PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

STRUKTUR KEPRIBADIAN DALAM ANTOLOGI CERPEN AYAHMU BULAN ENGKAU MATAHARI KARYA LILY YULIANTI FARID: KAJIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Clarita Pranciska Simarmata NIM: 164114047

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Juli 2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

STRUKTUR KEPRIBADIAN DALAM ANTOLOGI CERPEN AYAHMU BULAN ENGKAU MATAHARI KARYA LILY YULIANTI FARID: KAJIAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

Oleh Clarita Pranciska Simarmata NIM: 164114047

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Juli 2020

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi sederhana ini saya persembahkan untuk: Tuhan Yang Maha Esa, keluarga besar Bapak Antonius Simarmata, Ibu Elisabeth S. Siboro, dan saudara/i penulis, Program Studi Sastra Indonesia USD, serta segenap pembaca.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Cobalah dua metode, yaitu berdoa dan bersastra. Maka kau akan menemukan jawaban.

Doa adalah sumber kekuatan dan

Sastra adalah salah satu terapi penenang”

 capas

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Simarmata, Clarita Pranciska. 2020. “Struktur Kepribadian dalam Antologi Cerpen Ayahmu Bulan Engkau Matahari Karya Lily Yulianti Farid: Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud”. Skripsi Strata Satu (S-1). Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini membahas struktur kepribadian dalam antologi cerpen Ayahmu Bulan Engkau Matahari. Tujuan penelitian ini (1) mendeskripsikan tokoh dan penokohan dan (2) mendeskripsikan struktur kepribadian dalam beberapa tokoh dalam cerpen “Ayahmu Bulan Engkau Matahari”, “Maiasaura”, dan “Dapur” karya Lily Yulianti Farid. Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu teori tokoh dan penokohan, serta teori pada aspek id, ego, superego menurut Sigmund Freud. Kedua teori ini digunakan untuk menganalisis tokoh dan penokohan beserta id, ego, dan superego beberapa tokoh dalam ketiga cerpen tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dengan teknik baca atau simak dan catat. Metode analisis data yang digunakan yaitu metode analisis isi. Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif bersifat deskriptif. Hasil penelitian ini meliputi dua hal, yaitu tokoh dan penokohan beserta struktur kepribadian. (1) Dalam cerpen “Ayahmu Bulan Engkau Matahari”, karakter tegas tokoh Jannah memengaruhi struktur kepribadiannya dan tidak terpengaruh oleh id tokoh Nenek yang mendominasi dengan karakter penyayangnya, meskipun id tersebut bertujuan pemuas tokoh Jannah. (2) Dalam cerpen “Maiasaura”, tokoh Ibu dan Fahd yang berperan sebagai orang dewasa yang awalnya memiliki id mendominasi atau tidak beraturan, tetapi dapat diatasi dengan ego dan superego yang seimbang, berbeda dengan tokoh Sora sebagai anak kecil yang polos dan hanya didominasi oleh id dengan belum berkembangnya ego dan superegonya. (3) Dalam cerpen “Dapur”, tokoh Kalyla berkarakter pemberani dan tegas dipengaruhi superego tokoh Ibu lantaran karakternya yang sering memendam rahasia sehingga mendorong id (mendominasi) Kalyla. Tokoh Ruth memiliki karakter yang polos dan jenaka memiliki struktur kepribadian yang seimbang. Hasil analisis tersebut menyimpulkan bahwa ketiga cerpen karya Lily Yulianti Farid memiliki tokoh dan penokohan yang berkaitan dan mempengaruhi struktur kepribadian para tokohnya. Beberapa tokoh memiliki struktur kepribadian yang seimbang dan beberapa lainnya memiliki struktur kepribadiaan yang tidak beraturan.

Kata kunci: cerpen, tokoh, penokohan, id, ego, dan superego.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Simarmata, Clarita Pranciska. 2020. "Personality Structure in the Short Story Anthology of Ayahmu Bulan Engkau Matahari by Lily Yulianti Farid: Study of Sigmund Freud's Psychoanalysis". Bachelor Thesis (S-1). Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This study discusses the structure of personality in the short story anthology of Ayahmu Bulan Engkau Matahari. The purpose of this study are (1) Describing the characters and characterizations and (2) Describing the structure personality in several characters in the short stories of “Ayahmu Bulan Engkau Matahari”, “Maiasaura”, and “Dapur” by Lily Yulianti Farid. This study uses two theories namely character theory and characterization, as well as theories on the aspects of id, ego, and superego according to Sigmund Freud. Both theories are used to analyze the characters and characterizations along with the id, ego, and superego of some characters in the three short stories. The data collection method used is literature study with reading or listening and note taking techniques. The data analysis uses a content analysis method. The method of presenting the results of data analysis in this study uses descriptive qualitative methods. The results of this study include two things namely characters and characterizations and personality structures. (1) In the short story “Ayahmu Bulan Engkau Matahari”, the strict character of Jannah influences her personality structure. On the other hand, she is not influenced by the id of the Grandmother who dominates with the character of her lover, even though the id is intended to satisfy Jannah's character. (2) In the short story "Maiasaura", Mother and Fahd characters who act as adults have a dominating or irregular id, but can be overcome with a balanced ego and superego. It is different from Sora's character as an innocent child because she is only dominated by id with the undeveloped ego and the superiors. (3) In the short story "Dapur", Kalyla is a brave character and is firmly influenced by the character's superego because her character often harbored secrets that encourage the id (to dominate) Kalyla. Ruth's character has an innocent and witty character with a balanced personality structure. The analysis concludes that the three short stories by Lily Yulianti Farid has figures and characterizations which are related and influence the personality structures of the characters. Some characters have a balanced personality structure and some have an irregular personality structure.

Keywords: short stories, characters, characterizations, id, ego, and superego

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...... vi

MOTTO ...... vii

KATA PENGANTAR ...... viii

ABSTRAK ...... x

ABSTRACT ...... xi

DAFTAR ISI ...... xii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang ...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 6

1.3 Tujuan Penelitian ...... 6

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ...... 7

1.5 Tinjauan Pustaka ...... 7

1.6 Landasan Teori ...... 12

1.6.1 Tokoh dan Penokohan ...... 13

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6.2 Struktur Kepribadian Sigmund Freud ...... 14

1.7 Metode Penelitian ...... 17

1.7.1 Metode Pengumpulan Data ...... 17

1.7.2 Metode Analisis Data ...... 18

1.7.3 Metode Penyajian Analisis Data ...... 18

1.8 Sistematika Penyajian ...... 18

BAB II TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM CERPEN ...... 19

2.1 Pengantar ...... 19

2.2 Tokoh dan Penokohan Cerpen “Ayahmu Bulan, Engkau Matahari” ...... 20

2.2.1 Jannah ...... 20

2.2.2 Nenek ...... 23

2.3 Tokoh dan Penokohan Cerpen “Maiasaura” ...... 25

2.3.1 Aku – Ibu (Maiasaura) ...... 25

2.3.2 Sora (Anak) ...... 29

2.3.3 Fahd ...... 30

2.4 Tokoh dan Penokohan Cerpen “Dapur” ...... 32

2.4.1 Kalyla ...... 32

2.4.2 Ibu ...... 35

2.4.3 Ruth ...... 37

2.5 Rangkuman ...... 39

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III KAJIAN ID, EGO, DAN SUPEREGO DALAM TOKOH CERPEN “AYAHMU

BULAN, ENGKAU MATAHARI”, “MAIASAURA”, DAN “DAPUR” KARYA LILY

YULIANTI FARID ...... 42

3.1 Pengantar ...... 42

3.2 Kajian Id, Ego, dan Superego Cerpen “Ayahmu Bulan, Engkau Matahari”44

3.2.1 Jannah ...... 44

3.2.2 Nenek ...... 46

3.3 Kajian Id, Ego, dan Superego Cerpen “Maiasaura” ...... 49

3.3.1 Ibu ...... 49

3.3.2 Sora ...... 50

3.3.3 Fahd ...... 51

3.4 Kajian Id, Ego, dan Superego Cerpen “Dapur” ...... 53

3.4.1 Kalyla ...... 53

3.4.2 Ibu/Bu Andis ...... 56

3.4.3 Ruth ...... 58

3.5 Rangkuman ...... 61

BAB IV PENUTUP ...... 64

4.1 Kesimpulan ...... 64

4.2 Saran ...... 65

DAFTAR PUSTAKA ...... 67

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN ...... 69

BIOGRAFI PENULIS ...... 78

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Wallek dan Warren (1990: 3), sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Karya sastra adalah sebuah seni yang banyak menggunakan unsur kemanusiaan secara emosional, sosial, dan fisik. Karya sastra juga merupakan sebuah ungkapan dari kerangka berpikir, perasaan, dan ide yang ingin disampaikan oleh pengarang. Namun, dalam pengertian tertentu konsep perkembangan karya sastra agaknya merupakan konsep yang sangat sulit. Suatu struktur yang tidak dilanjutkan oleh karya sastra lainnya. Di mana sebagai suatu keseluruhan sistem karya yang dengan penambahan karya baru, selalu berubah hubunganya dan berkembang sebagai suatu keseluruhan yang berubah. Dalam praktiknya, hal ini berarti bahwa karya sastra tidak dapat dipahami dan tidak komunikatif sama sekali

(Wallek dan Warren, 1990: 343).

Kata ‘sastra’ diturunkan dari bahasa Sansekerta (Sas- artinya mengajar, memberi petunjuk atau intruksi, mengarahkan; akhiran- tra biasanya menunjukkan alat atau sarana) yang artinya alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran (Taum, 1997:11). Menurut Pranoto (2015:4), dalam dunia sastra kita mengenal prosa dan puisi. Prosa meliputi roman (novel) dan cerita pendek

(cerpen). Cerpen tergolong tulisan kreatif (creative writing). Cerpen adalah kisahan pendek, sebagai patokan umum cerpen terdiri atas 2.000 kata sampai dengan 10.000 kata. Namun, cerpen yang ditulis

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

sampai dengan 10.000 kata biasanya disebut cerpan (cerita pendek yang panjang).

Cerpen yang sangat pendek, hanya terdiri atas 250 sampai dengan 750 kata.

Kajian ini meneliti antologi cerpen Ayahmu Bulan Engkau Matahari karya

Lily Yulianti Farid. Antologi merupakan kumpulan karya tulis pilihan dari seorang atau beberapa orang pengarang (KBBI V, 2016). Di dalam antologi ini terdapat 17 kisah yang membawa cerita-cerita dari ruang dapur sampai wilayah konflik.

Hampir semua tokoh utama adalah perempuan dari beragam usia, ras, budaya, dan agama. Mereka bergelut dalam pencarian jati diri, ketimpangan gender, cinta segitiga, hingga masalah sosial-politis yang kerap mejadikan perempuan sebagai objek. Antologi ini menampilkan suara-suara perempuan paling jernih dalam meneriakkan kegelisahan, kemarahan, dan perlawanan terhadap ketidakadilan yang kerap terjadi di mana pun mereka berada. Namun, penelitian ini hanya akan mengkaji tiga cerpen yang tokoh utamanya wanita. Cerpen tersebut adalah

“Ayahmu Bulan Engkau Matahari”, “Maiasaura”, dan “Dapur”. Hal ini dikarenakan ketiga cerpen tersebut menceritakan kisah wanita yang memiliki unsur struktur kepibadian. Beberapa tokoh di dalam tiga cerpen tersebut memiliki penokohan yang mempengaruhi id, ego, dan superego yang berbeda-beda.

Lily adalah salah satu penulis Indonesia yang lahir di , 16 Juli

1971. Sejak SMP, ia gemar mengarang cerita, tetapi sempat meninggalkan kegemaran ini saat meniti karier sebagai jurnalis. Beliau merupakan lulusan

Universitas Hasanudin pada bidang teknik pertanian, dia memulai karier sastranya pada majalah kampus, “Identitas”. Setelah lulus, ia menjadi wartawan pada Harian

Kompas (1996-2000) dan mengambil gelar master pada studi "Gender and

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Development" (Gender dan Pembangunan) pada tahun 2001-2004. Selama masa studinya di , ia melanjutkan menulis jurnalistik dengan bekerja sebagai produser Radio , Melbourne (2001-2004), lalu menjadi spesialis program radio/produser pada Radio Jepang NHK World, (2004 - 2008). Kemudian

Lily menulis kumpulan cerita pendek berjudul Ruang Keluarga, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris Family Room, bersama dengan Makkunrai dan Maiasaura oleh Yayasan Lontar sebagai bagian dari Seri Modern Library of

Indonesia. Cerita pendeknya, “Dapur” ("The Kitchen"), dipublikasikan pada edisi

Januari 2009 oleh jurnal Words Without Borders yang berbasis di .

Sekarang kumpulan cerita tersebut tertuang dalam antologi cerpen Festival Penulis

Internasional Makassar pada pertengahan Juni tahun 2011 (Farid, 2012: 255).

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah struktur kepribadian dalam beberapa tokoh cerpen. Psikoanalisis merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik struktur kepribadian. Psikoanalisis adalah adanya kehidupan tak sadar pada manusia (Moesono, 2003:02). Istilah ini diciptakan pertama kali oleh

Sigmund Freud pada tahun 1896. Selama ini diyakini para ilmuwan bahwa manusia adalah makhluk rasional yang sepenuhnya sadar akan segala perilakunya. Bagi

Freud ketidaksadaran merupakan salah satu inti pokok atau tiang pasak teorinya.

Pada tahun 1923 Freud secara tegas mengemukakan dalam bukunya The Ego and the Id mengenai struktur kepribadian manusia yang terdiri dari tiga ‘bagian’ yang tumbuh secara kronologis: Id, Ego, dan Superego. Terkait pandangan topografis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

sebelumnya: Id sama sekali terletak dalam ketaksadaran, Ego dan Superego meliputi ketiga tingkat kesadaran manusia (Moesono, 2003:3).

Untuk mengungkapkan psikoanalisis pada cerpen-cerpen tersebut, peneliti terlebih dahulu menganalis tokoh dan penokohan. Oleh karena itu, identifikasi tokoh dan penokohan juga menjadi tujuan peneliti untuk membahas tiga cerpen dalam antologi cerpen Ayahmu Bulan Engkau Matahari karya Lily Yulianti Farid.

Tokoh-tokoh dalam cerpen “Ayahmu Bulan Engkau Matahari”,

“Maiasaura”, dan “Dapur” memiliki perbedaan struktur kepribadian dari setiap tokohnya. Ketiga cerita tersebut memiliki cerita yang berbeda dan tentunya memiliki karakteristik tokoh dan penokohan yang berbeda pula.

Cerpen “Ayahmu Bulan Engkau Matahari”, menceritakan kehidupan seorang gadis yang tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Dia hidup dalam didikan dan kasih sayang seorang nenek. Di saat malam pemberontakan hingga kelahiran Jannah, sang ayah tidak pernah kembali. Kematian sang ayah yang tidak jelas dan kurang hadirnya sosok ibu yang tidak peduli, membuat Jannah tumbuh menjadi gadis yang tegar. Dalam cerpen ini terdapat dua tokoh yang terdapat struktur kepribadian, yaitu Jannah dan Nenek. Untuk melepas rasa rindunya terhadap sang ayah, tokoh Jannah sering mengkhayal bahwa bulan adalah jelmaan ayahnya, kemudian dirinya sebagai matahari. Setiap menatap langit Jannah sering berbicara dengan bulan perihal pengalaman dalam hidupnya. Jannah memiliki seorang Nenek yang sejak kecil membantunya tumbuh sebagai wanita sukses.

Meskipun sang cucu lahir di tengah konflik pemberontakan dan mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

kehilangan putranya, tidak membuat dirinya berhenti untuk selalu mengutamakan pertumbuhan sang cucu.

Cerpen yang kedua berjudul “Maiasaura”. Berkisah seorang Ibu yang pergi bertugas sebagai wartawan di daerah konflik, Qalandiah, Tepi Barat, dan Jalur

Gaza. Di balik kisah penjelajahannya terdapat pengalaman yang cukup menggangu batinnya. Cerita pilu tersebut perihal kematian orang-orang dalam peperangan, terutama kematian seorang ibu hamil yang hendak melahirkan. Dari sinilah terdapat struktur kepribadian yang bisa dikatakan seimbang. Pengalaman bertugasnya tidak dapat diceritakan pada anaknya bernama Sora, yang penuh dengan imajinasi dan penyemangatnya. Dia sangat membanggakan sang ibu yang sering bertugas bagaikan perempuan penjelajah. Sora selalu berpesan pada Ibu untuk tidak lupa berbagi cerita pengalamannya. Bagi bocah delapan tahun itu, petualangan Ibu bagaikan Maiasaura (ibu Dinosaurus yang baik) dan dirinya adalah tyrannosaurus rex, sang Raja Dinosaurus yang kuat. Kemudian ada tokoh yang cukup mendukung adanya struktur kepribadian, yaitu Fahd. Dia adalah teman dan narasumber Ibu Sora saat bertugas. Fahd merupakan tokoh yang paling merasakan luka akibat kematian saudara perempuannya yang sedang mengandung. Meskipun mengalami luka yang cukup dalam, Fahd adalah sosok teman yang baik dan tegar.

Cerpen yang ketiga, yaitu berjudul “Dapur”. Kisah ini menceritakan kehidupan di dapur yang dialami seorang anak perempuan bernama Kalyla, bersama Ibu dan pengasuhnya bernama Ruth yang berasal dari Ambon. Ketiga tokoh tersebut merupakan tiga perempuan yang berbeda karakter. Tentunya struktur kepribadian yang mereka alami pun berbeda. Unsur cerita berfokus di latar tempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

yang sama. Tokoh aku-Kalyla sering menyaksikan perlakuan kurang menyenangkan yang dialami Ibu dari pelanggannya. Hal tersebut dialami lantaran

Ibu adalah seorang janda cantik yang berwirausaha katering. Perlakuan tersebut seperti seringnya mendapat nota kosong dari pekerja pemerintah hingga gosip dirinya menjadi pacar gelap pejabat pemerintah. Semenjak kejadian tersebut menimpa Ibu/Bu Andis, hubungan Kalyla, Bu Andis, dan Ruth menjadi dingin.

Terkadang Ibu sering melampiaskan rasa kesalnya pada Kalyla dan kehidupan di dapur. Suasana dapur yang awalnya hangat berubah menjadi dingin. Kemudian ada

Ruth yang di awal cerita sebagai tokoh menjadi penengah dan pencair suasana. Dia selalu mencairkan suasana di dapur dengan imajinasinya yang polos. Ruth adalah pengasuh dari kampung di Ambon. Namun, di balik sosok yang periang dan polosnya, Ruth menyimpan trauma akibat kerusuhan di Ambon. Pada akhirnya

Ruth jatuh sakit dan meninggal dunia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tokoh dan penokohan dalam cerpen “Ayahmu Bulan, Engkau

Matahari”, “Maiasaura”, dan “Dapur” karya Lily Yulianti Farid?

2. Bagaimana struktur kepribadian yang terdapat dalam tokoh cerpen “Ayahmu

Bulan, Engkau Matahari”, “Maiasuara”, dan “Dapur” karya Lily Yulianti

Farid?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam cerpen “Ayahmu Bulan, Engkau

Matahari”, “Maiasuara”, dan “Dapur” karya Lily Yulianti Farid.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

2. Mendeskripsikan struktur kepribadian yang terdapat dalam tokoh cerpen

“Ayahmu Bulan, Engkau Matahari”, “Maiasuara”, dan “Dapur” karya Lily

Yulianti Farid.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Teoretis

Penelitian ini menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud struktur kepribadian. Hasil penelitian ini merupakan sebuah paparan kepribadian tokoh yang meliputi id, ego, dan superego. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai contoh pengembangan dan penerapan teori psikoanalisis dalam karya sastra.

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan sastra serta menambah khazanah apresiasi dan kritik terhadap karya-karya Lily Yulianti Farid.

Manfaat praktis lain, yaitu dapat meningkatkan daya kritis pembaca mengenai struktur kepribadian manusia dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi para pengajar sastra untuk memberikan contoh karya sastra yang baik kepada anak didik.

1.5 Tinjauan Pustaka

Sejauh ini belum ditemukan pustaka yang membahas tokoh dan penokohan, beserta psikoanalisis sastra dalam antologi cerpen Ayahmu Bulan Engkau

Matahari. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, objek material

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

antologi cerpen Ayahmu Bulan Engkau Matahari karya Lily Yulianti Farid telah diteliti oleh Putrihana (2014) dan Tambunan (2015). Kemudian, juga terdapat penelitian yang menggunakan objek formal struktur kepribadian menggunakan teori Freud, yaitu Puspitasari (2016), Astanti (2015), Anggraeni (2015), Safi’i

(2018), dan Daulay (2012).

Pada tugas akhirnya, Putrihana (2014) mengkaji citra perempuan dalam antologi cerpen Ayahmu Bulan Engkau Matahari karya Lily Yulianti Farid dari perspektif feminisme. Penelitian ini menunjukkan bahwa unsur pembangun citra tokoh perempuan meliputi empat unsur. Pertama, yaitu citra dalam aspek fisik, terdapat citra perempuan dewasa yang ditandai dengan adanya ciri fisik yang hanya dimiliki perempuan. Kedua, citra dalam aspek psikologis, ditandai dengan adanya sifat kestabilan dalam jiwa tokoh seperti perempuan yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan dalam menggapai cita-cita. Ketiga, citra dalam aspek keluarga, terbangun melalui peran dalam keluarga. Peran sebagai istri dicitrakan menjadi istri yang tegas, lalu peran sebagai ibu dicitrakan menjadi ibu yang tegas dan pekerja keras. Kemudian peran sebagai anak dicitrakan menjadi anak yang tegas di dalam keluarga. Keempat, citra dalam aspek masyarakat, digambarkan ketika perempuan memiliki peran di luar domestik. Citra yang tercermin yaitu citra melawan stereotip, citra berjiwa sosial, citra pandai berinteraksi, dan citra wanita karier. Kempat unsur tersebut merupakan suatu kesatuan yang berkaitan dalam pembangunan citra kedirian tokoh perempuan.

Tambunan (2015) juga meneliti antologi cerpen tersebut dalam bentuk tesis dengan judul ”Kajian Stilistika, Nilai Pendidikan Karakter dalam Kumpulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

Cerpen Ayahmu Bulan, Engkau Matahari Karya Lily Yulianti Farid dan

Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Perguruan

Tinggi”. Hasil penelitiannya menjelaskan adanya tujuh kesimpulan yang terdapat

133 data keseluruhan nilai pendidikan karakter. Di antaranya terdiri dari diksi, gaya kalimat, gaya wacana, bahasa figuratif, gaya citraan, dan pendidikan karakter.

Kemudian nilai-nilai tersebut dideskripsikan secara eksplisit dan implisit.

Demikianlah nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam kumpulan cerpen tersebut memliki relevansi dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di perguruan tinggi.

Puspitasari (2016) menggunakan teori psikoanalisis Freud dalam tugas akhirnya yang berjudul “Kepribadian Tokoh Utama Viktor Larenz dalam Roman

Die Therapie Karya Sebastian Fitzek: Teori Psikoanalisis Freud”. Hasil penelitian tersebut sebagai berikut: (1) Struktur kepribadian tokoh utama Viktor Larenz terdiri dari id, ego, dan superego. Id mempengaruhi tokoh utama untuk mengejar kepuasannya saat berada di Parkum dan hidup dalam dunia khayalan bersama karakter tokoh imajinasi akibat penyakit skizofrenia. Ego meredakan kecemasan- kecemasan dalam diri tokoh utama dan superego mengendalikan sikap-sikap tokoh utama Viktor Larenz. (2) Dinamika kepribadian Viktor Larenz terdiri dari insting hidup (eros), insting mati (thanatos), kecemasan neurotik dan kecemasan realistik.

Insting hidup didominasi oleh sistem id berupa hasrat atau libido terhadap Anna

Spiegel. (3) Perkembangan kepribadian Viktor Larenz berupa mekanisme pertahanan yang terdiri dari represi, sublimasi, pengalihan, reaksi formasi, rasionalisasi, dan fantasi. Mekanisme pertahanan tersebut dilakukan oleh Viktor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

demi menebus segala kesalahannya terhadap Josy dengan tinggal dalam dunia khayalan bersama tokoh imajinasi yang diciptakannya sendiri.

Unsur psikologi dengan pendekatan psikoanalisis terhadap tiga tokoh pernah digunakan oleh Astanti (2015) dalam tugas akhirnya yang berjudul

“Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam Novel Pintu Karya Fira Basuki: Kajian

Psikoanalisis”. Hasil penelitian tersebut mengemukakan mekanisme pertahanan diri tokoh-tokoh dalam novel yaitu Bowo (tokoh utama dan protagonis), Erna

(tokoh tambahan dan antagonis), maupun Paris (tokoh utama protagonist) memiliki konflik dengan struktur kepribadiannya yaitu antara id, ego, dan superego. Tokoh

Bowo menggunakan lima model mekanisme pertahanan diri atas konfliknya sejak kecil hingga dewasa yang meliputi sikap agresi, mencari rasionalisasi, represi, proyeksi, dan undoing. Tokoh Erna menggunakan dua model mekanisme pertahanan diri ketika tidak bisa menikah dengan Bowo yang meliputi regresi serta fantasi dan stereotype. Tokoh Paris menggunakan tiga model mekanisme pertahanan diri saat bermasalah dengan orang tuanya, menjadi korban KDRT, dan berselingkuh dengan Bowo, yang meliputi regresi, reaksi agresi, dan undoing.

Kajian psikoanlalisis juga pernah diteliti oleh Anggraeni (2015) yang membahas lebih dalam perihal id, ego, dan superego. Skripsinya yang berjudul

“Kajian Id, Ego, dan Superego dalam Diri Tokoh Nayla dan Tokoh Ibu dalam Novel

Nyala Karya Djenar Maesa Ayu: Sebuah Kajian Psikoanalisis”, beliau menyimpulkan bahwa tokoh Nayla dan Ibu memiliki id, ego, dan superego yang tidak seimbang. Id Nayla ingin memperoleh kebahagian dengan hidup normal. Ego

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Nayla bersikap agresif karena perilaku ini dipengaruhi id. Sedangkan superego

Nayla mengantarkan dirinya untuk selalu bangga kepada ibunya sebagai perempuan terhebat meskipun kenyataannya Ibu Nayla lah yang menyebabkan kehidupan

Nayla tidak bahagia. Berbeda dengan Nayla, id pada tokoh Ibu bekerja menurut prinsip kesenangan dan tujuannya sebagai pemenuhan kepuasan. Ego Ibu adalah mementingkan dirinya sendiri. Superego Ibu terlihat dalam persoalan mengenai rumah tangganya. Sebenarnya ia tidak ingin rumah tangganya hancur. Kedua tokoh tersebut memiliki id, ego, dan superego yang tidak seimbang. Padahal seorang tokoh idealnya memiliki id, ego, dan superego yang seimbang.

Safi’i (2018) dalam Buletin Al-Turas: Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan

Agama Vol. XXIV, No. 1 menuliskan artikel berjudul “Karakter Tokoh dalam

Cerpen Langit Tak Lagi Biru dan Masa Depan Kesunyian Karya Radhar Panca

Dahana”. Penelitian tersebut bertujuan menunjukkan bahwa secara psikologi karakter tokoh dalam cerpen tersebut adalah sosok yang idealis. Tokoh digambarkan sebagai orang yang selalu kalah dan dikalahkan dalam kehidupan.

Meskipun ditimpa dengan berbagai persoalan yang begitu berat ia tetap tegar mengahadapinya.

Daulay (2012) dalam Jurnal Bahasa dan Sastra Vol. 27, No 1, menulis artikel berjudul “Psikoanalisis Sigmund Freud pada Antologi Cerpen Karya Seno

Gumira Ajidarma”. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa para tokoh dalam antologi cerpen tersebut memproduksi dua hasil akhir yaitu superego yang berhasil bertugas (positif) dan yang tidak berhasil (negatif). Terdapat tiga judul cerpen yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

struktur kepribadian tokohnya sejalan dengan fungsi akhir dari prinsip normatif superego yang bertugas sebagai kontrol yaitu “Aku Kesepian, Sayang”,

“Datanglah, Menjelang Kematian”, dan “Legenda Wongsu”. Tekanan-tekanan keinginan dan kebutuhan struktur id mampu disalurkan oleh sistem kerja struktur ego lalu berhasil ditenangkan oleh kehadiran prinsip penyimbang superego.

Namun, terdapat satu judul cerpen yang berjudul “Penjaga Malam dan Tiang

Listrik”, tidak bekerjanya superego menengahi prinsip ego terhadap desakan id.

Sistem kerja superego atas dasar prinsip kontrol, norma, dan penyeimbang pada tokoh utama tidak berjalan. Ketika terjadi keributan dengan tokoh pendamping, desakan id tokoh utama yang mengebu-gebu untuk disalurkan dalam sistem ego dengan memuntahkan kekesalan yang tidak dapat dibendung. Ketidakmampuan saraf menahan emosi mengakibatkan superego tidak sesuai dengan prinsip kerja sehingga berujung dengan terjadinya tindakan di luar batas kemanusiaan. Tokoh utama akhirnya menghunuskan pisau yang terletak di pinggangnya tepat ke arah tokoh pendamping. Maka pada saat itulah ego pun tersalurkan.

1.6 Landasan Teori

Penelitian ini menggunakan dua teori, yaitu teori tokoh dan penokohan, dan teori struktur kepribadian Sigmund Freud. Teori tokoh dan penokohan digunakan sebagai teori landasan untuk mengkaji para tokoh yang terdapat dalam cerpen

“Ayahmu Bulan Engkau Matahari”, “Maiasaura”, dan “Dapur” karya Lily Yulianti

Farid. Sementara teori struktur kepribadian Sigmund Freud dipakai untuk mengkaji id, ego, dan superego tokoh dalam tiga cerpen tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

1.6.1 Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif.

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Sementara penokohan atau perwatakan dan karakter, menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165).

Penokohan dan perwatakan merupakan salah satu pelukisan yang berkaitan dengan tokoh cerita, baik itu dari keadaan lahir ataupun batin yang bisa berubah sikap, pandangan hidup, adat istiadat, keyakinan, dan lain-lain. Menurut

Nurgiyantoro (1995: 165), penokohan merupakan pelukisan atau gambaran jelas mengenai seseorang yang dimunculkan dalam suatu cerita.

Sedangkan watak menurut Sudjiman (1988: 23), yaitu kualitas jiwa dan nalar tokoh yang dapat dibedakan antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Dalam hal itu penciptaan citra serta penyajian watak suatu tokoh disebut dengan penokohan.

Penokohan dan juga perwatakan memang selalu erat kaitannya.

Penokohan selalu berhubungan dengan bagaimana caranya si pengarang dalam menentukan serta memilih tokoh-tokoh yang akan berperan dalam sebuah cerita kemudian memberi nama tokoh yang telah ditentukan sebelumnya.

Sedangkan perwatakan selalu berkaitan erat dengan bagaimanakah watak tokoh yang ada di dalam cerita tersebut (Sudjiman, 1988: 24).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

1.6.2 Struktur Kepribadian Sigmund Freud

Teori struktur kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan perspektif psikoanalisis. Psikoanalisis dikemukakan pertama kali oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Psikoanalisis adalah adanya kehidupan tak sadar pada manusia (Moesono, 2003:02). Selama ini diyakini para ilmuwan bahwa manusia adalah makhluk rasional yang sepenuhnya sadar akan segala perilakunya.

Bagi Freud ketidaksadaran merupakan salah satu inti pokok atau tiang pasak teorinya. “Yang taksadar” adalah keseluruhan isi yang taksadar dalam wilayah kesadaran yang aktual. Istilah itu mengacu pula pada suatu sistem yang dianggap sebagai tempat pulsi-pulsi yang ada sejak lahir, hasrat, dan kenangan yang ditekan, yang berupaya untuk kembali ke dalam alam bawah sadar dalam tindakan

(Moesono, 2003: 30).

Freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian manusia terdiri dari tiga bagian yang tumbuh secara kronologis, yaitu id, ego, dan superego. Ia mengibaratkan id sebagai raja atau ratu, ego sebagai perdana menteri, dan superego sebagai pendeta tertinggi (Minderop, 2013: 21).

1.6.2.1 Id

Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar, misalnya kebutuhan makan, seks, dan menolak rasa sakit atau tidak nyaman. Dalam pandangan Freud, id berada di alam bawah sadar, tidak ada kontak dengan realitas. Cara kerja id berhubungan dengan prinsip

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan (Minderop, 2013:2).

Dalam tiga bagian struktur kepribadian manusia, id adalah segi kepribadian tertua, sistem kepribadian pertama yang ada sejak lahir (bahkan mungkin sebelum lahir), diturunkan secara genetis, langsung berkaitan dengan dorongan biologis manusia dan merupakan sumber/cadangan energi manusia, sehingga dikatakan

Freud sebagai jembatan antara segi biologis dan psikis manusia. Id bekerja berdasarkan prinsip-prinsip yang amat primitif sehingga bersifat kaotis (kacau, tanpa aturan), tidak mengenal moral, dan tidak memiliki rasa benar-salah. Id hanya mengetahui perasaan senang (prinsip kesenangan/pleasure principle) tidak senang

(Moesono, 2003: 3).

1.6.2.2 Ego

Ego merupakan pimpinan utama dalam mengambil kepribadian; layaknya seorang pemimpin perusahaan yang mampu mengambil keputusan rasional demi kemajuan perusahaan. Seperti yang dijelaskan bahwa aktivitas ego terdapat pada tiga lapisan: “yang sadar”, “yang prasadar” dan “yang taksadar”. Ego adalah instansi yang mempertahankan dan melindungi pribadi. Ego sangat kaya dengan energi intern (pulsi-pulsi id), tetapi juga memperhatikan realitas luar. Ego harus menekan, menyesuaikan, dan sedikit banyak melaksanakan hubungan antara id dengan dunia luar. Pada lapisan “yang sadar”, ego mengawasi kesesuaian antara subjek dan lingkungan. Lapisan “yang tak sadar” dalam pertahanan diri dan proteksi sehingga hubungannya dengan id berlangsung secara terus-menerus dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

dalam keadaan konflik. Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, seperti tampak dalam pemikiran yang objektif, yang sesuai dengan tuntutan sosial yang rasional (Moesono, 2003: 31).

Seorang penjahat, misalnya atau seorang yang hanya ingin memenuhi kepuasan diri sendiri, akan tertahan dan terhalang oleh realitas kehidupan yang dihadapi. Tugas ego adalah mempertahankan kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuaian dengan alam sekitar, misalnya, penalaran, penyelesaian masalah, dan pengambilan keputusan. Ego juga mengontrol apa yang mau masuk dalam kesadaran dan apa yang akan dikerjakan. Demikianlah ego menolong manusia untuk mempertimbangkan apakah ia dapat memuaskan diri tanpa mengakibatkan kesulitan atau penderitaan bagi dirinya sendiri (Minderop, 2010: 22).

1.6.2.3 Superego

Menurut Moesono (2003: 3 dan 31), superego dibentuk melalui jalan internalisasi, artinya larangan-larangan atau perintah yang berasal dari luar

(misalnya orang tua). Peran superego dapat dibandingkan dengan hakim. Sikap seperti observasi diri dan kritik diri berasal dari superego. Superego bekerja berdasarkan prinsip realitas yang memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri (self control), selalu menuntut kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Struktur yang ketiga ini mengacu pada moralitas dalam kepribadian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Superego merupakan dasar moral seseorang. Sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali nilai baik dan buruk (conscience). Sebagaimana id, superego tidak mempertimbangkan realitas karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali ketika implus seksual dan agresivitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan moral. Lebih jelasnya, seperti misalnya ego seseorang ingin melakukan hubungan seks secara teratur agar kariernya tidak terganggu oleh kehadiran anak; tetapi id orang tersebut menginginkan hubungan seks yang memuaskan karena seks memang nikmat. Kemudian, superego timbul dan menengahi dengan anggapan merasa berdosa dengan melakukan hubungan seks

(Minderop, 2013: 21-22).

1.7 Metode Penelitian

Metode ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu (i) pengumpulan data, (ii)

analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut penjelasan masing-

masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan menggunakan metode studi pustaka dengan teknik

baca atau simak dan catat. Metode ini digunakan peneliti untuk membaca cerita

pendek “Ayahmu Bulan Engkau Matahari”, “Maiasaura”, dan “Dapur”, serta

semua teori yang berkaitan dengan penelitian kemudian dicatat untuk

mendapatkan data. Catatan tersebut merupakan poin-poin yang berkenaan

dengan tokoh dan penokohan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

1.7.2 Metode Analisis Data

Metode berikutnya adalah metode analisis data. Metode yang digunakan

pada tahap ini adalah metode analisis isi. Metode ini sangat mendukung untuk

memperoleh gambaran yang jelas guna memaparkan dan mendeskripsikan

tokoh, penokohan, serta struktur kepribadian tokoh yang terkandung dalam

antologi cerpen tersebut.

1.7.3 Metode Penyajian Analisis Data

Pada tahap ini metode yang digunakan, yaitu metode kualitatif bersifat

deskriptif. Metode ini dilakukan dengan cara menyajikan data dalam bentuk

deskripsi fakta-fakta yang ditemukan dalam cerpen “Ayahmu Bulan Engkau

Matahari”, “Maiasaura”, dan “Dapur” karya Lily Yulianti Farid.

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab i berisi pendahuluan yang terdiri

atas latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab ii

berisi pembahasan tentang tokoh dan penokohan. Bab iii berisi pembahasan

struktur kepribadian: Id, Ego, dan Superego. Kemudian bab iv berisi penutup

yang mencakup kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

BAB II

TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM CERPEN

“AYAHMU BULAN, ENGKAU MATAHARI”,

“MAIASAURA”, DAN “DAPUR”

KARYA LILY YULIANTI FARID

2.1 Pengantar

Pada bagian ini dikaji beberapa tokoh yang terdapat dalam cerpen “Ayahmu

Bulan Engkau Matahari”, “Maiasaura”, dan “Dapur” karya Lily Yulianti Farid.

Unsur tokoh terbagi menjadi dua bagian, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan.

Hal ini dikarenakan kedua bagian tokoh ini sangat berpengaruh dalam jalannya cerita.

Istilah “tokoh” ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1988: 16). Menurut

Nurgiyantoro (2010:165) tokoh cerita (character) adalah orang (people) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Tokoh utama atau tokoh sentral adalah tokoh yang mendominasi jalannya cerita rekaan. Tokoh ini terdiri atas tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh sentral atau tokoh yang mendukung jalannya cerita,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

sedangkan tokoh antagonis adalah konflik dengan tokoh protagonis (Waluyo, 1994:

168).

Tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh yang hanya menjadi latar belakang cerita. Misalnya, dalam hikayat kita jumpai tokoh-tokoh menteri, hulubalang, opsir, tentara, dan sebagainya. Tokoh tersebut seringkali tidak berperan dan hanya melatarbelakangi suatu adegan (Waluyo, 1994: 16).2.2 Tokoh dan Penokohan

Cerpen “Ayahmu Bulan, Engkau Matahari”

Pada cerpen ini tokoh memiliki peran penting dalam jalannya cerita yaitu, tokoh utama bernama Janah dan tokoh tambahan adalah Nenek. Kedua tokoh ini memiliki struktur kepribadian yang akan dibahas dalam pembahasan berikut.

2.2.1 Jannah

Jannah adalah sebuah nama sementara yang diberikan Nenek pada seorang gadis kecil yang lahir saat terjadi pemberontakan di kampungnya. Pada saat peristiwa itu, sang ayah menghilang, hingga akhirnya ayah Jannah diabadikan dalam sebuah nisan di belakang rumah mereka. Awal mula permasalahan tersebut terlihat dalam kutipan berikut.

(1) Aku lahir saat sebuah pemberontakan meletus di kampung…Aku kehilangan ayahku di hari itu (hlm. 9). (2) Tapi ia lelaki yang tak pernah beruntung mendapat kesempatan pulang setelah kerusuhan itu. “Panggil saja dia untuk sementara; Jannah. Ia surga yang sebenar-benarnya” (hlm. 3). (3) Setelah berbulan-bulan berlalu, kekacauan gerombolan pemberontak yang hanya sekejap itu ternyata membawa pergi ayahmu untuk selama- lamanya. Ayahmu, lelaki kebun yang sederhana itu, akhirnya diabadikan dalam sebuah batu nisan di halaman belakang rumah (hlm. 4).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Sejak kabar kematian ayahnya (3), sang ibu menjadi sangat pendiam dan hanya ada Nenek yang selalu mendukung Jannah. Ternyata sikap diam ibu Jannah membuatnya kurang diperhatikan.

(4) “Tapi di rumahmu, ibumu menjadi lebih banyak diam setelah melahirkanmu. Orang-orang kampung malah percaya, ibumu menjadi bisu setelah kelahiranmu” (hlm. 5). Neneklah yang tegar mengajari Jannah tersenyum dan merawat dengan cara terbaiknya. Bahkan Nenek juga yang menyakinkan Jannah bahwa ayahnya sangat menyayanginya. Pada kutipan (5) akan dijelaskan bagaimana keinginan Nenek untuk mulai mendorong Jannah melakukan segala keinginannya.

(5) Hanya Nenek yang tegar mengajarimu tersenyum. Ia mengajakmu memandang bulan dan matahari, kemudian bercerita bahwa seperti dua bola langit itu, kau dan ayahmu tidak pernah bertemu. Tapi kalian saling mencari, saling merindukan, saling menjaga (hlm. 5-6). (6) Dari tahun ke tahun, perempuan tua itu merawatmu dengan cara terbaik yang dipahaminya (hlm. 6). Perempuan bertubuh mungil dan berbulu mata lentik itu tumbuh menjadi perempuan dewasa. Kini dia bekerja di belahan bumi Utara, menghabiskan hidup bekerja sebagai seorang relawan Palang Merah Internasional. Seperti harapan sang

Nenek agar Jannah terbang ke belahan dunia untuk melupakan kesedihannya.

(7) Begitulah engkau selalu mengulang-ulang penjelasan kepada banyak pengungsi dari Afrika, Eropa Timur, hingga ke Asia Selatan, yang menanyakan, apa gerangan yang membuat seorang perempuan bertubuh mungil dengan mata berbulu lentik sepertimu selalu hadir di antara mereka (hlm. 10). Meskipun telah bertugas jauh dari kampung halaman, Jannah tidak pernah melupakan tiga buah nisan di halaman belakang rumahnya. Terutama ayahnya.

(8) “Engkau selalu mengenang tiga nisan di halaman belakang, bertulis nama ayah, ibu, dan nenekmu” (hlm. 9).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Dalam perjalanannya bertugas, Jannah selalu menatap langit yang bercahayakan bulan. Saat itulah, dia selalu beranggapan ayah selalu hadir memberikan senyuman padanya. Jannah sering menghabiskan banyak waktu untuk menatap bulan seolah mengadu setiap tangis dan tawanya. Cara tersebut dilakukan untuk melepaskan kerinduannya terhadap ayahnya.

(9) Dalam penugasanmu ke tenda-tenda korban gempa di Kashmir, kau menunjuk-nunjuk riang ke arah bulan dan menjulukinya sebagai benda langit yang lupa pulang, di kala langit telah terang. Kau tersenyum senang, ketika bulan memang menjadi “keras kepala” tidak juga mau tenggelam, ketika matahari bersiap menjalankan tugas memancarkan jelujur sinarnya. Kau temui kegirangan yang luar biasa. Di waktu-waktu tertentu di musim dingin, perasaanmu membucah, membayangkan bahwa ayahmu, bulan yang lembut keperakan itu, menemuimu, Janah, sang matahari yang tegar (hlm. 8). Perempuan yang berkarakter tegar ini lebih memilih menghabiskan waktu berkeliling dunia untuk menjalankan misi kemanusian. Di sinilah penulis menemukan ego Jannah sudah mengalami peningkatan.

(10) “Engkau menghabiskan waktu di belahan bumi yang jauh dari kampung agar kau lupakan semua cerita sedih kelahiranmu. Engkau tumbuh tegar dan tidak pernah terkalahkan. Kukuh dalam kepungan keterasingan dan rasa sepi” (hlm.11-12). Dengan segala pertimbangan, perempuan tegar itu memutuskan untuk membantu orang lain dan merelakan kebahagiannya. Baginya, bukanlah hal yang pantas lagi untuk memikirkan kesenangan. Sementara di dunia, banyak orang yang mati kelaparan atau tewas percuma dalam konflik. Meskipun, hati kecilnya sering mengajak untuk keluar dari peta konflik dan menikmati kehidupan seperti wanita kebanyakan.

(11) “Engkau mematikan keinginan-keinginan, yang sebenarnya sangat wajar dan dimiliki banyak perempuan mana pun di dunia ini. Tapi kau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

membentakku, mengatakan bahwa aku tak pantas memikirkan kesenangan lagi di saat di bagian di dunia ini banyak orang yang mati kelaparan atau tewas percuma dalam konflik” (hlm. 11). Beberapa kutipan di atas menunjukkan struktur kepribadian Jannah terdapat pada konflik yang sudah timbul sejak kelahirannya. Begitu juga dengan hadirnya sang Nenek sebagai peran penting dalam membentuk karakter Jannah yang tidak bisa merasakan peran ayah dan ibu.

2.2.2 Nenek

Nenek digambarkan sebagai seorang perempuan tua yang mengalami manis dan pahitnya hidup di waktu yang sama. Situasi kampung saat itu ternyata membuatnya kehilangan ayah Jannah dan kelahiran cucu yang tidak terduga di tengah pemberontakan.

(12) “Kabar kelahiranmu datang bersama sebuah kabar buruk: jembatan penghubung satu-satunya di kampungmu telah digergaji gerombolan pemberontak, membuat dukun beranak dari kampung sebelah tak mungkin mencapai rumah” (hlm. 1). (13) “Setelah berbulan-bulan berlalu, kekacauan gerombolan pemberontak yang hanya sekejap itu ternyata membawa ayahmu untuk selama- lamanya” (hlm. 4).

Meskipun pada masa pemberontakan, Nenek tidak bisa menahan rasa gembira atas kelahiran cucu yang disayanginya. Saat itu juga ia mengadakan sebuah pesta untuk sang cucu dan memberikan nama sementara.

(14) “Panggil saja dia untuk sementara: Jannah. Ia surga yang sebenar- benarnya,” Nenek mengumumkan sebuah “nama sementara” kepada orang-orang kampung yang datang satu per satu mendoakan kelahiranmu, dua hari setelah gerombolan pergi (hlm. 3). (15) Sebuah pesta sederhana yang diliputi rasa was-was, dengan doa-doa yang mendetam, memantu-mantul di tiang-tiang kayu jati berkilat, kemudian ditiupkan ke ubun-ubunmu” (hlm. 3).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Walupun tanpa ada sosok seorang ayah, Jannah tidak pernah lelah diberikan kasih sayang oleh Nenek. Perempuan tua yang tegar itu menghibur Jannah dengan cara terbaiknya.

(16) Hanya Nenek yang tegar mengajarimu tersenyum. Ia mengajakmu memandang bulan dan matahari, kemudian bercerita bahwa seperti dua bola langit itu, kau dan ayahmu tidak pernah bertemu. Tapi kalian saling mencari, saling merindukan, saling menjaga” (hlm. 5-6). Dari tahun ke tahun, dia selalu mendoakan dan merawat Jannah dengan penuh cinta. Perempuan tua pengusaha tembakau itu selalu memperhatikan setiap kebutuhan cucu kesayangannya, seperti perawatan tubuh hingga kebutuhan sekolah

Jannah.

(17) Dari tahun ke tahun, perempuan tua itu merawatmu dengan cara terbaik yang dipahaminya. Diguntingnya bulu matamu di usia tiga bulan, agar kelak tumbuh lentik. Dimandikanya tubuhmu dengan berbagai rempah dan dedaunan, agar bau tubuhmu hingga dewasa kelak adalah ruah aroma perempuan yang wangi dan terawat (hlm. 6). (18) Di pekan ketiga setiap bulan ia berangkat ke ibu kota provinsi, mengawal kardus-kardus rokok tembakaunya. Sepulanganya dari kota, ia membelikanmu buku-buku terbaik di satu-satunya toko buku yang ada di sana (hlm. 6). Meskipun Jannah belum menginjakkan kaki di sekolah, sebagai seorang

Nenek, pada bagian (16) terlihat id Nenek cukup kuat akan perannya. Nenek dengan selera humor yang baik itu meminta seorang biarawati untuk mengajari Jannah di akhir pekan.

(19) Kau telah melewati akhir pekan dengan melafal abjad dan angka. Di hari Jumat, Nenek membawamu ke ibu kota kabupaten, meminta tolong kepada biarawati Belanda yang bertugas di gereja Katolik di kota kecil itu untuk mengajarimu baca-tulis, melukis, dan bahasa Inggris (hlm. 6). (20) Yang penting, jangan kau ajarkan cucuku pindah agama, Sus…,” begitu ia selalu mencandai Suster Juliana yang bermata hijau-kebiruan itu (hlm. 6).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Nenek meminta Suster Juliana mengajar Jannah agar imajinasi cucunya itu terbuka jauh. Harapannya saat Jannah dewasa, dia dapat melupakan kesedihannya.

(21) “Dimintanya Suster Juliana memperlihatkan kartu-kartu pos berbagai kota dunia kepadamu. Nenekmu ingin, agar imajinasimu terbang menembus awan, menjelajahi samudra, dan hinggap di kota-kota terbaik di lima benua, justru di saat kedua kaki kecilmu menjejak tanah kampung yang basah, yang sepanjang jalannya diteduhi pohon asam, dipagari kembang boungenville dan asoka” (hlm. 7).

Tokoh Nenek adalah salah satu tokoh yang sangat penting dalam perkembangan struktur kepribadian Jannah. Nenek juga tentunya memiliki ketiga struktur kepribadian tersebut. Namun, dalam cerita tersebut dirinyalah yang membuat Jannah dapat mengatasi desakan struktur kepribadiannya. Seperti beberapa kutipan tersebut.

2.3 Tokoh dan Penokohan Cerpen “Maiasaura”

Cerpen “Maiasaura” memiliki tokoh utama atau sentral seorang Ibu.

Kemudian ada tokoh tambahan yang dilakoni oleh Sora sang anak dan tokoh yang berperan penting dalam struktur kepribadian tokoh utama, yaitu seorang pria bernama Fahd.

2.3.1 Aku – Ibu (Maiasaura)

Tokoh “aku” atau Ibu merupakan seorang ibu penyayang yang memiliki anak bernama Sora. Ibu bekerja sebagai seorang wartawan yang bertugas di daerah konflik, perbatasan Ramallah dan Jerusalem.

(22) “Seharusnya kau menjadi baby Maiasaura, Sayang…, aku menggoda Sora sebelum membuka pagar” (hlm. 74).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

(23) “Perjalanan kali ini menempuh jarak 5.739 mil dari rumah. Aku bertemu Fahd di kaki bukit, tak jauh dari pos pemerikasan Qalandiah yang memisahkan Ramallah dan Jerusalem” (hlm. 75). Seperti biasa, sebelum berangkat kerja Ibu selalu menemani sang anak bermain. Akan tetapi, tokoh Ibu selalu diselimuti perasaan bersalah untuk meninggalkan anaknya. Kutipan (22) menjelaskan superego Ibu terlihat saat dia meninggalkan Sora. Lantaran Sora selalu berpesan agar saat pulang, Ibu dapat menceritakan tentang petualangannya.

(24) “Di mataku, lambaian itu selalu saja menjelma sapu tangan mungil yang berusaha membersihkan rasa bersalah setiap kali meninggalkan Sora dan menghentikan permainan demi permainan yang direka- rekanya” (hlm. 75). Namun, saat bertugas ada berbagai kisah yang cukup mengoyak hatinya sebagai seorang ibu. Di hari pertama bertugas, Fahd bercerita sembari menunjuk tempat kejadian menyedihkan yang dialaminya. Hal itu tentu membuat Ibu tertarik untuk mencari tahu. Sepanjang perjalanan, dirinya pun langsung merasakan berbagai kejadian pilu yang dialami para korban. Dimulai dari mengerikannya sebuah antrean di perbatasan hingga serangan gas air mata. Hatinya rapuh, terlebih saat melihat para ibu dan bayi yang terjebak di sana.

(25) “Kami digiring bagai ternak di sana! Kuikuti ke mana telunjuk Fahd mengarah. Ke barisan orang-orang berwajah sedih bercampur marah, tapi tak berdaya di pos pemeriksaan yang dijaga tentara-tentara muda berseragam hijau tua dengan senjata M-16 yang siap siaga” (hlm. 77). (26) “Tak lama, tubuh kami diguncang suara gelegar. Mataku perih terkena gas air mata yang ditembakan para tentara yang membala tangan-tangan bocah yang menyerbu dari kaki-kaki bukit dengan batu yang tidak lebih besar dari kepalan tangan mereka” (hlm. 77). (27) “Ada yang beruntung, akhirnya bisa melahirkan di dalam mobil, di bawah hardikan tentara dan todongan senjata. Tapi bukankah setelah kelahiran itu, keselamatan ibu dan bayinya menjadi serapuh istana pasir? Aku hanya bisa menyumbang air mata di hari pertama bertugas di Ramallah” (hlm. 77-78).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Kejadian tersebut semakin menggangu pemikirannya. Dirinya pun selalu terbayang Sora. Secara tak sadar sebelum Sora lahir, naluri Ibu cukup tinggi. Dia teringat saat masa-masa mengandung Sora. Betapa egois dirinya saat itu. Saat Sora tidak lagi menyusui dan sudah diasuh, dirinya kembali berambisi untuk merencanakan penjelajahan.

(28) “Ah, betapa jahat aku sebenarnya, Sora! Belum lagi kau terlahir, sudah sedemikian rupa kubuat dirimu agar lahir sebagai langit dan memintamu maklum bahwa aku adalah perempuan penjelajah. Tapi setelah air susuku tak lagi mengalir dan Kim Hye Jin, seorang perempuan Korea yang ramah, bersedia datang ke rumah kita untuk mengasuhmu, kubuka kembali laci itu dan bergegas menyusun rencana demi rencana. (hlm. 78-79). Sementara yang dihadapinya saat ini adalah sebuah perjuangan seorang ibu untuk mempertahankan bayinya. Setiap saat bayi-bayi yang masih terbungkus hangat dalam rahim itu, seketika tidak sempat lahir ke dunia. Dia membayangkan betapa menyakitkannya para ibu hamil itu meninggal di daerah perbatasan konflik.

(29) Betapa berbedanya masa-masa kehamilan yang aman, tenang, dan berbahagia yang kualami di bagian lain belahan bumi ini. Di Ramallah, mendengar kisah Fatimah Barghoutti, melihat daftar yang disodorkan teman-teman petugas kemanusiaan yang mengawasi semua kekejian di pos-pos penjagaan. Aku membayangkan bayi-bayi di tepi Barat, di jalur Gaza, dan tempat-tempat pengungsian Palestina telah menangis jauh sebelum mereka mencapai usia 30 minggu di rahim ibu (hlm. 80). (30) Seorang ibu hamil digotong masuk ke rumah sakit dalam keadaan tak bernyawa. Kakiku rasanya melayang. (hlm. 81). Namun, setelah melihat kejadian di Ramllah, Ibu mulai berpikir bahwa Sora sangat berharga. Setiap hari kejadian itu membuatnya perih. Dia terus memikirkan

Sora dan menatap ke langit sebagai pelepas rindunya.

(31) “Anakku adalah langit, ke mana pun aku pergi ia tetap ada bersamaku! Ia memayungiku, menawarkan cara terbaik melepas rindu: tengadah saja dan lihatlah! Dialah langit yang meminta awan berarak membuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

lengkungan senyum untuk menemani perjalanan-perjalanan jauhmu, wahai Ibu muda!” (hlm. 78). (32) Tapi Sora, benar juga kata Si Cerdik di dalam diriku, membayangkan bahwa kau adalah langit, yang tenang dan lapang, senantiasa berhasil meredam rasa bersalah saat aku pergi jauh dari rumah (hlm. 79). Ketika pulang, Ibu tidak dapat menepati janji Sora. Saat menatap Sora yang diingatnya hanya trauma dalam setiap kejadian. Dia pun berbohong dan bercerita dalam bahasa imajinasi Sora.

(33) Perjalanan ke Tepi Barat bukanlah penugasan yang mulus. Ia adalah mimpi buruk yang berbuah trauma sepanjang perjalanan (hlm. 83). (34) “Ibu bertemu serombongan maiasaura yang tangguh, yang menjaga anak-anak, telur, dan sarang mereka. Mereka menyembunyikan telur- telur mereka, agar tidak dimakan dinosaurus lainnya” (hlm. 84). Setelah menyampaikan kebohongan tersebut, terlihat Ibu memiliki trauma setelah pergi bertugas. Dirinya bagai diterpa badai saat menyampaikan kebohongan tersebut. Padahal Sora menyikapi cerita dengan penuh semangat. Dia merasa terpukul dengan apa yang terjadi seseungguhnya.

(35) Wajah Sora mulai cerah. Ia menimpali ceritaku. (hlm. 84). (36) “Pandanganku kosong. Ada badai di kepalaku. Aku tahu, ribuan mil dari rumah ini, ada sekawanan maiasaura, yang dimangsa tentara- tentara di pos pemeriksaan. Adakah orang-orang berseragam hijau itu bagian dari asteroid yang konon membuat punah dinaosaurus puluhan juta tahun silam? (hlm. 84). (37) “Hei, Ibu mengapa menangis? Kan T-rex tidak menggangu maiasaura…” (hlm. 84). Faktor dari perannya sebagai seorang ibu yang pergi bertugas di daerah konflik membentuk banyak superego. Hal inilah yang membuat Ibu dilema akan pengalamannya. Struktur kepribadiannya pun terbentuk saat dia selalu mengingat

Sora. Sikap Ibu saat menghadapi Sora menjadi kunci utama bahwa ego seperti yang terdapat pada kutipan (33), (34) dan superegonya, pada kutipan (36) dapat seimbang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

2.3.2 Sora (Anak)

Di dalam cerpen “Maiasaura” sosok Sora adalah anak delapan tahun yang penuh dengan imajinasi. Dia selalu ingin mendengarkan cerita pengalaman ibunya setelah pergi bertugas. Terlihat dalam kutipan berikut.

(38) Kenangan yang berjarak delapan tahun itu dan kenyataan di pelupuk mata berseling-seling, terjalin seperti anyaman tikar pandan (hlm. 79). (39) Bocah itu berusaha meyakinkanku, ini dunia ajaib rekaannya, segalanya menjadi mungkin. Pokoknya, Ibu bayangkan saja dan mencatatnya dengan baik (hlm. 74). Sora merupakan anak yang pandai. Anak seusianya sudah cukup pandai merangkai imajinasi dalam setiap buku ensiklopedia yang dibacanya. Dalam imajinasinya, Sora berharap ibunya bagaikan seorang ibu dinosaurus yang selalu merawat dan mengasuh dengan baik.

(40) Bibirnya bergerak cepat mengeja pesan: jangan lupa cerita tentang maiasaura! Sora menyelipkan Ensiklopedia Dinosaurus ke dalam tas kerjaku, lalu mengulang pesan: Ibu jangan sampai lupa! (hlm. 74). Soralah yang menjadi penguat dan penghibur ibunya dalam menjalankan tugas-tugas sulitnya. Dia juga selalu menjadi obat pelepas rasa bersalah sang Ibu saat hendak pergi bertugas.

(41) “Di mataku, lambaian itu selalu saja menjelma saputangan mungil yang berusaha membersihkan rasa bersalah setiap kali meninggalkan Sora dan menghentikan permainan demi permainan yang direka-rekanya” (hlm. 75). (42) “Anakku adalah langit, ke mana pun aku pergi ia tetap ada bersamaku! Ia memayungiku, menawarkan cara terbaik melepas rindu: tengadah saja dan lihatlah! Dialah langit yang meminta awan berarak membuat lengkungan senyum untuk menemani perjalanan-perjalanan jauhmu, wahai Ibu muda!” (hlm. 78). Sora selalu setia menanti dan memiliki tekad yang kuat untuk mendengarkan cerita ibunya. Bocah itu sangat berambisi agar seperti dinosaurus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

terkuat. Di dalam imanjinasi Sora, cerita dinosaurus bagaikan cerita perjalanan sang ibu.

(43) T-rex kecil itu menyambutku di pintu pagar. “Ibu tidak lupa, bukan? Ibu sudah menyiapkan cerita tentang maiasaura, bukan? (hlm. 82). (44) Sora adalah tyrannosaurus rex, sang Raja Dinosaurus. Ia ingin menjadi yang terkuat dan selalu ingin menang bertarung. Menurut para paleontologist, Maiasaura adalah ibu yang baik. Ia adalah dinosaurus pertama yang ditemukan bersama dengan anak-anak, telur, dan sarangnya yang terawat rapi (hlm. 82). Baginya pengalaman itu adalah sebuah cerita yang menakjubkan. Bocah polos itu membayangkan perjalanan ibu betapa hebatnya dengan cerita dinosaurus dalam ensiklopedia bacaannya. Meskipun sebenarnya sang Ibu berbohong demi menyenangkan sang buah hati.

(45) “Coba lihat cerita yang kutulis, Ibu… ini tentang T-rex yang berebut mangsa dengan dua ekor triceratops” (hlm. 82). (46) “Ya, Ibu… dan tiba-tiba datanglah T-rex, dum…dum…dum…! T-rex lapar, ingin mencari mangsa. Tapi T-rex tidak mengganggu maiasaura, karena T-rex sayang sama maiasaura. Dum…dum…dum…!” (hlm. 84). Sebagai anak, karakter Sora menjadi pendorong utama kepribadian sang ibu. Sora menjadi sosok yang selalu hadir dalam setiap ingatan Ibu. Terutama yang menjadi alasan Ibu tersentuh saat berada di daerah konflik. Saat itulah struktur kepribadiannya berkembang. Akan tetapi id Sora pada kutipan (43) yang menjadi pengontrol struktur kepribadian Ibu. Sebagai seorang anak berusia delapan tahun perkembangan struktur kepribadian Sora belum cukup stabil.

2.3.3 Fahd

Fahd adalah narasumber Ibu Sora, teman, salah satu korban perang, dan seorang pria yang kehilangan Kakak perempuannya di daerah konflik perbatasan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Di hari pertama Ibu Sora bekerja, Fahd berbagi cerita tentang kakak perempuanya bernama Fatimah Barghouti yang menjadi korban di perbatasan.

(47) “Seorang teman bercerita tentang bayi-bayi yang menangis di dalam perut ibu mereka” (hlm. 75). (48) “Kakakku di sana! Di sebelah sana! Fahd mulai mengais-ngais kenangannya. Kakaknya, Fatimah Barghouti mati kehabisan napas di tengah antrean panjang” (hlm. 75). Kematian Fatimah dan konflik di daerah itu meninggalkan luka serta amarah bagi Fahd. Baginya mereka tidak dilakukan secara tidak manusiawi di tanah sendiri.

(49) “Mereka ingin melintas, pergi berdagang, berbelanja, mengunjungi sanak keluarga, mengantar anak dan istri ke rumah sakit. Bayangkan, untuk melintasi tanah sendiri mereka harus tunduk, merayap, dan dibentak!” (hlm. 77). Mendengar cerita Fahd, Ibu Sora tidak bisa menahan air matanya saat melihat tempat kejadian tersebut. Sebagai seorang teman yang baik, Fahd menguatkan Ibu Sora. Baginya, hal yang wajar untuk seorang wartawan begitu emosional saat menyaksikan langsung setiap kejadian tersebut.

(50) Fahd menenangkan. Katanya, banyak wartawan juga petugas kemanusiaan yang lunglai dan hanya bisa menangis di hari-hari pertama bertugas di Tepi Barat dan Jalur Gaza (hlm. 81). Sambil menghibur Ibu Sora, Fahd mencurahkan perasaannya, bahwa yang terjadi pada mereka itu lebih menyakitkan dibanding dengan kejadian diberitakan televisi.

(51) “Yang Anda saksikan di televisi dan koran, hanya seujung kuku dari neraka yang kami alami di sini! Fahd terus menghiburku. Ia menungguku selesai menangis” (hlm. 81).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Sebagai sesama tokoh orang dewasa, Fahd adalah tokoh yang cukup mendukung kepribadian tokoh Ibu. Di awal bertugasnya Ibu sudah menunjukkan permasalahan batin yang ada pada dirinya. Adanya Fahd sebagai korban peperangan menjadikan dirinya tersadar betapa berharganya Sora.

2.4 Tokoh dan Penokohan Cerpen “Dapur”

Cerpen ini menceritakan tiga orang perempuan yang memiliki kepribadian dan usia yang berbeda. Ketiga tokoh tersebut banyak menghabiskan waktu di sebuah dapur. Dari ruangan tersebutlah semua cerita dimulai. Tokoh utama adalah

Kalyla, tokoh utama tambahan adalah Ibu atau Bu Andis dan tokoh tambahan dilakoni Ruth, seorang pengasuh tua.

2.4.1 Kalyla

Kalyla adalah gadis kecil yang tumbuh di dapur. Sejak kecil dirinya menghabiskan waktu menemani Ibu dan pengasuhnya.

(52) “Aku tumbuh besar, semakin besar, hingga akhirnya bisa ikut membanting adonan terigu, mengiris bawang, mengupas kentang, dan membantu Ibu memenuhi pesanan berbagai kue dan masakan” (hlm. 192-193). Dia dibesarkan oleh seorang janda cantik dan pengasuhnya bernama Ruth.

Sejak kecil Kalyla sudah sangat dekat dengan Ruth. Bahkan hampir setiap hari dihabiskan bermanja bersama Ruth di dapur.

(53) “Aku tumbuh di meja dapur yang besar, menemani Ruth mengayak terigu, mengolah berbagai macam adonan (hlm. 191). (54) Di pangkuan Ruth yang sarungnya selalu bau rempah dan terpercik minyak, aku bermanja” (hlm. 191). Dapur bagi Kalyla sudah menjadi tempat untuk berbagi segalanya dengan kedua orang yang dicintainya itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

(55) Hanya pada ibu dan Ruth aku membagi kesedihan dan kegembiraanku. Meski barangkali, Ibu tidak selamanya ingin membagi kesedihan dan kegembiraan denganku. (hlm. 198). (56) “Ruth mencintai terigu. Ibu mencintai dapur. Adapun aku mencintai Ruth dan Ibu.” (hlm. 191). Semakin hari suasana dapur semakin sibuk. Usaha katering ibunya mengalami kemajuan hingga membuat pesanan meningkat. Namun, perilaku Bu

Andis semakin hari membuat Kalyla menyimpan berbagai pertanyaan pada ibunya.

Kalyla merasa sang ibu banyak menyimpan sebuah rahasia.

(57) “Setiap hari terigu, sayur, dan daging mengisi hari-hari kami. Tapi sayangnya, akhir-akhir ini ada yang ganjil. Mengapa Ibu mencincang bawang merah dengan mata basah. Menangiskah ia? Ibu membanting adonan roti dengan amarah, yang membuat meja dapur bergetar kencang. Marahkah ia? (hlm. 196). Perilaku sang Ibu semakin hari semakin aneh. Bu Andis berubah menjadi semakin murka. Hal itu sungguh membuat Kalyla kaget dengan bentakan ibunya.

Hal tersebut untuk kedua kalinya dia dibentak sang ibu. Sebelumnya, ia pernah melihat ibunya murka saat ayahnya diusir dari rumah lantaran ketahuan menikah lagi.

(58) Berhari-hari kami menyaksikan Ibu makin bertingkah aneh. Ibu, si cantik yang biasanya jenaka dan pandai memberi deskripsi atas berbagai hal kini berubah menjadi singa betina yang mengaum dan siap mencakar. Ibu membentakku saat aku hanya melontarkan pertanyaan standar, “Mother, how are you today?” (hlm. 197). Sontak saat ibunya membentak, Kalyla kembali mengenang luka saat usianya masih enam tahun. Ia kembali teringat perceraian kedua orang tuanya.

Hanya ada Ruth yang mengalihkan perhatiannya dari percekcokan kedua orang tuanya.

(59) Di balik jendela dapur, Ruth berusaha merayuku dengan setoples permen coklat agar mengalihkan perhatian dari adu mulut dua orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

dewasa yang berkobar di ruang tamu. (Aku menangis dan sakit hati. Sejak saat itu berjanji tidak akan makan permen cokelat seumur hidup!) (hlm. 198). Suasana dapur semakin genting. Kalyla dan Ruth semakin diam saja. Pada akhirnya Ruth membuka suara perihal Bu Andis. Majikannya itu digosipkan menjadi kekasih gelap pejabat pemerintah akan tetapi Kalyla tidak percaya tentang rumor ibunya. Meskipun dalam benaknya dihantui berbagai pertanyaan penasaran.

(60) Aku tidak mudah percaya pada cerita jelek tentang Ibu. Bagimanapun perempuan itu adalah ibu kandungku, yang padanya segala kebanggaanku kusematkan. (hlm. 198). (61) Desas-desus itu, bahwa Ibu menjadi pacar gelap petinggi di kantor pemerintah, sehingga bisa menguasai proyek penyediaan makanan dan minuman di berbagai instansi, kini menggelayut di langit- langit dapur kami (hlm. 199). Rumor itu semakin panas. Kalyla tidak dapat melakukan apapun. Ia hanya bisa melampiaskan amarahnya pada terigu.

(62) Aku pun akhirnya menyerah, berhenti kasak-kusuk, lalu memilih mengikuti kebiasaan Ruth membanting adonan roti sekeras dan sekalis mungkin. Melampiaskan amarah pada terigu! (hlm. 200). Kalyla semakin tumbuh menjadi gadis yang tegas dan tidak mudah menyerah. Terlihat dalam tindakannya membela sang ibu dan mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya.

(63) “Aku, Kalyla, pengusaha katering yang kata orang juga secantik Ibu. Yang membedakan kami, aku mudah naik pitam, meludahi kuitansi kosong yang dibawa para pegawai rendahan, memaki-maki ajudan para pejabat tinggi yang mencoba mengatur kencan-kencan gelap untuk atasannya, dan naik pitam pada pejabat yang mencoba mengatur-atur harga. Aku tidak punya senyum untuk mereka, seperti yang diberikan Ibu bertahun yang lalu” (hlm. 202). (64) Aku tetap tak menyerah. Kusodorkan wajah yang tak kalah pucatnya (hlm. 199).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Dilihat dalam kutipan (57) dan (58), tokoh Kalyla adalah tokoh yang banyak menyimpan pertanyaan sikap Ibunya. Lantaran status janda yang disandang sang

Ibu membuat Kalyla khawatir. Tentunya juga dapat dilihat kembali dalam kutipan

(57), Kalyla mengalami trauma. Ia kembali mengingat perceraian orang tuanya.

2.4.2 Ibu

Bu Andis adalah seorang ibu cantik yang pandai memasak, sabar, dan penyayang. Dia sangat mencintai dapur dan banyak menghabiskan waktu di tempat itu.

(65) Ibu, perempuan cantik yang begitu mencintai dapur kami, yang menciptakan satu per satu jenis masakan dengan cinta dan kesungguhan, yang mencincang daging, udang, dan bawang seperti ingin membabat habis masa lalunya (hlm. 198). (66) Ibu tesenyum sabar melayani semua permintaan pelanggan. Ibu juga bahkan sabar saja ketika seorang pegawai datang berdeham dengan sangat keras lalu menyodorkan kuitansi (hlm. 195). Ibu tunggal pemilik usaha katering ini tiba-tiba menjadi pendiam. Semenjak usaha kateringnya ramai dikunjungi pelanggan dari pemerintahan, Bu Andis lebih sering menutup diri. Seperti ada yang disembunyikan dari Kalyla dan Ruth.

(67) Tapi sayangnya, akhir-akhir ini ada yang ganjil. Mengapa Ibu mencincang bawang merah dengan mata basah (hlm. 196). (68) Usaha katering Ibu memang makin maju. Tapi bila akhir-akhir ini Ibu uring-uringan dan membunyikan semua peralatan dapur lebih bising dari biasanya, aku dan Ruth mengibarkan bendera peringatan bahaya (hlm. 196). Semakin hari tingkahnya semakin aneh dan membuat dirinya murka. Entah sadar atau tidak, Bu Andis membentak anak perempuannya. Beliau berubah menjadi pemarah setelah melayani pegawai pemerintah yang selalu memberi kuitansi kosong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

(69) Berhari-hari kami menyaksikan Ibu makin bertingkah aneh. Orang- orang dari kantor pemerintah yang membawa kuitansi kosong, memang tetap dilayani, tapi kini tanpa senyum manis lagi (hlm. 197). (70) Ibu, si cantik yang biasanya jenaka dan pandai memberi deskripsi atas berbagai hal kini berubah menjadi singa betina yang mengaum dan siap mencakar. “Sudah! Urus saja pesanan masakan itu…!” (hlm. 197). Terkadang Bu Andis sering terlihat menangis semenjak kejadian tersebut.

Dia masih tetap diam dan hanya melampiaskan amarahnya dalam resep-resep yang diciptakannya.

(71) Tapi Ibu juga adalah sebuah gua rahasia yang gelap, pengap, dan tidak memberi petunjuk apa-apa. Seperti ia menutup mulut merahasiakan resep-resep masakan unggulanya, ia juga memasang gembok berlapis- lapis terhadap sebagian kisah hidupnya (hlm. 199). (72) Dari jendela kamar, kadang kulihat air mata Ibu jatuh di atas dedaunan. Tangisnya bersenyawa dengan embun pagi (hlm. 201). Pada akhirnya dia pun lelah menyimpan rahasia yang disimpannya. Rahasia perihal rumor dirinya menjadi pacar gelap petinggi dan ancaman kuitansi kosong tersebut.

(73) Desas-desus itu, bahwa Ibu menjadi pacar gelap petinggi di kantor pemerintah, sehingga bisa menguasai proyek penyediaan makanan dan minuman di berbagai instansi, kini menggelayut di langit-langit dapur kami (hlm. 199). Ibu terus melampiaskan amarahnya dalam masakan. Hingga akhirnya dirinya sudah tidak menangis dan mengajak kedua orang tercintanya untuk berlibur ke Pulau Jawa. Pada bagian inilah karakter Bu Andis tampak masih teguh dalam pilihannya untuk menyimpan rahasia.

(74) Di hari-hari ketika Ibu menangis sambil mengiris bawang, di hari-hari ketika ia membanting adonan roti penuh kemarahan adalah saat-saat di mana ia begitu letih memikul rahasia itu sendiri. Ibu kelelahan menghadapi berbagai cerita tentang proyek logistik yang dikuasai hingga serangkaian affair dengan pejabat pemerintah (hlm. 200).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

(75) Ketika ibu sudah tidak menangis lagi, tidak mengaum lagi seperti singa betina yang luka, ia mengajak Ruth dan aku keliling Pulau Jawa (hlm. 200). Berdasarkan karakter, tokoh Ibu/Bu Andis terlalu menyayangi kedua orang terdekatnya. Dia lebih memilih menutupi rahasia-rahasianya dan tidak ingin orang sekitarnya menjadi tersakiti sehingga lebih memendam rahasia tersebut.

2.4.3 Ruth

Di dapur, Ruth adalah pengasuh dan teman terbaik bagi Kalyla. Sejak kecil

Ruth yang mengasuh Kalyla. Pengasuh setia yang sederhana berasal dari pesisir

Kota Ambon. Ruth yang cukup jenaka saat di dapur sekadar penghibur yang selalu mewarnai suasana dapur.

(76) Pengasuh setia dari kampung pesisir Kota Ambon itu telah lama ikut di keluarga kami. Pikiran, kehidupan, dan lagak lakunya sederhana saja. Ia hanya mencintai terigu, karena bubuk putih itu bisa membuat angannya menari, membayangkan pasir putih di kampong halamannya (hlm. 193). (77) “Ada tempo dolo nona pung bakas kencing di kasur persis map Pulau Jawa…” Ruth dalam dialek Ambon, tak kalah jenakanya mengenang masa kecilku (hlm. 192). Perempuan Ambon ini sangat terobsesi dengan Pulau Jawa. Namun, lantaran dirinya mabuk laut, dia ikut pamannya ke Makassar. Kemudian Ruth bekerja di bagian nutrisi dan dapur rumah sakit bersalin. Di sanalah dirinya baru bertemu dengan Bu Andis. Dia memulai pengabdian sederhan tersebut setelah Bu

Andis bercerai dengan ayah Kalyla.

(78) Lewat cerita perempuan-perempuan tua di kampungya, yang pernah menemani suami mereka bertugas sebagai KNIL di kota-kota besar Jawa di masa perang kemerdekaan. Kata Ruth, dari kecil ia bercita-cita naik kereta api di Pulau Jawa (hlm. 192). (79) Ruth yang ikut pamannya ke Makassar, akhirnya menemukan bentuk pengabdian yang sederhana: menjadi pengasuh bagiku selamanya! Ia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

bertemu Ibu di sebuah rumah sakit bersalin, bekerja di bagian nutrisi dan dapur rumah sakit. Ruth yang kemudian mengasuhku, terus mengasuhku hingga ia memutuskan tak akan meninggalkanku, juga tak akan meninggalkan Ibu setelah rumah kami diguncang badai (hlm. 194). Suatu hari saat Ruth berada di dapur, dia menyaksikan kerusuhan Ambon di televisi. Dirinya dibanjiri air mata dan amarah. Perempuan tua itu melampiaskan amarahnya dalam adonan. Pada kutipan di bawah ini akan dijelaskan betapa kuat nalurinya pada kampung halaman. Meskipun sudah jauh, Ruth tidak pernah lupa dan bahkan merasakan betapa menyakitkannya perang yang terjadi di Ambon. Dari sini terlihat betapa naluri Ruth masih bisa diatasi. Pada akhirnya tokoh Ruth memenangkan egonya, terlihat pada penjelasan kutipan berikut.

(80) Ketika kerusuhan Ambon pecah, Ruth yang sudah beranjak tua tetap mengulen terigu di dapur kami, dengan air mata mengutuki gambar- gambar penuh kebencian dan permusuhan yang ditayangkan di televisi, “Kenapa musti baku bunuh? Kenapakah…?” (Kenapa mesti saling bunuh? Kenapa?) (hlm. 194). (81) Dalam sedih dan amarahnya di dapur, ia membanting sekeras-kerasnya adonan donat dan roti yang sedang kami olah. Di masa-masa kerusuhan Ambon berlangsung, roti buatan Ruth menjadi lebih kenyal dan empuk. (hlm. 194). Ruth yang memiliki tubuh kekar dan legam ini sangat setia mengikuti keluarga Kalyla. Saat Kalyla tumbuh dewasa, Ruth masih menjadi teman setianya di dapur.

(82) Ruth, perempuan bertubuh legam dan kekar yang sudah menemaniku sejak bayi itu, memilih membenamkan kepala di baskom terigu (hlm. 197) (83) Hingga Ruth menjadi tampak semakin tua dan membosankan, dengan rambut yang seluruhnya memutih, seperti ketumpahan satu baskom terigu (hlm. 199). Suatu hari impian Ruth untuk mengunjungi pulau Jawa pun terwujud.

Mereka bertiga berlibur ke Pulau Jawa. Namun, setelah beberapa bulan kemudian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Ruth pergi meninggalkan keluarga itu untuk selamanya. Dia meninggal akibat serangan jantung dan dimakamkan di kampung halamannya.

(84) Ruth girang bukan kepalang, berteriak-teriak di atas pesawat menunjuk-nunjuk Pulau Jawa yang tampak samar. Ruth berteriak, “Apa kubilang Kalyla, Pulau Jawa itu persis bekas kencingmu waktu kecil dulu…coba lihat…” (hlm. 200-201). (85) Beberapa bulan kemudian Ruth meninggal mendadak, terkena serangan jantung. Ruth, perempuan kekar yang mengasuhku tanpa lelah itu, dikuburkan tak jauh dari pasir putih yang selalu diceritakannya (hlm. 201). Pada kutipan (84) di atas terlihat Ruth mengenang kembali kejadian lampau yang membangkitkan imajinasi polosnya saat itu. Betapa gembiranya dia saat itu.

Karkter setianya pada keluarga Kalyla dapat mengontrol struktur kepribadiannya dalam menyikapi setiap permasalahan.

2.5 Rangkuman

Analisis dalam bab ii ini mengungkapkan tokoh dan penokohan ketiga cerpen karya Liliy Yulianti Farid. Pada cerpen pertama yang berjudul “Ayahmu

Bulan, Engkau Matahari” terdapat dua tokoh penting yang memiliki pandangan, karakter, dan segi usia yang berbeda. Berdasarkan keseluruhan uraian 2.2.1, Tokoh

Jannah memiliki karakter yang kuat, pandai, mandiri, dan tegar dalam menjalankan kehidupannya. Perjuangan Nenek dalam membesarkan dan mendidiknya, menjadikan Jannah sebagai sosok yang penuh kasih sayang. Gadis berbulu mata lentik itu memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi. Dia memilih membantu para korban perang dibandingkan menikmati kehidupan seperti perempuan pada umumnya. Sementara pada hasil pengamatan 2.2.2, peneliti menyimpulkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

tokoh Nenek merupakan sosok penyayang dan perempuan tua yang hebat. Dia adalah seorang pengusaha tembakau yang rajin, humoris, dan pekerja keras.

Cerpen yang kedua, berjudul “Maiasaura” memilki dua tokoh orang dewasa dan satu anak-anak. Dalam penelitian 2.3 terdapat tiga tokoh yang diteliti.

Berdasarkan 2.3.1 tokoh Ibu adalah seorang penyayang dan sangat berambisi dalam karirnya. Namun, setelah bekerja di daerah konflik dirinya merasa terpukul dan diselimuti rasa bersalah pada sang buah hati. Kejadian tersebut menjadikan Ibu sosok yang terperangkap dalam janji, trauma, dan kebohongan.

Pada penjelasan 2.3.2 terdapat tokoh yang mendukung penokohan cerpen

“Maiasaura” yaitu Fahd. Pria ini merupakan narasumber Ibu Sora yang kehilangan kakak perempuannya saat sedang mengandung. Fahd digambarkan sebagai karakter yang sangat menyayangi keluarga dan penuh amarah. Akan tetapi setelah menjadi narasumber tokoh Fahd mengalami perubahan karakter. Dirinya berubah menjadi karkter yang tegar dalam mengahadapi masalah. Kemudian pada hasil pengamatan

2.3.3 terdapat tokoh anak-anak bernama Sora. Seorang anak berusia delapan tahun yang penuh imajinatif. Anak yang memiliki hobi membaca Ensiklopedia

Dinosaurus ini, memilki karakter yang polos. Namun, dalam menanti sang ibu pulang, Sora digambarkan sebagai karakter yang setia dan memiliki tekad yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan 2.4, cerpen “Dapur” terdapat tiga tokoh dan penokohan yang dilakoni oleh tiga orang wanita yang berbeda usia, status, dan sangat mencintai dapur. Seperti yang telah dijelaskan dalam 2.4.1, tokoh utama adalah seorang gadis bernama Kalyla. Sejak kecil Kayla tumbuh dalam asuhan ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

dan pengasuhnya bernama Ruth. Di masa kecil, Kalyla memiliki karakter yang cenderung periang. Beranjak remaja, gadis ini berubah menjadi sosok yang pendiam. Dirinya berubah lantaran penasaran pada rahasia yang disembunyikan ibunya. Setelah beranjak dewasa dirinya mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Gadis cantik itu tumbuh menjadi perempuan yang tegas dan pemberani.

Tokoh Ibu, seperti pada penjelasan 2.4.2 bernama Bu Andis, dia adalah seorang Ibu tunggal yang memiliki usaha katering, pandai memasak, dan berpenampilan cantik. Awalnya Bu Andis adalah karakter ibu yang sabar dan penyayang. Setelah timbulnya konflik cerita dia memiliki karakter yang sering memendam rahasia, suasana hatinya sering berubah, dan cukup tertutup.

Tokoh ketiga tambahan diperankan oleh seorang pengasuh dari Ambon.

Berdasarkan penjelasan 2.4.3 telah dijelaskan bahwa Ruth berambut keriting, berbadan hitam, dan kekar. Dia memilki karakter yang jenaka, setia, dan penyayang. Saat marah dirinya selalu melampiaskan amarahnya pada adonan di dapur. Perempuan tua ini memiliki cita-cita ke Pulau Jawa. Dalam kesetiannya pada keluarga Kalyla, Ruth meninggal di usia tua setelah liburan mereka bertiga dari

Pulau Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

KAJIAN ID, EGO, DAN SUPEREGO

DALAM TOKOH CERPEN

“AYAHMU BULAN, ENGKAU MATAHARI”,

“MAIASAURA”, DAN “DAPUR”

KARYA LILY YULIANTI FARID

3.1 Pengantar

Pada bab ii telah dianalisis tokoh dan penokohan pada tiga cerpen “Ayahmu

Bulan, Engkau Matahari”, “Maiasaura”, dan “Dapur”. Maka dari itu, pada bab iii peneliti akan menganalisis id, ego, dan superego beberapa tokoh yang terdapat di tiga cerpen tersebut. Tahun 1923 Freud secara tegas dalam bukunya The Ego and

The Id mengemukakan pandangannya mengenai struktur kepribadian manusia, yaitu terdiri dari tiga ‘bagian’ yang tumbuh secara kronologis: Id, Ego dan

Superego. Bila dikaitkan dengan pandangan topografis sebelumnya: Id sama sekali terletak dalam ketidaksadaran, Ego dan Superego meliputi ketiga tingkatan kesadaran manusia (Moesono, 2003: 3).

Id (terletak di alam bawah sadar) merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar, seperti misalnya kebutuhan: makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman. Menurut Freud, id tidak ada kontak dengan realitas. Cara kerjanya berhubungan dengan kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan selalu menghindari ketidaknyamanan (Minderop,

2013: 21).

42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Berlawanan dengan id yang bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, ego

(berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar) bekerja berdasarkan prinsip realitas (reality principle), artinya dia dapat menunda pemuasan diri atau mencari bentuk pemuasan lain yang lebih sesuai dengan batasan lingkungan (fisik maupun sosial) dan hati nurani. Tugas ego memberi tempat pada fungsi mental utama, misalnya: penalaran, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Dengan demikian ego merupakan segi kepribadian yang dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan serta mau menanggung ketegangan dalam batas tertentu

(Moesono, 2003: 4).

Kemudian struktur kepribadian yang ketiga yaitu superego. Menurut

Minderop (2013:22), superego ialah mengacu pada moralitas dalam kepribadian.

Superego sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali nilai baik dan buruk

(conscience). Sebagaimana id, superego tidak mempertimbangkan realitas karena tidak bergumul dengan hal-hal realistik, kecuali ketika implus seksual dan agresivitas id dapat terpuaskan dalam pertimbangan moral. Berbeda juga dengan ego yang berpegang prinsip realitas, superego yang memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri (self control) selalu akan menuntut kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Superego merupakan dasar moral seseorang, perwakilan dari berbagai nilai dan norma yang ada dalam masyarakat, di mana individu itu hidup (Moesono, 2003: 4).

Lebih jelasnya, sebagai berikut: misalnya seseorang ingin bertemu ayahnya yang sudah lama menghilang atau telah dinyatakan meninggal. Namun, id sang anak tidak mau larut dalam kesedihan, dia bekerja keras agar dapat pergi keliling

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

dunia untuk melupakan kesedihannya. Superegonya berpendapat bahwa sang ayah menghilang semenjak hari kelahirannya. Dirinya tidak pantas untuk merasa bahagia sementara sang ayah menghilang lantaran dirinya. Hal itu membuat dirinya dihantui rasa bersalah dengan penyebab kematian sang ayah. Kemudian ego anak tersebut timbul dan menengahi. Anak tersebut menghabiskan waktu membantu para korban perang, khususnya para ayah di daerah konflik untuk menebus rasa bersalahnya.

3.2 Kajian Id, Ego, dan Superego Cerpen “Ayahmu Bulan, Engkau

Matahari”

Di dalam cerpen “Ayahmu Bulan, Engkau Matahari” ini di ambil dua tokoh yang struktur kepribadiannya dianalisis. Tokoh utama, yaitu Jannah dan tokoh tambahan dilakoni oleh sang Nenek. Kedua tokoh tersebut memiliki banyak peran yang cukup dalam cerita sehingga lebih mudah untuk dianalisis struktur kepribadiannya.

3.2.1 Jannah

Jannah adalah seorang anak yang lahir di saat pemberontakan berlangsung.

Di hari yang sama itu juga ayahnya menghilang dan tidak pernah kembali hingga

Jannah dewasa. Pada akhirnya keluarga Jannah mengukir sebuah nisan untuk sang ayah di halaman belakang rumah mereka. Sebagai seorang anak Jannah memiliki keinginan hadirnya seorang ayah dan mengharapkan kasih sayangnya.

(86) “Aku gadis kecil yang kadang-kadang mendesak-desak agar engkau berhenti menangis mengenang ayahmu, memberi waktu untuk diri sendiri, memikirkan hal-hal yang menyenangkan, dan menggelar pesta ulang tahunmu” (hlm. 10).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

(87) “Aku ingin engkau menikmati kehidupan. Aku ingin engkau sekali- sekali keluar dari peta konflik. Berhenti mengurus penderitaan orang lain. Mengapa tidak berlibur ke pantai atau gunung, berbelanja di kota- kota dunia, bermanja di spa?” (hlm. 11).

Perjuangan Nenek dalam membesarkan dan mendidik Jannah terbilang sukses. Tokoh Jannah memiliki kepribadian yang kuat dan mandiri. Jannah tumbuh menjadi gadis cerdas yang dapat terbang hingga keliling dunia. Namun, di balik keberhasilannya, ego Jannah selalu mematahkan keinginan-keinginanya untuk hidup normal seperti wanita kebanyakan. Ego selalu berpandangan pada sebuah realitas. Jannah selalu berpikir mengenai kenyataan bahwa kelahirannya merupakan sebuah bencana untuk keluarga. Begitu juga di setiap tugas, dirinya selalu menceritakan alasannya menjadi relawan adalah lantaran kematian sang ayah

(superego).

(88) Di saat benar-benar letih, engkau berpikir bahwa dirimu ditakdirkan menjadi bagian tidak terpisahkan dari hidup para korban. Hanya ransel anti-peluru dan simbol Palang Merah Internasional yang melintang di punggungmu, menjadi tameng terbaikmu (hlm.9). (89) “Aku lahir saat sebuah pemberontakan meletus di kampung…Aku kehilangan ayahku di hari itu…” Begitulah engkau selalu mengulang- ulang penjelasan kepada banyak pengungsi dari Afrika, Eropa Timur, hingg ke Asia Selatan, yang menanyakan, apa gerangan yang membuat seorang perempuan bertubuh mungil dengan mata berbulu lentik sepertimu selalu hadir di antara mereka (hlm. 10). (90) “Engkau menghabiskan waktu di belahan bumi yang jauh dari kampungmu agar kau lupakan semua cerita sedih kelahiranmu. Engkau tumbuh tegar dan tidak pernah terkalahkan. Kukuh dalam kepungan keterasingan dan rasa sepi. Yang aku tidak paham, mengapa engkau tidak memberi ruang untuk memikirkan diri dan kehidupanmu sendiri?” (hlm. 11-12).

Keputusan Jannah sebagai relawan lantaran dapat diatasi oleh superegonya.

Bagi Jannah di dalam dirinya sudah tertanam jiwa untuk membantu hidup orang lain sebagai sebuah penebusan. Cara tersebut dapat membantu para ayah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

tewas lalu menjelma seperti dongeng yang sering diceritakan sang nenek saat dia masih kecil. Jannah selalu berpikir bahwa dirinya adalah seorang anak yang kehilangan keluarganya tidak seharusnya mendapatkan kesenangan. Di dalam harapannya lebih baik menghabiskan waktu untuk menyelamatkan jiwa lain untuk menghibur mereka. Pilihan tersebut dipilihnya juga agar dapat melupakan luka yang dialaminya.

(91) Engkau bayangkan satu demi satu lelaki yang terkapar adalah para ayah yang kelak terbang ke langit, menjelma sebagai bulan dalam dongeng- dongeng keluarga yang ditinggalkan (hlm. 9). (92) Tapi kau membentakku, mengatakan bahwa aku tak pantas memikirkan kesenangan lagi di saat di bagian di dunia ini banyak orang yang mati kelaparan atau tewas percuma dalam konflik (hlm. 11). Karakter Jannah yang kuat menjadikan ego dan superegonya sangat seimbang. Maka dari itu Jannah sulit untuk mengikuti id yang ada pada dirinya.

Tokoh Jannah tumbuh dengan baik dalam didikan seorang nenek. Meskipun kondisinya kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua, Jannah tumbuh baik dengan struktur kepribadian ego dan superego yang lebih mendominasi.

3.2.2 Nenek

Nalurinya sebagai seorang Nenek, beliau sangat menyayangi Jannah. Sejak kecil Nenek selalu memperhatikan segala kebutuhan Jannah. Dia tidak pernah kenal lelah terus memberikan dan memperhatikan cucu kesayangannya. Perempuan tua ini selalu mengurus Jannah dengan cara terbaiknya. Cara Nenek dalam fokus menyayangi Jannah merupakan salah satu cara untuk menghilangkan masa-masa berduka atas kehilangan sang anak. Nama Jannah adalah nama sementara yang diberikan di kala masih masa pemberontakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

(93) “Panggil saja dia untuk sementara: Jannah. Ia surga sebenar-benarnya,” Nenek mengumumkan sebuah “nama sementara” kepada orang-orang kampung yang datang satu persatu mendoakan kelahiranmu, dua hari setelah gerombolan pergi (hlm. 3). Dia juga merawat cucunya bagaikan seorang tuan putri, seperti memandikannya dengan berbagai rempah dan dedaunan, agar cucunya tumbuh menjadi perempuan yang terawat. Ternyata id nenek dalam merawat Jannah ini menjadi sebuah superego yang dipegang teguh oleh Jannah. Saat dewasa Jannah tetap merawat tubuhnya dengan baik.

(94) Diguntingnya bulu matamu di usia tiga bulan, agar kelak tumbuh lentik. Dimandikannya tubuhmu dengan berbagai rempah dan dedaunan, agar bau tubuhmu hingga dewasa kelak adalah ruah aroma perempuan yang wangi dan terawat (hlm. 6). Tidak ada habis perannya sebagai penganti orang tua Jannah, Nenek sendiri yang meminta seorang biarawati Belanda untuk mengajar. Perempuan bermata hijau-kebiruan itu disuruh mengajari Jannah untuk baca-tulis, melukis, dan bahasa

Inggris. Nenek sangat berambisi sekali dalam masa depan Jannah. Padahal kenyataannya pada saat itu usia Jannah belum cukup untuk menginjakkan kaki di sekolah. Namun, segala cara dilakukan agar Jannah segera mengenal dunia luar dan tidak melulu terikat oleh kesedihannya. Kutipan berikut menandakan id Nenek medorong ego Jannah agar semakin terbentuk.

(95) Belum lagi kau menginjakkan kakimu ke halaman sekolah, kau telah melewati akhir pekan dengan melafal abjad dan angka. Di hari Jumat, Nenek membawamu ke ibu kota kabupaten, meminta tolong kepada seorang biarawati Belanda yang bertugas di gereja Katolik di kota kecil itu untuk mengajarimu baca-tulis, melukis, dan bahasa Inggris (hlm. 6).

Kutipan (95) menunjukkan bahwa tanpa sadar id sang Nenek sebenarnya lebih mengedepankan kebutuhan cucu tercintanya. Secara tidak sadar id tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

melahirkan ego Jannah. Sang Nenek ingin Jannah tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan berhasil. Lalu Jannah dapat terbang ke belahan dunia, agar dia dapat melupakan segala lukanya tentang sang ayah.

Di balik id yang mendominasi, Nenek menanamkan superego pada Jannah.

Dia tak pernah lupa mengajarkan Jannah untuk tersenyum di kala mengingat ayahnya. Nenek sering bercerita dongeng tentang sang ayah adalah bulan yang merindukan matahari (Jannah) untuk saling bertemu di antara langit (superego).

Sesungguhnya sejak dini, Neneklah yang membantu mendorong terbentuknya ego dan superego Jannah menjadi lebih kuat.

(96) Kau memaklumi saja bahwa perempuan tua itu membayangkan dua bola langit itu bekerja dengan patuh dan memang ditakdirkan tak pernah bertemu. Yang tak pernah berhenti kau syukuri, bahwa ia setia mendongeng tentang ayahmu, lelaki kebun yang menjelama bulan yang menjaga malam-malamu (hlm. 8). Sesungguhnya tokoh Nenek memiliki id yang terkontrol. Hal tersebut secara tidak sadar menjadi superego yang lebih dominan dibandingkan dengan naluri idnya sebagai seorang nenek. Superego sang Nenek pada akhirnya menjadikan karakter Jannah menjadi sosok yang tangguh dan mandiri. Namun, pada akhirnya

Nenek tidak mampu mendominasikan idnya pada Jannah. Harapan sang Nenek terhadap Jannah agak sedikit terbantahkan. Jannah memang hidup sukses dan dapat berpergian keliling dunia. Akan tetapi, dia tidak dapat melupakan kenangan pahitnya dan dapat menghabiskan waktu seperti wanita pada umumnya. Jannah tidak pernah kembali ke kampung halaman dan memilih menghabiskan waktu untuk menebus rasa bersalahnya. Bagi perempuan relawan PMI itu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

kelahirannyalah yang menghantarkan sang ayah untuk pergi selamanya. Kejadian tersebut menjadi sebuah luka yang tidak bisa diobati.

3.3 Kajian Id, Ego, dan Superego Cerpen “Maiasaura”

3.3.1 Ibu

Di pertengahan cerita terjawab bahwa tokoh Ibu memiliki ambisi yang tinggi pada karirnya. Meskipun telah memiliki seorang anak dirinya tidak lepas dari sebuah pekerjaan yang dicintainya. Bahkan saat masih mengandung dirinya telah mempersiapkan beberapa catatan untuk karirnya. Awalnya ambisi tersebut dipendamnya. Akan tetapi, dia berencana untuk kembali mengejar mimpinya setelah sang anak telah dapat diasuh oleh seorang pengasuh.

(97) “Ah, betapa jahatku sebenarnya, Sora! Belum lagi kau terlahir, sudah sedemikian rupa kubuat dirimu agar lahir sebagai langit dan memintamu maklum bahwa aku adalah perempuan penjelajah. Si cerdik di dalam diriku menemukan cara paling tepat untuk menghapus rasa bersalahku. Memang benar, ambisi-ambisiku kusimpan di laci saat menyusimu. Tapi setelah air susuku tak lagi mengalir dan Kim Hye Jin, seorang perempuan Korea yang ramah, bersedia datang ke rumah kita untuk mengasuhmu, kubuka kembali laci itu dan bergegas menyusun rencana demi rencana (hlm. 78-79). Id Ibu memang lebih memilih bekerja lantaran menjelajahi tempat adalah sebuah mimpi karirnya. Namun, kali ini pekerjaannya membuat dirinya dihantui kecemasan. Pekerjaan tersebut membuat dirinya teringat pada sang buah hati.

Dirinya tidak dapat menepati janji untuk menceritakan perjalannaya lantaran bertolak belakang dengan imajinasi sang anak. Ego menjadikannya sebagai ibu yang trauma lantaran pekerjaannya sendiri.

(98) Perjalanan ke Tepi Barat bukanlah penugasan yang mulus. Ia adalah mimpi buruk yang berubah trauma sepanjang perjalanan. The endless list of the mourning women and children, begitu aku mengutip judul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

laporan rekan sekerjaku. Tabel dan diagram di lembaran laporan kami seperti susunan nisan di sebuah kompleks pemakaman yang sangat luas tapi tidak pernah cukup. Balok-balok diagram mengabarkan para ibu yang melahirkan di pos pemeriksaan, di bawah todongan senapan dan tatapan kejam para tentara (hlm. 83). Pada akhirnya Ibu berbohong demi memuaskan id Sora. Superego pun timbul dalam tokoh Ibu. Padahal sebagai seorang ibu tidak seharusnya ia berbohong. Mengingat Sora masih kecil dan trauma karena kejadian tersebut, Ibu memilih untuk berbohong menggunakan bahasa imajinasi.

3.3.2 Sora

Sora adalah anak delapan tahun yang sangat gemar membaca Ensiklopedia

Dinosaurus. Melalui buku tersebut segala id Sora terdorong untuk segera terpenuhi.

Terutama terpenuhinya janji sang Ibu untuk menceritakan tentang petualangannya seusai bekerja. Seorang anak kecil seusia Sora memiliki daya imajinasi tinggi yang haruslah terpenuhi. Dengan kata lain kehidupan yang mereka jalani sama menyenangkannya seperti di dalam dongeng bacaan mereka. Id Sora beranggapan bahwa pekerjaan ibunya merupakan suatu hal yang menyenangkan. Agar id Sora terpenuhi, bocah itu melakukan kesepakatan dengan sang ibu sebelum berangkat kerja.

(99) Bocah itu berusaha meyakinkanku, ini dunia ajaib rekaannya, segalanya menjadi mungkin. Pokoknya, Ibu bayangkan saja dan mencatatnya dengan baik, katanya (hlm. 74). Bagi anak seusianya dia tentu belum memahami yang terjadi pada sang ibu adalah sebuah trauma. Baru juga Ibu tiba dia telah menagih janji untuk diceritakan petualangan menyenangkan tersebut. Dengan polosnya dia pun mendengarkan cerita bohong ibunya tersebut. Seketika dirinya langsung riang tanpa peduli beban sang Ibu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

(100) “Ibu, ayo mulai cerita tentang Maiasaura! “ Sora menarik-narik lenganku. “Ibu lupa lagi ya? Ibu selalu begitu” (hlm. 83). (101) “Wajah Sora mulai cerah. Ia menimpali ceritaku. “Ya, Ibu… dan tiba- tiba datanglah T-rex, dum…dum…dum…! T-rex lapar ingin mencari mangsa (hlm. 84). Mau tak-mau ego sang Ibu muncul dan membohongi Sora demi menyenangkan anak jelmaan langitnya itu. Peran Ibu adalah tokoh penting dalam pembentukan karakter Sora. Penelitian ini menemukan struktur kepribadian Sora terlalu di dominasi oleh id. Sementara ego dan superego Sora belum dapat dikontrol.

3.3.3 Fahd

Sebagai korban yang merasakan dampak peperangan di daerah konflik tentunya membuat Fahd cukup terluka. Wajar saja membuat Fahd tidak dapat melupakan rasa bencinya terhadap peperangan tersebut. Ia semakin marah lantaran kematian kakak perempuannya yang sedang mengandung. Saat Ibu Sora tiba, Fahd langsung menceritakan kembali kenangan buruk tersebut.

(102) “Kakakku di sana! Di sebelah sana!” Fahd mulai mengais-ngais kenangannya. Kakaknya, Fatimah Barghoutti mati kehabisan napas di tengah antrean panjang (hlm. 75).

Tak sampai di situ ia terus menceritakan kejadian Fatimah meregang nyawa.

Tanpa sadar, penyampaian Fahd seperti mengajak pendengar untuk ikut dalam kesedihan yang dirasakannya. Saat mulai bercerita, Fahd dikuasai oleh id yang selalu mengajak untuk diselimuti amarah.

(103) Fahd mengenang, tubuh Fatimah selunglai tanaman putri malu yang terinjak sepatularas tentara. Di dalam tubuhnya ada nyawa yang lain, yang berdetak mengikuti irama jantungnya, yang sungsang di dalam perutnya sehingga membuat tulang panggulnya kesakitan. Darah mengucur deras dari selangkangannya, mobil tua yang membawanya meluncur kencang melintas jalan desa berbatu. Ia dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap. Tapi Fatimah terhalang jeruji, kawat, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

popor senapan. Semua kenangan yang dikais oleh ingatan Fahd adalah ceruk sungai berisi air mata. Fatimah akhirnya mati di depan pos pemeriksan. Bayi di dalam perutnya juga tak dapat diselamatkan di rumah sakit, kata Fahd sambil menyeka tangis dengan ujung lengan kemeja (hlm. 76).

(104) “Bayangkan, untuk melintasi tanah sendiri mereka harus tunduk, merayap, dan dibentak!” Kali ini suara Fahd bergetar marah. Tak lama, tubuh kami diguncang suara gelegar. Fahd semakin marah. “Lihatlah apa yang mereka lakukan pada kami!” Ia terus mengais begitu banyak cerita, menyebut nama-nama perempuan yang mati atau yang membayangkan kematian bersama bayi-bayi mereka di pos pemeriksaan atau dalam perjalanan ke rumah sakit (hlm. 77).

Pada kenyataannya dia memang merasa terpukul atas kepergian sang

Kakak. Ditambah setiap harinya harus merasakan peperangan di daerah konflik.

Namun, superego pun timbul dan mengajak Fahd untuk tidak bisa terus larut dalam amarahnya. Jika dia tetap memilih larut dalam idnya, Fahd tidak akan bisa menyampaikan kematian sang kakak dan para korban lainnya.

Pria itu pun mengambil jalan tengah dengan cara menjadi narasumber. Ego

Fahd dalam memilih menjadi narasumber yang menjadikan tokoh Ibu merasakan superego dalam pekerjaannya. Setidaknya dalam sumber kejadian tersebut Fahd dapat menyampaikan kisah yang sesungguhnya mereka alami. Ego Fahd membuat

Ibu Sora semakin emosional dalam setiap cerita yang disampaikannya. Terlihat dalam kutipan saat Fahd memandu perjalanan Ibu Sora.

(105) Fahd mengajakku kembali ke penginapan. Hari kedua penugasanku di Ramallah, lagi-lagi aku hanya menyumbangkan air mata (hlm. 81). (106) Fahd menenangkan. Katanya, banyak wartawan juga petugas kemanusian yang lunglai di tepi Barat dan Jalur Gaza. “Yang Anda saksikan di televisi dan di koran, hanya seujung kuku dari neraka yang kami alami di sini!” Fahd terus menghiburku. Ia menungguku selesai menangis (hlm. 81).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Kisah Fahd adalah sebuah kunci untuk mendorong ego dan superego tokoh

Ibu agar dapat terkontrol. Di setiap ceritanya, Ibu begitu tersentuh dan mengenang kembali waktu dirinya mengandung Sora. Melalui pengalaman Fahd tokoh Ibu dapat mengontrol id-nya. Sementara hadirnya tokoh Ibu menjadikan ego Fahd untuk mengontrol id dan tunduk pada superegonya. Kedua tokoh tersebut saat bekerja di lapangan sama-sama saling mempengaruhi dalam struktur kepribadian mereka. Tokoh Ibu terpengaruh dengan pengalaman Fahd, sementara tokoh Fahd terpengaruh oleh perannya sebagai narasumber tokoh Ibu.

3.4 Kajian Id, Ego, dan Superego Cerpen “Dapur”

Berlatar tempat sebuah dapur, menjadikan ketiga penghuninya memiliki struktur kepribadian yang berbeda dalam menanggapi permasalahan. Meskipun berbeda-beda karakter tidak memutus rasa cinta di antara ketiga tokoh wanita dalam cerpen ini. Berikut penjelasan kajian id, ego, dan superego yang terdapat dalam beberapa tokoh cerpen “Dapur”.

3.4.1 Kalyla

Kalyla adalah seorang anak yang tumbuh di dapur dan dibesarkan oleh seorang ibu tunggal, beserta pengasuhnya yang berasal dari Ambon. Sejak kecil

Kalyla banyak menghabiskan waktu di dapur. Saat Kalyla kecil, dia sering bermanja-manja pada Ibu dan Ruth. Waktu itu Kalyla baru belajar berjalan. Gadis kecil itu dengan polosnya mengompol di pangkuan Bu Andis yang penuh kasih sayang, begitu juga Ruth yang sabar dalam merawat Kalyla. Sebagai seorang anak kecil, saat itu Kalyla belum mengenal rasa bersalah sama sekali. Ini merupakan salah satu tahap awal perkembangan id Kalyla.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

(107) “Di pangkuan Ruth yang sarungnya selalu bau rempah dan terpercik minyak, aku bermanja. Di pangkuan Ibu, hamparan roknya yang selalu tersetrika licin, aku bebas tidur-tiduran. Terkadang aku mengencinginya, membuat Ibu melonjak, terkejut mendapati roknya kuyup dan pesing. Tapi Ibu punya penggambaran yang baik dan membuatku tidak merasa bersalah, “Engkau paling pandai membuat pulau-pulau…” (hlm. 191). Gadis itu pun tumbuh di dapur hingga semakin menyukai terigu.

Kesehariannya dihabiskan dengan mempersiapkan bahan untuk memasak. Ketiga perempuan itu sangat sibuk di dapur. Hingga suatu hari terjadi kerenggangan di antara mereka bertiga. Kalyla mendengar kabar bahwa sang ibu menjadi pacar gelap pejabat. Mendengar hal tersebut awalnya Kalyla tidak percaya. Pada bagian inilah superego Kalyla muncul. Sebagai seorang anak yang lebih memahami sang ibu, dirinya tidak begitu percaya.

(108) Aku tidak mudah percaya pada cerita jelek tentang Ibu. Bagaimanapun perempuan itu adalah ibu kandungku, yang padanya segala kebanggaanku kusematkan. Hanya pada Ibu dan Ruth aku membagi kesedihan dan kegembiraanku. Meski barangkali saja, Ibu tidak selamanya ingin membagi kesedihan dan kegembiraan denganku (hlm. 198).

Ternyata superego Kalyla tidak bertahan lama, secara sadar dia akhirnya mulai dipengaruhi oleh id-nya. Kalyla pun mencoba meyakinkan Ruth untuk mencari tahu rasa penasarannya. Dirinya tidak puas hanya dengan sekali mendengar cerita itu. Dia pun berkali-kali terus menanyakan berita tersebut kepada Ruth tanpa menyerah.

(109) “Apa itu betul, Ruth?” Tak ada jawaban. “Apa itu betul, Ruth?” Besoknya kutodong lagi. Tetap tak ada jawaban. Wajah Ruth kini pasi seperti terigu. “Apa itu betul, Ruth?” Aku tetap tak menyerah. Kusodorkan wajah yang tak kalah pucatnya. “Apa itu betul, Ruth?” Ruth tua masih mengulen terigu. Aku terus bertanya. Hingga Ruth menjadi tampak semakin tua dan membosankan, dengan rambut yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

seluruhnya memutih, seperti ketumpahan satu baskom terigu (hlm. 199). Saat isu sudah semakin berkembang Ruth masih tetap bungkam. Sampai akhirnya Kalyla pun melampiaskan amarahnya pada adonan roti. Kegiatan itu sama dengan yang dilakukan Ruth. Pada kenyataannya mereka mengikuti ego untuk memilih melampiaskan rasa penasaran mereka terhadap dapur dan makanan.

(110) Tapi Ruth tetap memilih diam. Aku pun akhirnya menyerah, berhenti kasak-kusuk, lalu memilih mengikuti kebiasaan Ruth membanting adonan roti sekeras dan sekalis mungkin. Melampiaskan amarah pada terigu! (hlm. 200). Tokoh Kalyla kembali secara tak sadar masih diselimuti rasa penasaran dengan semua rahasia Ibunya. Ia terus menebak-nebak rahasia ibunya. Terkadang

Kalyla melihat sang ibu menangis saat merawat tanaman. Suasana dapur semakin sepi semenjak kepergian Ruth. Kalyla lebih banyak melamun di dapur. Suatu hari perempuan cantik itu berjalan dengan tegas ke kantor pemerintahan dan meluapkan amarahnya ke bagian “Kepala Bagian Keuangan”.

(111) Langkah perempuan itu gegas dan tegas. Di wajahnya terlihat seribu api kemarahan yang berkobar. “Aku, Kalyla, pengusaha katering yang kata orang secantik Ibu. Yang membedakan kami, aku mudah naik pitam, meludahi kuitansi kosong yang dibawa para pegawai rendahan, memaki-maki ajudan para pejabat tinggi yang mencoba mengatur kencan-kencan gelap untuk atasannya, dan naik pitam pada pejabat yang mencoba mengatur-atur harga. Aku tidak punya senyum untuk mereka, seperti yang diberikan Ibu bertahun yang lalu” (hlm. 202). Pada penjelasan di atas, Kalyla dengan tegas menolak rasa sakit yang menimpa sang Ibu. Dia tidak mau diatur dan terjebak dalam sebuah ikatan yang membuat dirinya tidak nyaman. Kalyla memilih untuk bersuara dan menyampaikan perasaannya. Sifat tegas yang ada pada diri Kalyla membuat ego dan superegonya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

dapat seimbang. Begitu juga dengan id yang dimilikinya terkadang cukup menonjol

(mendominasi), akan tetapi dapat dikontrol.

3.4.2 Ibu/Bu Andis

Saat Kalyla masih kecil, Bu Andis memiliki kepribadian yang baik, penyayang, dan sabar. Di masa-masa Ruth sedang terluka pada masa kerusuhan

Ambon, Bu Andis hadir sebagai majikan yang bijak. Dia memahami kondisi yang sedang dihadapi Ruth.

Semenjak usaha kateringnya maju dan sering dikunjungi para karyawan pemerintahan, Bu Andis mulai berubah. Pada awalnya ia masih melayani para pegawai tersebut. Hal ini lantaran sebagai penjual, dirinya harus melayani konsumen dengan baik (superego). Namun, id para pegawai pemerintahan tersebut membuat hubungan segalanya menjadi renggang.

(112) “Mereka membungkuk-bungkuk, lirik-lirik, lalu berdeham. Kadang juga ada yang pura-pura sibuk memencet kalkulator, menghitung- hitung angka seperti anak SD mengerjakan soal ulangan Matematika, kemudian berkata, “Waduh maaf Bu Andis…anggaran rapatnya hanya lima juta, apakah kami bisa dapat diskon sedikit…?” Atau…”Begini Bu Andis, bisakah kami bayar sekalian tiga bulan depan, disatukan dengan anggaran makanan rapat dua bulan berikutnya? Nanti ada sedikit persekot untuk Bu Andis….” (hlm. 195).

Perlakuan semena-mena mereka melahirkan gosip yang membuat Bu Andis berubah menjadi seorang ibu yang memiliki segudang rahasia. Ego Bu Andis semakin tidak terkontrol. Perempuan yang hobi menyanyi itu sering bertingkah aneh di dapur. Dia lebih memilih melampiaskan segala amarah dan kesedihannya dalam memasak. Namun, hal tersebut membuat sang anak dan Ruth merasa heran.

(113) Mengapa Ibu mencincang bawang merah dengan mata basah. Menangiskah ia? Ibu membanting adonan roti dengan amarah, yang membuat meja dapur bergetar kencang. Ibu mengamuk menggetar-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

getarkan dapur. Lantai keramik seperti hendak retak, tak kuat menampung amarahnya. Panci-panci terdengar bersahutan gaduh menghadirkan rasa ngilu di telinga (hlm. 196). Hari demi hari perempuan cantik itu terus menghabiskan waktunya mengurus dapur. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dirahasiakannya sehingga membuat anak gadisnya memperhatikan di kejauhan. Perilakunya menjadikan orang sekitarnya diselimuti rasa penasaran. Menyimpan rahasia tersebut merupakan bagian dari id Bu Andis dilihat dari sudut pandang Kalyla.

(114) Tapi Ibu juga adalah sebuah gua rahasia yang gelap, pengap dan tidak memberi petunjuk apa-apa. Seperti ia menutup mulut merahasiakan resep-resep masakan unggulannya, ia juga memasang gembok berlapis-lapis terhadap sebagian kisah hidupnya (hlm. 198-199).

Padahal sesungguhnya Ibu menyimpan rahasianya demi menjaga orang- orang terdekatnya. Tanpa disadari rasa marah dan tangisan itu sesungguhnya adalah sebuah ungkapan yang tidak tertahankan. Di balik ego Ibu tersebut tanpa disadarinya tersimpan sebuah superego yang tertutup rapat. Secara nyata Ibu hanya bisa melampiaskan amarahnya pada kegiatan di dapur.

(115) Desas-desus itu, bahwa Ibu menjadi pacar gelap petinggi di kantor pemerintahan, sehingga bisa menguasai proyek penyediaan makanan dan minuman di berbagai instansi, kini menggelut di langit-langit dapur kami (hlm. 199). (116) Di hari-hari ketika Ibu menangis sambil mengiris bawang, Di hari-hari ketika ia membanting adonan roti penuh kemarahan, adalah saat-saat di mana ia begitu letih memikul rahasia itu sendiri. Ibu kelelahan menghadapi berbagai cerita tentang proyek logistik yang dikuasainya hingga serangkaian affair dengan pejabat pemerintah (hlm. 200). Namun, sesungguhnya dia tertekan akibat isu tentangnya menjadi pacar gelap petinggi. Secara kuasa dan statusnya sebagai janda, Ibu tidak dapat melakukan tindakan apapun. Hingga pada akhirnya para penguasa tersebut dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

mengendalikan Bu Andis melalui pemesanan dengan kuitansi kosong. Kemudian semakin maju usaha kateringnya juga lantaran isu bantuan dari pejabat pemerintahan. Sejak kejadian itulah isu-isu mulai berkembang dan semakin hari panas bagaikan minyak mendidih.

Pada suatu hari Bu Andis tidak lagi menangis dan suasana hatinya sudah cukup membaik. Perempuan yang gemar memakai one-piece dress itu, mengajak

Kalyla dan Ruth berlibur. Mereka bertiga menghabiskan waktu ke Pulau Jawa.

Secara tak sadar Bu Andis mewujudkan keinginan Ruth yang selama ini ditahannya. Ternyata liburan itu merupakan piknik terakhir mereka. Sebulan kemudian Ruth meninggal akibat serangan jantung.

Liburan tersebut merupakan ego ibu untuk liburan keluarga. Namun, secara tak sadar hal tersebut mewujudkan id terpendam Ruth. Sampai di akhir cerita pun tokoh Ibu begitu kuat dengan rahasia yang disembunyikannya. Dia sesungguhnya terjebak di antara ego dan superego. Karakternya yang berubah membuat struktur kepribadiannya sulit untuk dikontrol. Tokoh ibu memiliki struktur kepribadian yang tidak seimbang, bahkan bisa dikatakan abstrak atau tidak beraturan.

3.4.3 Ruth

Pengasuh dari Ambon ini sebenarnya sangat terobsesi dengan Pulau Jawa.

Sama halnya dengan Kalyla, Ruth dulu memiliki id yang terpendam hingga dewasa.

Sejak kecil dia bercita-cita naik kereta api di Pulau Jawa. Namun, lantaran id lain, yaitu mabuk laut, Ruth menolak untuk berlayar ke pulau tersebut.

(117) Yang aku tahu, Ruth memang sangat terobsesi dengan Pulau Jawa. Lewat cerita perempuan-perempuan tua di kampungnya, yang pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

menemani suami mereka bertugas sebagai tentara KNIL di kota-kota besar Jawa di masa peperangan kemerdekaan. Kata Ruth, dari kecil ia bercita-cita naik kereta api di Pulau Jawa (hlm. 192). (118) “Saya mabuk laut, pelayaran ke Jawa butuh waktu lama. Saya lebih baik ikut Paman ke Makassar, yang lebih dekat” (hlm. 192).

Pada akhirnya ego perempuan yang mencintai terigu itu memilih ikut pamannya ke Makassar. Di sebuah rumah sakit bersalin, pada saat bekerja di bagian nutrisi Ruth memulai pengabdian sederhananya. Saat itu dia mulai mengasuh lantaran Bu Andis bepisah dengan ayah Kalyla. Sejak saat itu Ruth memutuskan untuk setia merawat Kalyla dan tidak akan meninggalkan Bu Andis. Kejadian tersebut merupakan superego yang lahir dalam hubungan Bu Andis dan Kalyla, yaitu hubungan emosional kekeluargaan yang kuat di antara ketiganya.

Perempuan jenaka itu pun beranjak tua. Saat sedang mengulen terigu di dapur. Ruth menangis menyaksikan kerusuhan Ambon yang ditayangkan di televisi. Dia mengutuk tayangan tersebut dengan penuh kebencian. Sebagai seseorang yang berdarah Ambon tentunya hal tersebut membuat Ruth terluka.

(119) Ruth yang sudah beranjak tua tetap mengulen terigu di dapur kami, dengan air mata mengutuki gambar-gambar penuh kebencian dan permusuhan yang ditayangkan di televisi,”Kenapa mesti saling bunuh? Kenapa…?” (hlm. 194). Sebagai pelampiasan rasa sedih dan amarahnya. Ego Ruth memilih untuk melampiaskan kesedihannya pada adonan di dapur.

(120) Dalam sedih dan amarahnya di dapur, ia membanting sekeras- kerasnya adonan donat dan roti yang sedang kami olah. Di masa-masa kerusuhan Ambon berlangsung, roti buatan Ruth menjadi kenyal dan empuk (hlm. 194). Ruth semakin bertambah tua di dapur yang kini semakin ramai. Suasana dapur sedang sibuk mempersiapkan pesanan para pelanggan. Terutama semakin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

banyaknya pesanan dari kantor pemerintahan. Kesibukan tersebut ternyata menimbulkan suasana yang tidak menyenangkan untuk kedua majikannya. Bu

Andis digosipkan menjadi pacar gelap pejabat. Awalnya mereka kesal dengan kebiasaan para pegawai yang selalu menyodorkan kuitansi kosong dan meminta potongan harga. Lama-kelamaan Ruth tidak banyak berbicara lagi dengan Kalyla.

Sebagai seorang pekerja kepercayaan keluarga Kalyla, Ruth tidak terlalu begitu percaya dengan gosip yang beredar. Lantaran tali kepercayaan tersebut Ruth tetap diam mengetahui berita tersebut. Sikap Ruth tersebut merupakan superego.

Dirinya sudah lama bekerja dan telah memiliki tali ikatan kekeluargaan. Hal tersebut tentunya membuat Ruth lebih memilih bungkam untuk kebaikan bersama.

(121) Tapi entah kenapa, kali ini Ruth tak berani mengambil inisiatif. Ia kehilangan spontanitasnya. Ruth, perempuan bertubuh legam dan kekar yang sudah menemaniku sejak bayi itu, memilih membenamkan kepala di dalam baskom terigu (hlm. 197).

Sebagai orang terdekat Kalyla dan Bu Andis, Ruth tidak dapat menahan superegonya lama. Pada akhirnya, dia dipengaruhi oleh id yang menuntunnya untuk menyampaikan berita tersebut pada Kalyla.

(122) “Kali ini persoalannya berat…,” Ruth buka suara, di hari keempat saat suasana dapur semakin mirip medan perang. Ruth berbisik sangat lirih menyampaikan prahara yang membuatku diguncang-guncang gempa (hlm. 198).

Saat itu suasana dapur tak lagi setegang desas-desus Bu Andis. Suatu hari

Bu Andis mengabulkan keinginan Ruth pergi ke Pulau Jawa. Mereka bertiga pergi berlibur untuk menghilangakan rasa stres. Ternyata setelah keinginannya terwujud, perempuan bertubuh kekar itu meninggal dunia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Tokoh Ruth pun dapat mewujudkan cita-citanya sebelum kepergiannya.

Pengabdian tokoh Ruth hadir sebagai penengah di antara ibu dan anak. Pada cerpen ini tokoh Ruth merupakan tokoh yang memiliki karakter netral. Hal tersebut dipengaruhi oleh ego dan superegonya yang mendominasi. Struktur kepribadian lainnya yaitu id, masih dapat teratasi. Sebagai orang yang polos, terkadang Ruth juga memiliki keinginan terbuka seperti saat dalam kutipan (120). Dia lebih memilih memberitahu kejadian sesungguhnya pada Kalyla.

3.5 Rangkuman

Pada bab iii ini telah dilakukan analisis struktur kepribadian terhadap tiga cerpen karya Lily Yulianti Farid. Tiga cerpen tersebut berjudul “Ayahmu Bulan,

Engkau Matahari”, “Maiasaura”, dan “Dapur”. Ketiganya memiliki struktur kepribadian yang berbeda dalam setiap tokohnya.

Penjelasan 3.2.1 dan 3.2.2 menyimpulkan struktur kepribadian dalam cerpen

“Ayahmu Bulan, Engkau Matahari” bahwa tokoh Jannah memiliki struktur kepribadian yang stabil. Perkembangan struktur kepribadian tokoh Jannah menghantarkan kehidupannya pada puncak kesuksesan. Dia memiliki ego dan superego yang dapat bekerja sama. Sejak kecil Jannah hidup dalam ketidaksadaran id dan superego Nenek. Keinginan Nenek agar sang cucu melupakan rasa sedihnya tidak terwujud. Akan tetapi secara tidak sadar dia berhasil mendorong ego dan superego sang cucu. Sedangkan Nenek lebih mendominasi id dan superego yang ditanamkan pada Jannah. Sementara egonya berbanding terbalik dengan id-nya.

Jannah lebih memilih untuk mematikan rasa keinginannya dan menerima rasa sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Mengenai struktur kepribadian Nenek, yaitu cenderung tidak seseuai kenyataan

(ego) tokoh utama Jannah. Struktur kepribadian keduanya dapat terkontrol.

Dalam cerpen “Maiasaura” pada kenyataanya Ibu terjebak dalam ego, terlihat pada penjelasan 3.3.1. Ego mengajaknya berbohong karena superego yang dimilikinya. Dia tidak dapat menceritakan pengalaman bekerjanya karena hal tersebut berbanding terbalik dengan id sang anak. Saat bekerja tokoh Ibu mengalami trauma ketika melihat seorang ibu yang kehilangan anaknya. Maka dari itu, Ibu berbohong demi memuaskan id Sora. Superego pun timbul karena trauma dan mengingat Sora masih kecil, beliau memilih untuk berbohong menggunakan bahasa imajinasi.

Berdasarkan penjelasan 3.3.3, tokoh Fahd merupakan tokoh penting dalam perkembangan struktur kepribadian Ibu. Sebagai korban Fahd tidak mau larut dalam amarahnya, maka dari itu ego hadir memilih dirinya sebagai narasumber.

Melalui peran tersebutlah Fahd mampu mengalihkan id Ibu yang begitu mendominasi. Sehingga tokoh Ibu mampu mengontrol id, ego, dan superegonya.

Begitu juga sebaliknya dengan tokoh Fahd. Kedua tokoh orang dewasa tersebut dapat mengendalikan struktur kepribadiannya. Sementara, tokoh Sora yang merupakan anak berusia delapan tahun yang masih didominasi oleh id. Hal tersebut masih terbilang wajar karena usianya yang masih dikatakan belum cukup mampu mengontrol struktur kepribadian miliknya.

Kemudian pada Cerpen “Dapur” tokoh utama, yaitu Kalyla memiliki karakter yang penyayang dan tegas. Dijelaskan dalam pembahasan 3.4.1 tokoh

Jannah memiliki struktur kepribadian yang lebih didominasi oleh id. Terkadang id

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

tersebut cukup menonjol. Akan tetapi dapat diatasi. Perubahan karkter pada jalan cerita membuat struktur kepribadiannya tidak beraturan. Pada awalnya superegonya bekerja dan mematuhi hubungan ikatan kepercayaan anak dengan ibu. Namun, superego dikalahkan oleh keinginan id yang begitu tidak menyerah untuk menolak rasa ketidaknyamannan. Dia memilih jalan tengah sesuai keinginan id-nya yaitu marah menolak rasa ketidaknyamanan. Kemudian sifat tegas yang ada pada diri

Kalyla membuat ego dan superegonya dapat seimbang.

Kemudian dalam penjelasan 3.4.2, tokoh Bu Andis merupakan karakter yang penyayang dan tertutup. Bu Andis memang menyayangi Kalyla dan Ruth, karena hal terebut dia tidak dapat bercerita mengenai kesulitan yang dihadapinya.

Konflik yang timbul akibat id tokoh para pekerja pemerintahan yang membuat tokoh ibu terjebak dalam superegonya sendiri. Dia memiliki struktur kepribadian yang tidak beraturan. Akibat inilah yang memancing struktur kepribadian Kalyla menjadi lebih dominasi. Namun, tokoh ibu sendiri berhasil mewujudkan id terpendam yang ada pada tokoh Ruth.

Seperti yang dijelaskan pada 3.4.3, Ruth berperan sebagai penengah di antara dua hubungan ibu dan anak. Karakternya yang jenaka mewarnai suasana dapur. Secara tak sadar Ruth memiliki id yang selalu dipendamnya, tetapi sebagai manusia Ruth juga memiliki id yang tidak terkontrol. Pada kutipan (120) pada akhirnya ada sebagian id Ruth yang tersampaikan. Dia juga memiliki ego dan superego yang seimbang. Keduanya berjalan beriringan. Menjadi orang yang setia pada majikannya, tokoh Ruth mampu mengendalikan struktur kepribadiannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masalah dalam penelitian ini adalah (i) mengidentifikasi tokoh dan penokohan dalam tiga cerpen karya Lily Yulianti Farid dan (ii) megidentifikasi struktur kepribadian dalam tiga cerpen karya Lily Yulianti Farid. Kedua masalah tersebut telah dibahas dalam bab ii dan iii.

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga cerpen karya

Lily Yullianti Farid memiliki tokoh dan penokohan yang berkaitan dan saling memengaruhi struktur kepribadian para tokohnya. Ketiga cerpen itu berjudul

“Ayahmu Bulan Engkau Matahari”, “Maiasaura”, dan “Dapur”. Masing-masing tokoh memiliki struktur kepribadian yang kurang beraturan atau tidak seimbang.

Ada yang mendominasi dan tidak dapat mengontrol struktur kepribadiannya.

Dalam struktur kepribadian para tokoh cerpen “Ayahmu Bulan Engkau

Matahari” menyimpulkan tokoh Jannah memiliki struktur kepribadian yang dipengaruhi oleh tokoh Nenek. Akan tetapi struktur kepribadiannya yang berupa superego dan ego berbanding terbalik dengan keinginan sang Nenek. Karakter

Jannah yang mandiri, tegas, dan teguh pada pendirian tidak dapat memenuhi keinginan Nenek. Berdasarkan karakternya ego Jannah lebih memilih untuk mengabdikan dirinya dengan membantu orang lain. Berdasarkan analisis peneliti,

Jannah mampu mengendalikan struktur kepribadiannya meskipun tumbuh tanpa kasih sayang orang tua. Berbeda dengan id Nenek bekerja berdasarkan prinsip

64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

kesenangan, tetapi dengan tujuan memenuhi kepuasan Jannah. Struktur kepribadian keduanya masih dapat terkontrol.

Cerpen yang kedua, yaitu “Maiasaura”. Cerpen ini memiliki dua tokoh orang dewasa yang struktur kepribadiannya saling memengaruhi. Lalu memiliki satu orang tokoh anak-anak yang memiliki karakter imajinatif. Tokoh Ibu dan Fahd adalah karakter orang dewasa yang memiliki ego dan superego yang stabil. Mereka dapat menolak keinginan id yang mencari rasa kepuasan semata. Berbeda dengan tokoh anak bernama Sora yang selalu ingin mencari kepuasan dengan ingin terpenuhinya imajinasi. Karakternya yang polos menjadikan ego dan superego yang belum terbentuk.

Kemudian dalam cerpen yang ketiga, berjudul “Dapur”. Tokoh utama bernama Kalyla yang memiliki sifat penyayang, rasa ingin tahu, dan tegas. Sikap tegasnya menjadikan struktur kepribadian bagian idnya lebih mendominasi. Tokoh kedua, yaitu Ibu yang berkarakter penyayang dan tertutup. Id Kalyla lebih mendominasi karena superego Ibu yang mendominasi. Tokoh Ibu memiliki rahasia yang tidak ingin diketahui orang sekitarnya. Dia lebih terikat oleh id orang lain dan terjebak dalam ego dan superegonya sendiri sehingga struktur kepribadiannya tidak beraturan. Sedangkan tokoh Ruth dapat menahan idnya dan mengontrol ego serta superegonya. Intinya Ruth memiliki struktur kepribadian yang seimbang.

4.2 Saran

Penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Setelah semua permasalahan terjawab, ada beberapa saran yang dapat diajukan. Saran-saran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

tersebut mungkin dapat dilanjutkannya penelitian tentang psikoanalisis sastra dalam antologi cerpen Ayahmu Bulan Engkau Matahari karya Lily Yulianti Farid.

Misalnya, dari segi struktur kepribadian, dinamika kepribadian, perkembangan kepribadian, dan karakter kepribadian dalam antologi cerpen lebih mendalam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Brigitha Dina. 2015. “Kajian Id, Ego, dan Superego dalam Diri Tokoh Nayla dan Tokoh Ibu dalam Novel Nyala Karya Djenar Maesa Ayu: Sebuah Kajian Psikoanalisis”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Astanti, Paskaria Tri. 2015. “Mekanisme Pertahanan Diri Tokoh dalam Novel Pintu Karya Fira Basuki: Kajian Psikoanalisis”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Daulay, Mhd Anggie Januarsyah. 2012. “Psikoanalisis Sigmund Freud pada Antologi Cerpen Karya Seno Gumira Ajidarma” dalam Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Medan, Vol. 27, No. 1, (hlm. 37- 49). Farid, Lily Yulianti. 2012. Kumpulan Cerpen: Ayahmu Bulan, Engkau Matahari. : PT Gramedia Pustaka. Freud, Sigmun. 2002. Psikoanalisis Sigmund Freud. Diterjemahkan oleh Ira Puspitorini dari judul asli A General Introduction to Psychoanalysis. Yogyakarta: Ikon Teralitera. Minderop, Albertine. 2013. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Moesono, Anggadewi. 2003. Psikoanalisis dan Sastra. Depok: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Safi’i, Imam. 2018. “Karakter Tokoh dalam Cerpen Langit Tak Lagi Biru dan Masa Depan Kesunyian Karya Radhar Panca Dahana” dalam Buletin Al- Turas: Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama Vol. XXIV, No. 1, (hlm. 35-50). Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Taum, Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Flores: Nusa Indah. Tambunan, Marlina Angkris.2015. ”Kajian Stilistika, Nilai Pendidikan Karakter dalam Kumpulan Cerpen Ayahmu Bulan, Engkau Matahari Karya Lily Yulianti Farid dan Relevansinya dengan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Perguruan Tinggi”. Tesis pada Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Pascasarjana, Universitas Negeri Surakarta, Surakarta.

67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pranoto, Naning. 2015. Seni Menulis Cerita Pendek: Creative Writing. Jakarta Timur: PT. Opuss Agrapana Mandiri. Puspitasari, Putri Dyah Wahyu. 2016. “Kepribadian Tokoh Utama Viktor Larenz dalam Roman Die Therapie Karya Sebastian Fitzek Teori Psikoanalisis Freud”. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Waluyo, Herman. J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Wellek, Rene dan Austin Waren. 1990. Teori Kesusatraan. Diterjemahkan oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia. Wellek, Rene dan Austin Waren. 1993. Teori Kesusatraan. Diterjemahkan oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.

68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

Sinopsis Cerpen “Ayahmu Bulan Engkau Matahari”

Ketika engkau lahir, malam seperti meledak. Engkau, bayi merah yang berlabuh tenang di dada Ibu, lahir bersama letusan senjata di langit malam, di tengah suasana kampung yang ricuh. Tangisan pertamamu tenggelam oleh suara tangis ketakutan yang lebih kencang di luar sana. Kabar kelahiranmu datang bersama sebuah kabar buruk: jembatan penghubung satu-satunya di kampungmu telah digergaji gerombolan pemberontak, membuat dukun beranak dari kampung sebelah tak mungkin mencapai rumahmu.

Nenek di ujung ranjang menyaksikan kelahiranmu dengan mulut ternganga sempurna. Engkau, cucunya, mendesak minta dilahirkan, kepalamu muncul dengan rambut lebat hitam berbalur anyir darah dan air ketuban, disusul sepasang kaki menendang liar ke udara, serta sepasang tangan yang bergerak pelan dengan sepuluh jari membuat kepalan mungil.

“Sebentar kupanggil orang-orang untuk mengangkatmu…” Nenek terpongoh mengatur upaya penungsian, di tengah riuh suara kentongan tanda bahaya, desing tembakan, dan suara-suara yang membuat seluruh kampung dipeluk ketakutan. Sebuah bunker di halaman belakang menjadi kamar tidur pertamamu, di pangkuan ibumu yang merintih, di dekapan nenekmu yang terus terjaga mendoakanmu hingga pagi. Kau melewati pagi pertamamu di dunia, dalam keadaan gelap gulita di bawah tanah.

Ayahmu berjanji akan memberimu nama. Tetapi ia lelaki yang tak pernah beruntung mendapat kesempatan pulang setelah kerusuhan itu. “Panggil saja dia untuk sementara: Jannah. Ia surga yang sebenar-benarnya,” kepada orang-orang kampung yang datang satu per satu mendoakan kelahiranmu, dua hari setelah gerombolan pergi. “Nama sementara”, sebenarnya adalah doa Nenek, harapan yang ditanamnya pada matahari dan bulan yang terbit bergantian: bahwa ayahmu akan pulang satu-dua hari setelah gerombolan meninggalkan kampung.

69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Namun, pada akhirnya “nama sementara” itu kau sandang selamanya. Jannah. Setelah berbulan-bulan berlalu, kekacauan gerombolan pemberontak yang hanya sekejap itu ternyata membawa pergi ayahmu untuk selama-lamanya. Ayahmu, lelaki kebun yang sederhana itu, akhirnya diabadikan dalam sebuah nisan di halaman belakang rumah. Nisan yang di depannya terlentang gundukan tanah yang sebenarnya tidak pernah digali untuk menguburkan jasadnya. Satu nisan yang menyimpan versi kematian yang berbeda-beda.

Di rumahmu, ibumu menjadi lebih banyak diam setelah melahirkanmu. Orang-orang kampung malah percaya, ibumu menjadi bisu setelah melahirkanmu. Ia lebih banyak duduk di beranda, menyusuimu sambil menangis. Hanya Nenek yang tegar mengajarimu tersenyum. Ia mengajakmu memandang bulan dan matahari, kemudian bercerita bahwa seperti dua bola langit itu, kau dan ayahmu tidak pernah bertemu. “Tapi kalian saling mencari, saling merindukan, saling menjaga…”

Dari tahun ke tahun, perempuan tua itu merawatmu dengan cara terbaik yang dipahaminya. Diguntingnya bulu matamu di usia tiga bulan, agar kelak tumbuh lentik. Dimandikanya tubuhmu dengan berbagai rempah dan dedaunan, agar bau tubuhmu hingga dewasa kelak adalah ruah aroma perempuan yang wangi dan terawat. Belum lagi kau menginjakkan kakimu ke halaman sekolah, Kau telah melewati akhir pekan dengan melafal abjad dan angka. Di hari Jumat, Nenek membawamu ke ibu kota kabupaten, meminta tolong kepada biarawati Belanda yang bertugas di gereja Katolik di kota kecil itu untuk mengajarimu baca-tulis, melukis, dan bahasa Inggris.

Nenekmu, pengusaha rokok tembakau yang terkenal. Di pekan ketiga setiap bulan ia berangkat ke ibu kota provinsi, mengawal kardus-kardus rokok tembakaunya. Sepulanganya dari kota, ia membelikanmu buku-buku terbaik di satu-satunya toko buku yang ada di sana. Dimintanya Suster Juliana memperlihatkan kartu-kartu pos berbagai kota dunia kepadamu. Nenekmu ingin, agar imajinasimu terbang menembus awan, menjelajahai samudra, dan hinggap di kota-kota terbaik di lima benua, justru di saat kedua kaki kecilmu menjejak tanah

70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kampung yang basah, yang sepanjang jalannya diteduhi pohon asam, dipagari kembang bougenville dan asoka.

Doa nenekmu yang berhati baja, serta doa ibumu yang bisu, menjelma sayap terbaik bagi dirimu, yang membuatmu terbang dan hinggap ke kota-kota terbaik di lima benua. Kau terbang, hinggap, dan terbang lagi, seperti hendak memastikan bahwa gambar-gambar kartu pos Suster Juliana bukan isapan jempol belaka. Apa kemudian kau pahami, bahwa korban perang, orang lapar yang meregang nyawa, yang berserakan di setiap benua, tidak pernah menghiasi kartu-kartu pos itu.

Dalam penugasanmu ke tenda-tenda korban gempa di Kashmir, kau menunjuk-nunjuk riang ke arah bulan dan menjulukinya sebagai benda langit yang lupa pulang, di kala langit telah terang. Kau tersenyum senang, ketika bulan memang menjadi “keras kepala” tidak juga mau tenggelam, ketika matahari bersiap menjalankan tugas memancarkan jelujur sinarnya. Kau temui kegirangan yang luar biasa. Di waktu-waktu tertentu di musim dingin, perasaanmu membucah, membayangkan bahwa ayahmu, bulan yang lembut keperakan itu, menemuimu, Janah, sang matahari yang tegar.

Aku gadis kecil yang kadang-kadang mendesak-desak agar engkau berhenti menangis mengenang ayahmu, memberi waktu untuk diri sendiri, memikirkan hal- hal yang menyenangkan, dan menggelar pesta ulang tahunmu. Engkau mematikan keinginan-keinginan, yang sebenarnya sangat wajar dan dimiliki banyak perempuan mana pun di dunia ini. Tapi kau membentakku, mengatakan bahwa aku tak pantas memikirkan kesenangan lagi di saat di bagian di dunia ini banyak orang yang mati kelaparan atau tewas percuma dalam konflik.

Engkau menghabiskan waktu di belahan bumi yang jauh dari kampungmu agar kau lupakan semua cerita sedih kelahiranmu. Engkau tumbuh tegar dan tidak pernah terkalahkan. Kukuh dalam kepungan keterasingan dan rasa sepi. Yang aku tidak paham, mengapa engkau tidak memberi ruang untuk memikirkan diri dan kehidupanmu sendiri.

71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sinopsis Cerpen “Maiasaura”

Sora memberi izin untuk perjalanan jauh yang kutempuh dengan satu syarat: bawalah pulang cerita tentang maiasaura, Ibu!

Aku adalah maiasaura dan Sora adalah T-rex. Aku dengan seribu teman lainnya. T-rex sendirian mencari mangsa. Siap bertarung. Sora mengajakku memabaca ensiklopedia perjalanan Bumi dengan suara lantang: periode Pre- Cambrian 570 juta tahun lalu. Hei, kita sudah memainkan episode ini, Ibu!

Bocah itu berusaha meyakinkanku, ini dunia ajaib rekaannya, segalanya menjadi mungkin. Pokoknya, Ibu bayangkan saja dan mencatatnya dengan baik. Ia lalu mengantar kepergianku dengan lambaian yang mengingatkan pada dedaunan dan bebungaan yang mengucapkan selamat jalan pada musim yang selesai. Bibirnya bergerak cepat mengeja pesan: jangan lupa cerita tentang maiasaura! Sora menyelipkan Ensiklopedia Dinosaurus ke dalam tas kerjaku, lalu mengulang pesan: Ibu jangan sampai lupa.

Perjalanan kali ini menempuh jarak 5.739 mil dari rumah. Sungguh jauh. Seorang teman bercerita tentang bayi-bayi yang menangis di dalam perut ibu mereka. Aku bertemu Fahd di kaki bukit, tak jauh dari pos pemerikasan Qalandiah yang memisahkan Ramallah dan Jerusalem. Kakakku di sana! Di sebelah sana! Fahd mulai mengais-ngais kenangannya. Kakaknya, Fatimah Barghouti mati kehabisan napas di tengah antrean panjang.

Sepanjang perjalanan Fahd mengenang, tubuh Fatimah selunglai tanaman putri malu yang terinjak sepatularas tentara. Di dalam tubuhnya ada nyawa yang lain, yang berdetak mengikuti irama jantungnya, yang sungsang di dalam perutnya sehingga membuat tulang panggulnya kesakitan. Darah mengucur deras dari selangkangannya, mobil tua yang membawanya meluncur kencang melintas jalan desa berbatu. Ia dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap. Tapi Fatimah terhalang jeruji, kawat, dan popor senapan. Semua kenangan yang dikais oleh ingatan Fahd adalah ceruk sungai berisi air mata. Fatimah akhirnya mati di depan pos

72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pemeriksan. Bayi di dalam perutnya juga tak dapat diselamatkan di rumah sakit, kata Fahd sambil menyeka tangis dengan ujung lengan kemeja.

Bayangkan, untuk melintasi tanah sendiri mereka harus tunduk, merayap, dan dibentak!” Kali ini suara Fahd bergetar marah. Tak lama, tubuh kami diguncang suara gelegar. Fahd semakin marah. “Lihatlah apa yang mereka lakukan pada kami!” Ia terus mengais begitu banyak cerita, menyebut nama-nama perempuan yang mati atau yang membayangkan kematian bersama bayi-bayi mereka di pos pemeriksaan atau dalam perjalanan ke rumah sakit.

Betapa berbedanya masa-masa kehamilan yang aman, tenang, dan berbahagia yang kualami di bagian lain belahan bumi ini. Di Ramallah, mendengar kisah Fatimah Barghoutti, melihat daftar yang disodorkan teman-teman petugas kemanusiaan yang mengawasi semua kekejian di pos-pos penjagaan. Aku membayangkan bayi-bayi di tepi Barat, di jalur Gaza, dan tempat-tempat pengungsian Palestina telah menangis jauh sebelum mereka mencapai usia 30 minggu di rahim ibu.

Seorang ibu hamil digotong masuk ke rumah sakit dalam keadaan tak bernyawa. Kakiku rasanya melayang. Aku ikut meraung. Sebelumnya kami sempat tersenyum mendengar kabar, ada bayi yang lahir selamat di pos Qalandiah sore tadi dan kini telah ditangani di ruang gawat darurat. Tapi semenit kemudian, drama kemanusiaan ini beralih begitu cepat: seorang ibu lainnya mati bersama bayinya.

Fahd menenangkan. Katanya, banyak wartawan juga petugas kemanusiaan yang lunglai dan hanya bisa menangis di hari-hari pertama bertugas di Tepi Barat dan Jalur Gaza. “Yang Anda saksikan di televisi dan koran, hanya seujung kuku dari neraka yang kami alami di sini! Fahd terus menghiburku. Ia menungguku selesai menangis.

Sora adalah tyrannosaurus rex, sang Raja Dinosaurus. Ia ingin menjadi yang terkuat dan selalu ingin menang bertarung. Dum…dum…dum! Langkah T-rex membuat gentar dinosaurus lainnya yang berjalan berkelompok di lembah dan bukit-bukit berbatu. T-rex kecil itu itu menyambutku di pintu pagar. “Ibu tidak lupa,

73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bukan? Ibu sudah menyiapkan cerita tentang maiasaura, bukan? Ibu sudah menyiapkan cerita tentang maiasaura, bukan? Coba lihat cerita yang kutulis, Ibu… ini tentang T-rex yang berebut mangsa dengan dua ekor triceratops.

Aku belum mencatat apa-apa. Sungguh aku tak mampu merangkai cerita apa pun dalam Sembilan hari perjalanan jauh ini. Perjalanan ke tepi barat bukanlah penugasan yang mulus. Ia adalah mimpi buruk yang berubah trauma sepanjang perjalanan. Balok-balok diagram mengabarkan para ibu yang melahirkan di pos pemeriksaan, di bawah todongan senapan dan tatapan kejam para tentara. Mati atau bertahan, masih pentingkah pilihan ini? Bayi yang mati sudah pasti segera dipeluk malaikat, bayi yang terlahir sudah pasti dihadang malnutrisi dan penindasan.

“Sora, perjalanan Ibu kali ini jauh sekali. Ibu bertemu serombongan maiasaura yang tangguh, yang menjaga anak-anak, telur, dan sarang mereka. Sora ingat, kan… cerita tentang kawanan maiasaura yang jumlahnya bisa mencapai seribu ekor? Mereka berjalan bersama dari satu bukit batu ke bukit batu lainnya, mencari tempat yang paling aman untuk anak-anak mereka. Mereka menyembunyikan telur-telur mereka, agar tidak dimakan dinosaurus lainnya”.

Wajah Sora mulai cerah. Ia menimpali ceritaku. Sora melompat dari pangkuanku, ia meniru tingkah dinosaurus. Pandanganku kosong. Ada badai di kepalaku. Aku tahu, ribuan mil dari rumah ini, ada sekawanan maiasaura, yang dimangsa tentara-tentara di pos pemeriksaan. Adakah orang-orang berseragam hijau itu bagian dari asteroid yang konon membuat punah dinaosaurus puluhan juta tahun silam?

Sinopsis Cerpen “Dapur”

Ruth mencintai terigu. Ibu mencintai dapur. Adapun aku mencintai Ruth dan Ibu. Aku tumbuh di meja dapur yang besar, menemani Ruth mengayak terigu, mengolah berbagai macam adonan. Di pangkuan Ruth yang sarungnya selalu bau rempah dan terpercik minyak, aku bermanja. Di pangkuan Ibu, hamparan roknya yang selalu tersetrika licin, aku bebas tidur-tiduran. Terkadang aku mengencinginya, membuat Ibu melonjak, terkejut mendapati roknya kuyup dan

74

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pesing. Tapi Ibu punya penggambaran yang baik dan membuatku tidak merasa bersalah, “Engkau paling pandai membuat pulau-pulau…”

Yang aku tahu, Ruth memang sangat terobsesi dengan Pulau Jawa. Lewat cerita perempuan-perempuan tua di kampungnya, yang pernah menemani suami mereka bertugas sebagai tentara KNIL di kota-kota besar Jawa di masa peperangan kemerdekaan. Kata Ruth, dari kecil ia bercita-cita naik kereta api di Pulau Jawa.

Aku menghabiskan waktu menemani Ruth mengulen terigu, hingga akhirnya aku pun ikut mencintai terigu. Pengasuh setia dari kampung pesisir Kota Ambon itu telah lama ikut di keluarga kami. Pikiran, kehidupan, dan lagak lakunya sederhana saja. Ia hanya mencintai terigu, karena bubuk putih itu bisa membuat angannya menari, membayangkan pasir putih di kampung halamannya.

Ruth yang ikut pamannya ke Makassar, akhirnya menemukan bentuk pengabdian yang sederhana: menjadi pengasuh bagiku selamanya! Ia bertemu Ibu di sebuah rumah sakit bersalin, bekerja di bagian nutrisi dan dapur rumah sakit. Ruth yang kemudian mengasuhku, terus mengasuhku hingga ia memutuskan tak akan meninggalkanku, juga tak akan meninggalkan Ibu setelah rumah kami diguncang badai.

Bertahun berlalu, dapur kami semakin riuh. Dari hari ke hari semakin banyak pesanan makanan, terutama justru datang dari kantor-kantor pemerintah. Mereka membungkuk-bungkuk, lirik-lirik, lalu berdeham. Kadang juga ada yang pura-pura sibuk memencet kalkulator, menghitung-hitung angka seperti anak SD mengerjakan soal ulangan Matematika, kemudian berkata, “Waduh maaf Bu Andis…anggaran rapatnya hanya lima juta, apakah kami bisa dapat diskon sedikit…?”

Tapi sayangnya, akhir-akhir ini ada yang ganjil. Mengapa Ibu mencincang bawang merah dengan mata basah. Usaha katering Ibu memang makin maju. Tapi bila akhir-akhir ini Ibu uring-uringan dan membunyikan semua peralatan dapur lebih bising dari biasanya, aku dan Ruth mengibarkan bendera peringatan bahaya. Berhari-hari kami menyaksikan Ibu makin bertingkah aneh. Ibu, si cantik yang

75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

biasanya jenaka dan pandai memberi deskripsi atas berbagai hal kini berubah menjadi singa betina yang mengaum dan siap mencakar. Ibu membentakku saat aku hanya melontarkan pertanyaan standar, “Mother, how are you today?” mengutip salah satu lagu kesukaannya.

“Kali ini persoalannya berat…,” Ruth buka suara, di hari keempat saat suasana dapur semakin mirip medan perang. Ruth berbisik sangat lirih menyampaikan prahara yang membuatku diguncang-guncang gempa. Aku tidak mudah percaya pada cerita jelek tentang Ibu. Bagimanapun perempuan itu adalah ibu kandungku, yang padanya segala kebanggaanku kusematkan. Hanya pada Ibu dan Ruth aku membagi kesedihan dan kegembiraanku. Meski barangkali saja, Ibu tidak selamanya ingin membagi kesedihan dan kegembiraan denganku. Tapi Ibu juga adalah sebuah gua rahasia yang gelap, pengap, daan tidak memberi petunjuk apa-apa. Seperti ia menutup mulut merahasiakan resep-resep masakan unggulannya, ia juga memasang gembok berlapis-lapis terhadap sebagian kisah hidupnya.

Desas-desus itu, bahwa Ibu menjadi pacar gelap petinggi di kantor pemerintah, sehingga bisa menguasai proyek penyediaan makanan dan minuman di berbagai instansi, kini menggelayut di langit- langit dapur kami. Di hari-hari ketika Ibu menangis sambil mengiris bawang, di hari-hari ketika ia membanting adonan roti penuh kemarahan adalah saat-saat di mana ia begitu letih memikul rahasia itu sendiri. Ibu kelelahan menghadapi berbagai cerita tentang proyek logistik yang dikuasai hingga serangkaian affair dengan pejabat pemerintah.

Dapur kami memasuki musim pancaroba. Desas-desus makin kencang, suasana berubah seperti minyak mendidih di wajan, bergejolak dan panas. Ketika ibu sudah tidak menangis lagi, tidak mengaum lagi seperti singa betina yang luka, ia mengajak Ruth dan aku keliling Pulau Jawa. Itu piknik terakhir kami bertiga. Beberapa bulan kemudian Ruth meninggal mendadak, terkena serangan jantung. Aku dan Ibu mengantar jasadnya kembali terbang ke Ambon, ke tengah keluarga besarnya.

76

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Adapun aku, mengahabiskan hari-hariku menebak-nebak rahasia dan jelaga hitam yang menggeleyuti sepasang mata Ibu. Aku mencoba menebak-nebak jalan masuk ke gua rahasia Ibu. Setelah Ruth tiada, perempuan cantik itu kini lebih banyak menghabiskan diri bercakap dengan bunga-bunga peliharaannya. Dari jendela kamar, kadang kulihat air mata Ibu jatuh di atas dedauan. Tangisanya bersenyawa dengan embun pagi. Dapur kami sepi. Dapur kami akhirnya mati. Tinggallah aku melamun di meja kayu besar di tengah dapur, memutar semua kenangan-kenangan. Manis dan pahit. Di dinding dapur seolah terentang layar yang menghadirkan kata “The End”, seperti yang biasanya muncul di akhir film.

Siang itu ada keributan di salah satu kantor instansi pemerintah. Para pegawai berkerumun, berbisik, dan menggeleng-gelengkan kepala, saat seorang perempuan muda melangkah keluar dari ruang yang di atas pintunya bertuliskan “Kepala Bagian Keuangan”. Langkah perempuan itu gegas dan tegas. Di wajahnya terlihat seribu api kemarahan yang berkobar. Terus berkobar menjilati koridor, tangga, halaman gedung milik pemerintah yang dilaluinya.

“Aku, Kalyla, pengusaha katering yang kata orang secantik Ibu. Yang membedakan kami, aku mudah naik pitam, meludahi kuitansi kosong yang dibawa para pegawai rendahan, memaki-maki ajudan para pejabat tinggi yang mencoba mengatur kencan-kencan gelap untuk atasannya, dan naik pitam pada pejabat yang mencoba mengatur-atur harga. Aku tidak punya senyum untuk mereka, seperti yang diberikan Ibu bertahun yang lalu…”

77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BIOGRAFI PENULIS

Clarita Pranciska Simarmata, lahir pada tanggal 28 Agustus 1997 di Lubuklinggau, Sumatra Selatan. Penulis merupakan anak ketujuh dari bapak Antonius Simarmata dan ibu Elisabeth S. Siboro. Menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2003 hingga pada tahun 2015 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sekolah Yayasan Xaverius Palembang, Lubuklinggau. Setelah satu tahun gap year, penulis memantapkan pilihan pada jurusan Sastra Indonesia. Kemudian pada tahun 2016 penulis baru tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Selama perkuliahan, penulis aktif di beberapa kegiatan kampus. Pada tahun 2016, penulis ikut serta menerbitkan antologi puisi berjudul Tukang Pos bersama beberapa teman seangkatan dan teman-teman di Bengkel Sastra. Di tahun yang sama hingga tahun 2019, penulis juga bergabung dalam organisasi pers mahasiswa, yaitu natas, sebagai divisi jaringan kerja. Kemudian tahun 2017-2018 penulis juga pernah bergabung sebagai anggota seksi kehumasan dalam organisasi program studi Sastra Indonesia yaitu Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Sastra Indonesia dan beberpa kegiatan lainnya.

78