Gender Dalam Pelabelan Nama Kuliner Nusantara: Suatu Tinjauan Semiotik Studi Kasus: Kuliner Di Kota Depok
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X E-ISSN : 2721-916X GENDER DALAM PELABELAN NAMA KULINER NUSANTARA: SUATU TINJAUAN SEMIOTIK STUDI KASUS: KULINER DI KOTA DEPOK Irwan Suswandi Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Budaya dan Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta [email protected] DOI: --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Article Info ABSTRACT The existence of culinary become an important necessity that cannot Article history: be separated from human beings. As something important, culinary were named to ease the identification. Hitherto, as a commercialization trend, culinary were given the additional name to be the name of the culinary owner. Interestingly, the additional names have the same gender of the culinary owner for one type of cuisine. In this paper, the researcher will analyze the process of gender-labeled used in culinary product. Researcher used Pragmatic Semiotic theory from Peirce to analyze the names of culinary texts contained in Indonesia. The analysis provides information about the reasons behind the gender labeling for a similar kind of culinary. The conclusion of this paper is that gender labeling cannot be separated from the raw materials, the processing methods, the style of served, and the way of selling from the culinary. Keyword: Culinary, gender, labeling, pragmatic semiotic ABSTRAK Keberadaan kuliner menjadi kebutuhan penting yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Sebagai sesuatu yang penting, kuliner diberi nama untuk memudahkan identifikasi. Sampai sekarang, sebagai tren komersialisasi, kuliner diberi nama tambahan menjadi nama pemilik kuliner. Menariknya, nama tambahan tersebut memiliki jenis kelamin yang sama dengan pemilik kuliner untuk satu jenis masakan. Dalam tulisan ini, peneliti akan menganalisis proses berlabel gender yang digunakan dalam produk kuliner. Peneliti menggunakan teori Semiotik Pragmatis dari Peirce untuk menganalisis nama-nama teks kuliner yang terdapat di Indonesia. Analisis ini memberikan informasi tentang alasan di balik pelabelan gender untuk jenis kuliner yang serupa. Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa pelabelan gender tidak dapat dipisahkan dari bahan baku, metode pengolahan, gaya penyajian, dan cara penjualan dari kuliner. Kata kunci: Kuliner, Gender, Pelabelan, Semiotik Pragmatis 1 Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X E-ISSN : 2721-916X Fenomena budaya seperti itu I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa pemberian nama Dalam kehidupan sehari-hari, dalam suatu kuliner perlu dilakukan manusia sebagai makhluk hidup tidak karena dihadapkan pada kenyataan bahwa dapat dilepaskan dari segala hal yang nama memegang peranan sangat penting menyertainya. Tidak terkecuali sebagai dalam hidup dan kehidupan kita sehari- makhluk biologis, manusia tidak dapat hari. Apalagi di Indonesia, dengan bertahan hidup tanpa adanya makanan. beragamnya etnis dan suku, turut Sejak masa dahulu hingga masa modern memberikan sumbangan khazanah kuliner seperti sekarang ini, manusia menjadikan yang tidak terhitung lagi jumlahnya. makanan sebagai sesuatu yang penting Maka, diperlukan deskripsi, klasifikasi, yang tidak dapat diabaikan. dan kategori berupa nama-nama dalam Sebagai sesuatu yang penting dan setiap kuliner tersebut. berpengaruh bagi manusia, pada Salah satu yang unik berkaitan umumnya makanan itu akan diberi nama dengan penamaan dalam suatu brand untuk membedakan antara satu jenis kuliner di Indonesia adalah adanya makanan dengan jenis yang lainnya. peletakan nama pemilik atau pembuat Selain sebagai pembeda, keberadaan dari kuliner itu. Lebih menarik lagi, yang nama juga akan mempermudah manusia kemudian menjadi tanda budaya, adalah untuk bisa memilih dan memilah mayoritas dalam satu jenis nama kuliner makanan yang sesuai dengan selera dan Nusantara memiliki tambahan nama kebutuhannya. Penamaan terhadap brand yang segender antara pemilik makanan itu juga dilakukan sebagai tempat kuliner yang satu dengan pemilik sebuah bentuk identitas, eksistensi, tempat kuliner yang lainnya. Sebut saja maupun legitimasi. beberapa contoh kuliner yang ada di kota Dalam perkembangan yang lebih Depok, Jawa Barat, yaitu Nasi Pecel jauh, bentuk identitas, eksistensi, dan Mbak Irah dan Pecel Pincuk Ibu Ida. legitimasi yang muncul tersebut menjadi Apabila melihat penamaan pada kuliner acuan bagi individu maupun kelompok tersebut, maka muncul sebuah dalam melakukan pemberian nama merek pertanyaan, yaitu mengapa kuliner pecel atau brand terhadap suatu produk kuliner selalu diidentikkan dengan nama seorang atau makanan. Apalagi dalam tren dan perempuan. Sebaliknya, identitas meningkatnya gaya hidup manusia maskulinitas tampak melekat pada kuliner terhadap kuliner, pemberian merek martabak. Sebut saja Martabak Bangka menjadi hal yang dibutuhkan untuk Ko Hery dan Martabak Alim yang juga membedakan antara satu produsen terdapat di Kota Depok. dengan produsen yang lainnya. Meskipun Ditinjau dari kacamata semiotik, pada dasarnya, produk yang dihasilkan fenomena budaya semacam itu menjadi adalah kurang lebih sama. sebuah tanda yang dapat dianalisis untuk 2 Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X E-ISSN : 2721-916X dijelaskan dari segi kajian ilmiah. Tanda mengenai keberadaan suatu gender yang berupa pelabelan-pelabelan semacam itu melekat dalam nama-nama kuliner memiliki makna yang sengaja ingin Nusantara. disampaikan kepada penerima makna tersebut. II. METODE PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang Dalam melakukan penelitian ini, telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk peneliti menggunakan metode deskriptif menganalisis jenis gender dalam analisis. Metode ini dipilih dengan tujuan pelabelan nama kuliner Nusantara. Di supaya analisis semata-mata berdasarkan dalam penelitian ini, dianalisis mengenai pada fakta yang ada (Sudaryanto, 1998: faktor-faktor atau alasan-alasan yang 62). Tentunya, dengan penggunaan kemudian berpengaruh terhadap metode yang demikian dihasilkan tujuan pelabelan tersebut. Peneliti menggunakan yang hendak dicapai, yang terlepas dari teori utama dalam proses penganalisisan, subjektivitas penulis. yaitu teori semiotik. Adapun untuk Adapun pendekatan yang dipilih sumber data, peneliti menggunakan data adalah dengan pendekatan semiotik daftar nama-nama kuliner yang ada di pragmatis yang dikemukakan oleh Kota Depok berdasarkan website Charles Sanders Peirce. Pendekatan www.depokklik.com. semiotik jenis ini diambil karena akan mengacu pada proses pembentukan tanda Dalam penelitian ini, masalah yang bertolak dari representamen yang penelitian yang akan dirumuskan dan secara spontan berkaitan dengan object dibahas adalah bagaimana proses dalam kognisi manusia dan kemudian pelabelan gender dalam kuliner diberi penafsiran tertentu oleh manusia Nusantara. Berbagai kuliner, yang dalam yang bersangkutan sebagai interpretant hal ini menggunakan sampel di Kota (Hoed, 2014: 9). Dalam hal ini yang Depok, akan diteliti lebih jauh mengenai menjadi representamen adalah kuliner pelabelan tersebut dan alasan-alasan di Nusantara, yang kemudian dikaitkan baliknya. dengan pengalaman kognisi manusia yang menghasilkan object berupa label- Adapun tujuan yang hendak dicapai label gender dalam kuliner Nusantara dalam penelitian ini adalah untuk tersebut. menganalisis pemberian jenis gender Untuk menganalisis gender dalam dalam suatu kuliner Nusantara. Faktor- pelabelan kuliner Nusantara ini, peneliti faktor yang memengaruhi dalam menggunakan data berupa nama-nama pelabelan tersebut akan dideskripsikan kuliner yang ada di belakang nama dan dianalisis untuk mencari benang kuliner yang juga merupakan nama dari merah dalam gejala budaya tersebut. Dari pemilik atau pembuat kuliner tersebut. penelitian ini, pembaca akan memahami Untuk mempersempit wilayah penelitian, 3 Jurnal Mimesis Vol. I No. 1 P-ISSN : 2715-744X E-ISSN : 2721-916X peneliti menggunakan studi kasus kuliner sudah dijelaskan, seperti martabak, roti yang terdapat di Kota Depok, Jawa Barat. bakar, dan bakso, adalah representamen Ada dua sumber data yang yang diterima oleh indra penglihat. Lalu digunakan, yaitu data primer dan representamen-representamen tersebut sekunder. Data primer dalam penelitian dengan disertai pengalaman kognisi ini adalah daftar nama-nama kuliner yang memberikan label berupa gender terdapat dalam laman maskulin. Sebelum akhirnya diberikan https://www.depoklik.com/blog/23- label, terdapat interpretant berupa kuliner-legendaris-di-depok/. Untuk interpretasi dari para pemberi nama label mendukung dalam penelitian ini, penulis tersebut yang juga ditangkap oleh menggunakan data sekunder berupa studi penglihat object. kepustakaan yang dapat menunjang data Interpretasi pertama dari pelabelan dalam menjawab permasalahan gender maskulin pada representamen penelitian. yang telah disebutkan adalah dari bahan baku kuliner. Bahan baku penting dalam III. PEMBAHASAN pembuatan suatu kuliner. Selain itu, Dengan menggunakan teori bahan baku juga dapat menjadi indikator semiotik pragmatis yang dikemukakan dalam pemberian label gender pada suatu oleh Peirce, berikut adalah analisis yang kuliner. Apabila melihat pada dihasilkan terhadap pelabelan gender representamen yang diperoleh dari dalam nama-nama kuliner Nusantara. sumber data primer, yaitu bakso dan juga Terdapat tiga jenis gender yang melekat martabak telur, digunakan olahan daging dalam penamaan kuliner Nusantara, yaitu di dalam kuliner tersebut. Pada umumnya, kuliner bergender maskulin, kuliner daging yang digunakan adalah daging bergender feminin, dan kuliner