Rekonstruksi Bentuk Arsitektur Candi Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat (Ardiansyah, Ricky Ravsyan, Ria Dwi Putri)

REKONSTRUKSI BENTUK ARSITEKTUR CANDI PADANG ROCO DI KABUPATEN DHARMASRAYA SUMATERA BARAT

Ardiansyah1,*, Ricky Ravsyan1, Ria Dwiputri 1,

1Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik , Universitas Sriwijaya, Jl -Prabumulih Km 32, 30862 *[email protected]

Abstrak. Penelitian rekonstruksi bentuk Candi di Sumatera perlu dilakukan dikarenakan Candi di Sumatera umumnya hanya tersisa bagian kaki, sehingga penelitian mengenai langgam dan terkait budaya sulit dilakukan. Selain itu kajian pemaknaan bentuk dan perumusan langgam arsitektur candi perlu dilakukan kajian morfologi terlebih dahulu. Permasalahan yang dijumpai pada situs percandian di Sumatera adalah tidak semua candi di Sumatera memiliki bentuk yang utuh melainkan mayoritas hanya menyisakan bagian dasar candi dan paling lengkap hanya badan candi, hal ini apabila dibiarkan maka masalah ini akan tetap mengambang tanpa ada solusi ke depan. Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan kajian tafsiran bentuk candi secara utuh. Dari beberapa penelitian umumnya menggunakan metode komparasi dengan melihat bangunan-bangunan candi di akan tetapi metode urutan rekonstruksi bentuk tidak begitu rinci, di dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan bersifat penelitian lapangan. Adapun analisis data yang dilakukan menggunakan analisis morfologi dan komparasi, data hasil pengukuran candi Padang Roco dirumuskan angka perbandingannya. Berdasarkan hasil rekonstruksi ditemukan bahwa bentuk Candi Padang Roco memiliki gaya arsitektur yang berbeda dari candi di Indonesia pada umumnya mulai dari bentuk punden berundak seperti tipe candi di Indo-Cina. Bentuk candi ini juga serupa dengan keberadaan struktur kuno yang berbentuk punden berundak yang ditemukan di Lampung dan memiliki analogi dengan perabotan tradisional di Palembang juga serupa dengan punden berundak.

Kata Kunci : Rekonstruksi, Bentuk, Proporsi, Candi

ABSTRACT. Research on the reconstruction of temple form in Sumatera needs to be done because the temples in Sumatera generally only left with the base of the temple, so research on culture and culture-related is difficult. Besides that, the study of the meaning of the form and formulation of the temple architectural style needs to be carried out morphological study first. The problem encountered in the ensemble site in Sumatera is that not all of them have a complete form, but the majority only leaves the leg and most complete only the body parts of the temple. This problem will remain floating without any future solutions. Based on these problems, the researchers tried to begin by enlightening the study of how the interpretation of the temple form, which left the foot of the temple became the appearance of the temple as a whole. From several studies generally using the comparative method by looking at temple buildings in Indonesia but the purpose of explanation of the order of the reconstruction process is not very detailed, in this study the method used is qualitative and is field research. As for the data analysis carried out using morphological and comparative analysis, the data from the measurement of Padang Roco temple were compared. Based on the result of the reconstruction it was found that the shape of the Padang Roco temple had a different architectural style from the temples in Indonesia, in general, ranging from the form of Punden terraces such as the type of temple in Indo-China. The shape of the temple is also similar to the existence of ancient structure in the form of Punden terrace found in Lampung and have an analogy with traditional furniture in Palembang which is also identical to Punden form. Keywords : Reconstruction, Form, Proportion, Candi

PENDAHULUAN sampai 14 adalah kerajaan Sriwijaya yang memiliki hegemoni kekuasaan utama di Indonesia merupakan Negara yang memiliki Sumatera dan memegang kendali perjalanan sejarah yang panjang dimana perdagangan laut dengan kekuatan maritim terdapat beberapa peradaban yang yang kuat. Setiap kebudayaan akan berkembang yang menghasilkan kerajaan menghasilkan nilai nilai yang ujungnya kerajaan besar di nusantara. Salah satu meninggalkan artefak-artefak sebagai buah kerajaan yang pernah berkembang dari abad 7 dari peradaban, salah satu bentuk artefak 105

NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 2 Juli 2019:105-118 p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

adalah bangunan Candi. Kajian mengenai Gumpung pada situs Muaro Jambi akan tetapi Sriwijaya umumnya didasari kajian antropologi pendekatan bentuk yang dilakukan masih dan sejarah sedangkan kaitan artefak bersifat umum belum detail tahapan arsitektural khususnya candi jarang dilakukan rekonstruksinya, akan tetapi hasil kajian itu hal ini dikarenakan belum banyak para ahli cukup memberikan warna dan membuka atau peneliti mencoba menarik benang merah ruang kajian penelitian terkait penafsiran terhadap candi-candi di Sumatera. Selain itu bentuk candi. Berdasarkan penelitian yang keberadaan candi di Sumatera umumnya tidak pernah dilakukan peneliti terhadap Candi di memiliki bentuk yang utuh hanya sebagian Sumatera , umumnya candi memiliki konsep kecil yang sudah dilakukan pemugaran secara bentuk morfologi yang relatif sama dan apabila utuh sedangkan 90% masih memiliki bentuk melihat pedoman dan patokan pembangunan yang kurang utuh mayoritas hanya candi yang ada dalam vaastu shastra dan hasil menyisakan bagian kaki candi bahkan hanya pembacaan relief bentuk candi pada panil pondasi saja. Di Sumatera setidaknya memiliki dinding candi Borobudur sangat lima kawasan situs percandian yaitu Bumiayu memungkinkan melakukan reka bentuk candi di Sumatera Selatan, Muaro Jambi, Muaro sumatera secara utuh. Takus di Kampar , Padang Roco di Dharmasraya Sumatera Barat dan Situs Salah satu situs di Sumatera adalah Situs Padang Lawas di Sumatera Utara. Dari kelima Candi padang Roco situs ini memiliki 3 candi situs hanya dua situs yang umumnya memiliki pada satu lokasi dan satu candi yang berada bentuk yang cukup utuh yaitu Situs Candi tidak jauh dari kelompok candi akan tetapi Muaro Takus dan Padang Lawas. candi Padang Roco hanya meninggalkan bagian dasar candi sehingga kurang interaktif Minimnya petunjuk bentuk candi secara utuh untuk dipromosikan sebagai objek wisata juga secara tidak langsung membuat candi ini terlatak di Kabupaten Dharmasraya semangat restorasi bangunan candi di Kecamatan Sungai dare Sumatera Barat. Sumatera agak sulit berkembang karena Melihat tata spasial didalam kompleks kondisi situs dilapangan sangat sederhana percandian Padang Roco memiliki bentuk karena hanya menyisakan bagian dasar saja yang tidak umum dari pola candi di Nusantara sehingga kurang menarik minat wisatawan. dimana pada kasus Candi 01 memiliki empat Berdasarkan pengamatan dilapangan proses orientasi bangunan yang sangat jarang pemugaran candi sulit dilakukan hal ini ditemukan di Indonesia umumnya terdapat di dikarenakan arkeologi sulit membaca petunjuk Angkor Indocina selain itu Candi 03 berupa dari sisa reruntuhan yang ada sehingga candi perwara juga membelakangi candi 01 mereka hanya mampu merekonstruksi bentuk dimana umumnya orientasi candi kearah candi berdasarkan kemungkinan terbesar yang bisa utama sedangkan candi 02 memiliki bentuk dipertanggungjawabkan secara arkeologis, denah yang sama dengan candi Bungsu di sehingga tidak mengherankan banyak Muaro Takus. pemugaran candi yang hanya berakhir pada kaki bangunan saja. Kegiatan wisata maupun Penelitian ini mempelajari bentuk arsitektur kegiatan rekonstruksi bentuk candi diperlukan dari Candi Padang Roco dimana pada kajian dukungan kajian terkait penafsiran bentuk ini diharapkan mendapatkan satu rangkaian candi. petunjuk keterkaitan bentuk antara candi lainnya di Sumatera. umumnya peneliti jarang Penafsiran bentuk candi memang sulit diterima meneliti bagaimana menafsirkan bentuk candi begitu saja oleh masyarakat ilmiah dan yang belum terbentuk secara total sehingga pemerintah melalui balai arkeologi akan tetapi masyarakat umum masih bertanya bagaimana kegiatan penafisran bentuk ini memberikan bentuk tampilan tersebut sebelum hancur. semangat yang bisa meningkatkan kinerja Hasil dari kajian sangat berguna sebagai kegiatan rekonstruksi candi karena umumnya informasi bagi dunia pendidikan dan penelitian arkeolog ada atau pun tidak ada kajian mereka selanjutnya mengenai langgam arsitektur akan terus melakukan rekonstruksi bangunan Candi dan bagi pemerintah bisa menjadi dasar candi sehingga data teori yang menjadi dan pengayaan referensi didalam kegiatan pedoman mereka sangat sedikit dan hasil konservasi candi. Metode penafsiran bentuk pemugaran tentu saja meninggalkan keraguan bangunan sangat mungkin dilakukan sebagai karena kurang alternatif di dalam berfikir. contoh adalah kegiatan rekonstruksi bentuk Peneliti Belanda seperti schnitger pernah dibidang biologi seperti reka bentuk fosil tulang membuat kajian tafsiran bentuk candi Muaro hewan atau manusia purba dan mencoba Jambi begitu juga dengan Soekmono pernah membangun rekonstruksi bentuk wajah membuat tafsiran bentuk Candi Tinggi dan maupun tubuh dari fosil tersebut. metode ini 106

Rekonstruksi Bentuk Arsitektur Candi Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat (Ardiansyah, Ricky Ravsyan, Ria Dwi Putri)

bisa digunakan untuk mencari bentuk (3) Analogi Simbolik : Desainer mencoba arsitektural bangunan berdasarkan petunjuk menemukan inti dari arti khusus pada masalah sisa komponen bangunan dengan dasar kajian desain, biasanya secara verbal. morfologi terkait tata letak, pola dan proporsi yang menyusun rangkaian bentuk sebuah Kajian analogi selanjutnya dikemukakan oleh bangunan. Dalam kajian rekonstruksi Candi Duerks [3] bahwa analogi berhubungan pada Pada Roco peneliti memerlukan pendekatan beberapa hal terutama pada fungsi atau posisi teori terkait studi tipomorfologi, analogi diantara dua benda yang tidak sama. Dua bangunan candi yang terikat secara morfologis benda dikatakan sama jika mempunyai dan teori terkait proporsi bangunan candi kesamaan dalam beberapa hal, maka seperti silpastra India dan kajian bentuk candi keduanya akan mempunyai kesamaan pula di Jawa. pada hal lainnya. Pendapat yang dikemukan oleh Duerks hampir serupa dengan Broadbent Analogi banyak dikemukakan oleh para ahli akan tetapi didalam teorinya menambahkan dengan pendekatan masing masing akan analogi fantasi . Analogi fantasi adalah analogi tetapi tinjauan disini hanya mengutip teori yang yang mengibaratkan keadaan yang indah atau sering dipakai didalam arsitektur sehingga ideal untuk menciptakan . tidak terlalu meluas penafsiranya. Menurut Chris Abel, analogi di dalam arsitektur Arsitektur identik dengan estetika dari sebuah digunakan seperti bahasa yang mempunyai karya. Estetika terbentuk dari komposisi dari fungsi [1]. Analogi selanjutnya dikemukakan berbagai pola dan elemen yang bisa dinilai oleh Broadbent dimana analogi disini dari visualnya. Untuk membuat sebuah merupakan proses pencarian bentuk. rancangan yang mempunyai estetika tentunya Broadbent membagi pendekatan bentuk ke perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam 4 kategori [2] ; perancangan. Ching menyebutkan terdapat (a) Pragmatik : Pendekatan melalui tahap tujuh prinsip-prinsip desain yang digunakan percobaan, trial and error. Penciptaan bentuk sebagai pedoman untuk menyusun elemen- terjadi berawal dari material yang ada yang elemen desain menjadi pola-pola yang jelas. diolah menggunakan alat yang dimiliki dan Prinsip-prinsip tersebut adalah proporsi, skala, disesuaikan dengan keadaan iklimnya. keseimbangan, keserasian, kesatuan, ritme, (b) Ikonik yaitu Pendekatan melalui tradisi, dan penekanan , Salah satu prinsip desain kebiasaan yang telah umum dilakukan atau yang paling mendasar adalah proporsi. berdasarkan kesepakatan sosial. Dalam hal ini Proporsi digunakan untuk membagi bidang kondisi social dan budaya masyarakat atau lahan tertentu dengan perbandingan rasio setempat sangatlah berpengaruh. yang ideal sehingga desain memiliki (c) Analogik : Pendekatan analogi alam, atau pembagian yang ideal baik untuk bagian- segala sesuatu. Melalui proses analogi akan bagian detailnya maupun keseluruhannya. muncul bentuk visual baru berdasarkan bentuk Proporsi menyangkut tentang hubungan dari visual yang telah dikenal sebelumnya . bagian satu dengan yang lainnya atau dengan (d) Kanonik/geometrik yang kemudian keseluruhannya, atau bisa pula hubungan dikembangkan menjadi Sintaksis : Pendekatan antara satu obyek dengan obyek lainnya [4] sistem geometris, matematis, keteraturan, modul dsb. Yaitu digunakannya perbandingan Proporsi ditentukan oleh sebuah rasio dasar Pythagoreans, proporsi Egyptian, geometri yang permanen dan digunakan sebagai Plato dan sebagainya. Disini Broadbent penentu rasio berikutnya dalam sebuah obyek, menggunakan Analogi sebagai suatu seorang ahli matematika Yunani Kuno mekanisme Synectics, yaitu proses untuk menyatakan bahwa rasio merujuk pada menterjemahkan analisa menjadi sintesa. sebuah perbandingan kuantitatif dari dua benda yang serupa, sedangkan proporsi Selain pendekatan bentuk Broadbent membagi merujuk kepada kesetaraan masing-masing tiga tipe analogi meliputi ; rasio tersebut. Proporsi dapat terbentuk dari (1) Analogi Personal : Desainer menempatkan hubungan antara bagian-bagian suatu elemen, dirinya sebagai salah satu aspek dalam hubungan antara elemen-elemen, serta masalah desain. hubungan antara elemen dan (2) Analogi Langsung: Masalah desain ruang/spasialnya [4] dikaitkan dengan ilmu lainnya seperti seni, sains atau teknologi. Berkaitan dengan proporsi pada candi, berdasarkan pada hasil penemuan Atmadi, bahwa proporsi sebuah candi bisa ditentukan 107

NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 2 Juli 2019:105-118 p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

dengan membandingkan ukuran dari setiap Bhumilamba dalam Manasara diartikan bagian candi seperti perbandingan tinggi kaki sebagai ukuran panjang, lebar/tebal dan tinggi (Tk) terhadap tinggi bangunan (T), dari sebuah bangunan satu tingkat hingga dua perbandingan tinggi kaki (Tk), tinggi badan belas tingkat. (Tb) dan tinggi atap (Ta), perbandingan lebar pintu (Lp) terhadap tinggi bangunan (T), Variasi bentuk dasar bangunan ada berupa perbandingan tinggi pintu (Tp) terhadap persegi, oval, dan octagonal dan digunakan panjang dasar bagian kaki (P), perbandingan dalam setiap fungsi bangunan seperti pada lebar pintu (Lp). terhadap panjang bangunan vimana atau tempat suci, harmya atau istana, (P), serta perbandingan lebar pintu (Lp) gopura atau gapura/pintu masuk, sala atau terhadap tinggi pintu (Tp) [5] hall, mandapa atau pavilion, dan vesman atau rumah. Bangunan juga dibagi dalam empat Beberapa hasil temuan Atmadi yang akan kelas yaitu jati, chhanda, vikalpa/samkalpa, dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah dan abhasa dimana keempat kelas ini saling sebagai berikut [5] : Perbandingan tinggi kaki berhubungan dan mempunyai perbedaan (Tk) terhadap tinggi bangunan (T) adalah 1 : 5. karakter dalam setiap bangunannya Proporsi Perbandingan tinggi kaki (Tk), tinggi badan antara lebar dan tinggi diekspresikan dalam (Tb) dan tinggi atap (Ta) adalah 4 : 6 : 9. lima teknik yang disebut dengan santika, Perbandingan lebar pintu (Lp) terhadap tinggi paushtika, parshnika/jayada, adbhuta, dan bangunan (T) adalah 1 : 10. Perbandingan sarvakamika. Setiap teknik mempunyai tinggi pintu (Tp) terhadap panjang dasar perbandingan dalam membentuk proporsi. bagian kaki (P) adalah 3 : 8. Perbandingan Santika mempunyai arti saat tinggi dari lebar pintu (Lp) terhadap panjang bangunan bangunan adalah 21/4 dari lebar bangunan, (P) adalah 1 : 8. Perbandingan lebar pintu (Lp) paushtika adalah saat dimana tinggi bangunan terhadap tinggi pintu (Tp) adalah 2 : 5. merupakan 2 kali dari lebar bangunan, Didalam tulisannya Atmadi juga mereferensi parshnika/jayada adalah saat tinggi bangunan aturan manasara Silphasastra akan tetapi adalah 13/4 dari lebar bangunan, adbhuta didalam kajiannya membaca relief Borobudur adalah saat tinggi bangunan adalah 11/2 dari penulis membaginya lagi kedalam lima lebar bangunan dan sarvakamika adalah saat kategori yaitu bangunan satu bilik, bangunan tinggi bangunan adalah 11/4 dari lebar tiga bilik, bangunan bertingkat dua dengan bangunan [6]. enam bilik, bangunan tak berbilik, dan bangunan satu bilik dengan denah segi enam METODE PENELITIAN tanpa bilik pintu. Didalam penelitiannya Atmadi membagi bangunannya menjadi bangunan Dalam melakukan penafsiran bentuk Candi bertingkat dan tidak bertingkat, adapun Padang Roco Peneliti ini menggunakan bangunan tidak bertingkat terdiri dari ; pendekatan penelitian kualitatif didalam bangunan 1 bilik dimana proporsi tinggi candi memperoleh data dilapangan. dan literatur 1,5 x lebar kaki, bangunan tiga bilik memiliki sebagai pedoman yang bukan menjadi pijakan tinggi 1 x lebar kaki. Sedangkan bangunan utama. Selain itu penelitian ini menggunakan bertingkat dua proporsi tinggi dan lebar metode field research atau penelitian meliputi; bangunan 3 bilik memiliki Tinggi 1 – lapangan. Pendekatan field research dipilih 1,75 x lebar kaki dimana Tinggi kaki 0,21 karena pendekatan ini lebih cenderung kepada tinggi total dan Tinggi atap = 0,45 X tinggi pengamatan mendalam di lapangan terhadap total. sebuah objek mengingat penelitian ini berkaitan dengan bentuk dan ukuran detail , Tata cara pembangunan candi banyak dibahas sehingga perlu adanya pengukuran langsung dalam buku-buku tentang Hindu Architecture dimensi obyek di lapangan. Data primer akan dan Indian Architecture. Salah satunya lebih mudah dikumpulkan dengan pengukuran terdapat dalam Manasara-Silpasastra. Dalam pada obyek candi-candi di Padang Roco. Manasara-Silpasastra tidak hanya membahas Permasalahan dan pertanyaan terhadap candi saja, namun terdapat pula bahasan sebuah objek akan mudah ditemukan dengan tentang tata cara membangun rumah serta observasi langsung dilapangan. langkah-langkah dalam menentukan site yang baik untuk setiap fungsi yang akan dibangun. Survei dan Pengumpulan Data, Kegiatan ini Khususnya pada sistem proporsi, secara dimaksudkan untuk mencari data dan umum juga dijelaskan dalam Manasara- informasi yang diperlukan dalam proses Silpasastra tentang dimensi bangunan analisis. Data-data yang dikumpulkan meliputi berdasarkan variasi tingkatannya yang disebut pengumpulan data primer (survey dan dengan istilah bhumilamba-vidhana pengukuran) serta pengumpulan data 108

Rekonstruksi Bentuk Arsitektur Candi Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat (Ardiansyah, Ricky Ravsyan, Ria Dwi Putri)

sekunder. Persiapan Kegiatan , Sebelum Perumusan Analisis dan Konsep Bentuk kegiatan pengumpulan data dilakukan Candi; Gambar hasil Identifikasi akan dikaji koordinasi guna persiapan dan mobilisasi secara rinci khususnya ukuran terkait proporsi personil dalam hal ini mahasiswa dan tukang dan dikaitkan dengan proporsi kajian relief untuk melakukan pengukuran . Termasuk candi Borobudur dan pedoman manasara melakukan kajian teoritis mengenai proporsi Silpasastra, Hasil temuan bentuk akan pada arsitektur candi . Serta melakukan dikelompokan dan dirumuskan persamaan dan pendataan awal kasus-kasus yang dijadikan perbedaan konseptual proporsi Candi objek penelitian. Menyiapkan perlengkapan Bumiayu, Muaro jambi Candi Muaro, Candi yang digunakan untuk survey terutama Muaro Takus dan Candi di Jawa (kajian peralatan pengukuran dan dokumentasi . juga Atmadi) dan buku manasara Silpasastra. menyiapkan tabel survei sehingga Merumuskan hasil persamaan dan perbedaan memudahkan didalam memindahkan data. kedalam penyusunan kembali reruntuhan dan prediksi perletakan ornament serta reruntuhan Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui candi sehingga menghasilkan tam pilan Candi kondisi eksisting di setiap kasus, antara lain: secara utuh. Bentuk tapak dan posisi bangunan didalam Tapak terkait ukuran, jarak dan orientasi Lokasi dan Kasus Penelitian bangunan, Bentuk tapak dan posisi bangunan didalam Tapak terkait ukuran jarak dan Lokasi penelitian adalah Candi Padang Roco orientasi bangunan, Bentuk denah, tampak Sumatera Barat Situs Candi Padang Roco dan potongan melintang eksisting candi., terletak di Jorong Sungai Langsek, Kenagarian Menggambar detail ragam hias dan ornamen Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten yang terdapat pada candi maupun reruntuhan Dharmasraya. Secara geografis situs ini artefak ornament candi baik itu disekitar terletak pada sebuah dataran pada ketinggian bangunan candi maupun museum serta sekitar 160 mdpl dan terletak pada posisi 1° mengetahui bahan yang digunakan, LS dan 109° 44' BT. Melakukan wawancara terhadap tokoh yang mengetahui sejarah candi terkait informasi fisik HASIL DAN PEMBAHASAN maupun non fisik, Mempelajari bagian kaki, badan dan kepala candi serta mencari ukuran Rekonstruksi Bentuk Candi 01 Padang detail dengan tujuan perbandingan angka antar segmen. Roco

Pengumpulan Data Sekunder

Melakukan pengumpulan data sekunder dan informasi lain yang akan digunakan sebagai referensi pelaksanaan kegiatan, antara lain: Mencari data mutahir Balai Arkeologi mengenai Arsitektur Candi, Data inventaris gambar dan penelitian yang pernah dilakukan yang disimpan oleh pemerintah setempat, Menelusuri foto-foto yang tersimpan mengenai candi Muaro Takus, hal ini selain mengetahui bentuk sebelum dipugar juga mungkin kondisi saat itu masih lebih baik dibandingkan saat ini. Gambar 2. Tata Spasial Candi Padang Roco Identifikasi bentuk kasus/sample Penelitian, (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018) Bentuk tata lay-out denah terhadap tapak, mencari orientasi bangunan terhadap arah Candi I merupakan candi induk yang memiliki mata angin, jalan maupun sungai, Identifikasi tata ruang meliputi tata ruang berkaitan zonasi ukuran paling besar dibanding candi lainnya di fungsi, pola hubungan ruang, hierarki ruang situs Padang Roco. Bentuk dasar denah Candi dan bentuk ruang. Identifikasi morfologis I berbentuk persegi dengan empat arah meliputi ; bagian dasar bangunan, bagian orientasi atau memiliki empat akses tangga. dinding bangunan dan bagian atap candi, Bentuk denah candi seperti ini sangat jarang Identifikasi ukuran dan dimensi bangunan ditemukan pada Candi di Jawa hanya candi. beberapa candi di Jawa yang memiliki bentuk 109

NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 2 Juli 2019:105-118 p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

Tipe denah seperti ini yaitu Candi , didalam kasus menentukan bentuk kaki candi candi Induk situs Candi Sewu di Jawa Tengah. peneliti hanya berfokus pada bagian tengah Adapun bentuk denah dengan empat orientasi kaki candi atau bagian panil. bangunan umumnya dimiliki oleh peninggalan candi Budha yang berukuran besar seperti Pada kasus candi tinggi di Muaro jambi bagian Candi Borobudur dan candi Budha di Indocina. bawah tapak candi sebelum bagian profil Di Sumatera tipe denah Candi seperti ini tengah memiliki ukuran yang sangat jauh hanya terdapat pada Candi Bumiayu yaitu dibanding bagian atasnya sedangkan pada Candi 01 dan candi 03. dimana dari bentuk kasus bagian lainnya sudah mendekati kaki candi terlihat penjorokan empat sisi yang sehingga penentuan proporsi pembagi bagian mencerminkan orientasi atau akses tangga tersebut tidak dimasukan perhitungan. Adapun menuju candi, akan tetapi uniknya pada kasus candi yang dijadikan referensi adalah candi candi ini bentuk denah tidak simetris seperti yang ada di sumatera dan memiliki bagian kaki candi Budha lainnya melainkan ada secara utuh. penjorokan teras pada sisi timur. Sedangkan bentuk orientasi 4 sisi pada candi Candi di Sumatera umumnya memiliki angka Lorojonggrang memiliki dimensi hampir sama perbandingan yang besar pada bagian tengah hal ini berbanding terbalik dengan semua tidak memiliki penjorokan keluar melainkan kasus didalam candi bahal dimana umumnya memiliki bentuk simetris. justru memiliki ukuran yang terkecil pada sisi bagian tengah candi meskipun pada candi utama Bahal I memiliki kesamaan angka dengan kasus Muaro jambi dan Muarotakus. Didalam menentukan angka proporsi peneliti merujuk kepada candi Muaro Jambi, Muarotakus dan Candi Bahal I. merujuk pada Muaro Jambi hal ini dikarenakan keberadaan candi Padang Roco sama sama bermuara ke sungai batang hari Jambi sehingga besar kemungkinan mereka memiliki kedekatan dalam langgam arsitektural dan pengaruh budaya. Sedangkan dari morfologi arsitrap atau profil menerus memiliki kedekatan bentuk dengan candi Muarotakus selain itu melihat pada sisi atas sisa candi didapatkan petunjuk candi ini memiliki pondasi lapis kedua yang menunjukan keberadaan dua podium pembentuk kaki candi hal ini disebabkan pondasi tidak begitu lebar sehingga tidak Gambar 2. Bentuk Eksisting kaki Candi 01 memungkinkan berfungsi sebagai pembentuk (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018) badan candi. Melihat angka rata rata proporsi umumnya perbandingan antara bagian bawah dinding kaki candi dan bagian tengah memiliki Karakter kaki candi Sumatera umumnya perbandingan 1 : 1,4 : 1 (lihat gambar 3). memiliki bentuk yang simetris antara Panil atas sehingga peneliti menganggap perbandingan dan panil bawah. Dengan menganalisis sudah mendekati dan kalaupun terjadi beberapa bentuk kaki candi khususnya di perbedaan selisihnya akan sangat kecil, Sumatera tampak jelas bahwa kaki candi 1 sehingga peneliti memiliki keyakinan akan Padang Roco memiliki kesamaan dengan perbandingan proporsi tersebut hal ini didasari beberapa candi di Sumatera . didalam oleh hasil rekonstruksi terakhir meninggalkan melakukan pendekatan peneliti membuat Melihat perhitungan kaki candi utama padang analisis perbandingan proporsi di beberapa roco dapat dilihat hanya menyisakan bagian bangunan candi di Sumatera, dikarenakan dasar candi dan menyisakan setengah profil pada bagian bawah candi pada kasus candi hak ini dikarekana rekonstruksi memiliki sedikit Padang Roco memberikan gambaran yang sekali petunjuk . mempelajari morfologi candi jelas bentuk ukuran dan proporsinya sehingga pada umumnya maka bagian kaki ini masih memiliki bentuk setengah pada bagian atas 110

Rekonstruksi Bentuk Arsitektur Candi Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat (Ardiansyah, Ricky Ravsyan, Ria Dwi Putri)

candi . sisa kaki candi saat ini meyisakan menara selain itu denah bangunan sangat ketinggian sekitar 7,38 m dari muka tanah lebar sehingga apabila berupa candi menara dengan mencoba merujuk pada angka maka ketinggian candi bisa mencapai 20 m hal perbandingan 1: 1.4: 1 maka berdasarkan ini apabila benar maka hasil kajian arkeolog perhitungan maka total ketinggian kaki candi adalah sekitar 1.59 m dari permukaan tanah. didalam merekonstruksi kaki candi sangat dipertanyakan dimana pertanyaan dasar kemana sisa reruntuhan candi yang begitu banyak sebagai pembentuk bangunan. Lain halnya apabila candi berupa tipe podium dan banyak menggunakan gravel atau tanah sebagai pengisi bagian dalam Candi. Candi Sumatera yang menunjukan pondasi candi dengan cukup jelas ada di Situs Candi Bumiayu dan Padang Roco.

Candi 01 Padang Roco memiliki tipe struktur yang sama dengan Candi di Bumiayu dimana Gambar 3. Tafsiran Bentuk Utuh Kaki Candi 01 (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018) terdapat isian gravel diantara dinding candi yang membentuk beberapa lapis podium. Pada kasus candi bumiayu khususnya Candi Berdasarkan hasil pengukuran lapangan dapat 01 melihat dari lapisan pondasi setidaknya dipastikan bahwa candi 1 memiliki lapis candi ini memiliki tiga tingkat podium atau podium kedua hal ini dilihat adanya pondasi undakan sedangkan Candi 08 dalam situs pada lapisan dalam candi. Konsep candi ini Bumiayu juga memiliki 4 undakan podium memiliki kesamaan dengan candi Bumiayu umumnya lima termasuk kepala candi pada dan Muaro jambi dimana candi memiliki bagian tengah. Undakan candi umumnya pondasi menerus yang pada bagian tengahnya berangka ganjil termasuk stupa diatasnya. diisi gravel dan tanah berbeda dengan candi Bentuk candi berundak umumnya hanya dua Bahal Padang Lawas dimana semua bagian undakan saja sebagai kaki candi sedangkan solid berbahan batu bata hal ini kemungkinan undakan lebih dari 2 kaki umumnya memiliki karena candi tidak terlalu lebar denahnya bentuk dinding kaki yang polos hal ini dapat Berdasarkan pengamatan pondasi candi dilihat pada Candi Tinggi Muaro Jambi, Candi Padang Roco memiliki lapisan beberapa Bakong Angkor Indo Cina, Candi Baksei dinding pondasi serupa dengan Candi 01 Chamkrong Angkor. Dan beberapa candi Bumiayu, Candi 03 Bumiayu, dan Candi Angkor lainnya umumnya membentuk Tankidat Padang Lawas. undakan lebih dari dua undakan. Akan tetapi umumnya memiliki profil polos berbeda Candi 01 Padang Roco memiliki empat arah dengan kasus candi muaro takus yaitu Candi orientasi seperti karakter candi di Indo Cina Tuo dimana memiliki tiga lapis podium dengan yang umumnya membentuk candi berupa dinding memiliki pola profil yang serupa Punden Berundak dengan empat sisi simetris dengan Candi 01 Padang Roco dengan ini dimana secara sekilas menyerupai tipe Candi peneliti memiliki dugaan dari segi bentuk dan Borobudur. Tipe orientasi candi seperti ini gaya memiliki bentuk yang hampir serupa memiliki kesamaan dengan candi tipe menara dengan Candi Tuo Muaro Takus. di Jawa Tengah seperti Candi lorojongrang dimana juga terdapat empat sisi tangga akan Melihat denah Candi Angkor abad ke 9 tetapi candi berupa menara yang lebih tinggi nampak jelas memiliki konsep berundak dari lebar bangunan berbeda dengan tipe dimana memiliki angka tahun yang sama punden berundak. Dengan melihat konstruksi dengan candi Borobudur akan tetapi di Indo candi yang hanya menggunakan batu bata dan Cina kompleks percandian lebih kompleks lagi lebar pondasi lapis dalam candi yang tidak dan terkadang berbeda dengan candi di begitu lebar kecil kemungkinan berupa candi Indonesia dimana terlihat sekali pada gaya 111

NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 2 Juli 2019:105-118 p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

Candi di Indo Cina selain melebar seperti ciri Roco sehingga kecil kemungkinan kedua candi Candi Budha juga terdapat candi bergaya memiliki tipe bentuk yang sama. Dalam kasus menara diatas undakan tersebut dimana candi ini peneliti lebih memilih Candi Tuo Muaro meninggi ini umumnya menjadi ciri Candi Takus dan Candi bakhong dan Bakhsei Indo bergaya Hindu tetapi penulis disini tidak Cina sebagai referensi di dalam berpegang teguh bahwa Candi budha merekonstruksi bentuk Candi karena selain cenderung melebar karena bisa saja candi memiliki kesamaan bahan juga bentuk dan tipe yang membentuk menara dan langsing candi memiliki kesamaan mulai dari ukuran bergaya Budha seperti Candi Mahligai di Situs podium yang cenderung melebar dan memilik Candi Muaro takus. Didalam kompleks Candi banyak akses tangga yang tidak hanya satu Bakhng dan Bakheng memiliki pola yang sama juga miliki profil dinidng kaki yang sama. . dengan Candi di Jawa Tengah hal ini tidak mengherankan karena menurut Groslier Raja Candi 1 merupakan candi yang berbahan batu Jayavarman II terkait berdirinya Angkor pernah bata dan antara dinding kaki candi diisi tanah hidup di Jawa terkait sejarah Tchenla dan bahan bebatuan krikil melihat ukuran berpindah ke Jawa dan mengembangkan candi hampir sama dengan Candi 1 bumiayu dinasti Syailendra yang kuat, sehingga sehingga berdasarkan pengamatan jarak antar Jayavarman memiliki keterkaitan yang kuat pondasi setidaknya candi 1 Padang Roco dengan Jawa pada abad ke 8 [7]. memiliki tiga tingkat podium candi tetapi pada bagian tengah candi sudah tertutup bata sehingga tidak terdapat petunjuk apakah berisi batu bata penuh atau hanya tanah seperti halnya Candi 1 Bumiayu. Akan tetapi dengan melihat sisa pondasi Candi 02 dan melihat pondasi Candi Bahal di dan Tandikat di Padang Lawas memiliki konstruksi batu bata secara utuh tanpa isian gravel pada bagian Gambar 4. Gambar Candi Bakhong (kiri) dan tengah. Sehingga besar kemungkinan pada Baksei Chamkrong (kanan) bagian tengah candi memiliki pondasi utuh (Sumber : Groslier, 2017) sama halnya dengan sisa pondasi pada Candi 2 Padang Roco. Selain Candi Borobudur dan Candi lainnya di Jawa tengah candi dengan empat orientasi Dari gambar 4 dapat dilihat perkiraan jumlah juga ditemukan di Jawa Barat yaitu Candi Batu podium Candi tersebut adalah 4 podium jaya yang juga memiliki aliran Gaya Candi dengan tambahan satu stupa atau puncak Budha terlihat jelas pada sisa bentuk Kaki candi sehingga keseluruhan memiliki lima Candi memiliki empat akses Tangga masing tingkatan karena umumnya Candi dengan masing berorientasi ke Tenggara, Timur Laut, tipologi tersebut memiliki jumlah yang ganjil. Barat Daya dan Barat Laut serupa dengan Didalam lokasi situs ditemukan prasasti orientasi Candi 01 Padang Roco. Akan tetapi Padang Roco dimana prasasti tersebut berdasarkan kajian yang dilakukan Prajudi, merupakan tulisan yang berada di alas Arca candi batujaya memiliki bentuk berupa Amogaphasa sebagai pemberian dari dari śrī percandian kayu dimana tergolong dalam tipe mahārājādhirāja keṛtanagara wikrama kaki batu, dinding batu dan atap kayu yang dharmmottunggadewa raja dari kerajaan menyerupai pendopo yang dikelilingi dinding Singasari di Jawa untuk rakyat dan Raja batu [8]. Kerajaan Melayu Dharmasraya di Sumatera. Dari prasasti tersebut memang dapat Candi berbahan bata di Sumatera lainnya disimpulkan ada hubungan antara Raja Jawa yang berundak adalah Candi Tinggi di Muaro dan Sumatera akan tetapi terlalu cepat apabila jambi akan tetapi pada candi ini memiliki mengaitkan keberadaan Arca tersebut dengan perbedaan gaya profil dinding kaki Candi Candi padang Roco karena belum jelas posisi dimana pada bagian dasar sangat polos tanpa hubungan antara kedua Raja tersebut apakah profil lengkung seperti kaki Candi Padang 112

Rekonstruksi Bentuk Arsitektur Candi Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat (Ardiansyah, Ricky Ravsyan, Ria Dwi Putri)

rekan dagang atau persekutuan karena pada merupakan candi disumatera yang paling abad tersebut hegemoni Sriwijaya belum lengkap bentuknya dibanding candi lainnya di semuanya hilang, selain itu dharmasraya juga Sumatera, selain itu secara geografis kedua menjadi bagian dari kekuasaan Sriwijaya. lokasi ini relatif masih berada tidak jauh Sehingga didalam penelitian ini peneliti hanya sehingga pertukaran informasi dan budaya berfokus pada aspek arsitektural yaitu bentuk sangat mungkin terjadi. tipomorfolog Candi terkait Candi lainnya di Sumatera dengan juga melihat keterkaitan secara tidak langsung dengan Candi di Jawa dan Indo Cina. Keberadaan candi Padang Roco bisa saja sudah berdiri sebelum datangnya Prasasti karena umumnya apabila prasasti tersebut berbarengan dengan pembangunan candi maka setidaknya berada didalam ruang candi dan menjadi kesatuan Gambar 5. Botekan, lemari kecil tempat tertimbun didalam reruntuhan karena menyimpan aksesoris di Palembang (kiri) berdasarkan informasi Arca ditemukan Struktur Berbentuk Punden (kanan) disekitar lingkungan candi. (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)

Melihat bentuk dan jumlah pondasi kaki candi Bentuk bangunan bertingkat yang menyerupai padang roco yaitu Candi 01 memiliki jumlah punden banyak ditemukan di Sumatera Bagian podium paling banyak dimana umumnya Candi Selatan bahkan perabot yang digunakan oleh di Sumatera hanya memiliki 3 podium. Dalam masyarakat Palembang dan sekitarnya kasus ini setidaknya besar kemungkinan candi bentuknya pun menyerupai susunan punden ini memiliki empat podium dan tambahan 1 berundak hal ini menguatkan bahwa bentuk podium kecil sebelum badan dan kepala candi punden berundak sudah sangat akrab dalam berdiri. Gaya candi yang ditopang oleh podium kehidupan budaya masyarakat di Sumatera berlapis umumnya hanya berada di Indo Cina pada umumnya. selain itu petunjuk penting sedangkan di Sumatera seperti Candi Tuo di dari perabot tersebut adalah terdapatnya Muaro Takus bisa dikatakan Candi ini tidak kuncup bunga teratai pada bagian puncak nya, memiliki Badan Candi melainkan hanya hal ini menjelaskan masih ada pengaruh berupa Stupa yang ditopang oleh Punden budhisme pada seni perabot tersebut. Analogi Berundak sedangkan dalam kasus Batujaya antara perabot dan bangunan candi adalah hal hampir sama dengan Candi Angkor yaitu yang sangat mungkin terjadi karena dunia Candi yang ditopang oleh Podium akan tetapi desain memikiki cakupan yang luas dan bedanya di kasus Batu jaya podiumnya tidak umumnya saling bersinergi satu sama lainnya bertingkat banyak melainkan hanya 1 dan 2 terkait tren, langgam atau tuntutan budaya undakan saja. tertentu.

Sehingga dalam kasus Candi 01 Padang Roco Melihat proporsi perbandingan ketinggian peneliti cenderung tipe Candi menyerupai antar podium candi khususnya candi yang Candi Padang Lawas untuk bentuk Podium memiliki 3 tingkat podium umumnya podium 1 sedangkan Candi utama pada bagian puncak dan 2 tidak memiliki angka yang berjauhan berupa Candi berbentuk menara seperti di bahkan cenderung sama sedangkan pada trap Angkor hal ini juga dikuatkan dengan bentuk ketika angka perbandingan berkurang secara Candi Batujaya dimana menyisakan badan signifikan 25% sampai 50% dari podium kedua candi persegi empat dengan empat orientasi sedangkan dari podium 1 ke 2 reatif sama berupa relung menyerupai pintu Candi. Untuk hanya berkisar 5% saja. Melihat tipe podium bentuk candi pada bagian atas podium peneliti candi Angkor dan Muaro takus besar lebih mengarah pada Candi Bahal Padang kemungkinan Candi Padang Roco memiliki Lawas hal ini dikarenakan Candi Bahal kesamaan dimana podium 1 sampai podium 3 memiliki ukuran yang hampir sama sedangkan 113

NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 2 Juli 2019:105-118 p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

penurunan proporsi terjadi pada podium peneliti tidak terlalu fokus didalam menafsirkan keempat saja dengan kecendrungan usia candi melainkan hanya berpegang teguh penurunan sekitar 30 %. Dengan demikian dalam aspek morfologis candi terkait langgam peneliti mengambil angka perbandingan Candi dan gaya candi. Penafsiran selanjutnya adalah Tuo dimana setidaknya berdasarkan deret bagaimana bentuk stupa candi pada bagian proporsi didapatkan perbandingan 1,3 : 1,24 : puncak hal ini sangat penting dilakukan karena 1,18 :0,88 atau dibulatkan menjadi 1,42 : 1,36 : juga terkait dengan langgam candi. Melihat 1,30 : 1 masing masing mewakili Podium 1, Tipe puncak candi Bakhong Ankor memiliki Podium 2, Podium 3 dan Podium ke empat. kesamaan dengan bagian puncak candi Bahal Kajian ini sesungguhnya hanya bersifat di padang Lawas sehingga dalam hal ini penafsiran akan tetapi pendekatan yang peneliti mengacu bentuk candi bahal didalam dilakukan sudah cukup rinci dan melalui merekonstruksi bentuk bagian puncak Candi proses analogi yang panjang dan pada setiap 01 Padang Roco. Keberadaan candi puncak keputusan melihat keterkaitan bentuk antar padang roco didapatkan dengan melihat Candi di Sumatera, Jawa dan Indo Cina. keberadaan pondasi padat pada bagian tengah candi yang berdasarkan petunjuk pada proses rekonstruksi Candi Tandikiat I di Situs Padang Lawas bahwa konstruksi batu bata ini mampu mencapai ketinggian hamper 10 m sehingga sangat memungkinkan candi ini memiliki struktur puncak yang tinggi.

Gambar 6. Tafsiran Bentuk Podium Candi 01 (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)

Berdasarkan hasil tafsiran bentuk undakan candi candi ini memiliki bentuk menyerupai candi Tuo dan Candi di Angkor Indo Cina hal Gambar 7. Foto Rekonstruksi Candi Tandikat I ini sangat memungkinkan karena gaya Padang Lawas (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018) arsitektur ini berkembang pada masanya yaitu adab ke 8 hal ini membuka kemungkinan keberadaan candi di Sumatera bisa saja Bentuk ukuran pondasi pada bagian pusat memiliki masa yang sama dengan Candi Indo candi 01 Padang Roco memiliki ukuran yang Cina akan tetapi arkeolog di Indonesia berteori hampir sama dengan bagian tengah candi hampir semua Candi di Sumatera dibangun Bahal dan Tandikat di Padang Lawas akan diatas abad ke 10 padahal melihat gaya profil tetapi memiliki ukuran yang sedikit lebih kecil dan langgam candi memiliki tipe gaya candi yang membedakan dari bentuk kedua candi masa klasik tua. Penanggalan ini umumnya adalah orientasi dan fasad Candi. Dalam selain dilakukan carbon dating juga penafsiran kasus Candi 01 Padang Roco memiliki empat atas temuan temuan di sekitar candi seperti ambang pintu Candi sedangkan pada kasus arca dan prasasti, akan tetapi arca dan Candi Padang Lawas hanya memiliki satu prasasti tidak menjamin usia sebuah candi buah pintu kearah Tenggara. Candi Padang karena bisa saja elemen tersebut adalah Lawas yang paling sempurna bentuknya elemen tambahan sama hal nya keberadaan hingga ke bagian puncak adalah candi Bahal I mihrab pada sebuah masjid apabila sudah dengan perbandingan lebar pondasi dan total rusak maka akan diganti yang baru. Untuk itu ketinggian mulai dari permukaan tanah sekitar 114

Rekonstruksi Bentuk Arsitektur Candi Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat (Ardiansyah, Ricky Ravsyan, Ria Dwi Putri)

1: 3 sedangkan ketinggian dari podium teratas candi dan lebar tangga sekitar 1 : 1,73 angka ke bagian puncak 1: 2 ratio ini menjadi acuan perbandingan lebar badan bangunan adalah peneliti dalam rekonstruksi bagian puncak dinding candi diluar bentuk relief profil candi. candi karena memiliki kedekatan wilayah juga Perbandingan selanjutnya adalah candi Bahal memiliki kemungkinan kesamaan bentuk. II yaitu 1 : 2,1 sedangkan candi Bahal III memiliki perbandingan lebar badan candid an Selain rekonstruksi bentuk bagian puncak bagian tangga sebesar 1: 2,4 apabila dilihat candi bentuk dan ukuran tangga juga menjadi angka rata rata maka perbandingan lebar perhatian penting, apabila merujuk pada candi tangga dan badan bangunan pada badan Angkor di Indo Cina tangga dari podium 1 candi bagian puncak podium adalah 1 : 2. sampai 4 memiliki lebar yang sama akan tetapi didalam kasus Candi 01 tidak memungkinkan Angka perbandingan tersebit akan dijadikan apabila tangga memiliki lebar yang sama peneliti didalam menafsirkan ukuran lebar karena tangga pada podium pertama sangat tangga bagian puncak podium Candi 01 lebar bahkan sedikit lebih lebar dari pondasi Padang Roco. Ukuran dinding pada puncak bagian puncak candi sehingga yang paling candi 01 berdasarkan analisis pondasi sekitar memungkinkan poroporsi lebar tangga sama 3,5 m persegi sehingga apabila mencari dengan candi di Sumatera Pada umumnya proporsi lebar tangga dengan ukuran proporsi dimana semakin keatas tangga semakin rata-rata candi bahal sekitar 1,75 m. amgka ini mengecil. Untuk mendapatkan kompilasi menjadi pengunci dari lebar tangga antar perbandingan data maka peneliti akan podium. Untuk menguji apakah lebar ytangga membuat skala perbandingan lebar tangga ini sesuai proporsinya peneliti mencoba candi antar podium dalam kasus candi mengalikan angka proporsi candi Bahal 1 Sumatera data tersebut menjadi dasar bagi terhadap padang Roco diketahui angka peneliti didalam menentukan tafsiran lebar perbandingan Candi Bahal I podium 1,2 dan 3 tangga antar podium candi. Dalam hal ini adalah 1.95 : 1.1 : 1 sehingga angka tangga peneliti memiliki dasar yang kuat dalam paling dasar candi 01 adalah 3,4 m angka ini asumsi lebar tangga yaitu keberadaan pondasi sungguh sangat mendekati karena ukuran asli tangga pada podium pertama candi 1 dan tangga podium 1 dilapangan sekitar 3,5 m mencari prediksi lebar tangga pada puncak hanya selisih 10 cm. sehingga perbandingan candi, hasil temuan ukuran pada bagian candi Bahal bisa digunakan didalam mencari puncak dan bagian dasar menjadi titik acuan lebar tangga podium 2 dan 3 dimana podium 2 pembagi lebar tangga pada podium perbandingannya menjadi 1.1 sedangkan diantaranya. podium ketiga diantara 1.1 dan 1 karena proporsi 1 sudah didapat pada angka 1,75 m, Berdasarkan data dapat dilihat terjadi dalam hal ini peneliti mencoba mencari selisih pengurangan angka podium semakin kebagian deret angka dimana peneliti akan mengurangi puncak meskipun sedikit petunjuk candi yang 0.1 pada podium atas sehingga memiliki lebih dari dua tingkat tangga tetapi perbandingannya secara umum menjadi 2,05 : peneliti memiliki dasar didalam menentukan 1,2 :1,1 :1. Dengan angka perbandingan ini ukuran tangga yang mengecil semakin menuju maka lebar pondasi podium 01 ditemukan podium teratas, data ini belum cukup bagi angka yang persis yaitu 3,50 berbeda dengan peneliti di dalam menentukan ukuran sehingga angka sebelumnya. Dari perbandingan diatas peneliti perlu mencari perbandingan proporsi didapat lebar tangga masing masing podium lebar candi bagian puncak terhadap lebar Candi 01 Padang Roco yaitu : podium 1 tangga sehingga capaian pengunci ukuran memiliki lebar 3,50 m, podium 2 memiliki lebar bagian dasar dan teratas ditemukan dalam hal 2,1 m, podium ketiga 1,92 m dan pada bagian ini petunjuk yang terukur peneliti memilih puncak memiliki lebar 1,75 m. setelah Candi Bahal di padang lawas sebagai didapatkan angka ukuran lebar tangga pada perbandingan proporsi lebar tangga bagian masing masing podium selanjutnya adalah atas. Pada candi Bahal I perbandingan lebar mencari perbandingan lebar anak tangga dan

115

NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 2 Juli 2019:105-118 p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

lebar dinding pembatas tangga sisi kiri dan Sumatera. Secara keseluruhan perbandingan kanan candi. Untuk ini peneliti menggunakan lebar dan tinggi candi adalah 1,3 : 1 termasuk metode yang sama yaitu mencari kaki candi dimana berdasarkan panduan perbandingan lebar tangga dan dinding tangga silpashastra umumnya bangunan candi akan tetapi dalam hal ini peneliti hanya memiliki angka lebar yang lebih besar memilih candi utama dan memiliki podium daripada dimensi tinggi bangunan, proporsi bertingkat . lebar dan tinggi bangunan pada bagian inti candi atau bangunan puncak candi yang Berdasarkan data yang dirangkum, proporsi membentuk stupa 1:1,7 dimana menurut lebar tangga dan dinding tangga cukup Acharya, angka perbandingan ini tergolong bervariasi angka dinding tangga yang memiliki proporsi Parshnika atau Jayada [6]. ukuran besar dimiliki oleh Candi Tinggi di Bumiayu dan Candi Bahal III di Padang Lawas Penarikan angka proporsi lebih bisa dikaitkan bentuk perbandingan ini tidak sesuai apabila dengan acuan candi apabila hanya mengambil diterapkan pada Candi 01 karena lebar tangga bangunan pucak candi sedangkan apabila pada podium atas tidak memiliki bidang yang semua podium dimasukan dalam angka cukup Lebar, berdasarkan angka tabel perbandingan maka akan menghasilkan angka perbandingan yang paling memungkinkan yang berbeda. Berdasarkan kajian terhadap antara lebar anak tangga dan lebar tangga candi Muaro takus angka perbandinganya keseluruhan berkisar 1: 1,5 sampai 1 : 2 , memiliki kesamaan dengan Candi Padang melihat kasus percandian di Indocina Roco dimana pada perbandingan lebar dan khususnya Candi Bakheng dan Indo Cina tinggi candi memiliki karakter lebih melebar perbandingan lebar dan anak tangga adalah dibandingkan vertikal yaitu berkisar 3:1. berkisar 1: 1 sehingga besar kemungkinan padang roco memiliki lebar dinding tingga relative kecil yaitu berkisar 1 : 1,5.

Gambar 9. Bentuk 3 Dimensi Hasil Rekonstruksi Candi 01 Padang Roco (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018)

Gambar 8. Hasil Rekonstruksi Candi 01 Padang Dengan melihat gambar 17 dapat dilihat candi Roco (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2018) ini memiliki langgam bentuk yang unik dan tidak ditemukan pada candi hasil rekonstruksi di Indonesia pada umumnya dimana pengaruh Dalam kajian ini teori proporsi candi tidak bentuk memiliki tipologi yang serupa dengan terlalu menjadi acuan akan tetapi perlu candi Ankor Indo Cina akan tetapi ciri profil dilakukan perbandingan secara umum hal ini candi di Sumatera juga ikut memberikan diperlukan agar proses pencarian bentuk tampilan langgam gaya Arsitektur Candi ciri benar-benar berdasarkan fakta dilapangan Sumatera. Perabot kuno yang ditemukan di karena penelitian ini bersifat penelitian Palembang yang memiliki bentuk bertingkat lapangan maka hasil akhir baru dilakukan menyerupai punden berundak juga menjadi perbandingan dengan teori proporsi candi dasar yang menguatkan bahwa bentuk punden secara umum. Selain itu metode ini diharapkan berundak bukanlah merupakan hal yang mampu membuka kemungkinan baru angka langka bagi masyarakat di Sumatera pada proporsi yang menciptakan langgam candi 116

Rekonstruksi Bentuk Arsitektur Candi Padang Roco di Kabupaten Dharmasraya Sumatera Barat (Ardiansyah, Ricky Ravsyan, Ria Dwi Putri)

umumnya bahkan Palembang [5] Atmadi, Parmono. (1979). Beberapa yaitu Rumah Limas apabila semua dinding dan Patokan Perancangan Bangunan Candi. atapnya dihilangkan maka lantai bangunan Proyek Pelita Borobudur Seri C No 2, hlm 200 rumah tersebut akan terlihat bertingkat-tingkat [6] Acharya,P.K. (1927). Indian-Architecture- menyerupai punden berundak. According-to-silpasastra(1).pdf. fisrt edit. ed. P.K. Acharya. London, New KESIMPULAN York,Bombay, Calcuta, Madra: Oxford University Press. Situs Candi Padang Roco merupakan petunjuk [7] Groslier, B.P. (2007). Indo Cina yang penting didalam penyempurnaan Persilangan Kebudayaan. Buku Terjemahan Vol 6. : KPG perumusan artefak candi pada masa Sriwijaya [8] Prajudi , R.H. (2014). Kajian dimana didalam kajian ini peneliti mengamati Tipomorfologi Arsitektur percandian di Jawa dan Indo Cina sehingga Percandian’Kayu’ di Jawa. Bandung : diharapkan ditemukanya benang merah tpologi Universitas Parahyangan Candi di Sumatera. Dalam kasus penelitian Padang Roco ditemukan bentuk Candi yang jarang sekali ditemukan di Indonesia dimana terdapat candi yang berbentuk berudak seperti gaya Ankor di Indocina dan juga ditemukan bangunan yang memiliki bentuk denah dan proporsi yang sangat sama dengan candi di Muaro takus dimana memiliki bentuk memanjang dengan stupa pada satu sisi bangunan, selain itu pada kasus candi 3 memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan candi di Jawa Barat. Berdasarkan tata letak geografis Sumatera merupakan pertemuan dua kebudayaan agama yang sangat besar dimana pada bagian Utara yakni dataran Indocina merupakan basis agama Bidha yang kuat hingga saat ini sedangkan pada sisi Jawa Timur sampai Bali memiliki kebudayaan Hindu yang kuat juga hingga saat ini sehingga Jawa Barat dan Sumatera merupakan wilayah yang berada diantara Budha dan Hindu sehingga tidak heran apabila terjadi pembauran Budaya dan Arsitektur di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Abel, Chris.(1997). Architecture and Identity, Architectural Press, An imprint of

Butterworth-Heinemann. [2] Broadbent, Geoffrey. (1988). Design in Architecture : Architecture and the Human Science, London : David Fulton. [3] Duerk, Donna P. (1993). Architectural Programming, Van Nostrand reinhold Company, Inc-USA. [4] Ching, Francis D.K. (1991).Arsitektur : Bentuk Ruang dan Susunanya. Jakarta : Erlangga. 117

NALARs Jurnal Arsitektur Volume 18 Nomor 2 Juli 2019:105-118 p-ISSN 1412-3266/e-ISSN 2549-6832

118