Mempertahankan Bisnis Keluarga Hingga Generasi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
AGORA Vol 8, No. 1, (2020) MEMPERTAHANKAN BISNIS KELUARGA HINGGA GENERASI KEEMPAT PADA USAHA KULINER TAHU CAMPUR CAK KAHAR SURABAYA Victor Christanto Program Manajemen Bisnis, Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236 e-mail: [email protected] Abstrak penelitian ini bertujuan untuk 57.895.721 pada tahun 2017 (mengalami kenaikan mengetahui bagaimana mempertahankan bisnis keluarga sebesar 2,41% dalam kurun waktu satu tahun). Jumlah hingga generasi keempat. Menggunakan pendekatan UMKM tersebut mampu memberikan peran penyerapan kualitatif single case study, hasil penelitian tenaga kerja sebanyak 107.657.509 pada tahun 2016 dan menunjukkan bahwa agar mampu bertahan dalam meningkat 6,03% menjadi 114.144.082 pada tahun 2017. intensitas persaingan yang tinggi diperlukan manajemen Data dari Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2016 pada 4 pilar bisnis yaitu: Pemasaran, Produksi dan menunjukkan bahwa bidang usaha dominan pada Operasional, Keuangan, dan Sumber Daya Manusia UMKM adalah bidang usaha industri pembuatan bahan dengan kemampuan tertentu. Peneliti mengusulkan makanan atau pangan. model manajemen keempat pilar bisnis untuk Perkembangan industri kuliner di Indonesia mempertahankan bisnis keluarga hingga generasi diikuti oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan keempat. menetapkan Surabaya sebagai kota yang dipercepat pengembangannya melalui wisata kuliner dan belanja Kata kunci: Bisnis Keluarga, Generasi Keempat, (Haryono, 2018). Selain kuliner lokal yang enak dan UMKM, Industri Kuliner khas, di Surabaya juga banyak terdapat kampung- kampung tematik yang berbasis produk kuliner seperti PENDAHULUAN kampung lontong, kampung kue basah, kampung produk olahan laut, dan kampung tempe (Haryono, 2018). Sulitnya mempertahankan bisnis keluarga Sulitnya mempertahankan bisnis keluarga terutama yang hingga generasi ketiga semakin kompleks bagi bisnis berskala UMKM hingga lebih dari generasi ketiga, keluarga yang berbentuk Usaha Mikro, Kecil, dan dipatahkan oleh UMKM bidang kuliner di Surabaya Menengah (UMKM). Berdasarkan kriteria kekayaan yang bernama Tahu Campur Cak Kahar. Tahu Campur bersih dan hasil penjualan tahunan sebagaimana Cak Kahar sudah berdiri sejak tahun 1960, beralamatkan tercantum di Undang-Undang No. 20 tahun 2008 di Jl. Embong Malang No 78 G, Genteng, Surabaya. tentang UMKM. UMKM memiliki beberapa Tahu Campur Cak Kahar sudah bertahan selama empat keterbatasan yang membuat sulit dipertahankan generasi. Dimulai dari sang nenek Cak Kahar kemudian keberlanjutannya. diteruskan sampai ke generasi keempat. Selama empat Keterbatasan yang dimiliki UMKM menurut generasi, warisan kuliner Tahu Campur Cak Kahar ini Anoraga dan Sudantoko (2002, p.31) yaitu: (1) Sistem dipertahankan rasanya turun-temurun. Meskipun pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak berskala UMKM, Tahu Campur Cak Kahar berada di mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. kawasan pusat kota yang dikelilingi pusat perbelanjaan Kadang kala pembukuan tidak diperbaharui sehingga dan hotel. Tahu Campur Cak Kahar selalu ramai sulit menilai kinerjanya, (2) Keuntungan usaha yang pengunjung baik yang makan di tempat ataupun dibawa cenderung tipis mengingat persaingan yang tinggi; (3) pulang. Menu makanan yang ditawarkan terdiri dari tahu Modal terbatas karena hanya berasal dari modal milik telor, tahu tek-tek dan tahu campur. Tahu campur sendiri; (4) Pengalaman manajerial dan mengelola merupakan menu makanan yang sudah sejak lama perusahaan masih terbatas; (5) Skala ekonomi yang kecil diturunkan dari generasi pertama. sehingga sulit menekan biaya untuk mencapai titik Upaya mempertahankan keberlanjutan bisnis efisiensi jangka panjang; (6) Kemampuan pemasaran dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal organisasi. dan negosiasi serta diversifikasi pasar terbatas. Faktor internal terdiri dari manajemen pada 4 pilar bisnis Di tengah keterbatasan yang dimiliki UMKM, yaitu manajemen: keuangan (Fahmi, 2013, p.2), keberadaan para pelaku bisnis UMKM memberikan pemasaran (Assauri, 2013, p.12), produksi dan kontribusi signifikan bagi pembangunan perekonomian operasional (Assauri, 2013,p.19), dan sumber daya negara (Kementerian Koperasi dan UKM, 2016). manusia (Mangkunegara, 2013,p.2). Pilar pertama, Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah manajemen keuangan penting untuk mempertahankan UMKM pada tahun 2016 adalah 56.534.592 unit dan bisnis keluarga. Tujuan dari manajemen keuangan dalam jumlah tersebut mengalami kenaikan menjadi keberlanjutan usaha yaitu untuk memaksimalkan atau menambah kesejahteraan para pemilik bisnis. (Fahmi, 1 AGORA Vol 7, No : 2, (2019) 2013, p.15). Pilar kedua, manajemen pemasaran juga Gambar 2 berperan dalam mempertahankan perusahaan dalam Kerangka.Penelitian jangka panjang. Tujuan pemasaran adalah mendapatkan kepercayaan dari konsumen sehingga kemudian konsumen tersebut loyal kepada produk atau layanan yang tawarkan perusahaan (Kotler, 2011, p.66). Pilar ketiga, manajemen produksi dan operasional juga berperan dalam menjaga ketahanan suatu bisnis keluarga untuk menciptakan dan menambah kegunaan barang/jasa yang dijual (Assauri, 2013, p.19). Pilar keempat, manajemen sumber daya manusia berperan dalam perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan bisnis keluarga (Mangkunegara, 2013, p. 2). Sumber: Mulyono (2010, p. 180), Assauri (2013, p.12), Landasan Teori Assauri (2013, p.19) Mangkunegara (2013, p.2), Porter Bisnis Keluarga (1985) dalam Raharjo (2010, p. 14) Menurut Handoyo (2010), bisnis keluarga atau family business merupakan bisnis yang dimiliki dan/atau METODE PENELITIAN dikelola oleh sejumlah orang yang memiliki hubungan kekeluargaan, baik suami-istri maupun keturunannya, Pendekatan Penelitian termasuk hubungan persaudaraan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif single case study. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pendekatan single case study digunakan untuk UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri menyusun proposisi mengenai fenomena yang belum sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau banyak dieksplor. Badan Usaha disemua sektor ekonomi (Tambunan, 2012, p.2). Pemilihan Kasus dan Informan Penelitian Peneliti menggunakan theoretical sampling Lima Kekuatan Persaingan Bisnis untuk memilih kasus dan informan penelitian. Pemilihan Menurut Porter (1985) skema persaingan suatu kasus pada penelitian ini adalah Usaha Kuliner Tahu bisnis dapat diringkas dalam bagan dibawah Campur Cak Kahar dengan produk tahu campur. Tahu ini: Campur merupakan menu makanan yang diturunkan Gambar 1 sejak generasi pertama. Adapun informan yang dipilih Lima kekuatan persaingan bisnis. dalam penelitian ini yaitu pemilik usaha Usaha Kuliner Tahu Campur Cak Kahar Surabaya yaitu Bapak Kahar (sebagai penerus generasi ketiga), Andrean (sebagai penerus generasi keempat), karyawan Tahu Campur Cak Kahar, dan beberapa pelanggan Tahu Campur Cak Kahar Surabaya yang sudah melakukan pembelian ulang. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: (1) In-depth Interview (wawancara mendalam); dan (2) Penelusuran Dokumen Arsip Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan open coding, axial coding, dan selective coding ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sumber : Porter (1985) dalam Raharjo (2010, p. 14) Open Coding and Axial Coding: Aggregate Kerangka Penelitian Dimensions 4 Manajemen pada Pilar Bisnis Kerangka penelitian tersaji pada Gambar 2 di Second Order Themes: Manajemen Keuangan bawah ini : Pengelolaan keuangan dilakukan oleh pihak keluarga yaitu istri Cak Kahar. Pengalokasian keuangan dibagi menjadi tiga yaitu untuk biaya oeprasional bisnis, biaya pribadi, dan tabungan. Dalam hal keuangan, Tahu Campur Cak Kahar memprioritaskan keuangan untuk operasional bisnis. Kemudian sisa dari pemakaian untuk biaya operasional bisnis, biaya pribadi akan ditabung 2 AGORA Vol 7, No : 2, (2019) yang digunakan untuk mengembangkan bisnis seperti Second Order Themes: Intensitas Persaingan Antar membuka cabang. Pemain Terjadi persaingan yang kompetitif antar pemain. Second Order Themes: Manajemen Pemasaran Persaingan terlihat dari banyaknya penjual makanan Upaya pemasaran dilakukan oleh anak owner (baik tahu campur maupun makanan lain) di sekitar dengan memanfaatkan media internet agar lebih dikenal wilayah Tahu Campur Cak Kahar. Pesaing di sekitar oleh masyarakat. Media internet tersebut dilakukan wilayah Tahu Campur Cak Kahar mulai dari penjual dengan menggunakan sosial media seperti Instagram keliling dengan sepeda atau gerobak jalan hingga untuk mengenalkan produk Tahu Campur Cak Kahar membuka depot seperti Tahu Campur Cak Kahar. kepada masyarakat luas yang tidak hanya berdomisili di Namun dalam menghadapi persaingan, Tahu Campur Surabaya. Selain melalui sosial media Instagram, upaya Cak Kahar memiliki keunggulan pada resep rahasia pemasaran juga terlihat dari adanya kerjasama yang yang turun-temurun yang tidak dapat diikuti oleh dilakukan dengan Kecap Bango. Tahu Campur Cak pesaing lainnya. Kahar ikut serta dalam acara Festival Tahunan Jajanan Perkembangan usaha kuliner di Surabaya cukup Bango. baik, karena adanya dukungan dari pemerintah melalui penertiban para PKL. Dengan berkembangnya usaha Second Order Themes: Manajemen Produksi dan kuliner di Surabaya yang ditunjukkan dengan adanya Operasional peran pemerintah dalam mengadakan festival kuliner