Dinamika Interaksi Agen Dan Struktur Dalam Mencegah Konsentrasi Kepemilikan Media Televisi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
64 Komuniti, Vol. VIII, No. 1, Maret 2016 DINAMIKA INTERAKSI AGEN DAN STRUKTUR DALAM MENCEGAH KONSENTRASI KEPEMILIKAN MEDIA TELEVISI Nursatyo Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Nasional, Jakarta Email : [email protected] ABSTRACT The acquisition PT IDKM by PT EMTEK that have an impact of the unification INDOSIAR and SCTV in the same holding company between period 2011 – 2012, bring a nation-wide discussion about concentration of media television ownership in Indonesia. Broadcast act no.32/2002 with Indonesia Broadcasting Commision as an independent regulatory body considered weak in the face of concentration. This paper provide a comprehensive description about the dynamics interaction between agent and structure of Indonesian broadcasting system particularly in order to organize commercial television media ownership. Keywords: media ownership concentration, Indonesian broadcasting structure Pendahuluan akan dipahami; bahwa semakin diberikan kebebasan seluas-luasnya bagi lembaga Proses demokratisasi di Indonesia penyiaran televisi untuk mengatur dirinya yang terjadi pasca reformasi membawa sendiri melalui mekanisme pasar, maka, pengaruh pada ranah penyiaran. Dunia akan dapat menciptakan program siaran penyiaran yang mengatur media radio yang bagus sesuai dengan keinginan pasar dan televisi dihadapkan pada paradigma (masyarakat). baru yang muncul dalam Undang-Undang no.32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Yang Sebaliknya, paradigma “ruang publik” dimaksud dengan paradigma baru tersebut menganggap, bisnis penyiaran berbeda adalah paradigma “ruang publik” yang dengan bisnis pada umumnya. Armando menempatkan publik sebagai pemilik mengemukakan tiga argumentasi mengapa dan pengendali utama ranah penyiaran. dunia penyiaran harus diatur ketat (high Hal ini berlawanan dengan paradigma regulated) untuk kepentingan publik “pasar”, yang memandang bisnis penyiaran (Armando, 2011). Pertama, media penyiaran harus didudukkan sama dengan dunia televisi diyakini memiliki kekuasaan yang bisnis pada umumnya, dengan semakin besar untuk mempengaruhi audiens. minimnya campur tangan pemerintah akan Apalagi media penyiaran televisi memiliki menciptakan efisiensi ekonomi. sifat pervasiveness yang mampu masuk ke ranah domestik tanpa diundang. Paradigma pasar berasumsi, masyarakat akan terlayani dengan cara yang optimal Kedua, media penyiaran televisi juga bila segenap pertimbangan bisnis berperan sebagai ruang diskusi publik diserahkan kepada dinamika penawaran (public sphere) yang menuntut media dan permintaan (hukum pasar). Melalui sebagai wadah menampung informasi kompetisi yang fair diantara para pelaku dan opini masyarakat yang beragam tanpa pasar, maka, akan membuat produsen khawatir dan takut terhadap kekuasaan, memberikan produk yang terbaik bagi baik kekuasaan politik maupun ekonomi. konsumen dengan harga murah (Armando, Ketiga, dan yang terpenting, frekuensi yang 2011). Jika dikaitkan dengan bisnis penyiaran digunakan oleh media penyiaran televisi khususnya televisi, maka, paradigma pasar sifatnya terbatas dan merupakan milik Dinamika Interaksi Agen dan Struktur dalam Mencegah Konsentrasi Kepemilikan 65 publik seperti halnya kekayaan alam air, kekuatan negara dan pasar dalam industri tanah dan udara. penyiaran. Ketiga argumentasi itulah yang Sebagai lembaga pengawal kemudian digunakan dalam paradigma kepentingan masyarakat, maka, KPI memiliki ruang publik untuk mengatur dunia tugas menegakkan prinsip diversity of penyiaran. Kekuasaan media yang besar, content (keberagaman isi) dan diversity of keharusan media untuk menjadi ruang ownership (keberagaman kepemilikan), diskusi publik dan terbatasnya frekuensi, dengan tetap berusaha memperbaiki diri menyebabkan penataan media penyiaran untuk kepentingan bersama. membutuhkan intervensi pihak non-media. Kedua prinsip tersebut menjadi landasan Ketergantungan media yang sangat besar bagi setiap kebijakan yang dirumuskan dari iklan dapat menjadikan media lebih oleh KPI. Pelayanan informasi yang sehat berpihak dan melayani pengiklan yang berdasarkan prinsip keberagaman isi di belakangnya adalah para pemodal adalah tersedianya informasi yang beragam besar. Dalam hal ini, bisa saja, media tidak bagi publik, baik berdasarkan jenis program responsif terhadap kebutuhan publik. maupun isi program. Sementara, prinsip UU Penyiaran menegaskan bahwa keberagaman kepemilikan adalah jaminan seluruh praktik penyiaran di Indonesia harus bahwa kepemilikan media massa yang ada didasarkan demi kepentingan publik. Pasal di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli 6 ayat 2 UU 32/2002 menyatakan “Dalam oleh segelintir orang atau lembaga saja. sistem penyiaran nasional sebagaimana Prinsip Diversity of Ownership juga dimaksud dalam ayat (1), Negara menguasai menjamin iklim persaingan yang sehat spektrum frekuensi radio yang digunakan antara pengelola media massa dalam untuk penyelenggaraan penyiaran guna dunia penyiaran di Indonesia. Pasal 18 ayat sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”. 1 UU 32/2002 menyebutkan “Pemusatan Pemanfaatan untuk kepentingan publik, kepemilikan dan penguasaan Lembaga artinya; publik berhak menerima isi siaran Penyiaran Swasta oleh satu orang atau yang sehat dan lembaga penyiaran harus satu badan hukum, baik di satu wilayah menjalankan fungsi pelayanan informasi siaran maupun di beberapa wilayah siaran, publik yang sehat. dibatasi.” Munculnya paradigma Ruang Namun, akhir Februari 2011, dunia Publik dalam UU Penyiaran itulah yang penyiaran diramaikan dengan rencana kemudian melahirkan sebuah lembaga penggabungan usaha antara PT Indosiar negara independen untuk mengatur Karya Media Tbk (IDKM) yang merupakan dunia penyiaran (Independent Regulatory perusahaan pemilik lembaga penyiaran Body), yang kemudian diberi nama Komisi INDOSIAR dengan PT Elang Mahkota Penyiaran Indonesia (KPI). Teknologi Tbk (EMTEK) perusahaan induk Dalam penyiaran, KPI yang lahir dari PT Surya Citra Media Tbk (SCM) dengan membawa paradigma ruang yang menaungi lembaga penyiaran publik, diharapkan mampu menjadi SCTV. Rencana penggabungan usaha representasi publik dalam menghadapi tersebut diungkapkan oleh Handoko, kekuatan pemodal (kekuasaan ekonomi) Direktur Utama IDKM dalam keterbukaan dan pemerintah (kekuasaan politik). Dalam informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), UU Penyiaran disebutkan, KPI merupakan di Jakarta, Senin (21/2/2011) (www. lembaga negara yang bersifat independen okezone.com, Indosiar dan SCTV Merger! sebagai wujud peran serta masyarakat di 21 Februari 2011, 15:01 wib, diunduh bidang penyiaran. KPI berasal dari unsur melalui http://economy.okezone.com/ masyarakat madani yang berupaya untuk read/2011/02/21/278/427049/indosiar- menciptakan keseimbangan di antara sctv-merger). 66 Komuniti, Vol. VIII, No. 1, Maret 2016 Aksi korporasi yang dilakukan EMTEK 1 (satu) badan hukum memiliki 2 (dua) adalah dengan membeli seluruh saham izin penyelenggaraan penyiaran (IPP) PT Prima Visualindo (PV) pemilik saham jasa penyiaran televisi yang berlokasi di 1 mayoritas di PT Indosiar Karya Media Tbk (satu) provinsi. Sudah barang tentu, hal ini (IDKM) yang merupakan pemilik saham menyalahi Pasal 32 ayat (1) huruf (a) PP-LPS tunggal di PT Indosiar Visual Mandiri (IVM) yang berbunyi yang menaungi stasiun televisi Indosiar. “Pemusatan kepemilikan dan Sementara, EMTEK merupakan perusahaan penguasaan Lembaga Penyiaran Swasta induk dari PT Surya Citra Media Tbk (SCM) pada penyiaran televisi oleh 1 (satu) yang menaungi lembaga penyiaran SCTV. orang atau 1 (satu) badan hukum, baik di Artinya aksi korporasi EMTEK tersebut satu wilayah siaran maupun di beberapa berakibat pada bergabungnya SCTV wilayah siaran, di seluruh Indonesia dengan Indosiar dalam sebuah perusahaan dibatasi sebagai berikut: 1 (satu) badan induk yang sama. hukum paling banyak memiliki 2 (dua) Sejak itu, perdebatan penggabungan izin penyelenggaraan penyiaran jasa SCTV dan INDOSIAR mengemuka penyiaran televisi, yang beralokasi di 2 di berbagai media massa. Banyak (dua) provinsi yang berbeda.” kalangan yang menilai usaha merger Selain itu, KPI melandaskan argumentasi tersebut berimplikasi pada konsentrasi/ yuridis pada Pasal 34 ayat (4) UU Penyiaran pemusatan kepemilikan media. Seketika, yang berbunyi : hal ini mendapat kecaman dari kalangan pengamat penyiaran -- termasuk KPI -- “Izin penyelenggaraan penyiaran yang menganggap usaha merger tersebut dilarang dipindahtangankan kepada menyalahi UU Penyiaran. pihak lain” dengan penjelasan “yang dimaksud dengan izin penyelenggaraan Setelah melakukan beberapa kali penyiaran dipindahtangankan pertemuan dengan EMTEK dan IDKM serta kepada pihak lain, misalnya izin pihak pemerintah; Kementerian Komunikasi penyelenggaraan penyiaran yang dan Informatika (Kemenkominfo) dan diberikan kepada badan hukum Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga tertentu, dijual, atau dialihkan kepada Keuangan (Bapepam LK), maka, pada 7 Juni badan hukum lain atau perseroan lain.” 2011, KPI Pusat mengeluarkan pandangan hukum (legal opinion) atas kasus tersebut. IPP yang diberikan kepada PT IVM, yang semula 99,9% sahamnya dikuasai PT IDKM, KPI menyatakan; rencana aksi korporasi sebagai anak perusahaan PT PV, karena PT EMTEK sebagai pemilik 86% saham PT keseluruhan PT PV diambil alih PT EMTEK, SCM yang memegang 99,9% saham PT dianggap telah dipindahtangankan ke PT SCTV, dan mengambil alih keseluruhan EMTEK sebagai badan hukum yang telah saham milik PT PV di PT IDKM, pemegang memiliki IPP. 99,9% saham PT IVM, berpotensi melanggar Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 34 ayat (4) UU Akhirnya, kasus akuisisi ini berkembang 32/2002 tentang Penyiaran, serta Pasal 32 menjadi isu tentang