1 Lembaran Daerah Kota Surakarta Nomor : 14 Tahun
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 14 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 5 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI, IJIN USAHA PERDAGANGAN DAN TANDA DAFTAR GUDANG WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a. bahwa perdagangan, industri dan pergudangan merupakan bidang usaha yang saling berhubungan sekaligus merupakan sektor pendukung perekonomian Kota Surakarta, sehingga dengan demikian diperlukan pengaturan agar dapat menumbuhkan iklim yang kondusif dalam berusaha sekaligus memberikan ketenangan, ketertiban dan kepastian dalam berusaha; b. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, pengaturan, pembinaan dan peningkatan pelayanan di bidang perdagangan, industri dan pergudangan merupakan wewenang Pemerintah Kota Surakarta sebagai daerah otonom; c. bahwa untuk maksud sebagaimana tersebut pada huruf a dan huruf b di atas, perlu ditetapkan Peraturan Daerah yang mengatur mengenai Ijin Usaha Industri, Ijin Usaha Perdagangan dan Tanda Daftar Gudang. 1 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1961 tentang Barang (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 215); 3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1965 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor5 Tahun 1962 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Pergudangan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 54); 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3214); 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480); 7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 8. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611); 9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembatan Negara Nomor 4048); 2 10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Ijin Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139); 15. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 4 Tahun 1984 tentang Penetapan Lokasi dan Pengelolaan Pusat Pergudangan Kota di Kentingan; 16. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 3 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta; 17. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 18 Tahun 1993 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta Tahun 1993-2013); 18. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. 3 Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA TENTANG IJIN USAHA INDUSTRI, IJIN USAHA PERDAGANGAN DAN TANDA DAFTAR GUDANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Surakarta; 2. Pemerintah Kota adalah Walikota beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai Badan Ekesekutif Daerah; 3. Walikota adalah Walikota Surakarta; 4. Dinas adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surakarta; 5. Kepala Dinas adalah kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surakarta; 6. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; 7. Badan adalah sekumpulan oarng dan/atau modal yang merupakan kesatuan yang melakukan usaha yang meliputi bentuk usaha Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi, Firma, Kongsi dan bentuk usaha lainnya; 8. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan setengah jadi dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangundan rekayasa industri; 9. Perusahaan industri adalah badan usaha atau perorangan yang melakukan kegiatan dibidang usaha industri; 4 10. Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang dan/atau jasa yang dilakukan terus menerus dengan tujuan mengalihkan hak atas barang atau menyediakan jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi dalam bentuk apapun; 11. Gudang adalah suatu ruangan tidak bergerak yang dapat ditutup untuk dipakai khusus sebagai tempat penyimpan barang dagangan (komoditi), bahan baku baik barang setengah jadi atau suku cadang atau barang dalam proses atau barang lainnya untuk proses produksi; 12. Usaha Pergudangan adalah usaha dibidang jasa penyimpanan barang yang dilakukan terus menerus dengan disertai imbalan atau kompensasi dalam bentuk apapun; 13. Barang Dagangan (komoditi) adalah semua barang yang diperdagangkan atau untuk diperdagangkan; 14. Investasi Perusahaan Industri adalah besarnya modal yang ditanamkan dalam suatu perusahaan industri tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 15. Kekayaan Bersih Usaha adalah nilai jual kekayaan usaha (asset) dikurangi kewajibannya, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; 16. Perluasan perusahaan industri selanjutnya disebut Perluasan adalah penanaman jenis industri, komoditi industri dan/atau kapasitas produksi lebih 30% (tiga puluh perseratus) dari kapasitas produksi yang telah diijinkan; 17. Ijin Usaha Industri disingkat IUI adalah ijin untuk melaksanakan kegiatan industri; 18. Ijin Usaha Perdagangan disingkat IUP adalah ijin untuk melaksanakan perdagangan dan/atau usaha Pergudangan; 19. Tanda Daftar Gudang disingkat TDG adalah tanda daftar sebagai bukti Pendaftaran Gudang; 20. Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin usaha industri, usaha perdagangan dan/atau tanda daftar gudang yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan; 21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya retribusi terutang; 22. Surat Tagihan Retribusi Daerah selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. 5 BAB II KETENTUAN PERIJINAN DAN PENDAFTARAN Bagian Pertama Ijin Usaha Industri Pasal 2 (1) Setiap pendirian Perusahaan Industri yang berada di Daerah wajib memeiliki Ijin Usaha Industri yang selanjutnya disebut IUI. (2) Setiap orang atau Badan pemegang IUI hanya dapat menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan yang tercantum dalam IUI yang dimiliki. (3) IUI sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini terdiri dari : a. Ijin Usaha Industri Kecil; b. Ijin Usaha Industri Menengah; c. Ijin Usaha Industri Besar. Pasal 3 IUI sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (3) Peraturan Daerah ini didasarkan pada besarnya nilai investasi perusahaan industri dengan klasifikasi sebagai berikut : a. Ijin Usaha Industri Kecil bagi usaha industri dengan nilai investasi paling banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan; b. Ijin Usaha Industri Menengah bagi usaha industri dengan nilai investasi Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan; c. Ijin Usaha Industri Besar bagi usaha industri dengan nilai investasi di atas Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan. Pasal 4 (1) Dikecualikan dari kewajiban memperoleh IUI, bagi usaha industri kecil perorangan yang dijalankan oleh pribadi sendiri, mempekerjakan anggota rumah tangga, termasuk industri tertentu dalam kelompok industri kecil 6 serta tidak berbentuk badan hukum/persekutuan dengan investasi industri di bawah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah), Perusahaan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, Warga Negara Asing dan Badan Hukum Asing, Perusahaan Negara dan atau Perusahaan Jawatan, BUMN, BUMD berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, Cabang atau Perwakilan Perusahaan yang mempergunakan IUI yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat. (2) Usaha industri sebagaimana dimaksud