kita dan kelemahan mereka apa dan kekuatan mereka apa jadi berdasarkan peta, baru kita buat program kerja, program kerja itu kita buat berdasarkan suku ini secara politik ini kita mainkan suku, suku mayoritas dan kita juga mainkan dari segmen2 menengah ketas dan kebawah berdasarkan peta tadi. Lalu kita buat program yang memang bernuansa religious trus kita buat juga program yang bernuansa budaya. 4. Pendekatan seperti apa yang dilakukan tim kepada pemilih? Pendekatan budaya, religious, sosial. Budaya kita mainkan wayangan, kalo religi kita mainkan sesuai dengan segmen agama yang kita dekati dan kita buat. 5. Saluran komunikasi politik apa yang digunakan oleh tim? Jadi saluran komunikasi yang kita buat ya melalui tim kami yang beragam ada jawa bisa melalui jaringan mereka, juga ada muslim di tim kami juga ada ustad kiyai, ketika berbicara Kristen atau katolik kita juga punya di tim kami, ketika bicara budha atau hindu kita juga punya di tim kampnye kami. Jadi tinggal memainkan jaringan di tim kami karena jaringan di tim kami juga beragam. 6. Bagaimana tim menghadapi isu agama yang menyerang pak Ahok? Sebenernya kami mencoba untuk melakukan berbagai kegiatan yang meyakinkan masyarakat bahwa calon kami ini menggambarkan prularisme bukan menggambarkan agama. Kalaupun pak Ahok Kristen pak Djarot muslim itu adalah identitas takdir mereka tapi secara politik kedua orang ini kami gambarkan sebagai lambang pluralisme. Nah itu yang kami jual jadi kami juga segala kegiatan kami buat pengajian kami buat tablik akbar tujuannya adalah mensosialisasikan kepada warga bahwa calon kami keterwakilan keberagaman. Itu yang kami jual dengan harapan sebenernya lepas dari persoalan menang kalah. Permainan agama ini massif dan terstruktur bahkan sampai ketingkat RT bahkan dimushola masjid setiap subuh bahkan sholat jumat ceraman2 itu membordir trus. Tapi sekaligus ini menjadi barometer kita bahwa rakyat kita

masih belom mateng belom bisa membedakan mana berdemokrasi kenegaraan mana beribadah pribadi. Politik adudomba politik impor dari belanda itu sangat berhasil sesuai sekali dengan kerapuhan karakter warga dki karena ternyata kita masih rapuh dengan karakter adudomba itu. 7. Pesan apa yang disampaikan selama masa kampanye kepada pemilih? Pertama kami menjual kinerja, kinerja pak AhokDjarot itu berbicara umum untuk masyarakat umum kinerja kita jual, kita kasih pengertian bahwa pak Ahok sudah melakukan aabcde dan tujuannya untuk apa itu kita jual allout Lalu yang kedua untuk menengah keatas islam moderat atau Kristen yang katolik hindu budha yang moderat kita jual pluralismenya keberagaman dari dua pasangan ini pak Ahok pak Djarot kita jual bahwa pasangan kita ini bisa mewakili kalian mewakili keberagaman mewakili kebersamaan mewakili Pancasila itu orang2 yang kami anggap moderat dan nasionalis itu kita jual itu. 8. Wilayah target utama apa yang menjadi prioritas tim pemenangan selama masa kampanye? Target kami itu sebenernya barat utara ya karena itu kantong nasionalis sejak dulu parta2 nasionalis itu menang disitu pdip menang disitu itu moderat walaupun mereka muslim secara ekonomi menengah kebawah tapi dia moderat itu terbukti beberapa puluh tahun ini tapi ya kali ini kan kita digulung habis berhasil betul itu 9. Apa faktor kemenangan diputaran pertama dan kekalahan diputaran kedua? Putaran pertama kami menang itu karena kantong muslim itu pecah dua antara satu dan tiga, lalu kantong muslim pecah tapi itu tidak semua muslim ya muslim yang menengah kebawah lah ya itu pecah sehingga kami bisa menang. Ketika kedua ini 90% kantong nomor 1 ketiga larinya ketiga karena agama. Sementara jumlah yang sangat berjarak itu karena 1 lari ketiga.

Foto Bersama Ibu Imayda

Lampiran 4: Wawancara Dengan Imayda Selaku Staff Pribadi Basuki Tjahaja Purnama

1. Mengapa pak Ahok memutuskan untuk maju kembali pada Pilkada 2017? Pertama banyak tugas bapak yang belum selesai, kaya seperti pembangunan mrt, lrt dll. Dan bapak itu memang orang yang ingin mengabdikan dirinya kepada masyarakat jangan sampe apbdnya itu diambil oleh orang-orang yang ingin mencuri bukan digunakan untuk masyarakat. Karena dengan apbd dia setiap tahun dia bisa ngasih orang seperti contohnya KJP yaitu 500rb orang dikali setahun berapa juta itu bisa terilyunan, orang kaya pun seperti bill gates pun gabisa nyumbang setahunnya itu sampe terilyunan jadi dia itu ada kepuasan hatinya sendiri dia udah nolong orang miskin tapi menggunakan uang apbd. 2. Bagaimana cara komunikasi politik yang dilakukan pak Ahok selama masa kampanye? Kalau kampanye bapak itu tetep tegas seperti minta sembako atau uang, bapak itu kampanye didaerah gamau bohongin rakyat dari segi kampanye kalua emang dia gabisa ya dia gabisa. Cara komunikasi bapak itu ya apa adanya seperti misalnya saat kampanye ada yang kesulitan bapak kasih kartu nama yang kemudian ditindaklanjuti bukan hanya sekedar janji saat kampanye saja. 3. Apa strategi khusus yang digunakan sebagai petahana untuk menarik hati para pemilih? Petahana itu paling gampang digoyang karena orang munculin apapun seperti contohnya yang miskin itu tinggal seberapa tapi itu trus yang diangkat sebenernya dari 700rb orang, 500rb sudah dicover berarti tinggal 200rb tapi itu trus yang diangkat. Jadi petahana ini strateginya ya kerja, bapak kan selama dua tahun dia kasih achivmen apapun yang sudah ia kerjakan. Cuman kemaren kan kita bermasalah dengan kasus agama, kalua ngga ada asus agama saja bapak sangat diterima karena dari segi kepuasan survey masyarakat Jakarta kan 78% itu ngga pernah dalam sejarah Jakarta punya gubernur, karena fauzi bowo saja 38%. Karena di amerika pun kepuasan diatas 40% itu ngga ada yang berani maju.

Karena ini bapak cuman 2tahun jadi gubernur dia kebut semua kerjaan yang belum selesai. 4. Pesan apa yang disampaikan selama masa kampanye kepada pemilih? Sebenrnya ada perubahan diputaran kedua. Pada saat putaran pertama kita memang fokus program melalui media dll. Ketika kasus demo orang berubah mereka puas sama kinerja Ahok tapi tidak memilih Ahok. Kita diputaran kedua itu kita ke partai islam mulai turun dipengajian-pengajian tatap muka yang berfokus kepada keagamaan karena ketika berbicara program pun mereka udah oke.

Foto Bersama Bapak Singgih Widiyastono

Lampiran 5: Wawancara Dengan Singgih Widiyastono Selaku Pendiri (Founder) Teman Ahok

1. Bagaimana awal mula terbentuknya Teman Ahok? Saya kan dulu ber4, saya, mas Aditya yogi, mas Richard kita tergabung dijakarta baru ketika Jokowi-Ahok maju sebagai cagub dan cawagub dki Jakarta. Kemudian menang kan kemudian kami vakum tapi kami masih menjalin komunikasilah dengan temen-temen Jakarta baru. Lanjut 2014 kan Jokowi maju sebagai capres dan Ahok menggantikannya sebagai gubernur. Nah seketika pak Ahok jadi gubernur kan ada yang aneh artinya ada gubernur yang memang saklek seperti pak Ahok misalkan kemaren kaya kasus UPS segala macem hamper diimplacmen segala macem kan kaya gitu. Nah karena kami dari awal bantuk pak Jokowi-Ahok jadinya kami masih punya ikatan emosional dengan mereka. 2. Setelah terbentuk kegiatan apa saja yang dilakukan Teman Ahok? Nah akhirnya kami bikin acara tanggal 1 dan 8 maret 2015 di bunderan HI. Bikin acara namanya lawan begal APBD, kenapa namanya lawan begal APBD karena ya sesuai tagline bahwa ini harus dilawan. Dan responnya ya cukup baik dari temen-temen semua, nah dari acara carfreeday itu kita mulai mikir lagi bagaimana cara yang paling baik dan cukup ideal artinya kita harus cari cara supaya bapak bisa jadi gubernur. Karena memang beliau gapunya partai selepas keluar dari partai gerindra. Kita juga komunikasi dengan senior-senior kita dijakarta baru belajar juga dari senior politik juga. 3. Apakah Teman Ahok berketetapan hukum? Nah maka kita netapin ditanggal 16 juni 2015 itu kita bikin temanAhok diresmikan dan berkekuatan hukum tetap akte dan segala macem sk kemenkumham sudah berkekuatan hukum tetap. 4. Bagaimana awal dari strategi pengumpulan KTP untuk Ahok? Nah dari situ kita mulai mengumpulkan ktp karena itu jalur yang paling ideal buat kita selain jalur partai politik itu jalur independent walaupun memang berat mangkanya kita punya tagline 1jt KTP untuk Ahok karena targetnya dulu

750rb KTP kita tambahkan 250rb KTP sebagai target karena untuk mencegah marginerror. Dari situ seiring berjalannya waktukan satu dua orang ngumpulin satu hari masih sedikit lah yang ngumpulin paling 1 sampai 15 KTP. Mulai rame itu dibulan September oktober itu luar biasa lah sehari bisa mendapatkan ratusan KTP dibeberapa daerah. Kita kan punya beberapa struktur yah dari yang paling atas teman Ahok pusat dan kedua kita punya coordinator kecamatan trus bawahnya kita punya coordinator kelurahan. Nah dari situ kita mulai menghimpun beberapa temen2 yang rumahnya bisa dijadikan posko pengumpulan KTP, selain itu kan juga ada mal-mal hamper 28 mall yang kita perdayakan untuk pengumpulan ktp sekaligus pengumpulan dana. 5. Apa yang Teman Ahok lakukan selama masa kampanye? Dikampanye ini kita di temanAhok sebenernya kita cukup maksimal lah untuk mendukung bapak, walaupun memang kita tidak sebagai tim pemenangan langsung, yang terlibat langsung di structural tim pemenangan. Tapi, kita bergerak secara terorganisir dengan berbagai macam cara yang kita lakukan misalkan dengan fundrising, kita survey kerumah masing-masing warga ada 800rb rumah yang kita datengin. Sampai bikin event misalkan senam Bersama trus doa Bersama dll itu dilakukan dimasa kampanye putaran kesatu dan kedua. 6. Apakah ada dari Teman Ahok ada yang bergabung kedalam tim pemenangan? Ngga ada kita memang tidak sebagai perorangan masuk kedalam tim pemenangan tapi sebagai organisasinya masuk temanAhoknya masuk kedalam bagian dari pemenangan. 7. Apa peran teman Ahok selama masa kampanye? Kita lebih banyak ngurusin ya darat, jadi darat itu mengurusi masyarakat langsung terlepas dari itu juga kita melakukan banyak hal sih seperti media sosial yang memang kita punya pengikut setia teman Ahok sendiri, trus masyarakat yang tidak tau tentang program segala macem. Jadi itu peran yang dilakukan teman Ahok sih.

8. Apa tujuan dan arah dari pengumpulan dana Teman Ahok? Kan kita punya teman Ahok punya budget, kita misalkan dulu punya acara galadinner yang cukup megah ya semuanya kita serahkan ketim pemenangan nanti misalnya kita minta acara, kita minta dana dari tim pemenangan jadi semua dana tersebut masuk dulu ke tim pemenangan baru nanti didistribusikan kemana laginya. Itu peraturan dari KPUD seperti itu masuk ke tim pemenangan semuanya karena kita terdaftar sebagi tim resmi. 9. Apa strategi yang digunakan Teman Ahok selama masa kampanye? Jadi putaran pertama dan kedua itu kita banyak mengandalkan kanvasing ya. Kanvasing itu masuk kerumah-rumah menjelaskan program sebenernya survey sih tapi survey tersebut mengarahkan langsung buat orang milih seolah- olah mereka bapak tau ngga sih ada kjp, kjs, busway tuh gratis buat penerima kjp dll kita coba membangun narasinya tuh supaya orang tuh ngerti dan mengarahkan itu yang paling kita andalkan. Itu kan yang tadi saya bilang ada 800rb rumah yang kita ketuk jadi itu andelan dari teman Ahok sih program paling besar. Strategi paling besar lah seperti itu. 10. Apa pesan yang ingin disampaikan kepada para pemilih selama masa kampanye? Yang pasti semua penting ya seperti program apa yang sudah dilakukan oleh pak Ahok-djarot berdampak langsung pada kehidupan masyarakat. Trus juga banyak masyarakat yang tidak tahu seperti yang tadi saya bilang ada orang yang tidak tahu kalo kjp tuh dapetnya segini loh perbulan, mereka tuh Taunya dari guru wah hari ini tuh ngambil kjp segala macem ya itu-itu aja. Trus juga misalkan tentang RPTRA untuk bisa gunakan untuk fasilitas apapun nah mereka gatau fungsinya untuk apa nantinya. Jadi kita pengen mensosialisasikan program bapak sih itu yang menjadi keunggulan kita diteman Ahok kita kepengen banyak orang yang taulah apa yang sudah dilakukan pakAhok dan pak djarot. 11. Apa saluran komunikasi dan media yang digunakan oleh Teman Ahok? Ya paling besar ya handphone ya whatsapp, kita punya tim segala macem yang mengkoordinir belasan ribu relawan dalam satu whatsapp kita bagi

kebebrapa seperti barat utara timur dll itu kita bagi. Trus facebook itu paling berpengaruh, twitter trus Instagram. Itu yang paling kita mainin sih sama line ya. Itu yang paling jitulah buat kita. 12. Bagaimana tanggapan untuk menghadapi isu agama yang terjadi pada pak Ahok? Inikan isu yang paling kita tidak bisa cegah ya, mungkin puluhan tahun lalu kita bisa mencegah isu agam segala macem ya tapi ternyata di 2017 ini dimunculkan kembali sebagai isu unggulan. Jadi saya akuin ya Jakarta mundur banget kezaman dulu ketika semua orang ngomongiin agama segala macem yang bukan tentang pencapaian segala macem. Nah apa yang dilakukan temanAhok kita coba untuk mengalihkan isu misalkan seperti misalkan orang Jakarta terlalu capek dengan isu penistaan agama segala macem tapi mangkanya kita lakukan dengan program trus juga program unggulan trus misalnya kalo Ahok jadi gubernur apa yang akan dilakukan Ahok memang kita tetap tidak lepas dari isu agam. Memang kita akuin kekalahan kita ini dikarenakan isu agam tadi. 13. Pendekatan seperti apa yang dilakukan oleh Teman Ahok kepada Pemilih? Selain kanvasing Ada doa Bersama juga, tujuannya ya ngga cuman orang yang milih Ahok tapi kita pengen doa bersamalah sama semua warga buat Jakarta yang aman tentram segala macem itu kita lakukan pas mendekati harihari sebelum Pilkada. Trus event2 di daerah yang kalah pengen kita bangkitkan kembali. Macem-macem event seperti lomba masak dll banyak yg kita lakukan. 14. Apa yang menyebabkan faktor kemenangan diputaran pertama serta kekalahan diputaran kedua? Sebenernya putaran pertama itu kita akuin kita ngga punya tim yang punya managerial bagus ya maksudnya teman Ahok tidak begitu dekat dengan tim pemenangan trus relawan terpecah dai punya kegiatan sendiri ngga ada manager kampanye yang mengatur itu semua. Tapi memang posisinya 43% diputaran pertama sama dengan putaran kedua artinya memang orang yang memilih Ahok diputaran pertama pasti milih Ahok diputaran kedua. Walaupun ada pengurangan diputaran kedua sekitar 600rban. Jadi 43% itu orang yangbener2 cinta sama Ahok.

Jadi faktor orang untuk nyalon dijakarta itu pertma dia dikenal kedua disuka dan dipilih. Tapi dijakarta beda ada faktor yang paling besar ada faktor baru yang mempengaruhi itu semua jadi disitu. Putaran kedua itu tim kita lebih konsisten lebih rapih managerialnya lebih rapih tapi kenapa kalah ya tadi 43% itu orang yang bener2 cinta sma Ahok sayangnya ya cuman 43% yang cinta sama Ahokk itukan. Nah 50% lebihnya itu apakah semuanya cinta sama anis sandi? Belum tentu paling hanya 10% lebih tapi selebihnya kemana, selebihnya terbawa oleh isu agama. Itulah mangkanya faktornya itu. Ya itu isu paling besar ya bukan hanya agama tapi SARA.

Lampiran 6: Dokumentasi Debat Publik Pilkada DKI Jakarta 2017

Lampiran 7: Dokumentasi Kegiatan Kampanye Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat

Lampiran 8: Dokumentasi isu SARA menyerang Ahok-Djarot serta penolakan kampanye Ahok-Djarot sebagai salah satu faktor kekalahan Ahok-Djarot