Konsep Revolusi Islam Iran Menurut Imam Khomeini SITI KOMARIAH

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Konsep Revolusi Islam Iran Menurut Imam Khomeini SITI KOMARIAH Konsep Revolusi Islam Iran menurut Imam Khomeini SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh: SITI KOMARIAH NIM : 109045200005 PROGRAM STUDI HUKUM TATANEGARA (SIYASAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/1438H ABSTRAK SITI KOMARIAH NIM 109045200005. KONSEP REVOLUSI ISLAM IRAN MENURUT IMAM KHOMEINI. Program studi Hukum Tata Negara (Siyasah), Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 1438 H/2016 M. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui, menguraikan, menjelaskan, dan menganalisis tentang konsep revolusi Islam Iran menurut Imam Khomeini. Tema revolusi yang terlebih dahulu berkembang dalam dunia pemikiran Barat ternyata telah mempengaruhi pembahasan yang sama dalam pemikiran politik Islam. Revolusi yang merupakan fenomena gerakan sosial modern telah membangkitkan semangat dan pandangan-pandangan Islam terhadapnya pada masa kini. Kondisi sosial umat Islam pasca runtuhnya Dinasti Usmani boleh dikatakan mundur dibandingkan dengan peradaban Islam terdahulu. Imprealisme telah memisahkan wilayah-wilayah Islam yang dahulu bersatu di bawah satu naungan kekuatan politik Dinasti Usmaniyah. Di tengah kemundurannya hadirlah sosok Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh yang oleh banyak kalangan disebut-sebut sebagai pencetus gerakan bangkitnya umat Islam di bawah kekuatan imprealisme. Gerakan yang mereka lakukan oleh banyak kalangan juga disebut sebagai awal revolusi Islam karena gerakan tersebut banyak menginspirasi kalangan intelektual dan ulama untuk merubah kondisi umat Islam dan melepaskannya dari cengkraman imprealisme modern. Salah satu revolusi Islam yang paling spektakuler adalah revolusi Islam Iran tahun 1979 yang di pimpin oleh seorang ulama Iran yaitu Imam Khomeini. Revolusi ini berhasil menumbangkan Dinasti Pahlevi dan yang bersifat otokrasi dan merubah negara menjadi republik Islam. Revolusi yang bersifat memberbaiki kondisi sosial, politik, dan budaya kearah yang lebih baik ini sejalan dengan semangat Islam. Skripsi ini ingin menguraikan dan menjelaskan bagaimana pandangan Imam Khomeni tentang revolusi Islam yang dipimpinnya tahun 1979. Revolusi yang bersifat menumbangkan kekuasaan lama dan mendirikan kekuasaan baru juga telah memberikan pertanyaan besar dalam khazanah keilmuan politik Islam tentang hukum menumbangkan kekuasaan terutama dalam literatur Syi’ah yang mana merupakan sekte yang dianut oleh Imam Khomeini dan sebagian besar masyarakat Iran. Kata Kunci : Revolusi Islam, menumbangkan kekuasaan, kudeta, pemberontakan Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, MA Daftar Pustaka : Tahun 1978 s.d. Tahun 2013 iv KATA PENGANTAR Tidak ada kata yang pantas untuk memulai pengantar ini selain puji serta syukur Penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat dan kekuatan, sehingga Penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Meskipun, banyak kendala-kendala di tengah jalan yang kadang menjadi beban pikiran dan penghambat proses tetapi semua itu Penulis jadikan sebagai pembelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Sholawat dan salam senantiasa dihaturkan kepada Nabi Muhammad Saw beserta seluruh keluarga, sahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Selama penulisan skripsi ini, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami, namun, berkat kerja keras, doa dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini, atas izin Allah SWT Alhamdulillah dapat teratasi. Skripsi/Tugas akhir ini berjudul : KONSEP REVOLUSI ISLAM IRAN MENURUT IMAM KHOMEINI ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah Penulis menyelesaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bimbingan, saran petunjuk, dorongan dan bantuan kepada Penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, terutama kepada: v 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, beserta para pembantu rektor. 2. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta periode Tahun 2015 sampai periode tahun 2019. 3. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanudin Umar Lubis, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, petunjuk dan nasehat yang berguna bagi penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik- baiknya. 4. Dra. Hj. Maskufa, M.A, selaku Ketua Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan nasehat yang berguna bagi penulis selama perkuliahan dalam semester 8 ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi strata 1 dengan sebaik-baiknya. 5. Ibu Sri Hidayati, M.Ag, selaku Sekretaris Program Studi Hukum Tata Negara (Siyasah) yang telah banyak membantu penulis untuk melengkapi berbagai macam keperluan berkas-berkas persyaratan untuk menggapai studi strata 1 dengan sebaik-baiknya. 6. Nur Habibi, S.H, M.H, selaku dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan banyak bimbingan, petunjuk dan nasehat yang berguna bagi penulis selam perkuliahan sehingga penulis dapat penyelesaikan studi strata 1 dengan sebaik-baiknya. vi 7. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum dengan ikhlas menyalurkan ilmu dan pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar yang penulis jalani. 8. Kedua orang tua penulis yang membantu dengan sekuat tenaga dan pengorbanan serta doa yang bergema dalam dzikir dan tahajudnya sehingga penulis dapat penyelesaikan studi strata 1 dengan penuh semangat, ayahanda Saut Baekani dan ibunda Surnasih Saiman serta kakak-kakak dan adik-adik tercinta yang telah banyak memberikan dorongan. 9. Suami tercinta, Dede Abdul Halim yang selalu mendoakan dan mendukung penuh dalam penyelesaian skripsi ini, you are my home and I love you. 10. Teman-teman tulusku, Azizatul Iffah,S.Th.i Yayah Nihayah,S.Hum, Ade Esa,S.Sy, Nashrotul Ummah,S.Hum, Sari Nihayatizzuhriyah,S.Si dan Isna Ulya Azizah,S.Th.i serta temen-temen Darussunah Internasional Institut For Hadist Sciences. 11. Teman-teman Ketatanegaraan Islam (SS) angkatan 2009 dan teman- teman KKN Andalusia. 12. Para pustakawan Islamic Cultural Centre Warung Buncit dan Iranian corner yang telah membantu penulis mencari sumber-sumber skripsi yang berkaitan. Tiada cita dapat terwujud dengan sendirinya kecuali dengan pertolongan Allah SWT sehingga penulis dapat memberikan kontribusinya dalam ilmu pengetahuan. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan vii pembaca pada umunya serta menjadi amal baik di sisi Allah SWT. Akhirnya semoga setiap bantuan, doa dan moivasi yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. viii DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN…………………..………………………………...…...…….....i LEMBAR PENGESAHAN……………...………………………………………..…………ii LEMBAR PERNYATAAN ………………………………………………………...…..…..iii ABSTRAK ……………………………………………………………………….....……….iv KATA PENGANTAR …………………………………………………………...…..………v DAFTAR ISI …………………………………………………………..…………………….xi BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………1 A. Latar Belakang Masalah ……………………………….................1 B. Perumusan Masalah ………………………...………………..…...9 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………….…….……..……..10 D. Tinjauan Pustaka............…………………….….……….….…... 10 E. Metode Penelitian............……………………….…..……….…...11 F. Pendekatan Penelitian………………………..……………..……12 G. Teknik Pengumpulan Data............................................................12 H. Teknis Analisis Data......................................................................13 I. Sistematika Pembahasan ……………………………………..….14 BAB II BIOGRAFI IMAM KHOMEINI………………………………….15 A. Latar Belakang Keluarga dan Sosial Politik ………………...…..15 B. Karir dan Aktifitas Politik Imam Khomeini…………………..…22 xi C. Posisi Agama dalam Negara ………………………………….....31 BAB III KONSEP REVOLUSI ISLAM KLASIK DAN MODERN…….36 A. Definisi Revolusi ………………………………………….……..36 B. Teori Revolusi Islam Klasik dan Modern………………..……….40 C. Sejarah Revolusi Islam klasik dan Modern ……………..……….47 D. Revolusi Islam abad modern.……………………………….…..50 E. Pandangan revolusi dalam khazanah Syiah…………………..….53 BAB IV Konsep Revolusi Islam Menurut Imam Khomeini…….56 A. Revolusi Islam : Ulama sebagai Pemimpin Politik ……………..56 B. Revolusi Islam : Revolusi Melawan Kaum Penindas.. ………….62 C. Hukum Penggulingan Kekuasaan menurut Imam Khomeini………………………………………………………….71 D. Iran Pasca Revolusi………………………………………………75 BAB IV PENUTUP…………………………………………………………..79 A. Kesimpulan………………………………………………..……..79 B. Saran …………….………………………………………….…...81 DAFTAR PUSTAKA ………………………………..…………………………….82 xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Revolusi Islam merupakan sebuah usaha untuk membangun sebuah kondisi masyarakat baik dalam konteks sosial ataupun politik yang lebih baik dan ideal yang hal tersebut adalah sejalan dengan ajaran dan misi Islam. Revolusi dalam Islam bermakna juga pembebasan, pembelaan dan pencerahan. Maka dalam perspektif ini visi revolusi adalah sejalan dengan visi Islam dan dengan sendirinya revolusi bukanlah sebuah gerakan yang kontra jihad.1 Tema revolusi Islam dalam pemikiran Islam klasik cukup sulit dilacak, hal ini sangat bisa dipahami apabila kita melihat bahwa salah satu dari sifat revolusi adalah perlawanan terhadap sebuah kemapanan yang dianggap salah, termasuk di dalamnya adalah kemapanan kekuasaan. sebagaimana diketahui bahwa pada masa tersebut Islam sedang
Recommended publications
  • Konsep Kedaulatan
    KONSEP KEDAULATAN MENURUT AYATULLÂH KHOMEINI DAN BARON DE MONTESQUIEU SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH ARIFUDDIN NIM: 02361160 PEMBIMBING 1. Dr. AHMAD YANI ANSHORI 2. Drs.OCKTOBERRINSYAH. M.Ag PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2008 © 2008 Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ABSTRAK Kedaulatan dalam kehidupan bernegara mempunyai peran yang sangat penting, karena kedaulatan merupakan simbol kekuasaan dalam sebuah negara. Berkaitan dengan kedaulatan sebuah negara adalah legitimasi bagi penguasa. Dalam wacana politik, dua hal tersebut sangat berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Banyak tokoh yang telah menjelaskan perihal kedaulatan dalam negara melalui sistem pemerintahan, di antaranya Baron de Montesqueiu dan Ayatullâh Khomeini. Baron de Montesquieu (selanjutnya: Montesquieu) mengembangkan teori John Locke tentang pembagian kekuasaan dalam negara. Konsep yang digagas oleh Montesquieu menekankan, bahwa sistem pemerintahan harus dipisah/dibagi antara satu bagian dengan yang lain, agar tidak ada penguasa yang kejam, menindas terhadap rakyat, despotik dalam memimpin pemerintahan, karena sumber kekuasaan dalam negara berasal dari rakyat. Kemudian Montesquieu membagi kekuasaan menjadi kekuasaan Legislatif, Eksekutif dan Yudikataif. Berbeda dengan Montesquieu, Ayatullâh Khomeini (selanjutnya; Khomeini) seorang ulama Syi’ah Itsnâ’ Asy’ariyyah yang mengarsiteki langsung Wilâyah Faqîh sebagai sistem pemerintahan di Iran. Dalam sistem ini pemimpin tertinggi adalah faqih dibantu dengan tiga elemen legislatif, eksekutif (Presiden) dan yudikatif. Walaupun konsep atau gagasan Wilâyah Faqîh ini menggunakan konsep kedaulatan Tuhan, namun Khomeini tidak meninggalkan peran rakyat dalam menjalankan atau mengarahkan jalan pemerintahan, melalui pemilihan wakil di legislatif dan pemilihan presiden.
    [Show full text]
  • MIDDLE EAST WATCH OVERVIEW Human Rights Developments The
    MIDDLE EAST WATCH OVERVIEW Human Rights Developments The political earthquake that shook the Middle East on September 13, when Israel and the Palestine Liberation Organization (PLO) signed an interim self-government accord, may have marked the beginning of the end of the forty-five-year-old Arab-Israeli conflict. In the medium term, it may also come to mark a parallel improvement in human rights conditionsCnot just in the Israeli-occupied territories, but in those frontline states that have long used the conflict as a pretext for violations of the fundamental rights of their own peoples. Such aspirations could, equally, prove to be mere wishful thinking: human rights per se figured little in the interstate negotiations that took place during 1993, and few officials from any party to the talks, including the United States, publicly articulated concern for human rights. Under prodding, PLO Chairman Yassir Arafat was one of those who did, after the signing; but, misgivings persisted as to whether the PLO was truly committed to a future in which respect for human rights and a pluralistic democracy would be realized. In counterpoint, there were no early signs of an Israeli reassessment of long-established abusive policies and practices in the occupied territories. Welcome though the Israel-PLO agreement was as an augury of peace, in the region as a wholeCfrom the Maghreb states of North Africa to IranCthe accord was overshadowed by a broader conflict with pervasive implications for human rights: a contest for power, ideological domination, and control over social behavior between insurgent Islamists and established regimes, themselves often of little popular legitimacy and a secular, pro-Western cast.
    [Show full text]
  • Khomeini's Theory of Islamic State and the Making of the Iranian
    Khomeini's Theory of Islamic State and the Making of the Iranian Revolution 1 Mehdi Shadmehr2 1I wish to thank Hassan Ansari, Charles Cameron, Jose Cheibub, Amaney Jamal, Ali Kadivar, Mehran Kamrava, Charles Kurzman, Paulina Marek, Charles Ragin, Kris Ramsay and seminar par- ticipants at the University of Rochester and the University of South Carolina, and MPSA Conference for helpful suggestions and comments. 2Institute for Advanced Study, Princeton. E-mail: [email protected]. Phone: (305) 747-5896. Abstract The Iranian Revolution is one of the most influential events of the late twentieth century, with far-reaching consequences that still echo through the rise of Islamic state. Drawing from both primary (interviews, autobiographies, documents, and data) and secondary sources, the paper shows that Khomeini's the doctrine of the Guardianship of the Jurist played a decisive role in the making of the Iranian Revolution by changing the goals and strategies of the religious opposition from reforming government policies to establishing an Islamic state. Khomeini's doctrine was first published in 1970 in his treatise, Islamic State. The paper argues that Khomeini's ideological innovation can account for the sharp contrast between the outcomes of widespread protests in the early 1960s and the late 1970s: they both shook the Pahlavi regime, but the former protests dissipated, while the latter culminated in the Iranian Revolution. Expanding the scope beyond Iran and Islam, the paper explores the role of ideological innovations in the Russian and American Revolutions, and discusses the potentially critical role of ideological innovations in democracy movements in Islamic countries. The revolution was in the minds and hearts of the people; a change in their religious sentiments, of their duties and obligations..
    [Show full text]
  • Bab Iii Transformasi Politik Dan Posisi Pemikiran Ali Syari’Ati Di Iran
    BAB III TRANSFORMASI POLITIK DAN POSISI PEMIKIRAN ALI SYARI’ATI DI IRAN Dalam sejarahnya, Iran1, sebelum revolusi tahun 1979 yang menggulingkan dinasti Pahlevi, adalah bangsa yang mempunyai bentuk pemeritahan model monarki. Sejak jaman Cyrus yang mendirikan kerajaan Archaemenia pada era kuno dan Dinasti Safawi serta Dinasti Qajar, sistem pemerintahan yang ada saat itu adalah monarki. Sebenarnya Dinasti Qajar sudah meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang mengarah pada bentuk pemerintahan yang lebih demokratis melalui Revolusi Konstitusional tahun 1906, akan tetapi dinasti yang menggantikan, yakni dinasti Pahlevi mengingkari konstitusi itu dan cenderung pada bentuk pemerintahan monarki- absolut. Revolusi Iran 1979 merupakan sesuatu yang monumental dalam sejarah Iran, bahkan sejarah umat Islam atau sejarah dunia, karena tradisi absolutisme politik dalam sistem pemeritahan monarki dapat diganti dengan sistem pemerintahan ulama bercampur dengan sistem demokrasi modern. Peristiwa penting itu sudah selayaknya mendapat apresiasi yang cukup memadai melalui kajian dan penelitian yang mendalam, untuk mendapatkan gambaran peristiwa yang komprehensif dan otentik. Maka, langkah pertama dalam mengkaji tentang revolusi Iran adalah menelisik jauh ke belakang sejarah Iran yang panjang dan berliku. Revolusi yang terjadi pada tahun 1979 bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri dan a-historis. Revolusi itu 1 Iran, secara bahasa artinya dataran Arya. Secara geografis letaknya berada di timur Indo-Europeans (tempat asal suku bangsa Arya). Mereka bereksodus ke dataran Iran pada sekitar 2000 SM, sehingga merekalah nenek moyang bangsa Iran modern sekarang ini. Lihat Herodotus, The Histories, terj. Aubrey de Salincourt (London: Penguin Classics, 1996), hlm. 8 85 mempunyai akar geneologis dalam sejarah revolusi Iran pada masa silam dan sejarah bangsa itu yang kaya dan komplek.
    [Show full text]
  • The Hajj and the Hindi: the Ascent of the Indian Sufi Lodge in the Ottoman
    Modern Asian Studies 50, 6 (2016) pp. 1888–1931. C Cambridge University Press 2016 doi:10.1017/S0026749X15000530 First published online 1 July 2016 The Hajj and the Hindi: The ascent of the Indian Sufi lodge in the Ottoman empire∗ RISHAD CHOUDHURY The Academy for International and Area Studies, Harvard University, United States of America Email: [email protected] Abstract This article charts several historical paths, hitherto underexplored, through the Hindi or ‘Indian’ Sufi lodges of the Ottoman empire. Focusing on the ‘long eighteenth century (circa 1695–1808)’, it tracks their remarkable ascendance as an institutional network for mobile and migrant Indian Sufi pilgrims. From Istanbul to the provinces, the article demonstrates how Naqshbandis and Qadiris on the Hajj circuit drew on local channels of social communications, legal petitioning strategies, and state and inter-state linkages to forge unique identities as ‘trans-imperial subjects’ in an age of decentralization in the Ottoman world. I argue that central to their social success was the creation of new corporate regimes of itinerant piety. But first, I place the little-known lodges at the heart of a specific shift in early modern attitudes to identity, as the story behind ‘Hindi’ beckons wider inquiry into emergent differences among Sufi pilgrims in the Ottoman empire. ∗ For valuable comments on early drafts, I am grateful to Suraiya Faroqhi, Durba Ghosh, Eric Tagliacozzo, and Robert Travers. I am thankful, as well, to Nida Nebahat Nalçacı for eye-opening trips to Istanbul’s Sufi lodges, old and new. Previous iterations of these arguments were presented at Cornell University, the University of North Carolina at Chapel Hill, Princeton University, and the Social Science Research Council.
    [Show full text]
  • Khomeinism Essays on the Islamic Republic Ervand Abrahamian
    Khomeinism Essays on the Islamic Republic Ervand Abrahamian Suggested citation: Abrahamian, Ervand. Khomeinism: Essays on the Islamic Republic. Berkeley: University of California, 1993. http://ark.cdlib.org/ark:/13030/ft6c6006wp/ Contents • Acknowledgments • Introduction • 1 Fundamentalism or Populism? • 2 Perceptions of Private Property, Society, and the State • 3 May Day in the Islamic Republic • 4 History Used and Abused • 5 The Paranoid Style in Iranian Politics • Epilogue • Notes • Glossary • Select Bibliography on Khomeini Comments? Questions? University of California Press eScholarship Editions are published by eScholarship, the California Digital Library © 2003 The Regents of the University of California 1 Acknowledgments I would like to thank the Social Science Research Council, the National Endowment for the Humanities, and Baruch College of the City University of New York for fellowships in 1989-91 to carry out the research for this book. I would also like to thank Shahen Abrahamian, Mohammad Reza Afshari, Sharough Akhavi, Abbas Amanat, Ali Gheissari, Ali Ashtiyani Mirsepasi, and Molly Nolan for reading and commenting on sections of the manuscript. Of course, they are in no way responsible for opinions or mistakes found in these pages. ― 1 ― 2 1 Fundamentalism or Populism? How did Ayatollah Ruhollah Khomeini become an imam? Much like the Holy Prophet Abraham: he carried out God's will, smashed idols, was willing to sacrifice his own son, rose up against tyrants, and led the oppressed against their oppressors. A parliamentary deputy, Kayhan-e Hava'i, 21 June 1989 Introduction The slippery label of fundamentalist has been thrown at Khomeini so often that it has stuck — so much so that his own supporters in Iran, finding no equivalent in Persian or Arabic, have proudly coined a new word, bonyadegar, by translating literally the English term "fundamental-ist." This is especially ironic since the same individuals never tire of denouncing their opponents as elteqati (eclectic) and gharbzadeh (contaminated with Western diseases).
    [Show full text]
  • 3119185.PDF (5.147Mb)
    UNIVERSITY OF OKLAHOMA GRADUATE COLLEGE TRANSPORTING THE SUBJECT: THE FICTION OF NATIONALITY IN AN ERA OF TRANSNATIONALISM A Dissertation SUBMITTED TO THE GRADUATE FACULTY in partial fulfillment of the requirements for c'ne degree of Doctor of Philosophy By Nyla Ali Khan Norman, Oklahoma 2004 UMI Number: 3119185 INFORMATION TO USERS The quality of this reproduction is dependent upon the quality of the copy submitted. Broken or indistinct print, colored or poor quality illustrations and photographs, print bleed-through, substandard margins, and improper alignment can adversely affect reproduction. In the unlikely event that the author did not send a complete manuscript and there are missing pages, these will be noted. Also, if unauthorized copyright material had to be removed, a note will indicate the deletion. UMI UMI Microform 3119185 Copyright 2004 by ProQuest Information and Learning Company. All rights reserved. This microform edition is protected against unauthorized copying under Title 17, United States Code. ProQuest Information and Learning Company 300 North Zeeb Road P.O. Box 1346 Ann Arbor, Ml 48106-1346 Copyright by Nyla Ali Khan 2 00 4 Ail Rights Reserved TRANSPORTING THE SUBJECT: THE FICTION OF NATIONALITY IN AN ERA OF TRANSNATIONALISM A Dissertation APPROVED FOR THE DEPARTMENT OF ENGLISH BY (/I Daniel Cottom .X' .Vrncent B . Leitch Robert Warrior Su Fang Ng Jidlap Kamoche Acknowledgments I worked on this dissertation for sixteen months, and I am indebted to my entire graduate committee. Professors Daniel Cottom, Vincent B. Leitch, Robert Warrior, Su Fang Ng, and Jidlap Kamoche provided a challenging and supportive intellectual community and also generously gave me the leeway that enabled me to carry the project forward.
    [Show full text]
  • Fm Affirms Qatar's Full Support for Int'l Humanitarian Efforts
    SUNDAY SEPTEMBER 5, 2021 MUHARRAM 28, 1443 VOL.15 NO. 5355 QR 2 Fajr: 3:58 am Dhuhr: 11:33 am FINE Asr: 3:02 pm Maghrib: 5:50 pm HIGH : 43°C LOW : 34°C Isha: 7:20 pm World 5 Business 7 Sports 12 Biden orders review of Qatar Chamber’s Kuwari invites Nine-man Qatar fight hard in classified 9/11 probes Ukrainian firms to invest in Qatar 3-1 loss to Portugal Amir congratulates PM HOSTS DINNER BANQUET IN Abdulqader for HONOUR OF SAUDI MINISTER FM affirmsQ atar’s winning bronze at Tokyo Paralympics full support for int’l TRIBUNE NEWS NETWORK DOHA humanitarian efforts His Highness the Amir of State of Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani has congratulated Team Qatar Paralympian Abdulrahman Abdulqader for winning the bronze medal in the shot put at Tokyo 2020 Paralympic Games. “We congratulate the shot put cham- pion Abdulrahman Abdulqader for win- ning the bronze medal at the Paralympic Games in 2020. This is his second medal after winning the silver in Rio de Janeiro 2016,” HH the Amir said in a tweet. Abdulqader finished in third place after Jordan’s Ahmed Hindi who won the gold medal, and Morocco’s Izz Eddin Al Nouiri who won the silver medal. Prime Minister and Minister of Interior HE Sheikh Khalid bin Khalifa bin Abdulaziz Al Thani hosted a dinner banquet in honour of HRH Minister of Interior of the Kingdom of Saudi Arabia Prince Abdulaziz bin Saud bin Naif bin Abdulaziz Al Saud and the accom- Deputy Prime Minister and Minister of Foreign Affairs HE Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani panying delegation at Al-Marmar Palace on Saturday.
    [Show full text]
  • Corbyn Condemns 'Appalling Coup'
    WWW.TEHRANTIMES.COM I N T E R N A T I O N A L D A I L Y 16 Pages Price 40,000 Rials 1.00 EURO 4.00 AED 39th year No.13526 Tuesday NOVEMBER 12, 2019 Aban 21, 1398 Rabi’ Al awwal 14, 1441 Arms embargo U.S. operation I believe and hope I Kurdish writer Mastureh on Iran will expire a trick, Baghdadi will be one who will Ardalan subject of next year 2 may be hiding 13 pray in Al-Quds 13 Iranian docudrama 16 Iran hosting 7th UIC Next Stations Conference TEHRAN — Islamic Republic of Iran participants from 25 countries including Railways (known as RAI) is hosting the 14 European ones. 7th UIC Next Stations Conference in Addressing the first day of the confer- American Tehran from November 11 to 13, IRNA ence, the official said, “Railway develop- reported. ment is one of the main objectives of the It is the first time that this conference Iranian government and in this due we of the International Union of Railways have implanted some joint projects with (UIC) is held in an Asian country. the neighboring countries for improving As announced by RAI Head Saeid Ra- passenger and cargo transportation via fascism souli, the conference is hosting 70 foreign railway.” 4 Iran to spend $100 million to seal southeastern borders: governor TEHRAN — Ahmad Ali Mohebati, gov- cannot seal the borders unilaterally ernor of southeastern border province of and has reached agreements with Pa- Sistan-Balouchestan, said on Sunday that kistan in this respect and this country against the government has decided to withdraw [Pakistan] has also started sealing the 100 million dollars from the National De- borders.” velopment Fund (NDF) to seal borders “Pakistan has sealed 50 kilometers of with Pakistan the borders by constructing barbed wire “This amount of money will speed up and fences,” he said.
    [Show full text]
  • Islam and Government: an Analytical Review on Khumayni's Kashf Al-Asra
    Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies Vol. 8, no.1 (2018), pp. 147-171, doi : 10.18326/ijims.v8i1. 147-171 Islam and government: an analytical review on Khumayni’s Kashf al-Asra>r and Wila>yat al-Fa>qih Sudarnoto Abdul Hakim State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta E-mail: [email protected] DOI: 10.18326/ijims.v8i1.147-171 Abstract This paper is an attempt to scrutinize Khumayni’s ideas especially on government as explained in his works Kashf al-Asra>r, and Wila>yat al-Fa>qih. While focusing on Khumayni’s ideas as the main issues of discussion, the paper tries to find the significance of the ideas for the Iranian revolution in 1979.The paper argues that the ideas on government were mainly triggered by the Reza Shah’s dictatorial, and secular government. It is not exaggerated to mention that according to Khumayni a new sytem of government based on Islamic ideology as a revolutionary system of government was needed in a sense that an Islamic government will implement justice. As will be discussed later, the idea of Islamic government as the single alternative was extensively supported by students, intelligentsias, urban peoples, poor peoples, and others. Artikel ini berusaha mendiskusikan pemikiran Imam Khumayni tentang pemerintah sebagaimana yang dijelaskan dalam karyanya Kasyf al-Asrar dan Wilayat Faqih. Sambil memberikan perhatian terhadap isu pokok, artikel ini ingin menggali kaitan kuat pemikiran Khumayni dengan revolusi Iran yang terjadi pada tahun 1979. Penulis berpandangan bahwa gagasan-gagasannya tentang pemerintah merupakan respons atau sikapnya terhadap kecenderungan pemerintahan diktatorial dan sekular Reza Shah.
    [Show full text]
  • Comparing Muslim-Ness and Shia-Ness in 20Th Century India
    FRACTURED IDENTITIES: COMPARING MUSLIM-NESS AND SHIA-NESS IN 20TH CENTURY INDIA Aseem Hasnain Dissertation submitted to the faculty at the University of North Carolina at Chapel Hill in partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy in the Department of Sociology in the College of Arts and Science. Chapel Hill 2015 Approved By: Charles Kurzman Sandria Freitag Kenneth Andrews Andrew Perrin Neal Caren © 2015 Aseem Hasnain ALL RIGHTS RESERVED ii ABSTRACT Aseem Hasnain: Fractured Identities: Comparing Muslim-Ness And Shia-Ness In 20th Century India (Under the direction of Charles Kurzman) The key question that this dissertation asks is: how did a prominent Shia collective identity form and was sustained in Lucknow over the twentieth century, while a similar phenomenon failed to take place in Hyderabad, a comparable city in India. The period that I covered starts in 1904 and ends in 1998, spanning almost the whole of the twentieth century. I divided this period into three chapters, each of which focused on a specific repertoire of contention that was used in collective identity formation. The first chapter shows how public rituals, particularly their redefinition, can contextualize the formation or reinvention of collective identities. Chapter two focuses on protest campaigns to show their role in consolidating collective identities, and chapter three analyzes riots as a strategy for sustaining collective identities. However, the common thread that runs across the three chapters is the role of community based elites; elites connected with the state; their interactions and partnerships; and the role of the state, which together emphasized specific collective identities as salient in either city.
    [Show full text]
  • Cambridge University Press 978-1-316-64981-7 — Shi'a Islam in Colonial India Justin Jones Index More Information
    Cambridge University Press 978-1-316-64981-7 — Shi'a Islam in Colonial India Justin Jones Index More Information Index ‘Abaqa¯t ul-Anwa¯r, 53–4, 59, 243–5, 254 Akhbar ul-Akhiyar, 155 ‘Abbas, Hazrat, 82, 108, 109, 110, 213 Akhbari Shi‘ism, 71, 231 ‘Abbas, Mirza Muhammad (mufti), 2, 35, Akhbar-i-Imamiya, Lucknow, 175 47, 244, 248, 249 akhlaq, See advice literature ‘Abd ul-‘Aziz, Shah, 52, 54, 55, 67 al-Azhar, Cairo, 24, 25 ‘Abd ul-Bari (Firangi Mahal), 176, 181, 205 ‘Ali (Imam), 7, 57, 63, 68, 78, 79, 98, ‘Abd ul-Hamid II (Ottoman Sultan), 149 112, 175, 180, 192, 194, 212, ‘Abd ul-Majeed (Firangi Mahal), 107 218, 233 ‘Abd ul-Mughni, Muhammad (Firangi ‘Ali Naqi Naqvi, Sayyid (mujtahid), 64, Mahal), 107 208–14, 216, 220, 223, 247 ‘Abd ul-Shakoor (Farooqi), 189–9, 191, ‘Ali Zaheer, Sayyid, 196, 200 206, 208, 209, 213, 218, 240 Aligarh. See also, Muhammadan ‘Abd ul-Shakoor (Kakorwi), 69–70, 89–90, Anglo-Oriental College 102, 104–5 town, 192 Abduh Mahammad, 25 Aligarh Movement, 31, 56, 69, 114, 147, Abul Hasan, Sayyid (mujtahid), 34, 35, 42, 148, 153–65, 169, 183, 184, 212, 244, 46, 248 247, 249 adab, 6, 123 All India Muslim League, 26, 117, 119, 151, advice literature, 30, 61–6 196, 199, 201 al-Afghani, Jamal al-Din, 148–9 All India Shi‘a Conference, 3, 76, 115, Afghanistan, 143 117–123, 125, 128, 130, 132, Africa 135, 137–9, 142–4, 145, 157–9, 160, Shi‘ism in, 44, 65, 248 176, 177, 180, 210, Aga Khan 247, 249 Aga Khan I Hasan ‘Ali Shah, 6 Intizamiya Committee, 143 Aga Khan III Sultan Muhammad Shah, 26 Waqf Committee, 128–31, 133, 141 Agha Haider
    [Show full text]