Oleh: Putri Cellia

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Oleh: Putri Cellia PERAN TEATER LENONG BETAWI DALAM PEMBENTUKAN IDENTITAS BUDAYA MASYARAKAT BETAWI (STUDI KULTURAL HISTORIS: TEATER LENONG MARONG GROUP DI CIATER, TANGERANG SELATAN) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Putri Cellia NIM: 1110015000099 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 ABSTRAK Putri Cellia (1110015000099). Peran Teater Lenong Marong dalam Pembentukan Identitas Betawi (Studi Analisis: Perkumpulan Teater Lenong Marong Group di Ciater). Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran teater lenong Marong dalam pembentukan identitas Betawi di Kelurahan Ciater. Penelitian ini dilaksanakan di perkumpulan teater lenong Marong yang berlokasi di kelurahan Ciater. Penelitian ini merupakan suatu studi yang menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan studi pustaka terhadap masyarakat Betawi pada umumnya dan perkumpulan teater lenong Marong pada khususnya untuk mengungkapkan aspek historis dan fungsional teater lenong. Hasil analisis atas temuan di lapangan menunjukan bahwa perkumpulan teater lenong Marong berperan dalam pembentukan identitas Betawi dengan cara menunjukan bahwa masyarakat Betawi sangat mencintai Islam dan sangat memegang teguh pedoman hidup tersebut, penggunaan dialek Betawi dalam pementasan, menampilkan karakter-karakter masyarakat Betawi, pakaian khas Betawi, alat tradisional Betawi yaitu golok, dan kesenian Betawi lainnya seperti silat, gambang kromong, tarian Betawi dan lagu-lagu Betawi. Kata kunci : Teater Lenong, Identitas Budaya, Masyarakat Betawi i ABSTRACT Putri Cellia (1110015000099). The Role of Marong Lenong Theater in Identity Formation Of Betawinesse (Study Analsis: Bevy Marong Lenong Theater Group in Ciater, South Tanggerang). Essay. Jakarta : Department of Education Social Science The Faculty of Tarbiyah and Teaching Science The State Islamic of Syarifhidayatullah University. This study aims to determine how the role of theater lenong Marong in identity formation in the village of Btawinesse in Ciater, South Tangerang. The research was conducted in association Marong lenong theater located in Ciater, South Tangerang. This research is a study using a qualitative approach. The methods used include observation, interviews, and literature on society in general and associations Betawi, lenong Marong theater in particular. The result of analysis of the findings in the field showed that the association of theater lenong Marong role in the formation of identity in a way shows that Betawi communities loves Islam and so uphold the rule of life, Betawi dialec use in staging, typical clothing, Betawi traditional tools are machetes, and other Betawi arts such a martial arts, xylophone kromong, Betawi dance and songs of Betawi. Keywords : Lenong Theater, Cultural Identity, Betawi Communities ii KATA PENGANTAR Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan nikmat Iman, Islam, serta nikmat sehat wal’afiat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Teater Lenong Marong dalam Pembentukan Identitas Betawi (Studi Analisis: Perkumpulan Teater Lenong Marong Group di Ciater, Tangerang Selatan)”. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini tidak mungkin selesai sebagaimana mestinya tanpa ada bantuan dari semua pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu peneliti menghaturkan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Ibu Nurlena Rifa’I, MA, Ph.D serta para pembantu dekan. 2. Ketua jurusan Pendidikan IPS, Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd beserta seluruh staf. 3. Dosen pebimbing, Ibu Dr. Ulfah Fajarini, M.Si dan Ibu Cut Dhien Nourwahida, MA yang telah sabar mebimbing dan memberikan ilmu dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti, semoga Bapak dan Ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat di kemudian hari. 5. Bapak Marong dan para pemain lenong Marong Group yang telah memberikan izin dan membantu peneliti dalam proses penelitian skripsi ini. Semoga sukses selalu untuk Bapak Marong da para pemain Marong Group. 6. Staf kelurahan Ciater yang telah memberikan bantuan pada peneliti 7. Kedua Orangtua Ayah dan Mamah ( Maman Permana dan Almh. Atikah Abdulah, Spd) yang selalu ada disaat peneliti membutuhkan dukungan baik moril, materil maupun spiritual. Semoga Mamah bisa tersenyum iii bangga melihat Ananda dapat menyelesaikan kuliah keguruan sesuai harapan Mamah. 8. Keluarga tercinta Kakak dan Adik ( Kak Resa dan Ian), Nenek tersayang, embah, om, tante, sepupu dan seluruh anggota yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Keluarga besar SosioAntro 2010 terimakasih untuk semua pengalaman yang tak terlupakan semoga kita selalu dilindungi oleh Allah SWT 10. Sahabat-sahabat di kampus (Ines, Rya, Cabi, Ninna, Tuti, Nesa, Dara, Deli, Epi, Nadia, Embong, Putri) 11. Terimakasih untuk sahabat sosialita (Ewin, Lita, Ajeng, Anggi, Dicha dan Gabo) yang telah memberikan peneliti semangat untuk menyelesaikan skripsi ini Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan bahan referensi khususnya dibidang pendidikan sosiologi- antropologi. Namun, pada akhirnya peneliti ingin mengingatkan bahwa penelitian yang tersaji ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun peneliti butuhkan dan akan ditindaklanjuti demi kesempurnaan penelitian di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua yang telah membacanya. Jakarta, Desember 2014 Putri Cellia iv DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT ABSTRAK ............................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................ 8 C. Pembatasan Masalah ............................................................... 8 D. Perumusan Masalah ................................................................ 9 E. Tujuan Penelitian .................................................................... 9 F. Manfaat Penelitian .................................................................. 9 BAB II: KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik .................................................................... 12 1. Teater Rakyat Lenong Betawi ........................................... 12 a. Teater ........................................................................... 13 b. Lenong Betawi ............................................................ 15 2. Identitas Budaya Masyarakat Betawi ................................ 21 a. Identitas ....................................................................... 21 b. Budaya ......................................................................... 25 v c. Masyarakat Betawi ...................................................... 27 B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 35 B. Metode Penelitian .................................................................... 35 C. Populasi dan Sampling ............................................................ 36 D. Teknik Sampling ..................................................................... 36 E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 37 F. Instrumen Penelitian ................................................................ 39 G. Teknik Analisis Data ............................................................... 40 H. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 41 I. Refleksi Penelitian .................................................................. 43 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ............................................................................ 45 1. Struktur Sosial Kelurahan Ciater ............................................ 45 2. Konteks Sejarah Teater Lenong Betawi Marong Group ......... 49 B. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................... 70 1. Peran Teater Lenong Marong Sebagai Arena Pembentukan Identitas Kultural Masyarakat Betawi .................................. 70 2. Teater Lenong dalam Semangat Kultural ............................ 87 3. Langkah Strategis Revitalisasi Budaya Betawi .................... 89 BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................
Recommended publications
  • The Historical Roots and Identities of Local Strongmen Groups in Indonesia
    The Historical Roots and Identities of Local Strongmen Groups in Indonesia Yanwar Pribadi 1 Abstract This paper deals with the historical roots and identities, nature and characteristics of local strongmen groups in Indonesia, and aspects of violence in Indonesia. In the rural colonial Java, there were rampok-bandits and jago groups; whereas today in Banten there are jawara groups and elsewhere in Indonesia people commonly recognized preman groups. In this paper I will focus on these four groups: rampok-bandits (or bandits), jago, jawara, and preman. These groups are parts of the long-established strongmen groups that have characterized Indonesian history. Among the questions addressed are: what is the origin and what are the characteristics of local strongmen groups in society? How does violence embody in the way of life of local strongmen groups? What is their position in society? How do they characterize local cultures in their place of origin? Keywords: Rampok-bandits, Jago, Jawara, Preman, Violence "Saya seorang jawara" (I am a jawara) -Tubagus Chasan Sochib (Tempo Interaktif, 3 December 2007) A. Introduction Perhaps there is no such bold and outspoken public figure in Banten after the collapse of the Suharto administration besides Tubagus Chasan Sochib. He was a successful tycoon and a legendary figure in the jawara world in Banten, who happened to be the father of Ratu Atut Chosiyah, a former of Banten. This paper deals with the historical roots and identities, nature and characteristics of local strongmen groups in Indonesia, and aspects of violence in Indonesia. Among the questions addressed are: what is the origin and what are the characteristics of local strongmen groups in society? How does violence embody in the way of life of local strongmen groups? Kawalu: Journal of Local Culture Vol 1, No.
    [Show full text]
  • Masyarakat Kesenian Di Indonesia
    MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Muhammad Takari Frida Deliana Harahap Fadlin Torang Naiborhu Arifni Netriroza Heristina Dewi Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara 2008 1 Cetakan pertama, Juni 2008 MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Oleh: Muhammad Takari, Frida Deliana, Fadlin, Torang Naiborhu, Arifni Netriroza, dan Heristina Dewi Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Dilarang memperbanyak buku ini Sebahagian atau seluruhnya Dalam bentuk apapun juga Tanpa izin tertulis dari penerbit Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ISSN1412-8586 Dicetak di Medan, Indonesia 2 KATA PENGANTAR Terlebih dahulu kami tim penulis buku Masyarakat Kesenian di Indonesia, mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku ini pada tahun 2008. Adapun cita-cita menulis buku ini, telah lama kami canangkan, sekitar tahun 2005 yang lalu. Namun karena sulitnya mengumpulkan materi-materi yang akan diajangkau, yakni begitu ekstensif dan luasnya bahan yang mesti dicapai, juga materi yang dikaji di bidang kesenian meliputi seni-seni: musik, tari, teater baik yang tradisional. Sementara latar belakang keilmuan kami pun, baik di strata satu dan dua, umumnya adalah terkonsentasi di bidang etnomusikologi dan kajian seni pertunjukan yang juga dengan minat utama musik etnik. Hanya seorang saja yang berlatar belakang akademik antropologi tari. Selain itu, tim kami ini ada dua orang yang berlatar belakang pendidikan strata dua antropologi dan sosiologi. Oleh karenanya latar belakang keilmuan ini, sangat mewarnai apa yang kami tulis dalam buku ini. Adapun materi dalam buku ini memuat tentang konsep apa itu masyarakat, kesenian, dan Indonesia—serta terminologi-terminologi yang berkaitan dengannya seperti: kebudayaan, pranata sosial, dan kelompok sosial.
    [Show full text]
  • Sejarah Budaya Pencak Silat Melalui Aktivitas Migrasi Pendekar
    SEJARAH BUDAYA PENCAK SILAT MELALUI AKTIVITAS MIGRASI PENDEKAR THE HISTORY OF PENCAK SILAT CULTURE THROUGH PENDEKAR MIGRATION ACTIVITY Suryo Ediyono Faculty of Cultural Science, Universitas Sebelas Maret Surakarta E-mail: [email protected] Sejarah budaya pencak silat pada hakikatnya berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang diturunkan generasi ke generasi sampai bentuk sekarang ini. Seni beladiri pencak silat digunakan sebagai sarana pendidikan di masyarakat Jawa. Melalui aktivitas pendekar bermigrasi dari pergurunan tradisional ke modern. Pendekar adalah seorang terhormat sebagai pemimpin di pergurua dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan menganalisa dan mendiskripsikan sejarah budaya pencak silat melalui aktivitas migrasi di Jawa. Metode penelitian historis faktual, melalui studi pustaka pengkajian pada teks-teks pencak silat dan studi lapangan. Data kemudian dideskripsikan, dianalisis secara refleksi kritis untuk memperoleh gambaran tersebarnya pencak silat melalui aktivitas pendekar, sehingga diperoleh pemahaman secara komprehensif. Pendekar sebagai pemimpin perguruan adalah seorang tagwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas dengan sikap bijaksana dan berpengetahuan luas. Budaya pencak silat berisi beladiri, olahraga, seni dan mental spiritual sebagai satu kesatuan, yang berkembang melalui aktivitas pendekar. Kata kunci: sejarah, budaya pencak silat, aktivitas migrasi, pendekar. The history pencak silat culture in essence is effort of Indonesian nation that is developed from generation to generation till reaching current
    [Show full text]
  • Kiprah Mpok Nori Dalam Mengembangkan Kesenian Betawi (1968-1995)
    Kiprah Mpok Nori dalam Mengembangkan Kesenian Betawi (1968-1995) Imas Yosita, Siswantari Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universtas Indonesia Kampus UI Depok Jawa Barat 16424 Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas kiprah Mpok Nori dalam mengembangkan kesenian Betawi tahun 1968—1995. Penelitian yang dilakukan merupakan kajian sejarah dengan mengambil peran sentral pada aktivitas Mpok Nori terhadap usahanya untuk mengembangkan kesenian Betawi yang dilakukannya melalui tari topeng Betawi, teater lenong, sanggar, layar kaca dan layar perak. Ia berhasil membawa kesenian Betawi bertahan di tengah modernisasi Jakarta yang berkembang cepat dengan seni budaya lain yang berasal dari berbagai daerah. Sanggar yang didirikannya telah menghasilkan anak didik yang berprestasi dalam mengembangkan kesenian Betawi. Penelitian ini membuktikan bahwa Mpok Nori berhasil membawa kesenian Betawi bertahan di tengah modernisasi Jakarta yang berkembang cepat. Kata kunci: Betawi, kesenian, Mpok Nori Abstract This thesis discusses about Mpok Nori’s role in developing Betawinese art in 1968—1995. The research done is a historical study which takes a central role on Mpok Nori’s activities in trying to develop Betawinese art through Betawi mask dance, lenong theater, atelier, television and cinema. She has succeeded in bringing Betawineses art to survive in the middle modernization which grows fast together with the other cultural arts from various districts in Indonesia. The atelier which was built has produced successful students in evolving Betawinese art. This research proved that Mpok Nori has succeeded to bring Betawinese art keep in the fast-developed Jakarta modernization. Keywords: art, Betawi, Mpok Nori Pendahuluan tempat berinteraksinya dari berbagai aspek budaya masyarakat.
    [Show full text]
  • M. Cohen on the Origin of the Komedie Stamboelpopular Culture, Colonial Society, and the Parsi Theatre Movement
    M. Cohen On the origin of the Komedie StamboelPopular culture, colonial society, and the Parsi theatre movement In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 157 (2001), no: 2, Leiden, 313-357 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/10/2021 12:19:15AM via free access MATTHEW ISAAC COHEN On the Origin of the Komedie Stamboel Popular Culture, Colonial Society, and the Parsi Theatre Movement Introduction . The Komedie Stamboel, also known as the Malay Opera, occupies a prom- inent place in Indonesia's cultural history.1 lts emergence in 1891 has been characterized as a 'landmark' in the development of modern popular theatre (Teeuw 1979:207). The theatre later contributed greatly to the birth of Indo- nesian contemporary theatre and film2 and played a formative role in mod- ern political discourse and representation (see Anderson 1996:36-7). The Komedie Stamboel has been celebrated as one of the most significant 'artistic achievements' of the Eurasian population of colonial Java (see Van der Veur 1968a), but also damned for its deleterious influence on Java's classical and 1 This article was written while a postdoctoral research fellow at the International Institute for Asian Studies (DAS). It was presented in part as lectures at KAS and the Fifth International Humanities Symposium, Gadjah Mada University, in 1998.1 would like to thank all the particip- ants in the research seminar, 'Popular theatres of Indonesia', Department of Southeast Asian and Oceanic Languages and Cultures, Leiden University, where I developed some of the ideas pre- sented here, as well as Kathryn Hansen, Rakesh Solomon, Catherine Diamond, Surapone Virulrak, Hanne de Bruin, and two anonymous BKI reviewers for their comments.
    [Show full text]
  • DALAM MELESTARIKAN KESENIAN LENONG BETAWI Asriyani Sa
    PAGELARAN SEBAGAI SALAH SATU BAURAN HUMAS LKB (LEMBAGA KEBUDAYAAN BETAWI) DALAM MELESTARIKAN KESENIAN LENONG BETAWI Asriyani Sagiyanto Staf Pengajar Akademi Komunikasi Bina Sarana Informatika Jl. Kayu Jati 5, No.2, Pemuda Rawamangun, Jakarta Timur Email: [email protected] Abstract Along with the times and the modernization of the capital Jakarta, influence on the existence of Betawi art and culture. The influence evident from the many people who are less supportive Betawi culture itself, among others, they prefer to watch the show and art of modern culture such as films or bands compared with the traditional arts such as lenong, gambang kromong , masks and others. Lenong a Betawi arts, theater or one of the Betawi people taking the stories of heroism and criminal as its theme. With Thus LKB which is an institution engaged in the preservation and Betawi arts development, should pay more attention to the art of Betawi culture lenong particular art, by holding performances. It aims to introduce and promote the cultural arts Betawi people in Jakarta and at the same time to develop and preserve Betawi arts, especially the arts lenong high value, which is now in the midst of modern art and culture. The purpose of this study was to find out that the show is a mix of public relations or media LKB, LKB to preserve the arts lenong Betawi . In addition , this study also aims to determine the mix of other Public relations conducted by the LKB preserve Betawi arts culture, particularly lenong Betawi arts. The method used in this study is a research method descriptive qualitative approach.
    [Show full text]
  • Materi+DRAMA+JAWA 0.Pdf
    BAB I SELUK BELUK DRAMA A. Antara Drama, Sandiwara, dan Teater Banyak orang berasumsi, drama itu sekedar tontonan. Memang tidak keliru anggapan ini. Hampir semua drama dipentaskan memang untuk ditonton. Apalagi kalau dirunut dari aspek etimologi, akar tunjang dari istilah "drama" dari bahasa Greek (Yu- nani kuna) drau yang berarti melakukan (action) atau berbuat sesuatu (Muhsin, 1995). Berbuat berarti memang layak dilihat. Wiyanto (2002:1) sedikit berbeda, katanya drama dari bahasa Yunani dram, artinya bergerak. Kiranya, gerak dan aksi adalah mirip. Kalau begitu, tindakan dan gerak yang menjadi ciri drama. Tiap drama mesti ada gerak dan aksi, yang menuntun lakon. Aristoteles (Brahim, 1968:52) menyatakan bahwa drama adalah “a representation of an action”. Action, adalah tindakan yang kelak menjadi akting. Drama pasti ada akting. Dalam drama itu terjadi “a play”, artinya permainan atau lakon. Jadi ciri drama harus ada akting dan lakon. Permainan penuh dengan sandi dan simbol, ayng menyimpan kisah dari awal hingga akhir. Daya simpan kisah ini yang menjadi daya tarik drama. Drama yang terlalu mudah ditebak, justru kurang menarik. Dalam bahasa Jawa, drama sering disebut sandiwara. Kata sandi artinya rahasia, wara (h) menjadi warah berarti ajaran. Sandiwara berarti drama yang memuat ajaran tersamar tentang hidup. Sandiwara dan drama sebenarnya tidak perlu diperdebatkan. Keduanya memuat kisah, yang bercirikan dialog. Baik drama maupun sandiwara sama- sama menjadi guru kehidupan ini. Drama itu suguhan seni yang hidup, penuh fantasi. Drama menjadi tafsir kehidupan, yang kadang-kadang melebihi dunia aslinya. Siapapun sesungguhnya dapat bergulat dengan drama. Muhsin (1995) juga banyak mengetengahkan berbagai kelebihan drama. Biarpun bagi seseorang kadang-kadang enggan tampil dan malu-malu menjadi pemain, drama tetap genre sastra yang menarik.
    [Show full text]
  • PTS Ganjil 1 Tematik Jumlah Soal : Durasi
    K o d e S o a l PTS Ganjil 1 Tematik Jumlah Soal : Durasi : Kelas 4 40 Butir 1 jam 30 menit RTO-TTGICBJ 1. Keberagaman budaya di Indonesia harus disyukuri karena ... a. merupakan suatu kelemahan bangsa b. menjadikan Indonesia negara adikuasa c. merupakan anugerah dari Tuhan d. membuat bangsa Indonesia ditakuti 2. Dalam menjaga keberagaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia maka kita harus menerapkan sikap .... a. saling menghargai budaya daerah lain b. mencari budaya yang terbaik c. menonjolkan budaya sendiri d. menghina budaya daerah lain 3. Contoh sikap tidak mau menghargai keberagaman yang ada seperti .... a. menonton pertunjukan budaya derah lain b. mau berteman hanya dengan satu suku c. mencintai berbagai budaya daerah d. menghargai budaya lain walau berbeda 4. Walau memiliki banyak keberagaman dan perbedaan, namun bangsa Indonesia tetap bersatu seperti dalam semboyan .... a. Tut Wuri Handayani b. Ing Ngarsa Sung Tuladha c. Bhineka Tunggal Ika d. Negara Kertagama 5. Berikut ini contoh keberagaman alat musik dari Indonesia, kecuali .... a. Kendang b. Kecapi c. Pianika d. Sasando 6. Suci berasal dari daerah yang mempunyai tarian daerah yaitu Gambyong dan memiliki rumah adat Joglo. Daerah asal Suci adalah .... a. Jawa Timur b. Jawa Tengah Kunci dan pembahasan dapat dilihat dari aplikasi Ruangguru dengan scan QR Code dan input Kode Soal di pojok kanan atas soal. Follow dan cek instagram Ruangguru di @ruangguru untuk mendapatkan Copyright © 2019 Ruangguru hal. 1 berbagai informasi terbaru K o d e S o a l PTS Ganjil 1 Tematik Jumlah Soal : Durasi : Kelas 4 40 Butir 1 jam 30 menit RTO-TTGICBJ c.
    [Show full text]
  • Laporan Kemajuan Penelitian Strategis Nasional Institusi
    Kode/Nama Rumpun Ilmu : 512/ Sastra Indonesia Bidang Fokus : Kajian Budaya LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL INSTITUSI PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR KARAKTERISTIK PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN MELALUI NILAI KEARIFAN LOKAL BERBASIS INDUSTRI KREATIF Tahun ke 3 dari Rencana 3 Tahun TIM PENELITI Dr. Siti Gomo Attas, S.S., M.Hum. (NIDN. 0028087002) Dr. Gres Grasia A., S.S, M.Si. (NIDN. 0001068003) Dr. Marwiah, S.Pd., M.Pd. (NIDN. 0904026502) Berdasarkan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Program Hibah Penelitian Nomor 28/SP2H/DRPM/LPPM-UNJ/III/2019 UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA AGUSTUS 2019 ii PRAKATA Setu Babakan adalah suatu lokasi yang dimaksudkan sebagai representasi kebetawian di Jakarta. Pengimplementasian daerah Setu Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi (selanjutnya disingkat PBB) merupakan aktualisasi dari cita-cita dan impian masyarakat Betawi melalui organisasi kebetawian serta usaha dari para tokoh Betawi. Namun Setu Babakan sebagai pusat kebetawian yang seharusnya merepresentasikan Kampong Betawi Tempoe Doeloe dan berfungsi sebagai pusat informasi, dokumentasi, komunikasi rekreasi, edukasi yang berkaitan dengan kebetawiane masih jauh dari harapan ideal dari cita-cita dan impian awal. Untuk itu, tujuan dari penelitian ini meliputi tiga tujuan pokok yang meliputi: (1) merevitalisasi kebudayaan Betawi untuk merepresentasikan identitas masyarakat Betawi, (2) mengetahui pola-pola karakteristik dalam merepresentasikan perkampungan budaya Betawi yangberbasil kearifan lokal, (3) menyusun pengembangan model
    [Show full text]
  • The Practice of Pencak Silat in West Java
    The Politics of Inner Power: The Practice of Pencak Silat in West Java By Ian Douglas Wilson Ph.D. Thesis School of Asian Studies Murdoch University Western Australia 2002 Declaration This is my own account of the research and contains as its main content, work which has not been submitted for a degree at any university Signed, Ian Douglas Wilson Abstract Pencak silat is a form of martial arts indigenous to the Malay derived ethnic groups that populate mainland and island Southeast Asia. Far from being merely a form of self- defense, pencak silat is a pedagogic method that seeks to embody particular cultural and social ideals within the body of the practitioner. The history, culture and practice of pencak in West Java is the subject of this study. As a form of traditional education, a performance art, a component of ritual and community celebrations, a practical form of self-defense, a path to spiritual enlightenment, and more recently as a national and international sport, pencak silat is in many respects unique. It is both an integrative and diverse cultural practice that articulates a holistic perspective on the world centering upon the importance of the body as a psychosomatic whole. Changing socio-cultural conditions in Indonesia have produced new forms of pencak silat. Increasing government intervention in pencak silat throughout the New Order period has led to the development of nationalized versions that seek to inculcate state-approved values within the body of the practitioner. Pencak silat groups have also been mobilized for the purpose of pursuing political aims. Some practitioners have responded by looking inwards, outlining a path to self-realization framed by the powers, flows and desires found within the body itself.
    [Show full text]
  • An Analysis of Symbolic Meanings in Palang Pintu Tradition of the Betawi Wedding Ceremony Rahman1*, Zakaria2, NKD Tristiantari3, Asri Wibawa Sakti1
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 509 4th International Conference on Language, Literature, Culture, and Education (ICOLLITE 2020) An Analysis of Symbolic Meanings in Palang Pintu Tradition of the Betawi Wedding Ceremony Rahman1*, Zakaria2, NKD Tristiantari3, Asri Wibawa Sakti1 1Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia 2Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAI, Binamadani Tangerang Indonesia 3Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha Bali Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT Palang Pintu tradition is one of the Betawi ethnic cultural heritage which is performed in the process of a wedding ceremony. Besides enacted as a performance to entertain people, Palang Pintu is loaded with cultural literacy. The purpose of the study is to find out a comprehensive description of symbolic meanings and literary appreciation learning in Palang Pintu tradition of the Betawi wedding ceremony. The performance process of Palang Pintu contains remarkable values namely reading salawat indicating that the Betawi people always obey the Islamic value., The pukul/beklai (a form of martial arts) is a symbol that a man as the head of the family and must be able to protect his household; and lantunan sike (reciting the verses of the Holy Qur’an) implies that a man is a leader in his household. Furthermore, berbalas pantun (pantun speech) in Palang Pintu tradition is one form of the literary appreciation. The method used is the descriptive analysis of literature studies, observation and interviews with experts were done as the triangulation of the data. The study found that Palang Pintu tradition has symbolic values such as leadership, religiosity that can be used as an opportunity for children’s literacy appreciation learning.
    [Show full text]
  • Ethnicized Violence in Indonesia: the Betawi Brotherhood Forum in Jakarta
    David Brown and Ian Wilson Ethnicized Violence in Indonesia: The Betawi Brotherhood Forum in Jakarta Working Paper No.145 July 2007 The views presented in this paper are those of the author(s) and do not necessarily reflect those of the Asia Research Centre or Murdoch University. Working papers are considered draft publications for critical comments by colleagues and will generally be expected to be published elsewhere in a more polished form after a period of critical engagement and revision. Comments on papers should be directed to the author(s) at [email protected] or [email protected] A revised version of this paper is published in Nationalism and Ethnic Politics, 13 (3), July 2007: 367-403 © Copyright is held by the author(s) of each working paper: No part of this publication may be republished, reprinted or reproduced in any form without the permission of the paper’s author(s). National Library of Australia. ISSN: 1037-4612 Abstract Ethnic gang violence is often depicted as a clash between criminals pursuing instrumental advantage, and also as a clash of ideological fanatics pursuing collective nationalist, ethnolinguistic or ethnoreligious rights. However, there is an apparent tension between the conceptualization of such violence as the rational self-interest of deprived individuals, and as the irrational fanaticism of anomic communities. The examination of one particular ethnic gang, the Betawi Brotherhood Forum which operates in Jakarta, Indonesia, indicates how both dimensions of violence coexist and interweave. The apparent analytical tension between individualistic pragmatism and collectivist moral absolutism is resolved by showing how the gang responds to their disillusionment with the state by constructing for themselves a ‘state proxy’ role.
    [Show full text]