Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung Jawab Dr. Siswono Akuan Rokanta, S.Kom., MM

Pemimpin Redaksi Dr. Siswono Akuan Rokanta, S.Kom., MM

Sekretaris Redaksi Rosmawati Situmorang

Dewan Editor Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M. Pdt. Dr. Aristarchus Sukarto, BA, M.Th. Dr. Elika Dwi Murwani, M.M. Etiwati, S.Pd., M.M. Dr. Imma Helianti Kusuma Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi : Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Barat 11470 Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968 http://www.bpkpenabur.or.id E-mail : [email protected] Jurnal Pendidikan Penabur Nomor 31/Tahun ke-17/Desember 2018 ISSN: 1412-2588

Daftar Isi, i

Pengantar Redaksi, ii - v

Pengaruh Keadilan Interpersonal dan Komitmen Afektif Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior Guru, Dian Nataly Paramaartha, 1-12

Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom dengan Moodle Sebagai Implementasi dari Blended Learning, Mudarwan, 13-23

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Pendekatan Kontekstual dalam Menghadapi Pendidikan Abad 21, Lusiana Puspitasari, 24-35

Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills di Sekolah, Agus Kristiyono, 36-46

Implementasi Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar, Hilda Karli, 47-58

Revolusi Industri 4.0 dan Respon Institusi Pendidikan Dasar dan Menengah, Christian Fredy Naa dan Ali Sadiyoko, 59-71

Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi, Harun D. Simarmata, 72-82

Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen bagi Remaja di Sekolah, Paulus Eko Kristianto, 83-94

Isu Mutakhir: Belajar Berpolitik di Sekolah? Kenapa Tidak?, Eko Hadi Purnomo, 95-100

Resensi buku: Saat Semesta Bicara, P. Slamet Widodo, 101-105

Profil BPK PENABUR Cianjur, Christina Berliana, 106-113

Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 i Pengantar Redaksi

emperingati hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2019 di negeri kita, topik apa yang banyak dibicarakan oleh kalangan M pendidik maupun pengamat pendidikan? Koran Kompas mengulas kualitas guru maupun sarana pendidikan tetapi semuanya membicarakan tentang Education 4.0, sebagai dampak dari Era Industri 4.0. Topik ini hangat dibicarakan bukan hanya di , juga seluruh dunia membicarakan disrupsi yang diakibatkan cepatnya perubahan komunikasi digital, tatanan hubungan, pola pikir, dan budaya. Dampak ini menggoyang tatanan pendidikan juga, seolah tatanan pendidikan yang sedang dibangun dengan kearifan budaya bangsa tiba-tiba menjadi kusam dan ketinggalan zaman sehingga harus segera diubah sesuai tuntutan zaman. Sampai titik mana kita akan berhenti merubah dan mengganti tatanan pendidikan hingga sesuai dengan zaman? Yudi Latif (Dosen Universitas Negeri Yogyakarta) menulis di Kompas, 2 Mei 2019 dengan judul Pendidikan Era Baru, bahwa: “ Dunia pendidikan tidak disiapkan sebagai pemasok “batu bata” hanya karena ledakan permintaan batu bata, melainkan pemasok “tanah liat” yang memiliki elastisitas untuk memenuhi ragam keperluan. Pendidikan berbasis kapabilitas menuntut penyiapan peserta didik sebagai manusia pembelajar seumur hidup; manusia yang selalu update dengan perkembangan baru dengan kesediaan terus belajar memperbarui dirinya untuk bisa menjawab segala macam tantangan. Pada titik ini, kedatangan zaman baru tidak berarti mengubah hakikat prinsip pendidikan”. Manusia pembelajar harus dibekali dengan dua hal yaitu kelenturan untuk menyesuaikan diri dan memiliki akar yang kuat. Kelenturan memerlukan daya kreatif dan akar yang kuat memerlukan daya karakter. Jika kita menyiapkan peserta didik untuk menjadi pembelajar seumur hidup maka mereka kelak akan dapat menghadapi tantangan zaman yang cepat berubah. Saat ini disebut Era Revolusi Industri 4.0 namun Jepang dengan segera mengeluarkan Era Society 5.0. Sepanjang sejarah peradaban manusia telah berkali-kali mengalami disrupsi dari zaman batu hingga sekarang. Namun yang membedakan adalah kecepatannya, jika zaman dulu perubahan memerlukan waktu beberapa abad namun sekarang hanya memerlukan waktu beberapa generasi saja bahkan hanya hitungan tahun. Dengan kecanggihan teknologi yang dikuasai manusia maka zaman akan semakin cepat berubah, dan manusia juga semakin cepat beradaptasi sebab otak manusia adalah supercomputer yang belum tertandingi. Sebagai contoh, Jepang mencanangkan memasuki Era Society 5.0 disebabkan tantangan Jepang menghadapi kekurangan tenaga produktif dengan semakin memburuknya krisis buruh dan pesatnya penuaan penduduk di negara itu. Dikutip dari Koran Sindo, Jumat 8 Februari 2019, tekad menerapkan era super pintar disampaikan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada ajang Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) akhir bulan lalu di Davos,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 i Swiss. ”Kami menemukan solusi untuk berbagai masalah yang sebelumnya sulit diselesaikan,” ujar Abe diku-tip Reuters. Menurut Abe masalah utama Jepang adalah populasi yang menua, di mana sekitar 26% penduduk Jepang berusia di atas 65 tahun. Analisa dari Pengamat Marketing Yuswohady, “Dari sisi teknologi yang diimplementasi, pendekatan Society 5.0 sesungguhnya tak jauh beda. Yang membedakan adalah titik pandang dan perspektifnya. Kalau Industry 4.0 (Jerman dan AS) lebih fokus kepada pengembangan teknologi, maka Society 5.0 menggunakan pendekatan yang lebih “human-focused”. Pemerintah Jepang melihat bahwa teknologi masa depan seperti artificial intelligent (AL), harus tetap menempatkan manusia sebagai pengendali dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemanfaatan manusia yaitu dengan menciptakan super-smart society untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Jepang. Bagaimana Indonesia menyikapi perkembangan Era Digital? Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, dalam sambutannya pada Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2019 mengatakan Revolusi Industri 4.0 membutuhkan respons sumber daya manusia yang andal, sekaligus mampu menciptakan ragam peluang baru secara kreatif justru di tengah ancaman disrupsi, ketika banyak jenis pekerjaan manusia tergantikan mesin. Jadi Revolusi Industri 4.0 tidak sepatutnya dipandang sebagai ancaman bagi manusia melainkan menantang manusia agar terus mengatasi tantangan dengan kreatif dan inovatif. Muhadjir menambahkan, “Karena itu, sekolah dan guru dituntut menerapkan pendidikan berbasis teknologi digital dengan sentuhan budaya Indonesia yang terpusat pada keluarga, sekolah, dan masyarakat”. Ulasan Tim Kompas menyambut Hari Pendidikan Nasional, mengungkapkan bahwa Hasil PISA (Programme for International Student Assessment) 2015 menunjukkan kemampuan dasar siswa Indonesia berusia 15 tahun di bidang sains, membaca, dan matematika masih rendah. Kemampuan siswa Indonesia di bidang sains 403, membaca 397, dan matematika 386 di bawah rata-rata Negara yang tergabung dalam Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yaitu 493, 493, dan 490. Sementara itu di ASEAN peringkat Indonesia di bawah Thailand dan Vietnam. Hal ini terungkap pula pada hasil Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) yang dilakukan Pusat Penilaian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun2016 masih jauh dari memuaskan. Hal ini disebabkan pembelajaran di sekolah masih menekankan kepada hafalan semata. Sedangkan sekarang untuk menjawab tantangan pendidikan diharapkan pembelajaran berbasis penalaran tinggi yang akan menjadi modal bagi siswa untuk menjawab tantangan abad ke- 21, menjadi manusia yang kreatif dan inovatif. Untuk mendorong pembelajaran berbasis penalaran tinggi yang dikenal dengan Higher Order Thinking of Skills (HOTS), Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud Totok Suprayitno mengatakan “Pembelajaran yang berbasis HOTS membutuhkan kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran yang mematangkan konsep”.

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Kemendikbud, dua tahun terakhir ini telah mengujikan soal-soal berbasis penalaran tinggi (HOTS) dalam Ujian Nasional meski baru 10%, hasilnya Nilai rata-rata UN (UNBK & UNKP) menurun cukup signifikan terutama untuk SMP dan SMK. NIlai rata-rata UN 2016, 2017, 2018 berturut-turut untuk SMP: 58,57; 54,54; 50,05, untuk SMA 55,02; 50,93; 51,74, dan untuk SMK 52,84; 47,01; 45,20 (Sumber: Litbang Kompas/DEW/YOH/KPP, Diolah dari Kemdikbud). Hal ini menunjukkan pemerintah dan sekolah belum siap menghadapi tuntutan zaman untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki penalaran tinggi dan kreatif. Logikanya HOTS bukan hanya diterapkan pada Ujian Nasional yang merupakan hasil akhir dari masa pendidikan, namun harus diawali dari proses pembelajaran yang mematangkan konsep (memantikkan api, menalar, menganalisa, mengevaluasi, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari), bukan sekedar menuangkan isi ember (sehingga siswa tidak berkesempatan berefleksi dan mencerna pelajaran, akhirnya hanya sekedar dihafal). Ujian akhir hanyalah untuk mengukur ketercapaian dari hasil belajar, jika proses pembelajaran tidak memfasilitasi tumbuhnya daya nalar, kritis dan kreatif pada anak bagaimana mungkin hasil akhirnya dituntut untuk mampu bernalar. Jadi tidak mengherankan jika hasil Ujian Nasional turun. Tetapi bagaimanapun upaya Kemdikbud untuk memasukkan soal-soal HOTS kedalam Ujian Nasional dapat dianggap sebagai upaya strategis untuk merangsang guru meningkatkan proses pembelajaran yang lebih mengembangkan daya nalar, kritis dan kreatif. Kurikulum 2013 yang diterapkan sejak 2014 sangat akomodatif dengan pengembangan nalar, hal ini sesuai dengan fokus pendidikan Abad XXI yaitu pengembangan kompetensi critical thinking, collaborative, creative, communicative (4C). Upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pendidikan sangat keras, namun geografis negara yang sangat luas dan penduduk yang tersebar di seluruh nusantara bukanlah tantangan yang mudah. Yanuar Nugroho, Deputy II Kepala Staff Kepresidenan RI, Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) menuliskan dalam Opini Kompas, 2 Mei 2019, Menyoal Pendidikan di Indonesia, bahwa “Penyelenggaraan system pendidikan memang tanggung jawab pemerintah. Namun, keberhasilannya tanggung jawab bersama. Masa depan dunia terletak di tangan mereka yang terdidik baik”. Demikian pentingnya peran pendidikan untuk kemajuan bangsa, sebab melalui pendidikan manusia membentuk sejarah. Meski demikian, keberhasilan pendidikan bukan hanya ditentukan oleh pemerintah namun juga oleh masyarakat. Sejalan dengan itu, pesan Ki Hadjar Dewantara “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”. Kolaborasi pemerintah dan masyarakat (keluarga) menentukan keberhasilan pendidikan. Sektor pendidikan tak lekang dari sejarah bangsa, bangsa yang maju adalah bangsa yang mengupayakan pendidikan bagi generasi mudanya dalam menghadapi tantangan zaman sehingga menjadi sumber daya manusia terdidik dan handal yang kelak akan mendorong kemakmuran bangsa. Bagaimana BPK PENABUR menentukan arah pendidikannya?

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 iii Rencana Strategis (Renstra) BPK PENABUR Jakarta 2015-2020 menetapkan tiga pilar pengembangan pendidikan yaitu penguasaan bahasa Inggris, penguasaan IT, dan pembangunan karakter. Isu ini masih relevan untuk Renstra 2020-2025, apalagi ditambahkan dengan lifelong learner (pembelajar seumur hidup) yang merupakan kunci pendidikan berkelanjutan dalam menyiapkan generasi yang mampu mengarungi perubahan zaman dan berbagai disrupsi yang ditimbulkan. Sejalan dengan yang dinyatakan oleh pakar pendidikan maupun guru bangsa, di era sekarang makin diperlukan pembekalan karakter bagi peserta didik sebab dengan perubahan zaman adaptasi manusia unggul akan menghadapi tantangan makin besar untuk mengembangkan jati dirinya maupun memupuk hubungan yang bermakna dengan sesama manusia. Hal inilah yang akan dikembangkan oleh BPK PENABUR Jakarta menghadapi Era Education 4.0. dengan Strategic Statement “Menjadi Lembaga Pendidikan Kristen yang membangun siswa dengan karakter Kristen dan pembelajar seumur hidup yang siap beradaptasi di era disrupsi”. Jurnal PENABUR edisi kali ini menjawab kegalauan para pendidik, siswa dan masyarakat dalam menghadapi Education 4.0. Seperti yang ditulis Christian Fredy Naa, Dosen Universitas Katolik Parahyangan berjudul Revolusi Industri 4.0 dan Respon Institusi Pendidikan Dasar dan Menengah. Tulisan ini bertujuan untuk memberi wawasan tentang revolusi industri 4.0 serta bagaimana respon institusi pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Tulisan ini juga berisi beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan siswa agar mampu bersaing dan menjadi generasi yang bersinar di era Revolusi Industry 4.0. Sebagaimana disinggung dalam uraian di atas betapa pentingnya HOTS untuk mendorong siswa memiliki kemampuan bernalar sekaligus membiasakan guru mengajar dengan metode yang tepat agar pembelajaran di kelas kondusif. Ada dua tulisan yang akan membawa pembaca lebih memahami bagaimana HOTS mewarnai proses pembelajaran di kelas, yang pertama Higher Order Thinking Skills, Urgensi dan Penerapannya di Sekolah, yang diulas guru SMAK BPK PENABUR . Dengan pendekatan pembelajaran inquiry dan pembelajaran discovery yang diajarkan oleh guru berkompetensi abad 21. Tulisan kedua, Penggunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom dengan Moodle Sebagai Implementasi dari Blended Learning, adalah tulisan yang mengupas pemanfaatan teknologi (program Moodle) dalam pembelajaran yang mengoptimalkan HOTS di kelas. Tulisan ini akan sangat memperkaya guru untuk memahami metode pembelajaran yang menarik dan membuat siswa aktif menyisihkan LOTS dan menggantikan dengan HOTS dengan pemanfaatan Learning Management System (LMS) Moodle. Masih bicara tentang HOTS, metode pembelajaran refleksi merupakan cara melatih berpikir tingkat tinggi, karena didalamnya terkandung penggalian kemampuan menyelesaikan masalah dengan mengeksplore kemampuan sendiri dengan kreatif dan percaya diri. Tulisan pertama, Implementasi Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 di Sekolah Dasar, mengupas tentang bagaimana langkah-langkah berpikir reflektif diperkenalkan, dan dilatihkan kepada siswa SD agar menjadi kebiasaan. Melalui kegiatan berpikir reflektif diharapkan siswa SD dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan bertanggung- jawab dan mandiri. Kedua, Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi. Metode refleksi sangat penting —walau jarang dilakukan— karena tujuan pendidikan itu sendiri adalah refleksi. Pembelajaran yang berdayaguna terjadi ketika siswa diajak melakukan refleksi dari pengalaman yang diterimanya dan dihubungkan dengan kehidupan. Sementara itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) selama ini dianggap terkesan masih jalan ditempat. Masalah klasik tidak terlepas dari peran guru itu sendiri. Lusiana Puspitasari membahas bagaimana agar pembelajaran IPS menjadi sesuatu yang menarik. Dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pembelajaran IPS dyang semula abstrak dan teoritis menjadi pembelajaran yang bermakna melalui kegiatan belajar yang melibatkan aspek kognitif, psikomotor dan afektif peserta didik. Selanjutnya Pendidikan Agama Kristen sering dipandang hanya sebatas pelajaran di kelas saja, bukan sebagai pemberitaan Firman Tuhan, apalagi menjawab dahaga peserta didik akan kebenaran Firman Tuhan. Tulisan berjudul Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen Bagi Remaja di Sekolah, mengupas seberapa penting peran guru Pendidikan Agama Kristen (PAK) dalam menjalankan tugas pastoralnya di sekolah. Pelayanan pastoral pada hakekatnya sebagai pemberitaan Firman dan konseling, dimana penulis menemukan model yang khas menunjuk memberi ruang atau perhatian pada krisis remaja yang diiringi berbagai langkah praktis. Dengan demikian pelajaran PAK tidak sekedar pengetahuan saja tetapi lebih menyentuh pada hakiki pergumulan remaja yang sedang bergejolak dalam imannya. Apakah ada Pengaruh Keadilan Interpersonal dan Komitmen Afektif Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) guru SMAK BPK PENABUR Jakarta? Metode penelitian dilakukan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan menggunakan analisa jalur (path analysis). Dengan menguatnya OCB keberlangsungan pendidikan sebagai proses belajar semakin baik, maka perlu penguatan komitmen afektif dan keadilan interpersonal. Tahun 2019 merupakan tahun politik karena bangsa kita mengadakan Pemilu pada 17 April 2019 lalu baik pemilihan presiden (pilpres) maupun pemilihan legislatif (pileg). Begitu pentingnya partisipasi masyarakat untuk memilih pemimpinnya maka, terutama bagi pemilih pemula (siswa berusia di atas 17 tahun), pendidikan politik itu sangat penting. Dalam ulasan Isu Mutakhir: Belajar Berpolitik di Sekolah? Kenapa Tidak? Memperjelas peran sekolah dalam pendidikan politik bagi siswanya. Jurnal Penabur Edisi ke 31 ini memuat resensi buku: Saat Semesta Bicara, dan memperkenalkan Profil BPK PENABUR Cianjur. Selamat menjadi pembelajar seumur hidup.

Redaksi

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 v Pengaruh Keadilan Interpersonal Penelitian

Pengaruh Keadilan Interpersonal dan Komitmen Afektif Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior Guru

Dian Nataly Paramaartha E-mail : [email protected] Bagian Diklat BPK PENABUR Jakarta

Abstrak enelitian ini bertujuan untuk membahas pengaruh keadilan interpersonal dan komitmen afektif organisasi terhadap organizational citizenship behavior (OCB) guru SMAK BPK P PENABUR Jakarta. Metode penelitian yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei dan menggunakan analisa jalur (path analysis). Sampel dari penelitian dipilih secara acak dan diberikan kepada 235 guru SMAK BPK PENABUR Jakarta yang berasal dari tiga belas SMAK BPK PENABUR di wilayah Jakarta, , Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) keadilan interpersonal berpengaruh langsung dan positif terhadap OCB, (2) komitmen afektif organisasi berpengaruh langsung dan positif terhadap OCB, dan (3) keadilan interpersonal berpengaruh langsung dan positif terhadap komitmen afektif organisasi. Komitmen afektif organisasi merupakan variabel yang memberikan pengaruh paling signifikan terhadap OCB. Oleh karena itu, perlu ada upaya memperkuat komitmen afektif dan keadilan interpersonal guna meningkatkan OCB guru SMAK BPK PENABUR Jakarta.

Kata-kata kunci : organizational citizenship behavior, keadilan interpersonal, komitmen afektif organisasi.

The Impact of Organization’s Fairness or Impartiality and Its Affective Commitment on Teacher’s Organizational Citizenship Behaviour

Abstract The research objective is to find out the effects of interpersonal fairness and affective organizational commitment (AOC) on the organizational citizenship behavior (OCB) of senior high school teachers at BPK PENABUR Jakarta. This research used the associative quantitative survey and path analysis to perform hypothesis testing. This research surveyed 235 senior high school teachers as random samples using a questionnaire. Research findings show that (1) interpersonal fairness has positive direct effect on OCB, (2) AOC has positive direct effect on OCB, and (3) interpersonal fairness has positive direct effect on AOC. AOC contributes the most significant impact to the level of OCB. Thus, it is essential to strengthen AOC as well as promote interpersonal fairness to increase the level of OCB of senior high school teachers at BPK PENABUR Jakarta.

Key words: organizational citizenship behavior, interpersonal fairness, organizational affective commitment.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 1 Pengaruh Keadilan Interpersonal

In such a school, teachers treat each other with courtesy Pendahuluan by giving advance notice of change and reminders and by respecting each others as professionals”. Kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan Ekspresi kecintaan dan loyalitas serta rasa selain diselenggarakan oleh pemerintah, juga memiliki yang tinggi dari para guru sebagai diselenggarakan oleh pihak swasta, yang kini anggota organisasi merupakan salah satu tanda jumlahnya meningkat. Melihat tingginya tingginya OCB guru di sekolah. peranan sekolah swasta dalam dunia Peran guru SMAK BPK PENABUR Jakarta pendidikan di Indonesia, maka Yayasan Badan diharapkan tidak saja menjalankan tugas sesuai Pendidikan Kristen PENABUR Jakarta (BPK standar yang ada atau tugas pokok saja, namun PENABUR Jakarta) sebagai penyelenggara juga memiliki kemauan melakukan hal yang pendidikan swasta menghadapi tantangan melebihi dari tugas pokoknya sebagai tenaga untuk selalu meningkatkan mutunya, tidak saja pendidik. Sejalan dengan tantangan kehidupan memenuhi standar yang telah ditetapkan global, penulis menyadari bahwa ada banyak pemerintah, namun juga diharapkan dapat masalah yang dihadapi oleh guru. Peran dan bersaing dengan sekolah swasta lainnya dalam tanggung jawab guru yang penuh tantangan memenuhi tuntutan masyarakat terhadap dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah kualitas pendidikan. Untuk itu BPK PENABUR bukan menjadi penghalang terwujudnya tujuan Jakarta yang memiliki tenaga pendidik dan pendidikan. Oleh karena itu, berbagai faktor atau tenaga kependidikan dalam jumlah yang cukup variabel yang memengaruhi OCB guru perlu besar, perlu selalu mengembangkan potensinya, ditemukan dan dipelajari lebih mendalam, agar khususnya dalam menghadapi persaingan di dapat ditemukan alternatif pemecahan masalah abad industri 4.0 yang menantang. yang kerap terjadi di sekolah. Organizational citizenship behavior (OCB) pertama kali dikemukakan oleh Organ et al (2006:3) dan OCB didefinisikan sebagai, Organizational Citizenship Behavior ”…individual behavior that is discretionary, not Seiring perkembangan abad ke-21, berbagai directly or explicitly recognized by the formal reward tantangan mewarnai dunia organisasi guna system, and in aggregate promotes the efficient and meningkatkan efektivitas dalam mencapai tujuan effective functioning of the organization”. OCB organisasi. Organisasi yang unggul perlu terus merupakan perilaku yang tidak diakui secara berbenah diri agar tidak pupus di tengah jalan. langsung atau secara eksplisit dalam sistem Semakin besar sebuah organisasi tentunya penggajian, namun mampu meningkatkan semakin besar pula tuntutan pekerjaan dari efisiensi dan efektivitas fungsi organisasi secara setiap bagian yang ada dalam organisasi menyeluruh. Karyawan sebagai bagian dari tersebut. Tuntutan kini berubah, tidak hanya organisasi tentulah berusaha melakukan yang diperlukan karyawan yang kompeten, kinerja terbaik demi terciptanya efisiensi dan efektivitas baik, dan memiliki komitmen, namun diperlukan organisasi tempatnya bekerja. Dengan kata lain, karyawan yang memiliki kemauan menyelesai- OCB dapat membantu organisasi berjalan kan tugas walau di luar deskripsi tugas dengan efektif mencapai tujuannya. pokoknya. Dibutuhkan karyawan dengan Adapun menurut Hoy dan Miskel inisiatif tinggi untuk melakukan peran ekstra di (2013:221), OCB guru dipandang perlu di luar tugas pokok sebagai upaya pencapaian lingkungan sekolah, dengan contoh sebagai tujuan organisasi. berikut: “The prototype of a climate citizenship Perilaku OCB bukanlah kewajiban karya- behavior is a school in which teachers help each others wan yang tertuang dalam tugas pokok dan fung- and new colleques by giving freely of their own time. sinya, tetapi merupakan perilaku yang secara Teachers are conscientious and routinely go beyond sukarela atau secara ikhlas dilakukan karyawan. the prescribed duties of the job. They also avoid Karyawan tidak mengharapkan imbalan ketika complaining and whining as they engage in secara sukarela membantu rekan kerjanya. productive efforts to improve teaching and learning. Adapun hal tersebut seperti yang diungkapkan

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengaruh Keadilan Interpersonal oleh Organ et al. (2006:8) yang menjelaskan Kinicki dan Williams (2011:351) bahwa tentang perilaku yang bersifat diskresioner perilaku OCB karyawan tersebut tidak tertuang dalam OCB, “by discrecionary, we mean that the secara langsung dalam deskripsi tugas, namun specific behavior in a specific context is not an absolute karyawan mau bekerja melebihi dari cakupan requirement of the job description (that is, the literal pekerjaan yang diperlukan. Moorhead dan or clearly specifiable terms of the person’s employment Griffin (2012:81) menyatakan bahwa OCB contract with the organization)”. Sehingga dengan merupakan kontribusi positif yang diberikan kata lain, perilaku tersebut melibatkan adanya karyawan dalam sebuah organisasi yang terlihat pilihan secara pribadi. Seseorang tidak pada kuantitas dan kualitas kerjanya. Sebagai mendapatkan hukuman apabila memilih untuk contoh misalnya karyawan yang mau bekerja tidak terlibat dalam perilaku tersebut. lembur ketika diminta oleh atasan, mau McShane dan Glinow (2015:37) menyatakan meluangkan waktu untuk membantu rekan kerja bahwa OCB adalah perilaku yang ditunjukkan yang masih baru, senang menolong rekan kerja oleh karyawan yang mampu memberikan lainnya, dan memiliki komitmen terhadap dukungan secara sosial maupun secara kesuksesan organisasi. psikologis melalui tindakan karyawan yang Menurut Colquitt, Lepine, dan Wesson kooperatif atau mau bekerjasama. Selain itu (2015:40) perilaku OCB selain secara efektif contoh dari perilaku ini juga terlihat ketika memajukan organisasi, juga lebih lagi dapat karyawan mendukung citra perusahaan, meningkatkan loyalitas karyawan terhadap karyawan menawarkan ide-ide meskipun tidak organisasi. Karyawan bersedia menyelesaikan terdapat dalam tugas pokoknya, dan secara pekerjaan meskipun di luar jam kerja, bersedia sukarela menghadiri kegiatan-kegiatan yang berkontribusi menyukseskan program kerja dari menunjukkan dukungannya terhadap organi- bagian lain dalam organisasinya, ataupun sasi. McShane dan Glinow (2015:37) juga membantu menyelesaikan permasalahan yang menyatakan bahwa, “OCBs can have a significant dihadapi rekan kerja, maka hal tersebut dapat effect on individual, team, and organizational mendukung organisasi lebih beroperasional effectiveness”. Adanya perilaku OCB, membawa dengan baik. Sebagai contoh OCB meliputi dampak terhadap efektivitas elompok kerja atau membantu rekan kerja, melindungi organisasi tim kerja dan terhadap efektivitas organisasi. dari gejolak, pencurian, perusakan dan Ketika karyawan mau bekerjasama, maka kemalangan lainnya, membuat saran yang permasalahan atau konflik yang mungkin timbul membangun, mengembangkan keterampilan dan dalam pekerjaan dapat dihindari. Demikian pula kemampuan, dan mengembangkan misi dalam ketika karyawan secara sukarela mau memberi- komunitas yang lebih besar. kan tenaga dan dukungan terhadap program Hoy dan Miskel mengungkapkan perlunya kerja yang ada, maka organisasi dapat semakin perilaku yang melebihi dari tugas pokok ini mengembangkan potensi-potensi yang baru. dalam dunia pendidikan, khususnya bagi guru Quick dan Nelson (2013:114) juga menya- di sekolah. Menurut Hoy dan Miskel (2013:221), takan definisi OCB, yakni, “…voluntary behavior “organizational citizenship is behavior that goes above and beyond the call of duty”. Karyawan yang beyond the formal responsibilities of the role by actions menunjukkan perilaku OCB merasakan kepuas- that occur freely to help others achieve the task at an dalam kerja dan cenderung untuk berupaya hand”. Perilaku melebihi dari tugas pokok atau berbuat lebih daripada sekedar tugas pokoknya. OCB ini menurut Hoy dan Miskel (2013:221) Karyawan tersebut memberikan komentar- dapat dilihat dalam kelima aspek yang seperti komentar yang positif mengenai tempat kerjanya, terlihat pada Tabel 1. jauh dari keluhan apabila terjadi hal yang tidak Berdasarkan beberapa deskripsi konsep dari menyenangkan di tempat kerja, dan memiliki para ahli di atas, maka dapat disintesiskan kemauan membantu rekan kerja. Kesulitan yang bahwa organizational citizenship behavior dihadapi seseorang dapat tertolong oleh rekan (OCB) adalah perilaku sukarela yang dilakukan kerjanya, sehingga tidak ada pekerjaan yang seseorang melebihi cakupan pekerjaan tidak terselesaikan dalam organisasi. utamanya guna meningkatkan efektivitas

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 3 Pengaruh Keadilan Interpersonal

Tabel 1: Aspects of Organizational Citizenship and Simple Items

Aspects and Simple Items

- Altruism - helping new colleagues and freely giving time to others. (Teachers voluntary helping new teachers).

- Conscientiousness - using time efficiently and going beyond minimum expectations. (Teachers arrive to work and meetings on time).

- Sportmanship - spending time on constructive efforts and avoiding complaining. (Teachers give an excessive amount of busywork (reverse score).

- Courtesy - providing advance notice and reminders. (Teachers give colleagues advance notice of change in schedule or routine).

- Civic virtue - serving on committees and voluntarily attending functions. (Teachers voluntarily serve on new committees). organisasi, dengan indikator: (1) membantu karyawan atas perlakuan yang diterima dari rekan kerja, (2) mematuhi peraturan, (3) atasannya maupun pihak-pihak yang memiliki melakukan kebajikan, (4) bersikap sportif, dan otoritas di dalam organisasi. Lebih lanjut Gibson (5) memiliki sopan santun. et al., (2012:149) menyatakan bahwa, “perceptions of interpersonal justice are higher when authorities Keadilan Interpersonal are seen as treating employees in a dignified and respectful manner”. Jika atasan memperlakukan Keadilan interpersonal merupakan salah satu karyawan dengan penuh martabat dan penuh bentuk dari keadilan yang diharapkan hormat maka keadilan interpersonal akan karyawan dalam suatu organisasi. Perlu meningkat. dipahami bahwa keadilan organisasi yang Keadilan interpersonal merupakan tingkat merupakan sebagai suatu bentuk kesetaraan, keadilan yang dipandang setara oleh seseorang memiliki pengertian menurut Moorhead dan berdasarkan bagaimana mereka diperlakukan Griffin (2012:397) bahwa keadilan organisasi oleh orang lain dalam organisasi tersebut. dinilai berdasarkan persepsi para karyawan Menurut Griffin (2013:87) keadilan interpersonal mengenai berbagai hal yang dipandang adil di bahwa, “interpersonal justice relates to the degree of tempat kerja. Adapun persepsi tersebut dapat fairness people see in how they are treated by others terlihat subjektif jika hanya dilihat dari satu in their organization”. Digambarkan sebagai sudut pandang saja. Dengan adanya berbagai contoh, seorang atasan yang memperlakukan dimensi keadilan dalam organisasi dapat karyawan dengan penuh martabat dan mau membantu memandang keadilan dengan sudut menghargai karyawan, maka karyawan dapat pandang yang tepat, sehingga baik karyawan merasakan keadilan interpersonal dalam maupun pihak yang memiliki kewenangan organisasi tersebut. Seorang atasan ketika mampu bersikap adil dalam bekerja. menyampaikan suatu informasi atau keputusan Adapun Gibson, Ivancevich, Donnelly Jr., perlu memberikan penjelasan secara terbuka dan dan Konopaske (2012:149) memberikan definisi jujur terhadap karyawannya, sehingga karya- mengenai keadilan interpersonal, “…interper- wan dapat merasakan keadilan interpersonal sonal justice, which refers to judgements made by yang tinggi, dan menganggap atasan sebagai employees about whether they feel fairly treated by pemimpin yang memiliki etika. their supervisors and other authorities in the Menurut Colquitt et al., (2015:210) keadilan organization”. Dari definisi di atas, keadilan interpersonal lebih tertuju pada perlakuan yang interpersonal lebih mengarah kepada keputusan diterima oleh karyawan dari atasannya atau

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengaruh Keadilan Interpersonal pimpinaanya di tempat kerja. Keadilan interper- dengan indikator: penjelasan yang terbuka, sonal diperkuat ketika atasan mengikuti dua kepekaan sosial, pertimbangan, dan empati. aturan penting. Aturan pertama adalah menghargai pihak yang terkait, baik atasan Komitmen Afektif Organisasi memperlakukan karyawan dengan bermartabat dan dengan cara-cara yang tulus, serta aturan Komitmen organisasi menggambarkan sejauh berikutnya menggambarkan atasan menahan mana karyawan menunjukkan dirinya sebagai diri untuk tidak mengeluarkan pernyataan yang bagian dari organisasi dan keinginan memperta- tidak benar atau menyinggung karyawan. hankan keanggotaannya dalam organisasi Menurut Bernardin dan Russell (2013:431) sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Keterikatan keadilan interpersonal dapat dihubungkan emosional muncul dalam komitmen afektif dengan perlakuan yang diterima karyawan dari karyawan, yang juga terlihat dalam keterlibatan atasannya ketika sedang membuat suatu karyawan dalam organisasinya. Adapun keputusan. Phillips dan Gully (2010:144) menyatakan bahwa komitmen afektif organisasi merupakan Sementara itu Noe, Hollenbeck, Gerhart, dan keterikatan emosional secara positif terhadap Wright (2015:457) mengupas bahwa keadilan organisasi dan adanya ikatan kuat karyawan interpersonal memiliki 4 elemen kunci sebagai kepada nilai dan tujuan organisasi yang ada. berikut: (1) Explanation. Emphasize aspects of Robbins dan Judge (2012:111) menyatakan procedural fairness that justify the decision; (2) Social bahwa karyawan yang memiliki komitmen Sensitivity. Treat the person with dignity and respect; afektif merasa cocok dengan nilai-nilai yang ada (3) Consideration. di tempat kerjanya Listen to the person’s dan merasa bahwa concern; and (4) tujuan dari organi- Empathy. Identify Dinyatakan bahwa komitmen sasi juga merupa- with the person’s afektif merupakan keterikatan kan tujuannya feeling. Hal per- secara emosional, adanya dalam bekerja. tama, yakni penje- kesamaan identitas, serta adanya Dengan adanya lasan yang diberi- keterlibatan seseorang dalam komitmen afektif, organisasi tersebut. kan oleh atasan maka karyawan kepada karyawan akan tetap bekerja dapat lebih mene- di tempat kerja kankan aspek dari tersebut dalam keadilan prosedural dengan membenarkan waktu yang lama dikarenakan keinginan keputusan yang diambil. Perihal kedua, yakni pribadinya. kepekaan sosial memperlakukan seseorang Orang-orang yang bergabung dalam suatu dengan penuh martabat dan hormat. Ketiga, organisasi, bekerja sama dan mengupayakan melalui pertimbangan yakni mau mendengarkan segala cara guna meningkatkan kinerjanya kekhawatiran atau pertimbangan seseorang. Dan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. terakhir, perihal empati merupakan kemauan Tujuan organisasi tersebut dapat tercapai mempertimbangkan perasaan seseorang. dengan adanya komitmen afektif organisasi dari Dengan seluruh perihal di atas, maka keadilan setiap anggotanya. Adapun Kreitner dan Kinicki interpersonal dapat teridentifikasikan dalam (2010:167) mendefinisikan bahwa, “affective organisasi. commitment refers to the employee’s emotional Berdasarkan beberapa deskripsi konsep dari attachment to, identification with, and involvement para ahli di atas, maka dapat disintesiskan in the organization”. Dinyatakan bahwa bahwa keadilan interpersonal adalah pandang- komitmen afektif merupakan keterikatan secara an karyawan mengenai perlakuan adil yang emosional, adanya kesamaan identitas, serta ditunjukkan oleh pimpinan dengan menjunjung adanya keterlibatan seseorang dalam organisasi tinggi martabat dan sikap moral yang baik, tersebut.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 5 Pengaruh Keadilan Interpersonal

Karyawan yang memiliki kesamaan nilai- McShane dan Glinow (2015:109) bahwa nilai yang dianut dalam pekerjaanya dengan komitmen afektif memiliki keuntungan yang nilai-nilai yang terjalin di tempat kerjanya, akan signifikan bagi organisasi, diantaranya lebih betah bekerja dan lebih memiliki kemauan keinginan karyawan untuk berhenti kerja untuk berusaha keras. Adapun Quick dan semakin berkurang dan karyawan yang ijin tidak Nelson (2013:116-117) menyatakan bahwa masuk bekerja juga semakin sedikit. Hal ini juga komitmen afektif adalah keinginan karyawan membawa pengaruh terhadap tingginya menetap dalam organisasi yang dipercayainya motivasi dan perilaku OCB, demikian pula memiliki nilai dan tujuan yang sama dengan dengan tingginya kinerja karyawan. dirinya, serta dikarenakan keinginan kuat dari Berdasarkan beberapa deskripsi konsep dari dalam diri karyawan untuk melakukannya. para ahli di atas, maka dapat disintesiskan Terdapat tiga faktor yang mencerminkan bahwa komitmen afektif organisasi adalah komitmen afektif, yakni: (1) sebuah keyakinan keterikatan karyawan dengan organisasi yang dalam tujuan dan nilai dari organisasi; (2) muncul dari ikatan emosional karena adanya sebuah kesediaan melakukan upaya demi kesamaan keyakinan dan nilai-nilai pribadi kepentingan organisasi; dan (3) sebuah dengan tujuan organisasi, dengan indikator: keinginan tinggi menjadi anggota tetap dari keterlibatan dalam organisasi, keterikatan organisasi. Komitmen afektif meliputi loyalitas, emosional, kesesuaian nilai pribadi dengan namun juga kepedulian yang kuat terhadap organisasi, dan loyalitas kepada organisasi. kesejahteraan organisasi. Menurut Newstrom (2011:236) serta menu- Hipotesis Penelitian rut McShane dan Glinow (2015:108) komitmen afektif merupakan gambaran emosi positif dari Berdasarkan deskripsi konseptual dan kerangka karyawan yang melakukan upaya guna teoretik yang telah diuraikan di atas, maka dapat memberikan usaha seoptimal mungkin dan dirumuskan hipotesis sebagai berikut. menentukan pilihan untuk tetap menjadi anggota 1. Keadilan interpersonal berpengaruh organisasi. Dengan kata lain, komitmen afektif langsung positif terhadap OCB. memperlihatkan ikatan bathin yang kuat antara 2. Komitmen afektif organisasi berpengaruh karyawan dengan organisasi tempatnya bekerja. langsung positif terhadap OCB. Ikatan yang kuat ini menyebabkan seseorang 3. Keadilan interpersonal berpengaruh tidak lagi mementingkan besarnya gaji yang langsung positif terhadap komitmen afektif diberikan kepadanya atau kerugian yang dideri- organisasi. tanya selama bekerja, namun muncul loyalitas yang tinggi kepada organisasi, dan hal ini membuatnya tetap bertahan dalam organisasi. Metodologi Penelitian Komitmen afektif organisasi memiliki pengertian sebagai keterikatan karyawan secara Penelitian ini melibatkan empattiga variabel, emosional terhadap organisasinya, keterlibatan meliputi variabel keadilan interpersonal (X1) karyawan pada kegiatan-kegiatan dalam sebagai variabel exsogenous, serta variabel organisasi, serta adanya kesamaan identitas komitmen afektif (X2) dan variabel OCB (X3) karyawan dengan organisasi. Komitmen afektif sebagai variabel endogenous. Dalam menganalisis ditandai dengan dedikasi dan tanggung jawab data penelitian digunakan teknik analisis jalur kepada organisasi. Karyawan dengan komitmen (path analysis). Analisis jalur dihitung dengan afektif yang tinggi dipandang lebih berdedikasi menggunakan program komputer Excel dan dan lebih bertanggung jawab. Oleh karena itu SPSS. dengan komitmen afektif organisasi yang tinggi Pada penelitian ini dilakukan pengambilan dapat membawa keuntungan bagi organisasi. sampel menggunakan teknik sampel acak Hal tersebut tertuang dalam pernyataan sederhana (simple random sampling) dengan cara

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengaruh Keadilan Interpersonal diacak. Adapun jumlah sampel dalam penelitian dan kedua dengan hasil analisis data penilitian ini ditentukan melalui rumus Slovin, sehingga terlihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis diperoleh jumlah sampel sebanyak 235 sampel. diperoleh nilai koefisien jalur p31 untuk keadilan Pengumpulan data dilakukan dengan interpersonal terhadap OCB sebesar 0,179 dan menggunakan instrumen dalam bentuk alat tes nilai koefisien jalur p32 untuk komitmen afektif berupa kuesioner untuk mengukur keempat organisasi terhadap OCB sebesar 0,373. variabel penelitian yang ada. Pengujian Hipotesis Substruktur 2 Hasil Penelitian Model substruktur 2 digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian keadilan interpersonal (X1) Pengujian Hipotesis Substruktur 1 berpengaruh langsung terhadap komitmen afektif organisasi (X ). Model substruktur 2 Model substruktur 1 digunakan untuk menguji 2 digunakan untuk pengujian hipotesis ketiga hipotesis penelitian keadilan interpersonal (X ) 1 dengan hasil analisis data penilitian terlihat berpengaruh langsung terhadap OCB (X ) dan 3 pada Tabel 3. Berdasarkan hasil analisis komitmen afektif organisasi (X ) berpengaruh 2 diperoleh nilai koefisien jalur p untuk langsung terhadap OCB (X ). Model substruktur 21 3 komitmen afektif terhadap OCB sebesar 0,373. 1 digunakan untuk pengujian hipotesis pertama

Tabel 2: Koefisien Jalur Substruktur 1

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t Sig. Std. B Beta Error

(Constant) 59,468 59,468 9,608 ,000

X1 ,145 ,053 ,179 2,755 ,006

X2 ,378 ,070 ,373 5,409 ,000

a. Dependent Variable: X3

Tabel 3: Koefisien Jalur Substruktur 2

Coefficientsa

Unstandardized Standardized Model Coefficients Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

(Constant) 34,588 5,357 6,457 ,000

X1 ,399 ,052 ,454 7,707 ,000

a. Dependent Variable: X2

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 7 Pengaruh Keadilan Interpersonal

Berdasarkan pengujian terhadap ketiga informational, and interpersonal) and found it related hipotesis yang telah dilakukan dalam to various work outcomes (commitment, satisfaction, substruktur pertama dan kedua, maka besaran and citizenship behaviors)”. Dinyatakan bahwa pengaruh langsung setiap jalur (path analysis) terdapat suatu kajian yang memelajari semua dapat terlihat pada Gambar 1. jenis keadilan (prosedural, informasional, dan interpersonal) dan menemukan adanya hubungan yang Keadilan Komitmen berkaitan dengan kinerja 0, 179 interpersonal > Afektif pekerjaan (komitmen, kepuasan, (X Organisasi (X2) 1) dan OCB). Hasil pengujian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh 0, 454 0, 373 Nandan dan Azim (2015:153) dalam penelitiannya disebutkan OCB (X ) 3 bahwa, “the hypothesis suggests that organizational justice in terms Gambar 1: of distributive justice, procedural Model Akhir Diagram Jalur justice and interactional justice, enhanced organizational citizenship behavior was confirmed by result of this study”. Hasil penelitian yang relevan ini menunjukkan Pembahasan terdapat hubungan positif dari tiga bentuk keadilan yakni, keadilan distributif, keadilan Pengaruh Keadilan Interpersonal terhadap prosedural, dan keadilan interpersonal terhadap Organizational Citizenship Behavior (OCB) OCB. Dalam hipotesis pertama pada penelitian ini, Tindakan yang dilakukan atasan kepada variabel yang diduga berpengaruh positif guru SMAK PENABUR Jakarta, misalnya terkait terhadap OCB adalah keadilan interpersonal. kebijakan yang diberlakukan di sekolah maka OCB merupakan perilaku sukarela yang kepala sekolah memberikan sosialisasi kepada dilakukan seseorang di luar tugas utama dalam seluruh guru secara jelas, kepala sekolah organisasi guna meningkatkan efektivitas memberikan pertimbangan yang adil dalam organisasi. Perilaku sukarela dalam OCB dapat mengambil keputusan, kepala sekolah juga meningkat apabila karyawan memiliki persepsi memerhatikan guru secara pribadi atau mau mengenai keadilan yang dialami karyawan berempati terhadap permasalahan yang berdasarkan perlakuan yang diterima dari mungkin dihadapi guru baik mengenai atasan, yang terkait dengan sikap moral yang pekerjaan maupun mengenai hal yang bersifat ditunjukkan oleh atasan, dirasakan sangat kuat. pribadi. Adapun keadilan interpersonal Keadilan yang dialami karyawan yang termasuk membawa dampak terhadap perilaku OCB guru. dalam keadilan interpersonal ini, dapat berupa Guru yang mendapat perlakuan yang adil dari adanya penjelasan, kepekaan sosial, atasannya, terdorong untuk melakukan pertimbangan, dan empati yang diberikan atasan tindakan sukarela ataupun mau membantu kepada karyawan. rekan kerjanya, mematuhi peraturan, melakukan Perihal tersebut di atas sejalan dengan teori kebajikan, bersikap sportif, dan memiliki sopan yang dikemukakan oleh Luthans. Menurut santun. Oleh karena itu, jika keadilan Luthans (2011:173), “finally, a recent study moved interpersonal ditingkatkan maka dapat to the level of overall justice climate (procedural, mengakibatkan meningkatnya OCB guru.

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengaruh Keadilan Interpersonal

Pengaruh Komitmen Afektif Organisasi pengaruh positif terhadap perilaku suka terhadap Organizational Citizenship Behavior menolong dan tindakan sportif (sportmanship). (OCB) Guru SMAK PENABUR Jakarta yang Dalam hipotesis kedua pada penelitian ini, memiliki komitmen afektif organisasi yang tinggi variabel yang diduga berpengaruh positif menjadi termotivasi untuk melakukan yang terhadap OCB adalah komitmen afektif terbaik dalam pekerjaannya, bahkan melebihi organisasi. OCB merupakan perilaku sukarela tugas pokoknya dan tidak menuntut imbalan yang dilakukan seseorang di luar tugas utama berupa materi dari pihak sekolah. Hal tersebut dalam organisasi guna meningkatkan efektivitas dapat terjadi karena adanya kesesuaian nilai- organisasi. Perilaku sukarela dalam OCB dapat nilai yang dianut dengan nilai-nilai yang meningkat apabila karyawan memiliki keterli- terdapat dalam sekolah dan juga karena adanya batan dalam organisasi karena adanya ikatan keterikatan emosional yang kuat antara guru emosional karyawan berdasarkan adanya dengan sekolah. Guru juga memiliki loyalitas kesamaan keyakinan dan nilai-nilai pribadi yang tinggi terhadap sekolah sebagai tempatnya dengan tujuan organisasi. Keterlibatan dalam mengabdi. Guru juga sering terlibat secara organisasi atau komitmen afektif ini, dapat langsung dalam program-program atau kegiatan berupa adanya sekolah. Hal-hal keterlibatan dalam tersebut yang organisasi, keteri- dapat mendorong katan emosional, Sehingga apabila keadilan tingginya OCB kesesuaian nilai yang dirasakan oleh karyawan guru di sekolah. dan tujuan pribadi tinggi maka komitmen organisasi Oleh karena itu, dengan organisasi, dan kepuasan kerja karyawan jika komitmen serta loyalitas ter- afektif organisasi tinggi pula. hadap organisasi. ditingkatkan maka Perihal terse- dapat mengaki- but di atas sejalan batkan mening- dengan teori yang katnya OCB guru. dikemukakan oleh McShane dan Glinow (2015:119) yang menyatakan bahwa, “employee Pengaruh Keadilan Interpersonal terhadap with a high affective commitment also have higher Komitmen Afektif Organisasi work motivation and organizational citizenship, as Dalam hipotesis ketiga pada penelitian ini, well as somewhat higher job performance”. variabel yang diduga berpengaruh positif Karyawan dengan komitmen afektif yang tinggi terhadap komitmen afektif organisasi adalah juga memiliki motivasi kerja dan perilaku baik keadilan interpersonal. Komitmen afektif di dalam organisasi yang semakin tinggi, begitu organisasi merupakan keterlibatan seseorang juga dengan kinerjanya. Hasil penelitian ini juga dalam organisasi karena adanya ikatan sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada 131 profesor di salah satu universitas di emosional karyawan berdasarkan adanya Jepang oleh Ueda (2016:1), yang menyimpulkan kesamaan keyakinan dan nilai-nilai pribadi bahwa, “result shows that job involvement had a dengan tujuan organisasi. Keadilan yang significantly positive relationship on civic virtue and dialami karyawan yang termasuk dalam helping behavior, and affective commitment had keadilan interpersonal ini, dapat berupa adanya significantly positive effect on helping behavior and penjelasan, kepekaan sosial, pertimbangan, dan sportSMAKnship”. Dari hasil penelitian tersebut empati yang diberikan atasan kepada karyawan. disimpulkan adanya hubungan positif antara Apabila karyawan memiliki persepsi bahwa keterlibatan kerja dengan tindakan tanggung keadilan yang dialaminya sangat mendukung jawab (civic virtue) dan perilaku suka menolong, dan sesuai dengan kebutuhan karyawan, maka sedangkan komitmen afektif organisasi memiliki komitmen afektif karyawan yang berupa adanya

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 9 Pengaruh Keadilan Interpersonal keterlibatan dalam organisasi, keterikatan menjadi variabel yang memberikan pengaruh emosional, kesesuaian nilai dan tujuan pribadi paling singnifikan terhadap OCB. Dengan dengan organisasi, serta loyalitas terhadap demikian implikasi hasil penelitian ini organisasi, juga semakin kuat. diarahkan pada upaya peningkatan OCB Perihal tersebut sejalan dengan teori yang melalui variabel keadilan interpersonal dan dikemukakan oleh Kinicki dan Fugate (2012:179) komitmen afektif. bahwa, “…an organization’s climate for justice was Upaya meningkatkan OCB guru dengan found to significantly influence employees’ memperkuat komitmen afektif organisasi dapat organizational commitment and job satisfaction”. dilakukan dengan memperkuat indikator- Keadilan memiliki pengaruh yang signifikan indikator yang terdapat dalam komitmen afektif. terhadap komitmen organisasi dan kepuasan Komitmen afektif organisasi dapat diupayakan kerja karyawan. Sehingga apabila keadilan yang dengang adanya keterlibatan dalam organisasi; dirasakan oleh karyawan tinggi maka komitmen keterikatan emosional antara guru dengan organisasi dan kepuasan kerja karyawan tinggi sekolah atau adanya rasa kecintaan terhadap pula. Oleh karena itu, jika keadilan interpersonal sekolah; adanya kesesuaian nilai pribadi dengan pada guru SMAK BPK PENABUR Jakarta organisasi; dan dengan kuatnya loyalitas guru ditingkatkan maka dapat mengakibatkan kepada sekolah. Apabila komitmen afektif meningkatnya komitmen afektif organisasi guru. organisasi guru semakin kuat maka dengan demikian OCB guru akan semakin tinggi. Guru secara sukarela menunjukkan perilaku-perilaku Simpulan yang melebihi cakupan pekerjaan utamanya guna meningkatkan efektivitas organisasi, yakni Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan antara lain: membantu rekan kerja, mematuhi yang dikemukakan sebelumnya, maka penelitian peraturan, melakukan kebajikan, bersikap ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. sportif, dan memiliki sopan santun. 1. Keadilan interpersonal berpengaruh Selain itu upaya meningkatkan OCB guru langsung positif terhadap OCB. Artinya juga dapat dilakukan dengan mewujudkan dengan keadilan interpersonal yang keadilan interpersonal di sekolah. Keadilan semakin kuat, maka akan memberikan interpersonal dapat diperkuat dengan adanya pengaruh terhadap semakin tingginya OCB. pertimbangan yang semakin matang; dengan memberikan penjelasan dari pimpinan; 2. Komitmen afektif organisasi berpengaruh pimpinan juga perlu memiliki kepekaan sosial langsung positif terhadap OCB. Artinya terhadap seluruh guru dan karyawan di sekolah; dengan semakin kuatnya komitmen afektif, dan ada empati yang diperlihatkan pimpinan maka akan memberikan pengaruh terhadap terhadap guru. semakin tingginya OCB. 3. Keadilan interpersonal berpengaruh Rekomendasi langsung positif terhadap komitmen afektif organisasi. Artinya dengan kuatnya Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, keadilan interpersonal, maka akan dapat diajukan rekomendasi untuk memperkuat memberikan pengaruh terhadap semakin keadilan interpersonal dan memperkokoh kuatnya komitmen afektif. komitmen afektif organisasi agar mendorong peningkatan OCB guru di sekolah. Rekomendasi ddiberikan kepada sebagai berikut. Implikasi Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang Kepala Sekolah telah diuraikan, diketahui bahwa terdapat pengaruh langsung antara keadilan Kepala Sekolah selaku pimpinan di sekolah interpersonal dan komitmen afektif terhadap memiliki peranan yang amat penting untuk OCB. Dan ditemukan bahwa komitmen afektif meningkatkan OCB guru dengan meningkatkan

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengaruh Keadilan Interpersonal keadilan interpersonal yang dirasakan oleh guru Hoy, W.K. & Miskel, C.G. (2013). Educational dengan memberikan antara lain: (1) penjelasan, administration: Theory, research, and practice, (2) kepekaan sosial, (3) pertimbangan, dan (4) ninth edition. New York: McGraw-Hill. empati. Kinicki, A., & Williams, B.K. (2011). Management: A practical introduction, fifth edition. New Guru York: McGraw-Hill Irwin Guru diharapkan memiliki komitmen afektif Kinicki, A., & Fugate, M. (2012). Organizational yang kuat. Komitmen yang muncul dari dalam behavior: Key, concept, skills and best practices, diri guru dapat terwujud karena adanya fifth edition. New York: McGraw-Hill Irwin keterlibatan guru dalam organisasi, keterikatan Kreitner, R., & Kinicki, A. (2010). Organizational emosional antara guru dan sekolah, kesesuaian behavior, ninth edition. New York: McGraw- nilai pribadi guru dengan yayasan, dan loyalitas Hill/Irwin guru kepada sekolah yang kuat. Dengan Luthans, F. (2011). Organizational behavior: An komitmen afektif yang kuat diharapkan OCB evidence-based approach, twelveth edition. guru semakin meningkat, sehingga beberapa New York: McGraw-Hill Irwin perilaku seperti: (1) membantu rekan kerja, (2) McShane, S.L. & Glinow, M.A.V. (2015). mematuhi peraturan, (3) melakukan kebajikan, Organizational behavior: Emerging (4) bersikap sportif, dan (5) memiliki sopan knowledge, global reality, seventh edition. santun dilakukan oleh guru dalam keseharian United States: McGraw-Hill pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Moorhead, G., & Griffin, R.W. (2012). Managing organizational behavior, tenth edition. United Peneliti Lain States: South-Western Cengage Learning Belum semua masalah OCB guru dapat terjawab Nandan, T., & Azim, A.M.M. (2015). melalui penelitian ini. Masih banyak faktor yang Organizational justice and organizational berpotensi memengaruhi OCB guru yang harus citizenship behavior: Mediating role of dijelaskan melalui penelitian selanjutnya. psychological capital. American Internatio- nal Journal of Social Science, (4)6, 148-156. Retrieved from www.aijssnet. com Daftar Pustaka Newstrom, J.W. (2011). Organizational behavior: Human behavior at work, thirteenth edition. Bernardin, H.J., Russell, J.E.A., & Cooper, C.L. New York: Mc-GrawHill International (2009). The international handbook of Edition organizational culture and climate. Western Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B., & Wright, Sussex: John Wiley & Sons P.M. (2015). Human resource management: Colquit, J.A., Lepine, J.A., & Wesson, M.J. (2015). Gaining a competitive advantage, ninth Organizational behavior: Improving perfor- edition. New York: McGraw-Hill mance and commitment in the workplace, Fourth Education Edition. New York: McGraw-Hill Irwin Organ, D.W., Podsakoff, P.M., & MacKenzie, S.B. Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, Jr. J.H. & (2006). Organizational citizenship behavior: Konopaske, R. (2012). Organizations: Its nature, antecendents, and consequences. Behavior, structure, processes, fourteenth California, USA: Sage Publication, Inc. edition. New York: McGraw-Hill Phillips, J.M. & Gully, S.M. (2012). Organizational Griffin, R.W. (2013). Management: Principles and behavior: Tools for success. United States: practices, eleventh edition. United States: South-Western Cengage Learning South-Western Cengage Learning

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 11 Pengaruh Keadilan Interpersonal

Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B., Paine, J.B., & Ueda, Y. (2016). Organizational citizenship Bachrach, D.G. (2000). Organizational behavior in a Japanese organization: The citizenship behavior: A critical review of effect of job involvement, organizational the theoretical and empirical literature commitment, and collectivism. Journal of and suggestions for future research. Behavioral Studies in Bussiness. Retrieved Journal of Management, 26(3), 513-563. from http://www.aabri.com/manu- doi:10.1177/0149206300026003 scripts/11863.pdf Quick, J.C., & Nelson, D.L. (2013). Principles of World Bank. (2014). World Bank and Education organizational behavior realities and in Indonesia. Retrieved from http:// challenges, eighth edition. UK: South- www.worldbank.org/en/country/ Western Cengage Learning indonesia/brief/world-bank-and- Robbins, S.P., & Coulter, M. (2012). Management, education-in-Indonesia eleventh editiion. England: Pearson Education Limited

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom Opini

Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom dengan Moodle Sebagai Implementasi dari Blended Learning

Mudarwan E-mail: [email protected] Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPK PENBUR Jakarta

Abstrak enggunaan teknologi dalam bidang pendidikan menjadikan peserta didik aktif dalam pembelajaran. Flipped Classroom (FC) atau Inverted classroom merupakan salah satu P pemanfaatan dan implementasi dari teknologi pendidikan dalam format Blended learning (BL). Pada prinsipnya model pembelajaran FC adalah apa yang secara tradisional dilakukan di kelas sekarang dilakukan di rumah, dan apa yang secara tradisional dilakukan sebagai pekerjaan rumah (PR) sekarang diselesaikan di dalam kelas. Peserta didik melakukan kegiatan Lower Order thinking Skills atau LOTS, di luar kelas dan berfokus pada kegiatan pembelajaran Higher Order Thinking Skills atau HOTS di dalam ruang kelas, di mana peserta didik mendapat dukungan dari guru dan teman-temannya. Guru dapat menerapkan FC menggunakan Learning Management System (LMS) Moodle serta memanfaatkan fitur-fitur yang lebih luas dalam BL. Karena selain video pembelajaran, teknologi multimedia, ruang kelas virtual, pesan suara, email, konferensi jarak jauh, animasi teks daring serta streaming video dapat digunakan dalam model FC untuk memperluas jangkauan pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan dan mengoptimalkan proses belajar.

Kata-kata kunci: fipped classroom, inverted classroom, moodle, Blended Learning

The Use of Moodle in Flipped Classroom Learning Model as the Implementation of Blended Learning

Abstract The use of technology in the education makes students active in learning. Flipped Classroom (FC) or Inverted classroom is one of the educational technologies implementation in the Blended Learning (BL) format. In essence, FC learning model is what the traditionally was done in class is now done at home, and what was traditionally done as homework is now done in classroom. Students carry out Lower Order Thinking Skills (LOTS) activities outside the classroom and focus on learning Higher Order Thinking Skills or HOTS in the classroom, where students get support from teachers and friends. Teachers can implement FC using Moodle Learning Management System (LMS) and utilize broader features in BL. In addition to videos, there are multimedia technologies, such as: virtual classrooms, voice messages, e-mail, teleconferencing, online text animation and video streaming that can be used in the FC model to expand the range of education and in the end will improve and optimize the process of learning.

Key words: flipped classroom, inverted classroom, moodle, blended learning

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 13 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom

(Roehl, Redd & Shannon, 2013), memfasilitasi Pendahuluan rasa ingin tahu (curiosity) dan berpikir kritis (Van Gelder, 2001), membangun sikap mandiri dan Peserta didik pada era sekarang ini, merupakan tanggung jawab (Fulton, 2012), mendorong pembelajar abad 21. Mereka adalah digital native kolaborasi diantara pembelajar, karena yang lahir dan besar dalam zaman digital, melek pengetahuan diperoleh melalui interaksi dengan teknologi informasi, dan pengguna internet aktif. orang lain (Vygotsky, 1981; Domalewska, 2014), Berbeda dari pembelajar dari generasi meningkatkan kreativitas (Liu & Liu, 2016), sebelumnya yang belum mengutamakan dan meningkatkan keterlibatan, inovasi, dan mengandalkan teknologi untuk belajar, maka komunikasi (Tran, 2015) serta melatih pembelajar digital native dalam kehidupan pemecahan masalah (Vasiliou, 2013). Menurut sehari-harinya sangat dibantu oleh produk- Mehring & Leis (2018: 4) FC merupakan sebuah produk Google, sangat terbiasa berinteraksi proses sosial inheren dimana peserta didik dengan smartphone (telepon pintar) serta tidak saling berinteraksi di antara mereka dan juga lepas dari gadget (gawai). Perkembangan dengan konten yang diajarkan, bukan guru yang teknologi tersebut turut mendorong menjadi titik sentral pembelajaran. Peserta didik perkembangan dan kemajuan dalam bidang akan menemukan lebih banyak kesempatan pendidikan. Flipped classroom (FC), Moodle, dan untuk belajar secara mandiri dan acapkali Blended learning (BL) merupakan penemuan menjadi mentor atau tutor sebaya dengan inovatif dalam bidang pendidikan yang diyakini membantu peserta didik yang mengalami sesuai dengan perkembangan zaman yang dapat kendala pembelajaran serta dapat bekerja sama digunakan oleh guru untuk meningkatkan untuk memecahkan permasalahan di kelas. proses pembelajaran. Guru dan para pendidik sangat perlu menyesuaikan diri dan beradaptasi menggunakan teknologi tersebut untuk Pembahasan memperoleh manfaat yang optimal. Dengan memanfaatkan teknologi tersebut, maka Flipped Classroom pembelajaran menjadi tak terbatas. Belajar bagi Model pembelajaan dengan FC atau inverted peserta didik tidak melulu terjadi di dalam classroom pertama kali diperkenalkan oleh Baker sekolah, karena dengan fasilitas teknologi (2000), namun istilah FC digunakan oleh dua jangkauannya menjadi lebih luas, melampaui orang guru kimia pada tahun 2007 di Veteran dinding, sekat, dan ruang-ruang kelas serta Woodland Park High School, Colorado yang waktu belajar di sekolah. Pada prinsipnya bernama Jonathan Bergmann and Aaron Sams. belajar dapat dilakukan dari mana saja, kapan Setelah belajar tentang kemampuan mengguna- saja serta oleh siapa saja. kan perangkat lunak Microsoft PowerPoint Bagi para pendidik dan technology integrator, dengan teknologi sulih suara dan anotasi, kedua teknologi tersebut dapat digunakan untuk guru itu mulai merekam pembelajaran secara mengembangkan, meningkatkan, dan memper- langsung menggunakan perangkat lunak kaya pembelajaran baik dalam ruang kelas di penangkap layar (screen capture) dan mempos- sekolah mapun di luar kelas. Dibandingkan tingnya secara daring di kanal youtube agar dengan kelas tradisional yang mengandalkan peserta didik senantiasa dapat mengaksesnya. tatap muka real time dalam ruang kelas, maka Apa yang semula dimulai sebagai sebuah solusi penggunaan teknologi telah memperluas akses untuk membantu siswa yang tertinggal (absen) dan jangkauan pendidikan. Teknologi tersebut di kelas agar tetap dapat mengikuti pembel- memfasilitasi peserta didik untuk mengakses ajaran, telah berubah menjadi pendekatan yang pembelajaran dari berbagai tempat dan waktu inovatif dan transformatif untuk proses menggunakan komputer personal, laptop, pengajaran dan pembelajaran yang sekarang ini komputer tablet, dan telepon pintar. Pemanfa- telah menyebar secara global di berbagai tingkat atan teknologi tersebut telah menjadikan peserta pendidikan dan di dalam berbagai bidang studi didik aktif berpartisipasi dalam pembelajaran (Bergmann & Sams, 2012: 3-6).

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom

Menurut Bergmann & Sams (2012: 13) dan lainnya untuk memperdalam pembelajaran. Tucker (2012) pada prinsipnya model pembel- Menurut situs oia.arizona.edu di dalam ajaran FC adalah apa yang secara tradisional pembelajaran aktif, praktik pembelajaran selama dilakukan di kelas sekarang dilakukan di rumah, sesi di dalam kelas yang dahulu berpusat pada dan apa yang secara tradisional dilakukan guru telah beralih ke berpusat pada peserta didik. sebagai pekerjaan rumah (PR) sekarang Selama sesi kelas, peserta didik akan secara aktif diselesaikan di kelas. Dalam hal Taksonomi terlibat dengan materi dan latihan yang Bloom yang direvisi menurut Anderson kompleks serta tugas-tugas berpikir tingkat Krathwohl (2001), ini berarti bahwa peserta tinggi yang dilakukan secara mandiri atau didik melakukan kegiatan Lower Order Thinking berkolaborasi dengan teman sebaya. Guru Skills atau LOTS, yaitu pengetahuan sebagai instruktur dan teman sebaya itu dapat (Remembering) dan pemahaman (Understanding) memberikan umpan balik langsung, yang artinya di luar kelas dan berfokus pada kegiatan bahwa setiap peserta didik memiliki lebih pembelajaran Higher Order Thinking Skills atau banyak dan lebih cepat akses kepada bantuan. HOTS, yaitu: Aplikasi (Applying), Analisis Selain itu, mereka mengalami waktu kontak yang (Analyzing), Evaluasi (Evaluating) dan Mencipta lebih personal guna meningkatkan motivasi (Creating) di dalam ruang kelas, di mana peserta untuk terlibat dalam pembelajaran aktif. didik mendapat dukungan dari guru dan teman- Lemmer dalam Wolff & Chan (2016: 9) serta temannya. Schmidt & Ralph (2016: 1) Lage, Platt & Treglia (2000) mendefinisikan FC menggambarkan dan menyederhanakan konsep sebagai kelas terbalik (inverted classroom). Model pembelajaran tradisional sebagai “I Do”, “We ini lahir dari pertimbangan bahwa dalam model Do”, “You Do” dimana “I” adalah guru dan “You” tradisional, peserta didik biasanya masuk kelas merupakan peserta didik, sedangkan dalam dengan kebingungan menghadapi beberapa konsep FC strategi tersebut dibalik menjadi You kendala yang ditemuinya dalam PR malam Do”, “We Do”, “I Do”. Artinya di rumah, peserta sebelumnya. Guru akan menggunakan lebih didik berpartisipasi dalam pekerjaan persiapan kurang 25 menit pertama melakukan aktivitas termasuk di dalamnya adalah menyaksikan pemanasan untuk mengatasi kendala tersebut, video, slide dalam perangkat lunak pengolah baru kemudian menyajikan konten baru presentasi, dan menyele-saikan bacaan yang pembelajaran selama 30 sampai 45 menit. ditugaskan. Setelah menyelesaikan hal itu, maka Selanjutnya menggunakan waktu di kelas peserta didik tiba di kelas siap untuk mulai dengan tugas atau proyek independen atau menyelesaikan permasalahan, menganalisis kegiatan di laboratorium. Bergmann & Sams teks, atau menyelidiki solusi. (2012: 15) menyatakan pada model FC, waktu Roehl, Reddy & Shannon (2013: 45); Phillips belajar direstrukturisasi. Peserta didik masih & Trainor (2014: 527) serta Muzyka & Luker perlu bertanya tentang konten pembelajaran (2016: 3) menambahkan bahwa di dalam FC yang telah dikirimkan melalui video. Saat di terdapat komponen yang esensial, yaitu dalam kelas, peserta didik biasanya menjawab pembelajaran aktif atau active learning. Ide dan pertanyaan-pertanyaan selama beberapa menit gagasannya berasal dari pendekatan teori belajar pertama. Hal ini bertujuan untuk menguatkan konstruktivis yang didasarkan pada asumsi konsep yang telah dipelajari serta meluruskan bahwa setiap orang harus secara aktif kesalahpahaman sebelum hal itu dipraktikkan membangun pengetahuannya untuk belajar. dan diterapkan secara tidak benar. Kemudian Menurut Schmidt & Ralph (2016: 1) FC sisa waktu dapat digunakan untuk kegiatan memberikan lebih banyak waktu untuk kegiatan langsung yang lebih luas dan / atau waktu untuk hands on, penyelidikan serta analisis materi penyelesaian masalah sesuai panduan pembelajaran yang mampu membuat peserta pembelajaran, dapat di lihat pada Tabel 1. didik menjadi aktif dalam belajar. Wolff & Chan Wolff & Chan (2016: 9) menyatakan bahwa (2016: 16) menyatakan bahwa sesi pembelajaran model FC telah mengalami perkembangan sejak di dalam kelas berfokus pada aplikasi, ditemukan. Sejumlah variasi telah dikembang- pemecahan masalah, analisis, dan metode aktif kan, dengan video yang berisi materi pembelajar-

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 15 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom

Tabel 1: masi peran guru dari pengan- Perbandingan penggunaan waktu pada model tradisional tar materi pembelajaran versus Flipped Classroom menjadi pelatih atau instruk- tur yang membimbing peserta Kelas Tradisional Flipped Classroom didik melalui -kaian Aktivitas Waktu Aktivitas Waktu experiential learning, dimana (Menit) (Menit) kegiatan pembelajar-an didesain sedemikian rupa Aktivitas 5 Aktivitas 5 menjadi variatif, menarik, dan pemanasan pemanasan interaktif. Fokusnya pada Membahas PR 20 Waktu tanya jawab 10 belajar daripada mengajar. Perhatikan Gambar 1 yang Ceramah konten 30 - 45 Praktik secara menunjukkan proses dari FC. baru mandiri atau 75 Menurut Tucker (2012) di dipandu dan / dalam FC, peserta didik atau aktivitas memanfaatkan waktunya di laboratorium dalam kelas untuk bekerja Praktik secara 20 - 35 melalui pemecahan masalah, mandiri atau membahas konsep-konsep dipandu dan / penting, dan terlibat secara atau aktivitas aktif dalam pembelajaran laboratorium yang bersifat kolaboratif. Ash (2012: S6) menyatakan bahwa Sumber: Bergmann & Sams (2012: 15) penerapan model ini telah meningkatkan interaksi an sebagai fitur utamanya. Video pembelajaran secara keseluruhan di antara peserta didik dan dapat dibuat secara mandiri atau mencari dan antara peserta didik dengan guru. Ramsey mengunduhnya di kanal youtube. Selain itu, Musallam seorang guru kimia di SMA katolik materi video pembelajaran juga banyak tersedia Sacred Heart Cathedral Preparatory, membagi- di Khan Academy (Khan, 2011). Kadang-kadang kan pengalamannya tentang FC. Menurutnya, di dalam video tersebut telah ditanamkan FC merupakan suatu cara inovatif yang dapat pertanyaan yang disiapkan oleh instruktur dan peserta didik diminta untuk membaca latar belakang topik Materi Pembelajaran atau materi pembel-ajaran serta turut disampaikan di luar berpartisipasi dalam kuis daring ruang kelas sebelum datang ke kelas. Beberapa instruktur (guru) lebih menyukai Guru (instruktur) Menggunakan metode penggunaan rekam-an audio sebagai pelatih dan pembelajaran aktif dibandingkan rekaman video. Hal mentor tersebut merupakan variasi dalam FC. Sangat dimungkin-kan untuk melakukan kombinasi kedua hal itu dalam kegiatan pembelajaran untuk Peserta didik Keterlibatan menghindari rutinitas dan memecahkan masalah Peserta didik kebosanan serta memi-lih media yang paling sesuai untuk topik atau materi pembelajar-an yang dimaksud. Gambar 1: Menurut Phillips & Trainor Proses Flipped Classroom (2014: 521) pada FC terjadi transfor- Sumber: Phillips &Trainor (2014: 521)

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom digunakan untuk belajar mengajar berdasarkan keterlibatan peserta didik dalam mengikuti paradigma dan gagasan bahwa peserta didik pembelajaran baik di sekolah maupun di tidak menyukai PR. Amresh, Carberry & Femiani rumah. Format pembelajaran yang berpusat (2013) dan Bradford, Muntean, & Pathak (2014) pada guru seringkali berupa komunikasi menyatakan bahwa peserta didik tampil lebih satu arah. Guru berdiri di depan kelas dan baik dalam berbagai penilaian konseptual, menyampaikan materi. Ketika dilakukan menurut Mazur (2009: 51) juga terjadi dengan baik, hal itu dapat menjadi dialog peningkatan pada kemampuan pemecahan yang kaya, namun seringkali hanya seorang masalah. Love, et al. (2014) dalam risetnya guru yang berbicara atau memberikan menunjukkan nilai ujian yang lebih tinggi untuk presentasi, sementara peserta didik dengan peserta didik yang menggunakan model FC taat membuat catatan. Dengan memindah- dibandingkan dengan cara tradisional, demikian kan instruksi yang biasanya dilakukan di pula dengan Hung (2015) yang dalam risetnya dalam kelas, guru memiliki lebih banyak menunjukkan hasil serupa dalam pembelajaran waktu untuk berinteraksi dengan peserta bahasa Inggris. didik, baik dengan metode satu-satu ataupun dalam kelompok kecil. Karena guru lebih mengenal kekuatan dan Manfaat Flipped Classroom kelemahan peserta didiknya, maka dengan Menurut Bergmann & Sams (2013: 24-25) model FC, setiap hari seorang guru di ruang terdapat beberapa manfaat dalam penerapan FC, kelas dapat meluangkan waktu untuk antara lain: berdiskusi dengan setiap peserta didik di 1. Peserta didik mendapatkan bantuan untuk ruang kelas. Menurut Millard (2012) topik yang sulit dikuasai dengan model FC, peserta didik terlibat lebih Model FC sangat bermanfaat dalam aktif di dalam pembelajaran. Peserta didik membantu mengatasi kendala atau mampu merespons dengan lebih baik dan hambatan dalam pembelajaran, karena guru dapat dipandu pada diskusi yang atau instrukstur hadir pada saat yang dilakukan di dalam ruang kelas. dibutuhkan. Dalam mengerjakan tugas atau 3. Memungkinkan untuk melakukan PR di rumah, peserta didik seringkali diferensiasi menemui kendala, sehingga tidak bisa Dalam format FC, guru dapat menyesuaikan menyelesaikan pekerjaan rumah yang instruksi untuk memenuhi kebutuhan ditugaskan. Peserta didik itu memiliki setiap individu peserta didik dalam kelas. sejumlah opsi, yaitu menghabiskan waktu Setiap peserta didik yang berjuang atau berjam-jam untuk “bergulat” dengan mengalami kendala, akan mendapat tugasnya itu, menyerah, menelepon teman, perhatian dan bantuan dari guru, bertanya pada guru pada hari berikutnya, sedangkan mereka yang unggul atau lebih atau dalam kasus terburuk berbuat curang cepat menangkap pelajaran, akan diberikan (misal: menyontek). Di dalam FC tugas atau tantangan yang tepat untuk membawa pekerjaan yang dilakukan di rumah adalah mereka naik ke tingkat selanjutnya. menyaksikan rekaman video dan/atau 4. Mengakomodasi berbagai gaya belajar audio dan ketika peserta didik sedang peserta didik berjuang dengan apa secara tradisional Nwokeji & Holmes (2017) telah melakukan dikenal sebagai PR, guru hadir untuk eksperimen menerapkan FC untuk membantu karena pemikiran tingkat tinggi mengakomodasi berbagai tipe atau macam tersebut dilakukan di dalam ruang kelas. gaya belajar peserta didik. Menurutnya, 2. Meningkatkan interaksi guru-peserta pembelajaran dengan model FC dapat didik diterapkan dalam lima gaya belajar, yaitu: Menurut Nwokeji & Holmes (2017) model Aural-Auditory, Logical, Physical, Social, dan FC dapat meningkatkan partisipasi dan Visual. Demikian pula menurut Rahman, et

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 17 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom

al. (2015) yang menunjukkan bahwa FC juga karena hal itu sudah dipindahkan keluar dapat diterapkan pada gaya belajar ruang kelas. menurut index dari Felder & Silvermen 6. Peserta didik belajar dengan kecepatan (Shahnaz & Hussain, 2016: 150), yaitu: masing-masing Active/reflective, Sensing/intuitive, Visual/ Sebagai guru, seringkali ketika berbicara verbal, dan Sequential/global. Menurut atau menerangkan materi pembelajaran Mukherjee (2013) gaya belajar lainnya juga terlalu cepat. Guru menguasai materi dapat diterapkan dalam FC, yaitu yang pembelajaran dengan baik dan jmemahami berdasarkan Myers-Brigss Type Indicator atau bagaimana menyampaikannya, namun MBTI. Gaya belajar tersebut adalah Introvert- ketika sedang mengajar topik tertentu, guru Extrovert, Sensing/intuitive, Thinking-Feeling, seringkali mengikuti instruksi berdasarkan dan Perceiving-Judging. Peserta didik akan kebutuhan sebagian besar peserta didik, dapat belajar lebih efektif, jika mereka belajar sehingga jika terlalu cepat, maka ada saja di lingkungan belajar yang disukainya yang tertinggal, sebaliknya jika terlalu seperti yang terdapat dalam model FC. lambat, akan menimbulkan kebosanan bagi Rahman, et al. (2015) meyakini bahwa peserta didik yang pandai. Ada keuntung- semua domain gaya belajar dapat diterakan an jika materi pembelajaran tersebut dibuat di dalam FC yang mengarahkan peserta dalam bentuk video, karena peserta didik didik ke pembelajaran aktif dan efektif. dapat melakukan jeda (pause), mereka 5. Menciptakan suasana belajar yang memiliki kesempatan untuk memproses kondusif pengetahuan dengan kecepatan yang sesuai Saat beralih dari pembelajaran tradisional, dengan individu masing-masing. Untuk ditemukan bahwa ruang kelas bukan lagi membantu peserta didik yang lambat, maka menjadi tempat di mana informasi dapat digunakan tombol mundur (rewind), disebarluaskan, namun lebih sebagai sehingga mereka dapat mendengarkan tempat untuk belajar dan bertanya. Karena kembali penjelasan materi guru lebih dari di dalam ruang kelas guru berinteraksi satu kali. Dengan demikian guru membantu dengan setiap peserta didik, dimana guru peserta didik untuk belajar dengan dapat membantu seorang peserta didik kecepatan yang paling sesuai. Bergmann & menggali lebih dalam ke suatu subjek Sams (2012: 24) menyatakan dengan FC, tertentu, sambil memberikan kepada peserta maka peserta didik dapat melakukan pause, didik yang lain dukungan yang tepat yang rewind, dan replay gurunya. dibutuhkannya. Dengan model FC, tercipta 7. Menolong peserta didik dan guru ketika atmosfir belajar di kelas dengan slogan teach absen less learn more. Peserta didik mengambil Sebagai guru banyak tenaga dan waktu peran yang lebih dan bertanggung jawab yang dihabiskan untuk melakukan atas pembelajaran mereka sendiri untuk persiapan pembelajaran materi di kelas. berhasil. Hal tersebut dapat terjadi, karena Namun selalu saja ada peserta didik yang guru memiliki kesempatan, waktu, dan absen. Peserta didik itu melewatkan dan sumber daya untuk meneliti, merancang, ketinggalan instruksi langsung, penjelasan mengembangkan serta mengimplementasi- tentang materi pembelajaran, Pekerjaan kan inovasi kurikulum berdasarkan profil sekolah (PS), dan hal-hal penting lainnya. unik peserta didik di kelasnya. Guru Dalam model FC, mereka memang akan mengenali peserta didik satu per satu dan kehilangan kegiatan menarik di dalam dapat berinteraksi dengan mereka lebih kelas, namun materi utamanya sudah intensif, karena tidak lagi dibebani dengan tercakup pada video yang dapat diakses waktu tatap muka untuk menerangkan atau secara tidak sinkron (asynchronously). menjelaskan seluruh materi pembelajaran, Demikian pula ketika guru absen, karena

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom

berbagai alasan, contoh: pengembangan Tahapan dalam Flipped Classroom profesional, sakit, pembinaan guru, menggunakan Moodle seminar, rapat, dsb., padahal sulit untuk Moodle adalah singkatan dari Modular Object- menemukan guru pengganti yang Oriented Dynamic Learning Environment. Moodle berkualitas. Dengan video instruksional merupakan platform pendidikan daring yang yang sudah dipersiapkan sebelumnya, menyediakan lingkungan belajar tertentu untuk maka menjadi strategi jitu mencegah peserta peserta didik. Guru dan instruktur kursus dapat didik ketinggalan materi pembelajaran. menggunakan Moodle dalam menyusun 8. Tidak harus melakukan FC dalam seluruh pembelajaran, mengelola kursus, dan berinterak- materi pembelajaran si dengan para pesera didik secara daring dalam Tidak perlu seluruh materi pembelajaran format tidak sinkron maupun sinkron dalam satu semester dibuat secara FC. Salah (synchronous), baik di luar kelas, maupun di satu keunggulan model FC adalah dalam kelas menggunakan komputer dan fleksibilitas. Jika seorang guru ingin gawai. Peserta didik dapat menggunakan melakukan FC dalam topik tertentu, maka Moodle untuk meninjau kalender kelas, sebaiknya memilih topik dengan konsep mengunduh materi pembelajaran, mengerjakan yang sulit dikuasai oleh peserta didik. dan mengirimkan tugas (assignment), mengikuti Melakukan FC hanya pada sebagian materi kuis, aktif dalam forum diskusi daring, dan pembelajaran tertentu sudah merupakan berinteraksi dengan teman sekelas. Moodle jalan masuk yang tepat dalam model FC. sebagai bagian dari Learning Management System (LMS) dapat digunakan untuk mengelola 9. Relasi dengan peserta didik menjadi lebih pembelajaran. Moodle dapat mengoptimalkan baik pembelajaran dengan model FC, yaitu Dengan memindahkan perhatian dari guru meningkatkan keaktifan dan keterlibatan peserta ke individu-individu pembelajar, memung- didik dalam proses belajar. kinkan guru untuk mengenal murid lebih Salah satu hal yang membedakan FC dengan baik dari sebelumnya, baik secara kognitif kelas tradisional adalah pada penggunaan video maupun pribadi. Ketika para guru berada untuk pembelajaran. Video yang akan di antara mereka, bercakap-cakap dan digunakan itu dapat dibuat sendiri atau mendengarkan mereka, guru mengetahui menggunakan video yang telah dibuat oleh perjuangan mereka dengan materi orang lain dan tersedia di berbagai kanal berbagi pembelajaran dan dapat mengarahkan video, seperti Khan Academy dan youtube. secara tepat. Ketika guru berinteraksi lebih dekat dengan peserta didik, maka guru mengenal During-Class mereka sebagai individu Langkah pembelajaran daripada hanya sebagai lanjutan murid. Dalam hal ini, guru dapat mengem-bangkan > <------hubungan pendampingan kepada peserta didik, ------> sehingga akan mengenal < After-Class mereka lebih dekat. Dengan Before-Class Langkah pembelajaran <------> Langkah pembelajaran kata lain dalam model FC, yang bersifat evaluatif prasyarat guru memiliki lebih banyak dan kolaboratif kesempatan untuk menge- nali mereka dan dapat Gambar 2: membantu pada saat Ketiga langkah instruksional dalam Flipped Classroom dibutuhkan. Sumber: Jeong (2017: 4847)

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 19 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom

Menurut Bergmann & Sams (2012: 35-36) hal membuat atau menggunakannya, hanya sebagai yang patut dipertimbangkan apakah video “syarat” bahwa dalam FC harus tersedia video. tersebut sesuai dengan tujuan atau hasil Melakukan hal tersebut akan merugikan diri pembelajaran yang diinginkan. Jika memang sendiri dan juga peserta didik. Guru hendaknya sesuai dengan tujuan, maka dapat dilanjutkan bijak mempertimbangkan, memilah, dan memu- dengan perencanaan video, namun Jika tidak tuskan materi mana akan dibuat dengan meman- sesuai, maka jangan memaksakan diri untuk faatkan teknologi. Jika ragu, gunakan penilaian

Tabel 2: Aktivitas Pembelajaran Menggunakan Moodle

No Before-Class During-Class After-Class

1 - Guru melakukan - Guru membagi peserta - Peserta didik melakukan enrollment peserta didik didik ke dalam beberapa login ke Moodle, di Moodle. kelompok kecil berdasarkan mengerjakan kuis/posttest - Guru mempersiapkan analisis assignment yang untuk mengetahui tingkat materi video pembelajaran telah dilakukan. pemahaman yang telah dan beberapa tugas/kuis - Guru menyiapkan dicapai. (Assignment) yang terkait pertanyaan untuk diskusi - Guru melakukan analisis dengan video kelompok terkait topik terhadap posttest untuk pembelajaran, lalu pembelajaran yang dibahas mengetahui tingkat diunggah ke Moodle. pemahaman peserta didik. - Assignment tersebut dapat berfungsi sebagai pretest.

2 - Di rumah peserta didik - Peserta didik terlibat aktif - Peserta didik dapat login ke Moodle, lalu di dalam diskusi kelompok melakukan refleksi mengunduh video untuk berbagi, terhadap pembelajaran pembelajaran dan mempraktekkan, dan yang telah dilakukan assignment tersebut. memperluas pengetahuan melalui kuis daring - Peserta didik terkait dengan topik melalui umpan balik yang menyaksikan video, pembelajaran yang telah tersedia dalam fitur mengerjakan dan disaksikan melalui video Moodle. mengunggah assignment pembelajan dan assignment. - Guru juga dapat yang telah dikerjakannya. - Guru berkeliling dalam memberikan umpan balik ruang kelas dari satu positif terkait posttest kelompok ke kelompok melalui Moodle. lainnya untuk memantau diskusi yang terjadi dan membantu meluruskan konsep yang keliru (jika ada)

3 - Guru menganalisis login - Di bagian akhir guru dapat - Guru menyiapkan materi dan assignment di Moodle meminta beberapa pengayaan, forum diskusi untuk mengetahui tingkat kelompok untuk maju dan lanjutan terkait topik, dan keaktifan, keterlibatan, melakukan presentasi usulan tentang Projek dan pemahaman peserta singkat menyimpulkan pembelajaran di dalam didik. materi pembelajaran yang Moodle. - Peserta didik diharapakan diperoleh. - Peserta didik membagikan untuk ikut berpartisipasi - Guru melakukan umpan pengalaman belajar yang secarar aktif di dalam balik (feedback) dan telah dialami melalui diskusi secara daring menyampaikan beberapa forum diskusi daring di dalam forum di Moodle hal penting atas topik Moodle. untuk berbagi pembelajaran yang telah pengetahuan dan terjadi serta meluruskan wawasan dalam topik beberap konsep yang keliru terkait. (jika ada)

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom profesional, tanyakan kepada rekan sekerja dan difasilitasi internet. Menurut Liebowitz dan bertanyalah juga kepada peserta didik di kelas. Frank (2011) dan Graham (2013), BL merupakan Menurut Jeong (2017: 4847) secara umum kombinasi pembelajaran tatap muka dengan dalam pembelajaran model FC, dalam implemen- pembelajaran berbasis komputer atau computer- tasinya dikelompokkan menjadi tiga langkah mediated instruction. Graham (2013) menegaskan instruksional yang prosedural, sebagai berikut. bahwa di dalam BL telah tergabung dua sistem pengajaran dan pembelajaran yang secara 1) Pembelajaran sebelumnya sesi kelas atau historis terpisah, yaitu sistem pembelajaran tatap before-class session sebagai langkah muka tradisional dan sistem pembelajaran pembelajaran prasyarat. terdistribusi dengan fokus pada peran teknologi 2) Pembelajaran lebih lanjut terjadi yang terjadi berbasis komputer. Jadi menurut situs dalam ruang kelas atau during-class session mindflash.com pembelajaran dalam format BL bersifat individual dan tambahan, disebut memiliki paling tidak tiga komponen utama, juga sebagai langkah pembelajaran lanjutan yaitu: kegiatan tatap muka di dalam kelas secara (advanced learning step). langsung yang difasilitasi guru, materi 3) Pembelajaran reflektif yang terjadi setelah pembelajaran daring yang di dalamnya sesi dalam kelas atau after-class session, termasuk pembelajaran dengan video (pra- sebagai langkah pembelajaran yang bersifat rekam) yang diberikan oleh guru yang sama, dan evaluatif dan kolaboratif. waktu belajar mandiri terstruktur yang dipandu Gambar 2 menggambarkan ketiga langkah oleh materi dalam pembelajaran dan instruksional tersebut dalam bentuk siklus keterampilan yang dikembangkan selama pembelajaran. Beberapa kegiatan atau aktivitas aktivitas di dalam kelas. Namun demikian, BL pembelajaran dapat dilakukan di dalam ketiga berbeda dengan model pembelajaran daring langkah instruksional tersebut menggunakan yang berbentuk Massive Open Online Courses Moodle, sesuai yang tertera pada Tabel 2. (MOOC). Menurut Wolff & Chan (2016: 12) istilah BL memiliki spektrum yang luas yang tidak terbatas hanya pada video pembelajaran, Blended Learning karena dapat juga menggunakan kuis daring, Menurut Stein & Graham (2014: 9) data forum, multimedia, surat eletronik, telepon, dan penelitian telah menunjukkan bahwa implemen- chatting real-time. FC umumnya dikategorikan tasi pembelajaran dengan Blended learning (BL) sebagai campuran dari e-learning dengan memiliki dampak positif pada efisiensi, pembelajaran di dalam kelas. Dari sudut kenyamanan, dan hasil pembelajaran. Dengan pandang ini, maka FC menjadi bagian dari BL. memindahkan porsi pembelajaran ke lingkungan Menurut Thorne (2013: 16) BL merupakan daring, maka pembelajaran dengan BL memiliki evolusi logis dan alami dari kegiatan tingkat fleksibilitas yang tinggi terkait dengan pembelajaran. Hal tersebut terkait dengan jadwal belajar peserta didik, memberikan tantangan untuk menyesuaikan pembelajaran manfaat belajar melalui peralatan pembelajaran dan pengembangan diri sesuai dengan otomatis yang tidak sinkron, dan dapat kebutuhan masing-masing individu pembelajar. memanfaatkan web sosial yang modern untuk BL mengintegrasikan kemajuan inovatif dari membantu peserta didik menjelajahi pengetahu- teknologi yang ditawarkan oleh pembelajaran an di luar batasan kelas tradisional. daring dengan interaksi dan partisipasi yang Menurut Wolff & Chan (2016: 10) BL ditawarkan dalam pembelajaran tatap muka memiliki fitur yang sama dengan FC, karenanya tradisional. Thorne (213: 16-17) melanjutkan BL sering juga disebut sebagai “hybrid learning” atau menggabungkan berbagai komponen untuk pembelajaran campuran. Menurut Beck (2010), memfasilitasi proses belajar, diantaranya istilah “hybrid” dan “blended” kadang adalah teknologi multimedia, ruang kelas digunakan secara bergantian dan keduanya virtual, pesan suara, surat elektronik, konferensi memiliki fitur pembelajaran tradisional, yaitu jarak jauh, animasi teks daring serta streaming tatap muka dan sekaligus modern yang video. BL dapat menjadi solusi sempurna untuk

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 21 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom menyesuaikan materi pembelajaran dengan In Frontiers in Education Conference, 2013 kebutuhan pembelajar dan juga dapat IEEE (pp. 733-735). IEEE. disesuaikan dengan gaya belajarnya. Ash, K. (2012) Educators View Flipped’ Model With a More Critical Eye: Benefits and Simpulan drawbacks seen in replacing lectures with on-demand video. Education Week, pS6-S7 Baker,W. (2000). The ‘Classroom Flip’: Using Guru dan peserta didik sudah berada dalam era Web Course Management Tools Too teknologi dan industri 4.0. Perkembangan dan Become The Guide By The Side. 11th kemajuan teknologi tersebut telah diman-faatkan International Conference on College Teaching dalam bidang pendidikan seperti peng-gunaan and Learning, Jacksonville, FL FC, menggunakan LMS seperti Moodle dan Beck, R. J. (2010). Teaching International Law as a menerapkan pembelajaran dengan model BL. Partially Online Course: The Hybrid/ Blen- Peserta didik yang merupakan generasi milenial ded Approach to Pedagogy. 11 International atau digital native, sangat mudah beradaptasi dan Studies. Perspectives (2010) pp. 273-290 terbiasa dengan teknologi tersebut, namun di sisi Bergmann, J., & Sams, A. (2012). Flip your lain guru yang merupa-kan generasi sebelumnya classroom: Reach every student in every class harus berjuang untuk menggunakan dan every day. International society for beradaptasi dengan teknologi tersebut. technology in education Penggunaan Moodle dalam model FC yang Bergmann, J. & Sams, A. (2013). The Flipped merupakan bagian dari BL memungkinkan Classroom diunduh dari https:// peserta didik untuk terlibat secara aktif www.acsi.org/ Documents/Profes- membangun pengetahuannya sendiri dengan sional%20Development/CSE17.3%20- kolaborasi dan gaya belajar yang sesuai. Model %20Bergmann%20-%20The%20 FC dapat menjadi solusi bagi pembelajaran masa Flipped%20Classroom.pdf kini, karena memperluas pembelajaran yang Bradford, M., Muntean, C., & Pathak, P. (2014, tadinya berfokus di dalam ruang kelas menjadi October). An analysis of flip-classroom lebih luas jangkauannya, karena tidak lagi diba- pedagogy in first year undergraduate tasi oleh ruang dan waktu. Pembelajaran dapat mathematics for computing. In Frontiers in dilakukan dimana saja dan kapan saja. Guru Education Conference (FIE), 2014 IEEE (pp. 1-5) dapat menerapkan FC dengan memanfaatkan Domalewska, D. (2014). Technology-supported fitur-fitur dalam BL. Selain video pembelajaran, classroom for collaborative learning: maka teknologi multimedia, ruang kelas virtual, Blogging in the foreign language pesan suara, surat elektronik, konferensi jarak classroom. International Journal of Education jauh, animasi teks daring serta streaming video and Development using ICT, 10(4) dapat digunakan dalam model FC guna Felder, R.M., & Soloman, B.A. (n.d). (2008). meluaskan jangkauan pendidikan, yang Learning styles and strategies. diunduh dari akhirnya akan meningkatkan dan mengoptimal- https://www.washcoll.edu/live/files/5352- kan proses belajar. student-learning-style-handoutpdf Fulton, K. (2012) The Flipped Classroom: Daftar Pustaka Transforming Education at Byron High School, T.H.E. Journal, p18-20 Graham, C. R., Woodfield, W., & Harrison, J. B. Anderson L.W., and Krathwohl, D. (2001). A (2013). A framework for institutional taxonomy for learning, teaching, and assessing: A revision of Bloom’s taxonomy of adoption and implementation of blended educational objectives. New York: Longman learning in higher education. The internet Amresh, A., Carberry, A. R., & Femiani, J. (2013, and higher education, 18, 4-14 October). Evaluating the effectiveness of https://oia.arizona.edu/content/231 diakses flipped classrooms for teaching CS1. pada 29 Januari 2019

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom https://www.mindflash.com/elearning/what- Phillips, C. R., & Trainor, J. E. (2014). Millennial is-blended-learning diakses pada 6 Maret 2019 students and the flipped class- https://www.webtools.ncsu.edu/ room. ASBBS Proceedings, 21(1), 519 learningstyles/ Rahman, A., Zaid, N., Mohamed, H., Abdullah, Hung, H. (2015). Flipping the classroom for Z., & Aris, B. (2015). Exploring English language learners to foster active Students’learning Style Through Flipped learning. Computer Assisted Language Classroom Method. Obtido em, 7 Learning, 28(1), 81–96 Roehl, A., Reddy, S. L., & Shannon, G. J. (2013). Jeong, K. O. (2017). The Use Of Moodle To Enrich The flipped classroom: An opportunity to Flipped Learning For English As A engage millennial students through active Foreign Language Education. Journal of learning strategies. Journal of Family & Theoretical & Applied Information Consumer Sciences, 105(2), 44-49 Technology, 95(18) Schmidt, S. M., & Ralph, D. L. (2016). The Flipped Khan, S. (2011). Let’s use video to reinvent Classroom: A Twist on Teaching. education [Video file]. Retrieved from Contemporary Issues in Education Research, http://www.ted.com/talks/ 9(1), 1-6 salman_khan_let_s_use_video_to_reinvent_education Shahnaz, S. M. F., & Hussain, R. M. R. (2016). Lage, M.J., Platt G.J., & Treglia, M. (2000). Designing Instruction for Active and Inverting the classroom: A gateway to Reflective Learners in the Flipped creating an inclusive learning Classroom. Malaysian Journal of Learning environment. The Journal of Economic and Instruction, 13(2), 147-173 Education 31: 30-43 Sein, J., & Graham, C. R. (2014). Essentials for blended Liebowitz, J., & Frank, M. S. (2011). Knowledge learning: A standards-based guide. Routledge Management and E-Learning. Boca Raton, Trand, L. (2015, October). Use Technology to FL: Taylor & Francis Group, LLC Enhance Collaboration tersedia di https:// Liu, C., & Liu, Z. (2016). A creative design and www.inloox.com/company/blog/ implementation of student-led flipped articles/use-technology-to-enhance- classroom model in English collaboration/ learning. Theory and Practice in Language Studies, 6(10), 2036-2043 Tucker, B. (2012). The flipped classroom. Education Love, B., Hodge, A., Grandgenett, N., & Swift, A. Next, 12(1), 82-83 (2014). Student learning and perceptions Valdez, R. J. (2003). Blended Learning: How to Integrate in a flipped linear algebra course. Online and Traditional Learning. Kogan Page International Journal of Mathematical Education Van Gelder, T. (2001, December). How to improve in Science and Technology, 45(3), 317–324 critical thinking using educational Mazur, E. (2009). Farewell, Lecture? Science 323: 50-51 technology. In Meeting at the crossroads: Mehring, J., & Leis, A. (2018). Innovations in Proceedings of the 18th Annual Conference of Flipping the Language Classroom. Springer. the Australasian Society for Computers in Millard, E. (2012) 5 Reasons Flipped Classrooms Learning in Tertiary Education (pp. 539-548) Work. University Business, p.26-29 Vasiliou, C., Ioannou, A., Arh, T., Zaphiris, P., & Mukherjee, T. C. (2013). Exploring the relationship Klobuèar, T. (2013, August). Technology between Learner’s attributes and Flipped enhanced problem based learning. classroom success in the Malaysian context In Proceedings of 32nd international conference Muzyka J.L., & C.S. Luker (2016). The Flipped on Organizational Science Development, Classroom Volume 1: Background and Portorož. Retrieved August (Vol. 27, p. 2014) Challenges ACS Symposium Series; American Vygotsky, L. (1981). The genesis of higher mental Chemical Society: Washington, DC functions. In J. V. Wertsch (Ed.), The concepts Nwokeji, J. C., & Holmes, T. S. (2017, October). of activity in Soviet psychology. Sharpe: The impact of learning styles on student Armonk, NY performance in flipped pedagogy. In Frontiers Wolff, L. C., & Chan, J. (2016). Flipped classrooms for in Education Conference (FIE) (pp. 1-7). IEEE legal education. Springer

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 23 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Opini

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Pendekatan Kontekstual dalam Menghadapi Pendidikan Abad 21

Lusiana Puspitasari E-mail: [email protected] Program Pendidikan Profesi Guru BPK PENABUR Jakarta Angkatan VII

Abstrak embelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terkesan masih jalan ditempat. Masalah klasik yang tidak terlepas dari peran guru itu sendiri. Pendekatan contextual teaching and learning P (CTL) bukanlah pendekatan yang baru. Akan tetapi guru masih belum menerapkannya dalam pembelajaran IPS. Terdapat tujuh komponen dalam pembelajaran berbasis CTL yaitu konstruksivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Pendekatan CTL tidak bisa diterapkan jika hanya mendasarinya dengan satu komponen saja. Guru yang mendesain pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL dapat mengubah pembelajaran IPS yang semula abstrak dan teoritis menjadi pembelajaran yang bermakna melalui kegiatan belajar yang melibatkan seluruh aspek kognitif, psikomotor dan afektif peserta didik. Kegiatan belajar yang aktif melalui pendekatan CTL tersebut diharapkan dapat membentuk keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21.

Kata-kata kunci: pembelajaran IPS, pendekatan kontekstual, pendidikan abad 21.

Social Studies Learning with a Contextual Teaching and Learning Approach in Facing 21st Century Education

Abstract Social Sciences Learning seems to still underdeveloped. The classic problem is inseparable from the role of the teacher itself. Contextual Teaching and Learning (CTL) is not a new approach. However, teachers still do not apply it in social studies teaching. There are seven components involved in CTL, namely constructivism, inquiry, questioning, learning community, modelling, reflection, and authentic assessment. The CTL approach cannot be applied if it is based on only one component. Teachers who design social studies learning using the CTL approach can transform social studies learning that was originally abstract and theoretical into meaningful learning through learning activities involving all cognitive, psychomotor and affective aspects of students. Active learning activities through the CTL approach are expected to develop the skills needed in the 21st century.

Key words: social sciences learning, contextual teaching and learning approach, the 21St century skills.

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

peserta didik pada pembelajaran abad 21, maka Pendahuluan belajar dengan mengkaji permasalahan secara terpadu memungkinkan tumbuhnya keteram- Di kawasan ASEAN, peringkat mutu pendidikan pilan creativity thinking and innovation, critical Indonesia masih berada di nomor 5 di bawah thinking and problem solving, collaboration, dan Thailand. Masih banyak dijumpai kendala- communication. Namun, pembelajaran yang kendala yang berkaitan dengan mutu seperti ini harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan seperti terbatasnya akses berpikir peserta didik. Hal lain yang juga sangat pendidikan dan minimnya guru yang penting adalah bagaimana proses pembelajaran berkualitas. Fenomena ini menjadi pekerjaan tersebut melibatkan peserta didik secara aktif rumah bagi bangsa Indonesia mengingat saat sehingga dapat mengembangkan potensi peserta ini telah memasuki era abad 21 yang menuntut didik baik aspek fisik, mental, sosial maupun pendidikan harus semakin berkualitas agar psikomotorik mereka. Di sinilah peran guru mampu mencetak generasi emas yang siap sangat diperlukan untuk menghidupkan menghadapi persaingan global. Kini yang pembelajaran IPS yang kreatif dan inovatif lebih- menjadi pertanyaan adalah bagaimana lebih dengan kemajuan teknologi informasi yang pendidikan melalui pembelajaran di sekolah semakin kuat dan pesat. mampu membekali peserta didik dalam Pembelajaran IPS memerlukan terobosan menghadapai era abad 21, khususnya pembel- pendekatan pembelajaran yang lebih ajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merangsang rasa ingin tahu, minat dan terkesan masih jalan di tempat. Masalah klasik ketertarikan peserta didik dalam belajar IPS. tidak terlepas dari peran guru itu sendiri. Tidak Melalui pembelajaran dengan pendekatan dipungkiri bahwa masih banyak guru yang kontekstual diharapkan menumbuhkan menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan menyampaikan materi. Metode seperti ini yang bagi peserta didik. Pendekatan kontekstual membuat peserta didik merasa bosan dan malas banyak diterapkan karena pendekatan ini belajar. Ditambah lagi materi IPS sangat banyak merupakan pendekatan yang memungkinkan dan beragam sehingga peserta didik belajar terjadinya proses belajar yang dapat hanya dengan menghafal. Pembelajaran IPS pun mengoptimalkan kecerdasaan kognitif dan masih banyak yang berbasis LKS bukan berbasis kecerdasan sosial siswa. kontekstual atau permasalahan riil dalam Berdasarkan latar belakang tersebut, tulisan kehidupan. Selain itu, IPS tidak diujikan secara ini akan mengkaji lebih jauh tentang model nasional sehingga dianggap tidak penting. Hal pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran inilah yang menjadi tantangan bagi guru IPS IPS. Bagaimana model pembelajaran kontekstual untuk mengemas pembelajaran IPS supaya apabila diterapkan dalam pembelajaran IPS serta peserta didik tertarik untuk belajar IPS. manfaatnya bagi peserta didik. Tulisan ini juga Pembelajaran IPS secara komprehensif akan mengulas pemahaman tentang hakekat diarahkan untuk mengembangkan kemampuan pembelajaran IPS, pendekatan pembelajaran berpikir krtitis dan logis, kemampuan kontekstual, pendidikan abad 21, dan pembel- memecahkan masalah, dan kepekaan peserta ajaran IPS yang menggunakan pendekatan didik terhadap masalah sosial yang terjadi di kontestual dalam memberikan kontribusi pada masyarakat sehingga peserta didik mampu pembentukan keterampilan abad 21 pada peserta mengambil keputusan yang tepat. Permasalahan didik. sosial yang terkait dengan sendi ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi dapat diangkat secara terpadu untuk memulai pembelajaran IPS Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sehingga dapat memberikan kesempatan nyata kepada peserta didik untuk menganalisis Mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran permasalahan yang sedang terjadi. Mengingat kelompok A yang wajib ditempuh pada sekolah tuntutan keterampilan yang harus dimiliki jenjang SMP. Pada kurikulum 2013 mata

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 25 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pelajaran IPS disusun secara terpadu yang mengalami sehingga proses pembelajaran lebih memuat ilmu geografi, sejarah, ekonomi dan bermakna (Kodir, 2018). sosiologi sehingga sering disebut pembelajaran Pendekatan kontekstual merupakan konsep IPS terpadu. Tujuan pembelajaran IPS terpadu belajar yang mengaitkan materi/bahan pembel- adalah agar peserta didik mampu mengorga- ajaran dengan suatu konteks lingkungan nisasikan materi/bahan ajar dengan lingkung- kehidupan nyata peserta didik. Kegiatan belajar an sosial sehingga dapat memberi pengalaman ini mendorong peserta didik menemukan belajar secara nyata kepada peserta didik. hubungan antara materi/bahan pembelajaran IPS merupakan disiplin ilmu yang dengan kehidupan sehari-hari. Namun, mengalami perkembangan sangat dinamis pembelajaran ini tidak hanya memindahkan dimana pembelajaran IPS mempelajari konteks konteks lingkungan kehidupan yang ada di kehidupan manusia. Jadi, pembelajaran IPS dalam kelas tetapi harus mengandung tujuh harus mampu menghadapi tuntutan masyarakat komponen utama yaitu mengkonstruksi, mene- modern seperti sekarang ini yang berkembang mukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodel- sangat pesat. Oleh karena itu, perlu ditegaskan an, refleksi dan penilaian (Depdiknas, 2003). lagi bahwa jati diri IPS tidak mungkin bisa berdiri 1. Konstruktivisme sendiri. IPS merupakan mitra bagi ilmu lainnya Maknanya adalah peserta didik membang- dengan mengorganisasikan dan mengembang- un sendiri pengetahuannya melalui aktivi- kan substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan tas belajar secara aktif. Komponen ini psikologis untuk tujuan pendidikan. memberi pemahaman bahwa peserta didik Widoyoko (dalam Murniati & Sugiharsono, mengkonstruksi pengetahuan awal yang 2014) menjelaskan bahwa kualitas pembelajaran sudah ia miliki sebelum ia belajar pengeta- IPS dapat dilihat dari beberapa komponen, yaitu huan baru. (1) kualitas guru menguasai materi IPS, strategi 2. Menemukan pembelajaran dan pengelolaan kelas; (2) fasilitas Dalam kegiatan belajar berbasis kontekstual belajar dalam menunjang pembelajaran IPS; (3) guru harus merancang kegiatan yang iklim kelas dan suasana kelas; (4) ranah kognitif, memicu peserta didik untuk menemukan afektif, dan psikomotorik peserta didik dalam sendiri pengetahuan dan keterampilan. Jadi mengikuti pembelajaran IPS; (5) motivasi belajar bukan hanya sekadar mengingat peserta didik. pengetahuan. 3. Bertanya Pendekatan Kontekstual Dalam kegiatan belajar mengajar yang Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching bertanya adalah peserta didik, sehingga hal and Learning - CTL) merupakan strategi ini dapat mewujudkan rasa ingin tahu pembelajaran yang lahir dari teori belajar peserta didik. Namun, sering kali peserta konstruktivisme. Landasan pembelajaran didik tidak memiliki inisiatif untuk kontekstual adalah peserta didik secara aktif bertanya. Oleh karena itu guru harus membangun sendiri pengetahuan (kontruktivis- memancing peserta didik melalui kegiatan me) dan memberi makna melalui pengalaman tanya jawab. Pertanyaan yang diberikan dan pengamatan sebagai suatu kegiatan guru pun dapat memberi kesempatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran itu kepada peserta didik untuk berpikir kritis. meliputi proses belajar, transfer belajar, peserta 4. Masyarakat belajar didik sebagai pembelajar, dan pentingnya lingkungan belajar bagi peserta didik. Jadi, kunci Maksudnya adalah belajar dalam kelom- utama CTL adalah belajar yang sebenarnya pok. Dalam kegiatan pembelajaran berbasis bukan hanya transfer ilmu namun bekerja dan kontekstual, hasil belajar diharapkan

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

diperoleh dari kegiatan belajar yang 7. Penilaian autentik melibatkan keaktifan peserta didik dalam Penilaian autentik dilakukan untuk kelompok belajarnya. Kegiatan ini mendo- mengukur pengetahuan dan keterampilan rong peserta didik untuk membangun peserta didik yang senyata-nyatanya. Hasil komunikasi dengan orang lain. belajar bukanlah tujuan pendekatan ini, 5. Pemodelan namun proses belajar merupakan bentuk Peserta didik dapat memperoleh hasil penilaian yang ingin dicapai. belajar yang maksimal dari hasil demons- Seorang guru dapat dikatakan menggu- trasi yang dilakukan oleh guru. Namun, nakan CTL apabila telah melibatkan ketujuh guru bukanlah satu-satunya model. komponen tersebut. Peran guru pun tidak Kegiatan demonstrasi tersebut merupakan terlepas dari aktivitas belajar yang mengguna- sesuatu yang dapat dilihat dan ditiru oleh kan pendekatan kontekstual. Guru menjadi peserta didik untuk memudahkan peserta fasilitator selama proses kegiatan belajar agar didik dalam kegiatan belajarnya. tujuan pembelajaran tercapai. Tugas guru pun 6. Refleksi lebih berfokus dalam mengelola kelas agar Peserta didik memiliki pemikiran tentang peserta didik mampu belajar dengan menemu- apa yang sudah dipelajari. Dapat dikatakan kan sendiri bukan berdasarkan apa yang bahwa refleksi adalah evaluasi dan intro- dikatakan guru saja. Jadi, penggunaan strategi peksi terhadap proses pembelajaran dan dalam mengelola kelas lebih penting daripada apa yang sudah dipelajari peserta didik. hasil belajar.

Tabel 1: Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Konvensional

No Pendekatan CTL Pendekatan Tradisonal

1 Siswa secara aktif terlibat dalam Siswa adalah penerima informasi secara pembelajaran. pasif.

2 Siswa belajar dari teman melalui kerja Siswa belajar secara individual. kelompok, diskusi, saling mengoreksi.

3 Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. kehidupan nyata dan/atau masalah yang disimulasikan.

4 Perilaku dibangun atas kesadaran diri. Perilaku dibangun atas kebiasaan.

5 Keterampilan dibangun atas dasar Keterampilan dibangun atas dasar pemahaman. latihan.

6 Hadiah untuk perilaku baik adalah Hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri. kepuasan diri. Hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.

7 Siswa tidak melakukan yang jelek karena Siswa tidak melakukan yang jelek karena ia sadar hal itu keliru dan merugikan. ia takut hukuman.

8 Bahasa diajarkan dengan pendekatan Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yaitu siswa diajak menggu- struktural; rumus diterangkan sampai nakan bahasa dalam konteks nyata. paham kemudian dilatih.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 27 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

No Pendekatan CTL Pendekatan Tradisonal

9 Pemahaman rumus dikembangkan atas Rumus itu ada diluar diri siswa, yang dasar skemata yang sudah ada dalam diri harus diterangkan, diterima, dihafalkan, siswa. dan dilatihkan.

10 Pemahaman rumus itu relatif berbeda Rumus adalah kebenaran absolut (sama antara siswa yang satu dengan lainnya, untuk semua orang). Hanya ada dua sesuai dengan skemata siswa (ongoing kemungkinan, yaitu pemahaman rumus yang process of development). salah atau pemahaman rumus yang benar.

11 Siswa menggunakan kemampuan berpikir Siswa secara pasif menerima rumus atau kritis, terlibat penuh dalam mengupaya- kaidah (membaca, mendengarkan, kan terjadinya proses pembelajaran yang mencatat, menghafal), tanpa memberikan efektif, ikut bertanggung jawab atas kontribusi ide dalam proses terjadinya proses pembelajaran yang pembelajaran. efektif, dan membawa skema masing- masing ke dalam proses pembelajaran.

12 Pengetahuan yang dimiliki manusia Pengetahuan adalah penangkapan dikembangkan oleh manusia itu sendiri. terhadap serangkaian fakta, konsep, atau Manusia menciptakan atau membangun hukum yang berada diluar diri manusia. pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya.

13 Karena ilmu pengetahuan itu Kebenaran bersifat absolute dan dikembangkan (dikonstruksi) oleh pengetahuan bersifat final. manusia sendiri, sementara manusia selalu mengalami peristiwa baru, pengetahuan itu tidak pernah stabil, selalu berkembang (tentative and incomplete).

14 Siswa diminta bertanggung jawab Guru adalah penentu jalannya proses memonitor dan mengembangkan pembelajaran. pembelajaran mereka masing-masing.

15 Penghargaan terhadap pengalaman siswa Pembelajaran tidak memerhatikan sangat diutamakan. pengalaman siswa.

16 Hasil belajar diukur dengan berbagai Hasil belajar hanya diukur dengan tes. cara, yaitu proses bekerja, hasil karya, penamilan, rekaman, tes, dan lain-lain.

17 Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, Pembelajaran hanya terjadi dalam kelas konteks, dan setting.

18 Penyelesalan adalah hukuman dari Sanksi adalah hukuman bagi perilaku perilaku jelek. jelek.

19 Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik.

20 Siswa beperilaku baik karena ia yakin hal Siswa berperilaku baik karena ia terbiasa itu yang terbaik dan bermanfaat. melakukannya. Kebiasaan ini dibangun dengan hadiah yang menyenangkan.

Sumber: Depdiknas, 2003

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan abad 21 Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah Fenomena yang mencirikan era abad 21 seperti 21St Century Skills yang dikembangkan sebagai semakin berkembang pesat ilmu pengetahuan, kerangka kerja pendidikan abad 21 di seluruh teknologi dan informasi, internet, dan cyber dunia. Keterampilan abad 21 yaitu (1) life and society membawa tuntutan baru akan adanya career skills; (2) learning and innovation skills; dan pengembangan kualitas pendidikan. Hal ini (3) information, media, and technology skills. membawa perubahan pada pendidikan yang Keterampilan yang diidentifikasi sebagai sering disebut dengan pendidikan abad 21 yang keterampilan yang diperlukan pada pendidikan akan didominasi oleh pembelajaran berbasis abad 21 dikenal dengan 4Cs yaitu creativity ICT. Tentunya perubahan ini menjadi tantangan thinking and innovation, critical thinking and yang cukup berat bagi pendidikan di Indonesia. problem solving, communication, dan collaboration. Hal ini memerlukan implikasi yang nyata Indonesia mengimplementasi 21St Century Skills terhadap kesiapan pendidikan dalam mengha- dengan menambahkan Penguatan Pendidikan dapi abad 21. Karakter pada Pengembangan Karakter Sesuai dengan landasan filosofis pengem- (Character Building) dan Nilai Spiritual (Spiritual bangan kurikulum, pendidikan perlu terus Values). Secara keseluruhan 21St Century Skills dikembangkan dengan tujuan membangun yang diadopsi pendidikan Indonesia adalah kehidupan masa kini dan masa depan yang Indonesian Partnership for 21St Century Skills lebih baik dari sebelumnya dengan berbagai Standard (IP-21CSS). kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan intelektual, komunikasi, sikap sosial dan Pembelajaran IPS dengan kepedulian, serta berbagai nilai dan dimensi Pendekatan Kontekstual dalam yang diperlukan dalam menghadapi tantangan globalisasi yang semakin berkembang. Tentunya Menghadapi Pendidikan Abad tidak mudah dalam membangun generasi yang siap menghadapi era abad 21. Oleh karena itu, Salah satu prinsip mengajar efektif yaitu wajah masa depan Indonesia, yaitu generasi penggunaan metode pembelajaran yang dipilih penerus bangsa, perlu dibekali dengan guru dalam menciptakan suasana belajar yang kecakapan atau keterampilan dalam belajar dan efektif dan efisien. Bagaimana guru memikirkan berinovasi, kecakapan menggunakan teknologi dan menetapkan metode yang tepat untuk informasi yang semakin berkembang pesat, dan memfasilitasi lingkungan belajar yang banyak keterampilan untuk hidup (life skills) agar melibatkan aktivitas peserta didik merupakan mampu menghadapi kehidupan abad 21 yang tantangan bagi guru pada era pendidikan abad semakin kompleks. 21 yang menuntut pembelajaran aktif yang dapat mengasah keterampilan abad 21 pada peserta didik. Keterampilan tersebut perlu diajarkan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran IPS di kelas. Lantas metode pembelajaran yang seperti apakah yang cocok diterapkan oleh guru untuk menunjang terwujudnya keterampilan abad 21 tersebut. Guru harus memiliki terobosan baru dalam mengemas pembelajaran IPS menjadi pembelajaran yang efektif, efisien dan kolaboratif dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, sifat dan karakter bahkan cara belajar peserta Gambar 1: didik yang berbeda. Kerangka Kerja Pendidikan Abad 21 Tentunya guru perlu menerapkan berbagai Sumber: http://www.battelleforkids.org/ pendekatan-pendekatan pembelajaran yang networks/p21

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 29 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Tabel 2: Indonesian Partnership for 21St Century Skills Standard (IP-21CSS)

Framework 21St Century IP-21CSS IP-21CSS Skills

Creativity Thinking and 4Cs - Berpikir secara kreatif Innovation - Bekerja kreatif dengan lainnya - Mengimplementasikan inovasi

Critical Thinking and Problem - Penalaran efektif Solving - Menggunakan sistem berpikir - Membuat penilaian dan keputusan - Memecahkan masalah

Communication and - Berkomunikasi secara jelas Collaboration - Berkolaborasi dengan orang lain

Information, Media and ICTs - Mengakses dan mengevaluasi informasi Technology Skills - Menggunakan dan menata informasi - Menganalisis dan menghasilkan media - Mengaplikasikan teknologi secara efektif

Life and Career Skills Character - Menunjukkan perilaku scientific approach Building attitude (hasrat ingin tahu, jujur, teliti, terbuka dan penuh kehati-hatian) - Menunjukkan penerimaan terhadap nilai moral yang berlaku di masyarakat

Spiritual - Menghayati konsep ke-Tuhanan melalui Values ilmu pengetahuan - Mengintepretasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari

Sumber: Ariyana, Y. (2018) bersifat kolaboratif yang semua kegiatan informasi nyata yang pernah dialami oleh pembelajaran dapat mengembangkan keteram- peserta didik dalam kehidupan sehari-hari pilan abad 21 pada peserta didik. Seperti dengan materi IPS di dalam kelas. Peserta didik tuntutan masyarakat modern, pembelajaran IPS harus secara aktif menalar informasi tersebut harus sesuai dengan karakteristiknya yaitu secara terus menerus hingga menemukan sebuah menghubungan peserta didik dengan kehidup- konsep yang lebih tepat. Aktivitas belajar ini an di dunia nyata. Salah satu pendekatan yang memungkinkan proses belajar yang memberi efektif yang dapat diterapkan guru adalah makna pada peserta didik. Proses belajar inilah pendekatan konstruktivisme dengan strategi yang dapat meningkatkan kecakapan abad 21 pembelajaran kontekstual atau sering disebut peserta didik. Hal ini didukung oleh penelitian Contextual Teaching - Learning (CTL). Ketika guru Pembelajaran IPS dengan strategi CTL IPS mengajar di kelas dengan menerapkan CTL, merupakan sebuah inovasi yang dapat peserta didik tidak hanya mendengar saja diaplikasikan oleh guru IPS pada era tentang materi IPS, misalkan peristiwa pendidikan seperti saat ini. Namun, upaya pembebasan Irian Barat dari tangan Belanda, penerapan CTL juga harus didukung dengan atau hanya melihat gambar siklus hujan, tetapi penggunaan media pembelajaran yang tepat. guru mendorong peserta didik untuk Murniati dan Sugiharsono (2014) dalam mengkontekstualisasikan pengalaman dan penelitian yang berjudul “Penerapan

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendekatan Kontekstual Berbantuan Media pembelajaran. Peran guru sangat membantu untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS” peserta didik dalam memberi kesempatan membuktikan bahwa penerapan strategi CTL peserta didik belajar sesuai dengan cara mereka dengan dukungan media dapat meningkatkan masing-masing dan membantu peserta didik kualitas pembelajaran IPS baik dari proses belajar mengaitkan pengetahuan awal yang sudah ia maupun hasil belajar yang dicapai oleh peserta peroleh dengan materi atau ilmu pengetahuan didik. Strategi CTL juga dapat dikatakan telah baru yang akan dipelajari. Ketika peserta didik berhasil dilakukan oleh guru bilamana 7 diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri komponen pembelajaran CTL muncul selama dengan bantuan guru yang memfasilitasi berlangsungnya proses pembelajaran IPS. Hal belajarnya, maka akan menumbuhkan ini didukung oleh penelitian Murniati dan kecakapan peserta didik dalam mengidenti- Sugiharsono (2014). fikasi, menganalisis, dan mengembangkan ide- Masih banyak dijumpai guru IPS yang ide yang mereka pikirkan sendiri. Tentunya bila menerapkan strategi pembelajaran yang guru secara terus menerus melatih peserta didik monoton, yaitu peserta didik hanya menerima maka akan meningkatkan kecakapan creativity dan menghafal materi sejarah, geografi, ekonomi thiking and innovation peserta didik. Inilah alasan maupun sosiologi yang ada pada buku mengapa pendekatan CTL sangat mendukung pegangan atau buku cetak maupun ilmu tercapainya keterampilan yang dibutuhkan pengetahuan yang sudah ditransfer oleh guru. dalam menghadapi pendidikan abad 21 apabila Padahal pembelajaran abad 21 menuntut peserta memang dengan tepat diterapkan pada didik untuk lebih aktif dalam belajar. pembelajaran IPS. Pendekatan CTL menawarkan strategi pembel- Tidak dapat dipungkiri bahwa pembel- ajaran yang aktif melalui kegiatan mandiri yang ajaran IPS masih banyak menggunakan cara dilakukan peserta didik dalam membangun tradisional atau konvensional. Penerapan cara sendiri konsep dan pengetahuan berdasarkan belajar tradisional, yaitu peserta didik hanya pengetahuan awal yang ia peroleh melalui mendengar dan melihat saja, tidak akan pengamatan dan pengalaman belajar. mengembangkan keterampilan berpikir atau Penerapan pembelajaran IPS yang masih kreativitas peserta didik. Belajar yang masih menggunakan metode monoton dan teacher- berorientasi pada aktivitas melihat dan centered learning juga dirasa kurang efektif. mendengar seperti metode ceramah cenderung Pembelajaran yang seperti ini cenderung membuat peserta didik kurang menaruh membuat peserta didik merasa bosan dan perhatian pada pembelajaran. Bayangkan apa menganggap tidak penting ditambah lagi mata yang dapat diterima oleh peserta didik bila guru pelajaran IPS bukanlah mata pelajaran yang terus menerus menerapkan metode tersebut diujikan secara nasional di Indonesia. khususnya pada pembelajaran IPS yang banyak Bagaimana bisa pembelajaran yang sudah tidak materi hafalan sehingga memberi kesan bahwa diminati peserta didik dapat mengembangkan pembelajaran IPS bersifat abstrak dan teroritis. keterampilan abad 21 pada peserta didik? Ditambah lagi tidak ada aktivitas belajar yang Terobosan baru pada pendidikan abad 21 yaitu melibatkan semua panca indera peserta didik bukan lagi guru yang menjadi pusat dan media audio visual dalam kegiatan belajar pembelajaran tetapi peserta didiklah yang harus tentang informasi faktual maka tidak banyak mengalami proses belajar melalui aktivitas- yang dapat diserap oleh peserta didik. aktivitas yang dilakukan peserta didik yang Pendekatan CTL memberi kesempatan kepa- diharapkan dapat mengembangkan da peserta didik untuk menemukan pengeta- keterampilan abad 21. huan baru dengan cara guru mengaitkan Senada dengan prinsip pembelajaran abad pengalaman atau fenomena yang terjadi di 21 yang dirujuk Nichols (2013) yaitu Instruction sekitar kehidupan peserta didik dengan materi should be student centered. Guru seyogyanya pembelajaran IPS. Namun, guru harus pandai menciptakan pembelajaran yang berpusat pada membawa pengalaman dan fenomena yang peserta didik sehingga ia menjadi subjek sedang terjadi ke dalam materi pembelajaran

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 31 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial agar pembelajaran tetap pada konteks materi IPS menalar secara efektif pengalaman-pengalaman dan sesuai dengan kognitif peserta didik. Sejalan nyata yang berkaitan dengan materi IPS. Besar dengan prinsip pembelajaran abad 21 yang pula peluang peserta didik dalam memecahkan disederhanakan oleh Nichols (2013) bahwa masalah dengan mengkaji secara mendalam learning should have context. Pembelajaran yang penilaian dan keputusan melalui pengalaman bersifat abstrak tidak akan memberi makna yang yang nyata yang sudah ia peroleh. Bila proses signifikan bagi perkembangan peserta didik baik ini terus menerus dibiasakan kepada peserta ranah kognitif, afektif maupun psikomotorif. didik maka memungkinkan ia memiliki Guru perlu membawa peserta didik ke dunia kreativitas yang tinggi dalam mengeksplorasi nyata (real world) supaya peserta didik mampu dan mengembangkan pengetahuan yang telah menganalisis permasalahan dan fenomena yang ia peroleh menjadi suatu fenomena yang sebenarnya terjadi di kehidupan nyata dan bermakna bagi diri sendiri. Hal ini sangat mampu menemukan nilai dan makna atas apa mendukung terwujudnya keterampilan yang yang dipelajarinya, kemudian diimplementa- diidentifikasi sebagai keterampilan abad 21 sikan dalam kehidupan nyata. Apalagi yaitu critical thinking and problem solving. kehidupan pada abad 21 akan semakin terus Guru IPS terkadang memang sudah berkembang dan semakin kompleks. Lagi-lagi menggunakan penerapan strategi pembelajaran peran guru tidak terlepas dari kegiatan dengan projek seperti membuat laporan pembelajaran ini. Guru menjadi fasilitator dan kunjungan ke museum, membuat mading, dsb pembimbing agar peserta didik tidak salah yang melibatkan seluruh aspek lingkungan langkah atau keliru dalam menanggapi berbagai sosial. Secara tidak sadar, salah satu komponen konsep dan pengetahuan yang telah ditemu- pendekatan kontekstual telah diterapkan. kannya. Kegiatan belajar seperti ini harus terus Seorang guru bahasa Inggris bernama Erin diterapkan agar peserta didik dapat belajar Gruwell dalam film yang berjudul “Freedom secara terintegrasi dalam kelompok. Namun, Writers” memberi penguatan bahwa pendekatan tetap perlu didukung dengan penerapan CTL sangat efektif bila diterapkan di kelas. Erin komponen pendekatan CTL lainnya agar benar- Gruwell membawa konteks pengalaman- benar tujuan pembelajaran dapat terwujud. pengalaman hidupnya ke dalam kelas. Komponen pendekatan CTL ini sejalan dengan Kemudian ia mengaitkannya dengan materi Nichols (2013) yang memberikan pemahaman yang akan disampaikannya. Tindakan ini bahwa education should be collaborative, berhasil mengubah kelasnya yang semula pasif maknanya pembelajaran dilakukan untuk menjadi aktif dan mendorong siswanya untuk mendidik peserta didik mampu berkolaborasi terus menggali informasi-informasi lainnya dengan sebuah kelompok yang memiliki latar dengan sharing cerita dari teman-teman satu belakang sosial, budaya, ras, dan agama yang kelas. Penerapan CTL yang dilakukan Erin berbeda. Gruwell pun juga dapat memperkuat, Bila dikaitkan dengan keterampilan 4Cs, memperluas dan menerapkan pengetahuan baru pendekatan CTL yang diterapkan secara di berbagai lingkungan belajar baik di sekolah sempurna sangat mendukung sekali tumbuh maupun di lingkungan masyarakat. Kemudian kembangnya keterampilan tersebut. Kegiatan Erin Gruwell melatih siswanya memecahkan pembelajaran IPS berbasis projek atau berbagai masalah sesuai dengan konsep dan pengeta- penugasan yang dikerjakan secara berkelompok huan yang telah ia berikan kepada siswanya. memungkinkan peserta didik mampu Kisah Erin Gruwell sangat menginspirasi berkolaborasi dan kemudian dapat sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan mengkomunikasikan ide-ide secara efektif guru dalam menerapkan pendekatan CTL dalam kepada kelompoknya ataupun di lingkungan pembelajaran IPS. Bila guru mencontoh Erin masyarakat. Keterampilan yang seperti ini Gruwell, besar kemungkinannya peserta didik disebut dengan collaboration and communication dapat terlatih untuk berpikir kritis dalam skills.

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Mengapa pendekatan CTL semakin layak tidak terbatas oleh ruang kelas, metode, dan diterapkan pada pembelajaran IPS dan mengapa sumber belajar. Tujuan pembelajaran IPS tidak pendekatan ini mendorong peserta didik sekadar mencapai hasil belajar yang tinggi saja memiliki keterampilan yang dibutuhkan di abad tetapi membentuk pengetahuan, keterampilan, 21? Merujuk pada Erin Gruwell yang mengajak dan sikap sosial serta sikap spiritual. Memang siswanya ke sebuah museum khusus korban bukan perkara mudah untuk mencapai tujuan Holocaust. Mereka bertemu, berdiskusi dan pembelajaran IPS, oleh sebab itu dibutuhkan saling berbagi dengan para saksi korban pendekatan CTL agar tujuan pembelajaran IPS holocaust. Perjumpaan ini membawa siswanya yang sebenarnya dapat terwujud. menemukan banyak hal yang dapat dijadikan Erin Gruwell juga menerapkan pembelajar- sebagai pembelajaran. Pendidikan abad 21 pun an yang tak terbatas. Ia mendatangkan seorang juga menuntut peserta didik mampu tokoh yang menceritakan berbagai pengala- membangun hubungan kerjasama dengan suatu mannya sehingga siswanya dapat belajar dari kelompok. Demikian juga dengan pendekatan tokoh tersebut. Pemodelan yang dilakukan oleh CTL memberi kesempatan kepada guru IPS Erin Gruwell ini menunjukkan bahwa untuk mendesain pembelajaran yang dapat pembelajaran dirancang sesuai dengan menggerakkan peserta didik bereksplorasi di pendekatan CTL. Pemodelan tidak hanya datang luar kelas, melihat dan berwacana dengan segala dari guru atau siswa saja tetapi bisa dari luar sumber belajar yang tidak terbatas seperti yang sekolah sehingga peserta didik dapat belajar dan dilakukan oleh siswa Erin Gruwell. Sebab mencontoh dari pemodelan tersebut. pendekatan CTL diharapkan berasal dari Pembelajaran IPS sebaiknya juga dirancang kegiatan belajar secara berkelompok melalui dengan pemodelan yang dapat memudahkan kegiatan tanya jawab, diskusi, ataupun kegiatan peserta didik memahami materi pelajaran seperti lainnya yang dapat melibatkan lingkungan layaknya pelajaran IPA di laboratorium. Melalui sosial atau lingkungan alam sebagai sumber pemodelan basis masalah atau fenomena belajar. lingkungan geografi atau kehidupan masa Selama ini pembelajaran IPS masih bersifat lampau misalnya, yang menilai bagaimana alur tertutup, maksudnya terbatas oleh ruang kelas, berpikir peserta didik secara logis dan rasional, metode, dan sumber belajar. berbeda dengan mengajukan pendapat dan ide, dan mengambil mata pelajaran lainnya seperti IPA yang bisa kesimpulan. Di sinilah letak terciptanya belajar di laboratorium. Pendekatan CTL dapat keterampilan 4Cs, peserta didik mampu berpikir mengembangkan pembelajaran tanpa batas logis dan kritis dalam menanggapi suatu sehingga peserta didik dapat belajar di mana permasalahan atau fenomena yang menjadi saja dan kapan saja untuk memperoleh model pembelajaran IPS, memiliki kemampuan pengetahuan dari berbagai sumber yang ada dalam mengajukan ide-ide dan pendapatnya disekitarnya. Oleh karena itu, bukan lagi “kelas serta menyampaikan ide dan pendapatnya yang tertutup” tetapi pembelajaran IPS yang relevan telah dipikirkan kemudian mengambil sebuah dan menarik bagi peserta didik sehingga peserta keputusan serta menyampaikannya dengan didik terlatih untuk membangun hubungan baik dan tepat. kerjasama dan kolaborasi dengan orang lain di Prestasi dan keterampilan itu tidak akan sekitarnya atau lingkungan masyarakat agar dihasilkan ketika peserta didik tidak melakukan tujuan belajarnya tercapai. Seorang guru apa-apa. Pembelajaran IPS pun juga demikian. bernama Pak Ron dalam sebuah film yang Peserta didik seringkali hanya terpaku dengan berjudul “The Ron Clark” mengajar dengan belajar saja, tidak ada refleksi yang dilakukan metode yang inovatif sesuai dengan budaya oleh guru setelah melakukan pembelajaran. anak didiknya pada saat itu, seperti Terkadang peserta didik lupa dengan materi menggabungkan materi pelajaran dengan musik, yang sudah ia pelajari. Pendekatan CTL menjadi permainan kartu dan audio visual. Ini solusi yang tepat bagi guru IPS dalam menunjukkan bahwa seharusnya guru IPS menerapkan metode pembelajaran yang efektif mendesaian pembelajaran yang tidak tertutup, seperti yang dilakukan Erin Gruwell. Puncak

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 33 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial keberhasilannya dalam mengajar adalah ketika keterampilan-keterampilan 4Cs karena pada ia dan siswanya membuat projek bersama yaitu dasarnya penilaian autentik menilai prosesnya membuat buku yang diberi judul Freedom Writers. bukan hasil akhirnya. Jadi tujuan penilaian Hal ini dilakukan untuk mengekspresikan bukanlah hasil belajar tetapi bagaimana guru pengetahuan-pengetahuan baru yang sudah dapat membawa peserta didiknya mengalami siswanya peroleh selama pembelajaran. proses belajar yang nyata untuk mendapat hasil Refleksi dapat dilakukan dalam bentuk belajar yang sebenarnya. membuat jurnal ataupun membuat catatan diary dan lainnya. Ini dapat mendukung peserta didik menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam Simpulan mengekspresikan segala sesuatu yang telah ia pelajari. Bahkan dapat menumbuhkan Proses mengoptimalkan pendekatan CTL dapat kreatifitas baru peserta didik dalam berinovasi. memberikan pengalaman belajar secara nyata Di sinilah letak keberhasilan pendekatan CTL kepada peserta didik manakala guru memberi dalam menciptakan keterampilan 4Cs pada kesempatan kepada peserta didik untuk peserta didik. menemukan sendiri pengetahuan dengan cara Guru IPS masih banyak yang mengukur mereka sendiri. Pembelajaran bukan lagi bersifat hasil belajar melalui tes yang menekankan pada abstrak, tetapi bersifat nyata dengan kejadian pengetahuan tanpa mengukur kualitas dan kehidupan nyata yang disimulasikan. kemampuan peserta didik secara nyata pada Diharapkan, peserta didik tidak hanya sekadar waktu yang autentik. Jarang sekali penilaian- hafal materi melainkan memahami betul konsep penilaian yang dilakukan oleh guru IPS terkait dan pengetahuan baru sehingga dapat dengan pengukuran langsung keterampilan diimplementasikan dalam kehidupan mereka peserta didik, penilaian tugas-tugas yang sehari-hari. Namun pendekatan CTL tidak dapat melibatkan kinerja yang kompleks, dan penilaian dilakukan hanya dengan bersandar pada satu proses yang melibatkan seluruh aspek komponen saja, semua komponen harus keterampilan, sikap, dan pengetahuan peserta diterapkan agar pembelajaran IPS dapat didik. Bila menilik konsep pendidikan abad 21 berlangsung dengan baik sehingga dapat yang telah diadaptasi oleh Kementerian membekali peserta didik dengan keterampilan- Pendidikan dan Kebudayaan Republik keterampilan 4Cs. Melalui keterampilan- Indonesia, salah satunya adalah penilaian keterampilan inilah peserta didik mampu autentik. Penilaian autentik merupakan menghadapi persaingan global yang semakin penilaian seluruh ranah sikap, keterampilan, kompleks dan ketat di abad 21. dan pengetahuan peserta didik. Bila guru IPS Tulisan ini hendaknya menjadi inspirasi secara terus menerus menerapkan pembelajaran bagi guru IPS agar menerapkan pendekatan CTL IPS dengan metode ceramah. Maka penilaian pada proses pembelajaran IPS. Dengan proses tidak dapat dilakukan oleh guru. demikian, asumsi-asumsi yang mengatakan Melalui pendekatan CTL yang melibatkan bahwa pembelajaran IPS merupakan keaktifan peserta didik, memudahkan guru pembelajaran yang tidak dapat mengapli- dalam melakukan penilaian autentik. Misalkan kasikan pengetahuan yang dipelajarinya penilaian peran dan drama, peta konsep, menjadi salah kaprah. Melalui pembelajaran IPS portopolio, jurnal dan kerja kelompok. Pada saat dengan pendekatan kontekstual justru itulah guru dapat menilai kualitas dan kemam- mendorong peserta didik memiliki keterampilan puan peserta didik pada situasi yang autentik. yang dibutuhkan dalam menghadapi pendi- Penilaian autentik dapat membantu guru dalam dikan abad 21 sehingga peserta didik memiliki menilai sejauh mana peserta didiknya memiliki kecakapan hidup.

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Muniarti & Sugiharsono. (2014). Penerapan Daftar Pustaka pendekeatan kontekstual berbantuan media untuk peningkatan kualitas pembelajaran IPS. Ariyana, Y., dkk. (2018). Buku pegangan SOCIA, vol 11 (1), 87-103 pembelajaran berorientasi pada keterampilan Nichols, J. 2013. 4 Essential rules of 21st century berpikir tingkat tinggi. Jakarta: Dirjen Guru learning. [Online]. Tersedia di: http:// dan Tendik Kemendikbud www.teachthought.com/learning/4- Depdiknas. (2003). Panduan dan pedoman model essential-rules-of-21stcentury-learning/. pembelajaran contextual teaching and Diakses 5 April 2018 learning. Jakarta: Depdiknas Silberman, L. (2018). Active learning. : Hamdani. (2011). Strategi belajar mengajar. Nuansa Cendekia Bandung: Pustaka Setia. Tim Penyususn. (2018). Pedoman program Irawati. (2012). CTL dalam pembelejaran ilmu sosial peningkatan kompetensi pembelajaran berbasis sebagai pendukung pendidikan karakter di zonasi. Jakarta: Dirjen Guru dan Tenaga Indonesia. SOCIA, vol 11 (2), 151-155 Kependidikan. Tersedia di http:// Kodir, Abdul. (2018). Manajemen pembelajaran www.suarapendidikan.com/program- saintifik kurikulum 2013. Bandung: Pustaka peningkatan-kompetensi-pembelajaran- Setia berbasis-zonasi.html . Diakses 6 April 2018

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 35 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills Opini

Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills di Sekolah

Agus Kristiyono E-mail : [email protected] SMAK BPK PENABUR Cirebon

Abstrak erkembangan modernisasi dan globalisasi abad 21 membawa dampak yang luar biasa. Salah satu dampak memprihatinkan adalah ketidakmampuan anak secara mandiri untuk P mengetahui, memahami, dan mengatasi masalah yang ada di sekitarnya. Kondisi seperti ini, perlu segera dicarikan solusi, salah satunya adalah pembelajaran dan penilaian Higher Order Thinking Skills (HOTS). Pembelajaran dan penilaian HOTS menghasilkan anak yang mampu mengingat, memahami dan menerapkan pengetahuannya guna memecahkan masalah yang dihadapinya. Keterlibatan semua stakeholder sekolah diperlukan. Sekolah perlu mendukung ketersediaan sarana dan program kegiatan. Orang tua juga dilibatkan dalam membiasakan siswa berpikir tingkat tinggi. Sedangkan peran guru adalah sangat vital dalam mendisain pembelajaran dan evaluasi yang mengajarkan HOTS. Metode discovery dan inquiry learning dapat digunakan untuk mengajarkan HOTS. Evaluasi pembelajaran HOTS menggunakan stimulus yang merangsang berpikir siswa.

Kata-kata kunci : HOTS, pembelajaran inkuiri, pembelajaran discovery, guru abad XXI.

Urgency and Implementation of Higher Order Thinking Skills in Schools

Abstract The 21st century modernization and globalization cause extraordinary impact. Students’ inability to recognise, comprehend, and solve the problem around them independently is very concerning. A solution is needed to solve this. Higher Order Thinking Skills (HOTS) learning and assessment is proposed. HOTS learning processes enable students to remember, comprehend, and implement their knowledge to solve the problem that come upon them. All school stakeholder participations are required. School has to provide facilities dan programs. Parents’ involvement is expected to attune students to HOTS. Teachers’ role is vital in designing HOTS learning and assessment. Teacher can use discovery and inquiry learning to teach HOTS. HOTS assessment can be done using stimulus to stimulate students’ thinking.

Key words : HOTS, inquiry learning, discovery learning, XXI century teacher

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills

nasional. Di sinilah guru-guru “bergelut” Pendahuluan dengan soal-soal yang dikategorikan sebagai soal higher order thinking skills (HOTS), yaitu soal Terlepas dari pro kontra pelaksanaan ujian yang membutuhkan kemampuan berpikir nasional saat ini, bagi guru-guru SMA BPK tingkat tinggi. Kesulitan dan ketidaksiapan PENABUR terutama BPK PENABUR Setempat, siswa kelas XII dalam menjawab soal-soal HOTS ujian nasional menjadi tantangan tersendiri, tersebut, menjadi tantangan tersendiri bagi guru. karena hasil dari pelaksanaannya setiap tahun Masalahnya ialah apakah yang dimaksud akan dirangking. Agak “gengsi” kalau dalam dengan kemampuan berpikir tingkat tingggi perangkingannya, sekolah mendapat peringkat (HOTS)? Bagaimana urgensinya bagi pendidik- bawah. Sehingga, kadangkala sekolah harus an di Indonesia? Bagaimana menerapkan HOTS berjuang keras untuk persiapan menghadapi di sekolah? Tulisan ini membahas masalah ini ujian nasional supaya mendapat hasil optimal. melalui penelaahan sejumlah rujukan untuk Kegiatan tambahan dilakukan oleh Guru- memberikan tambahan pengetahuan dan guru SMA kelas XII BPK PENABUR BPK informasi bagi guru tentang HOTS dan PENABUR Setempat, dalam rangka persiapan penerapannya di sekolah. ujian nasional. Kegiatan tambahan mengagen- dakan dua hal wajib, yakni Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau mata pelajaran Pembahasan serumpun dan pemantapan materi pelajaran. Kegiatan MGMP merupakan agenda rutin yang Manusia sejak lahir selalu menggunakan dilakukan dua kali setahun dengan dua agenda kemampuan berpikirnya untuk menjawab utama yakni evaluasi pembelajaran yang telah berbagai tantangan di sekitarnya, baik alam, dilakukan selama satu tahun pada pertemuan budaya maupun sosial. Kemampuan berpikir ini pertama, dan persiapan menghadapi ujian menjadi ciri tingkat budaya masyarakat. nasional di pertemuan kedua. Kegiatan evaluasi Semakin tinggi kemampuan berpikirnya, pembelajaran, biasanya dilaksanakan setiap semakin maju budayanya. bulan November atau Desember, sedangkan pembahasan persiapan ujian nasional Secara umum, kemampuan dan keterampil- dilaksanakan sekitar bulan Januari atau an berpikir dilatih di lingkungan pendidikan Februari. yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah. Namun di antara ketiga lingkungan tersebut, Agenda lain yang dilakukan guru-guru sekolah dianggap sebagai lingkungan yang SMA BPK PENABUR Setempat, adalah program pemantapan. Program pemantafan merupakan terpenting untuk melatih dan mengembangkan pembelajaran tambahan, bertujuan agar siswa kemampuan berpikir. Semua orang berharap kelas XII lebih siap menghadapi pelaksanaan dengan memasukkan anaknya ke sekolah, maka ujian nasional. Biasanya program pemantapan anaknya akan mempunyai keterampilan berpikir dilaksanakan di pelajaran ke nol (sebelum tingkat tinggi, dan apabila ada tantangan yang pelajaran dimulai), setelah pelajaran usai, dan dihadapi anak, akan dapat diselesaikannya hari Sabtu yang biasanya libur sekolah. Tetapi sendiri. Namun sayangnya, apabila ada anak demi pelaksanaan tambahan dan pembekalan yang kemampuan berpikirnya kurang, biasanya persiapan ujian nasional, maka guru dan murid sekolah yang dijadikan “kambing hitam”. yang akan ujian nasional datang ke sekolah Sekolah dianggap tidak becus atau tidak berhasil untuk belajar. Program pemantapan berisi mendidik anak. Padahal anggapan ini tidak kegiatan mendalami materi kelas X, XI dan XII, sepenuhnya benar, karena pendidikan mempu- kemudian digunakan untuk menjawab nyai 3 lingkungan yang seharusnya saling kumpulan soal ujian yang telah disiapkan. berkoordinasi dan berintegrasi, serta saling Bagi guru-guru kelas XII SMA BPK mendukung ketercapaian tujuan pendidikan. PENABUR Setempat, dua kegiatan di atas lebih Di dalam dunia pendidikan, ada dua didominasi dengan pembahasan soal-soal ujian tingkatan kemampuan berpikir, yakni Low Order

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 37 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills

Thinking Skills (LOTS) dan High Order Thinking Ada 3 macam tingkah laku yang dikenal umum, Skills (HOTS). LOTS adalah keterampilan yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal berpikir tingkat rendah dan HOTS adalah inilah yang dimaksud dengan taksonomi keterampilan berpikir tingkat tinggi. Namun saat pendidikan. ini, HOTS menjadi fokus pembahasan utama di Tulisan yang dianggap sangat fenomenal banyak negara termasuk di Indonesia, karena tentang taksonomi pendidikan adalah tulisan mempunyai banyak manfaat atau kegunaan dari Benjamin Samuel Bloom bersama M.D. nyata. Engelhart, E.J. Frust, W.H Hill dan D.R. Kratwohl Ada banyak definisi tentang HOTS. Thomas yang menyusun kerangka kategori tujuan & Thorne menyebutkan HOTS merupakan cara pendidikan pada tahun 1956. Kerangka tersebut berpikir yang lebih tinggi daripada menghafal diberi judul The taxonomy of Educational fakta, mengumukakan fakta, atau menerapkan Objectives, The Classification of Educational Goal, peraturan, rumus dan prosedur. N.S. Rajendran Handbook : Cognititive Domain. Klasifikasi inilah menyebutkan HOTS meminta siswa secara kritis yang sampai sekarang dikenal dengan istilah mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan, taksonomi Bloom, yang memuat tujuh proses dan membuat generalisasi. Sedangkan menurut kognitif. (Istiqomah. 2018: 76) Hierarki dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan taksonomi ini adalah: Ekonomi (OECD), TIMMS, dan PISA, HOTS 1. Ingatan atau pengetahuan didefinisikan sebagai kemampuan untuk Level pengetahuan merupakan level menerapkan pengetahuan, keterampilan dan terendah dalam domain kognitif. Level nilai dalam membuat penalaran dan refleksi pengetahuan merupakan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah, mengambil untuk mengingat kembali materi yang telah keputusan, dan mampu menciptakan sesuatu dipelajari, misalnya: pengetahuan istilah, yang bersifat inovatif. pengetahuan tentang fakta khusus, pengeta- Kemampuan atau keterampilan berpikir huan tentang urutan, pengetahuan tentang tingkat tinggi tidak lepas dari dimensi klasifikasi, pengetahuan tentang kriteria keterampilan berpikir pada ranah kognitif. Di dan pengetahuan tentang metodologi. dunia pendidikan, penggarapan ranah kognisi 2. Pemahaman berkaitan dengan taksonomi pendidikan. Pemahaman adalah kemampuan memaha- Dengan memahami taksonomi pendidikan, mi materi tertentu, dapat dalam bentuk diharapkan para pendidik dapat mengetahui translasi (mengubah dari satu bentuk ke dengan jelas dan pasti tujuan pendidikan yang bentuk lain), interpretasi (menjelaskan atau dilakukannya. merangkum materi), ekstrapolasi (memper- Arikunto (2018) merumuskan ada tiga panjang). Contoh, menuliskan kembali tingkatan tujuan pendidikan, yakni: tujuan materi pembelajaran. umum pendidikan, tujuan yang lebih spesifik 3. Aplikasi yang dirumuskan secara operasional, dan tujuan didasarkan tingkah laku. Tujuan umum Aplikasi merupakan kemampuan untuk pendidikan menentukan perlu tidaknya menerapkan informasi dalam situasi nyata program diadakan. Di dalam praktek sehari-hari atau kemampuan menggunakan konsep di sekolah, tujuan ini dikenal sebagai Tujuan dalam praktek atau situasi baru. Contoh, Instruksional Umum (TIU). Kalau tujuan yang menggunakan pedoman atau aturan dalam menghitung gaji pegawai. lebih spesifik yang dirumuskan secara operasional, lebih melihat kepada perlunya 4. Analisis tujuan yang dibuat para pendidik yang bersifat Analisi merupakan kemampuan menguarai- konkret dan dapat diamati. Sedangkan tujuan kan suatu materi menjadi bagian- didasarkan pada tingkah laku didasarkan bagiannya. Kemampuan ini dapat berupa: pandangan bahwa berhasil tidaknya analisis elemen (mengidentifikasi bagian- pendidikan dilihat dalam bentuk tingkah laku. bagian materi), analisis hubungan

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills

(mengiden-tifikasi hubungan), analisis tingkatan berpikir tertinggi. Secara umum, pengorganisasian prinsip (mengidentifikasi tingkatan berpikir HOTS menurut Anderson dan pengorganisasian). Contoh, menganalisis Krathwohl (2017) adalah: penyebab turunnya nilai rupiah dibanding 1. Mengingat dolar Amerika pada periode September Mengingat adalah aktivitas berpikir dengan 2018. menarik kembali pengetahuan yang relevan 5. Sintesis dalam memori jangka panjang seorang Sintesis dimaknai sebagai kemampuan siswa. Untuk mengakses pembelajaran untuk memproduksi. Tingkatan kognitif siswa dalam kategori proses kognitif yang kelima ini dapat berupa: memproduksi paling sederhana ini, guru memberikan komunikasi unik, memproduksi rencana pertanyaan dalam kondisi yang sama persis atau kegiatan utuh, dan menghasilkan dengan kondisi ketika siswa belajar materi seperangkat hubungan abstrak. Contoh, yang diujikan. Di dalam mengingat ini, ada menyusun proposal peringatan bulan dua kategori proses kognitif yakni bahasa. mengenali dan mengingat kembali. 6. Evaluasi Mengenali berarti mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka Evaluasi diartikan sebagai kemampuan panjang untuk membandingkannya dengan menilai “manfaat” suatu benda/hal untuk informasi yang baru saja diterima. tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang Sedangkan mengingat kembali berarti jelas. Ada dua tingkat yaitu penilaian atau mengambil pengetahuan yang dibutuhkan evaluasi berdasarkan bukti internal dan dari memori jangka panjang dan membawa evaluasi berdasarkan bukti eksternal. kembali ke memori kerja untuk diproses. Dalam perkembangannya, tingkatan 2. Memahami berpikir yang disampaikan Bloom mendapat perbaikan dari muridnya, yakni Lorin W. Memahami berarti mengkonstruksi makna Anderson dan David R. Krathwohl dalam dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bukunya A taxonomy for Learning, Teaching, and bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang Assesing : A Revision of Blooms Taxonomiy of disampaikan melalui pengajaran, buku Educational Objectives (2001). Revisi dilakukan atau layar komputer. Proses kognitif dalam agar tujuan pendidikan bisa menyesuaikan kategori memahami meliputi menafsirkan, kebutuhan yang memadukan hal baru dalam mencontohkan, mengklasifikasi, merang- tujuan pendidikan saat ini. kum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata benda 3. Menerapkan atau mengaplikasikan (noun) menjadi kata kerja (verb). Perubahan Menerapkan meliputi penggunaan prosedur kategori kata ini dianggap penting dilakukan atau cara kerja tertentu untuk mengerjakan karena taksonomi Bloom sesungguhnya adalah suatu latihan atau menyelesaikan suatu penggambaran proses berpikir, bukan hasil masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat belajar. Hasil belajar orientasinya adalah dengan pengetahuan prosedural. produk, padahal belajar adalah proses. Pengetahuan prosedural adalah pengeta- Selain itu, juga direvisi urutan tingkat huan tentang cara melakukan sesuatu. Ada kompetensi dan ditambahkan satu istilah untuk dua proses berpikirnya, yakni mengekseku- kompetensi kognitif tertinggi yaitu creation si dan mengimplementasikan. Dalam (mencipta) untuk menggantikan istilah sintesis. mengeksekusi, siswa secara rutin menerap- Menurut mereka, kemampuan mensintesis pada kan prosedur ketika menghadapi tugas taksonomi Bloom merupakan kompetensi yang sudah biasa Sedangkan mengimple- tertinggi karena merupakan akumulasi dari mentasikan berlangsung saat siswa memilih kelima kompetensi lainnya. Dengan alasan itu, dan menggunakan sebuah prosedur untuk mereka memindahkan kompetensi tersebut di menyelesaikan tugas yang tidak biasa.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 39 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills

4. Menganalisis cara atau strategi yang baru atau berbeda Menganalisis terdiri dari kemampuan atau dari biasanya. Keterampilan mencipta keterampilan membedakan, mengorgani- terdiri dari merumuskan, merencanakan, sasi, dan menggabungkan. Menganalisis dan memproduksi. Merencanakan melibatkan proses memecah-mecah materi melibatkan proses merencanakan metode menjadi bagian-bagian kecil dan dapat penyelesaian masalah yang sesuai dengan menentukan bagaimana hubungan antar kriteria-kriteria masalahnya, yakni bagian dan antara setiap bagian dan struktur membuat rencana untuk menyelesaikan keseluruhannya. Kategori proses mengana- masalah. Merencanakan adalah lisis ini meliputi membedakan, mengorga- mempraktikkan langkah-langkah untuk nisasi dan mengatribusikan. Membedakan menciptkan solusi yang nyata bagi suatu melibatkan proses memilah-milah bagian- masalah. Merumuskan melibatkan proses bagian yang penting dari sebuah struktur, menggambarkan masalah dan membuat kemudian mendiskriminasikan menjadi pilihan atau hipotesa yang memenuhi informasi yang relevan dan tidak relevan. kriteria-kriteria tertentu. Sedangkan Mengorganisasi melibatkan proses memproduksi melibatkan proses melaksa- mengidentifikasi elemen-elemen komuni- nakan rencana untuk menyelesaikan kasi atau situasi dan proses mengenali masalah yang memenuhi spesifikasi- bagaimana elemen-elemen ini membentuk spesifikasi tertentu. sebuah struktur yang koheren. Sedangkan Dalam lingkup dunia pendidikan, LOTS mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat diterapkan dalam tujuan pembelajaran di menentukan sudut pandang, pendapat, tataran C1 sampai C3, yaitu keterampilan nilai, atau tujuan di balik komunikasi. berpikir, mengingat, memahami dan menerap- 5. Mengevaluasi kan. Sedangkan HOTS diterapkan dalam tujuan pembelajaran di tataran C4 sampai C6, yakni Mengevaluasi merupakan kemampuan keterampilan berpikir menganalisis, mengeva- mengambil keputusan berdasarkan kriteria- luasi, dan mencipta. kriteria. Level ini terdiri dari keterampilan mengecek/memeriksa dan mengkritisi. C1 atau dikenal dengan proses berpikir Keterampilkan memeriksa merupakan mengingat merupakan upaya mengambil proses untuk menemukan inkonsistensi pengetahuan yang relevan dari ingatan. atau kesalahan dalam suatu proses atau Tahapan dalam proses berpikir C1 bertujuan produk. Misalnya, ketika siswa menguji untuk meretensi atau mengingat materi pelajaran apakah suatu kesimpulan sesuai dengan sampai jangka waktu tertentu, sama seperti yang premis-premisnya atau tidak, apakah diajarkan oleh guru. Pengetahuan mengingat datanya mendukung atau tidak, atau penting sebagai bekal untuk belajar yang lebih apakah bahan pelajaran berisi bagian- bermakna dan bersifat mentransfer pengetahuan bagian yang saling bertentangan. Sedang- dalam penyelesaian permasalahan yang kan mengkritisi adalah proses menilai dihadapi siswa. suatu pendapat atau hasil berdasarkan C2 atau dikenal dengan proses berpikir kriteria tertentu yang tidak memihak, memahami, berarti membangun arti dari proses profesional dan universal. Dalam mengkriti- pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, si, siswa mencatat ciri-ciri positif dan tertulis dan gambar. Tahapan C2 menuntut negative dari suatu produk dan membuat siswa mampu merekonstruksi makna-makna keputusan setidaknya sebagian berdasar- dari pesan pembelajaran. Siswa dianggap kan ciri-ciri tersebut. Mengkritisi merupa- memahami apabila mampu menghubungkan kan inti dari apa yang disebut berpikir kritis. pengetahuan baru dengan pengetahuan lama 6. Mencipta mereka. Lebih tepatnya pengetahuan yang baru Pada level tertinggi ini, siswa mengor- dipadukan dengan skema-skema atau ganisasi berbagai informasi menggunakan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada.

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills

C3 atau dikenal dengan proses berpikir pembelajaran dan penilaian HOTS, yakni mengaplikasikan, ditengarai dengan kemam- meningkatkan prestasi, motivasi dan sikap puan menerapkan dan menggunakan suatu positif. prosedur dalam keadaaan tertentu. Tujuan Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal proses berpikir ini adalah siswa mampu selalu berupaya untuk meningkatkan prestasi menggunakan prosedur-prosedur tertentu untuk siswa. Berbagai upaya dilakukan baik secara mengerjakan soal latihan ataupun menyelesai- intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Dalam kan masalah di sekitarnya. Soal latihan yang kaitan dengan peningkatan prestasi siswa dihadapi bisa bersifat familiar atau sudah biasa dengan penggunaan pembelajaran dan ditemui, maupun yang tidak familiar. penilaian HOTS, ada hasil penelitian yang C4 atau dikenal dengan proses berpikir mendukung. Handayani dan Priatmoko dalam menganalisis, mengharuskan siswa mampu Nugroho (2018) menyebutkan penelitian belajar menentukan potongan-potongan pengaruh pembelajaran problem solving informasi atau masalah yang penting, kemudian berorientasi HOTS terhadap hasil belajar kimia menata informasi itu, dan menentukan tujuan 286 siswa SMA. Hasil yang diperoleh menunjuk- di balik informasi itu. Menganalisis merupakan kan bahwa pembelajaran tersebut mampu perluasan dari memahami dan pembuka untuk memberikan kontribusi positif sebesar 25,79% mencipta. terhadap hasil belajar. Pembelajaran HOTS Di lingkungan sekolah, untuk membedakan mampu menjadikan siswa berpikir sistematis, antara pembelajar- belajar mengana- an yang dilaku- lisis suatu masa-, kan oleh guru Pembelajaran HOTS mampu lah dari berbagai menggunakan aspek, mendidik menjadikan siswa berpikir LOTS atau HOTS, siswa percaya diri, dapat dilihat dari sistematis, belajar menganalisis dan meningkat- tahapan persiap- suatu masalah dari berbagai kan kemampuan an, pelaksanaan aspek, mendidik siswa percaya berpikir kritis serta maupun evaluasi diri, dan meningkatkan kreatif. yang dilakukan kemampuan berpikir kritis serta M o t i v a s i guru. Biasanya kreatif. adalah keinginan dari sisi hasil dari seseorang pembelajarannya, melakukan sesu- proses pembelajaran menggunakan LOTS atu. Apapun yang dilakukan manusia akan menekankan siswa pada kemampuan hafalan dari apa yang disampaikan guru. Pada tataran mendapatkan hasil terbaik, selama manusia berpikir LOTS, siswa cenderung seperti “gelas mempunyai motivasi tinggi. Dari beberapa kosong”, yang diisi pengetahuan oleh gurunya. penelitian menyebutkan bahwa pembelajaran Pada tataran ini, anggapan siswa tuntas dan dengan sistem HOTS mampu membangkitkan hebat, apabila siswa dapat mengungkapkan rasa senang anak terhadap pembelajaran. seperti yang disampai-kan gurunya. Di sini Karsono dalam Nugroho (2018), menemu- siswa cenderung tidak aktif atau pasif, dan tidak kan bahwa penggunaan Lembar Kerja Siswa mampu mengenali, dan memecahkan (LKS) berbasis HOTS berpengaruh positif dan masalahnya sendiri. signifikan terhadap motivasi belajar IPA siswa Berbeda dengan pembelajaran LOTS, kelas 7 SMP. Ada 5 hal yang menyebabkan LKS pembelajaran dengan HOTS diarahkan untuk berbasis HOTS meningkatkan motivasi siswa, menciptakan siswa yang mandiri, berpikir kritis, yakni: (1) merangsang kemauan siswa dalam mampu menjawab segala persoalan dan belajar karena media yang ditawarkan permasalahan di lingkungan sekitarnya. memunculkan rasa penasaran, (2) mendorong Nugroho (2018) menyebutkan ada tiga manfaat rasa senang kerena menampilkan konsep yang

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 41 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills tidak bisa diamati langsung dengan media lain, mampu beradaptasi dalam menghadapi (3) membantu siswa menemukan konsep IPA perubahan. Proses pembelajaran HOTS di sehingga media ini menjadi penghubung antara sekolah, menjadikan anak bisa bersaing dalam pengetahuan awal siswa, (4) merangsang kompetisi global dan tidak tergerus oleh kemauan siswa dalam belajar karena media pengaruh zaman. Hal inilah yang menjadi yang ditawarkan bukan jawaban dari obyek kebutuhan dan juga harapan dalam pendidikan pengamatan melainkan hanya petunjuk di Indonesia saat ini. pelaksanaan saja sehingga siswa mengalami Istiqomah (2018) mengutip berdasar sumber proses menemukan sendiri, (5) mendorong http://literacy.dpsnc.net/21st-century-literacy/ kemandirian siswa karena masing-masing siswa charakteristics-of-21st-century-learners, diberi kesempatan untuk melakukan menyebutkan siswa abad XXI harus punya ciri reinforcement berupa kemampuan berpikir kritis. khusus agar tidak tergerus dalam revolusi Sikap positif merupakan salah satu ciri dari industri 4.0, antara lain menunjukkan karakter positif siswa. Dalam era sekarang ini, kebebasan, membangun pengetahuan konten sikap positif sangat diperlukan agar bisa yang kuat, menanggapi berbagai tuntutan menghadapi berbagai tantangan di sekitarnya. audiensi, tugas, tujuan dan disiplin ilmu, Penelitian yang menyebutkan bahwa pembel- memahami sebaik mengkritisi, menghargai bukti ajaran HOTS ternyata mampu meningkatkan dan memahami perspektif budaya lain. Dan ciri- sikap positif siswa adalah hasil penelitian ciri ini hanya bisa dibentuk apabila di sekolah Hugerat dan Kortarn (2014). Mereka diterapkan pembelajaran yang melatih menyebutkan bahwa pembelajaran HOTS pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.. materi sains menggunakan metode inkuiri dapat mengembangkan sikap positif, emosional, dan Urgensi Soal HOTS dalam kognitif yang baik. Pendidikan di Indonesia Pembelajaran HOTS yang diterapkan di sekolah, terlihat dari perencanaan, pelaksanaan Saat ini masyarakat tengah mengalami moderni- dan evaluasi yang dibuat guru. Perencanaan sasi dan globalisasi, danmedia digital mempeng- pembelajaran yang bercirikan HOTS nampak aruhi hampir semua aspek kehidupan manusia. dalam penentuan tujuan pembelajaran, Gejala yang nampak diantaranya penggunaan menentukan metode pembelajaran, maupun gadget dan media digital lainnya. Dan media unsur-unsur dalam Rencana Pelaksanaan digital dimiliki hampir semua orang, dari Pembelajaran (RPP) lain yang berdasar pada kalangan anak-anak, remaja, dewasa, maupun Permendikbud Nomor 22 Tahun 2013. tua. Ketergantungan yang cukup parah terhadap Pelaksanaan pembelajarannya menggunakan media, dapat dikatakan seperti “candu”, membu- metode-metode pembelajaran yang mengopti- at orang tidak bisa lepas dari media digital. malkan potensi siswa seperti inquiri, problem Salah satu dampak yang kelihatan dari based learning, dan project based Learning. Dari tantangan di atas adalah munculnya anak-anak sisi evaluasi pembelajaran, soal yang diberikan yang “matang semu”. Shin (2013) menyebutkan juga membuat siswa mampu memecahkan bahwa anak-anak yang matang semu adalah masalah, berpikir kritis, dan kreatif. Penilaian anak-anak yang sempurna secara fisik, namun HOTS umumnya diawali dengan pemberian tidak bijak dan sangat payah dalam menghadapi stimulus berbentuk sumber bacaan, kasus, dan memecahkan masalah di sekitarnya. contoh film, dsb. yang bisa direspon siswa Perkembangan anak lebih cepat tumbuh besar dengan menghubungkan ilmu pengetahuan dibanding dengan masa lalu, tetapi jiwanya yang telah dipunyainya. berkembang secara lambat. Kecenderungan dari Tercapainya kemampuan berpikir tingkat anak-anak seperti ini adalah anak-anak tidak tinggi atau HOTS bagi siswa di sekolah berkembang baik dalam aspek emosi maupun sangatlah penting. Mengingat kondisi sosial. Anak tidak bisa mengatasi keresahan dan masyarakat saat ini yang menuntut siswa harus kegelisahan diri, bersifat impulsive dan sulit

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills bersosialisasi dengan teman sebayanya. Anak HOTS. Bagian dari proses sosialisasi, sekolah tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan mengadakan berbagai kegiatan bertema HOTS sekitarnya. yang mengundang keterlibatan orang tua siswa. Bagi bangsa Indonesia, dampak lainnya Mereka diberi informasi tentang kemampuan yang dirasakan akibat tantangan modernisasi berpikir HOTS dan pentingnya bagi siswa saat dan globalisasi, adalah rendahnya keterampil- ini. Kegiatan yang dilakukan sekolah, bisa an berpikir siswa. Berdasarkan hasil survei berupa seminar, workshop, diskusi atau Programme for International Student Assessent kegiatan-kegiatan lainnya. Koordinasi antara (PISA) dan Trends in Internasional Match and Science sekolah dengan orang tua siswa memang harus Survey (TIMSS), sejak keikutsertaannya pada dilakukan secara terpadu, dan terus menerus. tahun 1999, peringkat siswa Indonesia belum Dengan ini, tujuan pendidikan di sekolah yang mampu menempati posisi atas. Dua survey ini mengembangkan kemampuan berpikir HOTS menunjukkan bahwa mayoritas siswa di dapat tercapai. Indonesia masih berada pada tataran LOTS Unsur lain yang tidak kalah pentingnya (Nugroho. 2018 : 11). untuk mendukung keberhasilan penerapan kemampuan berpikir HOTS adalah fasilitas sekolah, terutama perpustakaan. Zaman Penerapan Pembelajaran dan Evaluasi HOTS sekarang perpustakaan memang banyak di Sekolah ditinggalkan siswa. Banyak orang tidak Rendahnya hasil survei di atas ditanggapi memanfaatkan perpustakaan dengan tepat, pemerintah sebagai pemegang kebijakan malas datang ke perpustakaan untuk membaca. pendidikan tertinggi, dengan mengimplimen- Siswa ataupun guru lebih suka mencari berbagai tasikan perubahan dalam proses pembelajaran sumberi informasi dari internet, sehingga di sekolah, salah satunya adalah pembelajaran keinginan dan kemauan untuk membaca di bercirikan HOTS (Istiqomah. 2018: 7). Untuk perpustakaan rendah. Dalam kaitan dengan mampu mengimplementasikan pembelajaran upaya mendukung keberhasilan pembelajaran HOTS, maka semua stakeholder sekolah harus HOTS, perpustakaan wajib menyediakan mendukung keberhasilan proses pembelajaran berbagai buku yang bertema HOTS yang bisa ini. Semua unsur-unsur di sekolah harus dipakai oleh siswa ataupun guru. Dengan dipersiapkan dengan baik. Unsur-unsur itu membaca buku tentang HOTS, siswa dan guru meliputi siswa, orang tua siswa, fasilitas yang makin memahami tentang HOTS. Ketersediaan mendukung pembelajaran, maupun guru. buku ini, ditindak lanjuti dengan berbagai Siswa sebagai subyek dan obyek pembel- program pembelajaran yang menggiatkan siswa ajaran harus mulai memahami tujuan untuk membaca, sebagai bagian mendukung pembelajaran yang diberikan guru. Harapannya program literasi sekolah. dengan pembelajaran HOTS yang dibuat guru, Unsur terakhir yang paling penting dan maka siswa mampu mengaplikasikan merupakan ujung tombak perubahan kemampuan kritis dan analitisnya terhadap pembelajaran HOTS adalah guru. Dalam kaitan permasalahan di sekitarnya. Jadi pandangan pembelajaran HOTS di sekolah, guru harus mau siswa yang hanya menjadikan guru sebagai mengubah mindset pembelajaran yang satu-satunya sumber belajar harus diubah. diterapkannya di sekolah. Pembelajaran yang Siswa mulai berpikir menjadikan apa yang ada dahulu didominasi sistem monolog dan disekitarnya sebagai sumber belajar. Siswa ceramah, harus diubah dengan pola baru yang secara aktif dibiasakan menerapkan konsep menggiatkan potensi dan kemampuan siswa pembelajaran yang telah diterima di sekolah, secara optimal dengan menerapkan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berpikir HOTS. dihadapi saat ini. Penerapan kemampuan berpikir HOTS di Orang tua sebagai salah satu stakeholder, sekolah menjadikan siswa lebih tangguh dan harus mendukung pula kemampuan berpikir mampu memecahkan masalahnya sendiri. Fakta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 43 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills yang ditemukan sekarang banyak siswa yang mendorong siswa mengasimilasikan suatu menjadikan bahan-bahan pembelajaran di konsep atau suatu prinsip dengan bimbingan sekolah sebagai bahan hafalan, tanpa disertai dari guru. Pembelajaran discovery menempatkan penerapan akan apa yang dipelajarinya. Abad guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa XXI menuntut siswa lebih kreatif dan mampu ketika diperlukan. Dalam model ini siswa membaca keadaan zaman. Tanpa upaya ini, didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat anak bisa tergilas oleh perubahan zaman. menemukan prinsip umum berdasarkan bahan Kemampuan berpikir HOTS menjadikan siswa atau data yang telah disediakan guru. Sampai mampu survive dalam persaingan global yang seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung saaat ini dihadapi. kemampuannya dan materi yang sedang Melihat begitu pentingnya pembelajaran dipelajari. dan penilaian HOTS untuk saat ini, maka guru Metode inkuiri adalah strategi pembelajaran harus segera beru-paya menyeleng-garakan yang memungkinkan para peserta didik pembel-ajaran HOTS di sekolah. Namun dalam mendapat-kan jawaban sen-diri. Jauhar (2011) prakteknya, guru tidak bisa mendadak mem- menyebutkan bahwa pembel-ajaran inkuiria berikan penilaian dalah sebuah dengan sistem proses untuk HOTS, bila dalam memperoleh dan proses pembel- Pembelajaran yang dahulu mendapatkan ajaran sehari-hari didominasi sistem monolog dan informasi dengan tidak pernah ceramah, harus dirubah pola baru m e l a k u k a n membiasakan yang menggiatkan potensi dan observasi dan atau model pembel- kemampuan siswa secara eksperimen untuk ajaan HOTS. Guru optimal dengan kemampuan mencari jawaban harus mendesign berpikir HOTS. atau memecahkan pembelajaran dan masalah terhadap penilaian HOTS pertanyaan atau ini dengan matang, dari tahapan persiapan, rumusan masalah dengan menggunakan pelaksanaan, dan evaluasi. kemampuan berpikir kritis dan logis. Tahapan persiapan, dimulai dengan Pembelajaran ini bertujuan untuk memberikan pembuatan RPP yang dirancang, dilaksanakan, cara bagi siswa untuk membangun kecakapan- dan dievaluasi secara terpadu. Pembuatan RPP kecakapan intelektual terkait dengan proses- dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip proses berpikir reflektif. pembuatan RPP yang ditetapkan dalam Metode pembelajaran ini dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2013 dengan penyampaian bahan pelajarannya tak dalam konsep literasi, pendidikan karakter, HOTS, dan bentuk final atau langsung, tetapi siswa diberi tuntutan pembelajaran abad XXI. Integrasi dapat peluang mencari, meneliti dan memecahkan dituangkan pada penulisan indikator, tujuan, jawaban menggunakan teknik pemecahan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan masalah. Dalam proses pembelajaran ini, siswa penutup, dan penilaian. diharapkan bekerja dan mengalami, bukan Dalam tahapan pelaksanaan pembelajaran berupa transfer pengetahuan dari guru ke siswa. HOTS, guru menerapkan model pembelajaran yang membiasakan siswa berpikir tingkat tinggi. Meskipun sudah cukup banyak bukti-bukti Istiqomah (2018) menyebutkan ada beberapa yang menunjukkan keunggulan metode inkuiri model pembelajaran berpikir tingkat tinggi sebagai model pembelajaran, dewasa ini masih (HOTS), yakni discovery (penemuan terbimbing) banyak guru yang merasa keberatan atau tidak dan inquiry (inkuiri, penyelidikan). Pembelajaran mau menerapkannya di dalam kelas. discovery adalah proses pembelajaran yang Kebanyakan guru masih tetap mempertahankan

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills strategi pembelajaran tradisonal, karena anak hafal, tahu, tanpa bisa mempraktekkannya. menganggap inkuiri sebagai strategi pembelajar- Namun, idealnya pembelajaran sudah pada an yang sulit diterapkan. tataran transfer, anak bisa menerapkan dan Tahapan evaluasi dalam pembelajaran mempraktekkan pengetahuannya untuk HOTS , dilakukan dengan membuat penilaian memecahkan masalah yang dihadapinya saat kepada siswa yang mengukur kemampuan ini, khususnya tantangan modernisasi dan berpikir tingkat tinggi yang dimilikinya. globalisasi. Pengukuran dilakukan terhadap kemampuan Penerapan keterampilan berpikir tinggi bagi berpikir yang tidak sekedar mengingat (recall), siswa sangat urgen, mengingat perkembangan menyatakan kembali (restate), atau merujuk zaman dengan berbagai tantangan yang luar tanpa melakukan pengolahan (recite), melainkan biasa. Perkembangan dunia digital yang mengukur dimensi metakognitif yang menggam- berpotensi membuat ketergantungan, kematang- barkan kemampuan menghubungkan beberapa an semu siswa, dan tantangan globalisasi perlu konsep yang berbeda, menginterpretasikan, dijawab dengan menerapkan HOTS dalam memecahkan masalah, memilih strategi peme- dunia pendidikan. cahan masalah, menemukan metode baru, berar- Penerapan HOTS memerlukan keterlibatan gumen dan mengambil keputusan yang tepat. semua pihak di lingkungan pendidikan, dan Anderson dan Kratwohl dalam Istiqomah tidak hanya pada tataran konsep, tetapi juga (2018), menyebutkan ada dua cara yang berupa praktek nyata. Sekolah sebagai institusi dijadikan pedoman dalam menulis soal HOTS, formal pendidikan harus mampu menjadi yakni: (1) materi yang ditanyakan diukur inisiator perubahan. Dukungan terhadap menggunakan perilaku sesuai ranah kognisi penerapan pembelajaran HOTS dapat HOTS pada level menganalisis, mengevaluasi, dilakukan dengan menyediakan fasilitas yang dan mencipta, dan (2) setiap pertanyaan diberi mendukung seperti buku-buku atau media lain stimulus berbentuk sumber /bahan bacaan di perpustakaan, mengadakan pelatihan, seperti teks bacaan, paragraf, kasus, gambar, ataupun seminar untuk guru, siswa, ataupun grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/simbol, orang tua siswa dan memberi ruang yang luas contoh atau rekaman suara. kepada orang tua siswa untuk terlibat dalam Pada prinsipnya, penilaian HOTS pembudayaan kemampuan berpikir HOTS. menggunakan material pengenalan yang Guru sebagai garda terdepan harus mampu memudahkan dan merangsang “berpikir menjadi pendobrak perubahan, minimal dalam sesuatu” siswa. Material pengenalan bisa berupa lingkup yang bisa ditangani sendiri, seperti situasi dunia nyata, tugas otentik, materi visual dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi berupa gambar, diagaram, tabel, peta, kutipan, pembelajaran. Penerapan HOTS dilakukan maupun paragraf. Dari material pengenalan dengan menggunakan model discovery dan awal ini, siswa berupaya membuat penerapan inquiry. Evaluasi HOTS menggunakan stimulus dan penalaran sesuai dengan konsep-konsep dan berorientasi pada pengukuran kemampuan dasar yang telah diperoleh dan dipunyai siswa pemecahan masalah, menemukan metode baru, dalam pembelajaran di sekolah. berargumen, dan mengambil keputusan. Yang penting adanya kemauan dan upaya kreatif Simpulan mencoba hal baru, tidak berkutat di hal lama yang sudah mengakar dan ketinggalan zaman. Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) Tanpa berani membuat terobosan baru, kemaju- merupakan keterampilan berpikir yang mampu an bangsa tidak akan terjadi. Harapannya, dari membentuk anak tidak hanya sekedar meretensi lingkup yang kecil-kecil mulai mencoba pengetahuan, tetapi sudah pada level menerapkan HOTS bagi masing-masing guru mentransfer. Meretensi pengetahuan adalah maka perlahan-lahan perubahan tersebut dapat pembelajaran yang hanya bertujuan menjadikan terjadi. Pada akhirnya kemajuan anak didik,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 45 Urgensi dan Penerapan Higher Order Thingking Skills yang menjadi tulang punggung kemajuan Istiqomah, S.Pd., M. Pd. (2018). Pembelajaran dan bangsa dapat terjadi dan bangsa Indonesia tidak penilaian higher order thinking skills. ketinggalan lagi dengan bangsa lain. Surabaya: CV Pustaka Media Guru Jauhar, Mohammad, S.Pd.( 2011). Implementasi Daftar Pustaka PAIKEM. Jakarta: Prestasi Pustaka Nugroho, Arifin, R. (2018). HOTS (Higher Order Airasian, Peter, W, dkk. (2017). Kerangka landasan Thinking Skills). Jakarta: Grasindo untuk pembelajaran, pengajaran, dan asesmen. Shin, Yee-Jin. (2013.) Mendidik anak di era digital. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bandung: Nou Arikunto, Suharsimi, Prof., Dr. (2018). Dasar- dasar evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Implementasi Berpikir Reflektif Opini

Implementasi Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar

Hilda Karli Email: [email protected] Universitas Terbuka UPBJJ- Bandung

Abstrak erpikir reflektif merupakan salah satu berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking) yang perlu diperkenalkan, dan dilatihkan agar terbiasa sejak siswa di SD. Melalui kegiatan B berpikir reflektif diharapkan siswa SD dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dengan bertanggungjawab dan mandiri. Dalam menyelesaikan masalah seseorang, tidak ada prosedural yang rutin. Oleh karena itu siswa bebas menentukan teori, ilmu atau caranya menurut pikirannya sendiri. Guru berperan sebagai jembatan dalam menciptakan kondisi agar siswa berpikir reflektif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Ada 3 tahap untuk melatih siswa berpikir reflektif yaitu tahap pertama mempersiapkan siswa untuk dapat menghadirkan kembali pengetahuan dan pengalamannya. Selanjutnya tahap kedua adalah mengajak siswa untuk berpikir ulang dan menjelaskan perasaannya. Tahap ketiga adalah mengevaluasi pengalamannya sebagai pemantapan diri. Berpikir reflektif diperkenalkan pada siswa SD dari kelas 1 sampai kelas 6 SD secara bertahap dari yang mudah hingga sukar. Kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk merangsang berpikir reflektif antara lain permainan, penulisan, dan presentasi.

Kata-kata kunci: berpikir reflektif, pembelajaran Sekolah Dasar

Implementation of Reflective Thinking in Learning Process at Elementary School

Abstract Reflective thinking is one of high order thinking skills that needs to be introduced and trained to students since elementary school. Through reflective thinking activities it is expected that elementary students can solve their own problems with responsibility and independence. In solving problems, someone does not have to follow routine procedures. Therefore, students freely determine the theory, science or the way according to their own consideration. The teacher facilitates in creating conditions so that students do reflective thinking in the classroom activities. There are 3 stages. The first stage is preparing students to be able to recall their knowledge and experience. The second stage is to engage students to rethink and describe their feelings. The third stage is to engage students to evaluate their own experiences so that the lesson becomes part of their personal self. Reflection thinking is introduced to elementary student grade 1 to 6, gradually from the easy to difficult level. Learning activities that can be used to stimulate reflective thinking are, but not limited to, games, writing, and presentation.

Key words: reflective thinking, elementary school learning

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 47 Implementasi Berpikir Reflektif

Nasional (BNN) kasus narkoba sudah Pendahuluan memasuki siswa SD terlihat dari data tahun 2007 terdapat sekitar 12.340 anak yang sudah Salah satu keunikan manusia berakal budi. terjerumus ke lembah narkoba seperti mulai isap Manusia dapat memecahkan permasalahannya rokok, lentingan tembakau, uap hirup inhalen, dengan menggunakan pikiran dan kata hatinya. ganja, heroin, morfin dan ekstasi. (www. Hewan dapat berpikir untuk kelangsungan Newrakyatku.com diunduh tanggal 30 hidupnya namun cara berpikirnya berbeda September 2018). Generasi muda sekarang tidak dengan manusia dan tidak menggunakan kata kuat mental ketika menemui masalah langsung hati. Susunan otak dan pengaruh hormon stress atau bunuh diri. Kasus mahasiswa hewan berbeda dengan manusia sehingga cara universitas swasta di Malang, seorang berpikir hewan berbeda dengan manusia. Mimpi mahasiswa putus asa dan gantung diri. Remaja merupakan manifestasi dari pikiran di bawah usia 18 tahun di Sulawesi Selatan bunuh diri alam sadar yang terungkap dari pengalaman minum racun di depan pacarnya karena urusan yang ingin terulang atau peristiwa lain. asrama. Juga remaja SMA usia 18 tahun di Kediri Setiap manusia memiliki cara berpikir nekad terjun ke sungai karena depresi. (www. yang berbeda, hal ini dapat terlihat dari perilaku TribunMedan.com diunduh tanggal 30 dan sikapnya. Berpikir adalah proses dari September 2018). Dari ulasan beberapa media informasi yang diterima dari lingkungan secara di atas, generasi muda secara mental lemah mental, di mana ada penyesuaian ulang dari dalam menghadapi permasalahan hidupnya. informasi tersebut dan simbol yang telah Kurang terampil dalam mencari solusi dalam disimpan di otak dalam jangka waktu lama. permasalahannya, cepat bertindak tanpa dipikir Otak adalah organ utama yang mengatur matang. Mudah menerima informasi dari media manusia untuk berpikir dan bertindak. Proses sosial tanpa disaring lebih dulu. Kurang dapat berpikir dimulai dari informasi yang diterima mengorganisasikan dirinya seperti kemandirian dari lingkungan melalui indera masuk ke otak dan tanggungjawab. Generasi muda milenial diolah dengan bantuan hormon dan saraf terampil menyelesaikan soal latihan atau UAS kemudian disimpan dalam memori otak dan jika namun kurang terampil dalam mencari solusi, ada perintah untuk dilakukan maka muncul mempertahankan eksistensi hidup, atau perilaku sesuai perintah otak. mengambil kesimpulan yang bijaksana dalam Ciri individu yang sukses berpikir adalah hidup. yang mencari informasi sebanyak-banyaknya Peristiwa tersebut mendorong peran sebelum memutuskan, sukses berin-teraksi keluarga, sekolah dan masyarakat untuk serta dengan orang lain, mampu mengenali dirinya memperbaiki kondisi tersebut. Setiap individu sendiri dan orang lain, mampu memperbaiki dalam menjalankan kehidupan di masyarakat kompetensi dirinya untuk lebih baik, mampu akan menemui permasalahan yang tentu harus beradaptasi dan memilih tujuan hidup dalam dipecahkan guna mempertahankan hidupnya. berpikir dan berperilaku. Sebaliknya individu Dalam memecahkan permasalahan setiap yang tidak mau berpikir adalah individu yang individu berbeda tergantung dari cara berpikir- merasa idenya kurang baik sehingga ide tersebut nya. Individu akan tepat mengambil keputusan takut tidak diterima oleh orang lain, takut gagal, untuk bertindak guna memecahkan permasalah- kurang termotivasi, kurang tekun, sering annya dengan menggunakan berpikir tingkat menunda dan tergantung pada orang lain. tinggi sebaliknya individu kurang tepat dalam Revolusi industri 4.0 yang sudah memasuki memecahkan permasalahannya jika hanya era milineal melalui berbagai media, politik, dan menggunakan berpikir tingkat rendah. Individu ekonomi. Negara Indonesia perlu menyiapkan dapat berpikir tingkat tinggi melalui latihan generasi muda yang siap dan tangguh untuk keterampilan berpikir dalam kehidupannya. memasuki masa revolusi industri 4.0. Peristiwa Dasar untuk melatih keterampilan tingkat tinggi menyedihkan banyak terjadi pada generasi adalah melatih kemampuan dasar berpikir yang muda Indonesia. Menurut Badan Narkotika disebut keterampilan berpikir dasar.

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Implementasi Berpikir Reflektif

Kemahiran seorang invidu dalam dan melatihkan keterampilan berpikir tingkat memecahkan permasalahannya tergantung dari tinggi. Berpikir reflektif merupakan bagian dari kecerdasan berpikirnya. Semakin banyak berpikir tingkat tinggi. Siswa bukan hanya wawasan pengetahuan yang dimilikinya dan sekedar dilatihkan soal ulangan atau soal untuk terbiasa dalam berpikir maka individu tersebut UN tetapi di sekolah guru melatih melalui semakin cerdas dalam berpikir dan bertindak. berbagai mata pelajaran siswa dapat melatih Manusia hidup dalam kedinamisan selalu berpikir reflektif. berubah oleh karena itu perlu terus belajar dan King dalam Suharna (2015 : 67) mengung- berpikir dengan segenap potensi yang kapkan bahwa berpikir tingkat tinggi terdiri dari dimilikinya agar mampu bertahan hidup. berpikir logika, reflektif, metakognitif dan kreatif. Membiasakan untuk menghubungkan dan Berpikir reflektif suatu kegiatan berpikir yang membangun makna dari pengalaman mereka dapat membuat siswa berusaha melalui refleksi itu penting.Refleksi melibatkan menghubungkan pengetahuan yang diperoleh- hubungan antara pengalaman dengan nya untuk menyelesaikan permasalahan baru pembelajaran sebelumnya. Selain itu refleksi juga yang berkaitan dengan pengetahuan lamanya. melibatkan penarikan informasi kognitif dan Santrock mengungkapkan bahwa siswa yang emosional dari auditori, visual dan kinestik. memiliki gaya reflektif cenderung menggunakan Seseorang akan lebih banyak waktu memproses infor- untuk merespon dan masi, mensintesa merenungkan aku- dan mengevaluasi Berpikir reflektif suatu kegiatan rasi jawaban. Siswa data, kemudian berpikir yang dapat membuat yang berpikir reflek- direnungkan dan siswa berusaha menghubungkan tif sangat lamban akhirnya bertin- pengetahuan yang diperoleh-nya dan berhati-hati dak. Melatih dan untuk menyelesaikan dalam memberikan membiasakan permasalahan baru yang respon tetapi cende- individu berpikir berkaitan dengan pengetahuan rung memberikan terjadi di mana lamanya. jawaban yang benar. saja misalnya Siswa yang reflektif dalam keluarga, lebih mungkin mela- sekolah, tempat kerja, dan masyarakat. lukan tugas-tugas seperti mengingat informasi Pendidikan di sekolah merupakan wadah yang terstruktur, membaca dengan memahamii tidak hanya untuk memperoleh banyak dan mengintepre-tasikan bacaan, memecahkan informasi tetapi membawa pembelajaran dalam masalah dan membuat keputusan, selain itu tindakan sehari-hari. John Dewey mengatakan siswa yang berpikir reflektif mempunyai standar siswa yang sukses akan tahu bagaimana kerja yang tinggi serta berkonsentrasi dari mengindentifikasi pertanyaan dan masalah informasi yang relevan. ketika mereka mereflkesikan apa yang sudah Hasil penelitian yang berhubungan dengan mereka ketahui, apa yang mereka inginkan dan berpikir refleksi anataralain: Rahmy Zulmaulida perlu diketahui serta bagaimana mereka dapat (2010:32-33) dalam judulnya “Peningkatan meningkatkan pemahaman. Siswa yang kurang Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, Reflektif berhasil perlu mengembangan kebiasaan (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui berpikirnya. Salah satu cara untuk melatih Pembelajaran Berbasis Masalah menemukan keterampilan berpikir dan memperbaiki bahwa individu yang dapat mengatur kata sehingga terbiasa untuk mengembangkan cara hatinya akan berpikir reflektif dan dapat berpikir tingkat tinggi melalui proses kegiatan menyelesaikan masalah secara berhati-hati. bel;ajar mengajar di kelas. Pendidikan dasar Siswa akan berpikir sebelum bertindak, bukan untuk mempertajam pengetahuan secara menyusun rencana kegiatan, berusaha kognitif saja melainkan untuk memperkenalkan memahami petunjuk, dan merancang strategi

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 49 Implementasi Berpikir Reflektif untuk mencapai tujuan, mempertimbangkan Namun sayang guru kurang menekankan pada beragam alternatif dan konsekuensinya sebelum proses merenungkan tersebut. Pertanyaan bertindak, mengumpulkan informasi yang tersebut dijawab secara masal dikelas secara relevan, dan mendengarkan pandangan umum oleh siswa. Umumnya guru memiliki alternatif lainnya. Jozua Sabandar (2013 :190) target untruk menyelesaikan materi tema tersebut mendeskripsikan tentang berpikir reflektif untuk sesuai waktu yang telah direncanakan. menemukan cara dalam menyelesaikan masalah Sedangkan untuk kelas rendah (1-3 SD) berpikir dalam pembelajaran matematika. Hasil reflektif berupa pertanyaan pada siswanya penelitian lainnya diungkap oleh Hery Suharna apakah materi pelajaran yang diajarkan pada (2015;156) bahwa berpikir reflektif siswa SD setiap subtema tersebut bisa dipahami atau adalah sebagai sarana untuk mendorong tidak. Pada setiap subtema disajikan beberapa pemikiran selama situasi pemecahan masalah, pertanyaan konsep materi yang diajarkan dan karena memberikan (peran penting pemikiran siswa diminta untuk memberikan ceklist pada reflektif) kesempatan untuk belajar dan setiap pertanyaan tersebut oleh guru. Kadang memikirkan strategi terbaik untuk mencapai guru tidak membahasnya dan bahkan siswa tujuan pembelajaran. Siswa SD yang tidak pernah mengisinya. Contohnya kelas 1 mempunyai latar belakang dan kemampuan tema 3 (Kegiatan sehari-hari) pada sub tema 1 matematika berbeda-beda, juga mempunyai (kegiatan pagi hari) tertera beberapa pertanyaan kemampuan menyelesaikan masalah matemati- seperti: mengenal kosa kata yang berhubungan ka yang berbeda. Hal ini sejalan dengan dengan pagi hari, melafalkan bunyi Pancasila, pendapat dari Polya bahwa setiap individu akan memberi contoh kebiasaan pagi hari sesuai sila berbeda cara menyelesaikan permasalahan Pancasila, bernyanyi sambil membedakan matematikanya tidak harus ikuti prosedural. panjang pendek bunyi, melakukan gerakan Masyarakat modern yang semakin kompleks melempar dengan benar, menyusun huruf ditambah dengan perkembangan teknologi menjadi kosa kata yang benar, membilang informasi yang semakin canggih dan cepat, bilangan 11 sampai 20 dengan cara siswa SD sebagai pengguna teknologi informasi mengelompokkan benda dst. Ada 15 pertanyaan perlu membiasakan berpikir reflektif dari yang harus dijawab siswa SD kelas 1 setelah informasi yang diterimanya. Sejak SD siswa mereka belajar 1 sub tema. Apakah siswa SD diberi kesempatan secara mental untuk kelas 1 yang baru masuk sekolah dapat memproses pengalaman belajar dengan berpikir memahami pertanyaan tersebut? Siswa akan reflektif di sekolah melalui berbagai mata mengisi tanpa memahami dan tanpa pelajaran yang dalam kegiatan mereka sehari- merefleksikan apakah paham atau tidak. hari. Hal ini membantu siswa untuk dapat Merefleksikan bukan sekedar memahami menyadari kemajuan belajarnya serta lebih siap atau tidak konsep pelajaran yang dibahas tapi siswa diminta untuk berpikir secara mental dari secara intelektual, emosi, fisik dan sosial dalam pengalaman yang sudah dialami dengan memasuki tahap perkembangan SMP nantinya ditambah informasi pengetahuan yang baru atau mempertahankan hidupnya. diterimanya untuk dapat dimaknai apa yang Penulis mengamati buku tematik Diknas sebaiknya dilakukan untuk yang akan datang sudah mengunakan berpikir reflektif Untuk berkaitan dengan pengalaman dan pengeta- kelas 4-6 SD pada setiap sub tema ada huan tersebut. Pertanyaan tersebut lebih cocok pertanyaan berupa reflektif yang dikaitkan untuk sang guru untuk evaluasi mengajarnya, dengan mata pelajaran seperti Matematika, apakah ada materi pelajaran yang belum PPKn, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS. Pada disampaikan pada siswa atau tidak, bagaimana setiap sub tema diakhiri dengan ayo renungkan. umpan balik siswa setelah belajar apakah sudah Beberapa pertanyaan diajukan seperti: Apakah dipahami semua? Dari hasil pengamatan hal tersebut berguna bagi kehidupanmu? tersebut penulis tertarik untuk membahas secara Bagaimana perasaanmu selama belajar? literatur apa, mengapa dan bagaimana Adakah hal lain yang ingin kalian ketahui? Apa implementasi berpikir reflektif saat proses yang kamu pelajari dari kegiatan hari ini? pembelajaran berlangsung di SD?

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Implementasi Berpikir Reflektif

Hasil dan Pembahasan Creative Berpikir artinya menggunakan akal budi, ingatan dan angan-angan. Berpikir berarti Criticall menggunakan akal budi untuk mempertim- bangkan dan memutuskan sesuatu. Menurut Basic Solso dalam Russel (2007; 56) berpikir merupakan proses yang menghasilkan Recall representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan Gambar 1: informasi yang kompleks antara berbagai proses Tahapan Berpikir Manusia mental, seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah. Artinya tinggi adalah kegiatan berpikir yang seseorang berpikir itu secara mental melakukan menggunakan berbagai strategi dalam proses aktivitas dan secara sadar akan terlihat memecahkan permasalahannya seperti berpikir dalam perilaku sehari-hari. kritis dan berpikir kreatif. Berpikir secara sadar yang dilakukan Recall (menghafal) dan Basic (dasar) manusia dapat dikatagorikan menjadi berpikir termasuk berpikir namun tahapan ini tidak tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi termasuk berpikir tingkat tinggi. Creative (kreatif) (Rajendra, 2010:60). Berpikir tingkat rendah dan Critical (kritis) termasuk berpikir tingkat adalah kegiatan berpikir rutinitas di mana tinggi. Cara berpikir kreatif dan kritis bukan penggunaan pikirannya terbatas pada hal yang sekedar menghafal secara verbalistik saja namun dilakukan secara berulang-ulang saja untuk memaknai hakikat yang terkandung untuk memecahkan permasalahannya seperti bekerja mampu memaknai makna dibutuhkan melalui di bawah aturan, mengguna- kan informasi data untuk menghitung misalnya meng- hitung nilai rapot siswa di Berpikir tingkat tinggi sekolah, menghitung penjual- an perbulan di perusahaan. Seekor hewan pun melaku- kan kegiatannya mengguna- kan pikiran tingkat rendah. Pikir kritis Pikir kreatif Hal ini dapat dilakukan karena ada stimu-lus dari Ide Inferensi lingkungan dan respon yang Analisis Mengungkap diberikan oleh individu Prediksi kan pendapat secara berulang-ulang secara Sesuai tujuan terus menerus. Sejalan dengan teori behavioristik yang dikemuka- kan oleh Thorndike bahwa Stimulus – Respon (S-R) yang dilakukan terus menerus Berpikir tingkat rendah akan menjadi sebuah pembia- saan. Seseorang yang berpikir Pemecahan masalah Pengambilan keputusan tingkat rendah dapat mela- kukan kegiatan di bawah alam sadar melalui insting. Gambar 2: Sedangkan berpikir tingkat Berpikir Kreatif dan Kritis

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 51 Implementasi Berpikir Reflektif berpikir yang terpadu seperti analisis, sintesis, tukan, apakah akan menerima atau menolaknya; mengasosiasi, dan mengintepretasi untuk e) Individu menerapkan cara pemecahan menarik kesimpulan menuju ide-ide yang masalah yang sudah ditentukan dan dipilih, produktif. Lauren Resnick mendefinisikan kemudian hasilnya apakah ia menerima atau bahwa berpikir tingkat tinggi cenderung menolak hasil kesimpulannya. kompleks artinya langkah atau urutan tidak Proses berpikir reflektif tidak tergantung dapat dilihat dari satu sisi saja. Berpikir tingkat pada pengetahuan siswa semata, tapi proses tinggi sering menghasilkan multisolusi walau bagaimana memanfaatkan pengetahuan yang setiap solusi ada kelebihan dan kekurangan. telah dimilikinya untuk memecahkan masalah Berpikir tingkat tinggi perlu pertimbangan dan yang dihadapi. Jika siswa dapat menemukan cara intepretasi. (http://researchgate.net/diunduh memecahkan masalah yang dihadapi sehingga tanggal 18 Nopember 2018). dapat mencapai tujuannya maka siswa tersebut Menurut King berpikir tingkat tinggi terdiri telah melakukan proses berpikir reflektif. Pada dari berpikir logika, reflektif, metakognitif dan dasarnya berpikir reflektif merupakan kemampu- kreatif. Berpikir reflektif suatu kegiatan berpikir an siswa dalam menyeleksi pengetahuan yang yang dapat membuat siswa berusaha menghu- telah dimiliki dan tersimpan dalam memorinya bungkan pengetahuan yang diperolehnya untuk untuk menyelesaikan setiap masalah yang menyelesaikan permasalahan baru yang dihadapi untuk mencapai tujuan-tujuannya. berkaitan dengan pengetahuan lamanya.Di Revolusi indutri 4.0 yang sangat cepat mana siswa harus dapat menghubung- berubah perlu generasi muda yang handal, hubungkan antara ide, pengalaman, pengeta- mandiri, tanggungjawab serta berpikir tingkat huan, pendapat orang dst. Individu yang berpikir tinggi dalam menyelesaikan tugas dan kritis dan kreatif tentu akan melakukan tahap permasalahan yang muncul. Pendidikan sebagai berpikir reflektif saat proses berpikirnya. salah satu wadah yang membina generasi muda Berpikir reflektif merupakan salah satu perlu mengantisipasi. Untuk menghasilkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order outcomes sesuai kebutuhan revolusi industri 4.0 thinking). Dewey mengungkapkan 3 kemampuan mengelola berpikir sangatlah karakteristik berpikir reflektif antaralain: The pre- penting. Berpikir tingkat tinggi sangatlah reflective situation, a situations experiencing diperlukan untuk era tesebut guna memperta- perplexity, confusion, or doubts; the post-reflective hankan hidup dan bijaksana dalam mengambil situation, situation in which such perplexity, keputusan. Berpikir tingkat tinggi melibatkan confusion, or doubts are dispelled; and the reflective penggalian makna, dan penemuan pola dalam situation, a transitive situations from the pre-reflective ketidakberaturan. Pendidikan merupakan proses situation to the post-reflective situation ...” Situasi sosial dimana anggota masyarakat yang belum pre-reflektif yaitu suatu situasi seseorang matang (terutama anak-anak) diajak ikut mengalami kebingungan atau keraguan; situasi berpartisipasi dalam masyarakat. Pendidikan reflektif yaitu situasi transitif dari situasi pra- adalah proses belajar sepanjang hayat. reflektif dengan situasi pasca-reflektif atau Oleh karena itu tujuan dari pendidikan terjadinya proses reflektif; dan situasi pasca- adalah memberikan kontribusi dalam perkem- reflektif yaitu situasi dimana kebingungan atau keraguan tersebut dapat terjawab. Menurut John bangan pribadi dan sosial seseorang melalui Dewey proses berpikir reflektif yang dilakukan pengalaman dan pemecahan masalah yang oleh individu akan mengikuti langkah-langkah berlangsung secara reflektif. Pendidikan dimulai sebagai berikut. a) Individu merasakan problem; dari pendidikan dasar oleh karena itu pendidik- b) Individu melokalisasi dan membatasi an di SD merupakan fundamental keberhasilan pemahaman terhadap masalahnya; c) Individu dari pendidikan suatu bangsa. Siswa SD berada menemukan hubungan-hubungan masalahnya pada rentang usia 7-12 tahun berada pada tahap dan meru-muskan hipotesis pemecahan atas operasional kongkrit, menurut Piaget pada masa dasar pengetahuan yang telah dimilikinya; d) tersebut siswa masih membutuhkan bantuan Individu mengevaluasi hipotesis yang diten- benda kongkrit untuk berpikir.

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Implementasi Berpikir Reflektif

Tahapan berpikir logika mulai dilatihkan pengalaman belajar, mengiden-tifikasi apa yang melalui pembelajaran seperti matematika, IPA, mereka pelajari, memodifikasi pemahaman IPS, Bahasa Indonesia dan PPKn. Siswa SD kelas mereka berdasarkan informasi dan pengalaman 6 mengalami transisi dari berpikir logika ke baru dan mentransfer pembelajaran mereka ke berpikir abstrak. Berpikir abstrak merupakan situasi lain; 5) Pemikiran reflektif membantu bagian dari berpikir tingkat tinggi. Pada masa siswa menjadi lebih sadar akan kemajuan belajar tersebut siswa perlu dilatih agar pola berpikirnya mereka, memilih strategi untuk memecahkan dapat berkembang ke arah pola piker tingkat masalahnya, mengidentifikasi cara untuk tinggi. Artinya siswa tidak perlu bantuan membangun pengetahuan yang mereka kongkrit lagi untuk memahami suatu objek atau butuhkan untuk menyelesaikan masalah. masalah, mereka dapat mengidentifikasi lalu Berpikir reflektif membutuhkan evaluasi yang mengintepretasi, menganalisa serta menyimpul- terus menerus sehingga perlu dilatihkan dan kan sesuatu lebih hati-hati dan bertang- dibiasakan sedari SD. gungjawab. Achivement Goals, The Classroom Environtment, Berpikir reflektif penting dilatihkan pada And Reflective Thinking: A Conceptual Framework”, siswa SD antaralain karena: 1) Masyarakat dalam Electronic Journal Of Research in Educational modern yang semakin kompleks ditambah Psycology, Vol 6 No. 12 Dewey mengatakan dengan perkembangan teknologi informasi yang bahwa berpikir reflektif adalah suatu proses semakin canggih mental tertentu dan cepat, siswa yang memfokus- SD sebagai peng- kan dan mengen- guna teknologi Berpikir reflektif terjadi saat dalikan pola pikir- informasi perlu para siswa mencoba memahami an. Proses yang membiasakan ber- penjelasan dari orang lain, ketika dilakukan bukan pikir reflektif dari mereka bertanya, dan ketika sekedar suatu informasi yang urutan dari gagas- mereka menjelaskan atau diterimanya. Kelak an-gagasan, tetapi dewasa dapat menyelidiki kebenaran ide suatu proses lebih bijkasana mereka sendiri. sedemikian agar dalam menerima setiap ide yang informasi; 2) Seko- muncul mengacu lah adalah miniatur kehidupan oleh karena itu pada ide terdahulu untuk menentukan langkah pengetahuan baru yang dterima perlu berikut-nya. Semua langkah yang berurutan diterapkan dalam situasi kompleks dalam saling terhubung sehingga pikiran akan tumbuh kegiatan mereka sehari-hari. Sehingga siswa dan mendukung satu sama lain untuk terdorong untuk berlatih berpikir reflekstif; 3) menghasilkan sebuah kesimpulan. Dewey, Berpikir reflektif merupakan salah satu berpikir berpikir reflektif adalah: “active, persistent, and tingkat tinggi mengem-bangkan keterampilan careful consideration of any belief or supposed from siswa untuk menghu-bungkan pengetahuan of knowledge in the light of the grounds that support baru dengan sebelumnya, berpikir abstrak dan it and the conclusion to which it tends”. Jadi, berpikir konspetual, dapat menentukan strategi baru reflektif adalah aktif, terus menerus, gigih, dan dalam melaksanakan tugas-tugas, memahami mempertim-bangkan dengan seksama tentang cara berpikir dan strategi belajar mereka, segala sesuatu yang dipercaya kebenarannya membantu siswa dalam transisi dari tahap atau format tentang pengetahuan dengan alasan perkembangan SD ke SMP selanjutnya ke SMA yang mendukungnya dan menuju pada suatu dan Perguruan tinggi dari segi perkembangan kesimpulan. intelektual. Emosional, fisik dan sosial; 4) Berpikir reflektif terjadi saat para siswa Berpikir reflektif memberi kesempatan pada mencoba memahami penjelasan dari orang lain, siswa secara mental untuk memproses ketika mereka bertanya, dan ketika mereka

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 53 Implementasi Berpikir Reflektif menjelaskan atau menyelidiki kebenaran ide memberikan hasil secara cepat pada siswa. Guru mereka sendiri. Menurut Rahmy berpikir reflektif terlalu khawatir siswanya tidak tahu maka guru merupakan suatu kegiatan berpikir yang dapat memberi tahu semua informasi pada siswanya. membuat siswa berusaha menghubungkan Siswa sebagai penerima sifatnya pasif saja pengetahuan yang diperolehnya untuk terutama dalam proses berpikirnya. menyelesaikan permasalahan baru yang Dewey mengemukakan tentang peran berkaitan dengan pengetahuan lamanya. Proses berpikir reflektif bagi guru bahwa: ...ada dua kegiatan belajar mengajar yang terjadi antara tantangan bagi guru dalam berpikir reflektif guru dan siswa di kelas yang akan menjembatani yaitu: pertama, guru harus menjadi pengamat proses berlatih berpikir refletif agar menjadi dari semua yang menyangkut siswa di kelas sebuah pembiasaan siswa kelak dewasa. Melalui mereka. Mereka harus tahu semua kondisi yang berpikir reflektif siswa dapat menghubungkan bisa membuat hal-hal yang lebih baik atau lebih melalui konstruktif antara pengalaman, buruk bagi siswa serta konsekuensi dari kondisi pengetahuan yang sudah ada dan pengetahuan tersebut. Kedua, guru juga harus tahu tentang baru. Siswa dapat berpikir secara konseptual dan organisasi sekolah dan tentang suasana asbtrak. Siswa dapat memahami cara berpikir- sekitarnya pembelajaran anak. Dari pernyataan nya dan menerapkannya dalam kehidupan Dewey di atas guru yang menciptakan kondisi sehari-hari. Melatih mental dan lebih peduli dan yang menyenangkan dan menantang agar siswa hati-hati dalam mengambil keputus-an mulai termotivasi untuk berpikir reflektif dengan dari proses memilih, mengidentifikasi, berhipote- berbagai kegiatan saat proses belajar di kelas. sa, mengumpulkan data, menginte-pretasi dan Guru perlu mempertimbangkan kegiatan yang menyimpulkan. Selalu memperba-harui dirinya dilakukan siswa tersebut berlandaskan pada dan siswa dapat bebas menyelesai-kan masa- pengalaman dan konstruksi pengetahuan siswa lahnya sendiri. sendiri agar dapat meningkatkan pemahaman Proses berpikir reflektif tidak dapat siswa dalam internalisasi dirinya serta mampu dilakukan hanya beberapa kali saja dilatihkan menerapkan dalam kehidupannya (pembelajar- oleh guru di kelas, tetapi harus terus menerus. an bermakna). Guru memberikan tugas-tugas Namun sayangnya guru jarang melatihkan dalam berbagai situasi untuk mengeksplore berpikir reflektif saat proses mengajar di kelas. melalui kelompok kerja agar kehidupan sosial Oleh karena itu ketika siswa diminta untuk dan emosionalnya berkembang selain berpikir reflektif maka siswa terjebak dengan berpikirnya. Guru bertindak sebagai fasilitator pertanyaan., “ Apa yang harus saya kerjakan? maksudnya guru bertindak sebagai perantara Bagaimana saya merefleksikan? Saya sudah antara siswa dan pembelajaran, membimbing menyelesaikan tugas ini! Mengapa saya harus masing-masing siswa untuk mendekati kegiatan merefleksikannya lagi setelah saya pelajari? belajar secara strategis. Guru membantu setiap siswa memonitor kemajuan individu, membang- Siswa perlu banyak pengalaman untuk belajar un makna dari konten yang dipelajari dan dari berpikir reflektif melalui berbagai kegiatan dalam proses belajar, dan menerapkan pembelajaran proses pembelajaran di kelas. ke konteks dan setting lainnya. Peran guru sebagai ujung tombak dari Strategi guru agar tercipta proses belajar proses belajar sangatlah penting. Kenyataannya yang reflektif seperti membantu siswa dengan guru melatih dan membiasakan siswa untuk memunculkan masalah yang fokus untuk berpikir menghafal saja dengan mengerjakan direfleksikan oleh siswa, membimbing siswa soal latihan dan ulangan saja. Banyak buku yang bagaimana berpikir refleksi, melalui kata tanya diterbitkan oleh penerbit hanya drilling soal-soal seperti bagaimana dan mengapa. Secara saja. Siswa yang sering menghafal saja tentu kolaborasi antara guru, teman sebaya atau nara tidak dapat menghubung-hubungkan atau sumber untuk diskusi, memunculkan pengalam- menggabungkan berpikirnya dalam kehidupan an siswa yang paling terkesan atau sebaliknya nyata. Banyak guru yang gagal dalam melatih untuk dibahas, tidak saja kegiatan mental berpikir reflektif karena guru tergesa-gesa untuk berpikir tetapi kegiatan fisik yang sifatnya

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Implementasi Berpikir Reflektif

Tabel 1: Berpikir Reflektif Sesuai Jenjang Kelas di SD

Kelas Kegiatan Refleksi

Satu - Memberi komentar dari hasil refleksi berupa gambar tentang realisme. - Menunjukkan minat (apa yang benar-benar disukai siswa). - Melalui lisan dan permainan

Dua - Menuliskan refleksi dengan kalimat pendek berupa deskripsi berkaitan dengan (perasaan, kendala dan kemajuan) melalui gambar, lisan dan permainan - Merangsang refleksi dengan beberapa pertanyaan sederhana

Tiga - Menuliskan hasil refleksi lebih detail dengan kalimat yang baik - Merevisi hasil refleksi yang sudah diberi umpan balik dari guru - Merangsang refleksi dengan pertanyaan yang mengacu pada taksonomi bloom (C1-C6) - Merefleksi secara individu/kelompok dengan diskusi, tanya jawab, lisan, tertulis, permainan

Empat - Tahap belajar untuk menuliskan lebih rinci, runtut dan detail dan membayangkan apa yang tertulis serta dipahami oleh orang lain - Menambah/ merevisi hasil refleksi dari teman sejawat - Menuliskan syair /puisi pendek untuk menggambarkan hasil refleksi atau tokoh idola yang dibaca/tonton/lihat - Menuliskan perasaan/kendala/kemajuannya lalu oleh guru dikirim pada orang tua untuk di bahas secara internal di rumah - Mengerjakan proyek secara kelompok yang terorganisir

Lima - Membuat peta konsep/sketsa ringkasan perencanaan dan pelaksanaan untuk dipresentasikan dan mendapat masukan dari teman - Menuliskan lebih detail, runtut perasaan/kendala/kemajuan/idola/hasil proyek secara pribadi/kelompok bisa dengan blog/vlog/buku harian/drama/puisi/syair lagu melalui pertanyaan (taksonomi bloom) - Mengerjakan proyek (kelompok yang terorganisir) lalu merefleksikan setelah pelaksanaan secara kelompok - Menuliskan perasaan/kendala/kemajuannya lalu oleh guru dikirim pada orang tua untuk dibahas bersama

Enam - Menuliskan perasaan/kendala/kemajuan/idola/hasil proyek secara pribadi/kelompok bisa dengan blog/vlog/jurnal/buku harian/drama/ puisi/syair lagu/buku - Mempresentasikan dengan bantuan teknologi (power point dan film) dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan hasil untuk dikomentari agar dapat masukan untuk berikutnya - Menuliskan kalimat yang rinci, runtut, detail, punya gagasan/ide dan dipahami orang lain dengan gaya bahasanya sendiri melalui rangsangan pertanyaan taksonomi bloom (C1-C6) - Mengerjakan proyek (kelompok yang terorganisir) lalu merefleksikan setelah pelaksanaan melalui kelompok dan kelompok lainnya - Memotivasi pikiran dan hati nurani siswa agar yakin dapat hasil maksimal dengan menuliskan perasaan/kendala/kemajuannya lalu oleh guru dikirim pada orang tua untuk di bahas secara internal di rumah

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 55 Implementasi Berpikir Reflektif kongkrit akan membuatnya enjoy belajar, susun Selanjutnya tahap kedua adalah mengajak siswa kegiatan belajar mengajar secara bertahap sesuai untuk berpikir ulang dan menjelaskan perasaan- perkembangan usia siswa. nya, ketika siswa diminta untuk berpikir ulang Oleh sebab itu guru perlu strategi bagaimana tentang kendala yang paling sulit selama KBM cara membiasakan siswanya berpikir refleksi dalam bentuk tulisan atau gambar dan tahap (habist of minds). Ada 3 tahap agar siswa ketiga adalah mengeva-luasi pengalamannya bwerpikir reflektif yaitu tahap mempersiapkan sebagai pemantapan diri ketika siswa mendapat siswa untuk dapat menghadirkan kembali pengayaan atau respon dari guru. pengetahuan dan pengalamannya. Selanjutnya Contoh berpikir reflektif pada kelas 4 SD tahap kedua adalah mengajak siswa untuk meminta siswa secara kelompok untuk berpikir ulang dan menjelaskan perasaan-nya mengerjakan sebuah proyek atau percobaan IPA dan tahap ketiga adalah mengevaluasi misalnya saat KBM. Dalam buku tematik dinas pengalamannya sebagai pemantapan diri. sudah disajikan secara singkat bahan renungan Berpikir refleksi diperkenalkan pada siswa SD pada setiap sub tema. Umumnya guru meminta secara bertahap dari mulai yang mudah pada siswa mengisi LKS (lembar kerja siswa) atau tingkat yang sukar. Pada Tabel 1 menguraikan pertanyaan yang ada di buku panduan tematik kegiatan reflektif sesuai jenjang kelas SD. seputar percobaan yang sudah dilakukan. Contoh kegiatan belajar mengajar yang Kadang ada sekolah yang meminta untuk melibatkan berpikir reflektif pada kelas 1 SD. presentasi di depan teman-temannya. Guru Guru membagikan tiket berupa kertas kosong kurang melibatkan proses mental berpikir dalam kecil untuk diisi oleh siswa 10 menit sebelum menjawab pertanyaan yang diajukan. Untuk pulang. Siswa diminta untuk mengisi bagian melibatkan kegiatan berpikir reflektif guru mana yang dianggap paling sulit dan tidak meminta siswa untuk menuliskan perasaan atau dimengerti oleh siswa selama belajar tadi siang kendala atau kemajuan saat mengerjakan proyek berupa gambar jika siswa belum bisa menulis. atau percobaan secara individu melalui jurnal Tiket yang sudah diisi tersebut dimasukkan pada buku atau blog atau vlog. Hasil tulisan tersebut kotak atau diserahkan pada guru secara tertib dikirimkan oleh siswa ke guru dan guru sambil keluar kelas. Dari tiket yang dikumpulkan membacanya untuk mengevaluasi kemajuan oleh siswa diharapkan guru membaca dan siswanya dan memberikan catatan yang mengambil kesimpulan bagian mana dari sifatnya membangun motivasi siswa. Guru pelajaran yang perlu diulang atau diberi dapat mengirimkan kepada orang tua agar orang pengayaan untuk pertemuan berikutnya. tua mengetahui perkembangan anaknya. Kejadian di atas memperlihatkan bahwa siswa Bahkan guru dan orang tua dapat berdiskusi sejenak diajak untuk berpikir reflektif secara mengenai perkembangan belajar anaknya sederhana melalui permainan. Apabila siswa melalui HP seperti WA, BBM atau SMS. belum lancar menulis maka siswa dapat Penulisan refleksi jurnal dapat juga dikerjakan menggambarkannya. Hal ini tergantung pada secara kelompok. Setiap kelompok dapat kondisi siswa. Jika sudah terbiasa dengan 1 buah menunjukkan pada kelompok lain hasil pertanyaan yang diajukan maka guru dapat penulisan refleksinya melalui blog/vlog/ppt. menambahkan beberapa pertanyaan lagi. Diupayakan guru untuk membaca dan Pertanyaan dapat diambil oleh guru pada bagian memberikan masukan pada setiap hasil refleksi akhir pada setiap sub tema setiap hari atau setiap siswa. Melalui kegiatan tersebut siswa dapat akhr minggu pada buku tematik yang mengetahui kesalahannya atau kendala atau dikeluarkan oleh Diknas. kemajuannya sendiri. Hal ini berguna untuk Pada KBM di atas tiga tahapan berpikir melatih tanggungjawab dalam mengambil reflektif sudah dilakukan yaitu tahap mengha- keputusan yang tidak tergesa-gesa. dirkan kembali pengetahuan dan pengalaman- Dalam melakukan kegiatan rutinitas nya ketika siswa diminta untuk melihat mengajar seorang guru terkadang menjadi peristiwa dari pagi hingga siang selama belajar. terbelenggu pikirannya karena rutinitas yang

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Implementasi Berpikir Reflektif terus menerus. Guru perlu mengembangkan Strategi melatihkan berpikir reflektif pada siswa pengetahuan dan kompetensi mengajarnya dengan memunculkan permasalahan untuk melalui berpikir reflektif. Penelitian Tindakan dipertimbangkan bagaimana pemecahannya Kelas (PTK) sebuah penelitian yang dilakukan dalam situasi yang nyata bagi siswa. oleh guru di kelasnya sendiri untuk Guru sebagai jembatan dalam menciptakan memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar kondisi agar siswa berpikir reflektifdalam melalui refleksi diri. Melalui PTK guru dapat kegiatan belajar mengajar di kelas. Ada 3 tahap mengembangkan kompetensi mengajarnya dan yaitu tahap mempersiapkan siswa untuk dapat professional. Manfaat lain PTK untuk siswa menghadirkan kembali pengetahuan dan adalah meningkatkan hasil belajarnya, pengalamannya. Selanjutnya tahap kedua sedangkan untuk sekolah dapat meningkatkan adalah mengajak siswa untuk berpikir ulang mutu pendidikan. Guru sangat tepat melakukan dan menjelaskan perasaannya dan tahap ketiga PTK karena guru memiliki hak otonomi dalam adalah mengevaluasi pengalamannya sebagai kelasnya sendiri. Guru seorang manajer di kelas pemantapan diri. Berpikir refleksi diperkenalkan yang dapat mengatur dan mengorganisasi pada siswa SD secara bertahap dari mulai yang kelasnya sendiri tanpa campur tangan dari jika mudah pada tingkat yang sukar dari kelas 1 kepala sekolah atau pihak terkait. Gurulah yang sampai kelas 6 SD. Model pembelajaran yang paling tahu keadaan siswanya. digunakan untuk merangsang berpikir reflektif Tidak kalah pentingnya peran orang tua banyak cara seperti melalui permainan, dalam membiasakan anaknya untuk berpikir penulisan, presentasi, dll. reflektif. Kepala sekolah dapat memberdayakan POM dalam mensosialiasikan apa, mengapa dan bagaimana melatihkan dan membiasakan Saran anak dalam kehidupan sehari-hari di rumah Berkembang nya pola pikir reflektif anak perlu untuk berpikir reflektif. Mengikut sertakan peran didukung lingkungan sekitar anak. Adapaun orang tua dalam kegiatan di sekolah juga. saran yang dapat diberikan kepada orang tua, Apabila kebiasaan berpikir reflektif menjadi penerbit buku, guru, kepala sekolah dan kultur budaya keluarga tentu akan membentuk Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan kultur sekolah dan masyarakat sekitarnya. (LPTK), sebagai berikut. Orang tua, keterbukaan diri dan pikiran Simpulan untuk membiasakan anaknya berpikir reflektif dalam mendidik anaknya sehari-hari Penerbit buku, menerbitkan buku-buku Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk untuk orang tua dan anak yang terkait dengan mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, pengembangan berpikir reflektif yang mudah menimbang-nimbang dalam ingatan, proses diterapkan. berpikir merupakan aktivitas memahami sesuatu atau memecahkan suatu masalah melalui proses Guru, perlu wawasan pengetahuan dan pemahaman terhadap sesuatu atau inti masalah praktek mengajar yang banyak tentang berpikir yang sedang dihadapi dan faktor-faktor lainnya. reflektif dari segi media, penyampaian, materi Berpikir reflektif merupakan salah satu berpikir pelajaran. Guru melakukan praktek refleksi tingkat tinggi (High Order Thinking) yang perlu sendiri melalui penelitian tindakan kelas (PTK) diperkenalkan, dilatihkan agar terbiasa sejak di kelasnya. siswa di SD. Melalui kegiatan berpikir reflektif Kepala Sekolah, memotivasi guru-guru diharapkan siswa SD dapat menyelesaikan untuk menciptakan kondisi KBM yang masalahnya sendiri dengan tanggungjawab dan membangkitkan untuk berpikir reflektif pada mandiri. Dalam menyelesaikan masalah siswanya dengan memberikan penghargaan sesorang tidak ada prosedural yang rutin, oleh dan fasilitas yang memadai saat KBM. karena itu siswa secara bebas menentukan teori, Mengadakan in house training (IHT) dan ilmu atau caranya menurut pikirannya sendiri. mengikutsertakan guru seminar nasional dan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 57 Implementasi Berpikir Reflektif internasional tentang strategi mengajar berpikir Suharna, Hery. (2015) Berpikir reflektif siswa SD reflektif. berkemampuan matematika tinggi dalam Lembaga pendidikan tenaga kependidikan pemecahan masalah pecahan di Ternate. (LPTK), Melatih dan membiasakan mahasiswa Ternate: Universitas Khairun Ternate PGSD berpikir reflektif secara terpadu dalam Zulmaulida,Rahmy.(2010). Peningkatan kegiatan praktek dan teori dalam berbagai mata kemampuan berpikir kritis, kreatif, reflektif kuliah khususnya mata kuliah Penelitian (K2R) matematis siswa SMP melalui Tindakan Kelas (PTK). Dosen/Tutor PGSD pembelajaran berbasis masalah. UPI: diharapkan menjadi pemodelan guru SD saat Bandung mengajar dan mendidik di kampus PGSD. http://www.ascd.org/publications/books/ 108008/chapters/Learning-Through- Reflection.aspx diunduh tanggal 5 Daftar Pustaka Oktober 2018 http://ccsnh.edu/documents/CCSNH MLC. Costa, A.L. (1995). Developing minds a resource book Habits of mind CostaKallick. diunduh 15 for teaching thinking. Virginia: ASCD Mei 2017 Dewey, Russell. (2007). Psycology an introduction. http:// News.rakyatku.com/diunduh tanggal Diunduh dari http://www.intropsych. 30 September 2018 com/22 Juni 2017 http://TribunMedan.com/ diunduh tanggal 30 Lipman, Matthew. (2003 ). Thinking in education. September 2018 Australia: Cambridge Univ Press http://researchgate.net/diunduh tanggal 18 Lin, et al. (1999). Journal educational technology Nopember 2018 research and development. Designing ------. Permendikbud No 22 tahun 2016 tentang Technology to Support Reflection. 47(3) Standar Proses Rajendran, N.S. (2010). Teaching and acquring ------. Achivement Goals, The Classroom higher order thinking skills theory and Environtment, And Reflective Thinking: A practice. Perak: Universiti Pendidikan Conceptual Framework. Electronic journal Sultan Idris of research in educational psycology, 6 (12)/ Sabandar, Jozua. (2013). Berpikir reflektif dalam diunduh http://www.eric.ed.go/ 15 pembelajaran matematika. Bandung: Oktober 2018 Universitas Pendidikan Indonesia

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Revolusi Industri 4.0 Opini

Revolusi Industri 4.0 dan Respon Institusi Pendidikan Dasar dan Menengah

Christian Fredy Naa E-mail: [email protected] Ali Sadiyoko E-mail: [email protected] Program Studi Teknik Elektro Konsentrasi Mekatronika Fakultas Teknologi Industri- Universitas Katolik Parahyangan

Abstrak erkembangan teknologi yang ditandai dengan revolusi industry 4.0 menuntut peran insitusi pendidikan untuk menyiapkan generasi yang kompeten dengan cara yang berbeda. P Perkembangan teknologi tersebut akan mengubah bentuk pekerjaan dan kompetensi yang dibutuhkan di masa depan. Tulisan ini bertujuan untuk memberi wawasan tentang revolusi industri 4.0 serta bagaimana respon institu si pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Tulisan ini juga berisi beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan siswa agar mampu bersaing dan menjadi generasi yang bersinar di era revolusi industry 4.0.

Kata-kata kunci: revolusi industri 4.0, respon institusi pendidikan, pendidikan dasar dan menengah

Industrial Revolution 4.0 and the Response of Basic Education Institution

Abstract The fourth industrial revolution demands the role of education institutions to prepare competent generation in a different way. This technological development will change the demand of jobs and required competencies in the future. This paper aims to provide insight into the fourth industrial revolution and how schools should respond it. This paper also discusses several recommendations that can be used to prepare the students so that they are competitive and become a generation that shines in the fourth industrial revolution age.

Key words: industrial revolution 4.0, education institution response, basic education

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 59 Revolusi Industri 4.0

yang tentu saja juga mendapat perubahan di era Pendahuluan revolusi industri 4.0. Dunia pekerjaan berubah sehingga setidaknya dua pertiga siswa Revolusi industri 1.0 dimulai pada tahun 1780an pendidikan sekolah menengah akan melakukan dengan ditemukannya mesin uap. Penemuan pekerjaan yang belum ada sebelumnya (Cathy tersebut membuat manusia semakin produktif. Davidson: 2011). Tipe/jenis pekerjaan juga Revolusi industri 2.0 dimulai pada tahun 1870an berubah, menurut temuan World Economic Forum dengan berkembangnya lini produksi masal dan sekurang-kurangnya 50% perusahaan akan tenaga listrik. Memasuki awal abad 20, dunia mengotomatisasi mayoritas pekerjaannya memasuki revolusi industri 3.0 dengan sehingga akan terjadi pengurangan tenaga kerja berkembangnya otomasi industri dan internet. manusia yang signifikan pada tahun 2022. Perkembangan tersebut menjadikan manusia Kondisi ini menuntut dunia pendidikan untuk semakin produktif dan efisien. Saat ini, dunia menghasilkan inovasi pendidikan yang mampu memasuki revolusi industri 4.0 yang ditandai menunjang siswa/siswinya dalam menghadapi bukan hanya otomasi industri namun juga revolusi industri 4.0. otomasi pengetahuan dan pengelolaan data (Nancy W. Gleason: 2018). Hasil dari otomasi Sayangnya, dunia pendidikan terkesan tersebut adalah kecerdasan buatan yakni suatu tertinggal dari perkembangan teknologi. Joshua sistem yang mampu mengambil keputusan Kim dalam artikelnya yang berjudul The Fourth secara otomatis. Industrial Revolution’ and the Future of Higher Ed Hasil dari perkembangan kecerdasan berkata bahkan untuk level universitas pun, buatan ini adalah teknologi yang dikenal dengan belum ada perubahan yang mampu menjawab nama cyber-physical system. Cyber physical perkembangan revolusi industri 4.0. Dengan system merupakan suatu sistem fisik yang terjadinya revolusi industri 4.0, pengetahuan pengoperasiannya dimonitor, dikoordinasi, telah menjadi komoditas sehingga pendidikan dikendalikan, dan terintegrasi dengan menjadi kehilangan relevansinya apabila hanya kemampuan komunikasi dan perhitungan menyampaikan pengetahuan. Perubahan ini (Ragunathan Rajkumar: 2010). Sebagaimana bukan hanya terjadi di level universitas, namun internet mengubah manusia untuk berinteraksi sudah memasuki level pendidikan dasar dan antar sesamanya, cyber-physical system pendidikan menengah. Sebagai contoh: apabila memungkinkan manusia untuk berinteraksi seorang siswa diberi tugas untuk mencari dengan dunia fisis. Cyber-physical system ini informasi, maka dengan mudahnya ia sudah mulai memasuki setiap area kehidupan mendapatkan informasi tersebut dengan manusia seperti manufaktur, pertanian, memasukan kata kuncinya di internet. Berbeda kesehatan, transportasi, energi dan pertahanan dengan jaman dahulu dimana siswa harus negara. Cyber-physical system akan menjadi mencari melalui buku, datang ke perpustakaan bagian dari kehidupan manusia dan dan membaca surat kabar. Perubahan akses memberikan tantangan bagi dunia pendidikan. mencari informasi tersebut juga memberikan Tantangan tersebut adalah bagaimana perubahan pada peran guru. Apabila dahulu institusi pendidikan mampu mendidik siswa/ seorang guru menjadi sumber pengetahuan satu- siswinya untuk memiliki kompetensi yang satunya, saat ini tidaklah demikian. Guru relevan di era revolusi industri 4.0. Kompetensi dituntut untuk tidak hanya sekedar menyampai- tersebut diantaranya kreativitas, high order kan informasi namun dituntut untuk memberi- thinking dan complex problem solving. Tantangan kan inspirasi, inovasi, kebijak-sanaan serta nilai- tersebut juga relevan khususnya terhadap nilai kehidupan. institusi pendidikan Kristen, dalam hal ini Teknologi yang memasuki dunia mencetak generasi yang bukan hanya bertahan pendidikan bukan hanya telah memberikan pada masanya namun yang mampu menjadi berbagai kemudahan, namun mengubah terang dan garam di generasinya. Salah satu bagaimana seseorang belajar. Penetrasi tantangannya adalah bagaimana mencetak teknologi tersebut ditandai dengan tersedianya generasi yang dapat bertahan di dunia pekerjaan proyektor di kelas, koneksi internet serta

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Revolusi Industri 4.0 berbagai teknologi lainnya. Teknologi mengubah pendidikan coding di level pendidikan dasar dan bagaimana siswa berkomunikasi dengan sesa- menengah serta pentingnya mendidik sisi ma siswa dan guru. Pola komunikasi tersebut kemanusiaan dari siswa sehingga mereka tidak berubah karena adanya aplikasi chatting dan tergantikan oleh mesin, perubahan peran guru media sosial. Teknologi mengubah bagaimana serta pentingnya pendidikan agama Kristen seorang siswa menghabiskan waktu di luar jam yang berpusat pada gambar diri. Secara khusus sekolah. Waktu senggang tersebut saat ini sudah makalah ini memberi beberapa rekomendasi diisi dengan hobi bermain game melalui gadget kepada BPK PENABUR agar tetap mampu dan komputer. Bagi siswa, bermain game saat mencetak generasi yang unggul. ini bukan hanya sekedar bermain namun juga memberikan kepuasan sosial terutama ketika Dunia di Masa Depan mereka terhubung dalam jejaring para pemain Untuk merancang pendidikan di masa kini, game (massive online gaming). Di sini dapat dilihat maka kita harus melihat bagaimana dunia di bahwa di satu sisi, teknologi tersebut masa depan dalam konteks kebutuhan akan mempermudah seorang siswa untuk belajar dan kompetensi seseorang. Tidak ada yang tahu bersosialisasi. Namun di sisi lain apabila tidak dengan pasti bagaimana dunia di masa depan, diimbangi kearifan dalam menggunakan namun beberapa pihak telah melakukan teknologi maka hanya akan membuat siswa prediksi mengenai hal ini. Salah satunya adalah sekedar menjadi pengkonsumsi teknologi. World Economic Forum. World Economic Forum Revolusi industri juga menjadi salah satu dalam laporannya yang berjudul: “Insight Report: penyebab beragamnya generasi yang ada di The Future of Jobs Report 2018” (World Economic masyarakat. Generasi tersebut diantaranya baby Forum, 2018) memberikan beberapa insight boomers, generasi X, millenials, generasi Z dan sebagai berikut. yang terbaru generasi alpha. Di institusi 1. Motor perubahan dunia mencakup empat pendidikan, spektrum generasi berada di hal, yakni: kecepatan internet, kecerdasan berbagai level. Generasi Z dan Alpha merupakan buatan, big data dan teknologi cloud. Pada siswa yang duduk di bangku pendidikan dasar tahun 2022, perusahaan-perusahaan akan dan menengah. Generasi X dan Y merupakan mulai mengadopsi teknologi tinggi tersebut. generasi para guru, pengelola sekolah dan orang 2. Tren di bidang robotik. Perusahaan akan tua. Sementara generasi baby boomers yang melakukan investasi di bidang robotik kemungkinan menjadi pengelola sekolah. untuk mengotomasi pekerjaan. Pada tahun Perbedaan generasi tersebut salah satunya 2018, 71% jam pekerjaan dilakukan oleh adalah bagaimana mereka menggunakan manusia dan sisanya oleh mesin/robot, teknologi. Generasi Z dan Alpha sering disebut kemudian di tahun 2022, persentase digital native karena mereka sudah lahir di pekerjaan mesin/robot akan meningkat tengah perkembangan dunia digital. Sementara hingga 42%. Gambar 1 memperlihatkan generasi yang lain disebut digital imigran karena persentase pekerjaan mesin dan manusia mereka lahir sebelum adanya perkembangan pada tahun 2018 dan 2022. dunia digital. Perbedaan ini menjadi warna Prediksi-prediksi tersebut menjadi landasan tersendiri di dunia pendidikan dan harus bagi institusi pendidikan dalam memper- dikelola dengan baik sehingga institusi siapkan fokus dan model pendidikannya pendidikan dapat tetap relevan di tengah sehingga tetap relevan sesuai dengan perubahan zaman. zaman. Makalah ini membahas fenomena revolusi 3. Perubahan tipe pekerjaan. Pekerjaan penuh industri 4.0 dan respon institusi pendidikan. Beberapa respon tersebut diantaranya waktu akan berkurang, digantikan oleh perkembangan teknologi informasi yang sistem yang otomatis serta outsourced. mengharuskan seseorang literat digital, 4. Munculnya tipe pekerjaan baru. Hilangnya penggunaan big data di institusi pendidikan, beberapa tipe pekerjaan akan diimbangi penggunaan teknologi di ruang kelas, relevansi oleh munculnya tipe pekerjaan yang baru.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 61 Revolusi Industri 4.0

Gambar 1: Persentase Pekerjaan Mesin dan Manusia pada Tahun 2018 dan 2022 (World Economic Forum, 2018)

Tipe pekerjaan yang akan berkurang adalah and Organizational Development Specialists & tipe pekerjaan yang bersifat repetitif dan Innovation Managers. manual. 6. Pada tahun 2022, setidaknya 54% pekerja 5. Permintaan yang besar dari dunia industri membutuhkan peningkatan kemampuan. untuk profesi ilmuan data, spesialis media Kemampuan yang diharapkan diantaranya sosial, serta pekerjaan yang menonjolkan berpikir analitik, membuat inovasi, sifat manusia, yakni Customer Service pembelajaran aktif serta strategi belajar. Workers, Sales and Marketing Professionals, Selain itu terdapat kebutuhan di bidang Training and Development, People and Culture, desain teknologi dan pemrograman

Tabel 1: Kebutuhan Kemampuan pada Tahun 2018 dan 2022 (World Economic Forum, 2018)

Today, 2018 Trending, 2022 Declining, 2022

Analytical thinking and innovation Analytical thinking and innovation Manual dexterity, endurance and precision Complex problem-solving Active learning and learning strategies Memory, verbal, auditory and spatial abilities Critical thinking and analysis Creativity, originality and initiative Management of financial, material resources Active learning and learning strategies Technology design and programming Technology installation and maintenance Creativity, originality and initiative Critical thinking and analysis Reading, writing, math and active listening Attention to detail, trustworthiness Complex problem-solving Leadership Management of personnel Emotional intelligence and social influence Quality control and safety awareness Reasoning, problem-solving and Emotional intelligence Coordination and time management Visual, ideation Leadership and social influence Reasoning, problem-solving and auditory and speech abilities Coordination and time management ideation Technology use, monitoring and control Systems analysis and evaluation

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Revolusi Industri 4.0

(coding). Beberapa kemampuan yang masih Urgensi Literasi Digital relevan diantaranya: creativity, originality Perkembangan teknologi menuntut seseorang and initiative, critical thinking, persuasion and untuk menguasai literasi digital. Konsep literasi negotiation, attention to detail, resilience, digital pertama kali salah satunya flexibility and complex problem-solving. diperkenalkan oleh Paul Gilster dalam bukunya Emotional intelligence, leadership and social yang berjudul “Digital Literacy” (Gilster, 1997). influence and service orientation. Gambar 2 Paul Gilster mendefinisikan literasi digital memperlihatkan dengan detail kebutuhan sebagai kemampuan untuk mengerti dan kemampuan pada tahun 2018 dan 2022. menggunakan informasi dari berbagai sumber 7. Perusahaan akan berusaha memperkecil digital. Literasi digital merupakan literasi di abad jurang kompetensi pekerja dengan cara digital yang sama pentingnya dengan literasi melakukan pelatihan kepada pekerja saat yang lain seperti membaca, menulis dan berhi- ini, mencari pekerja dengan kemampuan tung. Bahkan literasi digital dikategorikan yang relevan namun ada juga yang memilih sebagai kemampuan hidup (life skill) (Bawden, untuk memberhentikan para pekerja yang 2008). Literasi digital bukan tentang kemampuannya sudah tidak sesuai atau kemampuan teknis untuk mencari informasi relevan dengan zaman. secara digital namun bagaimana seseorang dapat menggunakan informasi tersebut dalam Fokus Pendidikan aktivitas hidupnya (Gilster, 1997). Berkaca dari laporan World Economic Forum Lebih luas lagi, literasi digital juga berbicara serta kemajuan revolusi Industri 4.0, maka fokus tentang kemampuan seseorang untuk pendidikan saat ini adalah: mensistesis informasi dalam berbagai bentuk 1. Pendidikan yang bukan hanya mengajarkan baik itu digital maupun non-digital. Berdasar- pengetahuan (knowledge), namun mengajar- kan definisi literasi digital tersebut, maka kan bagaimana berpikir dan berkreasi/ terdapat urgensi dalam hal mendidik masyara- menciptakan sesuatu. Saat ini pengetahuan kat awam. Hal ini dikarenakan terdapat sudah menjadi komoditas dan bukan lagi kemungkinan gap antara pemahaman priviledge dan bisa diperoleh dengan masyarakat umum dan kompetensi literasi mudah. digital yang mumpuni. Bawden mengung- 2. Pendidikan yang memiliki fire power guru kapkan beberapa kompetensi kunci dalam yang kompeten, karena saat ini guru bukan literasi digital (Bawden, 2001) diantaranya lagi menjadi sumber pengetahuan satu- sebagai berikut. satunya namun harus mampu mengajarkan 1. Kemampuan untuk mensintesis informasi murid bagaimana berpikir. Peran guru dari berbagai sumber. berubah menjadi mentor dan fasilitator, 2. Kemampuan mengambil informasi yang bukan hanya pengajar. relevan serta menerapkan kemampuan 3. Pendidikan yang relevan terhadap perkem- berpikir kritis pada informasi tersebut. bangan zaman. Sekolah harus mampu Termasuk di dalamnya kemampuan untuk menghadirkan teknologi di ruang kelas. melakukan validitas. Memberikan pengalaman belajar bagi siswa 3. Kemampuan membaca dan mengerti materi yang relevan dengan zamannya. yang dinamis dan tidak berurutan. 4. Pendidikan yang mengadopsi literasi yang 4. Kemampuan menggunakan filter untuk baru, yakni literasi digital dan coding. mengatur informasi 5. Pendidikan yang mengasah elemen kemanu- 5. Kemampuan menggunakan jejaring di siaan dari siswa sehingga memiliki dunia digital sebagai tempat bertanya dan kemampuan yang tidak dapat diduplikasi meminta informasi. oleh mesin. Pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter serta pegangan 6. Kemampuan untuk mengkomunikasikan iman percaya. dan mempublikasikan informasi.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 63 Revolusi Industri 4.0

Literasi digital tidak terlepas dari literasi Langkah awal yang dapat dilakukan dalam informasi yakni kemampuan seseorang edukasi literasi digital adalah melalui pelatihan mengelola informasi. Pada tahun 1989 American guru. Guru yang akan mengajar siswa tentu Library Association memodelkan 6 (enam) tahap harus dibekali dengan literasi digital terlebih dalam literasi informasi yaitu: dahulu. Guru harus mampu menunjukan a. Mengenali kebutuhan informasi kemampuan mensintesis informasi yang b. Mengidentifikasi informasi yang terdapat di internet, kemudian menggunakan diperlukan informasi tersebut dalam konten pengajaran di dalam kelas. Langkah selanjutnya adalah c. Menemukan informasi melalui kampanye sederhana tentang literasi d. Mengevaluasi informasi digital misalnya kampanye anti HOAX, anti e. Mengorganisir informasi plagiasi dan etika dalam menggunakan media f. Menggunakan informasi sosial. Dengan kampanye tersebut, diharapkan Kompetensi literasi digital lainnya yang muncul awareness literasi digital di lingkungan diperlukan adalah pengetahuan seseorang sekolah. tentang pentingnya privacy. Dunia digital saat ini memungkinkan informasi yang bersifat Pembelajaran Berbasis Coding pribadi menjadi konsumsi umum. Seorang siswa Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan harus paham informasi apa saja yang tidak dari kehidupan siswa. Baik dalam kehidupan seharusnya mereka bagikan di dunia digital. pribadi mereka maupun dalam proses Karena informasi tersebut dapat digunakan oleh pendidikan yang mereka jalani. Sekolah-sekolah pihak yang tidak bertanggung jawab untuk di perkotaan sudah memiliki laboratorium melakukan kejahatan. komputer, proyektor di hampir setiap kelas, Pemerintah sendiri telah mencanangkan ekstra kurikuler robotik dan sebagainya. Namun gerakan literasi nasional (GLN) yang terdiri dari pertanyaannya apakah ada suatu sistem/proses 6 (enam) literasi, yakni literasi baca-tulis, pembelajaran yang mendidik siswa tersebut numerasi, sains, finansial, digital serta budaya menjadi seseorang yang menciptakan sesuatu dan kewargaan. Pemerintah juga melalui secara kreatif melalui teknologi tersebut. Hal ini Departemen Kominfo telah membuat suatu portal menjadi evaluasi bagi institusi pendidikan agar literasi digital (literasidigital.id) yang berisi tidak terjebak dalam suatu sistem yang hanya konten literasi digital berupa buku dan video. menjadi-kan siswa sebagai pengguna teknologi Konten tersebut terdiri dari pedoman internet saja. sehat, dampak media sosial, eksploitasi seksual Dunia saat ini membutuhkan orang-orang secara online, keamanan siber serta literasi yang kreatif. Orang-orang yang mampu digital keluarga. memberikan solusi bagi masalah-masalah di Melihat urgensi tentang literasi digital ini, sekitar serta mampu berpikir secara sistematik maka BPK PENABUR perlu merancang untuk mewujudkan solusi tersebut. Siswa harus pendidikan yang mendidik siswa menjadi literat belajar untuk berpikir kritis, memecahkan digital. Kemampuan literasi digital tersebut masalah yang kompleks, kemampuan belajar bukan hanya menjadi bagian dari pelajaran TIK secara aktif dan kontinu serta bekerja secara namun terintegrasi pada pelajaran-pelajaran kolaboratif. Arah pembelajaran tersebut menjadi lainnya. Siswa perlu dilatih untuk menjadi relevan karena menurut laporan World sesesorang yang literat digital dan informasi Economic Forum pada tahun 2018, kemampuan- ketika mereka mencari referensi di internet dalam kemampuan tersebut merupakan kemampuan pengerjaan tugas. Saat ini informasi sangat yang dibutuhkan pada tahun 2022. mudah diperoleh namun belum tentu siswa Arah pembelajaran yang memiliki semangat tersebut mampu menyaring, mengorganisir, menciptakan (creating) dengan kreatif saat ini mensintesis serta menyimpulkan dari sekian sedang dicoba dilakukan melalui kerjasama banyak informasi yang mereka peroleh. antara Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan dan SDK BPK PENABUR

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Revolusi Industri 4.0

Kota Baru Parahyangan. Kerjasama tersebut program agar tokoh (kucing) bergerak dan berupa sistem pembelajaran coding dengan mengeluarkan suara. Setelah itu, siswa menggunakan Scratch (https://scratch.mit.edu). ditantang untuk membuat project berbasis Scratch merupakan bahasa pemrograman yang permainan (game). Siswa bebas menentukan memungkinkan siswa untuk menciptakan model dan cara permainan tersebut dimainkan. permainan, cerita dan animasi. Scratch Permainan tersebut harus mampu memberikan membantu siswa untuk berpikir kritis, berpikir scoring kepada orang yang bermain. Di sinilah sistematik, memecahkan masalah kompleks dan sebetulnya siswa diperkenalkan dengan konsep bekerja secara kolaboratif. Kompetensi tersebut variabel matematika. merupakan kompetensi yang dibutuhkan di era Hasil dari proses pembelajaran tersebut pendidikan 4.0 seperti terlihat pada Tabel 1. melebihi ekspektasi. Siswa mampu membuat Sebagai langkah awal, sistem pembelajaran permainan dalam waktu kurang dari satu bulan coding ini diterapkan kepada siswa kelas 5 SD dari target 3 bulan yang ditetapkan di awal terlebih dahulu sebagai pilot project. Filosofi perancangan pembelajaran. Sekolah kemudian pembelajaran yang diterapkan adalah filosofi memutuskan untuk segera memamerkan hasil yang dikembangkan oleh Mitchel Resnick dalam karya para siswa pada event open house pada bukunya yang berjudul Lifelong Kindergarten: bulan Oktober 2018. Pada open house tersebut, Cultivating Creativity Through Projects, Passion, dua siswa berbagi pengalaman selama belajar Peers, and Play. Dengan filosofi tersebut, siswa coding di depan orang tua kemudian orang tua diajak untuk belajar melalui project yang sesuai dapat mencoba permainan yang sudah dibuat dengan passion mereka bersama peers (rekan) oleh siswa. dalam semangat bermain (playful spirit). Keberhasilan proses pembelajaran tersebut Sistem pembelajaran dimulai dengan didukung oleh testimoni yang diberikan oleh memperkenalkan Scratch sebagai suatu bahasa beberapa siswa diantaranya Pheobe: pemrograman berbasis blok. Gambar 2 “Pada saat saya belajar coding saya senang memperlihatkan jendela Scratch ketika pertama sekali. Saya selalu ingin tahu bagaimana cara kali program tersebut dibuka baik melalui versi orang lain membuat game. Sejak saya mengenal web maupun versi offline. pelajaran coding, saya tidak mau tidak masuk Siswa diperkenalkan dengan dasar-dasar pemrograman seperti sequence (urutan), pada hari yang ada jadwal pelajaran coding conditional (kondisi) dan looping (pengulangan). maupun ICT. Sejak saya mengenal coding saya Kemudian, siswa ditantang untuk membuat mulai membuat kreasi sendiri. Saya membuat beberapa project sederhana diantaranya menulis cerita dongeng yang ada di dalam imajinasi saya. Mama saya sendiri berkata bahwa saya itu “Think Creative”, jadi sejak saat itu saya senang dengan pelajaran coding. Saya belajar banyak seperti games, bagaimana membuat sebuah objek bergerak, animasi, dan lain-lain. Kesulitan yang saya hadapi adalah saya masih kesulitan untuk merunut script untuk membuat sebuah game. Saya belajar banyak hal tentang komputer, saya senang sekali bisa belajar coding. ICT dan coding is my favourite lesson, saya belajar membuat game yang baik dan benar. Pelajaran coding itu seru sekali! Saya menyukai coding.” Siswi lain yakni Jeanette berkata: “Menurut Gambar 2: saya pelajaran coding sangat menyenangkan Tampilan Jendela Scratch disini kami belajar tentang cara membuat game. (https://scratch.mit.edu) Kami menggunakan program scratch dan dapat

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 65 Revolusi Industri 4.0 membuat berbagai macam program seperti project yang sesuai dengan potensi dan games, cerita, dan lain-lain. Kesulitan kami ketertarikan tersebut. Guru juga harus mampu dalam menggunakan program ini adalah menggali kreativitas siswa serta memberikan mencari/menaruh blok perintah dan mengedit tantangan yang sesuai dengan kemampuan game yang telah dibuat. Walaupun ada siswa. Cho Ren, yang mengajar tentang coding kesulitan tapi tetap saja menyenangkan.” Siswa ini memberikan pendapatnya sebagai berikut. lain bernama Yeo Jun juga berkata bahwa dia Kelas coding memberikan materi menyenangi pelajaran coding karena dia belajar pembelajaran dimana keaktifan anak dan membuat game. Permainan yang dibuat Yeo Jun motivasi anak untuk belajar sesuatu yang baru diberi nama Watch Out (Gambar 3) dimana dikembangkan, siswa SDK BPK PENABUR sangat menikmati proses pembelajaran di dalam program coding ini. Selain diajarkan mengenai skill dasar untuk mengoperasikan program siswa diharapkan untuk terus bereksplorasi dan mengembangkan ide dan kemampuan mereka”. Mr. Cho Ren juga berbagi tentang kendala yang dihadapi selama 3 bulan mengajar coding: “Beberapa siswa berbakat membutuhkan tantangan lebih sedangkan siswa yang memiliki kemampuan normal perlu lebih dipacu untuk tetap berinovasi dengan program yang diguna- kan”. Dari sini, materi pembelajaran dapat dievaluasi untuk pengembangan lebih lanjut. Pembelajaran coding dapat divariasikan dengan pembelajaran robotik. Dengan pem- Gambar 3: belajaran seperti ini, seorang siswa dapat melihat Permainan Watch Out yang diciptakan hasil kode yang ia buat dalam bentuk nyata. oleh Yeo Jun, siswa SDK BPK PENABUR Kota Baru Parahyangan, Bandung Salah satu platform robotik diantara adalah Lego Mindstorm. Lego Mindstorm merupakan paket robot berbasis Lego yang dapat diprogram seorang pemain dengan karakter kepiting harus dengan pemrograman berbasis blok. menghindari banyak burung yang jatuh. Yeo Jun Program Studi Sarjana Teknik Elektro telah melakukan beberapa peningkatan dari Konsentrasi Mekatronika pada awal November game tersebut, mulai dari level yang berbeda- 2018 mengadakan pelatihan Lego Mindstorm beda tingkat kesulitannya hingga permainan kepada guru dan siswa SMPK 4 serta guru SMAK yang dapat berubah latar dan musik. Di sini 2 dan SMAK 5 BPK PENABUR, Jakarta. Pelatihan terlihat bahwa pembelajaran coding berbasis tersebut diadakan di kampus Universitas Katolik Scratch ini mampu mengajarkan siswa untuk Parahyangan, Ciumbeuleuit, Bandung. Pelatih- berkreasi, berpikir kreatif, memecahkan an tersebut bertujuan memperkenalkan pembel- persoalan yang kompleks serta melakukan ajaran coding dan robotik kepada siswa jenjang active learning dengan menyempurnakan sekolah menengah. Sambutan guru dan siswa permainan yang mereka buat. Di sini juga terlihat sangat baik, mereka sangat antusias dalam bahwa model pembelajaran seperti ini tampak merangkai komponen, membuat program dan sangat natural bagi siswa. melihat secara nyata hasil program dalam Pada pembelajaran coding, peran guru bentuk gerakan robot. Dengan media coding dan bukan hanya menjadi pengajar namun sebagai robot, siswa belajar berpikir, memecahkan masa- fasilitator. Guru harus mampu melihat potensi lah yang kompleks serta menciptakan sesuatu dan ketertarikan siswa, kemudian memberikan dengan daya kreativitas yang mereka miliki.

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Revolusi Industri 4.0

Teknologi di Ruang Kelas flashcard. Siswa atau guru membuat satu Penggunaan teknologi pada proses pembel- set kartu belajar yang salah satu muka dari ajaran menjadi salah satu trend di revolusi kartu berisikan pertanyaan dan muka yang industri 4.0. Penggunaan teknologi selain dapat lain berisi jawaban. Dengan flashcard ini, membantu siswa untuk belajar juga dapat siswa dapat belajar di mana saja dengan membantu guru dalam mengatur kelas. Terdapat smart phone mereka. Quizlet juga beberapa website dan aplikasi yang dapat menyediakan layanan battle, dimana dua menunjang pembelajaran, antara lain: atau lebih siswa bisa saling berkompetisi 1. ClassDojo (https://www.classdojo.com) dalam menjawab pertanyaan. merupakan layanan berbasis web dan Pada prinsipnya, penggunaan teknologi tersebut aplikasi yang dapat membantu guru dalam tidak menggantikan peran guru. Guru tetap mengatur kelas. Guru dapat merekam berperan sebagai pembuat konten dan pencapaian siswa dengan mudah serta menyusun konten sesuai dengan capaian dapat terkoneksi dengan orang tua siswa. pembelajaran. Melalui website dan aplikasi Dengan ClassDojo, guru dapat tersebut, guru dapat terbantu untuk mendokumentasikan pencapaian siswa dan menghadirkan suasana kelas yang bersemangat. membagikannya dengan orang tua dengan Teknologi ada untuk membantu manusia dalam mudah. ClassDojo cocok untuk jenjang melakukan pekerjaannya sehari-hari dalam hal taman kanak-kanak hingga jenjang kelas 3 ini pada proses pembelajaran. Masih terdapat sekolah dasar. banyak sumber pembelajaran lainnya baik 2. Edmodo (https://www.edmodo.com) berbentuk web atau aplikasi yang dapat merupakan layanan manajemen kelas. digunakan. Guru harus memiliki keinginan Edmodo memberikan pengalaman belajar di untuk mengeksplorasi sumber-sumber tersebut kelas secara online. Dengan Edmodo, guru dan mencobanya di ruang kelas. Dengan dapat berbagi informasi, memberikan tugas bantuan teknologi tersebut, guru dapat dan mengatur administrasi kelas dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan mudah. Setiap informasi dan tugas juga pemahaman iman Kristen sehingga siswa dapat dapat diakses oleh orang tua. Tugas dapat melihat relevansi iman Kristen dalam ilmu diberikan secara online melalui kuis kecil pengetahuan. Misalnya, guru dapat memberikan dan guru dapat memberikan nilai secara pemahaman tentang nilai kejujuran dan daya langsung. Selain itu, siswa dapat juang bersama ketika siswa belajar bersama berkomunikasi satu sama lain untuk dengan menggunakan aplikasi Quizlet dan mendiskusikan tugas. Kahoot. 3. Kahoot (https://kahoot.com) merupakan Big Data di Institusi Pendidikan platform pendidikan berbasis permainan. Big Data didefinisikan sebagai data dalam Dengan Kahoot, guru dapat membuat soal volume yang besar, beragam dan diperoleh pilihan ganda dan memainkannya dengan dalam kecepatan tinggi yang diolah dengan siswa melalui smart phone. Kuis tersebut metode-metode analitik sehingga memiliki nilai dapat dijadikan kompetisi diantara siswa (De Mauro, 2016). dan meningkatkan antusias siswa dalam Saat ini, big data merupakan salah satu belajar. Ketika siswa menjawab pertanyaan, kunci dalam perkembangan teknologi informasi. jawaban tersebut direkam dapat ditinjau Dalam konteks pendidikan terkhusus kembali untuk pembelajaran lebih lanjut. pengelolaan sekolah, big data berupa data Dengan demikian, guru juga dapat melihat administrasi serta data proses pembelajaran. bagaimana tingkat pengertian siswa Data administrasi (Figlio, 2017) termasuk di terhadap materi. dalamnya data demografi, tingkah laku, 4. Quizlet (https://quizlet.com) merupakan kehadiran/presensi dan survey. Untuk layanan berbasis web dan aplikasi yang memaksimalkan penggunannya, maka data memfasilitasi siswa belajar melalui tersebut sebaiknya diperbaharui setiap semester.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 67 Revolusi Industri 4.0

Data proses pembelajaran (Steinkuehler, 2017) Melalui data, sekolah dapat mempelajari termasuk di dalamnya nilai detil tes mata banyak informasi tentang siswa/siswi di pelajaran dan data interaksi digital antara siswa angkatan tertentu. Data tersebut dapat dan materi pembelajaran. memberikan informasi mengenai sebaran lokasi Penggunaan big data ini dapat memberikan tempat tinggal, tingkat ekonomi, hobi dan sejarah kekhawatiran pada orang tua tentang isu pendidikan seorang anak di jenjang sebelumnya. keamanan data. Hal ini sudah banyak terjadi Data ini dapat menjadi acuan untuk merancang ketika data diri seorang anak dijadikan kegiatan pembelajaran dan program sekolah informasi untuk melakukan penculikan atau yang relevan (Kotchetkov, 2017). penipuan. Data juga dapat dijadikan sebagai Data akademik seorang siswa juga dapat informasi untuk melakukan marketing/promosi dimanfaatkan untuk meningkatkan performa yang terkadang membuat kesal orang tua. Oleh akademik siswa tersebut. Data akademik tersebut karena itu, BPK PENABUR harus melindungi seharusnya sangat spesifik hingga guru dapat data tersebut dan apabila memungkinkan merancang suatu pembelajaran yang khusus/ melindunginya secara hukum. personal kepada siswa. Sebagai contoh, nilai seorang siswa di pelajaran matematika pada bab Penggunaan big data untuk meningkatkan persamaan kuadrat bernilai 50. Nilai 50 tersebut kualitas pembelajaran haruslah dikomunikasi- apabila diuraikan dengan lebih detil maka guru kan dengan baik kepada orang tua dan siswa. dapat melihat kekurangan pada bagian tertentu. Komunikasi ini menjadi penting agar orang tua Katakanlah siswa tersebut memiliki kelemahan dan siswa dapat bekerja sama dengan sekolah pada kemampuan menggambar fungsi kuadrat untuk berbagi data. Seseorang tentu akan mau pada koordinat kartesian. Dengan informasi ini, berbagi data apabila sudah memiliki guru dapat dengan spesifik mengajarkan/ kepercayaan serta dapat melihat manfaat yang melatih siswa tersebut tentang bagaimana akan mereka peroleh. Kerangka berpikir dalam menggambar suatu fungsi kuadrat. Pengajaran mengomunikasikan big data ini memiliki khusus ini tentu berbeda dengan seorang siswa akronim CUPS (National Academy of Education, lain yang bisa saja memiliki nilai yang sama 2017) sebagai berikut. namun memiliki kelemahan pada kompetensi C - Collection: Data apa yang dikumpulkan, oleh fungsi kuadrat lainnya. siapa dan untuk siapa? U - Use: Bagaimana data tersebut digunakan? Blended Learning Apa tujuan dari pengumpulan data tersebut? Blended learning didefinisikan sebagai P - Protection : Bagaimana aspek keamanan pada pembelajaran campuran (blended) antara data tersebut? Siapa saja yang dapat mengakses pertemuan tatap muka serta pembelajaran data tersebut? Apakah ada perangkat hukum berbasis online. Blended learning juga yang melungi data tersebut? dipandang sebagai pendekatan pedagogi antara S - Sharing: Bagaimana dan kepada siapa data keefektifan pembelajaran aktif bebasis online tersebut dibagikan? Apakah data tersebut dapat serta interaksi sosial antara guru dan murid. dibagikan untuk tujuan lainnya? Blended learning diprediksi akan menjadi model Informasi tersebut harus dibuat transparan pembelajaran yang dominan akan dilakukan di dan mudah dimengerti oleh orang awam. masa depan (Watson, 2008). Dengan blended Apabila informasi tersebut telah disosialisasikan learning, siswa dapat belajar di mana saja dan para pengguna telah diyakinkan dengan dengan menggunakan video yang tersedia keamanan data, maka sekolah dapat dengan secara online serta tetap memiliki waktu untuk perlahan mengaplikasikan penggunaan big data berinteraksi dengan guru dan teman dalam ini. Penerapan dapat dimulai terlebih dahulu ruang kelas secara konvensional. Dengan dengan data perkembangan akademik siswa. blended learning, interaksi antara guru dan Data tersebut digunakan sedemikian hingga murid diharapkan akan semakin baik karena mampu memberikan gambaran detil tentang siswa sudah belajar terlebih dahulu tentang rekam jejak akademik seorang siswa. pengetahuan dan informasi secara online.

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Revolusi Industri 4.0

Untuk menerapkan blended learning, Selain itu, guru dituntut untuk selalu diperlukan infrastruktur untuk membuat video menjadi seorang pembelajar, sehingga pengajar- online selain itu guru juga harus dilatih untuk an yang disampaikan kepada siswa akan tetap dapat merekam pengajarannya. Konten video relevan dengan zaman. Guru juga harus fasih kemudian disimpan dan dapat diakses oleh dalam menggunakan teknologi di ruang kelas. murid sehingga ia dapat mempelajarinya Teknologi tersebut akan mempermudah guru dimanapun ia berada. Video harus dibuat dalam menyampaikan informasi dengan semenarik dan sejelas mungkin, sehingga murid menarik serta menstimulus daya berpikir siswa. dapat mengerti dan menyerap informasi dengan Terkait dengan perkembangan karakter baik. Ketika waktunya tatap muka, guru tidak siswa, guru dituntut untuk dapat mengasah lagi mengulang keseluruhan pengajarannya, karakter siswa. Karena pertumbuhan karakter namun guru memfasilitasi problem solving serta seorang siswa tidak lepas dari supervisi orang menuntun siswa untuk mengimplementasikan dewasa, dalam hal ini seorang guru. Guru harus pengetahuannya. Agar bergerak ke arah blended menghadirkan relasi yang otentik, hubungan learning, diperlukan perubahan mindset dari antar manusia yang penuh kasih sehingga guru, siswa dan orang tua. Guru diharapkan karakter tersebut dapat mendarah daging pada dapat merekam pengajarannya, siswa siswa. Aspek kemanusiaan inilah yang harus diharapkan lebih mandiri dalam belajar serta terus menerus diasah dari diri seorang siswa, orang tua yang membantu proses kemandirian sehingga mampu menjawab kebutuhan di masa tersebut. depan (lihat kembali kemampuan yang Blended learning juga dapat digunakan dibutuhkan di tahun 2022, World Economic sebagai platform berbagi antar guru di lingkup Forum, 2018). Seluruh perubahan peran guru BPK PENABUR. Guru dapat saling berbagi tersebut haruslah ditunjang oleh pelatihan yang sumber daya, berbagi pengetahuan melalui video intens. Hal ini sesuai dengan penjabaran World yang dapat dipelajari oleh guru lain. Dengan Economic Forum tentang pelatihan bagi para demikian, apabila kualitas guru meningkat maka pekerja akibat perubahan peran pekerjaan. kualitas pendidikan di BPK PENABUR akan Terlebih dengan perbedaan generasi yang cukup meningkat. jauh dengan generasi siswa. Tentu hal ini bukanlah hal yang mudah, mengingat beban pekerjaan guru yang sangat banyak. Perubahan Peran Guru Perencanaan dan implementasi yang cerdik dan Ketika informasi dan pengetahuan dengan cermat sangat dibutuhkan dalam hal ini. mudahnya diperoleh, maka peran guru dituntut untuk berubah. Guru bukan lagi menjadi satu- Tentang perubahan peran ini, masalah satunya sumber informasi. Guru juga yang akan muncul adalah bagaimana mendidik seharusnya mengajarkan bagaimana caranya guru yang telah didik masa lalu. Guru yang berpikir dan bukan menuntut siswa untuk enggan berubah dan menyesuaikan diri dengan menghafal. Terlebih ketika memory ability zaman akan memberikan resistansi. Masalah ini menjadi salah satu kemampuan yang akan dapat diatasi dengan memberikan pelatihan menurun kebutuhannya di tahun 2022 (World serta mengubah sistem dan budaya sekolah Economic Forum, 2018). secara perlahan. Institusi pendidikan harus Peran guru seharusnya menjadi figur yang memiliki sistem dan budaya yang inovatif mampu menghadirkan kebijaksanaan dalam sedemikian hingga seluruh anggotanya juga memahami pengetahuan. Kebijaksanaan inovatif. tersebut meliputi kebijaksanaan berpikir, menyikapi informasi, merangkai informasi Pendidikan Kristen yang Berpusat pada hingga mensintesis bentuk informasi baru. Guru Gambar Diri juga dituntut untuk menjadi mentor/fasilitator Generasi yang akan datang akan memiliki yang menghantarkan siswa menuju kebijaksa- banyak identitas online (Turk, 2018). Identitas naan tersebut. tersebut merupakan identitas di media sosial,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 69 Revolusi Industri 4.0 forum, nick name di games hingga identitas di Sekolah harus menjadi suatu lingkungan market place. Walaupun saat ini siswa belum dimana seorang siswa mendapat afirmasi memiliki identitas seperti itu, namun mereka tentang gambar dirinya. Oleh karena itu, sudah mulai mengalaminya melalui identitas perilaku bullying, labeling harus dihindari. online orang tua. Adanya perbedaan Sekolah harus menjadi tempat dimana seorang kepentingan di dunia online tersebut menyebab- siswa memperoleh tempat yang aman untuk kan seseorang menonjolkan diri secara berbeda mengekspresikan dirinya serta mendapat pula. Dengan memiliki banyak identitas online afirmasi gambar diri yang benar dari sesama tersebut, identitas seseorang juga terbentuk dari teman dan guru. persepsi lingkungan sosial online dimana ia Gambar diri yang benar dapat juga dibentuk berada. dari lingkungan yang mengajarkan tingkah laku Hal ini akan memberikan krisis identitas dan budaya yang baik. Tingkah laku dan budaya kepada siswa. Dimana diri mereka dibentuk dari yang terkadang kita anggap kecil sebetulnya tingkat kepentingan dimana identitas online dapat menjadi sarana bagi seorang siswa mereka ada serta dibentuk dari opini sosial membentuk identitasnya. Sebagai contoh di online tersebut. Krisis identitas merupakan isu sekolah-sekolah siswa diajarkan untuk tertib yang krusial bagi perkembangan seorang anak. antri serta menyimpan tas dan sepatu dengan Oleh karena itu, sekolah khususnya BPK rapi. PENABUR harus menjadi lingkungan yang baik, yang mampu membentuk identitas dan gambar Gambar diri seseorang dibentuk dari diri yang benar. karakter dimana ia ditempa. Dan karakter seseorang dibentuk dari kebiasaan yang tampak Pelajaran Agama Kristen serta Bimbingan kecil. BPK PENABUR Jakarta memiliki tugas Konseling menjadi dua pelajaran yang krusial untuk memberikan gambar diri yang benar dalam membentuk gambar diri seorang siswa kepada siswa di tengah dunia yang memiliki khususnya gambar diri yang benar sesuai beragam nilai kehidupan. Tugas tersebut dapat dengan iman Kristen. Pendidikan karakter yang dilakukan salah satunya dengan mengajarkan berpusat pada kebaikan, sifat baik serta perilaku dan kebiasaan yang tampak kecil perubahan tingkah laku harus juga menjelaskan kepada siswa. mengapa perbuatan baik tersebut dilakukan. Seorang siswa harus mengetahui gambar dirinya yang benar, sehingga perubahan tingkah laku Simpulan dan perubahan karakter menjadi by product dari gambar diri yang benar. Oleh karena itu, Perubahan dunia yang ditandai dengan pelajaran agama dan bimbingan konseling revolusi industri 4.0 menuntut institusi harus memprioritaskan gambar diri sebagai pendidikan untuk berubah. Institusi pendidikan bahan pengajaran utama. Guru bimbingan khususnya dapat melakukan perubahan konseling dan guru agama harus terus menerus tersebut dengan mengubah fokus pendidikan memberikan afirmasi tentang gambar diri siswa. yang menekankan pada kemampuan berpikir, Guru bimbingan konseling harus memberikan pembelajaran yang modern, perubahan peran dukungan bagi siswa yang mengalami masalah guru serta pembentukan gambar diri yang benar dengan gambar diri. Kemampuan seperti kepada siswa. Pola pendidikan tersebut dapat mendengar, menyimak, memperhatikan dan menjadikan seorang siswa bukan hanya mengerti serta mendoakan menjadi kemampuan bertahan di dunia yang akan datang, namun dan kerinduan yang harus dimiliki oleh seorang dapat bersinar dengan prestasi dan karya guru bimbingan konseling dan guru agama. sehingga dapat memuliakan nama Tuhan.

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Revolusi Industri 4.0

Mitchel Resnick, 2017. Lifelong kindergarten: Daftar Pustaka Cultivating creativity through projects, passion, peers, and play. The MIT Press Andrea De Mauro, Marco Greco, Michele Nancy W. Gleason (2018). Higher education in the Grimaldi, 2016. A formal definition of big era of the fourth industrial revolution. data based on its essential features. Library Palgrave Macmillan Review National Academy of Education (2017). Big data Cathy Davidson (2011). Now you see it: How the in education: Balancing the benefits of brain science of attention will transform the educational research and student privacy. way we live, work, and learn. Viking Press National Academy of Education. David Bawden (2001). Information and digital Paul Gilster (1997). Digital literacy. New York: literacies: A Review of Concepts. Journal of Wiley Documentation, 57(2), 218-259 Ragunathan Rajkumar, Insup Lee, Lui Sha, John David Bawden (2008). Origins and concepts of Stankovic (2010). Cyber-physical systems: digital literacy. Digital literacies: Concepts, The next computing revolution. Proceedings policies and practices 30 (2008): 17-32 of the 47th Design Automation David Figlio, Krzysztof Karbownik, Kjell Conference, DAC 2010, Anaheim, Salvanes (2017). Presidential essay: The California, USA, July 13-18, 2010. promise of administrative data in education Steinkuehler, C. (2017). Learning process data in research. Association for Education education research: Panel summary. Finance and Policy Washington, DC: National Academy of John Watson (2008). Blended learning: The Education convergence of online and face- to-face Victoria Turk (2018): Understanding Generation education. North American Council for Alpha, Wired Consulting Online Learning. World Economic Forum, 2018. Insight report: The Kotchetkov, Prokhorov (2017). The research of future of jobs report 2018. World Economic approaches of applying the results of big data Forum analysis in higher education. AIP Conference Proceedings 1797, American Institute of Physics

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 71 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi Opini

Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi

Harun D. Simarmata Email: [email protected] Bagian Kerohanian dan Karakter BPK PENABUR Jakarta

Abstrak endidikan karakter melalui metode refleksi sangat penting walau jarang dilakukan— karena tujuan pendidikan itu sendiri adalah refleksi. Metode refleksi tidak hanya dibatasi P pada satu mata pelajaran saja. Seluruh proses belajar mengajar semua mata pelajaran menjadi kesempatan berefleksi. Pembelajaran dari seorang guru akan menjadi efektif ketika guru tersebut juga mampu berefleksi atas materi pelajaran yang diajarkan kepada para murid. Pembelajaran yang berdayaguna terjadi ketika siswa diajak melakukan refleksi terkait dengan pelajaran dan pengalaman yang diterimanya dan dihubungkan dengan kehidupan. Pengalaman yang baik perlu direfleksikan agar semakin dirasakan manfaat dan maknanya.

Kata-kata kunci: pendidikan karakter, metode refleksi

Character Education through Reflection Method

Abstract The use of reflection method in character education is important –though rarely applied– as the goal of education itself is reflection. Reflection method should not be applied in just one subject. The entire process of learning in all subjects is a chance to do reflection. Teachers who can do self-reflection on their own teaching will be able to develop more effective teaching method. Useful learning happens when students are asked to reflect on their learning experience and learning material and its connection to real life. Good experience should be reflected on in order to make it more meaningful and beneficial.

Key words: character education, reflection method

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi

pertimbangan pasif atau kontemplasi. Kemung- Pendahuluan kinannya guru juga tidak sering meminta siswa untuk merefleksikan apa yang telah mereka Salah satu metode pendekatan dalam pendidik- pelajari maupun pengalaman selama proses an karakter adalah refleksi. Metode ini sering pembelajaran. Karena, ketika siswa diminta dikesampingkan bahkan dianggap tidak perlu merefleksikan tugas yang diberikan, siswa sering karena dianggap bukan sesuatu yang bernilai menjadi bingung: “Apa lagi yang harus akademis. Apalagi di tengah kemajuan dilakukan? Bagaimana cara merefleksikannya? perkembangan teknologi dan informasi yang Saya sudah menyelesaikan tugas saya! Mengapa sangat cepat, teknologi terkadang memberikan saya harus memikirkannya lagi?” Selain itu, dampak dalam proses pembelajaran di siswa yang kurang berpengalaman dengan lingkungan sekolah, khususnya guru dan siswa. refleksi akan memberikan jawaban sederhana Guru dan siswa terhisap ke dalam pusaran ketika diminta untuk berefleksi, misalnya “Ini kemajuan dan kecepatan arus zaman sehingga merupakan tugas yang menyenangkan!” atau tidak mempunyai momen untuk merefleksikan “Saya sungguh menikmati melakukan tugas pengalaman pembelajaran, baik sebelum ini.” berlangsung, saat berlangsung maupun sesudah Guru memandang bahwa refleksi para berlangsungnya pembelajaran. Menurut Doni siswa tidak bermakna, hanya sebagai ‘slogan’ Koesoema, ketika sekolah menggunakan cara saja. Guru dan siswa memandang bahwa refleksi “pabrik” dalam mengelola pendidikan, maka hal selalu berkaitan dengan pengalaman yang tersebut akan mematikan kemampuan berpikir, negatif. Guru dan siswa menganggap refleksi berkeyakinan, bersikap, berperilaku, evaluasi sebagai sesuatu yang tidak berguna, tidak ada serta kemampuan reflektif pelaku dunia dampaknya bagi nilai akademis. Bila demikian, pendidikan.1 Proses refleksi menjadi salah satu maka yang terjadi adalah proses pemaknaan bagian penting dari kompetensi seorang guru, terhadap pengalaman serta pembelajaran tidak bahkan menjadi pusat kehidupan dari seorang terjadi sehingga pembentukan karakter siswa guru. Namun, ada guru yang tidak mempunyai pun tidak berkembang. banyak waktu untuk melakukan refleksi terhadap mata pelajaran yang diajarkan, karena Memahami Pendidikan Karakter harus memenuhi target menyelesaikan materi Thomas Lickona, menjelaskan bahwa pendidik- pelajaran demi nilai akademis siswa. Ada juga an karakter terkait dengan moral knowing guru yang melakukan refleksi namun kurang (pengenalan, pengetahuan, pemahaman tentang mendalam dan tidak dikaitkan dengan moral), moral feeling (perasaan tentang moral), kehidupan nyata atau struktur sosial yang dan moral doing (perbuatan, tindakan, aksi konkrit dengan persoalan-persoalan yang moral). Sasarannya yaitu aspek kognitif, aspek dihadapi oleh peserta didik. afektif dan aspek psikomotorik. Atau ada juga Selain itu, pendekatan metode refleksi yang mengatakan bahwa pendidikan karakter dalam pendidikan karakter terkadang bertujuan untuk interpersonal strengths, mengalami penyempitan makna menjadi intrapersonal strengths, dan intellectual strengths. terbatas hanya pada renungan atau meditasi Berikut kutipan pendapat Thomas Lickona tertentu. Guru sering terjebak hanya kepada (1989): nasihat-nasihat yang disampaikan kepada Character consists of...values in action. siswa, satu arah, memandang pengalaman- Character. . . has three interrelated parts: pengalaman siswa hanya sebagai sesuatu yang terisolasi, bukan sebagai sesuatu yang perlu moral knowing, moral feeling, and moral digali dan dimaknai. Refleksi sering dipahami behavior. Good character consists of knowing the sederhana, bukan sebagai kesempatan good, desiring the good, and doing the good— pembelajaran. Bahkan refleksi sering habits of the mind, habits of the disederhanakan kepada pemberian ‘solusi heart, and habits of action. We want our instan’ terhadap pengalaman, perasaan, children...tojudge what is right, care deeply

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 73 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi

about what is right, and then do what they karakter di sekolah dilakukan dengan beragam believe to be right—even in the face of strategi, yaitu intensional, terencana, terorganisir pressure from without and temptation from dan reflektif, bukan dengan asumsi, tanpa sadar within. (p. 51) dan reaktif. Tujuannya agar peserta didik Pemahaman tersebut kemudian menjadi paham (aspek kognitif/mental skills) dikembangkan oleh Doni Koesoema yang tentang mana yang benar dan salah, mampu memahami pendidikan karakter sebagai merasakan (aspek afektif/attitude/self) nilai yang keseluruhan dinamika relasional antarpribadi baik dan biasa (habituation) melakukannya dengan berbagai macam dimensi, baik dari (aspek psikomotor/manual or physical skills dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi (Skills)). Terkait dengan metode pendidikan itu semakin mampu menghayati kebebasannya karakter, Pius Pandor mengajukan lima metode sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab pendidikan karakter (dalam penerapan di atas pertumbuhan dirinya sendiri dan lembaga sekolah), yaitu mengajarkan/ perkembangan orang lain dalam hidup mereka.2 pengajaran, keteladanan, menentukan prioritas, praksis prioritas dan refleksi.4Salah satu cara Koesoema menyebutkan tiga basis responsif yang potensial adalah menggunakan implementasi pendidikan karakter yaitu basis metode refleksi. kelas, basis kultur dan basis komunitas. Pendidikan karakter berbasis kelas merupakan locus educationis utama bagi praksis pendidikan Mengenal Metode Refleksi karakter. Salah satu dimensi penting dalam Metode refleksi bukanlah sebuah konsep baru pendidikan karakter berbasis kelas adalah dalam pendidikan. Metode ini termasuk dalam kualitas relasional antaranggota kelas. HOTS (High Order Thinking Skils), yaitu Pendidikan karakter berbasis kultur sekolah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, merupakan perpan- metakognitif, dan jangan lebih lanjut berpikir kreatif dari praksis pendi- yang merupakan Bertumbuh secara sehat dalam dikan karakter ber- kemampuan ber- kebersamaan dengan komunitas, basis kelas. Pendi- pikir tingkat ting- baik secara fisik, emosional dikan karakter gi. Metode ini me- maupun moral merupakan syarat berbasis kultur rupakan sebuah utama pengembangan pendidikan konsep yang sekolah menyerta- karakter secara lebih integral kan berbagai ma- digunakan sekitar cam peristiwa akhir tahun 1900- pendidikan (educa- an. Kemudian me- tional happenings) masuki Abad ke- sebagai wahana bagi praksis pendidikan 21, metode refleksi ini disarankan kembali oleh karakter. Pendidikan karakter berbasis seorang pakar pendidikan bernama Donald komunitas, karena pendidikan merupakan Schon. Metode refleksi memiliki akar pada sebuah bantuan sosial, maka supaya berakar pemikiran filosofis dari Sokrates, atau dikenal perlu adanya bantuan sosial. Bertumbuh secara dengan istilah ‘Metode Sokrates’ yaitu bentuk- sehat dalam kebersamaan dengan komunitas, bentuk pertanyaan reflektif yang bertujuan untuk baik secara fisik, emosional maupun moral mengembangkan kemampuan muridnya yang merupakan syarat utama pengembangan berbakat yaitu Plato. Metode refleksi ini juga pendidikan karakter secara lebih integral.3 didukung oleh filsuf Yunani, Sophocles, yang Sekolah yang menginginkan siswanya pendekatannya menggunakan cara mengamati menjadi pemimpin, menjadi orang yang baik di dan menggambarkan perbuatan manusia. sekitarnya, maka yang penting diterapkan Pendekatan refleksi memiliki akar yang kepada siswanya adalah pendidikan karakter. berbeda dalam filsafat Barat. Ada beberapa Pertanyaannya adalah bagaimana mengajarkan pemikir filsafat Barat yang membahas tentang pendidikan karakter di sekolah? Pendidikan refleksi: Rene Descartes menegaskan bahwa

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi refleksi itu merupakan self-inspection yang dan waspada dari keyakinan-keyakinan atau menjadi dasar epistemologinya; Kant, yang praktik-praktik dalam terang dasar-dasar yang mendalilkan subjek yang otonomi dan mendukungnya dan konsekuensi-konsekuensi tercerahkan; John Dewey menegaskan yang muncul. pengalaman reflektif. Bagi Dewey, refleksi itu Bagi Dewey, refleksi itu terdiri dari dua jenis, merupakan sebuah proses mendapatkan bukti/ yaitu intellectual reflection dan praxiological petunjuk untuk mendukung pengetahuan dan reflection. Dalam intellectual reflection, terdapat keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya sebuah proses menjadi sadar akan dasar-dasar mempersilahkan individu mengambil sebuah pengetahuan, sedangkan dalam keputusan terkait masa depannya; Max praxiological reflection terdapat proses Horkheimer dan Theodor Adorno melihat persiapan penerapan pengetahuan dalam refleksi itu sebagai proses mengkritisi praktik/aksi/tindakan, proses transformasi rasionalitas instrumental; Jurgen Habermas, pengetahuan menjadi instrumen aktivitas. memegang konsep luas rasionalitas. Dari nama- Dengan demikian, berpikir reflektif itu erat nama para pemikir tersebut, pemikiran John kaitannya dengan perbuatan/aksi. Apa yang Dewey sangat mempengaruhi pemikiran tentang menjadi ide John Dewey tersebut semakin metode refleksi tersebut. diperkaya oleh seorang filsuf Amerika bernama John Dewey membuat perbedaan penting Donald Schon. Schon mengembangkan antara tindakan manusia yang reflektif dan yang pemikiran Dewey dan membaginya dalam tiga sifatnya rutin. Tindakan yang sifatnya rutin jenis refleksi yaitu: Reflection-in-action; merupakan perilaku yang dituntun oleh Reflection-on-action, Reflection-for-action. dorongan, tradisi dan otoritas, sedangkan Reflection-in-action. Refleksi ini dilakukan tindakan yang reflektif merupakan perilaku selama pengalaman berlangsung, mengkonst- yang melibatkan pertimbangan yang aktif, gigih ruksi pengalaman. Kebanyakan para pendidik

Tabel 1: Hasil Refleksi Intellectual Reflection, Personal Reflection, Reflection-Dialogue, Praxiological Reflection

Bagian Reflection- Pertanyaan on-action

Intellectual Bagaimana kamu menyelenggarakan eksperimen? Data apa yang kamu Reflection pahami/tidak pahami dari eksperimen tersebut? Apa yang mengejutkan kamu? Kesimpulan apa yang kamu ambil, dan mengapa? Apa yang kamu ketahui tentang objek yang kamu selesaikan? Apa yang kamu masih tidak ketahui? Apa lagi yang ingin kamu pelajari?

Personal Reflection Hal apa yang paling sulit bagi kamu/apa yang kamu anggap aksi yang paling berhasil? Mengapa? Bagaimana perasaanmu selama eksperimen? Apa yang kamu pelajari tentang dirimu/pengetahuanmu dan keahlianmu selama eksperimen? Aksi apa yang seharusnya kamu buktikan?

Reflection Dialogue Siapa teman yang paling aktif selama pengelolaan dan analisa eksperimen tsb? Siapa yang paling emosional? Apakah ada hal yang diperdebatkan? Apakah ada perbedaan pendapat ketika merumuskan sebuah kesimpulan? Apakah teman sekelasmu mempertimbangkan pendapatmu? Pertimbangan teman sekelasmu yang mana yang sering dijadikan pertimbangan?

Praxiological Pengetahuan/keahlian apa yang perlu dalam melengkapi eksperimen tsb? Reflection Bagaimana penyelesaian eksperimen tersebut dapat dibuktikan? Bagaimana data dari eksperimen tersebut dapat digunakan nantinya? Agar pengetahuan/keahlian baru tersebut dapat diterapkan, apa saja yang dibutuhkan?

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 75 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi melakukan refleksi secara spontan ketika Pola refleksi tersebut dicetuskan melalui membuat keputusan guna merespons terhadap pengalaman-pengalaman masa lalu, kemungki- apa yang berlangsung di dalam seluruh sesi nan juga melibatkan berpikir tentang kejadian- atau jam pelajaran. Refleksi ini dibangun melalui kejadian masa depan serta bagaimana seorang penemuan-penemuan siswa dengan menambah- pendidik atau guru dan siswa meresponsnya. kan materi dan memperluas cara berpikir siswa Yang termasuk dalam refleksi ini adalah dengan pertanyaan-pertanyaan atau saran- bagaimana menjadi responsif terhadap saran cara lain untuk mengatasi sebuah perubahan-perubahan dalam komunitas, masalah. Ketika dalam menghadapi masalah mempertimbang-kan ragam pendekatan, serta atau situasi baru, dan strategi yang dibangun menyempurnakan praktik dan strategi kelihatan tidak berhasil, maka para pendidik komunikasi. mengadakan alternatif-alternatif. Selain dari ketiga jenis refleksi tersebut, ada Reflection-on-action. Refleksi dilakukan dua jenis dimensi baru dari refleksi yaitu sesudah pengalaman berlangsung. Guru Reflection-before-action dan Reflection-beyond- memberi kesempatan kepada siswa berefleksi action.5Pada Reflection-before-action siswa lebih mendalam, guna merekonstruksi dituntut untuk berefleksi sebelum memasuki pengalaman siswa. Refleksi melibatkan pembel-ajaran maupun pengalaman. Siswa pemikiran tentang apa yang terjadi dan dapat memulainya dengan memberi perhatian, mempertanyakan bagaimana dan mengapa memperoleh kesadaran, dan terlibat, pada awal sebuah tindakan khusus memberi kontribusi refleksi. Refleksi ini diharapkan mampu terhadap pembelajaran siswa, serta mengeksplo- membantu membangun sebuah kesadaran dan rasi pendekatan alternatif. Kegiatan refleksi bisa sebuah apresiasi atas apa yang terjadi di sekitar dilakukan sesudah kegiatan diselenggarakan, mereka dan mulai membantu siswa memper- atau seminggu maupun sebulan sesudah hatikan situasi mereka. kegiatan berlangsung. Hasil refleksi dibagi Pada Reflection-beyond-action terjadi proses menjadi empat bagian yaitu intellectual reflection, berbagi kisah, kisah siswa dan kisah orang lain, personal reflection, reflection-dialogue, praxiological guna mengembangkan sebuah pemahaman reflection. Keempat bagian tersebut diwujudkan yang lebih baik. Dalam Reflection-beyond-action dalam pertanyaan-pertanyaan reflektif. terdapat beberapa manfaat yaitu memfasilitasi Ketika kedua bentuk refleksi ini, reflection- siswa untuk mengeksplorasi diri, sebagai media in-action dan reflection-on-action, dilakukan pembelajaran seumur hidup, sebagai media dalam proses pembelajaran kepada siswa, maka meningkatkan praktik/aksi, sebagai media siswa diharapkan menjadi lebih sadar akan pembelajaran transformatif. Akan tetapi, pengetahuan dan kemampuan-kemampuan meskipun reflection-beyond-action dapat yang telah mereka kembangkan, mampu menghubungkan kenyataan masa lalu dan masa mengidentifikasi kekuatan-kekuatan dan kini menuju masa depan, siswa perlu didorong bagian-bagian yang perlu dikembangkan, fokus pada reflection-in-action- masa kini, mengembangkan rencana tindakan/aksi untuk mengeksplorasi diri, menemukan makna dalam pembelajaran yang akan datang, mencapai lebih pengalaman-pengalaman mereka hari lepas lagi tentang pemahaman diri dan bagaimana hari. Refleksi itu bukan sesederhana menghu- mereka belajar, lebih bertanggungjawab bungkan masa lalu, masa kini dan masa depan, terhadap belajar mereka. Dengan demikian, meskipun itu juga penting, tetapi juga terlebih refleksi dilakukan sebelum dan sesudah dahulu mempersiapkan sebuah pengalaman pembelajaran. Sebelum mengajar, guru (reflection-before-action), memper-baiki sebuah merefleksikan dan menyusun pembelajaran, dan momen “masa kini” (reflection-in-action) dalam sesudah mengajar, guru mempertimbangkan sebuah cara sedemikian rupa yang dapat atau memikirkan apa yang terjadi. dipelajari (reflection-on-action), proaktif bagi Reflection-for-action. Jenis ini merupakan masa depan (reflection for action) dan belajar dari cara berpikir proaktif tentang aksi masa depan. (reflection-beyond-action) sebuah proses seumur

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi

Konteks Mencari Profil Seorang Guru yang Reflektif

Sebagaimana dituliskan pada bagian sebelum- nya, bahwa refleksi berperan penting dalam 1. Pengalaman membangun individu melalui internalisasi dari 2. Refleksi pengalaman-pengalaman. Refleksi merupakan 3. Tindakan bagian komponen dari proses pembelajaran, di samping praktik, eksperimentasi, evaluasi dan memorisasi. Pembelajaran yang paling berdaya terjadi ketika para siswa mampu melakukan self- monitor, refleksi. Refleksi bila dimetaforakan Evaluasi seperti sebuah kompas yang memungkinkan para guru berhenti, melihat dan menemukan Gambar 1: keberadaan mereka pada satu momen dan Siklus Pembelajaran Reflektif kemudian memutuskan mau ke mana di masa depan secara profesional. hidup serta menuju pembelajaran yang Sebagai guru, kita perlu mendorong siswa transformatif. untuk mengadakan refleksi dari setiap proses Margaretha Madha Melissa, dalam pembelajaran yang akan menuntun serta tulisannya Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR): membuat mereka mempunyai pandangan Alternatif Pembelajaran Matematika untuk sendiri, bukan pandangan guru. Guru yang Mengembangkan Pengetahuan dan Karakter, reflektif berarti guru tersebut mengajak siswa menyebutkan siklus pembelajaran yang reflektif, melihat nilai apa yang dapat diambil dari suatu sesuai Gambar 1. pengalaman pembelajaran, apa gunanya bagi hidupnya dan hidup orang lain. Siswa dibantu Pada bagian konteks, perlu dipahami oleh guru untuk mengalami sesuatu pengalaman karena hal tersebut mempengaruhi model dalam menekuni mata pelajaran di sekolah. Dari pembelajaran yang akan digunakan. Bagian pengalaman itu, siswa dibantu untuk pengalaman, ini perlu diberikan kepada siswa mengadakan refleksi dari apa yang ditemukan supaya mengalami langsung/mengkonstruksi dalam pengalaman pelajaran tersebut. Di sinilah pengetahuannya. Setelah pengalaman, bagian peran seorang guru sangat penting, sehingga refleksi merupakan bagian penting karena lewat pengalaman baik yang diperoleh dalam refleksi siswa dibantu untuk menggali pembelajaran itu tidak hilang begitu saja. pengalaman mereka lebih mendalam dan Peran sebagai guru yang reflektif mengambil maknanya bagi hidup pribadi, merupakan salah satu hal penting yang mesti hidup bersama, dan hidup kemasyarakatan. Hal dilakukan oleh guru terhadap muridnya. Guru yang diperlukan pada bagian refleksi adalah yang reflektif merupakan seorang pribadi yang relasi yang baik antara guru dan siswa. Jika introspektif, artinya seorang guru selalu mencari pengalaman yang ada dimaknai secara sungguh, pemahaman yang lebih mendalam akan maka hal tersebut akan memunculkan aksi. pengajaran.7 Menjadi guru yang reflektif Evaluasi merupakan bagian yang dilakukan memerlukan beberapa langkah. Langkah untuk mengetahui apakah proses berjalan baik pertama yang semestinya dilakukan oleh dan membantu perkembangan karakter siswa.6 seorang guru adalah melihat diri sendiri, sikap, Dengan melakukan refleksi, dapat menolong prasangka dan perilaku. Proses ini menuntut untuk melakukan perubahan sesungguhnya kesadaran kemungkinan adanya sikap, yang akan turut serta memunculkan prasangka dan perilaku negatif yang dapat perkembangan.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 77 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi mempengaruhi guru dalam mengajar siswa. merupakan dimensi filosofis dan perilaku yang Seorang guru semestinya menjadi model integral dan vital. perilaku pertama dan paling depan sesuai Guru yang reflektif bersikap tulus dalam dengan nilai yang diajarkannya. Parker Palmer menerima seluruh siswa dan akan belajar serta mengatakan bahwa “good teaching cannot be mengafirmasi keunikan tiap siswa. Seorang guru reduced to technique; good teaching comes from the yang reflektif adalah guru yang berdedikasi dan identity and integrity of the teacher.” berkomitmen mengajar seluruh siswa, bukan Ada tiga sikap yang menjadi prasyarat hanya beberapa siswa saja. Tidak memilih dan menjadi seorang guru yang reflektif, yaitu: memilah di antara siswa. Banyak dari kelompok berpandangan terbuka (openmindedness), guru mengatakan bahwa mereka ingin mengajar tanggungjawab (responsibility), dan tulus karena mereka cinta dan menikmati mengajar (wholeheartedness). Berikut penjelasan ketiga hal anak-anak. Apakah guru-guru yang demikian tersebut terkait dengan pembelajaran di dalam sungguh-sungguh mengatakan seluruh siswa, kelas.8 atau siswa yang hanya menyukai guru tersebut Dalam berpandangan terbuka, seorang guru saja? Jika kita adalah guru yang reflektif, maka yang reflektif akan diperhadapkan dengan perilaku mengajar kita merupakan suatu wujud pertanyaan-pertanyaan seperti: Akankah filosofi mengajar. Dengan demikian, guru yang seorang guru me- reflektif juga meru- reevaluasi apa dan pakan guru yang bagaimana guru berkarakter tersebut mengajar Seorang guru yang reflektif bertanggungjawab, seandainya bebe- adalah guru yang berdedikasi dan terbuka dan tulus. rapa siswa di kelas berkomitmen mengajar seluruh Parker Palmer memiliki pandang- siswa, bukan hanya beberapa mengusulkan dua an yang berbeda siswa saja. hal terkait guru tentang sesuatu hal? yang reflektif yaitu Akan-kah seorang identity (identitas) guru memodifikasi dan integrity pembel-ajarannya untuk menyesuaikan dengan (integritas).4Kedua hal tersebut terkait dengan pandangan dan keyakinan para siswa tersebut? bayang-bayang dan batas-batas, luka dan Menjadi seorang guru yang reflektif berarti ketakutan bersama dengan kekuatan-kekuatan menjaga pandangan terbuka tentang isi, metode dan potensi-potensi kita. Identitas berkait dan prosedur yang digunakan di kelas. Guru dengan seluruh kekuatan yang membentuk diri, tetap me-reevaluasi manfaatnya. Guru tidak misteri diri: disakiti dan menyakiti, berbuat baik hanya bertanya mengapa hal tersebut begini, dan berbuat jahat kepada orang lain dan diri tetapi juga bagaimana hal tersebut dapat sendiri, pengalaman mencintai dan menderita, dijadikan lebih baik. Bila seorang guru masih dsb. Integritas merupakan bagian integral terpenjara dalam pandangan yang sempit dan terhadap diri, apa yang sesuai dan apa yang tertutup, maka proses pembelajaran tidak tidak sesuai. Integritas itu berarti utuh, bukan berkembang serta proses refleksi itu sendiri tidak berarti sempurna. Integritas berarti mengenal akan terjadi. dan mengetahui siapa aku secara utuh. Selain Ketika diberikan tanggung jawab, maka itu juga, Melissa juga mengusulkan bahwa sikap seorang guru yang reflektif menyadari akan yang diperlukan seorang guru reflektif yaitu cura tindakan-tindakannya dan konsekuensi yang personalis (kepedulian terhadap pribadi): akan muncul dari setiap tanggungjawab yang relasional (mengenal, menghargai, mempercayai, dijalankan. Kewajiban dalam mempertimbang- peduli, mengembangkan). kan konsekuensi terhadap relasi kehidupan para Menjadi seorang guru yang reflektif tidaklah siswa menjadi penting ketika guru menerima semudah yang dibayangkan. Terdapat beberapa siswa dan bertanggungjawab mengajar mereka. keberatan menjadi seorang guru yang reflektif Berpandangan terbuka dan bertanggungjawab yaitu apakah mengajar reflektif itu sesuatu yang

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi realistis bahkan perlu? Keberatan-keberatan something that we could not do without, but because tersebut termuat dalam tiga pertanyaan berikut: it transforms and enhances the quality of what we do Apakah mungkin mengambil waktu untuk refleksi? and how we live.”10 Peran guru yang reflektif Apakah mungkin mematuhi hasil-hasil refleksi? terintegrasi dengan memperkaya kehidupan Apakah perlu berefleksi? sekolah dan kehidupan masyarakat. Bahkan, Pertanyaan apakah mungkin mengambil waktu menurut Paulo Freire, mengajar dengan reflektif untuk refleksimemiliki argumentasi bahwa dapat menjadi sebuah agen perubahan di dunia. mengajar reflektif itu tidak realistis dan bahkan Merinda Kaye Hensley11 mengusulkan 35 tidak diinginkan. Ini disebabkan bahwa kelas pertanyaan yang dapat dijadikan sebagai proses merupakan lingkungan yang sangat cepat refleksi bagi seorang guru: 1)What do I believe dengan kondisi yang tak terprediksi. Selain itu, about my teaching? Elaborate on the beliefs; 2) What dibutuhkan keputusan-keputusan spontan do I feel most proud of in my teaching activities?:3) merespons reaksi siswa di kelas. Dengan kata What was the moment during my teaching when I felt lain, situasi di dalam kelas sangat kompleks. most connected, engaged, or affirmed?; 4) What was Belum lagi adanya tekanan atau permintaan dari the moment during my teaching when I felt most institusi dapat membuat guru tidak sempat disconnected or disengaged?; 5) Was there a situation melakukan refleksi di dalam kelas. Justru yang that caused me anxiety or distress? What triggered dibutuhkan adalah intuisi dan negosiasi sebagai that feeling?; 6) What was the event that took me most respons dan konsekuensi guru dalam menjawab by surprise?; 7) What would I do differently if I had permintaan di dalam kelas. Bila kultur refleksi the chance for a do-over?; 8) What do I most need to menjadi sebuah kultur bersama, maka argumen- learn about or improve in my teaching?; 9) What do I argumen tersebut tidak akan menjadi alasan worry about most in my work as an instructor?; 10) untuk tidak melakukan refleksi. How do I know when I have taught well?; 11) What do I try to accomplish in my teaching? What do Apakah mungkin mematuhi hasil-hasil students try to accomplish while I am teaching? refleksi? merupakan bagian kedua dari Elaborate on the intentions.;12) Identify the places keberatan terhadap proses refleksi.Keberatan ini where I feel anxiety in the classroom. Provide didasarkan pada pandangan bahwa seorang examples; 13) What mistake have I learned the most guru itu merupakan fungsionaris dalam sebuah from as an instructor?:14) Does my instructional sistem birokrasi. Bahkan pandangan ini melihat design match the outcomes of the course? ;15) What refleksi merupakan usaha yang tanpa harapan, clues can I see during my session that demonstrate the putus asa (hopeless endeavor). Namun, dalam impact of my teaching on student?; 16) What do I do dunia mengajar perlu melibatkan sebuah pilihan when instructing or teaching? What do students do dan paksaan yang saling mempengaruhi. Ada while I am teaching? Elaborate on the actions; 17) muatan konflik ketika ingin guru me-reshape sifat Did I provide clear objectives for my student sekolah. Ada juga guru yang tidak sesuai dengan today?;18) Can I offer less direction as my students cetakan birokratis, dan ada ruang potensial bagi learn more?; 19) How do I model research behavior guru untuk mengambil refleksi. for my students? Are there alternatives?;20) Which Keberatan berikutnya adalah: Apakah perlu students did not have their needs met during my berefleksi? merupakan pertanyaan yang muncul session? How could I have reacted in the moment sebagai sebuah keberatan dari guru yang differently?; 21) What survival advice would I offer menekankan routine action. Guru yang demikian to myself if I could time travel back to my first day of menganggap bahwa tanpa melakukan refleksi teaching?; 22) Where are the elements of my teaching dalam pembelajaran pun tetap berhasil dalam where I accommodate my own learning style?; 23) Do proses mengajar di kelas. Bahkan seorang I adapt my knowledge to learner’s levels of understanding and ways of thinking?; 24) Am I outstanding teacher tidak perlu melakukan refleksi. incorporating technology into my teaching in ways Keberatan ini ditentang dengan argumen: that benefit the students?; 25) Do I challenge my “Justification for reflection is not…simply a matter of students to do their best by creating a climate of caring minimal necessity. It is rather a matter of desireability, and trust?; 26) What is my biggest weakness as a and a thing may be desireable, not because it is teaching librarian?; 27) What is my greatest strength

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 79 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi as a teaching librarian, biology, etc.?; 28) How do I tidak akan lakukan selanjutnya. Novan Ardy improve the weakest elements of my teaching without Wiyani memaknai refleksi sebagai pertimbangan compromising my areas of strength?; 29) How do I yang penuh pemikiran tentang pengalaman, atau view my past teachers? Discuss positive and negative ide-ide yang menjadikan orang mampu untuk role models; 30) what people (other than teachers) or menangkap makna yang sebenarnya secara events have shaped my assumptions about teaching?; penuh.12 31) Has my view on teaching changed over time?; 32) How would I demonstrate the value of this session Pembelajaran yang reflektif, dalam rangka to someone otuside academia?; 33) Where is the most mengimplementasikan karakter, salah satunya recent evidence of professional development in my dapat dilakukan dalam kelas, reflective classroom. teaching?; 34) What is the strongest asset that I bring Dalam kelas yang demikian, guru bisa mengun- to the classroom?; 35) Complete a plus/delta exercise dang siswa memaknai pengalaman-pengalaman for myself. Pluses are the things that went well – deltas mereka secara terbuka, baik secara lisan maupun are the things that could be improve.Ke-35 usulan tulisan. Proses memaknai tersebut direlasikan ini akan berdampak, baik bagi pribadi guru dan diterapkan bagi setiap pembelajaran mereka maupun siswa, ketika didukung oleh kepada situasi yang baru. Siswa yang reflektif kepemimpinan yang peduli akan pengembang- mengetahui bahwa mereka dapat menghasilkan an karakter. pengetahuan pribadi dan belajar dari seluruh pengalaman yang mereka alami. Merancang Pembelajaran Reflektif: Pembelajaran yang reflektif juga dapat Strategi Implementasi dilakukan dalam basis implementasi Pendidikan Karakter pendidikan karakter serta setiap mata pelajaran yang diberikan kepada siswa, termasuk kegiatan Sekolah merupakan salah satu struktur sosial ekstrakurikuler. Situasi belajar mengajar juga, pertama yang dijumpai oleh siswa sesudah termasuk kegiatan field trips, kegiatan labora- keluarga, dan itu menyediakan sebuah torium, kerja kelompok, dsb, dapat menjadi kesempatan yang bagus untuk membangun sarana pembelajaran reflektif. Pembelajaran karakter. Sekolah bukan hanya sebuah tempat yang reflektif dapat diselenggarakan baik di siswa mempelajari konsep-konsep pengetahuan dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran atau segi akademik saja, tetapi juga tempat di yang reflektif mencakup apa yang dipikirkan, mana sebuah dasar dapat dibangun sehingga dirasakan, dilakukan dan pendapat, baik pada siswa menjadi orang dewasa yang baik dan saat mengalami maupun sesudah mengalami terhormat serta bermakna bagi kehidupan di oleh guru dan siswa. dunia. Ada dua tujuan utama bersekolah yaitu Refleksi merupakan ajaran mendasar dari pengembangan pengetahuan dan pembentukan belajar dan bagian dari sebuah proses karakter. Suka atau tidak suka, guru menjadi role pembelajaran. Mengajar reflektif berarti melihat models siswa dan menunjukkan contoh karakter, apa yang guru dan siswa lakukan di dalam baik setiap di dalam maupun di luar kelas. Siswa kelas, berpikir tentang mengapa seorang guru memperhatikan apa yang guru katakan, lakukan dan siswa melakukan demikian, dan berpikir dan bagaimana guru tersebut mengatasi apakah itu akan berhasil atau tidak. Mengajar tantangan-tantangan yang dihadapi. reflektif bertujuan melatih siswa untuk Secara sederhana, refleksi merupakan menjalankan evaluasi diri secara benar, sebuah bentuk respons sadar manusia terhadap sehingga menjamin siswa dapat menemukan sebuah situasi atau peristiwa dan pengalaman- kebenaran yang dipelajari. pengalaman. Refleksi menolong guru, siswa, untuk menangkap kembali, mengenang, Dalam pembelajaran di kelas, seorang guru memaknai, berpikir tentang, mengkonteks- yang mempromosikan kelas-kelas pembelajaran tualkan, serta mengevaluasi sebuah pengalaman yang reflektif memastikan bahwa siswa terlibat dalam rangka membuat keputusan sekaligus dalam proses memaknai proses tersebut. Dengan memilih apa yang telah dialami, bagaimana kita menata tujuan pembelajaran yang reflektif, siswa telah mengalami, dan apa yang kita akan atau menjadi orang-orang yang menghasilkan

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi pengetahuan, bukan hanya pengguna pengeta- 4. What worked? What didn’t work? (Apa yang huan. Membiasakan siswa melakukan refleksi, berhasil? Apa yang tidak berhasil?) maka peran guru dalam hal ini adalah menjadi 5. What is one part of your work that you are proud “fasilitator membuat makna.”Dalam peran of? (Apa satu bagian yang kamu banggakan tersebut, guru berperan sebagai perantara antara dari pekerjaanmu?) siswa dengan kegiatan pembelajaran, menuntun 6. How would you do this differently next time? tiap siswa dalam aktivitas pembelajaran dengan (Bagaimana cara kamu melakukan hal ini cara yang strategis. Guru menolong tiap siswa secara berbeda pada waktu yang akan memantau progres individu, mengkonstruksi datang?) makna dari konten yang dipelajari dan dari Refleksi yang bermakna dari siswa dapat proses mempelajarinya. diungkapkan dalam beragam cara. Selain ragam Sebagai guru yang reflektif, perlu mengajar- menuliskan refleksi, refleksi diungkapkan kan kepada siswa tentang bagaimana melaku- melalui visual, auditory dan kinestetik. Refleksi kan refleksi. Ada beberapa hal yang dapat yang diungkapkan secara visual, yaitu: fotografi, dilakukan oleh guru, yaitu: lukisan, animasi, pahatan/keramik/mosaik, 1. Memberikan waktu kepada siswa untuk gambar, tenunandan sulaman. Refleksi yang merefleksikan progres mereka di akhir diungkapkan secara auditori yaitu: lagu, bunyi- pelajaran; bunyian, sajak, melodi. Refleksi yang diungkapkan secara kinestetik, yaitu: tarian, 2. Mendorong para siswa untuk berpikir drama, humor, bermain peran. tentang bukan hanya apa yang telah mereka pelajari, tetapi juga tentang bagaimana cara mereka mempelajarinya; Simpulan 3. Mendorong siswa untuk merencanakan langkah berikutnya dalam pembelajaran Salah satu pendekatan dalam mengembangkan mereka; pendidikan karakter adalah pendekatan refleksi. 4. Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan dan Refleksi bukan dipersempit hanya kepada alat-alat, media untuk menolong siswa sekadar perenungan semata atau solusi instan. merefleksikan pembelajaran mereka; Refleksi merupakan salah satu metode dalam pendidikan karakter. Refleksi dapat diterapkan 5. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan atau dipadukan dalam setiap momen pembel- refleksi di dalam kelas, seperti “Mari ajaran serta setiap mata pelajaran, karena refleksi berhenti sejenak untuk merefleksikan apa merupakan bagian esensi dari proses belajar- yang telah kamu pelajari”; mengajar. Mengajar secara reflektif dapat 6. Menyediakan kesempatan kepada siswa menghindarkan seorang guru dan siswa dari untuk menilai diri sendiri sebagai bagian sebuah rutinitas kegiatan pembelajaran. Refleksi dari proses refleksi; itu bukan sesederhana menghubungkan masa 7. Memberikan waktu kepada siswa untuk lalu, masa kini dan masa depan, meskipun itu merefleksikan masukan yang mereka terima juga penting, tetapi juga terlebih dahulu dari guru maupun teman sebaya. mempersiapkan sebuah pengalaman (reflection- Atau bisa juga guru melakukan kegiatan before-action), memperbaiki sebuah momen refleksi dengan cara sebagai berikut. “masa kini” (reflection-in-action) dalam sebuah cara sedemikian rupa yang dapat dipelajari 1. Shared one thing you learned (Bagikan satu hal (reflection-on-action), proaktif bagi masa depan yang kamu pelajari) (reflection for action) dan belajar dari (reflection- 2. Share a question for future investigation beyond-action) sebuah proses seumur hidup (Bagikan sebuah pertanyaan untuk serta menuju pembelajaran yang transformatif. penyelidikan yang akan datang) Dalam proses pembelajaran, kegiatan 3. Respond with a word (Respon dengan kata-kata) refleksi merupakan “jalan masuk” bagi siswa

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 81 Pendidikan Karakter melalui Metode Refleksi melibatkan ide-ide kompleks sekaligus maju. Bagaimana metode refleksi dihubungkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk dengan era Industri 4.0, Pendidikan 4.0, menemukan konsep baru, solusi atau makna merupakan tema yang menarik untuk dibahas yang lebih luas dari pembelajaran mereka pada tulisan atau penelitian berikutnya. Namun, sehingga dapat diterapkan dalam situasi nyata. menurut penulis, selama pendidikan itu ada, Dengan refleksi, siswa memiliki waktu untuk selama itu juga refleksi relevan, apapun zaman menengok hasil pembelajaran mereka sendiri, atau eranya. yang berubah, perlu diubah atau perlu penjelasan sehingga orang lain memahaminya, Catatan kaki serta dapat menemukan nilai-nilai karakter yang 1 Doni Koesoema, Strategi Pendidikan Karakter , 5 berguna dan kemudian dilakukan dalam rangka 2 Doni Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi transformasi pembelajaran. Siswa yang reflektif Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta: mengetahui bahwa mereka dapat menghasilkan Grasindo, 2007), 193-194 pengetahuan sendiri serta belajar dari seluruh 3 Doni Koesoema, PENDIDIKAN KARAKTER pengalaman mereka. Dengan refleksi, pengem- Utuh dan Menyeluruh (Yogyakarta: Kanisius, bangan karakter, yaitu pikiran, hati dan 2015), 143 perbuatan, semakin terlihat dalam diri siswa. 4 Pius Pandor, Seni Merawat Jiwa: Tinjauan Filosofis Bagi guru, kegiatan refleksi menolong guru (Jakarta: OBOR, 2014), 133-134 lebih dalam memahami dan menyesuaikan 5 Sharon Edwards “Reflecting Differently.New terhadap proses berpikir siswanya. Oleh karena Dimensions: Reflection-before Action and itu diperlukan kompetensi refleksi bagi seorang Reflection-beyond-action” guru. Ketika guru berefleksi, maka pada saat itu 6 Margaretha Madha Melissa, Paradigma Pedagogi guru berkembang, belajar, dan berkarya secara Reflektif (PPR): Alternatif Pembelajaran berkelanjutan, melakukan perubahan-perubah- Matematika untuk Mengembangkan Pengetahuan an dan peningkatan. Dalam arti bahwa ketika dan Karakter. seorang guru berefleksi maka proses tersebut 7 A.Mintara Sufiyanta, Yulia Sri Prihartini, Sang akan menghindarkannya dari pola pikir Guru Sang Peziarah (Yogyakarta: Kanisius, mekanistis dan kultur non-edukatif. Proses 2010), 222. 8 refleksi dapat dimuat dalam kerangka rencana Kenneth M.Zeichner, “On Becoming a Reflective pembelajaran yang disampaikan di dalam kelas. Teacher” 9 Parker Palmer, “The Heart of A Teacher” Pendidikan karakter tidak pernah berhenti 10Kenneth M.Zeichner, “On Becoming a pada satu titik. Pendidikan karakter akan terus Reflective Teacher” menghadapi dan menjawab persoalan- 11 Merinda Kaye Hensley, “Best Practices for persoalan karakter yang muncul, khususnya Using Critical Reflection on to Improve Your pada masa kini. Metode refleksi, sebagai salah Teaching” satu metode dalam pendidikan karakter, tetap 12 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Pendidikan diperlukan meskipun era terus berkembang Karakter (Yogyakarta: Pedagogia, 2012), 75

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen Opini

Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen bagi Remaja di Sekolah

Paulus Eko Kristianto Email: [email protected] Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

Abstrak elain mendidik, salah satu tugas lain guru Pendidikan Agama Kristen yaitu pelayanan pastoral pada remaja selaku peserta didik. Pelayanan pastoral tidak diberikan hanya pada S remaja yang bermasalah saja, melainkan semua peserta didik. Pelayanan pastoral dilakukan dengan berkonsentrasi dua hal yaitu sebagai pemberitaan Firman dan konseling. Melalui metode penelitian pustaka terhadap buku dan jurnal pastoral dan remaja, penulis mencoba mencari model pelayanan pastoral guru PAK yang khas. Dalam prosesnya, penulis menemukan model yang khas ini menunjuk pada memberi ruang atau perhatian pada krisis remaja yang diiringi berbagai langkah praktis, di antaranya remaja perlu dibimbing melakukan sesuatu untuk menghadapi berbagai gejala dan arah hidupnya. Namun, guru dimungkinkan kecewa dengan remaja bila mengharapkan perubahan pada diri remaja yang belum dewasa itu seperti yang guru harapkan pada orang dewasa.

Kata-kata kunci: pelayanan pastoral, guru, pendidikan agama Kristen, remaja, sekolah

Pastoral Ministry of Christian Education Teachers for Adolescents in Schools

Abstract In addition to educating, another task of the Christian Education Christian Education (CE) teachers is pastoral care for adolescents as students. Pastoral care is not given only to students who have problems, but to all students. Pastoral care is done by focusing on two things, namely as preaching the Word and counseling. Through the literature research method on pastoral and adolescents books and journals, the researcher tried to find a typical model of pastoral care of CE teachers. In the process, the researcher found a distinctive model refers to giving space or attention to the teenage crisis accompanied by various practical steps, e.g. adolescents need to be guided to do something to deal with various symptoms and directions of their lives. However, teachers may get disappointed if they expect adolescents, who are still immature, to make a change as ones expect in adults.

Key words: pastoral care, teachers, Christian education, adolescents, school

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 83 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen

PAK. Bagian ini perlu dipikirkan, disiapkan, dan Pendahuluan dilaksanakan dengan serius oleh guru PAK. Maka, rumusan masalah yang menjadi acuan Salah satu tugas dan peran guru Pendidikan dalam penulisan artikel ini yaitu bagaimana Agama Kristen (PAK) di sekolah yaitu model pelayanan pastoral guru PAK bagi remaja melaksanakan pelayanan pastoral kepada di sekolah Kristen? Rumusan ini menjadi penting peserta didik. Pelayanan pastoral sering ketika diletakkan pada bingkai pastoral dipahami sebagai upaya mendampingi peserta kategorial. Gaya berpastoral guru PAK terhadap didik yang bermasalah. Padahal, pelayanan remaja di sekolah harus memiliki kekhasan pastoral tidak seperti itu saja. Pelayanan pastoral tersendiri. Guna menjawab rumusan masalah diberikan pada semua peserta didik, baik yang tersebut, penulis menggunakan metode bermasalah, maupun yang tidak. Pelayanan penelitian kajian pustaka terhadap berbagai pastoral diharapkan menjangkau kebutuhan buku pastoral dan remaja. Hasil kajian tersebut peserta didik. Tentu saja hal ini dilakukan atas kemudian dikonstruksikan ke dalam merumus- dukungan dan bantuan Roh Kudus. Dalam kan model pelayanan pastoral guru PAK bagi praktiknya, pelayanan pastoral di sekolah dapat remaja di sekolah Kristen. disebut pastoral kategorial. J.L. Ch. Abineno mendefinisikan pastoral kategorial sebagai pelayanan pastoral yang diberikan kepada Pembahasan orang-orang yang tinggal di suatu teritorium atau daerah yang sama (Abineno, 2010: 82). Krisis Remaja Kristen Salah satu permasalahan yang perlu Sebelum kita mengenal dan memahami berbagai diperhatikan guru PAK dalam pelayanan bentuk krisis remaja Kristen, kita terlebih dahulu pastoral yaitu krisis remaja. Masa remaja perlu memahami apa arti dari kata “krisis”? merupakan masa transisi antara masa kanak- Krisis merupakan masalah yang tidak serius kanak dan dewasa. Keith Olson memetakan ada bagi kebanyakan orang, tetapi untuk orang- tiga kewajiban penting yang bersifat kejiwaan orang tertentu mempunyai arti khusus sehingga yang perlu dilakukan oleh remaja belasan tahun. menjadi masalah yang hebat sekali bagi orang- Tiga kewajiban tersebut yaitu (Wright, 1985: 227) orang tersebut (Wright, 1985: 11). H. Norman (1) mengembangkan rasa memiliki jati diri yang Wright memetakan empat unsur-unsur yang secara tetap memperlihatkan siapa dia sebagai umum dalam krisis yaitu kejadian yang penuh individu yang utuh dalam setiap peranan risiko, keadaan rentan, faktor yang menimbulkan kehidupan; (2) memulai proses membangun krisis tersebut, dan keadaan krisis yang aktif hubungan yang ditandai oleh keterikatan dan (Wright, 1985: 12). (1) Kejadian yang penuh keakraban; dan (3) Mulai membuat keputusan- risiko. Kejadian ini telah mengawali suatu reaksi keputusan yang menuju kepada latihan dan berantai dari berbagai kejadian yang mencapai keikutsertaan dalam suatu pekerjaan tertentu. puncaknya dalam suatu krisis, contohnya Apa yang terjadi pada masa dewasa benar-benar remaja sudah mempersiapkan diri sebaik berlandaskan pada berhasil tidaknya mungkin menjelang pertandingan sepak bola, penyelesaian berbagai kewajiban tersebut. tetapi tiba-tiba kakinya cidera sehingga ia gagal Sebagian dari krisis masa remaja akan berkaitan mengikuti kompetisi tersebut. Guru sebagai erat dengan berbagai soal yang berhubungan konselor remaja perlu peka terhadap keberadaan perkembangan ini. remaja yang berada dalam krisis dan mencari Berpijak pada kondisi tersebut, pelayanan berbagai cara untuk mendampingi dan menerapi pastoral guru PAK pada remaja sangat penting. mereka. (2) Keadaan rentan. Keadaan ini perlu Hal ini dilakukan guna mendampingi remaja disadari guru bahwa tidak semua keadaan melewati masa krisisnya menuju pribadi bersifat rentan. Hal ini dikarenakan suatu dewasa. Masalahnya, pekerjaan rumah yang keadaan ini ditentukan oleh orang yang perlu digumulkan guru PAK yaitu model mengalaminya. Jika orang tersebut pada posisi pelayanan pastoral apa yang diberikan guru kuat, maka krisis itu tidak mungkin terjadi,

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen contoh tidak tidur dua malam saja dapat ungkapan “keluarkan aku dari keadaan ini!”. membuat seseorang menjadi rentan terhadap Pada posisi ini, remaja sering terlihat bingung suatu situasi yang biasanya dapat tertanggu- dan memberikan reaksi aneh-aneh. Selain itu, langi tanpa kesulitan. Dalam kondisi ini, guru remaja juga dapat terkondisikan pada keadaan perlu mengingatkan remaja bahwa tidak kalut sehingga mereka akan terlalu bergantung disarankan mengambil keputusan selama remaja kepada orang lain. (4) Ketika krisis terjadi, mengalami depresi, karena berbagai keputusan efisiensi tindakan orang yang mengalaminya ini dimungkinkan disesalkan kemudian. (3) terjadi penurunan. Wright menegaskan semakin Faktor yang menimbulkan krisis tersebut. Bagian besar ancaman dari penilaian orang itu akan ini digambarkan sebagian orang kelihatannya situasi yang dihadapi, maka semakin kurang dapat menguasai diri pada saat dilanda efektif kemampuan untuk mengatasi persoalan kehilangan yang cukup berat atau kehancuran (Wright, 1985: 13). Remaja yang mengalami krisis hati, tetapi kemudian mereka ambruk karena dimungkinkan merasakan kehilangan atau suatu persoalan kecil saja. Hal ini dapat ancaman kehilangan sesuatu yang penting bagi dikatakan merupakan persoalan yang terakhir, mereka. tetapi reaksi dan air mata saat itu merupakan Salah satu krisis yang kerap dialami remaja tanggapan terhadap kehilangan yang cukup yaitu depresi. Depresi remaja berhubungan berat sebelum itu. Bagian ketiga ini merupakan dengan perjuangan mereka untuk berkembang. hal yang sering terjadi pada remaja. Mereka Karena mereka sedang memisahkan diri dari sering menyembunyikan perasaan kesedihan orang tua dan berusaha membangun identitas yang dialaminya dan berdampak pada berbagai diri, mereka akan sering mengalami perasaan tindakan berikutnya. Berpijak pada situasi ini, kehilangan, termasuk kehilangan harga diri. guru perlu memiliki kepekaan ketika membaca Dalam konteks remaja, Wright membedakan perasaan remaja. (4) Keadaan krisis yang aktif. depresi yang dialami remaja berusia 13-16 atau Bagian ini dipahami bahwa ketika seseorang 17 tahun dengan remaja yang lebih tua (Wright, tidak dapat lagi mengatasi situasi, maka krisis 1985: 230). Remaja pada awal usia belasan tahun yang aktif dapat berkembang. cenderung menolak sikap mencela diri. Mereka Wright memetakan empat hal yang menghindari tindakan melibatkan diri dalam berkembang pada keadaan krisis tersebut yaitu memperhatikan orang lain. Karena proses ini, berbagai gejala stress, sikap panik atau gagal, remaja tidak menunjukkan atau mengalami berfokus pada pembebasan, dan adanya keputusasaan, kemurungan, dan menurunnya efisiensi menurun (Wright, 1985: 13). (1) Berbagai harga diri sebagaimana yang dilihat dalam gejala stress. Wright memetakan gejala stress depresi orang dewasa. Lebih besar kemungkinan kerap terukur secara psikologis dan fisiologis. bahwa remaja mengungkapkan depresi mereka Gejala ini termasuk depresi, sakit kepala, melalui perilaku yang jelas dan bukan melalui kegelisahan, dan tukak lambung. (2) Adanya berbagai pikiran negatif yang bersifat introspeksi sikap panik atau gagal. Pada proses ini, remaja sebagaimana pada orang dewasa. Wright dimungkinkan merasa bahwa ia telah berusaha memetakan tiga wujud depresi pada remaja awal sekuat tenaga, tetapi tidak ada hasilnya. Remaja atau permulaan belasan tahun (Wright, 1985: bisa menjadi pribadi yang gagal, kalah, dan tidak 230) yaitu (1) sebagian dari perilaku tersebut berdaya. Efek dari perasaan ini yaitu menjadi merupakan gambaran dari keadaan batin yang terdorong berperilaku yang tidak produktif, di sedang depresi; (2) sebagian lagi menunjukkan antaranya mengikuti arus zaman, mabuk- usaha untuk menghilangkan atau menghindari mabukan, memakai obat bius, kebut-kebutan, depresi, dan (3) yang lain merupakan seruan atau telibat dalam suatu perkelahian. Selain minta tolong. Ketiga wujud tersebut mengarah berbagai sikap tersebut, remaja juga dimungkin- pada keadaan batin yang sedang depresi pada kan menjadi pribadi acuh tak acuh atau apatis. tiga gejala utama (Wright, 1985: 230). (1) Ada (3) Berfokus pada pembebasan. Keadaan ini keletihan secara berlebihan pada pihak anak ditandai adanya keinginan keras dari remaja selama belasan tahun . Apabila ia mengeluh lelah untuk menginginkan pembebasan melalui walaupun sudah istirahat dengan cukup, maka

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 85 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen kemungkinan ia sedang menderita depresi yang tindakan melarikan diri, mencuri, memberontak, tidak sanggup ia atasi dan nyatakan. (2) Remaja dan bermacam-macam tindakan lain yang permulaan cenderung kuatir tentang perubahan bersifat anti sosial. terus-menerus yang sebenarnya normal untuk Pada remaja akhir belasan tahun (peserta kelompok usia mereka, termasuk pemikiran yang didik kelas 12 SMA), mereka menyatakan depresi berlebih terhadap berbagai perubahan tubuh dengan cara yang serupa dengan orang dewasa. mereka. Keadaan ini biasa disebut hipokondri- Sekalipun demikian, mereka kemungkinan tetap asis. Bila perasaan tersebut terjadi, maka dapat menyatakan depresi secara tidak langsung. dikatakan menunjukkan keadaan depresi karena Masalahnya, cara tersebut dimungkinkan mereka merasa mempunyai kekurangan. Remaja dengan penggunaan obat keras. Mereka tersebut mengalami kendala ketika mengakui meyakini bahwa cara tersebut dapat menolong- kekurangan untuk diri sendiri dan sulit menya- nya ketika mempertahankan diri terhadap takannya kepada orang lain. (3) Salah satu keluh- depresi. Kerahasiaan untuk memperoleh obat an umum remaja sehingga ia mencari bantuan terlarang dapat menambah gairah remaja. Selain yakni ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. penggunaan obat, remaja pada tahap ini juga Oleh karenanya, guru kerap mendengar prestasi- dimungkinkan terlibat hubungan seks bebas nya sedang menurun. Bagaimanapun kerasnya dengan siapa saja sebagai pertahanan diri ia belajar, ia tidak dapat menangkap apa yang terhadap depresi. diterangkan. Pada praktiknya, Depresi remaja hal ini lebih dila- cenderung ditandai Guru perlu peka, bahwa sering kukan oleh remaja oleh berbagai usaha kali remaja memberikan reaksi perempuan di- mempertahankan dengan berbagai perilaku yang banding laki-laki. diri dalam bentuk mengandung suatu pesan Mereka meng- tiga hal (Wright, tersembunyi, contohnya merusak inginkan perha- 1985: 231). (1) diri sendiri, dan menyatakan tian yang diterima Perasaan kebosanan kemerdekaan mereka melalui serta perasaan dan kegelisahan. perilaku yang radikal dan dibutuhkan dan Kedua perasaan ini disengaja. diinginkan. cenderung ditekan Hal paling dengan mencari berbahaya yang kesibukan. Masalahnya, kesibukan ini dapat dilakukan remaja akhir belasan tahun dimungkinkan seperti dipaksa dan keadaannya yaitu bunuh diri. Wright menegaskan kesepian sangat tidak tenang serta bosan. (2) Remaja takut beserta depresi yang mengiringinya merupakan sendirian dan selalu mencari persahabatan yang faktor utama bagi orang yang benar-benar tetap. Oleh karena itu, remaja berpindah dari melakukan bunuh diri (Wright, 1985: 233). Bill orang yang satu ke lain guna mencari orang yang Blackburn memberikan suatu penjelasan dapat memberi mereka waktu serta perhatian. sederhana tentang bagaimana sistem Sayangnya, pencarian yang penuh kebingungan pendukung yang goyah dapat menimbulkan ini membuat remaja mempunyai sedikit waktu perilaku ingin bunuh diri (Blackburn, 1982: 24). untuk mengerjakan hal-hal yang perlu mereka Bila fondasi menjadi goyah, sebagian remaja kerjakan. Di sisi lain, ada juga remaja yang lebih akhir berpaling ke alkohol dan obat keras yang suka sendirian karena bila mereka mencari lain untuk menghibur hati. Alat untuk pelarian banyak orang maka kemungkinan ditolak bisa tersebut bila dicampur dengan berbagai ide terjadi. Remaja yang bertipe ini sering lebih romantis remaja akhir tentang kematian, dan banyak menaruh minat pada hobi, binatang masyarakat yang mengagungkan kekerasan, peliharaan, atau sesuatu hal yang tidak mungkin serta jalan yang mudah untuk bunuh diri, dapat akan menolaknya. (3) Depresi dapat ditunjukkan menjadi suatu campuran yang sangat melalui semacam seruan minta tolong. Hal ini mematikan. Percobaan atau pelaksanaan bunuh biasanya terlihat dari kemarahan yang hebat, diri membuat ide tentang kematian yang

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen dihasilkan oleh diri sendiri dimungkinkan dapat perkembangan yang menghasilkan perubahan tertanam dalam pikiran orang lain. tersebut tidak mudah diamati oleh orang lain. Guru perlu peka bahwa sering kali remaja Hasil proses perkembangan, baik proses yang memberikan reaksi dengan berbagai perilaku mudah diamati maupun yang tidak mudah yang mengandung suatu pesan tersembunyi, dilihat dari luar, akan dihayati oleh remaja contohnya merusak diri sendiri, dan sendiri. Hasil proses perkembangan dialami menyatakan kemerdekaan mereka melalui sebagai perubahan yang tidak diketahui perilaku yang radikal dan disengaja. Wright sumbernya, sedangkan perubahan-perubahan juga menegaskan ketika kita berbicara dengan yang sulit dicari sumbernya, baik bagi remaja remaja, kita dimungkinkan mendengar maupun orang tuanya, dapat menimbulkan ungkapan, “Ini tubuhku sendiri, dan aku bebas berbagai pertanyaan. Pada posisi inilah, memperlakukannya sesukaku, tak seorang pun pelayanan pastoral menjadi penting. Pelayanan dapat melarangku.” Ungkapan ini harus pastoral dilakukan dalam rangka memberi ruang ditanggapi dengan mengendalikan berbagai pemeliharaan jiwa yang membangun remaja perasaan mereka, bukan berfokus pada berbagai berproses menjadi manusia seutuhnya. Untuk usaha untuk mengendalikan perilaku luar memahami pelayanan pastoral, penulis mereka (Wright, 1985: 234). menguraikan dua pemahaman kunci atasnya yaitu pelayanan pastoral sebagai pemberitaan Lantas, apa yang menjadi penyebab utama Firman dan konseling. munculnya berbagai krisis yang dialami remaja? Wright menunjukkan semua tindakan bermuara pada pergumulan di masa transisi. Banyak dari Pelayanan Pastoral sebagai Pemberitaan tindakan remaja berasal dari peristiwa Firman kehilangan yang diharus dilihat dari sudut Tokoh pencetus pemikiran pelayanan pastoral pandang remaja. Ketika para remaja kehilangan sebagai pemberitaan Firman yaitu Eduard salah satu orang tua meninggal, mereka sering Thurneysen. Thurneysen menegaskan pelayan- kali menyangkal kenyataan ini dengan maksud an pastoral sebagai pemberitaan Firman yang untuk melindungi diri mereka dari berbagai berintikan pengampunan dosa kepada individu- pengalaman yang menakutkan serta perasaan individu dalam bentuk percakapan (Abineno, yang diakibatkannya. Jika hubungan remaja 2010: 20). Isi pelayanan pastoral sebagai dengan orang tua itu dekat, maka akan timbul pemberitaan Firman yakni pengampunan dosa. kepedihan yang sangat serta perasaan marah Dengan kata lain, pelayanan pastoral ini karena ditinggalkan sendirian. Suatu menyuarakan Injil sebagai berita dari presensia kehilangan lain yang dihadapi banyak remaja dan aktivitas Allah yang menyelamatkan yaitu perceraian orang tua. Remaja melalui Yesus Kristus. Dalam menawarkan dimungkinkan kehilangan jaminan dan pemikirannya, Thurneysen menegaskan bahwa kepercayaan akan masa depan. Kemarahan manusia pada satu pihak dibenarkan oleh Allah terhadap orang tua yang pergi meninggalkan- dan pada lain pihak dikuduskan dan dipimpin- nya biasanya lebih hebat dan berlangsung lebih Nya kembali ke dalam persekutuan dengan lama daripada jika orang tua itu meninggal. jemaat sebagai Tubuh Kristus. Berbagai krisis yang dialami remaja Selain Thurneysen, gagasan pelayanan sebagaimana diuraikan di atas membuat guru pastoral sebagai pemberitaan Firman juga peka dan sadar atas adanya perubahan yang dikembangkan oleh Asmussen. Asmussen dialami para remaja. Setidaknya, ada dua hal menegaskan pelayanan pastoral (yang ia sebut yang dapat disimpulkan yaitu (1) perubahan pemeliharaan jiwa) merupakan proses yang mudah diketahui karena proses pemberitaan firman kepada anggota jemaat perkembangannya jelas dan mudah diamati sebagai individu (Abineno, 2010: 23). Dalam hal orang lain; (2) dan perubahan yang sulit dilihat ini, Asmussen menunjukkan pelayanan pastoral oleh orang lain maupun oleh remaja yang tidak dimaksud pemberitaan firman sebagaima- mengalaminya sendiri, sementara proses na yang berlangsung pada ibadah, melainkan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 87 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen percakapan antara dua orang, antara pastor dan pelayanan pastoral dianggap sebagai pelayanan anggota jemaat. Kalau ditinjau secara mendalam, nasihat (Abineno, 2010: 26). Pada prosesnya, percakapan yang dimaksud Asmussen sebenar- karya-karya pengampunan dosa dan nya tidak ada. Hal ini dikatakan demikian pemberitaan Firman mendapat tempat yang karena dalam praktik dialog itu berubah menjadi sentral. Hal ini dilandaskan pada pemikiran monolog pastor, sama saja dengan pemberitaan bahwa inti Firman Allah yaitu berita tentang yang berlangsung di dalam ibadah. pengampunan. Bagi Abbing, proses pelayanan Selain Thurneysen dan Asmussen, gagasan pastoral mengindikasikan pemberitaan Firman pelayanan pastoral demikian juga dilengkapi dan pemeliharaan jiwa. Dua indikasi ini dilihat berbeda. Abbing menjelaskannya pada delapan oleh Muller dan Haendler. Muller rupanya pemahaman berikut (Abineno, 2010: 26-27) yaitu terlihat sangat kuatir terhadap homiletisasi dari (1) pemberitaan Firman dilayani untuk jemaat, pelayanan pastoral. Hal ini dikarenakan sedangkan pemeliharaan jiwa untuk anggota pelayanan pastoral merupakan bentuk jemaat sebagai individu; (2) pemberitaan Firman tersendiri dari pertemuan antara Allah dan terutama mengandung unsur pemberitaan, manusia. Pelayanan pastoral dipandang suatu sedangkan pemeliharaan jiwa terutama unsur fungsi yang mandiri dari gereja. Hal itu nasihat; (3) dalam pemberitaan Firman pada hari dipertegas dengan menggunakan kata bantuan Minggu, Injil didahulukan dalam pemeliharaan yang tertuang pada definisi pelayan-an pastoral jiwa, sedangkan pada hari-hari kerja, hukum adalah bantuan hidup dan bantuan percaya didahulukan; (4) dalam pemberitaan Firman, yang berdasar atas pengikutan orang sebagai anugerah tampil di muka, sedangkan dalam murid Kristus (Abineno, 2010: 25). Gagasan pemeliharaan jiwa, hukuman kerap ditampil- tersebut juga dianut oleh Hanedler. Bagi kan. Pemberitaan Firman berhubungan dengan Hanedler, pelayanan pastoral lebih daripada kunci pertama, sedangkan pemeliharaan jiwa pemberitaan Firman, melainkan berhubungan dengan kunci kedua; (5) pemberita- pengkonkritisasian dari segala sesuatu yang an Firman lebih mengenal dosa secara tunggal dikatakan pada pemberitaan Firman (Abineno, dan spesifik, sedangkan pemeliharaan jiwa 2010: 26). Dengan demikian, pelayanan pastoral bersifat dosa yang bersifat jamak dan luas; (6) bersifat pelayanan yang diarahkan pada pemberitaan Firman bertalian dengan keakuan, berbagai permasalahan khusus dari orang yang sedangkan pemeliharaan jiwa dengan sifat atau digembalakan. watak manusia; (7) pemberitaan Firman terutama Selain keempat tokoh sebelumnya mengandung unsur kesaksian dan karena itu (Thurneysen, Asmussen, Muller dan Haendler), hanya sedikit memperoleh bagian di dalam Wolber memberikan pengembangan pemikiran bantuan, sedangkan pemeliharaan jiwa terhadapnya. Wolber iba ketika melihat kesepian terutama mengandung unsur nasihat dan karena dan keterasingan yang dialami pemuda dan itu banyak memperoleh bagian dalam bantuan; pemudi Jerman sesudah Perang Dunia Kedua. dan (8) pemberitaan Firman terutama berlang- Keibaan ini membuat Wolber menegaskan sung dalam ketenangan, sedangkan pemelihara- bahwa pelayanan pastoral tidak hanya berbicara an jiwa dalam pergumulan. tentang pemberitaan Firman, melainkan Berpijak pada perjalanan pemikiran membutuhkan suatu perluasan dan yang tidak pelayanan pastoral sebagai pemberitaan Firman terbatas (Abineno, 2010: 26). Dengan kata lain, di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pelayanan pastoral merupakan apostolat atau pelayanan pastoral sebagai pemberitaan Firman pengutusan dari kemurahan Allah yang tidak bermakna pelayanan pastoral yang mengguna- terbatas. Pelayanan pastoral diberikan kepada kan Alkitab sebagai acuannya. Alkitab memberi para anggota jemaat yang hidup dalam terang pemaknaan dalam melihat berbagai kasus penderitaan, kebimbangan, orang bersalah pastoral. Semua dilakukan guna memberikan (berdosa), dan orang yang menghadapi maut. pendampingan pertumbuhan konseli selama Kemudian, Roscam Abbing mengembangkan proses pelayanan pastoral. Dalam prosesnya, pemikiran Wolber. Abbing menyatakan bahwa proses pendampingan permohonan dosa diberi

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen ruang. Konseli diarahkan untuk mengaku dosa konseling, sedangkan di teologi, istilah dinamika dan terus bergantung pada Tuhan. Pengakuan perlu dipahami sebagai hubungan antara dosa di sini bukan dimaksudkan untuk ketegangan-ketegangan dan keseimbangan- penghakiman, melainkan tuntunan proses keseimbangan. Oleh karenanya, ketika istilah menjadi manusia seutuhnya. Ide dasar dinamika masuk pada kajian pastoral, guru pelayanan pastoral ini dapat dikembangkan perlu memahaminya sebagai bentuk penafsiran guru ketika melayani remaja sebagai peserta hidup yang aktual dari manusia dan memberikan didiknya. Guru tidak mengambil posisi sebagai bimbingan kepadanya yang senantiasa naik- hakim atas kesalahan dan dosa yang diperbuat turun. remaja, melainkan menuntun remaja berani Satu gagasan penting yang ditawarkan mengakui dan bertumbuh pada Kristus. Hal ini Hiltner bahwa kita harus berani berpijak pada tentu dilakukan atas dasar implementasi nilai- korelasi antara pengetahuan psikologi dan nilai yang ada pada Alkitab. teologi. Korelasi ini digambarkan melalui sikap penerimaan. Oleh karenanya, Hiltner merumus- Pelayanan Pastoral sebagai Konseling kan gagasan pastoralnya sebagai sebuah usaha yang dijalankan oleh pastor (konselor) untuk Gagasan pelayanan pastoral sebagai konseling membantu orang dibangun oleh agar ia dapat meno- Boisen (Abineno, long dirinya sendiri 2010: 29). Boisen oleh proses pero- merumuskannya Guru tidak mengambil posisi lehan pengertian akibat pengaruh sebagai hakim atas kesalahan dan tentang berbagai berbagai pengala- dosa yang diperbuat remaja, konflik batiniah- man hidup dan melainkan menuntun remaja nya (Abineno, kisah, termasuk berani mengakui dan bertumbuh 2010: 31). Gagasan pengalamannya pada Kristus. ini dikembangkan sendiri ketika Hiltner pada lima mengidap sakit. hal yaitu (Abineno, Dari pengalaman 2010: 31). (1) Pela- tersebut, Boisen menemukan bahwa betapa yanan pastoral merupakan sebuah proses yang pentingnya bagi pastor untuk belajar membaca berusaha memecahkan persoalan yang orang yang bergumul dengan kesusahan dan difasilitasi oleh hubungan antara pastor dan penderitaan sebagai suatu dokumen manusia jemaat (dalam konteks sekolah, hal ini terjadi yang hidup. Selain Boisen dan Wise (murid antara guru dan peserta didik); (2) Pastor yang Boisen), Cabot dan Dicks mulai melihat menjalankan konseling pastoral merupakan persoalan ini perlu dikembangkan di rumah pembantu dari anggota jemaat yang ia sakit sebagai bentuk pastoral klinis. Hiltner gembalakan; (3) Bantuan yang diberikan dalam mengembangkan gagasan tersebut menjadi lebih bentuk percakapan; (4) Dalam percakapan luas yang tidak sebatas urusan klinis. tersebut, pastor membantu supaya anggota Setidaknya, Hiltner membidiknya pada dua hal jemaat dapat melihat persoalannya dengan jelas yakni belajar dengan mempraktik-kannya dan menerimanya sebagai persoalannya (learning by doing) dan belajar dari pengamatan sendiri; (5) Tujuan akhir dari pelayanan pastoral (learning from observation). Pada dua hal ini, Abineno mencatat ada kata atau istilah penting yaitu melalui bantuan pastor, anggota jemaat dapat menolong dirinya sendiri. di dalamnya yaitu dinamika (dynamic) (Abineno, 2010: 30). Gagasan dinamikamuncul di bidang Selain Hiltner, Rogers juga mengembangkan psikologi dan teologi. Di psikologi, istilah kajian pelayanan pastoral. Rogers mengembang- dinamika masuk pada kajian dinamika psikologi kannya berangkat dari perkembangan manusia (psychological dynamics) yang berporos bukan dan interaksi dan komunikasi antara hanya sesuatu yang diterapkan dalam psikoterapeut dan klien (Abineno, 2010:32). konseling, tetapi juga sesuatu yang dipelajari dari Dalam mengembangkan pelayanan pastoral,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 89 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen

Rogers mengingatkan proses konseling harus an diri sendiri ke dalam kebebasan dari sepenuhnya diarahkan pada diri konseli, pembenaran oleh percaya (Abineno, 2010: 34). termasuk menerima diri konseli sebagaimana Berpijak pada perjalanan pemikiran adanya. Konseling dilakukan dengan hangat pelayanan pastoral sebagai konseling dari para dan simpati. Proses ini dilakukan atas dasar ahli, kita dapat menyimpulkan bahwa kalau orang diterima tanpa syarat, maka pelayanan pastoral model ini menuntut konselor mekanisme pembelaan diri yang telah ia bangun memiliki pemahaman yang memadai akan musnah dengan sendirinya. Melalui proses terhadapnya, baik dari segi psikologi dan teologi. konseling, konseli diharapkan dapat melihat Tidak jarang, proses ini digambarkan memiliki dirinya sendiri dan dunia sekelilingnya secara banyak ketegangan dan keseimbangan sebagai realistis sehingga ia dapat menjadi orang yang bagian dari dinamika. Dinamika proses ini benar-benar dirinya sendiri, termasuk mengung- mengajak konselor dan konseli secara kapkan apa yang ada di dalam dirinya. Rogers bersamaan menafsirkan realita kehidupan dan mengutamakan bukan manusia yang bebas, mengisinya dengan bimbingan. Pelayanan melainkan manusia yang dibebaskan dan yang pastoral ini bukan dilakukan hanya atas dasar menentukan sendiri norma-norma yang ia mau pemecahan persoalan, melainkan kematangan gunakan dalam hidupnya (Abineno, 2010: 33). orang yang dikonseling. Maka, pelayanan ini Selain Hiltner dan Rogers, Hulme juga dilakukan atas dasar membantu konseli agar ia mengembangkan gagasan pelayanan pastoral. dapat menolong dirinya sendiri. Dengan kata Bagi Hulme, pelayanan pastoral merupakan lain, proses ini dilakukan dengan prinsip suatu proses yang bukan saja terletak pada pendekatan yang bersifat berpusat pada konseli persoalan orang yang dikonseling, melainkan atau klien (client-centered). juga orang itu sendiri (Abineno, 2010: 33). Dengan kata lain, konseling bukan dimaksudkan Mensinergikan Pelayanan Pastoral sebagai sarana pemecahan masalah, tetapi sebagai Pemberitaan Firman kematangan orang yang dikonseling sehingga dan Konseling ia lebih mampu menghadapi berbagai persoalan yang akan ia temui nanti. Selain Hiltner, Rogers, dan Hulme, Oates juga mengembangkan Model Pelayanan Pastoral Guru PAK gagasan pelayanan pastoral. Menurut Oates, Berpijak pada dua model pelayanan pastoral pastor merupakan wakil Allah di dunia (2 sebagai pemberitaan Firman dan konseling Korintus 5: 20). Posisi ini menempatkan sebagaimana diuraikan di atas, pertanyaan yang pekerjaan pastor dalam suatu konteks tertentu dapat direnungkan yaitu bagaimana sinergi yang memerlukan suatu kerangka teologis untuk terhadapnya dengan memperhatikan konteks pelayanan pastoral. Dalam pekerjaannya, pastor sekolah? Gagasan dasar yang perlu diperha- diharapkan dapat memberikan perhatian pada tikan guru dan peserta didik dalam proses berbagai implikasi religius dari berbagai pelayanan pastoral yaitu proses ini dilakukan penderitaan manusia. Oleh karenanya, atas mandat Kristus sebagai konselor agung. pelayanan pastoral tidak boleh dikerjakan oleh Oleh karenanya, pelayanan pastoral sebagai orang yang tidak memiliki pengetahuan dan konseling dilakukan bukan atas nama dan ketrampilan pastoral. Setidaknya, ada empat berdasarkan kewibawaan guru sendiri sebagai prinsip yang disyaratkan Oates yakni (1) konselor, melainkan atas nama dan berdasarkan kedaulatan Kristus sebagai Tuhan; (2) kewibawaan Yesus Kristus. Pemahaman ini percakapan yang bertanggungjawab antara membuat berbagai percakapan dalam pelayan- Allah sebagai pencipta dan manusia sebagai an pastoral berbeda dengan percakapan dalam makhluk; (3) persembahan hidup (kepada Allah) konseling umumnya yang berpijak pada kajian dan panggilan imamat dari tiap-tiap orang psikologi. Dalam pelayanan pastoral antara percaya; (4) pembebasan dari penjara pembenar- guru dan peserta didik, guru dihayati sebagai

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen utusan dan pelayan Yesus Kristus bukanlah Percakapan dalam Pelayanan Pastoral di satu-satunya yang mengadakan percakapan Sekolah Kristen dengan peserta didik, melainkan ada orang Bentuk pelayanan pastoral yang kerap ketiga yang turut mengambil bagian dalam dilakukan di sekolah yaitu percakapan antara percakapan itu. Malahan, Kristus yang memain- guru dengan peserta didik. Abineno menjelaskan kan peranan sentral di sana. Masalahnya, bahwa percakapan pastoral mempunyai sifat bagaimana guru dan peserta didik dalam yang berbeda-beda, di antaranya percakapan pelayanan pastoral dapat memahami kehendak dalam rangka memperkenalkan diri, percakapan Kristus? Salah satu sarana yang dapat kita tematis, percakapan dalam bentuk diskusi, dan gunakan untuk hal tersebut yaitu melalui Firman percakapan yang membantu (Abineno, 2010: 87- yang tertulis dalam Alkitab. Tentu, dalam proses 89). Percakapan dalam rangka memperkenalkan tersebut terdapat proses pemberitaan Firman. diri cenderung dilakukan guru PAK yang baru Pelayanan pastoral yang dilakukan antara ditempatkan di sekolah. Percakapan ini guru dan peserta didik di sekolah menegaskan dilakukan dengan saling memberi informasi bahwa peserta didik harus diterima tanpa syarat. dan pertukaran pengalaman. Dalam praktiknya, Proses ini tidak guru dan peserta di- dimaksudkan guru dik sama-sama dibe- menyetujui sifat atau ri ruang untuk mem- perbuatan anggota Selain membangun hubungan perkenalkan diri dan jemaat yang bersang- yang baik antara guru dan peserta mengungkapkan berbagai harapan kutan. Hal ini dikare- didik, guru juga perlu mereka. Setelah nakan penerimaan memusatkan perhatian pada tidak sama dengan ruang itu dilakukan, persetujuan. Guru persoalan peserta didik selama guru dan peser-ta dalam pelayanan dibahas dalam konseling sebagai didik barulah di- pastoral perlu mene- bagian pelayanan pastoral. mungkinkan bekerja rima peserta didik sama dalam berbagai dan berusaha mema- pekerjaan-pekerjaan hami keadaannya berikutnya. secara holistik. Untuk mencapai keadaan ini, Percakapan tematis diandaikan memiliki guru perlu membangun hubungan yang baik beberapa syaratnya sendiri. Nilai penting yang dengan peserta didik. Relasi ini tentu tidak terjadi harus dimiliki percakapan model ini yaitu begitu saja. Tanpa hubungan yang baik, pera- bahwa setiap peserta didik secara terbuka dan saan tenang, aman, dan kepercayaan dari peserta jujur diharapkan dapat mengemukakan didik tidak mungkin terjadi. Selain membangun pendapatnya berkenaan tema tersebut. Dalam hubungan yang baik antara guru dan peserta prosesnya, guru mengupayakan sedemikian didik, guru juga perlu memusatkan perhatian mungkin tidak terjadi diskusi yang panjang dan pada persoalan peserta didik selama dibahas membingungkan. Percakapan ini sering dalam konseling sebagai bagian pelayanan dilakukan dalam bentuk wawancara dan pastoral. Pelayanan pastoral dilakukan atas penjelasan. Salah satu pokok bahasan pada dasar bukan saja supaya guru dapat melihat percakapan tematis yaitu baptisan. Peser-ta didik perso-alan peserta didik dengan jelas, melain- yang telah berpindah gereja sering ragu dengan kan mengungkapkan isi hatinya dengan baik. apakah ia perlu dibaptis ulang. Peserta didik Guna memberikan bantuan dan pertolongan perlu diberi penjelasan bahwa baptisan tidak yang demikian, guru harus memusatkan perlu diulang. Hal ini dikarenakan baptisan perhatiannya pada apa yang peserta didik yang kita terima dalam nama Bapa, Putera, dan ceritakan kepa-danya. Semua proses ini tentu Roh Kudus merupakan baptisan yang sah dan dilakukan atas dasar empati dari guru sebagai tidak perlu diulangi lagi. Jika peserta didik konselor, bukan sekedar diagnosis tertentu merasa bersalah dan hidup tidak

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 91 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen senonoh, maka ia sebaiknya harus dibimbing melakukan sesuatu. Dengan demikian, peserta dalam pertobatan, bukan baptisan-nya yang didik tidak bertindak asal-asalan ketika harus diulangi. melakukan sesuatu. Sama halnya dengan percakapan tematis, Apapun bentuk percakapan dalam percakapan dalam bentuk diskusi juga memiliki pelayanan pastoral yang dilakukan berpijak syarat tertentu. Salah satu indikasi dilakukan keempat bentuk di atas, guru perlu memiliki percakapan ini yaitu antar peserta didik memiliki semangat empati. Empati di sini berarti beragam perbedaan pendapat ketika menilai mendengarkan. Dalam prosesnya, mendengar- sesuatu. Salah satu pokok bahasan yang sering kan bukan hanya berfokus pada kata-kata verbal dibahas pada model percakapan ini yaitu yang diucapkan peserta didik, melainkan apa perjamuan malam. Peserta didik dapat bertanya yang ia tidak ucapkan dengan kata-kata, perjamuan malam sebenarnya dilakukan khususnya berbagai perasaan dan emosi yang dengan menggunakan dua cawan anggur besar dimiliki peserta didik. Proses ini tentu membuat yang diedarkan atau gelas kecil. Ketika guru guru sebagai konselor berusaha untuk mengerti melakukan percakapan model ini, ia harus apa yang peserta didik maksudkan dan rasakan. memegang nilai bahwa percakapan dalam Mendengarkan dengan cara ini tentu merang- bentuk diskusi bukan mengupayakan cara, sang guru menjadi lebih sabar menunggu dan melainkan prinsip. Prinsip berbicara tentang lebih banyak mengharapkan. Tentu saja, proses “mengapa hal itu dilakukan”, bukan “apa yang ini tidak dikategorikan sebagai proses mekanis, sedang dilakukan”. Bagaimanapun, mengapa melainkan membangun pengertian. Guru perlu lebih penting dibanding apa. Hal itu mengembangkan sifat terbuka dan bersedia dikarenakan mengapa dapat menentukan arah ditantang oleh perasaan cinta kasih. Bahkan, atau orientasi dari apa yang sedang dilakukan. guru juga perlu meyakinkan orang yang kita Ketika guru melakukan percakapan dalam gembalakan, menolong, dan mengakseptasinya, bentuk diskusi, guru perlu membudayakan baik dengan perkataan, maupun perbuatan kita. mendengarkan pendapat orang lain. Sisi ini Bila percakapan ditarik kembali ke ranah perlu diajarkan dan dihayati peserta didik. Hal spesifik krisis remaja, maka guru perlu ini dikarenakan adanya pemahaman bahwa menyadari bahwa pengertian saja tidak cukup. diskusi yang baik bukan sekedar meminta Remaja perlu melakukan sesuatu untuk perhatian untuk pendapatnya sendiri, menghadapi berbagai gejala dan arah hidupnya. melainkan kesediaan mendengarkan orang lain Guru dimungkinkan kecewa dengan remaja bila dan mengerti apa yang menjadi alasan mengharapkan perubahan pada diri remaja seseorang melakukannya. yang belum dewasa itu seperti yang guru Dalam pelayanan pastoral, percakapan harapkan pada orang dewasa. Karena keadaan yang membantu sering dianggapkan bentuk tidak berdaya akibat depresi, maka remaja yang paling vital. Padahal, percakapan dalam mungkin mengharapkan terlalu banyak dari tiga bentuk lainnya juga perlu diperhitungkan. guru, termasuk instruksi langsung untuk Percakapan yang membantu dipahami sebagai menyelesaikan persoalannya. Kondisi ini perlu bentuk percakapan yang diharapkan disadari oleh guru bahwa remaja harus memperluas cakrawala dan sudut pandang dibimbing untuk berani belajar mengambil pemahaman peserta didik. Cakrawala di sini keputusan atas permasalahan yang dihadapi- dihayati bagaimana peserta didik memiliki nya. Mengembangkan gagasan dari Keith Olson, ruang untuk menimbang sisi positif dan negatif Wright memetakan sembilan hal indikator atas apa yang dilakukan. Kemampuan konselor yang berhasil mengembangkan menimbang sesuatu inilah menjadi hal penting pelayanan pastoral pada remaja yaitu (Wright, yang harus dimiliki peserta didik. Peserta didik 1985: 23-24) (1) Konselor mempunyai kecakapan perlu memiliki kepekaan ini sebelum ia yang sangat besar untuk segera mengembangkan melakukan sesuatu. Ia harus mengetahui alasan hubungan yang hangat dan penuh empati dan dampak yang diterimanya ketika ia dengan remaja yang depresi; (2) Konselor dapat

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen dipercayai dan konsisten dalam tanggapannya; (3) Konselor mengendalikan diri dan tata cara Simpulan pelayanan pastoral dengan menggunakan secara tepat kewibawaan mereka sehingga sama Kesimpulan sekali tidak merendahkan martabat remaja; (4) Melalui paparan pada artikel ini, penulis Penyajian atau penampilan diri konselor menunjukkan bahwa pelayanan pastoral pada memberikan gambaran yang positif untuk remaja di sekolah Kristen perlu mempertim- membentuk ego yang ideal dari konseli; (5) bangkan hal penting yang kerap dialami remaja Konselor tidak peduli jika diri mereka tidak yaitu krisis. Krisis remaja tidak dilihat sebagai dipercaya. Hal itu tidak membuat mereka merasa sebuah ancaman, melainkan peluang di masa marah dan membela diri atau merasa sangsi transisi yang perlu diolah remaja dengan baik. pada diri sendiri; (6) Konselor dapat mengem- Pengolahan ini menentukan bagaimana remaja bangkan hubungan secara menyenangkan tumbuh menjadi model apa di masa dewasa. dengan para konseli; (7) Konselor dapat sangat Pelayanan pastoral yang dilakukan guru PAK mendorong dan menyokong gerak-gerik pada di sekolah selaku konselor perlu memperhatikan konseli ke arah kemandirian; (8) Konselor tahan kondisi ini. Hal yang dapat dilakukan guru yaitu menghadapi serangan penuh kemarahan dan memberikan tekanan pemberitaan Firman dan permusuhan dari para konseli tanpa bereaksi konseling pada berbagai percakapan yang dengan marah atau dengan membela diri, dan diselenggarakan guru pada remaja sebagai meragukan diri sendiri; dan (9) Konselor perlu peserta didik di sekolah Kristen. memiliki penampilan, kepribadian, gaya konseling, dan keseluruhan penyajian mereka telah diterima baik oleh remaja. Saran Dalam melaksanakan pelayanan pastoral Sebagai bentuk opini, penulis menawarkan dua pada remaja, guru perlu memberitahu batas saran konkrit yang dapat dikembangkan. kerahasiaan. Remaja mungkin kuatir bahwa Pertama, berangkat dari penelitian pustaka, guru akan memberitahu remaja atas apa yang penulis menyadari bahwa artikel ini tentu telah dibahas dalam pelayanan pastoral. Remaja memiliki keterbatasan dari sisi relevansi dan perlu mengetahui bahwa apa yang ia katakan kecocokan dengan konteks sekolah. Namun, akan dirahasiakan. Meski demikian, guru penulis optimis bahwa opini artikel ini tetap mungkin ingin mengatakan kepada remaja memberikan sumbangsih dalam pengembangan bahwa jika remaja sedang melibatkan diri pada keilmuan dan praktik pelayanan pastoral di semacam perilaku yang sangat merusak, dan sekolah Kristen. Oleh karenanya, penulis jikalau remaja tidak dapat berhenti berperilaku berharap pemikiran ini dapat dilanjutkan dan demikian sesudah dilayani pastoral, maka guru dikembangkan peneliti lain dengan mencari mungkin harus terpaksa harus memberi tahu hubungan pada konteks nyata di sekolah orang lain, termasuk orang tua, tentang apa yang Kristen. Kedua, gagasan pada artikel ini kiranya remaja ceritakan pada guru demi melindungi juga ditindaklanjuti oleh pemangku kepentingan diri remaja walaupun remaja mungkin tidak pelayanan pastoral guru PAK pada remaja di bersedia guru berbuat demikian. Selain itu, bila sekolah Kristen guna mengoptimalisasikan remaja cenderung memusatkan perhatian pada pelayanan pendidikan secara holistik. Tindak sisi negatif, khususnya berbagai pengalaman lanjut di sini dapat menunjuk pada upaya yang tidak menyenangkan, maka guru perlu pengembangan dasar penelitian lapangan mengangkat sisi positif remaja dan berusaha sebelum pengambilan kebijakan terhadap peran merefleksikan perasaan penuh harapan. Hal ini guru PAK pada remaja selaku peserta didik dilakukan agar remaja mampu mengembangkan melalui pelayanan pastoral. Tentu, kebijakan berbagai kekuatan yang dimilikinya. pengembangan yang dimaksud bersifat

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 93 Pelayanan Pastoral Guru Pendidikan Agama Kristen kontekstual dan tidak dapat diterapkan di semua Blackburn, Bill. (1982). What you should know sekolah Kristen secara umum. about suicide. Waco: Word Gunarsa, Yulia Singgih D., dan Singgih D. Gunarsa. (2017). Psikologi remaja. Jakarta: Daftar Pustaka Libri Wright, H. Norman. (1985). Konseling krisis: Abineno, J.L. Ch. (2010). Pedoman praktis untuk Membantu orang dalam krisis dan stres. pelayanan pastoral. Jakarta: BPK Gunung Malang: Gandum Mas Mulia

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Isu Mutakhir Isu Mutakhir: Belajar Berpolitik di Sekolah?

Belajar Berpolitik di Sekolah? Kenapa Tidak?

Eko Hadi Purnomo E-mail: [email protected] SMPK Nasional Plus BPK PENABUR Bogor

endahuluan perkembangan. Ada lima baik pikiran maupun P Tidak ada yang bisa konsep pemahaman dasar perbuatan agar orang tersebut menampik bahwa politik yang berkembang dan berpikir dan bertindak sesuai manusia menjalani dikemukakan oleh para ahli. dengan orang yang kehidupannya dalam dua Pertama, konsep teori klasik mempengaruhi. Keempat, status sekaligus, yaitu sebagai oleh Aristoteles. Pada konsep teori fungsionalisme. makhluk individu dan pandangan ini, politik Melalui teori ini, David Easton makhluk sosial. Namun, diidentikkan dengan usaha berpendapat bahwa politik masih ada status ketiga yang untuk mencapai kebaikan adalah alokasi nilai-nilai juga disandang oleh setiap bersama. Kebaikan bersama secara otoritatif berdasarkan manusia, yaitu makhluk adalah entitas yang memiliki kewenangan dan mengikat politik. Kalau kata Aristoteles, nilai moral yang lebih tinggi suatu masyarakat. David sang penemu status, manusia daripada kepentingan memahami politik sebagai adalah zoon politicon. individu. Kebaikan bersama pembagian peran dan fungsi Mengapa Aristoteles itu adalah nilai keadilan, dalam menjalankan suatu menyebut demikian? Sebab, kebenaran dan kebahagiaan. otoritas di sebuah wilayah manusia pada dasarnya Kedua, konsep teori negara. Kelima, konsep selalu berusaha memperoleh kelembagaan disampaikan pandangan konflik sesuatu yang dikehendakinya oleh Max Weber. Menurutnya, mendeskripsikan bahwa Jika ingin dimaknai secara politik adalah segala sesuatu politik merupakan kegiatan lebih dalam, usaha untuk yang berkaitan dengan untuk saling memengaruhi mencapai kehendak tersebut penyelenggaraan negara. Max satu dengan lainnya dalam mengkristal dalam cara Weber melihat negara dari upaya untuk mendapatkan bertindak dan cara berpikir. sudut pandang formal dan mempertahankan nilai. yuridis. Ketiga, konsep teori Oleh karena itu, sering terjadi Dalam Kamus Besar kekuasaan, disampaikan oleh perdebatan dan pertentangan Bahasa Indonesia, politik Robson. Ia menyebutkan antara pihak yang dipahami sebagai politik sebagai kegiatan memperjuangkan dan pihak proses pembentukan dan mencari, mempertahankan yang mempertahankan nilai. pembagian kekuasaan dalam kekuasaan, atau menentang Perkembangan konsep itu masyarakat yang antara lain pelaksanaan kekuasaan. memperlihatkan bahwa berwujud proses pembuatan politik semakin lama semakin keputusan, khususnya Kekuasaan sendiri dipahami dipahami sebagai entitas yang dalam negara. Secara sebagai kemampuan berkorelasi dengan kekuasaan konseptual, pemaknaan seseorang untuk dan pemerintahan. politik mengalami mempengaruhi orang lain,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 95 Isu Mutakhir: Belajar Berpolitik di Sekolah?

Politik menjadi entitas muncul sebagai konsekuensi Sekolah adalah tempat yang yang an sich melekat dalam logis dari adanya kegagalan tepat untuk mengusahakan diri setiap orang. Kelekatan setiap pelaku politik dalam hal tersebut. ini perlu dibarengi dengan memaknai perbedaan cara cara pandang yang benar pandang dan cara paham Politik Itu Bukan Pokoknya, terhadap politik itu sendiri. tentang politik. Standar Tapi Baiknya Mengembalikan pandangan kebenaran tercipta berdasar- Politik bukanlah memaksakan yang murni tentang politik ke kan standar pribadi dan kehendak atau memaksakan ranah yang benar, menjadi kelompok. Dalam bahasa cara pandang. Politik adalah tidak mudah untuk saat ini yang lain, sesuatu menjadi jalan untuk melihat makna mengingat telah terjadi hingar kebenaran mutlak ketika hal perbedaan. Adalah hal yang bingar perpolitikan pada itu menguntungkan pribadi mustahil ketika memimpikan ranah negara, terutama atau kelompok. Kosakata semua orang di dunia ini menjelang Pemilihan Umum dalam dunia politik memiliki kesamaan yang (PEMILU) 2019. Menjadi cenderung dipadupadankan absolut dalam kata, tindakan, penting bagi sekolah, sebagai dengan kata sifat “kotor”, dan cara pandang. Perbedaan sebuah lembaga politik ting- “palsu”, atau “buruk”. itu sifatnya absolut dan tak kat dua setelah keluarga, Parahnya, politik dikaitkan terhindarkan. Perbedaan cara untuk mengembalikan kemba- erat dengan mental koruptif. pandang ini lebih merujuk li makna yang benar tentang Banyak orang baik enggan pada perbedaan arah politik. Pendidikan politik untuk berpolitik, karena takut dimulainya seseorang dalam perlu dikenalkan lebih dini di tertular penyakit koruptif. melihat sesuatu. Sebuah sekolah. Sebab, politik adalah Sebaliknya, orang bermental benda yang berbentuk bulat entitas dasar setiap manusia. koruptif cenderung akan tetap bulat meskipun bersemangat dalam berpolitik dilihat dari arah atas, bawah, karena bisa menjadi jalan tol Memurnikan Kembali kanan ataupun kiri. Makna Politik mereka menuju kekayaan. Tantangan dalam Pandangan apriori yang Politik (harusnya) hadir menghadapi perbedaan ada sebagai entitas yang buruk terhadap politik, pada upaya setiap orang membebaskan masyarakat menjadi cacat pusaka dalam untuk tidak membiarkan dari kehidupan yang buruk. kehidupan sosial absoluditas perbedaan Politik adalah kesempatan bermasyarakat. Mengapa? melahirkan konflik besar. bagi setiap orang untuk Sebab, ketika politik dilihat Konflik itu dapat terelakkan membaktikan dirinya bagi kotor, maka sang manusia itu manakala setiap orang masyarakat. Secara konkret melihat kotor dirinya. Karena mampu memiliki cara dalam hidup bernegara, jalur bagaimanapun, politik adalah pandang yang benar terhadap politik yang benar dapat diisi entitas dasar yang melekat perbedaan. Kebenaran cara dengan membuat regulasi dalam diri manusia.Tidak ada pandang pertama-tama harus bersama yang tersistem dan satu manusia pun yang tak berdiri pada nilai kebaikan itu yang mendahulukan memiliki cita-cita. Karena itu, sendiri. Jika berbicara tentang kepentingan umum. Namun, sesungguhnya setiap manusia kebenaran dan kebaikan, ke sayangnya, dunia politik akan berpolitik selama ia manakah orang harus justru cenderung menjadi mengejar dan mewujudkan bermuara? Jawabannya hingar bingar. Hingar bingar cita-citanya tersebut. Tidak adalah Tuhan. Setiap dunia politik itu membuat ada jalan lain saat ini selain individu, terlebih mereka yang sebagian besar orang keliru mengembalikan kembali memutuskan terjun ke dunia dan tersesat dalam memaknai makna politik pada jalurnya politik, harus memiliki politik. Hingar bingar tersebut yang benar. Pendidikan kedekatan personal dengan

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Isu Mutakhir: Belajar Berpolitik di Sekolah?

Tuhan dan mengkristalkan ada bungkus yang melingkupi SD) harus lebih mengutama- kedekatannya itu dalam tutur ruang toleransi itu, yaitu kan pengembangan rasa kata dan sikap nyata yang dinding aturan dan prinsip keingintahuan anak daripada tulus. Kedekatan personal moral yang menyentuh mengejar target materi dengan Sang Pencipta akan kepentingan semua pihak. kurikulum. Bukan rahasia lagi membentuk prinsip berpikir Politik yang benar adalah bahwa pendidikan di negeri yang benar bahwa sesuatu membiarkan setiap orang ini cenderung mematikan rasa yang baik pada dasarnya melihat suatu kebenaran dari ingin tahu anak. Contoh nyata adalah baik. Sebaliknya, arahnya masing-masing yang sering ditemui adalah sesuatu yang buruk tidak selama tidak menghilangkan masih banyaknya pengajar akan pernah disebut baik. esensi kebenaran realitas yang yang “mendiskreditkan” Tidak ada ruang abu-abu dilihatnya. murid-murid yang senang yang diciptakan dalam Dalam konteks pendidik- bertanya. Bahkan, kalau menentukan kebenaran dan an sekolah, nilai-nilai politik ditarik mundur ke ranah kebaikan itu sendiri. Berkaca dapat ditanamkan melalui keluarga, masih banyak orang pada filsafat moral Immanuel kegiatan diskusi ataupun tua yang lebih memilih untuk Kant, sebuah tindakan yang debat. Kegiatan diskusi marah saat sang anak diambil harus memperhatikan terhadap sebuah realitas mempertanyakan banyak hal. prinsip moral. Prinsip itu konkret adalah cara yang Bagi kebanyakan orang tua, adalah prinsip Imperatif- tepat untuk menunjukkan anak yang banyak bertanya Kategoris yang menuntut bahwa perbedaan adalah adalah beban yang seseorang untuk menghormati absolut ada dan tidak bisa merepotkan dan menyita kemanusiaan dalam dirinya disatukan. Lewat diskusi / banyak waktu. Alur itulah sendiri dan orang lain, debat, segala ide akan muncul yang membuat anak tidak lagi dimana seseorang tidak dan mengalir mengikuti alur mau bertanya dan hanya membuat pengecualian untuk dialogis para peserta. Dalam menjadi “zombie-zombie” yang keuntungan dirinya sendiri proses dialogis itulah, setiap hanya menelan bahan ajar ketika bertindak. Prinsip itu anak akan belajar untuk tanpa mengolah itu dalam menegaskan bahwa sebuah menemukan jalan tengah dari dunia cerna otak serta hati tindakan harus didasarkan sebuah permasalahan/ mereka. Jadilah, sikap kritis pada aturan yang setiap realitas yang diangkat. Tentu itu hilang. Terbukti, problem orang mampu melakukan dan saja, untuk menciptakan jalan masyarakat yang kini seharusnya mematuhinya. tengah yang solutif itu, setiap dihadapi Indonesia adalah penyebaran berita hoax. Dalam konteks ini, anak harus mengorbankan Mengapa hoax menjadi begitu berpolitik yang benar adalah ego pribadinya untuk bisa subur di Indonesia? Hal ini berpolitik secara bertanggung mencapai sebuah kesepakatan karena penggunaan teknologi jawab. Dalam berhadapan bersama. Ada irisan tidak dibarengi dengan dengan perbedaan, sebuah kesamaan yang tetap budaya kritis yang kuat dalam sikap politik dikatakan benar dimunculkan dalam proses masyarakat. Realitas inilah bila ia mampu memberikan menghargai perbedaan itu. yang suka mengaburkan ruang toleransi bagi setiap Dalam proses untuk standar kebenaran umum. orang untuk mengembangkan mencapai ke sana, perlu cara pandangnya terhadap ditumbuhkan sikap kritis Sekolah perlu sebuah realitas. Tidak ada yang benar. Sikap kritis ini menghidupkan kembali sekat-sekat dalam ruang adalah kelanjutan dari rasa budaya kritis itu. Salah toleransi ini, tapi juga bukan ingin tahu anak yang “tidak satunya adalah dengan cara berarti tak ada dinding yang dimatikan.” Pendidikan pada menerapkan studi media. membungkusnya. Tetap harus kelas-kelas usia kecil (TK dan Kini, hampir setiap anak

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 97 Isu Mutakhir: Belajar Berpolitik di Sekolah? memiliki perangkat gadget dan dendam tersebut menjadi memperlihatkan bahwa pribadi untuk mengakses produk dari banalitas proses masyarakat kita belum mampu informasi dunia. Dari sana, yang dijalankan para pencari memaknai kemenangan dan sekolah bisa masuk dengan kekuasaan. Dalam ranah yang kekalahan secara benar. Baha- mengajak mereka setiap lebih besar, politik selalu sa ringkasnya, belum siap harinya melihat berita-berita diidentikkan dengan menang dan belum siap kalah. viral untuk kemudian kekuasaan. Sebab, memang Belajar menyikapi ditanggapi oleh mereka. jika ditarik dari akar katanya, kemenangan dan kekalahan Dalam pelajaran Bahasa, IPS kata politik sendiri berasal secara benar adalah inti kedua ataupun PPKN, para siswa dari kata polis yang berarti dari berpolitik. Kemenangan perlu diajak untuk secara rutin negara atau kota. Tidak heran dan kekalahan adalah entitas membuat laporan berita setiap bila perkembangan ilmu absolut yang ada dalam setiap minggunya terhadap apa yang pengetahuan mendefinisikan usaha manusia dalam meraih mereka baca. Dalam laporan politik sebagai ilmu yang cita-cita atau kehendaknya. itu, setiap anak diajak untuk mengatur pembentukan dan Dalam konteks persaingan, menyimak, menyelami, pembagian kekuasaan dalam kemenangan dan kekalahan menanggapi hingga akhirnya masyarakat. adalah hal yang mutlak memutuskan kebenaran berita Sah-sah saja apabila terjadi. Namun, memiliki sikap itu. Ketika mereka bisa politik diidentikkan dengan yang benar sebagai pemenang, memutuskan kebenaran kekuasaan. Namun, perlu belum tentu ada pada diri sebuah berita, pada titik itulah diingat bahwa dalam teori setiap orang. Mengutip dari menjadi tanda akan klimaks- klasik Aristoteles, disebutkan falsafah jawa yang berbunyi nya sikap kritis mereka. bahwa proses dalam politik “Ngluruk tanpo bolo, Menang Menyikapi perbedaan itu harus tetap berujung pada tanpo ngasorake, Sekti tanpo aji- secara benar dan kritis adalah upaya mewujudkan nilai aji, Sugih tanpo bondho”, kita syarat pertama bagi setiap kebaikan bersama (bonum bisa melihat bahwa sikap orang untuk dapat berpolitik commune). Pada kenyataannya, pemenang yang sejati adalah secara benar. Memberikan proses dalam politik itu hanya tidak merendahkan orang lain. ruang toleransi bagi setiap berhenti pada pembentukan Rasa sakit hati ataupun orang untuk melihat dan pembagian kekuasaan dendam yang tersisa dari kebenaran realitas yang sama semata saja tanpa berlanjut proses kontenstasi politik, dari arahnya masing-masing, pada upaya mewujudkan adalah produk dari adalah upaya untuk kebaikan bersama. Kebaikan pemahaman yang salah memperkaya pemaknaan nilai bersama yang dimaksudkan tentang menang dan kalah. kebenaran dan kebaikan adalah kebaikan yang Pada titik ini, sekolah sebagai bersama. Dengan begitu, pada melingkupi seluruh pelaku sebuah “lembaga politik” akhirnya, setiap orang dapat politik. Jika dianalogikan tingkat dua, perlu memperke- mencapai tujuannya masing- dalam proses pembentukan nalkan pengalaman menang masing tanpa harus mengor- kekuasaan, kebaikan bersama dan kalah itu dalam diri setiap bankan orang lain. Itulah ini mencakup pihak peserta didik. Tidak hanya makna politik yang pertama. pemerintah ataupun oposisi. memperkenalkan saja, tapi Repotnya, setiap kali hajatan juga mengajak setiap anak Politik itu Menang Tanpa pemilu selesai, jarak yang untuk bersimpati pada Merendahkan dan Kalah tercipta karena adanya pemenang dan berempati Tanpa Merasa Terhina persaingan itu, tak dapat pada yang kalah. Selama ini, politik dinilai kotor ditambal oleh semangat politik Proses belajar berpolitik karena menyisakan sakit hati untuk menciptakan kebaikan pada sisi ini, dapat dilakukan dan dendam. Rasa sakit hati bersama itu. Kenyataan itu lewat cara-cara berikut.

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Isu Mutakhir: Belajar Berpolitik di Sekolah? a. Kegiatan-kegiatan dibangun kesadaran awal sekolah sebagai tempat untuk kompetisi, baik internal dalam diri setiap anak belajar berpolitik. Sekolah ataupun eksternal. Sebisa bahwa mereka adalah adalah “lembaga politik” mungkin, sekolah perlu bagian dari masyarakat tingkat dua setelah keluarga. melibatkan para siswanya dan karenanya harus Sebelum setiap anak benar- untuk mengikuti kompetisi memberikan kontribusi benar masuk dalam lembaga atau bahkan sekolah nyata bagi lingkungan di politik tingkat tiga, yaitu mengadakan perlombaan sekitarnya tanpa negara, mereka perlu untuk para siswanya. mengharapkan imbalan. diperkenalkan prinsip-prinsip Diharapkan lewat kegiatan Pada konteks ini, sekolah berpolitik di sekolah. Dalam kompetisi ini, siswa dapat bisa mengusahakan sekolah, setiap anak mulai mengenal rasanya menjadi program sosial yang nyata, mengenal sistem hirarki yang pemenang ataupun seperti Community Care formal, komunikasi dialogis menjadi pihak yang kalah. Project. Melalui program dalam komunitas kelas, dan b. Untuk jenjang sekolah ini, setiap anak dapat konsep aturan serta sanksi. yang lebih tinggi, kegiatan diminta untuk mengisi Sistem hirarki formal dikenal PEMILU OSIS menjadi sebagian masa liburan seiring mereka mengenal pola langkah tepat selanjutnya sekolahnya untuk komunikasi dalam komunitas, untuk dijalankan. Melalui memberikan aksi nyata yaitu kelas. Partner kegiatan ini, setiap anak yang bermanfaat bagi komunikasi mereka tidak lagi akan belajar untuk orang-orang yang ada di sebatas keluarga tapi juga berkontestasi politik seperti sekitarnya. Sebagai contoh, orang lain dari luar keluarga. menggantikan peran para Di situ, terdapat tarik ulur halnya pada lingkup asisten rumah tangga kepentingan yang mulai negara. Rangkaian pemilu dengan mengerjakan tugas dirasakan oleh mereka. OSIS dibuat dalam rutin mereka; ikut Melalui proses tarik ulur berbagai tahapan yang membantu berjualan sayur kepentingan ini, mereka mulai meliputi kampanye visi bersama pedagang sayur mengenal yang namanya misi, talent show peserta keliling yang sudah konsep “perbedaan paham/ pemilu, dan pencoblosan dikenal; “bekerja sosial” di ide”. Di sinilah, mereka surat suara. Di sini, panti jompo atau panti menjadi mengerti bahwa pengalaman menang-kalah sosial; atau bisa juga mereka memerlukan akan sangat begitu terasa. dengan mencucikan mobil “penengah” dari setiap Sekolah perlu gratis milik tetangganya; perbedaan yang muncul. Dari menunjukkan kepada para atau ikut terlibat dalam situlah, mereka akan kontestan bahwa mereka kegiatan ronda malam memahami fungsi dan makna adalah tim yang nantinya rutin. Intinya, setiap hirarki dalam sebuah akan bekerja bersama. pekerjaan nyata yang komunitas. Untuk itu, kekalahan tidak dilakukan itu mampu membuat kontestan Pendidikan politik di memberikan efek bahagia menutup diri. Begitu juga sekolah perlu dilakukan yang nyata bagi orang- dengan sang pemenang. Ia secara praktikal. Upaya orang yang dibantunya. akan mau membuka pintu sekolah untuk bagi pesaingnya yang memperkenalkan politik pada kalah untuk masuk ke Penutup hakekatnya adalah upaya dalam tim kepengurusan sekolah untuk mengajar setiap inti OSIS. anak menakar rasa dan rasio Bukan saatnya lagi bagi setiap dalam menentukan sebuah c. Untuk memahami politik insan pendidik untuk merasa pilihan bebasnya. Inilah secara benar, perlu tabu dengan peran baru pertama kali bagi setiap anak

Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 99 Isu Mutakhir: Belajar Berpolitik di Sekolah? untuk memilih tanpa ada manusia politik yang intervensi dari orang tuanya. “Ngluruk Tanpo Bolo, Menang Daftar Pustaka Pilihan bebas yang dijatuhkan Tanpo Ngasorake, Sekti Tanpo murni berdasarkan hasil olah Aji-Aji, Sugih Tanpo Bondho.” Driyarkara. 2006. Karya rasa dan rasio anak tersebut (Berjuang tanpa perlu lengkap driyarkara (ed. terhadap figur-figur yang membawa massa; Menang A.Sudiarja, SJ, Budi terpilih. Keseimbangan olah tanpa merendahkan atau Subanar, SJ, St.Sunardi, rasa dan rasio inilah yang mempermalukan; Berwibawa T.Sarkim). Jakarta: menjadi kunci sekaligus tanpa mengandalkan Gramedia tujuan pembelajaran politik di kekuasaan atau kekayaan; Surbakti, R. 1992. Memahami sekolah. Semoga sekolah bisa Kaya tanpa didasari ilmu politik. Jakarta: PT menghasilkan manusia- kebendaan.) Semoga! Grasindo

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.31/Tahun ke-17/Desember 2018 Resensi buku: Saat Semesta Bicara Resensi buku

Judul Buku : Saat Semesta Bicara Pengarang : W. Mustika Penerbit : PT Elex Media Komputindo Tahun Terbit : 2017 Cetakan : Kedua, November 2017Jumlah Halaman : xxiv + 273 halaman ISBN : 978-602-02-6092-1 Peresensi : P. Slamet Widodo Email : [email protected] Guru SMP BPK PENABUR

i tengah hiruk pikuk manusia yang Sedangkan dalam bagian dua yakni bahasa sibuk dengan dunia maya, gaya hidup bumi, buku ini dibagi lagi menjadi tiga bagian D hedonis, saling menghujat, berebut yakni spiritualitas bumi dan penghuni langit, kekuasaan, saling memfitnah, hadirlah spiritualitas kehidupan manusia, dan sebuah buku yang menyejukkan berjudul “Saat spiritualitas kehidupan alam. Semesta Bicara” yang ditulis oleh seorang refle- Bahasa Langit ksionis dari Kuta, Bali, W. Mustika. Seorang penulis Mustika mengawali refleksi- buku tentang perenungan nya dengan bertanya, siapa- dan aktif mengisi kegiatan- kah aku? Dalam refleksinya kegiatan spiritual untuk aku adalah segala-galanya. penyembuhan di Ambara- Aku bisa anak, ibu, ayah, shram Ubud ini menye- sahabat, gelap, seseorang jukkan pembaca dengan yang bisa dipanggil dengan tulisan-tulisan yang sarat berbagai sebutan. Aku adalah makna kehidupan. kebebasan yang memiliki gerak aktif alam semesta yang Buku ini ingin meng- bekerja di tengah keheningan. ajak pembaca agar mau membaca dirinya sendiri Penulis melukiskan dengan meditasi atau sosok “engkau” sebagai refleksi. Penulis membagi sosok jelmaan dari tokoh aku. buku menjadi dua bagian besar yakni bahasa Sosok engkau merupakan langit dan bahasa bumi. Dalam bagian bahasa gabungan materi tubuh, pikiran dan jiwa. langit penulis memaparkan refleksi tentang jati Engkau sebagai penjelmaan sang aku. Engkau diri manusia mulai dari lahir, hidup, dan mati. adalah bagian dari tokoh sempurnanya aku.

Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 101 Resensi buku: Saat Semesta Bicara

Engkau menyatu dengan aku dan selalu ada memberi energi dan wujud fisik yang baru agar dimana-mana dan harus mengisi semua ruang dapat terus tumbuh untuk mencapai kesadaran. dan waktu di semesta. Dengan kematian, manusia putus terhadap Dalam bagian yang berisi penciptaan dan keterikatan pada fisik yang telah usang dan kelahiran tokoh aku dimunculkan sebagai tidak berguna lagi bagi perjalanan kesadaran. menciptakan alam semesta. Alam semesta Setelah kematian manusia akan menerima diciptakan dalam bingkai hukum keniscayaan, puncak kesadaran dan kedamaian. Kematian sebab-akibat dan dualitas. Sifat dualitas merupakan saat menuju pintu ke ruang penuh digambarkan dengan adanya wujud material- cahaya cinta yang menghangatkan dan energi spiritual, negative-positif, baik-buruk, dan baru bagi jiwa. Orang yang memikirkan bahwa sebagainya. Namun alam semesta dan isinya kematian adalah ruang gelap dan dingin diciptakan dengan cinta kasih. Sedangkan merupakan cerminan dari pikiran yang tentang kelahiran penulis mengatakan bahwa digantungi oleh kesedihan, kemelekatan akan kelahiran adalah suatu awal untuk belajar hal-hal duniawi, dendam, penyesalan, bertumbuh menuju kesadaran sempurna, untuk kemarahan, putus asa dan ketidakikkhlasan. keberhasilan. Untuk itu seseorang yang lahir du Kehidupan memiliki sisi terang dan gelap. dunia semesta ini harus bisa menerima Kehidupan juga bukan suatu kebetul-an k e h i d u p a n melainkan sudah duniawi apa ada- diatur oleh yang nya. Ia harus mam- Mahakuasa. Suka pu menyeimbang- Orang yang memikirkan dan duka tidak bisa kan antara pikiran bahwa kematian adalah ruang dihindari. Duka dan duniawi dan gelap dan dingin merupakan lara dimaknai seba- kesadaran rohani. cerminan dari pikiran yang gai pelajaran yang Setiap insan yang digantungi oleh kesedihan, bisa membuat suka lahir harus mamu kemelekatan akan hal-hal dan merasa baha- berjuang untuk duniawi, dendam, penyesalan, gia. Bahkan kese- meraih kesadaran kemarahan, putus asa dan ketidak dihan yang berlarut semesta lewat pro- ikhlasan. hanya akan memper- ses pembelajaran berat penderitaan. di setiap peran Kesedihan harus yang dijalani. dipahami sebagai sesuatu yang sementara saja. Selanjutnya, penulis yang lahir 48 tahun Bagian menarik dari bagian kesatu buku ini yang lalu ini menulis tentang kehidupan dan adalah mengenai karma. Mungkin karena kematian, dua hal yang menjadi dasar penulis yang asli orang Bali maka karma bergulirnya siklus kesemestaan. Pada bagian menjadi salah satu bagian yang ditulis. Dalam inilah buku yang berbicara tentang semesta pandangan penulis kehidupan di alam semesta sampai pada intinya. Baginya kehidupan tak selalu bergerak dalam arahan hokum aksi-reaksi, lain adalah keadaan ketika terhadi penyatuan hukum karma. Bahkan secara jelas ia menulis antara apa yang hidup dan apa yang mati. bahwa tidak ada sesuatu dalam kehidupan ini Sedangkan kematian adalah pelepasan apa yang terbebas dari hukum karma. Dengan bahasa yang hidup dari apa yang mati. Ada yang yang puitis penulis menjelaskan arti karma menarik dalam refleksi ini yakni bahwa unsur dengan deskripsi: “api memberi panas, air yang selalu hidup adalah jiwa dan unsur yang memberi basah, dan angin memberi kering.” selalu mati adalah material alam semesta. Hukum karma memastikan agar setiap makhluk Banyak orang takut pada kematian. Ada mendapatkan akibat dari setiap sebab yang sesuatu yang menarik ditulis dalam buku ini dipilih. tentang kematian. Kematian bukan hukuman. Hal yang lebih menarik lagi yakni bagian Kematian adalah cara yang ada untuk kembali refleksi yang berbicara mengenai nasib dan

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 Resensi buku: Saat Semesta Bicara takdir. Penulis mengatakan pada kalimat Bagian kedua buku ini, diawali dengan pertama pada bagian ini bahwa pemahaman judul menarik yakni awan putih, awan hitam. mengenai nasib dan takdir harus diluruskan. Secara simbolik penulis ingin mengatakan Dia mengatakan bahwa nasib adalah takdir bahwa kehidupan kadang diwarnai dengan yang belum ditetapkan dan takdir adalah nasib suka dan duka silih berganti. Pelajaran yang bisa yang sudah dipastikan. kita ambil dari refleksi ini yakni bagaimana Selanjutnya penulis menyuguhkan menyikapinya. Bila kita menyikapinya dengan refleksinya mengenai agama. Dalam refleksinya, ikhlas, kita akan merasakan kebahagiaan agama bukan sebagai alasan untuk saling sepanjang hidup. Sebaliknya bila kita memilih menyakiti, saling membunuh, atau saling mengeluh dengan pikiran negatif, rupanya membenci sesama. Kekerasan atas nama agama penderitaan akan menemani kehidupan menodai kesucian agama itu sendiri. sepanjang waktu. Bagian satu dari buku diakhiri dengan Soal kemarahan dan emosi manusia, ending yang sangat bagus. Kita bisa membaca Mustika melukiskan dengan ungkapan symbol suara batin penulis tentang kesempurnaan doa, matahari. Emosi dan kemarahan itu seperti amal dan dosa, kesucian jiwa, surga dan neraka, matahari. Selalu ada saat di mana kegarangan penyatuan jiwa dan kesadaran semesta. Keenam panasnya reda manakala ia tenggelam dalam tema ini dipadukan oleh penulis menjadi kesejukan samudra pemahaman hati nurani. kesatuan. Kesempurnaan doa akan tercapai Pada saatnya tiba, senja akan “menengge- ketika pikiran, kata, dan perilaku selalu selaras lamkan” matahari di bawah garis cakrawala dengan isi doa yang dipanjatkan. Kemudian seakan ia masuk ke dalam kesejukan air orang bisa melakukan amal atau sebaliknya samudra. Seperti itulah api kemarahan dalam yakni dosa. Sehubungan dengan ini, refleksi diri, selalu ada saat di mana ia tenggelam dalam ditegaskan dengan kesucian jiwa. Bila manusia kesejukan hati nurani. Semua kemarahan akan telah mencapai pada tahap kesucian, barulah sirna saat kesejukan hati menyadarkan orang akan bisa merasakan dirinya akan berada kekhilafannya asalkan kita tidak ikut mendidik di surga atau neraka. Yang cukup mengejutkan dan ikhlas menunggu saat yang tepat. bahwa surga dan neraka diciptakan oleh Manusia seringkali berjalan dalam manusia itu sendiri. Surga diciptakan di alam kegelapan. Ia tidak tahu jejak arah yang pasti kematian sebagai hadiah atas keselarasan dan untuk mencapai tujuan. Apalagi tatkala malam keharmonisan jiwa yang diraih saat menjalani telah tiba melengkapi keraguan dengan suasana tugas cinta kasih serta pembelajaran selama gelapnya. Begitulah perjalanan hidup ini, kehidupan duniawi. Penulis mengakhiri bagian terkadang membawa manusia pada sebuah kesatu ini dengan sebuah episode tentang waktu di mana semuanya terasa gelap dan tanpa kesadaran semesta dengan menuliskan sebuah jejak arah. Dalam hal seperti ini penulis untaian puisi yang bagus. mengatakan bahwa dalam setiap kegelapan di langit pemahaman, seringkali setitik cahaya nurani yang terang bisa menjadi bintang Bahasa Bumi navigasi yang akan menuntun arah dan Bahasa bumi merupakan bahasa kehidupan menyelamatkan kita saat bimbang di tengah arus yang akrab dalam keseharian meski maknanya samudra kehidupan (hal. 113). Saya kira ini terkadang masih asing dalam pemahaman. sesuatu yang bisa dijadikan pencerahan bagi Pada bagian kedua ini penulis ingin menampil- kita yang seringkali mengalami masa kelam. kan bahasa simbolik dari gejala-gejala alam yang Dalam hal ini penulis menggunakan bahasa bisa diartikan dalam makna kehidupan alam dengan bintang navigasi. manusia. Simbol-simbol alam yang digunakan Pada bagian berikutnya, secara bijak pula adalah awan, matahari, bintang, mendung, bahasa alam digunakan untuk mengatasi hujan, pelangi, angin, dan langit. Pembaca diajak kesedihan. Dengan cerdik ia bertanya apakah untuk menangkap makna dari symbol-simbol di kita percaya bahwa api bisa diciptakan dari air? balik gejala alam tersebut.

Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 103 Resensi buku: Saat Semesta Bicara

Maksudnya apakah air mata kesedihan dapat dari sisi yang ini,kenapa juga mesti menggant- menciptakan api kemarahan? Siapa pun yang ungkan harapan dan cita-cita setinggi langit pernah mengalami kesedihan akan mengerti yang tak terbatas jika hanya dapat digunakan kiasan makna di atas. dalam waktu yang sangat terbatas? Bahasa bumi yang menggunakan simbol Dalam refleksinya yang ditulis dalam buku hujan dan matahari, penulis memberikan ini, Mustika ingin mengajak kepada pembaca refleksi yang berguna bagi pembaca. Dia agar mau menimba kebijakan dari alam. Tuhan mengatakan bahwa air menciptakan api atau api telah menciptakan alam semesta kepada menciptakan air dengan caranya sendiri. manusia. Bila manusia mau menyadari alam Begitulah seringkali dalam kehidupan ini semesta banyak berbicara mengenai kehidupan sesuatu yang pernah kita harapkan justru kita manusia. Alam semeste memberikan setiap dapatkan dari sesuatu atau seseorang yang tidak pelajaran kehidupan. terduga. Bukan matahari yang tak bersinar di Buku Saat Semesta Bicara ini menghadirkan musim hujan, melainkan mendung menabiri rangkaian kata yang sangat indah, yang akan cahayanya. Begitulah cahanya ilahi manusia menuntun kita untuk menemukan makna meredup karena mendung pikiran menabiri sesungguhnya terhadap segala peristiwa yang kesadaran nuraninya. terjadi dalam kehidupan kita. Melalui buku ini Simbol bahasa bumi berupa pelangi kita diajak merenungkan segala peristiwa yang digunakan untuk melukiskan warna-warni terjadi dalam kehidupan, segala dualitas yang kehidupan. Dengan bijak penulis mengatakan tercipta di dunia. Segala pemahaman mengenai bahwa dalam menjalani kehidupan ini kita haris dunia spiritual juga mengajak kita untuk selalu ikhlas menerima setiap warna-warni kehidup- bersyukur atas segala kebaikan yang Tuhan an sebagai “pelangi” indah ciptaan Tuhan. berikan, introspeksi, berpikir positif, dan Penerimaan adalah kunci kebahagiaan dan menyikapi keberadaan secara dewasa. Sebuah penolakan adalah pintu menuju ruang buku refleksi kehidupan yang sarat makna. penderitaan. Secara bijak penulis memberikan Setiap orang yang ingin mengisi kehidupan ini semacam resep menghadapi kehidupan. dengan sempurna wajib membaca buku ini. Dikatakan oleh penulis bahwa ia yang melihat Buku ini merupakan deskripsi kehidupan kehidupan ini seperti pelangi akan menikmati menurut pandangan penulis dari sudut segala warna-warni di dalamnya sebagai keyakinan yang dianutnya. Tanpa mengurangi keindahan dan kesempurnaan semesta apa penghargaan terhadap pandangan penulis, adanya. sebagai orang Kristen pandangan tentang Bagaimana kita menjalani kehidupan ini kehidupan terutama hidup setelah mati di dunia agar kita mendapatkan kesejukan jiwa? Bahasa cukup berbeda, oleh karena itu ketika kita bumi yang digunakan oleh penulis buku yang membaca buku ini menurut penulis kita juga telah naik cetak kedua kali ini adalah angin. harus membaca buku-buku lain tentang Sebagaimana angin dan air mengalir menuju kehidupan manusia dari perspektif iman tempat yang lebih rendah, begitulah kesejukan Kristen. menuju meeka yang rendah hati. Sebaliknya, Sebagai perbandingan perlulah kiranya bagai lidah api yang menjilat ke tempat yang dikemukakan pandangan kehidupan menurut lebih tinggi, begitulah kehancuran akan Kristen Protestan, dan penulis mengambil salah mendekati mereka yang tinggi hati. satu pandangan yang berkembang dikalangan Manusia acapkali sibuk dengan kesukse- umat Kristen. Menurut pandangan ini, hidup san dan pemenuhan kehidupan duniawi. Untuk adalah sebuah peziarahan dan manusia apakah sebenarnya kesuksesan dalam merupakan musafir Allah yang sedang kehidupan duniawi ini? Segala materi itu pada melakukan sebuah peziarahan untuk menuju saatnya nanti, yang tak terduga, akan kita kehidupan kekal ke rumah Bapa di surga. tinggalkan setelah kematian. Pertanyaan bagus Keyakinan yang dimiliki oleh orang Kristen ditujukan kepada pembaca: bila melihat hidup adalah sesudah kehidupan di dunia ini berakhir,

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 Resensi buku: Saat Semesta Bicara maka manusia akan menemukan kehidupan Allah akan menghapus semua derita kita dan yang abadi. Jadi kematian bukanlah akhir dari tidak akan ada lagi maut atau segala bentuk segalanya. penderitaan seperti yang kita alami di dunia. Bagi orang Kristen, kematian merupakan Biarlah perbedaan pandangan tentang peralihan dari dunia nyata menuju ke dunia kehidupan berkibar sebagai bentuk kebebasan yang baru. Meski kehidupan di dunia dipenuhi dan keanekaragaman yang kita miliki. Yang dengan penderitaan, kesedihan serta penting bahwa masing-masing menghargai perjuangan, tetapi sesuah kematian dan masuk perbedaan pandangan tersebut. Semoga ke kehidupan yang abadi, Allah akan perbedaan ini semakin memperkaya khasanah menghapus semua ke kehidupan yang abadi, kita tentang makna kehidupan.

Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 105 Profil BPK PENABUR Cianjur

Profil BPK PENABUR Cianjur

Christina Berliana E-mail: [email protected] SMAK BPK PENABUR Cianjur

Sejarah Singkat Ben Nio. Baru pada tahun 1968 TK Cianjur PK PENABUR Cianjur merupakan memiliki Kepala Sekolah bernama Marwati salah satu dari 3 lembaga pendidikan Cahyadi. Tiga tahun setelah berdiri TK, didirikan B Kristen yang ada di kota Cianjur Jawa Sekolah Rakyat Kristen. Sejak 10 Oktober 1964 Barat. Keberadaan BPK PENABUR TK dan Sekolah Rakyat Kristen memakai nama Cianjur diawali dengan diajukannya surat Badan Pendidikan Kristen (BPK) Djabar dan usulan pendirian sekolah oleh Majelis GKI nama sekolah yang dipergunakan adalah Djabar kepada Badan Pendidikan THKTKHKH Immanuel. Pada 28 Maret 1966 Majelis Jemaat Jawa Barat pada 20 Juni 1955 tetapi usaha GKI Cianjur mengajukan permohonan kepada tersebut tidak berhasil. Lima tahun sesudahnya PH BPK Djabar agar dapat menjadi bagian dari ( 1960 ) munculah keputusan dalam rapat majelis BPK Djabar dengan harapan dapat jemaat untuk mendirikan Taman Kanak Kanak memindahkan lokasi sekolah dari area gereja, pada 1 Agustus 1961 dengan jumlah siswa 45 karena sudah tidak memungkinkan lagi tetap di orang dan 2 orang guru, tanpa kepala sekolah. lokasi GKI Cianjur sehubungan dengan jumlah Sekolah TK tersebut berjalan dengan susunan murid yang semakin bertambah. organisasi yang terdiri dari: Ketua: The Seng Pada tahun 1967 TKK dan Sekolah Rakyat Tjiau; Sekretaris : Tjia Jam Bie; Bendahara : Liang / SDK berpindah lokasi dan setahun kemudian Kiem Hoat; Penasihat : Tan Kiem Yan & Tan SDK BPK Jabar Cianjur dinyatakan sebagai

Tabel 1:

527 517 499 502 485 488

207 205 194 194 164 164 145 137 140 130138 137135 123 119 122 113 120

62 51 55 58 53 52

2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019

TK SD SMP SMA Jumlah

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 Profil BPK PENABUR Cianjur

Tabel 2: pada tanggal 27 Mei 2002. Seiring berjalannya Kurikulum yang Diterapkan Sampai waktu dan perkembangan sekolah, diresmikan dengan Tahun 2019 gedung aula dan kelas pada tahun 2006. Ditengah perjalanan BPK PENABUR Cianjur Jenjang Kelas Kurikulum mengalami pasang surut seiring dengan munculnya beberapa sekolah khususnya TK Toddler, KB, sekolah Kristen lainnya di Cianjur. Dan pada K.13 TKA-TKB saat yang bersamaan BPK PENABUR Cianjur sudah menjadi bagian pengawasan PH BPK SD I & IV K 13 PENABUR. II,III,V,VI K 2006 Dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya pertumbuhan sekolah-sekolah SMP VII - IX K 13 di Cianjur membawa dampak terhadap jumlah SMA K 13 siswa dari tahun ke tahun. Hal ini juga akibat X - XIXII K 2006 dari kebijakan–kebijakan pemerintah di antaranya pemberian dana bantuan operasio- nal sekolah (BOS) dan sistem zonasi. Masyarakat sekolah bersubsidi. Pada tahun 1975 proses juga harus berpikir mempertahan-kan kondisi pembangunan dan peningkatan sekolah mulai ekonomi mereka dalam mengambil keputusan berjalan dengan didirikannya SMP Kristen memilih sekolah yang menetapkan biaya sekolah Immanuel pada 8 Januari 1975. Pada masa yang lebih murah. Fluktuasi jumlah siswa di BPK rentang tahun 1977 – 1988 terjadi banyak PENABUR Cianjur dapat dilihat pada Tabel 1. perkembangan diantaranya mulai berpindahnya Sejak ditetapkannya pemberlakuan TKK, SDK dan SMPK ke lokasi yang baru yaitu Kurikulum 2013 oleh Pemerintah, secara pada lahan bekas kolam ikan seluas 4.000 meter bertahap jenjang TK, SD, SMP, dan SMA mulai persegi di Jalan Barisan Banteng No. 1 Cianjur. menerapkan Kurikulum 2013. Untuk menunjang Pada tahun 1996 mulai dibuka kelompok penerapan Kurikulum 2013 guru diwajibkan bermain yang akan menjadi cikal bakal murid untuk mengikuti berbagai pelatihan yang Taman Kanak-kanak, SD maupun SLTP. diselenggarakan oleh pemerintah seperti Menjelang kelulusan siswa SMPK didirikan Bimbingan Teknik maupun oleh PH BPK SMAK PENABUR Cianjur yang diresmikan PENABUR.

Tabel 3: Jumlah Tenaga Pendidik di BPK PENABUR Cianjur 24 23 22 21

18 18 18 18 18 18 16

13 1212 12 12 12 12

6 6 5 5 4 4

2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019

TK SD SMP SMA Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 107 Profil BPK PENABUR Cianjur

Dari Tabel 2 tampak masih ada jenjang yang Tabel 4: masih menggunakan Kurikulum 2006 Data Prestasi Siswa TKK disebabkan kebijakan dari Dinas Kabupaten. Dalam usaha meningkatkan kualitas BPK No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat PENABUR Cianjur, perhatian lebih difokuskan 1 2017 Mewarnai III Kabupaten pada pembangunan melalui pembinaan sumber daya manusia karena tenaga pendidik merupakan tulang punggung dan faktor terpenting dalam mencapai tujuan utama Tabel 5: Data Prestasi Siswa SDK pendidikan atau sekolah yaitu mendidik dan mengajar. anaknya Begitu juga tenaga No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat kependidikan sebagai unsur pendukung tidak kalah pentingnya. Untuk memiliki tenaga 1 2012 Matematika I Kabupaten pendidik yang berkualitas bukanlah hal yang 2 2012 Matematika III Kabupaten mudah untuk BPK PENABUR Cianjur. Salah satu penyebabnya sulitnya mendapatkan tenaga 3 2012 Matematika II Kapubaten pendidik karena masih terbatasnya perguruan tinggi di Cianjur yang menghasilkan tenaga 4 2012 Matematika I Kabupaten pendidik. Dan untuk mencari tenaga pendidik 5 2012 Matematika III Kabupaten dari luar kota Cianjur untuk di tempatkan di BPK PENABUR Cianjur juga masih mengalami 6 2012 Gema Parade I (UNSUR) kendala sampai saat ini. Dari jenjang TK – SMA Matematika komposisi tenaga honorer masih didominasi 7 2012 Gema Parade II (UNSUR) oleh jenjang SMAK. Tabel 3 menggambarkan Matematika data tenaga pendidik BPK PENABUR Cianjur. Selain meningkatkan kualitas tenaga 8 2012 Piala Wakil I Kabupaten pendidik, BPK PENABUR Cianjur terus Bupati meningkatkan diri dengan berbagai usaha 9 2012 Kompetisi III Kabupaten antara lain : Matematika 1. Melengkapi dan memperbaharui sarana prasarana. 10 2012 Gema Parade (UNSUR) Matematika 2. Penguatan pendidikan karakter melalui PKBN2K (Pendidikan Karakter Berbasis 11 2015 Olimpiade II Kelas I Nilai – Nilai Kristiani ). Matematika 3. Peraihan juara dalam lomba–lomba jenjang 12 2015 Olimpiade II Kelas IV TK, SD, SMP, dan SMA di tingkat Matematika kabupaten, provinsi dan nasional seperti yang tercantum dalam Tabel 4, 5, 6, dan 7. 13 2018 Renang Putra I Kabupaten O2SN 4. Pengembangan diri, bakat dan minat melalui kegiatan ekstrakurikuler yang semakin 14 2018 Olimpiade III Kabupaten beragam, tercantum dalam Tabel 8. Matematika 5. Program–program inovasi yang diharapkan akan mampu membuat masyarakat lebih percaya dan yakin akan 7. Program–program sosial yang mengajarkan kualitas sekolah BPK PENABUR. didikan kepada siswa untuk berempati 6. Merancang model/pendekatan pembelajar- kepada orang lain di luar lingkungan an yang menarik karena di era milenial ini keluarganya. siswa lebih tertarik pada hal – hal yang 8. Program sister school dengan sekolah BPK sifatnya digital. PENABUR Jakarta, yang diupayakan agar

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 Profil BPK PENABUR Cianjur

Tabel 6: Data Prestasi Siswa SMPK

No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat

1 2013 Poster N2K 1 PENABUR 14 2017 Matematika 2 Kabupaten GEMPAR 2 2013 Basket Putra 2 Kabupaten UNSUR

3 2013 Duta 2 Kabupaten 15 2017 Renang 3 Kabupaten Kesehatan O2SN Kabupaten Cianjur 16 2017 Matematika 1 Kabupaten OSN 4 2013 Story Telling 3 Kabupaten Gempar 17 2018 Lomba 1 Kabupaten UNSUR basket Putra X-One 5 2013 Basket Putri 2 Kabupaten X-One 18 2018 Matematika 3 Kabupaten GEMPAR 6 2014 Duta 2 Kabupaten UNSUR Kesehatan Kabupaten 19 2018 Sempoa (The 1 Internasio- Cianjur Competition nal Abacus and 7 2014 Storry Telling 3 Kabupaten Metal GEMPAR Arithmetic of UNSUR WAAMA) di Malaysia 8 2014 Basket Putri 2 Kabupaten X- One 20 2018 Sempoa (The 3 Internasio- Competition nal 9 2016 Matematika Har- Kabupaten Abacus and GEMPAR apan Metal UNSUR 2 Arithmetic of WAAMA) di 10 2016 Melukis 2 Kabupaten Malaysia dalam rangka hari kesehatan

11 2016 Sempoa (The 2 Internasio- Sixth nal Competition Abacus and Mental Arithmetic of WAAMA Hongkong

12 2016 Lomba 2 Kabupaten Olimpiade IPA

13 2016 Matematika 1 Kabupaten GEMPAR Unsur

Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 109 Profil BPK PENABUR Cianjur

Tabel 7: Data Prestasi Siswa SMAK

No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat No Tahun Jenis Lomba Juara Tingkat

1 2014 Basket Hams 1 Kabupaten 13 2015 Story Telling 2 Kabupaten Store (Putra) UNPI Cianjur

2 2014 Vocal Group 1 Kabupaten 14 2015 Poetry UNPI 2 Kabupaten SMAN 1 Cianjur Cianjur

3 2014 Solo Vocal 2 Kabupaten 16 2015 Speech Contest 2 Kabupaten SMAN 1 UNSUR Cianjur Cianjur

4 2014 Basket 3 on 3 2 & Kabupaten 17 2015 Basket POP 2 Kabupaten Zamoa Open 3 IV UNSUR Tournamen Cianjur Bupati Cianjur Cup 18 2016 Basket 3on3 1 Kabupaten V Season HUT 2014 (Putra) POLANTAS ke 61 (Putra) 5 2014 Basket 3 1 Kabupaten point shoot 19 2016 Lomba 3 Kabupaten Zamoa Open Basket FEBI Tournament UNSUR Bupati Cianjur Cianjur Cup (Putra) V Season 20 2016 Basket POP 3 Kabupaten 2014 (putra) UNSUR 6 2014 Lomba Pump 1 & Kabupaten Cianjur Yogya 3 (Putra) Departemen 20 2016 Basket POP 2 Kabupaten Store UNSUR 7 2014 Lomba Speech 2 Kabupaten Cianjur Contest UNPI Kabupaten (Putri) Cianjur 21 2016 Olimpiade 3 Kabupaten 8 2014 Lomba Story 2 Kabupaten Matematika Telling UNPI 22 2017 Basket antar 3 BPK Cianjur BPK PENABUR 9 2015 Solo Vocal 1 Kabupaten PENABUR di Medika Idol Cirebon Genetik 2015 (Putra)

10 2015 Olimpiade 1 Kabupaten 23 Olimpiade 2 Kabupaten Biologi Matematika

11 2015 Olimpiade Har- Kabupaten 24 2018 Kompetisi Juara Kabupaten Ekonomi apan Matematika 1 2 UNSUR Cianjur 12 2015 Speech Contest 1 Kabupaten UNPI Cianjur

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 Profil BPK PENABUR Cianjur

Tabel 8: yang dapat dipilih peserta didik, baik berupa Kegiatan Ekstrakurikuler kegiatan menjelaskan tema yang diminati, menari, membaca puisi, bermain peran dll. Jenjang Ekstrakurikuler Kegiatan ini tidak lepas dari kurikulum Wajib Pilihan yang sedang dikembangkan yaitu pembelajaran yang bermakna dan pembel- TKK - Menari ajaran sepanjang hayat yang dimulai dari - Angklung tema terdekat dengan dunia peserta didik. Diharapkan dengan kegiatan ini peserta SDK Pramuka - Menari didik mendapat nilai tambah yang kelak - Futsal mampu diaplikasikan dalam kehidupan - Paduan Suara - Club Match sehari-hari dalam memecahkan masalah - Club Sains secara mandiri, mampu menyampaikan - Robotik pendapat secara sederhana, dan mengako- - Ansamble Suling modasi minat dan bakat peserta didik itu - Ansamble Pianika sendiri.

SMPK Pramuka - Basket 2. Creative Spot - Futsal Program ini dikembangkan dengan tujuan - SeniLukis untuk mewadahi saluran bakat minat - SeniTari peserta didik melalui hasil karya secara SMAK Pramuka - Basket berkelanjutan sehingga tercipta sekolah - Futsal ramah anak. Di area ini peserta didik - Seni Lukis diperkenankan memilih salah satu media - Hasta karya yang akan digunakan untuk dijadikan - Seni Tari jurnal. Jurnal ini berisikan hasil karya dengan tema yang sama (tema yang kualitas pengajaran dan pengelolaan setara diminati anak), dengan demikian dapat dengan sekolah BPK PENABUR Jakarta terlihat perkembangan dan kemajuan mendongkrak nilai jual sekolah dan dapat peserta didik dari karya ke karya, dari waktu meningkatkan nilai jual sekolah. ke waktu. Hasil dari setiap peserta didik akan berbeda satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan minat dan bakat serta Program Unggulan kemampuan peserta didik.

Untuk melengkapi dan mendukung program 3. Parenting Service rutin yang sudah berjalan berikut ini jenjang Kerinduan sekolah akan pertumbuhan TKK, SDK, SMPK, dan SMAK merancang bersama iman terhadap Tuhan Yesus beberapa sebagai berikut. menjadi dasar diadakannya program Parent’s Service. Bukan hanya kegiatan Jenjang TKK renungan harian dan kebaktian peserta 1. Presentasi Puncak Tema didik gabungan yang dilaksanakan setiap Melalui program ini pendidik menstimulus 2 minggu sekali, akan tetapi pertumbuhan minat dan bakat peserta didik melalui rohani orang tua peserta didikpun menjadi pembelajaran langsung yang dilakukan perhatian tersendiri. Kegiatan ini dilakukan setiap hari dalam tema-tema pembelajaran seminggu sekali, setiap hari Senin. Setiap karena pembelajaran dikatakan bermakna orang tua yang berminat, dapat bergabung apabila mampu memunculkan minat dan bersama di TKK. Agenda yang dilakukan bakat anak dalam tema pembelajaran itu dalam Parent’s Service ini adalah memuji sendiri. Tema diakhiri berbagai aktivitas Tuhan, merenungkan Firman Tuhan,

Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 111 Profil BPK PENABUR Cianjur

merefleksikan Firman Tuhan, menyaksikan perbedaan pandangan yang selama ini Firman Tuhan. Selepas itu orang tua terjadi bisa diminimalisir. disajikan teh hangat untuk bercengkrama dengan orang tua lainnya dan juga dengan 2. Robotik (SDK dan SMP K) salah satu guru yang mendampingi Di Indonesia robotika sudah mulai diper- sehingga tujuan menjalin komunikasi dua kenalkan sejak tahun 2004. Ini ditandai arah tercapai. dengan munculnya klub yang memfokus- kan diri di bidang pengembangan potensi 4. Kid’s Presenter robotika tersebut. Berbagai peralatan yang Dalam program ini potensi peserta didik berbasis teknologi digital pun kini sudah dalam bidang komunikasi lebih dalam marak di berbagai penjuru dunia juga digali dengan melatih peserta didik menjadi perkembangan dunia Teknologi Informasi seorang presenter cilik yang memandu yang sangat pesat. Dalam rangka menyiap- setiap kegiatan yang diadakan di sekolah. kan generasi milenial menyambut Revolusi Melalui program ini, diharapkan anak Industri 4.0 maka pengetahuan digital memiliki kepercayan diri, rasa bangga berbasis teknologi harus diberikan. Oleh terhadap kegiatan sekolahnya sendiri dan karena itu kegiatan pengembangan kegiatan memperlancar kemampuan komunikasi pengembangan teknologi masa depan yang peserta didik dalam mendeskripsikan suatu ramah lingkungan dan canggih diperlukan. kegiatan di depan kamera. Selain itu program robotik juga ditujukan agar siswa belajar memecahkan masalah Jenjang SDK atau mencari solusi. Untuk itu SD dan SMP 1. Satu Hari Bersama Orang Tua Murid BPK PENABUR Cianjur dibuka kelas ekskul Kesibukan orang tua di jaman dahulu jika robotik sebagai wadah untuk mengembang- dibandingkan dengan sekarang, bisa kan bakat di bidang teknologi untuk para dikatakan hampir lebih dari setengah peserta didik yang berminat. waktu yang mereka miliki dalam satu hari habis untuk aktivitas mereka di luar rumah Jenjang SMPK diantaranya adalah untuk mencukupi 1. IT Preneur ( SMPK dan SMAK ) kebutuhan sehari-hari khususnya untuk Saat ini IT merupakan satu hal yang sudah biaya pendidikan putra-putrinya. Belum menjadi kebutuhan. Melalui mata pelajaran lagi harus menyelesaikan tugas dan IT Preneur ini, diharapkan peserta didik pekerjaan di rumah. Hal ini secara tidak memiliki kemampuan di bidang IT sekaligus langsung berdampak pada perkembangan terpacu kreativitasnya khususnya dalam E- prestasi akademik karena orang tua tidak commerce dan juga memiliki jiwa memiliki waktu yang cukup untuk meng- wirausaha, sehingga dimasa depan mereka awasi kegiatan putra-putrinya di rumah. Disinilah peran sekolah akan lebih berat. bisa menciptakan lapangan pekerjaan Untuk itu sekolah merasa perlu menjalin minimal bagi dirinya sendiri atau bahkan komunikasi dengan orang tua dengan cara orang lain. mengundang mereka untuk hadir sehingga terjalin komunikasi yang harmonis antara 2. Bina Iman orang tua, murid dan guru. Orang tua juga SMPK BPK PENABUR Cianjur rindu agar bisa melihat aktivitas, kemampuan serta para peserta didiknya mengalami mengenal karakter putra-putrinya dan pertumbuhan iman dan pertumbuhan merasakan kedekatan secara emosi dengan karakter. Melalui kegiatan Bina Iman mereka. Dengan demikian pihak sekolah diharapkan kualitas iman dan karakter dan orang tua memiliki pemahaman dan siswa lebih berkualitas untuk bekal mereka persepsi yang sama dalam pendidikan di menyongsong masa depan yang semakin sekolah sehingga kesalahpahaman dan tinggi tantangannya.

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 Profil BPK PENABUR Cianjur

Jenjang SMAK Penutup 1. Ekstra Kurikuler Melukis Walaupun melukis sudah merupakan hal yang sudah sangat umum tetapi setelah Dengan segala upaya yang telah dilakukan melihat hasilnya, kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan melukis di SMAK BPK PENABUR Cianjur pengajaran, seluruh warga BPK PENABUR masih menjadi program unggulan. Melalui Cianjur senantiasa bersyukur atas anugerah kegiatan ini peserta didik juga dimotivasi Tuhan yang diberikan dari sejak awal mula untuk melakukan yang terbaik agar hasil sekolah berdiri hingga saat ini. Di tengah – lukisan tersebut memiliki nilai jual bahkan tengah masyarakat Cianjur yang mayoritas non mungkin suatu saat keterampilan melukis Kristiani, BPK PENABUR Cianjur terus berusaha yang mereka miliki bisa menjadi sumber dengan segala perjuangannya untuk mampu kehidupan mereka di masa mendatang. menjadi saluran berkat dan memberikan layanan pendidikan terbaik yang mengutamakan Kristus 2. Entrepreneur Day sebagai landasannya. Proses yang akan dijalani Program ini merupakan program rutin yang masih panjang dan berat. Tetapi dengan dilakukan bersamaan dengan kegiatan Edu semangat yang terus menyala sekolah – sekolah Fair di SMAK BPK PENABUR Cianjur. yang ada di BPK PENABUR Cianjur dari unit Adapun tujuannya adalah untuk menggali TKK, SDK, SMPK, dan SMA akan terus bersatu kreatifitas dan kemampuan berwirausaha berkembang maju sesuai Visi Misi BPK dengan menciptakan beberapa karya yang PENABUR dan menjadi sekolah pilihan sampai memiliki nilai jual. Setiap kelas dituntut selamanya. untuk menciptakan sesuatu baik itu makanan atau barang yang berbeda dengan yang sudah ada untuk dipamerkan ( lukisan atau karya seni lainnya) dan dijual.

Jurnal Pendidikan Penabur - No. 31/Tahun ke-17/Desember 2018 113