Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2, 188-192 (Oktober 2013) ISSN 2337-4403 Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi e-ISSN 2337-5000 http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index jasm-pn00042

Governance of Dagho fishing port, ,

Penatakelolaan pelabuhan perikanan Dagho, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Indonesia

Yulianus D. Dalengkade¹, Adnan S. Wantasen*², Emil Reppie², and Alfret Luasunaung²

1Program Studi Ilmu Perairan, Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi. Jln. Kampus Unsrat Kleak, 95115, Utara, Indonesia. 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Manado, Sulawesi Utara, Indonesia. * E-mail: [email protected]

Abstract: Sangihe Islands Regency has a coastal fishing port located in the village of Dagho sub-district of Tamako. As the only the coastal fishery port in the regency it is expected to provide support in the development of regional economy. This research intended to study the status of management sustainability in Dagho coastal fishing port and analyze policy directions in sustainability management of the coastal fishing port Dagho. Research results showed that the status of sustainability management of the coastal fishing port Dagho belongs to the category of less sustainable fisheries. Towards a policy of management of coastal fishing port Dagho port management is attainment of sustainability according to economic and institutional functions.

Keywords: fishing port; sustainability; Tamako; Sangihe

Abstrak: Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang terletak di Kampung Dagho, Kecamatan Tamako. Sebagai satu-satunya PPP yang ada di kabupaten tersebut diharapkan akan memberikan dukungan dalam pengembangan perekonomian daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status keberlanjutan dalam pengelolaan PPP dan menganalisis arah kebijakan multipihak dalam keberlanjutan penatakelolaan PPP Dagho. Hasil penelitian menunjukkan status keberlanjutan pengelolaan pelabuhan perikanan tersebut masuk dalam kategori kawasan pelabuhan perikanan “kurang berkelanjutan”. Sedangkan arah kebijakan pengelolaan PPP Dagho adalah terwujudnya pengelolaan pelabuhan yang berkelanjutan menurut skenario fungsi ekonomi dan kelembagaan.

Kata-kata kunci: pelabuhan perikanan pantai; keberlanjutan; Tamako; Sangihe

PENDAHULUAN di kabupaten tersebut, diharapkan akan memberikan dukungan dalam pengembangan perekonomian Kabupaten Kepulauan Sangihe (KKS) tercatat daerah, baik manfaat terhadap masyarakat nelayan memiliki produksi dan potensi sumber daya maupun terhadap pemerintah dan instansi terkait, perikanan lestari sebesar 7.135,85 ton (BPS, 2010). dalam hal ini semua pemangku kepentingan. Di sisi Tujuan utama hasil produksi perikanan KKS lain, masyarakat nelayan yang terkait langsung dipasarkan ke pabrik-pabrik yang ada di , dengan keberadaan PPP tersebut, tidak Provinsi Sulawesi Utara; sebagian lainnya dijual menunjukkan aktivitas atau dampak dari dengan transaksi di tengah laut kepada kapal keberadaan pelabuhan, tidak mempengaruhi penampung ikan atau ke pasar-pasar tradisional kegiatan serta kondisi perekonomian masyarakat setempat. Adanya potensi sumber daya perikanan dan daerah. Dengan demikian, pelabuhan tidak yang cukup besar, membutuhkan sarana dan berfungsi sebagaimana mestinya sesuai dengan prasarana pengelolaannya untuk peningkatan yang diharapkan. Apakah hal ini diakibatkan oleh kesejahteraan masyarakat maupun perekonomian tumpang tindih aturan yang ada berkaitan dengan daerah KKS. Salah satu sarana pendukung dari pembangunan pelabuhan, atau tidak sinkron dengan sektor perikanan adalah adanya pelabuhan program pemerintah sehingga membingungkan perikanan. masyarakat. Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki Berdasarkan kondisi dan permasalahan di pelabuhan perikanan pantai (PPP) yang terletak di atas, maka perlu disusun suatu penatakelolaan PPP Kampung Dagho, Kecamatan Tamako. Sebagai Dagho yang terintegrasi dengan kebijakan dan satu-satunya pelabuhan perikanan pantai yang ada program pemerintah KKS. Hal ini dimaksudkan 188 Dalengkade et al.: Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency… supaya harmonisasi dan sinergisitas kegiatan dapat Rapfish. RapFish didasarkan pada teknik ordinasi diwujudkan melalui prinsip-prinsip pembangunan (menempatkan sesuatu pada urutan atribut yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, PPP perlu dikaji terukur) dengan Multi Dimensional Scaling (MDS). dari perspektif penatakelolaan, yang ditekankan Analisis RapFish untuk keberlanjutan penata- pada sistim tatakelola dan sistem yang dikelola. kelolaan PPP Dagho dimulai dengan menentukan atribut yang akan digunakan mencakup empat dimensi, yaitu: dimensi ekologi, ekonomi, sosial MATERIAL DAN METODA dan kelembagaan. Atribut yang telah ditentukan pada tabel kemudian dilakukan penilaian (scoring). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus Data hasil scoring selanjutnya dianalisis secara 2013 dengan lokasi penelitian di Kampung Dagho, multidimensional untuk menentukan satu atau Kecamatan Tamako, Kabupaten Kepulauan beberapa titik yang mencerminkan posisi Sangihe. Untuk konteks pengelolaan pelabuhan keberlanjutan PPP Dagho yang dikaji relatif perikanan, maka hanya ada PPP Dagho. Penelitian terhadap dua titik acuan, yaitu titik baik (good) dan ini dimulai dengan mengkaji beberapa aspek seperti titik buruk (bad). perspektif dan isu-isu dalam pengelolaan PPP Dagho yang relevan dengan pemanfaatannya oleh masyarakat dan pemerintah. Selanjutnya, HASIL DAN PEMBAHASAN menyajikan kerangka analisis dari berbagai aspek (kelembagaan, sosial, ekonomi, budaya) yang Penentuan status keberlanjutan pengelolaan memungkinkan menilai aspek tersebut dari pelabuhan perikanan pantai dagho terbagi atas 4 perspektif penatakelolaan PPP. (empat) kategori nilai, yaitu: nilai 0-25 berarti Jenis data yang dikumpulkan meliputi data “buruk/tidak berkelanjutan”, nilai 26-50 berarti primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan “kurang berkelanjutan”, nilai 51-75 berarti “cukup melalui metode observasi dan pengukuran langsung berkelanjutan”, dan nilai 76-100 berarti terhadap obyek penelitian. Data sekunder berasal “baik/berkelanjutan”. Berdasarkan penilaian dari dari berbagai sumber informasi. keempat dimensi tersebut dan 27 atribut/elemen, Pengambilan data ditentukan secara maka didapatkan status keberlanjutan PPP Dagho purposive sampling, dengan mempertimbangkan sebesar 50,99 yang termasuk dalam kategori lokasi (terhadap pelabuhan), akses masyarakat “kurang berkelanjutan.” Hasil analisis kategori terhadap sumber daya pesisir, dan keterjangkauan status keberlanjutan dengan Rapfish ditampilkan pemasaran hasil. Rumah tangga, sebagai obyek dalam Tabel 1. penelitian dalam pengambilan data, diharapkan Hasil analisis status keberlanjutan masing- dapat mewakili keragaman data sosial-ekonomi masing dimensi menunjukkan nilai indeks dimensi masyarakat. ekologi sebesar 77,93, dimensi ekonomi sebesar Metode analisis data yang digunakan adalah 46,95, dimensi Sosial sebesar 54,06, dimensi analisis kondisi keberlanjutan menggunakan kelembagaan sebesar 46,95. Nilai indeks keberlanjutan dengan menggunakan diagram layang-layang (kite diagram) dapat dilihat pada ekologi Gambar 1. 80 Hasil kajian juga menunjukkan semua atribut 60 yang digunakan dalam kajian keberlanjutan PPP 40 Dagho memiliki nilai keakuratan yang tinggi 20 dengan kesalahan kecil terhadap pelaksanaan kelembagaan 0 ekonomi Tabel 1. Penilaian dimensi status keberlanjutan pengelolaan pelabuhan perikanan pantai Dagho

Dimensi Keberlanjutan Indeks sosial Ekologi 77,93 Ekonomi 46,95 Sosial 25,04 Gambar 1. Diagram layang-layang indeks tingkat Kelembagaan 54,06 keberlanjutan pengelolaan Pelabuhan Perikanan Total Indeks 50,99 Pantai Dagho, Kab. Kepulauan Sangihe, Provinsi Kategori keberlanjutan Kurang Sulawesi Utara. berkelanjutan

189 Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2 (Oktober 2013) pemberian skoring atribut, karena pemahaman yang berdampak pada penurunan kualitas air, pada kurang sempurna, variasi skoring karena perbedaan akhirnya akan memberikan pengaruh buruk opini pendapat, proses input dan analisis data yang terhadap kehidupan organism perairan. Sehingga berulang-ulang. Menurut Hardle and Simar (2007) untuk meningkatkan status keberlanjutan, hal ini dalam Rembet (2011), nilai stress yang lebih kecil menjadi atribut yang paling penting untuk dari 0,20 tidak menunjukkan goodness of fit yang diperhatikan dan ditangani. tergolong poor, seperti yang ditunjukkan nilai stress untuk semua dimensi keberlanjutan yang lebih kecil Dimensi Ekonomi dari 0,20. Hasil perlakuan menggunakan metode Dimensi ekonomi menggunakan 5 (lima) Rapfish menunjukkan nilai stress rerata sebesar atribut/elemen untuk melihat status keberlanjutan 0,13-0,14 dan rerata nilai koefisien determinan (R2) terhadap pengelolaan PPP Dagho. Berdasarkan hasil sebesar 0,94 yang mendekati nilai satu (Tabel 2). analisis ordinasi (AO) dan AMC mendapatkan nilai Hasil analisis ini mengidentifikasi bahwa indeks sebesar 25,04 pada skala 0-100, termasuk setiap dimensi keberlanjutan pengelolaan PPP dalam kategori “buruk/tidak berkelanjutan”. mengandung satu atau lebih atribut yang dominan Dengan demikian, hasil penelitian ini menjadi menentukan status keberlanjutan PPP. peringatan bagi pengelola dan semua pengguna (stakeholders) untuk dapat mengevaluasi program Dimensi Ekologi pengelolaan PPP Dagho saat ini. Dimensi ekologi menggunakan 7 (tujuh) Berdasarkan hasil analisis leverage untuk atribut/elemen untuk melihat keberlanjutan dimensi ekonomi menunjukkan bahwa kelima pengelolaan PPP Dagho. Berdasarkan hasil analisis atribut memberikan pengaruh sensitif terhadap menunjukkan bahwa keberlanjutan dimensi ekologi keberlanjutan pengelolaan PPP Dagho, yaitu: atribut sebesar 77,93 yang termasuk dalam kategori keberadaan bantuan/subsidi pemerintah di “berkelanjutan.” Hal ini menunjukkan bahwa status pelabuhan, kontribusi pelabuhan terhadap PAD, pengelolaan pelabuhan tersebut sudah berlangsung rerata jarak lokasi pemukiman dengan pelabuhan, baik. Untuk menguji pengaruh dari beragam tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan kekeliruan (ketidak-pastian), baik yang berkenaan keberadaan pelabuhan, dan jumlah tenaga kerja di dengan skoring maupun dalam proses ordinasi pelabuhan. status keberlanjutan pengelolaan PPP Dagho, maka Perhatian pemerintah terhadap pengem- dilakukan analisis Monte Carlo (AMC). Analisis bangan pelabuhan perlu ditingkatkan melalui MC yang telah diterapkan memperlihatkan hasil bantuan/subsidi, baik pembangunan infrastruktur simulasi yang relatif identik dengan ordinasi baru ataupun perbaikan infrastruktur yang telah ada semula. Indikatornya ditunjukkan pancaran hasil sehingga dapat menggerakan kembali aktifitas di simulasi ordinasi yang berada di sekitar posisi PPP Dagho yang saat ini sudah sangat ordinasi status keberlanjutan pengelolaan PPP memprihatinkan dengan tidak berfungsinya Dagho yang ditentukan terlebih dahulu. beberapa fasilitas penting. Aktifitas pelabuhan yang Implikasinya, hasil penelitian ini memperlihatkan berjalan dengan baik memberi dampak positif bahwa pengelolaan dan pembangunan saat ini terhadap peningkatan kinerja pelabuhan, sehingga cenderung ditata ke arah yang lebih dapat berkontribusi terhadap daerah melalui baik/berkelanjutan. capaian/peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Dalam dimensi ekologi mengungkapkan Pelabuhan PP Dagho dibangun dekat dengan atribut ketersediaan instalasi pengelolaan limbah pemukiman penduduk, namun mayoritas perikanan memberikan kontribusi terbesar pada masyarakat Kampung Dagho bukanlah berprofesi status tersebut. Di PPP Dagho saat ini tidak tersedia sebagai nelayan sehingga kontribusi pelabuhan instalasi pengelolaan limbah; limbah produk olahan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakatnya yang langsung dibuang ke laut mengakibatkan rendah. Kondisi ini membuat penyerapan tenaga terjadinya pencemaran perairan pantai dan kerja di pelabuhan rendah. Untuk membawa kondisi

Tabel 2. Hasil analisis Pelabuhan Perikanan Pantai Dagho pada nilai stress dan koefisien determinan

Dimensi Parameter Ekologi Ekonomi Sosial Kelembagaan Stress 0,14 0,14 0,14 0,13 R2 0,92 0,94 0,94 0,94

190 Dalengkade et al.: Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency… pelabuhan ke arah yang berkelanjutan, maka menolong, bahkan mungkin makin menjerat seluruh atribut dari dimensi ekonomi harus masyarakat dengan utang. Pada kondisi seperti ini mendapat perhatian khusus. dapat berakibat sumber daya alam kelautan dan perikanan yang melimpah dengan ditunjang Dimensi Sosial fasilitas-fasilitas yang ada, salah satunya pelabuhan Untuk dimensi sosial, digunakan 7 (tujuh) perikanan, hingga kini belum dikelola dan atribut/elemen untuk melihat keberlanjutan dimanfaatkan secara optimal sehingga belum pengelolaan PPP Dagho. Berdasarkan hasil AO dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap AMC, nilai indeks keberlanjutan sebesar 54,06 pada pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan suatu skala 0-100, termasuk pada kategori “cukup kebijakan dari pemerintah dalam membantu berkelanjutan”. Hal ini menunjukkan bahwa status permodalan untuk meningkatkan kesejahteraan. pengelolaan PPP Dagho dari dimensi sosial saat ini Peran serta lembaga penyuluh juga perlu sudah berlangsung relatif baik. ditingkatkan guna memberi informasi dan mendidik Dalam dimensi sosial diungkap atribut masyarakat nelayan Dagho agar lebih mandiri dan tingkat penyerapan tenaga kerja masyarakat dalam memiliki kemampuan dalam memanfaatkan sumber kegiatan pelabuhan dan kegiatan pemberdayaan daya kelautan dan perikanan secara optimal dan masyarakat oleh pihak pelabuhan (Dinas Kelautan berkelanjutan. Selain itu, pembentukan organisasi dan Perikanan, Sangihe). Hal ini diindikasikan masyarakat di pelabuhan juga penting guna berpengaruh pada status keberlanjutan pengelolaan memediasi permasalahan yang dialami nelayan PPP Dagho. dengan pemerintah. Kedua atribut tersebut saling berkaitan, kurangnya aktifitas dan pengetahuan masyarakat dalam kegiatan bidang kelautan perikanan membuat KESIMPULAN berkurangnya minat masyarakat untuk bekerja dalam kegiatan di pelabuhan. Hal ini perlu perhatian 1. Status keberlanjutan pengelolaan PPP Dagho dari pemerintah dengan membangkitkan minat masuk dalam kategori kawasan pelabuhan masyarakat dalam usaha-usaha kelautan dan perikanan “kurang berkelanjutan”, dengan nilai perikanan melalui kegiatan pemberdayaan sebesar 50,99. Faktor-faktor pengungkit yang masyarakat. mempengaruhi keberlanjutan pengelolaan perikanan ini, yaitu: Dimensi Kelembagaan a. Dimensi ekologi, yaitu instalasi pengelolaan Dimensi kelembagaan menggunakan 8 limbah perikanan; (delapan) atribut/elemen untuk melihat pengaruh b. Dimensi ekonomi, yaitu keberadaan terhadap keberlanjutan pengelolaan PPP Dagho. bantuan/subsidi pemerintah di pelabuhan, Berdasarkan hasil AO dan AMC untuk dimensi kontribusi pelabuhan terhadap PAD, jarak kelembagaan, diperoleh nilai indeks sebesar 46,95 lokasi pemukiman dengan pelabuhan, tingkat pada skala 0-100, berada pada kategori “kurang pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan berkelanjutan.” Hal ini menunjukkan bahwa status keberadaan pelabuhan, dan jumlah tenaga pengelolaan PPP Dagho dari dimensi kelembagaan kerja di pelabuhan; saat ini memerlukan penanganan yang baik c. Dimensi sosial, yaitu tingkat penyerapan sehingga dapat meningkatkan status keberlanjutan tenaga kerja masyarakat dalam kegiatan pelabuhan ke arah yang lebih baik. pelabuhan, dan kegiatan pemberdayaan Hasil analisis leverage menunjukkan ada 4 masyarakat oleh pihak pelabuhan (Dinas (empat) atribut/elemen yang memberikan kontribusi Kelautan dan Perikanan); pada status keberlanjutan pengelolaan PPP Dagho, d. Dimensi kelembagaan, yaitu ketersediaan yaitu: ketersediaan lembaga keuangan mikro lembaga keuangan mikro (bank/kredit), (bank/kredit), ketersediaan lembaga sosial, ketersediaan lembaga sosial, ketersediaan ketersediaan lembaga penyuluh, dan dukungan lembaga penyuluh, dan dukungan kebijakan kebijakan dari pemerintah daerah provinsi dan dari pemerintah daerah provinsi dan kabupaten. kabupaten. Modal merupakan satu akses untuk 2. Kebijakan pengelolaan PPP Dagho adalah melakukan usaha di bidang kelautan dan perikanan. terwujudnya pengelolaan pelabuhan yang Kebutuhan pemodalan nelayan Dagho dipenuhi berkelanjutan menurut skenario optimasi fungsi oleh rentenir dan tengkulak yang dalam ekonomi dan kelembagaan dengan kenyataannya secara jangka panjang tidak banyak memperhatikan 4 (empat) faktor kunci, yaitu:

191 Aquatic Science & Management, Vol. 1, No. 2 (Oktober 2013)

ketersediaan instalasi pengelolaan limbah REMBET, U.N.W.J., BOER, M., BENGEN, perikanan; keberadaan bantuan/subsidi peme- D.G. and FAHRUDIN, A. (2011) rintah di pelabuhan; tingkat penyerapan tenaga Struktur komunitas ikan target di terumbu kerja masyarakat dalam kegiatan pelabuhan; dan karang Pulau Hogow dan Putus-Putus, ketersediaan lembaga keuangan mikro (bank/ Sulawesi Utara. Jurnal Perikanan dan kredit). Kelautan Tropis, VII-2.

Diterima: 30 September 2013 REFERENSI Disetujui: 30 Oktober 2013

BPS (2010) Sangihe Dalam Angka 2010. Sangihe: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sangihe.

192