Jumlah Pulau-Pulau Kecil (Ppk) Berdasarkan Luasannya

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Jumlah Pulau-Pulau Kecil (Ppk) Berdasarkan Luasannya NOVASI PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL DAN TERLUAR DALAM MENDUKUNG INOVASI PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL INOVASI PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL DAN TERLUAR DALAM MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI SEKTOR KELAUTAN " Oleh: Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulu-Pulau Kecil Pulau Ivan, Kepulauan Anambas 19 November 2020 DIREKTORT PENDAYAGUNAAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT JUMLAH PULAU-PULAU DI INDONESIA 1.766 P. Sipadan P. Kambing (10,59 %) & P. Ligitan & P. Yako berpenduduk 2 milik 2 milik Malaysia Timles 4 Berpenduduk 16.671 2 14.905 PPKT (89,41 %) 111 Kepres 6/2017 Tidak berpenduduk Pulau Bernama 6 Tidak hasil Toponimi dan 17.508 Berpenduduk 9 Telah di Penjelasan UU No. Depositkan di PBB 6/1996 Ttg Perairan s.d. 2019 Indonesia Pulau Besar Luas > 2.000 KM2 17.491 34 820 + 3 Pulau dimiliki bersama dgn Sudah diverifikasi negara lain. namun belum Pulau hasil toponim didepositkan ke Hingga 2020 PBB P. Papua, P. Kalimantan, P. Timor JUMLAH PULAU-PULAU KECIL (PPK) BERDASARKAN LUASANNYA Jumlah Pulau-pulau Kecil berdasarkan kategori luasnya 10000 8837 9000 8000 7000 6000 5000 3583 4000 2829 3000 2000 1165 1000 438 133 0 0-1 Ha 1-5 Ha 5-100 Ha 100 - 1000 Ha 1.000 - 10.000 100 - 2000 Km2 Ha Jumlah Pulau Sangat Kecil dengan Luas < 100 km2 adalah 16.852 (96,27%) dengan Total Luas 18.965,99 km2 LUAS INI HANYA 0,98% DARI TOTAL LUAS DARATAN INDONESIA Isu strategis Internasional Tentang Pulau Kecil ➢Small islands, big challenges ➢Small islands, big problems ➢Small Island, big issues ➢Small islands, big agendas APAKAH ISU TERSEBUT RELEVAN BAGI INDONESIA? 4 ISU DAN PERMASALAHAN UMUM DALAM PEMANFAATAN PPK 1. Ketidakjelasan status penguasaan, penggunaan, dan kepemilikan lahan pulau; 2. Perizinan pemanfaatan pulau kecil (sebelum Kepmen 8/2019 tidak ada kekhususan); 3. Penjualan pulau-pulau kecil kepada WN Asing; (masuk iklan www.privateislandsonline.com) 4. Penguasaan dan penutupan akses pulau kecil secara berlebihan oleh WNA/Korporasi PMA (private island); 5. Penggunaan Nominee dalam penguasaan/pembelian tanah dan investasi; 6. Isu okupasi kepemilikan pulau oleh asing; 7. Kerusakan lingkungan akibat pertambangan dan pencemaran di PPK; (P. Bangka - Minahasa Utara, P. Romang, Kab. MBD, P. Wawonii-Konawe Kep. ) 8. Konflik pemanfaatan ruang/lahan dan alih fungsi hutan antara investor dan masyarakat (P. Pari – Kep. Seribu, P. Jemaja – Kep Anambas, P. Wawonii- Konawe, Sultra) 9. Aktivitas ilegal di PPK dan perairan sekitarnya; penyelundupan, perbudakan, illegal fishing, illegal logging, narkoba, dll. (Kasus Benjina - Kab. Kep Aru, penyelundupan narkoba di Selat Philips). Dokumentasi Permasalahan di PPK Pulau Manis, Pulau Bangka, Konflik di Pulau Jemaja, Batam Minahasa Utara Anambas Pulau Pari, DKI Jakarta Dasar Hukum Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil dan Terluar 1. UU No. 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UU No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil; 2. PP No. 62 Tahun 2010 Tentang Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil Terluar; 3. PERPRES No. 78 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar; 4. KEPMEN KP No. 39 Tahun 2004 Tentang Pedoman Umum Investasi Pulau-pulau Kecil; 5. PERMEN ATR/BPN No. 17 Tahun 2016 tentang Penataan Pertanahan di Wilayah Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Wilayah Tertentu; 6. KEPRES No. 6 Tahun 2017 Tentang Penetapan (111) Pulau-pulau Kecil Terluar; 7. PP No. 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (OSS) 8. Peraturan Menteri KP No. 8 Tahun 2019 Tentang Penatausahaan Izin Pemanfaatan PPK dalam rangka PMA dan Rekomendasi Pemanfaatan PPK dengan Luas kurang dari 100 km2 (seratus kilometer persegi) sebagaimana telah diubah menjadi Permen KP No. 53 Tahun 2020. 9. Peraturan Presiden No. 39 Tentang Pengalihan Saham Dan Luasan Lahan dalam pemanfaatan Pulau-pulaukecil Dan Pemanfaatan perairan Di Sekitarnya Dalam Rangka penanaman modal Asing INOVASI PROGRAM & KEGIATAN DI PPK/T DALAM MENDUKUNG TRANSFORAMSI EKONOMI SEKTOR KELAUTAN Percepatan Sertifikasi Tanah di Pulau-pulau Keil Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Percepatan Investasi Pariwisata Bahari di Pulau-pulau Kecil Khususnya di PPK Tidak Berpenduduk Percepatan Pembanguan PPK/T Berpenduduk (1.732 Pulau) Fasilitasi Perizinan/Rekomendasi Investasi Pemanfaatan Pulau- pulau Kecil Fasilitasi Perlindungan Masyarakat Adat dan Lokal 1. PERCEPATAN SERTIFIKASI TANAH DI PULAU-PULAU KEIL SKENARIO PEMANFAATAN PPK Memetakan Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil < 100 Km2 dan Pulau-pulau Kecil Terluar Potensial disetiap provinsi Lahan pulau sudah Pulau yang dikelola Pulau tidak berpenduduk/ disertipikatkan Masyarakat belum dimanfaatkan Dekelola sesuai Fasilitasi sertipikasi untuk Disertipikatkan peruntukan masyarakat yang berhak atas nama Negara mengelola Berkoordinasi dengan BPN, PPKT dan PPK di Kawasan Strategis KEMKEU, KLHK & Pemda untuk Pulau-pulau Kecil atas nama Nasional atas nama KKP proses Sertifikasi Pemerintah C.Q. Pemda/KKP TUJUAN PENATAAN PEMANFAATAN MELALUI SERTIPIKASI DI PPK/T 1. Menjaga Kedaulatan Negara 2. Melakukan Penataan Pertanahan di PPK/T karena PPK/T merupakan Aset Negara 3. Meningkatkan Pendapatan Negara (PNBP) dalam pemanfaatan Pulau-pulau Kecil/Terluar. 4. Mempertahankan budaya masyarakat adat dan lokal di Pulau- pulau Kecil/Terluar. 5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pulau-pulau Kecil dan Terluar Pensertipikatan Hak Atas Tanah di PPK/T 1. Kegiatan dimulai sejak Tahun 2017 2. Sejak tahun 2017 sampai dengan Oktober 2020, Sertipikat tanah telah terbit di 35 PPKT atas Nama KKP; 3. KKP mengharapkan Dukungan Kemen ATR/BPN untuk Percepatan Proses Sertipikasi di PPK/T Surat Permohonan Dukungan dari Dirjen PRL KKP ke Direktur Jenderal Pengadaan Tanah Kemen ATR/BPN CONTOH PEMANFAATAN PPKT YANG TELAH DISERTIPIKASI DAN TELAH DIKERJASAMAKAN PEMANFAATANNYA DENGAN PIHAK SWASTA Konsep Pertahanan Berbasis Ekonomi di Pulau Nipa-Kota Batam Tanah KEMHAN 15 Ha Tanah KKP 29 Ha Nilai Investasi Pembangunan Oil Storage dan Sarana Prasarana sebesar Rp. 5, 1 Triliyun oleh pihak ke tiga dan Manfaat yang diperoleh Pemerintah (KKP) : 1. Kontribusi tetap untuk KKP sebesar Rp. 1 Milyar /tahun & mengalami kenaikan sebesar 7%/tahun 2. Nilai profit sharing sebesar Rp. 1 Triliyun selama 30 Tahun 3. Setelah 30 Tahun semua aset yang dibangun investor menjadi milik Pemerintah (KKP) 2. SENTRA KELAUTAN DAN PERIKANAN TERPADU (SKPT) TUJUAN Membangun dan mengintregasikan proses bisnis kelautan dan perikanan berbasis masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan Penumbuhan sistem bisnis Pertumbuhan ekonomi lokal SASARAN perikanan dan pendapatan masyarakat Pemenuhan konsumsi ikan Peningkatan ekspor hasil untuk ketahanan pangan perikanan STRATEGI 1. Pembangunan dan pengembangan sarpras kelautan dan perikanan secara terintegrasi; 2. Penguatan SDM dan kelembagaan agar kapasitas dan kompetensi menjadi lebih baik; 3. Pengembangan kemitraan untuk mendukung dan memperkuat pelaksanaan rantai produksi dari bisnis kelautan dan perikanan; dan 4. Pendampingan untuk memberikan pembinaan, asistensi dan supervisi pelaksanaan bisnis kelautan dan perikanan rakyat di pulau-pulau kecil dan perbatasan. 14 CONTOH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI SENTRA KELAUTAN DAN PERIKANAN (SKPT) MOROTAI Jalan kawasan Kios nelayan (2 Bangunan) Tangki Air Fiber Reinforced Plastics Fasilitas Pendukung ICS 200 Ton SPDN (Kapasitas 10 KL) Sistem Pengolahan Limbah Cair Tempat Pelelangan Ikan Fasilitas Tambat Labuh BANTUAN SARANA PENANGKAPAN IKAN SKPT MOROTAI PENGELOLAAN INTEGRATED COLD STORAGE 200 TON SKPT MOROTAI Tuna Loin Processing 8 KUNJUNGAN MENKOPOLHUKAM KE SKPT MOROTAI Direktorat Pendayagunaan Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kunjungan Dubes AS di SKPT Morotai Direktorat Pendayagunaan Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KOPERASI NELAYAN TUNA PASIFIK Alamat : Desa Sangowo Timur, Morotai Timur NIK : 82002020002 Badan Hukum : 1476/BH/M.KUKM.2/VI/2016 Akta Notaris : 391 tertanggal 30 Mei 2016 Jumlah Pengurus : 8 orang Jumlah Karyawan : 19 orang Jumlah Nelayan : 92 nelayan aktif Jumlah Unit Binaan : 5 unit/kelompok binaan Sebelum SKPT Kapal Fiber Ukuran 3 GT mesin 15 PK – 4 unit Kapal Ketinting mesin 15 PK – 27 unit Mesin Ice Flake 1,5 ton (bantuan PDS TA 2016) Setelah SKPT Kapal Tangkap Fiber 3 GT – 40 unit – Mesin 15 PK Kapal Tangkap Fiber 5 GT – 1 unit Hasil Tangkapan Sebelum SKPT Mesin Produksi Ice Flake 5 ton (bantuan PRL TA 2018) Rata-rata 2 – 4 Ton per bulan Kantor dan Bangunan Proses Penanganan Ikan Hasil Tangkapan Sesudah SKPT Mobil Pick Up Daihatsu Grand Max – 1 unit Rata-rata 8 – 15 Ton per bulan Dana BLU KKP Tahun 2018 sebesar Rp. 1 Milyar Mencapai 20 – 30 ton pd saat musim puncak (Maret – Mei) 3 . Percepatan Investasi Pariwisata Bahari di Pulau-pulau Kecil ✓ Pembentukan Tim Akselerasi Imvestasi PPK di Tngkat Pusat (Lintas KL dan Praktisi) dan tingkat Daerah (Forkpimda dan SKPD Terkait) ✓ Mendorong Percepatan Pensertifikatkan PPK sesuai dengan penguasaan lahan di PPK secara defakto (penguassan fisik) dan yang belum dikuasi secara defakto atas nama Pemerintah (KKP & Pemda) ✓ Menyusun konsep pengembangan pariwisata bahari pada PPK yang telah disertifikatkan ✓ Melakukukan fasilitasi Investasi/mengundang investor untuk bekerja sama dan berinvestasi terhadap PPK yang sudah disetifikatkan ✓ Menfasilitasi Percepatan Perizinan ✓ Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah meyiapkan infrastruktur dasar bagi ppk yang pariwsatanya dikembangkan berbasis masyarakat Lokasi Destinasi Unggulan Wisata Bahari Di Wilayah Kepulauan/Pulau-pulau
Recommended publications
  • KARAKTERISTIK DAN Ketersedlaan DATA SUMBER DAYA LAHAN PULAU-PULAU Kecll UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI MALUKU
    KARAKTERISTIK DAN KETERSEDlAAN DATA SUMBER DAYA LAHAN PULAU-PULAU KEClL UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI MALUKU Andriko Noto Susanto dan Marthen P. Sirappa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, JaIan Chr. Soplanit Rumah Tiga, Ambon 97233 ABSTRAK Pembangunan pertanian di Provinsi Maluku, yang didominasi oleh pulau-pulau kecil, memerlukan perencanaan secara spesifik. Salah satu informasi dasar yang dibutuhkan untuk pengembangan pertanian di pulau-pulau kecil tersebut adalah peta sumber daya lahan, yang memberikan informasi penting tentang distribusi, luasan, tingkat kesesuaian, faktor pembatas, dan alternatif pengelolaan lahan yang rasional. Peta yang tersedia untuk perencanaan pembangunan pertanian di Provinsi Maluku adalah peta zona agroekologi yang meliputi seluruh wilayah Provinsi Maluku, sedangkan peta pada tingkat semidetail sampai detail baru tersedia untuk beberapa wilayah, yaitu dataran Waeapo, Kairatu dan Kamariang, serta Pulau Selaru dan Wokam. Berdasarkan data atau peta tersebut, Provinsi Maluku memiliki peluang yang cukup besar untuk pengembangan perkebunan, wanatani, tanaman pangan lahan kering, tanaman pangan lahan basah, padang penggembalaan, dan perikanan tambak. Luas lahan untuk usaha tani tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan mencapai 41.012 ha, sementara potensinya seluas 775.586 ha atau tersedia areal ekstensifikasi 734.574 ha. Untuk usaha perkebunan terdapat areal potensial seluas 1.392.712,40 ha, sedangkan lahan fungsional baru mencapai 157.533 ha atau tersedia areal pengembangan 1.235.179,40 ha. Perencanaan pembangunan pertanian secara berkelanjutan harus didasarkan pada keadaan biofisik lahan, komoditas unggulan, dan sosial budaya ekonomi masyarakat. Kata kunci: Karakteristik fisik-kimia tanah, data sumber daya lahan, pembangunan pertanian, Maluku ABSTRACT Characteristics and availability of land resources in small islands for agricultural development planning in Maluku Agricultural development in Maluku Province, which is dominated by small islands, requires specific planning.
    [Show full text]
  • Psychologyandeducation.Net
    PSYCHOLOGY AND EDUCATION (2021) 58(2): 6050-6057 ISSN: 00333077 The Pattern of Life of Spoken Communities: Ethnographic Studies of Communication on Student's Social Life Pahrul Idham Kaliky1*, Hanafi Bilmona2, Aisa Abas3 1,2,3Universitas Pattimura Ambon, Indonesia *Correspondence to: Pahrul Idham Kaliky, Universitas Pattimura Ambon, Indonesia, E-mail: [email protected] Abstract Students are a social community where the basic views and primary cells grow from the basic views and scientific disciplines in the academic world. Students have their own culture of social life in their main activities, which are seen as very functioning as the main pillar in the development of human resources and as a determinant of a nation's quality level. The research aims to determine the social interaction behavior of students in several faculties at Pattimura University. With a background of good student social interaction behavior in several faculties, a harmonious social relationship will be built between fellow students in the Pattimura University campus environment. This research is qualitative research, designed based on a constructive paradigm in which every speech and action community is not only interpreted from a particular perspective but needs to be understood holistically based on the cultural approach and characteristics of each region. This research is based on an interpretive paradigm that views the world and objects of human life from their experience and subjectivity and has different views from the positivistic paradigm. When the positivistic paradigm uses a basic premise with a short phrase, knowledge is un-problematic, the interpretive paradigm sees the opposite. Keywords: Students, Communication, Multi-cultural, Ethnography.
    [Show full text]
  • Harmonic Analysis of Tides
    HARMONIC ANALYSIS OF TIDES NAMES OF STATIONS FOR WHICH THE INTERNATIONAL HYDROGRAPHIC BUREAU HAS PUBLISHED SLIPS CONTAINING CONSTANTS. The International Hydrographic Bureau is issuing in Special Publication N° 26, now in course of preparation and publication, complete harmonic cons­ tants for all stations of the world at which the Tidal Observations made have been analysed. The complete Publication includes general information (contained in a preface) ; groups of slips published periodically by the International Hydro- graphic Bureau (each of these slips bears the date of its publication) a and complete list of all the slips which have been issued. This list is divided into three parts : (1) Numerical list of slips issued ; (2) Alphabetical list of slips issued; (3) List in geographical order of slips issued. The list in geographical order of the slips issued to date is given here for general information. GEOGRAPHICAL REPERTORY OF THE SUPS ISSUED REPERTOIRE GfiOGRAPHIQUE DES FICHES PARUES REGION NAME OF STATION. — NOM DE LA STATION N° Arctic................... ............... 2030 » ................... ............... 2030 Spitzbergen......... » ......... ............... 2030 » ......... ............... 181 Jan Mayen I. ... N orge.................. ............... 183 » .................. )) ................... ............... 185 )) ................... )) ................... ............... 187 » ................... ............... 188 » ................... .............................. Arendal.....................................................
    [Show full text]
  • MGL 49 a Grammar of Teiwa (Alor-Pantar, Indonésia).Pdf
    A Grammar of Teiwa Mouton Grammar Library 49 Editors Georg Bossong Bernard Comrie Matthew Dryer De Gruyter Mouton A Grammar of Teiwa by Marian Klamer De Gruyter Mouton ISBN 978-3-11-022606-5 e-ISBN 978-3-11-022607-2 ISSN 0933-7636 Library of Congress Cataloging-in-Publication Data Klamer, Margaretha Anna Flora. A grammar of Teiwa / by Marian Klamer. p. cm. Ϫ (Mouton grammar library; 49) Includes bibliographical references and index. ISBN 978-3-11-022606-5 (alk. paper) 1. Teiwa language (Papuan) Ϫ Grammar. I. Title. PL6621.T49K53 2010 4971.4945Ϫdc22 2010010874 Bibliographic information published by the Deutsche Nationalbibliothek The Deutsche Nationalbibliothek lists this publication in the Deutsche Nationalbibliografie; detailed bibliographic data are available in the Internet at http://dnb.d-nb.de. ” 2010 Walter de Gruyter GmbH & Co. KG, 10785 Berlin/New York Printing: Hubert & Co. GmbH & Co. KG, Göttingen ϱ Printed on acid-free paper Printed in Germany www.degruyter.com Acknowledgements The research for this book was conducted as part of the NWO Innovative Research (‘Vernieuwingsimpuls’) project ‘Linguistic variation in Eastern Indonesia’, granted to me by the Dutch Organization for Scientific Research (NWO) in 2002. Fieldwork in 2004 was partly funded by the Hans Rausing Endangered Languages Project. First and foremost, I am grateful to the Teiwa speakers. Pak Amos Sir was the one who convinced me to work on Teiwa back in 2003, when I arrived in Alor to start my first field work and was considering which language to work on. Over the years, Pak Amos has been supportive in many ways.
    [Show full text]
  • YF1AR/8 IOTA TOUR Budi Santoso
    YF1AR/8 IOTA TOUR Budi Santoso This crazy idea was meant to be a tribute to my beloved ferry seaport which is next to the main port. After ob- motherland Indonesia. The chosen destination was The taining a permit to operate from the harbormaster, Mr Mollucas (Maluku) Islands which is a haven for IO- Jemmy, I installed my vertical antenna on top of the TAs. Specifically I chose Southwestern Mollucas be- water tower and my radio was set up in the waiting area cause this area is relatively isolated with many most for ferry passengers. I was only able to QRV for 20 wanted IOTAs. The original idea was to activate all 10 hours a day since between 12 noon – 5pm local time IOTAS in Mollucas in four months. I activated 4 IO- there is no electricity. I used this time to rest. Cell signal TAs during this first stage of my tour in two months. was only available near the port only for voice and SMS Seven islands saw first activation(*) and I visited five but no data. I got the unreliable ferry schedule to Leti, of the small outer most islands in Indonesia (#) border- Damar and Liran Islands. After consulting with local ing Timor Leste. The tour was interrupted partly be- residents, I decided to go toe Arwala on Wetar Island cause of family obligation, my second son’s wedding, using wooden boat. I was informed ahead of time that and also religious obligation, Umrah pilgrimage to electricity will be available for 24 hours using battery Saudi Arabia.
    [Show full text]
  • Projeci' Concern International
    PROJECI’ CONCERN INTERNATIONAL ChildSurvivalVIk Improving Immunization Coverage and Village Health Post (Pasyandu) Implementation Mahku, Province, Indonesia September 1,1991-August 31,1994 COOPERATIVE AGREEMENT NO. PDC-05WAXKklM2-W MID-TERM EVALUATION SuBMITrED To THE UNITED STATES AGENCY FOR INTERNATIONAL DEVELOPMENT BUREAU FOR FOOD AND HuMANlTAFuAN ASSISTANCE OFFICE OF PRIVATE AND VOLUNTARY COOPERATION April4-Ap’ 17,1993 “4 Evaluation Team Partohoedoyo Soetaryo, MD, MPH Nicolet Hutter, MD, MSc Alice Id. Levisay, MPH Project Director J. Stephen Robinson, MD, PhD, MPH Project Concern International 3550 Afton Road, San Diego, California 92123 Telephone: (619) 279-9690 Fax: (619) 6940294 TABLE OF CONTENTS PAGE # ListofTerms...............................................................3 Introduction................................................................ 4 Assessment of Accomplishments/Assessment of Effectiveness ........................... 4 Assessment of Relevance to Child Survival Problems ................................ 15 Assessment of Relevance to Development . 16 AssessmentofCompetenceinCarryingouttheProject . 16 Sustainability . 23 Recurrent Costs and Cost Recovery Mechanisms . , . 23 Recommendations . 23 summary . 24 APPENDICES 1. Mid-Term Evaluation Schedule 2 CWII Project Activities 3. PCI-Mahlku OrganizuionaI chart 4. Recurrent Costs 5. Scoring System Used by PMTs - Forms A and B 6. TBA Pictorial Birth Reporting Form 7. Maternal TT Card 8. Indicators to Track Progress Towards Sustainability 9. MaIuku Map 10. TBA Pretest Survey, Phase I 11. Gold Chain Update Survey Report 12 Teacher’s Manual for the Posyandu School Program LIST OF TERMS Al-kin Informal savings group Kaders Community health workers PKK National women’s movement PMT Posyandu Management Team Pasyandu Integrated health post Puskesmas Public health center TBA Traditional Birth Attendant 1. INTRODUCI’ION Project Concern International (PCI) has been involved in health and development activities in Indonesia for over twenty years.
    [Show full text]
  • Electricity Generation by a Biomass Power Plant”
    JCM_ID_AM027_ver01.0 Sectoral scope: 01 Joint Crediting Mechanism Approved Methodology ID_AM027 “Electricity generation by a biomass power plant” A. Title of the methodology Electricity generation by a biomass power plant Version 01.0 B. Terms and definitions Terms Definitions Biomass power plant An electrical power plant which produces electricity through biomass combustion in a boiler and a steam generator that heats water to produce steam which then flows through steam turbines that spin an electrical generator to generate electricity. Solid biomass fuel A source of energy made of biological materials including wood, sawdust and crop waste, whose states of matter are neither liquid nor gas. C. Summary of the methodology Items Summary GHG emission reduction Displacement of grid electricity including national/regional and measures isolated grid and/or captive electricity by installing and operating a biomass power plant. Calculation of reference Reference emissions are calculated from net electricity emissions generation by a biomass power plant multiplied by a CO2 emission factor of grid electricity and/or captive electricity. Calculation of project Project emissions include the emissions from combustion of emissions solid biomass fuels in a biomass power plant, the emissions from combustion of fossil fuel at a biomass power plant and the emissions from transportation of solid biomass fuels. [Emissions from biomass fuel combustion] The emissions resulting from combustion of solid biomass fuels 1 JCM_ID_AM027_ver01.0 Sectoral scope: 01 are zero since they are carbon neutral. [Emissions from fossil fuel combustion] The emissions from combustion of fossil fuel at a biomass power plant are calculated from the amount of fossil fuel consumption and a CO2 emission factor of the fuel.
    [Show full text]
  • Additional Information on Calculating the Emission Factors of Indonesian Electricity Grids for the JCM Project Development
    Additional information on calculating the emission factors of Indonesian electricity grids for the JCM project development In order to secure net emission reductions in the methodology, the following emission factors will be applied depending on the regional grid to which a proposed project activity will connect in Indonesia: Table 1 summarizes the emission factors to be applied for renewable energy system(s) in a proposed project activity which is directly connected, or connected via an internal grid not connecting to either an isolated grid or a captive power generator, to a national/regional grid (Case 1). Table 1 also summarizes the emission factors to be applied for renewable energy system(s) in a proposed project activity which is connected to an internal grid connecting to both a national/regional grid and an isolated grid and/or a captive power generator (Case 2). Table 1 Grid emission factor Case 1 and Case 2 Emission factor Emission factor National/regional grid name for Case 1 for Case 2 (tCO2/MWh) (tCO2/MWh) Jamali, 3 Nusa, Karimun Jawa 0.619 0.533 Sumatra 0.458 0.458 Nias, Pulau Tello 0.533 0.533 Siberut, Siberut Utara, Sipora, Pagai Selatan 0.529 0.529 Alai, Batam, Batam-Tanjung Pinang, Durai, Kelong, 0.499 0.499 Ladan, letung, Midai, Moro, Penuba, Ranai, Sedanau, Serasan, Tambelan, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu, Tarempa Bengkalis, Benteng, Concong Luar, Kota Lama, Lemang, 0.545 0.533 Selat Panjang, Sungai Guntung, Tanjung Samak, Teluk Dalam, Teluk Ketapang, Masohi Bangka, Belitung 0.628 0.533 Barito 0.653 0.533 Khatulistiwa
    [Show full text]
  • Iota Directory of Islands Regional List British Isles
    IOTA DIRECTORY OF ISLANDS sheet 1 IOTA DIRECTORY – QSL COLLECTION Last Update: 22 February 2009 DISCLAIMER: The IOTA list is copyrighted to the Radio Society of Great Britain. To allow us to maintain an up-to-date QSL reference file and to fill gaps in that file the Society's IOTA Committee, a Sponsor Member of QSL COLLECTION, has kindly allowed us to show the list of qualifying islands for each IOTA group on our web-site. To discourage unauthorized use an essential part of the listing, namely the geographical coordinates, has been omitted and some minor but significant alterations have also been made to the list. No part of this list may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise. A shortened version of the IOTA list is available on the IOTA web-site at http://www.rsgbiota.org - there are no restrictions on its use. Islands documented with QSLs in our IOTA Collection are highlighted in bold letters. Cards from all other Islands are wanted. Sometimes call letters indicate which operators/operations are filed. All other QSLs of these operations are needed. EUROPE UNITED KINGDOM OF GREAT BRITAIN AND NORTHERN IRELAND, CHANNEL ISLANDS AND ISLE OF MAN # ENGLAND / SCOTLAND / WALES B EU-005 G, GM, a. GREAT BRITAIN (includeing England, Brownsea, Canvey, Carna, Foulness, Hayling, Mersea, Mullion, Sheppey, Walney; in GW, M, Scotland, Burnt Isls, Davaar, Ewe, Luing, Martin, Neave, Ristol, Seil; and in Wales, Anglesey; in each case include other islands not MM, MW qualifying for groups listed below): Cramond, Easdale, Litte Ross, ENGLAND B EU-120 G, M a.
    [Show full text]
  • Faktor Emisi Grk Sistem Ketenagalistrikan Tahun 2019
    FAKTOR EMISI GRK SISTEM KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2019 Faktor Emisi (ton CO2/MWh) OM BM Total CM Ex=Post CM Ex-Ante No Nama Grid Provinsi (ton (ton Pembangkit OM=0,5 OM=0,75 OM=0,5 OM=0,75 CO2/MWh) CO2/MWh) BM=0,5 BM=0,25 BM=0,5 BM=0,25 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 3 Nusa Bali 2 0,52 N/A N/A N/A N/A N/A 2 Adonara Nusa Tenggara Timur 12 0,59 0,59 0,59 0,59 0,88 1,03 3 Alai (Kepri) Kepulauan Riau 5 0,53 N/A N/A N/A N/A N/A 4 Alor Nusa Tenggara Timur 33 0,58 0,58 0,58 0,58 0,58 0,58 5 Ambon Maluku 27 0,65 0,66 0,66 0,65 0,66 0,66 6 Ampana Sulawesi Tengah 4 0,61 N/A N/A N/A N/A N/A 7 Balantak Sulawesi Tengah 5 0,67 N/A N/A N/A N/A N/A 8 Bangka Bangka Belitung 48 1,04 0,74 0,89 0,97 0,88 0,95 9 Bantal Bengkulu 1 0,64 N/A N/A N/A N/A N/A 10 Barito Kalimantan Tengah 121 1,20 1,41 1,31 1,25 1,28 1,21 11 Batam-Tanjung Pinang Kepulauan Riau 47 0,76 0,88 0,82 0,79 0,85 0,83 12 Bau-Bau Sulawesi Tenggara 29 0,97 0,51 0,74 0,86 0,67 0,76 13 Belitung Bangka Belitung 20 1,40 1,42 1,41 1,40 1,46 1,48 14 Bengkalis (Riau) Riau 31 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,02 15 Bere-Bere (Morotai) Maluku Utara 4 0,69 N/A N/A N/A N/A N/A 16 Biak Papua 10 0,57 0,56 0,57 0,57 0,61 0,63 17 Biaro Sulawesi Utara 4 0,60 N/A N/A N/A N/A N/A 18 Bicoli (Halmahera Timur) Maluku Utara 7 0,66 N/A N/A N/A N/A N/A 19 Bima Nusa Tenggara Barat 22 0,56 0,53 0,55 0,55 0,57 0,59 20 Bualemo Sulawesi Tengah 10 0,70 0,71 0,71 0,70 0,71 0,71 21 Buano (Seram Barat) Maluku 7 0,71 0,71 0,71 0,71 0,67 0,65 22 Bukide Sulawesi Utara 2 1,77 N/A N/A N/A N/A N/A 23 Bula (Seram Timur) Maluku
    [Show full text]
  • Mining Land Identification in Wetar Island Using Remote Sensing Data
    JOURNAL OF DEGRADED AND MINING LANDS MANAGEMENT ISSN: 2339-076X (p); 2502-2458 (e), Volume 6, Number 1 (October 2018): 1513-1518 DOI:10.15243/jdmlm.2018.061.1513 Research Article Mining land identification in Wetar Island using remote sensing data Atriyon Julzarika* Remote Sensing Applications Center, Indonesian National Institute of Aeronautics and Space (LAPAN) *[email protected] Received 24 July 2018, Accepted 12 September 2018 Abstract: Wetar Island is one of the 92 outer islands of Indonesia. On this island, there is a variety of geological potential that can be seen from the structure, formation and geological folds including mine geology potential energy and mineral resources. This makes the island having mining activities. Remote sensing data in the form of optical images, Synthetic Aperture Radar, microwave, laser, and others can be used to determine the mining activities in Wetar Island. This research was focused on mining land identification in Wetar Island. This study aimed to identify the mining land in Wetar Island using remote sensing data. The method used was the Vegetation Index Differencing, which calculated difference value of vegetation index temporally. Landsat satellite images of 1975, 1990, 2000 and 2005 were used for mining land identification. First Landsat satellite image must have had a geometric and radiometric correction. The results obtained were in the form of mining land identification and non- mining land area. These results are useful for monitoring the mining activities carried out on Wetar Island. The methods used may also be applied to monitor, identify, and evaluate various mining operations in other parts of Indonesia.
    [Show full text]
  • Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya Untuk Kabupaten Pulau Morotai
    I RPI2-JM I Kabupaten Pulau Morotai I 03 ARAHAN STRATEGIS NASIONAL BIDANG CIPTA KARYA UNTUK KABUPATEN PULAU MOROTAI 3.1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH SEBAGAI ARAHAN SPASIAL RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang. 3.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk: a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional, c. Pemanfaatan ruang dan
    [Show full text]