3 BAB 2 DATA & ANALISA 2.1 Sumber Data Data Dan Informasi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
3 BAB 2 DATA & ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : 1. Literatur : buku, artikel elektronik, website, forum. - http://id.wikipedia.org/wiki/Si_Pitung - http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore.php?ac=161&l=si-pitung# - http://zonamobile.net/blogs/index.php?action=viewblog&bid=23095 - http://www.zonamobile.net/blogs/index.php?action=viewblog&bid=23091 - http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4940649 - http://www.kaskus.us/member.php?u=137403 – kisawung - http://alwishahab.wordpress.com/2008/04/15/hari-hari-akhir-si-pitung/ - http://ribastian.wordpress.com/2008/09/25/%E2%80%9Cmelacak-si- pitung%E2%80%9D/ - http://ardiansyah92.multiply.com/journal/item/8 - http://sahabatsilat.com/forum/aliran-pencak-silat/cingkrik/450/ - http://ruangberita.com/makam-si-pitung/ - http://ruangberita.com/pendekar-asli-indonesia-antara-kisah-nyata-dan- mitos-2/ - http://cahayapusaka.blogspot.com/2009/03/benyamin-sueb-benyamin-s- lahir-di.html 2. Film Si Pitung 2.2 Data Umum Animasi 2.2.1 Sejarah Animasi Kata “animasi` sebenarnya adalah penyesuaian dari kata “animation”, yang berasal dari kata dasar “to animate” yang dalam kamus umum Inggris- Indonesia berarti “menghidupkan”. Secara umum, animasi merupakan suatu kegiatan yang membuat benda mati menjadi terkesan hidup. Animasi adalah elemen multimedia yang menarik karena secara umum animasi dibuat dengan merekam gambar-gambar diam misalnya dengan penggambaran di kertas- kertas yang kemudian diputar ulang dengan waktu tersendiri, sehingga kemudian gambar-gambar tersebut jadi terkesan bergerak karena ilusi mata. Animasi merupakan perwujudan dari keinginan manusia yang ingin membuat gambar menjadi hidup dan bergerak. Sebenarnya, sejak zaman dulu, manusia sudah mulai melakukan teknik animasi, yakni dengan mencoba “menganimasi” gerak 3 4 gambar binatang. Hal itu terungkap oleh penemuan para ahli purbakala di gua Lascaux di Spanyol Utara, yang sudah berumur 200.000 tahun lebih, ditemukan gambar binatang dengan jumlah kaki delapan yang posisi badannya bertumpuk-tumpuk, kemudian di Mesir, ada gambar para pegulat sedang bergumul yang susunannya berurutan pada dindingyang diperkirakan dekorasi di dinding itu dibuat pada tahun 2000 sebelum Masehi, di Jepang, para arkeolog menemukan gulungan lukisan kuno yang memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup Kerajaan Heian, sekitar tahun 794-1192. Di Eropa pada abad ke-19 sudah muncul mainan yang disebut Thaumatrope oleh Paul Roget (1828) yang berbentuk lembaran cakram tebal yang di permukaannya terdapat gambar burung dalam sangkar. Kedua sisi kiri dan kanan cakram tersebut diikat dengan seutas tali. Bila cakram tebal itu dipilin dengan tangan, maka gambar burung itu akan tampak bergerak. Dengan demikian, mainan ini bisa dikategorikan sebagai animasi klasik. Dan di tahun 1892, Emile Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut Praxinoscope. Mainan ini berupa rangkaian ratusan gambar yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin sehingga tampak menjadi sebuah gerakan seperti layaknya film. Mainan ini selanjutnya dianggap sebagai cikal bakal proyektor pada bioskop. Sekitar empat hingga tiga juta tahun yang lalu dalam peradaban budaya Indonesia sudah ada lukisan animasi. Hal itu dibuktikan dengan lukisan-lukisan yang ada di Gua Leang-Leang (Sulawesi), beberapa gua di Kalimantan Timur, serta gua-gua yang masih murni tersimpan di alam Papua. Di Pulau Jawa, sejak zaman dulu juga sudah ada seni “menghidupkan bayangan”, yakni seni memainkan Wayang Kulit dan beberapa jenis Wayang lainnya yang telah memenuhi semua elemen animasi seperti layar, gambar bergerak, musik dan ilustrasi. Pengembangan kamera gerak dan projector oleh Thomas Alfa Edison serta para penemu lainnya semakin memperjelas praktika dalam membuat animasi. Animasi akhirnya menjadi suatu hal yang lumrah walaupun masih menjadi “barang” mahal pada waktu itu. Bahkan Stuart Blackton, diberitakan telah membuat membuat film animasi pendek tahun 1906 dengan judul “Humourous Phases of Funny Faces”, dimana prosesnya dilakukan dengan cara menggambar kartun diatas papan tulis, lalu difoto, dihapus untuk diganti modus geraknya dan di foto lagi secara berulang-ulang. Inilah film animasi pertama yang menggunakan “stop-motion” yang dihadirkan di dunia. Kemudian pada tahun 1908, Emile Cohl dari Perancis membuat film animasi sederhana menggunakan beberapa figur batang korek api. Rangkaian gambar dengan hitam dibuat di atas kertas putih, dipotret dengan film negative sehingga figur menjadi putih dan latar belakang hitam. Pada awal abad ke dua puluh, popularitas kartun animasi mulai menurun sementara film layar lebar semakin merajai sebagai alternatif media entertainment. Publik mulai bosan dengan pola yang tak pernah berganti pada animasi yang didalamnya tidak terdapat story line dan pengembangan 5 karakter. Apa yang terjadi pada saat itu merupakan kondisi dimana mulai terentang jarak antara film layar lebar dan animasi, kecuali beberapa karya misalnya Winsor McCay yang berjudul Gertie the Dinosaur, 1914. McCay telah memulai sebuah cerita yang mengalir dalam animasinya ditambah dengan beberapa efek yang mulai membuat daya tarik tersendiri. Hal ini juga mulai terlihat pada karya Otto Messmer, Felix the Cat sekitar tahun 1913 sampai 1920. Selain itu juga dilakukan percobaan film animasi potongan dengan figure yang berasal dari potongan kayu. Kemudian pada tahun 1934, George Pal memulai menggunakan boneka sebagai figur. Selanjutnya perkembangan animasi terpenting terjadi pada sekitar tahun 1930, dimana muncul film animasi bersuara yang dirintis oleh Walt Disney melalui film “Mickey Mouse”, “Donald Duck” dan “Silly Symphony” yang diproduksi selama tahun 1928 sampai 1940. Hingga kemudian diproduksinya film animasi berdurasi panjang “Snow White and Seven Dwarf”. Demikian asal mula perkembangan teknik film animasi yang terus berkembang dengan gaya dan ciri khas tiap negara dari barat hingga timur. Terutama di Jepang, film kartun sangat berkembang hingga menguasai pasaran film animasi kartun dengan gayanya yang khas yang kita kenal dengan istilah Anime. 2.2.2 Animasi di Indonesia Dalam hal animasi Indonesia juga sangat berkembang, dari jaman pewayangan hingga jaman 3D sekarang ini. Sejarah Animasi Indonesia mulai diketahui sejak ditemukannya Cave Pinting yang bercerita mengenai binatang buruan atau hal-hal yang berbau mistis. Wayang yang merupakan cikal bakal lahirnya animasi Indonesia. Sejak tahun 1933 di Indonesia banyak koran lokal yang memut iklan Walt Disney. kemudian Pada Tahun 1955 Presiden Soekarno yang sangat menghargai seni mengirim seorang seniman bernama Dukut Hendronoto (pak Ook) untuk belajar animasi di studio Walt Disney, setelah tiga bulan ia kembali ke Indonesia dan membuat film animasi pertama bernama Si Doel Memilih animasi ini awalnya di buat untuk tujuan kampanye politik. Lalu pada tahun 1963 Ook hijrah ke TVRI dan mengembangkan animasi di sana dalam salah satu program namun kemudian program itu dilarang karena dianggap terlalu konsumtif. Pada tahun 70-an terdapat studio animasi di Jakarta bernama Anima Indah yang didirikan oleh seorang warga Amerika. Anima Indah termasuk yang mempelopori animasi di Indonesia karena menyekolahkan krunya di Inggris, Jepang,Amerika dan lain-lain. Anima berkembang dengan baik namun hanya berkembang di bidang periklanan. Di tahun 70-an banyak film yang menggunakan kamera seluloid 8mm, maraknya penggunaan kamera untuk membuat film tersebut, akhirnya menjadi penggagas adanya festival film. di festival film itu juga ada beberapa film animasi Batu Setahun, 6 Trondolo, Timun Mas yang disutradarai Suryadi alias Pak Raden (animator Indonesia Pertama). Tahun Yang ditandai sebagai tahun maraknya animasi Indonesia Ada film animasi rimba si anak angkasa yang disutradarai Wagiono Sunarto dan dibuat atas kolaborasiualangan si Huma yang diproduksi oleh PPFN dan merupakan animasi untuk serial TV. beberapa animator lokal. ada juga film animasi PetEra tahun 1980-1990-an ditandai dengan lahirnya beberapa studio animasi seperti Asiana Wang Animation bekerjasama dengan Wang Fim Animation, Evergreen,Marsa Juwita Indah, Red Rocket Animation Studio di Bandung, Bening Studio di Yogyakarta dan Tegal Kartun di Tegal Di tahun ini bertaburan dengan berbagai film animasi diantaranya Legenda Buriswara, Nariswandi Piliang,Satria Nusantara yang kala itu masih menggunakan kamera film seluloid 35mm, kemudian ada serial Hela,Heli,Helo yang merupakan film animasi 3D pertama yang di buat di Surabaya, Tahun 1998 mulai bermunculan film-film animasi yang berbasis cerita rakyat seperti Bawang Merah dan Bawang Putih, Timun Mas dan petualangan si Kancil di Era 90-an ini banyak terdapat animator lokal yang menggarap animasi terkenal dari jepang seperti Doraemon dan Pocket Monster Diantara sekian banyak studio animasi di Indonesia, Red Rocket Animation termasuk yang paling produktif. Pada tahun 2000 Red Rocket memproduksi beberapa serial animasi TV seperti Dongeng Aku dan Kau, Klilip dan Puteri Rembulan, Mengapa Domba Bertanduk dan Berbuntut Pendek, Si Kurus dan Si Macan, pada masa ini serial animasi cukup populer karena menggabungkan 2D animasi dengan 3D animasi.Pada tahun 2003, serial 3D animasi merambah layar lebar diantaranya Janus Perajurit Terakhir, menyusul kemudian bulan Mei 2004 terdapat film layar lebar 3D animasi berdurasi panjang yaitu Homeland. 2.2.3 Animasi 2D (2 Dimensi) Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita, merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan yang diruntutkan, sehingga terlihat